Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR

TINJAUAN
KEBIJAKAN 2

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 1


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK


Kabupaten Gresik memiliki kawasan pesisir dan pulau kecil, yaitu Pulau Bawean yang
memilki potensi cukup baik. Memilki potensi yang besar, baik potensi perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya (tambak) dengan jenis komoditi yang cukup bervariasi yaitu berupa
tiram/kerang, ikan kerapu, teripang, dan rumput laut.
Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:
a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya, dan industri
pengolahan hasil perikanan; dan
b. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Kebijakan kawasan peruntukan perikanan, dilakukan melalui pengembangan kawasan
budidaya perikanan. Strategi pengembangan kawasan budidaya perikanan dan pengolahan ikan
yang produktif dan ramah lingkungan, meliputi:
a. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat;
b. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat dan
distribusi (minapolitan)
c. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat dalam pengembangan budidaya
perikanan; dan
d. Mengembangkan sistem pemasaran hasil perikanan sampai ekspor.

2.1.1 Perikanan Tangkap


Sektor perikanan tangkap di perairan pantai utara Kabupaten Gresik memiliki fungsi
pemanfaatan sebagai fishing ground nelayan tradisional dengan alat tangkap bubu, sero, gillnet,
dan pancing. Kawasan Perikanan tangkap tersebut tersebar antara lain pada Kec. Manyar, Kec.
Bungah, Kec. Sidayu, Kec. Ujung Pangkah, Kec. Panceng.
Kawasan penangkapan ikan meliputi:
a. Kawasan penangkapan terbatas untuk ikan karang yang menggunakan alat tangkap
pancing di Kecamatan Sangkapura dan Tambak dengan luas kurang lebih 9.744 Ha;
b. Kawasan penangkapan dengan alat tangkap jaring dan pancing di Kecamatan
Sangkapura dan Tambak dengan luas kurang lebih 57.340 Ha;
c. Kawasan penangkapan dengan alat tangkap sero dan bubu di Kecamatan Panceng,
Ujungpangkah, Sidayu, dan Bungah dengan luas kurang lebih 5.455 Ha;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 2


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

d. Kawasan penangkapan dengan alat tangkap pancing dan jaring insang di Kecamatan
Panceng, Ujungpangkah, Sidayu, Bungah, dan Manyar dengan luas kurang lebih 83.828
Ha;
e. Kawasan penangkapan untuk ikan pelagis yang menggunakan alat tangkap jaring di
wilayah setelah 4 mil sampai dengan 12 mil dengan luas kurang lebih 63.589 Ha; dan
f. Fishing Ground Nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring dan pancing meliputi
wilayah perairan yang berada di atas 12 mil dengan luas kurang lebih 227.193 Ha.

2.1.2 Perikanan Budidaya


Penggunaan lahan tambak berdasarkan RTR Gresik Kota, terjadi pengurangan luas
lahan tambak untuk kebutuhan industri dan permukiman, yaitu seluas 762,93 Ha. Luas lahan
tambak adalah 15% dari luas total, yaitu 17.399 ha. Potensi tambak paling besar terdapat di
Kecamatan Duduksampeyan, Manyar, Bungah, Sidayu, Dukun, dan Ujungpangkah, dengan luas
berkisar antara 1000 – 3000 ha.
Sektor perikanan tambak di Kabupaten Gresik merupakan sektor yang potensial
dikembangkan dan areal tambak di kabupaten ini termasuk mendominasi kawasan yaitu sebesar
14,60% dari total wilayah. Konversi lahan tambak sampai tahun 2030 adalah di Kecamatan
Cerme seluas 2.763 ha, Manyar seluas 895 ha, Ujungpangkah seluas 2.384 ha. Kebijaksanaan
penataan ruang yang diambil untuk pengembangan dan penataan kawasan ini meliputi:
1. Pengembangan kawasan pertanian di area waduk dengan tetap menjaga fungsi
perlindungannya terhadap keberadaan daerah waduk sebagai daerah resapan air dan sumber
air bersih.
2. Pengendalian kawasan perikanan non waduk dengan memperhatikan penggunaan lahan
sekitarnya yang sudah ada. Pembatasan pengkonversian area tambak untuk penggunaan
lahan lainnya. Kawasan budidaya laut, meliputi:
a. Kawasan budidaya kerang di Kecamatan Panceng dengan luas kurang lebih 2.065 Ha;
dan
b. Kawasan budidaya Budidaya Kakap, Kerapu, dan Rumput Laut di Kecamatan
Sangkapura dan Tambak dengan luas kurang lebih 608 Ha.

2.2 RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK)

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 3


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Adapun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) yang dijadikan acuan dalam
pengerjaan ini terdiri dari Kecamatan Benjeng, Kecamatan Bungah, Kecamatan Cerme,
Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Manyar, Kecamatan
Menganti, Kecamatan Sidayu, dan Kecamatan Wringinanom.

2.2.1 RDTRK Kecamatan Benjeng


A. Kawasan Tambak
Kebijakan pengembangan kawasan tambak :
Pengembangan kawasan tambak produktif dan ramah lingkungan.
Strategi yang dilakukan :
1. Memelihara kualitas tambak untuk
pengembangan perikanan darat;
2. Pengembangan pengolahan hasil perikanan
(diversifikasi);
3. Memberikan pembinaan, penyuluhan,
pelatihan kepada nelayan untuk peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil
perikanan;
4. Pengembangan kemitraan dengan
masyarakat dalam pengembangan perikanan;
5. Pengembangan sistem pemasaran;
6. Pemeliharaan jaringan irigasi untuk megairi
tambak dengan menentukan sempadan jaringan irigasi tambak.
7. Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk
menjaga mata rantai perikanan laut.
Kawasan Tambak di Kecamatan Benjeng yang tetap dipertahankan berada di bagian
utara tepatnya di Desa Metatu dan Pundutrate. Kawasan ini diharapkan dikembangkan menjadi
tambak payau.
B. Kawasan Industri dan Pergudangan
Kebijakan pengembangan kawasan industri dan pergudangan:
Pengembangan kawasan industri dan pergudangan yang produktif dan ramah
lingkungan.
Strategi yang dilakukan :
1. Pengembangan dan pemberdayaan industri
kecil dan home industry untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan,
dan perikanan laut;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 4


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2. Pengembangan pusat promosi dan


pemasaran hasil industri kecil dan kerajinan;
3. Pengembangan industri yang mengolah
bahan dasar hasil tambang;
4. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
pengelolaan kegiatan industri, antara lain penyediaan hunian dan berbagai fasilitas
lingkungan bagi karyawan atau buruh industri, serta sarana dan prasarana pendukung
keterkaitan proses produksi (hulu-hilir);
5. Penyediaan IPAL baik secara individual
maupun komunal (sharing), khususnya bagi industri polluted;
6. Pengembangan industri non polutan di
kawasan yang berdekatan dengan perumahan;
7. Pengembangan jaringan transportasi yang
memadai di kawasan industri;
8. Pengembangan jaringan utilitas yang
memadai di kawasan industri.
9. Penggunaan metode dan/atau teknologi
ramah lingkungan;
10. Pengembangan zona industri polutif
berjauhan dengan kawasan permukiman;
C. Analisa Drainase
Pemikiran penyelesaian masalah drainase/sungai daerah perencanaan pengembangan
tata guna lahan harus seimbang. Berkaitan dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Benjeng ini maka analisis drainase dari sumber-sumber air dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Pengembangan tata ruang Benjeng diarahkan kepada
pengembangan agroindustri, fasilitas umum dan perdagangan serta perumahan.
2. Lahan tambak ikan sebagian masih dipertahankan
3. Kali Lamong memiliki situasi yang berkelok-kelok dan
memiliki percabangan yang cukup banyak.
4. Kapasitas Kali Lamong yang mengalami degradasi sehingga
mengakibatkan genangan khususnya pada musim hujan.
a. Kondisi sungai yang ada

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 5


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Kecamatan Benjeng dilewati oleh aliran Kali Lamong dan beberapa anak sungainya,
bentuk layout sungai di Benjeng berkelok. Hingga saat ini sungai tersebut dimanfaatkan sebagai
aliran di musim hujan dan untuk sumber air irigasi serta tambak. DAS Kali Lamong meliputi
daerah diluar Kecamatan Benjeng, yakni Kecamatan Balongpanggang dan kecamatan di
Kabupaten Mojokerto.
Disamping potensi kali ini sebagai pengalir bagi sumber air irigasi dan tambak, kali ini
dapat mengakibatkan banjir karena kapasitasnya yang kurang dalam menampung air khususnya
di musim hujan. Dengan mempertimbangkan Rencana Pengembangan tata ruang, saluran sungai
ini perlu adanya perubahan penyesuaian tetapi harus mempertimbangkan fungsi dan perubahan
fungsi yang diakibatkan adanya perubahan tata ruang. Fungsi irigasi harus tetap
dipertimbangkan untuk meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan untuk mengantisipasi banjir
upaya normalisasi dan pembuatan tanggul haru diupayakan dengan kerjasama pemerintah
daerah dengan pemerintah provinsi dan instansi terkait lainnya.
b. Kondisi Waduk
Waduk yang ada di Kabupaten Gresik merupakan waduk lapangan, artinya, suatu
waduk dimana sumber airnya hanya mengandalkan dari hujan yang jatuh, di Kecamatan
Benjeng tidak terdapat mata air, atau tidak terdapat sungai dengan aliran yang mantap sebagai
inflow waduk yang ada, sementara airnya yang tersimpan di waduk dimanfaatkan sebagai
sumber air untuk irigasi dan tambak serta sumber air untuk air bersih. Oleh karena itu disekitar
waduk dimana daratannya sebagai DAS waduk, harus terjaga kondisinya supaya tidak tercemar
dan tidak tererosi, karena pencemaran lingkungan DAS akan mengakibatkan penurunan kualitas
air waduk dan erosi DAS mengakibatkan pendangkalan waduk yang pada akhirnya mengurangi
kapasitas.

2.2.2 RDTRK Kecamatan Cerme


A. Kawasan Perikanan
Kebijakan (1):
Pengembangan kawasan perikanan yang produktif dan ramah lingkungan.
Strategi:
1. Memelihara kualitas sungai untuk pengembangan perikanan darat;
2. Pengembangan sistem mina padi;
3. Pengembangan pengolahan hasil perikanan tambak (diversifikasi);
4. Memberikan pembinaan, penyuluhan, pelatihan kepada petani tambak untuk
peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan;
5. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat dalam pengembangan perikanan
tambak;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 6


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

6. Pengembangan sistem pemasaran sampai eksport hasil peternakan.


A. Kawasan Tambak
Kebijakan (1) :
Pengembangan kawasan tambak produktif dan ramah lingkungan.
Strategi :
1. Memelihara kualitas tambak untuk pengembangan perikanan
darat;
2. Pengembangan pengolahan hasil perikanan (diversifikasi);
3. Memberikan pembinaan, penyuluhan, pelatihan kepada nelayan
untuk peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perikanan;
4. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat dalam
pengembangan perikanan;
5. Pengembangan sistem pemasaran
6. Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai
perikanan laut.

2.2.3 RDTRK Kecamatan Duduksampeyan


A. Strategi dan Kebijaksanaan Pengembangan Struktur Tata Ruang Wilayah
Dalam pengembangan wilayah Kecamatan Duduk Sampeyan maka digunakan strategi
pengembangan struktur tata ruang wilayah kota dengan meningkatkan fungsi dan peranan
Kecamatan Duduk Sampeyan. Melalui strategi tersebut ditentukan kebijaksanaan yang terkait
dengan aspek-aspek yang mempengaruhi struktur tata ruang wilayah. Adapun fungsi dan
peranan wilayah Kecamatan Duduk Sampeyan yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan primer dengan skala pelayanan regional dan skala kota:
 Pertanian,
 Perikanan darat,
 Perdagangan dan jasa,
 Industri Kecil.
2. Kegiatan sekunder dengan skala pelayanan Kecamatan Duduk Sampeyan dan skala
pelayanan lokal :
 Perdagangan dan jasa,
 Perkantoran,

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 7


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

 Pendidikan,
 Kesehatan,
 Transportasi,
 Olah Raga.
Untuk meningkatkan fungsi dan peranan Kecamatan Duduk Sampeyan secara
keseluruhan adalah dengan cara mengoptimalkan fungsi Kecamatan Duduk Sampeyan sebagai
SWP II. Penetapan struktur ruang tersebut dengan pengembangan struktur ruang yang baru
sesuai dengan perkembangan yang ada di lapangan dengan membagi 6 SKP. Tiap SKP terdiri
dari beberapa unit lingkungan untuk pelayanan lokal. Pengembangan struktur diutamakan
dengan pengembangan akses-akses internal yang dapat menghubungkan antar wilayah secara
internal. Dengan pengembangan tersebut diharapkan bentuk kota dapat lebih kompak dan dapat
membentuk struktur tata ruang yang lebih ideal.
Berdasarkan tinjauan eksternal Kabupaten Gresik mempunyai fungsi dan peran sebagai
pendukung kegiatan pusat SWP II, yaitu :
1. Mendorong aktivitas perdagangan,
2. Mendorong aktivitas pertumbuhan tanaman pertanian,
3. Mendorong pertumbuhan aktivitas pengolahan hasil perikanan,
4. Mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil.
Sedangkan Kecamatan Duduk Sampeyan merupakan SWP II dengan adanya kegiatan
yang menonjol seperti perdagangan jasa untuk wilayah perbatasan, transportasi regional yaitu
jalan arteri primer yang menghubungan Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan.
 Tujuan
Mengfungsikan secara maksimal wilayah Kecamatan Duduk Sampeyan sebagai
pendukung SWP II dan dapat merangsang pertumbuhan/ perkembangan kawasan
perbatasan.
 Sasaran
 Pengembangan potensi-potensi sektor yang ada di Kecamatan Duduk Sampeyan dan
kegiatan yang mempunyai skala pelayanan regional, misalnya perdagangan dan jasa,
pertanian, perikanan darat, dan sektor-sektor lainnya yang mampu melayani wilayah
Kecamatan Duduk Sampeyan secara internal maupun wilayah sekitarnya (Kecamatan
Deket Kabupaten Lamongan, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan
Kebomas dan Kecamatan Manyar).
 Pengembangan keterkaitan akses regional, penataan sarana dan prasarana transportasi
sebagai penunjang pergerakan barang dan manusia.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 8


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

B. Kegiatan Perikanan
1. Kawasan Tambak
Kegiatan perikanan di Kecamatan Duduk Sampeyan adalah berupa tambak-tambak ikan
dimana sebagian besar merupakan tambak air tawar. Kawasan Tambak di Kecamatan Duduk
Sampeyan sangat mendominasi penggunaan lahan. Kawasan tambak ini berada di sebelah utara
jalan raya Duduk Sampeyan. Komoditi yang dihasilkan dari tambak ikan ini antara lain ikan
bandeng, udang windu, ikan mas, ikan tawes, dan ikan nila/mujair.
Dalam perencanaan wilayah di Kecamatan Duduk Sampeyan tidak seluruh kawasan
ambak ini dipertahankan, namun sebagian dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun untuk
meningkatkan struktur tingkat kekotaan dan sebagai pelayanan penduduk sampai tahun 2028.
Kawasan tambak yang dipertahankan direncanakan sebagai agroindustri tambak, hal in untuk
meningkatkan perekonomian penduduk dari sektor perikanan. Oleh karena itu pada wilayah
Kecamatan Duduk Sampeyan pada masa mendatang perlu diperhitungkan berapa luas lahan
tambak yang akan berubah menjadi bagian terbangun dan berapa jumlah jiwa yang
berada/bergerak di sektor pertanian akan tergusur, yang tentunya harus dipikirkan dan
dikembangkan lapangan kerja di sektor-sektor sekunder maupun primer sebagai alih profesi
yang masih ada hubungannya.
Melihat kondisi tersebut diatas maka yang perlu dilakukan adalah :
 Usaha-usaha untuk mempertahankan surplus produksi perikanan diupayakan selalu
terjadi peningkatan produksi.
 Perlu diseimbangkan antara jumlah tenaga kerja dan lahan kerja yang tetap.
Sebagai arahan pengembangan adalah mempertahankan kawasan budidaya tambak di
Kecamatan Duduk Sampeyan dengan memberi insentif dan disinsentif. Hal ini untuk menjaga
identitas kawasan sebagai penghasil komoditi perikanan tambak. Selain itu karena dominasi
penggunaan lahan di Kecamatan Duduk Sampeyan pada jenis penggunaan lahan tambak
mempunyai kontribusi perekonomian yang potensial. Untuk meningkatkan potensi perikanan di
wilayah ini maka dibutuhkan pasar untuk melayani sektor ini.
Rencana pengembangan ekonomi pada sektor perikanan ini merupakan sektor ekonomi
yang paling besar, karena penggunaan lahan dari Kecamatan Duduk Sampeyan hampir sebagian
Ikan
besar daerah bagian utara kecamatan berupa empang. Ikan-ikan hasil tangkapan dapat diolah
menjadi ikan asin, ikan kering dan ikan-kan olahan menjadi campuran bahan makanan. Setelah
hasil pengolahan tersebut sebelum masuk ke dalam pasaran perlu adanya pengemasan. Untuk
Ikan Segar
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini. PASAR

Usaha Pengelolaan:
Ikan Asin
PenyusunanIkan
Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan
Olahan 9
Ikan Kering di Kabupaten Gresik
Kemasan
Abon
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.1 Skema Pengolahan Hasil Perikanan


2. Kawasan Wisata
Kecamatan Duduk Sampeyan sebagian besar memiliki penggunaan lahan berupa
tambak. Potesi dan prospek perikanan di wilayan perencanaan sangat besar. Selain memilki
potensi hasil perikanan, di Kecamatan Duduk Sampeyan berpotensi dikembangkan kawasan
wisata pemancingan yang direncanakan di Desa Setrohadi tepatnya di SKP II UL-6 yang
didukung oleh kondisi fisiknya yang terdapat sungai Wangen.
Kegiatan agropolitan untuk tambak hampir sama dengan kegiatan agropolitan untuk
pertanian. Pengolahan kegiatan agropolitan tambak ini dominan dengan pengolahan tambak
untuk bandeng, udang, nener dan lain sebagainya (tambak air tawar) serta pengelolaan tambak
dan hasil tambak. Arahan untuk kawasan agropolitan tambak adalah Desa Wadak Lor, Kramat
Kulon, Kemudi, Ambeng-Ambeng Watangrejo, Desa Palebon dan Desa Bendungan.
Kawasan ini terutama didominasi pada sisi utara jalan arteri Gresik-Lamongan.
Penggunaan tambak di kawasan ini untuk jenis ikan air payau dan juga untuk perikanan darat.
Pengembangan berdasarkan potensi kawasan ini dapat dilakukan melalui peningkatan peralatan
produksi dan juga keterslibatan masyarakat. Selain itu untuk mendukung peningkatan
produktifitas juga perlu dilakukan analisa mengenai kondisi lingkungan untuk menentukan
penanganan yang sesuai untuk dilakukan di kawasan ini dengan tujuan supaya dapat
mengurangi dampak negatif yang berpotensi timbul di wilayah kecamatan ini.
Selain sebagai penampung air pada saat hujan, kawasan tersebut dapat difungsikan
sebagai area pemancingan (wisata Hiburan/minat khusus). Lokasinya bisa pada area pinggir
jalan raya utama sehingga intensitas pengunjung lebih banyak.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 10


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.2 Rencana Penataan Kawasan Wisata Minat Khusus (Pemancingan)


C. Keterkaitan Kegiatan Ekonomi
Meningkatkan hasil perekonomian di Kecamatan Duduk Sampeyan akan sulit terwujud
apabila dilakukan secara individu, dalam artian tidak ada linkage system antara sektor-sektor
ekonomi yang ada. Pengembangan sektor ekonomi harus memiliki keterkaitan antara sektor
kegiatan ekonomi satu dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya. Berikut in adalah
kemungkinan-kemungkinan apabila sektor kegiatan ekonomi tersebut berjalan secara individu
1. Transaksi jual beli yang sulit karena tidak memiliki tempat yang sewajarnya
melakukan transaksi jual beli (pasar),
2. Potensi ekonomi kurang mendapat perhatian dari daerah luar,
3. Kurangnya inovasi dalam mengolah hasil produksi.
Untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkian tersebut perlu adanya keterkaitan yang
saling mendukung antar kegiatan ekonomi. Berikut ini adalah hubungan-hubungan yang mampu
terjalin dari kegiatan ekonomi di Kecamatan Duduk Sampeyan.

PETERNAKAN
PEMASARAN
INOVASI

PERIKANAN PERDAGANGA
N & JASA

PERTANIAN PENGELOLAAN
PROMOSI

INDUSTRI
KECIL

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 11


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.3 Keterkaitan Kegiatan Sektor-Sektor Ekonomi Skala Makro Kecamatan Duduk
Sampeyan

Dari bagan diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing kegiatan ekonomi memiliki
hubungan-hubungan keterkaitan yang kemudian diperlukan sebuah inovasi untuk
pengembangan sektor ekonomi. Inovasi-iovasi tersebut harus diakomodir lewat sebuah
pengelolaan yang baik untuk kemudian dipasarkan dan dipromosikan untuk mengenalkan
potensi perekonomian yang dimiliki Kecamatan Duduk Sampeyan. Dalam perencanaanya
masing-masing keterkatitan ini pasti membutuhkan tempat atau fasilitas untuk mendukung
kegiatan ekonomi. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini
Dari bagan tersebut bisa dilihat bahwa masing-masing kegiatan ekonomi mulai dari
kegiatan perikanan, kegiatan peternakan, kegiatan industri, kegiatan pertanian, dan kegiatan
perdagangan memiliki keterkaitan antar kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Dari masing-
masing keterkaitan tersebut membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang
tersebut antara lain :
1. Kegiatan Perikanan dengan Industri
Keterkaitan ini menghasilkan hasil olahan berupana ikan kering, ikan kaleng dan Abon
ikan. Untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan fasilitas pendukung seperti tempat
pengolahan dan pengemasan ikan. Fasilitas ini direncanakan pada SKP 2 UL-6 dengan luas
3000 m2. Selain itu hasil dari perikanan dapat langsung dijual, untuk penjualan ikan tersebut
membutuhkan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan yang direncanakan pada SKP-1 UL-2 dengan
luas 400 m2 atau bisa langsung dijual di pasar Duduk Sampeyan.

2.2.4 RDTRK Kecamatan Manyar


Sektor perikanan memiliki potensi lebih dibadingkan sektor pertanian yang lainnya.
Pengembangan program pada sektor perikanan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengembangan infrastruktur (aksesbilitas jalan antara daerah produksi dengan
daerah pemasaran, bantuan peralatan dan sebagainya)
b. Pengembangan sistem pemasaran baik dilihat dari aspek kelembagaan maupun
teknologinya
c. Pengembangan bantuan permodalan dan bantuan teknis dalam bentuk
pengenalan teknologi-teknologi baru bagi petani ikan yang produkif
Kawasan Tambak di Kecamatan Manyar yang tetap dipertahankan berada di bagian
barat tepatnya di Desa Sembayat, Gumeno, Desa Ngampel, Desa Pejanggan, Desa Sumberrejo,
Desa Tanggulrejo, Leran dan Desa Karangrejo. Kawasan ini diharapkan dikembangkan menjadi
tambak payau dengan luas 2.529,75 ha.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 12


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.2.5 RDTRK Kecamatan Sidayu


Kawasan perikanan yang berkembang di Kecamatan Sidayu berupa perikanan tambak
tawar. Sektor perikanan unggulan di Kecamatan Sidayu yang berupa pengolahan hasil laut
berkembang pesat di Desa Randu Boto. Pengolahan hasil laut di Desa Randu Boto meliputi:
kerajinan kulit ikan pari (dompet, tas, ikat pinggang, jaket, rompi), pembuatan petis,
pengeringan dan pengasinan ikan hiu. Berdasarkan pada potensi-potensi yang dimilikinya maka
prospek pengembangan yang sesuai bagi Desa Randu Boto adalah sebagai Desa Wisata
(nelayan) dan desa sentra agrowisata industri pengolahan hasil laut dan kerajinan.
Saluran pembuangan tambak di Kecamatan Sidayu sangat menunjang keberadaan
kawasan perikanan. Sebagian besar Kecamatan Sidayu diperuntukkan sebagai kawasan tambak,
oleh karena itu perlu adanya pengendalian sempadan bangunan untuk mempertahankan fungsi
irigasi sebagai saluran pembuangan tambak di Kecamatan Sidayu. Garis Sempadan untuk
saluran pembuangan tambak yaitu sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter dari tepi saluran
pembuangan. Garis sempadan saluran pembuangan tambak diarahkan di SKP 1 untuk Blad 1C
dan Blad 1A.

2.2.6 RDTRK Kecamatan Wringinanom


Sektor perikanan di Kecamatan Wringinanom tidak dijumpai karena memang tidak
terdapat tambak atau kolam. Meskipun demikian Kecamatan Wringinanom memiliki potensi
untuk dikembangkan budidaya ikan keramba pada kali Surabaya yang berlokasi di wilayah
selatan kecamatan.

2.3 RPJMD Kabupaten Gresik Tahun 2011-2015


Kabupaten Gresik mempunyai wilayah kepualuan, yaitu Pulau Bawean dan beberapa
pulau kecil disekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.191,25 km 2, terdiri dari 993,83 km2
luas wilayah daratan ditambah sekitar 197,42 km 2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah
perairan adalah 5.773,80 km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan laut.
Isu-isu strategis pembangunan bidang pertanian, kelautan dan perikanan di Kabupaten
Gresik, antara lain :
a. Meningkatkan kualitas SDM petani, penyuluh dan kelompok-kelompok tani
yang ada melalui pelatihan-pelatihan secara intensif dan berkesinambungan.
b. Mengintensifkan dan mengoptimalkan pengetahuan dan aktivitas tenaga
penyuluh pertanian melalui peningkatan kualitas tenaga penyuluh, penyediaan lahan
yang akan digunakan untuk percobaan, pembibitan dan pelatihan petani.
c. Pembinaan terhadap pelaku usaha agrobisnis, guna meningkatkan pendapatan
petani kecil dan menengah.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 13


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

d. Memperbaiki sarana dan prasarana pertanian, guna meningkatkan produksi


pertanian.
e. Menata pesisir pantai, baik yang ada di wilayah daratan maupun di pulau
Bawean untuk mempertahankan ekosistem yang ada dan menjadikan tempat wisata
yang layak jual.
f. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan perikanan melalui pembentukan
UPT Pengembangan Budidaya dan Penangkapan, guna meningkatkan keterampilan
nelayan dan masyarakat pesisir.
g. Pengadaan laboratorium dan sarana pembibitan serta percontohan budidaya
yang berkaitan dengan ikan air tawar maupun ikan air laut untuk membantu masyarakat,
guna meningkatkan kualitas dan kauantitas hasil yang diperoleh yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
h. Meningkatkan ekonomi nelayan melalui pembangunan dan rehabilitasi tempat
pelelangan ikan dan kedai pesisir guna mengoptimalkan pemasaran produksi perikanan.
Agar dapat mengembangkan sektor perikanan perlu dilakukan peningkatan produksi
perikanan budidaya dan perairan umum. Untuk itu diperlukan jumlah benih ikan yang cukup.
Peningkatan perikanan budidaya dilakukan melalui budidaya kolam dan tambak sedangkan
untuk produksi perairan umum dilakukan melalui penyebaran benih ikan pada perairan umum
serta hasil tangkapan laut oleh nelayan.
Untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur dengan indikator :
1. Jumlah produksi perikanan yang meliputi budi daya, penangkapan dan perairan umum;
2. Produktivitas lahan tambak meliputi air payau dan tawar.
Untuk mencapai sasaran Meningkatnya Produksi dan produktivitas perikanan,
ditetapkan program pembangunan adalah Program peningkatan produksi perikanan dan
Kelautan. Implementasi/penjabarannya dalam program Satuan Kerja Perangkat Daerah, adalah:
a. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
b. Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya
kelautan
c. Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan
sumberdaya laut
d. Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
e. Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada
masyarakat
f. Program pengembangan budidaya perikanan
g. Program pengembangan perikanan tangkap

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 14


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

h. Program pengembangan sistem Penyuluhan perikanan


i. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
j. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

2.4 RPIJM KABUPATEN GRESIK


2.4.1 Penetapan Kawasan Perkotaan Dan Kawasan Perdesaan
Perkotaan di Indonesia umumnya memilki karakteristik urban (perkotaan) dan rural
(perdesaan) yang saling berkaitan. Kondisi tersebut juga terjadi di wilayah perencanaan,
berdasar pada karakteristik Kabupaten Gresik tersebut maka perlu untuk dilakukan arahan
sistem penetapan kawasan perdesaan dan perkotaan agar kegiatan perkotaan dan perdesaan di
wilayah perencanaan dapat saling bersinergi sehingga disparitas pertumbuhan wilayah
perdesaan dan perkotaan dapat tereliminir.
Sistem penetapan kawasan perkotaan dan perdesaan pada penyusunan Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik ini, akan menggunakan pendekatan teoritis dan
konseptual yang dikemukan oleh beberapa ahli tata ruang. Penetapan hierarki kota melihat pada
variabel jumlah penduduk dan variabel lainnya sesuai analisa yang telah dikembangkan pada
bagian analisa struktur wilayah. Berbagai data yang bersifat aspasial pada bagian analisa
struktur wilayah, dikaji kembali dengan melihat kerangka spasial yang ada. Hirarki kota dapat
dilakukan dengan meninjau skala pelayanan tiap kota tersebut sesuai dengan fungsinya.
Berdasar hasil kajian dengan menggunakan pendekatan konsep dan teori mengenai kawasan
perdesaan dan kawasan perkotaan diatas, maka ditetapkan kawasan perkotaan dan perdesaan di
Kabupaten Gresik sebagai berikut:
1. Kawasan Perkotaan
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perkotaan adalah:
a. Kawasan perkotaan ditetapkan adalah Kecamatan Gresik dan Kecamatan Kebomas.
b. IKK pada masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik.
2. Kawasan Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah seluruh wilayah administrasi desa di Kabupaten Gresik, selain
dari wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan perkotaan.

2.4.2 Penetapan Sistem Perkotaan


Sistem perkotaan dalam kegiatan ini, akan dijabarkan dalam beberapa pokok
pembahasan, yaitu Hirarki (Besaran) Perkotaan, Sistem Pusat Kegiatan, Pengembangan
Fasilitas Kawasan Perkotaan serta pembahasan mengenai Pengembangan Perkotaan
Metropolitan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 15


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

A. Rencana Hirarki (Besaran) Perkotaan


Rencana Hirarki (Besaran) Perkotaan di Kabupaten Gresik akan ditetapkan dengan
menggunakan ketentuan ukuran besaran kota dengan menggunakan indikator jumlah penduduk
yang terdapat dalam Lampiran V Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002,
sebagai berikut:
1. Kawasan Perkotaan Kecil, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani sebesar 10.000 hingga 100.000 jiwa.
2. Kawasan Perkotaan Sedang, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani sebesar 100.001 hingga 500.000 jiwa
3. Kawasan perkotaan besar, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah pendudukyang
dilayani lebih besar dari 500.000 jiwa
4. Kawasan perkotaan Metropolitan, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk
yang dilayani lebih besar dari 1.000.000 jiwa.
Berdasarkan klasifikasi diatas serta potensi perkembangan dan arah perkembangan
perkotaan, hirarki perkotaan di Kabupaten Gresik diklasifikasikan sebagai perkotaan sedang dan
perkotaan kecil. Adapun secara rinci rencana hirarki (besaran) perkotaan di Kabupaten Gresik
adalah sebagai berikut:
1. Perkotaan Sedang
Perkotaan Sedang di wilayah perencanaan meliputi IKK Kebomas, IKK Gresik, IKK
Wringinanom, IKK Driyorejo, IKK Menganti, IKK Cerme, IKK Manyar dan IKK
Bungah.
2. Perkotaan Kecil
Perkotaan Kecil di wilayah Kabupaten Gresik adalah IKK Kedamean, IKK Benjeng, IKK
Balongpanggang, IKK Duduksampeyan, IKK Sidayu, IKK Dukun, IKK Panceng, IKK
Ujungpangkah, IKK Sangkapura, IKK Tambak.

B. Pusat Kegiatan
Pemantapan struktur kota-kota di Kabupaten Gresik pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategi
pengembangan pola tata ruang Kabupaten Gresik. Dalam kaitannya dalam jalur upaya ini,
stuktur kota-kota diarahkan untuk mencapai tujuan keseimbangan perkembangan ruang kota
dan wilayah belakangnya. Berdasarkan analisis terhadap struktur kota yang telah ada di
Kabupaten Gresik, dengan mempertimbangkan struktur administrasi kota, hierarki penduduk
(ukuran jumlah penduduk), dan hierarki fungsional (kelengkapan fasilitas perkotaan), maka
untuk masa yang akan datang perlu adanya pemantapan terhadap orde kota.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 16


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Penetapan Pusat Kegiatan melihat pada variabel jumlah penduduk dan variabel lainnya
sesuai analisa yang telah dikembangkan pada bagian analisa struktur wilayah. Berbagai data
yang bersifat aspasial pada bagian analisa struktur wilayah, dikaji kembali dengan melihat
kerangka spasial yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau skala pelayanan tiap kota
tersebut sesuai dengan fungsinya. Hal ini berarti kota dipandang sebagai konsentrasi kegiatan
atau fungsi tertentu dengan cakupan wilayah tertentu yang berorientasi terhadapnya. Pusat
kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2. PKW yang berada di wilayah kabupaten;
3. PKL yang berada di wilayah kabupaten;
4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Dalam kaitannya dengan perwilayahan pembangunan yang akan diterapkan di
Kabupaten Gresik, terdapat pusat-pusat pembangunan yang perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, banyak terjadi penyimpangan terhadap
perkembangan pusat-pusat pengembangan. Oleh karena itu kebijaksanaan perwilayahan
pembangunan diarahkan pada keberlanjutan pengembangan pusat kegiatan berdasarkan arahan
berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi
pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan
yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Jawa Timur adalah Kawasan
Perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang.
Sesuai dengan arahan struktur ruang dalam RTRWN yang juga diakomodasi dalam
RTRW Provinsi Jawa Timur, Pusat Kegiatan Nasional di Kabupaten Gresik yang
diarahkan di PKN Gerbangkertosusila.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 17


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah semua ibukota kecamatan di Kabupaten Gresik.
PPK diarahkan di Ibukota Kecamatan (IKK) Kebomas, IKK Gresik, IKK Wringinanom,
IKK Driyorejo, IKK Menganti, IKK Cerme, IKK Manyar dan IKK Bungah, IKK
Kedamean, IKK Benjeng, IKK Balongpanggang, IKK Duduksampeyan, IKK Sidayu,
IKK Dukun, IKK Panceng, IKK Ujungpangkah, IKK Sangkapura, dan IKK Tambak.

2.4.3 Sistem Perdesaan


Arahan pengembangan sistem perdesaan adalah penataan struktur ruang perdesaan
sebagai sistem pusat kegiatan di perdesaan yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di
perdesaan. Sistem pusat kegiatan di desa pusat pertumbuhan secara spasial sudah dapat
dikembangkan dalam subcluster of services, dengan infrastruktur/kegiatan pelayanan yang
dikembangkan antara lain pelayanan kegiatan finansial seperti kantor kas, kegiatan perdagangan
dalam bentuk kawasan pertokoan yang dapat melayani wilayah yang lebih luas. Permukiman
disekitar pusat desa dapat dikembangkan dalam sistem cluster, sehingga tidak mengganggu
lahan pertanian yang ada disekitarnya. Intensitas kegiatan dikelola dalam perpektif
pemberdayaan kegiatan ekonomi lokal yang terintegrasi dengan kawasan produksi di sekitarnya
ataupun di desa lain yang secara struktural menjadi wilayah belakang yang dilayani oleh pusat
kegiatan desa ini. Sistem pusat permukiman perdesaan membentuk pusat pelayanan desa secara
berhirarki sebagai berikut:
1. Pusat pelayanan antar desa.
2. Pusat pelayanan setiap desa.
3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
Pusat pelayanan desa tersebut secara berjenjang memiliki hubungan dengan pusat
kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat, dan dengan PPK. Struktur ruang perdesaan
tersebut merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan dari PPK.
Arahan pengembangan struktur ruang perdesaan melalui pembentukan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL). Pusat Pelayanan Lingkungan adalah Desa dengan dengan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa. PPL di Kabupaten Gresik meliputi:
1. PPL Ngipik dan Sidokumpul di Kecamatan Gresik;
2. PPL Randuagung, Prambangan, Segoro Madu, dan Singosari di Kecamatan Kebomas;
3. PPL Peganden, Manyarejo, dan Sembayat di Kecamatan Manyar
4. PPL Pandanan, Sumari, Ambeng Ambeng Watangrejo, dan Wadak Kidul di Kecamatan
Duduksampeyan;
5. PPL Banjarsari, Sumampir, Morowudi, dan Kambingan di Kecamatan Cerme;
6. PPL Bedanten, Sukowati, Kemangi, Mojopuro Wetan, dan Tanjung Widoro,
Kecamatan Bungah;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 18


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

7. PPL Mriyunan, Randuboto, Golokan, dan Wadeng di Kecamatan Sidayu;


8. PPL Pangkahkulon, Pangkahwetan, dan Tanjangawan di Kecamatan Ujung Pangkah;

9. PPL Sumurber, Campurejo, dan Wotan di Kecamatan Panceng ;


10. PPL Mentaras, Padang Bandung, dan Babakbawo Kecamatan Dukun;
11. PPL Metatu, Bulang Kulon, dan Kedungrukem di Kecamatan Benjeng;
12. PPL Ngasin, Klotok, Kedungsumber, Karangsemanding, dan Dapet di Kecamatan
Balongpanggang;
13. PPL Randupandangan, Laban, Putatlor, Domas, Kepatihan, dan Pelemwatu di
Kecamatan Menganti;
14. PPL Slempit dan Lampah Kecamatan Kedamean;
15. PPL Pasinan Lemah Putih, Sumberame, Sembung, dan Kesamben Kulon di Kecamatan
Wringinanom;
16. PPL Bambe, Krikilan, Sumput, dan Karangandong di Kecamatan Driyorejo;
17. PPL Teluk Jati Dawang dan Kepuh Teluk di Kecamatan Tambak; dan
18. PPL Sidogedungbatu, Lebak, dan Sungaiteluk di Kecamatan Sangkapura.

K et era n g an :
1 = Pu sa t SS W P
2 = K o ta K e cam atan
3 = D e sa P us at Pe rtu m b uh an
Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan
4 = Pu sa t D e sa 19
di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.4 Rencana Sistem Pusat Permukiman Perdesaan Kabupaten Gresik

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 20


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.5 Peta Rencana Rencana Struktur Ruang Daratan Kabupaten Gresik

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 21


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.4.4 Kawasan Rawan Bencana Alam


Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Gresik meliputi kawasan rawan bencana
banjir, rawan erosi, rawan abrasi serta kawasan lahan kritis. Berikut wilayah di Kabuaten Gresik
yang termasuk dalam kawasan rawan bencana:
1. Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu, Bungah, Dukun
untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengawan Solo, serta Kecamatan
Balongpanggang, Benjeng, Kedamean, Cerme dan Menganti untuk DAS Kali Lamong.
2. Kawasan rawan erosi DAS di Kecamatan Wringinanom, Driyorejo, Kebomas, Gresik,
Manyar, Bungah, Panceng, Ujungpangkah, Sangkapura, dan Tambak.
3. Kawasan rawan abrasi di Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Panceng, dan
Ujungpangkah
4. Kawasan lahan kritis bekas penambangan di Kecamatan Bungah, Kecamatan Ujung
Pangkah, dan Kecamatan Panceng.
Adapun rencana pemantapan kawasan rawan bencana alam antara lain:
1. Pengendalian kegiatan di sekitar kawasan yang rawan bencana
2. Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang rawan bencana longsor/tanah tererosi
sangat tinggi
3. Pengendalian kegiatan sekitar alur sungai yang berbelok arah berbentuk palung
A. Rencana Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Gresik meliputi kawasan rawan bencana
banjir, rawan erosi, rawan abrasi serta kawasan lahan kritis. Berikut wilayah di Kabuaten Gresik
yang termasuk dalam kawasan rawan bencana:
1. Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu, Bungah, Dukun
untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengawan Solo, serta Kecamatan
Balongpanggang, Benjeng, Kedamean, Cerme dan Menganti untuk DAS Kali Lamong.
2. Kawasan rawan erosi DAS di Kecamatan Wringinanom, Driyorejo, Kebomas, Gresik,
Manyar, Bungah, Panceng, Ujungpangkah, Sangkapura, dan Tambak.
3. Kawasan rawan abrasi di Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Panceng, dan
Ujungpangkah
4. Kawasan lahan kritis bekas penambangan di Kecamatan Bungah, Kecamatan Ujung
Pangkah, dan Kecamatan Panceng.
5. Adapun rencana pengendalian kawasan rawan bencana alam antara lain:
6. Pengendalian kegiatan di sekitar kawasan yang rawan bencana

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 22


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

7. Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang rawan bencana longsor/tanah
tererosi sangat tinggi
8. Pengendalian kegiatan sekitar alur sungai yang berbelok arah berbentuk palung

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 23


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 24


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gresik

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 25


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.7 Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Gresik

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 26


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.4.5 Kawasan Perikanan


Penggunaan lahan tambak berdasarkan RTR Gresik Kota, terjadi pengurangan luas
lahan tambak untuk kebutuhan industri dan permukiman, yaitu seluas 762,93 Ha. Luas lahan
tambak adalah 15% dari luas total, yaitu 17.399 ha. Potensi tambak paling besar terdapat di
Kecamatan Duduksampeyan, Manyar, Bungah, Sidayu, Dukun, dan Ujungpangkah, dengan luas
berkisar antara 1000 – 3000 ha.
Sektor perikanan tambak di Kabupaten Gresik merupakan sektor yang potensial
dikembangkan dan areal tambak di kabupaten ini termasuk mendominasi kawasan yaitu sebesar
14,60% dari total wilayah. Konversi lahan tambak sampai tahun 2030 adalah di Kecamatan
Cerme seluas 2.763 ha, Manyar seluas 895 ha, Ujungpangkah seluas 2.384 ha. Kebijaksanaan
penataan ruang yang diambil untuk pengembangan dan penataan kawasan ini meliputi:
 Pengembangan kawasan pertanian di area waduk dengan tetap menjaga fungsi
perlindungannya terhadap keberadaan daerah waduk sebagai daerah resapan air dan sumber
air bersih.
 Pengendalian kawasan perikanan non waduk dengan memperhatikan penggunaan lahan
sekitarnya yang sudah ada.
 Pembatasan pengkonversian area tambak untuk penggunaan lahan lainnya.

2.5 MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN GRESIK


Budidaya perikanan yang dominan di wilayah perencanaan adalah komoditi udang,
bandeng, mujair, kakap, kerapu. Luas keseluruhan tambak di wilayah perencanaan 9.956,08 ha.
Kecamatan yang memiliki lahan tambak terluas adalah Kecamatan Bungah, yaitu seluas
4.170,79 ha.
Produksi ikan budidaya tambak payau dalam lingkup Kabupaten Gresik dalam 5 tahun
jumlahnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi perikanan budidaya payau terbesar
adalah komoditi bandeng sebesar 16.838,60 ton, Udang vanname sebesar 1.916,52 ton, dan
mujair sebesar 1223,28 ton. Produksi ikan budidaya tambak tawar dalam lingkup Kabupaten
Gresik dalam 5 tahun jumlahnya juga mengalami fluktuasi karena selain dipengaruhi faktor
internal juga dipengaruhi faktor eksternal seperti banjir dan serangan hama atu penyakit. Pada
tahun 2010 produksi perikanan budidaya tambak terbesar adalah komoditi bandeng sebesar
11.342,78 ton, Udang vanname sebesar 2.340,99 ton.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 27


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Peralatan penangkapan ikan yang digunakan nelayan di Kabupaten Gresik meliputi


perahu tampa motor, dan perahun bermotor luar/tempel. Perahu tampa motor banyak digunakan
di Kecamatan Sidayu (82 unit) dan Bungah (66 unit). Sedangkan perahu bermotor luar/tempel
3-5 dan 1-3 merupakan perahu yang banyak digunakan yaitu masing-masing sebanyak 1037
unit perahu 3-5 dan sebanyak 833 unit perahu 1-3.

2.5.1 Konsep Struktur Ruang Minapolitan


Untuk mendudukung aktivitas minapolitan maka perlu adanya penetapan struktur ruang
minapolitan. Konsep pengembangan struktur di wilayah perencanaan adalah:
1. Penetapan kawasan pusat perikanan dan pelayanannya (minapolis).
2. Penetapan kawasan pendudukng/hinterland. Kawasan ini dapat berupa sentra produksi
budidaya perikanan tambak tawar maupun payau dan sntra produksi perikanan tangkap
laut.
3. Struktur ruang minapolitan harus didukung oleh ajringan jalan produksi dan jalur koleksi
distribusi komoditi perikanan maupun obat, pakan dan perlengkapan lainnya menuju
Minaapolis yang memadai.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 28


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.8 Peta Konsep Struktur Ruang Kawasan Minapolitan

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 29


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.5.2 Konsep Pengembangan Sarana Prasarana


Penyediaan sarana prasarana dasar harus disediakan sebagai syarat mutlak bagi
pembangunan minapolitan. Syarat mutlak (Banoewidjoyo, 1987 dam Aisyah, 2003:17) adalah:
1. Adanya pasar hasil perikanan dan jalur pemasaran
2. Penyediaan teknologi perikanan
3. Tersedianya bahan dan produksi secara lokal
4. Adanya perangsang produksi bagi nelayan, serta
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu untuk hasil perikanan.

2.5.3 Konsep Pembangunan Ekonomi Minabisnis Perikanan


Salah satu strategi yang dapt ditempuh untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan serta produksi perikanan di wilayah perencanaan adalah dengan
penerapan sistem minabisnis terpadu berkelanjutan di bidang perikanan. Maka kebijakan yang
ditempuh adalah:
a. Meningkatkan keterkaitan antara subsistem sehingga setiap kegiatan pada masing-
masing subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan dengan tingkat efisiensi tinggi.
b. Pengembangan minabisnis harus mampu meningkatkan aktifitas pedesaan.
c. Pengembangan agribisnis pada pengembangan mitra usaha antara skala besar dan skala
serasi, sehingga nilai tambah dari kegiatan minabisnis dapat dinikmati secara adil oleh
seluruh pelakunya.
d. Pegembangan minabisnis dilakukan melalui pengembangan sentra pembenihan, sentra
produksi/pembesaran ikan, sentra pemasaran dan sentrapengolahan dalam skala
ekonomi yang efisien.
Konsep pembangunan ekonomi agribisnis perikanan meliputi tiga subsistem, yakni :
1. Subsistem minabisnis Hulu, meliputi kegiatan perencanaan produk, perencanaan lokasi
usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja, pengadaan dan
penyaluran sarana produksi berupa kapal dan alat tangkap.
2. Subsistem minabisnis usaha tani, merupakan kegiatan penangkapan ikan di laut atau
perikanan budidaya yang dimulai dari pembesaran/ pemeliharaan, pemberian pakan dan
pemupukan, pengaturan air, pengendalian hama dan penyakit sampai dengan panen
pada perikanan budidaya.
3. Subsistem minabisnis hilir mencakup segala kegiatan pengolahan pasca produksi primer
(penangkapan) hingga ke pemasaran.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 30


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Industri hasil perikanan (fish processing industry), yakni seluruh mata rantai kegiatan
dalam usaha pengolahan hasil laut/budidaya, seperti pengalengan, pengeringan, pembekuan dan
sebagainya. Jenis industri ini disebut sebagai industri sekunder. Pengemasan (packing) juga
termasuk dalam rangkaian kegiatan pengolahan dan agroindustri. Sedangkan jenis pengolahan
yang dapat dilakukan agroindustri perikanan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Industri primer, yang mencakup industri penanganan ikan hidup, penanganan ikan segar
(fillet, sashimi, loins), industri pembekuan dan pendinginan ikan.
2. Industri Pengolahan sekunder, mencakup industri pengolahan ikan kaleng dan ikan
kemasan lainnya serta industri pengolahan tradisional seperti pengasinan, penggaraman,
pindang, dsb.
3. Industri pengolahan tersier, meliputi setiap bentuk industri yang menggunakan ikan
sebagai bahan tambahan, seperti indutri terasi, petis, abon, tepung ikan, dsb.

2.5.4 Rencana Penetapan Pengembangan Komoditas Unggulan


Mendudukung kelangsungan pengembangan kawasan minapolitan maka harus
ditunjang oleh penetapan komoditi unggulan sehingga dapat berfungsi sebagai katalisator
pertumbuhan dan perkembangan minapolis dan liayah hinterlandnya.
1. Unggulan budidaya tambak payau: bandeng, kakap, udang windu, udang vanname,
udang putih, kerapu.
2. Unggulan budidaya tambak tawar: bandeng, mujair, nila.

Tabel 2.1 Arahan Komoditi Perikanan Unggulan di Wilayah


Perencanaan
No Kecamatan Arahan Komoditi Unggulan
1 Bungah Bandeng, kakap, udang windu,udang vanname, udang putih, kerapu
2 Sidayu Bandeng, kakap, udang windu,udang vanname, udang putih, kerapu
3 Dukun Bandeng, mujair, nila
4 Ujungpangkah Bandeng, kakap, udang windu,udang vanname, udang putih, kerapu
5 Panceng Bandeng, kakap, udang windu,udang vanname, udang putih, kerapu

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 31


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Sumber: RPIJM Minapolitan Kabupaten Gresik

2.5.5 Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan


Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi maka
pengembangan yang direncanakan adalah :
A. Penetapan pusat minapolitan yang berfungsi sebagai :
1. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport center).
2. Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services).
3. Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market).
4. Pusat industry perikanan (aqua based industry).
5. Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment).
6. Pusat minapolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional,
propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 32


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Pusat minapolitan/minapolis ini diarahkan di ibukota Kecamatan Sidayu. Hal ini karena
lokasi Kota Sidayu yang strategis dan kelengkapan fasilitas pendukung perkotaan yang
lebih memadahi,
B. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai :
1. Pusat produksi perikanan (aquacultural production).
2. Intensifikasi perikanan (aquacultural intensification).
3. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barangbarang dan jasa non-
perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and services).
4. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and
aquacultural diversification).
Kawasan ini diarahkan pada kawasan hinterland seperti kecamatan Dukun, Bungah,
Ujungpangkah dan Panceng. Disetiap kecamatan juga direncanakan penyediaan pangkalan
pendaratan ikan budidaya maupun tangkap.
C. Penetapan komoditi unggulan :
1. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
2. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan local).
3. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
4. Komoditi perikanan unggulan diarahkan pada komoditi bandeng, kakap, udang
windu, Udang vanname, Udang putih, Kerapu, nila, mujair.
A. Penyediaan Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air,
dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi). Penyediaan dukungan sistem kelembagaan.
1. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang
merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat.
2. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan
minapolitan.
Sistem kelembagaan yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan
minapolitan adalah dengan mengoptimalkan peran POKDAKAN baik dalam penyediaan sarana
prasarana dalam proses produksi, proses pemeliharaan, informasi pasar, penyuluhan, pelatihan
dan peningkatan penguasaan teknologi bagi masyarakat petani ikan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 33


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.9 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 34


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

2.5.6 Rencana Pemanfaatan Ruang


Perencaan pemanfaatan ruang diharapkan akan terjadi kesinergisan dalam
pembangunan kawasan minapolitan diwilayah perencanaan. Sedangkan didalam kawasan
minapolis terdapat pusat perdagangan, pusat transportasi perikanan, penyediaan jasa pendukung
perikanan, pasar konsumen produk non-perikanan, pusat industry perikanan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 35


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.10 Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Minapolitan

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 36


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

2.5.7 Pemasaran
Lokasi pemasaran kawasan minapolitan dibedakan dalam beberapa skala, yaitu skala
sentra budidaya/pembesaran berupa Tempat Pelelangan Ikan yang dialokasikan disetiap pusat
pelayanan kecamatan (Ujungpangkah, Dukung, Bungah), skala Minapolis berupa pasar pusat
jual beli khusus ikan yang dialokasikan di Kota Sidayu dan skala Kabupaten berupa pasar induk
yang terdapat di Kota Gresik.

2.5.8 Kelambagaan
Lembaga yang menangani kawasan minapolitan (budidaya/tangkap) dapat dilokasikan
di Kecamatan Sidayu yang dilengkapi dengan bangunan yang berfungsi sebagai: pusat
informasi dan teknologi, pusat pertemuan, pelatihan, pusat penyediaan sarana produksi ikan,
bekerjasama dengan swasta dalam penampungan hasil produksi ikan dalam pasar pusat jual beli
khusus ikan, pemasaran, dan penanganan pasca panen/tangkap.

2.6 INISIASI PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WP-3-K DI KABUPATEN


GRESIK - PROVINSI JAWA TIMUR
2.6.1 Rencana Struktur Ruang Zonasi WP3K Kabupaten Gresik
A. Rencana Sistem Pusat Kegiatan
Rencana struktur ruang laut Kabupaten Gresik adalah mengacu kepada pengembangan
fungsi kota-kota di Kabupaten Gresik, karena secara administratif wilayah laut terkait dengan
administratif wilayah darat, sehingga hierarki kota berdasarkan jumlah penduduk maupun
hierarki fungsionalnya adalah mengikuti kondisi wilayah pesisir.
Adapun kota-kota pesisir yang dikembangkan secara umum mempunyai fungsi utama
sebagai berikut :
1. Sebagai pusat kegiatan yang membentuk suatu wilayah pelayanan tertentu.
2. Sebagai simpul jasa perhubungan yang mencakup kegiatan pengumpulan, produksi
maupun pemasaran.
3. Sebagai tempat fungsi atas kegiatan cukup dominan.
Untuk rencana Struktur Ruang Zonasi WP3K Kabupaten Gresik adalah lebih
menekankan kepada tempat fungsi yang didasarkan pada suatu kegiatan yang dominan. Disisi
lain dikaitkan pula dengan adanya sektor-sektor strategis di wilayah lautnya. Berdasarkan
arahan RTRW Kabupaten Gresik 2004-2014 telah ditetapkan 4 (empat) Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP).

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 37


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

Sebagaimana diketahui bahwa SWP III tidak termasuk wilayah Pesisir dalam RZWP3K
Kabupaten Gresik ini, sehingga di dalam Struktur Ruang dan Pola Ruang Laut SWP III tersebut
tidak dikeluarkan di dalam pembahasan ini. Berdasarkan pembagian SWP tersebut diatas, maka
SWP 1 dan 2 akan mengalami kecenderungan pertumbuhan lahan darat yang akan
mengkonversi sebagian besar kegiatan budidaya tambak untuk perluasan Kawasan Industri yang
berada pada wilayah pesisir darat. Sedangkan yang bersentuhan dengan kawasan perairan laut,
maka terdapat kecenderungan pengembangan WATER FRONT CITY. Hal ini akan menjadi
gangguan terbesar terhadap perkembangan pola ruang laut (kawasan pemanfaatan umum,
konservasi, zona alur maupun Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT).

Tabel 2.2 Satuan Wilayah Pembangunan Untuk Land Use Dan


See Use
Satuan Wilayah Kecamatan Cakupan
No Wilayah Land Use See Use
Pembangunan Pusat Layanan
1 SWP I Sidayu a) Panceng a) Industri Kelas a) Pertambangan
b) Ujungpangkah Berat Minyak dan Gas
c) Bungah b) Pertanian Bumi
Tanaman b) Perikanan Tangkap
Pangan dan Budidaya
c) Pertambangan c) Pariwisata Bahari
d) Perikanan d) Pelabuhan Ekspor-
e) Perumahan Impor skala lokal
f) Pariwisata e) Landing Point Kabel
g) Industri Kecil Laut Telekomunikasi
Bawah Laut
2 SWP II Kebomas a) Manyar a) Perdagangan a) Pelabuhan ekspor-
b) Gresik b) Pertanian tanaman impor (Skala
pangan Nasional dan Global)
c) Industri Berat b) Pengumpulan produk
d) Perikanan pertambangan
e) Pariwisata minyak dan gas bumi
f) Industri Kecil c) Pelabuhan perikanan
dan tempat
pelelangan ikan
d) Pengembangan Water
Front City
3 SWP IV Sangkapura a) Tambak a) Perdagangan a) Pelabuhan ekspor-
b) Pertanian tanaman impor (skala lokal
pangan dan regional)
c) Perikanan b) Perikanan Tangkap
d) Pertambangan c) Pariwisata bahari
e) Pariwisata d) Transisi Kabel
f) Industri Kecil Telekomunikasi
Bawah Laut

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 38


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

Disisi lain bahwa SWP 3 yang meliputi Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas dan
Kecamatan Manyar menjadi pusat Penampungan Bahan Bakar Minyak (BBM) baik produksi
lepas pantai (Offshore) maupun produksi darat (Onshore) untuk mendukung pasok bahan bakar
bagi kegiatan industri di Kawasan Andalan GERBANG KERTOSUSILA PLUS maupun
Provinsi Jawa Timur dan Bali serta sekitarnya.

B. Rencana Sistem Prasarana


Prasarana yang telah berkembang dan berfungsi di wilayah perairan pada Zonasi WP3K
Kabupaten Gresik, meliputi :
1. Infrastruktur Pelabuhan, yang meliputi :
a. Pelabuhan Nasional dan Internasional baik yang dikelola oleh PELINDO
maupun pihak Departemen Perhubungan.
b. Pelabuhan Ekspor-Impor masing-masing Industri skala berat yang produknya
untuk orientasi ekspor.
c. Pelabuhan Pelayaran Rakyat yang beraspek regional dan lokal.
d. Pelabuhan Perikanan terkait dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Pertumbuhan industri yang cenderung terus meningkat, maka kebutuhan infrastruktur
pelabuhan dari berbagai skala fungsi (nasional, internasional rakyat/lokal dan perikanan) akan
bertumbuh pesat, sehingga perlu penataan ke depan. Hal ini dapat disesuaikan dengan fungsi
Pelabuhan Nasional yang dikelola oleh PELINDO-DEPHUB terhadap pelayanan pergerakan
orang, barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan budidaya, khususnya produk-
produk industri yang dihasilkan dari daerah ini.
2. Terkait dengan kegiatan pelabuhan, maka yang perlu diatur lebih lanjut adalah
kelengkapan :
a. Penataan Rambu Laut untuk menghindari terjadinya tabrakan antar kapal, dan
tertabraknya perahu nelayan maupun aktivitas budidaya nelayan yang akan berakibat
yang memiliki konflik ruang terhadap alur laut yang sangat padat tersebut.
b. Penataan Ruang Parkir terhadap kapal-kapal yang cukup memenuhi ruang laut
Selat Madura/Selat Surabaya, yang pada kondisi saat ini cukup tidak teratur dan
cenderung mengganggu alur laut di wilayah ini.
Demikian maka prasarana penataan laut perlu direncanakan untuk 20 tahun
perencanaan ke depan, sehingga berbagai dampak negatif tersebut tidak terjadi.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 39


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

3. Secara eksisting telah beroperasi jaringan pipa minyak dan gas bumi bawah laut dari
perusahaan PT. HESS, PT. KODECO, dan PT. PETRONAS yang beroperasi di perairan
Utara Pantai Laut Jawa Timur dan sekitarnya, dimana semua produksinya dikirim lewat
pemipaan bawah laut ke Kabupaten Gresik. Rencana pipa bawah laut PT. PETRONAS
telah menimbulkan masalah mengingat pada saat diarahkan ke Pantai Mangare disana
terdapat suatu gugus terumbu karang tua yang cenderung menempel dengan pantai Utara
Gresik, dimana pipa tidak dapat ditanam karena kondisi karang yang sangat kokoh.
Kondisi ini tentu akan menimbulkan persoalan tumpang tindih baru yang tidak pernah
diprediksi sebelumnya. Kembali lagi, maka perencanaan peletakkan dan pembangunan
infrastruktur harus direncanakan secara matang, agar segala fungsi alokasi pemanfaatan
ruang laut dapat berjalan secara paralel dan simultan.
Salah satu solusinya adalah bagaimana dapat diupayakan penyatuan pipa bawah laut
dengan mengatur stok penyatuan cadangan terproduksi dapat dilakukan pada platform MIGAS
dilaut, tentunya solusi teknologi dapat memecahkannya untuk menghindari tumpang tindih dan
konflik yang akan terjadi seperti saat ini.
4. Di Kecamatan Ujungpangkah terdapat Landing Point Kabel Telekomunikasi bawah laut
(PT. TELKOM, PT. INDOSAT dan PT. EXELCOMINDO) yang menghubungkan Pulau
Jawa dan Kalimantan (khususnya Kalimantan Selatan). Untuk itu perlu perencanaan
penetapan alur kabel bahwa laut dengan sistem perlindungan yang memadai, mengingat
bahwa hal ini telah terjadi tumpang tindih dengan Terumbu Karang di dasar laut, dan
kegiatan penangkapan maupun budidaya laut oleh nelayan. Oleh karena itu penyatuan
jalur kabel laut ini ke depan agar tidak memperluas terjadi tumpang-tindih dan konflik
seperti yang telah terjadi pada saat ini.
5. Penetapan dan pemantapan areal penangkapan dan budidaya perikanan dengan segala
infrastruktur pendukungnya pada lokasi-lokasi yang telah menjadi areal tetap dan
tradisional bagi nelayan perlu dilindungi dan dipertahankan oleh pemerintah untuk
menunjang kehidupan nelayan yang ada di Kabupaten Gresik.

2.6.2 Rencana Pola Ruang Zonasi WP3K Kabupaten Gresik

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 40


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

Mengacu kepada hasil identifikasi dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
ditetapkan pola ruang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di
Kabupaten Gresik, sebagai berikut :
A. Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum
Berdasarkan analisis terhadap kondisi fisik, analisis kebijakan dan analisis terhadap
kondisi aktual penggunaan ruang laut di Kabupaten Gresik, maka dapat diketahui beberapa sub
kawasan yang terdapat di dalam Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, seperti berikut :
1. Sub Kawasan Penangkapan Ikan = 93.841,77 ha, meliputi seluruh wilayah laut mulai
dari Kecamatan Manyar sampai dengan Kecamatan Panceng serta perairan Pulau
Bawean.
2. Sub Kawasan Budidaya Perikanan Laut = 3.515,97 ha, berada di wilayah perairan laut
Kecamatan Ujungpangkah, Panceng dan sekitarnya.
3. Sub Kawasan Pariwisata Bahari = 1.625,48 ha, mencakup wilayah perairan laut
Kecamatan Ujungpangkah, Panceng, Bungah dan perairan laut Pulau Bawean.
4. Sub Kawasan Konsesi Pertambangan Migas = 19.204,94 ha, berada di bagian Utara
perairan laut Kecamatan Ujungpangkah dan Panceng.
Demikian secara keseluruhan peruntukan untuk rencana kawasan pemanfaataan umum
dalam rangka Inisiasi Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) Kabupaten Gresik seluas 119.389,93 ha.

2.7 RENCANA INDUK PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN GRESIK


2011 – 2020
Dari 13 Daerah Irigasi yang menjadi lokasi studi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Status Jaringan irigasi yang ada, 6 jaringan dengan status semi teknis, 6
jaringan yang lain berupa jaringan irigasi sederhana dan 1 buah waduk masih berupa
wacana yaitu waduk Wotan II.
2. Berdasarkan luas areal layanan 4 buah waduk saat ini tidak mempunyai areal layanan, 3
buah waduk mempunyai areal dibawah 15 ha yang merarti merupakan areal layanan
kwarter. Selebihnya berupa jaringan jaringan irigasi tersier.
3. Bangunan pengambilan yang sudah menggunakan pintu sebanyak 5 waduk dengan
kondisi sebagian rusak dan 8 waduk yang lain pengambilan hanya menggunakan
gorong-gorong tanpa pintu.
4. Waduk yang mempunyai bangunan pelimpah sebanya 5 buah dengan kondisi 3 buah
baik , 2 buah dalam kondisi rusak dan yang lain tidak mempunyai bangunan pelimpah.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 41


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

5. Berdasarkan fungsi kom waduk maka 6 waduk berfungsi sebagai tempat menampung air
untuk keperluan irigasi pertanian tanaman pangan, selebihnya kom waduk berfungsi
untuk keperluan lain seperti sawah, tambak dan gabungan antara sawah, tambak dan
pekarangan untuk sekolah.
6. Bangunan yang ada di 13 waduk tersebut adalah :
 Bangunan sadap 10 buah

 Drain ilnet 2 buah

 Bangunan bok 9 buah

 Bangunan pelengkap berupa gorong-gorong / jembatan 9 buah.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 42


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

7. Jalan inspeksi yang merupakan sarana untuk inspeksi saluran dan bangunan sebagian
besar tidak ada sehingga menyebabkan kesulitan bagi petugas untuk melakukan inspeksi
dan perawatan saluran dan bangunan.
8. Kondisi waduk sebagian besar tidak dilakukan perawatan secara optimal sehingga
hampir semua waduk sudah tidak memiliki kapasitas mati ( Deep Storage )karena
adanya endapan sedimen didasar waduk.
9. Pintu pengambilan memang masih ada yang baik tetapi sebagian besar tidak dilakukan
perawatan rutin seperti pemberian minyak, gemuk dan lainnya sehingga terlihat berkarat
dan sulit dioperasikan, bahkan pada beberapa pintu sudah tidak bisa dioperasikan karena
bagian bagiannya sudah banyak yang hilang dan ada yang framenya hilang seperti yang
terjadi di waduk Bolo.
10. Salain itu ada waduk yang tidak mempunyai pintu pengambilan, yang ada hanya berupa
gorong – gorong seperti yang terjadi di waduk Wotan 1 dan waduk Pantenan.
11. Untuk waduk yang pengelolaan kolam dipakai untuk budidaya ikan, ada kecenderungan
dasar pintu ditutup dengan tanah untuk menghindari kebocoran air yang lewat bawah
pintu.
12. Bangunan Pelimpah sebagian besar masih cukup baik, tetapi pada beberapa daerah
irigasi sudah retak dan perlu dilakukan perbaikan seperti yang terjadi di waduk Mentaras
dan waduk Doudo.
13. Bangunan pelimpah yang lain berupa gorong-gorong, dengan demikian bila terjadi
kelebihan air maka akan melimpah melalui gorong – gorong terus masuk ke saluran
yang kemudian mengalir ke daerah layanannya sebagaimana yang terjadi di waduk
Wotan 1.
Sedangkan pelimpah yang lain air yang keluar langsung dialirkan ke saluran pembuang
terjadi pada waduk Sambogunung, waduk Mentaras, waduk Petung dan waduk Bolo.
14. Permasalahan yang ada di saluran pembawa secara umum adalah sebagai berikut:
o Sebagian besar saluran masih berupa saluran tanah.
o Saluran dengan talut yang sudah diberi pasangan sebagian mengalami
kerusakan.
o Saluran berfungsi ganda yaitu berfungsi untuk saluran pembawa sekaligus
sebagai saluran pembuang.
o Sedimentasi yang tinggi sehingga saluran menjadi dangkal
o Banyaknya tumbuhan liar yang mengganggu kelancaran aliran air.
o Belum atau tidak adanya jalan inspeksi
o Keberadaan tanggul saluran yang sempit.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 43


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

o Beberapa DI mempunyai daerah layanan yang luas dengan saluran yang minim.

2................................................................................................................................................2-1
2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK...............................2-1
2.1.1 Perikanan Tangkap............................................................................................2-1
2.1.2 Perikanan Budidaya...........................................................................................2-2
2.2 RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK).........................................................2-3
2.2.1 RDTRK Kecamatan Benjeng...............................................................................2-3
A. Kawasan Tambak...................................................................................................2-3
B. Kawasan Industri dan Pergudangan......................................................................2-3
C. Analisa Drainase....................................................................................................2-4
2.2.2 RDTRK Kecamatan Cerme..................................................................................2-5
2.2.3 RDTRK Kecamatan Duduksampeyan..................................................................2-6
A. Strategi dan Kebijaksanaan Pengembangan Struktur Tata Ruang Wilayah...........2-6
B. Kegiatan Perikanan................................................................................................2-7
C. Keterkaitan Kegiatan Ekonomi..............................................................................2-9
2.2.4 RDTRK Kecamatan Manyar..............................................................................2-11
2.2.5 RDTRK Kecamatan Sidayu................................................................................2-11
2.2.6 RDTRK Kecamatan Wringinanom....................................................................2-11
2.3 RPJMD Kabupaten Gresik Tahun 2011-2015...........................................................2-12
2.4 RPIJM KABUPATEN GRESIK......................................................................................2-13
2.4.1 Penetapan Kawasan Perkotaan Dan Kawasan Perdesaan...............................2-13
2.4.2 Penetapan Sistem Perkotaan..........................................................................2-14
A. Rencana Hirarki (Besaran) Perkotaan......................................................................2-14
B. Pusat Kegiatan.........................................................................................................2-15
2.4.3 Sistem Perdesaan............................................................................................2-16
2.4.4 Kawasan Rawan Bencana Alam.......................................................................2-20
2.4.5 Kawasan Perikanan..........................................................................................2-23

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 44


di Kabupaten Gresik
LAPORAN DATA

2.5 MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN GRESIK..................................................2-23


2.5.1 Konsep Struktur Ruang Minapolitan................................................................2-24
2.5.2 Konsep Pengembangan Sarana Prasarana......................................................2-26
2.5.3 Konsep Pembangunan Ekonomi Minabisnis Perikanan...................................2-26
2.5.4 Rencana Penetapan Pengembangan Komoditas Unggulan.............................2-27
2.5.5 Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan..............................................2-27
2.5.6 Rencana Pemanfaatan Ruang..........................................................................2-30
2.5.7 Pemasaran.......................................................................................................2-32
2.5.8 Kelambagaan...................................................................................................2-32
2.6 INISIASI PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WP-3-K DI KABUPATEN GRESIK - PROVINSI
JAWA TIMUR.......................................................................................................................2-32
2.6.1 Rencana Struktur Ruang Zonasi WP3K Kabupaten Gresik...............................2-32
A. Rencana Sistem Pusat Kegiatan...........................................................................2-32
B. Rencana Sistem Prasarana..................................................................................2-34
2.6.2 Rencana Pola Ruang Zonasi WP3K Kabupaten Gresik.....................................2-35
2.7 RENCANA INDUK PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN GRESIK 2011 – 2020..........2-36

Gambar 2.1 Skema Pengolahan Hasil Perikanan...........................................................2-8


Gambar 2.2 Rencana Penataan Kawasan Wisata Minat Khusus (Pemancingan)..........2-9
Gambar 2.3 Keterkaitan Kegiatan Sektor-Sektor Ekonomi Skala Makro Kecamatan
Duduk Sampeyan.........................................................................................................2-10
Gambar 2.4 Rencana Sistem Pusat Permukiman Perdesaan Kabupaten Gresik..........2-18
Gambar 2.5 Peta Rencana Rencana Struktur Ruang Daratan Kabupaten Gresik........2-19
Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gresik...........................................2-21
Gambar 2.7 Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Gresik..............................................2-22
Gambar 2.8 Peta Konsep Struktur Ruang Kawasan Minapolitan................................2-25
Gambar 2.9 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan...............................2-29
Gambar 2.10 Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Minapolitan.....................2-31

Tabel 2.1 Arahan Komoditi Perikanan Unggulan di Wilayah Perencanaan................2-27


Tabel 2.2 Satuan Wilayah Pembangunan Untuk Land Use Dan See Use...................2-33

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 45


di Kabupaten Gresik

Anda mungkin juga menyukai