Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS TRANSFROMASI STRUKTURAL EKONOMI DI PROVINSI

SUMATERA BARAT TAHUN 2010 - 2014


Siti Dewi Aini (7203510040)
Manajemen B 2020
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.

I. Pendahuluan
Secara umum pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses menuju
perubahan yang lebih baik melalui upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana
(Tan, 2013). Dalam arti luas, pembangunan ekonomi mencakup aspek keuangan yang segala
aktivitasnya berkaitan dengan uang dan lembaga keuangan serta sektor riil yang mencakup
pembangunan sektoral yang berorientasi pada transformasi struktural serta berkaitan dengan
sektor dan subsektor daerah, atau dapat juga diklasifikasikan kedalam pembangunan ekonomi
daerah dan regional.
Terdapat empat asas utama pembangunan ekonomi yaitu: (1) pertumbuhan, (2)
penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan
pembangunan dari masyarakat agraris dan ke masyarakat industri (Todaro dalam Alfarabi,
2014). Oleh karenanya, salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah terwujudnya
perubahan struktur perekonomian. Perubahan struktur perekonomian dapat dilihat dari
penurunan pangsa sektor primer yang diikuti oleh peningkatan pangsa sektor sekunder
(industri) dan tersier (jasa) kurang lebih konstan (Martahadi, 2014).
Transformasi structural didefinisikan sebagai perubahan struktur ekonomi dan sektor
tradisional yang memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas
tinggi (Szirmai et al.,2012). Sementara menurut Chenery, transformasi struktural sendiri
merupakan suatu proses transisi dari sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern
di mana pada masing-masing sektor perekonomian akan mengalami transformasi yang
berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012) mengemukakan bahwa model perubahan struktural
memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan Negara yang sedang
berkembang untuk mentransformasikan struktur perekonomian negara mereka dari pola
perekonomian pertanian subsisten tradisional (dengan produktivitas rendah) ke perekonomian
yang lebih modern (dengan produktivitas tinggi).
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor
ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu :
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan dan penggalian.
2. Sektor sekunder, yaitu terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air, serta
bangunan.
3. Sektor tersier, yaitu terdiri dari sektor perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain.
Peranan sektoral terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh distribusi masing-
masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang sektor unggulan yang memiliki
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah sangat diperlukan oleh Pemerintah.
Termasuk pemerintah Provinsi Sumatera Barat sehingga dari dasar gambaran tersebut dapat
diketahui potensi-potensi tiap sektor dalam mendorong perekonomian. Pembangunan
ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan antara
pemerintah daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan. Dengan berfungsinya sektor-sektor secara
baik, maka daerah yang bersangkutan akan berkembang dengan baik. Namun, betapapun
baiknya hasil yang dicapai, kesemuanya itu masih tergolong pada pendekatan sektoral
(Adisasmita, 2005).
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2010-2014 mengalami naik
turun. Hal tersebut dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diakses
melalui BPS Provinsi Sumatera Barat. Pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat pada tahun
2014 sebesar 5,88 persen, sementara tahun 2013 tumbuh sebesar 6,08 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014
mengalami keterlambatan. Atas dasar keterlambatan tersebut, maka penulis akan melakukan
analisis lebih mendalam mengenai ”Tranformasi Struktural Ekonomi Provinsi Sumatera
Barat”.

II. Pembahasan
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang dan
merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan ini. Salah satu tolak ukur yang
dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Terjadinya kenaikan atau penurunan PDRB
mengindikasikan terjadinya kenaikan atau penurunan dalam proses produksi barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu daerah. Oleh karena itu, PDRB dapat dijadikan salah satu
indikator keberhasilan ekonomi suatu daerah. Selain pertumbuhan ekonomi, pola pengeluaran
konsumsi juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan ekonomi
masyarakat.
PDRB dapat menjelaskan tiga pengertian, yaitu pengertian produksi, pendapatan dan
pengeluaran. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang beroperasi di suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah nilai balas jasa yang
diterima atas penggunaan faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah
jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung (nirlaba), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan
stok dan ekspor netto di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Provinsi Sumatera Barat sendiri memiliki pertumbuhan ekonomi dan tingkat konsumsi
yang dari tahun ke tahun berfluktuasi. Dilihat pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dari
tahun 2010 – 2014 memang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 ini perekonomian
Sumatera Barat mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun
2013. Pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat pada tahun 2014 sebesar 5,88 persen, sementara
tahun 2013 tumbuh sebesar 6,08 persen.

Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014(Persen)

Lapangan Usaha seri 2010 (rincian) 2010 2011 2012 2013* 2014**

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.72 4.61 2.63 3.72 5.86


1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
Pertanian 1.47 4.76 2.29 2.99 5.70
a. Tanaman Pangan 4.07 4.01 4.46 2.85 6.34
b. Tanaman Hortikultura -10.38 8.46 -6.37 1.72 6.14
c. Tanaman Perkebunan 6.18 3.60 4.95 3.93 5.85
d. Peternakan 5.14 4.01 4.05 2.38 2.10
e. Jasa Pertanian dan Perburuan 4.03 2.78 4.66 3.91 3.33
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 2.43 2.43 2.34 6.71 2.04
3. Perikanan 3.05 4.69 4.99 6.99 8.53
B. Pertambangan dan Penggalian 6.56 5.15 5.82 7.55 3.51
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Pertambangan Batubara dan Lignit -6.11 16.84 -2.19 5.50 0.71
3. Pertambangan Bijih Logam 2.35 2.84 -8.14 -7.76 10.01
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 8.94 3.26 7.29 7.89 3.96
C. Industri Pengolahan 2.18 4.74 6.46 5.10 5.22
1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas -1.55 3.45 -1.51 3.79 0.42
2. Industri Makanan dan Minuman 1.05 6.35 8.03 4.97 5.35
3. Industri Pengolahan Tembakau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 4.77 6.89 5.96 7.86 6.51
5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 4.80 3.34 4.06 9.51 10.36
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya -0.28 1.72 -0.24 4.50 -3.78
7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas;
Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 0.95 2.04 2.77 2.64 -8.05
8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional -2.52 0.33 -2.48 4.30 -0.87
9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0.88 0.20 2.36 1.51 1.97
10. Industri Barang Galian bukan Logam 3.32 2.45 6.63 5.13 6.08
11. Industri Logam Dasar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
12. Industri Barang Logam; Komputer, Barang
Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 2.00 4.75 4.08 4.95 0.03
13. Industri Mesin dan Perlengkapan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
14. Industri Alat Angkutan -0.93 0.95 1.97 3.71 4.26
15. Industri Furnitur 3.52 1.31 3.56 2.94 3.08
16. Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan
Pemasangan Mesin dan Peralatan 2.78 1.62 3.83 0.66 6.20
D. Pengadaan Listrik dan Gas -1.11 4.90 8.14 3.42 15.87
1. Ketenagalistrikan -1.12 4.92 8.16 3.39 15.94
2. Pengadaan Gas dan Produksi Es 0.23 1.92 4.53 7.40 5.15
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang 5.47 4.22 3.69 4.92 3.89
F. Konstruksi 8.58 7.80 9.96 10.30 6.45
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 4.92 5.92 8.62 6.31 5.56
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
Reparasinya 10.08 3.89 7.64 4.66 3.25
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan
Sepeda Motor 4.10 6.27 8.78 6.58 5.93
H. Transportasi dan Pergudangan 9.02 8.53 7.77 8.47 7.58
1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Angkutan Darat 9.66 8.20 7.87 9.55 8.76
3. Angkutan Laut 5.47 6.67 9.08 5.97 6.74
4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 4.44 4.98 1.27 1.97 7.55
5. Angkutan Udara 12.54 11.96 7.81 3.74 1.39
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan; Pos
dan Kurir 2.72 8.89 8.38 9.61 6.60
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.62 4.76 5.29 5.90 6.44
1. Penyediaan Akomodasi 6.48 6.65 8.35 8.38 6.07
2. Penyediaan Makan Minum 2.76 4.18 4.33 5.08 6.57
J. Informasi dan Komunikasi 14.18 9.24 11.75 9.11 8.42
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5.28 9.30 9.79 5.91 4.79
1. Jasa Perantara Keuangan 4.81 12.30 12.34 7.67 4.63
2. Asuransi dan Dana Pensiun 0.81 1.36 4.55 4.30 5.59
3. Jasa Keuangan Lainnya 6.60 5.39 6.09 2.93 4.97
4. Jasa Penunjang Keuangan 2.94 3.67 3.03 3.29 6.56
L. Real Estate 4.84 4.05 4.60 5.50 5.56
M,N Jasa Perusahaan 6.47 4.93 5.96 7.30 6.97
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 10.29 8.85 0.16 1.75 2.01
P. Jasa Pendidikan 12.70 8.45 10.13 8.39 6.88
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.08 8.11 10.55 7.76 7.97
R,S,T,U Jasa Lainnya 6.96 5.98 6.79 5.30 7.75
Produk Domestik Regional Bruto 5.60 6.34 6.31 6.08 5.88
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2014

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa pada 5 tahun terakhir semua lapangan usaha mengalami
pertumbuhan positif.
Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang pada tahun 2013 mengalami
pertumbuhan sebesar 3,72 persen, pada tahun 2014 ini meningkat menjadi 5,86 persen.
Percepatan pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan dua dari tiga
sublapangan usaha yang membentuknya yaitu sublapangan usaha Pertanian, Peternakan,
Perburuan dan Jasa Pertanian dan Kehutanan dan Penebangan Kayu. Sublapangan usaha
Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian meningkat dari 2,99 persen pada tahun
2013 menjadi 5,70 persen pada tahun 2014 dan sublapangan usaha Perikanan meningkat dari
6,99 persen pada tahun 2013 menjadi 8,53 persen pada tahun 2014.
Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian yang pada tahun 2013 mengalami
pertumbuhan sebesar 7,55 persen, pada tahun 2014 ini juga mengalami perlambatan menjadi
3,51 persen. Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian ini
disebabkan karena melambatnya pertumbuhan sublapangan usaha Pertambangan Batubara
dan Lignit dan sublapangan usaha Pertambangan dan Penggalian Lainnya.
Pertumbuhan lapangan usaha Industri Pengolahan yang pada tahun 2013 tercatat sebesar
5,19 persen, tahun 2014 ini mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 5,22 persen.
Lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas yang pada tahun 2013 mencatat pertumbuhan
3,42 persen, pada tahun 2014 ini, mengalami percepatan pertumbuhan menjadi 15,87 persen.
Lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang pada
tahun 2013 mencatat pertumbuhan 4,92 persen, pada tahun 2014 ini, mengalami perlambatan
pertumbuhan menjadi 3,89 persen.
Lapangan usaha Konstruksi mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2013. Pada
tahun 2013 pertumbuhan lapangan usaha ini tercatat sebesar 10,30 persen, melambat
dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,45 persen.
Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor pada
tahun 2013 mencatat pertumbuhan 6,31 persen, pada tahun 2014 ini, mengalami perlambatan
pertumbuhan menjadi 5,56 persen.
Lapangan usaha Transfortasi dan Pergudangan pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan
sebanyak 8,47 persen, pada tahun 2014 mengalami perlambatan sebesar 7,58 persen.
Lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada tahun 2013 mencatat
pertumbuhan 5,90 persen, dan tahun 2014 mengalami kenaikan 6,44 persen.
Lapangan usaha Informasi dan Komunikasi dan juga Jasa Keuangan dan Asuransi pada
tahun 2013 dan 2014 mengalami kenaikan dan keterlambatan, 2013 sebanyak 9,11 persen dan
5,91 persen. Pada tahun 2014 sebanyak 8,42 persen dan 4,79 persen.
Lapangan usaha Real Estate tahun 2013 mengalami pertumbuhan 5,50 persen dan tahun
2014 sebanyak 5,56 persen.
Lapangan usaha Jasa Perusahaan tahun 2013 sebanyak 7,30 dan mengalami
keterlambatan tahun 2014 sebanyak 6,97 persen.
Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya mengalami kenaikan dari tah8un 2013 ke
tahun 2014. Namun tidak dengan Jasa pendudidikan yang mengalami keterlambatan, tahun
2013 sebanyak 8,39 persen dan 2014 sebanyak 6,88 persen.
Struktur perekonomian Sumatera Barat menurut lapangan usaha tahun 2014 didominasi
oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (25,0 persen);
Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (14,3 persen) dan Transportasi
dan Pergudangan (11,7 persen). Peranan tiga lapangan usaha utama tersebut secara total
mencapai 51 persen.

Tabel 1.2
Peranan Lapangan Usaha Ekonomi dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2010-2014 (Persen)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2014

Peranan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dari tahun ke tahun
menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2010 sampai dengan 2014, peranan
lapangan usaha ini secara berturut-turut sebesar 25,97 persen, 25,74 persen, 25,02 persen,
24,67 persen, dan 25,04 persen. Kontribusi terbesar pada tahun 2014 diberikan oleh
sublapangan usaha Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yaitu sebesar 20,26
persen, terutama padi yang merupakan komoditi pertanian utama Sumatera Barat.
Lapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor
merupakan penyumbang kedua terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat. Pada
tahun 2010 kontribusinya sebesar 15,14 persen, mengalami penurunan pada tahun 2011
menjadi 15,05 persen, pada tahun 2012 mengalami percepatan pertumbuhan menjadi sebesar
15,11 persen, pada tahun 2013 kembali mengalami pelemahan, dimana lapangan usaha ini
tumbuh sebesar 14,77 persen dan melemah lagi menjadi 14,29 persen pada tahun 2014.
Kontribusi terbesar pada tahun 2014 diberikan oleh sublapangan usaha Perdagangan Besar
dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor yaitu sebesar 12,25 persen.
Sementara itu, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan yang menjadi penyumbang
ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB Sumatera Barat menunjukkan fluktuasi dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2010 lapangan usaha ini menyumbang sebesar 10,42 persen, pada tahun
2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar 10,62 persen, tahun 2012 sedikit melemah
menjadi 10,58 persen, pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 11,22 persen dan terus
meningkat mencapai 11,71 persen pada tahun 2014. Pada lapangan usaha ini, kontribusi
terbesar disumbangkan oleh sublapangan usaha angkutan darat yaitu menyumbang sebesar
7,96 persen pada tahun 2014.

III. Kesimpulan
Berdasarkan dari data dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat penulis simpulkan
bahwa selama periode analisis tahun 2010-2014 lapangan usaha yang paling banyak dan
memberikan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Sumatera Barat adalah Sub Lapangan
Usaha Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian yaitu sebesar 20,26 persen,
terutama padi yang merupakan komoditi pertanian Sumatera Barat. Lapangan usaha terbesar
selanjutnya ada pada sublapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-
Sepeda Motor sebanyak 12,25 persen. Dan yang menjadi penyumbang ketiga terbesar dalam
pembentukan PDRB Sumatera Barat yaitu sublapangan usaha Transportasi dan Pergudangan
menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun yaitu menyumbang sebesar 7,96 persen pada
tahun 2014.
Jadi, terdapat perubahan transformasi struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Barat
dari sektor primer ke sektor tersier dan sekunder, dikarenakan konstribusi kinerja sektor
primer dan tersier lebih dominan dibandingkan sektor sekunder.

IV. Daftar Pustaka


[1] Rinalsi Nipsa, Erfit, Rosmeli.2022. Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia.
Jurnal Ekonomi Aktual.Universitas Jambi.
[2] Adisasmita, Prof.Dr. Rahardjo. 2013. Teori-teori Pembangunan Ekonomi. Pertumbuhan
Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah. Yogyakarta:Graha Ilmu.
[3] Amalia R, Supatminingsih T, dkk. Analisis Transformasi Struktural Perekonomian di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2018. Indonesian Journal of Social and Educational
Studies. Universitas Negeri Makassar.
[4] Sebayang F A, Dkk. 2019.Analisis Tramsformasi Struktural di Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2012-2016(Structural Transformation Analysis in South Lampung Regency in
2012-2016). Prosiding Ilmu Ekonomi. Universitas Islam Bandung
[5] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.2015. (Tinjauan PDRB Provinsi Sumatera
Barat dan Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014). BPS Website :
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (bps.go.id)

Anda mungkin juga menyukai