TUGA RANGKUMAN
SKRIPSI
Oleh
Herianto : C1G020136
Ilham Hidayat :C1G020113
Lalu Zami Mohan KRD : C1G020136
FAKULTAS PENTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
Nim : C1G017001
Telah berhasil dipertahankan di depan Dosen Penguji yang terdiri atas Dr. Ir.
Muhamad Siddik, MS., Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc., dan Ir. Addinul Yakin GD. Ec. M. Ec. pada
tanggal 18 Juli 2022 dan terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Skripsi tersebut telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing
Menyetujui
Sembalun merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat dengan luas wilayah 217,08 Km2. Kecamatan Sembalun terdiri dari 6 desa yaitu
Desa Sembalun Bumbung, Desa Sembalun Lawang, Desa Sajang, Desa Bilok Petung, Desa
Sembalun, dan Desa Sembalun Timba Gading. Dengan jumlah penduduk 19.900 jiwa pada
angka tahun 2016, Kecamatan Sembalun mampu menjadi pusat hortikultura terbesar di NTB.
Pada tahun 2017 Dinas Pariwisata Provinsi NTB bekerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) lingkup Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur mengadakan acara
“Sembalun Hortikultura Festival” yang masuk dalam rangkaian Bulan Pesona Lombok Sumbawa
2017 (sumber: Balai Penelitian Tanaman Sayuran, tahun 2017). Dengan adanya acara yang
diadakan Pemerintah Provinsi NTB, merupakan sebuah bukti bahwa Sembalun memegang
potensi unggulan dalam pertanian hortikultura dibanding dengan sektor yang lain.
Diantara jenis tanaman hortikultura yang sudah mulai banyak dikembangkan di Kecamatan
Sembalun adalah tanaman kentang. Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
banyak ditanam di daerah Sembalun, terutama setelah adanya kerja sama antara petani Sembalun
dengan PT. Indofood sejak 2005. Selain kentang, wortel merupakan jenis tanaman hortikultura
yang begitu digemari oleh masyarakat. Sehingga banyak dari petani Sembalun yang menanam
wortel dengan produksi yang melimpah. Dengan maraknya industri yang berkembang sekarang
wortel jadi semakin banyak digemari, karena selain sebagai bahan makanan dalam kebutuhan
sehari-hari juga bisa dibuat dalam bentuk makanan ringan dan berbagai produk obat dan lain-
lain.
1. Pengolahan Lahan
2. Pemberian Pupuk Dasar
3. Persiapan Bibit dan Cara Menanam Bibit
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Pengendalian Hama Penyakit .
6. Pemanenan
2. Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan penanaman kentang dan
wortel yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang pada area tertentu dan
mengelola faktor-faktor produksi yang mempengaruhi penanam an.
3. Biaya Produksi merupakan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
pengelolaan usahatani dari hulu hingga hilir dalam satu musim tanam yang terdiri dari total
biaya tetap dan total biaya variabel.
4. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk proses usahataninya
dengan jumlah yang tidak tetap (berubah-ubah) tergantung dengan besar kecilnya produksi
yang dijalankan.
5. Biaya Tetap adalah biaya yang dibayarkan maupun tidak dibayarkan oleh petani untuk
usahataninya dengan jumlah yang tetap tidak terpengaruh oleh besar kecil produksi yang
diperoleh.
6. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah kentang atau wortel yang telah
diperoleh oleh petani dalam satu musim tanam dan dinyatakan dalam ukuran berat atau
dalam satuan kilogram.
7. Nilai Produksi yang dimaksud adalah penerimaan yang diperoleh oleh petani dari jumlah
produksi yang dikalikan dengan harga yang berlaku di tingkat petani dan dinyatakan dalam
satuan rupiah.
8. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh petani dengan
total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut.
9. Analisis Komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu membandingkan biaya
produksi, nilai produksi dan pendapatan usahatani kentang dengan usahatani wortel.
10. Efisiensi Usahatani disini yaitu perbandingan antara penerimaan (nilai produksi) yang
diperoleh oleh petani dengan pengeluaran (biaya produksi) yang telah dikorbankan oleh
petani.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kualitatif juga dapat
didefinisikan sebagai data yang berbentuk kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau
kata-kata. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan seperti jumlah biaya, produksi, pendapatan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani sampel menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya dan juga melakukan pengamatan langsung di
lapangan. Soekartawi (2003) menjelaskan wawancara adalah kegiatan mencari bahan
(keterangan, pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Adapun
pihak-pihak yang diwawancarai adalah petani sampel tanaman kentang dan wortel yang telah
dipilih sebelumnya. Data yang dikumpulkan berupa identitas petani sampel, kultur teknis,
pemakaian faktor produksi, biaya produksi, jumlah produksi, harga jual, sumber modal, bentuk
penjualan produksi, hasil produksi dijual kepada siapa, penetapan harga jual. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang berbentuk tulisan atau dokumen yang berhubungan dengan
penelitian dan dapat diperoleh dari sumber kedua (sekunder).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah penduduk yang ada di Sembalun yaitu 20.329 jiwa yang terdiri dari 9.813
penduduk laki-laki dan 10.516 penduduk perempuan. Luas wilayah Kecamatan Sembalun yaitu
245,89 Km2, dengan rincian wilayah yang paling luas berada pada Sembalun Bumbung dan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 6.252 jiwa. Dengan daratan yang luas dan tanah yang masih
subur, pekerjaan utama atau mata pencaharian yang ada di Kecamatan Sembalun yaitu sebagai
petani, dimana pertanian yang ada di Sembalun sebagai penopang perekonomian daerah dan
sektor-sektor lainnya.
4.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian kisaran umur yang disajikan dapat diketahui bahwa
keseluruhan responden yaitu 40 orang, dimana terdapat 20 responden petani kentang dan 20
responden petani wortel. Kisaran umur petani yaitu 20-67 tahun dengan persentase terbanyak
untuk petani kentang di umur 20-27 tahun sebanyak 30%, dan petani wortel berada pada kisaran
umur 28-43 dengan persentase 50%. Rata-rata umur petani kentang dan wortel adalah 37 tahun,
hal tersebut menunjukkan bahwa umur rata-rata dari petani kentang dan wortel masih dalam
keadaan yang produktif dalam berusaha dan mampu meningkatkan hasil dari usahatani yang
dijalankan.
4.2. 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah anggota rumah tangga dari petani
kentang sebanyak 65% berkisar antara 1-2 orang, 15% berkisar antara 3-4 orang dan hanya 20%
yang memiliki jumlah anggota sebanyak 5-6 orang. Sedangkan untuk jumlah tanggungan petani
wortel sebanyak 70% dengan jumlah anggota rumah tangga 1-2 orang, 20% memiliki jumlah
anggota 3-4 orang dan hanya 10% memiliki jumlah anggota rumah tangga sebesar 5-6 orang.
Selain mempengaruhi biaya hidup, jumlah anggota rumah tangga juga mempengaruhi tingkat
kesejahteraan suatu keluarga.
4.2.3 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden yang disajikan dapat diketahui
bahwa sebaran tingkat pendidikan petani kentang didominasi pada tingkat SLTP dengan jumlah
responden sebanyak 40% dari keseluruhan responden petani kentang, kemudian diikuti oleh
tingkat pendidikan SLTA sebanyak 30%, SD sebanyak 25% dan S1 sebanyak 5%. Sedangkan
untuk petani wortel tingkat pendidikan tertinggi pada SLTP sebanyak 35%, kemudian diikuti
dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 30%, SD sebanyak 20%, kemudian S1 sebanyak
10% dan 5% untuk pendidikan Diploma.
Diketahui bahwa terdapat hambatan internal dan eksternal yang dialami oleh petani
dalam menjalankan usahatani. Dimana hambatan internal yang dialami oleh petani kentang
adalah modal, sedangkan untuk hambatan eksternal yang dialami terdapat bibit, harga jual,
sarana produksi, hama, kelompok tani. Untuk petani wortel sendiri tidak mengalami hambatan
modal, melainkan hanya mengalami hambatan eksternal.
Selain modal sebagai hambatan internal, hambatan eksternal atau yang berasal dari luar
juga dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usahatani yang dijalankan. Dalam usahatani
kentang sendiri hambatan terbesar yaitu pada kelompok tani sebesar 90% petani responden tidak
tergabung dalam kelompok tani, sehingga akan sulit dalam mendapatkan saprodi, dan penjualan.
Lebih banyak petani kentang melakukan usahatani sendiri-sendiri tanpa adanya bantuan dari
kelompok tani, sehingga harga jual yang didapat juga berbeda, sebanyak 85% petani kentang
tidak puas dengan hasil jual yang diperoleh, berbeda dengan petani wortel yang lebih banyak
dalam kelompok tani dibandingkan dengan individu, sebanyak 15% petani wortel yang tidak
tergabung dalam kelompok tani, sehingga petani wortel tidak mengalami hambatan dalam harga
jual yang diperoleh. Selain dengan harga jual yang diterima petani kentang, sebanyak 75% yang
sulit memperoleh sarana produksi dan mengendalikan hama, sulitnya petani dalam memperoleh
sarana produksi dan pengendalian hama juga diakibatkan karena petani kentang yang individu,
sehingga lebih banyak obat-obatan yang digunakan dalam mengendalikan hama dibandingkan
dengan petani wortel, sebanyak 15% petani wortel yang sulit dalam memperoleh sarana
produksi, dan 50% yang sulit dalam mengendalikan hama. Untuk perolehan sarana bibit petani
kentang dan wortel tidak begitu mengalami hambatan, hanya terdapat 10% petani kentang dan
wortel yang mengalami hambatan dalam memperoleh bibit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Rata-rata pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun selama satu kali proses
produksi sebesar Rp 6.775.417/ha sedangkan usahatani wortel sebesar Rp 5.114.677/ha.
Pendapatan usahatni kentang dan wortel di Kecamatan Sembalun tersebut masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan di Desa Sinsingon Kabupaten Bolaang
Mongondow dan di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
2. Pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun lebih besar dari pendapatan usahatani
wortel namun tidak berbeda secara nyata, dimana selisih perbedaan pendapatan sebesar Rp
1.660.740/ha.
3. Hambatan-hambatan yang paling besar dalam usahatani kentang yaitu sebanayak 90% petani
kentang yang tidak ikut dalam kelompok tani sehingga hal tersebut juga menghambat dalam
perolehan sarana produksi, harga jual, serta dalam pengendalian hama. Sedangkan untuk
usahatani wortel hambatan yang paling besar dihadapi pada pengendalian hama sebesar 50%
petani wortel sulit unntuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman.
5.2. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah didapatkan maka peneliti dapat
memberikan beberapa saran diantaranya:
1. Sebaiknya petani kentang membentuk kelompok tani untuk dapat memperoleh sarana
produksi agar lebih mudah dan penggunaan pestisida yang lebih terorganisir, sehingga akan
lebih baik dalam menanam kentang jika mampu menekan biaya yang dikeluarkan.
2. Penentuan penanaman untuk masing-masing usahatani sebaiknya dilakukan lebih cermat lagi
dan penggunaan teknik budidaya yang sesuai, supaya harga pasaran yang diterima oleh petani
relatif lebih tinggi dan hendaknya mampu untuk mengurangi biaya-biaya dalam penanganan
dari kedua komoditi tersebut.