Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Laporan
Akhir Rencana Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto tahun 2022 ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dokumen ini merupakan dokumen akhir yang memuat
substansi dalam penyusunan rencana penanggulangan bencana sesuai dengan pedoman
umum. Laporan ini secara garis besar berisi pendahuluan, tinjauan kebijakan dan pustaka,
profil wilayah perencanaan, analisis risiko bencana dan dampak bencana,
kebijakan,strategi,dan program penanggulangan bencana serta rencana aksi
penanggulangan bencana.
Tim penyusun pekerjaan menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karenanya, kami mohon kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan lebih lanjut pada laporan berikutnya.
Atas perhatian dan segala bentuk bantuan dari seluruh pihak yang yang telah
terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyusunan laporan serta
dukungan terhadap penyelesaian kegiatan pekerjaan ini kami ucapkan terimakasih.
Mojokerto, 2022
Tim Penyusun
i|L a p o r a n A k h i r
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii
ii | L a p o r a n A k h i r
2.2 TINJAUAN PUSTAKA II-13
2.2.1 DEFINISI DAN JENIS BENCANA II-13
2.2.2 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA II-13
2.2.3 PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA II-16
2.2.4 BAHAYA DAN KERENTANAN II-17
iii | L a p o r a n A k h i r
BAB V KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN
PENANGGULANGAN BENCANA V-1
5.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO V-1
5.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO V-4
iv | L a p o r a n A k h i r
DAFTAR TABEL
v|L a p o ra n A k h i r
Tabel 4. 3 Potensi Bahaya Kebakaran Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-3
Tabel 4. 4 Potensi Bahaya Kekeringan Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-4
Tabel 4. 5 Potensi Bahaya Kegagalan Teknologi Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-5
Tabel 4. 6 Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-6
Tabel 4. 7 Potensi Bahaya Epidemi Dan Wabah Penyakit Tiap Kelurahan
Di Kota Mojokerto IV-6
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Potensi Penduduk Terpapar Untuk Masing-masing
Jenis Bencana Di Kota Mojokerto IV-8
Tabel 4. 9 Rekapitulasi Potensi Kerugian Untuk Masing-masing Jenis Bencana
Di Kota Mojokerto IV-8
Tabel 4. 10 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Banjir Di Kota Mojokerto IV-9
Tabel 4. 11 Potensi Kerugian Bencana Banjir Di Kota Mojokerto IV-10
Tabel 4. 12 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto IV-10
Tabel 4. 13 Potensi Kerugian Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto IV-11
Tabel 4. 14 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto IV-12
Tabel 4. 15 Potensi Kerugian Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto IV-12
Tabel 4. 16 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kegagalan Teknologi
Di Kota Mojokerto IV-13
Tabel 4. 17 Potensi Kerugian Bencana Kegagalan Teknologi Di Kota Mojokerto IV-13
Tabel 4. 18 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto IV-14
Tabel 4. 19 Potensi Kerugian Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto IV-15
Tabel 4. 20 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit
Di Kota Mojokerto IV-15
Tabel 4. 21 Potensi Kerugian Bencana Epidemi Dan Wabah penyakit Di Kota Mojokerto IV-16
Tabel 4. 22 Hasil Kajian Ketahanan Daerah Kota Mojokerto IV-20
Tabel 4. 23 Hasil Kajian Kesiapsiagaan Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-21
Tabel 4. 24 Parameter Penilaian Kapasitas Daerah IV-22
Tabel 4. 25 Kajian Kapasitas Kota Mojokerto IV-22
Tabel 4. 26 Tingkat Bahaya Di Kota Mojokerto IV-30
Tabel 4. 27 Tingkat Kerugian Bencana Di Kota Mojokerto IV-31
Tabel 4. 28 Tingkat Kapasitas Bencana Di Kota Mojokerto IV-32
vi | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 29 Tingkat Risiko Bencana Kota Mojokerto IV-32
Tabel 4. 30 Matriks Analisis Bencana Prioritas Kota Mojokerto 2022 IV-36
Tabel 4. 31 Parameter Penilaian Analisis Kemungkinan Dampak Bencana IV-37
Tabel 4. 32 Penentuan Prioritas Bencana Berdasarkan Penilaian
Kemungkinan Dampak IV-38
Tabel 5. 1 Program Dan Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto V-4
Tabel 6. 1 Peran Dan Tanggung Jawab Instansi Penanggulangan Bencana VI-1
Tabel 6. 2 Alokasi Peran Dalam Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana
Kota Mojokerto VI-3
vii | L a p o r a n A k h i r
DAFTAR GAMBAR
viii | L a p o r a n A k h i r
Gambar 3. 8 risiko bahaya gempa bumi kota Mojokerto III-24
Gambar 3. 9 Kemampuan Lahan Terhadap Pembangunan
Perkotaan III-24
Gambar 4. 1 Peta Risiko Bencana Banjir Kota Mojokerto IV-24
Gambar 4. 2 Peta Risiko Bencana Kebakaran Kota Mojokerto IV-25
Gambar 4. 3 Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Mojokerto IV-26
Gambar 4. 4 Peta Risiko Bencana Kegagalan Teknologi
Kota Mojokerto IV-27
Gambar 4. 5 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim Kota Mojokerto IV-28
Gambar 4. 6 Peta Risiko Bencana Epidemi Dan Wabah
Penyakit Kota Mojokerto IV-29
ix | L a p o r a n A k h i r
BAB I
PENDAHULUAN
I-1 | L a p o r a n A k h i r
dan turunan tanah akibat beban pembangunan (land subsidence). Kompleksitas dari
permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang
matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan
terpadu. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Mojokerto perlu melakukan upaya- upaya
mitigasi atau penanggulangan bencana secara komprehensif dan terpadu untuk jangka
waktu lima tahun kedepan dengan mempertimbangkan pedoman dan peraturan
perundangan yang berlaku.
1.2.2 SASARAN
Adapun sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini mengacu pada pedoman
Rencana Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2008 yang
terdiri dari:
(1) mengidentifikasi dan mengkaji ancaman bencana di wilayah Kota Mojokerto
(2) mengidentifikasi bahaya dan kerentanan bencana di wilayah Kota Mojokerto
(3) menganalisis kemungkinan dampak bencana
(4) menentukan tindakan pengurangan resiko bencana
(5) menentukan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
(6) merumuskan program, alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia
I-2 | L a p o r a n A k h i r
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573).
(3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5608);
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
(6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelengaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
(7) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
(8) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kota
Mojokerto Tahun 2012).
(9) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Mojokerto 2019-2039
(10) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mojokerto
1.4 ISTILAH
Agar memudahkan pemahaman dalam perencanaan penanggulangan bencana
Kota Mojokerto ini digunakan beberapa istilah sebagai berikut:
1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan BNPB
adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD
adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di daerah.
3) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
I-3 | L a p o r a n A k h i r
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
4) Cek Lapangan (Ground Check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada
peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.
5) Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS adalah sistem untuk
pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan
data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
6) Indeks Kerugian Daerah adalah jumlah infrastruktur yang berada dalam wilayah
bencana.
7) Indeks Penduduk Terpapar adalah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah
diperkirakan terkena dampak bencana.
8) Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran
menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat
bahaya, tingkat kerentanan dan kapasitas daerah.
9) Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan
tindakan pengurangan tingkat bahaya dan tingkat kerentanan daerah akibat bencana.
10) Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana.
11) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
12) Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
13) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14) Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
15) Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh
lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non spasialnya.
16) Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan tingkat risiko bencana suatu
daerah secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
17) Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
I-4 | L a p o r a n A k h i r
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
18) Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan
penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi
salah satu dasar pembangunan daerah.
19) Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
20) Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu.
21) Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat
kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian
tertentu akibat bencana.
22) Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerentanan daerah dengan
kapasitas daerah untuk memperkecil tingkat kerentanan dan tingkat bahaya akibat
bencana.
I-5 | L a p o r a n A k h i r
(2) Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukakan pada tahap ini meliputi penyusunan metode pelaksanaan
pengumpulan data/informasi primer dan sekunder yang dituangkan dalam lembar
desain survey. Adapun jenis data /informasi yang dimaksud diantaranya adalah data
kondisi kependudukan, kondisi tata guna lahan, kondisi neraca air tanah, kondisi fisik
wilayah (topografi, klimatologi, hidrologi, geologi, jenis tanah), frekuensi kejadian
bencana, daerah genangan banjir, infrastruktur pengendali banjir, kelembagaan
penanggulangan bencana, jumlah korban bencana, infrastruktur penanggulangan
kebakaran perkotaan, dan data/informasi lainnya yang mendukung.
(3) Tahap Identifikasi Bahaya Dan Kerentanan
Tahap ini diuraikan unsur-unsur bahaya/ancaman risiko bencana berupa ancaman
bencana/bahaya (hazard), dan kerentanan (vulnerability) yang dihadapi oleh wilayah
tersebut. Adapun ancaman bahaya yang dapat terjadi disuatu wilayah perkotaan
diantaranya meliputi banjir, kebakaran perkotaan (Gedung dan permukiman), gempa
bumi, turunan tanah (land subsidence), epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan
teknologi. Sedangkan kerentanan yang merupakan keadaan atau sifat/perilaku
manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya
atau ancaman dapat berupa kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, kerentanan
sosial, dan kerentanan lingkungan.
(4) Tahap Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
Analisis kemungkinan dampak bencana merupakan Pertemuan dari faktor- faktor
ancaman bencana/bahaya dan kerentanan masyarakat, akan dapat memposisikan
masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya.
(5) Tahap Perumusan Upaya Penanggulangan Bencana
Kegiatan perumusan upaya penanggulangan bencana meliputi penentuan tindakan
penanggulangan bencana, mekanisme penanggulangan dampak bencana, dan
perumusan program, alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
(6) Tahap Pembahasan dan Penyerahan Hasil Kegiatan
Kegiatan pada tahap ini diantaranya adalah pembahasan hasil penyusunan rencana
penanggulangan bencana yang dilakukan minimal satu kali dan penyerahan hasil
kegiatan berupa dokumen hardcopy dan softcopy.
I-6 | L a p o r a n A k h i r
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan untuk laporan akhir dalam kegiatan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto tahun 2022 meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang
lingkup yang terbagi atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan, dan
dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan kajian.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan kebijakan dan pustaka yang nantinya
digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan analisis dan perencanaan
penanggulangan bencana.
BAB III PROFIL WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini menguraikan kondisi eksisting wilayah perencanaan yakni Kota Mojokerto
secara makro dan secara rinci menjabarkan kondisi kebencanaan yang mungkin
terjadi di Kota Mojokerto.
BAB IV PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
Bab ini menguraikan analisis indeks pengkajian risiko bencana, peta risiko
bencana, dan kajian risiko bencana yang secara keseluruhan disesuaikan dengan
kondisi wilayah Kota Mojokerto.
BAB V KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA
Bab ini merupakan bagian utama dan paling penting dalam perencanaan
penanggulangan bencana. Pada bab ini berisikan uraian kebijakan, strategi dan
indikasi program yang nantinya akan menjadi fokus prioritas rencana aksi
penanggulangan bencana.
BAB VI ALOKASI DAN PERAN PELAKU DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN
BENCANA
Bab ini merupakan bagian Rencana Aksi berdasarkan kegiatan yang dituliskan
pada bab sebelumnya dan prioritas kegiatan. Rencana aksi merupakan kegiatan
yang telah disaring untuk dilaksanakan karena sangat penting dan mendesak
untuk dilakukan dan dapat dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan
kebencanaan.
I-7 | L a p o r a n A k h i r
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA
II-1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Ponorogo,
Probolinggo, Situbondo, Trenggalek, Tuban, Tulungagung, dan Kota Batu. Adapun
arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor adalah sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian lokasi rawan longsor
b. pengarahan pembangunan pada tanah yang stabil;
c. pemanfaatan wilayah rentan longsor tinggi sebagai ruang terbuka hijau;
d. pengendalian daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan
fasilitas utama lainnya; dan
e. penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak
tanamnya tepat.
f. Perbaikan drainase tanah
g. pembangunan berbagai pekerjaan struktur;
h. pembangunan terasering dengan sistem drainase yang tepat;
i. pembuatan tanggul penahan, khusus untuk runtuhan batu; dan
j. peningkatan dan pemeliharaan drainase, baik air permukaan maupun air tanah.
II-2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
e. penyuluhan kepada masyarakat mengenai mitigasi dan respon terhadap kejadian
bencana banjir; dan
f. peningkatan koordinasi antarpemangku kepentingan.
g. pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai serta tembok
laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami;
h. pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat
membantu mengurangi terjadinya bencana banjir; dan
i. pengerukan sungai dan pembuatan sudetan sungai, baik saluran terbuka maupun
tertutup atau terowongan.
II-3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
5) Kawasan rawan bencana angin kencang
Kawasan rawan bencana angin kencang dan putting beliung di Provinsi Jawa Timur
tersebar diseluruh wilayah kabupaten/kota dengan arahan pengelolaan kawasan
rawan bencana angin kencang sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman tahunan tegakan tinggi yang rapat di sekitar
permukiman;
b. penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin; dan
c. pengembangan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya angin.
II-4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 2. 1 Rencana Jaringan Evakuasi dan Ruang Bencana Dalam RTRW Kota Mojokerto
2012-2032
No Ruang evakuasi Jalur evakuasi
1 Alun-alun kota ruas Jalan Brawijaya-Jalan Prapanca;
ruas Jalan Mayor Jendral Sungkono-Jalan
Hayam Wuruk;
ruas Jalan Letnan Kolonel Sumarjo- Jendral
Ahmad Yani; dan
ruas Jalan Mojopahit.
2 Stadion ahmad yani ruas Jalan Gajah Mada- Jalan Trunojoyo-Jalan
Joko Tole, Jalan Ronggolawe;
ruas Jalan Semeru-Jalan Ijen;
ruas Jalan Murbei-Jalan Pepaya-Jalan Lawu
raya; dan
ruas Jalan Mayor Jendral Sungkono-Jalan
Bancang-Jalan Raya Ijen.
3 Lahan rencana GOR ruas Jalan KH. Usman- Jalan Suromulang
Prajuritkulon/ sport centre Timur-Jalan Prajuritkulon;
ruas Jalan Raya Kemasan-Jalan Trenggilis
Raya-Jalan Raya Cinde; dan
ruas Jalan Tribuana Tungga Dewi-Jalan
Prajuritkulon.
4 Lapangan parkir kantor walikota ruas Jalan Pahlawan-Jalan Gajah Mada;
ruas Jalan Bhayangkara-Jalan Benteng
Pancasila- Jalan Gajah Mada;
ruas Jalan Empu Nala-Jalan Residen Pamuji-
Jalan Gajah Mada; dan
ruas Jalan K.H. Dahlan-Jalan HOS.
Cokroaminoto-Jalan Gajah Mada.
5 Lapangan parkir RS. Gatoel ruas Jalan Pahlawan-Jalan Raden Wijaya;
ruas Jalan Mojopahit-Jalan Mojopahit selatan-
Jalan Raya Pekayon-Jalan Raden Wijaya
Ruas jalan jawa-jalan raden wijaya
6 Lapangan parkir kantor Dishub ruas Jalan Meri-Jalan Jampirogo-Mlirip (By
kota Pass);
ruas Jalan Kertanegara-Jalan Jampirogo-
Mlirip (By Pass);
ruas Jalan Kuwung-Jalan Keboan-Jalan
Jampirogo-Mlirip (By Pass);
ruas Jalan Tropodo-Jalan Jampirogo-Mlirip (By
Pass);
ruas Jalan Gunung Gedangan Barat-Jalan
Jampirogo-Mlirip (By Pass); dan
ruas Jalan Empu Nala, dan Jalan Sekar Putih-
Jalan Jampirogo-Mlirip (By Pass).
Sumber : Perda Kota Mojokerto Nomor 4 tahun 2012 tentang RTRW Kota Mojokerto 2012-
2032
II-5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2.1.4 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI KOTA MOJOKERTO
Selain diatur dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mojokerto tahun 2012-2032,
kebencanaan juga diatur dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 tahun 2019
tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Mojokerto
tahun 2019-2039. Perwujudan kebijakan terkait kebencanaan dalam RDTR dan PZ Kota
Mojokerto 2019-2039 diatur dalam rencana pola ruang, rencana struktur ruang, arahan
pengembangan, dan indikasi program. Rencana Pola Ruang dalam RDTR dan PZ Kota
Mojokerto 2019-2039 menetapkan zona rawan bencana menjadi dua yakni sub zona
rawan bencana banjir dan sub zona rawan kebakaran.
1) Sub zona rawan bencana banjir
Sub zona rawan bencana banjir di Kota Mojokerto memiliki luas kurang lebih 100,34
hektar yang tersebar diseluruh wilayah BWP A, BWP B dan BWP C. Adapun arahan
penanganan pada sub zona ini adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan jalur evakuasi banjir
b. penyediaan ruang evakuasi banjir
c. pengembangan sistem peringatan dini di kawasan rawan banjir
d. penyediaan infrastruktur
e. pembangunan bangunan penahan tanah
2) Sub zona rawan kabakaran
Sub zona rawan kebakaran di Kota Mojokerto memiliki luas kurang lebih 724,71
hektar yang tersebar di Bagian Wilayah Perkotan (BWP) A seluas 147,65 hektar,
Bagian Wilayah Perkotan (BWP) B seluas 284,78 hektar, dan Bagian Wilayah
Perkotan (BWP) C seluas 295,58 hektar. Adapun arahan penanganan pada sub zona
ini adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan jalur evakuasi banjir
b. penyediaan ruang evakuasi banjir
c. pengembangan sistem peringatan dini di kawasan rawan kebakaran
d. penyediaan infrastruktur
e. pembangunan bangunan penahan tanah
Sedangkan perwujudan penanganan kebencanaan dalam rencana struktur ruang
adalah berupa pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana meliputi:
a. Alun-alun Kota Mojokerto yang terletak pada Sub BWP A2 seluas kurang lebih 1,71
hektar
b. stadion Ahmad Yani di Sub BWP C2 seluas kurang lebih 0,20 hektar
II-6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
c. lapangan parkir Kantor Walikota di Sub BWP A3 seluas kurang lebih 0,21 hektar
d. lapangan parkir Rumah Sakit Gatoel di Sub BWP A7 seluas kurang lebih 0,19 hektar
e. lahan rencana GOR Prajuritkulon/sport centre di Sub BWP B4 seluas kurang lebih
9,80 hektar
f. lapangan parkir Dishub Kota Mojokerto di Sub BWP C4 seluas kurang lebih 0,51
hektar
Untuk pemahaman lebih lanjut terkait rencana zona rawan bencana dan
pengembangan jalur serta ruang evakuasi bencana dapat dilihat pada gambar peta
berikut.
II-7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 2 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP B
II-8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 4 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana Banjir BWP A
II-9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 6 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana Banjir BWP C
II-10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 8 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi Bencana BWP B
II-11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2.1.5 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA MOJOKERTO
Kebijakan terkait kebencanaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Mojokerto tahun 2018-2023 tertuang dalam strategi pada misi 2
dan misi 4 pembangunan. Dimana misi 2 adalah mewujudkan ketertiban, supremasi
hukum, dan HAM dengan strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peraturan hukum melalui penegakan
peraturan daerah dan pencegahan pelanggaran peraturan daerah
2. Meningkatkan pengendalian keamanan dan kenyamanan lingkungan serta kesadaran
masyarakat terhadap potensi bencana
Sedangkan misi 4 adalah mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya
saing, berkeadilan, dan berbasis pada ekonomi kerakyatan melalui peningkatan fasilitas
pembangunan infrastruktur daerah dengan sasaran meningkatnya kualitas lingkungan
hidup yang akan dicapai melalui strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan
2. Meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya
saing
3. Menurunkan beban pencemaran lingkungan dan risiko bencana
Dalam program pembangunan daerah terdapat 6 agenda prioritas pembangunan
yang memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian visi dan misi kepala daerah meliputi:
1. Pengendali banjir
2. Pembangunan infrastruktur
3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
4. Pengembangan pariwisata dan kebudayaan lokal
5. Pembangunan sumber daya manusia
6. Reformasi birokrasi
Selain program prioritas pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kota
Mojokerto Tahun 2018-2023, Adapun beberapa program pembangunan daerah terkait
penanggulangan kebencanaan di tahun 2019-2023 diantaranya sebagai berikut:
1. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam dengan capaian
kinerja pada tahun 2019 sebesar 100%
2. Program pembinaan dan pengendalian bencana dan perlindungan masyarakat
dengan capaian kinerja pada tahun 2020 sebesar 100%
3. Program penanggulangan bencana dengan capaian kinerja pada tahun 2021 sebesar
100%
II-12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
4. Program penanganan bencana dengan capaian kinerja pada tahun 2021 sebesar
100%
II-13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
1. Pra bencana yang meliputi:
• situasi tidak terjadi bencana
• situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Siklus penanggulangan bencana yang meliputi 3 tahapan tersebut pada dasarnya
merupakan bagian dari manajemen bencana. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007,
manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan dengan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap
darurat dan pasca bencana. Gambar dan penjelasan dapat dilihat di bawah ini.
1. Tahap Pra Bencana
a) Pencegahan (prevention). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya Melarang
pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di
daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.
b) Mitigasi Bencana (Mitigation). Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui: a) pelaksanaan penataan ruang, b)
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan c)
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
c) Kesiapsiagaan (Preparedness). Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
d) Peringatan Dini (Early Warning). Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus
menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak
membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
II-14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2. Tahap Saat Terjadi Bencana
a) Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat
antara lain: a) pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya; b) penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan
dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar;
e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan segera
prasarana dan sarana vital.
b) Bantuan Darurat (relief). Merupakan upaya untuk memberikan bantuan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang,
Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
3. Tahap Pasca Bencana
a) Pemulihan (recovery). Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation). Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction). Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan
usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan
maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi
non fisik.
II-15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 10 Siklus Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Sumber : Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008
II-16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 11 Proses Rencana Penanggulangan Bencana
Sumber : Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008
II-17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
bencana, atau yang menghambat kemampuan masyarakat untuk melakukan tindakan
terhadap bencana.
II-18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
BAB III
PROFIL WILAYAH PERENCANAAN
Luas Jumlah
No Kecamatan/ Kelurahan Wilayah RT
Kelurahan RW
(Ha)
1 Prajurit Kulon 728 6 48 188
1. Mentikan 47 9 32
2. Kauman 24 3 16
3. Surodinawan 141 10 43
4. Prajuritkulon 126 10 30
5. Blooto 189 8 32
6. Pulorejo 201 8 35
2 Magersari 827 6 77 290
1. Gunung Gedangan 193 9 30
2. Kedundung 267 16 67
3. Balongsari 108 14 46
4. Gedongan 21 4 14
5. Magersari 61 10 35
6. Wates 177 24 98
3 Kranggan 463 6 50 188
1. Kranggan 161 14 57
2. Meri 178 11 41
3. Jagalan 25 3 9
4. Miji 58 11 49
5. Sentanan 17 6 14
6. Purwotengah 24 5 18
TOTAL 2021 18 175 666
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021
III-1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Batas administrasi Kota Mojokerto berbatasan dengan Kecamatan pada
Kabupaten Mojokerto, serta sungai Brantas. Berikut adalah batas administrasi Kota
Mojokerto:
Batas Utara : Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gedeg
Batas Selatan : Kecamatan Sooko
Batas Barat : Kecamatan Sooko
Batas Timur : Kecamatan Puri
Untuk pemahaman lebih lanjut terkait batas administrasi wilayah Kota Mojokerto dapat
dilihat pada gambar 3.1.
III-2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
I. Topografi
Kondisi topografi di wilayah Kota Mojokerto berada pada ketinggian antara 18,75 –
22 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah berada pada rata-rata
ketinggian 22 meter di atas permukaan laut.
III-3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Kota Mojokerto
Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039
III-4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No Kecamatan 0-20 % Jumlah (Ha)
6. Pulorejo 183,49 183,49
2 Magersari
1. Gunung Gedangan 187,45 187,45
2. Kedundung 258,42 258,42
3. Balongsari 97,60 97,60
4. Gedongan 22,16 22,16
5. Magersari 69,10 69,10
6. Wates 173,52 173,52
3 Kranggan
1. Kranggan 128,90 128,90
2. Meri 191,56 191,56
3. Jagalan 25,65 25,65
4. Miji 82,68 82,68
5. Sentanan 18,81 18,81
6. Purwotengah 24,52 24,52
TOTAL 2021,36 2021,36
Sumber : Kota Mojokerto dalam Angka, 2021
III. Geologi
Lapisan batuan yang terdapat di Kota Mojokerto sebagian besar merupakan seri
batuan aluvium, pleistosenfasies sedimen dan alluvium fasies gunung api. Jenis
aluvium mendominasi disebagian besar wilayah di Kota Mojokerto, Pleistosen fasies
sedimen terdapat di Kelurahan Gunung Gedangan dan Kedundung, alluvium fasies
gunung api meliputi Kelurahan Surodinawan, Miji, Prajuritkulon, Blooto, Mentikan,
Kauman, Pulorejo, Jagalan, Sentanan, Purwotengah dan Magersari. Adapun luasan
dan gambaran Kota Mojokerto berdasarkan jenis geologinya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Jenis Geologi
Plistosen, Fasies Alluvium
No Kecamatan Alluvium Total
Sedimen Fasies
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1 Prajurit Kulon 294,85 - 328,51 623,36
1. Surodinawan - - 145,88 145,88
2. Prajurit Kulon 11,53 - 108,00 119,53
3. Blooto 123,86 - 54,21 178,07
4. Mentikan 5,67 - 13,23 18,90
5. Kauman 11,44 - 7,19 18,63
6. Pulorejo 142,35 - - 142,35
2 Magersari 431,31 223,40 6,85 661,56
III-5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jenis Geologi
Plistosen, Fasies Alluvium
No Kecamatan Alluvium Total
Sedimen Fasies
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1. Gunung - 170,45
104,62 65,83
Gedangan
2. Kedundung 71,01 157,57 - 228,58
3. Balongsari 82,86 - - 82,86
4. Gedongan 14,55 - 0,13 14,68
5. Magersari 26,17 - 6,72 32,89
6. Wates 132,10 - - 132,10
3 Kranggan 254,20 - 107,42 361,62
1. Kranggan 51,36 - 61,95 113,31
2. Meri 164,84 - - 164,84
3. Jagalan 13,44 - 3,11 16,55
4. Miji 17,74 - 21,86 39,60
5. Sentanan - - 13,85 13,85
6. Purwotengah 6,82 - 6,65 13,47
TOTAL 980,36 223,40 442,78 1.646,54
Sumber: RPJMD Kota Mojokerto, 2018
III-6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jenis tanah di wilayah Kota Mojokerto terdiri dari jenis alluvial dan jenis grumosol .
Jenis tanah ini cukup baik untuk usaha pertanian, karena tanah tersebut terdiri dari
endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna hitam kelabu dengan
daya penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral yang cukup baik
bagi tumbuh-tumbuhan. Jenis tanah di Kota Mojokerto dikelompokkan dalam
beberapa jenis tanah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Alluvial
a. Bahan induk: alluvial dari aneka macam asal
b. Sifat dan corak:
• Warna: kelabu
• Tekstur: liat
• Keasaman: aneka
• Zat organik: kadar lemah D
• Kejenuhan: sedang hingga tinggi
• Permeabilitas: rendah
• Kepekaan erosi: tinggi, tetapi karena daerahnya datar tidak sampai lanjut
tingkatnya
• Pemakaian: padi sawah, palawija, dan perikanan
2. Grumosol
a. Bahan induk: merjel, liat, tuf vulkan
b. Sifat dan corak:
• Warna: kelabu hingga hitam
• Tekstur: liat, makin ke bawah makin meningkat
• Keasaman: sedikit asam hingga alkalin
• Zat organik: kadar rendah
• Kejenuhan: basa tinggi
• Permeabilitas: rendah
• Kepekaan erosi: besar
• Pemakaian: padi sawah, jagung, kedelai, tebu, kapas, dan hutan jati
Jenis tanah Asoosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kekuningan terdapat di
Kelurahan Mentikan, Kauman, Pulorejo, dan seluruh wilayah di Kecamatan
Magersari. Sedangkan jenis tanah Grumosol cukup mendominasi jenis tanah di Kota
Mojokerto, terdapat di Kelurahan Meri, Gunung Gedangan, Kedundung, Balongsari,
Jagalan, Santanan, dan seluruh wilayah di Kecamatan Prajurit Kulon. Data dan
III-7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
gambaran jenis tanah selengkapnya di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel
berikut.
V. Klimatologi
A. Curah Hujan
Keadaan cuaca merupakan keadaan udara dalam wilayah tertentu dan
terjadi dalam jangka waktu terbatas. Cuaca di suatu daerah akan berbeda
dengan daerah lainnya. Keberadaan informasi cuaca akan dapat membantu
III-8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
manusia dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan berbagai
kegiatan seperti bertani, menanam padi, dan sebagainya.
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas
permukaan horizontal. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan.
Penghitungan curah hujan secara aktif dilakukan oleh radar cuaca, dan dilakukan
secara pasif oleh satelit cuaca. Stasiun pengukuran cuaca dan curah hujan Kota
Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang.
Adapun jumlah curah hujan rata- rata di Kota Mojokerto pada delapan
tahun terakhir dapat disajikan pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3. 6 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2014-
2020 (mm)
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Bulan
Januari 499 212 163 340 258,70 538,20 238,80 373,5
Februari 738 85 86 166 247,10 448,70 848,70 486,4
Maret 372 255 212 423 455,10 288,60 632,80 299,7
April 445 400 331 389 273,00 229,30 123,60 123,8
Mei 113 96 70 323 104,70 145,30 207,00 82,7
Juni 34 33 73 192 201,80 - 104,40 206,3
Juli 20 - - 265 47,80 4,20 59,00 17,0
Agustus 57 - - - - - 33,80 36,9
September 122 - - - - - 61,00 107,0
Oktober 90 - - 6 - - 273,00 132,8
November 129 176 368 174 72,40 - 229,60 367,1
Desember 239 184 724 504 319,60 203,10 303,60 214,6
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka, 2022
B. Angin
Angin adalah aliran udara dalam jumlah besar yang disebabkan karena
adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin memiliki sifat bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi menuju tempat bertekanan udara rendah.
Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan
massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Pengukuran tekanan udara
dilakukan dengan menggunakan barometer. Satuan untuk menyatakan tekanan
udara adalah milibar (mbar). Stasiun pengukuran kecepatan angin dan tekanan
udara Kota Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang.
III-9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 7 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kota Mojokerto Tahun 2021
C. Temperatur
Temperatur yang disebut juga sebagai suhu merupakan ukuran panas-
dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya suatu benda berkaitan dengan
energi termis yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi
termisnya, makin besar temperaturnya. Alat yang digunakan untuk mengukur
temperatur disebut termometer. Satuan yang digunakan dalam pengukuran suhu
di Kota Mojokerto berupa derajat celcius (◦C). Stasiun pengukuran suhu Kota
Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang. Adapun hasil
pengukuran suhu dan kelembaban Kota Mojokerto sepanjang tahun 2020.
Tabel 3. 8 Temperatur dan Kelembaban menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2020
Kelembaban
Temperatur
Relative
(◦C)
Bulan Humidity (%)
Max Rata- Max
Min Rata-rata Min
rata
Januari 21,0 24,3 29,4 54 82 96
Februari 20,8 23,9 29,3 53 84 96
Maret 20,3 24,3 29,6 51 82 96
April 20,8 24,6 29,8 52 79 95
Mei 20,6 24,5 29,3 50 79 96
Juni 18,8 23,4 28,7 46 74 92
Juli 18,3 22,8 27,9 38 75 91
Agustus 18,4 23,1 28,8 24 72 95
September 19,3 24,1 29,8 27 72 94
Oktober 20,3 24,6 29,6 25 75 96
III-10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Kelembaban
Temperatur
Relative
(◦C)
Bulan Humidity (%)
Max Rata- Max
Min Rata-rata Min
rata
Nopember 21,0 25,0 29,8 30 77 97
Desember 20,9 23,7 27,8 56 84 96
Sumber: Kota Mojokerto dalam Angka, 2021
VI. Hidrologi
Kondisi hidrologi pada wilayah Kota Mojokerto sangat dipengaruhi oleh sungai-sungai
yang melintasi Kota Mojokerto dan kedalaman air tanahnya. Kota Mojokerto masuk
dalam Sub DAS Brantas Hilir yang meliputi wilayah sebagian Kelurahan Gunung
Gedangan, sebagian Kelurahan Meri, sebagian Kelurahan Miji, Kelurahan
Balongsari, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Sentanan, Kelurahan Purwotengah,
sebagian Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Gedongan, Kelurahan
Magersari, Kelurahan Wates dan Kelurahan Kedundung. Selain termasuk dalam Sub
DAS Brantas Hilir, Kota Mojokerto juga dilalui beberapa anak sungai Brantas
diantaranya dapat dijabarkan pada gambar peta dan tabel berikut.
Karakter
No Nama Sungai Panjang (M) Luas (M²)
Sungai
1 Sungai Brantas 4855,53 606941,25 bertanggul
2 Sungai Brangkal 1915,97 67058,95 bertanggul
3 Sungai Sadar 3541,65 49583,1 bertanggul
4 Sungai Cemporat 783,90 7839 bertanggul
5 Sungai Ngrayung 3818,76 17779,72 bertanggul
6 Sungai Watudakon 1567,97 31359,4 bertanggul
7 Sungai Ngotok/Pulo 2364,78 130062,9 bertanggul
Sumber : RPJMD Kota Mojokerto Dan Hasil Perhitungan GIS, 2018
III-11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Mojokerto
Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039
III-12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No. Jenis Penggunaan Lahan Total (Ha)
6. Pertahanan dan Keamanan 14,57
7. Pertanian 622,80
8. Pertanian Lahan Kering 27,85
9. Perumahan Kepadatan Rendah 47,34
10. Perumahan Kepadatan Sedang 219,82
11. Perumahan Kepadatan Tinggi 346,70
12. Peruntukkan Khusus 4,76
13. Ruang Terbuka Hijau 22,94
14. Sarana Industri 66,65
15. Sarana Pelayanan Umum 80,96
16. Sarana Perdagangan dan Jasa 85,31
17. Sarana Perkantoran 26,73
18. Sempadan Rel 12,10
19. Sempadan Sungai 49,23
20. Sungai 57,61
21. Jalan 140,54
22. Instalasi Lainnya 0,44
Jumlah 2021,36
Sumber : Hasil Perhitungan GIS, 2020
III-13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
3.1.4 KEPENDUDUKAN
Aspek kependudukan dalam suatu perencanaan penanggulangan bencana
merupakan aspek penting dalam rangka menentukan jumlah penduduk terpapar bahaya
dan kerentanan, sehingga dimasa akan datang penduduk terpapar tersebut memperoleh
penanganan yang tepat. Aspek kependudukan yang dapat dibahas dalam kajian ini
diantaranya adalah jumlah dan kepadatan penduduk, serta pertumbuhan penduduk.
I. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
Kota Mojokerto merupakan bagian wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur yang
memiliki luas wilayah terkecil namun memiliki jumlah dan kepadatan penduduk
cukup tinggi yang terkonsentrasi pada wilayah bagian tengah dan timur kota. Jumlah
penduduk di Kota Mojokerto tiap tahunnya mengalami perubahan. Pada tahun 2021,
jumlah penduduk di Kota Mojokerto adalah 140544 jiwa. Jumlah penduduk
terbanyak berada di wilayah Kecamatan Magersari sebesar 60126 jiwa, diikuti
dengan Kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 42563 jiwa, dan jumlah penduduk
terkecil berada di wilayah Kecamatan Kranggan sebesar 37855 jiwa. Untuk
penjabaran lebih rinci jumlah dan kepadatan penduduk di Kota Mojokerto Tahun
2021 dapat dilihat pada tabel berikut.
III-14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jumlah Luas Wilayah
No Kecamatan
Penduduk (Ha)
6. Purwotengah 1571 24
TOTAL 140544 2.021
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2022
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Kecamatan Penduduk Penduduk
(Ha)
(jiwa) (jiwa/ Ha)
Prajurit Kulon 42563 728 58
Magersari 60126 827 73
Kranggan 37855 463 82
Kota Mojokerto 140.075 2021 6.552
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka Tahun 2021
III-15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No Kecamatan/ Jumlah Penduduk (Jiwa)
kelurahan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Prajurit Kulon 39,490 39,746 40,846 41,286 42,032 42,384
1. Surodinawan 7,473 7,826 8,166 8,405 8,651 8,969
2. Prajurit Kulon 7,780 7,681 8,008 8,153 8,334 8,212
3. Blooto 5,957 6,206 6,135 6,183 6,306 6,908
4. Mentikan 7,574 7,046 7,565 7,514 7,555 6,798
5. Kauman 3,270 3,175 3,291 3,282 3,286 3,173
6. Pulorejo 7,436 7,812 7,681 7,749 7,900 8,324
Magersari 58,393 60,284 59,487 60,058 60,429 61,317
1. Gunung Gedangan 6,858 7,181 7,127 7,293 7,350 7,583
2. Kedundung 14,807 15,513 15,381 15,618 15,809 16,330
3. Balongsari 7,875 8,256 7,900 7,925 7,976 8,187
4. Gedongan 2,418 2,495 2,361 2,310 2,268 2,356
5. Magersari 5,911 6,099 5,975 6,042 6,001 5,829
6. Wates 20,524 20,740 20,743 20,870 21,025 21,032
Kranggan 38,490 39,647 39,295 38,817 40,164 39,676
1. Kranggan 13,385 14,046 13,711 13,104 14,345 14,169
2. Meri 8,253 8,474 8,575 8,688 8,959 9,091
3. Jagalan 3,323 3,226 3,345 3,258 3,184 3,115
4. Miji 9,269 9,605 9,425 9,290 9,487 9,330
5. Sentanan 2,504 2,467 2,512 2,456 2,426 2,318
6. Purwotengah 1,756 1,829 1,727 2,021 1,763 1,653
136,37 139,67 139,62 140,16 142,61 143,37
Kota Mojokerto
3 7 8 1 1 7
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2020
Tahun
Kecamatan 2013- 2014- 2015- 2016- 2017-
Rata-rata
2014 2015 2016 2017 2018
Prajurit Kulon 0.65 2.77 1.08 1.81 0.01 1.26
Magersari 3.24 -1.32 0.96 0.62 1.47 0.99
Kranggan 3.01 -0.89 -1.22 3.47 -1.22 1.09
Rata- rata 2,30 0,19 0,27 1,97 0,74 1,12
Sumber : Hasil Analisis, 2019
III-16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
perdagangan dan industry pengolahan. Kedua sektor tersebut memiliki peranan besar
terhadap perekonomian di Kota Mojokerto sehingga menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi yang dapat ditingkatkan produktivitasnya. Sedangkan dalam hal pertumbuhan
ekonomi Kota Mojokerto pada tahun 2019 sampai tahun 2021 masing- masing adalah
sebesar 5,65%, 3,69%, dan 3,65%.
Selain dilihat dari angka PDRB atas dasar harga konstan, kondisi ekonomi wilayah
Kota Mojokerto juga dapat dilihat dari pendapatan asli daerah yang mengalami
pertumbuhan cukup signifikan dari tahun 2014-2018. Komponen pendapatan asli daerah
Kota Mojokerto terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk penjabaran lebih rinci
terkait kondisi pendapatan asli daerah Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
III-17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Fasilitas Pendidikan (Unit)
No Kecamatan/Kelurahan
TK SD/MI SLTP/MI SMU/SMK/MI
1. Kel. Mentikan 1 4 1 -
2. Kel. Kauman 2 3 - -
3. Pulorejo 3 3 1 1
Jumlah A 16 18 5 5
B. Kec.Magersari
1. Wates 8 7 1 1
2. Gunung Gedangan 4 2 - 1
3. Kedundung 7 4 1 -
4. Kel. Balongsari 4 7 1 2
5. Kel. Gedongan 1 4 - 1
6. Kel. Magersari 2 2 1 2
Jumlah B 26 26 4 7
C Kec. Kranggan
1. Kel. Kranggan 7 6 3 3
2. Kel. Meri 3 3 2 -
3. Kel. Jagalan 3 1 1 -
4. Kel. Miji 6 5 - 2
5. Kel. Sentanan 1 1 2 1
6. Kel. Purwotengah 4 5 3 2
Jumlah C 24 21 11 8
Jumlah Kota 66 65 20 20
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021
III-18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 17 Jumlah sarana kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2021
III-19 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 18 Sarana perekonomian di Kota Mojokerto tahun 2020
Jumlah Unit
No Lokasi Pasar
Los Kios Ruko
1 Pasar Tanjung Anyar 636 306 17
2 Pasar Kliwon 24 19 -
3 Pasar Kranggan 21 21 -
4 Pasar Prapanca 235 - -
5 Pasara Prajurit Kulon 85 22 -
Pasar Burung
6 40 54 12
Empunala
Jumlah 1041 422 29
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021
Berdasarkan diketahui Kota Mojokerto memiliki 6 pasar yaitu Pasar Tanjung Anyar,
Kliwon, Kranggan, Prapanca, Prajurit Kulon, Pasar Burung Empunala. Dari keenam pasar
tersebut Pasar Burung Empunala dan Pasar Tanjuung Anyar memiliki 3 fasilitas lengkap
yakni Los, Kios dan Ruko.
III-20 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 19 Sejarah Kejadian Bencana Kota Mojokerto
III-21 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
dataran tinggi Wonosalam yang selanjutnya mengalir ke Kali Brangkal. Akibat kondisi
tersebut, Kali Brangkal yang sudah bertanggul tidak mampu menampung sehingga
menyebabkan banjir di sekitar wilayah Kota Mojokerto terutama di bagian barat.
Sedangkan Kali Sadar menyebabkan banjir di wilayah Mojokerto bagian timur. Pada
saat banjir, rata-rata luas genangannya adalah sebesar 174,07 Ha, setinggi rata-rata
0,5 m dan lama genangan rata-rata 12 jam – 24 jam. Selain ancaman bahaya banjir
bandang kiriman dari hulu, banjir yang terjadi di Kota Mojokerto juga dipengaruhi
oleh kondisi jaringan drainase yang memiliki kondisi kurang optimal sehingga
menimbulkan beberapa genangan air di permukiman penduduk dan jalan- jalan
utama. Adapun kondisi kejadian bencana banjir yang terjadi di Kota Mojokerto dapat
dijabarkan pada tabel dan peta berikut.
Tinggi Luasan
Lama
No Kelurahan Karakteristik Banjir Genangan Genangan
Genangan
(Cm) (Ha)
1 Balongsari Banjir <30 2,2 <24 jam
III-22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tinggi Luasan
Lama
No Kelurahan Karakteristik Banjir Genangan Genangan
Genangan
(Cm) (Ha)
2 Blooto Banjir Dan Banjir
30-50 6,74 >24 jam
Bandang
3 Gedongan Banjir <30 12,7 <24 jam
4 Gunung Banjir
<30 88,75 <24 jam
Gedangan
5 Jagalan Banjir <30 3,73 <24 jam
6 Kauman Banjir Bandang 30-50 18,24 >24 jam
7 Kranggan Banjir Dan Banjir
30-50 15,31 >24 jam
Bandang
8 Magersari Banjir Bandang 30-50 14,22 >24 jam
9 Mentikan Banjir Bandang 30-50 33,35 >24 jam
10 Meri Banjir <30 85,52 <24 jam
11 Miji Banjir Dan Banjir
30-50 33,19 >24 jam
Bandang
12 Prajuritkulon Banjir Bandang 30-50 31,2 >24 jam
13 Pulorejo Banjir Bandang 30-50 41,4 >24 jam
14 Surodinawan Banjir Bandang 30-50 26,16 >24 jam
15 Wates Banjir Dan Banjir
30-50 94,36 >24 jam
Bandang
Sumber : Hasil Olah Perhitungan GIS, 2022
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setiap wilayah kelurahan di Kota Mojokerto
memiliki potensi bahaya banjir dengan karakteristik yang berbeda beda. Wilayah
Kelurahan yang memiliki potensi bahaya banjir terluas yakni Kelurahan Wates,
Kelurahan Gunung Gedangan, dan Kelurahan Meri. Dimana diantara ketiga
kelurahan tersebut terdapat satu kelurahan yang memiliki dua karakter bahaya
banjir dan banjir bandang yakni Kelurahan Wates. Untuk tinggi genangan dan lama
genangan dikategorisasikan berdasar informasi kejadian bencana banjir yang
pernah terjadi.
III-23 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 8 risiko bahaya gempa bumi kota Mojokerto
Sumber : Inarisk BNPB, 2022
III-24 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
mempertimbangkan potensi bahaya gerakan tanah dalam kajian risiko bencana
merupakan langkah antisipatif dalam setiap upaya kegiatan pembangunan di Kota
Mojokerto.
II. Kekeringan
Bahaya bencana kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kota Mojokerto yang
dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dan penurunan fungsi lahan dalam menyimpan
air. Jika melihat histori kondisi curah hujan di Kota Mojokerto, potensi kekeringan
dapat terjadi saat curah hujan rendah pada bulan Juli-Agustus dan temperatur kota
meningkat pada bulan yang sama (Kota Mojokerto Dalam Angka 2022). Sedangkan
terkait dengan penurunan fungsi lahan di Kota Mojokerto dalam sepuluh tahun
terakhir terjadi cukup signifikan. Hal ini terlihat dari adanya perubahan fungsi lahan
pertanian menjadi lahan terbangun di beberapa wilayah kelurahan seperti
Kelurahan Blooto, Kelurahan Kedundung, dan Kelurahan Gunung Gedangan.
III. Cuaca ekstrim
Sama halnya dengan potensi bahaya kekeringan, potensi bahaya cuaca ekstrim yang
terjadi di Kota Mojokerto dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti kondisi curah
hujan, kondisi keberadaan lahan terbuka, dan kondisi kemiringan lereng. Data dan
informasi terkait komponen yang berpengaruh terhadap potensi terjadinya bahaya
ekstrim telah dijabarkan terperinci seperti kondisi curah hujan tinggi yang terjadi
pada bulan November-Februari dan kondisi kemiringan lahan yang sangat datar
berada pada kemiringan 0-2%. Sedangkan untuk keberadaan lahan terbuka
diwilayah Kota Mojokerto yang berpotensi memicu bahaya cuaca ekstrim
diantaranya adalah lahan pertanian, taman- taman kota termasuk alun- alun,
lapangan olahraga terbuka, serta badan sungai Brantas yang memiliki penampang
sungai sangat lebar yakni lebih dari 100 meter. Untuk mengetahui keberadaan lahan
terbuka dapat mengacu pada peta penggunaan lahan eksisting sebagaimana telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
III-25 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
didominasi oleh industri manufaktur yang tersebar di Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Kedundung, dan Kelurahan Gunung Gedangan. Sedangkan untuk industri
skala kecil tersebar hampir di seluruh wilayah kelurahan dengan jenis usaha
bermacam- macam seperti batik, makanan dan minuman, kerajinan tangan, dan
sepatu/ alas kaki.
III-26 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan campak. Untuk penjabaran lebih rinci
terkait kondisi masing- masing wabah penyakit di Kota Mojokerto dapat dijabarkan
pada tabel berikut.
III-27 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
BAB IV
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
IV-1 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Kajian Indeks Bahaya Kota Mojokerto
Profil Bahaya
Jenis Bahaya
Luas Kelas Indeks
Banjir 510.56 Rendah 0-0.33
Kebakaran Permukiman 347.21 Sedang 0.33-0.66
Kekeringan 1050.08 Sedang 0.66
Cuaca Ekstrim 2018 Tinggi >0.66
Kegagalan Teknologi 31.59 Rendah 0-0.33
Epidemi Dan Wabah Penyakit 1686.61 Rendah 0-0.33
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Tabel di atas menunjukkan luas bahaya dan kelas bahaya seluruh potensi bahaya
di Kota Mojokerto. Secara keseluruhan potensi bahaya di Kota Mojokerto memiliki kelas
rendah hingga sedang. Kedetailan kajian bahaya dilakukan hingga tingkat kelurahan yang
ada di Kota Mojokerto. Penentuan kelas bahaya tingkat kecamatan menggunakan kelas
bahaya maksimal dari tingakat kelurahan. Adapun hasil kajian bahaya seluruh potensi
bencana per kelurahan di Kota Mojokerto dipaparkan sebagai berikut.
I. Bahaya Banjir
Kajian bahaya banjir dihasilkan dari data dan informasi kejadian bencana banjir di
Kota Mojokerto dan kajian bencana banjir bandang dari inarisk. Adapun hasil kajian
bahaya banjir di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 2 Potensi Bahaya Banjir Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto
IV-2 | L a p o r a n A k h i r
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya banjir di masing- masing kelurahan
dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya banjir untuk satu wilayah Kota
Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya banjir memiliki potensi luas bahaya dengan
total 510,56 Ha dengan indeks 0,33 yang berada pada kelas rendah.
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kebakaran di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
luasan permukiman dan lahan pertanian. Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan
menentukan total luas bahaya kebakaran untuk satu wilayah Kota Mojokerto.
Secara keseluruhan bahaya kebakaran memiliki potensi luas bahaya dengan total
347,21 Ha dengan indeks 0,66 yang berada pada kelas sedang.
IV-3 | L a p o r a n A k h i r
III. Bahaya kekeringan
Untuk melakukan kajian bahaya kekeringan di Kota Mojokerto dalam metodologi
yang termuat pada pedoman adalah menggunakan parameter yang disyaratkan
oleh kementerian pertanian dan data dari DIBI, namun dalam hal wilayah Kota
Mojokerto merupakan wilayah perkotaan yang memiliki kegiatan utama non
pertanian dan sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kota
saat ini hanya berasal dari supply PDAM maka parameter yang digunakan adalah
ketercukupan pelayanan air bersih PDAM. Adapun hasil kajian bahaya kekeringan
di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kekeringan di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
keterlayanan air bersih PDAM. Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan
menentukan total luas bahaya kekeringan untuk satu wilayah Kota Mojokerto.
Secara keseluruhan bahaya kekeringan memiliki potensi luas bahaya dengan total
1050,8 Ha dengan indeks 0,66 yang berada pada kelas sedang.
IV-4 | L a p o r a n A k h i r
IV. Bahaya kegagalan teknologi
Berdasarkan pedoman penyusunan Kajian Risiko Bencana, untuk bahaya
kegagalan teknologi menggunakan parameter jenis industri dan kapasitas industri.
Untuk jenis industri yang mendominasi di Kota Mojokerto adalah industri
manufaktur, sedangkan untuk kapasitas industri memiliki perbandingan jumlah
yang signifikan antara industri kecil dan industri besar. Adapun hasil kajian bahaya
kegagalan teknologi di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kegagalan teknologi di masing-
masing kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah
seperti sebaran jumlah jenis industri dan kapasitas industri. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya kegagalan teknologi untuk
satu wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya kegagalan teknologi
memiliki potensi luas bahaya dengan total 31,59 Ha dengan indeks 0,33 yang
berada pada kelas rendah.
IV-5 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 6 Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya cuaca ekstrim di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
luasan penggunaan lahan, curah hujan dan kelerengan lahan. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya cuaca ekstrim untuk satu
wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya cuaca ekstrim memiliki
potensi luas bahaya dengan total 2018 Ha dengan indeks 0,87 yang berada pada
kelas tinggi.
Tabel 4. 7 Potensi Bahaya Epidemi Dan Wabah Penyakit Tiap Kelurahan Di Kota
Mojokerto
IV-6 | L a p o r a n A k h i r
No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas
2 Prajurit Kulon 126 0.33 Rendah
3 Blooto 189 0.33 Rendah
4 Mentikan 20 1 Tinggi
5 Kauman 24 0.33 Rendah
6 Pulorejo 201 0.33 Rendah
7 Wates 21.16 1 Tinggi
8 Gunung Gedangan 193 0.33 Rendah
9 Kedundung 267 0.33 Rendah
10 Balongsari 108 0.33 Rendah
11 Gedongan 21 0.33 Rendah
12 Magersari 61 0.33 Rendah
13 Kranggan 12.45 1 Tinggi
14 Meri 178 0.33 Rendah
15 Jagalan 25 0.33 Rendah
16 Miji 58 0.33 Rendah
17 Sentanan 17 0.33 Rendah
18 Purwotengah 24 0.33 Rendah
Kota Mojokerto 1686.61 0.33 Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya eidemi dan wabah penyakit di
masing- masing kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi
wilayah jumlah kepadatan penduduk dan jumlah kepadatan timbulnya penyakit.
Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya epidemi
dan wabah penyakit untuk satu wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan
bahaya epidemi dan wabah penyakit memiliki potensi luas bahaya dengan total
1686,61 Ha dengan indeks 0,33 yang berada pada kelas rendah
IV-7 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Potensi Penduduk Terpapar Untuk Masing-masing Jenis Bencana
Di Kota Mojokerto
Berdasarkan tabel di atas, diketahui kelas penduduk terpapar di Kota Mojokerto berada
pada kelas tinggi, dengan potensi penduduk terpapar berbeda-beda tiap potensi bencana.
Hal tersebut dilihat berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di wilayah terpapar.
Khusus bencana kekeringan dan cuaca ekstrim memiliki komposisi paramaeter rasio jenis
kelamin, kemiskinan, rasio umur rentan, dan penduduk cacat yang sama, karena kejadian
bencana ini berpotensi terjadi diseluruh wilayah permukiman. Sementara itu, hasil
pengkajian potensi kerugian setiap potensi bencana di Kota Mojokerto dapat dilihat pada
tabel berikut.
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Jenis Bahaya Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Banjir 10840 0 39 163380 sedang
Kebakaran 9520 0 32 143440 sedang
Kegagalan Teknologi 960 0 6 14520 sedang
Kekeringan 4320 0 10 65000 sedang
Cuaca Ekstrim 18840 0 112 284840 sedang
Epidemi Dan Wabah
4440 0 16 22520 sedang
Penyakit
Sumber : Hasil Analisis, 2022
IV-8 | L a p o r a n A k h i r
Tabel di atas menunjukkan potensi kerugian setiap jenis bencana di Kota Mojokerto.
Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah yang dipengaruhi oleh komponen kerentanan
fisik. Berdasarkan penggabungan kerugian fisik dan ekonomi ditentukan kelas kerugian
rupiah untuk seluruh potensi bencana di Kota Mojokerto. Secara keseluruhan, potensi
kerugian rupiah berada pada kelas sedang, sedangkan kerusakan lingkungan tidak
dilakukan kajian mengingat parameter yang diukur tidak tersedia di wilayah Kota
Mojokerto seperti hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, dan rawa. Kajian penduduk
terpapar dan kerugian pada tabel di atas, diperoleh dari rekapitulasi kajian penduduk
terpapar dan kerugian tingkat kecamatan. Penentuan kelas penduduk terpapar dan
kerugian menggunakan kelas maksimal dari kajian tingkat kecamatan. Adapun hasil
kajian kerentanan seluruh jenis bencana per kecamatan di Kota Mojokerto dipaparkan
sebagai berikut.
I. Banjir
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana banjir per kecamatan
di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
IV-9 | L a p o r a n A k h i r
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana banjir per kecamatan
di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 4320 0 17 65140 sedang
Magersari 3720 0 19 56180 sedang
Kranggan 2800 0 3 42060 sedang
Kota Mojokerto 10840 0 39 163380 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana banjir. Secara keseluruhan, rekapitulasi
kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota Mojokerto. Total
potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana banjir yaitu 163,380 miliar rupiah
yang berada pada kelas kerentanan sedang.
II. Kebakaran
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kebakaran per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
IV-10 | L a p o r a n A k h i r
Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana kebakaran
berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat
berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana kebakaran per kecamatan
menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu 38080 jiwa
dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana kebakaran per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 3960 0 9 59580 sedang
Magersari 1800 0 8 27160 sedang
Kranggan 3760 0 15 56700 sedang
Kota Mojokerto 9520 0 32 143440 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kebakaran. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kebakaran yaitu
143,440 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.
III. Kekeringan
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kekeringan per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
IV-11 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 14 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 2280 0 3 34260 sedang
Magersari 1320 0 5 19900 sedang
Kranggan 720 0 2 10840 sedang
Kota Mojokerto 4320 0 10 65000 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kekeringan. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kekeringan yaitu
65 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.
IV-12 | L a p o r a n A k h i r
IV. Kegagalan Teknologi
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kegagalan teknologi
per kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 280 0 2 4240 sedang
Magersari 360 0 1 5420 sedang
Kranggan 320 0 3 4860 sedang
Kota Mojokerto 960 0 6 14520 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
IV-13 | L a p o r a n A k h i r
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kegagalan teknologi. Secara
keseluruhan, rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian
di Kota Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kegagalan
teknologi yaitu 14,520 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.
V. Cuaca Ekstrim
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana cuaca ekstrim per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
IV-14 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 19 Potensi Kerugian Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 5240 0 30 79200 sedang
Magersari 6800 0 42 102840 sedang
Kranggan 6800 0 40 102800 sedang
Kota Mojokerto 18840 0 112 284840 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana cuaca ekstrim. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana cuaca ekstrim yaitu
284,840 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan tinggi.
Tabel 4. 20 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit Di Kota
Mojokerto
IV-15 | L a p o r a n A k h i r
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana epidemi dan wabah penyakit per
kecamatan menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu
17760 jiwa dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana epidemi dan wabah
penyakit per kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 21 Potensi Kerugian Bencana Epidemi Dan Wabah penyakit Di Kota Mojokerto
Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 1000 0 3 5060 sedang
Magersari 1800 0 2 9040 sedang
Kranggan 1640 0 11 8420 sedang
Kota Mojokerto 4440 0 16 22520 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana epidemi dan wabah penyakit. Secara
keseluruhan, rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian
di Kota Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana epidemi dan
wabah penyakit yaitu 22,520 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan
tinggi.
IV-16 | L a p o r a n A k h i r
1. Komponen Ketahanan Daerah
Penilaian terhadap kapasitas daerah dilaksanakan dengan metode diskusi
terfokus terkait daftar isian yang nantinya diisi oleh seluruh peserta diskusi yang
terkait dengan daerah Kota Mojokerto. Isian tersebut menyangkut daftar
pertanyaan dengan menggunakan Indikator Ketahanan Daerah yang terdiri dari 71
indikator capaian. Tujuh puluh satu indikator tersebut dikelompokkan ke dalam 7
(tujuh) kegiatan penanggulangan bencana. Kegiatan Penanggulangan Bencana
Daerah dan indikator pencapaiannya adalah sebagai berikut:
a. Penguatan Kebijakan dan Kelembagaan. dengan indikator pencapaian:
1) Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana
2) Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD
3) Peraturan tentang Pembentukan Forum PRB
4) Peraturan tentang Penyebaran Informasi Kebencanaan
5) Peraturan Daerah tentang RPB
6) Peraturan Daerah tentang Tataruang Berbasis PRB
7) Lembaga badan penanggulangan bencana daerah
8) Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana
9) Komitmen DPRD terhadap PRB
b. Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu. dengan indikator pencapaian:
1) Peta Bahaya dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
2) Peta Kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
3) Peta Kapasitas dan kajiannya
4) Rencana Penanggulangan Bencana
c. Pengembangan Sistem Informasi. Diklat dan Logistik. dengan indikator
pencapaian:
1) Sarana penyampaian informasi kebencanaan yang menjangkau langsung
masyarakat
2) Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap
kecamatan di wilayahnya
3) Komunikasi bencana lintas lembaga minimal ber-anggotakan lembaga-
lembaga dari sector pemerintah. masyarakat maupun dunia usaha
4) Pusdalops PB dengan fasilitas minimal mampu memberikan respon
efektif untuk pelaksanaan peringatan dini dan peanganan masa kritis
5) Sistem pendapatan bencana yang terhubung dengan sistem pendataaan
bencana nasional
6) Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan PB
IV-17 | L a p o r a n A k h i r
7) Penyelengaraan latihan (Geladi) kesiapsiagaan
8) Kajian kebutuhan peralatan dan Logistik kebencanaan
9) Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
10) Penyimpanan/pergudangan logistik PB
11) Pemeliharaan peralatan dan supply chain logistic yang diselenggarakan
secara periodik
12) Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat
13) Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
d. Penanganan Termatik Kawasan Rawan Bencana. dengan indikator
pencapaian:
1) Penataan ruang berbasisi PRB
2) Informasi penataan ruang yang mudah diakses public
3) Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
4) Rumah Sakit Aman Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
5) Desa Tangguh Bencana
e. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana. dengan indikator
pencapaian:
1) Penerapan sumur resapan dan/atau biopori untuk peningkatan
efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana banjir
2) Perlindungan daerah tangkapan air
3) Restorasi Sungai
4) Penguatan Lereng
5) Penegakan hukum untuk Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan
Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan.
6) Optimalisasi pemanfaatan air permukaan
7) Pemantauan berkala hulu sungai
8) Penerapan Bangunan Tahan Gempabumi
9) Tanaman dan/atau bangunan penahan gelombang tsunami
10) Revitasi tanggul. embung. waduk dan taman kota
11) Restorasi lahan gambut
12) Konservasi vegetative DAS rawan longsor
f. Penguatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana. dengan
indikator pencapaian:
1) Rencana Kontijensi Gempabumi
2) Rencana Kontijensi Tsunami
3) Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami
IV-18 | L a p o r a n A k h i r
4) Rencana Evakuasi Bencana Tsunami
5) Rencana Kontijensi Banjir
6) Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
7) Rencana Kontijensi Tanah Longsor
8) Sistem Peringatan Dini Bencana Tanah Longsor
9) Rencana Kontijensi Kebakaran Hutan Dan Lahan
10) Sistem Peringatan Dini Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan
11) Rencana Kontijensi Erupsi Gunungapi
12) Sistem Peringatan Dini Bencana Erupsi Gunungapi
13) Infrastruktur evakuasi bencana erupsi gunungapi
14) Rencana Kontijensi Kekeringan
15) Sistem Peringatana Dini Bencana Kekeringan
16) Rencana Kontijensi Banjir Bandang
17) Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir Bandang
18) Penentuan status tanggap darurat
19) Penerapan sistem komando operasi darurat
20) Pengerahan Tim Kaji Cepat Ke Lokasi Bencana
21) Pengerahan Tim Penyelamat Dan Pertolongan Korban
22) Perbaikan Darurat
23) Pengerahan Bantuan Pada Masyarakat Terjauh
24) Penghentian Status Tanggap Darurat Bencana
g. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana. dengan indikator pencapaian:
1) Pemulihan pelayanan dasar pemerintah
2) Pemulihan infrastruktur penting
3) Perbaikan rumah penduduk
4) Pemulihan penghidupan masyarakat
Hasil dari pengkajian setiap indikator menentukan tingkatan pencapaian
daerah yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) level pencapaian. yaitu:
➢ Level 1 belum ada inisiatif untuk menyelenggarakan/mengahasilkannya.
➢ Level 2 hasil/penyelenggaraan telah dimulai namun belum selesai atau
belum dengan kualitas standar.
➢ Level 3 tersedia /terselenggarakan namun manfaatnya belum terasa
menyeluruh.
➢ Level 4 telah dirasakan manfaatnya secara optimal.
➢ Level 5 manfaat dari hasil/penyelenggaraan mewujudkan perubahan jangka
panjang.
IV-19 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 22 Hasil Kajian Ketahanan Daerah Kota Mojokerto
IV-20 | L a p o r a n A k h i r
c. Pengaruh Kerentanan Masyarakat (PKM)
Pengaruh kerentanan berdasarkan pada penilaian pengaruh mata pencaharian
dan tingkat penghasilan. tingkat pendidikan masyarakat. dan pemukiman
masyarakat.
d. Ketidaktergantungan Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah (KMDP)
Masa pasca bencana dibutuhkan dan diharapkan adanya kemandirian
masyarakat terhadap dukungan pemerintah melalui jaminan hidup pasca
bencana. penggantian kerugian dan kerusakan. penelitian dan pengembangan.
penanganan darurat bencana. dan penyadaran masyarakat.
e. Partisipasi Masyarakat (PM)
Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan melalui upaya pelaksanaan kegiatan
pengurangan risiko bencana di tingkat masyarakat dan pemanfaatan relawan
desa.
Analisa untuk seluruh bencana berdasarkan kelima parameter tersebut
menentukan nilai indeks kesiapsiagaan kelurahan dan level kesiapsiagaan
kelurahan perbencana. Penentuan nilai indeks dan level kesiapsiagaan
dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan. yaitu level rendah dengan nilai indeks
0-0.333. level sedang dengan nilai indeks >0.333-0.666. dan >0.666- 1 untuk
kelas tinggi. Rekapan kajian kapasitas untuk seluruh bencana di Kota
Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.
Kesiapsiagaan
No Jenis bencana
indeks kelas
1 Banjir 0,66 Sedang
2 Kebakaran 0,66 Sedang
3 Kekeringan 0,33 Rendah
4 Kegagalan Teknologi 0,33 Rendah
5 Cuaca Ekstrim 0,33 Rendah
6 Epidemi Dan Wabah Penyakit 0,33 Rendah
Kota Mojokerto 0,44 Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022
IV-21 | L a p o r a n A k h i r
Kota Mojokerto dalam menghadapi bencana berada pada level sedang.
Peningkatan kesiapsiagaan diperlukan untuk Pengetahuan Kesiapsiagaan
Bencana (PKB), Pengelolaan Tanggap Darurat (PTD), dan Partisipasi Masyarakat
(PM), Pengaruh Kerentanan Masyarakat (PKM), serta Ketidaktergantungan
Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah (KMDP).
Pengkajian kapasitas terhadap bencana diketahui berdasarkan komponen
ketahanan daerah dan kesiapsiagaan desa/kelurahan. Komponen ketahanan daerah
berlaku sama untuk seluruh potensi bencana karena pengkajiannya dilakukan terhadap
pemerintah daerah, sedangkan komponen kesiapsiagaan berlaku spesifik untuk setiap
bencana, karena pengkajiannya dilakukan terhadap masyarakat desa. Adapun parameter
ukur untuk menentukan kapasitas daerah berdasarkan 2 (dua) komponen tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan parameter ukur tersebut, maka diketahui kapasitas Kota Mojokerto dalam
menghadapi seluruh potensi bencana. Adapun kajian kapasitas daerah Kota Mojokerto
dapat dilihat pada tabel berikut.
Kelas
Kelas Kelas
No Jenis bencana Ketahanan
Kesiapsiagaan Kapasitas
Daerah
1 Banjir Sedang Sedang sedang
2 Kebakaran Sedang Sedang sedang
3 Kekeringan Sedang Rendah sedang
IV-22 | L a p o r a n A k h i r
Kelas
Kelas Kelas
No Jenis bencana Ketahanan
Kesiapsiagaan Kapasitas
Daerah
4 Kegagalan Teknologi Sedang Rendah sedang
5 Cuaca Ekstrim Sedang Rendah sedang
6 Epidemi Dan Wabah Penyakit Sedang Rendah sedang
Kota Mojokerto Sedang Sedang sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022
IV-23 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 1 Peta Risiko Bencana Banjir Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-24 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 2 Peta Risiko Bencana Kebakaran Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-25 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 3 Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-26 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 4 Peta Risiko Bencana Kegagalan Teknologi Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-27 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 5 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-28 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 6 Peta Risiko Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022
IV-29 | L a p o r a n A k h i r
4.3 KAJIAN RISIKO BENCANA KOTA MOJOKERTO
Kajian risiko bencana disusun setelah diperoleh indeks-indeks yang
dipersyaratkan untuk masing-masing komponen. Kajian risiko bencana memberikan
gambaran umum tingkat risiko suatu bencana pada suatu daerah. Proses pengkajian
dilaksanakan untuk seluruh bencana yang berpotensi di Kota Mojokerto. Kajian risiko
bencana menjadi landasan untuk memilih strategi yang dinilai mampu mengurangi risiko
bencana melalui analisa setiap komponen bahaya, kerentanan, kapasitas untuk setiap
bencana. Pengkajian ketiga komponen tersebut dilakukan untuk menentukan sifat dan
besarnya risiko dilakukan dengan menganalisa bahaya potensial dan mengevaluasi
kerentanan yang menyebabkan potensi bahaya dengan risiko jiwa terpapar, rupiah yang
hilang, dan hektar lingkungan yang rusak. Pengkajian bahaya dan kerentanan
diselaraskan dengan kapasitas daerah dalam menghadapi setiap bencana.
Pengkajian risiko bencana juga sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
implementasi rekomendasi kebijakan dan tindakan penanggulangan bencana di Kota
Mojokerto. Upaya tersebut dilakukan dengan mengenal dan mempelajari kelemahan-
kelemahan penanggulangan bencana di Kota Mojokerto dalam upaya pengurangan risiko
bencana. Pengenalan daerah dalam informasi kebencanaan dimulai dengan mengetahui
tingkat bahaya, tingkat kerentanan, tingkat kapasitas, dan tingkat risiko bencana Kota
Mojokerto terhadap masing-masing bencana.
4.3.1 PENENTUAN TINGKAT BAHAYA
Tingkat bahaya dihitung dengan menggunakan nilai indeks bahaya. Hasil
perolehan tingkat bahaya untuk seluruh jenis potensi bencana di Kota Mojokerto dapat
dilihat pada tabel berikut.
Indeks Indeks
Tingkat
Jenis Bahaya Ancaman penduduk
Bahaya
terpapar
Banjir Rendah Tinggi Sedang
Kebakaran Permukiman Sedang Tinggi Tinggi
Kekeringan Sedang Tinggi Tinggi
Cuaca Ekstrim Tinggi Tinggi Tinggi
Kegagalan Teknologi Rendah Tinggi Sedang
Epidemi Dan Wabah Penyakit Rendah Tinggi Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022
IV-30 | L a p o r a n A k h i r
sedang hingga tinggi. Tingkat bahaya sedang berpotensi terhadap bahaya banjir, bahaya
kegagalan teknologi, dan bahaya epidemi dan wabah penyakit, sedangkan tingkat bahaya
tinggi berpotensi terhadap bahaya kebakaran permukiman, bahaya kekeringan, dan
bahaya cuaca ekstrim.
Hasil tingkat kerentanan pada tabel di atas menunjukkan perbedaan tingkat untuk
masing-masing bencana. Secara keseluruhan, kerentanan bencana berada pada tingkat
sedang hingga tinggi untuk 6 jenis potensi bencana yang ada di Kota Mojokerto. Hasil
tingkat kerentanan tersebut didapatkan dari perhitungan nilai indeks masing-masingnya
untuk setiap bencana.
IV-31 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 28 Tingkat Kapasitas Bencana Di Kota Mojokerto
Dari hasil penggabungan tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas dapat ditentukan
tingkat risiko bencana Kota Mojokerto. Tingkat risiko untuk 6 jenis bahaya di Kota
Mojokerto memiliki potensi tingkat risiko sedang hingga tinggi. Untuk pemahaman lebih
lanjut terkait profil risiko bencana di Kota Mojokerto dapat dijabarkan sebagai berikut:
IV-32 | L a p o r a n A k h i r
1) Banjir
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya banjir memiliki
tingkat risiko sedang yang dihasilkan dari kombinasi tingkat kerugian dan tingkat
kapasitas sedang. Bahaya banjir di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis
kajian risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang dilintasi oleh Sungai
Brantas dan anak sungainya serta kawasan permukiman padat yang memiliki
kondisi saluran drainase tidak optimal. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya banjir tingkat risiko sedang hingga tinggi berdasarkan peta risiko
bencana banjir meliputi Kelurahan Surodinawan, Kelurahan Prajuritkulon,
Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Pulorejo,
Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Jagalan,
Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri dan Kelurahan Gununggedangan. Dari
sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah
seluas 510,56 Ha atau 25,26% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 43.360 jiwa atau 32,53% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 10.879 unit atau 22,32% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.
2) Kebakaran
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kebakaran
khususnya kebakaran permukiman/gedung di perkotaan memiliki tingkat risiko
tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat kerugian tinggi dan tingkat kapasitas
sedang. Bahaya kekeringan di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian
risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang memiliki hamparan lahan
pertanian dan berdekatan dengan permukiman padat meskipun tidak tersebar
dalam satu wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang
memiliki ancaman bahaya kebakaran tingkat risiko tinggi berdasarkan peta risiko
bencana kekeringan meliputi Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan, Kelurahan
Kauman, Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan Purwotengah,
Kelurahan Sentanan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri,
Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan. Dari sebaran wilayah
tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah seluas 347,21 Ha
atau 17,18% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan jumlah jiwa terpapar
38.080 jiwa atau 28,57% dari total jumlah penduduk kota serta jumlah bangunan
terpapar sebanyak 9.552 unit atau 19,59% dari jumlah bangunan di Kota
Mojokerto.
IV-33 | L a p o r a n A k h i r
3) Kekeringan
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kekeringan di
perkotaan memiliki tingkat risiko tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat
kerugian tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya kebakaran di Kota Mojokerto
berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang
memiliki kepadatan permukiman tinggi meskipun tidak tersebar dalam satu
wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya kekeringan tingkat risiko sedang hingga tinggi berdasarkan peta
risiko bencana kekeringan meliputi Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan,
Kelurahan Kauman, Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan
Purwotengah, Kelurahan Sentanan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Meri, Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan. Dari
sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah
seluas 347,21 Ha atau 17,18% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 38.080 jiwa atau 28,57% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 9.552 unit atau 19,59% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.
4) Kegagalan Teknologi
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kegagalan
teknologi di perkotaan memiliki tingkat risiko sedang yang dihasilkan dari
kombinasi tingkat kerugian dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya kegagalan
teknologi di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana
berada di wilayah kelurahan yang memiliki kegiatan industri, pergudangan, dan
kedekatan dengan permukiman padat meskipun tidak tersebar dalam satu
wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya kegagalan teknologi tingkat risiko sedang hingga tinggi
berdasarkan peta risiko bencana kegagalan teknologi meliputi Kelurahan
Kranggan, Kelurahan Wates, Kelurahan kedundung dan Kelurahan
Gununggedangan. Dari sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas
wilayah terpapar adalah seluas 31,59 Ha atau 1,56% dari total luas wilayah Kota
Mojokerto dengan jumlah jiwa terpapar 3840 jiwa atau 2,88% dari total jumlah
penduduk kota serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 960 unit atau 1,96%
dari jumlah bangunan di Kota Mojokerto.
IV-34 | L a p o r a n A k h i r
5) Cuaca Ekstrim
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya cuaca ekstrim
di perkotaan memiliki tingkat risiko tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat
kerugian tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya cuaca ekstrim di Kota
Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana berpotensi terjadi di
seluruh wilayah kelurahan baik yang terjadi di kawasan permukiman padat
maupun terjadi di kawasan pertanian atau ruang terbuka lainnya. Adapun wilayah
kelurahan yang memiliki dominasi ancaman bahaya cuaca ekstrim tingkat risiko
sedang hingga tinggi berdasarkan peta risiko bencana cuaca ekstrim meliputi
Kelurahan Miji, Kelurahan Prajuritkulon, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman,
Kelurahan Magersari, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Purwotengah, Kelurahan
Sentanan, Kelurahan Jagalan, Balongsari, Kelurahan Wates, Kelurahan Meri,
Kelurahan Kranggan, Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan.
Dari sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar
adalah seluas 2018 Ha atau 99,85% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 75.360 jiwa atau 56,54% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 18.840 unit atau 38,65% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.
IV-35 | L a p o r a n A k h i r
Uraian tersebut merupakan gambaran bagi Pemerintah Kota Mojokerto dan pihak terkait
untuk menyusun upaya-upaya untuk pengurangan risiko bencana guna mendukung
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Mojokerto melalui peningkatan
kapasitas daerah yang masih memiliki tingkat sedang.
Kecenderungan Risiko
Bencana Prioritas
Menurun Tetap Meningkat
Rendah
Tingkat Kegagalan Banjir
Risiko Sedang teknologi, epidemi
dan wabah penyakit
IV-36 | L a p o r a n A k h i r
Kecenderungan Risiko
Bencana Prioritas
Menurun Tetap Meningkat
Kekeringan, cuaca Kebakaran
Tinggi
ekstrim
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Keterangan :
: Bencana non prioritas
: Bencana pioritas
IV-37 | L a p o r a n A k h i r
probabilitas Pertimbangan faktor
Keterangan Definisi Skor Definisi Keterangan
parameter penilaian penilaian parameter
Kemungkinan Kurang dari 20%
Kurang dari 20% 1 Sangat ringan
sangat kecil wilayah rusak
Sumber : Perka BNPB No.4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana
Dengan berpedoman pada parameter penilaian sebagaimana tabel di atas, maka dapat
dianalisis kemungkinan dampak untuk masing- masing jenis bencana di Kota Mojokerto
sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui bencana prioritas di Kota Mojokerto berdasarkan
penilaian kemungkinan dampak diantaranya yaitu bencana banjir dan kebakaran yang
berada pada level prioritas sedang. Level prioritas yang dihasilkan mengacu pada matriks
prioritas sebagai berikut.
DAMPAK
1 2 3 4 5 skor
PROBABILITAS
5
B 4
C, D, F A 3
E 2
1
Sumber : Hasil Analisis, 2022
IV-38 | L a p o r a n A k h i r
BAB V
KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA
V-1 | L a p o r a n A k h i r
6. Kota Mojokerto telah memiliki peta risiko bencana yang disusun berdasarkan data
dan informasi daerah sehingga dapat menggambarkan potensi luas bahaya,
penduduk dan bangunan rentan, serta estimasi kerugian ekonomi yang
berpengaruh terhadap pengurangan APBD kota.
7. Secara umum Kota Mojokerto belum memiliki mekanisme terstruktur
penanggulangan bencana terutama pada tahap kesiapsiagaan, tanggap darurat,
pemulihan dan pasca bencana yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
perangkat daerah terkait dalam upaya penanggulangan bencana
8. Kota Mojokerto belum memiliki sarana dan prasarana yang mendukung sistem
pendataan dan sistem informasi kebencanaan yang terhubung dengan sistem
pendataan bencana nasional yang dapat saling dimanfaatkan dan untuk
membangun skenario rencana pencegahan dan kesiapsiagaan Kota Mojokerto
9. Kota Mojokerto belum memiliki lembaga khusus yang bertanggung jawab dalam
penyediaan kebutuhan darurat bencana baik disektor pangan, papan, logistik,
energi dan utilitas lainnya.
10. Belum terbentuk forum penanggulangan bencana dan kelurahan tangguh
bencana sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana belum dapat
dilaksanakan dengan optimal.
11. Pemanfaatan tata ruang untuk mitigasi bencana belum dikelola secara optimal
dan belum berbasis mitigasi bencana yang berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan prinsip penanggulangan bencana ditingkat nasional
dan provinsi, isu strategis, serta hasil kajian risiko bencana pada bab sebelumnya maka
dirumuskan arah kebijakan atau visi penyelenggaraan penanggulangan bencana periode
2022-2026 adalah:
V-2 | L a p o r a n A k h i r
3) Menyelenggarakan kegiatan pencegahan/kesiapsiagaan bencana, tanggap darurat
dan rehabilitasi/rekonstruksi secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan
komprehensif.
4) Menyelenggarakan penanggulangan bencana yang berbasis pada pembangunan
berkelanjutan untuk mewujudkan ketahanan sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan
Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan lebih rinci dalam
kebijakan dan strategi penanggulangan bencana Kota Mojokerto sebagai berikut:
1. Penguatan dan sinkronisasi sistem regulasi serta sinergi kelembagaan
penanggulangan bencana yang efektif dan efisien, melalui strategi:
a) Penguatan dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan penanggulangan
bencana
b) Peningkatan sinergi antar lembaga dan pemangku kepentingan dalam
penanggulangan bencana dengan penerapan riset inovasi dan rekayasa
teknologi kebencanaan
2. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas penanganan kedaruratan bencana yang cepat,
tepat, dan andal dalam upaya melindungi masyarakat dari bencana, melalui strategi
penerapan sistem dan operasionalisasi penanganan darurat bencana
3. Perwujudan investasi pengelolaan risiko bencana sesuai dengan proyeksi peningkatan
risiko bencana, melalui strategi:
a) Peningkatan dan pembangunan prasarana sarana mitigasi dan pengurangan
risiko bencana
b) Penguatan dan penerapan sistem kesiapsiagaan bencana
c) Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana melalui
Pendidikan, pelatihan, dan rekayasa sosial yang kolaboratif
d) Perlindungan terhadap kerentanan penduduk, fisik, dan lingkungan di daerah
rawan bencana
e) Penataan dan penetapan regulasi pada kawasan terdampak rawan bencana
4. Percepatan pemulihan daerah dan masyarakat terdampak bencana untuk
membangun kehidupan yang lebih baik, melalui strategi percepatan penyelenggaraan
rehabilitasi dan rekonstruksi di kawasan terdampak bencana.
V-3 | L a p o r a n A k h i r
5.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO
Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana Kota Mojokerto menjadi dasar
pemilihan dan pengambilan tindakan oleh pemangku kepentingan untuk mengurangi
risiko bencana yang berpotensi terjadi di Kota Mojokerto. Terdapat Sembilan (9) fokus
program kegiatan yang disusun berdasarkan kajian risiko bencana, studi preseden daerah
lain, isu strategis kebencanaan kota, dan rencana pembangunan sektoral. Adapun
program dan kegiatan penanggulangan bencana Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada
tabel berikut.
V-4 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
pengurangan risiko
dalam RPJMD kota
2 Peningkatan sinergi penerapan riset Menyelenggarakan riset
antar lembaga dan inovasi dan rekayasa kebencanaan
pemangku teknologi Menerapkan rekayasa teknologi
kepentingan dalam kebencanaan untuk kebencanaan disegala bidang
penanggulangan mengurangi risiko
bencana bencana secara
terstruktur
Pengembangan Melaksanakan kerjasama
konsep inovasi skema multipihak dalam alternatif
alternatif pembiayaan pembiayaan penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana dengan Mengembangkan kerangka kerja
pendekatan integrasi dan kebijakan asuransi bencana
kolaboratif multi pihak dan pembiayaan risiko
3 penerapan sistem Optimalisasi sistem Penyusunan rencana
dan penanggulangan penanggulangan kedaruratan
operasionalisasi kedaruratan bencana bencana
penanganan Penyusunan rencana kontinjensi
darurat bencana kota untuk bencana prioritas
Respon cepat darurat bencana
Pendampingan terhadap
penanganan korban dan
pengungsi
Pembuatan sistem informasi
penanggulangan kedaruratan
bencana yang mudah diakses
oleh masyarakat
Penyiapan ruang dan jalur
evakuasi bencana
Pemaduan sumber Pencarian, Pertolongan dan
daya dalam operasi Evakuasi Korban Bencana kota
V-5 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
pencarian, Pemenuhan sistem komunikasi
pertolongan, dan dan peralatan SAR
evakuasi korban Penyediaan Logistik
Penyelamatan dan Evakuasi
Korban Bencana kota
Penyiapan taruna siaga bencana
Pengendalian penyakit Respon Cepat Bencana
menular Non Alam Epidemi/Wabah
Penyakit
Membangun sistem peringatan
dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit menular
Menyelenggarakan penelitian,
inovasi pengobatan, dan vaksin
virus penyakit menular
4 Peningkatan dan Pengembangan Penyusunan aturan tentang
pembangunan kebijakan wilayah penataan bangunan dan
prasarana sarana untuk ketahanan lingkungan
mitigasi dan bencana dan Pembinaan dan pengawasan
pengurangan risiko penguatan terhadap penyelenggaraan
bencana infrastruktur vital bangunan gedung dan
tahan bencana lingkungan
Penerapan persyaratan analisis
risiko bencana untuk
pembangunan dengan dampak
skala besar
Pembangunan dan Pembangunan dan perbaikan
peningkatan infrastruktur sistem drainase
infrastruktur utama perkotaan
pendukung ketahanan Optimalisasi fungsi tanggul
bencana sepanjang sungai
Pengelolaan risiko bencana
pada kawasan pariwisata
prioritas
V-6 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
5 Penguatan dan Perkuatan sistem Membangun sistem peringatan
penerapan sistem peringatan dini dini terpadu khusus untuk
kesiapsiagaan terpadu dan tanggap bencana banjir dan kebakaran
bencana darurat bencana yang Pengaktifan radio tanggap
terintegrasi darurat bencana
Penyusunan riset early warning
system bencana prioritas
Peningkatan Pendistribusian logistik
prasarana sarana kebencanaan secara optimal
logistik kebencanaan Peningkatan prasarana sarana
penanganan darurat dan
pemulihan sosial korban
bencana
Pemetaan jejaring dukungan
kapasitas logistik terintegrasi
pusat, provinsi
Peningkatan skill dapur umum
6 Pemberdayaan Penguatan Pengembangan kapasitas Tim
masyarakat dalam ketangguhan bencana Reaksi Cepat (TRC) bencana
penanggulangan berbasis komunitas kota
bencana melalui Pelatihan pencegahan dan
Pendidikan, mitigasi bencana
pelatihan, dan Pembentukan dan pembinaan
rekayasa sosial kelurahan siaga Tangguh
yang kolaboratif bencana dan keluarga Tangguh
bencana
Peningkatan Pembentukan dan pembinaan
kesadaran dan lembaga/forum peduli
kapasitas pemerintah, lingkungan hidup dan
swasta, dan kerentanan bencana
masyarakat terhadap Penyelenggaraan diklat
lingkungan hidup dan manajemen bencana
kerentanan bencana
V-7 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
7 Perlindungan Integrasi hasil kajian Penyusunan KLHS dengan
terhadap risiko bencana dalam memperhatikan hasil kajian
kerentanan KLHS risiko bencana
penduduk, fisik, Pemanfaatan KLHS dalam
dan lingkungan di penyusunan rencana
daerah rawan penanggulangan bencana
bencana Perlindungan Pemberdayaan lumbung pangan
ketahanan pangan
Peningkatan kapasitas Penyusunan pedoman standar
masyarakat rentan penyelamatan diri saat terjadi
bencana bencana
Perlindungan terhadap Pengalokasian dana khusus bagi
fasilitas kritis pada fasilitas kritis yang mengalami
daerah rawan bencana kerusakan saat terjadi bencana
8 Penataan dan Penyusunan dokumen Menyusun kajian penataan
penetapan regulasi strategis kawasan khusus terdampak
pada kawasan pengembangan bencana dan menetapkan dalam
terdampak kawasan terdampak peraturan kepala daerah
bencana bencana Membuat kebijakan insentif dan
disinsentif kesesuaian kegiatan
pada kawasan khusus
terdampak bencana
9 percepatan Dukungan rahbilitasi Pembangunan infrastruktur air
penyelenggaraan dan rekonstruksi di minum, sanitasi, drainase, dan
rehabilitasi dan daerah terdampak persampahan terpadu
rekonstruksi di bencana Penyusunan rencana aksi
kawasan rehabilitasi dan rekonstruksi
terdampak Pemulihan sektor produktif
bencana terdampak bencana
Revitalisasi kampung terdampak
bencana
Pembangunan kembali
bangunan rumah dan fasilitas
kritis terdampak bencana
V-8 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
Penerapan Pemberian bantuan langsung
perlindungan sosial tunai bagi masyarakat miskin
yang adaptif terdampak bencana
Pendistribusian bantuan
bencana bagi sekolah
terdampak bencana
Pemulihan sosial ekonomi
terdampak bencana
Peningkatan kapasitas ekonomi
dan masyarakat terdampak
bencana
Sumber : Hasil Sinkronisasi Rencana Program, 2022
Dari tabel di atas dapat dijabarkan terdapat 9 strategi utama yang dicapai melalui
21 program aksi dan dirincikan dalam 57 kegiatan. Strategi, program, kegiatan yang
dimaksud dalam tabel 5.1 disusun sebagai upaya penanggulangan terhadap multi
bencana yang berpotensi terjadi di Kota Mojokerto yakni bencana banjir, kebakaran
permukiman/gedung, kekeringan, kegagalan teknologi, cuaca ekstrim, dan epidemi
wabah penyakit.
V-9 | L a p o r a n A k h i r
BAB VI
ALOKASI DAN PERAN PELAKU DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN BENCANA
V-1 | L a p o r a n A k h i r
Organisasi Peran Dan Tanggung Jawab
Dinas Kesehatan Merencanakan, pencegahan, penyuluhan, kesiapsiagaan,
pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan, dan
tenaga medis / paramedis.
Dinas Pekerjaan Umum Merencanakan, mengendalikan, dan menyiapkan lokasi dan
jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana / prasarana
publik, dan pengadaan fasilitas darurat serta
mengkoordinasikan pengadaan perumahan untuk warga
yang menjadi korban bencana serta melaksanakan
pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata
ruang daerah yang peka terhadap risiko bencana.
Dinas Pendidikan, Merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan
Pemuda dan Olahraga Pendidikan darurat untuk daerah-daerah terkena bencana
dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan, serta
mengkoordinasikan 2endidikan sadar bencana.
Dinas Pertanian Dan Merencanakan, mendukung, dan mengendalikan
Ketahanan Pangan penyediaan bahan pangan kepada masyarakat dalam upaya
penanggulangan bencana.
Dinas Perhubungan, Membantu penyediaan sarana dan prasarana transportasi
Komunikasi dan darat, laut dan udara dan melakukan penyiapan dan
Informasi pemasangan rambu-rambu evakuasi bencana.
Dinas Koperasi, Merencanakan, mendukung, dan mengendalikan
Perindustrian, penyediaan sarana prasarana ketrampilan untuk usaha
dan Perdagangan mandiri bagi warga terkena bencana dalam rangka
pemulihan aktifitas ekonominya.
Dinas pendapatan Mendorong, mempromosikan, menggalang investasi dan
daerah penamaman modal terkait usaha masyarakat di daerah
bencana.
Rumah sakit Membantu pelayanan kesiapsiagaan, mitigasi, dan
memberikan pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
Sumber : Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana
V-2 | L a p o r a n A k h i r
6.2 ALOKASI PERAN DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO
Rencana aksi penanggulangan bencana disusun berdasarkan strategi, program, dan aksi kegiatan yang telah dirumuskan pada bab
sebelumnya. Adapun rencana aksi penanggulangan bencana Kota Mojokerto yang melingkupi tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca
bencana sesuai dengan arahan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2008 dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 6. 2 Alokasi Peran Dalam Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto
V-3 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
berdasarkan kajian risiko
bencana
Menyusun dokumen APBD
teknis RTRW dan RDTR
berbasis mitigasi bencana
Menetapkan kebijakan APBD
penataan ruang dalam
bentuk peraturan daerah
atau peraturan kepala
daerah yang
mengakomodir kawasan
rawan bencana
Menyusun dokumen APBD
teknis RPJMD berbasis
mitigasi bencana
Menyelenggarakan riset APBD
kebencanaan
V-4 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Menerapkan rekayasa APBD
teknologi kebencanaan
disegala bidang
Melaksanakan kerjasama APBD,
multipihak dalam Swasta
alternatif pembiayaan
penanggulangan bencana
Mengembangkan APBD,
kerangka kerja dan Swasta
kebijakan asuransi
bencana dan pembiayaan
risiko
Pembentukan dan APBD,
pembinaan Swasta
lembaga/forum peduli
lingkungan hidup dan
kerentanan bencana
Penyusunan KLHS APBD
dengan memperhatikan
V-5 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
hasil kajian risiko
bencana
Pemanfaatan KLHS APBD,
dalam penyusunan Swasta
rencana penanggulangan
bencana
Pra bencana saat Penyusunan rencana APBD
terdapat potensi penanggulangan
bencana kedaruratan bencana
(kesiapsiagaan) Penyusunan rencana APBD
kontinjensi kota untuk
bencana prioritas
Penyusunan aturan APBD
tentang penataan
bangunan dan lingkungan
Pembinaan dan APBD
pengawasan terhadap
penyelenggaraan
V-6 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
bangunan gedung dan
lingkungan
Penerapan persyaratan APBD,
analisis risiko bencana Swasta
untuk pembangunan
dengan dampak skala
besar
Penyelenggaraan diklat APBD
manajemen bencana
Penyusunan pedoman APBD
standar penyelamatan
diri saat terjadi bencana
Pengalokasian dana APBD
khusus bagi fasilitas kritis
yang mengalami
kerusakan saat terjadi
bencana
V-7 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Menyusun kajian APBD
penataan kawasan
khusus terdampak
bencana dan
menetapkan dalam
peraturan kepala daerah
Membuat kebijakan APBD
insentif dan disinsentif
kesesuaian kegiatan
pada kawasan khusus
terdampak bencana
Penyelenggaraan diklat APBD,
manajemen bencana Swasta
Pembuatan sistem APBD
informasi
penanggulangan
kedaruratan bencana
yang mudah diakses oleh
masyarakat
V-8 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Peningkatan skill dapur APBD
umum
Pengelolaan sistem APBD
komunikasi dan informasi
kebakaran dan
penyelamatan
Pembinaan Aparatur APBD
Pencarian dan
Pertolongan Terhadap
Kondisi Membahayakan
Manusia/Penyelamatan
dan Evakuasi
Tanggap darurat Respon cepat darurat APBD
bencana
Pendampingan terhadap APBD
penanganan korban dan
pengungsi
V-9 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Penyiapan ruang dan jalur APBD
evakuasi bencana
Penyelamatan dan APBD
evakuasi korban
kebakaran dan non
kebakaran
Pencarian, Pertolongan APBD
dan Evakuasi Korban
Bencana
Pemenuhan sistem APBD,
komunikasi dan peralatan swasta
SAR
Penyediaan Logistik APBD,
Penyelamatan dan swasta
Evakuasi Korban
Bencana kota
Pembangunan dan APBD
perbaikan infrastruktur
V-10 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
sistem drainase utama
perkotaan
Optimalisasi fungsi APBD
tanggul sepanjang sungai
Pengelolaan risiko APBD,
bencana pada kawasan swasta
pariwisata prioritas
Membangun sistem APBD
peringatan dini terpadu
khusus untuk bencana
banjir dan kebakaran
Pengaktifan radio APBD
tanggap darurat bencana
Penyusunan riset early APBD
warning system bencana
prioritas
V-11 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Pendistribusian logistik APBD,
kebencanaan secara swasta
optimal
Peningkatan prasarana APBD
sarana penanganan
darurat dan pemulihan
sosial korban bencana
Pemetaan jejaring APBD
dukungan kapasitas
logistik terintegrasi pusat,
provinsi
Pembentukan dan APBD,
pembinaan kelurahan swasta
siaga Tangguh bencana
dan keluarga Tangguh
bencana
Pemulihan pasca Pembangunan APBD
bencana infrastruktur air minum,
V-12 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
sanitasi, drainase, dan
persampahan terpadu
Penyusunan rencana aksi APBD
rehabilitasi dan
rekonstruksi
Pemulihan sektor APBD
produktif terdampak
bencana
Revitalisasi kampung APBD,
terdampak bencana swasta
Pembangunan kembali APBD,
bangunan rumah dan swasta
fasilitas kritis terdampak
bencana
Pemberian bantuan APBD,
langsung tunai bagi swasta
masyarakat miskin
terdampak bencana
V-13 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Pendistribusian bantuan APBD,
bencana bagi sekolah swasta
terdampak bencana
Pemulihan sosial APBD,
ekonomi terdampak swasta
bencana
Peningkatan kapasitas APBD,
ekonomi dan masyarakat swasta
terdampak bencana
Sumber : Hasil Rencana, 2022
Keterangan :
A : Satuan Polisi Pamong Praja Dan PMK Kota Mojokerto
B : Bappedalitbang Kota Mojokerto
C : Dinas PUPRPERAKIM Kota Mojokerto
D : Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto
E : Dinas Sosial Kota Mojokerto
F : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
G : Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Mojokerto
V-14 | L a p o r a n A k h i r
H : Dinas Perhubungan Kota Mojokerto
I : Dinas Komunikasi Dan Informasi Kota Mojokerto
J : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian Dan Perdagangan Kota Mojokerto
K : BPPKAD Kota Mojokerto
V-15 | L a p o r a n A k h i r