Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPANATAN

USAHATANI KENTANG DAN USAHATANI WORTEL DI


KECAMATAN SEMBALUN KABUPAN LOMBOK TIMUR

TUGA RANGKUMAN
SKRIPSI

Oleh

Herianto : C1G020136
Ilham Hidayat :C1G020113
Lalu Zami Mohan KRD : C1G020136

FAKULTAS PENTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Skeripsi yang di ajukankan oleh :

Nama : Abdul Hadi Sofian

Nim : C1G017001

Program Studi : Agribisnis

Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian

Judul Skripsi : Analisis Kompatatif Pendapatan Usahatani Kentang dengan Usahatani


Wortel di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.

Telah berhasil dipertahankan di depan Dosen Penguji yang terdiri atas Dr. Ir.
Muhamad Siddik, MS., Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc., dan Ir. Addinul Yakin GD. Ec. M. Ec. pada
tanggal 18 Juli 2022 dan terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Skripsi tersebut telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing

Menyetujui

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr.Ir.Muhammad Siddiq.MS Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc


NIP. 19620820 198903 1 003 Nip : 19600801 198603 1003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian,

Ir. Sudirman, M.Sc.Ph.D Dr. Ir. Halimatus Sa’diyah,


M.Sc NIP. 19630110 199001 2 001 NIP. 19610616 198609 1 001
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.


Pertanian sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup setiap penduduk Indonesia.
Pertanian mempunyai kontribusi yang amat besar dalam pembangunan ekonomi nasional dengan
berbagai sub sektor, seperti subsektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan yang menjadi acuan untuk terus meningkatkan perekonomian nasional.
Pertanian mencakup seluruh aspek dalam peningkatan kualitas dan kuantitas hidup masyarakat,
karena 90% dalam kehidupan menggunakan pertanian sebagai penunjang kebutuhan dalam
kegiatan sehari-hari. Seluruh daratan yang ada di Indonesia masih banyak sebagai ladang
pertanian, salah satunya di Nusa Tenggara Barat (NTB) luas daratan 20.153,15 Km 2. Dengan
luas daratan yang tidak begitu besar, namun di setiap penjuru daratan yang ada di NTB masih
begitu familiar dengan pertanian. Sehingga sektor pertanian NTB menyumbangkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Sembalun merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat dengan luas wilayah 217,08 Km2. Kecamatan Sembalun terdiri dari 6 desa yaitu
Desa Sembalun Bumbung, Desa Sembalun Lawang, Desa Sajang, Desa Bilok Petung, Desa
Sembalun, dan Desa Sembalun Timba Gading. Dengan jumlah penduduk 19.900 jiwa pada
angka tahun 2016, Kecamatan Sembalun mampu menjadi pusat hortikultura terbesar di NTB.
Pada tahun 2017 Dinas Pariwisata Provinsi NTB bekerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) lingkup Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Timur mengadakan acara
“Sembalun Hortikultura Festival” yang masuk dalam rangkaian Bulan Pesona Lombok Sumbawa
2017 (sumber: Balai Penelitian Tanaman Sayuran, tahun 2017). Dengan adanya acara yang
diadakan Pemerintah Provinsi NTB, merupakan sebuah bukti bahwa Sembalun memegang
potensi unggulan dalam pertanian hortikultura dibanding dengan sektor yang lain.

