Anda di halaman 1dari 15

USULAN PENELITIAN UNTUK SKRIPSI

Strategi Pemasaran dalam Pengembangan Obyek Wisata Rumah Atsiri di


Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
(Pilihan II)

A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara agraris dengan sumber daya alam yang
bermacam-macam, yang mana menjadikan pertanian sebagai sektor utama.
Kondisi iklim dan tanah yang mendukung menyebabkan beragam komoditas
tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kontribusi sektort
pertanian terhadap pendapatan nasional cukup besar walaupun juga
mengalami fluktuasi naik turun. Data persentase kontrobusi berbagai sektor
terhadap pendapatan nasional dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1 Persentase Kontribusi PDB Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun
2013-2017.
Tahun
No. Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13,36 13,34 13,49 13,47 13,14
2 Pertambangan dan Penggalian 11,01 9,83 7,65 7,18 7,57
3 Industri Pengelolaan 21,03 21,08 20,99 20,51 20,16
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,03 1,09 1,13 1,15 1,19
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 9,49 9,86 10,21 10,38 10,37
Perdagangan Besar dan Eceran; 13,01
7 13,21 13,43 13,30 13,18
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,93
8 Transportasi dan Pergudangan 3,93 4,42 5,02 5,20 5,41
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9 3,03 3,04 2,96 2,93 2,85
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 3,57 3,50 3,52 3,62 3,80
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,88 3,86 4,03 4,19 4,20
12 Real Estat 2,77 2,79 2,84 2,82 2,79
13 Jasa Perusahaan 1,51 1,57 1,65 1,71 1,75
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
14 3,90 3,83 3,90 3,87 3,70
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 3,22 3,23 3,36 3,37 3,29
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,01 1,03 1,07 1,07 1,07
17 Jasa Lainnya 1,47 1,55 1,65 1,70 1,76
Nilai Tambah Bruto Atas Harga DAsar 97,51 97,51 96,85 96,42 96,14
Pajak Dikurangi Subsidi Atas Produk 2,49 2,49 3,15 3,58 3,86
PDB 100 100 100 100 100
Sumber: BPS 2018
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian
menempati urutan ke dua yaitu setelah sektor industri pengelolaan. Namun
persentase sektor pertanian mengalami penurunan mulai tahun 2015 hingga
tahun 2017. Nilai kontribusi sektor pertanian pada tahun 2017 adalah sebesar
13,14%. Pada sektor pertanian juga memiliki beberapa permasalahan.
Menurut Budiarti (2013), beberapa masalah yang dihadapi dalam
pembangunan pertanian antara lain: (1) laju perubahan lahan pertanian
menjadi nonpertanian masih cukup tinggi, (2) penurunan mutu lahan
pertanian yang disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat, (3)
minat generasi muda berprofesi di bidang pertanian menurun, (4) pencitraan
pertanian yang kurang tepat, (5) apresiasi masyarakat pada bidang pertanian
masih rendah, (6) nilai tukar beberapa produk pertanian yang rendah, (7)
pembangunan perdesaan dan perkotaan belum berimbang, dan (8) tingkat
pendidikan masyarakat di bidang pertanian relatif rendah.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi beberapa
permasalahan tersebut adalah melalui pendekatan agrowisata. Agrowisata
bertujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan
rekreasi di bidang pertanian. Adanya agrowisata diharapkan dapat memberi
manfaat pada masyarakat untuk lebih memahami dan memberikan apresiasi
pada bidang pertanian serta menjadi sarana edukasi.
Agrowisata merupakan salah satu bisnis wisata di bidang pertanian
yang dikenal sebagai obyek wisata dengan tujuan pengembangan pariwisata
berbasis pertanian. Di Indonesia hal tersebut dapat dikatakan merupakan
pengembangan suatu sektor yang menjanjikan sebagai bentuk peningkatan
nilai tambah sektor pertanian. Dewasa ini banyak sekali usahatani yang
dipadukan dengan konsep wisata atau agrowisata. Pengembangan usaha
agrowisata membutuhkan manajemen yang prima antar subsistem diantaranya
yaitu ketersediaan sarana dan prasarana wisata, obyek yang dijual, harga yang
ditawarkan serta pelayanan yang diberikan kepada pengunjung.
Persaingan di dunia industri pariwisata saat ini sangat ketat, khususnya
dalam pengelolaan dalam bidang usaha wisata. Segala usaha dilakukan agar
tempat wisata yang perusahaan kelola mampu menarik minat masyarakat dari
berbagai kalangan, baik kalangan bawah, menengah hingga atas. Selain
menarik minat, pemilihan lokasipun menjadi acuan penting dalam persaingan
usaha wisata, seperti halnya tingkat persaingan yang sedikit atau bahkan
belum banyak didirikan tempat wisata. Daerah yang belum memiliki wisata
yang modern, dapat menjadi daerah yang mengalami perkembangan, yang
belum terkenal menjadi terkenal.
Rumah Atsiri merupakan tempat wisata pertanian yang ada di
Kabupaten Karanganyar. Rumah Atsiri terletak di Jl. Watusambang,
Watusambang, Plumbon, Kec. Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah. Pada tempat tersebut pengunjung dapat berkeliling melihat tanaman
atsiri bahkan diperbolehkan untuk mencicipinya. Keunikan bangunan disana
juga dapat memanjakan mata dan sebagai spot bagus bagi pengunjung suka
berfoto. Jumlah pengunjung yang melakukan kunjungan ke wisata Rumah
Atsiri dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Daftar Pengunjung Rumah Atsiri pada Bulan Januari-Juli Tahun
2019
Bulan Jumlah Pengunjung (Jiwa) Persentase Kenaikan (%)
Januari 2.225 -
Februari 1.871 -15,91
Maret 1.588 -15,13
April 1.868 17,63
Mei 1.285 -31,21
Juni 6.467 403,27
Juli 3.714 -42,57
Sumber: Data Sekunder
Berdasarka Tabel 1.2 jumlah pengunjung Rumah Atsiri bulan Januari-
Juli 2019 menunjukkah bahwa peningkatan jumlah pengunjung terjadi pada
bulan Juni sebesar 4.647 orang. Hal ini terjadi karena bertepatan dengan Hari
Raya Idul Fitri. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa wisata Rumah
Atsiri memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Strategi merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan yang
merupakan sarana atau cara yang digunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan akhir (sasaran). Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh
dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan
tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujua
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Sebelum dilakukan perumusan strategi perlu dilakukan analisis faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap usaha baik internal maupun eksternal.
Analisis faktor-faktor lingkungan perlu dilakukan guna membuat
rencana pengembangan wisata agar pengunjung tidak kecewa. Menurut
Swastika (2017), sekali wisatawan mendapatkan kesan buruk, akan
membutuhkan waktu lama untuk mengembalikannya. Oleh karena itu,
peneliti mengadakan penelitian mengenai strategi pemasaran dalam
pengembangan obyek wisata Rumah Atsiri di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar.

B. Rumusan Masalah
Rumah Atsiri merupakan tempat wisata edukasi yang memanfaatkan
komoditas penghasil minyal atsiri sebagai produk (jasa layanan) wisatanya.
Wisata Rumah Atsiri menawarkan paket wisata yang berupa voucher tiket.
Pengunjung dapat menggunakannya untuk memilih wisata apa yang ingin
dikunjungi atau dapat menukarkannya dengan makanan di restauran Rumah
Atsiri. Rumah Atsiri juga memiliki produk minyak essense yang dijual di stand
merchandise yang ada didalam area wisata. Minyak tersebut tidak dijual di luar
wisata sehinngga tidak dapat dipasarkan secara luas, padalah produk minyak
atsiri ini marupakan produk yang potensial untuk dikembangkan. Pada wisata
ini pengunjung dapat menikmati suasanan kebun atsiri yang terdiri dari 80
lebih jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Menurut keterangan pengelola
Rumah Atsiri belum banyak wisatawan sekitar (daerah Kabupaten
Karanganyar dan sekitarnya) yang mengetahui tempat wisata ini, kebanyakan
pengunjung berasal dari luar kota.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji sebagai berikut:
1. Apa saja faktor internal dan eksternal dalam upaya pengembangan wisata
Rumah Atsiri?
2. Apa saja alternatif strategi pengembangan yang dpata diterapkan dalam
pengembangan wisata Rumah Atsiri?
3. Prioritas strategi pengembangan apa yang dapat diterapkan dalam
pengembangan wisata Rumah Atsiri?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka dapat dirumuskan
tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam upaya
pengembangan wisata Rumah Atsiri.
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan
dalam pengembangan wisata Rumah Atsiri.
3. Menentukan prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam
pengembangan wisata Rumah Atsiri.

D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Perusahaan
a. Penelitian ini berguna sebagai wawasan dan pertimbangan mengenai
strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk pengembangan wisata
b. Dapat dijadikan landasan dalam penjagaan dan peningkatan kualitas
layanan demi tercapainya eksistensi wisata
c. Sebagai dasar penyusunan strategi pemasaran wisata jika terjadi
penurunan pengunjung atau sebagai dasar pengembangan wisata
kedepannya

2. Bagi Penulis
Memberikan tambahan wawasan dan pemahaman tentang strategi
pemasaran dalam pengembangan wisata beserta implementasinya di lapang,
dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dalam
menambah wawasan serta berguna untuk referensi bagi penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Pemerintah
Hasil pemikiran mengenai strategi pemasaran wisata ini diharapkan
dapat menjadi bahan tambahan dalam pengembangan sektor pariwisata
khususnya di Kabupaten Karanganyar guna meningkatkan pendapatan
daerah.

E. Metodologi Penelitian
1. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
yaitu metode yang melukiskan secara sistematis variabel demi variabel, satu
demi satu secara aktual dan cermat. Tujuannya adalah menyajikan
gambaran lengkap mengenai suatu fenomena atau kenyataan dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan
unit yang diteliti. Pelaksanaan penelitian mengunakan teknik survei, yang
mengambil sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Purposive
adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja
berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Penelitian
dilaksanakan di salah satu wisata edukasi di Kabupaten Karanganyar
yaitu Rumah Atsiri. Wisata ini terletak di Jl. Watusambang,
Watusambang, Plumbon, Kec. Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah.
Pertimbangan memilih lokasi ini untuk penelitian dikarenakan
konsep wisata yang unik mengenai minyak atsiri baik tanaman hingga
produk turunannya, terdapat edukasi yang diperoleh pengunjung dari
pengenalan berbagai tanaman penghasil minyak atsiri, proses
penyulingan minyak dan cara pengaplikasian minyak tersebut. Selain
itu, dulunya tempat wisata ini merupakan bangunan bersejarah hasil
kerjasama Indonesia-Bulgaria dalam penyulingan minyak atsiri.
Sebagian besar bangunan-bangunan didalamnya mencerminkan gaya
Eropa yang jarang ditemui di Karanganyar yang semakin menambah
daya tarik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti memilih Rumah
Atsiri sebagai lokasi penelitian
b. Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki. Jumlah elemen dalam sampel lebih sedikit dari
populasinya. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah snowball sampling. Snowball sampling adalah
sampel yang dipilih dari satu responden yaitu manajer perusahaan
sebagai (key informant) kemudian dilanjut dengan responden-responden
lain untuk memperkuat informasi. Sampel atau subyek penelitian adalah
individu, lembaga organisasi atau perusahaan yang bersedia
berpartisipasi dan membantu penelitian dengan memberikan
kemudahan untuk memperoleh data yang relevan dan akurat. Subyek
penelitian ini akan dibagi ke dalam beberapa tahap, antara lain:
1) Penentuan subyek penelitian untuk identifikasi faktor internal dan
faktor eksternal
Penentuan subyek penelitian pada tahap ini dilakukan dengan
cara purposive, yaitu subyek yang dipilih karena pertimbangan
tertentu, subyek penelitian yang diambil adalah pihak yang
dianggap memahami apa yang diteliti sehingga peneliti dapat
memperoleh informasi yang akurat. Subyek penelitian yang dipilih
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Subyek Penelitian Identifikasi Faktor Internal dan Faktor
Eksternal
No. Subyek Penelitian Jumlah
1 Pengelola Rumah Atsiri 2
2 Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga 1
Kabupaten Karanganyar
3 Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 1
4 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1
Kabupaten Karanganyar
5 Pengunjung 3
6 Pesaing 2
Total 10
2) Penentuan subyek penelitian untuk penentuan bobot dan rating
matriks IFE dan EFE serta skor daya tarik dalam QSPM.
Penentuan subyek penelitian pada tahap ini dilakukan dengan
cara purposive yaitu memilih subyek penelitian yang dianggap
mampu memberikan informasi yang akurat yang dibutuhkan dalam
penelitian. Subyek penelitian yang dipilih untuk menentukan bobot
dan rating matriks IFE dan EFE serta skor daya tarik dalam QSPM
adalah pengelola Rumah Atsiri
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan
data dari pihak pertama kepada pengumpul data yang biasanya melalui
wawancara (Herviani & Febriansyah, 2016). Data primer ini disebut
juga data asli atau data baru. Pada penelitian ini data primer diperoleh
melalui observasi, wawancara langsung dengan pihak perusahaan,
penyebaran kuisioner kepada responden serta dokumentasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
atau melalui sumber lain yang sudah tersedia, yaitu melalui buku-buku
mengenai hal terkait. Data sekunder merupakan suatu cara membaca,
mempelajari dan memahami dengan tersedianya sumber-sumber
lainnya sebelum penelitian dilakukan (Herviani & Febriansyah, 2016).
Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Dinas Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar (DISPORA), serta
sumber lain dari studi pustaka. Data sekunder sendiri meliputi data
penelitian terdahulu, jurnal dan tinjauan pustaka.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
mencatat semua informasi sebagaimana yang disaksikan selama
penelitian. Metode ini dilakukan pada proses dan kegiatan yang terkait
setiap faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi strategi
pemasaran di Rumah Atsiri.
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan informasi tentang
perusahaan, keadaan lokasi serta faktor-faktor pengembangan wisata
Rumah Atsiri. Data diperoleh melalui tanya jawab menggunakan daftar
pertanyaan atau kuisioner kepada narasumber atau subyek yang
berkaitan.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data
pelengkap dan pembanding dalam melakukan alternatif pemecahan
masalah mengenai strategi pemasaran dalam pengembangan wisata.
Referensi tersebut antara lain diperoleh dari buku, jurnal, majalah dan
internet setiap variabel yang dipertimbangkan.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan
penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan.
Dokumentasi merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk
memperkuat hasil penelitian (Anggito & Setiawan, 2018). Teknik ini
dilakukan dengan pengambilan gambar dan video terhadap kegiatan di
Rumah Atsiri.
5. Metode Analisis Data
Analisis data adalah memperkirakan atau dengen menentukan
besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap
suatu kejadian lainnya, serta memperkirakan atau meramalkan kejadian
lainnya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Matriks IFE merupakan sebuah daftar yang membuat serangkaian
faktor strategis Internal yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan
sedangkan Matriks EFE merupakan sebuah daftar yang membuat
serangkaian faktor strategis eksternal yang terdiri atas peluang dan
ancaman. Umar (2005) menerangkan langkah-langkah dalam
penyusunan Matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftarcritical success factors (faktor-faktor utama yang
mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan
usaha) untuk aspek internal yang mencakup perihal kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesses). Aspek eksternal yang
mencakup perihal peluang (opportunities) dan ancaman (threats)
bagi perusahaan.
2) Menentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan
skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot
dicari dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
3) Menentukan rating setiap critical success factor antara 1 sampai 4,
dimana:

Rating EFE IFE


1 Di bawah rata-rata Sangat lemah
2 Rata-rata Tidak begitu lemah
3 Diatas rata-rata Cukup kuat
4 Sangat bagus Sangat kuat

4) Mengalikan bobot nilai dengan nilai ratting untuk mendapatkan


skor semua critical success factors.
5) Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi
perusahaan yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,50, jika nilai di
bawah 2,50 menandakan bahwa secara internal atau eksternal
perusahaan lemah. Sedangkan jika nilai berada di atas 2,50
menandakan posisi internal ataupun eksternal perusahaan tersebut
kuat.
b. Matriks IFE dan EFE (IE)
MatriksIE (Internal-External) bermanfaat untuk memposisikan
suatu SBU(Strategic Business Unit) perusahaan ke dalam Matriks yang
terdiri atas 9 sel.
Tabel 1.4 Matriks Internal-External
IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3.0-4.0 2.0-2.99 1.0-1.99
4.0 3.0 2.0 1.0
I II III
Tinggi
3.0 Tumbuh dan Tumbuh dan Pertahankan dan
3.0-4.0
EFE

bina bina pelihara


IV V VI
Sedang
2.0 Tumbuh dan Pertahankan dan Panen dan
2.0-2.99
bina pelihara divestasi
VII VIII IX
Rendah
1.0 Pertahankan dan Panen dan Panen dan
1.0-1.99
pelihara divestasi divestasi
Sumber: David, 2009
Pada sumbu X dari IE Matriksskornya ada tiga, yaitu: skor mulai
dari 1.00 sampai 1.99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah,
skor dari 2.00 sampai 2.99 menyatakan bahwa posisi rata-rata dan skor
3.00 sampai 4.00 adalah kuat. Pada Sumbu Y dari IE Matriks skor 1.00
sampai 1.99 menyatakan posisi eksternal rendah, skor antara 2.00
sampai 2.99 adalah sedang dan skor 3.00 sampai 4.00 adalah tinggi. IE
Matriksmemiliki tiga implikasi strategi yang berbeda, yaitu pada sel I,
II atau IV usaha dapat digambarkan sebagai tumbuh dan bina. Pada sel
III, V atau VII usaha dikendalikan dengan strategi pertahankan dan
pelihara, sedangkan pada sel VI, VIII atau IX usaha dapat
menggunakan strategi panen dan divestasi.
c. Matriks SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi
pengembangan dan disusun setelah dilakukan identifikasi faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha. Setelah didapatkan
daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam usaha maka
dibuatkan sebuah Matriks yang dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu usaha
sehingga dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan
alternative strategi, yaitu strategi S-O (Strength-Opportunity), strategi
W-O (Weakness-Opportunity),strategi W-T (Waekness-Threat) dan
strategi S-T (Strength-Threat).
Tabel 1.5 Model Analisis Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weakness (W)
EFAS
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O

Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T

d. QSPM (Quantitave Strategic Planning Matriks)


QSPM digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi
alternative secara objektif berdasarkan key success factor internal
eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya atau dengan kata lain
untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang
dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Terdapat enam langkah
untuk menyusun matriks QSPM yaitu:
1) Membuat daftar peluang dan ancaman eksternal kunci dan
kekuatan dan kelemahan internal kunci
2) Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal kunci,
(0.05 = di bawah rata-rata; 0.10 = rata-rata; 0.15 = di atas rata-
rata; 0.20 = tinggi atau kuat). Faktor-faktor tersebutmungkin
dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3) Memeriksa matriks pencocokan (SWOT) dan mengenali strategi-
strategi alternatif yang harus dipertimbangkan. Menulis strategi
pada baris atas QSPM.
4) Menentukan daya tarik (AS atau Attractive Score), (1= tidak
menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar menarik; 4 = sangat
menarik). Nilai daya tarik adalah angka yang menunjukkan daya
tarik relative masing-masing strategi pada suatu rangkaian
alternative tertentu.
5) Menghitung TAS (Total Attractive Score) yaitu total nilai daya
tarik dengan cara mengalikan bobot dengan nilai daya tarik
masing-masing baris.
6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik dengan cara
menjumlahkan total nilai daya tarik masing-masing kolom
strategi QSPM. Semakin tinggi nilainya semakin menarik strategi
tersebut. Daei keenam langkah diatas, maka dapat dibuat model
matriks QSPM sebagai berikut:

Tabel 1.6 Model Matriks QSPM


Faktor-Faktor Bobot Alternatif Strategi
Kunci AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-faktor
Kunci Eksternal
Total Bobot
Faktor-Fator
Kunci Internal
Total Bobot
Jumlah Total Nilai Daya
Tarik
Sumber: David, 2009
DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Tahun 2018.


Anggito A dan Setiawan J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV
Jejak.
Budiarti T, Suwarto, dan Muflikhati I. 2013. Pengembangan Agrowisata Berbasis
Masyarakat pada Usahatani Terpadu guna Meningkatkan Kesejahteraan
Petani dan Keberlanjutan Sistem Pertanian. J Ilmu Pertanian Indonesia Vol.
XVIII(3): 200-207.
David, Fred R. 2009. Manajemen Strategi Edisi Sepuluh. Salemba Empat. Jakarta.
Herviani V dan Febriansyah A. 2016. Tinjauan atas Proses Penyusunan Laporan
Keuangan pada Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. J Riset
Akuntansi Vol VIII(2): 1-27.
Swastika IPD, Budhi MKS, dan Dewi MHU. 2017. Analisis Pengembangan
Agrowisata untuk Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung. J Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Vol.
XVI(12): 4.103-4.136.
Umar, H. 2005. Management Strategic in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai