LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Laporan Pendahuluan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang Kota
Serang mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya menyesuaikan dengan kondisi alam,
memperhatikan tata ruang wilayah, memperhatikan topografi dan kondisi lahan sehingga penyusunannya
dapat terintegrasi dengan lingkungan sekitar termasuk sarana, prasarana serta utilitas umum.
Diharapkan Laporan Pendahuaun ini menjadi dasar tahapan awal dalam Feasibility Study (FS) pembangunan
Embung Kecamatan Serang Kota Serang serta dapat menjadi acuan dalam Pelaksanaan pembangunan
Embung Kecamatan Serang Kota Serang.
Demikian Kami ucapkan terima kasih atas masukan serta sarannya semoga Laporan Pendahuluan
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang Kota Serang ini dapat memberi manfaat.
Laporan Pendahuluan
|i
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
Halaman
Laporan Pendahuluan
| ii
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| iii
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| iv
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Inspeksi Embung III - 11
Tabel 2.2 Kegiatan Pemeliharaan Preventif Pada Embung III - 18
Tabel 2.3 Kegiatan Pemeliharaan Korektif Pada Embung III - 19
Tabel 2.4 Kompetensi Petugas Pemeliharaan Jaringan Irigasi III - 22
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Serang III - 2
Tabel 3.2 Daerah Rawan Bencana Kecamatan Serang III - 12
Tabel 3.3 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 13
Tabel 3.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang III - 14
Tahun 2017-2021
Tabel 3.7 Kepadatan penduduk Kecamatan Serang Tahun 2017-2021 III - 15
Tabel 3.6 Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah Kecamatan Serang III - 17
Tahun 2021
Tabel 3.7 Luas dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija Kec. Serang III - 18
Tahun 2021
Tabel 3.8 Jumlah Produksi Ikan dan Luas Areal Budidaya Kec. Serang III - 18
Tahun 2021
Tabel 3.9 Jumlah Industri Sedang, Kecil, RT dan Tenaga Kerja Kec. Serang III - 19
Tahun 2021
Tabel 3.10 Penggunaan Lahan di Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 20
Laporan Pendahuluan
|v
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Tabel 3.11 Jaringan Jalan Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal Kecamatan III - 22
Serang
Tabel 3.12 Sungai dan Jenis Saluran di Kecamatan Serang III - 25
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung V-5
Kecamatan Serang Kota Serang
Laporan Pendahuluan
| vi
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kegiatan Pemeliharaan Pada Embung II - 10
Gambar 3.1 Peta Orientasi Kecamatan Serang III - 3
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Serang III - 4
Gambar 3.3 Peta Kemiringan Kecamatan Serang III - 6
Gambar 3.4 Peta Intensitas Hujan Kecamatan Serang III - 10
Gambar 3.5 Peta Kondisi Tanah Kecamatan Serang III - 11
Gambar 3.6 Diagram Perseberan Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 14
Gambar 3.7 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang III - 15
Gambar 3.8 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kecamatan Serang III - 21
Gambar 3.9 Jaringan Jalan di Kecamatan Serang III - 23
Gambar 3.10 Jaringan Drainase di Kecamatan Serang III - 26
Gambar 3.11 Jaringan Irigasi di Kecamatan Serang III - 27
Gambar 3.12 Aktivitas Pemanfaatan Air Irigasi Sebagai Sumber Air Dan Membuang III - 28
Air Limbahnya Ke Irigasi
Gambar 3.13 Jalur Evakuasi Bencana di Kecamatan Serang III - 30
Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan IV - 7
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan V-4
Laporan Pendahuluan
| vii
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan
|I-1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
|I-2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
2. Mengevaluasi kondisi sistem infrastruktur darinase yang ada dan yang akan
dibangun berdasarkan debit banjir yang terjadi
Laporan Pendahuluan
|I-3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
1.5. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini tersedianya dokumen Feasibility Study (FS) dan kajian
perencanaan teknis yang sesuai dengan syarat administrasi dan teknis dengan
kuantitas dan kualitas konstruksi dan spesefikasi teknis yang sesuai dengan
peraturan. Dan semua kegiatan tercatat dalam satu sistem pelaporan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang Penyusunan Feasibility Study (FS)
pembangunan Embung Kecamatan Serang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
kegiatan, dasar hukum dan sistematika pembahasan.
Laporan Pendahuluan
|I-4
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EMBUNG
Menurut (Rustam, 2010) embung adalah bangunan artifisial yang berfungsi untuk
menampung dan menyimpan air dengan kapasitas volume kecil tertentu, lebih
kecil dari kapasitas waduk/bendungan. Embung biasanya dibangun dengan
membendung sungai kecil atau dapat dibangun di luar sungai. Kolam embung
akan menyimpan air dimusim hujan dan kemudian air dimanfaatkan oleh suatu
desa hanya selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dengan urutan
prioritas, penduduk, ternak, dan kebun atau sawah. Jumlah kebutuhan tersebut
akan menentukan tinggi tubuh embung dan kapasitas tampungan embung.
Laporan Pendahuluan
| II - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari beton,
pasangan batu atau pasangan bata.
Laporan Pendahuluan
| II - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
UU no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan pemeliharaan adalah
kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber air yang ditujukan untuk
menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana SDA.
Laporan Pendahuluan
| II - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
pola operasi yang telah ditetapkan. Pola operasi embung adalah suatu
acuan/pedoman pengaturan air untuk kegiatan pengoperasian embung.
