Anda di halaman 1dari 124

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Laporan
Akhir Rencana Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto tahun 2022 ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dokumen ini merupakan dokumen akhir yang memuat
substansi dalam penyusunan rencana penanggulangan bencana sesuai dengan pedoman
umum. Laporan ini secara garis besar berisi pendahuluan, tinjauan kebijakan dan pustaka,
profil wilayah perencanaan, analisis risiko bencana dan dampak bencana,
kebijakan,strategi,dan program penanggulangan bencana serta rencana aksi
penanggulangan bencana.
Tim penyusun pekerjaan menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karenanya, kami mohon kritik dan saran yang membangun
guna perbaikan lebih lanjut pada laporan berikutnya.
Atas perhatian dan segala bentuk bantuan dari seluruh pihak yang yang telah
terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyusunan laporan serta
dukungan terhadap penyelesaian kegiatan pekerjaan ini kami ucapkan terimakasih.

Mojokerto, 2022

Tim Penyusun

i|L a p o r a n A k h i r
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN I-1


1.1 LATAR BELAKANG I-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN I-2
1.2.1 MAKSUD DAN TUJUAN I-2
1.2.2 SASARAN I-2
1.3 DASAR HUKUM I-2
1.4 ISTILAH I-3
1.5 RUANG LINGKUP I-I5
1.5.1 LINGKUP WILAYAH I-5
1.5.2 LINGKUP KEGIATAN I-5
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN I-7

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA II-1


2.1 TINJAUAN KEBIJAKAN II-1
2.1.1 KEBIJAKAN TERKAIT PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA II-1
2.1.2 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI JAWA TIMUR II-1
2.1.3 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KOTA MOJOKERTO II-4
2.1.4 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KOTA MOJOKERTO II-6
2.1.5 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA MOJOKERTO II-12

ii | L a p o r a n A k h i r
2.2 TINJAUAN PUSTAKA II-13
2.2.1 DEFINISI DAN JENIS BENCANA II-13
2.2.2 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA II-13
2.2.3 PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA II-16
2.2.4 BAHAYA DAN KERENTANAN II-17

BAB III PROFIL WILAYAH PERENCANAAN III-1


3.1 PROFIL WILAYAH KOTA MOJOKERTO III-1
3.1.1 ADMINISTRATIF DAN GEOGRAFI WILAYAH III-1
3.1.2 KONDISI FISIK WILAYAH III-2
3.1.3 PENGGUNAAN LAHAN III-12
3.1.4 KEPENDUDUKAN III-14
3.1.5 EKONOMI WILAYAH III-16
3.1.6 INFRASTRUKTUR WILAYAH III-17
3.2 KONDISI KEBENCANAAN III-20
3.2.1 SEJARAH KEBENCANAAN III-20
3.2.2 POTENSI ANCAMAN/BAHAYA BENCANA III-21

BAB IV PENGKAJIAN RISIKO BENCANA IV-1


4.1 INDEKS PENGKAJIAN RISIKO BENCANA IV-1
4.1.1 INDEKS BAHAYA IV-1
4.1.2 INDEKS KERENTANAN IV-7
4.1.3 INDEKS KAPASITAS IV-16
4.2 PETA RISIKO BENCANA IV-23
4.3 KAJIAN RISIKO BENCANA KOTA MOJOKERTO IV-30
4.3.1 PENENTUAN TINGKAT BAHAYA IV-30
4.3.2 PENENTUAN TINGKAT KERUGIAN IV-31
4.3.3 PENENTUAN TINGKAT KAPASITAS IV-31
4.3.4 PENENTUAN TINGKAT RISIKO IV-32
4.4 BENCANA PRIORITAS KOTA MOJOKERTO IV-36

iii | L a p o r a n A k h i r
BAB V KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN
PENANGGULANGAN BENCANA V-1
5.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO V-1
5.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO V-4

BAB VI ALOKASI DAN PERAN PELAKU DALAM RENCANA AKSI


PENANGGULANGAN BENCANA VI-1
6.1 PERAN DAN FUNGSI UMUM INSTANSI PEMERINTAHAN TERKAIT VI-1
6.2 ALOKASI PERAN DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN
BENCANA KOTA MOJOKERTO VI-3

iv | L a p o r a n A k h i r
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rencana Jaringan Evakuasi dan Ruang Bencana Dalam RTRW


Kota Mojokerto 2012-2032 II-5
Tabel 3. 1 Jumlah Kelurahan, RW, dan RT di Kota Mojokerto III-1
Tabel 3. 2 Ketinggian Wilayah Kota Mojokerto pada Setiap Kelurahan III-3
Tabel 3. 3 Kondisi Kelerengan Wilayah Kota Mojokerto III-4
Tabel 3. 4 Luas Wilayah menurut Jenis Geologi Kota Mojokerto III-5
Tabel 3. 5 Jenis Tanah Di Wilayah Kota Mojokerto III-8
Tabel 3. 6 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan di Kota Mojokerto
Tahun 2014-2020 (mm) III-9
Tabel 3. 7 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kota Mojokerto Tahun 2021 III-10
Tabel 3. 8 Temperatur dan Kelembaban menurut Bulan di Kota Mojokerto
Tahun 2020 III-10
Tabel 3. 9 Nama dan Panjang Sungai di Kota Mojokerto III-11
Tabel 3. 10 Penggunaan Lahan Kota Mojokerto Tahun 2016 III-12
Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2021 III-14
Tabel 3. 12 Kepadatan Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2021 III-15
Tabel 3. 13 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2013-2018 III-15
Tabel 3. 14 Nilai Rata- rata Pertumbuhan Penduduk Kota Mojokerto 2013-2018 III-16
Tabel 3. 15 Pendapatan daerah kota Mojokerto 2014-2018 III-17
Tabel 3. 16 Jumlah sarana pendidikan di Kota Mojokerto Tahun 2021 III-17
Tabel 3. 17 Jumlah sarana kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2021 III-19
Tabel 3. 18 Sarana perekonomian di Kota Mojokerto tahun 2020 III-20
Tabel 3. 19 Sejarah Kejadian Bencana Kota Mojokerto III-21
Tabel 3. 20 Karakteristik Kejadian Bencana Banjir Di Kota Mojokerto III-22
Tabel 3. 21 Kondisi Industri Kecil Menengah Di Kota Mojokerto III-26
Tabel 3. 22 Kejadian Wabah Penyakit Di Kota Mojokerto Tahun 2021 III-27
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Kajian Indeks Bahaya Kota Mojokerto IV-2
Tabel 4. 2 Potensi Bahaya Banjir Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-2

v|L a p o ra n A k h i r
Tabel 4. 3 Potensi Bahaya Kebakaran Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-3
Tabel 4. 4 Potensi Bahaya Kekeringan Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-4
Tabel 4. 5 Potensi Bahaya Kegagalan Teknologi Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-5
Tabel 4. 6 Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-6
Tabel 4. 7 Potensi Bahaya Epidemi Dan Wabah Penyakit Tiap Kelurahan
Di Kota Mojokerto IV-6
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Potensi Penduduk Terpapar Untuk Masing-masing
Jenis Bencana Di Kota Mojokerto IV-8
Tabel 4. 9 Rekapitulasi Potensi Kerugian Untuk Masing-masing Jenis Bencana
Di Kota Mojokerto IV-8
Tabel 4. 10 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Banjir Di Kota Mojokerto IV-9
Tabel 4. 11 Potensi Kerugian Bencana Banjir Di Kota Mojokerto IV-10
Tabel 4. 12 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto IV-10
Tabel 4. 13 Potensi Kerugian Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto IV-11
Tabel 4. 14 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto IV-12
Tabel 4. 15 Potensi Kerugian Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto IV-12
Tabel 4. 16 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kegagalan Teknologi
Di Kota Mojokerto IV-13
Tabel 4. 17 Potensi Kerugian Bencana Kegagalan Teknologi Di Kota Mojokerto IV-13
Tabel 4. 18 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto IV-14
Tabel 4. 19 Potensi Kerugian Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto IV-15
Tabel 4. 20 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit
Di Kota Mojokerto IV-15
Tabel 4. 21 Potensi Kerugian Bencana Epidemi Dan Wabah penyakit Di Kota Mojokerto IV-16
Tabel 4. 22 Hasil Kajian Ketahanan Daerah Kota Mojokerto IV-20
Tabel 4. 23 Hasil Kajian Kesiapsiagaan Kelurahan Di Kota Mojokerto IV-21
Tabel 4. 24 Parameter Penilaian Kapasitas Daerah IV-22
Tabel 4. 25 Kajian Kapasitas Kota Mojokerto IV-22
Tabel 4. 26 Tingkat Bahaya Di Kota Mojokerto IV-30
Tabel 4. 27 Tingkat Kerugian Bencana Di Kota Mojokerto IV-31
Tabel 4. 28 Tingkat Kapasitas Bencana Di Kota Mojokerto IV-32

vi | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 29 Tingkat Risiko Bencana Kota Mojokerto IV-32
Tabel 4. 30 Matriks Analisis Bencana Prioritas Kota Mojokerto 2022 IV-36
Tabel 4. 31 Parameter Penilaian Analisis Kemungkinan Dampak Bencana IV-37
Tabel 4. 32 Penentuan Prioritas Bencana Berdasarkan Penilaian
Kemungkinan Dampak IV-38
Tabel 5. 1 Program Dan Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto V-4
Tabel 6. 1 Peran Dan Tanggung Jawab Instansi Penanggulangan Bencana VI-1
Tabel 6. 2 Alokasi Peran Dalam Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana
Kota Mojokerto VI-3

vii | L a p o r a n A k h i r
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP A II-7


Gambar 2. 2 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP B II-8
Gambar 2. 3 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP C II-8
Gambar 2. 4 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana
Banjir BWP A II-9
Gambar 2. 5 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana
Banjir BWP B II-9
Gambar 2. 6 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana
Banjir BWP C II-10
Gambar 2. 7 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi
Bencana BWP A II-10
Gambar 2. 8 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi
Bencana BWP B II-11
Gambar 2. 9 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi
Bencana BWP C II-11
Gambar 2. 10 Siklus Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana II-16
Gambar 2. 11 Proses Rencana Penanggulangan Bencana II-17
Gambar 3. 1 Peta Administrasi Wilayah Kota Mojokerto III-2
Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Kota Mojokerto III-4
Gambar 3. 3 Kondisi Geologi Kota Mojokerto III-6
Gambar 3. 4 Kondisi Jenis Tanah Kota Mojokerto III-8
Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Mojokerto III-12
Gambar 3. 6 Kondisi Penggunaan Lahan Kota Mojokerto
Tahun 2016 III-13
Gambar 3. 7 Distribusi Bencana Banjir Kota Mojokerto III-22

viii | L a p o r a n A k h i r
Gambar 3. 8 risiko bahaya gempa bumi kota Mojokerto III-24
Gambar 3. 9 Kemampuan Lahan Terhadap Pembangunan
Perkotaan III-24
Gambar 4. 1 Peta Risiko Bencana Banjir Kota Mojokerto IV-24
Gambar 4. 2 Peta Risiko Bencana Kebakaran Kota Mojokerto IV-25
Gambar 4. 3 Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Mojokerto IV-26
Gambar 4. 4 Peta Risiko Bencana Kegagalan Teknologi
Kota Mojokerto IV-27
Gambar 4. 5 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim Kota Mojokerto IV-28
Gambar 4. 6 Peta Risiko Bencana Epidemi Dan Wabah
Penyakit Kota Mojokerto IV-29

ix | L a p o r a n A k h i r
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peristiwa bencana pada umumnya dapat terjadi berdasarkan kondisi alam dan
non alam atau akibat ulah manusia. Bencana akibat peristiwa alam diantaranya
gempabumi, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim, dan tanah longsor. Selain itu,
bencana dapat juga terjadi karena peristiwa non alam atau disebabkan karena ulah
tangan manusia seperti kebakaran hutan dan lahan serta turunan tanah (land sliding)
akibat beban pembangunan terhadap kondisi lahan. Serangkaian bencana yang terjadi
pada dasarnya membawa dampak kerugian terhadap sejumlah aspek kehidupan
diantaranya kerusakan lingkungan, kerugian materil/non materil, dan dampak psikologis
hingga korban jiwa.
Kota Mojokerto merupakan salah satu kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang
terletak 50 kilometer sebealah barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi JawaTimur.
Kota Mojokerto meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Mojokerto yang terdiri dari 3
(tiga) kecamatan dan 18 (delapan belas) kelurahan. Kota Mojokerto secara geografis
terletak pada 7° 33’ Lintang Selatan dan 112° 28’ Bujur Timur, dengan luas daratan
kurang lebih 2021,7 (dua ribu dua puluh satu koma tujuh) hektar. Kondisi fisik wilayah
Kota Mojokerto yang memiliki kelerengan lahan 0-5% serta dilalui oleh Sungai Brantas dan
beberapa anak sungainya pada bagian hilir menjadikan wilayah Kota Mojokerto rawan dan
rentan terhadap bencana khususnya banjir.
Bencana banjir yang terjadi di wilayah Kota Mojokerto diindikasikan
karakteristiknya sebagai banjir kiriman dari wilayah hulu yakni daerah aliran sungai yang
ada di Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang. Peristiwa bencana banjir yang
pernah terjadi di Kota Mojokerto hingga menimbulkan kerugian fisik dan non fisik
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi fisik alam, kondisi saluran
pembuang, hingga kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyebab bencana banjir.
Upaya penanggulangan bencana banjir di Kota Mojokerto pada dasarnya telah diupayakan
maksimal oleh pemerintah Kota Mojokerto dalam bentuk fisik seperti penyediaan rumah
pompa banjir dibeberapa titik anak sungai. Namun demikian, bencana banjir masih
berpotensi terjadi dibeberapa wilayah jika curah hujan meningkat.
Selain bencana banjir yang berpotensi terjadi di wilayah Kota Mojokerto,
diindikasikan terdapat beberapa ancaman bencana yang memungkinkan terjadi pada
wilayah dengan karakteristik perkotaan seperti cuaca ekstrim, kekeringan, gempa bumi,

I-1 | L a p o r a n A k h i r
dan turunan tanah akibat beban pembangunan (land subsidence). Kompleksitas dari
permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang
matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan
terpadu. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Mojokerto perlu melakukan upaya- upaya
mitigasi atau penanggulangan bencana secara komprehensif dan terpadu untuk jangka
waktu lima tahun kedepan dengan mempertimbangkan pedoman dan peraturan
perundangan yang berlaku.

1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN


1.2.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya rencana penanggulangan
bencana di Kota Mojokerto. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merumuskan
upaya penanganan bencana di Kota Mojokerto secara komprehensif, terarah dan terpadu.

1.2.2 SASARAN
Adapun sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini mengacu pada pedoman
Rencana Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2008 yang
terdiri dari:
(1) mengidentifikasi dan mengkaji ancaman bencana di wilayah Kota Mojokerto
(2) mengidentifikasi bahaya dan kerentanan bencana di wilayah Kota Mojokerto
(3) menganalisis kemungkinan dampak bencana
(4) menentukan tindakan pengurangan resiko bencana
(5) menentukan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
(6) merumuskan program, alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia

1.3 DASAR HUKUM


Adapun dasar hukum yang dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan rencana
penanggulangan bencana di Kota Mojokerto adalah sebagai berikut:
(1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
(2) Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lemabaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) sebagaimana telah
diubah dengan Undang- undang Nomor 11 Tahun 20020 tentang Cipta Kerja

I-2 | L a p o r a n A k h i r
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573).
(3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5608);
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
(6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelengaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
(7) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
(8) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kota
Mojokerto Tahun 2012).
(9) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 Tahun 2019 tentang Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Mojokerto 2019-2039
(10) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Mojokerto

1.4 ISTILAH
Agar memudahkan pemahaman dalam perencanaan penanggulangan bencana
Kota Mojokerto ini digunakan beberapa istilah sebagai berikut:
1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan BNPB
adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD
adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di daerah.
3) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

I-3 | L a p o r a n A k h i r
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
4) Cek Lapangan (Ground Check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada
peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.
5) Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS adalah sistem untuk
pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan
data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
6) Indeks Kerugian Daerah adalah jumlah infrastruktur yang berada dalam wilayah
bencana.
7) Indeks Penduduk Terpapar adalah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah
diperkirakan terkena dampak bencana.
8) Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran
menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat
bahaya, tingkat kerentanan dan kapasitas daerah.
9) Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan
tindakan pengurangan tingkat bahaya dan tingkat kerentanan daerah akibat bencana.
10) Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana.
11) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
12) Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
13) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14) Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
15) Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh
lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non spasialnya.
16) Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan tingkat risiko bencana suatu
daerah secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
17) Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,

I-4 | L a p o r a n A k h i r
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
18) Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan
penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi
salah satu dasar pembangunan daerah.
19) Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
20) Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu.
21) Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat
kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian
tertentu akibat bencana.
22) Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerentanan daerah dengan
kapasitas daerah untuk memperkecil tingkat kerentanan dan tingkat bahaya akibat
bencana.

1.5 RUANG LINGKUP


1.5.1 LINGKUP WILAYAH
Lingkup wilayah kegiatan penyusunan rencana penanggulangan bencana
melingkupi seluruh wilayah Kota Mojokerto yang terdiri dari delapan belas kelurahan dan
tiga kecamatan.

1.5.2 LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan penyusunan rencana penanggulangan bencana di Kota
Mojokerto pada dasarnya mengacu pada pedoman dan peraturan perundangan yang
berlaku dan setidaknya memuat diantaranya:
(1) Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah koordinasi dan mobilisasi
internal tim penyusun dengan PPTK dan PPK. Selain itu pada tahap ini tim penyusun
dapat melakukan kajian awal berupa studi literatur terkait referensi hukum, teori
kepustakaan terkait substansi rencana penanggulangan bencana, dan studi
preseden pendukung.

I-5 | L a p o r a n A k h i r
(2) Tahap Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukakan pada tahap ini meliputi penyusunan metode pelaksanaan
pengumpulan data/informasi primer dan sekunder yang dituangkan dalam lembar
desain survey. Adapun jenis data /informasi yang dimaksud diantaranya adalah data
kondisi kependudukan, kondisi tata guna lahan, kondisi neraca air tanah, kondisi fisik
wilayah (topografi, klimatologi, hidrologi, geologi, jenis tanah), frekuensi kejadian
bencana, daerah genangan banjir, infrastruktur pengendali banjir, kelembagaan
penanggulangan bencana, jumlah korban bencana, infrastruktur penanggulangan
kebakaran perkotaan, dan data/informasi lainnya yang mendukung.
(3) Tahap Identifikasi Bahaya Dan Kerentanan
Tahap ini diuraikan unsur-unsur bahaya/ancaman risiko bencana berupa ancaman
bencana/bahaya (hazard), dan kerentanan (vulnerability) yang dihadapi oleh wilayah
tersebut. Adapun ancaman bahaya yang dapat terjadi disuatu wilayah perkotaan
diantaranya meliputi banjir, kebakaran perkotaan (Gedung dan permukiman), gempa
bumi, turunan tanah (land subsidence), epidemi dan wabah penyakit, serta kegagalan
teknologi. Sedangkan kerentanan yang merupakan keadaan atau sifat/perilaku
manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya
atau ancaman dapat berupa kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, kerentanan
sosial, dan kerentanan lingkungan.
(4) Tahap Analisis Kemungkinan Dampak Bencana
Analisis kemungkinan dampak bencana merupakan Pertemuan dari faktor- faktor
ancaman bencana/bahaya dan kerentanan masyarakat, akan dapat memposisikan
masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya.
(5) Tahap Perumusan Upaya Penanggulangan Bencana
Kegiatan perumusan upaya penanggulangan bencana meliputi penentuan tindakan
penanggulangan bencana, mekanisme penanggulangan dampak bencana, dan
perumusan program, alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
(6) Tahap Pembahasan dan Penyerahan Hasil Kegiatan
Kegiatan pada tahap ini diantaranya adalah pembahasan hasil penyusunan rencana
penanggulangan bencana yang dilakukan minimal satu kali dan penyerahan hasil
kegiatan berupa dokumen hardcopy dan softcopy.

I-6 | L a p o r a n A k h i r
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan untuk laporan akhir dalam kegiatan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto tahun 2022 meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang
lingkup yang terbagi atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan, dan
dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan kajian.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan kebijakan dan pustaka yang nantinya
digunakan sebagai pendekatan dalam melakukan analisis dan perencanaan
penanggulangan bencana.
BAB III PROFIL WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini menguraikan kondisi eksisting wilayah perencanaan yakni Kota Mojokerto
secara makro dan secara rinci menjabarkan kondisi kebencanaan yang mungkin
terjadi di Kota Mojokerto.
BAB IV PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
Bab ini menguraikan analisis indeks pengkajian risiko bencana, peta risiko
bencana, dan kajian risiko bencana yang secara keseluruhan disesuaikan dengan
kondisi wilayah Kota Mojokerto.
BAB V KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA
Bab ini merupakan bagian utama dan paling penting dalam perencanaan
penanggulangan bencana. Pada bab ini berisikan uraian kebijakan, strategi dan
indikasi program yang nantinya akan menjadi fokus prioritas rencana aksi
penanggulangan bencana.
BAB VI ALOKASI DAN PERAN PELAKU DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN
BENCANA
Bab ini merupakan bagian Rencana Aksi berdasarkan kegiatan yang dituliskan
pada bab sebelumnya dan prioritas kegiatan. Rencana aksi merupakan kegiatan
yang telah disaring untuk dilaksanakan karena sangat penting dan mendesak
untuk dilakukan dan dapat dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan
kebencanaan.

I-7 | L a p o r a n A k h i r
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN KEBIJAKAN


2.1.1 KEBIJAKAN TERKAIT PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Peneyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana sendiri bertujuan untuk menjamin terselenggaranya
pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman,
risiko, dan dampak bencana. Pada umumnya penyelenggaraan bencana meliputi tiga
tahap yakni tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Kajian Risiko Bencana merupakan bagian
dari tahap prabencana. Kajian Risiko Bencana sendiri merupakan bentuk dari persyaratan
analisis risiko bencana sebagaimana diatur dalam pasal 5, pasal 11, dan pasal 12.
Persyaratan analisis risiko bencana pada dasarnya ditujukan untuk mengetahui dan
menilai tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
Analisis risiko bencana disusun berdasarkan persyaratan analisis risiko bencana melalui
penelitian dan pengkajian terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko
tinggi menimbulkan bencana. Analisis risiko bencana pada umumnya dituangkan dalam
bentuk dokumen yang disahkan oleh pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.

2.1.2 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI


JAWA TIMUR
Kebijakan terkait kebencanaan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 5 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031
diatur melalui strategi, rencana pola ruang dan arahan pengelolaan serta indikasi program
lima hingga dua puluh tahunan. Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
menetapkan 5 jenis kawasan rawan bencana alam yang meliputi:
1) Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawan tanah longsor di Provinsi Jawa Timur tersebar di 21 kabupaten/kota
meliputi Kabupaten Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Jember, Kediri,

II-1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Ponorogo,
Probolinggo, Situbondo, Trenggalek, Tuban, Tulungagung, dan Kota Batu. Adapun
arahan pengelolaan kawasan rawan tanah longsor adalah sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian lokasi rawan longsor
b. pengarahan pembangunan pada tanah yang stabil;
c. pemanfaatan wilayah rentan longsor tinggi sebagai ruang terbuka hijau;
d. pengendalian daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan
fasilitas utama lainnya; dan
e. penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak
tanamnya tepat.
f. Perbaikan drainase tanah
g. pembangunan berbagai pekerjaan struktur;
h. pembangunan terasering dengan sistem drainase yang tepat;
i. pembuatan tanggul penahan, khusus untuk runtuhan batu; dan
j. peningkatan dan pemeliharaan drainase, baik air permukaan maupun air tanah.

2) Kawasan rawan gelombang pasang


Kawasan rawan gelombang pasang di Provinsi Jawa Timur ditetapkan pada kawasan
pesisir sepanjang pantai yang berbatasan dengan Laut Jawa, Selat Bali, Selat Madura,
Samudera Hindia, atau dengan kawasan kepulauan. Adapun arahan pengelolaan
kawasan rawan gelombang pasang meliputi:
a. Reklamasi pantai
b. Pembangunan pemecah ombak
c. Penataan bangunan di sekitar pantai
d. Pengembangan kawasan hutan bakau
e. Pembangunan tembok penahan ombak

3) Kawasan rawan banjir


Kawasan rawan banjir di Provinsi Jawa Timur tersebar di 31 kabupaten/kota atau
hampir tersebar di seluruh wilayah kabupaten/ kota kecuali Kota Batu dan Kota
Mojokerto. Adapun arahan pengelolaan kawasan rawan banjir adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi wilayah banjir
b. pengarahan pembangunan untuk menghindari daerah rawan banjir yang
dilanjutkan dengan kontrol penggunaan lahan;
c. revitalisasi fungsi resapan tanah;
d. pembangunan sistem dan jalur evakuasi yang dilengkapi sarana dan prasarana;

II-2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
e. penyuluhan kepada masyarakat mengenai mitigasi dan respon terhadap kejadian
bencana banjir; dan
f. peningkatan koordinasi antarpemangku kepentingan.
g. pembangunan tembok penahan dan tanggul di sepanjang sungai serta tembok
laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami;
h. pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat
membantu mengurangi terjadinya bencana banjir; dan
i. pengerukan sungai dan pembuatan sudetan sungai, baik saluran terbuka maupun
tertutup atau terowongan.

4) Kawasan rawan bencana kebakaran


Kawasan rawan bencana kebakaran yang dimaksud dalam RTRW Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011-2031 adalah rawan bencana kebakaran hutan yang tersebar di lima
kawasan yakni kawasan Gunung Arjuno, Gunung Kawi, Gunung Welirang, Gunung
Kelud, dan kawasan Tahura R.Soeryo. Adapun arahan pengelolaan kawasan rawan
bencana kebakaran hutan diantaranya:
a. Pelaksanaan kampanye dan sosialisasi kebijakan pengendalian kebakaran lahan
dan hutan
b. peningkatan penegakan hukum;
c. pembentukan pasukan pemadaman kebakaran, khususnya untuk
penanggulangan kebakaran secara dini;
d. pengembangan sumber air untuk pemadaman api;
e. pembuatan sekat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian, dan
hutan;
f. pencegahan pembukaan lahan dengan cara pembakaran;
g. pencegahan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas;
h. pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat;
i. penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen;
j. partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya;
k. pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar; dan
l. pembentukan kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran lahan dan
hutan.

II-3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
5) Kawasan rawan bencana angin kencang
Kawasan rawan bencana angin kencang dan putting beliung di Provinsi Jawa Timur
tersebar diseluruh wilayah kabupaten/kota dengan arahan pengelolaan kawasan
rawan bencana angin kencang sebagai berikut:
a. Pengembangan tanaman tahunan tegakan tinggi yang rapat di sekitar
permukiman;
b. penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin; dan
c. pengembangan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya angin.

2.1.3 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA


MOJOKERTO
Kebijakan terkait kebencanaan dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4
tahun 2012 tentang RTRW Kota Mojokerto 2012-2032 diatur melalui strategi, rencana
pola ruang, rencana struktur ruang dan arahan pengelolaan serta indikasi program lima
hingga dua puluh tahunan. Dalam RTRW Kota Mojokerto tahun 2012-2032 menetapkan
kawasan rawan bencana alam berupa banjir. Kawasan rawan bencana banjir di Kota
Mojokerto tersebar di Kelurahan Kauman, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Purwotengah,
Kelurahan Jagalan, Kelurahan Sentanan, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Miji, Kelurahan Prajuritkulon, Kelurahan Blooto, Kelurahan Surodinawan,
Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan Kedundung, Kelurahan Balongsari,
Kelurahan Gunung Gedangan, dan Kelurahan Meri. Adapun arahan pengelolaan kawasan
rawan bencana banjir diantaranya:
a. Perbaikan dan normalisasi saluran drainase untuk mengurangi genangan;
b. rencana master drewing, sudetan dan resapan air;
c. penguatan tanggul untuk mencegah terjadinya banjir; dan
d. pembuatan sumur resapan dan kolam penampung air hujan.
Selain diatur dalam rencana pola ruang, penanggulangan kebencanaan di Kota
Mojokerto juga diwujudkan dalam rencana struktur ruang melalui pengembangan jalur
evakuasi dan tempat/ ruang evakuasi bencana yang tersebar dibeberapa titik
sebagaimana dijabarkan pada tabel berikut.

II-4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 2. 1 Rencana Jaringan Evakuasi dan Ruang Bencana Dalam RTRW Kota Mojokerto
2012-2032
No Ruang evakuasi Jalur evakuasi
1 Alun-alun kota ruas Jalan Brawijaya-Jalan Prapanca;
ruas Jalan Mayor Jendral Sungkono-Jalan
Hayam Wuruk;
ruas Jalan Letnan Kolonel Sumarjo- Jendral
Ahmad Yani; dan
ruas Jalan Mojopahit.
2 Stadion ahmad yani ruas Jalan Gajah Mada- Jalan Trunojoyo-Jalan
Joko Tole, Jalan Ronggolawe;
ruas Jalan Semeru-Jalan Ijen;
ruas Jalan Murbei-Jalan Pepaya-Jalan Lawu
raya; dan
ruas Jalan Mayor Jendral Sungkono-Jalan
Bancang-Jalan Raya Ijen.
3 Lahan rencana GOR ruas Jalan KH. Usman- Jalan Suromulang
Prajuritkulon/ sport centre Timur-Jalan Prajuritkulon;
ruas Jalan Raya Kemasan-Jalan Trenggilis
Raya-Jalan Raya Cinde; dan
ruas Jalan Tribuana Tungga Dewi-Jalan
Prajuritkulon.
4 Lapangan parkir kantor walikota ruas Jalan Pahlawan-Jalan Gajah Mada;
ruas Jalan Bhayangkara-Jalan Benteng
Pancasila- Jalan Gajah Mada;
ruas Jalan Empu Nala-Jalan Residen Pamuji-
Jalan Gajah Mada; dan
ruas Jalan K.H. Dahlan-Jalan HOS.
Cokroaminoto-Jalan Gajah Mada.
5 Lapangan parkir RS. Gatoel ruas Jalan Pahlawan-Jalan Raden Wijaya;
ruas Jalan Mojopahit-Jalan Mojopahit selatan-
Jalan Raya Pekayon-Jalan Raden Wijaya
Ruas jalan jawa-jalan raden wijaya
6 Lapangan parkir kantor Dishub ruas Jalan Meri-Jalan Jampirogo-Mlirip (By
kota Pass);
ruas Jalan Kertanegara-Jalan Jampirogo-
Mlirip (By Pass);
ruas Jalan Kuwung-Jalan Keboan-Jalan
Jampirogo-Mlirip (By Pass);
ruas Jalan Tropodo-Jalan Jampirogo-Mlirip (By
Pass);
ruas Jalan Gunung Gedangan Barat-Jalan
Jampirogo-Mlirip (By Pass); dan
ruas Jalan Empu Nala, dan Jalan Sekar Putih-
Jalan Jampirogo-Mlirip (By Pass).
Sumber : Perda Kota Mojokerto Nomor 4 tahun 2012 tentang RTRW Kota Mojokerto 2012-
2032

II-5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2.1.4 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI KOTA MOJOKERTO
Selain diatur dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 4 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mojokerto tahun 2012-2032,
kebencanaan juga diatur dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 tahun 2019
tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Mojokerto
tahun 2019-2039. Perwujudan kebijakan terkait kebencanaan dalam RDTR dan PZ Kota
Mojokerto 2019-2039 diatur dalam rencana pola ruang, rencana struktur ruang, arahan
pengembangan, dan indikasi program. Rencana Pola Ruang dalam RDTR dan PZ Kota
Mojokerto 2019-2039 menetapkan zona rawan bencana menjadi dua yakni sub zona
rawan bencana banjir dan sub zona rawan kebakaran.
1) Sub zona rawan bencana banjir
Sub zona rawan bencana banjir di Kota Mojokerto memiliki luas kurang lebih 100,34
hektar yang tersebar diseluruh wilayah BWP A, BWP B dan BWP C. Adapun arahan
penanganan pada sub zona ini adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan jalur evakuasi banjir
b. penyediaan ruang evakuasi banjir
c. pengembangan sistem peringatan dini di kawasan rawan banjir
d. penyediaan infrastruktur
e. pembangunan bangunan penahan tanah
2) Sub zona rawan kabakaran
Sub zona rawan kebakaran di Kota Mojokerto memiliki luas kurang lebih 724,71
hektar yang tersebar di Bagian Wilayah Perkotan (BWP) A seluas 147,65 hektar,
Bagian Wilayah Perkotan (BWP) B seluas 284,78 hektar, dan Bagian Wilayah
Perkotan (BWP) C seluas 295,58 hektar. Adapun arahan penanganan pada sub zona
ini adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan jalur evakuasi banjir
b. penyediaan ruang evakuasi banjir
c. pengembangan sistem peringatan dini di kawasan rawan kebakaran
d. penyediaan infrastruktur
e. pembangunan bangunan penahan tanah
Sedangkan perwujudan penanganan kebencanaan dalam rencana struktur ruang
adalah berupa pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana meliputi:
a. Alun-alun Kota Mojokerto yang terletak pada Sub BWP A2 seluas kurang lebih 1,71
hektar
b. stadion Ahmad Yani di Sub BWP C2 seluas kurang lebih 0,20 hektar

II-6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
c. lapangan parkir Kantor Walikota di Sub BWP A3 seluas kurang lebih 0,21 hektar
d. lapangan parkir Rumah Sakit Gatoel di Sub BWP A7 seluas kurang lebih 0,19 hektar
e. lahan rencana GOR Prajuritkulon/sport centre di Sub BWP B4 seluas kurang lebih
9,80 hektar
f. lapangan parkir Dishub Kota Mojokerto di Sub BWP C4 seluas kurang lebih 0,51
hektar
Untuk pemahaman lebih lanjut terkait rencana zona rawan bencana dan
pengembangan jalur serta ruang evakuasi bencana dapat dilihat pada gambar peta
berikut.

Gambar 2. 1 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP A

II-7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 2 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP B

Gambar 2. 3 Peta Rencana Sub Zona Rawan Kebakaran BWP C

II-8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 4 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana Banjir BWP A

Gambar 2. 5 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana Banjir BWP B

II-9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 6 Peta Rencana Sub Zona Rawan Bencana Banjir BWP C

Gambar 2. 7 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi Bencana BWP A

II-10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 8 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi Bencana BWP B

Gambar 2. 9 Peta Rencana Jalur Dan Ruang Evakuasi Bencana BWP C

II-11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2.1.5 KEBIJAKAN KEBENCANAAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA MOJOKERTO
Kebijakan terkait kebencanaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Mojokerto tahun 2018-2023 tertuang dalam strategi pada misi 2
dan misi 4 pembangunan. Dimana misi 2 adalah mewujudkan ketertiban, supremasi
hukum, dan HAM dengan strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peraturan hukum melalui penegakan
peraturan daerah dan pencegahan pelanggaran peraturan daerah
2. Meningkatkan pengendalian keamanan dan kenyamanan lingkungan serta kesadaran
masyarakat terhadap potensi bencana
Sedangkan misi 4 adalah mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya
saing, berkeadilan, dan berbasis pada ekonomi kerakyatan melalui peningkatan fasilitas
pembangunan infrastruktur daerah dengan sasaran meningkatnya kualitas lingkungan
hidup yang akan dicapai melalui strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan
2. Meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya
saing
3. Menurunkan beban pencemaran lingkungan dan risiko bencana
Dalam program pembangunan daerah terdapat 6 agenda prioritas pembangunan
yang memiliki kontribusi besar terhadap pencapaian visi dan misi kepala daerah meliputi:
1. Pengendali banjir
2. Pembangunan infrastruktur
3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
4. Pengembangan pariwisata dan kebudayaan lokal
5. Pembangunan sumber daya manusia
6. Reformasi birokrasi
Selain program prioritas pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kota
Mojokerto Tahun 2018-2023, Adapun beberapa program pembangunan daerah terkait
penanggulangan kebencanaan di tahun 2019-2023 diantaranya sebagai berikut:
1. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam dengan capaian
kinerja pada tahun 2019 sebesar 100%
2. Program pembinaan dan pengendalian bencana dan perlindungan masyarakat
dengan capaian kinerja pada tahun 2020 sebesar 100%
3. Program penanggulangan bencana dengan capaian kinerja pada tahun 2021 sebesar
100%

II-12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
4. Program penanganan bencana dengan capaian kinerja pada tahun 2021 sebesar
100%

2.2 TINJAUAN PUSTAKA


2.2.1 DEFINISI DAN JENIS BENCANA
Menurut Asian Disaster Reduction Center, Bencana adalah suatu gangguan serius
terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh
masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Sedangkan Menurut BAKORNAS PBP, bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan
oleh alam atau karena ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan
lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat untuk
menanggulanginya.
Jenis bencana menurut menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, bencana
diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah
penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat.
4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh
kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam
penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan
bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

2.2.2 PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rangkaian kegiatan tersebut
apabila digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :

II-13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
1. Pra bencana yang meliputi:
• situasi tidak terjadi bencana
• situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Siklus penanggulangan bencana yang meliputi 3 tahapan tersebut pada dasarnya
merupakan bagian dari manajemen bencana. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007,
manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan dengan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap
darurat dan pasca bencana. Gambar dan penjelasan dapat dilihat di bawah ini.
1. Tahap Pra Bencana
a) Pencegahan (prevention). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya Melarang
pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di
daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.
b) Mitigasi Bencana (Mitigation). Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui: a) pelaksanaan penataan ruang, b)
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan c)
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
c) Kesiapsiagaan (Preparedness). Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
d) Peringatan Dini (Early Warning). Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus
menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak
membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).

II-14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
2. Tahap Saat Terjadi Bencana
a) Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat
antara lain: a) pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya; b) penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan
dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar;
e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan segera
prasarana dan sarana vital.
b) Bantuan Darurat (relief). Merupakan upaya untuk memberikan bantuan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang,
Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
3. Tahap Pasca Bencana
a) Pemulihan (recovery). Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan
sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
b) Rehabilitasi (rehabilitation). Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
c) Rekonstruksi (reconstruction). Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan
usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan
maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi
non fisik.

II-15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 10 Siklus Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Sumber : Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008

2.2.3 PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA


Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko
bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan
penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Perencanaan penanggulangan
bencana merupakan bagian dari perencanaan pembangunan. Setiap rencana yang
dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan program/kegiatan yang terkait dengan
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) maupun Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahunan. Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Secara
garis besar proses penyusunan/penulisan rencana penanggulangan bencana dapat
dijelaskan pada diagram berikut:

II-16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 2. 11 Proses Rencana Penanggulangan Bencana
Sumber : Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008

2.2.4 BAHAYA DAN KERENTANAN


Indonesia merupakan negaradengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat
tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah manusia ataupun
kedaruratan komplek. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan
hutan, kebakaran perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan
teknologi dan konflik sosial. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya
ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat
antara lain pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta kerentanan bencana
tanah longsor, peta daerah bahaya bencana letusan gunung api, peta potensi bencana
tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Menurut beberapa pustaka, bahaya (Hazard) merupakan fenomena alam yang
luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan
harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Sedangkan
kerentanan (Vulnerability) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi
kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untukmenghadapi bahaya atau
ancaman bencana. Kondisi umum, yang mencakup faktor fisik, sosio-ekonomi, politikdan
budaya, yang berpotensi menyebabkan sekelompok masyarakat lebih mudah tertimpa

II-17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
bencana, atau yang menghambat kemampuan masyarakat untuk melakukan tindakan
terhadap bencana.

II-18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
BAB III
PROFIL WILAYAH PERENCANAAN

3.1 PROFIL WILAYAH KOTA MOJOKERTO


3.1.1 ADMINISTRATIF DAN GEOGRAFI WILAYAH
Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang pada
7o 33’ Lintang Selatan dan 122o 28’ Bujur Timur. Kota Mojokerto memiliki luas wilayah
2021 Ha/ 20,21 Km2, merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang memiliki satuan
wilayah atau luas wilayah terkecil, dengan wilayah administrasi yang hanya terbagi menjadi
3 kecamatan yakni Kecamatan Prajurit Kulon, Kecamatan Magersari, dan Kecamatan
Kranggan, 18 kelurahan, 175 rukun warga (RW), dan 666 rukun tetangga (RT).

Tabel 3. 1 Jumlah Kelurahan, RW, dan RT di Kota Mojokerto

Luas Jumlah
No Kecamatan/ Kelurahan Wilayah RT
Kelurahan RW
(Ha)
1 Prajurit Kulon 728 6 48 188
1. Mentikan 47 9 32
2. Kauman 24 3 16
3. Surodinawan 141 10 43
4. Prajuritkulon 126 10 30
5. Blooto 189 8 32
6. Pulorejo 201 8 35
2 Magersari 827 6 77 290
1. Gunung Gedangan 193 9 30
2. Kedundung 267 16 67
3. Balongsari 108 14 46
4. Gedongan 21 4 14
5. Magersari 61 10 35
6. Wates 177 24 98
3 Kranggan 463 6 50 188
1. Kranggan 161 14 57
2. Meri 178 11 41
3. Jagalan 25 3 9
4. Miji 58 11 49
5. Sentanan 17 6 14
6. Purwotengah 24 5 18
TOTAL 2021 18 175 666
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021

III-1 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Batas administrasi Kota Mojokerto berbatasan dengan Kecamatan pada
Kabupaten Mojokerto, serta sungai Brantas. Berikut adalah batas administrasi Kota
Mojokerto:
Batas Utara : Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gedeg
Batas Selatan : Kecamatan Sooko
Batas Barat : Kecamatan Sooko
Batas Timur : Kecamatan Puri
Untuk pemahaman lebih lanjut terkait batas administrasi wilayah Kota Mojokerto dapat
dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Wilayah Kota Mojokerto


Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

3.1.2 KONDISI FISIK WILAYAH


Kondisi fisik wilayah merupakan aspek penting yang dipertimbangkan dalam
kajian untuk menilai tingkat ancaman/ bahaya dan kerentanan bencana disuatu wilayah.
Adapun kondisi fisik wilayah yang dapat dikaji diantaranya meliputi topografi, kemiringan
lahan, geologi, jenis tanah, klimatologi, dan hidrologi.

III-2 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
I. Topografi
Kondisi topografi di wilayah Kota Mojokerto berada pada ketinggian antara 18,75 –
22 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah berada pada rata-rata
ketinggian 22 meter di atas permukaan laut.

Tabel 3. 2 Ketinggian Wilayah Kota Mojokerto pada Setiap Kelurahan

No Kecamatan Tinggi (m) Luas (Ha)


1 Prajurit Kulon
1. Mentikan 22,00 39,30
2. Kauman 22,00 25,6
3. Surodinawan 22,00 143,60
4. Prajuritkulon 22,00 137,64
5. Blooto 22,00 211,29
6. Pulorejo 22,00 183,49
2 Magersari
1. Gunung Gedangan 22,00 187,45
2. Kedundung 22,00 258,42
3. Balongsari 22,00 97,60
4. Gedongan 22,00 22,16
5. Magersari 22,00 69,10
6. Wates 22,00 173,52
3 Kranggan
1. Kranggan 22,00 128,90
2. Meri 22,00 191,56
3. Jagalan 22,00 25,65
4. Miji 22,00 82,68
5. Sentanan 22,00 18,81
6. Purwotengah 22,00 24,52
TOTAL 2021,36
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021

III-3 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Kota Mojokerto
Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

II. Kemiringan Lahan


Tingkat kelerengan lahan di Kota Mojokerto berada pada kelerengan antara 0-20%.
Untuk lahan dengan kemiringan0-20% tersebut, wilayah Kota Mojokerto dapat
digambarkan seperti Lepek (tatakan gelas/cekung) sehingga mempunyai potensi
genangan pada waktu hujan deras dalam jangka waktu yang agak lama. Data dan
gambaran kelerengan selengkapnya di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3. 3 Kondisi Kelerengan Wilayah Kota Mojokerto

No Kecamatan 0-20 % Jumlah (Ha)


1 Prajurit Kulon
1. Mentikan 39,30 39,30
2. Kauman 25,6 25,6
3. Surodinawan 143,60 143,60
4. Prajuritkulon 137,64 137,64
5. Blooto 211,29 211,29

III-4 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No Kecamatan 0-20 % Jumlah (Ha)
6. Pulorejo 183,49 183,49
2 Magersari
1. Gunung Gedangan 187,45 187,45
2. Kedundung 258,42 258,42
3. Balongsari 97,60 97,60
4. Gedongan 22,16 22,16
5. Magersari 69,10 69,10
6. Wates 173,52 173,52
3 Kranggan
1. Kranggan 128,90 128,90
2. Meri 191,56 191,56
3. Jagalan 25,65 25,65
4. Miji 82,68 82,68
5. Sentanan 18,81 18,81
6. Purwotengah 24,52 24,52
TOTAL 2021,36 2021,36
Sumber : Kota Mojokerto dalam Angka, 2021

III. Geologi
Lapisan batuan yang terdapat di Kota Mojokerto sebagian besar merupakan seri
batuan aluvium, pleistosenfasies sedimen dan alluvium fasies gunung api. Jenis
aluvium mendominasi disebagian besar wilayah di Kota Mojokerto, Pleistosen fasies
sedimen terdapat di Kelurahan Gunung Gedangan dan Kedundung, alluvium fasies
gunung api meliputi Kelurahan Surodinawan, Miji, Prajuritkulon, Blooto, Mentikan,
Kauman, Pulorejo, Jagalan, Sentanan, Purwotengah dan Magersari. Adapun luasan
dan gambaran Kota Mojokerto berdasarkan jenis geologinya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.

Tabel 3. 4 Luas Wilayah menurut Jenis Geologi Kota Mojokerto

Jenis Geologi
Plistosen, Fasies Alluvium
No Kecamatan Alluvium Total
Sedimen Fasies
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1 Prajurit Kulon 294,85 - 328,51 623,36
1. Surodinawan - - 145,88 145,88
2. Prajurit Kulon 11,53 - 108,00 119,53
3. Blooto 123,86 - 54,21 178,07
4. Mentikan 5,67 - 13,23 18,90
5. Kauman 11,44 - 7,19 18,63
6. Pulorejo 142,35 - - 142,35
2 Magersari 431,31 223,40 6,85 661,56

III-5 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jenis Geologi
Plistosen, Fasies Alluvium
No Kecamatan Alluvium Total
Sedimen Fasies
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1. Gunung - 170,45
104,62 65,83
Gedangan
2. Kedundung 71,01 157,57 - 228,58
3. Balongsari 82,86 - - 82,86
4. Gedongan 14,55 - 0,13 14,68
5. Magersari 26,17 - 6,72 32,89
6. Wates 132,10 - - 132,10
3 Kranggan 254,20 - 107,42 361,62
1. Kranggan 51,36 - 61,95 113,31
2. Meri 164,84 - - 164,84
3. Jagalan 13,44 - 3,11 16,55
4. Miji 17,74 - 21,86 39,60
5. Sentanan - - 13,85 13,85
6. Purwotengah 6,82 - 6,65 13,47
TOTAL 980,36 223,40 442,78 1.646,54
Sumber: RPJMD Kota Mojokerto, 2018

Gambar 3. 3 Kondisi Geologi Kota Mojokerto


Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

IV. Jenis Tanah

III-6 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jenis tanah di wilayah Kota Mojokerto terdiri dari jenis alluvial dan jenis grumosol .
Jenis tanah ini cukup baik untuk usaha pertanian, karena tanah tersebut terdiri dari
endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna hitam kelabu dengan
daya penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral yang cukup baik
bagi tumbuh-tumbuhan. Jenis tanah di Kota Mojokerto dikelompokkan dalam
beberapa jenis tanah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Alluvial
a. Bahan induk: alluvial dari aneka macam asal
b. Sifat dan corak:
• Warna: kelabu
• Tekstur: liat
• Keasaman: aneka
• Zat organik: kadar lemah D
• Kejenuhan: sedang hingga tinggi
• Permeabilitas: rendah
• Kepekaan erosi: tinggi, tetapi karena daerahnya datar tidak sampai lanjut
tingkatnya
• Pemakaian: padi sawah, palawija, dan perikanan
2. Grumosol
a. Bahan induk: merjel, liat, tuf vulkan
b. Sifat dan corak:
• Warna: kelabu hingga hitam
• Tekstur: liat, makin ke bawah makin meningkat
• Keasaman: sedikit asam hingga alkalin
• Zat organik: kadar rendah
• Kejenuhan: basa tinggi
• Permeabilitas: rendah
• Kepekaan erosi: besar
• Pemakaian: padi sawah, jagung, kedelai, tebu, kapas, dan hutan jati
Jenis tanah Asoosiasi aluvial kelabu dan aluvial coklat kekuningan terdapat di
Kelurahan Mentikan, Kauman, Pulorejo, dan seluruh wilayah di Kecamatan
Magersari. Sedangkan jenis tanah Grumosol cukup mendominasi jenis tanah di Kota
Mojokerto, terdapat di Kelurahan Meri, Gunung Gedangan, Kedundung, Balongsari,
Jagalan, Santanan, dan seluruh wilayah di Kecamatan Prajurit Kulon. Data dan

III-7 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
gambaran jenis tanah selengkapnya di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 3. 5 Jenis Tanah Di Wilayah Kota Mojokerto

No Jenis Tanah Jumlah (Ha)

Asosiasi Alluvial Kelabu dan Alluvial


1 803,54
Coklat Kekuningan
2 Grumosol Kelabu 1217,82
Jumlah 2021,36
Sumber : Hasil Perhitungan GIS, 2021

Gambar 3. 4 Kondisi Jenis Tanah Kota Mojokerto


Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

V. Klimatologi
A. Curah Hujan
Keadaan cuaca merupakan keadaan udara dalam wilayah tertentu dan
terjadi dalam jangka waktu terbatas. Cuaca di suatu daerah akan berbeda
dengan daerah lainnya. Keberadaan informasi cuaca akan dapat membantu

III-8 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
manusia dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan berbagai
kegiatan seperti bertani, menanam padi, dan sebagainya.
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh di permukaan tanah
datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas
permukaan horizontal. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan.
Penghitungan curah hujan secara aktif dilakukan oleh radar cuaca, dan dilakukan
secara pasif oleh satelit cuaca. Stasiun pengukuran cuaca dan curah hujan Kota
Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang.
Adapun jumlah curah hujan rata- rata di Kota Mojokerto pada delapan
tahun terakhir dapat disajikan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3. 6 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2014-
2020 (mm)

Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Bulan
Januari 499 212 163 340 258,70 538,20 238,80 373,5
Februari 738 85 86 166 247,10 448,70 848,70 486,4
Maret 372 255 212 423 455,10 288,60 632,80 299,7
April 445 400 331 389 273,00 229,30 123,60 123,8
Mei 113 96 70 323 104,70 145,30 207,00 82,7
Juni 34 33 73 192 201,80 - 104,40 206,3
Juli 20 - - 265 47,80 4,20 59,00 17,0
Agustus 57 - - - - - 33,80 36,9
September 122 - - - - - 61,00 107,0
Oktober 90 - - 6 - - 273,00 132,8
November 129 176 368 174 72,40 - 229,60 367,1
Desember 239 184 724 504 319,60 203,10 303,60 214,6
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka, 2022

B. Angin
Angin adalah aliran udara dalam jumlah besar yang disebabkan karena
adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin memiliki sifat bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi menuju tempat bertekanan udara rendah.
Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan
massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Pengukuran tekanan udara
dilakukan dengan menggunakan barometer. Satuan untuk menyatakan tekanan
udara adalah milibar (mbar). Stasiun pengukuran kecepatan angin dan tekanan
udara Kota Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang.

III-9 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 7 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kota Mojokerto Tahun 2021

Kecepatan Angin Tekanan Udara Rata- rata


Bulan
Velocity(m/sec) (Mbar)
Januari 3,3 943,4
Februari 4,1 943,8
Maret 2,8 944,2
April 3,3 945,2
Mei 3,7 944,7
Juni 3,3 946,0
Juli 4,2 945,9
Agustus 5,0 946,4
September 4,9 945,8
Oktober 4,3 945,6
Nopember 2,7 944,0
Desember 3,3 944,8
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka 2022

C. Temperatur
Temperatur yang disebut juga sebagai suhu merupakan ukuran panas-
dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya suatu benda berkaitan dengan
energi termis yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi
termisnya, makin besar temperaturnya. Alat yang digunakan untuk mengukur
temperatur disebut termometer. Satuan yang digunakan dalam pengukuran suhu
di Kota Mojokerto berupa derajat celcius (◦C). Stasiun pengukuran suhu Kota
Mojokerto berada di Stasiun Meteorologi Karangploso Malang. Adapun hasil
pengukuran suhu dan kelembaban Kota Mojokerto sepanjang tahun 2020.

Tabel 3. 8 Temperatur dan Kelembaban menurut Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2020

Kelembaban
Temperatur
Relative
(◦C)
Bulan Humidity (%)
Max Rata- Max
Min Rata-rata Min
rata
Januari 21,0 24,3 29,4 54 82 96
Februari 20,8 23,9 29,3 53 84 96
Maret 20,3 24,3 29,6 51 82 96
April 20,8 24,6 29,8 52 79 95
Mei 20,6 24,5 29,3 50 79 96
Juni 18,8 23,4 28,7 46 74 92
Juli 18,3 22,8 27,9 38 75 91
Agustus 18,4 23,1 28,8 24 72 95
September 19,3 24,1 29,8 27 72 94
Oktober 20,3 24,6 29,6 25 75 96

III-10 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Kelembaban
Temperatur
Relative
(◦C)
Bulan Humidity (%)
Max Rata- Max
Min Rata-rata Min
rata
Nopember 21,0 25,0 29,8 30 77 97
Desember 20,9 23,7 27,8 56 84 96
Sumber: Kota Mojokerto dalam Angka, 2021

VI. Hidrologi
Kondisi hidrologi pada wilayah Kota Mojokerto sangat dipengaruhi oleh sungai-sungai
yang melintasi Kota Mojokerto dan kedalaman air tanahnya. Kota Mojokerto masuk
dalam Sub DAS Brantas Hilir yang meliputi wilayah sebagian Kelurahan Gunung
Gedangan, sebagian Kelurahan Meri, sebagian Kelurahan Miji, Kelurahan
Balongsari, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Sentanan, Kelurahan Purwotengah,
sebagian Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Gedongan, Kelurahan
Magersari, Kelurahan Wates dan Kelurahan Kedundung. Selain termasuk dalam Sub
DAS Brantas Hilir, Kota Mojokerto juga dilalui beberapa anak sungai Brantas
diantaranya dapat dijabarkan pada gambar peta dan tabel berikut.

Tabel 3. 9 Nama dan Panjang Sungai di Kota Mojokerto

Karakter
No Nama Sungai Panjang (M) Luas (M²)
Sungai
1 Sungai Brantas 4855,53 606941,25 bertanggul
2 Sungai Brangkal 1915,97 67058,95 bertanggul
3 Sungai Sadar 3541,65 49583,1 bertanggul
4 Sungai Cemporat 783,90 7839 bertanggul
5 Sungai Ngrayung 3818,76 17779,72 bertanggul
6 Sungai Watudakon 1567,97 31359,4 bertanggul
7 Sungai Ngotok/Pulo 2364,78 130062,9 bertanggul
Sumber : RPJMD Kota Mojokerto Dan Hasil Perhitungan GIS, 2018

III-11 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Mojokerto
Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

3.1.3 PENGGUNAAN LAHAN


Kota Mojokerto memiliki luas wilayah sebesar 2.021 Ha, dengan jenis keragaman
penggunaan lahan meliputi lahan tidak terbangun berupa sawah irigasi, perkebunan dan
RTH; dan lahan terbangun berupa permukiman, fasilitas umum, industri dan perdagangan
dan jasa. Penggunaan lahan paling besar di Kota Mojokerto adalah perumahan tidak
teratur seluas 585,90 Ha dan penggunaan lahan paling kecil adalah penggunaan lahan
untuk fasilitas persampahan seluas 0,14 Ha. Lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan
di Kota Mojokerto dapat dilihat pada gambar peta dan tabel berikut.

Tabel 3. 10 Penggunaan Lahan Kota Mojokerto Tahun 2016

No. Jenis Penggunaan Lahan Total (Ha)


1. Kebun 33,74
2. Lahan Kosong 159,20
3. Pariwisata 0,38
4. Perikanan 1,55
5. Persampahan 0,14

III-12 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No. Jenis Penggunaan Lahan Total (Ha)
6. Pertahanan dan Keamanan 14,57
7. Pertanian 622,80
8. Pertanian Lahan Kering 27,85
9. Perumahan Kepadatan Rendah 47,34
10. Perumahan Kepadatan Sedang 219,82
11. Perumahan Kepadatan Tinggi 346,70
12. Peruntukkan Khusus 4,76
13. Ruang Terbuka Hijau 22,94
14. Sarana Industri 66,65
15. Sarana Pelayanan Umum 80,96
16. Sarana Perdagangan dan Jasa 85,31
17. Sarana Perkantoran 26,73
18. Sempadan Rel 12,10
19. Sempadan Sungai 49,23
20. Sungai 57,61
21. Jalan 140,54
22. Instalasi Lainnya 0,44
Jumlah 2021,36
Sumber : Hasil Perhitungan GIS, 2020

Gambar 3. 6 Kondisi Penggunaan Lahan Kota Mojokerto Tahun 2016


Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

III-13 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
3.1.4 KEPENDUDUKAN
Aspek kependudukan dalam suatu perencanaan penanggulangan bencana
merupakan aspek penting dalam rangka menentukan jumlah penduduk terpapar bahaya
dan kerentanan, sehingga dimasa akan datang penduduk terpapar tersebut memperoleh
penanganan yang tepat. Aspek kependudukan yang dapat dibahas dalam kajian ini
diantaranya adalah jumlah dan kepadatan penduduk, serta pertumbuhan penduduk.
I. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
Kota Mojokerto merupakan bagian wilayah administrasi Provinsi Jawa Timur yang
memiliki luas wilayah terkecil namun memiliki jumlah dan kepadatan penduduk
cukup tinggi yang terkonsentrasi pada wilayah bagian tengah dan timur kota. Jumlah
penduduk di Kota Mojokerto tiap tahunnya mengalami perubahan. Pada tahun 2021,
jumlah penduduk di Kota Mojokerto adalah 140544 jiwa. Jumlah penduduk
terbanyak berada di wilayah Kecamatan Magersari sebesar 60126 jiwa, diikuti
dengan Kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 42563 jiwa, dan jumlah penduduk
terkecil berada di wilayah Kecamatan Kranggan sebesar 37855 jiwa. Untuk
penjabaran lebih rinci jumlah dan kepadatan penduduk di Kota Mojokerto Tahun
2021 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2021


Jumlah Luas Wilayah
No Kecamatan
Penduduk (Ha)
1 Prajurit Kulon 42563 728
1. Mentikan 6346 47
2. Kauman 3122 24
3. Surodinawan 9234 141
4. Prajuritkulon 8121 126
5. Blooto 7180 189
6. Pulorejo 8560 201
2 Magersari 60126 827
1. Gunung Gedangan 7857 193
2. Kedundung 15913 267
3. Balongsari 7990 108
4. Gedongan 2264 21
5. Magersari 5663 61
6. Wates 20439 177
3 Kranggan 37855 463
1. Kranggan 13284 161
2. Meri 9182 178
3. Jagalan 2960 25
4. Miji 8649 58
5. Sentanan 2209 17

III-14 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Jumlah Luas Wilayah
No Kecamatan
Penduduk (Ha)
6. Purwotengah 1571 24
TOTAL 140544 2.021
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2022

Sedangkan untuk kepadatan penduduk diketahui melalui perbandingan jumlah


penduduk dengan luas wilayahnya. Adapun kriteria dalam penentuan kepadatan
penduduk dalam suatu wilayah dilihat pada masing masing kecamatannya
dikategorikan menjadi :
a. Kepadatan Tinggi : Jika angka kepadatan suatu kecamatan lebih besar dari
angka kepadatan wilayah diatasnya
b. Kepadatan Sedang :Jika angka kepadatan suatu kecamatan sama besar
dengan angka kepadatan wilayah diatasnya.
c. Kepadatan Rendah :Jika angka kepadatan suatu kecamatan lebih kecil dari
angka kepadatan wilayah diatasnya.

Tabel 3. 12 Kepadatan Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2021

Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Kecamatan Penduduk Penduduk
(Ha)
(jiwa) (jiwa/ Ha)
Prajurit Kulon 42563 728 58
Magersari 60126 827 73
Kranggan 37855 463 82
Kota Mojokerto 140.075 2021 6.552
Sumber: Kota Mojokerto Dalam Angka Tahun 2021

II. Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk di Kota Mojokerto dari tahun 2013 hingga 2018 memiliki
rata-rata pertumbuhan sebesar 1,12%. Kecamatan Prajurit Kulon memiliki rata-rata
pertumbuhan penduduk tertinggi sebesar 1,26%, sedangkan Kecamatan Magersari
memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk terendah yakni sebesar 0,99%. Jumlah
dan nilai rata- rata pertumbuhan penduduk di Kota Mojokerto dari tahun 2013 hingga
Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 13 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kota Mojokerto Tahun 2013-2018

III-15 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
No Kecamatan/ Jumlah Penduduk (Jiwa)
kelurahan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Prajurit Kulon 39,490 39,746 40,846 41,286 42,032 42,384
1. Surodinawan 7,473 7,826 8,166 8,405 8,651 8,969
2. Prajurit Kulon 7,780 7,681 8,008 8,153 8,334 8,212
3. Blooto 5,957 6,206 6,135 6,183 6,306 6,908
4. Mentikan 7,574 7,046 7,565 7,514 7,555 6,798
5. Kauman 3,270 3,175 3,291 3,282 3,286 3,173
6. Pulorejo 7,436 7,812 7,681 7,749 7,900 8,324
Magersari 58,393 60,284 59,487 60,058 60,429 61,317
1. Gunung Gedangan 6,858 7,181 7,127 7,293 7,350 7,583
2. Kedundung 14,807 15,513 15,381 15,618 15,809 16,330
3. Balongsari 7,875 8,256 7,900 7,925 7,976 8,187
4. Gedongan 2,418 2,495 2,361 2,310 2,268 2,356
5. Magersari 5,911 6,099 5,975 6,042 6,001 5,829
6. Wates 20,524 20,740 20,743 20,870 21,025 21,032
Kranggan 38,490 39,647 39,295 38,817 40,164 39,676
1. Kranggan 13,385 14,046 13,711 13,104 14,345 14,169
2. Meri 8,253 8,474 8,575 8,688 8,959 9,091
3. Jagalan 3,323 3,226 3,345 3,258 3,184 3,115
4. Miji 9,269 9,605 9,425 9,290 9,487 9,330
5. Sentanan 2,504 2,467 2,512 2,456 2,426 2,318
6. Purwotengah 1,756 1,829 1,727 2,021 1,763 1,653
136,37 139,67 139,62 140,16 142,61 143,37
Kota Mojokerto
3 7 8 1 1 7
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2020

Tabel 3. 14 Nilai Rata- rata Pertumbuhan Penduduk Kota Mojokerto 2013-2018

Tahun
Kecamatan 2013- 2014- 2015- 2016- 2017-
Rata-rata
2014 2015 2016 2017 2018
Prajurit Kulon 0.65 2.77 1.08 1.81 0.01 1.26
Magersari 3.24 -1.32 0.96 0.62 1.47 0.99
Kranggan 3.01 -0.89 -1.22 3.47 -1.22 1.09
Rata- rata 2,30 0,19 0,27 1,97 0,74 1,12
Sumber : Hasil Analisis, 2019

3.1.5 EKONOMI WILAYAH


Kondisi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pada dasarnya dapat dilihat dari
penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk masing- masing
sektor.berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010, laju
pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto tahun 2021 adalah sebesar 3,65%. Nilai PDRB
atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2021 adalah 4.976,49 miliar rupiah,
sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 6.935,63 miliar rupiah. Sedangkan
sektor ekonomi yang sangat dominan kontribusinya di Kota Mojokerto yaitu sektor

III-16 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
perdagangan dan industry pengolahan. Kedua sektor tersebut memiliki peranan besar
terhadap perekonomian di Kota Mojokerto sehingga menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi yang dapat ditingkatkan produktivitasnya. Sedangkan dalam hal pertumbuhan
ekonomi Kota Mojokerto pada tahun 2019 sampai tahun 2021 masing- masing adalah
sebesar 5,65%, 3,69%, dan 3,65%.
Selain dilihat dari angka PDRB atas dasar harga konstan, kondisi ekonomi wilayah
Kota Mojokerto juga dapat dilihat dari pendapatan asli daerah yang mengalami
pertumbuhan cukup signifikan dari tahun 2014-2018. Komponen pendapatan asli daerah
Kota Mojokerto terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk penjabaran lebih rinci
terkait kondisi pendapatan asli daerah Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 15 Pendapatan daerah kota Mojokerto 2014-2018

Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata


(juta (juta (juta (juta (juta pertumbuhan
rupiah) rupiah) rupiah) rupiah) rupiah) (%)
Pendapatan 689.559 717.544 806.772 782.331 888.007 6,24
Pendapatan 105.277 129.258 152.462 178.295 183.037 12,89
Asli Daerah
Pajak 25.092 31.324 35.333 47.423 47.920 18,22
Daerah
Retribusi 10.886 11.862 13.006 7.661 9.989 2,16
Daerah
Sumber : RPJMD Kota Mojokerto, 2018

3.1.6 INFRASTRUKTUR WILAYAH


I. Fasilitas Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada saat ini sudah cukup memadai dan melayani
masyarakat di wilayah kota Mojokerto. Sarana pendidikan berupa taman kanak-
kanak/Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI),
sekolah menengah pertama/Madrasah tsanawiyah (Mts) atau sederajat. Berikut
adalah tabel jumlah sarana pendidikan di Kota Mojokerto Tahun 2021

Tabel 3. 16 Jumlah sarana pendidikan di Kota Mojokerto Tahun 2021

Fasilitas Pendidikan (Unit)


No Kecamatan/Kelurahan
TK SD/MI SLTP/MI SMU/SMK/MI
A. Kec. Prajurit Kulon
1. Surodinawan 4 2 1 3
2. Prajurit Kulon 3 3 2 1
3. Blooto 3 3 - -

III-17 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Fasilitas Pendidikan (Unit)
No Kecamatan/Kelurahan
TK SD/MI SLTP/MI SMU/SMK/MI
1. Kel. Mentikan 1 4 1 -
2. Kel. Kauman 2 3 - -
3. Pulorejo 3 3 1 1
Jumlah A 16 18 5 5
B. Kec.Magersari
1. Wates 8 7 1 1
2. Gunung Gedangan 4 2 - 1
3. Kedundung 7 4 1 -
4. Kel. Balongsari 4 7 1 2
5. Kel. Gedongan 1 4 - 1
6. Kel. Magersari 2 2 1 2
Jumlah B 26 26 4 7
C Kec. Kranggan
1. Kel. Kranggan 7 6 3 3
2. Kel. Meri 3 3 2 -
3. Kel. Jagalan 3 1 1 -
4. Kel. Miji 6 5 - 2
5. Kel. Sentanan 1 1 2 1
6. Kel. Purwotengah 4 5 3 2
Jumlah C 24 21 11 8
Jumlah Kota 66 65 20 20
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa semua kecamatan di Kota Mojokerto


sudah terlayani oleh fasilitas pendidikan dari TK sampai dengan SMU/SMK/MI.
Kecamatan yang paling banyak memiliki fasilitas pendidikan berada di Kecamatan
Magersari dan Kecamatan yang paling sedikit memiliki Fasilitas pendidikan di Kecamatan
Prajurit Kulon.

II. Fasilitas Kesehatan


Sarana kesehatan merupakan sub zona yang dikembangkan untuk
pengembangan sarana kesehatan dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan
dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang dikembangkan secara horizontal dan
vertikal. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah BWP A, B, C meliputi Rumah Sakit,
Puskesmas, Poyandau, Rumah Bersalin, dan klinik kesehatan. Berikut adalah tabel jumlah
sarana kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2021

III-18 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 17 Jumlah sarana kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2021

Jenis Fasilitas Kesehatan


Kecamatan/
No Puskesmas Puskesmas Rumah
Kelurahan RSU Puskesmas Posyandu
Pembantu Keliling Bersalin
1 Prajurit Kulon
1. Surodinawan 1 - - 1 11 -
2. Prajurit Kulon 3 1 1 1 8 -
3. Blooto - - - 1 4 -
4. Mentikan - 1 1 1 10 -
5. Kauman - - - - 4 -
6. Pulorejo - - - 1 7 -
Jumlah 4 2 2 5 43 -
2 Magersari
1. Wates 1 1 1 1 26 -
2. Gunung
- - 1 1 9 -
Gedangan
3. Kedundung 1 1 - - 16 -
4. Balongsari - - 1 1 14 -
5. Gedongan - 1 - - 4 -
6. Magersari - - - - 9 -
Jumlah 2 3 3 3 78 -
3. Kranggan
1. Kranggan 2 - - 2 15 -
2. Meri - - 1 1 7 -
3. Jagalan 1 - 1 1 6 -
4. Miji - - - 2 10 -
5. Sentanan - - 1 1 4 -
6. Purwotengah - - - - 3 -
Jumlah 3 - 3 7 98 -
Jumlah 9 5 8 15 219 -
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua kecamatan di Kota Mojokerto


sudah terlayani oleh fasilitas kesehatan dari rumah bersalin, posyandu, puskesmas
keliling, pukesmas pembantu, pukesmas dan RSU. Rumah sakit yang terdapat di wilayah
SPK A diantaranya RSUD, RS. Gatoel dan RS. DKT

III. Fasilitas Perekonomian


Fasilitas perekenomian menjadi pusat pertukaran barang dan jasa bagi
masyarakat di Kota Mojokerto. Di Kota Mojokerto terdapat Los, Kios dan Ruko. Berikut
adalah tabel jumlah sarana perekonomian di Kota Mojokerto tahun 2020

III-19 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 18 Sarana perekonomian di Kota Mojokerto tahun 2020

Jumlah Unit
No Lokasi Pasar
Los Kios Ruko
1 Pasar Tanjung Anyar 636 306 17
2 Pasar Kliwon 24 19 -
3 Pasar Kranggan 21 21 -
4 Pasar Prapanca 235 - -
5 Pasara Prajurit Kulon 85 22 -
Pasar Burung
6 40 54 12
Empunala
Jumlah 1041 422 29
Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2021

Berdasarkan diketahui Kota Mojokerto memiliki 6 pasar yaitu Pasar Tanjung Anyar,
Kliwon, Kranggan, Prapanca, Prajurit Kulon, Pasar Burung Empunala. Dari keenam pasar
tersebut Pasar Burung Empunala dan Pasar Tanjuung Anyar memiliki 3 fasilitas lengkap
yakni Los, Kios dan Ruko.

3.2 KONDISI KEBENCANAAN


Kondisi kebencanaan merupakan bagian penting dalam pengkajian risiko
bencana, hal ini disebabkan karena kondisi kebencanaan merupakan dasar dalam
penilaian terhadap pentingnya upaya- upaya pengurangan risiko bencana. Adapun kondisi
kebencanaan yang dijabarkan pada sub bab ini meliputi sejarah kebencanaan dan potensi
terjadinya ancaman/ bahaya kebencanaan di Kota Mojokerto.
3.2.1 SEJARAH KEBENCANAAN
Informasi sejarah kejadian bencana diketahui berdasarkan pencatatan Data Dan
Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Catatan sejarah kejadian tersebut diambil dengan
rentang waktu 20 tahunan yakni dari tahun 2000 hingga tahun 2022 yang melingkupi 10
jenis bencana. Berdasarkan informasi catatan DIBI tersebut untuk Kota Mojokerto tercatat
terdapat satu jenis bencana yang pernah terjadi yakni kekeringan, namun berdasarkan
konfirmasi dari pemerintah setempat terdapat kejadian bencana banjir yang merupakan
banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Mojokerto yakni pada tahun 2002 dan tahun 2017.
Adapun catatan kejadian bencana di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

III-20 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tabel 3. 19 Sejarah Kejadian Bencana Kota Mojokerto

Jenis Bencana Karakteristik Jumlah Kejadian Jumlah jiwa terpapar


Kekeringan - 1 (2019) 6127
Banjir Bandang Kiriman 2 (2004, 2017) Tidak diketahui
dari wilayah
Kabupaten
Mojokerto
Kebakaran Permukiman dan 3 (2022) -
gedung
Sumber : Data Dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB 2022 dan Kondisi Eksisting
2022

3.2.2 POTENSI ANCAMAN/BAHAYA BENCANA


Potensi bencana di Kota Mojokerto diketahui berdasarkan sejarah kejadian
bencana (bencana yang pernah terjadi) dan kemungkinan kejadian bencana lainnya.
Sejarah kejadian bencana dilihat berdasarkan pencatatan kejadian bencana dari DIBI,
sedangkan kemungkinan kejadian bencana lainnya dilihat dari kondisi daerah yang
dipadukan dengan metodologi pengkajian risiko bencana dari BNPB.
Catatan kejadian bencana dari DIBI menunjukkan Kota Mojokerto memiliki potensi
terhadap 2 (dua) jenis bencana. Bencana yang pernah terjadi tidak menutup
kemungkinan akan terjadi lagi jika tidak ditanggulangi dengan perencanaan yang matang.
Sedangkan dari metodologi pengkajian risiko bencana dan informasi kemungkinan
terjadinya bencana lainnya, Kota Mojokerto masih menyimpan potensi bencana lainnya.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, teridentifikasi 7 (tujuh) potensi bencana di Kota
Mojokerto yang dijabarkan sebagai berikut.
I. Banjir
Kota Mojokerto yang dilalui oleh Sungai Brantas beserta anak sungainya dan
memiliki kondisi dataran yang rendah serta kondisi saluran drainase yang kurang
optimal dalam mengalirakan limpasan air hujan menjadikan wilayah Kota Mojokerto
mempunyai risiko terjadinya bencana banjir. Karakter banjir yang ada di wilayah Kota
Mojokerto pada umumnya terdiri dari banjir genangan akibat curah hujan, banjir
bandang dan atau banjir kiriman. Banjir bandang pernah terjadi di wilayah Kota
Mojokerto pada tahun 2004 yang merupakan banjir kiriman berasal dari Kali
Kromong dan Kali Pikatan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Kedua sungai
tersebut bertemu di Dusun Wiyu dan menjadi satu dengan air yang berasal dari

III-21 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
dataran tinggi Wonosalam yang selanjutnya mengalir ke Kali Brangkal. Akibat kondisi
tersebut, Kali Brangkal yang sudah bertanggul tidak mampu menampung sehingga
menyebabkan banjir di sekitar wilayah Kota Mojokerto terutama di bagian barat.
Sedangkan Kali Sadar menyebabkan banjir di wilayah Mojokerto bagian timur. Pada
saat banjir, rata-rata luas genangannya adalah sebesar 174,07 Ha, setinggi rata-rata
0,5 m dan lama genangan rata-rata 12 jam – 24 jam. Selain ancaman bahaya banjir
bandang kiriman dari hulu, banjir yang terjadi di Kota Mojokerto juga dipengaruhi
oleh kondisi jaringan drainase yang memiliki kondisi kurang optimal sehingga
menimbulkan beberapa genangan air di permukiman penduduk dan jalan- jalan
utama. Adapun kondisi kejadian bencana banjir yang terjadi di Kota Mojokerto dapat
dijabarkan pada tabel dan peta berikut.

Gambar 3. 7 Distribusi Bencana Banjir Kota Mojokerto


Sumber : Hasil Olah Data, 2022

Tabel 3. 20 Karakteristik Kejadian Bencana Banjir Di Kota Mojokerto

Tinggi Luasan
Lama
No Kelurahan Karakteristik Banjir Genangan Genangan
Genangan
(Cm) (Ha)
1 Balongsari Banjir <30 2,2 <24 jam

III-22 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Tinggi Luasan
Lama
No Kelurahan Karakteristik Banjir Genangan Genangan
Genangan
(Cm) (Ha)
2 Blooto Banjir Dan Banjir
30-50 6,74 >24 jam
Bandang
3 Gedongan Banjir <30 12,7 <24 jam
4 Gunung Banjir
<30 88,75 <24 jam
Gedangan
5 Jagalan Banjir <30 3,73 <24 jam
6 Kauman Banjir Bandang 30-50 18,24 >24 jam
7 Kranggan Banjir Dan Banjir
30-50 15,31 >24 jam
Bandang
8 Magersari Banjir Bandang 30-50 14,22 >24 jam
9 Mentikan Banjir Bandang 30-50 33,35 >24 jam
10 Meri Banjir <30 85,52 <24 jam
11 Miji Banjir Dan Banjir
30-50 33,19 >24 jam
Bandang
12 Prajuritkulon Banjir Bandang 30-50 31,2 >24 jam
13 Pulorejo Banjir Bandang 30-50 41,4 >24 jam
14 Surodinawan Banjir Bandang 30-50 26,16 >24 jam
15 Wates Banjir Dan Banjir
30-50 94,36 >24 jam
Bandang
Sumber : Hasil Olah Perhitungan GIS, 2022

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setiap wilayah kelurahan di Kota Mojokerto
memiliki potensi bahaya banjir dengan karakteristik yang berbeda beda. Wilayah
Kelurahan yang memiliki potensi bahaya banjir terluas yakni Kelurahan Wates,
Kelurahan Gunung Gedangan, dan Kelurahan Meri. Dimana diantara ketiga
kelurahan tersebut terdapat satu kelurahan yang memiliki dua karakter bahaya
banjir dan banjir bandang yakni Kelurahan Wates. Untuk tinggi genangan dan lama
genangan dikategorisasikan berdasar informasi kejadian bencana banjir yang
pernah terjadi.

III-23 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
Gambar 3. 8 risiko bahaya gempa bumi kota Mojokerto
Sumber : Inarisk BNPB, 2022

Gambar 3. 9 Kemampuan Lahan Terhadap Pembangunan Perkotaan


Sumber : RDTR Kota Mojokerto 2019-2039

Meskipun di wilayah Kota Mojokerto belum pernah mencatat adanya kejadian


bencana gerakan tanah dalam kurun waktu 10 tahun, namun dengan

III-24 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
mempertimbangkan potensi bahaya gerakan tanah dalam kajian risiko bencana
merupakan langkah antisipatif dalam setiap upaya kegiatan pembangunan di Kota
Mojokerto.

II. Kekeringan
Bahaya bencana kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kota Mojokerto yang
dipengaruhi oleh kondisi curah hujan dan penurunan fungsi lahan dalam menyimpan
air. Jika melihat histori kondisi curah hujan di Kota Mojokerto, potensi kekeringan
dapat terjadi saat curah hujan rendah pada bulan Juli-Agustus dan temperatur kota
meningkat pada bulan yang sama (Kota Mojokerto Dalam Angka 2022). Sedangkan
terkait dengan penurunan fungsi lahan di Kota Mojokerto dalam sepuluh tahun
terakhir terjadi cukup signifikan. Hal ini terlihat dari adanya perubahan fungsi lahan
pertanian menjadi lahan terbangun di beberapa wilayah kelurahan seperti
Kelurahan Blooto, Kelurahan Kedundung, dan Kelurahan Gunung Gedangan.
III. Cuaca ekstrim
Sama halnya dengan potensi bahaya kekeringan, potensi bahaya cuaca ekstrim yang
terjadi di Kota Mojokerto dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti kondisi curah
hujan, kondisi keberadaan lahan terbuka, dan kondisi kemiringan lereng. Data dan
informasi terkait komponen yang berpengaruh terhadap potensi terjadinya bahaya
ekstrim telah dijabarkan terperinci seperti kondisi curah hujan tinggi yang terjadi
pada bulan November-Februari dan kondisi kemiringan lahan yang sangat datar
berada pada kemiringan 0-2%. Sedangkan untuk keberadaan lahan terbuka
diwilayah Kota Mojokerto yang berpotensi memicu bahaya cuaca ekstrim
diantaranya adalah lahan pertanian, taman- taman kota termasuk alun- alun,
lapangan olahraga terbuka, serta badan sungai Brantas yang memiliki penampang
sungai sangat lebar yakni lebih dari 100 meter. Untuk mengetahui keberadaan lahan
terbuka dapat mengacu pada peta penggunaan lahan eksisting sebagaimana telah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

IV. Gagal teknologi


Kegagalan teknologi merupakan jenis ancaman/ bahaya yang berpotensi terjadi di
Kota Mojokerto mengingat sumber kegagalan teknologi berasal dari kegiatan
industri. Dalam pedoman umum Kajian Risiko Bencana, komponen parameter yang
digunakan untuk mengkaji kegagalan teknologi yaitu jenis industry dan kapasitas
industri. Kondisi eksisting yang ada saat ini, Kota Mojokerto memiliki sebaran
industri skala kecil menengah dan skala besar. Dimana untuk industri skala besar

III-25 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
didominasi oleh industri manufaktur yang tersebar di Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Kedundung, dan Kelurahan Gunung Gedangan. Sedangkan untuk industri
skala kecil tersebar hampir di seluruh wilayah kelurahan dengan jenis usaha
bermacam- macam seperti batik, makanan dan minuman, kerajinan tangan, dan
sepatu/ alas kaki.

Tabel 3. 21 Kondisi Industri Kecil Menengah Di Kota Mojokerto

Total Total Tenaga Total Nilai


No. Jenis Komoditi Usaha Kerja Produksi
(Unit) (Orang) (Rp.)
1. Industri Berbasis Agro 482 1.633 53.094.792.000
2. Industri Alas Kaki 399 4.133 287.050.208.800
Industri Batik Tulis dan 66 89
3. 624.600.000
Cap
4. Industri Handicraft 52 207 4.576.700.000
5. Industri Miniatur Perahu 13 35 1.254.800.000
6. Industri Cor Alumunium 11 98 9.981.920.000
Sumber : Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto 2015

V. Kebakaran Gedung dan permukiman


Potensi bahaya kebakaran Gedung dan permukiman penduduk berkaitan erat
dengan musim kemarau. Dimana bahaya bencana kebakaran Gedung dan
permukiman dapat terjadi akibat kecerobohan manusia seperti pembangunan
Gedung/rumah yang tidak mengikuti standar keamanan bangunan, hubungan arus
pendek listrik akibat kelalaian, meledaknya kompor serta pemicu lainnya. Sehingga
potensi bahaya kebakaran Gedung dan permukiman di Kota Mojokerto rentan terjadi
pada kawasan permukiman padat penduduk di pusat Kota dan Gedung- Gedung
tinggi.

VI. Epidemi atau wabah penyakit


Wabah penyakit merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Pada akhir tahun 2020 Kota Mojokerto dilanda pandemi virus covid 19
yang cukup mengkhawatirkan. Hingga akhir tahun 2021 tercatat jumlah korban
meninggal akibat pandemi virus covid 19 sejumlah 241 jiwa. Tidak hanya pandemi
virus covid 19, dalam pedoman Kajian Risiko Bencana disebutkan komponen wabah
penyakit lainnya yang dilihat dan memungkinkan terjadi di suatu wilayah yakni

III-26 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan campak. Untuk penjabaran lebih rinci
terkait kondisi masing- masing wabah penyakit di Kota Mojokerto dapat dijabarkan
pada tabel berikut.

Tabel 3. 22 Kejadian Wabah Penyakit Di Kota Mojokerto Tahun 2021

Kejadian Wabah Penyakit (jiwa)


No Kelurahan
HIV COVID DBD
1 Balongsari 0 194 0
2 Blooto 1099 150 3
3 Gedongan 1136 56 0
4 Gunung Gedangan 0 218 7
5 Jagalan 0 74 3
6 Kauman 0 86 0
7 Kedundung 613 542 2
8 Kranggan 380 442 2
9 Magersari 0 173 2
10 Mentikan 524 213 2
11 Meri 0 238 2
12 Miji 0 228 2
13 Prajuritkulon 0 193 2
14 Pulorejo 0 161 4
15 Purwotengah 0 53 0
16 Sentanan 0 61 0
17 Surodinawan 0 408 3
18 Wates 359 899 6
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, 2022

III-27 | L a p o r a n P e n d a h u l u a n
BAB IV
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA

4.1 INDEKS PENGKAJIAN RISIKO BENCANA


Pengkajian terhadap komponen risiko (bahaya, kerentanan, dan kapasitas)
dilaksanakan sampai pada tingkat kelurahan di Kota Mojokerto. Hasil dari rekapitulasi
pengkajian tingkat kelurahan merupakan kajian tingkat kecamatan, dan rekapitulasi hasil
kajian kecamatan merupakan hasil pengkajian tingkat Kota Mojokerto. Pengkajian
tersebut meliputi indeks bahaya, indeks kerentanan (penduduk terpapar dan kerugian),
dan indeks kapasitas (ketahanan daerah dan kesiapsiagaan).
Nilai indeks diperoleh dari analisa data yang terkait dengan komponen bahaya,
kerentanan, dan kapasitas untuk masing-masing potensi bencana dikelompokkan ke
dalam 3 (tiga) tingkatan/kelas, yaitu 0-0,333 untuk kelas rendah, >0,333-0,666 untuk
kelas sedang, dan >0,666-1 untuk kelas tinggi. Nilai indeks tersebut berbeda untuk setiap
bencana, kecuali indeks kapasitas daerah yang berlaku sama untuk seluruh wilayah.
Detail hasil analisa masing-masing indeks pengkajian risiko bencana untuk seluruh
potensi bencana di Kota Mojokerto dijabarkan untuk setiap komponen penentu
pengkajian risiko bencana.

4.1.1 INDEKS BAHAYA


Pengkajian bahaya merupakan dasar penentuan peta dan tingkat bahaya di Kota
Mojokerto. Kajian bahaya diperoleh dari besaran luas wilayah terpapar dari setiap jenis
potensi bencana. Jumlah dan besaran luas bahaya mengacu kepada data luas wilayah
dengan sumber data dari Kota Mojokerto Dalam Angka Tahun 202. Potensi luas bahaya
tersebut dihitung berdasarkan pada parameter-parameter yang berbeda untuk setiap
bencana. Parameter tersebut mengacu kepada Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 dan referensi pedoman lainnya dari
kementerian/lembaga di tingkat nasional. Berdasarkan parameter tersebut, maka
diketahui kelas bahaya dan luasan bahaya untuk masing-masing potensi bahaya. Besaran
potensi luas bahaya dan kelas untuk keseluruhan bahaya yang berpotensi di Kota
Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

IV-1 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Kajian Indeks Bahaya Kota Mojokerto

Profil Bahaya
Jenis Bahaya
Luas Kelas Indeks
Banjir 510.56 Rendah 0-0.33
Kebakaran Permukiman 347.21 Sedang 0.33-0.66
Kekeringan 1050.08 Sedang 0.66
Cuaca Ekstrim 2018 Tinggi >0.66
Kegagalan Teknologi 31.59 Rendah 0-0.33
Epidemi Dan Wabah Penyakit 1686.61 Rendah 0-0.33
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan luas bahaya dan kelas bahaya seluruh potensi bahaya
di Kota Mojokerto. Secara keseluruhan potensi bahaya di Kota Mojokerto memiliki kelas
rendah hingga sedang. Kedetailan kajian bahaya dilakukan hingga tingkat kelurahan yang
ada di Kota Mojokerto. Penentuan kelas bahaya tingkat kecamatan menggunakan kelas
bahaya maksimal dari tingakat kelurahan. Adapun hasil kajian bahaya seluruh potensi
bencana per kelurahan di Kota Mojokerto dipaparkan sebagai berikut.
I. Bahaya Banjir
Kajian bahaya banjir dihasilkan dari data dan informasi kejadian bencana banjir di
Kota Mojokerto dan kajian bencana banjir bandang dari inarisk. Adapun hasil kajian
bahaya banjir di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 2 Potensi Bahaya Banjir Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 28.77 0.33 Rendah
2 Prajurit Kulon 31.03 0.33 Rendah
3 Blooto 6.74 0.33 Rendah
4 Mentikan 33.35 0.33 Rendah
5 Kauman 18.24 0.33 Rendah
6 Pulorejo 40.71 0.33 Rendah
7 Wates 94.36 0.33 Rendah
8 Gunung Gedangan 88.75 0.33 Rendah
9 Kedundung 1.75 0.33 Rendah
10 Balongsari 2.20 0.33 Rendah
11 Gedongan 12.70 0.33 Rendah
12 Magersari 14.22 0.33 Rendah
13 Kranggan 15.31 0.33 Rendah
14 Meri 85.52 0.33 Rendah
15 Jagalan 3.73 0.33 Rendah
16 Miji 33.19 0.33 Rendah
17 Sentanan 0.00 0 Rendah
18 Purwotengah 0.00 0 Rendah
Kota Mojokerto 510.56 0.33 Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2022

IV-2 | L a p o r a n A k h i r
Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya banjir di masing- masing kelurahan
dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya banjir untuk satu wilayah Kota
Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya banjir memiliki potensi luas bahaya dengan
total 510,56 Ha dengan indeks 0,33 yang berada pada kelas rendah.

II. Bahaya kebakaran


Berbeda dengan kajian bahaya banjir, kajian bahaya kebakaran di Kota Mojokerto
menggunakan parameter yang digunakan dalam kajian RISPK Kota Mojokerto pada
tahun 2018 dimana komponen penyusun kajian bahaya kebakaran terdiri dari data
rawan kebakaran pada kawasan pertanian, industri, dan permukiman. Adapun hasil
kajian bahaya kebakaran di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Potensi Bahaya Kebakaran Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 55.84 0.33 Rendah
2 Prajurit Kulon 9.78 0.33 Rendah
3 Blooto 14.84 0.33 Rendah
4 Mentikan 21.9 0.66 Sedang
5 Kauman 9.56 0.66 Sedang
6 Pulorejo 29.37 0.33 Rendah
7 Wates 20.38 0.66 Sedang
8 Gunung Gedangan 50.14 0.66 Sedang
9 Kedundung 11.81 0.66 Sedang
10 Balongsari 1 0.33 Rendah
11 Gedongan 2.48 0.66 Sedang
12 Magersari 11.43 0.66 Sedang
13 Kranggan 25.14 0.66 Sedang
14 Meri 32.87 0.66 Sedang
15 Jagalan 9.54 0.66 Sedang
16 Miji 25.64 0.66 Sedang
17 Sentanan 3.91 0.66 Sedang
18 Purwotengah 11.58 0.66 Sedang
Kota Mojokerto 347.21 0.66 Sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kebakaran di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
luasan permukiman dan lahan pertanian. Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan
menentukan total luas bahaya kebakaran untuk satu wilayah Kota Mojokerto.
Secara keseluruhan bahaya kebakaran memiliki potensi luas bahaya dengan total
347,21 Ha dengan indeks 0,66 yang berada pada kelas sedang.

IV-3 | L a p o r a n A k h i r
III. Bahaya kekeringan
Untuk melakukan kajian bahaya kekeringan di Kota Mojokerto dalam metodologi
yang termuat pada pedoman adalah menggunakan parameter yang disyaratkan
oleh kementerian pertanian dan data dari DIBI, namun dalam hal wilayah Kota
Mojokerto merupakan wilayah perkotaan yang memiliki kegiatan utama non
pertanian dan sumber daya air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kota
saat ini hanya berasal dari supply PDAM maka parameter yang digunakan adalah
ketercukupan pelayanan air bersih PDAM. Adapun hasil kajian bahaya kekeringan
di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 4 Potensi Bahaya Kekeringan Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 64.9 0.66 Sedang
2 Prajurit Kulon 67.5 0.66 Sedang
3 Blooto 157.5 0.66 Sedang
4 Mentikan 2.38 0.66 Sedang
5 Kauman 0 0.66 Sedang
6 Pulorejo 377.01 0.66 Sedang
7 Wates 1.26 0.66 Sedang
8 Gunung Gedangan 154.29 0.66 Sedang
9 Kedundung 32.66 0.66 Sedang
10 Balongsari 81 0.66 Sedang
11 Gedongan 0 0.66 Sedang
12 Magersari 0 0.66 Sedang
13 Kranggan 0 0.66 Sedang
14 Meri 112.3 0.66 Sedang
15 Jagalan 0 0.66 Sedang
16 Miji 0 0.66 Sedang
17 Sentanan 0 0.66 Sedang
18 Purwotengah 0 0.66 Sedang
Kota Mojokerto 1050.8 0.66 Sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kekeringan di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
keterlayanan air bersih PDAM. Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan
menentukan total luas bahaya kekeringan untuk satu wilayah Kota Mojokerto.
Secara keseluruhan bahaya kekeringan memiliki potensi luas bahaya dengan total
1050,8 Ha dengan indeks 0,66 yang berada pada kelas sedang.

IV-4 | L a p o r a n A k h i r
IV. Bahaya kegagalan teknologi
Berdasarkan pedoman penyusunan Kajian Risiko Bencana, untuk bahaya
kegagalan teknologi menggunakan parameter jenis industri dan kapasitas industri.
Untuk jenis industri yang mendominasi di Kota Mojokerto adalah industri
manufaktur, sedangkan untuk kapasitas industri memiliki perbandingan jumlah
yang signifikan antara industri kecil dan industri besar. Adapun hasil kajian bahaya
kegagalan teknologi di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 5 Potensi Bahaya Kegagalan Teknologi Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 1.73 0.33 Rendah
2 Prajurit Kulon 0.38 0.33 Rendah
3 Blooto 0.35 0.33 Rendah
4 Pulorejo 0.18 0.33 Rendah
5 Wates 0.08 0.33 Rendah
6 Gunung Gedangan 2.62 0.33 Rendah
7 Kedundung 0.52 0.33 Rendah
8 Balongsari 0.46 0.33 Rendah
9 Kranggan 11.31 0.33 Rendah
10 Meri 0.54 0.33 Rendah
11 Miji 13.42 0.33 Rendah
Kota Mojokerto 31.59 0.33 Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya kegagalan teknologi di masing-
masing kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah
seperti sebaran jumlah jenis industri dan kapasitas industri. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya kegagalan teknologi untuk
satu wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya kegagalan teknologi
memiliki potensi luas bahaya dengan total 31,59 Ha dengan indeks 0,33 yang
berada pada kelas rendah.

V. Bahaya cuaca ekstrim


Kajian bahaya cuaca ekstrim di Kota Mojokerto menggunakan parameter lahan
terbuka bersumber dari data guna lahan RDTR Kota Mojokerto, kelerengan
bersumber dari data DEMNAS dan curah hujan tahunan dari data peta tematik
RTRW Kota Mojokerto. Adapun hasil kajian bahaya kegagalan teknologi di Kota
Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:

IV-5 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 6 Potensi Bahaya Cuaca Ekstrim Tiap Kelurahan Di Kota Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 141 0.66 Sedang
2 Prajurit Kulon 126 0.66 Sedang
3 Blooto 189 0.66 Sedang
4 Mentikan 47 0.87 Tinggi
5 Kauman 24 0.87 Tinggi
6 Pulorejo 201 0.66 Sedang
7 Wates 177 0.87 Tinggi
8 Gunung Gedangan 193 0.66 Sedang
9 Kedundung 267 0.66 Sedang
10 Balongsari 108 0.66 Sedang
11 Gedongan 21 0.87 Tinggi
12 Magersari 61 0.87 Tinggi
13 Kranggan 161 0.87 Tinggi
14 Meri 178 0.66 Sedang
15 Jagalan 25 0.87 Tinggi
16 Miji 58 0.87 Tinggi
17 Sentanan 17 0.87 Tinggi
18 Purwotengah 24 0.87 Tinggi
Kota Mojokerto 2018 0.87 Tinggi
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya cuaca ekstrim di masing- masing
kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi wilayah seperti
luasan penggunaan lahan, curah hujan dan kelerengan lahan. Rekapitulasi kajian
bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya cuaca ekstrim untuk satu
wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan bahaya cuaca ekstrim memiliki
potensi luas bahaya dengan total 2018 Ha dengan indeks 0,87 yang berada pada
kelas tinggi.

VI. Bahaya epidemi dan wabah penyakit


Kajian bahaya epidemi dan wabah penyakit di Kota Mojokerto menggunakan
parameter yang disyaratkan dalam pedoman penyusunan Kajian Risiko Bencana
terdiri dari kepadatan penduduk dan kepadatan timbulnya jenis wabah penyakit
berupa HIV, Demam Berdarah, dan COVID-19. Adapun hasil kajian bahaya
kegagalan teknologi di Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 7 Potensi Bahaya Epidemi Dan Wabah Penyakit Tiap Kelurahan Di Kota
Mojokerto

No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas


1 Surodinawan 141 0.33 Rendah

IV-6 | L a p o r a n A k h i r
No Kelurahan Luas (Ha) Indeks Kelas
2 Prajurit Kulon 126 0.33 Rendah
3 Blooto 189 0.33 Rendah
4 Mentikan 20 1 Tinggi
5 Kauman 24 0.33 Rendah
6 Pulorejo 201 0.33 Rendah
7 Wates 21.16 1 Tinggi
8 Gunung Gedangan 193 0.33 Rendah
9 Kedundung 267 0.33 Rendah
10 Balongsari 108 0.33 Rendah
11 Gedongan 21 0.33 Rendah
12 Magersari 61 0.33 Rendah
13 Kranggan 12.45 1 Tinggi
14 Meri 178 0.33 Rendah
15 Jagalan 25 0.33 Rendah
16 Miji 58 0.33 Rendah
17 Sentanan 17 0.33 Rendah
18 Purwotengah 24 0.33 Rendah
Kota Mojokerto 1686.61 0.33 Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui luasan bahaya eidemi dan wabah penyakit di
masing- masing kelurahan dimana besar luasan bahaya dipengaruhi oleh kondisi
wilayah jumlah kepadatan penduduk dan jumlah kepadatan timbulnya penyakit.
Rekapitulasi kajian bahaya per kelurahan menentukan total luas bahaya epidemi
dan wabah penyakit untuk satu wilayah Kota Mojokerto. Secara keseluruhan
bahaya epidemi dan wabah penyakit memiliki potensi luas bahaya dengan total
1686,61 Ha dengan indeks 0,33 yang berada pada kelas rendah

4.1.2 INDEKS KERENTANAN


Pengkajian kerentanan di Kota Mojokerto dilihat dari tiga komponen yakni
kerentanan fisik, ekonomi, dan sosial. Komponen kerentanan lingkungan tidak
dipertimbangkan dalam kajian kerentanan dikarenakan parameter yang disyaratkan
dalam pedoman tidak terdapat di Kota Mojokerto seperti hutan lindung, hutan alam, hutan
bakau, dan rawa. Adapun kajian kerentanan tiap bahaya dapat dijabarkan sebagai berikut:

IV-7 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 8 Rekapitulasi Potensi Penduduk Terpapar Untuk Masing-masing Jenis Bencana
Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Banjir 43360 8502 98.3 7 9 1 tinggi
Kebakaran 38080 10967 98.3 8 8 1 tinggi
Kegagalan
3840 12156 98.3 77 8 14 tinggi
Teknologi
Kekeringan 17280 1644 98.3 17 8 3 tinggi
Cuaca Ekstrim 75360 3734 98.3 4 8 1 tinggi
Epidemi Dan
Wabah 17760 1053 98.3 17 8 3 tinggi
Penyakit
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan tabel di atas, diketahui kelas penduduk terpapar di Kota Mojokerto berada
pada kelas tinggi, dengan potensi penduduk terpapar berbeda-beda tiap potensi bencana.
Hal tersebut dilihat berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di wilayah terpapar.
Khusus bencana kekeringan dan cuaca ekstrim memiliki komposisi paramaeter rasio jenis
kelamin, kemiskinan, rasio umur rentan, dan penduduk cacat yang sama, karena kejadian
bencana ini berpotensi terjadi diseluruh wilayah permukiman. Sementara itu, hasil
pengkajian potensi kerugian setiap potensi bencana di Kota Mojokerto dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 4. 9 Rekapitulasi Potensi Kerugian Untuk Masing-masing Jenis Bencana Di Kota


Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Jenis Bahaya Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Banjir 10840 0 39 163380 sedang
Kebakaran 9520 0 32 143440 sedang
Kegagalan Teknologi 960 0 6 14520 sedang
Kekeringan 4320 0 10 65000 sedang
Cuaca Ekstrim 18840 0 112 284840 sedang
Epidemi Dan Wabah
4440 0 16 22520 sedang
Penyakit
Sumber : Hasil Analisis, 2022

IV-8 | L a p o r a n A k h i r
Tabel di atas menunjukkan potensi kerugian setiap jenis bencana di Kota Mojokerto.
Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah yang dipengaruhi oleh komponen kerentanan
fisik. Berdasarkan penggabungan kerugian fisik dan ekonomi ditentukan kelas kerugian
rupiah untuk seluruh potensi bencana di Kota Mojokerto. Secara keseluruhan, potensi
kerugian rupiah berada pada kelas sedang, sedangkan kerusakan lingkungan tidak
dilakukan kajian mengingat parameter yang diukur tidak tersedia di wilayah Kota
Mojokerto seperti hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, dan rawa. Kajian penduduk
terpapar dan kerugian pada tabel di atas, diperoleh dari rekapitulasi kajian penduduk
terpapar dan kerugian tingkat kecamatan. Penentuan kelas penduduk terpapar dan
kerugian menggunakan kelas maksimal dari kajian tingkat kecamatan. Adapun hasil
kajian kerentanan seluruh jenis bencana per kecamatan di Kota Mojokerto dipaparkan
sebagai berikut.
I. Banjir
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana banjir per kecamatan
di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 10 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Banjir Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 17280 10879 99 7 9 1 tinggi
Magersari 14880 10802 98 7 8 2 tinggi
Kranggan 11200 8131 98 6 8 1 tinggi
Kota
43360 8502 98.3 7 8 1 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana banjir berbeda-


beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat berdasarkan luasan
bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut. Rekapitulasi potensi
penduduk terpapar bencana banjir per kecamatan menghasilkan potensi
penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu 43360 jiwa dengan kelas rentan
tinggi.

IV-9 | L a p o r a n A k h i r
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana banjir per kecamatan
di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 11 Potensi Kerugian Bencana Banjir Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 4320 0 17 65140 sedang
Magersari 3720 0 19 56180 sedang
Kranggan 2800 0 3 42060 sedang
Kota Mojokerto 10840 0 39 163380 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana banjir. Secara keseluruhan, rekapitulasi
kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota Mojokerto. Total
potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana banjir yaitu 163,380 miliar rupiah
yang berada pada kelas kerentanan sedang.

II. Kebakaran
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kebakaran per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 12 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 15840 11211 99 8 9 1 tinggi
Magersari 7200 7404 98 15 8 3 tinggi
Kranggan 15040 13839 98 4 8 1 tinggi
Kota
38080 10967 98.3 8 8 1 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

IV-10 | L a p o r a n A k h i r
Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana kebakaran
berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat
berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana kebakaran per kecamatan
menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu 38080 jiwa
dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana kebakaran per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 13 Potensi Kerugian Bencana Kebakaran Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Rumah Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 3960 0 9 59580 sedang
Magersari 1800 0 8 27160 sedang
Kranggan 3760 0 15 56700 sedang
Kota Mojokerto 9520 0 32 143440 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kebakaran. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kebakaran yaitu
143,440 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.

III. Kekeringan
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kekeringan per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

IV-11 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 14 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 9120 1363 99 14 9 2 tinggi
Magersari 5280 1961 98 20 8 4 tinggi
Kranggan 2880 2565 98 22 8 6 tinggi
Kota
17280 1644 98.3 17 8 3 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana kekeringan


berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat
berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana kekeringan per kecamatan
menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu 17280 jiwa
dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana kekeringan per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 15 Potensi Kerugian Bencana Kekeringan Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 2280 0 3 34260 sedang
Magersari 1320 0 5 19900 sedang
Kranggan 720 0 2 10840 sedang
Kota Mojokerto 4320 0 10 65000 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kekeringan. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kekeringan yaitu
65 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.

IV-12 | L a p o r a n A k h i r
IV. Kegagalan Teknologi
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana kegagalan teknologi
per kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 16 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Kegagalan Teknologi Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 1120 42424 99 112 9 13 tinggi
Magersari 1440 39130 98 75 8 16 tinggi
Kranggan 1280 5065 98 50 8 13 tinggi
Kota
3840 12156 98.3 77 8 14 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana kegagalan


teknologi berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat
berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana kegagalan teknologi per
kecamatan menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu
3840 jiwa dengan kelas rentan rendah.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana kegagalan teknologi per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 17 Potensi Kerugian Bencana Kegagalan Teknologi Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 280 0 2 4240 sedang
Magersari 360 0 1 5420 sedang
Kranggan 320 0 3 4860 sedang
Kota Mojokerto 960 0 6 14520 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

IV-13 | L a p o r a n A k h i r
Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana kegagalan teknologi. Secara
keseluruhan, rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian
di Kota Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana kegagalan
teknologi yaitu 14,520 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan sedang.

V. Cuaca Ekstrim
Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana cuaca ekstrim per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 18 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 20960 2879 99 6 9 1 tinggi
Magersari 27200 3289 98 4 8 1 tinggi
Kranggan 27200 5875 98 2 8 1 tinggi
Kota
75360 3734 98.3 4 8 1 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana cuaca ekstrim


berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut dilihat
berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana cuaca ekstrim per kecamatan
menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu 75360 jiwa
dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana cuaca ekstrim per
kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

IV-14 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 19 Potensi Kerugian Bencana Cuaca Ekstrim Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 5240 0 30 79200 sedang
Magersari 6800 0 42 102840 sedang
Kranggan 6800 0 40 102800 sedang
Kota Mojokerto 18840 0 112 284840 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana cuaca ekstrim. Secara keseluruhan,
rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian di Kota
Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana cuaca ekstrim yaitu
284,840 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan tinggi.

VI. Epidemi dan Wabah Penyakit


Kajian kerentanan dilakukan untuk menghitung jumlah potensi penduduk
terpapar dan kerugian. Potensi penduduk terpapar dihitung dari jumlah penduduk
terpapar dan kelompok rentan. Potensi kerugian dilihat dari kerugian rupiah (fisik
dan ekonomi). Adapun potensi penduduk terpapar bencana epidemi dan wabah
penyakit per kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 20 Potensi Penduduk Terpapar Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit Di Kota
Mojokerto

Kelompok Rentan Sosial


Penduduk Kepadatan
Rasio Rasio
Jenis Bahaya Terpapar Jiwa Penduduk Kelas
Jenis Kemiskinan Umur
(Jiwa) Penduduk Cacat
Kelamin Rentan
Terpapar
Prajuritkulon 4000 571 99 31 9 4 tinggi
Magersari 7200 1073 98 15 8 3 tinggi
Kranggan 6560 2086 98 10 8 3 tinggi
Kota
17760 1053 98.3 17 8 3 tinggi
Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan potensi penduduk terpapar bencana epidemi dan


wabah penyakit berbeda-beda untuk setiap kecamatan terdampak, hal tersebut
dilihat berdasarkan luasan bahaya dan jumlah penduduk di kecamatan tersebut.

IV-15 | L a p o r a n A k h i r
Rekapitulasi potensi penduduk terpapar bencana epidemi dan wabah penyakit per
kecamatan menghasilkan potensi penduduk terpapar di Kota Mojokerto, yaitu
17760 jiwa dengan kelas rentan tinggi.
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian bencana epidemi dan wabah
penyakit per kecamatan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 21 Potensi Kerugian Bencana Epidemi Dan Wabah penyakit Di Kota Mojokerto

Kerentanan
Kerentanan Fisik
Ekonomi
Kecamatan Kelas
Luas lahan Fasilitas Fasilitas
Dalam Juta
Terpapar Umum Krisis
Prajuritkulon 1000 0 3 5060 sedang
Magersari 1800 0 2 9040 sedang
Kranggan 1640 0 11 8420 sedang
Kota Mojokerto 4440 0 16 22520 sedang
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Potensi kerugian pada tabel di atas memperlihatkan kerugian yang mungkin timbul
di setiap kecamatan terdampak bencana epidemi dan wabah penyakit. Secara
keseluruhan, rekapitulasi kerugian per kecamatan menghasilkan potensi kerugian
di Kota Mojokerto. Total potensi kerugian (fisik dan ekonomi) bencana epidemi dan
wabah penyakit yaitu 22,520 miliar rupiah yang berada pada kelas kerentanan
tinggi.

4.1.3 INDEKS KAPASITAS


Kapasitas daerah merupakan bagian penting dalam peningkatan upaya
penyelenggaraan penanggulangan bencana melalui upaya pengurangan risiko bencana di
daerah. Penilaian kapasitas daerah diharapkan dapat digunakan untuk menilai,
merencanakan, mengimplementasikan, memonitoring dan mengembangkan lebih lanjut
kapasitas daerah yang dimilikinya untuk mengurangi risiko bencana. Pengkajian kapasitas
daerah dilaksanakan sesuai dengan kondisi terkini daerah berdasarkan parameter ukur
dalam upaya pelaksanaan efektifitas penanggulangan bencana daerah.
Kajian kapasitas ini dilakukan berdasarkan komponen ketahanan daerah dan
komponen kesiapsiagaan desa/kelurahan. Komponen ketahanan daerah berfungsi untuk
mengukur kapasitas pemerintah dalam penanggulangan bencana, sedangkan komponen
kesiapsiagaan desa/kelurahan berfungsi untuk mengukur kapasitas masyarakat dalam
penanggulangan bencana. Untuk lebih jelasnya kajian ketahanan daerah dan
kesiapsiagaan desa/kelurahan dijabarkan sebagai berikut.

IV-16 | L a p o r a n A k h i r
1. Komponen Ketahanan Daerah
Penilaian terhadap kapasitas daerah dilaksanakan dengan metode diskusi
terfokus terkait daftar isian yang nantinya diisi oleh seluruh peserta diskusi yang
terkait dengan daerah Kota Mojokerto. Isian tersebut menyangkut daftar
pertanyaan dengan menggunakan Indikator Ketahanan Daerah yang terdiri dari 71
indikator capaian. Tujuh puluh satu indikator tersebut dikelompokkan ke dalam 7
(tujuh) kegiatan penanggulangan bencana. Kegiatan Penanggulangan Bencana
Daerah dan indikator pencapaiannya adalah sebagai berikut:
a. Penguatan Kebijakan dan Kelembagaan. dengan indikator pencapaian:
1) Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana
2) Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD
3) Peraturan tentang Pembentukan Forum PRB
4) Peraturan tentang Penyebaran Informasi Kebencanaan
5) Peraturan Daerah tentang RPB
6) Peraturan Daerah tentang Tataruang Berbasis PRB
7) Lembaga badan penanggulangan bencana daerah
8) Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana
9) Komitmen DPRD terhadap PRB
b. Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu. dengan indikator pencapaian:
1) Peta Bahaya dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
2) Peta Kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
3) Peta Kapasitas dan kajiannya
4) Rencana Penanggulangan Bencana
c. Pengembangan Sistem Informasi. Diklat dan Logistik. dengan indikator
pencapaian:
1) Sarana penyampaian informasi kebencanaan yang menjangkau langsung
masyarakat
2) Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap
kecamatan di wilayahnya
3) Komunikasi bencana lintas lembaga minimal ber-anggotakan lembaga-
lembaga dari sector pemerintah. masyarakat maupun dunia usaha
4) Pusdalops PB dengan fasilitas minimal mampu memberikan respon
efektif untuk pelaksanaan peringatan dini dan peanganan masa kritis
5) Sistem pendapatan bencana yang terhubung dengan sistem pendataaan
bencana nasional
6) Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan PB

IV-17 | L a p o r a n A k h i r
7) Penyelengaraan latihan (Geladi) kesiapsiagaan
8) Kajian kebutuhan peralatan dan Logistik kebencanaan
9) Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
10) Penyimpanan/pergudangan logistik PB
11) Pemeliharaan peralatan dan supply chain logistic yang diselenggarakan
secara periodik
12) Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat
13) Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
d. Penanganan Termatik Kawasan Rawan Bencana. dengan indikator
pencapaian:
1) Penataan ruang berbasisi PRB
2) Informasi penataan ruang yang mudah diakses public
3) Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
4) Rumah Sakit Aman Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
5) Desa Tangguh Bencana
e. Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana. dengan indikator
pencapaian:
1) Penerapan sumur resapan dan/atau biopori untuk peningkatan
efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana banjir
2) Perlindungan daerah tangkapan air
3) Restorasi Sungai
4) Penguatan Lereng
5) Penegakan hukum untuk Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan
Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan.
6) Optimalisasi pemanfaatan air permukaan
7) Pemantauan berkala hulu sungai
8) Penerapan Bangunan Tahan Gempabumi
9) Tanaman dan/atau bangunan penahan gelombang tsunami
10) Revitasi tanggul. embung. waduk dan taman kota
11) Restorasi lahan gambut
12) Konservasi vegetative DAS rawan longsor
f. Penguatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana. dengan
indikator pencapaian:
1) Rencana Kontijensi Gempabumi
2) Rencana Kontijensi Tsunami
3) Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami

IV-18 | L a p o r a n A k h i r
4) Rencana Evakuasi Bencana Tsunami
5) Rencana Kontijensi Banjir
6) Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
7) Rencana Kontijensi Tanah Longsor
8) Sistem Peringatan Dini Bencana Tanah Longsor
9) Rencana Kontijensi Kebakaran Hutan Dan Lahan
10) Sistem Peringatan Dini Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan
11) Rencana Kontijensi Erupsi Gunungapi
12) Sistem Peringatan Dini Bencana Erupsi Gunungapi
13) Infrastruktur evakuasi bencana erupsi gunungapi
14) Rencana Kontijensi Kekeringan
15) Sistem Peringatana Dini Bencana Kekeringan
16) Rencana Kontijensi Banjir Bandang
17) Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir Bandang
18) Penentuan status tanggap darurat
19) Penerapan sistem komando operasi darurat
20) Pengerahan Tim Kaji Cepat Ke Lokasi Bencana
21) Pengerahan Tim Penyelamat Dan Pertolongan Korban
22) Perbaikan Darurat
23) Pengerahan Bantuan Pada Masyarakat Terjauh
24) Penghentian Status Tanggap Darurat Bencana
g. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana. dengan indikator pencapaian:
1) Pemulihan pelayanan dasar pemerintah
2) Pemulihan infrastruktur penting
3) Perbaikan rumah penduduk
4) Pemulihan penghidupan masyarakat
Hasil dari pengkajian setiap indikator menentukan tingkatan pencapaian
daerah yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) level pencapaian. yaitu:
➢ Level 1 belum ada inisiatif untuk menyelenggarakan/mengahasilkannya.
➢ Level 2 hasil/penyelenggaraan telah dimulai namun belum selesai atau
belum dengan kualitas standar.
➢ Level 3 tersedia /terselenggarakan namun manfaatnya belum terasa
menyeluruh.
➢ Level 4 telah dirasakan manfaatnya secara optimal.
➢ Level 5 manfaat dari hasil/penyelenggaraan mewujudkan perubahan jangka
panjang.

IV-19 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 22 Hasil Kajian Ketahanan Daerah Kota Mojokerto

INDEKS INDEKS TINGKAT


NO. PRIORITAS PRIORITAS KAPASITAS KAPASITAS
DAERAH DAERAH
1 Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan 0,36
2 Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu 0,23
3 Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan 0,55
Logistik 0,42 SEDANG
4 Penanganan Tematik Kawasan Rawan 0,57
Bencana
5 Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan 0,48
Mitigasi Bencana
6 Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan 0,44
Darurat Bencana
7 Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana 0,20
Sumber: Hasil Analisis, 2022

2. Komponen Kesiapsiagaan Kelurahan


Komponen kesiapsiagaan kelurahan dikaji berdasarkan parameter
pengetahuan kesiapsiagaan bencana. pengelolaan tanggap darurat. pengaruh
kerentanan masyarakat. ketidaktergantungan masyarakat terhadap dukungan
pemerintah. dan partisipasi masyarakat. Parameter-parameter tersebut dikaji
hingga tingkat kelurahan melalui analisa kuisioner kesiapsiagaan melalui depth
interview yang dilakukan di Kota Mojokerto untuk seluruh bencana berpotensi.
Penjabaran masing-masing parameter dalam kesiapsiagaan kelurahan adalah
sebagai berikut:
a. Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana (PKB)
Pengukuran parameter pengetahuan kesiapsiagaan bencana didasarkan
kepada indikator pengetahuan jenis ancaman. pengetahuan informasi
bencana. pengetahuan sistem peringatan dini bencana. pengetahuan tentang
prediksi kerugian akibat bencana. dan pengetahuan cara penyelamatan diri.
Penilaian parameter ini berdasarkan kepada pengetahuan masyarakat
terhadap indikator tersebut.
b. Pengelolaan Tanggap Darurat (PTD)
Pelaksanaan tanggap darurat didasari pada pencapaian tempat dan jalur
evakuasi. tempat pengungsian. air dan sanitasi. dan layanan kesehatan.
Indikator pencapaian tersebut memiliki tujuan pada masa tanggap darurat
melalui ketersediaan-ketersediaan kebutuhan masyarakat.

IV-20 | L a p o r a n A k h i r
c. Pengaruh Kerentanan Masyarakat (PKM)
Pengaruh kerentanan berdasarkan pada penilaian pengaruh mata pencaharian
dan tingkat penghasilan. tingkat pendidikan masyarakat. dan pemukiman
masyarakat.
d. Ketidaktergantungan Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah (KMDP)
Masa pasca bencana dibutuhkan dan diharapkan adanya kemandirian
masyarakat terhadap dukungan pemerintah melalui jaminan hidup pasca
bencana. penggantian kerugian dan kerusakan. penelitian dan pengembangan.
penanganan darurat bencana. dan penyadaran masyarakat.
e. Partisipasi Masyarakat (PM)
Partisipasi masyarakat dapat ditunjukkan melalui upaya pelaksanaan kegiatan
pengurangan risiko bencana di tingkat masyarakat dan pemanfaatan relawan
desa.
Analisa untuk seluruh bencana berdasarkan kelima parameter tersebut
menentukan nilai indeks kesiapsiagaan kelurahan dan level kesiapsiagaan
kelurahan perbencana. Penentuan nilai indeks dan level kesiapsiagaan
dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan. yaitu level rendah dengan nilai indeks
0-0.333. level sedang dengan nilai indeks >0.333-0.666. dan >0.666- 1 untuk
kelas tinggi. Rekapan kajian kapasitas untuk seluruh bencana di Kota
Mojokerto dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 23 Hasil Kajian Kesiapsiagaan Kelurahan Di Kota Mojokerto

Kesiapsiagaan
No Jenis bencana
indeks kelas
1 Banjir 0,66 Sedang
2 Kebakaran 0,66 Sedang
3 Kekeringan 0,33 Rendah
4 Kegagalan Teknologi 0,33 Rendah
5 Cuaca Ekstrim 0,33 Rendah
6 Epidemi Dan Wabah Penyakit 0,33 Rendah
Kota Mojokerto 0,44 Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas menunjukkan nilai indeks kesiapsiagaan multi bahaya di Kota


Mojokerto adalah 0,44. Ini menunjukkan bahwa kesiapsiagaan desa/kelurahan di

IV-21 | L a p o r a n A k h i r
Kota Mojokerto dalam menghadapi bencana berada pada level sedang.
Peningkatan kesiapsiagaan diperlukan untuk Pengetahuan Kesiapsiagaan
Bencana (PKB), Pengelolaan Tanggap Darurat (PTD), dan Partisipasi Masyarakat
(PM), Pengaruh Kerentanan Masyarakat (PKM), serta Ketidaktergantungan
Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah (KMDP).
Pengkajian kapasitas terhadap bencana diketahui berdasarkan komponen
ketahanan daerah dan kesiapsiagaan desa/kelurahan. Komponen ketahanan daerah
berlaku sama untuk seluruh potensi bencana karena pengkajiannya dilakukan terhadap
pemerintah daerah, sedangkan komponen kesiapsiagaan berlaku spesifik untuk setiap
bencana, karena pengkajiannya dilakukan terhadap masyarakat desa. Adapun parameter
ukur untuk menentukan kapasitas daerah berdasarkan 2 (dua) komponen tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 24 Parameter Penilaian Kapasitas Daerah

BOBOT (%) KELAS


PARAMETER KAPASITAS
RENDAH SEDANG TINGGI

Kesiapsiagaan Masyarakat Spesifik 0,334 –


Bencana (Level Desa) 60 ≤ 0,333 0,666 > 0,666
Ketahanan Daerah Kabupaten/Kota
(Level Pemerintah Daerah) 40 0,4 0,4 – 0,8 0,8 - 1

KAPASITAS = (0.6 * KESIAPSIAGAAN) + (0.4 * KETAHANAN DAERAH)

Sumber : Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012

Berdasarkan parameter ukur tersebut, maka diketahui kapasitas Kota Mojokerto dalam
menghadapi seluruh potensi bencana. Adapun kajian kapasitas daerah Kota Mojokerto
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 25 Kajian Kapasitas Kota Mojokerto

Kelas
Kelas Kelas
No Jenis bencana Ketahanan
Kesiapsiagaan Kapasitas
Daerah
1 Banjir Sedang Sedang sedang
2 Kebakaran Sedang Sedang sedang
3 Kekeringan Sedang Rendah sedang

IV-22 | L a p o r a n A k h i r
Kelas
Kelas Kelas
No Jenis bencana Ketahanan
Kesiapsiagaan Kapasitas
Daerah
4 Kegagalan Teknologi Sedang Rendah sedang
5 Cuaca Ekstrim Sedang Rendah sedang
6 Epidemi Dan Wabah Penyakit Sedang Rendah sedang
Kota Mojokerto Sedang Sedang sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan tabel di atas, diketahui kapasitas Kota Mojokerto dalam menghadapi


potensi bencana yang ada. Kapasitas tersebut berada pada kelas sedang. Hal tersebut
diperoleh dari penggabungan ketahanan daerah dengan kesiapsiagaan desa/kelurahan.
Penentuan kelas kapasitas pada tabel di atas diperoleh dari kelas rata-rata kajian
kapasitas tingkat kecamatan.

4.2 PETA RISIKO BENCANA


Peta risiko bencana disusun untuk setiap bencana yang berpotensi di Kota
Mojokerto. Metode perhitungan dan data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai
indeks akan berbeda untuk setiap jenis ancaman. Hasil indeks tersebut menjadi dasar
pengkajian setiap komponen bahaya, komponen kerentanan, dan komponen kapasitas
untuk menentukan pemetaan masing-masingnya. Penggabungan (overlay) dari peta
bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitas.
Adapun peta risiko bencana yang ada di Kota Mojokerto dapat dilihat pada gambar
peta berikut:

IV-23 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 1 Peta Risiko Bencana Banjir Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-24 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 2 Peta Risiko Bencana Kebakaran Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-25 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 3 Peta Risiko Bencana Kekeringan Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-26 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 4 Peta Risiko Bencana Kegagalan Teknologi Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-27 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 5 Peta Risiko Bencana Cuaca Ekstrim Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-28 | L a p o r a n A k h i r
Gambar 4. 6 Peta Risiko Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit Kota Mojokerto
Sumber : Hasil Analisis Spasial, 2022

IV-29 | L a p o r a n A k h i r
4.3 KAJIAN RISIKO BENCANA KOTA MOJOKERTO
Kajian risiko bencana disusun setelah diperoleh indeks-indeks yang
dipersyaratkan untuk masing-masing komponen. Kajian risiko bencana memberikan
gambaran umum tingkat risiko suatu bencana pada suatu daerah. Proses pengkajian
dilaksanakan untuk seluruh bencana yang berpotensi di Kota Mojokerto. Kajian risiko
bencana menjadi landasan untuk memilih strategi yang dinilai mampu mengurangi risiko
bencana melalui analisa setiap komponen bahaya, kerentanan, kapasitas untuk setiap
bencana. Pengkajian ketiga komponen tersebut dilakukan untuk menentukan sifat dan
besarnya risiko dilakukan dengan menganalisa bahaya potensial dan mengevaluasi
kerentanan yang menyebabkan potensi bahaya dengan risiko jiwa terpapar, rupiah yang
hilang, dan hektar lingkungan yang rusak. Pengkajian bahaya dan kerentanan
diselaraskan dengan kapasitas daerah dalam menghadapi setiap bencana.
Pengkajian risiko bencana juga sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
implementasi rekomendasi kebijakan dan tindakan penanggulangan bencana di Kota
Mojokerto. Upaya tersebut dilakukan dengan mengenal dan mempelajari kelemahan-
kelemahan penanggulangan bencana di Kota Mojokerto dalam upaya pengurangan risiko
bencana. Pengenalan daerah dalam informasi kebencanaan dimulai dengan mengetahui
tingkat bahaya, tingkat kerentanan, tingkat kapasitas, dan tingkat risiko bencana Kota
Mojokerto terhadap masing-masing bencana.
4.3.1 PENENTUAN TINGKAT BAHAYA
Tingkat bahaya dihitung dengan menggunakan nilai indeks bahaya. Hasil
perolehan tingkat bahaya untuk seluruh jenis potensi bencana di Kota Mojokerto dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 26 Tingkat Bahaya Di Kota Mojokerto

Indeks Indeks
Tingkat
Jenis Bahaya Ancaman penduduk
Bahaya
terpapar
Banjir Rendah Tinggi Sedang
Kebakaran Permukiman Sedang Tinggi Tinggi
Kekeringan Sedang Tinggi Tinggi
Cuaca Ekstrim Tinggi Tinggi Tinggi
Kegagalan Teknologi Rendah Tinggi Sedang
Epidemi Dan Wabah Penyakit Rendah Tinggi Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel di atas memperlihatkan hasil tingkat bahaya keseluruhan potensi bencana


di Kota Mojokerto. Tingkat bahaya tersebut berbeda untuk masing-masing bencana, yaitu

IV-30 | L a p o r a n A k h i r
sedang hingga tinggi. Tingkat bahaya sedang berpotensi terhadap bahaya banjir, bahaya
kegagalan teknologi, dan bahaya epidemi dan wabah penyakit, sedangkan tingkat bahaya
tinggi berpotensi terhadap bahaya kebakaran permukiman, bahaya kekeringan, dan
bahaya cuaca ekstrim.

4.3.2 PENENTUAN TINGKAT KERUGIAN


Tingkat kerentanan seluruh bencana di Kota Mojokerto ditentukan berdasarkan
penggabungan tingkat ancaman dan indeks kerugian (fisik dan ekonomi). Hasil analisa
tingkat kerugian untuk setiap potensi bencana di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4. 27 Tingkat Kerugian Bencana Di Kota Mojokerto

Tingkat Indeks Tingkat


Jenis Bahaya kerugian kerugian
ancaman
Banjir Sedang Sedang sedang
Kebakaran Permukiman Tinggi Sedang tinggi
Kekeringan Tinggi Sedang tinggi
Cuaca Ekstrim Tinggi Sedang tinggi
Kegagalan Teknologi Sedang Sedang sedang
Epidemi Dan Wabah Penyakit Sedang Sedang sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Hasil tingkat kerentanan pada tabel di atas menunjukkan perbedaan tingkat untuk
masing-masing bencana. Secara keseluruhan, kerentanan bencana berada pada tingkat
sedang hingga tinggi untuk 6 jenis potensi bencana yang ada di Kota Mojokerto. Hasil
tingkat kerentanan tersebut didapatkan dari perhitungan nilai indeks masing-masingnya
untuk setiap bencana.

4.3.3 PENENTUAN TINGKAT KAPASITAS


Penentuan tingkat kapasitas diperoleh dari tingkat ancaman dan indeks kapasitas
daerah. Adapun rekapitulasi hasil tingkat kapasitas seluruh bencana di Kota Mojokerto
dapat dilihat pada tabel berikut.

IV-31 | L a p o r a n A k h i r
Tabel 4. 28 Tingkat Kapasitas Bencana Di Kota Mojokerto

Tingkat Indeks Tingkat


Jenis Bahaya kapasitas kapasitas
ancaman
Banjir Sedang Sedang Sedang
Kebakaran Permukiman Tinggi Sedang Rendah
Kekeringan Tinggi Sedang Rendah
Cuaca Ekstrim Tinggi Sedang Rendah
Kegagalan Teknologi Sedang Sedang Sedang
Epidemi Dan Wabah Penyakit Sedang Sedang Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kapasitas di Kota Mojokerto secara keseluruhan


pada setiap bencana adalah rendah hingga sedang. Oleh karena itu, peningkatan
terhadap kapasitas pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk bencana yang memiliki
tingkat kapasitas sedang di Kota Mojokerto.

4.3.4 PENENTUAN TINGKAT RISIKO


Setelah didapatkan hasil pengkajian bahaya, kerentanan, dan kapasitas maka
dapat ditentukan tingkat risiko setiap bencana. Adapun hasil dari pengkajian tingkat risiko
bencana beserta tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas di Kota Mojokerto dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 29 Tingkat Risiko Bencana Kota Mojokerto

Tingkat Tingkat Tingkat


Jenis Bahaya kapasitas risiko
kerugian
Banjir sedang Sedang sedang
Kebakaran Permukiman tinggi Rendah tinggi
Kekeringan tinggi Rendah tinggi
Cuaca Ekstrim tinggi Rendah tinggi
Kegagalan Teknologi sedang Sedang sedang
Epidemi Dan Wabah Penyakit sedang Sedang sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Dari hasil penggabungan tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas dapat ditentukan
tingkat risiko bencana Kota Mojokerto. Tingkat risiko untuk 6 jenis bahaya di Kota
Mojokerto memiliki potensi tingkat risiko sedang hingga tinggi. Untuk pemahaman lebih
lanjut terkait profil risiko bencana di Kota Mojokerto dapat dijabarkan sebagai berikut:

IV-32 | L a p o r a n A k h i r
1) Banjir
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya banjir memiliki
tingkat risiko sedang yang dihasilkan dari kombinasi tingkat kerugian dan tingkat
kapasitas sedang. Bahaya banjir di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis
kajian risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang dilintasi oleh Sungai
Brantas dan anak sungainya serta kawasan permukiman padat yang memiliki
kondisi saluran drainase tidak optimal. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya banjir tingkat risiko sedang hingga tinggi berdasarkan peta risiko
bencana banjir meliputi Kelurahan Surodinawan, Kelurahan Prajuritkulon,
Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Pulorejo,
Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Jagalan,
Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri dan Kelurahan Gununggedangan. Dari
sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah
seluas 510,56 Ha atau 25,26% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 43.360 jiwa atau 32,53% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 10.879 unit atau 22,32% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.

2) Kebakaran
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kebakaran
khususnya kebakaran permukiman/gedung di perkotaan memiliki tingkat risiko
tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat kerugian tinggi dan tingkat kapasitas
sedang. Bahaya kekeringan di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian
risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang memiliki hamparan lahan
pertanian dan berdekatan dengan permukiman padat meskipun tidak tersebar
dalam satu wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang
memiliki ancaman bahaya kebakaran tingkat risiko tinggi berdasarkan peta risiko
bencana kekeringan meliputi Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan, Kelurahan
Kauman, Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan Purwotengah,
Kelurahan Sentanan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri,
Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan. Dari sebaran wilayah
tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah seluas 347,21 Ha
atau 17,18% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan jumlah jiwa terpapar
38.080 jiwa atau 28,57% dari total jumlah penduduk kota serta jumlah bangunan
terpapar sebanyak 9.552 unit atau 19,59% dari jumlah bangunan di Kota
Mojokerto.

IV-33 | L a p o r a n A k h i r
3) Kekeringan
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kekeringan di
perkotaan memiliki tingkat risiko tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat
kerugian tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya kebakaran di Kota Mojokerto
berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana berada di wilayah kelurahan yang
memiliki kepadatan permukiman tinggi meskipun tidak tersebar dalam satu
wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya kekeringan tingkat risiko sedang hingga tinggi berdasarkan peta
risiko bencana kekeringan meliputi Kelurahan Miji, Kelurahan Mentikan,
Kelurahan Kauman, Kelurahan Magersari, Kelurahan Wates, Kelurahan
Purwotengah, Kelurahan Sentanan, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Kranggan,
Kelurahan Meri, Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan. Dari
sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar adalah
seluas 347,21 Ha atau 17,18% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 38.080 jiwa atau 28,57% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 9.552 unit atau 19,59% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.

4) Kegagalan Teknologi
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya kegagalan
teknologi di perkotaan memiliki tingkat risiko sedang yang dihasilkan dari
kombinasi tingkat kerugian dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya kegagalan
teknologi di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana
berada di wilayah kelurahan yang memiliki kegiatan industri, pergudangan, dan
kedekatan dengan permukiman padat meskipun tidak tersebar dalam satu
wilayah kelurahan secara penuh. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki
ancaman bahaya kegagalan teknologi tingkat risiko sedang hingga tinggi
berdasarkan peta risiko bencana kegagalan teknologi meliputi Kelurahan
Kranggan, Kelurahan Wates, Kelurahan kedundung dan Kelurahan
Gununggedangan. Dari sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas
wilayah terpapar adalah seluas 31,59 Ha atau 1,56% dari total luas wilayah Kota
Mojokerto dengan jumlah jiwa terpapar 3840 jiwa atau 2,88% dari total jumlah
penduduk kota serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 960 unit atau 1,96%
dari jumlah bangunan di Kota Mojokerto.

IV-34 | L a p o r a n A k h i r
5) Cuaca Ekstrim
Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya cuaca ekstrim
di perkotaan memiliki tingkat risiko tinggi yang dihasilkan dari kombinasi tingkat
kerugian tinggi dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya cuaca ekstrim di Kota
Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana berpotensi terjadi di
seluruh wilayah kelurahan baik yang terjadi di kawasan permukiman padat
maupun terjadi di kawasan pertanian atau ruang terbuka lainnya. Adapun wilayah
kelurahan yang memiliki dominasi ancaman bahaya cuaca ekstrim tingkat risiko
sedang hingga tinggi berdasarkan peta risiko bencana cuaca ekstrim meliputi
Kelurahan Miji, Kelurahan Prajuritkulon, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman,
Kelurahan Magersari, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Purwotengah, Kelurahan
Sentanan, Kelurahan Jagalan, Balongsari, Kelurahan Wates, Kelurahan Meri,
Kelurahan Kranggan, Kelurahan kedundung dan Kelurahan Gununggedangan.
Dari sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar
adalah seluas 2018 Ha atau 99,85% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 75.360 jiwa atau 56,54% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 18.840 unit atau 38,65% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.

6) Epidemi Dan Wabah Penyakit


Berdasarkan tabel matriks risiko bencana Kota Mojokerto, bahaya epidemi dan
wabah penyakit di perkotaan memiliki tingkat risiko sedang yang dihasilkan dari
kombinasi tingkat kerugian dan tingkat kapasitas sedang. Bahaya epidemi dan
wabah penyakit di Kota Mojokerto berdasarkan hasil analisis kajian risiko bencana
berpotensi terjadi di beberapa wilayah kelurahan terutama pada kawasan
permukiman padat. Adapun wilayah kelurahan yang memiliki dominasi ancaman
bahaya epidemi dan wabah penyakit tingkat risiko sedang hingga tinggi
berdasarkan peta risiko bencana epidemi dan wabah penyakit meliputi Kelurahan
Miji, Kelurahan Prajuritkulon, Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan
Magersari, Kelurahan Gedongan, Kelurahan Purwotengah, dan Kelurahan Wates.
Dari sebaran wilayah tersebut diperoleh perkiraan total luas wilayah terpapar
adalah seluas 1686 Ha atau 83,42% dari total luas wilayah Kota Mojokerto dengan
jumlah jiwa terpapar 17.760 jiwa atau 13,32% dari total jumlah penduduk kota
serta jumlah bangunan terpapar sebanyak 4456 unit atau 9,14% dari jumlah
bangunan di Kota Mojokerto.

IV-35 | L a p o r a n A k h i r
Uraian tersebut merupakan gambaran bagi Pemerintah Kota Mojokerto dan pihak terkait
untuk menyusun upaya-upaya untuk pengurangan risiko bencana guna mendukung
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Mojokerto melalui peningkatan
kapasitas daerah yang masih memiliki tingkat sedang.

4.4 BENCANA PRIORITAS KOTA MOJOKERTO


Bencana prioritas di Kota Mojokerto pada dasarnya dapat dianalisis dengan
mengkombinasikan dua aspek yakni aspek tingkat risiko bencana dan aspek
kecenderungan risiko bencana. Aspek tingkat risiko bencana dianalisis dan dikategorikan
dengan menggunakan jumlah populasi dan jumlah bangunan yang berada di dalam
wilayah dengan risiko bencana tinggi untuk tiap jenis bencana. Sedangkan aspek
kecenderungan risiko bencana dianalisis dengan melihat sejarah bencana yang diperoleh
dari data instansi lokal terkait, DIBI (BNPB) dan atau sumber data lainnya.
Selain melihat dua aspek tersebut, penentuan prioritas bencana Kota Mojokerto
dapat dilihat dari kemungkinan dampak bencana. Analisis kemungkinan dampak bencana
pada umumnya melihat adanya faktor yang berpengaruh seperti jumlah korban, kerugian
harta benda, kerusakan prasarana dan sarana, cakupan luas wilayah yang terkena
bencana, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan. Dimana seluruh faktor tersebut
telah dikaji dalam sub-sub bab sebelumnya terkait kerentanan bencana.
Bencana prioritas di Kota Mojokerto menurut analisis aspek tingkat risiko dan
kecenderungan risiko yaitu bencana banjir dan kebakaran. Dimana bencana banjir
memiliki tingkat risiko sedang namun kecenderungan risiko meningkat karena disebabkan
oleh beberapa faktor non alam. Sedangkan bencana kebakaran memiliki tingkat risiko
tinggi dan kecenderungan risiko meningkat yang ditunjukkan oleh beberapa kejadian
kebakaran permukiman dari awal tahun 2022 hingga bulan juli 2022. Adapun penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 30 Matriks Analisis Bencana Prioritas Kota Mojokerto 2022

Kecenderungan Risiko
Bencana Prioritas
Menurun Tetap Meningkat
Rendah
Tingkat Kegagalan Banjir
Risiko Sedang teknologi, epidemi
dan wabah penyakit

IV-36 | L a p o r a n A k h i r
Kecenderungan Risiko
Bencana Prioritas
Menurun Tetap Meningkat
Kekeringan, cuaca Kebakaran
Tinggi
ekstrim
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Keterangan :
: Bencana non prioritas
: Bencana pioritas

Analisis penentuan prioritas bencana di Kota Mojokerto sebagaimana dijabarkan pada


tabel di atas memiliki kesamaan dengan hasil analisis kemungkinan dampak yang
dijelaskan dalam pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana menurut
Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2008. Aspek yang dilihat dalam menganalisis
kemungkinan dampak bencana diantaranya adalah perkiraan kemungkinan terjadinya
bencana atau disebut probability dan pertimbangan faktor dampak.
Probabilitas dan pertimbangan faktor dampak dalam analisis kemungkinan dampak
diberikan parameter penilaian sebagai berikut:

Tabel 4. 31 Parameter Penilaian Analisis Kemungkinan Dampak Bencana

probabilitas Pertimbangan faktor


Keterangan Definisi Skor Definisi Keterangan
parameter penilaian penilaian parameter
80-99% wilayah
Hampir dipastikan
Pasti terjadi 5 Sangat parah hancur dan lumpuh
80-99%
total
60-80% terjadi Kemungkinan 60-80% wilayah
4 Parah
tahun depan besar hancur
40-60% terjadi
tahun depan atau Kemungkinan 40-60% wilayah
3 Sedang
sekali dalam 100 terjadi terkena berusak
tahun
20-40% dalam 100 Kemungkinan 20-40% wilayah yang
2 Ringan
tahun kecil rusak

IV-37 | L a p o r a n A k h i r
probabilitas Pertimbangan faktor
Keterangan Definisi Skor Definisi Keterangan
parameter penilaian penilaian parameter
Kemungkinan Kurang dari 20%
Kurang dari 20% 1 Sangat ringan
sangat kecil wilayah rusak
Sumber : Perka BNPB No.4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana

Dengan berpedoman pada parameter penilaian sebagaimana tabel di atas, maka dapat
dianalisis kemungkinan dampak untuk masing- masing jenis bencana di Kota Mojokerto
sebagai berikut:

Tabel 4. 32 Penentuan Prioritas Bencana Berdasarkan Penilaian Kemungkinan Dampak

No Jenis Ancaman Bencana/Bahaya Probabilitas Dampak Prioritas


A Banjir 3 2 Sedang
B Kebakaran 4 3 Sedang
C Kegagalan Teknologi 3 1 Rendah
D Kekeringan 3 1 Rendah
E Cuaca Ekstrim 2 1 Rendah
F Epidemi Dan Wabah Penyakit 3 1 Rendah
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari tabel di atas dapat diketahui bencana prioritas di Kota Mojokerto berdasarkan
penilaian kemungkinan dampak diantaranya yaitu bencana banjir dan kebakaran yang
berada pada level prioritas sedang. Level prioritas yang dihasilkan mengacu pada matriks
prioritas sebagai berikut.
DAMPAK
1 2 3 4 5 skor
PROBABILITAS

5
B 4
C, D, F A 3
E 2
1
Sumber : Hasil Analisis, 2022

IV-38 | L a p o r a n A k h i r
BAB V
KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA

5.1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO


Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana merupakan arah dan jalur bagi
penyelenggaraan penanggulangan bencana di Kota Mojokerto. Kebijakan dan strategi
penanggulangan bencana dibangun berdasarkan prinsip-prinsip penanggulangan
bencana di tingkat nasional dan provinsi yang mengedepankan asas:
a. Kemanusiaan g. Kelestarian lingkungan
b. Keadilan h. Cepat, tepat, dan prioritas
c. Kesamaan kedudukan dalam i. Koordinasi dan keterpaduan
hukum dan pemerintahan j. Berdaya guna dan berhasil guna
d. Keseimbangan, keselarasan, k. Transparansi dan Akuntabilitas
dan keserasian l. Pencegahan
e. Ketertiban dan kepastian hukum m. Berkeadilan gender
f. Kebersamaan n. Tidak diskriminatif
Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana Kota Mojokerto juga dirumuskan
berdasarkan hasil kajian risiko bencana dan isu strategis kebencanaan diantaranya
sebagai berikut:
1. Meningkatnya kejadian bahaya kebakaran permukiman/gedung yang disebabkan
oleh kesalahan manusia (human error) pada permukiman padat hal ini sesuai
dengan hasil kajian risiko bencana yang menghasilkan tingkat risiko sedang pada
bahaya kebakaran.
2. Kapasitas daerah Kota Mojokerto dalam penanggulangan bencana banjir
mengalami peningkatan kualitas yang cukup baik khususnya dalam upaya mitigasi
pra bencana melalui penyediaan rumah pompa dan normalisasi sungai secara
rutin.
3. Belum adanya regulasi tentang penanggulangan bencana dan aturan turunan
penyelenggaraan penanggulangan bencana
4. Kota Mojokerto telah mengakomodir kawasan rawan bencana dalam dokumen
maupun regulasi penataan ruang baik berupa Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
5. Kota Mojokerto belum memiliki instansi khusus penanggulangan bencana dalam
hal ini BPBD sehingga penanganan bencana di Kota Mojokerto yang dilaksanakan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja belum optimal dan terstruktur dengan baik.

V-1 | L a p o r a n A k h i r
6. Kota Mojokerto telah memiliki peta risiko bencana yang disusun berdasarkan data
dan informasi daerah sehingga dapat menggambarkan potensi luas bahaya,
penduduk dan bangunan rentan, serta estimasi kerugian ekonomi yang
berpengaruh terhadap pengurangan APBD kota.
7. Secara umum Kota Mojokerto belum memiliki mekanisme terstruktur
penanggulangan bencana terutama pada tahap kesiapsiagaan, tanggap darurat,
pemulihan dan pasca bencana yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
perangkat daerah terkait dalam upaya penanggulangan bencana
8. Kota Mojokerto belum memiliki sarana dan prasarana yang mendukung sistem
pendataan dan sistem informasi kebencanaan yang terhubung dengan sistem
pendataan bencana nasional yang dapat saling dimanfaatkan dan untuk
membangun skenario rencana pencegahan dan kesiapsiagaan Kota Mojokerto
9. Kota Mojokerto belum memiliki lembaga khusus yang bertanggung jawab dalam
penyediaan kebutuhan darurat bencana baik disektor pangan, papan, logistik,
energi dan utilitas lainnya.
10. Belum terbentuk forum penanggulangan bencana dan kelurahan tangguh
bencana sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana belum dapat
dilaksanakan dengan optimal.
11. Pemanfaatan tata ruang untuk mitigasi bencana belum dikelola secara optimal
dan belum berbasis mitigasi bencana yang berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan prinsip penanggulangan bencana ditingkat nasional
dan provinsi, isu strategis, serta hasil kajian risiko bencana pada bab sebelumnya maka
dirumuskan arah kebijakan atau visi penyelenggaraan penanggulangan bencana periode
2022-2026 adalah:

“TERWUJUDNYA KETANGGUHAN BENCANA KOTA MOJOKERTO MENUJU KOTA


YANG BERKETAHANAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”

Adapun misi dari visi tersebut adalah :


1) Melindungi masyarakat Kota Mojokerto dari ancaman bencana melalui pengurangan
risiko bencana
2) Membangun sistem penanggulangan bencana yang tangguh dengan memperkuat
kelembagaan terkait dan meningkatkan koordinasi serta kerjasama dengan semua
SKPD, instansi pemerintah/non pemerintah dan masyarakat agar dapat merespon
setiap kejadian bencana secara cepat dan tepat

V-2 | L a p o r a n A k h i r
3) Menyelenggarakan kegiatan pencegahan/kesiapsiagaan bencana, tanggap darurat
dan rehabilitasi/rekonstruksi secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan
komprehensif.
4) Menyelenggarakan penanggulangan bencana yang berbasis pada pembangunan
berkelanjutan untuk mewujudkan ketahanan sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan

Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan lebih rinci dalam
kebijakan dan strategi penanggulangan bencana Kota Mojokerto sebagai berikut:
1. Penguatan dan sinkronisasi sistem regulasi serta sinergi kelembagaan
penanggulangan bencana yang efektif dan efisien, melalui strategi:
a) Penguatan dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan penanggulangan
bencana
b) Peningkatan sinergi antar lembaga dan pemangku kepentingan dalam
penanggulangan bencana dengan penerapan riset inovasi dan rekayasa
teknologi kebencanaan
2. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas penanganan kedaruratan bencana yang cepat,
tepat, dan andal dalam upaya melindungi masyarakat dari bencana, melalui strategi
penerapan sistem dan operasionalisasi penanganan darurat bencana
3. Perwujudan investasi pengelolaan risiko bencana sesuai dengan proyeksi peningkatan
risiko bencana, melalui strategi:
a) Peningkatan dan pembangunan prasarana sarana mitigasi dan pengurangan
risiko bencana
b) Penguatan dan penerapan sistem kesiapsiagaan bencana
c) Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana melalui
Pendidikan, pelatihan, dan rekayasa sosial yang kolaboratif
d) Perlindungan terhadap kerentanan penduduk, fisik, dan lingkungan di daerah
rawan bencana
e) Penataan dan penetapan regulasi pada kawasan terdampak rawan bencana
4. Percepatan pemulihan daerah dan masyarakat terdampak bencana untuk
membangun kehidupan yang lebih baik, melalui strategi percepatan penyelenggaraan
rehabilitasi dan rekonstruksi di kawasan terdampak bencana.

V-3 | L a p o r a n A k h i r
5.2 PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO
Kebijakan dan strategi penanggulangan bencana Kota Mojokerto menjadi dasar
pemilihan dan pengambilan tindakan oleh pemangku kepentingan untuk mengurangi
risiko bencana yang berpotensi terjadi di Kota Mojokerto. Terdapat Sembilan (9) fokus
program kegiatan yang disusun berdasarkan kajian risiko bencana, studi preseden daerah
lain, isu strategis kebencanaan kota, dan rencana pembangunan sektoral. Adapun
program dan kegiatan penanggulangan bencana Kota Mojokerto dapat dijabarkan pada
tabel berikut.

Tabel 5. 1 Program Dan Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto

No Strategi Program Aksi Kegiatan


1 Penguatan dan Percepatan Menetapkan kebijakan
sinkronisasi penyusunan aturan penyelenggaraan
peraturan dan penetapan aturan penanggulangan bencana dalam
perundang- tertulis peraturan kepala daerah
undangan penanggulangan Menyusun peraturan kepala
penanggulangan bencana daerah tentang pengalokasian
bencana dana penanggulangan bencana
dalam APBD
Sinkronisasi kebijakan
penanggulangan bencana
berdasarkan kajian risiko
bencana
Integrasi dan Menyusun dokumen teknis
sinkronisasi RTRW dan RDTR berbasis
pengurangan risiko mitigasi bencana
dalam kebijakan Menetapkan kebijakan
penataan ruang penataan ruang dalam bentuk
peraturan daerah atau peraturan
kepala daerah yang
mengakomodir kawasan rawan
bencana
Integrasi dan Menyusun dokumen teknis
sinkronisasi RPJMD berbasis mitigasi
bencana

V-4 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
pengurangan risiko
dalam RPJMD kota
2 Peningkatan sinergi penerapan riset Menyelenggarakan riset
antar lembaga dan inovasi dan rekayasa kebencanaan
pemangku teknologi Menerapkan rekayasa teknologi
kepentingan dalam kebencanaan untuk kebencanaan disegala bidang
penanggulangan mengurangi risiko
bencana bencana secara
terstruktur
Pengembangan Melaksanakan kerjasama
konsep inovasi skema multipihak dalam alternatif
alternatif pembiayaan pembiayaan penanggulangan
penanggulangan bencana
bencana dengan Mengembangkan kerangka kerja
pendekatan integrasi dan kebijakan asuransi bencana
kolaboratif multi pihak dan pembiayaan risiko
3 penerapan sistem Optimalisasi sistem Penyusunan rencana
dan penanggulangan penanggulangan kedaruratan
operasionalisasi kedaruratan bencana bencana
penanganan Penyusunan rencana kontinjensi
darurat bencana kota untuk bencana prioritas
Respon cepat darurat bencana
Pendampingan terhadap
penanganan korban dan
pengungsi
Pembuatan sistem informasi
penanggulangan kedaruratan
bencana yang mudah diakses
oleh masyarakat
Penyiapan ruang dan jalur
evakuasi bencana
Pemaduan sumber Pencarian, Pertolongan dan
daya dalam operasi Evakuasi Korban Bencana kota

V-5 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
pencarian, Pemenuhan sistem komunikasi
pertolongan, dan dan peralatan SAR
evakuasi korban Penyediaan Logistik
Penyelamatan dan Evakuasi
Korban Bencana kota
Penyiapan taruna siaga bencana
Pengendalian penyakit Respon Cepat Bencana
menular Non Alam Epidemi/Wabah
Penyakit
Membangun sistem peringatan
dini Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit menular
Menyelenggarakan penelitian,
inovasi pengobatan, dan vaksin
virus penyakit menular
4 Peningkatan dan Pengembangan Penyusunan aturan tentang
pembangunan kebijakan wilayah penataan bangunan dan
prasarana sarana untuk ketahanan lingkungan
mitigasi dan bencana dan Pembinaan dan pengawasan
pengurangan risiko penguatan terhadap penyelenggaraan
bencana infrastruktur vital bangunan gedung dan
tahan bencana lingkungan
Penerapan persyaratan analisis
risiko bencana untuk
pembangunan dengan dampak
skala besar
Pembangunan dan Pembangunan dan perbaikan
peningkatan infrastruktur sistem drainase
infrastruktur utama perkotaan
pendukung ketahanan Optimalisasi fungsi tanggul
bencana sepanjang sungai
Pengelolaan risiko bencana
pada kawasan pariwisata
prioritas

V-6 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
5 Penguatan dan Perkuatan sistem Membangun sistem peringatan
penerapan sistem peringatan dini dini terpadu khusus untuk
kesiapsiagaan terpadu dan tanggap bencana banjir dan kebakaran
bencana darurat bencana yang Pengaktifan radio tanggap
terintegrasi darurat bencana
Penyusunan riset early warning
system bencana prioritas
Peningkatan Pendistribusian logistik
prasarana sarana kebencanaan secara optimal
logistik kebencanaan Peningkatan prasarana sarana
penanganan darurat dan
pemulihan sosial korban
bencana
Pemetaan jejaring dukungan
kapasitas logistik terintegrasi
pusat, provinsi
Peningkatan skill dapur umum
6 Pemberdayaan Penguatan Pengembangan kapasitas Tim
masyarakat dalam ketangguhan bencana Reaksi Cepat (TRC) bencana
penanggulangan berbasis komunitas kota
bencana melalui Pelatihan pencegahan dan
Pendidikan, mitigasi bencana
pelatihan, dan Pembentukan dan pembinaan
rekayasa sosial kelurahan siaga Tangguh
yang kolaboratif bencana dan keluarga Tangguh
bencana
Peningkatan Pembentukan dan pembinaan
kesadaran dan lembaga/forum peduli
kapasitas pemerintah, lingkungan hidup dan
swasta, dan kerentanan bencana
masyarakat terhadap Penyelenggaraan diklat
lingkungan hidup dan manajemen bencana
kerentanan bencana

V-7 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
7 Perlindungan Integrasi hasil kajian Penyusunan KLHS dengan
terhadap risiko bencana dalam memperhatikan hasil kajian
kerentanan KLHS risiko bencana
penduduk, fisik, Pemanfaatan KLHS dalam
dan lingkungan di penyusunan rencana
daerah rawan penanggulangan bencana
bencana Perlindungan Pemberdayaan lumbung pangan
ketahanan pangan
Peningkatan kapasitas Penyusunan pedoman standar
masyarakat rentan penyelamatan diri saat terjadi
bencana bencana
Perlindungan terhadap Pengalokasian dana khusus bagi
fasilitas kritis pada fasilitas kritis yang mengalami
daerah rawan bencana kerusakan saat terjadi bencana
8 Penataan dan Penyusunan dokumen Menyusun kajian penataan
penetapan regulasi strategis kawasan khusus terdampak
pada kawasan pengembangan bencana dan menetapkan dalam
terdampak kawasan terdampak peraturan kepala daerah
bencana bencana Membuat kebijakan insentif dan
disinsentif kesesuaian kegiatan
pada kawasan khusus
terdampak bencana
9 percepatan Dukungan rahbilitasi Pembangunan infrastruktur air
penyelenggaraan dan rekonstruksi di minum, sanitasi, drainase, dan
rehabilitasi dan daerah terdampak persampahan terpadu
rekonstruksi di bencana Penyusunan rencana aksi
kawasan rehabilitasi dan rekonstruksi
terdampak Pemulihan sektor produktif
bencana terdampak bencana
Revitalisasi kampung terdampak
bencana
Pembangunan kembali
bangunan rumah dan fasilitas
kritis terdampak bencana

V-8 | L a p o r a n A k h i r
No Strategi Program Aksi Kegiatan
Penerapan Pemberian bantuan langsung
perlindungan sosial tunai bagi masyarakat miskin
yang adaptif terdampak bencana
Pendistribusian bantuan
bencana bagi sekolah
terdampak bencana
Pemulihan sosial ekonomi
terdampak bencana
Peningkatan kapasitas ekonomi
dan masyarakat terdampak
bencana
Sumber : Hasil Sinkronisasi Rencana Program, 2022

Dari tabel di atas dapat dijabarkan terdapat 9 strategi utama yang dicapai melalui
21 program aksi dan dirincikan dalam 57 kegiatan. Strategi, program, kegiatan yang
dimaksud dalam tabel 5.1 disusun sebagai upaya penanggulangan terhadap multi
bencana yang berpotensi terjadi di Kota Mojokerto yakni bencana banjir, kebakaran
permukiman/gedung, kekeringan, kegagalan teknologi, cuaca ekstrim, dan epidemi
wabah penyakit.

V-9 | L a p o r a n A k h i r
BAB VI
ALOKASI DAN PERAN PELAKU DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN BENCANA

6.1 PERAN DAN FUNGSI UMUM INSTANSI PEMERINTAHAN TERKAIT


Dalam melaksanakan penanggulangan becana di daerah akan memerlukan
koordinasi dengan sektor. Secara garis besar dapat diuraikan peran lintas sektor sebagai
berikut :

Tabel 6. 1 Peran Dan Tanggung Jawab Instansi Penanggulangan Bencana

Organisasi Peran Dan Tanggung Jawab


Satuan Polisi Pamong Mengkoordinir, melaksanakan sekaligus bertanggung jawab
Praja terhadap pelaksanaan seluruh upaya penanggulangan
bencana
Pengawalan, pengamanan posko-posko bencana dan
distribusi logistik dan membantu dalam pemasangan dan
pemeliharaan rambu-rambu rawan bencana, LINMAS
berperan dalam membantu dan mengevakuasi masyarakat
yang ditimpa bencana
Badan Perencanaan Mendukung perencanaan, Pengendalian, evaluasi dan
Pembangunan Daerah pengalokasian anggaran program-program pembangunan
(Bappeda) yang peka risiko bencana bersama dengan dinas-dinas
terkait.
Badan Kesatuan Bangsa Pembinaan, pelaksanaan, Pengendalian dan pengendalian
dan Politik kegiatan bidang ketahanan seni, budaya, agama, ekonomi
(Bakesbangpol) dan kemasyarakatan.
Dinas Lingkungan Hidup Merencanakan dan mengendalikan upaya yang bersifat
preventif, advokasi dan deteksi dini dalam pencegahan
bencana terkait lingkungan hidup.
Badan Pemberdayaan Merencanakan dan mengendalikan komunitas PRB dan
Masyarakat (BPM) relawan penanggulangan bencana daerah di tiap-tiap
kelurahan / desa.
Dinas Sosial Merencanakan dan melaksanakan penyediaan kebutuhan
logistik (pangan, sandang, dan kebutuhan dasar lainnya)
untuk korban bencana.

V-1 | L a p o r a n A k h i r
Organisasi Peran Dan Tanggung Jawab
Dinas Kesehatan Merencanakan, pencegahan, penyuluhan, kesiapsiagaan,
pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana
kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan, dan
tenaga medis / paramedis.
Dinas Pekerjaan Umum Merencanakan, mengendalikan, dan menyiapkan lokasi dan
jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana / prasarana
publik, dan pengadaan fasilitas darurat serta
mengkoordinasikan pengadaan perumahan untuk warga
yang menjadi korban bencana serta melaksanakan
pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata
ruang daerah yang peka terhadap risiko bencana.
Dinas Pendidikan, Merencanakan dan mengendalikan penyelenggaraan
Pemuda dan Olahraga Pendidikan darurat untuk daerah-daerah terkena bencana
dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan, serta
mengkoordinasikan 2endidikan sadar bencana.
Dinas Pertanian Dan Merencanakan, mendukung, dan mengendalikan
Ketahanan Pangan penyediaan bahan pangan kepada masyarakat dalam upaya
penanggulangan bencana.
Dinas Perhubungan, Membantu penyediaan sarana dan prasarana transportasi
Komunikasi dan darat, laut dan udara dan melakukan penyiapan dan
Informasi pemasangan rambu-rambu evakuasi bencana.
Dinas Koperasi, Merencanakan, mendukung, dan mengendalikan
Perindustrian, penyediaan sarana prasarana ketrampilan untuk usaha
dan Perdagangan mandiri bagi warga terkena bencana dalam rangka
pemulihan aktifitas ekonominya.
Dinas pendapatan Mendorong, mempromosikan, menggalang investasi dan
daerah penamaman modal terkait usaha masyarakat di daerah
bencana.
Rumah sakit Membantu pelayanan kesiapsiagaan, mitigasi, dan
memberikan pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan.
Sumber : Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana

V-2 | L a p o r a n A k h i r
6.2 ALOKASI PERAN DALAM RENCANA AKSI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MOJOKERTO
Rencana aksi penanggulangan bencana disusun berdasarkan strategi, program, dan aksi kegiatan yang telah dirumuskan pada bab
sebelumnya. Adapun rencana aksi penanggulangan bencana Kota Mojokerto yang melingkupi tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca
bencana sesuai dengan arahan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 tahun 2008 dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 6. 2 Alokasi Peran Dalam Aksi Kegiatan Penanggulangan Bencana Kota Mojokerto

Pilihan tindakan Instansi terkait


Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Pra Bencana saat tidak Menetapkan kebijakan APBD
terjadi bencana penyelenggaraan
(pencegahan) penanggulangan bencana
dalam peraturan kepala
daerah
Menyusun peraturan APBD
kepala daerah tentang
pengalokasian dana
penanggulangan bencana
dalam APBD
Sinkronisasi kebijakan
penanggulangan bencana

V-3 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
berdasarkan kajian risiko
bencana
Menyusun dokumen APBD
teknis RTRW dan RDTR
berbasis mitigasi bencana
Menetapkan kebijakan APBD
penataan ruang dalam
bentuk peraturan daerah
atau peraturan kepala
daerah yang
mengakomodir kawasan
rawan bencana
Menyusun dokumen APBD
teknis RPJMD berbasis
mitigasi bencana
Menyelenggarakan riset APBD
kebencanaan

V-4 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Menerapkan rekayasa APBD
teknologi kebencanaan
disegala bidang
Melaksanakan kerjasama APBD,
multipihak dalam Swasta
alternatif pembiayaan
penanggulangan bencana
Mengembangkan APBD,
kerangka kerja dan Swasta
kebijakan asuransi
bencana dan pembiayaan
risiko
Pembentukan dan APBD,
pembinaan Swasta
lembaga/forum peduli
lingkungan hidup dan
kerentanan bencana
Penyusunan KLHS APBD
dengan memperhatikan

V-5 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
hasil kajian risiko
bencana
Pemanfaatan KLHS APBD,
dalam penyusunan Swasta
rencana penanggulangan
bencana
Pra bencana saat Penyusunan rencana APBD
terdapat potensi penanggulangan
bencana kedaruratan bencana
(kesiapsiagaan) Penyusunan rencana APBD
kontinjensi kota untuk
bencana prioritas
Penyusunan aturan APBD
tentang penataan
bangunan dan lingkungan
Pembinaan dan APBD
pengawasan terhadap
penyelenggaraan

V-6 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
bangunan gedung dan
lingkungan
Penerapan persyaratan APBD,
analisis risiko bencana Swasta
untuk pembangunan
dengan dampak skala
besar
Penyelenggaraan diklat APBD
manajemen bencana
Penyusunan pedoman APBD
standar penyelamatan
diri saat terjadi bencana
Pengalokasian dana APBD
khusus bagi fasilitas kritis
yang mengalami
kerusakan saat terjadi
bencana

V-7 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Menyusun kajian APBD
penataan kawasan
khusus terdampak
bencana dan
menetapkan dalam
peraturan kepala daerah
Membuat kebijakan APBD
insentif dan disinsentif
kesesuaian kegiatan
pada kawasan khusus
terdampak bencana
Penyelenggaraan diklat APBD,
manajemen bencana Swasta
Pembuatan sistem APBD
informasi
penanggulangan
kedaruratan bencana
yang mudah diakses oleh
masyarakat

V-8 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Peningkatan skill dapur APBD
umum
Pengelolaan sistem APBD
komunikasi dan informasi
kebakaran dan
penyelamatan
Pembinaan Aparatur APBD
Pencarian dan
Pertolongan Terhadap
Kondisi Membahayakan
Manusia/Penyelamatan
dan Evakuasi
Tanggap darurat Respon cepat darurat APBD
bencana
Pendampingan terhadap APBD
penanganan korban dan
pengungsi

V-9 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Penyiapan ruang dan jalur APBD
evakuasi bencana
Penyelamatan dan APBD
evakuasi korban
kebakaran dan non
kebakaran
Pencarian, Pertolongan APBD
dan Evakuasi Korban
Bencana
Pemenuhan sistem APBD,
komunikasi dan peralatan swasta
SAR
Penyediaan Logistik APBD,
Penyelamatan dan swasta
Evakuasi Korban
Bencana kota
Pembangunan dan APBD
perbaikan infrastruktur

V-10 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
sistem drainase utama
perkotaan
Optimalisasi fungsi APBD
tanggul sepanjang sungai
Pengelolaan risiko APBD,
bencana pada kawasan swasta
pariwisata prioritas
Membangun sistem APBD
peringatan dini terpadu
khusus untuk bencana
banjir dan kebakaran
Pengaktifan radio APBD
tanggap darurat bencana
Penyusunan riset early APBD
warning system bencana
prioritas

V-11 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Pendistribusian logistik APBD,
kebencanaan secara swasta
optimal
Peningkatan prasarana APBD
sarana penanganan
darurat dan pemulihan
sosial korban bencana
Pemetaan jejaring APBD
dukungan kapasitas
logistik terintegrasi pusat,
provinsi
Pembentukan dan APBD,
pembinaan kelurahan swasta
siaga Tangguh bencana
dan keluarga Tangguh
bencana
Pemulihan pasca Pembangunan APBD
bencana infrastruktur air minum,

V-12 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
sanitasi, drainase, dan
persampahan terpadu
Penyusunan rencana aksi APBD
rehabilitasi dan
rekonstruksi
Pemulihan sektor APBD
produktif terdampak
bencana
Revitalisasi kampung APBD,
terdampak bencana swasta
Pembangunan kembali APBD,
bangunan rumah dan swasta
fasilitas kritis terdampak
bencana
Pemberian bantuan APBD,
langsung tunai bagi swasta
masyarakat miskin
terdampak bencana

V-13 | L a p o r a n A k h i r
Pilihan tindakan Instansi terkait
Sumber
A B C D E F G H I J K
dana
Aksi kegiatan
Pendistribusian bantuan APBD,
bencana bagi sekolah swasta
terdampak bencana
Pemulihan sosial APBD,
ekonomi terdampak swasta
bencana
Peningkatan kapasitas APBD,
ekonomi dan masyarakat swasta
terdampak bencana
Sumber : Hasil Rencana, 2022

Keterangan :
A : Satuan Polisi Pamong Praja Dan PMK Kota Mojokerto
B : Bappedalitbang Kota Mojokerto
C : Dinas PUPRPERAKIM Kota Mojokerto
D : Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto
E : Dinas Sosial Kota Mojokerto
F : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto
G : Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Mojokerto

V-14 | L a p o r a n A k h i r
H : Dinas Perhubungan Kota Mojokerto
I : Dinas Komunikasi Dan Informasi Kota Mojokerto
J : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian Dan Perdagangan Kota Mojokerto
K : BPPKAD Kota Mojokerto

V-15 | L a p o r a n A k h i r

Anda mungkin juga menyukai