Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH

(Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA


KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD YANI
08C10404023

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2013
ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH
(Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD YANI
08C10404023

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Tata niaga Komoditi Kacang Tanah di


Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan
Nama : Ahmad Yani
NIM : 08C10404023
Program Studi : Agribisnis

Menyetujui,
Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Rahmat Pramulya, S.TP,M.M Jelliani, S.P


NIDN. 01-1710-7502 NIDN. 01-2207-8102

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis

Diswandi Nurba, S.TP,M.Si Devi Agustia, S.P


NIDN. 01-2804-8202 NIDN. 01-1808-8602
RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Abu

Samah dan Ibu Samsinar yang lahir 28 Mai 1990 di Simpang Empat Kecamatan

Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Pada tahun 2002 menamatkan pendidikan

sekolah dasar di MIN Simpang Empat Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh

Selatan. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Kluet Utara serta

menamatkan pendidikan SMU pada tahun 2008 di SMAN 1 Kluet Utara, Aceh

Selatan. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Universitas

Teuku Umar pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian.


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor didalam pembangunan nasional,

pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,

memenuhi kebutuhan bahan baku yang semakin berkembang, meningkatkan

devisa ekspor hasil-hasilnya dan memperluas kesempatan kerja serta sekaligus

mendorong peningkatan dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.

Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada tingkat produksi

dan perluasan lapangan kerja tetapi juga bertujuan untuk memperluas pasar

produk pertanian baik didalam negeri maupun diluar negeri,sehingga dalam

rangka menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif tata niaga

mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya saing produk.

Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan komoditas pertanian yang

sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik sebagai bahan makanan manusia

maupun bahan baku industri. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang

tanah tanaman ini bisa ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau

tumpang sari.Adapun perkembangan kacang tanah di Indonesia terus meningkat

yaitu 710.070 ton (2000) dan pada tahun (2005) menjadi 836.295 ton, hal tersebut

dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

1
2

Tabel 1. Produksi Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2000 – 2005


Tahun Produksi (ton)
2000 710.070
2001 621.907
2002 641.557
2003 785.526
2004 837.495
2005 836.295
Sumber : Rasyid Marzuki (2007)

Sedangkan perkembangan luas panen di daerah Aceh menurut Maman

Suherman, (2012) menyebutkan bahwa Perkembangan luas panen dan produksi

kacang tanah di Aceh selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir

berfluktuasi cenderung menurun masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,46

persen sedangkan produktivitas kacang tanahnya berfluktuatif cenderung

meningkat sebesar 1,36 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang


Tanah di Aceh 2002-2011
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) % (Ku/Ha) % (Ton) %
1 2 3 4 5 6 7
2002 646.953 11,10 718.071
2003 683.537 5,65 11,49 3,54 785.526 9,39
2004 723.434 5,84 11,58 0,74 837.495 6,62
2005 720.526 0,40 11,61 0,26 836.295 0,14
2006 706.753 1,91 11,86 2,17 838.096 0,22
2007 660.480 6,55 11,95 0,75 789.089 5,85
2008 633.922 4,02 12,15 1,68 770.054 2,41
2009 622.616 1,78 12,49 2,85 777.888 1,02
2010 620.563 0.33 12,56 0,50 779.228 0,17
2011 540.489 12,90 12,52 0,26 676.899 13,13
Rata – rata 655.927 1,82 11,90 1,36 780.864 0,46
Sumber : Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan 2012

Dari data 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa upaya–upaya peningkatan

produksi khususnya 3 tahun terakhir masih belum menunjukkan laju peningkatan

seperti yang telah direncanakan, disamping itu produktivitas rata-rata nasional

masih dibawah potensi hasil. Dengan demikian pada tahun 2012 perlu dilakukan

upaya–upaya terobosan yang lebih terfokus pada persentase peningkatan yang


3

signifikan. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten

Aceh Selatan dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten


Aceh Selatan
Luas Tanam (Ha) Panen (Ha)
Provitas Produksi
No Kecamatan Sawah Rencana Realisi % Rencana Realisi %
(Ton/Ha) (Ton)
(Ha) Tanam Tanam Panen Panen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 L. Haji Barat 1.058 144 46 40,4 114 46 40,4 1,98 91,08
2 L. Haji Tengah 650 128 5 3,9 128 3 20,3 1,60 4,80
3 L. Haji Timur 752 141 0 0,0 141 0 0 1,98 0,00
4 Meukek 958 136 44 32,4 136 54 39,7 1,95 105,30
5 Sawang 750 133 7 5,3 133 5 3,8 1,95 9,75
6 Samadua 914 139 35 25,2 136 95 69,9 1,95 185,25
7 Tapaktuan - 50 0 - 50 6 - 1,75 10,50
8 Pasie Raja 2,25 313 15 11,5 131 14 10,7 1,90 26,60
9 Kluet Utara 2.500 144 28 19,4 144 14 9,7 1,95 27,30
10 Kluet Tengah 986 144 12 10,5 144 14 7,9 1,88 16,92
11 Kluet Selatan 2.621 112 45 40,2 112 46 41,1 1,85 85,10
12 Kluet Timur 2,215 137 1 0,7 137 4 2,9 1,95 7,80
13 Bakongan 1.295 118 35 29,7 118 16 13,6 1,85 29,60
14 Bakongan Timur 883 88 23 26,1 87 14 16,1 1,78 24,92
15 Trumon 1.507 105 53 50,5 105 51 48,6 1,8 91,80
16 Trumon Timur 2.783 103 36 35 97 34 35 1,8 61,20
Jumlah 21.897 1.893 385 20 1.883 411 22 1,89 777,92
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan 2012

Dilihat dari tabel diatas Kluet Utara merupakan salah satu Kecamatan yang

ada di Kabupaten Aceh Selatan. Seperti halnya Kecamatan yang lain, Kecamatan

Kluet Utara juga memproduksi kacang tanah yang cukup serta memiliki pasar

mingguan yang menjadi tempat bertemunya para penjual dan pembeli kacang

tanah yang dipasarkan. Kacang tanah yang dipasarkan banyak berasal dari kebun-

kebun di dalam kecamatan Kluet Utara, tetapi ada juga yang dipasok dari luar

kecamatan pada saat permintaan meningkat pada bulan-bulan tertentu.

Kacang tanah merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga perlu

penanganan khusus sama halnya seperti golongan palawija yang lain. Seperti yang

diketahui salah satu sifat produk pertanian adalah segar dan sangat mudah rusak
4

sehingga sangat diperlukan suatu sistem tataniaga yang mampu menyampaikan

produk dari produsen ke konsumen secara cepat.

Secara umum, tata niaga kacang tanah tidak terlepas dari kendala-kendala

dalam proses menyalurkan kacang tanah dari petani hingga ke konsumen.

Peningkatan produksi kacang tanah dari tahun ke tahun terbukti belum dapat

memenuhi besarnya permintaan, kebutuhan kacang tanah di Indonesia pada tahun

2004 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi nasional baru mencapai 837.495

ton, pada tahun 2004 sedangkan permintaan pasar terutama disebabkan oleh

pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat. Apabila

peningkatan produksi masih terus berada dibawah laju permintaan pasar

menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang

semakin besar. Ini berarti harga suatu produk akan terus meningkat, sehingga bagi

produsen merupakan prospek yang cukup cerah. ( Rasyid Marzuki, 2007).

Perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah

konsumen memerlukan peran lembaga tataniaga atau disebut juga dengan saluran

tata niaga. Saluran tataniaga berperan penting bagi para petani sebagai produsen

dalam upaya menyalurkan hasil produksi sampai kepada konsumen akhir dalam

waktu yang tidak lama, selain itu besar pula artinya bagi konsumen terhadap

pemenuhan gizi mereka. Oleh karena itu saluran tataniga menjadi saluran yang

sangat produktif untuk menambah kegunaan atau manfaat suatu produk.


5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat di

rumuskan adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh

lembaga-lembaga tataniaga pada komoditas kacang tanah di Kecamatan

Kluet Utara ?

2) Bagaimana struktur dan perilaku pasar di Kecamatan Kluet Utara pada

masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat ?

3) Bagaimana efesiensi saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara

berdasarkan margin tata niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan

biaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi saluran dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh

lembaga-lembaga tataniaga komoditas kacang tanah di Kluet

UtaraKabupaten Aceh Selatan.

2) Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tata

niaga yang terlibat di Kluet Utara.

3) Menentukan dan menganalisis efesiensi tata niaga kacang tanah pada

setiap saluran tata niaga di Kluet Utara dengan pendekatan margin tata

niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.


6

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum

untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas

Teuku Umar. Di samping itu juga di harapkan dapat menjadi informasi dan

referensi bagi petani dan lembaga tataniaga terkait sebagai bahan pertimbangan

dalam pembentukan sistem tataniaga kacang tanah yang menguntungkan bagi

kedua belah pihak, khususnya untuk wilayah Kluet Utara dan daerah-daerah

lainnya dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan sistem tataniaga yang

menguntungkan kedua belah pihak.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)

Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan sekitar Belivia, Peru, dan

Brazil. Varitas kacang tanah yang pertama masuk ke Indonesia adalah tipe

menjalar. Kacang tanah tipe ini telah dikenal sejak tahun 1709 yaitu pada abad ke-

16. Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena

dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis. Kacang tanah

mempunyai bentuk polong bewarna putih pada saat masi muda dan coklat setelah

tua,dalam biji kacang tanah terkandung 5-21% karbohidrat, 15-30% protein, 40-

50% lemak,vitamin (A,B,C,D,E,K) dan mineral (Ca,Mg,Cl,P,K,S).

Rasyid Marzuki (2007) menyebutkan bahwa pertanaman kacang tanah di

Indonesia bertambah luas setelah masuknya Holle (1963) dari Inggris dan

Scheffer dari mesir dengan varietas tegak lebih kurang 3.000.000 Ha. Kacang

tanah paling banyak ditanam di Indonesia sampai sekarang adalah varietas holle

yaitu kacang tanah hasil perkawinan tipe tegak dengan tipe menjalar.

Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan dan industri, kacang

tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus,

dan makanan ringan yang digoreng atau direbus. Sabagai bahan industri kacang

tanah keju, kue, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk

pakan ternak dan pupuk, kacang tanah sangat tinggi kandungan lemak dan

proteinnya.

7
8

Tabel 4. Nilai gizi kacang tanah untuk setiap 100 gram bahan yang dapat
dimakan
Kandungan zat gizi Kacang goreng Mentega Kacang mentah
Karbohidrat (g) 18,8 18,8 14,6
Riboflavin (mg) 0,32 0,12 0,13
Vitamin A (SI) - - 130
Kalsium (mg) 74 59 73
Tiamin (mg) 0,32 0,12 0,86
Niasin (mg) 17,2 14,7 9
Fosfor (mg) 401 380 289
Kalori (kal) 585 589 687
Protein (g) 26 25,2 9,2
Lemak (g) 49,8 50,6 71,2
Besi (mg) 2,1 1,9 2,4
Serat (g) 2,4 1,8 2,3
Abu (g) 3,8 3,7 1,6
Sumber : Bertanam kacang tanah edisi revisi 2007

Rasyid Marzuki, (2007) mengatakan bahwa, Kacang tanah dibedakan

menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak (bunc type) dan tipe menjalar (runner type).

1). Tipe tegak

Percabangan kacang tanah tipe tegak umumnya lurus atau sedikit miring ke

atas. Petani lebih suka membudidayakan tipe ini karena umur panenya lebih

cepat yaitu sekitar 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya pada ruas – ruas

pangkal utama dan cabangnya.

2). Tipe menjalar

Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh kesamping, tetapi

ujung-ujungnya mengarah keatas. Panjang batang utama antara 33-66 cm,

tipe ini umurnya antara 5-7 bulan atau sekitar 150-200 hari. Tiap ruas yang

berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak

serentak.
9

Kacang tanah yang paling banyak ditanam di Kluet Utara sampai sekarang

adalah kacang tanah tipe tegak karena umur panennya lebih cepat yaitu sekitar 3 –

4 bulan atau 100 – 120 hari. Selain buahnya hanya pada ruas – ruas pangkal utama

dan cabangnya perawatannya juga lebih mudah.

2.2. TataNiaga

Dalam dunia usaha, pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak

dapat dipisahkan satu sama lainnya, pasar dan pemasaran memiliki tingkat

ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pasar

tanpa pemasaran tidak ada artinya demikian pula sebaliknya. Pemasaran

merupakan suatu masalah yang penting, tidak hanya dalam dunia usaha tetapi juga

didalam lingkungan masyarakat kelas sosial tinggi maupun masyarakat kelas

sosial rendah. (Sudioyono.2002).

Tataniaga merupakan salah satu aspek yang menekankan bagaimana suatu

produksi dapat sampai ketangan konsumen. Rahardi, (1993) menyebutkan bahwa,

tataniaga dapat dikatakan efesien apabila mampu menyampaikan hasil produksi

kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan

pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen

kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga.

Kohls dan Uhl (1985) mendefinisikan bahwa, tataniaga pertanian

merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa

komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir,

yang mencakup aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl (1985)

menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga yaitu :


10

1). Pendekatan Fungsi (The Fungsional Approach)

Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga

apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungsi-

fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),

fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan fungsi fasilitas

(standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar)

2). Pendekatan Kelembagaan (The Institual Approach)

Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam

lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku-pelaku ini adalah

pedagang perantara (merchant middleman) yang terdiri dari pedagang

pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur, dan

organisasi lainnya yang terlibat.

3). Pendekatan Sistem (The Behavior System Approach)

Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui

aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga

yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga.

Untukmemperlancar arus pasar barang dari produsen ke konsumen salah

satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah memilih secara tepat saluran

tataniaga yang akan digunakan. Saluran tataniaga yang terlalu panjang

menyebabkan makin banyak rantai yang ikut dalam kegiatan pemasaran. Hal ini

kemungkinan penyebaran barang produksi secara luas tetapi sebaliknya

menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga dapat menyebabkan harga yang

mahal sampai kekonsumen. Sebaliknya saluran tataniaga yang terlalu pendek

kurang efektif dalam menyebar luaskan hasil produksi,namun karena mata rantai
11

yang lebih pendek maka biaya tata niaga dapat ditekan sehingga harga sampai

kekonsumen dapat lebih murah.

2.3. Lembaga TataNiaga

Dalam mekanisme pasar pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga adalah

produsen,pedagang atau lembaga-lembaga perantara dan konsumen yang masing-

masing pihak berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses

pertukaran sesuai dengan tujuan (syaedfuddin,1982). Lembaga – lembaga yang

terlibat adalah :

1) Produsen, yaitu petani yang menghasilkan suatu produk pertanian.

2) Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang

hasil pertanian dari petani produsen, dan kemudian memasarkannya

kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.

3) Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari

pedagang pengumpul atau langsung dari produsen, serta menjual kembali

kepada pengecer dan pedagang lain.

4) Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang kepada

konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

dalam partai kecil.

5) Konsumen, yaitu pembeli atau pemakai akhir yang mengkonsumsi suatu

hasil produksi pertanian.

Masing-masing lembaga tataniaga melakukan kegiatan sesuai dengan

kemampuan pembiayaan yang dimiliki, serta melakukan fungsi tata niaga secara

berbeda-beda,dicirikan oleh aktivitas dan skala usaha, misalnya pedagang


12

pengumpul tugasnya membeli barang dan dikumpulkan baik dari produsen atau

pedagang perantara dengan skala yang relatif besar dibandingkan dengan skala

usaha pedagang perantara. Begitu pula halnya dengan pedagang besar,

mempunyai skala usaha yang lebih besar dari pada pedagang pengumpul

(Malhotra, 2005).

2.4. Fungsi Tata Niaga,Saluran TataNiaga

Soekartawi (2002b) berpendapat, saluran tata niaga dapat berbentuk secara

sederhana dan yang rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam komoditi,

lembaga – lembaga tata niaga dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih

cepat sampai ketangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai tambah,

biasanya mempunyai saluran tata niaga yang relatif pendek (sederhana).

Menurut Kotler (1993), fungsi saluran tata niaga adalah menjalankan

pekerjaan, memindahkan barang dari produsen kekonsumen. Saluran tata niaga

berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan barang dari produsen sebagai penghasil

barang ke konsumen sebagai pemakai akhir. Untuk menyampaikan barang,

lembaga-lembaga yang terlibat yaitu produsen, pedagang besar, dan pedagang

pengecer. Lembaga-lembaga tersebut berfungsi untuk memasarkan barang.

Beberapa saluran tata niaga menurut (kotler 1993),

1. Saluran nol tingkat, produsen konsumen.

2. Saluran satu tingkat, produsen pengecer konsumen.

3. Saluran dua tingkat, produsen pedagang besar pengecer konsumen.

4. Saluran tiga tingkat, produsen pedagang besar pedagang

perantara pedagang pengecer konsumen.


13

Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga

yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk

dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki

peranan utama dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan

sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas

dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa

saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula

kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.

Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan

jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang

dapat ditempuh.Selain itu saluran tata niaga dapat mempermudah dalam

mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Hal ini

memberikan kebenaran bahwa proses penyaluran merupakan aktivitas tata niaga

yang mampu menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi tata niaga.

2.5. Margin Tataniaga

Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar

konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula

dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari

tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan

barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik

fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan

komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga. (Daniel. 2002).


14

Margin tata niaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen margin tata niaga ini

terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga–lembaga tata niaga untuk

melakukan fungsi-fungsi tata niaga yang disebut biaya tata niaga (Sudioyono,

2002).

Ramadhan (2009) mengatakan bahwa, margin tata niaga dapat

didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin tata niaga merupakan perbedaan

antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2)

margin tata niaga merupakan biaya dari jasa-jasa tata niaga yang dibutuhkan

sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.

Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin tata niaga dapat

didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin tata niaga merupakan selisih

antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2)

margin tata niaga merupakan biaya dari balas jasa tata niaga.

Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa margin tataniaga

menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di

tingkat produsen. Setiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga

yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu

dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak

lembaga tata niaga yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar

produsen dengan harga di tingkat konsumen.

Margin tata niaga pada suatu saluran tata niaga tertentu dapat dinyatakan

sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang

terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan


15

efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efesiensi

kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian

harga yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar

konsumen akhir.

Tingkat efisiensi tataniagadapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan

terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga merupakan

besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan.

Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi

operasional sistem tataniaga akan semakin efisien, begitu juga sebaliknya semakin

kecil nilai produk yang dijual rasio keuntungan terhadap biaya semakin kecil

maka sistem tataniaga semakin tidak efisien.

2.6. Pasar

Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual

dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan

jasa. Pasar dalam arti moderen berarti suatu proses aliran barang dari produsen ke

konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna tempat, waktu,

bentuk dan kepemilikan.

Pada hakikatnya struktur pasar merupakan golongan produsen dari

beberapa bentuk pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual beli pruduk baik berupa barang atau jasa.

Dalam ilmu ekonomi ada empat struktur pasar yaitu persaingan sempurna, dan

pasar persaingan tidak sempurna seperti monopoli, oligopoli, dan persaingan

monopolitis. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar dimana banyak terdapat

penjual dan pembeli,setiap penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi


16

keadaan dipasar. Sedangkan pasar persaingan tidak sempurna merupakan pasar

dimana sifat dan struktur pasar nya sangat bertentangan dengan pasar persaingan

sempurna.

Pasar mingguan adalah pasar persaingan sempurna yang kegiatan jual

belinya hanya satu kali dalam seminggu,pasar ini merupakann ciri-ciri pasar yang

paling banyak menarik perhatian para petani maupun para ahli ekonomi karena

kebebasan pasarnya lebih besar. Muncunya lembaga-lembaga karena adanya

peyederhanaan, pemborosan pemberian hadiah dalam kegiatan tukar menukar

barang (William, 1986).

Tata niaga menjadi sangat penting ketika produsen atau petani mampu

mengelola hasil kebun (wanatani) dengan baik sampai menghasilkan kuantitas

yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan demikian ruanglingkup tata niaga

merupakan proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ketangan

konsumen akhir. Jangkauan tata niaga sangat luas, berbagai tahapan kegiatan

harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, aliran

barang ini terjadi karena adanya peranan lembaga tata niaga.

2.7. Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental)

pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional

terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan-

kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola

penggunaan, maupun penolakan suatu produk. (William L.1986).


17

Dalam prilaku pasar mingguan hanya terjadi tiga bentuk aktifitas yaitu

membeli, menjual, dan mengamati. Dari aktifitas tersebut memunculkan kenaikan

atau penurunan harga. Jika pihak pembeli lebih kuat dibanding penjual, maka

harga tentunya akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Semakin

banyak pihak yang meminta, maka harga akan semakin tinggi, semakin banyak

pihak yang menawarkan maka semakin rendah pula harga.

2.8. Tata Niaga Kacang Tanah

Perkembangan dunia usaha ditandai dengan makin tajamnya persaingan.

Oleh karena itu, peranan tata niaga semakin penting dan merupakan ujung tombak

setiap pedagang. Keberhasilan usaha suatu pedagang ditentukan oleh keberhasilan

tata niaganya. Tata niaga merupakan kunci keberhasilan usaha.Dalam tata niaga

kacang tanah terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung

maupun tidak langsung. Proses tata niaga merupakan proses yang sedang dan

terus berlangsung dan membentuk suatu sistem.

Usaha tani kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara memberikan

keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya seperti

jagung, kedelai, dan kacang hijau. Kacang tanah mempunyai nilai strategis

sebagai salahsatu sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering.

Sebabnya, mampu memberikan kontribusi sekitar 65% terhadap pendapatan

rumah tangga. Sedangkan bila petani mempunyai dua tipe lahan, yaitu tegalan dan

sawah, kontribusi tanaman kacang tanah terhadap pendapatan petani mencapai

32%, padi 37% dan siwalan 14%. Kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara,

menurut data BPS 2011, pada umumnya ditanam petani di lahan kering dan tadah
18

hujan (70%0) dan sisanya (30%) di sawah pengairan yang ditanam setelah padi

sebagai salah satu sumber pendapatan tunai.

Harga pembelian yaitu suatu tingkat harga yang digunakan pedagang

dalam membeli, sedangkan harga jual yaitu suatu tingkat harga yang digunakan

untuk menawarkan kacang tanah pada konsumen. Hasil pantauan dari BPS Kluet

Utara menunjukkan bahwa harga beli rata – rata adalah sebesar Rp. 3.375/kg,

sedangkan harga jual rata – rata pedagang adalah sebesar Rp. 5.375/kg.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Letak Geografis dan Luas Daerah.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013

di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, tepatnya di pasar mingguan

Desa Kota Fajar yang merupakan ibu kota Kecamatan Kluet Utara. Penentuan

lokasi penelitian ini penulis lakukan dengan sengajasebagai tempat pengambilan

sampel, karena pusat pasar untuk Kecamatan Kluet Utara terletak di Desa Kota

Fajar yang tentu saja jumlah dan peran lembaga tata niaga yang mengusahakan

jual beli kacang tanah, selain itu pasar yang terdapat di Kecamatan Kluet Utara

lebih luas dan lebih banyak pengunjung dibandingkan dengan pasar-pasar yang

terdapat dikecamatan yang lain.Kecamatan Kluet Utara merupakan Kecamatan

yang terletak di sebelah utara ibu kota Kabupaten Aceh Selatan Tapaktuan dengan

batas–batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasie Raja

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet Selatan

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kluet Tengah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia

Kecamatan Kluet Utara merupakan salah satu kecamatan di Aceh Selatan

yang sangat strategis untuk dikembangkan, terutama dalam sektor pertanian. Hal

ini disebabkan karena kecamatan Kluet Utara mempunyai areal yang cukup luas,

19
20

yaitu sekitar 12.472,00 hektar yang terdiri dari 19 desa dengan kepadatan

penduduk 22.271 jiwa. Areal yang cukup luas ini juga didukung oleh faktor –

faktor lainnya, seperti halnya transportasi dan daerah pemasaran. Dalam hal

transportasi, kecamatan Kluet Utara dilalui jaringan arteri sekunder (Banda Aceh

ke Medan) dalam keadaan masih cukup baik, dimana hal ini sangat menunjang

dalam hal tata niaga produksi baik luar kecamatan, kabupaten maupun ke luar

provinsi.

Objek penelitian ini adalah semua lembaga tataniaga (petani, pedagang

pengumpul, dan pedagang pengecer) yang terlibat dalam pemasaran kacang tanah

di Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Petani yang dimaksud adalah petani yang

memproduksi kacang tanah dan sekaligus melakukan penjualan. Pedagang

pengumpul adalah agen dari pedagang pengecer yang membeli kacang tanah.

Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang yang menampung kacang tanah

dari pedagang pengumpul untuk dijual ke konsumen akhir.


21

3.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian.

Menurut Data Statistik Kecamatan Kluet Utara, jumlah penduduk pada

masing-masing Desa tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perincian Jumlah Penduduk pada Masing – Masing Desa di


Kecamatan Kluet Utara.
Jumlah Penduduk (jiwa)
No Desa
L P L/P

1 Kedai Padang 213 256 469

2 Pasie Kuala Ba’u 570 625 1.195

3 Suaq Geringgeng 208 217 425

4 Simpang Lhee 340 356 696

5 Simpang Empat 696 730 1.426

6 Jambo Manyang 662 648 1.310

7 Limau Purut 2186 2162 4.330

8 Pulo Kambing 455 476 931

9 Kampong Paya 461 528 989

10 Krung Batu 1036 1042 2.078

11 Gunong Pulo 313 315 628

12 Pulo Ie 565 656 1.130

13 Krung Batee 643 675 1.318

14 Pasie Kuala Asahan 323 301 624

15 Fajar Harapan 334 349 683

16 Krueng Kluet 446 472 918

17 Alur Mas 496 494 990

18 Kampung Tinggi 270 285 555

19 Kampung Ruak 756 820 1.576

Jumlah 10.955 11.316 22.271

Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011


22

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Kluet Utara

adalah 22.271 jiwa, dengan 11.316 diantaranya adalah perempuan dan sisanya

adalah laki-laki sebanyak 10.955 jiwa. Dari perhitungan menunjukkan bahwa

1.62 Persen lebih banyak perempuan dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-

laki.

Keseluruhan penduduk di daerah penelitian bermata pencaharian dari

berbagai sektor, baik sektor perkebunan, pertanian maupun non pertanian.

Sebahagian besar penduduk di Kecamatan Kluet Utara berusaha di sektor

pertanian, sedangkan bidang pekerjaan lainnya seperti pedagang, pegawai negeri,

nelayan, dan lainnya sangat kecil. Untuk lebih jelas mengenai keadaan mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kluet Utara Menurut Jenis Mata


Pencaharian Tahun 2011
Jumlah Persentase
No Mata Pencaharian
(jiwa) (%)
1 Perkebunan/pertanian 3193 56,65
2 Pedagang 726 12,88
3 Pegawai Negeri 369 6,54
4 Nelayan 139 2,46
5 Buruh 696 12,34
6 Lain-lain 513 9,10
Jumlah 5636 100,00
Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011

Bedasarkan tabel 6 terlihat bahwa jenis mata pencaharian penduduk di sektor

pertanian mencapai 56,65 persen sedangkan di sektor lainnya seperti pedagang,

pegawai, nelayan, buruh dan lain-lain hanya mencapai 43.34 persen. Dengan

demikian kecamatan Kluet Utara kontribusi sektor pertanian memegang peran

penting untuk meningkatkan ekonomi pertanian.


23

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan tiga teknik (Soeratno dan Arsyad, 2003) yaitu:

1) Wawancara langsung dengan responden petani dan pedagang sampel

berdasarkan koesioner yang telah disiapkan. Data dari petani dan pedagang

sampel meliputi biaya-biaya usaha tani, biaya pemasaran dan harga jual

kacang tanah.

2) Penyulusuran data sekunder yang berasal dari perpustakaan, instansi-instansi

dan pihak-pihak yang menerbitkan bahan bacaan cetakan.

3) Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati

langsung objek penelitian.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling untuk semua responden dikarena responden terpilih adalah

pelaku yang sedang bertransaksi di pasar mingguan. Jumlah sampel yang diambil

sebanyak 30orang dari 150 orang populasi petani. Sedangkan pengambilan sampel

pedagang sebanyak10 orang yakni 5 dari25 orang pedagang pengumpul dan5

dari25 orang pedagang pengecer. Dengan demikian total sampel dari penelitian ini

sebanyak40 orang. Menurut Gay dan Diehl (1996)untuk penelitian deskriptif

jumlah sampel yang diambil minimal 10% dari total populasi. Jumlah populasi

dan besar sampel petani tanaman kacang tanah dan pedagang kacang tanah di

daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut.


24

Tabel 7. Jumlah Populasi dan Besar Sampel di Daerah Penelitian


No Uraian Populasi Sampel
1 Petani 150 30
2 Pedagang Pengumpul 25 5
3 Pedagang Enceran 25 5
Jumlah 200 40
Sumber: Monografi Kluet Utara dan Survei Penelitian, 2012

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Metode deskriptif yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu dalam bidang tertentu secara cermat dan faktual dari data

yang telah dikunpulkan (Nazir, 1999). Data yang dikumpulkan kemudian

disusun, dianalisis, dan dijelaskan sehingga memberi gambaran mengenai

fenomena-fenomena yang terjadi, serta mengambil kesimpulan dari hasil

analisis yang diperoleh.

2) Analisis kuantitatif, menggunakan data yang diperoleh disusun secara tabulasi

kemudian dianalisis. Analisis kuantitatif digunakan melihat besarnya margin

tataniaga, biaya tata niaga, keuntungan, dan efesiensi saluran tataniaga.

3.5 Batasan Variabel.

3.4.1. Saluran tataniaga adalah rangkaian mata rantai perdagangan komoditi

kacang tanah dari petani sampai kepedagang eceran.

3.4.2. Pelaku tata niaga adalah golongan produsen dan pedagang kacang tanah

dari pasar mingguan. Seperti petani (produsen), pedagang pengumpul, dan

pedagang eceran.

3.4.3. Pasar adalah lokasi geografis, dimana tempat bertemunya para penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan mengamati harga dari

komoditi kacang tanah.


25

3.4.4. Biaya tata niaga adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga

tataniaga dalam kegiatan tataniaga kacang tanah (Rp/Kg). Seperti tingkat

harga beli pedagang yang di hitung dari harga rata-rata pembelian kacang

tanah (Rp/Kg) dan keuntungan lembaga tata niaga (Rp/Kg).

3.4.5. Margin adalah margin tataniaga yang dihitung berdasarkan perbedaan

harga beli dengan harga jual kacang tanah dalam bentuk komoditas yang

sama (Rp/Kg)

3.6 Metode Analisis

Teknik analisis data yang telah dikumpulkan dilapangan dan disusun

secara tabulasi kemudian dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif

digunakan untuk melihat efisiensi saluran tataniaga berdasarkan margin tataniaga,

farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

Untuk mengetahui margin tataniaga, distribusi, farmer’s share, dan

seluruh keuntungan lembaga-lembaga tataniaga terhadap margin total dari

berbagai saluran tataniaga digunakan analisis margin pemasaran. Besarnya margin

pemasaran dapat di hitung menggunakan rumus (Masyhuri, 1994, dan Yusuf, dkk,

2004)

MP = KP + BP

Dimana:

MP = Margin Pemasaran

KP = Keuntungan Pemasaran

BP = Biaya Pemasaran
26

Untuk mengetahui efeiensi saluran tataniaga kacang tanah dapat dianalisis

menghitung bagaimana harga yang diterima petani (farmer’s Share) sebagai

analisis tataniaga kacang tanah. Soekartawi (2002a)menyatakan, mengukur

efesiensi saluran tataniaga digunakan harga jual petani sebagai dasar dan

dibandingkan dengan harga beli pedagang ditingkat konsumen akhir dikalikan

dengan 100 persen.

Jika share harga yang diterima petani lebih besar dari share margin tata

niaganya maka saluran tata niaga tersebut dikategorikan efesien. Begitu juga

sebaliknya,jika share harga yang diterima petani lebih kecil dari share margin tata

niaganya maka saluran tataniaga tersebut dikategorikan tidak efesien.

Bagaimana harga yang diterima petani atau farmer’s share adalah

perbandingan atau rasio antara harga yang harus dibayar konsumen dinyatakan

dalam persen (%). Secara sistematik dirumuskan dalam persamaan berikut:

௉௙
Fs (%) ൌ ௉௘ x 100

Dimana:

Fs = farmer’s Share

Pf = harga di tingkat petani

Pe = harga ditingkat lembaga tataniaga


27

3.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diturunkan hipotesis

penelitian bahwa:

1). Saluran dan fungsi lembaga-lembaga tataniaga sangat berperan penting

dalam perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah

konsumen.

2). Struktur dan prilaku pasar mingguan yang terdapat di Kluet Utara pada

masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat cenderung bersifat pasar

persaingan sempurna, karena jumlah petani banyak serta petani dan

pedagang bebas keluar masuk pasar.

3). Efesien atau tidaknya suatu saluran tataniaga sangat ditentukan oleh besar

kecilnya margin tataniaga, farmer’s shere, rasio keuntungan, dan biaya

yang dikeluarkan oleh tiap-tiap lembaga yang terlibat.


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Petani dan Pedagang Sampel

Salah satu faktor yang dapat memperlancar pengembangan komoditi

kacang tanah karakteristik petani sebagai pelaku usaha tani dan pedagang sabagai

penyalur di dalam lembaga tata niaga. Karakteristik petani terutama meliputi

kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga. Karakteristik ini

penting untuk diketahui, mengingat keadaan dari setiap responden berbeda-beda

baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman berusaha maupun tanggungan

keluarga, keadaan – keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan

produktifitas kerja para petani dan pedagang dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Karakteristik sangat erat kaitannya dengan keahlian petani dalam

memilih saluran tata niaga, Karena karakteristik ini akan mencerminkan

kemampuan berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan serta

berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerapkan teknik

pembudidayaan tanaman kacang tanah untuk hasil yang baik.

Jumlah sampel yang menjadi objek penelitian sebanyak 40 orang terdiri

dari 30 orang sampel petani dan 10 orang pedagang dari 200 populasi petani dan

pedagang, persentase petani dan pedagang sampel menurut karakter usia di daerah

penilitian dapat di lihat dalam tabel 8.

Tabel 8. Persentase petani dan pedagang sampel menurut usia di daerah penelitian,
Tahun 2013
Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
21 – 30 9 22,5
31 – 40 17 42,5
41 – 50 10 25
>50 4 10
Jumlah 40 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

28
29

Dengan memperhatikan tabel 8 diperoleh informasi bahwa tingkat usia

petani dan pedagang sampel di daerah penelitian relatif berusia produktif yaitu

42,5 persen atau 17 orang dari 40 responden (petani dan pedagang) dengan

kisaran usia antara 31 sampai 40 tahun. Kemudian di ikuti kisaran usia 41 sampai

50 tahun sebanyak 10 Orang (25 persen), usia 21 – 30 tahun sebanyak 9 orang

(22,5 persen). sedangkan diatas 50 sebanyak 4 orang atau 10 persen.

Faktor umur mempunyai kaitan erat dengan kemampuan kerja pedagang

dalam mengelola usahanya. Pedagang yang memiliki umur lebih muda jika

dibandingkan dengan pedagang yang lebih tua cenderung akan lebih bersemangat

dalam berusaha dan sering melakukan hal-hal yang sifatnya coba – coba untuk

kemajuan usahanya. Hal ini juga disebabkan mereka masih memiliki semangat

yang besar dalam berusaha.

Faktor kecerdasan akan berpengaruh terhadap aktivitas yang akan, sedang

dan yang telah dilaksanakan sehingga latar belakang dan tingkat pendidikan

petani dan pedang sampel di daerah penelitian secara umum masih berpendidikan

rendah, yaitu 52,5 Persen tamat dari Sekolah Dasar (SD) atau sebanyak 21 orang,

dan diikuti oleh yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak

12 orang (30 persen), selanjutnya sebesar 17,5 Persen tamat dari Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas (SLTA) atau sebanyak 7 orang dari 40 orang sampel petani dan

pedagang, seperti ditujukan pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Pendidikan di


Daerah Penelitian Tahun 2013.
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 21 52,5
SLTP 12 30
SLTA 7 17,5
Jumlah 40 100,00
Sumber : Data Primer (diolah),2013
30

Pendidikan merupakan faktor yang ikut menunjang keberhasilan usaha,

tingkat pendidikan yang memadai akan lebih bermanfatan untuk memperlancar

aktifitas (kegiatan) sehari – hari para petani dan pedagang sampel. Dengan

pendidikan yang baik, petani dan pedagang sampel akan memiliki kemampuan

untuk menghadapi berbagai kendala yang mungkin timbul dan mencari solusi

terbaik dalam menyelesaikannya. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah

akan menyulitkan petani dan pedagang sampel untuk berusaha kearah yang

profesional dan juga dalam mengantisipasi terhadap kendala yang munkin

dihadapi dalam menjalankan usahanya.

Jumlah tanggungan keluarga erat kaitannya dengan besarnya jumlah biaya

hidup yang dikeluarkan. Semankin besar jumlah tanggungan dalam keluarga akan

semankin besar biaya yang dikeluarkan, dan akan memperkecil jumlah modal

yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Untuk menutupi hal tersebut

harus diimbangi dengan pencurahan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga dapat

menghemat jumlah biaya/upah yang harus dibayar kepada pihak lain.persentase

jumlah tanggungan anggota keluarga petani dan pedagang di daerah penelitian

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Jumlah


Tanggungan Keluarga di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Tanggungan Jumlah (orang) Persentase (%)
1-3 orang 26 65
>4 orang 14 35
Jumlah 40 100
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Tabel 10 menunjukan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga

petani dan pedagang sampel per kepala keluarga di daerah penelitian pada kisaran
31

1-3 Orang (65 persen) dan sisanya sebanyak 35 Persen atau berada pada kisaran

>4 orang dalam satu kepala keluarga.

Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan pengalaman juga merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengalokasikan biaya dan

faktor-faktor produksi. Petani dan pedagang yang mengalami pengalaman kerja

lebih lama akan lebih mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada

saat yang tepat. Persentase petani dan pedagang sampel menurut pengalaman di

daerah penelitian dapat dilihat dalam tabel 11 berikut.

Tebel 11. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Pengalaman di


Daerah Penelitan, Tahun 2013
Pengalaman Jumlah (orang) Persentase (%)
1-5 tahun 19 47,5
6-10 tahun 13 32,5
>10 tahun 8 20
Jumlah 40 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Hasil penelitian menunjukan 47,5 Persen (19 orang) petani dan pedangang

sampel di daerah penelitian sudah cukup lama berusahatani kacang tanah dan

kegiatan menjual atau memasarkan kacang tanah yaitu berada di kisaran 1-5

tahun, kemudian diikuti 32,5 persen (13 orang) berada di kisaran 6-10 Tahun,

serta sisanya sebanyak 20 persen (8 orang) di atas 10 tahun.

Luas lahan garapan merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha

meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan

yang diterima oleh petani. Luas pengusahaan lahan tanaman kacang tanah yang di

usahakan petani sampel di daerah penelitian tergolong sempit dengan rata-rata

0,74 Ha petani. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 12 berikut.
32

Tabel 12. Persentase Petani Sampel Menurut Luas Lahan di Daerah


Penelitian, Tahun 2013
Rata – rata luas lahan Jumlah (orang) Persentase (%)
0,5 16 53,33
1,0 14 46,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Tabel 12 menunjukan persentase petani kacang tanah di daerah penelitian

memiliki luas lahan rata – rata 0,5 Ha sebanyak 16 orang (53,33 Persen).

Sedangkan sampel petani kacang tanah yang memiliki luas lahan rata-rata 1,0 Ha

sebanyak 14 orang atau 46,67 Persen. Luas lahan keseluruhan yang diusahakan

sampel petani kacang tanah di daerah penelitian sebesar 22 Ha. dan pada

umumnya lahan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan

milik sendiri. Luas lahan masing-masing petani sampel dapat dilihat pada

lampiran 5.

4.2. Biaya Produksi

Dalam penelitian ini biaya produksi yang diperhitungkan adalah seluruh

pengeluaran yang di bayar untuk satu kali musim tanam. Perhitungan didasarkan

atas harga-harga yang berlaku di daerah penelitian. Sesuai dengan data yang

diperoleh bahwa biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel dalam berusahatani

tanaman kacang tanah meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk, obat-obatan),

biaya penyusutan alat seperti cangkul, parang, karung (goni),dan biaya tenaga

kerja serta biaya lain. Penerimaan dan keuntungan petani sampel dalam

berusahatani tanaman kacang tanah dapat dilihat pada tabel 13.


33

Tabel 13. Rata-rata Biaya Variabel, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani


Dengan Luas Lahan Rata-rata 0,74 Ha Tanaman Kacang Tanah
di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Jenis biaya Jumlah (Rp) Persentase R/C
Biaya sarana produksi 4.035.000 52 -
Tenaga kerja 3.537.533,33 45 -
Biaya peralatan 210.483,33 2,7 -
Total biaya 7.783.017 100,00 -
Penerimaan 11.385.333,3 - 1,46
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Tabel 13 menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan petani

terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, biaya peralatan dan lain-lain.

Pengusahaan tanaman kacang tanah sangat menguntungkan bagi petani. Hal ini

dapat terlihat dari besarnya pendapatan kotor dibanding dengan biaya produksi

diperoleh dari R/C sebesar 1,46.

4.3. Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara dari petani hingga

konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang

pengumpul dan pedagang pengecer. Sistem tata niaga kacang tanah di Kluet

Utara dari produsen hingga ke tingkat konsumen, secara umum memiliki beberapa

saluran tata niaga yang berbeda.

Saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara terdapat 2 saluran tataniaga yaitu:

- Saluran tataniaga 1 : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer –

konsumen.

- Saluran tataniaga 2 : petani – pedagang pengecer – konsumen.


34

4.5.1. Saluran TataNiaga I

Saluran tata niaga satu merupakan saluran tata niaga terdiri dari petani -

pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Dari penelitian yang

dilakukan diketahui bahwa petanidi Kluet Utara menjual kacang tanah melalui

pedagang pengumpul. Alasan petani menggunakan saluran tata niaga ini adalah

karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk

petani yang dijual ke pedagang pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah

menjadi resiko pedagang pengumpul jika produknya tidak terjual habis.

Harga yang berlaku pada saluran tata niaga ini adalah harga yang terjadi di

pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang

lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang

pengumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual.

Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.

Pedagang pengumpul umumnya hanya menjual kacang tanah. Produk

kacang tanah diangkut dengan menggunakan kereta dan mobil. Biaya transportasi

yang dikenakan antara Rp 2.500 – Rp 3.000 /goni. Biaya transportasi setiap

pedagang pengumpul berbeda – beda , hal ini disebabkan karena daerah produksi

yang berbeda. Pedagang pengumpul menjual seluruh kacang tanah tersebut

kepada pedagang pengecer yang terdapat di Pasar Mingguan. Pedagang pengecer

berasal dari kecamatan Kluet Utara.

4.5.2. Saluran Tata Niaga II

Saluran tata niaga dua merupakan saluran tata niaga yang terdiri dari

petani- pedagang pengecer - konsumen. Jenis saluran tata niaga ini dilakukan oleh
35

sebahagian dari petani responden. Petani membawa kacang tanah sendiri dengan

menggunakan kereta ada juga yang menggunakan mobil bak terbuka ke pasar

mingguan dan langsung menjual hasil panennya ke pedagang pengecer yang

berada di pasar mingguan dengan sistem jual yaitu per Kg dan biaya transportasi

Rp 2.000 – Rp3.000 /goni. Pada saluran tata niaga ini, petani juga berperan

sebagai pedagang pengumpul yaitu menjual produk kacang tanah. Biaya-biaya

yang harus dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan. Petani menjual

produk kacang tanah ke pasar, jika terjadi panen dan kacang tanah yang dibawa

ke pasar berbeda-beda tergantung dari hasil panen. Alasan petani menggunakan

saluran tata niaga dua adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul.

Saluran tata niaga kacang tanah yang ada di Kluet Utara cukup singkat,

sehingga dapat memperbesar keuntungan yang diterima produsen maupun

pedagang, tanpa merugikan konsumen. Adapun saluran tata niaga kacang tanah

kecamatan kluet utara dari produsen ke konsumen dapat dilihat dari gambar

berikut :
36

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen
Keterangan :
Saluran tetap
Saluran Tidak Tetap
Gambar 1, Skema Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Kecamatan Kluet Utara
Berdasarkan skema diatas terlihat adanya saluran tetap dan saluran tidak

tetap (kadang-kadang). Saluran tetap adalah saluran tata niaga yang sering dilalui

oleh produsen untuk menyalurkan produksinya. Sedangkan saluran tidak tetap

adalah saluran yang jarang terjadi, dimana produsen menjual langsung hasil

produksinya kepada pedagang pengecer di pasar. Jadi dalam hal ini produsen

langsung bertindak sebagai pedagang pengumpul. Praktek semacam ini tentu saja

akan mempengaruhi para pedagang pengumpul yang sesungguhnya.

4.4. Fungsi TataNiaga

Fungsi tata niaga diperlukan dalam kegiatan tata niaga untuk

memperlancar distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga tata niaga yang terlibat.

Secara umum fungsi tata niaga yang dilaksanakan lembaga tata niaga terdiri dari

tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
37

Fungsi pertukaran meliputi kegiatan – kegiatan yang dapat memperlancar

perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik

merupakan perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar komoditas yang diperlukan

konsumen dapat tersedia pada tempat yang diinginkan. Fungsi pertukaran berupa

pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari pengolahan hasil, pengangkutan,

dan penyimpanan.

Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi

pasar. Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan uang untuk berbagai aspek tata

niaga. Fungsi penanggungan resiko merupakan penerimaan kemungkinan dari

kerugian pemasaran produk yang terdiri dari atas resiko fisik dan resiko harga.

Resiko fisik terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi akibat

perubahan nilai produk di pasar. Informasi pasar merupakan hal yang diperlukan

produsen dan lembaga-lembaga tata niaga untuk kondisi pasar, lokasi, jenis mutu,

waktu dan harga pasar.

Setiap lembaga tata niaga yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang

tanah mulai dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer

menjalankan fungsi tata niaga yang berbeda-beda. Lembaga-lembaga tata niaga

yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang tanah Kluet Utara, Kabupaten

Aceh Selatan yaitu ;

1). Petani

Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh petani kacang tanah di Kluet Utara

adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan
38

pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar,

penanggungan resiko dan pembiayaan.

a. Fungsi Pertukaran

Petani di Kluet Utara melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi

penjualan. Petani kacang tanah di Kluet Utara yang menjual hasil produksinya

melalui pedagang pengumpul sebanyak 19 orang dari total petani responden.

Sedangkan petani yang langsung menjual produknya kepada pedagang pengecer

sebanyak 11 orang dari total petani responden.

b. Fungsi Fisik

Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani jika petani tersebut

menjual hasil panennya langsung ke pasar dan tidak melalui pedagang

pengumpul. Fungsi fisik tersebut terdiri dari kegiatan pengemasan dan

pengangkutan. Kegiatan pengemasan kacang tanah dilakukan dengan menimbang

kacang tanah sebanyak 50 Kg menjadi satu karung. Kegiatan pengangkutan

dilakukan oleh petani apabila petani memasarkan produknya langsung ke pasar.

Namun apabila petani tidak langsung memasarkan ke pasar melainkan ke

pedagang pengumpul maka pedagang pengumpullah yang melakukan kegiatan

pengangkutan dan biaya pengangkutan di tanggung oleh pedagang pengumpul.

Pada umumnya biaya penyusutan kacang tanah tidak ada di tingkat petani,

karena baik petani yang menjual ke pedagang pengumpul ataupun menjual

langsung ke pasar tidak melakukan kegiatan penyimpanan. Petani melakukan

kegiatan penjualan hasil panennya pada hari kedua setelah panen.


39

c. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar,

penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar dapat diperoleh petani

dengan sangat mudah, tidak terdapat biaya dalam mendapatkan informasi pasar

bagi petani. Kegiatan informasi pasar yang dilakukan berupa perkembangan harga

dari petani lain yang sebelumnya menjual produknya, kualitas barang yang

diinginkan oleh konsumen. Setelah mengetahui informasi pasar petani dapat

menentukan keputusan waktu menjual hasil produksinya serta pemilihan saluran

tata niaga yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan penjualan untuk mencapai

efisiensi tata niaga. Kegiatan penanggungan resiko yang dialami petani berupa

penurunan harga kacang tanah di pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan

yang dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi.

Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman atau

pemberian kredit oleh pihak lain, oleh karena itu petani harus dapat

mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya.

2). Pedagang Pengumpul

Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi

pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi

pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan

pembiayaan.

a. Fungsi Pertukaran

Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul

adalah fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul di Kluet


40

Utara melakukan fungsi pembelian ke para petani langganannya. Jumlah petani

yang menjadi langganan pedagang pengumpul di Kluet Utara berkisar 5 sampai 7

petani dan memiliki petani langganan di Kecamatan lain. Setiap terjadi panen

petani memberitahu kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul

mengambil produk kacang tanah yang telah di panen ke rumah petani, kemudian

membawa ke Pasar Mingguan untuk dijual. Penentuan harga yang ada dalam

pembelian kacang tanah melalui proses tawar-menawar berdasarkan informasi

pasar yang mereka ketahui sebelumnya.

b. Fungsi Fisik

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu kegiatan

pengangkutan. Pedagang pengumpul membawa kacang tanah dengan mobil pick

up dan membayar biaya pengangkutan kepada pemilik mobil tersebut. Biaya

pengangkutan para pedagang pengumpul berbeda-beda tergantung dari jauhnya

lokasi produksi dengan pasar.

c. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi

informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh

dari sesama pedagang pengumpul lain di Kluet Utara. Penanggungan resiko

sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Resiko yang bisa

muncul seperti penurunan harga, hal ini disebabkan banyaknya produk kacang

tanah di pasar yang berasal dari daerah lain. Fungsi pembiayaan yang dilakukan

oleh pedagang pengumpul yaitu penyediaan modal untuk membeli produk kacang
41

tanah dari petani sampai pedagang pengumpul dapat menjual produk tersebut di

pasar.

3). Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer responden berjumlah 5 orang di pasar Minggu. Fungsi

tata niaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran

berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan,

fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.

a. Fungsi Pertukaran

Fungsi tata niaga yang dilakukan pedagang pengecer adalah fungsi

pertukaran berupa pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada

konsumen. Pembelian yang dilakukan pedagang pengecer dalam bentuk Kg,

jumlah pembelian biasanya 700 Kg sampai 1.500 Kg. Pedagang pengecer

melakukan penjualan ke konsumen dalam satuan Kg.

b. Fungsi Fisik

Fungsi fisik yang dilakukan berupa pengemasan dan pengangkutan. Selain

itu biaya retribusi pasar juga ditanggung oleh padagang pengecer kacang tanah.

Pedagang pengecer di Pasar Mingguan tidak terdapat biaya transportasi karena

pedagang pengumpul langsung membawa barang dagangan di Pasar mingguan,

sedangkan pedagang pengecer yang berasal dari kecamatan lain memerlukan

biaya transportasi.
42

c. Fungsi Fasilitas

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi informasi

pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Fungsi informasi pasar yang

dilaksanakan oleh pedagang pengecer diataranya berupa perkembangan harga di

setiap tingkat pasar. Produk yang dihasilkan pesaing serta jenis dan kualitas

produk yang diminta oleh konsumen. Harga yang berlaku di pasar Minggu terjadi

sesuai dengan mekanisme pasar. Penjual seringkali melakukan diskriminasi harga

terhadap konsumen yang membeli komoditas kacang tanah.

Pedagang pengecer juga menanggung resiko pada saat terjadi penurunan

harga kacang di pasar. Jika tidak habis terjual pedagang pengecer selalu berusaha

menjual habis kacang tanah dalam waktu satu hari dengan cara menurunkan harga

kacang atau diborong oleh pedagang kacang yang lain.

Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer diantaranya

berupa penyediaan modal usaha. Pada umumnya pedagang pengecer melakukan

kegiatan pembelian sesuai dengan besarnya modal yang dimilikinya. Modal yang

dipergunakan pedagang pengecer umumnya berasal dari pedagang pengecer itu

sendiri dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak lain. Rata-rata modal yang

dibutuhkan oleh pedagang pengecer responden berkisar antara Rp 18.065.000

sampai dengan Rp 22.308.000 per minggu. Besarnya modal yang dibutuhkan

tergantung dari besar kecilnya jumlah penjualan yang dilakukan pedagang

pengecer. Semakin besar modal yang dimiliki pedagang pengecer , maka semakin

besar tingkat keuntungan yang diraih. Rata-rata pembelian kacang tanah pedagang

pengecer berkisar antara 1.024 Kg sampai 1.254 Kg/minggu.


43

Tabel 14. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilaksanakan oleh Lembaga-


Lembaga Tata Niaga Kacang pada Setiap Saluran Tata Niaga
Kacang Tanah di Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan.
Fungsi Tata Niaga
Saluran dan
Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas
Lembaga Tata
Informasi
Niaga Jual beli kemas angkut Simpan Resiko Biaya
Pasar
Saluran 1
Petani √ - √ - - - - √
Pengumpul √ √ - √ - √ √ √
Pengecer √ √ - √ √ √ √ √
Saluran 2
Petani √ - √ √ √ √ √ √
Pengecer √ √ - √ √ √ √ √
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Keterangan : √ = melakukan kegiatan fungsi tata niaga

- = tidak melakukan kegiatan fungsi tata niaga

Berdasarkan Tabel 14 diatas diketahui bahwa pada saluran tata niaga satu

petani melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan, fungsi fisik berupa

pengemasan dan fungsi fasilitas berupa resiko, pembiayaan dan informasi pasar.

Fungsi pengangkutan tidak dilakukan oleh petani karena pedagang pengumpullah

yang membawa produk ke pasar untuk dijual. Kegiatan panen dilakukan oleh

petani dan langsung dijual pedagang pengumpul untuk dibawa ke pasar sehingga

petani tidak melakukan kegiatan penyimpanan.

Pedagang pengumpul pada saluran tata niaga satu melakukan pembelian

kepada petani dan penjualan ke pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Fungsi

pengangkutan dilakukan untuk mengangkut hasil panen dari petani ke pasar.

Fungsi pengemasan tidak dilakukan karena produk kacang tanah yang dibawa

pedagang pengumpul langsung dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk kg.

Produk yang dijual pedagang pengumpul terjual habis dalam satu minggu.
44

Pada saluran tata niaga dua, petani melakukan fungsi pertukaran berupa

penjualan dan fungsi pengangkutan untuk membawa kacang tanah yang akan

dijual ke pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Sebelum dijual petani

melakukan kegiatan pengemasan berupa menyatukan 50 Kg kacang tanah

menjadi 1 karung, karena petani menjual dalam bentuk karung untuk pedagang

pengecer. Pada saluran tata niaga dua petani bertindak sebagai pedagang

pengumpul.

Pedagang pengecer pada saluran tata niaga satu dan dua melakukan fungsi

pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen akhir.

Fungsi pengangkutan dilakukan untuk membawa kacang tanah yang akan dijual

ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan dilakukan apabila produk

yang dijual pedagang pengecer tidak terjual habis dalam satu hari. Pada saluran

tata niaga dua fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan petani sama dengan saluran

tata niaga satu.

4.5. Struktur Pasar

Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat atau karakteristik pasar. Faktor

penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli

dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar

dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Petani dan lembaga –

lembaga tata niaga yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang tanah di pasar

mingguan menghadapi struktur pasar yang berbeda.


45

1) Petani

Struktur pasar yang dihadapi petani kacang tanah di Kluet Utara bersifat

pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat

mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar, hal ini terlihat

melalui keseragaman kualitas dari produk kacang tanah yang dihasilkan petani.

Pada saat penelitian dilakukan jumlah petani responden kacang tanah sebanyak 30

orang.

Informasi harga yang dimiliki petani cukup baik. Petani tidak memerlukan

biaya untuk mendapatkan informasi tentang harga. Petani mendapatkan informasi

harga dari pedagang pengumpul ataupun dari petani lainnya. Sistem penentuan

harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga

kedudukan petani dalam sistem tata niaga sangat lemah. Petani tidak memiliki

posisi tawar yang memadai.

2) Pedagang Pengumpul

Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Kluet Utara adalah

Oligopoli, karena jumlah penjual dan pembeli sedikit. Terdapat hambatan bagi

pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul.

Pada umumnya pedagang pengumpul memiliki hubungan yang erat

dengan petani. Setiap pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan,

meskipun demikian petani mungkin saja menjual produk yang dihasilkannya ke

pedagang pegumpul yang bukan langganannya. Jumlah pedagang pengumpul di

Kluet Utara lebih sedikit jika dibandingkan jumlah petani. Pedagang pengumpul

memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi di Kluet Utara.


46

Informasi pasar diperoleh pedagang pengumpul melalui survei pasar dan dari

pedagang lainnya.

3) Pedagang Pengecer

Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan

sempurna, karena jumlah pedagang pengecer banyak, produk yang diperjual

belikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar

sehingga bertindak sebagai price taker.

Sistem pembayaran yang berlaku di pasar pengecer adalah tunai. Harga

kacang tanah ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli

dapat melalukan kegiatan tawar- menawar dengan pedagang pengecer. Informasi

harga didapatkan pedagang pengecer melalui survei pasar atau dari pedagang

lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar,

karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki

pasar. Pedagang pengecer hanya menjual kacang tanah saja.

