Anda di halaman 1dari 292

PERE

ENCANAA
AN LANSK
KAP AGRO
OWISATA
A BERKELANJUTAN
N
DI DESA
A SUKAHA
ARJA DAN
N DESA TA
AJURHALA
ANG
KECA
AMATAN CIJERUK
C KABUPAT
K TEN BOGO
OR

Oleh :
M
MEGA AM
MALYA

DEP
PARTEME
EN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKU
ULTAS PE
ERTANIAN
N
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BOG
GOR
2010
0
RINGKASAN

MEGA AMALYA. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa


Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan NIZAR NASRULLAH.
Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu dari 36 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor dengan potensi pertanian dan pemandangan alam yang belum
sepenuhnya dikembangkan untuk tujuan wisata. Kecamatan Cijeruk terbagi
menjadi 9 desa yaitu Desa Sukaharja, Tajurhalang, Cipelang, Cijeruk, Palasari,
Tanjungsari, Cipicung, Cibalung, dan Warung Menteng. Desa yang akan
dikembangkan ialah Desa Sukaharja yang memiliki potensi tanaman hortikultur,
khususnya sentra tanaman hias, buah-buahan semusim serta sayuran dan palawija,
dan Desa Tajurhalang sebagai desa yang turut dikembangkan dengan potensi
pertanian berupa tanaman hias dan peternakan. Selain potensi pertanian serta
pemandangan alam tersebut, desa ini juga memiliki potensi masyarakat yang
mengusahakan lahan pertanian di desanya dalam bentuk kelompok tani.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan rencana lanskap (landscape
plan) agrowisata berkelanjutan melalui penataan ruang, pengadaan fasilitas dan
utilitas yang mendukung aktivitas agrowisata maupun wisata umum di perdesaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis melalui
kegiatan survey baik observasi maupun non-observasi lapang. Tahapan penelitian
meliputi mengidentifikasi dan merumuskan masalah, menyusun kerangka teoritis
dan konsultasi dengan ahli, mengumpulkan data, menganalisis data, mensintesis
data, dan perencanaan. Data persepsi atau preferensi masyarakat diambil dengan
wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden, pengambil kebijakan,
instansi dan masyarakat : petani, pedagang, pengusaha kecil/pengrajin, kelompok
wanita, pengunjung. Data keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode
Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan
Masyarakat (PKM). Penilaian berdasarkan kriteria tertentu dilakukan terhadap
tiga alternatif perencanaan untuk menentukan alternatif terpilih.
Lokasi penelitian berbatasan dengan Kotamadya Bogor, Desa Cipelang,
Gunung Salak, Desa Tanjungsari, dan Kecamatan Tamansari. Total luas kawasan
mencapai ± 925,2 Ha yang meliputi hutan (14,7%), kebun campuran (43,7%),
perkampungan (8,9%), sawah (32,4%), serta taman dan tegalan (0,3%). Kawasan
berada pada ketinggian ± 412,5 – 1737,5 mdpl dengan kondisi topografi berbukit
dan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Suhu rata-rata kawasan mencapai
22,9°C dengan curah hujan rata-rata bulanan 310,2 mm. Kelembaban rata-rata di
dalam kawasan cukup tinggi, yakni 83,4%, dengan rata-rata kecepatan angin
tahun 2008 adalah 2,5 km/jam yang tergolong angin sepoi-sepoi. Jenis tanah pada
kawasan terdiri dari Andosol, Podsolik merah kekuningan, Regosol, dan Asso
latosol clk regosol. Sumber air kawasan berasal dari curah hujan, mata air
Ciburial, sungai Cipinanggading, saluran isrigasi, dan PAM. Sejak tahun 2000
debit air sungai Cipinanggading mengalami penurunan, dan saluran irigasi banyak
mengalami kerusakan. Penilaian keberlanjutan di kawasan menunjukkan adanya
penurunan aspek ekologis dikarenakan sistem pembuangan limbah cair yang
masih langsung menuju saluran air yang digunakan untuk pengairan lahan.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh potensi dan kendala yang ada di
dalam kawasan yang menentukan dalam pembagian ruang kawasan yang sesuai
dengan tata guna dan daya dukung lahan serta rencana tata ruang kawasan.
Pembagian ruang yang dihasilkan meliputi ruang utama agrowisata seluas 231,3
ha (25%), ruang pendukung agrowisata seluas 341,9 ha (37%), serta ruang
penyangga 352 ha (38%). Masing-masing ruang terbagi ke dalam area-area yang
memegang fungsi penerimaan, pelayanan, budidaya, display, pasca panen,
pendidikan, rekreasi, evaluasi dan konservasi. Ruang utama agrowisata memiliki
pembagian area berdasarakan komoditi yakni, area tanaman hias, area sayuran
palawija dan padi, area tanaman buah, serta area peternakan. Ruang pendukung
agrowisata memiliki area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat atau pemukiman. Sedangkan ruang penyangga memiliki area
konservasi.
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan
kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas
pertanian sebagai obyek wisata dan peran aktif masyarakat setempat yang
diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas pelayanan, jasa pemandu dan
tenaga kerja serta mengelola aktivitas agrowisata bagi pengunjung. Konsep
berkelanjutan terletak pada potensi sumberdaya yang termanfaatkan tanpa
merusak lingkungan alami perdesaan yang menjadi daya tarik sehingga tetap
dapat lestari hingga waktu yang akan datang.
Rencana ruang dan aktivitas yang dikembangkan adalah rencana
berdasarkan fungsi pelayanan serta fungsi agrowisata dan wisata umum. Aktivitas
pelayanan wisata yang direncanakan seperti penyambutan, parkir, registrasi,
memperoleh informasi, menyewa alat transportasi desa, berbelanja, makan,
bermalam, beribadah, dan MCK, sedangkan aktivitas agrowisata dan wisata
umum antara lain budidaya, pengolahan dan pengemasan hasil, pengolahan
limbah pertanian, jalan santai, memetik buah, memerah sapi, bersepeda,
menikmati pemandangan, piknik, photohunting, dan jalan santai. Fasilitas yang
dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas agrowisata dan
rekreasi umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas agrowisata yang
umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan
informasi, shelter, lahan pembibitan, dan lahan percobaan, tempat sampah, tempat
duduk, tempat pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian. Fasilitas
penunjang wisata yang disediakan seperti utilitas air bersih, jaringan listrik oleh
PLN, jaringan telekomunikasi, pengelolaan limbah padat dan cair serta informasi
dan promosi.
Perencanaan ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detail
terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan. Perlu pengawasan dan pembinaan
dalam rangka memperbaiki lingkungan. Perlu adanya peran aktif masyarakat
dalam mengelola kawasan yang bekerjasama dengan pemerintah dan swasta, serta
bantuan penyediaan fasilitas dan utilitasdari pihak terkait.
PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA BERKELANJUTAN
DI DESA SUKAHARJA DAN DESA TAJURHALANG
KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN BOGOR

MEGA AMALYA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa


Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk
Kabupaten Bogor
Nama : Mega Amalya
NRP : A44050040
Mayor : Arsitektur Lanskap

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr


NIP. 19610720 198403 2 002 NIP. 19620118 198601 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA


NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal disetujui :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
sehat, rizki, waktu dan kesempatan yang telah diberikan sehingga tugas akhir
dengan judul Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian
KKP3T T.A 2009 yang dilaksanakan atas kerjasama LPPM IPB dengan Balitbang
Pertanian RI yang berjudul “Pengembangan Agrowisata Berbasis Komunitas
untuk Konservasi Lanskap Pertanian dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
di Perdesaan”.
Terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis ucapkan kepada Papa
dan Mama serta keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta doa
dan dukungan baik berupa materi, moral maupun spiritual. Selain itu terima kasih
pula penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
banyak membantu serta memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis.
2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Afra D. N, MSc; Ir.Umi Haryati; dan Ir.Saptana, MSi yang telah
banyak membantu serta memberikan saran, Bapak Didi selaku staf
Departemen Arsitektur Lanskap yang penuh semangat menata tanaman-
tanaman sehingga nyaman dipandang mata, segenap staf Tata Usaha dan
Komisi Pendidikan Departemen Arsitektur Lanskap, serta keluarga besar
IPB yang telah menggunakan perannya dengan sebaik mungkin.
4. Pihak Pemda Kabupaten Bogor, Bakosurtanal, Kecamatan Cijeruk,
UPTD Caringin, Kepala Desa, serta kelompok tani yang telah banyak
membantu dalam proses perolehan data.
5. Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu mengingatkan dan memotivasi dalam bidang pendidikan.
6. Teman-teman ARL 42 yang setia menemani dan berbagi, serta teman
saya dari Taman kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA yang telah
memberikan pengalaman penuh arti.
7. Adik-adik ARL angkatan 43, 44 dan 45 yang senantiasa memberi
semangat untuk pengerjaan skripsi.
8. Keluarga tercinta: Akang Idham, Teh Anne, Tasya dan saudara-saudara
yang tak mampu saya sebutkan satu persatu namanya, namun telah
memberi banyak arti dalam hidup saya.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena begitu
banyaknya orang yang telah memberi arti dalam hidup saya sampai saat
ini, semoga kebaikan kalian mendapat balasan yang lebih baik dari Allah
SWT.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, serta
kelanjutan penelitan yang akan datang. Segala kekurangan yang ada datangnya
dari saya semoga dapat diperbaiki, serta kelebihan yang ada datangnya dari Allah
SWT, semoga dapat kita syukuri.

Bogor, April 2010

Mega Amalya
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Januari 1988 dari pasangan


Sjamsudin (ayah ) dan Schenny Noor (ibu). Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
Strata 1. Setelah melalui masa Tahap Persiapan Bersama (TPB)-IPB selama dua
semester, penulis memilih jurusan Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian sebagai program mayor, serta Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa
Lingkungan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan sebagai program minor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis mendapat amanat menjadi bendahara
kelas Arsitektur Lanskap (ARL) angkatan 42. Penulis juga sering mengikuti
kepanitian di beberapa acara departemen, seperti menjadi anggota sie.konsumsi
untuk kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen (MPD) ARL angkatan 43 dan
bendahara untuk kepanitiaan Fieldtrip angkatan 43 pada tahun 2007, serta
bendahara Hari Pelepasan Sarjana (HPS) ARL angkatan 39 dan bendahara Temu
Alumni Arsitektur Lanskap IPB pada tahun 2008.
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
Pengertian Lanskap ................................................................................. 5
Arsitektur Lanskap .................................................................................. 5
Agrowisata
Pengertian Agrowisata ............................................................................ 5
Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata ................................................. 6
Manfaat Agrowisata ................................................................................ 6
Aktivitas Agrowisata .............................................................................. 6
Sarana dan Prasarana Penunjang Agrowisata ......................................... 6
Perencanaan Agrowisata ......................................................................... 7
Pengembangan Agrowisata ..................................................................... 7
Keberlanjutan (sustainability) ..................................................................... 8
Perencanaan
Perencanaan Lanskap ........................................................................... .10
Perencanaan Kawasan Wisata .............................................................. .10
Wisata
Pengertian Wisata ................................................................................ .11
Aktivitas Wisata ................................................................................... .11
Produk Wisata ...................................................................................... .11
Obyek dan Atraksi Wisata ................................................................... .11
Pelayanan atau Jasa Wisata .................................................................. .12
Potensi Wisata ...................................................................................... .12
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ................................................. .12
Informasi dan Promosi Wisata ............................................................ .12
Pelaku wisata ....................................................................................... .13
Rekreasi
Pengertian Rekreasi ............................................................................. .14
Program dan Aktivitas Rekreasi .......................................................... .14
Perencanaan Kawasan Rekreasi ........................................................... .15
Perdesaan
Pengertian Perdesaan ........................................................................... .15
Potensi Desa ......................................................................................... .16
Lanskap Perdesaan ............................................................................... .16
Pertanian
Aktivitas Pertanian ............................................................................... .16
Pertanian Berkelanjutan ....................................................................... .17
Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................................... .17
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... .19
Batasan Penelitian ..................................................................................... .20
Metode Penelitian ..................................................................................... .20
DATA DAN ANALISIS
Aspek Fisik dan Bio-Fisik
Letak, Luas, dan Batas Kawasan ......................................................... .27
Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Kawasan ............................... .28
Tata Guna Lahan .................................................................................. .30
Iklim dan Kenyamanan ........................................................................ .36
Jenis Tanah ........................................................................................... .39
Hidrologi .............................................................................................. .42
Vegetasi dan Satwa .............................................................................. .44
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ................................................. .45
Obyek dan Daya Tarik Agrowisata ...................................................... .51
Pariwisata Sekitar Kawasan ................................................................. .60
Sarana dan Fasilitas Pendukung Agrowisata ....................................... .64
Aspek Sosial dan Ekonomi
Penduduk .............................................................................................. .66
Kelembagaan ........................................................................................ .67
Obyek dan Atraksi Pendukung Agrowisata ......................................... .68
Pengunjung .......................................................................................... .69
Pengelolaan Kawasan Agrowisata ....................................................... .71
Rencana Tata Ruang Wilayah .............................................................. .74
Aspek Estetika
View atau Potensi Pemandangan .......................................................... .76
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat ................................................... .80
SINTESIS
Pembagian Ruang ..................................................................................... .81
Karakteristik Ruang .................................................................................. .86
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
Alternatif Perencanaan ............................................................................. .89
Pemilihan Alternatif ................................................................................. .90
Konsep Dasar ............................................................................................ .91
Konsep Pengembangan Lanskap .............................................................. .91
Konsep Ruang dan Aktivitas ............................................................... .91
Konsep Fasilitas dan Utilitas ............................................................... .92
Konsep Jalur Agrowisata ..................................................................... .93
Konsep Vegetasi .................................................................................. .94
Konsep Berkelanjutan .......................................................................... .95
Konsep Pengelolaan Pengunjung ......................................................... .96
PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Ruang dan Aktivitas ................................................................... .97
Rencana Fasilitas dan Utilitas ................................................................... 109
Rencana Jalur Agrowisata ........................................................................ 111
Rencana Vegetasi ..................................................................................... 112
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................... 114
Saran ......................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 116
LAMPIRAN ....................................................................................................... 118
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1 Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data ...................... 24
2 Kriteria penilaian dalam PKM / CSA .......................................................... 26
3 Proporsi, fungsi, serta pengembangan pola pemanfaatan lahan pada
kawasan penelitian ....................................................................................... 34
4 Kriteria kesesuaian iklim untuk beberapa tanaman di kawasan .................. 37

5 Jenis tanah serta pola dan solusi pemanfaatan lahan .................................. 40

6 Kondisi jalan dan solusi pemanfaatannya di dalam kawasan ...................... 50

7 Potensi eksisting obyek dan daya tarik di kawasan ..................................... 58

8 Potensi obyek dan daya tarik wisata serta solusi pemanfaatannya .............. 59
9 Pengembangan aktivitas agrowisata di dalam ruang utama
agrowisata .................................................................................................... 61
10 Obyek wisata di sekitar kawasan ................................................................ 62

11 Fasilitas wisata berdasarkan aktivitas .......................................................... 65

12 Jumlah penduduk di kawasan ...................................................................... 66

13 Karakteristik pengunjung ............................................................................. 69

14 Data ekologi lanskap, estetika, potensi dan permasalahan serta


solusi yang ditawarkan ................................................................................. 82
15 Pembagian ruang, aktivitas serta fasilitas pendukungnya ............................ 88

16 Penilaian kriteria alternatif perencanaan ...................................................... 90

17 Rencana penggunaan ruang ......................................................................... 107

18 Rencana penggunaan ruang untuk aktivitas agrowisata .............................. 108

19 Rencana fasilitas dan utilitas ........................................................................ 110


DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
1 Kerangka pikir perencanaan......................................................................... .4
2 Peta orientasi lokasi penelitian..................................................................... 19
3 Peta lokasi penelitian ................................................................................... 27
4 Peta topografi dan ketinggian kawasan ....................................................... 31
5 Peta kelas kemiringan kawasan.................................................................... 32
6 Peta tata guna lahan kawasan ....................................................................... 35
7 Peta jenis tanah kawasan .............................................................................. 41
8 Peta hidrologi kawasan ................................................................................ 43
9 Vegetasi di dalam kawasan .......................................................................... 44
(a) pohon pinus
(b) pohon, semak, dan penutup tanah
10 Satwa di dalam kawasan .............................................................................. 45
(a) berbagai jenis unggas
(b) mamalia
11 Peta aksesibilitas kawasan ........................................................................... 46
12 Kondisi jalan di dalam kawasan................................................................... 47
13 Jenis kendaraan di dalam kawasan............................................................... 48
14 Pejalan kaki sebagai pengguna jalan ............................................................ 48
15 Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan .............................................. 49
16 Peta potensi obyek agrowisata dan rekreasi di kawasan .............................. 52
17 Kondisi eksisting usaha tani tanaman hias .................................................. 53
(a) saung dalam kelompok usaha tani untuk budidaya tanaman hias
(b) halaman rumah sebagai display tanaman hias
18 Kondisi eksisting kebun sayuran palawija dan padi .................................... 55
19 Kondisi eksisting tempat pembibitan tanaman buah durian ........................ 56
(a) display bibit tabulampot durian
(b) jalan setapak di dalam kebun buah
20 Kondisi eksisting peternakan sapi ................................................................ 57
(a) kondisi ternak dalam kandang
(b) pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
21 Kondisi eksisting Taman Gajah di Cijulang ................................................ 62
(a) gerbang di Taman Gajah
(b) view dari Taman Gajah
22 Peta pariwisata di sekitar kawasan ............................................................... 63
xv

23 Atraksi pendukung agrowisata ..................................................................... 68


(a) arak-arakan hasil pertanian
(b) kesenian bela diri
24 Papan penanda Bunga Desa ......................................................................... 72
25 Sarana informasi dan promosi dalam kawasan ............................................ 72
(a) leaflet kelompok tani Bunga Desa dari program KKP mahasiswa IPB
2009
(b)logo kelompok tani Bunga Desa dari program KKP mahasiswa IPB
2009
26 Peta Rencana Tata Ruang Kawasan tahun 2005-2025................................. 75
27 Peta potensi pemandangan di dalam kawasan ............................................. 77
28 Potensi pemandangan pendukung konsep agrowisata ................................. 78
(a) latar Gunung Salak di sawah
(b) pemandangan Kota Bogor
(c) bentangan sawah di perdesaan
(d) rangkaian perbukitan di kaki Gunung Salak
29 Permasalahan sampah di dalam kawasan..................................................... 79
30 Kondisi jalan yang kotor di dalam kawasan ................................................ 79
31 Pembagian ruang (BLOCK PLAN) .............................................................. 87
32 Ilustrasi area tanaman hias ........................................................................... 98
33 Ilustrasi area sayuran palawija dan padi ...................................................... 99
(a) komoditas sayuran
(b) komoditas palawija dan padi
34 Ilustrasi area tanaman buah .......................................................................... 101
(a) lahan budidaya durian
(b) lahan budidaya nanas
35 Ilustrasi area peternakan............................................................................... 102
(a) kandang ternak
(b) tempat penggembalaan
(c) tempat pembuatan biogas
36 Ilustrasi area penerimaan ............................................................................. 103
37 Ilustrasi area pelayanan ................................................................................ 104
(a) terminal angkot dan tempat parkir
(b) pasar desa
(c) penginapan
38 Ilustrasi area transisi.....................................................................................105
(a) Cijulang
(b) Tajurhalang atas
39 Ilustrasi area masyarakat ..............................................................................106
(a) gerbang kampung
(b) rumah penduduk
xvi

40 Ilustrasi area konservasi ...............................................................................106


(a)metode lahan teras
(b) menara pandang
(c)papan informasi
(d)rail jalan setapak
41 Contoh ilustrasi fasilitas dan utilitas ............................................................109
(a) fasilitas
(b) utilitas
42 Rencana jalur jalan dan track sepeda ........................................................... 112
(a) jalan primer
(b) jalan sekunder
(c) jalan tersier
(d) jalur track sepeda
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1 Standar teknis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun
di dalam kawasan konservasi .................................................................... .119
2 Data iklim kawasan (1999-2008) .............................................................. .120
3 Daftar kekuatan dan kecepatan angina (Skala Beaufort) .......................... .121
4 Syarat pertumbuhan nanas, durian, dan jambu biji ................................... .122
5 Hubungan antar ruang ............................................................................... .122
6 Standar perencanaan panjang jalur sepeda................................................ .122
7 Peta rencana lanskap agrowisata alternatif I ............................................ .123
8 Peta rencana lanskap agrowisata II .......................................................... .124
9 Peta rencana lanskap agrowisata III ......................................................... .125
10 Peta rencana lanskap agrowisata ............................................................... .126
11 Keunggulan alternatif terpilih berdasarkan kriteria .................................. .127
12 Peta rencana lanskap agrowisata Section 1 ............................................... .128
13 Peta rencana lanskap agrowisata Section 2 ............................................... .129
14 Peta rencana lanskap agrowisata Section 3 ............................................... .130
15 Peta rencana lanskap agrowisata Section 4 ............................................... .131
16 Kuesioner pengunjung ............................................................................. .132
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia dengan posisi geografis di khatulistiwa serta kondisi alam,
hayati, dan budaya yang beragam, merupakan negara agraris dengan
keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan
alam yang melimpah tersebut merupakan potensi yang jika dikelola dengan tepat
mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat di Indonesia sangat
beragam, dan sebagian besar masih bekerja dalam sektor pertanian dan menetap
menjadi penduduk perdesaan. Walaupun saat ini kondisi pertanian di Indonesia
sudah cukup berkembang, namun banyak diantara penduduk perdesaan yang
belum menikmati hasil kemerdekaan dan hasil pembangunan, karena
pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia sangat lambat bila dibandingkan
dengan negara tetangga dan/atau negara berkembang lainnya. Diakui bahwa
potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
dan objek yang sudah dikembangkan juga belum optimal. Hal ini menjadi
tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya dalam
bentuk pariwisata nasional, terutama bagi daerah yang sekarang berupaya untuk
memacu perkembangan pariwisata dan pembagian hasilnya bagi masyarakat.
Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di
mancanegara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Komoditas pertanian
di daerah perdesaan (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang
bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam
merupakan potensi besar untuk pengembangan pariwisata dengan bentuk
agrowisata yang diharapkan dapat menjadi alternatif pemanfaatan sumberdaya
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan tanpa merusak
lingkungan untuk kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan bagi generasi di
waktu yang akan datang. Untuk itu, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
demi terwujudnya suatu keberlanjutan, seperti dalam merencanakan, mengelola
dan melaksanakan kegiatan agrowisata itu sendiri.
2

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten


Bogor, memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan menjadi objek agrowisata. Desa Sukaharja memiliki potensi objek
agrowisata berupa pembibitan tanaman hias (kelompok tani Bunga Desa), lahan
sayuran palawija dan padi, serta pembibitan tanaman buah (durian, jambu biji,
nanas), sedangkan Desa Tajurhalang memiliki potensi objek agrowisata berupa
peternakan dan tanaman hias (kelompok tani Violces). Desa Sukaharja memiliki
kelembagaan dalam bentuk beberapa kelompok tani yang masih didominasi oleh
kelompok tani pemula serta gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang baru
dibentuk tahun 2009 lalu. Desa Tajurhalang memiliki beberapa kelembagaan
meliputi kelompok tani, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lembaga pemerintah lainnya seperti Unit Penyuluhan
Pertanian Daerah (UPTD) juga memiliki kegiatan dalam pengembangan
sumberdaya di kedua desa ini. Potensi agrowisata berupa faktor-faktor alam dan
sosial ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu daerah perdesaan dengan objek
agrowisata yang menarik dan sekaligus mampu melestarikan sumber daya lahan
yang ada maka perlu dirumuskan langkah-langkah yang terukur dan rasional serta
kajian yang mendalam (Damanik 2006). Dalam hal ini perencanaan menjadi tahap
awal yang menentukan tercapainya keberhasilan pengembangan objek agrowisata
tersebut. Pengembangan objek agrowisata harus memperhatikan faktor-faktor
keserasian alam, sosial, ekonomi dan budaya, serta dibutuhkan kerjasama sinergis
diantara pelaku yang terlibat baik dalam perencanaan maupun pengelolaan
agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Harapan dan keinginan
pengunjung juga sepenuhnya menjadi perhatian bagi pengembangan agrowisata.
Sehingga tidak hanya kegiatan pengembangan dan hasil yang diharapkan dapat
disusun secara sistematis, tetapi metode pemantauan terhadap perkembangan
agrowisata juga dapat dirancang sedemikian rupa, dan dapat menjamin apa yang
kita sebut dengan prinsip-prinsip pengembangan agrowisata berkelanjutan
(sustainable agrotourism development).
3

Tujuan Penelitian
1) Mengidentifikasi karakter lanskap perdesaan, potensi dan berbagai
permasalahan dalam perencanaan agrowisata di Desa Sukaharja dan
Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor
2) Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat
yang mempunyai potensi untuk pengembangan agrowisata perdesaan
3) Membuat perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan
lanskap agrowisata yang memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. Serta
menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan dan diterapkan oleh pemerintah
Kabupaten Bogor untuk memulai perencanaan dengan titik-tolak faktor potensi,
kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang pengembangan agrowisata yang
memperhatikan inspirasi dan aspirasi masyarakat demi keberlanjutan sumber
daya.
KERANGKA PEMIKIRAN

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang memiliki faktor-faktor penyusun


lanskap perdesaan berupa lahan pertanian serta sosial budaya masyarakat yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Analisis terhadap
beberapa faktor tersebut merupakan upaya untuk mendapatkan penilaian berupa
potensi dan kendala yang dikaji dari aspek ekologis, sosial, dan estetika yang
mencakup penilaian keberlanjutan masyarakat untuk selanjutnya diterjemahkan
dalam bentuk pembagian ruang. Konsep agrowisata berkelanjutan merupakan
upaya pengembangan kawasan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian,
bentukan lanskap perdesaan dan peran aktif masyarakat untuk dapat menarik
pengunjung serta menyejahterakan masyarakat perdesaan tanpa merusak
lingkungan alami pedesaan sehingga tetap lestari hingga waktu yang akan datang.
Berdasarkan pembagian ruang dan konsep tersebut akan menghasilkan rencana
lanskap agrowisata. Kerangka pikir terdapat pada Gambar 1.

Lanskap Perdesaan

Karakteristik Lanskap Pertanian Karakteristik Sosial, Ekonomi,


dan Perdesaan Budaya Masyarakat

Analisis dan Penataan Bio-Fisik, Analisis Keberlanjutan


SDA dan Lingkungan Masyarakat

Penilaian dan Konsep


Pengembangan Agrowisata

Perencanaan Lanskap Perdesaan untuk


Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka pikir perencanaan


TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap
Pengertian Lanskap
Menurut Rachman (1984) dalam lanskap adalah wajah dan karakter
lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan
apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan
manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh
segenap indera kita dapat menjangkau dan membayangkan.
Arsitektur Lanskap
Pada hakikatnya Arsitektur Lanskap adalah ilmu dan seni perencanaan
(planning) dan perancangan (design) serta pengaturan daripada lahan,
penyusunan elemen-elemen alami dan buatan melalui aplikasi ilmu
pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan
pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada akhirnya dapat
tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim 2003).

Agrowisata
Pengertian Agrowisata
Agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian
merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian
(Nurisjah 2001). Secara spesifik, wisata agro atau wisata pertanian adalah
rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau
kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk
pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang
pertanian ini. Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya
pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam
pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan
dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga dapat
mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat
6

dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu,


budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,
agrowisata sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk
kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan
usaha di bidang pertanian (Tirtawinata 1996).
Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
Ismaun (1990) mengungkapkan secara umum, lingkup dan potensi
agrowisata yang dapat dikembangkan adalah: 1) wisata di daerah
perkebunan, 2) wisata di daerah pertanian tanaman pangan, 3) wisata di
daerah peternakan, dan 4) wisata di daerah perikanan.
Manfaat Agrowisata
Beberapa manfaat agrowisata menurut Titawinata (1996) antara lain:
1) meningkatkan konservasi lingkungan, 2) meningkatkan nilai estetika dan
keindahan alam, 3) memberikan nilai rekreasi, 4) meningkatkan kegiatan
ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan 5) meningkatkan
keuntungan ekonomi.
Aktivitas Agrowisata
Nurisjah (2001) berpendapat bahwa dalam aktivitas agrowisata ini
wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi
kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga
daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan
melestarikan alam semakin meningkat. Dalam aktivitas agrowisata ini,
petani yang berada dalam kawasan wisata agro, dapat menjadi obyek atau
bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi
juga dapat bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.
Sarana dan Prasarana Penunjang Agrowisata
Tirtawinata (1996) menjelaskan bahwa agrowisata sebagai obyek
wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara
melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya. Fasilitas pelayanan
7

didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara
maksimal. Dalam hal penyediaan fasilitas, hendaknya dilakukan dua
pendekatan. Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik
prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik dan
melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua yakni membangun
prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan
fasilitas yang dibutuhkan ialah seperti berikut: a) jalan menuju lokasi, b)
pintu gerbang, c) tempat parkir, d) pusat informasi, e) papan informasi, f)
jalan dalam kawasan agrowisata, g) shelter, h) menara pandang, i)
pesanggrahan/pondok wisata/guest house, j) sarana penelitian, k) toilet, l)
tempat ibadah, m) tempat sampah.
Perencanaan Agrowisata
Berdasarkan Tirtawinata (1996) ada beberapa prinsip yang harus
dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata yaitu: 1) sesuai dengan
rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada; 2) dibuat
secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin; 3) mempertimbangkan tata
lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya; 4) selaras dengan
sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik
yang ada; 5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Pengembangan Agrowisata
Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek
pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan
sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). Menurut Nurisjah (2001), kawasan
agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima
konsep sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan serta
kepuasan wisatawan, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan,
3) melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya,
4) diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan
sebagai suatu aset budaya pertanian wilayah, dan 5) sebagai sarana
introduksi dan pasar dari teknologi dan produk pertanian unggulan daerah.
8

Wilayah kawasan wisata agro awalnya adalah perdesaan karena secara


tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat
berkembang kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan.
Berdasarkan pendapat E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan
wisata agro ini ada tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1)
wisata agro merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian agro-
ekosistem; 2) dalam mengembangkan aktivitas wisata agro harus bersendi
pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan suatu pemandangan alamiah
yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Selanjutnya ada dua azas yang
harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya, yaitu (1) azas
manfaat, dalam arti penyelenggaraan program wisata agro dapat
memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan;
(2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro
diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.

Keberlanjutan (sustainability)
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam Laporan
Brutland tahun 1987 dijelaskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi selanjutnya dalam
memenuhi kebutuhannya. World Summit on Social Development tahun 1955
menjelaskan definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja
dalam upaya memperoleh kualitas hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi,
dimana pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan alam
saling ketergantungan sebagai komponen yang saling memperkuat satu sama lain.
Keberlanjutan merupakan upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik
bagi manusia maupun lingkungan pada masa sekarang dan masa yang akan datang
tanpa batas waktu yang ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan
kontinuitas dari aspek sosial, ekonomi, institusi dan lingkungan dalam
masyarakat, demikian pula dengan lingkungan non-manusia. Keberlanjutan
bertujuan membentuk peradaban dan kegiatan manusia, dimana setiap anggota
masyarakatnya dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dan menuangkan potensi
9

terbesarnya di masa sekarang sementara keragaman biota dan ekosistem alami


terlindungi. Masyarakat yang berkelanjutan merencanakan dan bertindak agar
mampu mencapai idealisme di atas dalam jangka panjang. Suatu keberlanjutan
dapat dijelaskan dari sisi kualitatif secara deskriptif dan kuantitatif yang berwujud
kenaikan secara eksponensial dari kehidupan seseorang atau organism dalam
suatu sistem (Wikimedia Foundation 2010).
Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008)
dimengerti sebagai suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional dan
dapat dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga
produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para
penggunanya pada masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan
yang dilakukan pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga
kesejahteraan yang potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap
dimiliki dan dikendalikan. Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada
setiap rencana perubahan dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan
karakternya tetapi juga key factors dan key elements pembentuk lanskap tersebut
(baik lanskap alami maupun binaan) perlu untuk diketahui sehingga
keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional dapat diwujudkan.
Pengembangan konsep keberlanjutan memiliki faktor kunci yang
berpengaruh (Wikimedia Foundation 2010) sebagai berikut :
1. Hak kepemilikan dan partisipasi
2. Kapasitas pembangunan dan pelatihan (capacity building & training)
3. Kebijakan pemerintah
4. Keuangan
5. Pengelolaan dan kelembagaan
6. Kebudayaan, karakter sosial dan gender
7. Teknologi
8. Lingkungan
9. Faktor politik dan ekonomi eksternal
10.Durasi pelaksanaan proyek keberlanjutan yang realistis
10

Damanik (2006) mengungkapkan konsep pariwisata berkelanjutan adalah


pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, amenitas) pariwisata yang
bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan
(stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang.
Kepuasan tersebut terwujud dalam bentuk pengalaman yang lengkap (total
experience). Pariwisata hanya dapat berkelanjutan apabila komponen-komponen
subsistem pariwisata, terutama pelaku pariwisata, mendasarkan kegiatannya pada
pencarian hasil (keuntungan dan kepuasan) yang optimal dengan tetap menjaga
agar semua produk dan jasa wisata yang digunakan tersebut lestari dan
berkembang dengan baik.

Perencanaan
Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam
kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu
bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk
pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model
lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang
mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatannya
(Nurisjah 2008). Tirtawinata (1996) mengatakan bahwa dalam perencanaan
dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan
pengembangan suatu kawasan agrowisata.
Perencanaan Kawasan Wisata
Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu kawasan wisata adalah
upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal atau jalur pergerakan
pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat
pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan
kepuasan wisatawan dapat terwujudkan.
11

Wisata
Pengertian Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari
tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari
lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan
tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap (Nurisjah 2008).
Aktivitas Wisata
Nurisjah (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aktvitas
wisata adalah kegiatan berjalan-jalan ke luar dari ruang dan lingkup
pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak
terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan.
Produk Wisata
Menurut Freyer (1993) dalam Damanik (2006) produk wisata adalah
semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang
selama melakukan kegiatan wisata.
Obyek dan Atraksi Wisata
Yoeti (1997) berpendapat bahwa atraksi wisata dibedakan dengan
obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa
membayar. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau
disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan
untuk para wisatawan. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk
menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek
wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu.
Obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan
dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan (Wardiyanta 2006).
Menurut Damanik (2006) atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik
yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan
kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya,
dan buatan. Menurut Wardiyanta (2006) obyek wisata juga dapat berupa
kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval, dan
lain-lain. Obyek wisata bersifat statis, yakni penjualannya di tempat, tidak
12

bisa dibawa pergi. Oleh karena itu, supaya dapat menikmatinya, seseorang
perlu aktif mendekatinya. Seringkali wisatawan harus melakukan perjalanan
dari tempat tinggalnya menuju ke lokasi obyek wisata untuk dapat
menikmatinya.
Pelayanan atau Jasa Wisata
Jasa wisata tidak lain adalah layanan yang diterima wisatawan ketika
mereka memanfaatkan (mengonsumsi) produk wisata. Jasa ini biasanya
tidak tampak (intangible), bahkan seringkali tidak dirasakan. Ia merupakan
akumulasi waktu, ruang dan personal yang memungkinkan wisatawan dapat
menggunakan produk wisata. Menurut Burkart dan Medlik (1993), jasa
wisata adalah gabungan produk komposit yang terangkum dalam atraksi,
transport, akomodasi, dan hiburan (Damanik 2006).
Potensi Wisata
Menurut Damanik (2006) potensi wisata adalah semua objek (alam,
budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat
memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan karena memiliki peluang unuk
dijadikan sebagai daya tarik wisata. Semua potensi wisata masih tergolong
embrio obyek dan daya tarik wisata. Setelah unsur-unsur aksesibilitas,
amenitas, dan hospitality menyatu dengan potensi obyek tersebut maka ia
merupakan produk wisata yang siap dikonsumsi oleh wisatawan.
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
Inskeep (1994) dalam Damanik (2006) menjelaskan bahwa
aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata,
baik dari darat, laut, maupun udara. Akses ini tidak hanya menyangkut
aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan
keselamatan.
Informasi dan Promosi Wisata
Menurut Yoeti (1997) informasi berfungsi untuk membantu
pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan.
Informasi perlu disediakan agar wisatawan dapat mengetahui segala sesuatu
mengenai daerah wisata yang dikunjunginya. Promosi perlu dilakukan agar
13

mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan


lebih banyak membelanjakan uangnya. Menurut Gazali (2009) dalam
penyajian informasi pariwisata atau promosi pariwisata terdapat beberapa
unsur dan penekanan yang dapat ditonjolkan diantaranya (1) informasi
obyek dan daya tarik wisata termasuk sarana pendukung (2) Informasi
kegiatan wisata (3) Informasi umum lainnya. Ketiga unsur ini disajikan
dengan proporsi yang ideal dengan tetap mempertimbangkan keunggulan
masing-masing unsur.
Pelaku wisata
Didalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran
mereka berbeda-beda, tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam
perencanaan agrowisata. Damanik (2006) mengemukakan bahwa pelaku
wisata terdiri dari :
1) Wisatawan
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
2) Industri Pariwisata
Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan
jasa bagi pariwisata.
3) Pendukung Jasa Wisata
Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan
produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan
sebagai pengguna jasa dan produk tersebut.
4) Pemerintah
Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan
peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan
pariwisata.
5) Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk wisata.
6) Lembaga Swadaya Masyarakat
14

Organisasi non-pemerintah yang melakukan aktivitasnya di kawasan


wisata baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat.

Rekreasi
Pengertian Rekreasi
Menurut Seymor Gold (1980) yang dikutip oleh Ismaun (1990)
kegiatan wisata pada hakekatnya merupakan kegiatan rekreasi, dimana
kegiatan rekreasi ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu: 1)
rekreasi fisik, 2) rekreasi sosial, 3) rekreasi kognitif, dan 4) rekreasi
lingkungan alam. Bila dilihat dari klasifikasi kegiatan rekreasi di atas maka
agrowisata merupakan gabungan dari beberapa kegiatan tadi, karena dapat
bersifat rekreasi sosial, kognitif maupun lingkungan alam.
Nurisjah (2008) menyatakan rekreasi merupakan aktifitas penggunaan
waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam
ataupun di luar ruangan. Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan
juga penyembuhan bagi seseorang sehingga pada kelanjutannya dapat
kembali bekerja dengan lebih baik (re-creation).
Program dan Aktifitas Rekreasi
Program rekreasi di luar ruangan atau alam, umumnya, direncanakan
untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang mendukung
tindakan dan aktifitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan,
kenyamanan, dan kepuasannya. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik
(olah raga, berjalan-jalan) dan rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, dan
kenyamanan. Kategori aktifitas rekreasi ini antara lain mencakup aktifitas
berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar), aktifitas sosial
(olah raga, berkemah, piknik), aktifitas estetik/artistik (fotografi, melukis,
melihat dan menikmati pemandangan), aktifitas yang bersifat petualangan
(mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, out bond), dan aktifitas
untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu
(Nurisjah 2008).
15

Perencanaan Kawasan Rekreasi


Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan
rekreasi, terutama rekreasi luar ruang (out door recreation, rekreasi alam),
adalah merencanakan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dan terbaik
pada suatu sumberdaya lanskap yang tersedia (lanskap yang berbukit,
pesisir, perkampungan, dll). Hal ini terutama untuk menjaga keindahan
alami atau panoramik dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang
alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya,
terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka
atau unik. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk
aktifitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas
dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan
yang lebih memuaskan. Aktifitas dan fasilitas yang direncanakan, selain
untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk
menjaga kelestarian kawasan rekreasi.

Perdesaan
Pengertian Perdesaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang penataan
ruang, kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Desa, menurut
definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan
(rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Wikimedia Foundation 2010).
16

Potensi Desa
Menurut Sajogyo (1982) potensi desa merupakan kemampuan yang
dapat diaktifkan dalam pembangunan mencakup alam dan manusianya, serta
hasil kerja manusia itu sendiri. Komponen-komponen potensi desa pada
dasarnya meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Alam
b. Lingkungan hidup manusia
c. Penduduk
d. Usaha-usaha manusia
e. Prasarana-prasarana yang telah dibuat
Lanskap Perdesaan
Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada
lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas,
pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan
kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan
keinginan menyatu dengan alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5)
Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan
lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan
merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang
timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut, dari
bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan
berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan
pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous
materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil hingga
mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan
keterkaitan dengan sumberdaya setempat.

Pertanian
Aktivitas pertanian
Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang
luas, adalah semua aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait
dengan pemanenan energi matahari dari tingkat yang primitif (pemburu dan
17

pengumpul) sampai model pertanian yang efisien dan canggih (seperti


kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah,
lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan
lain-lain. Aktivitas pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil, dan juga pasar
hasil pertanian (Nurisjah 2001).
Pertanian Berkelanjutan
Menurut FAO (1989) dalam Sutanto (2001) pertanian berkelanjutan
merupakan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, dan orientasi
perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikan rupa
sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang dimana diharapkan
dari pembangunan sektor pertanian, perikanan dan peternakan mampu
mengkonservasi tanah, air, tanaman, sumber genetik hewan, tidak merusak
lingkungan dan secara sosial dapat diterima. Pertanian berkelanjutan
mencakup hal-hal sebagai berikut (Reijntjes, et al. 1992 dalam Pujianto
2001): 1) mantap secara ekologi, yang berarti kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari
manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan; 2) bisa
berlanjut secara ekonomi, yang berarti petani dapat menghasilkan segala
sesuatu untuk pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan sendiri; 3) adil,
yang berarti sumber daya dan kekuasan didistribusikan sedemikian rupa
sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi; 4)
manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan
dan manusia) dihargai; 5) luwes, yang berarti masyarakat perdesaan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung
terus (As-syakur 2009).

Hasil Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya yang berjudul Studi Potensi Agrowisata Berbasis
Ecovillage di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dikaji oleh
Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap yang lulus pada tahun 2007 bernama
18

Ario Adi Susanto. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik lanskap


Desa Sukaharja sesuai untuk kawasan agrowisata dengan memperhatikan daya
dukung alam dan kearifan penduduk lokal dengan berpegang kepada ecovillage.
Karakteristik Desa Sukaharja dikatakan sesuai karena daerah ini memiliki
kawasan pertanian cukup luas, THI nyaman, iklim mikro yang sesuai dengan
pertumbuhan komoditi produk tanaman hias dan letaknya di kaki gunung salak.
Berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat yang dilakukan dalam
penelitian sebelumnya melalui aspek akologis, sosial dan spiritual, Desa
Sukaharja menunjukkan awal yang baik kearah keberlanjutan. Nilai terendah
terdapat pada aspek ekologis karena masyarakat belum menggunakan teknologi
ramah lingkungan dan belum swasembada pangan. Desa Sukaharja memiliki
potensi utama dalam pengembangan usaha tanaman hias/lanskap. Arah
pengembangan Desa Sukaharja diupayakan sebagai kawasan pertanian khususnya
klaster tanaman hias di Cijeruk bersama Desa Tamansari dan Tajurhalang.
Susanto (2007) dalam penelitiannya menghasilkan rencana paket wisata berupa
wisata eksplorasi dan rombongan (keluarga), disini pengunjung mengikuti
aktivitas layaknya seorang petani dan menikmati keakraban dengan warga serta
alam Sukaharja. Saran yang diajukan dalam hasil penelitian Susanto (2007) salah
satunya ialah perlu adanya perhatian dan peningkatan kesadaran dari warga untuk
peduli akan lingkungan serta penghentian konversi lahan untuk pembangunan
villa (Susanto 2007).
METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini
dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukaharja pernah menjadi tempat
penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai studi potensi agrowisata oleh
Ario Adi Susanto, mahasiswa jurusan Departemen Arsitektur Lanskap, Institut
Pertanian Bogor yang lulus pada tahun 2007. Lokasi penelitian terletak di sebelah
selatan Kotamadya Bogor dengan jarak tempuh ± 13 km dari pusat Kota Bogor,
yaitu Kebun Raya Bogor. Berikut dapat dilihat peta orientasi lokasi penelitian
pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

Proses pengambilan data dari kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan
Februari 2009 sampai bulan Juli 2009 dan dilanjutkan dengan kegiatan
penyusunan laporan.
20

Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi sampai dengan hasil atau produk arsitektur lanskap
berbentuk rencana lanskap (landscape plan) agrowisata berkelanjutan di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif analitis yang
diperoleh dari data-data kualitatif dengan melakukan pengamatan secara intensif
suatu keadaan pada suatu waktu melalui kegiatan survey baik observasi maupun
non-observasi lapang untuk kemudian dideskripsikan semua yang diamati secara
tepat. Tahapan pelaksanaan penelitian perencanaan lanskap perdesaan untuk
pengembangan agrowisata di Kecamatan Cijeruk ini merupakan modifikasi dari
Wardiyanta (2006) dan Gulo (2003) yakni :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Langkah ini menyatakan permasalahan yang akan diteliti serta
melakukan pembatasan masalah secara deskriptif.
2. Menyusun kerangka teoritis dari literatur dan konsultasi dengan ahli
Langkah ini dilakukan berdasarkan pengkajian teori yang relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti dengan memperhatikan
kemutakhiran teori tersebut. Kerangka teoritis dibuat dalam bentuk
tinjauan pustaka atau literatur serta kerangka berpikir yang bersifat analitis
dan sistematis. Konsultasi dengan para ahli atau dosen pembimbing
dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman mengenai
permasalahan yang akan diteliti.
3. Mengumpulkan data (inventarisasi)
Langkah ini dilakukan dengan pengambilan data dan penghayatan
tapak. Data yang di ambil meliputi data aspek fisik bio-fisik, sosial-
ekonomi, potensi agrowisata, serta aspek teknik (Tabel 1). Data terdiri atas
data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survey lapang dan hasil
penelitian sebelumnya, studi pustaka, wawancara, kuesioner atau angket,
dan dokumenter. Produk dari tahap ini berupa tabel data, peta kondisi awal
tapak, dan foto-foto.
21

Survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi


penelitian yang sebenarnya, untuk memperoleh data penunjang penentuan
potensi, hambatan dan peluang perencanaan agrowisata berkelanjutan.
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data fasilitas standar yang
diperlukan, peraturan-peraturan atau kebijakan yang mengikat dan
membatasi pengembangan kawasan, serta data keadaan fisik dan bio-fisik
serta sosial-ekonomi dari hasil penelitian atau pengukuran yang telah
dilakukan pihak sebelumnya.
Data persepsi atau preferensi masyarakat terhadap perencanaan
agrowisata berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang diambil
dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden,
pengambil kebijakan, instansi dan masyarakat : petani/ pedagang/
pengusaha kecil/pengrajin, kelompok wanita/ pengunjung dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Untuk itu dilakukan
pengambilan contoh secara random maupun non-random terhadap
pengunjung, anggota kelompok tani, pemilik villa, perkebunan dan objek
agrowisata lainnya.
Sebelum dilakukan wawancara dibuat instrument penelitian
wawancara. Langkah tersebut antara lain merumuskan dan menyusun
pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Sebelum wawancara
yang sesungguhnya dilakukan uji coba atau pilot study. Proses ini
ditujukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut cukup andal atau
tidak, komunikatif, dapat dipahami, dan sebagainya.
Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui persyaratan instansi
terkait. Penyebaran kuesioner pengunjung (lampiran 16) dilakukan dengan
jumlah responden 20 orang dan dipilih secara acak pada Desa Sukaharja
dan Desa Tajurhalang yang terpilih sebagai desa berpotensi untuk
perencanaan agrowisata berkelanjutan. Sedangkan responden penduduk
sekitar dipilih berdasarkan jarak lokasi rumah tinggalnya dari sentra
produksi pertanian, penginapan atau villa, serta objek wisata lainnya dan
dianggap mewakili penduduk sekitarnya. Kemudian, dilakukan cross
checking, terhadap validitas, dan reliabilitas data yang masih diragukan
22

kebenarannya serta pengorganisasian ulang data yang telah terkumpul agar


dapat dianalisis.
4. Menganalisis data
Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan analisis terhadap : (1)
lokasi atau sumber daya dari beberapa aspek yang berperan sehingga
diketahui potensi, kendala, amenity dan danger signal-nya, (2) aspek
sosial-ekonomi meliputi potensi penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya lahan, kelembagaan serta persepsi dan keinginan pengunjung
serta penduduk sekitar untuk menjadi bahan pertimbangan utama dalam
tahap selanjutnya, dan (3) mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan
yang terkait dengan sumberdaya dan penggunaannya.
Potensi dan amenity (kenyamanan) yang terdapat di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang diupayakan untuk dapat ditingkatkan dan
dikembangkan semaksimal mungkin sehingga mendukung agrowisata
yang akan direncanakan. Sebaliknya kendala serta danger signal (bahaya)
yang ada di kedua desa tersebut diusahakan untuk ditekan seminimal
mungkin dan dicari alternatif pemecahannya. Kekhasan perdesaan sebagai
tempat yang memiliki potensi wisata pertanian atau agrowisata harus
dimunculkan dalam menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk
penelitian ini.
Dalam analisis ini dihasilkan peta-peta tematik seperti peta
kemiringan lahan, peta hidrologi, view, peta topografi, peta potensi obyek
wisata, peta tata guna lahan.
Keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode Community
Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
(PKM). Metode CSA merupakan suatu cara mengevaluasi tingkat
keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam kerangka pikir ecovillage
(suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan atau kota yang ada di
dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan
cara hidup berdampak rendah). Kriteria penilaian CSA dapat dilihat pada
Tabel 2. Acuan dalam metode CSA adalah berdasarkan metode yang
diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek
23

ekologis, sosial, spiritual. Kuesioner CSA diisi oleh tokoh masyarakat


yang dianggap mengetahui dan memahami kondisi masyarakatnya.
Penentuan tokoh masyarakat dilakukan berdasarkan posisinya di dalam
masyarakat, lama tinggal di daerah tersebut, maupun pengalamannya
dalam bermasyarakat.
5. Mensintesis data
Langkah ini dilakukan dengan mempelajari berbagai alternatif
rencana serta memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan
yang akan dilakukan. Hasil sintesis berupa alternatif perencanaan dalam
bentuk zonasi ruang atau block plan dan matriks hubungan antar ruang di
Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang. Zona yang terbentuk dihasilkan
berdasarkan sensitivitas fisik bio-fisik yang menjadi potensi ataupun
kendala bagi pengembangan agrowisata, kesesuaian aspek sosial-ekonomi,
kelembagaan serta teknik, dan penentuan areal aktivitas agrowisata bagi
pengunjung.
Langkah ini juga menentukan konsep dasar perencanaan untuk
kemudian dikembangkan dalam tiga alternatif perencanaan yang sudah
hampir mendekati site plan. Alternatif-alternatif ini kemudian dinilai dan
didiskusikan untuk melihat kecenderungan mengenai alternatif terbaik dari
kriteria-kriteria penilaian.
6. Perencanaan
Langkah ini menghasilkan alternatif perencanaan yang terpilih
dalam bentuk landscape plan (rencana lanskap) dan mencakup
perencanaan yang menggambarkan aktivitas dan fasilitas serta sumberdaya
pertanian yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata, penataan
ruang dari sumberdaya tersebut, penataan elemen lanskap yang
mendukung keberadaan obyek agrowisata serta pengembangan fasilitas
agrowisata dalam rangka mewujudkan konsep agrowisata berkelanjutan
sesuai dengan tujuan perencanaan.
24

Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data
Aspek No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Bentuk
Data Hasil
Teknik 1 Rencana Tata Guna Lahan/ Tata Pemda studi pustaka Peta
Ruang Wilayah
2 Kebijakan pemerintah dan Perundang- Pemda, studi pustaka Deskripsi
undangan perpustakaan
Fisik dan 3 UMUM
Bio-fisik Geografi
Batas tapak Bakosurtanal Survey, studi pustaka Deskripsi
Letak geografi Bappeda Survey, studi pustaka Peta
Luas Bappeda Survey,studi pustaka Deskripsi
Tanah dan Geologi
Jenis tanah, sifat kimia tanah Bakosurtanal Survey,studi pustaka Deskripsi
Topografi
Kontur, kemiringan lahan Bakosurtanal, Studi pustaka Peta
Hidrologi
Pola drainase, saluran air, kualitas Lapang, Survey lapang, Studi Deskripsi
fisik air perpustakaan pustaka
Iklim dan Kenyamanan
Curah hujan, suhu udara, kelembaban BMG, stasiun Studi pustaka Deskripsi
udara, dan persentase penyinaran klimatologi
matahari, kecepatan dan arah angin
4 POTENSI AGROWISATA
Atraksi Alam :
• Vegetasi dan satwa Lapang, Dinas Survey Deskripsi
Jenis dan ciri khas kehutananan
• Kualitas lanskap Lapang Survey Deskripsi,
Visual, audio, aromatik foto
• Atraksi khusus Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Akomodasi
Homestay (jumlah kamar dan harga), Lapang Survey, wawancara Deskripsi
losmen, villa, camping ground
(kapasitasnya)
Aksesibilitas dan transportasi
Jaringan dan moda angkutan, jarak Lapang, Bappeda, Survey, wawancara Deskripsi
dari kota besar terdekat, frekuensi dan Dept.PU
tarif, polusi
Informasi wisata terdekat
Pemandu dan interpreter wisata, Lapang Survey, wawancara Deskripsi
brosur, atau petunjuk jalan, toilet
umum, tempat istirahat, jaringan
telkom
Fasilitas kesehatan dan keamanan
Akses dan UGD, polisi wisata, Lapang Survey, wawancara Deskripsi
penerangan, jalan setapak
25

Fasilitas pendidikan Lapang Survey, wawancara Deskripsi


Taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah, sekolah kejuruan,
perguruan tinggi
Fasilitas belanja Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Pedagang, barang kerajinan, produk
lain yang dipasarkan
Energi dan limbah Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Energi alternatif, tempat pembuangan
sampah, dampak lingkungan
Sosial- 5 UMUM
Ekonomi Demografi
Jumlah penduduk, jenis kelamin, mata BPS, Bappeda, Survey, wawancara, Deskripsi
pencaharian, luas kepemilikan lahan, Lapang kuesioner
pendidikan
Usaha pertanian
komoditas pertanian, peternakan, Lapang Survey, wawancara, Deskripsi
perikanan, tanaman hias, dana kuesioner
6 POTENSI AGROWISATA
Atraksi Budaya
Seni budaya lokal Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
Tradisi dan kebiasaan lokal
Festival
Peninggalan sejarah dan purbakala
Ukir-ukiran dan kerajinan
Lanskap budaya
Makanan lokal
Kehidupan sehari-hari
Keramahtamahan
Sumberdaya manusia
Pemilik/ pengelola, tenaga kerja, Lapang, Pemda, Wawancara, kuesioner Deskripsi
sikap dan keinginan bekerja di instansi terkait
pariwisata, fasilitas lahan, program
dan kebijaksanaan, dana
Sumber pembiayaan
Swadaya (masyarakat dan investor), Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
Bantuan (pemerintah dan donor)
Pengunjung
Karakter, persepsi thd lokasi, Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
aktivitas, perilaku, fasilitas yang
dibutuhkan, waktu, dana

Keterangan :
Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BMG : Badan Meteorologi dan Geofisika
BPS : Badan Pusat Statistik
Dept. PU : Departemen Pekerjaan Umum
Pemda : Pemerintah Daerah
26

Tabel 2. Kriteria penilaian dalam PKM / CSA


Parameter Bobot
Aspek Ekologis
1.Perasaan terhadap tempat *
2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan *
3. Infrastruktur, bangunan dan transportasi *
4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat *
5. Air-sumber, mutu, dan pola penggunaan *
6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air *
7. Sumber dan penggunaan energi *
Total nilai aspek ekologis **
Aspek Sosial
1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama *
2. Komunikasi-aliran gagasan dan informasi *
3. Jaringan pencapaian dan jasa *
4. Keberlanjutan sosial *
5. Pendidikan *
6. Pelayanan kesehatan *
7. Keberlanjuytan ekonomi-ekonomi local yang sehat *
Total nilai aspek sosial **
Aspek Spiritual
1. Keberlanjutan budaya *
2. Seni dan kesenangan *
3. Keberlanjutan spiritual *
4. Keterikatan masyarakat *
5. Gaya pegas masyarakat *
6. Holographic baru, pandangan dunia *
7. Perdamaian dan kesdaran global *
Total nilai aspek spiritual **
Total nilai keseluruhan ***
Keterangan :
* 50+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
25-49 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
** 333+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
166-332 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-165 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
*** 999+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
DATA DAN ANALISIS

Aspek Fisik dan Bio-Fisik


Letak, Luas dan Batas Kawasan
Kawasan perdesaan yang menjadi lokasi penelitian perencanaan agrowisata
berkelanjutan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kawasan yang
dikaji untuk perencanaan agrowisata berkelanjutan ini berbatasan langsung
dengan Kotamadya Bogor di bagian utara dan Gunung Salak di bagian selatan
(Gambar 3). Cakupan kawasan yang akan dikembangkan meliputi Desa Sukaharja
dan Desa Tajurhalang. Kawasan ini memiliki batas tapak sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Mulyaharja, Kotamadya Bogor
Sebelah Selatan : Desa Cipelang dan Gunung Salak
Sebelah Timur : Desa Tanjungsari, Kecamatan Cijeruk
Sebelah Barat : Kecamatan Tamansari

Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google dan Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan)
28

Berdasarkan Laporan Tahunan Desa tahun 2008, luas Desa Sukaharja


adalah ± 534,7 Ha sedangkan Desa Tajurhalang adalah ± 390,5 Ha, sehingga luas
total kawasan perencanaan lanskap agrowisata adalah ± 925,2 Ha. Berbeda
dengan data luas desa pada tahun 2005 menurut sumber Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan Kabupaten Bogor, yaitu Desa Sukaharja ± 839,1 Ha dan Desa
Tajurhalang ± 480,4 Ha. Perubahan luas desa tersebut disebabkan karena adanya
pemekaran wilayah, serta penentuan kembali batas administratif desa.
Kawasan penelitian memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan
berupa pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangan sebagai objek dan
daya tarik agrowisata. Desa yang akan dikembangkan merupakan salah satu sentra
tanaman hias di Bogor yang telah memasok ke berbagai daerah di luar pulau Jawa
bahkan di luar negeri, serta memiliki potensi buah-buahan dan beberapa sayuran
serta potensi peternakan yang dapat dikembangkan menjadi objek dan atraksi
agrowisata. Desa Sukaharja menjadi fokus perencanaan lanskap agrowisata karena
berfungsi sebagai tindak lanjut dari penelitian sebelumnya mengenai studi potensi
agrowisata, sedangkan Desa Tajurhalang dijadikan sebagai salah satu desa yang
turut dikembangkan karena dinilai berpotensi untuk mendukung keberlanjutan
pengembangan agrowisata perdesaan di Kabupaten Bogor. Selain itu, kawasan ini
memiliki lokasi yang cukup strategis dengan dilalui dua jalur jalan yang cukup
ramai yakni jalan kabupaten serta jalan alternatif Bogor-Sukabumi.

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Kawasan


Kawasan perencanaan lanskap agrowisata berada pada ketinggian ± 412,5 –
1737,5 mdpl dengan kondisi topografi berbukit dan kemiringan lahan yang cukup
bervariasi (Gambar 4). Kawasan ini semakin tinggi ke arah selatan dan barat daya
dengan kelas kemiringan 3 - > 45 %. Gambar 5 memperlihatkan peta kelas
kelerengan atau kemiringan lahan.
Ketinggian yang bervariasi memberikan view yang bagus ke arah Gunung
Salak serta nilai visual yang menarik bagi pengunjung ketika dapat melihat kota
Bogor dan beberapa gedung tinggi di Jakarta dari kaki Gunung Salak ketika hari
cerah. Pertanian lahan basah atau persawahan di kawasan ini berada pada
kemiringan lahan 3 - 8% dengan topografi datar hingga berbukit. Metode sawah
29

terasering telah dilakukan pada sistem persawahan di kawasan, hal tersebut dapat
memperlambat aliran permukaan dan memberikan daya tarik visual bagi
pengunjung, hanya saja masih perlu penataan yang baik untuk menunjang estetika
lanskap.
Pertanian lahan kering seperti perkebunan nanas berada pada kemiringan 8-
15% dengan topografi yang curam dan lahan yang terbuka, dengan sebagian besar
masyarakatnya masih melakukan pengolahan lahan yang mengikuti kemiringan.
Hal ini dapat mengakibatkan erosi tanah saat curah hujan tinggi. Namun, dampak
tersebut dapat diatasi dengan metode pembuatan teras dan atau teknik penanaman
yang tepat, sehingga aliran permukaan (run off) dapat diperlambat dan
memberikan potensi visual yang menarik. Menurut Kusumayanti (2001) ada
beberapa teknik penanaman pada kemiringan, yakni : 1) Teknik penanaman
kantung, untuk memperbaiki sistem drainase dengan membuat semacam kantung
penanaman pada lahan dengan kemiringan tertentu; 2) Teknik teras bertingkat,
untuk menurunkan resiko terjadinya erosi sekaligus agar lahan dapat ditanami; 3)
Penggunaan ikatan rumpun, telah terbukti dapat menstabilkan kondisi permukaan
tanah yang terletak pada kemiringan, mengurangi resiko erosi, dan membantu
tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan yang cukup sulit.
Daerah miring pada kawasan menjadi kendala bagi penempatan aktivitas
ataupun fasilitas wisata. Aktivitas yang sebaiknya diadakan pada daerah ini adalah
yang berorientasi alam seperti penelitian, pengamatan, pendakian gunung,
pemotretan (photohunting), perkemahan, sepeda gunung, ataupun rekreasi
pendidikan, dengan struktur fasilitas seminimal mungkin. Sedangkan untuk
daerah curam dan berbahaya sangat penting untuk di konservasi (Koppelman
1994). Karakter lanskap perdesaan yang masih alami perlu dijaga
keberlanjutannya, salah satunya dengan membatasi penggunaan lahan pada
kemiringan yang curam. Berdasarkan survey pada kawasan terdapat beberapa
villa ataupun emplasemen yang dibangun pada daerah curam yang seharusnya di
konservasi demi kelestarian ekosistem dan perlindungan sistem penyangga
kehidupan. Menurut Peraturan Bupati Bogor tentang Pedoman Operasional
Pemanfaatan Ruang, di dalam kawasan konservasi dengan pemanfaatan di luar
30

kawasan, jenis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun memiliki
standar teknis tertentu (Lampiran 1).

Tata Guna Lahan


Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan tahun 2005 pada skala 1 : 40.000 yang
bersumber dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, tata guna
lahan kawasan umumnya berupa hutan, kebun campuran, perkampungan, sawah,
taman, dan tegalan (Gambar 6). Pola pemanfaatan terbesar adalah kawasan
budidaya tanaman berupa kebun campuran sebesar 43,7%. Pada umumnya
kawasan ini tersebar diantara pemukiman. Sedangkan kawasan lahan pertanian
kering dan sawah sebesar 32,4% tersebar di Barat, Utara, dan Timur. 14,7%
kawasan merupakan hutan yang terdiri dari hutan belukar 0,1% dan hutan sejenis
buatan 14,6% yang berada di sebelah Barat hingga Selatan kawasan dan berfungsi
sebagai kawasan konservasi. Sedangkan 8,9% kawasan ini berupa pemukiman
dengan beberapa diantaranya berpola linier mengikuti pola jalan, dan yang lainnya
berkelompok menyebar di dalam kawasan. Di daerah yang agak curam dengan
topografi berbukit terdapat penginapan atau villa yang dibangun menyebar
mengikuti lereng dengan tujuan mendapatkan pemandangan yang baik ke arah
lembah. Tabel 3 merupakan proporsi serta analisis pengembangan pemanfaatan
lahan pada kawasan penelitian.
Keragaman pola pemanfaatan lahan pertanian sebagai objek utama
merupakan potensi bagi kawasan dalam menunjang view atau pemandangan
berupa nuansa alami perdesaan yang bernafaskan pertanian. Pola ruang yang
sudah ada saat ini belum terencana dengan baik dan kurang sesuai dengan tujuan
agrowisata yang diharapkan. Di beberapa titik di dalam kawasan seperti di daerah
Cijulang hingga ke Tajurhalang muncul konversi lahan besar-besaran dan kurang
tertata yang menyebabkan berkurangnya kualitas visual kawasan. Pada tahap
perencanaan akan dilakukan penataan ruang pada kawasan yang disesuaikan
dengan konsep pengembangan agrowisata berkelanjutan yang tetap menjaga
nuansa asli perdesaan sebagai tujuan utama dari obyek dan atraksi agrowisata
yang akan dikembangkan.
31
32
33

Pola pemanfaatan lahan kawasan budidaya yang berupa kebun dan sawah
memiliki proporsi terbesar dalam luas keseluruhan kawasan. Hal tersebut
merupakan potensi dasar bagi pengembangan konsep agrowisata berkelanjutan
yang mengandalkan lanskap perdesaan dengan kegiatan pertanian yang
mendominasi. Pada tahap perencanaan, potensi pertanian ini dimasukkan ke
dalam ruang utama agrowisata dengan pembagian ruang didasarkan pada jenis
komoditi yang dihasilkan. Kawasan hutan dan sebagian kebun campuran di dalam
kawasan berfungsi sebagai ruang penyangga yang dapat mempertahankan fungsi
kawasan sebagai daerah pelestarian alam, perlindungan, dan daerah resapan air.
Pemukiman penduduk di dalam kawasan dapat dimasukan ke dalam ruang
pendukung agrowisata. Berdasarkan survey terlihat pemukiman di kawasan
didominasi oleh jenis bangunan modern dengan bahan dasar bata dan beton,
sehingga sangat jarang sekali menemukan pemukiman dengan bangunan yang
menggunakan unsur alami perdesaan seperti batu dan kayu atau bambu. Rencana
strategis untuk masalah ini ialah dengan menambah elemen organik (soft
material) pada bangunan rumah yakni dengan memasukan elemen tanaman ke
dalamnya, karena tanaman memiliki unsur garis dengan bentuk lengkung organik
yang melembutkan (Hakim 2003). Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai display tanaman khas perdesaan,
sehingga dapat menjadi potensi untuk menarik pengunjung dan menunjang
estetika dari pola pemukiman. Permukiman petani dapat menjadi lokasi
penginapan (home stay) bagi pengunjung yang ingin bermalam dan menikmati
suasana alami perdesaan di pagi dan malam hari. Selain itu kunjungan ke rumah
petani serta mengamati ataupun turut melakukan aktivitas pertanian dapat menjadi
salah satu pilihan dari aktivitas agrowisata. Laju pertumbuhan permukiman dan
villa yang tidak terkendali di dalam kawasan dapat merusak karakteristik alam
pegunungan dan pertanian yang ada, serta menyebabkan alih fungsi lahan
pertanian dan tentu saja berlanjut kepada menurunnya kualitas visual kawasan.
Penertiban serta pengkajian ulang mengenai pemanfaatan ruang dalam kawasan
sangat perlu dilakukan sehingga dapat menjaga keberlangsungan potensi kawasan
dalam hal konservasi maupun pertanian.
34

Tabel 3. Proporsi, fungsi, serta pengembangan pola pemanfaatan lahan pada


kawasan penelitian
Luas Pengembangan
pola
Jenis Pemanfaatan Lahan Fungsi
Ha % pemanfaatan
lahan
1 Hutan 136,2 14,7 Pelestarian alam ekosistem asli Ruang
- Hutan belukar untuk tujuan penelitian, ilmu Penyangga
- Hutan sejenis buatan pengetahuan, dan pendidikan.
Perlindungan sistem penyangga
kehidupan, perlindungan ekologi,
geomorfologi dan estetika.
Daerah resapan air, habitat flora
dan fauna, pengendali iklim
makro, dan penghasil karbon.
2 Talun/ kebun campuran 404,4 43,7 Perkebunan/tanaman tahunan, Ruang
(Bambu, melinjo, pala, usaha perkebunan Penyangga, dan
cengkeh, durian) Pendukung
Agrowisata
3 Pertanian lahan kering 299,3 32,4 Jalur hijau, budidaya tanaman, Ruang Utama,
(tanaman hias, sayuran, horti, pertanian, perkebunan, dan Pendukung
dan buah) dan peternakan, pengawetan Agrowisata
Lahan basah (sawah) keanekaragaman tumbuhan.
Budidaya padi, perikanan

4 Permukiman 82,3 8,9 - aktivitas sosial dan kehidupan Ruang


- Ruang sosial masyarakat, pendidikan, Pendukung
masyarakat/ umum puskesmas, pemakaman, utilitas Agrowisata
- Ruang penunjang umum, fasilitas peribadatan,
aktivitas pertanian fasilitas olah raga, fasilitas
masyarakat pemerintahan.
- Ruang jasa dan - pembuatan kompos, pemasaran,
perdagangan koperasi, membungkus, gudang
hasil pertanian.
- villa, rumah makan, pasar
tradisional, penginapan desa,
perbengkelan.

5 Lain-lain 3 0,3 Mendukung keragaman visual Ruang


-Taman dan kenyamanan di kawasan Pendukung
-Tegalan Agrowisata

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, tahun 2005 dan hasil analisis
35
36

Iklim dan Kenyamanan


Data iklim kawasan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga
Bogor (1999-2008) dan Stasiun Citeko Bogor disajikan pada Lampiran 2. Suhu
rata-rata kawasan mencapai 22,9°C, dengan suhu terendah 17°C terjadi pada
bulan Agustus dan tertinggi 27,2°C pada bulan September. Bulan basah terjadi
maksimal 10 bulan yakni pada bulan Oktober-Juli dan minimal 7 bulan yakni
pada bulan Oktober-April, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Mei-
September. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 310,2 mm dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari (463,3 mm) dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Agustus (90,2 mm). Sedangkan kelembaban rata-rata di dalam
kawasan mencapai 83,4%.
Kawasan perencanaan lanskap agrowisata yang ingin dijadikan pusat
produksi tanaman harus memiliki kondisi iklim yang cocok untuk suatu tanaman
serta dapat mendorong tercapainya persyaratan kuantitas dan kualitas hasil panen
sehingga dapat memenuhi keuntungan ekonomi dan sosial dalam jangka panjang
serta mempertahankan keberlanjutan sumberdaya secara lestari. Suatu daerah
pusat produksi harus memenuhi persyaratan kesesuaian iklim pada wilayah yang
cukup luas dengan produktivitas tinggi (ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu
lama (Laimeheriwa 2002). Dalam menganalisis kesesuaian iklim untuk tanaman
metode klasifikasi Koppen paling banyak digunakan. Metode ini menggunakan
sebaran rata-rata tahunan dan bulanan dari suhu udara dan curah hujan. Unsur
suhu udara dianggap mewakili faktor pengendali fotosintesis dan respirasi,
sedangkan unsur curah hujan dianggap sebagai parameter ketersediaan air yaitu
suatu bahan yang sangat esensial bagi tanaman.
Di Indonesia, selain metode klasifikasi iklim menurut Koppen (1931),
metode Schmidt dan Fergusson (1951) yang semula dimaksudkan untuk
keperluan kehutanan pun turut digunakan, karena ternyata metode mereka juga
cocok untuk kepentingan tanaman perkebunan perenial. Dasar klasifikasi
menggunakan distribusi curah hujan bulanan dalam penentuan bulan basah (>100
mm) dan bulan kering (<60 mm). Untuk menentukan kesesuaian iklim pada
kawasan berikut ini disajikan kriteria kesesuaian iklim untuk berbagai jenis
tanaman yang diproduksi di dalam kawasan pada Tabel 4.
37

Tabel 4. Kriteria kesesuaian iklim untuk beberapa tanaman di kawasan

Kesesuaian Iklim
Tanaman/ komoditas
Ketinggian dpl Faktor Iklim
(m) Suhu (ºC) Curah hujan (mm)
Tanaman Pangan
Padi sawah 400 - 500 24-29 175-500
Jagung 400 - 500 20-26 500-1200
Pala 400 - 600 25-30 1800-2000
Ubi Kayu 400 - 500 22-28 1000-2000
Talas 500 - 700 22-25 >1000
Sayuran
Caisim 100-500 16-22 250-400
Kacang panjang 500 - 600 12-24 350-600
Cabe 500 - 600 21-27 600-1200
Tanaman buah
Durian 400 – 500 22-28 1750-3000
Jambu biji 400 – 600 22-28 1000-2000
Sawo 400 – 500 18-25 1000-2000
Lengkeng 400 – 500 18-25 1000-2000
Mangga 400 – 500 22-28 1250-1750
Labu > 700 22-30 400-700
Pisang 400 – 500 25-27 1200-1500
Jeruk 400 – 500 19-33 1200-3000
Nanas > 700 20-26 1000-16000
Rambutan - 25-28 2000-3000
Tanaman hias
Agloenema - 20-30 -
Suplir 800-1750 12-25 -
Krisan 400 - 500 18-25 1000-2000
Sumber: Deptan, 2009
38

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah. Angin bertiup kencang pada daerah yang
reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang
reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang
kecepatannya. Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan
sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan
pada kecepatan angin. Data rata-rata kecepatan angin tahun 2008 yang diperoleh
dari Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor adalah 2,5 km/jam, dengan
kecepatan angin terkecil terjadi pada bulan Juni (2 km/jam) dan terbesar pada
bulan Februari (3,2 km/jam). Menurut Beaufort (1804) seorang Laksamana
Inggris yang telah membuat daftar kekuatan dan kecepatan angin yang
digunakannya untuk pelayaran, kecepatan angin tersebut tergolong angin sepoi-
sepoi. Daftar tersebut kini masih tetap digunakan secara internasional, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kelembaban relatif yang nyaman bagi manusia adalah 40-75% (Laurie
1986). Kelembaban rata-rata dalam kawasan mencapai 83,4%, ini berarti kawasan
berada dalam kondisi kelembaban yang cukup tinggi dan di luar kenyamanan.
Namun, hal ini bisa diatasi dengan pemberian ruang terbuka dengan penyinaran
matahari cukup, sehingga kelembaban dapat dikurangi. Suhu pada kawasan
perencanaan lanskap agrowisata ini merupakan potensi dalam menawarkan
suasana iklim pegunungan, terutama pada pengunjung atau masyarakat yang
berasal dari daerah perkotaan yang bersuhu panas. Curah hujan yang tinggi dapat
mengakibatkan longsor dan terkikisnya permukaan jalan sehingga menjadikan
jalanan rusak dan berlubang. Tanaman juga dapat digunakan untuk mengantisipasi
curah hujan yang tinggi tersebut. Penggunaan sistem perkerasan yang aman dan
nyaman serta penyediaan saluran drainase yang baik juga dapat menjadi solusi
untuk mencegah aliran permukaan yang cenderung tinggi serta mencegah
kerusakan pada jalan. Terik sinar matahari di persawahan atau kebun sayuran
yang cenderung terbuka dapat diatasi dengan penyediaan shelter atau saung
petani, dengan pepohonan sebagai penyerap panas dan penaung dari sinar
matahari.
39

Jenis Tanah
Berdasarkan peta tanah semi detail yang bersumber dari Dinas Tata
Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor skala 1: 40.000 tahun 2005, jenis tanah
pada kawasan terdiri dari Andosol, Podsolik Merah Kekuningan, Regosol, dan
asso Latosol clk Regosol. Gambar 7 memperlihatkan peta jenis tanah di kawasan.
Kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini didominasi oleh tanah Podsolik
Merah Kekuningan, yakni tanah dengan vegetasi alamnya berupa hutan
sembarang (coniferous or deciduous) dengan iklim panas sedang (warm
temperate) sampai basah tropika (tropical humid) dan drainase alam yang baik,
tanah ini memiliki pH rendah antara 4,2 hingga 4,8. Jenis tanah Andosol terdapat
di puncak hingga lereng Gunung Salak atau pada ketinggian 1000-2000 mdpl.
Jenis tanah Andosol memiliki pH 4,5-6,0 dan mempunyai sifat fisik yang baik
berupa: 1) daya pengikatan air sangat tinggi; 2) selalu jenuh air jika tertutup
vegetasi; 3) sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur yang
tinggi sehingga mudah diolah; dan 5) permeabilitas sangat tinggi karena
mengandung banyak makropori. Sedangkan tanah Regosol terdapat pada bagian
barat kawasan menyebar dari utara hingga daerah atas di selatan dengan
ketinggian yang bervariasi, yaitu 400-2000 mdpl. Tekstur tanah Regosol kasar
dengan pH 6-7, umumnya jenis tanah ini belum membentuk agregat, sehingga
peka terhadap erosi. Regosol akibat erosi umumnya dangkal dan kurang subur,
karena lapisan tanah yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara
tererosi, terdapat lahan miring atau curam pada kebun-kebun yang terlantar
(Darmawijaya 1990).
Pertanian lahan kering pada kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini
umumnya terdapat pada tanah Podsolik Merah Kekuningan yang lebih banyak
mengandung lempung serta sebagian kecil tanah Regosol yang umumnya
memiliki struktur tanah lemah dan lepas. Jenis tanah Regosol pada kemiringan
datar hingga sedang cukup stabil dan dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
Sedangkan pada daerah miring dan peka erosi dijadikan daerah konservasi dengan
aktivitas yang terbatas. Tabel 5 merupakan hasil analisis jenis tanah terhadap pola
pemanfaatan lahan di kawasan serta solusi yang ditawarkan.
40

Tabel 5. Jenis tanah serta pola dan solusi pemanfaatan lahan


Jenis Keterangan Pola Solusi
Tanah Pemanfaatan
Lahan
1 Andosol Dijumpai di daerah lereng Hutan sejenis Cocok bagi daerah
hingga puncak Gunung buatan, dan konservasi, terrutama sebagai
Salak. Merupakan daerah tegalan daerah resapan air di bagian
dengan bentuk topografi hulu.
berbukit dan bergelombang,
dengan kelas kemiringan
15- >40%. Daya ikat air
tinggi, struktur gembur, dan
mudah di olah.
Permeabilitas tinggi

2 Podsolik Berada tersebar di sebelah kebun Mendukung bagi kegiatan


merah timur kawasan hingga campuran, pertanian seperti
kekuningan hampir ke barat. Bentuk permukiman, perladangan. Berfungsi
wilayah datar hingga dan persawahan sebagai kawasan utama dan
berbukit dengan kelas pendukung agrowisata.
kemiringan 3-15%. Drainase
baik, bahan organik rendah,
tekstur lempung, struktur
pejal, konsistensi teguh.

3 Regosol Berada di sebelah barat Hutan sejenis Pada daerah miring


kawasan memanjang dari buatan, kebun dijadikan kawasan
utara hingga ke selatan. campuran, konservasi, sedangkan pada
Bentuk wilayah datar, permukiman, daerah yang cukup datar dan
berbukit dan bergelombang, dan persawahan stabil dikembangkan sebagai
dengan kemiringan 3->40%. bagian dari kawasan utama
Tekstur kasar, struktur dan pendukung agrowisata
lemah dan lepas. Mudah
tererosi, kurang subur.

4 Asso Berada di bagian utara Kebun Dikembangkan sebagai


latosol clk kawasan. Bentuk wilayah campuran, dan kawasan utama agrowisata
regosol cenderung datar dengan persawahan
kemiringan 3-8%.

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005


41
42

Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu tentang air yang ada di bumi, yaitu keterdapatannya,
sifat-sifat fisis dan kimiawinya, sirkulasi dan penyebarannya, serta reaksinya
terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan. Penerapan
hidrologi mencakup berbagai bidang pekerjaan, antara lain pengairan,
pengendalian banjir, penyediaan air minum, dan pembangkit tenaga listrik
(Sianawati 2009). Sumber air kawasan berasal dari curah hujan, mata air Ciburial,
sungai Cipinanggading, saluran isrigasi, air rembesan yang berasal dari daerah
persawahan serta air limpasan permukaan yang mengalir dari daerah sekitar
perairan (persawahan, pemukiman dan kebun) dan juga dari PAM. Berdasarkan
hasil dari FGD (Focus Group Discussion) bersama masyarakat beserta staf-staf
pemerintah desa, diketahui bahwa sejak tahun 2000 hingga sekarang debit air
sungai Cipinanggading mengalami penurunan, hal ini sebagian besar dikarenakan
oleh adanya alih fungsi lahan, seperti daerah persawahan yang telah banyak
dijadikan pemukiman. Selain itu, sumber air yang penting bagi pertanian, yakni
saluran irigasi, terutama yang berupa perkerasan, banyak yang telah mengalami
kerusakan bocor karena tidak adanya pemeliharaan dari masyarakat ataupun
bimbingan dari pemerintah tentang cara pemeliharaan saluran irigasi yang baik.
Berdasarkan data survey mengenai pola penggunaan air oleh masyarakat,
sebagian besar masyarakat belum menerapkan metode penyimpanan air secara
sadar, namun, sebagian kecil masyarakat masih ada yang menggunakan sumur
untuk penggunaan air sehari-hari yang dapat menjaga keberlanjutan tersedianya
air tanah. Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui bagaimana cara
pengelolaan limbah cair demi terjaganya kebersihan air dan kesehatan masyarakat
itu sendiri. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sistem pembuangan
limbah cair masih bersifat langsung menuju saluran air seperti selokan, sungai
ataupun saluran irigasi ke lahan-lahan pertanian. Hal ini dapat merusak kandungan
air tanah apabila limbah cair yang mengandung tinja, deterjen, oli ataupun cat
tersebut meresap kedalam tanah, bahkan dapat membunuh mikroorganisme di
dalam tanah sehingga tanaman sulit tumbuh bahkan mati, dan jika menumpuk
akan menimbulkan polusi udara serta view yang buruk. Gambar 8 menunjukan
arah aliran air di kawasan.
43
44

Vegetasi dan Satwa


Vegetasi atau tumbuhan dan tanaman merupakan salah satu elemen lanskap
yang menjadi faktor penting dalam perencanaan lanskap. Tumbuhan dan tanaman
tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa
pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah.
Perubahan ini dikarenakan tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan
dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim 2003).
Berdasarkan survey, jenis vegetasi di dalam kawasan mencakup rerumputan,
penutup tanah, semak, perdu, hingga pohon dataran rendah dan dataran tinggi
(Gambar 9). Vegetasi yang ada di dalam kawasan terdapat pada ruang luar berupa
pekarangan, lahan pertanian, tegalan, hingga hutan. Pada pekarangan di kawasan
pemukiman di bagian utara kawasan, penduduk menanaminya dengan tanaman
yang menghasilkan buah, seperti jeruk (Citrus reticulata), jambu biji (Psidium
guajava), mangga (Mangifera indica) dan rambutan (Nephelium lappaceum),
sebagian masyarakat juga menggunakan pekarangannya sebagai tempat
pembibitan ataupun display penjualan tanaman hias, seperti aglaonema
(Aglaonema sp.), suplir (Adiatum sp.), dan sirih merah (Piper crocatum). Pada
lahan pertanian sebelah utara hingga sedikit ke selatan, penduduk sekitar
menanaminya dengan tanaman padi, jagung, talas, ubi kayu, nanas, dan sayuran.
Pada tegalan umumnya didominasi oleh rerumputan dan semak, sedangkan di
dalam hutan terdapat vegetasi beragam mulai dari semak, perdu, hingga pohon
tinggi seperti jati, dan sengon.

(a) pohon pinus (b) pohon, semak, dan penutup tanah


Gambar 9. Vegetasi di dalam kawasan
45

Jenis satwa yang ada dalam kawasan sangat beragam, seperti burung, tupai,
kucing, kadal, dan serangga serta sedikit satwa liar seperti elang jawa dan
trenggiling yang terdapat di Kawasan Taman Nasionala Gunung Halimun-Salak
(Susanto 2007). Sedangkan jenis hewan ternak yang ada mencakup sapi, kambing,
dan ayam (Gambar 10).

(a) berbagai jenis unggas (a) mamalia


Gambar 10. Satwa di dalam kawasan

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi


Kawasan ini dilalui oleh jalur yang menghubungkan kota Bogor dengan
kota Sukabumi, serta jalur kabupaten Bogor. Lokasi kawasan terletak 16 km dari
pintu tol Jagorawi Bogor dan memiliki jarak tempuh ± 13 km dari ibu kota Bogor,
± 120 km dari ibu kota Propinsi Jawa Barat yaitu kota Bandung serta ± 60 km dari
ibu kota Negara yaitu kota Jakarta. Desa Sukaharja dapat ditempuh melalui jalur
kabupaten Bogor, jalur ini biasa dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan
pribadi, dan merupakan jalur terdekat menuju kawasan. Angkutan umum yang
biasa melewati jalur ini ialah angkutan umum 03 jurusan Pasar Bogor-Ciapus,
angkutan umum ini hanya mengangkut penumpang sampai Kampung Pondok
Bitung yang berbatasan langsung dengan jalan lokal di Desa Sukaharja. Alat
transportasi desa yang ada di dalam kawasan sendiri berupa jasa ojeg motor yang
berasal dari penduduk setempat, walaupun jalan yang tersedia dapat dilalui oleh
dua kendaraan roda empat, dengan lebar jalan 3-4 meter. Hal ini baik diterapkan
karena dapat menjaga suasana asli perdesaan di dalam kawasan. Jalan lokal ini
menghubungkan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang yang kemudian berujung
di jalan alternatif Bogor-Sukabumi (Gambar 11).
46

.
47

Jalan di dalam dan menuju kawasan merupakan jalan beraspal, namun


kondisi jalan telah rusak di beberapa titik (Gambar 12). Akses masuk pertama
merupakan akses masuk yang berada dekat sebelum lahan kelompok tani Bunga
Desa yang sebelumnya melalui kelurahan Mulyaharja dan kecamatan Ciomas.
Pencapaian lokasi melalui akses masuk ini cukup mudah karena selain dilalui oleh
angkutan umum dari kota Bogor menuju terminal Pondok Bitung, kondisi jalan
dari kota Bogor juga cukup baik, kondisi jalan agak menanjak setelah melewati
kecamatan Ciomas dan rusak di beberapa titik. Akses masuk kedua adalah akses
masuk yang dilalui oleh angkutan umum 04 jurusan Pasar Bogor-Cihideung,
angkutan ini melalui kecamatan Pamoyanan, jalan alternatif Bogor-Sukabumi, dan
beberapa desa di kecamatan Cijeruk, seperti Desa Palasari dan Desa Tanjungsari.
Kondisi jalan di Pamoyanan rusak berat yang menyebabkan jalan penuh debu
pasir jika panas terik, serta timbul genangan air jika hari hujan. Sedangkan kondisi
jalan di Palasari, kecamatan Cijeruk sudah baik dengan aspal beton dan drainase
yang cukup. Akses menuju kawasan dapat ditempuh melalui pertigaan sebelum
Terminal Cihideung dan Warso Farm Durian, yang salah satu jalurnya menuju
Desa Tajurhalang dan Lembah Salak, jalur ini ditandai dengan papan penunjuk
arah. Jalur ini hanya dilalui oleh ojeg dan kendaraan pribadi, dengan kondisi
beraspal cukup baik dan berkelok-kelok mengikuti kontur dengan lebar jalan ± 4-
5 meter. Beberapa alternatif akses masuk menuju kawasan ini merupakan potensi
dalam memberikan kemudahan pengaturan keluar-masuk arus pengunjung
maupun masyarakat sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam menikmati agrowisata perdesaan.

Gambar 12. Kondisi jalan di dalam kawasan


48

Kondisi jalan, serta terbatasnya ketersediaan alat transportasi menjadi


kendala dalam hal jarak tempuh menuju kawasan. Analisis kondisi jalan dan
solusinya terdapat pada Tabel 6. Jenis alat transportasi yang dapat digunakan pada
jalur masuk menuju dan di dalam kawasan adalah kendaraan pribadi roda empat,
alat transportasi perdesaan, dan ojeg (Gambar 13). Peranan ojeg lebih terlihat
karena selain masih jarang angkutan umum yang mengakses kawasan ini juga
karena kondisi jalan di beberapa titik dalam kawasan yang masih berbatu dan
menanjak, seperti jalur menuju Kampung Tapos dan Kampung Tajurhalang atas.

Gambar 13. Jenis kendaraan di dalam kawasan

Posisi badan jalan umumnya langsung berbatasan dengan pemukiman, tanpa


adanya jarak atau pemisah yang sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur bagi
pejalan kaki (Gambar 14). Penyediaan pedestrian (jalur pejalan kaki) dari hijauan,
pemberhentian sementara untuk mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki,
meningkatkan kualitas berupa perbaikan kondisi jalan serta peningkatan kuantitas
berupa pelebaran jalan perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna jalan.

Gambar 14. Pejalan kaki sebagai pengguna jalan


49

Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata disesuaikan untuk kebutuhan yaitu
memiliki lebar jalan 5,5–6,5 meter, sedangkan untuk kegiatan produksi minimum
7,5 meter (Harris and Dines 1988). Penggunaan tanaman pada sisi jalan di dalam
kawasan agrowisata tidak hanya dapat memberikan nilai keindahan, namun juga
dapat meningkatkan kualitas lingkungan (Gambar 15). Penggunaan tanaman yang
khas perdesaan mampu memberikan karakteristik pada kawasan (Susanto 2007)
sehingga memberi kesan tertentu bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan
agrowisata.

Gambar 15. Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan

Tanaman sebagai elemen lunak (soft material) lanskap tidak hanya


memberikan nilai estetis bagi lingkungan, namun memiliki beberapa fungsi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang dapat dikategorikan seperti berikut:
kontrol pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim, nilai estetis, habitat satwa
serta pencegah erosi. Penggunaan tanaman pada sisi jalan dapat berfungsi sebagai
penahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan dan sinar lampu
kendaraan. Dengan peletakan tanaman di sisi jalan sebaiknya dipilih pohon atau
perdu yang padat, selain dapat menyaring polusi juga dapat meredam bising yang
ditimbulkan oleh kendaraan (Hakim 2003).
Perencanaan yang akan dilakukan terkait aksesibilitas dan sistem
transportasi adalah mengatur jalur pengunjung dan masyarakat. Akses pertama
difungsikan sebagai pintu masuk utama kawasan karena dapat langsung menuju
desa yang difokuskan sebagai kawasan perencanaan agrowisata, yaitu Desa
Sukaharja. Akses kedua dapat dijadikan jalur alternatif bagi pengunjung yang
ingin menuju kawasan sambil menikmati pemandangan bernuansa perdesaan.
50

Tabel 6. Kondisi jalan dan solusi pemanfaatannya di dalam kawasan


Kondisi Jalan Potensi dan Kendala Solusi
1 Akses masuk dan * Terdapat dua akses masuk * Memanfaatkan akses pertama
jalur pengunjung berbeda ke dalam kawasan sebagai pintu masuk utama
* Jalur pengunjung dan kawasan, akses kedua sebagai jalur
masyarakat memiliki jalur yang alternatif bagi pengunjung
sama * Menetapkan jalur terpisah antara
pengunjung dan masyarakat untuk
meningkatkan keamanan dan
kenyamanan

2 Badan Jalan * Lebar jalan relatif sempit bagi * Melakukan pelebaran jalan
kendaraan dengan dua jalur * Melakukan perbaikan kondisi
penggunaan jalan yang rusak
* Kondisi jalan rusak di beberapa * Kepedulian dari masyarakat
titik menuju dan di dalam setempat untuk menyisakan
kawasan sedikit pekarangannya untuk jalur
* Kondisi pemukiman yang hijau, keamanan dan kenyamanan.
memakan badan jalan Salah satunya dengan menanaman
* Tidak adanya pedestrian bagi tanaman/ pohon di sisi jalan
pejalan kaki * Menyediakan jalur pejalan kaki
* Potensi jalan yang berkelok di * Penggunaan rambu jalan pada
beberapa tempat memberikan beberapa titik jalan untuk
suasana pegunungan keamanan

4 Fasilitas Jalan * Belum adanya fasilitas * Menyediakan fasilitas


pemberhentian sementara bagi pemberhentian sementara, serta
kendaraan ataupun pejalan kaki rambu dan tanda pengarah jalan
* Kurangnya rambu dan tanda * Pengadaan tempat pembuangan
pengarah jalan sampah untuk kebersihan dan
* Tidak adanya tempat kenyamanan kawasan
pembuangan sampah sehingga * Pengadaan lampu penerangan
terdapat pemandangan buruk dari untuk keamanan pengguna jalan
sampah yang dibuang di saat malam hari
sembarang tempat
* Kurangnya lampu penerangan,
sehingga kegiatan lebih banyak
dilakukan pada pagi dan siang
hari

Penanaman tanaman pinggir jalan yang khas perdesaan, agar memperkuat


dan mempertahankan nuansa asri perdesaan yang menjadi dasar konsep
perencanaan. Pembedaan jalur produksi masyarakat yang membutuhkan
kecepatan dan pertimbangan ekonomi dengan jalur pengunjung yang
membutuhkan kenyamanan dan kesenangan, dimana jalur produksi masyarakat
dibuat singkat, langsung dan praktis, sedangkan jalur pengunjung dibuat
memberikan pengalaman tentang kegiatan pertanian di kawasan dengan fasilitas
yang memadai, seperti adanya tempat melepas lelah.
51

Obyek dan Daya Tarik Agrowisata


Kawasan penelitian perencanaan agrowisata berkelanjutan ini merupakan
kawasan yang memiliki potensi pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata.
Berdasarkan survey kawasan ini memiliki kekhasan pada masih dominannya
lahan pertanian dan elemen alami lainnya, sehingga suasana lanskap perdesaan
dengan kegiatan bertani masyarakatnya dapat terlihat jelas. Penyebaran vegetasi
pada lahan-lahan masyarakat cukup bervariasi. Pada umumnya masyarakat
memilih tanaman hias untuk ditanam di pekarangannya. Pemandangan dalam
perjalanan menyusuri desa merupakan sumberdaya visual yang potensial.
Beberapa pemandangan menonjol yang dapat ditangkap antara lain berupa hutan,
persawahan, talun atau kebun, serta perkampungan. Potensi good view pada
kawasan sekitar perkampungan masih kurang mendukung karena rumah-rumah
penduduk belum tertata dengan baik, hal ini dapat terlihat dari tidak adanya
orientasi khusus saat membangun.
Sebagai salah satu aspek penting dalam perencanaan pariwisata, menurut
Yoeti (1997) daerah tujuan agrowisata harus memiliki obyek atau atraksi yang
mampu dijual kepada wisatawan. Syarat yang harus dimiliki adalah sebagai
berikut: 1) something to see sebagai sesuatu yang dapat di lihat, 2) something to
do sebagai sesuatu yang dapat dilakukan, dan 3) something to buy sebagai sesuatu
yang dapat dibeli. Berdasarkan hasil survey lapang dan hasil wawancara kepada
masyarakat setempat dan ketua bidang hortikultura di Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor, kawasan ini memiliki komoditas tanaman
hortikultura, khususnya tanaman hias, yang potensial dan dapat dikembangkan
sebagai obyek agrowisata serta memiliki view yang menarik ke arah pegunungan.
Kegiatan masyarakat dalam melakuan aktivitas pertanian juga dapat menjadi
atraksi agrowisata untuk pengunjung amati dan pelajari. Gambar 16
memperlihatkan persebaran lokasi potensi obyek agrowisata dan rekreasi yang
terdapat di dalam kawasan. Berikut ini merupakan jenis dan beberapa obyek dan
daya tarik agrowisata yang dapat dijumpai di kawasan berdasarkan komoditas
pertanian yang ada dan diringkas pada Tabel 7.
52
53

Obyek dan daya tarik agrowisata tanaman hias


Pada umumnya, kawasan memiliki potensi tanaman hias yang telah dikenal
oleh masyarakat. Masyarakat memilih tanaman hias untuk mengapresiasikan rasa
seni dan hobi mereka dalam menata pekarangan dan memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga (Susanto 2007). Akan tetapi, hasil apresiasi masyarakat tersebut
masih terbatas dan belum memadai, oleh karena itu dibutuhkan adanya pelatihan
atau bimbingan yang dapat mengembangkan apresiasi masyrakat terhadap
tanaman hias. Saat ini pengusahaan tanaman hias sudah berkembang dengan
adanya berbagai kelompok usaha tani di kawasan, seperti kelompok tani Bunga
Desa di Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja, dan Violces di Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Tanaman yang siap jual ditanam di dalam pot
atau polybag. Pada beberapa rumah di pinggir jalan utama di dalam kawasan
dapat dijumpai deretan tanaman hias di dalam saung (lath house) dengan tujuan
menarik pembeli dan pengguna jalan yang melaluinya. Saung ini terbuat dari
rangka bangunan berbahan dasar bambu yang ditutupi oleh atap plastik dan
berfungsi sebagai tempat menyimpan berbagai bibit tanaman dan tempat untuk
melakukan perbanyakan tanaman disamping juga berfungsi sebagai display
(pamer) tanaman. Selain di pinggir jalan, lokasi saung menyebar dan
mengelompok sesuai kelompok usaha tani yang ada di kawasan. Gambar 17
memperlihatkan saung sebagai tempat perbanyakan tanaman atau display serta
pekarangan rumah yang menjadi tempat display tanaman.

(a) saung dalam kelompok usaha tani (b) halaman rumah sebagai display
untuk budidaya tanaman hias tanaman hias
Gambar 17. Kondisi eksisting usaha tani tanaman hias
54

Potensi tanaman hias ini belum dimanfaatkan secara optimal serta belum
ada pembagian ruang-ruang khusus didalamnya sehingga belum dapat
memberikan pengalaman agrowisata yang diharapkan. Pengunjung yang datang
selama ini hanya sekedar memesan atau membeli tanaman hias, beberapa
pengunjung villa bahkan belum mengetahui keberadaan penjualan tanaman hias di
kawasan ini. Kondisi politik serta perekonomian yang menurun pada tahun ini
juga mempengaruhi pembelian tanaman hias pada masyarakat. Oleh karena itu,
dibutuhkan informasi dan promosi yang optimal untuk menunjang keberlanjutan
produksi tanaman hias di kawasan ini.
Tanaman hias yang tersusun rapi sepanjang jalan dapat memberikan nilai
tambah bagi keindahan kawasan serta menunjang konsep perencanaan agrowisata
berkelanjutan (Susanto 2007). Perencanaan lokasi penjualan tanaman hias dibuat
mengelompok mengikuti pola linear jalan yang ada sehingga dapat memberikan
orientasi wisata tanaman hias serta kemudahan memperoleh tanaman bagi
pengunjung. Selain itu, pola ini akan memberikan kemudahan bagi masyarakat
dalam memasarkan tanamannya, memberikan kenyamanan dan pengalaman visual
yang menarik di dalam kawasan agrowisata. Tanaman hias merupakan obyek
agrowisata yang sangat menarik dan menguntungkan. Aktivitas agrowisata yang
ditawarkan dapat beragam dan tidak hanya terbatas pada aktivitas berbelanja.
Paket pengenalan berbagai jenis tanaman hias lengkap dengan tata cara budidaya
dan pemeliharaannya dapat dikembangkan sebagai aktivitas agrowisata
(Tirtawinata 1996).
Obyek dan daya tarik agrowisata tanaman sayuran, palawija dan padi
Kawasan memiliki potensi obyek agrowisata komoditi tanaman sayuran dari
lahan seluas ± 5 ha, hasil garapan kelompok usaha tani SALUYU di Kampung
Cijulang, Desa Sukaharja. Sedangkan potensi obyek agrowisata komoditi padi
berada di lahan garapan milik kelompok tani Mekar Tani seluas ± 25 ha (Gambar
18). Lahan sawah di Desa Sukaharja ± 150 ha, akan tetapi banyak yang status
kepemilikannya sudah dipegang oleh swasta, sehingga status petani hanya sebagai
petani penggarap atau buruh. Kelompok tani SALUYU (2000) telah
mengembangkan komoditi tanaman sayuran organik sejak tahun 2003 dengan
komoditas sayuran yang dijumpai diantaranya tomat, buncis, pakcoi, caisim,
55

bayam, kacang panjang dan selada. Kelompok usaha tani SALUYU menjual
produk secara rutin seminggu sekali di Regina Pacis Bogor.
Obyek dan atraksi agrowisata yang dapat dikembangkan di lokasi berupa
aktivitas mempelajari metode pembuatan kompos yang diterapkan oleh kelompok
tani untuk menghasilkan pertanian organik. Selain itu, wisatawan dapat serta
melakukan aktivitas belanja sayuran dan hasil olahannya. Pada perencanaan
selanjutnya dilakukan pengembangan aktivitas seperti aktivitas jalan santai
menyusuri jalan setapak dengan lebar ± 1,5 m untuk menikmati pemandangan
berupa pegunungan dan hamparan kebun sayuran dan sawah, serta pengembangan
fasilitas agrowisata yang lebih beragam dengan memperhatikan penggunaan
fasilitas penunjang dengan bentuk dan bahan yang bernuansa perdesaan sehingga
dapat meningkatkan keindahan dan mendukung konsep agrowisata berkelanjutan.

Gambar 18. Kondisi eksisting kebun sayuran palawija dan padi


Objek dan daya tarik agrowisata tanaman buah
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, beberapa tanaman buah potensial
yang dapat dijumpai di kawasan selain jeruk, pala, durian, sawo, kelapa, mangga,
lengkeng dan jambu biji, terdapat juga nanas. Lahan produksi komoditi nanas,
berada di ketinggian > 700mdpl, dengan total luas lahan produksi ± 70ha.
Kelompok tani yang memproduksi nanas ialah kelompok tani Lindung Harapan di
Kampung Tapos yang berdiri sejak tahun 2000, dengan luas lahan ± 20ha. Saat
ini, mereka sudah bekerja sama dengan LSM dalam menghasilkan produk olahan
seperti selai nanas, namun jangkauan pasar yang masih sangat terbatas. Komoditi
lain yang sudah memiliki hasil olahan adalah komoditi pala yang diambil bijinya
dan diolah menjadi minyak pala ataupun sirup pala dari dagingnya, akan tetapi
produk olahan ini masih terbatas dan jangkauan pasarnya masih kecil. Oleh
56

karena itu, dibutuhkan kerjasama dengan pihak pemerintah atau LSM untuk
membina para petani sehingga dapat memudahkan produksi hasil olahan dan
pemasaran. Sedangkan untuk usaha produksi bibit durian dibawah kepemilikan
Bapak Agus yang berdiri sejak 1998 ini memiliki luas lahan ± 800 m² dan
letaknya tidak jauh dari kantor Desa Sukaharja. Konsumen dapat membeli bibit
durian baik eceran maupun partai besar. Bibit yang disediakan berasal dari
penangkar bibit lainnya dan perbanyakan sendiri. Pengunjung sebagian besar
berasal dari golongan instansi pemerintah, penangkar dan pedagang bibit serta
perorangan (masyarakat umum dan petani). Gambar 19 memperlihatkan kondisi
tempat pembibitan tanaman buah durian.

(a) display bibit tabulampot durian (b) jalan setapak di dalam kebun buah
Gambar 19. Kondisi eksisting tempat pembibitan tanaman buah durian

Pusat produksi tanaman buah di dalam kawasan ini belum dikembangkan


menjadi aktivitas agrowisata yang melibatkan pengunjung secara langsung,
sehingga pengembangan aktivitas agrowisata masih sangat diperlukan untuk
memberi daya tarik bagi pengunjung. Aktivitas agrowisata yang dapat
dikembangkan pada lahan produksi tanaman buah berupa pengamatan,
mempelajari teknik budidaya tanaman buah, memilih dan memetik sendiri buah
yang hendak dikonsumsi pada saat musim panen tiba dengan terlebih dahulu
diberi petunjuk bagaimana ciri-ciri buah yang layak petik dan cara memetik buah
yang benar. Aktivitas ini memberikan kesenangan pada pengunjung karena
memperoleh buah-buahan dari tempat asalnya dengan kondisi yang masih segar
dan harga yang relatif murah. Selain itu, aktivitas ini memberikan kemudahan
kepada pihak pemilik dan pengelola dalam memasarkan hasil tanpa harus
terbebani biaya pemanenan dan pengangkutan (Tirtawinata 1996).
57

Obyek dan daya tarik agrowisata peternakan


Peternakan sapi skala kecil yang diusahakan oleh kelompok tani ternak sapi
perah KANIA (Gambar 20) di Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
merupakan jenis peternakan yang dapat dijumpai di dalam kawasan perencanaan
agrowisata. Kelompok tani KANIA pada awal tahun 2008 menjadi juara I tingkat
provinsi dalam lomba agribisnis pertanian untuk komoditi sapi perah.

(a) kondisi ternak dalam kandang (b) pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Gambar 20. Kondisi eksisting peternakan sapi

Aktivitas yang telah ada tidak melibatkan pengunjung secara langsung dan
terbatas kepada aktivitas belanja produk peternakan. Potensi peternakan ini dapat
dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai bagian dari obyek dan atraksi
agrowisata. Kendalanya adalah skala pengusahaan yang masih relatif kecil serta
sarana yang belum memadai. Kondisi peternakan yang kurang memberikan
pemandangan menarik serta bau yang ditimbulkan oleh kotoran ternak
menjadikan perlu adanya sisi lain yang ditonjolkan untuk menarik orang datang
berkunjung, seperti lebih menonjolkan unsur pengetahuan dalam menawarkan
paket-paket pendidikan di lokasi peternakan. Contoh paket tersebut ialah
merancang tata letak dan bangunan peternakan, pemeliharaan hewan ternak,
pembuatan pakan, dan inseminasi buatan (pembuahan buatan untuk tujuan
reproduksi) pada ternak, pola beternak, cara tradisional dalam peternakan, serta
budidaya hewan ternak (Tirtawinata dan Fachruddin 1996). Pengunjung yang
memiliki minat khusus pada bidang peternakan dapat melakukan pengamatan
terhadap perilaku hewan ternak, memberi pakan ataupun memerah susu serta
proses pasca produksi ternak.
58

Tabel 7. Potensi eksisting obyek dan daya tarik di kawasan


Obyek atau Aktivitas Wisata
Ruang Atraksi
Komoditas Something to Something to Something to
Utama
do see buy
1 Tanaman Hias Agloenema, suplir, Pengamatan, Keragaman Aneka
sirih merah, budidaya dan tanaman hias
anthurium, begonia, keindahan
dsb tanaman hias
2 Tanaman Sayuran pembuatan Pemandangan Beras,
Tomat, buncis,
Palawija dan Padi kompos, hamparan beragam jenis
pakcoi, caisim,
rekreasi, kebun sayuran dan
bayam, kacang
kuliner, sayuran dan palawija serta
panjang, selada, padi,
mengolah sawah hasil
dll
lahan olahannya
3 Tanaman Buah Nanas, durian, pala, Pengamatan, Kebun buah Tabulampot
jeruk, jambu biji memetik buah
4 Peternakan Pengamatan, Aktivitas Produk
Sapi
pendidikan peternakan peternakan
Sumber: Hasil Pengamatan

Pada analisis data obyek dan daya tarik agrowisata di dalam kawasan
tersebut di atas, diketahui bahwa pada kawasan terdapat potensi pertanian yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Menurut Arifin (2004) dalam
Susanto (2007), agrowisata di daerah pertanian hortikultura dapat dikembangkan
di kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra produksi tanaman
hortikultura. Nurisjah (2001) menjelaskan bahwa sajian yang diberikan pada
wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan
kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas
yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga
dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat
dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu,
budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Aktivitas
pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil, dan juga pasar hasil pertanian. Melalui
pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan
59

lahan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dengan tetap


melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal. Tabel 8 merupakan analisis objek dan daya tarik wisata pada kawasan
perencanaan agrowisata.

Tabel 8. Potensi obyek dan daya tarik wisata serta solusi pemanfaatannya
Obyek dan
Atraksi Potensi dan Kendala Solusi
Wisata
1 Tanaman * Lokasi menyebar dan penataan * Menata ruang khusus agrowisata
Hias kurang tanaman hias serta mengembangkan
* Jenis dan jumlah beragam, kegiatan agrowisata tanaman hias dengan
namun belum ada pembagian fasilitas penunjang. Lokasi budidaya
ruang wisata dibuat berkelompok dengan pembagian
* Kegiatan wisata yang ada masih area berdasarkan kegiatan budidaya,
terbatas lokasi display dialokasikan di sisi jalan
atau pemukiman sisi jalan dalam kawasan.

2 Tanaman * Hamparan kebun sayuran masih * Menciptakan ruang serta


Sayuran terbatas, dan sawah terbentang mengembangkan kegiatan agrowisata
Palawija * Belum tercipta ruang wisata sayuran palawija dan padi dengan fasilitas
dan Padi * Pemandangan hamparan kebun penunjang dan memanfaatkan potensi
sayuran dan sawah yang menarik pemandangan kebun dan sawah

3 Tanaman * Belum tercipta ruang wisata * Lokasi dipusatkan tergantung jenis


Buah * Beragam buah tropis dapat tanaman buah
tumbuh * Menciptakan ruang agrowisata buah
serta mengembangkan kegiatan
agrowisata tanaman buah

4 Peternakan * Kegiatan beternak dan * Menciptakan ruang agrowisata


pembuatan biogas peternakan serta mengembangkan
* Polusi udara dari kotoran ternak kegiatan dan fasilitas yang sesuai.
* Menciptakan sarana dan prasarana
pendukung untuk kebersihan kandang
Sumber: Survey lapang
60

Perencanaan dalam menata lanskap agrowisata serta mengatur sirkulasi


penting diperhatikan untuk menciptakan perjalanan wisata yang menyenangkan
dengan nuansa perdesaan. Obyek agrowisata direncanakan menjadi kegiatan
menerus sepanjang tahun, atraktif (menarik), serta dapat memberikan pengalaman
atau proses dengan cara pengunjung terlibat kegiatan atau melalui program
interpretasi. Aktivitas agrowisata pada kawasan ini masih sangat terbatas sehingga
perlu dilakukan pengembangan aktivitas berdasarkan potensi pertanian yang telah
ada. Tabel 9 merupakan analisis pengembangan aktivitas yang dapat dilakukan di
dalam masing-masing area obyek dan atraksi agrowisata pada ruang utama
agrowisata.

Pariwisata Sekitar Kawasan


Kegiatan wisata disekitar kawasan perencanaan agrowisata pada umumnya
didominasi oleh jenis wisata alam (Susanto 2007) karena menonjolkan sifat dan
karakteristik sumberdaya alam pegunungan yang masih alami, hutan, dan kawasan
pertanian. Berdasarkan UU No.9 tahun 1990, pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) jenis yaitu: 1)
obyek dan daya tarik wisata alam, 2) obyek dan daya tarik wisata budaya, dan 3)
obyek dan daya tarik wisata minat khusus. Obyek dan daya tarik wisata alam,
menonjolkan sifat dan karakteristik sumberdaya alam daratan atau hutan dan
perairan yang mampu menimbulkan kepuasan bagi wisatawan seperti keindahan
bentang alam, keunikan dan keanekaragaman flora dan fauna. Dalam
pengembangan suatu obyek wisata perlu memperhatikan adanya obyek wisata
lainnya yang dapat menjadi rangkaian dalam paket wisata, sehingga dapat
menunjang kunjungan (Depbudpar 2001). Di dalam kawasan terdapat terdapat
tempat wisata untuk umum yaitu Taman Gajah di puncak Cijulang dengan obyek
berupa pemandangan kota Bogor. Taman Gajah merupakan sebuah taman yang
digunakan untuk melihat pemandangan dari puncak Cijulang, dan ramai
dikunjungi pada hari libur dan akhir pekan, selain penduduk sekitar, tempat ini
juga dikunjungi oleh para pengendara sepeda gunung untuk beristirahat sejenak
sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
61

Tabel 9. Pengembangan aktivitas agrowisata di dalam ruang utama agrowisata


Area Fungsi didalam
Aktivitas
(Tujuan) Area
Tanaman Hias Penerimaan penyambutan,
pemberian kuntum bunga
(Mengenal keragaman
Pelayanan pemberhentian andong, registrasi ulang,
jenis tanaman hias serta menerima informasi, membeli tanaman hias,
membeli media tanam
mengetahui teknik
Budidaya mengamati jenis tanaman hias,
budidayanya) mempelajari teknik budidaya,
mempersiapkan media tanam
Display mengamati rangkaian tanaman hias,
mengamati jenis tanaman hias,
mempelajari cara merangkai tanaman hias,
Pasca Panen mempelajari proses pembuatan pupuk kompos,
mempelajari cara pengemasan tanaman hias
Sayuran Palawija dan Padi Penerimaan penyambutan
(Mengamati pengolahan Pelayanan registrasi ulang,
menerima informasi,
lahan hingga pasca panen, menikmati makan siang di saung
mengenal ragam sayuran, Budidaya mengamati jenis sayuran dan palawija,
mengamati teknik membajak sawah,
mengetahui teknologi mengikuti proses penanaman padi
pertanian setempat serta Display jalan santai di persawahan,
mengamati pola tanam padi-palawija
teknik budidaya sayuran
Pasca Panen mempelajari proses penggilingan padi,
dan padi) mempelajari cara pengemasan beras, palawija,
dan sayuran
Tanaman Buah Penerimaan penyambutan
(Mengenal keragaman Pelayanan registrasi ulang, menerima informasi,
membeli buah nanas, membeli tabulampot,
jenis tanaman buah, serta membeli bibit pohon durian,
mempelajari teknik menikmati rujak buah nanas
Budidaya mengamati tanaman buah,
budidaya dan pasca mengamati pola tanam, memetik buah sendiri,
panennya) mempelajari teknik budidaya
Display mengamati pola tanam, jalan santai,
mengamati tanaman buah
Pasca Panen mempelajari teknik pengemasan tanaman buah
mempelajari cara mengupas nanas
Peternakan Penerimaan penyambutan
Pelayanan registrasi ulang, menerima informasi,
(Mengamati dan
membeli susu murni, membeli pupuk kandang
mempelajari kegiatan Budidaya mengamati jenis sapi perah,
dalam beternak) mengamati tipe kandang,
mempelajari teknik memerah sapi
Pasca Panen mempelajari teknik pengemasan susu
mempelajari teknik pembuatan produk
fermentasi susu
Pendidikan mempelajari proses pembuatan biogass
62

Taman Gajah, disebut demikian karena di pintu gerbang terdapat patung


gajah (Gambar 21) setinggi ± 3 m yang menjadi ciri khas dari taman tersebut.

(a) gerbang di Taman Gajah (b) view dari Taman Gajah


Gambar 21. Kondisi eksisting Taman Gajah di Cijulang

Kepariwisataan saat ini cenderung mengalami perkembangan pesat.


Pemerintah telah berusaha meningkatkan pariwisata dengan mengoptimalkan
potensi daerah serta memberi perhatian serius terhadap usaha kecil. Desa
Sukaharja dapat menjadi alternatif tujuan bagi pengunjung yang datang ke
kecamatan Cijeruk. Selain Warso Farm Durian, terdapat wisata Kampung Budaya
Sindangbarang di kecamatan Tamansari dan Wana Wisata Curug Nangka yang
sering dikunjungi oleh banyak wisatawan. Obyek wisata tersebut dapat menjadi
alternatif bagi pengembangan program paket wisata di kecamatan Cijeruk dan
sekitarnya. Tabel 10 merupakan data beberapa obyek wisata yang terletak dekat
dengan kawasan. Gambar 22 menunjukkan peta pariwisata kabupaten Bogor.

Tabel 10. Obyek wisata di sekitar kawasan


No Nama Obyek Wisata Potensi Wisata Lokasi
1 Kampung Budaya Sindang Wisata Budaya Tamansari
Barang
2 Bumi Perkemahan Sukamantri Perkemahan Tamansari
3 Wana Wisata Curug Nangka Hutan lindung, wisata curug Tamansari
4 Warso Farm Agrowisata durian Desa Cipelang
5 Wisata Desa Kampung Bambu Kebun wisata, playground Cigombong
6 Wisata Agro Kapol Kebun wisata Cigombong
7 Taman Rekreasi Lido Rekreasi danau Cigombong
8 Taman Safari Indonesia Wisata safari Cisarua
Sumber: Dinas Pariwisata kabupaten Bogor, 2008
63
64

Kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini dapat menjadi obyek wisata


yang mendukung pengembangan sektor pariwisata kabupaten Bogor serta menjadi
alternatif tujuan bagi pengunjung yang datang atau melalui kabupaten Bogor.
Kedekatan kawasan penelitian dengan obyek wisata yang telah berkembang dan
sudah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi kawasan untuk
diterima sebagai bagian dari obyek dan daya tarik wisata alam berbasis pertanian.
Kerjasama dengan lembaga pariwisata untuk menciptakan paket-paket wisata
yang menarik dapat menjadi upaya dalam perencanaan lanskap agrowisata dan
pengembangannya.

Sarana dan Fasilitas Pendukung Agrowisata


Sarana dan prasarana penunjang cukup berperan dalam menunjang
kemudahan dan kenyamanan wisatawan. Unsur-unsur yang terkandung dalam
penilaian kriteria ini, antara lain: 1) ketersediaan prasarana dalam radius tertentu;
2) ketersediaan sarana penunjang lainnya; 3) ketersediaan fasilitas khusus; dan 4)
ketersediaan fasilitas umum (Disbudpar 2001). Fasilitas pendukung pada masing-
masing obyek dan daya tarik agrowisata di dalam kawasan masih sangat terbatas,
bahkan belum ada sama sekali, karena orientasi kelompok usaha tani saat ini
hanya terbatas pada produksi dan memenuhi pesanan konsumen, bukan kepada
produk agrowisata. Langkah yang diperlukan yakni membangun sarana,
prasarana, dan fasilitas yang dianggap kurang. Penyediaan fasilitas pendukung
yang tepat dan sesuai aktivitas, jumlah memadai, peletakan yang tepat serta
menggunakan arsitektur yang mendukung konsep sangat diperlukan. Penggunaan
bahan serta bentuk bangunan fasilitas wisata yang akrab dengan alam dan
bernuansa perdesaan dapat memperkuat karakter serta konsep agrowisata
berkelanjutan. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan seperti jalan menuju lokasi,
pintu gerbang, tempat parkir, kantor informasi, papan informasi, jalan dalam
kawasan agrowisata, shelter, area pandang, penginapan, sarana penelitian, toilet,
tempat ibadah, dan tempat sampah. Perlu adanya pengembangan fasilitas
berdasarkan aktivitas atau kegiatan yang dikembangkan. Pada Tabel 11 terdapat
analisis fasilitas dan pengembangannya berdasarkan pengembangan aktivitas.
65

Tabel 11. Fasilitas wisata berdasarkan aktivitas


Area Aktivitas Fasilitas
Tanaman penyambutan, papan penanda,
Hias pemberian kuntum bunga, sambutan kuntum bunga,
lampu gerbang, jalan
pemberhentian andong, registrasi ulang, area parkir berumput, kantor loket,
menerima informasi, membeli tanaman papan informasi, ruang pelatihan, gerai
hias, membeli media tanam, tanaman hias, aula terbuka, warung,
toilet, tempat duduk, tempat sampah
mengamati jenis tanaman hias, saung bambu tanaman hias, jalan
mempelajari teknik budidaya, setapak, irigasi, lahan pembibitan,
mempersiapkan media tanam, tempat membuat media tanam
mengamati rangkaian tanaman hias, lampu taman, jalan
mengamati jenis tanaman hias,
mempelajari merangkai tanaman hias,
mempelajari proses pembuatan pupuk tempat pembuatan pupuk kompos,
kompos, mempelajari cara pengemasan tempat pengemasan tanaman hias
tanaman hias,
Tanaman penyambutan, papan penanda
Sayuran registrasi ulang, kantor kelompok tani,
Palawija menerima informasi, papan informasi, saung, jalan setapak,
dan Padi menikmati makan siang di saung tempat sampah
mengamati jenis sayuran dan palawija, lahan sayuran dan palawija,
mengamati teknik membajak sawah, lahan membajak sawah,
mengikuti proses penanaman padi, lahan percobaan, jalan setapak
jalan santai di persawahan, jalan setapak
mengamati pola tanam padi-palawija,
mempelajari proses penggilingan padi, bangunan penggilingan padi
mempelajari cara pengemasan beras, bangunan pengemasan
palawija, dan sayuran TPS
Tanaman penyambutan papan penanda, pos jaga
Buah registrasi ulang, menerima informasi, kantor kelompok tani,
membeli buah nanas, membeli papan informasi, saung
tabulampot, membeli bibit pohon durian,
menikmati rujak buah nanas,
mengamati tanaman buah, mengamati lahan perkebunan nanas, lahan
pola tanam, memetik buah sendiri, pembibitan, jalan setapak, tempat
mempelajari teknik budidaya, penyediaan media tanam
mengamati pola tanam, jalan santai, jalan setapak
mengamati tanaman buah,
mempelajari teknik pengemasan bangunan tempat pengemasan tanaman
tanaman buah, mempelajari cara buah
mengupas nanas
Peternakan penyambutan papan penanda, pos jaga
registrasi ulang, menerima informasi, kantor kelompok tani, papan informasi,
membeli susu murni, membeli pupuk bangunan produksi, rumah pekerja,
kandang, toilet
mengamati jenis sapi perah, kandang ternak, tempat duduk, jalan,
mengamati tipe kandang, gudang peralatan
mempelajari teknik memerah sapi
mempelajari teknik pengemasan susu bangunan produksi,
mempelajari teknik pembuatan produk
fermentasi susu
mempelajari proses pembuatan biogass tempat pembuatan biogass
66

Aspek Sosial dan Ekonomi


Penduduk
Berdasarkan data Jumlah penduduk yang bersumber dari Gambaran Umum
Desa pada Laporan Tahunan Desa, jumlah penduduk dalam kawasan perencanaan
agrowisata mencapai 18.383 jiwa, yang terdiri dari masyarakat lokal dan WNI
yang bermukim di kawasan, dengan rincian masing-masing desa berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 12. Mata pencaharian penduduk di kawasan ini
sebagian besar adalah bertani dan berdagang, baik petani pemilik lahan atau
sawah maupun petani penggarap. Tingkat pendidikan di kedua desa tersebut
umumnya hanya tamat hingga SD (Sekolah Dasar), dan hanya sebagian kecil saja
yang menyelesaikan studinya hingga ke tingkat akademi atau perguruan tinggi.
Ditinjau dari jumlah penduduk bekerja menurut pekerjaan utama, mereka
dikategorikan sebagai PNS, karyawan, POLRI, pedagang, jasa, peternak, petani,
dan buruh.

Tabel 12. Jumlah penduduk di kawasan


Jenis Kelamin
No Desa Jumlah
Laki-laki Wanita
1 Sukaharja 6.492 5.806 12.298
2 Tajurhalang 3.190 2.895 6.085
Sumber : Laporan Tahunan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang tahun 2008

Masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam agrowisata


perdesaan, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk agrowisata (Damanik 2006). Jumlah
penduduk angkatan kerja yang berusia 15-64 tahun di dalam kawasan, terutama di
Desa Sukaharja cukup banyak, yakni mencapai 7.875 jiwa, sedangkan Desa
Tajurhalang mencapai 3.924 jiwa. Masyarakat umumnya lebih banyak yang
memiliki pekerjaan di dalam kawasan sendiri, seperti bekerja sebagai buruh di
pabrik produsen sepatu, tetapi memang 60-70% penduduknya, terutama Desa
Sukaharja, bekerja sebagai petani bunga.
67

Kelembagaan
Tujuan kelembagaan adalah untuk pemantapan dan peningkatan kapasitas
institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara
operasional merupakan organisasi dengan sumberdaya manusia dan peraturan
perundangan yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi (Disbudpar 2001). Menurut
sumber Rencana Kerja Penyuluh Pertanian tahun 2009, kelembagaan petani di
kawasan terdiri dari kelompok tani dan Gapoktan, dan masih didominasi oleh
kelompok pemula. Gapoktan baru dibentuk di Desa Sukaharja tahun 2009,
pembentukan koperasi di kawasan masih diusahakan, sedangkan kegiatan karang
taruna sudah tidak aktif. Desa Tajurhalang memiliki beberapa kelembagaan
meliputi BPD dan PKK dengan masing-masing memiliki sekretariat. Turut serta
masyarakat dalam kegiatan serta koordinasi antar kelembagaan masih perlu
ditingkatkan dan lebih disinergikan. Lembaga pemerintah yang memiliki peranan
dalam pengembangan kawasan ini ialah UPTD (Unit Penyuluhan Pertanian
Daerah) wilayah Caringin dibawah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor sebagai lembaga pemerintah yang menyalurkan penyuluh pertanian di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang. Sedangkan LSM yang melakukan kegiatan di
kawasan ialah ELSPPAT (organisasi non pemerintah berbadan hukum yang
bergerak dalam upaya penguatan masyarakat perdesaan dan pertanian
berkelanjutan, berbasis masyarakat di kabupaten Bogor) yang bekerjasama dengan
kelompok tani SALUYU dalam memproduksi sayuran organik.
Lembaga pemerintah perlu menjalankan fungsi pengawasan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan agrowisata. Lembaga
pemerintahan yang terkait dalam penataan dan perencanaan agrowisata antara lain
Bappeda, dinas pariwisata, dinas pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
perindustrian (Tirtawinata 1996). Kerja sama lembaga masyarakat dengan
lembaga pemerintahan masih perlu ditingkatkan, karena perencanaan agrowisata
tidak dapat berdiri sendiri. Kurangnya koordinasi antar lembaga atau instansi
terkait seringkali mengakibatkan perencanaan agrowisata berjalan tidak sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Hal ini dapat menyulitkan pemantauan dan
pengawasan terhadap tahap pengembangan selanjutnya. Masyarakat setempat
yang sudah memiliki usaha juga dapat turut memajukan perencanaan agrowisata
68

di kawasan, sehingga tidak hanya terlibat secara teori tapi juga dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat. Tugas lembaga ekonomi seperti bank, secara aktif
membantu pemerintah di dalam penanaman modal dan masyarakat dalam
mengelola obyek agrowisata di wilayah mereka. Peran lembaga pendidikan,
khususnya perguruan tinggi juga sangat diharapkan, salah satunya untuk
memberikan masukan kepada pemerintah di dalam menentukan kebijakan.

Obyek dan Atraksi Pendukung Agrowisata


Masyarakat Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang masih menyimpan
beberapa tradisi dan kebiasaan pendahulunya, seperti kesenian dongdang atau
arak-arakan hasil pertanian di hari kemerdekaan serta gamelan dan rebana
(Gambar 23). Pada acara memperingati hari kemerdekaan juga ditampilkan
beberapa atraksi dari murid-murid sekolah dasar di perdesaan, seperti kesenian
bela diri dan angklung. Hal ini merupakan salah satu cara melestarikan adat-
budaya secara turun-temurun yakni dengan cara menjadikannya sebagai salah satu
mata ajaran atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah perdesaan. Aktivitas
masyarakat seperti ini masih perlu mendapatkan pembinaan lebih lanjut agar tetap
dapat dipertahankan keberadaannya, selain untuk melestarikan adat-budaya
setempat juga dapat mendukung pengembangan aktivitas agrowisata yang
berkelanjutan. Semua aspek kehidupan yang ada dan hidup di suatu lingkungan
masyarakat, bisa dijadikan atraksi wisata (Setiawinata 2007) yang dapat
dikunjungi dan dikonsumsi pengunjung sehingga dapat mendukung aktivitas
agrowisata.

(a) arak-arakan hasil pertanian (b) kesenian bela diri


Gambar 23. Atraksi pendukung agrowisata
69

Pengunjung
Kawasan perencanaan agrowisata yang letaknya tidak jauh dari pusat kota
Bogor cukup diminati oleh pengunjung yang berasal dari penduduk sekitar
maupun warga kota Bogor sebagai kawasan rekreasi, khususnya pada akhir
minggu dan hari libur. Suasana asri perdesaan yang jauh dari hiruk-pikuk
perkotaan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk singgah ataupun hanya
sekedar berkendara melewati desa sambil menikmati pemandangan sekitar.
Namun, karena kawasan ini belum menjadi daerah tujuan wisata secara resmi dan
belum memiliki sistem pengelolaan yang terkoordinasi, maka pencatatan jumlah
pengunjung secara resmi belum tersedia. Karakteristik pengunjung berdasarkan
hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik pengunjung


Parameter (a) Jenis yang dominan (b) Frekuensi (c) Persentase (d)
Laki-laki 12 60%
Jenis Kelamin
Perempuan 8 40%
15-20 10 50%
Usia 21-26 4 20%
>26 6 30%
Kec. Cijeruk 2 10%
Kota asal
Kota Bogor 10 50%
kedatangan
Luar Kota Bogor 8 40%
Mahasiswa/pelajar 13 65%
Pegawai swasta 1 5%
Pekerjaan
Wiraswasta 5 25%
PNS 1 5%
Sebulan sekali 5 25%
Frekuensi kunjungan
Lebih dari sebulan sekali 15 75%
Berkelompok 13 65%
Bentuk kunjungan
Rombongan besar 7 35%
Komunitas sepeda 5 25%
Kelompok kunjungan Sekolah/ perguruan tinggi 13 65%
Teman-teman 2 10%
Berjalan kaki/sepeda 15 75%
Cara berkunjung
Mobil/angkot 5 25%
70

Tabel 13. Lanjutan


(a) (b) (c) (d)
1-3 jam 15 75%
Lama Kunjungan
> 3 jam 5 25%
< 10.000 / bulan 6 30%
Pengeluaran wisata 10.000 – 50.000/ bulan 4 20%
> 50.000/ bulan 10 50%
Menanam 8 40%
Mengikuti kegiatan produksi 8 40%
Belanja hasil pertanian 8 40%
Menikmati hasil olahan 8 40%
Memanen 8 40%
Piknik 3 15%
Bermain 6 30%
Menikmati pemandangan 9 45%
Aktifitas yang
Berolah raga 9 45%
diinginkan
Foto-foto 8 40%
OutBond 2 10%
Belanja 4 20%
Belajar 6 30%
Penelitian 3 15%
Makan-makan 5 25%
Jalan-jalan 8 40%
Bersepeda 5 25%
Sumber : Kuesioner dengan 20 responden pengunjung

Jika dilihat secara keseluruhan pada Tabel 13, pengunjung yang datang
didominasi oleh laki-laki dari remaja hingga bapak-bapak. Pengunjung umumnya
berasal dari kota Bogor yang tidak jauh dari kawasan, hal ini dikarenakan belum
adanya promosi yang dilakukan sehingga hanya terbatas orang yang mengetahui
keberadaan potensi rekreasi dan wisata didalam kawasan. Lama waktu
pengunjung yang datang umumnya satu sampai tiga jam, kawasan ini sering
dijadikan tujuan oleh komunitas sepeda gunung sebagai bagian dari jalur yang
mereka lalui dalam melakukan aktivitas bersepeda, hal ini dapat menjadi acuan
bagi rencana kawasan untuk menetapkan jalur khusus untuk track sepeda yang
nyaman dan aman. Pengunjung biasanya juga menginap di sebuah villa di dalam
71

kawasan dalam jumlah rombongan, seperti rombongan keluarga ataupun sekolah


untuk melakukan kegiatan rekreasi yang berorientasikan alam, umumnya
pengunjung bermalam tiga sampai lima hari. Sedangkan aktivitas rekreasi atau
wisata umum yang biasa dilakukan oleh pengunjung mencangkup menikmati
pemandangan, berolahraga, photohunting, dan jalan-jalan. Perlu pengembangan
lebih lanjut terkait aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung dalam
agrowisata, sehingga tidak terkesan monoton.
Preferensi pengunjung mengenai langkah-langkah agar kawasan agrowisata
lebih menarik untuk dikunjungi adalah penyediaan papan penunjuk dari pusat kota
Bogor ke lokasi, promosi dengan penyebaran brosur atau leaflet, jalan diperbaiki
atau diperlebar, transportasi lebih mudah, mempertahankan suasana perdesaan
serta kebersihan dan kenyamanan, pelatihan bagi masyarakat tentang pengelolaan
agrowisata sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM di perdesaan, membangun
fasilitas dan infrastruktur, serta pembuatan jalur wisata khusus.

Pengelolaan Kawasan Agrowisata


Potensi obyek dan daya tarik agrowisata
Potensi agrowisata yang ada di dalam kawasan belum dikembangkan
sepenuhnya, karena terbatasnya jangkauan dan kemampuan pengelolaan terhadap
obyek dan atraksi agrowisata yang ada. Selama ini, pengelola atau pemilik dari
lahan pertanian yang ada di dalam kawasan hanya memfokuskan usahanya pada
hasil produksi komoditas pertanian saja.
Informasi dan promosi agrowisata
Beberapa kelompok usaha tani sudah menggunakan papan penanda atau
penunjuk arah menuju lokasi pembibitan komoditas mereka yang diletakkan di
depan jalan masuk, seperti kelompok tani Bunga Desa (Gambar 24). Kegiatan
KKP mahasiswa IPB tahun 2009 di kawasan ini juga telah memberikan sarana
informasi dan promosi untuk kelompok tani Bunga Desa berupa pembuatan
desain logo dan leaflet dalam program yang mereka susun di kegiatan KKP,
contoh logo dari kelompok tani Bunga Desa dapat dilihat pada Gambar 25.
Sedangkan usaha promosi kelompok tani SALUYU dilakukan dengan
72

memasarkan produknya melalui sistem pemasaran alternatif dalam bentuk


Warung Organik LESTARI.

Gambar 24. Papan penanda Bunga Desa

Pembuatan leaflet yang digerakkan dalam program KKP mahasiswa tersebut


sangat membantu kelompok tani, khususnya Bunga Desa, dalam memasarkan
komoditas yang dihasilkannya. Selain itu penyebaran leaflet juga dapat
memberitahukan kepada masyarakat luas atau pengunjung akan keberadaan
kawasan dan potensi yang ada di dalamnya. Sarana informasi lainnya dalam
kawasan wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat
informasi, pusat interpretasi pengunjung serta pemandu wisata.

(a) leaflet kelompok tani Bunga Desa dari (c) logo kelompok tani Bunga Desa dari
program KKP mahasiswa IPB 2009 program KKP mahasiswa IPB 2009
Gambar 25. Sarana informasi dan promosi dalam kawasan

Penyediaan fasilitas informasi dan sarana promosi bagi kawasan ini masih
sangat perlu ditingkatkan sehingga dapat memberikan informasi agrowisata dan
menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan agrowisata. Pengembangan
73

kegiatan promosi dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan dan dikemas dalam
bentuk yang menarik, misalnya berupa festival tanaman dan hewan budi daya,
pertemuan-pertemuan, seminar, konferensi dalam bidang pertanian atau
pariwisata, serta penawaran paket-paket agrowisata dengan kegiatan yang menarik
dan menyenangkan serta tidak monoton.
Sarana atau fasilitas pendukung
Kawasan ini masih perlu melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.
Fasilitas pelayanan ditempatkan pada lokasi yang tepat sehingga dapat berfungsi
maksimal. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu kawasan agrowisata
adalah jalan, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan
dalam kawasan agrowisata, shelter, menara pandang, pondok wisata atau
penginapan, sarana penelitian, toilet, tempat ibadah, tempat sampah. Agar tidak
merubah konsep keberlanjutan dari nuansa alami perdesaan, maka penggunaan
bahan untuk sarana dan fasilitas pendukung kegiatan agrowisata ini akan lebih
baik lagi jika menggunakan bahan yang berasal dari dalam kawasan itu sendiri,
seperti misalnya batu kali, dan bambu.
Keamanan
Kegiatan pengamanan dilakukan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang
dapat mengganggu keamanan di dalam kawasan agrowisata. Kondisi keamanan di
dalam kawasan perencanaan agrowisata ini terbilang aman, walaupun terkadang
masih terjadi perampokan atau rumah penduduk yang kemalingan, namun
kejadian tersebut hanya 2-3 kali per tahun. Kondisi malam hari yang minim
penerangan serta luas desa yang tidak kecil juga memberi pengaruh terhadap
keamanan pada kawasan, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi hal-hal yang
dapat turut menjaga keamanan di dalam kawasan. Sistem keamanan pada kawasan
agrowisata dengan areal sangat luas diperlukan adanya petugas keamanan yang
berpatroli mengelilingi kawasan (Tirtawinata 1996). Selain petugas keliling juga
dibutuhkan petugas yang berada di pos-pos jaga yang diletakkan di tempat yang
strategis. Tindakan keamanan ditujukan untuk melindungi obyek dan fasilitas
yang ada serta yang lebih penting menjaga keselamatan pengunjung. Peraturan
desa dan tata tertib perlu dibuat dan dicantumkan agar dapat diketahui dan ditaati
untuk keselamatan bersama.
74

Kemampuan manajerial di bidang agrowisata berbasis masyarakat


Manajerial merupakan komponen yang dibutuhkan untuk semua kegiatan
usaha (Tirtawinata 1996). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh
masyarakat dan beberapa penyuluh di kawasan, masyarakat setempat memiliki
apresiasi yang cukup tinggi terhadap perencanaan agrowisata di kawasan, namun,
mereka merasa masih memerlukan bimbingan khusus terkait pemahaman tentang
konsep agrowisata dan bagaimana cara mengelolanya. Oleh karena itu,
dibutuhkan peran serta, khususnya dari dinas pariwisata, dalam mensosialisasikan
konsep agrowisata di bawah pengelolaan masyarakat setempat, sehingga
kemampuan mereka sebagai pelaksana agrowisata dapat ditingkatkan.
Peningkatan kemampuan tersebut juga dapat dilakukan dengan adanya pendidikan
dan pelatihan melalui kerja sama lembaga pendidikan pariwisata dan dinas atau
lembaga terkait.

Rencana Tata Ruang Wilayah


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor nomor 19 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, strategi
pengembangan kawasan perdesaan diarahkan melalui pengembangan fasilitas dan
infrastruktur serta pemukiman yang dapat menunjang budidaya perdesaan dalam
rangka mempertahankan luas lahan pertanian dan peningkatan produksi pertanian.
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan adalah dengan membatasi
perkembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana, serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
menetapkan rencana pola ruang wilayah dengan kawasan lindung sebesar 44,69%
dari luas wilayah dan kawasan budidaya sebesar 55,31%. Hal ini patut
dipertimbangkan karena kawasan resapan air yang menjadi perlindungan bagi
kawasan hilir terletak di sebagaian kawasan perencanaan agrowisata.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam perencanaan agrowisata adalah belum
disiapkannya lokasi tersebut untuk menjadi daerah pertanian yang sekaligus
menjadi daerah tujuan wisata. Dalam hal ini, dibutuhkan perencanaan yang
matang dengan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial yang ada.
75
76

Gambar 26 menunjukkan peta rencana tata ruang wilayah Desa Sukaharja


dan Desa Tajurhalang. Kawasan pemukiman perdesaan di dalam kawasan
pengembangan dalam rencana tata ruang wilayah termasuk berada dalam kawasan
lindung di luar kawasan hutan, diarahkan untuk hunian kepadatan rendah atau
jarang, bangunan yang tidak memiliki beban berat terhadap tanah, dan memiliki
keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun terhadap potensi
lingkungannya seperti pertanian, peternakan, kehutanan, dan agrowisata.

Aspek Estetika
View atau Potensi Pemandangan
Kawasan perencanaan agrowisata memiliki wilayah yang cukup luas dengan
ketinggian dan pemanfaatan lahan yang beragam sehingga memberi karakter
visual yang menarik. Hal ini menjadi potensi bagi kawasan dalam menarik minat
pengunjung yang menyukai suasana alami perdesaan. Kualitas visual yang
melekat pada kawasan sangat mempengaruhi jenis kegiatan (Koppelman 1994).
Beberapa kondisi visual yang menarik seperti kondisi topografi kawasan yang
beragam, bentangan sawah dan perkebunan, latar belakang Gunung Salak dengan
hamparan hutan, aktivitas pertanian masyarakat, dan pemukiman penduduk yang
masih bernuansa perdesaan. Letak kawasan pada ketinggian ± 400-2000 mdpl ini
memungkinkan pengunjung menikmati panorama Gunung Gede Pangrango di
sebelah Timur dan Gunung Salak di sebelah selatan. Beberapa titik di kawasan,
seperti di Kampung Selaawi, keindahan pemandangan masih terganggu oleh
adanya pembangunan villa-villa yang tidak terkontrol dan sampah yang
menumpuk. Perlu adanya evaluasi kesesuaian lahan dan kebijakan terkait
pencegahan pembangunan villa didalam kawasan agar karakter kawasan
perdesaan tetap berkelanjutan. Gambar 27 dan 28 menunjukkan potensi
pemandangan yang dapat mendukung perencanaan agrowisata di dalam kawasan.
Bentuk dan bahan bangunan fasilitas agrowisata yang bernuansa perdesaan
dapat mendukung karakter serta konsep agrowisata pada kawasan. Peletakan
shelter atau tempat duduk dengan bentuk dan bahan yang bernuansa perdesaan di
suatu tempat tertentu dilakukan untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin
beristirahat sambil menikmati potensi pemandangan di dalam kawasan.
77
78

(a) latar Gunung Salak di sawah (b) pemandangan Kota Bogor

(c) bentangan sawah di perdesaan (d) rangkaian perbukitan di kaki Gunung Salak
Gambar 28. Potensi pemandangan pendukung konsep agrowisata

Faktor kebersihan sangat menentukan tingkat kenyamanan dan keindahan


pada kawasan wisata. Tingkat keberlanjutan lingkungan kawasan wisata juga
dipengaruhi oleh hal kebersihan ini. Berdasarkan pengamatan di lapang,
tumpukan sampah sering dijumpai menumpuk pada suatu lokasi di bawah
pepohonan rindang atau sisi tebing yang agak curam. Jika hal tersebut tetap
dibiarkan maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan tekanan pada tanah di
tepian tebing yang dapat menyebabkan longsor, selain daripada berkurangnya
nilai estetika lingkungan pada kawasan. Membuang sampah di aliran sungai dan
menjadikan sungai sebagai daerah belakang rumah atau tempat pembuangan
tampak menjadi budaya kehidupan sehari-hari penduduk masyarakat di dalam
kawasan.
Penyediaan fasilitas tempat sampah perlu dilakukan untuk mengurangi
permasalahan sampah di dalam kawasan, meningkatkan kesehatan, keindahan,
serta kenyamanan berwisata. Penyediaan sistem drainase sebagai saluran
pembuangan limbah cair perlu dilakukan dengan baik agar budaya membuang
sampah padat ke saluran air tidak lagi terjadi sehingga drainase dapat berfungsi
79

optimal. Saluran pembuangan air di atas tanah dapat dibuat tertutup ataupun
terbuka. Kesan visual yang lebih baik akan tampak jika saluran pembuangan
ditutup dengan penutup beton ataupun grill besi di sepanjang saluran. Gambar 29
dan 30 memperlihatkan permasalahan sampah di dalam kawasan.

Gambar 29. Permasalahan sampah di dalam kawasan

Selain itu, tidak adanya tempat pembuangan sampah menyebabkan


lingkungan sekitar jalan terlihat kotor di beberapa titik. Perilaku masyarakat yang
masih memperlakukan sampah dengan membuang pada tempat yang tidak
seharusnya, membuat berkurangnya nilai lingkungan perdesaan. Hal ini perlu
diatasi dengan penyediaan tempat pembuangan sampah sementara dengan lokasi
yang tidak mengganggu pemandangan dan jauh dari pemukiman sekitar.

Gambar 30. Kondisi jalan yang kotor di dalam kawasan


80

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat


Berdasarkan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di kawasan,
didapat informasi yang menggambarkan keberlanjutan kawasan terkait dengan
cara dan pola masyarakat dalam mengelola lingkungan tempat mereka tinggal.
Sehingga dapat diketahui potensi dan permasalahan masyarakat dalam mencapai
tingkat keberlanjutan kawasan yang ideal. Kawasan menunjukkan suatu awal
yang baik ke arah keberlanjutan dengan total nilai 604. Ketiga aspek penilaian,
yakni aspek ekologis, sosial dan spiritual, masing-masing memiliki nilai 108, 270,
dan 226. Hal ini menunjukkan bahwa aspek ekologis di kawasan masih
memerlukan tindakan untuk mencapai keberlanjutan, sedangkan aspek sosial dan
spiritual telah menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan.
Dalam penilaian keberlanjutan masyarakat, aspek ekologis memiliki
keterkaitan dengan bidang arsitektur lanskap. Berdasarkan penelitian sebelumnya
(Susanto 2007), hasil penilaian menunjukkan aspek ekologis berada dalam tingkat
awal yang baik ke arah keberlanjutan dengan nilai 147 yang ditunjukan oleh
penerapan pengelolaan limbah organik oleh masyarakat setempat. Sedangkan
hasil penilaian saat ini menunjukan semakin banyaknya penggunaan bahan-bahan
kimiawi dalam rumah tangga yang limbahnya dialirkan ke saluran-saluran air,
serta belum diterapkannya teknik konservasi lahan pada pembukaan lahan-lahan
untuk pertanian. Hal ini menunjukkan adanya penurunan aspek ekologis di dalam
kawasan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang dapat memperbaiki kualitas
lingkungan di dalam kawasan, terutama dalam hal pengelolaan limbah cair
maupun padat, penyuluhan dari pemerintah terkait bagaimana menerapkan metode
penggunaan dan penyimpanan air yang benar untuk kehidupan masyarakat sehari-
hari, serta penerapan pertanian yang konservatif. Dalam perencanaan selanjutnya
dalam penataan ruang disediakan ruang khusus sebagai tempat pembuangan
sampah sementara, dengan karakter lahan berupa lembah atau cekungan, berjarak
± 25m dari pemukiman penduduk dan arah angin yang tidak menuju ke
pemukiman penduduk. Aspek sosial dan spiritual dalam kawasan sudah
menunjukan awal yang baik, sehingga yang diperlukan hanya memperkuat dan
meningkatkan koordinasi antar pihak dalam mengembangkan kawasan sekaligus
melestarikan lingkungan.
SINTESIS

Kawasan perdesaan dengan karakter pegunungan yang dekat dengan pusat


kota dan pemukiman memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan
agrowisata yang mampu menyediakan alternatif aktivitas wisata maupun rekreasi,
khususnya bagi penduduk perkotaan yang menginginkan suasana berbeda dan
jauh dari hiruk-pikuk kota. Berdasarkan hasil analisis data ekologi lanskap, sosial
dan ekonomi, estetika serta penilaian keberlanjutan masyarakat, diperoleh potensi
dan kendala yang ada di dalam kawasan. Perencanaan lanskap agrowisata
berkelanjutan menawarkan konsep perencanaan agrowisata didalam kawasan yang
mampu meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi kawasan tanpa mengabaikan
kondisi lingkungan yang selama ini mengalami kemunduran. Tabel 14
menunjukkan potensi serta permasalahan yang dijumpai didalam kawasan serta
solusi yang ditawarkan berdasarkan konsep dan tujuan perencanaan lanskap
agrowisata berkelanjutan.

Pembagian Ruang
Perencanaan lanskap agrowisata dengan tujuan menata ruang sebagai
kawasan agrowisata menghasilkan pembagian ruang kawasan yang ditentukan
berdasarkan aspek fisik yang sesuai dengan daya dukung dan rencana tata ruang
kawasan serta dapat menunjang aspek sosial dan aktivitas agrowisata tanpa
menimbulkan konflik kepentingan. Pembagian ruang yang direncanakan dalam
kawasan meliputi ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, serta
ruang penyangga (Gambar 31). Masing-masing ruang terbagi ke dalam area-area
(Tabel 15) yang memegang fungsi penerimaan, pelayanan, budidaya, display,
pasca panen, pendidikan, rekreasi, evaluasi dan konservasi. Ruang utama
agrowisata memiliki pembagian area berdasarakan komoditi yakni, tanaman hias,
sayuran palawija dan padi, tanaman buah, serta peternakan. Ruang pendukung
agrowisata memiliki area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat atau pemukiman. Sedangkan ruang penyangga memiliki area
konservasi.
Tabel 14. Data ekologi lanskap, estetika, potensi dan permasalahan serta solusi yang ditawarkan
No DATA HASIL ANALISIS KONSEP (e) PEMANFAATAN POTENSI DAN
(a) (b) PEMECAHAN MASALAH (f)
POTENSI (c) PERMASALAHAN (d)

1 Letak, • Merupakan kawasan • Luasan yang semakin Kawasan agrowisata • Perencanaan lanskap agrowisata dengan
Luas, dan yang cukup luas dengan berkurang karena alih yang memperhatikan aktivitas yang mendukung kelestarian
Batas sumberdaya pertanian fungsi lahan keberlanjutan sumberdaya serta tetap terjaganya kualitas
Wilayah dan pemandangan • Pengaruh kota yang kelestarian lingkungan perdesaan
• Dekat dengan dominan sumberdaya • Greenbelt desa-kota, serta memperjelas batas
perkotaan perdesaan wilayah dengan penyediaan gerbang masuk desa

2 Ketinggian, • Topografi berbukit, Terdapat daerah curam, Keberlanjutan • Pemanfaatan daerah dengan view menarik,
Topografi kemiringan lahan cukup dan beberapa bagian sumberdaya dan daerah lahan miring untuk wisata alam
dan bervariasi, tidak dijadikan lahan pertanian lingkungan • Sistem pertanian berteras pada lahan miring,
Kemiringan monoton batas penggunaan lahan pada daerah curam
Wilayah • Daerah curam menjadi area konservasi

3 Tata Guna • Penggunaan lahan • Lahan terbatas untuk Menciptakan ruang • Mempertahankan kawasan budidaya sebagai
Lahan beragam produksi, belum tersedia agrowisata : utama, ruang utama agrowisata
• Didominasi kawasan untuk wisata dan pendukung • Pembatasan alih fungsi lahan pertanian
budidaya • Alih fungsi lahan agrowisata, serta • Penggunaan lahan beragam diciptakan yang
konservasi bernuansa perdesaan
• Menjaga keberlanjutan sumberdaya dengan

82
konservasi area-area yang menyimpan
sumberdaya penting.
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
4 Iklim dan • Suhu sesuai untuk • Kelembaban tinggi Menciptakan ruang • Penghijauan di daerah curam
Kenyamanan tumbuhan tropis • CH tinggi menyebabkan agrowisata yang • Penggunaan material yang aman dan nyaman
• CH tinggi longsor di daerah curam nyaman • Penggunaan drainase yang baik
• Kelembaban tinggi • Penyediaan shelter untuk teduhan dari panas dan
• Kecepatan angina hujan
tergolong angin sepoi- • Pengaturan kerapatan penanaman
sepoi

5 Jenis Tanah • Didominasi tanah • Tanah regosol pada Keberlanjutan • Pengembangan aktivitas agrowisata di daerah
podsolik merah lahan miring mudah sumberdaya dengan sifat tanah stabil
kekuningan tererosi • Lahan miring dengan tanah andosol dan regosol
• Tanah andosol berada dijadikan daerah konservasi
di daerah resapan air • Peningkatan kualitas mutu tanah di daerah
pertanian

6 Hidrologi • Mata air melimpah • Debit air sungai Keberlanjutan • Menjaga daerah resapan air
• Sudah ada penggunaan mengalami penurunan sumberdaya • Pemeliharaan saluran irigasi
PAM • Saluran irigasi banyak • Peraturan ketat tentang pembuangan limbah ke
rusak perairan
• Pembuangan limbah ke • Penanganan limbah cair
perairan

83
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
7 Vegetasi dan • vegetasi beragam • rumput liar dan semak Keberlanjutan • Penggunaan vegetasi sebagai penguat karakter
Satwa tingkatan mulai dari belukar masih terlihat sumberdaya dengan perdesaan
penutup tanah hingga di beberapa area penataan vegetasi • Peraturan untuk menjaga habitat satwa dan
pohon tinggi yang sesuai melestarikannya
• Habitat satwa perdesaan

8 Aksesibilitas • Jalan aspal menuju • Jalan rusak di Menerapkan sistem • Perbaikan kondisi jalan
dan Sistem kawasan beberapa ruas transportasi khusus • Memberikan karakter jalan yang bernuansa
Transportasi • Angkutan umum • Masih terbatas perdesaan, perdesaan seperti dengan menanam tanaman
kabupaten menuju transportasi di dalam membedakan jalur khas perdesaan pada sisi jalan
sebagian kawasan kawasan masyarakat dan • Membuat ruang bagi pejalan kaki, sekaligus
• Dilalui jalan kabupaten • Lebar jalan relatif pengunjung berfungsi sebagai jarak antar rumah penduduk
dan jalan alternatif Bogor- sempit, berbatasan dengan jalan
Sukabumi langsung dengan • Menyediakan rambu-rambu jalan untuk
rumah penduduk keamanan pengguna jalan

9 Objek dan • Komoditas hortikultura, • Belum ada penataan Penataan ruang • Penataan ruang agrowisata dan rekreasi umum
Daya Tarik khususnya tanaman hias khusus ruang agrowisata sesuai • Menyediakan fasilitas pelayanan agrowisata dan
Agrowisata • Sebagian masyarakat agrowisata komoditas, dengan fasilitas penunjang agrowisata
masih berbudaya • Pengelolaan obyek syarat something to • Pelatihan dari departemen pariwisata tentang
yang masih terbatas see, something to do pengelolaan obyek wisata berbasis masyrakat

84
and buy • Merencanakan program wisata yang menerus
sepanjang tahun
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
10 Pariwisata • Didominasi oleh jenis • Belum ada kerja sama Kerja sama program Kerja sama antar pengelola untuk membuat
Sekitar wisata alam antar pengelola obyek wisata program wisata dalam rangka menjadikan
Kawasan • Umumnya ramai wisata untuk membuat kawasan sebagai salah satu arternatif tujuan
dikunjungi pada weekend program wisata wisata
• Dekat dengan kawasan • Dikelola oleh swasta
atau perorangan

11 Sarana dan Masih terbatas pada Sarana dan prasarana • Membangun sarana dan prasarana yang dianggap
Fasilitas produksi pada radius tertentu kurang
Pendukung dan dengan bahan • Penyediaan fasilitas pelayanan dan penunjang
Agrowisata yang sesuai yang tepat, jumlah memadai, peletakan yang tepat
perdesaan dan arsitektur mendukung konsep agrowisata

12 View atau • Suasana alami perdesaan Bad view berupa Nuansa perdesaan • Screen Bad view dengan tanaman
Potensi • Latar belakang gunung bangunan villa di • Tempat sampah dan papan larangan
Pemandangan salak, hutan, kota Bogor, bukit-bukit, kabel • Fasilitas untuk menikmati pemandangan atau /
dan aktivitas pertanian listrik, dan tumpukan photohunting
sampah

85
86

Karakteristik Ruang
Ruang utama agrowisata
Ruang utama agrowisata merupakan ruang yang secara biofisik aman dan
sesuai untuk pengembangan aktivitas agrowisata dengan intensitas penggunaan
tinggi. Luas ruang utama agrowisata direncanakan 25% dari luas total kawasan
secara keseluruhan atau sekitar 231,3 ha. Ruang utama agrowisata meliputi ruang
yang dekat dengan jalur aksesibilitas dan transportasi serta berada pada ketinggian
400-600 mdpl dengan daerah agak miring hingga miring. Penggunaan lahan pada
ruang utama agrowisata didominasi oleh kawasan budidaya. Ruang utama
agrowisata ini juga meliputi daerah aliran sungai yang dimaksudkan agar dapat
berfungsi sebagai sumber air bagi lahan pertanian di sekitar aliran sungai. Ruang
ini terdiri dari area tanaman hias, area sayuran palawija dan padi, area tanaman
buah, dan area peternakan.
Ruang pendukung agrowisata
Ruang pendukung agrowisata merupakan ruang dengan intensitas
penggunaan sedang yang berfungsi memberikan pelayanan untuk kepuasan
pengunjung yang datang ke kawasan namun tetap menjaga kelestarian lingkungan
perdesaan serta kondisi sosial masyarakat setempat. Luas ruang pendukung
agrowisata direncanakan 37% dari luas total kawasan secara keseluruhan atau
sekitar 341,9 ha. Ruang ini tersebar di antara ruang utama agrowisata dan ruang
penyangga dengan proporsi terbesar pada lahan hutan percobaan sebagai
pembatas antara ruang utama agrowisata dan ruang penyangga. Ruang pendukung
agrowisata mencangkup area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat.
Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan ruang dengan intensitas penggunaan dan
tingkat kesesuaian wisata atau rekreasi yang rendah. Ruang ini mendominasi
kawasan dengan luas yang direncanakan adalah sebesar 38% atau sekitar 352 ha.
Area ini didominasi oleh kawasan hutan hingga ke puncak gunung salak dengan
kemiringan 25%->45%, sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga
kelestarian lingkungan dan sumber daya serta fungsi sebagai daerah resapan atau
sumber mata air. Ruang penyangga terdiri dari area konservasi.
87
88

Tabel 15. Pembagian ruang, aktivitas serta fasilitas pendukungnya


Area Aktivitas Fasilitas
Ruang Utama Agrowisata (25% / 231,3 ha)
Area Tanaman Penyambutan, parkir, registrasi ulang, papan penanda, lampu gerbang, jalan,
Hias memperoleh informasi, mengamati jenis tempat parkir, kantor kelompok tani,
Area Sayuran komoditas pertanian, mempelajari teknik papan informasi, lahan budidaya,
Palawija dan Padi budidaya, mengikuti salah satu kegiatan lahan percobaan, tempat pengolahan
Area Tanaman budidaya, mempelajari cara pengolahan dan pengemasan hasil pertanian,
Buah dan pengemasan produk hasil pertanian, tempat pengolahan limbah, TPS,
Area Peternakan mempelajari teknik pengolahan limbah tempat duduk, saung, jalan setapak,
pertanian. gudang hasil pertanian.
Ruang pendukung agrowisata (37% / 341,9 ha)
Area Penerimaan melihat gerbang dan pemandangan, gerbang kawasan, lampu penerangan,
keluar-masuk kawasan. tempat pengawasan (pos jaga).
Area Pelayanan parkir, registrasi, administrasi, area parkir, terminal, kantor
memperoleh informasi, menyewa alat pelayanan, papan informasi, alat
transportasi perdesaan, menikmati transportasi perdesaan (andong),
makanan khas perdesaan, berbelanja saung makan, pasar desa (pasar lokal),
hasil produksi pertanian setempat, penginapan, masjid, musholla, track
bermalam, beribadah, bersepeda, sepeda, jalur pejalan kaki, rest area,
photohunting shelter, toilet, lampu penerangan.
jalan santai, menikmati pemandangan,
berkumpul, berbincang-bincang, MCK.
Area Transisi penyambutan, parkir sepeda, melihat penyambutan (tarian budaya), tempat
papan informasi, rekreasi, beristirahat, pemberhentian sepeda, papan
alam, jalan santai, piknik, jogging, informasi, saung duduk, jalan setapak,
photohunting,bermain, menikmati area berumput, area pemandangan
pemandangan, mengamati (deck), lapangan rumput untuk
penggembalaan ternak. gembala ternak.
Area Masyarakat melihat gerbang kampong, kegiatan gerbang kampung, kantor ketua
pemerintahan desa, kegiatan masyarakat RT/RW, tempat berkumpul, lapangan
sehari-hari (rapat desa, sekolah, olah raga, gudang penyimpanan hasil
belanja,berolahraga, bertani, bekerja), pertanian, aula berkumpul.
penelitian.
Ruang Penyangga (38% / 352 ha)
Area konservasi mengamati sumber daya alam, meneliti. jalan setapak berpagar, tempat
pengamatan, papan penanda, papan
informasi.
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

Alternatif Perencanaan
Berdasarkan pada karakteristik ruang yang terdapat pada kawasan perencanaan
agrowisata dikaji dari tata guna lahan, kemiringan, kondisi lingkungan, keinginan
pengunjung dan Rencana Tata Ruang Wilayah maka kawasan dapat dibagi
menjadi ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, dan ruang
penyangga dengan fungsi pada masing-masing area dalam ruang adalah
penerimaan dan pelayanan, budidaya, pasca panen, display, pendidikan, rekreasi,
evaluasi serta konservasi. Perencanaan area-area pada kawasan ini kemudian
dibuat dalam tiga alternatif perencanaan yang mempunyai konsep dasar
mengembangkan kawasan agrowisata berkelanjutan, yakni dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan alami perdesaan serta kesejahteraan
masyarakat setempat dari segi ekonomi, sosial, budaya dan spiritual. Peran
masyarakat diwujudkan dalam bentuk penyediaan akomodasi, jasa pemandu dan
penyediaan tenaga kerja.
Ketiga alternatif perencanaan ini memiliki kesamaan pada sirkulasi utama,
area tanaman hias, perkebunan sayur dan persawahan, peternakan, penerimaan,
pelayanan, transisi, dan konservasi. Sirkulasi utama pada kawasan memanfaatkan
jalan yang sudah ada dengan sedikit modifikasi pada penanaman tanaman khas
perdesaan di sepanjang bahu jalan. Area tanaman hias diberi lokasi pada lahan
pembibitan dengan pusat informasi pada masing-masing kantor sekretariat
kelompok tani dan display area di rumah-rumah penduduk yang dekat dengan
badan jalan. Area lahan perkebunan sayur dan persawahan dikembangkan menjadi
lahan pembibitan dan lahan percobaan. Area peternakan dikembangkan dengan
penataan bangunan atau kandang, sirkulasi, dan vegetasi. Area transisi dibuat
menarik dengan fasilitas wisata yang memadai. Sedangkan area penerimaan,
pelayanan, dan masyarakat dikembangkan bernuansa perdesaan. Perbedaan ketiga
alternatif perencanaan yang dibuat adalah pada tata letak area, pola sirkulasi serta
panjang jalur track sepeda. Perbedaan tata letak menentukan hubungan antar
ruang yang telah ditetapkan pada Lampiran 4. Denah dari masing-masing
alternatif dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, 9.
90

Pemilihan Alternatif
Alternatif perencanaan hasil analisis-sintesis yang terdiri dari tiga aternatif
ini dinilai dengan melihat kriteria terbaik dari perbedaan-perbedaan yang ada pada
masing-masing alternatif perencanaan. Kriteria penilaian yang digunakan meliputi
kesesuaian lahan (kemiringan lahan), pola tata letak, kesatuan area (hubungan
antar area), pola sirkulasi, orientasi terhadap pemandangan, dan jalur track
sepeda. Hasil dari penilaian alternatif dapat dilihat pada Tabel 16, dengan
alternatif terpilih mendapatkan nilai tertinggi yakni 17. Kriteria ini dievaluasi
dengan menggunakan bobot nilai yang dinyatakan dalam nilai mutu 1, 2, 3. Setiap
alternatif dijumlahkan bobot nilainya untuk mendapatkan perbandingan jumlah
bobot nilai. Alternatif yang memiliki bobot nilai yang lebih besar merupakan
alternatif terpilih (Lampiran 10) dengan beberapa keunggulan yang
dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian, alternatif terpilih adalah alternatif 3,
dengan keunggulan-keunggulan berdasarkan penilaian objektif pada kriteria
tertentu yang dikemukakan pada Lampiran 11.

Tabel 16. Penilaian kriteria alternatif perencanaan


Nilai
No Kriteria Penilaian
Alt. I Alt. II Alt. III

1 Kesesuaian lahan (kemiringan lahan) 1 3 2

2 Kesatuan ruang (hubungan antar ruang) 1 2 3

3 Pola tata letak 1 2 3

4 Pola sirkulasi 1 2 3

5 Orientasi terhadap pemandangan 1 2 3

6 Jalur track sepeda 2 1 3

TOTAL 7 12 17
91

Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan
kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas
pertanian, khususnya tanaman hias dan peternakan serta bentukan lanskap
perdesaan yang meliputi pegunungan, lahan pertanian, tegakan hutan, serta
pemukiman penduduk. Peran aktif masyarakat setempat diwujudkan dalam bentuk
merencanakan, menyediakan fasilitas pelayanan, akomodasi, jasa pemandu dan
tenaga kerja serta mengelola aktivitas agrowisata dan wisata umum bagi
pengunjung. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman menarik bagi
pengunjung dan memberikan alternatif pendapatan sehingga kesejahteraan
masyarakat perdesaan meningkat. Konsep berkelanjutan terletak pada potensi
sumberdaya yang termanfaatkan tanpa merusak lingkungan alami pedesaan yang
menjadi daya tarik sehingga tetap dapat lestari hingga waktu yang akan datang.

Konsep Pengembangan Lanskap


Konsep dasar yang telah ditetapkan mengarahkan proses penyusunan
beberapa konsep pengembangan yang dapat menjadi acuan perencanaan lanskap
agrowisata. Konsep pengembangan tersebut yakni:
Konsep Ruang dan Aktivitas
Ruang terbagi menjadi tiga yaitu ruang utama agrowisata, ruang pendukung
agrowisata, dan ruang penyangga, pembagian ini berdasarkan aspek biofisik yang
sesuai dengan daya dukung kawasan pengembangan agrowisata serta dapat
menunjang aspek sosial dan aktivitas agrowisata tanpa menimbulkan konflik
kepentingan. Oleh karena itu, dibentuk beberapa area pada masing-masing ruang
agar fungsi dan aktivitas dapat terakomodasi dengan baik tanpa mengabaikan
kepentingan masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial, ekonomi dan
budayanya. Konsep aktivitas agrowisata yang dikembangkan adalah yang
berkaitan langsung ataupun hanya sekedar mengamati proses produksi hasil
pertanian dari mulai budidaya hingga pasca panen dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan sosial-ekonomi dan lingkungan dalam pelaksanaannya. Aktivitas ini
ditujukan untuk menambah pengetahuan pengunjung tentang proses kegiatan
pertanian, serta memberikan kesan pada pengunjung tentang suasana pedesaan
92

yang alami dan berbudaya dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan


melalui pengelolaan sumberdaya. Pengembangan aktivitas pada area transisi lebih
kepada upaya penganekaragaman aktivitas yang ada di kawasan agar lebih
menarik dan tidak monoton.
Ruang utama agrowisata dibagi menjadi beberapa area berdasarkan
komoditi yakni area tanaman hias, area sayuran palawija dan padi, area tanaman
buah, dan area peternakan. Masing-masing area ini memiliki fungsi penerimaan,
pelayanan, budidaya, pasca panen dan display. Area dengan fungsi budidaya dan
pasca panen adalah area yang digunakan pengunjung dalam melakukan aktivitas
yang berkaitan langsung ataupun hanya sekedar mengamati aktivitas pertanian
dari mulai budidaya hingga pasca panen, dan fungsi tersebut mendominasi ruang
dalam penggunaannya. Ruang pendukung agrowisata meliputi area penerimaan,
area pelayanan, area transisi dan area masyarakat. Area penerimaan menjadi
bagian pertama yang dijumpai pengunjung ketika memasuki kawasan agrowisata
dengan informasi yang mudah ditangkap pengunjung serta memiliki identitas
tersendiri bagi kawasan agrowisata yang bernuansa perdesaan. Selanjutnya
pengunjung menuju ke area pelayanan dengan berbagai sarana dan prasarana
penunjang. Sebagian kawasan pemukiman yang siap menerima pengunjung
termasuk ke dalam area pelayanan yang menyediakan fasilitas penginapan bagi
pengunjung yang ingin bermalam. Area transisi merupakan area dengan view
menarik berupa tegakan hutan, pegunungan, ataupun bentangan kota Bogor
sebagai latar dari pemandangan yang dapat pengunjung nikmati. Area transisi
difungsikan sebagai pembatasan aktivitas berlebih didalam tegakan hutan.
Kawasan pemukiman yang tidak memiliki kesiapan menerima pengunjung adalah
area masyarakat dengan tingkat aktivitas wisata terbatas. Ruang penyangga
memiliki pengembangan ruang yang mengarah pada area konservasi dengan
aktivitas-aktivitas yang bersifat khusus seperti penelitian dan pengamatan.
Konsep Fasilitas dan Utilitas
Konsep pengembangan fasilitas dalam kawasan agrowisata ini adalah
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas dan fungsi masing-masing ruang.
Fasilitas yang dikembangkan disesuaikan dengan daya dukung lahan, tata letak
yang tepat, serta bernuansa pedesaan agar dapat mendukung karakter kawasan.
93

Penggunaan bahan lokal seperti bambu, kayu, ijuk dan batu kali yang menunjang
estetik dan tahan terhadap iklim setempat namun tetap fungsional selain
memperkuat karakter serta konsep agrowisata berkelanjutan juga menjadi arahan
dalam konsep fasilitas dengan tetap mengacu kepada tujuan untuk memberikan
kenyamanan serta kepuasan pengunjung dalam melakukan aktivitas agrowisata.
Konsep utilitas yang dikembangkan mengarah kepada kebutuhan
masyarakat setempat dalam mengelola kawasan untuk kenyamanan dan keamanan
pengunjung, seperti penyediaan sarana air bersih, listrik, telekomunikasi, serta
pengelolaan limbah cair dan padat. Air bersih bagi kawasan disediakan melalui
pembuatan sumur serta tempat penampungan air di beberapa sumber mata air
yang disalurkan melalui pipa yang dipendamkan di dalam tanah menuju lahan-
lahan pertanian, pemukiman dan area-area pelayanan, beberapa area yang telah
menggunakan sarana air bersih dari PAM tetap dipertahankan dengan peraturan
pembatasan penggunaan air. Penyediaan jaringan listrik di kawasan disuplai oleh
PLN dengan pembuatan gardu listrik dan sistem distribusi melalui saluran bawah
tanah, agar kabel-kabel listrik yang menjuntai dari tiang ke tiang tidak
mengganggu pemandangan. Jaringan telekomunikasi disediakan untuk area
pelayanan bagi pengelola, serta masyarakat dan pengunjung yang ingin
menggunakan telepon umum. Fasilitas dan lokasi telepon umum disesuaikan
dengan estetika kawasan perdesaan. Pengelolaan limbah padat meliputi
pengumpulan, pengelompokan, penyimpanan sementara, seleksi, pemusnahan
(insinerasi) serta pemanfaatan (pengomposan) yang dapat digunakan kembali
sebagai pupuk organik tanaman ataupun biogás dari hasil limbah kotoran ternak.
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan sistem penyaluran secara tertutup
dengan menggunakan septictank, untuk limbah cair peternakan dapat disalurkan
ke kolam ikan.
Konsep Jalur Agrowisata
Konsep jalur yang dikembangkan dalam kawasan agrowisata adalah jalur
yang menghubungkan pengunjung kepada tiap obyek agrowisata tanpa
mengganggu kelancaran proses produksi serta distribusi hasil pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat. Pengaturan jalur pengunjung dan masyarakat dengan
pembedaan jalur produksi masyarakat yang membutuhkan kecepatan dan
94

pertimbangan ekonomi dengan jalur pengunjung yang membutuhkan kenyamanan


dan kesenangan, dimana jalur produksi masyarakat dibuat singkat, langsung dan
praktis, sedangkan jalur pengunjung dibuat memberikan pengalaman tentang
kegiatan pertanian di kawasan dengan fasilitas yang memadai. Hal ini mencakup
ke dalam konsep keberlanjutan dimana keadaan ekonomi masyarakat harus tetap
dipertahankan bahkan dapat dikembangkan kemudian. Jalur sirkulasi di dalam
kawasan terbagi menjadi tiga jalur yakni jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur
primer merupakan jalur utama terbuat dari aspal yang menghubungkan Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang dan diperuntukan bagi kendaraan bermotor
dengan jalur hijau di kedua sisi jalan untuk estetika dan jalur pejalan kaki. Jalur
sekunder adalah jalur yang menghubungkan jalan utama dengan lokasi obyek
agrowisata, atau antara obyek agrowisata dengan area transisi, jalur ini dibatasi
pada penggunaan berat yang terus menerus. Sedangkan jalur tersier adalah jalan di
daerah pemukiman atau jalan setapak yang digunakan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan bertani, sosial ataupun perekonomiannya sehari-hari.
Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi pada ruang utama agrowisata memiliki karakter
penyambutan, pengarah, penghalang pandangan, peneduh dan pertanian untuk
budidaya dan percobaan dengan penataan yang lebih mengutamakan estetika.
Konsep vegetasi pada ruang pendukung agrowisata memiliki karakter
memperkuat identitas kawasan perdesaan seperti display lahan pertanian dan
tegakan pohon penunjang good view, sedangkan karakter vegetasi pada ruang
penyangga adalah vegetasi alami yang menjaga kelestarian sumber daya alam dan
memiliki fungsi sebagai pengkonservasi tanah dan air. Konsep vegetasi pada
kawasan perencanaan agrowisata terdiri dari tanaman yang memiliki fungsi
sebagai berikut:
(1) Penyambutan dan estetika; berada pada area dan fungsi penerimaan,
fungsi display pada area penerimaan, pelayanan, serta jalur sirkulasi untuk
memberi daya tarik pada kawasan dengan vegetasi yang khas perdesaan
dan penataannya lebih mengutamakan estetika.
(2) Pengarah dan penghalang pandangan; berfungsi untuk mengarahkan
pergerakan dan pandangan pengunjung, serta sebagai penghalang
95

pandangan terhadap bad view. Vegetasi pengarah berada di bahu jalan


utama dan jalan menuju lokasi obyek agrowisata, vegetasi penghalang
pandangan berada di lokasi TPS untuk menghalangi tumpukan sampah
dan mengurangi bau sampah yang terbawa angin.
(3) Peneduh; menyebar pada area pelayanan, seperti pada tempat parkir, dan
ruang terbuka untuk rekreasi di Taman Gajah dan tempat-tempat
pemberhentian sepeda. Jenis vegetasi peneduh ditata secara alami sesuai
dengan karakter perdesaan dan topografi serta pemandangan di kawasan.
(4) Pertanian; mencakup vegetasi pertanian yang diproduksi oleh masyarakat
setempat dan dapat dijual serta menarik pengunjung, seperti tanaman
hortikultura (sayuran, nanas, tomat, caisin, kacang panjang, tanaman hias),
beras dari produksi padi setempat, serta vegetasi berguna lainnya yang
dibudidayakan. Vegatasi pertanian ini terdapat pada seluruh fungsi
budidaya dalam ruang utama serta area masyarakat pada ruang pendukung
agrowisata, baik di Desa Sukaharja maupun Desa Tajurhalang.
(5) Penyangga; vegetasi pada ruang penyangga selain alami, juga memiliki
fungsi untuk mengkonservasi tanah, air, dan satwa yang bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan sumberdaya. Vegetasi ini selain terdapat pada
area konservasi juga pada bantaran sungai.
Konsep Berkelanjutan
Konservasi seperti halnya memegang peranan penting dalam menjaga
keberlangsungan sumberdaya alam dan budaya. Sumberdaya tersebut menjadi
kebutuhan hidup masyarakat untuk hidup sejahtera, tetapi keberadaannya harus
dipelihara dan dilestarikan agar juga dapat digunakan di masa yang akan datang.
Konsep yang menunjang kegiatan pelestarian tersebut dapat dilakukan dengan
pembatasan eksploitasi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan
pemanfaatan sumberdaya tanpa merusak lingkungan secara permanen.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dalam pengembangan agrowisata di
kawasan harus melibatkan masyarakat lokal dan memberikan manfaat optimal
bagi mereka dan juga kepuasan pengunjung dalam jangka panjang. Untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat maka perlu diciptakan suasana kondusif
agar muncul perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap kegiatan agrowisata
96

dan bekerjasama secara aktif dan berlanjut. Suasana kondusif dapat diciptakan
dengan diadakannya pelatihan yang tepat dari tenaga berpengalaman, membentuk
kelembagaan yang jelas dan terstruktur untuk menjadi pelaku usaha yang
memiliki standar layanan yang berlaku umum serta memiliki tanggung jawab
dalam menggerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan
agrowisata di kawasan, seperti dalam penyediaan homestay, pembukaan jalan
setapak atau perbaikannya, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, serta
pembangunan jembatan-jembatan di sepanjang jalan setapak yang relatif
sederhana dan dapat dikerjakan oleh tenaga-tenaga lokal. Untuk menentukan
kegiatan agrowisata yang dikelola masyarakat berlanjut atau tidak perlu diadakan
evaluasi atau monitoring pengelolaan.
Konsep Pengelolaan Pengunjung
Obyek dan atraksi agrowisata pada kawasan ditergetkan pada segmen
pengunjung wisata dengan minat khusus kepada pertanian dan pelestarian
lingkungan alami perdesaan yang datang berkelompok atau rombongan, hal ini
ditujukan untuk membatasi jumlah pengunjung, sehingga masyarakat tidak
merasa terganggu dan tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan aman
dan nyaman.
PERENCANAAN LANSKAP

Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan


guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang
mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatan manusia
didalamnya. Perencanaan ini mengakomodasikan seluruh fungsi area, aktivitas
dan fasilitas yang direncanakan dalam kawasan.

Rencana Ruang dan Aktivitas


Sesuai dengan pembagian ruang pada kawasan yang dibagi meliputi ruang
utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, serta ruang penyangga. Tiap
ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi-fungsi dan aktivitas tertentu.
Ruang Utama Agrowisata
Area Tanaman Hias
Merupakan area dalam ruang utama agrowisata dengan obyek dan atraksi
agrowisata berupa tanaman hias. Area ini diletakkan pada lahan milik kelompok
tani Bunga Desa (37,1 ha) di Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja dan
kelompok tani Violces (20,5 ha) di Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
(Tabel 17). Pengunjung yang datang dari area pelayanan kawasan, memasuki
fungsi pelayanan area ini melalui fungsi penerimaan berupa jalur masuk dengan
papan penanda di dekat gapura lokasi yang dapat dilalui oleh andong atau
kendaraan roda dua. Ketika berada di fungsi pelayanan, pengunjung kelompok
tani Bunga Desa dilokasikan di lapangan rumput di bagian depan yang sekaligus
sebagai tempat parkir, sedangkan pengunjung kelompok tani Violces dilokasikan
di halaman rumah milik ketua kelompok tani. Dalam fungsi pelayanan,
pengunjung melakukan registrasi ulang serta menerima arahan dari guide
(pemandu) untuk kemudian berkumpul di bawah tenda sebelum melakukan
aktivitas di dalam fungsi budidaya. Dalam fungsi pelayanan terdapat toilet,
mushola kecil, beberapa shelter dan tempat duduk, serta akses jual-beli berupa
gerai tanaman hias beserta media tanam siap jual hasil produksi setempat. Fungsi
budidaya pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa dilokasikan pada 2 tempat,
98

pertama pada tempat pembibitan dengan naungan saung bambu yang menyatu
dengan lahan persawahan, kedua pada tempat pembibitan dengan saung bambu
yang dekat dengan fungsi pelayanan. Tempat pembibitan pertama memiliki nilai
tambah berupa pemandangan alam pegunungan. Sedangkan fungsi budidaya pada
lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di pekarangan beberapa rumah
anggota kelompok tani, serta lahan dekat jalan utama yang menjadi lahan bersama
anggota kelompk tani. Di dalam fungsi budidaya pengunjung dapat mengikuti
ataupun sekedar mengamati kegiatan budidaya mulai dari penyiapan media tanam,
teknik perbanyakan, pemeliharaan, hingga ke proses pengemasan. Dalam area ini
terdapat fungsi display yang berada di 3 lokasi, yang pertama berada di sebagian
fungsi budidaya yang dekat dengan fungsi pelayanan, yang kedua berada di setiap
rumah penduduk yang berada di sepanjang jalan menuju tempat budidaya, dan
yang ketiga ada di setiap rumah penduduk yang berada di sepanjang sisi jalan
utama (Gambar 32). Pengunjung di dalam fungsi display yang kedua dapat
mempelajari cara merangkai tanaman hias yang siap jual atau teknik merangkai
menggunakan media tanam khusus. Pada fungsi pascapanen direncanakan tempat
pembuatan pupuk kompos yang dapat dijual ataupun digunakan kembali, serta
tempat pengemasan. Tempat pembuatan pupuk kompos dilokasikan di lahan dekat
tempat pembibitan, di sini penduduk dapat mempelajari proses pembuatan pupuk
kompos. Tempat pengemasan pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa
dilokasikan di samping tempat budidaya yang kedua, dan tempat pengemasan
pada pada lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di halaman belakang
rumah penduduk.

Gambar 32. Ilustrasi area tanaman hias


99

Area Sayuran Palawija dan Padi


Obyek dan daya tarik agrowisata pada area ini diletakkan berdekatan
dengan lahan pembibitan tanaman hias di Kampung Pondok Bitung, namun
dengan batas berupa tanaman barier. Lahan sayuran dilokasikan khusus di lahan
milik kelompok tani SALUYU, Kampung Cijulang, dengan produk sayuran
organic (Gambar 33a). Sedangkan lahan palawija dan padi dilokasikan di lahan
milik kelompok tani Mekartani (Gambar 33b), yakni dekat lahan pembibitan
pertama dari tanaman hias. Pengunjung melakukan registrasi ulang dalam fungsi
pelayanan serta mendapat pengarahan dari pemandu. Fungsi pelayanan berada di
sekretariat masing-masing kelompok tani. Di lahan sayuran terdapat fungsi
budidaya dengan lahan pembibitan, pengunjung dapat mengamati jenis sayuran,
mengamati pola tanam dan mempelajari teknik budidaya sayuran organik. Fungsi
budidaya lahan palawija dan padi terdiri dari lahan pembibitan dan lahan
percobaan, lahan pembibitan hanya untuk aktivitas pengamatan, dan lahan
percobaan dipergunakan untuk aktivitas pengunjung yang ingin mengikuti proses
penanaman. Aktivitas jalan santai dapat pengunjung lakukan di lahan palawija dan
padi, menikmati pemandangan persawahan dengan latar pegunungan, serta
mengamati pola tanam padi-palawija setempat. Fungsi pelayanan juga terdapat di
beberapa petak sawah yang dekat ke rumah penduduk, di sini pengunjung dapat
menikmati makan siang dengan menu olahan hasil pertanian setempat di atas
saung kecil yang didepannya terdapat empang (kolam kecil) untuk aktivitas
memancing atau menangkap ikan sebagai alternatif wisata. Hasil tangkapan ikan
juga bisa dibawa pulang atau disantap di tempat dengan biaya tertentu.

(a) komoditas sayuran (b) komoditas palawija dan padi


Gambar 33. Ilustrasi area sayuran palawija dan padi
100

Fungsi pasca panen dilokasikan di tempat penggilingan padi milik


kelompok tani serta sekretariat kelompok wanita tani yang diperuntukan sebagai
tempat pengemasan produk dan diletakan dekat dengan jalan utama, pengunjung
yang berminat dapat mengamati proses pasca panen tersebut. Fungsi display
dilokasikan di tiap petak lahan palawia dan padi dengan aktivitas pengunjung
berupa jalan santai dan mengamati pola tanam.

Area Tanaman Buah


Area ini dilokasikan pada lahan kelompok tani Lindung Harapan, lahan
pembibitan buah nanas berada pada ketinggian 700-800 mdpl (Gambar 34b),
lahan pembibitan jambu biji dekat dengan lahan pembibitan nanas dengan
ketinggian 600 mdpl, dan lahan pembibitan durian milik Pak Agus di Desa
Sukaharja pada 500 mdpl (Gambar 34a), serta lahan pembibitan tanaman buah di
Desa Tajurhalang. Pada tiap lokasi, fungsi penerimaan dilokasikan di sekretariat
kelompok tani, dan kantor lahan pembibitan. Fungsi pelayanan pada area ini
memiliki aktivitas pengunjung berupa registrasi ulang, dan penerimaan informasi
untuk pengarahan. Bagi pengunjung yang berminat, fungsi pelayanan ini juga
memberi akses bagi aktivitas membeli buah hasil panen, atau membeli bibit pohon
tanaman buah. Fungsi display terdapat pada lahan pembibitan dengan aktivitas
pengunjung berupa pengamatan terhadap tanaman buah dan pola tanamnya sambil
jalan santai. Di dalam fungsi budidaya, aktivitas pengunjung dapat berupa
mengamati, mempelajari teknik budidaya, serta memetik buah sendiri. Pada
fungsi display juga disediakan jalan setapak untuk pengunjung melakukan
kegiatan jalan santai menikmati suasana perkebunan tanaman buah. Aktivitas
melepas lelah di area ini, terutama pada lahan nanas dan jambu biji, berada dalam
fungsi pelayanan, di sini pengunjung dapat menikmati rujak buah nanas hasil
panen setempat, sambil duduk santai di tengah-tengah lahan pertanian. Fungsi
pasca panen pada area ini lebih utama berada pada lahan nanas yang lokasinya
berada di dekat sekretariat kelompok tani, di sini pengunjung dapat mempelajari
teknik pengemasan buah dan mempelajari cara mengupas nanas agar kulit tangan
tidak terluka akibat duri nanas. Penempatan masing-masing lahan tanaman buah
101

dibuat terpusat bedasarkan kesesuaian lahan dan syarat pertumbuhan tanaman


(Lampiran 5).

(a) lahan budidaya durian

(b) lahan budidaya nanas


Gambar 34. Ilustrasi area tanaman buah

Area Peternakan
Area peternakan ini dilokasikan di lahan ternak milik kelompok tani sapi
perah KANIA, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Fungsi Penerimaan
berada di sekretariat kelompok tani, pengunjung yang datang disambut dan diberi
pengarahan. Registrasi ulang dan informasi terkait peternakan dapat pengunjung
dapatkan di fungsi pelayanan, satu tempat dengan fungsi penerimaan. Sedangkan
fungsi pelayanan dengan aktivitas berupa belanja produk ternak, seperti membeli
susu sapi serta pupuk kandang dapat pengunjung temukan pada gerai khusus di
luar sekretariat. Area ini terdapat fungsi budidaya yang terdiri dari kandang-
kandang ternak dimana pengunjung dapat mengamati jenis sapi perah, memberi
pakan ternak, dan mempelajari teknik memerah sapi (Gambar 35a). Lapangan
rumput berpagar untuk penggembalaan dalam fungsi budidaya berguna untuk
102

pengunjung mempelajari penggembalaan ternak sambil mempelajari perilaku


ternak dan wisata alam (Gambar 35b). Fungsi pendidikan dilokasikan pada
bangunan pembuatan biogass, sehingga pengunjung dapat mempelajari proses
pembuatan biogass (Gambar 35c). Dalam area peternakan pengunjung juga
mendapat pengetahuan tentang bagaimana mempelajari teknik pengemasan susu,
dan teknik pembuatan produk fermentasi susu pada fungsi pasca panen yang
dilokasikan pada bangunan dekat kantor sekretariat kelompok tani. Dalam ruang
agrowisata peternakan, pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang
bagaimana melakukan penataan ruang peternakan yang baik dan benar.

(a) kandang ternak

(b) tempat penggembalaan (c) tempat pembuatan biogas


Gambar 35. Ilustrasi area petenakan

Ruang pendukung agrowisata


Area Penerimaan
Area ini diletakkan pada akses masuk pertama di Kampung Pondok
bitung Desa Sukaharja, kedua di Kampung Tajurhalang bawah Desa Tajurhalang,
dan satu akses sebagai alternatif dekat kantor Desa Sukaharja. Area penerimaan
103

menjadi bagian pertama yang dijumpai pengunjung ketika memasuki kawasan


agrowisata (Gambar 36), pengunjung dapat menikmati pemandangan berupa
sawah dan kebun ketika pertama kali memasuki kawasan, sehingga kesan
perdesaan dapat langsung dirasakan oleh pengunjung. Jarak dari gerbang menuju
ke lokasi parkir pada area pelayanan dapat ditempuh ± 500 m dengan
pemandangan sawah di sisi timur dan barat serta pemandangan Gunung Salak
yang menjulang di sebelah selatan, dan terlihat jika hari cerah. Area penerimaan
ini sekaligus diberi fungsi pengawasan demi keamanan kawasan, dengan
menempatkan pos jaga dekat dengan gerbang kawasan.

Gambar 36. Ilustrasi area penerimaan

Area Pelayanan
Area pelayanan kawasan berdekatan dengan area penerimaan, Terdapat
empat area pelayanan, dimana 2 area berfungsi sebagai tempat akomodasi
pengunjung ketika pertama kali datang, dan 2 area lainnya sebagai penginapan
yang dilokasikan di Kampung Selaawi, Desa Sukaharja dan Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang, dengan masing-masing memiliki daya tarik
tersendiri. Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola
pemukiman sub urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan
di Desa Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman Desa yang terletak jauh
dari perkotaan dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan. Rombongan
pengunjung yang datang untuk menginap di pemukiman penduduk mendapat
sambutan dari masyarakat setempat berupa rangkaian kelopak bunga dan kesenian
masyarakat setempat seperti musik dan tari tradisional. Antara tempat akomodasi
dan penginapan berjarak 1-2 km, hal ini ditujukan agar pengunjung dapat
104

memperoleh pengalaman sebelum menuju penginapan. Aktivitas yang dapat


dilakukan pengunjung di dalam area ini adalah memarkirkan kendaraan (Gambar
37a), registrasi di kantor pelayanan, menerima informasi, menyewa alat
transportasi perdesaan (andong) untuk menuju lokasi obyek agrowisata,
menikmati makanan khas perdesaan, berbelanja hasil produksi pertanian setempat
di pasar lokal untuk membeli produk sayuran organik, membeli beras lokal,
membeli palawija produksi lokal (Gambar 37b), bermalam dirumah penduduk
yang sudah dipersiapkan menerima pengunjung (Gambar 37c), beribadah,
bersepeda, photohunting, jalan santai, beristirahat, menikmati pemandangan,
berkumpul, berbincang-bincang, dan MCK.

(a) terminal angkot dan tempat parkir (b) pasar desa

(c) penginapan
Gambar 37. Ilustrasi area pelayanan

Area Transisi
Area ini dilokasikan pada Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa
Sukaharja serta lapangan rumput dekat dengan peternakan KANIA, Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Area transisi merupakan area dengan
105

aktivitas pengunjung yang bervariasi dan tidak monoton. Pada Taman Gajah
pengunjung dapat melakukan aktvitas seperti memarkirkan sepeda, beristirahat,
melihat papan informasi, jalan santai, piknik, photohunting, bermain dan
menikmati pemandangan dengan view menarik ke arah kota Bogor di utara dan
tegakan hutan dan pegunungan di selatan (Gambar 38a), begitu juga di dekat
lapangan rumput peternakan KANIA pengunjung dapat jalan santai sambil
mengamati penggembalaan ternak, serta jogging (Gambar 38b).

(a) Cijulang (b) Tajurhalang atas


Gambar 38. Ilustrasi area transisi

Area Masyarakat
Area ini dilokasikan pada kawasan pemukiman yang tidak memiliki
kesiapan menerima pengunjung dan masih menyimpan aturan adat yang kuat,
dalam kawasan direncanakan pada Kampung Pasir Tengah, Kampung Rawa,
Kampung Cipinanggading, dan Kampung Tajurhalang bawah RW 01. Aktivitas
pengunjung di area ini sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Area ini
hanya untuk aktivitas para penyuluh dari dinas pemerintah untuk pengamatan dan
penelitian, sehingga dapat di evaluasi bagaimana perkembangan dari kegiatan
sehari-hari masyarakat perdesaan. Direncanakan tiap kampung diberi gapura
untuk memberi tanda dan informasi terkait nama dan lokasi kampung (Gambar
39a), serta fasilitas untuk masyarakat melakukan kegiatan sosial bersama seperti
lapangan olah raga dan tempat rapat, sarana kesehatan, dan sarana pendidikan.
Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola pemukiman sub
urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan di Desa
Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman desa yang jauh dari perkotaan
dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan (Gambar 39b).
106

(a) gerbang kampung (b) rumah penduduk


Gambar 39. Ilustrasi area masyarakat

Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan ruang dengan intensitas penggunaan dan
tingkat kesesuaian wisata atau rekreasi yang rendah. Ruang ini mencakup area
konservasi yang memegang fungsi pelestarian.
Area Konservasi
Area ini diletakkan pada daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai.
Area ini memiliki fungsi konservasi dimana aktivitas yang dilakukan didalamnya
sangat terbatas dan bersifat khusus seperti pengamatan sumber daya alam, serta
pendakian gunung untuk penelitian yang difasilitasi dengan jalan setapak terbatas,
tempat pengamatan, serta beberapa papan penanda dan informasi (Gambar 40).
Ruang ini didominasi oleh daerah tegakan hutan hingga ke puncak Gunung Salak
serta daerah sempadan sungai sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga
kelestarian lingkungan dan daerah resapan atau sumber mata air.

(a) metode lahan teras (b) menara pandang


Gambar 40. Ilustrasi area konservasi
107

(c) papan informasi (d) rail jalan setapak


Gambar 40. Lanjutan

Tabel 17. Rencana penggunaan ruang


Area Luas (ha) Letak
Ruang Utama (25% / 231,3 ha)
Tanaman Hias 57,6 • kelompok tani Bunga Desa, Kampung Pondok
Bitung, Desa Sukaharja (37,1 ha)
• kelompok tani Violces, Kampung Tajurhalang
atas, Desa Tajurhalang (20,5 ha)
Sayuran Palawija dan 42,4 • kelompok tani Saluyu, Kampung Cijulang, Desa
Padi Sukaharja (15,2 ha)
• kelompok tani Mekartani, Kampung Pondok
Bitung, Desa Sukaharja (23,1 ha)
Tanaman Buah 49,9 • tajurhalang bawah, Desa Tajurhalang (8,5 ha)
2,9 • kebun pembibitan milik pak Agus, kampong
Pondok Bitung, Desa Sukaharja (5,9 ha)
• kelompok tani Lindung Harapan, Kampung
Tapos, Desa Sukaharja (35,5 ha)
Peternakan 6,2 • kelompok tani sapi perah KANIA, Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
Ruang Pendukung (37% / 341,9 ha)
Penerimaan 6 • akses masuk pertama, di Desa Sukaharja
• akses masuk kedua, di Desa Tajurhalang
• jalur alternatif di Desa Sukaharja
Pelayanan 25,5 • Kampung Pondok Bitung dan RW06 di Kampung
Tajurhalang bawah (akomodasi)
• Kampung Ciconggang dan RW03 di Kampung
Tajurhalang atas
Transisi 22,7 • Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa
Sukaharja
• lapangan rumput dekat dengan peternakan
KANIA, Kampung Tajurhalang atas
Masyarakat 78,6 • Kampung Pasir Tengah,
• Kampung Rawa,
• Kampung Cipinanggading,
• RW01 di Kampung Tajurhalang bawah
Ruang Penyangga (38% / 352 ha)
Konservasi 352 • daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai
108

Tabel 18 menunjukan aktivitas agrowisata serta luas dan daya tampung


yang ditentukan pada beberapa area di dalam ruang utama agrowisata pada
masing-masing desa.

Tabel 18. Rencana penggunaan ruang untuk aktivitas agrowisata


Aktifitas Sukaharja Tajurhalang
Luas Daya Luas Daya
(m²) tampung (m²) tampung
Pelayanan Wisata
Penyambutan 1000 1000
Parkir mobil 6000 300 6000 300
Parkir motor 1000 500 1000 500
Parkir andong 50 8 50 8
Parkir sepeda 300 200
Registrasi 150 150
Memperoleh informasi 200 200
Menyewa alat transportasi desa 45 22 45 22
Berbelanja hasil pertanian 5000 5000
Menikmati makanan khas desa 3000 3000
Bermalam 2500 1250 2500 1250
Beribadah 2500 1250 2500 1250
MCK 1000 500 1000 500
Agrowisata dan Wisata Umum
Budidaya 10000 10000
Pengolahan & pengemasan hasil 2500 2500
Pengolahan limbah pertanian 5000 5000
Menikmati makanan khas desa 500 500
Mengambil ikan di balong 180 45
Jalan santai di pematang sawah 750
Memetik buah 2500 625 2500 625
Memerah sapi 5000 625 5000 625
Bersepeda 3900 300
Menikmati pemandangan 10000 2500
Berkumpul Piknik 20000 2000
Photohunting 1500 1500
Jalan santai 1000 1000
109

Rencana Fasilitas dan Utilitas


Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas
agrowisata dan wisata umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas yang
pertama kali pengunjung temui ketika memasuki kawasan adalah gerbang
kawasan yang terletak di ketiga akses keluar-masuk kawasan. Selanjutnya
pengunjung diarahkan ke area pelayanan kawasan yang berjarak sekitar 1-2 km
dari gerbang. Di area pelayanan ini tersedia area parkir dengan luas 1-2 ha yang
sekaligus berfungsi sebagai tempat angkutan umum menurunkan dan menaikan
penumpang. Pengunjung melakukan registrasi di kantor pelayanan, untuk menuju
obyek agrowisata dengan menyewa angkutan perdesaan berupa andong yang telah
disediakan masyarakat setempat (Gambar 41a). Fasilitas agrowisata yang
umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan
informasi, saung, lahan pembibitan, dan lahan percobaan untuk pengunjung yang
ingin turut melakukan kegiatan budidaya, tempat sampah, tempat duduk, tempat
pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian (Tabel 19). Sedangkan utilitas
terdiri dari listrik, air bersih (Gambar 41b), telekomunikasi, dan pengolahan
limbah. Peletakan fasilitas dan utilitas dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, 14, dan
15 yang merupakan pembesaran dari tiap section pada peta rencana. Fasilitas
wisata umum yang ada pada area transisi seperti tempat parkir sepeda dan papan
informasi. Pasar lokal di area pelayanan pada Desa Sukaharja dan Desa
Tajurhalang menjual hasil produksi pertanian setempat dan souvenir bagi
pengunjung yang ingin membawa bingkisan tangan untuk pulang.

(a) fasilitas (b) utilitas


Gambar 41. Contoh ilustrasi fasilitas dan utilitas
110

Tabel 19. Rencana fasilitas dan utilitas


No Fasilitas Luas(m²)/Ukuran(m) Bahan Jml
Sk Tj
FASILITAS PELAYANAN WISATA
1 Gerbang P=10,5;L=0,5;T=8 Bata, semen 2 1
2 Papan penanda P=1;L=0,1;T=2,5 Bambu, kayu 10 6
3 Papan informasi P=1;L=0,1;T=2 Bambu, kayu 8 4
4 Pos jaga P=3;L=3;T=3,5 Bata, semen 11 6
5 Parkir mobil Ls=12000 Aspal 1 1
6 Parkir motor Ls=400 Grassblock 5 4
7 Parkir sepeda Ls=150 Pavement 6 -
8 Parkir andong Ls=90 Grass 4 2
9 Kantor pelayanan Ls=200 Bata, semen 6 5
10 Masjid Ls=1000 Bata, semen 2 3
11 Mushola Ls=100 Bata, semen 4 3
12 Pasar lokal Ls=2500 Bata, semen 1 1
13 Gerai penjualan P=5;L=6;T=5 Bambu, ijuk 5 3
14 Kantin Ls=1500 Bata, semen 2 32
15 Toilet P=6;L=3;T=3 Bata, semen 60 35
16 Penginapan Ls=100 Bata, kayu 20 20
FASILITAS AGROWISATA DAN WISATA UMUM
17 Lahan percobaan Ls=5000 8 3
18 Jalan setapak Ls=750, Ls=2000 Grass, tanah 2 -
19 Pengemasan hasil Ls=1250 Beton 5 3
20 Pengolahan hasil Ls=1000 Beton 4 2
21 Saung makan P=5;L=5;T=3 Bambu, ijuk 20 -
22 Saung duduk P=2;L=1;T=3 Bambu, ijuk 22 5
23 Jalur sepeda P=2600;L=1,5 Aspal 1 -
24 Area pandang Ls=2000, Ls=8000 Bambu, kayu 1 1
25 Area berumput Ls=20000 Grass 1 1
FASILITAS PENUNJANG WISATA
26 Air bersih PDAM, mata air 3 2
27 Listrik PLN 1
28 Telekomunikasi TELKOM, telepon selular 1
29 Pengolahan limbah Ls=6000 1 1
30 Promosi Iklan, Website, Leaflet
Ket: Ls (Luas), P (Panjang), L (Lebar), T (Tinggi), Sk (Sukaharja), Tj (Tajurhalang)
111

Rencana Jalur Agrowisata


Jalur sirkulasi yang direncanakan di dalam kawasan terbagi menjadi tiga
jalur yakni jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer merupakan jalur yang
menghubungkan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang dan diperuntukan bagi dua
jalur kendaraan bermotor roda empat, jalan ini terbuat dari aspal dengan lebar 5
meter dan jalur hijau jalan ± 2 meter yang ditanami dengan rumput dan tanaman
khas perdesaan dan sekaligus berfungsi sebagai jalur pejalan kaki (Gambar 42a).
Jalur utama difasilitasi dengan tempat sampah, drainase, papan penunjuk arah dan
rambu-rambu jalan. Jalur sekunder adalah jalur dengan lebar 1,5-4 meter yang
terbuat dari bahan konblok dan terdiri dari jalan yang menghubungkan jalan
utama dengan lokasi obyek agrowisata, jalan di dalam obyek agrowisata atau
antara obyek agrowisata dengan area transisi, jalan ini dilalui oleh andong, sepeda
dan pejalan kaki, serta difasilitasi dengan penerangan, tangga, pagar, pohon
peneduh, tempat sampah, jembatan, papan penunjuk arah, papan peringatan, dan
papan informasi (Gambar 42b). Sedangkan jalur tersier adalah jalan di daerah
pemukiman masyarakat, jalan setapak pada lahan pertanian dan tegakan hutan
(Gambar 42c). Jalur tersier memiliki ukuran jalan bervariasi dari jalan tanah biasa
berukuran 0,6 meter hingga yang terbuat dari bahan kerikil dan pasir dengan lebar
1-2 meter.
Jalur sepeda yang direncanakan dibuat menyatu dengan jalur utama dan
jalur sekunder dengan pembeda berupa tanda garis berwarna merah selebar 15 cm
di permukaan jalan (Gambar 42d), garis ini merupakan batas antara jalur sepeda
dengan jalur kendaraan bermotor, sehingga pengguna sepeda dapat tetap nyaman
dan aman dalam bersepeda. Lebar jalur sepeda yang menyatu dengan jalan utama,
berdasarkan Koppelman (1994) ialah 2 kaki atau 60,9 cm. Standar perencanaan
panjang jalur sepeda untuk kemiringan 3% ialah 240 meter untuk satu kali jalan,
dan kemiringan 4% ialah 90 meter (Lampiran 6). Panjang jalur sepeda yang
direncanakan ialah sepanjang 2,6 km dengan jumlah 5 (lima) titik pemberhentian
sepeda yang dialokasikan pada Kampung Pondokbitung (2 titik), Kampung
Selaawi (1 titik), dan Kampung Cijulang (2 titik). Jarak antara titik pemberhentian
berkisar antara 300-750 meter.
112

(a) jalan primer (b) jalan sekunder

(c) jalan tersier (d) jalur track sepeda


Gambar 42. Rencana jalur jalan dan track sepeda

Rencana Vegetasi
Vegetasi yang direncanakan di dalam kawasan agrowisata ini ialah
vegetasi khas perdesaan yang memiliki fungsi sesuai area dan aktivitas pada
kawasan. Rencana vegetasi pada kawasan berupa penentuan jenis tanaman yang
menunjang fungsi area, seperti:
(1) Penyambutan dan estetika; berada pada area penerimaan, display area,
pelayanan, serta jalur sirkulasi. Dapat digunakan berbagai jenis tanaman
berbunga dengan warna beragam yang khas perdesaan, seperti bunga
kertas (Zinnia angustifolia).
(2) Pengarah dan penghalang pandangan; berada pada tempat pembuangan
sampah sementara dan sisi jalan. Dapat digunakan tanaman perdu atau
semak sedang hingga tinggi yang ditanam dengan rapat, seperti Drasaena
(Dracaena deremensis) dan cemara gunung (Cemara junghuniana).
113

(3) Peneduh; menyebar pada area pelayanan, seperti pada tempat parkir, dan
tempat rekreasi, digunakan pohon dengan tajuk yang rapat dan estetik,
seperti ketapang (Terminalia cattapa).
(4) Pertanian; tanaman hortikultura (nanas, jambu biji, tomat, caisin, kacang
panjang, tomat, tanaman hias), beras dari produksi padi setempat, serta
vegetasi berguna lainnya yang dibudidayakan.
(5) Penyangga; Direncanakan sesuai dengan tumbuhan dalam tegakan hutan
serta penggunaan tanaman bambu di sepanjang sempadan sungai untuk
konservasi tanah dan air.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten
Bogor merupakan desa yang memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan
berupa pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek
dan daya tarik agrowisata. Desa Sukaharja menjadi fokus perencanaan agrowisata,
sedangkan Desa Tajurhalang menjadi salah satu desa yang turut dikembangkan
karena dinilai berpotensi untuk mendukung keberlanjutan pengembangan
agrowisata perdesaan di kawasan dengan kondisi kawasan yang masih cenderung
alami. Desa Sukaharja memiliki potensi obyek agrowisata berupa pembibitan
tanaman hias, lahan sayuran palawija dan padi, serta pembibitan tanaman buah
(durian, jambu biji, nanas). Desa Tajurhalang memiliki potensi obyek agrowisata
berupa peternakan dan tanaman hias.
Konsep dasar yang dikembangkan adalah menciptakan kawasan
agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian,
khususnya tanaman hias dan peternakan serta bentukan lanskap perdesaan yang
meliputi pegunungan, lahan pertanian, tegakan hutan, serta pemukiman penduduk.
Masyarakat setempat turut berperan aktif dalam bentuk merencanakan,
menyediakan fasilitas pelayanan, jasa pemandu dan tenaga kerja serta mengelola
aktivitas agrowisata bagi pengunjung agar terjamin kelestarian sumberdaya serta
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Konsep keberlanjutan yang diterapkan
dalam perencanaan agrowisata di kawasan menerangkan ide dasar konservasi dan
pengelolaan pengunjung oleh masyarakat dengan tujuan terciptanya kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya penerapan
keberlanjutan ialah dengan pembatasan pengunjung. Kelompok atau rombongan
pengunjung yang datang ditargetkan pada pengunjung dengan wisata minat
khusus.
Ruang yang direncanakan dalam kawasan meliputi ruang utama
agrowisata (25%/±231,3 ha), ruang pendukung agrowisata (37%/±341,9 ha), serta
ruang penyangga (38%/±352 ha) dengan pembagian dalam bentuk area-area yang
memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti penerimaan, pelayanan, budidaya, display,
115

rekreasi, pendidikan atau konservasi serta penentuan aktivitas agrowisata dan


rekreasi umum berdasarkan area-area yang telah ditentukan. Aktivitas wisata yang
dikembangkan adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan pertanian, baik
langsung maupun tidak langsung atau hanya sekedar mengamati, serta wisata
umum yang dapat mendukung keberadaan obyek agrowisata yang dikembangkan
seperti aktivitas bersepeda menyusuri lahan pertanian. Aktivitas ini ditujukan
untuk menambah pengetahuan pengunjung tentang proses kegiatan pertanian dari
mulai pengolahan lahan hingga pasca panen, serta memberikan kesan pada
pengunjung tentang suasana pedesaan yang alami dan berbudaya namun tetap
menjaga keberlanjutan lingkungan dengan tetap memelihara sumberdaya.
Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas
agrowisata dan rekreasi, serta fasilitas penunjang wisata yang meliputi utilitas
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat serta kenyamanan dan
keamanan pengunjung, seperti penyediaan utilitas air bersih, listrik,
telekomunikasi dan pengolahan limbah, serta promosi.

Saran
1. Perencanaan skala makro ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih
detail terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan.
2. Perlu ditingkatkan lagi pengawasan maupun pembinaan terhadap penggunaan
sumberdaya serta perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya dalam
rangka memperbaiki lingkungan, khususnya dalam pengelolaan limbah dan
penerapan pertanian dengan konservasi lahan.
3. Perlu adanya peran aktif masyarakat dalam mengelola kawasan yang
bekerjasama dengan pemerintah dan swasta, misalnya Gapoktan yang berlaku
sebagai pengelola agrowisata kawasan dibantu oleh dinas pariwisata dalam
meningkatkan keahlian dan keterampilan Sumberdaya Masyarakat (SDM),
serta bantuan penyediaan fasilitas dan utilitas dari pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2008. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri


Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi NOMOR: 204/KPTS/HK.050/ 4/1989
KM.47/PW.004/HPPT-89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro
Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
[terhubung berkala]. http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/6342ec1
c781e8e3247256a48001c96ba/120408e34928878147256aa000249670?OpenD
ocument [22 April 2008].

Departemen Pertanian. 2004. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.


[terhubung berkala]. http://database.deptan.go.id/agrowisata/ viewfitur.
asp?id=1 [25 April 2008].

Departemen Pertanian. 2009. Kriteria Kesesuaian Lahan. [terhubung


berkala]. http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_
wrapper&view=wrapper&Itemid=155 [12 Oktober 2009].

As-syakur A. 2008. Pertanian Berkelanjutan. [terhubung berkala].


http://mbojo.wordpress.com/2008/03/20/pertanian-berkelanjutan/. [12
Oktober 2009].

Damanik J, W. Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi.


Yogyakarta: ANDI

Darmawijaya M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah (Dasar Teori dan Pelaksana


Pertanian di Indonesia). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

ELSPPAT. Tanpa tahun. Pertanian Organis Sub Sistem Kehidupan yang Lengkap.
[terhubung berkala]. http://www.elsppat.or.id/download/file/e31u1.pdf. [28
Januari 2010].

Gazali H. 2009. Standar Pembuatan Media Promosi Wisata. [terhubung berkala].


http://jttcugm.wordpress.com/2009/06/09/standar-pembuatan-media-
promosi-pariwisata/. [12 Oktober 2009]

Gulo W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Graznido.

Hakim R, U. Hardi. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap Prinsip-


Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara.

Ismaun I. 1990. Wisata Agro. Dimuat pada ASRI Nomor 85, April 1990.
117

Koppelman Lee E. 1994. Standar Perencanaan Tapak. Hakim Januar, penerjemah;


Suwarman, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Site Planning
Standards

Kusumayanti R. A. Maya. Teknik Penanaman Pada Kemiringan. Buletin Taman


dan Lanskap Indonesia 2001;4(2):28-29.

Nurisjah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin


Taman dan Lanskap Indonesia 2001;4(2):20-23.

Nurisjah S. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen


Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor.

Sajogyo, S. Pudjiwati, editor. 1982. Sosiologi Pedesaan. Jilid 2. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia.

Sianawati H. 2009. Kamus Istilah Hidrologi Teknik. Jakarta: Gramedia.

Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. Warta Penelitian


dan Pengembangan Pertanian 2002;24(1). [terhubung berkala].
http://database.deptan.go.id/ agrowisata/ viewfitur.asp?id=3 [22 April 2008]

Susanto A. A. 2007. Studi Potensi Agrowisata Berbasis Ecovillage di Desa


Sukaharja, kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Program
Studi Arsitektur Lanskap. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tirtawinata Moh. Reza, F. Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan


Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wardiyanta. 2006. MetodePenelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Wikimedia Foundation, Inc. Desa. http://id.wikipedia.org/wiki/Desa [27 Januari


2010].

Wikimedia Foundation, Inc. Pembangunan Berkelanjutan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan [27 Februari
2010].

Yoeti O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan pariwisata. Jakarta: Pradnya


Paramita.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Standar teknis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun di dalam kawasan konservasi
Peruntukan Jenis kegiatan / Standar Teknis
Kawasan Pemanfaatan Pengaturan
Ruang sarana KDB Ketinggian

Kawasan Lindung:: Hutan Di Luar Fungsi - pondok wisata ≤5% 8 meter - Luar kawasan yang
Di dalam kawasan Konservasi Kawasan - bumi perkemahan dimanfaatkan untuk
Hutan - caravan pembangunan sarana
- sarana wisata tirta dan pprasarana
- angkutan wisata pariwisata alam
- sarana wisata maksimum 10 % dari
budaya zona pemanfaatan
- gazebo / shelter - Bentuk bangunan
- pondok bergaya arsitektur
pemandangan budaya setempat
- kanopi trail - Tidak mengubah
- log trail bentang alam yang ada

Sumber: Peraturan Bupati Bogor tentang Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang

119
Lampiran 2
Data Iklim kawasan (1999-2008)

Bulan
Uraian
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Suhu (ºC)

Maks 25,38 24,59 25,96 26,45 26,6 26,23 26,47 26,68 27,23 26,78 26,22 25,48

Rata-rata 22,59 22,28 22,93 23,18 23,39 22,97 22,83 22,96 23,07 23,29 23,2 22,89

Min 18,18 18,13 18,58 18,52 18,21 17,75 17,22 17,06 17,5 17,97 18,38 18,29

CH (mm)
446,8 463,3 360,5 329,8 213,3 123,3 117,3 90,2 120,3 220,7 325,3 291,7

Kelembaban 85,6 87,43 84,85 85 83,97 82,76 80,38 78,97 78,42 82,75 84,8 85,83

Sumber : Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor dan Stasiun Citeko Bogor

120
121

Lampiran 3. Daftar kekuatan dan kecepatan angin (Skala Beaufort)


Kekuatan
Kecepatan Angin
Angin
Nama Keterangan
Skala
m/dt km/jam
Beaufort
0 0,0-0,5 0-1 Angin reda Tiang asap tegak
1 0,6-1,7 2-6 Angin sepoi-sepoi Tiang asap miring
2 1,8-3,3 7-12 Angin lemah Daun-daun
bergerak
3 3,4-5,2 13-18 Angin sedang Ranting-ranting
bergerak
4 5,3-7,4 19-26 Angin tegang Dahan-dahan
bergerak
5 7,5-9,8 27-35 Angin keras Batang pohon
bergerak
6 9,9-12,4 36-44 Angin keras sekali Batang pohon
bergerak
7 12,5-15,2 45-54 Angin ribut Dahan-dahan patah
8 15,3-18,2 55-65 Angin ribut hebat Pohon-pohon kecil
patah
9 18,3-21,5 66-77 Angin badai Pohon-pohon besar
patah
10 21,6-25,1 78-90 Angin badai hebat Rumah-rumah
roboh
11 25,2-29,0 91-104 Angin taifun Benda berat
beterbangan
12 >29 >105 Angin taifun hebat Benda berat
beterbangan hingga
beberapa km
122

Lampiran 4. Hubungan antar ruang

Lampiran 5. Syarat pertumbuhan nanas, durian, dan jambu biji


No Jenis Ketinggian Jenis Tanah Suhu CH
Buah (mdpl) (ºC) (mm/tahun)
1 Nanas 800-1200 Berpasir, gembur, dan 23-32 1000-1500
mengandung bahan
organik serta tidak
berkapur
2 Durian 50-600 Lempung berpasir, subur, 22-30 1500-2500
dan banyak mengandung
bahan organik
3 Jambu 5-1200 Berpasir, gembur, dan 23-28 1000-2000
biji mengandung bahan
organik
Sumber: www.emirgarden.com, solusibizniz.com, 4lwin5yahputra.blogspot.com

Lampiran 6. Standar perencanaan panjang jalur sepeda


Panjang (meter)
Kemiringan (%)
Normal Maksimum
1,5 450 -
3 120 240
4,5 45 90
10 9 18
Sumber: Koppelman (1994)
117
118
119
127

Lampiran 11. Keunggulan alternatif terpilih berdasarkan kriteria


Keunggulan
Kriteria
No
Penilaian
Alt.I Alt.II Alt.III
Area konservasi Sesuai dengan
Kesesuaian Sesuai dengan tata
masih ada yang kemiringan, namun
lahan guna lahan yang
1 digunakan sebagai agak merubah tata
(kemiringan ada, berada pada
pusat aktivitas guna lahan yang
lahan) kemiringan 3-25%
wisata umum ada.
Beberapa area
dengan komoditas Beberapa area Area pada masing-
Kesatuan
yang sama masyarakat masing ruang lebih
ruang
2 ditempatkan agak berdekatan dengan disesuaikan dengan
(hubungan
berjauhan sehingga area padat hubungan antar
antar ruang)
sulit menentukan pengunjung ruang
kesatuan ruangnya
Area
pemukimansebagian
Area pelayanan Area pelayanan
dijadikan area
kawasan pada kawasan pada
tanaman hias
daerah pemukiman daerah pemukiman
sehingga
penduduk penduduk, namun
3 Pola tata letak diharapkan dapat
dikhawatirkan di dekatnya masih
meningkatkan view
menyebabkan ada area pertanian
buruk pada
aktivitas yang sebagai pembatasan
kepadatan rumah-
terlalu padat. aktivitas
rumah penduduk
yang kaku
Sirkulasi
Bebeberapa area
Bebeberapa area pengunjung lebih
masyarakat dan
masyarakat masih diarahkan pada jalur
4 Pola sirkulasi konservasi masih
ada yang dilalui yang dapat
ada yang dilalui
oleh pengunjung. memperoleh
oleh pengunjung.
pengalaman
View kurang baik
View kurang baik
pada pemukiman
pada pemukiman
penduduk yang Area dialokasikan
Orientasi penduduk yang
padat dapat pada titik-titik
5 terhadap padat tidak
dikurangi dengan pemandangan yang
pemandangan dimodifikasi
background potensial
dengan kondisi
pemandangan
alami perdesaan
sawah dan gunung
Jalur cukup Dibuat dengan
panjang dan sesuai Kondisi jalur sebagian mengacu
Jalur track
6 untuk sepeda sepeda yang kepada rute
sepeda
gunung, tapi tanpa monoton kunjungan
titik pemberhentian komunitas sepeda
127
127
127
127
132

Lampiran 16. Kuesioner pengunjung


KUESIONER PENGUNJUNG DESA … … … …(*) KEC.CIJERUK
KAB.BOGOR
Pewawancara :
No. Responden : Tanggal :

I. IDENTITAS PENGUNJUNG
Nama :
Usia/ Jenis Kelamin : …… tahun/ (L/ P)
Kota Asal Kedatangan : ………………….. lama perjalanan: …….jam.
jarak tempuh: …… km.
Pendidikan Terakhir : a. SMP c. Diploma
b. SMA d. Sarjana/ pascasarjana
Pekerjaan : a. Mahasiswa/ pelajar e. Pegawai negeri
b. Ibu RT/ tidak bekerja f. ABRI
c. Wiraswasta g. Pensiunan
d. Pegawai swasta h. Lainnya : …………..
1. Maksud kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Rekreasi b. Ingin tahu c. Study tour
Objek yang di kunjungi berupa ……………………… di ……………………………..
2. Kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Pertama kali
b. Ke-2 kali
c. Ke- lebih dari 2 kali
Jika menjawab (c) berapa frekuensi kunjungan:
a. 2 kali/ tahun c. 1 kali/ bulan
b. 3 kali/ tahun d. > 1 kali/ bulan
3. Bersama siapa sekarang melakukan kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Sendiri
b. Berkelompok
c. Rombongan besar sekolah kantor kampung/desa
(Jumlah rombongan : ………… orang)
4. Menggunakan kendaraan: a. Motor b. Mobil c. Bis d. Lainnya:…………
5. Lama kunjungan : ……… jam. Dari pukul ……… hingga pukul ………
Atau : ……… hari. Dari hari ……… hingga hari ………
Jika kunjungan > 1 hari, menginap di :
133

a. Villa b. Rumah warga c. Lainnya: ………………….


6. Berapa pengeluaran anda untuk wisata per bulan :
a. < 10.000 rupiah c. 50.000 – 100.000 rupiah
b. 10.000 -50.000 rupiah d. > 100.000 rupiah
7. Aktifitas yang dilakukan di Desa …………… (*) :
a. Piknik d. Berolah raga g. Belanja j. Makan-makan
b. Bermain e. Foto-foto h. Belajar k. Jalan-jalan
c. Menikmati pemandangan f. Out bond i. Meneliti l. Bersepeda
8. Apakah kesan anda melihat pemandangan Desa ……………(*) dan sekitarnya :
a. Sangat indah c. Jelek
b. Indah d. Sangat jelek
9. Bagaimana kesan anda terhadap kenyamanan Desa ……………(*):
a. Sangat nyaman c. Tidak Nyaman
b. Nyaman d. Sangat tidak nyaman
10. Bagaimana kesan anda terhadap keamanan Desa ……………(*):
a. Sangat aman c. Tidak aman
b. Aman d. Sangat tidak aman
11. Bagaimana derajat pengalaman mengunjungi Desa ……………(*):
a. Sangat banyak pengalaman baru c. Sedikit pengalaman baru
b. Banyak pengalaman baru d. Sangat sedikit pengalaman baru
12. Menurut anda bagaimana kondisi Desa ……………(*):
a. Sangat bersih b. Bersih c. Kotor d. Sangat kotor
13. Apakah kesan anda ketika mengunjungi Desa ……………(*) dan sekitarnya:
a. Sangat menyenangkan c. Tidak menyenangkan
b. Menyenangkan d. Sangat tidak menyenangkan
14. Penduduk Desa ……………(*) menunjukan sikap:
a. Sangat ramah b. Ramah c. Tidak ramah
a. Sangat terbuka b. Terbuka c. Tertutup
15. Dari mana anda mengetahui informasi tentang Desa ……………….(*):
a. Keluarga c. Selebaran e. Lainnya:…………………
b. Teman d. Diri sendiri
16. Kondisi jalan menuju Desa ……………….(*):
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
Kondisi jalan di dalam Desa ........................ (*):
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
134

15. Apabila Desa ……………. (*)dan sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan obyek
agrowisata (wisata pertanian), obyek agrowisata apa yang anda inginkan:
a. Pertanian pangan d. Peternakan g. Agroindustri
b. Perkebunan e. Kehutanan
c. Perikanan f. Hortikultura
16. Apa aktifitas agrowisata yang anda inginkan:
a. Pertanian pangan : Mempersiapkan lahan Lainnya .....................
Menanam
Memanen hasil
Belanja hasil pertanian
Makan olahan hasil pertanian
b. Perkebunan : Menanam Lainnya .....................
Mengikuti kegiatan produksi
c. Perikanan : Mengikuti kegiatan budidaya Lainnya .....................
Memberi makan ikan
Memancing ikan
Melihat ikan hias
Makan hasil pancingan (bakar ikan, dll)
d. Peternakan : Memberi makan ternak Lainnya .....................
Memerah susu
Memandikan ternak
Membuat kompos dari kotoran ternak
e. Kehutanan : Tracking Lainnya .....................
Menanam pohon
Mengenal vegetasi dan satwa hutan
f. Hortikultura : Membuat media tanam Lainnya .....................
Mengikuti kegiatan budidaya
Belanja produk hortikultur (buah/ sayuran/ bunga)
Memetik buah/ sayuran/ bunga
17. Sedangkan, aktifitas wisata umum yang anda inginkan:
a. Foto-foto c. Bermain e. Kemah
b. Piknik d. Berolahraga f. Out bond
135

18. Sarana prasarana/ fasilitas yang seperti apa yang sesuai dengan daerah tujuan
agrowisata/ perdesaan:
• Tempat parkir : Terpusat Lainnya ..................................
Berkelompok (tergantung objek agrowisata)
Di luar kawasan
• Warung makan : Lesehan Di saung petani
Tenda Lainnya ..................................
Di atas air/ kolam
• Kios cendera mata : Terpusat
Tersebar sesuai objek agrowisata
Lainnya ..................................
• Toilet : Terpisah antara Lk dan Pr
Suasana perdesaan (air berlimpah/ pancuran)
Bentuk & bahan bangunan dgn suasana perdesaan
Lainnya ...................................
• Tempat ibadah : Bentuk & bahan bangunan dengan suasana perdesaan
Bertingkat / tidak bertingkat *)
Lainnya ...................................
• Papan informasi : Terbuat dari bahan yg sesuai suasana perdesaan
Memberi informasi tentang objek agrowisata
Ukuran besar / sedang / kecil *)
• Tempat sampah : Terpusat (TPS)
Tersebar di pusat keramaian
Lainnya ....................................
• Tempat istirahat/shelter : Tersebar di tiap objek agrowisata
Terpusat di lokasi tertentu
Berbentuk panggung dengan naungan
Lainnya ......................................
• Penginapan : Berbentuk hall/ aula
Berbentuk kamar-kamar ukuran kecil
Berbentuk kamar-kamar ukuran besar
Lainnya ........................................
• Kolam pemancingan : Terdiri dari lapak-lapak
Berperahu
Lainnya ........................................
136

• Pemandu wisata/ guide : per individu Lainnya ..................................


per kelompok (........ org)
• Transportasi desa : andong/ delman Lainnya ..................................
sepeda motor
• Pasar desa : Terpusat Lainnya ..................................
Tersebar di beberapa desa
Menjual hasil pertanian desa
19. Apakah anda bersedia untuk ditarik biaya masuk:
a. Bersedia, dengan kisaran:
Rp. 5000 – 10000 Rp. 10000 – 50000 > Rp. 50000
b. Tidak bersedia
20. Menurut anda objek agrowisata apa yang ada di Desa …………(*) & bagaimana
kesan anda terhadap objek agrowisata tersebut:
a. Pertanian pangan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
b. Perkebunan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
c. Perikanan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
d. Peternakan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
e. Kehutanan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
f. Hortikultura : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
g. Agroindustri : Sangat Menarik Menarik Kurang Menarik
21. Menurut anda langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar pengunjung lebih
tertarik untuk berkunjung ke Desa …………(*) sebagai kawasan obyek agrowisata:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Ket : (*) di isi sesuai desa yang dikunjungi


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia dengan posisi geografis di khatulistiwa serta kondisi alam,
hayati, dan budaya yang beragam, merupakan negara agraris dengan
keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan
alam yang melimpah tersebut merupakan potensi yang jika dikelola dengan tepat
mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat di Indonesia sangat
beragam, dan sebagian besar masih bekerja dalam sektor pertanian dan menetap
menjadi penduduk perdesaan. Walaupun saat ini kondisi pertanian di Indonesia
sudah cukup berkembang, namun banyak diantara penduduk perdesaan yang
belum menikmati hasil kemerdekaan dan hasil pembangunan, karena
pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia sangat lambat bila dibandingkan
dengan negara tetangga dan/atau negara berkembang lainnya. Diakui bahwa
potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
dan objek yang sudah dikembangkan juga belum optimal. Hal ini menjadi
tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya dalam
bentuk pariwisata nasional, terutama bagi daerah yang sekarang berupaya untuk
memacu perkembangan pariwisata dan pembagian hasilnya bagi masyarakat.
Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di
mancanegara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Komoditas pertanian
di daerah perdesaan (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang
bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam
merupakan potensi besar untuk pengembangan pariwisata dengan bentuk
agrowisata yang diharapkan dapat menjadi alternatif pemanfaatan sumberdaya
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan tanpa merusak
lingkungan untuk kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan bagi generasi di
waktu yang akan datang. Untuk itu, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
demi terwujudnya suatu keberlanjutan, seperti dalam merencanakan, mengelola
dan melaksanakan kegiatan agrowisata itu sendiri.
2

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten


Bogor, memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan menjadi objek agrowisata. Desa Sukaharja memiliki potensi objek
agrowisata berupa pembibitan tanaman hias (kelompok tani Bunga Desa), lahan
sayuran palawija dan padi, serta pembibitan tanaman buah (durian, jambu biji,
nanas), sedangkan Desa Tajurhalang memiliki potensi objek agrowisata berupa
peternakan dan tanaman hias (kelompok tani Violces). Desa Sukaharja memiliki
kelembagaan dalam bentuk beberapa kelompok tani yang masih didominasi oleh
kelompok tani pemula serta gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang baru
dibentuk tahun 2009 lalu. Desa Tajurhalang memiliki beberapa kelembagaan
meliputi kelompok tani, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lembaga pemerintah lainnya seperti Unit Penyuluhan
Pertanian Daerah (UPTD) juga memiliki kegiatan dalam pengembangan
sumberdaya di kedua desa ini. Potensi agrowisata berupa faktor-faktor alam dan
sosial ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu daerah perdesaan dengan objek
agrowisata yang menarik dan sekaligus mampu melestarikan sumber daya lahan
yang ada maka perlu dirumuskan langkah-langkah yang terukur dan rasional serta
kajian yang mendalam (Damanik 2006). Dalam hal ini perencanaan menjadi tahap
awal yang menentukan tercapainya keberhasilan pengembangan objek agrowisata
tersebut. Pengembangan objek agrowisata harus memperhatikan faktor-faktor
keserasian alam, sosial, ekonomi dan budaya, serta dibutuhkan kerjasama sinergis
diantara pelaku yang terlibat baik dalam perencanaan maupun pengelolaan
agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Harapan dan keinginan
pengunjung juga sepenuhnya menjadi perhatian bagi pengembangan agrowisata.
Sehingga tidak hanya kegiatan pengembangan dan hasil yang diharapkan dapat
disusun secara sistematis, tetapi metode pemantauan terhadap perkembangan
agrowisata juga dapat dirancang sedemikian rupa, dan dapat menjamin apa yang
kita sebut dengan prinsip-prinsip pengembangan agrowisata berkelanjutan
(sustainable agrotourism development).
3

Tujuan Penelitian
1) Mengidentifikasi karakter lanskap perdesaan, potensi dan berbagai
permasalahan dalam perencanaan agrowisata di Desa Sukaharja dan
Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor
2) Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat
yang mempunyai potensi untuk pengembangan agrowisata perdesaan
3) Membuat perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan
lanskap agrowisata yang memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. Serta
menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan dan diterapkan oleh pemerintah
Kabupaten Bogor untuk memulai perencanaan dengan titik-tolak faktor potensi,
kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang pengembangan agrowisata yang
memperhatikan inspirasi dan aspirasi masyarakat demi keberlanjutan sumber
daya.
KERANGKA PEMIKIRAN

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang memiliki faktor-faktor penyusun


lanskap perdesaan berupa lahan pertanian serta sosial budaya masyarakat yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Analisis terhadap
beberapa faktor tersebut merupakan upaya untuk mendapatkan penilaian berupa
potensi dan kendala yang dikaji dari aspek ekologis, sosial, dan estetika yang
mencakup penilaian keberlanjutan masyarakat untuk selanjutnya diterjemahkan
dalam bentuk pembagian ruang. Konsep agrowisata berkelanjutan merupakan
upaya pengembangan kawasan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian,
bentukan lanskap perdesaan dan peran aktif masyarakat untuk dapat menarik
pengunjung serta menyejahterakan masyarakat perdesaan tanpa merusak
lingkungan alami pedesaan sehingga tetap lestari hingga waktu yang akan datang.
Berdasarkan pembagian ruang dan konsep tersebut akan menghasilkan rencana
lanskap agrowisata. Kerangka pikir terdapat pada Gambar 1.

Lanskap Perdesaan

Karakteristik Lanskap Pertanian Karakteristik Sosial, Ekonomi,


dan Perdesaan Budaya Masyarakat

Analisis dan Penataan Bio-Fisik, Analisis Keberlanjutan


SDA dan Lingkungan Masyarakat

Penilaian dan Konsep


Pengembangan Agrowisata

Perencanaan Lanskap Perdesaan untuk


Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka pikir perencanaan


TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap
Pengertian Lanskap
Menurut Rachman (1984) dalam lanskap adalah wajah dan karakter
lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan
apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan
manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh
segenap indera kita dapat menjangkau dan membayangkan.
Arsitektur Lanskap
Pada hakikatnya Arsitektur Lanskap adalah ilmu dan seni perencanaan
(planning) dan perancangan (design) serta pengaturan daripada lahan,
penyusunan elemen-elemen alami dan buatan melalui aplikasi ilmu
pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan
pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada akhirnya dapat
tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim 2003).

Agrowisata
Pengertian Agrowisata
Agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian
merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian
(Nurisjah 2001). Secara spesifik, wisata agro atau wisata pertanian adalah
rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau
kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk
pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang
pertanian ini. Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya
pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam
pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan
dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga dapat
mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat
6

dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu,


budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,
agrowisata sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk
kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan
usaha di bidang pertanian (Tirtawinata 1996).
Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
Ismaun (1990) mengungkapkan secara umum, lingkup dan potensi
agrowisata yang dapat dikembangkan adalah: 1) wisata di daerah
perkebunan, 2) wisata di daerah pertanian tanaman pangan, 3) wisata di
daerah peternakan, dan 4) wisata di daerah perikanan.
Manfaat Agrowisata
Beberapa manfaat agrowisata menurut Titawinata (1996) antara lain:
1) meningkatkan konservasi lingkungan, 2) meningkatkan nilai estetika dan
keindahan alam, 3) memberikan nilai rekreasi, 4) meningkatkan kegiatan
ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan 5) meningkatkan
keuntungan ekonomi.
Aktivitas Agrowisata
Nurisjah (2001) berpendapat bahwa dalam aktivitas agrowisata ini
wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi
kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga
daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan
melestarikan alam semakin meningkat. Dalam aktivitas agrowisata ini,
petani yang berada dalam kawasan wisata agro, dapat menjadi obyek atau
bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi
juga dapat bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.
Sarana dan Prasarana Penunjang Agrowisata
Tirtawinata (1996) menjelaskan bahwa agrowisata sebagai obyek
wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara
melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya. Fasilitas pelayanan
7

didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara
maksimal. Dalam hal penyediaan fasilitas, hendaknya dilakukan dua
pendekatan. Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik
prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik dan
melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua yakni membangun
prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan
fasilitas yang dibutuhkan ialah seperti berikut: a) jalan menuju lokasi, b)
pintu gerbang, c) tempat parkir, d) pusat informasi, e) papan informasi, f)
jalan dalam kawasan agrowisata, g) shelter, h) menara pandang, i)
pesanggrahan/pondok wisata/guest house, j) sarana penelitian, k) toilet, l)
tempat ibadah, m) tempat sampah.
Perencanaan Agrowisata
Berdasarkan Tirtawinata (1996) ada beberapa prinsip yang harus
dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata yaitu: 1) sesuai dengan
rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada; 2) dibuat
secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin; 3) mempertimbangkan tata
lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya; 4) selaras dengan
sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik
yang ada; 5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Pengembangan Agrowisata
Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek
pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan
sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). Menurut Nurisjah (2001), kawasan
agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima
konsep sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan serta
kepuasan wisatawan, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan,
3) melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya,
4) diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan
sebagai suatu aset budaya pertanian wilayah, dan 5) sebagai sarana
introduksi dan pasar dari teknologi dan produk pertanian unggulan daerah.
8

Wilayah kawasan wisata agro awalnya adalah perdesaan karena secara


tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat
berkembang kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan.
Berdasarkan pendapat E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan
wisata agro ini ada tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1)
wisata agro merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian agro-
ekosistem; 2) dalam mengembangkan aktivitas wisata agro harus bersendi
pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan suatu pemandangan alamiah
yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Selanjutnya ada dua azas yang
harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya, yaitu (1) azas
manfaat, dalam arti penyelenggaraan program wisata agro dapat
memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan;
(2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro
diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.

Keberlanjutan (sustainability)
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam Laporan
Brutland tahun 1987 dijelaskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi selanjutnya dalam
memenuhi kebutuhannya. World Summit on Social Development tahun 1955
menjelaskan definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja
dalam upaya memperoleh kualitas hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi,
dimana pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan alam
saling ketergantungan sebagai komponen yang saling memperkuat satu sama lain.
Keberlanjutan merupakan upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik
bagi manusia maupun lingkungan pada masa sekarang dan masa yang akan datang
tanpa batas waktu yang ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan
kontinuitas dari aspek sosial, ekonomi, institusi dan lingkungan dalam
masyarakat, demikian pula dengan lingkungan non-manusia. Keberlanjutan
bertujuan membentuk peradaban dan kegiatan manusia, dimana setiap anggota
masyarakatnya dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dan menuangkan potensi
9

terbesarnya di masa sekarang sementara keragaman biota dan ekosistem alami


terlindungi. Masyarakat yang berkelanjutan merencanakan dan bertindak agar
mampu mencapai idealisme di atas dalam jangka panjang. Suatu keberlanjutan
dapat dijelaskan dari sisi kualitatif secara deskriptif dan kuantitatif yang berwujud
kenaikan secara eksponensial dari kehidupan seseorang atau organism dalam
suatu sistem (Wikimedia Foundation 2010).
Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008)
dimengerti sebagai suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional dan
dapat dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga
produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para
penggunanya pada masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan
yang dilakukan pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga
kesejahteraan yang potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap
dimiliki dan dikendalikan. Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada
setiap rencana perubahan dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan
karakternya tetapi juga key factors dan key elements pembentuk lanskap tersebut
(baik lanskap alami maupun binaan) perlu untuk diketahui sehingga
keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional dapat diwujudkan.
Pengembangan konsep keberlanjutan memiliki faktor kunci yang
berpengaruh (Wikimedia Foundation 2010) sebagai berikut :
1. Hak kepemilikan dan partisipasi
2. Kapasitas pembangunan dan pelatihan (capacity building & training)
3. Kebijakan pemerintah
4. Keuangan
5. Pengelolaan dan kelembagaan
6. Kebudayaan, karakter sosial dan gender
7. Teknologi
8. Lingkungan
9. Faktor politik dan ekonomi eksternal
10.Durasi pelaksanaan proyek keberlanjutan yang realistis
10

Damanik (2006) mengungkapkan konsep pariwisata berkelanjutan adalah


pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, amenitas) pariwisata yang
bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan
(stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang.
Kepuasan tersebut terwujud dalam bentuk pengalaman yang lengkap (total
experience). Pariwisata hanya dapat berkelanjutan apabila komponen-komponen
subsistem pariwisata, terutama pelaku pariwisata, mendasarkan kegiatannya pada
pencarian hasil (keuntungan dan kepuasan) yang optimal dengan tetap menjaga
agar semua produk dan jasa wisata yang digunakan tersebut lestari dan
berkembang dengan baik.

Perencanaan
Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam
kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu
bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk
pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model
lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang
mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatannya
(Nurisjah 2008). Tirtawinata (1996) mengatakan bahwa dalam perencanaan
dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan
pengembangan suatu kawasan agrowisata.
Perencanaan Kawasan Wisata
Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu kawasan wisata adalah
upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal atau jalur pergerakan
pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat
pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan
kepuasan wisatawan dapat terwujudkan.
11

Wisata
Pengertian Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari
tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari
lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan
tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap (Nurisjah 2008).
Aktivitas Wisata
Nurisjah (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aktvitas
wisata adalah kegiatan berjalan-jalan ke luar dari ruang dan lingkup
pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak
terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan.
Produk Wisata
Menurut Freyer (1993) dalam Damanik (2006) produk wisata adalah
semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang
selama melakukan kegiatan wisata.
Obyek dan Atraksi Wisata
Yoeti (1997) berpendapat bahwa atraksi wisata dibedakan dengan
obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa
membayar. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau
disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan
untuk para wisatawan. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk
menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek
wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu.
Obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan
dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan (Wardiyanta 2006).
Menurut Damanik (2006) atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik
yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan
kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya,
dan buatan. Menurut Wardiyanta (2006) obyek wisata juga dapat berupa
kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval, dan
lain-lain. Obyek wisata bersifat statis, yakni penjualannya di tempat, tidak
12

bisa dibawa pergi. Oleh karena itu, supaya dapat menikmatinya, seseorang
perlu aktif mendekatinya. Seringkali wisatawan harus melakukan perjalanan
dari tempat tinggalnya menuju ke lokasi obyek wisata untuk dapat
menikmatinya.
Pelayanan atau Jasa Wisata
Jasa wisata tidak lain adalah layanan yang diterima wisatawan ketika
mereka memanfaatkan (mengonsumsi) produk wisata. Jasa ini biasanya
tidak tampak (intangible), bahkan seringkali tidak dirasakan. Ia merupakan
akumulasi waktu, ruang dan personal yang memungkinkan wisatawan dapat
menggunakan produk wisata. Menurut Burkart dan Medlik (1993), jasa
wisata adalah gabungan produk komposit yang terangkum dalam atraksi,
transport, akomodasi, dan hiburan (Damanik 2006).
Potensi Wisata
Menurut Damanik (2006) potensi wisata adalah semua objek (alam,
budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat
memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan karena memiliki peluang unuk
dijadikan sebagai daya tarik wisata. Semua potensi wisata masih tergolong
embrio obyek dan daya tarik wisata. Setelah unsur-unsur aksesibilitas,
amenitas, dan hospitality menyatu dengan potensi obyek tersebut maka ia
merupakan produk wisata yang siap dikonsumsi oleh wisatawan.
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
Inskeep (1994) dalam Damanik (2006) menjelaskan bahwa
aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata,
baik dari darat, laut, maupun udara. Akses ini tidak hanya menyangkut
aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan
keselamatan.
Informasi dan Promosi Wisata
Menurut Yoeti (1997) informasi berfungsi untuk membantu
pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan.
Informasi perlu disediakan agar wisatawan dapat mengetahui segala sesuatu
mengenai daerah wisata yang dikunjunginya. Promosi perlu dilakukan agar
13

mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan


lebih banyak membelanjakan uangnya. Menurut Gazali (2009) dalam
penyajian informasi pariwisata atau promosi pariwisata terdapat beberapa
unsur dan penekanan yang dapat ditonjolkan diantaranya (1) informasi
obyek dan daya tarik wisata termasuk sarana pendukung (2) Informasi
kegiatan wisata (3) Informasi umum lainnya. Ketiga unsur ini disajikan
dengan proporsi yang ideal dengan tetap mempertimbangkan keunggulan
masing-masing unsur.
Pelaku wisata
Didalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran
mereka berbeda-beda, tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam
perencanaan agrowisata. Damanik (2006) mengemukakan bahwa pelaku
wisata terdiri dari :
1) Wisatawan
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
2) Industri Pariwisata
Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan
jasa bagi pariwisata.
3) Pendukung Jasa Wisata
Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan
produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan
sebagai pengguna jasa dan produk tersebut.
4) Pemerintah
Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan
peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan
pariwisata.
5) Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk wisata.
6) Lembaga Swadaya Masyarakat
14

Organisasi non-pemerintah yang melakukan aktivitasnya di kawasan


wisata baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat.

Rekreasi
Pengertian Rekreasi
Menurut Seymor Gold (1980) yang dikutip oleh Ismaun (1990)
kegiatan wisata pada hakekatnya merupakan kegiatan rekreasi, dimana
kegiatan rekreasi ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu: 1)
rekreasi fisik, 2) rekreasi sosial, 3) rekreasi kognitif, dan 4) rekreasi
lingkungan alam. Bila dilihat dari klasifikasi kegiatan rekreasi di atas maka
agrowisata merupakan gabungan dari beberapa kegiatan tadi, karena dapat
bersifat rekreasi sosial, kognitif maupun lingkungan alam.
Nurisjah (2008) menyatakan rekreasi merupakan aktifitas penggunaan
waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam
ataupun di luar ruangan. Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan
juga penyembuhan bagi seseorang sehingga pada kelanjutannya dapat
kembali bekerja dengan lebih baik (re-creation).
Program dan Aktifitas Rekreasi
Program rekreasi di luar ruangan atau alam, umumnya, direncanakan
untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang mendukung
tindakan dan aktifitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan,
kenyamanan, dan kepuasannya. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik
(olah raga, berjalan-jalan) dan rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, dan
kenyamanan. Kategori aktifitas rekreasi ini antara lain mencakup aktifitas
berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar), aktifitas sosial
(olah raga, berkemah, piknik), aktifitas estetik/artistik (fotografi, melukis,
melihat dan menikmati pemandangan), aktifitas yang bersifat petualangan
(mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, out bond), dan aktifitas
untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu
(Nurisjah 2008).
15

Perencanaan Kawasan Rekreasi


Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan
rekreasi, terutama rekreasi luar ruang (out door recreation, rekreasi alam),
adalah merencanakan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dan terbaik
pada suatu sumberdaya lanskap yang tersedia (lanskap yang berbukit,
pesisir, perkampungan, dll). Hal ini terutama untuk menjaga keindahan
alami atau panoramik dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang
alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya,
terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka
atau unik. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk
aktifitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas
dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan
yang lebih memuaskan. Aktifitas dan fasilitas yang direncanakan, selain
untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk
menjaga kelestarian kawasan rekreasi.

Perdesaan
Pengertian Perdesaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang penataan
ruang, kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Desa, menurut
definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan
(rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Wikimedia Foundation 2010).
16

Potensi Desa
Menurut Sajogyo (1982) potensi desa merupakan kemampuan yang
dapat diaktifkan dalam pembangunan mencakup alam dan manusianya, serta
hasil kerja manusia itu sendiri. Komponen-komponen potensi desa pada
dasarnya meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Alam
b. Lingkungan hidup manusia
c. Penduduk
d. Usaha-usaha manusia
e. Prasarana-prasarana yang telah dibuat
Lanskap Perdesaan
Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada
lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas,
pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan
kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan
keinginan menyatu dengan alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5)
Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan
lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan
merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang
timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut, dari
bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan
berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan
pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous
materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil hingga
mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan
keterkaitan dengan sumberdaya setempat.

Pertanian
Aktivitas pertanian
Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang
luas, adalah semua aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait
dengan pemanenan energi matahari dari tingkat yang primitif (pemburu dan
17

pengumpul) sampai model pertanian yang efisien dan canggih (seperti


kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah,
lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan
lain-lain. Aktivitas pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil, dan juga pasar
hasil pertanian (Nurisjah 2001).
Pertanian Berkelanjutan
Menurut FAO (1989) dalam Sutanto (2001) pertanian berkelanjutan
merupakan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, dan orientasi
perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikan rupa
sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang dimana diharapkan
dari pembangunan sektor pertanian, perikanan dan peternakan mampu
mengkonservasi tanah, air, tanaman, sumber genetik hewan, tidak merusak
lingkungan dan secara sosial dapat diterima. Pertanian berkelanjutan
mencakup hal-hal sebagai berikut (Reijntjes, et al. 1992 dalam Pujianto
2001): 1) mantap secara ekologi, yang berarti kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari
manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan; 2) bisa
berlanjut secara ekonomi, yang berarti petani dapat menghasilkan segala
sesuatu untuk pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan sendiri; 3) adil,
yang berarti sumber daya dan kekuasan didistribusikan sedemikian rupa
sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi; 4)
manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan
dan manusia) dihargai; 5) luwes, yang berarti masyarakat perdesaan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung
terus (As-syakur 2009).

Hasil Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya yang berjudul Studi Potensi Agrowisata Berbasis
Ecovillage di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dikaji oleh
Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap yang lulus pada tahun 2007 bernama
18

Ario Adi Susanto. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik lanskap


Desa Sukaharja sesuai untuk kawasan agrowisata dengan memperhatikan daya
dukung alam dan kearifan penduduk lokal dengan berpegang kepada ecovillage.
Karakteristik Desa Sukaharja dikatakan sesuai karena daerah ini memiliki
kawasan pertanian cukup luas, THI nyaman, iklim mikro yang sesuai dengan
pertumbuhan komoditi produk tanaman hias dan letaknya di kaki gunung salak.
Berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat yang dilakukan dalam
penelitian sebelumnya melalui aspek akologis, sosial dan spiritual, Desa
Sukaharja menunjukkan awal yang baik kearah keberlanjutan. Nilai terendah
terdapat pada aspek ekologis karena masyarakat belum menggunakan teknologi
ramah lingkungan dan belum swasembada pangan. Desa Sukaharja memiliki
potensi utama dalam pengembangan usaha tanaman hias/lanskap. Arah
pengembangan Desa Sukaharja diupayakan sebagai kawasan pertanian khususnya
klaster tanaman hias di Cijeruk bersama Desa Tamansari dan Tajurhalang.
Susanto (2007) dalam penelitiannya menghasilkan rencana paket wisata berupa
wisata eksplorasi dan rombongan (keluarga), disini pengunjung mengikuti
aktivitas layaknya seorang petani dan menikmati keakraban dengan warga serta
alam Sukaharja. Saran yang diajukan dalam hasil penelitian Susanto (2007) salah
satunya ialah perlu adanya perhatian dan peningkatan kesadaran dari warga untuk
peduli akan lingkungan serta penghentian konversi lahan untuk pembangunan
villa (Susanto 2007).
METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini
dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukaharja pernah menjadi tempat
penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai studi potensi agrowisata oleh
Ario Adi Susanto, mahasiswa jurusan Departemen Arsitektur Lanskap, Institut
Pertanian Bogor yang lulus pada tahun 2007. Lokasi penelitian terletak di sebelah
selatan Kotamadya Bogor dengan jarak tempuh ± 13 km dari pusat Kota Bogor,
yaitu Kebun Raya Bogor. Berikut dapat dilihat peta orientasi lokasi penelitian
pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

Proses pengambilan data dari kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan
Februari 2009 sampai bulan Juli 2009 dan dilanjutkan dengan kegiatan
penyusunan laporan.
20

Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi sampai dengan hasil atau produk arsitektur lanskap
berbentuk rencana lanskap (landscape plan) agrowisata berkelanjutan di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif analitis yang
diperoleh dari data-data kualitatif dengan melakukan pengamatan secara intensif
suatu keadaan pada suatu waktu melalui kegiatan survey baik observasi maupun
non-observasi lapang untuk kemudian dideskripsikan semua yang diamati secara
tepat. Tahapan pelaksanaan penelitian perencanaan lanskap perdesaan untuk
pengembangan agrowisata di Kecamatan Cijeruk ini merupakan modifikasi dari
Wardiyanta (2006) dan Gulo (2003) yakni :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Langkah ini menyatakan permasalahan yang akan diteliti serta
melakukan pembatasan masalah secara deskriptif.
2. Menyusun kerangka teoritis dari literatur dan konsultasi dengan ahli
Langkah ini dilakukan berdasarkan pengkajian teori yang relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti dengan memperhatikan
kemutakhiran teori tersebut. Kerangka teoritis dibuat dalam bentuk
tinjauan pustaka atau literatur serta kerangka berpikir yang bersifat analitis
dan sistematis. Konsultasi dengan para ahli atau dosen pembimbing
dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman mengenai
permasalahan yang akan diteliti.
3. Mengumpulkan data (inventarisasi)
Langkah ini dilakukan dengan pengambilan data dan penghayatan
tapak. Data yang di ambil meliputi data aspek fisik bio-fisik, sosial-
ekonomi, potensi agrowisata, serta aspek teknik (Tabel 1). Data terdiri atas
data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survey lapang dan hasil
penelitian sebelumnya, studi pustaka, wawancara, kuesioner atau angket,
dan dokumenter. Produk dari tahap ini berupa tabel data, peta kondisi awal
tapak, dan foto-foto.
21

Survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi


penelitian yang sebenarnya, untuk memperoleh data penunjang penentuan
potensi, hambatan dan peluang perencanaan agrowisata berkelanjutan.
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data fasilitas standar yang
diperlukan, peraturan-peraturan atau kebijakan yang mengikat dan
membatasi pengembangan kawasan, serta data keadaan fisik dan bio-fisik
serta sosial-ekonomi dari hasil penelitian atau pengukuran yang telah
dilakukan pihak sebelumnya.
Data persepsi atau preferensi masyarakat terhadap perencanaan
agrowisata berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang diambil
dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden,
pengambil kebijakan, instansi dan masyarakat : petani/ pedagang/
pengusaha kecil/pengrajin, kelompok wanita/ pengunjung dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Untuk itu dilakukan
pengambilan contoh secara random maupun non-random terhadap
pengunjung, anggota kelompok tani, pemilik villa, perkebunan dan objek
agrowisata lainnya.
Sebelum dilakukan wawancara dibuat instrument penelitian
wawancara. Langkah tersebut antara lain merumuskan dan menyusun
pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Sebelum wawancara
yang sesungguhnya dilakukan uji coba atau pilot study. Proses ini
ditujukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut cukup andal atau
tidak, komunikatif, dapat dipahami, dan sebagainya.
Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui persyaratan instansi
terkait. Penyebaran kuesioner pengunjung (lampiran 16) dilakukan dengan
jumlah responden 20 orang dan dipilih secara acak pada Desa Sukaharja
dan Desa Tajurhalang yang terpilih sebagai desa berpotensi untuk
perencanaan agrowisata berkelanjutan. Sedangkan responden penduduk
sekitar dipilih berdasarkan jarak lokasi rumah tinggalnya dari sentra
produksi pertanian, penginapan atau villa, serta objek wisata lainnya dan
dianggap mewakili penduduk sekitarnya. Kemudian, dilakukan cross
checking, terhadap validitas, dan reliabilitas data yang masih diragukan
22

kebenarannya serta pengorganisasian ulang data yang telah terkumpul agar


dapat dianalisis.
4. Menganalisis data
Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan analisis terhadap : (1)
lokasi atau sumber daya dari beberapa aspek yang berperan sehingga
diketahui potensi, kendala, amenity dan danger signal-nya, (2) aspek
sosial-ekonomi meliputi potensi penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya lahan, kelembagaan serta persepsi dan keinginan pengunjung
serta penduduk sekitar untuk menjadi bahan pertimbangan utama dalam
tahap selanjutnya, dan (3) mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan
yang terkait dengan sumberdaya dan penggunaannya.
Potensi dan amenity (kenyamanan) yang terdapat di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang diupayakan untuk dapat ditingkatkan dan
dikembangkan semaksimal mungkin sehingga mendukung agrowisata
yang akan direncanakan. Sebaliknya kendala serta danger signal (bahaya)
yang ada di kedua desa tersebut diusahakan untuk ditekan seminimal
mungkin dan dicari alternatif pemecahannya. Kekhasan perdesaan sebagai
tempat yang memiliki potensi wisata pertanian atau agrowisata harus
dimunculkan dalam menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk
penelitian ini.
Dalam analisis ini dihasilkan peta-peta tematik seperti peta
kemiringan lahan, peta hidrologi, view, peta topografi, peta potensi obyek
wisata, peta tata guna lahan.
Keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode Community
Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
(PKM). Metode CSA merupakan suatu cara mengevaluasi tingkat
keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam kerangka pikir ecovillage
(suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan atau kota yang ada di
dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan
cara hidup berdampak rendah). Kriteria penilaian CSA dapat dilihat pada
Tabel 2. Acuan dalam metode CSA adalah berdasarkan metode yang
diperkenalkan oleh Global Ecovillage Network yang meliputi aspek
23

ekologis, sosial, spiritual. Kuesioner CSA diisi oleh tokoh masyarakat


yang dianggap mengetahui dan memahami kondisi masyarakatnya.
Penentuan tokoh masyarakat dilakukan berdasarkan posisinya di dalam
masyarakat, lama tinggal di daerah tersebut, maupun pengalamannya
dalam bermasyarakat.
5. Mensintesis data
Langkah ini dilakukan dengan mempelajari berbagai alternatif
rencana serta memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan
yang akan dilakukan. Hasil sintesis berupa alternatif perencanaan dalam
bentuk zonasi ruang atau block plan dan matriks hubungan antar ruang di
Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang. Zona yang terbentuk dihasilkan
berdasarkan sensitivitas fisik bio-fisik yang menjadi potensi ataupun
kendala bagi pengembangan agrowisata, kesesuaian aspek sosial-ekonomi,
kelembagaan serta teknik, dan penentuan areal aktivitas agrowisata bagi
pengunjung.
Langkah ini juga menentukan konsep dasar perencanaan untuk
kemudian dikembangkan dalam tiga alternatif perencanaan yang sudah
hampir mendekati site plan. Alternatif-alternatif ini kemudian dinilai dan
didiskusikan untuk melihat kecenderungan mengenai alternatif terbaik dari
kriteria-kriteria penilaian.
6. Perencanaan
Langkah ini menghasilkan alternatif perencanaan yang terpilih
dalam bentuk landscape plan (rencana lanskap) dan mencakup
perencanaan yang menggambarkan aktivitas dan fasilitas serta sumberdaya
pertanian yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata, penataan
ruang dari sumberdaya tersebut, penataan elemen lanskap yang
mendukung keberadaan obyek agrowisata serta pengembangan fasilitas
agrowisata dalam rangka mewujudkan konsep agrowisata berkelanjutan
sesuai dengan tujuan perencanaan.
24

Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data
Aspek No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan Bentuk
Data Hasil
Teknik 1 Rencana Tata Guna Lahan/ Tata Pemda studi pustaka Peta
Ruang Wilayah
2 Kebijakan pemerintah dan Perundang- Pemda, studi pustaka Deskripsi
undangan perpustakaan
Fisik dan 3 UMUM
Bio-fisik Geografi
Batas tapak Bakosurtanal Survey, studi pustaka Deskripsi
Letak geografi Bappeda Survey, studi pustaka Peta
Luas Bappeda Survey,studi pustaka Deskripsi
Tanah dan Geologi
Jenis tanah, sifat kimia tanah Bakosurtanal Survey,studi pustaka Deskripsi
Topografi
Kontur, kemiringan lahan Bakosurtanal, Studi pustaka Peta
Hidrologi
Pola drainase, saluran air, kualitas Lapang, Survey lapang, Studi Deskripsi
fisik air perpustakaan pustaka
Iklim dan Kenyamanan
Curah hujan, suhu udara, kelembaban BMG, stasiun Studi pustaka Deskripsi
udara, dan persentase penyinaran klimatologi
matahari, kecepatan dan arah angin
4 POTENSI AGROWISATA
Atraksi Alam :
• Vegetasi dan satwa Lapang, Dinas Survey Deskripsi
Jenis dan ciri khas kehutananan
• Kualitas lanskap Lapang Survey Deskripsi,
Visual, audio, aromatik foto
• Atraksi khusus Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Akomodasi
Homestay (jumlah kamar dan harga), Lapang Survey, wawancara Deskripsi
losmen, villa, camping ground
(kapasitasnya)
Aksesibilitas dan transportasi
Jaringan dan moda angkutan, jarak Lapang, Bappeda, Survey, wawancara Deskripsi
dari kota besar terdekat, frekuensi dan Dept.PU
tarif, polusi
Informasi wisata terdekat
Pemandu dan interpreter wisata, Lapang Survey, wawancara Deskripsi
brosur, atau petunjuk jalan, toilet
umum, tempat istirahat, jaringan
telkom
Fasilitas kesehatan dan keamanan
Akses dan UGD, polisi wisata, Lapang Survey, wawancara Deskripsi
penerangan, jalan setapak
25

Fasilitas pendidikan Lapang Survey, wawancara Deskripsi


Taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah, sekolah kejuruan,
perguruan tinggi
Fasilitas belanja Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Pedagang, barang kerajinan, produk
lain yang dipasarkan
Energi dan limbah Lapang Survey, wawancara Deskripsi
Energi alternatif, tempat pembuangan
sampah, dampak lingkungan
Sosial- 5 UMUM
Ekonomi Demografi
Jumlah penduduk, jenis kelamin, mata BPS, Bappeda, Survey, wawancara, Deskripsi
pencaharian, luas kepemilikan lahan, Lapang kuesioner
pendidikan
Usaha pertanian
komoditas pertanian, peternakan, Lapang Survey, wawancara, Deskripsi
perikanan, tanaman hias, dana kuesioner
6 POTENSI AGROWISATA
Atraksi Budaya
Seni budaya lokal Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
Tradisi dan kebiasaan lokal
Festival
Peninggalan sejarah dan purbakala
Ukir-ukiran dan kerajinan
Lanskap budaya
Makanan lokal
Kehidupan sehari-hari
Keramahtamahan
Sumberdaya manusia
Pemilik/ pengelola, tenaga kerja, Lapang, Pemda, Wawancara, kuesioner Deskripsi
sikap dan keinginan bekerja di instansi terkait
pariwisata, fasilitas lahan, program
dan kebijaksanaan, dana
Sumber pembiayaan
Swadaya (masyarakat dan investor), Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
Bantuan (pemerintah dan donor)
Pengunjung
Karakter, persepsi thd lokasi, Lapang Wawancara, kuesioner Deskripsi
aktivitas, perilaku, fasilitas yang
dibutuhkan, waktu, dana

Keterangan :
Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BMG : Badan Meteorologi dan Geofisika
BPS : Badan Pusat Statistik
Dept. PU : Departemen Pekerjaan Umum
Pemda : Pemerintah Daerah
26

Tabel 2. Kriteria penilaian dalam PKM / CSA


Parameter Bobot
Aspek Ekologis
1.Perasaan terhadap tempat *
2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan *
3. Infrastruktur, bangunan dan transportasi *
4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat *
5. Air-sumber, mutu, dan pola penggunaan *
6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air *
7. Sumber dan penggunaan energi *
Total nilai aspek ekologis **
Aspek Sosial
1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama *
2. Komunikasi-aliran gagasan dan informasi *
3. Jaringan pencapaian dan jasa *
4. Keberlanjutan sosial *
5. Pendidikan *
6. Pelayanan kesehatan *
7. Keberlanjuytan ekonomi-ekonomi local yang sehat *
Total nilai aspek sosial **
Aspek Spiritual
1. Keberlanjutan budaya *
2. Seni dan kesenangan *
3. Keberlanjutan spiritual *
4. Keterikatan masyarakat *
5. Gaya pegas masyarakat *
6. Holographic baru, pandangan dunia *
7. Perdamaian dan kesdaran global *
Total nilai aspek spiritual **
Total nilai keseluruhan ***
Keterangan :
* 50+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
25-49 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
** 333+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
166-332 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-165 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
*** 999+ Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998 Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449 Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
DATA DAN ANALISIS

Aspek Fisik dan Bio-Fisik


Letak, Luas dan Batas Kawasan
Kawasan perdesaan yang menjadi lokasi penelitian perencanaan agrowisata
berkelanjutan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kawasan yang
dikaji untuk perencanaan agrowisata berkelanjutan ini berbatasan langsung
dengan Kotamadya Bogor di bagian utara dan Gunung Salak di bagian selatan
(Gambar 3). Cakupan kawasan yang akan dikembangkan meliputi Desa Sukaharja
dan Desa Tajurhalang. Kawasan ini memiliki batas tapak sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Mulyaharja, Kotamadya Bogor
Sebelah Selatan : Desa Cipelang dan Gunung Salak
Sebelah Timur : Desa Tanjungsari, Kecamatan Cijeruk
Sebelah Barat : Kecamatan Tamansari

Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google dan Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan)
28

Berdasarkan Laporan Tahunan Desa tahun 2008, luas Desa Sukaharja


adalah ± 534,7 Ha sedangkan Desa Tajurhalang adalah ± 390,5 Ha, sehingga luas
total kawasan perencanaan lanskap agrowisata adalah ± 925,2 Ha. Berbeda
dengan data luas desa pada tahun 2005 menurut sumber Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan Kabupaten Bogor, yaitu Desa Sukaharja ± 839,1 Ha dan Desa
Tajurhalang ± 480,4 Ha. Perubahan luas desa tersebut disebabkan karena adanya
pemekaran wilayah, serta penentuan kembali batas administratif desa.
Kawasan penelitian memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan
berupa pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangan sebagai objek dan
daya tarik agrowisata. Desa yang akan dikembangkan merupakan salah satu sentra
tanaman hias di Bogor yang telah memasok ke berbagai daerah di luar pulau Jawa
bahkan di luar negeri, serta memiliki potensi buah-buahan dan beberapa sayuran
serta potensi peternakan yang dapat dikembangkan menjadi objek dan atraksi
agrowisata. Desa Sukaharja menjadi fokus perencanaan lanskap agrowisata karena
berfungsi sebagai tindak lanjut dari penelitian sebelumnya mengenai studi potensi
agrowisata, sedangkan Desa Tajurhalang dijadikan sebagai salah satu desa yang
turut dikembangkan karena dinilai berpotensi untuk mendukung keberlanjutan
pengembangan agrowisata perdesaan di Kabupaten Bogor. Selain itu, kawasan ini
memiliki lokasi yang cukup strategis dengan dilalui dua jalur jalan yang cukup
ramai yakni jalan kabupaten serta jalan alternatif Bogor-Sukabumi.

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Kawasan


Kawasan perencanaan lanskap agrowisata berada pada ketinggian ± 412,5 –
1737,5 mdpl dengan kondisi topografi berbukit dan kemiringan lahan yang cukup
bervariasi (Gambar 4). Kawasan ini semakin tinggi ke arah selatan dan barat daya
dengan kelas kemiringan 3 - > 45 %. Gambar 5 memperlihatkan peta kelas
kelerengan atau kemiringan lahan.
Ketinggian yang bervariasi memberikan view yang bagus ke arah Gunung
Salak serta nilai visual yang menarik bagi pengunjung ketika dapat melihat kota
Bogor dan beberapa gedung tinggi di Jakarta dari kaki Gunung Salak ketika hari
cerah. Pertanian lahan basah atau persawahan di kawasan ini berada pada
kemiringan lahan 3 - 8% dengan topografi datar hingga berbukit. Metode sawah
29

terasering telah dilakukan pada sistem persawahan di kawasan, hal tersebut dapat
memperlambat aliran permukaan dan memberikan daya tarik visual bagi
pengunjung, hanya saja masih perlu penataan yang baik untuk menunjang estetika
lanskap.
Pertanian lahan kering seperti perkebunan nanas berada pada kemiringan 8-
15% dengan topografi yang curam dan lahan yang terbuka, dengan sebagian besar
masyarakatnya masih melakukan pengolahan lahan yang mengikuti kemiringan.
Hal ini dapat mengakibatkan erosi tanah saat curah hujan tinggi. Namun, dampak
tersebut dapat diatasi dengan metode pembuatan teras dan atau teknik penanaman
yang tepat, sehingga aliran permukaan (run off) dapat diperlambat dan
memberikan potensi visual yang menarik. Menurut Kusumayanti (2001) ada
beberapa teknik penanaman pada kemiringan, yakni : 1) Teknik penanaman
kantung, untuk memperbaiki sistem drainase dengan membuat semacam kantung
penanaman pada lahan dengan kemiringan tertentu; 2) Teknik teras bertingkat,
untuk menurunkan resiko terjadinya erosi sekaligus agar lahan dapat ditanami; 3)
Penggunaan ikatan rumpun, telah terbukti dapat menstabilkan kondisi permukaan
tanah yang terletak pada kemiringan, mengurangi resiko erosi, dan membantu
tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan yang cukup sulit.
Daerah miring pada kawasan menjadi kendala bagi penempatan aktivitas
ataupun fasilitas wisata. Aktivitas yang sebaiknya diadakan pada daerah ini adalah
yang berorientasi alam seperti penelitian, pengamatan, pendakian gunung,
pemotretan (photohunting), perkemahan, sepeda gunung, ataupun rekreasi
pendidikan, dengan struktur fasilitas seminimal mungkin. Sedangkan untuk
daerah curam dan berbahaya sangat penting untuk di konservasi (Koppelman
1994). Karakter lanskap perdesaan yang masih alami perlu dijaga
keberlanjutannya, salah satunya dengan membatasi penggunaan lahan pada
kemiringan yang curam. Berdasarkan survey pada kawasan terdapat beberapa
villa ataupun emplasemen yang dibangun pada daerah curam yang seharusnya di
konservasi demi kelestarian ekosistem dan perlindungan sistem penyangga
kehidupan. Menurut Peraturan Bupati Bogor tentang Pedoman Operasional
Pemanfaatan Ruang, di dalam kawasan konservasi dengan pemanfaatan di luar
30

kawasan, jenis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun memiliki
standar teknis tertentu (Lampiran 1).

Tata Guna Lahan


Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan tahun 2005 pada skala 1 : 40.000 yang
bersumber dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, tata guna
lahan kawasan umumnya berupa hutan, kebun campuran, perkampungan, sawah,
taman, dan tegalan (Gambar 6). Pola pemanfaatan terbesar adalah kawasan
budidaya tanaman berupa kebun campuran sebesar 43,7%. Pada umumnya
kawasan ini tersebar diantara pemukiman. Sedangkan kawasan lahan pertanian
kering dan sawah sebesar 32,4% tersebar di Barat, Utara, dan Timur. 14,7%
kawasan merupakan hutan yang terdiri dari hutan belukar 0,1% dan hutan sejenis
buatan 14,6% yang berada di sebelah Barat hingga Selatan kawasan dan berfungsi
sebagai kawasan konservasi. Sedangkan 8,9% kawasan ini berupa pemukiman
dengan beberapa diantaranya berpola linier mengikuti pola jalan, dan yang lainnya
berkelompok menyebar di dalam kawasan. Di daerah yang agak curam dengan
topografi berbukit terdapat penginapan atau villa yang dibangun menyebar
mengikuti lereng dengan tujuan mendapatkan pemandangan yang baik ke arah
lembah. Tabel 3 merupakan proporsi serta analisis pengembangan pemanfaatan
lahan pada kawasan penelitian.
Keragaman pola pemanfaatan lahan pertanian sebagai objek utama
merupakan potensi bagi kawasan dalam menunjang view atau pemandangan
berupa nuansa alami perdesaan yang bernafaskan pertanian. Pola ruang yang
sudah ada saat ini belum terencana dengan baik dan kurang sesuai dengan tujuan
agrowisata yang diharapkan. Di beberapa titik di dalam kawasan seperti di daerah
Cijulang hingga ke Tajurhalang muncul konversi lahan besar-besaran dan kurang
tertata yang menyebabkan berkurangnya kualitas visual kawasan. Pada tahap
perencanaan akan dilakukan penataan ruang pada kawasan yang disesuaikan
dengan konsep pengembangan agrowisata berkelanjutan yang tetap menjaga
nuansa asli perdesaan sebagai tujuan utama dari obyek dan atraksi agrowisata
yang akan dikembangkan.
31
32
33

Pola pemanfaatan lahan kawasan budidaya yang berupa kebun dan sawah
memiliki proporsi terbesar dalam luas keseluruhan kawasan. Hal tersebut
merupakan potensi dasar bagi pengembangan konsep agrowisata berkelanjutan
yang mengandalkan lanskap perdesaan dengan kegiatan pertanian yang
mendominasi. Pada tahap perencanaan, potensi pertanian ini dimasukkan ke
dalam ruang utama agrowisata dengan pembagian ruang didasarkan pada jenis
komoditi yang dihasilkan. Kawasan hutan dan sebagian kebun campuran di dalam
kawasan berfungsi sebagai ruang penyangga yang dapat mempertahankan fungsi
kawasan sebagai daerah pelestarian alam, perlindungan, dan daerah resapan air.
Pemukiman penduduk di dalam kawasan dapat dimasukan ke dalam ruang
pendukung agrowisata. Berdasarkan survey terlihat pemukiman di kawasan
didominasi oleh jenis bangunan modern dengan bahan dasar bata dan beton,
sehingga sangat jarang sekali menemukan pemukiman dengan bangunan yang
menggunakan unsur alami perdesaan seperti batu dan kayu atau bambu. Rencana
strategis untuk masalah ini ialah dengan menambah elemen organik (soft
material) pada bangunan rumah yakni dengan memasukan elemen tanaman ke
dalamnya, karena tanaman memiliki unsur garis dengan bentuk lengkung organik
yang melembutkan (Hakim 2003). Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai display tanaman khas perdesaan,
sehingga dapat menjadi potensi untuk menarik pengunjung dan menunjang
estetika dari pola pemukiman. Permukiman petani dapat menjadi lokasi
penginapan (home stay) bagi pengunjung yang ingin bermalam dan menikmati
suasana alami perdesaan di pagi dan malam hari. Selain itu kunjungan ke rumah
petani serta mengamati ataupun turut melakukan aktivitas pertanian dapat menjadi
salah satu pilihan dari aktivitas agrowisata. Laju pertumbuhan permukiman dan
villa yang tidak terkendali di dalam kawasan dapat merusak karakteristik alam
pegunungan dan pertanian yang ada, serta menyebabkan alih fungsi lahan
pertanian dan tentu saja berlanjut kepada menurunnya kualitas visual kawasan.
Penertiban serta pengkajian ulang mengenai pemanfaatan ruang dalam kawasan
sangat perlu dilakukan sehingga dapat menjaga keberlangsungan potensi kawasan
dalam hal konservasi maupun pertanian.
34

Tabel 3. Proporsi, fungsi, serta pengembangan pola pemanfaatan lahan pada


kawasan penelitian
Luas Pengembangan
pola
Jenis Pemanfaatan Lahan Fungsi
Ha % pemanfaatan
lahan
1 Hutan 136,2 14,7 Pelestarian alam ekosistem asli Ruang
- Hutan belukar untuk tujuan penelitian, ilmu Penyangga
- Hutan sejenis buatan pengetahuan, dan pendidikan.
Perlindungan sistem penyangga
kehidupan, perlindungan ekologi,
geomorfologi dan estetika.
Daerah resapan air, habitat flora
dan fauna, pengendali iklim
makro, dan penghasil karbon.
2 Talun/ kebun campuran 404,4 43,7 Perkebunan/tanaman tahunan, Ruang
(Bambu, melinjo, pala, usaha perkebunan Penyangga, dan
cengkeh, durian) Pendukung
Agrowisata
3 Pertanian lahan kering 299,3 32,4 Jalur hijau, budidaya tanaman, Ruang Utama,
(tanaman hias, sayuran, horti, pertanian, perkebunan, dan Pendukung
dan buah) dan peternakan, pengawetan Agrowisata
Lahan basah (sawah) keanekaragaman tumbuhan.
Budidaya padi, perikanan

4 Permukiman 82,3 8,9 - aktivitas sosial dan kehidupan Ruang


- Ruang sosial masyarakat, pendidikan, Pendukung
masyarakat/ umum puskesmas, pemakaman, utilitas Agrowisata
- Ruang penunjang umum, fasilitas peribadatan,
aktivitas pertanian fasilitas olah raga, fasilitas
masyarakat pemerintahan.
- Ruang jasa dan - pembuatan kompos, pemasaran,
perdagangan koperasi, membungkus, gudang
hasil pertanian.
- villa, rumah makan, pasar
tradisional, penginapan desa,
perbengkelan.

5 Lain-lain 3 0,3 Mendukung keragaman visual Ruang


-Taman dan kenyamanan di kawasan Pendukung
-Tegalan Agrowisata

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, tahun 2005 dan hasil analisis
35
36

Iklim dan Kenyamanan


Data iklim kawasan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga
Bogor (1999-2008) dan Stasiun Citeko Bogor disajikan pada Lampiran 2. Suhu
rata-rata kawasan mencapai 22,9°C, dengan suhu terendah 17°C terjadi pada
bulan Agustus dan tertinggi 27,2°C pada bulan September. Bulan basah terjadi
maksimal 10 bulan yakni pada bulan Oktober-Juli dan minimal 7 bulan yakni
pada bulan Oktober-April, sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Mei-
September. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 310,2 mm dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari (463,3 mm) dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Agustus (90,2 mm). Sedangkan kelembaban rata-rata di dalam
kawasan mencapai 83,4%.
Kawasan perencanaan lanskap agrowisata yang ingin dijadikan pusat
produksi tanaman harus memiliki kondisi iklim yang cocok untuk suatu tanaman
serta dapat mendorong tercapainya persyaratan kuantitas dan kualitas hasil panen
sehingga dapat memenuhi keuntungan ekonomi dan sosial dalam jangka panjang
serta mempertahankan keberlanjutan sumberdaya secara lestari. Suatu daerah
pusat produksi harus memenuhi persyaratan kesesuaian iklim pada wilayah yang
cukup luas dengan produktivitas tinggi (ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu
lama (Laimeheriwa 2002). Dalam menganalisis kesesuaian iklim untuk tanaman
metode klasifikasi Koppen paling banyak digunakan. Metode ini menggunakan
sebaran rata-rata tahunan dan bulanan dari suhu udara dan curah hujan. Unsur
suhu udara dianggap mewakili faktor pengendali fotosintesis dan respirasi,
sedangkan unsur curah hujan dianggap sebagai parameter ketersediaan air yaitu
suatu bahan yang sangat esensial bagi tanaman.
Di Indonesia, selain metode klasifikasi iklim menurut Koppen (1931),
metode Schmidt dan Fergusson (1951) yang semula dimaksudkan untuk
keperluan kehutanan pun turut digunakan, karena ternyata metode mereka juga
cocok untuk kepentingan tanaman perkebunan perenial. Dasar klasifikasi
menggunakan distribusi curah hujan bulanan dalam penentuan bulan basah (>100
mm) dan bulan kering (<60 mm). Untuk menentukan kesesuaian iklim pada
kawasan berikut ini disajikan kriteria kesesuaian iklim untuk berbagai jenis
tanaman yang diproduksi di dalam kawasan pada Tabel 4.
37

Tabel 4. Kriteria kesesuaian iklim untuk beberapa tanaman di kawasan

Kesesuaian Iklim
Tanaman/ komoditas
Ketinggian dpl Faktor Iklim
(m) Suhu (ºC) Curah hujan (mm)
Tanaman Pangan
Padi sawah 400 - 500 24-29 175-500
Jagung 400 - 500 20-26 500-1200
Pala 400 - 600 25-30 1800-2000
Ubi Kayu 400 - 500 22-28 1000-2000
Talas 500 - 700 22-25 >1000
Sayuran
Caisim 100-500 16-22 250-400
Kacang panjang 500 - 600 12-24 350-600
Cabe 500 - 600 21-27 600-1200
Tanaman buah
Durian 400 – 500 22-28 1750-3000
Jambu biji 400 – 600 22-28 1000-2000
Sawo 400 – 500 18-25 1000-2000
Lengkeng 400 – 500 18-25 1000-2000
Mangga 400 – 500 22-28 1250-1750
Labu > 700 22-30 400-700
Pisang 400 – 500 25-27 1200-1500
Jeruk 400 – 500 19-33 1200-3000
Nanas > 700 20-26 1000-16000
Rambutan - 25-28 2000-3000
Tanaman hias
Agloenema - 20-30 -
Suplir 800-1750 12-25 -
Krisan 400 - 500 18-25 1000-2000
Sumber: Deptan, 2009
38

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah. Angin bertiup kencang pada daerah yang
reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang
reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang
kecepatannya. Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan
sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan
pada kecepatan angin. Data rata-rata kecepatan angin tahun 2008 yang diperoleh
dari Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor adalah 2,5 km/jam, dengan
kecepatan angin terkecil terjadi pada bulan Juni (2 km/jam) dan terbesar pada
bulan Februari (3,2 km/jam). Menurut Beaufort (1804) seorang Laksamana
Inggris yang telah membuat daftar kekuatan dan kecepatan angin yang
digunakannya untuk pelayaran, kecepatan angin tersebut tergolong angin sepoi-
sepoi. Daftar tersebut kini masih tetap digunakan secara internasional, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Kelembaban relatif yang nyaman bagi manusia adalah 40-75% (Laurie
1986). Kelembaban rata-rata dalam kawasan mencapai 83,4%, ini berarti kawasan
berada dalam kondisi kelembaban yang cukup tinggi dan di luar kenyamanan.
Namun, hal ini bisa diatasi dengan pemberian ruang terbuka dengan penyinaran
matahari cukup, sehingga kelembaban dapat dikurangi. Suhu pada kawasan
perencanaan lanskap agrowisata ini merupakan potensi dalam menawarkan
suasana iklim pegunungan, terutama pada pengunjung atau masyarakat yang
berasal dari daerah perkotaan yang bersuhu panas. Curah hujan yang tinggi dapat
mengakibatkan longsor dan terkikisnya permukaan jalan sehingga menjadikan
jalanan rusak dan berlubang. Tanaman juga dapat digunakan untuk mengantisipasi
curah hujan yang tinggi tersebut. Penggunaan sistem perkerasan yang aman dan
nyaman serta penyediaan saluran drainase yang baik juga dapat menjadi solusi
untuk mencegah aliran permukaan yang cenderung tinggi serta mencegah
kerusakan pada jalan. Terik sinar matahari di persawahan atau kebun sayuran
yang cenderung terbuka dapat diatasi dengan penyediaan shelter atau saung
petani, dengan pepohonan sebagai penyerap panas dan penaung dari sinar
matahari.
39

Jenis Tanah
Berdasarkan peta tanah semi detail yang bersumber dari Dinas Tata
Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor skala 1: 40.000 tahun 2005, jenis tanah
pada kawasan terdiri dari Andosol, Podsolik Merah Kekuningan, Regosol, dan
asso Latosol clk Regosol. Gambar 7 memperlihatkan peta jenis tanah di kawasan.
Kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini didominasi oleh tanah Podsolik
Merah Kekuningan, yakni tanah dengan vegetasi alamnya berupa hutan
sembarang (coniferous or deciduous) dengan iklim panas sedang (warm
temperate) sampai basah tropika (tropical humid) dan drainase alam yang baik,
tanah ini memiliki pH rendah antara 4,2 hingga 4,8. Jenis tanah Andosol terdapat
di puncak hingga lereng Gunung Salak atau pada ketinggian 1000-2000 mdpl.
Jenis tanah Andosol memiliki pH 4,5-6,0 dan mempunyai sifat fisik yang baik
berupa: 1) daya pengikatan air sangat tinggi; 2) selalu jenuh air jika tertutup
vegetasi; 3) sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur yang
tinggi sehingga mudah diolah; dan 5) permeabilitas sangat tinggi karena
mengandung banyak makropori. Sedangkan tanah Regosol terdapat pada bagian
barat kawasan menyebar dari utara hingga daerah atas di selatan dengan
ketinggian yang bervariasi, yaitu 400-2000 mdpl. Tekstur tanah Regosol kasar
dengan pH 6-7, umumnya jenis tanah ini belum membentuk agregat, sehingga
peka terhadap erosi. Regosol akibat erosi umumnya dangkal dan kurang subur,
karena lapisan tanah yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara
tererosi, terdapat lahan miring atau curam pada kebun-kebun yang terlantar
(Darmawijaya 1990).
Pertanian lahan kering pada kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini
umumnya terdapat pada tanah Podsolik Merah Kekuningan yang lebih banyak
mengandung lempung serta sebagian kecil tanah Regosol yang umumnya
memiliki struktur tanah lemah dan lepas. Jenis tanah Regosol pada kemiringan
datar hingga sedang cukup stabil dan dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
Sedangkan pada daerah miring dan peka erosi dijadikan daerah konservasi dengan
aktivitas yang terbatas. Tabel 5 merupakan hasil analisis jenis tanah terhadap pola
pemanfaatan lahan di kawasan serta solusi yang ditawarkan.
40

Tabel 5. Jenis tanah serta pola dan solusi pemanfaatan lahan


Jenis Keterangan Pola Solusi
Tanah Pemanfaatan
Lahan
1 Andosol Dijumpai di daerah lereng Hutan sejenis Cocok bagi daerah
hingga puncak Gunung buatan, dan konservasi, terrutama sebagai
Salak. Merupakan daerah tegalan daerah resapan air di bagian
dengan bentuk topografi hulu.
berbukit dan bergelombang,
dengan kelas kemiringan
15- >40%. Daya ikat air
tinggi, struktur gembur, dan
mudah di olah.
Permeabilitas tinggi

2 Podsolik Berada tersebar di sebelah kebun Mendukung bagi kegiatan


merah timur kawasan hingga campuran, pertanian seperti
kekuningan hampir ke barat. Bentuk permukiman, perladangan. Berfungsi
wilayah datar hingga dan persawahan sebagai kawasan utama dan
berbukit dengan kelas pendukung agrowisata.
kemiringan 3-15%. Drainase
baik, bahan organik rendah,
tekstur lempung, struktur
pejal, konsistensi teguh.

3 Regosol Berada di sebelah barat Hutan sejenis Pada daerah miring


kawasan memanjang dari buatan, kebun dijadikan kawasan
utara hingga ke selatan. campuran, konservasi, sedangkan pada
Bentuk wilayah datar, permukiman, daerah yang cukup datar dan
berbukit dan bergelombang, dan persawahan stabil dikembangkan sebagai
dengan kemiringan 3->40%. bagian dari kawasan utama
Tekstur kasar, struktur dan pendukung agrowisata
lemah dan lepas. Mudah
tererosi, kurang subur.

4 Asso Berada di bagian utara Kebun Dikembangkan sebagai


latosol clk kawasan. Bentuk wilayah campuran, dan kawasan utama agrowisata
regosol cenderung datar dengan persawahan
kemiringan 3-8%.

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, 2005


41
42

Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu tentang air yang ada di bumi, yaitu keterdapatannya,
sifat-sifat fisis dan kimiawinya, sirkulasi dan penyebarannya, serta reaksinya
terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan. Penerapan
hidrologi mencakup berbagai bidang pekerjaan, antara lain pengairan,
pengendalian banjir, penyediaan air minum, dan pembangkit tenaga listrik
(Sianawati 2009). Sumber air kawasan berasal dari curah hujan, mata air Ciburial,
sungai Cipinanggading, saluran isrigasi, air rembesan yang berasal dari daerah
persawahan serta air limpasan permukaan yang mengalir dari daerah sekitar
perairan (persawahan, pemukiman dan kebun) dan juga dari PAM. Berdasarkan
hasil dari FGD (Focus Group Discussion) bersama masyarakat beserta staf-staf
pemerintah desa, diketahui bahwa sejak tahun 2000 hingga sekarang debit air
sungai Cipinanggading mengalami penurunan, hal ini sebagian besar dikarenakan
oleh adanya alih fungsi lahan, seperti daerah persawahan yang telah banyak
dijadikan pemukiman. Selain itu, sumber air yang penting bagi pertanian, yakni
saluran irigasi, terutama yang berupa perkerasan, banyak yang telah mengalami
kerusakan bocor karena tidak adanya pemeliharaan dari masyarakat ataupun
bimbingan dari pemerintah tentang cara pemeliharaan saluran irigasi yang baik.
Berdasarkan data survey mengenai pola penggunaan air oleh masyarakat,
sebagian besar masyarakat belum menerapkan metode penyimpanan air secara
sadar, namun, sebagian kecil masyarakat masih ada yang menggunakan sumur
untuk penggunaan air sehari-hari yang dapat menjaga keberlanjutan tersedianya
air tanah. Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui bagaimana cara
pengelolaan limbah cair demi terjaganya kebersihan air dan kesehatan masyarakat
itu sendiri. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sistem pembuangan
limbah cair masih bersifat langsung menuju saluran air seperti selokan, sungai
ataupun saluran irigasi ke lahan-lahan pertanian. Hal ini dapat merusak kandungan
air tanah apabila limbah cair yang mengandung tinja, deterjen, oli ataupun cat
tersebut meresap kedalam tanah, bahkan dapat membunuh mikroorganisme di
dalam tanah sehingga tanaman sulit tumbuh bahkan mati, dan jika menumpuk
akan menimbulkan polusi udara serta view yang buruk. Gambar 8 menunjukan
arah aliran air di kawasan.
43
44

Vegetasi dan Satwa


Vegetasi atau tumbuhan dan tanaman merupakan salah satu elemen lanskap
yang menjadi faktor penting dalam perencanaan lanskap. Tumbuhan dan tanaman
tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa
pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah.
Perubahan ini dikarenakan tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan
dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim 2003).
Berdasarkan survey, jenis vegetasi di dalam kawasan mencakup rerumputan,
penutup tanah, semak, perdu, hingga pohon dataran rendah dan dataran tinggi
(Gambar 9). Vegetasi yang ada di dalam kawasan terdapat pada ruang luar berupa
pekarangan, lahan pertanian, tegalan, hingga hutan. Pada pekarangan di kawasan
pemukiman di bagian utara kawasan, penduduk menanaminya dengan tanaman
yang menghasilkan buah, seperti jeruk (Citrus reticulata), jambu biji (Psidium
guajava), mangga (Mangifera indica) dan rambutan (Nephelium lappaceum),
sebagian masyarakat juga menggunakan pekarangannya sebagai tempat
pembibitan ataupun display penjualan tanaman hias, seperti aglaonema
(Aglaonema sp.), suplir (Adiatum sp.), dan sirih merah (Piper crocatum). Pada
lahan pertanian sebelah utara hingga sedikit ke selatan, penduduk sekitar
menanaminya dengan tanaman padi, jagung, talas, ubi kayu, nanas, dan sayuran.
Pada tegalan umumnya didominasi oleh rerumputan dan semak, sedangkan di
dalam hutan terdapat vegetasi beragam mulai dari semak, perdu, hingga pohon
tinggi seperti jati, dan sengon.

(a) pohon pinus (b) pohon, semak, dan penutup tanah


Gambar 9. Vegetasi di dalam kawasan
45

Jenis satwa yang ada dalam kawasan sangat beragam, seperti burung, tupai,
kucing, kadal, dan serangga serta sedikit satwa liar seperti elang jawa dan
trenggiling yang terdapat di Kawasan Taman Nasionala Gunung Halimun-Salak
(Susanto 2007). Sedangkan jenis hewan ternak yang ada mencakup sapi, kambing,
dan ayam (Gambar 10).

(a) berbagai jenis unggas (a) mamalia


Gambar 10. Satwa di dalam kawasan

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi


Kawasan ini dilalui oleh jalur yang menghubungkan kota Bogor dengan
kota Sukabumi, serta jalur kabupaten Bogor. Lokasi kawasan terletak 16 km dari
pintu tol Jagorawi Bogor dan memiliki jarak tempuh ± 13 km dari ibu kota Bogor,
± 120 km dari ibu kota Propinsi Jawa Barat yaitu kota Bandung serta ± 60 km dari
ibu kota Negara yaitu kota Jakarta. Desa Sukaharja dapat ditempuh melalui jalur
kabupaten Bogor, jalur ini biasa dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan
pribadi, dan merupakan jalur terdekat menuju kawasan. Angkutan umum yang
biasa melewati jalur ini ialah angkutan umum 03 jurusan Pasar Bogor-Ciapus,
angkutan umum ini hanya mengangkut penumpang sampai Kampung Pondok
Bitung yang berbatasan langsung dengan jalan lokal di Desa Sukaharja. Alat
transportasi desa yang ada di dalam kawasan sendiri berupa jasa ojeg motor yang
berasal dari penduduk setempat, walaupun jalan yang tersedia dapat dilalui oleh
dua kendaraan roda empat, dengan lebar jalan 3-4 meter. Hal ini baik diterapkan
karena dapat menjaga suasana asli perdesaan di dalam kawasan. Jalan lokal ini
menghubungkan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang yang kemudian berujung
di jalan alternatif Bogor-Sukabumi (Gambar 11).
46

.
47

Jalan di dalam dan menuju kawasan merupakan jalan beraspal, namun


kondisi jalan telah rusak di beberapa titik (Gambar 12). Akses masuk pertama
merupakan akses masuk yang berada dekat sebelum lahan kelompok tani Bunga
Desa yang sebelumnya melalui kelurahan Mulyaharja dan kecamatan Ciomas.
Pencapaian lokasi melalui akses masuk ini cukup mudah karena selain dilalui oleh
angkutan umum dari kota Bogor menuju terminal Pondok Bitung, kondisi jalan
dari kota Bogor juga cukup baik, kondisi jalan agak menanjak setelah melewati
kecamatan Ciomas dan rusak di beberapa titik. Akses masuk kedua adalah akses
masuk yang dilalui oleh angkutan umum 04 jurusan Pasar Bogor-Cihideung,
angkutan ini melalui kecamatan Pamoyanan, jalan alternatif Bogor-Sukabumi, dan
beberapa desa di kecamatan Cijeruk, seperti Desa Palasari dan Desa Tanjungsari.
Kondisi jalan di Pamoyanan rusak berat yang menyebabkan jalan penuh debu
pasir jika panas terik, serta timbul genangan air jika hari hujan. Sedangkan kondisi
jalan di Palasari, kecamatan Cijeruk sudah baik dengan aspal beton dan drainase
yang cukup. Akses menuju kawasan dapat ditempuh melalui pertigaan sebelum
Terminal Cihideung dan Warso Farm Durian, yang salah satu jalurnya menuju
Desa Tajurhalang dan Lembah Salak, jalur ini ditandai dengan papan penunjuk
arah. Jalur ini hanya dilalui oleh ojeg dan kendaraan pribadi, dengan kondisi
beraspal cukup baik dan berkelok-kelok mengikuti kontur dengan lebar jalan ± 4-
5 meter. Beberapa alternatif akses masuk menuju kawasan ini merupakan potensi
dalam memberikan kemudahan pengaturan keluar-masuk arus pengunjung
maupun masyarakat sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam menikmati agrowisata perdesaan.

Gambar 12. Kondisi jalan di dalam kawasan


48

Kondisi jalan, serta terbatasnya ketersediaan alat transportasi menjadi


kendala dalam hal jarak tempuh menuju kawasan. Analisis kondisi jalan dan
solusinya terdapat pada Tabel 6. Jenis alat transportasi yang dapat digunakan pada
jalur masuk menuju dan di dalam kawasan adalah kendaraan pribadi roda empat,
alat transportasi perdesaan, dan ojeg (Gambar 13). Peranan ojeg lebih terlihat
karena selain masih jarang angkutan umum yang mengakses kawasan ini juga
karena kondisi jalan di beberapa titik dalam kawasan yang masih berbatu dan
menanjak, seperti jalur menuju Kampung Tapos dan Kampung Tajurhalang atas.

Gambar 13. Jenis kendaraan di dalam kawasan

Posisi badan jalan umumnya langsung berbatasan dengan pemukiman, tanpa


adanya jarak atau pemisah yang sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur bagi
pejalan kaki (Gambar 14). Penyediaan pedestrian (jalur pejalan kaki) dari hijauan,
pemberhentian sementara untuk mengakomodasi kebutuhan pejalan kaki,
meningkatkan kualitas berupa perbaikan kondisi jalan serta peningkatan kuantitas
berupa pelebaran jalan perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi pengguna jalan.

Gambar 14. Pejalan kaki sebagai pengguna jalan


49

Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata disesuaikan untuk kebutuhan yaitu
memiliki lebar jalan 5,5–6,5 meter, sedangkan untuk kegiatan produksi minimum
7,5 meter (Harris and Dines 1988). Penggunaan tanaman pada sisi jalan di dalam
kawasan agrowisata tidak hanya dapat memberikan nilai keindahan, namun juga
dapat meningkatkan kualitas lingkungan (Gambar 15). Penggunaan tanaman yang
khas perdesaan mampu memberikan karakteristik pada kawasan (Susanto 2007)
sehingga memberi kesan tertentu bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan
agrowisata.

Gambar 15. Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan

Tanaman sebagai elemen lunak (soft material) lanskap tidak hanya


memberikan nilai estetis bagi lingkungan, namun memiliki beberapa fungsi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang dapat dikategorikan seperti berikut:
kontrol pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim, nilai estetis, habitat satwa
serta pencegah erosi. Penggunaan tanaman pada sisi jalan dapat berfungsi sebagai
penahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan dan sinar lampu
kendaraan. Dengan peletakan tanaman di sisi jalan sebaiknya dipilih pohon atau
perdu yang padat, selain dapat menyaring polusi juga dapat meredam bising yang
ditimbulkan oleh kendaraan (Hakim 2003).
Perencanaan yang akan dilakukan terkait aksesibilitas dan sistem
transportasi adalah mengatur jalur pengunjung dan masyarakat. Akses pertama
difungsikan sebagai pintu masuk utama kawasan karena dapat langsung menuju
desa yang difokuskan sebagai kawasan perencanaan agrowisata, yaitu Desa
Sukaharja. Akses kedua dapat dijadikan jalur alternatif bagi pengunjung yang
ingin menuju kawasan sambil menikmati pemandangan bernuansa perdesaan.
50

Tabel 6. Kondisi jalan dan solusi pemanfaatannya di dalam kawasan


Kondisi Jalan Potensi dan Kendala Solusi
1 Akses masuk dan * Terdapat dua akses masuk * Memanfaatkan akses pertama
jalur pengunjung berbeda ke dalam kawasan sebagai pintu masuk utama
* Jalur pengunjung dan kawasan, akses kedua sebagai jalur
masyarakat memiliki jalur yang alternatif bagi pengunjung
sama * Menetapkan jalur terpisah antara
pengunjung dan masyarakat untuk
meningkatkan keamanan dan
kenyamanan

2 Badan Jalan * Lebar jalan relatif sempit bagi * Melakukan pelebaran jalan
kendaraan dengan dua jalur * Melakukan perbaikan kondisi
penggunaan jalan yang rusak
* Kondisi jalan rusak di beberapa * Kepedulian dari masyarakat
titik menuju dan di dalam setempat untuk menyisakan
kawasan sedikit pekarangannya untuk jalur
* Kondisi pemukiman yang hijau, keamanan dan kenyamanan.
memakan badan jalan Salah satunya dengan menanaman
* Tidak adanya pedestrian bagi tanaman/ pohon di sisi jalan
pejalan kaki * Menyediakan jalur pejalan kaki
* Potensi jalan yang berkelok di * Penggunaan rambu jalan pada
beberapa tempat memberikan beberapa titik jalan untuk
suasana pegunungan keamanan

4 Fasilitas Jalan * Belum adanya fasilitas * Menyediakan fasilitas


pemberhentian sementara bagi pemberhentian sementara, serta
kendaraan ataupun pejalan kaki rambu dan tanda pengarah jalan
* Kurangnya rambu dan tanda * Pengadaan tempat pembuangan
pengarah jalan sampah untuk kebersihan dan
* Tidak adanya tempat kenyamanan kawasan
pembuangan sampah sehingga * Pengadaan lampu penerangan
terdapat pemandangan buruk dari untuk keamanan pengguna jalan
sampah yang dibuang di saat malam hari
sembarang tempat
* Kurangnya lampu penerangan,
sehingga kegiatan lebih banyak
dilakukan pada pagi dan siang
hari

Penanaman tanaman pinggir jalan yang khas perdesaan, agar memperkuat


dan mempertahankan nuansa asri perdesaan yang menjadi dasar konsep
perencanaan. Pembedaan jalur produksi masyarakat yang membutuhkan
kecepatan dan pertimbangan ekonomi dengan jalur pengunjung yang
membutuhkan kenyamanan dan kesenangan, dimana jalur produksi masyarakat
dibuat singkat, langsung dan praktis, sedangkan jalur pengunjung dibuat
memberikan pengalaman tentang kegiatan pertanian di kawasan dengan fasilitas
yang memadai, seperti adanya tempat melepas lelah.
51

Obyek dan Daya Tarik Agrowisata


Kawasan penelitian perencanaan agrowisata berkelanjutan ini merupakan
kawasan yang memiliki potensi pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata.
Berdasarkan survey kawasan ini memiliki kekhasan pada masih dominannya
lahan pertanian dan elemen alami lainnya, sehingga suasana lanskap perdesaan
dengan kegiatan bertani masyarakatnya dapat terlihat jelas. Penyebaran vegetasi
pada lahan-lahan masyarakat cukup bervariasi. Pada umumnya masyarakat
memilih tanaman hias untuk ditanam di pekarangannya. Pemandangan dalam
perjalanan menyusuri desa merupakan sumberdaya visual yang potensial.
Beberapa pemandangan menonjol yang dapat ditangkap antara lain berupa hutan,
persawahan, talun atau kebun, serta perkampungan. Potensi good view pada
kawasan sekitar perkampungan masih kurang mendukung karena rumah-rumah
penduduk belum tertata dengan baik, hal ini dapat terlihat dari tidak adanya
orientasi khusus saat membangun.
Sebagai salah satu aspek penting dalam perencanaan pariwisata, menurut
Yoeti (1997) daerah tujuan agrowisata harus memiliki obyek atau atraksi yang
mampu dijual kepada wisatawan. Syarat yang harus dimiliki adalah sebagai
berikut: 1) something to see sebagai sesuatu yang dapat di lihat, 2) something to
do sebagai sesuatu yang dapat dilakukan, dan 3) something to buy sebagai sesuatu
yang dapat dibeli. Berdasarkan hasil survey lapang dan hasil wawancara kepada
masyarakat setempat dan ketua bidang hortikultura di Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor, kawasan ini memiliki komoditas tanaman
hortikultura, khususnya tanaman hias, yang potensial dan dapat dikembangkan
sebagai obyek agrowisata serta memiliki view yang menarik ke arah pegunungan.
Kegiatan masyarakat dalam melakuan aktivitas pertanian juga dapat menjadi
atraksi agrowisata untuk pengunjung amati dan pelajari. Gambar 16
memperlihatkan persebaran lokasi potensi obyek agrowisata dan rekreasi yang
terdapat di dalam kawasan. Berikut ini merupakan jenis dan beberapa obyek dan
daya tarik agrowisata yang dapat dijumpai di kawasan berdasarkan komoditas
pertanian yang ada dan diringkas pada Tabel 7.
52
53

Obyek dan daya tarik agrowisata tanaman hias


Pada umumnya, kawasan memiliki potensi tanaman hias yang telah dikenal
oleh masyarakat. Masyarakat memilih tanaman hias untuk mengapresiasikan rasa
seni dan hobi mereka dalam menata pekarangan dan memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga (Susanto 2007). Akan tetapi, hasil apresiasi masyarakat tersebut
masih terbatas dan belum memadai, oleh karena itu dibutuhkan adanya pelatihan
atau bimbingan yang dapat mengembangkan apresiasi masyrakat terhadap
tanaman hias. Saat ini pengusahaan tanaman hias sudah berkembang dengan
adanya berbagai kelompok usaha tani di kawasan, seperti kelompok tani Bunga
Desa di Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja, dan Violces di Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Tanaman yang siap jual ditanam di dalam pot
atau polybag. Pada beberapa rumah di pinggir jalan utama di dalam kawasan
dapat dijumpai deretan tanaman hias di dalam saung (lath house) dengan tujuan
menarik pembeli dan pengguna jalan yang melaluinya. Saung ini terbuat dari
rangka bangunan berbahan dasar bambu yang ditutupi oleh atap plastik dan
berfungsi sebagai tempat menyimpan berbagai bibit tanaman dan tempat untuk
melakukan perbanyakan tanaman disamping juga berfungsi sebagai display
(pamer) tanaman. Selain di pinggir jalan, lokasi saung menyebar dan
mengelompok sesuai kelompok usaha tani yang ada di kawasan. Gambar 17
memperlihatkan saung sebagai tempat perbanyakan tanaman atau display serta
pekarangan rumah yang menjadi tempat display tanaman.

(a) saung dalam kelompok usaha tani (b) halaman rumah sebagai display
untuk budidaya tanaman hias tanaman hias
Gambar 17. Kondisi eksisting usaha tani tanaman hias
54

Potensi tanaman hias ini belum dimanfaatkan secara optimal serta belum
ada pembagian ruang-ruang khusus didalamnya sehingga belum dapat
memberikan pengalaman agrowisata yang diharapkan. Pengunjung yang datang
selama ini hanya sekedar memesan atau membeli tanaman hias, beberapa
pengunjung villa bahkan belum mengetahui keberadaan penjualan tanaman hias di
kawasan ini. Kondisi politik serta perekonomian yang menurun pada tahun ini
juga mempengaruhi pembelian tanaman hias pada masyarakat. Oleh karena itu,
dibutuhkan informasi dan promosi yang optimal untuk menunjang keberlanjutan
produksi tanaman hias di kawasan ini.
Tanaman hias yang tersusun rapi sepanjang jalan dapat memberikan nilai
tambah bagi keindahan kawasan serta menunjang konsep perencanaan agrowisata
berkelanjutan (Susanto 2007). Perencanaan lokasi penjualan tanaman hias dibuat
mengelompok mengikuti pola linear jalan yang ada sehingga dapat memberikan
orientasi wisata tanaman hias serta kemudahan memperoleh tanaman bagi
pengunjung. Selain itu, pola ini akan memberikan kemudahan bagi masyarakat
dalam memasarkan tanamannya, memberikan kenyamanan dan pengalaman visual
yang menarik di dalam kawasan agrowisata. Tanaman hias merupakan obyek
agrowisata yang sangat menarik dan menguntungkan. Aktivitas agrowisata yang
ditawarkan dapat beragam dan tidak hanya terbatas pada aktivitas berbelanja.
Paket pengenalan berbagai jenis tanaman hias lengkap dengan tata cara budidaya
dan pemeliharaannya dapat dikembangkan sebagai aktivitas agrowisata
(Tirtawinata 1996).
Obyek dan daya tarik agrowisata tanaman sayuran, palawija dan padi
Kawasan memiliki potensi obyek agrowisata komoditi tanaman sayuran dari
lahan seluas ± 5 ha, hasil garapan kelompok usaha tani SALUYU di Kampung
Cijulang, Desa Sukaharja. Sedangkan potensi obyek agrowisata komoditi padi
berada di lahan garapan milik kelompok tani Mekar Tani seluas ± 25 ha (Gambar
18). Lahan sawah di Desa Sukaharja ± 150 ha, akan tetapi banyak yang status
kepemilikannya sudah dipegang oleh swasta, sehingga status petani hanya sebagai
petani penggarap atau buruh. Kelompok tani SALUYU (2000) telah
mengembangkan komoditi tanaman sayuran organik sejak tahun 2003 dengan
komoditas sayuran yang dijumpai diantaranya tomat, buncis, pakcoi, caisim,
55

bayam, kacang panjang dan selada. Kelompok usaha tani SALUYU menjual
produk secara rutin seminggu sekali di Regina Pacis Bogor.
Obyek dan atraksi agrowisata yang dapat dikembangkan di lokasi berupa
aktivitas mempelajari metode pembuatan kompos yang diterapkan oleh kelompok
tani untuk menghasilkan pertanian organik. Selain itu, wisatawan dapat serta
melakukan aktivitas belanja sayuran dan hasil olahannya. Pada perencanaan
selanjutnya dilakukan pengembangan aktivitas seperti aktivitas jalan santai
menyusuri jalan setapak dengan lebar ± 1,5 m untuk menikmati pemandangan
berupa pegunungan dan hamparan kebun sayuran dan sawah, serta pengembangan
fasilitas agrowisata yang lebih beragam dengan memperhatikan penggunaan
fasilitas penunjang dengan bentuk dan bahan yang bernuansa perdesaan sehingga
dapat meningkatkan keindahan dan mendukung konsep agrowisata berkelanjutan.

Gambar 18. Kondisi eksisting kebun sayuran palawija dan padi


Objek dan daya tarik agrowisata tanaman buah
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, beberapa tanaman buah potensial
yang dapat dijumpai di kawasan selain jeruk, pala, durian, sawo, kelapa, mangga,
lengkeng dan jambu biji, terdapat juga nanas. Lahan produksi komoditi nanas,
berada di ketinggian > 700mdpl, dengan total luas lahan produksi ± 70ha.
Kelompok tani yang memproduksi nanas ialah kelompok tani Lindung Harapan di
Kampung Tapos yang berdiri sejak tahun 2000, dengan luas lahan ± 20ha. Saat
ini, mereka sudah bekerja sama dengan LSM dalam menghasilkan produk olahan
seperti selai nanas, namun jangkauan pasar yang masih sangat terbatas. Komoditi
lain yang sudah memiliki hasil olahan adalah komoditi pala yang diambil bijinya
dan diolah menjadi minyak pala ataupun sirup pala dari dagingnya, akan tetapi
produk olahan ini masih terbatas dan jangkauan pasarnya masih kecil. Oleh
56

karena itu, dibutuhkan kerjasama dengan pihak pemerintah atau LSM untuk
membina para petani sehingga dapat memudahkan produksi hasil olahan dan
pemasaran. Sedangkan untuk usaha produksi bibit durian dibawah kepemilikan
Bapak Agus yang berdiri sejak 1998 ini memiliki luas lahan ± 800 m² dan
letaknya tidak jauh dari kantor Desa Sukaharja. Konsumen dapat membeli bibit
durian baik eceran maupun partai besar. Bibit yang disediakan berasal dari
penangkar bibit lainnya dan perbanyakan sendiri. Pengunjung sebagian besar
berasal dari golongan instansi pemerintah, penangkar dan pedagang bibit serta
perorangan (masyarakat umum dan petani). Gambar 19 memperlihatkan kondisi
tempat pembibitan tanaman buah durian.

(a) display bibit tabulampot durian (b) jalan setapak di dalam kebun buah
Gambar 19. Kondisi eksisting tempat pembibitan tanaman buah durian

Pusat produksi tanaman buah di dalam kawasan ini belum dikembangkan


menjadi aktivitas agrowisata yang melibatkan pengunjung secara langsung,
sehingga pengembangan aktivitas agrowisata masih sangat diperlukan untuk
memberi daya tarik bagi pengunjung. Aktivitas agrowisata yang dapat
dikembangkan pada lahan produksi tanaman buah berupa pengamatan,
mempelajari teknik budidaya tanaman buah, memilih dan memetik sendiri buah
yang hendak dikonsumsi pada saat musim panen tiba dengan terlebih dahulu
diberi petunjuk bagaimana ciri-ciri buah yang layak petik dan cara memetik buah
yang benar. Aktivitas ini memberikan kesenangan pada pengunjung karena
memperoleh buah-buahan dari tempat asalnya dengan kondisi yang masih segar
dan harga yang relatif murah. Selain itu, aktivitas ini memberikan kemudahan
kepada pihak pemilik dan pengelola dalam memasarkan hasil tanpa harus
terbebani biaya pemanenan dan pengangkutan (Tirtawinata 1996).
57

Obyek dan daya tarik agrowisata peternakan


Peternakan sapi skala kecil yang diusahakan oleh kelompok tani ternak sapi
perah KANIA (Gambar 20) di Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
merupakan jenis peternakan yang dapat dijumpai di dalam kawasan perencanaan
agrowisata. Kelompok tani KANIA pada awal tahun 2008 menjadi juara I tingkat
provinsi dalam lomba agribisnis pertanian untuk komoditi sapi perah.

(a) kondisi ternak dalam kandang (b) pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
Gambar 20. Kondisi eksisting peternakan sapi

Aktivitas yang telah ada tidak melibatkan pengunjung secara langsung dan
terbatas kepada aktivitas belanja produk peternakan. Potensi peternakan ini dapat
dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai bagian dari obyek dan atraksi
agrowisata. Kendalanya adalah skala pengusahaan yang masih relatif kecil serta
sarana yang belum memadai. Kondisi peternakan yang kurang memberikan
pemandangan menarik serta bau yang ditimbulkan oleh kotoran ternak
menjadikan perlu adanya sisi lain yang ditonjolkan untuk menarik orang datang
berkunjung, seperti lebih menonjolkan unsur pengetahuan dalam menawarkan
paket-paket pendidikan di lokasi peternakan. Contoh paket tersebut ialah
merancang tata letak dan bangunan peternakan, pemeliharaan hewan ternak,
pembuatan pakan, dan inseminasi buatan (pembuahan buatan untuk tujuan
reproduksi) pada ternak, pola beternak, cara tradisional dalam peternakan, serta
budidaya hewan ternak (Tirtawinata dan Fachruddin 1996). Pengunjung yang
memiliki minat khusus pada bidang peternakan dapat melakukan pengamatan
terhadap perilaku hewan ternak, memberi pakan ataupun memerah susu serta
proses pasca produksi ternak.
58

Tabel 7. Potensi eksisting obyek dan daya tarik di kawasan


Obyek atau Aktivitas Wisata
Ruang Atraksi
Komoditas Something to Something to Something to
Utama
do see buy
1 Tanaman Hias Agloenema, suplir, Pengamatan, Keragaman Aneka
sirih merah, budidaya dan tanaman hias
anthurium, begonia, keindahan
dsb tanaman hias
2 Tanaman Sayuran pembuatan Pemandangan Beras,
Tomat, buncis,
Palawija dan Padi kompos, hamparan beragam jenis
pakcoi, caisim,
rekreasi, kebun sayuran dan
bayam, kacang
kuliner, sayuran dan palawija serta
panjang, selada, padi,
mengolah sawah hasil
dll
lahan olahannya
3 Tanaman Buah Nanas, durian, pala, Pengamatan, Kebun buah Tabulampot
jeruk, jambu biji memetik buah
4 Peternakan Pengamatan, Aktivitas Produk
Sapi
pendidikan peternakan peternakan
Sumber: Hasil Pengamatan

Pada analisis data obyek dan daya tarik agrowisata di dalam kawasan
tersebut di atas, diketahui bahwa pada kawasan terdapat potensi pertanian yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Menurut Arifin (2004) dalam
Susanto (2007), agrowisata di daerah pertanian hortikultura dapat dikembangkan
di kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra produksi tanaman
hortikultura. Nurisjah (2001) menjelaskan bahwa sajian yang diberikan pada
wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan
kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas
yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga
dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat
dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu,
budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Aktivitas
pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan hasil, dan juga pasar hasil pertanian. Melalui
pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan
59

lahan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dengan tetap


melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal. Tabel 8 merupakan analisis objek dan daya tarik wisata pada kawasan
perencanaan agrowisata.

Tabel 8. Potensi obyek dan daya tarik wisata serta solusi pemanfaatannya
Obyek dan
Atraksi Potensi dan Kendala Solusi
Wisata
1 Tanaman * Lokasi menyebar dan penataan * Menata ruang khusus agrowisata
Hias kurang tanaman hias serta mengembangkan
* Jenis dan jumlah beragam, kegiatan agrowisata tanaman hias dengan
namun belum ada pembagian fasilitas penunjang. Lokasi budidaya
ruang wisata dibuat berkelompok dengan pembagian
* Kegiatan wisata yang ada masih area berdasarkan kegiatan budidaya,
terbatas lokasi display dialokasikan di sisi jalan
atau pemukiman sisi jalan dalam kawasan.

2 Tanaman * Hamparan kebun sayuran masih * Menciptakan ruang serta


Sayuran terbatas, dan sawah terbentang mengembangkan kegiatan agrowisata
Palawija * Belum tercipta ruang wisata sayuran palawija dan padi dengan fasilitas
dan Padi * Pemandangan hamparan kebun penunjang dan memanfaatkan potensi
sayuran dan sawah yang menarik pemandangan kebun dan sawah

3 Tanaman * Belum tercipta ruang wisata * Lokasi dipusatkan tergantung jenis


Buah * Beragam buah tropis dapat tanaman buah
tumbuh * Menciptakan ruang agrowisata buah
serta mengembangkan kegiatan
agrowisata tanaman buah

4 Peternakan * Kegiatan beternak dan * Menciptakan ruang agrowisata


pembuatan biogas peternakan serta mengembangkan
* Polusi udara dari kotoran ternak kegiatan dan fasilitas yang sesuai.
* Menciptakan sarana dan prasarana
pendukung untuk kebersihan kandang
Sumber: Survey lapang
60

Perencanaan dalam menata lanskap agrowisata serta mengatur sirkulasi


penting diperhatikan untuk menciptakan perjalanan wisata yang menyenangkan
dengan nuansa perdesaan. Obyek agrowisata direncanakan menjadi kegiatan
menerus sepanjang tahun, atraktif (menarik), serta dapat memberikan pengalaman
atau proses dengan cara pengunjung terlibat kegiatan atau melalui program
interpretasi. Aktivitas agrowisata pada kawasan ini masih sangat terbatas sehingga
perlu dilakukan pengembangan aktivitas berdasarkan potensi pertanian yang telah
ada. Tabel 9 merupakan analisis pengembangan aktivitas yang dapat dilakukan di
dalam masing-masing area obyek dan atraksi agrowisata pada ruang utama
agrowisata.

Pariwisata Sekitar Kawasan


Kegiatan wisata disekitar kawasan perencanaan agrowisata pada umumnya
didominasi oleh jenis wisata alam (Susanto 2007) karena menonjolkan sifat dan
karakteristik sumberdaya alam pegunungan yang masih alami, hutan, dan kawasan
pertanian. Berdasarkan UU No.9 tahun 1990, pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) jenis yaitu: 1)
obyek dan daya tarik wisata alam, 2) obyek dan daya tarik wisata budaya, dan 3)
obyek dan daya tarik wisata minat khusus. Obyek dan daya tarik wisata alam,
menonjolkan sifat dan karakteristik sumberdaya alam daratan atau hutan dan
perairan yang mampu menimbulkan kepuasan bagi wisatawan seperti keindahan
bentang alam, keunikan dan keanekaragaman flora dan fauna. Dalam
pengembangan suatu obyek wisata perlu memperhatikan adanya obyek wisata
lainnya yang dapat menjadi rangkaian dalam paket wisata, sehingga dapat
menunjang kunjungan (Depbudpar 2001). Di dalam kawasan terdapat terdapat
tempat wisata untuk umum yaitu Taman Gajah di puncak Cijulang dengan obyek
berupa pemandangan kota Bogor. Taman Gajah merupakan sebuah taman yang
digunakan untuk melihat pemandangan dari puncak Cijulang, dan ramai
dikunjungi pada hari libur dan akhir pekan, selain penduduk sekitar, tempat ini
juga dikunjungi oleh para pengendara sepeda gunung untuk beristirahat sejenak
sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
61

Tabel 9. Pengembangan aktivitas agrowisata di dalam ruang utama agrowisata


Area Fungsi didalam
Aktivitas
(Tujuan) Area
Tanaman Hias Penerimaan penyambutan,
pemberian kuntum bunga
(Mengenal keragaman
Pelayanan pemberhentian andong, registrasi ulang,
jenis tanaman hias serta menerima informasi, membeli tanaman hias,
membeli media tanam
mengetahui teknik
Budidaya mengamati jenis tanaman hias,
budidayanya) mempelajari teknik budidaya,
mempersiapkan media tanam
Display mengamati rangkaian tanaman hias,
mengamati jenis tanaman hias,
mempelajari cara merangkai tanaman hias,
Pasca Panen mempelajari proses pembuatan pupuk kompos,
mempelajari cara pengemasan tanaman hias
Sayuran Palawija dan Padi Penerimaan penyambutan
(Mengamati pengolahan Pelayanan registrasi ulang,
menerima informasi,
lahan hingga pasca panen, menikmati makan siang di saung
mengenal ragam sayuran, Budidaya mengamati jenis sayuran dan palawija,
mengamati teknik membajak sawah,
mengetahui teknologi mengikuti proses penanaman padi
pertanian setempat serta Display jalan santai di persawahan,
mengamati pola tanam padi-palawija
teknik budidaya sayuran
Pasca Panen mempelajari proses penggilingan padi,
dan padi) mempelajari cara pengemasan beras, palawija,
dan sayuran
Tanaman Buah Penerimaan penyambutan
(Mengenal keragaman Pelayanan registrasi ulang, menerima informasi,
membeli buah nanas, membeli tabulampot,
jenis tanaman buah, serta membeli bibit pohon durian,
mempelajari teknik menikmati rujak buah nanas
Budidaya mengamati tanaman buah,
budidaya dan pasca mengamati pola tanam, memetik buah sendiri,
panennya) mempelajari teknik budidaya
Display mengamati pola tanam, jalan santai,
mengamati tanaman buah
Pasca Panen mempelajari teknik pengemasan tanaman buah
mempelajari cara mengupas nanas
Peternakan Penerimaan penyambutan
Pelayanan registrasi ulang, menerima informasi,
(Mengamati dan
membeli susu murni, membeli pupuk kandang
mempelajari kegiatan Budidaya mengamati jenis sapi perah,
dalam beternak) mengamati tipe kandang,
mempelajari teknik memerah sapi
Pasca Panen mempelajari teknik pengemasan susu
mempelajari teknik pembuatan produk
fermentasi susu
Pendidikan mempelajari proses pembuatan biogass
62

Taman Gajah, disebut demikian karena di pintu gerbang terdapat patung


gajah (Gambar 21) setinggi ± 3 m yang menjadi ciri khas dari taman tersebut.

(a) gerbang di Taman Gajah (b) view dari Taman Gajah


Gambar 21. Kondisi eksisting Taman Gajah di Cijulang

Kepariwisataan saat ini cenderung mengalami perkembangan pesat.


Pemerintah telah berusaha meningkatkan pariwisata dengan mengoptimalkan
potensi daerah serta memberi perhatian serius terhadap usaha kecil. Desa
Sukaharja dapat menjadi alternatif tujuan bagi pengunjung yang datang ke
kecamatan Cijeruk. Selain Warso Farm Durian, terdapat wisata Kampung Budaya
Sindangbarang di kecamatan Tamansari dan Wana Wisata Curug Nangka yang
sering dikunjungi oleh banyak wisatawan. Obyek wisata tersebut dapat menjadi
alternatif bagi pengembangan program paket wisata di kecamatan Cijeruk dan
sekitarnya. Tabel 10 merupakan data beberapa obyek wisata yang terletak dekat
dengan kawasan. Gambar 22 menunjukkan peta pariwisata kabupaten Bogor.

Tabel 10. Obyek wisata di sekitar kawasan


No Nama Obyek Wisata Potensi Wisata Lokasi
1 Kampung Budaya Sindang Wisata Budaya Tamansari
Barang
2 Bumi Perkemahan Sukamantri Perkemahan Tamansari
3 Wana Wisata Curug Nangka Hutan lindung, wisata curug Tamansari
4 Warso Farm Agrowisata durian Desa Cipelang
5 Wisata Desa Kampung Bambu Kebun wisata, playground Cigombong
6 Wisata Agro Kapol Kebun wisata Cigombong
7 Taman Rekreasi Lido Rekreasi danau Cigombong
8 Taman Safari Indonesia Wisata safari Cisarua
Sumber: Dinas Pariwisata kabupaten Bogor, 2008
63
64

Kawasan perencanaan lanskap agrowisata ini dapat menjadi obyek wisata


yang mendukung pengembangan sektor pariwisata kabupaten Bogor serta menjadi
alternatif tujuan bagi pengunjung yang datang atau melalui kabupaten Bogor.
Kedekatan kawasan penelitian dengan obyek wisata yang telah berkembang dan
sudah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi kawasan untuk
diterima sebagai bagian dari obyek dan daya tarik wisata alam berbasis pertanian.
Kerjasama dengan lembaga pariwisata untuk menciptakan paket-paket wisata
yang menarik dapat menjadi upaya dalam perencanaan lanskap agrowisata dan
pengembangannya.

Sarana dan Fasilitas Pendukung Agrowisata


Sarana dan prasarana penunjang cukup berperan dalam menunjang
kemudahan dan kenyamanan wisatawan. Unsur-unsur yang terkandung dalam
penilaian kriteria ini, antara lain: 1) ketersediaan prasarana dalam radius tertentu;
2) ketersediaan sarana penunjang lainnya; 3) ketersediaan fasilitas khusus; dan 4)
ketersediaan fasilitas umum (Disbudpar 2001). Fasilitas pendukung pada masing-
masing obyek dan daya tarik agrowisata di dalam kawasan masih sangat terbatas,
bahkan belum ada sama sekali, karena orientasi kelompok usaha tani saat ini
hanya terbatas pada produksi dan memenuhi pesanan konsumen, bukan kepada
produk agrowisata. Langkah yang diperlukan yakni membangun sarana,
prasarana, dan fasilitas yang dianggap kurang. Penyediaan fasilitas pendukung
yang tepat dan sesuai aktivitas, jumlah memadai, peletakan yang tepat serta
menggunakan arsitektur yang mendukung konsep sangat diperlukan. Penggunaan
bahan serta bentuk bangunan fasilitas wisata yang akrab dengan alam dan
bernuansa perdesaan dapat memperkuat karakter serta konsep agrowisata
berkelanjutan. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan seperti jalan menuju lokasi,
pintu gerbang, tempat parkir, kantor informasi, papan informasi, jalan dalam
kawasan agrowisata, shelter, area pandang, penginapan, sarana penelitian, toilet,
tempat ibadah, dan tempat sampah. Perlu adanya pengembangan fasilitas
berdasarkan aktivitas atau kegiatan yang dikembangkan. Pada Tabel 11 terdapat
analisis fasilitas dan pengembangannya berdasarkan pengembangan aktivitas.
65

Tabel 11. Fasilitas wisata berdasarkan aktivitas


Area Aktivitas Fasilitas
Tanaman penyambutan, papan penanda,
Hias pemberian kuntum bunga, sambutan kuntum bunga,
lampu gerbang, jalan
pemberhentian andong, registrasi ulang, area parkir berumput, kantor loket,
menerima informasi, membeli tanaman papan informasi, ruang pelatihan, gerai
hias, membeli media tanam, tanaman hias, aula terbuka, warung,
toilet, tempat duduk, tempat sampah
mengamati jenis tanaman hias, saung bambu tanaman hias, jalan
mempelajari teknik budidaya, setapak, irigasi, lahan pembibitan,
mempersiapkan media tanam, tempat membuat media tanam
mengamati rangkaian tanaman hias, lampu taman, jalan
mengamati jenis tanaman hias,
mempelajari merangkai tanaman hias,
mempelajari proses pembuatan pupuk tempat pembuatan pupuk kompos,
kompos, mempelajari cara pengemasan tempat pengemasan tanaman hias
tanaman hias,
Tanaman penyambutan, papan penanda
Sayuran registrasi ulang, kantor kelompok tani,
Palawija menerima informasi, papan informasi, saung, jalan setapak,
dan Padi menikmati makan siang di saung tempat sampah
mengamati jenis sayuran dan palawija, lahan sayuran dan palawija,
mengamati teknik membajak sawah, lahan membajak sawah,
mengikuti proses penanaman padi, lahan percobaan, jalan setapak
jalan santai di persawahan, jalan setapak
mengamati pola tanam padi-palawija,
mempelajari proses penggilingan padi, bangunan penggilingan padi
mempelajari cara pengemasan beras, bangunan pengemasan
palawija, dan sayuran TPS
Tanaman penyambutan papan penanda, pos jaga
Buah registrasi ulang, menerima informasi, kantor kelompok tani,
membeli buah nanas, membeli papan informasi, saung
tabulampot, membeli bibit pohon durian,
menikmati rujak buah nanas,
mengamati tanaman buah, mengamati lahan perkebunan nanas, lahan
pola tanam, memetik buah sendiri, pembibitan, jalan setapak, tempat
mempelajari teknik budidaya, penyediaan media tanam
mengamati pola tanam, jalan santai, jalan setapak
mengamati tanaman buah,
mempelajari teknik pengemasan bangunan tempat pengemasan tanaman
tanaman buah, mempelajari cara buah
mengupas nanas
Peternakan penyambutan papan penanda, pos jaga
registrasi ulang, menerima informasi, kantor kelompok tani, papan informasi,
membeli susu murni, membeli pupuk bangunan produksi, rumah pekerja,
kandang, toilet
mengamati jenis sapi perah, kandang ternak, tempat duduk, jalan,
mengamati tipe kandang, gudang peralatan
mempelajari teknik memerah sapi
mempelajari teknik pengemasan susu bangunan produksi,
mempelajari teknik pembuatan produk
fermentasi susu
mempelajari proses pembuatan biogass tempat pembuatan biogass
66

Aspek Sosial dan Ekonomi


Penduduk
Berdasarkan data Jumlah penduduk yang bersumber dari Gambaran Umum
Desa pada Laporan Tahunan Desa, jumlah penduduk dalam kawasan perencanaan
agrowisata mencapai 18.383 jiwa, yang terdiri dari masyarakat lokal dan WNI
yang bermukim di kawasan, dengan rincian masing-masing desa berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 12. Mata pencaharian penduduk di kawasan ini
sebagian besar adalah bertani dan berdagang, baik petani pemilik lahan atau
sawah maupun petani penggarap. Tingkat pendidikan di kedua desa tersebut
umumnya hanya tamat hingga SD (Sekolah Dasar), dan hanya sebagian kecil saja
yang menyelesaikan studinya hingga ke tingkat akademi atau perguruan tinggi.
Ditinjau dari jumlah penduduk bekerja menurut pekerjaan utama, mereka
dikategorikan sebagai PNS, karyawan, POLRI, pedagang, jasa, peternak, petani,
dan buruh.

Tabel 12. Jumlah penduduk di kawasan


Jenis Kelamin
No Desa Jumlah
Laki-laki Wanita
1 Sukaharja 6.492 5.806 12.298
2 Tajurhalang 3.190 2.895 6.085
Sumber : Laporan Tahunan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang tahun 2008

Masyarakat lokal menjadi salah satu pemain kunci dalam agrowisata


perdesaan, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk agrowisata (Damanik 2006). Jumlah
penduduk angkatan kerja yang berusia 15-64 tahun di dalam kawasan, terutama di
Desa Sukaharja cukup banyak, yakni mencapai 7.875 jiwa, sedangkan Desa
Tajurhalang mencapai 3.924 jiwa. Masyarakat umumnya lebih banyak yang
memiliki pekerjaan di dalam kawasan sendiri, seperti bekerja sebagai buruh di
pabrik produsen sepatu, tetapi memang 60-70% penduduknya, terutama Desa
Sukaharja, bekerja sebagai petani bunga.
67

Kelembagaan
Tujuan kelembagaan adalah untuk pemantapan dan peningkatan kapasitas
institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara
operasional merupakan organisasi dengan sumberdaya manusia dan peraturan
perundangan yang sesuai dan memiliki efisiensi tinggi (Disbudpar 2001). Menurut
sumber Rencana Kerja Penyuluh Pertanian tahun 2009, kelembagaan petani di
kawasan terdiri dari kelompok tani dan Gapoktan, dan masih didominasi oleh
kelompok pemula. Gapoktan baru dibentuk di Desa Sukaharja tahun 2009,
pembentukan koperasi di kawasan masih diusahakan, sedangkan kegiatan karang
taruna sudah tidak aktif. Desa Tajurhalang memiliki beberapa kelembagaan
meliputi BPD dan PKK dengan masing-masing memiliki sekretariat. Turut serta
masyarakat dalam kegiatan serta koordinasi antar kelembagaan masih perlu
ditingkatkan dan lebih disinergikan. Lembaga pemerintah yang memiliki peranan
dalam pengembangan kawasan ini ialah UPTD (Unit Penyuluhan Pertanian
Daerah) wilayah Caringin dibawah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor sebagai lembaga pemerintah yang menyalurkan penyuluh pertanian di Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang. Sedangkan LSM yang melakukan kegiatan di
kawasan ialah ELSPPAT (organisasi non pemerintah berbadan hukum yang
bergerak dalam upaya penguatan masyarakat perdesaan dan pertanian
berkelanjutan, berbasis masyarakat di kabupaten Bogor) yang bekerjasama dengan
kelompok tani SALUYU dalam memproduksi sayuran organik.
Lembaga pemerintah perlu menjalankan fungsi pengawasan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan agrowisata. Lembaga
pemerintahan yang terkait dalam penataan dan perencanaan agrowisata antara lain
Bappeda, dinas pariwisata, dinas pertanian, perkebunan, kehutanan, dan
perindustrian (Tirtawinata 1996). Kerja sama lembaga masyarakat dengan
lembaga pemerintahan masih perlu ditingkatkan, karena perencanaan agrowisata
tidak dapat berdiri sendiri. Kurangnya koordinasi antar lembaga atau instansi
terkait seringkali mengakibatkan perencanaan agrowisata berjalan tidak sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Hal ini dapat menyulitkan pemantauan dan
pengawasan terhadap tahap pengembangan selanjutnya. Masyarakat setempat
yang sudah memiliki usaha juga dapat turut memajukan perencanaan agrowisata
68

di kawasan, sehingga tidak hanya terlibat secara teori tapi juga dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat. Tugas lembaga ekonomi seperti bank, secara aktif
membantu pemerintah di dalam penanaman modal dan masyarakat dalam
mengelola obyek agrowisata di wilayah mereka. Peran lembaga pendidikan,
khususnya perguruan tinggi juga sangat diharapkan, salah satunya untuk
memberikan masukan kepada pemerintah di dalam menentukan kebijakan.

Obyek dan Atraksi Pendukung Agrowisata


Masyarakat Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang masih menyimpan
beberapa tradisi dan kebiasaan pendahulunya, seperti kesenian dongdang atau
arak-arakan hasil pertanian di hari kemerdekaan serta gamelan dan rebana
(Gambar 23). Pada acara memperingati hari kemerdekaan juga ditampilkan
beberapa atraksi dari murid-murid sekolah dasar di perdesaan, seperti kesenian
bela diri dan angklung. Hal ini merupakan salah satu cara melestarikan adat-
budaya secara turun-temurun yakni dengan cara menjadikannya sebagai salah satu
mata ajaran atau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah perdesaan. Aktivitas
masyarakat seperti ini masih perlu mendapatkan pembinaan lebih lanjut agar tetap
dapat dipertahankan keberadaannya, selain untuk melestarikan adat-budaya
setempat juga dapat mendukung pengembangan aktivitas agrowisata yang
berkelanjutan. Semua aspek kehidupan yang ada dan hidup di suatu lingkungan
masyarakat, bisa dijadikan atraksi wisata (Setiawinata 2007) yang dapat
dikunjungi dan dikonsumsi pengunjung sehingga dapat mendukung aktivitas
agrowisata.

(a) arak-arakan hasil pertanian (b) kesenian bela diri


Gambar 23. Atraksi pendukung agrowisata
69

Pengunjung
Kawasan perencanaan agrowisata yang letaknya tidak jauh dari pusat kota
Bogor cukup diminati oleh pengunjung yang berasal dari penduduk sekitar
maupun warga kota Bogor sebagai kawasan rekreasi, khususnya pada akhir
minggu dan hari libur. Suasana asri perdesaan yang jauh dari hiruk-pikuk
perkotaan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk singgah ataupun hanya
sekedar berkendara melewati desa sambil menikmati pemandangan sekitar.
Namun, karena kawasan ini belum menjadi daerah tujuan wisata secara resmi dan
belum memiliki sistem pengelolaan yang terkoordinasi, maka pencatatan jumlah
pengunjung secara resmi belum tersedia. Karakteristik pengunjung berdasarkan
hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik pengunjung


Parameter (a) Jenis yang dominan (b) Frekuensi (c) Persentase (d)
Laki-laki 12 60%
Jenis Kelamin
Perempuan 8 40%
15-20 10 50%
Usia 21-26 4 20%
>26 6 30%
Kec. Cijeruk 2 10%
Kota asal
Kota Bogor 10 50%
kedatangan
Luar Kota Bogor 8 40%
Mahasiswa/pelajar 13 65%
Pegawai swasta 1 5%
Pekerjaan
Wiraswasta 5 25%
PNS 1 5%
Sebulan sekali 5 25%
Frekuensi kunjungan
Lebih dari sebulan sekali 15 75%
Berkelompok 13 65%
Bentuk kunjungan
Rombongan besar 7 35%
Komunitas sepeda 5 25%
Kelompok kunjungan Sekolah/ perguruan tinggi 13 65%
Teman-teman 2 10%
Berjalan kaki/sepeda 15 75%
Cara berkunjung
Mobil/angkot 5 25%
70

Tabel 13. Lanjutan


(a) (b) (c) (d)
1-3 jam 15 75%
Lama Kunjungan
> 3 jam 5 25%
< 10.000 / bulan 6 30%
Pengeluaran wisata 10.000 – 50.000/ bulan 4 20%
> 50.000/ bulan 10 50%
Menanam 8 40%
Mengikuti kegiatan produksi 8 40%
Belanja hasil pertanian 8 40%
Menikmati hasil olahan 8 40%
Memanen 8 40%
Piknik 3 15%
Bermain 6 30%
Menikmati pemandangan 9 45%
Aktifitas yang
Berolah raga 9 45%
diinginkan
Foto-foto 8 40%
OutBond 2 10%
Belanja 4 20%
Belajar 6 30%
Penelitian 3 15%
Makan-makan 5 25%
Jalan-jalan 8 40%
Bersepeda 5 25%
Sumber : Kuesioner dengan 20 responden pengunjung

Jika dilihat secara keseluruhan pada Tabel 13, pengunjung yang datang
didominasi oleh laki-laki dari remaja hingga bapak-bapak. Pengunjung umumnya
berasal dari kota Bogor yang tidak jauh dari kawasan, hal ini dikarenakan belum
adanya promosi yang dilakukan sehingga hanya terbatas orang yang mengetahui
keberadaan potensi rekreasi dan wisata didalam kawasan. Lama waktu
pengunjung yang datang umumnya satu sampai tiga jam, kawasan ini sering
dijadikan tujuan oleh komunitas sepeda gunung sebagai bagian dari jalur yang
mereka lalui dalam melakukan aktivitas bersepeda, hal ini dapat menjadi acuan
bagi rencana kawasan untuk menetapkan jalur khusus untuk track sepeda yang
nyaman dan aman. Pengunjung biasanya juga menginap di sebuah villa di dalam
71

kawasan dalam jumlah rombongan, seperti rombongan keluarga ataupun sekolah


untuk melakukan kegiatan rekreasi yang berorientasikan alam, umumnya
pengunjung bermalam tiga sampai lima hari. Sedangkan aktivitas rekreasi atau
wisata umum yang biasa dilakukan oleh pengunjung mencangkup menikmati
pemandangan, berolahraga, photohunting, dan jalan-jalan. Perlu pengembangan
lebih lanjut terkait aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung dalam
agrowisata, sehingga tidak terkesan monoton.
Preferensi pengunjung mengenai langkah-langkah agar kawasan agrowisata
lebih menarik untuk dikunjungi adalah penyediaan papan penunjuk dari pusat kota
Bogor ke lokasi, promosi dengan penyebaran brosur atau leaflet, jalan diperbaiki
atau diperlebar, transportasi lebih mudah, mempertahankan suasana perdesaan
serta kebersihan dan kenyamanan, pelatihan bagi masyarakat tentang pengelolaan
agrowisata sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM di perdesaan, membangun
fasilitas dan infrastruktur, serta pembuatan jalur wisata khusus.

Pengelolaan Kawasan Agrowisata


Potensi obyek dan daya tarik agrowisata
Potensi agrowisata yang ada di dalam kawasan belum dikembangkan
sepenuhnya, karena terbatasnya jangkauan dan kemampuan pengelolaan terhadap
obyek dan atraksi agrowisata yang ada. Selama ini, pengelola atau pemilik dari
lahan pertanian yang ada di dalam kawasan hanya memfokuskan usahanya pada
hasil produksi komoditas pertanian saja.
Informasi dan promosi agrowisata
Beberapa kelompok usaha tani sudah menggunakan papan penanda atau
penunjuk arah menuju lokasi pembibitan komoditas mereka yang diletakkan di
depan jalan masuk, seperti kelompok tani Bunga Desa (Gambar 24). Kegiatan
KKP mahasiswa IPB tahun 2009 di kawasan ini juga telah memberikan sarana
informasi dan promosi untuk kelompok tani Bunga Desa berupa pembuatan
desain logo dan leaflet dalam program yang mereka susun di kegiatan KKP,
contoh logo dari kelompok tani Bunga Desa dapat dilihat pada Gambar 25.
Sedangkan usaha promosi kelompok tani SALUYU dilakukan dengan
72

memasarkan produknya melalui sistem pemasaran alternatif dalam bentuk


Warung Organik LESTARI.

Gambar 24. Papan penanda Bunga Desa

Pembuatan leaflet yang digerakkan dalam program KKP mahasiswa tersebut


sangat membantu kelompok tani, khususnya Bunga Desa, dalam memasarkan
komoditas yang dihasilkannya. Selain itu penyebaran leaflet juga dapat
memberitahukan kepada masyarakat luas atau pengunjung akan keberadaan
kawasan dan potensi yang ada di dalamnya. Sarana informasi lainnya dalam
kawasan wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat
informasi, pusat interpretasi pengunjung serta pemandu wisata.

(a) leaflet kelompok tani Bunga Desa dari (c) logo kelompok tani Bunga Desa dari
program KKP mahasiswa IPB 2009 program KKP mahasiswa IPB 2009
Gambar 25. Sarana informasi dan promosi dalam kawasan

Penyediaan fasilitas informasi dan sarana promosi bagi kawasan ini masih
sangat perlu ditingkatkan sehingga dapat memberikan informasi agrowisata dan
menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan agrowisata. Pengembangan
73

kegiatan promosi dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan dan dikemas dalam
bentuk yang menarik, misalnya berupa festival tanaman dan hewan budi daya,
pertemuan-pertemuan, seminar, konferensi dalam bidang pertanian atau
pariwisata, serta penawaran paket-paket agrowisata dengan kegiatan yang menarik
dan menyenangkan serta tidak monoton.
Sarana atau fasilitas pendukung
Kawasan ini masih perlu melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya.
Fasilitas pelayanan ditempatkan pada lokasi yang tepat sehingga dapat berfungsi
maksimal. Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam suatu kawasan agrowisata
adalah jalan, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan
dalam kawasan agrowisata, shelter, menara pandang, pondok wisata atau
penginapan, sarana penelitian, toilet, tempat ibadah, tempat sampah. Agar tidak
merubah konsep keberlanjutan dari nuansa alami perdesaan, maka penggunaan
bahan untuk sarana dan fasilitas pendukung kegiatan agrowisata ini akan lebih
baik lagi jika menggunakan bahan yang berasal dari dalam kawasan itu sendiri,
seperti misalnya batu kali, dan bambu.
Keamanan
Kegiatan pengamanan dilakukan untuk mencegah timbulnya hal-hal yang
dapat mengganggu keamanan di dalam kawasan agrowisata. Kondisi keamanan di
dalam kawasan perencanaan agrowisata ini terbilang aman, walaupun terkadang
masih terjadi perampokan atau rumah penduduk yang kemalingan, namun
kejadian tersebut hanya 2-3 kali per tahun. Kondisi malam hari yang minim
penerangan serta luas desa yang tidak kecil juga memberi pengaruh terhadap
keamanan pada kawasan, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi hal-hal yang
dapat turut menjaga keamanan di dalam kawasan. Sistem keamanan pada kawasan
agrowisata dengan areal sangat luas diperlukan adanya petugas keamanan yang
berpatroli mengelilingi kawasan (Tirtawinata 1996). Selain petugas keliling juga
dibutuhkan petugas yang berada di pos-pos jaga yang diletakkan di tempat yang
strategis. Tindakan keamanan ditujukan untuk melindungi obyek dan fasilitas
yang ada serta yang lebih penting menjaga keselamatan pengunjung. Peraturan
desa dan tata tertib perlu dibuat dan dicantumkan agar dapat diketahui dan ditaati
untuk keselamatan bersama.
74

Kemampuan manajerial di bidang agrowisata berbasis masyarakat


Manajerial merupakan komponen yang dibutuhkan untuk semua kegiatan
usaha (Tirtawinata 1996). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh
masyarakat dan beberapa penyuluh di kawasan, masyarakat setempat memiliki
apresiasi yang cukup tinggi terhadap perencanaan agrowisata di kawasan, namun,
mereka merasa masih memerlukan bimbingan khusus terkait pemahaman tentang
konsep agrowisata dan bagaimana cara mengelolanya. Oleh karena itu,
dibutuhkan peran serta, khususnya dari dinas pariwisata, dalam mensosialisasikan
konsep agrowisata di bawah pengelolaan masyarakat setempat, sehingga
kemampuan mereka sebagai pelaksana agrowisata dapat ditingkatkan.
Peningkatan kemampuan tersebut juga dapat dilakukan dengan adanya pendidikan
dan pelatihan melalui kerja sama lembaga pendidikan pariwisata dan dinas atau
lembaga terkait.

Rencana Tata Ruang Wilayah


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor nomor 19 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, strategi
pengembangan kawasan perdesaan diarahkan melalui pengembangan fasilitas dan
infrastruktur serta pemukiman yang dapat menunjang budidaya perdesaan dalam
rangka mempertahankan luas lahan pertanian dan peningkatan produksi pertanian.
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan adalah dengan membatasi
perkembangan kegiatan budidaya di kawasan rawan bencana, serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
menetapkan rencana pola ruang wilayah dengan kawasan lindung sebesar 44,69%
dari luas wilayah dan kawasan budidaya sebesar 55,31%. Hal ini patut
dipertimbangkan karena kawasan resapan air yang menjadi perlindungan bagi
kawasan hilir terletak di sebagaian kawasan perencanaan agrowisata.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam perencanaan agrowisata adalah belum
disiapkannya lokasi tersebut untuk menjadi daerah pertanian yang sekaligus
menjadi daerah tujuan wisata. Dalam hal ini, dibutuhkan perencanaan yang
matang dengan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial yang ada.
75
76

Gambar 26 menunjukkan peta rencana tata ruang wilayah Desa Sukaharja


dan Desa Tajurhalang. Kawasan pemukiman perdesaan di dalam kawasan
pengembangan dalam rencana tata ruang wilayah termasuk berada dalam kawasan
lindung di luar kawasan hutan, diarahkan untuk hunian kepadatan rendah atau
jarang, bangunan yang tidak memiliki beban berat terhadap tanah, dan memiliki
keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun terhadap potensi
lingkungannya seperti pertanian, peternakan, kehutanan, dan agrowisata.

Aspek Estetika
View atau Potensi Pemandangan
Kawasan perencanaan agrowisata memiliki wilayah yang cukup luas dengan
ketinggian dan pemanfaatan lahan yang beragam sehingga memberi karakter
visual yang menarik. Hal ini menjadi potensi bagi kawasan dalam menarik minat
pengunjung yang menyukai suasana alami perdesaan. Kualitas visual yang
melekat pada kawasan sangat mempengaruhi jenis kegiatan (Koppelman 1994).
Beberapa kondisi visual yang menarik seperti kondisi topografi kawasan yang
beragam, bentangan sawah dan perkebunan, latar belakang Gunung Salak dengan
hamparan hutan, aktivitas pertanian masyarakat, dan pemukiman penduduk yang
masih bernuansa perdesaan. Letak kawasan pada ketinggian ± 400-2000 mdpl ini
memungkinkan pengunjung menikmati panorama Gunung Gede Pangrango di
sebelah Timur dan Gunung Salak di sebelah selatan. Beberapa titik di kawasan,
seperti di Kampung Selaawi, keindahan pemandangan masih terganggu oleh
adanya pembangunan villa-villa yang tidak terkontrol dan sampah yang
menumpuk. Perlu adanya evaluasi kesesuaian lahan dan kebijakan terkait
pencegahan pembangunan villa didalam kawasan agar karakter kawasan
perdesaan tetap berkelanjutan. Gambar 27 dan 28 menunjukkan potensi
pemandangan yang dapat mendukung perencanaan agrowisata di dalam kawasan.
Bentuk dan bahan bangunan fasilitas agrowisata yang bernuansa perdesaan
dapat mendukung karakter serta konsep agrowisata pada kawasan. Peletakan
shelter atau tempat duduk dengan bentuk dan bahan yang bernuansa perdesaan di
suatu tempat tertentu dilakukan untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin
beristirahat sambil menikmati potensi pemandangan di dalam kawasan.
77
78

(a) latar Gunung Salak di sawah (b) pemandangan Kota Bogor

(c) bentangan sawah di perdesaan (d) rangkaian perbukitan di kaki Gunung Salak
Gambar 28. Potensi pemandangan pendukung konsep agrowisata

Faktor kebersihan sangat menentukan tingkat kenyamanan dan keindahan


pada kawasan wisata. Tingkat keberlanjutan lingkungan kawasan wisata juga
dipengaruhi oleh hal kebersihan ini. Berdasarkan pengamatan di lapang,
tumpukan sampah sering dijumpai menumpuk pada suatu lokasi di bawah
pepohonan rindang atau sisi tebing yang agak curam. Jika hal tersebut tetap
dibiarkan maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan tekanan pada tanah di
tepian tebing yang dapat menyebabkan longsor, selain daripada berkurangnya
nilai estetika lingkungan pada kawasan. Membuang sampah di aliran sungai dan
menjadikan sungai sebagai daerah belakang rumah atau tempat pembuangan
tampak menjadi budaya kehidupan sehari-hari penduduk masyarakat di dalam
kawasan.
Penyediaan fasilitas tempat sampah perlu dilakukan untuk mengurangi
permasalahan sampah di dalam kawasan, meningkatkan kesehatan, keindahan,
serta kenyamanan berwisata. Penyediaan sistem drainase sebagai saluran
pembuangan limbah cair perlu dilakukan dengan baik agar budaya membuang
sampah padat ke saluran air tidak lagi terjadi sehingga drainase dapat berfungsi
79

optimal. Saluran pembuangan air di atas tanah dapat dibuat tertutup ataupun
terbuka. Kesan visual yang lebih baik akan tampak jika saluran pembuangan
ditutup dengan penutup beton ataupun grill besi di sepanjang saluran. Gambar 29
dan 30 memperlihatkan permasalahan sampah di dalam kawasan.

Gambar 29. Permasalahan sampah di dalam kawasan

Selain itu, tidak adanya tempat pembuangan sampah menyebabkan


lingkungan sekitar jalan terlihat kotor di beberapa titik. Perilaku masyarakat yang
masih memperlakukan sampah dengan membuang pada tempat yang tidak
seharusnya, membuat berkurangnya nilai lingkungan perdesaan. Hal ini perlu
diatasi dengan penyediaan tempat pembuangan sampah sementara dengan lokasi
yang tidak mengganggu pemandangan dan jauh dari pemukiman sekitar.

Gambar 30. Kondisi jalan yang kotor di dalam kawasan


80

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat


Berdasarkan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di kawasan,
didapat informasi yang menggambarkan keberlanjutan kawasan terkait dengan
cara dan pola masyarakat dalam mengelola lingkungan tempat mereka tinggal.
Sehingga dapat diketahui potensi dan permasalahan masyarakat dalam mencapai
tingkat keberlanjutan kawasan yang ideal. Kawasan menunjukkan suatu awal
yang baik ke arah keberlanjutan dengan total nilai 604. Ketiga aspek penilaian,
yakni aspek ekologis, sosial dan spiritual, masing-masing memiliki nilai 108, 270,
dan 226. Hal ini menunjukkan bahwa aspek ekologis di kawasan masih
memerlukan tindakan untuk mencapai keberlanjutan, sedangkan aspek sosial dan
spiritual telah menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan.
Dalam penilaian keberlanjutan masyarakat, aspek ekologis memiliki
keterkaitan dengan bidang arsitektur lanskap. Berdasarkan penelitian sebelumnya
(Susanto 2007), hasil penilaian menunjukkan aspek ekologis berada dalam tingkat
awal yang baik ke arah keberlanjutan dengan nilai 147 yang ditunjukan oleh
penerapan pengelolaan limbah organik oleh masyarakat setempat. Sedangkan
hasil penilaian saat ini menunjukan semakin banyaknya penggunaan bahan-bahan
kimiawi dalam rumah tangga yang limbahnya dialirkan ke saluran-saluran air,
serta belum diterapkannya teknik konservasi lahan pada pembukaan lahan-lahan
untuk pertanian. Hal ini menunjukkan adanya penurunan aspek ekologis di dalam
kawasan. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang dapat memperbaiki kualitas
lingkungan di dalam kawasan, terutama dalam hal pengelolaan limbah cair
maupun padat, penyuluhan dari pemerintah terkait bagaimana menerapkan metode
penggunaan dan penyimpanan air yang benar untuk kehidupan masyarakat sehari-
hari, serta penerapan pertanian yang konservatif. Dalam perencanaan selanjutnya
dalam penataan ruang disediakan ruang khusus sebagai tempat pembuangan
sampah sementara, dengan karakter lahan berupa lembah atau cekungan, berjarak
± 25m dari pemukiman penduduk dan arah angin yang tidak menuju ke
pemukiman penduduk. Aspek sosial dan spiritual dalam kawasan sudah
menunjukan awal yang baik, sehingga yang diperlukan hanya memperkuat dan
meningkatkan koordinasi antar pihak dalam mengembangkan kawasan sekaligus
melestarikan lingkungan.
SINTESIS

Kawasan perdesaan dengan karakter pegunungan yang dekat dengan pusat


kota dan pemukiman memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan
agrowisata yang mampu menyediakan alternatif aktivitas wisata maupun rekreasi,
khususnya bagi penduduk perkotaan yang menginginkan suasana berbeda dan
jauh dari hiruk-pikuk kota. Berdasarkan hasil analisis data ekologi lanskap, sosial
dan ekonomi, estetika serta penilaian keberlanjutan masyarakat, diperoleh potensi
dan kendala yang ada di dalam kawasan. Perencanaan lanskap agrowisata
berkelanjutan menawarkan konsep perencanaan agrowisata didalam kawasan yang
mampu meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi kawasan tanpa mengabaikan
kondisi lingkungan yang selama ini mengalami kemunduran. Tabel 14
menunjukkan potensi serta permasalahan yang dijumpai didalam kawasan serta
solusi yang ditawarkan berdasarkan konsep dan tujuan perencanaan lanskap
agrowisata berkelanjutan.

Pembagian Ruang
Perencanaan lanskap agrowisata dengan tujuan menata ruang sebagai
kawasan agrowisata menghasilkan pembagian ruang kawasan yang ditentukan
berdasarkan aspek fisik yang sesuai dengan daya dukung dan rencana tata ruang
kawasan serta dapat menunjang aspek sosial dan aktivitas agrowisata tanpa
menimbulkan konflik kepentingan. Pembagian ruang yang direncanakan dalam
kawasan meliputi ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, serta
ruang penyangga (Gambar 31). Masing-masing ruang terbagi ke dalam area-area
(Tabel 15) yang memegang fungsi penerimaan, pelayanan, budidaya, display,
pasca panen, pendidikan, rekreasi, evaluasi dan konservasi. Ruang utama
agrowisata memiliki pembagian area berdasarakan komoditi yakni, tanaman hias,
sayuran palawija dan padi, tanaman buah, serta peternakan. Ruang pendukung
agrowisata memiliki area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat atau pemukiman. Sedangkan ruang penyangga memiliki area
konservasi.
Tabel 14. Data ekologi lanskap, estetika, potensi dan permasalahan serta solusi yang ditawarkan
No DATA HASIL ANALISIS KONSEP (e) PEMANFAATAN POTENSI DAN
(a) (b) PEMECAHAN MASALAH (f)
POTENSI (c) PERMASALAHAN (d)

1 Letak, • Merupakan kawasan • Luasan yang semakin Kawasan agrowisata • Perencanaan lanskap agrowisata dengan
Luas, dan yang cukup luas dengan berkurang karena alih yang memperhatikan aktivitas yang mendukung kelestarian
Batas sumberdaya pertanian fungsi lahan keberlanjutan sumberdaya serta tetap terjaganya kualitas
Wilayah dan pemandangan • Pengaruh kota yang kelestarian lingkungan perdesaan
• Dekat dengan dominan sumberdaya • Greenbelt desa-kota, serta memperjelas batas
perkotaan perdesaan wilayah dengan penyediaan gerbang masuk desa

2 Ketinggian, • Topografi berbukit, Terdapat daerah curam, Keberlanjutan • Pemanfaatan daerah dengan view menarik,
Topografi kemiringan lahan cukup dan beberapa bagian sumberdaya dan daerah lahan miring untuk wisata alam
dan bervariasi, tidak dijadikan lahan pertanian lingkungan • Sistem pertanian berteras pada lahan miring,
Kemiringan monoton batas penggunaan lahan pada daerah curam
Wilayah • Daerah curam menjadi area konservasi

3 Tata Guna • Penggunaan lahan • Lahan terbatas untuk Menciptakan ruang • Mempertahankan kawasan budidaya sebagai
Lahan beragam produksi, belum tersedia agrowisata : utama, ruang utama agrowisata
• Didominasi kawasan untuk wisata dan pendukung • Pembatasan alih fungsi lahan pertanian
budidaya • Alih fungsi lahan agrowisata, serta • Penggunaan lahan beragam diciptakan yang
konservasi bernuansa perdesaan
• Menjaga keberlanjutan sumberdaya dengan

82
konservasi area-area yang menyimpan
sumberdaya penting.
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
4 Iklim dan • Suhu sesuai untuk • Kelembaban tinggi Menciptakan ruang • Penghijauan di daerah curam
Kenyamanan tumbuhan tropis • CH tinggi menyebabkan agrowisata yang • Penggunaan material yang aman dan nyaman
• CH tinggi longsor di daerah curam nyaman • Penggunaan drainase yang baik
• Kelembaban tinggi • Penyediaan shelter untuk teduhan dari panas dan
• Kecepatan angina hujan
tergolong angin sepoi- • Pengaturan kerapatan penanaman
sepoi

5 Jenis Tanah • Didominasi tanah • Tanah regosol pada Keberlanjutan • Pengembangan aktivitas agrowisata di daerah
podsolik merah lahan miring mudah sumberdaya dengan sifat tanah stabil
kekuningan tererosi • Lahan miring dengan tanah andosol dan regosol
• Tanah andosol berada dijadikan daerah konservasi
di daerah resapan air • Peningkatan kualitas mutu tanah di daerah
pertanian

6 Hidrologi • Mata air melimpah • Debit air sungai Keberlanjutan • Menjaga daerah resapan air
• Sudah ada penggunaan mengalami penurunan sumberdaya • Pemeliharaan saluran irigasi
PAM • Saluran irigasi banyak • Peraturan ketat tentang pembuangan limbah ke
rusak perairan
• Pembuangan limbah ke • Penanganan limbah cair
perairan

83
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
7 Vegetasi dan • vegetasi beragam • rumput liar dan semak Keberlanjutan • Penggunaan vegetasi sebagai penguat karakter
Satwa tingkatan mulai dari belukar masih terlihat sumberdaya dengan perdesaan
penutup tanah hingga di beberapa area penataan vegetasi • Peraturan untuk menjaga habitat satwa dan
pohon tinggi yang sesuai melestarikannya
• Habitat satwa perdesaan

8 Aksesibilitas • Jalan aspal menuju • Jalan rusak di Menerapkan sistem • Perbaikan kondisi jalan
dan Sistem kawasan beberapa ruas transportasi khusus • Memberikan karakter jalan yang bernuansa
Transportasi • Angkutan umum • Masih terbatas perdesaan, perdesaan seperti dengan menanam tanaman
kabupaten menuju transportasi di dalam membedakan jalur khas perdesaan pada sisi jalan
sebagian kawasan kawasan masyarakat dan • Membuat ruang bagi pejalan kaki, sekaligus
• Dilalui jalan kabupaten • Lebar jalan relatif pengunjung berfungsi sebagai jarak antar rumah penduduk
dan jalan alternatif Bogor- sempit, berbatasan dengan jalan
Sukabumi langsung dengan • Menyediakan rambu-rambu jalan untuk
rumah penduduk keamanan pengguna jalan

9 Objek dan • Komoditas hortikultura, • Belum ada penataan Penataan ruang • Penataan ruang agrowisata dan rekreasi umum
Daya Tarik khususnya tanaman hias khusus ruang agrowisata sesuai • Menyediakan fasilitas pelayanan agrowisata dan
Agrowisata • Sebagian masyarakat agrowisata komoditas, dengan fasilitas penunjang agrowisata
masih berbudaya • Pengelolaan obyek syarat something to • Pelatihan dari departemen pariwisata tentang
yang masih terbatas see, something to do pengelolaan obyek wisata berbasis masyrakat

84
and buy • Merencanakan program wisata yang menerus
sepanjang tahun
Tabel 14. Lanjutan
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
10 Pariwisata • Didominasi oleh jenis • Belum ada kerja sama Kerja sama program Kerja sama antar pengelola untuk membuat
Sekitar wisata alam antar pengelola obyek wisata program wisata dalam rangka menjadikan
Kawasan • Umumnya ramai wisata untuk membuat kawasan sebagai salah satu arternatif tujuan
dikunjungi pada weekend program wisata wisata
• Dekat dengan kawasan • Dikelola oleh swasta
atau perorangan

11 Sarana dan Masih terbatas pada Sarana dan prasarana • Membangun sarana dan prasarana yang dianggap
Fasilitas produksi pada radius tertentu kurang
Pendukung dan dengan bahan • Penyediaan fasilitas pelayanan dan penunjang
Agrowisata yang sesuai yang tepat, jumlah memadai, peletakan yang tepat
perdesaan dan arsitektur mendukung konsep agrowisata

12 View atau • Suasana alami perdesaan Bad view berupa Nuansa perdesaan • Screen Bad view dengan tanaman
Potensi • Latar belakang gunung bangunan villa di • Tempat sampah dan papan larangan
Pemandangan salak, hutan, kota Bogor, bukit-bukit, kabel • Fasilitas untuk menikmati pemandangan atau /
dan aktivitas pertanian listrik, dan tumpukan photohunting
sampah

85
86

Karakteristik Ruang
Ruang utama agrowisata
Ruang utama agrowisata merupakan ruang yang secara biofisik aman dan
sesuai untuk pengembangan aktivitas agrowisata dengan intensitas penggunaan
tinggi. Luas ruang utama agrowisata direncanakan 25% dari luas total kawasan
secara keseluruhan atau sekitar 231,3 ha. Ruang utama agrowisata meliputi ruang
yang dekat dengan jalur aksesibilitas dan transportasi serta berada pada ketinggian
400-600 mdpl dengan daerah agak miring hingga miring. Penggunaan lahan pada
ruang utama agrowisata didominasi oleh kawasan budidaya. Ruang utama
agrowisata ini juga meliputi daerah aliran sungai yang dimaksudkan agar dapat
berfungsi sebagai sumber air bagi lahan pertanian di sekitar aliran sungai. Ruang
ini terdiri dari area tanaman hias, area sayuran palawija dan padi, area tanaman
buah, dan area peternakan.
Ruang pendukung agrowisata
Ruang pendukung agrowisata merupakan ruang dengan intensitas
penggunaan sedang yang berfungsi memberikan pelayanan untuk kepuasan
pengunjung yang datang ke kawasan namun tetap menjaga kelestarian lingkungan
perdesaan serta kondisi sosial masyarakat setempat. Luas ruang pendukung
agrowisata direncanakan 37% dari luas total kawasan secara keseluruhan atau
sekitar 341,9 ha. Ruang ini tersebar di antara ruang utama agrowisata dan ruang
penyangga dengan proporsi terbesar pada lahan hutan percobaan sebagai
pembatas antara ruang utama agrowisata dan ruang penyangga. Ruang pendukung
agrowisata mencangkup area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat.
Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan ruang dengan intensitas penggunaan dan
tingkat kesesuaian wisata atau rekreasi yang rendah. Ruang ini mendominasi
kawasan dengan luas yang direncanakan adalah sebesar 38% atau sekitar 352 ha.
Area ini didominasi oleh kawasan hutan hingga ke puncak gunung salak dengan
kemiringan 25%->45%, sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga
kelestarian lingkungan dan sumber daya serta fungsi sebagai daerah resapan atau
sumber mata air. Ruang penyangga terdiri dari area konservasi.
87
88

Tabel 15. Pembagian ruang, aktivitas serta fasilitas pendukungnya


Area Aktivitas Fasilitas
Ruang Utama Agrowisata (25% / 231,3 ha)
Area Tanaman Penyambutan, parkir, registrasi ulang, papan penanda, lampu gerbang, jalan,
Hias memperoleh informasi, mengamati jenis tempat parkir, kantor kelompok tani,
Area Sayuran komoditas pertanian, mempelajari teknik papan informasi, lahan budidaya,
Palawija dan Padi budidaya, mengikuti salah satu kegiatan lahan percobaan, tempat pengolahan
Area Tanaman budidaya, mempelajari cara pengolahan dan pengemasan hasil pertanian,
Buah dan pengemasan produk hasil pertanian, tempat pengolahan limbah, TPS,
Area Peternakan mempelajari teknik pengolahan limbah tempat duduk, saung, jalan setapak,
pertanian. gudang hasil pertanian.
Ruang pendukung agrowisata (37% / 341,9 ha)
Area Penerimaan melihat gerbang dan pemandangan, gerbang kawasan, lampu penerangan,
keluar-masuk kawasan. tempat pengawasan (pos jaga).
Area Pelayanan parkir, registrasi, administrasi, area parkir, terminal, kantor
memperoleh informasi, menyewa alat pelayanan, papan informasi, alat
transportasi perdesaan, menikmati transportasi perdesaan (andong),
makanan khas perdesaan, berbelanja saung makan, pasar desa (pasar lokal),
hasil produksi pertanian setempat, penginapan, masjid, musholla, track
bermalam, beribadah, bersepeda, sepeda, jalur pejalan kaki, rest area,
photohunting shelter, toilet, lampu penerangan.
jalan santai, menikmati pemandangan,
berkumpul, berbincang-bincang, MCK.
Area Transisi penyambutan, parkir sepeda, melihat penyambutan (tarian budaya), tempat
papan informasi, rekreasi, beristirahat, pemberhentian sepeda, papan
alam, jalan santai, piknik, jogging, informasi, saung duduk, jalan setapak,
photohunting,bermain, menikmati area berumput, area pemandangan
pemandangan, mengamati (deck), lapangan rumput untuk
penggembalaan ternak. gembala ternak.
Area Masyarakat melihat gerbang kampong, kegiatan gerbang kampung, kantor ketua
pemerintahan desa, kegiatan masyarakat RT/RW, tempat berkumpul, lapangan
sehari-hari (rapat desa, sekolah, olah raga, gudang penyimpanan hasil
belanja,berolahraga, bertani, bekerja), pertanian, aula berkumpul.
penelitian.
Ruang Penyangga (38% / 352 ha)
Area konservasi mengamati sumber daya alam, meneliti. jalan setapak berpagar, tempat
pengamatan, papan penanda, papan
informasi.
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

Alternatif Perencanaan
Berdasarkan pada karakteristik ruang yang terdapat pada kawasan perencanaan
agrowisata dikaji dari tata guna lahan, kemiringan, kondisi lingkungan, keinginan
pengunjung dan Rencana Tata Ruang Wilayah maka kawasan dapat dibagi
menjadi ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, dan ruang
penyangga dengan fungsi pada masing-masing area dalam ruang adalah
penerimaan dan pelayanan, budidaya, pasca panen, display, pendidikan, rekreasi,
evaluasi serta konservasi. Perencanaan area-area pada kawasan ini kemudian
dibuat dalam tiga alternatif perencanaan yang mempunyai konsep dasar
mengembangkan kawasan agrowisata berkelanjutan, yakni dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan alami perdesaan serta kesejahteraan
masyarakat setempat dari segi ekonomi, sosial, budaya dan spiritual. Peran
masyarakat diwujudkan dalam bentuk penyediaan akomodasi, jasa pemandu dan
penyediaan tenaga kerja.
Ketiga alternatif perencanaan ini memiliki kesamaan pada sirkulasi utama,
area tanaman hias, perkebunan sayur dan persawahan, peternakan, penerimaan,
pelayanan, transisi, dan konservasi. Sirkulasi utama pada kawasan memanfaatkan
jalan yang sudah ada dengan sedikit modifikasi pada penanaman tanaman khas
perdesaan di sepanjang bahu jalan. Area tanaman hias diberi lokasi pada lahan
pembibitan dengan pusat informasi pada masing-masing kantor sekretariat
kelompok tani dan display area di rumah-rumah penduduk yang dekat dengan
badan jalan. Area lahan perkebunan sayur dan persawahan dikembangkan menjadi
lahan pembibitan dan lahan percobaan. Area peternakan dikembangkan dengan
penataan bangunan atau kandang, sirkulasi, dan vegetasi. Area transisi dibuat
menarik dengan fasilitas wisata yang memadai. Sedangkan area penerimaan,
pelayanan, dan masyarakat dikembangkan bernuansa perdesaan. Perbedaan ketiga
alternatif perencanaan yang dibuat adalah pada tata letak area, pola sirkulasi serta
panjang jalur track sepeda. Perbedaan tata letak menentukan hubungan antar
ruang yang telah ditetapkan pada Lampiran 4. Denah dari masing-masing
alternatif dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, 9.
90

Pemilihan Alternatif
Alternatif perencanaan hasil analisis-sintesis yang terdiri dari tiga aternatif
ini dinilai dengan melihat kriteria terbaik dari perbedaan-perbedaan yang ada pada
masing-masing alternatif perencanaan. Kriteria penilaian yang digunakan meliputi
kesesuaian lahan (kemiringan lahan), pola tata letak, kesatuan area (hubungan
antar area), pola sirkulasi, orientasi terhadap pemandangan, dan jalur track
sepeda. Hasil dari penilaian alternatif dapat dilihat pada Tabel 16, dengan
alternatif terpilih mendapatkan nilai tertinggi yakni 17. Kriteria ini dievaluasi
dengan menggunakan bobot nilai yang dinyatakan dalam nilai mutu 1, 2, 3. Setiap
alternatif dijumlahkan bobot nilainya untuk mendapatkan perbandingan jumlah
bobot nilai. Alternatif yang memiliki bobot nilai yang lebih besar merupakan
alternatif terpilih (Lampiran 10) dengan beberapa keunggulan yang
dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian, alternatif terpilih adalah alternatif 3,
dengan keunggulan-keunggulan berdasarkan penilaian objektif pada kriteria
tertentu yang dikemukakan pada Lampiran 11.

Tabel 16. Penilaian kriteria alternatif perencanaan


Nilai
No Kriteria Penilaian
Alt. I Alt. II Alt. III

1 Kesesuaian lahan (kemiringan lahan) 1 3 2

2 Kesatuan ruang (hubungan antar ruang) 1 2 3

3 Pola tata letak 1 2 3

4 Pola sirkulasi 1 2 3

5 Orientasi terhadap pemandangan 1 2 3

6 Jalur track sepeda 2 1 3

TOTAL 7 12 17
91

Konsep Dasar
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan
kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas
pertanian, khususnya tanaman hias dan peternakan serta bentukan lanskap
perdesaan yang meliputi pegunungan, lahan pertanian, tegakan hutan, serta
pemukiman penduduk. Peran aktif masyarakat setempat diwujudkan dalam bentuk
merencanakan, menyediakan fasilitas pelayanan, akomodasi, jasa pemandu dan
tenaga kerja serta mengelola aktivitas agrowisata dan wisata umum bagi
pengunjung. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengalaman menarik bagi
pengunjung dan memberikan alternatif pendapatan sehingga kesejahteraan
masyarakat perdesaan meningkat. Konsep berkelanjutan terletak pada potensi
sumberdaya yang termanfaatkan tanpa merusak lingkungan alami pedesaan yang
menjadi daya tarik sehingga tetap dapat lestari hingga waktu yang akan datang.

Konsep Pengembangan Lanskap


Konsep dasar yang telah ditetapkan mengarahkan proses penyusunan
beberapa konsep pengembangan yang dapat menjadi acuan perencanaan lanskap
agrowisata. Konsep pengembangan tersebut yakni:
Konsep Ruang dan Aktivitas
Ruang terbagi menjadi tiga yaitu ruang utama agrowisata, ruang pendukung
agrowisata, dan ruang penyangga, pembagian ini berdasarkan aspek biofisik yang
sesuai dengan daya dukung kawasan pengembangan agrowisata serta dapat
menunjang aspek sosial dan aktivitas agrowisata tanpa menimbulkan konflik
kepentingan. Oleh karena itu, dibentuk beberapa area pada masing-masing ruang
agar fungsi dan aktivitas dapat terakomodasi dengan baik tanpa mengabaikan
kepentingan masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial, ekonomi dan
budayanya. Konsep aktivitas agrowisata yang dikembangkan adalah yang
berkaitan langsung ataupun hanya sekedar mengamati proses produksi hasil
pertanian dari mulai budidaya hingga pasca panen dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan sosial-ekonomi dan lingkungan dalam pelaksanaannya. Aktivitas ini
ditujukan untuk menambah pengetahuan pengunjung tentang proses kegiatan
pertanian, serta memberikan kesan pada pengunjung tentang suasana pedesaan
92

yang alami dan berbudaya dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan


melalui pengelolaan sumberdaya. Pengembangan aktivitas pada area transisi lebih
kepada upaya penganekaragaman aktivitas yang ada di kawasan agar lebih
menarik dan tidak monoton.
Ruang utama agrowisata dibagi menjadi beberapa area berdasarkan
komoditi yakni area tanaman hias, area sayuran palawija dan padi, area tanaman
buah, dan area peternakan. Masing-masing area ini memiliki fungsi penerimaan,
pelayanan, budidaya, pasca panen dan display. Area dengan fungsi budidaya dan
pasca panen adalah area yang digunakan pengunjung dalam melakukan aktivitas
yang berkaitan langsung ataupun hanya sekedar mengamati aktivitas pertanian
dari mulai budidaya hingga pasca panen, dan fungsi tersebut mendominasi ruang
dalam penggunaannya. Ruang pendukung agrowisata meliputi area penerimaan,
area pelayanan, area transisi dan area masyarakat. Area penerimaan menjadi
bagian pertama yang dijumpai pengunjung ketika memasuki kawasan agrowisata
dengan informasi yang mudah ditangkap pengunjung serta memiliki identitas
tersendiri bagi kawasan agrowisata yang bernuansa perdesaan. Selanjutnya
pengunjung menuju ke area pelayanan dengan berbagai sarana dan prasarana
penunjang. Sebagian kawasan pemukiman yang siap menerima pengunjung
termasuk ke dalam area pelayanan yang menyediakan fasilitas penginapan bagi
pengunjung yang ingin bermalam. Area transisi merupakan area dengan view
menarik berupa tegakan hutan, pegunungan, ataupun bentangan kota Bogor
sebagai latar dari pemandangan yang dapat pengunjung nikmati. Area transisi
difungsikan sebagai pembatasan aktivitas berlebih didalam tegakan hutan.
Kawasan pemukiman yang tidak memiliki kesiapan menerima pengunjung adalah
area masyarakat dengan tingkat aktivitas wisata terbatas. Ruang penyangga
memiliki pengembangan ruang yang mengarah pada area konservasi dengan
aktivitas-aktivitas yang bersifat khusus seperti penelitian dan pengamatan.
Konsep Fasilitas dan Utilitas
Konsep pengembangan fasilitas dalam kawasan agrowisata ini adalah
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas dan fungsi masing-masing ruang.
Fasilitas yang dikembangkan disesuaikan dengan daya dukung lahan, tata letak
yang tepat, serta bernuansa pedesaan agar dapat mendukung karakter kawasan.
93

Penggunaan bahan lokal seperti bambu, kayu, ijuk dan batu kali yang menunjang
estetik dan tahan terhadap iklim setempat namun tetap fungsional selain
memperkuat karakter serta konsep agrowisata berkelanjutan juga menjadi arahan
dalam konsep fasilitas dengan tetap mengacu kepada tujuan untuk memberikan
kenyamanan serta kepuasan pengunjung dalam melakukan aktivitas agrowisata.
Konsep utilitas yang dikembangkan mengarah kepada kebutuhan
masyarakat setempat dalam mengelola kawasan untuk kenyamanan dan keamanan
pengunjung, seperti penyediaan sarana air bersih, listrik, telekomunikasi, serta
pengelolaan limbah cair dan padat. Air bersih bagi kawasan disediakan melalui
pembuatan sumur serta tempat penampungan air di beberapa sumber mata air
yang disalurkan melalui pipa yang dipendamkan di dalam tanah menuju lahan-
lahan pertanian, pemukiman dan area-area pelayanan, beberapa area yang telah
menggunakan sarana air bersih dari PAM tetap dipertahankan dengan peraturan
pembatasan penggunaan air. Penyediaan jaringan listrik di kawasan disuplai oleh
PLN dengan pembuatan gardu listrik dan sistem distribusi melalui saluran bawah
tanah, agar kabel-kabel listrik yang menjuntai dari tiang ke tiang tidak
mengganggu pemandangan. Jaringan telekomunikasi disediakan untuk area
pelayanan bagi pengelola, serta masyarakat dan pengunjung yang ingin
menggunakan telepon umum. Fasilitas dan lokasi telepon umum disesuaikan
dengan estetika kawasan perdesaan. Pengelolaan limbah padat meliputi
pengumpulan, pengelompokan, penyimpanan sementara, seleksi, pemusnahan
(insinerasi) serta pemanfaatan (pengomposan) yang dapat digunakan kembali
sebagai pupuk organik tanaman ataupun biogás dari hasil limbah kotoran ternak.
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan sistem penyaluran secara tertutup
dengan menggunakan septictank, untuk limbah cair peternakan dapat disalurkan
ke kolam ikan.
Konsep Jalur Agrowisata
Konsep jalur yang dikembangkan dalam kawasan agrowisata adalah jalur
yang menghubungkan pengunjung kepada tiap obyek agrowisata tanpa
mengganggu kelancaran proses produksi serta distribusi hasil pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat. Pengaturan jalur pengunjung dan masyarakat dengan
pembedaan jalur produksi masyarakat yang membutuhkan kecepatan dan
94

pertimbangan ekonomi dengan jalur pengunjung yang membutuhkan kenyamanan


dan kesenangan, dimana jalur produksi masyarakat dibuat singkat, langsung dan
praktis, sedangkan jalur pengunjung dibuat memberikan pengalaman tentang
kegiatan pertanian di kawasan dengan fasilitas yang memadai. Hal ini mencakup
ke dalam konsep keberlanjutan dimana keadaan ekonomi masyarakat harus tetap
dipertahankan bahkan dapat dikembangkan kemudian. Jalur sirkulasi di dalam
kawasan terbagi menjadi tiga jalur yakni jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur
primer merupakan jalur utama terbuat dari aspal yang menghubungkan Desa
Sukaharja dan Desa Tajurhalang dan diperuntukan bagi kendaraan bermotor
dengan jalur hijau di kedua sisi jalan untuk estetika dan jalur pejalan kaki. Jalur
sekunder adalah jalur yang menghubungkan jalan utama dengan lokasi obyek
agrowisata, atau antara obyek agrowisata dengan area transisi, jalur ini dibatasi
pada penggunaan berat yang terus menerus. Sedangkan jalur tersier adalah jalan di
daerah pemukiman atau jalan setapak yang digunakan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan bertani, sosial ataupun perekonomiannya sehari-hari.
Konsep Vegetasi
Konsep vegetasi pada ruang utama agrowisata memiliki karakter
penyambutan, pengarah, penghalang pandangan, peneduh dan pertanian untuk
budidaya dan percobaan dengan penataan yang lebih mengutamakan estetika.
Konsep vegetasi pada ruang pendukung agrowisata memiliki karakter
memperkuat identitas kawasan perdesaan seperti display lahan pertanian dan
tegakan pohon penunjang good view, sedangkan karakter vegetasi pada ruang
penyangga adalah vegetasi alami yang menjaga kelestarian sumber daya alam dan
memiliki fungsi sebagai pengkonservasi tanah dan air. Konsep vegetasi pada
kawasan perencanaan agrowisata terdiri dari tanaman yang memiliki fungsi
sebagai berikut:
(1) Penyambutan dan estetika; berada pada area dan fungsi penerimaan,
fungsi display pada area penerimaan, pelayanan, serta jalur sirkulasi untuk
memberi daya tarik pada kawasan dengan vegetasi yang khas perdesaan
dan penataannya lebih mengutamakan estetika.
(2) Pengarah dan penghalang pandangan; berfungsi untuk mengarahkan
pergerakan dan pandangan pengunjung, serta sebagai penghalang
95

pandangan terhadap bad view. Vegetasi pengarah berada di bahu jalan


utama dan jalan menuju lokasi obyek agrowisata, vegetasi penghalang
pandangan berada di lokasi TPS untuk menghalangi tumpukan sampah
dan mengurangi bau sampah yang terbawa angin.
(3) Peneduh; menyebar pada area pelayanan, seperti pada tempat parkir, dan
ruang terbuka untuk rekreasi di Taman Gajah dan tempat-tempat
pemberhentian sepeda. Jenis vegetasi peneduh ditata secara alami sesuai
dengan karakter perdesaan dan topografi serta pemandangan di kawasan.
(4) Pertanian; mencakup vegetasi pertanian yang diproduksi oleh masyarakat
setempat dan dapat dijual serta menarik pengunjung, seperti tanaman
hortikultura (sayuran, nanas, tomat, caisin, kacang panjang, tanaman hias),
beras dari produksi padi setempat, serta vegetasi berguna lainnya yang
dibudidayakan. Vegatasi pertanian ini terdapat pada seluruh fungsi
budidaya dalam ruang utama serta area masyarakat pada ruang pendukung
agrowisata, baik di Desa Sukaharja maupun Desa Tajurhalang.
(5) Penyangga; vegetasi pada ruang penyangga selain alami, juga memiliki
fungsi untuk mengkonservasi tanah, air, dan satwa yang bertujuan untuk
menjaga keberlangsungan sumberdaya. Vegetasi ini selain terdapat pada
area konservasi juga pada bantaran sungai.
Konsep Berkelanjutan
Konservasi seperti halnya memegang peranan penting dalam menjaga
keberlangsungan sumberdaya alam dan budaya. Sumberdaya tersebut menjadi
kebutuhan hidup masyarakat untuk hidup sejahtera, tetapi keberadaannya harus
dipelihara dan dilestarikan agar juga dapat digunakan di masa yang akan datang.
Konsep yang menunjang kegiatan pelestarian tersebut dapat dilakukan dengan
pembatasan eksploitasi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan
pemanfaatan sumberdaya tanpa merusak lingkungan secara permanen.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dalam pengembangan agrowisata di
kawasan harus melibatkan masyarakat lokal dan memberikan manfaat optimal
bagi mereka dan juga kepuasan pengunjung dalam jangka panjang. Untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat maka perlu diciptakan suasana kondusif
agar muncul perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap kegiatan agrowisata
96

dan bekerjasama secara aktif dan berlanjut. Suasana kondusif dapat diciptakan
dengan diadakannya pelatihan yang tepat dari tenaga berpengalaman, membentuk
kelembagaan yang jelas dan terstruktur untuk menjadi pelaku usaha yang
memiliki standar layanan yang berlaku umum serta memiliki tanggung jawab
dalam menggerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan
agrowisata di kawasan, seperti dalam penyediaan homestay, pembukaan jalan
setapak atau perbaikannya, penyediaan sarana air bersih, sanitasi, serta
pembangunan jembatan-jembatan di sepanjang jalan setapak yang relatif
sederhana dan dapat dikerjakan oleh tenaga-tenaga lokal. Untuk menentukan
kegiatan agrowisata yang dikelola masyarakat berlanjut atau tidak perlu diadakan
evaluasi atau monitoring pengelolaan.
Konsep Pengelolaan Pengunjung
Obyek dan atraksi agrowisata pada kawasan ditergetkan pada segmen
pengunjung wisata dengan minat khusus kepada pertanian dan pelestarian
lingkungan alami perdesaan yang datang berkelompok atau rombongan, hal ini
ditujukan untuk membatasi jumlah pengunjung, sehingga masyarakat tidak
merasa terganggu dan tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan aman
dan nyaman.
PERENCANAAN LANSKAP

Perencanaan lanskap (landscape plan) merupakan penataan berbasis lahan


guna mendapatkan model bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang
mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatan manusia
didalamnya. Perencanaan ini mengakomodasikan seluruh fungsi area, aktivitas
dan fasilitas yang direncanakan dalam kawasan.

Rencana Ruang dan Aktivitas


Sesuai dengan pembagian ruang pada kawasan yang dibagi meliputi ruang
utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata, serta ruang penyangga. Tiap
ruang dibagi menjadi beberapa area dengan fungsi-fungsi dan aktivitas tertentu.
Ruang Utama Agrowisata
Area Tanaman Hias
Merupakan area dalam ruang utama agrowisata dengan obyek dan atraksi
agrowisata berupa tanaman hias. Area ini diletakkan pada lahan milik kelompok
tani Bunga Desa (37,1 ha) di Kampung Pondok Bitung, Desa Sukaharja dan
kelompok tani Violces (20,5 ha) di Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
(Tabel 17). Pengunjung yang datang dari area pelayanan kawasan, memasuki
fungsi pelayanan area ini melalui fungsi penerimaan berupa jalur masuk dengan
papan penanda di dekat gapura lokasi yang dapat dilalui oleh andong atau
kendaraan roda dua. Ketika berada di fungsi pelayanan, pengunjung kelompok
tani Bunga Desa dilokasikan di lapangan rumput di bagian depan yang sekaligus
sebagai tempat parkir, sedangkan pengunjung kelompok tani Violces dilokasikan
di halaman rumah milik ketua kelompok tani. Dalam fungsi pelayanan,
pengunjung melakukan registrasi ulang serta menerima arahan dari guide
(pemandu) untuk kemudian berkumpul di bawah tenda sebelum melakukan
aktivitas di dalam fungsi budidaya. Dalam fungsi pelayanan terdapat toilet,
mushola kecil, beberapa shelter dan tempat duduk, serta akses jual-beli berupa
gerai tanaman hias beserta media tanam siap jual hasil produksi setempat. Fungsi
budidaya pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa dilokasikan pada 2 tempat,
98

pertama pada tempat pembibitan dengan naungan saung bambu yang menyatu
dengan lahan persawahan, kedua pada tempat pembibitan dengan saung bambu
yang dekat dengan fungsi pelayanan. Tempat pembibitan pertama memiliki nilai
tambah berupa pemandangan alam pegunungan. Sedangkan fungsi budidaya pada
lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di pekarangan beberapa rumah
anggota kelompok tani, serta lahan dekat jalan utama yang menjadi lahan bersama
anggota kelompk tani. Di dalam fungsi budidaya pengunjung dapat mengikuti
ataupun sekedar mengamati kegiatan budidaya mulai dari penyiapan media tanam,
teknik perbanyakan, pemeliharaan, hingga ke proses pengemasan. Dalam area ini
terdapat fungsi display yang berada di 3 lokasi, yang pertama berada di sebagian
fungsi budidaya yang dekat dengan fungsi pelayanan, yang kedua berada di setiap
rumah penduduk yang berada di sepanjang jalan menuju tempat budidaya, dan
yang ketiga ada di setiap rumah penduduk yang berada di sepanjang sisi jalan
utama (Gambar 32). Pengunjung di dalam fungsi display yang kedua dapat
mempelajari cara merangkai tanaman hias yang siap jual atau teknik merangkai
menggunakan media tanam khusus. Pada fungsi pascapanen direncanakan tempat
pembuatan pupuk kompos yang dapat dijual ataupun digunakan kembali, serta
tempat pengemasan. Tempat pembuatan pupuk kompos dilokasikan di lahan dekat
tempat pembibitan, di sini penduduk dapat mempelajari proses pembuatan pupuk
kompos. Tempat pengemasan pada lahan milik kelompok tani Bunga Desa
dilokasikan di samping tempat budidaya yang kedua, dan tempat pengemasan
pada pada lahan milik kelompok tani Violces dilokasikan di halaman belakang
rumah penduduk.

Gambar 32. Ilustrasi area tanaman hias


99

Area Sayuran Palawija dan Padi


Obyek dan daya tarik agrowisata pada area ini diletakkan berdekatan
dengan lahan pembibitan tanaman hias di Kampung Pondok Bitung, namun
dengan batas berupa tanaman barier. Lahan sayuran dilokasikan khusus di lahan
milik kelompok tani SALUYU, Kampung Cijulang, dengan produk sayuran
organic (Gambar 33a). Sedangkan lahan palawija dan padi dilokasikan di lahan
milik kelompok tani Mekartani (Gambar 33b), yakni dekat lahan pembibitan
pertama dari tanaman hias. Pengunjung melakukan registrasi ulang dalam fungsi
pelayanan serta mendapat pengarahan dari pemandu. Fungsi pelayanan berada di
sekretariat masing-masing kelompok tani. Di lahan sayuran terdapat fungsi
budidaya dengan lahan pembibitan, pengunjung dapat mengamati jenis sayuran,
mengamati pola tanam dan mempelajari teknik budidaya sayuran organik. Fungsi
budidaya lahan palawija dan padi terdiri dari lahan pembibitan dan lahan
percobaan, lahan pembibitan hanya untuk aktivitas pengamatan, dan lahan
percobaan dipergunakan untuk aktivitas pengunjung yang ingin mengikuti proses
penanaman. Aktivitas jalan santai dapat pengunjung lakukan di lahan palawija dan
padi, menikmati pemandangan persawahan dengan latar pegunungan, serta
mengamati pola tanam padi-palawija setempat. Fungsi pelayanan juga terdapat di
beberapa petak sawah yang dekat ke rumah penduduk, di sini pengunjung dapat
menikmati makan siang dengan menu olahan hasil pertanian setempat di atas
saung kecil yang didepannya terdapat empang (kolam kecil) untuk aktivitas
memancing atau menangkap ikan sebagai alternatif wisata. Hasil tangkapan ikan
juga bisa dibawa pulang atau disantap di tempat dengan biaya tertentu.

(a) komoditas sayuran (b) komoditas palawija dan padi


Gambar 33. Ilustrasi area sayuran palawija dan padi
100

Fungsi pasca panen dilokasikan di tempat penggilingan padi milik


kelompok tani serta sekretariat kelompok wanita tani yang diperuntukan sebagai
tempat pengemasan produk dan diletakan dekat dengan jalan utama, pengunjung
yang berminat dapat mengamati proses pasca panen tersebut. Fungsi display
dilokasikan di tiap petak lahan palawia dan padi dengan aktivitas pengunjung
berupa jalan santai dan mengamati pola tanam.

Area Tanaman Buah


Area ini dilokasikan pada lahan kelompok tani Lindung Harapan, lahan
pembibitan buah nanas berada pada ketinggian 700-800 mdpl (Gambar 34b),
lahan pembibitan jambu biji dekat dengan lahan pembibitan nanas dengan
ketinggian 600 mdpl, dan lahan pembibitan durian milik Pak Agus di Desa
Sukaharja pada 500 mdpl (Gambar 34a), serta lahan pembibitan tanaman buah di
Desa Tajurhalang. Pada tiap lokasi, fungsi penerimaan dilokasikan di sekretariat
kelompok tani, dan kantor lahan pembibitan. Fungsi pelayanan pada area ini
memiliki aktivitas pengunjung berupa registrasi ulang, dan penerimaan informasi
untuk pengarahan. Bagi pengunjung yang berminat, fungsi pelayanan ini juga
memberi akses bagi aktivitas membeli buah hasil panen, atau membeli bibit pohon
tanaman buah. Fungsi display terdapat pada lahan pembibitan dengan aktivitas
pengunjung berupa pengamatan terhadap tanaman buah dan pola tanamnya sambil
jalan santai. Di dalam fungsi budidaya, aktivitas pengunjung dapat berupa
mengamati, mempelajari teknik budidaya, serta memetik buah sendiri. Pada
fungsi display juga disediakan jalan setapak untuk pengunjung melakukan
kegiatan jalan santai menikmati suasana perkebunan tanaman buah. Aktivitas
melepas lelah di area ini, terutama pada lahan nanas dan jambu biji, berada dalam
fungsi pelayanan, di sini pengunjung dapat menikmati rujak buah nanas hasil
panen setempat, sambil duduk santai di tengah-tengah lahan pertanian. Fungsi
pasca panen pada area ini lebih utama berada pada lahan nanas yang lokasinya
berada di dekat sekretariat kelompok tani, di sini pengunjung dapat mempelajari
teknik pengemasan buah dan mempelajari cara mengupas nanas agar kulit tangan
tidak terluka akibat duri nanas. Penempatan masing-masing lahan tanaman buah
101

dibuat terpusat bedasarkan kesesuaian lahan dan syarat pertumbuhan tanaman


(Lampiran 5).

(a) lahan budidaya durian

(b) lahan budidaya nanas


Gambar 34. Ilustrasi area tanaman buah

Area Peternakan
Area peternakan ini dilokasikan di lahan ternak milik kelompok tani sapi
perah KANIA, Kampung Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Fungsi Penerimaan
berada di sekretariat kelompok tani, pengunjung yang datang disambut dan diberi
pengarahan. Registrasi ulang dan informasi terkait peternakan dapat pengunjung
dapatkan di fungsi pelayanan, satu tempat dengan fungsi penerimaan. Sedangkan
fungsi pelayanan dengan aktivitas berupa belanja produk ternak, seperti membeli
susu sapi serta pupuk kandang dapat pengunjung temukan pada gerai khusus di
luar sekretariat. Area ini terdapat fungsi budidaya yang terdiri dari kandang-
kandang ternak dimana pengunjung dapat mengamati jenis sapi perah, memberi
pakan ternak, dan mempelajari teknik memerah sapi (Gambar 35a). Lapangan
rumput berpagar untuk penggembalaan dalam fungsi budidaya berguna untuk
102

pengunjung mempelajari penggembalaan ternak sambil mempelajari perilaku


ternak dan wisata alam (Gambar 35b). Fungsi pendidikan dilokasikan pada
bangunan pembuatan biogass, sehingga pengunjung dapat mempelajari proses
pembuatan biogass (Gambar 35c). Dalam area peternakan pengunjung juga
mendapat pengetahuan tentang bagaimana mempelajari teknik pengemasan susu,
dan teknik pembuatan produk fermentasi susu pada fungsi pasca panen yang
dilokasikan pada bangunan dekat kantor sekretariat kelompok tani. Dalam ruang
agrowisata peternakan, pengunjung juga mendapat pengetahuan tentang
bagaimana melakukan penataan ruang peternakan yang baik dan benar.

(a) kandang ternak

(b) tempat penggembalaan (c) tempat pembuatan biogas


Gambar 35. Ilustrasi area petenakan

Ruang pendukung agrowisata


Area Penerimaan
Area ini diletakkan pada akses masuk pertama di Kampung Pondok
bitung Desa Sukaharja, kedua di Kampung Tajurhalang bawah Desa Tajurhalang,
dan satu akses sebagai alternatif dekat kantor Desa Sukaharja. Area penerimaan
103

menjadi bagian pertama yang dijumpai pengunjung ketika memasuki kawasan


agrowisata (Gambar 36), pengunjung dapat menikmati pemandangan berupa
sawah dan kebun ketika pertama kali memasuki kawasan, sehingga kesan
perdesaan dapat langsung dirasakan oleh pengunjung. Jarak dari gerbang menuju
ke lokasi parkir pada area pelayanan dapat ditempuh ± 500 m dengan
pemandangan sawah di sisi timur dan barat serta pemandangan Gunung Salak
yang menjulang di sebelah selatan, dan terlihat jika hari cerah. Area penerimaan
ini sekaligus diberi fungsi pengawasan demi keamanan kawasan, dengan
menempatkan pos jaga dekat dengan gerbang kawasan.

Gambar 36. Ilustrasi area penerimaan

Area Pelayanan
Area pelayanan kawasan berdekatan dengan area penerimaan, Terdapat
empat area pelayanan, dimana 2 area berfungsi sebagai tempat akomodasi
pengunjung ketika pertama kali datang, dan 2 area lainnya sebagai penginapan
yang dilokasikan di Kampung Selaawi, Desa Sukaharja dan Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang, dengan masing-masing memiliki daya tarik
tersendiri. Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola
pemukiman sub urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan
di Desa Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman Desa yang terletak jauh
dari perkotaan dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan. Rombongan
pengunjung yang datang untuk menginap di pemukiman penduduk mendapat
sambutan dari masyarakat setempat berupa rangkaian kelopak bunga dan kesenian
masyarakat setempat seperti musik dan tari tradisional. Antara tempat akomodasi
dan penginapan berjarak 1-2 km, hal ini ditujukan agar pengunjung dapat
104

memperoleh pengalaman sebelum menuju penginapan. Aktivitas yang dapat


dilakukan pengunjung di dalam area ini adalah memarkirkan kendaraan (Gambar
37a), registrasi di kantor pelayanan, menerima informasi, menyewa alat
transportasi perdesaan (andong) untuk menuju lokasi obyek agrowisata,
menikmati makanan khas perdesaan, berbelanja hasil produksi pertanian setempat
di pasar lokal untuk membeli produk sayuran organik, membeli beras lokal,
membeli palawija produksi lokal (Gambar 37b), bermalam dirumah penduduk
yang sudah dipersiapkan menerima pengunjung (Gambar 37c), beribadah,
bersepeda, photohunting, jalan santai, beristirahat, menikmati pemandangan,
berkumpul, berbincang-bincang, dan MCK.

(a) terminal angkot dan tempat parkir (b) pasar desa

(c) penginapan
Gambar 37. Ilustrasi area pelayanan

Area Transisi
Area ini dilokasikan pada Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa
Sukaharja serta lapangan rumput dekat dengan peternakan KANIA, Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang. Area transisi merupakan area dengan
105

aktivitas pengunjung yang bervariasi dan tidak monoton. Pada Taman Gajah
pengunjung dapat melakukan aktvitas seperti memarkirkan sepeda, beristirahat,
melihat papan informasi, jalan santai, piknik, photohunting, bermain dan
menikmati pemandangan dengan view menarik ke arah kota Bogor di utara dan
tegakan hutan dan pegunungan di selatan (Gambar 38a), begitu juga di dekat
lapangan rumput peternakan KANIA pengunjung dapat jalan santai sambil
mengamati penggembalaan ternak, serta jogging (Gambar 38b).

(a) Cijulang (b) Tajurhalang atas


Gambar 38. Ilustrasi area transisi

Area Masyarakat
Area ini dilokasikan pada kawasan pemukiman yang tidak memiliki
kesiapan menerima pengunjung dan masih menyimpan aturan adat yang kuat,
dalam kawasan direncanakan pada Kampung Pasir Tengah, Kampung Rawa,
Kampung Cipinanggading, dan Kampung Tajurhalang bawah RW 01. Aktivitas
pengunjung di area ini sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Area ini
hanya untuk aktivitas para penyuluh dari dinas pemerintah untuk pengamatan dan
penelitian, sehingga dapat di evaluasi bagaimana perkembangan dari kegiatan
sehari-hari masyarakat perdesaan. Direncanakan tiap kampung diberi gapura
untuk memberi tanda dan informasi terkait nama dan lokasi kampung (Gambar
39a), serta fasilitas untuk masyarakat melakukan kegiatan sosial bersama seperti
lapangan olah raga dan tempat rapat, sarana kesehatan, dan sarana pendidikan.
Daya tarik pemukiman di Desa Sukaharja terletak pada pola pemukiman sub
urban karena telah terdapat pengaruh kota didalamnya, sedangkan di Desa
Tajurhalang memiliki daya tarik pola pemukiman desa yang jauh dari perkotaan
dan masih di dominasi oleh vegetasi alami perdesaan (Gambar 39b).
106

(a) gerbang kampung (b) rumah penduduk


Gambar 39. Ilustrasi area masyarakat

Ruang Penyangga
Ruang penyangga merupakan ruang dengan intensitas penggunaan dan
tingkat kesesuaian wisata atau rekreasi yang rendah. Ruang ini mencakup area
konservasi yang memegang fungsi pelestarian.
Area Konservasi
Area ini diletakkan pada daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai.
Area ini memiliki fungsi konservasi dimana aktivitas yang dilakukan didalamnya
sangat terbatas dan bersifat khusus seperti pengamatan sumber daya alam, serta
pendakian gunung untuk penelitian yang difasilitasi dengan jalan setapak terbatas,
tempat pengamatan, serta beberapa papan penanda dan informasi (Gambar 40).
Ruang ini didominasi oleh daerah tegakan hutan hingga ke puncak Gunung Salak
serta daerah sempadan sungai sehingga lebih diarahkan kepada fungsi menjaga
kelestarian lingkungan dan daerah resapan atau sumber mata air.

(a) metode lahan teras (b) menara pandang


Gambar 40. Ilustrasi area konservasi
107

(c) papan informasi (d) rail jalan setapak


Gambar 40. Lanjutan

Tabel 17. Rencana penggunaan ruang


Area Luas (ha) Letak
Ruang Utama (25% / 231,3 ha)
Tanaman Hias 57,6 • kelompok tani Bunga Desa, Kampung Pondok
Bitung, Desa Sukaharja (37,1 ha)
• kelompok tani Violces, Kampung Tajurhalang
atas, Desa Tajurhalang (20,5 ha)
Sayuran Palawija dan 42,4 • kelompok tani Saluyu, Kampung Cijulang, Desa
Padi Sukaharja (15,2 ha)
• kelompok tani Mekartani, Kampung Pondok
Bitung, Desa Sukaharja (23,1 ha)
Tanaman Buah 49,9 • tajurhalang bawah, Desa Tajurhalang (8,5 ha)
2,9 • kebun pembibitan milik pak Agus, kampong
Pondok Bitung, Desa Sukaharja (5,9 ha)
• kelompok tani Lindung Harapan, Kampung
Tapos, Desa Sukaharja (35,5 ha)
Peternakan 6,2 • kelompok tani sapi perah KANIA, Kampung
Tajurhalang atas, Desa Tajurhalang
Ruang Pendukung (37% / 341,9 ha)
Penerimaan 6 • akses masuk pertama, di Desa Sukaharja
• akses masuk kedua, di Desa Tajurhalang
• jalur alternatif di Desa Sukaharja
Pelayanan 25,5 • Kampung Pondok Bitung dan RW06 di Kampung
Tajurhalang bawah (akomodasi)
• Kampung Ciconggang dan RW03 di Kampung
Tajurhalang atas
Transisi 22,7 • Taman Gajah, Kampung Cijulang, Desa
Sukaharja
• lapangan rumput dekat dengan peternakan
KANIA, Kampung Tajurhalang atas
Masyarakat 78,6 • Kampung Pasir Tengah,
• Kampung Rawa,
• Kampung Cipinanggading,
• RW01 di Kampung Tajurhalang bawah
Ruang Penyangga (38% / 352 ha)
Konservasi 352 • daerah tegakan hutan dan sepanjang jalur sungai
108

Tabel 18 menunjukan aktivitas agrowisata serta luas dan daya tampung


yang ditentukan pada beberapa area di dalam ruang utama agrowisata pada
masing-masing desa.

Tabel 18. Rencana penggunaan ruang untuk aktivitas agrowisata


Aktifitas Sukaharja Tajurhalang
Luas Daya Luas Daya
(m²) tampung (m²) tampung
Pelayanan Wisata
Penyambutan 1000 1000
Parkir mobil 6000 300 6000 300
Parkir motor 1000 500 1000 500
Parkir andong 50 8 50 8
Parkir sepeda 300 200
Registrasi 150 150
Memperoleh informasi 200 200
Menyewa alat transportasi desa 45 22 45 22
Berbelanja hasil pertanian 5000 5000
Menikmati makanan khas desa 3000 3000
Bermalam 2500 1250 2500 1250
Beribadah 2500 1250 2500 1250
MCK 1000 500 1000 500
Agrowisata dan Wisata Umum
Budidaya 10000 10000
Pengolahan & pengemasan hasil 2500 2500
Pengolahan limbah pertanian 5000 5000
Menikmati makanan khas desa 500 500
Mengambil ikan di balong 180 45
Jalan santai di pematang sawah 750
Memetik buah 2500 625 2500 625
Memerah sapi 5000 625 5000 625
Bersepeda 3900 300
Menikmati pemandangan 10000 2500
Berkumpul Piknik 20000 2000
Photohunting 1500 1500
Jalan santai 1000 1000
109

Rencana Fasilitas dan Utilitas


Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas
agrowisata dan wisata umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas yang
pertama kali pengunjung temui ketika memasuki kawasan adalah gerbang
kawasan yang terletak di ketiga akses keluar-masuk kawasan. Selanjutnya
pengunjung diarahkan ke area pelayanan kawasan yang berjarak sekitar 1-2 km
dari gerbang. Di area pelayanan ini tersedia area parkir dengan luas 1-2 ha yang
sekaligus berfungsi sebagai tempat angkutan umum menurunkan dan menaikan
penumpang. Pengunjung melakukan registrasi di kantor pelayanan, untuk menuju
obyek agrowisata dengan menyewa angkutan perdesaan berupa andong yang telah
disediakan masyarakat setempat (Gambar 41a). Fasilitas agrowisata yang
umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan
informasi, saung, lahan pembibitan, dan lahan percobaan untuk pengunjung yang
ingin turut melakukan kegiatan budidaya, tempat sampah, tempat duduk, tempat
pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian (Tabel 19). Sedangkan utilitas
terdiri dari listrik, air bersih (Gambar 41b), telekomunikasi, dan pengolahan
limbah. Peletakan fasilitas dan utilitas dapat dilihat pada Lampiran 12, 13, 14, dan
15 yang merupakan pembesaran dari tiap section pada peta rencana. Fasilitas
wisata umum yang ada pada area transisi seperti tempat parkir sepeda dan papan
informasi. Pasar lokal di area pelayanan pada Desa Sukaharja dan Desa
Tajurhalang menjual hasil produksi pertanian setempat dan souvenir bagi
pengunjung yang ingin membawa bingkisan tangan untuk pulang.

(a) fasilitas (b) utilitas


Gambar 41. Contoh ilustrasi fasilitas dan utilitas
110

Tabel 19. Rencana fasilitas dan utilitas


No Fasilitas Luas(m²)/Ukuran(m) Bahan Jml
Sk Tj
FASILITAS PELAYANAN WISATA
1 Gerbang P=10,5;L=0,5;T=8 Bata, semen 2 1
2 Papan penanda P=1;L=0,1;T=2,5 Bambu, kayu 10 6
3 Papan informasi P=1;L=0,1;T=2 Bambu, kayu 8 4
4 Pos jaga P=3;L=3;T=3,5 Bata, semen 11 6
5 Parkir mobil Ls=12000 Aspal 1 1
6 Parkir motor Ls=400 Grassblock 5 4
7 Parkir sepeda Ls=150 Pavement 6 -
8 Parkir andong Ls=90 Grass 4 2
9 Kantor pelayanan Ls=200 Bata, semen 6 5
10 Masjid Ls=1000 Bata, semen 2 3
11 Mushola Ls=100 Bata, semen 4 3
12 Pasar lokal Ls=2500 Bata, semen 1 1
13 Gerai penjualan P=5;L=6;T=5 Bambu, ijuk 5 3
14 Kantin Ls=1500 Bata, semen 2 32
15 Toilet P=6;L=3;T=3 Bata, semen 60 35
16 Penginapan Ls=100 Bata, kayu 20 20
FASILITAS AGROWISATA DAN WISATA UMUM
17 Lahan percobaan Ls=5000 8 3
18 Jalan setapak Ls=750, Ls=2000 Grass, tanah 2 -
19 Pengemasan hasil Ls=1250 Beton 5 3
20 Pengolahan hasil Ls=1000 Beton 4 2
21 Saung makan P=5;L=5;T=3 Bambu, ijuk 20 -
22 Saung duduk P=2;L=1;T=3 Bambu, ijuk 22 5
23 Jalur sepeda P=2600;L=1,5 Aspal 1 -
24 Area pandang Ls=2000, Ls=8000 Bambu, kayu 1 1
25 Area berumput Ls=20000 Grass 1 1
FASILITAS PENUNJANG WISATA
26 Air bersih PDAM, mata air 3 2
27 Listrik PLN 1
28 Telekomunikasi TELKOM, telepon selular 1
29 Pengolahan limbah Ls=6000 1 1
30 Promosi Iklan, Website, Leaflet
Ket: Ls (Luas), P (Panjang), L (Lebar), T (Tinggi), Sk (Sukaharja), Tj (Tajurhalang)
111

Rencana Jalur Agrowisata


Jalur sirkulasi yang direncanakan di dalam kawasan terbagi menjadi tiga
jalur yakni jalur primer, sekunder dan tersier. Jalur primer merupakan jalur yang
menghubungkan Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang dan diperuntukan bagi dua
jalur kendaraan bermotor roda empat, jalan ini terbuat dari aspal dengan lebar 5
meter dan jalur hijau jalan ± 2 meter yang ditanami dengan rumput dan tanaman
khas perdesaan dan sekaligus berfungsi sebagai jalur pejalan kaki (Gambar 42a).
Jalur utama difasilitasi dengan tempat sampah, drainase, papan penunjuk arah dan
rambu-rambu jalan. Jalur sekunder adalah jalur dengan lebar 1,5-4 meter yang
terbuat dari bahan konblok dan terdiri dari jalan yang menghubungkan jalan
utama dengan lokasi obyek agrowisata, jalan di dalam obyek agrowisata atau
antara obyek agrowisata dengan area transisi, jalan ini dilalui oleh andong, sepeda
dan pejalan kaki, serta difasilitasi dengan penerangan, tangga, pagar, pohon
peneduh, tempat sampah, jembatan, papan penunjuk arah, papan peringatan, dan
papan informasi (Gambar 42b). Sedangkan jalur tersier adalah jalan di daerah
pemukiman masyarakat, jalan setapak pada lahan pertanian dan tegakan hutan
(Gambar 42c). Jalur tersier memiliki ukuran jalan bervariasi dari jalan tanah biasa
berukuran 0,6 meter hingga yang terbuat dari bahan kerikil dan pasir dengan lebar
1-2 meter.
Jalur sepeda yang direncanakan dibuat menyatu dengan jalur utama dan
jalur sekunder dengan pembeda berupa tanda garis berwarna merah selebar 15 cm
di permukaan jalan (Gambar 42d), garis ini merupakan batas antara jalur sepeda
dengan jalur kendaraan bermotor, sehingga pengguna sepeda dapat tetap nyaman
dan aman dalam bersepeda. Lebar jalur sepeda yang menyatu dengan jalan utama,
berdasarkan Koppelman (1994) ialah 2 kaki atau 60,9 cm. Standar perencanaan
panjang jalur sepeda untuk kemiringan 3% ialah 240 meter untuk satu kali jalan,
dan kemiringan 4% ialah 90 meter (Lampiran 6). Panjang jalur sepeda yang
direncanakan ialah sepanjang 2,6 km dengan jumlah 5 (lima) titik pemberhentian
sepeda yang dialokasikan pada Kampung Pondokbitung (2 titik), Kampung
Selaawi (1 titik), dan Kampung Cijulang (2 titik). Jarak antara titik pemberhentian
berkisar antara 300-750 meter.
112

(a) jalan primer (b) jalan sekunder

(c) jalan tersier (d) jalur track sepeda


Gambar 42. Rencana jalur jalan dan track sepeda

Rencana Vegetasi
Vegetasi yang direncanakan di dalam kawasan agrowisata ini ialah
vegetasi khas perdesaan yang memiliki fungsi sesuai area dan aktivitas pada
kawasan. Rencana vegetasi pada kawasan berupa penentuan jenis tanaman yang
menunjang fungsi area, seperti:
(1) Penyambutan dan estetika; berada pada area penerimaan, display area,
pelayanan, serta jalur sirkulasi. Dapat digunakan berbagai jenis tanaman
berbunga dengan warna beragam yang khas perdesaan, seperti bunga
kertas (Zinnia angustifolia).
(2) Pengarah dan penghalang pandangan; berada pada tempat pembuangan
sampah sementara dan sisi jalan. Dapat digunakan tanaman perdu atau
semak sedang hingga tinggi yang ditanam dengan rapat, seperti Drasaena
(Dracaena deremensis) dan cemara gunung (Cemara junghuniana).
113

(3) Peneduh; menyebar pada area pelayanan, seperti pada tempat parkir, dan
tempat rekreasi, digunakan pohon dengan tajuk yang rapat dan estetik,
seperti ketapang (Terminalia cattapa).
(4) Pertanian; tanaman hortikultura (nanas, jambu biji, tomat, caisin, kacang
panjang, tomat, tanaman hias), beras dari produksi padi setempat, serta
vegetasi berguna lainnya yang dibudidayakan.
(5) Penyangga; Direncanakan sesuai dengan tumbuhan dalam tegakan hutan
serta penggunaan tanaman bambu di sepanjang sempadan sungai untuk
konservasi tanah dan air.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten
Bogor merupakan desa yang memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan
berupa pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek
dan daya tarik agrowisata. Desa Sukaharja menjadi fokus perencanaan agrowisata,
sedangkan Desa Tajurhalang menjadi salah satu desa yang turut dikembangkan
karena dinilai berpotensi untuk mendukung keberlanjutan pengembangan
agrowisata perdesaan di kawasan dengan kondisi kawasan yang masih cenderung
alami. Desa Sukaharja memiliki potensi obyek agrowisata berupa pembibitan
tanaman hias, lahan sayuran palawija dan padi, serta pembibitan tanaman buah
(durian, jambu biji, nanas). Desa Tajurhalang memiliki potensi obyek agrowisata
berupa peternakan dan tanaman hias.
Konsep dasar yang dikembangkan adalah menciptakan kawasan
agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian,
khususnya tanaman hias dan peternakan serta bentukan lanskap perdesaan yang
meliputi pegunungan, lahan pertanian, tegakan hutan, serta pemukiman penduduk.
Masyarakat setempat turut berperan aktif dalam bentuk merencanakan,
menyediakan fasilitas pelayanan, jasa pemandu dan tenaga kerja serta mengelola
aktivitas agrowisata bagi pengunjung agar terjamin kelestarian sumberdaya serta
kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Konsep keberlanjutan yang diterapkan
dalam perencanaan agrowisata di kawasan menerangkan ide dasar konservasi dan
pengelolaan pengunjung oleh masyarakat dengan tujuan terciptanya kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya penerapan
keberlanjutan ialah dengan pembatasan pengunjung. Kelompok atau rombongan
pengunjung yang datang ditargetkan pada pengunjung dengan wisata minat
khusus.
Ruang yang direncanakan dalam kawasan meliputi ruang utama
agrowisata (25%/±231,3 ha), ruang pendukung agrowisata (37%/±341,9 ha), serta
ruang penyangga (38%/±352 ha) dengan pembagian dalam bentuk area-area yang
memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti penerimaan, pelayanan, budidaya, display,
115

rekreasi, pendidikan atau konservasi serta penentuan aktivitas agrowisata dan


rekreasi umum berdasarkan area-area yang telah ditentukan. Aktivitas wisata yang
dikembangkan adalah aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan pertanian, baik
langsung maupun tidak langsung atau hanya sekedar mengamati, serta wisata
umum yang dapat mendukung keberadaan obyek agrowisata yang dikembangkan
seperti aktivitas bersepeda menyusuri lahan pertanian. Aktivitas ini ditujukan
untuk menambah pengetahuan pengunjung tentang proses kegiatan pertanian dari
mulai pengolahan lahan hingga pasca panen, serta memberikan kesan pada
pengunjung tentang suasana pedesaan yang alami dan berbudaya namun tetap
menjaga keberlanjutan lingkungan dengan tetap memelihara sumberdaya.
Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas
agrowisata dan rekreasi, serta fasilitas penunjang wisata yang meliputi utilitas
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat serta kenyamanan dan
keamanan pengunjung, seperti penyediaan utilitas air bersih, listrik,
telekomunikasi dan pengolahan limbah, serta promosi.

Saran
1. Perencanaan skala makro ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih
detail terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan.
2. Perlu ditingkatkan lagi pengawasan maupun pembinaan terhadap penggunaan
sumberdaya serta perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya dalam
rangka memperbaiki lingkungan, khususnya dalam pengelolaan limbah dan
penerapan pertanian dengan konservasi lahan.
3. Perlu adanya peran aktif masyarakat dalam mengelola kawasan yang
bekerjasama dengan pemerintah dan swasta, misalnya Gapoktan yang berlaku
sebagai pengelola agrowisata kawasan dibantu oleh dinas pariwisata dalam
meningkatkan keahlian dan keterampilan Sumberdaya Masyarakat (SDM),
serta bantuan penyediaan fasilitas dan utilitas dari pihak terkait.
PERE
ENCANAA
AN LANSK
KAP AGRO
OWISATA
A BERKELANJUTAN
N
DI DESA
A SUKAHA
ARJA DAN
N DESA TA
AJURHALA
ANG
KECA
AMATAN CIJERUK
C KABUPAT
K TEN BOGO
OR

Oleh :
M
MEGA AM
MALYA

DEP
PARTEME
EN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKU
ULTAS PE
ERTANIAN
N
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BOG
GOR
2010
0
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2008. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri


Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi NOMOR: 204/KPTS/HK.050/ 4/1989
KM.47/PW.004/HPPT-89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro
Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
[terhubung berkala]. http://dokumen.deptan.go.id/doc/BDD2.nsf/6342ec1
c781e8e3247256a48001c96ba/120408e34928878147256aa000249670?OpenD
ocument [22 April 2008].

Departemen Pertanian. 2004. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.


[terhubung berkala]. http://database.deptan.go.id/agrowisata/ viewfitur.
asp?id=1 [25 April 2008].

Departemen Pertanian. 2009. Kriteria Kesesuaian Lahan. [terhubung


berkala]. http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_
wrapper&view=wrapper&Itemid=155 [12 Oktober 2009].

As-syakur A. 2008. Pertanian Berkelanjutan. [terhubung berkala].


http://mbojo.wordpress.com/2008/03/20/pertanian-berkelanjutan/. [12
Oktober 2009].

Damanik J, W. Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi.


Yogyakarta: ANDI

Darmawijaya M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah (Dasar Teori dan Pelaksana


Pertanian di Indonesia). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

ELSPPAT. Tanpa tahun. Pertanian Organis Sub Sistem Kehidupan yang Lengkap.
[terhubung berkala]. http://www.elsppat.or.id/download/file/e31u1.pdf. [28
Januari 2010].

Gazali H. 2009. Standar Pembuatan Media Promosi Wisata. [terhubung berkala].


http://jttcugm.wordpress.com/2009/06/09/standar-pembuatan-media-
promosi-pariwisata/. [12 Oktober 2009]

Gulo W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Graznido.

Hakim R, U. Hardi. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap Prinsip-


Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara.

Ismaun I. 1990. Wisata Agro. Dimuat pada ASRI Nomor 85, April 1990.
117

Koppelman Lee E. 1994. Standar Perencanaan Tapak. Hakim Januar, penerjemah;


Suwarman, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Site Planning
Standards

Kusumayanti R. A. Maya. Teknik Penanaman Pada Kemiringan. Buletin Taman


dan Lanskap Indonesia 2001;4(2):28-29.

Nurisjah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin


Taman dan Lanskap Indonesia 2001;4(2):20-23.

Nurisjah S. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen


Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor.

Sajogyo, S. Pudjiwati, editor. 1982. Sosiologi Pedesaan. Jilid 2. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia.

Sianawati H. 2009. Kamus Istilah Hidrologi Teknik. Jakarta: Gramedia.

Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. Warta Penelitian


dan Pengembangan Pertanian 2002;24(1). [terhubung berkala].
http://database.deptan.go.id/ agrowisata/ viewfitur.asp?id=3 [22 April 2008]

Susanto A. A. 2007. Studi Potensi Agrowisata Berbasis Ecovillage di Desa


Sukaharja, kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Program
Studi Arsitektur Lanskap. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tirtawinata Moh. Reza, F. Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan


Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wardiyanta. 2006. MetodePenelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Wikimedia Foundation, Inc. Desa. http://id.wikipedia.org/wiki/Desa [27 Januari


2010].

Wikimedia Foundation, Inc. Pembangunan Berkelanjutan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan [27 Februari
2010].

Yoeti O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan pariwisata. Jakarta: Pradnya


Paramita.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Standar teknis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun di dalam kawasan konservasi
Peruntukan Jenis kegiatan / Standar Teknis
Kawasan Pemanfaatan Pengaturan
Ruang sarana KDB Ketinggian

Kawasan Lindung:: Hutan Di Luar Fungsi - pondok wisata ≤5% 8 meter - Luar kawasan yang
Di dalam kawasan Konservasi Kawasan - bumi perkemahan dimanfaatkan untuk
Hutan - caravan pembangunan sarana
- sarana wisata tirta dan pprasarana
- angkutan wisata pariwisata alam
- sarana wisata maksimum 10 % dari
budaya zona pemanfaatan
- gazebo / shelter - Bentuk bangunan
- pondok bergaya arsitektur
pemandangan budaya setempat
- kanopi trail - Tidak mengubah
- log trail bentang alam yang ada

Sumber: Peraturan Bupati Bogor tentang Pedoman Operasional Pemanfaatan Ruang

119
Lampiran 2
Data Iklim kawasan (1999-2008)

Bulan
Uraian
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Suhu (ºC)

Maks 25,38 24,59 25,96 26,45 26,6 26,23 26,47 26,68 27,23 26,78 26,22 25,48

Rata-rata 22,59 22,28 22,93 23,18 23,39 22,97 22,83 22,96 23,07 23,29 23,2 22,89

Min 18,18 18,13 18,58 18,52 18,21 17,75 17,22 17,06 17,5 17,97 18,38 18,29

CH (mm)
446,8 463,3 360,5 329,8 213,3 123,3 117,3 90,2 120,3 220,7 325,3 291,7

Kelembaban 85,6 87,43 84,85 85 83,97 82,76 80,38 78,97 78,42 82,75 84,8 85,83

Sumber : Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor dan Stasiun Citeko Bogor

120
121

Lampiran 3. Daftar kekuatan dan kecepatan angin (Skala Beaufort)


Kekuatan
Kecepatan Angin
Angin
Nama Keterangan
Skala
m/dt km/jam
Beaufort
0 0,0-0,5 0-1 Angin reda Tiang asap tegak
1 0,6-1,7 2-6 Angin sepoi-sepoi Tiang asap miring
2 1,8-3,3 7-12 Angin lemah Daun-daun
bergerak
3 3,4-5,2 13-18 Angin sedang Ranting-ranting
bergerak
4 5,3-7,4 19-26 Angin tegang Dahan-dahan
bergerak
5 7,5-9,8 27-35 Angin keras Batang pohon
bergerak
6 9,9-12,4 36-44 Angin keras sekali Batang pohon
bergerak
7 12,5-15,2 45-54 Angin ribut Dahan-dahan patah
8 15,3-18,2 55-65 Angin ribut hebat Pohon-pohon kecil
patah
9 18,3-21,5 66-77 Angin badai Pohon-pohon besar
patah
10 21,6-25,1 78-90 Angin badai hebat Rumah-rumah
roboh
11 25,2-29,0 91-104 Angin taifun Benda berat
beterbangan
12 >29 >105 Angin taifun hebat Benda berat
beterbangan hingga
beberapa km
122

Lampiran 4. Hubungan antar ruang

Lampiran 5. Syarat pertumbuhan nanas, durian, dan jambu biji


No Jenis Ketinggian Jenis Tanah Suhu CH
Buah (mdpl) (ºC) (mm/tahun)
1 Nanas 800-1200 Berpasir, gembur, dan 23-32 1000-1500
mengandung bahan
organik serta tidak
berkapur
2 Durian 50-600 Lempung berpasir, subur, 22-30 1500-2500
dan banyak mengandung
bahan organik
3 Jambu 5-1200 Berpasir, gembur, dan 23-28 1000-2000
biji mengandung bahan
organik
Sumber: www.emirgarden.com, solusibizniz.com, 4lwin5yahputra.blogspot.com

Lampiran 6. Standar perencanaan panjang jalur sepeda


Panjang (meter)
Kemiringan (%)
Normal Maksimum
1,5 450 -
3 120 240
4,5 45 90
10 9 18
Sumber: Koppelman (1994)
117
118
119
127

Lampiran 11. Keunggulan alternatif terpilih berdasarkan kriteria


Keunggulan
Kriteria
No
Penilaian
Alt.I Alt.II Alt.III
Area konservasi Sesuai dengan
Kesesuaian Sesuai dengan tata
masih ada yang kemiringan, namun
lahan guna lahan yang
1 digunakan sebagai agak merubah tata
(kemiringan ada, berada pada
pusat aktivitas guna lahan yang
lahan) kemiringan 3-25%
wisata umum ada.
Beberapa area
dengan komoditas Beberapa area Area pada masing-
Kesatuan
yang sama masyarakat masing ruang lebih
ruang
2 ditempatkan agak berdekatan dengan disesuaikan dengan
(hubungan
berjauhan sehingga area padat hubungan antar
antar ruang)
sulit menentukan pengunjung ruang
kesatuan ruangnya
Area
pemukimansebagian
Area pelayanan Area pelayanan
dijadikan area
kawasan pada kawasan pada
tanaman hias
daerah pemukiman daerah pemukiman
sehingga
penduduk penduduk, namun
3 Pola tata letak diharapkan dapat
dikhawatirkan di dekatnya masih
meningkatkan view
menyebabkan ada area pertanian
buruk pada
aktivitas yang sebagai pembatasan
kepadatan rumah-
terlalu padat. aktivitas
rumah penduduk
yang kaku
Sirkulasi
Bebeberapa area
Bebeberapa area pengunjung lebih
masyarakat dan
masyarakat masih diarahkan pada jalur
4 Pola sirkulasi konservasi masih
ada yang dilalui yang dapat
ada yang dilalui
oleh pengunjung. memperoleh
oleh pengunjung.
pengalaman
View kurang baik
View kurang baik
pada pemukiman
pada pemukiman
penduduk yang Area dialokasikan
Orientasi penduduk yang
padat dapat pada titik-titik
5 terhadap padat tidak
dikurangi dengan pemandangan yang
pemandangan dimodifikasi
background potensial
dengan kondisi
pemandangan
alami perdesaan
sawah dan gunung
Jalur cukup Dibuat dengan
panjang dan sesuai Kondisi jalur sebagian mengacu
Jalur track
6 untuk sepeda sepeda yang kepada rute
sepeda
gunung, tapi tanpa monoton kunjungan
titik pemberhentian komunitas sepeda
127
127
127
127
132

Lampiran 16. Kuesioner pengunjung


KUESIONER PENGUNJUNG DESA … … … …(*) KEC.CIJERUK
KAB.BOGOR
Pewawancara :
No. Responden : Tanggal :

I. IDENTITAS PENGUNJUNG
Nama :
Usia/ Jenis Kelamin : …… tahun/ (L/ P)
Kota Asal Kedatangan : ………………….. lama perjalanan: …….jam.
jarak tempuh: …… km.
Pendidikan Terakhir : a. SMP c. Diploma
b. SMA d. Sarjana/ pascasarjana
Pekerjaan : a. Mahasiswa/ pelajar e. Pegawai negeri
b. Ibu RT/ tidak bekerja f. ABRI
c. Wiraswasta g. Pensiunan
d. Pegawai swasta h. Lainnya : …………..
1. Maksud kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Rekreasi b. Ingin tahu c. Study tour
Objek yang di kunjungi berupa ……………………… di ……………………………..
2. Kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Pertama kali
b. Ke-2 kali
c. Ke- lebih dari 2 kali
Jika menjawab (c) berapa frekuensi kunjungan:
a. 2 kali/ tahun c. 1 kali/ bulan
b. 3 kali/ tahun d. > 1 kali/ bulan
3. Bersama siapa sekarang melakukan kunjungan ke Desa …………… (*) :
a. Sendiri
b. Berkelompok
c. Rombongan besar sekolah kantor kampung/desa
(Jumlah rombongan : ………… orang)
4. Menggunakan kendaraan: a. Motor b. Mobil c. Bis d. Lainnya:…………
5. Lama kunjungan : ……… jam. Dari pukul ……… hingga pukul ………
Atau : ……… hari. Dari hari ……… hingga hari ………
Jika kunjungan > 1 hari, menginap di :
133

a. Villa b. Rumah warga c. Lainnya: ………………….


6. Berapa pengeluaran anda untuk wisata per bulan :
a. < 10.000 rupiah c. 50.000 – 100.000 rupiah
b. 10.000 -50.000 rupiah d. > 100.000 rupiah
7. Aktifitas yang dilakukan di Desa …………… (*) :
a. Piknik d. Berolah raga g. Belanja j. Makan-makan
b. Bermain e. Foto-foto h. Belajar k. Jalan-jalan
c. Menikmati pemandangan f. Out bond i. Meneliti l. Bersepeda
8. Apakah kesan anda melihat pemandangan Desa ……………(*) dan sekitarnya :
a. Sangat indah c. Jelek
b. Indah d. Sangat jelek
9. Bagaimana kesan anda terhadap kenyamanan Desa ……………(*):
a. Sangat nyaman c. Tidak Nyaman
b. Nyaman d. Sangat tidak nyaman
10. Bagaimana kesan anda terhadap keamanan Desa ……………(*):
a. Sangat aman c. Tidak aman
b. Aman d. Sangat tidak aman
11. Bagaimana derajat pengalaman mengunjungi Desa ……………(*):
a. Sangat banyak pengalaman baru c. Sedikit pengalaman baru
b. Banyak pengalaman baru d. Sangat sedikit pengalaman baru
12. Menurut anda bagaimana kondisi Desa ……………(*):
a. Sangat bersih b. Bersih c. Kotor d. Sangat kotor
13. Apakah kesan anda ketika mengunjungi Desa ……………(*) dan sekitarnya:
a. Sangat menyenangkan c. Tidak menyenangkan
b. Menyenangkan d. Sangat tidak menyenangkan
14. Penduduk Desa ……………(*) menunjukan sikap:
a. Sangat ramah b. Ramah c. Tidak ramah
a. Sangat terbuka b. Terbuka c. Tertutup
15. Dari mana anda mengetahui informasi tentang Desa ……………….(*):
a. Keluarga c. Selebaran e. Lainnya:…………………
b. Teman d. Diri sendiri
16. Kondisi jalan menuju Desa ……………….(*):
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
Kondisi jalan di dalam Desa ........................ (*):
a. Sangat baik b. Baik c. Buruk
134

15. Apabila Desa ……………. (*)dan sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan obyek
agrowisata (wisata pertanian), obyek agrowisata apa yang anda inginkan:
a. Pertanian pangan d. Peternakan g. Agroindustri
b. Perkebunan e. Kehutanan
c. Perikanan f. Hortikultura
16. Apa aktifitas agrowisata yang anda inginkan:
a. Pertanian pangan : Mempersiapkan lahan Lainnya .....................
Menanam
Memanen hasil
Belanja hasil pertanian
Makan olahan hasil pertanian
b. Perkebunan : Menanam Lainnya .....................
Mengikuti kegiatan produksi
c. Perikanan : Mengikuti kegiatan budidaya Lainnya .....................
Memberi makan ikan
Memancing ikan
Melihat ikan hias
Makan hasil pancingan (bakar ikan, dll)
d. Peternakan : Memberi makan ternak Lainnya .....................
Memerah susu
Memandikan ternak
Membuat kompos dari kotoran ternak
e. Kehutanan : Tracking Lainnya .....................
Menanam pohon
Mengenal vegetasi dan satwa hutan
f. Hortikultura : Membuat media tanam Lainnya .....................
Mengikuti kegiatan budidaya
Belanja produk hortikultur (buah/ sayuran/ bunga)
Memetik buah/ sayuran/ bunga
17. Sedangkan, aktifitas wisata umum yang anda inginkan:
a. Foto-foto c. Bermain e. Kemah
b. Piknik d. Berolahraga f. Out bond
135

18. Sarana prasarana/ fasilitas yang seperti apa yang sesuai dengan daerah tujuan
agrowisata/ perdesaan:
• Tempat parkir : Terpusat Lainnya ..................................
Berkelompok (tergantung objek agrowisata)
Di luar kawasan
• Warung makan : Lesehan Di saung petani
Tenda Lainnya ..................................
Di atas air/ kolam
• Kios cendera mata : Terpusat
Tersebar sesuai objek agrowisata
Lainnya ..................................
• Toilet : Terpisah antara Lk dan Pr
Suasana perdesaan (air berlimpah/ pancuran)
Bentuk & bahan bangunan dgn suasana perdesaan
Lainnya ...................................
• Tempat ibadah : Bentuk & bahan bangunan dengan suasana perdesaan
Bertingkat / tidak bertingkat *)
Lainnya ...................................
• Papan informasi : Terbuat dari bahan yg sesuai suasana perdesaan
Memberi informasi tentang objek agrowisata
Ukuran besar / sedang / kecil *)
• Tempat sampah : Terpusat (TPS)
Tersebar di pusat keramaian
Lainnya ....................................
• Tempat istirahat/shelter : Tersebar di tiap objek agrowisata
Terpusat di lokasi tertentu
Berbentuk panggung dengan naungan
Lainnya ......................................
• Penginapan : Berbentuk hall/ aula
Berbentuk kamar-kamar ukuran kecil
Berbentuk kamar-kamar ukuran besar
Lainnya ........................................
• Kolam pemancingan : Terdiri dari lapak-lapak
Berperahu
Lainnya ........................................
136

• Pemandu wisata/ guide : per individu Lainnya ..................................


per kelompok (........ org)
• Transportasi desa : andong/ delman Lainnya ..................................
sepeda motor
• Pasar desa : Terpusat Lainnya ..................................
Tersebar di beberapa desa
Menjual hasil pertanian desa
19. Apakah anda bersedia untuk ditarik biaya masuk:
a. Bersedia, dengan kisaran:
Rp. 5000 – 10000 Rp. 10000 – 50000 > Rp. 50000
b. Tidak bersedia
20. Menurut anda objek agrowisata apa yang ada di Desa …………(*) & bagaimana
kesan anda terhadap objek agrowisata tersebut:
a. Pertanian pangan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
b. Perkebunan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
c. Perikanan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
d. Peternakan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
e. Kehutanan : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
f. Hortikultura : Sangat menarik Menarik Kurang menarik
g. Agroindustri : Sangat Menarik Menarik Kurang Menarik
21. Menurut anda langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar pengunjung lebih
tertarik untuk berkunjung ke Desa …………(*) sebagai kawasan obyek agrowisata:
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Ket : (*) di isi sesuai desa yang dikunjungi


RINGKASAN

MEGA AMALYA. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa


Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan NIZAR NASRULLAH.
Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu dari 36 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor dengan potensi pertanian dan pemandangan alam yang belum
sepenuhnya dikembangkan untuk tujuan wisata. Kecamatan Cijeruk terbagi
menjadi 9 desa yaitu Desa Sukaharja, Tajurhalang, Cipelang, Cijeruk, Palasari,
Tanjungsari, Cipicung, Cibalung, dan Warung Menteng. Desa yang akan
dikembangkan ialah Desa Sukaharja yang memiliki potensi tanaman hortikultur,
khususnya sentra tanaman hias, buah-buahan semusim serta sayuran dan palawija,
dan Desa Tajurhalang sebagai desa yang turut dikembangkan dengan potensi
pertanian berupa tanaman hias dan peternakan. Selain potensi pertanian serta
pemandangan alam tersebut, desa ini juga memiliki potensi masyarakat yang
mengusahakan lahan pertanian di desanya dalam bentuk kelompok tani.
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan rencana lanskap (landscape
plan) agrowisata berkelanjutan melalui penataan ruang, pengadaan fasilitas dan
utilitas yang mendukung aktivitas agrowisata maupun wisata umum di perdesaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis melalui
kegiatan survey baik observasi maupun non-observasi lapang. Tahapan penelitian
meliputi mengidentifikasi dan merumuskan masalah, menyusun kerangka teoritis
dan konsultasi dengan ahli, mengumpulkan data, menganalisis data, mensintesis
data, dan perencanaan. Data persepsi atau preferensi masyarakat diambil dengan
wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden, pengambil kebijakan,
instansi dan masyarakat : petani, pedagang, pengusaha kecil/pengrajin, kelompok
wanita, pengunjung. Data keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode
Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan
Masyarakat (PKM). Penilaian berdasarkan kriteria tertentu dilakukan terhadap
tiga alternatif perencanaan untuk menentukan alternatif terpilih.
Lokasi penelitian berbatasan dengan Kotamadya Bogor, Desa Cipelang,
Gunung Salak, Desa Tanjungsari, dan Kecamatan Tamansari. Total luas kawasan
mencapai ± 925,2 Ha yang meliputi hutan (14,7%), kebun campuran (43,7%),
perkampungan (8,9%), sawah (32,4%), serta taman dan tegalan (0,3%). Kawasan
berada pada ketinggian ± 412,5 – 1737,5 mdpl dengan kondisi topografi berbukit
dan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Suhu rata-rata kawasan mencapai
22,9°C dengan curah hujan rata-rata bulanan 310,2 mm. Kelembaban rata-rata di
dalam kawasan cukup tinggi, yakni 83,4%, dengan rata-rata kecepatan angin
tahun 2008 adalah 2,5 km/jam yang tergolong angin sepoi-sepoi. Jenis tanah pada
kawasan terdiri dari Andosol, Podsolik merah kekuningan, Regosol, dan Asso
latosol clk regosol. Sumber air kawasan berasal dari curah hujan, mata air
Ciburial, sungai Cipinanggading, saluran isrigasi, dan PAM. Sejak tahun 2000
debit air sungai Cipinanggading mengalami penurunan, dan saluran irigasi banyak
mengalami kerusakan. Penilaian keberlanjutan di kawasan menunjukkan adanya
penurunan aspek ekologis dikarenakan sistem pembuangan limbah cair yang
masih langsung menuju saluran air yang digunakan untuk pengairan lahan.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh potensi dan kendala yang ada di
dalam kawasan yang menentukan dalam pembagian ruang kawasan yang sesuai
dengan tata guna dan daya dukung lahan serta rencana tata ruang kawasan.
Pembagian ruang yang dihasilkan meliputi ruang utama agrowisata seluas 231,3
ha (25%), ruang pendukung agrowisata seluas 341,9 ha (37%), serta ruang
penyangga 352 ha (38%). Masing-masing ruang terbagi ke dalam area-area yang
memegang fungsi penerimaan, pelayanan, budidaya, display, pasca panen,
pendidikan, rekreasi, evaluasi dan konservasi. Ruang utama agrowisata memiliki
pembagian area berdasarakan komoditi yakni, area tanaman hias, area sayuran
palawija dan padi, area tanaman buah, serta area peternakan. Ruang pendukung
agrowisata memiliki area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area
masyarakat atau pemukiman. Sedangkan ruang penyangga memiliki area
konservasi.
Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan
kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas
pertanian sebagai obyek wisata dan peran aktif masyarakat setempat yang
diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas pelayanan, jasa pemandu dan
tenaga kerja serta mengelola aktivitas agrowisata bagi pengunjung. Konsep
berkelanjutan terletak pada potensi sumberdaya yang termanfaatkan tanpa
merusak lingkungan alami perdesaan yang menjadi daya tarik sehingga tetap
dapat lestari hingga waktu yang akan datang.
Rencana ruang dan aktivitas yang dikembangkan adalah rencana
berdasarkan fungsi pelayanan serta fungsi agrowisata dan wisata umum. Aktivitas
pelayanan wisata yang direncanakan seperti penyambutan, parkir, registrasi,
memperoleh informasi, menyewa alat transportasi desa, berbelanja, makan,
bermalam, beribadah, dan MCK, sedangkan aktivitas agrowisata dan wisata
umum antara lain budidaya, pengolahan dan pengemasan hasil, pengolahan
limbah pertanian, jalan santai, memetik buah, memerah sapi, bersepeda,
menikmati pemandangan, piknik, photohunting, dan jalan santai. Fasilitas yang
dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas agrowisata dan
rekreasi umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas agrowisata yang
umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan
informasi, shelter, lahan pembibitan, dan lahan percobaan, tempat sampah, tempat
duduk, tempat pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian. Fasilitas
penunjang wisata yang disediakan seperti utilitas air bersih, jaringan listrik oleh
PLN, jaringan telekomunikasi, pengelolaan limbah padat dan cair serta informasi
dan promosi.
Perencanaan ini dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detail
terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan. Perlu pengawasan dan pembinaan
dalam rangka memperbaiki lingkungan. Perlu adanya peran aktif masyarakat
dalam mengelola kawasan yang bekerjasama dengan pemerintah dan swasta, serta
bantuan penyediaan fasilitas dan utilitasdari pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai