Anda di halaman 1dari 90

PEMERINTAH DAERAH KOTA SERANG

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jl. Jendral Sudirman Jalan Highland Park No.5 Kota Serang - Banten

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY (FS)


PEMBANGUNAN EMBUNG KECAMATAN SERANG
KOTA SERANG

TAHUN ANGGARAN 2022


KATA PENGANTAR

Penyusunan Laporan Pendahuluan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang Kota
Serang mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya menyesuaikan dengan kondisi alam,
memperhatikan tata ruang wilayah, memperhatikan topografi dan kondisi lahan sehingga penyusunannya
dapat terintegrasi dengan lingkungan sekitar termasuk sarana, prasarana serta utilitas umum.

Diharapkan Laporan Pendahuaun ini menjadi dasar tahapan awal dalam Feasibility Study (FS) pembangunan
Embung Kecamatan Serang Kota Serang serta dapat menjadi acuan dalam Pelaksanaan pembangunan
Embung Kecamatan Serang Kota Serang.

Demikian Kami ucapkan terima kasih atas masukan serta sarannya semoga Laporan Pendahuluan
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang Kota Serang ini dapat memberi manfaat.

Serang, Oktober 2022


Tim Penyusun,

Laporan Pendahuluan
|i
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi

Halaman

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 LATAR BELAKANG I-1


1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN I-2
1.3 LINGKUP KEGIATAN I-2
1.4 LOKASI KEGIATAN I-3
1.5 KELUARAN I-3
1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN I-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II - 1


2.1 EMBUNG II - 1
2.2 PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI II - 5
2.2.1 Operasi Embung II - 5
2.2.2 Pemeliharaan Embung II - 8
2.3 KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA II - 20

Laporan Pendahuluan
| ii
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.4 ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) OP EMBUNG II - 23


2.5 LANDASAN HUKUM KEGIATAN OPERASIONAL DAN II - 24
PEMELIHARAAN EMBUNG
2.6 LIFE CYCLE COST (LCC) II - 26
2.6.1 Pengertian life cycle cost II - 26
2.6.2 Penetapan estimasi biaya II - 28
2.6.3 Umur peralatan II - 31
2.7 ISO 15686:2017 II - 32
2.7.1 Referensi Umur Layanan (Service Life) II - 33
2.7.2 Kriteria Dan Komponen Embung Kecil, Long storage, Dan II - 43
Dam Parit
2.8 BENEFIT COST RATIO (BCR) II - 47
2.8.1 Net Present Value (NPV) II – 48
2.8.2 Internal Rate of Return (IRR) II - 48
2.8.3 Analisa Sensitivitas II – 48
2.8.4 Payback Period (PBP) II - 49

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III - 1


3.1 PROFIL WILAYAH III - 1
3.1.1 Batas Geografis III - 1
3.1.2 Topografi dan Kelerengan III - 5
3.1.3 Geologi Lingkungan III - 7
3.1.4 Klimatologi III - 8
3.1.5 Kondisi Tanah III - 8
3.1.6 Daerah Genangan/Banjir III - 12
3.2 KEPENDUDUKAN III –
13
3.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk III - 13
3.2.2 Perkembangan Penduduk III - 14
3.2.3 Kepadatan Penduduk III - 15
3.3 KARAKTERISTIK PEREKONOMIAN III –
16
3.3.1 Perdagangan dan Jasa III - 16
3.3.2 Pertanian III - 16
3.3.3 Perkebunan III - 17
3.3.4 Perikanan III - 18
3.3.5 Perindustrian III - 18
3.4 PENGGUNAAN LAHAN III - 20
3.5 INFRASTRUKTUR III - 22

Laporan Pendahuluan
| iii
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.5.1 Jaringan Jalan III - 22


3.5.2 Jaringan Drainase III - 24
3.5.3 Jaringan Air Limbah III - 28
3.5.4 Jalur Evakuasi Bencana III - 29
3.6 KONDISI TATA BANGUNAN III - 31
3.6.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan III - 31
3.6.2 Tata Masa Bangunan III - 33

BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGITERHADAP KAK IV - 1


4.1 TINJAUAN UMUM IV - 1
4.2 PENGUMPULAN DATA IV - 2
4.2.1 Data Primer IV - 2
4.2.2 Data Sekunder IV - 2
4.3 METODOLOGI PERENCANAAN EMBUNG IV - 4
4.3.1 Survey dan Investigasi Pendahuluan IV – 4
4.3.2 Identifikasi Masalah IV - 4
4.3.3 Studi Pustaka IV - 4
4.3.4 Pengumpulan Data IV - 4
4.3.5 Analisis Data IV - 5
4.3.6 Perencanaan Konstruksi Embung IV - 5
4.3.7 Stabilitas Konstruksi Embung IV - 5
4.3.8 Gambar Konstruksi IV - 5
4.3.9 RKS dan RAB IV - 6
4.3.10 Time schedule, Network Planning dan Man Power IV - 6

BAB V RENCANA KERJA V-1


5.1 RENCANA KERJA V-1
5.1.1 Tahap Persiapan V-1
5.1.2 Tahap Pengumpulan Data V-2
5.1.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data V-2
5.2 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN V-3
5.3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN V-4

Laporan Pendahuluan
| iv
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Inspeksi Embung III - 11
Tabel 2.2 Kegiatan Pemeliharaan Preventif Pada Embung III - 18
Tabel 2.3 Kegiatan Pemeliharaan Korektif Pada Embung III - 19
Tabel 2.4 Kompetensi Petugas Pemeliharaan Jaringan Irigasi III - 22
Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Serang III - 2
Tabel 3.2 Daerah Rawan Bencana Kecamatan Serang III - 12
Tabel 3.3 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 13
Tabel 3.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang III - 14
Tahun 2017-2021
Tabel 3.7 Kepadatan penduduk Kecamatan Serang Tahun 2017-2021 III - 15
Tabel 3.6 Luas Lahan Sawah dan Bukan Sawah Kecamatan Serang III - 17
Tahun 2021
Tabel 3.7 Luas dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija Kec. Serang III - 18
Tahun 2021
Tabel 3.8 Jumlah Produksi Ikan dan Luas Areal Budidaya Kec. Serang III - 18
Tahun 2021
Tabel 3.9 Jumlah Industri Sedang, Kecil, RT dan Tenaga Kerja Kec. Serang III - 19
Tahun 2021
Tabel 3.10 Penggunaan Lahan di Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 20

Laporan Pendahuluan
|v
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Tabel 3.11 Jaringan Jalan Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal Kecamatan III - 22
Serang
Tabel 3.12 Sungai dan Jenis Saluran di Kecamatan Serang III - 25
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung V-5
Kecamatan Serang Kota Serang

Laporan Pendahuluan
| vi
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kegiatan Pemeliharaan Pada Embung II - 10
Gambar 3.1 Peta Orientasi Kecamatan Serang III - 3
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Serang III - 4
Gambar 3.3 Peta Kemiringan Kecamatan Serang III - 6
Gambar 3.4 Peta Intensitas Hujan Kecamatan Serang III - 10
Gambar 3.5 Peta Kondisi Tanah Kecamatan Serang III - 11
Gambar 3.6 Diagram Perseberan Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021 III - 14
Gambar 3.7 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang III - 15
Gambar 3.8 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kecamatan Serang III - 21
Gambar 3.9 Jaringan Jalan di Kecamatan Serang III - 23
Gambar 3.10 Jaringan Drainase di Kecamatan Serang III - 26
Gambar 3.11 Jaringan Irigasi di Kecamatan Serang III - 27
Gambar 3.12 Aktivitas Pemanfaatan Air Irigasi Sebagai Sumber Air Dan Membuang III - 28
Air Limbahnya Ke Irigasi
Gambar 3.13 Jalur Evakuasi Bencana di Kecamatan Serang III - 30
Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan IV - 7
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan V-4

Laporan Pendahuluan
| vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mengantisipasi pesatnya perkembangan wilayah yang mengalami perubahan


jenjang / status dalam hal pembukaan lahan untuk kawasan permukiman,
perniagaan dan industri, maka konsekuensi logis adanya pengaruh hidrologis
terhadap tataguna lahan pengisian air tanah dan limpasan banjir, untuk
mengatasinya diperlukan kajian perilaku hidrologis yang berdampak pada iklim
sehingga dapat direncanakan sistem pengendali banjir baik berupa perencanaan
umum maupun rehabilitasi yang ada.

Rencana Embung ini penting dilaksanakan dalam rangka mewujudkan sebagai


insfrastruktur sungai, penyediaan air baku dan sekaligus waduk / Embung yang
berfungsi sebagai pengendali banjir dan konservasi, untuk mendapatkan konstruksi
Embung yang memenuhi kriteria sesuai dengan kondisi tertentu dan ditinjau dari
aspek lingkungan, teknik, ekonomi maupun sosial budaya, maka harus perlu

Laporan Pendahuluan
|I-1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

dilaksanakan Feasibility Study (FS) Embung dengan pertimbangan keamanan


bangunan dan fungsi jangka panjang , maka perlu dilakukan kegiatan survey,
investigasi Detail Design sesuai peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2010 tentang
bendung dan peraturan lain yang mendukung.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang bermaksud


untuk Untuk mengetahui analisa stabilitas pelimpah Embung terhadap geser dan
guling, mengetahui analisa manfaat dan biaya, analisa BCR, NPV, IRR,
menganalisa kelayakan pembangunan Embung dan analisa dampak lingkungan.

Tujuan yang harus dilaksanakan dalam Feasibility Study (FS) pembangunan


Embung Kecamatan Serang sebagaimana yang diharapkan adalah sebagai berikut
:
Mendapatkan dokumen perencanaan, sebagai pedoman untuk pelaksanaan
pembangunan insfrastruktur selanjutnya dan pemeliharaan, Sedangkan sasarannya
adalah :

▪ Pembangunan prasarana yang terarah


▪ Mengurangi genangan air dan banjir
▪ Sebagai konservasi air tanah
▪ Prasarana dan kondisi sanitasi lingkungan yang lebih baik

Laporan Pendahuluan
|I-2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

1.3. LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan oleh konsultan perencanaan adalah


berpedoman pada ketentuan teknis yang berlaku, penyusunan Feasibility Study
(FS) pembangunan Embung dilakukan pada perkotaan dimana daerah tersebut
merupakan prioritas penangan.
Pada penugasannya konsultan perencana mempunyai ruang lingkup sebagai
berikut:

1. Identifikasi, inventarisasi kondisi drainase/ saluran pembuang, Curah hujan


yang terjadi pada area tersebut

2. Mengevaluasi kondisi sistem infrastruktur darinase yang ada dan yang akan
dibangun berdasarkan debit banjir yang terjadi

3. Mengkaji ketepatan pendekatan ,metode dan teknologi dalam membangun


infrastruktur dainase sesuai kebutuhan masyarakat dan kondisi wilayah agar
terhindar dari pembangunan yang tidak dapat dimanfaatkan.

4. Menganalisa kelayakan pembangunan Embung, manfaat dan biaya.

1.4. LOKASI KEGIATAN

Lokasi pekerjaan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang


yaitu di wilayah administratif Kecamatan Serang Kota Serang.

Laporan Pendahuluan
|I-3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

1.5. KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini tersedianya dokumen Feasibility Study (FS) dan kajian
perencanaan teknis yang sesuai dengan syarat administrasi dan teknis dengan
kuantitas dan kualitas konstruksi dan spesefikasi teknis yang sesuai dengan
peraturan. Dan semua kegiatan tercatat dalam satu sistem pelaporan.

1.6. SISTEMATIKA PELAPORAN

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang Penyusunan Feasibility Study (FS)
pembangunan Embung Kecamatan Serang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
kegiatan, dasar hukum dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi tinjauan pustaka, studi literatur dalam Penyusunan Penyusunan
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang Kota Serang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum wilayah perencanaan
dalam Penyusunan Penyusunan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung
Kecamatan Serang

BAB VI PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Bab ini berisi penjelasan mengenai pendekatan dan metodologi Penyusunan
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

BAB VI RENCANA KERJA


Bab ini berisi mengenai rencana kerja dari Penyusunan Feasibility Study (FS)
pembangunan Embung Kecamatan Serang.

Laporan Pendahuluan
|I-4
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EMBUNG

Definisi embung berdasarkan buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui


Pembangunan Embung yang diterbitkan oleh Direktorat Pengelolaan Air Irigasi,
Kementerian Pertanian (2011) adalah bangunan konservasi air berbentuk
cekungan disungai atau aliran air berupa urugan tanah, urugan batu, beton dan/atau
pasangan batu yang dapat menahan dan menampung air untuk berbagai keperluan.

Menurut (Rustam, 2010) embung adalah bangunan artifisial yang berfungsi untuk
menampung dan menyimpan air dengan kapasitas volume kecil tertentu, lebih
kecil dari kapasitas waduk/bendungan. Embung biasanya dibangun dengan
membendung sungai kecil atau dapat dibangun di luar sungai. Kolam embung
akan menyimpan air dimusim hujan dan kemudian air dimanfaatkan oleh suatu
desa hanya selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dengan urutan
prioritas, penduduk, ternak, dan kebun atau sawah. Jumlah kebutuhan tersebut
akan menentukan tinggi tubuh embung dan kapasitas tampungan embung.

Laporan Pendahuluan
| II - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

(Rahmadana, 2013), mengatakan selain kebutuhan air penentuan potensi kapasitas


tampungan harus dipertimbangkan juga dari aspek kehilangan air akibat
penguapan (evaporasi) embung.

Menurut (Soedibyo, 2003), tipe embung dapat dikelompokkan menjadi empat


yaitu:

1. Tipe Embung Berdasarkan Tujuan Pembangunannya


Ada dua tipe embung dengan tujuan tunggal dan embung serbaguna:
a. Embung dengan tujuan tunggal (single purpose dams)
Embung yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya
untuk kebutuhan air baku atau irigasi (pengairan) atau perikanan atau
tujuan lainnya tetapi hanya satu tujuan saja.

b. Embung serbaguna (multipurpose dams)


Embung yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan misalnya :
irigasi (pengairan), air minum dan PLTA, pariwisata dan lain-lain.

2. Tipe Embung Berdasarkan Penggunaannya


Ada 3 tipe embung yang berbeda berdasarkan penggunaannya yaitu:

a. Embung penampung air (storage dams)


Embung yang digunakan untuk menyimpan air pada masa surplus dan
dipergunakan pada masa kekurangan.

b. Embung pembelok (diversion dams)


Embung yang digunakan untuk meninggikan muka air, biasanya untuk
keperluan mengalirkan air kedalam sistem aliran menuju ke tempat yang
memerlukan.

c. Embung penahan (detention dams)


Embung yang digunakan untuk memperlambat dan mengusahakan
seoptimal mungkin efek aliran banjir yang mendadak. Air ditampung
secara berkala atau sementara, dialirkan melalui pelepasan (outlet). Air
ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap kedaerah sekitarnya.

Laporan Pendahuluan
| II - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3. Tipe Embung Berdasarkan Letaknya Terhadap Aliran Air


Ada dua tipe embung berdasarkan letaknya terhadap aliran air yaitu embung
pada aliran (on stream) dan embung diluar aliran air (off stream).
a. Embung pada aliran air (on stream)
Embung yang dibangun untuk menampung air, misalnya pada bangunan
pelimpah (spillway)

b. Embung diluar aliran air (off stream)


Embung yang umumnya tidak dilengkapi spillway, karena biasanya air
dibendung terlebih dahulu di on stream-nya baru disuplesi ke tampungan.

Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari beton,
pasangan batu atau pasangan bata.

4. Tipe Embung Berdasarkan Material Pembentuknya


Ada dua tipe embung berdasarkan material pembentuknya yaitu embung
urugan dan embung beton.

a. Embung urugan (fill dams, embankment dams)


Embung urugan adalah embung yang dibangun dari penggalian bahan
(material) tanpa tambahan bahan lain bersifat campuran secara kimia jadi
bahan pembentuk embung asli.

b. Embung beton (concrete dams)


Embung beton adalah embung yang dibuat dari konstruksi beton baik
dengan tulangan maupun tidak.

Komponen embung secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian


yaitu:
1. Waduk (Reservoir) merupakan tampungan air dihulu tubuh embung.
2. Lereng hulu (upstream slope) bagian sisi tubuh bendungan yang bertemu
dengan waduk, sedangkan lereng hilir (donwstream slope) adalah lereng
yang berseberangan dengan tampungan air
3. Spillway utama (principal spillway) merupakan bagian yang berfungsi
melewatkan air kedalam pipa intake. Spillway tambahan

Laporan Pendahuluan
| II - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

4. Spillway tambahan (emergency spillway) merupakan spillway tambahan


ketika air terlalu banyak untuk dilewatkan pada spillway utama.
5. Mercu/ puncak (crest) puncak dari lereng hulu dan lereng hilir
6. Drainase kaki (toe drain) berfungsi untuk mengumpulkanrembesan dari
tubuh embung
7. Bidang kontak pondasi (abutment contact) merupakan bagian lembah
pada tubuh embung yang berfungsi menahan tubuh embung
8. Bangunan pengeluaran (outlet works) bangunan yang mengatur
pengeluaran air dari tampungan

Permasalahan embung pada umumnya adalah degradasi fungsional, ditandai


dengan berkurangnya kapasitas air tertampung, sedimentasi, rembesan,
tumbuhnya tanaman liar pada tubuh bendung/tanggul, erosi, dan beberapa
masalah lainnya. Kerusakan-kerusakan ini harus mendapat perhatian serius
sebab jika tidak ditangani lama-kelamaan akan menyebabkan kegagalan
struktur embung dan tidak terpenuhinya sistem irigasi yang optimal dan
menurunkan nilai efisien sistem dari embung.

Menurut (Alexander, 2009), tujuan dari dibangunnya embung adalah:


▪ Konservasi sumber daya air dan konservasi lingkungan
▪ Menaikkan tinggi muka air tanah
▪ Persediaan air baku untuk daerah sekitar
▪ Mendukung potensi wisata
▪ Menigkatkan perekonomian masyarakat sekitar sehingga menambah
pendapatan asli daerah

Laporan Pendahuluan
| II - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.2 PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

UU no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan pemeliharaan adalah
kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber air yang ditujukan untuk
menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana SDA.

Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 32/PRT/M/2007


pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan
operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan,
perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus. Ruang lingkup kegatan pemeliharaan jaringan meliputi inventarisasi,
perencanaan, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.

2.2.1 Operasi Embung

Kegiatan operasi embung didefinisikan sebagai semua kegiatan yang


berkaitan dengan pengaturan volume tampungan dan
pengeluaran/penggunaan air embung, termasuk didalamnya adalah
kegiatan pemantauan kondisi fisik sarana dan prasarana embung tersebut.
Kegiatan operasi embung terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : kegiatan
pengumpulan data hidrologi, kegiatan buka tutup pintu air embung,
kegiatan Pemantauan Embung.

1. Kegiatan Pengumpulan Data Hidrologi


Kegiatan pengumpulan data hidrologi merupakan kegiatan pencatatan
debit air masuk, volume air tertampung dan debit air keluar embung.
Kegiatan pencatatan debit aliran masuk dan keluar embung ini
dilakukan secara rutin setiap hari dengan format form pencatatan
sebagaimana tersaji pada Tabel berikut.

2. Kegiatan Buka Tutup Pintu Air Embung


Kegiatan buka tutup pintu bertujuan untuk mengatur volume
tampungan dan pengeluaran/penggunaan air embung sesuai dengan

Laporan Pendahuluan
| II - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

pola operasi yang telah ditetapkan. Pola operasi embung adalah suatu
acuan/pedoman pengaturan air untuk kegiatan pengoperasian embung.
Pola operasi terdiri dari 3 (tiga) kondisi yaitu :
a. Operasi normal
Operasi normal merupakan operasi rutin dalam kondisi normal
sesuai dengan panduan operasi dalam rangka memenuhi
tujuan/fungsi pembangunan embung.

b. Operasi banjir
Operasi banjir merupakan operasi pada saat kondisi banjir, dalam
rangka mengatur muka air embung agar tetap terjaga pada elevasi
yang direncanakan, sehingga embung aman.

c. Operasi darurat (emergency operation)


Operasi darurat dilakukan dalam rangka merespon keadaan yang
mengancam keamanan dan atau keutuhan bendungan seperti :
longsoran besar, amblesan besar, perilaku abnormal, sabotase,
keluaran air yang tak terkendali, retakan besar, overtopping, dan
lain-lain.

3. Pemantauan Embung
Pemantauan embung merupakan kegiatan pemeriksaan, inspeksi dan
pemantauan kondisi fisik dan dan keberfungsian komponen mekanik,
elektrik, hidrolik dan sipil yang dilakukan secara teratur dengan selang
waktu tertentu, sebaiknya dengan selang waktu tidak lebih dari tiga
bulan. Pemeriksaan rutin mencakup pemeriksaan terhadap terjadinya
erosi, sumbatan (blockages), retakan, pergerakan, longsoran dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan ke berfungsia n da n keamanan embung.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan inspeksi dilakukan
penilaian terhadap kondisi fisik dan fungsi dari tiap-tiap komponen
bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan skala
prioritas dalam penyusunan rencana kegiatan pemeliharaan. Kriteria
penetapan klasifikasi kondisi fisik bangunan adalah sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan
| II - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

a. Kondisi Baik, jika tingkat kerusakan yang terjadi < 10 % dari


kondisi awal.
b. Kondisi Rusak Ringan, jika tingkat kerusakan yang terjadi berkisar
10 – 20 % dari kondisi awal.
c. Kondisi Rusak Sedang, jika tingkat kerusakan yang terjadi berkisar
antara 21 – 40 %.
d. Kondisi Rusak Berat, jika kerusakan yang terjadi > 40%.
Sedangkan untuk menentukan fungsi bangunan, kriteria penetapan
klasifikasi adalah sebagai berikut :
i. Berfungsi Baik, jika tingkat keberfungsian bangunan > 80
% dari kondisi awal.
ii. Kurang, jika tingkat keberfungsian bangunan berkisar 70 –
80 % dari kondisi awal.
iii. Buruk, jika tingkat keberfungsian bangunan berkisar antara
40 – 69 %dari kondisi awal.
iv. Tidak Berfungsi, jika keberfungsian bangunan < 39% dari
kondisi awal.
Bangunan fisik embung dapat dibagi menjadi beberapa komponen
yaitu: Tubuh Embung, Pelimpah, Intake, Outlet, Jalan Inspeksi dan
Bangunan/fasilitas penunjang, dimana masing-masing komponen
dibagi lagi menjadi beberapa sub komponen. Untuk kemudahan
dalam pelaksanaan inspeksi dilapangan, maka dibuat form-form
isian kegiatan pemeriksaan/inpeksi untuk masing-masing
komponen bangunan embung.

2.2.2 Pemeliharaan Embung

Secara umum kegiatan pemeliharaan terdiri dai 2 (dua) jenis, yaitu


Pemeliharaan Pencegahan (Preventif) dan Pemeliharaan Perbaikan
(Korektif).

1. Pemeliharaan Pencegahan (Preventif) merupakan kegiatan


pemeliharaan untuk tujuan mencegah terjadinya kerusakan dan

Laporan Pendahuluan
| II - 7
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

kemunduran fungsi bangunan, baik yang dilakukan secara rutin atau


dengan selang waktu tertentu.
Pemeliharaan pencegahan terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu :
a. Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan untuk
mempertahankan kondisi dan fungsi sarana air baku yang
dilakukan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi
yang dirubah atau diganti.

b. Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan pemeliharaan untuk


mempertahankan kondisi dan fungsi air baku yang dilaksanakan
secara berkala dengan selang periode waktu tertentu dengan
melalui perencanaan terlebih dahulu.
c. Perbaikan Kecil merupakan kegiatan perbaikan bangunan yang
mengalami kerusakan yang bersifat kecil, agar kondisi dan
fungsinya dapat dikembalikan seperti sebelum terjadi kerusakan
tanpa memerlukan perencanaan pembiayaan dan perencanaan
detail.

2. Pemeliharaan Perbaikan (Korektif) merupakan pekerjaan


pemeliharaan yang bertujuan mengembalikan kondisi dan fungsi
bangunan seperti kondisi dan fungsi bangunan pada saat dibangun.
Terdapat dua jenis kegiatan pemeliharaan korektif yaitu :

a. Rehabilitasi merupakan kegiatan perbaikan bangunan yang


mengalami kerusakan agar kondisi dan fungsinya dapat
dikembalikan seperti sebelum terjadi kerusakan dengan
menggunakan perencanaan detail tetapi tidak mengubah sistem
kerja secara keseluruhan.

b. Rektifikasi merupakan kegiatan perbaikan bangunan, baik yang


rusak maupun belum tetapi tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, dimana perbaikan tersebut memerlukan kegiatan
perencanaan detail dan Perubahan sistem secara keseluruhan.

Laporan Pendahuluan
| II - 8
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, 2018)

Gambar 2.1 Kegiatan Pemeliharaan Pada Embung.

Laporan Pendahuluan
| II - 9
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Tabel 2.1 Inspeksi Embung

Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen

1. Bendung/ Fisik Kondisi Fisik (Retakan, ▪ Melakukan pemeriksaan visual


kondisi Fisik
Ambang Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
▪ Mencatat dimensi dan membuat sket
gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan visual kondisi
Pintu a. Kondisi Fisik Pintu Fisik Pintu air
Penguras terhadap karat, kebocoran dll.
Melakukan uji buka tutup pintu dari
b. Kemudahan kondisi buka
pengoperasian penuh ke tutup penuh atau sebaliknya.
a.1.Melakukan Pengukuran kedalaman
2. Tubuh Kolam a. Sedimentasi kolam di
bandingkan dengan kedalaman
Embung Tampungan seharusnya
sesuai konstruksi awal

a.2.Mencatat hasil pengukuran untuk


keperluan
estimasi volume sedimen
b.1.Melakukan pemeriksaan visual
b. Kobocoran/Piping ada/tidaknya
indikasi kebocoran berupa pusaran
air (luweng)
b.2.Mengkaji indikasi kebocoran
berdasarkan
perubahan tinggi muka air secara
dratis dari
hasil pencatatan tinggi muka air
embung

Laporan Pendahuluan
| II - 10
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan
Dinding a. Kondisi Fisik a.1. visual dengan
penelusuran dan
Kolam (Retakan, patahan, pemeriksaan kondisi fisik
Tampungan Deformasi dinding, linning dinding kolam
Mencatat dimensi dan
dll) a.2. membuat sket gambar
kerusakan
Mengkaji indikasi
a.3. penyebab kerusakan
b. Kebocoran b.1. pada tanggul dll.
Melakukan pemeriksaan
3. Bangunan Fisik Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Pelimpah Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Pintu a. Kondisi Fisik Pintu visual kondisi Fisik
Pintu air terhadap karat,
Spillway kebocoran dll.
Melakukan uji buka tutup
b. Kemudahan pintu dari kondisi
buka penuh ke tutup penuh
pengoperasian atau sebaliknya.
Melakukan pemeriksaan
Jembatan Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan

Laporan Pendahuluan
| II - 11
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan visual
4. Bangunan Fisik Kondisi Fisik (Retakan, kondisi Fisik
Intake Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan membuat
sket gambar
kerusakan

a Melakukan pemeriksaan visual kondisi


Pintu Intake . Kondisi Fisik Pintu Fisik Pintu air
terhadap karat, kebocoran dll.
b Melakukan uji buka tutup pintu dari
. Kumudahan kondisi buka
pengoperasian penuh ke tutup penuh atau sebaliknya.
Melakukan pemeriksaan visual
Jembatan Kondisi Fisik (Retakan, kondisi Fisik
patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan membuat
sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan visual
5. Bangunan Fisik Kondisi Fisik (Retakan, kondisi Fisik
Outlet Bangunan patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan membuat
sket gambar
kerusakan

a Melakukan pemeriksaan visual kondisi


Pintu Outlet . Kondisi Fisik Pintu Fisik Pintu air
terhadap karat, kebocoran dll.
b Melakukan uji buka tutup pintu dari
. Kumudahan kondisi buka
pengoperasian penuh ke tutup penuh atau sebaliknya.

Laporan Pendahuluan
| II - 12
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Sub
No Komponen Item Pemeriksaan Metode/Rincian Pemeriksaan Ket.
Komponen
Melakukan pemeriksaan
6. Jalan Collector Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Inspeksi Drain patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Badan Jalan Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
patahan, Deformasi, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Kantor/Gedu Melakukan pemeriksaan
7. Bangunan ng Edukasi Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Penunjang Bocor, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Gudang Kondisi Fisik (Retakan, visual kondisi Fisik
Bocor, dll) bangunan
Mencatat dimensi dan
membuat sket gambar
kerusakan
Melakukan pemeriksaan
Taman Kondisi Fisik Bangunan visual kondisi Fisik
dan taman(Retakan, bangunan
Mencatat dimensi dan
Bocor, dll) membuat sket gambar
kerusakan
(Sumber: Buku Saku O&P Embung Balai Besar Wilayah Sungai, 2018)

Laporan Pendahuluan
| II - 13
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Tabel 2.2 Kegiatan Pemeliharaan Preventif Pada Embung

No Kegiatan Pemeliharaan

1. Kolam Tampungan
a. Pembersihan sampah pada kolam tampungan
b. Pembersihan rumput tanaman yang tumbuh pada dinding kolam
tampungan
c. Pengerukan sedimen pada kolam tampungan
d. Perbaikan bocoran-bocoran kecil pada dinding kolam tampungan
2. Intake
a. Pengerukan sedimen pada Groundsill
b. Perbaikan retakan kecil pada Groundsill
3. Bangunan Pelimpah (Spillway)
a. Pembersihan sampah yang terapung pada bangunan spillway
b. Perbaikan bocoran/retakan kecil
c. Pengerukan sedimen pada hilir bangunan pelimpah
4. Bangunan Outlet
a. Pembersihan sampah pada Trashrack bangunan Outlet
b. Perbaikan bocoran/retakan kecil
5. Pintu Air (Gate)
a. Pembersihan sampah yang tersangkut pada pintu-pintu air
b. Pembersihan dan pelumasan kembali Hoist dan sendi-sendi pintu
c. Pengecatan pintu-pintu air
6. Bangunan Dan Fasilitas Pendukung
Pembersihan sampah bangunan/fasilitas pendukung beserta
a. lingkungannya
b. Pembersihan rumput/ilalang (babat rumput) lingkungan embung
c. Memperbaiki/mengganti papan larangan/petunjuk yang rusak
d. Pemotongan/Pemangkasan tanaman pelindung/hiasan
e. Penyiraman tanaman hias

Laporan Pendahuluan
| II - 14
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

No Kegiatan Pemeliharaan

7. Jalan Akses Dan Jalan Inspeksi


a. Pembersihan jalan dari sampah atau batu pengganggu
b. Perbaikan paving block yang amblas,lepas dll

(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak,
2018)

Tabel 2.3 Kegiatan Pemeliharaan Korektif Pada Embung


No Kegiatan Pemeliharaan
1. Kolam Tampungan
a. Memperbaiki rongga/kebocoran dinding kolam yang termasuk dalam
kerusakan besar
b. Memperbaiki penurunan pondasi, patahan, longsoran dinding kolam
tampungan
2. Intake
a. Memperbaiki penurunan pondasi, patahan, longsoran Groundsill
3. Bangunan Pelimpah (Spillway)
a. Memperbaiki penurunan pondasi, patahan, longsoran Pelimpah
4. Bangunan Outlet
a. Memperbaiki penurunan pondasi, patahan, longsoran bangunan Outlet
5. Pintu Air (Gate)
a. Penggantian suku cadang pintu
b. Penggantian pintu
6. Bangunan Dan Fasilitas Pendukung
a. Penggantian tanaman pelindung/hiasan
b. Perbaikan bangunan (gudang, kantor, dll)
7. Jalan Akses Dan Jalan Inspeksi
a. Penambalan jalan yang berlubang, becek dll
b. Penggantian paving block secara keseluruhan dll
c. Perbaikan Jembatan

(Sumber: Buku Saku O&p Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak,
2018)

Laporan Pendahuluan
| II - 15
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.3 KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dapat berjalan dengan baik maka
dibutuhkan suatu kelembagaan yang mengelola seluruh kegiatan tersebut.
Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 32/PRT/M/2007
pembagian tugas pokok dan fungsi petugas pemeliharaan yang berada di
lapangan sebagai berikut:

1. Pengamat/Ranting/UPTD
a. Rapat di kantor setiap bulan untuk mengetahiu permasalahan
pemeliharaan, hadir para mantri/ juru pengairan, petugas pintu air (PPA),
petugas operasi bendung (POB) serta P3A/GP3A/IP3A.
b. Menghadiri rapat dikecamatan dan dinas/ pengelola irigasi dalam
kegiatan pemeliharaan
c. Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pemeliharaan
d. Membantu proses pengajuan bantuan biaya pemeliharaan yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
e. Membuat laporan kegiatan pemeliharaan ke dinas

2. Mantri/ Juru
a. Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan
pemeliharaan
b. Mengawasi Pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh para
pekerja saluran (PS) dan petugas pintu air (PPA)
c. Mengawasi pemeliharaan berkala yang dikerjakan oleh pemborong
d. Membuat laporan pemeliharaan
e. Bersama masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A melakukan penelusuran
jaringan untuk mengetahui kerusakan jaringan yang perlu segera diatasi
f. Menyusun/ memilih secara bersma kebutuhan biaya pada kerusakan yang
dipilih atau disepakati

Laporan Pendahuluan
| II - 16
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3. Staf Ranting/ Pengamat/ Uptd/ Cabang Dinas/ Korwil


a. Membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas// korwil
dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi

4. Petugas operasi bendung (POB)


a. Melaksanakan pengurasan kantong lumpur
b. Memberi minyak pelumas pada pintu-pintu air
c. Melaksanakan pengecetan pintu dan rumah pintu secara periodik
d. Mencatat kerusakan bangunan dan pintu air pada blangko pemeliharaan
e. Membersihkan semak belukar disekitar bendung

5. Petugas pintu air (PPA)


a. Memberikan minyak pelumas pada pintu air
b. Melaksakan pengecetan pintu dan rumah pintu secara periodik
c. Membersihkan endapan sampahdi sekitar bangunan sadap/ bagi-sadap
dan sekitar alat pengukur debit
d. Mencatat kerusakan bangunan air/ pintu air pada blangko pemeliharaan
e. Memelihara salurann sepanjang 50 m di sebelah hilir bangunan sadap

6. Pekerja/ pekerya saluran (PS)


a. Membersihkan saluran dari gangguan rumput, sampah, dan lain-lain
(misal hewan dan ternak)
b. Membersihkan endapan dan sampah di sekitar bangunan penting
(bangunan bagi, siphon, talang dll)
c. Menutup bocoran kecil disepanjang saluran termasuk pengambilan air
tanpa izin (liar)
d. merapikan kemiringan talud saluran
e. menghalau ternak (kerbau dll) supaya tidak masuk dan merusak saluran
f. melaporkan kalua ada kerusakan saluran yang cukup parah.
Adapun kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan embung
sebagai berikut:
1. Kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil : 1 orang +
5 staff per 5.000 – 7.500 Ha

Laporan Pendahuluan
| II - 17
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2. Mantri/ juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha


3. Petugas operasi bendung (POB) : 1 orang per bendung dapat
ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar
4. Petugas pintu air (PPA) : 1 orang per 3-5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak anatar 2-3 km atau daerah
layanan 150 sampai dengan 500 Ha
5. Pekerja/ pekerya saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran

Sedangkan kompetensi petugas pemeliharaan jaringan irigasi dapat


dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Kompetensi Petugas Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal

Kepala Ranting/ Sarjana


Mampu melaksanakan Mobil pick up,
Pengamat/ Muda/
tupoksi untuk areal Rumah dinas dan
UPTD/ Cabang D-III Teknik
irigasi 5.000 – 7.500 Ha Sipil alat komunikasi
Dinas/ Korwil
Mampu melaksanakan
Juru/ Mantri STM Sepeda Motor dan
tupoksi untuk areal
Pengairan Bangunan Alat komunikasi
irigasi 5.000 – 7.500 Ha
Petugas Operasi Mampu melaksanakan Sepeda dan Alat
ST, SMP
Bendung tupoksi komunikasi
Mampu melaksanakan Sepeda dan Alat
Petugas Pintu Air ST, SMP
tupoksi komunikasi

Pekerja/ Pekarya Mampu melaksanakan


SD Alat kerja pokok
Saluran tupoksi
(Sumber: Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 32/PRT/M/2007).

Laporan Pendahuluan
| II - 18
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.4 ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) OP


EMBUNG

Penyusunan harga satuan pekerjaan OP embung ini menggunakan berbagai


referensi yang diacu diantaranya Permen PU No 11 tahun 2013 tentang Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum khususnya bagian 2, AHSP
Bidang Sumber Daya Air dan pengalaman pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Untuk hal-hal tertentu yang belum tercantum dalam pedoman ini masih
dimungkinkan untuk dibuat AHSP berdasarkan referensi lain atas persetujuan
direksi pekerjaan (Buku Saku O&P Embung Balai Besar Wilayah Sungai Serayu
Opak, 2018).

Satu hal yang tidak kalah penting adalah perhitungan AHSP. Koefisien analisa
harga satuan adalah angka – angka jumlah kebutuhan bahan maupun tenaga yang
diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu satuan tertentu. koefisien
analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan rencana
anggaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat koefisien analisa harga satuan
menjadi kunci menghitung dengan tepat perkiraan anggaran biaya bangunan.

Adapun cara untuk mencari koefisien analisa harga satuan rencana anggaran biaya
bangunan adalah :

1. Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )


Standar nasional (SNI) ini di keluarkan resmi oleh badan standarisasi nasional,
dikeluarkan secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi edisi
SNI sebelumya. untuk memudahkan mengetahui edisi yang terbaru, SNI ini
diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI 2002 , SNI 2007.

2. Pengamatan dan penelitian langsung di lapangan

Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi
hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalama
kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga
pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

Laporan Pendahuluan
| II - 19
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.5 LANDASAN HUKUM KEGIATAN OPERASIONAL DAN


PEMELIHARAAN EMBUNG

Peraturan Perundang-Undangan yang mendasari pentingnya penyusunan


Pedoman AKNOP Embung/Situ adalah sebagai berikut.

1. Undang Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. Pengairan


mengamanatkan bahwa sumber daya air dikelola secara menyeluruh dan
memberikan kontribusi untuk kemakmuran masyarakat sesuai dengan Pasal
2. Selain itu pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air
harus menetapkan syarat-syarat dan mengatur perencanaan, perencanaan
teknis, penggunaan, pengusahaan, pengawasan, dan perizinan pemanfaatan
air sesuai dengan Pasal 10 ponit 1 a. Dan sesuai dengan pasal 12 yang
berisikan tentang ekploitasi dan pemeliharaan;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air,


yang mengamanatkan untuk menjamin terselenggaranya tata pengaturan air
secara nasional yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya;

3. Embung/Situ/Telaga/Ranu termasuk bendungan lainnya,sesuai dengan


pasal 145, ayat 1 yang berisikan pengelolaan bendungan selain bendungan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2), dilakukan sesuai dengan
tahapan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 pada Peraturan
Menteri PUPR nomor 27/PRT/M/2015;

4. Pembiayaan OP secara khusus juga diamanatkan dalam Undang-Undang


Pengairan, Pasal 14 ayat (11), yang berbunyi segala pembiayaan untuk
melakukan kegiatan kegiatan dalam rangka tata pengaturan air dan
pembangunan pengairan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


06/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan

Laporan Pendahuluan
| II - 20
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Bangunan Pengairan tepatnya Pasal 21 berbunyi, biaya operasi dan


pemeliharaan prasarana sumber daya air merupakan biaya untuk prasarana
sumber daya air serta pemeliharaan sumber daya air dan prasarana sumber
daya air. Pada pasal yang sama, disebutkan pula bahwa kebutuhan nyata
merupakan dana yang dibutuhkan guna membiayai operasi dan
pemeliharaan sumber daya air untuk menjaga keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumber daya air Peraturan Menteri PUPR Nomor 27/PRT/M/2015
Tentang Bendungan Bab III Pengelolaan Bendungan mengamatkan akan
kelestarian fungsi dan manfaat bendungan beserta waduknya,
mengefektivitaskan dan mengefisienkan pemanfaatan air dan keamanan
bendungan;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


27/PRT/M/2015 Tentang Bendungan, Bab III Pengelolaan Bendungan
mengamanatkan akan perlunya kelestarian fungsi dan manfaat bendungan
beserta waduknya, dan mengefektivitaskan serta mengefisienkan
pemanfaatan air dan keamanan bendungan;

7. Oleh karena itu supaya embung/situ dapat beroperasi dan terpelihara, harus
dipersiapkannya pedoman yang nantinya adalah acuan untuk pengelola
embung/situ.

Laporan Pendahuluan
| II - 21
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.6 LIFE CYCLE COST (LCC)

2.6.1 Pengertian life cycle cost

Life Cycle Cost adalah total biaya yang dikeluarkan sepanjang siklus
hidup suatu sistem yang langsung berhubungan dengan biaya
kepemilikan selama umur ekonomis. Konsep Life Cycle Cost adalah
sebuah proses untuk menentukan biaya paling efektif diantara banyak
alternatif yang tersedia (Dell'Isola, 1995). Sedangkan Menurut (Pujawan,
2004), Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost) dari suatu item adalah jumlah
semua pengeluaran yang berkaitan dengan item tersebut sejak dirancang
sampai tidak terpakai lagi.

Kegunaan utama Life Cycle Cost adalah pada waktu evaluasi solusi-
solusi alternatif atas problema desain tertentu, sebagai contoh, suatu
pilihan mungkin tersedia untuk atap suatu proyek baru. Hal yang perlu
ditinjau bukan hanya biaya awal saja, tetapi juga biaya pemeliharaan dan
perbaikan, usia rencana, penampilan dan hal-hal yang mungkin
berpengaruh terhadap nilai sebagai akibat dari pilihan yang tersedia.
Meskipun aspek penampilan merupakan pertimbangan estetika dan
sehingga sangat bersifat subyektif, tetapi tidaklah dapat diabaikan dalam
evaluasi keseluruhan alternative tersebut. Dengan demikian, Life Cycle
Cost merupakan kombinasi antara perhitungan dan kebijaksanaan.
(Prawiro, 2015).

Life Cycle Cost merupakan suatu rencana mengenai pengeluaran usulan


dari suatu proyek konstruksi sepanjang usia proyek tersebut. Pada
pelaksanaan pembangunan, mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada operasi pemeliharaan dan pembongkaran
membutuhkan bermacam-macam biaya yang dikelompokkan menjadi
beberapa komponen yaitu:

Laporan Pendahuluan
| II - 22
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

1. Biaya Modal :
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

2. Biaya Penggunaan :
c. Biaya Pemeliharaan
d. Biaya Pendekorasian Kembali
e. Biaya Pekerjaan Tambahan (Minor New Work)
f. Biaya Energi
g. Biaya Kebersihan
h. Ongkos
i. Ongkos Umum
j. Manajemen Estate
Menurut Asworth (2004), ada berbagai faktor yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Life Cycle Cost, faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Usia Bangunan
a. Usia Fisik
b. Usia Fungsional
c. Usia Ekonomi
d. Usia Komponen
e. Suku Bunga
f. Perpajakan
g. Metode Desain
h. Kualitas Dalam Konstruksi

Laporan Pendahuluan
| II - 23
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Berdasarkan pendapat para ahli diatas life cycle cost dapat dirumuskan
sebagai berikut:

LCC = Biaya Awal + Biaya Penggunaan + Biaya Perawatan dan Penggantian

Dimana :
Biaya awal = Biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan
Biaya penggunaan = Biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi
Biaya Perawatan dan Penggantian = Biaya untuk perawatan dan penggantian
komponen-komponen penyusun bangunan selama umur rencana bangunan.

2.6.2 Penetapan estimasi biaya

Biaya yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya pengelola (agencies
cost). Biaya pengelola mencakup semua biaya yang dikeluarkan langsung
selama masa proyek. Meliputi biaya teknik awal, administrasi kontrak,
pengawasan dan konstruksi, pemeliharaan, rehabilitasi, dan biaya
administrasi pekerjaan terkait. Besarnya biaya konstruksi berhubungan
langsung dengan desain awal dan strategi rehabilitasi. Biaya
pemeliharaan rutin umumnya tidak besar, dan memiliki sedikit perbedaan
antara alternatif perkerasan. Perhitungan biaya pengelola
memperhitungkan komponen berikut ini (WVDOH , 2004) :

1. Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi adalah biaya yang ditimbulkan karena biaya desain
dan biaya konstruksi. Biaya desain termasuk juga alternatif
perancangan desain jika lebih dari satu. Sumber biaya konstruksi
adalah sumber informasi biaya konstruksi proyek-proyek
sebelumnya, data biaya historis bahkan estimasi analisis sensitivitas
terhadap variasi biaya pada hasil akhir ketika berbagai kemungkinan
biaya untuk item baru.

2. Biaya Pemeliharaan
Biaya ini berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
menjaga infrastruktur. Masalah yang melekat adalah memperoleh

Laporan Pendahuluan
| II - 24
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

biaya perawatan yang akurat dan handal dengan berbagai jenis dan
tingkat pekerjaan pemeliharaan dilakukan pada berbagai interval
waktu selanjutnya. Biaya pemeliharaan juga bisa terpengaruh jika
kegiatan pemeliharaan tertunda.

3. Biaya Rehabilitasi
Biaya ini terkait dengan rehabilitasi trotoar atau restorasi kegiatan.
Dalam melakukan analisis LCC , dua kerangka waktu digunakan
yakni kerangka waktu pertama berlaku untuk banyak proyek dimulai
pada "waktu nol". Ini merupakan awal dari analisis LCC dan berlaku
selama bertahun-tahun, yang membutuhkan perbaikan jangka
panjang. Kerangka waktu kedua berlaku untuk kebutuhan masa
berikutnya untuk trotoar baru atau trotoar yang baru direhabilitasi.

4. Nilai Sisa
Biaya ini adalah total yang tersisa pada akhir analisis siklus hidup
perkerasan. Nilai ini dapat bersifat positif atau negatif. Dasar
penentuan nilai pada faktor-faktor ini seperti persen hidup
perkerasan yang tersisa atau data historis. Nilai positif didapatkan
dari nilai bahan yang dapat digunakan atau sisa hidup bahan. Nilai
sisa dalam analisis LCC diberikan pada akhir periode analisis.

Dari beberapa hasil penelitiaan terdahulu tentang Life Cycle Cost


Infrastruktur Jalan diantaranya:

1. (Wiguna, 2015) menulis tentang analisis Life Cycle Cost pada


proyek pembangunan jalan lingkar utara lamongan. Penelitian
ini dilakukan untuk menentukan alternatif desain strategi
perkerasan pembangunan jalan lingkar ini yang efektif dan
efisien maka menggunakan Life Cycle Cost Analysis (LCCA)
dengan menggunakan analisa sensitifitas menggunakan variasi
suku bunga dan variasi tingkat inflasi berdasarkan biaya
pengelola dari masing-masing alternatif desain tebal perkerasan.

Laporan Pendahuluan
| II - 25
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Analisa LCCA ini menggunakan komponen utama, yakni : biaya


pengelola, yang terdiri dari biaya konstruksi, biaya
pemeliharaan, biaya rehabilitasi dan nilai sisa. Penggunaan
LCCA adalah sesuai dengan aturan Manual Desain Perkerasan
Jalan Nomor 02/M/BM/2013 Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga (yaitu : Penerapan minimalisasi
discounted lifecycle cost).
2. (Setiati, 2017) tentang analisis perbandingan biaya siklud hidup
jembatan integral terhadap jembatan konvensional gekagar
beton bertulang tunggal, membandingkannya dengan jembatan
konvensional. Adapun komponen yang analisis pada penelitian
ini adalah biaya awal (initial cost), biaya perbaikan untuk jangka
panjang, biaya perbaikan lapis perkerasan biaya perbaikan
marka jalan, biaya perbaikan siar muai (expantion joint) dan
biaya perbaikan sistem perletakan.

2.6.3 Umur peralatan

Menurut (Wiguna, 2015) jenis dan umur peralatan dibagi menjadi empat
jenis:

1. Umur Fisik/Umur penggunaan (Useful Life) : Umur fisik adalah


umur yang diperkirakan secara fisik. Suatu objek dinyatakan
mencapai umur fisiknya apabila biaya perbaikan objek tersebut telah
sama dengan biaya pembuatan/pengadaan baru, atau sudah mencapai
nilai scrab.
2. Umur ekonomis (Economic Usefull Life) : Umur ekonomis disebut
juga umur manfaat atau umur fungsional. Merupakan umur
yang dikaitkan dengan keekonomisan/manfaat/kontribusi objek
untuk dapat digunakan sesuai fungsinya. Menurut (Asiyanto, 2008)
menyebutkan bahwa umur peralatan sudah disebutkan dalam manual
pemelihaan masing masing alat disesuaikan dengan jam kerja
standart per tahun.

Laporan Pendahuluan
| II - 26
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3. Umur aktual fisik (Physical Actual Age) : Umur aktual adalah umur
sejak mesin dibuat sampai saat dilakukan penilaian. Umur aktual
(penggunaan) adalah umur dihitung sejak mesin dipakai sampai
dengan dilakukan penilaian.
4. Umur Efektif (Efective Age) : Umur efektif adalah umur saat mesin
dibuat sampai dilakukan penilaian.
Umur efektif suatu barang dapat berbeda meskipun umur aktual
fisiknya sama. Hal ini karena beberapa hal seperti cara
pemakaian/penggunaan barang tersebut, perawatan, adanya
perbaikan dll. Umur efektif tercermin dalam kondisi fisik hasil
pengamatan langsung. Umur efektif peralatan dapat didasarkan pada
nilai hours meter perlatan yang menunjukan lama permakaian
peralatan.

2.7 I S O 15686 : 2017

ISO 15686 adalah standar dalam pengembangan ISO yang berhubungan dengan
perencanaan masa pakai produk (service Life). Ini adalah proses keputusan yang
membahas pengembangan masa layanan komponen bangunan atau bangunan
lain yang dibangun seperti jembatan, terowongan dan lain-lain.

Life cycle costing adalah teknik berharga yang digunakan untuk memprediksi
dan menilai kinerja biaya aset yang dibangun. Life cycle costing adalah salah
satu bentuk analisis untuk menentukan apakah suatu proyek memenuhi
persyaratan kinerja klien. Life-cycle costing relevan di manajemen portofolio /
estate, membangun aset dan tingkat manajemen fasilitas, terutama untuk
menginformasikan pengambilan keputusan dan untuk membandingkan
alternatif. Life cycle costing memungkinkan perbandingan yang konsisten
dilakukan antara alternatif dengan arus kas yang berbeda dan kerangka waktu
yang berbeda. Analisis ini mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan dari
seluruh kehidupan layanan, berkaitan dengan singkat yang ditentukan klien dan
persyaratan kinerja kehidupan layanan spesifik proyek. Life-cycle costing

Laporan Pendahuluan
| II - 27
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

dilakukan selama periode analisis yang ditentukan, dengan jelas


mengidentifikasi apakah analisis hanya untuk sebagian atau untuk seluruh siklus
hidup aset yang dibangun.

2.7.1 Referensi Umur Layanan (Service Life)

Secara umum service life diperlukan untuk menentukan perkiraan untuk objek
desain dengan memodifikasi beberapa bentuk referensi service life yang berlaku
untuk objek desain tersebut. Karena referensi service life biasanya dihasilkan di
bawah kondisi yang berbeda dari kondisi yang digunakan di mana objek desain
dikenakan, yaitu kondisi khusus yang digunakan dalam objek, penting untuk
menyediakan sebanyak mungkin informasi pada kondisi di mana referensi
service life dihasilkan. Oleh karena itu, bersama-sama dengan referensi service
life, referensi dalam penggunaan kondisi harus sejauh mungkin, dimasukkan
ketika menyediakan data referensi service life.

Data referensi service life diformat ke dalam catatan data referensi service life
yang berisi nilai referensi service life dan kondisi referensi dalam penggunaan
yang digunakan sebagai referensi serta informasi tambahan tentang properti
penting, persyaratan kinerja dan kualitas data. Saat ini, ada sejumlah studi
sistematis tentang prediksi service life dan ada kebutuhan mendesak akan data.
Untuk penyediaan data referensi service life, pengambilan data umum yang ada
dalam jenis apa pun dapat diterima.

Berikut adalah ketentuan untuk menentukan data service life :

1. Umum
a. Menemukan layanan service life
b. Menilai kelayakan menggunakan data tersebut sebagai data
referensi service life

2. Sumber Data
Produsen produk bangunan dan konstruksi dapat memiliki informasi
internal mengenai umur layanan dan daya tahan produk mereka

Laporan Pendahuluan
| II - 28
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3. Evaluasi Data
Data referensi service life harus berisi setidaknya uraian umum
tentang bahan atau komponen dan data pada umur layanan, dalam
lingkungan luar ruangan (atau indoor) yang ditunjukkan, dan
sebaiknya mencakup semua informasi yang relevan mengenai
pembuatan data service life.

Pedoman Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di


Desa adalah acuan perencanaan, penentuan spesifikasi teknis dan perhitungan
standar harga satuan untuk pembangunan embung kecil dan bangunan penampung
air lainnya di desa. Pedoman Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan
Penampung Air Lainnya di Desa dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan
pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya sesuai dengan
tahapan perencanaan, spesifikasi teknis dan tata cara perhitungan standar harga
satuan serta tahapan pelaksanaan konstruksi embung kecil dan bangunan
penampung air lainnya di desa.

Pedoman Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di


Desa disusun dan ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
berdasarkan Diktum Ketiga Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Percepatan Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air lainnya di
Desa, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diinstruksikan untuk
menetapkan Pedoman Perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Perhitungan Standar
Harga Satuan Untuk Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air
Lainnya. Pedoman tersebut diperlukan untuk percepatan pembangunan embung
kecil dan bangunan penampung air lainnya untuk memenuhi kebutuhan air baku
pertanian guna meningkatkan produksi pertanian di desa.

Pedoman Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di


Desa dituangkan dalam sebuah Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 07/SE/M/2018
tentang Pedoman Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air
Lainnya di Desa yang ditujukan kepada Para Bupati / Walikota di Seluruh

Laporan Pendahuluan
| II - 29
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Indonesia dan Para Kepala Balai Besar Wilayah Sungai / Balai Wilayah Sungai di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 07/SE/M/2018 tentang Pedoman


Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa
ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat M. Basuki
Hadimuljono di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2018.

Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 07/SE/M/2018 tentang Pedoman


Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa
tersebut isinya adalah :

I. Umum
Berdasarkan Diktum Ketiga Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018
tentang Percepatan Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan
Penampung Air lainnya di Desa, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat diinstruksikan untuk menetapkan Pedoman
Perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Perhitungan Standar Harga
Satuan Untuk Pembangunan Embung Kecil dan Bangunan
Penampung Air Lainnya. Pedoman tersebut diperlukan untuk
percepatan pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air
lainnya untuk memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna
meningkatkan produksi pertanian di desa.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Menteri Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat perlu menetapkan Pedoman Pembangunan
Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa.

II. Dasar Pembentukan


1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046);

Laporan Pendahuluan
| II - 30
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495):
3. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018 tentang Percepatan
Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air
Lainnya di Desa;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
429);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5/PRT/M/2017 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 466);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 20/PRT/M/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 817);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1166); dan
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas

Laporan Pendahuluan
| II - 31
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 (Berita Negara Republik


Indonesia Tahun 2017 Nomor 1359);

III. Maksud dan Tujuan


Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai acuan perencanaan, penentuan
spesifikasi teknis dan perhitungan standar harga satuan untuk
pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya di
desa.

Surat Edaran ini bertujuan agar pelaksanaan pembangunan embung


kecil dan bangunan penampung air lainnya sesuai dengan tahapan
perencanaan, spesifikasi teknis dan tata cara perhitungan standar
harga satuan serta tahapan pelaksanaan konstruksi embung kecil dan
bangunan penampung air lainnya di desa.

IV. Ruang Lingkup


Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi:

1. Kriteria dan komponen embung kecil dan bangunan penampung air


lainnya;
2. Tahapan pembangunan embung kecil dan bangunan penampung
air lainnya, meliputi:
a. perencanaan pembangunan;
b. perhitungan Rencana Anggaran Biaya(RAB); dan
c. pelaksanaan konstruksi.
3. Pembinaan dan Pengawasan atas perencanaan pembangunan
embung kecil dan bangunan penampung air lainnya.

V. Materi Muatan
1. Kriteria dan komponen embung kecil meliputi:
a. Volume tampungan antara 500 m3 sampai dengan 3000 m3;
b. Tinggi embung dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3
m;

Laporan Pendahuluan
| II - 32
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

c. Mempunyai panjang 20 m sampai dengan 50 m dan lebar 10


m sampai dengan 30 m; dan
d. Dilaksanakan dengan sistem padat karya oleh masyarakat
setempat. Alat berat dapat digunakan apabila anggaran upah
pekerja sebesar >= 30% total anggaran sudah terpenuhi.

Embung kecil merupakan bangunan konservasi air berbentuk


kolam atau cekungan untuk menampung air limpasan serta
sumber air lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan air
dengan volume tampungan 500 m3 sampai 3.000 m3, dan
kedalaman dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3 m.

2. Bangunan penampung air lainnya yang dimaksud dalam pedoman


ini meliputi long storage dan dam parit.
3. Kriteria dan komponen bangunan penampung air lainnya, meliputi:
a. Long storage dengan kriteria dan komponen sebagai berikut:
1. Volume tampungan antara 500 m3 sampai dengan 3000
m3 ;
2. Ketinggian tanggul maksimumnya 3 m; dan
3. Kemiringan saluran lebih kecil dari 3%.
Long storage merupakan bangunan penahan air yang
berfungsi menyimpan air dalam sungai, kanal dan/atau
parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan
aliran sungai untuk menaikkan permukaan air sehingga
volume tampungan airnya meningkat.

b. Dam parit dengan kriteria dan komponen sebagai berikut:


1. Sungai atau parit memiliki lebar minimal 2 m;
2. Debit sungai atau parit minimal 5 liter/detik sepanjang
tahun;
3. Kemiringan dasar sungai/parit 0,1% (misalnya, untuk
jarak 1000 m, beda ketinggian 1 m).

Laporan Pendahuluan
| II - 33
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Dam parit merupakan suatu bangunan konservasi air berupa


bendungan kecil pada parit-parit alamiah atau sungai kecil yang
dapat menahan air dan meningkatkan tinggi muka air untuk
disalurkan sebagai air irigasi.

4. Tahapan perencanaan pembangunan embung kecil dan bangunan


penampung air lainnya, meliputi:
a. pencarian sumber air dan investigasi ketersediaan airnya
beserta menentukan lahan pertanian yang harus diairi;
b. penentuan tipe bangunan penampung air; dan
c. perencanaan terhadap ukuran dan spesifikasi embung
kecil, long storage dan dam parit.

5. Tahapan perhitungan RAB pembangunan embung kecil dan


bangunan penampung air lainnya, meliputi:
a. menentukan upah kerja dengan mengalokasikan anggaran
minimal 30% (tiga puluh persen) dari total anggaran
konstruksi;
b. menghitung volume pekerjaan terhadap volume pekerjaan
persiapan, volume galian dan timbunan, volume bangunan
utama dan volume fasilitas pendukung;
c. menghitung analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) terhadap
AHSP pekerjaan persiapan, AHSP galian dan timbunan,
AHSP bangunan utama dan AHSP fasilitas pendukung;
d. menghitung Rencana anggaran biaya dengan cara mengalikan
AHSP dengan volume pekerjaan; dan
e. membandingkan RAB dengan anggaran yang ada.

6. Dalam hal hasil perbandingan RAB dan anggaran yang ada dirasa
cukup, proses dilanjutkan ke tahap pelaksanaan konstruksi.
7. Dalam hal hasil perbandingan RAB dan anggaran yang ada dirasa
tidak cukup, proses kembali ke tahap perhitungan RAB.

Laporan Pendahuluan
| II - 34
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

8. Tahapan pelaksanaan konstruksi beserta spesifikasi teknis embung


kecil dan bangunan penampung air lainnya, terdiri atas:
a. kegiatan pengadaan perlengkapan, alat, dan material untuk:
1. keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja;
2. alat-alat konstruksi;
3. material konstruksi.
b. pekerjaan persiapan, meliputi:
1. mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan alat;
2. pembangunan bangunan sementera;
3. pembuatan papan nama proyek;
4. pengukuran kembali;
5. pembersihan lahan;
6. penentuan lokasi pembuangan galian.
c. pekerjaan konstruksi:
1. pekerjaan galian;
2. pekerjaan timbunan;
3. pekerjaan pemadatan tanah;
4. pembangunan bangunan pelengkap; dan
5. dokumentasi;
9. Pembinaan dan Pengawasan
a. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilakukan atas
perencanaan pembangunan embung kecil dan bangunan
penampung air lainnya. Pembinaan dan pengawasan dilakukan
terhadap:
1. validasi lokasi terpilih;
2. penyiapan dimensi dan gambar teknik;
3. perhitungan volume dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB); dan
4. pemeriksaan kesesuaian antara spesifikasi teknis dalam
pedoman dengan spesifikasi teknis rencana embung.

Laporan Pendahuluan
| II - 35
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

b. Tugas pembinaan dan pengawasan perencanaan pembangunan


dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat c.q Balai Besar/Balai Wilayah Sungai.
c. Dalam menentukan lokasi pembangunan embung kecil dan
bangunan penampung air lainnya, Kementerian Pertanian
bersama-sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat c.q Balai Besar/Balai Wilayah Sungai
menyiapkan potensi lokasi pembangunan embung kecil dan
bangunan penampung air lainnya yang terintegrasi dengan
area pertanian.
d. Dalam pelaksanaan pengawasan perencanaan dan penyiapan
potensi lokasi pembangunan embung kecil dan bangunan
penampung air lainnya yang terintegrasi dengan area
pertanian, Balai Besar/Balai Wilayah Sungai harus
berkoordinasi dengan:
1. Dinas yang membidangi pekerjaan umum;
2. Dinas yang membidangi pertanian;
3. Dinas yang membidangi pemberdayaan masyarakat dan
desa; dan
4. Tenaga Ahli Infrastruktur Desa (TAID) pada daerah
setempat yang dipilih sesuai dengan peraturan perundang-
undangan terkait dengan TAID.

2.7.2 Kriteria Dan Komponen Embung Kecil, Long storage, Dan Dam Parit

A. Umum

Dengan terbitnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018 tentang Percepatan


Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa
dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna meningkatkan
produksi pertanian, maka diperlukan penetapan pedoman perencanaan,
spesifikasi teknis dan perhitungan standar harga satuan untuk pembangunan
embung kecil dan bangunan penampung air lainnya.

Laporan Pendahuluan
| II - 36
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Embung kecil yang dimaksud dalam pedoman ini memiliki kriteria sebagai
berikut:

1. Tampungan 500 m3 - 3000 m3


2. Kolam embung mempunyai tinggi maksimum 3 m (dari dasar sampai
puncak tanggul).

Embung kecil yang terdapat dalam klasifikasi diatas adalah yang dimaksud
pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018, selain percepatan


penyediaan embung, diperlukan juga percepatan bangunan penampung air
lainnya. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pula bangunan penampung air
lainnya yang akan dibahas dalam pedoman ini. Bangunan penampung air
lainnya yang dimaksud adalah long storage dan dam parit.

Pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya ini


dilaksanakan di desa dengan menggunakan dana desa yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dengan prioritas pada
pembangunan desa yang melalui sistem padat karya. Alat berat dapat
digunakan atau disewa apabila anggaran masih tersedia setelah upah pekerja ≥
30% sudah terpenuhi.

B. Kriteria dan Komponen Embung Kecil

Embung kecil didefinisikan sebagai bangunan konservasi air berbentuk


kolam/cekungan untuk menampung air limpasan serta sumber air lainnya untuk
memenuhi berbagai kebutuhan air dengan volume tampungan 500 m3 sampai
3.000 m3, dan kedalaman dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3 m.
Embung dapat menampung air dari berbagai sumber air misalnya air hujan,
limpasan sungai, mata air, dan limpasan saluran pembuang irigasi. Nantinya,
air yang ditampung tersebut akan digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan yaitu untuk kebutuhan rumah tangga, untuk kebutuhan irigasi
terutama di musim kemarau, dan juga untuk kebutuhan air bagi hewan ternak.

Laporan Pendahuluan
| II - 37
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2018, maka embung kecil
dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan air baku pertanian guna
meningkatkan produksi pertanian.

1. Kriteria Embung kecil


Embung yang dibahas pada pedoman ini adalah embung kecil yang
mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Volume tampungannya ada di antara 500 – 3.000 m3


b. Tinggi Embung dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3 m.
c. Mempunyai panjang 20 - 50 m dan lebar 10 - 30 m
d. Dilaksanakan dengan sistem padat karya oleh masyarakat setempat.
Alat berat dapat digunakan apabila anggaran upah pekerja sebesar >=
30% total anggaran sudah terpenuhi.

Kriteria ukuran panjang dan lebar seperti yang disebutkan pada butir c hanya
menggambarkan ukuran embung yang biasanya ditemui. Kriteria utama dari
klasifikasi embung adalah volume tampungan dan tinggi maksimum
sedangkan ukuran panjang dan lebarnya tidak bersifat mengikat dan dapat
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Misalnya, bila kondisi di lapangan
hanya memungkinkan adanya embung dengan kedalaman 1 m, lebar 10 m,
dan panjang 60 m, embung tersebut masih diklasifikasikan sebagai embung
kecil karena volumenya adalah 600 m3 (masih di antara 500 - 3.000 m3 dan
tingginya kurang dari 3 m).

2. Komponen Embung
Embung terdiri atas berbagai komponen:
a) Sumber air dari sungai, Air yang berasal dari sungai/saluran alami yang
masuk ke dalam kolam embung.
b) Sumber air dari mata air, Air yang bersumber dari mata air alami
sebagai sumber air yang masuk kedalam kolam embung.
c) Bak pengendap, Bangunan yang berfungsi untuk mengendapkan
material yang terbawa oleh air sebelum masuk ke dalam embung.

Laporan Pendahuluan
| II - 38
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

d) Batas daerah tadah hujan, Titik tertinggi di sekeliling embung yang


menandai daerah yang dapat diisi oleh air ketika hujan turun.
e) Kolam embung, Wadah air yang terbentuk pada cekungan embung dan
tertahan oleh tubuh embung yang berfungsi menampung air hujan.
f) Pelimpah, Saluran terbuka dari galian/timbunan tanah atau batu untuk
melimpaskan air yang berlebih pada kolam embung.
g) Pintu penguras, Pintu yang bisa dibuka/tutup untuk menguras dan
membersihkan embung dari kotoran dan sedimentasi serta untuk
mengosongkan seluruh isi embung bila diperlukan untuk perawatan.
h) Jenis pintu intake dan penguras dapat menggunakan kayu ulir atau scot
balok menyesuaikan kondisi di lapangan seperti ketahanan terhadap
korosi untuk daerah rawa dan pasang surut.
i) Pipa distribusi/saluran terbuka, Pipa yang menyalurkan air dari kolam
embung ke lokasi di mana air akan digunakan. Dalam kondisi tertentu,
penggunaan saluran terbuka untuk pipa distribusi dapat diterapkan.
j) Bak air untuk rumah tangga, Tampungan air yang akan digunakan
untuk keperluan rumah tangga.
k) Bak air untuk hewan ternak, Tampungan air yang akan dikonsumsi
oleh hewan ternak.
l) Bak air untuk tanaman, Tampungan air yang akan dipakai untuk
mengairi tanaman pada sawah atau kebun.

Laporan Pendahuluan
| II - 39
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.8 BENEFIT COST RATIO (BCR)

Metode Benefit Cost Ratio (BCR) memberikan nilai penekanan terhadap nilai
perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek
biaya atau kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut.
Oleh sebab itu, perbandingan manfaat dan biaya merupakan parameter untuk
mengetahui apakah suatu proyek menguntungkan atau tidak. Berikut ini adalah
rumus perbandingan manfaat dan biaya:

PV dari manfaat
BCR
PV dari biaya

Apabila harga B/C lebih dari 1 maka dapat dikatakan suatu proyek layak untuk
dikerjakan. Sebaliknya apabila hasil B/C kurang dari 1 maka proyek tersebut tidak
layak untuk dikerjakan.

2.8.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah selisih antara benefit dengan cost yang telah di
present value kan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih jika NPV >
0. Dengan demikian, jika suatu proyek mempunyai nilai NPV < 0, maka tidak akan
dipilih atau tidak layak untuk dijalankan (Kadariah, 1988:40).

Nilai NPV dapat dicari dengan: Selisih Biaya dan Manfaat = Nilai Sekarang dari
Manfaat – Nilai Sekarang dari Biaya. Keunggulan dari metode NPV diantaranya
adalah:

1. Memperhitungkan nilai waktu dari uang


2. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
3. Memperhitungkan nilai sisa proyek.

Laporan Pendahuluan
| II - 40
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.8.2 Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat pengembalian bunga (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku


bunga yang membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai sama B-C=0 atau tingkat
suku bunga yang membuat B/C =1. Dasar perhitungan IRR ini dapat dilakukan
dengan mencari nilai discount rate sehingga diperoleh nilai present value benefit
sama dengan nilai present value cost, atau didapat nilai NPV = 0. Apabila nilai
discount rate yang saat itu berlaku lebih besar dari nilai IRR maka proyek tersebut
bisa dikatakan menguntungkan, namun apabila discount rate yang berlaku sama
dengan nilai IRR maka proyek tersebut dikatakan impas.

2.8.3 Analisa Sensitivitas

Dengan melakukan analisa sensitivitas, kita dapat memperkirakan dampak yang


akan terjadi apabila keadaan sebenarnya yang terjadi sesudah proyek tidak sama
dengan estimasi awal. Analisa sensitivitas juga dapat dikatakan sebagai batas atas
dan batas bawah suatu proyek dapat dikatakan tidak layak. Berikut beberapa
keadaan yang biasanya dilakukan dalam analisa sensitivitas proyek pengairan
adalah sebagai berikut:

1. Terjadi 10 % penurunan pada nilai manfaat yang diperkirakan.


2. Terjadi 10 % kenaikan pada biaya proyek yang diperkirakan.
3. Tertundanya penyelesaian proyek selama dua tahun.

Dari hasil analisa sensitivitas terhadap beberapa keadaan diatas dapat diketahui
elemen proyek yang merupakan elemen sensitif terhadap keberhasilan proyek.
Misalnya dari analisa sensitivitas disimpulkan bahwa proyek sangat sensitif
terhadap penundaan penyelesaian proyek, perlu ditelaah kembali komponen
pelaksanaan proyek agar kemungkinan tertundanya penyelesaian dapat dikurangi.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyederhanakan komponen proyek
agar tidak mempersulit pelaksanaannya (Suyanto, 2001:41).

Laporan Pendahuluan
| II - 41
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

2.8.4 Payback Period (PBP)

Payback Period adalah jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar
kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Payback period ini akan dipilih yang paling cepat dapat
mengembalikan biaya investasi, makin cepat pengembaliannya makin baik dan
kemungkinan besar akan terpilih.

Jika komponen cash flowbenefit dan cost-nya bersifat annual, maka formulanya
menjadi:

k(PBP) = x periode waktu

Dimana:
k = periode pengembalian
Investasi = modal yang diperlukan
Annual benefit = keuntungan pengeluaran pertahun
periode waktu = tahun.

Dalam metode payback period ini rencana investasi dikatakan layak jika periode
pengembalian kurang dari sama dengan umur investasi (Giatman, 2007:85).

Laporan Pendahuluan
| II - 42
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. PROFIL WILAYAH

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota


Serang pada tanggal 10 Agustus 2007, telah membawa Kota Serang bagian dari
wilayah di provinsi Banten yang ke tujuh. Kota Serang berada pada 1050 7’ -
1060 22’ BT dan 50 50’ – 60 21’ LS. Pada topografi sebagian besar wilayah Kota
Serang merupakan daratan yang relatif rendah, dengan berada pada ketinggian 0-
500m dpl. Pembagian struktur tata ruang dan kecenderungan perkembangannya
dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, aksesibilitas
dan keterbatasan fisik wilayah.

Kecamatan Serang adalah satu dari enam Kecamatan yang ada di wilayah Kota
Serang yang telah terbentuk bedasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007
Tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten yang terdiri dari 12
kelurahan.

Laporan Pendahuluan
| III - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Peraturan Walikota Kota Serang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan
Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kota Serang secara umum merupakan hal-hal
yang harus bahkan wajib dikerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai
dalam suatu instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan, visi dan misi
suatu organisasi. Setiap pegawai seharusnya melakukan kegiatan yang lebih rinci
yang dilaksanakan secara jelas dan dalam setiap bagian atau unit. Rincian tugas-
tugas tersebut digolongkan ke dalam suatu praktis dan konkrit dengan kemampuan
dan tuntutan masyarakat.

Kecamatan Serang terbagi menjadi dua belas kelurahan, yaitu Kelurahan Serang,
Kelurahan Cipare, Kelurahan Sumurpecung, Kelurahan cimuncang, Kelurahan
Kotabaru, Kelurahan Lontarbaru, Kelurahan Kagungan, Kelurahan Lopang,
Kelurahan Unyur, Kelurahan Kaligandu, Kelurahan Terondol. dan Kelurahan
Sukawana, dengan ibukota Kecamatan di Kelurahan Kaligandu.

3.1.1 Batas Geografis

Kecamatan Serang memiliki luas wilayah 25,88 Km2, dengan batas-batas


Kecamatan sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Kasemen
Selatan : Kecamatan Cipocok Jaya / Taktakan
Barat : Kecamatan Taktakan
Timur : Kecamatan Cipocok Jaya

Ibukota Kecamatan Serang terletak pada jarak 1,5 km dari ibukota Serang.
Bentuk topografi wilayah Kecamatan Serang sebagian besar merupakan daratan,
dengan ketinggian rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan laut, dengan
rata-rata curah hujan 75 mm/tahun. Berdasarkan ketinggian, curah hujan, suhu,
dan kesuburan serta jenis tanah yang dominan, maka daerah ini sangat cocok
untuk usaha pemukiman dan perumahan.

Laporan Pendahuluan
| III - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Secara Administrasi wilayah Kecamatan Serang terbagi menjadi 199 Rukun


Warga (RW), 806 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah penduduk 224.546
jiwa, yang terdiri dari 113.680 jiwa laki-laki, dan 110.866 jiwa perempuan.

Kecamatan Serang merupakan pusat wilayah pembangunan bagian pusat kota.


Ini sesuai dengan potensi daerah dan karekterisik yang dimiliki wilayah ini,
dimana sebagian besar letak geografisnya merupakan daerah dataran, maka
arah pembangunan jangka panjangnya dititik beratkan pada sektor
pengembangan perumahan dan tata kota yang terus dibenahi.

Di wilayah Kecamatan Serang melintas sebuah sungai yang cukup besar dan
terkenal yaitu Sungai Cibanten yang bermuara di Karangantu yang ada di
wilayah Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan Serang juga terdapat tempat
ziarah yang juga sangat terkenal yaitu Banten Girang yang terletak di
Kelurahan Cipare yang letaknya di JL. Raya Pandeglang, tempat ziarah ini
banyak dikunjungi oleh peziarah baik itu dari daerah Banten sendiri maupun
dari luar daerah Banten, serta masih banyak peninggalan sejarah di masa
Kesultanan Banten yang ada di wilayah Kecamatan Serang.
Tabel. 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Kasemen
Luas Wilayah Prosentase
No Kelurahan
(KM2) (%)
1 Serang 4,90 18,93
2 Cipare 1,27 4,91
3 Sumurpecung 3,26 12,60
4 Cimuncang 1,54 5,95
5 Kota Baru 0,64 2,47
6 Lontar Baru 1,00 3,86
7 Kagungan 1,27 4,91
8 Lopang 1,17 4,52
9 Unyur 4,39 16,96
10 Kaligandu 2,87 11,09
11 Terondol 1,80 6,96
12 Sukawana 1,77 6,86
Kecamatan Serang 25,88 100,00
Sumber : Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022

Laporan Pendahuluan
| III - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar 3.1 Peta Orientasi Kecamatan Serang

Laporan Pendahuluan
| III - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Serang

Laporan Pendahuluan
| III - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.1.2 Topografi dan Kelerengan

Wilayah Kecamatan Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0-1.778 m dari
permukaan laut (dpl) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan
dataran dan bergelombang. Ketinggian 0 m dari permukaan laut (dpl) membentang
dari Kelurahan Cimuncang sampai Kelurahan Kaligandu di Pantai Barat Selat
Sunda. Ketinggian 1.778 m dari permukaan laut (dpl) terdapat di Puncak Gunung
Karang yang terletak di sebelah selatan perbatasan dengan Kabupaten Serang. Pada
umumnya (≥97,5%) wilayah Kecamatan Serang berada pada ketinggian kurang dari
500 m dari permukaan laut (dpl).

Kemiringan lereng mempengaruhi bentuk fisik dataran sehingga akan


mempengaruhi daya dukung lahan untuk tiap fungsi lahan yang akan
dikembangkan. Secara kemiringan (persen lereng) Kecamatan Kasemen memiliki
kemiringan lereng antara 0 - 5% yang tersebar secara merata mulai dari bagian
timur dan utara sampai pada bagian barat Kecamatan Serang.

3.1.3 Sumberdaya Air


Wilayah perencanaan terletak atau berdekatan dengan catchment area/DAS
Cibanten, limpasan permukaan di alirkan menuju Teluk Banten. DAS Cibanten
memiliki pola aliran dari arah selatan ke utara dan mengaliri melalui wilayah Kota
Serang. Selain itu DAS Cibanten memiliki beberapa anak sungai yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan akhir (saluran drainase) dari sistem drainase
(pematusan) Kota Serang.
Kecamatan Kasemen dilalui oleh Sungai Cibanten yang sumber airnya berasal dari
Gunung Karang. Sebagian berasal dari mata air yang cukup dan membentuk
spring belt pada kaki Gunung Karang. Pemanfaatan air Sungai Cibanten
digunakan sebagai sumber air bersih untuk Kota Serang. Sungai mengalir ke arah
utara dan bermuara di Teluk Banten. Sungai ini berpola dendritik dan tidak pernah
kering.
Data air yang tercatat mendekati maksimum, adalah debit aliran maksimum
(Qmax) sebesar 5.285 m3/detik pada ketinggian muka air 1,69 meter,

Laporan Pendahuluan
| III - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

sedangkan debit aliran minimum (Qmin) sebesar 0,241 m3 per detik pada
ketinggian muka air 0,68 meter.
Keadaan air tersebut menunjukkan nilai koefisien region sungai (KRS) yang
merupakan ratio antara debit aliran maksimum (Qmax) dan debit aliran
minimum (Qmin) sebesar 33,82, yang mengindikasikan bahwa kontinuitas aliran
tidak normal (di atas 30).

3.1.3 Geologi Lingkungan

Sebagian besar wilayah perencanaan secara geologis termasuk dalam formasi


dataran rendah yang terdiri dari 3 (tiga) jenis batuan, bagian terbesar adalah jenis
batuan pretertiary sediments dan batuan aluvium, selain itu terdapat sedikit
daerah termasuk batuan Young Quartenary Volcanic Products.

3.1.4 Klimatologi

Wilayah Kecamatan Serang memiliki iklim tipe B1 (menurut Schimidt dan


Ferguson, 1951) atau tipe iklim D4 (menurut Oldman, 1975) yang terbagi atas 2
(dua) bagian iklim, yaitu iklim dataran rendah dan dataran tinggi. Kecamatan
Serang memiliki curah hujan tertinggi tahun 2012 pada bulan Oktober. Jumlah
hari hujan terbanyak pada bulan Januari 2012 yaitu sebanyak 26 hari. Rata-rata
temperatur udara di Kecamatan Serang berada pada kisaran 26,6OC hingga
27,8OC dengan rata-rata kelembaban udara antara 74 % sampai dengan 86 %.
Rata-rata tekanan udara antara1.007,90 hPa hingga 1.010,80 hPa.

3.1.5 Kondisi Tanah

Keadaan tanah (soil) di wilayah perencanaan terdiri dari 5 (lima) jenis tanah,
berdasarkan bahan induk penyusunnya yaitu: asosiasi hidromorf, pensolik,
regasol, asosiasi hidromorf kelabu, dan asosiasi grey humus. Sebagian besar
wilayah perencanaan terdiri dari jenis tanah asosiasi grey humus.
Struktur jenis tanah di Kecamatan Serang dapat dijabarkan dibawah ini, yaitu :

Laporan Pendahuluan
| III - 7
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

▪ Satuan Lempung dan Lempung Pasiran


Satuan geologi teknik ini berupa lempung dan lempung pasiran, plastisitas
sedang, lunak – agak teguh, permeabilitas rendah, hasil endapan aluvial
danau, sungai dan pantai, tebalnya antara 1 – 12 meter. Nilai daya dukung
tanah yang diijinkan 5 – 20ton/m2, mudah digali dengan peralatan non
mekanik, tetapi mudah luruh pada penggalian vertikal, kedalam muka air
tanah bebas 1 – 8 meter dan dipengaruhi oleh musim. Kendala-kendala
geologi teknik yang perlu diperhatikan dalam satuan geologi teknik ini
adalah : perosokan tanah (settlement) dan lempung mengembang.
▪ Satuan Lempung Pasiran dan Lempung Kerikilan
Litologinya berupa lempung pasiran dan lempung kerikilan dan beberapa
tempat berlereng terjal. Tanahnya mengandung kerikil – bongkah batuan
beku, plastisitas rendah permeabilitas sedang, teguh merupakan tanah
residu hasil pelapukan dari endapan vulkanik, lava, aglomerat dan endapan
lahar, ketebalan 2 – 12 meter. Nilaidaya dukung tanah yang diijinkan 9
– 20 ton/m2. Kedalaman muka air tanah bebas berkisar antara 6 – 12 meter,
berasa tawar. Penggalian pada satuan ini mudah dilakukan dengan
menggunakan peralatan non mekanik.
▪ Satuan Breksi Lava dan Lahar
Satuan geologi teknik ini berupa breksi, lava dan lahar hasil kegiatan
vulkanik Gunung Karang, Gunung Marikangen dan Gunung Pinang. Breksi
berwarna coklat kehitaman, komponen terdiri dari fragmen andesit, basalt
dan batu apung, berukuran 1 – 45 cm, sementasi sedang. Lava berwarna
abu-abu kehitaman, afanitik – porfiritik, terdiri dari mineral feldar,
piroksen hornblende, dan gelas afinitik, keras dan kompak. Nilai
dayadukung batuan yang diijinkan tinggi – sangat tinggi (>21 ton/m2),
penggalian dengan peralatan non mekanik sukar dilakukan dan perlu
peledakan, muka air tanah bebas dalam dan setempat.

Laporan Pendahuluan
| III - 8
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.2. KEPENDUDUKAN

3.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk

Penduduk di Kecamatan Serang tersebar tidak merata di 12 kelurahan. Wilayah


dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu Kelurahan Unyur dengan jumlah
penduduknya mencapai 41.328 Jiwa atau sekitar 18 %, disusul kemudian oleh
Kelurahan Serang dengan jumlah penduduknya mencapai 30.647 jiwa atau sekitar
14%, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kelurahan Sukawana
dengan jumlah penduduknya mencapai 5.180 atau sekitar 2%, Untuk lebih jelasnya,
mengenai jumlah dan sebaran penduduk di Kecamatan Kasemen ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Total Proserntase

1 Serang 15.496 15.151 30.647 14%


2 Cipare 12.771 12.571 25.342 11%
3 Sumurpecung 10.434 10.373 20.807 9%
4 Cimuncang 12.098 11.787 23.885 11%
5 Kota Baru 3.324 3.270 6.594 3%
6 Lontar Baru 4.906 4.748 9.654 4%
7 Kagungan 7.559 7.382 14.941 7%
8 Lopang 8.077 7.808 15.885 7%
9 Unyur 20.983 20.345 41.328 18%
10 Kaligandu 10.836 10.602 21.438 10%
11 Terondol 4.485 4.324 8.809 4%
12 Sukawana 2.711 2.469 5.180 2%
Kecamatan Serang 113.680 110.830 224.510 100%
Sumber: Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022

Laporan Pendahuluan
| III - 9
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Serang
Cipare
4% Sumurpecung
2% 14%
10% Cimuncang
Kota Baru
11%
Lontar Baru
18%
Kagungan
9%
Lopang
7% 11% Unyur
4% Kaligandu
7% 3%
Terondol
Sukawana

Gambar 3.3 Diagram Perseberan Penduduk Kecamatan Serang Tahun 2021

3.2.2 Perkembangan Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Serang dalam 5 tahun terakhir (dari


tahun 2017 – sampai dengan tahun 2021) menunjukan adanya perkembangan
yang terus bertambah setiap tahunnya.

Tabel 3.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang


Tahun 2017-2021

TAHUN
No Kelurahan
2017 2018 2019 2020 2021
1 Serang 8.502 9.728 30.034 30.187 30.647
2 Cipare 3.568 4.582 24.835 4.962 25.342
3 Sumurpecung 9.351 20.183 20.391 20.495 20.807
4 Cimuncang 2.213 3.168 23.407 23.527 23.885
5 Kota Baru 6.132 6.396 6.462 6.495 6.594
6 Lontar Baru 8.978 9.364 9.461 9.509 9.654
7 Kagungan 13.895 14.493 14.642 14.717 14.941
8 Lopang 14.773 15.408 15.567 15.647 15.885
9 Unyur 8.435 40.088 40.501 40.708 41.328
10 Kaligandu 9.937 20.795 21.009 21.116 21.438
11 Terondol 8.192 8.545 8.633 8.677 8.809
12 Sukawana 4.817 5.025 5.076 5.102 5.180
Kecamatan Serang 208.794 217.775 220.020 221.142 224.510
Sumber: Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022

Laporan Pendahuluan
| III - 10
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5

Gambar 3.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kecamatan Serang

3.2.3 Kepadatan Penduduk


Berdasarkan tingkat kepadatannya, kepadatan penduduk di Kecamatan Kasemen
adalah sebesar 1.703,19jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di
Kelurahan Banten yaitu sebesar 2.566,14 jiwa/km2, sedangkan kepadatan paling
rendah adalah di Kelurahan Sawah luhur yaitu sebesar 681,29 jiwa/km2. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel. 3.5 Kepadatan penduduk Kecamatan Kasemen Tahun 2017-2021


Jumlah Luas
No Kelurahan Penduduk Wilayah Jiwa/KM2
(Jiwa) (KM2)
1 Serang 30.647 4,9 6.254
2 Cipare 25.342 1,27 9.954
3 Sumurpecung 20.807 3,26 6.383
4 Cimuncang 23.885 1,54 15.510
5 Kota Baru 6.594 0,64 10.303
6 Lontar Baru 9.654 1,0 9.654
7 Kagungan 14.941 1,27 11.765
8 Lopang 15.885 1,17 13.577
9 Unyur 41.328 4,39 9.414
10 Kaligandu 21.438 2,87 7.470
11 Terondol 8.809 1,8 4.894
12 Sukawana 5.180 1,77 2.927
Kecamatan Serang 224.510 25,88 8.675
Sumber: Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022

Laporan Pendahuluan
| III - 11
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.3. KARAKTERISTIK PEREKONOMIAN

3.3.1 Perdagangan dan Jasa

Untuk melayani kebutuhan sehari-hari penduduk Kecamatan Serang akan bahan


konsumsi, seperti 9 bahan pokok dan bahan konsumsi lainnya, sampai saat ini
dilayani oleh Pasar Umum, Pasar Pemda dan Pasar Desa. Pasar-pasar tersebut
tersebar pada beberapa kelurahan, yaitu : 2 di Kelurahan Cimuncang, 1 di
Kelurahan Terondol (Pasar tanpa bangunan).

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder masyarakat di Kecamatan


Kasemen dilayani oleh Super Market, Toko, dan Kios yang tersebar di tiap
kelurahan dan unit lingkungan. Persebaran lokasi dari sarana perdagangan tersebut
umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat lingkungan permukiman, dan sesuai minat
masyarakat yang membuka usaha.

Perekonomian di Kecamatan Kasemen juga ditunjang oleh kegiatan jasa antara lain
sarana perbankan (meliputi Bank Pembangunan Daerah (Bank Jabar), Bank
Rakyat Indonesia, Bank BNI, Bank Pasar, Bank Unit Desa, dan sebagainya) dan
Koperasi, baik yang berada di Kota Serang, maupun di Kecamatan atau Kelurahan
di sekitarnya/tetangganya.

3.3.2 Pertanian

Kegiatan sektor ekomomi penduduk Kecamatan Kasemen yang bergantung


pada sektor pertanian sektor cukup besar. Kegiatan pertanian yang ada, umumnya
masih dalam skala kecil atau dikelola secara tradisional. Jenis usaha pertanian yang
ada antara lain: pertanian sawah, pertanian/tegalan, perkebunan sayur-sayuran,
buah-buahan dan sebagainya. Tingkat produksi sektor pertanian sector cukup
baik. Hal ini sangat memungkinkan karena dukungan kondisi alam dan tingkat
kesuburan tanahnya cukup tinggi. Lahan sawah di Kecamatan Serang seluas 396
Ha dan lahan bukan pertanian seluas 2.362 Ha.

Laporan Pendahuluan
| III - 12
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.3.5 Persampahan

Kecamatan Serang memiliki luas 2.588 Ha atau 10,26% dari luas total Daerah Kota
Serang, memiliki 12 kelurahan dengan seluruhnya memiliki klasifikasi
perkotaan, pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Serang sebanyak
224.657 jiwa, diproyeksikan meningkat 9,80% menjadi 246.670 jiwa pada tahun
2023.

Timbulan sampah di Kecamatan Serang sebesar 561,64 M3/hari, timbulan sampah


terangkut ke TPA 337 M3/hari atau 60% timbulan sampah yang terlayani, 5%
timbulan sampah di kelola mandiri, dan 35% timbulan sampah tidak terproses.
Timbulan sampah di Kecamatan Serang diproyeksikan meningkat menjadi
616,68 M3/hari pada tahun 2023.

Sumber: Buku SSK Kota Serang, 2021


Gambar 3.5 Profil Persampahan Kecamatan Serang

Laporan Pendahuluan
| III - 13
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.4. PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan di Kecamatan Serang didominasi oleh sawah yaitu seluas


4.635,76 Ha atau 62,59 % . Penggunaan lahan lainnya adalah tambak seluas
900,37 Ha (13,09 %), permukiman seluas 13.290,46 Ha (17,06 %), dan
ladang/kebun seluas 450,79 Ha (6,55%). Selebihnya penggunaan lahan yang
luasnya kurang dari 10 %, yaitu lahan kosong, perdagangan dan jasa, mangrove,
dan TPU. Selengkapnya mengenai penggunaan lahan di wilayah studi dapat di
lihat pada tabel dan gambar bawah ini.

Tabel 3.10 Penggunaan Lahan di Kecamatan Serang Tahun 2021

LADANG/ LAHAN JUMLAH


NO KELURAHAN PERMUKIMAN SAWAH TAMBAK MANGROVE
KEBUN KOSONG (Ha)
1 Serang 226,7 290,44 293,13 7,95 - - 818,21
2 Cipare 81,23 376,67 41,82 8,15 - - 507,87
3 Sumurpecung 78,69 180,96 56,49 0,44 - - 316,58
4 Cimuncang 99,13 333,57 38,32 - - - 471,02
5 Kota Baru 66,41 602,8 - 2,38 - - 671,59
6 Lontar Baru 67,91 921,63 - - 599,73 27,93 1.617.19
7 Kagungan 64,71 588,3 4,2 1,91 - - 659,12
8 Lopang 276,82 538,36 - - 0,52 - 815,7
9 Unyur 11810 418,98 16,83 - - - 553,9
10 Kaligandu 93,78 53,24 - - 300,12 - 447,15
10 Terondol 396,2 119,04 2,1 - - - 517,34
11 Sukawana 28,88 211,77 0,7 - - - 241,35

KECAMATAN SERANG 2.589,80

Sumber: Kecamatan Serang Dalam Angka, 2022

Laporan Pendahuluan
| III - 14
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.5. INFRASTRUKTUR

3.5.1 Jaringan Jalan

Jalan yang terdapat di Kecamatan Serang terbagi atas 3 kelas yaitu :


1. Jalan kolektor primer, total panjang sekitar 30,9 km yang terbagi dalam
beberapa ruas jalan dengan lebar yang bervariasi anatara 2,5 – 6 meter. Ruas
Jalan Serang – Margasana merupakan ruas jalan di perbatasan antara
Kecamatan Serang – Kabupaten Serang. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel
3.11, Gambar 3.8 dan Gambar 3.9.
2. Jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antar lingkungan.
3. Jalan lokal yang menghubungkan antar unit rumah-rumah dan kegiatan

Tabel 3.11 Jaringan Jalan Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal
Kecamatan Serang

NO RUAS NAMA RUAS JALAN PANJANG RUAS (KM) LEBAR (M)

1 300 Jl. Taman - Keganteran 4,3 -


2 301 Jl. Terumbu - Sawah luhur 3.3 4,0
3 302 Jl. Priyayi - Terumbu 2.3 3.5
4 303 Jl. Serang - Priyayi 3.9 3.5
5 304 Jl. Priyayi - Bendung 5.0 3.0
6 305 Jl. Cibomo - Terumbu 4.0 3.0
7 306 Jl. Serang - Warung Jaud 3.7 3.5
8 307 Jl. Serang - Margasana 1.4 3.0
9 308 Jl. Kroya - Pamengkang 1,7 3,5 – 7,5
10 309 Jl. Serang - Tasikardi 2,0 2,5
11 310 Jl. Cibening - Cibomo 1,8 3,0
TOTA 33,40
L
Sumber: Kep. Walikota Serang No. 623/Kep.209-Huk/2008

Laporan Pendahuluan
| III - 15
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar. 3.6 Jaringan Jalan di Kecamatan Kasemen

Laporan Pendahuluan
| III - 16
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.5.2 Jaringan Drainase

Kota Serang yang terletak pada ketinggian rata-rata 25 m di atas permukaan


air laut, dilalui oleh Sungai Cibanten yang bermuara di Teluk Banten.
Sungai Cibanten mempunyai beberapa anak sungai, yaitu Cigurulung dan
Kali Pengasingan (mengalir di sebelah barat wilayah kota). Sungai Cibanten
beserta anak sungainya berfungsi sebagai saluran pembuangan akhir
(drainase makro) dari sistem drainase (pematusan) kota Serang. Kondisi
sungai ini dan anak-anak sungainya cukup baik sebagai saluran drainase
primer bagi Kota Serang.

Kecamatan Serang yang menjadi bagian dari Kota Serang juga dilalaui
DAS Cibanten yang merupakan saluran drainase primer (saluran pembuang
Kasemen yang telah dialih fungsikan) untuk menampung debit rencana dari
kawasan hulu. Kecamatan Serang belum memiliki dukunngan sistem
draianse yang memadai hal ini dapat dilihat dengan seringnya terjadi
genangan pada beberapa kawasan bila terjadi hujan. Genangan tersebut
membawa kerugian bagi masyarakat, diantaranya terganggunya aktivitas
masyarakat, rusaknya jalan, terendamnya daerah permukiman, dan
timbulnya wabah penyakit. Kondisi drainase yang ada, baik sistem
sekundernya maupun tersiernya, sebagian besar kurang berfungsi dengan
baik. Baik karena kapasitasnya kecil, adanya kerusakan saluran, maupun
pendangkalan (akibat kurang terawat/ terpelihara).

Kecamatan Kasemen memanfaatkan sungai dan kali sebagai saluran drainase


untuk mengaliri air hingga ke hilir sungai yang bermuara ke laut. Tabel 2.19
menjabarkan sungai dan kali yang terdapat di Kecamatan Kasemen yang
dimanfaatkan sebagai jaringan drainase.

Laporan Pendahuluan
| III - 17
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Tabel 3.12 Sungai dan Jenis Saluran di Kecamatan Serang

No Nama Sungai WAS Jenis Saluran Fungsi Panjang (M) Panjang (Km)

1 K.Asin Cibanten Sungai Irigasi Desa 4.521,28 4,52


2 K.Asin 2 Cibanten Sungai Irigasi Desa 6.911,46 6,91
3 K.Blokpung Cibanten Sungai Irigasi Desa 3.544,11 3,54
4 K.Asin 2 Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.185,86 1,19
5 K.Asin Cibanten Sungai Irigasi Desa 321,87 0,32
6 K.Kemayungan Cibanten Sungai Irigasi Desa 2.293,83 2,29
7 K.Kepuh Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.567,40 1,57
8 K.Genong Cibanten Sungai Irigasi Desa 738,29 0,74
9 K.Weraga Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.524,92 1,52
10 K.Bendungan Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.411,03 1,41
11 K.Keramat Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.747,46 1,75
12 K.Asem Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.686,66 1,69
13 K.Genong Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.010,26 1,01
14 S.Cibanten Cibanten Sungai Irigasi Desa 3.459,18 3,46
15 S.Cibanten Cibanten Sungai Irigasi Desa 928,10 0,93
16 S.Pelamunan Cibanten Sungai Irigasi Desa 3.816,59 3,82
17 K.Bedeng Cibanten Irigasi Teknis Irigasi Desa 7.975,72 7,98
18 K.Cimuncang Cibanten Sungai Irigasi Desa 636,76 0,64
19 K.Bedeng Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.600,82 1,60
20 K.Pembuang Cibanten Cibanten Sungai Irigasi Desa 3.848,83 3,85
21 K.Parung Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.411,27 1,41
22 K.Parung Cibanten Sungai Irigasi Desa 1.230,93 1,23
Sumber: RTRW Kota Serang 2020-2040

Laporan Pendahuluan
| III - 18
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar. 3.7 Jaringan Drainase di Kecamatan Serang

Laporan Pendahuluan
| III - 19
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar. 3.8 Jaringan Irigasi di Kecamatan Serang

Laporan Pendahuluan
| III - 20
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.5.3 Jaringan Air Limbah

Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya menjadi
tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air kotor/limbah rumah tangga,
perkantoran, pasar, sarana pelayanan umum, maupun industri (terutama industri
kecil dan rumah tangga).

Hal ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan sebagai
saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi ini akan merusak
lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada (berfungsi juga sebagai pendukung
drainase) pada kawasan pusat kota telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih
banyak pula yang menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah
pinggiran kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang
sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui saluran-saluran tersier
ke saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran induk yang mengalir ke arah utara
melalui Sungai Cibanten sebagai tempat pembuangan akhir. Saat ini masyarakat
masih memanfaatkan sungai dan saluran irigasi sebagai sumber air dan membuang
air limbah dari kegiatannya. Gambar 3.14 menggambarkan aktivitas pemanfaatan
air irigasi sebagai sumber air dan membuang air limbahnya ke irigasi tersebut.

Gambar 3.9 Aktivitas Pemanfaatan Air Irigasi Sebagai Sumber Air Dan
Membuang Air Limbahnya Ke Irigasi

Laporan Pendahuluan
| III - 21
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

3.6. KONDISI TATA BANGUNAN

3.6.1 Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intensitas pemanfaatan lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya. Pengaturan intensitas
atau kepadatan bangunan diatur berdasarkan angka KDB (Koefisien Dasar
Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan). Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) adalah nilai perbandingan (prosentase) dari luas lantai dasar terhadap luas
lahan/kavling keseluruhan dimana bangunan tersebut berada.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan nilai perbandingan jumlah total


lantai bangunan terhadap luas lahan atau kapling keseluruhan di mana
bangunan tersebut berada. KLB menetapkan besaran maksimum luas lantai yang
dapat dibangun bagi masing- masing peruntukan lahan.

▪ Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


Maksud penentuan angka KDB adalah untuk tetap menyediakan perbandingan
yang seimbang antara lahan terbangun dan tidak terbangun di Kecamatan
Serang sehingga:
a. Peresapan air tanah tidak terganggu.
b. Kebutuhan udara secara alami dapat dipenuhi.
c. Citra arsitektur lingkungan dapat dipelihara.
d. Nilai estetika lingkungan dapat terjaga.

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) eksisting pada Kecamatan Serang bisa


dibedakan berdasarkan fungsi ruang terbangun dan non terbangun. Pada ruang
terbangun yaitu permukiman yang di dalamnya terdapat aktivitas perdagangan
dan jasa memiliki KDB 60%, sedangkan yang berfungsi sebagai rumah tinggal
memiliki KDB 40%. KDB sarana pelayanan umum 40%. Sedangkan fungsi
ruang non terbangun memiliki KDB 20%.

Laporan Pendahuluan
| III - 22
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Angka KDB dipergunakan untuk mengatur intensitas kepadatan dasar bangunan di


suatu kawasan yang ditujukan dengan mengkaitkan antara luas lantai dasar
bangunan dengan luas tanah/kapling tempat bangunan itu sendiri. Arahan Koefisien
Dasar Bangunan di kawasan Tanjungjaya sebagai berikut:
a. Pada Segmen kawasan yang diarahkan menjadi padat dan strategis, nilai KDB
maksimal sampai dengan 60% (sudah termasuk perkerasan untuk parkir).
b. Pada Segmen kawasan dengan kepadatan sedang, nilai KDB diarahkan tidak
lebih dari 40%.
c. Pada Segmen kawasan dengan kepadatan rendah, nilai KDB maksimum 20%

▪ Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Koefisien Lantai Bangunan atau KLB berkaitan dengan jumlah luas lantai yang
diijinkan pada suatu bangunan yang nantinya harus disertakan dalam ijin
mendirikan bangunan. Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam
menentukan angka-angka KLB adalah jenis penggunaan lahan, angka KDB,
ukuran jalan, jarak bangunan dan ketinggian bangunan maksimum yang
diijinkan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa KLB pada
Kecamatan Serang tertinggi terdapat pada kawasan permukiman (rumah dan
toko/warung) yaitu 1,2 dengan ketinggian bangunan sampai dengan 2 lantai.
Arahan koefisien lantai bangunan (KLB) di Kecamatan Serang sebagai berikut:
a. Pada Segmen kawasan padat/strategis, nilai KLB tinggi dengan
ketinggian bangunan antara 1-2 lantai;
b. Pada Segmen kawasan dengan kepadatan rendah, nilai KLB rendah
dengan ketinggian bangunan 1 lantai.

▪ Koefisien Dasar Hijau


Koefisien dasar hijau (KDH) merupakan angka presentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan / daerah perencanaan
yang disukai.

Laporan Pendahuluan
| III - 23
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Pada kawasan perencanaan, koefisien dasar hijau (KDH) terlihat masih sangat
luas, dimana setiap kapling bangunan (rumah) menyisakan daerah hijau rata-
rata 40-60%, sehingga dapat berfungsi sebagai daerah resapan. Jalur-jalur hijau
pada Kecamatan Serang terbentuk masih secara alami menyatu dengan
kapling masing-masing rumah.

3.6.2 Tata Masa Bangunan


Bentuk dan ukuran segmen lingkungan cukup bervariasi, namun dapat
teridentifikasi dari bangunan yang berbentuk segi empat memanjang ke belakang,
menunjukan bahwa bentuk segmen.

1. Bentuk dan Ukuran Kavling


Bentuk dan ukuran Segmen bangunan di Kecamatan Serang sebagian besar
berbentuk persegi panjang dan memanjang ke belakang dari jalan. Ukuran
Segmen bangunan hampir sama kurang lebih 500 m2 per kapling bangunan.

2. Pengelompokan dan Konfigurasi Kavling


Pengelompokan dan konfigurasi kapling bangunan mengikuti jaringan jalan
dan hanya berlapis 1 menghadap ke jalan dari koridor utama jalan Serang-
Serang. Selain itu, juga terdapat kelompok bangunan di jalan lingkungan di
belakang jalan utama dan jalan menuju Banten Lama dan Pelabuhan
Karangantu.

3. Ruang Terbuka dan Tata Hijau


Ruang terbuka dan tata hijau di Kecamatan Serang masih didominasi oleh RTH
privat yang terbentuk secara alami diantara kapling bangunan berupa tanaman
keras dengan tinggi tanaman lebih dari 4 m, dan kebun yang berada di belakang
rumah. Untuk tata hijau yang berada di depan rumah berupa tanaman hias.
Selain itu ruang terbuka hijau yang bersifat publik juga masih banyak seperti
lapangan, kuburan/pemakaman.

Laporan Pendahuluan
| III - 24
B A B IV
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

4.1 TINJAUAN UMUM

Perencanaan embung diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi


yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti.
Metodologi yang baik dan benar merupakan acuan untuk menentukan langkah-
langkah kegiatan yang perlu diambil dalam perencanaan (Soedibyo, 1993).
Metodologi penyusunan perencanaan Embung Kasemen sebagai berikut :
▪ Survey dan investigasi pendahuluan
▪ Identifikasi masalah
▪ Studi pustaka
▪ Pengumpulan data
▪ Analisis hidrologi
▪ Perencanaan konstruksi embung
▪ Stabilitas konstruksi embung
▪ Gambar Konstruksi
▪ RKS Dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
▪ Time Schedule, Network Planning dan man power

Laporan Pendahuluan
| IV - 1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

4.2 PENGUMPULAN DATA

Setiap perencanaan akan membutuhkan data-data pendukung baik data primer


maupun data sekunder (Soedibyo, 1993).

4.2.1 Data Primer

Data primer didapat dari pihak-pihak yang berkepentingan dan data-data aktual
lainnya yang berkaitan dengan kondisi saat ini. Metode pengumpulan data
primer adalah sebagai berikut :

▪ Metode Observasi
Dengan survey langsung ke lapangan, agar dapat diketahui kondisi real di
lapangan secara garis besar, untuk data detailnya bisa diperoleh dari instansi
yang terkait .

▪ Metode Wawancara
Yaitu dengan mewawancarai narasumber yang dapat dipercaya untuk
memperoleh data yang diperlukan.

4.2.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data-data kearsipan yang diperoleh dari instansi terkait,
serta data-data yang berpengaruh pada perencanaan. Adapun data sekunder
antara lain :

▪ Data Topografi
Untuk menentukan elevasi dan tata letak lokasi di mana akan didirikan
embung dan luas daerah aliran sungai

▪ Data Geologi
Data geologi dapat berupa data fisiografi, morfologi batuan, kondisi
sedimen serta kondisi litologi pada batuan. Data tersebut digunakan untuk

Laporan Pendahuluan
| IV - 2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

memperhitungkan tipe pondasi yang akan dipilih dan sebagai bahan


pertimbangan dalam perencanaan embung.

Data yang dihasilkan dari penyelidikan tanah di sekitar willayah embung.


Data ini digunakan untuk mengetahui struktur dan tipe dari tanah maupun
batuan yang ada, permeabilitas tanah, sifat-sifat fisik tanah, penentuan dan
perhitungan jenis pondasi yang dipilih serta daya dukung tanah terhadap
konstruksi embung. Adapun data yang diperoleh dari data tanah antara lain
:
a) Data sondir
b) Test CBR
c) Direct Shear Test
d) Soil Test, dsb.

▪ Data Hidrologi
Data ini berupa data klimatologi yang berupa data curah hujan,
evapotranspirasi dan data-data pendukung lainnya.

▪ Data Penduduk.
Untuk menentukan proyeksi penduduk pada beberapa tahun ke depan dan
mengetahui pertumbuhan penduduk pada daerah tersebut. Data ini dapat
diperoleh melalui instansi terkait yaitu instansi Biro Pusat Statistik.

▪ Data Klimatologi
Data Klimatologi meliputi :
a) Data temperatur bulanan rata-rata (oC)
b) Kecepatan angin rata-rata (m/det)
c) Kelembaban udara relative rata-rata (%)
d) Lama penyinaran matahari rata-rata (%)

Laporan Pendahuluan
| IV - 3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

4.3 METODOLOGI PERENCANAAN EMBUNG

Metode perencanaan digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang akan


dilakukan dalam perencanaan Embung Kasemen. Adapun metodologi
perencanaan yang digunakan adalah :

4.3.1 Survey dan Investigasi Pendahuluan

Survey dan investigasi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan sosial,


ekonomi, budaya masyarakat dan pengamatan lokasi di lapangan serta
tanggapan masyarakat terhadap rencana pembangunan embung.

4.3.2 Identifikasi Masalah

Untuk dapat mengatasi permasalahan secara tepat maka pokok permasalahan


harus diketahui terlebih dahulu. Solusi masalah yang akan dibuat harus mengacu
pada permasalahan yang terjadi.

4.3.3 Studi Pustaka

Studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan metode dalam analisis data,
perhitungan dan perencanaan embung yang telah terbukti kebenarannya

4.3.4 Pengumpulan Data

Data digunakan untuk mengetahui penyebab masalah dan untuk merencanakan


embung yang akan dibuat. Data yang diperoleh berupa data primer dan
sekunder.

Laporan Pendahuluan
| IV - 4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

4.3.5 Analisis Data

Data yang telah didapat diolah dan dianalisis sesuai dengan kebutuhannya.
Masing-masing data berbeda dalam pengolahan dan analisisnya. Pengolahan
dan analisis yang sesuai akan diperoleh variabel-variabel yang akan digunakan
dalam perencanaan embung.

4.3.6 Perencanaan Konstruksi Embung

Hasil dari analisis data digunakan untuk menentukan perencanaan konstruksi


embung yang sesuai, dan tepat disesuaikan dengan kondisi-kondisi lapangan
yang mendukung konstruksi embung tersebut.

4.3.7 Stabilitas Konstruksi Embung

Dalam perencanaan konstruksi embung perlu adanya pengecekan apakah


konstruksi tersebut sudah aman dari pengaruh gaya-gaya luar maupun beban
yang diakibatkan dari konstruksi itu sendiri (Sosrodarsono, 1989). Pengecekan
stabilitas konstruksi pada tubuh bendungan merupakan usaha untuk dapat
mengetahui keamanan konstruksi. Gaya-gaya yang bekerja dikontrol terhadap
tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi. Tiga penyebab runtuhnya
bangunan gravitasi adalah gelincir, guling dan erosi bawah tanah (Soedibyo,
1993).

4.3.8 Gambar Konstruksi

Hasil perencanaan dan stabilitas konstuksi embung diwujudkan dalam bentuk


gambar yang detail dengan ukuran, bentuk dan skala yang ditentukan

4.3.9 RKS dan RAB

Sebelum pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan suatu bangunan konstruksi


sangat diperlukan RKS. Hal ini untuk membantu kelancaran proyek terutama

Laporan Pendahuluan
| IV - 5
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

syarat-syarat spesifikasi. Dalam RKS pada perencanaan embung terdiri atas


syarat-syarat umum, syarat-syarat teknis dan pengawasan kualitas bahan.

RAB disusun dengan tujuan untuk memperoleh nilai / harga satuan pekerjaan
berdasarkan harga upah dan bahan yang berlaku di lokasi pekerjaan, analisa
harga satuan dan kuantitas / volume.

4.3.10 Time schedule, Network Planning dan Man Power

Time Schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk
masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari pekerjaan awal sampai pekerjaan
akhir serta sebagai sarana koordinasi suatu jenis pekerjaan. Network Planning
merupakan gambar yang memperlihatkan susunan urutan pekerjaan dan logika
ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya beserta waktu
pelaksanaan. Man Power merupakan terkait dengan jumlah sumber daya
manusia yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan.

Laporan Pendahuluan
| IV - 6
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatana

Laporan Pendahuluan
| IV - 7
BAB V
RENCANA KERJA

5.1 RENCANA KERJA

Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari


konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah diberikan. Dalam rencana kerja ini akan
diuraikan urutan – urutan pekerjaan, konsep penanganan masalah, tanggung jawab
dan personil yang terlibat, pengerahan sarana maupun personil pendukung,
schedule pelaksanaan pekerjaan serta schedule personil. Untuk memudahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maka harus disusun Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan.
Bagan Alir ini berisikan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga
dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus berpatokkan pada Bagan
Alir Pelaksanaan Pekerjaan tersebut. Secara garis besar rencana kerja pelaksanaan
pekerjaan diuraikan sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan
|V-1
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

5.1.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang akan dilakukan konsultan pada tahap persiapan adalah:


a) Mobilisasi Personil.
b) Membuat Program Kerja.
c) Penetapan metoda Survey.
d) Membuat Jadwal Kerja.
e) Melakukan studi literatur.

5.1.2 Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan yang akan dilakukan konsultan pada tahap pengumpulan data adalah
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer.

1. Pengumpulan Data Sekunder


Data-data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari:

Gambaran Umum Wilayah


▪ Data Kondisi Fisik Wilayah Studi (Tipologi Kawasan) Kecamatan
Serang Kota Serang, Provinsi Banten.
▪ Data Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Serang.
▪ Data Prasarana dan Sarana.
▪ Data Kependudukan (Demografi).
▪ Data Infrastruktur.

2. Pengumpulan Data Primer


Data-data primer yang dikumpulkan terdiri dari:
▪ Tinjauan Kondisi Sarana Prasarana Drainase dan Irigasi di Lapangan.
▪ Perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Drainase dan Irigasi.
▪ Permasalahan - permasalahan di lapangan

Laporan Pendahuluan
|V-2
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

5.1.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara tabular maupun spatsial
dan disajikan dalam tabel dan/ ataugrafik dan peta-peta. Setelah diolah data-data
tersebut kemudian di analisis yang meliputi:
▪ Kajian dan analisis tipologi kawasan.
▪ Analisis aspek teknis Sarana Prasarana Drainase dan Irigasi
▪ Analisis aspek peraturan.
▪ Analisis aspek kelembagaan dan SDM.
▪ Analisis aspek keuangan.
▪ Analisis aspek peran serta masyarakat.

5.2 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam melaksanakan pekerjaan Feasibility Study (FS) Embung Kecamatan


Serang Kota Serang konsultan dalam mekanisme kerjanya akan memprioritaskan
efektivitas dan efisiensi. Hal ini agar tidak terjadi pemborosan materi, tenaga, dan
waktu yang disusun sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Manajemen proyek pada konsultan akan dipimpin oleh seorang Ketua Tim (Team
Leader) yang berfungsi dan menjamin bahwa ruang lingkup dalam kerangka acuan
kerja dapat dilaksanakan dengan baik. Ketua Tim akan dibantu oleh tenaga-tenaga
ahli yang profesional dalam bidangnya terutama untuk proyek yang berkaitan
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tenaga-tenaga pendukung. Tenaga-
tenaga ahli yang akan membantu Ketua Tim/Team Leader (Ahli Teknik Sipil)
adalah 1 orang Ahli Bidang Ekonomi.

Tenaga pendukung yang akan ditugaskan dalam pekerjaan ini adalah:


a) Surveyor
b) Operator Komputer

Laporan Pendahuluan
|V-3
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

PEMERINTAH KOTA SERANG


DINAS DINAS PEKERJAAN
UMUM DAN PENATAAN RUANG
(Bidang Sumber Daya Air)

KONSULTAN PELAKSANA TIM TEKNIS

1. KETUA TIM
2. AHLI BIDANG
EKONOMI

TENAGA PENDUKUNG
1. Surveyor
2. Operator Komputer

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan

5.3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara tertib, terjadwal, dan berurutan,
maka disusun rencana jadwal pelaksanaan kegiatan seperti pada Tabel 5.1.

Pada rencana jadwal pelaksanaan tersebut akan diatur urutan kegiatan sesuai
dengan jadwal waktu pelaksanaan dan dilengkapi dengan penugasan masing-
masing tenaga ahli.

Laporan Pendahuluan
|V-4
Feasibility Study (FS) pembangunan Embung Kecamatan Serang

Tabel. 5.1 Jadwal Kegiatan Feasibility Study (FS) pembangunan Embung


Kecamatan Serang Kota Serang

BULAN
NO URAIAN PEKERJAAN I II
1 2 3 4 1 2 3 4 KET
I TAHAP PERSIAPAN
1 Administrasi dan Manajerial
2 Mobilisasi Personil dan Peralatan
3 Inventarisari Kebutuhan Data
4 Penyusunan Rencana Kerja
II TAHAP PENGUMPULAN DATA
1 Pengumpulan Data Sekunder & Studi Literatur
2 Survey Lapangan dan Pengumpulan Data Primer
III PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
1 Analisis hidrologi
2 Analisis Perencanaan konstruksi embung
3 Analisis Stabilitas konstruksi embung
IV TAHAP PERENCANAAN
1 Gambar Konstruksi
2 RKS Dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3 Time Schedule, Network Planning dan man power
V PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir

Laporan Pendahuluan
|V-5

Anda mungkin juga menyukai