Anda di halaman 1dari 74

Konsep Pembangunan Dan Perluasan Kawasan Industri

Tanpa Alih Fungsi Lahan Pertanian


Guna Menjaga Sustainable Development
Dalam Rangka Ketahanan Nasional
Oleh: DR. Ir. Imam Haryono, M.Sc.
Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Jakarta, 25 September 2014
I PENDAHULUAN 3
II KONDISI KAWASAN INDUSTRI DI INDONESIA 13
III PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 27
IV RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI 35
V
IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DAN PERLUASAN
KAWASAN INDUSTRI
51
VI PENGATURAN KAWASAN INDUSTRI 59
VII PENUTUP 72
DAFTAR ISI
2
I. PENDAHULUAN
3
Kontribusi Industri Pengolahan Non-migas Terhadap
PDB Nasional Tahun 2013
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
4
Pertumbuhan Sektor Industri S.D. Tahun 2013 (%)
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
5
Neraca Perdagangan Produk Industri Indonesia dengan Negara Mitra Utama
(US$ Juta)
-6,000.00
-4,000.00
-2,000.00
0.00
2,000.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Korea
-15,000.00
-10,000.00
-5,000.00
0.00
5,000.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jepang
-1,000.00
-500.00
0.00
500.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Australia
-600.00
-400.00
-200.00
0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Selandia Baru
0.00
2,000.00
4,000.00
6,000.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
India
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pakistan
Sumber: BPS (2013), diolah Kemenperin
-20,000.00
-15,000.00
-10,000.00
-5,000.00
0.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
RRC
G. Ekspor: 14.3%
G. Impor: 30.7%
G. Ekspor: 11.5%
G. Impor: 33%
G. Ekspor: 15.6%
G. Impor: 6.5%
G. Ekspor: 15.6%
G. Impor: 17.8%
G. Ekspor: 4.1%
G. Impor: 28.6%
G. Ekspor: 7.5%
G. Impor: 45.7%
G. Ekspor: 7.9%
G. Impor: 6.7%
(5,000.00)
-
5,000.00
10,000.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012
ASEAN
G. Ekspor: 8.4%
G. Impor: 23.1%
6
Postur Populasi Industri (2011)
SCALE ESTABLISHMENT
Micro (Labor <5) 2,554,787
Small (5<=Labor<20) 424,284
Medium (20<=Labor<100) 16,295
Large (Labor >=100) 7,075
Micro and small manufacturing industries
account almost 99%
However, their contribution to industrial
value added is only 8%.
Micro and small industries are very important
as the seed to become larger industries.
Account only 2%
Entrepreneur of Micro and Small Industries
have higher eduction degree (Diploma
S1, S2, and S3) account only 2% of the
total.
This figure indicate capacity of micro and
small industries to absorb external
knowledge as well as to apply it, is very
limited.
7
Postur populasi industri yang kurang kuat
Jumlah industri besar dan sedang terlalu sedikit
Industri mikro dan kecil sangat banyak namun tidak terkait dengan Industri Besar / Sedang
* Sumber: Bappenas
Posisi Bea Masuk Indonesia (MFN) dibanding 7 Negara Anggota G-20 (2010) Sudah Sangat Rendah
Tantangan Yang Dihadapi Dari Sisi Perdagangan Internasional
Sumber : WTO, 2010 diolah DJ KII Kemenperin
MFN untuk Produk Non-Agriculture (2010)
MFN untuk Produk Pertanian (2010)
NB: Besaran diameter bola
mengindikasikan besaran
PDB suatu negara
9
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Non Migas
Kontribusi Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas masih
sangat dominan, namun demikian menunjukkan kecenderungan yang terus
menurun. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai
bergeser ke luar Pulau Jawa.
No Wilayah 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Sumatera 15.28 16.65 17.16 17.74 18.14 17.58 17.56 18.08 18.36 19.10 19.96 20.20 20.42 21.20
2 Kalimantan 4.20 4.02 3.98 3.81 3.78 3.53 3.34 3.32 3.27 3.25 3.16 3.15 3.24 3.28
3 Jawa 77.47 76.30 75.86 75.47 75.08 76.04 76.26 75.72 75.37 74.48 73.65 73.42 73.05 71.95
4 Bali 0.50 0.51 0.54 0.52 0.51 0.49 0.50 0.52 0.54 0.57 0.56 0.54 0.55 0.56
5 Nusa Tenggara 0.20 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.18 0.18 0.18 0.19 0.19 0.18 0.18 0.21
6 Sulawesi 1.99 1.98 1.94 1.95 1.97 1.87 1.87 1.89 1.99 2.08 2.15 2.19 2.24 2.41
7 Maluku 0.14 0.13 0.12 0.11 0.10 0.09 0.09 0.09 0.08 0.10 0.10 0.10 0.10 0.12
8 Papua 0.21 0.21 0.21 0.22 0.22 0.21 0.21 0.21 0.21 0.23 0.23 0.24 0.23 0.27
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
No Wilayah 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jawa 77.47 76.30 75.86 75.47 75.08 76.04 76.26 75.72 75.37 74.48 73.65 73.42 73.05 71.95
2 Luar Jawa 22.53 23.70 24.14 24.53 24.92 23.96 23.74 24.28 24.63 25.52 26.35 26.58 26.95 28.05
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
10
Sumber : BPS, diolah DJ PPI Kemenperin, 2014
Peta Perkembangan Industri KBI KTI)
KAWASAN TIMUR INDONESIA
LUAS : 67,52 %
PENDUDUK : 18,68 %
UU INDUSTRI : 4,44 %
KAWASAN BARAT INDONESIA
LUAS : 32,48 %
PENDUDUK : 81,32 %
UU INDUSTRI : 95,56 %
PULAU JAWA
LUAS : 7,0 %
PENDUDUK : 60 %
UU INDUSTRI : 90 %
REGIONAL
INEQUALITY
(Ketidakseimbangan
pembangunan daerah)
11
Government, 6%
Private, 94%
Persebaran Kawasan Industri Menurut Wilayah dan Kepemilikan
Persebaran Kawasan Industri
Kepemilikan Kawasan Industri
12
II. KONDISI KAWASAN INDUSTRI
DI INDONESIA
13
......perkembangan Kawasan Industri di Indonesia
G- 1
1970-1989
Permendagri No. 5/1974 ttg penyediaan dan pemberian tanah
untuk keperluan perusahaan
Kawasan industri hanya dapat dimiliki dan dikelola oleh
BUMN/BUMD
G-2
1989-2009
Keppres No.53/1989 diperbaharui menjadi Keppres No. 41/1996 ttg
kawasan industri
Membuka kesempatan kepada swasta nasional/asing berusaha
kawasan industri
Pemerintah berperan dalam pengawasan dan pengendalian
..namun banyak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan
14
..dibutuhkan pembangunan kawasan industri
yang modern
G-3
Mulai tahun 2010
PP No.24/2009 ttg kawasan industri
Mewajibkan industri berlokasi di kawasan industri
Berorientasi bukan pada penjualan lahan, tetapi ke
arah pelayanan (services)
Fokus pada pengembangan industri tertentu
Didukung oleh fasilitas infrastruktur terpadu
Berwawasan lingkungan
Inovatif dengan ketersediaan lembaga litbang
industri
Didukung lembaga pendidikan untuk
pengembangan sumber daya manusia
Dilengkapi dengan fasilitas sarana penunjang
(kawasan pemukiman, komersial, rekreasi dan
penghijauan)
15
PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI (KEK) TAHUN 2011
Luas Lahan Kawasan Industri di
Beberapa Pulau Besar Indonesia pada Tahun 2013
Sumber : Hasil Survey 2013
No Kawasan Industri
Jumlah
Kawasan
Industri
Luas Lahan
Kawasan Industri
(Ha)
Persentase
Luas (%)
1 Jawa 55 22,795.90
75.89
2 Sumatera 16 4,493.45
14.96
3 Sulawesi 2 2,203.00
7.33
4 Kalimantan 1 546.00
1.82
Total 74 30,038.35
100.00
Kawasan industri terkonsentrasi di Pulau Jawa ..!
16
Sumber : Hasil Survey 2013
Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi
No. Wilayah Jumlah Luas Area
(Ha)
Persentase
Luas (%)
1 DKI Jakarta 3 1,089.60 3.63
2 Banten 16 6,195.30 20.62
3 Jawa Barat 23 11,881.00 39.55
4 Jawa Tengah 6 1,445.00 4.81
5 Jawa Timur 7 2,185.00 7.27
6 Riau dan Kepulauan 11 2,666.40 8.88
7 Sumatera Utara 3 1,326.81 4.42
8 Sumatera Barat 1 200.00 0.67
9 Lampung 1 300.24 1.00
10 Sulawesi Selatan 1 703.00 2.34
11 Sulawesi Tengah 1 1,500.00 4.99
12 Kalimantan Timur 1 546.00 1.82
Total 74 30,038.35 100.00
Kawasan industri terkonsentrasi di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Kepulauan
Riau ....!
17
Peran Kawasan Industri
Estimasi Nilai Ekspor US$ 61,45 miliar
(41% dari nilai total ekspor non migas
Tahun 2013)
Estimasi Nilai Investasi Rp 30,7 Triliun
utk PMDN dan US$ 9,5 milliar utk PMA
(60% dari total investasi tahun 2013)
Estimasi Penerimaan Negara US$ 938
juta (PBB, PPN, PPh)
18
Sumber : Collier International Indonesia, 2013
Catatan : Pada tahun 2012 peningkatan penjualan lahan kawasan industri yang berada di
Luar Pulau Jawa, yaitu di Sumatera mencapai 244 Ha
Penurunan penjualan lahan pada tahun 2012 diakibatkan oleh terbatasnya
pasokan lahan (khususnya di JABOTABEK, Karawang, Serang)
Perkembangan Penjualan Lahan Kawasan Industri
19
Sumber : Collier International Indonesia, 2013
Permintaan Lahan yang Cenderung Meningkat,
Sementara Pasokan Lahan Cenderung Konstan
20
Sumber : Collier International Indonesia, 2013
Harga Jual Lahan Kawasan Industri Cenderung Meningkat
21
Perbandingan Harga Lahan Kawasan Industri
di Beberapa Negara
No. Negara Harga Lahan (US
$/m2)
Sewa Lahan (US
$/m2/Bulan)
1 Korea Selatan 267 0,19
2 Beijing 71-87 4,75-7,12
3 Shanghai 158 3,56
4 Guangzhou 95 2,37-6,33
5 Hong Kong 299 -
6 Taipei 1.350 1,98
7 Singapura 189,94-651,21 0,96-2,85
8 Kuala Lumpur 20-25 -
9 Bangkok 119 6,95
10 Jakarta 191 19,1
11 Manila 52-102 2-6
Sumber : JETRO, 2012
22
Kawasan Industri di Indonesia (Jabotabek, Karawang
dan Purawakarta) relatif kurang memiliki daya saing
dibandingkan dengan negara-negara pesaing
terutama ditinjau dari harga lahan kawasan industri.
Daya Saing Kawasan Industri
23
Perbandingan Tingkat Daya Saing Tahun 2010 dan 2013
Sumber : JETRO, 2012
Jakarta
Kondisi Tahun 2010
Kondisi Tahun 2013
24
Pengembangan Kawasan Industri di Luar Negeri
1) Kawasan industri merupakan alat pemerataan,
2) Pemerintah beranggapan bahwa investasi di
kawasan industri sama dengan investasi fasilitas
umum, dan
3) Swasta lebih berorientasi profit dan tidak mungkin
dibebani tugas-tugas pemerataan dan penyediaan
fasilitas umum
25
Negara Pemerintah Swasta
Malaysia, 285 KI 78 % (Pusat dan Lokal) 22 %
Jepang 85 % 15 %
Korea Selatan, 300 KI 70 % (Pusat dan Lokal) 30 %
Taiwan 90 % 10 %
Singapura 85 % 15 %
Thailand, 27 KI 48 % 52 % (kerjasama
Pemerintah dan Swasta)
Pilipina, 20 KI 30 % (Pusat dan Lokal) 70 %
Indonesia 6 % 94 %
Sumber : ULI (1975) dan Dirdjojuwono (2004)
Catatan : Persentase menyatakan kontribusi dalam bentuk penanaman modal
Peran Pemerintah dan Swasta dalamPengembangan Kawasan
Industri di Beberapa Negara Asia
26
III. PROSPEK PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI
27
Kawasan industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri yang telah memiliki Izin
Usaha Kawasan Industri.
Pengertian Kawasan Industri
28
1) Mengendalikan pemanfaatan ruang;
2) Meningkatkan upaya pembangunan industri yang
berwawasan lingkungan;
3) Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
4) Meningkatkan daya saing industri
5) Meningkatkan daya saing investasi; dan
6) Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan
pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar
sektor terkait;
Tujuan Pembangunan Kawasan Industri
29
a. Luas lahan kawasan industri paling rendah 50 (lima puluh)
hektar dalam satu hamparan;
b. Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro,
kecil, dan menengah paling rendah 5 (lima) hektar dalam
satu hamparan;
c. Perusahaan di dalam kawasan Industri dapat diberikan
fasilitas kepabeanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepabeanan;
d. Fasilitas perpajakan terhadap kawasan industri dan
perusahaan industri di dalam kawasan industri diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dibidang perpajakan.
Spesifikasi dan Fasilitasi Kawasan Industri
30
Sumber Daya Alam
Produksi terbesar minyak sawit di dunia 28 jt ton/thn
Produksi biji Kakao 770 rb ton/thn. Terbesar ke-2 di dunia
Produksi Karet lebih dari 3 juta ton/thn
Produksi Kopi lebih dari 670 ribu ton/thn
Produksi Perikanan laut 5,5 miliar ton/thn
Cadangan gas alam 165 TCF dengan tingkat produksi 3 TCF pertahun
Eksporter batubara terbesar kedua di dunia, dengan total kandungan lebih dari 100 miliar ton
Produksi timah 65 rb ton/thn, terbesar ke-2 di dunia
Produksi nikel 229 ribu ton, terbesar ketiga dunia
Penyimpan cadangan bauksit terbesar ke-7 di dunia, produsen terbesar ke-4 dunia
Penyimpan 40% sumber daya panas bumi dunia (terbesar di dunia)
Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk no. 4 terbanyak di dunia (potential market)
Bonus Demografi dimana lebih banyak penduduk dengan usia produktif
Prospek pengembangan kawasan industri di Indonesia ke
depan sangat besar karena didukung oleh:
31
Tantangan Kawasan Industri
Tantangan di Pulau Jawa
Keterbatasan lahan untuk
pembangunan dan pengembanganan
Daya dukung yang terbatas
(sumber daya air)
Masalah Lingkungan dan Sosial
Tantangan di Luar Pulau Jawa
Kemampuan tenaga kerja dan SDM
industrial yang terlatih di daerah kurang
baik
Belum semua Kabupaten/Kota telah
mempersiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) khususnya kawasan peruntukan industri
Minat swasta untuk membangun kawasan
industri masih kurang
Infrastruktur pendukung seperti jalan, rel
kereta api, pelabuhan dan sebagainya dirasa
kurang memadai
32
Arah Pengembangan Kawasan Industri
Kawasan Industri di Pulau Jawa
Pengembangan kawasan-kawasan industri yang sudah ada, dan
mendorong pembangunan kawasan industri yang baru diarahkan
pada industri-industri berbasis teknologi tinggi
Kawasan industri yang saat ini menampung perusahaan yang
beraneka ragam diarahkan untuk fokus pada pengembangan jenis
industri tertentu.
Kawasan industri di Jawa Barat : fokus pada industri permesinan dan
teknologi tinggi.
Kawasan industri di Banten : fokus pada industri kimia dan besi baja
Kawasan industri di Jawa timur : fokus pada pengembangan industri
petrokimia dan industri penunjang migas.
Kawasan industri di Jawa Tengah : fokus pada pengembangan industri
padat karya seperti tekstil dan sepatu.
33
Arah Pengembangan Kawasan Industri
Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa
Pengembangan kawasan-kawasan industri baru yang
diarahkan pada industri-industri berbasis sumberdaya
alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi
geografi yang strategis
Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan
program MP3EI untuk membangun pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi
34
IV. RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI
35
1. Meningkatkan peranan pemerintah dalam
mengembangkan kawasan industri.
2. Membangun kawasan industri yang terintegrasi
dengan sektor lain termasuk perumahan dan rumah
sakit untuk buruh.
3. Membangun kawasan industri yang fokus pada
komoditi tertentu.
4. Membangun kemampuan SDM dan Pusat Inovasi.
Upaya Peningkatan Daya Saing Kawasan Industri
36
Apa yang harus dilakukan ?
Kemenperin terus mendorong pengembangan
kawasan-kawasan industri yang baru, terutama ke
luar P. Jawa.
Kementerian Perindustrian harus melakukan
intervensi dengan cara pembangunan kawasan
industri. Hal ini dimungkinkan apabila swasta tidak
berminat dan Pemerintah perlu melakukan
percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke
seluruh NKRI (Undang-Undang No. 3/2014 tentang:
Perindustrian).
37
Pengaturan: (Pasal 62-Pasal 63)
1. Menteri Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya infrastruktur Industri.
2. Infrastruktur Industri paling sedikit meliputi:
a. lahan Industri berupa Kawasan Industri dan/atau kawasan peruntukan Industri;
b. fasilitas jaringan energi dan kelistrikan;
c. fasilitas jaringan telekomunikasi;
d. fasilitas jaringan sumber daya air;
e. fasilitas sanitasi; dan
f. fasilitas jaringan transportasi.
3. Penyediaan infrastruktur Industri dilakukan melalui:
a. pengadaan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang pembiayaannya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b. pola kerja sama antara Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan swasta, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dan swasta; atau
c. pengadaan yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta.
4. Untuk mendukung kegiatan Industri yang efisien dan efektif
di wilayah pusat pertumbuhan Industri dibangun Kawasan Industri sebagai infrastruktur Industri
yang harus berada pada kawasan peruntukan Industri sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
5. Pembangunan Kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha swasta, badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau koperasi.
6. Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai pembangunan Kawasan Industri.
UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
38
1. Hal tertentu : kondisi pada saat pihak swasta tidak
berminat atau belum mampu membangun kawasan
industri, sementara Pemerintah perlu mempercepat
industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan
industri dengan mempertimbangkan geoekono-
mi, geopolitik dan geostrategis
2. Memprakarsai : melakukan investasi langsung untuk
membangun kawasan industri
Penjelasan (Pasal 63 Ayat 4)
39
Sasaran Penyebaran Industri
Jawa
72%
Luar Jawa
28%
Penyebaran Industri 2013
Jawa
60%
Luar Jawa
40%
Penyebaran Industri 2035
40
...... konsentrasi industri didorong ke luar jawa
Kebutuhan Lahan Industri
41
Uraian
Tahun
2015-2020 2020-2025 2025-2035
Kebutuhan lahan kawasan industri
(Ha)
6.000 9.000 35.000
Kebutuhan lahan non-kawasan
industri di dalam Kawasan
Peruntukan Industri (Ha)
4.000 6.000 25.000
Total Kebutuhan Lahan Industri (Ha) 10.000 15.000 60.000
Jumlah Kawasan Industri yang akan
dibangun (unit)
4 6 26
Sumber : Draft RPP Rencana Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)
2015-2035
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR NUSA TENGGARA, MALUKU DAN PAPUA
42
No Kawasan Industri Industri
Champion
Kebutuhan
Lahan (Ha)
Kebutuhan
Energi (Mw)
Fasilitasi
DJ PPI
1 Halmahera Timur Ferronikel 300
60 MP
2 Halmahera Tengah Ferronikel
3
Teluk Bintuni (Papua
Barat)
Industri Migas
2,000
400 MP, Renstra
4 Kupang (NTT) Industri Logistik
dan Perkapalan
Masih kajian
thn 2014
5
Sorong, Papua Industri Migas
Catatan: MP = Master Plan, FS = Feasibility Study
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR SULAWESI
43
No Kawasan Industri Industri
Champion
Kebutuhan
Lahan (Ha)
Kebutuhan
Energi (Mw)
Fasilitasi
DJ PPI
1 Gowa, SULSEL Kakao
842.1 168.42 Renstra
2 Palu, SULTENG Rotan 1500
300 Renstra
3 Bitung, SULUT Warehouse 610
122 DED
4 Jeneponto, SULSEL Garam 850
170 MP
5 Takalar (SulSel) Industri Ferronikel
5,000 1,000 MP, Renstra
6 Pomala (Sulawesi
Tenggara)
Industri Ferronikel
Masih kajian
thn 2014
7 Morowali (Sulawesi
Tengah)
Industri Ferronikel
8 Bantaeng (Sulawesi
Selatan)
Industri Ferronikel
Masih kajian
thn 2014
9 Konawe (Sulawesi
Tenggara)
Industri Ferronikel
Masih kajian
thn 2014
Catatan: MP = Master Plan, FS = Feasibility Study
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR KALIMANTAN
44
No Kawasan Industri Industri
Champion
Kebutuhan
Lahan (Ha)
Kebutuhan
Energi (Mw)
Fasilitasi
DJ PPI
1
Landak (Kalimtan Barat) Industri Karet
2,000
400 MP, Renstra
2
Tayan (Kalimantan
Barat)
Industri Alumina
2,000
400 MP, Renstra
3 Batu Licin
(Kalimantan Selatan)
Besi Baja 530
106 Renstra
4 Kariangau
(Kalimantan Timur)
Minyak dan Gas 1 989.5
397.90 Renstra
5 Ketapang
(Kalimantan Barat)
Industri Agro
Masih kajian
thn 2014
6 Nunukan
(Kalimantan Utara)
Industri Hilir CPO
Masih kajian
thn 2014
7 Tarakan (Kalimantan
Utara)
Industri
Petrokimia
Masih kajian
thn 2014
8 Maloy (Kalimantan
Timur)
Industri Hilir CPO
Pemprov
KALTIM
Catatan: MP = Master Plan, FS = Feasibility Study
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR SUMATERA
45
No Kawasan Industri Industri
Champion
Kebutuhan
Lahan (Ha)
Kebutuhan
Energi (Mw)
Fasilitasi
DJ PPI
1 Sei Mangkei, SUMUT Kelapa Sawit 2 002
400.40 MP, Renstra,
FS Ekon &
Finansial
2 Tanjung Api-Api,
SUMSEL
Gasifikasi
Batubara
4 044.6
808.92 Renstra
3 Sei Bamban, SUMUT Karet 112.5
22.50 MP
4 Tanjung Buton, RIAU Oleokimia 5000
1,000 MP
5 Bangka, BABEL Timah 765.4
153.08 MP
6
Kuala Tanjung, SUMUT Industri Alumina
1,000
200 MP, Renstra
7
Tanggamus, LAMPUNG Industri Maritim
3,500
700 MP, Renstra
8
Muara Enim, SUMSEL Industri Karet
600
120 MP, Renstra
9 Palembang, SUMSEL Industri
Masih kajian
thn 2014
10 Banda Aceh, ACEH Industri Agro
Catatan: MP = Master Plan, FS = Feasibility Study
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR JAWA
46
No Kawasan Industri Industri Champion Kebutuhan Lahan
(Ha)
Kebutuhan Energi
(Mw)
Fasilitasi
DJ PPI
1 Cilamaya, Karawang Otomotif
1100.0 220 Renstra
2 Kendal, JATENG Tekstil
795.6 159.12 Renstra
3 Jombang, JATIM Alas Kaki
818.2 163.64 MP
4 Gresik, JATIM Petrokimia
285.0 57 MP
5 Lamongan, JATIM Perkapalan
950.0 190 BP, FS
6 Kulonprogo, DIY Besi Baja
2 646.0 529.20 MP
7 Majalengka, JABAR Tekstil
877.0 175.40 MP
8 Boyolali, JATENG Tekstil
282.0 56.40 MP, DED
9 Subang, JABAR Industri Teknologi
TInggi
3,000 600 MP, Renstra
10 Tuban, JATIM Industri Kimia
200 40 MP, Renstra
11 Kulonprogo, DIY Industri Besi Baja
300 60 MP, Renstra
12 Demak, JATENG Industri Alumina
300 60 MP, Renstra
13 Banyuwangi, JATIM Industri Aneka
Dalam kajian
14 Majalengka, JABAR Industri Tekstil
Dalam kajian
15 Bangkalan, JATIM Industri Aneka
Dalam kajian
Catatan: MP = Master Plan, FS = Feasibility Study
Halmahera Timur (Buli) :
Industri Ferronikel
Teluk Bintuni: Industri
Petrokimia
Halmahera Tengah (Wade
Bay) : Industri Ferronikel
Sorong : Industri
Petrokimia
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR EKONOMI PAPUA DAN KEP. MALUKU
47
Gowa: Agroindustri
Palu: Agroindustri
Bitung : Logistik
Soroako: Industri
Ferronikel
Takalar: Industri Minyak dan
Gas
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI
Morowali: Industri
Ferronikel
Bantaeng :
Ferronikel
48
Pomala : Industri
Ferronikel
Konawe: Industri
Ferronikel
Jeneponto: Industri Garam
Maloy: Industri
Turunan CPO
Mempawah dan Tayan : Industri Smelter/
Chemical Grade Alumina
Batu Licin: Industri
Besi Baja
Kariangau: Industri
Turunan CPO
Landak: Industri Berbasis
Agro
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN
Ketapang: Industri Berbasis
Agro
Puruk Cahu: Industri
Berbasis Batubara
49
Nunukan: Industri
Agro
Tarakan: Industri
Petrokimia
Sei Mangkei : Industri Turunan CPO
Dumai: Industri Turunan CPO
Bangka: Industri Timah
Muara Enim: Gasifikasi Batu Bara
Tanggamus: Industri Maritim
Kuala Tanjung: Industri Alumina
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR EKONOMI SUMATERA
50
Palembang : Industri Agro
Sei Bamban: Industri Agro
Banda Aceh: Industri Agro
Tanjung Buton: Industri Turunan
CPO
Jabodetabek (termasuk
Subang, Karawang,
Purwakarta): Industri
Permesinan dan Alat
Transportasi
Majalengka: Industri Tekstil
Semarang : Industri Tekstil
Kulon Progo: Industri Besi Baja
Gresik: Industri Petrokimia
Jombang: Industri
Perkapalan
Bandung: Industri Telematika
Boyolali: Industri Tekstil
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
DI KORIDOR EKONOMI JAWA
51
Bangkalan: Industri Aneka
Lamongan: Industri
Perkapalan
Banyuwangi: Industri
Aneka
Tuban: Industri Kimia
Kendal: Industri Tekstil
V. IZIN USAHA KAWASAN
INDUSTRI DAN PERLUASAN
KAWASAN INDUSTRI
52
IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI dan
IZIN PERLUASAN KAWASAN INDUSTRI
Permenperin No 5 Tahun 2014 atau Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor : 05/M-IND/PER/2/
2014 Tentang: Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Kawasan Industri (IUKI) dan Izin Perluasan Kawasan
Industri (IPKI)
53
KI berlokasi di Kab/Kota Bupati/Walikota
KI berlokasi di lintas
wilayah Kab/Kota
Gubernur
KI berlokasi di lintas
wilayah Prov. Dan berstatus
Penanaman Modal Asing
(PMA)
Menteri
Kewenangan Pemberian IUKI dan PIKI
54
Pemohon IUKI
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
3. Koperasi
4. Badan Usaha Swasta
1. Perusahaan KI eksisting sebelum
Berlaku PP 24 Tahun 2009
2. Perusahaan KI dengan luas lahan Min 20
Ha
55
Ijin Prinsip
a. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan yang
telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM
atau oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Koperasi bagi
pemohon yang berstatus Koperasi, dan
khusus untuk PMA melampirkan persyaratan
yang ditetapkan oleh Kepala BKPM;
b. Fotokopi NPWP kecuali untuk PMA;
c. Sketsa Rencana Lokasi (Desa, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi); dan Surat
Pernyataan bahwa Rencana Lokasi terletak
dalam Kawasan Peruntukan Industri sesuai
RTRW.
Jika berkas lengkap, maka Pejabat dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) mengeluarkan Persetujuan Prinsip dengan
menggunakan Formulir Model PIK-I
Memiliki Izin Gangguan;
Memiliki Izin Lokasi;
Melaksanakan
penyediaan/penguasaan tanah;
Memiliki Izin Lingkungan;
Melakukan penyusunan
Rencana Tapak Tanah;
Melakukan pematangan tanah;
Melaksanakan perencanaan
dan pembangunan Prasarana
dan Sarana Penunjang;
Memiliki Tata Tertib Kawasan
Industri; dan
Menyediakan lahan bagi
kegiatan UMKM.
Paling lama 2 tahun wajib
telah
Pengurusan IUKI
56
IPKI
diberikan apabila
1. Memiliki Izin Lingkungan Perluasan
2. Memiliki Izin Lokasi Perluasan
3. Lahan yang direncanakan sebagai areal perluasan telah
dikuasai dan dibuktikan dengan Surat Pelepasan Hal
(SPH) atau sertifikat
4. Berada dalam Kawasan Peruntukan Industri
Pejabat dalam Pasal 3
ayat (1) atau (2)
Pemeriksaaan
Tim Penilai KI
BAP
Form PIK-II
Disetujui
Ditolak
Surat
Penundaan
Form PIK-V
Melengkapi
Persyaratan
Tidak
Melengkapi
Persyaratan
Diperoleh
IPKI Form PIK-IV bagi Pemohon IPKI
Surat
Penolakan
Form PIK-VI
57
Hak
Perusahaan Kawasan Industri berhak mendapatkan imbalan/ pendapatan atas jasa pengusahaan
Kawasan Industri terhadap kegiatan antara lain:
1. penjualan/penyewaan kaveling industri maupun bangunan industri;
2. pengoperasian dan pemeliharaan Prasarana dan Sarana Penunjang;
3. pengamanan kawasan industri; dan
4. penyediaan jasa informasi.
Kewajiban
Setiap Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri dan/atau Izin
Perluasan Kawasan Industri wajib:
1. membantu mengurus permohonan Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri bagi
perusahaan industri yang berada dalam Kawasan Industri;
2. mematuhi ketentuan dalam RKL dan RPL yang telah disetujui Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota;
3. memberlakukan ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri bagi Perusahaan Industri yang
berada di dalam Kawasan Industri;
4. menyampaikan data Kawasan Industri dua kali dalam setahun;
5. melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan kerja di lingkungan
Kawasan Industri.
Hak dan Kewajiban Perusahaan Kawasan Industri
58
VI. PENGATURAN KAWASAN
INDUSTRI
59
Keppres Nomor 53 Tahun 1989
tentang Kawasan Industri
1. Pembangunan kawasan industri bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan industri, memberikan kemudahan untuk kegiatan
industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan
industri, dan menyediakan fasilitas lokasi industri yang
berwawasan lingkungan;
2. Pemberian izin lokasi suatu kawasan industri dilakukan sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan pemerintah
daerah setempat;
3. Pembangunan kawasan industri agar tidak mengurangi
areal tanah pertanian dan tidak dilakukan di atas tanah yang
mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber daya
alam dan warisan budaya;
4. Mengatur kewajiban-kewajiban perusahaan kawasan industri.
60
Keppres Nomor 33 Tahun 1990
tentang Penggunaan Tanah bagi Pembangunan Kawasan Industri
1. Pencadangan tanah atau pemberian izin lokasi dan izin
pembebasan tanah bagi setiap perusahaan industri, dilakukan
dengan ketentuan:
a. Tidak mengurangi areal tanah pertanian;
b. Tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama
untuk melindungi sumber daya alam dan warisan budaya;
c. Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah setempat.
2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan kawasan industri juga
tidak dapat dilakukan pada :
a. Kawasan pertanian (kawasan tanaman pangan tanah
basah, berupa sawah dengan pengairan dari jaringan irigasi,
tanah berpotensi irigasi yang dicadangkan untuk usaha tani
dengan fasilitas irigasi);
b. Kawasan hutan produksi;
c. Kawasan lindung.
61
Pasal 3, PP No. 24/2009 tentang Kawasan Industri
(1) Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintas provinsi
dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
(2) Pembangunan Kawasan Industri di wilayah Provinsi DKI Jakarta
dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Ibukota
Negara.
(3) Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintas
kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi.
(4) Pembangunan Kawasan Industri di wilayah kabupaten/kota
dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
62
Pasal 7, PP No. 24/2009 tentang Kawasan Industri
(1) Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri wajib
berlokasi di Kawasan Industri.
(2) Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan bagi:
a. Perusahaan Industri yang menggunakan Bahan Baku khusus
dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus.
b. Industri kecil dan Industri menengah.
c. Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri dan
berlokasi di daerah kabupaten/kota yang belum memiliki
Kawasan Industri atau telah memiliki Kawasan Industri tetapi
seluruh kaveling Industri dalam Kawasan Industrinya telah
habis.
63
Pasal 106, UU No.3/2014 tentang Perindustrian
(1) Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri wajib berlokasi di
Kawasan Industri (juga pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 24/2009).
(2) Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi Perusahaan Industri yang akan menjalankan Industri dan
berlokasi di daerah kabupaten/kota yang:
a. belum memiliki Kawasan Industri;
b. telah memiliki Kawasan Industri tetapi seluruh kaveling Industri dalam
Kawasan Industrinya telah habis;
(3) Pengecualian terhadap kewajiban berlokasi di Kawasan Industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi:
a. Industri kecil dan Industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas; atau
b. Industri yang menggunakan Bahan Baku khusus dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus.
(4) Perusahaan Industri yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
Perusahaan Industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
wajib berlokasi di kawasan peruntukan Industri.
(5) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.
64
Pasal 63, UU No.3/2014 tentang Perindustrian
(1) Untuk mendukung kegiatan Industri yang efisien dan
efektif di wilayah pusat pertumbuhan Industri dibangun
Kawasan Industri sebagai infrastruktur Industri.
(2) Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus berada pada kawasan peruntukan Industri
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
(3) Pembangunan kawasan Industri dilakukan oleh badan
usaha swasta, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, atau koperasi.
(4) Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai
pembangunan kawasan Industri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kawasan Industri diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
65
Kawasan Peruntukan Industri (KPI) adalah
wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan industri dengan tidak mengganggu
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau
tidak mengubah lahan produktif
Pengertian Kawasan Peruntukan Industri
66
Pasal 69, PP No. 26/2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(1) Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan
kriteria:
a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan industri;
b. tidak mengganggu kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan/atau
c. tidak mengubah lahan produktif.
(2) Kriteria teknis kawasan peruntukan industri
ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang industri.
67
Permenperin Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
1. Pedoman Teknis Kawasan Industri dimaksudkan untuk dijadikan
sebagai acuan dan pedoman bagi aparatur Pemerintah Daerah,
dunia usaha dan pihak-pihak berkepentingan dalam melaksanakan
pembinaan dan pengembangan kawasan industri, termasuk
penerbitan izin dan melihat peluang investasi di bidang kawasan
industri di daerah.
2. Tujuannya adalah agar kawasan industri dikembangkan sesuai
dengan tata ruang, meminimalisasi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan hidup,
berdaya guna dan berhasil guna, sehingga pada gilirannya mampu
menarik peluang investasi bagi pengembangan industri di daerah.
3. Isi dari Pedoman Teknis mencakup:
a. Konsepsi dasar pengembangan kawasan industri
b. Perencanaan pengembangan kawasan industri
c. Pembangunan kawasan industri
d. Pengelolaan kawasan industri
68
Permenperin Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kawasan Industri:
a. Kesesuaian Tata Ruang
b. Ketersediaan Prasarana dan Sarana
c. Ramah Lingkungan
d. Efisiensi
e. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha
2. Kriteria Lokasi Kawasan Industri
a. Jarak ke pusat kota (minimal 10 Km dari pusat kota)
b. Jarak terhadap permukiman (minimal 2 (dua) Km dari lokasi kegiatan
industri)
c. Jaringan jalan yang melayani
d. Jaringan fasilitas dan prasarana (jaringan listrik, jaringan telekomunikasi,
pelabuhan laut)
e. Topografi
f. Jarak terhadap sungai atau sumber air bersih (memiliki akses ke sumber air
permukaan)
g. Kondisi lahan
h. Ketersediaan lahan
i. Harga Lahan
j. Orientasi Lokasi
k. Pola Tata Guna Lahan
l. Mulitiplier Effects
69
Permenperin Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
2. Kriteria Lokasi Kawasan Industri
g. Kondisi lahan
1) Daya Dukung Lahan
2) Kesuburan Lahan
Tingkat kesuburan lahan merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi
peruntukan kawasan industri. Apabila tingkat kesuburan lahan tinggi
dan baik bagi kegiatan pertanian, maka kondisi lahan seperti ini
harus tetap dipertahankan untuk kegiatan pertanian dan tidak
dicalonkan dalam pemilihan lokasi kawasan industri.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konversi lahan yang dapat
mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas pertanian,
sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi masyarakat dan dalam
jangka panjang sangat dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
pangan (food security) di daerah-daerah.
Untuk itu dalam pengembangan industri, pemerintah daerah harus
bersikap tegas untuk tidak memberikan ijin lokasi industri pada lahan
pertanian, terutama areal pertanian lahan basah (irigasi teknis).
70
Kriteria Teknis Kawasan Industri
(Permenperin No. 35/2010)
71
No Kriteria Penetapan Faktor Pertimbangan
1 Jarak terhadap permukimam Minimal 2 km
2 Jaringan jalan yang melayani Arteri primer
3 Jaringan yang melayani Jaringan listrik
Jaringan telekomunikasi
4 Prasarana angkutan Tersedia pelabuhan laut/outlet
(ekspor/ impor)
5 Topografi/kemiringan Maksimal 0 15 derajat
6 Jarak terhadap sungai Maksimal 5 km dan terlayani
7 Peruntukan lahan Non pertanian
Non permukimam
Non konservasi
8 Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha
9 Orientasi lokasi (terhadap) Pasar (market)
Bahan baku
Tenaga kerja
VII. PENUTUP
72
1. Konsepsi dasar pembangunan kawasan industri sejak awal (1989)
disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota dengan prinsip membangun
kawasan industri yang ramah lingkungan, efisien, aman dan nyaman
pada lokasi lahan yang mencegah terjadinya konversi lahan pertanian.
2. Kebijakan dan pedoman teknis telah ditetapkan. Namun dalam
implementasinya masih banyak dijumpai pelanggaran-pelanggaran di
lapangan berupa alih fungsi lahan. Oleh karenanya, perlu ditingkatkan
kepatuhan terhadap aturan dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku oleh Gubernur, Bupati/Walikota.
73
74

Anda mungkin juga menyukai