Diantara jenis tanaman hortikultura yang sudah mulai banyak dikembangkan di Kecamatan
Sembalun adalah tanaman kentang. Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
banyak ditanam di daerah Sembalun, terutama setelah adanya kerja sama antara petani Sembalun
dengan PT. Indofood sejak 2005. Selain kentang, wortel merupakan jenis tanaman hortikultura
yang begitu digemari oleh masyarakat. Sehingga banyak dari petani Sembalun yang menanam
wortel dengan produksi yang melimpah. Dengan maraknya industri yang berkembang sekarang
wortel jadi semakin banyak digemari, karena selain sebagai bahan makanan dalam kebutuhan
sehari-hari juga bisa dibuat dalam bentuk makanan ringan dan berbagai produk obat dan lain-
lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapatan usahatani kentang dan usahatani wortel di Kecamatan Sembalun
Kabupaten Lombok Timur?
2. Bagaimana perbedaan pendapatan usahatani kentang dengan usahatani wortel di Kecamatan
Sembalun Kabupaten Lombok Timur?
3. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pelaku usahatani kentang dan
usahatani wortel di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis besarnya pendapatan usahatani kentang dan usahatani wortel di
Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.
2. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani kentang dan usahatani wortel di
Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.
3. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pelaku usahatani
kentang dan usahatani wortel di Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Gambaran umum Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L)
Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim, termasuk family solanaceae,
dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Tanaman kentang berbentuk semak atau herba.
Batangnya berada di atas permukaan tanah, ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan atau
ungu tua. Warna batang ini dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada
kesuburan tanah yang baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan
lebih mencolok. Bagian bawah batang nya bisa berkayu sedangkan batang tanaman muda tidak
berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.

Kentang merupakan tanaman semusim yang bersifat menyemak dan menjalar.


Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan tidak berkayu (tidak
keras bila dipijat), namun batang bawah yang tua bisa berkayu. Batang dan daun berwarna hijau
kemerah-merahan atau keungu-ungan. Tanaman yang berasal dari biji akan menghasilkan satu
batang utama. Sedangkan yang berasal dari umbi akan menghasilkan lebih dari satu batang
tanaman (Setiadi, 2009).

2.1.2 Gambaran unmum Tanaman wortel (Daucus carrota L)


Wortel (Daucus carota L.) termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk
semak (perdu) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30-100 cm atau lebih, tergantung
jenis atau varietasnya. Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim karena hanya
berproduksi satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur pendek yakni berkisar
antara 70-120 hari, tergantung pada varietasnya. Di Indonesia produksi wortel masih rendah,
yakni 20-25 ton per hektar. Di negara-negara lain, misalnya seperti di Amerika dan Eropa,
produksi wortel dapat mencapai kisaran 30-35 ton per hektar.
2.1.3 Cara Pembudidayaan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L)
.Terdapat beberapa tahapan teknik budidaya kentang yang harus diperhatikan
diantaranya:

1. Pengolahan Lahan
2. Pemberian Pupuk Dasar
3. Persiapan Bibit dan Cara Menanam Bibit
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Pengendalian Hama Penyakit .
6. Pemanenan

2.14 Cara Pembudidayaan Tanaman Wortel (Daucus carrota L)


terdapat beberapa cara budidaya tanaman wortel diantaranya:
1. Persiapan Lahan 4. Pemeliharaan
2. Penanaman
5. Pengendalian Hama atau (OPT)
3. Pemupukan 6. Panen dan Pasca Panen

2.1.5. Definisi Operasional


1. Usahatani adalah kegiatan yang dilakukan guna mengkombinasi penggunaan faktor
produksi dan sumber daya secara efektif dan efisien untuk dapat memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya dalam kurun waktu tertentu.

2. Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan penanaman kentang dan
wortel yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang pada area tertentu dan
mengelola faktor-faktor produksi yang mempengaruhi penanam an.

3. Biaya Produksi merupakan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
pengelolaan usahatani dari hulu hingga hilir dalam satu musim tanam yang terdiri dari total
biaya tetap dan total biaya variabel.

4. Biaya Variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk proses usahataninya
dengan jumlah yang tidak tetap (berubah-ubah) tergantung dengan besar kecilnya produksi
yang dijalankan.
5. Biaya Tetap adalah biaya yang dibayarkan maupun tidak dibayarkan oleh petani untuk
usahataninya dengan jumlah yang tetap tidak terpengaruh oleh besar kecil produksi yang
diperoleh.
6. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah kentang atau wortel yang telah
diperoleh oleh petani dalam satu musim tanam dan dinyatakan dalam ukuran berat atau
dalam satuan kilogram.
7. Nilai Produksi yang dimaksud adalah penerimaan yang diperoleh oleh petani dari jumlah
produksi yang dikalikan dengan harga yang berlaku di tingkat petani dan dinyatakan dalam
satuan rupiah.

8. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh petani dengan
total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut.

9. Analisis Komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu membandingkan biaya
produksi, nilai produksi dan pendapatan usahatani kentang dengan usahatani wortel.

10. Efisiensi Usahatani disini yaitu perbandingan antara penerimaan (nilai produksi) yang
diperoleh oleh petani dengan pengeluaran (biaya produksi) yang telah dikorbankan oleh
petani.

2.3. Kerangka Pemikiran


Sembalun sebagai sentra produksi hortikultura di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
lebih khususnya di Kabupaten Lombok Timur telah banyak mengelola produkproduk
hortikultura lainnya, diantaranya terdapat kentang dan wortel sebagai produk hortikultura yang
banyak ditanam di daerah Sembalun. Dalam setiap pengolahan komoditi dari benih hingga
panen pasti terdapat biaya-biaya yang dikorbankan, dimana setiap komoditi akan mempunyai
biaya yang berbeda-beda. Begitu pula dengan produksi dan nilai produksinya. Sehingga akan
terjadi perbedaan pendapatan antara kedua komoditi yang diusahakan. Pendapatan dikatakan
untung jika penerimaan yang diperoleh lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani. Dan akan rugi jika penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari total biaya dalam
usahatani. Selain itu, dalam penetapan usaha layak atau tidak dijalankan bisa juga
menggunakan analisis kelayakan usaha seperti R/C ratio. Dengan ketetapan jika R/C lebih
besar dari satu, artinya usaha layak untuk dijalankan. Jika R/C lebih kecil dari satu, usaha
tersebut tidak layak untuk dijalankan karena mengalami kerugian. Dan jika R/C sama dengan
satu, artinya usaha tersebut tidak mengalami untung dan tidak mengalami rugi. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini menggunakan perbandingan antara biaya dan analisis usahatani
antara kentang dan wortel yang ada di Sembalun. Hal tersebut dapat melihat bagaimana
perbandingan biaya, pendapatan dan kelayakan usahatani antara kedua komoditi hortikultura
tersebut.
BAB III METODE PETENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, dimana
metode deskriptif merupakan suatu metode yang fokus pada pemecahan masalah aktual yang ada
saat ini atau pada masa sekarang. Selain itu metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
fakta-fakta tentang masalah yang diteliti sebagaimana adanya, dan memberikan gambaran situasi
kejadian atau memberikan hubungan antar fenomena, pengujian hipotesis, membuat prediksi dan
implikasi suatu masalah yang akan dipecahkan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kualitatif juga dapat
didefinisikan sebagai data yang berbentuk kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau
kata-kata. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan seperti jumlah biaya, produksi, pendapatan

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani sampel menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya dan juga melakukan pengamatan langsung di
lapangan. Soekartawi (2003) menjelaskan wawancara adalah kegiatan mencari bahan
(keterangan, pendapat) melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Adapun
pihak-pihak yang diwawancarai adalah petani sampel tanaman kentang dan wortel yang telah
dipilih sebelumnya. Data yang dikumpulkan berupa identitas petani sampel, kultur teknis,
pemakaian faktor produksi, biaya produksi, jumlah produksi, harga jual, sumber modal, bentuk
penjualan produksi, hasil produksi dijual kepada siapa, penetapan harga jual. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang berbentuk tulisan atau dokumen yang berhubungan dengan
penelitian dan dapat diperoleh dari sumber kedua (sekunder).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian


4.1.1. Kondisis Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Lombok Timur sebagai bagian dari Kabupaten yang ada di Pulau Lombok
terletak pada 116º – 117º Bujur Timur dan 8º – 9º Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara: Laut Bali/Laut Jawa, Sebelah Selatan: Samudera Indonesia, Sebelah Barat:
Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Utara Sebelah Timur: Selat Alas (Pulau Sumbawa)
Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur 2.679,99 Km2 yang terdiri dari daratan seluas 1.605,55
Km2 (59,91 %) dan lautan seluas 1.074,33 Km2 (40,09%). Ketinggian topografi di Kabupaten
Lombok Timur Cukup bervariasi mulai dari 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang
merupakan dataran pantai di bagian selatan Kabupaten Lombok Timur hingga 3.775 mdpl yang
berupa areal pegunungan (kompleks Rinjani) di bagian utaranya.
4.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Kawasan Kecamatan Sembalun umumnya beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh
pergantian angin dari barat laut dan angin tenggara dengan dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan juli-oktober saat angin bertiup dari
tenggara dan musim penghujan terjadi pada bulan november-juni. Rata-rata curah hujan setiap
bulan yang terjadi pada tahun 2018 di Kecamatan Sembalun yaitu 142,71 mm dengan curah
hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 821 mm. sedangkan rata-rata hari hujan pada tahun
2018 sebesar 9,67 hari dengan hari hujan terbanyak pada bulan februari sebanyak 28 hari.

4.1.3Karakterisitik Petani Responden

Jumlah penduduk yang ada di Sembalun yaitu 20.329 jiwa yang terdiri dari 9.813
penduduk laki-laki dan 10.516 penduduk perempuan. Luas wilayah Kecamatan Sembalun yaitu
245,89 Km2, dengan rincian wilayah yang paling luas berada pada Sembalun Bumbung dan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 6.252 jiwa. Dengan daratan yang luas dan tanah yang masih
subur, pekerjaan utama atau mata pencaharian yang ada di Kecamatan Sembalun yaitu sebagai
petani, dimana pertanian yang ada di Sembalun sebagai penopang perekonomian daerah dan
sektor-sektor lainnya.
4.2 Karakteristik Responden

4.4.1 Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian kisaran umur yang disajikan dapat diketahui bahwa
keseluruhan responden yaitu 40 orang, dimana terdapat 20 responden petani kentang dan 20
responden petani wortel. Kisaran umur petani yaitu 20-67 tahun dengan persentase terbanyak
untuk petani kentang di umur 20-27 tahun sebanyak 30%, dan petani wortel berada pada kisaran
umur 28-43 dengan persentase 50%. Rata-rata umur petani kentang dan wortel adalah 37 tahun,
hal tersebut menunjukkan bahwa umur rata-rata dari petani kentang dan wortel masih dalam
keadaan yang produktif dalam berusaha dan mampu meningkatkan hasil dari usahatani yang
dijalankan.
4.2. 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah anggota rumah tangga dari petani
kentang sebanyak 65% berkisar antara 1-2 orang, 15% berkisar antara 3-4 orang dan hanya 20%
yang memiliki jumlah anggota sebanyak 5-6 orang. Sedangkan untuk jumlah tanggungan petani
wortel sebanyak 70% dengan jumlah anggota rumah tangga 1-2 orang, 20% memiliki jumlah
anggota 3-4 orang dan hanya 10% memiliki jumlah anggota rumah tangga sebesar 5-6 orang.
Selain mempengaruhi biaya hidup, jumlah anggota rumah tangga juga mempengaruhi tingkat
kesejahteraan suatu keluarga.
4.2.3 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden yang disajikan dapat diketahui
bahwa sebaran tingkat pendidikan petani kentang didominasi pada tingkat SLTP dengan jumlah
responden sebanyak 40% dari keseluruhan responden petani kentang, kemudian diikuti oleh
tingkat pendidikan SLTA sebanyak 30%, SD sebanyak 25% dan S1 sebanyak 5%. Sedangkan
untuk petani wortel tingkat pendidikan tertinggi pada SLTP sebanyak 35%, kemudian diikuti
dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 30%, SD sebanyak 20%, kemudian S1 sebanyak
10% dan 5% untuk pendidikan Diploma.

4.3 Pendapatan Usahatani Kentang dan Usahatani Wortel


4.3.1 Biaya Usaha Tani
Biaya Variabel
a. Biaya Sarana Produksi
Diketahui bahwa rata-rata biaya sarana produksi usahatani kentang lebih tinggi
dibandingkan dengan usahatani wortel, dengan masing-masing total penggunaan saprodi yaitu
Rp 18.747.059/ha pada usahatani kentang dan Rp 5.678.750/ha pada usahatani wortel. Nilai rata-
rata biaya penggunaan bibit pada usahatani kentang yaitu Rp 11.882.353/ha sedangkan pada
usahatani wortel Rp 2.589.167/ha. Jika dilihat dari nilai penggunaannya, usahatani kentang jauh
melebihi usahatani wortel. Dilihat dari rata-rata biaya penggunaan pestisida antara kentang dan
wortel, rata-rata biaya pestisida untuk kentang sebesar Rp 3.858.824/ha dan rata-rata biaya
pestisida untuk wortel yaitu sebesar Rp 2.151.917/ha. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh
masing-masing usahatani sesuai dengan banyaknya pestisida yang digunakan dalam mencegah
gangguan hama dan gulma. Penggunaan pestisida dalam usahatani kentang lebih banyak
disebabkan karena banyaknya pelaku usahatani yang tidak termasuk dalam kelompok tani,
berbeda dengan pelaku usahatani wortel.
b Biaya Tenaga Kerja
Ditunjukkan bahwa total penggunaan tenaga kerja pada usahatani kentang sebanyak
149,10 HKO/ha dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan yaitu Rp 18.963.235/ha. sedangkan
pada usahatani wortel total penggunaan tenaga kerja sebanyak 206,15 HKO/ha dengan rata-rata
biaya yaitu Rp 19.367.347/ha. perbedaaan biaya tenaga kerja antara usahatani kentang dengan
wortel disebabkan oleh perbedaan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam aktivitas
usahatani.Di Kecamatan Sembalun sendiri upah tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan
dibedakan, dimana Rp 100.000 untuk upah tenaga kerja laki-laki dan Rp 50.000 untuk upah
tenaga kerja perempuan.
Biaya Tetap
Ditunjukkan bahwa total rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani kentang dan petani
wortel masing-masing yaitu Rp 5.396.642/ha dan Rp 5.543.997/ha. Total rata-rata biaya yang
dikeluarkan usahatani wortel sedikit lebih besar dari total rata-rata biaya usahatani kentang, hal
tersebut dikarenakan penggunaan alat yang digunakan untuk usahatani wortel lebih banyak dari
penggunaan alat yang digunakan dalam usahatani kentang, dimana kedua usahatani tersebut
menggunakan alat yang relatif sama yaitu cangkul, sabit, sprayer, dan wadah tetapi dengan
jumlah alat yang berbeda-beda. Rata-rata biaya pajak tanah yang dibayarkan untuk usahatani
kentang sebesar Rp 11.029/ha. dan rata-rata pajak tanah yang dibayarkan untuk usahatani wortel
sebesar Rp 15.306/ha selama proses produksi yang dijalankan, dan rata-rata untuk sewa lahan
yang dikeluarkan kedua usahatani masing-masing sama yaitu Rp 5.000.000/ha untuk usahatani
kentang dan usahatani wortel. Kemudian untuk rata-rata biaya penyusutan alat yang dikeluarkan
usahatani kentang selama proses produksi yaitu Rp 385.613/ha. dan rata-rata biaya penyusutan
alat dari usahatani wortel sebesar Rp 528.690/ha.

4.4 Perbandingan Pendapatan Usahatani Kentang dan Wortel

Pengujian homogenitas bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data


yang digunakan dalam serangkaian analisis memang berasal dari hasil yang tidak jauh berbeda
keberagamannya. Dasar pengambilan keputusan uji-F adalah jika nilai F hitung < F tabel maka
distribusi data homogen. Sedangkan jika F hitung > F tabel maka distribusi data tidak homogen.
diketahui bahwa dari hasil uji-F memperoleh nilai F hitung pada pendapatan usahatani kentang
dan usahatani wortel lebih kecil dari F tabel yaitu sebesar 1,15 < 2,17. Artinya pada penelitian ini
H0 diterima atau data yang diperoleh adalah data homogen yang memiliki keberagaman yang
tidak jauh berbeda. Karena hasil uji-F menghasilkan data yang homogen maka uji t-tes yang
digunakan yaitu t-Test: two sample assuming equal variances
Dapat dilihat bahwa nilai t hitung yang diperoleh pada analisis pendapatan usahatani
kentang dan usahatani wortel lebih kecil dari t tabel yaitu 0,86 < 1,69 maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima, yang artinya rata-rata pendapatan antara usahatani kentang dan usahatani
wortel tidak berbeda nyata atau tidak berbeda secara signifikan. Jika dilihat hasil dari perolehan
rata-rata pendapatan usahatani kentang dan usahtani wortel memang tidak begitu berbeda,
dimana kedua ussahatani tersebut masih layak unntuk dijalankan.

4.5 Hambatan-hambatan dalam Usahatani Kentang dan Usahatani Wortel

Diketahui bahwa terdapat hambatan internal dan eksternal yang dialami oleh petani
dalam menjalankan usahatani. Dimana hambatan internal yang dialami oleh petani kentang
adalah modal, sedangkan untuk hambatan eksternal yang dialami terdapat bibit, harga jual,
sarana produksi, hama, kelompok tani. Untuk petani wortel sendiri tidak mengalami hambatan
modal, melainkan hanya mengalami hambatan eksternal.
Selain modal sebagai hambatan internal, hambatan eksternal atau yang berasal dari luar
juga dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usahatani yang dijalankan. Dalam usahatani
kentang sendiri hambatan terbesar yaitu pada kelompok tani sebesar 90% petani responden tidak
tergabung dalam kelompok tani, sehingga akan sulit dalam mendapatkan saprodi, dan penjualan.
Lebih banyak petani kentang melakukan usahatani sendiri-sendiri tanpa adanya bantuan dari
kelompok tani, sehingga harga jual yang didapat juga berbeda, sebanyak 85% petani kentang
tidak puas dengan hasil jual yang diperoleh, berbeda dengan petani wortel yang lebih banyak
dalam kelompok tani dibandingkan dengan individu, sebanyak 15% petani wortel yang tidak
tergabung dalam kelompok tani, sehingga petani wortel tidak mengalami hambatan dalam harga
jual yang diperoleh. Selain dengan harga jual yang diterima petani kentang, sebanyak 75% yang
sulit memperoleh sarana produksi dan mengendalikan hama, sulitnya petani dalam memperoleh
sarana produksi dan pengendalian hama juga diakibatkan karena petani kentang yang individu,
sehingga lebih banyak obat-obatan yang digunakan dalam mengendalikan hama dibandingkan
dengan petani wortel, sebanyak 15% petani wortel yang sulit dalam memperoleh sarana
produksi, dan 50% yang sulit dalam mengendalikan hama. Untuk perolehan sarana bibit petani
kentang dan wortel tidak begitu mengalami hambatan, hanya terdapat 10% petani kentang dan
wortel yang mengalami hambatan dalam memperoleh bibit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Rata-rata pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun selama satu kali proses
produksi sebesar Rp 6.775.417/ha sedangkan usahatani wortel sebesar Rp 5.114.677/ha.
Pendapatan usahatni kentang dan wortel di Kecamatan Sembalun tersebut masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan di Desa Sinsingon Kabupaten Bolaang
Mongondow dan di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
2. Pendapatan usahatani kentang di Kecamatan Sembalun lebih besar dari pendapatan usahatani
wortel namun tidak berbeda secara nyata, dimana selisih perbedaan pendapatan sebesar Rp
1.660.740/ha.
3. Hambatan-hambatan yang paling besar dalam usahatani kentang yaitu sebanayak 90% petani
kentang yang tidak ikut dalam kelompok tani sehingga hal tersebut juga menghambat dalam
perolehan sarana produksi, harga jual, serta dalam pengendalian hama. Sedangkan untuk
usahatani wortel hambatan yang paling besar dihadapi pada pengendalian hama sebesar 50%
petani wortel sulit unntuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah didapatkan maka peneliti dapat
memberikan beberapa saran diantaranya:
1. Sebaiknya petani kentang membentuk kelompok tani untuk dapat memperoleh sarana
produksi agar lebih mudah dan penggunaan pestisida yang lebih terorganisir, sehingga akan
lebih baik dalam menanam kentang jika mampu menekan biaya yang dikeluarkan.

2. Penentuan penanaman untuk masing-masing usahatani sebaiknya dilakukan lebih cermat lagi
dan penggunaan teknik budidaya yang sesuai, supaya harga pasaran yang diterima oleh petani
relatif lebih tinggi dan hendaknya mampu untuk mengurangi biaya-biaya dalam penanganan
dari kedua komoditi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai