Anda di halaman 1dari 24

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografi
a. Lokasi dan Batas - Batas
Lokasi Desa Kruwisan terletak di lereng gunung Sindoro
tepatnya di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung dengan
batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kwadungan Gunung
2) Sebelah Timur : Desa Kruwisan
3) Sebelah Selatan : Desa Jambu
4) Sebelah Barat : Desa Canggal

b. Keadaan Tanah dan Penggunaan Lahan


Desa Kruwisan terletak di lereng gunung Sumbing dengan tinggi
tempat berkisar 1000 s/d 2000 m/dpl.Topografi tanah Desa Kruwisan
merupakan tanah miring bergelombang
No Penggunaan Lahan Luas Lahan ( Ha )
1 Tegal 33
2 Pekaranagan/Bangunan 431,44
3 Hutan 467,44
4 Lain Lain 1,1

2. Iklim
a. Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Kledung selama lima
tahun terakhir (2016-2021).
2017 2018 2019 2020 2021
No Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1. Januari 342 28 304 19 626 28 497 26 636.5 31
2. Februari 384 18 366 22 716 25 692 26 450.5 28
3. Maret 592 25 366 21 377 24 484 22 573.9 31
4. April 547 23 336 26 491 22 168 15 331.7 31
5. Mei 91 8 303 27 241 11 98 11 114.2 14
6. Juni 215 12 221 15 233 10 10 2 - -
7. Juli 159 13 145 13 66 4 0 0 - -
8. Agustus 2 1 93 10 24 2 0 0 3 3

24
9. September 2 1 389 19 59 6 0 0 - -
10 Oktober 1 1 550 27 179 13 7 1 60.5 5
. November 192 13 379 23 560 25 262 12 101.5 13
11 Desember 413 20 536 27 351 18 362 21 403 19
12
JUMLAH 3340 18 3987 249 3923 188 2580 136 2674. 175
0 8
RATA-RATA 117 13 232 21 327 16 215 11 297 19

b. Suhu dan Kelembaban


Wilayah Desa Kruwisan merupakan daerah bergelombang
dengan ketinggian 800-2000 m dpl. Suhu rata-rata 25 0C. kelembaban
yaitu antara 66,3 % - 69,43 % atau rata-rata 68,69% (Laboratorium
tanaman Kedu).
Dengan keadaan suhu dan kelembaban yang demikian sangat
mendukung perkebangan usaha pertanian di wilayah ini. Sumber daya
alam yang ada harus dimanfaatkan secara optimal serta harus
dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu
pengetahuan, ketrampilan dan penerapan teknologi usaha tani yang
berwawasan lingkungan.

B. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II yang telah dilaksanakan
adalah menyelesaikan tagihan dalam bentuk elemen kompetensi. Berikut ini
adalah hasil pelaksanaan PKL II di Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung,
KabupatenTemanggung, Provinsi Jawa Tengah.
1. Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian
Materi yang disampaikan adalah Pengenalan Organisme Penganggu
Tanaman Komoditas Bawang Putih. Berikut adalah rincian meteri yang
disampaikan
Bagian Materi
Pendahulua Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan
n komoditas sayuran unggulan memiliki cita rasa dan
manfaat yang tidak dapat digantikan oleh produk
lainnya. Komoditas bawang putih sangat berpeluang
untuk menjadi sumber pendapatan dan pemberi

