Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sentra Industri Rajutan Binong Jati merupakan salah satu sentra industri yang potensial di kota
Bandung. Binong Jati telah dinyatakan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota
Bandung sebagai kawasan industri tekstil. Pada kawasan ini diproduksi berbagai macam produk
rajutan seperti sweater, cardigan, baju hangat, jaket, syal, sarung tangan, scarft dan lain-lain.
Sentra ini terletak di Jl. Binong Jati, Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat 40275.

Gambar 1.1
Lokasi Sentra Industri Binong Jati
Sumber : google maps

Sentra Rajut Binong Jati terletak disebelah timur Bandung Raya, berjarak hanya kurang lebih
2 KM dari pusat kota (Alun-Alun Bandung). Industri rajutan di Binong Jati berdiri pada
pertengahan tahun 1960-an, dimulai dengan 5 pengrajin yang memulai usaha ini dengan system
maklun dari pabrik besar. Di tahun 70-an di mulailah penggunaan mesin flat knitting yang
dikembangkan oleh sekitar 10 pengrajin. Pada saat krisi moneter terjadi lonjakan besar
pertumbuhan pengrajin yang mencapai 250 pengrajin. Usaha rajutan Binong Jati 80% adalah usaha
keluarga yang turun temurun sudah berjalan. Sentara Rajutan Binong Jati memiliki komunitas
yaitu “Kampoeng Rajoet” dan memiliki Koperasi Industri Rajutan Binong Jati (KIRBI) dimana
semua anggotanya merupakan para pengusaha rajut di Binong Jati.

Visi
Menjadi sentra rajut terdepan di ASEAN
Misi
 Menjaga eksistensi budaya rajut
 Mendirikan Knit School
 Membuat wisata kampong rajut
 Membuat clustering untuk memberdayakan dan mengembangkan sentra rajut binong jati
 Membuat museum rajut

Rencana pemanfaatan E-Commerce


Pemasaran
 Mencari peluang pasar pada situs-situs online
 Mencakup pasar yang lebih luas domestic maupun luar negeri
 Membuat konten yang menarik melalui foto produk yang professional
Produksi
 Pembuatan system manajemen produksi dari konvensional ke komputerisasi (daftar bahan
baku, bahan penolong, barang jadi, daftar persediaan)
Inovasi
 Pengembangan design produk dan kemasan
 Terintegrasi antar organisasi pentahelik A-B-G-C+M

1.2 Latar Belakang Penelitian

UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia maupun ASEAN. Sampai saat
ini, sekitar 96% bentuk usaha di ASEAN adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
dengan kontribusi pada prosuk domestic bruto (PDB) sekitar 30 % sampai 57% dan menyerap
teaga kerja sekitar 50% sampai 95%. Sementara di Indonesia, UMKM menyumbang 99,98% unit
usaha dengan kontribusi pada PDB nasional sebesar 57% PDB nasional dan menyerap lebih dari
97% tenaga kerja domestik. Menurut Ashariyadi Sekretaris Direktorat Jendral Kementrian Luar
Negeri RI (2016) dalam majalah Masyarakat ASEAN edisi 12 dengan data tersebut, peran UMKM
menjadi sangat penting sebagai pendorong utama penciptaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan
ekonomi, baik pada tataran nasional maupun regional.
Keberhasilan UMKM yang merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar
dan cukup dominan dalam perekonomian, akan sangat mempengaruhi pencapaian kesuksesan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Lebih dari itu, UMKM yang kuat tidak hanya menjamin
keberhasilan proses integrase ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat
ASEAN. Pada KTT ke-27 ASEAN di Kuala Lumpur, ASEAN telah mengadopsi Strategic Action
Plan For Sme Development (SAPSMED) 2016-2025 dengan visi “Globally Competitive and
Innovative SME” guna membangun UMKM yang semakin inovatif dan berdaya saing secara
global.
Salah satu kelebihan UMKM adalah daya tahannya dalam menghadapi kondisi krisis,
“Terbukti saat terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari collapse-nya
perekonomian,” kata Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro saat membuka Bazar
Ramadhan Dhawa Ferstival 2015 Kementerian Keuangan di Gedung Dhanapala pada Rabu
(1/7/2015). (sumber : www.beritasatu.com diakses tanggal 8 Maret 2017)
Tabel 1.1
Perkembangan UMKM Di Indonesia pada Periode 2009 -2013
No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah UMKM Unit 52764603 53823723 55206444 56534592 57895721
2 Pertumbuhan Persen 2.64 2.01 2.57 2.41 2.41
Jumlah UMKM
3 Jumlah Tenaga Orang 96211332 99401775 101722458 107657509 114114082
Kerja UMKM
4 Pertumbuhan Persen 2.33 3.32 2.33 5.83 6.03
Jumlah Tenaga
Kerja UMKM
No Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013
5 Sumbangan Rp. 1212599.30 1282571.80 1369326.00 1451460.20 1536918.80
PDB UMKM Miliar
(Harga
Konstan)
6 Pertumbuhan Persen 4.02 5.77 6.76 6.00 5.89
Sumbangan
PDB UMKM
7 Nilai Ekspor Rp. 162254.52 175894.89 187441.82 166626.50 182112.70
UMKM Miliar
8 Pertumbuhan Persen -8.85 8.41 6.56 -11.10 9.29
Nilai Ekspor
UMKM
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2017)

Jika dilihat dari tabel diatas pertumbuhan jumlah UMKM tidak mengalami kenaikan yang
signifikan namun cenderung stabil. Dengan adanya UMKM penyerapan tenaga kerja dari tahun
2009-2013 mengalami peningkatan dan adanya sumbangan PDB UMKM yang memiliki peran
untuk pertumbuhan ekonomian Indonesia serta menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Tabel 1.2
10 Provinsi Terbanyak Dalam Jumlah Usaha Mikro Dan Kecil Dari Tahun 2013 – 2015
2013 2014 2015
Provinsi
Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil
Sumatera 64.034 18.854 76.227 9.836 94.979 4.043
Utara
Lampung 90.051 11.568 94.739 8.971 76.728 3.777
Jawa Barat 382.899 106.861 437.985 60.078 421.881 58.359
Jawa 650.115 160.148 766.782 65.690 934.814 95.560
Tengah
2013 2014 2015
Provinsi
Mikro Kecil Mikro Kecil Mikro Kecil
Jawa 539.320 89.786 608.774 39.932 771.185 49.659
Timur
Banten 71.736 7.424 75.760 5.652 108.235 9.313
Bali 84.149 21.333 107.434 8.659 95.282 8.078
Nusa 93.694 7.484 93.645 13.586 79.764 14.527
Tenggara
Barat
Nusa 10.0761 3.845 109.266 2.776 71.768 1.401
Tenggara
Timur
Sulawesi 94.537 7.949 100.526 5.893 112.896 5.577
Selatan
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2017)

Berdasarkan tabel di atas yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia, menunjukkan
bahwa untuk posisi pertama ditempati oleh Provinsi Jawa Tengah dalam jumlah usaha mikro dan
usaha kecil terbanyak di seluruh Indonesia, dimana rata-rata jumlah unit usaha mikro sebesar
783.904 unit dan rata-rata jumlah unit usaha kecil sebesar 107.133 unit. Untuk Provinsi Jawa
Barat dengan rata-rata jumlah unit usaha mikro sebesar 414.255 unit dan rata-rata jumlah unit
usaha kecil sebesar 75.100 unit menempati urutan kedua dalam jumlah unit usaha kecil terbanyak.
Selanjutnya untuk Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata jumlah unit usaha mikro sebesar 639.760
unit menempati urutan kedua dalam jumlah unit usaha mikro terbanyak dan rata-rata jumlah unit
usaha kecil sebesar 59.793 unit.
Sektor industri merupakan salah satu motor penggerak utama pertumbuhan perekonomian
suatu negara. Industri tekstil merupakan salah satu industri tertua dan paling strateis di Indonesia.
Selain kebutuhan ragam fashion yang terus berkembang, jumlah penduduk Indonesia yang cukup
besar menjadi beberapa faktor bagi tumbuh-kembangnya industri ini. Industri tekstil Indonesia
mampu berkembang baik di sektor hulu maupun hilir. Dari baku bahan hingga tahapan finishing,
menciptakan rantai pasokan yang sangat efisien, serta mampu menyediakan solusi satu pintu baik
untuk pasar lokal maupun internasional. Beberapa produsen garmen lokal besar bahkan
mengupayakan meningkatkan modal untuk memperoleh aset yang akan membantu mereka terus
mengefisienkan rantai pasokan.
Dengan kekuatan tersebut, Indonesia telah berhasil memosisikan dirinya sebagai pasar
produksi alternatif untuk merek fashion dunia dan termasuk dalam 10 besar negara eksportir tekstil
dan garmen. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengklaim 80% mereka pakaian global
diproduksi di dalam negeri. Pabrik tekstil yang terutama berlokasi di Bandung, Bekasi dan Bogor,
menjadi pemasok merek mahal seperti Hugo Boss, Giorgio Armani, Guess, Mark and Spencer,
Mango dan banyak merek-merek terkenal lainnya. Produk ekspor pabrik-pabrik ini telah mencapai
pasar negara maju seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan pasar high-end lainnya. (sumber:
www.bkpm.go.id diakses tanggal 3 Maret 2017)
7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
Kab. Kota Kab. Kab. Kab. Kota Kab. Kota
Kota Kab. Kab. Kab. Kab. Kota
Cirebo Cirebo Indram Sukabu Tasikm Bandu Panga Sukabu
Bogor Subang Garut Ciamis Bekasi Depok
n n ayu mi alaya ng ndaran mi
Jumlah Unit Usaha 528 20 47 86 739 29 17 284 181 14 60 1261 26 14
Tenaga Kerja 2187 60 287 340 3879 326 103 1609 70 62 395 6318 130 22

Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja

Gambar 1.2
Grafik Rekapitulasi Data Jumlah Unit Usaha Sentra Tekstil Per Kabupaten Di Jawa Barat
Tahun 2015
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (2017)
Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung didukung oleh sektor-sektor industri pengolahan,
perdagangan dan jasa yang paling tinggi kontribusinya pada perekonomian Kota Bandung. Dalam
upaya pengembangan sektor industri di Kota Bandung maka telah ditentukan beberapa sentra
industri yang tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 530/Kep.295
DISKUKM.PERINDAG/2009. Dalam surat keputusan tersebut disebutkan bahwa terdapat 10
sentra usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung yaitu: 1) Sentra Sepatu
Cibaduyut, 2) Sentra Rajut Binong Jati, 3) Sentra Jeans Cihampelas, 4) Sentra Tekstil dan Produk
Tekstil Cigondewah, 5) Sentra Kaos dan Sablon, 6) Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu, 7) Sentra
Spare Part Otomotif Kiaracondong, 8) Sentra Boneka Sukamulya, 9) Sentra Boneka Warung
Muncang, dan 10) Sentra Tas Leuwipanjang.
Tabel 1.3
Daftar Sentra Industri Tekstil dan Produk Tekstil Di Kota Bandung Tahun 2015
Jumlah Unit Tenaga Kerja
Nama Sentra Jenis Jalan
Usaha (Orang)
Industri pakaian Rajut 293 Binong Jati 2143
jadi rajutan Rajut 13 Margasari 103
Industri yang Tekstil 313 Cigondewah 567
menghasilkan kain
keperluan industri
Industri pakaian Jean’s 59 Cihampelas 352
jadi (konveksi) dari Kaos dan 409 Surapati dan PHH 2721
tekstil sablon Mustofa
Pakaian jadi 43 Cogondewah 116
Pakaian jadi 84 Gg. Pesantren 186
anak
Pakaian jadi 23 Hantap Antapani 65
bayi
Untuk keperluan Kasur 24 Cigondewah Kidul 65
rumah tangga
Jumlah 1261 6318
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat (2017)
Menurut Fina dan Endang (2015) Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan salah satu
sentra industri kecil yang cukup potensial dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya
terhadap perekonomian kota Bandung. Pada tahun 2015 sentra industri Binong Jati memiliki
jumlah unit sebanyak 293 dapat menyerap tenaga kerja sebesar 2143. Sentra industri Binong Jati
menempati urutan kedua dalam jumlah unit dan peneyerapan tenaga kerja setelah sentra industry
kaos dan sablon di jalan Surapati dan PHH Mustofa.
Dibalik perannya yang strategis bagi perekonomian nasional dan kawasan, UMKM masih
kerap menghadapi berbagai tantangan, baik secara internal, seperti keterbatasan modal dan
teknologi, maupun secara eksternal yang antara lain terkait masalah perizinan, bahan baku,
pemasaran hingga upaya integrasi ke mata rantai produksi regional dan global.
Menurut Bapak Pahala Hatigoran Kepala Seksi Bagian Pengembangan Industri Agro, Kimia,
Tekstil dan Aneka di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat mengatakan bahwa ada
beberapa faktor kendala yang mempengaruhi UMKM di Jawa Barat. Kelemahan produk tekstil
dimana UMKM dapat menekan harga dengan menekan kualitas produk, contoh ukuran baju M
menjadi ukuran S. Pada tahun 2008 dijalankan program “Standarisasi mutu” di binong jati namun
program tersebut tidak berjalan dan menimbulkan perang harga. UMKM di Indonesia memiliki
kelemahan dimana tidak bisa menjaga kualitas produk, banyak UMKM ingin mempertahankan
usahanya agar terus bertahan namun dari kualitas produk yang kurang baik, kedisiplinan dalam
menjaga kualitas itu kurang baik, dampak lingkungan yang mempengaruhi contohnya UMKM
yang menghasilkan limbah cair atau udara renatan terhadap LSM.
Adanya kendala dari tenaga kerja yang meminta target upah tinggi namun profesionalisme
yang sama dengan 5 tahun lalu dimana untung yang sedikit dengan upah setiap tahun naik lalu
adanya tuntutan demo yang banyak maka banyak usaha yang tutup. Jadi menurut Pak Pahala dapat
disimpulkan ada 3 faktor yang mempengaruhi tutupnya suatu usaha :
1. Pola bisnis (bisnis keluarga) maka harus professional dan jangan memiliki pola bisnis
dimana mengikuti trend atau pada saat booming saja jadi tidak adanya fokus produk tapi
harus jaga kualitas juga
2. Lingkungan yang membuat LSM meminta uang untuk penanganan masyarakat yang
terkena dampak harus adanya kerjasama dari stakeholder agar tidak menjatuhkan UKM
3. Tenaga kerja
Hal ini didukung dengan pertanyaan Bapak Kevin Hartanto sebagai Sekretaris API (Asosiasi
Perstektilan Indonesia) Jawa Barat yng mengatakan bahwa ada beberapa kendala yang membuat
produk local kalah bersaing dengan produk luar negeri, diantaranya
1. Pemberlakuan pasar bebas yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan pasar Indonesia
dengn produk local hanya sebesar 30% - 40% berbanding terbalik dengan produk luar
negeri yang memenuhi pasar Indonesia sebesar 60% - 70%
2. Biaya operasi yang tinggi contohnya biaya listrik yang mahal bagi UMKM
3. Tenaga kerja yang menuntut upah tinggi

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan Sekretaris Koperasi Industri Rajutan Binong
Jati (KIRBI), Bapak Cepi Andriana, pada 17 Februari 2017, diketahui bahwa setidaknya ada tiga
kendala yang mengganggu keberlangsungan usaha di Binong Jati yaitu:
1. Bahan baku benang impor yang mahal.
2. Dengan dimulainya pasar MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) membuat pengusaha
Binong Jati kurang siap bersaing dalam segi harga dengan produk rajutan sejenis dari
negara China.
3. Struktur manajemen yang belum optimal. Contohnya laporan keuangan pribadi dan
laporan keuangan usaha masih belum dipisahkan, dan SDM yang bekerja pada usaha rajut
ini masih belum merupakan hasil seleksi dari tenaga profesional melainkan masih sebatas
pemberdayaan anggota keluarga dan masyarakat sekitar di wilayah Binong Jati.

Berdasarkan pertanyaan diatas hal ini membuat adanya penurunan jumlah unit usaha dan
penurunan pertumbuhan sentra rajutan Binong Jati, seperti tabel dibawah ini :
Tabel 1.4
Jumlah Pengusaha Rajut di Binong Jati
Tahun Jumlah Pengusaha Pertumbuhan
2009 465 -
2010 300 -35,48
2011 293 -2,33
2012 278 -5,12
2013 240 -13,67
Tahun Jumlah Pengusaha Pertumbuhan
2014 293 22,08
2015 ±150 ± -48,80
Sumber: Koperasi Industri Rajutan Binong Jati (KIRBI) (2017)

Hal ini tidak sebanding dengan kebijakan Pemerintah Kota Bandung yang banyak melakukan
program-program untuk mensejahterakan UMKM di Kota Bandung sendiri dan terdapatnya celah
antara UMKM dengan Pemerintah. Program-program yang dilakukan Walikota Kota Bandung
Ridwan Kamil untuk kemudahan UMKM diantaranya :

1. Gampil (Gadget Mobile Application for Licence) Adalah Aplikasi Pelayanan Perizinan
Pemerintah Kota Bandung berbasis Smarphone (Gadget) yang dikembangkan oleh Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung, dengan tujuan memberikan
kemudahan dalam proses pelayanan publik, terutama pelayanan perizinan.
2. Program Melati (Melawan Rentenir)
 UMKM EKSIS (golongan Mikro Perdagangan, Jasa, dan Industri Rumahan)
 UMKM WIRAUSAHA BARU
 PKL (Pedagang Kaki Lima) WARGA KOTA BANDUNG
3. Creative Center
Gedung creative center berlokasi di Jl. Laswi menurut Walikota Bandung Ridwan Kamil
Ada Studio Inovasi (3D Printer, Laser Cutting, Textile Printer dll) Ada Studio Fashion,
Studio ICT, Studio Foto/TV, Studio Musik, Studio Keramik, Design Museum, Design
Store, Design/Art Library, Art Gallery, Design Studio, Bioskop untuk Film Eksperimental,
Classroom, Cafe/Resto, Co-Working Space dan tempat hang out/Study 24 jam
4. Program Little Bandung
Program ini dibuat dalam bentuk mempromosikan produk Bandung ke pasar Domestik dan
Internasional.

Berdasarkan dari hasil wawancara terdapat masalah yang terjadi dalam kondisi UMKM di
Kota Bandung khususnya sentra industry sentra Binong Jati yang mengakibatkan adanya
penurunan jumlah unit dan penurunan pertumbuhan sentra industry sentra Binong Jati.
Dimana James E. Moore (1996) mengatakan bahwa banyak oorganisasi yang gagal karena
mereka tidak mau mengenali dan tidak bisa mengatasi secara efektif lingkungan luar. Untuk
membuat bisnis dan organisasi nirlaba berhasil, mereka harus memiliki pengetahuan dan mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan / ekosistem lingkungan mereka. Berdasarkan
penjabaran diatas peneliti tertarik melakukan penelitin dengan judul “Identifikasi Ekosistem
Bisnis Dalam Pengembangan Bisnis Pada Sentra Rajut Binong Jati Kota Bandung”

1.3 Perumusan Masalah


Menurut Sekretaris Koperasi Industri Rajutan Binong Jati (KIRBI), Bapak Cepi Andriana
Permasalahan secara umum yang dihadapi Sentra Industri Rajutan Binong Jati, adalah jumlah
unit usaha yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan serta adanya penurunan dalam
pertumbuhan. Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan Pak Pahala Hatigoran
Kepala Seksi Bagian Pengembangan Industri Agro, Kimia, Tekstil dan Aneka di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat 2017 dan Bapak Kevin Hartanto sebagai Sekretaris
API (Asosiasi Perstektilan Indonesia) Jawa Barat. Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam
pengembangan bisnis agar Sentra Industri Rajutan Binong Jati tetap bertahan dan bisa
mewariskan budaya rajutan ke genarasi selanjutnya.

1.4 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena diatas, maka pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi ekosistem bisnis UMKM di Sentra Industry Rajutan Binong Jati Kota
Bandung?
2. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha yang dibutuhkan Sentra Industri Rajutan
Binong Jati Kota Bandung?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui kondisi ekosistem bisnis UMKM di Sentra Industry Rajutan Binong Jati Kota
Bandung
2. Mengetahui strategi pengembangan usaha yang dibutuhkan Sentra Industri Rajutan Binong
Jati Kota Bandung

1.6 Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat memperluas wawasan bagi peneliti maupun para pembaca serta
menjadi bahan referensi mengenai ekosistem bisnis yang berperan dalam pengembangan
bisnis Sentra Industri Rajut Binong Jati di Kota Bandung.
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membuat dan
memberikan kebijakan serta program yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan para
pengusaha di Kota Bandung khususnya kepada pengusaha di Sentra Industri Rajut
Binong Jati. Dimana dengan kebijakan dan program tersebut diharapkan dapat membantu
pengembangan usaha di Sentra Rajut Binong Jati agar lebih berkembang dan dapat
meningkatkan kapasitas produksinya.
3. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan
sumber informasi yang berguna bagi para pengusaha Sentra Industri Rajutan Binong Jati.
Selain itu diharapkan bagi para pelaku usaha dapat lebih focus pada hal-hal yang
sebaiknya dilakukan dalam pengembangan bisnis.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup Penelitian ini dilakukan dengan memberikan gambaran mengenai


ekosistem bisnis yang terdapat di Sentra Industri Rajutan Binong Jati.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian
yang dilakukan. Dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian
yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang kajian pustaka dan uraian umum tentang teori-teori dan model
yang digunakan serta literature yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian yang mengandalkan artikel-artikel ilmiah nasional dan internasional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang digunakan, operasionalisasi
variabel, tahapan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan secara rinci tentang pembahasan tentang ekosistem bisnis
di Sentra Industri Binong Jati yang berisi data-data yang telah dikumpulkan dan diolah untuk
mendapatkan solusi dari permasalahan yang akan dihadapi kedepannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan dari ekosistem bisnis
di Sentra Industri Binong Jati.
2.2. Penelitian Terdahulu

Table 2.1
Resume Literatur Jurnal
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
1 Judul Buku “The 1  User / Ekosistem Mengingat tahapan Melihat Objek yang
Death Of customer bisnis pembangunan penyebab dilakukan di
Competition:  Markets ekosistem, sebuah keberhasilan consulting
Leadership  Product / "tugas utama dan service
And Strategy service manajemen" adalah kegagalan
In The Age Of  Processes fokus "perhatian antara
Business  Organizations dan investasi untuk organisasi
Ecosystems”  Producer membuat jaringan dan
oleh James F. kompetensi dan pemimpin
 Service
Moore hubungan yang
providers
Penulis Herb akan memenuhi
 Suppliers
Rubenstein empat tes:
 Industry
Tahun 1996 1. "Membentuk
 Government
Sumber Harper sistem dan urutan
departments
Business hubungan
 Stakeholders
simbiosis yang
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
menghasilkan
penciptaan sesuatu
dari nilai riil relatif
terhadap apa lagi
tersedia"
2. "Membangun
massa kritis
sebagai ekosistem
memperluas
seluruh tersedia
pelanggan, pasar,
sekutu, dan
pemasok"
3. "Memimpin
inovasi dan evolusi
bersama seluruh
apa yang telah
tempa"
4. "Memastikan
bahwa bisnis
menopang
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
peningkatan kinerja
yang
berkesinambungan
dan bukan menjadi
usang"
2 Judul Business 2  Ecosystem Kualitatif Artikel ini Menggunaka- Objek
ecosystem and Business menunjukkan n metode dilakukan di
the view from Concepts bahwa bentuk ekosistem IBM
the firm  Space / white ketiga, bentuk bisnis
Penulis James F. space / market organisasi
Moore space / ekosistem, kini
Tahun 2006 opportunity telah menjadi
Sumber The Antitrust space begitu penting
Bulletin : Vol.  Cooperative dalam praktek yang
51, No.1 / approach to harus diberikan
Spring 2006 developing pengakuan yang
pg : 31 business sama dalam teori
within a space dan kebijakan

 Innovation
current Pasar, hierarki, dan

products, ekosistem adalah


No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
service and tiga pilar pemikiran
tangible assets bisnis modern dan
 Campaigns harus memberikan
 Infrastructure dasar untuk
 Customer kebijakan
feedback persaingan,

 Financing regulasi dan


tindakan antitrust
3 Judul A Conceptual 3 Contribution layer Model Dalam makalah ini Menggunaka- Framework
Model for  Applications Konseptual model konseptual n konsep yang berbeda
Business  Evolution Ekosistem untuk ekosistem ekosistem
Ecosystem  Profit Bisnis bisnis bisnis
and diperkenalkan.
Leadership layer
Implications Model ini bertujuan
 Vision
for untuk memperjelas
 Platform
Future struktur ekosistem
Research  Regulation bisnis yang khas,
Penulis Milad Fathi  Profit membedakan
Baghbadorani User layer antara berbagai
and anggota jaringan
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
Amirpouyan  Demand perusahaan dan
Harandi  Purchase menjelaskan saling
Tahun 2012  Intracttion ketergantungan di
Sumber Paris antara mereka.
Environment layer
Graduate Model jelas posisi
 Conditions
School of organisasi menjadi
Management 4 lapisan, yaitu
and Kepemimpinan,
Multimedia Sumbangan,
University Pengguna dan
Lingkungan lebih
DOI: dari dua panel,
10.7763/IPED Aktor dan Nilai.
R. 2012. V52.
17
4 Judul Factors 4  Entrepreneurs Mengidentifi Inovasi teknologi Variabel Obejek
Shaping and potential -kasi 252 secara historis ekosistem penelitian
Entrepreneuri- entrepreneurs artikel berasal dari yang dilakukan
al Ecosystems  Private berbagai tempat di digunakan pada startup
and the Rise investors seluruh dunia. yang
of Misalnya,
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
Entrepreneurs  Large teknologi mobile menggunaka-
hip: A View companies penting seperti n teknologi
from Top  Universities NMT dan GSM
Management  Policymakers lahir dan pertama
Journals and public kali
Penulis Aleksi bodies dikomersialisasikan
Aaltonen di negara-negara
Tahun 29 May 2016 Nordik pada 1980-
Sumber Demos an dan 1990-an.
Helsinki
Associate Pada saat yang
sama,
kewirausahaan
menjadi lebih
sistematis dan
melembaga dari
sebelumnya. Ada
banyak penelitian
di seluruh disiplin
ilmu manajemen
yang berbeda pada
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
faktor-faktor yang
membentuk
ekosistem
kewirausahaan dan
munculnya sukses
berwirausaha
5 Judul Interaction Of 5 Inti perusahan Model dasar Dalam menanggapi Menggunaka- Penelitin
Open  User “open tantangan baru n metode dilakukan
Innovation  Service innovation” teknologi dan ekosistem pada industry
And Business providers pada pasar, perusahaan bisnis perbankan di
Ecosystem  Partners ekosistem harus memilih rute China
Penulis Zhang  Suppliers bisnis inovasi terbuka.
Xiaoren, Ding  Vendors Penelitian
Ling and menunjukkan
Eksternal
Chen bahwa ekosistem
perusahaan
Xiangdong bisnis
 Research mempromosikan
Tahun 2014
institutions inovasi terbuka,
Sumber School of
 Industry dan inovasi terbuka
Economics
association memperkuat
and
Management,
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
Beihang  Government ekosistem bisnis
University, departments pada gilirannya.
Beijing, China  Foreign
enterprises
 Peers
 Parts suppliers
 Stakeholders
 Competitors

Innovation Start
 Innovations
sources
 Ideas
recognition
 Innovative
concepts
 Analysys and
design
 Research and
development
No Penelitian Ref Variabel Metode Kesimpulan Persamaan Perbedan
 Trial of
production
 Pilot
perfection
 Promotion
Performance gains
2.3 Kerangka Pemikiran

Ekosistem Bisnis

Eksternal Perusahaan :
Inti Perusahaan :
 Industry Association
 Government Departments  User / Customer
 Foreign Enterprises  Service Providers
 Peers  Partners
 Parts Supplier
 Suppliers
 Stakeholders
 Vendors
 Competitors
 Research Institutions

Matriks IFE
Matriks EFE

IE Matriks

Strategi terbaik untuk


pengembangan bisnis Sentra
Industri Rajut Binong Jati

Anda mungkin juga menyukai