Oleh:
Argit Surya Mukti1 dan Trisna Insan Noor2
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
email : (argitsuryamukti@gmail.com), (trisna.insan.noor@unpad.ac.id)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kearifan lokal dalam sistem
agribisnis padi sawah yang ada di Desa Sukanagara. Pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus digunakan dalam penelitian ini. Data yang dianalisis adalah dari hasil wawancara, observasi,
studi kepustakaan, dan hasil dokumentasi lapangan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini, pada
umumnya petani masih mengadopsi perilaku dan pengetahuan petani zaman dulu. Misalnya seperti
membuat pupuk atau obat hama yang diracik sendiri, penentuan musim tanam mengacu pada
kalender pranata mangsa, melakukan perhitungan hari baik dalam melakukan penanaman atau
pemanenan, melakukan pemipitan sebelum pemanenan, dan membuat sesajen.
Abstract
This research aimed to find out how does local wisdom apply in a rice field agribusiness system in
Village of Sukanagara. A qualitative approach with a case study used in this research. The
analysed data was from the results of interview, observation, literature study, and field
documentation. The conclusion of this research was farmers, generally, still adopted behaviours
and knowledges of former farmers. For example in making fertilizers or home-made pesticides,
growing season decision referring to season condition calendar, counting the good days in
FXOWLYDWLQJ RU KDUYHVWLQJ ³SHPLSLWLDQ´ EHIRUH KDUYHVWLQJ DQG PDNLQJ ULWXDO RIIHULQJV
Halaman | 897
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Mei 2018
Tabel 1. Luas Tanah Sawah Menurut Pembagian Desa Di Kecamatan Lakbok Tahun 2015
Luas Tanah Sawah Irigasi (Ha)
Desa
Teknis Tadah Hujan Rawa Jumlah
Sindangangin 270 0 0 270
Puloerang 543 0 2 545
Kalapasawit 512 0 1 513
Sukanagara 425 0 0 425
Kertajaya 344 0 1 345
Sidaharja 370 15 0 385
Barebeg 203 0 0 203
Cintajaya 270 0 0 270
Tambakreja 186 3 1 190
Cintaratu 193 0 0 193
Jumlah 3.316 18 5 3.339
(Lakbok dalam angka, BPS 2016)
Tabel 1 menunjukan bahwa luas tanah penanaman padi sawah tidak harus merujuk
sawah yang ada di sepuluh desa di Kecamatan pada kalender musim tanam yang ditentukan
Lakbok didominasi oleh tanah sawah dengan pemerintah, melainkan merujuk pada
irigasi teknis, yaitu seluas 3.316 Ha. Begitu kepercayaan atau adat istiadat yang diwariskan
juga dengan di Desa Sukanagara, masyarakat secara turun temurun dari nenek moyang
desa Sukanagara mengenal tanah sawah irigasi mereka. Adat istiadat petani dalam melakukan
teknis sebagai tanah sawah rawa. Penggunaan penentuan musim tanam mengacu pada bulan
saluran irigasi menjadi sangat penting, islam, tepatnya pada bulan Dzulhijjah
mengingat hal tersebut merupakan bagian dari (kalender hijriah/islam) atau bulan Haji.
subsistem pengadaan sarana produksi dalam Dibalik adanya adopsi petani terhadap
sistem agribisnis padi sawah. nilai-nilai luhur, yang menjadi ciri khas
Pengelolaan sistem agribisnis padi sawah penerapan keraifan lokal dalam sistem
menjadi sangat penting dalam mengembangkan agribisnis padi sawah di Desa Sukanagara,
dan mempertahankan usahatani padi sawah Desa Sukanagara merupakan salah satu
secara berkelanjutan. Sistem agribisnis yang penyumbang produksi padi sawah terbesar
akan dikembangkan harus terpadu dan selaras ketiga dari sepuluh desa yang ada di
dengan semua subsistem yang ada di Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis. Seperti
dalamnya. Sistem agribisnis akan berfungsi yang dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai
baik apabila tidak ada gangguan pada salah realisasi luas panen, produksi dan produktivitas
satu subsistemnya (Perdana, 2012). Subsistem tanaman padi di Kecamatan Lakbok tahun
agribisnis tersebut antara lain : subsistem 2015.
pengadaan sarana dan produksi, subsistem
produksi/usahatani, subsistem pengolahan
hasil, subsistem pemasaran dan subsistem
penunjang
Agribisnis sebagai suatu sistem
merupakan keseluruhan suatu aktivitas
produksi input, proses produksi dan produksi
pengolahan dari hasil pertanian. Komponen-
komponen aktivitas tersebut satu sama lain
saling terikat atau ketergantungan dalam
rangka mencapai tujuan dan fungsi yang sama
(Perdana, 2012)
Dalam pengelolaan sistem agribisnis padi
sawah, sebagian masyarakat Desa Sukanagara
yang bermata pencaharian sebagai petani padi
sawah, masih mengadopsi perilaku petani
zaman dulu mengacu pada nilai-nilai luhur
yang berlaku dalam tata kehidupan
bermasyarakat.
Menurut petani lokal yang merupakan
tetua adat di Desa Sukanagara, penentuan
Halaman | 898
KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH,
DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS,
PROVINSI JAWA BARAT
ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR
Tabel 2. Realisasi Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Di Kecamatan
Lakbok Tahun 2015
Padi Sawah
Desa Luas Panen
Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)
(Ha)
Sindangangin 540 67,83 3.663
Puloerang 1.090 64,92 7.076
Kalapasawit 1.026 76,90 7.890
Sukanagara 850 67,12 5.705
Kertajaya 690 70,63 4.873
Sidaharja 770 73,09 5.628
Barebeg 406 67,49 2.740
Cintajaya 540 68,80 3.715
Tambakreja 380 77,31 2.938
Cintaratu 386 71,07 2.786
Jumlah 6.678 70,58 47.014
(Lakbok dalam angka, BPS 2016)
Halaman | 899
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Mei 2018
budaya, ekonomi, serta lingkungan yang sebagainya sesuai dengan keperluan setiap
tumbuh dan hidup ditengah-tengah masyarakat masing-masing petani. Racikan tersebut
lokal. merupakan pengetahuan warisan dari orang tua
Bulan Dzulhijjah atau lebih dikenal yang sampai saat ini masih dipertahankan.
VHEDJDL EXODQ 5D\DJXQJ ³KDUL UD\D \DQJ Petani di Desa Sukanagara percaya bahwa
DJXQJ´ ROHK PDV\DUDNDW VXQGD PHUXSDNDQ musim tanam sebaiknya mengacu pada
bulan yang disakralkan oleh masyarakat Desa kalender pranata mangsa. Kalender pranata
Sukanagara. Pada saat bulan tersebut umat mangsa merupakan sistem penanggalan
islam merayakan Hari Raya Iedul Adha, dan berdasarkan analisis petani zaman dulu
sebagai bulan berangkatnya jemaah haji ke terhadap kondisi dan petunjuk alam,
tanah suci bagi sebagian umat islam, pada diwariskan secara turun temurun sebagai
bulan ini juga sudah menjadi budaya pengetahuan dalam membantu
masyarakat di Desa Sukanagara untuk mempertahankan kestabilan sektor pertanian,
menggelar hajatan, seperti acara pernikahan, khususnya komoditas padi sawah.
sunatan dan syukuran dengan harapan Cara menentukan pranata mangsa
mengambil hikmah yang agung di bulan mengacu pada kalender syamsiah atau kalender
Rayagung. Kegiatan tersebut menjadi suatu hal masehi. Misalnya untuk perhitungan bulan ke 1
yang penting dalam bermasyarakat, baik (januari) di kalender syamsiah, maka untuk di
kegiatan yang diselenggarakan oleh tetangga, kalender pranata mangsa akan ditambah 6.
ataupun kegiatan yang diselenggarakan oleh 1+6=7 berarti mangsa ke 7 atau (mangsa
keluarga sendiri. Masyarakat yang bermata kapitu), dan seterusnya sampai bulan ke 6
pencaharian sebagai petani padi sawah akan (juni) harus ditambah 6. Pada bulan ke 7 (juli)
lebih mementingkan kegiatan tersebut di kalender syamsiah, perhitungan pada
dibandingkan dengan kegiatan pertaniannya, kalender pranata mangsa akan dikurangi 6. 7-
walaupun pada bulan tersebut merupakan 6=1 berarti memasuki mangsa ke 1 atau
waktu panen padi sawah, petani akan lebih baik (mangsa kasiji), dan seterusnya sampai bulan
menunda waktu panennya. Hal ini yang ke 12 (desember) harus dikurangi 6.
menjadi salah satu alasan tidak boleh adanya Dalam kalender pranata mangsa terdapat
kegiatan bertani pada bulan Dzulhijjah di Desa 12 mangsa yang memiliki jumlah hari berbeda
Sukanagara, oleh sebab itu penentuan dengan kalender syamsiah atau kalender
penanaman yang dilakukan petani akan masehi, menurut hasil pengamatan kasepuhan
dihitung mundur apabila dilihat dari kalender terdahulu, dipercaya bahwa pada setiap
masehi. Petani di Desa Sukanagara tidak mangsanya memiliki keterangan iklim yang
menentukan waktu tanam berdasarkan musim berbeda, seperti :
tanam yang ditentukan pemerintah, namun 1. Mangsa Kapitu : 42 Hari yaitu 23
mengacu pada bulan islam dan kalender Desember ± 2 Februari, diprediksikan
pranata mangsa. sebagai mangsa turunnya hujan dan
Kearifan lokal lainnya yang masih pancaran sinar matahari sedang tinggi.
dipertahankan dan diadopsi oleh petani di Desa 2. Mangsa Kawolu : 26 Hari yaitu 3
Sukanagara, dalam melakukan pengelolaan Februari ± 28 Februari, diprediksikan
sistem agribisnis padi sawah diantaranya sebagai mangsa terjadinya tiupan angin.
seperti pemberian pupuk dan obat pencegah 3. Mangsa Kasongo : 25 Hari yaitu 1 Maret
hama dan penyakit tanaman menggunakan ± 25 Maret, diprediksikan sebagai mangsa
racikan tradisional. MOL atau mikro organisme terjadinya badai petir.
lokal sebagai pupuk yang diracik dari bahan 4. Mangsa Kasepuluh : 23 Hari yaitu 26
baku seperti campuran buah berenuk, air Maret ± 17 April, diprediksikan sebagai
kelapa, air kencing manusia, air beras, busukan mangsa yang bagus untuk bercocok
rasulan atau sisa-sisa makanan seperti sisa tanam, karena pada mangsa ini kondisi
tulang ayam, jengkol, keong untuk membantu iklim sedang teduh, dibarengi sedikit
mempercepat pembusukan, dan lain hujan.
sebagainya. Setiap petani memiliki racikan 5. Mangsa Kasewelas : 24 Hari yaitu 18
masing-masing dalam membuat MOL. Untuk April ± 12 Mei, diprediksikan sebagai
racikan obat pencegah hama dan penyakit mangsa terjadinya musim pancarobah.
biasanya dibuat dari bahan-bahan organik, 6. Mangsa Karolas : 41 Hari yaitu 13 Mei ±
seperti tembakau, gadung, brotowali, busukan 21 Juni, dprediksikan sebagai mangsa
cabai, jengkol, dan ditambahkan dengan bahan terjadinya musim pancarobah.
yang dapat menyuburkan tanaman padi seperti 7. Mangsa Kasiji : 41 Hari yaitu 22 Juni ± 1
air kelapa, air beras, air kencing, dan lain Agustus, diprediksikan sebagai mangsa
Halaman | 900
KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH,
DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS,
PROVINSI JAWA BARAT
ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR
yang bagus untuk bercocok tanam Peringatan mangsa yang harus dihindari oleh
tanaman palawija : , karena pada saat ini petani :
kondisi iklim sedang teduh menuju ke a. Hindari tanam padi pada Mangsa Kapitu
musim kemarau. (25 Desember s/d 30 Januari) reaksinya
8. Mangsa Karo : 24 Hari yaitu 2 Agustus ± tanaman akan mengalami kekerdilan,
25 Agustus, diprediksikan sebagai karena pancaran sinar matahari sangat
mangsa yang bagus untuk tanaman panas, dan berpengaruh pada suhu air di
palawija. sawah yang meningkat menjadi lebih panas.
9. Mangsa Katelu : 24 Hari yaitu 26 Agustus b. Hindari tanam padi pada bulan Mei
± 18 September, diprediksikan sebagai (Mangsa Karolas), karena pada mangsa ini
mangsa terjadinya musim panas. terjadinya musim pancarobah, reaksinya
10. Mangsa Kapat : 24 Hari yaitu 19 pertumbuhan padi tidak akan maksimal,
Septermber ± 13 Oktober, diprediksikan kurangnya ketersediaan air.
sebagai mangsa musim pancarobah, Selain mengacu pada penentuan kalender
menuju musim penghujan, kondisi iklim pranata mangsa, sebagian petani di Desa
sudah mulai turun hujan gerimis. Sukanagara masih menerapkan budaya
11. Mangsa Kalima : 27 Hari yaitu 14 menghitung hari baik dalam menentukan
Oktober ± 9 November, diprediksikan penanaman. Berdasarkan pengetahuan nenek
sebagai mangsa musim penghujan. moyang dulu, pada setiap nama-nama hari dan
12. Mangsa Kanem : 43 Hari yaitu 10 weton dalam kalender jawa memiliki nilai
November ± 22 Desember, diprediksikan angka yang berbeda, seperti yang bisa dilihat
sebagai mangsa turunnya hujan, dan pada Tabel 3 yaitu :
bagus untuk bercocok tanam, karena
dapat Tersedianya pasokan air.
Untuk menentukan hari baik berdasarkan 3. Sri, Lungguh, Dunia, Lara, Pati :
angka pada Tabel 3, harus selalu ada acuan Perhitungan yang bagus adalah harus tepat
perhitungan sebagai penentu. Misalnya pada pada bagian sri, karena sri sendiri
saat akan melakukan penanaman, acuan yang melambangkan padi.
bisa diambil menurut kepercayaan orang dulu 4. Sri, Kitri, Barungkah, Robyong : Sri
adalah sebagai berikut : merupakan padi, kitri adalah pohon kelapa,
1. Cucuk, Gembung, Sikil, Buntut : Cucuk barungkah berupa tanaman buah-buahan
dipercaya sebagai hari yang banyak dan robyong adalah tanaman dedaunan.
rintanganya dalam penanaman, misalnya Untuk penanaman padi yang bagus harus
rintangan dari banyaknya serangan hama, tepat pada bagian sri.
sedangkan buntut dipercaya sebagai hari Setiap petani yang masih mengadopsi
baik, dimana hama tidak akan mengganggu perilaku menghitung hari yang dikatakan baik,
tanaman padi sawah. memiliki acuan sendiri dalam perhitungannya
2. Oyod, Ewit, Godong, Uwoh : Artinya akar, sesuai dengan kepercayaan dan pengetahuan
batang, daun, buah. Perhitungan hari yang masing-masing. Walaupun berbeda acuan
bagus untuk menanam padi harus pas pada tetapi memiliki makna yang sama. Berikut
perhitungan yang menunjuk pada bagian adalah contoh perhitungan hari yang baik untuk
uwoh atau buah, karena tanaman padi yang dilakukan penanaman, misalnya penanaman
dihasilkan adalah berupa buahnya. dilakukan pada hari Minggu Wage :
Halaman | 901
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Mei 2018
Berdasarkan tabel 4, angka pada hari dan dalam melakukan pemipitan padi terdapat
weton akan dijumlahkan, kemudian dari jumlah beberapa tahapan dan perlakuan sebagai
tersebut akan dihitung berulang sesuai acuan berikut :
yang telah ditentukan. Penanaman yang 1. Menyiapkan sesajen berupa bunga 3 atau
dilakukan pada hari Minggu Wage, mengacu 7 rupa dan kemenyan di ujung petakan
pada perhitungan sri, kitri, barungkah, sawah
robyong. Dapat dikatakan sebagai hari yang 2. Mengelilingi petakan sawah sebanyak
baik untuk penanaman, karena pada hari satu kali, dari ujung petakan sawah
tersebut perhitungan akan tepat dibagian sri sampai kembali lagi ke ujung petakan
yang berarti padi. sawah pertama
Perilaku sebagian petani pada saat akan 3. Memilih tempat pemipitan di ujung
menanam padi, masih tetap melakukan budaya petakan sawah pertama
penyajian sesajen. Sesajen akan disimpan 4. Membakar kemenyan
dipenjuru lahan sawah yang akan ditanami 5. Memilih padi yang ujung tangkainya
padi. Sesajen tersebut berupa 3 atau 7 rupa memiliki 5 buah/bulir padi
bunga, bubur merah, bubur putih, tumpeng 6. %HUGR¶D GDODP KDWL PHPEDFDNDQ
kecil/congcot, rujak pisang raja bulu, rujak Bismillah atau Syahadat
pisang ambon, kopi pahit, kopi manis, kelapa 7. Potong padi sebanyak 5 atau 7 tangkai
muda, cerutu, membakar kemenyan dan lain tanpa bernafas, 5 tangkai mengacu pada
sebagainya sesuai dengan kepercayaan masing- rukun islam, dan 7 tangkai mengacu pada
masing petani. Setiap petani memiliki jumlah hari
perlakuan berbeda, akan tetapi memiliki makna 8. Setelah pemotongan selesai, tiupkan nafas
yang sama, yaitu untuk meminta izin menanam yang ditahan pada ujung bawah tangkai
agar diberi keselamatan dan keberkahan. padi yang telah dipotong
Adanya kepercayaan kepada sosok Dewi Sri, 9. Tutup ujung tangkai padi memakai daun
dan kepedulian akan warisan budaya menjadi dadap
salah satu alasan petani untuk tetap 10. Ikat daun dadap tersebut pada ujung
melestarikan budaya warisan nenek moyang tangkai padi menggunakan benang
dulu. 11. Mengepang bagian daun yang ada pada
Beberapa petani di Desa Sukanagara tangkai padi
masih menjaga budaya mipit padi sebelum 12. 0HPEDFDNDQ GR¶D VHODPDW
panen, dan menyimpan padi selama 40 hari 13. Simpan hasil mipit tersebut ditempat
setelah dijemur kering tanpa langsung dijual penyimpanan padi hasil panen
atau dikonsumsi. Pemipitan adalah proses Kearifan dan ketradisionalan memberi
mengambil padi secara simbolis, yaitu warna tersendiri dalam pengelolaan sistem
sebanyak 5 atau 7 helai padi sesuai kebiasaan agribisnis padi sawah di Desa Sukanagara.
yang dilakukan petani. Pemipitan merupakan Terdapat beberapa perbedaan penerapan sistem
bentuk rasa menghargai dan menghormati padi agribisnis berbasis kearifan lokal di Desa
yang oleh sebagian petani dipercaya sebagai Sukanagara, dengan sistem agribisnis padi
sosok Dewi Sri, oleh sebab itu harus sawah konvensional, seperti yang dapat di lihat
diperlakukan sebaik mungkin. Perilaku tersebut pada Tabel 5 berikut :
dipercaya dapat mendatangkan berkah dan
menghasilkan kualitas gabah yang baik.
Seperti yang kasepuhan di Desa Sukanagara,
Halaman | 902
KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH,
DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS,
PROVINSI JAWA BARAT
ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR
Tabel 5. Perbandingan Sistem Agribisnis Padi Sawah Berbasis Kearifan Lokal Dengan
Sistem Agibisnis Padi Sawah Konvensional
Sistem
Sistem Agribisnis Sistem Agribisnis
Agribisnis Perbedaan
Konvensional Berbasis Kearifan Lokal
Padi Sawah
A. Subsistem Pengadaan Produksi
Adanya kearifan lokal
Merupakan bibit unggul
membuat petani
Merupakan bibit yang disesuikan dengan
melakukan penyesuaian
unggul yang kondisi lingkungan,
1. Bibit terhadap lingkungan,
direkomendasikan Dilakukan pembibitan
dan melakukan cara
pemerintah ulang dari padi hasil panen
pembibitan ulang dari
sebanyak 2-3 kali
hasil panen sendiri
Dalam sistem agribisnis
berbasis kearifan lokal,
Pupuk hasil racikan
terdapat penerapan
sendiri yang lebih organik,
Menggunakan pengetahuan yang
2. Pupuk yaitu dengan membuat
pupuk kimia diwariskan secara turun
MOL / Mikro Organisme
temurun yaitu seperti
Lokal
membuat pupuk racikan
(MOL)
Adanya kearifan lokal
dapat memperkaya
Membuat obat pencegah
pengetahuan petani,
Menggunakan obat hama dan penyakit, dari
3. Pestisida seperti dengan
kimia hasil racikan tradisional
membuat obat organik
yang lebih organik
dari hasil racikan
sendiri
Adanya kearifan lokal
Irigasi teknis, dikelola
mendorong petani
oleh mitra cai dan petani
Irigasi teknis, untuk lebih berinisiatif
lokal yang membantu
4. Irigasi dikelola oleh mitra melakukan budaya
perawatan dengan
cai gotong royong dalam
mempertahankan budaya
perawatan saluran
gotong royong
pengairan
Memiliki persamaan
penggunaan alsintan,
Mesin traktor, gepyok
5. Alsintan Mesin traktor karena adanya adaptasi
(alat perontok padi)
terhadap kemajuan
teknologi
B. Subsistem Produksi/Usahatani
Berasal dari keluarga dan
tetangga, pemberian upah
Berasal dari tenaga kerja yaitu dengan
keluarga dan sistem bawon. Biasanya Adanya kearifan lokal
tetangga, pada tenaga kerja untuk proses dapat menumbuhkan
1. Tenaga umumnya pemanenan tidak perlu nilai sosial untuk saling
Kerja pemberian upah disuruh oleh pemilik membantu, dan saling
berupa uang dengan sawah, karena tenaga kerja menguntungkan satu
sistem upah (buruh tani) akan datang sama lain
borongan sendiri untuk saling
membantu dan saling
menguntungkan
Halaman | 903
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Mei 2018
Halaman | 904
KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH,
DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS,
PROVINSI JAWA BARAT
ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR
Halaman | 905
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 3, Mei 2018
E. Subsistem Penunjang
Memiliki peran baik
Dalam sistem agribisnis
dalam penyediaan bantuan
berbasis kearifan lokal,
subsidi pupuk, benih dan
Memiliki peran baik pemerintah memiliki
alat mesin tanaman
dalam penyediaan kewajiban untuk
1. Kebijakan Terdapat penyesuaian
bantuan subsidi melakukan penyesuaian
Pemerintah terhadap adat istiadat yang
pupuk, benih dan terhadap budaya atau
ada dikalangan
alat mesin tanaman adat istiadat yang ada di
masyarakat petani, seperti
kalangan masyarakat
menjaga budaya sedekah
petani
bumi
Memiliki peran untuk
memfasilitasi, memotivasi
serta memberikan Dalam sistem agribisnis
Memiliki peran
informasi dalam berbasis kearifan lokal,
untuk memfasilitasi,
membantu meningkatkan penyuluh pertanian
memotivasi serta
sikap dan keterampilan memiliki kewajiban
memberikan
petani untuk melakukan
2. Penyuluhan informasi dalam
Terdapat penyesuaian penyesuaian terhadap
membantu
terhadap adat istiadat yang budaya atau adat
meningkatkan sikap
ada dikalangan istiadat yang ada di
dan keterampilan
masyarakat petani, seperti kalangan masyarakat
petani
penentuan musim tanam petani
mengacu pada kalender
pranata mangsa
Memiliki pengaruh
positif sebagai Memiliki pengaruh positif
Peranan peneliti dapat
tempat diskusi sebagai tempat diskusi
saling menguntungkan,
dalam menggali dalam menggali informasi.
3. Penelitian yaitu sebagai tempat
informasi. Hasil Hasil penelitian dapat
bertukar informasi
penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
terkait pertanian
dijadikan sebagai rujukan
bahan rujukan
Halaman | 906
KEARIFAN LOKAL DALAM SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH,
DESA SUKANAGARA, KECAMATAN LAKBOK, KABUPATEN CIAMIS,
PROVINSI JAWA BARAT
ARGIT SURYA MUKTI dan TRISNA INSAN NOOR
Halaman | 907