Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No.

1, 2019

Penetapan Kadar Vitamin C Dan B1 Pada Buah Naga Merah (Hylocereus


Lemairel (Hook.) Britton & Rose) Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis

Boy Chandra1*, Zulharmita1, Winda Dian Putri1


1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: boy_kimia89@yahoo.com

Abstrak
Analisis vitamin C dan B1 pada sampel buah naga merah (Hylocereus lemairel (Hook.) Britton & Rose) dari
daerah Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan menggunakan metode spektrofometri UV-Vis. Sampel buah
naga merah (Hylocereus lemairel (Hook.) Britton & Rose) diekstraksi dengan menggunakan pelarut air.
Kemudian ekstrak sampel diukur dengan alat spektrofotometer ultraviolet untuk vitamin C pada panjang
gelombang 265,0 nm, sedangkan untuk vitamin B1 ekstrak sampel ditambahkan larutan dapar amonia, biru
bromtimol dan polivinyl alkohol kemudian diukur dengan alat spektrofotometer visible pada panjang
gelombang 431,0 nm. Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin C dari Hylocereus lemairel (Hook.) Britton
& Rose) yaitu 0,0151 % ± 0,0005. Sedangkan pada penentuan kadar vitamin B1 menunjukkan hasil yaitu
0,1023 % ± 0,0002.
Kata kunci : Buah Naga Merah, Vitamin C, Vitamin B 1, Spektrofotometri UV-Vis

Abstract
The analysis of vitamin C and B1 samples of red dragon fruit (Hylocereus lemairel (Hook.) Britton & Rose)
from Agam regency, West Sumatra, Indonesia by using UV-Vis Spectropometry method. The samples of red
dragon fruit (Hylocereus lemairel (Hook.) Britton & Rose) are extracted using water solvents. The sample of
extracting is measured by an ultraviolet spectrophotometer for vitamin C at a wavelength of 265.0 nm, for
vitamin B1 the sample of extracting is added with ammonia buffer solution, bromtimol blue and polyvinyl
alcohol and then these are measured by a visible spectrophotometer at a wavelength of 431.0 nm. The result of
vitamin C (Hylocereus lemairel (Hook.) Britton & Rose) level is 0.0151% ± 0,0005. And the result of vitamin
B1 level is 0.1023% ± 0.0002.
Keywords : Red Dragon Fruit, Vitamin C, Vitamin B1, Spectrophotometry UV-Vis

PENDAHULUAN 82,5 – 83 %, karoten 0,005 – 0,012 mg,


tiamin 0,28 – 0,43 mg, riboflavin 0,043 –
Buah naga (Inggris: pitaya) adalah 0,045 mg, ascorbic acid 8-9 mg, niasin
salah satu buah dari beberapa jenis kaktus 1,297 – 1,300 mg. Tidak hanya buahnya,
dari marga Hylocereus dan Selenicereus batang dan kulit buah naga juga memiliki
(Wongsowijaya, 2017). Hylocereus khasiat yang tidak kalah bermanfaat
polyrhizus atau buah naga merah memiliki (Rahayu, 2014).
kadar kemanisan yang lebih tinggi Berdasarkan penelitian uji praklinis
dibandingkan buah naga putih (Hylocereus yang telah dilakukan, buah naga merah
undatus) yaitu mencapai 13-150 Brix. memiliki efek potensial dalam
Buah naga merah ini mempunyai memiliki memperbaiki kondisi hiperkolesterolemia
kadar kemanisan yang sama dengan buah (Prakoso et al., 2017), memiliki efek
naga super red (Hylocereus costaricensis), potensial dalam memperbaiki kondisi
namun memiliki keunggulan tersendiri hiperglikemia dan dislipidemia (Febriani et
karena bunga tanaman buah naga merah al., 2016), diketahui memiliki efek
ini selalu muncul setiap saat sehingga terhadap penurunan kadar gula dan
produksi setiap musimnya selalu memiliki efek hipoglikemik
melimpah (Kristanto, 2008). (Panjuangtiningrum, 2009).
Setiap 100 gram buah Naga Merah Vitamin merupakan suatu molekul
(Hylocereus polyrhizus) mengandung air organik yang sangat diperlukan tubuh

62
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

untuk proses metabolisme dan berbeda pula. Adapun penelitian yang


pertumbuhan yang normal. Vitamin- dilakukan oleh Laili, et al, (2017) dengan
vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh menganalisis vitamin C pada buah Naga
manusia dalam jumlah yang cukup, oleh Merah (Hylocereus lemairel (Hoox.)
karena itu harus diperoleh dari bahan Britton & Rose) dengan variasi waktu
pangan yang dikonsumsi. Vitamin juga penyimpanan secara titrasi iodimetri. Dari
memiliki peranan spesifik didalam tubuh hasil penelitian diperoleh kadar vitamin C
dan dapat pula memberikan manfaat yakni sebesar 0,03136 % yang merupakan
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak kadar vitamin C tertinggi dengan variasi
mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyimpanan yakni pada hari ke 0 dan
penyakit. Tubuh hanya memerlukan kadar terendah pada hari ke 20 sebesar
vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika 0,00141 %. Penelitian selanjutnya
kebutuhan ini diabaikan maka dilakukan oleh Rohim, et al, (2016)
metabolisme di dalam tubuh akan dengan metode iodimetri dengan variasi
terganggu karena fungsinya tidak dapat waktu penyimpanan yang berbeda yaitu
digantikan senyawa lain (Winarno, 1997). dengan pengemasan dan tanpa
Berdasarkan kelarutannya vitamin pengemasan dan didapatkan kadar vitamin
dibagi dalam kelompok vitamin yang larut C selama penyimpanan mengalami
air dan vitamin yang tidak larut air (tetapi peningkatan hingga hari keenam (19,6784
larut dalam lemak). Vitamin yang larut mg/100 gram sampel) kemudian
lemak adalah vitamin A, D, E, dan K dan mengalami penurunan hingga hari
vitamin yang larut air adalah vitamin C kedelapan (14,8017 mg/100 gram sampel).
dan vitamin B kompleks seperti tiamin Penelitian selanjutnya dilakukan oleh
(B1), riboflavin (B2), niasin (B3) atau Risnayanti, et al, (2015) dengan metode
(asam nikotinat, niasinamida), asam iodimetri didapatkan kadar buah Naga
pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin Merah (Hylocereus lemairel (Hoox.)
(B7), asam folat (B9), dan kobalamin (B12) Britton & Rose) sebesar 5,28 mg/100 gram
(Deman, 1997). sedangkan buah Naga Putih (Hylocereus
Vitamin C sangat penting undatus) sebesar 7,29 mg/100 gram.
peranannya bagi tubuh yaitu dalam Tiamin merupakan kristal putih
pembentukan kolagen intraseluler. kekuningan yang larut dalam air. Tiamin
Kolagen merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi
banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit, metabolisme energi. Walaupun tiamin
bagian dalam tulang, dentin dan vaskular dibutuhkan dalam metabolisme lemak,
endotelium. Penjagaan agar fungsi itu tetap protein, dan asam nukleat, peranan
baik banyak dipengaruhi oleh cukup atau utamanya adalah dalam metabolisme
tidaknya kandungan vitamin C dalam karbohidrat. Oleh karena tiamin terlibat di
tubuh (Winarno, 1997). Selain itu, vitamin dalam metabolisme karbohidrat, kebutuhan
C berfungsi sebagai katalis dalam reaksi- yang dianjurkan didasarkan kebutuhan
reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh akan energi. Tidak ada keuntungan
manusia, sehingga apabila katalis ini tidak memakan tiamin melebihi kecukupan yang
tersedia seperti pada keadaan defisiensi dianjurkan, karena kelebihan akan
vitamin, maka fungsi normal tubuh akan dieksresi. Kelebihan konsumsi tiamin juga
terganggu (Pakaya, 2014). tidak akan menimbulkan bahaya keracunan
Berdasarkan dari beberapa (Almatsier, 2001).
penelitian sebelumnya, telah dilakukan Atas dasar informasi tersebut,
pengujian terhadap kadar vitamin C pada cukup menarik bagi kami untuk
buah naga merah (Hylocereus lemairel melakukan uji kadar vitamin pada buah
(Hoox.) Britton & Rose) diuji dengan naga merah (Hylocereus lemairel (Hoox.)
metode berbeda dan didapatkan hasil yang Britton & Rose). Adapun vitamin yang

63
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

akan diuji kadarnya yakni vitamin C dan disaring dengan kertas saring. Filtrat
vitamin B1 pada buah naga merah diambil sebanyak 35 mL dimasukkan
(Hylocereus lemairel (Hoox.) Britton & kedalam labu ukur 50 mL tambahkan
Rose) secara spektrofotometri UV-VIS. aquabides hingga tanda batas (Arel et
al., 2017).
METODE PENELITIAN 2. KLT
Buah naga yang sudah dihaluskan,
ditimbang sebanyak 2,5 gram,
Alat dan Bahan masukkan sampel ke dalam erlenmeyer
Alat yang digunakan adalah 100 mL, tambahkan 20 mL aquadest,
seperangkat alat spektrofotometer UV- lalu campuran diaduk menggunakan
Visible (Shimadzu 1800), blender (Philips), vortex mixer kemudian disaring untuk
timbangan analitik (Precisa XB 220A), diambil filtratnya dan tambahkan 30
pipet ukur (Pyrex Iwaki®), gelas piala mL metanol, kemudian larutan disaring,
(Pyrex Iwaki®), labu ukur (Pyrex filtrat diambil sebanyak 25 mL
Iwaki®), pipet volume (Pyrex Iwaki®), kemudian lakukan identifikasi.
tabung reaksi (Pyrex Iwaki®), corong Pembuatan larutan uji untuk vitamin
(Pyrex Iwaki®), rak tabung reaksi (Pyrex B1
Iwaki®), pH-meter (HANNA instrument), 1. Spektrofotometri Sinar Tampak
spatel, vial gelap, pipet tetes, batang Buah naga yang masak dibersihkan
pengaduk, bola hisap, tissue, dan, kertas kemudian dikupas, dipotong kecil-kecil
saring Whatman No.1. kemudian dihaluskan menggunakan
Bahan dasar yang digunakan blender, kemudian ditimbang dengan
adalah buah naga merah, asam askorbat timbangan analitik sebanyak 25 g ,
murni (PT. Indo Pharma) Fehling A dan masukkan sampel ke dalam erlemeyer
Fehling B (PT. Brataco), kalium 50 mL, cukupkan dengan aquadest
permanganat (KMnO4) (Merck), vitamin sampai tanda batas, kocok homogen,
B1 murni (PT. Indo Pharma), polivinyl kemudian saring, masukkan ke dalam
alkohol (Merck), biru bromotimol labu ukur 50 mL, cukupkan dengan
(Merck), ammonium hidroksida (NH4OH) aquadest sampai tanda batas, tunggu ± 1
(Merck), ammonium klorida (NH4Cl) jam.
(Merck), metanol (CH3OH) (Merck), asam A. KLT
asetat (CH3COOH) (Merck), amonia Buah naga yang sudah dihaluskan,
(NH3) (Merck), kalium heksasianoferat ditimbang sebanyak 25 gram, masukkan
(K3[Fe(CN)6]) (Merck), timbal(II) asetat sampel ke dalam Erlenmeyer 100 mL,
(Pb[C2H3O2]2) (Merck), aquadest (H2O) tambahkan 20 mL aquadest, lalu
(PT. Brataco), natrium hidroksida (NaOH) campuran diaduk menggunakan vortex
(PT. Brataco), n-butanol (Merck) dan plat mixer dan tambahkan 30 mL metanol,
KLT Silika Gel 60 F254 (Merck). kemudian larutan disaring, filtrat
diambil sebanyak 25 mL kemudian
Pembuatan larutan uji untuk vitamin C lakukan identifikasi.
1. Spektrofotometri Ultraviolet Analisis Kualitatif
Buah naga yang masak dibersihkan A. Vitamin C
kemudian dikupas, dipotong kecil-kecil 1. Identifikasi Vitamin C dengan Reaksi
kemudian dihancurkan menggunakan Warna
blender. Kemudian timbang 2,5 g buah a. Pereaksi Fehling
naga merah yang telah dihaluskan Sebanyak 1 mL Larutan Fehling A dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL Fehling B dicampurkan lalu
lalu ditambahkan aquabides hingga 50 ditambahkan larutan sampel dan larutan
mL kemudian dihomogenkan, dan baku pembanding sebanyak 1 mL pula,

64
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

jika mengandung vitamin C maka warna kuning (Auterhoff & Kovar,


terbentuk endapan merah bata 1987).
(Auterhoff & Kovar, 1987). 2. Identifikasi dengan Kromatografi
b. Pereaksi KMnO4 Lapis Tipis
Sebanyak 1 mL larutan KMnO4 0,1 % Fase gerak yang digunakan adalah
ditambahkan larutan sampel dan larutan metanol: air: asam asetat: amoniak dengan
baku pembanding sebanyak 1 mL pula, perbandingan (5: 4,5: 0,5: 0,75), dan fase
jika mengandung vitamin C maka diam. Larutan pembanding dan larutan uji
warna semula yang hilang pada suhu ditotolkan sebanyak 2 µL pada plat yang
kamar kemudian berubah menjadi sudah dipersiapkan. Kembangkan plat
coklat (Auterhoff & Kovar, 1987). KLTKT di dalam chamber sampai fase
2. Identifikasi dengan Kromatografi gerak mencapai batas atas. Keluarkan plat
Lapis Tipis dan kering anginkan di udara, kemudian
Fase gerak yang digunakan adalah amati bercak di bawah sinar UV 254 nm.
etanol : asam asetat dengan Bila tinggi bercak larutan uji sama dengan
perbandingan (9: 0,5) (Gandjar & bercak larutan pembanding, dan bila nilai
Rohman, 2012) dan fase diam yang Rf bercak larutan uji sama dengan nilai Rf
digunakan adalah plat silika G 60 F254. bercak larutan pembanding, maka dapat
Larutan pembanding dan larutan uji dikatakan bahwa larutan uji mengandung
ditotolkan sebanyak 2 µL pada plat vitamin B1.
yang sudah dipersiapkan. Kembangkan Analisis Kuantitatif
plat KLT di dalam chamber sampai fase A. Vitamin C
gerak mencapai batas atas. Keluarkan 1. Identifikasi dengan Spektrofotometri
plat dan kering anginkan di udara, Ultraviolet
kemudian amati bercak di bawah sinar a. Pembuatan Larutan Induk Vitamin
UV 254 nm. Bila tinggi bercak larutan C 1000 µg/mL
uji sama dengan bercak larutan Asam askorbat ditimbang sebanyak 50
pembanding, dan bila nilai Rf bercak mg kemudian dimasukkan ke dalam
larutan uji sama dengan nilai Rf bercak labu ukur 50 mL dan larutkan dengan
larutan pembanding, maka dapat aquabides sampai tanda batas (Arel et
dikatakan bahwa larutan uji al., 2017).
mengandung vitamin C. b. Penentuan Panjang Gelombang
B. Vitamin B1 Serapan Maksimum Larutan
1. Identifikasi Vitamin B1 dengan Vitamin C
Reaksi Warna Dipipet 5 mL larutan vitamin C 1000
a. Reaksi Tiokrom µg/mL dan dimasukkan ke dalam labu
Sejumlah 10 mg zat ditambahkan terukur 50 mL (konsentrasi 100
dengan 3 mL NaOH 1 N, 2 tetes kalium µg/mL). Lalu ditambahkan aquabides
heksasianoferat (III) 5 % yang dibuat sampai tanda batas dan dihomogenkan.
segar dengan 5 mL n-butanol, Kemudian dipipet kembali larutan
kemudian dikocok kuat selama vitamin C 100 µg/mL sebanyak 5 mL
beberapa menit. Setelah terpisah larutan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50
uji dan larutan baku pembanding akan mL (konsentrasi 10 µg/mL). Lalu
berfloresensi biru ungu (Auterhoff & ditambahkan aquabides sampai tanda
Kovar, 1987). batas dan dihomogenkan. Kemudian
dipipet kembali larutan vitamin C 10
b. Reaksi Timbal Asetat µg/mL sebanyak 6 mL dan dimasukkan
Sejumlah 10 mg zat ditambahkan 1 mL ke dalam labu ukur 10 mL (konsentrasi
larutan Pb (II) asetat 10 % dan 2 mL 6 µg/mL). Lalu ditambahkan aquabides
NaOH 6 N, segera terbentuk endapan sampai tanda batas dan dihomogenkan.

65
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

Kemudian diukur serapan maksimum polivinyl alkohol 1 % kemudian


pada panjang gelombang 200-400 nm cukupkan dengan aquadest sampai
dengan menggunakan blanko tanda batas, selanjutnya diencerkan
aquabides. menjadi 20 µg/mL. Pipet 2,5 mL
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi masukan dalam labu ukur 10 mL
Dibuat seri larutan dengan kosentrasi 4, cukupkan sampai tanda batas, ukur
5, 6, 7 dan 8 µg/mL. Pipet larutan induk panjang gelombang maksimum dengan
dengan konsentrasi 10 µg/mL masing- spektrofotometer sinar tampak pada
masing sebanyak 4, 5, 6, 7 dan 8 mL panjang gelombang 400-800 nm
lalu masukkan ke dalam labu ukur 10 (Andayani, et al., 2011).
mL, cukupkan dengan aquabides hingga c. Pembuatan Kurva Kalibrasi
tanda batas lalu homogenkan dan Dibuat seri larutan dengan konsentrasi
diukur serapannya pada panjang 18, 20, 22, 24, 36 µg/mL. Pipet larutan
gelombang maksimum yang diperoleh. induk dengan konsentrasi 80 µg/mL
d. Penentuan Kadar Vitamin C pada masing-masing sebanyak 2,25; 2,5;
Buah Naga Merah 2,75; 3 dan 3,25 mL masukkan ke
Ditimbang 2,5 g buah naga yang telah dalam labu ukur 10 mL, cukupkan
dihaluskan dimasukkan ke dalam labu dengan aquadest sampai tanda batas.
ukur 50 mL lalu ditambahakan Ukur serapan pada panjang gelombang
aquabides sampai tanda batas kemudian maksimum vitamin B1 dengan
dihomogenkan dan disaring dengan spektrofotometer sinar tampak.
kertas saring. Pipet sebanyak 35 mL d. Penentuan Kadar Vitamin B1 pada
filtrat, masukkan ke dalam labu ukur 50 Buah Naga Merah
mL tambahkan aquabides hingga tanda Penetapan kadar vitamin B1 pada
batas. Selanjutnya, diukur serapannya sampel dilakukan dengan memipet 5
pada panjang gelombang maksimum mL filtrat sampel, masukkan ke dalam
vitamin C yang dilakukan 3 kali labu ukur 25 mL, tambahkan 1,5 dapar
pengulangan untuk tiap sampel (Arel et amonia, tambahkan 3 mL biru
al., 2017). bromtimol 0,05 % dan 1 mL polivinyl
B. Vitamin B1 alkohol 1 %, kemudian cukupkan
2. Identifikasi dengan Spektrofotometri dengan aquadest sampai tanda batas,
Sinar Tampak kocok homogen. Dipipet kembali
a. Pembuatan Larutan Induk Vitamin sebanyak 2 mL larutan sampel
B1 500 µg/mL masukkan ke labu ukur 10 mL
Ditimbang 50 mg larutan baku cukupkan dengan aquadest sampai
pembanding vitamin B1 masukkan ke tanda batas, kemudian ukur serapan
dalam labu ukur 100 mL, tambahkan dengan spektrofotometer visibel pada
aquadest sampai tanda batas, sehingga panjang gelombang maksimum vitamin
diperoleh larutan baku pembanding B1 yakni 430 nm. Kemudian tentukan
vitamin B1 dengan konsentrasi 500 kadar vitamin B1 pada sampel dengan
µg/mL (Liu et al., 2002). persamaan regresi dari kurva kalibrasi.
b. Penentuan Panjang Gelombang
Serapan Maksimum Larutan HASIL DAN PEMBAHASAN
Vitamin B1
Dibuat larutan dengan konsentrasi 80 Hasil
µg/mL, dengan memipet 4 mL larutan Setelah dilakukan penelitian tentang
induk 500 µg/mL, masukkan dalam penetapan kadar vitamin C dan vitamin B1
labu ukur 25 mL tambahkan 1,5 mL pada buah naga merah (Hylocereus
dapar amonia, lalu tambahkan 3 mL lemairel (Hoox.) Britton & Rose) dengan
biru bromtimol 0,05 % dan 1 mL menggunakan metode spektrofotometri

66
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

ultraviolet - sinar tampak, didapatkan hasil 6. Analisis kualitatif dengan KLT pada
sebagai berikut : penentuan vitamin B1 diperoleh nilai
Rf untuk pembanding vitamin B1
1. Identifikasi vitamin C melalui analisa adalah 0,46 nilai Rf untuk sampel
kualitatif dengan reaksi warna yaitu adalah 0,46 dan nilai Rf untuk
direaksikan dengan pereaksi fehling pembanding + sampel adalah 0,46.
dan kalium heksasianoferat 0,1 %, 7. Pengukuran panjang gelombang
didapatkan hasil positif mengandung maksimum larutan standar vitamin C
vitamin C. pada konsentrasi 6 µg/mL diperoleh
2. Identifikasi vitamin B1 melalui analisa panjang gelombang 265,00 nm.
kualitatif dengan reaksi warna yaitu 8. Perhitungan regresi pada
dengan pereaksi tiokrom dan timbal spektrofotometri ultraviolet diperoleh
asetat, diddapatkan hasil positif persamaan y = - 0,0188 + 0,09414x
mengandung vitamin B1. dengan koefisien kolerasi (r) = 0,9992.
3. Identifikasi vitamin C melalui analisa 9. Hasil perhitungan kadar rata-rata
kualitatif dengan reaksi warna yaitu vitamin C dengan spektrofotometri
direaksikan dengan pereaksi fehling ultraviolet adalah 0,0151 % ± 0,0005.
dan kalium heksasianoferat 0,1 %, 10. Pengukuran panjang gelombang
didapatkan hasil positif mengandung maksimum larutan standar vitamin B1
vitamin C. pada konsentrasi 20 µg/mL diperoleh
4. Identifikasi vitamin B1 melalui analisa panjang gelombang 431,00 nm.
kualitatif dengan reaksi warna yaitu 11. Perhitungan regresi pada
dengan pereaksi tiokrom dan timbal spektrofotometri sinar tampak
asetat, diddapatkan hasil positif diperoleh persamaan y = - 0,62689 +
mengandung vitamin B1. 0,04953x dengan koefisien kolerasi (r)
5. Analisis kualitatif dengan KLT pada = 0,99994.
penentuan vitamin C diperoleh nilai Rf 12. Hasil perhitungan kadar rata-rata
untuk pembanding vitamin C adalah vitamin B1 dengan spektrofotometri
0,68 dan nilai Rf untuk sampel adalah sinar tampak adalah 0,1023 % ±
0,68. 0,0002.

Hubungan Absorban Dan Konsentrasi Pada Vitamin C


0,8
y = 0,09414x - 0,0188
0,6 R² = 0,9992
Absorban

0,4 Absorban
Linear (Series1)
0,2

0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (µg/ml)

Gambar 1. Kurva Liniearitas Vitamin C Spektrofotometri Ultraviolet

67
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

Hubungan Absorban Dan Konsentrasi Pada Vitamin B1


0,7
0,6 Y = 0,04953x – 0,62689
0,5 r = 0,99994
Absorban
0,4
Absorban
0,3
Linear (Series1)
0,2
0,1
0
0 10 20 30
Konsentrasi (µg/mL)

Gambar 2. Kurva liniearitas vitamin B1 Spektrofotometri Sinar Tampak

Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat
vitamin C dengan konsentrasi 4,5,6,7,8 vitamin B1 dengan konsentrasi 18, 20, 22,
µg/mL. Semua larutan diukur pada 24, 26 µg/mL. Semua larutan di ukur
panjang gelombang maksimum vitamin C panjang gelombang maksimum vitamin B 1
yaitu 265,0 nm dengan spektrofotometer dengan spektrofotometri sinar tampak
ultraviolet sehingga didapatkan masing- sehingga didapatkan absorban masing-
masing absorban masing-masing masing konsentrasi adalah 0,263; 0,365;
konsentrasi adalah 0,361; 0,455; 0,536; 0,463; 0,563; 0,663 dan persamaan regresi
0,639; 0,739 dengan persamaan regresi y = y = - 0,62689 + 0,04953x dengan koefisien
- 0,0188 + 0,09414x dengan koefisien kolerasi (r) = 0,99994. Kurva kalibrasi
kolerasi (r) = 0,9992. Kurva kalibrasi yang yang didapatkan linier karena nilai (r)
didapatkan linier karena nilai (r) berada berada pada rentang 0,99 r 1
pada rentang 0,99 r 1 (Harmita, (Harmita, 2006).
2006).

Tabel I. Data kadar Vitamin C Menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet

Pengulangan Absorban Konsentrasi Kadar vit Kadar vit SD


Vit. C dalam C dalam C dalam
sampel (µg/mL) sampel 2,5 g
(mg/mL) sampel
(%)

I 0,499 5,5003 0,3928 0,0157


II 0,474 5,2343 0,3739 0,0149
III 0,466 5,1497 0,3678 0,0147 ± 0,0005

Total 1,439 15,8843 1,1345 0,0453


Rata-rata 0,479 5.2947 0,3781 0,0151

68
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

Tabel II. Data kadar Vitamin B1 Menggunakan Spektrofotometri Sinar Tampak

Pengulangan Absorban Konsentrasi Kadar vit Kadar vit SD


vit B1 dalam B1 dalam B1 dalam
sampel sampel 25 g
(µg/mL) (mg/mL) sampel (%)
I 0,388 20,4904 25,6130 0,1024
II 0,389 20,5105 25,6382 0,1025
III 0,385 20,4298 25,5373 0,1021 ±
Total 1,162 61,4307 76,7885 0,307
Rata-rata 0,387 20,4769 25,5961 0,1023

Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan uji terhadap spektrofotometri


dilakukan mengenai penetapan kadar ultraviolet.
vitamin C dan vitamin B1 pada buah naga Sedangkan sampel untuk pengujian
merah (Hylocereus lemairel (Hoox.) KLT ditimbang sebanyak 2,5 g kemudian
Britton & Rose) yang terdapat di dimasukan ke dalam erlemenyer 100 mL
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera dan ditambahkan dengan 20 mL aquadest,
Barat. Penelitian ini dilakukan dengan kemudian diaduk selama 2-5 menit dengan
tujuan untuk mengetahui kadar vitamin C menggunakan vortex mixer kemudian
dan vitamin B1 dalam buah naga merah disaring, setelah itu ditambahkan pelarut
(Hylocereus lemairel (Hoox.) Britton & metanol sebanyak 30 mL. Tujuan
Rose) dengan menggunakan metode penambahan metanol dikarenakan vitamin
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. C mudah larut terhadap metanol dan
Pengujian terhadap vitamin C, memudahkan untuk mengidentifikasi
sampel yang digunakan untuk sampel menggunakan KLT karena
spektrofotometer ultraviolet ditimbang mempercepat proses pengeringan pada plat
dengan timbangan analitik sebanyak 2,5 g untuk menghindari titik noda yang melebar
buah naga merah yang telah dihaluskan karena kalau menggunakan aquabides saja
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur absorbannya cepat larut. Kemudian larutan
50 mL, tambahkan 20 mL aquadest, tersebut disaring dan filtrat dimasukkan ke
kemudian aduk menggunakan vortex mixer dalam labu ukur 25 mL.
selama 2 menit dengan tujuan untuk Identifikasi vitamin C pada larutan
meratakan kelarutan vitamin C, tambahkan sampel dapat dilakukan dengan
aquabides sampai tanda batas. Setelah itu menggunakan reaksi warna diantaranya
larutan disaring menggunakan kertas menggunakan pereaksi fehling (Fehling A
saring. Pipet filtrat sebanyak 35 mL filtrat, & Fehling B) dan larutan kalium
masukkan ke dalam labu ukur 50 mL permanganat (KMnO4) 0,1 %. Dari hasil
kemudian tambahkan aquabides sampai yang didapatkan pada penambahan
tanda batas. Kemudian larutan sampel siap pereaksi fehling larutan sampel dan larutan

69
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

baku pembanding terbentuk endapan dan larutan baku pembanding positif


merah bata. Hal tersebut berarti sampel merngandung vitamin C.
Berdasarkan hasil identifikasi mempunyai warna ungu berubah menjadi
dengan reaksi warna yang telah dilakukan endapan coklat menunjukan terbentuknya
sesuai dengan yang tertera pada literatur ion mangan ( ). Sedangkan asam
(Auterhooff & Kovar, 1987), askorbat (Vitamin C) dioksidasi
membuktikan bahwa larutan ekstrak buah permanganat menjadi asam
naga merah mengandung vitamin C. dihidroaskorbat.
Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, Untuk uji lanjut, identifikasi
yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A vitamin C pada sampel dapat digunakan
adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
B merupakan campuran larutan NaOH dan Hasil dari uji kualitatif menggunakan KLT
kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling memberikan bercak yang sama tinggi dan
dibuat dengan mencampurkan kedua setelah dilakukan pengukuran maka
larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu didapatkan nilai Rf yang sama pada kedua
larutan yang berwarna biru tua. Dalam bercak yaitu 0,68. Jadi dapat disimpulkan
pereaksi Fehling, ion + terdapat bahwa sampel buah naga merah yang diuji
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling menggandung vitamin C.
dapat dianggap sebagai larutan CuO. Hal Pada penentuan panjang
yang menyebabkan dihasilkannya endapan gelombang maksimum vitamin C didapat
merah bata ini karena ini berasal dari absorban maksimum sebesar 0,565 pada
Fehling yang memiliki ion direduksi panjang gelombang 265,0 nm (Lampiran
menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa 1, Gambar 6). Setelah didapatkan panjang
akan diendapkan berwarna merah bata gelombang serapan maksimum kemudian
(Cu2O) (Wilbraham et al., 1992). diukur absorban vitamin C pada
Identifikasi dengan penambahan konsentrasi 4, 5, 6, 7 dan 8 µg/mL. Dari
larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,1 pengukuran ini didapatkan persamaan
% yaitu warna semula yang hilang pada garis lurus yaitu y = - 0,0188 + 0,09414x
suhu kamar kemudian berubah menjadi dengan koefisien kolerasi (r) = 0,9992.
coklat. Hal tersebut berarti sampel dan Koefisien korelasi ini menunjukan hasil
larutan baku pembanding positif yang linear, karena memenuhi persyaratan
merngandung vitamin C. Berdasarkan dimana nilai (r) berada pada rentang 0,99 ≤
hasil identifikasi dengan reaksi warna yang r ≤ 1.
telah dilakukan sesuai dengan yang tertera Dari pengukuran kurva kalibrasi
pada literatur (Auterhooff & Kovar, 1987), didapatkan simpangan baku (SD) 0,0069.
membuktikan bahwa larutan ekstrak buah Tingkat ketelitian dari pengukuran
naga merah mengandung vitamin C . ditunjukkan dengan nilai batas deteksi
Reaksi antara kalium Permanganat 0,2206 µg/mL dan batas kuantitasi 0,7329
(KMnO4) dengan vitamin C 1 ml, yang µg/mL. Batas deteksi merupakan jumlah
berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin terkecil analit yang terdapat dalam sampel
C, artinya vitamin C dalam reaksi sebagai yang masih terdeteksi dan memberikan
zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan respon signifikan terhadap blanko,
kalium permanganat (KMnO4) adalah zat sedangkan batas kuantitasi merupakan
yang mengalami reduksi, artinya KMnO4 jumlah terkecil analit yang masih dapat
dalam reaksi ini berfungsi sebagai diukur dengan cermat dan seksama.
oksidatordan yang berfungsi sebagai Hasil pemeriksaan kadar vitamin C
reduktor adalah vitamin C. Kalium dalam buah naga merah secara
permanganat (KMnO4) dapat direduksi spektrofotometri yaitu 0,0151 % ± 0,0005.
oleh asam askorbat (Vitamin C) sehingga Sedangkan pemeriksaan kadar vitamin C
ion permanganat (MnO4-) yang murni secara spektrofotometri memberikan

70
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

hasil yaitu 12,400 % ± 0,0005. Pada absorbannya cepat larut. Kemudian larutan
pengukuran sampel buah naga merah ini, tersebut disaring dan filtrat dimasukkan ke
tidak diperhatikan faktor stabilitas asam dalam labu ukur 25 mL.
askorbatnya, sehingga kadar yang terukur Identifikasi vitamin B1 pada larutan
menjadi lebih kecil dari kadar sampel dapat dilakukan dengan
sesungguhnya. Penurunan kadar vitamin C menggunakan reaksi warna diantaranya
tersebut disebabkan adanya peningkatan reaksi tiokrom dan reaksi timbal asetat.
kegiatan enzim asam askorbat oksidase Dari hasil yang didapatkan pada reaksi
yang berperan dalam perombakan vitamin tiokrom larutan sampel berflouresensi biru
C akibat lamanya penyimpanan. Dengan ungu. Hal tersebut berarti sampel dan
lama penyimpanan, asam askorbat larutan baku pembanding positif
oksidase yang berperan dalam perombakan merngandung vitamin B1. Berdasarkan
vitamin C, aktivitasnya menurun. Reaksi hasil identifikasi dengan reaksi warna yang
perombakan vitamin C tersebut masih telah dilakukan sesuai dengan yang tertera
berlangsung tetapi berjalan lambat, pada literatur (Auterhooff & Kovar, 1987),
sehingga terjadi penurunan kadar vitamin membuktikan bahwa larutan sampel
C (Nurhayati et al., 2007). kacang hijau mengandung vitamin B1.
Sedangkan pada pengujian Tiamin yang ditambah dengan
terhadap vitamin B1, sampel yang kalium heksasianoferat (III) akan
digunakan untuk spektrofotometer visibel teroksidasi menghasilkan tiokrom yaitu
ditimbang sebanyak 25 g buah naga merah suatu senyawa yang berfluoresensi biru
yang telah dihaluskan kemudian (Sudjadi & Rohman, 2006). Penambahan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, NaOH dilakukan untuk mengubah tiamin
tambahkan 30 mL aquadest, hal ini hidroklorida menjadi basa bebasnya
dikarenakan kelarutan vitamin B1 tinggi dengan melepaskan molekul HCl. Selain
pada pelarut aquadest, kemudian aduk itu, HCl juga berfungsi sebagai pemberi
menggunakan vortex mixer selama 2-5 suasana basa pada reaksi pembentukan
menit dengan tujuan untuk meratakan tiokrom. Tiokrom terbentuk karena adanya
kelarutan vitamin B1, tambahkan aquadest oksidasi tiamin oleh kalium ferisianida
sampai tanda batas. Setelah itu larutan pada suasana basa. Kemudian n-butanol
disaring menggunakan kertas saring dan yang bertindak sebagai pelarut mampu
filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 50 menarik tiamin hingga terbentuk dua
mL kemudian cukupkan dengan aquadest lapisan. Hal ini disebabkan senyawa tiamin
sampai tanda batas, tunggu ± 1 jam. mudah larut atau bersifat polar terhadap
Untuk uji lanjut menggunakan alkohol. Adapun NaOH akan terpartisi ke
KLT ditimbang sebanyak 25 g kemudian fase air yang merupakan lapisan bawah
dimasukan ke dalam Erlemeyer 100 mL pada pemisahan ini dan selanjutnya
dan ditambahkan dengan 20 mL aquadest, dibuang.
kemudian diaduk selama 2-5 menit Identifikasi dengan reaksi timbal
dengan menggunakan vortex mixer asetat terbentuk endapan bewarna kuning.
kemudian disaring, setelah itu Hal tersebut berarti sampel dan larutan
ditambahkan pelarut metanol sebanyak 30 baku pembanding positif merngandung
mL. Tujuan penambahan metanol vitamin B1. Berdasarkan hasil identifikasi
dikarenakan vitamin B1 mudah larut dengan reaksi warna yang telah dilakukan
terhadap metanol dan memudahkan untuk sesuai dengan yang tertera pada literatur
mengidentifikasi sampel menggunakan (Auterhooff & Kovar, 1987),
menggunakan KLT karena mempercepat membuktikan bahwa larutan sampel
proses pengeringan pada plat untuk kacang hijau mengandung vitamin B1.
menghindari titik noda yang melebar Dalam hal ini larutan thiamin yang
karena kalau menggunakan aquadest saja dicampurkan dengan Pb-asetat 10 % dan

71
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

NaOH 6 N, agar dekomposisi thiamin penyangga pH yaitu dapar amonia (Rifany


melalui reaksi pertukaran basa yang et al., 2016).
melibatkan suatu nukleofilik dan Pada metode KLT digunakan plat
pemindahan gugus metilen dari bagian silika gel 60 F254. Penotolan dilakukan
pirimidin sehimgga menghasilkan warna secara manual dengan menggunakan pipa
kuning. Karena adanya Pb-asetat (logam) kapiler dengan ukuran volume 2 μL.
thiamin mudah terurai sehingga warna Bercak penotolan harus diusahakan sekecil
kuning yang telah dihasilkan akan mungkin dan penotolan harus hati-hati
mengendap menjadi coklat hitam. agar lapisan penyerap tidak rusak. Bila
Untuk uji lanjut, identifikasi sampel telah ditotolkan maka langkah
vitamin B1 pada sampel dapat digunakan selanjutnya adalah menggembangkan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). sampel dalam bejana kromatografi yang
Dalam hal ini dibuat 3 totolan pada satu terlebih dahulu dijenuhkan dengan uap
plat KLT, yaitu larutan pembanding fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng
vitamin B1, larutan sampel buah naga tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan
merah dan larutan pembanding + larutan ke dalam fase gerak kurang lebih 0,5 - 1
sampel. Hasil dari uji kualitatif cm. Fase gerak yang digunakan pada
menggunakan KLT memberikan bercak pemisahan ini yaitu metanol; air; asam
yang sama tinggi dan setelah dilakukan asetat; amoniak dengan perbandingan (5;
pengukuran maka didapatkan nilai Rf yang 4,5; 0,5; 0,75), alasan penggunaan
sama pada ketiga bercak yaitu 0,46. Jadi kombinasi pelarut karena dengan
dapat disimpulkan bahwa sampel buah menggunakan kombinasi pelarut diatas
naga merah yang diuji menggandung memberikan pemisahan senyawa yang
vitamin B1. lebih baik serta memberikan hasil tinggi
Uji kuantitatif pada penelitian kali bercak dan nilai Rf yang sama yaitu 0,46
ini digunakan metode spektrofotometri cm.
sinar tampak. Pada metode Pada penentuan panjang
spektrofotometri visibel menggunakan gelombang maksimum vitamin B1 didapat
kompleks asosiasi ion. Untuk absorban maksimum sebesar 0,463 pada
meningkatkan kelarutan senyawa panjang gelombang 431 nm. Setelah
kompleks vitamin B1 dengan biru didapatkan panjang gelombang serapan
bromotimol dalam air perlu ditambahkan maksimum kemudian diukur absorban
polyvinyl alkohol sebagai zat vitamin B1 pada konsentrasi 18, 20, 22, 24
pensolubilisasi yang merubah kompleks dan 26 µg/mL. Dari pengukuran ini
asosiasi ion yang bersifat hidrofob menjadi didapatkan persamaan garis lurus yaitu y =
bentuk misel, selain itu penambahan 0,04953x – 0,62689 dan koefisien korelasi
poliviny alkohol juga membentuk larutan (r) yaitu 0,99994.
tetap jernih sehingga perubahan warna Dari pengukuran kurva kalibrasi
dapat diamati dengan jelas. (Andayani et didapatkan simpangan baku (SD) 0,0014
al, 2011). batas deteksi (BD) 0,0883 µg/mL dan
Pengujian dilakukan pada daerah batas kuantitasi (BK) 0,2944 µg/mL. Batas
visible karena sampel menjadi bewarna. deteksi merupakan jumlah kecil analit
Reaksi antara indikator biru bromtimol dan dalam sampel yang dapat dideteksi dan
vitamin B1 tersebut dapat terjadi memberikan respon signifikan terhadap
tergantung terhadap pH, pH yang optimum blanko sedangkan batas kuantitasi adalah
adalah pada pH basa. Dalam reaksi jumlah terkecil analit yang masih dapat
tersebut terjadi perubahan warna menjadi mempengaruhi kriteria cermat dan
biru, hal ini terjadi pada pH dalam suasana seksama.
basa sehingga untuk mengontrol keasaman Hasil pemeriksaan kadar vitamin
larutan digunakan dapar sebagai B1 dalam buah naga merah secara

72
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

spektrofotometri sinar tampak yaitu ini tidak dilakukan proses pemasanan


0,1023 % ± 0,0002. Sedangkan sehingga kemungkinan zat aktif dalam
pemeriksaan kadar vitamin B1 murni sampel rusak karena proses oksidasi lebih
secara spektrofotometri memberikan hasil sedikit terjadi sehingga pengukuran
yaitu 27,5050 % ± 0,0002. Pada absorbannya dapat terserap optimal.
pengukuran sampel buah naga merah ini, Pada pengujian terhadap
tidak diperhatikan faktor stabilitas dari kandungan vitamin C dan B1 tidak
thiamin, sehingga kadar yang terukur menutup kemungkinan pula adanya zat
menjadi lebih kecil dari kadar lain dalam larutan sampel kandungan
sesungguhnya. Vitamin B1 (tiamin) adalah vitamin C dan B1 tidak menutup
salah satu dari macam vitamin yang kemungkinan pula adanya zat lain dalam
mempunyai tingkat kestabilan yang larutan sampel yang memungkinkan zat
kurang. Berbagai operasi pengolahan lain tersebut ikut terukur pada panjang
makanan dapat sangat mereduksi gelombang masing-masing vitamin baik
kandungan vitamin B1 dalam bahan vitamin C ataupun B1, sehingga ada
pangan. Panas, oksigen dan pH netral atau pengukuran kadar pada sampel tinggi. Hal
basa dapat mengakibatkan perusakan ini kemungkinan terjadi karena metoda
vitamin B1 ini sedangkan cahaya tidak yang digunakan dalam penelitian ini tidak
mengurangi vitamin ini. Thiamin ada dilakukan pemisahan atau pemurnian
merupakan vitamin larut air yang stabil terhadap zat aktif terlebih daluhu. Adanya
pada kondisi asam dan tidak stabil dalam faktor lain seperti faktor lain seperti faktor
kondisi netral atau basa (Deman, 1997). lingkungan (lahan, iklim dan cuaca, hama
Kemudian dari penelitian yang dll), cara penanaman, jenis bibit, cara
dilakukan terlihat bahwa pada pengujian pemanenan dan faktor-faktor lainnya juga
terhadap kandungan vitamin C dapat mempengaruhi perolehan kadar pada
mengandung perhitungan kadar rata-rata buah naga merah, bisa di dapatkan kadar
vitamin C dengan spektrofotometri yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dari
ultraviolet adalah 0,0151 % ± 0,0005, kadar yang sesungguhnya.
lebih sedikit dibandingkan vitamin B1 KESIMPULAN
yang mengandung perhitungan kadar rata-
rata vitamin B1 dengan spektrofotometri Dari data yang diperoleh dalam
sinar tampak adalah 0,1023 % ± 0,0002. penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
Menurut sifatnya vitamin C dalam
keadaan kering cukup stabil, tetapi dalam 1. Adanya kandungan vitamin C dan
keadaan larut, vitamin C mudah rusak vitamin B1 pada buah naga merah
karena bersentuhan dengan udara (Hylocereus polyrhizus) yang diuji
(oksidasi) terutama bila terkena panas secara kualitatif.
(Almatsier, 2001). Pada penelitian ini 2. Kadar vitamin C dalam buah naga
reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi merah (Hylocereus polyrhizus) dapat
spontan yaitu dengan adanya pengaruh ditentukan dengan metode
dari udara sekitar. Tidak menutup spektrofotometri ultraviolet dengan
kemungkinan terjadi oksidasi pada saat perhitungan kadar rata-rata vitamin C
melakukan pengukuran terhadap sampel adalah 0,0151 % .
sehingga jumlah yang didapatkan dari 3. Kadar vitamin B1 dalam buah naga
pengukuran lebih sedikit dari vitamin B1 merah (Hylocereus polyrhizus) dapat
karena vitamin B1 tidak mudah mengalami ditentukan dengan metode
oksidasi, tetapi vitamin B1 dapat rusak spektrofotometri sinar tampak dengan
karena pemanasan dalam larutan (Rifany perhitungan kadar rata-rata vitamin B1
et al., 2016). Sedangkan pada penelitian adalah 0,1023 %.

73
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 11, No. 1, 2019

Panjuantiningrum, F. (2009). Pengaruh


DAFTAR PUSTAKA Pemberian Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Yang Diinduksi Aloksan. (Tesis).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Surakarta: Fakultas Kedokteran
Arel , A., Martinus, A. B., Ningrum, A. S.,
Universitas Sebelas Maret.
(2017). Penetapan Kadar Vitamin C
Prakoso, L. O., Yusmaini, H., Thadeus, M. S.,
Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
& Wiyono, S. (2017). Perbedaan Efek
costaricensis (F.A.C Weber) Britton &
Ekstrak Buah Naga Merah
Rose) Dengan Metode
(Hylocereus Polyrhizus) Dan Ekstrak
Spektrofotometri UV-Visibel. Scientia
Buah Naga Putih (Hylocereus
7 (1), 1-5.
Undatus) Terhadap Kadar Kolesterol
Autherhoff, H., & Kovar, K. A. (1987).
Identifikasi Obat. (Edisi 4). Total Tikus Putih (Rattus Norvegicus).
Penerjemah: N. C. Sugiarso. Bandung: Jurnal Gizi Pangan. 12(3), 195-202.
ITB. Rahayu, S. (2014). Budidaya Buah Naga
Deman, J. M. (1997). Kimia makanan. Cepat Panen. Jakarta: Infra Hijau.
Penerjemah: K. Padmawinata. Risnayanti, Mulyani, S., Ratman. (2015).
Bandung: Penerbit ITB.
Analisis Perbedaan Kadar Vitamin C
Febriani, W., Sulaeman, A., & Setiawan, B.
(2016). Tepung Buah Naga Merah Pada Buah Naga Merah (Hylocereus
Dan Olahraga Memperbaiki Glukosa polyrhizus) dan Buah Naga Putih
Darah Dan Profil Lipid Darah Pada (Hylocereus undatus) Yang Tumbuh
Tikus Obes. Jurnal Gizi Pangan. 11 Di Desa Kolono Kabupaten Morowali
(3), 175-182. Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2012). Kimia Akad.Kim, 4 (02), 91-96.
Farmasi Analisis. (Cetakan IX). Rohim, A., Alimuddin, Erwin. (2016).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Analisis Kandungan Asam Askorbat
Kristanto, D. (2008). Buah Naga : Dalam Buah Naga Merah (Hylocereus
Pembudidayaan Di Pot dan Di Kebun. polyrhizus) Dengan Iodimetri. Jurnal
Depok: Penebar Swadaya. Kimia Mulawarman, 14 (01), 42 – 45.
Laili, M ., Alimuddin, Erwin. (2017). Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan
Penetapan Kadar Vitamin C Dalam Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka
Sirup Buah Naga Merah (Hylocereus Utama.
Polyrhizus) Dengan Variasi Waktu Wongsowijaya, S. (2017). Manfaat Buah
Penyimpanan. Jurnal Atomik, 02 (01), Naga, Melon, Semangka, Ketimun,
123 - 133. Markisa Bagi Kesehatan. Yogyakarta :
Liu, S., Zuhuyuan, Z., Qin, L., Hongqun, L., & Leutika Nouvalitera.
Wenxzu, Z. (2002).
Spectrophotometric determination
of vitamin B1 in a pharmaceutical
formulation using tryphenyl acid
dyes. J Pharma Biomed Anal, 30
(3), 665 - 94.
Pakaya, D. (2014). Peranan Vitamin C Pada
Kulit. Medika Tadulako. 1 (2), 45-54.

74

Anda mungkin juga menyukai