DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xix
1.2 Maksud 1- 2
1.3 Tujuan 1- 3
1.4 Sasaran 1- 3
1.6 Keluaran 1- 7
1.7 Manfaat 1- 7
LAPORAN ANTARA
i
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
2.2 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NOMOR 16 TAHUN 2018 2- 6
2.2.3 Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi 2- 7
LINGKUNGAN HIDUP 2- 21
4.2.1 Analisa simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting 4- 12
LAPORAN ANTARA
iii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA
iv
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA
v
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
(jalan, jalur pejalan kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya) 4- 109
LAPORAN ANTARA
vi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
6.4.2Tema Penanganan ` 6- 13
LAPORAN ANTARA
vii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
8.5 BERITA ACARA Perumusan rencana Pola ruang , Rencana Struktur ruang dan
LAPORAN ANTARA
viii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA
ix
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Strategis 12- 2
LAPORAN ANTARA
x
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DAFTAR TABEL
LAPORAN ANTARA
xi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tabel 4- 25Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Bunut 4-66
Tabel 4- 26Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Lape 4-67
LAPORAN ANTARA
xii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tabel 7- 4Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape (Sub BWP III) 7- 11
LAPORAN ANTARA
xiii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sai Mawang 8- 18
Tabel 12. 1Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas 12- 2
Tabel 12. 2Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas 12- 4
Tabel 12. 3 Tabel Identifikasi KRP yang Berdampak pada Lingkungan Hidup 12- 4
Tabel 12. 4 Tabel Analisis Pengaruh KRP dan Isu Pembangunan Berkelanjutan
Prioritas 12- 6
LAPORAN ANTARA
xiv
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tabel 12. 9Skala kriteria yang menunjukan Nilai terhadap suatu situasi 12- 13
Tabel 12. 10Kisaran Nilai Rentang Pita yang digunakan untuk RIAM 12- 14
Tabel 12. 11Bobot Parameter Bentang Lahan, Vegetasi, dan Penutupan Lahan 12- 17
DAFTAR GAMBAR
sanggau 4-13
Gambar 4- 10Air aliran permukaan atau run off kawasan baong lawang 4-16
LAPORAN ANTARA
xvi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Gambar 4- 31Peta Analisis Figure and Ground Desa Sungai Mawang 4-88
Gambar 4- 33 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Bunut 4-90
Gambar 4- 35 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Lape 4-91
LAPORAN ANTARA
xvii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Perkotaan Sanggau 7- 7
Perkotaan Sanggau 7- 7
Perkotaan Sanggau 7- 8
LAPORAN ANTARA
xviii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Gambar 10- 2 Peta KDB dan KLB Desa Sai Mawang 10-7
LAPORAN ANTARA
xix
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DAFTAR LAMPIRAN
LAPORAN ANTARA
xx
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BAB 1
PENDAHULUAN
LAPORAN ANTARA
1- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Posisi
pembahasan
bab ini
Seperti yang dikemukakan Kerangka Acuan Kerja, maksud dari Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat adalah untuk mewujudkan
pengembangan dan perencanaan ruang kawasan perbatasan melalui Penyusunan Materi
Teknis RDTR Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .
Penyusunan materi teknis ini disusun berdasarkan aturan dan pedoman dalam penyusunan
rencana tata ruang kawasan perbatasan Negara yang juga merupakan kawasan strategis.
Kemudian hasil dari rumusan ini nantinya dapat dijadikan sebagai masukan bagi rancangan
perundangan-undangan tentang Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat .
Sementara tujuan dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat ini adalah untuk menyusun Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .
1.2 MAKSUD
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan bahan yang menjadi landasan spasial
pembangunan melalui penyusunan RDTR dan PZ sebagai dasar pemberian izin dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
LAPORAN ANTARA
1- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1.3 TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pemerintah Kabupaten Sanggau, dalam
penyusunan Materi Teknis RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan di
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
1.4 SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini antara lain:
1. Tersedianya materi teknis (fakta analisa dan buku rencana) RDTR dan Peraturan
Zonasi Kawasan Perkotaan.
2. Tersedianya Ranperda RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan.
3. Tersedianya album peta dengan skala atau tingkat kedetailan informasi minimal
1:5.000; dan
4. Tersedianya Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
LAPORAN ANTARA
1- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
B. Data sekunder yang terdiri atas peta dasar dan peta tematik serta data dan
informasi lain sebagaimana tercantum dalam Permen Agraria dan Tata
Ruang/Kepala BPN No.16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan
PZ Kabupaten/Kota, serta data sekunder lainnya yang diperlukan.
4. Pembuatan peta dasar :
A. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi CSRT sesuai dengan standart BIG
dan menetapkan titik GCP dan ICP pada kawasan perencanaan dengan berita
acara hasil konsultasi yang dilampirkan print out peta sebaran titik GCP dan ICP;
B. Melakukan survey GCP, ICP dan Toponimi, sebanyak 2 (dua) kali;
C. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi hasil survey GCP, ICP dan
Toponimi sampai mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti berita acara;
D. Melakukan proses Orthorektifikasi dan uji akurasi (bagi yang belum
memiliki peta dasar)
E. Melakukan digitasi unsur peta dasar skala 1:5000.
F. Melakukan konsultasi ke BIG untuk assistensi hasil orthorektifikasi dan hasil
digitasi unsur peta dasar skala 1:5000 sampai mendapatkan persetujuan BIG
dengan bukti berita acara.
5. Melakukan pengolahan dan analisis data, antara lain:
A. Analisis untuk penyusunan RDTR
1) analisis struktur internal BWP;
2) analisis sistem penggunaan lahan;
3) analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas;
4) analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan;
5) analisis sosial budaya;
6) analisis kependudukan;
7) analisis ekonomi dan sektor unggulan;
8) analisis transportasi atau pergerakan;
9) analisis sumber daya buatan;
10) analisis kondisi lingkungaan binaan;
11)analisis kelembagaan; dan
12)analisis pembiayaan pembangunan.
LAPORAN ANTARA
1- 4 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1.6 Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini meliputi :
A. Dokumen Materi Teknis terdiri atas Buku Fakta dan Analisis, Buku Rencana;
B. Album Peta skala 1: 5.000;
C. Ranperda RDTR; dan
D. Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis; dan
E. Visualisasi 3D.
1.7 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah agar Pemerintah daerah Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat memiliki dokumen Materi Teknis, Raperda, dan album peta RDTR dan
PZ yang kemudian akan dijadikan Peraturan Daerah sebagai dasar pemberian izin dan
instrument pengendalian pemanfaatan ruang.
LAPORAN ANTARA
1- 7 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BAB 2
TINJAUAN KEBIJAKAN
Setelah pendaftaran di OSS berhasil, pelaku usaha akan mendapatkan Nomor Induk
Berusaha (NIB) atau Single Identity Number (SIN) dalam waktu maksimal satu jam di
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) tingkat pusat maupun daerah sesuai wilayah
kewenangannya. NIB ini akan berlaku sebagai Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan
Angka Pengenal Importir (API). Proses pendaftaran ini bahkan dapat dilakukan via
perangkat elektonik genggam atau gadget melalui aplikasi berbasis Android/IOS.
Dengan adanya OSS, pemohon tidak lagi harus mendatangi berbagai K/L atau
organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengurus izin berlapis-lapis yang harus
diperoleh satu per satu. OSS memungkinkan pelaku usaha untuk segera memulai
proses produksinya secara simultan sembari melengkapi dokumen-dokumen teknis
lainnya, sebut saja seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin lingkungan, juga
Laporan Antara 2- 1 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
kewajiban lain seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang semuanya diproses
dengan sistem checklist. Sementara izin-izin usaha akan keluar dengan sendirinya
alias otomatis.
OSS sudah mulai diuji coba untuk tingkat pusat pada 4 Juni 2018 meski belum dirilis
secara resmi. Layanan ini dapat diakses melalui oss.ekon.go.id. Penerapannya di
daerah masih menunggu Peraturan Pemerintah dan persiapan terkait sarana-pra
sarana, dan keberadaan Satuan Tugas (Satgas) untuk mengawalnya sebagaimana
Laporan Antara 2- 2 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
bunyi Perpres 91/2017. Menurut Kepala BKPM, pelaksanaan program ini secara
menyeluruh di daerah masih akan dilakukan secara bertahap. Kemungkinan akan
dipilah berdasarkan jenis investasi dan jumlah daerah yang ikut melaksanakannya.
OSS digunakan dalam pengurusan izin berusaha oleh pelaku usaha dengan
karakteristik sebagai berikut: Berbentuk badan usaha maupun perorangan; Usaha
mikro, kecil, menengah maupun besar; Usaha perorangan/badan usaha baik yang
baru maupun yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS. Usaha dengan
modal yang seluruhnya berasal dari dalam negeri, maupun terdapat komposisi modal
asing.
Laporan Antara 2- 3 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2. Pelaku usaha badan usaha berbentuk PT, badan usaha yang didirikan oleh
yayasan, koperasi, CV, firma, dan persekutuan perdata menyelesaikan proses
pengesahan badan usaha di Kementerian Hukum dan HAM melalui AHU
Online, sebelum mengakses OSS.
3. Pelaku usaha badan usaha berbentuk perum, perumda, badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara, badan layanan umum atau lembaga penyiaran
menyiapkan dasar hukum pembentukan badan usaha.
1. Membuat user-ID
4. Untuk usaha baru: melakukan proses untuk memperoleh izin dasar, izin usaha
dan/atau izin komersial atau operasional, berikut dengan komitmennya. Untuk
usaha yang telah berdiri: melanjutkan proses untuk memperoleh izin berusaha
(izin usaha dan/atau komersial) baru yang belum dimiliki, memperpanjang izin
berusaha yang sudah ada, mengembangkan usaha, mengubah
dan/memperbarui data perusahaan.
Laporan Antara 2- 4 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
perorangan untuk registrasi dan verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi user-ID
dan password sementara yang bisa digunakan untuk log-in sistem OSS.
Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB wajib dimiliki
pelaku usaha yang ingin mengurus perizinan berusaha melalui OSS, baik usaha
baru maupun usaha yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS.
Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan
impor
- Izin Usaha, misalnya untuk Izin Usaha di sektor Perdagangan (Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP)).
Laporan Antara 2- 5 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
kerja, termasuk tenaga kerja asing. Jika pelaku usaha menggunakan tenaga
kerja asing, maka pelaku usaha menyetujui pernyataan penunjukan tenaga
kerja pendamping serta akan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
atau dengan output surat pernyataan.
Mengisi informasi bidang usaha yang sesuai dengan 5 digit Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), selain informasi KBLI 2 digit yang telah
tersedia dari AHU. Pelaku usaha juga harus memasukan informasi uraian
bidang usaha.
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Pada pasal 6 muatan dalam Rencana Detail Tata Ruang (sesuai dengan Peraturan
Menteri ATR/BPN no.16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ
Kabupaten/Kota), sebagai berikut;
Laporan Antara 2- 6 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2.2.3 Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan
Zonasi
Prosedur penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota meliputi:
a. persiapan;
b. pengumpulan data dan informasi;
c. pengolahan dan analisis data
d. perumusan konsep RDTR dan muatan PZ
Kabupaten/Kota; dan
e. penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang
RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.
f. validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Kementerian/Lembaga
yang membidangi urusan lingkungan hidup; dan
g. verifikasi peta dasar oleh Kementerian/Lembaga yang
membidangi urusan informasi geospasial.
Kebijakan mengenai tata ruang nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah No.13
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
merupakan turunan dari Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah nasional adalah :
Laporan Antara 2- 7 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Adapun kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang yaitu :
Laporan Antara 2- 8 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
5 Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang
optimal.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategis
pengembangan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya dan
pengembangan kawasan strategis nasional. Strategi untuk masing-masing kebijakan
adalah sebagai berikut :
1 Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi;
Laporan Antara 2- 9 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 10 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
3 Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan
Laporan Antara 2- 11 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
perdesaan di sekitarnya.
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional. Strategi yang akan dilakukan adalah :
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi yang
akan dilakukan adalah :
Laporan Antara 2- 12 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi yang akan dilakukan adalah :
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa. Strategi yang akan
dilakukan adalah :
Laporan Antara 2- 13 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
masyarakat; dan
Rencana pola ruang wilayah nasional meliputi : kawasan lindung nasional dan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional.
Laporan Antara 2- 14 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
strategis nasional tahun 2015-2019 sesuai dengan arahan RTRWN dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Dalam RTRW Provisi Kalimantan Barat Entikong ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional bersama dengan Kawasan Metropolitan Pontianak, Entikong, Nanga
Badau, Aruk, Jagoi Babang, dan Jasa
Entikong juga termasuk dalam enam kawasan lintas batas negara dimana dalam
pasal 21 ayat 6 akan dilakukan Pengembangan enam kawasan lintas batas negara
(Gerbang Darat Internasional) yakni di Entikong (Sanggau), Nanga Badau (Kapuas
Hulu), Jagoi Babang (Bengkayang), Aruk (Sambas), Jasa (Sintang), dan Temajuk
(Sambas; untuk pariwisata Temajuk—Melano);
Dalam pasal 21 ayat 4 Entikong juga termasuk dalam jaringan jalan arteri dimana
Jaringan Jalan Arteri Primer yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota antar-PKN, antara PKN dan PKW, serta antarkota
yang melayani kawasan yang tumbuh/berkembang dan strategis dalam konteks
nasional dan atau pelabuhan-pelabuhan utama; dimana ruas jalan arteri primer
meliputi :
Laporan Antara 2- 15 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sanggau juga merupakan jalan arteri primer pada beberapa ruas jalan meliputi :
Balai Karangan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal. Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi
yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal yang diutamakan untuk dikembangkan adalah pada jalur lintas
sentra produksi dan antar pusat permukiman utama dalam rangka penyelarasan
upaya peningkatan efektivitas pelayanan, peningkatan produksi dan produktivitas,
dan upaya memperlancar pemasaran.
Pusat Kegiatan Lokal dalam pasal 16 ayat 2 ditetapkan sebagai berikut : Sambas,
Laporan Antara 2- 16 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Dalam pasal 21 (4) Termasuk pada Jaringan Arteri primer pada ruas jalan Sungai
Pinyuh – Anjungan – Sidas – Ngabang - Sosok – Tanjung – Kembayan – Beduai –
Balai Karangan – Entikong – Perbatasan Sarawak;
Tayan hilir temasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal. Tayan Hilir masuk dalam jalan
arteri primer pada jalur ; Pontianak – Simpang Ambawang (Terminal Antar Negara) –
Tayan – Taraju – Balai Bekuak – Aur Kuning – Sandai – Nanga Tayap – Perbatasan
Kalteng. Dan termasuk dalam jalan kolter primer pada ruas jalan Tayan – Sosok;
b) Kawasan yang berpotensi tumbuh cepat dengan sasaran agar dapat segera
berperan sebagai pendorong pemerataan atau memacu pertumbuhan wilayah
sekitarnya;
Laporan Antara 2- 17 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
adalah:
a) Kawasan Lintas Batas Negara, yaitu Temaju, Aruk, Jagoi Babang, Entikong,
Jasa, dan Badau;
Laporan Antara 2- 18 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 19 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 20 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 21 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 22 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 23 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 2- 24 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
menghadapi musuh yang berhasil menerobos aksi hambat yang telah dilakukan oleh
militer, baik yang berasal dari arah barat (laut) maupun arah utara (darat).
Laporan Antara 2- 25 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BAB 3
WILAYAH PERENCANAAN
LAPORAN ANTARA 3- 1 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 2 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 3 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 4 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 5 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 6 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Untuk RDTR OSS fokus pada perizinan bernilai investasi arah pengembangan
adalah di kawasan EMBAONG LAWANG . kawasan Embaong Lawang ini terdiri dari
tiga(3) desa yaitu desa bunut (dusun embaong), desa lape dan desa sungai
mawang. Dimana luas area perencanaan adalah 2.345 Ha.
Pada desa Bunut, desa ini juga masuk dalam perencanaan materi teknis RDTR
kawasan perkotaan sanggau. Pada desa Bunut dusun embaong yang beririsan
mendapat dua perencanaan. Karena pada dusun ini data di PTSP kabupaten
sanggau surat izin usaha perdagangan sangat banyak nilainya.
LAPORAN ANTARA 3- 7 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 8 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 9 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 10 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 11 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 12 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 13 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 14 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 3- 15 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 1
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
c. Pariwisata
d. Hutan kota,
e. Perumahan,
f. Pendidikan,
g. Perkebunan
LAPORAN ANTARA 2
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Pariwisata.
Perkebunan terpadu.
Perumahan.
LAPORAN ANTARA 3
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 4
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 5
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Untuk lahan perkotaan yang sebagian besar untuk hunian dan kegiatan perekonomian
ini, ada 3 ciri utama di dalamnya, yaitu:
Di dalamnya juga ada keterkaitan antara jenis penggunaan tanah dan lahan
terhadap berbagai unit kegiatan di dalam kota yang sangat dekat dan erat.
LAPORAN ANTARA 6
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Berikut ini merupakan perhitungan peta kemampuan lahan dari hasil tumpang tindih
berbagai peta SKL yang telah dibuat sebelumnya.
Keterse Pembuang
Kestabilan Kestabilan Terhadap Bencana
diaan Drainas an
Morfologi
e
Lereng Pondasi Erosi Alam
Air Limbah
Bobot : Bobot :
Bobot : 5 Bobot : 5 Bobot : 3 Bobot :3 Bobot : 0 Bobot : 5
5 5
5 5 3 5 3 25 0 25
Bobot x Nilai
10 10 6 10 6 20 0 20
15 15 9 15 9 15 0 15
20 20 12 20 12 10 0 10
25 25 15 25 15 5 0 5
LAPORAN ANTARA 7
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin
didapat adalah 31, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah
155. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
Kelas a dengan nilai 31-55
Kelas b dengan nilai 56-80
Kelas c dengan nilai 81-105
Kelas d dengan nilai 106-130
Kelas e dengan nilai 131-155
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
LAPORAN ANTARA 8
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 9
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 10
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tabel 4- 4Komposisi luasan penggunaan lahan per desa kawasan Baong Lawang
LAPORAN ANTARA 11
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
4.2.1 Analisa simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting
Dalam peraturan daerah Nomer 10 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sanggau 2014-2034 untuk kawasan perkotaan Sanggau
arahan pola ruang terdapat dalam pasal 33 tentang arahan prioritas
pengembangan kawasan permukiman perkotaan.
Untuk pertimbangan rencana pola ruang arahan pada pasal 33 dan 34 akan
LAPORAN ANTARA 12
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Gambar 4- 6Posisi kawasan pada rencana Pola ruang RTRW kabupaten sanggau
sumber : Lampiran Perda No.10 tahun 2014
LAPORAN ANTARA 13
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 14
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 15
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah hujan yang mengalir
di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan. Sebagian dari
air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu mengalir menuju
kedaerah yang lebih rendah.
Gambar 4- 10Air aliran permukaan atau run off kawasan baong lawang
Sumber : analisa konsultan
LAPORAN ANTARA 16
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
a. Sempadan Sungai besar ditetapkan 30 meter meter dari tepi kiri dan 30 meter dari
tepi kanan palung sungai
LAPORAN ANTARA 17
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Hasil analisa run off dapat digunakan pada rencana pola ruang untuk
pemanfaatan zona perlindungan setempat.
LAPORAN ANTARA 18
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas. Analisis
BWP pada wilayah yang lebih luas, dilakukan untuk memahami kedudukan
dan keterkaitan BWP dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek
sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana,
budaya, pertahanan, dan keamanan. Sistem regional tersebut dapat
berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang berbatasan,
pulau, dimana BWP tersebut dapat berperan dalam perkembangan
regional.
LAPORAN ANTARA 19
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih luas. Pada
peraturan daerah No. 10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal
40 ditetapkan kawasan strategis.Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Sanggau ditetapkan berdasarkan 6 kriteria berikut :
LAPORAN ANTARA 20
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 21
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Dewan Adat Desa Lape yang saat itu diketuai oleh Jhon Luh,telah setuju dengan
konsesi HPH dari Menhut dan kemudian mempersilakan perusahaan untuk
bekerja.Namun, belum sempat menebang, tokoh masyarakat asal DesaLape
yang bermukim di Pontianak seperti Willy Brodus, Christian danJudah (Alm)
yang bernaung di bawah LSM Oyong Pangkodan memproteskonsesi HPH itu.
Para tokoh ini kemudian mengumpulkan kekuatan, yakni mengajak semua orang
LAPORAN ANTARA 22
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih luas. Pada
peraturan daerah No. 10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal
40 ditetapkan kawasan strategis. Kawasan strategis kabupaten dari sudut
pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan 7 kriteria, antara lain:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh.
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
daerah.
c. memiliki potensi pasar regional, nasional, dan internasional.
d. didukung jaringan infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.
LAPORAN ANTARA 23
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sistem jaringan transportasi di suatu wilayah merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah tersebut. Selain itu juga ikut
menentukan cepat tidaknya alur informasi dan sirkulasi manusia maupun barang. Pada
analisis ini lebih melihat tentang bagaimana ketersediaan dan jangkauan pelayanan
sistem transportasi di wilayah Kabupaten Sanggau yang ditinjau dari sistem
transportasi darat dan air (sungai).
LAPORAN ANTARA 24
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Adapun dalam pembangunan dan pengembangan sistem transportasi wilayah ini dibagi
dalam 2 (dua) lingkup yakni lingkup internal dan eksternal. Pengembangan sistem
transportasi dalam lingkup internal diarahkan untuk:
LAPORAN ANTARA 25
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan . Pada peraturan daerah No.
10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal 40 ditetapkan kawasan
strategis. Penetapan kawasan strategis untuk daya dukung lingkungan hidup
didasarkan pada 7 kriteria sebagai berikut :
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.
b. merupakan aset daerah (Kabupaten Sanggau), provinsi atau nasional berupa
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan atau dilestarikan.
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian pada skala provinsi ataupun negara.
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.
f. rawan bencana alam skala provinsi atau nasional.
g. sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
LAPORAN ANTARA 26
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 27
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 28
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Ketiga hal pokok tersebut masing-masing saling berkaitan dan saling menunjang yang
mengarah pada satu tujuan yaitu terwujudnya target-target pembangunan yang
dikehendaki sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
LAPORAN ANTARA 29
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 30
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Kekhasan dari kawasan Bunut ini adalah kawasan campuran sebagai kawasan
pusat kegiatan perkotaan. Tema yang cocok pada kawasan ini adalah “Kawasan
multifungsi yang saling berintegrasi dengan wilayah-wilayah lainnya
untuk meningkatkan perkembangan Kawasan Perkotaan Sanggau”.
Kawasan Sei Mawang ini dikembangkan sebagai Industri Skala Kecil dan Menengah,
Pergudangan, Ruang Terbuka Hijau Skala Kelurahan/Desa, perumahan kepadatan
sedang dan pariwisata. Pada kondisi eksisting, embrio kegiatan perekonomian lokal
telah tumbuh di kawasan ini dalam bentuk pertokoan, pasar, dan jasa-jasa lainnya.
Pertumbuhan kegiatan ekonomi lokal ini dipicu oleh posisi geografisnya yang
merupakan simpul akses jalan menuju ke Ngabang dan Kota Pontianak. Disamping itu,
Sei Mawang juga perlu mendapat dukungan dari kawasan di sekitarnya.
Beberapa isu-isu di kawasan Sei Mawang kawasan ini antara lain :
Adanya pertumbuhan embrio perniagaan pergudangan untuk menampung
barang yang akan didistribusikan ke Kawasan Perkotaan Sanggau, jasa
komersial lainnya, serta kegiatan permukiman dengan pola menyebar.
Belum tersedianya ruang publik seperti RTH dan lahan parkir untuk bongkar
muat barang pergudangan.
LAPORAN ANTARA 31
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 32
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Pengertian Sumber Daya Air (SDA) diberikan oleh UU No. 7 Tahun 2004 yaitu “air, sumber air,
dan daya air yang terkandung di dalamnya”, dimana air di sini adalah “semua air yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
pemukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat” Analisis Hidrologi digunakan
untuk menentukan besarnya debit banjir rencana pada suatu perencanaan bangunan air.
LAPORAN ANTARA 33
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki
program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di pedesaan maupun
perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air, selain itu meningkatkan
keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum
(PSAM) di perkotaan. Air merupakan kebutuhan pokok penduduk yang vital, misalnya untuk air
minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain. Untuk keperluan air minum, penduduk
Kabupaten Sanggau biasanya memperoleh air yang bersumber dari air hujan, sungai, riam/air
terjun, sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagian kecil dari PDAM.
Dari gambaran ini maka Kabupaten Sanggau sangat membutuhkan Investasi Prasarana dan
Sarana Air Minum (PSAM) sehingga penduduk Kabupaten Sanggau bisa mendapatkan
pelayanan air minum yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Dengan curah hujan yang relatif
tinggi, yaitu 326 mm/tahun atau 271 mm/bulan (sumber: Stasiun Klimatologi Parindu, 1997 –
1996) dan terjadinya curah hujan sepanjang tahun dan hampir tidak ada musim kemarau yang
berarti menjadikan air hujan sebagai sebagai alternatif utama masyarakat Kabupaten Sanggau
sebagai sumber utama air minum masyarakat dan air sungai dan sumur sebagai sumber air
bersih untuk keperluan MCK.
Saat ini Kota Sanggau sudah dilayani Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Kota Sanggau
merupakan Kota Rawan Air Minum. Fungsi strategis Kota Sanggau pusat kota yang terletak di
tengah-tengah propinsi Kalimantan Barat dan dilewati jalur antar Negara (Malaysia Timur) dan
sangat bergantung akan air bersih. Jumlah penduduk administratif Kota Sanggau adalah
123.941jiwa.
Sebagian besar masyarakat Kota Sanggau mendapatkan air bersihnya dari IPA Sei.
Sengkuang dan IPA Liku dengan Kap. 80 ltr/d dan grafitasi 25 ltr/d yang sangat terbatas serta
Penampungan Air Hujan (PAH). PAH yang ada merupakan PAH sistem individual pada masing-
masing rumah dan hanya mampu melayani 6 bulan dalam maksimum setahun. Kualitas air
minum yang berasal dari air sungai cukup keruh. Sumber air hujan mengalami penurunan
drastis atau kering selama 6 bulan dalam 1 tahun.
LAPORAN ANTARA 34
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tanah podsolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan
suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan.
Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari
2500 mm per tahun
LAPORAN ANTARA 35
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tanah podsolik merah kuning atau sering disingkat PMK adalah tanah yang terbentuk
karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang sangat rendah dan juga merupakan jenis
tanah mineral tua yang memiliki warna kekuningan atau kemerahan.
Warna dari tanah podsolik ini menandakan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah
karena pencucian.Warna kuning dan merah ini disebabkan oleh longgokan besi dan
aluminum yang teroksidasi. Mineral lempung yang terdapat pada tanah ini penyusunnya
didominasi oleh silikat.
LAPORAN ANTARA 36
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak
stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman
dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budi daya. Kawasan ini bisa
digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air.
Wilayah Desa Bunut memiliki keadaan lereng yang beragam baik datar, landar, curam sangat
curam. Bagian selatam desa bunut memiliki keadaan lereng yang curam dan sangat curam atau
memiliki kemiringan 15-40% dan ada wilayah yang memiliki kemiringan diatas 40%. Selain itu
dibagian utara desa bunut juga memiliki kemiringan lereng yang curam namun banyak juga
yang landau dan hanya sedikit yang memiliki kemiringan 2-8% atau datar. Pada wilayah desa
bunut memiliki kawasan fungsi lindung karena memiliki kemiringan diatas 40%. Kawasan desa
bunut cocok untuk dijadikan kebun, hutan dan hutan belukar dan apabila disesuaikan dengan
keadaan eksisting maka wilayah ini didominasi oleh kebun campuran.
Wilayah Desa Lape bagian utara dan barat memiliki keadaan lereng yang di dominasi
oleh kemiringan lereng 2-8% atau datar dan kemiringan 8-15% atau landai. Sedangkan
pada wilayah timur dan selatan desa lape memiliki kemiringan 25%-40% atau curam
dan ada yang memiliki kemiringan lereng diatas 40% atau diijadikan sebagai fungsi
lindung.
Wilayah Desa Sai Mawang memiliki keadaan lereng yang tersebar secara merata
dimana semua wilayah memiliki kemiringan lereng 2-8% , 8-15%, dan 15-40% dengan
proporsi yang hampir sama. Namun diwilayah ini tidak memiliki kawasan diatas 40%
atau yang dapat dijadikan fungsi lindung.
LAPORAN ANTARA 37
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Keadaan Topografi pada wilayah desa bunut bagian barat memiliki topografi <50mdpl
sedangkan wilayah timur memiliki topografi 100-150mdpl dan bagian tengah desa bunut
memiliki topografi 50-100mdpl.
Pada wilayah desa sungai mawang hampir seluruh wilayah memiliki ketinggian 100-
150Mdpl sedangkan sisanya memiliki ketinggian 50-100mdpl yaitu di bagian utara.
LAPORAN ANTARA 38
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Dari keadaan topografi maka dapat dilihat bahwa wilayah desa sungai mawang, desa
bunut dan desa lape dikategorikan sebagai dataran rendah karena memiliki ketinggian
0-200m diatas permukaan laut. Dataran rendah banyak dimanfaatkan untuk
permukiman, industry dan pertanian. Pada wilayah dataran rendah sendiri dapat
digunakan sebagai lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa, padi,
palawija dan tebu
LAPORAN ANTARA 39
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Dapat dilihat bahwa dalam wilayah desa bunut, desa sei mawang dan desa
lape memiliki keadaan geologi yang sama yaitu tersusun oleh batu pasir
arenitlitik, berbutir sedang – kasar, kuarsaan dan fragmen batuan, bersisipan
batu lumpur dan sedikit sisipan batubara.Formasi ini menindih selaras Formasi
Tebidah dan tak selaras diatas Formasi Payak,umurnya adalah Oligosen dan
diendapkan di lingkungan sungai.
LAPORAN ANTARA 40
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
0 mm - 100 mm Rendah
Wilayah Desa Bunut, Desa Lape dan Sungai Mawang memiliki curah hujan 300 mm -
500 mm atau dikatakan klasifikasikan sebagai curah hujan tinggi. Berdasarkan data curah
hujan maka dapat dilihat bahwa curah hujan pada desa bunut, desa lape dan desa sungai
mawang memiliki curah hujan yang tinggi hal ini mengakibatkan resiko bencana banjir sehingga
LAPORAN ANTARA 41
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sedangkan untuk resiko bencana longsor pada kelurahan bunut merupakan wilayah
yang memiliki resiko bencana longsor tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Selain itu wilayah kelurahan desa lape bagian timur memiliki wilayah dengan potensi
bencana longsor yang tinggi. Pada wilayah sei mawang memiliki wilayah yang bebas
dari resiko bencana longsor.
LAPORAN ANTARA 42
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Untuk mengurangi hal resiko bencana khususnya bencana longsor akibat curah hujan
yang tinggi maka yangdapat dilakukan adalah:
LAPORAN ANTARA 43
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Analisa pola ruang RDTR terdiri atas zona Hijau dan zona budidaya yang secara rinci
perlu diklasifikasikan kembali yang diuraikan sebagai berikut. Secara umum, rencana
pemantapan zona Hijau bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Pemantapan kawasan hijau dilakukan
sebagai langkah awal untuk penetapan keseluruhan materi perencanaan kota,
mengingat kawasan Hijau dapat merupakan kendala (constrains) atau bahkan
pembatas (limitation) bagi pengembangan kegiatan budidaya.
LAPORAN ANTARA 44
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 45
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur dan atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. (Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Secara Fisik RTH
dapat dibedakan menjadi RTH alami dapat berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsinya
RTH dapat berfungsi ekologis, social budaya, estetika dan ekonomi. Secara
struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. Dari segi kepmilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH
privat.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan penyediaan
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas
wilayah perkotaan. Penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dalam RDTR
Perkotaan Sanggau dimaksudkan utuk menjamin tersedianya ruang yang cukup
bagi :
a. Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis.
LAPORAN ANTARA 46
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Zona Ruang terbuka Hijau ditetapkan dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan
sebagai kawasan resapan air menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkunganalam dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Zona
ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga berfungsi sebagai
salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota. Pemanfaatan zona ruang terbuka
hijau ini secara umum meliputi :
Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat
vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian
dari kawasan ruang terbuka hijau.
Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai bagian dari
pengembangan fasilitas umum dan taman-taman kota/lingkungan
Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan
industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan
permukiman.
LAPORAN ANTARA 47
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
b) Taman RW
Taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, hususnya kegiatan
remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
lingkungan RW tersebut. Rencana taman RW di Perkotaan Sanggau akan dibangun
di tiap blok berupa taman aktif atau pasif dengan luasan minimal 1.250m2.
LAPORAN ANTARA 48
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 49
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenazah, juga dapat berfungsi sebagai daerah
resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Pemakan akan disediakan di setiap
Sub BWP di Perkotaan Sanggau dengan total luasan 17,444 ha. Untuk penyediaan
RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut :
1. Ukuran makam 1 m x 2 m.
2. Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m.
3. Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan perkerasan.
4. Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing
blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat.
5. Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan
deretan pohon pelindung disalah satu sisinya.
6. Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara
pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung.
7. Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal
70% dari total area pemakaman.
Selain analisis tersebut di atas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber
daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan,
untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama
pemanfaatan sumber daya tersebut. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah
lainnya dibagi menjadi kawasan pertanian, dan zona pariwisata.
LAPORAN ANTARA 50
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 51
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Kawasan pariwisata adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam,
buatan, maupun budaya. Adapun tujuan penetapan zona pariwisata yaitu :
1. Pengembangan akomodasi pariwisata dengan kepadatan yang
bervariasi di seluruh kawasan.
2. Mengakomodasi bermacam tipe akomodasi pariwisata seperti
hotel, vila, resort, homestay dan lain sebagainya yang
mendorong penyediaan akomodasi bagi wisatawan.
Pengembangan pariwisata di Perkotaan Sanggau secara mendasar menselaraskan
dengan kebijakan dasar pengembangan pariwisata, yaitu :
1. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
2. Pengembangan wilayah secara terpadu.
3. Pengembangan produk wisata berbasiskan potensi alam dan budaya
masyarakat.
4. Pengembangan SDM Pariwisata.
5. Pengembangan Kelembagaan.
6. Pengembangan Lingkungan.
7. Pengembangan Ekonomi dan Investasi.
LAPORAN ANTARA 52
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Adapun wisata alam lain yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau yaitu
Kawasan Pancur Aji Kompleks dan Riam Macan.
Wisata Buatan
Wisata Budaya
LAPORAN ANTARA 53
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Pada kawasan ini terdapat pertanian. Yang istimewa pada kawasan ini adalah masih
Terdapat hukum adat . keberadaan Hukum Pidana Adat dalam menangani delik adat
pada Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan di Desa Lape, Kecamatan Sanggau
LAPORAN ANTARA 54
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Hukum Pidana Adat Dayak Pangkodan merupakan suatu bentuk Hukum Pidana Adat
yang berlaku dalam Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan sejak asal mula
keberadaan Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan, dan mereka tetap
mempertahankan keberadaannya hingga saat ini. Keberadaan Hukum Pidana Adat
Dayak Pangkodan dalam menangani delik adat yang terjadi pada Masyarakat Hukum
Adat Dayak Pangkodan di Desa Lape, Kecamatan Sanggau Kapuas, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, ditunjukkan dengan adanya proses serta upaya
hukum melalui Peradilan Adat Dayak Pangkodan yang mengadili dan menyelesaikan
setiap delik adat yang terjadi dalam Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan, serta
menjatuhkan sanksi adat berupa denda adat terhadap para pelaku delik adat.
Desa sungai Mawang ini merupakan wilayah yang paling kecil di Kawasan Perkotaan
Sanggau. Masyarakat desa sai mawang sendiri merupakan masyarakat komuter yaitu
masyarakat yang dalam melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat wilayah
lainnya biasanya dalam kurun waktu sehari. Penduduk komuter dilakukan untuk
bersekolah, bekerja atau berdagang.
Pada kawasan ini banyak terdapat Industri Skala Kecil dan Menengah, Pergudangan,
Ruang Terbuka Hijau Skala Kelurahan/Desa, perumahan kepadatan sedang dan
pariwisata. Pada kondisi eksisting, embrio kegiatan perekonomian lokal telah tumbuh di
kawasan ini dalam bentuk pertokoan, pasar, dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan
kegiatan ekonomi lokal ini dipicu oleh posisi geografisnya yang merupakan simpul akses
jalan menuju ke Ngabang dan Kota Pontianak. Desa Sai Mawang juga akan dijadikan
sebagai pusat pemerintahan kawasan perkotaan sanggau
LAPORAN ANTARA 55
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Bunut pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk 7.708 Jiwa, Desa Lape 2.824 Jiwa
dan Sai Mawang 2.247 Jiwa. Seperti yang terjadi pada Kecamatan Kapuas
khususnya pada Desa Bunut, Desa Lape dan Sai Mawang. Secara umum
pertambahan penduduk di Desa Bunut tidak mengalami peningkatan yang pesat pada
tahun 2014 memiliki jumlah penduduk 7.255 Jiwa dan Pada Tahun 2017 menjadi
7.708 Jiwa secara umum laju pertumbuhan penduduk desa bunut adalah 0.02%.
Pada Desa Lape juga tidak mengalami pertumbuhan yang pesat yaitu pada tahun
2014 memiliki jumlah penduduk 2.689 Jiwa dan pada tahun 2017 3.068 Jiwa secara
umum tingkat pertumbuhan penduduk adalah 0.017% ha. Pada Desa Sai Mawang
pada tahun 2014 memiliki jumlah penduduk 2.118 jiwa dan pada tahun 2017 memiliki
jumlah penduduk 2.472 Jiwa dan secara umum memiliki laju pertumbuhan
penduduk0.02%.
Berdasarkan gambar grafik dapat terlihat bahwa pada sungai mawang jumlah penduduk
dengan jenis kelamin lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
perempuan namun perbedaannya tidak begitu besar. Begitu juga pada desa lape penduduk
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dimana penduduk berjenis kelamin perempuan
berjumlah 1.349 Jiwa dan penduduk laki-laki adalah 1.475 Jiwa. Pada Desa Bunut jumlah
penduduk perempuan 3.795 Jiwa dan penduduk laki-laki adalah 3.913 Jiwa sehingga penduduk
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
perempuan namun dengan perbedaan yang tidak begitu besar.
LAPORAN ANTARA 56
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tanjung Kapuas
7%
Analisis Konsultan
Perempuan Laki-Laki
1069
Sungai Mawang
1178
1349
Lape
1475
3795
Bunut
3913
LAPORAN ANTARA 57
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 58
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Buruh Tetap 74 9 83
Buruh Tetap 59 7 66
LAPORAN ANTARA 59
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 60
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 61
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 62
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 63
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 64
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 65
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan
LAPORAN ANTARA 66
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Tabel 4- 27 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Sai Mawang
LAPORAN ANTARA 67
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Berikut adalah perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau pada desa Lape, Desa Bunut
dan Sai Mawang:
LAPORAN ANTARA 68
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 69
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sarana
2 9 24,093 37,350 57,888 89,721 139,068
Umum
LAPORAN ANTARA 70
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sarana
2 0.5 2,677 2,075 3,216 51,320 15,452
Umum/Sosial
Kebutuhan
4 1 unit/50l 174 228 354 3,336 1,004
Bak/Tong Sampah
Kebutuhan Gerobak
5 1 unit/2m3 4 6 9 83 25
Sampah
1 unit / 2000
6 Kebutuhan TPS 3R 0 0 1 5 2
Rumah
LAPORAN ANTARA 71
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Proyeksi
Penduduk Hidran Komersial Tingkat
Tahun Domestik Fas.Sosial Total Jumlah
Pendukung Umum /Industri Kebocora
(jiwa) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr)
(Ltr/Hr) (Ltr/Hr) n (Ltr/Hr)
LAPORAN ANTARA 72
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Lapangan Usaha (Seri Distribusi PDRB ADHB 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen)
2010) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan 35.39 34.4 33.27 33.26 32.43 31.05 30.6 30.17 30.16
Perikanan
B. Pertambangan dan 6.55 8.3 9.41 8.07 7.22 7.81 8.27 9.06 9.6
Penggalian
C. Industri Pengolahan 20.82 20.72 19.68 19.8 20.18 19.56 19.58 19.34 18.28
D. Pengadaan Listrik dan 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03
Gas
E. Pengadaan Air, 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 5.76 5.79 5.99 6.14 6.03 6.34 6.52 6.38 6.34
G. Perdagangan Besar dan 11.62 11.64 11.36 11.59 11.87 12.27 12.08 11.8 11.82
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H. Transportasi dan 1.45 1.36 1.36 1.44 1.48 1.48 1.48 1.45 1.46
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi 1.78 1.72 1.67 1.7 1.75 1.83 1.82 1.85 1.85
dan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 3.02 2.98 3.02 3.18 3.17 3.26 3.31 3.64 3.91
K. Jasa Keuangan dan 1.39 1.44 1.62 1.72 1.74 1.8 1.81 1.85 1.9
LAPORAN ANTARA 73
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sektor pertanian masih sangat dominan dalam PDRB Kabupaten sanggau , tetapi
kontribusinya terhadap PDRB mengalami penurunan perlahan-lahan ditahun 2018
hingga mencapai angka 30,16persen dari 35.39 persen ditahun 2010. Sektor dengan
kontribusi terbesar selanjutnya adalah sektor industri namun seperti halnya dengan
sektor pertanian sektor ini mengalami penurunan dari tahun 2010-2018 yaitu pada tahun
2010 memiliki kontribusi 20.82% namun pada tahun 2018 menurun menjadi 18.28%.
Sedangkan pada sektor lain seperti sektor pemerintahan, Konstruksi, pertambangan dan
sektor infomasi dan komunikasi perlahan-lahan menunjukan peningkatan kontribusi.
Pada sektor transportasi, real estate, pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya tidak
begitu mengalami perubahan dari tahun 2010-2018. Dan sektor yang memberikan
kontribusi terkecil adalah sektor listrik dan gas dan sektor air, pengelolaan limbah dan
sampah.
LAPORAN ANTARA 74
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Pengadaan Air,
Pengelolaan
sampah, limbah dan
5 Daur Ulang 183.27 4.00 0.22 nB -13.83 17.83 (1.29)
Perdagangan Besar
dan Eceran,
Reparasi Mobil dan
7 Sepeda Motor 19,365.58 1,477.00 0.78 nB -407.00 1884.00 -4.63
Transportasi dan
8 Pergudangan 5,647.57 191.00 0.35 nB -358.43 549.43 (1.53)
Penyedia
Akomodasi & Makan
9 Minum 3,008.06 223.00 0.76 nB -69.64 292.64 (4.20)
informasi dan
10 komunikasi 6,705.76 618.00 0.95 nB -34.38 652.38 (18.98)
administrasi
pemerintah,
pertahanan dan jam
14 inan 75ocial wajib 6,450.11 643.00 1.02 B 15.49 627.51 40.50
LAPORAN ANTARA 75
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LQ = SiR / SR
SiN/ SN
Dimana SiR adalah jumlah PDRB dari sektor i pada wilayah R (Kabupaten), SR adalah
jumlah PDRB seluruh sektor pada wilayah R, SiN adalah jumlah PDRB I pada wilayah
yang lebih luas (Provinsi), dan SN adalah jumlah PDRB seluruh sektor pada wilayah
yang lebih luas tersebut.
Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode LQ pada
suatu wilayah, yaitu :
Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan disamping dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang untuk diekspor ke wilayah lainnya
(Sektor Basis).
Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan
wilayah itu sendiri.
Keterkaitan satu sektor dengan sektor lainnya merupakan suatu hal yang perlu
mendapat perhatian dalam penentuan sektor unggulan. Keterkaitan antar sektor dapat
dilihat dari dampak pengganda (multiplier effect) suatu sektor yang dapat
membangkitkan kegiatan di sektor lainnya. Penentuan dampak pengganda suatu sektor
didasarkan pada landasan teoritis analisis ekonomi basis (economic base analysis).
Keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya merupakan satu hal yang perlu
LAPORAN ANTARA 76
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sektor-sektor yang memiliki efek pengganda >0 merupakan sektor-sektor basis, angka-
angka multplier effect yang terlihat pada tabel tersebut merupakan gambaran besaran
pengganda dari sektor basis terhadap produksi di sektor non basis, sebagai contohnya
sektor pertanian merupakan sektor basis, yang mana setiap produksi di sector pertanian
tersebut sebesar Rp 686,63,- (milyar rupiah), maka akan meningkatkan produksi di
sektor non basis sebesar 2,20 kali (yaitu sebesar Rp 1.511,15 milyar rupiah) , begitupun
dengan sektor basis lain.
Transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: sebagai alat bantu untuk mengarahkan
pembangunan di daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia
dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.
Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh
perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan
rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah
tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem
prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi
penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya
minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi.
LAPORAN ANTARA 77
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 78
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
putussibau. Karena itu Mulai bertumbuhan gudang - gudang di wilayah desa sungai
mawang menuju arah desa lape. Untuk kawasan pergudangan itu, barang2nya bukan
hanya untuk suplay di kota sanggau saja tetapi untuk suplay juga ke wilayah kabupaten
LAPORAN ANTARA 79
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
1) Jaringan Arteri Primer; yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota:
antar-PKN,
antara PKN dan PKW, dan
2) Jaringan Kolektor Primer, yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota:
antar-PKW,
antara PKW dan PKL
Berdasarkan ketentuan di atas, jaringan jalan darat yang arahan pengembangannya
dalam masa rencana adalah sebagai berikut:
LAPORAN ANTARA 80
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
1. Kedukul-Balai Sebut.
3.
2. Saat ini jaringan jalan utama yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat adalah
jaringan jalan pararel perbatasan Tanjung-Entikong-Perbatasan di Kabupaten
LAPORAN ANTARA 81
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
3. Peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan pada jalur lokal primer;
LAPORAN ANTARA 82
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 83
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Sumber daya buatan merupakan sumber daya alam yang telah/akan ditingkatkan
dayagunanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemanfaatan sumber daya
buatan akan mengurangi eksploitasi sumber daya alam sehingga tetap dapat
menjaga keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, waduk, dinding talud
penahan tanah, reklamasi pantai, sodetan sungai, terasering, dan lain-lain.
Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit kegiatan
dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas atau skala
pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas pemanfaatan
ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya dukung wilayah.
Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Analisis sumber daya buatan
sangat terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.
Pada perkotaan sanggau terdapat sumber daya buatan seperti Pusat Listrik Tenaga
Diesel, Pusat Listrik Tenaga Uap, Pusat Listrik Tenaga Gas Batubara, Pembangkit
Llistrik tenaga Mikrohidro, Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
LAPORAN ANTARA 84
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 85
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 86
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Pada wilayah Desa Bunut Konfigurasi solid-void atau daerah terbangun dan
tidak terbangun secara umum masih didominasi oleh area void/tidak terbangun.
LAPORAN ANTARA 87
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 88
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Konfigurasi solid-void secara umum masih didominasi oleh area void. Keadaan
ini sebaiknya dipertahankan untuk dapat memberikan tingkat sustainability yang
tinggi. Pengembangan solid /daerah terbangun sebaiknya diatur dengan
mengembangkan daerah pada sepanjang koridor utama Kawasan untuk
memperkuat linkage.
Fungsi pedestrian adalah sebagai wadah bagi manusia dalam hal pejalan kaki
untuk dapat beraktifitas dalam ruang koridor secara bebas. Menurut Salfira (1995),
fungsi pedestrian seperti juga jalan merupakan ruang bebas untuk kendaraan,
pedestrian merupakan ruang koridor untuk orang beristirahat, bergerak, berteduh,
penyegar yang pertamakali dirasakan bila orang mulai melangkah keluar dari
bangunan kantor atau bangunan lainnya . Namun seringkali fungsi dari pedestrian
banyak bergeser dari peran utamanya, terutama di kota-kota sedang berkembang.
Begitu Pula halnya dengan jalur sepeda. Konsep sustainable development dapat
LAPORAN ANTARA 89
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Gambar 4- 33 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Bunut
Sumber : Analisis Konsultan 2019
Jalur pejalan kaki dan jalur sepeda sebagai salah satu usaha sustainability
belum terwujud dalam Kawasan. Tetapi secara potensi dapat direncanakan
secara berdampingan dengan jalan utama dan jalan pendukung Kawasan. Jalur
pejalan kaki utama sebaiknya direncanakan melengkapi jalan utama dan
pendukung Kawasan, sementara itu jalur sepeda direncanakan dengan
membuat loop pada Kawasan.
LAPORAN ANTARA 90
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Gambar 4- 34Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Sungai
Mawang
Gambar 4- 35 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Lape
Sumber : Analisis Konsultan 2019
LAPORAN ANTARA 91
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 92
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Komersial Perumahan
0-3 unit/Ha 4-10 unit/ha >10 unit/ha
Arteri 2 2 2 2
Kolektor 2 2 2 2
Lokal/ 2 O 1 2
Lingkungan
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014)
Keterangan :
LAPORAN ANTARA 93
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Langgam Arsitektur adalah bagian dari budaya sedangkan budaya adalah hasil
karya dari manusia. Sejak post modern, para arsitek banyak memperdebatkan
tentang langgam ini yang berarti hal yang terkait dengan suatu ciri, bisa berupa
budaya, tokoh, peristiwa sejarah, dan lain-lain.
LAPORAN ANTARA 94
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 95
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 96
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
LAPORAN ANTARA 97
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
RTH dan non hijau pada desa Bunut secara konfigurasi eksisiting masih
didominasi oleh luasan RTH.Hal ini harus dipertahankan agar keberlanjutan
Kawasan dapat terwujud
LAPORAN ANTARA 98
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Gambar Peta RTH Desa Lape
Sumber: Analisis Konsultan 2019
RTH dan non hijau di desa Sungai Mawang dan Desa Lape secara
konfigurasi eksisiting masih didominasi oleh luasan RTH. Hal ini harus
dipertahankan agar keberlanjutan Kawasan dapat terwujud.
LAPORAN ANTARA 99
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
Secara umum vista Kawasan secara alami tidak terbentuk, dikarenakan tidak
terdapat titik-titik menarik secara alami. Adapun vista Kawasan secara buatan
terdapat pada titik pertigaan pada area pusat kegiatan. Dengan demikian semua
pengembangan bangunan secara imaginer akan berorientasi pada titik focal
point dimaksud.
Secara umum vista Kawasan di Desa Lape secara alami tidak terbentuk,
dikarenakan tidak terdapat titik-titik menarik secara alami. Adapun garis linier
pada koridor utama Kawasan akan membentuk aksis orientasi pembangunan
fisik Kawasan.
Secara umum vista Kawasan secara alami tidak terbentuk, dikarenakan tidak
terdapat titik-titik menarik secara alami.Adapun vista Kawasan secara buatan
terdapat pada titik pertigaan pada area pusat kegiatan.
Dengan demikian semua pengembangan bangunan secara imaginer akan
berorientasi pada titik focal point dimaksud.
Pada Kawasan Desa Lape Tata bangunan didominasi oleh bangunan 1-2 lantai
yang bertipologi sebagai bangunan hunian dan komersial. Pada Kawasan ini
juga terdapat bangunan pelestarian Rumah Bentang yang merupakan rumah
tradisional Kalimantan Barat.
KDB ini bertujuan untuk mengatur besaran luasan bangunan yang menutupi permukaan
tanah, hal ini akan mempengaruhi infiltrasi air tanah atau ketersediaan air tanah untuk
masa yang akan datang. Selain sebagai penjaga keberadaan air tanah, permukaan
tanah yang tidak tertutup bangunan akan mampu menerima sinar matahari secara
langsung untuk membuat tanah bisa mengering sehingga udara yang tercipta di sekitar
bangunan tidak menjadi lembab. KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan
dengan luas tanah. Peraturan akan FAR/KLB ini akan mempengaruhi skyline yang
tercipta oleh kumpulan bangunan yang ada di sekitar. Tujuan dari penetapan KLB ini
terkait dengan hak setiap orang/bangunan untuk menerima sinar matahari. Jika
bangunan memiliki tinggi yang serasi maka bangunan yang disampingnya pun dapat
menerima sinar matahari yang sama dengan bangunan yang ada di sebelahnya
Intensitas Kawasan di Desa Bunut berkisar pada KLB 0,8 hingga 1 dengan KDB tiap
persil lahan adalah 40% hingga 50%. Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area
tidak terbangun maka intensitas Kawasan dapat dikatakan rendah. Dengan demikian
pengembangan Kawasan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada titik
pusat kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik
ekonomi.
Pada wilayah Desa Sungai Mawang Intensitas Kawasan berkisar pada KLB 0,8 hingga 1
dengan KDB tiap persil lahan adalah 40% hingga 50% dan 60% khusus area industry.
Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka intensitas
Kawasan dapat dikatakan masih rendah. Dengan demikian pengembangan Kawasan
Desa Sungai Mawang dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada titik pusat
kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik ekonomi.
Nilai lahan pada Kawasan ini berbanding lurus dengan konfigurasi intensitas bangunan,
semakin tinggi intensitas bangunan, maka semakin tinggi nilai lahan dan value capture
pada Kawasan.
Nilai lahan tinggi berada pada koridor Kawasan dan pusat kegiatan lingkungan. Nilai
lahan sedang berada pada area hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan
rendah berada pada area void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/ hutan
Pada wilayah Desa sungai mawang Nilai lahan tinggi berada pada koridor
Kawasan dan pusat kegiatan lingkungan.Nilai lahan sedang berada pada area
hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan rendah berada pada area
void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/ hutan dan area Industri.
Pada Kawasan Desa Lape hanya terdapat dua nilai lahan yaitu nilai
lahan sedang dan rendah. Nilai lahan sedang berada pada area
hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan rendah
berada pada area void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/
hutan.
4.10.11 Analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar (jalan, jalur
pejalan kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya)
Drainase Kawasan pada kondisi eksisting Desa Bunut belum terbangun secara
terstruktur, dengan demikian drainase Kawasan direncanakan berdampingan dengan
jalan utama dan pendukung Kawasan untuk dapat memberikan optimalisasi fungsi pada
limpasan air hujan yang ada.
Sementara itu tempat pembuangan sampah (TPS) Kawasan direncanakan pada titik-titik
yang tidak mudah terlihat tetapi dapat mudah dicapai menggunakan jalur service
kawasan.
a. Sekretaris Daerah
b. Assisten Sekretaris Daerah
c. Bagian-bagian
d. Sub Bagian-Sub Bagian
e. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Sekretariat
b. Bagian
c. Sub Bagian
d. Tenaga Ahli
a. Inspektorat Kabupaten
b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
c. Badan Kepegawaian Daerah
d. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
e. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran
f. Badan Pemberdayaan Perempuan, KB dan Perlindungan Anak
g. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
h. Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
i. Kantor Ketahanan Pangan
j. Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan
k. RSUD
a. 15 Kecamatan
b. 6 Kelurahan
c. 236 Desa
Tingkat
Kepangkatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Golongan 1 129 7 136
Golongan 2 968 840 1.808
Golongan 3 1.727 1.158 2.886
Golongan 4 1.148 613 1.761
Jumlah/Total 3.972 2.618 6.590
Sumber: BKD Kabupaten Sanggau
Adapun tujuan peran serta masyarakat yang ingin dicapai, pada prinsipnya harus
pula dikondisikan suatu situasi di mana timbul keinginan masyarakat untuk
4. Secara umum, komunitas belum memiliki sumberdaya yang baik dalam hal
waktu, keahlian atau ruang untuk membuat aspirasi yang efektif. Diperlukan
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat di dalam proses
pembangunan sebagai suatu sistem yang dipadukan dengan visi kabupaten
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan, antara lain, melalui:
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam
penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.
Hak-hak setiap orang atau masyarakat yang berkaitan dengan penataan ruang,
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 pasal 60 beserta
penjelasannya, sebagai berikut :
Pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial,
budaya, dan kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan.
Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau
besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang
diberi penggantian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Serta
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang.
Selain itu masyarakat juga memiliki hak untuk mengetahui Sistem Informasi
Tata Ruang (SITR) suatu kabupaten. Sistem Informasi Tata Ruang (SITR)
merupakan suatu sistem bebasis komputer yang digunakan untuk membangun,
menyimpan, memperbaharui dan menyajikan informasi tata ruang yang
bereferensi geografis dapat berupa data-data spasial (peta) maupun atribut
(keterangan). Dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah dimana produk
utamanya peta dan ditunjang dengan informasi pendukung berupa informasi
tekstual dan tabular , maka sistem informasi yang sesuai adalah Sistem
Dasar dari program ini adalah belum tersedianya data dan teknologi informasi
tata ruang yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat yang
membutuhkan. Sementara dalam era pelayanan pembangunan saat ini
diperlukan sistem pengelolaan tata ruang yang transparan dan mampu
mengantisipasi setiap kecenderungan perkembangan kabupaten. Perwujudan
program ini dilakukan melalui penyediaan informasi tataruang dalam berbagai
media. Bentuk dari sistem informasi tata ruang dapat berupa data base potensi
daerah dan data base tata ruang wilayah yang di update lewat internet,
sosialisasi dan publikasi produk-produk tata ruang melalui media elektronok dan
cetak, sistem informasi dan monitoring tata ruang (SIMTARU), dan Sistem
informasi geografis (SIG).
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang
Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum, antara
lain, adalah sumber air dan pesisir pantai.Jika masyarakat melanggar
ketentuan/kewajiban yang harus dilakukan, maka berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 akan dikenakan sanksi administratif yang dapat berupa:
Peringatan tertulis;
Penutupan lokasi;
Pencabutan izin;
Pembatalan izin;
Pembongkaran bangunan;
Denda administratif.
Selanjutnya keuangan daerah berkenaan dengan semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
Kabupaten Sanggau
Tahun Anggaran
Uraian 200 201 201 201
8 2009 0 1 2
Total Belanja
untuk
304.616.437. 357.567.738 373.713.816. 416.784.519 457.908.232.
pemenuhan
808,00 .393,17 696,79 .957,56 224,90
kebutuhan
aparatur (Rp)
Total
Pengeluaran
740.532.791. 719.447.717 770.013.594 858.367.413 898.900.849
(Belanja+
391,00 .900 .250,79 .725,56 .440,90
Pembiayaan
Pengeluaran)
Prosentase
(a/b x100%) 41,13 49,70 48,53 48,56 50,94
Berkenaan dengan pembiayaan daerah selama kurun waktu 2008-2012 sebagai berikut
Realisa
si
598.114.161. 622.872.503. 645.578.084. 764.945.392. 871.590.511.
Pendap
743,23 199,49 364,68 678,11 769,84
atan
Daerah
Dikuran
gi
realisasi
:
Pengelu
aran
3.500.000.00 2.500.000.00 3.000.000.00 17.500.000.0
Pembia -
0,00 0,00 0,00 00,00
yaan
daerah
Untuk menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pemerintah daerah
akan mengarahkan anggaran pada kegiatan-kegiatan pengurangan pencemaran
lingkungan, pencapaian target kawasan lindung sebesar 35%, mitigasi bencana,
pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi yang berlebihan
terhadap sumber daya alam;
LAPORAN ANTARA
5-1
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
LAPORAN ANTARA
5-2
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
LAPORAN ANTARA
5-3
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
No Masalah Urgensi
1. Berdasarkan kondisi eksisting, Mengoptimalkan dan mempercepat
jaringan jalan di Kawasan pembangunan jaringan jalan dengan
Perkotaan Sanggau masih ada menggunakan perkerasan jalan aspal di
yang perkerasannya jalan-jalan Kawasan Perkotaan Sanggau
menggunakan tanah kuning dan dan memperbaiki jalan-jalan yang
berbatu, serta masih ada jalan- mengalami kondisi rusak dan sempit.
jalan yang kondisinya buntu dan
sempit.
2. Pola pertumbuhan fisik Kawasan
Mengoptimalkan pembangunan fisik
Perkotaan Sanggau yang masih Perkotaan Sanggau yang sesuai dengan
belum optimal serta masih adafungsinya dan tersebar secara merata,
pola penggunaan lahan yang serta revitalisasi kawasan yang terlihat
tidak merata. menurun fisiknya atau relokasi kawasan
yang menyebabkan kekumuhan yang
berdampak buruk bagi penggunaan
struktur dan pola ruang.
3. Kurangnya pelayanan sarana Peningkatan kuantitas maupun kualitas
yang tersedia seperti sarana sarana/fasilitas dan prasarana pelayanan
kesehatan. kota yang tersebar secara merata
khusunya sarana kesehatan.
4. Minimnya TPS di Kawasan Penambahan TPS di setiap kelurahan
Perkotaan Sanggau yang ada di Kawasan Perkotaan Sanggau
terutama yang ramai dari aktivitas-
aktivitas masyarakat.
5. Kondisi fisik perkotaan yang Membuat dinding penahan tanah untuk
curam daerah yang berpotensi mendatangkan
bencana.
LAPORAN ANTARA
5-4
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
Sanggau dan merupakan alasan penyusunan RDTR. Tujuan penataan BWP berfungsi
sebagai acuan untuk penyusunan pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana,
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi, dan menjaga konsistensi dan
keserasian pengembangan kawasan perkotaan
c) Potensi investasi.
regional.
g) Pemantapan kawasan berfungsi lindung untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan dan kelestarian lingkungan.
h) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan dan,
i) Pengembangan perkotaan dan perdesaan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kawasan Perdagangan dan Jasa Berskala Regional dilengkapi Sarana dan Prasarana
Pendukung dengan Mengutamakan Komoditi Unggulan yang Berwawasan
Lingkungan”
a) Kawasan Lindung
6.4.1 Lokasi
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan, dan melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP
lainnya. Adapun pembagian kawasan perencanaan ditetapkan dari beberapa hal
sebagai berikut :
• Berdasarkan batasan fisik wilayah (baik sungai, parit, jalan dan lainnya).
• Fungsi kawasan, seperti zona dsan subzona.
sehingga pertumbuhan kota dapat berkembang kearah yang positif dan meminimalisir
penurunan kualitas lingkungan. Beberapa isu-isu kawasan ini antara lain :
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, struktur ruang adalah susunan pusat-
pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Sanggau memuat rencana struktur
ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana
tata ruang wilayah provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten yang
bersangkutan.
Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/koa,
mencakup:
a) Perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota, termasuk
perwujudan pusat kegiatan, yaitu pusat pelayanan kota,sub pusat
pelayanan kota dan pusat lingkungan di wilayah kabupaten/kota.
b) Perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi diwilayah
kabupaten/kota, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat,
udara, dan air.
c) Perwujudan sistem jaringan prasarana sistem jaringan prasarana
energi dan kelistrikan, sistem jaringan prasarana telekomunikasi,
perwujudan sistem jaringan persampahan sanitasi dan drainase, dan
sistem jaringan prasarana lainnya.
Wilayah Perkotaan Sanggau sebagai pusat pengembangan wilayah menjadi pusat
pelayanan bagian wilayah Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. Dengan
mempertimbangkan pelayanan tersebut, maka Wilayah Perkotaan diarahkan
dengan sistem pusat pelayanan sebagai berikut :
Laporan Antara 7- 1 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
c. Pariwisata
Pariwisata.
Perkebunan terpadu.
Perumahan.
Laporan Antara 7- 2 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 3 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Transportasi diperlukan karena adanya perbedaan jarak dari tempat satu ke tempat
lain atau dalam dalam bahasa industri jarak dari sumber barang hasil produksi
maupun hasil alam ke daerah lain yang membutuhkan. Dengan adanya transportasi
dapat memudahkan aksesibilitas pergerakan manusia maupun barang. Sarana dan
prasarana transportasi terbagi menjadi tiga jenis yaitu transportasi darat, air dan
udara.
Laporan Antara 7- 4 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 5 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
D 1. Perumahan 5 (P); 2
2,75 5,50 5,50 2,25
(rumah (S)
tinggal)
5 (P); 2
2. Kegiatan Usaha 2,75 5,50 5,50 2,25
(S)
5 (P); 2
3. Pendidikan 2,75 5,50 5,50 2,25
(S)
Sumber: UU nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP nomor 34 tahun 2006
tentang Jalan
Laporan Antara 7- 6 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Berdasarkan tabel standar diatas, maka ruas jalan yang ada di Wilayah perkotaan
Sanggau perlu penyesuaian standar jalan dengan melihat kondisi eksisting. Berdasarkan
keadaan eksisting, tidak semua jaringan jalan dapat disesuaikan dengan standar yang ada,
terutama jalan-jalan pada tepian sungai yang tidak memiliki garis sempadan jalan.
Rencana Pengembangan jaringan jalan Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
1) Jalan Arteri Primer
Peningkatan lebar dan mutu jalan arteri primer Sanggau - Pontianak dan jalan
arteri primer dari arah Sanggau - Sekadau untuk mengantisipasi adanya
peningkatan volume kendaraan.
2) Jalan Lokal Primer
Peningkatan lebar dan mutu jalan untuk mengantisipasi adanya peningkatan
volume kendaraan akibat berkembangnya kawasan khususnya jalan yang menuju
kawasan pariwisata, pertanian dan perkebunan.
3) Jalan Lingkungan
Pengembangan jalan lingkungan baru serta peningkatan mutu perkerasan jalan
khususnya di jalan-jalan lingkungan yang masih belum memiliki perkerasan.
Laporan Antara 7- 7 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 8 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 9 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 10 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Tabel 7- 4Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape (Sub BWP III)
Sarana
2 9 24,093 37,350 57,888 89,721 139,068
Umum
Berdasarkan hasil analisis diatas, beberapa gardu distribusi perlu dibangun di beberapa
titik sesuai kebutuhan listrik yang harus tersedia di Kawasan Perkotaan Sanggau tahun
2038 yang dibagi berdasarkan Sub BWP. Rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan untuk Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
Laporan Antara 7- 11 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sanggau.
b) Penambahan gardu listrik yang menghubungkan dari gardu induk, gardu hubung
dan gardu distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (pelanggan/
konsumen).
d) Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kawasan- kawasan yang
belum terlayani di Perkotaan Sanggau.
e) Penambahan daya listrik minimal tiap rumah sebesar 900 watt untuk kebutuhan
rumah sederhana, 1.300 watt untuk rumah menengah dan 2.200 watt untuk rumah
mewah.
Laporan Antara 7- 12 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
kawasan.
Laporan Antara 7- 13 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 14 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
IPA
Pipa Distribusi
Laporan Antara 7- 15 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 16 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Laporan Antara 7- 17 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 18 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 19 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
! IPAL
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
Laporan Antara 7- 20 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 21 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Kawasan Perkotaan Sanggau terdapat beberapa macam jenis bencana, baik bencana
alam seperti banjir dan tanah longsor dan bencana non alam berupa kebakaran. Dari
jenis bencana tersebut bentuk kegiatan penanggulangannya sedikit berbeda. Berikut
dijelaskan jalur evakuasi bencana berdasarkan jenis bencananya yaitu :
A. Jalur Evakuasi Bencana Kebakaran
Kebakaran dan kabut asap : untuk jalur evakuasi bencana kebakaran
perlu disiasati dengan mengarahkan jarak antar bangunan. Untuk
kawasan permukiman dapat dilakukan dengan membatasi jarak antar
rumah, sehingga tidak terbentuk rumah deret yang dapat meningkatkan
intensitas kebakaran, untuk kawasan dengan intensitas bangunan tinggi
dapat diatur jumlah deret bangunan dan antar deret dibatasi dengan
jaringan jalan yang memadai agar kendaraan pemadam kebakaran dan
kendaraan evakuasi lainnya dapat dengan leluasa masuk pada
kawasan.Perencanaan jalur evakuasi bencana kebakaran dengan
mengarahkan jarak antar bangunan dan penggunaan motor penggerak
yang telah dimodifikasi sebagai kepentingan untuk memadamkan
Laporan Antara 7- 22 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 23 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 24 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Laporan Antara 7- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BAB 8
Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dalam BWP dan perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan
kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan. Rencana pola ruang
dirumuskan dengan kriteria :
a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW.
b. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan.
c. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk
dampak perubahan iklim.
d. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.
LAPORAN ANTARA 8- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
a) Berdasarkan batasan fisik wilayah (baik sungai, parit, jalan dan lainnya)
LAPORAN ANTARA 8- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2) Setiap blok memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik yang akan dibentuk.
LAPORAN ANTARA 8- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Rumah R-5 Menyediakan zona 1. Zona dengan wilayah Rumah kepadatan sangat
Kepadatan untuk pembangunan perencanaan yang rendah berupa rumah tinggal.
Sangat Rendah unit hunian dengan memiliki kepadatan Persebaran rumah kepadatan
tingkat kepadatan bangunan di bawah sangat rendah terdapat di :
sangat rendah 10 rumah/hektar SBWP 1
2. Zona peruntukan hunian SBWP 2
lebih besar dari 350 m2 SBWP 3
LAPORAN ANTARA 8- 4 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Skala BWP K-2 Peruntukan ruang 1. Lingkungan dengan Perdagangan dan jasa skala
yang merupakan tingkat kepadatan rendah BWP berupa pasar tradisional
bagian dari kawasan sampai sedang skala BWP, sub pusat
budi daya 2. Skala pelayanan perbelanjaan, sub pusat bisnis
difungsikan untuk perdagangan dan jasa perbankan dan sub pusat jasa
pengembangan yang direncanakan adalah umum. Persebaran sarana
kelompok kegiatan tingkat regional, kota, dan perdangan dan jasa skala
perdagangan dan lokal BWP terdapat di :
jasa, tempat bekerja , 3. Jalan akses minimum SBWP1
tempat berusaha, adalah jalan SBWP 2
tempat hiburan dan kolektor
rekreasi dengan skala 4. Sebagai bagian dari
pelayanan BWP fasilitas perumahan dan
dapat berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk
Skala Sub BWP K-3 Peruntukan ruang 1. Lingkungan dengan Perdagangan dan jasa skala
yang merupakan tingkat kepadatan sedang Sub BWP berupa pasar
bagian dari kawasan sampai tinggi. tradisional skala sub BWP,
budi daya difungsikan 2. Skala pelayanan pertokoan dan sub pusat jasa
untuk pengembangan perdagangan dan jasa umum. Sebaran sarana
kelompok kegiatan yang direncanakan adalah perdagangan dan jasa skala
perdagangandan/ata u tingkat regional, kota, dan Sub BWP terdapat di :
jasa, tempat bekerja, lokal SBWP1
tempat berusaha, 3. Jalan akses minimum
tempat hiburan dan adalah jalan
rekreasi dengan skala kolektor
pelayanan sub BWP 4. Sebagai bagian dari
fasilitas perumahan dan
dapat berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk
Zona perkantoran
LAPORAN ANTARA 8- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
lingkungan utama
5. Lingkungan dengan
tingkat kepadatan tinggi,
sedang, dan rendah dan
akan diatur lebih lanjut
didalam peraturan zonasi
6. Lingkungan yang
diarahkan untuk
membentuk karakter
tuang kota melalui
pengembangan bangunan
bangunan tunggal
7. Skala pelayanan
yang direncanakan
adalah tingkat
nasional dan
regional dan kota
8. Jalan akses minimum
adalah jalan
kolektor
Tidak berbatasan langsung
dengan perumahan
penduduk
Zona Industri
Sentra Industri SIKM Menyediakan ruang 1. Dikembangkan pada Sebaran sentra industri kecil
Kecil dan untuk untuk lingkungan dengan dan menengah terdapat di
Menengah industriindustri kecil tingkat kepadatan rendah SBWP 2
dan menengah yang sampai sedang
mengakomodasi 2. Penentuan lokasi industri
kegiatan industri skala dilakukan dengan
kecil dan menengah 3. Memperhatikan
yang ditata dalam keserasian dengan
perpetakan kecil lingkungan sekitar serta
dengan lantai dua kebutuhannya
sampai empat lapis, memperhatikan
sehingga kepadatan lalu lintas dan
memungkinkan kapasitas jalan di sekitar
masyarakat luas industri
berusaha pada 4. Dapat dikembangkan di
bangunan industri zona perumahan selama
yang berdekatan tidak mengganggu aspek
dengan rumah lingkungan
tinggalnya 5. Memperhatikan
penanganan
limbah industri
6. Berada di dalam
bangunan deret atau
perpetakan
7. Disediakan lahan untuk
bongkar muat barang
hasil industri sehingga
tidak mengganggu arus
lalu lintas sekitar
pemukiman
8. Memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-
undangan terkait dengan
pengembangan lahan
LAPORAN ANTARA 8- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
industri
Skala Kota SPU-1 Peruntukan ruang Terdiri atas : Sarana pelayanan umum skala
yang merupakan 1. Kantor pemerintahan kota dibagi dalam beberapa
bagian dari kawasan 2. Gedung sosial sub zona yaitu :
budi dayayang budaya (serbaguna, SPU-1.1 : Gedumg
dikembangkan untuk alun-alun) Serba Guna
melayani peduduk 3. Sarana peribadatan SPU-1.2 :
skala kota (masjid agung, Sarana
gereja) Peribadatan
4. Sarana SPU-1.3 :
kesehatan Sarana
(rumah sakit) Kesehatan
5. Sarana SPU-1.4 : Sarana
olahraga Olahraga Sebaran sarana
(lapangan pelayanan umum skala kota
besar) terdapat di :
SBWP 2
LAPORAN ANTARA 8- 7 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Skala SPU-2 Peruntukan ruang Terdiri atas : Sarana pelayanan umum skala
Kecamatan yang merupakan 1. Kantor kecamatan kecaamayan dibagi dalam
bagian dari kawasan 2. Kantor polisi beberapa sub zona yaitu :
budi dayayang 3. Pos SPU-2.1 :
dikembangkan untuk pemadam Kantor
melayani peduduk kebakaran Kecamatan
skala kecamatan 4. Kantor pos pembantu SPU-2.2 : Kantor Polisi
5. Balai nikah/KUA/BP4 SPU-2.3 :
6. Parkir umum Sarana
7. Gedung Pendidikan
pertemuan/serba guna SPU-2.4 :
8. Puskesmas Sarana
9. Sekolah Kesehatan
SPU-2.5 : Terminal
Sebaran sarana pelayanan
umum skala kecamatan
terdapat di :
SBWP 1
LAPORAN ANTARA 8- 8 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 9 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 10 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Dasar pertimbangan dalam penetapan unit blok perencanaan didasarkan atas perencanaan
pembagian lahan dalam zona menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas unit lingkungan
dengan konfigurasi tertentu. Dalam rencana pola ruang Perkotaan Sanggau terdapat berbagai
LAPORAN ANTARA 8- 11 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
penggunaan lahan yang dapat menunjang kegiatan Perkotaan Sanggau. Berikut luasan tiap
penggunaan lahan dalam rencana pola Ruang Perkotaan Sanggau :
Tabel 8- 3Rencana Luasan Pengunaan Lahan Pola Ruang
Luasan
No Keterangan Jenis Kode
(ha)
1 Hankam Peruntukan Lainnya PL-7 12,8863
Sarana Pelayanan Umum Skala
2 Olahraga SPU-1.4 2,4867
Kota
Sentra Industri Kecil
3 Menengah Industri SIKM 44,5203
Sarana Pelayanan Umum Skala
4 Kesehatan SPU-2.4 1,9763
Kecamatan
Sarana Pelayanan Umum Skala
5 Kesehatan SPU-1.3 2,7730
Kota
6 Pariwisata Peruntukan Lainnya PL-13 3,6151
7 Pemakaman RTH RTH-7 17,2770
8 Perkantoran Perkantoran KT 56,9481
Sarana Pelayanan Umum Skala
9 Pendidikan SPU-2.3 43,8286
Kecamatan
10 Perairan Perairan 640,1250
Perdagangan dan Jasa
11 Perdagangan dan Jasa K-2 112,4094
Skala BWP
Perdagangan dan Jasa
12 Perdagangan dan Jasa K-1 40,1113
Skala Kota
Perdagangan dan Jasa
13 Perdagangan dan Jasa K-3 30,0168
Skala Sub BWP
14 Pergudangan Peruntukan Lainnya PL-12 12,6382
LAPORAN ANTARA 8- 12 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas zona dan sub zona yang secara rinci perlu
diklasifikasikan kembali yang diuraikan sebagai berikut.
Rencana zona budidaya ini merupakan salah satu implementasi dari perhatian
Pemerintah terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kota
dengan tetap memperhatikan Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kawasan
Budidaya dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 Tahun 2007 Tentang
pedoman kriteria teknis kawasan budidaya. Untuk konteks Perkotaan Sanggau,
rencana pengembangan kawasan budidaya ini diarahkan kepada upaya untuk
mengarahkan pergerakan penduduk dari kawasan kota yang padat ke lokasi baru
yang layak dikembangkan baik sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa maupun pemerintahan dan kegiatan kota lainnya. Kawasan dalam kajian
RDTR disebut Zona. Zona budidaya yang terdapat di wiayah perencanaan terdiri
atas Zona Perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana
pelayanan umum, zona industri, zona lainnya dan zona campuran yang akan
dibahas lebih lanjut sebagai berikut.
LAPORAN ANTARA 8- 13 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 14 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 15 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Luas kapling kecil : 100 sampai 200 m2 atau dengan rata-rata 150 m2
Luas kapling sedang : 200 sampai 400 m2 atau dengan rata-rata 300 m2
Luas kapling besar : 400 sampai 800 m2 atau dengan rata-rata 600 m2
Zona Perdagangan dan jasa adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang
bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan
rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. Tujuan penetapan Zona
Perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:
Zona perdagangan dan jasa dibagi menjadi 3 zona yaitu zona skala kota,
zona skala BWP dan zona skala Sub BWP. Sarana perdagangan dan jasa pada
LAPORAN ANTARA 8- 16 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
tiap zona sebagian besar sama, yang membedakkannya hanya berupa skala
pelayanan tiap sarana. Pada zona skala kota, pelayanan dalam skala
regional dan kota. Sedangkan pada zona skala BWP dan skala Sub BWP,
pelayanan dalam skala kota dan lokal. Berikut merupakan rencana kebutuhan
sarana perdagangan dan jasa pada tiap Sub BWP (SBWP).
Tabel 8- 4 Proyeksi Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Desa Bunut
LAPORAN ANTARA 8- 17 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Tabel 8- 6Tabel Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Sai Mawang
Zona perdagangan dan jasa yang akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau berupa segala
jenis sarana perdagangan dan jasa yang melayani dalam skala regional, kota, BWP dan skala
Sub BWP. Sarana perdagangan dan jasa tersebut meliputi pasar tradisional, pertokoan,
warung, pusat perbelanjaan, pusat grosir, pusat bisnis dan perbankan, perhotelan, rest area dan
pusat jasa lainnya yang mendukung berbagai kegiatan di Perkotaan Sanggau.
LAPORAN ANTARA 8- 18 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
c) Tata lansekap guna lahan sekitarnya dipadukan dengan tata bangunan dan
arsitektur bangunannya kawasan pemerintahan sehingga kesan lingkungan
kawasan pemerintahan tetap dipertahankan.
LAPORAN ANTARA 8- 19 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 20 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sentra insustri kecil dan menengah adalah zona industri dengan modal kecil
dan tenaga kerja yang sedikit dengan peralatan sederhana. biasanya
merupakan industri yang dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti
industri roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng curah dan lain-
lain. Sentra industri kecil dan menengah yang ada di lingkungan permukiman
dapat dipertahankan selama tidak menimbulkan dampak negatif. Adapun
tujuan pembentukan zona ini yaitu untuk untuk menyediakan ruang untuk
untuk industriindustri kecil dan menengah yang mengakomodasi kegiatan
industri skala kecil dan menengah yang ditata dalam perpetakan kecil dengan
lantai dua sampai empat lapis, sehingga memungkinkan masyarakat luas
berusaha pada bangunan industri yang berdekatan dengan rumah tinggalnya.
LAPORAN ANTARA 8- 21 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
d) Zona sarana pelayanan umum dibagi dalam beberapa zona yaitu zona skala
kota, skala kecamatan dan skala Kelurahan. Semua jenis sarana tiap zona
hampir sama, yang membedakannya hanya berupa skala pelayanan tiap
sarana.
Zona peruntukan lainnya dibagi dalam beberapa zona yaitu zona pertanian,
pertambangan, ruang terbuka non hijau, pertahanan dan keamanan, instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), tempat pemrosesan akhir (TPA), pembangkit
listrik, pergudangan, dan zona pariwisata.
A. Pertanian
Zona pertanian merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman
tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk
pribadi atau tujuan komersial. Zona pertanian pada Perkotaan Sanggau berupa
pertanian, perkebunan dan peternakan. Pertanian dan perkebunan yang akan
dikembangkan berupa perkebunan holtikultura, yaitu perkebunan dengan
bermacam jenis tanaman. Sedangkan peternakan yang akan dikembangkan
LAPORAN ANTARA 8- 22 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
adalah peternakan ayam dan sapi. Kegiatan perikanan berupa tambak juga
akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau. Adapun tujuan penetapan zona
pertanian yaitu :
B. Pertambangan
Zona pertambangan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan pertambangan bagi daerah yang sedang maupun yang
akan segera melakukan kegiatan pertambangan golongan bahan galian A, B,
dan C. Adapun tujuan penetapan zona pertambangan yaitu :
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya berupa ruang
terbuka di wilayah kota atau kawasan perkotaan yang tidak termasuk dalam
LAPORAN ANTARA 8- 23 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
kategori RTH berupa lahan yang diperkeras maupun berupa badan air. RTNH juga
memiliki fungsi ekologis, ekonomis, arsitektural, dan darurat. Adapun tujuan
penetapan zona ini yaitu :
Zona pertahanan dan keamanan adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan
bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat
latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil dan sebagainya. Adapun
tujuan penetapan zoa pertahanan dan keamanan yaitu :
a) Tempat kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan
negara agar dapat menjamin kondisi negara yang kondusif.
b) Tempat pelatihan para prajurit dan pasukan pertahanan dan keamanan
sebagai garda depan negara yang khusus dibina untuk menjamin
keberlangsungan keamanan dan pertahanan Negara.
LAPORAN ANTARA 8- 24 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Zona instalasi pengolahan air limbah adalah peruntukan lahan yang terdiri atas
daratan dengan batas batas tertentu yang berfungsi untuk tempat pembuangan
segala macam air buangan (limbah) yang berasal dari limbah- limbah domestik,
industri, maupun komersial dan kegiatan lainnya. Adapun tujuan dari penetapan
zona ini yaitu :
a) Tempat pengolahan air limbah agar segera dapat diolah dan tidak
mencemari lingkungan permukiman dan industri
c) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan pengolahan air limbah dengan sistem setempat dan
sistem terpusat
d) Melindungi sumber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran air
limbah permukiman dan industri
Zona instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang akan dikembangkan di Perkotaan
Sanggau berupa IPAL komunal yang akan di bangun di seluruh SBWP untuk
melayani limbah domestik terutama limbah dari kegiatan perumahan dan
permukiman yang melayani tiap 50-100 rumah. Pemilihan lokasi IPAL harus
melewati beberapa kajian dan memenuhi beberapa kriteria persyaratan penentuan
lokasi IPAL. Adapun kriteria tersebut yaitu :
LAPORAN ANTARA 8- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Muka air tanah yang tidak kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah
tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum
lebih besar dari 100 m (seratus meter) di hilir aliran.
berupa kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang bersumber dari Bahan
LAPORAN ANTARA 8- 26 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Bakar Minyak (BBM) yang berada di SBWP 2. Terdapat beberapa kriteria dalam
perencanaan kawasan pembangkit listrik yaitu :
I. Pariwisata
Zona pariwisata adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik
alam, buatan, maupun budaya. Adapun tujuan penetapan zona pariwisata yaitu :
LAPORAN ANTARA 8- 27 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pengembangan Kelembagaan.
Pengembangan Lingkungan.
Peningkatan Aksesibilitas
LAPORAN ANTARA 8- 28 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2. Wisata Buatan
3. Wisata Budaya
LAPORAN ANTARA 8- 29 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 30 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
8.5 BERITA ACARA Perumusan rencana Pola ruang , Rencana Struktur ruang
dan Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya .
LAPORAN ANTARA 8- 31 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 32 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 33 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 34 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 35 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA 8- 36 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2. Pembiayaan pembangunan.
Ketiga hal pokok tersebut masing-masing saling berkaitan dan saling menunjang yang
mengarah pada satu tujuan yaitu terwujudnya target-target
LAPORAN ANTARA
1- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2 Hutan Kota (RTH- a. Pemanfaatan kawasan pada hutan kota tidak mengurangi, mengubah
1) atau mengalihkan fungsi utamanya
b. Pengolahan tanah terbatas, maksimal hanya 10% dari total luas lahan
hutan kota
c. Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial
ekonomi
d. Tipe hutan kota dapat berupa tipe rekreasi, pelestarian plasma nutfah,
perlindungan, pengamanan dan lain sebagainya
e. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002
Tentang Hutan Kota
- Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota
- Permen PU No. 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan
LAPORAN ANTARA
1- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Zona Perumahan
Rumah Kepadatan Sedang a. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
(R-3) yang telah ditetapkan
b. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
c. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih,
telekomunisi, persampahan dll)
d. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan
kegiatan permukiman rendah adalah pada kawasan dengan
rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah 10-40
unit/Ha.
Rumah Kepadatan Rendah (R-4) a. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
b. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
c. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih, telekomunisi,
persampahan dll)
d. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman rendah adalah pada kawasan dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnya adalah
10-40 unit/Ha.
Rumah Kepadatan Sangat e. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
Rendah (R-5) yang telah ditetapkan
f. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
g. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih, telekomunisi,
persampahan dll)
h. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman rendah adalah pada kawasan dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnya adalah
< 10 unit/Ha.
Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang pada zona perumahan dapat lebih rinci dilihat pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis
Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Peyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Danau
LAPORAN ANTARA
1- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Skala BWP a.
Dikembangkan dengan tingkat kepadatan rendah dan sedang
(K-2) b.
Pembangunan pertokoan
c.
Pembangunan pasar tradisonal
d.
Menyediakan ruang bagi kegiatan perdagangan informal yang
bersinergi dengan kegiatan perdagangan formal
e. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
f. KDB dapat dimaksimalkan sepenuhnya dengan beberapa
ketentuan seperti kepentingan bangunan dan kawasan.
g. Koefisien Dasar Hijau (KDH) dapat berupa tanaman di atas gedung,
pepohonan dan rerumputan
h. Tersedianya lahan parkir minimal 10% dari luas lahan baik
berupa parkir di luar badan jalan (off street parking) atau parkir
di dalam bangunan (basement parking)
Skala Sub BWP a. Dikembangkan dengan tingkat kepadatan sedang sampai tinggi
(K-3) b. Pembangunan pertokoan dan pasar skala lingkungan
c. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
d. KDB dapat dimaksimalkan sepenuhnya dengan beberapa
ketentuan seperti kepentingan bangunan dan kawasan.
e. Koefisien Dasar Hijau (KDH) dapat berupa tanaman di atas gedung,
pepohonan dan rerumputan
f. Tersedianya lahan parkir minimal 10% dari luas lahan baik
berupa parkir di luar badan jalan (off street parking) atau parkir
di dalam bangunan (basement parking)
Kegiatan perwujudan Pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdadangan
- Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang
-Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
LAPORAN ANTARA
1- 7 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 8 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 9 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 11 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Zona Campuran
Perumahan dan a. Pengembangan zona perumahan dan perdagangan / jasa d
Pedagangan / jasa sebagian jalan lingkar di SBWP 1 dan SBWP 2
(C-1) b. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB,
GSJ dan GSS yang telah ditetapkan
c. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas
d. lahan. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih,
telekomunisi, persampahan dll)
e. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci
pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun
2006 Tentang Pedoman Teknis Bangunan Gedung
LAPORAN ANTARA
1- 12 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PPL 3 diarahkan untuk kegiatan kawasan olaraga skala kota dan permukiman
di Sungai Sengkuang (Sub BWP 3).
1) Adanya rencana pengembangan jalan lingkar (ring road) meliputi ruas Jalan
Embaong-Sanggau Permai-Segole-Penyeladi yang menjadi jalan alternatif
saat adanya kegiatan-kegiatan yang menutup jalan utama pada saat adanya
kegiatan tertentu yang menyebabkan padatnya kendaraan di jalan-jalan utama.
2) Peningkatan status jalan kolektor primer menjadi jalan arteri primer meliputi
Jalan Ahmad Yani, Jalan R.E Martadinata dan Jalan Sudirman.
LAPORAN ANTARA
1- 13 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 14 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
4. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kawasan yang belum
terlayani di Perkotaan Sanggau.
5. Penambahan daya listrik minimal tiap rumah sebesar 900 watt untuk
kebutuhan rumah sederhana, 1.300 watt untuk rumah menengah dan 2.200
watt untuk rumah mewah.
LAPORAN ANTARA
1- 16 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1. Sistem on site
Secara umum pengelolaan air limbah non perpipaan atau on site dibagi
kedalam beberapa sistem, yaitu :
Sistem individual, yaitu rumah yang memiliki sarana sanitasi berupa
jamban dan unit pengolahan limbah.
Fasilitas umum berupa MCK (Mandi Cuci Kakus), yaitu sarana sanitasi yang
dimanfaatkan masyarakat secara komunal dan yang telah dilengkapi
dengan prasarana pengolahan air limbah, dapat berupa tangki septik atau
unit pengolahan air limbah lainnya.
1. Pengembangan dan pembangunan TPS baru dan diupayakan ditempatkan minimal 500
Meter dengan lokasi permukiman untuk menghindari polusi yang ditimbulkan sampah.
LAPORAN ANTARA
1- 17 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Merupakan perwujudan program Sub BWP Prioritas. Penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi
rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang
diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Pengembangan program pemanfaatan ruang prioritas terdapat di 1 Sub BWP, yaitu :
Sub BWP Bunut
Sub BWP Prioritas pertama yaitu Sub BWP Bunut atau SBWP 1 dengan fungsi
sebagai Hutan kota, Perdagangan dan jasa skala Sub BWP, Permukiman,
Pendidikan, Kesehatan, Perkebunan, Pertanian dan peternakan, Hankam
Perkantoran. Adapun program yang direncanakan pada kawasan Sub BWP Prioritas
1 yaitu :
LAPORAN ANTARA
1- 18 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 19 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pada dasarnya program-program yang disusun masih bersifat indikatif. Karena masih
merupakan indikasi program utama, maka program- proram ini sebagai pedoman penyusunan
program dan anggaran, dan perlu dijabarkan lagi dan dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan
yang lebih rinci lagi untuk implementasinya. Dalam kaitannya dengan perwujudan struktur ruang
dan pola ruang serta kawasan strategis kota maka indikasi program utama mencakup program
perwujudan rencana struktur ruang kota, program perwujudan pola ruang, program
perwujudan kawasan strategis kota.
LAPORAN ANTARA
1- 21 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 22 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 23 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 24 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 26 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 27 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
LAPORAN ANTARA
1- 28 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
a) Kawasan Hijau
c) Struktur Ruang
1. Perencanaan dan pengembangan jalan lingkar utara desa/kelurahan
Kawasan Baong lawang Perkotaan Sanggau.
2. Perencanaan penambahan jaringan jalan baru untuk menjangkau kegiatan
perkotaan.
3. Perencanaan jalur kereta api.
4. Peningkatan pengelolaan air minum.
5. Penataan dan pengendalian sistem perpipaan distribusi di Kawasan
Perkotaan.
6. Mengembangkan ketersediaan pelayanan air minum sesuai potensi yang
ada.
7. Penambahan dan perbaikan jaringan listrik.
8.
9. Pembangunan gardu distribusi listrik dan gardu hubung.
10. Pemanfaatan menara telekomunikasi secara bersama.
11. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi dan energi ke
seluruh kawasan perencanaan.
12. Menyediakan teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ramah
lingkungan.
13. Peningkatan akses pengelolaan air limbah baik sistem on site maupun off
site (terpusat) di perkotaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
14. Pembangunan prasarana drainase perumahan perkotaan.
15. Penataan sistem prasarana drainase secara terpadu, meliputi primer,
sekunder dan tersier.
RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
N o. K e gi a t a n 3.
T2
, B3
X B1 X X X X X X X X X T2 T2 T2 I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2 T2 T2 T2
2. Polsek X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B3 , B3 , B3 , B3 , B3
Pos T2 T2 T2 T2 T2
3. Pengamanan X X X X X X X X T2 X X , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 X X X X X X X X X X X X X T2 T2 X X T2 X X
(Sabara,
T2
4. Kant or swast a X X X X X X X X X X T2 T2 T2 X B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, T3
Kant or T2 T2 T2 T2 T2
5. Keuangan X X X X X X X X X X X , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
(Bank, Money
S a r a na P e l a y a na n
T2
1. TK X B1 X X X X X X T2 I X X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X
, B3
2. SD X B1 X X X X X X T2 T2 X X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X
3. SMP X B1 X X X X X X T2 X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X
T2
4. SMA/ SMK X B1 X X X X X X T2 X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X
, B3
5. Perguruan X X X X X X X X X X X T2 X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X X X
t inggi/ akademi
6. Pesant ren X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X I X X I X X X I X X X X X X X X X
Rumah sakit T2
7. X X X X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Umum , B3
8. Rumah sakit X X X X X X X X I X X T2 T2 T2 X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
bersalin
9. Laborat orium X X X X X X X X I X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
kesehat an
10. Puskesmas X X X X X X X X I I I I T2 T2 X B X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
11. Puskesmas X X X X X X X X I I I X X X X B X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
pembant u
12. Posyandu X B1 X X X X X X T2 I I X X X X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
Balai T2
13. X X X X X X X X T2 I I I I I X X X X X X I T2 I I I X X X X I X I I I I
pengobat an , B3
14. Dokt er umum X X X X X X X X T2 I X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
15. Dokt er spesialis X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
16. Bidan X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
17. Poliklinik X X X X X X X X T2 X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
Lapangan olah T2 T2 T2 T2, B4
18. X B1 X B3 T2 T2 T2 X T2 T2 T2 X X X X X X I X I X I X I X X T2 T2 X T2 I I
raga , B3 , B3 , B3
Gedung olah T2 T2
19. X X X X X X X X X X X T2 T2 X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X
raga , B3 , B3
RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
N o. K e gi a t a n 3.
B3 B3 B3 B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik
ekonomi.
50 1.5 50
Bangunan baru direkomendasikan
20 Skala Kelurahan/Desa KT-5 berarsitektur lokal
50 1 50
0.1
Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota SPU-1
Bangunan baru direkomendasikan
21 Pendidikan Tinggi SPU1-1 berarsitektur lokal
50 1.5 50
35 W2
2
Rumah Kepadatan
12 Rendah R-4 6 3 2 2
1
13 Rumah Vernakular R-6 10 4 sd 6 3 3
3
Skala
20 Kelurahan/Desa KT-5 10 5 3 3
2
Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota SPU-1
21 Pendidikan Tinggi SPU1-1 15 10 5 5
3
22 Transportasi SPU1-2 standar
2
Skala Kecamatan SPU-2
23 Pendidikan SPU2-1 10 5 3 3
Menengah
2
24 Transportasi Lokal SPU2-2 10 8 5 5
2
25 Kesehatan SPU2-3 10 5 3 3
2
Skala Kelurahan SPU-3
26 Pendidikan Dasar SPU3-1 2 5 3 3
10
27 Kesehatan SPU3-3 2 5 3 3
10
28 Olahraga SPU3-4 7 10 3 3
1
29 Peribadatan SPU3-6 10 5 3 2
2
1
33 Ruang Terbuka Non PL-3 6
Hijau
1
Zona Pariwisata
34 Wisata Edukasi W1 6
Pesisir
1
35 Rekreasi Alam W2 6
1
36 Wisata Olahraga Air W3 6
1
Ressort and
Convention Center-
37 W4 15 10 5 5
Eco
Tourism
3
10 .5 Ketentuan Pelaksanaan
undangan
Bab ini menguraikan tata cara penyelenggaraan dan metode yang diterapkan pada
penyusunan KLHS. Penyelenggaraan KLHS dilakukan melalui sebelas tahap yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016. Kesebelas tahap tersebut
sebagaimana disajikan pada Error! Reference source not found. di bawah ini.
12- 1 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 2 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
1. Karakteristik wilayah
5. Muatan RPPLH
12- 3 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 12. 2Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas
Tabel 12. 3 Tabel Identifikasi KRP yang Berdampak pada Lingkungan Hidup
12- 4 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
a. Perubahan iklim
KRP yang dinilai signifikan oleh tim ahli melalui tahap ini, berikutnya akan
diuji silang dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas pada tahap
analisis pengaruh.
KRP yang dinilai signifikan oleh tim ahli melalui tahap ini, berikutnya akan
diuji silang dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas pada tahap
analisis pengaruh. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai “+” jika KRP
berdampak positif, “-“ jika KRP berdampak negatif, “0” jika KRP tidak
berdampak, dan “+/-“ jika KRP dapat berdampak positif atau negatif. KRP
yang mempunyai dampak negatif walaupun hanya memenuhi satu kriteria
ditetapkan sebagai KRP yang akan dianalisis lebih lanjut.
12- 5 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 6 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
SA = 10 x C x R x A
𝐶 = ∑(𝑐𝑖 𝑥 𝐴𝑖)/∑𝐴𝑖
R = ∑𝑅𝑖/𝑚
Keterangan:
Koefesien ketersediaan air tiap jenis penutupan lahan dapat dilihat pada
Error! Reference source not found.:
12- 7 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 8 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Di = Pi x KHL
Keterangan:
Qi = Ai x l
Ai = Luas lahan
Nilai koefesien kebutuhan air setiap tipe penutupan lahan dapat dilihat pada
Error! Reference source not found.:
1 Hutan lainnya 10
2 Sawah 2x panen 24
3 Tegalan 13,5
4 Permukiman 12
DA = Di + Qi
12- 9 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu juga analisis DDDT ini menggunakan data sekunder dari Peta
Digital DDDT yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Peta tersebut disusun dalam format grid 30’ x 30”
dengan tema yang disusun adalah DDDT penyedia air dan DDDT penyedia
pangan.
Hasil penilaian RIAM yang berasal dari KLHS kemudian dapat digunakan
untuk memfokuskan bab Alternatif dan Rekomendasi pada dokumen KLHS.
12- 10 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Setiap isu yang telah dinilai dalam bab-bab sebelumnya dari dokumen KLHS
ini jatuh ke dalam satu dari empat kategori:
• Fisik / Kimia: Meliputi aspek fisik dan kimia lingkungan termasuk sumber
daya alam (degradasi) non-biologis dan degradasi lingkungan fisik akibat
pencemaran.
• Biologis / Ekologis: Meliputi aspek biologis lingkungan, termasuk sumber
daya alam terbarukan, konservasi keanekaragaman hayati, interaksi
spesies, dan pencemaran biosfer.
• Sosiologis / Budaya: Meliputi aspek manusia dari lingkungan, termasuk
masalah sosial yang mempengaruhi individu dan masyarakat,
bersamaan dengan aspek budaya, termasuk konservasi warisan, dan
pembangunan manusia.
• Ekonomi / Operasional: Meliputi konsekuensi ekonomi baik dari
pelaksanaan proyek (biasanya keuntungan positif) dan perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh PPP (seringkali menguntungkan
negatif), bersifat sementara dan permanen.
Kriteria
12- 11 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Kriteria kelompok A
12- 12 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Kriteria Kelompok B
Tabel 12. 9Skala kriteria yang menunjukan Nilai terhadap suatu situasi
Skor Permanen (B1) Reversibilitas (B2) Kumulatif (B3)
1 Tidak ada perubahan/ tidak berkaitan
2 Sementara Dapat Berbalik Non-komulatif/single
(reversible) dan dapat
dikontrol (controllable)
3 Permanen Tidak dapat kembali Kumulatif/Sinergistik
(irreversible)
12- 13 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Penilaian dari berbagai isu yang telah dipilih untuk evaluasi dalam proses
pelingkupan memberi hasil sebagai nilai, yang dianggap berasal dari masing-
masing kriteria ini. Dengan menggunakan rumus sederhana, nilai lingkungan
yang disebut (ES) untuk masing-masing komponen dapat dihitung.
ES = A1 * A2 * (B1 + B2 + B3)
Skala kriteria yang sesuai dengan situasi ditunjukkan pada Error! Reference
source not found. berikut
Tabel 12. 10Kisaran Nilai Rentang Pita yang digunakan untuk RIAM
Skor
Kisaran Nilai Deskripsi Kisaran Nilai dalam
Lingkungan
(RV) Rentang Pita
RIAM (ES)
12- 14 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 15 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Informasi jasa ekosistem diperoleh dari peta digital jasa ekosistem yang
disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pada
dasarnya peta tersebut disusun berdasarkan fungsi dari bentang lahan,
vegetasi, dan penutupan lahan. Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
12- 16 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Pencegahan dan
7 perlindungan terhadap 0,08 0,32 0,6
bencana alam
12- 17 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
No Perizinan
1 Izin Pertambangan
2 Izin Perkebunan
3 Izin perindustrian
12- 18 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu kajian ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya alam
di mana kebutuhan terpenuhi namun sumber daya alam beserta
ekosistemnya dapat tetap dilestarikan. Dilakukan dengan cara:
Dalam konteks ini, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dilihat dari segi
pemenuhan kebutuhan pangan berdasarkan hasil analisis produksi pangan
dan kebutuhan. Jika dilihat dari hasil analisis antara ketersediaan (produksi
dan kebutuhan) maka, pemanfaatan sumberdaya alam masih dalam batas
mencukupi.
1. Hutan Lahan Kering mencakup hutan lahan kering primer, hutan lahan
kering sekunder, hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan rawan
bencana, kawasan sempadan danau, kawasan sempadan sungai besar,
dan kawasan sempadan sungai kecil,
12- 19 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Ca = ∑(Ai x FEi)
Keterangan:
Faktor emisi (FE) dari setiap lahan berbeda antara satu wilayah terkait
dengan jenis tanaman, kesuburan tanah, dan lainnya. Faktor emisi
menunjukkan stok karbon per hektar dalam satuan ton C/ha. Besarnya stok
karbon atau kandungan biomassa tergantung jenis tanaman yang tumbuh
pada satu lahan. FE lahan dengan referensi dari Bapennas dapat dilihat
dalam Buku Pedoman Teknis Perhitungan Baseline Sektor Berbasis Lahan
Tahun 2014. Meskipun beberapa kelas penutupan lahan di wilayah KSK di
Sekitar Baonglawang tidak sama, namun dapat dilakukan pendekatan sesuai
dengan fisik lahan dan fungsinya. Pedoman faktor emisi menurut Bapennas
dapat dilihat pada Error! Reference source not found..
12- 20 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
5 Hutan Tanaman 64
6 Semak Belukar 30
7 Perkebunan 63
8 Permukiman 4
10 Padang Rumput 4
13 Belukar Rawa 30
16 Sawah 2
17 Tambak 0
18 Bandara/Pelabuhan 0
12- 21 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
19 Transmigrasi 10
20 Pertambangan 0
21 Rawa 0
G. Konflik Sosial
Selain keenam aspek yang telah disebutkan di atas, tim ahli juga melihat
apakah KRP berpotensi menyebabkan konflik sosial pada wilayah kajian.
Baik data dan informasi mengenai potensi dan konflik sosial yang sudah ada
diperoleh dari konsultasi publik dan wawancara dengan masyarakat dan para
pemangku kepentingan terkait.
12- 22 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 23 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 24 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Tim ahli akan menyampaikan hasil dan laporan KLHS kepada penyusun
KRP untuk proses penilaian mandiri guna memastikan bahwa kualitas dan
proses penyusunan KLHS telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Penilaian mandiri yang dilaksanakan oleh penyusun KRP harus
mempertimbangkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang relevan, serta laporan KLHS dari KRP terkait dan relevan.
Hasil penjaminan kualitas KLHS ini disusun secara tertulis dengan memuat
informasi mengenai kelayakan KLHS dan rekomendasi perbaikan KLHS.
Kemudian, digunakan sebagai masukan bagi penyempurnaan KLHS.
Penjaminan kualitas mengacu kepada tabel penilaian mandiri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Permen LHK No. 69 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
12- 25 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 26 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 28 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 29 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 30 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
12- 31 -
LAPORAN ANTARA
Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Bab ini akan memaparkan rangkaian proses yang dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan KLHS Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten (RTR-
KSK) di Sekitar Kawasan Baonglawang sebagaimana diatur dalam PP 46 Tahun 2016.
Proses penyusunan KLHS ini merupakan kerjasama antara ESP3 DANIDA dengan
Kementerian ATR c.q. Direktorat Jenderal Tata Ruang dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sanggau yang diimplemetasikan oleh PT. Gugusan Gunung Perkasa.
Sebagai langkah awal dilakukan pertemuaan koordinasi di Kantor Kementerian ATR
pada Hari Rabu tanggal 25 September 2019. Pada pertemuan tersebut ditekankan
pada perkenalan terhadap tim yang akan terlibat baik dari Kementerian ATR maupun
tenaga ahli dari PT. Gugusan Gunung Perkasa. Pada saat itu juga disampaikan
perkembangan dari penyusunan RTR KSK di Sekitar Kawasan Baonglawang yang
sedang berjalan sehingga menjadi pijakan bagi masuknya proses KLHS.
1. Kementerian ATR
10. Dinas Perumahan, Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten
Sanggau
11. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Sanggau
18. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sanggau
KLHS yang akan disusun diharapkan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
PP 46 Tahun 2016 dan berjalan dengan optimal. Oleh sebab itu, diperlukan kerangka
acuan yang dikembangkan mengikuti PP tersebut. Dalam pelaksanaan penyusunan
KLHS ini tidak menyusun kerangka acuan disebabkan oleh tidak adanya Kelompok
Kerja Penyusun KLHS. Acuan kerjanya mengikuti kerangka acuan yang disampaikan
oleh KATR dan ESP3 DANIDA.
13.4 Pengkajian
FGD, kunjungan lapang, dan studi literatur tersebut dihasilkan daftar panjang isu
pembangunan berkelanjutan sebanyak 51 isu (Error! Reference source not found.).
1 Kekeringan Lingkungan
2 Banjir Lingkungan
9 Sanitasi Lingkungan
kawasan
NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD I PENETAPAN DELINEASI
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 15 AGUSTUS 2019
WAKTU 09.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA
PENETAPAN DELENIASI
KLH (Najemi)
1. Urgensi RDTR OSS Kawasan Perkotaan Sanggau. Karena kawasan ini berkembang
2. Perlu dilakukan Zonasi zonasi perlindungan Tata Air
3. Wilayah Sanggau permai dibangun perumahan padahal daerah ini merupakan daerah
resapan air. Materi teknis sudah ada namun belum ada kekuatan Hukum
Sekertaris Daerah
1. Arah pengembangan kota sanggau ke hilir. Pada rekan rekan dinas di perkotaan masih
kesulitan
2. Lokasi tetap diperkotaan sanggau, yaitu sungai batu
3. Lokasi sungai Batu sampai Ladau untuk perizinan PLTU
X- 1 -
Dinas Perkebunan
1. Fokus pada kawasan Perkotaan. Harus diperhatikan Apakah kawasan perkotaan ini masuk
kawasan permukiman dan kawasan pariwisata
2. Sepanjang jalan banyak perkebunan lada masyarakat maka yang menjadi perhatian adalah
apakah perkebunan masyarakat ini akan dibebaskan atau tidak karena ingin menjadi
kawasan perkotaan
Dinas Pajak
1. Investasi terkait perizinan belum terkonek ke bappeda. Investasi dengan pajak (PAD) Belum
terkonek maksimal
2. Peta kawasan investasi belum ada karena dari pihak BPN belum memberikan.
Direktur POLNEP
Untuk luasan maksimal 3000Ha sulit diterapkan dengan kondisi kawasan perkotaan sanggau.
Mengetahui
X- 2 -
Lampiran 2 Notulensi Perumusan ISU KLHS
NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA ISU STRATEGIS KLHS
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 15 AGUSTUS 2019
WAKTU 14.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA
Pemindahan kantor juga secara bertahap sesuai dengan kebutuhan karen saat ini kantor
pemerintahan di sanggau bayak kondisinya yang sudah tidak layak lagi karena usia bangunan yang
sudah cukup tua
Asumsi saya pergerakan antar instansi sama koordinasi jadi lebih efisien , karena kantor pemerintah
sekarang posisinya berpencar.
KLH (Najemi)
1. Wilayah perencanaan berada di area rawan bencana Banjir dan Longsor
Besarnya debit aliran air yang keluar dari suatu sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, tipe
penutupan lahan, kondis topografi, jenis tanah, formasi geologi, ukuran dari Sub DAS serta aktivitas
manusia. Dari pengamatan debit sesaat sungai utama di Kalimantan Barat menunjukkan tingkat laju
kecepatan aliran yang cukup bervariasi sesuai dengan kondisi DAS atau Sub DAS.
Dinas Pariwisata
1. Nosu Minu Podi nyaris punah , sebab
• Lahan untuk membuat ladang berpindah-pindah sudah sedikit ;
• Peran ketua adat berkurang ;
• Bentuk dan kondisi rumah
Perlu nanti dikaji di KLHS
2. Melestarikan rimba sayu dari desa lape
Dari monografi desa, tercatat bahwa terdapat sekitar 1.012 Ha hutan yang dipertahankan
sebagaikawasan tembawang. Seluas 800 Hadiantaranya adalah hutan hujan tropis ( rain forest) yang
bernama Rimba Sayu;selebihnya seluas200 Ha disebut Rimba Tawang; dan seluas 12 Halainnya adalah
rimba sisipan yang dekat dengan pemukiman pendudukdanbahkan berada di pinggir jalan rayayang
disebut Hutan Lalau.
Dinas Perkebunan
3. Fokus pada kawasan Perkotaan. Harus diperhatikan Apakah kawasan perkotaan ini masuk
kawasan permukiman dan kawasan pariwisata
4. Sepanjang jalan banyak perkebunan lada masyarakat maka yang menjadi perhatian adalah
apakah perkebunan masyarakat ini akan dibebaskan atau tidak karena ingin menjadi
kawasan perkotaan
SEKERTARIS DAERAH
1. Kurangnya fasilitas Kesehatan . Artinya tidak menyebar
2. Dampak lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan sebagai pergudangan dan bengkel
3. Dampak pencemaran lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan home industri sebagai
penyangga dari perkotaan sanggau
4. Sosial kepemilikan lahan
5. Ekonomi adalah sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal sekitar sungai.
X- 4 -
ISU KLHS
1. Wilayah perencanaan berada di area rawan bencana Banjir dan Longsor
2. Wilayah perencanaan berada di area DAS Kapuas
5. Nosu Minu Podi nyaris punah
6. Melestarikan Rimba Sayu Dari Desa Lape
5. Kurangnya fasilitas Kesehatan . Artinya tidak menyebar
6. Dampak lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan sebagai pergudangan dan bengkel
7. Dampak pencemaran lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan home industri sebagai
penyangga dari perkotaan sanggau
8. Sosial kepemilikan lahan karena DOB
9. Ekonomi adalah sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal sekitar sungai.
Mengetahui
X- 5 -
Lampiran 3 Notulensi Penyepakatan Tujuan dan Tema
NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD 2 PENYEPAKATAN PENENTUAN TUJUAN DAN TEMA
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 09.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA
Makna perdagangan dan jasa ini seperti cita-cita yang terlalu terlalu tinggi. Mungkin diganti
mutifungsi saja karena di sungai mawang juga terdapat kawasan sentra industri.
Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas yang baik pada pergerakan
X- 6 -
antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang
saling berintegrasi
BAPPEDA
Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas yang baik pada pergerakan
antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang
saling berintegrasi. Pada fasilitas transportasi harusnya ada jalur jembatan timbang. Berat kendaraan
yang melintas harus diatur. Angkutan perkebunan harus tau jenis-jenis kelas jalan yang masuk
klasifikasi transportasi komunitas sawit dan minyak BBM.
X- 7 -
Lampiran 4 Penyepakatan Pola dan Struktur Ruang RDTR
NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD 3 PENYEPAKATAN PENENTUAN POLA DAN STRUKTUR RUANG RDTR
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 13.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA
Perumusan :
Rencana Pola ruang ,
Rencana Struktur ruang dan
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya .
Konsultan
Hasil survey di lapangan jumlah ini adalah jumlah penduduk yang ada di desa lape yang masuk pada
deliniasi kawasan perencanaan .
Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum
atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih
lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman
Kemudian untuk pemasangan pipa pada jaringan air bersih harus memperhatikan :
Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.
Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa pvc, gip atau fiber glass.
Pipa yang dipasang diatas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
Saya belum melihat adanya perencanaan kran umum. Apa akan ada ?
Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
Radius pelayanan maksimum 100 meter.
Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang tata cara
perencanaan bangunan MCK umm.
BAPPEDA
Rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum yaitu :
Penambahan jumlah sambungan pipa air minum ke unit-unit rumah.
Pengembangan jaringan perpipaan baru mengikuti jaringan jalan yang di rencanakan
meyeluruh di Kawasan Perkotaan Sanggau.
Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa 1 titik booster di
Kelurahan/Desa Tanjung Sekayam.
Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa titik reservoir di Bunut.
X- 9 -
kondisi eksisting digunakan sebagai peternakan. Harus ada lembaga yang dapat mengevaluasi dan
memberi sangsi kepada pihak yang menyalahi izin penggunaan lahan.
BAPPEDA
Jalur kereta api
Untuk rencana jalur perkeretaapian masih sebatas studi kelayakan. Kami masih belum tau jalur yang
akan dilewati. Namun menurut saya garis jalur perkeretaapian tetap dibuatkan agar lahan untuk jalur
perlintasan kereta api tidak dibangun. Mungkin nanti bisa didetailkan pada peraturan zonasi prihal
ITBX.
Rencana letak IPAL ada di sei mawang. Itu lokasi sepertinya rencana akan dibangun rumah sakit. Atau
mungkin kawasan kesehatan . apakah IPAL ini tidak mengganggu jika diletakkan di lokasi yang sama?
Mengetahui
X- 10 -
Lampiran 5 Penyepakatan ISU
NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA KONSULTASI PUBLIK 1 KLHS
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 16.30 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA
Konsultan
Berladang dalam suku Dayak Pangkodant/Kodant merupakan suatu tradisi yang sudah ada pada masa
nenek moyang hidup. Kedua mengadakan Gawai Nosu Minu Podi yang biasanya dinamakan Pesta
Padi, merayakan hasil panen padi. Kebiasaan berladang ini sudah tidak seperti dulu. Mereka beralih
profesi menjadi berkebun. Peran para tokoh tidak mengembalikan aktifitas warga kepada berladang
dan memanen padi. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus maka Gawai Nosu Minu Podiakan
punah.
BAPPEDA
Menyambung pemberian sangsi atas sampah dibuang ke kali memang butuh di buat lembaga khusus
untuk bisa memberikan sangsi atas tindakan - tindakan yang menyalahi aturan perencanaan salah
satunya buang sampah di kali.
Mengetahui
X- 12 -
Lampiran 6 SK POKJA
X- 13 -
X- 14 -
X- 15 -
X- 16 -
X- 17 -
Lampiran 7 SK Deleniasi
X- 18 -
X- 19 -
Lampiran 8 Berita Acara Penyepakatan Deleniasi
X-20
X-21
X-22
X-23
X-24
X-25
Lampiran 9 Berita Acara Penjaringan Isu
X-26
X-27
X-28
X-29
X-30
Lampiran 10 Penyepakatan Tujuan dan Tema
X-31
X-32
X-33
Lampiran 1 Penyepakatan Pola Ruang dan Struktur Ruang
X-34
X-35
X-36
Lampiran 11 Konsultasi Publik Isu KLHS
X-37
X-38
X-39