Pola operasi terdiri dari 3 (tiga) kondisi yaitu :
a. Operasi normal
Operasi normal merupakan operasi rutin dalam kondisi normal
sesuai dengan panduan operasi dalam rangka memenuhi
tujuan/fungsi pembangunan embung.
b. Operasi banjir
Operasi banjir merupakan operasi pada saat kondisi banjir, dalam
rangka mengatur muka air embung agar tetap terjaga pada elevasi
yang direncanakan, sehingga embung aman.
3. Pemantauan Embung
Pemantauan embung merupakan kegiatan pemeriksaan, inspeksi dan
pemantauan kondisi fisik dan dan keberfungsian komponen mekanik,
elektrik, hidrolik dan sipil yang dilakukan secara teratur dengan selang
waktu tertentu, sebaiknya dengan selang waktu tidak lebih dari tiga
bulan. Pemeriksaan rutin mencakup pemeriksaan terhadap terjadinya
erosi, sumbatan (blockages), retakan, pergerakan, longsoran dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan ke berfungsia n da n keamanan embung.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan inspeksi dilakukan
penilaian terhadap kondisi fisik dan fungsi dari tiap-tiap komponen
bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan skala
prioritas dalam penyusunan rencana kegiatan pemeliharaan. Kriteria
penetapan klasifikasi kondisi fisik bangunan adalah sebagai berikut :
Laporan Pendahuluan
| II - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 7
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 8
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, 2018)
Laporan Pendahuluan
| II - 9
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Laporan Pendahuluan
| II - 10
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan
Dinding a. Kondisi Fisik a.1. visual dengan
penelusuran dan
Kolam (Retakan, patahan, pemeriksaan kondisi fisik
Tampungan Deformasi dinding, linning dinding kolam
Mencatat dimensi dan
dll) a.2. membuat sket gambar
kerusakan
Mengkaji indikasi
a.3. penyebab kerusakan
b. Kebocoran b.1. pada tanggul dll.
Melakukan pemeriksaan
3. Bangunan Fisik Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Pelimpah Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Pintu a. Kondisi Fisik Pintu visual kondisi Fisik
Pintu air terhadap karat,
Spillway kebocoran dll.
Melakukan uji buka tutup
b. Kemudahan pintu dari kondisi
buka penuh ke tutup penuh
pengoperasian atau sebaliknya.
Melakukan pemeriksaan
Jembatan Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Laporan Pendahuluan
| II - 11
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan visual
4. Bangunan Fisik Kondisi Fisik (Retakan, kondisi Fisik
Intake Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan membuat
sket gambar
kerusakan
Laporan Pendahuluan
| II - 12
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan
6. Jalan Collector Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Inspeksi Drain patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Badan Jalan Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Kantor/Gedu Melakukan pemeriksaan
7. Bangunan ng Edukasi Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Penunjang Bocor, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Gudang Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Bocor, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Taman Kondisi Fisik Bangunan visual kondisi Fisik
dan taman(Retakan, bangunan
Mencatat dimensi dan
Bocor, dll) membuat sket gambar
kerusakan
(Sumber: Buku Saku O&P Embung Balai Besar Wilayah Sungai, 2018)
Laporan Pendahuluan
| II - 13
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
No Kegiatan Pemeliharaan
1. Kolam Tampungan
a. Pembersihan sampah pada kolam tampungan
b. Pembersihan rumput tanaman yang tumbuh pada dinding kolam
tampungan
c. Pengerukan sedimen pada kolam tampungan
d. Perbaikan bocoran-bocoran kecil pada dinding kolam tampungan
2. Intake
a. Pengerukan sedimen pada Groundsill
b. Perbaikan retakan kecil pada Groundsill
3. Bangunan Pelimpah (Spillway)
a. Pembersihan sampah yang terapung pada bangunan spillway
b. Perbaikan bocoran/retakan kecil
c. Pengerukan sedimen pada hilir bangunan pelimpah
4. Bangunan Outlet
a. Pembersihan sampah pada Trashrack bangunan Outlet
b. Perbaikan bocoran/retakan kecil
5. Pintu Air (Gate)
a. Pembersihan sampah yang tersangkut pada pintu-pintu air
b. Pembersihan dan pelumasan kembali Hoist dan sendi-sendi pintu
c. Pengecatan pintu-pintu air
6. Bangunan Dan Fasilitas Pendukung
Pembersihan sampah bangunan/fasilitas pendukung beserta
a. lingkungannya
b. Pembersihan rumput/ilalang (babat rumput) lingkungan embung
c. Memperbaiki/mengganti papan larangan/petunjuk yang rusak
d. Pemotongan/Pemangkasan tanaman pelindung/hiasan
e. Penyiraman tanaman hias
Laporan Pendahuluan
| II - 14
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
No Kegiatan Pemeliharaan
(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak,
2018)
(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak,
2018)
Laporan Pendahuluan
| II - 15
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Untuk kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dapat berjalan dengan baik maka
dibutuhkan suatu kelembagaan yang mengelola seluruh kegiatan tersebut.
Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 32/PRT/M/2007
pembagian tugas pokok dan fungsi petugas pemeliharaan yang berada di
lapangan sebagai berikut:
1. Pengamat/Ranting/UPTD
a. Rapat di kantor setiap bulan untuk mengetahiu permasalahan
pemeliharaan, hadir para mantri/ juru pengairan, petugas pintu air (PPA),
petugas operasi bendung (POB) serta P3A/GP3A/IP3A.
b. Menghadiri rapat dikecamatan dan dinas/ pengelola irigasi dalam
kegiatan pemeliharaan
c. Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pemeliharaan
d. Membantu proses pengajuan bantuan biaya pemeliharaan yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
e. Membuat laporan kegiatan pemeliharaan ke dinas
2. Mantri/ Juru
a. Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan
pemeliharaan
b. Mengawasi Pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh para
pekerja saluran (PS) dan petugas pintu air (PPA)
c. Mengawasi pemeliharaan berkala yang dikerjakan oleh pemborong
d. Membuat laporan pemeliharaan
e. Bersama masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A melakukan penelusuran
jaringan untuk mengetahui kerusakan jaringan yang perlu segera diatasi
f. Menyusun/ memilih secara bersma kebutuhan biaya pada kerusakan yang
dipilih atau disepakati
Laporan Pendahuluan
| II - 16
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 17
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal
Laporan Pendahuluan
| II - 18
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Satu hal yang tidak kalah penting adalah perhitungan AHSP. Koefisien analisa
harga satuan adalah angka – angka jumlah kebutuhan bahan maupun tenaga yang
diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu. koefisien
analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana
anggaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat koefisien analisa harga satuan
menjadi kunci menghitung dengan tepat perkiraan anggaran biaya bangunan.
Adapun cara untuk mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya
bangunan adalah :
Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi
hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalama
kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga
pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Laporan Pendahuluan
| II - 19
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 20
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
7. Oleh karena itu supaya embung/situ dapat beroperasi dan terpelihara, harus
dipersiapkannya pedoman yang nantinya adalah acuan untuk pengelola
embung/situ.
Laporan Pendahuluan
| II - 21
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Life Cycle Cost adalah total biaya yang dikeluarkan sepanjang siklus
hidup suatu sistem yang langsung berhubungan dengan biaya
kepemilikan selama umur ekonomis. Konsep Life Cycle Cost adalah
sebuah proses untuk menentukan biaya paling efektif diantara banyak
alternatif yang tersedia (Dell'Isola, 1995). Sedangkan Menurut (Pujawan,
2004), Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost) dari suatu item adalah jumlah
semua pengeluaran yang berkaitan dengan item tersebut sejak dirancang
sampai tidak terpakai lagi.
Kegunaan utama Life Cycle Cost adalah pada waktu evaluasi solusi-
solusi alternatif atas problema desain tertentu, sebagai contoh, suatu
pilihan mungkin tersedia untuk atap suatu proyek baru. Hal yang perlu
ditinjau bukan hanya biaya awal saja, tetapi juga biaya pemeliharaan dan
perbaikan, usia rencana, penampilan dan hal-hal yang mungkin
berpengaruh terhadap nilai sebagai akibat dari pilihan yang tersedia.
Meskipun aspek penampilan merupakan pertimbangan estetika dan
sehingga sangat bersifat subyektif, tetapi tidaklah dapat diabaikan dalam
evaluasi keseluruhan alternative tersebut. Dengan demikian, Life Cycle
Cost merupakan kombinasi antara perhitungan dan kebijaksanaan.
(Prawiro, 2015).
Laporan Pendahuluan
| II - 22
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
1. Biaya Modal :
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
2. Biaya Penggunaan :
c. Biaya Pemeliharaan
d. Biaya Pendekorasian Kembali
e. Biaya Pekerjaan Tambahan (Minor New Work)
f. Biaya Energi
g. Biaya Kebersihan
h. Ongkos
i. Ongkos Umum
j. Manajemen Estate
Menurut Asworth (2004), ada berbagai faktor yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Life Cycle Cost, faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Usia Bangunan
a. Usia Fisik
b. Usia Fungsional
c. Usia Ekonomi
d. Usia Komponen
e. Suku Bunga
f. Perpajakan
g. Metode Desain
h. Kualitas Dalam Konstruksi
Laporan Pendahuluan
| II - 23
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Berdasarkan pendapat para ahli diatas life cycle cost dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dimana :
Biaya awal = Biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan
Biaya penggunaan = Biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi
Biaya Perawatan dan Penggantian = Biaya untuk perawatan dan penggantian
komponen-komponen penyusun bangunan selama umur rencana bangunan.
Biaya yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya pengelola (agencies
cost). Biaya pengelola mencakup semua biaya yang dikeluarkan langsung
selama masa proyek. Meliputi biaya teknik awal, administrasi kontrak,
pengawasan dan konstruksi, pemeliharaan, rehabilitasi, dan biaya
administrasi pekerjaan terkait. Besarnya biaya konstruksi berhubungan
langsung dengan desain awal dan strategi rehabilitasi. Biaya
pemeliharaan rutin umumnya tidak besar, dan memiliki sedikit perbedaan
antara alternatif perkerasan. Perhitungan biaya pengelola
memperhitungkan komponen berikut ini (WVDOH , 2004) :
1. Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi adalah biaya yang ditimbulkan karena biaya desain
dan biaya konstruksi. Biaya desain termasuk juga alternatif
perancangan desain jika lebih dari satu. Sumber biaya konstruksi
adalah sumber informasi biaya konstruksi proyek-proyek
sebelumnya, data biaya historis bahkan estimasi analisis sensitivitas
terhadap variasi biaya pada hasil akhir ketika berbagai kemungkinan
biaya untuk item baru.
2. Biaya Pemeliharaan
Biaya ini berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
menjaga infrastruktur. Masalah yang melekat adalah memperoleh
Laporan Pendahuluan
| II - 24
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
biaya perawatan yang akurat dan handal dengan berbagai jenis dan
tingkat pekerjaan pemeliharaan dilakukan pada berbagai interval
waktu selanjutnya. Biaya pemeliharaan juga bisa terpengaruh jika
kegiatan pemeliharaan tertunda.
3. Biaya Rehabilitasi
Biaya ini terkait dengan rehabilitasi trotoar atau restorasi kegiatan.
Dalam melakukan analisis LCC , dua kerangka waktu digunakan
yakni kerangka waktu pertama berlaku untuk banyak proyek dimulai
pada "waktu nol". Ini merupakan awal dari analisis LCC dan berlaku
selama bertahun-tahun, yang membutuhkan perbaikan jangka
panjang. Kerangka waktu kedua berlaku untuk kebutuhan masa
berikutnya untuk trotoar baru atau trotoar yang baru direhabilitasi.
4. Nilai Sisa
Biaya ini adalah total yang tersisa pada akhir analisis siklus hidup
perkerasan. Nilai ini dapat bersifat positif atau negatif. Dasar
penentuan nilai pada faktor-faktor ini seperti persen hidup
perkerasan yang tersisa atau data historis. Nilai positif didapatkan
dari nilai bahan yang dapat digunakan atau sisa hidup bahan. Nilai
sisa dalam analisis LCC diberikan pada akhir periode analisis.
Laporan Pendahuluan
| II - 25
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Menurut (Wiguna, 2015) jenis dan umur peralatan dibagi menjadi empat
jenis:
Laporan Pendahuluan
| II - 26
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
3. Umur aktual fisik (Physical Actual Age) : Umur aktual adalah umur
sejak mesin dibuat sampai saat dilakukan penilaian. Umur aktual
(penggunaan) adalah umur dihitung sejak mesin dipakai sampai
dengan dilakukan penilaian.
4. Umur Efektif (Efective Age) : Umur efektif adalah umur saat mesin
dibuat sampai dilakukan penilaian.
Umur efektif suatu barang dapat berbeda meskipun umur aktual
fisiknya sama. Hal ini karena beberapa hal seperti cara
pemakaian/penggunaan barang tersebut, perawatan, adanya
perbaikan dll. Umur efektif tercermin dalam kondisi fisik hasil
pengamatan langsung. Umur efektif peralatan dapat didasarkan pada
nilai hours meter perlatan yang menunjukan lama permakaian
peralatan.
ISO 15686 adalah standar dalam pengembangan ISO yang berhubungan dengan
perencanaan masa pakai produk (service Life). Ini adalah proses keputusan yang
membahas pengembangan masa layanan komponen bangunan atau bangunan
lain yang dibangun seperti jembatan, terowongan dan lain-lain.
Life cycle costing adalah teknik berharga yang digunakan untuk memprediksi
dan menilai kinerja biaya aset yang dibangun. Life cycle costing adalah salah
satu bentuk analisis untuk menentukan apakah suatu proyek memenuhi
persyaratan kinerja klien. Life-cycle costing relevan di manajemen portofolio /
estate, membangun aset dan tingkat manajemen fasilitas, terutama untuk
menginformasikan pengambilan keputusan dan untuk membandingkan
alternatif. Life cycle costing memungkinkan perbandingan yang konsisten
dilakukan antara alternatif dengan arus kas yang berbeda dan kerangka waktu
yang berbeda. Analisis ini mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dari
seluruh kehidupan layanan, berkaitan dengan singkat yang ditentukan klien dan
persyaratan kinerja kehidupan layanan spesifik proyek. Life-cycle costing
Laporan Pendahuluan
| II - 27
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Secara umum service life diperlukan untuk menentukan perkiraan untuk objek
desain dengan memodifikasi beberapa bentuk referensi service life yang berlaku
untuk objek desain tersebut. Karena referensi service life biasanya dihasilkan di
bawah kondisi yang berbeda dari kondisi yang digunakan di mana objek desain
dikenakan, yaitu kondisi khusus yang digunakan dalam objek, penting untuk
menyediakan sebanyak mungkin informasi pada kondisi di mana referensi
service life dihasilkan. Oleh karena itu, bersama-sama dengan referensi service
life, referensi dalam penggunaan kondisi harus sejauh mungkin, dimasukkan
ketika menyediakan data referensi service life.
Data referensi service life diformat ke dalam catatan data referensi service life
yang berisi nilai referensi service life dan kondisi referensi dalam penggunaan
yang digunakan sebagai referensi serta informasi tambahan tentang properti
penting, persyaratan kinerja dan kualitas data. Saat ini, ada sejumlah studi
sistematis tentang prediksi service life dan ada kebutuhan mendesak akan data.
Untuk penyediaan data referensi service life, pengambilan data umum yang ada
dalam jenis apa pun dapat diterima.
1. Umum
a. Menemukan layanan service life
b. Menilai kelayakan menggunakan data tersebut sebagai data
referensi service life
2. Sumber Data
Produsen produk bangunan dan konstruksi dapat memiliki informasi
internal mengenai umur layanan dan daya tahan produk mereka
Laporan Pendahuluan
| II - 28
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
3. Evaluasi Data
Data referensi service life harus berisi setidaknya uraian umum
tentang bahan atau komponen dan data pada umur layanan, dalam
lingkungan luar ruangan (atau indoor) yang ditunjukkan, dan
sebaiknya mencakup semua informasi yang relevan mengenai
pembuatan data service life.
Laporan Pendahuluan
| II - 29
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Indonesia dan Para Kepala Balai Besar Wilayah Sungai / Balai Wilayah Sungai di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
I. Umum
Berdasarkan Diktum Ketiga Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018
tentang Percepatan Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan
Penampung Air lainnya di Desa, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat diinstruksikan untuk menetapkan Pedoman
Perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Perhitungan Standar Harga
Satuan Untuk Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan
Penampung Air Lainnya. Pedoman tersebut diperlukan untuk
percepatan pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air
lainnya untuk memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna
meningkatkan produksi pertanian di desa.
Laporan Pendahuluan
| II - 30
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 31
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
V. Materi Muatan
1. Kriteria dan komponen embung kecil meliputi:
a. Volume tampungan antara 500 m3 sampai dengan 3000 m3;
b. Tinggi embung dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3
m;
Laporan Pendahuluan
| II - 32
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 33
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
6. Dalam hal hasil perbandingan RAB dan anggaran yang ada dirasa
cukup, proses dilanjutkan ke tahap pelaksanaan konstruksi.
7. Dalam hal hasil perbandingan RAB dan anggaran yang ada dirasa
tidak cukup, proses kembali ke tahap perhitungan RAB.
Laporan Pendahuluan
| II - 34
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 35
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
2.7.2 Kriteria Dan Komponen Embung Kecil, Long storage, Dan Dam Parit
A. Umum
Laporan Pendahuluan
| II - 36
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Embung kecil yang dimaksud dalam pedoman ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
Embung kecil yang terdapat dalam klasifikasi diatas adalah yang dimaksud
pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018.
Laporan Pendahuluan
| II - 37
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018, maka embung kecil
dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna
meningkatkan produksi pertanian.
Kriteria ukuran panjang dan lebar seperti yang disebutkan pada butir c hanya
menggambarkan ukuran embung yang biasanya ditemui. Kriteria utama dari
klasifikasi embung adalah volume tampungan dan tinggi maksimum
sedangkan ukuran panjang dan lebarnya tidak bersifat mengikat dan dapat
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Misalnya, bila kondisi di lapangan
hanya memungkinkan adanya embung dengan kedalaman 1 m, lebar 10 m,
dan panjang 60 m, embung tersebut masih diklasifikasikan sebagai embung
kecil karena volumenya adalah 600 m3 (masih di antara 500 - 3.000 m3 dan
tingginya kurang dari 3 m).
2. Komponen Embung
Embung terdiri atas berbagai komponen:
a) Sumber air dari sungai, Air yang berasal dari sungai/saluran alami yang
masuk ke dalam kolam embung.
b) Sumber air dari mata air, Air yang bersumber dari mata air alami
sebagai sumber air yang masuk kedalam kolam embung.
c) Bak pengendap, Bangunan yang berfungsi untuk mengendapkan
material yang terbawa oleh air sebelum masuk ke dalam embung.
Laporan Pendahuluan
| II - 38
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| II - 39
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Metode Benefit Cost Ratio (BCR) memberikan nilai penekanan terhadap nilai
perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek
biaya atau kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut.
Oleh sebab itu, perbandingan manfaat dan biaya merupakan parameter untuk
mengetahui apakah suatu proyek menguntungkan atau tidak. Berikut ini adalah
rumus perbandingan manfaat dan biaya:
PV dari manfaat
BCR
PV dari biaya
Apabila harga B/C lebih dari 1 maka dapat dikatakan suatu proyek layak untuk
dikerjakan. Sebaliknya apabila hasil B/C kurang dari 1 maka proyek tersebut tidak
layak untuk dikerjakan.
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara benefit dengan cost yang telah di
present value kan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih jika NPV >
0. Dengan demikian, jika suatu proyek mempunyai nilai NPV < 0, maka tidak akan
dipilih atau tidak layak untuk dijalankan (Kadariah, 1988:40).
Nilai NPV dapat dicari dengan: Selisih Biaya dan Manfaat = Nilai Sekarang dari
Manfaat – Nilai Sekarang dari Biaya. Keunggulan dari metode NPV diantaranya
adalah:
Laporan Pendahuluan
| II - 40
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Dari hasil analisa sensitivitas terhadap beberapa keadaan diatas dapat diketahui
elemen proyek yang merupakan elemen sensitif terhadap keberhasilan proyek.
Misalnya dari analisa sensitivitas disimpulkan bahwa proyek sangat sensitif
terhadap penundaan penyelesaian proyek, perlu ditelaah kembali komponen
pelaksanaan proyek agar kemungkinan tertundanya penyelesaian dapat dikurangi.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyederhanakan komponen proyek
agar tidak mempersulit pelaksanaannya (Suyanto, 2001:41).
Laporan Pendahuluan
| II - 41
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Payback Period adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar
kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Payback period ini akan dipilih yang paling cepat dapat
mengembalikan biaya investasi, makin cepat pengembaliannya makin baik dan
kemungkinan besar akan terpilih.
Jika komponen cash flowbenefit dan cost-nya bersifat annual, maka formulanya
menjadi:
Dimana:
k = periode pengembalian
Investasi = modal yang diperlukan
Annual benefit = keuntungan pengeluaran pertahun
periode waktu = tahun.
Dalam metode payback period ini rencana investasi dikatakan layak jika periode
pengembalian kurang dari sama dengan umur investasi (Giatman, 2007:85).
Laporan Pendahuluan
| II - 42
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Kecamatan Serang adalah satu dari enam Kecamatan yang ada di wilayah Kota
Serang yang telah terbentuk bedasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten yang terdiri dari 12
kelurahan.
Laporan Pendahuluan
| III - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Peraturan Walikota Kota Serang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kota Serang secara umum merupakan hal-hal
yang harus bahkan wajib dikerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai
dalam suatu instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan, visi dan misi
suatu organisasi. Setiap pegawai seharusnya melakukan kegiatan yang lebih rinci
yang dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap bagian atau unit. Rincian tugas-
tugas tersebut digolongkan ke dalam suatu praktis dan konkrit dengan kemampuan
dan tuntutan masyarakat.
Kecamatan Serang terbagi menjadi dua belas kelurahan, yaitu Kelurahan Serang,
Kelurahan Cipare, Kelurahan Sumurpecung, Kelurahan cimuncang, Kelurahan
Kotabaru, Kelurahan Lontarbaru, Kelurahan Kagungan, Kelurahan Lopang,
Kelurahan Unyur, Kelurahan Kaligandu, Kelurahan Terondol. dan Kelurahan
Sukawana, dengan ibukota Kecamatan di Kelurahan Kaligandu.
Ibukota Kecamatan Serang terletak pada jarak 1,5 km dari ibukota Serang.
Bentuk topografi wilayah Kecamatan Serang sebagian besar merupakan daratan,
dengan ketinggian rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan laut, dengan
rata-rata curah hujan 75 mm/tahun. Berdasarkan ketinggian, curah hujan, suhu,
dan kesuburan serta jenis tanah yang dominan, maka daerah ini sangat cocok
untuk usaha pemukiman dan perumahan.
Laporan Pendahuluan
| III - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Di wilayah Kecamatan Serang melintas sebuah sungai yang cukup besar dan
terkenal yaitu Sungai Cibanten yang bermuara di Karangantu yang ada di
wilayah Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan Serang juga terdapat tempat
ziarah yang juga sangat terkenal yaitu Banten Girang yang terletak di
Kelurahan Cipare yang letaknya di JL. Raya Pandeglang, tempat ziarah ini
banyak dikunjungi oleh peziarah baik itu dari daerah Banten sendiri maupun
dari luar daerah Banten, serta masih banyak peninggalan sejarah di masa
Kesultanan Banten yang ada di wilayah Kecamatan Serang.
Tabel. 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Kasemen
Luas Wilayah Prosentase
No Kelurahan
(KM2) (%)
1 Serang 4,90 18,93
2 Cipare 1,27 4,91
3 Sumurpecung 3,26 12,60
4 Cimuncang 1,54 5,95
5 Kota Baru 0,64 2,47
6 Lontar Baru 1,00 3,86
7 Kagungan 1,27 4,91
8 Lopang 1,17 4,52
9 Unyur 4,39 16,96
10 Kaligandu 2,87 11,09
11 Terondol 1,80 6,96
12 Sukawana 1,77 6,86
Kecamatan Serang 25,88 100,00
Sumber : Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022
Laporan Pendahuluan
| III - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Wilayah Kecamatan Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0-1.778 m dari
permukaan laut (dpl) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan
dataran dan bergelombang. Ketinggian 0 m dari permukaan laut (dpl) membentang
dari Kelurahan Cimuncang sampai Kelurahan Kaligandu di Pantai Barat Selat
Sunda. Ketinggian 1.778 m dari permukaan laut (dpl) terdapat di Puncak Gunung
Karang yang terletak di sebelah selatan perbatasan dengan Kabupaten Serang. Pada
umumnya (≥97,5%) wilayah Kecamatan Serang berada pada ketinggian kurang dari
500 m dari permukaan laut (dpl).
Laporan Pendahuluan
| III - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
sedangkan debit aliran minimum (Qmin) sebesar 0,241 m3 per detik pada
ketinggian muka air 0,68 meter.
Keadaan air tersebut menunjukkan nilai koefisien region sungai (KRS) yang
merupakan ratio antara debit aliran maksimum (Qmax) dan debit aliran
minimum (Qmin) sebesar 33,82, yang mengindikasikan bahwa kontinuitas aliran
tidak normal (di atas 30).
3.1.4 Klimatologi
Keadaan tanah (soil) di wilayah perencanaan terdiri dari 5 (lima) jenis tanah,
berdasarkan bahan induk penyusunnya yaitu: asosiasi hidromorf, pensolik,
regasol, asosiasi hidromorf kelabu, dan asosiasi grey humus. Sebagian besar
wilayah perencanaan terdiri dari jenis tanah asosiasi grey humus.
Struktur jenis tanah di Kecamatan Serang dapat dijabarkan dibawah ini, yaitu :
Laporan Pendahuluan
| III - 7
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 8
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
3.2. KEPENDUDUKAN
Laporan Pendahuluan
| III - 9
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Serang
Cipare
4% Sumurpecung
2% 14%
10% Cimuncang
Kota Baru
11%
Lontar Baru
18%
Kagungan
9%
Lopang
7% 11% Unyur
4% Kaligandu
7% 3%
Terondol
Sukawana
TAHUN
No Kelurahan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Serang 8.502 9.728 30.034 30.187 30.647
2 Cipare 3.568 4.582 24.835 4.962 25.342
3 Sumurpecung 9.351 20.183 20.391 20.495 20.807
4 Cimuncang 2.213 3.168 23.407 23.527 23.885
5 Kota Baru 6.132 6.396 6.462 6.495 6.594
6 Lontar Baru 8.978 9.364 9.461 9.509 9.654
7 Kagungan 13.895 14.493 14.642 14.717 14.941
8 Lopang 14.773 15.408 15.567 15.647 15.885
9 Unyur 8.435 40.088 40.501 40.708 41.328
10 Kaligandu 9.937 20.795 21.009 21.116 21.438
11 Terondol 8.192 8.545 8.633 8.677 8.809
12 Sukawana 4.817 5.025 5.076 5.102 5.180
Kecamatan Serang 208.794 217.775 220.020 221.142 224.510
Sumber: Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022
Laporan Pendahuluan
| III - 10
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
Laporan Pendahuluan
| III - 11
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Perekonomian di Kecamatan Kasemen juga ditunjang oleh kegiatan jasa antara lain
sarana perbankan (meliputi Bank Pembangunan Daerah (Bank Jabar), Bank
Rakyat Indonesia, Bank BNI, Bank Pasar, Bank Unit Desa, dan sebagainya) dan
Koperasi, baik yang berada di Kota Serang, maupun di Kecamatan atau Kelurahan
di sekitarnya/tetangganya.
3.3.2 Pertanian
Laporan Pendahuluan
| III - 12
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
3.3.5 Persampahan
Kecamatan Serang memiliki luas 2.588 Ha atau 10,26% dari luas total Daerah Kota
Serang, memiliki 12 kelurahan dengan seluruhnya memiliki klasifikasi
perkotaan, pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Serang sebanyak
224.657 jiwa, diproyeksikan meningkat 9,80% menjadi 246.670 jiwa pada tahun
2023.
Laporan Pendahuluan
| III - 13
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 14
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
3.5. INFRASTRUKTUR
Tabel 3.11 Jaringan Jalan Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal
Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 15
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 16
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Kecamatan Serang yang menjadi bagian dari Kota Serang juga dilalaui
DAS Cibanten yang merupakan saluran drainase primer (saluran pembuang
Kasemen yang telah dialih fungsikan) untuk menampung debit rencana dari
kawasan hulu. Kecamatan Serang belum memiliki dukunngan sistem
draianse yang memadai hal ini dapat dilihat dengan seringnya terjadi
genangan pada beberapa kawasan bila terjadi hujan. Genangan tersebut
membawa kerugian bagi masyarakat, diantaranya terganggunya aktivitas
masyarakat, rusaknya jalan, terendamnya daerah permukiman, dan
timbulnya wabah penyakit. Kondisi drainase yang ada, baik sistem
sekundernya maupun tersiernya, sebagian besar kurang berfungsi dengan
baik. Baik karena kapasitasnya kecil, adanya kerusakan saluran, maupun
pendangkalan (akibat kurang terawat/ terpelihara).
Laporan Pendahuluan
| III - 17
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
No Nama Sungai WAS Jenis Saluran Fungsi Panjang (M) Panjang (Km)
Laporan Pendahuluan
| III - 18
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 19
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 20
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya menjadi
tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air kotor/limbah rumah tangga,
perkantoran, pasar, sarana pelayanan umum, maupun industri (terutama industri
kecil dan rumah tangga).
Hal ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan sebagai
saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi ini akan merusak
lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada (berfungsi juga sebagai pendukung
drainase) pada kawasan pusat kota telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih
banyak pula yang menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah
pinggiran kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang
sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui saluran-saluran tersier
ke saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran induk yang mengalir ke arah utara
melalui Sungai Cibanten sebagai tempat pembuangan akhir. Saat ini masyarakat
masih memanfaatkan sungai dan saluran irigasi sebagai sumber air dan membuang
air limbah dari kegiatannya. Gambar 3.14 menggambarkan aktivitas pemanfaatan
air irigasi sebagai sumber air dan membuang air limbahnya ke irigasi tersebut.
Gambar 3.9 Aktivitas Pemanfaatan Air Irigasi Sebagai Sumber Air Dan
Membuang Air Limbahnya Ke Irigasi
Laporan Pendahuluan
| III - 21
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Pengaturan intensitas
atau kepadatan bangunan diatur berdasarkan angka KDB (Koefisien Dasar
Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan). Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) adalah nilai perbandingan (prosentase) dari luas lantai dasar terhadap luas
lahan/kavling keseluruhan dimana bangunan tersebut berada.
Laporan Pendahuluan
| III - 22
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| III - 23
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Pada kawasan perencanaan, koefisien dasar hijau (KDH) terlihat masih sangat
luas, dimana setiap kapling bangunan (rumah) menyisakan daerah hijau rata-
rata 40-60%, sehingga dapat berfungsi sebagai daerah resapan. Jalur-jalur hijau
pada Kecamatan Serang terbentuk masih secara alami menyatu dengan
kapling masing-masing rumah.
Laporan Pendahuluan
| III - 24
B A B IV
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Laporan Pendahuluan
| IV - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Data primer didapat dari pihak-pihak yang berkepentingan dan data-data aktual
lainnya yang berkaitan dengan kondisi saat ini. Metode pengumpulan data
primer adalah sebagai berikut :
▪ Metode Observasi
Dengan survey langsung ke lapangan, agar dapat diketahui kondisi real di
lapangan secara garis besar, untuk data detailnya bisa diperoleh dari instansi
yang terkait .
▪ Metode Wawancara
Yaitu dengan mewawancarai narasumber yang dapat dipercaya untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Data sekunder yaitu data-data kearsipan yang diperoleh dari instansi terkait,
serta data-data yang berpengaruh pada perencanaan. Adapun data sekunder
antara lain :
▪ Data Topografi
Untuk menentukan elevasi dan tata letak lokasi di mana akan didirikan
embung dan luas daerah aliran sungai
▪ Data Geologi
Data geologi dapat berupa data fisiografi, morfologi batuan, kondisi
sedimen serta kondisi litologi pada batuan. Data tersebut digunakan untuk
Laporan Pendahuluan
| IV - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
▪ Data Hidrologi
Data ini berupa data klimatologi yang berupa data curah hujan,
evapotranspirasi dan data-data pendukung lainnya.
▪ Data Penduduk.
Untuk menentukan proyeksi penduduk pada beberapa tahun ke depan dan
mengetahui pertumbuhan penduduk pada daerah tersebut. Data ini dapat
diperoleh melalui instansi terkait yaitu instansi Biro Pusat Statistik.
▪ Data Klimatologi
Data Klimatologi meliputi :
a) Data temperatur bulanan rata-rata (oC)
b) Kecepatan angin rata-rata (m/det)
c) Kelembaban udara relative rata-rata (%)
d) Lama penyinaran matahari rata-rata (%)
Laporan Pendahuluan
| IV - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan metode dalam analisis data,
perhitungan dan perencanaan embung yang telah terbukti kebenarannya
Laporan Pendahuluan
| IV - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Data yang telah didapat diolah dan dianalisis sesuai dengan kebutuhannya.
Masing-masing data berbeda dalam pengolahan dan analisisnya. Pengolahan
dan analisis yang sesuai akan diperoleh variabel-variabel yang akan digunakan
dalam perencanaan embung.
Laporan Pendahuluan
| IV - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
RAB disusun dengan tujuan untuk memperoleh nilai / harga satuan pekerjaan
berdasarkan harga upah dan bahan yang berlaku di lokasi pekerjaan, analisa
harga satuan dan kuantitas / volume.
Time Schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk
masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari pekerjaan awal sampai pekerjaan
akhir serta sebagai sarana koordinasi suatu jenis pekerjaan. Network Planning
merupakan gambar yang memperlihatkan susunan urutan pekerjaan dan logika
ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya beserta waktu
pelaksanaan. Man Power merupakan terkait dengan jumlah sumber daya
manusia yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan.
Laporan Pendahuluan
| IV - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Laporan Pendahuluan
| IV - 7
BAB V
RENCANA KERJA
Laporan Pendahuluan
|V-1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Kegiatan yang akan dilakukan konsultan pada tahap pengumpulan data adalah
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer.
Laporan Pendahuluan
|V-2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
Data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara tabular maupun spatsial
dan disajikan dalam tabel dan/ ataugrafik dan peta-peta. Setelah diolah data-data
tersebut kemudian di analisis yang meliputi:
▪ Kajian dan analisis tipologi kawasan.
▪ Analisis aspek teknis Sarana Prasarana Drainase dan Irigasi
▪ Analisis aspek peraturan.
▪ Analisis aspek kelembagaan dan SDM.
▪ Analisis aspek keuangan.
▪ Analisis aspek peran serta masyarakat.
Manajemen proyek pada konsultan akan dipimpin oleh seorang Ketua Tim (Team
Leader) yang berfungsi dan menjamin bahwa ruang lingkup dalam kerangka acuan
kerja dapat dilaksanakan dengan baik. Ketua Tim akan dibantu oleh tenaga-tenaga
ahli yang profesional dalam bidangnya terutama untuk proyek yang berkaitan
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tenaga-tenaga pendukung. Tenaga-
tenaga ahli yang akan membantu Ketua Tim/Team Leader (Ahli Teknik Sipil)
adalah 1 orang Ahli Bidang Ekonomi.
Laporan Pendahuluan
|V-3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
1. KETUA TIM
2. AHLI BIDANG
EKONOMI
TENAGA PENDUKUNG
1. Surveyor
2. Operator Komputer
Agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara tertib, terjadwal, dan berurutan,
maka disusun rencana jadwal pelaksanaan kegiatan seperti pada Tabel 5.1.
Pada rencana jadwal pelaksanaan tersebut akan diatur urutan kegiatan sesuai
dengan jadwal waktu pelaksanaan dan dilengkapi dengan penugasan masing-
masing tenaga ahli.
Laporan Pendahuluan
|V-4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang
BULAN
NO URAIAN PEKERJAAN I II
1 2 3 4 1 2 3 4 KET
I TAHAP PERSIAPAN
1 Administrasi dan Manajerial
2 Mobilisasi Personil dan Peralatan
3 Inventarisari Kebutuhan Data
4 Penyusunan Rencana Kerja
II TAHAP PENGUMPULAN DATA
1 Pengumpulan Data Sekunder & Studi Literatur
2 Survey Lapangan dan Pengumpulan Data Primer
III PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
1 Analisis hidrologi
2 Analisis Perencanaan konstruksi embung
3 Analisis Stabilitas konstruksi embung
IV TAHAP PERENCANAAN
1 Gambar Konstruksi
2 RKS Dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3 Time Schedule, Network Planning dan man power
V PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
Laporan Pendahuluan
|V-5