Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Identifikasi keaadaan Wilayah

Kuala Tarubue merupakan salah satu kampung yang terletak di Kecamatan Kuala
Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Aceh. Dusun ini berada rata-rata 10 meter
diatas permukaan laut dengan kode wilayah kemendagri 11.12.05.2004 koordinat 3.814 0 N
96.7420 E. Kampung Kuala Tarubue memiliki tiga Dusun diantaranya Dusun Blang Mee,
Dusun Simpang Tiga dan Dusun Darul Jadid. Luas wilayah Kuala Tarubue 3600 Ha dengan
batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Desa Blang Makmur, sebelah barat
berbatasan dengan Lautan India, Sebelah utara berbatasan dengan desa Geulanggang Gajah,
dan Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pasar Kota Bahagia.

Penyuluhan pertanian memiliki dua tujuan utama yang harus dicapai yaitu :tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah menumbuhkan
perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi perubahan
pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan petani. Dengan berubahnya hal tersebut
diharapkan petani dapat mengelola usaha taninya dengan produktif, efektif dan efisien.
Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis petani (better
farming), perbaikan usaha tani (better busines), dan perbaikan kehidupan petani dan
masyarakatnya (better living).

Berdasarkan hasil identifikasi penulis bahwa kampung Kuala Tarubue memiliki


potensi pada tanaman padi yang dapat dikembangkaan dengan benar karena jenis tanah,
iklim dan curah hujan yang sesuai dengan tanaman tersebut.

Berdasarkan data Geografi dan Iklim Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh
Barat Daya 2022 (BPS Kabupaten Barat Daya katalog 1102001.112 : 13)
Tabel 2.1.1 Jumlah Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Kecamatan Kuala Batee
2022 untuk menetapkan keputusan pola tanam, pemeliharaan komoditi, dan varietas, serta
mengetahui waktu tanam yang tepat sesuai dengan cuaca dan iklim daerah tersebut

Bulan/Mounth Jumlah Curah Jumlah Hari Rata-Rata Rata-Rata


Hujan/ (mm) Hujan (hari) Hujan Curah Hujan
(mm/Hari (mmHari)

Januari 3775,0 16 6,04 13,00


Februari 2975,0 10 2,98 11,00
Maret 3915,0 18 7,05 13,00
April 1141,5 22 25,11 0,00
Mei 2755,0 9 2,48 1,00
Juni 5065,0 8 4,05 17,00
Juli 4415,0 11 4,86 15,00
Agustus 3945,0 10 3,95 13,00
September 8882,0 17 15,10 29,00
Oktober 680,0 14 9,52 23,00
November 1880,0 17 31,96 63,00
Desember 786,0 14 11,00 26,00
JUMLAH

Dengan curah hujan yang relatif tinggi dan jumlah hari hujan yang rata-rata ada pada
setiap bulannya dapat memberi kontribusi besar pada sektor pertanian terutama pada
tanaman padi.

Disamping itu Kampung Kuala Tarubue merupakan daerah irigasi berdasarkan


Keputusan Menteri PU No. 390/KPTS/M/2007 dengan luas daerah irigasi 97 Ha. Dengan
potensi daerah di bidang budidaya tanaman semestinya daerah Kuala Tarubue dapat menjadi
daerah yang maju dibidang sektor pertanian terutama pada tanaman bahan pokok (padi).

Data produksi tanaman padi dalam Kabupaten Aceh Barat Daya per Kecamatan 2022
Tabel. 2.1.2 Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Kabupaten Aceh Barat Daya 2022

Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi


(Ha) (Ha) (Ton)
Manggeng 1,938 1,938 14. 728,80
Lembah Sabil 1,108 1,108 8,31
Tangan-Tangan 2,330 2,330 17.475,00
Setia 1,378 1,378 10. 748,40
Balangpidie 1,262 1,262 9. 591,20
Kuala Batee 1,652 1,652 12. 885,60
Susoh 1,536 1,536 11. 673,60
Kuala Batee 3,036 3,036 23. 073, 60
Babahrot 2,358 2,358 17. 920,30
TOTAL 16,589 16,596 118. 104,81
(Dinas Pertanian, Kehutanan, peternakan, dan perikanan kabupaten Aceh Barat Daya)

Dari data diatas terlihat bahwa kecamatan Kuala Batee termasuk salah satu
kecamatan berpotensi tinggi pada produksi tanaman padi. Namun apabila dibandingkan
tahun sebelumnya pada tahun 2021 produksi kecamatan Kuala Batee mengalami penurunan
sebesar 7, 43 Ton. Maka penting kiranya bagi penulis untuk melakukan penyuluhan
pertanian khususnya pada tanaman padi agar hasil produksi pada tahun berikutnya lebih
optimal dengan membuat sebuah rancangan penyuluhan pertanian untuk dijadikan sebagai
acuan dan dapat diterapkan pada petani.

Desa Kuala Tarubue juga telah terbentuk kelompok tani untuk mewujudkan
pertanian yang maju dan mandiri, yang perlu perhatian dalam hal kelas kelompok tani dan
pembinaan yang memadai untuk meningkatkan sumber daya kelompok tani. Adapun data
kelas kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel, 2.1.3 Rekap kelompok tani perwilayah khususnya Desa Kuala Tarubue per 30-
05-2023.
Nama Tahun
Nama Alamat Kelas
No Desa Kelompo dibentu
Ketua Sekretariat Kelompok
k Tani k
1 Kuala Desa Kuala Lanjut
Sejahtera
Tarubue Tarubue
2 Kuala Sejahtera Desa Kuala Lanjut
Tarubue II Tarubue
3 Kuala Sejahtera Desa Kuala Lanjut
Tarubue III Tarubue
4 Kuala Ade Desa Kuala Pemula
Tarubue Beurata Tarubue
5 Kuala Kuta Desa Kuala Pemula
Tarubue Baroe Tarubue
6 Kuala Tani Desa Kuala Pemula
Tarubue Makmur Tarubue
7 Kuala Teratau Desa Kuala KRPL
Tarubue Kuala Tarubue
8 Kuala Sabee Desa Kuala Demapan
Tarubue Mangat Tarubue

Selanjutnya berdasarkan hasil identifikasi masalah yang penulis laksanakan di


Kampung Kuala Tarubue kecamatan Kuala Batee terhadap roduktivitas penanaman padi.

1. Komoditas sawah/ladang banyak yang sudah dialih fungsikan menjadi pemukiman


warga. Namun hal ini tidak mengurangi potensi pertanian yang masih mampu
menyeimbangkan diri dengan perubahan teknologi pertanian. Misalnya dengan
meoptimalkan penanaman padi dengan hasil yang melimpah.
2. Rata-rata petani masih beranggapan bahwa sistem penanaman padi dengan cara
konvensional (Non legowo) dapat memberikan hasil yang lebih optimal karena memiliki
rumpun yang lebih banyak.
3. Kurangnya tingkat pengetahuan, keterampilan petani mengenai sistem penanaman
legowo serta keuntungan menggunakan menggunakan sitem tanam bershaf/berbaris di
Kampung Kuala Tarubue
4. Rendahnya tingkat penerapan teknologi untuk penggunaan benih unggul atau benih
berlebel biru yang dibuktikan dengan adanya benih palsu yang beredar dan dibeli oleh
petani.
5. Masalah yang paling sering dijumpai dilapangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap pelaku utama dan pelaku usaha yang masih rendah dalam hal penggunaan benih
bermutu, pengaturan tanaman dan pelaksanaan tanaman tunggal.

2.1.2. Sistem Tanam Jajar Legowo

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau
Glumiflorae). Tanaman semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur berupa
batang yang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna
dengan pelepah tegak, berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai
bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula, buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,
bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan
lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam (Sulistyawati dan Nugraha, 2010).

Sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam :

Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L
Akar tanaman padi termasuk golongan serabut. Akar berfungsi sebagai penguat atau
penunjang tanaman untuk dapat tumbuh tegak, menyerap hara dan air di dalam tanah, kemudian
diteruskan ke organ lainnya di atas tanah yang membutuhkan. Akar primer (radikula) tumbuh
sewaktu berkecambah bersama akar-akar lainnya yang muncul dari janin dekat bagian buku
skutellum yang disebut dengan akar seminal, akar seminal berjumlah 1-7. Apabila terjadi
gangguan fisik terhadap akar primer, maka pertumbuhan akar-akar seminal lainnya akan
dipercepat. Kemudian akar seminal digantikan oleh akar-akar sekunder yang tumbuh dari buku
terbawah batang. Akar-akar ini disebut adventif atau akar-akar buku karena tumbuh dari bagian
tanaman yang bukan embrio atau munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya
(Makarim dan Suhartatik, 2009 : 172).

Batang tanaman padi terdiri atas beberapa ruas dan buku. Ruas batang padi berongga dan
bulat, diantara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun. Daun dan
tunas batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa-senyawa kimia dan air
dalam tanaman sebagai cadangan makanan. Hasil tanaman padi didukung oleh batang tanaman
yang kokoh. Jika batang tanaman tidak kokoh, tanaman akan mudah rebah. Kerebahan tanaman
dapat menurunkan hasil tanaman secara drastis. Pada umumnya kerebahan terjadi akibat
melengkung atau patahnya dua antar buku batang terbawah. Kekuatan antar buku batang
dipengaruhi oleh ketebalan batang dan kekuatan jaringan, status hara tanaman serta komposisi
kimia (Sudirman dan Iwan, 2003 : 73).

Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya yang tumbuh pada dasar batang.
Anakan pertama tumbuh pada batang utama (batang pokok), anakan pertama tumbuh di antara
dasar batang dan daun sekunder, sedangkan pada pangkal batang anakan pertama membentuk
perakaran. Anakan pertama tetap melekat pada batang utama hingga masa pertumbuhan
berikutnya akan tetapi dalam mendapatkan makanan anakan pertama tidak tergantung kepada
batang utama karena memiliki akar sendiri, sedangkan daun yang terbentuk pada anakan pertama
lebih banyak dari pada anakan berikutnya (Suharno, 2005 : 53).

Dimana anakan pertama terbentuk setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam,
maksimum 50-60 hari dan tergantung varietas. Selanjutnya pada batang bawah anakan pertama
tumbuh anakan kedua pada buku pertama dan memiliki perakaran sendiri. Pada buku pertama
pada batang anakan kedua tumbuh anakan ketiga dengan bentuk yang serupa dengan anakan
kedua dan pertama (AAK, 2003 : 72).

Daun merupakan bagian dari tanaman yang berwarna hijau karena mengandung klorofil
(zat hijau daun) yang menyebabkan daun tanaman dapat mengelola sinar radiasi surya menjadi
karbohidrat atau energi untuk tumbuh kembangnya organ-organ tanaman lainnya. Daun tanaman
padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku. Tiap
daun terdiri atas helai daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun, lidah daun
(ligule). Adanya telinga dan lidah daun pada padi dapat digunakan untuk membedakannya
dengan rumput-rumputan pada stadia bibit (seedling) karena daun rumput-rumputan hanya
memiliki lidah/telinga daun atau tidak ada sama sekali (Azhar, 2010). Selain daun, juga ada
tajuk. Tajuk merupakan kumpulan daun yang tersusun rapi dengan bentuk, orientasi dan besar
(dalam jumlah dan bobot) nya teratur antar varietas padi yang beragam. Tajuk menangkap radiasi
surya untuk fotosintesis. (Makarim dan Suhartatik, 2009 : 84).

Bunga padi disebut juga dengan malai. Tiap unit bunga pada malai disebut spikelet.
Bunga padi memiliki tangkai, perhiasan dan daun mahkota. Daun mahkota terbesar disebut palea
dan daun mahkota kecil disebut lemma, di dalamnya terdapat bakal buah (Kariopsis). Di atas
bakal buah ada dua kepala putik, di bawah buah tumbuh enam filamen benang sari. Pada saat
bunga padi dewasa membuka, palea dan lemma membentuk sudut 30 o-60o. Keduanya membuka
pada saat siang hari kisaran pukul 10-12 dengan suhu berkisar antara 30 o-32oC. Apabila kondisi
seperti ini terpenuhi, maka akan terjadi penyerbukan (Septrina, 2008 : 38).

2.1.3. Syarat Tumbuh tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung
uap air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 oC. Syarat tumbuh tanaman
padi adalah tumbuh di daerah tropis atau subtropis pada 45º LU sampai 45º LS dengan cuaca
panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau
hujan. (Rahayu, 2012 : 92).

Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim
hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di
dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan
temperatur 22-27ºC sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 mdpl dengan temperatur 19-23ºC.
Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (Suparyono
et al., 2010).
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan
keras 30 cm di bawah permukaan tanah, menghendaki tanah lumpur yang subur dengan
ketebalan 18-22 cm, dan keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Temperatur sangat mempengaruhi
pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu
pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa.
Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu
bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991 :
54).

2.1.4. Sistem Tanam Jajar Legowo


Sistem tanam jajar legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau
lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah Legowo
diambil dari bahasa Jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan “dowo” berarti
memanjang. Legowo diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa
barisan dan diselingi satu barisan kosong. (Badan Litbang Pertanian 2012).

Azwir (2008) mengemukakan bahwa legowo merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi padi sawah dengan jalan menata populasi tanaman menjadi lebih tinggi
sehingga populasi 20-25%, bila dibandingkan dengan tanam biasa (sistem tegal). Jika sistem
tanam biasa yang dilakukan oleh petani dengan jarak tanam 20x20 cm atau 25x25 cm populasi
tanaman per ha hanya 200.000-250.000 rumpun. Sedangkan sistem tanam legowo 4:1 bisa
mencapai 300.000 rumpun per ha (Syamsiah, et al., 2004 dan Azwir, 2008 : 32).

Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di
kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut
legowo 2:1, sementara jika tiga baris tanam per unit legowo disebut legowo 3:1, dan seterusnya.

Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan
hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris
terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat dari pada baris yang di tengah (setengah jarak tanam
baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang
dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat
berfungsi untuk mengumpulkan keong mas.
Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih
tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi. Selain itu juga mempermudah pada
saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pada saat pemupukan.

Lebih lanjut (Abdulrachman, 2013 : 32), mengemukakan bahwa sistem tanam jajar
legowo memiliki ruang terbuka yang lebih besar diantara dua kelompok barisan tanaman yang
akan memperbanyak cahaya masuk kesetiap rumpun padi, adanya cahaya lebih banyak
meningkatkan fotosintesis. Fotosintesis yang maksimal menghasilkan fotosintat lebih banyak
sehingga pertumbuhan dan produksi padi lebih tinggi.

Menurut Sembiring (2001 : 58), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen
PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki
keuntungan sebagai berikut: (1) Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam
pengelolaan usaha taninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian
hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan
hama tikus. (2) Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set
legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan
populasi. (3) Sistem tanaman berbasis ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi
padi-ikan (mina padi) atau (kombinasi padi, ikan). (4) Meningkatkan produktivitas padi hingga
mencapai 10-15%.

Penerapan sistem jajar legowo akan memberikan hasil yang maksimal dengan
memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman
dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman tanaman dapat memperoleh
intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama
tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari (http://
evrinasp.wordpress.com/2012).

Untuk mewujudkan upaya tersebut masih banyak terkendala karena masih banyak petani
yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam
masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan
pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar
legowo akan diperoleh efisiensi dalam pertanaman (Hatta, 2012 : 48).
Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam Jajar Legowo adalah sebagai
berikut :
1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan
meningkatkan pruduksi baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliaraan, pemupukan
dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong atau
lorong.
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan
yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal didalamnya dan dengan lahan relatif
terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit
dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam tanaman dalam barisan.
5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan
tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari
secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak
intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama
fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan
kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil (Anonimous, 2009).
Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang
lebih tinggi dan terjadi penambahan populasi. Selain itu juga dapat mempermudah pada saat
pengendalian hama, penyakit, gulma, dan pemupukan. (Yuwono, 2005).
Beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak
tanam yang rapat yaitu :
1. Varietas umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar yang rendah
akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam rapat.
2. Terjadinya kahat hara tertentu terutama N, P dan K serta air akibat pertanaman yang
rapat, perakaran yang intensif sehingga pengurasan hara juga intensif.
3. Terjadinya persaingan dan tidak adanya ruang tersebut maka proses pertumbuhan seperti
fotosintesis dan perkembangan dahan akan terhambat, hal tersebut dikarenakan unsur
hara, air maupun cahaya merupakan kebutuhan mutlak bagi tanaman dalam proses
fotosintesisnya. Sedangkan tanpa adanya ruang maka dahan akan saling menaungi
sehingga perkembangannya akan terganggu (Sugeng, 2001).
2.1.5. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Daniel, dkk (2005:61) Penyuluhan pertanian sebelum krisis (Repelita I s.d.

Repelita V) adalah pendidikan di luar sekolah (nonformal) yang ditujukan kepada petani-

nelayan beserta keluarganya agar mereka dapat berusaha tani lebih baik (better farming),

menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat

lebih baik (better community). Menurut Sastraatmadja (1986:12) bahwa penyuluhan

pertanian merupakan pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani beserta

keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang

diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk

didalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah

menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka.

Pendapat Wiriaatmadja (1990:7) bahwa penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan

di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil

berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang

dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan pertanian itu

adalah suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarananya disesuaikan kepada

keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari sasaran, waktu maupun tempat. Karena

sifatnya yang demikian maka penyuluhan bisa juga disebut pendidikan nonformal.

2.1.6. Fungsi Penyuluhan Pertanian

Menurut Soetriono, dkk (2003:115) bahwa penyuluhan pertanian bertujuan untuk

mengubah perilaku para petani sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

keluarga. Pada pembangunan seperti sekarang ini pemerintah sangat memperhatikan

pendidikan. Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah pendidikan non formal yang
praktis, mudah diterapkan dalam usaha-usaha produksi produk pertanian. Menurut Syahyuti

(2006:217) tujuan utama penyuluhan adalah “…to assist farming families in adapting their

production and marketing strategies to rapidly changing social, political and economic

conditions so that they can, in the long term, shape their lives according to their personal

preferences and those of the community”. Adapun menurut Mubyarto (1994:55) bahwa

tujuan utama penyuluh pertanian adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam

usahataninya. Hal ini berarti melalui penyuluhan diharapkan adanya perubahan perilaku,

sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok-tanam, menggemukkan ternak, agar

lebih besar penghasilannya dan lebih layak hidupnya.

2.1.7. Evaluasi penyuluhan pertanian

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil

pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan (feed- back) guna

memperbaiki atau merencanakan kembali. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk

mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan,

Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari

informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif

maupun negatif yang telah terjadi.

Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna memenuhi

keingintahuan kita dan keinginan kita untuk mencari kebenaran mengenai suatu program

penyuluhan pertanian. Dengan demikian evaluasi penyuluhan petanian merupakan

evaluasi program penyuluhan pertanian guna mengetahui pelaksanaan dan hasil dari

program tersebut, apakah telah dilakukan dengan benar sesuai dengan tujuannya.
Sementara itu evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan setiap saat selama

program penyuluhan pertanian berlangsung. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilakukan

baik pada awal, ditengah atau pada akhir program penyuluhan. Dari hasil evaluasi-evaluasi

tersebut, kita akan memperoleh gambaran seberapa jauh tujuan penyuluhan pertanian

tercapai. Dalam hal ini, seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam melakukan usaha

tani, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi, agro industri, pemasaran.

Semua ini terangkum didalam ungkapan “berusaha lebih baik dan berusaha tani lebih

menguntungkan. Dengan demikian evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk

menentukan sejauhmana tujuan penyuluhan pertanian dicapai. untuk maksud tersebut dan

agar evaluasi penyuluhan pertanian efisien diperlukan adanya proses yang sistematis. proses

ini terdiri dari :

1. Kegiatan untuk memperoleh informasi yang relevan.

2. Kegiatan untuk menaksirkan data untuk mengambil keputusan.


Hasil dari evaluasi penyuluhan pertanian akan dapat digunakan untuk menentukan

sejauhmana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai. Dalam artian

sejauhmana perubahan perilaku petani dalam bertani lebih baik dan berusahatani lebih

menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya yang lebih

sejahtera dan masyarakat yang lebih baik. Adapun ruang lingkup evaluasi penyuluhan

pertanian terbagi menjadi tiga cakupan yaitu : evaluasi hasil, evaluasi metode, dan evaluasi

sarana dan prasarana.


2.2. Rancangan Penyuluhan Pertanian

Bulan
N
Kegiatan Oktober November Desember Januari
O
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Persiapan
a. Pengolahan X X X X
lahan
b. Pembibitan X X

2 Pelaksanaan
a. Pemindahan
benih ke X

lahan.
b. Pengamatan X X X X X X X X X X X X X

3 Pemeliharaan
a. Penyulaman X X

b. Pengaturan X X X X X X X X
air
c. Pemupukan X X

X X X X X X X
d. Penyiangan

e. Pengendalian X X X X X X X X

hama dan
penyakit

4 Panen X
5 Tabulasi data X X

2.3. Kerangka Berpikir


Identifikasi Masalah
Keadaan Sekarang Keadaan yang diinginkan
1. Rata-rata petani masih beranggapan bahwa sistem 1. Petani dapat memahami bahwa sistem
penanaman padi dengan cara konvensional (Non tanam jajar legowo dapat memberikan hasil
legowo) dapat memberikan hasil yang lebih optimal yang optimal deibandingkan dengan cara
karena memiliki rumpun dan anakan yang lebih konvensional.
banyak.
2. Petani dapat memahami bahwa penanaman
2. Kurangnya tingkat pengetahuan, keterampilan petani
mengenai sistem penanaman legowo serta padi sistem jajar legowo dapat memberikan
keuntungan menggunakan menggunakan sitem keuntungan yang lebih besar.
tanam bershaf/berbaris di Kampung Kuala Tarubue 3. Petani memiliki pengetahuan dan
3. Masalah yang paling sering dijumpai dilapangan keterampilan yang tinggi dalam hal
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap pelaku penggunaan benih bermutu, pengaturan
utama dan pelaku usaha yang masih rendah dalam tanaman dan pelaksanaan tanaman tunggal.
hal penggunaan benih bermutu, pengaturan tanaman
dan pelaksanaan tanaman tunggal.

Rumusan Masalah Tujuan


1. Sejauh mana tingkat pengetahuan petani pada 1. Memberikan informasi dan pengetahuan
kelompok tani Sejahtera Desa Kuala Tarubue, kepada petani tentang sistem penanaman
Kecamatan Kuala Batee mengenai sistem jajar padi jajar legowo ( 3 : 1 ).
legowo ? 2. Menyediakan acuan dan pedoman dalam
2. Bagaimana rancangan atau acuan penanaman padi menyelenggarakan penyuluhan pertanian
dengan sistem jajar legowo 3:1 dalam bagi penyelenggara.
penyelenggaran penyuluhan pertanian pada Desa
Kuala Tarubue, Kecamatan Kuala Batee?

Kajian
Aplikasi teknologi sistem tanam jajar legowo 3:1 pada penanaman padi

Pengaturan Jarak Tanam 3:1 Kegiatan Kajian Parameter


ditanam menggunakan sistem 1. Persiapan 1. Tinggi tanaman
tanam jajar legowo 3 : 1. Dengan 2. Pelaksanaan 2. Jumlah anakan
5 perlakuan jarak tanam : 3. Pemeliharaan 3. Berat
1) 20 x 20 cm (kontrol) 4. Panen Gabah/malai
2) 20 x 20 cm 5. Tabulasi data 4. Berat 1000 butir
3) 20 x 25cm Gabah
4) 20 x 30 cm
5) 20 x 35 cm .

Rancangan Penyuluhan

Tujuan Sasaran Materi Metode Media :Folder, Evaluasi


Mengetahui tingkat Kelompok Teknik sistem Ceramah, diskusi, Video, dan
pengetahuan petani Tani Sejahtera tanam jajar legowo demonstrasi hasil benda
sesungguhnya

Pelaksanaan Penyuluhan Evaluasi Penyuluhan RTL

Anda mungkin juga menyukai