Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang terjadi di segala bidang ke arah yang

lebih baik dari sebuah msyarakat. Perubahan tersebut meliputi perubahan sosial ekonomi dari

masyarakat di dalamnya. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Pembangunan sendiri merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan roda perekonomian suatu negara. Upaya yang dilakukan untuk hal

tersebut dari suatu negara dinamakan pembangun nasional.

Pembangunan nasional sendiri merupakan upaya untuk meningkatkan segala tatanan

aspek kehidupan masyarakat, dari suatu negara. Aspek tersebut meliputi ekonomi sosial

budaya dan juga kelembagaan. Aspek aspek tersebut diharapkan menjadi lebih baik lagi

sehingga masyarakat menjadi sejahtera. Secara garis besar, Pembangunan nasional dapat

diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi

seluruh aspek kehidupan masyarakat, dari suatu negara kearah yang lebih baik lagi yang mana

pada umumnya bertujuan untuk mewujudkan tujuan nasional. Salah satu tujuan nasional adalah

peningkatan kesejahteraan. Pelaksanaan dari pembangunan nasional diharapkan mampu

memberikan perubahan kepada setiap aspek aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,

ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah,

terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam

rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju

Konsep pembangunan yang diterapkan mulai tahun 1970-an adalah

pembangunan yang bersifat growth pole. Menurut Rustiadi dan Hadi (2006), konsep
pertumbuhan growth pole yang diperkirakan akan terjadi penetesan (tricle down effect)

dari kutub pusat pertumbuhan ke wilayah hinterland-nya, ternyata neteffect-nya

menimbulkan pengurasan besar (masive backwash effect) atau telah terjadi transfer

neto sumber daya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara besar-besaran.

Hal ini menyebabkan kondisi yang saling memperlemah antara perdesaan dan perkotaan.

Wilayah perdesaan dengan kegiatan utama sektor pertanian mengalami penurunan

produktivitas, sedangkan wilayah perkotaan terjadi ledakan penduduk yang mana dapat

meneyebabkan masalah baru di perkotaan. Maka dari itu dipelukan upaya untuk membangun

pedesaan agar lebih baik lagi.

Salah satu upaya untuk mencapai pembangunan nasional adalah dengan melakukan

pembangunan pertanian. Pembangunan pertaian adalah adalah Pembangunan pertanian

merupakan suatu tndakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang

menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan. Pembangunan pertanian

berkelanjutan sangat tergantung kepada ketersediaan sumber daya dan pelaku di dalam

pembangunan pertanian dalam mempertimbangkan keuntungan yang diperoleh.

A.T. Mosher (1983) dalam Arifin (2005) berpendapat bahwa pembangunan pertanian adalah

usaha untuk meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun kualitas. Pembangunan

pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan

berkelanjutan, karena sebagian besar penduduk Negara Indonesia memiliki mata pencaharian

di sektor pertanian. Sejalan dengan target utama Kementerian Pertanian 2010 2014 meliputi:

(1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2) peningkatan diversifikasi

pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; (4) peningkatan kesejahteraan

petani. Strategi yang akan dilaksanakan adalah melakukan revitalisasi pertanian dengan fokus

terhadap tujuh aspek dasar yaitu: (1) lahan; (2) perbenihan dan perbibitan; (3) infrastruktur dan

sarana; (4) sumber daya manusia; (5) pembiayaan petani; (6) elembagaan petani; (7) teknologi

dan industri hilir (Kementan,2014).


Namun beberapa tahun terakhir muncul program paradigma baru yang dinamakan

agropolitan. Agropolitan atau kota pertanian merupakan salah satu konsep

pengembangan wilayah dengan basis pengembangan pertanian yang dapat

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya potensial dan peningkatan daya saing suatu

daerah (Harun 2004; Nainggolan 2004; Rustiadi & Hadi 2004). Pengembangan

kawasan agropolitan dapat mempercepat pembangunan pedesaan sehingga dapat mengatasi

permasalahan kesenjangan yang terjadi yaitu memalui perputaran toda perekonomian yang

cepat. Setiap daerh memiliki otonimi yang berbeda beda sesui dengan kebutuhan.Otonomi

daerah merupakan syarat bagi pengembangan agropolitan sehingga setiap kawasan memiliki

wewenang terhadap sumber-sumber ekonomi. Selain itu, keuntungan yang diperoleh

dari kegiatan setempat harus ditanam kembali untuk menaikkan input sehingga output

juga beriringan meningkat sehingga menciptakan suatu keadaan yang mendorong

pertumbuhan ekonomi selanjutnya (Friedmann & Douglass 1976; Ferrario 2009).

Agropolitan dapat menghasilkan pemerataan pendapatan lebih cepat

dibandingkan dengan pendekatan growth pole (Stohr 1981;Douglass 1998b; Mercado

2002; Nurzaman 2005). Konsep growth pole menekankan terbentuknya pusat-pusat

pertumbuhan di perkotaan dan mengharapkan adanya pemerataan secara otomatis yang

berasal dari proses penetesan pembangunan (trickle down process) dari kutub

pertumbuhan ke daerah belakang (hinterland). Namun proses penetesan pembangunan

tidak terjadi, justru sebaliknya terjadi pengurasan sumberdaya yang dimiliki daerah oleh

pusat secara besar-besaran (massive backwash effect),sehingga terjadi ketimpangan

pembangunan antara perdesaan dan perkotaan (Douglass 1998b; Rustiadi & Hadi 2004).

Agropolitan berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi

pertanian) yang memberikan kontribusi besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan

masyarakatnya (Friedmann 1998; Soenarno 2003).


Konsep agropolitan dinilai strategis dalam pengembangan komoditi pertanian

berwawasan agribisnis dengan sasaran tercapainya sinergi pengembangan antar sektor

dan secara spasial (desa-kota) dalam mendukung pengembangan di lapangan. Dengan

adanya agropolitan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan

sehinggatidak ada arus urbaniasi keluar kota khususnya.

.Tujuan dari pengembangan agropolitan sendiri adalah untuk mengatasi ketimpangan

antara desa dengan kota. Dengan demukina dapat memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah

desa. Hal juga dapat menekan laju urbanisasi dari desa ke kota sehingga desa menjadi lebih

produktif.Oleh karena itu untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi , Pemerintah

Kabupaten Tulungagung menerapkan konsep agropolitan di wilayahnya. Hal ini bertujuan dapat

mengkatkan daya saing masyarakat desa sehingga memacu pertumbuhan ekonomi. Di

Kabupaten Tulungagug area yang menjadi Kawasan Agropolitan adalah berada di Kawasan

Kecamatan Sendang dan Pagerwojo. Wilayah ini berada disekitar Gunung Wilis Wilayah ini

menjadi kawasan agropolitan.

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha di Kabupaten Tulungagung (Juta Rupiah), 2015−201

No. Lapangan 2014 2015 2016 2017 2018


Usaha
A Pertanian, 5 759 871.79 6 356 104.64 6 805 465.55 6 996 7 191 604.3
Kehutanan, 825.5
dan Perikanan
B Pertambangan 1 036 450.67 1 098 867.93 1 168 850.94 1 259 1 376 564.5
dan 294.9
Penggalian
C Industri 5 281 704.92 5 873 823.77 6 486 637.81 7 124 7 924 874.6
Pengolahan 808.3
D Pengadaan 8 673.20 9 645.94 10 347.88 12 143.0 13 207.8
Listrik dan Gas
E Pengadaan 21 622.00 23 652.18 26 031.30 28 376.7 30 360.5
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
F Konstruksi 2 476 897.36 2 629 840.94 2 908 095.66 3 244 3 558 511.3
027.9
G Perdagangan 5 111 966.92 5 639 286.47 6 256 565.55 6 919 7 624 421.4
Besar dan 443.9
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
H Transportasi 513 186.21 585 563.29 657 946.98 744 434.6 820 094.0
dan
Pergudangan
I Penyediaan 465 435.52 537 699.68 612 927.91 681 210.8 748 248.1
Akomodasi
dan Makan
Minum
J Informasi dan 1 385 338.54 1 524 237.68 1 679 168.59 1 836 1 981 595.0
Komunikasi 260.8
K Jasa Keuangan 585 597.70 656 215.59 728 908.82 787 139.0 841 904.0
dan Asuransi
L Real Estate 494 641.47 562 633.67 612 175.26 669 608.5 748 537.8
M, N Jasa 94 673.92 105 121.99 113 557.93 124 156.9 137 634.3
Perusahaan
O Administrasi 857 997.31 931 769.10 1 026 382.69 1 102 1 210 981.5
Pemerintahan 964.7
, Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib
P Jasa 1 093 376.15 1 213 864.25 1 323 463.28 1 438 1 574 322.3
Pendidikan 985.1
Q Jasa 268 989.02 296 761.71 313 752.16 344 701.4 378 218.1
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung 2018

Pada table diatas menindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sector unggulan

diKabupaten Tulungagung. Maka dari itu Pemerintah kabupaten tulungagung mengembangkan

kawasan agropolitan Kecamatan Sendang dan Pagerwojo Setiap tahun mengalami

peningkatan Pada Tahun 2018 kontribusi sektor pertanian perikanan dan kehutanan memiliki
kontribusi yang cukup tinggi yaitu sebesar 19,14 %. Namun dibanding dengan tahun 2014

sebesar 22.74 %. dari total PDRB keseluruhan.

Namun saat ini yang menjadi kendala saat ini adalah banyaknya arus urbanisasi atau

perpindahaan dari desa ke kota dari masyarakat Indonesia. Tak terkecuali Kabupaten

Tulungagung. Banyak masyarakat pedesaan yang melakukan urbanisasi keluar kota. Hal ini

dapat mengindikasikan bahwa masyarakat pedesaan tidak betah untuk tinggal di desa.

Tabel 1.2 Tabel migrasi penduduk kabupaten Tulungagung 2017

Kecamatan Masuk Pindah Jumlah


Besuki 490 614 -124
Bandung 508 420 88
Pakel 559 727 -168
Campurdarat 432 445 -13
Tanggunggunung 308 363 -55
Kalidawir 90 144 -54
Pucanglaban 225 231 -6
Rejotangan 260 304 -44
Ngunut 363 315 48
Sumbergempol 286 316 -30
Boyolangu 406 404 2
Tulungagung 158 137 21
Kedungwaru 364 468 -104
Ngantru 350 348 2
Karangrejo 224 205 19
Kauman 282 266 16
Gondang 322 334 -12
Pagerwojo 336 316 20
Sendang 59 105 -46
Jumlah 6 022 6 462 -440

Sumber : Dispenduk capil kabupaten Tulungagung

Pada tahun 2017 angka migrasi di Kabupaten Tulungagung mencapai 440 orang. Dari

6.022 penduduk dari luar daerah tulungagung masuk disaat bersamaan 6.462 penduduk

kabupaten Tulungagung melakukan perpindahan baik migrasi keluar daerah. Artinya penduduk
Kabupaten Tulungagung berkurang sebesar 440 pada tahun 2017. Sebagai Kawasan yang

memiliki sektor utama yaitu sektor pertanian tentu ini menjadi salah satu kendala kelancaran

pembangunan pembangunan pertanian.

Tabel 1.3 Penduduk Miskin Kabupaten Tulungagung 2013-2017

Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin


Jumlah Presentase
2013 269 290 91 300 9.03
2014 277 707 88 990 8.75
2015 292 483 87 370 8.57
2016 304 518 84 350 8.23

Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung, 2018

Selama kurun waktu tahun 2013 - 2017 penduduk Kabupaten Tulungaung mengalami

penurunan. Di Tahun 2013 Jumlah presentase penduduk miskin sebesar 9.03%. setiap tahun

jumahnya terus mengalami penurunan. Dan terakhir pada perhitungan tahun 2017 jumlah

penduduk mengalami penurunan sebear 8.23 % atau sebesar 84.350 jiwa.

Karena Kabupaten Tulungagung memiliki sektor unggulan yaiu sektor pertanian

ditambah maka pemerintah melakukan pengembangan Kawasan agropolitan Di Kecamatan

Sendang dan Pagerwojo. Dan terbukti angka kemiskinan menurun dari tahun ke tahun. Kendala

dalam upaya pembanguan pertanian salah satunya adalah terjadinya arus migrasi. Maka dari

itu dilakukan penelitian apakah nantinya pengembangan agropolitan dimana ditandai dengan

naiknya nilai PDRB pada sektor pertanian yang dipusatkan di Kecamatan Pagerwojo memiliki

dampak terhadap pendapatan petani di Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi komoditas unggulan di kecamatan Pagerwojo Kabupaten

Tulungagung?
2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kawasan Agropolitan kecamatan Pagerwojo

Kabupaten Tulungagung?

3. Bagaimana dampak pengembangan Agropolitan terhadap pendapatan petani di

Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung?

1.3 Tujuan Penilitian

1. Mendeskripsikan Agropolitan di Kabupaten Tulungagung

2. Mengetahui pertumbuhan sektor pertanian di kecamatan Pagerwojo kabupaten

Tulungagung

3. Mengetahui pengaruh pengembangan agropolitan terhadap pendapatan petani di

Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung

1.4 Manfaat Penelitian

1.Melatih mahasiswa untuk mengenali dan menganalisis suatu permasalahan yang ada di

lapangan.

2. Dapat bermanfaat memberikan kontribusi bagi pemerintah dan instansi terkait sehingga

memberikan kebijakan yang tepat dalam pengembangan sektor pertanian

3. Sebagai referensi dan rujukan untuk penelitian serupa yang dilakukan kedepanya

Anda mungkin juga menyukai