Anda di halaman 1dari 137

PERANCANGAN LANSKAP

AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR


DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG
KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Oleh:
GIN GIN GINANJAR
A34201029

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN

GIN GIN GINANJAR. Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar Di
Balai Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan


salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI
Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias
air tawar. Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang
merupakan pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat,
namun kondisi tapaknya potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek
agrowisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan
terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya
penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak
untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi
dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi
tapak yang sinergi.
Studi perencanaan dan perancangan dilakukan di BPBI Ciherang, jalan
raya Cipanas KM 12, kampung Ciherang, Desa Ciputri RT 01 RW 02, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur. Luas tapak adalah 22.685 m2, terletak di sebelah
utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh 13 km dari ibu kota kabupaten tersebut.
Kegiatan pengambilan data studi ini dimulai pada bulan Februari 2005 sampai
dengan Juni 2005 dan dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan.
Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan menggunakan metode survei
deskriptif dengan mengacu pada proses perencanaan dan perancangan Gold
(1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Tahapan-tahapannya
meliputi Persiapan, Inventarisasi, Analisis dan Sintesis, Perencanaan dan
Perancangan.
Kondisi lahan cukup putensial dengan luas 22.685 m2 dan lokasi yang
strategis serta mudah dijangkau oleh semua kendaraan. Luasan lahan yang
belum dimanfaatkan berupa lahan terbuka adalah 9800 m2 (43,2%), tetapi luasan
tersebut menyebar, tidak pada satu area. Elevasi tapak adalah 953-968 mdpl
dengan topografi yang bervariasi. Sumberair yang digunakan berasal dari
saluran irigasi non-teknis dari sungai citarum dan air tanah dari sumur artesisi.
Air tersebut didistribusikan secara paralel. Kondisi iklim pada tapak cukup
nyaman, dengan nilai THI rata-rata tiap bulan (Temperature Humidity Indeks)
20.18 (<27). Keragaman jenis vegetasi pada tapak rendah dan tidak tertata.
Persebarannya paling banyak di area pagar pembatas berupa pagar BRC.
Kebutuhan listrik dipasok dari PLN dan sudah terdapat jaringan telekomunikasi
pada tapak. Penduduk disekitar tapak berjumlah 62 orang dan bermukim di luar
pagar tapak. Jumlah kunjungan tiap tahun tidak terlalu banyak dengan tujuan
kunjungan dinas, studi/penelitian, observasi dan studi banding, wisata, transaksi
jual beli ikan hias, dan lainnya.
Konsep dasar pengembangan BPBI Ciherang adalah pusat
pengembangan benih ikan hias air tawar yang mendukung kegiatan wisata
sehingga dapat menjadi obyek agrowisata berbasis perikanan air tawar. Dengan
konsep tersebut diharapkan BPBI Ciherang menjadi suatu tapak yang mampu
mengakomodir kebutuhan ruang untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar dan
pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada
tapak tersebut. Dalam konsep dasar tersebut dikembangkan beberapa fungsi,
yaitu fungsi budidaya, wisata, pendidikan, dan ekonomi.
Konsep pengembangan BPBI Ciherang dilakukan berdasarkan kondisi
sumberdaya wisata (resources based tourism). Sumberdaya wisata ini secara
garis besar terdiri dari potensi alam dan potensi budidaya perikanan.
Sumberdaya wisata ini selanjutnya dikelola menjadi suplai wisata (tourism
supply) dengan cara pengembangan aktivitas wisata dan menyusun waktu
kunjungan optimal. Pengembangan konsep untuk penataan lanskap BPBI
Ciherang diwujudkan melalui rencana pengembangan ruang, sirkulasi, tata hijau,
dan fasilitas. Dalam rencana ruang dikembangkan ruang budidaya yang terbagi
menjadi ruang budidaya intensif dan non-intensif, ruang wisata yang terdiri dari
ruang wisata penerimaan dan pelayanan, dan ruang penyangga. Rencana
sirkulasi dikembangkan menjadi sirkulasi pejalan kendaraan dan pejalan kaki.
Dalam rencana tata hijau dikembangkan konsep tata hijau estetis, pengarah,
peneduh, dan konservasi. Fasilitas yang mendukung kegiatan agrowisata yang
sudah ada dalam tapak dan dilakukan perbaikan dan dirancang ulang antara
lain; tempat parkir, aula pertemuan, tempat penginapan/asrama, guest house,
musholla, gedung bursa ikan hias (showroom), dan kolam pemancingan. Dalam
rancangan ulang beberapa fasilitas dilakukan perluasan bangunan dan fasilitas
untuk menambah kapasitas. Perluasan dilakukan pada area parkir dari 489 m2
menjadi 620 m2; aula pertemuan dari 270 m2 menjadi 330 m2; tempat
penginapan/asrama dari 200 m2 menjadi 358 m2; dan guest house dari 180 m2
menjadi 443 m2. Fasilitas yang merupakan tambahan antara lain: gerbang masuk
dengan volume 40,7 m3; kantor pengelola dan pusat informasi berupa bangunan
satu tingkat yang memiliki balkon dek dan plaza dengan luas keseluruhan 241
m2; restoran/tempat makan yang memiliki dek kayu dan plaza dengan luas 342,5
m2; viewing deck dengan luas 110 m2; shelter dengan volume tiap unit 6.76 m3,
tempat sampah dengan volume 0,15 m3; tempat pembuangan sampah
sementara dan pembuatan kompos dengal luas 36,75 m2; fasilitas penerangan
berupa lampu bollard dan lampu pedestrian dengan volume masing-masing 0,45
m3 dan 0;013 m3. Fasilitas lainnya adalah papan informasi (signage wall) dengan
volume 1,7 m3 dan pagar pembatas dengan luas 175 m2.
Perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata
dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan fungsi lebih dari tapak, selain sebagai
pusat pengembangan benih ikan hias. Hal tersebut tercapai dengan mengelola
sumberdaya tapak menjadi suplai wisata (tourism supply). Hasil studi ini
merupakan alternatif pengembangan tapak sebagai obyek agrowisata dengan
mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada serta
menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya. Studi
perancangan ulang lanskap BPBI Ciherang ini hanya dilakukan sampai tahapan
desain konsep (concept design) yang memberikan gambaran rencana
pengembangan yang peruntukannya adalah untuk menarik klien dan investor
sehingga dapat dilanjutkan dengan tahap design development, production
documentation, dan budgeting apabila desain konsep tersebut dapat
direalisasikan nantinya.
PERANCANGAN LANSKAP
AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR
DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG
KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor

Oleh:
Gin gin Ginanjar
A34201029

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS
AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN
CIHERANG, KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT
Nama : GIN GIN GINANJAR
NRP : A34201029

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS.


NIP. 131 430 805

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.


NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus : ............................


RIWAYAT HIDUP

Gin gin Ginanjar dilahirkan di Garut pada tanggal 28 Februari 1983


sebagai putra kelima dari lima bersaudara pasangan Undang Suhendar dan Euis
Rohanah (Alm).
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Wanamekar Garut dan lulus
tahun 1995. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN
1 Wanaraja Garut, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1
Tarogong Garut dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima
menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan Studio Pro
Arsitektur Lanskap, organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Lanskap (HIMASKAP) tahun 2004-2005, asisten Mata Kuliah Konstruksi
Bangunan Taman (AGR 364) tahun 2004-2005 , dan menjadi asisten dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agrowisata dan ekowisata.
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga studi penulis dapat terselesaikan dengan skripsi yang
berjudul Perancangan Lanskap Agrowisata Ikan Hias Air Tawar di Balai
Pengembangan Benih Ikan Ciherang, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Skripsi tersebut disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.
Keberhasilan studi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, dan
pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
2. Ir. Indung Siti Fatimah, Msi sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Dr. Ir. Andi Gunawan MSc dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS sebagai dosen
penguji.
4. Kasie Aplikasi Kelompok Ikan Mas dan Hias BPBI Ciherang, Ir. Deden
Daelami AS, MM.
5. Staf dan pegawai BPBI Ciherang.
6. Semua dosen, staf administrasi dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap
IPB.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan alumni angkatan 35, 36, 37, 38, 39, 40, dan 41
Departemen Arsitektur Lanskap.
8. Kedua orang tua, ayahanda, almarhumah Ibunda, dan kakak-kakak atas
dukungan moril maupun materil.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis
menyelesaikan studi.
Semoga hasil studi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan
membutuhkannya.

Bogor, Mei 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Studi ............................................................................................. 2
1.3. Kegunaan Studi ........................................................................................ 2
1.4. Kerangka Pikir Studi ................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4


2.1. Lanskap .................................................................................................... 4
2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak ...................................................... 4
2.1.2. Perencanaan Lanskap .................................................................... 5
2.1.3. Perancangan Lanskap .................................................................... 7
2.2. Rekreasi ................................................................................................... 9
2.2.1. Pengertian Rekreasi ....................................................................... 9
2.2.2. Perencanaan Kawasan Rekreasi .................................................... 9
2.3. Wisata ...................................................................................................... 10
2.3.1. Pengertian Wisata ........................................................................... 10
2.3.2. Produk Wisata ................................................................................. 11
2.3.3. Permintaan dan Penawaran Wisata ............................................... 11
2.4. Agrowisata ................................................................................................ 14
2.4.1. Pengertian dan Manfaat Agrowisata ............................................... 14
2.4.2. Lanskap Agrowisata ....................................................................... 15
2.4.3. Ruang Lingkup Agrowisata ............................................................. 15
2.4.4. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata .............................. 16
2.4.5. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata .............................. 17
2.5. Ikan Hias Air Tawar .................................................................................. 17
2.5.1. Pembenihan Ikan Hias Air tawar .................................................... 17
2.5.2. Perencanaan Pembangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar .... 18
2.5.3. Pengaturan Tata Letak ................................................................... 19
2.5.4. Fasilitas Bangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar .................... 20

III. METODOLOGI ........................................................................................... 21


3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................... 21
3.2. Batasan Studi ........................................................................................... 21
3.3. Proses Perencanaan dan Perancangan Tapak ........................................ 21
3.3.1. Persiapan ........................................................................................ 21
3.3.2. Konsep Dasar ................................................................................. 24
3.3.3. Pengumpulan Data ......................................................................... 24
3.3.4. Analisis ............................................................................................ 26
3.3.5. Sintesis ........................................................................................... 27
3.3.6. Pengembangan Konsep ................................................................. 27
3.3.7. Perencanaan ................................................................................... 27
3.3.8. Perancangan ................................................................................... 27
iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 28


4.1. Kondisi Umum .......................................................................................... 28
4.1.1. Sejarah Perkembangan BPBI Ciherang ......................................... 28
4.1.2. Organisasi BPBI Ciherang .............................................................. 29
4.1.3. Jenis Produksi BPBI Ciherang ........................................................ 30
4.1.4. Fasilitas Produksi BPBI Ciherang ................................................... 30
4.1.5. Sumberdaya Manusia ..................................................................... 31
4.1.6. Sumber Dana .................................................................................. 31
4.2. Analisis ..................................................................................................... 31
4.2.1. Aspek Biofisik ................................................................................. 31
4.2.1.1. Luas, Letak dan Aksesibilitas ................................................. 32
4.2.1.2. Tata Guna Lahan ................................................................... 36
4.2.1.3. Tanah ..................................................................................... 40
4.2.1.4. Topografi ................................................................................ 41
4.2.1.5. Hidrologi dan Hidrografi .......................................................... 43
4.2.1.6. Iklim dan Kenyamanan ........................................................... 48
4.2.1.7. Vegetasi ................................................................................. 51
4.2.1.8. Kualitas Visual dan Akustik .................................................... 54
4.2.1.9. Utilitas ..................................................................................... 56
4.2.2. Aspek Sosial ................................................................................... 58
4.2.2.1. Kependudukan ....................................................................... 58
4.2.2.2. Pola Pemukiman .................................................................... 59
4.2.2.3. Pengunjung ............................................................................ 59
4.3. Sintesis .................................................................................................... 60
4.4. Konsep Perencanaan Pengembangan BPBI Ciherang ........................... 63
4.4.1. Konsep Dasar ................................................................................. 63
4.4.2. Pengembangan Konsep ................................................................. 65
4.4.2.1. Suplai Wisata ......................................................................... 65
4.4.2.2. Pengembangan Aktifitas ........................................................ 66
4.4.2.3. Waktu Kunjungan ................................................................... 68
4.4.2.4. Penataan Lanskap ................................................................. 70
4.4.2.4.1. Rencana Ruang ............................................................. 70
4.4.2.4.2. Rencana Sirkulasi .......................................................... 71
4.4.2.4.3. Rencana Tata Hijau ....................................................... 75
4.4.2.4.4. Rencana Fasilitas .......................................................... 79
4.5. Perancangan ............................................................................................ 86

V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 105


5.1. Simpulan ................................................................................................... 105
5.2. Saran ........................................................................................................ 106

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107


LAMPIRAN ..................................................................................................... 110
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Kesesuaian kualitas air beberapa jenis ikan hias ..................................... 18
2. Jenis, satuan, bentuk, kegunaan dan sumber data .................................. 24
3. Objek wisata disekitar BPBI Ciherang ...................................................... 34
4. Jenis penggunaan lahan di BPBI Ciherang .............................................. 37
5. Kualitas air permukaan BPBI Ciherang .................................................... 44
6. Kualitas air tanah BPBI Ciherang ............................................................. 46
7. Kondisi Iklim Kecamatan Pacet tahun 2000-2004 .................................... 48
8. Nilai THI Kecamatan Pacet ....................................................................... 51
9. Jenis, jumlah dan fungsi vegetasi di BPBI Ciherang ................................ 53
10. Kunjungan tamu ke BPBI Ciherang tahun 2005 ....................................... 60
11. Hasil analisis dan sintesis ......................................................................... 60
12. Jenis dan bentuk aktivitas berdasarkan potensi BPBI Ciherang .............. 67
13. Waktu dan motivasi kunjungan berdasarkan bentuk aktivitas yang
dikembangkan di BPBI Ciherang .............................................................. 69
14. Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan
pengembangan BPBI Ciherang ................................................................ 77
15. Fasilitas dan utilitas yang direncanakan ................................................... 85
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Kerangka pikir penelitian ........................................................................... 3
2. Peta orientasi lokasi studi ......................................................................... 22
3. Bagan proses perencanaan dan perancangan pada level tapak .............. 23
4. Struktur organisasi BPBI Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat ............... 29
5. Struktur organisasi BPBI Ciherang ........................................................... 30
6. Situasi dan batas tapak ............................................................................. 33
7. Pagar BRC pada tapak ............................................................................. 34
8. Orbitasi tapak ............................................................................................ 35
9. Aksesibilitas tapak .................................................................................... 36
10. Tata guna lahan ........................................................................................ 38
11. Ruang pengamatan pada Indoor hatchery ............................................... 39
12. Topografi dan kemiringan ......................................................................... 42
13. Saluran irigasi non teknis sebagai sumber air yang digunakan
di BPBI Ciherang ...................................................................................... 44
14. Tempat penampungan dan penyimpanan air ............................................ 45
15. Sistem distribusi air permukaan dan sumur artesis ................................... 47
16. Penggunaan tanaman peneduh untuk mereduksi radiasi matahari .......... 49
17. Pengaruh vegetasi pada iklim mikro ......................................................... 50
18. Karakteristik dan penyebaran vegetasi ..................................................... 52
19. Vista pada tapak berupa kolam dengan latar belakang lahan
Pertanian dan bukit .................................................................................. 54
20. Kualitas visual di luar dan di dalam tapak.................................................. 55
21. Sampah yang dibuang di belakang hatchery ............................................ 57
22. Sistem pembuangan limbah cair dari rumah tangga ................................ 57
23. Pemukiman penduduk di sekitar BPBI Ciherang ...................................... 59
24. Diagram konsep perencanaan ruang ...................................................... 71
25. Penampang tipikal jalan kelas IV ............................................................. 72
26. Diagram konsep hubungan jalur sirkulasi dengan
ruang yang direncanakan ......................................................................... 73
27. Rencana ruang dan sirkulasi .................................................................... 74
28. Rencana tata hijau .................................................................................... 76
29. Rencana fasilitas dan utilitas .................................................................... 81
vii

30. Rancangan tapak (Site plan) .................................................................... 87


31. Potongan 1 ............................................................................................... 88
32. Potongan 2 ............................................................................................... 89
33. Ilustrasi dan detil gerbang pertama .......................................................... 90
34. Ilustrasi dan detil gerbang kedua .............................................................. 91
35. Ilustrasi komplek bangunan kantor pengelola dan pusat informasi,
aula, dan asrama/penginapan .................................................................. 93
36. Ilustrasi area musholla .............................................................................. 95
37. Ilustrasi guest house dan area parkir ........................................................ 96
38. Ilustrasi showroom .................................................................................... 97
39. Ilustrasi restoran dengan viewing deck dan akses sekunder .................... 99
40. Ilustrasi shelter .......................................................................................... 101
41. Ilustrasi fasilitas penerangan .................................................................... 102
42. Ilustrasi signage wall.................................................................................. 103
43. Ilustrasi tempat sampah............................................................................. 104
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Inventarisasi induk ikan BPBI Ciherang tahun 2005 ................................. 110
2. Sarana dan prasarana BPBI Ciherang ..................................................... 110
3. Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang tahun 2006 .............................. 111
4. Daftar kriteria kualitas air .......................................................................... 112
5. Planting plan .............................................................................................. 115
6. Perbesaran 1 planting plan........................................................................ 116
7. Perbesaran 2 planting plan........................................................................ 117
8. Perbesaran 3 planting plan........................................................................ 118
9. Detil shelter ............................................................................................... 119
10. Detil lampu pedestrian .............................................................................. 120
11. Detil lampu bollard .................................................................................... 121
12. Detil signage wall ..................................................................................... 122
13. Detil tempat sampah ................................................................................. 123
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan


salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perikanan di Jawa Barat. BPBI
Ciherang dikembangkan sebagai pusat pengembangan berbagai benih ikan hias
air tawar, hal tersebut merupakan potensi yang besar dalam pengembangan
teknologi pembenihan ikan hias air tawar dan sebagai pusat pelayanan bagi
masyarakat petani ikan hias air tawar. Di sekitar BPBI Ciherang berkembang
pula kegiatan budidaya ikan hias air tawar yang diusahakan oleh petani
setempat, selain di sekitar BPBI Ciherang ikan hias, khususnya ikan Koi banyak
diusahakan oleh petani setempat, juga di Jawa Barat maupun di Indonesia
secara umum usaha di bidang ikan hias ini semakin marak dan berkembang.
Oleh karena itu, keberadaan BPBI Ciherang semakin terasa penting untuk bisa
mengembangkan teknologi di bidang perikanan, maupun memberi pembinaan
bagi petani ikan khususnya petani ikan hias.
Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang memiliki sumber air
yang cukup memadai yang berasal dari air permukaan dan air tanah
(menggunakan sistem sumur) untuk memenuhi kebutuhan pembenihan dan
konsumsi. Letak BPBI Ciherang strategis dan aksesibilitas yang tinggi, mudah
dijangkau dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. BPBI
Ciherang terletak di pinggir jalan raya dan berada dalam jalur wisata Bogor-
Puncak-Cianjur atau yang lebih dikenal dengan jalur wisata BoPunJur. Lokasi
BPBI Ciherang berdekatan dengan balai-balai penelitian lainnya, seperti Balai
Penelitian Tanaman Hias dan Balai Penelitian Hortikultur. Di sekitar BPBI juga
terdapat berbagai obyek wisata seperti, Taman Nasional Gede Pangrango,
Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, Kota Bunga, Kebun Teh Gedeh
dan lain-lain.
Tapak berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang
cukup menarik bagi masyarakat atau para peminat dan pecinta ikan hias. BPBI
Ciherang memiliki potensi atraksi koleksi ikan hias air tawar yang beragam,
sarana akomodasi, serta pemandangan alam di luar tapak disekeliling BPBI
Ciherang sangat impresif jika dilihat dari dalam tapak. Kondisi ini sangat
mendukung jika BPBI Ciherang dikembangkan sebagai salah satu tujuan
2

kunjungan agrowisata di bidang perikanan. Oleh karena itu diperlukan


perencanaan dan perancangan BPBI Ciherang sebagai obyek tujuan agrowisata.

1.2. Tujuan Studi

Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji dan mengevaluasi bentuk,


struktur, fungsi dan estetika lanskap BPBI Ciherang untuk menghasilkan produk
perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan benih ikan
hias dan obyek agrowisata.

1.3. Kegunaan Studi

Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Dinas Perikanan
Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dalam
merencanakan dan merancang pengembangan lanskap BPBI Ciherang sebagai
obyek agrowisata.

1.4. Kerangka Pikir Studi

Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa BPBI Ciherang merupakan
pusat pengembangan pembenihan ikan hias air tawar di Jawa Barat, namun
kondisi tapaknya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu obyek
wisata. Dengan adanya penambahan fungsi pada tapak akan menyebabkan
terjadinya konflik antar kedua fungsi tersebut yang akan menyebabkan terjadinya
penyimpangan fungsi utama BPBI Ciherang dan menurunkan kemampuan tapak
untuk mendukung keberlanjutan fungsi utama tersebut. Oleh karena itu
diperlukan suatu perencanaan dan perancangan yang dapat mengakomodasi
dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi
tapak yang sinergi.
Perencanaan dan perancangan dilakukan dengan mengoptimalkan
komponen-komponen yang mempengaruhi kedua fungsi tersebut. Komponen-
komponen tersebut kemudian diterjemahkan dalam ruang dan pola sirkulasi
berdasarkan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan ruang dan
pola sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan fasilitas wisata dilakukan
perencanaan dan perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat
pengembangan benih ikan hias dan agrowisata.
3

BPBI Ciherang

UPTD Perikanan

Potensi pusat pengembangan Evaluasi potensi


benih ikan hias air tawar tapak

Agrowisata

Kondisi air (fisik, Atraksi Wisata


kimia dan biologis) Kegiatan budidaya ikan
hias air tawar
Koleksi ikan hias air tawar
Sistem penyediaan Kegiatan pertanian
dan distribusi air hortikultura sekitar tapak
Pemandangan sekitar
tapak
Sarana
Pembenihan Ikan
Hi Sistem Transportasi
Aksesibilitas mudah
Pemeliharaan Ikan Dapat dilalui berbagai jenis
Hias kendaraan pribadi maupun
umum

Informasi
Gerbang penanda dan
identitas kawasan

Pelayanan
Sarana penginapan (guest
house)
Gedung bursa ikan hias air
tawar (showroom)

Perancangan Lanskap BPBI Ciherang sebagai pusat pengembangan


benih ikan hias air tawar dan obyek agrowisata
Gambar Rancangan Tapak (Site Plan)
Gambar Rencana Penanaman (Planting Plan)
Gambar Detil Tapak (Site Detail) dan Potongan
Gambar Ilustrasi dan Perspektif

Gambar 1 Kerangka pikir studi


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanskap

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak

Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam


dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia,
karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter
lanskapnya. Menurut Rachman (1994) lanskap adalah wajah atau karakter lahan
atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di
dalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk
hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan
sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan.
Tapak (site), secara fisik, merupakan bagian dari suatu lanskap atau
lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan
ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai
suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan
direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak
merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi
keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap
(tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budaya manusia yang
mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features, forces)
dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas dan lainnya)
yang mempengaruhi tujuan, pembentukan, dan penataannya (Nurisjah, 2004).
Lebih lanjut Nurisjah (2004) menyatakan bahwa untuk mengolah dan
membentuk suatu tapak menjadi peruntukan terbaiknya diperlukan berbagai data
dan informasi penunjang. Dalam bidang arsitektur lanskap data dan informasi
tersebut dapat berbentuk data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut dapat
merupakan informasi yang dikumpulkan atau diukur langsung di lapangan atau
disebut dengan data primer, tetapi dapat juga merupakan informasi yang
dikumpulkan melalui studi pustaka atau berbagai bahan yang telah tersedia
sebelumnya atau disebut data sekunder.
5

2.1.2. Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap adalah suatu proses sintesis yang kreatif tanpa


akhir dan dapat ditambah, juga merupakan proses yang rasional dan evolusi
yang teratur. Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling
berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa
sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan
mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Knudson (1980), menyatakan
bahwa perencanaan lanskap kemampuan untuk mengumpulkan dan
menginterpretasikan data, memproyeksikan data, memproyeksikan ke masa
depan, mengidentifikasi masalah dan memberikan pendekatan yang beralasan
untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Perencanaan tapak (lanskap) merupakan suatu kompromi antara
penyesuaian tapak dan adaptasi program terhadap kondisi tapaknya, hubungan
timbal balik antara tapak dengan program menghasilkan suatu tata guna lahan
(Laurie, 1986). Lebih lanjut Laurie menjelaskan bahwa perencanaan tapak
adalah suatu proses dimana persyaratan pada program dilengkapi, ditempatkan
dan dihubungkan satu sama lain dengan menghindari kerusakan pada tapak,
diikuti imajinasi serta kepekaan dalam analisis tapak. Dalam perencanaan terjadi
proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, sarana dan prasarana,
nilai-nilai keindahan, air dan perlindungan tanah serta keadaan di atasnya pada
suatu tapak. Rencana ini akan memperhatikan dimana program secara spesifik
dapat ditampung dalam tapak dan bagaiman proyek tersebut dihubungkan
dengan lingkungan sekitarnya.
Proses perencanaan merupakan suatu proses yang dinamis, saling
terkait dan saling menunjang (Gold, 1980). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa proses
perencanaan merupakan suatu tahapan sistematis untuk menentukan kondisi
awal tapak, kondisi yang diinginkan pada tapak dan cara atau model terbaik
untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada tapak tersebut. Adapun proses
perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980), terdiri dari enam
tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan
perancangan.
Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan, program dan informasi
lain tentang berbagai keinginan pemilik dan pemakai (Gold, 1980). Pada awal
proses perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan
menjawab berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia dan
6

mengakomodasikan berbagai kepentingan ke dalam produk (lahan) yang


direncanakan, seperti untuk mengkreasi dan merencanakan secara fisik berbagai
bentuk pelayanan, fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya
tersedia lainnya serta nilai-nilai budaya manusia. Pada tahapan perencanaan
selalu terdapat kemungkinan adanya perubahan yang diakibatkan oleh
penyesuaian kepentingan dan beberapa hal yang tidak dapat dihindari. Selama
dapat menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut
dapat ditoleransi atau diakomodasikan (Nurisjah dan Pramukanto, 1993).
Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari
tapak. Dilakukan dengan survei lapang, wawancara, pengamatan, perekaman,
studi pustaka dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), data
yang dikumpulkan dalam inventarisasi meliputi: (a) data fisik, terdiri dari: data
iklim, fisiografi, topografi, hidrologi, kemiringan, biota, kualitas visual dan tata
ruang, (b) data sosial, terdiri dari: kebudayaan, kependudukan, perilaku dan
kebiasaan pengguna lanskap, (c) data ekonomi, menyangkut tentang berbagai
ketersediaan biaya untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.
Analisis merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi potensi,
masalah dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak sebagai alternatif
berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi tapak (Rachman,
1994). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1993), analisis dilakukan terhadap
berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian
rencana pada tapak/lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah,
hambatan, potensi dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan tapak.
Penentuan suatu potensi bila sesuai dengan tujuan dan atau mengganggu tapak
dan daerah sekitarnya. Secara kualitatif deskriptif, elemen pembentuk lanskap
dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu masing-masing yang termasuk ke
dalam kelompok potensi, kendala, amenity, danger signal. Secara kuantitatif,
dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan
dan fungsi yang direncanakan atau diinginkan. Untuk pengembangan suatu
tapak/lahan sebaiknya diperhatikan ambang batas daya dukungnya agar tidak
terjadi degradasi sumber daya sehingga kelestarian dan keindahan alamnya
dapat tetap terjaga. Hasil dari proses analisis disajikan dalam bentuk
kemungkinan atau alternatif pengembangan tapak/lanskap, baik dalam skala
lanskap total maupun hanya bagian dari tapak yang direncanakan.
7

Sintesis merupakan suatu tahap menentukan alternatif pemecahan


masalah dan pemanfaatan potensi dengan menggunakan beberapa cara yang
disesuaikan dengan tujuan perencanaan (Rachman, 1994). Pada tahap ini, hasil
dari tahap analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk
menentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan dan fungsi yang
ditetapkan.
Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil dari tahap
sintesis adalah altenatif-alternatif perencanaan, dimana alternatif tersebut
merupakan alternatif terpilih yang berupa modifikasi dan kombinasi dari beberapa
alternatif pra-perencanaan. Alternatif yang terpilih ini harus memenuhi syarat
dasar yaitu memungkinkan untuk dilaksanakan dan dipelihara berdasarkan
aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun teknik.
Konsep menurut Rachman (1994) merupakan tahap mencari dan
menetapkan cara terbaik untuk pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi.
Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh
alternatif-alternatif pembagian ruang/zonasi
Nurisjah dan Pramukanto (1993) menyatakan bahwa hasil perencanaan
lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar pra-perencanaan terdiri dari
gambar situasi tapak awal (denah, perspektif atau ilustrasi lainnya) dan gambar
atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis (detil dan menyeluruh, perwilayahan,
block plan), sedangkan gambar perencanaan lanskap yaitu : rencana lanskap
utama (master landscape plan), rencana tata letak (site plan), rencana tata hijau
(planting plan), rencana teknis konstruksi (construction plan) dan rencana teknis
lainnya.

2.1.3. Perancangan Lanskap

Perancangan lanskap merupakan pengembangan lebih detail dari


perencanaan lanskap. Perancangan adalah ilmu dan seni pengorganisasian
ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non
alami serta kegiatan yang ada didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang
yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetik memiliki keindahan
sehingga diperoleh kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk
lainnya yang hidup di dalamnya (Rachman, 1994). Simonds (1983) menyatakan
bahwa suatu kegiatan perancangan lebih ditujukan pada pengelolaan dan
penataan volume dan ruang. Menurut Laurie (1986) bahwa wujud dan bentuk
8

perancangan lanskap timbul dari hasil rumusan yang jelas terhadap potensi dan
kendala tapak serta masalah perancangan yang ada, sedangkan sumber
bentuk yang paling penting adalah raut atau wajah tapak itu sendiri, seperti
dipertegas oleh garis batas tepian tapak dan topografi. Adapun sumber bentuk
kedua berasal dari suatu perkiraan mengenai fungsi atau kegunaan yang akan
dibentuk.
Suatu perancangan lanskap yang baik harus sesuai dengan prinsip
disain, yaitu keterpaduan elemen-elemen penyusun tapak dan terdapatnya sifat
unity, harmony, interest, simplicity, emphasis, balance, scale dan sequence
antar elemen-elemen tersebut, baik elemen awal (existing) dan atau elemen
rancangan. Unity adalah sifat kesatuan antar elemen-elemen penyusun tapak.
Harmony adalah keserasian antar elemen-elemen penyusun tapak dan
keserasian antara elemen-elemen penyusun tapak dengan lingkungan
sekitarnnya. Interest merupakan suatu rasa ketertarikan, rasa ingin tahu, rasa
penasaran dari calon pengguna/pengunjung yang bersifat mengundang
ditimbulkan oleh tapak. Emphasis adalah penekanan atau kontras yang dibuat
pada salah satu elemen, titik, dan atau ruang dalam tapak. Balance adalah
keseimbangangan antar elemen sehingga berimplikasi pada stabilitas dan
keamanan tapak. Scale adalah perbandingan relatif yang proporsional antara
tinggi, panjang, lebar, luas, massa dan volume dari masing-masing elemen
lanskap. Sequence adalah keteraturan arah, kecepatan dan model dari
pergerakan pengunjung (Reid, 1993).
Hakim (2002) menyatakan bahwa perancangan suatu tapak dapat
menyangkut perancangan detil lanskap yang merupakan usaha seleksi dan
ketepatan penggunaan komponen/material, material/bahan, tanaman dan
kombinasi pemecahan detil berbagai elemen. Hal tersebut merupakan
pemecahan spesifik dan berkualitas dari program ruang dan area dari sebuah
rencana rinci tapak. Laurie (1986) menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan material adalah kebutuhan dan ketersediaan, penampilan,
ketahanan terhadap cuaca, kebersihan keamanan, pantulan dan pemantulan
cahaya, drainase, jenis pelayanan, keadaan tanah, kemudahan pemeliharaan,
kenyamanan, proporsi antar bagian dengan lingkungan serta biaya yang
dikeluarkan (Cochrane, 1979).
9

2.2. Rekreasi

Dalam suatu obyek wisata, selain menikmati berbagai atraksi yang


ditawarkan di obyek tersebut juga disediakan berbagai kegiatan yang akan
dilakukan oleh wisatawan. Salah satu kegiatan utama yang dilakukan dalam
suatu obyek wisata ini adalah kegiatan rekreasi. Pada awal perkembangannya,
kegiatan wisata ini selalu identik dengan kegiatan rekreasi, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya kegiatan rekreasi bukan lagi merupakan hal utama
dan satu-satunya tetapi berkembang berbagai kegiatan lainnya seperti edukasi,
kultural, historikal atau nostalgia bahkan berbelanja, dan lain-lainnya.

2.2.1. Pengertian Rekreasi

Rekreasi merupakan penggunaan waktu luang untuk suatu hal yang


menyenangkan dan dapat mengembangkan kemampuan seseorang untuk
sesuatu yang baru dan lebih memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk
rekreasi fisik berupa aktivitas yang berhubungan dengan fisik dan rekreasi psikis
yang melibatkan pikiran, perasaan dan kenyamanan (Nurisjah 2004). Laurie
(1986) membedakan rekreasi menurut kegiatannya menjadi rekreasi aktif dan
pasif. Rekreasi aktif membutuhkan banyak energi untuk melakukan kegiatannya,
sedangkan rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk
menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya
memerlukan energi sedikit.

2.2.2. Perencanaan Kawasan Rekreasi

Menurut Gold (1980) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan


rekreasi merupakan suatu proses yang menghubungkan antara sumberdaya
rekreasi dengan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa mengakibatkan
kerusakan. Tujuan perencanaan kawasan rekreasi adalah untuk memaksimalkan
kesejahteraan manusia dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat,
menyenangkan dan menarik. Pendekatan yang dapat digunakan dalam
merencanakan kawasan rekreasi adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sumberdaya
Sumberdaya fisik akan menentukan bentuk dan kemungkinan aktivitas
rekreasi, baik jenis maupun jumlahnya. Pertimbangan terhadap penawaran
dan unsur-unsurnya lebih diutamakan daripada permintaan, dengan kata lain
penawaran membatasi permintaan atau membatasi penggunaan oleh
10

manusia atau membatasi daya dukung sumberdayanya sehingga


kepentingan sosial diminimalkan.
2. Pendekatan aktivitas
Pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan
aktivitas pengguna, baik itu aktivitas rekreasi yang ada pada masa lampau
maupun saat ini. Perhatian lebih ditekankan pada permintaan atau faktor
sosial lebih diutamakan daripada faktor alam. Tujuannya adalah agar
kepuasaan pengguna dapat tercapai dan terpenuhi.
3. Pendekatan ekonomi
Sumberdaya ekonomi digunakan untuk menentukan jumlah, jenis dan lokasi
yang potensial untuk rekreasi. Dalam hal ini faktor ekonomi lebih diutamakan
daripada faktor alam maupun sosial, sehingga permintaan untuk aktivitas
dikendalikan oleh harga.
4. Pendekatan tingkah laku
Bentuk rekreasi ditentukan berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku
manusia dalam mempergunakan waktu singgahnya. Pusat perhatian dalam
pendekatan ini adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi,
bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampaknya terhadap seseorang.
Dalam pendekatan ini aspek permintaan menjadi pertimbangan utama.

2.3. Wisata

Wisata merupakan suatu sistem dengan komponen yang saling berkaitan


satu sama lain, baik yang datangnya dari sisi permintaan (demand) ataupun sisi
penawaran (supply). Sebagai sebuah sistem wisata dapat berjalan dengan baik
jika bagian-bagian dari sistem tersebut berfungsi secara efisien dan sinergis
antara bagian yang satu dengan yang lainnya.

2.3.1. Pengertian Wisata

Wisata (tour, travel, jalan-jalan) didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan


seseorang atau sekelompok orang untuk sementara (temporal) dalam jangka
waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat mereka tinggal dan tempat rutinitas
bekerja, untuk tujuan kesenangan (pleasure) (Gunn, 1997). Dalam melakukan
perjalanan wisata banyak ragam motivasi untuk melakukan perjalanan (seperti
untuk kesenangan, kekuasaan, pengalaman spiritual, komersil); daerah tujuan
dan jangka waktu berwisatanya. Selama tinggal di daerah wisata, wisatawan
11

akan dan dapat melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengakomodasi hal ini
maka disediakan berbagai fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan ini.
Menurut Nurisjah (2004) wisata merupakan rangkaian kegiatan yang
terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan/atau per-
singgahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat
tujuan di!uar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai
keperluan dan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap.
Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah
tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah
sebagai berikut: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta
yang dalam istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk
tanah dan pemandangan, hutan, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan
yang termasuk dalam kelompok ini, 2) Hasil ciptaan manusia antara lain benda-
benda yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan, 3) Tata cara
hidup masyarakat setempat. Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan
upaya untuk menata dan memanfaatkan sumberdaya wisata untuk mendukung
kegiatan wisata yang akan dikembangkan dan meminimalkan kerusakannya.

2.3.2. Produk Wisata

Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari
komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan
untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau
disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan
harga tertentu (Yoeti, 2003). Produk wisata merupakan susunan produk yang
terdiri dari kombinasi atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk
ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata
untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan
kepada calon wisatawan. Terdapat lima komponen utama dalam total produk
wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan,
aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya
untuk perjalanan wisata.

2.3.3. Permintaan dan Penawaran Wisata

Secara umum wisata dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran,


karenanya dalam perencanaan wisata perlu diketahui aspek-aspek apa saja
12

yang mempengaruhi permintaan dan penawaran. Sisi permintaan atau pasar


wisata adalah orang-orang yang yang berminat dan memiliki kemampuan untuk
berwisata. Sedangkan sisi penawaran dapat didefinisikan sebagai program dan
pengembangan fisik di daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan wisatawan (Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn menyatakan bahwa
terdapat lima komponen yang membentuk sisi penawaran yaitu : atraksi,
pelayanan, transportasi, informasi dan promosi.
Atraksi merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik suatu daerah
untuk dikunjungi, termasuk obyek dan aktivitas yang ada di dalamnya. Atraksi
wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan,
yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di
suatu kawasan wisata. Sedangkan obyek wisata didefinisikan sebagai suatu
keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta
sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan
(Nurisjah, 2004). Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu
yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang
khusus diselenggarakan untuk para wisatawan, sedangkan obyek wisata adalah
segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam
atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu,
sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Obyek
dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama,
mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus
dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan
obyek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut. Obyek wisata khususnya
agrowisata tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang
luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya
dapat menjadi obyek wisata yang menarik.
Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua sarana dan
prasarana yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang
berkunjung atau tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang
dikunjunginya. Keberadaannya sangat penting sebagai pendukung kegiatan
wisata di suatu obyek wisata, sehingga penempatannya haruslah di tempat
strategis yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses
fasilitas pelayanan tersebut (Yoeti, 2003). Ketersediaan fasilitas serta
kemudahan untuk mengakses fasilitas tersebut merupakan salah satu yang
13

mendorong wisatawan berkunjung ke suatu obyek wisata. Obyek wisata


sebaiknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi
kebutuhan sarana dan prasarananya. Fasilitas pelayanan tersebut di tempatkan
pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga fungsional dan dapat diakses,
digunakan dan dimanfaatkan secara maksimal (Tirtawinata dan Fachruddin,
1996). Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa
penyediaan fasilitas untuk dapat dilakukan dengan dua pendekatan.
Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik
prasarana, sarana dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik
dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Pendekatan kedua yaitu
membangun prasarana, sarana dan fasilitas yang masih dianggap kurang
(Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata merupakan pembentuk produk
industri wisata (Yoeti, 1997). Di dalam pengembangan Suatu obyek wisata,
berbagai model perjalanan bagi pergerakan manusia sepanjang perjalanan
sangat penting untuk dipertimbangkan untuk mengurangi berbagai perselisihan
yang mungkin terjadi (Gunn, 1997). Aksesibilitas merupakan unsur-unsur
kemudahan yang tersedia atau disediakan bagi wisatawan saat berkunjung,
berupa bentuk alternatif pergerakan manusia menuju obyek wisata. Transportasi
merupakan komponen yang sangat penting di dalam sistem kepariwisataan
berupa sarana atau alat yang digunakan dalam model pergerakan.
Informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan
menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi perlu disediakan agar wisatawan
dapat mengetahui segala sesuatu mengenai daerah wisata yang dikunjunginya
(Yoeti, 2003). Informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui
leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media dalam bentuk iklan atau
media audiovisual serta penyediaan informasi pada tempat publik seperti hotel,
restoran, bandara dan lainnya. Kerjasama antara obyek wisata dengan biro
perjalanan, perhotelan dan jasa angkutan sangat berperan dalam
pengembangan obyek wisata (Deptan, 2003).
Menurut Yoeti (2003), promosi perlu dilakukan agar mencapai sasaran
seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan lebih banyak
membelanjakan uangnya. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam
mempromosikan obyek wisata khususnya agrowisata adalah metode tasting,
yaitu memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan
14

menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan


berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini
akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya
(Deptan, 2003).

2.4. Agrowisata

Agrowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang terintegrasi dengan


keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai
teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Dalam setiap kegiatannya
wisatawan diajak untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan pertanian dan
kekhasan serta keindahan sumberdaya alam ataupun binaan sehingga dapat
meningkatkan daya apresiasi dan kesadaran untuk mencintai dan
melestarikannya.

2.4.1. Pengertian dan Manfaat Agrowisata

Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan


wisata yang di lakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti
persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil
panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wistawan dapat
membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut
melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Lebih lanjut
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan bahwa agrowisata merupakan
suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi).
Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang
berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan
nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan.
Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa agrowisata dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan konservasi lingkungan.
2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.
3. Memberikan nilai rekreasi.
4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
5. Mendapatkan keuntungan ekonomi.
15

2.4.2. Lanskap Agrowisata

Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang


menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas
penunjang produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan
pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga,
tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan.
Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya
terdiri dari : tanaman hias, tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian,
rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan.

2.4.3. Ruang Lingkup Agrowisata

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan


potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang
sebagai berikut :
1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa
tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat
ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada,
keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang
memberikan rasa nyaman.
2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman
keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan swasta
nasional maupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan
obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi,
dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran).
3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan
meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah
sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen,
pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya
dapat dijadikan obyek agrowisata.
4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan
budi daya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan
sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan
serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.
16

5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain


pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan
ternak.

2.4.4. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus


dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: (1) sesuai dengan
rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, (2) dibuat
secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, (3) mempertimbangkan tata
lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, (4) selaras dengan
sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang
ada, (5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Dalam mengidentifikasi suatu wilayah pertanian sebagai wilayah
kegiatan agrowisata perlu pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut
meliputi kemudahan aksesibilitas, karakter alam, sentra produksi pertanian, dan
adanya kegiatan agroindustri. Perpaduan antara kekayaan komoditas dengan
bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek
wisata yang amat bernilai. Agar lebih banyak menarik wisatawan, obyek wisata
perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pariwisata, seperti transportasi,
promosi dan penerangan (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa
terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai
berikut :
1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata
dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional
berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di
daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar.
2. Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari
segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama
sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan.
3. Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan
unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani,
beternak, berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata
yang cukup padat.
17

2.4.5. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata

Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat mengklasifikasikan faktor


sarana pendukung agrowisata kedalam dua jenis, yaitu sarana umum dan
sarana khusus.
1. Sarana umum, terbagi kedalam tiga bagian, yaitu sarana pokok, sarana
pelengkap dan sarana penunjang. (a) Sarana pokok, meliputi: sarana
transportasi, sarana akomodasi, sarana restoran dan tempat makan
lainnya, sarana travel biro (biro perjalanan umum), souvenir shop
(perusahaan penjual cinderamata). (b) Sarana pelengkap, meliputi: fasilitas
olahraga dan fasilitas permainan. (c) Sarana pendukung, meliputi: fasilitas
hiburan dan lainnya.
2. Sarana khusus, diantaranya meliputi laboratorium, tempat penelitian,
literatur pendukung, tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud dan lain-
lain.
Faktor prasarana dalam agrowisata secara umum dibagi ke dalam dua
golongan, yaitu :
1. Prasarana perekonomian, meliputi prasarana transportasi, prasarana
komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas.
2. Prasarana sosial, meliputi prasarana pendidikan kepariwisataan, prasarana
kesehatan, prasarana keamanan dan pusat informasi pariwisata.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk suatu agrowisata antara lain: jalan menuju lokasi, pintu
gerbang, tempat parkir, pusat informasi, sign board (papan informasi), jalan
(sirkulasi) dalam kawasan agrowisata, shelter, toilet, tempat ibadah, dan tempat
sampah

2.5. Ikan Hias Air Tawar

2.5.1. Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Pembenihan ikan hias air tawar dapat dikelompokan ke dalam dua


kelompok, yaitu pembenihan ikan hias beranak dan pembenihan ikan hias
bertelur (Daelami, 2001). Setiap jenis ikan hias pada dasarnya memerlukan
kebutuhan dan kriteria/persyaratan khusus yang berbeda-beda untuk lingkungan
tumbuhnya sehingga diperlukan sarana dan fasilitas yang berbeda pula untuk
tiap jenis ikan hias tersebut. Menurut Lesmana (2002) faktor yang mempengaruhi
18

kualitas ikan hias terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi
jenis dan sifat ikan/faktor genetik, jenis kelamin dan umur. Faktor luar terdiri dari
lingkungan tempat tumbuh dan pemeliharaan, pakan dan kondisi kesehatan
ikan. Dalam kegiatan pembenihan ikan hias air tawar faktor utama yang harus
diperhatikan adalah kondisi media hidup ikan tersebut Hal ini menyangkut
kualitas air (fisik, kimia dan biologis), sistem pengairan/distribusi dan sumber air.
Kegiatan pembenihan ikan hias memiliki tingkat toleransi yang rendah dan
sensitifitas yang tinggi terhadap kualitas air. Kesesuaian kualitas air berbeda
untuk beberapa jenis ikan hias seperti dijelaskan dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Kesesuaian kualitas air beberapa jenis ikan hias


No. Keasaman (pH) Kesadahan (dH) Jenis Ikan
1. 6,0 6,5 35 Tetra, barbus sumatera, arwana,
maanvis, diskus
2. 6,5 7,0 5 10 Black ghost, danio, maskoki, koi, redfin,
barbus sumatera, cupang, botia, diskus,
sepat, catfish.
3. 7,0 7,5 7 12 Danio, bala shark, siklid afrika, koi,
rainbow, arwana, ikan beranak (platty,
molly, guppy), catfish.
4. 7,5 8,0 10 15 Siklid afrika, ikan beranak (platty, molly,
guppy, rainbow, palmas, aligator)
Sumber : Lesmana, 2002.

Kegiatan pembenihan ikan hias air tawar pada dasarnya terdiri dari empat
kegiatan, yaitu pemijahan (pengawinan induk), perawatan telur, pendederan
(pemeliharaan/pembesaran) dan pemanenan. Proses pemijahan meliputi
kegiatan persiapan sarana pemijahan, pemilihan induk, pemijahan induk dan
pemeliharaan induk. Setelah melewati proses pemijahan maka selanjutnya
adalah kegiatan perawatan telur. Setelah telur-telur menetas maka dilakukan
pendederan yang dilakukan bertahap pada tiap tingkatan umur yang berbeda
disesuaikan dengan jenis dan sifat ikan hias yang bersangkutan. Tahap akhir
dalam kegiatan pembenihan ikan hias adalah dilakukan pemanenan untuk skala
usaha pembenihan. Untuk setiap tahapan dalam kegiatan pembenihan ikan hias
memerlukan sarana dan fasilitas tersendiri yang berbeda pula.

2.5.2. Perencanaan Pembangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Daelami (2001) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan lokasi


pembenihan ikan hias sebaiknya berdasarkan data aktual dan obyektif yang
diperoleh sewaktu survei kemudian dipadukan dengan perkembangan teknologi
sehingga bisa disusun rencana yang lebih rasional. Perencanaan pembangunan
19

pembenihan mencakup rencana gambar, rencana anggaran biaya (RAB),


rencana kerja bangunan. Rencana gambar merupakan peta situasi yang
memberikan gambaran tata letak bangunan yang menunjukan letak perkolaman
atau bak secara keseluruhan.
Dari segi estetikanya, situasi lingkungan harus dibuat nyaman dan betah
untuk pekerja. Lebih jauh lagi, lokasi pembenihan ikan hias berpotensi untuk
dikembangkan menjadi obyek agrowisata yang cukup menarik bagi masyarakat
atau para peminat dan pecinta ikan hias. Oleh karena itu tata letak kolam/bak,
bentuk bangunan dan penempatannya, serta lingkungan di dalamnya sebaiknya
dirancang dengan memadukan antara teknologi dan unsur-unsur estetis
(Daelami, 2001).

2.5.3. Pengaturan Tata Letak

Menurut Daelami (2001) pengaturan tata letak harus mengacu pada


prinsip-prinsip teknis melalui perhitungan ekonomis. Letak kolam atau bak
sebaiknya tidak berjauhan dan diatur sedemikian rupa secara berurut menurut
fungsinya masing-masing Untuk kolam/bak induk biasanya diletakan di bagian
paling depan atau terdekat dengan sumber air utama. Jika memungkinkan,
sebaiknya didirikan rumah jaga untuk mengawasi keadaan induk beserta
perawatannya. Pengairan untuk bak induk diambil dari bak penampungan air
yang berada di hulu atau langsung dari saluran utama. Di belakang bak induk
adalah bak pemijahan dan bak penetasan yang dibuat berdampingan,
pengairannya berasal dari bak penampungan air setelah melalui bak
pengendapan/bak filter. Bak pemijahan maupun bak penetasan memerlukan
suasana tenang sehingga letaknya harus berada jauh dari gangguan suara lalu
lalang orang dan aktivitas lainnya yang dapat mengganggu karena proses
pemijahan dapat terhenti atau gagal akibat situasi yang ramai atau bising
disekitarnya. Bak-bak/kolam pendederan/pembesaran dibangun menempati
areal sesudah bak pemijahan dan penetasan. Jumlah serta ukurannya
tergantung pada skala usaha atau ketersediaan lahan. Namun sebagian lahan
disisakan untuk membangun bak seleksi dan bak penampungan, ukurannya lebih
kecil dari bak-bak lainnya agar ikan yang ditempatkan di dalamnya mudah dilihat
dan ditangkap.
20

2.5.4. Fasilitas Bangunan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar

Dalam usaha tani pembenihan ikan juga tercakup bangunan yang dibuat
di atas tanah seperti sumur saluran air, pagar, gudang untuk menyimpan bahan,
rumah tempat tinggal petani beserta keluarganya dan rumah para pekerja. Paling
sedikit ada 5 macam bak yang diperlukan dalam suatu usaha pembenihan ikan
hias, yaitu bak induk, bak pemijahan, bak penetasan, bak pendederan dan bak
seleksi atau bak penampungan. Persentase luas dari masing-masing bak sesuai
dengan fungsinya adalah bak induk (2,70%), bak pemijahan (0,601,20%), bak
penetasan (0,82-7,42%), bak pendederan (60,0%), bak seleksi/penampungan
(27,20%). Pembagian persentase lahan ini dapat diubah sesuai dengan kondisi
lahan dan kebutuhannya. Luas untuk setiap bak 2-6 m2 dengan tinggi pematang
0,250 m. Bentuk bak yang ideal adalah empat persegi panjang karena sirkulasi
air total dalam bak berjalan relatif cepat dan air masuk yang masih segar dapat
terbagi rata ke seluruh bagian bak. Agar mudah dikeringkan, dasar bak dibuat
landai mulai dari depan pemasukan air ke arah lubang pengeluaran. Jika di
sekitar lokasi terdapat sumber air yang cukup besar debitnya, pengairan ke
dalam komplek budidaya hendaknya menggunakan sistem paralel sehingga
setiap bak mendapat air baru, dengan demikian diharapkan produksi setiap bak
akan sama dan penyebaran hama dan penyakit dapat dikurangi (Daelami, 2001).
III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Studi dilakukan di BPBI Ciherang, jalan raya Cipanas KM 12, Desa Ciputri
RT 01 RW 02, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, dengan luas lahan 22.685
m2. Lokasi studi ini terletak di sebelah Utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh
13 km dari ibu kota kabupaten tersebut (Gambar 2). Kegiatan pengambilan data
studi ini dimulai pada bulan Februari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan
dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan.

3.2. Batasan Studi

Studi ini dibatasi sampai tahap perancangan tapak, meliputi pengaturan


tata ruang, sirkulasi dan pergerakan, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Hasil atau
produk berbentuk rancangan tertulis dan gambar rancangan tapak disertai
dengan gambar rancangan detil dari elemen-elemen dan bagian-bagian tertentu
yang merupakan pusat aktifitas dan pengembangan fasilitas pada tapak.

3.3. Proses Perencanaan dan Perancangan Tapak

Perencanaan dan perancangan dalam studi ini dilakukan dengan


menggunakan metode survei deskriptif dengan mengacu pada proses
perencanaan dan perancangan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya
dan aktifitas. Proses Studi perencanaan dan perancangan dilakukan dengan
tahapan-tahapan yang meliputi Persiapan, Inventarisasi, Analisis dan Sintesis,
Perencanaan dan Perancangan. Tiap tahapan kegiatan dalam proses
perencanaan dan perancangan yang dilakukan menghasilkan produk sendiri
yang mendukung satu sama lain (Gambar 3).

3.3.1. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah kegiatan


persiapan administrasi, berupa pembuatan usulan dan perijinan studi;
penentuan arah, tujuan dan kegiatan; identifikasi data yang diperlukan dan
metoda pengumpulan data, serta peninjauan terhadap kebijakan pengembangan
BPBI Ciherang dan kajian awal rona lingkungan terhadap kebijakan
pembangunan terkait, baik untuk lingkup daerah (kabupaten) itu sendiri hingga
22

Kabupaten Cianjur

Kecamatan Pacet

Gambar 2 Peta orientasi lokasi studi


23

Persiapan
Perumusan
masalah dan tujuan
Konsep 1. Data Biofisik
Dasar Letak, luas dan aksebilitas
Tata guna Lahan
Pengumpulan Tanah
Data Topografi
Hidrologi dan hidrografi
Survai lapang Iklim
Studi pustaka Vegetasi
Wawancara Kualitas visual dan akustik
Utilitas
2. Data Sosial
Kependudukan
Pola pemukiman
Pengunjung

Analisis
Peta-peta Analisis
Deskriptif dan Spasial Data Tabular
Deskripsi Data

Sintesis

Alternatif-alternatif
solusi untuk potensi
dan kendala pada
tapak

Pengembangan
Konsep

Perencanaan
Rencana Tata Ruang, Rencana
Pembuatan detil Sirkulasi, Rencana Tata Hijau,
perencanaan Rencana Aktifitas Wisata, Rencana
Fasilitas dan Utilitas

Gambar Rancangan Tapak (Site


Perancangan Plan)
Gambar Rencana Penanaman
Pembuatan detil (Planting Plan)
rancangan Gambar Detil Konstruksi dan
Bangunan Taman
Gambar Potongan dan Ilustrasi
perspektif

Gambar 3 Bagan proses perencanaan dan perancangan pada level tapak


(Gold, 1980 dengan penyesuaian)
24

tingkat kecamatan yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap arah


pengembangan tapak yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Cianjur.

3.3.2. Konsep Dasar

Konsep awal ditetapkan sebagai dasar untuk pengembangan tapak.


Konsep tersebut nantinya akan menjadi pengarah dalam tahap-tahap
perencanaan dan perancangan tapak selanjutnya. Konsep dasar ini akan
dikembangkan setelah dilakukan adanya solusi dari analisis data yang telah
terkumpul sebelumnya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Data dan informasi yang dikumpulkan mengacu pada konsep serta tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengamatan langsung di tapak dan di sekitar tapak yang di anggap berpengaruh
pada tapak, pengambilan foto, studi pustaka yang berkaitan dengan persyaratan
dan faktor-faktor sensitif pada kegiatan budidaya dan perbenihan ikan hias air
tawar, dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi dan
preferensi responden, baik pengguna tapak, pengelola maupun penduduk
sekitar. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui peraturan dan persyaratan
untuk keberlangsungan kegiatan budidaya dan perbenihan ikan. Pada metode
wawancara ini responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan
sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling).

Tabel 2 Jenis, satuan, bentuk, kegunaan dan sumber data

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik
1. Luas, letak dan Orientasi tapak; Data primer
aksesibilitas Deliniasi tapak; (observasi
a. Luas Meter2 Spasial Analisis lapang) dan
b. Letak Koordinat Kuantitatif transportasi; sekunder
c. Aksesibilitas - Deskriptif Acuan desain (pengelola
BPBI
Ciherang;
Kantor
Pertanahan
Kab. Cianjur)
2. Tata guna lahan Acuan desain, Data primer
a. Areal perkolaman Meter2 Spasial Klasifikasi (observasi
b. Areal bangunan Meter2 Spasial penggunaan lapang)
c. Areal belum Spasial lahan
dimanfaatkan Meter2
25

(Lanjutan Tabel 2)

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik
3. Tanah Mengetahui sifat Data
a. Jenis tanah - Deskriptif fisik dan kimia sekunder
tanah; analisis (pengelola
kemampuan BPBI
lahan; Acuan Ciherang,
untuk perlakuan laporan studi)
konservasi
4. Topografi Mengetahui Data primer
a. Kontur dan tingkat (observasi
kemiringan tapak Spasial kemiringan lapang) dan
lahan; sekunder
Mengetahui area (laporan
yang rawan atau studi)
berbahaya;
Menentukan
area yang
memerlukan
perlakuan
konservasi
tanah dan air;
Acuan desain
5. Hidrologi dan hidrografi Menentukan Data
a. Kualitas air tanah dan perlakuan sekunder
air permukaan (treatment) (pengelola
Suhu untuk kegiatan BPBI
O
pH C Kuantitatif budidaya, rumah Ciherang,
BOD - Kuantitatif tangga dan laporan studi)
Logam terlarut mg/Liter Kuantitatif konsumsi;
b. Debit air - Kuantitatif Acuan desain
c. Distribusi air liter/detik Spasial
- Spasial
6. Iklim Menghitung Data
O
a. Suhu C Kuantitatif Indeks sekunder
b. Kelembaban (RH) % Kuantitatif Kenyamanan/ (Balitbiogen
c. Curah hujan (CH) mm/bulan Kuantitatif THI Kab. Cianjur,
d. Penyinaran % Kuantitatif (Temperature laporan studi)
Humidity Indeks)
7. Vegetasi Mengetahui jenis Data primer
a. Jenis - Kuantitatif dan pola (observasi
b. Jumlah - Kuantitatif penyebaran lapang)
c. Letak - Spasial vegetasi;
Menentukan
penggunaan
jenis tanaman
untuk
pengembangan;
Acuan desain
26

(Lanjutan Tabel 2)

Kelompok dan Jenis Satuan Bentuk Kegunaan Sumber

A. Data Biofisik
8. Kualitas visual dan Menentukan Data primer
akustik letak dan arah (observasi
a. Good View dan Bad - Deskriptif (orientasi) area lapang
View - Deskriptif untuk pusat
b. Suara dan bunyi alam rekreasi; Acuan
yang ada di tapak desain
9. Utilitas Mengetahui Data primer
a. Jaringan listrik dan sistem jaringan (observasi
telekomunikasi - Deskriptif utilitas sistem lapang) dan
b. Sistem pengelolaan pengelolaan sekunder
sampah dan limbah - Deskriptif sampah dan (laporan
limbah sebagai studi)
Pembanding
dengan sistem
yang ideal;
Acuan desain

B. Data Sosial
1. Kependudukan Mengetahui Data
a. Jumlah Orang Kuantitatif SDM sekitar sekunder
tapak (Kantor Kel.
Ciputri)
2. Pola Pemukiman Mengetahui dan Data primer
a. Letak pemukiman menentukan (observasi
terhadap tapak - Spasial kebijakan lapang)
pengembangan
terhadap
pemukiman
yang
berpengaruh ke
tapak; Acuan
desain
3. Pengunjung Mengetahui Data primer
a. Kelompok pengunjung actual demnd (observasi
b. Jumlah pengunjung - Deskriptif dan potential lapang,
c. Kegiatan pengunjung Orang demand. wawancara)
- Kuantitatif dan sekunder
(pengelola
Deskriptif BPBI
Ciherang)

3.3.4. Analisis

Data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah
dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data
ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial
sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data.
27

3.3.5. Sintesis

Sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diperoleh


setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan
serta pengembangan pada konsep dasar. Peta-peta analisis yang dihasilkan
sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi ruang terhadap potensi
dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block plan atau rencana
ruang.

3.3.6. Pengembangan Konsep

Konsep dasar dikembangkan mengacu kepada analisis dan sintesis data


yang telah dilakukan. Pengembangan konsep inilah yang nantinya akan menjadi
pertimbangan dalam perencanaan tapak. Hal ini bertujuan untuk lebih
meminimalkan konflik antara konsep yang akan diterapkan untuk pengembangan
tapak dengan kondisi tapak. Dalam tahapan ini konsep dikembangkan dalam
bentuk ruang dan jalur sirkulasi serta diformulasikan program dan aktivitas wisata
yang akan dikembangkan berkaitan dengan kriteria untuk aktifitas, interaksi dan
kesesuaian unit lahan.

3.3.7. Perencanaan

Dalam tahapan perencanaan dibuat rencana tata ruang, rencana


sirkulasi, rencana tata hijau, rencana aktifitas wisata, serta rencana fasilitas dan
utilitas wisata.

3.3.8. Perancangan

Perancangan merupakan tahapan lanjutan dari perencanaan yang lebih


detil. Dari tahapan ini dihasilkan gambar-gambar detil terdiri dari gambar
rancangan tapak (site plan), gambar rancangan penanaman (planting plan),
gambar detil konstruksi dan bangunan taman, gambar tampak dan potongan
pada bagian-bagian tertentu, gambar perspektif bagian-bagian tertentu dan
keseluruhan tapak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum

4.1.1. Sejarah Perkembangan BPBI Ciherang

Keberadaan BPBI di Jawa Barat sudah di kenal sejak tahun 1961. Pada
awalnya BPBI bernama BBI dan dalam perkembangan selanjutnya di kenal
dengan nama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). BBI berlandaskan kepada
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 14 tahun 1983
tanggal 6 Oktober 1983 tentang Susunan dan Tata kerja dinas Perikanan Daerah
Tingkat I Jawa Barat.
Pelaksanaan operasional BBI berpedoman pada Surat Keputusan dirjen
Perikanan Nomor IK-010/04-369/83 K tentang Pola Pembinaan BBI. Pada
dasarnya kebijakan pengadaaan benih secara nasional bertumpu pada usaha
pembenihan rakyat, sedangkan pemerintah berkewajiban menciptakan iklim
optimal untuk pengembangannya. Dalam rangka pembinaan inilah pemerintah
membangun BBI.
Dalam perkembangannya Balai Benih Ikan (BBI) mengalami perubahan
menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) seiring dengan perubahan
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat, khususnya untuk lembaga perangkat daerah termasuk
Dinas Perikanan beserta UPTD yang secara teknis administrasi berada langsung
di bawahnya. Perubahan STOK yang menyangkut perubahan nama UPTD BBI
menjadi BPBI berdasarkan atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 55
tahun 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas UPTD di lingkungan
Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan keputusan tersebut BPBI
menjadi sebuah lembaga baru setingkat eselon III.a yang memiliki fungsi dalam
pengembangan budidaya ikan air tawar, serta merupakan bentuk penyatuan dari
3 (tiga) BPBI, yaitu BPBI Sentral Wanayasa, BPBI Singaparna dan BPBI
Ciherang, dimana BPBI Wanayasa menjadi koordinator yang memiliki koordinasi
langsung dengan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat (Gambar 4).
Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing,
BPBI Wanayasa berperan sebagai pemegang komando bagi kedua sub-unit
kerja atau instalasi. Dengan wewenang yang ada pada BPBI Wanayasa, terbagi
peran untuk masing-masing BPBI, yaitu BPBI Singaparna sebagai unit
29

pengembangan ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan BPBI Ciherang


sebagai unit pengembangan ikan hias air tawar terutama ikan Koi, Koki dan ikan
Komet sebagai komoditas unggulan.

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

BPBI Wanayasa

Tata Usaha Wanayasa

BPBI Ciherang BPBI Singaparna


Kabupaten Cianjur Kotamadya Tasikmalaya

Gambar 4 Struktur organisasi BPBI Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

Setiap BPBI memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing sesuai


dengan aplikasi teknis yang dijalankan. Adapun tugas pokok BPBI Ciherang
adalah
1. Melaksanakan Penerapan teknologi pembenihan Ikan Mas dan Hias.
2. Menyusun, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi hasil aplikasi
teknologi pembenihan ikan.
3. Melaksanakan pemantuan dan pengendalian hama dan penyakit di areal
pembenihan dan perairan umum.
4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
5. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan
Sedangkan fungsi BPBI Ciherang adalah :
1. Pengumpulan, pengolahan, analisis, data aplikasi teknologi pembenihan
ikan mas dan ikan hias serta jenis ikan lainnya.
2. Penyusunan, penyajian dan penyebarluasan informasi hasil aplikasi
teknologi pembenihan ikan.

4.1.2. Organisasi BPBI Ciherang

BPBI Ciherang dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang secara struktural
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Untuk
menjalankan tugasnya, Kepala BPBI Ciherang dibantu oleh beberapa seksi yaitu
30

seksi produksi, seksi distribusi, tata usaha, dan pegawai. Struktur organisasi
pada BPBI Ciherang adalah struktur organisasi fungsional dan berperan sebagai
pedoman dalam jalannya organisasi. Struktur organisasi pada BPBI Ciherang
dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini

Kasie Aplikasi Kelompok Ikan Mas


dan Hias BPBI Ciherang

Tata Usaha dan


Administrasi

Seksi Produksi Ikan Hias Seksi Distribusi

Pegawai Pegawai

Gambar 5 Struktur organisasi BPBI Ciherang

4.1.3. Jenis Produksi BPBI Ciherang

Jenis Komoditas yang diproduksi oleh BPBI Ciherang berupa ikan hias
dan ikan konsumsi. Tetapi dalam kegiatan produksinya lebih ditekankan pada
kepada berbagai jenis ikan hias. Jenis ikan hias yang diproduksi oleh BPBI yaitu
ikan koi, komet, barbir, ar-ar, koki, coridoras, molly, koral dan plati (lampiran 1).
Berbagai jenis ikan hias tersebut ditampung dalam tempat terpisah. Untuk ikan
koi, komet, ar-ar, dan barbir ditampung dalam kolam dan dipisahkan antara ikan
jantan dan betina. Untuk ikan koki dan coridoras ditampung dalam bak
pemeliharaan di dalam hatcheri dan penempatan ikan koki dipisahkan antara
ikan jantan dan betina sedangkan ikan coridoras disatukan antara ikan jantan
dan betina. Ikan plati ditampung dalam kolam dan dipisahkan menurut jenisnya.

4.1.4. Fasilitas Produksi BPBI Ciherang

Fasilitas Produksi yang dimilki BPBI Ciherang antara lain kolam tanah
sebanyak 16 buah yang ukurannya bervariasi untuk pemeliharaan induk ikan
konsumsi, kolam tembok sebanyak 103 buah untuk pemeliharaan ikan hias serta
pemijahannya. Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan produksi yang
31

dimilki oleh BPBI Ciherang dalam menjalankan kegiatannya dapat dilihat dalam
tabel pada lampiran 2.

4.1.5. Sumberdaya Manusia

Jumlah tenaga kerja yang ada di BPBI Ciherang seluruhnya berjumlah 14


orang yang terbagi ke dalam 6 orang tenaga organik (PNS) dan delapan orang
tenaga kontrak kerja (TKK). Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang dapat
dilihat dalam tabel pada lampiran 3.

4.1.6. Sumber Dana

BPBI Ciherang memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
Anggaran Rutin. APBN dan APBD digunakan untuk pembangunan fisik dan dana
operasional sedangkan Anggaran Rutin digunakan untuk kegiatan eksploitasi
dan pemeliharaan. Dana operasional atau eksploitasi dikeluarkan dalam bentuk
pengadaan atau pembelian sarana produksi benih, seperti pakan, pupuk, kapur
pertanian, obat-obatan dan peralatan/perlengkapan perikanan. Dana
pembangunan fisik dan pemeliharaan digunakan untuk perbaikan/rehabilitasi
atau pembangunan sarana dan prasarana fisik bangunan serta pemeliharaan
taman.

4.2. Analisis

Data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah
dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala untuk pengembangan
tapak. Hasil klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis
secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel
analisis dan deskripsi data.

4.2.1. Aspek Biofisik

Data aspek biofisik tapak yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi: 1)


luas, letak, dan aksesibilitas; 2) tata guna lahan; 3) tanah; 4) topografi; 5)
hidrologi dan hidrografi; 6) Iklim dan kenyamanan; 7) vegetasi; 8) kualitas visual
dan akustik; dan 9) Utilitas.
32

4.2.1.1. Luas, Letak dan Aksesibilitas

Luas lahan BPBI Ciherang adalah 22.685 m2. Secara administratif BPBI
Ciherang terletak di Kampung Ciherang, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. Letak geografis BPBI Ciherang berada pada 06o4613,94-
06o4623,09 LS dan 106o0348,46-106o0354,22 BT dengan elevasi 953-968
mdpl. Berdasarkan sertifikat akta tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Cianjur tahun 2000, BPBI Ciherang dibangun di atas tanah negara
dan sebagian besar dibatasi oleh lahan pertanian dengan status tanah negara.
Berikut adalah batas-batas tapak BPBI Ciherang
Sebelah Utara : Saluran drainase/selokan, lahan pertanian sayuran
dan sawah (tanah penduduk)
Sebelah Selatan : Jalan raya Cipanas (jalan negara) , saluran
drainase/selokan, rumah penduduk (tanah negara),
lahan pertanian sayuran (tanah negara).
Sebelah Timur : Saluran drainase/selokan, lahan pertanian sayuran
dan sawah (tanah negara), dan pemukiman
penduduk (tanah negara)
Sebelah Barat : Saluran drainase/selokan, rumah penduduk (tanah
milik), lahan pertanian sayuran.
Gambaran situasi lokasi, batas tapak dan status kepemilikan lahan BPBI
Ciherang dan lahan disekitarnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Area lahan BPBI Ciherang secara keseluruhan telah memiliki batas yang
jelas, yaitu dengan adanya pagar BRC dengan fondasi beton disekelilingnya
(Gambar 7). Hampir seluruh pagar pembatas BRC kurang terawat dan ditumbuhi
tanaman merambat yang tumbuh liar. Hal ini mengganggu keindahan pandangan
dan dapat menyebabkan korosi pada besi BRC sehingga perlu mendapat
perlakuan pemeliharaan. Disamping itu perlu dilakukan rancangan penataan
vegetasi yang teratur disekitar pagar untuk menghilangkan kesan kaku dan
keras. Untuk menjaga tanah di sekitar aliran sungai kecil di sebeleh luar pagar
agar tidak erosi dan mengganggu konstruksi fondasi pagar BRC maka perlu
dilakukan tindakan konservasi dengan metode vegetatif berupa penanaman
tanaman penutup rumput dan tanaman penguat teras; metode mekanik berupa
pembuatan dinding penahan (retainning wall). BPBI Ciherang letaknya strategis,
33

Gambar 6 Situasi dan batas tapak


34

Gambar 7 Pagar BRC pada masuk pagar BRC (Kiri); Pagar BRC dilihat dari
luar(Tengah); Pagar BRC dilihat dari dalam (Kanan tapak. Pintu).

lokasinya berdekatan dengan balai- balai penelitian lainnya, seperti Balai


Penelitian Tanaman Hias dan Balai Penelitian Hortikultur di desa Sarongge.
Disekitar BPBI Ciherang juga terdapat berbagai obyek wisata pada kawasan
wisata cibodas meliputi Kebun Raya Cibodas, Wisata alam Pegunungan Gede
Pangrango, Mandalawangi, Mandalakitri serta obyek wisata budaya Istana
Presiden Cipanas. Berdasarkan Bappeda 2004, penyebaran serapan wisatawan
di Kabupaten Cianjur didominasi oleh obyek wisata yang terdapat di kawasan
wisata Cibodas yang terdiri dari Kebun Raya Cibodas, Wanawisata
Mandalawangi, Bumi Perkemahan Mandalakitri dan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Tabel 3 menunjukan beberapa obyek wisata pada kawasan
wisata Cibodas. Disamping itu di Kecamatan Pacet juga terdapat obyek wisata
baru yaitu obyek wisata agropolitan yang lokasi bersebelahan dengan kawasan
wisata Cibodas. Untuk obyek wisata lain seperti Taman Bunga Nusantara
terdapat di Kecamatan Sukaresmi dan obyek wisata Perkebunan Teh Gedeh
terdapat di Kecamatan Cugenang. Orbitasi tapak terhadap obyek wisata lain di
Kecamatan Pacet dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 3 Obyek wisata disekitar BPBI Ciherang


No Nama Obyek Wisata Potensi Wisata

1. Kebun Raya Cibodas Kebun Wisata, Penelitian,


Play Ground dan Hutan Wisata.
2. Taman Nasional GGP (Gunung Gede Pangrango) Hutan Lindung, Pendakian,
Petualangan dan Penelitian.
3. Mandalawangi Wisata Danau, Camping,
Hutan wisata dan Play Ground.
4. Mandalakitri Camping Ground.
5. Istana Presiden Cipanas Wisata Budaya
6. Obyek Wisata Agropolitan Wisata Agro
7. Kota Bunga Kebun Wisata dan Perumahan
Sumber: Bappeda, 2004
35

Gambar 8 Orbitasi tapak


36

BPBI Ciherang yang akan dikembangkan sebagai obyek wisata dapat


mendukung pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur dan dapat
menjadi alternatif tujuan bagi wisatawan yang datang atau melalui kabupaten ini.
Kedekatan lokasi kawasan agrowisata dengan obyek wisata yang telah
berkembang dan telah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi
BPBI Ciherang untuk dikembangkan. Kerjasama untuk menciptakan paket wisata
dapat menjadi upaya dalam pengembangan BPBI Ciherang.
Jalan raya Cipanas merupakan satu-satunya jalur untuk mencapai lokasi
tapak, jalan tersebut merupakan jalan arteri primer yang yang merupakan salah
satu jalur yang menghubungkan ibukota negara, Jakarta dengan ibukota Provinsi
Jawa Barat, Bandung. Lokasi tapak berjarak 3 Km dari ibukota Kecamatan
Pacet, 13 Km dari ibukota Kabupaten Cianjur, 86 Km dari ibukota Provinsi Jawa
Barat dan 106 Km dari ibukota negara. BPBI Ciherang hanya memiliki satu jalan
masuk, yaitu melalui jalan masuk utama (Gambar 9). Lebar jalan masuk adalah
3-4 meter dan merupakan jalan kelas lokal dengan kondisi permukaan yang telah
beraspal. BPBI Ciherang dapat diakses menggunakan kendaraan bermotor, baik
pribadi maupun umum. Beberapa angkutan umum yang melewati lokasi tapak
antara lain angkutan umum jurusan Bogor-Cianjur, Cipanas-Cianjur, Cipanas-
Puncak dan bis yang melewati jalur puncak.

Gambar 9 Aksesibilitas tapak. Akses dari arah Bogor (Kiri); Jalan masuk utama
BPBI Ciherang (Tengah); Akses dari arah Bandung (Kanan)

4.2.1.2. Tata Guna Lahan

Luas tapak secara keseluruhan adalah 22.685 m2. Sebagian besar


penggunaan lahan berupa areal perkolaman dan areal bangunan. Areal
perkolaman di bagi menjadi kolam induk, pemijahan, pendederan, pembesaran,
penampungan, pakan alami, pengendapan, bak seleksi, bak filter dan bak
tandon. Areal bangunan digunakan untuk bangunan kantor, ruang kelas/makan
dan dapur, asrama, gedung serbaguna, guest house, rumah dinas/jaga,
musholla, gudang, gedung bursa ikan hias, bak dan instalasi air bersih, garasi
37

dan indoor hatchery. Jenis penggunaan lahan lain pada tapak adalah jalan,
tempat parkir, taman dan lahan tanpa pemanfaatan. Jenis penggunaan lahan di
BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pola penggunaan lahan
pada tapak dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 4 Jenis penggunaan lahan di BPBI Ciherang

Luasan
Jenis Penggunaan Lahan
m2 Persentase (%)
1. Areal perkolaman
a. Kolam induk 2.500 11
b. Kolam pemijahan 400 1,8
c. Kolam pendederan 4.200 18,5
d. Kolam pembesaran 2.000 8,8
e. Kolam penampungan 100 0,5
f. Kolam pakan alami 50 0,2
g. Kolam Pengendapan 245 1,1
h. Bak seleksi 50 0,2
i. Bak filter 28 0,1
j. Bak tandon 104 0,5
Sub total 9.677 42,7
2. Areal bangunan
a. Kantor 50 0,2
b. Kelas/Ruang makan dan dapur 250 1,1
c. Asrama 200 0,9
d. Gedung serbaguna 270 1,2
e. Guest house 180 0,8
f. Rumah dinas/rumah jaga 300 1,3
g. Musholla 30 0,1
h. Gudang 25 0,1
i. Gedung bursa ikan hias (Showroom) 250 1,1
j. Bak dan instalasi air bersih 23 0,1
k. Garasi 25 0,1
l. Indoor hatchery 358 1,6
Sub total 1.961 8,6
3. Penggunaan lain
a. Jalan 557 2,5
b. Tempat parkir 486 2,1
c. Taman 204 0,9
d. Lahan tanpa pemanfaatan 9.800 43,2
Sub total 11.047 48,7
Total 22.685 100
38

Gambar 10 Tata guna lahan


39

Total luasan areal perkolaman yaitu 9677 m2 (42,66%). Kolam tersebar


dan sebagian besar merupakan kolam pendederan (4200 m2), kolam induk (2500
m2) dan kolam pembesaran (2000 m2). Hampir semua kolam pada tapak
merupakan kolam yang memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap gangguan
manusia, sehingga dapat dijadikan sebagai atraksi wisata pada tapak, kecuali
kolam pemijahan.
Pola peyebaran kolam di BPBI Ciherang tidak teratur dan kurang tertata,
mulai dari bentuk kolam, letak kolam, saluran distribusi air berupa selokan dan
pipa-pipa saluran distribusi air. Ketidakteraturan ini memerlukan rancangan ulang
dengan memperhatikan fungsi/peruntukan kolam, topografi, ketersediaan lahan
serta keberlangsungan kegiatan budidaya dan pemeliharaan ikan.
Areal bangunan pada tapak memiliki luasan paling sedikit, yaitu 1961 m2
(8,64%). Bangunan pada areal ini terpusat di tengah tapak dan berada di sekitar
kolam. Pada areal ini di bangun bangunan yang merupakan penunjang bagi
kegiatan budidaya dan pengembangan teknologi pembenihan ikan hias,
disamping bangunan komersil seperti guest house. Pembangunan bangunan
baru dan rehabilitasi beberapa bangunan lama dilakukan pada rentang tahun
2004-2005, diantaranya rehabilitasi indoor hatchery dan pembangunan gedung
bursa ikan hias (showroom) yang berfungsi sebagai ruang pameran dan kegiatan
lain yang bersifat umum. Indoor hatchery BPBI Ciherang yang telah direhabilitasi
memiliki ruang pengamatan (Gambar 11) sehingga pemanfaatanya untuk atraksi
wisata masih dapat dipertimbangkan.

Gambar 11 Ruang pengamatan pada Indoor Hatchery

Kondisi fisik bangunan lama hampir semua dalam keadaan kurang baik
tetapi masih layak untuk digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan rehabilitasi
40

terhadap bangunan-bangunan lama, terutama untuk menyesuaikannya dengan


bangunan baru yang arsitekturnya cenderung berbeda.
Dari tabel jenis penggunaan lahan dapat dilihat bahwa masih banyak
lahan tanpa pemanfaatan seluas 9800 m2 (43,2%), tetapi luasan tersebut
menyebar dan tidak berada dalam satu bidang. Lahan yang tidak dimanfaatkan
tersebut sebagian besar ditutupi oleh rumput dan tanaman pisang, baik itu yang
ditanam maupun yang tumbuh secara alami. Lahan ini dapat dimanfaatkan untuk
membangun fasilitas wisata ataupun sarana lain yang akan dikembangkan untuk
kegiatan budidaya benih ikan hias.

4.2.1.3. Tanah

Jenis tanah secara umum adalah podsolik merah kuning. Tanah ini
termasuk dalam ordo Ultisols, subordo Udults, kumpulan (great soil groups)
Kandiudults dan subgroups Andic kandiudults. Tanah ini memiliki rejim
kelembaban udik yang mempunyai KB < 35% dan KTK 16 me/100 gram liat
dalam 50% horison argilik dan kandik pada kedalaman 50 sampai 100 cm.
Fraksi halus pada tanah ini memiliki BD 1,0 gram/cm3 dengan Al + Besi
(dalam almunium oksalat) > 1,0% dengan total ketebalan 18 cm pada kedalaman
< 75 cm dari permukaan tanah, yang merupakan kedalaman efektif (Abdullah,
1999).
Warna merah dan kuning pada tanah podsolik ini disebabkan oleh besi
yang dioksidasi dan dihidrasikan, sehingga tanah ini memiliki kadar logam besi
(Fe) yang tinggi (Soepardi, 1979). Lebih lanjut Soepardi (1979) menyatakan
bahwa jenis tanah ini telah mengalami latosolisasi, yaitu suatu proses khas dari
tanah daerah panas. Tanah podsolik lebih miskin unsur hara serta lebih masam
daripada latosol.
Dari segi kimia tanah ini merupakan tanah miskin dan bereaksi masam,
dengan kata lain tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Seskuioksida
yang terdapat dalam tanah ini memiliki kemampuan mengikat P (Fosfor) tinggi
sehingga apabila jenis tanah ini digunakan untuk kegiatan pertanian diperlukan
pemupukan lengkap dan cara perbaikan dan pengawetan (konservasi) tanah
lainnya. Dari segi fisika struktur tanah ini tidak begitu mantap dan memiliki
porositas tinggi oleh karena itu tanah jenis ini memiliki erosivitas tinggi sehingga
akan berbahaya jika berada dalam keadaan terbuka, tanpa naungan ataupun
penutup tanah (Soepardi, 1979). Oleh karena itu diperlukan sistem penutupan
tanah baik berupa softscape ataupun perkerasan yang aman dan nyaman serta
41

penyediaan saluran drainase yang baik. Pengembangan perkerasan dapat


digunakan untuk memperkecil air yang terinfiltrasi tanah dengan mengalirkannya
ke luar atau ke daerah resapan. Beberapa bahan yang memiliki kemampuan
tersebut antara lain beton, aspal, kerikil dengan epoxy, dan beton pracetak.
Porositas dan erosivitas yang tinggi pada tanah podsolik merah kuning
menyebabkan terjadinya kebocoran dan kerusakan pada struktur dan konstruksi
bangunan dalam tanah, terutama pada pematang kolam dan pondasi bangunan.
Untuk membangun struktur pada jenis tanah ini diperlukan pemadatan tanah
yang baik dan pembuatan pondasi dengan kedalaman yang cukup, berada pada
horison yang mantap.
Jenis tanah podsolik merah kuning tergolong ke dalam klasifikasi
kemampuan lahan klas II dengan faktor pembatas kemiringan lahan (bervariasi
pada tapak), erosi bertaraf sedang, kedalaman tanah atau kedalaman efektif
yang kurang ideal (< 75 cm), dan struktur tanah yang kurang baik (porositas dan
erosivitas tinggi). Faktor pembatas klas II dalam klasifikasi kemempuan lahan
mempengaruhi terhadap pemilihan jenis tanaman yang dibudidayakan dan
memerlukan tindakan konservasi tanah yang bertaraf sedang (Abdullah, 1999).

4.2.1.4. Topografi

BPBI Ciherang terletak pada elevasi 953-968 mdpl dengan arah


kemiringan ke tenggara. Hal ini berkaitan dengan sistem pendistribusian air
permukaan untuk kolam-kolam yang tersebar mengarah ke arah yang sama.
Kondisi topografi pada tapak beragam dengan kemiringan lahan yang cukup
bervariasi. Kemiringan lahan dibagi berdasarkan klasifikasi USDA untuk
kesesuaian lahan kegiatan rekreasi, yaitu 0 8%; >8 15%; dan >15%. Gambar
12 memperlihatkan topografi dan klasifikasi kemiringan lahan BPBI Ciherang.
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa lahan yang datar berada di sekitar
areal bangunan, sedangkan lahan dengan kemiringan curam paling banyak
berada di sekitar areal perkolaman dan di bagian paling barat tapak yang
merupakan titik terendah.
Bentukan topografi dan ketinggian yang bervariasi dapat menjadi potensi
estetika secara visual dan menghilangkan kesan monoton pada tapak, karena
lahan yang berlereng memiliki kesan yang dinamis (Simonds, 1983). Oleh karena
42

Gambar 12 Topografi dan kemiringan


43

itu pada tempat-tempat tertentu pada daerah datar di kelerengan tersebut perlu
dibangun ruang dengan fasilitas untuk menikmati pemandangan sekitar.
Karakteristik muka tanah akan menentukan kesesuaian area pemanfaat
an atau fungsi tertentu dan segi enjineringnya. Pada area dengan kemiringan
tertentu akan memerlukan detil konstruksi yang tertentu pula. Menurut Hakim
(2002) kemiringan lahan 0-4% diklasifikasikan sebagai daerah datar dan sesuai
untuk aktivitas padat, kemiringan lahan 4-10% sesuai untuk aktivitas sedang dan
ringan, kemiringan lahan >10% sesuai untuk penempatan titik pandang.
Kelas kemiringan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kenyamanan dan keamanan pengguna, patahan yang terdapat disekitar
pematang kolam merupakan area yang membahayakan. Kemiringan serupa juga
terdapat pada tapak sebelah timur guest house dan hatchery berupa lereng yang
cukup curam. Sebelah barat area sekitar musholla terdapat patahan, tetapi pada
tahun 2006 telah dibangun retainig wall. Teknik konservasi tanah dapat dilakukan
untuk mengurangi tingkat bahaya dan kerusakan tanah pada area tersebut. Akar
tanaman dapat mengikat tanah sehingga tanah menjadi kokoh dan tahan
terhadap pukulan air hujan. Penggunaan retaining wall dapat dilakukan untuk
area di sekitar pematang kolam yang berupa patahan dengan kemiringan >45%
untuk memperkuat pematang dan menahan erosi.
Untuk lahan dengan kemiringan >15% yang merupakan jalur penghubung
atau sirkulasi diperlukan tangga dan ramp. Penggunaan standar ketinggian anak
tangga dan kemiringan ramp menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tidak
terlalu curam dan nyaman untuk digunakan (Hakim, 2002).

4.2.1.5. Hidrologi dan Hidrografi

Sumber air BPBI Ciherang berasal dari air permukaan berupa saluran
irigasi non teknis yang berasal dari sungai citarum (Gambar 13) dan air tanah
berupa sumur artesis. Air yang berasal dari saluran irigasi digunakan untuk
mengairi kolam-kolam ikan. Sebelum didistribusikan air yang berasal dari saluran
irigasi diendapkan dalam kolam endapan untuk mengendapkan sedimen yang
dibawa air. Dari kolam pengendapan air kemudian dialirkan ke kolam filter untuk
menyaring partikel-partikel yang tidak dapat diendapkan, setelah itu air
ditampung terlebih dahulu dalam bak/kolam tandon sebelum didistribusikan
secara paralel ke kolam-kolam budidaya dan pemeliharaan ikan. Saluran irigari
non teknis yang digunakan untuk mengairi kolam-kolam BPBI Ciherang
dimanfaatkan berbaur dengan mansyarakat, khususnya untuk mengairi
44

perkebunan sayuran yang ada hampir disekeliling tapak, oleh karena air
permukaan telah banyak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari
pupuk dan pestisida yang digunakan oleh kegiatan pertanian. Kualitas air
permukaan di inlet yang digunakan BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 5
berikut.

Tabel 5 Kualitas air permukaan BPBI Ciherang

No Parameter Kisaran Hasil Pemeriksaan Satuan


1. pH 6,49 7,48
O
2. Suhu 20,00 26,00 C
3. CO2 4,59 23,93 mg/l
4. DO 4,50 8,50 mg/l
5. Alkalinitas 134,00 169,00 mg/l CaCO3
6. Kesadahan 186,80 198,80 mg/l CaCO3
7. NH3 0,03 0,01 mg/l
8. NO2 0,07 0,04 mg/l
Sumber : Laporan evaluasi kegiatan BPBI Ciherang Cianjur, 2005

Berdasarkan perbandingan dengan tabel daftar kriteria kualitas air


menurut Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air (lampiran 4), air permukaan termasuk ke dalam golongan B. Hal
ini berarti air pemukaan dapat digunakan sebagai air baku air minum dan layak
digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan.
Rata-rata debit air permukaan yang masuk dan dimanfaatkan untuk
mengairi areal perkolaman adalah 20-25 liter/detik (kontinyuitas tidak stabil).
Dengan sistem distribusi air paralel yang digunakan, jumlah ini cukup memadai
untuk mengairi sekitar 119 kolam dan 2 indoor hatchery.

Gambar 13 Saluran irigasi non teknis sebagai sumber air yang digunakan di
BPBI Ciherang
45

Pada tapak terdapat dua sumur artesis, terletak di sebelah timur dekat
guest house dan di sebelah barat dekat musholla. Sumur artesis yang
berdekatan dengan guest house memiliki kedalaman 1 meter dan hanya
digunakan untuk kepentingan guest house saja. Sumur artesis yang letaknya
dekat musholla berada pada ketinggian sekitar 960 mdpl dan memiliki
kedalaman 1,25 meter. Kedalaman artesis yang tidak terlalu dalam dengan jenis
tanah yang porous banyak menimbulkan kerusakan struktur dan konstruksi yang
ada, baik kolam maupun bangunan.
Air dari sumur artesis ini digunakan untuk mengairi areal perkolaman,
terutama kolam induk, pendederan dan pembesaran. Disamping itu air artesis ini
juga didistribusikan ke areal bangunan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Sama halnya dengan air permukaan, air dari sumur artesis didistribusikan secara
paralel baik untuk areal perkolaman maupun bangunan. Air tanah yang
dipompa/disedot diteruskan ke bak (tangki) penampungan dengan kapasitas
1000 liter yang kemudian disalurkan masing-masing ke filter 1 dan 2 untuk
disaring. Filter yang digunakan adalah filter tipe 1235. Filter 1 mengalirkan air ke
bak penampungan 1 dan filter 2 ke bak penampungan 2. Bak penampungan
merupakan suatu bangunan tertutup dengan 2 bak terpisah di dalamnya. Bak
penampungan 1 menyalurkan air langsung untuk areal perkolaman dengan
menggunakan pipa, sedangkan bak penampungan 2 menyalurkan air ke bak
penampungan 3 yang merupakan bak penampungan yang letaknya paling tinggi
dengan mesin penyedot menggunakan pipa. Gambar 14 menunjukan bak
(tangki) penampungan air dari sumur artesis, filter dan bak penampungan air.

Gambar 14 Termpat penampungan dan penyaringan air. Tempat penyimpanan


torn penampungan dan filter tipe 1235 untuk air artesis(Kiri); Bak
penampungan air yang berasal dari filter (Kanan)

Air yang didistribusikan untuk areal perkolaman yang letaknya lebih


rendah langsung didistribusikan menggunakan pipa penyalur dari bak
46

penampungan 1, sedangkan air untuk areal bangunan dan perkolaman yang


letaknya lebih tinggi disalurkan ke bak penampungan 3 yang letaknya lebih tinggi
menggunakan mesin penyedot melalui bak penampungan 2. Air yang telah
ditampung dan diendapkan dalam bak penampungan 3 kemudian didistribusikan
ke bangunan penginapan, rumah dinas, aula, indoor hatchery, dan kolam dengan
menggunakan pipa (plumbing). Sistem distribusi air permukaan dan sumur
artesis dapat dilihat pada Gambar 15.
Air tanah biasanya memiliki kandungan besi yang tinggi. Jika air tanah
mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenisasi, ion ferri (Fe3+)
pada ferri hidroksida [Fe(OH)3] yang banyak terdapat pada air tanah teroksidasi
menjadi ion ferro (Fe2+) dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) serta
membentuk warna kemerahan pada air (Effendi, 1999). Sebelum digunakan
untuk berbagai peruntukannya, sebaiknya air tanah yang baru disedot didiamkan
beberapa saat (bak penampungan) untuk menurunkan kadar karbondioksida
(CO2), mengendapkan besi (Fe), dan menaikan kadar oksigen terlarutnya.
Kualitas air tanah BPBI Ciherang pada bak penampungan, setelah melalui filtrasi
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Kualitas air tanah BPBI Ciherang

Kisaran Hasil Pemeriksaan Bak Penampungan


No Parameter Satuan
I II III
1. Suhu 21,20 21,80 20,40 22,20 21,20 22,00
O
2. pH 7,99 8,05 7,95 8,40 8,09 8,40 C
3. DO 5,37 4,6 2,42 3,56 2,50 3,56 mg/l
4. NH3 0,50 0,50 0,50 mg/l
Sumber : Laporan evaluasi kegiatan BPBI Ciherang Cianjur, 2005

Berdasarkan perbandingan dengan daftar kriteria kualitas air menurut


Peraturan Pemerintah RI No.20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran
Air (lampiran 4), air tanah termasuk ke dalam golongan B sehingga air tanah
layak digunakan untuk konsumsi. Meskipun kandungan besi (Fe) pada air tanah
biasanya cukup tinggi, perlakuan yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas
air tanah berupa filtrasi dan pengendapan dalam bak penampungan telah cukup
untuk meningkatkan kualitas air agar layak dan aman digunakan untuk konsumsi.
47

Gambar 15 Sistem distribusi air permukaan dan sumur artesis


48

4.2.1.6. Iklim dan Kenyamanan

Berdasarkan data iklim yang tercatat pada stasiun iklim Pacet yang diukur
pada 6044LS dan 1070BT pada ketinggian 1150 mdpl dan diukur pada rentang
tahun 2000-2004. Suhu rata-rata lingkungan adalah 20,80C, dengan kisaran
20,01-21,50C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan terendah
pada bulan Agustus. Curah hujan rata-rata 272,97 mm/bulan dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Mei dan curah hujan tertendah terjadi pada bulan
Agustus. Kelembaban rata-rata pada kawasan 84,95% dengan penyinaran rata-
rata pada tapak adalah 43,88% dengan kisaran 11,67-72,38%. Kondisi iklim rata-
rata di Kecamatan Pacet pada rentang waktu tahun 2000-2004 terdapat pada
Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Kondisi Iklim Kecamatan Pacet tahun 2000-2004


Suhu (oC) CH Penyinaran
Bulan RH (%)
Min Maks Rata-rata (mm/bln) (%)
Januari 17.50 24.54 20.72 88.72 367.78 19.46
Februari 17.80 23.64 20.06 89.60 323.64 11.67
Maret 17.86 24.56 20.78 87.82 327.74 27.32
April 17.80 25.62 21.28 86.18 421.32 42.76
Mei 17.54 25.26 21.30 84.74 247.04 52.24
Juni 16.66 25.14 20.50 83.26 277.76 57.39
Juli 15.94 25.14 20.01 83.36 100.08 61.74
Agustus 15.62 25.34 20.24 80.58 66.02 62.78
September 16.60 26.12 20.86 82.22 153.86 72.38
Oktober 17.20 26.06 21.30 80.86 234.52 57.05
November 17.88 24.88 21.50 85.78 510.74 31.67
Desember 17.46 25.08 21.08 86.24 245.10 30.20
Sumber: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik ( Balitbiogen ), Cianjur

Curah hujan yang cukup tinggi merupakan suatu potensi bagi


pengembangan suatu taman dalam hal meningkatkan kemungkinan tanaman
untuk dapat bertahan dan berkembang dengan baik, terutama apabila ditunjang
dengan faktor biofisik lain yang menunjang seperti intensitas penyinaran cahaya
matahari, kandungan mineral tersedia, fisiologi tanah dan kondisi tanaman.
Namun, curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya pengikisan lapisan
tanah teratas yang cukup intensif, hal tersebut berhubungan dengan sifat tanah
podsolik merah kuning yang cukup peka terhadap pencucian permukaan dan
kemiringan lahan yang banyak terdapat di daerah sekitar pematang kolam.
Selama musim penghujan dengan intensitas dan curah hujan yang tinggi yaitu
antara bulan September sampai Mei atau pada kondisi cuaca buruk yang disertai
49

kabut seringkali terjadi fluktuasi suhu yang ekstrim, suhu lingkungan turun drastis
sampai 14oC, Kondisi seperti ini seringkali mengganggu proses pemijahan dan
bahkan membahayakan larva-larva ikan yang sedang dipelihara.
Suhu udara rata-rata dan suhu maksimum berada di dalam zona
kenyaman (human biocomfort), hal ini sangat menguntungkan untuk
pengembangan tapak sebagai obyek wisata. Meski demikian pada tapak masih
banyak terdapat area yang tidak ternaungi, terutama oleh vegetasi peneduh
sehingga akan terjadi intensitas penyinaran penuh pada area tersebut yang akan
mengakibatkan tingginya tingkat penerimaan energi oleh tubuh yang selanjutnya
mempengaruhi pertimbangan users dalam menggunakan tapak. Dalam hal ini
vegetasi dapat berperan sebagai media penyerap panas dan sinar matahari pada
tapak (Gambar 16). Adanya pepohonan dan peneduh dapat menciptakan iklim
mikro yang lebih sejuk dan nyaman bagi pengunjung melalui penurunan
temperatur. Pepohonan lebih cenderung meningkatkan kelembaban, sehingga
kelembaban udara di tapak perlu diperhatikan untuk mengetahui tipe pohon yang
akan ditanam (Gambar 17).
Menurut Brooks (1988) pohon jenis decidous dengan tajuk yang rindang
mereduksi radiasi matahari sampai 96%, berbeda jika tajuk pohon tersebut tidak
berdaun yang hanya mereduksi radiasi matahari sebesar 49%, Sedangkan
pohon jenis coniferus melalukan 8% radiasi matahari. Disamping vegetasi
diperlukan juga struktur peneduh yang dilletakkan di dalam tapak untuk
mengantisipasi intensitas penyinaran dan curah hujan yang tergolong tinggi dan
dijadikan juga sebagai fasilitas rekreasi . Penggunaan peneduh, baik pohon
ataupun struktur perlu memperhatikan letak dan orientasi kolam karena kolam-
kolam ikan memerlukan penyinaran penuh.

Gambar 16 Penggunaan tanaman peneduh untuk mereduksi radiasi matahari


(Brooks, 1988)

Dominasi warna hijau tanaman juga akan membantu menambah


kesejukan, karena warna hijau termasuk dalam kelompok warna sejuk. Warna
50

hijau yang dihadirkan oleh dedaunan banyak mengandung klorofil dan di pagi
hari akan memberikan kesegaran pada mata.
Warna-warna panas seperti merah sebaiknya tidak digunakan secara
berlebihan untuk menghindari peningkatan suhu udara. Untuk perkerasan
(paving) warna-warna panas ini di siang hari akan menyilaukan pandangan mata
dan memantulkan hawa panas. Oleh sebab itu pemilihan warna yang mendekati
warna alami (natural) untuk perkerasan sangat cocok, karena bermanfaat baik
secara biologis maupun psikis bagi para pengunjung dan penduduk sekitar.
Secara umum pemilihan warna untuk perkerasan (paving) dan bangunan yang
telah dibangun sudah memenuhi kriteria di atas.

Gambar 17 Pengaruh vegetasi pada iklim mikro (Brooks, 1988)

Adanya elemen air berupa kolam-kolam ikan dapat meningkatkan


kelembaban udara dan penggunaan tanaman dapat menyebarkan kelembaban
melalui transpirasi dan membantu menurunkan dan menstabilkan suhu udara.
Kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75%
(Laurie, 1986). Peningkatan kelembaban udara di daerah tropis dapat
menyebabkan berkurangnya kenyamanan bagi manusia (Brooks, 1988). Namun
pada dasarnya manusia dapat bertoleransi dan beradaptasi terhadap
kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang tinggi.
Kondisi iklim pada tapak masih berada dalam kondisi yang nyaman untuk
rata-rata tiap bulannya. Nilai kenyamanan tersebut dapat dilihat dari Tabel 8 yang
memperlihatkan nilai THI (Temperature Humidity Indeks) berdasarkan nilai suhu
minimum dan maksimum serta nilai kelembaban pada tapak tiap bulannya.
Menurut Laurie (1986) kisaran suhu yang nyaman untuk manusia adalah apabila
nilai indeks kenyamanan (THI) kurang dari 27.
51

Tabel 8 Nilai THI Kecamatan Pacet

Bulan Suhu RH (%) THI


Januari 20.72 88.72 20.25
Februari 20.06 89.60 19.64
Maret 20.78 87.82 20.27
April 21.28 86.18 20.69
Mei 21.30 84.74 20.65
Juni 20.50 83.26 19.81
Juli 20.01 83.36 19.34
Agustus 20.24 80.58 19.45
September 20.86 82.22 20.12
Oktober 21.30 80.86 20.48
November 21.50 85.78 20.89
Desember 21.08 86.24 20.50
Rata-rata 20.80 84.95 20.18

Berdasarkan nilai THI di atas dapat dilihat bahwa kondisi iklim di


Kecamatan Pacet adalah nyaman untuk semua bulan. Tetapi meskipun demikian
kondisi iklim tersebut tidak tersebar merata dan berfluktuasi di setiap daerahnya.

4.2.1.7. Vegetasi

Vegetasi di BPBI Ciherang didominasi oleh rumput gajah (Axonopus


compressus), semak belukar dan tanaman pisang (Musa sp.) yang tumbuh
secara liar. Pada tapak hanya terdapat beberapa pohon peneduh yang letaknya
di sekitar area terbangun, dan satu pohon di area kolam yaitu lengkeng
(Nephellium longanum) hal ini dikarenakan kolam-kolam ikan memerlukan
penyinaran penuh. Dalam tapak terdapat sebuah taman yang sudah tertata dan
terletak didepan guest house. Kombinasi tanaman pada taman tersebut terdiri
dari beberapa jenis antara lain: palem raja (Roystonia regia), palem hijau
(Oncosperma horridum), cemara (Cupressus sp), draisena hijau (Dracaena
sanderiana), kembang kertas (Bougainvillea spectabilis), balancing
(Dieffenbachia sp), bunga lili (Lilium longifiolium), adam hawa (Rhoeo discolor),
pangkas kuning (Duranta repens), dan rumput gajah (Axonopus compressus).
Pada tapak juga terdapat pohon dengan fungsi estetis dan pengarah, yaitu
cemara norflok (Araucaria heterophylla) yang terletak di depan hatchery lama
dan cemara lilin (Cupressus sempervirens) yang terletak di bahu jalan masuk
sebelah kanan, di depan bangunan showroom. Gambar 18 menampilkan hasil
pengamatan lapang dan analisis terhadap kondisi vegetasi pada tapak.
52

Gambar 18 Karakteristik dan penyebaran vegetasi


53

Karakteristik vegetasi pada tapak berupa jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh
dan ditanam di BPBI Ciherang dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Jenis, jumlah dan fungsi vegetasi di BPBI Ciherang

No Spesies Nama Lokal Kegunaan

1. Nephellium longanum Lengkeng Tanaman buah


2. Roystonea regia Palem raja Tanaman estetis, pengarah
3. Oncosperma horridum Palem hijau Tanaman estetis
4. Araucaria heterophylla Cemara norflok Tanaman estetis, pengarah
5. Cupressus sempervirens Cemara lilin Tanaman estetis, pengarah
6. Cupressus equisetifolia Cemara angin Tanaman estetis
7. Mangifera indica Mangga Tanaman buah
8. Syzygium aromaticum Cengkeh Tanaman buah
9. Carica papaya Pepaya Tanaman buah
10. Psidium guajava Jambu Tanaman buah
11. Ficus benjamina Beringin Tanaman estetis
12. Dracaena fragans Hanjuang hijau Tanaman estetis
13. Dracaena deramensis Draisena hijau putih Tanaman estetis
14. Musa sp. Pisang Tanaman buah
15. Bougainvillea spectabilis Bunga kertas Tanaman estetis, pengarah
16. Rhapis excelsa Palm wregu Tanaman estetis
17. Mussaenda erythrophylla Nusa indah Tanaman estetis
18. Cycas revoluta Cycas Tanaman estetis
19. Nolina recurvata Nolina Tanaman estetis
20. Lilium longifiolium Lili Tanaman estetis
21. Anthurium crystallinum Kuping gajah Tanaman estetis
22. Schefflera variegate Wali songo Tanaman estetis
23. Duranta repens Pangkas kuning Tanaman estetis, pengarah
24. Agave agustifolia Agave Tanaman estetis
25. Dieffenbachia sp. Balancing Tanaman estetis
26. Alpinia galanga Lengkuas Tanaman obat
27. Calathea makoyana Calatea Tanaman estetis
28. Canna indica Bunga tasbih Tanaman estetis
29. Heliconia spp. Pisang hias Tanaman estetis
30. Begonia spp. Begonia Tanaman estetis
31. Mirabilis jalapa Bunga pukul empat Tanaman estetis
32. Lantana camara Lantana Tanaman estetis
33. Caladium hortulanum Keladi Tanaman estetis
34. Sechium edule Labu siam Tanaman sayur
35. Eclipta prostrate Urang aring Penutup tanah
36. Axonopus compressus Rumput gajah Penutup tanah

Vegetasi merupakan elemen yang penting dalam suatu tapak, terutama


kaitannya dengan kenyamanan pengguna tapak. Secara keseluruhan jenis dan
54

jumlah vegetasi yang tumbuh dan ditanam pada tapak memiliki keanekaragaman
yang rendah dan tidak ditata dengan baik sehingga memerlukan penataan
vegetasi untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata dengan mengacu
pada fungsi dan ruang yang akan dikembangkan.

4.2.1.8. Kualitas Visual dan Akustik

Areal lahan BPBI Ciherang bentuknya memanjang dari arah barat laut ke
arah tenggara mengikuti topografi yang semakin rendah. Dari tapak pandangan
lepas tanpa adanya halangan ke luar sekeliling tapak yang hampir semuanya
merupakan lahan pertanian. Searah jarum jam dari arah barat laut sampai ke
arah barat daya dapat dilihat pemandangan lahan pertanian. Adanya bukit dan
lahan pertanian di arah timur laut yang menjadi latar belakang area perkolaman
merupakan vista pada tapak (Gambar 19). Di dalam tapak sendiri hampir seluruh
area perkolaman dapat dilihat dari berbagai sisi, terutama di area dengan elevasi
yang lebih tinggi. Kolam-kolam pada area perkolaman memantulkan bayangan
langit dan pohon-pohon tinggi yang berada di sekitar kolam menciptakan
pemandangan yang menarik untuk dinikmati. Adanya ikan hias di dalam kolam-
kolam yang dapat dilihat dari luar menambah keindahan area perkolaman jika
diamati dari dekat. Pemandangan di dalam dan di luar tersebut dapat menjadi
daya tarik bagi pengunjung. Letak beberapa lokasi pada tapak dengan kualitas
visual yang baik (good view) dan buruk (bad view) dapat dilihat pada Gambar 20.
Potensi visual tersebut dengan bentukan topografi dan ketinggian
bervariasi pada tapak merupakan potensi estetika secara visual yang dapat
dikembangkan menjadi suatu atraksi. Oleh karena itu pada tempat-tempat
tertentu pada daerah datar perlu dibangun ruang dengan fasilitas untuk
menikmati pemandangan sekitar.

Gambar 19 Vista pada tapak berupa kolam dengan latar belakang lahan
pertanian dan bukit
55

Gambar 20 Kualitas visual di luar dan di dalam tapak


56

Suara desiran angin, gemerisik daun yang bergesekan dan gemercik air
memberikan nuansa alam yang nyaman pada tapak. Potensi tersebut dapat
menjadi atraksi pendukung sehingga perlu dibentuk dan dikembangkan dengan
menyediakan ruang dan fasilitas bagi pengunjung untuk menikmatinya. Utilitas

4.2.1.9. Utilitas

Kebutuhan konsumsi listrik BPBI Ciherang diperoleh dari supply listrik


PLN dengan jaringan dan distribusi terbuka menggunakan tiang listrik sebagai
jalur utama. Jaringan kabel yang mendistribusikan listrik ke fasilitas dan
bangunan-bangunan tidak teratur dan mengganggu pandangan. Keberadaanya
perlu penataan dan jika memungkinkan mengubah sistem jaringan kabel atau
listrik tersebut menjadi sistem jaringan tertutup, berada di bawah permukaan
tanah. Demikian juga hal tersebut terjadi pada jaringan telepon dan instalasinya.
Sarana penerangan hanya terletak pada jalan utama, bangunan dan
fasilitas penunjang budidaya, sehingga areal perkolaman hampir gelap pada
malam hari secara keseluruhan. Dari segi keamanan, keberadaan sarana
penerangan sangat diperlukan, mengingat bahwa tapak merupakan tempat
pengembangan benih ikan dan pemeliharaannya yang sangat rawan oleh
pencurian. Disamping itu dengan dikembangkannya tapak sebagai suatu obyek
wisata, maka kebutuhan penerangan sangat penting untuk melayani penggunaan
tapak pada malam hari. Dari segi estetis, perancangan tata letak, jenis
pencahayaan dan bentuk arsitektur sarana penerangan yang dikombinasikan
dengan struktur bangunan, areal perkolaman, topografi dan pemandangan di
sekitar dapat menjadi suatu atraksi tersendiri pada tapak yang dapat menjadi
daya tarik penggunjung. Perancangan sarana penerangan tersebut meliputi
jaringan listrik dan memperhatikan utilitas lain serta sistem jaringan distribusi air.
Pengelolaan sampah dan limbah lainnya, baik dari kegiatan budidaya
ikan, ataupun rumah tangga belum memiliki sistem pengelolaan yang baik, hal ini
dapat dilihat dengan belum adanya tempat pembuangan sampah sementara
(TPS) untuk menampung sampah-sampah yang terkumpul sebelum dibawa ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah yang dihasilkan dibuang pada
tempat yang tersembunyi dibelakang bangunan, misalnya di belakang guest
house dan hatchery yang berada di sebelah timurnya (Gambar 20). Sampah
57

menjadi permasalahan penting yang berdampak buruk dan mengganggu


terhadap sanitasi lingkungan serta estetika tapak secara visual. Dengan
demikian diperlukan suatu sistem pengelolaan sampah dan limbah yang
terintegrasi dengan kegiatan budidaya, pemeliharaan lingkungan dan rumah
tangga.Limbah cair dari kegiatan rumah tangga telah memiliki septictank dan
saluran pembuangan yang berakhir di sungai kecil yang berada di sekitar tapak,
meski demikian sistem tersebut sangat pendek sehingga ramah lingkungan.
Sistem pembuangan limbah cair yang baik dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 21 Sampah yang dibuang di belakang hatchery

Gambar 22 Sistem pembuangan limbah cair dari rumah tangga (Chiara, 1997)
58

Adanya fungsi rekreasi yang akan dikembangkan pada tapak


memerlukan adanya sarana dan utilitas pengelolaan sampah tambahan dengan
penyediaan TPS. Penentuan lokasi tempat peletakan TPS pada tapak
didasarkan pada tingkat intensitas aktivitas, sehingga penentuan jumlahnya
disesuaikan dengan intensitas pengguna di tiap ruangnya. Peletakan TPS harus
mudah dilihat dan dijangkau pengguna seperti di tepi jalur sirkulasi, dekat shelter
dan bangku taman, di pusat pelayanan, dan di pusat aktivitas pengunjung.

4.2.2. Aspek Sosial

Data aspek sosial tapak yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi: 1)


kependudukan; 2) pola pemukiman; dan 3) pengunjung.

4.2.2.1. Kependudukan

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang termasuk dalam


wilayah Kabupaten Cianjur yang memiliki jumlah penduduk 2.041.131 jiwa
dengan kepadatan penduduk 685,53 jiwa/Km dan tingkat pertumbuhan
penduduk 1,57 % per tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur terbagi atas
1.119.274 orang laki-laki dan 1.004.480 orang perempuan (Bapeda, 2004).
Dalam ruang lingkup administratif yang lebih kecil BPBI Ciherang
termasuk ke dalam wilayah desa Ciputri. Jumlah penduduk desa Ciputri pada
tahun 2003 adalah 8.471 jiwa (Monografi Desa Ciputri, 2003). Mayoritas
penduduknya beragama islam dan bermatapencaharian sebagai petani dan
wiraswasta. Penduduk yang tinggal di sekitar tapak merupakan bagian dari
warga RT 01/RW 02, Desa Ciputri. Penduduk yang bermukim dekat dengan
tapak berjumlah 62 orang yang tebagi ke dalam 14 keluarga, sedangkan warga
RT 01/RW 02 lainnya tersebar dan kebanyakan tinggal di seberang jalan raya
Cipanas. Seluruh penduduk yang berada di sekitar tapak beragama islam dan
sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan 4 orang bekerja sebagai
tenaga kontrak tidak tetap di BPBI Ciherang. Adanya penduduk yang bermukim
disekitar tapak merupakan keuntungan, karena nantinya tenaga kerja untuk
pemeliharaan lingkungan/tapak akan mudah diperoleh. Tetapi dengan
dikembangkannya tapak sebagai obyek wisata secara tidak langsung akan
membatasi aksesibilitas penduduk sekitar terhadap tapak, sehingga nantinya
perlu direncanakan akses dan jalur sirkulasi bagi penduduk sekitar, khususnya
yang bekerja di BPBI Ciherang.
59

4.2.2.2. Pola Pemukiman Penduduk Sekitar

Pemukiman di sekitar tapak berada di sebelah timur laut tapak (Gambar


22). Pola pemukimannya tidak teratur dan hampir semua rumah menghadap ke
arah tapak. Sejauh ini keberadaanya tidak mengganggu secara fisik terhadap
kegiatan budidaya yang berlangsung di BPBI Ciherang meski dibeberapa lokasi
tidak terdapat pagar pembatas. Untuk rencana pengembangan tapak sebagai
obyek wisata nantinya, keberadaaan pemukiman tersebut perlu mendapatkan
penataan atau dengan menyamarkan keberadaannya dengan pembuatan pagar
semi masif atau screen.

Gambar 23 Pemukiman penduduk di sekitar BPBI Ciherang. Kondisi


pemukiman penduduk sekitar (Kiri); Kurangnya pagar pembatas
antara pemukiman dengan BPBI Ciherang (Kanan)

4.2.2.3. Pengunjung

Selama tahun 2005 pengunjung yang tercatat datang ke BPBI Ciherang


cukup bervariasi dengan tujuan berbeda-beda yakni sebanyak 590 orang.
Pengunjung yang datang ke BPBI Ciherang sebagian besar dalam rangka
kegiatan dinas, studi dan penelitian. Jumlah kunjungan tiap tahunnya tidak begitu
banyak. Diharapkan dengan adanya fungsi tambahan tapak sebagai obyek
wisata dapat meningkatkan jumlah pengunjung dengan tujuan bervariasi. Lebih
rinci mengenai karakterisrik dan motivasi kunjungan ke BPBI Ciherang dapat
dilihat dalam Tabel 10.
Keragaman kegiatan wisata/rekreasi merupakan hal yang penting untuk
menghidupkan kawasan sebagai obyek agrowisata agar tetap dikunjungi secara
berkesinambungan. Oleh karena itu perlu adanya penyusunan rancangan
program dan kegiatan yang terpadu di BPBI Ciherang untuk meningkatkan minat
pengunjung, khususnya wisatawan. Program tersebut berkaitan dengan kegiatan
budidaya, misalnya pemanenan; kegiatan terpadu dengan dinas pusat dan
cabang lainnya, misalnya kegiatan pelatihan, pameran, lokakarya dan seminar;
60

ataupun kegiatan lainnya yang bersifat teknis budidaya untuk masyarakat petani
di sekitar BPBI Ciherang.

Tabel 10 Kunjungan tamu ke BPBI Ciherang tahun 2005


No. Kelompok Pengunjung Jumlah (orang) Tujuan

1. Dinas 220 Pembinaan


Observasi
Informasi Teknis
Studi banding
2. Mahasiswa/Pelajar 120 Magang
PKL
Kunjungan
Penelitian
3. Aparat Pemerintahan 100 Survey
Informasi teknis
Koordinasi
Studi banding
Supervisi
Rapat
4. Lain-lain 150 Kunjungan
Transaksi benih ikan
Sumber: Evaluasi kegiatan 2005 BPBI Ciherang.

4.3. Sintesis

Hasil analisis elemen tapak, berupa data biofisik dan sosial diklasifikasikan
ke dalam potensi dan kendala untuk memperoleh alternatif-alternatif solusi untuk
mengoptimalkan potensi yang ada dan untuk mengatasi masalah yang menjadi
kendala dalam pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Hasil
analisis dan sintesis data dapat dilihat dalam Tabel 11 berikut.

Tabel 11 Hasil analisis dan sintesis


Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala

A. Data Biofisik
1. Letak, Luas dan Merupakan pusat Letaknya berada pada Pengembangan potensi
aksesiblitas pengembangan teknis tikungan dan masuk ke tapak menjadi obyek
pembenihan ikan hias air dalam sehingga agrowisata, sebagai
tawar yang cukup luas keberadaannya agak alternatif tujuan wisata
dengan bentang alam sedikit tertutupi dan tidak Perlu adanya pelebaran
pertanian dan begitu menonjol jalan masuk dan pintu
pegunungan yang gerbang yang menarik.
menarik disekelilingnya Diperlukan juga papan
Luasannya masih dapat informasi penanda dan
dikembangkan karena penunjuk obyek
lahan disekelilingnya
merupakan tanah negara
Letaknya strategis,
terletak di jalan raya
Cipanas yang
merupakan jalur
Bopunjur dan merupakan
61
(Lanjutan Tabel 11)
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
salah satu jalur yang
menghubungkan Ibu
Kota Negara, Jakarta
dengan Ibu Kota Provinsi
Jawa Barat, Bandung.
Jalur ini dapat dilalui
semua jenis kendaraan,
baik pribadi maupun
umum sehingga mudah
dicapai

2. Tata guna lahan Sebagian besar Lahan yang belum Mengoptimalkan tata
pemanfaatan lahan dimanfaatkan letaknya guna lahan yang telah
berupa areal perkolaman menyebar dengan luasan ada pada tapak sebagai
dan areal bangunan yang yang tidak terlalu besar rangkaian view atau
merupakan penunjang Pola peyebaran kolam panorama yang menarik
view atau panorama di tidak teratur dan kurang dalam obyek agrowisata
sekeliling tapak tertata Penataan ruang dengan
Masih banyak luasan menyesuaikan fungsi,
lahan yang belum kebutuhan, dan
dimanfaatkan. ketersediaan lahan
Meletakan pusat-pusat
aktivitas (node) atau
fasilitas yang menyebar,
sesuai ketersediaan lahan
Penataan kembali kolam,
termasuk sirkulasi dan
distribusi airnya dengan
memperhatikan fungsi/
peruntukan kolam,
topografi, ketersediaan
lahan serta
keberlangsungan kegiatan
budidaya dan
pemeliharaan ikan

3. Tanah Jenis tanah podsolik Kedalaman efektif yang Untuk penanaman


merah kuning/ Andic kurang ideal (<75 cm) tanaman perlu dilakukan
kandiudults (soil Tingkat kesuburan yang pemupukan lengkap
taxonomy) pada rendah Perlu adanya perbaikan
kemiringan datar sampai Memiliki kadar logam dan pengawetan
sedang cukup stabil dan besi (Fe) yang cukup (konservasi) tanah untuk
dapat dikembangkan tinggi tanah dalam keadaan
sebagai daerah wisata Struktur tanah tidak terbuka, tanpa naungan
begitu mantap ataupun penutup tanah
Porositas dan erosivitas Untuk pembangunan
tinggi struktur dan konstruksi
dilakukan pemadatan
tanah yang baik dan
pembuatan pondasi
dengan kedalaman yang
cukup
Perlu adanya sistem
penutupan tanah baik
berupa softscape ataupun
perkerasan yang aman
dan nyaman serta
penyediaan saluran
drainase yang baik

4. Topografi Bentukan topografi dan Terdapat dengan Teknik konservasi tanah


elevasi yang bervariasi kemiringan curam daerah (retainig wall) dapat
dan memiliki area erosi ringan pada tapak dilakukan untuk
dengan elevasi yang mengurangi tingkat
lebih tinggi dari bahaya dan kerusakan
lingkungan sekitarnya tanah pada area patahan
merupakan potensi atau lahan dengan
estetika secara visual kemiringan curam untuk
menahan erosi
Pembuatan tangga dan
62
(Lanjutan Tabel 11)
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
ramp untuk area yang
merupakan jalur sirkulasi
dengan kemiringan >15%
Perlu dibangun ruang
dengan fasilitas untuk
menikmati pemandangan
sekitar

5. Hidrologi dan Sumber air cukup dan Kadar besi (Fe) cukup Adanya perlakuan filtrasi
hidrografi memadai untuk tinggi. (purify) air tanah sehingga
memenuhi kebutuhan Air permukaan telah kualitas air layak dan
budidaya maupun banyak tercemar oleh aman dikonsumsi
konsumsi bahan-bahan kimia yang Adanya perlakuan
Sistem distribusi air berasal dari pupuk dan penyaringan air
sudah cukup baikuntuk pestisida yang digunakan permukaan yang melalui
kefiatan budidaya dan oleh kegiatan pertanian bak/kolam pengendapan
konsumsi air bak/kolam filter
Kualitas air permukaan bak/kolam tandon
dan tanah termasuk sebelum didistribusikan ke
dalam golongan B kolam-kolam

6. Iklim Kondisi iklim pada tapak Intensitas penyinaran Penggunaan peneduh,


berada dalam kondisi dan curah hujan yang baik pohon ataupun
yang nyaman (THI <27) tergolong tinggi struktur sebagai fasilitas
sangat menguntungkan Masih banyak terdapat naungan dari hujan dan
untuk pengembangan area yang tidak ternaungi penyinaran yang tinggi
tapak sebagai obyek sehingga mendapat dengan memperhatikan
wisata penyinaran penuh letak dan orientasi kolam
Fluktuasi suhu ekstrim Tidak banyak terdapat karena kolam-kolam ikan
O
sampai 14 C vegetasi peneduh memerlukan penyinaran
mengganggu proses penuh
pemijahan dan bahkan Penggunaan sistem
membahayakan larva- penutupan lahan
larva ikan (perkerasan, vegetatif)
dan sistem drainase yang
baik
Perlu adanya pemanas
(pengontrol suhu) untuk
kolam pemijahan dan
larva-larva ikan

7. Vegetasi Tidak terdapat vegetasi Keanekaragaman Penataan vegetasi untuk


yang khusus dan vegetasi rendah pengembangan tapak
dilindungi sehingga dapat Vegetasi menyebar dan sebagai obyek wisata
dilakukan penggantian tidak tertata dengan mengacu pada
atau menghilangkan fungsi dan ruang yang
vegetasi pada tapak akan dikembangkan

8. Kualitas visual Bentangan alam berupa Tidak adanya fasilitas Perlu dibangun ruang
dan akustik hamparan lahan untuk menikmati dengan fasilitas untuk
pertanian dengan latar pemandangan sekitar menikmati pemandangan
belakang bukit ditambah sekitar
dengan areal perkolaman
dengan ikan hias
memantulkan bayangan
lingkungan dan langit
merupakan potensi
merupakan potensi
estetika secara visual
yang dapat
dikembangkan menjadi
suatu atraksi
Suara desiran angin,
gemerisik daun yang
bergesekan dan
gemercik air memberikan
nuansa alam yang
nyaman pada tapak
63
(Lanjutan Tabel 11)
Analisis
Data Sintesis
Potensi Kendala
9. Utilitas Kebutuhan listrik Kurangnya sarana Membangun/ menambah
dipenuhi oleh pasokan penerangan di areal sarana penerangan
dari PLN, dapat perkolaman Menata sistem jaringan
dilakukan penambahan Jaringan kabel (listrik dan kabel (listrik dan telpon)
daya telpon) yang kurang Mengembangkan sistem
Terdapat jaringan tertata mengganggu pengelolaan sampah dan
telekomunikasi pandangan limbah terpadu untuk
Tidak memiliki sistem kegiatan budidaya dan
pengelolaan sampah dan konsumsi
limbah yang baik

B. Data Sosial
1. Kependudukan Adanya penduduk Pengembangan tapak Perlu direncanakan akses
disekitar tapak sebagai obyek dan jalur sirkulasi bagi
merupakan potensi untuk agrowisata akan penduduk sekitar
tenaga kerja membatasi akses
pemeliharaan penduduk terhadap tapak
lingkungan/tapak

2. Pola Pemukiman Pemukiman berada di Pola pemukimannya Penataan pemukiman


luar tapak tidak teratur sekitar
Dibeberapa lokasi tidak Menutupi atau
terdapat pagar pembatas menyamarkan
keberadaan pemukiman

3. Pengunjung Adanya kunjungan rutin Jumlah kunjungan tidak Penyusunan rancangan


dari dinas terlalu banyak tiap program dan kegiatan
Tapak sering dijadikan tahunnya yang terpadu di BPBI
tempat magang dan Kurangnya fasilitas yang Ciherang untuk
penelitian mendukung kegiatan meningkatkan minat
Tapak merupakan pengunjung baik pengunjung, khususnya
tempat pelatihan teknis kegiatan dinas, budidaya, wisatawan
budidaya ikan hias air magang/ penelitian Rehabilitasi sarana dan
tawar ataupun nantinya prasarana yang telah ada
Tapak merupakan kegiatan rekreasi Membangun fasilitas
tempat kegiatan Kondisi sarana dan pendukung kegiatan
transaksi jual-beli ikan prasarana yang ada rekreasi
hias air tawar kurang baik
Guest house sering
disewa dan dimanfaatkan
wisatawan

4.4. Konsep Perencanaan Pengembangan BPBI Ciherang

4.4.1. Konsep Dasar

Konsep dasar pengembangan BPBI Ciherang adalah pusat


pengembangan benih ikan hias air tawar yang mendukung kegiatan wisata
sehingga dapat menjadi obyek agrowisata berbasis perikanan air tawar. Dengan
konsep tersebut diharapkan BPBI Ciherang menjadi suatu tapak yang mampu
mengakomodir kebutuhan ruang untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar dan
pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada
tapak tersebut.
Pengelolaan maupun pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek
wisata harus mampu memberikan manfaat bagi BPBI Ciherang sendiri ataupun
64

pengunjung tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam


konsep pengembangan BPBI Ciherang dikembangkan beberapa fungsi, yaitu
fungsi budidaya, wisata, pendidikan, dan ekonomi.
Fungsi Budidaya, merupakan fungsi awal BPBI Ciherang sebagai
tempat pengembangan benih ikan hias air tawar. Fungsi ini dikembangkan untuk
meningkatkan produksi dan keragaman jenis koleksi ikan hias air tawar yang
merupakan salah satu atraksi wisata. Tiap tahunnya BPBI Ciherang mempunyai
target produksi, diharapkan dengan fungsi ini dapat terjadi peningkatan produksi.
Hal ini dapat dicapai dengan perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana,
penerapan teknologi terkini dan modern untuk kegiatan budidaya dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Fungsi Wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata yang
dituangkan dalam perencanaan ruang, sirkulasi, dan aktivitas wisata dengan
fasilitas penunjangnya. Fungsi ini bersifat komersil yang berorientasi pada
keuntungan ekonomi dan lebih ditekankan pada pemenuhan kepuasan
pengunjung dengan kegiatan pelayanan.
Fungsi Pendidikan, berkaitan dengan pengembangan teknologi
pembenihan ikan, terutama ikan hias air tawar. Pengembangan teknologi
tersebut dapat berupa pengenalan pengunjung/pengguna terhadap kegiatan
perikanan, khususnya perikanan ikan hias air tawar, baik itu pengenalan jenis,
kegiatan budidaya yang bersifat teknis dan teoritis mulai dari pembenihan sampai
kegiatan pemanenan dan penanganan pasca panen. Tapak yang dikelilingi lahan
pertanian, khususnya pertanian hortikultur merupakan potensi yang dapat
dikembangkan untuk kegiatan rekreasi yang bersifat edukatif di luar tapak, di
lahan pertanian tersebut. Fungsi ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang
bersifat edukatif seperti pelatihan, seminar, pameran, dan outbond di areal
pertanian setempat.
Fungsi Ekonomi, merupakan fungsi yang merupakan tujuan dari fungsi-
fungsi lain yang dikembangkan. Dari fungsi-fungsi lainnya yang dikembangkan
diharapkan menghasilkan keuntungan ekonomi sehingga kegiatan budidaya dan
aktivitas wisata dapat berkesinambungan dan berkembang. Disamping menjadi
pusat pembenihan dan rekreasi BPBI Ciherang juga dikembangkan sebagai
tempat transaksi penjualan ikan hias air tawar yang dapat mendatangkan
keuntungan. Hal ini tentunya harus disertai dengan peningkatan produksi. Dari
kegiatan rekreasi tentu saja akan mendatangkan keuntungan yang datangnya
65

dari pengunjung, sedangkan dari kegiatan yang bersifat edukatif keuntungan


merupakan prioritas kedua setelah tujuan kegiatan tersebut tercapai.

4.4.2. Pengembangan Konsep

Mempertimbangkan berbagai kondisi dan potensi yang telah dipaparkan


pada sub bab sebelumnya, konsep pengembangan BPBI Ciherang dilakukan
berdasarkan kondisi sumberdaya wisata (resources based tourism). Sumberdaya
wisata ini secara garis besar terdiri dari potensi alam dan potensi budidaya
perikanan. Sumberdaya wisata ini selanjutnya dikelola menjadi suplai wisata
(tourism supply) dengan cara pengembangan aktivitas wisata dan menyusun
waktu kunjungan optimal.

4.4.2.1. Suplai Wisata

Wisata merupakan sebuah sistem yang dapat berjalan dengan baik jika
bagian-bagian dari sistem tersebut berfungsi secara efisien dan
berkesinambungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Untuk itu,
dalam pengembangan wisata pada umumnya perlu memperhatikan fungsi
suplai. Suplai wisata mencakup seluruh pengembangan fisik dan program yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pengunjung. Secara garis
besar, suplai wisata mencakup aspek atraksi, fasilitas dan pelayanan,
transportasi, informasi dan promosi (Gunn, 1997).
Atraksi wisata utama BPBI Ciherang yang dikembangkan adalah koleksi
ikan hias air tawar, atraksi ini dikemas dalam bentuk wisata yang bersifat
interpretatif. Atraksi lain yang mendukung atraksi utama adalah pemandangan di
dalam dan di luar tapak, pengembangan kolam untuk budidaya ikan konsumsi
(ikan mas), serta kegiatan pertanian hortikultur disekitar tapak. Atraksi
pendukung yang dikembangkan tersebut bersifat rekreatif dan edukatif.
Untuk menikmati atraksi-atraksi tersebut dikembangkan fasilitas
penunjang. Fasilitas tersebut terkait dengan aspek jenis/fungsi, jumlah, lokasi
(peletakan yang tidak mengganggu kegiatan budidaya dan visual), kualitas yang
memenuhi standar universal dan disain yang peka terhadap kondisi alam.
Dengan rancangan yang unik dan peletakan yang tepat tidak menutup
kemungkinan bahwa fasilitas yang dikembangkan menjadi suatu atraksi
tersendiri.
BPBI Ciherang berada di lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang
tinggi sehingga untuk mencapainya sangat mudah dengan berbagai jenis alat
66

transportasi, baik kendaraan pribadi ataupun umum. Hal yang perlu mendapat
perhatian adalah fasilitas untuk parkir kendaraan. Hal ini berkaitan dengan
kapasitas, daya tampung dan jenis kendaraan.
Dengan berkembangnya tapak sebagai obyek agrowisata, perlu adanya
informasi yang memberitahukan keberadaan BPBI Ciherang, baik sebelum tiba di
lokasi maupun ketika berada di dalam lokasi. Beragamnya karakter pengunjung
sasaran yang memiliki latar belakang dan pengalaman berwisata yang berbeda-
beda perlu diantisipasi dengan penyediaan informasi yang lengkap, jelas dan
mudah diperoleh, agar mereka memiliki gambaran yang lebih jelas tentang
wisata dan kegiatan lainnya yang ditawarkan di BPBI Ciherang sebelum mereka
melakukan kunjungan. Untuk tujuan tersebut, maka pengelola dapat
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media komunikasi dan bekerja
sama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan perikanan dan
kepariwisataan. Kegiatan tersebut sekaligus merupakan promosi BPBI Ciherang
sebagai obyek agrowisata. Dengan adanya promosi diharapkan dapat menarik
pengunjung untuk mengunjungi BPBI Ciherang. Beberapa usaha yang dapat
dilakukan untuk kepentingan tersebut, yaitu: mengikuti berbagai pameran, baik
yang berkaitan dengan perikanan ataupun wisata dan publikasi melalui media
massa (televisi, radio, internet, leaflet, dsb).

4.4.2.2. Pengembangan Aktivitas

Pengembangan aktivitas rekreasi merupakan teknik untuk mendukung


terbentuknya apresiasi terhadap ikan hias air tawar dan pertanian secara luas.
Keragaman aktivitas rekreasi merupakan hal utama untuk dalam menghidupkan
kawasan sebagai obyek agrowisata agar tetap dikunjungi secara
berkesinambungan. Pengembangan aktivitas rekreasi didasarkan pada potensi
sumberdaya yang dimiliki BPBI Ciherang, yaitu potensi sumberdaya alam berupa
pemandangan dan lahan pertanian disekitar tapak serta potensi budidaya
perikanan berupa keanekaragaman koleksi jenis ikan hias air tawar, areal
perkolaman dengan tata letak dan sistem distribusi air, dan teknik budidaya ikan
hias. Disamping aktivitas rekreasi, aktivitas lainnya yang berhubungan dengan
BPBI Ciherang sebagai UPTD Perikanan Provinsi Jawa Barat tetap diakomodasi
dan dikembangkan, baik secara terpisah ataupun menjadi suatu rangkaian
dengan aktivitas rekreasi.
Aktivitas yang dikembangkan di BPBI Ciherang dibedakan menjadi dua
jenis aktivitas rekreasi, yaitu aktivitas rekreasi aktif dan pasif. Aktivitas rekreasi
67

aktif membutuhkan banyak energi untuk melakukan kegiatannya, sedangkan


rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk
menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya
memerlukan energi sedikit (Laurie,1986).
Dalam konsep pengembangan aktivitas aktif dilakukan pengembangan
budidaya ikan konsumsi sehingga pengunjung bisa memancing dan mengolah
hasil pancingan. Hal ini didukung oleh tersedianya lahan berupa kolam dan
program dari dinas perikanan yang menunjuk BPBI Ciherang untuk
membudidayakan ikan mas. Dari segi fungsi pendidikan aktivitas rekreasi aktif
melibatkan pengunjung secara langsung dalam aktivitas budidaya ikan hias, dari
mulai pemijahan sampai penanganan pasca panen ataupun kegiatan pertanian
disekitar tapak. Pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan ikan
hias dan pertanian sekitar tapak diperoleh melalui melalui komunikasi interaktif
dengan pengelola ataupun petani langsung. Aktivitas pasif yang direncanakan
merupakan aktivitas yang lebih bersifat rekreatif. Nilai pendidikan diperoleh
pengunjung melalui pengamatan dan pemahaman yang dilakukannya sendiri.
Berikut adalah Tabel 12 yang menunjukan jenis dan bentuk akrifitas yang
dikembangkan berdasarkan potensi BPBI Ciherang.

Tabel 12 Jenis dan bentuk aktivitas berdasarkan potensi BPBI Ciherang

No Potensi Tapak Jenis Aktivitas Bentuk Aktivitas


1. Sumberdaya Alam Aktif Berjalan-jalan menjelajahi areal
pertanian (Outbond)
Mengikuti kegiatan pertanian di
sekitar tapak
Pasif Istirahat
Duduk-duduk
Photo hunting
Membeli hasil pertanian setempat
2. Budidaya Perikanan Aktif Studi (penelitian, magang/PKL,
pelatihan)
Kunjungan dinas (observasi,
survey, koordinasi, rapat, studi
banding, supervisi, seminar,
pelatihan, pembinaan teknis, dsb)
Memancing ikan konsumsi
Mengolah hasil pancingan
(Barbeque)
Pameran dan eksebisi hasil
perikanan, terutama ikan hias. Baik
tingkat daerah ataupun nasional.
Kompetisi ikan hias, baik tingkat
daerah ataupun nasional.
Pasif Mengamati ikan hias (Fish
watching)
68
(Lanjutan Tabel 12)
No Potensi Tapak Jenis Aktivitas Bentuk Aktivitas
Memberi makan ikan (Fish feeding)
Photo hunting
Membeli ikan hias

Pengembangan guest house dan asrama untuk kegiatan wisata dapat


mendukung pengembangan BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Dengan
perbaikan, rehabilitasi dan penyesuaian kapasitas, fasilitas tersebut diharapkan
dapat mengakomodir aktivitas pada malam hari yang mengharuskan pengunjung
untuk menginap ataupun pengunjung yang sengaja ingin bermalam di BPBI
Ciherang.

4.4.2.3. Waktu Kunjungan

Pengaturan waktu kunjungan yang terencana dengan baik selain


mempermudah pengelolaan sumber daya wisata dan pengunjung, juga dapat
meningkatkan kepuasan pengunjung. Dari aspek budidaya, pengaturan waktu
kunjungan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan budidaya, agar
kegiatan kunjungan, khususnya wisata tidak mengganggu proses pembenihan.
Berkunjung ke tapak pada saat yang tepat, sesuai dengan dengan
motivasi pengunjung dan mendapatkan atraksi yang diharapkan, maka
pengunjung diharapkan mendapatkan pengalaman berwisata yang
menyenangkan dan berkesan sebagai indikator tercapainya kepuasan
pengunjung.
Pengaturan waktu kunjungan mempertimbangkan beberapa faktor yang
berkaitan dengan karakteristik pengunjung, kegiatan budidaya, dan aktivitas
pertanian sekitar tapak. Berdasarkan karakteristik pengunjung yang menjadi
sasaran wisata BPBI Ciherang, waktu kunjungan dipengaruhi usia dan motivasi
kunjungan. Usia secara garis besar dibedakan atas pengunjung usia sekolah
yang cenderung mengisi kegiatan rekreatif pada musim liburan sekolah, dan
dewasa yang cenderung berkunjung pada akhir pekan atau pada hari raya.
Motivasi pengunjung secara garis besar terbagi atas kunjungan yang bersifat
rekreatif, edukatif, minat khusus, dan kepentingan dinas. Usia dan motivasi
pengunjung nantinya akan menentukan pengaturan waktu dan lamanya
kunjungan.
69

Tabel 13 Waktu dan motivasi kunjungan berdasarkan bentuk aktivitas yang


dikembangkan di BPBI Ciherang.
No Bentuk Aktivitas Waktu Kunjungan Motivasi Kengunjung
1. Berjalan-jalan Setiap saat Rekreatif
menjelajahi areal Akhir pekan Edukatif
pertanian (Outbond) Sesuai dengan musim
tanam atau panen
2. Mengikuti kegiatan Setiap saat Rekreatif
pertanian di sekitar Akhir pekan Edukatif
tapak Sesuai dengan musim
tanam atau panen
3. Istirahat Setiap saat Rekreatif
Akhir pekan
4. Duduk-duduk Setiap saat Rekreatif
Akhir pekan
5. Photo hunting Setiap saat Rekreatif
Akhir pekan Edukatif
Sesuai dengan jadwal Minat khusus
kegiatan lainnya
6. Membeli hasil Setiap saat Minat khusus
pertanian setempat Akhir pekan
Sesuai dengan musim
panen
7. Studi Sesuai dengan jadwal studi Edukatif

8. Kunjungan dinas Sesuai dengan jadwal Kunjungan dinas


Kegiatan dinas
9. Memancing dan Setiap saat Rekreatif
mengolah hasil Akhir pekan
pancingan
(Barbeque)konsumsi
10. Pameran dan eksebisi Sesuai dengan jadwal Minat khusus
hasil perikanan kegiatan pameran* Edukatif
11. Kompetisi ikan hias Sesuai dengan jadwal Minat khusus
kegiatan kompetisi*
12. Mengamati ikan hias Setiap saat Rekreatif
(Fish watching) Akhir pekan Edukatif
Di luar waktu rawan untuk Minat khusus
kunjungan**
13. Memberi makan ikan Setiap saat Rekreatif
(Fish feeding) Akhir pekan
Di luar waktu rawan untuk
kunjungan**
14. Membeli ikan hias Setiap saat Minat khusus
Akhir pekan
Sesuai dengan musim
panen
Keterangan : * Jadwal ditentukan pengelola dan dinas
** Waktu rawan kunjungan merupakan kebijakan pengelola untuk keberlangsungan
kegiatan budidaya, misalnya waktu pemijahan
70

4.4.2.4. Penataan Lanskap

Pengembangan konsep untuk penataan lanskap BPBI Ciherang


diwujudkan melalui rencana pengembangan ruang, sirkulasi, tata hijau, dan
fasilitas. Tujuannya adalah untuk mengakomodir semua fungsi yang
dikembangkan pada tapak.

4.4.2.4.1. Rencana Ruang

Perencanaan ruang ditujukan untuk menunjang kegiatan budidaya dan


wisata pada tapak. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan tujuan
pengembangan tapak tersebut sehingga terbentuk ruang budidaya dan ruang
wisata.
Ruang Budidaya, terdiri atas Ruang Budidaya Intensif dan Ruang Budidaya
Non intensif. Ruang budidaya intensif merupakan ruang kegiatan pembenihan
ikan hias yang intensif dan sangat sensitif terhadap terhadap gangguan. Ruang
ini menampung kegiatan pemijahan, perawatan telur, dan pembesaran anakan
sampai siap untuk dilepaskan di kolam. Kegiatan ini biasanya dilakukan di dalam
hatchery. Hatchery di BPBI Ciherang merupakan indoor hatchery sehingga
kegiatan budidaya intensif dapat berlangsung tanpa gangguan dari luar. Adanya
ruang pengamatan di dalam indoor hatchery memungkinkan pengunjung untuk
dapat mengamati kegiatan pemijahan dan perawatan telur, ataupun mengamati
koleksi ikan hias yang terdapat di dalam indoor hatchery. Ruang budidaya non
intensif merupakan ruang kegiatan pembenihan yang tidak intensif. Ruang ini
meliputi kegiatan pemeliharaan dan pembesaran ikan hias yang biasanya
dilakukan dikolam ikan diluar ruangan. Ruang budidaya non intensif dapat
digunakan untuk kegiatan wisata karena tingkat toleransinya tinggi terhadap
gangguan.
Ruang Wisata, merupakan ruang yang direncanakan untuk
meangakomodasi aktivitas rekreasi dan kebutuhan pengguna. Ruang ini terdiri
dari ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Ruang Penerimaan merupakan
ruang yang berfungsi sebagai tempat penerimaan dan regristrasi pengunjung.
Terletak di bagian paling depan tapak yang terdiri dari jalan menuju gerbang
sampai gerbang. Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan yang sifatnya melayani semua kebutuhan pengunjung, baik
berupa barang maupun jasa. Ruang ini tersebar di dalam tapak menyesuaikan
71

dengan ketersediaan peruntukan lahan. Meskipun aktivitas rekreasi yang


dikembangkan ada yang berada di luar tapak tetapi ruang dan fasilitas
pendukungnya tetap berada di dalam tapak. Hal ini merupakan teknik
pengelolaan pengunjung dengan pengendalian dan pembatasan.
Ruang Penyangga, ruang ini ditujukan untuk melindungi ruang budidaya
dan ruang wisata dari aktivitas negatif masyarakat dan aktivitas berlebih
pengunjung. Fungsi lainnya adalah sebagai ruang konservasi tanah dan air
terutama di area-area yang rawan dan berbahaya seperti lahan dengan
kemiringan yang curam di sekitar pematang kolam. Dalam tapak ruang ini dapat
berupa tanaman, pagar pembatas, dan retaining wall. Berikut adalah diagram
konsep perancanaan ruang yang menggambarkan hubungan antar ruang-ruang
yang direncanakan.

Ruang Budidaya

Ruang Wisata

Keterangan

Ruang Budidaya Intensif Ruang Wisata Penerimaan


Ruang Budidaya Non Intensif Ruang Wisata Pelayanan
Ruang Penyangga

Gambar 24 Diagram konsep perencanaan ruang

4.4.2.4.2. Rencana Sirkulasi

Perencanaan sirkulasi bertujuan untuk mengatur penyebaran dan


pergerakan pengunjung. Pola sirkulasi yang direncanakan dalam tapak berfungsi
72

sebagai penghubung antar ruang yang direncanakan pada tapak atau dalam
ruang itu sendiri secara fungsional. Pola yang diterapkan untuk sikulasi adalah
pola memutar (loop). Penggunaan pola tersebut bertujuan agar pengunjung
dapat mengunjungi dan menikmati semua obyek atau atraksi yang
dikembangkan pada tapak.
Bentuk jalur sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi dua tipe jalur
sirkulasi, yaitu jalur sikulasi kendaraan dan pejalan kaki.
Jalur sirkulasi kendaraan dimulai dari akses utama memasuki tapak
yang terhubung langsung dari jalan raya dan berakhir di area parkir yang cukup
luas, yaitu 486 m2, terletak di sekitar guest house.
Jalan eksisting pada jalur ini merupakan jalan beraspal kelas IV yang
dapat dilalui kendaraan bemotor dengan beban maksimum 2 ton (Gambar 26).
Kondisi jalan masuk masih bagus dengan lebar jalan bervariasi antara 3-4 m.
Dengan lebar tersebut jalan ini tidak cukup untuk dilalui dua jalur kendaraan
sehingga perlu adanya pelebaran jalan dengan lebar jalan ideal untuk dua jalur
kendaraan yaitu 5-6 m. Disamping pelebaran jalan dilakukan penambahan pola
garis pada aspal yang mengikuti garis-garis arsitektur bangunan untuk
memperindah jalur sirkulasi kendaraan. Penambahan elemen pencahayaan juga
dilakukan untuk menerangi jalan dan mempertegas pola-pola yang dibentuk pada
jalan.

Lapisan aspal panas / prime coat


Lapisan batu split 1/2 t.2-3cm
Lapisan batu 3/4 - 2/3 t.2-3cm
Kanstin Lapisan batu susun 5/7 t.10-15cm Batu pengunci
Lapisan tanah yang dipadatkan 10/15 cm
0.00
Bahu jalan 2% 2%
Bahu jalan

3-4 m

Gambar 25 Penampang tipikal jalan kelas IV

Jalur pejalan kaki, direncanakan sebagai jalur yang menghubungkan


antar ruang dan di dalam ruang pada tapak. Jalur ini diperuntukan hanya untuk
pejalan kaki dan lebih berfungsi untuk mengatur penyebaran pengunjung.
Sebagai jalur yang menghubungkan antar ruang dan di dalam ruang pada tapak,
jalur ini direncanakan sebagai sebuah jalur perkerasan dengan lebar minimum
0,8 m dan kemiringan maksimum permukaannya 3%. Berdasarkan kondisi tapak
yang memiliki potensi pemandangan yang menarik, pada titik tertentu pada jalur
73

ini di sekitar kolam di bangun shelter sebagai tempat istirahat (rest area) dan
menikmati pemendangan.
Untuk lahan dengan kemiringan >15% yang merupakan jalur sirkulasi
dibangun tangga dan ramp. Penggunaan standar ketinggian anak tangga dan
kemiringan ramp menjadi pertimbangan agar sudut kemiringan tidak terlalu
curam dan nyaman untuk digunakan (Hakim, 2002).
Berikut adalah gambaran tentang hubungan antar jalur sirkulasi dan
dengan ruang yang direncanakan.
Ruang Budidaya

Ruang Wisata

Keterangan

Ruang Budidaya Intensif Ruang Penyangga


Ruang Budidaya Non Intensif Sirkulasi Kendaraan
Ruang Wisata Penerimaan Sirkulasi Pejalan Kaki
Ruang Wisata Pelayanan

Gambar 26 Diagram konsep hubungan jalur sirkulasi dengan ruang yang


direncanakan

Diagram konsep ruang dan sirkulasi yang telah disusun kemudian


diaplikasikan terhadap tapak untuk menghasilkan gambar rencana ruang dan
sirkulasi tapak. Penerapan konsep ruang dan sirkulasi pada tapak dapat dilihat
pada Gambar 27. Lahan yang berada di sebelah utara lebih diutamakan untuk
kegiatan budidaya, sedangkan lahan di sebelah selatan untuk pengembangan
74

Gambar 27 Rencana ruang dan sirkulasi


75

kegiatan wisata. Kolam-kolam pemeliharaan dan pembesaran ikan yang berada


di ruang wisata pelayanan dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas atau atraksi
wisata, oleh karena itu jenis dan umur ikan yang dipelihara di kolam-kolam
tersebut adalah yang memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan. Pada jalur
sirkulasi pejalan kaki terdapat beberapa akses sekunder yang menghubungkan
tapak dengan lingkungan di luarnya.

4.4.2.4.3. Rencana Tata Hijau

Perencanaan tata hijau untuk pengembangan BPBI Ciherang merupakan


penunjang penghijauan dan keindahan lingkungan. Konsep perencanaan tata
hijau dibagi menjadi tata hijau estetis, pengarah, peneduh, dan konservasi
(Gambar 28).
Tata hijau estetis, merupakan jenis-jenis tanaman yang berfungsi untuk
memciptakan suasana indah/esetis pada tapak. Nilai keindahan tersebut dapat
diperoleh dari keunikan tanaman, baik bagian maupun secara keseluruhan
tanaman.
Tata hijau pengarah, berfungsi mengarahkan pergerakan pengguna,
baik kendaraan maupun manusia. Fungsi lain dari tata hijau pengarah adalah
kontrol visual, yaitu sebagai penghalang (screen), pagar (buffer), pembatas
(border), dan pembingkai (enframe).
Tata hijau peneduh, merupakan tata hijau yang berfungsi utama sebagai
ameliorasi iklim. Jenis yang digunakan adalah tanaman yang dapat memberikan
perlindungan terhadap radiasi matahari, memberikan kenyamanan dengan
menurunkan temperatur udara dan mengatur kelembaban, serta
menahan/memecah angin (wind breaker).
Tata hijau konservasi, meliputi tanaman untuk konservasi tanah dan air.
Tata hijau konservasi berfungsi untuk menjaga persediaan air (hidrologis) dan
mencegah terjadinya erosi (orologis).
Perencanaan tata hijau mencakup fungsi tanaman dan peletakkan
tanaman. Pemilihan jenis tanaman yang dilakukan didasarkan pada fungsi
tanaman (sesuai dengan rencana tata hijau) dan peletakkan tanaman (sesuai
dengan fungsi tanaman). Selain itu pemilihan jenis tanaman juga lebih
mengutamakan tanaman yang mudah dalam pemeliharaan serta tidak banyak
menggugurkan daunnya. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya tenaga kerja
untuk pemeliharaan lingkungan dan daun yang digugurkan tanaman dapat
mengotori kolam ikan. Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan
76

Gambar 28 Rencana tata hijau


77

pengembangan BPBI Ciherang dapat dilihat pada Tabel 14. Pada tabel tersebut
dapat dilihat beberapa tanaman yang terdiri dari pohon, semak, penutup tanah,
rumput, dan tanaman merambat. Tanaman-tanaman tersebut merupakan
alternatif pilihan dapat digunakan/ditanam dalam tapak dengan pertimbangan
yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 14 Alternatif tanaman yang digunakan untuk perencanaan pengembangan


BPBI Ciherang
Fungsi

Konservasi
Pengarah

Peneduh
No. Nama Lokal Nama Latin

Estetis
A. Pohon
1. Cemara norflok Araucaria heterophylla
2. Bambu jepang Arundinaria pumila
3. Bambu pagar Bambusa multiplex
4. Bambu kuning Bambusa vulgaris
5. Bunga kupu-kupu Bauhinia purpurea
6. Bunga kupu-kupu tanpa polong Bauhinia blakeana
7. Kaliandra Calliandra sp.
8. Pohon sikat botol Callistemoncifrinus
9. Kasia golden Cassia biflora
10. Dadap merah Erythina cristagalli
11. Dadap kuning Erythina variegata
12. Biola cantik Ficus lyrata
13. Podokarpus Podocarpus sp.
B. Palem
1. Palem ekor tupai Caryota mitis
2. Palem ekor ikan Caryota urens
3. Palem kuning Chysalidocarpus lutescens
4. Kelapa gading Cocos nucifera capitata
5. Pakis haji Cycas rumphii
6. Palem merah Cyrtostachys lakka
7. Palem sadeng Livistona rotundifolia
8. Palem botol Mascarena lagenicaulis
9. Palem hijau Oncosperma horridium
10. Kurma hias Phoenix canariensis
11. Palem wregu Rhapis exelsa
12. Palem raja Roystonia regia
13. Palem sabal Sabal spp.
14. Palem putri Veitchia merilli
C. Perdu
1. Kenanga Cananga odorata
2. Kemboja Plumeria rubra
3. Bunga trompet Tabebuia sp.
D. Semak
1. Bogenvil Bougainvillea spectabillis
2. Taiwan beauty Cuphea spp.
3. Sikas Cycas revoluta
4. Dracena Dracaena spp.
5. Pohon pangkas Duranta repens
78
(Lanjutan Tabel 14)
Fungsi

Konservasi
Pengarah

Peneduh
No. Nama Lokal Nama Latin

Estetis
6. Terang bulan Duranta variegata
7. Euphorbia Euphorbia lactea
8. Pisang hias Heliconia spp.
9. Soka Ixora sp.
10. Lantana Lantana camara
11. Kemuning Murayya paniculata
12. Kaki laba-laba Osmoxylum lineare
13. Patah tulang Padilantus pringlei
14. Cendrawasih Phyllanthus niruri
15. Azalea Rhododendron sp.
E. Herba
1. Suplir Adiantum capillusveneris
2. Nanas hias Bromelia spp.
3. Agave Agave agustifolia
4. Agave hijau Agave sisalana
5. Sri rejeki Aglaonema sp.
6. Talas besar Alocasia macrorrhiza
7. Asparagus Asparagus sp.
8. Paku sarang burung Aspelium nidus
9. Begonia Begonia spp.
10. Calatea Calathea spp.
11. Lili paris Chloropyitum cosmosum
12. Bakung harum Crinum sp.
13. Cyperus darat Cyperus alternifolius
14. Balancing Diffenbachia sp.
15. Talas-talasan Homalomena sulcata
16. Pacar air Impatiens balsomia
17. Lili kuning Hemerocallis aurantica
18. Bakung hias Hymenocallis caribaeae
19. Maranta Maranta leuconeura
20. Paku jejer Nephrolepis exaltata
21. Pandan wangi Pandanus amarylifolia
22. Pandan variegata Pandanus pygmaeus
23. Petunia Petunia hybrida
24. Pilodendron daun besar Philodendron selloum
25. Pilodendron daun kecil Phillodendron xanadu
26. Sutra bombay Portulaca grandiflora
27. Anggrek tanah Spathoglotis plicata
28. Lidah mertua Sanseviera trfasciata
29. Walisongo Schefflera arboricola
30. Spatipilum Spathiphyllum wallisii
31. Zamia Zamia sp.
F. Rumput-rumputan
1. Krokot Alternanthera ficoides
2. Kucai jepang Carex marrowii
3. Lili Lilium longifiolium
4. Adam hawa Rhoeo discolor
5. Ruelia Ruelia malacosperma
6. Rumput gondrong Scirpus grossus
7. Ophiopogon Ophiopogon jaburan
8. Serunai rambat Widelia biflora
79
(Lanjutan Tabel 14)
Fungsi

Konservasi
Pengarah

Peneduh
No. Nama Lokal Nama Latin

Estetis
9. Rumput belang Zebrina pendula
10. Cuban zephyr lily Zypheranthus rosea
G. Rumput
1. Rumput paetan Axonopus compressus
2. Rumput paetan mini Axonopus compressus
3. Rumput kawat Cynodon dactylon
4. Rumput manila Zoysia matrella
H. Tanaman Merambat
1. Alamanda Allamanda cathartica
2. Janggut musa Callisia repens
3. Mandevila. Mandevilla sp.
4. Monstera Monstera sp.
5. Pasiflora Passiflora foetida
6. Pilodendron kuning Phillodendron scandens
7. Dolar-dolaran Ficus repens
8. Sirih belanda Scindapsus aureus
9. Tunbergia Thunbergia grandiflora

4.4.2.4.4. Rencana Fasilitas dan Utilitas

Perencanaan fasilitas dilakukan mengacu pada ruang dan


pengembangan aktivitas yang telah direncanakan sebelumnya. Sarana fasilitas
di tapak sangat potensial dalam mendukung berbagai aktivitas karena dapat
memberikan kemudahan dan kenyamanan selama berada di tapak.
Pengembangan fasilitas diikuti dengan pengembangan utilitas sebagai
pendukungnya.
Penempatan fasilitas mempertimbangakan kondisi tapak agar tidak
merusak keindahan alam dan lingkungan serta tidak menggangu kegiatan
budidaya yang berlangsung. Skala, ukuran dan jenis infrastruktur haruslah sesuai
dengan potensi wisata yang dimiliki kawasan. Rancangan fasilitas sedapat
mungkin mempertimbangkan aspek keberlanjutan (kekuatan dan daya tahan)
dan kemudahan dalam pemeliharaan.
Fasilitas wisata yang akan dikembangkan di BPBI Ciherang antara lain
gerbang masuk, tempat parkir, kantor pengelola dan pusat informasi, tempat
penginapan/asrama, guest house, aula, tempat ibadah (musholla), tempat makan
(restoran), gedung bursa ikan hias (showroom), viewing deck, kolam
pemancingan, shelter, tempat sampah, tempat pembuangan sampah sementara
dan pembuatan kompos, penerangan, papan informasi (signboard), dan pagar
pembatas. Pengembangan fasilitas tersebut dapat berupa perbaikan/rehabilitasi,
80

penambahan ataupun pengadaan. Mengingat terbatasnya ketersediaan lahan,


maka dalam penerapannya fasilitas-fasilitas tersebut ada yang memanfaatkan
satu lokasi/bangunan antara lain kantor pengelola dan pusat informasi terletak
dalam satu komplek bangunan penginapan (asrama) dan aula. Rencana fasilitas
dapat dilihat pada Gambar 29.
Gerbang masuk, merupakan fasilitas pengadaan yang diletakan di
bagian paling depan ruang penerimaan dan berfungsi sebagai akses masuk dan
keluar tapak utama bagi pengguna. Gerbang masuk merupakan bangunan
permanen yang menunjukan identitas tapak sebagai pusat pengembangan benih
ikan hias dan obyek agrowisata. Terdapat dua gerbang masuk pada akses
utama.
Gerbang masuk pertama berada paling depan dan terletak di pinggir jalan
raya, gerbang ini bersifat terbuka (open accses) dan berfungsi sebagai identitas
BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata. Sifatnya yang terbuka karena pada
jalan ini terdapat jalur sirkulasi penduduk yang berada di sisi luar tembok pagar
tapak sehingga jalur/jalan ini mengakomodasi sirkulasi penduduk sekitar.
Gerbang masuk kedua bersifat tertutup sehingga dilengkapi dengan pintu masuk.
Gerbang ini ditujukan untuk pengunjung tapak. Sifatnya yang tertutup bertujuan
untuk memudahkan dalam pengelolaan pengunjung dan aktivitasnya, baik yang
berhubungan dengan kegiatan budidaya ataupun wisata. Gerbang ini dibangun
menyatu dengan tembok pagar tapak. Kedua gerbang tersebut dirancang
dengan bentuk disain minimalis, sederhana yang menarik (unik) dan dilengkapi
dengan pencahayaan.
Tempat parkir, memanfaatkan area yang sudah ada pada tapak yang
letaknya berada di ruang penerimaan. Pengembangannya berupa perbaikan
permukaan dan struktur untuk menahan beban yang lebih besar. Area parkir
tambahan dikembangkan di lahan yang telah diperlebar di dekat pintu masuk.
Area parkir ini merupakan area tambahan yang digunakan jika tempat parkir di
dalam penuh.
Kantor pengelola dan pusat informasi. Kantor pengelola merupakan
pusat pengelolaan wisata dan budidaya yang berada ruang wisata pelayanan.
Kantor pengelola berfungsi sebagai tempat registrasi pengunjung ataupun
pengelolaan kegiatan yang akan dilangsungkan di tapak, baik itu kegiatan wisata
ataupun budidaya. Demikian halnya dengan pusat informasi, fasilitas ini berada
81

Gambar 29 Rencana fasilitas dan utilitas


82

satu gedung dengan kantor pengelola. Pusat informasi merupakan tempat satu
gedung dengan kantor pengelola. Pusat informasi merupakan tempat dimana
para pengunjung dapat memperoleh informasi lengkap mengenai BPBI Ciherang,
baik yang berkaitan dengan budidaya ataupun wisatanya. Informasi yang
disajikan berupa leaflet, buku, foto dan peta orientasi kawasan. Selain itu pada
pusat informasi, pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai
jadwal kegiatan, paket wisata, tata tertib dalam berkunjung, dan rujukan obyek
agrowisata lain di sekitar tapak. Oleh karena itu pusat informasi juga merupakan
sarana promosi agrowisata.
Tempat penginapan dan aula, memanfaatkan bagunan yang telah ada.
Dengan perbaikan dan penambahan kapasitas diharapkan bangunan tempat
penginapan (guest house) dapat mengakomodasi pengunjung yang ingin
menginap. Pengembangan bangunan tersebut lebih banyak dilakukan secara
vertikal (bangunan bertingkat) karena keterbatasan lahan. Asrama, gedung
serbaguna, dan ruang makan yang ada pada tapak difungsikan sebagai fasilitas
pelayanan berupa tempat penginapan dan aula yang menjadi satu kesatuan.
Sama halnya dengan guest house, pengembangan untuk bangunan tersebut
lebih diarahkan ke arah vertikal (bangunan bertingkat).
Tempat ibadah (musholla). Tersedianya fasilitas ibadah seperti
musholla merupakan sarana dalam pemenuhan kebutuhan pengunjung untuk
beribadah. Mushollah terletak pada ruang wisata pelayanan dekat dengan jalan
utama, hal ini bertujuan untuk mempermudah pengunjung untuk mengaksesnya.
Pengembangannya memanfaatkan bangunan yang telah ada dengan perbaikan
dan rehabilitasi. Dilakukan perubahan rancangan dengan disain yang lebih
menarik, tetapi mudah dalam pemeliharaannya.
Tempat makan (restoran). Fasilitas ini terletak di ruang wisata
pelayanan dan dibangun pada lokasi rumah dinas. Selain sebagai tempat makan
tempat ini juga dapat digunakan untuk mengolah ikan hasil pancingan
(barbeque), serta menyediakan berbagai cendaramata dan suvenir. Keberadaan
rumah dinas akan dihilangkan pada ruang wisata pelayanan dan dipindahkan ke
ruang budidaya non intensif. Tempat makan nantinya akan di padukan dengan
fasilitas dek. Selain dilokasi tersebut tempat makan juga dapat memanfaatkan
gedung bursa ikan hias (showroom).
Gedung bursa ikan hias (showroom), merupakan fasilitas yang telah
ada. Gedung ini berfungsi untuk menyelenggarakan kegiatan wisata dan
perikanan, seperti pameran, pelatihan, dan kompetisi. Bentuk bangunan gedung
83

ini tidak mengoptimalkan pandangan ke arah vista, yaitu pemandangan lahan


pertanian dengan latar belakang bukit, sehingga pengembangannya berupa
perubahan/penambahan struktur pada gedung berupa timber dek terbuka
dengan tangga yang menhubungkan gedung dengan pematang sebelah barat.
Viewing deck. Fasilitas ini berupa dek kayu dengan penyangga beton.
Dek dibangun di ruang wisata pelayanan. Dek berfungsi sebagai fasilitas untuk
menikmati pemandangan dan sebagai tempat berkumpul (gathering point) untuk
aktivitas wisata ke lahan pertanian di luar tapak. Dek tersebut dibangun di
belakang rumah dinas yang nantinya akan difungsikan sebagai tempat makan
dan kios suvenir. Selain di lokasi tersebut viewing deck juga dibangun di sebelah
barat kolam yang direncanakan untuk pemancingan
Kolam pemancingan, merupakan pengembangan dari kolam
pemeliharaan/pembesaran yang paling luas dan berada disebelah tenggara.
Kolam ini nantinya akan memelihara ikan mas untuk konsumsi. Untuk menunjang
kegiatan memancing di sekitar kolam di bangun fasilitas untuk memancing
berupa dek, bangku, atau shelter.
Shelter, merupakan tempat beristirahat dengan peneduh untuk
digunakan pengunjung. Peletakannya berada di ruang wisata pelayanan di
pinggir kolam, terutama di sekitar kolam yang direncanakan untuk pemancingan.
Tujuannya adalah untuk memberikan tempat untuk berkumpul bagi pengunjung
selain menjadi alternatif tempat beristirahat bagi pengunjung yang telah
melakukakan aktivitas di dalam maupun di luar tapak sambil mengamati berbagai
jenis ikan hias yang ada di dalam kolam.
Tempat sampah. Penyediaan tempat sampah pada tapak adalah untuk
menampung sampah dari kegiatan wisata. Tempat sampah diletakkan pada area
dengan intesitas penggunaan yang tinggi dan merupakan pusat aktivitas. Tempat
sampah dirancang dengan bentuk yang menarik, mudah digunakan, dan mudah
dalam pengelolaannya.
Tempat penimbunan sampah sementara (TPSS) dan tempat
pembuatan kompos. TPSS merupakan tempat pembuangan sampah pada
tapak sebelum di angkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di TPSS
dilakukan penampungan, pemilahan, dan pemisahan sampah organik dan
anorganik. Sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan dipilah dan dipisahkan
untuk didaur ulang, sedangkan sampah organik dapat digunakan untuk bahan
pupuk kompos. Tempat pengomposan sendiri terletak satu area dengan TPSS,
tujuannya adalah untuk memudahkan pengelolaan. Hasil dari pengomposan,
84

berupa pupuk kompos dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemeliharaan


tanaman dan pengelolaan tanah pada tapak. Agar air yang berasal dari sampah
yang berada di TPSS tidak mencemari lingkungan (tanah dan sungai) untuk
penampungan sampah dicor dengan beton yang tidak melalukan air. Selain itu
direncanakan juga sistem drainase yang baik, yang tidak membuang limbah (air)
ke lingkungan, misalnya penggunaan sumur resapan. Sistem pengelolaan
sampah tersebut merupakan suatu upaya untuk mendapatkan nilai ekonomis dari
sampah disamping untuk kepentingan ekologis.
Fasilitas penerangan/pencahayaan. Penerangan pada tapak (outdoor
lighting) selain dari pencahayaan yang berasal dari bangunan sangat diperlukan,
terutama untuk penggunaan tapak di malam hari. Fasilitas ini memberikan
keamanan dari pergerakan pengguna tapak, baik pejalan kaki maupun
kendaraan disamping untuk keamanan tapak itu sendiri. Pada siang hari
bentukan tiang dan lampu tersebut dapat menjadi ornamen yang memperindah
tapak.
Konsep pencahayaan yang direncanakan pada tapak adalah
spreadlighting dan pathlighting. Fasilitas penerangan/pencahayaan yang
menyebar bertujuan untuk menerangi area sekitar fasilitas. Bentukan fasilitas
yang direncanakan untuk konsep spreadlighting pada tapak adalah lampu
taman. Bentuk lampu bollard direncanakan untuk menerangi jalur sirkulasi dan
diharapkan dapat mendukung konsep pathlighting yang direncanakan.
Penempatan fasilitas pencahayaan lebih banyak berada di sepanjang
jalur sirkulasi, terutama untuk pejalan dengan jarak yang disesuaikan. Selain itu
juga ditempatkan di area dengan aktivitas yang padat, terutama di malam hari.
Pencahayaan juga diletakan di sepanjang jalur sirkulasi primer yang merupakan
jalan masuk utama tapak untuk menerangi dan mengarahkan kendaraan. Hal
tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pencahayaan yang berasal dari
bangunan, baik yang direncanakan ataupun yang sudah ada sudah cukup
mendukung penerangan eksterior.
Papan informasi (signboard). Papan informasi (signboard) merupakan
fasilitas yang berisi tentang segala informasi yang berkaitan dengan kegiatan
wisata dan budidaya pada tapak. Informasi tersebut berupa pengetahuan
mengenai atraksi yang dikembangkan di tapak, dapat mengenai koleksi jenis
ikan hias, teknik budidaya, sejarah BPBI Ciherang, dsb. Sign board juga
berisikan tentang informasi mengenai tata tertib dalam berkunjung.
Peletakkannya menyebar, terutama di tempat-tempat yang memuat nilai edukatif.
85

Selain itu signboard juga berfungsi sebagai identitas yang menerangkan area
dan bangunan/fasilitas (signage wall). Signboard didesain dengan bentuk yang
sederhana dan bahan material yang kuat agar tidak mudah rusak dan mudah
dalam pemeliharaannya.
Pagar pembatas. Pagar pembatas dibuat dari bahan masif berupa beton
dengan tinggi 1 -1,5 m. Hal ini bertujuan pemandangan dari tapak ke luar dan
dari luar ke tapak masih dapat terlihat, tetapi tapak memiliki batas dan akses
yang jelas. Pagar ini dipasang mengelilingi tapak, kecuali pada gerbang masuk
kedua dan akses sekunder yang dibangun pintu masuk. Pada jalan yang berada
di luar gerbang kedua tidak dibangun pagar karena jalan tersebut bersifat
terbuka.
Hampir semua falisitas yang merupakan fasilitas perbaikan/rehabilitasi
mendapatkan perluasan area dan bangunan. Jumlah, luas/volume fasilitas yang
direncanakan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 15 berikut

Tabel 15 Fasilitas dan utilitas yang direncanakan

Luas/ Luas/
Jumlah
Fasilitas volume volume Keterangan
unit
unit total
1. Gerbang masuk Fasilitas pengadaan
Pertama 1 38,23 m3 38,23 m3
Kedua 1 2,5 m3 2,5 m3
2. Tempat parkir Fasilitas perbaikan
Di dalam 1 620 m2 620 m2
Di luar 1 67 m2 67 m2
3. Kantor pengelola dan pusat Fasilitas pengadaan
informasi
Bagunan 1 144 m2 144 m2
Plaza 1 62 m2 62 m2
Balkon dek 1 35 m2 35 m2
4. Aula 1 330 m2 330 m2 Fasilitas perbaikan
5. Tempat penginapan/asrama 1 358 m2 358 m2 Fasilitas perbaikan
6. Guest house Fasilitas perbaikan
Bangunan 1 443 m2 443 m2
Dek 1 46 m2 46 m2
7. Tempat ibadah (musholla) 1 82 m2 82 m2 Fasilitas perbaikan
8. Tempat makan (restoran) Fasilitas pengadaan
Bangunan 1 193 m2 193 m2
Plaza 1 31.5 m2 31.5 m2
Dek 1 118 m2 118 m2
9. Gedung bursa ikan hias Fasilitas perbaikan
(showroom)
Bangunan 1 250 m2 250 m2
Dek 1 103 m2 103 m2
10. Viewing deck 1 110 m2 110 m2 Fasilitas pengadaan
11. Kolam pemancingan 1 1524 m2 1524 m2 Fasilitas perbaikan
12. Shelter 12 6,76 m2 81,12 m2 Fasilitas pengadaan
86
(Lanjutan Tabel 15)
Luas/ Luas/
Jumlah
Fasilitas volume volume Keterangan
unit
unit total
13. Tempat sampah 17 0,15 m3 2,55 m3 Fasilitas pengadaan
14. Tempat pembuangan
sampah sementara dan
pembuatan kompos 1 36,75 m2 36,75 m2 Fasilitas pengadaan
15. Fasilitas penerangan Fasilitas pengadaan
Lampu bollard 84 0,45 m3 37,8 m3
Lampu pedestrian 24 0,013 m3 0,312 m3
16. Papan informasi
(signboard), 1 1,7 m3 1,7 m3 Fasilitas pengadaan
17. Pagar pembatas - 175 m2 175 m2 Fasilitas pengadaan

4.5. Perancangan

Dalam tahapan perancangan dihasilkan gambar rancangan tapak (site plan)


yang merupakan hasil penyesuaian dan penyempurnaan yang lebih detil dari
overlay (superimpose) gambar-gambar rencana sebelumnya. Rancangan tapak
(site plan) dapat dilihat Gambar 30. Gambar potongan rancangan tapak dapat
dilihat pada Gambar 31 dan 32.
Pengunjung yang datang ke BPBI Ciherang pertama kali akan menjumpai
gerbang pertama yang merupakan identitas dan penanda area dengan dinding
penanda (signage wall) di sebelah kanan yang mencantumkan tulisan selamat
datang di obyek agrowisata BPBI Ciherang. Selanjutnya pengunjung diarahkan
menuju gerbang kedua yang merupakan gerbang pintu masuk (entrance gate)
BPBI Ciherang. Gerbang kedua ini menyatu dengan tembok pagar dikedua
sisinya. Bagian luar tembok pagar ditanami Bambusa multiplex sebagai screen
yang memperhalus kesan keras dari tembok pagar dan untuk konservasi
bantaran sungai kecil disebelahnya. Ilustrasi gerbang pertama dan kedua dapat
dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34.
Setelah melewati gerbang kedua, terlihat jalan utama selebar 5,2 m dengan
pola bergaris di atasnya selebar 0,3 m yang terbuat dari cat putih dengan jarak
antar garis yang bervariasi 4-9 m. Pola garis ini menandakan bahwa pengunjung
telah memasuki tapak BPBI Ciherang. Sebelah kanan jalan ditanami dengan
Livistona rotindufolia dengan Pandanus pygmaeus dan Axonopus compressus
Dwarf dibagian bawahnya sebagai pengarah dan aksen pada jalan utama
tersebut.
Di dalam tapak sebelah kiri terdapat kantor pengelola dan pusat informasi
87

Gambar 30 Rancangan tapak (Site plan)


88

Gambar 31 Potongan 1
89

Gambar 32 Potongan 2
90

Gambar 33 Ilustrasi dan detil gerbang pertama


91

Gambar 34 Ilustrasi dan detil gerbang kedua


92

yang bangunannya menyatu dengan penginapan/asrama dan aula. Luas bangu


an kantor pengelola dan pusat informasi adalah 144 m2, sedangkan aula dan
asrama/penginapan masing-masing 230 m2 dan 358 m2.
Di depan kantor pengelola dan pusat informasi tersebut terdapat taman
kecil (pocket garden) yang letaknya lebih rendah dengan luas 33 m2. Taman ini
lebih diarahkan sebagai pembatas dan pengarah. Tanaman yang digunakan
dalam taman ini antara lain Draecena laureri, Pandanus pygmaeus,
Spathiphyllum sp., Axonopus compressus Dwarf. Untuk pembingkai dan
pengarah pada tangga masuk di kedua sisi tangga tersebut ditanami Zamia sp
dan Phoenix robellini.
Komplek bangunan kantor pengelola dan pusat informasi,
penginapan/asrama, dan aula yang dirancang merupakan bangunan konsep
rancangan. Ilustrasi eksterior komplek bagunan kantor pengelola dan pusat
informasi, penginapan, serta aula dapat dilihat pada Gambar 35. Pada bangunan
kantor pengelola dan pusat informasi merupakan bangunan dua lantai. Pada
lantai kedua terdapat dinding penanda fasilitas tersebut (signage wall) dan
balkon berupa dek kayu dengan luas 35 m2 yang dapat digunakan oleh
pengunjung. Disamping dek tersebut terdapat roof garden dengan luas 66 m2.
Roof garden tersebut menggunakan sistem penanaman dalam pot, tanaman
dalam pot disusun dengan pola gaya taman rennaisance. Tanaman yang
digunakan untuk membentuk pola adalah Asparogus densiflorus, sedangkan
untuk mengisi ruang di luar pola digunakan tanaman Alternathera ficoides.
Eksterior komplek bangunan ini dirancang memiliki koridor disebelah
bangunan yang menghadap kolam. Koridor tersebut yang dinaungi pergola
dengan tinggi 2,8 m yang disangga oleh balok beton/tembok dengan finishing
permukaan batu alam. diatas pergola letakan screen yang terbuat dari bahan
fiber yang tidak terlalu transparan sebagai peneduh selasar bangunan. Pada
balok penyangga pergola dipasang besi sebagai media untuk merambat
tanaman Mandeville sp. yang ditanam dalam bak tanaman yang dibangun
dikedua sisi balok beton. Dalam bak tanaman tersebut juga ditanami Alternathera
ficoides. Panjang bak tanaman dibuat mengikuti pilar-pilar penyangga pergola
sedangkan lebar dan tingginya adalah 0,15 m dan 0,7 m. Lahan yang masih
cukup luas disebelah kiri bangunan kantor pengelola dibangun plaza dengan
luas 62 m2 . Pada plaza ini terdapat taman yang berada dipinggir dekat dengan
tembok pagar pembatas. Plaza ini dapat dimanfaatkan oleh pengunjung ataupun
93

Gambar 35 Ilustrasi komplek bagunan kantor pengelola dan pusat informasi, aula dan
asrama/penginapan
94

pengelola. Tembok pagar . Tembok pagar pembatas tersebut dibuat dengan


tinggi 1,5 m dan ditumbuhi tanaman merambat Ficus repens untuk
menghilangkan kesan keras dan kaku pada tembok pagar. Pada taman juga
ditanami Livistona rotundifolia sebagai aksen dan peneduh. Disekitar Livistona
rotundifolia ditanam Spathiphyllum sp., Philodendron xanadu, Philodendron
selloum, Ophiopogon sp., dan Axonopus compressus Dwarf.
Sebelah kanan jalan setelah memasuki gerbang kedua terdapat musholla
untuk sarana beribadah. Bangunan musholla dirancang ulang dengan ilustrasi
dan detil eksterior seperti pada Gambar 36. Luas bangunan musholla setelah
perbaikan adalah 82 m2. Di depan dan sebelah kanan musholla dibuat lima bak
tanaman yang masing-masing berukuran 1 m x 1 m x 0,45 m dan ditanami
Tabebuia sp. Dengan tinggi tersebut bak tanaman dapat juga digunakan sebagai
tempat duduk. Detil bak tanaman dapat dilihat pada lampiran. Area di sekitar
musholla dibuat dengan perkerasan beton yang ditambahkan pola bergaris yang
mengikuti garis bangunan selebar 0,4 m dengan jarak garis 3 m. Area tersebut
dibuat lebih luas, yaitu 181,5 m2 karena area ini ditujukan untuk area berkumpul
(gathering area).
Di ujung jalan masuk terdapat area parkir dan guest house eksisting. Area
parkir dihiasi dengan pola garis diatasnya selebar 0,3 m dengan jarak antar garis
5 m. Pola garis ini melanjutkan pola garis yang melintang pada jalan masuk
sebelumnya ditambah dengan pola bergaris yang mengikuti garis bangunan
guest house selebar 0,6 m denga jarak antar garis 5 m. Sebagai peneduh area
parkir ditanam Felicium decipiens. dan Livistona rotundifolia yang melanjutkan
jajaran tanaman yang ada sebelumnya pada jalan masuk. Sebelah barat laut di
depan hatchery dibangun tembok pagar setinggi 1,5 m sebagai pembatas
komplek kolam pembenihan ikan yang merupakan ruang budidaya.
Pada guest house dilakukan modifikasi/perbaikan pada bagian depan
(entrance) dan ada penambahan bangunan dengan viewing deck pada bagian
sebelah utara (sebelah kiri bangunan guest house). Penambahan bangunan
tersebut bertujuan untuk menambah kapasitas pengunjung, sedangkan viewing
deck ditujukan untuk observasi area budidaya/perkolaman. Bangunan guest
house lebih ditujukan untuk kepentingan/kunjungan dinas dan studi. Selain itu
juga diperbaiki/ditambahkan bak tanaman disebelah kiri dan kanan bangunan
dan ditanami dengan Spathiphyllum sp. serta Philodendron selloum sebagai
ulangan dari tanaman yang di komplek kantor pengelola.
Luas bangunan guest house setelah perbaikan dan penambahan bangunan
95

Gambar 36 Ilustrasi area musholla


96

adalah 489 m2. Area parkir diperluas menjadi 620 m2. Dengan ukuran ruang
parkir normal menurut Brooks 1988, yaitu 2,75 m x 5,5 m dan setelah dikurangi
jalan masuk, area parkir ini dapat menampung sekitar 35-36 mobil. Ilustrasi guest
house dengan area parkir dapat dilihat pada Gambar 37.
Antara kantor pengelola dan guest house, sebelah kanan jalan masuk
terdapat bangunan showroom (gedung bursa ikan hias) dengan konstruksi yang
mengapung di atas kolam. Bangunan tersebut dirancang ulang pada bagian
depan (entrance) dan adanya penambahan dek kayu dibelakangnya dengan
tangga yang tersambung ke pedestrian area musholla. Konsep rancangan ulang
bangunan showroom memungkinkan pengunjung dapat mengakses bangunan
dari dua arah, depan dan belakang. Bagian depan (entrance) diubah dengan
naungan dak beton dengan tinggi 2,8 m dan bentuknya mengikuti tangga
dibawahnya. Dak tersebut disangga oleh lima pilar dikedua sisinya dan
ketinggiannya dibuat mengikuti tangga. Pada pilar tersebut juga dilengkapi
dengan lampu untuk menerangi tangga di bawahya.. Bentukan dak beton dan
pilar dengan finishing batu alam tersebut merupakan pengulangan konsep
rancangan pada bangunan kantor pengelola dan pusat informasi.
Dek kayu tambahan dibelakang bangunan merupakan selasar tambahan
pada bangunan yang berfungsi sebagai viewing deck dan untuk mengatur
penyebaran pengunjung pada saat diadakan acara-acara tertentu pada
bangunan tersebut. Ilustrasi rancangan ulang bangunan showroom dapat dilihat
pada Gambar 38.
Dari dek yang berada di belakang bangunan showroom, disebelah kiri
terlihat bangunan restoran yang letaknya lebih rendah dan berada disamping
indoor hatchery dibelakang guest house. Sama seperti bangunan lainnya yang
rancang ulang, bangunan masih dalam bentuk konsep rancangan. Ilustrasi
rancangan ulang bangunan showroom dapat dilihat pada Gambar 39.
Bentuk dan gaya arsitektur bangunan restoran masih mengikuti konsep
rancangan pada bangunan lainnya, seperti penggunaan dak beton yang
dikombinasikan dengan atap genteng dan adanya pilar-pilar penyannga dengan
finishing batu alam dan lampu yang menempel pada pilar tersebut. Elemen
tambahan pada bangunan ini adalah water feature wall, yaitu dinding tembus
pandang berupa kaca dengan ketebalan 0,5 cm. Kaca tersebut dialiri air dari atas
dan mengalir ke atas permukaan kaca dan ditampung pada kolam air yang
berada di bawahnya. Dinding kaca tersebut diletakan untuk memberikan kesan
97

Gambar 37 Ilustrasi guest house dan area parkir


98

Gambar 38 Ilustrasi showroom


99

Gambar 39 Ilustrasi restoran dengan viewing deck dan akses sekunder


100

terbuka sekaligus privasi. Aliran air pada kaca ditujukan untuk estetika dan
menimbulkan suara gemericik air.
Bangunan tersebut dapat diakses melalui pintu depan yang terletak
disamping indoor hatcery dan melalui pintu belakang. Bagian belakang bangunan
tersebut terdapat plaza yang menyatu dengan bangunan. Setelah plaza terdapat
dek kayu yang difungsikan untuk tempat makan dan viewing deck. Untuk kondisi
tertentu dapat digunakan sunbrella sebagai peneduh pada dek kayu tersebut.
Pada dek kayu tersebut terdapat tangga turun yang mengarah ke akses
sekunder ke luar tapak. Akses tersebut berupa gerbang masuk dengan lebar 1,6
m dengan dua daun pintu dari kayu masing-masing selebar 0,8 m. Akses
tersebut dapat digunakan untuk kegiatan di luar tapak seperti outbound dan
sebagainya. Untuk kegiatan tertentu baik di luar ataupun di dalam tapak dek kayu
yang dijelaskan sebelumnya dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul
(gathering area) dan meeting point.
Pada perancangan lanskap BPBI Ciherang banyak dirancang fasilitas untuk
menikmati pemandangan di dalam dan di luar tapak, sesuai dengan potensi
tapak. Dalam menunjang fasilitas utama dan aktivitas pengunjung dirancang juga
fasilitas penunjang berupa shelter, lampu pedestrian, lampu bollard, dan tempat
sampah. Ilustrasi fasilitas penunjang tersebut dapat dilihat gambar 40, 41, 42,
dan 43. Fasilitas tersebut dirancang dengan mengikuti bentukan-bentukan pada
bangunan yang dirancang sebelumnya. Hal ini ditujuakan agar ada unsur
kesatuan (unity) dalam rancangan, baik berupa elemen ataupun lanskap secara
keseluruhan. Selain itu kemudahan dan intensitas pemeliharaan yang rendah
(low maintenance) menjadi pertimbangan dalam rancangan fasilitas dan utilitas
tersebut, disamping aspek fungsional dan estetis. Dalam studi perancangan
ulang lanskap BPBI Ciherang ini tidak dilakukan tahap pengembangan desain
(design development) sehingga tidak menghasilkan produk berupa dokumen
kerja.
101

Gambar 40 Ilustrasi Shelter


102

Gambar 41 Ilustrasi fasilitas penerangan


103

Gambar 42 Ilustrasi signage wall


104

Gambar 43 Ilustrasi tempat sampah


V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Ciherang-Cianjur merupakan


pusat pengembangan berbagai benih ikan hias air tawar, hal tersebut merupakan
potensi yang besar dalam pengembangan teknologi pembenihan ikan hias air
tawar dan sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat petani ikan hias air tawar.
Potensi dalam bidang budidaya ikan hias air tawar dan sumberdaya alam yang
dimiliki BPBI Ciherang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai objek
agrowisata di bidang perikanan.
Perancangan lanskap BPBI Ciherang sebagai obyek agrowisata ikan hias
air tawar dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan fungsi lebih dari tapak,
selain sebagai pusat pengembangan benih ikan hias. Hal tersebut dilakukan
dengan mengatur dan menata ruang yang tersedia dalam tapak. Kegiatan
perencanaan merumuskan konsep dasar dan pengembanganya. Dalam konsep
dasar dirumuskan fungsi tapak, yang terdiri dari fungsi budidaya, wisata,
pendidikan, dan ekonomi. Dari keempat fungsi tersebut dilanjutkan dengan
konsep pengembangan BPBI Ciherang yang berdasarkan kondisi sumberdaya
wisata (resources based tourism). Sumberdaya wisata yang dimiliki tapak
kemudian dikelola menjadi suplai wisata (tourism supply) dengan cara
pengembangan aktifitas dan menyusun waktu kunjungan. Untuk menata lanskap
BPBI Ciherang secara fisik kegiatan perencanaan dilanjutkan dengan pembagian
ruang pada tapak yang menghasilkan tiga ruang utama, yaitu ruang budidaya,
ruang wisata, dan ruang penyangga. Selanjutnya adalah perencanaan sirkulasi
dan fasilitas. Rencana sirkulasi membagi jalur sirkulasi pada tapak menjadi jalur
sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Dalam kegiatan perancangan dirancang
penampakan pada ruang, sirkulasi dan fasilitas, dengan ukuran yang lebih detil.
Kegiatan perancangan lebih banyak dilakukan pada rancangan bentuk dan
suasana area tiap fasilitas, baik yang bersifat perbaikan maupun pengadaan. Hal
ini dilakukan karena keterbatasan lahan yang ada pada tapak. Hasil studi ini
merupakan alternatif pengembangan tapak sebagai objek agrowisata dengan
mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan perikanan yang ada serta
menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungannya.
106

5.2. Saran

Studi perancangan lanskap BPBI Ciherang ini hanya dilakukan sampai


tahapan desain konsep (concept design) yang memberikan gambaran rencana
pengembangan yang peruntukannya adalah untuk menarik klien dan investor
sehingga dapat dilanjutkan dengan tahap design development, production
documentation, dan budgeting apabila desain konsep tersebut dapat
direalisasikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah TS. 1999. Survai Tanah dan Taksonomi Tanah Terapan Bagi Pengguna
Non-Pedologist. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Arifin, HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan


Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar
Wisata Agro. IPB. Bogor.

________. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan


Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Di dalam: Rapat Kerja
Nasional Wisata Agro 2001; Bogor, 11-13 Okt 2001.

________. 2004. Pengembangan Agrowisata di Daerah Penyangga Kawasan


Lindung. Di dalam: Bimbingan Teknis Pengembangan Wilayah Daerah
Penyangga Kawasan Lindung; Bogor, 27 September 1 Oktober 2004.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana PJM


Pembangunan dan Pemeliharaan Jalur Jalan Pendukung Pariwisata
Kawasan Puncak. Kabupaten Cianjur.

BPBI Ciherang. 2005. Evaluasi Kegiatan 2005 dan Rencana Kerja 2006 balai
Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Instalasi Ciherang-Cianjur . Dinas
Perikanan Provinsi Jawa barat. Cianjur. 47 hal.

Brooks, RG. 1988. Site Planning Environment, Process, and Development.


Prentice Hall Career and Technology. Englewood Cliffs, New Jersey. p:
97-118.

Chiara, DJ, LE. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan).


Erlangga. Jakarta.

Cochrane, T. 1979. Hard Surfaces. In: Weddle AE, editor. Landscape


Techniques. New York: Van Nostrand Reinhold Inc. p: 97-118.

Daelami, DAS. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
hal 8-25.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Strategi Pengembangan Wisata Agro di


Indonesia. http://database.deptan. go.id/agrowisata. [27 Mar 2005]

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: Mc Graw Hill Book.
332p.

Gunn, CA. 1997. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Taylor and
Francis. Taylor and Francis. Washington.
Hakim, R. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. 242
hal.

Kicklighter, CE. and RJ. Braid. 1979. Architechture Resedential drawing and
design. The Goodheart-Willcox Company,Inc. South Holland, Illinois.
490p.

Knudson, DM. 1980. Outdoor Recreation. Mac Millan Publ. Co. New York. 568p.

Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan).


Intermedia. Bandung.133 hal.

Lesmana, DS. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta. hal
1-32.

Nurisjah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin


Taman dan Lanskap Indonesia 2001; 4(2): 20-23.

_________.2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program studi


Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 55 hal (tidak dipublikasikan).

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1993. Perencanaan Lanskap. Program studi


Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor. 55 hal (tidak dipublikasikan)

Purdy I. 1979. Outdoor Fittings and Furniture. Di Dalam: Weddle AE, editor.
Landscape Techniques. New York: Van Nostrand Reinhold Company
Inc. hal 97-118.

Rachman, Z. 1994. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam


Arsitektur Lanskap. Bogor: Makalah dalam Festival Tanaman VI-
Himagron. 20p.

Reid, GW. 1993. From Concept to Form in Landscape Design. New York: Van
Nostrand Reinhold. 162p.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Site Planning and


Design. New York: McGraw Hill Book Co. 900p.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.
591 Hal.

Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. United State Department of
Agriculture.

Tim Penyusun. 2001. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Penerbit
IPB. Bogor:142 hal.

Tirtawinata, MR dan L. Fachruddin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan


Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya
Paramita. Jakarta.

_________. 2003. Tours and Travel Marketting. Pradya Paramita. Jakarta.


LAMPIRAN
110

Lampiran 1 Inventarisasi induk ikan BPBI Ciherang tahun 2005


No. Jenis Ikan Jenis Kelamin Jumlah
Jantan Betina
1. Koi 10 10 20
2. Koki 20 20 40
3. Komet 100 150 350
4. Black Molly 250 500 750
5. Barbir 300 500 800
6. Cendrawasih 75 100 175
7. Corycodas 10 20 30
8. Valivera 50 100 150
9. Guppy 50 50 100
10. Koral 250 250 500
11. Bicolor 50 50 100
12. Ar Ar - - -
13. Nila 200 600 800
14. Grass Carp - - -
15. Mola 30 25 55

Lampiran 2 Sarana dan Prasarana BPBI Ciherang


No Sarana Prasarana Jumlah Kondisi Keterangan

1. Luas Total 22.685 m2


a. Areal perkolaman 8.800 m2 Baik -
b. Areal bangunan 1.700 m2 Baik/Kurang -
c. Jalan, taman, dan halaman 8.000 m2 Baik -
d. Lain-lain 4.185 m2 Baik/Kurang -
2. Perkolaman
a. Kolam induk 2.500 m2 Baik -
b. Kolam pemijahan 400 m2 Baik -
c. Kolam pendederan 4.200 m2 Baik -
d. Kolam pembesaran 2.000 m2 Baik -
e. Kolam penampungan 100 m2 Baik -
f. Kolam pakan alami 50 m2 Baik -
g. Bak seleksi 50 m2 Baik -
h. Bak filter/tandon 2/3 unit Baik -
i. Indoor hatchery 2 unit Baik -
3. Bangunan/Gedung
a. Kantor 50 m2 Baik -
b. R. Kelas/R. Makan dan Dapur 250 m2 Kurang baik Kap. 40 orang
c. Asrama 200 m2 Kurang baik Kap. 24 orang
d. Gedung serbaguna 270 m2 Kurang baik -
e. Guest house 180 m2 Baik Kap. 20 orang
f. Rumah dinas/ Rumah jaga 300 m2 Kurang baik -
g. Mushalla 30 m2 Baik -
h. Gudang 25 m2 Kurang baik -
i. Gedung bursa ikan hias 250 m2 Baik Dana APBD 2005
j. Bak dan instalasi air bersih 1 unit Baik Dana APBN 2005
k. Garasi 25 m2 Kurang baik -
111

Lampiran 3 Daftar nominatif pegawai BPBI Ciherang tahun 2006

No Nama Pegawai Jabatan Pangkat (Golongan) Pendidikan


1. Ir. Deden Daelami AS, MM Kasubag
Penata (III/c) S2
NIP. 080 049 933 TU
2. Adang hidayat
Pelaksana Penata muda (III/a) SLTA
NIP. 480 094 626
3. Kostaman
Pelaksana Pengatur (II/c) STPP
NIP. 080 117 649
4. Yoyo
Pelaksana Pengatur (II/c) SPMA
NIP. 480 115 529
5. Sarbini
Pelaksan Pengatur muda (II/a) SD
NIP. 480 087 609
6. R. Nurgana, S.Pi Staf TKK S1
7. Pipit Puspita S, A.Md Staf TKK D3
8. Dede Sobari Staf TKK STM
9. Taopik Rahman Staf TKK SPMA
10. Ayi Saprudin Staf TKK SLTA
11. Alimudin Staf TKK SD
12. Caca Staf TKK SD
13. Hasanudin Staf TKK SD
112

Lampiran 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal


5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.

1. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN A


(Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu)

Kadar
No Parameter Satuan Keterangan
Maksimum
FISIKA
1 Bau - - Tak berbau
2 Jumlah zat padat mg/l 1000
terlarut (TDS)
3 Kekeruhan NTU 5
4 Rasa - - Tak berasa
0
5 Suhu C Suhu udara
6 Warna Skala TCU 15
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/l 0,001
2 Aluminium mg/l 0,2
3 Arsen mg/l 0,05
4 Barium mg/l 1,0
5 Besi mg/l 0,3
6 Fluorida mg/l 0,5
7 Kadmium mg/l 0,005
8 Kesadahan mg/l CaCO3 500
9 Klorida mg/l 250
10 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05
11 Mangan mg/l 0,1
12 Natrium mg/l 200
13 Nitrat, sebagai N mg/l 10
14 Nitrit, sebagai N mg/l 1,0
15 Perak mg/l 0,05
16 pH - 6,5-8,5
17 Selenium mg/l 0,01
18 Seng mg/l 5
19 Sianida mg/l 0,1
20 Sulfat mg/l 400
21 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,005
22 Tembaga mg/l 1,0
23 Timbal mg/l 0,05
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,0007
2 Benzona mg/l 0,01
3 Benzo (a) Pyrene mg/l 0,00001
4 Chlordane(total isomer) mg/l 0,0003
5 Chlordane mg/l 0,03
6 2,4-D mg/l 0,10
7 DDT mg/l 0,03
8 Deterjen mg/l 0,5
9 1,2-Dichloroethane mg/l 0,01
10 1,1-Dichloroethane mg/l 0,0003
113

(Lanjutan lampiran 4)
2. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN B
(Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum)
Kadar
No Parameter Satuan Keterangan
Maksimum
FISIKA
0
1 Suhu C Suhu air Normal 3 0C
2 Zat padat terlarut mg/l 1000
(TDS)
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/l 0,001
2 Ammoniak bebas mg/l 0,5
3 Arsen mg/l 0,05
4 Barium mg/l 1
5 Besi mg/l 5
6 Fluorida mg/l 1,5
7 Kadmium mg/l 0,018
8 Klorida mg/l 600
9 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05
10 Mangan mg/l 0,5
11 Nitrat, sebagai N mg/l 10
12 Nitrit, sebagai N mg/l 1
13 Oksigen terlarut (DO) mg/l -
14 pH mg/l 5-9 Air permukaan 6
15 Selenium mg/l 0,01
16 Seng mg/l 5
17 Sianida mg/l 0,1
18 Sulfat mg/l 400
19 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,1
20 Tembaga mg/l 1
21 Timbal mg/l 0,1
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin mg/l 0,017
2 Chlordane mg/l 0,003
3 DDT mg/l 0,042
114

(Lanjutan lampiran 4)
3. DAFTAR KRITERIA KUALITAS AIR GOLONGAN C
(Air yang dapat digunkan untuk keperluan perikanan dan peternakan)
Kadar
No Parameter Satuan Keterangan
Maksimum
KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/l 0,002
2 Ammoniak bebas mg/l 0,02
3 Arsen mg/l 1
4 Fluorida mg/l 1,5
5 Kadmium mg/l 0,01
6 Klorin bebas mg/l 0,003
7 Kromium, valensi 6 mg/l 0,05
8 Nitrit, sebagai N mg/l 0,06
9 Oksigen terlarut (DO) mg/l - Disyaratkan 3
10 pH - 6-9
11 Selenium mg/l 0,05
12 Seng mg/l 0,02
13 Sianida mg/l 0,02
14 Sulfida sebagai H2S mg/l 0,002
15 Tembaga mg/l 0,02
16 Timbal mg/l 0,03
b. Kimia Organik
1 BHC mg/l 0,21
2 DDT mg/l 0,002
3 Endrin mg/l 0,004
4 Fenol mg/l 0,001
5 Minyak dan Lemak mg/l 1
6 Organofosfat dan mg/l 0,1
karbamat
7 Senyawa aktif biru mg/l 0,2
metilen (surfaktan)
RADIOAKTIFITAS
1 Aktifitas Alfa (Gross Bq/l 0,1
Alpha Activity)
2 Aktifitas Beta (Gross Bq/l 1,0
Beta Activity)
Keterangan :
Bq = Bequerel
115

Lampiran 5 Planting Plan


116

Lampiran 6 Perbesaran 1 Planting Plan


117

Lampiran 7 Perbesaran 2 Planting Plan


118

Lampiran 8 Perbesaran 3 Planting Plan


119

Lampiran 9 Detil shelter


120

Lampiran 10 Detil lampu pedestrian


121

Lampiran 11 Detil lampu bollard


122

Lampiran 12 Detil signage wall


123

Lampiran 13 Detil tempat sampah

Anda mungkin juga menyukai