Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DESA


LAWANG AGUNG KECAMATAN AIR PERIUKAN KABUPATEN
SELUMA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

Satrio Hadi Wicaksono


NIM : C1A017091

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Seluma merupakan bagian dari provinsi Bengkulu yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten

dengan ibu kota Tais, kehidupan masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku,

mulai dari suku serawai, Jawa, Bali, Bugis, Batak dan Minang Kabau

Kabupaten Seluma merupakan bagian dari provinsi Bengkulu yang berdiri

berdasarkan Undang-Undang pembentukan Kabupaten yaitu Undang-Undang No 3

tahun 2003 dengan ibu kota Tais. Suku masyarakatnya begitu beraneka ragam mulai

dari suku Jawa, Bali, Bugis, serawai dan Minang Kabau

mereka hidup bersama dengan penduduk asli secara rukun dan damai. Selain berbahasa

Indonesia mereka juga mempunyai bahasa pengantar yaitu bahasa Serawai.

Beradasarkan data BPS tahun 2021, jumlah penduduk Kabupaten Seluma pada tahun

2021 menjadi 207.877 jiwa, dengan kepadatan penduduk 84 jiwa/km², Karena

berjumlah penduduk yang sedikit daerah ini dikategorikan sebagai daerah miskin dan

belum dikembangkannya potensi unggulan didaerah tersebut. Namun pada tahum 2008

semua itu berubah semenjak menanam padi sudah dijadikan potensi unggulan.

Terpenuhunya kebutuhan pangan dan beras, pendapatan utama masyarakat di pesisir

pantai seluma dalam sektor perikanan, serta kelapa sawit yang menjadi unggulan di

sektor perkebunan.

Didalam bidang ekspor industry perkebunan kelapa sawit berpeluang sangat

tinggi dan juga dikembangkannya teknologi membuat produk dari bahan kelapa sawit

membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai salah satu hasil perkebunan yang
berperan penting dalam perekonomian, kelapa sawit menjadi produk pertanian yang

dikembangkan di Kabupaten Seluma saat ini

Pentingnya bagi perekonomomian membuat kelapa sawit menjadi produk yang

terus berkembang di Kabupaten seluma

Disamping adanya perkembangan perkebunan kelapa sawit milik rakyat juga

ada perkebunan milik suasta serta di dukung mengelolaan hasil perkebunan tersebut

oleh pihak suasta (pabrik pengolahan kelapa sawit), kelapa sawit tersebut diproses

menjadi bahan setengah jadi . Dengan berkembangan teknologi pengolahan minyak

sawit, maka permintaan akan minyak sawit semakin meningkat.

Perkembangan teknologi dalam pengolahan minyak sawit juga memperngaruhi

meningkatnya permintaan akan minyak sawit. Oleh karena itu pemerintah berupaya

untuk memperluas areal perkebunan kelapa sawit tersebut, dan juga di Kabupaten

Seluma sendiri masih tertinggal dalam perekebuan dan lahan berhutannya.

Produktivtas pertanian sangatlah membantu perekonomian masyarakat di Desa

Lawang Agung karena mereka bergantung dari perkebunan kelapa sawit. Namun

nyatanya produtivitas perekebunan kelapa sawit di daerah ini masihlah rendah karena

biaya produksi yang tergolong tinggi. Hal ini disebabkan jalan dari lokasi perkebunan

ke tempat penjualan rusak berat sehingga mengakibatkan sering tertundanya

pengangkutan hasil tandan buah sawit segar (TBS) dari lokasi perkebunan ketempat

penjualan , mengakibat rusaknya tandan buah segar (rontok). Belum lagi faktor lain

seperti meningkatnya harga pupuk dan pestisida sehingga menambah biaya operasional

produksi
.Akibatnya rantai suplai produk harus terintegrasi secara vertikal antara produsen

atau pemasok, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, serta masih banyak petani

yang tidak menerapkan best management practice atau menanam tanamannya

Akibatnya rantai suplai yang harus terintegrasi vertikal pada produsen/pemasok,

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dan banyaknya petani yang masih tidak

melakukan penanaman

secara tidak benar. Sehingga berpengaruh berkurangnya pasokan hasil produksi dari

hulu kehilir

Tabel 1.1 Luas area, Produksi, Produktivitas dan Jumlah Petani Kelapa Sawit
menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bengkulu tahun 2013
LUAS PRODUKTI JUMLAH
KABUPATEN/ PRODUKSI
NO AREA VITAS PETANI
KOTA (Ton/Tahun)
(Ha) (Kg/Ha) (KK)
1 Kab. Bengkulu Utara 27.843 63.746 3.525 17.160
2 Kab. Mukomuko 103.209 272.932 3.620 48.004
3 Kab. Rejang Lebong 475 368 2.329 230
4 Kab. Kepahiang 132 169 2.522 90
5 Kab. Lebong 490 235 3.133 325
Kab. Bengkulu
6 Selatan 13.730 30.388 2.877 12.148
7 Kab. Seluma 31.354 66.807 3.195 13.573
8 Kab. Kaur 7.978 11.649 3.085 6.609
9 Kota Bengkulu 1.824 6.342 4.050 1.083
Kab. Bengkulu
10 Tengah 7.282 13.580 3.690 6.159

Sumber : BPS Statistik Area and Palm Oil Production of Smallholder by District and Tree Crop
Classfication, 2013

Berdasarkan table 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa Mukomuko adalah

kabupaten yang mendapatkan angka tertinggi pada luas area yaitu 103.209 Ha, pada
produksi yaitu 272.932 Ton/tahun, dan Jumlah petani yaitu 48.004 KK. Namun ternyata

Mukomuko bukan penghasil produktivitas tertinggi, melainkan Kab. Bengkulu Tengah

yaitu 3.690 Kg/Ha. padahal selain produktivitas, Bengkulu Tengah mempunyai angka

dibawah Mukomuko dalam setiap aspek.

Kab.Seluma sendiri menempati angka yang cukup tinggi yaitu posisi kedua

didalam Luas area 31.354 Ha, dan produksi 66.807 Ton/tahun. sedangkan posisi kedua

dalam produktivitas yaitu Kab. Bengkulu Utara yaitu 3.525 Kg/Ha dan jumlah petani

17.160 KK.

Tabel 1.2 Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis
Tanaman (hektar) di Kabupaten Seluma tahun 2018
Luas Areal Tanaman Perkebunan Menurut
Kecamatan dan Jenis Tanaman (hektar)
Kecamatan
Kelapa Sawit Kelapa Karet Kopi
2018 2018 2018 2018
Semidang Alas Maras 2287.0 162.0 1058.0 125.0
Semidang Alas 2398.0 195.0 1055.0 1500.0
Talo 1414.0 42.0 1720.0 79.0
Ilir Talo 4079.0 162.0 1214.0 43.0
Talo Kecil 751.0 13.0 587.0 194.0
Ulu Talo 999.0 23.0 487.0 923.0
Seluma 280.0 6.0 484.0 33.0
Seluma Selatan 1737.0 77.0 171.0 36.0
Seluma Barat 2760.0 103.0 2406.0 91.0
Seluma Timur 1351.0 46.0 1567.0 138.0
Seluma Utara 1254.5 52.0 1255.0 1217.0
Sukaraja 8242.5 228.0 6606.0 141.0
Air Periukan 2801.0 85.0 3658.0 51.0
Lubuk Sandi 1091.0 59.0 3794.0 3412.0
Kabupaten Seluma 31445.0 1253.0 26062.0 7983.0
Data. BPS.2018
Berdasarkan table 1.2 dalam tingkat Kecamatan di Kab. Seluma, ternyata Kecamatan

Air periukan mempunyai angka yang cukup tinggi dan menempati posisi tertinggi

ketiga dalam luas area perkebunan kelapa sawit yaitu 2801.0 Ha. Dan angka tertinggi

berada pada Kecamatan Sukaraja yaitu 8242,5 Ha dalam perkebunan Kelapa sawit.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah?

Bagaimana pengaruh faktor produksi (luas lahan, pupuk dan tenaga kerja)

terhadap produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit Desa Lawang Agung

Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah adapun tujuan penelitian ini

adalah :

Pengaruh faktor produksi (luas lahan, pupuk dan tenaga kerja) terhadap produksi

Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit Desa Lawang Agung Kecamatan Air Periukan

Kabupaten Seluma

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti akan

membatasi masalah dalam penelitian yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi tandan buah segar (tbs) kelapa sawit desa lawang agung kecamatan air

periukan kabupaten seluma


1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 manfaat teoritis

a. Bagi peneliti Melalui penelitian ini, penulis dapat menambah ilmu yang

diperoleh di universitas dan menerapkannya pada praktik nyata di lapangan.

a. Bagi Lingkungan Akademik Hasil penelitian ini dapat menambah manfaat bagi

fakultas program studi atau mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai studi tersebut, serta sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa

Universitas Bengkulu.

a.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan manfaat bagi pemerintah daerah, kabupaten, provinsi dan pusat.

petani khususnya sebagai informasi tambahan untuk membantu petani

mengetahui dampak faktor produksi (luas lahan, pupuk dan tenaga kerja)

terhadap produksi tandan buah segar


BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Fungsi Produksi

Sebelum mempelajari kegiatan produksi kita harus memahami apa itu fungsi

produksi. Fungsi produksi itu sendiri adalah hubungan antara faktor-faktor yang

digunankan dengan faktor-faktor yang dihasilkan

Yang dimaksud fungsi produksi yaitu hubungan diantara faktor-faktor yang

digunakan dengan yang dihasilkan

Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan hubungan

ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan
tingkat output yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input

dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output

Definisi yang lain adalah persamaan dari hubungan antara tingkat input yang

digunakan dengan output yang dihasilkan. Input disebut juga dengan faktor-faktor

produksi sedangkan output disebut sebagai jumlah produksi

Q= f (K,L,R,T)

Dimana:

Q = output

R = sumber daya

K = kapita/ modal

T = teknologi

L = tenaga kerja.

Fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah output maksimum yang dapat

dicapai oleh setiap set input (faktor produksi). Fungsi ini diperbaiki untuk setiap tingkat

teknologi yang digunakan

Fungsi produksi sangat berhubungan erat oleh teknologi yang ada, yang artinya

hubungan input/output dari setiap sistem produksi merupakan fungsi dari karakteristik

teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan, dll yang digunakan oleh perusahaan.

Fungsi produksi sangat terkait oleh teknologi yang ada, maksudnya adalah

bahwa input/output dari sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik tenaga kerja,

peralatan,teknologi pabrik dll yang digunakan perusahaan


Peningkatan teknologi akan mengurangi bahan baku, energi, dan tenaga kerja

dalam menghasilkan produk, ataupun tenaga kerja yang diberi program pelatihan akan

menambah produktivitas kerja serta mepunyai fungsi produksi baru yang dihasilkan.

Dalam kegiatan produksi ada pengaruh anatara hubungan fungsional diantara dua

variable., yaitu beberapa output yang diproduksi dan dan beberapa input yang

digunakan

2.1.2 Luas Lahan

Pengertian Luas Lahan menurut Sukirnno adalah tanah yang mencakup bagian

permukaan bumi yang diolah menjadi tempat bercocok tanam dan juga menjadi tempat

tinggal serta kekayaan alam yang ada didalamnya.

Tanah pada bagian permukaan bumi yang dijadikan tempat untuk cocok tanam serta

kekayaan alam didalamnya

Tanah adalah faktor produksi karena merupakan pabrik dari produk pertanian dan juga

berlangsungnya proses produksi.