4.6. Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola tingkah laku lembaga-lembaga tata niaga yang

menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan

kegiatan penjualan dan pembelian serta bentuk-bentuk keputusan yang diambil

dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar meliputi kegiatan

pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan kerjasama antar lembaga tata

niaga.
47

1) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Petani

Hampir seluruh petani kacang tanah yang ada di Kluet Utara menjual hasil

panennya kepada pedagang pengumpul yang berasal dari desa tersebut. Petani

melakukan panen pada pagi hari dan pedagang pengumpul mengambil hasil panen

ke rumah petani.yang jadi langganannya.

2) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul di Kluet Utara umumnya membeli produk kacang

tanah langsung dari petani. Pedagang pengumpul bahkan seringkali yang

melakukan kegiatan panen jika membeli dari petani dengan sistem borongan.

Pada umumnya pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan yang

menyediakan kacang tanah yang siap dijual. Pedagang membawa kacang tanah ke

pasar sekitar 1.144 – 1.150 Kg. Pedagang pengumpul melakukan kegiatan

Penjualan kacang tanah dalam jumlah Kg kepada pedagang pengecer.

3) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat pedagang pengecer

Pedagang pengecer pada penelitian ini adalah pedagang pengecer yang

berada di Pasar Mingguan Kluet Utara. Pedagang pengecer melakukan kegiatan

pembelian kacang tanah dari pedagang pengumpul yang berada di pasar.

Pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer dilakukan secara tunai.

Jumlah kacang yang dibeli dari pedagang pengumpul sekitar 1.144 kg sampai

dengan 1.150 Kg dan jumlah yang dijual pada umumnya habis terjual. Pedagang

melakukan penjualan dalam bentuk Kg kepada konsumen. Apabila kacang tanah

tidak habis terjual pedagang menurunkan harga untuk menghindari kerugian yang

lebih besar.
48

4.7. Perkembangan Harga, Biaya, Keuntungan, Margin dan Efesiensi Tata

Niaga Kacang tanah

Dalam tata niaga kacang tanah, pedagang menggunakan strategi tertentu

untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Harga yang diterima petani

sampai ke tangan konsumen untuk masing-masing saluran tidak sama. Rata-rata

harga penjualan kacang tanah ditingkat petani sebesar Rp 40.440.250, rata-rata

harga penjualan ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 51.322.500 dan rata-

rata harga penjualan di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 61.325.000. Harga

jual di tinggkat petani merupakan harga beli di tinggakat pedagang pengumpul,

harga jual di tingkat pedagang pengumpul adalah harga beli di tingkat pedagang

pengecer, sedangkan harga jual di tinggkat pedagang pengecer adalah harga beli

ditingkat konsumen akhir.

Perkembangan harga jual, biaya tata niaga, keuntungan tata niaga, margin

tata niaga, dan bagian (Share) harga yang diterima petani dalam aktivitas tata

niaga kacang tanah pada berbagai saluran tata niaga di Kluet Utara pada saat

penelitian dapat dilihat dalam tabel 15.


49

Tabel 15. Rata-rata Perkembangan Harga, Biaya Tata Niaga, Keuntungan


Tata Niaga, Margin Tata Niaga dan Share Harga yang diterima
petani dalam aktivitas Tata Niaga Kacang Tanah pada Saat
Berbagai Saluran Tata Niaga di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Jalur I Jalur II

No Uraian Harga Share Harga Share


(Rp) (%) (Rp) (%)

I.Petani
1.-Harga Beli - - - -
-Harga Jual 40.440.250 65,94 44.600.000 72,72
2.Biaya Produksi 7.783.017 12,69 7.783.017 12,69
3.Biaya TataNiaga - - 2.231.500 3,63
4. Harga Jual Bersih (1-2) 32.657.233 53,25 34.585.483 56,39
II Pedagang Pengumpul
1.-Harga Beli 40.440.250 65,94 - -
-Harga Jual 51.322.500 83,68 - -
2. Margin TataNiaga 10.882.250 17,74 - -
3.BiayaTataNiaga 2.231.500 3,63 - -
4.Keuntungan Tata Niaga 8.650.750 14,10 - -
III Pedagang Pengecer
1.-Harga Beli 51.322.500 83,68 44.600.000 72,72
-Harga Jual 61.325.000 100 61.325.000 100
2. Margin TataNiaga 10.002.500 16,31 16.725.000 72,72
3.BiayaTataNiaga 3.706.250 6,04 3.706.250 6,04
4.Keuntungan Tata Niaga 6.296.250 10,26 13.018.750 21,22
IV Konsumen Akhir
Harga Beli 61.325.000 100 61.325.000 100
V Total Margin TataNiaga 20.884.750 34,05 16.725.000 27,27
Total Biaya TataNiaga 5.937.750 9,68 5.937.750 9,68
Total Keuntungan TataNiaga 47.604.233 77,62 47.604.233 77,62
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

1. Harga

Rata-rata harga penjualan yang diterima dengan pedagang perantara dalam

tata niaga kacang tanah berbeda-beda besarnya. Pebedaan ini disebabkan oleh

kegiatan yang dilaksanakan pedagang perantara dalam fungsi tata niaga berbeda

dengan petani. Pada tabel 20 menginformasikan rata-rata harga jual yang diterima

petani dengan rata-rata harga jual yang diterima pedagang pengecer terhadap
50

harga beli konsumen akhir (Rp 61.325.000) pada saluran I sebesar Rp 40.440.250.

Perolehan besar kecilnya rata-rata harga jual di tingkat petani tergantung dari

patokan rata-rata harga beli pedagang pengumpul yang merupakan agen dari

pedagang pengecer, hal ini disebabkan petani bukan penentu harga tetapi berperan

sebagai penerima harga. Patokan harga jual oleh pedagang pengumpul untuk

mendapatkan keuntungan yang lebih besar, namun demikian biaya tata niaga yang

dikeluarkan petani terlihat lebih kecil karena jarak tempuh dalam melakukan

transaksi penjualan antara petani dan pedagang pengumpul sangat dekat

dibandingkan dengan melakukan penjualan langsung kepada pedagang pengecer.

Pada saluran II rata-rata harga penjualan yang diterima pedagang besar

terhadap harga pembelian konsumen akhir sebesar Rp 61.325.000, perolehan

harga penjualan yang diterima petani sebesar Rp 44.600.000. saluran tata niaga II

ini merupakan saluran tata niaga yang pendek karena petani melakukan penjualan

langsung kepada padagang pengecer, akan tetapi petani harus menaggung risiko

jarak penjualan yang jauh dan beban biaya tata niaga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan saluran tata niaga I.

2. Biaya Tata Niaga

Biaya tata niaga merupkan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan

tata niaga. Secara keseluruhan biaya tata niaga kacang tanah berupa biaya

transportasi, pengumpulan, penyusutan, pengiriman dan biaya lain dalam

melakukan aktivitas tata niaga. Lembaga tata niaga yang terdiri dari petani dan

pedagang perantara mengeluarkan biaya dalam rangka penyelenggaraan kegiatan

tata niaga kacang tanah hingga ke konsumen akhir, besarnya biaya yang

dikeluarkan bagi setiap saluran selalu berbeda-beda, semakin panjang saluran tata
51

niaga maka jumlah biaya yang dikeluarkan akan semakin bertambah. Pada tabel

16 dapat dilihat biaya yang dikeluarkan pedagang perantara di berbagai saluran

tata niaga.

Tabel 16. Besarnya Biaya yang Dikeluarkan oleh Lembaga Tata Niaga pada
Berbagai Saluran Tata Niaga di Daerah Penelitian,Tahun 2013
Saluaran Tata Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Jumlah
Niaga (Rp) (Rp) (Rp)
I 2.231.500 3.706.250 5.937.750
II - 3.706.250 3.706.250
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Tabel 16 menginformasikan biaya tata niaga kacang tanah paling banyak

pada saluan I sebesar Rp 5.937.750 besarnya biaya tata niaga pada saluran I

disebabkan petani menjual kacang tanah terlebih dahulu kepada pedagang

pengumpul. Sedangkan pada saluran II biaya tata niaga yang dikeluarkan oleh

berbagai lembaga tata niaga adalah sebesar Rp 3.706.250 saluran tata niaga II

merupakan saluran tata niaga yang pendek sehingga biaya yang dikeluarkan lebih

kecil dibandingkan dengan saluran tata niaga I karena petani menjual langsung

hasil panen kacang tanah kepada pedagang pengecer.

3. Keuntungan Pedagang

Keuntungan pedagang adalah imbalan atas jasa yang dilakukan selama

melakukan proses tata niaga, keuntungan pedagang berbeda-beda antara pedagang

satu degan pedagang lainnya, hal ini diduga karena jasa yang dilakukan pedagang

tersebut berbeda-beda.

Keuntungan tata niaga adalah margin tata niaga dikurangi biaya tata niaga.

Persentase bagaian (Share keuntungan) yang diterima pelaku pasar terhadap harga

jual diperoleh dengan membagi keuntungan dengan harga jual dikalikan 100
52

persen. Besarnya keuntungan tata niaga dari berbagai jenis saluran tata niaga

kacang tanah dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Keuntungan Tata Niaga pada Berbagai Saluran Tata Niaga
Kacang Tanah di Daerah Penelitian,Tahun 2013
Saluran Tata Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Jumlah
Niaga (Rp) (Rp) (Rp)
I 8.650.750 6.296.250 14.947.000
II - 13.018.750 13.018.750
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Tabel 17 terlihat keuntungan tata niaga terbesar diperoleh pada saluran I

yaitu Rp 14.947.000, karena pada saluran tata niaga I petani menjual kacang tanah

terlebih dahulu kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul

yang melanjutkan penjualan kepada pedagang pengecer. Sedangkan pada saluran

II keuntungan tata niaga sebesar Rp 13.018.750, ini disebabkan petani menjual

langsung kacang tanah kepada pedagang pengecer walaupun harga beli pengecer

terhadap penjualan dari petani tidak sama dengan harga beli dari pedagang

pengumpul. Selisih rata-rata harga jual petani dengan harga jual pedagang

pengumpul terhadap harga beli pedagang pengecer adalah Rp1.000/Kg. Pedagang

pengecer relatif mempunyai keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan

pedagang pengumpul, karena pedagang pengecer mempunyai fasilitas dan

kemampuan yang lebih baik dalam aktivitas tata niaga.

4.8. Margin Tata Niaga

Analisis margin tata niaga dan bagian harga merupakan salah satu cara

yang dapat digunakan untuk mengetahui efesiensi tata niaga. Untuk mengetahui

besar margin tata niaga dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan dan

keuntungan lembaga tata niaga yang ikut berperan dalam proses tata niaga.
53

Tabel 18. Besarnya Margin Tata Niaga Pada Berbagai Saluran Tata Niaga
Kacang Tanah di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Saluran Tata Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer
Jumlah (Rp)
Niaga (Rp) (Rp)
I 10.882.250 10.002.500 20.884.750
II - 16.725.000 16.725.000
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Pada tabel 18 terlihat bahwa margin tata niaga yang paling besar adalah

pada saluran I yaitu Rp 20.884.750. Hal ini disebabkan karena pada saluran I

jauhnya jarak antara produsen dengan konsumen dalam melakukan aktivitas tata

niaga sehingga aktivitas penjualan kacang tanah terlebih dahulu melalui pedagang

pengumpul. Jauhnya jarak ini mengakibatkan tingginya biaya tata niaga. Margin

tata niaga yang terkecil terlihat pada saluran II yaitu sebesar Rp 16.725.000,

karena pada saluran II ini petani melakukan penjualan kacang tanah langsung

kepada pedagang pengecer walaupun dengan jarak tata niaga yang jauh dan risiko

yang tinggi.

4.9. Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani

dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.

Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan margin tata niaga yang mana

semakin tinggi margin tata niaga, maka bagian yang akan diperoleh petani

semakin rendah. Farmer’s Share pada saluran tata niaga komoditas kacang tanah

dapat dilihat pada Tabel 19.


54

Tabel 19. Farmer’s Share pada Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di
Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan,Tahun 2013
Harga di tingkat Harga di tingkat
Saluran Tata Niaga Farmer’s Share
petani (Rp) konsumen(Rp)
Saluran Tata Niaga I 40.440.250 61.325.000 65,94
Saluran TataNiaga II 44.600.000 61.325.000 72,72
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013

Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tata

niaga dua sebesar 72,72 persen, karena petani bertindak sebagai pedagang

pengumpul. Berdasarkan tabel 19 pada saluran tata niaga satu hanya

menghasilkan Farmer’s Share sebesar 65,94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

pada saluran tata niaga satu merupakan saluran tata niaga yang tidak

menguntungkan petani, Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani

mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran tata niaga

komoditasnya usahataninya.

4.10. Efesiensi Tata Niaga

Untuk mengetahui efesien tidaknya tata niaga kacang tanah di Kluet Utara

dilihat dari besar kecilnya pembagian (share) harga yang diterima petani. Pada

saluran tata niaga I bagian harga (share) yang diterima petani sebesar 65,94

persen atau sebesar Rp.40.440.250 terhadap harga jual akhir (Rp.61.325.000)

besarnya total margin tata niaga Rp.20.884.750 atau share margin tata niaga

sebesar 34,05 persen. Sedangkan share harga yang diterima petani pada saluran II

adalah sebesar 72,72 atau sebesar Rp.44.600.000 terhadap harga jual akhir

(Rp.61.325.000). Total margin tata niaga Rp.16.725.000 atau share margin tata

niaganya sebesar 27,27 persen.

Jika dilihat dari besarnya bagian (share) harga yang diterima petani

terhadap share margin tata niaganya, maka kedua saluran tata niaga kacang tanah
55

di daerah Kluet Utara barada dalam koridor yang sangat efesien. Bagian harga

yang diterima petani sudah lebih dari 60 persen yaitu sebesar 65,94 persen

(saluran tata niaga I) dan 72,72 persen (saluran tata niaga II). Margin tata niaga

dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga tata niaga cukup imbang

sesuai dengan modal yang dikeluarkan dan risiko yang akan ditanggungnya.

Tabel 20. Keuntungan dan kerugian penguganaan setiap Saluran Tata Niaga
di Tingkat Petani
Saluran I Saluran II
- Petani tidak perlu menambah - Keuntungan yang diperoleh
biaya trasportasi. petani lebih tinggi dari
- Resiko yang diterima petani saluran satu.
keuntungan
akan lebih kecil. karena petani melakukan
- Petani tidak perlu melakukan penjualan langsung kepada
penyimpanan. pedagang pengecer.
- Keuntungan yang diperoleh - Petani harus menambah
lebih rendah dari saluran dua. biaya transportasi.
karena semakin panjangnya - Petani harus melakukan
saluran tata niaga penyimpanan hingga hari
Kerugian menyebabakan tingginya biaya pekan tiba.
tata niaga. - Resiko yang diterima petani
semakin besar.

Berdasarkan tabel 20 terlihat bahwa kerugian petani menggunakan saluran

I keuntungan yang diterima petani akan lebih kecil sedangkan pada saluran II

keuntungan yang diperoleh petani lebih tinggi. Manfaat petani menggunakan

saluran I petani tidak perlu menambah biaya transportasi untuk perpindahan hasil

produksi dari sentral produksi ke pedagang pengecer, pada saluran II petani harus

menambah biaya transportasi. Alasan petani di Kluet Utara mengunakan saluran I

karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang di hasilakan nya,

sedangkan alasan petani menggunakan saluran II agar petani memperoleh

keuntungan yang lebih.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Sistem tata niaga kacang tanah di Kecamatan Klet Utara Kabupaten Aceh

Selatan terdiri dari dua pola saluran tata niaga yaitu:

Pola I : Petani Pedagang pengumpul Pedagang pengecer

Konsumen

Pola II : Petani Pedagang pengecer Konsumen

Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh petani kacang tanah di Klet Utara

adalah fungsi pertukaran berupa penjualan, fungsi fisik berupa

pengemasan dan fungsi fasilitas berupa resiko, pembiayaan dan informasi

pasar.

2. Struktur pasar yang dihadapi petani kacang tanah di Kluet Utara bersifat

pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat

mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Perilaku

pasar secara umum sistem pembayaran antar lembaga tata niaga dan petani

dilakukan secara tunai dan harga produk berdasarkan mekanisme pasar.

3. Berdasarkan perhitungan efisiensi tata niaga untuk komoditas kacang

tanah, kedua saluran tata niaga yang ada di Kecamatan Kleut Utara

Kabupaten Aceh Selatan sudah dikategori dalam saluran tata niaga yang

sangat efesien. Pada saluran tata niaga I bagian harga (share) yang

diterima petani sebesar 65,94 persen atau sebesar Rp.40.440.250 Terhadap

harga jual akhir (Rp.61.325.000) besarnya total margin tata niaga

Rp.20.884.750 atau share margin tata niaga sebesar 34,05 persen.

Sedangkan share harga yang diterima petani pada saluran II adalah sebesar

56
57

72,72 atau sebesar Rp.44.600.000 terhadap harga jual akhir

(Rp.61.325.000). Total margin tata niaga Rp.16.725.000 atau share margin

tata niaganya sebesar 27,27 persen.

Jika dilihat dari besarnya bagian (share) harga yang diterima petani

terhadap share margin tata niaganya, maka kedua saluran tata niaga

kacang tanah di daerah Kluet Utara barada dalam koridor yang sangat

efesien. Bagian harga yang diterima petani sudah lebih dari 60 persen

yaitu sebesar 65,94 persen (saluran tata niaga I) dan 72,72 persen (saluran

tata niaga II). Margin tata niaga dan keuntungan yang diperoleh masing-

masing lembaga tata niaga cukup imbang sesuai dengan modal yang

dikeluarkan dan risiko yang akan ditanggungnya.

5.2. Saran

1. Untuk dapat mendistribusikan komoditas kacang tanah secara efisien,

petani perlu bekerjasama dengan pihak yang bersedia menampung produk

petani dengan harga yang tinggi dan relatif stabil.

2. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam

pengaturan panen yang bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan dan

melimpahnya produk di pasaran.

3. Perlu adanya informasi pasar yang lebih baik sehingga petani dapat

langsung menjual hasil panennya dengan rantai tata niaga yang relatif

pendek dan margin tata niaga yang cukup seimbang diantara lembaga tata

niaga.
58

4. Perlu adanya dukungan PEMDA Kabupaten Aceh Selatan dalam

pengembangan dan penyediaan sistem informasi yang lengkap tentang

keadaan produk, pasar, permintaan dan akses pasar.

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut berkaitan dengan persepsi konsumen

terhadap harga di tingkat pedagang.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik .2012. Aceh Selatan Dalam Angka. Tapak Tuan:BPS Aceh
Selatan

Dahl, D.C. and Hammond J.W. Marketing and Price Analysis The agriculture
Industries. Mc Graw-Hill Book Compeny. New York.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.

Kamaluddin. 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id.


diakses 09 November 2012

Malhotra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan, Edisi


Keempat.PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta

Maman Suherman. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah,


Kacang Hijau dan Aneka Kacang. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan
Umbi, Ditjen Tanaman Pangan. http://www. bappeda. acehprov. Budidaya
aneka kacang tanah.go.id. Diakses 13 November 2012

Masyuri, 1994, Manejemen Agribisnis, Program Studi Ekonomi Pertanian,


Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indinesia, Jakarta.

P. Kotler, 1993, Dasar-Dasar Pemasaran, Intermedia, Jakarta

Rahadi,F.R, Palungkun dan Budiarti, 1993, Agribisnis Tanaman Sayuran, Penebar


Swadaya, Jakarta

Ramadhan,W. 2009. Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan

Rasyid Marzuki , 2007, Bertanam Kacang Tanah, Edisi resivi, Penebar Swadaya,
Jakarta.

Soekartawi, 2002b, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, PT Raja Grafindo persada,


Jakarta.
, 2002a, analisis usaha tani, UI Press. Jakarta

, 1992, Agribisnis Tiori dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta.

Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2003, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis, Edisi Resivi, Cetak Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sudioyono,A, 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah, Malang.

59
60

Singosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. http://www.deptan.go.id.


diakses 09 November 2012

Syaifuddin, A.M, 1982.Pengkajian Pemasaran Komoditi,IPB Bogor

William L. Collier, 1986, Ekonomi Pemasaran Dalam Pertanian, Yayasan Obor


Indonesia, Jakarta.
61
Lampira 1.

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI


KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012

Kusioner Untuk Petani

Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan oleh petani dijaga


kerahasiaannya. Informasi yang dihimpun dari sampel petani
hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka penulisan
tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar Meulaboh. Terimakasi.

I. DATA SAMPEL PETANI


1. Nomor Sampel :
2. Nama Petani :
3. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
4. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin
5. Alamat :
6. Pendidikan :
7. Status Kepemilikan Lahan : Milik Sendiri Sewa
8. Luas Lahan :
9. Jumlah Produksi/panen :
10. Tanggungan : ......... Orang
11. Tenaga Kerja : ......... Orang
a. Dalam Keluarga : ......... Orang
b. Luar Keluaraga : ......... Orang
12. Pekerjaan Utama : ...........................
13. Pekerjaan Sampingan : ...........................
14. Pengalaman Bertani Kacang : ......... Tahum
15. Hasil Panen Selanjutnya : Dijual Langsung Disimpan
16. Darimana Informasi Mengenai Harga Diperoleh : ...........................
17. Bagaiman Menentukan Harga Jual : ...........................
62

II. BIAYA USAHATANI (yang dibayar sesuai dengan luas lahan dalam sekali
panen)
Dilakukan Oleh Tenaga Biaya Satuan
Uraian Fisik Satuan Volume
Kerja (Rp)
1. Tenaga Kerja
- Persiapan lahan
HOK
- Penanaman
HOK
- Pemupukan
HOK
- Pengendalian
HOK
H/P
HOK
- Panen
2. Bahan – bahan
- Bibit Btg
- Pupuk Kg
- Obat – obatan Paket
3. Alat – alat
- Cangkul Bh
- Parang/pisau Bh
18. Produksi Kacang Tanah : ....... Kg (sesuai luas lahan)

III. PEMASARAN KACANG TANAH


1. Hasil Produksi Kacang tanah dijual ke
Pasar Mingguan Pedagang Pengumpul
Pedagang Enceran Lainnya : ................
2. Apa Alasan Anda Menjual Kacang Tanah ke Tempat Tersebut ?
3. Kegiatan Penjualan
Harga Jual
Lembaga Tata Niaga Jumlah Penjualan Sistem Pembayaran
(Rp/Kg)

4. Apakah Kendala yang Dihadapi Dalam Sistem Tata Niaga Kacang Tanah ?
63
Lampira 2.

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI


KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012

Kusioner Untuk Pedagang

Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan oleh petani dijaga


kerahasiaannya. Informasi yang dihimpun dari sampel petani
hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka penulisan
tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar Meulaboh. Terimakasi.
I. DATA SAMPEL PEDAGANG
1. Nomor Sampel :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
5. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin
6. Alamat :
7. Pendidikan :
8. Tingkatan Responden : Pedagang Encera Pedagang Pengumpul
9. Pengalaman : ................ Tahun
10. Pekerjaan : Utama Sambilan

II. KACANG TANAH YANG DIBELI/DIJUAL


1. Pembelian Dalam Sebulan
Minggu Volume (Rp/Kg) Harga Beli (Rp/Kg)
1
2
3
4
2. Penjualan Dalam Sebulan
Minggu Volume (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg)
1
2
3
4
64

3. Informasi Biaya-Biaya Pemasaran Dalam sebulan (%)


Biaya (Rp)
No Uraian Biaya
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total
1 Transportasi
2 Rusak (Susut)
3 Sewa Tempat
4 Kantong Plastik
5 Tenaga Kerja

III. IDENTIFIKASI PEMASARAN KACANG TANAH


1. Adakah orang atau lembaga yang secara tepat memberitahukan tempat
pembelian kacang tanah ? Ya. Siapa ? : ................ Tidak
2. Apakah Anda Menjual Jenis Komoditi Lain ? : ................
3. Bagai Manakah Anda Menentukan Harga Jual ? : ................
4. Darimana Informasi Mengenai Harga Diperoleh ? : ................
5. Apakah Anda dapat bebas keluar masuk pasar ? : ................
6. Adakah pelangan tetap pembeli kacang tanah anda?
Ya. Siapa ? : ................ Tidak
7. apakah terdapat kesulitan dalam tata niaga kacang tanah ?
Ya. Apa kesulitan Anda ? : ................
Tidak.
65
Lampiran 3.

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI


KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012

Kusioner Untuk Konsumen

Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan dijaga kerahasiaannya.


Informasi yang dihimpun hanya untuk keperluan penelitian
tugas akhir (Skripsi) Fakultas Pertanian Universitas Teuku
Umar Meulaboh. Terimakasih.

IV. DATA SAMPEL PETANI


19. Nomor Sampel :
20. Nama Konsumen :
21. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
22. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin
23. Alamat :
24. Seberapa sering anda mengunjungi pasar :
Setiap hari Lebih dari dua kali dalam seminggu
Satu kali dalam seminggu
25. Apakah anda pelangan tetap : Ya Tidak
26. Bagaimana pelayanan pedagang kepada konsumen :
SP P CP TP STP
27. Bagaimana kemudahan memilih jenis kacang tanah dipasar :
SP P CP TP STP
28. Seberapa mudah kegiatan pembelian proses pemesanan kacang tanah :
SP P CP TP STP
29. Bagaimana kualitas kacang tanah anda terima :
SP P CP TP STP
30. Apakah pedagang mampu memberi informasi kacang tanah secara benar:
SP P CP TP STP
31. Bagaimana kemampuan pedagang berkomunikasi dengan konsumen :
SP P CP TP STP
32. Berapa harga beli kacang tanah dari pedagang
a. ………………… /kg
b. …………………./(…….) satuan berat lainnya

Keterangan :
SP : Sangat Puas P : Puas CP : Cukup Puas
TP : Tidak Puas STP : Sangat Tidak Puas
66

Lampiran 4. Karakteristik petani dan pedagang sampel pada usahtanidan tata niaga kacang tanah di kluet
utara, tahun 2013

Tanggungan
Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Pengalaman (Tahun)
Nomor Sampel (Orang)
21-30 31-40 41-50 >50 SD SLTP SLTA 1-3 >4 1-5 6-10 >10
1 - - 42 - 6 - - - 4 - - 18
2 - 30 - - 6 - - 1 - 2 - -
3 - 39 - - - 9 - - 4 - 10 -
4 - 35 - - - - 12 2 - 5 - -
5 23 - - - 6 - - 1 - 1 - -
6 - 30 - - - 9 - 2 - 3 - -
7 - - 41 - 6 - - - 5 - 10 -
8 27 - - - - - 12 1 - 3 - -
9 - 38 - - - 9 - 3 - 5 - -
10 25 - - - - - 12 1 - 2 - -
11 - 30 - - 6 - - 3 - - - 17
12 - 31 - - 6 - - 3 - 4 - -
13 - - 45 - - 9 - - 4 - 10 -
14 23 - - - - 9 - 1 - 2 - -
15 - 33 - - 6 - - 1 - 3 - -
16 - 32 - - 6 - - 2 - 3 - -
17 - 35 - - - 9 - 2 - 5 - -
18 - - 43 - - 9 - - 4 - 8 -
19 26 - - - 6 - - 1 - 5 - -
20 - 38 - - 6 - - 2 - - 6 -
21 - 36 - - - 9 - 2 - - 7 -
22 24 - - - 6 - - 1 - 2 - -
23 - - 49 - - 9 - - 4 - - 20
24 - 34 - - 6 - - 2 - 4 - -
25 - - 44 - - 9 - 4 - 9 -
26 22 - - - - - 12 1 - 1 - -
27 - - - 53 6 - - - 5 - - 25
28 - - 42 - 6 - - 2 - - 10 -
29 - 33 - - - 9 - 2 - - 8 -
30 - 35 - - 6 - - 2 - 5 - -
31 - - - 53 6 - - - 6 - - 30
32 - - 46 - 6 - - - 4 - 9 -
33 29 - - - - - 12 1 - 5 - -
34 - 33 - - 6 - - 1 - - 8 -
35 - - - 52 6 - - - 5 - - 22
36 - - 45 - - 9 - - 4 - 7 -
37 26 - - - - - 12 1 - 3 - -
38 - 35 - - - - 12 - 5 - - 19
39 - - - 51 6 - - 2 - - - 23
40 - - 46 - 6 - - - 4 - 10 -
Jumlah 225 577 443 209 126 108 84 43 62 63 112 174
Rata-rata 25 33,9 44,3 52,3 6 9 12 1,654 4,429 3,32 8,62 21,8
Jumlah Sampel 9 17 10 4 21 12 7 26 14 19 13 8
Persentase (%) 22,5 42,5 25 10 52,5 30 17,5 65 35 47,5 32,5 20
Sumber : Daftar Primer, Tahun 2013
Keterangan : 01 – 30 = Petani Sampel
31 – 40 = pedagang sampel
67

Lampiran. 5

Rata-rata Luas Lahan Petani Pengusaha Tanaman KacangTanah di Daerah


Penelitian, Tahun 2013
Rata-rata Luas Lahan (Ha)
Petani (Sampel)
0.5 1.0
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
Jumlah 8 14
Jumlah Sampel (Orang) 16 14
Persentase (%) 53.33 46.67
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
68
69
70
71

Lampiran 9. Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Pada Usahatani


Tanaman Kacang Tanah di Daerah Penelitian (berdasarkan
satu kali panen,Tahun 2013)
Biaya
Luas Biaya Biaya
Tenaga Total Biaya
Nomor Sampel Lahan Produksi Peralatan
Kerja (Rp)
(Ha) (Rp) (Rp)
(Rp)
1 1.0 5.500.000 4.800.000 277.500 10.577.500
2 1.0 5.550.000 4.950.000 277.500 10.777.500
3 1.0 6.350.000 4.980.000 270.000 11.600.000
4 1.0 5.950.000 5.030.000 274.500 11.254.500
5 1.0 5.500.000 4.850.000 259.500 10.609.500
6 0.5 3.000.000 2.380.000 147.500 5.527.500
7 0.5 3.000.000 2.370.000 147.500 5.517.500
8 0.5 2.800.000 2.290.000 147.500 5.237.500
9 0.5 3.300.000 2.380.000 142.500 5.822.500
10 1.0 4.900.000 4.750.000 232.500 9.882.500
11 1.0 6.300.000 4.880.000 225.000 11.405.000
12 1.0 6.000.000 4.900.000 225.000 11.125.000
13 0.5 2.100.000 2.310.000 212.500 4.622.500
14 0.5 2.050.000 2.394.000 212.500 4.656.500
15 1.0 5.900.000 4.930.000 274.500 11.104.500
16 1.0 4.800.000 4.850.000 274.500 9.924.500
17 0.5 2.400.000 2.404.000 170.500 4.974.500
18 1.0 5.550.000 4.710.000 195.500 10.455.500
19 0.5 2.900.000 2.353.000 170.500 5.423.500
20 0.5 2.500.000 2.434.000 170.500 5.104.500
21 0.5 2.300.000 2.305.000 170.500 4.775.500
22 0.5 3.300.000 2.320.000 170.500 5.790.500
23 0.5 2.000.000 2.400.000 170.500 4.570.500
24 0.5 2.000.000 2.320.000 170.500 4.490.500
25 1.0 5.850.000 5.000.000 299.500 11.149.500
26 1.0 5.850.000 4.900.000 299.500 11.049.500
27 1.0 5.900.000 4.850.000 229.500 10.979.500
28 0.5 2.700.000 2.343.000 165.500 5.208.500
29 0.5 2.400.000 2.393.000 165.500 4.958.500
30 0.5 2.400.000 2.350.000 165.500 4.915.500
Jumlah 22 121.050.000 106.126.000 6.314.500 233.490.500
Rata-Rata 0.74 4035000 3537533,333 210483,333 7.783.017
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
72

Lampiran 10. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Nialai Produksi, dan Keuntungan
Pada Usahatani Tanaman Kacang Tanah di Daerah Penelitian,
(berdasarkan satu kali panen,Tahun 2013)
Luas Nilai Biaya
Produksi Harga Keuntungan
Nomor Sampel Lahan Produksi Produksi
(Kg) Jual (Rp) (Rp)
(Ha) (Rp) (Rp)
1 1.0 2.000 7.000 14.000.000 10.577.500 3.422.500
2 1.0 2.200 7.000 15.400.000 10.777.500 4.622.500
3 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.600.000 3.100.000
4 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.254.500 2.945.500
5 1.0 2.000 7.100 14.200.000 10.609.500 3.590.500
6 0.5 1.000 7.100 7.100.000 5.527.500 1.572.500
7 0.5 1.000 9.000 9.000.000 5.517.500 3.482.500
8 0.5 1.050 9.000 9.450.000 5.237.500 4.212.500
9 0.5 1.050 9.000 9.450.000 5.822.500 3.627.500
10 1.0 2.200 7.000 15.400.000 9.882.500 5.517.500
11 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.405.000 2.795.000
12 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.125.000 3.075.000
13 0.5 1.000 7.100 7.100.000 4.622.500 2.477.500
14 0.5 1.000 8.500 8.500.000 4.656.500 3.843.500
15 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.104.500 3.595.500
16 1.0 2.100 7.100 14.910.000 9.924.500 4.985.500
17 0.5 1.000 8.500 8.500.000 4.974.500 3.525.500
18 1.0 2.200 7.000 15.400.000 10.455.500 4.944.500
19 0.5 1.100 8.500 9.350.000 5.423.500 3.926.500
20 0.5 1.100 8.500 9.350.000 5.104.500 4.245.500
21 0.5 1.100 8.500 9.350.000 4.775.500 4.574.500
22 0.5 1.100 7.000 7.700.000 5.790.500 1.909.500
23 0.5 1.100 7.000 7.700.000 4.570.500 3.129.500
24 0.5 1.000 9.000 9.000.000 4.490.500 4.509.500
25 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.149.500 3.550.500
26 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.049.500 3.650.500
27 1.0 2.000 7.100 14.200.000 10.979.500 3.220.500
28 0.5 1.000 9.000 9.000.000 5.208.500 3.791.500
29 0.5 1.000 9.000 9.000.000 4.958.500 4.041.500
30 0.5 1.000 7.100 7.100.000 4.915.500 2.184.500
Jumlah 22 45.700 230.400 341.560.000 233.490.500 108.069.500
Rata-Rata 0.74 1523,33 7680 11385333,3 7.783.017 3602316,67
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
73

Lampiran 11. Distribusi Tujuan Penjualan dan Asal Pembelian


Kacang Tanah dari Petani Sampai ke Konsumen
Akhir di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Lembaga Pemasaran
Petani (Sampel) Pedagang
Pedagang Pengumpul (Agen)
Pengencer
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
Jumlah Sampel
19 11
(Orang)
Persentase (%) 63.33 36.66
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
74
75
76
77
78
79
80
81
82

Anda mungkin juga menyukai