25
kesempatan kerja yang memberikan kontribusi tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Belum
meluasnya pertanaman bawang putih di Indonesia
karena petani belum terbiasa menanam komoditas
tersebut dan terdapat kendala Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT).
Isi Hama pada bawang putih dinamis
keberadaannya karena ekosistem pertanaman
bawang putih juga merupakan ekosistem dinamis.
Karakteristik OPT Bawang Putih
1. daya keperidian tinggi
2. mortalitas alamiah rendah
3. siklus hidup singkat
4. cenderung bermigrasi
5. daya adaptasi pada habitat baru kuat,
6. daya kompetisi antar spesies rendah,
7. ukuran tubuh (relatif) kecil.
Oleh karena itu, sering terjadi peledakan OPT
pada kondisi ekosistem yang mendukung. Terdapat
beberapa OPT penting tanaman bawang putih, yang
meliputi sebagai berikut.
1. Penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting
Disease)
2. Penyakit ngelumpruk (Stemphylium leaf
blight)
3. Penyakit trotol atau bercak ungu (Purple blotch)
4. Penyakit otomatis atau antraknose (Antracnose)
5. Penyakit embun bulu atau tepung palsu (Downy
mildew)
6. Bercak Daun
7. Mati Pucuk
8. Virus Mosaik Bawang

26
9. Trips
10. Ulat Bawang
11. Lalat Pengorok Daun
12. Ulat tanah

Penutup Standar pengendalian organisme pengganggu


tanaman adalah lakukan pengamatan berkala, tentukan
jenis tindakan yang perlu segera, pengendalian OPT
saat ambang batas ekonomi, Gunakan Agensia Hayati.

2. Membuat Media Penyuluhan Pertanian


Media yang dibuat adalah booklet. Pemilihan media berdasarkan
tingkat adopsi petani, karena mayoritas petani berpendidikan Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat, maka media dalam bentuk tulisan
dapat diterima, serta untuk menggugah komitmen petani untuk
menerapkan materi yang disuluhkan maka media sesungguhnya adalah
pilihan yang terbaik.

3. Menetapkan Dan Menggunakan Metode Penyuluhan Pertanian


Penetapan metode yang digunakan dalam penyuluhan pertanian
adalah dengan melakukan analisis menggunakan matrik/model urutan
penetapan metode, dimana dilakukan skoring terhadap keadaan sasaran,
keadaan penyuluh, keadaan wilayah, biaya dan sarana, kebijakan
pemerintah, serta materi yang disampaikan, yang dirincikan sebagai
berikut.

Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
1 Keadaan Pendidikan SD-SMA Tingkat pendidikan rata-
sasaran rata SD hingga SMA,
Pekerjaan Petani petani memiliki
pengalaman bertani antara
Pengalaman Lebih dari 15-20 tahun, telah
bertani 15-30 tahun mengikuti kegiatan
penyuluhan berupa
Penyuluhan yang Pertemuan, pertemuan, SLPTT,
pernah diikuti SLPTT, SLPHT.

27
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
SLPHT,
Demonstrasi Dapat mengikuti berbagai
Luas Usaha Tani macam metode.
0,5-2 Ha2
2 Penyuluh Pendidikan SMK Tingkat pendidikan
Pertanian penyuluh.
Masa Kerja Pelatihan yang diikuti
- adalah SL-PTT, SL-PHT,
Usia LAKUSUSI dan lain-lain
21 Tahun Pengalaman bekerja
Jenis Kelamin belum ada .
Laki-laki
Bidang Keahlian Sudah memadai untuk
Pertanian melaksanakan berbagai
macam metode.
3 Keadaan Keadaan Dataran Kondisi wilayahnya datar
Wilayah hamparan tinggi dengan luasan wilayah
lebih dari 150 ha dengan
Peruntukan Ladang komoditas unggulan
Lahan tembakau, cabai, dan
bawang putih
Luas Wilayah Luas
wilayah 160
Ha Bisa menerapkan
berbagai metode untuk
Komoditi yang Cabai, meningkatkan
diusahakan/ pola Bawang produktivitas
tanam Putih,
Tembakau
4 Biaya dan Sumber biaya Swadaya Biaya dan sarana dengan
sarana cara swadaya kelompok.
Jumlah biaya Rp. 100.000 Sudah memadai untuk
melaksanakan berbagai
macam metode.
5 Kebijakan Kebijakan Ada Kebijakan pemerintah
Pemerintah Pemerintah Pusat masih dipergunakan
sebagai acuan kelompok.
Kebijakan Pemda
Tk II Ada

Perdes
Ada
6 Materi Macam materi Pemeliharaa Materi yang disampaikan
n - OPT sesuai dengan kondisi
Penting yang dihadapi kelompok.
tanaman
bawang
putih
Tujuan
penyampaian Pengetahuan
materi (PSK) Dan Minat

Judul Materi
Pengenalan
OPT Penting

28
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
tanaman
bawang
putih

Rekapitulasi skor pertimbangan pemilihan metode penyuluhan


adalah sebagai berikut.

Aspek yang dinilai Ceramah Demostrasi Bimbingan Studi


Cara Teknis Banding
Sasaran *** ** *** **
Penyuluh *** ** ** **
Keadaan Wilayah *** *** *** ***
Biaya dan Sarana *** * * *
Kebijakan *** *** ** **
Materi *** * * *
Jumlah Skor 18 12 12 11

Berdasarkan kategori serta data dan hasil rekapitulasi skor dari


matriks/model urutan penetapan metode, maka diambil kesimpulan atau
ditetapkan bahwa jenis metode yang digunakan adalah pertemuan/
ceramah dan disuksi.

4. Mempersiapkan Penyuluhan Pertanian


Mempersiapkan kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang
harus dilakukan sebelum melakukan penyuluhan pertanian. Persiapan
yang dilakukan adalah menyiapkan materi, merumuskan tujuan
penyuluhan, menyusun lembar persiapan menyuluh, menentukan petani
peserta penyuluhan, menentukan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan,
membuat daftar alat peraga, menyiapkan lembar evaluasi pre dan post
test, serta menyiapkan petugas yang akan dilibatkan dalam kegiatan
penyuluhan.
Materi yang telah disiapkan, disusun dari berbagai sumber yang
dapat dipercaya. Sumber yang diambil adalah dari buku serta anjuran dari
pemerintah dalam bentuk buklet maupun selebaran. Materi yang disusun
juga harus disesuaikan dengan rumusan tujuan penyuluhan yang
dilakukan, sehingga materi yang disusun sesuai dengan harapan
penyuluh. Adapun tujuan penyuluhan yang dilakukan adalah untuk

29
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam pemanfaatan lahan
pekaragan menggunakan sistem akuaponik model vertiminaponik dan
rakit apung.
Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada peserta harus
disampaikan secara tuntas sesuai materi tersebut. Penyusunan lembar
persiapan menyuluh (LPM) dimaksudkan sebagai acuan untuk
mempermudah penyuluh dalam menyampaikan materi, LPM setidaknya
memuat judul, tujuan, metode, media, waktu, alat bantu, uraian kegiatan,
serta estimasi waktu penyuluhan pertanian.
Petani peserta penyuluhan yang akan menghadiri kegiatan perlu
dilakukan pendataan terlebih dahulu, hal ini berkaitan dengan persiapan
terhadap media tercetak yang akan dibagikan ke masing-masing peserta.
Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan perlu dipersiapkan,
hal ini berkaitan untuk persiapan undangan peserta penyuluhan, sumber
daya yang ada di tempat penyuluhan serta pengaturan jadwal yang ada
dipenyuluh maupun pada peserta penyuluhan. Tempat dan waktu
disepakati bersama penyuluh dan petani peserta penyuluhan.
Daftar alat peraga perlu dibuat sehingga semua kebutuhan
penyuluhan yang akan digunakan sebagai peraga penyuluhan dapat
disiapkan dan kekurangan alat peraga saat penyuluhan dapat
diminimalisir. Hal lainnya yang perlu disiapkan adalah lembar evaluasi
pre dan post test, terutama pada jumlah eksemplar yang akan dibuat
disesuaikan dengan jumlah peserta penyuluhan. Petugaa yang akan
dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan juga harus disiapkan sehingga kita
dapat membagi tugas dalam kegiatan penyuluhan tersebut.

5. Melakukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian


a. Waktu
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilakukan pada hari
Rabu, 20 Juli 2022. Pukul 14.00-16.00 WIB.

30
b. Tempat
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilaksanakan di
Kelompok Tani Sapta Mandiri yang bertempat di,
Desa : Kruwisan
Kecamatan : Kledung
Kabupaten : Temanggung
Provinsi : Jawa Tengah

c. Rumusan Tujuan Penyuluhan Pertanian


Tujuan dari diadakan kegiatan penyuluhan ini ialah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam melaksanakan
pengendalian organisme penggganggu tanaman bawang putih secara
terpadu, Dengan rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
sebagai berikut.
No Audience Behaviour Condition Degree
1 Petani mengetahui Macam macam secara benar dan
OPT Penting lengkap
Bawang Putih
2 Petani mengetahui Teknik mitigasi secara benar dan
OPT Penting lengkap
Bawang Putih
3 Petani berminat Melaksanakan Secara terpadu
Pengelolaan OPT
dilahan
pertanamannya

d. Alat dan Bahan Penyuluhan Pertanian


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut.
No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyekto 1 Unit
3 Booklet 10 Eksemplar
4 Lembar Pretest 10 Eksemplar
5 Lembar Postest 10 Eksemplar

e. Peserta Penyuluhan
Daftar hadir peserta penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih
di Kelompok tani Sapta Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung dibubuhkan dalam lampiran.

31
f. Lembar Evaluasi
Lembar Evaluasi berupa kuisioner pre-test dan post test
penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta
Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung dibubuhkan dalam
lampiran.

g. Daftar Petugas
Adapun daftar petugas yang terlibat dalam penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta Mandiri,
Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung adalah sebagai berikut.
No Nama Jabatan Keterangan
1 Mohamad Kholid Koordinator BPP/ Pengarah
S,PKP., M.Si. Pembimbing Eksternal
2 Heriyanto PPL WKPP Desa Kruwisan Pengarah
3 Aviad Rezqiano P. Mahasiswa PKL 2 Pemateri
4 Anjas Putra P. Mahasiswa PKL 2 Dokumentasi
5 Adella Fitriani Mahasiswa PKL 2 Notulis

6. Melakukan Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian


a. Tujuan Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian
Rumusan tujuan evaluasi hasil penyuluhan adalah sebagai
berikut.
1) Mengukur peningkatan pengetahuan petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.
2) Mengukur peningkatan sikap petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.

b. Populasi dan Sampel


Setelah pemilihan lokasi, selanjunya pengambilan sampel
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan karakteristik populasi, populasi dalam kegiatan
evaluasi penyuluhan ini anggota Kelompok Tani Sapta Mandiri

32
Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung
Provinsi Jawa Tengah.
2) Menentukan sampel, sampel dipilih sebanyak 10 petani untuk
dijadikan responden.

c. Indikator dan Parameter


Alat ukur yang akan digunakan untuk Evaluasi ini adalah berupa
instrumen. Di dalam instrumen diantaranya terdapat Variabel,
Indikator, parameter dan skor. Intrumen ini nantinya akan
dikembangkan berupa kuesioner tertutup. Kisi-kisi instrumen adalah
gambaran umum instrumen yang akan di sebarkan kepada
responden.
Berikut adalah tabel kriteria jawaban item soal pengetahuan dan
sikap.
Kategori Pengetahuan Sikap Nilai
Tinggi Benar (Sangat Tepat) Setuju 1
Rendah Salah (Tidak Tepat) Tidak Setuju 0

d. Metode Analisis Data


Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian
yang menggunakan sampel tetapi hasil penelitian tidak dimaksudkan
sebagai kesimpulan (generalisasi) dari populasi penelitian. Statistik
deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui sampel atau populasi
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2009).
Adapun cara analisis data kuisioner yang digunakan yaitu
melalui metode Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu
statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
Data yang terkumpul selanjutnya dimasukan kedalam tabulasi data.
Adapun skala pilihan jawaban dan pembobotan yang digunakan
untuk penilaian ini dapat dilihat pada berikut ini,
Tabel Klasifikasi Penilaian Pengetahuan dan Sikap Petani

33
Pengetahuan Sikap Nilai Interval
Baik Sekali Sangat Setuju Nilai (4) Skor 81,25 % - 100 %
Baik Setuju Nilai (3) Skor 62,50 % - 81,24 %
Cukup Tidak Setuju Nilai (2) Skor 43,75 % - 62,49 %
Kurang Baik Sangat Tidak Setuju Nilai (1) Skor 25,00 % - 43,74 %

e. Karakteristik Responden
1) Umur Responden
Umur merupakan parameter penting untuk mengetahui
produktivitas tenaga kerja. Menurut Suranto (2010) dalam
Purwanto (2015), usia manusia berdasarkan produktivitas kerja
dapat dibedakan 3 kelompok umur yaitu umur belum produktif
(<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur pasca
produktif (>64 tahun). Klasifikasi responden berdasarkan umur
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui bahwa
petani responden di Desa Kruwisan yang berumur <15 tahun
tidak ada, dan petani yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10
orang atau 100% ini dikatakan umur yang produktif. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto
(2015) yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan
modal utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur
produktif diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan
fisik untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.

2) Kedudukan Dalam Kelompok


Kedudukan dalam kelompok merupakan faktor yang
penting bagi petani dalam melakukan usaha tani. Kedudukan
dalam kelompok dapat menggambarkan keaktifan petani,

34
sehingga hal ini dapat berpengaruh secara tidak langsung pada
kemudahan dalam mengadopsi teknologi-teknologi terapan yang
berkembang dalam dunia usaha tani. Klasifikasi responden
berdasarkan kedudukan dalam kelompok dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Kedudukan Dalam Jumlah
No Persentase (%)
Kelompok Responden
1 Pengurus 2 20
2 Anggota 8 80
Total 10 100

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari tabel


tersebut menunjukkan Kedudukan dalam kelompok responden
di Kelompok Tani Sapta Mandiri Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung secara umum. Dari 10 petani responden yang
berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 2 responden (20%)
dan yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 8 responden
(80%).

3) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting bagi
petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak dapat
didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan lebih
banyak diperoleh melalui eksperimen atau pengalaman dan
belajar langsung kepada penyuluh dan teman-teman petani yang
telah sukses. Sehingga lebih cepat dalam meningkatkan
ekonomi keluarga untuk mencapai kesejahteraan. Klasifikasi
responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tingkat Jumlah Persentase
No
Pendidikan Responden (%)
1 SD 0 0

35
2 SLTP 8 80
3 SLTA 2 20
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat
pendidikan petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Sapta
Mandiri Desa Kruwisan Kecamatan Kledung, dari 10 petani
responden yang tamat SLTP sebanyak 8 orang (80%), serta yang
berpendidikan SLTA sebanyak 2 orang (80%). Jadi tingkat
pendidikan di lokasi pengkajian lebih didominasi tamatan
SLTA, artinya dari segi pendidikan peserta penyuluhan sudah
memadai. Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor
pendukung bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan
dapat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.

f. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian


1) Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan
Pengecekkan terhadap pelaksanaan penyuluhan Pengenalan
OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri meliputi
kelengkapan administrasi dan seluruh berkas yang dibutuhkan
pada saat penyuluhan. Berdasarkan tinjauan lapangan yang
dilakukan, pelaksanaan penyuluhan Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri didapatkan hasil sebagai
berikut.
Keterangan
No Tahapan
Ada Tidak ada
1 Materi yang akan disuluhkan √
2 Rumusan tujuan penyuluhan √
3 Lembar Persiapan Menyuluh √
4 Petani Peserta Penyuluhan √
(Presensi)
5 Tempat Kelompok Tani Sapta Madiri Desa
Kruwisan Kecamatan Kledung
6 Waktu 20 Juli 2022
7 Daftar Alat peraga Booklet
8 Lembar valuasi Kegiatan √
(Pra dan pasca tes)
9 Daftar petugas yang terlibat √
10 Foto kegiatan penyuluhan √

36
pertanian

2) Evaluasi Pengetahuan
Pengetahuan petani merupakan kemampuan petani dalam
memahami hal-hal yang berhubungan dengan mengetahui,
memahami, dan menerapkan. Pengukuran tingkat pengetahuan
petani menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari
materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai materi
penyuluhan yang telah diberikan kepada petani. Materi yang
disampaikan oleh penyuluh tentang Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri. Berdasarkan materi
yang telah diberikan tersebut melalui 10 butir pernyataan untuk
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.

BAIK CUKUP SA N GA T BAIK

1; 10% 1

10; 100%
9; 90%

Pre-test Post Test

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pre test


pengetahuan 90% memiliki pengetahuan yang baik dan 10%
petani memiliki pengetahuan cukup utuk OPT Bawang Putih,
sedangkan Post-test seluruh responden memiliki pengetahuan
yang sangat baik terhadap OPT Bawang Putih.
Berdasarkan hasil pengujian statistik Wilcoxon didapatkan
hasil sebagai berikut.

37
Pengetahuan
POSTTEST - PRETEST
Z -2.913a
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nilai signifikansi post test terhadap pre test adalah 0,004


yang artinya terdapat perbedaan nyata antara pengetahuan petani
tentang OPT Bawang Putih sebelum dan setelah penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta
Mandiri.
Hasil ini juga berarti metode ceramah dan muatan materi
yang digunakan dan disampaikan tepat dengan sasaran petani.

3) Evaluasi Sikap
Sikap petani merupakan kemampuan petani yang lebih
mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi berbeda
dengan penalaran yang berhubungan dengan menerima,
partisipasi, dan menilai. Pengukuran tingkat sikap petani
menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari materi
yang disampaikan oleh penyuluh mengenai yang telah diberikan
kepada petani tentang Pengenalan OPT Bawang Putih di
Kelompok Tani Sapta Mandiri.. Berdasarkan materi yang telah
disampaikan tersebut dibuat 10 butir pernyataan yang kemudian
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.

Post Test
Pre Test

10% 20%

70% 100%

Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju


Sangat Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pre test


sikap 70% memiliki sikap yang setuju, 20 % sangat setuju dan

38
10% petani memiliki sikap tidak setuju utuk OPT Bawang Putih,
sedangkan Post-test seluruh responden memiliki sikap yang
sangat setuju terhadap pengenalan OPT Bawang Putih.
Berdasarkan hasil pengujian statistik Wilcoxon didapatkan
hasil sebagai berikut.
Sikap
POSTEST - PRETEST
Z -2.827a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nilai signifikansi post test terhadap pre test adalah 0,005


yang artinya terdapat perbedaan nyata antara sikap petani
tentang OPT Bawang Putih sebelum dan setelah penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta
Mandiri.

7. Melakukan Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian


a. Rumusan Tujuan Evaluasi Dampak
Rumusan tujuan evaluasi dampak penyuluhan adalah sebagai
berikut.
1) Mengukur tingkat perubahan dampak pada aspek ekonomi dari
program penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih
di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
2) Mengukur tingkat perubahan dampak penerapan dari program
penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

b. Data Kegiatan Penyuluhan


1) Tujuan

39
Tujuan dari diadakan kegiatan penyuluhan ini ialah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam
melaksanakan good agricultural practice tanaman bawang putih
dari 45%-60 %

2) Waktu dan Tempat


Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilakukan
sepanjang bulan November 2020 hingga Februari 2021.
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilaksanakan
bertempat di,
a) Desa : Kruwisan
b) Kecamatan : Kledung
c) Kabupaten : Temanggung
d) Provinsi : Jawa Tengah

3) Alat dan Bahan


No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyektor 1 Unit
3 Leaflet 10 Eksemplar
4 Media Sesungguhnya - -

4) Materi Yang Disampaikan


Materi yang disampaikan adalah SOP Budidaya Bawang
Putih yang dibubuhkan dalam lampiran.

5) Metode Penyuluhan
Metode Demonstrasi dengan peragaan suatu teknologi
(bahan, alat atau cara) dan atau hasil penerapannya secara nyata
yang dilakukan oleh demonstrator kepada pelaku utama dan
pelaku usaha. Demonstrasi plot (Demplot) adalah peragaan
penerapan teknologi oleh petani perorangan di lahan
usahataninya.

40
c. Waktu dan Tempat Evaluasi
Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini dilaksanakan dari
27 Juli 2022. Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini berlokasi di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

d. Sasaran Evaluasi
Sasaran kegiatan evaluasi damp penyuluhan pertanian adalah
para petani bawang putih di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi
Jawa Tengah. dengan jumlah sebanyak 10 petani. Petani tersebut
merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok taninya yang
telah menerima materi penyuluhan Good Agricultural Practice
Bawang Putih.

e. Populasi dan Sampel


Populasi (universe) ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi pada kegiatan evaluasi ini adalah petani
bawang putih di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan,
Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa
Tengah yang telah menerima materi penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih.
Sampel adalah sebagian individu dan populasi yang
karakteristiknya diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan
populasi. Sampel yang digunakan dalam kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian ini berjumlah 10 sampel. Pengambilan
sampel menggunakan metode puposive Sampling. Petani yang

41
dijadikan sampel telah mengikuti penyuluhan Good Agricultural
Practice Bawang Putih.
f. Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran
Alat ukur yang akan digunakan untuk Evaluasi ini adalah berupa
instrumen. Di dalam instrumen diantaranya terdapat Variabel,
Indikator, parameter dan skor. Intrumen ini nantinya akan
dikembangkan berupa kuesioner tertutup. Kisi-kisi instrumen adalah
gambaran umum instrumen yang akan di sebarkan kepada
responden.
No Variabel Parameter Skala
1 2 3
1 Keuntungan Usaha Tani
2 Ekonomi Pengeluaran Usaha Tani
3 Produktivitas Bawang Putih
4 Jarak tanam
5 Penggunaan Benih
6 Persiapan lahan
Penerapan Teknis
7 Pemupukan
Budidaya
8 Penyiangan
9 Pengendalian Hama
10 Panen
Keterangan
1 : Menurun
2 : Tetap
3 : Meningkat

g. Hasil Evaluasi Dampak


1) Karakteristik Responden
a) Umur
Umur merupakan parameter penting untuk mengetahui
produktivitas tenaga kerja. Menurut Suranto (2010) dalam
Purwanto (2015), usia manusia berdasarkan produktivitas
kerja dapat dibedakan 3 kelompok umur yaitu umur belum
produktif (<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan
umur pasca produktif (>64 tahun). Klasifikasi responden
berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No Umur Jumlah Responden Persentase (%)

42
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui
bahwa petani di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan yang berumur <15 tahun tidak ada, dan petani
yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10 orang atau 100%
ini dikatakan umur yang produktif. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto (2015)
yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan modal
utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur produktif
diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan fisik
untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.

b) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting
bagi petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak
dapat didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan
lebih banyak diperoleh melalui eksperimen atau
pengalaman dan belajar langsung kepada penyuluh dan
teman-teman petani yang telah sukses. Sehingga lebih cepat
dalam meningkatkan ekonomi keluarga untuk mencapai
kesejahteraan. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tingkat
No Jumlah Responden Persentase (%)
Pendidikan
1 SD 1 10
2 SLTP 3 30
3 SLTA 6 60
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100

43
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat
pendidikan petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan, dari 10 petani responden yang
tamat SD sebanyak 1 orang (10%), berpendidikan SLTP
sebanyak 3 orang (30%), serta yang berpendidikan SLTA
sebanyak 6 orang (60%). Jadi tingkat pendidikan di lokasi
pengkajian lebih didominasi tamatan SLTA, artinya dari
segi pendidikan peserta penyuluhan sudah memadai.
Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor pendukung
bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.

c) Kedudukan Dalam Kelompok


Kedudukan dalam kelompok merupakan faktor yang
penting bagi petani dalam melakukan usaha tani.
Kedudukan dalam kelompok dapat menggambarkan
keaktifan petani, sehingga hal ini dapat berpengaruh secara
tidak langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Klasifikasi responden berdasarkan kedudukan
dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Jumlah Persentase
No Kedudukan
Responden (%)
1 Pengurus 1 10
2 Anggota 9 90
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari tabel
tersebut menunjukkan Kedudukan dalam kelompok
responden di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan secara umum. Dari 10 petani responden yang
berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 1 responden
(10%) dan yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 9
responden (90%).

44
2) Dampak Ekonomi
Analisis dampak ekonomi dari penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih Di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah keuntungan usaha tani bawang putih meningkat?
b) Apakah pengeluaran usaha tani bawang putih meningkat?
c) Apakah produktivitas bawang putih meningkat?

Melalui 3 butir pertanyaan dengan 10 responden yang terdiri


dari petani dan penyuluh ditemukan data peningkatan aspek
ekonomi yang dapat dilihat pada diagram berikut.

Aspek eKONOMI

Meningkat
30%
Tetap
40%

Menurun
30%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 30%


responden merasakan adanya peningkatan ekonomi, 40% tetap, dan
30 % menurun. Hal ini menandakan bahwa kegiatan penyuluhan
yang diadakan memberikan dampak yang berbeda bagi aspek
ekonomi petani di Kelompok Tani Tri Manunggal.

3) Dampak Penerapan Teknis


Analisis dampak perilaku dari penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih Di Kelompok Tani Tri

45
Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan jarak tanam dengan
rekomendasi 15 x15 cm ?
b) Apakah bapak/ibu sudah menggunakan benih unggul
dengan rekomendasi 80-100 kg/rol?
c) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan olah tanah sempurna
dengan rekomendasi membalik tanah minimal 1 kali selama
musim tanam?
d) Apakah bapak ibu/melakukan pemupukan berimbang
dengan rekomendasi di parit pada 15 HST dan 35 HST?
e) Apakah bpk/ibu melakukan penyiangan dengan
rekomendasi secara mekanis minimal 3 kali selama musim
tanam?
f) Apakah bapak ibu menerapkan pengendalian hama terpadu?
g) Apakah bapak/ibu melakukan pemanenan pada saat yang
tepat dengan rekomendasi mutu fisik yang baik?

Melalui 7 butir pertanyaan dengan 10 responden yang terdiri


dari petani dan penyuluh ditemukan data peningkatan aspek
perilaku yang dapat dilihat pada diagram berikut.

Perilaku

100%
Menerapkan Sesuai Rekomendasi Menerapkan Tidak Sesuai Rekomendasi
Tidak Menerapkan

46
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 100%
responden merasakan adanya peningkatan perilaku budidaya
tanaman bawang putih yang baik (Good Agriculural Practice) di
lahan pertanamannya. Hal ini menandakan bahwa kegiatan
penyuluhan yang diadakan memberikan dampak peningkatan
perilaku bagi petani Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan
Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung.

47

Anda mungkin juga menyukai