Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENGEMBANGAN WILAYAH AGRIBISNIS

TOPIK 1

WILAYAH HOMOGEN KABUPATEN TANGGAMUS

Dosen Pengampu : dr.Ir.Tri Ratna Saridewi,S.Pi.,M.Si

OLEH :

AIN DELFA ALIA SHALIHAH

02.05.19.032

AGRIBISNIS HORTIKULTURA

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2020/2021
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pengembangan wilayah agribisnis adalah suatu proses yang bertahap


yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan untuk membangun suatu
wilayah yang memiliki keunggulan dibidang agribisnis dengan komoditas
unggulan yang dimiliki suatu wilayah. Wilayah sendiri adalah area
geografis yang mempunyai ciri tertentu dan media bagi segala sesuatu
yang ada didalamnya untuk berinteraksi dan berlokasi. Salah satu konsep
pengembangan wilayah agribisnis yaitu konsep wilayah homogen.

Wilayah homogen adalah wilayah geografis yang seragam atau


homogen pada kriteria tertentu. Suatu wilayah dikatakan memiliki
karakteristik homogen jika ada suatu karakteristik tertentu yang berlaku
umum dan dapat diterapkan pada semua bagian dalam wilayah tersebut.
Karakteristik homogen itu dapat berupa kesamaan aktivitas ekonomi,
kondisi geografis atau sosial budaya. Konsep wilayah homogen sendiri
menekankan pada aspek homogenitas atau kesamaan kelompok tanpa
memperhatikan bentuk hubungan fungsional (interaksi) antar wilayah
atau antar komponen di dalamnya.
Tanggamus merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung. Kabupaten Tanggamus sendiri memiliki potensi agribisnis
yang baik dan cukup berkembang yang dimana dapat menjadi
keunggulan tersendiri bagi Kabupaten Tanggamus.
Oleh karena itu penulis menyusun laporan ini guna mencari tahu serta
menetapkan wilayah homogenitas pertanian yang ada di Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui wilayah homogen dalam bidang
pertanian di Kabupaten Tanggamus.
1.2.2. Menambah wawasan mahasiswa tentang ilmu
pengembangan wilayah agribisnis pada konsep homogen.
1.2.3. Memberi informasi tentang wilayah yang dianalisis oleh
mahasiswa.

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengembangan Wilayah Agribisnis


Pengembangan wilayah agribisnis menurut para ahli :
Menurut Taliziduhu Ndaraha (2002:126) “Pengembangan wilayah
adalah kombinasi antara pendayagunaan potensi manusia untuk
mengolah sumber daya alam yang terdapat dalam wilayahnya.” Jadi
pengembangan wilayah dapat diartikan dengan usaha yang dilakukan
oleh suatu wilayah dengan mengolah sumber daya alam yang tersedia
untuk membantu menunjang kebutuhan masyarakatnya.

Menurut Soekartawi (2005), agribisnis adalah “suatu kesatuan


kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas”. Artinya segala
sesuatu yang berhubungan dengan pertanian dari produksi, hasil, hingga
pemasaran termasuk dalam agribisnis.

2.2. Wilayah Homogen

Wilayah Homogen merupakan wilayah yang memiliki karakteristik


(ciri) beberapa daerah. Sifat dan ciri kehomogenan tersebut, misalnya
dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan struktur produksi dan
konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah, dan
lain-lain), geografi (seperti wilayah yang memiliki kesamaan iklim atau
topografi), agama, suku dan lainnya. Wilayah homogen dibatasi
berdasarkan keseragaman secara internal (internal uniform). Secara teori
ekonomi, keserupaan dalam tingkat pendapatan per kapita merupakan
kriteria yang lazim dipakai untuk menentukan kehomogenan (Adisasmita,
2005). Jadi wilayah homogeny adalah wilayah yang memiliki kesamaan
secara teori dalam berbagai kriteria seperti iklim, topografi, dan juga
dalam bidang ekonomi.

III. Metode

3.1. Pelaksanaan
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan survey dari
data sekunder. Dalam pengumpulannya bersumber dari data BPS Kabupaten
Tanggamus Provinsi Lampung.
Adapun metode atau cara pelaksanaan praktikum yaitu :
1. Mahasiswa menetapkan kabupaten yang menjadi lokasi kajian
2. Mahasiswa menganalisis Data Produksi Pertanian Tingkat Kabupaten
3. Tetapkan minimal 3 wilayah homogen, berdasarkan data produksi
tertinggi
4. Buatlah peta wilayah homogen dan berikan keterangan (tunda)
5. Lakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi/menyebabkan
wilayah tersebut menjadi wilayah homogen, menggunakan berbagai
literatur tercetak maupun elektronik
6. Buat rencana pengembangan wilayah untuk ketiga wilayah homogennya
tersebut, lakukan analisis dengan pendekatan sistem agribisnis (terdiri
atas beberapa sub sistem).
3.2. Penentuan Wilayah Homogen
Untuk penentuan wilayah homogen penulis menentukan dari wilayah yang
memiliki homogenitas produksi pertanian dari 5 komoditas yang akan
dianalisis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Wilayah Homogen Pertanian (Hortikultura)

Tabel 1. Produksi Pertanian Menurut Kecamatan (ton) 2019

No. Kecamatan Jahe Laos/Lengkuas Tomat Pisang Terong


2019 2019 2019 2019 2019
1. Wonosobo 0,169 0,176 26 394 21,5

2. Semaka 2,662 6,336 34,3 410,1 12,1


3. Bandar 0,056 0,054 1 0 1,8
Negeri
Semuong
4. Kota Agung 3,75 1,2 15,3 327,5 12,5

5. Pematang 0,227 0,4 0,2 19,2 1


sawa
6. Kota Agung 0,088 0,068 124,8 44 92
Timur

7. Kota Agung 0,41 0,242 1,5 546,6 2,2


Barat

8. Pulau 0,05 0,11 13,4 95 9,1


Panggung

9. Ulu Belu 9,665 8,35 0,7 262,2 1


10. Air 2,332 1,646 2,8 789,1 0,8
Naningan
11. Talang 37,161 42,685 34,1 323,4 139,9
Padang
12. Sumberejo 1,109 0,868 579 1.190 530,1

13. Gisting 0,915 0,44 171,9 1.630 146,1


14. Gunung 0,699 0,81 0,9 894 0,5
Alip
15. Pugung 4,076 0,801 44,6 11.381,40 31,2
16. Bulok 0,085 0,092 34,5 1.369 39,8
17. Cukuh 1,914 1,8 0 2.350 0,4
Balak
18. Kelumbayan 0 0 0 2.508 0
19. Limau 0 0 0 376,5 0
20. Kelumbayan 0 0 0 2.500 0
Barat
Sumber : Data BPS Kabupaten Tanggamus Dalam Angka Tahun 2020

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang homogen jahe,
lengkuas, tomat, pisang, dan terong yaitu :

1. Jahe : Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Ulu


Belu.
2. Laos / Lengkuas : Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Ulu Belu,
Kecamatan Kota Agung, Kecamatan Semaka, dan Kecamatan Cukuh Balak
3. Tomat : Kecamatan Sumberejo, Kecamatan Kota Agung Timur, dan
Kecamatan Gisting.
4. Pisang : Kecamatan Pugung, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kecamatan
Cukuh Balak, Kecamatan Gisting, dan Kecamatan Sumberejo.
5. Terong : Kecamatan Sumeberejo, Kecamatan Gisting, dan Kecamatan Talang
Padang.
Untuk secara keseluruhan kecamatan yang memiliki sumberdaya atau
potensi wilayah homogen pertanian dari data 5 komoditas diatas yaitu
Kecamatan Talang Padang, Kecamatan Gisting, dan Kecamatan Sumberejo.

4.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Wilayah Homogen


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi wilayah menjadi wilayah homogen
yaitu bisa dipengaruhi oleh banyak hal seperti iklim, topografi, kondisi ekonomi,
sosial dan lainnya.

Sebagian besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi homogenitas


pertanian di kecamatan diatas yaitu karena faktor iklim, lahan pertanian yang dimana
memiliki unsur hara yang baik, serta pengaturan produksi oleh para petani yang
membuat kecamatan tersebut unggul. Untuk spesifik setiap komoditas tidak ada
perbedaan yang signifikan karena dalam homogenitas pertanian faktor yang paling
mempengaruhi yaitu pada keadaan geografisnya seperti potensi tanaman yang akan di
tanam, dan juga kemudahan akses antara satu wilayah dengan yang lainnya.

Untuk tiga kecamatan Gisting memiliki lokasi yang dekat dengan Talang
Padang sehingga kondisi geografis baik kondisi kesuburan tanah, iklim, dan lainnya
serta kondisi ekonomi pasti tidak akan terlalu jauh atau malah akan serupa.

4.3. Rencana Pengembangan Wilayah

Metode perencanaan pengembangan wilayah sistem pendekatan agribisnis


terdiri dari 4 subsistem yaitu subsistem agroproduksi, subsistem agroprocessing,
subsistem agromarketing, dan subsistem kelembagaan penunjang.

4.3.1. Wilayah Homogen Jahe : Perencanaan pengembangan wilayah


homogen jahe dilihat dari subsitem hilir yaitu bagian pengolahan yang dimana jahe
dikembangkan pengolahannya seperti menjadi minuman jahe, atau bisa juga jahe
bubuk, dan juga manisan jahe sehingga tidak menetap pada satu hal jadi lebih baik
selain di pasarkan langsung, jahe diolah juga menjadi berbagai macam olahan. Serta
untuk perdagangan petani harus memulai untuk mengambil konsumen sendiri tanpa
terlalu bergantung pada tengkulak, mungkin bisa dengan memasok ke toko-toko atau
swalayan.

4.3.2. Wilayah Homogen Lengkuas : Perencanaan pengembangan lebih


kepada subsistem hulu yang dimana memaksimalkan di bagian on-farm seperti
pemakaian pupuk, alat yang membantu petani agar lebih efisien, dan perawatan
ditingkatkan sehingga jumlah produksi juga dapat meningkat. Selain itu juga petani
harus memperhatikan kondisi pasar dan juga mencoba untuk tidak mengandalkan
tengkulak, serta bantuan penyuluhan dari Dinas Pertanian atau BPP setempat.

4.3.3. Wilayah Homogen Tomat : Perencanaan pengembangan wilayah


homogen tomat di subsistem agroproduksi dan agroinput dengan menyediakan bibit
unggul, meningkatkan perawatan pada tanaman seperti pada penggunaan pupuk, obat,
ataupun pestisida yang dapat mempengaruhi ukuran dan kualitas tomat, sehingga
tomat dapat terlihat segar meskipun sudah di panen. Pada pengolahan tomat dapat
diolah menjadi saus, manisan, dan minuman. Dukungan dari pemerintah juga
diperlukan seperti pelatihan untuk petani dan bantuan alat-alat pertanian.

4.3.4. Wilayah Homogen Terong : Perencanaan pengembangan wilayah


homogen terong pada subsistem agroimput dan agroproduksi pada penyediaan benih
dan media tanam yang baik, lalu pada perawatan agar tanaman yang dihasilkan
memiliki ukuran yang sesuai dan kualitas terong juga baik dan tahan lama saat pasca
panen, untuk perdagangan atau pemasaran mengurangi ketergantungan pada
tengkulak agar setidaknya pendapatan dapat meningkat selain itu juga mengadakan
pelatihan untuk para petani lewat para penyuluh.

4.3.5. Wilayah Homogen Pisang : Perencanaan pengembangan wilayah


homogen pisang pada subsistem agroproduksi atau on-farm pada saat budidaya, yaitu
mengurangi terjadinya penyerangan penyakit dengan melakukan penyiangan rutin,
mengolah pisang menjadi berbagai produk seperti minuman, keripik pisang, dan
banyak lainnya yang memiliki potensi untuk produk pengolahan pisang. Selain itu
juga dukungan pemerintah baik dalam bantuan alat serta pelatihan oleh para penyuluh
pertanian, dan untuk pemasaran lebih memperluas lagi dengan mencari konsumen
sebagai pemasok seperti produsen keripik pisang dan lainnya.

V. Simpulan dan Saran


Jadi, wilayah homogen pertanian di Kabupaten Tanggamus apabila dilihat
dari data yang diperoleh oleh pengamat yaitu Kecamatan Talang Padang, Gisting, dan
Sumberejo yang dimana ketiganya memiliki kemiripan atau hal yang serupa sehingga
membuat wilayah tersebut menjadi homogen. Hal itu tentunya dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu geografis, sumber daya, dan keadaan ekonomi
masyarakat.
Pengembangan wilayah agribisnis dengan pendekatan subsistem agribisnis
yang terdiri dari 4 sub yaitu subsistem agroproduksi atau on farm, susbsistem
pengolahan atau agroprocessing, susbsistem agromarketing dan susbistem
kelembagaan penunjang. Untuk wilayah homogen komoditas jahe, tomat, dan pisang
bisa ditingkatkan dengan memproduksi produk makanan atau minuman selain menjual
langsung ke konsumen, dan juga butuh pelatihan pertanian dari penyuluh yang bisa
berasal dari Dinas Pertanian dan BPP terdekat. Dukungan pemerintah juga sangat
penting guna meningkatkan hasil produksi tanaman.

Daftar Pustaka
http://repository.ut.ac.id/4633/1/MAPU5303-M1.pdf diakses pada tanggal
20 Februari 2021, pukul 21.38 WIB.
https://adoc.pub/ii-tinjauan-pustaka-21-konsep-pengembangan-
agropolitan.html diakses pada tanggal 20 Februari 2021, pukul 22.10
WIB
https://media.neliti.com/media/publications/101863-ID-evaluasi-
pengembangan-wilayah-dalam-meni.pdf diakses pada tanggal 20
Februari 2021, pukul 22.11 WIB
https://tanggamuskab.bps.go.id/indicator/55/190/2/produksi-tanaman-
sayuran.html diakses pada tanggal 21 Februari 2021, pukul 21.00 WIB
https://tanggamuskab.bps.go.id/indicator/55/191/1/produksi-buah-
buahan.html diakses pada tanggal 21 Februari 2021, pukul 21.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai