Anda di halaman 1dari 93

1

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGRUHI USAHA TANI


UBIKAYU DI DESA BANDAR PUTIH KECAMATAN
KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(PROPOSAL)

Oleh:
G.AMRU ATHA TABAH
NPM 1954201002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERTERNAKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
LAMPUNG UTRA
2023
2

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori.................................................................................................
2.1.1 Usaha tani ubi kayu................................................................................
2.1.2 Teori Produksi...................................................................................
2.1.3 Teori Biaya.........................................................................................
2.1.4 Teori Pendapatan Usaha tani...........................................................
2.1.5 Teori Regresi Berganda..................................................................
2.1.6 Penelitian Terdahulu........................................................................
2.1.7 Kerangka Berfikir........................................................................
2.1.8 Hipotensis ...................................................................................

III. METODE PENELITIAN


3.1.1 Metode Penelitian...........................................................................
3.1.2 Konsep Dasar Dan Definsi Opersional...........................................
3.1.3 Lokasi Penelitian,Responden dan Waktu Penelitian.............................
3.1.4 Jenis data dan Pengumpulan data
3.1.5 Metode Analisis data.................................................................
A) Analisis Pendapatan Usaha tani...............................................................
B) Analisis Regresi Berganda.....................................................................
C) Analisis Produksi..................................................................................
D) Analisi Biaya..........................................................................................
3

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Jumlah Produksi Ubi kayu di Indonesia Tahun 2018-


2022..........................................................................................................
Tabel 2. Luas Lahan Usahatani ubi kayu di Indonesia Tahun 2018-
2022........................................................................................................
Tabel 3.Produktivitas ubi kayu di Indonesia Tahun 2018-
2022.....................................................................................................
Tabel 4 .Luas Produksi dan Luas lahan ubi kayu Kabupaten Lampung
Tahun 2021.........................................................................................
Tabel 5. Luas Panen,Luas Produksi dan Produktivitas Ubi kayu Kecamatan
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020..............................................
Tabel 6 .luas lahan dan luas Produksi kecamtan Kotabumi Selatan per Desa tahun
2020.....................................................................................................
Tabel 7 Jumlah petani ubikayu di Desa Bandar Putih Kecamtan Kotabumi Selatan
Pada Tahun 2023................................................................................
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam melimpah dan

memiliki tanah yang cukup subur serta cocok untuk ditanam berbagai macam

tanaman. Salah satu tanaman yang cocok ditanam di Indonesia yaitu tanaman

umbi-umbian. Tanaman umbi-umbian dapat dijadikan pengganti makanan pokok

masyarakat Indonesia yaitu beras atau nasi. Hal ini dikarenakan tanaman umbi-

umbian memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu salah satunya adalah

ubi kayu atau singkong atau ketela pohon. Ubi kayu merupakan komoditas yang

dijadikan alternatif kedua setelah jagung untuk menggantikan makanan pokok

masyarakat Indonesia (Anggraesi, 2019).

Menurut Amri (2011), ubi kayu merupakan komoditas yang dapat dijadikan

pengganti makanan pokok dan juga dapat dijadikan bahan industri seperti

dijadikan tepung tapioka, onggok (pakan sapi), kripik, kelanting dan kue-kue

tradisional. Ubi kayu adalah merupakan komoditas tanaman pangan yang sebagai

komoditas penghasilan sumber bahan pangan karbohidrat dan bahan baku

industri makanan, kimia, dan pakan ternak. Komoditi ubi kayu juga merupakan

salah satu komuditas tanaman pangan yang menghasilkan produksi devisa negara

melalui tahap ekspor dalam bentuk gaplek atau chip yang merupakan sebagai aset

berharga dan perlu dijaga kelestariannya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

sesuatu pengembangan
5

ekspor dalam bentuk produk gaplek atau chip yang merupakan aset berharga dan

perlu dijaga kelestariannya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan

ekspor pada masa-masa selanjutnya, Prospek untuk tanaman ubi kayu ke depan di

Indonesia sangatlah baik karena tanaman ubi kayu ataupun degan nama lain

masyarakat menyebutkan dengan nama singkong merupakan bahan makanan

potensi masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri.

Berdasarkan hasil potensi fisikyang seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya

manusia dan tingkat adaptasi teknologi maka dari pada tanaman ubi kayu dapat

dibudidayakan di berbagai daerah terutama di Indonesia. Terdapat lima provinsi

teratas yang menghasilkan produksi ubi kayu merupakan sentra produksi ubi kayu

yang terbesar di Indonesia, Aceh,Lampung, Sumatera Barat, Riau dan Jambi

yang berdasarkan data yang di peroleh Badan Pusat Statistika dari Tahun 2018-

2022.

Tabel 1.Jumlah Produksi Ubi kayu di Indonesia Tahun 2018-2022


No Provinsi 2018(Ton) 2019(Ton) 2020(Ton) 2021(Ton) 2022(Ton)
1 Aceh 30.139 40.880 44.535 48.129 25.440
2 Lampung 5.016.790 5.438.850 5.820.831 5.643.185 5.941.823
3 Sumatera Barat 184.353 184.353 153.389 153.389 154.100
4 Riau 92.701 141.646 124.703 100.623 68.717
5 Jambi 64.061 67.474 58.282 49.714 45.931

Sumber:Badan Pusat Statistik Pertanian 2022

Berdasarkan data yang ada pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa menyatakan

Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan produksi ubi kayu yang terbesar

di Indonesia sehingga Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama ubi

kayu di Indonesia. Provinsi Lampung mengalami penurunan hasil produksi pada


6

tahun 2018 menjadi 5.016.790 ton sedangkan ditahun berikut yaitu tahun

2019,2020,2021,2022

kembali mengalami kenaikan produksi ubi kayu dalam fase selama 4 tahun yaitu

menjadi 5.941.823 ton .perubahan produksi ubi kayu tersebut disebabkan oleh dua

faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan maupun

peningkatan produksi misalnya luas lahan, bibit, pupuk baik pupuk cair atau

padat, pestisida dan tenaga kerja.

Luas lahan merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam pertanian

karena tanah merupakan tempat dimana usaha tani dapat dilakukan dan tempat

menghasilkan produksi yang dikeluarkan dikarena tanah tempat sebagai tumbuh

tanaman. Tanah memiliki sifat yang tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu

luas relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga akan

menghasilkan sifatnya langka ( Mubyarto, 1989:89.)

Luas lahan adalah dalam usahatani ubi kayu pada Provinsi Lampung cukup luas,

menurut Badan Pusat Statistika luas lahan usahatani ubi kayu di Lampung dan di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2


7

Tabel 2. Luas Lahan Produksi Usahatani ubi kayu di Indonesia Tahun 2018- 2022

NO Provinsi 2018(Ha) 2019(Ha) 2020(Ha) 2021(Ha) 2022(Ha)


1 Aceh 1.295 1.052 1.190 1.260 1.009
2 Lampung 211.753 200.025 230.451 222.746 208.192
3 Sumatera Barat 4.957 3.903 3.641 3.462 3.190
4 Riau 3.330 4.167 4.123 3.425 2.485
5 Jambi 2.062 1.822 1.842 1.525 1.272

Sumber: Badan Pusat Statistik 2022


Berdasarkan hasil Tabel 2 luas lahan usahatani ubi kayu yang berada pada lima

Provinsi Lampung dan urutan kedua di posisikan oleh provinsi Aceh .Luas lahan

usahatani ubi kayu di provinsi lampung selama lima tahun dengan luas sebesar

211.753 ha pada tahun 2018 ,luas lahan 200.025 Ha pada tahun 2019, 230.451 ha

pada tahun 2020 , 222.746 ha pada tahun 2021 dan luas lahan sebesar 208.192 ha

pada tahun 2022

Bibit juga mempengaruhi produksi ubi kayu karena bibit merupakan faktor yang

harus ada dalam berusahatani ubi kayu, hasil produksi ubi kayu dipengaruhi jenis

bibit atau varietas bibit yang digunakan petani dalam berusahatani dan Pupuka

merupakan salah satu faktor utama dalam berusahatani ubi kayu dan pupuk yang

digunakan dalam usahatani ubi kayu berbagai macam baik pupuk cair maupun

pupuk padat, pupuk juga yang biasa digunakan oleh petani untuk usahatani ubi

kayu contohnya NPK, Urea, dan SP-36 dan juga.pupuk berperan membantu

proses produksi ubi kayu agar tumbuh dengan maksimal dan menghasilkan

produksi yang maksimal juga, pestisida merupakan zat kimia yang digunakan

untuk membasmi hama maupun penyakit pada ubi kayu ataupun Hal ini

dilakukan agar tanaman ubi kayu tidak terserang hama dan penyakit pengganggu

laju pertumbuhan dan hasil produksi ubi kayu.


8

Menurut Mosher (1968), petani termasuk tenaga kerja yang berperan sebagai

manajer, juru tani, dan manusia biasa yang hidup di dalam masyarakat, Petani

dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga (labor) saja, tetapi juga

adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara

keseluruhan.

Faktor eksternal misalnya pendidikan petani, umur petani, pengalaman bertani,

pengetahuan petani dan keikutsertaan petani dalam kelompok petani. Sebagian

besar pendidikan petani di Indonesia maupun di Lampung adalah tamatan SD dan

SMPdan hal ini mempengaruhi pengetahuan petani dalam berusahatani ubi kayu.

Pengalaman bertani juga mempengaruhi produksi ubi kayu, semakin lama petani

berusahatani ubi kayu maka akan banyak pengalaman dan pengetahuan yang

sering terjadi pada usahatani ubi kayu (Anggraesi, 2019).

Faktor internal maupun eksternal dalam usahatani ubi kayu akan mempengaruhi

menghasilkan produksi dan juga produktivitas ubikayu. Produktivitas yang ada di

Provinsi Lampung masih rendah dengan Sumatera Barat dapat dilihat dari tabel

Tabel 3.Produktivitas ubi kayu di Indonesia Tahun 2018-2022


no Provinsi 2018 Ton/Ha 2019 Ton/Ha 2020 Ton/Ha 2021 Ton/Ha 2022 Ton/Ha
1 Aceh 23,28 38,85 37,42 38,2 25,22
2 Lampung 23,69 27,19 25,26 25,33 28,54
3 Sumatra Barat 37,19 46,51 42,13 42,13 48,3
4 Riau 27,84 33,99 30,25 29,38 27,65
5 Jambi 31,07 37,03 31,64 32,61 36,10

Sumber: Sumber: Badan Pusat Statistik 2022


9

Berdasarkan hasil Tabel 3 dapat dilihat menyatakan bahwa produktivitas ubi kayu

Provinsi Lampung rendah dibandingkan Sumatera Barat sedangkan produksi

Provinsi Lampung lebih besar dari pada Provinsi Sumatera Barat .Provinsi

Lampung pada saat mengalami peningkatan Produktivitas selama lima tahun

belakangan ini dari tahun 2018-2022 , Provinsi Lampung memiliki produksi yang

besar tetapi memiliki produktivitas yang rendah.

Faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi produksi dan pendapatan

usahatani ubi kayu. Pendapatan yang tinggi merupakan salah satu alasan utama

petani dalam melakukan menghasilkan produksi, akan tetapi tingkat pendapatan

usahatani juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi dalam berusahatani.

Struktur Biaya adalah biaya mengacu pada berbagai jenis biaya yang dikeluarkan

bisnis dan biasanya terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya tetap adalah biaya

yang tetap tidak berubah terlepas dari jumlah output yang dihasilkan perusahaan,

sedangkan biaya variabel berubah seiring dengan volume produksi. Dengan

demikian, akan diperoleh selisih antara harga jual dan harga beli yang tinggi

sehingga pendapatan usahatani dapat meningkat (Hafsah, 2003).

Provinsi Lampung memiliki beberapa sentra produksi ubi kayu yaitu Kabupaten

Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Utara.

Kabupaten-kabupaten tersebut merupakan kabupaten terbesar yang memproduksi

ubi kayu di Provinsi Lampung salah satu sentra produksi komoditas ubi kayu di

Lampung yaitu Kabupaten Lampung Utara atau kotabumi. Lampung Utara sendiri

memiliki beberapa perusahaan atau pabrik ubi kayu jadi tidak salah jika Lampung
10

Utara merupakan salah satu sentra ubi kayu di Lampung . dan Kabupaten

Lampung Utara memiliki 23 kecamatan

Berdasarkan jumlah produksi dan luas lahan usaha ubi kayu ber dasarkan data

yang di nyatakan yang dirilis oleh badan statistik provinsi lampung tahun 2017

tentang perkembangan Luas lahan dan produksi tanaman ubi kayu tentang luas

lahan produksi per kabpaten lampung , dilihat dibawah tabel 4 di bawah ini

Tabel 4 Luas Produksi dan Luas lahan ubi kayu Kabupaten Lampung
Tahun 2021

no Kabupaten Luas lahan (Ha) Luas Produksi (Ha)


1 Lampung Barat 127 3.269
2 Tanggamus 165 4.058
3 Lampung Selatan 2.863 86.325
4 Lampung Timur 29.908 934.058
5 Lampung Tengah 77.308 2.208.519
6 Lampung Utara 39.426 1.039.335
7 Way Kanan 18.627 507.983
8 Tulang Bawang 27.410 577.999
9 Persawaran 2.476 92.915
10 Pringsewu 717 15.267
11 Mesuji 1.709 38.663
12 Tuba Barat 24.756 679.558
13 Persisir Barat 149 4.016
14 Bandar Lampung 53 1.522
15 Metro 41 1.114
Total Lampung 22.465 6.194.601

Sumber : Dinas pertanian Lampung Utara tahun 2021


Berdasarkan Tabel 4 diatas menjunkan bahwa jumlah produksi ubi kayu di

provinsi Lampung tahun 2021 mencapai 6.194.601 ton dengan luas lahan

tanaman mencapai 225,465 ha hasil produksi mengalami peningkatan apabila di

bandingkan dengan tahun 2020 dengan jumlah produksi sebesar 5.846.981 ton
11

dengan luas lahan mencapai 22.170 ha .kabupaten lampung utara berada di

peringkat ke 5 setelah Kabupaten Lampung Timur,Lampung Barat,Lampung

Selatan dan Lampung Tengah sebagai penyupalai ubi kayu terbanyak di provinsi

lampung dengan produksi ubi kayu sebesar 95.279 ton pertahun dengan luas

panen lahan 39.769 sehingga Kabupaten Lampung utara sangat cocok untuk

budidaya tanaman ubi kayu ada pun tabel 5 menjelaskan luas panen ,luas

produksi dan produktivitas ubi kecamatan kabupaten lampung utara dilihat tabel

dibawa

Tabel 5 Luas Panen,Luas Produksi dan Produktivitas Ubi kayu Kecamatan


Kabupaten Lampung Utara Tahun 2020
No Kecamatan Luas Panen (Ha) Luas Produksi (Ton) Luas Produktivitas (Ha)
1 Bukit Kemuning 379 9,12 243,04
2 Abung Tinggi 1,808 43,942 243,04
3 Tanjung Raja 312 8,831 283,04
4 Abung Barat 1,109 26,953 243,04
5 Abung Tengah 1,505 39,588 263,04
6 Abung Kunang 654 11,806 183,04
7 Abung Perkurun 110 2,103 183,04
8 Kotabumi 351 7,829 223,04
9 Kotabumi Utara 2,179 59,495 273,04
10 Kotabumi Selatan 400 10,722 268,04
11 Abung Selatan 1,994 56,438 283,04
12 Abung Semuli 1,226 35,927 293,04
13 Blambangan Pagar 9,322 263,850 283,04
14 Abung Timur 2,395 70,183 283,04
15 Abung Surakarta 5,259 154,110 293,04
16 Sungkai Selatan 1,115 30,444 293,04
17 Muara Sungkai 1,165 31,809 273,04
18 Bunga Mayang 360 9,649 268,04
19 Sungkai Barat 925 25,719 278,04
20 Sungkai Jaya 2,653 69,785 263,04
21 Sungkai Utara 3,176 85,130 268,,04
22 Hulu Sungkai 124 3,485 281,04
23 Sungkai Tengah 855 23,345 273,05

Sumber:Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Utara Tahun 2022


12

Berdasarkan hasil Tabel 5 menjelaskan bahwa kotabumi selatan mempunyai luas

panen di kotabumi selatan adalah 400 ha dengarn nomor urutan ke 15 setelah

nomor dari kecamatan abung kunang ,luas produksi ubi kayu dikecamatan

kotabumi selatan adalah 10,722 ton dan luas produktivitas adalah 268.04 dengan

urutan ke lima ,kecamatan kotabumi selatan memiliki luas panen dan luas

produksi yang tinggi dengan nomor uratan ke 15 ,akan tetapi luas produktivitas

Kotabumi selatan memiliki urutan ke 5 dari urutan pertama Sungkai

Selatan,kedua Blambangan Pagar, ketiga Sungakai Barat ,ke empat Sungakai

Tengah dan kelima Kotabumi Selatan ,oleh kerena itu saya mengambil penelitian

ini di kecamatan kotabumi selatan dikerenakan luas panen dan luas produktivitas

nya besar dengan nomor urutan 15 luas panen dan luas produktivitas nomor

urutan ke 5 di kecamatan kabupaten lampung utara

Kotabumi Selatan adalah Kecamatan di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi

Lampung, Indonesia dengan pusat kecamatan di Desa Mulang maya ,kecamatan

ini merupakan hasil pemekaran Kecamatan Kotabumi dan beberapa kelurahan di

wilayahnya bersinggungan langsung dengan pusat perkotaan di Kecamatan

Kotabumi,Kecamatan Kotabumi Selatan memiliki tujuh desa yaitu :Desa Taman

jaya,Jerangkang,Way Medan,Bandar Putih,Karang Agung,Curup Guruh Ke

Agungan,Mulang Mayang ,Kota Alam,Kelapa Tujuh,Tanjung Aman ,Tanjung

Senang,Tanjung Harapan,AlamJaya,Sinar Mas Alam .


13

Salah satu adalah Desa Bandar Putih masuk dalam wilayah yang memiliki luas

lahan sebesar 10.422 ha dan desa bandar putih luas wilayah 1.438 ha dan desa ini

teletak kurang lebih dari 4 km sebelah timur dan sebelah ibu kota kecamtan 12 km

sebelah barat daya kabupaten,adapun tabel 6 dibawah yang akan menjelaskan

tenntang luas lahan dan produksi ubi kayu di desa kecamatan kotabumi selatan

kabupaten lampung utara.

Tabel 6 luas lahan dan luas Produksi kecamtan Kotabumi Selatan per Desa tahun
2020

no Desa Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)


1 Taman Jaya 40 24.322
2 Jerangkang 20 12.161
3 Way Medan 15 22.321
4 Bandar Putih 150 36.486
5 Karang Agung 80 72.966
6 Curup Guruh Ke agungan 25 60.805
7 Mulang Mayang 31 20.122
8 Kota Alam 0 0
9 Kelapa Tujuh 50 12.16
10 Tanjung Aman 0 0
11 Tanjung Senang 19 72.966
12 Tanjung Harapan 12 36.483
13 Alam Jaya 30 72.966
14 Sinar Mas Alam 22 121.161
Total 494 564,919
Sumber:Badan Statistik Lampung Utara 2022
Berdasarkan Tabel 6 menjelaskan bahwa Kotabumi Selatan memiliki empat belas

desa yaitu Desa Taman jaya,jerangkang,Way Medan,Bandar Putih ,Karang

Agung,Curup Guruh Keagungan,Mulang Mayang,Kota Alam,Kelapa

Tujuh,Tanjung Aman,Tanjung Senang,Tanjung Harapan,Alam Jaya,Sinar Mas

Alam salah satu yaitu Desa Bandar Putih dengan luas lahan 150 ha yang terluas

dari kempat belas desa tersebut dan produksi desa bandar putih menghasilkan
14

36,485 ton pertahun pada tahun 2020 ,akan tetapi desa bandar putih memiliki luas

lahan dengan nomor urutan pertama dan urutan kedua adalah desa karang agung

dan juga produksi ubi kayu desa bandar putih menepati nomor uruta ke empat

yang urutan pertama yaitu desa sinar mas alam ,kedua karang agung dan tanjung

seng,ketiga curup guruh keagungan dan urutan ke empat adalah desa bandar putih

dan tanjung harapan ,dan total dari luas lahan dan produksi ubi kayu di desa

kecamtan kotabumi selatan adalah 494 ha luas lahan dan 564,919 produksi di

desa kecaamtan kotabumi selatan .

Berdasarkan keterangan di Kecamatan Kotabumi Selatan di Desa Bandar Putih

harga ubi kayu mengalami fluktuasi sehingga berpengaruh pada pendapatan

usahatani ubi kayu di Kecamatan Kotabumi Selatan. Pendapatan yang tinggi

merupakan salah satu alasan utama petani dalam melakukan produksi, namun

tingkat pendapatan usahatani juga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi.

Penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani akan mempengaruhi

pendapatan usahatani ubi kayu tersebut. Semakin besar hasil produksi usahatani

maka akan semakin besar penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani.

Penggunaan faktor-faktor produksi akan berpengaruh terhadap biaya produksi

usahatani. Biaya produksi usahatani akan berpengaruh pada pendapatan

usahatani.menurut Skousen, Stice dan Stice Pendapatan yaitu suatu arus masuk

atau penyelesaian kewajiban atau kombinasi keduannya dari pengiriman atau

produksi barang, memberikan jasa atau melakukan kegiatan lainnya yang

merupakan kegiatan utama atau kegiatan centra yang sedang berlangsung Oleh

karena itu, perlu ditelaah lagi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi


15

produksi ubi kayu dan pendapatan usahatani ubi kayu di kecamatan kotabumi

selatan

Menurut Balai Penyuluhan pertanan di Kotabumi Selatan pada tahun 2022 adalah

sektor usaha tani di desa bandar putih yaitu ubi kayu dengan luas tanaman 654 ha

dan luas panen area adalah 560 dan produksinya adalah 26,44 ton ,produksi dan

produktivitas usahatani ubi kayu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal

dan faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan maupun

peningkatan produksi misalnya luas lahan ,penggunan bibit,pupuk,pestisida dan

tenaga kerja.hal ini dapat mengakibatkan produksi usahatani tersebut tidak dapat

berada di daerah rasional oleh kerena itu di perlukan dan peting untuk

menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu di desa bandar

putih kecamatan kotabumi selatan.

1.2.Rumusan Masalah

1. Faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu

Kecamtan Kotabumi Selatan di Desa Bandar Putih ?

2. Bagaimanakah pendapatan usahatani ubi kayu Kecamtan Kotabumi

Selatan di Desa Bandar Putih ?


16

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis Faktor –faktor ubi kayu di Kecamatan Kotabumi Selatan di

Desa Bandar Putih ?

2. Menganalisis pendapatan produksi ubi kayu di Kecamtan Kotabumi

Selatan di Desa Bandar Putih ?

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan refensi untuk Penelitian selanjutnya

2. Sebagai informasi dan pertimbagan dalam menentukan kebijakan yang

berkaitan dengan penegembangan usaha tani ubi kayu

3. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya

meningkatan produksi dan pendapatan usahatani ubi kayu


17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Usaha tani Ubi kayu

Menurut Syarief dan Irawati (1988), ubi kayu dapat menghasilkan umbi setelah

tanaman berumur 6 bulan. Saat tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan

umbi basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan atau penyakit yang biasa timbul pada

ubi kayu adalah warna hitam yang disebabkan oleh aktivitas enzim polyphenolase

atau biasa disebut dengan kepoyoan. Terdapat pedoman usahatani ubi kayu yang

harus dipenuhi agar usahatani ubi kayu berjalan dengan baik adalah sebagai

berikut :

1) Iklim

Faktor iklim harus diperhatikan dalam pertanian ubi kayu. Curah hujan yang

baik untuk bertanam ubi kayu adalah 750 sampai 1.000 mm/thn. Tinggi

tempat untuk bertanam adalah 0 sampai 1.500 m dpl dengan suhu 25 sampai

28 derajat Celsius.

2) Tekstur dan Struktur Tanah

Selain faktor iklim, keadaan tanah juga perlu diperhatikan. Tekstur tanah yang

baik untuk bertanam ubi kayu adalah tanah berpasir hingga tanah liat. Ubi

kayu juga dapat tumbuh baik pada tanah lempung. Struktur tanah untuk
18

bertanam sebaiknya tanah gembur. Tingkat pH tanah ideal berada pada 4,5

atau optimalnya sampai dengan angka 5,8

3) Bibit

Ubi kayu dengan kualitas yang baik dapat dihassilkan dengan dilakukanya

pemilihan pembibitan yang baik pula bibit ubi kayu yang baik berasal dari

tanaman induk yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksud

adalah tingkat produksi ubi kayu tinggi, kadar tepung tinggi, serta tahan

terhadap hama dan penyakit. Ubi kayu ditanam dari stek batang yang juga

harus memenuhi syarat. Syarat batang ubi kayu untuk keperluan stek yang

siap ditanam :

I. Ubi kayu telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-3 cm; telah

berkayu, lurus dan masih segar.

II. Panjang stek 20-25 cm, bagian pangkal diruncingkan, agar

memudahkan penanaman, kulit stek sebaiknya tidak terkelupas,

terutama pada bakal tunas.

III. Bagian batang ubi kayu yang tidak dapat digunakan untuk ditanam

adalah 15 sampai 20cm pada bagian pangkal batang dan 20 sampai

25 cm pada bagian ujung atau pucuk tanaman.

4) Varietas Ubi kayu

Jenis varietas ubi kayu beragam dapat diklasifikasikan berdasarkan warna

daging, rasa daging dan besar kadar racun sianida dalam ubi kayu. Umur

panen juga dapat diklasifikasikan sebagai varietas ubi kayu. Hal ini
19

dikarenakan dibeberapa daerah di Provinsi Lampung mengenal varietas

Ubi Kayu Cassesart Varietas ubi kayu Cassesart dapat dipanen mencapai

umur 9 bulan

5) Pengolahan Tanah

Tanah yang akan digunakan untuk tempat budidaya ubi kayu harus diolah

dengan baik. Waktu pengolahan tanah sebaiknya pada saat tanah tidak

dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak.

Pengolahan tanah bertujuan untuk menjaga agar tanah menjadi gembur

sehingga akar dan umbi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Cara

pengolahan tanah untuk penanaman ubi kayu adalah

Tanah ringan atau gembur: tanah dibajak atau dicangkul 1 sampai 2 kali

sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan kemudian langsung ditanami.

Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau dicangkul 1 sampai 2 kali

sedalam kurang lebih 20 cm, dibuat bedengan-bedengan atau guludan juga

dibuat saluran drainase, kemudian tanah baru dapat ditanami

6) Penaman

Teknik bertanam ubi kayu juga sangat mempengaruhi keberhasilan

budidaya ubi kayu. Penanaman ubi kayu dapat dilakukan setelah bibit dan

tanah disiapkan. Waktu yang baik untuk penanaman adalah pada

permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan ubi kayu memerlukan air

terutama pada pertumbuhan vegetatif, yaitu selama umur 4 sampai 5 bulan

pertama, selanjutnya kebutuhan akan air relatif lebih sedikit. Guna


20

menghindari persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara,

perlu diperhatikan jarak tanam. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman ubi

kayu secara monokultur adalah 100 cm x 100 cm; 100 x 60 atau 100 x 40,

sedangkan jarak tanam yang ideal untuk ubi kayu pola tumpang sari

adalah 200 x 60 cm (untuk ubi kayu dengan kacang tanah), serta 100 x 60

cm (untuk ubi kayu dengan jagung). Cara menanam ubi kayu dianjurkan

stek tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60 derajat dengan tanah

dan kedalaman stek 10-15 cm.

7) Pemupukan

Tanaman ubi kayu perlu diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos

dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (Urea, KCl, SP-36). Pupuk organik

sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama

pemberian pupuk ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk

anorganik diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah. Umumnya dosis

pupuk anorganik anjuran untuk tanaman ubi kayu adalah: Urea 200-250

kg/ha, KCl: 150 kg/ha, SP-36: 100 kg/ha sedangkan cara pemberian pupuk

adalah :

a) Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCl, dan seluruh dosis SP-36

diberikan pada saat tanam

b) Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCl diberikan pada

saat tanaman berumur 3-4 bulan.


21

8) Pemeliharan

Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang

sehat, baik, seragam dan memperoleh hasil yang optimal sehingga

memiliki nilai ekonomis yang baik. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam

pemeliharaan ubi kayu meliputi

A) Penyulaman

Apabila ada tanaman ubi kayu yang mati harus segera dilakukan

penyulaman. Waktu untuk penyulaman adalah paling lambat lima

minggu setelah tanam, agar tidak terlalu jauh dengan yang

sebelumnya.

B) Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan penting dilakukan untuk mencegah pembagian unsur

hara antara tanaman dengan gulma (tanaman pengganggu).

Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma.

Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2 sampai

3 bulan, sekaligus dengan melakukan pembumbunan.

Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah

sehingga ubi kayu dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh

tanaman supaya tidak rebah.


22

C) Pembungan Tunas

Tunas yang terlalu banyak akan mengganggu pertumbuhan ubi

kayu. Oleh karena itu perlu dilakukan pembuangan tunas.

Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai

1,5 bulan, apabila dalam satu tanaman tumbuh lebih dari dua tunas.

D) Hama dan Penyakit

Hama penting bagi tanaman ubi kayu adalah tungau daun merah

dan kumbang, sedangkan penyakit yang sering menyerang ubi

kayu adalah layu bakteri dan bercak daun. Guna mengendalikan

serangan hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu dilakukan

beberapa hal, antara lain; sanitasi lapang setelah panen (membakar

sisa tanaman), menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan

penyakit, pengolahan tanah secara sempurna, serta pergiliran

tanaman dengan palawija atau tanaman lainnya

9) Panen

Panen merupakan pekerjaan akhir dari Budidaya tanaman (bercocok

tanam).Tapi panen merupakan awal dari pengerjaan pasca panen,yaitu

melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran, sedangkan

penanganan pasca panen adalah tindakan yang di siapkan atau di lakukan

pada tanaman pasca panen agar hasil pasca panen siap dan aman di

gunakan oleh konsumen atau di olah lebih lanjut. Hasil panen

dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau

oleh angkutan (Mutiarawati, 2007).


23

2.1.2 Teori produksi

Produksi adalah penciptaan atau penambah faedah bentuk, waktu dan tempat atas

faktor-faktor produksi(Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo ,1993:1) produksi

mengalami suatu pengubahan aktor-faktror produksi (input) menjadi barang atau

jasa. Hubungan antara hasil produksi (output) dengan faktor– faktor produksi

input disebut sebagai fungsi produksi. Faktor-faktor produksi yaitu semua

korbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa (output) yang

diperlukan oleh manusia. Hubungan fisik antara input dan output disebut fungsi

produksi. Dalam hubungan ini dikenal sebuah hukum yang disebut hukum

kenaikan hasil yang semakin berkurang (law of deminishing return), yaitu jika

satu faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus menerus

pada sejumlah faktor produksi yang tepat akhirnya akan dicapai suatu keadaan

dimana setiap penambahan produksi yang besarnya semakin berkurang beberapa

peubah yang ada didalam teori produksi adalah produk total (PT), produk rata-rata

(PR), dan produk marginal (PM).

Produksi Total (PT) adalah jumlah total produksi yang dihasilkan dengan

menggunakan semua faktor-faktor produksi selama periode waku tertentu, produk

rata-rata (PR) adalah produk total persatuan faktor produksi variabel atau dapat

dibilang produk total dibagi variabel. Produk Margin (PM) adalah perubahan

produk total sebagai akibat dari tambahan satu - satuan faktor variabel. Perubahan

yang relatif dari produk yang dihasilkan disebabkan oleh perubahan relatif faktor

produksi disebut sebagai elastisitas produksi (EP). Secara matematis elastisitas

produksi dapat dituliskan sebagai berikut :


24

dy / y
EP=
dx / X
dy x
EP= x
dx y
Pm
EP=
PR
Keterangan :
PM=Produk Marginal
PR=Produk Rata –rata
Hubungan antara produk total (PT), produk rata-rata (PR), prduk marjinal (PM)

dan elastisitas produksi dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 berdasarkan

nilai elastisitas produksi, terdapat tiga kemungkinan daerah produksi yang

meliputi daerah rasional (0<Ep<1) dan daerah irrasional (Ep>1 atau Ep<0). Tiga

kemungkinan nilai elastisitas produksi tersebut adalah :

I. Daerah I didapatkan nilai Ep > 1, pada daerah tersebut nilai PM berada

diatas nilai PR. Daerah I adalah yang tidak rasional, karena dalam

daerah ini penambahan faktor sebesar 1% akan menyebabkan

penambahan output lebih dari 1%. Seorang pengusaha atau petani di

dalam daerah ini akan menambah penggunaan faktor produksi untuk

memperbesar output dan meningkatkan keuntungannya.

II. Daerah II dengan 0 < Ep<1 (daerah rasional )

Daerah II didapatkan nilai 0 < Ep 1 ,pada daerah tersebut nilai PM

berada di bawah nilai PR.Daerah rasional ,kerena dalam dareah

ini ,penambahan produksi paling tinggi 1% dan paling rendah 0 .pada


25

suatu tingkat tertentu dari pengunan faktor di daerah ini memberikan

keuntungan yang maksimal

III. Daerah III dengan Ep< 0(daerah irrasional)

Daerah III didapatkan nilai Ep< 0,pada daerah tersebut PM ternilai

negatif dan berada di bawah nilai PR.Daerah ini menujukan

penambahan faktor yang menyebabkan penurunan jumlah ouput


26

2.1.3 Teori Biaya

Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi

suatu barang. Menurut Soekartawi (2006:56) biaya dalam usahatani dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan

terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani tinggi ataupun rendah,

dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tergantung pada besarnya tingkat

produksi. Biaya tetap (fixed cost) dapat dihitung dengan formula berikut ini:

∑ n=1Xi pxi............................................................(1)
i

Keterangan :
FC = Biaya tetap
Xi= Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya teta
27

Pxi = Harga input


N= Macam input

Jika dalam penelitian nilai biaya tetap tidak dapat dihitung dengan formula di atas,

maka nilai biaya tetap bisa langsung ditetapkan berdasarkan hasil observasi

lapangan yang dilakukan. Formula di atas juga dapat digunakan untuk

menghitung biaya variabel. Sehingga biaya total (total cost) dapat dihitung dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Biaya Total
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Tidak Tetap.

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: biaya total (Total Cost), biaya

tetap total (Total Fixed Cost) dan biaya variabel total (Total Variabel Cost).

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan untuk menghasilkan

output tertentu, biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan berubah meskipun

tingkat output berubah, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang akan berubah

apabila tingkat output berubah (Joesron, 2003:124). Secara matematis hubungan

biaya total, biaya tetap, dan biaya variabel dapat dituliskan sebagai berikut:

TC=TFC+TVC

Keterangan:
TC = biaya total (Total Cost)
TFC = biaya tetap total (Total Fix Cost)
TVC = biaya variabel total (Total Variable Cost)

TC, TFC, TVC

TC

C TV
28

Gambar Kurva Biaya Tetap,Biaya Variabel Dan Biaya Tetap

2.1.4 Teori Pendapatan Usaha tani

Pendapatan usahatani digambarkan sebagai sisa pengurangan nilai-nilai

penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan, yang mana penerimaan

adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga produk, sedangkan

pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan

lain-lain yang diperlukan atau dibebankan kepada proses produksi yang

bersangkutan (Tjakrawiralaksana, 1983).

Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan tingkat keberhasilan

suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang

dibuat Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih penerimaan dengan

semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut:

π = TR−TC = (Y.Py) − (ΣXi.Pxi + BTT)..................................................(2)


Keterangan :
π = Keuntungan (pendapatan)
TR= Penerimaan total
TC= Biaya total
Y= Hasil produksi (kg)
Py=Harga hasil produksi (Rp)
X1=Faktor produksi variabel ke –i (1,2,3,4.n)
Px1=Harga faktor produksi vaiabel ke –i (Rp/satuan )
BTT= Biaya tetap total
Menurut Rahim dan Hastuti (2008) analisis Return Cost Ratio (R/C) adalah

perbandingan (nisbah) antara penerimaan produksi dan biaya produksi,

dirumuskan sebagai berikut:

R/C = TR/TC
29

Keterangan:
R/c=Penerimaan dibagi dengan biaya
TR= Penerimaan total
TC= Biaya tota

Kriteria pengambilan keputusan :

A. Jika R/C <1 , maka usahatani yang dilakukan belum menguntungkan.

B. Jika R/C >1 , maka usahatani yang dilakukan merugikan

C. Jika R/C = 1 , maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

2.1.5 Teori Regresi Berganda

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani ubi kayu:

pengalaman (X1), biaya tenaga kerja luar keluarga (X2), biaya pupuk (X3), biaya

pestisida (X4), jumlah produksi (X5), harga jual (X6) dan kepemilikan lahan

(variabel dummy : milik sendiri = 1, bukan milik sendiri (sewa, sakap) = 0) (D 1).

Berdasarkan faktor-faktor di atas maka dapat dianalisis menggunakan metode

analisis regresi linear berganda. Secara matematis rumus regresi linear berganda

dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + b1X1 +b2 X2+ b3 X3 +……+ b6X6+ d1D1+e


Keterangan :
Y:Pendapatan usaha ubi kayu
X1:Pengalaman (Tahun)
30

X2:Biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp./musim tanam)


X3:Biaya pupuk(Rp/.musim tanam)
X4:Biaya pestisida(Rp/.musim tanam)
X5:Jumlah Produksi (Kg/.musim tanam)
X6:Harga jual(Rp./kg/musim tanam)
D1:Jenis kepemilikan lahan
a: Koefisien konstanta
e:Erorr

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang diperlukan sebagai bahan

acuan dan referensi untuk membandingkan penelitian yang baru dengan penelitian

yang sebelumnya. Penelitian terdahulu mempermudah pengumpulan informasi

dan metode analisis yang akan digunakan terkait pengolahan data. Penelitian ini

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi kayu dan pendapatan

usahatani ubi kayu di kecamatan kotabumi selatan di desa bandar putih.kajian

penelitian dahulu dilihat pada tabel nomor 4

Penelitian Terdahulu

N0 Judul Penelitian dan Metode Penelitian Hasil Penelitian


Pengarang
31

1 Judul:Efisiensi faktor – Analisis fungsi Penggunan faktor-


faktorproduksi usahatani stokastik frontiner faktor produksi
ubikayu kabupaten pati pada usahatani
Pengarang:Fadli Bowo ubikayu
(2018) dikabupaten pati
belum tercapai
efisiensi harga dan
efisiensi ekonomi
2 Judul Analisis Usahatani Analisis pendapatan Peneriman rata-rata
pendapatan Ubi jalar dan usahatani R/C ratio yang di peroleh
keragaman penyuluhan petani sampel
kelompok tani adalah
Pengarang :Novitadarina Rp.9.850.000 per
(2017) hektar dengan
pendapatan atas
biaya tunai sebesar
Rp 5.675.000 per
hektar
3 Judul :Analisis usahatani Analisis pendapatan Di peroleh
ubikayu verietas gajah R/C ratio pendapatan
desa bukit kabupaten sebesar Rp
bulelang 31.628.876 ha per
Pengarang:Mardika
satu kali musim
rantau (2017)
tanam

4 Judul:Analisis Analisis Peneriman


Pendapatan Usahatani penerimaan pendapatan usaha
Ubikayu pada lahan sub TR=pxQ dan tadi yang di terima
optimal di kecamatan pendapatan TR-TC adalah 26.890.000
Binogko kabupaten perheaktar persatu
Wakatobi kali tanam
Pengarang :Limi (2019) permusim
5 Judul:pendapatan dan Analisis pendapatan Pendapatan rata-
kesejahteran rumah ubikayu dan rata petani
tangga petani ubikayu pengukuran tingkat singkong
dikecamatan sukadna kesejahteran rumah berdasarkan biaya
tangga
kabupaten lampung tunai dan biaya
timur total adalah Rp
Pengarang; lestari 21.931.956,9 per
(2014) tahun

6 Judul:Analisis Analisi fungsi Pendapatan usaha


produksi dan cobbdouglas dan tani ubikayu di desa
pendapatan usahatani pendapatan blambangan pagar
Ubikayu dikecamatan pertahun adalah
sebesar 30.769.000
Blambanganpagar
32

kabupaten Lampung pertahun sekali


utara tanam permusim
Pengarang :Eristina
(2021)
7 Judul:Strategi Analisi pendapatan Pendapatan rata
peningkatan TR dan Tc rata ubikayu
pendapatan usahatani didesa lau adalah
Ubikayu di desa lau pertahun
kabupaten Deli 40.890.000
Pengarang : permusim kali
Lubisiskandar (2013) saat penaman dan
produksi luas
lahan yang
digarap oleh
kabupaten
tersebut dengan
biaya tunai adalah
rp.21.670.000/thn
dan biaya tunai
adalah 20.900.000
pertahun

8 Judul: Analisis Analisis regresi Produksi ubikayu


Efisiensi Aloksi berganda dipengaruhi oleh
penggunan Faktor Cobbdouglas luas lahan pupuk
produksi ubikayu desa tenaga kerja
punggelan kabupaten belum efensi
bajarnegara alokasi sedangkan
Pengarang : supriyanto penggunan pupuk
(2008) tidak efisiensi
secara alokasi

9 Judul: Pendapatan dan Analisi fungsi Faktor yang


faktor –faktor yang cobbdouglas dan mempengaruhi
mempengaruhi pendapatan produksi ubikayu
ubikayu manis dan pahit dan manis
ubikayu pahit desa adalah pupuk Npk
33

seputih kabupaten ,pupu urea


lampung tengah
Pengarang :Anggresi
ismono
situmorang(2020)
10 Judul: analisi faktor Analisis responden Berdasarkan
yang mempengaruhi 28 orang menujukan variabel
usahatani ubikayu menggunakan dependen
didesa mojo Pati respoden regesi pendapatan
menunjukan bahwa
Pengarang :Muziah,R( berganda
variabel yang sama
2013) secara individu
usaha tani

2.1.7 Kerangka Berfikir

Usahatani ubi kayu merupakan kegiatan yang dilakukan petani ubi kayu dalam

memanfaatkan sumberdaya untuk budidaya tanaman ubi kayu secara efektif dan

efisien. Dalam melakukan proses usahatani ubi kayu dibutuhkan faktor-faktor

produksi ubi kayu baik internal maupun eksternal seperti luas lahan, bibit, pupuk,

pestisida, tenaga kerja, pengalaman berusahatani dan varietas bibit ubi kayu.

Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dengan maksimal akan

mengoptimalkan produksi ubi kayu.

Harga faktor-faktor produksi yang digunakan akan berpengaruh pada besarnya

harga input dan biaya produksi yag dikeluarkan dalam usahatani ubi kayu,

sedangkan harga output yang dihasilkan pada produksi ubi kayu akan berpengaruh

pada pendapatan yang diterima dalam usahatani ubi kayu.

Petani dalam berusahatani ubi kayu menginginkan hasil dari usahataninya tersebut

memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan usahatani

ubi kayu diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani dan biaya produksi
34

yang dikeluarkan. Alur kerangka pemikiran yang berjudul Analisis Produksi dan

Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di kecamtan kotabumi selatan di desa bandar

putih di sajikan pada gambar 2 yang menjelaskan tentang analisis kerangka

berfikir usahatani menurut pendapat saya pribadi

2.1.8 Hipotensis

Hipotesis yang akan di uji dari penelitin ini diduga faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu adalah luas lahan (X1), bibit (X2),

pupuk urea (X3), pupuk Phonska (X4), pupuk NPK (X5), pestisida (X6) dan tenag

kerja(X7

Gambar Kerangka Berfikir Faktor –faktor yang mempengaruhi usaha tani


Ubi kayu didesa bandar putih Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten
Lampung Utara
Usaha tani ubi kayu

1.proses Produksi

2.Biaya pendapatan dan


peneriman

Input Usahartani ubi kayu


Potensi usaha tani ubikayu
1. Luas lahan (X1)
1.Ubi kayu sebagai tanaman 2. Bibit (X2)
penyokong keaman pangan 3. Pupuk urea (X3)
4. Pupuk Phonska (X4)
2.Tanaman ubi kayu dapat tumbuh 5. Pupuk NPK (X5)
sepajang tahun 6. Petisida (X6)
BAB III 7. Tenaga kerja (X7)\
3.penggunan lahan yang bisa
memadai dengan hasil produksi
METODE PENELITIAN
4.ketersedian nutrisi rendah dan
3.1.1 Metode
tahan akan kekeringan lahanPenelitian
35

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survei . menurut Tika

(1997:9) mengatakan bahwa “survey adalah suatu metode penelitian yang

bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau

individu dalam waktu yang bersamaan, data dikumpulkan melalui individu atau

sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat menggeneralisasikan terhadap apa

yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun

sosial”.metode ini mengunakan untuk melakukan suatu penyelidikan yang untuk

memberikan dari data untuk memperoleh fakta dari suatu gejala gejala yang ada

dan mencari keterangan secara faktual tentang institusi sosial,ekonomi atau politik

dari suatu derah atau kelompok.

3.1.2 Konsep Dasar Dan Definisi Operasional

Konsep dasar adalah pengertian menegenai Variabel adalah objek penelitian yang

menjadi perhatian pada sebuah titik objek penelitian,Yang kemudian bisa

mendapatkan nilai dari kesimpulan suatu proses serta informasi paling penting

untuk memperoleh dan menganalisi data yang berhubungan dengan penelitian

yang akan dilakukan

Usahatani adalah adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara

dalam pertanian usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang

menyangkut bidang pertanian.

Petani ubi kayu merupakan orang yang berusahatani ubi kayu sebagai upaya

pemanfaatan lahan dan sebagai upaya penambahan pendapatan.


36

Varian (ragam) adalah ukuran satuan usaha dari suatu usahatani yang

menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari usahatani ubi kayu (kg)

Standar deviasi (simpangan baku) adalah ukuran satuan risiko terkecil yang

menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari usahatani (kg)

Koefisisen variasi adalah perbandingan risiko yang harus ditanggung petani

dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah modal

yang ditanamkan dalam proses produksi.(Ha)

Musim panen adalah musim yang terjadi ketika dilakukan pemanenan ubi kayu,

terdiri dari musim hujan dan musim kemarau.

Penyusutan adalah metode mengalokasikan biaya perolehan aset tetap untuk

secara sistematis mengurangi nilai aset selama masa manfaat aset.

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dengan berusahatani

suatu komoditi tertentu. Pendapatan ini akan dipengaruhi penerimaan dan biaya

dalam berusahatani.

Definisi operasional adalah suatu variabel dengan cara memberikan arti atau

menspesifikan kegiatan yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Luas lahan adalah areal yang digunakan untuk melakukan kegiatan usahatani ubi

kayu manis dan ubi kayu pahit yang diukur dalam satuan hektar (ha).
37

Bibit adalah bahan tanam yang digunakan untuk memperbanyak atau

mengembangkan tanaman, berupa bagian dari batang tanaman ubi kayu yang

dihitung dalam satuan stek.

Jumlah pupuk urea adalah banyaknya pupuk urea yang digunakan petani ubi kayu

dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg).

Jumlah pupuk NPK adalah banyaknya pupuk NPK yang digunakan petani ubi

kayu dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg).

Jumlah pupuk Phonska adalah banyaknya pupuk Phonska yang digunakan petani

ubi kayu dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg).

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang digunakan dalam usahatani ubi kayu

mulai dari persiapan lahan hingga panen. Tenaga kerja yang digunakan yaitu

tenaga kerja mesin dan manusia. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga

kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, yang dihitung dengan satuan

hari orang kerja (HOK).

Produksi adalah jumlah ubi kayu yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam,

dihitung dalam satuan kilogram (kg).

Harga input adalah harga faktor-faktor produksi yang digunakan dalam

berusahatani satu kali musim tanam diukur dalam satuan rupiah per satuan faktor

produksi yang digunakan.

Harga output adalah harga ubi kayu yang diterima oleh petani pada saat transaksi,

diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).


38

Biaya total adalah total dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan

petani untuk kegiatan usahatani ubi kayu dalam satu kali musim tanam, dihitung

dalam satuan rupiah (Rp/1 kali proses produksi).

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi,

meliputi nilai sewa lahan, pajak lahan, penyusutan alat dan iuran kelompok tani,

diukur dalam satuan rupiah (Rp/1 kali proses produksi).

Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi,

biaya yang dipergunakan untuk membeli faktor-faktor produksi seperti bibit,

pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Biaya variabel diukur dalam satuan rupian

(Rp).

Nilai sewa lahan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan petani atas lahan yang

digunakannya. Jika lahan usaha adalah milik sendiri, maka nilai sewa lahan

diperhitungkan seolah lahan tersebut adalah milik orang lain, dan harus membayar

Sewa secara tunai yang diukur dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/1 kali

proses produksi).

Pajak lahan adalah biaya yang dikeluakan petani karena telah melakukan usaha di

atas lahannya, dihitung dalam satuan rupiah (Rp/1 kali proses produksi).

Biaya penyusutan adalah biaya atas berkurangnya nilai atau manfaat suatu barang

dihitung dengan satuan rupiah per barang (Rp/unit).


39

Penerimaan adalah nilai yang diterima petani dengan mengalikan jumlah produksi

dengan harga output, dihitung dalam satuan rupiah (Rp/1 kali proses produksi).

Pendapatan usahatani ubi kayu adalah penerimaan dikurangi dengan total biaya,

diukur dalam satuan rupiah (Rp/1 kali proses produksi).

3.1.3 Lokasi Penelitian,Responden dan Waktu Penelitian

penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kotabumi Selatan tepat di Desa Bandar

Putih Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan bahwa Lampung Utara merupakan salah satu sentra

produksi ubi kayu di Provinsi Lampung. Produksi dan harga ubi kayu dir Desa

Bandar Putih mengalami fluktuasi. Kecamatan Kotabumi Selatan memiliki

kontribusi produksi ubi kayu di Lampung Utara dan juga masih banyak petani

yang belum memahami penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien. Lahan

pertanian di Desa Bandar Putih juga banyak dimanfaatkan oleh petani untuk

berusahatani ubi kayu dan adapun jumlah petani ubi kayu di Desa Bandar Putih

Kecamatan Kotabumi Selatan pada Tabel 7 dibawah ini

Tabel 7 Jumlah petani ubikayu di Desa Bandar Putih Kecamtan Kotabumi Selatan
Pada Tahun 2023

N0 Desa Jumlah Petani Ubi Kayu


1 Bandar Putih 159
2 Gedung Dalam 162
3 Pasar Pelita 97
4 Sido Mulyo 85
5 Talang Surabaya 65
6 Suka Maju 78
7 Tri Mulyo 111
Total 758
Sumber: Data Desa Bandar Putih Tahun 2022
40

Tabel 7 menjelaskan bahwa desa bandar putih memiliki 7 desa yaitu desa bandar

putih,gedung dalam,pasar pelita ,sido mulyo ,talang surabaya,suka maju dan tri

mulyo desa bandr putih memiliki jumlah petani sebesar 159 petani,gedung dalam

dalam 162 petani,pasar pelita 97 petani,sido mulyo 85 petani,talang surabaya 65

petani ,suka maju 78 petani dan tri mulyo 111 petani ,berdasarkan tabel 7 jumlah

dari keselurahan petani ubi kayu di desa bandar putih adalah 758 pertani

penelitian mengambil di desa bandar putih dan gedung dalam .

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling.

Metode pengambilan sampel tersebut dipilih dikarenakan data petani ubi kayu

yang belum lengkap. Populasi petani ubi kayu dalam penelitian ini adalah 321

petani ubi kayu yaitu dari Desa Gedung Daalam 162 petani dan Desa Bandar

Putih 159 petani. Berdasarkan jumlah populasi petani ubi kayu pada Penelitian ini

adalah 321 petani ubu kayu di kerenakan kedua desa akan ditentukan jumlah

sampel dengan menggunakan rumus yang mengacu pada yang merujuk pada teori

Sugiarto dkk (2003):

NZ ² S ²
n=
Nd ²+Z ² S ²

Keterangan :
n= Jumlah sampel
N=Jumlah populasi
Z=Tingkat kepercayaan (95%)=1,96
S²=Varian Sampel (5%=0,05)
D=Derajat Penyimpanan (5%=0,05)
41

Berdasarkan rumus yang tertera yang diatas menyataan jumlah sampel dari

petani ubi kayu yang dapat dihitung sebagai berikut:

321(196)² (0 , 05)²
n=
( 321 )( 0 , 05 )2+(1 , 96)² (0 , 05)²

( 321 ) ( 0,1928 )
n=
( 0,8025 ) +( 0,19208)
61,8888
n=
0,99458

n=0,160.704=161 jumlah orang petani

Berdasarkan perhitungan data yang diatas jumlah sampel tersebut diperoleh

sebanyak 161 sampel responden. Berdasarkan hasil jumlah sampel tersebut, dapat

ditentukan proporsi sampel untuk setiap desa. Perhitungan jumlah sampel untuk

masing- masing desa dihitung menggunakan rumus Nazir (2011):

¿= ¿ x n
N

Keterangan :
ni = Jumlah sampel wilayah( i)
Ni = Jumlah petani wilayah( i)
N = Jumlah keseluruhan populasi petani
n = Jumlah keseluruhan sampel petani

Berdasarkan rumus diatas, perincian jumlah sampel petani ubi kayu tiap desa

diperoleh sebagai berikut:


42

Jumlah sampel data petani ubi kayu di Desa Bandar Putih adalah sebagai berikut:

¿= ¿ x n
N
159
¿= x 161
321
¿=79,747=80orang petani

Jumlah sampel petani ubi kayu di Desa Gedung Dalam adalah sebagai berikut :

¿= ¿ x n
N
162
¿= x 161
321
¿=50.467=81.orang petani

Berdasarkan jumlah data petani ubi kayu tersebut didapatkan jumlah pada

sampel pada masing-masing Desa yaitu sebesar 80 responden petani di Desa

Bandar Putih dan 81 reponden petani di Desa Gedung Dalam

3.1.4 Jenis data dan Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani

ubi kayu sebagai responden penelitian dengan menggunakan alat bantu catatan

kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari studi

literatur dan pustaka lainnya, seperti BPP Kota bumi Selatan, Badan Pusat

Statistik yang berhubungan dengan penelitian ini


43

3.1.5 Metode Analisis data

A.Analisis Pendapatan Usaha tani

Pendapatan usahatani ubi kayu dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi, 1995) :

π = Y. Py – ΣXi.Pxi
Keterangan :
Π= Pendapatan (Rp)
Y= Hasil produksi (Kg)
Py= Harga hasil produksi (Rp)
Xi= Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi= Harga faktor produksi ke-i (Rp)

Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak dapat dianalisis

dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara penerimaan

dengan biaya (Revenue Cost Ratio), dan secara matematis dapat

dirumuskan sebagai:

R/C = PT / BT
Keterangan :
R/C = Perbandingan antara penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan total (Rp)
BT=Biaya Total (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan :

A. Jika R/C <1 , maka usahatani yang dilakukan belum menguntungkan.

B. Jika R/C >1 , maka usahatani yang dilakukan merugikan


44

C. Jika R/C = 1 , maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

B.Analisis Regresi Berganda

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani ubi kayu:

pengalaman (X1), biaya tenaga kerja luar keluarga (X2), biaya pupuk

(X3), biaya pestisida (X4), jumlah produksi (X5), harga jual (X6) dan

kepemilikan lahan (variabel dummy : milik sendiri = 1, bukan milik

sendiri (sewa, sakap) = 0) (D1). Berdasarkan faktor-faktor di atas maka

dapat dianalisis menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Secara matematis rumus regresi linear berganda dapat ditulis sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 +b2 X2+ b3 X3 +……+ b6X6+ d1D1+e


Keterangan :
Y:Pendapatan usaha ubi kayu
X1:Pengalaman (Tahun)
X2:Biaya tenaga kerja luar keluarga (Rp./musim tanam)
X3:Biaya pupuk(Rp/.musim tanam)
X4:Biaya pestisida(Rp/.musim tanam)
X5:Jumlah Produksi (Kg/.musim tanam)
X6:Harga jual(Rp./kg/musim tanam)
D1:Jenis kepemilikan lahan
a: Koefisien konstanta
e:Erorr

C. Analisis Produksi

Produksi adalah penciptaan atau penambah faedah bentuk, waktu dan

tempat atas faktor-faktor produksi(Reksohadiprodjo dan

Gitosudarmo ,1993:1) produksi mengalami suatu pengubahan aktor-


45

faktror produksi (input) menjadi barang atau jasa. Hubungan antara hasil

produksi (output)

dengan faktor– faktor produksi input disebut sebagai fungsi produksi.

Produk rata-rata (PR) adalah produk total persatuan faktor produksi

variabel atau dapat dibilang produk total dibagi variabel. Produk Margin

(PM) adalah perubahan produk total sebagai akibat dari tambahan satu -

satuan faktor variabel. Perubahan yang relatif dari produk yang dihasilkan

disebabkan oleh perubahan relatif faktor produksi disebut sebagai

elastisitas produksi (EP). Secara matematis elastisitas produksi dapat

dituliskan sebagai berikut:

dy / y
EP=
dx / X
dy x
EP= x
dx y
Pm
EP=
PR

Keterangan :
PM=Produk Marginal
PR=Produk Rata –rata

D. Analisi Biaya

Biaya adalah nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk

memproduksi suatu barang. Menurut Soekartawi (2006:56) biaya dalam

usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost)

dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang

jumlahnya relatif tetap, dan terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi

usahatani tinggi ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak

tergantung pada besarnya tingkat produksi. Biaya tetap (fixed cost) dapat
46

dihitung dengan formula berikut ini:

∑ n=1Xi pxi............................................................(2)
i

Keterangan:
FC = biaya tetap
Xi= jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi= harga input
n= macam input

Jika dalam penelitian nilai biaya tetap tidak dapat dihitung dengan

formula di atas, maka nilai biaya tetap bisa langsung ditetapkan

berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan. Formula di atas

juga dapat digunakan untuk menghitung biaya variabel. Sehingga biaya

total (total cost) dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai

berikut:

TC = FC + VC
Keterangan:
TC = biaya total
FC = biaya tetap
VC = biaya tidak tetap

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang digunakan untuk

menghasilkan output tertentu, biaya tetap merupakan biaya yang tidak

akan berubah meskipun tingkat output berubah, sedangkan biaya variabel

adalah biaya yang akan berubah apabila tingkat output berubah (Joesron,

2003:124). Secara matematis hubungan biaya total, biaya tetap, dan biaya

variabel dapat dituliskan sebagai berikut:

TC=TFC+TVC
Keterangan:
TC = biaya total (Total Cost)
47

TFC = biaya tetap total (Total Fix Cost)


TVC = biaya variabel total (Total Variable Cost)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, A.N. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani


Ubi Kayu (Studi kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Bogor). Skripsi. IPB. Bogor.
Anggraesi, J., R.H., Ismono., S. Situmorang. 2020. Analisis Pendapatan
Dan Efisiensi Produksi Ubi Kayu Manis dan Ubi Kayu Pahit Di
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. JIIA. Vol 8(2) :
226 – 233.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/download/4057/2953.
Diakses pada tanggal 4 Juli 2020.
Badan Pusat Statistika Pertanian .2022.”Jumlah Produksi Ubikayu Di
Indonesia.BPS Pertanian .Lampung
Mubyarto, 1989:89.Luas Lahan.”Jurnal Analisis Ubikayu Tanggerang.1989
Badan Pusat Statistika.2022.”Luas Lahan Ubikayu Di Indonesia.BPS .Jakarta
Anggraesi, 2019.” Pengalaman bertani juga mempengaruhi produksi ubi kayu,
semakin lama petani berusahatani ubi kayu maka akan banyak pengalaman dan
pengetahuan yang sering terjadi pada usahatani ubi kayu.
Badan Pusat Statistika.2022.” .Produktivitas ubi kayu di Indonesia
BPS.Jakarta
Hafsah, 2003.” Struktur Biaya.”Jurnal Penelitian Ubi kayu Pendaptan Efisiensi
Pedapatan usaha tani ubikayu di Jawa Barat.2017
“Dinas pertanian Lampung Utara tahun 2021”
Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Utara Tahun 2022.” Luas Panen,Luas
Produksi dan Produktivitas Ubi kayu Kecamatan
Kabupaten Lampung Utara”
Badan Statistik Lampung Utara 2022.” luas lahan dan luas Produksi kecamtan
Kotabumi Selatan per Desa “
Syarief dan Irawati (1988),”Jurnal Penelitian Ubikayu .Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tanaman ubi kayu Di Desa Karang Agung.2018
Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo ,1993.” Produksi adalah penciptaan atau
penambah faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi”
Soekartawi (2006:56)” biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
Tjakrawiralaksana, 1983)”Pendapatan Usaha tani ubi kayu “
Tika (1997:9)”Survei Teknik Pertanian Ubi kayu “
Data Desa Bandar Putih 2022.’’ Jumlah Petani ubikayu”
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai