Anda di halaman 1dari 17

PERAN INDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN DAN

DAYA SAING INDONESIA

1
A. PERAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR

• Pertumbuhan Ekonomi dan Industri


Indonesia pada 2009 relatif
menurun jika dibandingkan tahun
2008 sebagai dampak krisis global
• Walaupun demikian sektor industri
masih mampu mempertahankan
kontribusinya terhadap PDB
Nasional pada kisaran 26,4%

2
A. Peran Sektor … (lanjutan)
3 Sektor industri yang memiliki
kontribusi terbesar sejak 1995 hingga
2009 pada total industri pengolahan
adalah :
1. Industri Makanan, Minuman, dan
Tembakau
2. Industri Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
3. Industri Alat Angkut, Mesin dan
Peralatannya

Dibandingkan tahun 1995, Industri


Alat Angkut, Mesin, dan Peralatannya
mengalami peningkatan kontribusi
terhadap total industri pengolahan
pada tahun 2009

3
B. PENYEBARAN INDUSTRI INDONESIA
2009 2009 2009
Non-Jawa: Non-Jawa:
A B A B
Jawa: PDRB Ind. Share thd 7) NAD 2.57 0.21% 22) NTB 2.74 0.23%
(tr Rp) PDB Ind.
8) Sumatera Utara 72.79 6.03% 23) NTT 0.54 0.05%
1) Banten 89.00 7.37% 9) Sumatera Barat 11.58 0.96% 24) Sulawesi Utara 3.70 0.31%
2) Jawa Barat 332.45 27.52% 10) Riau 42.47 3.52% 25) Gorontalo 0.38 0.03%
3) DKI Jakarta 152.08 12.59% 11) Riau Kepulauan 47.52 3.93% 26) Sulawesi Tengah 2.88 0.24%
4) Jawa Tengah 88.49 7.33% 12) Jambi 4.48 0.37% 27) Sulawesi Selatan 16.02 1.33%
5) DI Yogyakarta 7.11 0.59% 13) Bengkulu 0.82 0.07% 28) Sulawesi Barat 0.81 0.07%
6) Jawa Timur 236.74 19.60% 14) Sumatera Selatan 20.18 1.67% 29) Sulawesi Tenggara 2.16 0.18%
TOTAL JAWA 905.87 75.00% 15) Bangka Belitung 6.25 30) Maluku 0.50
0.52% 0.04%
16) Lampung 13.14 1.09% 31) Maluku Utara 0.99 0.08%
17) Bali 6.19 0.51% 32) Irian Jaya Barat 1.25 0.10%
18) Kalimantan Barat 13.99 1.16% 33) Papua 0.91 0.08%
19) Kalimantan Tengah 3.84 0.32% TOTAL NON-JAWA 301.96 25.00%
20) Kalimantan Selatan 8.41 0.70% TOTAL 1207.83 100.00%
21) Kalimantan Timur 14.87 1.23%

Hingga tahun 2009, persebaran industri 75% masih berada di Pulau Jawa,
dimana Jawa Barat sendiri memiliki share terbesar terhadap PDB Industri
secara nasional, yaitu sebesar 27,52%
4
C. DAYA SAING INDONESIA
FAKTOR DAYA SAING
1. Kinerja Ekonomi  Ekonomi Domestik Evaluasi ekonomi makro dari
(Economic  Perdagangan Internasional perekonomian suatu negara,
Performance)  Investasi Internasional meliputi sebanyak 75 kriteria.
 Tenaga Kerja (employment)
 Harga

2. Efisiensi Pemerintah  Keuangan Publik Tingkat kondusif-tidaknya kebijakan


(Government  Kebijakan Fiskal pemerintah untuk daya saing,
Efficiency)  Kerangka Kelembagaan mencakup sebanyak 81 kriteria.
 Peraturan Bisnis
 Kerangka Kemasyarakatan

3. Efisiensi Bisnis  Produktivitas Tingkat kinerja perusahaan dalam


(Business Efficiency)  Pasar Tenaga Kerja hal cara-cara yang inovatif,
 Keuangan profitable, dan bertanggung jawab,
 Praktik Manajemen sebanyak 69 kriteria.
 Sikap dan Nilai

4. Infrastruktur  Infrastruktur Dasar Tingkat “kesesuaian” sumber daya


(Infrastructure)  Infrastruktur Teknologi dasar, teknologi, dan sumber daya
 Infrastruktur Saintifik manusia dalam memenuhi
 Kesehatan dan Lingkungan kebutuhan bisnis, sebanyak 96
 Pendidikan kriteria.

Sumber : IMD, 2009. 5


C. Daya Saing…(lanjutan)

Peringkat Daya Saing Negara 2005-2009


No. Negara 2005 2006 2007 2008 2009
(60 negara) (61 negara) (55 negara) (55 negara) (57 negara)
1 Amerika Serikat 1 1 1 1 1

2 Jepang 19 16 24 22 17

3 Malaysia 26 22 23 19 18

4 R.R. China 29 18 15 17 20

5 Korea 27 32 29 31 27

6 India 33 27 27 29 30

7 Indonesia 50 52 54 51 42

8 Filipina 40 42 45 40 43

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book 2009


6
C. Daya Saing…(lanjutan)
Peringkat Kinerja Ekonomi 2005-2009
No. Negara 2005 2006 2007 2008 2009

1 Amerika Serikat 1 1 1 1 1

2 R.R. China 3 3 2 2 2

3 Malaysia 8 10 12 8 9

4 India 12 7 10 18 12

5 Jepang 20 14 22 29 24

6 Indonesia 51 53 55 52 41

7 Korea 38 36 49 47 45

8 Filipina 36 45 45 42 51

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book 2009


7
C. Daya Saing…(lanjutan)
Peringkat Efisiensi Pemerintah 2005-2009
No. Negara 2005 2006 2007 2008 2009

1 R.R. China 20 17 8 12 15

2 Malaysia 23 19 21 19 19

3 Amerika Serikat 16 14 19 18 20

4 Indonesia 45 45 46 38 33

5 India 32 30 33 23 35

6 Korea 28 41 31 37 36

7 Jepang 33 26 34 39 40

8 Filipina 40 39 47 41 42

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book 2009


8
C. Daya Saing…(lanjutan)
Peringkat Efisiensi Bisnis 2005-2009
No. Negara 2005 2006 2007 2008 2009

1 India 20 18 19 20 11

2 Malaysia 22 19 15 14 13

3 Amerika Serikat 3 4 6 3 16

4 Jepang 31 22 27 24 18

5 Korea 27 38 38 36 29

6 Filipina 34 37 39 31 32

7 R.R. China 41 27 26 33 37

8 Indonesia 50 49 45 44 38

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book 2009 9


C. Daya Saing…(lanjutan)
Peringkat Efisiensi Infrastruktur 2005-2009
No. Negara 2005 2006 2007 2008 2009

1 Amerika Serikat 1 1 1 1 1

2 Jepang 3 2 6 4 5

3 Korea 20 22 19 21 20

4 Malaysia 28 27 26 25 26

5 R.R. China 36 33 28 31 32

6 Indonesia 51 53 54 53 55

7 Filipina 47 49 51 48 56

8 India 46 47 50 49 57

Sumber: IMD World Competitiveness Year Book 2009


10
C. Daya Saing…(lanjutan)
Perkembangan Daya Saing Indonesia Menurut IMD
World Competitiveness Yearbook

(57 negara, 321 kriteria))

’05 ’06 ’07 ’08 ’09

50 52 54 51 42

Efisiensi Efisiensi Bisnis


Kinerja Ekonomi Pemerintah Infrastruktur

’ 05 ’06 ’07 ’08 ’09 ’ 05 ’06 ’07 ’08 ’09 ’05 ’06 ’07 ’08 ’09 ’ 05 ’06 ’07 ’08 ’09

51 53 55 52 41 45 45 46 38 33 50 49 45 44 38 51 53 54 48 55

Sumber : IMD (2009). 11


Analisis Daya Saing Produk Manufaktur Indonesia

1. Analisis daya saing produk manufaktur diawali dengan menghitung nilai


Revealed Comparative Advantage (RCA)

1000 (Xtipr + Mtipr)


RCAtipr = x (Xtipr - Mtipr) – (Xti - Mti) x
(Xti + Mti) (Xti + Mti )

2. Menghitung rata-rata RCA dan tren RCA / tahun


3. Penentuan batas atas dan batas bawah kelompok berdasarkan scatter
diagram
4. Dalam analisis ini, RCA produk dihitung untuk 5 tahun terakhir
(2004 – 2008)
5. Kekuatan suatu produk Indonesia dalam perdagangan bilateral
dengan China dapat dilihat dari posisinya saat ini (digambarkan
dari rata-rata RCA) dan kecenderungan pergerakannya
(digambarkan dari tren RCA / tahun) 12
Tren /
Tahun
Kuadran II Kuadran I
(Sedang) (Kuat)

1. Tekstil & Produk Tekstil 1. Tekstil & Produk Tekstil


à oth parts of garment, corselettes of cotton, sleeping bags, etc à oth sacks/bags, men/boys’ trousers of cotton, worn clothing & oth worn
2. Mesin articles
à cooling towers, passengers lifts, ploughs, etc 2. Mesin
3. Maritim à mould bases, inverters, oth rectifiers, etc
à dredgers, floating docks, yacht & oth vessels for pleasures or 3. Maritim
sports, etc à oth vessels (motorized of gross tonnage > 5000 ton)
4. Makanan Minuman 4. Makanan Minuman
à canned mutton curries, white chocolate, medicated sweets, etc à instant coffee, cocoa paste, stout & porter, etc
5. Logam 5. Logam
à safety pins, screws, refined lead, etc à ferro-nickel, zinc waste & scrap, oth titanium, etc
6. Kimia Hulu 6. Kimia Hulu
à chlorine, iodine, arsenic, etc à silica powder, benzen, toluene, etc
7. Kimia Hilir 7. Kimia Hilir
à table salt, enamel frits, caseine, etc à rubber rollers, cassions, articles of peats, etc
8. Kerajinan 8. Kerajinan
à bangles, buoys, jewellery of silver, etc à dolls, complete wigs of synthetic materials, statuettes & oth ornaments
9. Hasil Hutan & Perkebunan of wood, etc
à tracing papers, felt paper & paper board, staves of wood, etc 9. Hasil Hutan & Perkebunan
10. Elektronika à seats of rattan, oth seats of rattan, natural rubber in oth forms, etc
à beverage coolers, cash registers, palmtop & pdas, etc 10. Elektronika
11. Aneka à word processing mach, headphones, oth digital camera, etc
à dentist chairs, fishing rods, lawn tennis balls, etc 11. Aneka
12. Alat Transportasi Darat & Kedirgantaraan à oth parts of clock/watch, parts of slide fasterners, musical instrument
à fire fighting vehicles, racing bicycles, parts of aircraft seats of strings, etc
plastics, etc 12. Alat Transportasi Darat & Kedirgantaraan
à parts of radiator, bumper & parts for vehicles, gearboxes, etc

Rata- Rata-
Rata Rata

1. Tekstil & Produk Tekstil 1. Tekstil & Produk Tekstil


à dressed of cotton, briefs & panties of cotton, ski suits knitted/ à carded wool, dresses of synthetic fibers, electric blankets, etc
crocheted, etc 2. Mesin
2. Mesin à nuclear reactor, smoke switches, permanent magnet of metal, etc
à skip hoists, scrappers, road rollers, etc 3. Maritim
3. Maritim à warships, tugs of gross tonnage <=26 ton, fishing vessels of gross
à tankers of gross tonnage >5000 ton, fishing vessels of gross tonnage <=26 ton, etc
tonnage >100 but <=250 ton, oth vessels not motorised of gross 4. Makanan Minuman
tonnage >500 ton, etc à imitation ghee, degras, beedies, etc
4. Makanan Minuman 5. Logam
à maltose, caramel, malt extract, etc à expanded metal, zinc profiles, venetian blinds, etc
5. Logam 6. Kimia Hulu
à ferro/vanadium, oth towers, staples, etc à styrene, glicerol, stearic acid, etc
6. Kimia Hulu 7. Kimia Hilir
à ethyl acetate, sodium, mannitol, etc à bath soap, rail pad of rubber, ampoules of glass, etc
7. Kimia Hilir 8. Kerajinan
à hair lacquers, contact lens solution, metal polisher, etc à toothpicks of wood, oth wooden articles, articles of natural/cultured
8. Kerajinan pearls, etc
à gold powder, oth brushes, oth decorative hair pins, etc 9. Hasil Hutan & Perkebunan
9. Hasil Hutan & Perkebunan à self-copy paper, air-dry sheet, shingles & shakes of wood, etc
à wallpaper base, vegetable parchment, envelopes, etc 10. Elektronika
10. Elektronika à floppy disc drives, tantalum fixed capacitors, oth printed circuits, etc
à drinking water cooler, laptop, earphones, etc 11. Aneka
11. Aneka à contact lenses, grand piano, baby walkers, etc
à oth footwear, oth imitation jewellery, sunglasses, etc 12. Alat Transportasi Darat & Kedirgantaraan
12. Alat Transportasi Darat & Kedirgantaraan à oth of plate, mobile drilling derricks, oth sparking plugs, etc
à oth accumulator, contact points, crane lorries, etc

Kuadran IV Kuadran III


(Lemah Sekali) Tren / (Lemah) 13
Tahun
Langkah Strategi
Strategi I: Penguatan Daya Saing Global
Penanganan issue domestik, meliputi:
 Penataan lahan dan kawasan industri
 Pembenahan infrastruktur dan energi,
 Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)
 Membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
 Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR, Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak
piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb);
 Pembenahan sistem logistik;
 Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb)
 Penyederhanaan peraturan
 Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
14
B. Langkah … (lanjutan)

Strategi II: Pengamanan Pasar Domestik


1. Pengawasan di Border
 Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam
pelaksanaan FTA
 Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap
kemungkinan terjadinya lonjakan impor
 Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA)
dari Negara Negara mitra FTA
 Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa,
kesehatan, lingkungan, security dsb.
 Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO (safeguard
measures) terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius
(seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)
 Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas
importasi yang unfair
 Penerapan kewajiban sertifikasi Halal
15
B. Langkah … (lanjutan)

Strategi II: Pengamanan Pasar Domestik (Lanjutan)


2. Peredaran barang di pasar Lokal
 Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan perlindungan konsumen dan industri
 Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia

3. Promosi penggunaan produksi dalam negeri


 Mengawasi efektivitas promosi penggunaan produksi dalam negeri
(Inpres No 2 Tahun 2009) termasuk mempertegas dan memperjelas
kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri dalam
revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh
Pemerintah.

16
B. Langkah … (lanjutan)

Strategi III: Penguatan Ekspor

 Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC)


 Pengembangan trading house (PT Sarinah, PT PPI, SMESCO UKM)
 Promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi (TTI)
 Penanggulangan masalah akses pasar dan kasus ekspor
 Pengawasan penggunaan SKA Indonesia
 Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor
 Optimalisasi trade financing (bilateral swap)

17

Anda mungkin juga menyukai