Menurut mubiato, luas lahan menjadi tempat berlangsungnya proses

penananmanan dan menjadi hasil yang akan petani terima. Meningkatnya luas lahan

makan akan juga meningkatkan pendapatan petani, begitu pula sebaliknya.

Dinegara agraris seperti contohnya Indonesia lahan merupakan faktor produksi

terpenting karena akan mendapatkan balas jasa yang lebih tinggi disbanding faktor lain.

Luas lahan pertanian mempengaruhi skala usaha tani yang pada akhirnya

mempengaruhi tingkat efisiensi usaha tani yang dijalankan

Luas lahan mempengaruhi skala usaha tani hingga tingkat efisiensi usaha tani

yang dijalankan
2.1.3 Pupuk

Supaya tanaman menjadi subur dan meningkat produksinya perlu diberi pupuk.

Untuk menanam jenis tanaman apapun pupuk merupakan hal yang harus dilakukan

untuk mencukupi kebutuhannya dan bisa juga untuk meningkatkan kesuburan tanah

agar layak digunakan sebagai _ untuk tanaman. Dengan dimilikinya peran pupuk dalam

menghasilkan produksi sangat penting.

Menurut Pinus langar dan Marsono (2019) berdasarkan asal pembuatan pupuk

terdiri dari dua kelompok yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

a. Pupuk organik

Pupuk organic adalah pupuk yang diolah berasal dari hewan dan

tumbuhan contohnya pupuk kendang yang berasal dari kotoran hewan,

dan pupuk kompos yang berasal dari sampah tumbuhan

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari hewan serta

tumbuhan contohnya adalaha pupuk kendang dan pupuk kompos

b. Pupuk anorganik

Pupuk anorganik dikenal dengan pupuk kimia yang berasal dari bahan

anorganik. Jenis pupuk ini biasanaya merupakan hasil buatan pabrik

tetapi ada pula berasal langsung sari alam. Misalanya pupuk fosfat atau

dari kapur pertanian. Contoh pupuk anorganik yaitu urea (pupuk N)


Pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan anorganik

dan dikenal dengan pupuk kimia

c. pupuk organik cair

Dalam pembuatan pupuk organik kita dapat menggunakan sampah

organik, seperti bokashi padat dan cair. Cara mendapatkan dua produk

tersebut bisa menggunakan bakteri dari pupuk cair organik, yang mana

membuat prosesnya lebih cepat dibanding pengomposan konvensional.

d. Kompos

Terjadinya pengomposan adalah saat bahan organik terurai secare

aerobic dan dibantu oleh mikroorganisme hingga mengasilkan bahan

organik stabil yang akan bermanfaat bagi masyarakat sebagai pupuk

organik. (Yuliprianto,2010).

Menurut Memet Hakim dan Cucu Suherman (2018) pemupukan pada tanaman kelapa

sawit memegang peranan sangat penting lebih dari 50% biaya pemeliharaan tanaman

digunakan untuk pemupukan.

Pemupukan merupakan faktor penting dalam penanaman kelapa sawit karena lebih dari

50% biaya digunakan untuk pemupukan

Pemumukan mutlak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan menggantikan

unsur hara/mineral yang diabsorbsi tanaman

Jadi untuk mendapatkan hasil terbaik dari tanaman apapun jenis tanamannya

pemupukan merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar kesuburan tanaman
terpenuhi sehingga hasil produksinya meningkat. Disamping itu pupuk juga bisa

meningkatkan kesuburan fisik dan biologi tanah.

2.1.4 Tenaga Kerja

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan

yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting didalam pelaksanaan pembangunan

nasional sebagai pelaku dan tujuan pembangunan

Disini tenaga kerja berperan untuk memaksimalkan setiap factor produksi untuk

menghasilkan hal yang bermanfaat. Faktor produksi perlu didukung dengan adanya

tenaga kerja yang terampil, jika kualitas tenaga kerjanya baik maka akan baik juga hasil

produksinya. Menurut UU NO 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu

mekakukan pekerjaan guna menghasil barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja sangatlah penting

dalam kehidupan masyarakat yang mana hasil dari tenaga kerja akan dinikmati oleh

banyak orang.

Ada dua kategori penduduk di suatu Negara yaitu pekerja dan non-pekerja.

Menurut Payaman J. Simanjuntak Penduduk dapat dikatakan tenaga kerja disaat mereka

sedang bekerja atau dalam mencari pekerjaan sambil bersekolah atau mengurus rumah

rumah tangga. Sedangkan jika penduduk tersebut tersebut tidak mampu atau tidak mau

bekerja maka mereka bukan bagian dari tenaga kerja.

Individu yang berada pada usia kerja dapat dikatakan sebagain tenaga kerja, BPS

Indonesia mengidentifikasi dari 15-64 tahun menjadi usia kerja bagi penduduk. Artinya

seseorang yang berada dibawah usia 15 tahun adalah bukan usia kerja melainkan usia
sekolah dan penduduk diatas usia 64 tahun juga bukanlah usia kerja karena mereka

sudah tua dan tidak bisa efektif dalam bekerja

2.5. Penelitian terdahulu

Penulis Judul Metode Penelitian Hasil


Anwariah Faktor -faktor yang Linier Berganda 1.) Faktor-faktor yang
(2021) mempengaruhi produksi mempengaruhi produksi
pada usaha tani jagung di usahatani jagung di Kecamatan
kecamatan aikmel Aikmel berdasarkan hasil
kabupaten lombok timur analisis regresi di ketahui
bahwa luas lahan dan pupuk
berpengaruh signifikan terhadap
produksi jagung.

2.) Kendala yang dihadapi


dalam usahatani jagung di
Kecamatan Aikmel adalah
harga jual yang murah, modal
yang dikeluarkan banyak, harga
saprodi yang mahal, dan
kurangnya penyuluhan
pertanian kepada petani jagung.
Kasnan Analisis faktor-faktor yang Linier Berganda Berdasarkan hasil analisis
Harahap mempengaruhi produksi regresi dari hasil penelitian
(2018) usahatani ubi kayu diperoleh nilai R Square sebesar
0,992 atau sama dengan 99,2 %
yang artinya sekitar 99,2 %
variabel produksi (y) mampu
dijelaskan oleh variabel luas
lahan (X1), tenaga kerja (X2),
bibit (X3), pupuk (X4), dan
pestisida (X5). Sedangkan
sisanya 2,8 % dapat dijelaskan
oleh penggunaan input produksi
lain yang digunakan dalam
proses produksi usahatani ubi
kayu.
Tri Bowo Analisis faktor-faktor yang Linier Berganda 1.) Berdasarkan hasil analisis
(2010) mempengaruhi produksi regresi diperoleh bahwa
belimbing (studi kasus desa variabel luas lahan adalah
betokan kecamatan demak positif namun tidak signifikan
kabupaten demak) terhadap produksi belimbing di
Desa Betokan Kabupaten
Demak.

2.) Berdasarkan hasil analisis


regresi diperoleh bahwa
variabel jumlah pohon
belimbing memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap
produksi belimbing di Desa
Betokan Kabupaten Demak.
Nilai Koefisien regresi variabel
Jumlah Pohon /Log(X2) sebesar
0,1588 menyatakan bahwa
apabila variabel Jumlah Pohon
mengalami peningkatan sebesar
1 persen maka akan
meningkatkan jumlah produksi
belimbing sebesar 0,1588
persen.
Nika Analisis faktor-faktor yang Linier Berganda 1.) Berdasarkan hasil penelitian
Fitriani mempengaruhi produksi yang telah dilakukan dapat
(2021) usahatani karet rakyat disimpulkan bahwa, variabel
(studi kasus : desa terusan luas lahan, umur tanaman,
tengah kecamatan tinggi modal dan pengalaman bertani
raja kabupaten asahan) berpengaruh secara serempak
terhadap produksi usahatani
karet rakyat Desa Terusan
Tengah.

2.) Variabel luas lahan, umur


tanaman, modal dan
pengalaman bertani secara
parsial berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani
karet rakyat di Desa Terusan
Tengah Kecamatan Tinggi Raja

3. Rerangka Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian, dan landasan teori

maka, untuk membantu pemahaman analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

tandan buah segar (tbs) kelapa sawit desa lawang agung kecamatan air periukan

kabupaten seluma, Maka disusunlah rerangka berfikir penelitian dalam gambar berikut:

LUAS LAHAN (X1)

PRODUKSI (Y)
PUPUK (X2)

TENAGA KERJA (X3)

4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa luas lahan, pupuk, dan tenaga kerja

mempengaruhi produksi tandan buah segar (tbs) kelapa sawit desa lawang agung

kecamatan air periukan kabupaten seluma

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan studi kasus, yang mana

dilakukan dengan melihat langsung masalah yang muncul di lokasi penelitian. Metode

ini dapat menjelaskan subjek tertentu didalam jenis penelitian selawa peride tertentu,

atau identifikasi fenomena yang terjadi di suatu tempat yang belum tentu sama pada

tempat yang lain.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang artinya penelitian ini mearik

kesimpulan dari hipotesis yang diajukan dengan menganalisis data kuantitatif. Metodi

ini berdasar pada filsavat positiveme untuk meneliti sampel tertentu pada populasi,
mengumpulkan data dengan alat penelitian, menganalisis data kuantitatif/statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data

primer didapat dengan melakukan wawancara dan memberikan kuisoner kepada petani

secara langsung. Sedangkan Data Sekunder didapat dari instansi yang terkait seperti

BPS Provinsi Bengkulu serta literatur yang bisa mendukung penelitian.

3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan data BPS dan data dari petani kelapa sawit untuk

mengolah data dalam penelitian ini.

Bagaimana pengaruh faktor produksi (luas lahan, pupuk dan tenaga kerja)

terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di desa Lawang Agung

kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma?

3.4. Metode Analisis

Analisis dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat harus dilakukan

untuk menjawab rumus pertanyaan. Oleh karena itu penulis memakai rumus regresi

linear berganda sebagai berikut:


Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Dimana :

Y = Pendapatan (Rp per musim)

a = Konstanta Regresi

b1-b3 = Koefisien Regresi

x1 = Luas Lahan (Ha)

x2 = Pupuk (Kg)

x3 = Tenaga Kerja (Hk)

e = Error

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Bisuk, P. 2009. Analisis Tataniaga Dan Elastisitas Transmisi Harga CPO Internasional
Terhadap Harga TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit Di Desa Mananti
Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas. Skripsi Departemen Sosial
Ekonomi Pertaian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dinas Perkebunan. 2009. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Sebaran Tanaman


Perkebunan Menurut Kecamatan. Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Kausar, dan Zaman. K. 2011. Analisis Hubungan Patron-Klien Hubungan Toke dan
Petani Sawit Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu, Indonesian
Journal of Agricultural Economics (IJAE), Riau.

Mahmud, M. 2007. Pengantar Bisnis Modern. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta.


Pratama, A. 2014. Analisis Saluran Pemasaran Tandan Buah Segar (Tbs) Kelapa
Sawit Pada Petani Swadaya Di Desa Simpang Kelayang Kecamatan Kelayang
Kabupaten Indragiri Hulu. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Riau,
Pekanbaru.

Memet Hakim dan Cucu Suherman. 2018. Replanting Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Jakarta

Lingga Pinus dan Marsono. 2019. Pedoman lengkap memupuk tanaman organic dan
anorganik. Penebar Swadaya. Jakarta

Sastrosayono, S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. Penerbit AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Scott. J. C. (1993). Patron Client Politics and Change In South East Asia. Published by
American Political Science Association.

Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang


(UMM Press). Malang. Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press,
Malang.

Swastha, B. Sudkodjo. I, 2001. Pengantar Bisnis Modern. Liberty Offset. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai