Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang. ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2
2. GAGASAN .................................................................................................. 3
2.1 Kondisi Terkini Pencetus Ide ................................................................. 3
2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan dan Gagasan yang Diajukan .................. 4
2.3 Pengembangan Gagasan ........................................................................ 7
2.4 Peranan dan Kontribusi Pihak-Pihak Terkait .......................................... 8
2.5 Langkah Strategis .................................................................................. 8
3. KESIMPULAN ........................................................................................... 9
4. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10
LAMPIRAN ..................................................................................................... 11
Lampiran 1.1 Biodata Ketua Kelompok .......................................................... 11
Lampiran 1.2 Biodata Anggota Kelompok ....................................................... 12
Lampiran 1.3 Biodata Anggota Kelompok ...................................................... 13
Lampiran 2. Biodata Dosen Pembimbing ....................................................... 14
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas............ 16
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana .............................................. 17

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rumah EYANG...................................................................................5
Gambar 2.2 Siklus Pergerakan Green Economy EYANG......................................6
Gambar 2.3 Konsep Pengolahan Bioenergi EYANG..............................................7

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Areal Perkebunan Lada di Bangka Belitung..................................3
Tabel 2.1 Luas Areal Perkebunan Lada di Bangka Belitung..................................3

iii
1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Bangka Belitung merupakan provinsi bergeografis wilayah kepulauan
dengan wilayah perairan mendominasi dari keseluruhan luas wilayah. Dari 81.725
km2 65,301 km2 atau 79,90% wilayahnya merupakan perairan
(Soyusiawaty,2007). Berbentuk kepulauan tentu mempunyai karakteristik
tersendiri dalam pembangunan daerahnya baik dibidang energi, ekonomi, dan
sosial budaya. Pembangunan harus dilakukan dengan memperhatikan potensi
yang ada sehingga bisa dilakukan secara optimal.
Pada bidang energi penggunaan energi meningkat pesat sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Ketersediaan energi yang ada
tidak sebanding dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan (Febriyanita, 2015).
Salah satu kebutuhan energi yang sangat dibutuhkan adalah energi listrik.
Menurut data dari PLN Bangka Belitung pertumbuhan konsumsi listrik pada 10
tahun terakhir Bangka Belitung sebesar 12%. Dalam memenuhi kebutuhan
listriknya PLN bertumpu pada penggunaan bahan bakar fosil dimana energi fosil
merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui karena ketersediannya yang
terbatas. Namun terdapat sumber energi yang cukup besar ketersediannya karena
bisa diperbarui atau disebut energi terbarukan. Sumber energi yang berpotensi
besar untuk dikembangkan yaitu bioetanol. Tanaman pangan seperti umbi-umbian
merupakan salah satu bahan pembuatan bioetanol, namun penggunaan lahan
pertanian untuk memproduksi tanaman bioenergi akan bersaing dengan budidaya
tanaman pangan. Selain itu membutuhkan biaya yang lebih tinggi untuk
memproduksi bioenergi dari tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu
diperlukan alternatif sumber bahan baku yang murah dan berlimpah (Ma ,Y et all,
2017). Menurut Padil dkk (2010) pelepah kelapa sawit mengandung 34.89%
Selulosa dan 27,14 % Hemiselulosa dan 19,87% Lignin. Kajian ini memperkuat
limbah pelepah kelapa sawit berpotensi besar menjadi bahan bioetanol.
Pembangunan yang baik yaitu bisa menyeimbangkan antara alam dan
pengembangan ekonomi (Brunncswheller,2008). Pembangunan ekonomi Bangka
Belitung bertumpu pada dua sektor yaitu pertanian dan pertambangan. Pada sektor
pertanian komoditas terbesar yaitu lada, karet dan kelapa sawit. Menurut data dari
Kementrian Pertanian luasan pertanian lada Bangka Belitung merupakan terbesar
di Indonesia dengan luasan mencapai 51.863 hektare pada tahun 2019 atau
27,58% dari total keseluruhan luasan perkebunan lada sedangkan luasan
perkebunan kelapa sawit pada tahun 2017 mencapai 241.600 hektare. Luasan ini
terus bertambah sehingga produktivitasnya meningkat juga. Namun terdapat
permasalahan akan hal itu yaitu terjadi peningkatan limbah pertanian.
Peningkatan produksi limbah pertanian yang ada di Bangka Belitung selaras
dengan peningkatan kebutuhan energi terutama energi listrik. Peningkatan ini
berdampak kurang baik, jika kebutuhan energi terus bertumpu pada energi fosil
suatu waktu akan habis selain itu energi fosil kurang ramah lingkungan.
2

Kemudian peningkatan limbah pertanian jika dibiarkan begitu saja membuat


kurang optimalnya pengembangan ekonomi. Oleh karena itu, hadirnya sebuah
solusi bernama “ EYANG”sebagai terobosan baru dalam pengoptimalan potensi
limbah pertanian untuk pemenuhan energi berbasis eco-green.
1.2 Tujuan
Gagasan ini bertujuan untuk :
1. Menciptakan keselarasan pengembangan energi dan ekonomi dengan
lingkungan agar tetap seimbang.
2. Menyelesaikan permasahan peningkatan kebutuhan energi dan produksi
limbah pertanian di Bangka Belitung.
3. Meningkatkan pengembangan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
4. Mewujudkan Bangka Belitung sebagai pulau mandiri energi dan ramah
lingkungan.
1.3 Manfaat
Manfaat gagasan ini yaitu :
1. Terpenuhinya kebutuhan energi di Bangka Belitung.
2. Peningkatan pembangunan ekonomi daerah berbasis eco-green.
3. Terintegrasinya pertanian dan perkebunan di Bangka Belitung.
4. Kelestarian lingkungan tetap terjaga.
3

2. GAGASAN

2.1 Kondisi Terkini Pencetus Ide


Secara geografis Kepulauan Bangka Belitung tidak jauh dari garis
khatulistiwa (Edfikar, 2017). Provinsi ini terletak disebelah timur Provinsi
Sumatera Selatan berupa gugusan pulau dengan dua pulau utama yaitu Pulau
Bangka dan Belitung ( Tiurlina, 2016). Bergeografis kepulauan membuat provinsi
ini memiliki khas tersendiri dalam segala pembangunannya termasuk bidang
energi dan ekonomi. Energi yang digunakan di Bangka Belitung yaitu diesel
dengan bahan bakar minyak dari fosil sebagai energi utama dalam pembangkitan
listriknya. Kebutuhan energi di Bangka Belitung terus mengalami peningkatan,
pada tahun 2016 beban puncak listrik di Pulau Bangka sebesar 138,7 MW
sedangkan di Belitung beban puncak kelistrikannya mencapai 38,0 MW dengan
peningkatan pertumbuhan sebesar 11,25% (Yudianto, 2017 ) sedangkan
ketersediaan energi tidak sebanding dengan kebutuhan energi.
Pada bidang ekonomi bertumpu pada dua sektor utama yaitu perkebunan
dan pertambangan. Perkebunan terbesar adalah lada, kemudian kelapa sawit dan
karet. Luasan lahan perkebunan lada dan kelapa sawit di Bangka Belitung yaitu
Tabel 2.1 Luas Areal Perkebunan Lada di Bangka Belitung1
No Tahun Luasan ( hekatre)
1 2016 50.879
2 2017 52.350
3 2018 51.404
4 2019 51.863
5 2020 52.045
Rata-rata 51.708
Tabel 2.2 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Bangka Belitung2
No Tahun Luasan (ribu hekatre)
1 2017 229,60
2 2018 224,50
3 2019 241,60
Rata-rata 231,9
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 luasan perkebunan lada dan kelapa
sawit di Bangka Belitung cukup besar, bahkan menurut data dari Kementerian
Pertanian luasan lahan perkebunan di Bangka Belitung merupakan yang terbesar
di Indonesia. Besarnya luasan perkebunan ini sebanding dengan produktivitas
yang dihasilkannya, kemudian dari hasil produksi ini menimbulkan masalah baru
yaitu banyaknya limbah perkebunan seperti pelepah kelapa sawit dan batang lada
setelah pasca panen.

1
Sumber https://www.pertanian.go.id.
2
Sumber https://www.bps.go.id
4

Peningkatan limbah yang dihasilkan pertanian dan peningkatan kebutuhan


energi di Bangka Belitung terjadi begitu selaras. Pengembangan sumber daya
energi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan daerah
(Edfikar, 2017) oleh karena itu, harus ada sebuah solusi agar terpenuhi sumber
energi secara mandiri begitu, dimana limbah yang dihasilkan pertanian harus bisa
dimanfaatkan secara optimal bahkan mendukung pengembangan ekonomi daerah.
2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan dan Gagasan yang Diajukan
1. PLTD
Sumber energi utama untuk memenuhi pembangkitan listrik di Bangka
Belitung yaitu diesel yang menggunakan bahan bakar minyak dari fosil. Namun
beberapa tahun terakhir penggunaan B30 juga dilakukan sebagai perwujudan
program pemerintah dalam pengembangan B30.
2. Rumpon
Salah satu bentuk pemanfaatan pengolahan limbah yang pernah dilakukan
yaitu pembuatan rumpon dari pelepah kelapa sawit dalam peningkatan
efektivitas produksi penangkapan ikan di Pantai Tuing, Kecamatan Belinyu,
Kabupaten Bangka , Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Solusi yang pernah diterapkan belum sepenuhnya mengatasi permasalahan
yang terjadi, selain itu kurang optimalnya solusi yang diterapkan bahkan
menimbulkan permasalahan baru, terutama penggunaan bahan bakar fosil yang
menyumbang gas karbon yang cukup besar selain itu pembuatan rumpon juga
kurang optimal karena kurangnya nilai ekonomis dan tidak dapat dimanfaatkan
secara luas. Oleh karena itu, hadir sebuah solusi yang mengatasi permasalahan
secara kompleks yaitu EYANG.
EYANG merupakan singkatan dari Eco-Energy, Green Economiy and
Integrated Agriculture yaitu sebuah pengelolaan berkelanjutan berbasis
lingkungan dalam menggerakan mandiri energi dan ekonomi hijau di Kepulauan
Bangka Belitung. Sistem ini mencakup tiga hal yaitu
1. Eco-Energy
Pengembangan sumber daya energi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam suatu pembangunan daerah (Edfikar, 2017). Energi
menjadi hal vital sehingga energi memiliki peranan yang sangat
penting. Namun saat ini sebagian besar penggunaan energi
menggunakan bahan bakar fosil, dimana bahan bakar ini tidak ramah
terhadap lingkungan dan ketersediaanya terbatas. Hadirnya Eco-
Energy sebagai bentuk ruang baru dalam pemecahan masalah ini yaitu
mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian yang ada yaitu pelepah
kelapa sawit dan batang lada menjadi bioenergi berupa yang ramah
lingkungan berupa bioetanol sebagai bahan bakar utama pembangkit
listrik.
5

2. Green Economy
Green economy merupakan sebuah konsep baru yang bertujuan untuk
peningkatan aspek ekonomi melalui kegiatan pembangunan yang tidak
mengesampingkan kelestarian lingkungan (Multika, 2016). Pada
pengelolaan ini kegiatan ekonomi yang meningkatkan nilai ekonomi
limbah perkebunan sekaligus menjaga lingkungan dengan melakukan
pemanfaatan limbah.
3. Integrated Agriculture
Salah satu dasar yang menandakan bahwa praktik pertanian baik
yaitu peningkatan efisiensi produktivitas dan kelestarian lingkungan
(Agustina el al, 2017). Adanya pengelolaan ini berdampak cukup
besar, dimana terjadinya peningkatan kuantitas ekonomi perkebunan.
Selain itu pengelolaan pertanian menjadi lebih.Pengelolaan di lakukan
terintegrasi dari perkebunan mikro milik masyarakat sampai
perkebunan makro milik swasta sehingga program dapat berjalan
optimal sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan terutama dalam pengolahan limbah.
Konsep pengelolaan EYANG meliputi beberapa alur tahapan berikut
1. Pembuatan Rumah EYANG

Gambar 2.1 Rumah EYANG


Langkah awal dalam pelaksanaan pengelolaan ini adalah penentuan
lokasi untuk Rumah EYANG, dimana nantinya tempat ini akan menjadi
pusat produksi, informasi dan pengendalian. Rumah EYANG dibagi
menjadi 6 departemen yaitu departemen administrasi dan informasi,
departemen pengepulan limbah, departemen pengkajian dan produksi,
departemen pendidikan dan pelatihan, departemen pendistribusian dan
kerja sama serta departemen keuangan. Setiap departemen
6

bertanggungjawab terhadap setiap bidangnya sehingga pengelolaan ini


dilakukan secara intergrasi dan terpadu.
2. Sosialisasi
Keberhasilan dari pengelolaan ini tidak lepas dari partisipasi
masyakat sehingga perlu adanya sosialisasi sebagai bentuk pengenalan
EYANG kepada masyarakat. Diharapkan adanya sosialisasi mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi sehingga program dapat berjalan secara
optimal. Sosialisasi dilakukan secara langsung melalui penyuluhan dan
pengarahan EYANG serta penyampaian informasi mengenai pengelolaan
EYANG , dampaknya kepada masyarakat serta keuntungan yang akan
mereka dapatkan sehingga menarik partisipasi masyarakat. Sosialisasi
dilakukan secara terarah dan bekerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat karena lebih mengetahui kondisi masyarakat sehingga dapat
menentukan metode yang tepat untuk penyampaian informasi sehingga
informasi dapat diterima dengan optimal.
3. Penggerakan ekonomi hijau

Gambar 2.2 Siklus Pergerakan Green Economy EYANG


Suatu program akan berjalan dengan optimal apabila program
memiliki kebermanfaatan di bidang ekonomi. Oleh karena iu, pengelolaan
ini menjadi sebuah solusi yang sangat tepat karena selain menjaga
kelestraian lingkungan juga meningkatkan pengembangan ekonomi.
Kegiatan ekonomi yang terjadi pada pengelolaan ini adalah sebuah siklus
kegiatan ekonomi, dimana Rumah Eyang akan membeli limbah
perkebunan dari masyarakat dan masyarakat akan mendapatkan uang dari
hasil pejualan limbah tersebut. Selanjutnya limbah akan diolah menjadi
bioenergi dan di suplai ke pusat pembangkit untuk menjadi bahan bakar
pembangkit listrik yang nantinya akan di distribusikan kepada
penggunanya yaitu masyarakat dan siklus ini terjadi terus menerus secara
berulang.
7

4. Pengolahan bioenergi

Gambar 2.3 Konsep Pengolahan Bioenergi EYANG


Proses pengolahan limbah menjadi bioenergi diawali dari proses
pengepulan limbah dibawah departemen pengepulan limbah, limbah di
kumpulkan dari berbagai perkebunan yang kemudian dikumpulkan dalam
satu tempat. Kemudian tahap selanjutnya yaitu pengolahan limbah
menjadi bioenergi berupa bioetanol. Proses pembuatan bioetanol yang
dilakukan pada pengelolaan ini termasuk kedalam bioetenaol generasi
kedua karena merupakan hasil fermentasi dari selulosa yang ada di
pelepah pisang dan batang lada. Bioetanol merupakan salah satu energi
alternatif pengganti minyak bumi (Anindyawati, 2009) keunggulan
bietanol dapat mengurangi emisi gas kaca sehingga lebih ramah terhadap
lingkungan (Susmiati,2018).
5. Distribusi bioenergi
Pendistribusian dilakukan dengan melakukan kerja sama kepada beberapa
pihak seperti PLN. Adanya pendistribusian listrik berbasis eco-energy
diharapkan mampu meningkatkan kemandirian provinsi Bangka Belitung
dalam memenuhi kebutuhan energinya sebagai provinsi kepulauan namun
tanpa mensampingkan kelestarian lingkungan.
2.3 Pengembangan Gagasan

EYANG (Eco-Energy, Green Economy and Integrated Agriculture)


merupakan solusi cerdas yang sangat dinamis yang bisa dikembangkan untuk
menunjang mandiri energi dan ekonomi hijau di Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep pertama merupakan dasar konsep lainnya. Selain bioethanol
pembuatan bionergi lain dapat terus digalakkan seperti biobriket dan biodiesel
untuk menunjang mandiri energi di Kepulauan Bangka Belitung. Untuk
pengembangan EYANG House ini sendiri kedepannya dengan pembukaan sub-
distrik di setiap kabupaten/ kota yang ada di Kepulauan Bangka Belitung sehingga
lebih efektif.
Konsep kedua yakni green economy memberikan ruang untuk peningkatan
aspek ekonomi dengan melakukan kerjasama dengan industri-industri yang ada di
daerah Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu jika kapasitas energi listrik sudah
8

terpenuhi di suatu daerah maka kedepannya dapat dilakukan pendistribusian ke


daerah lain untuk memperluas jangkauan hingga ke seluruh wilayah di Kepulauan
Bangka Belitung.
Konsep ketiga yakni integrated agriculture memberikan dampak yang
cukup besar dalam peningkatan kuantitas ekonomi, selain limbah dari perkebunan
kelapa sawit dan lada kedepannya pengembangan gagasan ini dapat
memanfaatkan limbah dari padi mengingat Kepulauan Bangka Belitung memiliki
produktivitas padi yang cukup besar sehingga limbah bisa di optimalkan sekaligus
menjaga kelestarian lingkungan terutama pengolahan limbah.
2.4 Peranan dan Kontribusi Pihak-Pihak Terkait
Program ini akan terealisasikan apabila adanya dukungan dan kontribusi
dari pihak terkait. Pihak-pihak yang dimaksudkan yaitu :
1. Pemerintah
 Pemerintah merupakan ujung tombak pelaksanaan seluruh kegiatan
negara. Sehingga dukungan pemerintah akan berdampak besar
terhadap berjalannya program ini.
 PLN
PLN (Perusahaan Listrik Negara) merupakan lembaga negara yang
berperan dalam menyalurkan energi listrik ke seluruh daerah di
Indonesia.
2. Pihak swasta
Kontribusi pihak swasta juga memiliki pengaruh yang cukup besar untuk
menunjang pengembangan gagasan ini. Sinergitas swasta dan pemerintah
menjadi kunci utama untuk mendorong kemajuan gagasan ini.
3. Masyarakat
Kontribusi masyarakat dalam konsep ini yaitu mengimplementasikan
edukasi yang telah didapatkan menjadi suatu program yang terealisasikan.
4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Kontribusi lembaga swadaya masyarakat dalam konsep ini adalah
memberikan edukasi atau serta menampung aspirasi masyarakat mengenai
gagasan ini agar dapat lebih maju dan berkembang kedepannya.
2.5 Langkah Strategis
Demi terealisasikannya gagasan ini dengan baik perlu dilakukan langkah
strategis, yaitu:
1. Pendataan, Pengkajian , serta Pemantapan pendukung konsep EYANG
(Eco-Energy, Green Economy and Integrated Agriculture).
2. Melakukan kerjasama dengan pihak terkait dan edukasi kepada
masyarakat.
3. Pembuatan kepengurusan dan komunitas sebagai penggerak konsep.
4. Pergarakan konsep, monitoring dan evaluasi pelaksanaan gagasan.
5. Mengembangkan konsep ini secara berkelanjutan sebagai bentuk
penyesuaian terhadap kondisi di masa yang akan datang.
9

3. KESIMPULAN
Produktivitas perkebunan kelapa sawit dan lada di Kepulauan Bangka
Belitung mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Hal ini berbanding lurus
dengan banyaknya limbah pelepah sawit dan batang lada. Disamping itu
kebutuhan energi listriknya juga mengalami peningkatan. Maka diperlukan
sebuah terobosan untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan
mengoptimalkan pengolahan limbah pertanian dalam pemenuhan energi listrik
berbasis hijau.
Oleh karena itu, hadirlah Eco-Energy, Green Economy and Integrated
Agriculture atau disingkat EYANG. Gagasan ini memanfaatkan limbah
perkebunan kelapa sawit dan lada sebagai bioetanol dan diolah menjadi energi
listrik untuk menunjang mandiri energi di Kepulauan Bangka Belitung.
Gagasan ini juga memberikan peningkatan aspek ekonomi terhadap
pemanfaatan limbah perkebunan yang ada di Kepulauan Bangka Belitung.
Pengelolaan limbah perkebunan ini selain memberikan manfaat yang cukup
besar terhadap mandiri energi juga memberikan kelestarian lingkungan di
daerah Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam mengimplementasikan gagasan ini diperlukaan langkah
strategis. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pemantapan konsep EYANG
(Eco-Energy, Green Economy and Integrated Agriculture). Tahap kedua yaitu
melakukan kerjasama dengan pihak terkait seperti pihak swasta maupun
lembaga pemerintah. Tahap ketiga yaitu menggerakkan pihak-pihak terkait
dalam melaksanakan gagasan ini. Kemudian tahap terakhir yaitu memonitoring
dan evaluasi pelaksanaan gagasan serta pengembangan gagasan.
Jika gagasan ini terealisasikan dengan baik maka diprediksi mandiri
energi listrik di Kepulauan Bangka Belitung akan tercapai dan kelestarian
lingkungan khususnya limbah perkebunan dapat teratasi serta peningkatan
ekonomi masyarakat.
10

4. DAFTAR PUSTAKA

Agustina,F, Zahri,I,Yazid, M, Yunita. 2017. Strategy in Developing Good


Agriculture Practices ( GAP) in Bangka Regencyl of Bangka Belitung
Island Province.22(2) : 133-139. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Anindyawati, Trisanti. 2009. Prospek Enzim dan limbah Lignoselulosa untuk
Produksi Bioetanol. 44(1) : 49-56. Pusat penelitian Bioteknologi.
Cibinong.
Brunncswheller, Christa. 2008. Cursing the Blessings? Natural Resource
Abudance Institution, and Economic Growth. 36 : 399-419. Word
Development. United Kingdom.
Edfikar, Wahyu. 2017. Pemodelan Potensi Energi Terbarukan Angin dan
Surya untuk kawasan Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka
Belitung. Universitas. Gajah Mada. Yogyakarta.
Febriyanita, Wahyu. 2015. Pengembangan Biogas dalam Rangka Pemanfaatan
Energi Terbarukan di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Ma, Y, Cai, W and Liu,Y. 2017. An Integrated Engineering System for
Maximizing Bioenergy Production from Food Waste. Applied
Energy,206, 83-89. URL https://doi.org/10.1016/j.rser.2014.10.097
diakses pada tanggal 28 Desember 2020
Multika, A,S, Felta, A,W,Wachid,A. 2013. Penerapan Konsep Green Economy
dalam Pengembangan Desa Wisata Sebagai Upaya Mewujudkan
Pembangunan Berwawasan Lingkungan. 2(4) : 765-770. Universitas
Brawijaya. Malang.
Padil, Silvia, A, Yelmida. 2010. Penentuan Temperatur Terhadap Kemurnian
Selulosa α Batang Sawit Menggunakan Ekstrak Abu TKS.
Pengembangan dan Keberlanjutan Energi Indonesia, ISBN 978-602-
96729-0-9,2A07.
Soyusiawaty, D, Umar, R,Mantofani,R. 2007. Sistem Informasi Geografis
Objek Wisata Provinsi Kepulaun Bangka Belitung Berbasis Web.
Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Susmiati, Yuana. 2018. The Prospect of Bioethanol Production from
Agriculture Waste and Organic Waste. 7 : 67-80. Uiversitas
Brawijaya. Malang.
Tiurlina, M, P, Amanah, S, Tjotropranoto,P. 2016. Persepsi Petani Lada
Terhadap Diseminasi Teknologi Usahatani Lada di Bangka Belitung.
Pangkalpinang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan
Bangka Belitung.
Yudiyanto,T,Sunanda, W, Asmar. 2017. Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TAHUN 2017-2026. Universitas
Bangka Belitung. Bangka.
16

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Program Bidang
No Nama / NIM Studi Ilmu Alokasi Uraian
Waktu Tugas
(jam/minggu)
1 Ahmad Sobirin Teknik Teknik Pembuatan
Lingkungan Lingkungan 24 konsep dan
jam/minggu pencetus ide
EYANG
2 Muh.Alif Teknik Teknik Mengemban
Fathur Rahman Perminyakan Perminyakan 20 gkan konsep
jam/minggu dan
pemikiran
3 Muhammad Teknik Teknik Pengkajian
Alif Yulian Lingkungan Lingkungan 20 dan
jam/minggu pencarian
data
17

L.\MPIRAN 4. Sunt Pemy1ta1n Ketua Pelakuna

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :AhmadSobirin
NIM : 114190031
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fal'1!1tas : Teknologi Mineral

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-GT saya dengan juduJ EYANG
(Eco-Energy, Green Economiy and lnlegrated Agriculiure) : Penggerak Pintar
dalam Mewujudkan Bangka Belitung sebagai Kepulauan Ramah Lingkungan
yang diusulkan untuk tahun anggaran 2021 adalah asli karya kami dan belum
pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pemyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar­


benarnya
Pangkalpinang, 22 Februari 2021
Yang menyatakan,

80ABDAJX010845484

< Ahmad Sobirin}


NIM.114 I 9003 l

Anda mungkin juga menyukai