TINJAUAN
KEBIJAKAN 2
d. Kawasan penangkapan dengan alat tangkap pancing dan jaring insang di Kecamatan
Panceng, Ujungpangkah, Sidayu, Bungah, dan Manyar dengan luas kurang lebih 83.828
Ha;
e. Kawasan penangkapan untuk ikan pelagis yang menggunakan alat tangkap jaring di
wilayah setelah 4 mil sampai dengan 12 mil dengan luas kurang lebih 63.589 Ha; dan
f. Fishing Ground Nelayan dengan menggunakan alat tangkap jaring dan pancing meliputi
wilayah perairan yang berada di atas 12 mil dengan luas kurang lebih 227.193 Ha.
Adapun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) yang dijadikan acuan dalam
pengerjaan ini terdiri dari Kecamatan Benjeng, Kecamatan Bungah, Kecamatan Cerme,
Kecamatan Duduksampeyan, Kecamatan Kedamean, Kecamatan Manyar, Kecamatan
Menganti, Kecamatan Sidayu, dan Kecamatan Wringinanom.
Kecamatan Benjeng dilewati oleh aliran Kali Lamong dan beberapa anak sungainya,
bentuk layout sungai di Benjeng berkelok. Hingga saat ini sungai tersebut dimanfaatkan sebagai
aliran di musim hujan dan untuk sumber air irigasi serta tambak. DAS Kali Lamong meliputi
daerah diluar Kecamatan Benjeng, yakni Kecamatan Balongpanggang dan kecamatan di
Kabupaten Mojokerto.
Disamping potensi kali ini sebagai pengalir bagi sumber air irigasi dan tambak, kali ini
dapat mengakibatkan banjir karena kapasitasnya yang kurang dalam menampung air khususnya
di musim hujan. Dengan mempertimbangkan Rencana Pengembangan tata ruang, saluran sungai
ini perlu adanya perubahan penyesuaian tetapi harus mempertimbangkan fungsi dan perubahan
fungsi yang diakibatkan adanya perubahan tata ruang. Fungsi irigasi harus tetap
dipertimbangkan untuk meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan untuk mengantisipasi banjir
upaya normalisasi dan pembuatan tanggul haru diupayakan dengan kerjasama pemerintah
daerah dengan pemerintah provinsi dan instansi terkait lainnya.
b. Kondisi Waduk
Waduk yang ada di Kabupaten Gresik merupakan waduk lapangan, artinya, suatu
waduk dimana sumber airnya hanya mengandalkan dari hujan yang jatuh, di Kecamatan
Benjeng tidak terdapat mata air, atau tidak terdapat sungai dengan aliran yang mantap sebagai
inflow waduk yang ada, sementara airnya yang tersimpan di waduk dimanfaatkan sebagai
sumber air untuk irigasi dan tambak serta sumber air untuk air bersih. Oleh karena itu disekitar
waduk dimana daratannya sebagai DAS waduk, harus terjaga kondisinya supaya tidak tercemar
dan tidak tererosi, karena pencemaran lingkungan DAS akan mengakibatkan penurunan kualitas
air waduk dan erosi DAS mengakibatkan pendangkalan waduk yang pada akhirnya mengurangi
kapasitas.
Pendidikan,
Kesehatan,
Transportasi,
Olah Raga.
Untuk meningkatkan fungsi dan peranan Kecamatan Duduk Sampeyan secara
keseluruhan adalah dengan cara mengoptimalkan fungsi Kecamatan Duduk Sampeyan sebagai
SWP II. Penetapan struktur ruang tersebut dengan pengembangan struktur ruang yang baru
sesuai dengan perkembangan yang ada di lapangan dengan membagi 6 SKP. Tiap SKP terdiri
dari beberapa unit lingkungan untuk pelayanan lokal. Pengembangan struktur diutamakan
dengan pengembangan akses-akses internal yang dapat menghubungkan antar wilayah secara
internal. Dengan pengembangan tersebut diharapkan bentuk kota dapat lebih kompak dan dapat
membentuk struktur tata ruang yang lebih ideal.
Berdasarkan tinjauan eksternal Kabupaten Gresik mempunyai fungsi dan peran sebagai
pendukung kegiatan pusat SWP II, yaitu :
1. Mendorong aktivitas perdagangan,
2. Mendorong aktivitas pertumbuhan tanaman pertanian,
3. Mendorong pertumbuhan aktivitas pengolahan hasil perikanan,
4. Mendorong pertumbuhan aktivitas industri kecil.
Sedangkan Kecamatan Duduk Sampeyan merupakan SWP II dengan adanya kegiatan
yang menonjol seperti perdagangan jasa untuk wilayah perbatasan, transportasi regional yaitu
jalan arteri primer yang menghubungan Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan.
Tujuan
Mengfungsikan secara maksimal wilayah Kecamatan Duduk Sampeyan sebagai
pendukung SWP II dan dapat merangsang pertumbuhan/ perkembangan kawasan
perbatasan.
Sasaran
Pengembangan potensi-potensi sektor yang ada di Kecamatan Duduk Sampeyan dan
kegiatan yang mempunyai skala pelayanan regional, misalnya perdagangan dan jasa,
pertanian, perikanan darat, dan sektor-sektor lainnya yang mampu melayani wilayah
Kecamatan Duduk Sampeyan secara internal maupun wilayah sekitarnya (Kecamatan
Deket Kabupaten Lamongan, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, Kecamatan
Kebomas dan Kecamatan Manyar).
Pengembangan keterkaitan akses regional, penataan sarana dan prasarana transportasi
sebagai penunjang pergerakan barang dan manusia.
B. Kegiatan Perikanan
1. Kawasan Tambak
Kegiatan perikanan di Kecamatan Duduk Sampeyan adalah berupa tambak-tambak ikan
dimana sebagian besar merupakan tambak air tawar. Kawasan Tambak di Kecamatan Duduk
Sampeyan sangat mendominasi penggunaan lahan. Kawasan tambak ini berada di sebelah utara
jalan raya Duduk Sampeyan. Komoditi yang dihasilkan dari tambak ikan ini antara lain ikan
bandeng, udang windu, ikan mas, ikan tawes, dan ikan nila/mujair.
Dalam perencanaan wilayah di Kecamatan Duduk Sampeyan tidak seluruh kawasan
ambak ini dipertahankan, namun sebagian dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun untuk
meningkatkan struktur tingkat kekotaan dan sebagai pelayanan penduduk sampai tahun 2028.
Kawasan tambak yang dipertahankan direncanakan sebagai agroindustri tambak, hal in untuk
meningkatkan perekonomian penduduk dari sektor perikanan. Oleh karena itu pada wilayah
Kecamatan Duduk Sampeyan pada masa mendatang perlu diperhitungkan berapa luas lahan
tambak yang akan berubah menjadi bagian terbangun dan berapa jumlah jiwa yang
berada/bergerak di sektor pertanian akan tergusur, yang tentunya harus dipikirkan dan
dikembangkan lapangan kerja di sektor-sektor sekunder maupun primer sebagai alih profesi
yang masih ada hubungannya.
Melihat kondisi tersebut diatas maka yang perlu dilakukan adalah :
Usaha-usaha untuk mempertahankan surplus produksi perikanan diupayakan selalu
terjadi peningkatan produksi.
Perlu diseimbangkan antara jumlah tenaga kerja dan lahan kerja yang tetap.
Sebagai arahan pengembangan adalah mempertahankan kawasan budidaya tambak di
Kecamatan Duduk Sampeyan dengan memberi insentif dan disinsentif. Hal ini untuk menjaga
identitas kawasan sebagai penghasil komoditi perikanan tambak. Selain itu karena dominasi
penggunaan lahan di Kecamatan Duduk Sampeyan pada jenis penggunaan lahan tambak
mempunyai kontribusi perekonomian yang potensial. Untuk meningkatkan potensi perikanan di
wilayah ini maka dibutuhkan pasar untuk melayani sektor ini.
Rencana pengembangan ekonomi pada sektor perikanan ini merupakan sektor ekonomi
yang paling besar, karena penggunaan lahan dari Kecamatan Duduk Sampeyan hampir sebagian
Ikan
besar daerah bagian utara kecamatan berupa empang. Ikan-ikan hasil tangkapan dapat diolah
menjadi ikan asin, ikan kering dan ikan-kan olahan menjadi campuran bahan makanan. Setelah
hasil pengolahan tersebut sebelum masuk ke dalam pasaran perlu adanya pengemasan. Untuk
Ikan Segar
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini. PASAR
Usaha Pengelolaan:
Ikan Asin
PenyusunanIkan
Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan
Olahan 9
Ikan Kering di Kabupaten Gresik
Kemasan
Abon
LAPORAN AKHIR
PETERNAKAN
PEMASARAN
INOVASI
PERIKANAN PERDAGANGA
N & JASA
PERTANIAN PENGELOLAAN
PROMOSI
INDUSTRI
KECIL
Gambar 2.3 Keterkaitan Kegiatan Sektor-Sektor Ekonomi Skala Makro Kecamatan Duduk
Sampeyan
Dari bagan diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing kegiatan ekonomi memiliki
hubungan-hubungan keterkaitan yang kemudian diperlukan sebuah inovasi untuk
pengembangan sektor ekonomi. Inovasi-iovasi tersebut harus diakomodir lewat sebuah
pengelolaan yang baik untuk kemudian dipasarkan dan dipromosikan untuk mengenalkan
potensi perekonomian yang dimiliki Kecamatan Duduk Sampeyan. Dalam perencanaanya
masing-masing keterkatitan ini pasti membutuhkan tempat atau fasilitas untuk mendukung
kegiatan ekonomi. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini
Dari bagan tersebut bisa dilihat bahwa masing-masing kegiatan ekonomi mulai dari
kegiatan perikanan, kegiatan peternakan, kegiatan industri, kegiatan pertanian, dan kegiatan
perdagangan memiliki keterkaitan antar kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Dari masing-
masing keterkaitan tersebut membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang
tersebut antara lain :
1. Kegiatan Perikanan dengan Industri
Keterkaitan ini menghasilkan hasil olahan berupana ikan kering, ikan kaleng dan Abon
ikan. Untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan fasilitas pendukung seperti tempat
pengolahan dan pengemasan ikan. Fasilitas ini direncanakan pada SKP 2 UL-6 dengan luas
3000 m2. Selain itu hasil dari perikanan dapat langsung dijual, untuk penjualan ikan tersebut
membutuhkan fasilitas Tempat Pelelangan Ikan yang direncanakan pada SKP-1 UL-2 dengan
luas 400 m2 atau bisa langsung dijual di pasar Duduk Sampeyan.
B. Pusat Kegiatan
Pemantapan struktur kota-kota di Kabupaten Gresik pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategi
pengembangan pola tata ruang Kabupaten Gresik. Dalam kaitannya dalam jalur upaya ini,
stuktur kota-kota diarahkan untuk mencapai tujuan keseimbangan perkembangan ruang kota
dan wilayah belakangnya. Berdasarkan analisis terhadap struktur kota yang telah ada di
Kabupaten Gresik, dengan mempertimbangkan struktur administrasi kota, hierarki penduduk
(ukuran jumlah penduduk), dan hierarki fungsional (kelengkapan fasilitas perkotaan), maka
untuk masa yang akan datang perlu adanya pemantapan terhadap orde kota.
Penetapan Pusat Kegiatan melihat pada variabel jumlah penduduk dan variabel lainnya
sesuai analisa yang telah dikembangkan pada bagian analisa struktur wilayah. Berbagai data
yang bersifat aspasial pada bagian analisa struktur wilayah, dikaji kembali dengan melihat
kerangka spasial yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau skala pelayanan tiap kota
tersebut sesuai dengan fungsinya. Hal ini berarti kota dipandang sebagai konsentrasi kegiatan
atau fungsi tertentu dengan cakupan wilayah tertentu yang berorientasi terhadapnya. Pusat
kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau
administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2. PKW yang berada di wilayah kabupaten;
3. PKL yang berada di wilayah kabupaten;
4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Dalam kaitannya dengan perwilayahan pembangunan yang akan diterapkan di
Kabupaten Gresik, terdapat pusat-pusat pembangunan yang perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, banyak terjadi penyimpangan terhadap
perkembangan pusat-pusat pengembangan. Oleh karena itu kebijaksanaan perwilayahan
pembangunan diarahkan pada keberlanjutan pengembangan pusat kegiatan berdasarkan arahan
berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi
pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani beberapa provinsi. Kawasan perkotaan
yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Jawa Timur adalah Kawasan
Perkotaan Gerbangkertosusila dan Malang.
Sesuai dengan arahan struktur ruang dalam RTRWN yang juga diakomodasi dalam
RTRW Provinsi Jawa Timur, Pusat Kegiatan Nasional di Kabupaten Gresik yang
diarahkan di PKN Gerbangkertosusila.
2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah semua ibukota kecamatan di Kabupaten Gresik.
PPK diarahkan di Ibukota Kecamatan (IKK) Kebomas, IKK Gresik, IKK Wringinanom,
IKK Driyorejo, IKK Menganti, IKK Cerme, IKK Manyar dan IKK Bungah, IKK
Kedamean, IKK Benjeng, IKK Balongpanggang, IKK Duduksampeyan, IKK Sidayu,
IKK Dukun, IKK Panceng, IKK Ujungpangkah, IKK Sangkapura, dan IKK Tambak.
K et era n g an :
1 = Pu sa t SS W P
2 = K o ta K e cam atan
3 = D e sa P us at Pe rtu m b uh an
Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan
4 = Pu sa t D e sa 19
di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.5 Peta Rencana Rencana Struktur Ruang Daratan Kabupaten Gresik
7. Rehabilitasi dan konservasi tanah pada kawasan yang rawan bencana longsor/tanah
tererosi sangat tinggi
8. Pengendalian kegiatan sekitar alur sungai yang berbelok arah berbentuk palung
Industri hasil perikanan (fish processing industry), yakni seluruh mata rantai kegiatan
dalam usaha pengolahan hasil laut/budidaya, seperti pengalengan, pengeringan, pembekuan dan
sebagainya. Jenis industri ini disebut sebagai industri sekunder. Pengemasan (packing) juga
termasuk dalam rangkaian kegiatan pengolahan dan agroindustri. Sedangkan jenis pengolahan
yang dapat dilakukan agroindustri perikanan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Industri primer, yang mencakup industri penanganan ikan hidup, penanganan ikan segar
(fillet, sashimi, loins), industri pembekuan dan pendinginan ikan.
2. Industri Pengolahan sekunder, mencakup industri pengolahan ikan kaleng dan ikan
kemasan lainnya serta industri pengolahan tradisional seperti pengasinan, penggaraman,
pindang, dsb.
3. Industri pengolahan tersier, meliputi setiap bentuk industri yang menggunakan ikan
sebagai bahan tambahan, seperti indutri terasi, petis, abon, tepung ikan, dsb.
Pusat minapolitan/minapolis ini diarahkan di ibukota Kecamatan Sidayu. Hal ini karena
lokasi Kota Sidayu yang strategis dan kelengkapan fasilitas pendukung perkotaan yang
lebih memadahi,
B. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai :
1. Pusat produksi perikanan (aquacultural production).
2. Intensifikasi perikanan (aquacultural intensification).
3. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barangbarang dan jasa non-
perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and services).
4. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production and
aquacultural diversification).
Kawasan ini diarahkan pada kawasan hinterland seperti kecamatan Dukun, Bungah,
Ujungpangkah dan Panceng. Disetiap kecamatan juga direncanakan penyediaan pangkalan
pendaratan ikan budidaya maupun tangkap.
C. Penetapan komoditi unggulan :
1. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
2. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan local).
3. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
4. Komoditi perikanan unggulan diarahkan pada komoditi bandeng, kakap, udang
windu, Udang vanname, Udang putih, Kerapu, nila, mujair.
A. Penyediaan Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air,
dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi). Penyediaan dukungan sistem kelembagaan.
1. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang
merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat.
2. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan
minapolitan.
Sistem kelembagaan yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan
minapolitan adalah dengan mengoptimalkan peran POKDAKAN baik dalam penyediaan sarana
prasarana dalam proses produksi, proses pemeliharaan, informasi pasar, penyuluhan, pelatihan
dan peningkatan penguasaan teknologi bagi masyarakat petani ikan.
2.5.7 Pemasaran
Lokasi pemasaran kawasan minapolitan dibedakan dalam beberapa skala, yaitu skala
sentra budidaya/pembesaran berupa Tempat Pelelangan Ikan yang dialokasikan disetiap pusat
pelayanan kecamatan (Ujungpangkah, Dukung, Bungah), skala Minapolis berupa pasar pusat
jual beli khusus ikan yang dialokasikan di Kota Sidayu dan skala Kabupaten berupa pasar induk
yang terdapat di Kota Gresik.
2.5.8 Kelambagaan
Lembaga yang menangani kawasan minapolitan (budidaya/tangkap) dapat dilokasikan
di Kecamatan Sidayu yang dilengkapi dengan bangunan yang berfungsi sebagai: pusat
informasi dan teknologi, pusat pertemuan, pelatihan, pusat penyediaan sarana produksi ikan,
bekerjasama dengan swasta dalam penampungan hasil produksi ikan dalam pasar pusat jual beli
khusus ikan, pemasaran, dan penanganan pasca panen/tangkap.
Sebagaimana diketahui bahwa SWP III tidak termasuk wilayah Pesisir dalam RZWP3K
Kabupaten Gresik ini, sehingga di dalam Struktur Ruang dan Pola Ruang Laut SWP III tersebut
tidak dikeluarkan di dalam pembahasan ini. Berdasarkan pembagian SWP tersebut diatas, maka
SWP 1 dan 2 akan mengalami kecenderungan pertumbuhan lahan darat yang akan
mengkonversi sebagian besar kegiatan budidaya tambak untuk perluasan Kawasan Industri yang
berada pada wilayah pesisir darat. Sedangkan yang bersentuhan dengan kawasan perairan laut,
maka terdapat kecenderungan pengembangan WATER FRONT CITY. Hal ini akan menjadi
gangguan terbesar terhadap perkembangan pola ruang laut (kawasan pemanfaatan umum,
konservasi, zona alur maupun Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT).
Disisi lain bahwa SWP 3 yang meliputi Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas dan
Kecamatan Manyar menjadi pusat Penampungan Bahan Bakar Minyak (BBM) baik produksi
lepas pantai (Offshore) maupun produksi darat (Onshore) untuk mendukung pasok bahan bakar
bagi kegiatan industri di Kawasan Andalan GERBANG KERTOSUSILA PLUS maupun
Provinsi Jawa Timur dan Bali serta sekitarnya.
3. Secara eksisting telah beroperasi jaringan pipa minyak dan gas bumi bawah laut dari
perusahaan PT. HESS, PT. KODECO, dan PT. PETRONAS yang beroperasi di perairan
Utara Pantai Laut Jawa Timur dan sekitarnya, dimana semua produksinya dikirim lewat
pemipaan bawah laut ke Kabupaten Gresik. Rencana pipa bawah laut PT. PETRONAS
telah menimbulkan masalah mengingat pada saat diarahkan ke Pantai Mangare disana
terdapat suatu gugus terumbu karang tua yang cenderung menempel dengan pantai Utara
Gresik, dimana pipa tidak dapat ditanam karena kondisi karang yang sangat kokoh.
Kondisi ini tentu akan menimbulkan persoalan tumpang tindih baru yang tidak pernah
diprediksi sebelumnya. Kembali lagi, maka perencanaan peletakkan dan pembangunan
infrastruktur harus direncanakan secara matang, agar segala fungsi alokasi pemanfaatan
ruang laut dapat berjalan secara paralel dan simultan.
Salah satu solusinya adalah bagaimana dapat diupayakan penyatuan pipa bawah laut
dengan mengatur stok penyatuan cadangan terproduksi dapat dilakukan pada platform MIGAS
dilaut, tentunya solusi teknologi dapat memecahkannya untuk menghindari tumpang tindih dan
konflik yang akan terjadi seperti saat ini.
4. Di Kecamatan Ujungpangkah terdapat Landing Point Kabel Telekomunikasi bawah laut
(PT. TELKOM, PT. INDOSAT dan PT. EXELCOMINDO) yang menghubungkan Pulau
Jawa dan Kalimantan (khususnya Kalimantan Selatan). Untuk itu perlu perencanaan
penetapan alur kabel bahwa laut dengan sistem perlindungan yang memadai, mengingat
bahwa hal ini telah terjadi tumpang tindih dengan Terumbu Karang di dasar laut, dan
kegiatan penangkapan maupun budidaya laut oleh nelayan. Oleh karena itu penyatuan
jalur kabel laut ini ke depan agar tidak memperluas terjadi tumpang-tindih dan konflik
seperti yang telah terjadi pada saat ini.
5. Penetapan dan pemantapan areal penangkapan dan budidaya perikanan dengan segala
infrastruktur pendukungnya pada lokasi-lokasi yang telah menjadi areal tetap dan
tradisional bagi nelayan perlu dilindungi dan dipertahankan oleh pemerintah untuk
menunjang kehidupan nelayan yang ada di Kabupaten Gresik.
Mengacu kepada hasil identifikasi dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat
ditetapkan pola ruang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di
Kabupaten Gresik, sebagai berikut :
A. Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum
Berdasarkan analisis terhadap kondisi fisik, analisis kebijakan dan analisis terhadap
kondisi aktual penggunaan ruang laut di Kabupaten Gresik, maka dapat diketahui beberapa sub
kawasan yang terdapat di dalam Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, seperti berikut :
1. Sub Kawasan Penangkapan Ikan = 93.841,77 ha, meliputi seluruh wilayah laut mulai
dari Kecamatan Manyar sampai dengan Kecamatan Panceng serta perairan Pulau
Bawean.
2. Sub Kawasan Budidaya Perikanan Laut = 3.515,97 ha, berada di wilayah perairan laut
Kecamatan Ujungpangkah, Panceng dan sekitarnya.
3. Sub Kawasan Pariwisata Bahari = 1.625,48 ha, mencakup wilayah perairan laut
Kecamatan Ujungpangkah, Panceng, Bungah dan perairan laut Pulau Bawean.
4. Sub Kawasan Konsesi Pertambangan Migas = 19.204,94 ha, berada di bagian Utara
perairan laut Kecamatan Ujungpangkah dan Panceng.
Demikian secara keseluruhan peruntukan untuk rencana kawasan pemanfaataan umum
dalam rangka Inisiasi Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) Kabupaten Gresik seluas 119.389,93 ha.
5. Berdasarkan fungsi kom waduk maka 6 waduk berfungsi sebagai tempat menampung air
untuk keperluan irigasi pertanian tanaman pangan, selebihnya kom waduk berfungsi
untuk keperluan lain seperti sawah, tambak dan gabungan antara sawah, tambak dan
pekarangan untuk sekolah.
6. Bangunan yang ada di 13 waduk tersebut adalah :
Bangunan sadap 10 buah
7. Jalan inspeksi yang merupakan sarana untuk inspeksi saluran dan bangunan sebagian
besar tidak ada sehingga menyebabkan kesulitan bagi petugas untuk melakukan inspeksi
dan perawatan saluran dan bangunan.
8. Kondisi waduk sebagian besar tidak dilakukan perawatan secara optimal sehingga
hampir semua waduk sudah tidak memiliki kapasitas mati ( Deep Storage )karena
adanya endapan sedimen didasar waduk.
9. Pintu pengambilan memang masih ada yang baik tetapi sebagian besar tidak dilakukan
perawatan rutin seperti pemberian minyak, gemuk dan lainnya sehingga terlihat berkarat
dan sulit dioperasikan, bahkan pada beberapa pintu sudah tidak bisa dioperasikan karena
bagian bagiannya sudah banyak yang hilang dan ada yang framenya hilang seperti yang
terjadi di waduk Bolo.
10. Salain itu ada waduk yang tidak mempunyai pintu pengambilan, yang ada hanya berupa
gorong – gorong seperti yang terjadi di waduk Wotan 1 dan waduk Pantenan.
11. Untuk waduk yang pengelolaan kolam dipakai untuk budidaya ikan, ada kecenderungan
dasar pintu ditutup dengan tanah untuk menghindari kebocoran air yang lewat bawah
pintu.
12. Bangunan Pelimpah sebagian besar masih cukup baik, tetapi pada beberapa daerah
irigasi sudah retak dan perlu dilakukan perbaikan seperti yang terjadi di waduk Mentaras
dan waduk Doudo.
13. Bangunan pelimpah yang lain berupa gorong-gorong, dengan demikian bila terjadi
kelebihan air maka akan melimpah melalui gorong – gorong terus masuk ke saluran
yang kemudian mengalir ke daerah layanannya sebagaimana yang terjadi di waduk
Wotan 1.
Sedangkan pelimpah yang lain air yang keluar langsung dialirkan ke saluran pembuang
terjadi pada waduk Sambogunung, waduk Mentaras, waduk Petung dan waduk Bolo.
14. Permasalahan yang ada di saluran pembawa secara umum adalah sebagai berikut:
o Sebagian besar saluran masih berupa saluran tanah.
o Saluran dengan talut yang sudah diberi pasangan sebagian mengalami
kerusakan.
o Saluran berfungsi ganda yaitu berfungsi untuk saluran pembawa sekaligus
sebagai saluran pembuang.
o Sedimentasi yang tinggi sehingga saluran menjadi dangkal
o Banyaknya tumbuhan liar yang mengganggu kelancaran aliran air.
o Belum atau tidak adanya jalan inspeksi
o Keberadaan tanggul saluran yang sempit.
o Beberapa DI mempunyai daerah layanan yang luas dengan saluran yang minim.
2................................................................................................................................................2-1
2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN GRESIK...............................2-1
2.1.1 Perikanan Tangkap............................................................................................2-1
2.1.2 Perikanan Budidaya...........................................................................................2-2
2.2 RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK).........................................................2-3
2.2.1 RDTRK Kecamatan Benjeng...............................................................................2-3
A. Kawasan Tambak...................................................................................................2-3
B. Kawasan Industri dan Pergudangan......................................................................2-3
C. Analisa Drainase....................................................................................................2-4
2.2.2 RDTRK Kecamatan Cerme..................................................................................2-5
2.2.3 RDTRK Kecamatan Duduksampeyan..................................................................2-6
A. Strategi dan Kebijaksanaan Pengembangan Struktur Tata Ruang Wilayah...........2-6
B. Kegiatan Perikanan................................................................................................2-7
C. Keterkaitan Kegiatan Ekonomi..............................................................................2-9
2.2.4 RDTRK Kecamatan Manyar..............................................................................2-11
2.2.5 RDTRK Kecamatan Sidayu................................................................................2-11
2.2.6 RDTRK Kecamatan Wringinanom....................................................................2-11
2.3 RPJMD Kabupaten Gresik Tahun 2011-2015...........................................................2-12
2.4 RPIJM KABUPATEN GRESIK......................................................................................2-13
2.4.1 Penetapan Kawasan Perkotaan Dan Kawasan Perdesaan...............................2-13
2.4.2 Penetapan Sistem Perkotaan..........................................................................2-14
A. Rencana Hirarki (Besaran) Perkotaan......................................................................2-14
B. Pusat Kegiatan.........................................................................................................2-15
2.4.3 Sistem Perdesaan............................................................................................2-16
2.4.4 Kawasan Rawan Bencana Alam.......................................................................2-20
2.4.5 Kawasan Perikanan..........................................................................................2-23