Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/275834029

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN MINAPOLITAN


KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT: ASPEK KESESUAIAN LAHAN,
IMPLEMENTASI PRODUKSI, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Article · August 2012


DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.307-320

CITATION READS

1 2,526

4 authors, including:

Nyoman Radiarta Jojo Subagja Subagja


Institute for Marine Research and Observation ReseaResearch Institute for freshwater aquaculture , Bogor, Indon…
83 PUBLICATIONS   249 CITATIONS    26 PUBLICATIONS   183 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Erlania Erlania
Center for Fisheries Research and Development, Jakarta, Indonesia
32 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

lahan budidaya View project

Pengembangan pulau-pulau terdepan Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Nyoman Radiarta on 05 May 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KAWASAN MINAPOLITAN


KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT: ASPEK KESESUAIAN LAHAN,
IMPLEMENTASI PRODUKSI, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

I Nyoman Radiarta *) , Jojo Subagja **) , Adang Saputra **) , dan Erlania **)
*)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
E-mail: radiarta@yahoo.com
**)
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar
Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154

(Naskah diterima: 16 Februari 2012; Disetujui publikasi: 8 Mei 2012)

ABSTRAK

Pengembangan kawasan minapolitan harus didukung dengan ketersediaan data dan


informasi di antaranya potensi lahan serta dukungan strategi pengembangannya.
Kabupaten Bogor telah ditetapkan sebagai satu wilayah pengembangan minapolitan
ikan lele. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan budidaya
ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor dengan melihat aspek kesesuaian
lahan, implementasi produksi, dan strategi pengembangannya. Survai lapangan telah
dilakukan pada bulan Juni 2011. Kesesuaian lahan dianalisis secara spasial dengan
mengadopsi 1-3 sistem skor, 1 adalah kurang sesuai, dan 3 adalah sangat sesuai. Dari
total potensial lokasi pengembangan sebesar 28.519 ha menunjukkan kategori sangat
sesuai dan sesuai ditemukan sebesar 20.854 ha. Lokasi ini tersebar merata di empat
kecamatan minapolitan. Dengan memanfaatkan sekitar 20% dari luasan yang ada,
produksi ikan lele (pembesaran) per siklusnya sekitar 625.620 ton dengan semi-intensif
atau 93.317 ton dengan tradisional. Beberapa strategi pengembangan budidaya ikan
lele yang terbagi menjadi tiga segmen perlu diperhatikan guna mendukung kesuksesan
program minapolitan ini.

KATA KUNCI: minapolitan, ikan lele, kesesuaian lahan, strategi pengembangan,


Bogor

ABSTRACT: Catfish aquaculture development in the minapolitan area of


Bogor District, West Java: site selection, production imple-
mentation, and development strategies. By: I Nyoman Radiarta,
Jojo Subagja, Adang Saputra, and Erlania

Development of minapolitan area must be support by good data and information


such as suitability potential site and development strategies. Bogor District has
been selected as one of minapolitan area for catfish aquaculture development. The
aim of present study is to analyze catfish aquaculture development in the minapolitan
area of Bogor District with emphasize on site selection analysis, implementation
production, and development strategies. Field sampling was conducted in June 2011.
Several environmental and infrastructure data were analyzed using spatial models,
and these data were categorized into 1-3 scoring system, 1 is least suitable and 3 is
most suitable. The results show that from the total potential area of 28,519 ha; about
20,854 ha was classified as most suitable and suitable. These areas were distributed

307
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

eventually in four sub-district minapolitan area. From the total suitable areas, if only
20% areas were utilized, production estimation for one cycle could be accounted for
625,620 ton using semi-intensive or 93,317 ton using traditional. Furthermore,
development strategies for catfish aquaculture need to be carried out in order to
support succesfulness of minapolitan program.

KEYWORDS: minapolitan, catfish, site selection, development strategies,


Bogor

PENDAHULUAN nomor 523.31/227/Kpts/Huk/2010 tentang


penetapan lokasi pengembangan kawasan
Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra minapolitan di Kabupaten Bogor. Berdasarkan
produksi perikanan budidaya, khususnya surat Keputusan Bupati Bogor, telah ditetap-
sebagai produsen benih ikan air tawar di kan lokasi minapolitan di empat kecamatan
antaranya benih ikan patin, ikan bawal, ikan yaitu Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Parung,
gurame, dan produsen ikan lele ukuran Kecamatan Gunung Sindur, dan Kecamatan
konsumsi. Luas total areal kolam air tenang Kemang yang mencakup 28 desa. Keempat
yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah lokasi tersebut merupakan bagian dari wilayah
1.075,94 ha dengan total produksi di tahun kecamatan di Zona IV RP3 (Anonim, 2010). Dari
2009 mencapai 24.072,98 ton. Produksi seluruh komoditas ikan air tawar yang telah
terbesar dihasilkan dari Kecamatan Parung berkembang di Kabupaten Bogor, ikan lele
dan Gunung Sindur, masing-masing sebesar merupakan komoditas unggulan yang terpilih
7.650,80 ton dan 6.071,64 ton (Anonimo, untuk dikembangkan di kawasan minapolitan
2010). Salah satu upaya untuk meningkatkan ini.
produksi budidaya ikan air tawar, Kabupaten
Keberlanjutan kegiatan perikanan budi-
Bogor mengembangkan satu model pengem-
daya harus didukung oleh ketersediaan data
bangan dengan sistem kluster yang dikenal
dan informasi yang akurat dan terpercaya,
dengan nama minapolitan. Kawasan mina-
di antaranya data potensi kawasan budidaya.
politan merupakan kawasan yang dikem-
Kajian potensi kawasan budidaya ikan harus
bangkan melalui pembentukan titik tumbuh
mempertimbangkan berbagai aspek, meliputi
suatu kluster kegiatan perikanan dengan
lingkungan perairan (parameter fisika, biologi,
sistem agribisnis berkelanjutan yang meliputi
dan ekologi), sosial-ekonomi dan infrastruktur
produksi, pengolahan dan pemasaran, sampai
(Treece, 2000). Lokasi yang sesuai untuk
jasa lingkungan sebagai sistem kemitraan di
pengembangan perikanan budidaya akan
dalam satu wilayah.
menjamin keberlanjutan usaha budidaya,
Penetapan Kabupaten Bogor sebagai meminimalkan dampak terhadap lingkungan
lokasi pengembangan minapolitan telah sekitar, dan tentunya akan meningkatkan roda
dituangkan dalam surat keputusan Menteri perekonomian masyarakat. Analisis kesesuaian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia lahan untuk pengembangan ikan air tawar
No. KEP.32/MEN/2010. Penetapan kawasan telah dipublikasikan untuk beberapa jenis
minapolitan selaras dengan kebijakan komoditas di antaranya ikan nila (Hossain et
Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan al., 2007; Radiarta et al., 2009) dan ikan mas
Pedesaan (RP3) Kabupaten Bogor yang (Salam et al., 2005; Hossain et al., 2009).
menerapkan pendekatan pengembangan Analisis kesesuaian lahan ini umumnya
pertanian berdasarkan zonasi (Anonim, 2010). dilakukan secara spasial dengan meng-
Secara konstitusional, peraturan daerah yang gunakan sistem informasi geografis (SIG;
mendukung pelaksanaan minapolitan di Burrough & McDonnell, 1998). Dari hasil
Kabupaten Bogor meliputi: (1) Peraturan analisis kesesuaian lahan ini tentunya dapat
Daerah Kabupaten Bogor No. 19/2008 tentang digunakan sebagai dasar untuk menghitung
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabu- prakiraan produksi yang dapat dihasilkan
paten Bogor 2005-2025, (2) Peraturan Bupati dari suatu kawasan. Sehingga proyeksi
Nomor 84/2009 tentang RP3 yang meliputi pengembangan ke depan dapat dilaksanakan
komoditas tanaman pangan, hortikultura, dengan maksimal, yang tentunya didukung
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan oleh adanya strategi pengembangan yang
perikanan, dan (3) Keputusan Bupati Bogor selaras.

308
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk berupa kondisi iklim, lahan dan air, serta
menganalisis pengembangan budidaya ikan kemampuan teknis pembudidaya menjadikan
lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor sebagai satu sentra produksi
Provinsi Jawa Barat yang difokuskan pada pembenihan beberapa komoditas penting ikan
aspek kesesuaian lahan, implementasi pro- air tawar. Hasil produksi benih dari kabupaten
duksi, dan strategi pengembangannya. ini telah dikirimkan ke sentra pembesaran ikan
Analisis kesesuaian lahan dilakukan secara air tawar di beberapa provinsi di Indonesia, di
spasial dengan menggunakan SIG. Hasil antaranya Kalimantan dan Sumatera. Faktor lain
analisis kesesuaian lahan tersebut kemudian yang mendukung berkembangnya usaha
digunakan untuk mengestimasi kemungkinan perikanan budidaya di Kabupaten Bogor yaitu
produksi yang dihasilkan dan strategi pengem- lokasi yang strategis sehingga memudahkan
bangan di kawasan minapolitan Kabupaten berbagai akses yang dibutuhkan untuk
Bogor. Hasil dari penelitian ini diharapkan pengembangan kegiatan budidaya di wilayah
dapat memberikan gambaran umum tentang ini. Lokasi yang berdekatan dengan Jakarta
pengembangan budidaya ikan lele di kawasan sebagai sentra perekonomian, memberikan
minapolitan Kabupaten Bogor. kemudahan dalam hal akses pasar, penyediaan
sarana produksi (peralatan, pakan buatan, dan
BAHAN DAN METODE obat-obatan), serta akses sarana dan prasarana
pendistribusian.
Penelitian ini telah dilakukan di kawasan
minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Parameter Penting Budidaya Ikan Lele
Barat (Gambar 1). Lokasi penelitian terdiri atas
empat kecamatan meliputi Kecamatan Penelitian ini dilaksanakan dengan metode
Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur, survai. Survai lapangan telah dilakukan pada
Kecamatan Parung, dan Kecamatan Kemang. bulan Juni 2011. Sebanyak 39 titik pengamatan
Dukungan sumberdaya alam dan manusia kualitas perairan berhasil dikumpulkan yang

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E


6 o21’S
6 o24’S
6 o27’S

0 10 20

Kilometers

Keterangan (Legend)
Titik pengamatan (Sampling points)
6 o30’S

Batas kecamatan (Sub-district border)


Lokasi penelitian (Study area)

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

Gambar 1. Lokasi penelitian di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan
distribusi titik pengamatan kualitas perairan
Figure 1. Study area in the minapolitan area of Bogor District, West Java, and distribu-
tion water quality sampling stations

309
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

mewakili kolam pembesaran, pendederan, ArcGIS versi 10 (Nath et al., 2000). Tujuh
saluran air, dan sumber air (Gambar 1). parameter penting yang terpilih dikelom-
Penentuan lokasi pengamatan disebar secara pokkan menjadi tiga sub-model (faktor)
acak yang mewakili keempat kecamatan meliputi: kualitas air, pemanfaatan lahan, dan
pengembangan minapolitan (Clark & Hosking, infrastruktur (Gambar 2). Untuk melakukan
1986; Morain, 1999). Parameter kualitas analisis spasial, seluruh data vector (titik,
perairan yang dikumpulkan diperoleh melalui garis, dan area) yang terkumpul diinterpolasi
pengukuran langsung di lapangan (suhu, pH, dengan teknik inverse distance weighted (IDW)
oksigen terlarut, TDS, dan konduktivitas) dan distance analysis (Johnson & McChow,
dengan menggunakan YSI 556 dan analisis 2001). Klasifikasi dan penentuan skor data
laboratorium (parameter kimia dan logam perlu dilakukan untuk menghasilkan sistem
berat). Posisi geografis lokasi pengamatan skor yang seragam. Penelitian ini mengguna-
diperoleh dengan menggunakan global posi- kan skor 1-3 (Hossain et al., 2007; Radiarta et
tioning system (GPS). al., 2009) yaitu sangat sesuai = 3, sesuai = 2,
dan kurang sesuai = 1. Tabel 1 menyajikan
Data tutupan lahan dan dukungan infra-
tingkat kesesuaian parameter penting budi-
struktur diperoleh dari Peta digital Rupa Bumi
daya ikan lele. Parameter tingkat kesesuaian
Indonesia (RBI) skala 1:25.000 keluaran Badan
tersebut mengacu pada Hardjamulia et al.
Koordinasi Survai dan Pemetaan Nasional
(1992) dan Radiarta et al. (2009). Langkah
(Bakosurtanal). Lembar peta yang digunakan
selanjutnya adalah penentuan bobot masing-
sebanyak empat lembar yaitu 1209-412
masing parameter dan sub-model. Bobot di-
(Parung), 1209-411 (Lebak Wangi), 1209-133
tentukan berdasarkan studi pustaka dan opini
(Cigedug), dan 1209-134 (Leuwiliang). Citra
peneliti dengan menggunakan analytical
satelit ALOS AVNIR-2 tanggal 18 September
hierarchy process (AHP; Saaty, 1977). Di
2009 digunakan untuk menvalidasi data
penelitian ini, bobot masing-masing parameter
peta RBI.
dan sub-model diberikan besaran yang sama.
Analisis Kesesuaian Lahan Skor dan bobot yang telah ditetapkan akhirnya
digunakan untuk menganalisis kesesuaian
Kesesuaian lahan dianalisis secara spasial lahan dengan metode weighted linear combi-
berdasarkan model hirarki yang diimple- nation, yang merupakan aplikasi dari multi-
mentasikan menggunakan perangkat lunak criteria evaluation (Malczewski, 1999).

Gambar 2. Hirarki model untuk analisis kesesuaian lahan budidaya ikan lele di
kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Figure 2. The hierarchical model to identify suitable site for catfish aquaculture
in the minapolitan area of Bogor District, West Java Province

310
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

Tabel 1. Tingkat kesesuaian parameter kualitas air dan infrastruktur untuk budidaya ikan
lele di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Table 1. Suitability of water quality and infrastructure for catfish aquaculture in Bogor
District West Java Province

Tingkat kesesuaian
Suit abilit y level
Peubah Sat uan
Param et er Unit
Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai
Most suit able Suit able Least suit able

Kualit as perairan
Wat er qualit y
Suhu air o
C 28-30 20-28; 30-35 < 20; > 35
Water temperature
pH air
6-8 4-6; 8-9 < 4; > 9
Water pH
Oksigen terlarut
mg/L >4 2-4 <2
Dissolve oxygen
Tipe/jenis pemanfaatan lahan Akuakultur;
Sawah Perkebunan
Land use types Tegalan

Infrast rukt ur
Infrast ruct ure
Jarak dari jalan
m 50-500 500-1,000 < 50; > 1,000
Distance to road
Jarak dari sungai
m < 500 500-1,000 > 1,000
Distance to river
Jarak dari perkampungan
m 50-400 400-800 < 50; > 800
Distance to settlement

Analisis Implementasi Produksi dan HASIL DAN BAHASAN


Strategi Pengembangan
Kondisi Kualitas Perairan dan
Selain data kualitas perairan, wawancara Pemanfaatan Lahan
dengan beberapa responden (pembudidaya
ikan dan pengurus kelompok pembudidaya) Kondisi sumber air adalah salah satu aspek
penting yang terkait dengan biosecurity dalam
dilakukan guna memperoleh data dan infor-
Best Management Practices untuk kegiatan
masi tentang kondisi budidaya ikan lele
budidaya ikan (Hollingsworth et al., 2006). Air
dan pelaksanaan program minapolitan di
yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten
lokasi penelitian. Implementasi produksi ikan Bogor untuk kegiatan budidaya ikan berasal
lele dihitung berdasarkan luasan tingkat dari berbagai sumber antara lain sungai, aliran
kesesuaian lahan yang diperoleh dari ana- anak sungai, dan beberapa situ yang terdapat
lisis spasial. Perhitungan produksi ini di- di sekitar lokasi budidaya. Kualitas air untuk
sesuaikan dengan tingkat teknologi yang kegiatan budidaya ditentukan oleh kualitas
berkembang di lokasi penelitian yaitu semi- dari sumber air yang digunakan. Air selalu
intensif dan tradisional. Selanjutnya, strategi menjadi faktor pembatas dalam produksi ikan
pengembangan budidaya ikan lele disintesis skala komersial, oleh karena itu, kondisi
secara deskriptif berdasarkan data hasil kualitas perairan perlu diketahui secara baik
wawancara. guna memantau kemungkinan terjadinya

311
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

pencemaran terhadap sumber air yang Purba & Khan (2010) juga menunjukkan bahwa
digunakan (Swann, 1996). kandungan O2 pada pagi hari rendah sedang-
kan CO2 tinggi yang menyebabkan nilai pH
Hasil analisis kualitas perairan di kawasan
air rendah. Nilai kandungan nitrit terukur < 1
minapolitan Kabupaten Bogor ditunjukkan
mg/L (0,00-0,106 mg/L), kondisi ini sesuai
pada Tabel 2. Kisaran suhu air, total dissolve
dengan persyaratan untuk air yang dapat
solid (TDS), dan kecerahan air umumnya sesuai
digunakan dalam kegiatan budidaya ikan.
dengan kondisi yang dipersyaratkan untuk
Sedangkan nilai pengukuran amonia berkisar
budidaya lele berdasarkan SNI 01-6484.3-
antara 0,148-0,967 mg/L di mana nilai tersebut
2000, SNI 01-6484.4-2000, dan SNI 01-6484.5-
masih dalam kisaran yang layak untuk budidaya
2002. Nilai pH yang cukup rendah dengan
ikan lele (Hardjamulia et al., 1992).
kisaran antara 3,97-4,77 terpantau di beberapa
lokasi yaitu di saluran/sumber air Desa Putat Selain ditinjau dari sifat fisik dan kimia air,
Nutug (Ciseeng), Situ Iwul (Parung), dan Situ kesesuaian suatu perairan untuk dijadikan
Jampang Pulo (Kemang). Hal ini disebabkan lahan budidaya ikan lele juga dinilai dari
karena pengukuran dilakukan pada waktu pagi beban pencemaran terutama yang berasal
hari di mana aktivitas fotosintesis oleh dari logam berat dan pestisida. Tingkat
tumbuhan dan fitoplankton yang berperan pencemaran logam berat (Cadmium (Cd) dan
dalam menurunkan CO2 di air belum ber- Timbal (Pb) dari perairan kawasan minapolitan
langsung optimal, sehingga pH air masih Kabupaten Bogor umumnya masih dalam
rendah. Menurut Durborow (2000), nilai pH kisaran kriteria kualitas air golongan C (untuk
4-11 merupakan titik asam dan basa letal pertanian dan perikanan) sehingga ke-
untuk ikan, sedangkan pH optimum adalah beradaannya masih dapat ditolerir oleh
antara 6,5-9,0. organisme akuatik seperti ikan (Tabel 3).
Kandungan oksigen yang cukup rendah Konsentrasi logam berat Cd yang cukup
ditemukan di Situ Iwul (< 3 mg/L) (Table 2), tinggi (> 0,1 mg/L) ditemukan di Sungai
yang merupakan sumber air kegiatan budidaya Cibeteng, Desa Putat Nutug, Kecamatan
perikanan di Kecamatan Parung. Nilai tersebut Ciseeng yaitu sebesar 1,74 mg/L (Tabel 3).
dimungkinkan karena pengukuran dilakukan Tingginya kandungan Cd yang terdapat dalam
pada pagi hari sehingga kadar oksigen terlarut air ini diduga berasal dari limbah aktivitas
di air masih rendah akibat proses respirasi penduduk (domestik) dan industri yang
organisme akuatik pada malam harinya, terdapat sepanjang aliran sungai tersebut.
sedangkan pada pagi hari proses fotosintesis Sedangkan konsentrasi Pb masih di bawah
yang merupakan salah satu sumber O2 di air persyaratan kualitas air untuk budidaya
belum berlangsung optimal. Hasil penelitian perikanan air tawar (Anonim, 2001).

Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas perairan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor


Provinsi Jawa Barat
Table 2. Range of water quality measurement in the minapolitan area of Bogor
District West Java Province

Paramet er Sat uan Kisaran Rat aan


Variable Unit Range Average ± SD

Kec erahan (Transparency ) cm 2-200 17.92±37.55


Kedalaman (Water depth ) cm 10-200 53.89±39.54
Suhu air (Temperature ) o
C 27.76-34.2 30.43±1.51
pH - 3.97-8.16 6.51±1.07
Oksigen terlarut (Dissolve oxygen ) mg/L 0.73-9.17 4.85±2.08
TDS (Total dissolve solid ) mg/L 0.043-0.937 0.15±0.21
Konduktiv itas (Conductivity ) μmhos/c m 0.071-1.567 0.22±0.28
Amonia (N-NH3) mg/L 0.148-0.967 0.54±0.31
Nitrit (N-NO 2) mg/L 0.000-0.106 0.04±0.03

312
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

Tabel 3. Hasil pengukuran kandungan logam berat dan residu pestisida pada perairan
di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Table 3. Pesticide residues and heavy metal measurement in the minapolitan area of
Bogor District West Java Province

Logam berat Residu pest isida


Heavy m et al Pest icide residue
Kec amat an Desa (mg/L) ( mg/L)
Sub-dist rict Village
Cd Pb
Klorpirifos Parat ion Profenofos
(mg/L) (mg/L)

Ciseeng Putat Nutug 1.74 < 0.01 td td td


Gunung Sindur Pabuaran 0.07 < 0.01 td td 0.010
Parung Iwul < 0.01 < 0.01 td 0.247 0.505
Kemang Jampang 0.05 < 0.01 0.010 td td

td = tidak terdeteksi (not recorded)

Perairan bertindak sebagai tempat dan tegalan (Gambar 3; Tabel 4). Pemanfaatan
penampungan utama bagi residu pestisida lahan di kawasan ini didominasi oleh per-
yang bersifat persisten seperti golongan kebunan dan sawah dengan luasan masing-
organofosfat. Masuknya pestisida ke dalam masing 9.035 ha dan 6.292 ha. Berdasarkan
perairan melalui berbagai jalur, antara lain: tingkat kesesuaian lahan, kawasan hutan dan
pemakaian langsung untuk membasmi hama pemukiman dikategorikan sebagai pembatas
tanaman, buangan limbah perkotaan (do- (constraint) untuk lahan pengembangan
mestik) dan industri, limpasan dari areal budidaya ikan lele. Kedua kategori tutupan
persawahan, pencucian melalui tanah, pe- lahan ini memiliki luasan masing-masing 1.178
nimbunan aerosol dan partikulat, serta ha dan 6.091 ha (Tabel 4).
curah hujan. Konsentrasi pestisida golongan
Kesesuaian Lahan Budidaya Ikan Lele
organofosfat dalam contoh air yang berasal
dari Kecamatan Ciseeng, Gunung Sindur, dan Hasil analisis spasial terhadap sub-model
Kemang masih di bawah batas maksimal residu. kualitas air, infrastruktur, dan pemanfaatan
Akan tetapi kondisi berbeda ditemukan pada lahan disajikan pada Gambar 4 dan Tabel 5.
contoh air dari Desa Iwul, Kecamatan Parung Untuk sub-model kualitas air yang masuk dalam
di mana residu pestisida yang berasal dari kategori sangat sesuai seluas 26.834 ha (94%)
perairan Situ Iwul sebagai sumber air untuk tersebar di Kecamatan Ciseeng, Kecamatan
kolam budidaya lele konsentrasinya > 0,1 mg/L Gunung Sindur, sebagian Kecamatan Parung
yaitu paration sebesar 0,247 mg/L dan dan Kecamatan Kemang (Gambar 4a). Se-
profenofos 0,505 mg/L. Besarnya konsentrasi lebihnya seluas 1.683 ha (6%) masuk dalam
tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan kategori sesuai yang tersebar di sebagian
pestisida organofosfat di daerah ini cukup wilayah Kecamatan Parung dan Kecamatan
tinggi. Masalah ini perlu mendapat perhatian Kemang. Untuk percepatan pengembangan
serius karena reridu pestisida ada yang budidaya ikan lele di lokasi penelitian sangat
bersifat karsinogenik yang dapat mem- didukung oleh kondisi pemanfaatan lahan.
pengaruhi kesehatan manusia.
Berdasarkan pemanfaatan lahan, kategori
Kondisi pemanfaatan lahan perlu di- sangat sesuai memiliki luasan sekitar 5.423 ha
perhatikan untuk pengembangan budidaya (19%) tersebar di Gunung Sindur, Parung, dan
ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Kemang, kemudian kategori sesuai seluas
Bogor. Berdasarkan data peta RBI keluaran 6.292 ha (22%) tersebar di Parung, Kemang,
Bakosurtanal, pemanfaatan lahan pada empat dan Ciseeng (Gambar 4b). Kategori kurang
kecamatan kawasan minapolitan terbagi sesuai seluas 9.139 ha (32%) tersebar di
menjadi: belukar, empang, hutan, kebun, Ciseeng dan Parung. Pada sub-model ini,
pemukiman, tanah kosong, sawah, perairan, ditemukan sekitar 27% area potensial (pe-

313
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E


6 o21’S
6 o24’S

0 10 20

Kilometers

Keterangan (Legend)
Batas kecamatan (Sub-district border)
6 o27’S

Belukar/semak (Shrub)
Empang (Pond)
Hutan (Forest)
Kebun/perkebunan (Plantation)
Pasir darat (Sand)
Pemukiman (Settement)
Rumput/tanah kosong (Grass land)
6 o30’S

Sawah (Paddy field)


Sungai (River)
Tanah berbatu (Rocky land)
Tegalan/ladang (Agriculture field)

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

Gambar 3. Jenis pemanfaatan lahan di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Figure 3. Land use types in the minapolitan area of Bogor District, West Java

Tabel 4. Pemanfaatan lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk budidaya ikan lele
Table 4. Land use types and its suitability score for catfish aquaculture

Pemanfaat an lahan Luasan ( Area ) Tingkat kelayakan


Land Use t ypes Suit abilit y score
ha %

Belukar/semak (Shrub ) 1.304 4 S angat sesuai (Most suitable )


Empang (Pond ) 139 1 S angat sesuai (Most suitable )
Hutan (Forest ) 1.178 4 Pembatas (Constraint )
Kebun/perkebunan (Plantation ) 9.035 31 Kurang sesuai (Less suitable )
Pasir darat (Sandy area ) 99 1 Kurang sesuai (Less suitable )
Pemukiman (Settlement ) 6.091 21 Pembatas (Constraint )
Rumput/tanah kosong (Grass land ) 830 3 S angat sesuai (Most suitable )
Sawah (Paddy field ) 6.292 22 S esuai (Suitable )
Sungai (River ) 396 1 Pembatas (Constraint )
Tanah berbatu (Rocky land ) 5 1 Kurang sesuai (Less suitable )
Tegalan/ladang (Agriculture field ) 3.150 11 S angat sesuai (Most suitable )

Tot al 28. 519 100

mukiman dan hutan) sebagai pembatas (con- telah digunakan oleh Hossain et al. (2007) dan
straint) untuk kegiatan budidaya ikan lele. Radiarta et al. (2009) dalam kajian mereka
Penggunaan faktor pembatas untuk peman- mengenai kesesuaian lahan budidaya udang
faatan lahan hutan dan perkampungan juga dan ikan nila.

314
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

(a) Kualitas perairan (b) Pemanfaatan lahan (c) Infrastruktur


Water quality sub-model Land use sub-model Infrastructure sub-model

Keterangan (Legend)
Batas kecamatan (Sub-district border)
Sangat sesuai (Most suitable) Kurang sesuai (Least suitable)
Sesuai (Suitable) Pembatas (Constraint)

Gambar 4. Peta tingkat kesesuaian lahan parameter kualitas air (a), pemanfaatan lahan (b), dan
infrastruktur (c) untuk budidaya ikan lele di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat
Figure 4. Map of suitability sites for water quality (a), land use (b), and infrastructure (c) for
catfish aquaculture in the minapolitan area of Bogor District, West Java Province

Tabel 5. Luasan (ha) dan persentase (%) tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya ikan lele
di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Luasan area potensial
adalah 28.519 ha
Table 5. Areas (ha) and different suitability levels (%) for catfish aquaculture in the minapolitan
area of Bogor District West Java Province. Total potential area is 28,519 ha

Sangat sesuai Sesuai Kurang sesuai Pembat as


Paramet er Most suit able Suit able Least suit able Const raint
Variable
ha % ha % ha % ha %

Kualitas air
26.834 94 1.685 6 0 0 0 0
Water quality
Infrastruktur
11.456 40 16.712 59 351 1 0 0
Infrastructure
Pemanfaatan lahan
5.423 19 6.292 22 9.139 32 7.665 27
Land use type
Total kelay akan lahan
8.789 31 12.065 42 0 0 7.665 27
Overall suitability of site

Dukungan infrastruktur untuk kegiatan Dengan menggabungkan seluruh para-


budidaya ikan lele yang masuk dalam ketegori meter dan sub-model, akhirnya diperoleh
sangat sesuai seluas 11.456 ha (40%), se- tingkat kesesuaian lahan untuk budidaya ikan
lebihnya seluas 16.712 ha (59%) masuk dalam lele (Gambar 5 dan Tabel 5). Dari total luasan
kategori sesuai dan kategori kurang sesuai potensial untuk budidaya ikan lele (28.519 ha),
seluas 351 ha (1%) yang tersebar di Parung kategori sangat sesuai ditemukan sekitar 8.789
dan Kemang (Gambar 4c). ha (31%). Kategori sesuai ditemukan sebesar

315
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

12.065 ha (42%). Lokasi dengan kategori nologi dan kesesuaian lahan budidaya ikan
sangat sesuai umumnya didukung oleh kondisi lele.
kualitas perairan yang baik, pemanfaatan lahan
Pada umumnya pembudidaya ikan lele
yang sesuai, dan infrastruktur yang memadai.
di kawasan minapolitan Kabupaten Bogor
Secara umum lokasi ini tersebar secara merata
sudah menerapkan teknologi semi-intensif
di keempat kecamatan minapolitan Kabupaten
dan tradisional, dengan kisaran produksi per
Bogor, meliputi Kecamatan Ciseeng, Keca-
siklus per m2 antara 15-30 kg. Berdasarkan
matan Gunung Sindur, Kecamatan Parung, dan
data statistik menunjukkan bahwa produksi
Kecamatan Kemang (Gambar 5).
ikan lele dari kawasan minapolitan sebesar
Analisis spasial yang diperoleh dari pe- 24.072,98 ton dari luas areal 1.075,94 ha atau
nelitian ini menunjukkan hasil yang sangat setara dengan 2,24 kg/m2 (Anonim, 2010).
revelan dengan penetapan Kecamatan Dengan asumsi produktivitas lahan sama
Ciseeng sebagai sentra pengembangan dengan tahun 2010 dan luasan areal ke-
minapolitan, dan Kecamatan Gunung Sindur, sesuaian yang diperoleh dari hasil penelitian
Kecamatan Parung, dan Kecamatan Kemang ini menjadi 20.854 ha di mana 20% dari
sebagai daerah penyangga. Dari hasil kun- areal tersebut diperuntukkan kolam budidaya
jungan lapangan menunjukkan bahwa aktivitas lele, maka produksi lele akan meningkat
kegiatan budidaya ikan lele di Kecamatan mendekati sekitar 93,300 ton dengan meng-
Ciseeng sudah berjalan dengan baik, termasuk gunakan teknologi tradisional. Jika tingkat
di daerah penyangganya. teknologi yang diterapkan adalah semi-
Implementasi Estimasi Produksi intensif, maka peningkatan produksi akan
terjadi secara signifikan yaitu mencapai
Hasil analisis kesesuian lahan menunjukkan 625.620 ton. Apabila nilai produksi ber-
potensi yang cukup besar untuk pengem- dasarkan teknologi tradisional tersebut dapat
bangan budidaya ikan lele di kawasan mina- diimplementasikan maka produksi lele dari
politan Kabupaten Bogor. Tabel 6 menunjukkan wilayah minapolitan Bogor akan mengisi
estimasi produksi berdasarkan tingkat tek- target produksi nasional sebesar 175,000 ton.

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E


6 o21’S
6 o24’S
6 o27’S

0 10 20

Kilometers

Keterangan (Legend)
Batas kecamatan (Sub-district border)
6 o30’S

Sangat sesuai (Most suitable)


Sesuai (Suitable)
Kurang sesuai (Least suitable)
Pembatas (Constraint)

106o36’E 106o39’E 106o42’E 106o45’E

Gambar 5. Peta akhir kesesuaian lahan budidaya ikan lele di kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat
Figure 5. Final map of suitability site for catfish aquaculture in the minapolitan
area of Bogor District West Java Province

316
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

Tabel 6. Prakiraan produksi ikan lele konsumsi sesuai dengan tingkat


kesesuaian lahan dan tingkat teknologi yang digunakan di kawasan
minapolitan Kabupaten Bogor
Table 6. Production estimation for catfish based on suitability site and
applied technology in the minapolitan area of Bogor District

Pro duksi berdasarkan


t ingkat t ekno lo gi *
Luasan Est im at ion product ion
Kesesuaian lahan
Area based on applied t echnology ( t o n)
Suit abilit y sit e
( ha)
Semi int ensif Tradisio nal
( Sem i int ensive )** ( Tradit ional )***

Sangat sesuai
8.789 263.670 39.329
Most suitable
Sesuai
12.065 361.950 53.988
Suitable

Jumlah 20. 854 625. 620 93. 317

Keterangan (Note):
*
Pemanfaatan lahan produktif diproyeksikan hanya sebesar 20 % untuk tipe
lahan sangat sesuai dan sesuai. Perhitungan pada tabel di atas mengambil nilai
tengah rata-rata pada nilai kisaran produksi
**
Produksi/m2 = 10-20 kg dengan teknologi semi-intensif
***
Produksi/m2 = 2-7.5 kg dengan teknologi tradisional

Strategi Pengembangan Budidaya Ikan indukan yang berkualitas. Pada umumnya


Lele petani pembenih menggunakan indukan
berasal dari hasil pilihan (ikan dipilih yang
Sistem usaha budidaya ikan lele di kawasan besar-besar dari populasi) yang berasal dari
minapolitan Kabupaten Bogor terdiri atas tiga petani pembesar (ikan dengan ukuran terlalu
segmen usaha yaitu (Nugroho, 2011): (1) besar yang tidak diterima pasar). Hanya
pembenihan (proses menghasilkan benih sebagian kecil petani pembenih yang sudah
sampai dengan ukuran 2-3 cm dengan lama menggunakan indukan yang bersertifikat.
pemeliharaan sekitar 20 hari), (2) pendederan Penggunaan indukan yang kurang berkualitas,
(segmen usaha mendederkan benih ukuran 2- akan menghasilkan benih ikan yang berkualitas
3 cm sampai dengan ukuran 10-12 cm dengan rendah. Dampaknya akan dirasakan langsung
lama usaha 1-2 bulan), dan (3) pembesaran oleh petani pembesar, ikan yang dipeliharanya
(segmen usaha membesarkan ikan dari ukuran lambat tumbuh pada akhirnya biaya pakan
10-12 cm menjadi ikan konsumsi ukuran bobot tinggi sehingga marjin usaha menjadi kecil.
125-150 g dengan lama pemeliharaan sampai Permasalahan teknis lainnya yang dijumpai
dengan 2 bulan). Ketiga segmen usaha adalah rendahnya sintasan benih, dikarenakan
tersebut sudah terzonasi dengan baik di banyak kematian saat ikan umur 1-2 minggu
kawasan minapolitan Kabupaten Bogor. Pem- dari waktu menetas. Hal ini sangat erat
budidaya secara alamiah sudah menyesuaikan kaitannya dengan kualitas indukan yang
daerahnya masing-masing berdasarkan kriteria dipergunakan, manajemen pakan induk, dan
keperluan lingkungan yang optimum untuk kriteria pemilihan induk saat pemijahan.
segmen usahanya. Perkembangan ketiga
Pada segmen pendederan, hal yang banyak
segmen tersebut tidak terlepas dari per-
dikeluhkan oleh petani di kawasan minapolitan
masalahan yang dihadapi baik sifatnya teknis
Kabupaten Bogor, yaitu rendahnya sintasan
maupun non teknis.
benih ukuran dederan. Masalah ini sangat erat
Permasalahan utama pada segmen pem- kaitannya dengan lingkungan pemeliharaan
benihan yaitu masih sulitnya diperoleh sumber (kualitas air). Persepsi masyarakat masih

317
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

beranggapan bahwa ikan lele adalah ikan yang pejantan didapatkan dari daerah yang jauh
kebal pada lingkungan yang jelek, padahal dari lokasi farm dan yakin induk yang
tidak demikian untuk ikan lele ukuran benih/ digunakan tidak sedarah (tidak terjadi
dederan. Kondisi kualitas air optimum untuk perkawinan sedarah “inbreeding”). Selain
keperluan pendederan beberapa parameter itu, peran instansi penelitian dan pengem-
penentu adalah suhu air dan kadar amonia bangan pemerintah dalam memperkenalkan
(Hardjamulia et al., 1992). Suhu yang ideal indukan berkualitas ke pengguna (pem-
untuk ikan lele adalah 28oC-30oC. Fluktuasi budidaya) diharapkan dapat memperbaiki
suhu lebih dari 4oC mengakibatkan stres dan kualitas induk.
pada akhirnya ikan mudah kena penyakit 2. Perbaikan kualitas pakan induk dan ling-
sehingga dapat menyebabkan kematian. kungan pemeliharaannya. Pakan induk
Pengetahuan petani tentang sifat-sifat biologi yang dipersyaratkan agar menghasilkan
ikan lele menjadi persyaratan utama yang kualitas benih unggul memiliki kadar
harus dimiliki, sehingga para petani dapat protein minimal 30% dan pemberiannya 1,8
mengaplikasikan dan menyiasatinya apabila sampai dengan 2% per bobot biomassa per
ada permasalahan lingkungan yang muncul. hari. Agar indukan nyaman dalam kolam
Hal lain yang menyebabkan banyak ke- pemeliharaan persyaratan khusus yang
hilangan pada waktu pendederan adalah sifat diperlukan meliputi: kolam induk dapat
kanibalisme ikan lele. Hal ini dapat diatasi menggunakan kolam dengan dinding beton
dengan jalan melakukan grading pada saat dan dasar dari tanah. Luasan 50 m2 dapat
awal sebelum ikan ditebar ke kolam pen- menampung induk 70-120 kg induk (jantan
dederan, kondisi ikan yang hampir seragam dan betina dipisah). Air masuk dapat diatur
ukurannya dapat mengurangi tingkat dengan debit 4-7 L/menit. Kedalaman kolam
kanibalisme. 80-100 cm. Untuk merangsang pemben-
tukan gonad pada musim kemarau dapat
Kendala utama pada segmen pembesaran
dilakukan dengan menurunkan dan me-
adalah harga pakan yang terlalu mahal,
naikkan permukaan air kolam. Dengan
dibandingkan dengan kondisi harga jual ikan
kondisi tersebut selain akan menghasilkan
ukuran konsumsi, sehingga petani umumnya
benih yang berkualitas, juga akan mem-
mendapatkan marjin kecil. Pada kondisi
percepat masa pemulihan induk setelah
demikian petani melakukan upaya/berinisiatif
dipijahkan dan akan meningkatkan
mencari pakan pengganti (pakan buatan).
produktivitas indukan.
Pembudidaya umumnya menggunakan limbah
(limbah potong ternak ayam atau produk olahan 3. Permasalahan kematian benih umur 1-2
daging rijek) sebagai pakan yang diberikan minggu, juga dipengaruhi oleh kualitas
secara langsung ke ikan lele.Hal ini bila indukan, terutama ditentukan pada pe-
berlangsung terus-menerus dikhawatirkan milihan induk untuk dipijahkan. Pemilihan
akan mengganggu lingkungan, baik itu ling- induk dengan kualitas telur yang baik akan
kungan kolam budidaya atau lingkungan menentukan tingkat penetasan dan kualitas
sekitarnya, bahkan tidak mustahil akan larva, dan tentunya akan menentukan
berdampak pada aspek pemasaran. sintasan benih pada proses berikutnya.
Permasalahan ini dapat diupayakan secara
Untuk memperkecil atau menghilangkan teknis yaitu melalui pemeriksaan ke-
permasalahan yang muncul dalam usaha matangan gonad induk betina dapat di-
pengembangan budidaya ikan lele di kawasan lakukan melalui proses kanulasi dengan
minapolitan dapat ditempuh dengan berbagai menggunakan kateter diameter 3 mm. Telur
langkah strategi di antaranya: yang cukup baik sebagai syarat untuk
1. Perbaikan kualitas induk. Diupayakan proses pemijahan memiliki ciri-ciri: diameter
petani memperoleh indukan yang ber- telur berkisar antara 1,1-1,3 mm; berukuran
sertifikat, apabila hal tersebut tidak bisa seragam, warna jernih, jika dicek inti telur
dicapai maka hal yang dapat dilakukan oleh sudah ke tepi. Sedangkan induk jantan
petani pembenih yaitu mengusahakan agar diperiksa dengan melihat kelamin. Kelamin
indukan jantan dan betina yang dipijahkan ikan lele matang gonad berwarna ke-
tidak berasal dari satu keturunan. Induk merahan, kelamin panjang sebaiknya dapat
pejantan bisa didapatkan dari daearah lain mencapai sirip anal, dan tidak bengkok.
misalnya untuk induk betina dihasilkan dari Dalam memeriksa kematangan gonad,
proses seleksi di farm sendiri sedangkan usahakan sesingkat dan jangan sampai

318
Pengembangan budidaya ikan lele di kawasan ..... (I Nyoman Radiarta)

menimbulkan luka pada induk karena akan Bogor atas bantuannya selama kegiatan
mempengaruhi pemijahan. Untuk mem- lapangan. Kami juga mengucapkan terima kasih
bantu kematangan telur secara serentak, kepada tim survai minapolitan: Prof. Dr. Achmad
dapat digunakan hormon HCG. Hal lain yang Sudradjat, Idil Adri, dan Imam Taufik yang telah
harus diperhatikan adalah keperluan pakan membantu kelancaran pengumpulan data
benih harus tercukupi baik jumlah maupun lapangan. Penelitian ini merupakan bagian dari
kualitasnya (tepat waktu, mutu, dan jumlah). penelitian Kajian Kesesuaian Lahan untuk
Minapolitan Pusat Penelitian dan Pengem-
4. Untuk meningkatkan marjin usaha para
bangan Perikanan Budidaya Tahun Anggaran
petani pembesar dapat dilakukan melalui
2011.
penyediaan benih berkualitas, sehingga
dapat cepat tumbuh dengan masa pe- DAFTAR ACUAN
meliharaan yang singkat dan penyediaan
pakan murah agar diperoleh marjin usaha Anonim. 2001. Peraturan Pemerintah Republik
tinggi. Langkah-langkah yang perlu di- Indonesia No. 82 tentang pengelolaan
upayakan untuk penyediaan pakan murah/ kualitas air dan pengendalian pencemaran
ekonomis diperlukan kerja sama yang baik air, 46 hlm.
antara pemerintah, kelompok tani, dan Anonim. 2010. Masterplan minapolitan
pengusaha. Pembekalan pengetahuan Kabupaten Bogor. Kerja sama Bappeda
pembuatan pakan secara mandiri dengan Kabupaten Bogor dengan Pusat Studi
menggunakan bahan baku lokal spesifik, Pembangunann Pertanian Desa, Institut
merupakan alternatif terbaik agar ke- Pertanian Bogor, 105 hlm.
berlanjutan usaha ini akan tetap mem- Clark, W.A.V. & Hosking, P.L. 1986. Statistical
perhatikan lingkungan. Methods for Geographers. John Wiley &
Sons, Inc., 513 pp.
KESIMPULAN
Burrough, P.A. & McDonnell, R.A. 1998. Prin-
Berdasarkan hasil kajian lahan pada empat ciple of geographical information systems.
kecamatan wilayah pengembangan mina- Oxford University Press, 327 pp.
politan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa Durborow, R.M. 2000. Catfish Farming in Ken-
kondisi kualitas perairan masih mendukung tucky. Aquaculture Program Kentucky
untuk pengembangan budidaya ikan lele. State University Frankfort, Kentucky, 111
Analisis spasial kesesuaian lahan dari total pp.
potensial area sebesar 28.519 ha menun- Hardjamulia, A., Sumantri, S., Utami, R.,
jukkan luasan sekitar 20.854 ha dengan Komarudin, O., Sadeli, D., Widiyati, A.,
kategori sangat sesuai (8.789 ha) dan sesuai Praseno, O., Insan, I., Bastiawan, D., Affiati,
(12.065 ha). Lokasi ini tersebar secara merata N., Chumaidi, & Suhenda, N. 1992. Pedoman
di empat kecamatan minapolitan. Berdasarkan teknis pembenihan ikan lele (Clarias
tingkat teknologi yang berkembang di batrachus). Seri pengembangan hasil
Kabupaten Bogor, dengan memanfaatkan penelitian perikanan No. PHP/KAN/PT/20/
hanya 20% dari luasan lahan tersebut dapat 1992. Badan Penelitian dan Pengembangan
memproduksi dalam satu siklus sekitar 625.620 Pertanian. Departemen Pertanian, 54 hlm.
ton dengan teknologi semi-intensif atau Hollingsworth, C.S., Baldwin, R., Wilda, K., Ellis,
93.317 ton dengan teknologi tradisional. R., & Soares, S. 2006. Best Management
Implementasi dari analisis kesesuaian lahan ini Practices for Finfish Aquaculture in Massa-
harus didukung dengan strategi pengem- chusetts. Western Massachusetts Center
bangan mulai dari segmen pembenihan sampai for Sustainable Aquaculture. University of
pada segmen pembesaran. Hasil dari pene- Massachusetts Extension, 54 pp.
litian ini diharapkan dapat menjadi data dasar Hossain, M.S., Chowdhury, S.R., Das, N.G., &
dan masukkan bagi instansi terkait yang Rahaman, M.M. 2007. Multi-criteria evalua-
berguna bagi perencanaan dan pemanfaatan tion approach to GIS-based land-suitability
lahan untuk mendukung pelaksanaan classification for tilapia farming in
minapolitan. Bangladesh. Aquaculture International, 15:
UCAPAN TERIMA KASIH 425-443.
Hossain, M.S., Chowdhury, S.R., Das, N.G.,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sharifuzzaman, S.M., & Sultana, A. 2009.
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Integration of GIS and multicriteria decision

319
J. Ris. Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun 2012: 307-320

analysis for urban aquaculture develop- Timur. Dalam: Djumanto, Dwiyitno,


ment in Bangladesh. Landscape and Urban Chasanah, E., Heruwati, E.S., Irianto, H.E.,
Planning, 90: 119-133. Saksono, H., Lelana, I.Y.B., Basmal, J.,
Johnson, K. & McChow, J. 2001. Using ArcGIS Murniyati, Murwantoko, Probosunu, N.,
spatial analysis. Environmental Systems Peranginangin, R., Rustadi, & Ustadi (Eds.),
Research Institute (ESRI), Inc, USA, 236 pp. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI
Malczewski, J. 1999. GIS and mutlicriteria deci- Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
sion analysis. John Wiley & Sons. New York, Tahun 2009; Jilid I: Budidaya Perikanan.
392 pp. Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Morain, S. 1999. GIS Solution in Natural Re-
Yogyakarta; Indonesian Network on Fish
source Management: Balancing the Tech-
Health Management, Bogor dan Badan Riset
nical-Political Equation. OnWord Press. USA,
Kelautan dan Perikanan, Jakarta. RB-18, hlm.
361 pp.
1-10.
Nath, S.S., Bolte, J.P., Ross, L.G., & Aguilar-
Saaty, T.L. 1977. A Scaling Method for Prio-
Manjarrez, J. 2000. Applications of geo-
rities in Hierarchical Structures. J. of
graphical information systems (GIS) for
Mathematical Psychology, 15: 234-281.
spatial decision support in aquaculture.
Aquacultural Engineering, 23: 233-278. Salam, M.A., Khatun, N.A., & Ali, M.M. 2005. Carp
farming potential in Barthatta Upazilla,
Nugroho, E. 2011. Kiat agribisnis lele. Panduan
Bangladesh: a GIS methodological perspec-
teknis dan non teknis pembenihan dan
tive. Aquaculture, 245: 75-87.
pembesaran. Penebar Swadaya, Jakarta, 66
hlm. Swann, L. 1996. A Fish Farmer’s Guide to Un-
derstanding Water Quality. Illinois-Indiana
Purba, N.P. & Khan, A.M.A. 2010. Karakateristik
Sea Grant Program. Department of Animal
Fisika-Kimia Perairan Pantai Dumai pada
Sciences. Purdue University. Fact Sheet
Musim Peralihan. J. Akuatika, I(1): 69-83.
AS-503, 8 pp.
Radiarta, I N., Albasri, H., & Saputra, A. 2009.
Treece, G.D. 2000. Site selection. In Stickney
Pemetaan kelayakan lahan untuk pengem-
(Ed.). Encyclopedia of aquaculture. A Wiley-
bangan budidaya ikan nila di Kecamatan
Interscience Publication, p. 869-879.
Wajak Kabupaten Malang Provinsi Jawa

320

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai