Anda di halaman 1dari 68

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN


PETANI KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN
PAYUNG KABUPATEN BANGKA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (Strata 1)
dari Universitas Bangka Belitung

Oleh
SINTA RUSDIYANA
2051811011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2022
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI
KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN PAYUNG
KABUPATEN BANGKA SELATAN

Oleh
SINTA RUSDIYANA
2051811011

Skripsi

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Rostiar Sitorus, S.P.,M.Si Ir. Eddy Jajang Jaya Atmaja, M.M

Balunijuk, Juni 2022

Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Eni Karsiningsih, S.P,. M.Si

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa
Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini dapat
diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama orang tua
tercinta ayahanda Musinin dan Ibunda Aisah yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan proposal ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibu Dr. Rostiar Sitorus, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing utama, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulis
bisa menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Ir. Eddy Jajang Jaya Atmaja, M.M selaku dosen pendamping yang telah
meluangkan waktu memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis bisa
menyelesaikan proposal penelitian ini.
3. Keluarga dan teman-teman yang turut andil membantu memberikan dukungan
baik dukungan moral dan material serta dukungan semangat yang tiada henti
dalam pembuatan proposal penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikannya.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini belum sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritikan dan
masukkan agar proposal penelitian ini menjadi lebih baik. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Balunijuk, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1. Landasan Teori .................................................................................... 5
2.1.1. Kelapa Sawit ................................................................................ 5
2.1.2. Usahatani ..................................................................................... 7
2.1.3. Biaya Produksi ............................................................................ 11
2.1.4. Penerimaan ................................................................................. 12
2.1.5. Pendapatan.................................................................................. 13
2.1.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan ............................ 14
2.2. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 20
2.3. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 25
2.4. Definisi Operasional .......................................................................... 26
2.5. Hipotesis ............................................................................................ 27
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 28
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 28
3.2. Metode Penelitian .............................................................................. 28
3.3. Metode Penarikan Sampel.................................................................. 28
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 29
3.4.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 29
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 29
3.5. Metode Analisis Data......................................................................... 30

iv
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit
Menurut Kabupaten Tahun 2020 ........................................... ........1
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Menurut
Kecamatan Tahun 2021 ................................................................. 2
Tabel 3. Penelitian Terdahulu.................................................................... 20
Tabel 4. Rincian Tujuan dan Metode Analisis Data ................................... 30

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Pengaruh Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa
Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan ............. 20

vii
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki potensi sumber daya alam dibidang pertanian dan perkebunan. Salah
satu subsektor perkebunan yang berkontribusi terhadap perekonomian suatu
daerah yaitu perkebunan kelapa sawit. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 72.206,22 ha pada tahun
2020, luas areal perkebunan kelapa sawit terus mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu 70.6780,92 ha, dengan luas areal perkebunan kelapa sawit
tersebut dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah (BPS,
2021).
Prospek pengembangan kelapa sawit perkebunan rakyat sangat ditentukan
oleh adanya kebijakan ekonomi yang memihak kepada rakyat guna terwujudnya
kesejahteraan rakyat. Melalui pengembangan perkebunan rakyat tidak hanya
mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi juga dapat meningkatkan devisa
negara serta penyerapan tenaga kerja baik dalam sektor industri hulu maupun
industri hilirnya. Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan
produksi kelapa sawit nasional salah satunya adalah penyebaran daerah sentra
produksi meliputi wilayah penghasil sawit terbesar antara lain Riau, Sumatera
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, serta Sumatera Utara, Jambi,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu dan
Kepulauan Bangka Belitung (BPS, 2020).
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2020
No Kabupaten/Kota Luas Produksi Produktivitas
Lahan(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Bangka 11.591,44 36.165,00 3.119
2. Belitung 5.838,63 7.920,60 1.356
3. Bangka Barat 18.407,05 33.496,72 1.819
4. Bangka Tengah 9.352,05 24.868,21 2.659
5. Bangka Selatan 21.559,89 39.674,12 1.830
6. Belitung Timur 5.457,15 6.789,31 1.244
7. Pangkal Pinang - - -
Jumlah 72.206,22 148.913,96 12.024
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2021
2

Menurut Badan Pusat Statistik (2021), pada Tabel 1 Bangka Selatan


merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi terbesar dalam
menyumbang produksi dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang diubah
menjadi CPO (Crude Palm Oil) terhitung dari luas lahan kelapa sawit terluas di
Bangka Belitung yaitu berkisar 21.396,5 Ha dan tingkat produksinya sebesar
37.425,09 ton.
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Kecamatan
tahun 2021
No Kecamatan Luas Produksi Produktivitas
Lahan(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Payung 4.288,0 8.744,55 2.039
2. Pulau Besar 2.496,0 2.969,20 1.189
3. Simpang Rimba 3.906,0 4.567,80 1.169
4. Toboali 1.052,0 1.440,50 1.369
5. Tukak Sadai 2.957,0 6.441,60 2.178
6. Air Gegas 5.783,5 12.056,76 2.084
7. Lepar Pongok 974,0 1.195,68 1.227
8. Kepulauan - - -
Pongok
Jumlah 21.396,5 37.425,09 11.255
Sumber : Badan Pusat Statitik Kabupaten Bangka Selatan, 2022
Berdasarkan Tabel 2 luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit
terluas di Bangka Selatan yaitu di Kecamatan Air Gegas dengan luas areal
perkebunan kelapa sawit sebesar 5.783,5 Ha dan produksi sebesar 12.056,76 ton
sementara luas areal perkebunan kelapa sawit terluas kedua yaitu di Kecamatan
Payung dengan luas areal perkebunan 4.228,0 Ha dan produksi perkebunan
sebesar 8.744,55 ton. Luas lahan dan produksi merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi pendapatan petani. Sebagaimana diteliti oleh Juanda (2018) faktor
yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Karossa Kecamatan
Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Sulawesi Barat adalah biaya produksi, harga
jual, dan luas lahan.
Kecamatan Payung merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Bangka Selatan yang memiliki perkebunan kelapa sawit rakyat yang cukup luas,
selain itu di Kecamatan Payung juga memiliki potensi timah yang tersebar di
sembilan desa yaitu Desa Payung, Desa Pangkal Buluh, Desa Malik, Desa Paku,
Desa Nadung, Desa Ranggung, Desa Irat, Desa Sengir, dan Desa Bedengung
beberapa desa tersebut memiliki potensi timah yang cukup untuk memberikan
3

lapangan pekerjaan dan memberikan pendapatan yang tinggi. Salah satu desa
yang mempunyai kawasan perkebunan kelapa sawit dan kawasan tambang timah
yaitu Desa Malik.
Berdasarkan data profil Desa Malik tahun 2020, mata pencaharian
masyarakat di Desa Malik, selain petani kelapa sawit juga di dominasi penambang
timah, karyawan pabrik, usaha mikro dan pedagang kelontong. Desa Malik
merupakan salah satu desa di Kecamatan Payung yang memiliki perusahaan
kelapa sawit atau pabrik yang berlokasikan di desa, dengan keberadaan pabrik
kelapa sawit didesa ini petani bisa lebih fokus mementingkan perkebunan
dibandingkan kegiatan tambang timah hal ini karena bisa memberikan dampak
yang baik bagi petani karena lokasi yang ditempuh untuk mengangkut hasil
produksi kelapa sawit lebih dekat dan dapat meminimalisir harga pengangkutan.
Berdasarkan observasi pendahuluan masyarakat Desa Malik, kegiatan
tambang timah saat ini lebih mendominasi sebagai sumber pendapatan petani
kelapa sawit dimana harga timah terus meningkat sejak tahun 2021. Menurut data
BPS (2017), jumlah produksi bijih timah di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun
2016 yaitu 1.490,65 ton sn mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
sedangkan jumlah produksi terbesar yaitu pada tahun 2014 sebesar 11.608,56 ton
sn. Permasalahan yang saat ini terjadi yaitu petani kelapa sawit yang mempunyai
perkebunan kelapa sawit lebih mementingkan pada kegiatan tambang timah
sehingga terdapat perkebunan kelapa sawit yang kekurangan dalam segi
perawatan, pemupukan dan pemelihaaran tanaman kelapa sawit hal ini sangat
berpengaruh pada pendapatan petani. Menurut Lubis (2018), untuk menghasilkan
produksi kelapa sawit yang maksimal dilakukan dengan peningkatan pemeliharan
di lapangan dengan penerapan teknologi budidaya yang baik memegang peranan
penting dalam pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit.
Konsep ini sejalan dengan teori trade off, trade off merupakan situasi dimana
seseorang harus membuat keputusan terhadap dua hal atau lebih untuk
mengorbankan atau kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu untuk
memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan yang
diambil (Elistia, 2017).
4

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik


untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di
Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Berapa besar pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit
di Desa Malik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut
1. Menghitung besar pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Malik.
1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan, wawasan, dan memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
menerapkan teori-teori dan literatur dari bangku kuliah dalam bidang
perekonomian pertanian, khususnya tentang komoditi perkebunan dan
pendapatan petani kelapa sawit.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pemerintah, masyarakat dan pihak lain untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh luas lahan, harga jual, produksi, jumlah tanaman, tenaga
kerja, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan spesies tanaman dan komoditas penting sebagai
bahan baku minyak nabati. Kelapa sawit adalah jenis tanaman yang produktif
dalam menghasilkan minyak nabati. Satu individu tanaman kelapa sawit pada usia
produktif (diatas 6 tahun) dapat menghasilkan sekitar 200 kg tandan buah segar
per tahunnya atau setara dengan 40 kg minyak sawit kasar (CPO). Pada luas lahan
yang sama (1 ha), rata-rata kelapa sawit dapat menghasilkan minyak 5.000 kg per
tahun, sementara tanaman penghasil minyak nabati seperti kedelai dan jagung
hanya mampu menghasilkan 375 kg dan 145 kg minyak nabati per tahun
(Nugroho, 2019).
Berdasarkan metoda klasifikasi Carolus Linnaeus
Divisi : Embryophita Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Aracaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis Jacq. Elaeis oleifera (H.B.K) Cortes Elaeis
odora.
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut.
Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup
tinggi. Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit
memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat
terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak
lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia,
adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk
mencapai zona perakaran tanaman (Lubis & Agus, 2011).
6

Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.


Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas
penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah podzolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang
gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam
tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah 5,0–5,5.
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan
ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak
unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).
Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan
persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal
pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan
persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman (Lubis & Agus, 2011).
Menurut Pahan (2013), sistem pembibitan kelapa sawit terdiri dari sistem
pembibitan di lapangan dan sistem pembibitan di kantong plastik (polibag).
Pembibitan di polibag terdiri dari dua macam, yaitu sistem pembibitan polibag
tahap satu (prenursery) dan sistem pembibitan polibag tahap dua (main nursery).
Pada persemaian kecambah ditanam dalam kantong plastik kecil (polibag) dengan
ukuran 25 cm x 25 cm selama 3 bulan. Sesudah masa pre nursery, bibit
dipindahkan ke polibag besar (42,5 cm x 50 cm) dan dipelihara sampai beumur 10
– 12 bulan, tahap kedua ini disebut pembibitan utama (main nursery).
Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan
dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian komprehensif (Pahan, 2013).
Membuat naungan dengan tinggi 2 m – 2,5 m sedangkan lebar dan panjang
7

naungan tergantung banyaknya bedengan yang dinaungi. Setelah itu bedengan


dibuat dengan ukuran panjang lebar 1,2 m dan panjangnya disesuaikan dengan
keadaan lahan, sedangkan jarak antar bedengan adalah 60 cm – 80 cm. Polibag
kecil yang berukuran 25 cm x 25 cm dengan tebal 0,1 mm disiapkan. Lalu media
tanah disiapkan dengan pupuk yang digunakan.Kemudian benih ditanam satu
persatu ke dalam polibag dengan kedalaman tanam kurang lebih 3 cm,
sebelumnya benih di seleksi dan polybag disiram terlebih dahulu.Benih ditanam
dengan posisi radikula pada bagian bawah dan plumula pada bagian atas.

2.1.2. Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), pertanian adalah kegiatan seseorang yang
berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh manusia dan berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai
dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan mempertimbangkan
faktor ekonomis. Sehingga ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam
melakukan kegiatan pertanian disebut ilmu usahatani.
Menurut Soekartawi (1995) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani membahas
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara
efektif dan efisien dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Penggunaan input dapat dikatakan efektif ketika petani dapat
mengalokasikan input yang mereka gunakan sebaik-baiknya, dikatakan efisien
apabila output yang mereka hasilkan lebih besar dari input yang mereka gunakan.
Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani adalah
ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan sumberdaya secara efesien
pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Beberapa sumberdaya
yang digunakan dalam pertanian yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan
sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen) yang dimiliki petani
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal (Saeri, 2018).
a. Sistem Usahatani
Menurut Shinta (2011) dalam Saeri (2018), ilmu usahatani adalah suatu
upaya penelaahan tritunggal antara lain manusia, tanaman dan hewan sehingga
8

ilmu usahatani berkaitan dengan beberapa aspek yaitu aspek sosial (manusia),
kimia, fisika (lahan) dan budidaya (tanaman, tumbuhan). Sistem usahatani dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem penggunaan lahan.
Sistem penggunaan lahan merupakan suatu sistem dalam usahatani dimana
petani menggunaan lahan untuk melakukan kegiatan penanaman terhadap
tanaman seperti menanam padi, menanam cabe dan lain-lain
2. Sistem produksi ternak
Pada sistem kedua ini petani menggunakan lahannya untuk beternak atau
memelihara hewan baik hewan ternak maupun ikan
3. Sistem rumah tangga
Petani pada sistem ini para petani tidak melakukan kegiatan pertanian (off
farm) mereka melakukan usaha diluar kegiatan pertanian. Hal ini dikarenakan
setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda sehingga kegiatan usahatani
yang mereka lakukan relatif berbeda sesuai karakter dan keinginan masing masing
petani.
b. Faktor-Faktor Dalam Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani adalah
faktor alam, tenaga, dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan
usahatani, sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil memengaruhi
faktor alam. Namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu
dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Berikut faktor yang
bekerja dalam usahatani yaitu :
1. Faktor Iklim
Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik
tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan
iklim setempat agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang
lebih baik bagi manusia. Iklim juga berpengaruh pada cara mengusahakan
serta teknologi yang cocok dengan iklim tersebut. Faktor iklim juga dapat
mempengaruhi penggunaan teknologi dalam usahatani. Iklim di Indonesia,
pada musim hujan khususnya memiliki pengaruh pada jenis tanaman yang
9

akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola pergiliran tanaman, jenis hama
dan jenis penyakit.
Petani atau produsen akan menghasilkan produktivitas usahatani yang
tinggi apabila mereka dapat mengaloksikan sumberdaya dengan seefisien dan
seefektif mungkin. Faktor produksi usahatani memiliki kemampuan yang
sangat terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, namun nilai
produktivitas dapat ditingkatkan apabila dengan pengelolaan yang sesuai.
2. Faktor Tanah
Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah
merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan ushatani keseluruhannya.
Tanah merupakan faktor produksi yang istimewa karena tanah tidak dapat
diperbanyak dan tidak dapat berubah tempat. Tentu saja faktor tanah tidak
terlepas dari pengaruh alam sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan,
angin, dan sebagainya.
3. Kemajuan Teknologi Mengatasi Faktor Alam
Dengan kemajuan teknologi dan keuletan, keadaan tanah apapun dapat
diatasi. Beberapa contoh usahatani yang dilakukan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi yang ditemukan secara umum dapat menyediakan lahan-
lahan yang mempunyai kondisi ekstrim misalnya tanah pasiran, lahan
gembur, dan pantai pasang surut menjadi lahan-lahan pertanian yang subur
untuk digunakan sebagai usahatani. Demikian juga teknologi untuk
menemukan jenis-jenis tanaman dengan karakteristik yang diinginkan yang
dapat ditanam di berbagai jenis tanah atau di berbagai iklim atau kondisi
lingkungan.
c. Tenaga Kerja dalam Usahatani
Menurut Suratiyah (2015), tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu,
terutama bagi usaha tani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja
berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga kerja adalah energi yang
dikeluarkan pada suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu produk. Jenis tenaga
kerja dalam usahatani dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: manusia, hewan dan
mesin. Tenaga kerja manusia terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan wanita. Tenaga
10

kerja laki-laki, umumnya dapat mengerjakan seluruh pekerjaan sedangkan tenaga


kerja wanita biasanya hanya membantu pekerjaan laki-laki, pekerjaan yang biasa
dikerjakan oleh tenaga kerja wanita misalnya menanan, menyiang tanaman dan
panen. Tenaga kerja hewan dan mesin digunakan ketika tenaga kerja manusia
tidak dapat melakukannya. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga
kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar anggota keluarga. Tenaga kerja di
dalam keluarga adalah tenaga kerja yang masih anggota keluarga, misalnya ayah,
ibu dan anak-anak. Tenaga kerja di dalam keluarga umumnya tidak mendapatkan
upah. Sedangkan tenaga kerja di luar keluarga adalah tenaga kerja yang
mendapatkan upah atas hasil kerjanya. Pembayaran upah tenaga kerja tersebut
dapat harian atau borongan, dapat berbentuk uang ataupun hasil panen (Shinta,
2011).
1. Karakteristik Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik
tenaga kerja bidang usahatani. Menurut (Tohir dalam Suratiyah, 2015) adalah
sebagai berikut :
a. Keperluan akan tenaga dalam bidang usahatani tidak kontinu dan tidak
merata.
b. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat berbatas.
c. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.
d. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Karakteristik seperti yang dikemukakan oleh (Tohir dalam Suratiyah,
2015) akan memerlukan sistem-sistem manejerial tertentu yang harus dipahami
sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini khususnya di
Indonesia, sistem manajerial usahatani bisanya masih sangat sederhana.
2. Peran Petani
Menurut (Mosher dalam Suratiyah, 2015) petani berperan sebagai manajer,
juru tani dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Petani sebagai manajer
akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang
harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau
11

ternak yang akan diusahakan, menentukan cara-cara berproduksi, menentukan


cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya,
mengusahakan permodalan, dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan keterampilan,
pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan.
3. Tenaga Kerja Keluarga dan Luar Keluarga
Peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di
samping juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda, tergantung jenis tanaman yang
diusahakan. Banyak sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan tergantung pada
dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut. Menurut Suratiyah
(2015), ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan
tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas
dan kegiatan kerja (prestasi kerja).
4. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap
kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlahkan
untuk seluruh usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja
keluarga yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan
perhitungan maka jika terjadi kekurangan maka untuk memenuhinya dapat berasal
dari tenaga luar keluarganya (Suratiyah, 2015).
2.1.3. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dapat berupa jasa maupun barang (Wanda, 2015).
Biaya adalah total pengeluaran dalam bentuk uang yang digunakan untuk
menghasilkan suatu produk selama satu periode. Nilai biaya berbentuk uang, yang
termasuk dalam biaya adalah sarana produksi yang habis terpakai misalnya bibit,
pupuk dan obat-obatan, lahan serta biaya dari alat-alat produksi (Syafruwadi et al.,
2012).
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang konstan atau tetap
12

meskipun tingkat kegiatan dalam perusahaan meningkat. Biaya tetap ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Commited fixed cost yaitu jenis biaya yang berhubungan dengan investasi,
perlengkapan dan struktur orgasinisasi dalam perusahaan,
2. descretionary fixed cost (biaya tetap diskresi) yaitu biaya yang muncul dari
keputusan tahunan manejemen yang digunakan untuk membelanjakan biaya
tertentu, misalnya biaya iklan dan biaya pengembangan (Rangkuti, 2012).
Sedangkan biaya variabel biaya variabel yaitu biaya yang jumlahnya berubah-
ubah sesuai dengan kegiatan produksi yang dilakukan. Volume kegiatan dengan
jumlah biaya dalam variabel cost mempunyai hubungan yang sejajar, artinya
apabila suatu kegiatan dalam perusahaan meningkat maka biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya apabila kegiatan di
suatu perusahaan menurun maka biaya yang dikeluarkan jumlahnya kecil. Biaya
variabel terbagi menjadi dua, yaitu:
1. enginereed variable cost (biaya variabel yang direncanakan) adalah biaya yang
mempunyai hubungan yang eksplisit, jelas dengan pengukuran yang dipilih.
2. descretionary variabel cost (biaya variabel diskresi) adalah biaya yang berubah
sesuai dengan perubahan volume kegiatan (Rangkuti, 2012). Biaya dalam
usahatani terbagi atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai
adalah biaya yang dibayarkan dengan uang secara tunai, seperti biaya pembelian
sarana produksi, pembelian bibit, pembelian pupuk dan obat-obatan. Biaya yang
diperhitungkan adalah biaya yang digunakan untuk menghitungkan berapa
pendapatan yang diperoleh petani serta modal petani yang digunakan, contoh dari
biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat pertanian dan
biaya sewa lahan (Faisal, 2015).
2.1.4. Penerimaan
Penerimaan dalam usahatani adalah total pamasukan yang diterima oleh
produsen atau petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan yang telah
menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan
selama produksi (Husni, et al., 2014).
Menurut Ambarsari et al. (2014) penerimaan adalah hasil perkalian antara
hasil produksi yang telah dihasilkan selama proses produksi dengan harga jual
13

produk. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: luas
usahatani, jumlah produksi, jenis dan harga komoditas usahatani yang di
usahakan. Faktor-faktor tersebut berbanding lurus, sehingga apabila salah satu
faktor mengalami kenaikan atau penurunan maka dapat mempengaruhi
penerimaan yang diterima oleh produsen atau petani yang melakukan usahatani.
Semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka hasil produksinya akan
semakin banyak, sehingga penerimaan yang akan diterima oleh produsen atau
petani semakin besar pula (Sundari, 2011).
2.1.5. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari
pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung
mengenai istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan
sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income, maka income dapat
diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan penghasilan
maupun keuntungan. Pendapatan penting bagi setiap orang dalam usaha
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang
makin banyak pula kebutuhan hidup sehari-hari yang dapat terpenuhi. Oleh karna
itu maka setiap Negara akan berusaha meningkatkan pendapatan masyarakat
karena secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan nasional (Setiawan,
2012).
Dalam operasi usahatani, petani akan menerima penerimaan dan
pendapatan usahataninya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
dengan harga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua
biaya. Dalam menghitung penerimaan perlu diperhatikan keseragaman
pemanenan, frekuensi penjualan dan harga jual serta waktu penerimaan.
Pendapatan atau laba adalah selisih dari total penerimaan dikurangi dengan total
biaya, atau dapat ditulis sebagai :
Pd = TR – TC
TR = P x Q
TC = FC + VC
Keterangan :
Pd : Pendapatan/Laba
14

TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
P : Harga
Q : Jumlah Produksi
VC : Biaya Variabel
FC : Biaya Tetap
Secara umum pendapatan diartikan sebagai balas jasa faktor-faktor
produksi kerja, modal dan alam dari kegiatan tertentu dengan cara mengurangi
berbagai biaya yang dikeluarkan dari nilai produksi. Pendapatan juga merupakan
hal yang paling mendasari seseorang melakukan suatu pekerjaan. Hal ini
menandakan bahwa suatu usaha memang layak untuk diperjuangkan dan
dipertahankan karena bisa menghasilkan pendapatan bagi kehidupan pekerjanya.
Pendapatan dikatakan stabil bagi perekonomian seseorang apabila jumlahnya
lebih besar dari pengeluaran harian orang tersebut (Rahim , 2012).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual produk. begitu juga untuk sistem tanam polikultur atau lebih
dari satu jenis tanaman dalam satu lahan maka penerimaannya yaitu jumlah dari
seluruh penerimaan yang di dapat dari masing masing komoditi yang ditanam.
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani, biasanya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang jumlahnya relatif tetap
dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi
besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang
diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain : biaya sewa lahan, pajak, alat pertanian,
penyusutan, iuran irigasi. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang
berubah apabila luas usahanya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang
yang diproduksi. Contoh biaya tidak tetap antara lain : biaya bibit, pupuk,
pestisida dan upah tenaga kerja. Jumlah dari kedua biaya tersebut dikenal dengan
biaya total (Total Cost) (Soekartawi, 1995 dalam Subarno, 2021).
2.1.6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani berdasarkan
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
15

1. Luas lahan
Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani
misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak
efisien usaha tani dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib
dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat (Juanda, 2018).
2. Harga jual
Harga jual merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan petani. Menurut (Kotler dalam
Simamora, 2001) menyatakan harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen
untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan dan kepemilikan barang
atau jasa. Harga tidak selalu berbentuk uang, akan tetapi harga juga dapat
berbentuk barang, tenaga dan waktu (Juanda, 2018).
3. Produksi
Produksi adalah kegiatan pemanfaatan atau pengalokasian faktor produksi
dengan tujuan menambah kegunaan atau menghasilkan barang dan atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan atau faedah (utility) suatu barang dan
atau jasa adalah kemampuan barang dan jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan
manusia (Karmini, 2018).
Berdasarkan pengertian produksi tersebut, terdapat dua konsep mengenai
kegiatan produksi antara lain: 1. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa:
pengertian produksi dalam arti menghasilkan barang dan jasa adalah
menghasilkan barang ataupun jasa yang belum ada sehingga bertambah
jumlahnya atau dapat dengan memperbesar ukurannya. Contohnya adalah usaha
pertanian, peternakan dan perikanan. 2. Kegiatan menambah nilai guna barang
dan jasa: pengertian kegiatan produksi dalam arti menambah nilai guna barang
dan jasa adalah kegiatan yang dilakukan guna menambah nilai guna barang dan
jasa menjadi lebih tinggi. Contohnya adalah minyak makan yang di buat dari
kelapa sawit dan lain-lain sebagainya (Munthe, 2018).
16

Menurut Sujarweni (2015) biaya mempunyai dua pengertian yaitu


pengertian secara luas dan secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam usahanya
untuk mendapatkan sesuatu demi mencapai tujuan tertentu baik yang sudah terjadi
dan belum terjadi/direncanakan. Biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan
sumber ekonomi dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva.
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap (FC) dan biaya
variabel (VC), biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya
produksi seperti biaya sewa lahan/gedung, biaya penyusutan alat pertanian, biaya
pajak. Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi seperti biaya pupuk, benih//bibit, upah tenaga kerja dan biaya pestisida.
4. Jumlah Tanaman
Jumlah tanaman menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
petani dalam berusahtani semakin banyak tanaman yang ditanama dalam luasan
lahan maka semakin tinggi tingkat produksi yang dihasilkan tanaman tersebut.
Bibit juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan petani
dalam berusahatani semakin baik kualitas bibit maka semakin tinggi produksi
usahatani tersebut. Bibit unggul menjadi salah satu faktor penting dalam produksi
usahatani karena penggunaan bibit unggul bermutu dapat menaikkan daya hasil
sebesar 15% dibandingkan dengan penggunaan bibit yang tidak bermutu. Semakin
unggul bibit yang digunakan dalam usahatani, maka akan semakin tinggi pula
tingkat produksi yang akan diperoleh (Notarianto, 2011).
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan subsistem usahatani yang apabila faktor tenaga
kerja ini tidak ada maka usahatani tidak akan berjalan. Besar kecilnya peranan
tenaga kerja terhadap hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang
tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja dalam usahatani dibagi
atas tenaga kerja manusia, tenaga ternak dan tenaga mesin. Berikut merupakan
kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja manusia di dalam usahatani, meliputi:
1. Pengolahan lahan
2. Pengadaan saprodi
3. Penanaman
17

4. Persemaian
5. Peliharaan
6. Panen
7. Pengangkutan hasil
8. Penjualan hasil
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam faktor produksi
tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan
kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifatnya (Saeri, 2018).
Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja di luar anggota keluarga. Tenaga kerja di dalam
keluarga adalah tenaga kerja yang masih anggota keluarga, misalnya ayah, ibu dan
anak-anak. Tenaga kerja di dalam keluarga umumnya tidak mendapatkan upah.
Sedangkan tenaga kerja di luar keluarga adalah tenaga kerja yang mendapatkan
upah atas hasil kerjanya. Pembayaran upah tenaga kerja tersebut dapat harian atau
borongan, dapat berbentuk uang ataupun hasil panen (Shinta, 2011).
6. Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani adalah proses belajar dalam penerapan teknologi
yang dikembangkan. Pengalaman usahatani yang tidak mencerminkan responden
mnerapkan teknologi melainkan hanya mengandalkan pengalaman turun temurun.
Menurut Soekartawi (2003) pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima iniovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru.
Menurut Shinta (2011) dalam Saeri (2018), pengelolaan usahatani adalah
kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan,
mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya
sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan
restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan
berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional.
Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong
dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi
18

pasar, serta pemupukan modal/investasi. Menurut Dewi (2017) petani yang sudah
lama bertani akan mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula, karena
pengalaman yang lebih banyak menyebabkan petani mudah mengambil
keputusan. Semakin lama pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani maka
cenderung memiliki keterampilan tertinggi.
7. Tingkat Pendidikan
Menurut Muttakin (2014), pendidikan merupakan salah satu syarat
memperlancar dalam pembangunan pertanian, keterbatasan pendidikan yang
dimiliki seseorang dapat menjadi kendala pembangunan yaitu terdapat cara
berpikir serta mengambil keputusan petani yang berpendidikan tinggi akan lebih
rasional dalam berpikir dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah.
8. Keanggotaan Kelompok Tani
Keberadaan organisasi petani merupakan komponen penting dalam
pembangunan pertanian. Petani yang berada dalam organisasi formal memiliki
posisi sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan. Petani dapat berperan turut
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, memerangi
kemiskinan, memperbaiki degradasi sumber daya alam, meningkatkan
keterlibatan perempuan, serta juga kesehatan, pendidikan, dan sosial politik
(Syahyuti et al., 2014).
Pembangunan kelembagaan petani sebagai upaya peningkatan pengelolaan
suberdaya pertanian perlu dilandasi pemikiran bahwa :
a. Proses pertanian memerlukan sumberdaya manusia tangguh yang didukung
infrastruktur, peralatan, kredit, dan sebagainya
b. Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada manajemen
sumberdaya alam karena memerlukan faktor pendukung dan unit-unit produksi.
c. Kegiatan pertanian mencakup tiga rangkaian: penyiapan input, mengubah input
menjadi produk dengan usaha tenaga kerja dan manajemen, dan menempatkan
output menjadi berharga.
d. Kegiatan pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan dan
kelembagaan dari pusat hingga lokal.
e. Kompleksitas pertanian, yang meliputi unit-unit usaha dan kelembagaan, sulit
mencapai kondisi optimal (Anantanyu, 2011).
19

Kelompok tani dibentuk bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang


tidak bisa diatasi oleh petani secara individu. Kelompok tani dapat dibentuk
secara swadaya maupun atas dasar kepentingan kebijakan dari pemerintah.
Pembentukan kelompok tani merupakan proses perwujudan pertanian yang
terkonsolidasi (consolidated agriculture), sehingga bisa berproduksi secara
optimal dan efisien. Pertanian yang terkonsolidasi dalam kelompok tani
memungkinkan pengadaan sarana produksi dan penjualan hasil bisa dilakukan
secara bersama. Dengan demikian, volume sarana produksi yang dibeli dan
volume hasil yang dijual menjadi lebih besar, sehingga biaya pengadaan per
satuan sarana dan pemasaran per satuan hasil menjadi lebih rendah (Nuryanti &
Swastika, 2011).
Kelompok tani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi
dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggotanya serta ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling
mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani,
kesamaan baik dalam hal tradisi, pemukiman, maupun hamparan lahan usahatani
(Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).
Kelompok tani akan membantu petani yang tergabung dalam keanggotaan
untuk memfasilitasi segala kebutuhan mulai dari pembelian sarana produksi
sampai penanganan pascapanen dan pemasarannya. Kelompok tani mempunyai
tiga fungsi utama yaitu unit belajar, unit kerja sama dan unit produksi (Hariadi,
2011).
20

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitan tersebut
terdapat kesamaan variabel dependen yang sejenis. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
Nama : Ajang Juanda (2018)  Metode pengambilan sampel : Hasil penelitian :
1. Judul penelitian : Teknik pengambilan sampel responden 1. Hasil menunjukkan bahwa
Analisis Faktor-Faktor yang dilakukan dengan teknik simple random variabel biaya produksi, harga
Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa sampling. jual dan luas lahanberpengaruh
Sawit di Desa Karossa Kecamatan  Metode pengumpulan data : secara signifikan terhadap
Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Penelitian ini menggunakan teknik variabel pendapatan petani
Sulawesi Barat observasi, kuesioner, wawancara serta kelapa sawit(melalui uji F).
Tujuan penelitian : dokumentasi. 2. Dan dari hasil uji parsial (uji
Untuk mengetahui Analisis Faktor-Faktor  Metode analisis data : t)menunjukan bahwa variable
Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Uji kualitas data menggunakan uji biaya produksi, harga jual dan
Kelapa Sawit Di Desa Karossa validitas dan reliabilitas. Metode luas lahan berpengaruh secara
KecamatanKarossa Kabupaten Mamuju analisis yang digunakan adalah analisis signifikan terhadap variabel
Tengah. regresi berganda, uji F ( Uji simultan), pendapatan petani kelapa sawit
uji t (uji parsial), dan uji koefisien sehingga hipotesis pada
determinasi. penelitiaan ini dapat diterima
21

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analsis Data Hasil penelitian


Nama : Navan Pangidoan dan Devi Hasil dari analisis regresi
2. Andriyani (2021)  Metode analisis data dalam berganda menunjukkan bahwa
Judul : Faktor-Faktor yang penelitian ini yaitu menggunakan 1. Pengalam berpengaruh
Mempengaruhi Pendapatan Kelapa Sawit metode analisis regresi linear positif terhadap pendapatan
(Studi Kasus di Kabupaten Pasaman berganda. petani kelapa sawit.
Barat Kecamatan Ranah Batahan)  Metode pengumpulan data yaitu 2. Usia kerja berpengaruh
Tujuan : wawancara, dan kuesioner. positif terhadap pendapatan
1. Untuk mengetahui pengaruh  Sampel dalam penelitian ini yaitu 98 petani kelapa sawit.
pengalaman kerja terhadap pendapatan orang. 3. Waktu kerja berpengaruh
petani kelapa sawit  Variabel dalam penelitian ini yaitu positif terhadap pendapatan
2. Untuk mengetahui pengaruh usia kerja usia kerja, pengalaman kerja, waktu petani kelapa sawit.
terhadap pendapatan petani kelapa kerja dan produksi. 4. Produksi berpengaruh positif
sawit terhadap pendapatan petani
3. Untuk mengetahui pengaruh waktu kelapa sawit.
kerja terhadap pendapatan petani kelapa
sawit
4. Untuk mengetahui pengaruh produksi
terhadap pendapatan petani kelapa
sawit
22

No Nama dan Judul Peneltian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Novita Aswan dan Yulia Windi Data penelitian ini diperoleh melalui Hasil analisis data penelitian ini
3. Tanjung (2021)  Wawancara, pengisian angket dan 1. Hasil memperlihatkan bahwa
Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor study pustaka. variabel-variabel (factor-faktor)
Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi  Sampel pada penelitian ini sebanyak pada penelitian ini memberikan
Kasus : Desa Terapung Raya Muara 20 orang responden dari petani pengaruh secara signifikan
Batang Toru). kelapa sawit yang ditentukan terhadap pendapatan petani
Tujuan Penelitian : Melihat tingkat berdasarkan purposive sampling kelapa sawit dengan tingkat
signifikansi pengaruh faktor-faktor dengan kategori luas lahan 2 Ha atau signifikansi sebesar 0,033 yang
terhadap pendapatan petani di Desa lebih. lebih kecil dari 0,050.
Terapung Raya.  Adapun variable yang dilihat pada 2. Hasil menunjukkan faktor-
penelitian ini adalah jumlah poduksi faktor tersebut memberikan
kelapa sawit, luas lahan, umur pengaruh signifikan terhadap
tanaman kelapa sawit, biaya pendapatan petani kelapa sawit.
pemeliharaan kelapa sawit dan harga
jual kelapa sawit.

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Siti Aminah (2019) Metode analisis data pada penelitian ini
4. Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor  Data dalam penelitian ini Hasil dari penelitian ini
yang Mempengaruhi Pendapatan Petani menggunakan metode ekonometrika 1. Hasil menunjukkan bahwa
Sawit di Desa Sei Musam Kabupaten dengan analisis regresi berganda modal dalam usahatani tidak
Langkat. untuk menguji dan menganalisis berpengaruh terhadap
pengaruh variabel-variabel bebas pendapatan petani sawit
terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel luas lahan
dan variabel harga berpengaruh.
23

No Nama Dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Tujuan Penelitian : .
4. 1. Untuk mengetahui bagaimana  Metode pengambilan data dalam 2. Hasil uji koefisien
pendapatan petani sawit di Desa Sei penelitian ini yaitu dengan metode determinasi (R2) menunjukkan
Musam Kabupaten Langkat. wawancara, kuesioner dan studi
bahwa variabel pendapatan
2. Untuk mengetahui pengaruh modal, pustaka.
luas lahan dan harga terhadap  Variabel dalam penelitian ini yaitu petani sawit sebagai variabel
pendapatan petani sawit di Desa Sei modal, luas lahan dan biaya pupuk. dependen mampu menjelaskan
Musam Kabupaten Langkat.  Sampel dalam penelitian ini yaitu oleh variabel-variabel
100 petani kelapa sawit. independen yaitu modal, luas
lahan dan harga sebesar 17%
sedangkan sisanya 83%
dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak diteliti oleh
penelitian ini.

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Nama : Wulandari Munthe (2018) Metode analisis data pada penelitian ini Hasil pada penelitian ini
5. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang  Analisis Jalur (Analisis path) menunjukkan
Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa menguraikan besaran pengaruh 1. Luas lahan, tenaga kerja dan
Sawit di Kecamatan Aek Natas variabel bebas terhadap variabel biaya pupuk menunjukan
Kabupaten Labuhan Batu Utara terikat secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap
menggunakan regresi berganda. produksi kelapa sawit.
24

No Nama dan Judul Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian


Tujuan :  Metode pengumpulan data dalam Hasil pada penelitian
5. 1. Untuk mengetahui pengaruh luas penelitian ini dengan metode menunjukkan
lahan, tenaga kerja dan biaya pupuk wawancara, kuesioner dan studi 2. Luas lahan dan biaya
terhadap produksi kelapa sawit di pustaka. pupukberpengaruh signifikan
Kecamatan Aek Natas  Variabel dalam penelitian ini yaitu terhadap pendapatan petani
2. Untuk mengetahui pengaruh luas luas lahan, tenaga kerja dan biaya kelapa sawit sedangkan tenaga
lahan, tenaga kerja dan biaya pupuk pupuk. kerja berpengaruh negatif
terhadap pendapatan petani kelapa  Sampel dalam penelitian ini yaitu 60 terhadap pendapatan petani.
sawit di Kecamatan Aek Natas petani kelapa sawit. 3. Luas lahan, tenaga kerja dan
3. Untuk mengetahui pengaruh tidak biaya pupuk secara tidak
langsung luas lahan, tenaga kerja dan langsung berpengaruh
biaya pupuk terhadap pendapatan terhadap pendapatan melalui
petani melalui produksi kelapa sawit produksi kelapa sawit dengan
petani di Kecamatan Aek Natas variabel intervening.
25

2.3. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor yang Petani Kelapa Sawit di


mempengaruhi pendapatan Desa Malik
petani kelapa sawit menurut
penelitian terdahulu
1. Luas lahan Usahatani kelapa
2. Harga jual sawit
3. Produksi
4. Jumlah Tanaman
5. Tenaga kerja
Hasil Produksi
6. Pengalaman usahatani
7. Tingkat pendidikan
8. Keanggotaan kelompok tani
Penerimaan

Biaya Produksi

Pendapatan

Keterangan :
: Melakukan : Menghasilkan
: Mempengaruhi
Gambar 1. Skema Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa
Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat dijelaskan bahwa petani


kelapa sawit di Desa Malik melakukan kegiatan usahatani kelapa sawit dari
kegiatan usahatani tersebut memproduksi tandan buah segar. Dari kegiatan
tersebut diperoleh pendapatan. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan
petani adalah luas lahan, harga jual, produksi, bibit, tenaga kerja, lama
berusahatani, pengalaman usahatani, tingkat pendidikan dan keanggotaan
kelompok tani.

.
26

2.4. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Petani kelapa sawit adalah orang yang melakukan kegiatan usahatani kelapa
sawit di Desa Malik.
2. Usahatani kelapa sawit adalah usaha perkebunan rakyat yang dilakukan oleh
responden di Desa Malik.
3. Responden dalam penelitian merupakan orang yang melakukan usahatani
kelapa sawit di Desa Malik.
4. Tandan buah segar adalah buah sawit dalam bentuk brondolan satu tandan
(Kg).
5. Modal merupakan biaya awal yang dikeluarkan responden dalam usahatani
kelapa sawit di Desa Malik (Rp/ha/th)
6. Total biaya merupakan semua biaya yang di keluarkan petani kelapa sawit
untuk menjalankan usahataninya (Kg/ha/th).
7. Hasil produksi adalah produk yang diperoleh petani kelapa sawit dalam bentuk
tandan buah segar (Rp/Ha/th).
8. Penerimaan merupakan hasil perkalian jumlah produksi kelapa sawit dengan
harga jual kelapa sawit pada tahun 2022 (Rp/ha/bulan).
9. Pendapatan merupakan nilai yang diterima petani kelapa sawit real selama 3
bulan terakhir di tahun 2022 (Rp/ha/bulan).
10. Biaya produksi adalah akumulasi pengeluaran yang diperlukan oleh petani
untuk menjalankan usahatani kelapa sawit hingga menghasilkan produksi
kelapa sawit (Rp/ha/bulan)
11. Luas lahan merupakan luas areal yang ditanam kelapa sawit (Ha).
12. Harga jual merupakan besaran harga yang diterima petani kelapa kelapa sawit
(Rp/Kg).
13. Jumlah tanaman merupakan banyaknya tanaman kelapa sawit yang ditanam
petani kelapa sawit di Desa Malik (Batang).
14. Tenaga kerja merupakan orang yang bekerja di perkebunan kelapa sawit
(Orang).
27

15. Pengalaman usahatani merupakan proses belajar yang dapat mempermudah


dalam penerapan teknologi yang dikembangkan (Tahun).
16. Tingkat pendidikan merupakan kondisi jenjang pendidikan yang ditempuh
petani kelapa sawit di Desa Malik (Tahun).
17. Keanggotaan kelompok tani merupakan keterkaitan dan tergabungnya petani
kelapa sawit di Desa Malik.
2.5. Hipotesis

Menurut Dantes (2012) hipotesis merupakan praduga atau asumsi yang


harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh dengan melalui penelitian.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan
maka peneliti menetapkan hipotesis statistik dalam penelitian ini yaitu
H0 : Diduga variabel independen (luas lahan, harga jual, produksi, jumlah
tanaman, tenaga kerja, lama berusahatani, pengalaman usahatani, tingkat
pendidikan dan keanggotaan kelompok tani) berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (pendapatan).
H1 : Diduga variabel independen (luas lahan, harga jual, produksi, jumlah
tanaman, tenaga kerja, lama berusahatani, pengalaman usahatani, tingkat
pendidikan dan keanggotaan kelompok tani) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (pendapatan).
28

III. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Malik Kecamatan Payung


Kabupaten Bangka Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) dengan mempertimbangkan bahwa Desa Malik adalah salah satu Desa
yang memproduksi kelapa sawit. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan
Januari 2022 mulai dari tahap persiapan hingga penyelesaian laporan akhir.
2.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


survei. Menurut Sugiyono (2018) metode survei adalah metode penelitian
kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa
lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku
hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel yang
diteliti dari sampel yang diambil dari populasi tertentu , teknik pengumpulan data
dengan pengamatan (wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil
penelitian cendrung untuk di generasikan.
2.3. Metode Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu petani kelapa sawit yang berada di
Desa Malik sebanyak 374 orang, dimana dalam penentuan sampel diambil petani
yang mempunyai usahatani kelapa sawit yang sudah berproduksi. Dalam
penelitian ini menggunakan penentuan ukuran sampel penelitian menurut (Gay &
Diel, 1992), apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian
deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah sebesar 10% dari total
populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini 10 persen dari 374 sebanyak 37
orang. Menurut Baley dalam Mahmud (2011) untuk penelitian yang menggunakan
analisis data statistik ukuran sampel paling minimum yaitu 30 sampel.
29

2.4. Metode Pengumpulan Data

2.4.1. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data primer
Menurut Sugiyono (2018) data primer yaitu sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini yaitu
data petani kelapa sawit berupa data identitas petani, data usahatani petani kelapa
sawit dan data pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012) data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber
dari literatur, buku-buku, serta dokumen. Data sekunder yang dikumpulkan antara
lain gambaran umum daerah penelitian, data demografi, data luas areal dan
produksi petani kelapa sawit. Data sekunder diperolah dari instansi terkait, seperti
Badan Pusat Statistik, Profil Desa , Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa,
serta media internet yang sesuai dengan penelitian.

2.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :


1. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi secara langsung melalui kegiatan tanya jawab antara peneliti
(pewawancara) dengan yang diteliti (responden) menggunakan panduan
wawancara atau kuesioner dengan tujuan memperoleh informasi dengan sebenar-
benarnya (Edi, 2016).
Teknik wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara secara
langsung dengan responden penelitian di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan.
30

2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan tertulis kepada responden dengan harapan
responden memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Sugiyono, 2014).
Dalam penelitian ini menggunakan angket kuesioner terbuka. Kuesioner
terbuka merupakan sejumlah pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga
responden dapat memberikan respon sesuai dengan kehendak, keadaanya, maupun
pendapatnya (Purwanto, 2011).
2.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Data
yang telah diolah kemudian dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. Pengolahan
data pada penelitian ini menggunakan program microsoft excel dan program SPSS
23 (Statistik poduct and Service Solution).
Tabel 4. Rincian Tujuan dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis
1 Menghitung besar pendapatan Primer Deskriptif
petani kelapa sawit di Desa Malik Kuantitatif
2 Mendeskripsikan faktor-faktor Primer dan Regresi Linear
yang memengaruhi pendapatan Sekunder Berganda
petani kelapa sawit di Desa Malik
Tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk menghitung berapa besar
pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik dengan metode analisis data secara
deskriptif kuantitatif dengan perhitungan matematika sederhana untuk
menghitung pendapatan.
Pd = TR – TC
TR =P×Q
TC = FC + VC
Keterangan :
Pd = Pendapatan petani kelapa sawit P = Harga
3 bulan terakhir pada tahun 2022. Q = Jumlah Produksi
TR = Total Penerimaan FC = Biaya Tetap
TC = Total Biaya VC = Biaya Variabel
31

Tujuan penelitian yang kedua yaitu untuk mendeskripsikan faktor-faktor


apa saja yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik, untuk
menjawab tujuan kedua menggunakan analisis regresi linier berganda karena
variabel yang diteliti melebihi satu variabel. Menurut Janie (2012) regresi linear
berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap satu variabel dependen. Model ini mengasumsikan adanya
hubungan satu garis lurus/linier antara variabel dependen dengan masing-masing
prediktornya. Untuk menganalisis variabel-variabel tersebut menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X 2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X 5 + β6 X6 + β7 X7 + β8 X 8 + 𝜀
Keterangan :
Y : Pendapatan (variabel dependen)
α : Konstanta
β : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Luas Lahan (Ha)
X2 : Harga Jual (Rp/Kg)
X3 : Produksi (Ton)
X4 : Jumlah Tanaman (Batang)
X5 : Tenaga Kerja (Orang)
X6 : Pengalaman Usahatani (Tahun)
X7 : Tingkat Pendidikan (Tahun)
X8 : Keanggotaan Kelompok Tani (Variabel Dummy)
𝜀 : Error, Variabel Gangguan
A. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi tidak terdapat masalah
multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan data terdestribusi normal.
Jika asumsi klasik terpenuhi maka akan menghasilkan estimnator yang sesuai Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE), yang artinya model regresi dapat digunakan
sebagai alat estimasi penelitian.
32

1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi
variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai hubungan yang
normal (Ghozali, 2016). Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui
normal atau tidaknya suatu data. Uji normalitas menjadi hal penting karena salah
satu syarat pengujian parametric-test (uji parmetrik) adalah data harus terdistibusi
normal. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Angka signifikansi (Sig) > 0,05 menunjukan data terdistribusi normal.
Angka signifikansi (Sig) < 0,05 menunjukan data tidak terdistribusi normal
(Haryandi dan Winda, 2011)
2. Uji Multikolenieritas
Tujuan dari uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah hubungan
antara variabel bebas memiliki masalah multikolinieritas (gejala multikolinieritas)
atau tidak. Multikorelasi adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah
yang terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Kriteria pengujian pengujian
adalah sebagai berikut :
Nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka tidak terjadi gejala
multikolinieritas
Nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10, maka terjadi gejala multikolinieritas
(Haryandi dan Winda, 2011).
Menurut Santoso (2012), rumus yang digunakan untuk mengetahui apakah
nilai VIF terdapat gejala atau tidak yaitu sebagai berikut
𝟏 𝟏
VIF = 𝐓𝐨𝐥𝐞𝐫𝐚𝐧𝐜𝐞 atau Tolerance = 𝐕𝐈𝐅

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi dalam penelitian terjadi ketidaksamaan varian dari residual
yang diamati. Beberapa cara untuk melihat indikasi heteroskedastisitas, yaitu:
dengan melihat scatterplot serta dapat menggunakan uji gletsjer, uji park, dan uji
white (Haryadi & Winda, 2011).
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2016) uji autokorelasi adalah uji yang tujuannnya untuk
mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
33

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1


(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi dengan menggunakan model Durbin Watson. Uji autokorelasi dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin Watson melalui perbandingan
du < d < 4 – du.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan uji Durbin-Watson
dengan keputusan sebagai berikut
 Jika (D-W) < di, maka h0 ditolak
 Jika (D-W) > du, maka h0 di terima
 Jika dt < (D-W) < du, maka tidak dapat diambil kesimpulan.
Uji dilakukan dengan menggunakan rumus uji Durbin-Watson, dengan rumus :
∑(𝑒𝑡 − 𝑒𝑡−1 )
D–W = ∑ 𝑒𝑡2

B. Uji Koefisien Determinasi (r2)


Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang di masukkan kedalam model. Nilai koefisien determinasi yaitu
antar 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 (satu) berarti variabel – variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
(Ghozali, 2016).
Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : Kd = r2 × 100%
Dimana
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi
Kriteria untuk analisis koefisiensi determinasi adalah :
 Jika Kd mendekati nol (0), maka pengaruh variabel independent terhadap
variabel devendent lemah.
34

 Jika Kd mendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent terhadap


variabel devendent kuat.
C. Uji Signifikan Parsial (Uji T)
Uji t atau test of significance digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Nilai t hitung ditentukan dengan tidak
memperhatikan nilai positif atau negatif dari nilai t hitung tersebut karena nilai t
hitung adalah nilai mutlak | t |. Untuk mengetahui pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑟 √𝑛−2
t=
√1−𝑟 2
Dimana
t = Distribusi t
r = Koefisien korelasi parsial
r2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah data
Uji t dilakukan dengan menganalisa hasil dari tabel coefficients. Syaratnya,
jika nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ditolak, apabila
nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis diterima, yang artinya
masing-masing variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen
(Ghozali, 2016).
D. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan mengetahui apakah variabel-variabel independen secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut Sugiyono (2014), rumus yang digunakan untuk menguji pengaruh
semua variabel adalah sebagai berikut
𝒓𝟐⁄
𝒌
F= (𝟏−𝒓𝟐 )
(𝒏−𝒌−𝟏)

Dimana
r2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independent
n = Jumlah anggota data atau kasus
35

Uji signifikan F dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05


dengan kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti semua variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 berarti semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Siregar, 2016).
36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Gambaran umum lokasi penelitian meliputi letak geografis dan batas
wilayah, kependudukan, sarana dan prasarana di Desa Malik Kecamatan Payung
Kabupaten Bangka Selatan yang dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1. Geografis Desa Malik Kecamatan Payung
Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kabupaten Bangka Selatan
berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten lainnya yaitu dengan wilayah
Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Selatan terdapat 8 kecamatan
yaitu kecamatan Kepulauan Pongok, Lepar Pongok, Air Gegas, Tukak Sadai,
Toboali, Simpang Rimba dan Payung (BPS, 2021). Kecamatan Payung memiliki
9 desa/kelurahan salah satunya adalah Desa Malik. Desa Malik merupakan salah
satu desa yang berada di sebelah utara Kecamatan Payung dan ibu kota Kabupaten
Bangka Selatan dengan batas-batas wilayah administrasi yang dijelaskan pada
tabel 5.
Tabel 5. Wilayah Administrasi Desa Malik Tahun 2021
No Bagian Perbatasan
1. Sebelah Utara Desa Kemingking Kabupaten Bangka Tengah
2. Sebelah Timur Desa Guntung Kabupaten Bangka Tengah
3. Sebelah Selatan Desa Pangkal Buluh Kabupaten Bangka Selatan
4. Sebelah Barat Desa Bangka Kota Kabupaten Bangka Selatan
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

Tata letak yang dimiliki oleh Desa Malik cukup strategis karena cukup
dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan Payung namun untuk menempuh ibu
kota Kabupaten Bangka Selatan dengan jarak 103 Km dari desa membutuhkan
waktu cukup lama, akan tetapi jika kearah ibu kota Provinsi cukup dengan waktu
satu jam. Letak orbitasi atau tataletak Desa Malik dapat dilihat pada tabel 6.
37

Tabel 6. Letak Orbitasi Desa Malik Tahun 2021


No Keterangan Jarak Tempuh
1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 12 Km
2. Jarak dari pusat pemerintahan kota kabupaten 113 Km
3. Jarak dari pusat pemerintahan provinsi 60 Km
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

Desa Malik dengan memiliki potensi keunggulan terbesar dari


perkebunan dengan luas lahan perkebunan 2200 Ha dari luas total 5276,2 Ha.
Pembagian wilayah Desa Malik dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Persentase Penggunaan Lahan Desa Malik Tahun 2021
No Penggunaan lahan Luas lahan (ha) Persentase (%)
1 Lahan Sawah 58 1,099
2 Pemukiman 10 0,189
3 Ladang 700 13,267
4 Pekarangan 4 0,075
5 Tanah rawa 120 2,274
6 Lahan gambut 250 4,738
7 Perkebunan 2200 41,696
8 Fasilitas umum 75,2 1,425
9 Hutan 1859 35,233
Jumlah 5.276,2 100
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa persentase penggunaan lahan


daerah terbesar yaitu penggunaan daerah sebagai lahan perkebunan sebesar
41,69% atau dengan luas 2200 Ha yang kemudian lahan hutan dan ladang adalah
persentase penggunaan luas daerah terbesar setelah lahan perkebunan. Oleh
karena itu, penggunaan luas lahan perkebunan merupakan setengah dari luas
daerah Desa Malik, dimana lahan perkebunan tersebut mayoritas digunakan
sebagai lahan usahatani perkebunana kelapa sawit.
Desa Malik memiliki bentang wilayah dataran dan memiliki iklim tropis
yang terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara
rata-rata di Desa Malik sekitar 260C sampai 27,30C sedangkan tingkat curah hujan
rata-rata dalam satu bulan yaitu sekitar 260 sampai dengan 300 Mm/bulan.
Tingkat kelembaban udara di Desa Malik sekitar 77,4% sampai dengan 87,3%.
38

4.1.2. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

Desa Malik terdapat 2 dusun dan membawahi 10 Rukun Tetangga (RT)


dengan jumlah penduduk ditahun 2021 sebanyak 1.314 jiwa dengan jumlah laki-
laki sebanyak 660 jiwa dan 654 jiwa perempuan. Selain itu Desa Malik juga
merupakan daerah tranmigrasi dimana masyarakatnya berasal dari berbagai suku
seperti Jawa, Sunda, Bugis, Batak dan asli Melayu dengan mata pencaharian
beragam. Jumlah penduduk Desa Malik dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Malik Tahun 2021
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-laki 660 50,2
2. Perempuan 654 49,8
Jumlah 1.314 100
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

Berdasarkan tabel 8, bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak


dibandingkan penduduk perempuan. Dalam kegiatan usahatani perkebunan kelapa
sawit tenaga laki-laki sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang berat seperti pengolahan lahan, pembasmian hama, pemanenan, kegiatan
pemupukan dan lainnya. Menurut Yuli dkk (2019), tenaga kerja laki-laki lebih
banyak dibutuhkan dalam kegiatan usahatani karena kemampuan fisiknya lebih
kuat dibandingkan dengan tenaga perempuan.
Jika dilihat mengenai jenis mata pencaharian utama penduduk desa Malik
beragam diantaranya Petani, PNS, Pedagang, Wiraswasta, Karyawan Perusahaan
Swasta dan lainnya. Untuk mengetahui lebih jelas jenis mata pencaharian
penduduk Desa Malik dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Mata Pencaharian dan Jumlah Penduduk Desa Malik Tahun 2021
No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (jiwa)
1. Petani 234
2. Pegawai Negeri Sipil 10
3. Pengrajin 2
4. Pedagang Kelontong 34
5. Wiraswasta 45
6. Karyawan Perusahaan Swasta 30
7. Perawat 5
8. Karyawan Honorer 8
39

9. Buruh Harian Lepas 155


10. Pensiunan 3
11. Pelajar 324
12. Belum Bekerja 70
13. Perangkat Desa 20
14. Lainnya 130
Jumlah 1.070
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa jumlah terbesar mata


pencaharian utama penduduk Desa Malik adalah petani sebanyak 234 jiwa.
Keadaan lahan di Desa Malik juga sesuai dengan hal tersebut, dimana penggunaan
lahan terbesar yaitu penggunaan lahan perkebunan sehingga mata pencaharian
terbesar masyarakat di Desa Malik adalah sebagai petani.
4.1.3. Saranan dan Prasarana
Menurut Moenir dalam Armansyah (2018), Sarana adalah segala jenis
peralatan yang berfungsi sebagai alat utama atau alat langsung untuk mencapai
tujuan. Misalnya toilet, tempat sampah, tempat tidur dan lainnya. Sedangkan
prasaranan adalah seperangkat alat yang berfungsi secara tidak langsung untuk
mencapai tujuan. Misalnya keadaan lingkungan sekitar ruang perawatan. Berikut
merupakan sarana dan prasarana yang ada di Desa Malik :
1. Sarana Pendidikan
Keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusianya. Pendidikan salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan perlunya upaya untuk mengenyam pendidikan yang seluas-luasnya..
Salah satu sarana yang sangat penting bagi penduduk setempat yaitu sarana
pendidikan dimana di Desa Malik telah didukung oleh sarana pendidikan yang
cukup baik seperti adanya gedung sekolah taman kanak-kanak hingga gedung
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk mengetahui lebih jelas sarana
pendidikan yang telah tersedia di Desa Malik dapat dilihat pada tabel 10.
40

Tabel 10. Sarana Pendidikan di Desa Malik Tahun 2021


No Sarana Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 1
3. Gedung SMP 1
4. Gedung TPA 1
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021).

2. Sarana Kesehatan
Jaminan kesehatan yang lebih baik dari pemerintah daerah diharapkan bisa
memberikan dampak positif terhadap kualitas sumber daya manusia, kemudian
pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas yang menunjang kesejahteraan
penduduk. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil desa sarana kesehatan yang
tersedia di Desa Malik sudah cukup memadai untuk melayani kesehatan
masyarakat desa. Keberadaan sarana kesehatan di Desa Malik tentunya sangat
bermanfaat bagi masyarakat Desa Malik. Untuk mengetahui sarana kesehatan apa
saja yang tersedia di Desa Malik dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Sarana Kesehatan di Desa Malik Tahun 2021
No Sarana Jumlah (Unit)
1. Puskesmas Pembantu 1
2. Posyandu 1
3. Rumah Bersalin 1
(Sumber: Profil Desa Malik, 2021)

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang tersedia
di Desa Malik yaitu puskesmas pembantu yang terletah ditengah-tengah desa
terdapat 1 unit, sarana posyandu yang terletak dipeghujung desa 1 unit dan rumah
bersalin yang berada di tengah-tengah desa 1 unit dengan keberadaan sarana
kesehatan tersebut cukup membantu dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Sarana Peribadatan
Tempat ibadah merupakan tempat yang digunakan oleh umat beragama
untuk beribadah menurut ajaran kepercayaannya. Oleh karena mayoritas
penduduk Desa Malik memeluk agama islam dengan terbuktinya keberadaan
masjid yang ada di Desa Malik, dengan keberadaan masjid tersebut masyarakat
dapat memperluas ilmu agama dan memberikan kesempatan bagi penduduk luar
daerah untuk beribadah dimasjid tersebut.
41

4.1.4. Identitas Responden


Pada penelitian ini, responden yang digunakan adalah petani kelapa sawit
di Desa Malik yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang sudah berproduksi.
Identitas responden menjelaskan mengenai keadaan responden yang meliputi
umur responden, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman
berusahatani kelapa sawit.
1. Usia Responden
Kemampuan bekerja seorang petani sangat bergantung pada tingkat usia.
Dimana usia yang produktif dapat melakukan pekerjaan yang lebih efektif
dibandingkan dengan usia yang belum atau sudah tidak produktif lagi. Adapun
karakteristik usia responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Usia Responden di Desa Malik Tahun 2021
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 30-39 12 32,43
2. 40-49 9 24,32
3. 50-59 14 37,83
4. 60-69 2 5,40
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).

Berdasarkan tabel 12, dapat dilihat bahwa karakteristik usia responden


yang paling banyak yaitu pada usia 50-59 tahun dengan persentase 37,83 persen
dibandingkan dengan jumlah responden yang berusia 60 tahun keatas yaitu
dengan persentase 5,40 persen. Dalam hal ini bahwa responden dalam penelitian
ini kebanyakan berusia produktif. Menurut Asriani (2019), pada dasarnya
pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang dilakukan secara turun-
temurun. Karena usia produktif dalam melakukan suatu pekerjaan akan
meningkatkan produktivitas, bukan hanya itu penduduk yang berusia produktif
dibandingkan dengan usia nonproduktif dapat melakukan pekerjaan lebih
memiliki tenaga, dan kekuatan dalam melakukan pekerjaan seperti bertani, karena
usia nonproduktif secara biologis memiliki kerentangan terhadap fisik dan tenaga
yang dimiliki.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu input produksi yang paling penting
untuk dimiliki oleh seorang petani karena dengan adanya pendidikan dapat
42

membuat petani lebih memiliki kualitas yang tinggi sehingga dengan memiliki
kualitas tersebut dapat bekerja dengan produktif. Tingkat pendidikan responden
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden di Desa Malik Tahun 2022
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 1 2,70
2. Tidak Tamat SD 17 45,94
3. Tamat SD 8 21,62
4. Tamat SMP 5 13,51
5. Tamat SMA 4 10,81
6. Diploma 2 5,40
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).

Berdasarkan tabel 13, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang


ditempuh petani di Desa Malik paling banyak yaitu dengan pendidikan tidak
tamat SD sebanyak 17 orang dengan persentase 45,94 persen dibandingkan
dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan Diploma yaitu 2 orang dengan
persentase 5,40 persen. Hal ini bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan bagi petani masih tergolong rendah, padahal jika dengan menempuh
pendidikan yang lebih tinggi tentunya dapat memperoleh ilmu dan bisa
dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani sehingga dapat meningkatkan tingkat
produksi usahatani kelapa sawit, hal ini sejalan dengan penelitian Asriani (2019),
bahwa dengan tingginya minat masyarakat untuk menempuh pendidikan, mereka
dapat memanfaatkan ilmu yang mereka peroleh untuk peningkatan produksi padi
mereka.
3. Pengalaman Usahatani
Pengalaman uahatani yang dimiliki seorang petani secara tidak langsung
akan mempengaruhi pola pikir seorang petani. Petani yang memiliki pengalaman
usahatani lebih lama akan lebih mampu merencanakan usahataninya dengan lebih
baik, karena sudah lebih memahami berbagai aspek dalam berusahatani. Semakin
lama pengalaman yang dimiliki petani memungkinkan produksi yang dihasilkan
lebih tinggi. Pengalaman usahatani petani di Desa Malik dapat dilihat pada tabel
14.
43

Tabel 14. Pengalaman Usahatani Responden di Desa Malik Tahun 2021


No Pengalaman Usahatani Jumlah (Keluarga) Persentase (%)
(Tahun)
1. 1-5 7 18,91
2. 6-10 20 54,05
3. 11-15 7 18,91
4. 16-20 3 8,10
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).

Berdasarkan tabel 14. Dapat dilihat bahwa pengalaman usahatani yang


paling banyak yaitu 6 sampai 10 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase
54,05 persen dibandingkan dengan pengalaman usahatani terlama yaitu 16 sampai
20 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 8,10 persen. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengalaman kerja petani kelapa sawit sudah cukup lama.
Berdasarkan hal tersebut petani memiliki perencanaan yang baik dalam mengelola
usahatani kelapa sawit untuk kedepannya.
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Menurut Asriani (2019), tanggungan keluarga yang besar merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi pengeluaran dari rumah tangga. Semakin
besar jumlah tanggungan dalamsebuah rumah tangga maka jumlah pengeluaran
yang akan dikeluarkan oleh rumah tanggaitupun akan besar jumlahnya sesuai
dengan jumlah tanggungan. Jumlah tanggungan keluarga responden di Desa
Malik dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Malik Tahun 2021
No Jumlah Tanggungan Jumlah (Keluarga) Persentase (%)
1. 1-3 36 97,30
2. 3-5 1 2,70
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga
responden yang paling banyak adalah jumlah anggota keluarga 1-3 orang yaitu
sebanyak 36 orang dengan persentase 97,30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan petani berada pada tingkat yang cukup rendah hal ini
berhubungan dengan usia petani dimana usia tersebut sudah tidak produktif dalam
angka kelahiran dikeluarga petani. Banyaknya jumlah tanggungan petani maka
44

akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengeluaran rumah tangga.


Pendapatan yang diperoleh petani harus menghidupi setiap anggota keluarga
untuk bertahan hidup (Asriani, 2019).

4.2. Hasil dan Pembahasan


4.2.1. Usahatani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Desa Malik merupakan salah satu desa yang memproduksi tandan buah
segar, selain berusahatani kelapa sawit petani di Desa Malik juga berusahatani
komoditas lainnya seperti lada, tetapi mayoritas petani di Desa Malik berusahatani
kelapa sawit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada 37 responden di Desa Malik
bahwa untuk usahatani kelapa sawit menggunakan lahan milik sendiri. Petani di
Desa Malik melakukan penyiapan lahan dengan cara manual dan menggunakan
alat berat untuk membuka lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit
dimulai dari tahap yang dilakukan secara manual yaitu penebangan hutan,
kemudian semak belukar tersebut dibiarkan hingga kering sebelumk dilakukan
pembakaran semak belukar tersebut, jika melakukannya secara modern bisa
langsung menggunakan alat berat seperti excavator untuk membersihkan lahan.
Petani di Desa Malik menggunakan berbagai jenis bibit yang berbeda
antara lain Sriwijaya, PPKS yangambi, PPKS Dumpy, PPKS Marihat, dan jenis
Dura. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara petani kelapa sawit lebih
banyak menggunakan bibit marihat karena harga bibit tersebut dapat dikatakan
terjangkau dan kualitas bibit juga cukup bagus. Bantuan bibit saat ini sudah tidak
tersalurkan lagi sehingga para petani kekurangan dalam segi modal untuk
memulai berusahatani karena harga bibit yang cukup tinggi pada saat ini.
Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani di Desa Malik yaitu 2 Ha dengan
luas lahan tersebut jarak tanam kelapa sawit yang digunakan petani jarak 8×9
dimana dalam 1 Ha lahan ditanami dengan 125 tanaman kelapa sawit jadi jika 2
Ha maka jumlah tanamannya yaitu 250 batang kelapa sawit. Rata-rata usia
tanaman kelapa sawit di Desa Malik adalah 5 tahun keatas.
Jenis pupuk yang digunakan responden dalam penelitian ini adalah pupuk
kimia yang terdiri dari beberapa jenis yaitu Urea, Sp36, Kapur Dolomit,
Kebomas, Bananas, Phoska, Phonska, NPK Phosri, Organik, dan KCL.
45

Pemupukan dilakukan secara bertahap ada yang dilakukan dalam 1 tahun 2 kali
pemupukan, ada yang dalam 3 bulan 1 kali pemupukan dan dalam 4 bulan
dilakukan 1 kali pemupukan. Dosis pupuk yang diberikan juga berbeda-beda hal
ini dikarenakan faktor biaya yang kurang memadai, dari hasil penelitian dengan
melakukan wawancara alasan kenapa pemupukan yang dilakukan 1 tahun 2 kali
karena untuk meminimalisis biaya yang dikeluarkan.
Tenaga kerja yang digunakan petani di Desa Malik beragam ada yang
menggunakan tenaga kerja luar keluarga daan tenaga kerja dalam keluarga.
Tenaga kerja yang digunakan berdasarkan luas lahan yang dikelola, semakin luas
laham maka semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, akan tetapi
bagi petani yang memiliki luas lahan yang terbatas hanya menggunakan tenaga
kerja yang berasal dari anggota keluarganya sendiri (Ridha, 2017).
Kelapa sawit umumnya sudah mulai berproduksi pada usia tanaman
minimal 3 tahun, dalam satu bulan petani kelapa sawit melakukan kegiatan
pemanenan sebanyak 2 kali masa panen. Hasil panen rata-rata dengan luas lahan 1
Ha dalam 1 kali panen dapat diprediksi oleh petani kelapa sawit sekitar 700 kg
jika umur kelapa sawit sudah diatas 3 tahun. Hasil panen dapat berupa tandan
buah segar dijual melalui tengkulak dan pabrik kelapa sawit, harga yang diterima
petani kelapa sawit berbeda-beda tergantung kualitas TBSnya jika melalui
tengkulak, para tengkulak mengsortir TBS tersebut biasanya untuk usia kelapa
sawit yang masih muda atau yang baru mulai berproduksi berbeda kualitasnya
dengan kelapa sawit yang sudah pada masa panen raya sehingga harga yang
diterima setiap petani berbeda-beda. Harga yang diterima petani kelapa sawit pada
bulan Januari hingga Maret berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara
langsung kepada petani yaitu beragam mulai dari Rp2.500-Rp3.600 perkilogram.
4.2.2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memenuhi
kebutuhan produksi dapat berupa barang dan jasa (Wanda, 2015). Biaya yang
dikeluarkan petani kelapa sawit di Desa Malik meliputi biaya variabel dan biaya
tetap. Untuk biaya variabel terdiri dari biaya pupuk, pestisida dan biaya tenaga
kerja. Sedangkan biaya tetapnya berupa alat-alat pertanian seperti cangkul,
parang, dodos, arko dan lain-lain yang dapat di lihat pada tabel 16.
46

Tabel 16. Total biaya produksi petani kelapa sawit di Desa Malik tahun 2022
Biaya tetap (Rp) Biaya variable (Rp) Total biaya produksi (Rp)
16.462.000 241.665.000 258.127.000
(Sumber: Olahan data primer, 2022)
Berdasarkan tabel 16, dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya
produksi yang dikeluarkan responden penelitian sebanyak 37 orang mulai dari
biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya alat pertanian yaitu sebesar Rp
258.127.000. Pada tabel 16 dijelaskan bahwa jumlah total biaya tetap dan biaya
variabel usahatani kelapa sawit di Desa Malik sebesar Rp 16.462.000 sedangkan
jumlah untuk biaya variabel selama 3 bulan (Januari-Maret) sebesar Rp
241.665.000. Total biaya yang paling banyak dikeluarkan petani di Desa Malik
yaitu biaya pupuk, pestisida dan biaya tenaga kerja.
4.2.3. Penerimaan Petani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Penerimaan dalam usahatani kelapa merupakan total pemasukkan yang
diterima oleh petani dari kegiatan produksi yang sudah dilakukan dengan
menghasilkan uang tetapi belum dikurangi dengan biaya-biaya produksinya
(Husni et al.2014). Total penerimaan petani kelapa sawit di Desa Malik selama 3
bulan (Januari-Maret tahun 2022) dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Total penerimaan petani kelapa sawit di Desa Malik selama 3 bulan
(Januari-Maret) tahun 2022
Total Penerimaan (Rp) Rata-rata (Rp)
853.234.530 230.603.92,7

(Sumber: Olahan data primer, 2022).


Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat bahwa total penerimaan yang diterima
petani kelapa sawit di Desa Malik dari bulan Januari sampai Maret tahun 2022
dengan rata-rata produksi sebesar 7451,89 kg yaitu sebesar Rp853.234.530.
Penjelasan lebih lanjut tentang harga, jumlah produksi dan penerimaan dapat
dilihat di Lampiran.
4.2.4. Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa Malik Kecamatan Payung
Pendapatan merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh petani
dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya
produksi dapat berupa biaya rill tenaga kerja dan biaya rill sarana dan prasarana
47

produksi. Pendapatan berupa perhitungan selisih antara total penerimaan dengan


total biaya produksi. Pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik rata-rata per 3
bulanya yaitu beragam mulai dari Rp4.000.000-Rp112.000.000. Pendapatan
tersebut diperoleh dari perkebunan kelapa sawit yang dimiliki petani di Desa
Malik. Berikut total pendapatan yang diterima petani kelapa sawit di Desa Malik
selama 3 bulan (Januari-Maret) dapat dijelaskan pada tabel 18.
Tabel 18. Total pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik selama 3 bulan
(Januari-Maret) tahun 2022
Total penerimaan (Rp) Total biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
Jumlah 853.234.530 258.127.000 595.107.530
Rata-rata 23060392,7 6.976.405,405 16.083.987,3
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan tabel 18, dapat dilihat bahwa total pendapatan dari 37 petani
kelapa sawit di Desa Malik dari bulan Januari sampai Maret tahun 2022 yaitu
sebesar Rp595.107.530. rata-rata keseluruhan pendapatan dari 37 petani kelapa
sawit di Desa Malik yaitu sebesar Rp160.839.873. pendapatan tersebut diluar dari
pendapatan pekerjaan sampingan petani. Pendapatan sampingan dari 37 petani
kelapa sawit di Desa Malik beragam mulai dari Rp2.000.000-Rp3.500.000
perbulannya pendapatan tersebut diperoleh dari kegiatan tambang timah yang
menjadi pekerjaan sampingan para petani tersebut.
Pendapatan petani di Desa Malik dapat dikategorikan sangat tinggi
berdasarkan hitungan rata-ratanya pendapatan petani selama satu bulan berkisar
hingga 5 Juta. Pendapatan petani tinggi disebabkan oleh kondisi tanah yang sangat
tepat dan jenis bibit unggul serta penggunaan pupuk yang cukup untuk tanaman
kelapa sawit sehingga menghasilkan hasil produksi yang tinggi. Menurut Fahri ()
respon tanaman tahunan jika diaplikasikan pupuk akan merespon sekitar 6 bulan,
namun apabila jenis bibit yang digunakan merupakan bibit unggul maka
pemupukan yang diberikan akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi
sehingga otomatis pendapatan yang diterima juga tinggi.
48

4.2.5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Kelapa Sawit


di Desa Malik Kecamatan Payung
Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa
Malik Kecamatan Payung adalah sebagai berikut:
1. Luas Lahan (X1)
Luas lahan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
petani. Dalam usahatani semakin luas lahan pertanian maka semakin tinggi
tingkat produksi yang dihasilkan atau sebaliknya jika lahan sempit maka tingkat
produksi yang dihasilkan juga rendah. Menurut Juanda (2018), semakin sempit
lahan usaha semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan, kecuali bila usaha
tersebut dijalankan dengan tertib dan administrasinya baik serta teknologi yang
tepat dan mendukung.
Luas lahan yang dimiliki petani kelapa sawit di Desa Malik yaitu beraga
mulai dari 1 Ha sampai dengan 6 Ha. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 19.
Tabel 19. Luas lahan petani kelapa sawit di Desa Malik Kecamatan Payung Tahun
2022
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 1-3 35 94,6
2. 4-6 2 5,4
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan tabel 19, persentase luas lahan petani kelapa sawit di Desa
Malik yang paling tinggi yaitu pada luas lahan 1-3 Ha terdapat 35 petani dengan
persentase sebesar 94 persen dibandingkan dengan jumlah petani yang memiliki
luas lahan 4-6 Ha terdapat 2 petani dengan persentase sebesar 5,4 persen.
2. Harga Jual (X2)

3. Produksi (X3)
49

4. Jumlah Tanaman (X4)


Jumlah tanaman menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan
petani kelapa sawit dalam berusahtani semakin banyak tanaman yang ditanama
dalam luasan lahan maka semakin tinggi tingkat produksi yang dihasilkan
tanaman tersebut.
Bibit juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan petani
dalam berusahatani semakin baik kualitas bibit maka semakin tinggi produksi
usahatani tersebut. Semakin unggul bibit yang digunakan dalam usahatani, maka
akan semakin tinggi pula tingkat produksi yang akan diperoleh (Notarianto,
2011). Jumlah tanaman kelapa sawit sangat mempengaruhi tingkat produksi yang
dihasilkan petani kelapa sawit di Desa Malik, untuk mengetahui lebih jelas jumlah
tanaman yang dimiliki petani kelapa sawit di Desa Malik dapat dilihat pada tabel
20.
Tabel 20. Jumlah tanaman kelapa sawit yang dimiliki petani di Desa Malik tahun
2022
No Jumlah Tanaman Jumlah (orang) Persentase (%)
(Batang)
1. 100-400 35 94,6
2. 500-800 2 5,4
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan tabel 20, jumlah tanaman kelapa sawit yang paling banyak
yaitu 500-800 batang sebanyak 2 orang dengan persentase 5,4 persen
dibandingkan dengan jumlah tanaman 100-400 batang sebanyak 35 orang dengan
persentase sebesar 94,6 persen. Dari tabel 19 dan 20 dapat diketahui bahwa petani
kelapa sawit di Desa Malik memiliki luas lahan rata-rata berkisar dari 1-3 Ha
dengan jumlah tanaman 100-400 batang dalam satuan luas tersebut.
5. Tenaga Kerja (X5)

6. Pengalaman Usahatani (X6)


Pengalaman usahatani juga menjadi salah satu faktor yang dapat
memengaruhi pendapatan petani kelapa sawit di Desa Malik, semakin lama petani
50

berusahatani biasanya semakin banyak pengetahuan yang didapatkan petani


selama berusahatani. Petani yang sudah lama berusahatani akan mudah
menerapkan teknologi daripada petani pemula, karena petani pengalaman yang
lebih banyak menyebabkan petani mudah mengambil keputusan. Semakin lama
pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani maka cenderung memiliki
keterampilan tinggi (Dewi, 2017). Petani kelapa sawit di Desa Malik rata-rata
memiliki pengalaman usahatani diatas 5 tahun, untuk mengetahu lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. Pengalaman usahatani petani kelapa sawit di Desa Malik tahun 2022
No Pengalaman Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)
(Tahun)
1. 3-5 7 19
2. 6-10 20 54
3. 11-15 7 19
4. 16-20 3 8
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
Berdasarkan tabel 21, pengalaman usahatani yang dimiliki petani kelapa
sawit di Desa Malik tertinggi yaitu 6-10 tahun sebanyak 20 orang dengan
persentase sebesar 54 persen.
7. Tingkat Pendidikan (X7)

Tabel 22. Tingkat pendidikan petani kelapa sawit di Desa Malik tahun 2022
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
(Tahun)
1. 0-6 26 70
2. 7-9 5 14
3. 10-12 4 11
4. 13-16 2 5
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).
51

8. Keanggotaan Kelompok Tani (X8)

Tabel 23. Keanggotaan kelompok tani petani kelapa sawit di Desa Malik tahun
2022
No Keanggotaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Kelompok tani
1. Ya 24 65
2. Tidak 13 35
Jumlah 37 100
(Sumber: Olahan data primer, 2022).

DAFTAR PUSTAKA
52

Aminah, Siti. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Petani Sawit Di Desa Sei Musam Kabupaten Langkat.[SKRIPSI].
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Ambarsari, Ismadi & Setiadi A. 2014. Analisis pendapatan dan profitabilitas


usahatani padi (Oryza sativa) di Kabupaten Indramayu. Jurnal Agri
Wiralodra. 6 (2) : 19-27.

Aswan, Novita & Tanjung, Yulia Windi. 2021. Analisis Faktor-Faktor


Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Terapung Raya
Muara Batangtoru). Jurnal Education and development Vol.9 No.1 Edisi
Februari 2021. Institut Pendidikan Tapanuli Selatan.

Arsyad, Sitanala. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Badan Pusat Statistik 2021. Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka 2021.
BPS Kepulauan Bangka Belitung.
Badan Pusat Statistik. 2022. Bangka Selatan Dalam Angka 2022. BPS Kabupaten
Bangka Selatan.
Bilson, Simamora. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel, Edisi Pertama. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dewi, Anggraeni Kurnia. 2017. Pengaruh Pengalaman Kerja, Pendidikan Dan


Kepribadian Terhadap Pengembangan Karir Karyawan Pada Hotel Nikki
Denpasar. Ejurnal Manajemen Vol 6. No 11.

Edi, Fandi Rosi Sarwo. 2016. Teori Wawancara Psikodiagnostik. Yogyakarta:


Leutikaprio.

Elistia. 2017. Ekonomi Mikro (Hubungan Pelaku Ekonomi Dalam Perekonomian.


Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Faisal, Hery Nur. 2015. Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran
pepaya (Carica Papaya L) di Kabupaten Tulunggagun (studi kasus di
Desa Bangoan, Kecamatan Kedunwaru, Kabupaten Tulungagung).
Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita. 11 (13).

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. 1992. Research Methods for Business and.
Management. New York : MacMillan Publishing Company.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok: Teori Dan Aplikasinya


Untuk Analisis Keberhasilan Kelompok Tani Sebagai Unit Belajar,
Kerjasama, Produksi Dan Bisnis. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
53

Husni, Hidayah A.K & Maskan, AF. 2014. Analisis finansial usahatani cabai
rawit (Capsicum frutescens) di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan.
Jurnal ARIFOR. 13 (1) : 49- 52.

Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik Deskriptif dan Regresi Linier
Berganda dengan SPSS. Semarang : Semarang University Press.

Juanda, Ajang. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan


Petani Kelapa Sawit Di Desa Karossa Kecamatan Karossa Kabupaten
Mamuju Tengah Sulawesi Barat. [SKRIPSI]. Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Karmini. 2018. Ekonomi Produksi Pertanian. Samarinda : Mulawarman


University Press.
Sulardi . 2022. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Bekasi : PT. Dewangga Energi
internasional.
Lubis, M. S.. 2018. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.
Lubis, RE dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi, Nofiandi;
Penyunting. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


Materi Penyuluhan Pertanian. Penguatan Kelembagaan Petani Buku II Kelompok
Tani Sebagai Wahana Kerjasama. Pusat Penyuluhan Pertanian. Badan
Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian.
Tahun 2012.
Munthe, Wulandari. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Kelapa Sawit Di Kecamatan Aek Natas Kabupaten
Labuhanbatu Utara.[SKRIPSI]. Universitas Sumatera Utara Medan.
Notarianto, D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada
Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (Studi kasus: Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen). [SKRIPSI SARJANA EKONOMI].
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Nugroho, Agung. 2019. Teknologi Agroindustri Kelapa Sawit. Banjarmasin. :
Lambung Mangkurat University Press.

Nuryanti Sri & Swastika, Dewa Sadra. 2011. Peran Kelompok Tani dalam
Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume
29 No. 20, Desember 2011, 115 – 128.
Nyoman, Dantes. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Pahan, Iyung. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari
Hulu ke Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.
54

Pahan, Iyung. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Cibubur, Jakarta Timur.
Pangidoan, Navan & Andriyani, Devi. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman
Barat Kecamatan Ranah Batahan). Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal
Volume 04 No 2 Novenber 2021 E-ISSN: 2614-4565.
Purwanto, S.E.I., M.S.I . 2011. Teknik penyusunan instrumen uji validitas dan
reliabilitias untk penelitian ekonomi syariah. Magelang : StaiaPress.

Profil Desa Malik Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan. 2021.

Rahim, Abd. 2012. Model Analisis Ekonomika Pertanian. Makassar : Badan


Penerbit UNM.

Rangkuti, Freddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis & Investasi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Saeri, M. 2018. Usahatani dan analisisnya. Malang : Udhina press.


Santoso, Singgih. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Sapja, Anantanyu. 2011. Kelembagaan petani: Peran dan strategi pengembangan
kapasitasnya. Sepa. VII (2): 109-190.

Sarjono, Hariyadi & Julianita, Winda. 2011. SPSS vs LISREL: Sebuah


Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Setiawan, Arief. 2012. Jurnal Pengaruh Harga dan Lokasi Terhadap Keputusan
Pembelian Ramayana. Vol 14 No.2.

Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press.


Malang.

Sibuea, Posman. 2014. Minyak Kelapa Sawit: Teknologi dan Manfaatnya untuk
Pangan Nutrasetikal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siregar, Syofian. 2016. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


CobbDouglas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.


55

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sujarweni, VW. 2015. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sundari, MT. 2011. Analisis dan pendapatan usahatani wortel di Kabupaten


Karanganyar. Jurnal SEPA. 7 (2) : 119-126.

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur. Penebar Swadaya.


Syafruwadi, A., H. Fajeri & Hamdani. 2012. Analisis Finansial Usahatani Padi
Verietas Unggul di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambar Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis, 2(3), 181- 192.
Syahyuti, dkk. 2014. Kajian Peran Organisasi Petani dalam Mendukung
Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian.
Wanda, FA. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam (Studi Kasus Di
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3(3): 600-611.
56

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI


KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN PAYUNG
KABUPATEN BANGKA SELATAN

Responden Yth,

Nama saya Sinta Rusdiyana merupakan mahasiswi Strata-1 dari Program


Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas Bangka
Belitung yang sedang melakukan penelitian. Saya mengharapkan kesediaan dan
bantuan dari bapak/ibu untuk mengisi kuesioner ini yang mana merupakan alat
bantu yang saya gunakan untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan yang
sedang saya selesaikan. Saya berharap bapak/ibu dapat membantu saya dalam
mengisi kuesioner penelitian ini dengan memberikan jawaban yang objektif dan
sesuai dengan fakta yang ada. Atas kerjasama bapak/ibu saya ucapkan terima
kasih.

Dosen Pembimbing

1. Dr. Rostiar Sitorus, S.P., M.Si

2. Ir. Eddy Jajang Jaya Atmaja. M.M

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2022
57

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI


KELAPA SAWIT DI DESA MALIK KECAMATAN PAYUNG
KABUPATEN BANGKA SELATAN

Lokasi Penelitian :
No. Responden :
Tanggal :
I. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas responden dengan data diri anda dengan benar dan lengkap
pada tempat yang telah disediakan.
2. Mohon memberi jawaban dengan mengisi titik-titik dan memberi centang
pada jawaban yang menurut anda paling sesuai.
II. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :..............................................
2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
3. Umur :...........Tahun
4. No. Hp :..............................................
5. Jumlah Tanggungan :............Orang
6. Pendidikan Terakhir :.............................................
7. Lama Berusahatani Kelapa Sawit
(Pengalaman Berusahatani) :............Tahun
8. Apakah anda mempunyai pekerjaan sampingan?
Jika iya, apa pekerjaan sampingan tersebut.....................................
9. Apakah anda menanam komoditas selain kelapa sawit?
Jika iya, komoditas apa yang ditanam.............................................
10. Berapa lama anda mengelola usahatani kelapa sawit......................
11. Apakah anda tergabung dalam kelompok tani?
Jika iya, berapa lama anda bergabung dalam kelompok tani..........
58

III. USAHATANI KELAPA SAWIT


1. Berapa luas lahan perkebunan kelapa sawit Bapak/Ibu
Jawaban :................Ha
2. Berapakah usia tanaman kelapa sawit Bapak/Ibu?
( ) 3 tahun – 5 tahun ( ) 5 tahun – 10 tahun
( ) 10 tahun – 15 tahun ( ) 15 tahun – 20 tahun
3. Jarak tanaman............berapa jumlah pohon yang di tanam................
4. Berapa jumlah pohon kelapa sawit yang di tanam/ha
Jawaban :.......................pohon
5. Bagaimana status kepemilikan lahan yang digunakan Bapak/Ibu?
( ) Milik sendiri ( ) Bagi hasil
( ) Tanah gadai ( ) Sewa
6. Berapa harga jual tandan buah segar yang berlaku saat ini?
Jawaban : Rp ................./Kg
7. Berapa total produksi kelapa sawit yang dihasilkan dalam satu bulan
Jawaban :.................Ton
8. Berapa kali pemanenan tbs kelapa sawit Bapak/Ibu dalam satu bulan
Jawaban :....................
9. Darimana Bapak/Ibu memperoleh modal usahatani kelapa sawit
Jawaban :.....................
10. Jenis pupuk yang digunakan Bapak/Ibu
( ) Pupuk Organik ( ) Pupuk Kimia ( ) Lainnya
11. Dimana Bapak/Ibu menjual TBS kelapa sawit
Jawaban :.....................
12. Apa jenis bibit kelapa sawit yang sekarang Bapak/Ibu usahatanikan
Jawaban :.....................
Kriteria bibit
1. Bibit yang belum bersertifikasi
2. Bibit yang sudah bersertifikasi
13. Dimana Bapak/Ibu memperoleh bibit tersebut
Jawaban :.....................
59

14. Berapa jam kerja yang Bapak/Ibu terapkan untuk berusahatani


Jawaban :......................
15. Apakah usahatani kelapa sawit ini pokok atau sampingan
Jawaban :......................
IV. KUESIONER PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT
A. Penerimaan petani selama 3 bulan terakhir (Rp/Ton)
No Luas Lahan Produksi Harga Jual Total
(Ha) (Ton) (Rp/Kg)
1.

B. Biaya Tetap
No Nama Alat Jumlah Harga Beli Umur ekonomis
(Rp) (Tahun)
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
60

C. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Frekuensi Harga Total
(bulan) dalam satu (Rp) Biaya
bulan

1. Pupuk
1. Pupuk Organik

2. Pupuk Kimia

2. Pestisida

D. Tenaga Kerja
No Jenis Upah Frekuensi Jumlah Jam Total
kegiatan (Rp) kegiatan (orang) kerja/ biaya
selama 1 Hari
bulan
1. Pemeliharaan

2. Pemupukan

3. Pemanenan

Anda mungkin juga menyukai