Anda di halaman 1dari 415

MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1.1 Latar Belakang 1- 1

1.2 Maksud 1- 2

1.3 Tujuan 1- 3

1.4 Sasaran 1- 3

1.5 Ruang Lingkup 1- 3

1.5.1 Ruang Lingkup Kegiatan 1- 3

1.5.2 Ruang Lingkup Lokasi 1- 7

1.6 Keluaran 1- 7

1.7 Manfaat 1- 7

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN 2- 1

2.1 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2018 2- 1

2.1.1 Mekanisme Pelaksanaan OSS 2- 3

2.1.2 Manfaat menggunakan OSS 2- 3

2.1.3 Prasyarat sebelum mengakses OSS 2- 3

2.1.4 Prosedur Menggunakan OSS 2- 4

LAPORAN ANTARA
i
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2.1.5 Pembuatan dan Aktivasi Akun OSS 2- 4

2.1.6 Mendapatkan NIB dan Dokumen Pendaftaran Lainnya 2- 5

2.1.7 Langkah-langkah untuk memperoleh NIB 2- 5

2.2 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NOMOR 16 TAHUN 2018 2- 6

2.2.1. Muatan Rencana Detail Tata Ruang 2- 6

2.2.2 Muatan Peraturan Zonasi 2- 6

2.2.3 Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi 2- 7

2.3 TINJAUAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG 2- 7

2.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2- 15

2.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SANGGAU 2- 18

2.5.1 KAWASAN STRATEGIS DARI SISI PERTUMBUHAN EKONOMI 2- 18

2.5.2 KAWASAN STRATEGIS DARI SISI SOSIAL BUDAYA 2- 20

2.5.3 KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN DAYA DUKUNG

LINGKUNGAN HIDUP 2- 21

2.5.4 KAWASAN STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN 2- 23

BAB 3 WILAYAH PERENCANAAN 3- 1

3.1 Kriteria Pemilihan Kawasan 3- 1

3.1.1 KAWASAN STRATEGIS 3- 2

3.1.2 Memiliki nilai investasi 3- 3

3.1.3 Tercantum dalam peraturan daerah 3- 3


LAPORAN ANTARA
ii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.1.4 Terintegrasi dengan infrastruktur 3- 4

3.1.5 Ketersediaan lahan 3- 5

3.1.6 Luasan terbangun 3- 5

3.2 KAWASAN PERENCANAAN TERPILIH 3- 6

3.3 BERITA ACARA 3- 8

3.4 SK Deleniasi Kawasan RDTR OSS 3- 15

BAB 4 PENYUSUNAN FAKTA ANALISIS SEBAGAI PENGUAT ISU STRATEGIS 4- 1

4.1 Analisis Struktur Internal BWP 4- 1

4.1.1 Analisa sistem pusat pelayanan 4- 2

4.1.2 Analisa sistem Jaringan Jalan 4- 5

4.1.3 Analisa Intensitas pengembangan ruang pada kawasan 4- 6

4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan 4- 9

4.2.1 Analisa simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting 4- 12

4.2.2 Analisa tutupan lahan dan run off yang ditimbulkan 4- 13

4.2.3 Analisa Status Tanah 4- 18

4.3 Analisis Kedudukan dan Peran BWP 4- 19

4.3.1 Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi BWP

pada wilayah yang lebih luas 4- 20

4.3.1.1 Rumah bentang Dorik empulur (desa Lape) 4- 21

4.3.1.2 Rumah melayu (sungai mawang) 4- 22

4.3.1.3 Hutan adat Rimba Sayu 4- 22

4.3.2 Analisa Kedudukan dan keterkaitan ekonomi 4- 23

4.3.3 Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana 4- 24

LAPORAN ANTARA
iii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.3.4 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan 4- 26

4.3.5 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan 4- 26

4.3.6 Analisa kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan BWP 4- 28

4.3.7 Analisis terkait kekhasan kawasan 4- 30

4.3.7.1 Kawasan Bunut 4- 30

4.3.7.2 Kawasan Sei mawang 4- 31

4.3.7.3 Kawasan Lape 4- 32

4.4 Analisa sumber daya alam dan fisik atau lingkungan 4- 32

4.4.1 Analisis Sumber Daya Air 4- 33

4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah 4- 35

4.4.3 Analisa Topografi dan Kelerengan 4- 37

4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan 4- 39

4.4.5 Analisa Klimatologi 4- 40

4.4.6 Analisis sumber daya alam (zona Hijau ) 4- 44

4.4.6.1 Zona Perlindungan setempat 4- 44

4.4.6.2 Zona Ruang Terbuka Hijau 4- 46

4.4.7 Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya 4- 50

4.4.7.1 Kawasan Pertanian 4- 51

4.4.7.2 Kawasan Pariwisata 4- 52

4.5 Analisis Sosial Budaya 4- 54

4.5.1 Analisis Sosial Desa Bunut 4- 54

4.5.2 Analisis Sosial Desa Lape 4- 54

4.5.3 Analisis Sosial Desa Sungai Mawang 4- 55

4.6 Analisa Kependudukan 4- 56

LAPORAN ANTARA
iv
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.6.1 Proyeksi Penduduk 4-57

4.6.2 Mata Pencaharian Penduduk 4- 58

4.6.3 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana 4- 59

4.6.3.1 Sarana Pendidikan 4- 59

4.6.3.2 Sarana Kesehatan 4- 61

4.6.3.3 Sarana Peribadatan 4- 63

4.6.3.4 Sarana Perdagangan dan Jasa 4- 65

4.6.3.5 Kebutuhan RTH 4- 68

4.6.3.6 Proyeksi Kebutuhan Listrik 4- 69

4.6.3.7 Proyeksi Sampah 4- 70

4.6.3.8 Proyeksi Air Bersih 4- 72

4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan 4- 72

4.8 Analisis Transportasi 4- 77

4.9 Analisis Sumber Daya Buatan 4- 84

4.10 Analisis Lingkungan Binaan 4- 86

4.10.1 Analisis Figure Ground 4- 86

4.10.2 analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda 4- 89

4.10.3 analisis ketersediaan dan dimensi jalur khusus pedestrian 4- 92

4.10.4 Analisis karakteristik kawasan (langgam bangunan) 4- 94

4.10.5 analisis land use 4- 96

4.10.6 analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan non hijau 4- 97

4.10.7 analisis vista kawasan (pelataran pandang) 4- 99

4.10.8 analisis tata massa bangunan 4- 102

4.10.9 analisis intensitas bangunan 4- 104

LAPORAN ANTARA
v
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.10.10 Analisis land value capture (pertambahan nilai lahan) 4- 107

4.10.11 Analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar

(jalan, jalur pejalan kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya) 4- 109

4.10.12 analisis cagar budaya 4- 112

4.11 Analisis Kelembagaan 4- 113

4.11.1 Peraturan terkait Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sanggau 4- 114

4.11.2 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sanggau 4- 115

4.11.3 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah 4- 120

4.11.4 Peran Serta Masyarakat 4- 120

4.11.5 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang 4- 122

4.11.6 Hak-Hak Masyarakat Dalam Penataan Ruang 4- 123

4.11.7 Kewajiban Masyarakat Dalam Penataan Ruang 4- 125

4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan 4- 127

Bab 5 ISU STRATEGIS 5- 1

5.1 Potensi Perkotaan Sanggau 5- 1

5.2 Permasalahan Perkotaan Sanggau 5- 2

5.3 ANALISA SWOT 5- 3

5.4 ISU STRATEGIS 5- 4

BAB 6 Draft Konsep Rencana Detail Tata Ruang 6- 1

6.1 Tujuan, Kebijakan, & Strategi Penataan Ruang Kawasan 6-1

6.1.1 Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perkotaan 6- 2

6.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perkotaan 6- 4

LAPORAN ANTARA
vi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

6.1.3 Strategi Penataan Bagian Wilayah Perkotaan Sanggau 6- 5

6.2 Pembagian Sub BWP 6- 8

6.3 Pembagian sub BWP Prioritas 6- 10

6.4 Lokasi dan Tema Penanganan 6- 11

6.4.1 Lokasi 6-12

6.4.2Tema Penanganan ` 6- 13

BAB 7 RENCANA STRUKTUR RUANG 7- 1

7.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN 7- 1

7.1.1 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) 7- 2

7.1.2 Sub Pusat Pelayanan Kawasan (SPPK) 7- 2

7.1.3 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 7- 3

7.2 Rencana Jaringan Transportasi 7- 4

7.3 Rencana Jaringan Prasarana 7- 8

7.3.1 Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan 7- 9

7.3.2 Rencana Jaringan Telekomunikasi 7- 12

7.3.3 Rencana Jaringan Air Minum 7- 14

7.3.4 Rencana Jaringan Drainase 7- 16

7.3.5 Rencana Pengelolaan Air Limbah 7- 18

7.3.6 Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan 7- 20

7.3.7 Jalur Evakuasi Bencana 7- 22

LAPORAN ANTARA
vii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

8.1 Konsep Pengembangan Perkotaan 8- 1

8.2 Pembagian SUB BWP 8- 2

8.3 Penetapan Pola Ruang, Zona dan Sub Zona 8- 4

8.4 Rencana Pola Ruang Perkotaan Sanggau 8- 11

8.4.1 Zona Budidaya 8- 13

8.4.1.1 Zona Perumahan 8- 13

8.4.1.2 Zona Perdagangan dan Jasa 8- 16

8.4.1.3 Zona Perkantoran 8- 18

8.4.1.5 Zona Sarana Pelayanan Umum 8- 21

8.4.1.6 Zona Peruntukan Lainnya 8- 22

8.4.1.7 Zona Peruntukan Campuran 8- 29

8.5 BERITA ACARA Perumusan rencana Pola ruang , Rencana Struktur ruang dan

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya 8- 31

BAB 9 Program Pemanfaatan Ruang Prioritas 9-1

9.1 Program Perwujudan Tata Ruang 9- 3

9.1.1 Program Perwujudan Pola Ruang 9- 3

9.1.1.1 Program Perwujudan Zona Lindung 9- 3

9.1.1.2 Program Perwujudan Zona Budidaya 9- 5

9.1.2 Program Perwujudan Struktur Ruang 9- 12

9.1.2.1 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan 9- 12

9.1.2.2 Rencana Jaringan Transportasi 9- 13

9.1.2.3 Rencana Jaringan Prasarana 9- 14

9.2 Program pemanfaatan ruang prioritas 9- 18

LAPORAN ANTARA
viii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

9.3 Indikasi Program 9- 19

BAB 10 Peraturan zonasi 10- 1

10.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan 10- 1

10.2 Ketentuan Intensitas pemanfaatan ruang 10- 6

10.2.1 KELURAHAN BUNUT 10- 6

10.2.2 Desa Sungai Mawang 10- 7

10.2.3 Desa Lape 10- 7

10.3 Ketentuan Tata Bangunan 10- 11

10.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal 10- 13

10 .5 Ketentuan Pelaksanaan 10- 15

BAB 11 PEMBENTUKAN POKJA KLHS 11- 1

11.1 Urgensi pembentukan kelompok kerja KLHS 11- 1

11.2 Tugas kelompok kerja KLHS 11-1

11.3 Anggota kelompok kerja KLHS 11-2

BAB 12 Proses Penyelenggaraan KLHS 12- 1

12.1 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap Kondisi

Lingkungan Hidup 12- 2

12.1.1 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan 12- 2

12.1.2 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling

LAPORAN ANTARA
ix
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Strategis 12- 2

12.1.3 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas 12- 3

12.1.4 Identifikasi Materi Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program 12- 4

12.1.5 Analisis Pengaruh 12- 5

12.1.6 Kajian Muatan KLHS 12- 6

12.1.7 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP 12- 22

12.1.8 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan KRP 12- 23

12.1.9 Pengintegrasian Hasil KLHS ke Dalam KRP 12- 24

12.1.10 Penjaminan Kualitas dan Pendokumentasian KLHS 12- 25

12.2 BERITA ACARA Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas 12-26

BAB 13 Hasil Pembahasan dan Proses Penyelenggaraan KLHS 13- 1

13.1 Hasil dan Pembahasan Tahap Persiapan 13- 1

13.2 Identifikasi Para Pemangku Kepentingan 13- 1

13.3 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja 13- 3

13.4 Pengkajian 13- 3

13.5 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan 13- 3

13.6 Berita Acara Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan 13- 7

LAPORAN ANTARA
x
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DAFTAR TABEL

Tabel 4- 1 Pembobotan Total SKL 4-7

Tabel 4- 2Kriteria Klasifikasi Pengembangan 4-8

Tabel 4- 3Analisis Intensitas pengembangan ruang 4-8

Tabel 4- 4Komposisi luasan penggunaan lahan per desa kawasan

Baong Lawang 4-11

Tabel 4- 5 Ketentuan Sempadan Sungai dan Pemanfaatannya 4-17

Tabel 4- 6Pembobotan Kestabilan Lereng 4-38

Tabel 4- 7Klasifikasi Curah Hujan 4-41

Tabel 4- 8 Ketentuan Sempadan Sungai dan Pemanfaatannya 4-45

Tabel 4- 9 Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan Sanggau 4-49

Tabel 4- 10Proyeksi Penduduk 4-58

Tabel 4- 11Mata Pencaharian Penduduk Desa Bunut 4-58

Tabel 4- 12Mata Pencaharian Penduduk Desa Lape 4-59

Tabel 4- 13Mata Pencaharian Penduduk Desa Sungai Mawang 4-59

Tabel 4- 14Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Bunut 4-60

Tabel 4- 15 Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Lape 4-61

Tabel 4- 16Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Sai Mawang 4-61

LAPORAN ANTARA
xi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 17Proyeksi Sarana Kesehatan Desa Bunut 4-61

Tabel 4- 18Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Lape 4-62

Tabel 4- 19Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Sai Mawang 4-62

Tabel 4- 20Standar Kebutuhan Fasilitas Peribadatan 4-63

Tabel 4- 21Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Bunut 4-64

Tabel 4- 22Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Lape 4-64

Tabel 4- 23 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Sai Mawang 4-65

Tabel 4- 24Standar Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Niaga 4-66

Tabel 4- 25Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Bunut 4-66

Tabel 4- 26Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Lape 4-67

Tabel 4- 27 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa

Sai Mawang 4-67

Tabel 4- 28 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Bunut 4-68

Tabel 4- 29 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Lape 4-69

Tabel 4- 30 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Sungai Mawang 4-69

Tabel 4- 31Proyeksi Kebutuhan Listrik desa Bunut 4-69

Tabel 4- 32 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape 4-70

Tabel 4- 33 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Sai Mawang 4-70

Tabel 4- 34 Proyeksi Sampah Desa Bunut 4-70

Tabel 4- 35 Proyeksi Sampah Desa Lape 4-71

Tabel 4- 36 Proyeksi Sampah Desa Sai Mawang 4-71

Tabel 4- 37 Tabel Proyeksi Air Bersih Desa Bunut 4-72

Tabel 4- 38 Tabel Proyeksi Air Bersih Desa Lape 4-72

Tabel 4- 39 Tabel Proyeksi Air Bersih Sai Mawang 4-72

LAPORAN ANTARA
xii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 40Distribusi PDRB Kabupaten SANGGAU tahun 2010-2018 4-73

Tabel 4- 41 Hasil analisis LQ dan ME di Kabupaten Sanggau 4-74

Tabel 4- 42Kebutuhan Pengembangan Jaringan Pejalan Kaki Berdasarkan

Fungsi Jalan dan Penggunaan Lahan 4-93

Tabel 4- 43Teknik Perencanaan Prasarana Pejalan Kaki 4-93

Tabel 4- 44Lebar Pejalan Kaki sesuai dengan Penggunaan Lahan 4-93

Tabel 4- 45Jumlah PNS Kabupaten Sanggau 4-119

Tabel 4- 46Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah 4-120

Tabel 4- 47Matrik Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Sanggau 4-130

Tabel 4- 48Matrik Potensi Pendanaan Bersumber APBN 4-130

Tabel 4- 49Matrik Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur 4-131

Tabel 4- 50Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur 4-132

Tabel 4- 51Analisis Pembiayaan daerah 4-133

Tabel 5- 1Potensi Kawasan Perkotaan Sanggau 5-1

Tabel 5- 2Permasalahan Di Perkotaan Sanggau 5-2

Tabel 5- 3 Urgensi Penanganan Perkotaan Sanggau 5-4

Tabel 6- 1Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) 5-13

Tabel 6- 2Tema Penanganan SUB BWP Prioritas 5-15

Tabel 7- 1Rencana Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Sanggau 7- 3

Tabel 7- 2Standar ruang jalan dan garis sempadan jalan 7- 6

Tabel 7- 3Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Bunut (SUB BWP 1) 7- 10

Tabel 7- 4Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape (Sub BWP III) 7- 11

Tabel 7- 5Proyeksi Kebutuhan Listrik Sungai Mawang (SUB BWP II) 7- 11

Tabel 7- 6 Jarak Antar Bangunan Gedung 7- 23

LAPORAN ANTARA
xiii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 8- 1Tabel Pembagian SUB BWP Perkotaan 8- 3

Tabel 8- 2Penetapan Zona dan Sub Zona Budidaya 8- 4

Tabel 8- 3Rencana Luasan Pengunaan Lahan Pola Ruang 8- 12

Tabel 8- 4 Proyeksi Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Desa Bunut 8- 17

Tabel 8- 5 Proyeksi Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Desa Lape 8- 17

Tabel 8- 6Tabel Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

Sai Mawang 8- 18

Tabel 9- 1 Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang Zona Lindung 9- 3

Tabel 9- 2 Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang Zona Budidaya 9- 6

Tabel 9- 3 Rencana Pusat Pelayanan Pusat Perkotaan Sanggau 9- 12

Tabel 9- 4 Indikasi program 9- 21

Tabel 10- 1TABEL ITBX 10-3

Tabel 10- 2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang 10-8

Tabel 10- 3 Ketentuan Tata Bangunan 10-11

Tabel 10- 4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal 10-13

Tabel 10- 5 Ketentuan Pelaksanaan 10-15

Tabel 12. 1Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas 12- 2

Tabel 12. 2Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas 12- 4

Tabel 12. 3 Tabel Identifikasi KRP yang Berdampak pada Lingkungan Hidup 12- 4

Tabel 12. 4 Tabel Analisis Pengaruh KRP dan Isu Pembangunan Berkelanjutan
Prioritas 12- 6

Tabel 12. 5Koefesien Limpasan 12- 8

Tabel 12. 6Koefesien Kebutuhan Air 12- 9

Tabel 12. 7 Kriteria Skala untuk Penetuan Pentingnya Dampak 12- 12

LAPORAN ANTARA
xiv
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 12. 8 Kriteria Skala Manfaat 12- 12

Tabel 12. 9Skala kriteria yang menunjukan Nilai terhadap suatu situasi 12- 13

Tabel 12. 10Kisaran Nilai Rentang Pita yang digunakan untuk RIAM 12- 14

Tabel 12. 11Bobot Parameter Bentang Lahan, Vegetasi, dan Penutupan Lahan 12- 17

Tabel 12. 12 Aspek-Aspek yang Ditinjau untuk Memperkirakan Dampak

dan Risiko Lingkungan Hidup 12- 18

Tabel 12. 13 Jumlah Cadangan Karbon Tiap Tutupan Lahan 12- 20

Tabel 13. 1 Daftar Isu Pembanguan Berkelanjutan. 13- 5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Bagan Proses Sistem Dalam Proses Pelayanan Perizinan 2- 2

Gambar 2. 2Peta Kawasan Strategis 2-25

Gambar3 1Kriteria Pemilihan deleniasi kawasan RDTR 3-2

Gambar3 2parameter kawasan strategis 3-2

Gambar3 3Parameter nilai investasi tinggi 3-3

Gambar3 4Parameter aturan kebijakan 3-4

Gambar3 5Parameter terintegrasi dengan infrastruktur 3-4

Gambar3 6Parameter ketersediaan Lahan 3-5

Gambar3 7Parameter Luas area terbangun 3-5

Gambar3 8Wilayah perencanaan MATEK RDTR kawasan perkotaan Sanggau 3-6

Gambar3 9Kawasan RDTR OSS Embaong Lawang 3-7

Gambar 4- 1 Kegiatan eksisting pada kelurahan Bunut 4-3


LAPORAN ANTARA
xv
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 2Peta rencana sistem pusat pelayanan Kabupaten Sanggau 4-4

Gambar 4- 3 Prediksi pusat pelayanan kota dan jaringan jalan 4-5

Gambar 4- 4Komposisi luasan penggunaan lahan kawasan 4-10

Gambar 4- 5 Sebaran pola penggunaan lahan kawasan Baong Lawang 4-12

Gambar 4- 6Posisi kawasan pada rencana Pola ruang RTRW kabupaten

sanggau 4-13

Gambar 4- 7 Tutupan lahan kelurahan Bunut 4-14

Gambar 4- 8Tutupan lahan desa sungai mawang 4-15

Gambar 4- 9Tutupan lahan desa Lape 4-15

Gambar 4- 10Air aliran permukaan atau run off kawasan baong lawang 4-16

Gambar 4- 11 Peta Status Tanah 4-19

Gambar 4- 12Pelestarian budaya pada kawasan Baong Lawang 4-21

Gambar 4- 13Rumah bentang Dorik empulur (desa Lape) 4-21

Gambar 4- 14Rumah adat melayu 4-22

Gambar 4- 15 Hutan adat Rimba Sayu 4-23

Gambar 4- 16 Peta Hidrologi 4-35

Gambar 4- 17 Peta Jenis Tanah 4-36

Gambar 4- 18 Peta Kemiringan Lereng 4-39

Gambar 4- 19 Peta Curah Hujan 4-41

Gambar 4- 20Peta Resiko Bencana Banjir 4-42

Gambar 4- 21Peta Resiko Bencana Longsor 4-43

Gambar 4- 22 Peta Kawasan Pertanian 4-51

Gambar 4- 23 Peta Kawasan Pariwisata 4-54

Gambar 4 24Diagram Persebaran Penduduk Kecamatan Kapuas 4-57

LAPORAN ANTARA
xvi
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 25 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 4-57

Gambar 4- 26Peta Jaringan Jalan 4-78

Gambar 4- 27 Lintas Poros Kalimantan Tengah 4-79

Gambar 4- 28 Rencana Jalur Perkeretaapian Kawasan Sanggau 4-83

Gambar 4- 29 Sumber daya buatan di Sanggau 4-85

Gambar 4- 30Peta Analisis Figure and Ground Desa Bunut 4-87

Gambar 4- 31Peta Analisis Figure and Ground Desa Sungai Mawang 4-88

Gambar 4- 32Peta Analisis Figure and Ground Desa Lape 4-89

Gambar 4- 33 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Bunut 4-90

Gambar 4- 34Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa

Sungai Mawang 4-91

Gambar 4- 35 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Lape 4-91

Gambar 4- 36Kondisi Eksisting Jalan Utama Kawasan 4-92

Gambar 4- 37Perumahan Kabupaten Sanggau 4-94

Gambar 4- 38Perkantoran Kabupaten Sanggau 4-94

Gambar 4- 39Rumah adat Melayu di Kabupaten Sanggau 4-95

Gambar 4- 40 Rumah adat Bentang di Sanggau 4-95

Gambar 4- 41Peta Landuse desa sungai Mawang 4-96

Gambar 4- 42Peta Landuse desa Bunut 4-96

Gambar 4- 43 Peta Landuse desa Lape 4-97

Gambar 4- 44Peta RTH Desa Bunut 4-98

Gambar 4- 45 Peta RTH Desa Sungai Mawang 4-98

Gambar 4- 46Rencana Vista Kawasan Desa Bunut 4-100

Gambar 4- 47Rencana Vista Kawasan Desa Lape 4-100

LAPORAN ANTARA
xvii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 48 Rencana Vista Kawasan Desa Sai Mawang 4-101

Gambar 4- 49 Analisis Tata Bangunan Desa Bunut 4-102

Gambar 4- 50 Analisis Tata Bangunan Desa Sungai Mawang 4-103

Gambar 4- 51 Analisis Tata Bangunan Desa Lape 4-103

Gambar 4- 52Analisis Intensitas Bangunan Desa Bunut 4-106

Gambar 4- 53Analisis Intensitas Bangunan Desa Lape 4-106

Gambar 4- 54Analisis Value Capture Desa Bunut 4-107

Gambar 4- 55Analisis Value Capture Desa Sungai Mawang 4-108

Gambar 4- 56 Analisis Value Capture Desa Lape 4-109

Gambar 4- 57Analisis Utilitas Desa Bunut 4-109

Gambar 4- 58Analisis Utilitas Desa Sungai Mawang 4-110

Gambar 4- 59 Analisis Utilitas Desa Lape 4-111

Gambar 4- 60Analisis Cagar Budaya Desa Bunut 4-112

Gambar 4- 61 Analisis Cagar Budaya Desa Lape 4-112

Gambar 6- 1 Pembagian Sub BWP 6-10

Gambar 6- 2 Rencana SUB BWP Prioritas 6-16

Gambar 7- 1 Rencana Bentuk Penampanang Jalan kolektor di Wilayah

Perkotaan Sanggau 7- 7

Gambar 7- 2Rencana Bentuk Penampang Jalan Lokal di Wilayah

Perkotaan Sanggau 7- 7

Gambar 7- 3Rencana Bentuk Penampang Jalan Lingkungan di Wilayah

Perkotaan Sanggau 7- 8

Gambar 7- 4 Rencana Jaringan Transportasi 7- 8

Gambar 7- 5 Rencana Jaringan Telekomunikasi 7- 13

LAPORAN ANTARA
xviii
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 7- 6 Rencana Sistem Jaringan Air Minum 7- 15

Gambar 7- 7 Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase 7- 17

Gambar 7- 8 Peta rencana Pengelolaan air limbah 7- 20

Gambar 7- 9Sistem alur persampahan 7- 22

Gambar 7- 10 Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana 7- 25

Gambar 10- 1 Peta KDB dan KLB Kelurahan Bunut 10-6

Gambar 10- 2 Peta KDB dan KLB Desa Sai Mawang 10-7

Gambar 10- 3 Peta KDB dan KLB Desa Lape 10-8

LAPORAN ANTARA
xix
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Notulensi Penetapan Deleniasi x-1

Lampiran 2 Notulensi Perumusan ISU KLHS x-3

Lampiran 3 Notulensi Penyepakatan Tujuan dan Tema x-6

Lampiran 4 Penyepakatan Pola dan Struktur Ruang RDTR X-8

Lampiran 5 Penyepakatan ISU x-11

Lampiran 6 SK POKJA x-13

Lampiran 7 SK Deleniasi x-18


Lampiran 8 Berita Acara Penyepakatan Deleniasi x- 20

Lampiran 9 Berita Acara Penjaringan Isu x- 26

Lampiran 10 Penyepakatan Tujuan dan Tema x- 31

Lampiran 11 Penyepakatan Pola Ruang dan Struktur Ruang x- 34

Lampiran 12 Konsultasi Publik Isu KLHS X- 37

LAPORAN ANTARA
xx
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Untuk mempercepat pelaksanaan berusaha di Indonesia, Pemerintah pada tanggal 21 Juni
2018 telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik melalui penyederhanaan regulasi dan
mempermudah birokrasi perizinan dengan menyatukan pengajuan, proses, dan pengeluaran
perizinan berusaha melalui sistem pengelolaan perizinan terpadu secara elektronik atau
Online Single Submission (OSS). Setelah investor/pelaku usaha mendapatkan Nomor
Induk Berusaha (NIB) dan perizinan dasar, perizinan berusaha/investasi kemudian harus
memenuhi perizinan lingkungan dan standar bangunan, yaitu izin yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan usaha yang sesuai dengan ketentuan tata ruang dan lingkungan hidup;
dan kesesuaian dengan standar bangunan yang ditentukan serta kelayakan fungsi
bangunan.
Bagi daerah yang belum memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), investor atau pelaku
usaha diwajibkan mengajukan Izin Lokasi melalui Sistem OSS. Sedangkan bagi wilayah
yang telah memiliki RDTR atau berada dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan
Industri (KI), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), tidak memerlukan Izin Lokasi dalam melakukan
kegiatan berusaha.
Oleh karena itu, penyelesaian RDTR menjadi sangat signifikan dalam membantu realisasi
investasi karena bisa mempersingkat waktu izin pemanfaatan lahan. Namun demikian, baru
sebagian kecil kabupaten/kota yang saat ini memiliki Peraturan Daerah tentang RRTR dari
508 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Program percepatan pembangunan terancam stagnan
karena investor butuh tambahan waktu untuk mendapatkan Izin Lokasi sebelum dapat
memanfaatkan lahannya.
Untuk itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan mempercepat penyusunan RDTR
sebagai dasar perizinan pemanfaatan ruang dengan mengutamakan kabupaten dan kota
tujuan investasi dalam mendukung kemudahan berusaha melaluipelaksanaan perizinan
investasi terpadu secara daring atau OSS. Salah satu kabupaten/kota yang akan disusun
rencana rinci tata ruangnya adalah Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

LAPORAN ANTARA
1- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 1.1 Posisi Pembahasan Bab 1

Posisi
pembahasan
bab ini

Untuk mengawali kegiatan, penting untuk memahami maksud-tujuan-dan sasarannya, agar


seluruh tahapan kegiatan kelak dapat difokuskan untuk mencapai target yang diharapkan.

Seperti yang dikemukakan Kerangka Acuan Kerja, maksud dari Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat adalah untuk mewujudkan
pengembangan dan perencanaan ruang kawasan perbatasan melalui Penyusunan Materi
Teknis RDTR Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .

Penyusunan materi teknis ini disusun berdasarkan aturan dan pedoman dalam penyusunan
rencana tata ruang kawasan perbatasan Negara yang juga merupakan kawasan strategis.
Kemudian hasil dari rumusan ini nantinya dapat dijadikan sebagai masukan bagi rancangan
perundangan-undangan tentang Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat .

Sementara tujuan dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Sanggau,
Provinsi Kalimantan Barat ini adalah untuk menyusun Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat .

1.2 MAKSUD
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan bahan yang menjadi landasan spasial
pembangunan melalui penyusunan RDTR dan PZ sebagai dasar pemberian izin dan
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.

LAPORAN ANTARA
1- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

1.3 TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pemerintah Kabupaten Sanggau, dalam
penyusunan Materi Teknis RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan di
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

1.4 SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini antara lain:
1. Tersedianya materi teknis (fakta analisa dan buku rencana) RDTR dan Peraturan
Zonasi Kawasan Perkotaan.
2. Tersedianya Ranperda RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan.
3. Tersedianya album peta dengan skala atau tingkat kedetailan informasi minimal
1:5.000; dan
4. Tersedianya Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

1.5 RUANG LINGKUP


1.5.1 Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi:
A. menyiapkan kajian awal data sekunder, minimal mencakup kajian terhadap
RTRW kabupaten, RDTR sebelumnya (jika ada) RPJPD, RPJMD,kebijakan
nasional dan ketentuan sektoral terkait pemanfaatan ruang;
B. melakukan penetapan awal delineasi BWP;
C. melakukan persiapan teknis pelaksanaan, yang meliputi penyimpulan data awal,
penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaaan pekerjaan, penyiapan rencana
kerja rinci, dan penyiapan perangkat survey serta mobilisasi peralatan dan
personil yang dibutuhkan;
2. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk menentukan AOI sekaligus
survei ke daerah dalam rangka pengenalan lokasi sebanyak 1 (satu) kali.
3. Melakukan pengumpulan data dan informasi meliputi:
A. Data primer terdiri atas aspirasi masyarakat serta kondisi dan jenis guna lahan
atau bangunan, intensitas ruang, serta konflik-konflik pemanfaatan ruang (jika
ada) maupun infrastruktur perkotaan, kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP;

LAPORAN ANTARA
1- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

B. Data sekunder yang terdiri atas peta dasar dan peta tematik serta data dan
informasi lain sebagaimana tercantum dalam Permen Agraria dan Tata
Ruang/Kepala BPN No.16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan
PZ Kabupaten/Kota, serta data sekunder lainnya yang diperlukan.
4. Pembuatan peta dasar :
A. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi CSRT sesuai dengan standart BIG
dan menetapkan titik GCP dan ICP pada kawasan perencanaan dengan berita
acara hasil konsultasi yang dilampirkan print out peta sebaran titik GCP dan ICP;
B. Melakukan survey GCP, ICP dan Toponimi, sebanyak 2 (dua) kali;
C. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi hasil survey GCP, ICP dan
Toponimi sampai mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti berita acara;
D. Melakukan proses Orthorektifikasi dan uji akurasi (bagi yang belum
memiliki peta dasar)
E. Melakukan digitasi unsur peta dasar skala 1:5000.
F. Melakukan konsultasi ke BIG untuk assistensi hasil orthorektifikasi dan hasil
digitasi unsur peta dasar skala 1:5000 sampai mendapatkan persetujuan BIG
dengan bukti berita acara.
5. Melakukan pengolahan dan analisis data, antara lain:
A. Analisis untuk penyusunan RDTR
1) analisis struktur internal BWP;
2) analisis sistem penggunaan lahan;
3) analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas;
4) analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan;
5) analisis sosial budaya;
6) analisis kependudukan;
7) analisis ekonomi dan sektor unggulan;
8) analisis transportasi atau pergerakan;
9) analisis sumber daya buatan;
10) analisis kondisi lingkungaan binaan;
11)analisis kelembagaan; dan
12)analisis pembiayaan pembangunan.

LAPORAN ANTARA
1- 4 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

B. Analisis untuk peyusunan PZ


1) analisis karakteristik peruntukan, zona dan sub zona berdasarkan kondisi
yang diharapkan (berdasarkan nilai sejarah, lokasi, kerentanan dan risiko
bencana, persepsi maupun preferensi pemangku kepentingan);
2) analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan
mungkin akan berkembang di masa mendatang;
3) analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
(karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4) analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
5) analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
6) analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan saat ini, perizinan
yang sudah dikeluarkan; status guna lahan, konflik pemanfaatan ruang);
7) analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis nasional/provinsi,
ruang dalam bumi);
8) analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait; dan
9) analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Merumuskan konsep muatan RDTR dan disertai pembahasan antar sektor yang
meliputi alternatif konsep rencana, pemilihan konsep rencana, perumusan rencana
terpilih menjadi muatan RDTR dan disertai pembahasan antar sektor terkait
yang dituangkan dalam Berita Acara.
7. Merumuskan konsep PZ yang berisi :
A. Penentuan deliniasi blok peruntukan
B. perumusan aturan dasar, yang memuat:
1) ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
2) ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
3) ketentuan tata bangunan;
4) ketentuan prasarana minimal;
5) ketentuan khusus;
6) standar teknis;
7) ketentuan pelaksanaan meliputi:
1. ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
2. ketentuan insentif dan disinsentif; dan

LAPORAN ANTARA
1- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3. ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai (nonconforming


situation) dengan peraturan zonasi;
4. perumusan teknik pengaturan zonasi yang dibutuhkan (jika ada).
8. Menyelenggarakan FGD 6 (enam) kali bersama Pemerintah Daerah di Daerah,
dengan melibatkan akademisi dan asosiasi profesi bidang perencanaan wilayah dan
kota, dalam rangka membahas:
A. Penetapan dan penyepakatan deliniasi kawasan perencanaan RDTR oleh
pemerintah pusat (ATR/BPN) dan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan
dituangkan dalam berita acara dan peta deliniasi yang diparaf oleh perwakilan
setiap instansi yang hadir
B. Perumusan Konsep Perencanaan dan Tujuan Penataan Ruang BWP.
C. Perumusan Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang, dan Penetapan Sub
BWP yang Diprioritaskan Penanganannya.
D. Perumusan Peraturan Zonasi.
E. Perumusan Indikasi Program.
F. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda).
9. Menyelenggarakan konsultasi publik 2 (dua) kali di daerah dengan target group
stakeholder terkait dalam rangka membahas :
A. Isu-isu strategis dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
B. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Substansi muatan RDTR
(Penetapan delineasi, tujuan dan tema, pola dan stuktur).
C. Menyusun dan membahas Raperda tentang RDTR dan PZ, terdiri atas:
a) penyusunan raperda tentang RDTR dan PZ yang merupakan proses
penuangan materi teknis RDTR dan PZ ke dalam pasal-pasal dengan
mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-undangan; dan
b) pembahasan raperda tentang RDTR dan PZ yang melibatkan pemerintah
kabupaten/kota.
10. Menyelenggarakan ekspose akhir 1 (satu) kali di daerah dengan target group
stakeholder terkait.
11. Melakukan konsultasi peta ke BIG meliputi peta dasar, peta tematik dan peta rencana.
Untuk peta dasar wajib mendapatkan Berita Acara Peta Dasar dari BIG;
12. Membuat album peta dengan skala atau tingkat kedetailan 1:5000;
13. Membuat Visualisasi 3D;
14. Membuat Draft Kajian Lingkungan Strategis;

LAPORAN ANTARA
1- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

15. Melakukan konsultasi dalam rangka :


A. Asistensi terhadap data yang dihasilkan kepada walidata; dan
B. Koordinasi dengan Tim Supervisi di Pusat secara berkala.
16. Menyelenggarakan pembahasan untuk melaksanakan koordinasi antar KL
(Kementerian/Lembaga) terkait dan Pemerintah Daerah, sebanyak 1 (satu) kali di
Jakarta; dan
17. Membuat laporan keseluruhan proses kegiatan dan produk-produk yang dihasilkan
kepada Tim Supervisi dalam bentuk sistem pelaporan yang meliputi laporan
pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir serta laporan-laporan lainnya antara
lain laporan pembahasan/diskusi/FGD.

1.5.2 Lingkup Lokasi


Lingkup lokasi kegiatan adalah RDTR Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Lingkup wilayah perencanaan RDTR sendiri ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan
dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

1.6 Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini meliputi :
A. Dokumen Materi Teknis terdiri atas Buku Fakta dan Analisis, Buku Rencana;
B. Album Peta skala 1: 5.000;
C. Ranperda RDTR; dan
D. Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis; dan
E. Visualisasi 3D.

1.7 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah agar Pemerintah daerah Kabupaten Sanggau, Provinsi
Kalimantan Barat memiliki dokumen Materi Teknis, Raperda, dan album peta RDTR dan
PZ yang kemudian akan dijadikan Peraturan Daerah sebagai dasar pemberian izin dan
instrument pengendalian pemanfaatan ruang.

LAPORAN ANTARA
1- 7 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 2

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2018

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan berusaha


terintegrasi secara elektronik. Perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau
Online Single Submission (OSS) adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati serta walikota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang
terintegrasi.

Online Single Submission (OSS) ramai dibicarakan setelah keluarnya Peraturan


Presiden Nomor 91 Tahun 2017 pada bulan September 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Usaha. OSS adalah sistem perizinan berusaha yang terintegrasi secara
elektronik dengan seluruh kementerian/lembaga (K/L) negara hingga pemerintah
daerah (pemda) di Indonesia. OSS dimaksudkan untuk memangkas waktu dan
birokrasi dalam proses perizinan usaha. Kebijakan ini diambil pemerintah sebagai
upaya untuk meningkatkan perekonomian nasional melalui pertumbuhan dunia
usaha yang selama ini mengeluhkan panjangnya waktu dan rantai birokrasi yang
harus dilewati untuk memulai suatu usaha (dapat dilihat pada gambar 2.1)).

Setelah pendaftaran di OSS berhasil, pelaku usaha akan mendapatkan Nomor Induk
Berusaha (NIB) atau Single Identity Number (SIN) dalam waktu maksimal satu jam di
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) tingkat pusat maupun daerah sesuai wilayah
kewenangannya. NIB ini akan berlaku sebagai Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan
Angka Pengenal Importir (API). Proses pendaftaran ini bahkan dapat dilakukan via
perangkat elektonik genggam atau gadget melalui aplikasi berbasis Android/IOS.
Dengan adanya OSS, pemohon tidak lagi harus mendatangi berbagai K/L atau
organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengurus izin berlapis-lapis yang harus
diperoleh satu per satu. OSS memungkinkan pelaku usaha untuk segera memulai
proses produksinya secara simultan sembari melengkapi dokumen-dokumen teknis
lainnya, sebut saja seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin lingkungan, juga

Laporan Antara 2- 1 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

kewajiban lain seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang semuanya diproses
dengan sistem checklist. Sementara izin-izin usaha akan keluar dengan sendirinya
alias otomatis.

Gambar 2. 1Bagan Proses Sistem Dalam Proses Pelayanan Perizinan

Berusaha Melalui OSS

(Sumber: Sistem Dalam Proses Pelayanan Perizinan

Berusaha Melalui OSS; Kemenko.Ekonomi/2018)

OSS akan terintegrasi dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum


Kementerian Hukum dan HAM, serta Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan untuk mengeluarkan konfirmasi badan usaha dan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP). Pelaku usaha hanya perlu memawa Akta Perusahaan dan mengisi
formulir pada saat pendaftaran NIB di PTSP. Selain memberikan transparansi, OSS
juga memberikan layanan pemantauan jalannya proses izin sehingga pemohon
dengan mudah dapat melihat dimana proses izinnya terhenti sehingga bisa diketahui
dengan segera permasalahan dan solusinya tanpa harus bertatap muka dengan
pegawai K/L atau Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) di daerah. Bahkan OSS ini juga direncanakan bukan hanya sebagai
sarana informasi tetapi juga untuk pengaduan dan keluhan.

OSS sudah mulai diuji coba untuk tingkat pusat pada 4 Juni 2018 meski belum dirilis
secara resmi. Layanan ini dapat diakses melalui oss.ekon.go.id. Penerapannya di
daerah masih menunggu Peraturan Pemerintah dan persiapan terkait sarana-pra
sarana, dan keberadaan Satuan Tugas (Satgas) untuk mengawalnya sebagaimana

Laporan Antara 2- 2 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

bunyi Perpres 91/2017. Menurut Kepala BKPM, pelaksanaan program ini secara
menyeluruh di daerah masih akan dilakukan secara bertahap. Kemungkinan akan
dipilah berdasarkan jenis investasi dan jumlah daerah yang ikut melaksanakannya.

2.1.1 Mekanisme Pelaksanaan OSS

OSS digunakan dalam pengurusan izin berusaha oleh pelaku usaha dengan
karakteristik sebagai berikut: Berbentuk badan usaha maupun perorangan; Usaha
mikro, kecil, menengah maupun besar; Usaha perorangan/badan usaha baik yang
baru maupun yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS. Usaha dengan
modal yang seluruhnya berasal dari dalam negeri, maupun terdapat komposisi modal
asing.

2.1.2 Manfaat menggunakan OSS

Manfaat dari menggunakan sistim OSS yaitu;

1. Mempermudah pengurusan berbagai perizinan berusaha baik prasyarat untuk


melakukan usaha (izin terkait lokasi, lingkungan, dan bangunan), izin usaha,
maupun izin operasional untuk kegiatan operasional usaha di tingkat pusat
ataupun daerah dengan mekanisme pemenuhan komitmen persyaratan izin

2. Memfasilitasi pelaku usaha untuk terhubung dengan semua stakeholder dan


memperoleh izin secara aman, cepat dan real time

3. Memfasilitasi pelaku usaha dalam melakukan pelaporan dan pemecahan


masalah perizinan dalam satu tempat

4. Memfasilitasi pelaku usaha untuk menyimpan data perizinan dalam satu


identitas berusaha (NIB)

2.1.3 Prasyarat sebelum mengakses OSS

Prasyarat sebelum mengakses sistim OSS adalah sebagai berikut;

1. Memiliki NIK dan menginputnya dalam proses pembuatan user-ID. Khusus


untuk pelaku usaha berbentuk badan usaha, Nomor Induk Kependudukan
(NIK) yang dibutuhkan adalah NIK Penanggung Jawab Badan Usaha.

Laporan Antara 2- 3 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2. Pelaku usaha badan usaha berbentuk PT, badan usaha yang didirikan oleh
yayasan, koperasi, CV, firma, dan persekutuan perdata menyelesaikan proses
pengesahan badan usaha di Kementerian Hukum dan HAM melalui AHU
Online, sebelum mengakses OSS.

3. Pelaku usaha badan usaha berbentuk perum, perumda, badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara, badan layanan umum atau lembaga penyiaran
menyiapkan dasar hukum pembentukan badan usaha.

2.1.4 Prosedur Menggunakan OSS

Prosedr dalam menggunakan sistem OSS adalah;

1. Membuat user-ID

2. Log-in ke sistem OSS dengan menggunakan user-ID

3. Mengisi data untuk memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB)

4. Untuk usaha baru: melakukan proses untuk memperoleh izin dasar, izin usaha
dan/atau izin komersial atau operasional, berikut dengan komitmennya. Untuk
usaha yang telah berdiri: melanjutkan proses untuk memperoleh izin berusaha
(izin usaha dan/atau komersial) baru yang belum dimiliki, memperpanjang izin
berusaha yang sudah ada, mengembangkan usaha, mengubah
dan/memperbarui data perusahaan.

2.1.5 Pembuatan dan Aktivasi Akun OSS

Badan Usaha: melakukan pendaftaran di sistem OSS dengan memasukan Nomor


Induk Kependudukan (NIK) Penanggung Jawab Badan Usaha atau Direktur Utama
dan beberapa informasi lainnya pada Form Registrasi yang tersedia. Sistem OSS
akan mengirimkan 2 (dua) email ke Badan Usaha untuk registrasi dan verifikasi akun
OSS. Email verifikasi berisi user-ID dan password sementara yang bisa digunakan
untuk log-in sistem OSS.

Perorangan: pelaku usaha perorangan mengakses OSS dengan menginput Nomor


Identitas Kependudukan (NIK) dan beberapa informasi lainnya pada Form Registrasi
yang tersedia. Sistem OSS akan mengirimkan 2 (dua) email ke Pelaku usaha

Laporan Antara 2- 4 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

perorangan untuk registrasi dan verifikasi akun OSS. Email verifikasi berisi user-ID
dan password sementara yang bisa digunakan untuk log-in sistem OSS.

2.1.6 Mendapatkan NIB dan Dokumen Pendaftaran Lainnya

Nomor Induk Berusaha (NIB) adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran. NIB wajib dimiliki
pelaku usaha yang ingin mengurus perizinan berusaha melalui OSS, baik usaha
baru maupun usaha yang sudah berdiri sebelum operasionalisasi OSS.

NIB sekaligus berlaku sebagai:

 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

 Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan
impor

 Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor


dan/atau impor Pelaku usaha dapat memperoleh dokumen Pendaftaran
Lainnya saat pendaftaran NIB, yaitu:

- NPWP Badan atau Perorangan, jika pelaku usaha belum memiliki.

- Surat Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)

- Bukti Pendaftaran Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

- Notifikasi kelayakan untuk memperoleh fasilitas fiskal dan/atau

- Izin Usaha, misalnya untuk Izin Usaha di sektor Perdagangan (Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP)).

2.1.7 Langkah-langkah untuk memperoleh NIB

Langkah-langkah untuk memperoleh NIB yaitu;

 Log-in pada sistem OSS

 Mengisi data-data yang diperlukan, seperti: data perusahaan, pemegang


saham, kepemilikan modal, nilai investasi dan rencana penggunaan tenaga

Laporan Antara 2- 5 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

kerja, termasuk tenaga kerja asing. Jika pelaku usaha menggunakan tenaga
kerja asing, maka pelaku usaha menyetujui pernyataan penunjukan tenaga
kerja pendamping serta akan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
atau dengan output surat pernyataan.

 Mengisi informasi bidang usaha yang sesuai dengan 5 digit Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), selain informasi KBLI 2 digit yang telah
tersedia dari AHU. Pelaku usaha juga harus memasukan informasi uraian
bidang usaha.

 Memberikan tanda checklist sebagai bukti persetujuan pernyataan mengenai


kebenaran dan keabsahan data yang dimasukkan (disclaimer).

 Mendapatkan NIB dan dokumen pendaftaran lainnya.

2.2 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NOMOR 16 TAHUN


2018

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

2.2.1. Muatan Rencana Detail Tata Ruang

Pada pasal 6 muatan dalam Rencana Detail Tata Ruang (sesuai dengan Peraturan
Menteri ATR/BPN no.16 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ
Kabupaten/Kota), sebagai berikut;

a. Tujuan penataan BWP;

b. Rencana struktur ruang;

c. Rencana pola ruang;

d. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;


dan
e. Ketentuan pemanfaatan ruang.

Laporan Antara 2- 6 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2.2.2 Muatan Peraturan Zonasi


Muatan PZ Kabupaten/Kota meliputi:

1. Aturan dasar; dan/atau

2. Teknik pengaturan zonasi.

2.2.3 Tata Cara Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan
Zonasi
Prosedur penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota meliputi:
a. persiapan;
b. pengumpulan data dan informasi;
c. pengolahan dan analisis data
d. perumusan konsep RDTR dan muatan PZ
Kabupaten/Kota; dan
e. penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang
RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.
f. validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Kementerian/Lembaga
yang membidangi urusan lingkungan hidup; dan
g. verifikasi peta dasar oleh Kementerian/Lembaga yang
membidangi urusan informasi geospasial.

2.3 TINJAUAN KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG

2.3.1 Tinjauan Tata Ruang Nasional Terhadap Kabupaten Sanggau,


Prov.KALBAR (dalam Peraturan presiden No.13 tahun 2017 tentang RTRW
Nasional)

Kebijakan mengenai tata ruang nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah No.13
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
merupakan turunan dari Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah nasional adalah :

1. Mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan


berkelanjutan;

2. Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan


buatan;

Laporan Antara 2- 7 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3. Mewujudkan keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional,


provinsi dan kabupaten/kota;

4. Mewujudkan keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan


ruang udara termasuk di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

5. Mewujudkan keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah


nasional, provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi
ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang;

6. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan


kesejahteraan masyarakat;

7. Mewujudkan keseimbangan dan kesejahteraan perkembangan


antarwilayah;

8. Mewujudkan keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;

9. Mewujudkan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta


integrasi nasional.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Adapun kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang yaitu :

Kebijakan 1 : Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan


ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan


dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah
sekitarnya;

2 Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang beluum


terlayani oleh pusat pertumbuhan;

3 Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

4 Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif


dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Laporan Antara 2- 8 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kebijakan 2 : Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata
di seluruh wilayah nasional. Strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan


pelayanan transportasi darat, laut dan udara;

2 Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan


terisolasi;

3 Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan


tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik;

4 Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan


sistem jaringan sumber daya air; dan

5 Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang
optimal.

Rencana struktur wilayah nasional meliputi : sistem perkotaan nasional, sistem


jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan
telekomunikasi nasional serta sistem jaringan sumber daya air. Adapun indikasi
program perwujudan struktur ruang tahun 2015-2019 sesuai dengan arahan RTRWN
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi kebijakan dan strategis
pengembangan kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya dan
pengembangan kawasan strategis nasional. Strategi untuk masing-masing kebijakan
adalah sebagai berikut :

Kebijakan 1 : Pengembangan Kawasan Lindung terdiri dari :

Pemeliharaa dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi yang


akan dilakukan adalah :

1 Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi;

Laporan Antara 2- 9 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan


luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai
dengan kondisi ekosistemnya; dan

3 Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah


menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah

Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan


lingkungan hidup. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan


hidup;

2 Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau


dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

3 Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,


dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

4 Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak


langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan;

5 Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk


menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

6 Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin


pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan

7 Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi


bencana di kawasan rawan bencana.

Kebijakan 2 : Pengembangan Kawasan Budidaya, terdiri dari :

Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya.


Strategi yang akan dilakukan adalah :

Laporan Antara 2- 10 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

1 Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk
pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan
keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

2 Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta


prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;

3 Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,


pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi;

4 Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan


untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

5 Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk


meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan

6 Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai


ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi

Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian


nasional.

Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung


dan daya tampung lingkungan. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan


bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi
kerugian akibat bencana;

2 Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan


mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;

3 Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan

4 Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar


dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan

Laporan Antara 2- 11 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

perdesaan di sekitarnya.

Kebijakan 3 : Pengembangan Kawasan Strategis Nasional, terdiri dari :

Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

2 Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang


berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

3 Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang


berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

4 Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar


kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan
budi daya;

5 Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan


strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan

6 Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak


pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan
strategis nasional.

Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi yang
akan dilakukan adalah :

1 Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan


dan keamanan;

2 Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar


kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan; dan

3 Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak


terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga

Laporan Antara 2- 12 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya


terbangun.

Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan


perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam


dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan
wilayah;

2 Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

3 Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya


dukung dan daya tampung kawasan;

4 Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan


kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

5 Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

6 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan


ekonomi.

Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi yang akan dilakukan adalah :

1 Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari


pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;

2 Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau


teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan

3 Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau


teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan
masyarakat.

Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa. Strategi yang akan
dilakukan adalah :

1 Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan


jati diri bangsa yang berbudi luhur;

2 Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan

Laporan Antara 2- 13 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

masyarakat; dan

3 Melestarikan situs warisan budaya bangsa.

a. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan


sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar. Strategi yang akan
dilakukan adalah :

 Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan


keseimbangan ekosistemnya;

 Meningkatkan kepariwisataan nasional;

 Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

 Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.

b. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan


tingkat perkembangan antarkawasan. Strategi yang akan dilakukan
adalah :

 Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan


berkelanjutan;

 Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan


tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;

 Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan


ekonomi masyarakat;

 Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan

 Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam


pengelolaan kegiatan ekonomi.

Rencana pola ruang wilayah nasional meliputi : kawasan lindung nasional dan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional.

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:


pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup.Adapun indikasi program perwujudan kawasan

Laporan Antara 2- 14 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

strategis nasional tahun 2015-2019 sesuai dengan arahan RTRWN dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

2.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2004


TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Kawasan Strategis adalah kawasan yang berperan penting untuk perkembangan


ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan maupun pertahanan dan keamanan dilihat
secara nasional dan propinsi; Kawasan strategis yang terdapat di Kabupaien
Sanggau, terdiri atas:

a:. Kawasan Strategis Nasional

b. Kawasan Strategis Provinsi

c. Kawasan Strategis Kabupaten,

1. ENTIKONG dalam RTRW Provinsi Kalimantan Barat

Dalam RTRW Provisi Kalimantan Barat Entikong ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional bersama dengan Kawasan Metropolitan Pontianak, Entikong, Nanga
Badau, Aruk, Jagoi Babang, dan Jasa

Entikong juga termasuk dalam enam kawasan lintas batas negara dimana dalam
pasal 21 ayat 6 akan dilakukan Pengembangan enam kawasan lintas batas negara
(Gerbang Darat Internasional) yakni di Entikong (Sanggau), Nanga Badau (Kapuas
Hulu), Jagoi Babang (Bengkayang), Aruk (Sambas), Jasa (Sintang), dan Temajuk
(Sambas; untuk pariwisata Temajuk—Melano);

Dalam pasal 21 ayat 4 Entikong juga termasuk dalam jaringan jalan arteri dimana
Jaringan Jalan Arteri Primer yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota antar-PKN, antara PKN dan PKW, serta antarkota
yang melayani kawasan yang tumbuh/berkembang dan strategis dalam konteks
nasional dan atau pelabuhan-pelabuhan utama; dimana ruas jalan arteri primer
meliputi :

Sungai Pinyuh – Anjungan – Sidas – Ngabang - Sosok – Tanjung – Kembayan –


Beduai – Balai Karangan – Entikong – Perbatasan Sarawak;

Laporan Antara 2- 15 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2. SANGGAU dalam RTRW Provinsi Kalimantan Barat

Sanggau merupakan Pusat kegiiatan wilayah di Kalimantan Barat yang ditetapkan


dalam dalam pasal 21Pusat Kegiatan Wilayah di Kalimantan Barat adalah Kota
Singkawang, Sintang, Ketapang, dan Sanggau.

Sanggau juga merupakan jalan arteri primer pada beberapa ruas jalan meliputi :

a. Anjungan – Simpang Tiga - Bengkayang – Ledo – Sanggau Ledo – Seluas –


Jagoi Babang – Perbatasan Sarawak;

b. Tanjung – Bodok – Sanggau – Sekadau – Tebelian – Sintang – Nanga


Merakai – Jasa – Perbatasan Sarawak.

Dalam pasal 23 akan dilakukan Pengembangan jaringan interkoneksi jaringan


tegangan tinggi (JTT) Singkawang—Pontianak—Tayan—Sanggau—Sintang -
Ketapang;

Dalam pasal 32 sanggau juga ditetapkan sebagai kawasan taman nasional.


Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan
rekreasi; Yaitu pada Taman Nasional Gunung Niut – Penrissen di Kabupaten
Bengkayang, Landak, dan Sanggau.

3. BALAI KARANGAN dalam RTRW Provinsi Kalimantan Barat

Balai Karangan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal. Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi
yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

Pusat Kegiatan Lokal yang diutamakan untuk dikembangkan adalah pada jalur lintas
sentra produksi dan antar pusat permukiman utama dalam rangka penyelarasan
upaya peningkatan efektivitas pelayanan, peningkatan produksi dan produktivitas,
dan upaya memperlancar pemasaran.

Pusat Kegiatan Lokal dalam pasal 16 ayat 2 ditetapkan sebagai berikut : Sambas,

Laporan Antara 2- 16 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pemangkat, Sekura, Galing, Bengkayang, Sanggau Ledo, Samalantan, Mempawah,


Sungai Pinyuh, Kubu, Batu Ampar, Kawasan Pelabuhan Temajo, Ngabang,
Karangan, Mandor, Darit, Putussibau, Nanga Tepuai, Semitau, Nanga Pinoh, Nanga
Serawai, Kota Baru, Nanga Mau, Nanga Merakai, Sekadau, Tayan, Kembayan, Balai
Karangan, Sei Ayak, Telok Melano, Tumbang Titi, Kendawangan, dan Sandai.

PASAL 9(3) PKL sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 hurut c dikembangkan di


Balai Karangan, Tayan, Sosok, Kembayan dan pusat damai.

Dalam pasal 21 (4) Termasuk pada Jaringan Arteri primer pada ruas jalan Sungai
Pinyuh – Anjungan – Sidas – Ngabang - Sosok – Tanjung – Kembayan – Beduai –
Balai Karangan – Entikong – Perbatasan Sarawak;

4. Tayan hilir dalam RTRW Kalimantan Barat

Tayan hilir temasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal. Tayan Hilir masuk dalam jalan
arteri primer pada jalur ; Pontianak – Simpang Ambawang (Terminal Antar Negara) –
Tayan – Taraju – Balai Bekuak – Aur Kuning – Sandai – Nanga Tayap – Perbatasan
Kalteng. Dan termasuk dalam jalan kolter primer pada ruas jalan Tayan – Sosok;

Dalam pasal 23 dilakukan Pengembangan jaringan interkoneksi jaringan tegangan


tinggi (JTT) Singkawang—Pontianak—Tayan—Sanggau—Sintang - Ketapang;

Tayan hilir adalah Kawasan Yang di prioritaskan pengembangannya. Kawasan yang


diprioritaskan pengembangannya adalah kawasan yang ditetapkan dengan kriteria
sebagai berikut:

a) Kawasan yang terpencil, terisolir, dan atau terbelakang karena keterbatasan


sumber daya;

b) Kawasan yang berpotensi tumbuh cepat dengan sasaran agar dapat segera
berperan sebagai pendorong pemerataan atau memacu pertumbuhan wilayah
sekitarnya;

c) Kawasan yang berperan menunjang perkembangan sektor-sektor strategis;

d) Kawasan kritis terutama pada kawasan berfungsi lindung.

Dalam pasal 38 Wilayah yang diprioritaskan pengembangan/ pengelo-laannya

Laporan Antara 2- 17 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

adalah:

a) Kawasan Lintas Batas Negara, yaitu Temaju, Aruk, Jagoi Babang, Entikong,
Jasa, dan Badau;

b) Kawasan Metropolitan Pontianak;

c) Kawasan Pendorong Pemerataan Sungai Ambawang—Ngabang—Tayan


Hilir—Toba;

d) Kawasan Industri Tayan;

e) Kawasan Pelabuhan Temajo dan sekitarnya;

f) Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (KAPET);

g) Kawasan Simpang Dua—Teluk Melano—Sukadana;

h) Kawasan Tertentu Taman Nasional Gunung Palung;

i) Kawasan Tertentu Taman Nasional Betung Karihun;

j) Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum;

k) Kawasan Taman Nasional Bukit Baka;

l) Kawasan Taman Nasional Gunung Niut;

m) Kawasan Suaka Alam Laut Kepulauan Karimata;

n) Kawasan Suaka Alam Laut Pantai Selimpai

2.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 10 TAHUN


2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
SANGGAU

Sesuai dengan penetapan Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi Kalimantan


Barat, maka dapat ditentukan Kawasan Strategis Kabupaten yang menurut Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 adalah “wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan” (pasal 1 ayat 29 Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007).

Laporan Antara 2- 18 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2.5.1 KAWASAN STRATEGIS DARI SISI PERTUMBUHAN EKONOMI

Kawasan strategis kabupaten dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan


dengan 7 kriteria, antara lain:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh.
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
daerah.
c. memiliki potensi pasar regional, nasional, dan internasional.
d. didukung jaringan infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah dan nasional.
g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Kawasan strategis mampu memacu pertumbuhan ekonomi wilayah


Kabupaten Sanggau, baik melalui keterkaitan fungsional keterpusatannya maupun
melalui fungsi-fungsi ekonomi khusus yang dikembangkan pada kawasan tersebut,
dan juga melalui keterpaduan sektor-sektor perekonomian di kawasan tersebut.
Pada umumnya, Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi mencakup kawasan-
kawasan yang mempunyai ciri sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, dan Kawasan
Ekonomi Terpadu.

1. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (KAPET) Kathulistiwa

KAPET Khatulistiwa memiliki dua kawasan unggulan, yaitu Kawasan Industri


Semparuk (KIS) Kabupaten Sambas dan Border Development Center (BDC)
Entikong, Kabupaten Sanggau. Penetapan Kalimantan Barat menjadi KAPET juga
dengan pertimbangan adanya potensi ekonomi yang dapat didorong supaya
kawasan itu lebih maju di masa mendatang. KAPET Khatulistiwa dibangun dengan
jalan sepanjang 2,6 kilometer dari KIS menuju Pelabuhan Sintete serta pengolahan
air bersih di Sebangkau, Kabupaten Sambas untuk menunjang KIS. Khusus untuk
KAPET Khatulistiwa lebih ditekankan fungsinya sebagai perintis dalam menyiapkan
suatu kawasan. Selain Kawasan BDC Entikong, di Kabupaten Sanggau juga
terdapat Kawasan Industri di Kecamatan Tayan Hilir yang merupakan bagian dari
kawasan pertumbuhan ekonomi terpadu (KAPET).

Laporan Antara 2- 19 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2. Kawasan Perkotaan Sanggau

Kawasan perkotaan Sanggau diarahkan agar dapat memberikan pelayanan


di bidang jasa pemerintahan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
kehutanan, dan pertambangan bahan galian logam. Kawasan perkotaan ini menjadi
pusat pertumbuhan wilayah provinsi Kalimantan Barat bagian utara yang mendukung
sektor produksi wilayah, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan
pertambangan. Selain itu, kawasan perkotaan ini mengembangkan kualitas
pelayanan PSD kota yang mendukung fungsi kota pemerintahan, pariwisata dan
pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, perikanan air tawar, dan
pertambangan.

3. Kawasan Perkotaan Balai Karangan

Kawasan perkotaan Karangan menjadi kawasan perkotaan yang berfungsi


untuk memberikan pelayanan di dalam Kabupaten Sanggau itu sendiri. Selain itu,
kawasan perkotaan ini juga mulai melakukan perbaikan jaringan jalan Anjungan-
Karangan-Tunang yang selama ini mengalami kerusakan. Dengan adanya perbaikan
jaringan jalan tersebut, maka sistem transportasi di Kabupaten Sanggau akan
berjalan dengan lancar.

4. Kawasan Industri Tayan

Kawasan industri Tayan berfungsi untuk merangsang tumbuhnya kegiatan


industri di Kota Tayan, terutama mengolah bahan baku dari daerah belakang Tayan.
Adapun, sumber air untuk kebutuhan industri dapat memanfaatkan air Sungai
Kapuas atau air danau yang terdapat di sekitarnya dengan melakukan treatment
terlebih dahulu.

2.5.2 KAWASAN STRATEGIS DARI SISI SOSIAL BUDAYA

Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya di Kabupaten Sanggau


ditetapkan berdasarkan 6 kriteria berikut :

Laporan Antara 2- 20 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya


lokal (Kabupaten Sanggau) atau nasional.
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
daerah (Kabupaten Sanggau) atau nasional.
c. merupakan aset provinsi, nasional, atau internasional yang harus dilindungi
dan dilestarikan.
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya lokal (Kabupaten
Sanggau), provinsi atau nasional.
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala lokal (Kabupaten
Sanggau), provinsi atau nasional.

Kawasan strategis sosial budaya di Kabupaten Sanggau berdasarkan kriteria


diatas dan sesuai dengan arahan RTRWP, meliputi kawasan adat tertentu dan
kawasan konservasi warisan budaya seperti Keraton Surya Negara yang terletak di
Kabupaten Sanggau merupakan keraton yang dimiliki oleh Kerajaan Sanggau,
dimana raja yang memerintah pada abad 18 bergelar Panembahan. Pada saat ini,
Keraton Surya Negara telah menjadi aset pemerintah Kabupaten Sanggau,
khususnya pada bidang pariwisata.

2.5.3 KAWASAN STRATEGIS DARI SUDUT KEPENTINGAN DAYA DUKUNG


LINGKUNGAN HIDUP

Penetapan kawasan strategis untuk daya dukung lingkungan hidup


didasarkan pada 7 kriteria sebagai berikut :
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.
b. merupakan aset daerah (Kabupaten Sanggau), provinsi atau nasional berupa
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan
atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan atau dilestarikan.
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian pada skala provinsi ataupun negara.
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.
f. rawan bencana alam skala provinsi atau nasional.

Laporan Antara 2- 21 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

g. sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak


luas terhadap kelangsungan kehidupan.

1. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)

Berdasarkan penjelasan dari WWF (World Wild Fund), Heart of Borneo


merupakan suatu kawasan di Asia Tenggara yang membentang melintasi batas
Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, serta menjangkau hingga kaki bukit
dan dataran rendah yang secara ekologis terkait dimana hutan masih dapat
dikonservasi dalam skala yang sangat luas. Heart of Borneo yang berupa hutan
hujan seluas 220,000 km2 ini saling terhubung, terdiri dari jaringan kawasan
konservasi dan kawasan budidaya yang dikelola secara berkelanjutan, untuk
memastikan perlindungan serta pengawetan keanekaragaman hayati dan sumber air
bagi kemaslahatan para pihak di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Heart of Borneo menjadi pemasok air bagi seluruh wilayah Pulau
Kalimantan, Provinsi Kalimantan Barat termasuk Kabupaten Sanggau. Selain itu,
Heart of Borneo juga memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi, dimana orang
hutan, gajah Asia, dan badak Sumatera hidup bersama. Dalam waktu 10 tahun
terakhir telah ditemukan 361 spesies baru, dan hingga saat ini penemuan baru terus
terjadi. Selama puluhan tahun Borneo menjadi magnet bagi ilmuwan dari berbagai
belahan dunia untuk mengeksplorasi keragaman hayati.
Pemerintah tiga negara yaitu Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia
telah bersepakat secara bersama-sama menjaga kekayaan alam ini dan
memanfaatkannya secara bijaksana. Kesepakatan ini tertuang dalam Deklarasi
Heart of Borneo (2007) dan program kegiatannya terpetakan dalam Rencana Aksi
Strategis Tiga Negara (2008). Daerah kecamatan yang merupakan kawasan
perbatasan darat termasuk dalam Kecamatan Sekayam dan Entikong.

2. Taman Nasional Niyut-Penrissen

Berdasarkan Lampiran VIII Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


26 Tahun 2008, Cagar Alam Niyut-Penrissen termasuk ke dalam Kawasan Lindung
Nasional. Kondisi topografi Cagar Alam Niyut-Penrissen berbentuk perbukitan
dengan kelerengan sedang sampai curam. Puncak bukit yang tertinggi pada
kawasan ini adalah Gunung Nyiut dengan ketinggian 1701 m dpl. Potensi flora yang
menonjol adalah anggrek dan beberapa jenis tumbuhan langka lain, seperti bunga

Laporan Antara 2- 22 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

patma. Pada hutan hujan pegunungan rendah didominasi oleh jenis


Dipterocarpaceae dan Euphorbiaceae, sedangkan pada hutan hujan pegunungan
sedang didominasi oleh Dipterocarpaceae perbukitan. Untuk jenis fauna walau
belum pernah diadakan inventarisasi, berdasarkan informasi masyarakat setempat,
kawasan ini juga cukup kaya akan jenis fauna, diantaranya ada beberapa jenis fauna
yang dilindungi, seperti beruang madu, kelempiau, orang utan, trenggiling, landak,
napu, rusa sambar, burung ruwai, enggang badak, dan mungkin banyak lagi yang
belum terdata. Rencana pelestarian meliputi pengembangan kawasan wisata alam
dan wisata penelitian karena memiliki keragaman dan kerapatan vegetasi yang
tinggi, peningkatan pengamanan dan konservasi hasil hutan untuk menghindari
kerusakan hutan yang dapat bekerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan, dan
peningkatan koordinasi antar instansi yang memiliki kepentingan dengan kawasan
untuk menghindari konflik kepentingan dan menjaga kelestarian hutan.

2.5.4 KAWASAN STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


kawasan strategis ditijau dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan adalah
kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan
militer.
Penetapan kawasan strategis pertahanan dan keamanan dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional.
b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan.
c. merupakan wilayah kedaulatan negara, termasuk pulau-pulau kecil terluar
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.
Khusus untuk kompleks militer, pengembangan kawasan sekitar perlu
pembatasan, Intensitas kegiatan pada kawasan terbangun harus dikendalikan dan
dibatasi secara ketat, yang meliputi ruang utama (kawasan militer), ruang bebas
hambatan dan ruang radius pengamanan (ruang transisi). Perlunya pembatasan
ruang pada kawasan ini, dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif yang

Laporan Antara 2- 23 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ditimbulkan dengan adanya kegiatan di dalam kawasan militer tersebut. Meskipun


begitu, perlu dilakukan arahan di kawasan militer Kabupaten Sanggau, antara lain:
a. Pembatasan penggunaan tanah yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dan
menimbulkan multiplier effect seperti perdagangan dan jasa, dan industri.
b. Untuk mencari alternatif jalan keluarnya diperlukan adanya musyawarah
mufakat antara pihak militer, masyarakat dan pemerintah.
Berikut ini merupakan kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan di Kabupaten Sanggau (didasarkan atas Rencana Umum Tata Ruang
Wilayah Pertahanan Komando Resor Militer 121/ABW Revisi Tahun 2009).

1. Poros Lintas Batas (Kawasan Entikong)

Poros Entikong – Landak – Anjungan – Pontianak – Jagoi Babang –


Bengkayang – Singkawang – Mempawah – Pontianak digunakan sebagai wilayah
pertahanan militer dalam menghambat infilitrasi dan invasi musuh yang datang dari
arah utara (darat) Provinsi Kalimantan Barat, yaitu yang berasal dari negara
Malaysia (Serawak).
Kawasan perbatasan Entikong ini berperan sebagai pusat pelayanan
administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran untuk wilayah
Kabupaten Sanggau. Kawasan perkotaan ini menjadi pintu gerbang internasional
untuk memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Provinsi
Kalimantan Barat serta khususnya Kabupaten Sanggau.

2. Markas Kodim 1204/Sgu Sebagai Kantong Perlawanan di Daerah


Sanggau

Markas Kodim 1201/Mph (Kabupaten Pontianak), Markas Kodim 1202/Skw


(Kecamatan Singkawang Selatan), Markas Kodim 1203/Ktp (Kecamatan Tumbang
Titi), Markas Kodim 1204/Sgu (Kecamatan Balai Batang Tarang), Markas Kodim
1205/Stg (Kecamatan Binjai), Markas Kodim 1206/Psb (Kecamatan Hulu Gurung),
serta Markas Kodim 1207/Ptk (Kecamatan Pontianak Timur) digunakan sebagai
pusat komando militer di Provinsi Kalimantan Barat.
Kantong-kantong perlawanan di daerah Sanggau berfungsi sebagai untuk

Laporan Antara 2- 24 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

menghadapi musuh yang berhasil menerobos aksi hambat yang telah dilakukan oleh
militer, baik yang berasal dari arah barat (laut) maupun arah utara (darat).

Gambar 2. 2Peta Kawasan Strategis

Sumber Analisis Konsultan

Laporan Antara 2- 25 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 3

WILAYAH PERENCANAAN

3.1 Kriteria Pemilihan Kawasan


Lokasi penyusunan RDTR di Kabupaten Sanggau berdasarkan kriteria pemilihan
deliniasi dalam mendukung OSS dengan enam (6) kriteria yaitu :
a. Ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan
ekonomi berdasarkan Perda Kabupaten Sanggau No 10 tahun 2016 tentang
RTRW Kabupaten Sanggau. Pada pasal 40 ada emapt(4) kawasan yaitu:
 Bandar Entikong Jaya di Entikong;
 Kawasan perkotaan Sanggau;
 Kawasan perkotaan Balai Karangan; dan
 Kawasan Industri Tayan.
b. Memiliki nilai investasi 90% dari nilai investasi kabupaten . Dari data investasi
berdasarkan jenis perizinan SIUP mempunyai nilai 90% dari nilai investasi
kabupaten yaitu sebesar Rp.242.777.411.000,- untuk SIUP dilihat
perkecamatan, kecamatan sekayam memiliki nilai investasi tinggi sebesar
Rp.124.805.215,-
c. Tercantum dalam peraturan daerah.
 Bandar Entikong Jaya di Entikong;tercantum pada RTRWN, RTRWP, dan
RTRWK . Dengan status Matek RDTR yang disusun KEMENATR
 Kawasan perkotaan Sanggau; tercantum pada RPJMD, RTRWN, RTRWP,
dan RTRWK . Dengan status Matek RDTR yang disusun PEMKAB, belum
Terdapat PZ, REKOM PETA, KLHS
 Kawasan perkotaan Balai Karangan; tercantum dalam RTRWK
 Kawasan Industri Tayan. tercantum pada RPJMD, RTRWP, dan RTRWK .
dengan Matek RRTR KSP disusun PEMPROV
d. Terintegrasi dengan infrastruktur
Untuk pasokan listrik PLTU sanggau berada di kawasan perkotaan sanggau.
e. Ketersediaan lahan untuk kawasan perkotaan sanggau tidak ada lahan yang
tidak dapat dikembangkan.
f. Luasan terbangun 1500-2000 HA
 Kawasan entikong : 34,76 HA
 Kawasan perkotaan Sanggau : 1.315,8HA
 Kawasan perkotaan Balai Karangan :221,3 HA
 Kawasan Kawasan Industri Tayan :430,5 HA
Jika melihat enam kriteria pemilihan deliniasi dalam mendukung OSS kawasan
perkotaan sanggau yang mempunyai tingkat kesesuaian paling tinggi.

LAPORAN ANTARA 3- 1 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar3 1Kriteria Pemilihan deleniasi kawasan RDTR

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

3.1.1 KAWASAN STRATEGIS

RTRW Kabupaten Sanggau Pasal 40 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten


dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. Bandar Entikong Jaya di Entikong;
b. Kawasan perkotaan Sanggau;
c. Kawasan Perkotaan Balai Karangan; dan

d. Kawasan Industri Tayan.

Gambar3 2parameter kawasan strategis

(Sumber : analisa konsultan 2019)

LAPORAN ANTARA 3- 2 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.1.2 Memiliki nilai investasi


Memiliki nilai investasi 90% dari nilai investasi kabupaten . Dari data investasi
berdasarkan jenis perizinan SIUP mempunyai nilai 90% dari nilai investasi
kabupaten yaitu sebesar Rp.242.777.411.000,- untuk SIUP dilihat perkecamatan,
kecamatan sekayam memiliki nilai investasi tinggi sebesar Rp.124.805.215,-

Gambar3 3Parameter nilai investasi tinggi


(sumber: analisa konsultan 2019)

3.1.3 Tercantum dalam peraturan daerah


Tercantum dalam peraturan daerah :
 Bandar Entikong Jaya di Entikong;tercantum pada RTRWN, RTRWP, dan
RTRWK .Dengan status Matek RDTR yang disusun KEMENATR
 Kawasan perkotaan Sanggau; tercantum pada RPJMD, RTRWN, RTRWP,
dan RTRWK . Dengan status Matek RDTR yang disusun PEMKAB, belum
Terdapat PZ, REKOM PETA, KLHS
 Kawasan perkotaan Balai Karangan; tercantum dalam RTRWK
 Kawasan Industri Tayan. tercantum pada RPJMD, RTRWP, dan RTRWK .
dengan Matek RRTR KSP disusun PEMPROV

LAPORAN ANTARA 3- 3 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar3 4Parameter aturan kebijakan

(Sumber: analisa konsultan 2019)

3.1.4 Terintegrasi dengan infrastruktur

Untuk pasokan listrik PLTU sanggau berada di kawasan perkotaan sanggau.

Gambar3 5Parameter terintegrasi dengan infrastruktur

(Sumber: analisa konsultan 2019 )

LAPORAN ANTARA 3- 4 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.1.5 Ketersediaan lahan


Ketersediaan lahan untuk kawasan perkotaan sanggau tidak ada lahan yang tidak
dapat dikembangkan.

Gambar3 6Parameter ketersediaan Lahan


Sumber: analisa konsultan
3.1.6 Luasan terbangun
Luasan terbangun 1500-2000 HA
 Kawasan entikong : 34,76 HA
 Kawasan perkotaan Sanggau : 1.315,8HA
 Kawasan perkotaan Balai Karangan :221,3 HA
 Kawasan Kawasan Industri Tayan :430,5 HA

Gambar3 7Parameter Luas area terbangun

Sumber : analisa konsultan

LAPORAN ANTARA 3- 5 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.2 KAWASAN PERENCANAAN TERPILIH


Kawasan perkotaan sanggau adalah kawasan terpilih berdasarkan dengan
penilaian enam(6) kriteria.
Tabel 3- 1Kawasan Terpilih untuk deliniasi

Sumber : analisa konsultan 2019

Kawasan perkotaan Sanggau sudah disusun materi teknis oleh pemerintah


kabupaten Sanggau pada tahun 2018. Luas area perencanaan materi teknis RDTR
adalah ± 6100.

Gambar3 8Wilayah perencanaan MATEK RDTR kawasan perkotaan Sanggau

(Sumber: BAPPEDA Kab.Sanggau )

LAPORAN ANTARA 3- 6 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Untuk RDTR OSS fokus pada perizinan bernilai investasi arah pengembangan
adalah di kawasan EMBAONG LAWANG . kawasan Embaong Lawang ini terdiri dari
tiga(3) desa yaitu desa bunut (dusun embaong), desa lape dan desa sungai
mawang. Dimana luas area perencanaan adalah 2.345 Ha.

Gambar3 9Kawasan RDTR OSS Embaong Lawang

Sumber Analisis Konsultan

Pada desa Bunut, desa ini juga masuk dalam perencanaan materi teknis RDTR
kawasan perkotaan sanggau. Pada desa Bunut dusun embaong yang beririsan
mendapat dua perencanaan. Karena pada dusun ini data di PTSP kabupaten
sanggau surat izin usaha perdagangan sangat banyak nilainya.

LAPORAN ANTARA 3- 7 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.3 BERITA ACARA

LAPORAN ANTARA 3- 8 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 9 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 10 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 11 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 12 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 13 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3.4 SK Deleniasi Sanggau

LAPORAN ANTARA 3- 14 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 3- 15 |
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 4 PENYUSUNAN FAKTA ANALISIS SEBAGAI PENGUAT ISU STRATEGIS

4.1 Analisis Struktur Internal BWP

Analisis struktur internal kawasan BWP dilakukan untuk merumuskan kegiatan


fungsional sebagai pusat dan jaringan yang menghubungkan antarpusat di
dalam BWP ruang dari RTRW Kabupaten ke RDTR.Untuk RDTR OSS fokus
pada perizinan bernilai investasi arah pengembangan adalah di kawasan perkotaan
Sanggau. Namun terjadi permohonan izin membangun bangunan yang banyak pada
kawasan BAONG LAWANG . kawasan Baong Lawang ini terdiri dari tiga(3) desa yaitu
desa bunut (dusun embaong), desa lape dan desa sungai mawang. Dimana luas area
perencanaan adalah 3.128,616 Ha . Pada desa Bunut, desa ini juga masuk dalam
perencanaan materi teknis RDTR kawasan perkotaan sanggau. Pada desa Bunut
dusun embaong yang beririsan mendapat dua perencanaan. Karena pada dusun ini
data di PTSP kabupaten sanggau surat izin usaha perdagangan sangat banyak
nilainya

Pada RTRW Kabupaten Sanggau arahan perencanaan kawasan Embaong Lawang


yang masuk pada kategori perkotaan sanggau. Pada rencana Struktur ruang RTRW
Kabupaten Sanggau kota sanggau adalah sebagai PKW. Arahan kebijakan
pengembangan Kota Sanggau sebagai pusat kegiatan wilayah, diantaranya;

 Perlu pengembangan kawasan pusat pemerintahan dan permukiman kota.


 Perlu pengembangan kawasan olah raga dan tempat rekreasi kota.
 Perlu pengembangan kawasan wisata dalam kota.

Sedangkan pada rencana Pola Ruang Kawasan perkotaan yang dikembangkan


mencakup pusat-pusat permukiman yang telah memiliki prasarana dan sarana sosial
ekonomi yang memadai, dengan dominasi kegiatan bukan pertanian. Pengembangan

LAPORAN ANTARA 1
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


kawasan permukiman meliputi pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan
permukiman perdesaan.

4.1.1 Analisa sistem pusat pelayanan

Perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota, termasuk perwujudan pusat


kegiatan, yaitu pusat pelayanan kota,sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan di
wilayah kabupaten/kota.Dalam Peraturan daerah nomer 10 tahun 2014 tentang RTRW
Kabupaten Sanggau 2014-1034. Pada pasal 8 dikatakan bahwa wilayah Perkotaan
Sanggau sebagai pusat pengembangan wilayah menjadi pusat pelayanan bagian
wilayah Kecamatan Kapuas. Dengan melihat arahan RTRW tersebut maka sistem
pusat pelayanan kawasan Baong Lawang terbagi atas sistem pelayanan sebagai
berikut :

a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat pelayanan kawasan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau


administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional dengan wilayah
Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Kebijakan dasar
pengembangannya adalah modifikasi urban renewal dan urban development. Melihat
kondisi eksisting penggunaan kawasan di kelurahan bunut terdiri dari kegiatan:
a. Perkantoran skala Kabupaten/Kota sebagai pusat pemerintahan

b. Perdagangan dan jasa.

c. Pariwisata

d. Hutan kota,

e. Perumahan,

f. Pendidikan,

g. Perkebunan

LAPORAN ANTARA 2
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 1 Kegiatan eksisting pada kelurahan Bunut


Sumber : analisa Konsultan 2019

b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat pelayanan terdekat dari kelompok
permukiman, dapat berupa simpul perdagangan, pendidikan, pelayan umum
dan lain-lain.

 Pariwisata.
 Perkebunan terpadu.
 Perumahan.

LAPORAN ANTARA 3
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 2Peta rencana sistem pusat pelayanan Kabupaten Sanggau


Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Sanggau

LAPORAN ANTARA 4
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.1.2 Analisa sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. Jaringan jalan sebagai
prasarana transportasi darat yang paling utama untuk ditinjau dalam pengembangan
wilayah perkotaan. Jaringan jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang
penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian.Jaringan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu
daerah ke daerah lain. Jaringan jalan Kawasan Perkotaan Sanggau yang terdiri dari
Jalan Nasional (Jalan Arteri Primer) 18,6 Km, Jalan Kabupaten (Jalan Lokal Primer)
32,4 Km dan Jalan Desa (Jalan Lingkungan) 167,6 Km.

Gambar 4- 3 Prediksi pusat pelayanan kota dan jaringan jalan


Sumber : Analisa Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 5
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.1.3 Analisa Intensitas pengembangan ruang pada kawasan

Untuk lahan perkotaan yang sebagian besar untuk hunian dan kegiatan perekonomian
ini, ada 3 ciri utama di dalamnya, yaitu:

 Intensitasnya lebih tinggi karena banyaknya orang yang terlibat di dalamnya.


Berbagai kegiatan pun mempengaruhi intensitas di wilayah perkotaan.

 Di dalamnya juga ada keterkaitan antara jenis penggunaan tanah dan lahan
terhadap berbagai unit kegiatan di dalam kota yang sangat dekat dan erat.

 Unit-unit penggunaan lahan, ukurannya relative kecil.

Adapun langkah pelaksanaan dalam melakukan analisis Intensitas pengembangan


ruang diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh


gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
2) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah kemampuan lahan.
3) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan kawasan.
4) Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut, dengan
cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di kawasan perencanaan.
5) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan
nilai 31 - 155 yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini,
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasikemampuan lahan untuk
perencanaan tata ruang.

LAPORAN ANTARA 6
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang merupakan penjumlahan nilai
dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni:

1) Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh


hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian
diperoleh petajumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
2) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan
kemampuan lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot
secara keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni
menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan
pada setiap grid yang sama.

Berikut ini merupakan perhitungan peta kemampuan lahan dari hasil tumpang tindih
berbagai peta SKL yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 4- 1 Pembobotan Total SKL

Keterse Pembuang
Kestabilan Kestabilan Terhadap Bencana
diaan Drainas an
Morfologi
e
Lereng Pondasi Erosi Alam
Air Limbah

Bobot : Bobot :
Bobot : 5 Bobot : 5 Bobot : 3 Bobot :3 Bobot : 0 Bobot : 5
5 5

5 5 3 5 3 25 0 25
Bobot x Nilai

10 10 6 10 6 20 0 20

15 15 9 15 9 15 0 15

20 20 12 20 12 10 0 10

25 25 15 25 15 5 0 5

Sumber: Permen PU No 20/PRT/M/2007

LAPORAN ANTARA 7
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin
didapat adalah 31, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah
155. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai ini adalah:
 Kelas a dengan nilai 31-55
 Kelas b dengan nilai 56-80
 Kelas c dengan nilai 81-105
 Kelas d dengan nilai 106-130
 Kelas e dengan nilai 131-155
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti terlihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 4- 2Kriteria Klasifikasi Pengembangan


Kelas
Total
Kemampuan Klasifikasi Pengembangan
Nilai
Lahan

31-55 Kelas a Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah

56-80 Kelas b Kemampuan Pengembangan Rendah

81-105 Kelas c Kemampuan Pengembangan Sedang

106-130 Kelas d Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi

131-155 Kelas e Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi

Sumber: Permen PU No 20/PRT/M/2007

Tabel 4- 3Analisis Intensitas pengembangan ruang

LAPORAN ANTARA 8
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Sumber: analisa konsultan 2019

Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi terdapat pada morfologi kawasan datar.

4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di kawasan perencanaan perlu diketahui secara terinci, terutama


sebaran bangunan yang bersifat tidak meluluskan air/kedap air. Hal ini berkaitan erat
dengan rasio tutupan lahan yang ada saat ini yang nantinya digunakan dalam
penghitungan ketersediaan air tanah bebas. Selain untuk mengetahui rasio tutupan
lahan, data penggunaan lahan juga diperlukan untuk mengetahui pengelompokan
peruntukan lahan, termasuk aglomerasi fasilitas yang akan membentuk pusat kota serta
bangunan-bangunan yang memerlukan persyaratan kemampuan lahan tinggi, yang
akan digunakan dalam penentuan rekomendasi kesesuaian lahan. Di samping itu,
dengan mengetahui sebaran penggunaan lahan di wilayah ini, maka akan terlihat pada
daerah-daerah mana penggunaan lahan yang ternyata menyimpang dari

LAPORAN ANTARA 9
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


kesesuaiannya atau melampaui kemampuannya, sehingga dapat dijadikan masukan
juga dalam memberikan rekomendasi kesesuaian lahan.

Gambar 4- 4Komposisi luasan penggunaan lahan kawasan


Sumber : Analisa Konsultan 2019

Guna lahan terbangun, seperti bangunan permukiman dan sarana prasarana


pada umumnya terpusat di Desa Bunut yang memiliki topografi datar dan
didukung oleh prasarana wilayah. Untuk lebih jelasnya, proporsi penggunaan
lahan di kawasan baong lawang dapat dilihat pada tabel 4.4 dan sebarannya
dapat dilihat pada Gambar 4.5

Pada kondisi eksisting penggunaan didominasi pada fungsi kebun campuran.


Kebun campuran adalah lahan pertanian yang ditanami dengan berbagai
macam tanaman tahunan seperti petai, jengkol, aren, melinjo, buah-buahan,
kayu-kayuan, dan sebagainya. Contoh kebun campuran adalah kebunkaret

LAPORAN ANTARA 10
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


(hutan karet) rakyat yang tanamannya terdiri atas karet sebagai tanaman utama
dan berbagai jenis tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan.

Tabel 4- 4Komposisi luasan penggunaan lahan per desa kawasan Baong Lawang

Kelurahan Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen (%)

Kelurahan Bunut Permukiman 272.049 8.70%

Sawah 4.184 0.13%

Tegalan / Ladang 99.304 3.17%

Kebun Campuran 1,030.331 32.93%

Perkebunan Rakyat 418.326 13.37%

Tanah Terbuka 17.456 0.56%

Kelurahan Lape Permukiman 16.167 0.52%

Tegalan / Ladang 15.693 0.50%

Kebun Campuran 273.143 8.73%

Perkebunan Besar 1.468 0.05%

Perkebunan Rakyat 148.641 4.75%

Kelurahan Sei Permukiman 41.711 1.33%


Mawang
Tegalan / Ladang 83.326 2.66%

Kebun Campuran 553.086 17.68%

Perkebunan Besar 111.247 3.56%

Perkebunan Rakyat 42.484 1.36%

Luas Total 3,128.616 100.00%

Sumber Analisa konsultan 2019.

Selain merupakan sumber pendapatan yang kontinyu sepanjang tahun karena


beragamnya jenis tanaman, kebun campuran memberikan berbagai jasa
lingkungan seperti pengendali erosi, mitigasi banjir, mempertahankan
keanekaragaman hayati, dan menambat karbon dari atmosfer.

LAPORAN ANTARA 11
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 5 Sebaran pola penggunaan lahan kawasan Baong Lawang


Sumber : Analisa konsultan

4.2.1 Analisa simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting

Dalam peraturan daerah Nomer 10 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sanggau 2014-2034 untuk kawasan perkotaan Sanggau
arahan pola ruang terdapat dalam pasal 33 tentang arahan prioritas
pengembangan kawasan permukiman perkotaan.

Kemudian pada pasal 34 tentang kawasan peruntukan pariwisata alam. Point


a. Kawasan wisata pancur aji komples, b. Kwasan air terjun Ropot Rimba sayu
(desa Lape). Dan kawasan peruntukan pariwisata budaya di point c. Kawasan
wisata kota sanggau, d. Kawasan wisata rumah betang Dorik Empulur e.
Kawasan wisata rumah melayu Bunut. Untuk arahan peruntukan kawasan
Baong Lawang dari RTRW diarahkan pada area penggunaan Lain.

Untuk pertimbangan rencana pola ruang arahan pada pasal 33 dan 34 akan

LAPORAN ANTARA 12
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


kami masukkan untuk pemanfaatan ruang sebagaimana arahan Perda No.10
tahun 2014 tentang RTRW kabupaten sanggau.

Gambar 4- 6Posisi kawasan pada rencana Pola ruang RTRW kabupaten sanggau
sumber : Lampiran Perda No.10 tahun 2014

4.2.2 Analisa tutupan lahan dan run off yang ditimbulkan

Perubahan tutupan hutan merupakan salah satu isu strategis dalam


permasalahan pembangunan kehutanan, karena dampaknya yang sangat
besar terhadap kelestarian sumberdaya hutan dan terjadi setiap tahun. Selama
ini pemantauan perubahan tutupan hutan dilakukan dengan teknik
penginderaan jauh, tetapi metode penghitungannya belum dibakukan. Untuk
mendukung metode tersebut, diperlukan data yang berkualitas karena sangat
menentukan konsistensi, akurasi dan kerincian informasi. Oleh karena itu
diperlukan suatu standar yang bersifat nasional dalam penghitungan
perubahan tutupan hutan dan datanya. Hasil analisis perubahan diharapkan
dapat digunakan untuk penghitungan luasan hutan yang hilang (gross

LAPORAN ANTARA 13
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


deforestation) dan perbedaan luas hutan antara dua waktu pengamatan
dengan mempertimbangkan luasan hutan yang hilang (nett deforestation).

4.2.2.1 Analisis perubahan tutupan tidak berhutan

Analisis perubahan tutupan tidak berhutan bentuk tutupan selain hutan,


antara lain berupa belukar, belukar rawa, savana/padang rumput,
perkebunan, budidaya pertanian, tanah terbuka, rawa, tubuh air, dan
areal terbangun.

a. Tutupan lahan area terbangun Kelurahan Bunut.

Gambar 4- 7 Tutupan lahan kelurahan Bunut


Sumber Analisa Konsultan 2019

Pada kelurahan Bunut terdapat 30 % area terbangun dengan fungsi


kegiatan permukiman. Sebesar 47% area perkebunan dimana 32.93%
sebagai kebun campuran dan 13.37% sebagai perkebunan rakyat.

b. Tutupan Lahan Desa sungai mawang

Pada desa sungai mawang terdapat 20 % area terbangun dengan fungsi


kegiatan permukiman. Sebesar 68% area perkebunan dimana 52.93%
sebagai kebun campuran dan 15.37% sebagai perkebunan rakyat.

LAPORAN ANTARA 14
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 8Tutupan lahan desa sungai mawang


Sumber: Analisa Konsultan 2019

c. Tutupan lahan Desa Lape


Pada desa Lape terdapat 10 % area terbangun dengan fungsi kegiatan
permukiman. Sebesar 66% area perkebunan dimana 42.93% sebagai kebun
campuran dan 24.37% sebagai perkebunan rakyat.

Gambar 4- 9Tutupan lahan desa Lape


Sumber Analisa konsultan

LAPORAN ANTARA 15
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.2.2.2 Air aliran permukaan atau run off

Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah hujan yang mengalir
di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan. Sebagian dari
air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu mengalir menuju
kedaerah yang lebih rendah.

Gambar 4- 10Air aliran permukaan atau run off kawasan baong lawang
Sumber : analisa konsultan

Zona perlindungan setempat merupakan zona dengan fungsinya


menjaga kelestarian unsur alamiah. Pada wilayah Perkotaan Sanggau
zona perlindungan setempat adalah zona sempadan sungai. Zona
sempadan sungai adalah zona sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk
sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Garis Sempadan Sungai dan
Garis Sempadan Danau. Adapun sungai di perkotaan terdiri dari sungai
bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Berikut klasifikasi dan

LAPORAN ANTARA 16
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


penerapannya dalam pengendalian sempadan Sungai di kawasan
perkotaan Sanggau.

Tabel 4- 5 Ketentuan Sempadan Sungai dan Pemanfaatannya

No. Kriteria Ketentuan Sempadan Ketentuan


Sungai Pemanfaatan
1. Sungai Garis Sempadan Sungai a. Bangunan
Bertanggul ditentukan paling sedikit prasarana
didalam berjarak 3 meter dari tepi luar sumber
Kawasan kaki tanggul sepanjang alur daya air.
Perkotaan sungai. b. Fasilitas
2. Sungai 1. Paling sedikit berjarak 10 jembatan dan
Ti meter dari tepi kiri dan dermaga.
dak kanan palung sungai c. Jalur pipa
Bertanggu sepanjang alur sungai, gas dan air
l didalam dalam hal kedalaman minum.
Kawasan sungai kurang dari atau d. Rentangan kabel
Perkotaan sama dengan 3 meter. listrik dan
2. Paling sedikit berjarak 15 telekomunikasi.
meter dari tepi kiri dan dan
kanan palung e. Bangunan
sungai sepanjang alur ketenaga
sungai, dalam hal listrikan.
kedalaman sungai lebih dari
3 meter sampai dengan 20
meter.
3. 3. Paling sedikit berjarak 30
meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai
sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20 meter.

Sumber : Peraturan Menteri PUPUR No 28/PRT/M/2015

Berdasarkan ketentuan diatas maka dirumuskan Rencana Zona


Sempadan Sungai yaitu :

a. Sempadan Sungai besar ditetapkan 30 meter meter dari tepi kiri dan 30 meter dari
tepi kanan palung sungai

LAPORAN ANTARA 17
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


b. Pada seluruh area sempadan sungai harus dikendalikan secara ketat agar
meminimalisis perubahan zona lindung sempadan sungai menjadi zona budidaya
yang menggunakan bangunan.

c. Pengelolaan Zona sempadan sungai meliputi :


 Pembuatan tata batas zona
 Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak
 Sempadan sungai yang belum terdapat bangunan diarahkan sebagai
RTH dengan penanaman vegetasi/penghijauan
 Pembangunan jalan Inspeksi pada sempadan Sungai
 Pengembangan tembok/tanggul penahan daya rusak air
 Melakukan pembebasan lahan pada zona perlindungan sempadan yang
termasuk lahan milik Negara
 Penataan, pengamanan dan penertiban pemanfaatan lahan pada
sempadan sungai sesuai peruntukannya.
 Sempadan sungai yang terdapat bangunan dan merupakan area rawan
bencana banjir tidak dapat dikembangkan lebih lanjut dan diupayakan
untuk dialihkan ke kawasan bebas genangan atau intenistas genangan
kecil.

Hasil analisa run off dapat digunakan pada rencana pola ruang untuk
pemanfaatan zona perlindungan setempat.

4.2.3 Analisa Status Tanah

Berdasarkan data penguasaan dan kepemilikan tanah, sebagian besar lahan di


kawasan perencanaan merupakan penguasaan tanah negara yang telah dikuasi
dengan persentase tanah yang terdaftar baru ±25% dari total kawasan dengan tipe hak
yang dominan adalah hak milik.

LAPORAN ANTARA 18
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 11 Peta Status Tanah

Sumber Analisis Konsultan

4.3 Analisis Kedudukan dan Peran BWP

Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas. Analisis
BWP pada wilayah yang lebih luas, dilakukan untuk memahami kedudukan
dan keterkaitan BWP dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek
sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana,
budaya, pertahanan, dan keamanan. Sistem regional tersebut dapat
berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang berbatasan,
pulau, dimana BWP tersebut dapat berperan dalam perkembangan
regional.

LAPORAN ANTARA 19
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.3.1 Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi BWP
pada wilayah yang lebih luas.

Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih luas. Pada
peraturan daerah No. 10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal
40 ditetapkan kawasan strategis.Kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Sanggau ditetapkan berdasarkan 6 kriteria berikut :

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya


lokal (Kabupaten Sanggau) atau nasional.
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
daerah (Kabupaten Sanggau) atau nasional.
c. merupakan aset provinsi, nasional, atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan.
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya lokal (Kabupaten
Sanggau), provinsi atau nasional.
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala lokal (Kabupaten
Sanggau), provinsi atau nasional.

Kawasan strategis sosial budaya di Kabupaten Sanggau berdasarkan kriteria diatas


dan sesuai dengan arahan RTRWP, meliputi kawasan adat tertentu dan kawasan
konservasi warisan budaya seperti Keraton Surya Negara yang terletak di Kabupaten
Sanggau merupakan keraton yang dimiliki oleh Kerajaan Sanggau, dimana raja yang
memerintah pada abad 18 bergelar Panembahan. Pada saat ini, Keraton Surya Negara
telah menjadi aset pemerintah Kabupaten Sanggau, khususnya pada bidang pariwisata.
Pada kawasan Baong Lawang ini pelestarian sosial budaya terdapat pada :
1. rumah bentang Dorik empulur (desa Lape)
2. rumah melayu (sungai mawang)
3. Hutan adat Rimba sayu (Desa Lape)

LAPORAN ANTARA 20
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 12Pelestarian budaya pada kawasan Baong Lawang


Sumber : analisa konsultan

4.3.1.1 Rumah bentang Dorik empulur (desa Lape)


Suku dayak Pangkodant/Kodant juga mempunyai tradisi seperti suku dayak
lain.Yang petama ialah Berladang dalam suku Dayak Pangkodant/Kodant
merupakan suatu tradisi yang sudah ada pada masa nenek moyang hidup.
Kedua mengadakan Gawai Nosu Minu Podi yang biasanya dinamakan Pesta
Padi, merayakan hasil panen padi.

Gambar 4- 13Rumah bentang Dorik empulur (desa Lape)


Sumber: Dorik empulur

LAPORAN ANTARA 21
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.3.1.2 Rumah melayu (sungai mawang)

Gambar 4- 14Rumah adat melayu


Sumber: google

4.3.1.3 Hutan adat Rimba Sayu


Sekitar tahun 1997, Rimba Sayu pernah dialokasikan oleh MenteriKehutanan RI
sebagai Hutan Produksi yang dikonsesikan kepada salah satuperusahaan HPH
yang berasal dari Kalbar. Dengan berbekal surat konsesi dari Menteri
Kehutanan,orang perusahaan kemudian masuk hutan dan hendak memulai kerja
membersihkan atau menebang kayu besar dari hutan tersebut.

Dewan Adat Desa Lape yang saat itu diketuai oleh Jhon Luh,telah setuju dengan
konsesi HPH dari Menhut dan kemudian mempersilakan perusahaan untuk
bekerja.Namun, belum sempat menebang, tokoh masyarakat asal DesaLape
yang bermukim di Pontianak seperti Willy Brodus, Christian danJudah (Alm)
yang bernaung di bawah LSM Oyong Pangkodan memproteskonsesi HPH itu.
Para tokoh ini kemudian mengumpulkan kekuatan, yakni mengajak semua orang

LAPORAN ANTARA 22
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Lape yang bermukim di Pontianak untuk bersama-sama berdemo
keDPRD,Gubernur Kalbardan Kanwil Kehutananan dengan tuntutan
membatalkan SK Menhutdemi kelestarian Rimba Sayu yang sudah menjadi milik
adat di desa itu sejak zaman nenek moyang mereka.

Gambar 4- 15 Hutan adat Rimba Sayu


Sumber : Sulaiman FISIP UNTAN 2015

4.3.2 Analisa Kedudukan dan keterkaitan ekonomi

Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih luas. Pada
peraturan daerah No. 10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal
40 ditetapkan kawasan strategis. Kawasan strategis kabupaten dari sudut
pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan 7 kriteria, antara lain:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh.
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
daerah.
c. memiliki potensi pasar regional, nasional, dan internasional.
d. didukung jaringan infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.

LAPORAN ANTARA 23
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah dan nasional.
g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Kawasan perkotaan Sanggau diarahkan agar dapat memberikan pelayanan di bidang


jasa pemerintahan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan
pertambangan bahan galian logam.
Kawasan perkotaan ini menjadi pusat pertumbuhan wilayah provinsi Kalimantan Barat
bagian utara yang mendukung sektor produksi wilayah, seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, kehutanan dan pertambangan.
Selain itu, kawasan perkotaan ini mengembangkan kualitas pelayanan PSD kota yang
mendukung fungsi kota pemerintahan, pariwisata dan pengolahan hasil pertanian
tanaman pangan, perikanan air tawar, dan pertambangan.

4.3.3 Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana

Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan dengan


wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam analisis ini adalah
sistem prasarana kabupaten/kota dan wilayah. Pada peraturan daerah No. 10 tahun
2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal 40 ditetapkan kawasan strategis.

Sistem jaringan transportasi di suatu wilayah merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah tersebut. Selain itu juga ikut
menentukan cepat tidaknya alur informasi dan sirkulasi manusia maupun barang. Pada
analisis ini lebih melihat tentang bagaimana ketersediaan dan jangkauan pelayanan
sistem transportasi di wilayah Kabupaten Sanggau yang ditinjau dari sistem
transportasi darat dan air (sungai).

Pengembangan prasarana transportasi ini diarahkan pada pemeliharaan dan


peningkatan kualitas jaringan jalan dan alur sungai guna membuka keterisoliran daerah
dan mendukung jalur-jalur transportasi untuk mengembangkan aksesibilitas antar
wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk membuka daerah-daerah khususnya di daerah

LAPORAN ANTARA 24
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


pedalaman, terisolir, terpencil dan tertinggal, serta daerah perbatasan dengan
kabupaten tetangga dan negara tetangga.

Adapun dalam pembangunan dan pengembangan sistem transportasi wilayah ini dibagi
dalam 2 (dua) lingkup yakni lingkup internal dan eksternal. Pengembangan sistem
transportasi dalam lingkup internal diarahkan untuk:

1) Mewujudkan dan meningkatkan keserasian antar wilayah di kabupaten,


terutama antar daerah permukiman dan daerah pusat kegiatan seperti kawasan
perdagangan, pemerintahan, pertambangan, pariwisata serta industri;
2) Mewujudkan dan mengembangkan sistem pusat kegiatan sebagai area
terbangun dan wilayah penyangga (hinterland) dalam hal ini kawasan hutan
lindung dan hutan produksi;
3) Meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antara wilayah-wilayah produksi
yang memiliki akses sulit bahkan terisolasi dengan pusat-pusat aktivitas yang
ada;
4) Memperlancar kegiatan distribusi barang serta meningkatkan mobilitas
penduduk;
5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana pendukung sistem transportasi
wilayah untuk mendukung pelayanan aktifitas transportasi baik pergerakan
internal maupun eksternal.

Dalam rangka mewujudkan pertumbuhan yang serasi antara wilayah di Kabupaten


Sanggau, maka pengembangan sistem transportasi dalam lingkup eksternal, antara
lain:

1) Mengembangkan sistem interaksi antar wilayah, baik antar kecamatan maupun


dengan antar wilayah di luar kabupaten seperti dengan negara tetangga (Negara
Malaysia) maupun dengan kabupaten-kabupaten lain;
2) Mendukung kegiatan perdagangan eksternal khususnya dengan wilayah-wilayah
sekitarnya ;
3) Menunjang pengembangan sektor-sektor kegiatan strategis di Kabupaten
Sanggau, yaitu sektor pertanian, industri, pertambangan dan pariwisata.

LAPORAN ANTARA 25
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.3.4 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan

Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan . Pada peraturan daerah No.
10 tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Sanggau pada pasal 40 ditetapkan kawasan
strategis. Penetapan kawasan strategis untuk daya dukung lingkungan hidup
didasarkan pada 7 kriteria sebagai berikut :
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.
b. merupakan aset daerah (Kabupaten Sanggau), provinsi atau nasional berupa
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan atau
fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan atau dilestarikan.
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian pada skala provinsi ataupun negara.
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.
f. rawan bencana alam skala provinsi atau nasional.
g. sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

4.3.5 Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan

Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan


strategis ditijau dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan adalah kawasan
perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer.
Penetapan kawasan strategis pertahanan dan keamanan dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional.
b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan atau kawasan industri sistem pertahanan.

LAPORAN ANTARA 26
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


c. merupakan wilayah kedaulatan negara, termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas.
Khusus untuk kompleks militer, pengembangan kawasan sekitar perlu pembatasan,
Intensitas kegiatan pada kawasan terbangun harus dikendalikan dan dibatasi secara
ketat, yang meliputi ruang utama (kawasan militer), ruang bebas hambatan dan ruang
radius pengamanan (ruang transisi). Perlunya pembatasan ruang pada kawasan ini,
dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya
kegiatan di dalam kawasan militer tersebut. Meskipun begitu, perlu dilakukan arahan di
kawasan militer Kabupaten Sanggau, antara lain:
a. Pembatasan penggunaan tanah yang memiliki intensitas kegiatan tinggi dan
menimbulkan multiplier effect seperti perdagangan dan jasa, dan industri.
b. Untuk mencari alternatif jalan keluarnya diperlukan adanya musyawarah
mufakat antara pihak militer, masyarakat dan pemerintah.
Berikut ini merupakan kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan
di Kabupaten Sanggau (didasarkan atas Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Pertahanan Komando Resor Militer 121/ABW Revisi Tahun 2009). Markas Kodim
1204/Sgu Sebagai Kantong Perlawanan di Daerah Sanggau
Markas Kodim 1201/Mph (Kabupaten Pontianak), Markas Kodim 1202/Skw (Kecamatan
Singkawang Selatan), Markas Kodim 1203/Ktp (Kecamatan Tumbang Titi), Markas
Kodim 1204/Sgu (Kecamatan Balai Batang Tarang), Markas Kodim 1205/Stg
(Kecamatan Binjai), Markas Kodim 1206/Psb (Kecamatan Hulu Gurung), serta Markas
Kodim 1207/Ptk (Kecamatan Pontianak Timur) digunakan sebagai pusat komando
militer di Provinsi Kalimantan Barat.
Kantong-kantong perlawanan di daerah Sanggau berfungsi sebagai untuk menghadapi
musuh yang berhasil menerobos aksi hambat yang telah dilakukan oleh militer, baik
yang berasal dari arah barat (laut) maupun arah utara (darat). Masing-masing dari
daerah tersebut menjadi tanggung jawab dari kodim-kodim yang telah ditentukan.

LAPORAN ANTARA 27
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.3.6 Analisa kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan BWP

Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR


dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan. Pelaksanaan pembangunan
diselenggarakan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemanfaatan ruang ini juga
diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan memperhatikan sumber dan
mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan program pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang. Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai :
 Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi
pengembangan BWP.
 Arahan untuk sektor dalam penyusunan program.
 Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan
penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun.
 Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi. Adapun ketentuan
pemanfaatan ruang disusun berdasarkan :
 Rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana.
 Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan.
 Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
 Masukan dan kesepakatan dengan para investor.
 Prioritas pengembangan BWP dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP)
daerah dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) daerah, serta
 rencana terpadu dan program investasi infrastruktur jangka menengah
(RPI2JM).

Muatan Ketentuan Pemanfaatan Ruang adalah Program Pemanfaatan Ruang Prioritas,


Lokasi, Besaran, Sumber Pendanaan, Instansi Pelaksana dan Waktu dan Tahapan
Pelaksanaan yang disusun berdasarkan sistem prioritas. Sistem prioritas pelaksanaan

LAPORAN ANTARA 28
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


pembangunan mengatur dan mengelompokkan sektor/subsektor pembangunan ke
dalam tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan tahapan program pembangunan
daerah dan nasional, disusun sebagai tindak lanjut dari penetapan struktur tata ruang
kota yang akan dikembangkan. Dua hal yang menjadi dasar dalam penyusunan sistem
prioritas tersebut adalah :

 Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Sanggau merupakan rencana berjangka


waktu 20 tahun.
 Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Sanggau mencakup seluruh
sektor/subsektor pembangunan kawasan.

Sebagai rencana jangka panjang tentunya pelaksanaan pembangunan harus dilakukan


secara bertahap, sedangkan sebagai rencana yang mencakup seluruh sektor memberi
arti bahwa rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan sekaligus pada waktu yang
bersamaan, baik karena adanya perbedaan tingkat kepentingan antarsektor maupun
karena akan muncul berbagai kendala yang dihadapi pemerintah daerah apabila hal
tersebut dilakukan. Kendala tersebut dapat berupa keterbatasan dana dan kemampuan
aparat di daerah dalam mengelola semua program pembangunan dalam waktu yang
relatif singkat. Dengan demikian aparat pengelola merupakan faktor yang perlu
dikembangkan dalam penyusunan sistem prioritas pembangunan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan di dalam bab ini akan mencakup tiga
hal pokok, yaitu :

 Sistem prioritas pelaksanaan pembangunan.


 Pembiayaan pembangunan.
 Pengorganisasian aparatur pelaksana pembangunan.

Ketiga hal pokok tersebut masing-masing saling berkaitan dan saling menunjang yang
mengarah pada satu tujuan yaitu terwujudnya target-target pembangunan yang
dikehendaki sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

LAPORAN ANTARA 29
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.3.7 Analisis terkait kekhasan kawasan
Untuk menganalisa keterkaitan kekhasan kawasan perencanaan maka ditetapkan
kriteria pembagian pembagian kawasan perencanaan ditetapkan dari beberapa hal
sebagai berikut :
• Berdasarkan batasan fisik wilayah (baik sungai, parit, jalan dan lainnya).
• Wilayah adminitrastif, /Kelurahan/Desa.
• Fungsi kawasan
• Penentuan secara kultural tardisional, seperti kampung, desa adat.
• Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra
perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan perkampungan
tertentu, dan kawasan tradisional.
Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang
memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana dan kawasan
gabungan atau campuran

4.3.7.1 Kawasan Bunut

Kawasan Bunut ini adalah kawasan yang diprioritaskan penanganannya karena


memiliki berbagai fungsi-fungsi untuk mendukung kawasan di sekitarnya,
terutama desa Sei Mawang karena saling berintegrasi. Secara adminitrasi,
kawasan ini merupakan wilayah yang paling luas di Kawasan Perencanaan. Dari
penjabaran sebelumnya kawasan Bunut ini mempunyai nilai penting dalam
perkembangan kawasan perkotaan. Namun pada proses perkembangannya,
kawasan ini membutuhkan rencana detail untuk mengatur setiap pemanfaatan
lahan sehingga pertumbuhan kota dapat berkembang kearah yang positif dan
meminimalisir penurunan kualitas lingkungan. Beberapa isu-isu kawasan ini
antara lain :
1. Pengendalian Perkembangan kawasan terbangun di zona sempadan sungai.
2. Relokasi secara bertahap permukiman yang berada pada zona sempadan
sungai.
3. Menerapkan aturan yang ketat dalam pemanfataan zona sempadan sungai.
4. Diperlukan ruang terbuka publik sebagai landmark kota.

LAPORAN ANTARA 30
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


5. Peningkatan jalan, drainase, dan ruang hijau di lingkungan
permukiman.
6. Pemanfaatan garis sempadan sungai untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan atau
ruang terbuka publik (RTT)
7. Mengintegrasikan 2 wilayah antara Kelurahan/Desa Sei Mawang dan
Kelurahan/Desa Beringin serta Kelurahan/Desa Ilir Kota.
8. Peningkatan jaringan jalan dan drainase di lingkungan permukiman.

Kekhasan dari kawasan Bunut ini adalah kawasan campuran sebagai kawasan
pusat kegiatan perkotaan. Tema yang cocok pada kawasan ini adalah “Kawasan
multifungsi yang saling berintegrasi dengan wilayah-wilayah lainnya
untuk meningkatkan perkembangan Kawasan Perkotaan Sanggau”.

4.3.7.2 Kawasan Sei mawang

Kawasan Sei Mawang ini dikembangkan sebagai Industri Skala Kecil dan Menengah,
Pergudangan, Ruang Terbuka Hijau Skala Kelurahan/Desa, perumahan kepadatan
sedang dan pariwisata. Pada kondisi eksisting, embrio kegiatan perekonomian lokal
telah tumbuh di kawasan ini dalam bentuk pertokoan, pasar, dan jasa-jasa lainnya.
Pertumbuhan kegiatan ekonomi lokal ini dipicu oleh posisi geografisnya yang
merupakan simpul akses jalan menuju ke Ngabang dan Kota Pontianak. Disamping itu,
Sei Mawang juga perlu mendapat dukungan dari kawasan di sekitarnya.
Beberapa isu-isu di kawasan Sei Mawang kawasan ini antara lain :
 Adanya pertumbuhan embrio perniagaan pergudangan untuk menampung
barang yang akan didistribusikan ke Kawasan Perkotaan Sanggau, jasa
komersial lainnya, serta kegiatan permukiman dengan pola menyebar.

 Belum tertatanya kegiatan perekonomian yang terus mengalami


perkembangan, termasuk kondisi kurang optimal.

 Belum tersedianya ruang publik seperti RTH dan lahan parkir untuk bongkar
muat barang pergudangan.

LAPORAN ANTARA 31
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Kekhasan dari kawasan sei mawang ini adalah kawasan lingkungan sentra
perindustrian rakyat. Tema yang cocok pada kawasan ini adalah “Kawasan Sentra
Industri Kecil Menengah (SIKM) dan Kawasan pergudangannya yang
terpadu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Perkotaan Sanggau”.

4.3.7.3 Kawasan Lape


Pada kawasan lape dikembangkan sebagai kawasan perkampungan tertentu
suku dayak. Di kampung Rantau sekarang ini, sudah berdiri rumah adat dayak
yang berada di Dorik Mpulor, itu adalah rumah adat yang biasanya untuk
mempertemukan semua suku-suku dayak yang ada di kalimantan barat,
khususnya untuk suku yang ada di kabupaten sanggau dalam suatu acara yang
disebut gawai dayak. Rumah adat tersebut dinamakan Rumah Betang.
Suku dayak Pangkodant/Kodant juga mempunyai tradisi seperti suku dayak lain.
Yang petama ialah Berladang dalam suku Dayak Pangkodant/Kodant merupakan
suatu tradisi yang sudah ada pada masa nenek moyang hidup. Kedua
mengadakan Gawai Nosu Minu Podi yang biasanya dinamakan Pesta Padi,
merayakan hasil panen padi.
Kekhasan dari kawasan Lape ini adalah kawasan kawasan perkampungan
tertentu suku dayak. Tema yang cocok pada kawasan ini adalah “Kawasan
perkampungan dayak Pangkodant/Kodant dengan beraktifitas mengikuti
tradisi berladang dan mengadakan Gawai Nosu Minu Podi .

4.4 Analisa sumber daya alam dan fisik atau lingkungan

Analisis dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah


serta batasan dan potensi alam BWP dengan mengenali karakteristik sumber daya
alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dalam
pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat bencana.

LAPORAN ANTARA 32
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai berikut:

1. Gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan


yang ada maupun yang akan dikembangkan sampai akhir masa
berlakunya RDTR;
2. Gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan
hidup dalam menampung kegiatan sampai waktu yang melebihi masa
berlakunya RDTR;
3. Gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa
datang berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya;
4. Gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek
fisik; dan
5. Gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan
yang ada di BWP.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan BWP ini digunakan sebagai bahan
dalam sintesa analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang
penataan ruang BWP dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

4.4.1 Analisis Sumber Daya Air

Pengertian Sumber Daya Air (SDA) diberikan oleh UU No. 7 Tahun 2004 yaitu “air, sumber air,
dan daya air yang terkandung di dalamnya”, dimana air di sini adalah “semua air yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
pemukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat” Analisis Hidrologi digunakan
untuk menentukan besarnya debit banjir rencana pada suatu perencanaan bangunan air.

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi daerah Kawasan


Perkotaan sanggau yaitu pada Desa Bunut, Desa Lape dan Sungai Mawang. Pada Wilayah
Desa Bunut memiliki kondisi hidrologi akuifer produktif kecil ( air tanah dalam dan debit air pada
umumnya kecil). Pada Wilayah Desa Lape tidak memiliki cekungan air tanah sehingga potensi
air tanah menjadi langkah. Keadaan Desa Sungai Mawang sama dengan Desa Lape yaitu
tidak memiliki cekungan air tanah sehingga potensi air tanah menjadi langkah.

LAPORAN ANTARA 33
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Karena kondisi air tanah yang ada maka pada wilayah Desa Bunut, Desa Lape dan Desa
Sungai Mawang sumber air tidak digunakan untuk pertanian. Kondisi ini disebabkan karena air
yang masuk kedalam tanah sangat berkurang, longosr menyebabkan terbawanya lumpur
kedalam sungai sehingga sungai mengalami sedimentasi yang mengakibatkan banjir dan erosi
sehingga membuat mata air akan berkurang.

Sub Bidang Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki
program dan kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan air minum di pedesaan maupun
perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air, selain itu meningkatkan
keikutsertaan swasta dalam investasi dalam pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum
(PSAM) di perkotaan. Air merupakan kebutuhan pokok penduduk yang vital, misalnya untuk air
minum, memasak, mencuci, mandi dan lain-lain. Untuk keperluan air minum, penduduk
Kabupaten Sanggau biasanya memperoleh air yang bersumber dari air hujan, sungai, riam/air
terjun, sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagian kecil dari PDAM.

Dari gambaran ini maka Kabupaten Sanggau sangat membutuhkan Investasi Prasarana dan
Sarana Air Minum (PSAM) sehingga penduduk Kabupaten Sanggau bisa mendapatkan
pelayanan air minum yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Dengan curah hujan yang relatif
tinggi, yaitu 326 mm/tahun atau 271 mm/bulan (sumber: Stasiun Klimatologi Parindu, 1997 –
1996) dan terjadinya curah hujan sepanjang tahun dan hampir tidak ada musim kemarau yang
berarti menjadikan air hujan sebagai sebagai alternatif utama masyarakat Kabupaten Sanggau
sebagai sumber utama air minum masyarakat dan air sungai dan sumur sebagai sumber air
bersih untuk keperluan MCK.

Saat ini Kota Sanggau sudah dilayani Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Kota Sanggau
merupakan Kota Rawan Air Minum. Fungsi strategis Kota Sanggau pusat kota yang terletak di
tengah-tengah propinsi Kalimantan Barat dan dilewati jalur antar Negara (Malaysia Timur) dan
sangat bergantung akan air bersih. Jumlah penduduk administratif Kota Sanggau adalah
123.941jiwa.

Sebagian besar masyarakat Kota Sanggau mendapatkan air bersihnya dari IPA Sei.
Sengkuang dan IPA Liku dengan Kap. 80 ltr/d dan grafitasi 25 ltr/d yang sangat terbatas serta
Penampungan Air Hujan (PAH). PAH yang ada merupakan PAH sistem individual pada masing-
masing rumah dan hanya mampu melayani 6 bulan dalam maksimum setahun. Kualitas air
minum yang berasal dari air sungai cukup keruh. Sumber air hujan mengalami penurunan
drastis atau kering selama 6 bulan dalam 1 tahun.

LAPORAN ANTARA 34
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 16 Peta Hidrologi

Sumber Analisis Konsultan

4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah

Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan BWP


berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan rawan bencana. Analisis ini
menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan zona budi daya dan zona lindung.
Berdasarkan peta jenis tanah wilayah desa bunut, desa lape dan desa sai mawang memiliki
jenis tanah yang sama yaitu tanag podsolik. Tanah Podzolik sendiri adalah tanah yang sering
digunakan oleh para petani kebun untuk bercocok tanam.

Tanah podsolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan
suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan.
Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari
2500 mm per tahun

LAPORAN ANTARA 35
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tanah podsolik merah kuning ini tersebar di wilayah pegunungan di Sumatera, Jawa Barat,
Maluku, Kalimantan, Papua dan Nusa Tenggara. Di wilayah wilayah tersebut tanah podsolik ini
biasanya digunakan sebagai tanah untuk berkebun. Beberapa tanaman yang sering
menggunakan tanah podsolik sebagai tanah penopang antara lain adalah kelapa, jambu mete,
karet dan kelapa sawit.

Tanah podsolik merah kuning atau sering disingkat PMK adalah tanah yang terbentuk
karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang sangat rendah dan juga merupakan jenis
tanah mineral tua yang memiliki warna kekuningan atau kemerahan.
Warna dari tanah podsolik ini menandakan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah
karena pencucian.Warna kuning dan merah ini disebabkan oleh longgokan besi dan
aluminum yang teroksidasi. Mineral lempung yang terdapat pada tanah ini penyusunnya
didominasi oleh silikat.

Gambar 4- 17 Peta Jenis Tanah

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 36
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.4.3 Analisa Topografi dan Kelerengan

Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak
stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman
dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budi daya. Kawasan ini bisa
digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air.

Wilayah Desa Bunut memiliki keadaan lereng yang beragam baik datar, landar, curam sangat
curam. Bagian selatam desa bunut memiliki keadaan lereng yang curam dan sangat curam atau
memiliki kemiringan 15-40% dan ada wilayah yang memiliki kemiringan diatas 40%. Selain itu
dibagian utara desa bunut juga memiliki kemiringan lereng yang curam namun banyak juga
yang landau dan hanya sedikit yang memiliki kemiringan 2-8% atau datar. Pada wilayah desa
bunut memiliki kawasan fungsi lindung karena memiliki kemiringan diatas 40%. Kawasan desa
bunut cocok untuk dijadikan kebun, hutan dan hutan belukar dan apabila disesuaikan dengan
keadaan eksisting maka wilayah ini didominasi oleh kebun campuran.

Wilayah Desa Lape bagian utara dan barat memiliki keadaan lereng yang di dominasi
oleh kemiringan lereng 2-8% atau datar dan kemiringan 8-15% atau landai. Sedangkan
pada wilayah timur dan selatan desa lape memiliki kemiringan 25%-40% atau curam
dan ada yang memiliki kemiringan lereng diatas 40% atau diijadikan sebagai fungsi
lindung.

Wilayah Desa Sai Mawang memiliki keadaan lereng yang tersebar secara merata
dimana semua wilayah memiliki kemiringan lereng 2-8% , 8-15%, dan 15-40% dengan
proporsi yang hampir sama. Namun diwilayah ini tidak memiliki kawasan diatas 40%
atau yang dapat dijadikan fungsi lindung.

LAPORAN ANTARA 37
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 6Pembobotan Kestabilan Lereng

Morfologi Leren Ketingg Curah Pengguna SKL Nilai


g ian Hujan an Lahan Kestabil
an
Lereng

Gunung / > 40% Tinggi Sama Semak, Rendah 1


Pegunungan Belukar,
dan Bukit / Ladang
Perbukitan

Gunung / 15 – Cukup Sama Kebun, Kurang 2


Pegunungan 40% Tinggi Hutan,
dan Bukit / Hutan
Perbukitan Belukar

Bukit / 5– Sedang Sama Semua Sedang 3


Perbukitan 15%

Datar 2 – 5% Rendah Sama Semua Tinggi 4

Datar 0 – 2% Sangat Sama Semua Tinggi 5


Rendah

Sumber: Permen PU No 20/PRT/M/2007

Berdasarkan hasil kemiringan lereng akan mempengaruhi penggunaan lahan. Seperti


pada wilayah bunut didominasi oleh penggunaan lahan kebun campuran yaitu seluas
1,030.331Ha karena memiliki kemiringan terbanyak 15-40%. Pada wilayah Desa Lape
memiliki wilayah dengan penggunaan lahan terbanyak sebagai kebun campuran yaitu
273.143ha. Pada wilayah sei mawang memiliki penggunaan lahan yang didominasi oleh
kebun campuran karena memiliki wilayah dengan kemiringan terbanyak 15-40%.

Keadaan Topografi pada wilayah desa bunut bagian barat memiliki topografi <50mdpl
sedangkan wilayah timur memiliki topografi 100-150mdpl dan bagian tengah desa bunut
memiliki topografi 50-100mdpl.

Pada wilayah desa sungai mawang hampir seluruh wilayah memiliki ketinggian 100-
150Mdpl sedangkan sisanya memiliki ketinggian 50-100mdpl yaitu di bagian utara.

LAPORAN ANTARA 38
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Pada wilayah desa lape memililiki ketinggian 100-150Mdpl dan sedikit dibagian timur
desa lape yang memiliki ketinggian 50-100mdpl

Dari keadaan topografi maka dapat dilihat bahwa wilayah desa sungai mawang, desa
bunut dan desa lape dikategorikan sebagai dataran rendah karena memiliki ketinggian
0-200m diatas permukaan laut. Dataran rendah banyak dimanfaatkan untuk
permukiman, industry dan pertanian. Pada wilayah dataran rendah sendiri dapat
digunakan sebagai lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa, padi,
palawija dan tebu

Gambar 4- 18 Peta Kemiringan Lereng

Sumber Analisis Konsultan

4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan


BWP berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan.Analisis

LAPORAN ANTARA 39
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


ini menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan
lindung geologi, dan kawasan pertambangan.

Dapat dilihat bahwa dalam wilayah desa bunut, desa sei mawang dan desa
lape memiliki keadaan geologi yang sama yaitu tersusun oleh batu pasir
arenitlitik, berbutir sedang – kasar, kuarsaan dan fragmen batuan, bersisipan
batu lumpur dan sedikit sisipan batubara.Formasi ini menindih selaras Formasi
Tebidah dan tak selaras diatas Formasi Payak,umurnya adalah Oligosen dan
diendapkan di lingkungan sungai.

4.4.5 Analisa Klimatologi

Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan


BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan

LAPORAN ANTARA 40
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budidaya.

Tabel 4- 7Klasifikasi Curah Hujan

Curah Hujan Klasifikasi

0 mm - 100 mm Rendah

100 mm – 300 mm Menengah

300 mm – 500 mm Tinggi

Sumber Analisis Konsultan

Gambar 4- 19 Peta Curah Hujan


Sumber Analisis Konsultan

Wilayah Desa Bunut, Desa Lape dan Sungai Mawang memiliki curah hujan 300 mm -
500 mm atau dikatakan klasifikasikan sebagai curah hujan tinggi. Berdasarkan data curah
hujan maka dapat dilihat bahwa curah hujan pada desa bunut, desa lape dan desa sungai
mawang memiliki curah hujan yang tinggi hal ini mengakibatkan resiko bencana banjir sehingga

LAPORAN ANTARA 41
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


sesuai pada peta resiko bencana banjir dibawah ini dapat dilihat bahwa wilayah desa bunut
bagian barat timur memiliki resiko bencana banjir yang tinggi. Pada bagian desa lape memiliki
resiko banjir rendah sedangkan pada wilayah sei mawang secara keseluruhan memiliki resiko
banjir rendah. Sangat dibutuhkan pengembangan sistem jaringan drainase kota sebagai
pengendali banjir.

Gambar 4- 20Peta Resiko Bencana Banjir


Sumber Analisa Konsultan

Sedangkan untuk resiko bencana longsor pada kelurahan bunut merupakan wilayah
yang memiliki resiko bencana longsor tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Selain itu wilayah kelurahan desa lape bagian timur memiliki wilayah dengan potensi
bencana longsor yang tinggi. Pada wilayah sei mawang memiliki wilayah yang bebas
dari resiko bencana longsor.

LAPORAN ANTARA 42
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 21Peta Resiko Bencana Longsor


Sumber Analisa Konsultan

Untuk mengurangi hal resiko bencana khususnya bencana longsor akibat curah hujan
yang tinggi maka yangdapat dilakukan adalah:

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan


terjadi tanah longsor
2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan tera seringdi
kawasan lereng
3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari
dalam lereng keluar lereng
4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah penyebab
longsor

LAPORAN ANTARA 43
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam
yang tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bias
menjaga drainase air.
6. Relokasi daerah rawan longsor,
7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor

4.4.6 Analisis sumber daya alam (zona Hijau )

Analisa pola ruang RDTR terdiri atas zona Hijau dan zona budidaya yang secara rinci
perlu diklasifikasikan kembali yang diuraikan sebagai berikut. Secara umum, rencana
pemantapan zona Hijau bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Pemantapan kawasan hijau dilakukan
sebagai langkah awal untuk penetapan keseluruhan materi perencanaan kota,
mengingat kawasan Hijau dapat merupakan kendala (constrains) atau bahkan
pembatas (limitation) bagi pengembangan kegiatan budidaya.

4.4.6.1 Zona Perlindungan setempat

Zona perlindungan setempat merupakan zona dengan fungsinya menjaga kelestarian


unsur alamiah. Pada wilayah Perkotaan Sanggau zona perlindungan setempat adalah
zona sempadan sungai. Zona sempadan sungai adalah zona sepanjang kanan-kiri
sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015
tentang Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau. Adapun sungai di
perkotaan terdiri dari sungai bertanggul dan sungai tidak bertanggul. Berikut klasifikasi
dan penerapannya dalam pengendalian sempadan Sungai di kawasan perkotaan
Sanggau.

LAPORAN ANTARA 44
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 8 Ketentuan Sempadan Sungai dan Pemanfaatannya

No. Kriteria Sungai Ketentuan Sempadan Ketentuan Pemanfaatan


1. Sungai Bertanggul Garis Sempadan Sungai ditentukan paling f. Bangunan prasarana
didalam sedikit berjarak 3 meter dari tepi luar kaki sumber daya air.
Kawasan Perkotaan tanggul sepanjang alur sungai. g. Fasilitas jembatan dan
dermaga.
2. Sungai Tidak 4. Paling sedikit berjarak 10 meter dari h. Jalur pipa gas dan air
Bertanggul tepi kiri dan kanan palung sungai minum.
didalam Kawasan sepanjang alur sungai, dalam hal i. Rentangan kabel listrik dan
Perkotaan kedalaman sungai kurang dari atau telekomunikasi. dan
sama dengan 3 meter. j. Bangunan ketenaga
2. Paling sedikit berjarak 15 meter dari listrikan.
tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 meter
sampai dengan 20 meter.
3. Paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi
kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 20 meter

Sumber Analisis Konsultan

Berdasarkan ketentuan diatas maka dirumuskan Rencana Zona


Sempadan Sungai yaitu :
a. Sempadan Sungai besar ditetapkan 30 meter meter dari tepi kiri dan
30 meter dari tepi kanan palung sungai
b. Pada seluruh area sempadan sungai harus dikendalikan secara
ketat agar meminimalisis perubahan zona lindung sempadan
sungai menjadi zona budidaya yang menggunakan bangunan
c. Pengelolaan Zona sempadan sungai meliputi :
 Pembuatan tata batas zona
 Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak
 Sempadan sungai yang belum terdapat bangunan diarahkan sebagai RTH
dengan penanaman vegetasi/penghijauan
 Pembangunan jalan Inspeksi pada sempadan Sungai

LAPORAN ANTARA 45
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Pengembangan tembok/tanggul penahan daya rusak air


 Melakukan pembebasan lahan pada zona perlindungan sempadan yang
termasuk lahan milik Negara
 Penataan, pengamanan dan penertiban pemanfaatan lahan pada
sempadan sungai sesuai peruntukannya.
 Sempadan sungai yang terdapat bangunan dan merupakan area rawan
bencana banjir tidak dapat dikembangkan lebih lanjut dan diupayakan
untuk dialihkan ke kawasan bebas genangan atau intenistas genangan
kecil.

4.4.6.2 Zona Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur dan atau
mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. (Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Secara Fisik RTH
dapat dibedakan menjadi RTH alami dapat berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsinya
RTH dapat berfungsi ekologis, social budaya, estetika dan ekonomi. Secara
struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. Dari segi kepmilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH
privat.
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan penyediaan
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas
wilayah perkotaan. Penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dalam RDTR
Perkotaan Sanggau dimaksudkan utuk menjamin tersedianya ruang yang cukup
bagi :
a. Kawasan konservasi untuk kelestarian hidrologis.

LAPORAN ANTARA 46
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


b. Kawasan pengendalian air larian dengan menyediakan kolam retensi.
c. Area pengembangan keanekaragaman hayati.
d. Area penciptaan iklim mikro dan reduksi polutan di kawasan perkotaan.
e. Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat.
f. Tempat pemakaman umum.
g. Pembatas perkembangan kota ke arah yang tidak diharapkan.
h. Pengaman sumberdaya baik alam, buatan maupun historis.
i. Penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta
kriteria pemanfaatannya
j. Area mitigasi/evakuasi bencana. dan
k. Ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan
perundangan dan tidak menggangu fungsi utama RTH tersebut.

Zona Ruang terbuka Hijau ditetapkan dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan
sebagai kawasan resapan air menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkunganalam dan lingkungan binaan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Zona
ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga berfungsi sebagai
salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota. Pemanfaatan zona ruang terbuka
hijau ini secara umum meliputi :
 Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat
vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian
dari kawasan ruang terbuka hijau.
 Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai bagian dari
pengembangan fasilitas umum dan taman-taman kota/lingkungan
 Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan
industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan
permukiman.

LAPORAN ANTARA 47
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Sanggau meliputi hutan kota, taman
kota, taman kecamatan, taman Kelurahan serta pemakaman. Berikut akan dijabarkan
lebih lanjut mengenai RTH Perkotaan Sanggau yang termasuk kedalam zona lindung
dengan luas total 1.288,595 ha.
a) Hutan Kota
Hutan kota adalah sebuah kawasan yang mana sebagian atau hampir keseluruhan
areanya ditutupi pepohonan yang sengaja dibiarkan tumbuh alami seperti
layaknya hutan ataupun dengan sengaja ditanam. Tujuan penyelenggaraan hutan
kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota yang berfungsi untuk :
 Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika.
 Meresapkan air.
 Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota.
 Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati
Indonesia.
Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi dan penyangga
lingkungan kota (pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah,
keanekaragaman hayati). Hutan kota dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai
aktivitas sosial masyarakat (secara terbatas, meliputi aktivitas pasif seperti
duduk dan beristirahat dan atau membaca, atau aktivitas yang aktif seperti
jogging , senam atau olahraga ringan lainnya), wisata alam, rekreasi, penghasil
produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah- buahan, daun, sayur), wahana
pendidikan dan penelitian. Fasilitas yang harus disediakan disesuaikan dengan
aktivitas yang dilakukan seperti kursi taman, sirkulasi pejalan kaki/ jogging track.
Luas hutan kota di Perkotaan Sanggau yang direncanakan yaitu 1.174,848 ha.

b) Taman RW

Taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, hususnya kegiatan
remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di
lingkungan RW tersebut. Rencana taman RW di Perkotaan Sanggau akan dibangun
di tiap blok berupa taman aktif atau pasif dengan luasan minimal 1.250m2.

LAPORAN ANTARA 48
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 9 Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan Sanggau

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 49
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


c) Pemakaman

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenazah, juga dapat berfungsi sebagai daerah
resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Pemakan akan disediakan di setiap
Sub BWP di Perkotaan Sanggau dengan total luasan 17,444 ha. Untuk penyediaan
RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut :
1. Ukuran makam 1 m x 2 m.
2. Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m.
3. Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan perkerasan.
4. Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing
blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat.
5. Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan
deretan pohon pelindung disalah satu sisinya.
6. Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara
pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung.
7. Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal
70% dari total area pemakaman.

4.4.7 Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya

Selain analisis tersebut di atas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber
daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan,
untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama
pemanfaatan sumber daya tersebut. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah
lainnya dibagi menjadi kawasan pertanian, dan zona pariwisata.

LAPORAN ANTARA 50
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.4.7.1 Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk


menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman tertentu,
pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau
tujuan komersial. Zona pertanian pada Perkotaan Sanggau berupa pertanian, perkebunan
dan peternakan. Pertanian dan perkebunan yang akan dikembangkan berupa
perkebunan holtikultura, yaitu perkebunan dengan bermacam jenis tanaman. Sedangkan
peternakan yang akan dikembangkan adalah peternakan ayam dan sapi. Kegiatan
perikanan berupa tambak juga akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau. Adapun
tujuan penetapan zona pertanian yaitu :
1. Peyediaan lahan untuk menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras,
hasil peternakan, dan hasil perikanan.
2. Penyediaan lahan sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya.
3. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat

Gambar 4- 22 Peta Kawasan Pertanian

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 51
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.4.7.2 Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam,
buatan, maupun budaya. Adapun tujuan penetapan zona pariwisata yaitu :
1. Pengembangan akomodasi pariwisata dengan kepadatan yang
bervariasi di seluruh kawasan.
2. Mengakomodasi bermacam tipe akomodasi pariwisata seperti
hotel, vila, resort, homestay dan lain sebagainya yang
mendorong penyediaan akomodasi bagi wisatawan.
Pengembangan pariwisata di Perkotaan Sanggau secara mendasar menselaraskan
dengan kebijakan dasar pengembangan pariwisata, yaitu :
1. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
2. Pengembangan wilayah secara terpadu.
3. Pengembangan produk wisata berbasiskan potensi alam dan budaya
masyarakat.
4. Pengembangan SDM Pariwisata.
5. Pengembangan Kelembagaan.
6. Pengembangan Lingkungan.
7. Pengembangan Ekonomi dan Investasi.

Pengembangan kegiatan kebudayaan, pariwisata dan rekreasi yang direncanakan


mencakup obyek wisata dan rekreasi, serta sarana pariwisata dan rekreasi. Rencana
pengembangan daya tarik wisata, kegiatan pariwisata dan rekreasi ini adalah sebagai
berikut :
 Mengembangkan obyek wisata buatan dalam hal ini wisata belanja
 Mengembangkan obyek rekreasi baru seperti pengembangan kawasan
waterfront dengan atraksi-atraksi air
 Peningkatan Aksesibilitas
 Penyediaan Fasilitas Pendukung
 Perbaikan Kondisi Lingkungan
 Pengembangan Ekonomi Pendukung

LAPORAN ANTARA 52
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


 Dukungan Masyarakat Setempat
 Peningkatan SDM Pengelola

Adapun Daerah Tujuan Wisata di Perkotaan Sanggau yaitu :


 Wisata alam

Wisata alam yang akan direncanakan yaitu wisata menyusuri Sungai


Sekayam dengan meningkatkan atraksi di atas perahu dan membuat system
linkage dengan daerah tujuan Wisata di tepian Sungai Sekayam dan Sungai
Kapuas yang akan menjadi konsep wisata advanture.

Adapun wisata alam lain yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau yaitu
Kawasan Pancur Aji Kompleks dan Riam Macan.

 Wisata Buatan

Wisata buatan yang akan direncanakan di yaitu :

 Taman Alun-alun Kota Sanggau

 Adapun wisata buatan yang terdapat di Perkotaan Sanggau yaitu


taman Sabang Merah yang berlokasi di Kelurahan/Desa Bunut dekat
dengan komplek perkantoran. Taman ini juga dapat menjadi alternatif
wisata buatan Perkotaan Sanggau.

 Wisata Budaya

Wisata budaya yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau yaitu :

 Kawasan Wisata Rumah Melayu di Bunut

 Kawasan Wisata Rohani Riam Macan

LAPORAN ANTARA 53
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 23 Peta Kawasan Pariwisata

Sumber Analisa Konsultan

4.5 Analisis Sosial Budaya


4.5.1 Analisis Sosial Desa Bunut

Desa Bunut ini memiliki berbagai fungsi-fungsi untuk mendukung kawasan di


sekitarnya, terutama desa Sungai Mawang karena saling berintegrasi. Secara
adminitrasi, desa bunut ini merupakan wilayah yang paling luas kedua di Kawasan
Perkotaan Sanggau.Kegiatan utama masyarakat di desa ini adalah pada sektor
perdagangan dan jasa. kawasan ini membutuhkan rencana detail untuk mengatur
setiap pemanfaatan lahan sehingga pertumbuhan kota dapat berkembang kearah yang
positif dan meminimalisir penurunan kualitas lingkungan

4.5.2 Analisis Sosial Desa Lape

Pada kawasan ini terdapat pertanian. Yang istimewa pada kawasan ini adalah masih
Terdapat hukum adat . keberadaan Hukum Pidana Adat dalam menangani delik adat
pada Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan di Desa Lape, Kecamatan Sanggau

LAPORAN ANTARA 54
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, masih ada dan berlaku
hingga saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya suatu bentuk Hukum Pidana Adat
yang berlaku pada Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan di Desa Lape,
Kecamatan Sanggau Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, yang
dikenal sebagai Hukum Pidana Adat Dayak Pangkodan.

Hukum Pidana Adat Dayak Pangkodan merupakan suatu bentuk Hukum Pidana Adat
yang berlaku dalam Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan sejak asal mula
keberadaan Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan, dan mereka tetap
mempertahankan keberadaannya hingga saat ini. Keberadaan Hukum Pidana Adat
Dayak Pangkodan dalam menangani delik adat yang terjadi pada Masyarakat Hukum
Adat Dayak Pangkodan di Desa Lape, Kecamatan Sanggau Kapuas, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, ditunjukkan dengan adanya proses serta upaya
hukum melalui Peradilan Adat Dayak Pangkodan yang mengadili dan menyelesaikan
setiap delik adat yang terjadi dalam Masyarakat Hukum Adat Dayak Pangkodan, serta
menjatuhkan sanksi adat berupa denda adat terhadap para pelaku delik adat.

4.5.3 Analisis Sosial Desa Sungai Mawang

Desa sungai Mawang ini merupakan wilayah yang paling kecil di Kawasan Perkotaan
Sanggau. Masyarakat desa sai mawang sendiri merupakan masyarakat komuter yaitu
masyarakat yang dalam melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat wilayah
lainnya biasanya dalam kurun waktu sehari. Penduduk komuter dilakukan untuk
bersekolah, bekerja atau berdagang.

Pada kawasan ini banyak terdapat Industri Skala Kecil dan Menengah, Pergudangan,
Ruang Terbuka Hijau Skala Kelurahan/Desa, perumahan kepadatan sedang dan
pariwisata. Pada kondisi eksisting, embrio kegiatan perekonomian lokal telah tumbuh di
kawasan ini dalam bentuk pertokoan, pasar, dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan
kegiatan ekonomi lokal ini dipicu oleh posisi geografisnya yang merupakan simpul akses
jalan menuju ke Ngabang dan Kota Pontianak. Desa Sai Mawang juga akan dijadikan
sebagai pusat pemerintahan kawasan perkotaan sanggau

LAPORAN ANTARA 55
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.6 Analisa Kependudukan

Jumlah Penduduk Kawasan Perkotaan Sanggau dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang semakin meningkat. Total
penduduk Kecamatan Kapuas pada tahun 2017 adalah 87.577 Jiwa.

Bunut pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk 7.708 Jiwa, Desa Lape 2.824 Jiwa
dan Sai Mawang 2.247 Jiwa. Seperti yang terjadi pada Kecamatan Kapuas
khususnya pada Desa Bunut, Desa Lape dan Sai Mawang. Secara umum
pertambahan penduduk di Desa Bunut tidak mengalami peningkatan yang pesat pada
tahun 2014 memiliki jumlah penduduk 7.255 Jiwa dan Pada Tahun 2017 menjadi
7.708 Jiwa secara umum laju pertumbuhan penduduk desa bunut adalah 0.02%.

Pada Desa Lape juga tidak mengalami pertumbuhan yang pesat yaitu pada tahun
2014 memiliki jumlah penduduk 2.689 Jiwa dan pada tahun 2017 3.068 Jiwa secara
umum tingkat pertumbuhan penduduk adalah 0.017% ha. Pada Desa Sai Mawang
pada tahun 2014 memiliki jumlah penduduk 2.118 jiwa dan pada tahun 2017 memiliki
jumlah penduduk 2.472 Jiwa dan secara umum memiliki laju pertumbuhan
penduduk0.02%.
Berdasarkan gambar grafik dapat terlihat bahwa pada sungai mawang jumlah penduduk
dengan jenis kelamin lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
perempuan namun perbedaannya tidak begitu besar. Begitu juga pada desa lape penduduk
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dimana penduduk berjenis kelamin perempuan
berjumlah 1.349 Jiwa dan penduduk laki-laki adalah 1.475 Jiwa. Pada Desa Bunut jumlah
penduduk perempuan 3.795 Jiwa dan penduduk laki-laki adalah 3.913 Jiwa sehingga penduduk
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
perempuan namun dengan perbedaan yang tidak begitu besar.

LAPORAN ANTARA 56
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Sungai Sebaran Penduduk Kec. Kapuas Rambin


Sengkuang
Mengkiang Botuh Penyelimau
Kambong Tapang Nanga Biang 2%
6% 1% Dulang Jaya Sungai Alai
2% Lintang Penyelimau 3%
Pana Entakai 1% 2%
2% 3%
Sungai Mawang 1% Lintang Pelaman
2% 2%
3% 2% Semerangkai
Lape 5%
3% Sungai Batu
2%
Bunut
9% Sungai Muntik
11%
Beringin
Ilir
14%
Kot
a Lintang Kapuas
8% 2%
Belangin
2%

Tanjung Sekayam Penyeladi


4% 3%

Tanjung Kapuas
7%

Gambar 4 24Diagram Persebaran Penduduk Kecamatan Kapuas

Analisis Konsultan

Perempuan Laki-Laki

1069
Sungai Mawang
1178

1349
Lape
1475

3795
Bunut
3913

Gambar 4- 25 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Sumber Analisis Konsultan

4.6.1 Proyeksi Penduduk

Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai


keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan penduduk
menurut umur. Informasi yang harus tersedia tidak hanya menyangkut keadaan pada saat
perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa lalu dan masa kini sudah tersedia dari hasil

LAPORAN ANTARA 57
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


sensus dan survei-survei, sedangkan untuk masa yang akan datang, informasi tersebut perlu
dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di masa mendatang.
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umur dan jenis
kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas,
mortalitas dan migrasi.

Tabel 4- 10Proyeksi Penduduk


Proyeksi Penduduk Tahun Ke-
Nama Desa
2019 2024 2029 2034 2039

Desa Bunut 9,185 14,236 22,064 34,198 53,004

Desa Lape 1,716 2,659 4,122 6,389 9,902

Desa Sungai Mawang 2,677 4,150 6,432 9,969 15,452

Jumlah Total Penduduk 13,578 21,045 32,618 50,556 78,358

Sumber Analisa Konsultan 2019

4.6.2 Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 4- 11Mata Pencaharian Penduduk Desa Bunut

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Usaha Sendiri 1085 492 1577

Buruh tidak Tetap 1248 399 1647

Buruh Tetap 202 25 227

Karyawan/Pegawai 1752 652 2404

Pekerja Bebas Pertanian 149 20 169

Pekerja Bebas Non Pertanian 277 43 320

Tidak bekerja 168 1196 1364

Sumber : Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 58
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 12Mata Pencaharian Penduduk Desa Lape

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Usaha Sendiri 397 181 578

Buruh tidak Tetap 457 146 603

Buruh Tetap 74 9 83

Karyawan/Pegawai 642 239 881

Pekerja Bebas Pertanian 55 7 62

Pekerja Bebas Non Pertanian 38 0 38

Tidak bekerja 140 439 579

Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 13Mata Pencaharian Penduduk Desa Sungai Mawang

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

Usaha Sendiri 316 144 460

Buruh tidak Tetap 364 116 480

Buruh Tetap 59 7 66

Karyawan/Pegawai 511 190 701

Pekerja Bebas Pertanian 44 6 49

Pekerja Bebas Non Pertanian 34 7 41

Tidak bekerha 112 338 450

Sumber Analisis Konsultan

4.6.3 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana


4.6.3.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan berfungsi untuk mendukung kualitas sumber daya manusia di


dalam wilayah perencanaan. Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk
melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW)

LAPORAN ANTARA 59
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-
mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan


desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk
sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan sarana ini
akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang
akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan
menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal.

Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus disediakan


didasarkan pada standar berikut ini. Untuk menghitung jumlah kebutuhan
fasilitas pendidikan dan pembelajaran, perlu diketahui proyeksi penduduk usia
sekolah dengan asumsi sebagai berikut:

Tabel 4- 14Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Bunut

Sumber : Analisa Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 60
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 15 Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Lape

Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 16Proyeksi Sarana Pendidikan Desa Sai Mawang

Sumber : Analisa Konsultan 2019

4.6.3.2 Sarana Kesehatan

Tabel 4- 17Proyeksi Sarana Kesehatan Desa Bunut

sumber: Analisa Konsultan

LAPORAN ANTARA 61
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 18Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Lape

Sumber: Analisa Konsultan 2019

Tabel 4- 19Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Desa Sai Mawang

Sumber Analisa Konsultan

LAPORAN ANTARA 62
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.6.3.3 Sarana Peribadatan

Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan


memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara
atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya.
Berdasarkan data penduduk Kabupaten Morowali memeluk agama IsIam,
sehingga jenis fasilitas peribadatan yang ada didominasi oleh musholla dan
masjid. Untuk fasilitas peribadatan bagi pemeluk agama non muslim tidak ikut
direncanakan karena biasanya fasilitas ini bersifat komunal atau dilayani pada
wilayah tertentu yang memiliki jangkauan pelayanan skala kota. Apabila di masa
mendatang fasilitas peribadatan lain seperti gereja, pura maupun vihara
dibutuhkan penambahan, maka dapat dibangun dengan menggunakan lahan
yang diperuntukkan bagi fasilitas umum. Jenis, macam, jumlah dan luasnya
sangat tergantung dengan kondisi setempat.

Penyediaan jumlah sarana peribadatan yang harus disediakan didasarkan pada


standar berikut ini.

Tabel 4- 20Standar Kebutuhan Fasilitas Peribadatan

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan


Perkotaan.

LAPORAN ANTARA 63
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 21Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Bunut

Sumber: Analisa Konsultan2019

Tabel 4- 22Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Lape

Sumber: Analisa Konsultan2019

LAPORAN ANTARA 64
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 23 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Desa Sai Mawang

Sumber Analisa Konsultan

4.6.3.4 Sarana Perdagangan dan Jasa


Untuk mengembangkan kegiatan perdagangan, maka diperlukan rencana
pengembangan baik penambahan fasilitas, perbaikan, maupun upaya
pemeliharaan. Dalam kegiatan pengembangan selain disesuaikan dengan
arah pergerakan penduduk dalam berbelanja, namun juga diusahakan dapat
tersebar secara merata, sehingga kebutuhan penduduk dapat terpenuhi.
Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan
dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit
atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan
dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

LAPORAN ANTARA 65
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana ini akan berkaitan juga dengan
daya dukung lingkungan dan jalan yang ada di sekitar bangunan fasilitas
tersebut.

Tabel 4- 24Standar Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Niaga

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Perkotaan

Tabel 4- 25Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Bunut

Sumber: Analisa Konsultan2019

LAPORAN ANTARA 66
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 26Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Lape

Sumber: Analisa Konsultan2019

Tabel 4- 27 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Desa Sai Mawang

Sumber: Analisa Konsultan2019

LAPORAN ANTARA 67
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.6.3.5 Kebutuhan RTH

Pertambahan jumlah penduduk di kawasan perkotaan menyebabkan


permukiman berkembang dengan cepat dan tidak terkendali di kawasan
perkotaan. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan ruang di perkotaan meningkat.
Sehingga permintaan ruang permukiman semakin tinggi dan berdampak pada
merosotnya kualitas lingkungan perkotaan.

Pentingnya kebutuhan ruang terbuka hijau ditegaskan dalam Undang-Undang


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan mewujudkan
ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Proporsi 30%luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal untuk
mencapai keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem hidrologi
dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang
terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota

Berikut adalah perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau pada desa Lape, Desa Bunut
dan Sai Mawang:

Tabel 4- 28 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Bunut

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 68
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 29 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Lape

Sumber Analisis Konsulan

Tabel 4- 30 Perhitungan Kebutuhan RTH Desa Sungai Mawang

Sumber Analisis Konsultan

4.6.3.6 Proyeksi Kebutuhan Listrik

Tabel 4- 31Proyeksi Kebutuhan Listrik desa Bunut

Kebutuhan Listrik (VA)


Jenis Standart
No
Penggunaan (VA/Jiwa)
2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk
(jiwa) 9,185 14,236 22,064 34,198 53,004
1 Dosmestik 180 1,653,300 2,562,480 3,971,520 6,155,640 9,540,720

2 Sarana Umum 9 82,665 128,124 198,576 307,782 477,036

3 Komersial 45 413,325 640,620 992,880 1,538,910 2,385,180


Jumlah (KVA) 2,149 3,331 5,163 8,002 12,403
Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 69
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 32 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape

Jenis Kebutuhan Listrik (VA)


Standart
No Penggunaa
(VA/Jiwa) 2019 2024 2029 2034 2039
n
Proyeksi Penduduk (jiwa) 1,716 2,659 4,122 6,389 9,902
308,88 478,62 741,96 1,150,02 1,782,36
1 Dosmestik 180
0 0 0 0 0
Sarana
2 9 15,444 23,931 37,098 57,501 89,118
Umum
119,65 185,49
3 Komersial 45 77,220 287,505 445,590
5 0
Jumlah (KVA) 402 622 965 1,495 2,317
Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 33 Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Sai Mawang

Jenis Standart Kebutuhan Listrik (VA)


No
Penggunaan (VA/Jiwa) 2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk (jiwa) 2,677 4,150 6,432 9,969 15,452

1 Dosmestik 180 481,860 747,000 1,157,760 1,794,420 2,781,360

Sarana
2 9 24,093 37,350 57,888 89,721 139,068
Umum

3 Komersial 45 120,465 186,750 289,440 448,605 695,340

Jumlah (KVA) 626 971 1,505 2,333 3,616


Sumber Analilis Konsultan

4.6.3.7 Proyeksi Sampah

Tabel 4- 34 Proyeksi Sampah Desa Bunut

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 70
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 35 Proyeksi Sampah Desa Lape

Proyeksi Timbulan Sampah


No Jenis Penggunaan Standart (l/org/hari)
2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk (jiwa) 1,716 2,659 4,122 51,320 9,902
1 Domestik 2 3,432 5,318 8,244 102,640 19,804

2 Sarana Umum/Sosial 0.5 1,716 1,330 2,061 51,320 9,902

3 Komersial 0.25 429 665 1,031 12,830 2,476


Total Timbulan Sampah (Lt/hr) - 5,577 7,312 11,336 166,790 32,182

4 Kebutuhan Bak/Tong Sampah 1 unit/50l 112 146 227 3,336 644

5 Kebutuhan Gerobak Sampah 1 unit/2m3 3 4 6 83 16

6 Kebutuhan TPS 3R 1 unit / 2000 Rumah 0 0 0 5 1

7 Kebutuhan Truk Sampah 1 unit/18 m3 (3 trip) 0 0 1 9 2

Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 36 Proyeksi Sampah Desa Sai Mawang

Standart Proyeksi Timbulan Sampah


No Jenis Penggunaan
(l/org/hari) 2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk (jiwa) 2,677 4,150 6,432 51,320 15,452

1 Domestik 2 5,354 8,300 12,864 102,640 30,904

Sarana
2 0.5 2,677 2,075 3,216 51,320 15,452
Umum/Sosial

3 Komersial 0.25 669 1,038 1,608 12,830 3,863

Total Timbulan Sampah (Lt/hr) - 8,700 11,413 17,688 166,790 50,219

Kebutuhan
4 1 unit/50l 174 228 354 3,336 1,004
Bak/Tong Sampah

Kebutuhan Gerobak
5 1 unit/2m3 4 6 9 83 25
Sampah
1 unit / 2000
6 Kebutuhan TPS 3R 0 0 1 5 2
Rumah

Kebutuhan Truk 1 unit/18 m3 (3


7 0 1 1 9 3
Sampah trip)

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 71
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.6.3.8 Proyeksi Air Bersih
Tabel 4- 37 Tabel Proyeksi Air Bersih Desa Bunut

Kebutuhan Air Bersih


Proyeksi
Penduduk Tingkat
Tahun Domestik Komersial/Industri Fas.Sosial Total Jumlah
Pendukung Hidran Umum (Ltr/Hr) Kebocoran
(jiwa) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr)
(Ltr/Hr)

Proyeksi Penduduk (jiwa)


2019 9,185 1,377,750 367,400 275,550 137,775 2,158,475 431,695 2,590,170
2024 14,236 2,135,400 569,440 427,080 213,540 3,345,460 669,092 4,014,552
2029 22,064 3,309,600 882,560 661,920 330,960 5,185,040 1,037,008 6,222,048
2034 34,198 5,129,700 1,367,920 1,025,940 512,970 8,036,530 1,607,306 9,643,836
2039 53,004 7,950,600 2,120,160 1,590,120 795,060 12,455,940 2,491,188 14,947,128
Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 38 Tabel Proyeksi Air Bersih Desa Lape

Kebutuhan Air Bersih


Proyeksi
Penduduk Hidran Tingkat
Tahun Domestik Komersial/Industri Fas.Sosial Total Jumlah
Pendukung Umum Kebocoran
(Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr)
(jiwa) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr)
Proyeksi Penduduk (jiwa)
2019 1,716 257,400 68,640 51,480 25,740 403,260 80,652 483,912
2024 2,659 398,850 106,360 79,770 39,885 624,865 124,973 749,838
2029 4,122 618,300 164,880 123,660 61,830 968,670 193,734 1,162,404
2034 6,389 958,350 255,560 191,670 95,835 1,501,415 300,283 1,801,698
2039 9,902 1,485,300 396,080 297,060 148,530 2,326,970 465,394 2,792,364
Sumber Analisis Konsultan

Tabel 4- 39 Tabel Proyeksi Air Bersih Sai Mawang

Kebutuhan Air Bersih

Proyeksi
Penduduk Hidran Komersial Tingkat
Tahun Domestik Fas.Sosial Total Jumlah
Pendukung Umum /Industri Kebocora
(jiwa) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr) (Ltr/Hr)
(Ltr/Hr) (Ltr/Hr) n (Ltr/Hr)

Proyeksi Penduduk (jiwa)


2019 2,677 401,550 107,080 80,310 40,155 629,095 125,819 754,914
2024 4,150 622,500 166,000 124,500 62,250 975,250 195,050 1,170,300
2029 6,432 964,800 257,280 192,960 96,480 1,511,520 302,304 1,813,824
2034 9,969 1,495,350 398,760 299,070 149,535 2,342,715 468,543 2,811,258
2039 15,452 2,317,800 618,080 463,560 231,780 3,631,220 726,244 4,357,464
Sumber Analisis Konsultan

4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan


Dalam mewujudkan ekonomi BWP yang berkelanjutan melalui keterkaitan
ekonomi lokal dalam sistem ekonomi kota, regional, nasional, maupun internasional,

LAPORAN ANTARA 72
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


analisis ekonomi dilakukan dengan menemukenali struktur ekonomi, pola
persebaran pertumbuhan ekonomi, potensi, peluang dan permasalahan
perekonomian wilayah kota untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik,
terjadinya investasi dan mobilisasi dana yang optimal.

Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar


kawasan/kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun inter- regional
sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi- solusi secara ekonomi
yang mampu memicu peningkatan ekonomi wilayah kota. Analisis diharapkan
dapat membaca potensi ekonomi lokal terhadap pasar regional, nasional maupun
global.

Dari analisis ini, diharapkan diperoleh karakteristik perekonomian wilayah


perencanaan dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis
ekonomi, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan
disparitas pertumbuhan ekonomi di BWP. Analisis ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan RDTR.

Tabel 4- 40Distribusi PDRB Kabupaten SANGGAU tahun 2010-2018

Lapangan Usaha (Seri Distribusi PDRB ADHB 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen)
2010) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan 35.39 34.4 33.27 33.26 32.43 31.05 30.6 30.17 30.16
Perikanan
B. Pertambangan dan 6.55 8.3 9.41 8.07 7.22 7.81 8.27 9.06 9.6
Penggalian
C. Industri Pengolahan 20.82 20.72 19.68 19.8 20.18 19.56 19.58 19.34 18.28
D. Pengadaan Listrik dan 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03
Gas
E. Pengadaan Air, 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 5.76 5.79 5.99 6.14 6.03 6.34 6.52 6.38 6.34
G. Perdagangan Besar dan 11.62 11.64 11.36 11.59 11.87 12.27 12.08 11.8 11.82
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H. Transportasi dan 1.45 1.36 1.36 1.44 1.48 1.48 1.48 1.45 1.46
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi 1.78 1.72 1.67 1.7 1.75 1.83 1.82 1.85 1.85
dan Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 3.02 2.98 3.02 3.18 3.17 3.26 3.31 3.64 3.91
K. Jasa Keuangan dan 1.39 1.44 1.62 1.72 1.74 1.8 1.81 1.85 1.9

LAPORAN ANTARA 73
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Asuransi
L. Real Estat 2.8 2.66 2.67 2.75 2.78 2.76 2.73 2.68 2.68
M,N. Jasa Perusahaan 0.25 0.24 0.25 0.25 0.27 0.28 0.28 0.28 0.29
O. Administrasi 4.26 4 4.82 5.25 6.09 6.5 6.56 6.71 6.95
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 2.76 2.72 2.89 2.91 2.96 2.96 2.88 2.76 2.72
Q. Jasa Kesehatan dan 1.42 1.38 1.32 1.31 1.35 1.41 1.38 1.35 1.33
Kegiatan Sosial
R,S,T,U. Jasa Lainnya 0.67 0.62 0.6 0.6 0.63 0.65 0.63 0.63 0.64
Produk Domestik Regional 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Bruto Kab. Sanggau
Sumber: BPS Kabupaten Sanggau 2019

Sektor pertanian masih sangat dominan dalam PDRB Kabupaten sanggau , tetapi
kontribusinya terhadap PDRB mengalami penurunan perlahan-lahan ditahun 2018
hingga mencapai angka 30,16persen dari 35.39 persen ditahun 2010. Sektor dengan
kontribusi terbesar selanjutnya adalah sektor industri namun seperti halnya dengan
sektor pertanian sektor ini mengalami penurunan dari tahun 2010-2018 yaitu pada tahun
2010 memiliki kontribusi 20.82% namun pada tahun 2018 menurun menjadi 18.28%.

Sedangkan pada sektor lain seperti sektor pemerintahan, Konstruksi, pertambangan dan
sektor infomasi dan komunikasi perlahan-lahan menunjukan peningkatan kontribusi.
Pada sektor transportasi, real estate, pendidikan, kesehatan dan jasa lainnya tidak
begitu mengalami perubahan dari tahun 2010-2018. Dan sektor yang memberikan
kontribusi terkecil adalah sektor listrik dan gas dan sektor air, pengelolaan limbah dan
sampah.

Tabel 4- 41 Hasil analisis LQ dan ME di Kabupaten Sanggau

PDRB Adh. Konstan


Tahun 2018 (Milyar LQ
Sektor
Rupiah) Sektor
No Lapangan Usaha non ME
basis
basis
Provinsi Kab
Nilai interpretasi
Kalbar Sanggau

1 Pertanian 30,251.08 4,366.00 1.48 B 1422.99 2943.01 2.07

2 Pertambangan 1.58 B 345.60 594.40 1.72

LAPORAN ANTARA 74
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


6,109.78 940.00

3 Industri Pengolahan 20,613.37 2,232.00 1.11 B 226.61 2005.39 8.85

4 Listrik dan gas 132.52 4.00 0.31 nB -8.89 12.89 -1.45

Pengadaan Air,
Pengelolaan
sampah, limbah dan
5 Daur Ulang 183.27 4.00 0.22 nB -13.83 17.83 (1.29)

6 Konstruksi 14,305.00 778.00 0.56 nB -613.68 1391.68 (2.27)

Perdagangan Besar
dan Eceran,
Reparasi Mobil dan
7 Sepeda Motor 19,365.58 1,477.00 0.78 nB -407.00 1884.00 -4.63

Transportasi dan
8 Pergudangan 5,647.57 191.00 0.35 nB -358.43 549.43 (1.53)

Penyedia
Akomodasi & Makan
9 Minum 3,008.06 223.00 0.76 nB -69.64 292.64 (4.20)

informasi dan
10 komunikasi 6,705.76 618.00 0.95 nB -34.38 652.38 (18.98)

jasa keuangan dan


11 asuransi 5,159.41 268.00 0.53 nB -233.94 501.94 (2.15)

12 real estate 3,670.73 338.00 0.95 nB -19.11 357.11 (18.69)

13 jasa perusahaan 600.54 36.00 0.62 nB -22.42 58.42 -2.61

administrasi
pemerintah,
pertahanan dan jam
14 inan 75ocial wajib 6,450.11 643.00 1.02 B 15.49 627.51 40.50

15 Jasa Pendidikan 5,130.10 348.00 0.70 nB -151.09 499.09 (3.30)

16 Sosial 1,854.06 156.00 0.86 nB -24.37 180.37 -7.40

17 Jasa Lainnya 1,397.14 82.00 0.60 nB -53.92 135.92 (2.52)

PDRB 130,584.09 12,704.00

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 75
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Penentuan Sektor Basis dan Multiplier Effect
Analisis perkembangan sektor strategis perekonomian wilayah Kabupaten Sanggau
dilakukan dengan menggunakan metode Location Quetion (LQ). Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan nilai perbandingan relatif kemampuan produksi sektor-sektor ekonomi
yang dapat menjadi sektor ekonomi basis (base economic) Kabupaten Kepulauan
Anambas terhadap Provinsi Kepulauan Anambas. Metode ini pula dapat digunakan
untuk mengetahui potensi sektor yang ada dalam wilayah yang bersangkutan untuk
diekspor ke wilayah lainnya ataupun tidak (dalam arti hanya melayani/memenuhi
kebutuhan sendiri). Adapun formulasi dari metode LQ adalah :

LQ = SiR / SR

SiN/ SN

Dimana SiR adalah jumlah PDRB dari sektor i pada wilayah R (Kabupaten), SR adalah
jumlah PDRB seluruh sektor pada wilayah R, SiN adalah jumlah PDRB I pada wilayah
yang lebih luas (Provinsi), dan SN adalah jumlah PDRB seluruh sektor pada wilayah
yang lebih luas tersebut.

Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode LQ pada
suatu wilayah, yaitu :

 Jika nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan disamping dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang untuk diekspor ke wilayah lainnya
(Sektor Basis).

 Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan
wilayah itu sendiri.

Keterkaitan satu sektor dengan sektor lainnya merupakan suatu hal yang perlu
mendapat perhatian dalam penentuan sektor unggulan. Keterkaitan antar sektor dapat
dilihat dari dampak pengganda (multiplier effect) suatu sektor yang dapat
membangkitkan kegiatan di sektor lainnya. Penentuan dampak pengganda suatu sektor
didasarkan pada landasan teoritis analisis ekonomi basis (economic base analysis).
Keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya merupakan satu hal yang perlu

LAPORAN ANTARA 76
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


mendapat perhatian dalam penentuan sektor unggulan. Keterkaitan antar sektor dapat
dilihat dari dampak pengganda (multiplier effect) suatu sektor yang dapat
membangkitkan kegiatan di sektor lainnya. Penentuan dampak pengganda suatu sektor
didasarkan pada landasan teoritis analisis ekonomi basis (economic base analysis).

Sektor-sektor yang memiliki efek pengganda >0 merupakan sektor-sektor basis, angka-
angka multplier effect yang terlihat pada tabel tersebut merupakan gambaran besaran
pengganda dari sektor basis terhadap produksi di sektor non basis, sebagai contohnya
sektor pertanian merupakan sektor basis, yang mana setiap produksi di sector pertanian
tersebut sebesar Rp 686,63,- (milyar rupiah), maka akan meningkatkan produksi di
sektor non basis sebesar 2,20 kali (yaitu sebesar Rp 1.511,15 milyar rupiah) , begitupun
dengan sektor basis lain.

4.8 Analisis Transportasi

Transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: sebagai alat bantu untuk mengarahkan
pembangunan di daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia
dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut.

Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh
perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan
rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah
tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem
prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi
penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya
minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi.

Tujuan di lakukan analisis transportasi:

1. Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam pergerakan,


mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung fungsi masing-masing
zona.
2. Analisis transportasi didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi kebutuhan lalu lintas.
3. Analisis transportasi tersebut meliputi:
a. analisis sistem kegiatan

LAPORAN ANTARA 77
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


b. analisis sistem jaringan
c. analisis sistem pergerakan
4. Analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana struktur
ruang.

Gambar 4- 26Peta Jaringan Jalan

Sumber : Analisa Konsultan

JARINGAN ARTERI PRIMER

1. Ruas Jalan Tanjung – Batas Kota Sanggau;


2. Ruas Jalan Sudirman (Kota Sanggau);
3. Ruas Jalan Ahmad Yani (Kota Sanggau);
4. Ruas Jalan R.E. Martadinata (Kota Sanggau);
5. Ruas Jalan Batas Kota Sanggau – Batas Kabupaten Sekadau;

JALAN LOKAL PRIMER

a. Jalan Gajah Mada;


b. .Jalan H. Agus Salim;
c. .Jalan Yos Sudarso;
d. Jalan K.H. Dewantara;
e. Jalan Kartini;

LAPORAN ANTARA 78
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


f. Jalan Kapuas;
g. Jalan Sekayam;
h. Jalan Gunung Bentuang;
i. Jalan Bukit Ruan;
j. Jalan H. Abbas;
k. Jalan Mustafa Sulaiman Siregar;
l. .Jalan H. Gusti;
m. Jalan Anggrek;
n. Jalan Akses Komplek Perkantoran (Kel. Bunut).

Gambar 4- 27 Lintas Poros Kalimantan Tengah

Sumber: Analisis Konsultan

Terdapat Jalan lintas Kalimantan Poros tengah yang menghubungkan mempawah ke

putussibau. Karena itu Mulai bertumbuhan gudang - gudang di wilayah desa sungai

mawang menuju arah desa lape. Untuk kawasan pergudangan itu, barang2nya bukan

hanya untuk suplay di kota sanggau saja tetapi untuk suplay juga ke wilayah kabupaten

lain yang berada di Timur Kalbar.

LAPORAN ANTARA 79
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Rencana Pengembangan jaringan jalan Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu:

1. Jalan Arteri Primer


Peningkatan lebar dan mutu jalan arteri primer Sanggau - Pontianak dan jalan
arteri primer dari arah Sanggau - Sekadau untuk mengantisipasi
adanyapeningkatanvolumekendaraan.
2. Jalan Lokal Primer
Peningkatan lebar dan mutu jalan untuk mengantisipasi adanya peningkatan
volume kendaraan akibat berkembangnya kawasan khususnya jalan yang
menuju kawasan pariwisata,pertaniandanperkebunan.
3. JalanLingkungan
Pengembangan jalan lingkungan baru serta peningkatan mutu perkerasan jalan
khususnya di jalan-jalan lingkungan yang masih belum memilikiperkerasan.

Dalam RTRW Kabupaten sanggau tahun 2011-2031 diatur sebagai berikut:

1) Jaringan Arteri Primer; yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota:
 antar-PKN,
 antara PKN dan PKW, dan
2) Jaringan Kolektor Primer, yaitu jaringan jalan yang dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota:
 antar-PKW,
 antara PKW dan PKL
Berdasarkan ketentuan di atas, jaringan jalan darat yang arahan pengembangannya
dalam masa rencana adalah sebagai berikut:

(a). Jaringan Arteri Primer

1. Pontianak – Tayan – Simpang Dua – Nanga Tayap – Palangkaraya

2. Tayan – Sosok - Tanjung – Sanggau – Sekadau – Sungai Ukoi – Sintang –


Putussibau – Samarinda

LAPORAN ANTARA 80
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


(b). Pengembangan Jalan Strategis Nasional

1. Nanga Badau – Nanga Merakai – Balai Karangan – Entikong – Jagoi babang


– Aruk – Temajuk (Paloh)

2. Batas Negara-Entikong dan Balai Karangan-Tanjung

3. Tayan – Sosok – Kembayan – Beduwai – Balai Karangan – Entikong –


Perbatasan Sarawak.

(c). Jaringan Kolektor Primer

1. Batas Kabupaten Landak – Sosok – Tanjung – Pusat Damai – Sanggau –


Batas Kabupaten Sekadau.

2. Tayan – Teraju – Batas Kabupaten Ketapang (ke Balai Bekuak).

3. Beduwai – Batas Kabupaten Landak (ke Serimbu).

4. Entikong – Batas Kabupaten Landak (ke Serimbu).

5. Simpang Ambawang – Tayan.

6. Kembayan – Balai Sebut – Batas Kabupaten Sekadau (ke Senaning).

7. Bonti – Bodok – Meliau.

(d). Jaringan jalan lokal primer

1. Kedukul-Balai Sebut.

2. Balai Karangan–Batas Kabupaten Sintang.

3.

Pengembangan jaringan jalan darat di atas diiringi dengan:

1. Pengembangan enam kawasan lintas batas negara (gerbang darat internasional)


yakni di Entikong (Sanggau), Nanga Badau (Kapuas Hulu), Jagoi Babang
(Bengkayang), Aruk (Sambas), Jasa (Sintang), dan Temajuk (Sambas; untuk
pariwisata Temajuk—Melano).

2. Saat ini jaringan jalan utama yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat adalah
jaringan jalan pararel perbatasan Tanjung-Entikong-Perbatasan di Kabupaten

LAPORAN ANTARA 81
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Sanggau, dan jalan yang menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di
provinsi dengan jalan paralel perbatasan. Adapun jalan paralel perbatasan
merupakan jalan arteri untuk mengakses daerah perbatasan dan membuka
peluang bagi daerah Entikong untuk berkembang. Selain itu di Kalimantan Barat
juga akan sudah mulai di bangun jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan
Provinsi Kalimantan Barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur.

3. Peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan pada jalur lokal primer;

a. Entikong – Desa Suruh Tembawang – Seluas.

b. Semuntai – SP 3 Kecamatan Mukok..

c. Sosok – Desa Engkasan – Desa Kelompu (Simpang ke arah Sosok –


Beduwai).

d. Pasir putih – Semoncol – Makawing

4. Peningkatan kualitas jembatan, diarahkan pada perbaikan terhadap beberapa


jembatan dengan kondisi rusak, meliputi;

a. Peningkatan kualitas/perbaikan pada jembatan beton/batu/bata di


Kecamatan Jangkang (1 unit).

b. Peningkatan kualitas/perbaikan pada jembatan kayu/bambu di Kecamatan


Kapuas (4 unit), Tayan Hilir (16 unit), Sekayam (4 unit), Kembayan (2 unit),
Jangkang (6 unit), Beduwai (2 unit) dan Entikong (12 unit).

5. Pembangunan jembatan Sei Kapuas yang menghubungkan Tayan-Piasak-Toba


yang merupakan bagian dari pengembangan jalur poros selatan yang menuju
Kalimantan Tengah. Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan kualitas pada
jembatan; Sei Setingkas, Jalan Alternatif Malan, depan Kantor Camat Mukok,
Sungai Engkode dan jembatan gantung Kedukul.

6. Pengembangan sarana transportasi angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP),


angkutan kota dan angkutan perdesaan (Pasal 41 PP Nomor 43 Tahun 1993,
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan).

LAPORAN ANTARA 82
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


7. Pengembangan sarana transportasi di atas perlu diiringi dengan pengembangan
prasarana terminal B (antar kabupaten) yang diarahkan di Kota Sanggau,
Entikong, dan Sosok (dalam proses pembangunan) serta pengembangan sub
terminal angkutan jalan raya yang diarahkan pada setiap kota kecamatan/IKK.
Sedangkan untuk Kota Tayan akan direncanakan terminal khusus yang berfungsi
sebagai prasarana penunjang kawasan industri pengolahan hasil pertambangan
serta penunjang kawasan perkotaan.

Selain pengembangan jaringan jalan, pada wilayah sanggau sudah direncanakan


pembuatan jalur kereta api dan telah termuat dalam RTRW Kabupaten Sanggau
tahun nomor 10 2014 pasal 46.

Gambar 4- 28 Rencana Jalur Perkeretaapian Kawasan Sanggau


Sumber: Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 83
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.9 Analisis Sumber Daya Buatan


Pengembangan sebuah wilayah tidak lepas dari pemanfaatan potensi berupa
sumberdaya yang ada. Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan buatan dari
sumber daya alam hayati atau non hayati yang dilakukan untuk membuat
sumberdaya yang belum bermanfaat menjadi dapat dimanfaatkan dan juga
meningkatkan kualitas, kuantitas dan atau kemampuan daya dukung sumber daya
tersebut.

Sumber daya buatan merupakan sumber daya alam yang telah/akan ditingkatkan
dayagunanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemanfaatan sumber daya
buatan akan mengurangi eksploitasi sumber daya alam sehingga tetap dapat
menjaga keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, waduk, dinding talud
penahan tanah, reklamasi pantai, sodetan sungai, terasering, dan lain-lain.

Analisis sumber daya buatan dilakukan untuk memahami kondisi, potensi,


permasalahan, dan kendala yang dimiliki dalam peningkatan pelayanan sarana dan
prasarana pada BWP. Melalui analisis ini diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi BWP.

Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit kegiatan
dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas atau skala
pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas pemanfaatan
ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya dukung wilayah.

Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Analisis sumber daya buatan
sangat terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

Pada perkotaan sanggau terdapat sumber daya buatan seperti Pusat Listrik Tenaga
Diesel, Pusat Listrik Tenaga Uap, Pusat Listrik Tenaga Gas Batubara, Pembangkit
Llistrik tenaga Mikrohidro, Pembangkit Listrik Tenaga Surya.

LAPORAN ANTARA 84
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Pengelolaan Sumber daya buatan telah diatur di dalam Perda No.10 2014 RTRW
Kabupaten Sanggau Pasal 15 tentang Sistem Jaringan Prasarana
Energi;Kelistrikan, Minyak dan Gas Bumi

a) PLTD bersumber dari BBM di perkotaan sanggau.


b) Pengembangan PLTU di sei batu Kecamatan Kapuas dan Kecamatan Tayan
Hilir
c) Pengembangan pembangkit listrik tenaga gas batubara (PLTGB) di Tayan
d) Pengembangan energy baru terbarukan dengan potensi energy air yang
bersumber riam di seluruh kecamatan (PLTMH)
e) Pengembangan energy baru terbarukan yang berpotensi energy surya (PLTS)
f) Pengembangan energy baru terbarukan yang bersumber dari bio energy.

Gambar 4- 29 Sumber daya buatan di Sanggau

Sumber : Google 2019

LAPORAN ANTARA 85
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.10 Analisis Lingkungan Binaan

Analisis kondisi lingkungan binaan dilakukan untuk menciptakan ruang yang


berkarakter, layak huni dan berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan
sosial. Analisis kondisi lingkungan binaan didasarkan pada kondisi fisik
kawasan perencanaan dan kriteria lokal minimum. Analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan konsep ruang.

Analisis kondisi lingkungan binaan tersebut meliputi:

a) analisis figure and ground

b) analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda

c) analisis ketersediaan dan dimensi jalur khusus pedestrian

d) analisis karakteristik kawasan (langgam bangunan)

e) analisis land use

f) analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan non hijau

g) analisis vista kawasan (pelataran pandang)

h) analisis tata massa bangunan

i) analisis intensitas bangunan

j) analisis land value capture (pertambahan nilai lahan)

k) analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar (jalan, jalur


pejalan kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya)
l) analisis cagar budaya

4.10.1 Analisis Figure Ground

Teori-teori figure/ground di pahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural


antara bentuk yang di bangun (building mass) dan ruang terbuka (open
space).merupakan analisis yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah

LAPORAN ANTARA 86
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan, serta mengidentifikasikan
masala keteraturan perkotaan.
System hubungan di dalam arsitektur figure/ground mengenal dua kelompok
elemen, yaitu solid dan void. Selanjutnya akan di kemukakan elemen-elemen
kedua kelompok tersebut. Ada tiga elemen dasar yang besifat solid serta empat
elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang bersifat void.
Ke tiga elemen itu merupakan elemen konkrit karena dibangun secara fisik
(dengan bahan massa). Paling mudah untuk di perhatikan adalah elemen blok
tunggal karena bersifat individual. Akan tetapi elemen ini juga dapat di lihat
sebagai bagian dari satu unit yang lebih besar dimana elemen tersebut sering
memiliki sifat yang penting (misalnya sebagai penentu sudut, hirarki atau
penyambung).

Gambar 4- 30Peta Analisis Figure and Ground Desa Bunut

Sumber : Analisis Konsultan 2019

Pada wilayah Desa Bunut Konfigurasi solid-void atau daerah terbangun dan
tidak terbangun secara umum masih didominasi oleh area void/tidak terbangun.

LAPORAN ANTARA 87
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Keadaan ini sebaiknya dipertahankan untuk dapat memberikan tingkat
sustainability yang tinggi Pengembangan solid /daerah terbangun sebaiknya
diatur dengan mengembangkan daerah antar void yang berada di pusat
Kawasan.

Gambar 4- 31Peta Analisis Figure and Ground Desa Sungai Mawang


Sumber : Analisis Konsultan 2019

Konfigurasi solid-void pada Desa Sungai Mawang, secara umum masih


didominasi oleh area void. Keadaan ini sebaiknya dipertahankan untuk dapat
memberikan tingkat sustainability yang tinggi.
Pengembangan solid /daerah terbangun sebaiknya diatur dengan
mengembangkan daerah pada sepanjang koridor utama Kawasan untuk
memperkuat linkage.

LAPORAN ANTARA 88
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 32Peta Analisis Figure and Ground Desa Lape


Sumber : Analisis Konsultan 2019

Konfigurasi solid-void secara umum masih didominasi oleh area void. Keadaan
ini sebaiknya dipertahankan untuk dapat memberikan tingkat sustainability yang
tinggi. Pengembangan solid /daerah terbangun sebaiknya diatur dengan
mengembangkan daerah pada sepanjang koridor utama Kawasan untuk
memperkuat linkage.

4.10.2 analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda

Fungsi pedestrian adalah sebagai wadah bagi manusia dalam hal pejalan kaki
untuk dapat beraktifitas dalam ruang koridor secara bebas. Menurut Salfira (1995),
fungsi pedestrian seperti juga jalan merupakan ruang bebas untuk kendaraan,
pedestrian merupakan ruang koridor untuk orang beristirahat, bergerak, berteduh,
penyegar yang pertamakali dirasakan bila orang mulai melangkah keluar dari
bangunan kantor atau bangunan lainnya . Namun seringkali fungsi dari pedestrian
banyak bergeser dari peran utamanya, terutama di kota-kota sedang berkembang.
Begitu Pula halnya dengan jalur sepeda. Konsep sustainable development dapat

LAPORAN ANTARA 89
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


dicapai melalui berbagai aspek seperti lingkungan,ekonomi, sosial, perumahan,
dan salah satunya yaitu sustainable transportation. Sepeda merupakan salah satu
moda transportasi non motorized yang dapat mendukung konsep sustainable
transportation. Untuk itu perencanaan jalur sepeda harus diperhatikan dalam
perencanaan kota.

Gambar 4- 33 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Bunut
Sumber : Analisis Konsultan 2019

Jalur pejalan kaki dan jalur sepeda sebagai salah satu usaha sustainability
belum terwujud dalam Kawasan. Tetapi secara potensi dapat direncanakan
secara berdampingan dengan jalan utama dan jalan pendukung Kawasan. Jalur
pejalan kaki utama sebaiknya direncanakan melengkapi jalan utama dan
pendukung Kawasan, sementara itu jalur sepeda direncanakan dengan
membuat loop pada Kawasan.

LAPORAN ANTARA 90
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 34Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Sungai
Mawang

Sumber : Analisis Konsultan 2019


Pada wilayah desa Sungai Mawang, potensi bentuk keterhubungan dapat
direncanakan berdampingan dengan jalan utama dan jalan pendukung
Kawasan. Jalur pejalan kaki utama sebaiknya direncanakan melengkapi jalan
utama dan pendukung Kawasan, sementara itu jalur sepeda direncanakan
dengan membuat loop pada Kawasan.

Gambar 4- 35 Peta rencana Jalur pedestrian dan Jalur Sepeda Desa Lape
Sumber : Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 91
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Potensi bentuk keterhubungan dapat direncanakan berdampingan dengan jalan


utama dan jalan pendukung Kawasan. Jalur pejalan kaki utama dan jalur
sepeda pada kawasan sebaiknya direncanakan melengkapi jalan utama dan
pendukung Kawasan.

4.10.3 analisis ketersediaan dan dimensi jalur khusus pedestrian

Ketersediaan dan dimensi Jalur khusus pedestrian sudah diatur berdasarkan


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014, Adapun jika dikaitkan
dengan Kondisi eksisting Kawasan pada jalur utama Kawasan yang merupakan
jalur arteri primer adalah harus terdapat jalur pedestrian di 2 sisi dengan
perencanaan secara segregasi atau terpisah dari badan jalan, dengan lebar rata-
rata 3 meter. Hal ini harus direncanakan untuk dapat memberikan kenyamanan
bagi para pejalan kaki.

Gambar 4- 36Kondisi Eksisting Jalan Utama Kawasan


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014

LAPORAN ANTARA 92
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 42Kebutuhan Pengembangan Jaringan Pejalan Kaki
Berdasarkan Fungsi Jalan dan Penggunaan Lahan

Komersial Perumahan
0-3 unit/Ha 4-10 unit/ha >10 unit/ha
Arteri 2 2 2 2
Kolektor 2 2 2 2
Lokal/ 2 O 1 2
Lingkungan
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014)

Keterangan :

2 : Dibutuhkan Pada Kedua Sisi Jalan

1 : Dibutuhkan hanya pada satu sisi jalan

O: Diharapkan namun tidak terlalu diperlukan

Tabel 4- 43Teknik Perencanaan Prasarana Pejalan Kaki

Fungsi Jalan Teknik yang dipakai


1. Arteri Segregasi
2. Kolektor Segregasi
3. Lokal Integrasi
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014)

Tabel 4- 44Lebar Pejalan Kaki sesuai dengan Penggunaan Lahan

(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014)

LAPORAN ANTARA 93
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.10.4 Analisis karakteristik kawasan (langgam bangunan)

Langgam Arsitektur adalah bagian dari budaya sedangkan budaya adalah hasil
karya dari manusia. Sejak post modern, para arsitek banyak memperdebatkan
tentang langgam ini yang berarti hal yang terkait dengan suatu ciri, bisa berupa
budaya, tokoh, peristiwa sejarah, dan lain-lain.

Langgam arsitektur memiliki banyak jenis, seperti langgam arsitektur modern,


langgam arsitektur post-modern, langgam arsitektur dekontruksi, langgam
arsitektur klasik, langgam arsitektur vernakular dan lainnya. (Diesty, 2012).

Gambar 4- 37Perumahan Kabupaten Sanggau


Sumber : Dokumentasi Konsultan

Gambar 4- 38Perkantoran Kabupaten Sanggau

Sumber: Dokumentasi Konsultan

LAPORAN ANTARA 94
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 39Rumah adat Melayu di Kabupaten Sanggau


Sumber: Dokumentasi Konsultan

Gambar 4- 40 Rumah adat Bentang di Sanggau


Sumber: Dokumentasi Konsultan

Langgam bangunan sudah terlihat berkarakter pada beberapa bangunan


komersial dengan adanya ornament tradisional Kalbar, keberadaan 2
bangunan tradisional yang besar menjadi daya tarik Kawasan dan
membantu peningkatan karakter bangunan secara menyeluruh.

LAPORAN ANTARA 95
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.10.5 analisis land use

Gambar 4- 41Peta Landuse desa sungai Mawang


Sumber : Analisis Konsultan 2019

Gambar 4- 42Peta Landuse desa Bunut

Sumber : Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 96
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 43 Peta Landuse desa Lape


Sumber : Analisis Konsultan 2019

4.10.6 analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan non hijau

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.

Dalam UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya


penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya
ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

LAPORAN ANTARA 97
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 44Peta RTH Desa Bunut

Sumber: Analisis Konsultan 2019

RTH dan non hijau pada desa Bunut secara konfigurasi eksisiting masih
didominasi oleh luasan RTH.Hal ini harus dipertahankan agar keberlanjutan
Kawasan dapat terwujud

Gambar 4- 45 Peta RTH Desa Sungai Mawang


Sumber: Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 98
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Gambar Peta RTH Desa Lape
Sumber: Analisis Konsultan 2019

RTH dan non hijau di desa Sungai Mawang dan Desa Lape secara
konfigurasi eksisiting masih didominasi oleh luasan RTH. Hal ini harus
dipertahankan agar keberlanjutan Kawasan dapat terwujud.

4.10.7 analisis vista kawasan (pelataran pandang)


Arti vista secara harafiah berhubungan dengan view yang berarti pandangan
sejauh yang dapat tertangkap oleh mata manusia. View hanya dapat dibatasi
oleh sesuatu yang menghalangi. View merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam perencanaan kawasan.
Bagaimana suatu kawasan mempunyai nilai estetika yang baik sangat
ditentukan oleh faktor view. Hal ini berhubungan dengan kontur, gaya bangunan,
jalur jalan dan elemen-elemen lain seperti furniscape, taman kota, dan public
area.

LAPORAN ANTARA 99
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 46Rencana Vista Kawasan Desa Bunut


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Secara umum vista Kawasan secara alami tidak terbentuk, dikarenakan tidak
terdapat titik-titik menarik secara alami. Adapun vista Kawasan secara buatan
terdapat pada titik pertigaan pada area pusat kegiatan. Dengan demikian semua
pengembangan bangunan secara imaginer akan berorientasi pada titik focal
point dimaksud.

Gambar 4- 47Rencana Vista Kawasan Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 100


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Secara umum vista Kawasan di Desa Lape secara alami tidak terbentuk,
dikarenakan tidak terdapat titik-titik menarik secara alami. Adapun garis linier
pada koridor utama Kawasan akan membentuk aksis orientasi pembangunan
fisik Kawasan.

Gambar 4- 48 Rencana Vista Kawasan Desa Sai Mawang


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Secara umum vista Kawasan secara alami tidak terbentuk, dikarenakan tidak
terdapat titik-titik menarik secara alami.Adapun vista Kawasan secara buatan
terdapat pada titik pertigaan pada area pusat kegiatan.
Dengan demikian semua pengembangan bangunan secara imaginer akan
berorientasi pada titik focal point dimaksud.

LAPORAN ANTARA 101


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.10.8 analisis tata massa bangunan

Gambar 4- 49 Analisis Tata Bangunan Desa Bunut


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Tata bangunan dalam Kawasan terbagi dalam dua kelompok yaitu:

a. Bangunan 1-2 lt yang didominasi oleh tipologi bangunan hunian


b. Bangunan 2-3 lt yang merupakan bangunan komersial, fasum fasos dan
pemerintahan. Bangunan 2-3 lt berada pada bagian koridor dan pusat
kegiatan Kawasan sementara bangunan 1-2 lt sebagai bangunan pengisi
kawasan

LAPORAN ANTARA 102


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 50 Analisis Tata Bangunan Desa Sungai Mawang


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Gambar 4- 51 Analisis Tata Bangunan Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 103


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tata bangunan pada Kawasan Desa Sungai Mawang terbagi dua konfigurasi
yaitu bangunan 2-3 lantai pada koridor dan pusat kegiatan, sementara itu
bangunan 1-2 lt berada pada bagian hinterland. Terdapat tipologi bangunan
industry pada Kawasan ini yang terpisah dari cluster bangunan lainnya.

Pada Kawasan Desa Lape Tata bangunan didominasi oleh bangunan 1-2 lantai
yang bertipologi sebagai bangunan hunian dan komersial. Pada Kawasan ini
juga terdapat bangunan pelestarian Rumah Bentang yang merupakan rumah
tradisional Kalimantan Barat.

4.10.9 analisis intensitas bangunan


Bangunan merupakan bentuk yang solid dimana keberadaannya akan menutupi atau
mengurangi ruang terbuka yang tersedia. Intensitas bangunan adalah ukuran kepadatan
bangunan dalam tiga dimensional, dikaitkan dengan luas kaveling. Intensitas digunakan
sebagai instrument untuk mengendalikan kepadatan bangunan..Untuk ukuran
horizontal, digunakan BCR (Building Coverage Ratio) / KDB (Koefisien Dasar
Bangunan), sedang untuk vertikal digunakan FAR (floor area ratio) / KLB (Koefisien
Lantai Bangunan).

KDB ini bertujuan untuk mengatur besaran luasan bangunan yang menutupi permukaan
tanah, hal ini akan mempengaruhi infiltrasi air tanah atau ketersediaan air tanah untuk
masa yang akan datang. Selain sebagai penjaga keberadaan air tanah, permukaan
tanah yang tidak tertutup bangunan akan mampu menerima sinar matahari secara
langsung untuk membuat tanah bisa mengering sehingga udara yang tercipta di sekitar
bangunan tidak menjadi lembab. KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan
dengan luas tanah. Peraturan akan FAR/KLB ini akan mempengaruhi skyline yang
tercipta oleh kumpulan bangunan yang ada di sekitar. Tujuan dari penetapan KLB ini
terkait dengan hak setiap orang/bangunan untuk menerima sinar matahari. Jika
bangunan memiliki tinggi yang serasi maka bangunan yang disampingnya pun dapat
menerima sinar matahari yang sama dengan bangunan yang ada di sebelahnya

LAPORAN ANTARA 104


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Analisis Intensitas Bangunan Desa Bunut


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Intensitas Kawasan di Desa Bunut berkisar pada KLB 0,8 hingga 1 dengan KDB tiap
persil lahan adalah 40% hingga 50%. Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area
tidak terbangun maka intensitas Kawasan dapat dikatakan rendah. Dengan demikian
pengembangan Kawasan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada titik
pusat kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik
ekonomi.

Pada wilayah Desa Sungai Mawang Intensitas Kawasan berkisar pada KLB 0,8 hingga 1
dengan KDB tiap persil lahan adalah 40% hingga 50% dan 60% khusus area industry.
Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka intensitas
Kawasan dapat dikatakan masih rendah. Dengan demikian pengembangan Kawasan
Desa Sungai Mawang dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada titik pusat
kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik ekonomi.

LAPORAN ANTARA 105


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 52Analisis Intensitas Bangunan Desa Bunut


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Gambar 4- 53Analisis Intensitas Bangunan Desa Lape


Sumber: Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 106


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


5
Intensitas Kawasan di Desa Lape berkisar pada KLB 0,8 dengan KDB tiap persil lahan
adalah 40%.Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka
intensitas Kawasan dapat dikatakan masih rendah. Dengan demikian pengembangan
Kawasan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada area koridor Kawasan,
sebagai upaya peningkatan daya Tarik visual dan ekonomi.

4.10.10 Analisis land value capture (pertambahan nilai lahan)

Gambar 4- 54Analisis Value Capture Desa Bunut


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Nilai lahan pada Kawasan ini berbanding lurus dengan konfigurasi intensitas bangunan,
semakin tinggi intensitas bangunan, maka semakin tinggi nilai lahan dan value capture
pada Kawasan.

Nilai lahan tinggi berada pada koridor Kawasan dan pusat kegiatan lingkungan. Nilai
lahan sedang berada pada area hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan
rendah berada pada area void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/ hutan

LAPORAN ANTARA 107


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 55Analisis Value Capture Desa Sungai Mawang

Sumber: Analisis Konsultan 2019

Pada wilayah Desa sungai mawang Nilai lahan tinggi berada pada koridor
Kawasan dan pusat kegiatan lingkungan.Nilai lahan sedang berada pada area
hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan rendah berada pada area
void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/ hutan dan area Industri.

Pada Kawasan Desa Lape hanya terdapat dua nilai lahan yaitu nilai
lahan sedang dan rendah. Nilai lahan sedang berada pada area
hunian yang berkembang secara horizontal. Nilai lahan rendah
berada pada area void yang didominasi oleh perkebunan/ pertanian/
hutan.

LAPORAN ANTARA 108


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 4- 56 Analisis Value Capture Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan 2019

4.10.11 Analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar (jalan, jalur
pejalan kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya)

Gambar 4- 57Analisis Utilitas Desa Bunut

Sumber: Analisis Konsultan 2019

LAPORAN ANTARA 109


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Drainase Kawasan pada kondisi eksisting Desa Bunut belum terbangun secara
terstruktur, dengan demikian drainase Kawasan direncanakan berdampingan dengan
jalan utama dan pendukung Kawasan untuk dapat memberikan optimalisasi fungsi pada
limpasan air hujan yang ada.

Sementara itu tempat pembuangan sampah (TPS) Kawasan direncanakan pada titik-titik
yang tidak mudah terlihat tetapi dapat mudah dicapai menggunakan jalur service
kawasan.

Gambar 4- 58Analisis Utilitas Desa Sungai Mawang

Sumber: Analisis Konsultan 2019

Drainase Kawasan pada kondisi eksisting Desa Sungai Mawang belum


terbangun secara terstruktur, dengan demikian drainase Kawasan direncanakan
berdampingan dengan jalan utama dan pendukung Kawasan untuk dapat
memberikan optimalisasi fungsi pada limpasan air hujan yang ada.

LAPORAN ANTARA 110


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Sementara itu tempat pembuangan sampah (TPS) Kawasan direncanakan pada
titik-titik yang tidak mudah terlihat tetapi dapat mudah dicapai menggunakan jalur
service kawasan.

Gambar 4- 59 Analisis Utilitas Desa Lape


Sumber: Analisis Konsultan 2019

Drainase Kawasan pada kondisi eksisting belum terbangun secara terstruktur,


dengan demikian drainase Kawasan direncanakan berdampingan dengan jalan
utama dan pendukung Kawasan untuk dapat memberikan optimalisasi fungsi
pada limpasan air hujan yang ada.

LAPORAN ANTARA 111


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Sementara itu tempat pembuangan sampah (TPS) Kawasan direncanakan pada
titik-titik yang tidak mudah terlihat tetapi dapat mudah dicapai menggunakan jalur
service kawasan.

4.10.12 analisis cagar budaya

Gambar 4- 60Analisis Cagar Budaya Desa Bunut

Sumber: Analisis Konsultan 2019

Gambar 4- 61 Analisis Cagar Budaya Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan 2019

Pada Kawasan ini terdapat pelestarian bangunan tradisional rumah bentang.

LAPORAN ANTARA 112


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.11 Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk
pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.

Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional kelembagaan di


BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Analisis ini digunakan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

Peningkatan kelembagaan terkait langsung dengan pembangunan prasarana kota


bidang PU/Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara
optimal oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau serta terjamin keberlanjutannya. Dalam
hal kegiatan pembangunan prasarana wilayah, wilayah kegiatan pembangunan lebih
dari satu wilayah kabupaten/kota, maka aspek kelembagaan perlu dibahas di tingkat
propinsi dan tingkat nasional melalui pembahasan tersebut diharapkan dapat
diwujudkan fungsi koordinasi dan kerjasama antar pemerintah daerah. Aspek
kelembagaan dibahas pada masing-masing sektor pembangunan dengan
memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan
prasarana kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit
organisasi/instansi. Salah satu elemen penting dalam pembangunan wilayah adalah
aparat pemerintahan yang menjalankan roda pemerintahan. Dukungan pelaksanaan
roda pemerintahan dan pembangunan daerah tersebut tertuang dalam struktur
kelembagaan daerah. Kelembagaan di Kabupaten Sanggau perlu dioptimalisasi dan
dikoordinasikan serta disingkronisasi uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan
kedudukan dan tugas masing-masing unit organisasi/instansi dan perangkatnya, guna
tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan
prasarana kota termasuk di dalamnya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pemadam Kebakaran, Dinas Kesehatan, PDAM dan
lain-lain.

LAPORAN ANTARA 113


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.11.1 Peraturan terkait Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sanggau

Peraturan Daerah Kabupaten Sanggau No 18 Tahun 2007 tentang Pembentukan


dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sanggau, yaitu:

a. Sekretaris Daerah
b. Assisten Sekretaris Daerah
c. Bagian-bagian
d. Sub Bagian-Sub Bagian
e. Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan


Daerah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Sekretariat DPRD Kabupaten Sanggau, yaitu:

a. Sekretariat
b. Bagian
c. Sub Bagian
d. Tenaga Ahli

Dinas Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007


tentang Pembentukan Dinas Daerah Kabupaten Sanggau, yaitu:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga


b. Dinas Kesehatan
c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
d. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi
e. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
g. Dinas Pekerjaan Umum
h. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM
i. Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
j. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

LAPORAN ANTARA 114


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


k. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
l. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Lembaga Teknis Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21


Tahun 2007 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sanggau,
yaitu:

a. Inspektorat Kabupaten
b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
c. Badan Kepegawaian Daerah
d. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
e. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran
f. Badan Pemberdayaan Perempuan, KB dan Perlindungan Anak
g. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
h. Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
i. Kantor Ketahanan Pangan
j. Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan
k. RSUD

Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah


Kabupaten Sanggau Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Sanggau, yaitu:

a. 15 Kecamatan
b. 6 Kelurahan
c. 236 Desa

4.11.2 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sanggau


a) Seketariat Daerah
Sekretariat daerah merupakan unsur pembantu Pimpinan Pemda yang dipimpin
oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah langsung dan
bertanggung jawab kepada Bupati. Tugasnya adalah membantu Bupati dalam
melaksanakan tugas pelaksanaan pemerintahan, pembangunan,

LAPORAN ANTARA 115


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


kemasyarakatan, administrasi umum, kelembagaan dan tata laksana serta
mengkoordinasikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat daerah.
Adapun fungsi dari sekretariat daerah adalah sebagai berikut:
 Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;
 Penyelenggaraan administrasi pemerintahan, pembangunan dan
kamasyarakatan;
 Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana
pemerintah daerah;
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

b) Asisten I Tata Pemerintahan


Asisten I Pemerintahan mempunyai tugas membantu Sekretaris Daerah dalam
melakukan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pengkoordinasian
Perumusan Kebijakan Pemerintahan Umum, Hukum, Peraturan Perundang-
undangan, Kelembagaan dan Ketatalaksanaan dan Keuangan. Asisten I
Pemerintahan membawahi Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian
Hubungan Masyarakat dan Informasi dan Bagian Pemberdayaan Perempuan.
Sementara itu tugas masing-masing ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Bagian Pemerintahan adalah unsur staf yang dipimpin oleh seorang Kepala
Bagian yang bertanggungjawab kepada Asisten I Tata Pemerintahan dan
tugasnya adalah membantu merumuskan konsep dan pengendalian
kebijaksanaan Bupati di bidang Pemerintahan Umum, Otonomi Daerah,
Pengembangan Daerah, Pembinaan Daerah, Perangkat Desa, dan Kelurahan.
Dalam melaksanakan tugasnya Bagian Pemerintahan dibantu oleh Sub Bagian
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Perangkat Desa dan Kelurahan serta
Perangkat Daerah.
Bagian Hukum adalah staf yang dikepalai oleh seorang Kepala Bagian yang
bertanggungjawab kepada Asisten I Tata Pemerintahan dan tugasnya membantu
merumuskan pengendalian konsep dan pelaksanaan kebijakan Bupati di bidang
hukum yang meliputi penetapan dan penerapan Peraturan Perundangundangan,

LAPORAN ANTARA 116


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Bantuan Hukum dan Penegakan Hak-hak Asasi Manusia. Dalam melaksanakan
tugasnya Bagian Hukum dan Organisasi dibantu oleh Sub Bagian Perundang-
undangan dan Dokumentasi, Sub Bagian Bantuan Hukum.
Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi adalah unsur staf yang dikepalai
oleh seorang Kepala Bagian yang bertanggungjawab kepada Asisten I Tata
Pemerintahan dan tugasnya membantu merumuskan pengendalian konsep dan
pelaksanaan kebijakan Bupati di bidang hubungan masyarakat dan informasi,
yang meliputi penyajian informasi dan pemberitaan, publikasi dan dokumentasi.
Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sub Bagian Dokumentasi dan
Penerbitan, Sub Bagian Pemberitaan dan Pers, serta Sub Bagian Pelayanan dan
Informasi.
Bagian Pemberdayaan Perempuan adalah unsur staf yang dikepalai oleh
seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten I Tata
Pemerintahan yang tugasnya meliputi Pemberdayaan Perempuan dan dibantu
oleh Sub Bagian Pengembangan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan,
Pemuda dan Olah Raga serta Sub Bagian Peningkatan, Partisipasi Peranan
Perempuan.

c) Asisten II Ekonomi, Pembangunan dan Sosial


Asisten II Ekonomi Pembangunan dan Sosial mempunyai tugas membantu
Sekretaris Daerah dalam melaksanakan koordinasi Penyelenggaraan
Pembinaan Administrasi Pengendalian Program, Perekonomian dan
Peningkatan Sosial. Dalam melaksanakan tugasnya Asisten II Ekonomi,
Pembangunan dan Sosial dibantu oleh Bagian Perekonomian, Bagian
Pengendalian Program dan Bagian Kesejahteraan Rakyat.
Bagian Perekonomian adalah unsur staf yang dikepalai oleh seorang Kepala
Bagian yang bertanggungjawab kepada Asisten II Ekonomi, Pembangunan dan
Sosial. Tugasnya adalah merumuskan konsep dan pengendalian pelaksanaan
kebijaksanaan Bupati di bidang peningkatan produksi daerah, pengembangan
usaha dan penanaman modal serta pengembangan kerjasama dan Badan
Usaha Milik Negara. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian Perekonomian

LAPORAN ANTARA 117


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


dibantu oleh Sub Bagian Sarana Perekonomian dan Produksi Daerah, Sub
Bagian Pengembangan Usaha dan Penanaman Modal serta Sub Bagian
Pengembangan Kerjasama BUMN/BUMD.
Bagian Pengendalian Program adalah unsur staf yang dikepalai oleh seorang
Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten II Ekonomi,
Pembangunan dan Sosial. Tugasnya adalah membantu merumuskan konsep
dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan Bupati di bidang Pengendalian
Program. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian Pengendalian Program dibantu
oleh Sub Bagian Administrasi Perencanaan Program, Sub Bagian Pendataan,
Analisa dan Pengendalian Program serta Sub Bagian Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan.
Bagian Kesejahteraan Rakyat adalah unsur staf yang dikepalai oleh seorang
Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten II Ekonomi,
Pembangunan dan Sosial. Tugasnya adalah membantu merumuskan konsep
dan pengendalian kebijaksanaan Bupati di Bidang Kesejahteraan Sosial,
Kehidupan Beragama, Pendidikan dan Kebudayaan, ketenagakerjaan dan
Rehabilitasi Pelayanan Sosial. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian
Kesejahteraan Sosial dibantu oleh Sub Bagian Kesejahteraan dan Bantuan
Sosial, Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan serta Sub Bagian
Pelayanan Sosial dan Kepahlawanan.

d) Asisten III Administrasi dan Pelayanan Umum


Asisten III Administrasi dan Pelayanan Umum mempunyai tugas membantu
Sekretaris Daerah dalam melaksanakan Koordinasi Penyelenggaraan
Administrasi Umum dan Perlengkapan dan Organisasi dan Tata Laksana,
Pemuda dan Olahraga. Dalam melaksanakan tugasnya Asisten III Administrasi
dan Pelayanan Umum dibantu oleh Bagian Umum Perlengkapan, Bagian
Organisasi dan Tata Laksana serta Bagian Pemuda dan Olah Raga.
Bagian Umum Perlengkapan adalah unsur staf yang dikepalai oleh seorang
Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten III Administrasi dan
Pelayanan Umum. Tugasnya adalah membantu merumuskan konsep dan

LAPORAN ANTARA 118


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


pengendalian kebijaksanaan Bupati di Bidang Penyelenggaraan Urusan Rumah
Tangga Pemerintahan Daerah, Pengadaan dan Distribusi Sarana dan
Prasarana serta Perbelanjaan dan Pengelolaan Kearsipan. Dalam
melaksanakan tugasnya Bagian Umum Perlengkapan dibantu oleh Sub Bagian
Tata Usaha dan Pengadaaan, Sub Bagian Rumah Tangga dan Protokol serta
Sub Bagian Penyimpanan, Perawatan dan Distribusi.
Bagian Organisasi dan Tata Laksana adalah unsur staf yang dikepalai oleh
seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Asisten III Administrasi
dan Umum. Tugasnya adalah membantu merumuskan konsep dan
pengendalian kebijakan bupati di bidang organisasi dan ketatalaksanaan yang
meliputi penataan dan pengembangan kelembagaan, pemantapan dan
peningkatan ketatalaksanaan dan akuntabilitas kinerja.

Tabel 4- 45Jumlah PNS Kabupaten Sanggau

menurut tingkat kepangkatan dan jenis kelamin tahun 2014

Tingkat
Kepangkatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Golongan 1 129 7 136
Golongan 2 968 840 1.808
Golongan 3 1.727 1.158 2.886
Golongan 4 1.148 613 1.761
Jumlah/Total 3.972 2.618 6.590
Sumber: BKD Kabupaten Sanggau

LAPORAN ANTARA 119


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


4.11.3 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Tabel 4- 46Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Sumber : BKD Kab Sanggau

4.11.4 Peran Serta Masyarakat


Peran Masyarakat dalam PP 68/2010 adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Dalam Permen PU No 06/PRT/M 2007 peran masyarakat adalah
keterlibatan secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan
pelaksanaan keputusan dana tau kebijakan yang berdampak langsung terhadap
kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan.

Di dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap


orang, kelompok dan badan hukum berhak (dan wajib) berperan serta dalam
penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam pasal 65 disebutkan bahwa penataan ruang dilakukan
oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat. Tata cara dan bentuk peran serta
masyarakat dalam penataan ruang diatur dengan peraturan pemerintah. Ketentuan
ini dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang, yang salah satu pasalnya menyebutkan
bahwa peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul
atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah-tengah masyarakat untuk berminat
dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Adapun tujuan peran serta masyarakat yang ingin dicapai, pada prinsipnya harus
pula dikondisikan suatu situasi di mana timbul keinginan masyarakat untuk

LAPORAN ANTARA 120


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


berperan serta. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan
pencapaian tujuan peranserta masyarakat itu sediri. Pengkondisian tersebut harus
mengarah kepada timbulnya peran serta bebas dan mengeliminir sebanyak
mungkin peranserta ‘terpaksa'. Peranserta ‘bebas’ terjadi bila seorang individu
melibatkan dirinya secara sukarela di dalam suatu kegiatan partisipatif tertentu.

Masyarakat memiliki beberapa peran dalam penataan ruang, diantaranya adalah


sebagai pengguna, sebagai pengamat pelaksanaan rencana tata ruang ataupun
sebagai ahli hukum yang mengamati aturan dalam penataan ruang dari aspek
hukum. Didalam penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Sanggau dimungkinkan peran serta masyarakat, khususnya yang terkait
dengan dampak atau keefektifan dari tata ruang kabupaten yang telah ditetapkan.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan sehingga berbagai aspirasi masyarakat
dapat ditumbuhkembangkan lebih lanjut.

Sedangkan hambatan atau kendala dalam mendorong peran serta masyarakat


dalam penataan ruang yaitu :

1. Partisipasi dalam proses perencanaan lokal umumnya dimulai sangat


terlambat, yaitu setelah rencana (the real planning directions) telah selesai
disusun, sehingga masyarakat akhirnya hanya mempertanyakan hal-hal bersifat
detail.

2. Partisipasi komunitas yang sungguh-sungguh sangat sedikit apalagi mengenai


isu-isu besar seperti pertumbuhan dan pembangunan kabupaten.

3. Ketika partisipasi tersebut benar-benar diinginkan, terlalu sedikit masyarakat


yang terorga-nisasi atau yang terstruktur secara mapan yang efektif
mengajukan masukan dan komunitas.

4. Secara umum, komunitas belum memiliki sumberdaya yang baik dalam hal
waktu, keahlian atau ruang untuk membuat aspirasi yang efektif. Diperlukan
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat di dalam proses
pembangunan sebagai suatu sistem yang dipadukan dengan visi kabupaten
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

LAPORAN ANTARA 121


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri ditengah masyarakat, untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan kegiatan pemanfaatan ruang. Peran serta
masyarakat dalam penataan ruang telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 26
tahun 2007 pasal 65 beserta penjelasannya, disebutkan bahwa :

1. Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan


melibatkan peran masyarakat.

2. Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan, antara lain, melalui:

a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

Peran masyarakat sebagai pelaksana pemanfaatan ruang, baik orang


perseorangan maupun korporasi, antara lain mencakup kegiatan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.

c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam
penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Dalam pasal 66 disebutkan bahwa :

1. Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan ruang dapat


mengajukan gugatan melalui pengadilan.

2. Dalam hal masyarakat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), tergugat dapat membuktikan bahwa tidak terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

4.11.5 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang


a. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang
Wilayah, meliputi :
 Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah yang
akan dicapai.
LAPORAN ANTARA 122
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


 Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk
bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah.
 Pemberian masukan dalam merumuskan rencana tata ruang wilayah.
 Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat atas strategi
pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah.
 Pengajuan keberatan terhadap konsep/rancangan rencana tata ruang
wilayah.
 Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan.
b. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pemanfaatan Ruang Wilayah, meliputi:
 Bantuan pemikiran atau pertimbangan mengenai wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang.
 Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan.
 Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya
untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.
 Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang.
 Menjaga kelestarian lingkungan.
c. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Wilayah, meliputi :
 Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah, termasuk pemberian
informasi pelaksanaan pemanfaatan ruang.
 Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan
pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.

4.11.6 Hak-Hak Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Hak-hak setiap orang atau masyarakat yang berkaitan dengan penataan ruang,
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 pasal 60 beserta
penjelasannya, sebagai berikut :

a. Mengetahui dan mendapatkan layanan informasi penataan ruang

Masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Negara


atau Lembaran Daerah, pengumuman, dan/atau penyebarluasan oleh
pemerintah. Pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat diketahui
masyarakat antara lain, adalah pemasangan peta rencana tata ruang wilayah

LAPORAN ANTARA 123


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


yang bersangkutan pada tempat umum, kantor kelurahan, dan/atau kantor
yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.

b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

Pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial,
budaya, dan kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan.

c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat


pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

Yang dimaksud dengan penggantian yang layak adalah bahwa nilai atau
besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang
diberi penggantian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Serta
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang.

d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan


yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;

e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang


tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang


izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang menimbulkan kerugian.

Selain itu masyarakat juga memiliki hak untuk mengetahui Sistem Informasi
Tata Ruang (SITR) suatu kabupaten. Sistem Informasi Tata Ruang (SITR)
merupakan suatu sistem bebasis komputer yang digunakan untuk membangun,
menyimpan, memperbaharui dan menyajikan informasi tata ruang yang
bereferensi geografis dapat berupa data-data spasial (peta) maupun atribut
(keterangan). Dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah dimana produk
utamanya peta dan ditunjang dengan informasi pendukung berupa informasi
tekstual dan tabular , maka sistem informasi yang sesuai adalah Sistem

LAPORAN ANTARA 124


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Informasi Geografis (SIG) yaitu suatu metode penyampaian informasi secara
grafis berupa penggabungan peta dengan data-data lapangan agar
penyajiannya dapat dengan mudah dipahami dan dianalisa sehingga dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan, bank data
dan sebagai alat pemantau pembangunan.

Dasar dari program ini adalah belum tersedianya data dan teknologi informasi
tata ruang yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat yang
membutuhkan. Sementara dalam era pelayanan pembangunan saat ini
diperlukan sistem pengelolaan tata ruang yang transparan dan mampu
mengantisipasi setiap kecenderungan perkembangan kabupaten. Perwujudan
program ini dilakukan melalui penyediaan informasi tataruang dalam berbagai
media. Bentuk dari sistem informasi tata ruang dapat berupa data base potensi
daerah dan data base tata ruang wilayah yang di update lewat internet,
sosialisasi dan publikasi produk-produk tata ruang melalui media elektronok dan
cetak, sistem informasi dan monitoring tata ruang (SIMTARU), dan Sistem
informasi geografis (SIG).

4.11.7 Kewajiban Masyarakat Dalam Penataan Ruang


Kewajiban masyarakat dalam pemanfaatan ruang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 pasal 61 beserta penjelasannya disebutkan bahwa dalam
pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :

1. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan

Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan dimaksudkan sebagai


kewajiban setiap orang untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang

Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dimaksudkan


sebagai kewajiban setiap orang untuk melaksanakan pemanfaatan ruang
sesuai dengan fungsi ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.

LAPORAN ANTARA 125


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang

Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan


ruang dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk memenuhi ketentuan
amplop ruang dan kualitas ruang.

4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan


perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat dapat


mencapai kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum. Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila
memenuhi syarat berikut :

a. Untuk kepentingan masyarakat umum; dan/atau

b. Tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.

Yang termasuk dalam kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum, antara
lain, adalah sumber air dan pesisir pantai.Jika masyarakat melanggar
ketentuan/kewajiban yang harus dilakukan, maka berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 akan dikenakan sanksi administratif yang dapat berupa:

 Peringatan tertulis;

 Penghentian sementara kegiatan;

 Penghentian sementara pelayanan umum;

 Penutupan lokasi;

 Pencabutan izin;

 Pembatalan izin;

 Pembongkaran bangunan;

 Pemulihan fungsi ruang; dan/atau

 Denda administratif.

LAPORAN ANTARA 126


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan

Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar


pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber
pembiayaan pembangunan yang terdiri dari:
a. pendapatan asli daerah;
b. pendanaan oleh pemerintah;
c. pendanaan dari pemerintah provinsi;
d. investasi swasta dan masyarakat;
e. bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
f. sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Analisis pembiayaan juga menghasilkan perkiraan besaran kebutuhan


pendanaan untuk melaksanakan rencana pembangunan wilayah kota yang
diterjemahkan dalam usulan program utama jangka menengah dan jangka
panjang. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan
RDTR terkait rencana pemanfaatan ruang (program utama).

 Pengelolaan Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian integral dari sistem pengelolaan
keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban
dan pengawasan keuangan daerah.

Selanjutnya keuangan daerah berkenaan dengan semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.

Potensi dan tantangan perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


Kabupaten Sanggau di masa mendatang yaitu:

LAPORAN ANTARA 127


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


1. Adanya pelimpahan wewenang dalam pemungutan beberapa sumber
pendapatan ke daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, seperti Pajak BPHTB, Pajak
PBB Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang merupakan suatu potensi
dan sekaligus tantangan bagi pemerintah Kabupaten Sanggau, terutama
berkenaan dengan Sumber Daya Manusia Pengelola Pajak;

2. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan


pemerintahan Kabupaten Sanggau yang terdiri dari belanja tidak
langsung maupun belanja langsung, urusan wajib dan urusan pilihan
dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik,
melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat
efektivitas setiap program/kegiatan serta melaksanakan prudent
spending melalui pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan
beserta perencanaan langkah antisipasinya dilakukan dengan
mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik, melaksanakan
proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektivitas
setiap program/kegiatan;

Belanja daerah diupayakan untuk memenuhi kaidah-kaidah dalam


penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai berikut :

1. Sesuai amanat Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa dana
pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan dialokasikan sebesar 20
persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

2. Untuk pembiayaan kesehatan sebagaimana tertuang dalam pasal 171


ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa besaran anggaran kesehatan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10 persen dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah diluar gaji. Pemenuhan kedua
anggaran dimaksud dapat dilakukan secara bertahap.

LAPORAN ANTARA 128


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


3. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi
tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Sanggau serta pemenuhan dan
pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen dari
volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tiap tahunnya
dengan fokus pada mendorong pencapaian Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 tahun dan perintisan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 12 tahun
serta menciptakan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.

4. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan


pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya
sedangkan pengeluaran pembiayaan sebaliknya adalah pengeluaran
yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya.
5. Penerimaan Pembiayaan, SiLPA, Pencairan Dana Cadangan,
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Penerimaan Piutang Daerah
sedangkan pembiayaan antara lain Pembentukan Dana Cadangan,
Penyertaan Modal, Pembayaran Pokok Utang, Pemberian Pinjaman.
Selama kurun waktu 2008-2012 penerimaan pembiayaan terutama
bersumber dari SiLPA kecuali Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten
Sanggau melakukan pinjaman daerah kepada Bank Kalbar sedangkan
pengeluaran pembiayaan selama kurun waktu tersebut adalah
penyertaan modal kepada Bank Kalbar tahun 2008, 2009 dan 2012.

LAPORAN ANTARA 129


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 47Matrik Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Sanggau

Sumber: Kabupaten Sanggau

Tabel 4- 48Matrik Potensi Pendanaan Bersumber APBN

Sumber: Kabupaten Sanggau

LAPORAN ANTARA 130


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Tabel 4- 49Matrik Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur

Sumber: Kabupaten Sanggau

 Proporsi Penggunaan Anggaran


Proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Kabupaten Sanggau
dalam kurun waktu Tahun 2008-2012 yaitu:
1. Belanja terbesar untuk pemenuhan kebutuhan aparatur terjadi pada
tahun 2012 sebesar Rp.457.908.232.224,90, hal ini terjadi karena
adanya kenaikan gaji pegawai yang merupakan dampak kebijakan dari
Pemerintah Pusat, kenaikan gaji berkala, promosi pegawai dan
kenaikan pangkat.

2. Belanja terbesar untuk belanja dan pembiayaan pengeluaran terjadi


pada tahun 2012 sebesar Rp. 898.900.849.440,90 hal ini terjadi
karena adanya penyertaan modal investasi daerah.

3. Prosentase belanja antara pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap


total pengeluaran terbesar justru terjadi pada tahun 2012 sebesar
50,94 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 41,13 persen.

LAPORAN ANTARA 131


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 4- 50Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur

Kabupaten Sanggau
Tahun Anggaran
Uraian 200 201 201 201
8 2009 0 1 2

Total Belanja
untuk
304.616.437. 357.567.738 373.713.816. 416.784.519 457.908.232.
pemenuhan
808,00 .393,17 696,79 .957,56 224,90
kebutuhan
aparatur (Rp)

Total
Pengeluaran
740.532.791. 719.447.717 770.013.594 858.367.413 898.900.849
(Belanja+
391,00 .900 .250,79 .725,56 .440,90
Pembiayaan
Pengeluaran)

Prosentase
(a/b x100%) 41,13 49,70 48,53 48,56 50,94

Sumber data: DPPKAD Kabupaten Sanggau, Tahun 2013 (Data diolah)

Berkenaan dengan pembiayaan daerah selama kurun waktu 2008-2012 sebagai berikut

1. Penerimaan pembiayaan terbesar yang bersumber dari SiLPA terjadi


pada Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 90.027.437.816,07 yang
diakibatkan antara lain DPAL Tahun Anggaran 2011 yang dilaksanakan
pada Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 53.285.293.732,00
2. Pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Sanggau melakukan pinjaman
daerah kepada PT. Bank Kalbar Cabang Sanggau sebesar Rp.
10.000.000.000,00 namun terealisasi (dipindahbukukan ke rekening Kas
Daerah) hanya sebesar Rp. 8.852.556.650,00

Untuk pembiayaan daerah Pemerintah Kabupaten Sanggau dapat


dijelaskan sebagai berikut:

LAPORAN ANTARA 132


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


1. Pada tahun anggaran 2008, tahun anggaran 2009 dan 2012 Pemerintah
Kabupaten Sanggau melakukan penyertaan modal kepada PT Bank
Kalbar yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012
tentang Penyertaan Modal pemerintah Kabupaten Sanggau Kepada
Bank Pembangunan Daerah kalbar dengan nilai akumulasi pada Tahun
Anggaran 2012 sebesar Rp. 21.043.000,00 dan hingga akhir Tahun
Anggaran 2014 jumlah penyertaan modal pada Bank kalbar tersebut
akan terakumulasi sebesar Rp. 31. 043.000,000,00
2. Pada Tahun Anggaran 2012 dan 2013 utang pokok pinjaman kepada
Bank Kalbar telah dilunasi masing-masing sebesar Rp.
4.500.000.000,00 dan Rp. 4.352.556.650,00.
3. Selain itu dalam rangka hibah air minum USAid melalui AUSAid telah
dilaksanakan pula penyertaan modal kepada PDAM Kabupaten
Sanggau sebesar Rp. 3.000.000.000,00 untuk pemasangan sambungan
rumah masyarakat berpenghasilan rendah (SRMBR) pada Tahun
Anggaran 2012.
Secara lengkap penjelasan analisis pembiayaan daerah pada tahun 2008-
2012 disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4- 51Analisis Pembiayaan daerah


Tahun (Rp)
Uraian
2008 2009 2010 2011 2012

Realisa
si
598.114.161. 622.872.503. 645.578.084. 764.945.392. 871.590.511.
Pendap
743,23 199,49 364,68 678,11 769,84
atan
Daerah

Dikuran
gi
realisasi
:

LAPORAN ANTARA 133


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Belanja 595.448.410. 617.000.113. 647.053.614. 730.900.732. 881.400.849.


Daerah 659,00 932,17 498,79 681,56 440,90

Pengelu
aran
3.500.000.00 2.500.000.00 3.000.000.00 17.500.000.0
Pembia -
0,00 0,00 0,00 00,00
yaan
daerah

defisit (834.248.915, 3.372.389.26 (1.475.530.1 31.044.659.9 (27.310.337.


riil 77) 7,32 34,11) 96,55 671,06)

Sumber data : DPPKAD Kabupaten Sanggau, Tahun 2013


Dalam menyusun rencana kebijakan pengelolaan keuangan daerah Kab.
Sanggau selama limatahun ke depan, dibutuhkan telaahan terhadap kinerja
keuangan daerah selama beberapa tahun ke belakang dan prakiraan kebutuhan
anggaran bagi belanja daerah selama lima tahun ke depan.

 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kemampuan daerah dalam menyusun rencana pendapatan daerah diarahkan


pada prakiraan Pendapatan Asli Daerah, oleh karena komponen pendapatan
tersebutlah yang merupakan kewenangan penuh dari daerah untuk mengelola
peningkatan dan penurunannya.Sedangkan pada komponen pendapatan daerah
lainnya yaitu Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah sangat
terkait dengan kewenangan pemerintahan di level yang berbeda dimana
pemerintah daerah tidak sepenuhnya dapat mengendalikan capaiannya.

Berdasarkan capaian realisasi dari tahun 2008–2012, terjadi peningkatan


pendapatan daerah dengan rata-rata sebesar 9,87%. Untuk 5 (lima) tahun
kedepan berdasarkan potensi pendapatan daerah diperkirakan sampai dengan
tahun 2019 akan mencapai Rp. 1.652.721.628.817,14. Selain itu berdasarkan
kebijakan Pemerintah untuk mempercepat pembangunan kawasan perdesaan
sebagaimana diatur Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, maka
mulai Tahun 2015 diperkirakan Pemerintah Kabupaten Sanggau akan
mendapatkan transfer dana tambahan sebesar Rp. 163.000.000.000,00

LAPORAN ANTARA 134


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Kebijakan Pendapatan Daerah untuk Tahun Anggaran 2014-2019, senantiasa
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui


rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar
sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran;

2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto,


dalam pengertian bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak
boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan dan/atau dikurangi dengan bagi hasil;

3. Pendapatan daerah adalah merupakan perkiraan yang terukur


secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan
dalam kurun waktu satu tahun anggaran, tetapi ada beberapa
pendapatan yang tidak bias diukur karena harus menunggu
kebijakan dari pemerintah pusat salah satunya berupa Peraturan
Menteri Keuangan (PMK).

Kebijakan pendapatan daerah untuk APBD Tahun Anggaran 2014-2019


disesuaikan dengan kewenangannya, struktur pendapatan daerah dan asal
sumber penerimaannya dapat dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan hasil penerimaan dari sumber-
sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki dalam rangka membiayai urusan rumah tangga
daerahnya. Sedangkan Kebijakan pendapatan asli daerah dilakukan dalam
berbagai upaya yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah
meliputi :

a. Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan


cara: membenahi manajemen data penerimaan PAD,
meningkatkan penerimaan pendapatan non-konvensional,
melakukan evaluasi dan revisi secara berkala peraturan daerah
pajak dan retribusi yang perlu disesuaikan, menetapkan target
penerimaan berdasarkan potensi penerimaan, mengembangkan

LAPORAN ANTARA 135


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


kelembagaan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan
kebutuhan daerah;

b. Menetapkan sumber pendapatan daerah unggulan yang bersifat


elastis terhadap perkembangan basis pungutannya dan less
distortive terhadap perekonomian. Melakukan optimalisasi
sumber pendapatan asli daerah lainnya;

c. Penataan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan


Pendapatan Daerah;
d. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan
ekstensifikasi;
e. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan
Daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan SKPD
Penghasil,

f. Meningkatkan Kemitraan dengan Badan Usaha Milik Daerah


dan lembaga keuangan lainnya dalam rangka peningkatan PAD
g. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai
upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah;
h. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah.
2. Dana Perimbangan yaitu merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
APBN yang bertujuan untuk menutup celah fiscal (fiscal gap) sebagai akibat
selisih kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity).
Kebijakan yang akan ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah
dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar


perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan;
b. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah penerimaan
yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pemerintah Provinsi,meliputi:

LAPORAN ANTARA 136


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Meningkatkan koordinasi dengan instansi yang lebih tinggi dan
instansi terkait lainnya.
Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih besarnya
belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama
terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang
semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan.

Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan


Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, mencakup : sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA); pencairan dana cadangan; hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
penerimaan pinjaman daerah; penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
penerimaan piutang daerah. Kebijakan penerimaan pembiayaan tahun 2014-2019
adalah :
a. Pemanfaatan Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) dipergunakan
sebagai salah satu sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-
rata SiLPA akan diupayakan seminimalkan mungkin untuk keperluan sebagai
berikut :
b. menutup defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari realisasi
belanja;
c. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung
d. mendanai kewajiban lainnya sampai dengan tahun anggaran belum
diselesaikan.
e. Untuk memenuhi kebutuhan kebijakan anggaran akan diupayakan dengan
pemanfaatan pinjaman dengan mempertimbangkan rasio kemampuan kewajiban
lancar untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik ataupun
program/kegiatan strategis lainnya.

LAPORAN ANTARA 137


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


Arah Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah Tahun 2008-
2012 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian
hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan
kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan
efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan.
Kebijakan belanja daerah tahun 2014-2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian
target IPM, dimana dengan mempertimbangkan realisasi IPM Tahun 2009 yang baru
mencapai sebesar 73,39 sehingga diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pencapaian IPM. Perencanaan pembangunan yang mendukung
pencapaian IPM diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
infrastruktur, dan suprastruktur.
Kebijakan belanja daerah tahun anggaran 2014-2019 diarahkan dengan pengaturan
pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, upaya tersebut antara lain
adalah:
 Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
Kabupaten Sanggau yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan;

 Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan


publik, melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat
efektivitas setiap program/kegiatan serta melaksanakan prudent spending
melalui pemetaan profil resiko atas setiap belanja kegiatan beserta perencanaan
langkah antisipasinya;

 Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas


pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten
Sanggau;

 Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk


melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

LAPORAN ANTARA 138


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum;

 Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari


volume anggaran APBD tiap tahunnya dengan fokus pada percepatan
pencapaian WAJAR DIKDAS 9 tahun dan perintisan WAJAR DIKDAS 12 tahun
serta menciptakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau;

 Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan


memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan
terutama untuk keluarga miskin serta kesehatan ibu dan anak, memperbanyak
tenaga medis terutama untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, serta
memperbaiki kualitas lingkungan dan pembudayaan perilaku hidup bersih dan
sehat, dengan pemenuhan anggaran bidang kesehatan secara bertahap 20
persen dari total belanja APBD;

 Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat, anggaran belanja akan


diarahkan pada revitalisasi sektor pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan
dan kehutanan, penguatan struktur ekonomi pedesaan, pemberdayaan koperasi
dan KUKM, serta dukungan infrastruktur pedesaan;

 Pengurangan persentase jumlah angkatan kerja yang menganggur hingga di


bawah 10% diantaranya melalui penyiapan SDM yang siap kerja, peningkatan
investasi program multi sektor, peningkatan sarana dan prasarana balai
pelatihan ketenagakerjaan;

 Dalam mendukung pengembangan aktivitas ekonomi, pemeliharaan dan


pembangunan infrastruktur akan diarahkan pada wilayah sentra produksi di
pedesaan, aksesibilitas sumber air baku dan listrik;

 Untuk menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pemerintah daerah
akan mengarahkan anggaran pada kegiatan-kegiatan pengurangan pencemaran
lingkungan, pencapaian target kawasan lindung sebesar 35%, mitigasi bencana,
pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi yang berlebihan
terhadap sumber daya alam;

LAPORAN ANTARA 139


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja


dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan
kebijakan Pemerintah Kabupaten Sanggau, serta anggaran belanja yang
direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur;

 Kegiatan-kegiatan yang orientasinya terhadap pemenuhan anggaran belanja


tetap (fixed cost), Insentif Berbasis Kinerja, dan komitmen pembangunan yang
berkelanjutan (multi years);
Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Mengalokasikan belanja pegawai yang merupakan belanja kompensasi,


dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (untuk Tahun 2014-2019 sudah termasuk
accres);

b. Mengalokasikan belanja bunga yang digunakan untuk menganggarkan


pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok hutang
(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman;

c. Mengalokasikan belanja subsidi yang digunakan untuk menganggarkan


bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak;

d. Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk


menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat;

e. Mengalokasikan belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan


pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada
pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat perorangan yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya;

f. Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk


kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan

LAPORAN ANTARA 140


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT


sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnyayang telah ditutup.

g. Mengalokasikan belanja bagi Hasil kepada Pemerintah Desa digunakan


untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
daerah kepada Desa sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Belanja
bagi hasil dilaksanakan secara proporsional, guna memperkuat kapasitas
fiskal Desa dalam melaksanakan otonomi daerah;

h. Mengalokasikan Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa yang


digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum
atau khusus dari daerah kepada pemerintah desa. Belanja bantuan keuangan
kepada Pemerintah Desa diarahkan dalam rangka mendukung kebijakan
Pemerintah Kabupaten Sanggau.

Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan


Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
mencakup : pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan tahun 2014-2019 adalah :
1. Pengeluaran pembiayaan antara lain untuk pembayaran hutang pokok yang
jatuh tempo jika daerah melakukan pinjaman daerah;
2. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman kepada perbankan atau lembaga
keuangan tertentu;
3. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi
kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap
kelayakan BUMD;

LAPORAN ANTARA 141


Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Bab 5 ISU STRATEGIS

5.1 Potensi Perkotaan Sanggau


Sebagai pusat pelayanan Kawasan Perkotaan Sanggau, Kecamatan Kapuas menjadi
salah satu kawasan yang diutamakan, kawasan ini memiliki potensi yang dapat
dijabarkan pada tabel 5.1 potensi kawasan perkotaan sanggau dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 5- 1Potensi Kawasan Perkotaan Sanggau

No. Aspek Potensi


1. Kebijakan  Berdasarkan RTRW Kabupaten Sanggau Tahun 2014-
2034, Perkotaan Sanggau dapat dilihat pada rencana
struktur ruangnya termasuk menjadi pusat
pelayanan kawasan.

2. Fisik  Memiliki daya dukung lahan yang produktif sehingga


dapat di klasifikasikan sebagai kawasan potensial yang
dapat dikembangkan yaitu salah satunya sebagai
kawasan perkebunan.
 Dilalui oleh 2 sungai yaitu Sungai Kapuas yang
merupakan sungai terbesar di Kalimantan Barat dan
Sungai Sekayam.
3. Sarana dan  Merupakan pusat perdagangan dan jasa skala regional.
Prasarana  Memiliki berbagai macam Ruang Terbuka Hijau (RTH)
seperti Hutan Kota dan Taman Kota.
 Memiliki cagar budaya yaitu Keraton Suryanegara.
 Memiliki kawasan wisata air berupa waterfront di
daerah sekitar Sungai Sekayam dan Kapuas.
 Memiliki wisata alam Kawasan Pancur Aji Kompleks.
 Memiliki wisata Rumah Melayu dan Kampung Santana.
 Memiliki wisata budaya Kawasan Rohani Riam Macan.
 Memiliki wisata buatan yaitu Taman Sabang Merah.

4. Penduduk  Penduduk usia produktif dominan.


5. Ekonomi  Memiliki komuditi unggulan yaitu perkebunan kelapa
sawit dan karet.
6. Transportasi  Memiliki perencanaan jalur transportasi darat yaitu jalur
kereta api.
7. Penggunaan Lahan  Perkotaan Sanggau masih memiliki banyak lahan
potensial untuk dikembangkan.

Sumber: Hasil Analisis

LAPORAN ANTARA
5-1
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

5.2 Permasalahan Perkotaan Sanggau


Pusat pelayanan Kawasan Perkotaan Sanggau juga memiliki permasalah perkotaan
yang dijabarkan pada tabel 5-2 permasalahan perkotaan sanggau dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 5- 2Permasalahan Di Perkotaan Sanggau
No. Aspek Permasalahan
1. Kebijakan  Berdasarkan RTRW Kabupaten Sanggau Tahun 2014-
2034, masih adanya pola penggunaan ruang yang
kurang sesuai dengan kondisi eksisting seperti
perencanaan peruntukan pertambangan yang belum
ada pada peraturan.
2. Fisik  Merupakan daerah rawan bencana yaitu bencana
banjir dan tanah longsor.
 Memiliki kelas lereng yang agak curam.
3. Sarana dan  Pelayanan sarana yang masih belum merata di setiap
Prasarana kelurahan.
 Kurangnya TPS di Perkotaan Sanggau.
 Masih ada masyarakat sekitar bantaran sungai yang
masih mendirikan zona perumahan di bantaran
sungai.
4. Penduduk  Kualitas SDM yang masih kurang memadai.

5. Ekonomi  Pertumbuhan ekonomi Perkotaan Sanggau hanya


pada sektor perkebunan dan pertambangan.

6. Transportasi  Kondisi infrastruktur jaringan jalan masih ada yang


belum dapat mengakomodir kebutuhan kegiatan
Perkotaan Sanggau.
7. Penggunaan  Pola pertumbuhan penggunaan lahan Perkotaan
Lahan Sanggau yang masih belum optimal dan belum
tersebar merata.
Sumber: Hasil Analisis

LAPORAN ANTARA
5-2
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

5.3 ANALISA SWOT

LAPORAN ANTARA
5-3
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

5.4 ISU STRATEGIS (Urgensi Penanganan Perkotaan Sanggau)

Dalam merencanakan Kawasan Perkotaan Sanggau, beberapa masalah akan muncul


sehingga perlu disusun urgensi penanganan dari permasalah yang ada. Adapun
masalah dan urgensi penanganan dapat dijabarkan pada tabel 5-3 masalah dan
urgensi penanganan Kawasan Perkotaan Sanggau sebagai berikut.

Tabel 5- 3 Urgensi Penanganan Perkotaan Sanggau

No Masalah Urgensi
1. Berdasarkan kondisi eksisting, Mengoptimalkan dan mempercepat
jaringan jalan di Kawasan pembangunan jaringan jalan dengan
Perkotaan Sanggau masih ada menggunakan perkerasan jalan aspal di
yang perkerasannya jalan-jalan Kawasan Perkotaan Sanggau
menggunakan tanah kuning dan dan memperbaiki jalan-jalan yang
berbatu, serta masih ada jalan- mengalami kondisi rusak dan sempit.
jalan yang kondisinya buntu dan
sempit.
2. Pola pertumbuhan fisik Kawasan
Mengoptimalkan pembangunan fisik
Perkotaan Sanggau yang masih Perkotaan Sanggau yang sesuai dengan
belum optimal serta masih adafungsinya dan tersebar secara merata,
pola penggunaan lahan yang serta revitalisasi kawasan yang terlihat
tidak merata. menurun fisiknya atau relokasi kawasan
yang menyebabkan kekumuhan yang
berdampak buruk bagi penggunaan
struktur dan pola ruang.
3. Kurangnya pelayanan sarana Peningkatan kuantitas maupun kualitas
yang tersedia seperti sarana sarana/fasilitas dan prasarana pelayanan
kesehatan. kota yang tersebar secara merata
khusunya sarana kesehatan.
4. Minimnya TPS di Kawasan Penambahan TPS di setiap kelurahan
Perkotaan Sanggau yang ada di Kawasan Perkotaan Sanggau
terutama yang ramai dari aktivitas-
aktivitas masyarakat.
5. Kondisi fisik perkotaan yang Membuat dinding penahan tanah untuk
curam daerah yang berpotensi mendatangkan
bencana.

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA
5-4
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 6 Draft Konsep Rencana Detail Tata Ruang

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
Sanggau dan merupakan alasan penyusunan RDTR. Tujuan penataan BWP berfungsi
sebagai acuan untuk penyusunan pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana,
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi, dan menjaga konsistensi dan
keserasian pengembangan kawasan perkotaan

6.1 Tujuan, Kebijakan, & Strategi Penataan Ruang Kawasan


Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai sesuai
dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan
alasan disusunnya RDTR tersebut. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan
direncanakan di BWP. Tujuan penataan BWP berfungsi :
a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,
penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi dan,
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan
perkotaan dengan RTRW.

Dalam penyusunan RDTR Perkotaan Sanggau, diperlukan pula adanya penyusunan


tujuan penataan BWP. Dalam penyusunan tujuan penataan BWP Sanggau didasarkan
pada :

a) Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Sanggau.


b) Isu strategis yang terdapat di BWP Sanggau, yang antara lain dapat berupa
potensi, masalah, dan urgensi penanganan dan,
c) Karakteristik BWP Sanggau.

Selain itu tujuan penataan BWP Perkotaan Sanggau dirumuskan dengan


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
mempertimbangkan : DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

a) Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah Kabupaten Sanggau.

b) Fungsi dan peran Kawasan Perkotaan Sanggau.

c) Potensi investasi.

d) Kondisi sosial dan lingkungan di BWP Perkotaan Sanggau.

e) Peran masyarakat dalam pembangunan.


f) Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

6.1.1 Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perkotaan

1. Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah


kabupaten/kota
Berdasarkan RTRW Kabupaten Sanggau, Perkotaan Sanggau memiliki fungsi
utama, yaitu :

a) Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang terhubungkan dengan sistem


jaringan transportasi yang terpadu serta pengembangan prasarana dan
sarana pendukungnya.
b) Pengembangan kawasan industi berskala regional untuk mendukung
pengembangan sector perkebunan dan pertambangan.
c) Pengembangan kawaasan perdagangan dan jasa berskala regional yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya.
d) Pengembangan kawasan pariwisata berbasis lingkungan dan budaya
yang berdaya saing.
e) Pengembangan kawasan perbatasan Negara sebagai beranda depan
serta mendorong pertumbuhan ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
f) Pengembangan jaringan transportasi dan infrastruktur pendukung untuk
mendukung pengembangan sekto unggulan kabupaten, yaitu sektor
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
perkebunan, pertambangan, industri, pariwisata,SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN
serta perdagangan skala BARAT

regional.
g) Pemantapan kawasan berfungsi lindung untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan dan kelestarian lingkungan.
h) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan dan,
i) Pengembangan perkotaan dan perdesaan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat.

Kawasan Perkotaan Sanggau diarahkan pembangunannya untuk :

“Kawasan Perdagangan dan Jasa Berskala Regional dilengkapi Sarana dan Prasarana
Pendukung dengan Mengutamakan Komoditi Unggulan yang Berwawasan
Lingkungan”

Untuk mewujudkan pembangunan Kawasan Perkotaan Sanggau, maka perlu


tindakan teknis yang lebih operasional untuk melaksanakannya yang tertuang
dalam misi pengembangan perkotaan, yaitu :
1) Mengembangan kota yang aman, nyaman dan produktif.
2) Mengembangkan Kawasan Perdagangan dan Jasa, kawasan industri,
kawasan pariwisata yang menjangkau seluruh kawasan perkotaan.
3) Mengembangkan pembangunan kota yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat.
4) Mengembangkan keseimbangan dan keterkaitan antar kota dan antara
kota/kelurahan.

2. Fungsi dan Peran BWP

Pengembangan ruang kawasan perencanaan harus mempertimbangkan


komponen-komponen yang didalam mendukung fungsi dan peranannya, antara
lain sebagai berikut :
1) Fungsi perdagangan dan jasa, dengan komponennya yaitu pasar dan
pertokoan beserta fasilitas pendukungnya. Kegiatan perdagangan dan jasa ini
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
untuk memberikan pelayanan terhadap DI KABUPATEN
wilayah SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
kecamatannya.
2) Fungsi pelayanan fasilitas umum, dengan komponen yang mendukung minimal
fasilitas pendidikan, perguruan tinggi, fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga,
jaringan listrik, telekomunikasi, jaringan air minum, dan jaringan drainase serta
berbagai fasilitas pendukungnya.
3) Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas
yang baik pada pergerakan antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas
transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang saling berintegrasi.
4) Fungsi pelayanan pemerintahan, dengan komponen adalah kantor- kantor
instansi pemerintahan skala kecamatan beserta fasilitas pendukungnya.

6.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perkotaan


Tujuan pengembangan perencanaan kawasan Baong Lawang adalah Mewujudkan
Kawasan Perdagangan dan Jasa berskala Regional dilengkapi sarana-prasarana
pendukung dengan mengutamakan komoditi unggulan yang berwawasan
Lingkungan. Misi perkembangan perkotaan baong lawang adalah:

1. Mengembangkan kawasan yang aman, nyaman dan Produktif


2. Mengembangkankawasan perdagangan dan jasa, kawaan industry,
kawasan pariwisata yang menjangkau seluruh kawasan perkotaan
3. Mengembangkan pembangunan kota yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat
4. Mengembangkan keseibangan dan keterkaitan antar kota dan antara kota
antara
 Arahan pencapaian yang terkait dengan Kota Sanggau sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW :
Perumusan tujuan penataan Kawasan Perkotaan Sanggau didasarkan pada :

1. Menetapkan dan mengembangkan Kawasan Perkotaan Sanggau


sebagai Pusat Kegiatan Wilayah sebagai pusat kegiatan skala regional
dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana utama dan jaringan
prasarana lainnya.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2. Mengembangkan DI KABUPATEN
prasarana dan sarana SANGGAU, PROVINSI
pendukung KALIMANTAN BARAT
kawasan
perdagangan dan jasa berskala regional.

3. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman


dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang
kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal
dikendalikan.

4. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata.

5. Pengembangan jaringan transportasi darat yang meliputi jaringan jalan dan


kereta api yang terpadu dan terintegrasi.

6. Peningkatan status jalan kolektor primer menjadi arteri primer di ruas


Jalan Ahmad Yani dan Jalan R.E. Martadinata.

7. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) bersumber


dari BBM.

6.1.3 Strategi Penataan Bagian Wilayah Perkotaan Sanggau

Pada pasal 26 undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,


menyatakan bahwa dalam pemanfaatan lahan perlu adanya pengendalian
pemanfaatan lahan wilayah kota berisikan ketentuan umum peraturan zonasi,
ketentuan perizininan, ketentuan intensif dan disentif, serta arahan sanksi. Ketentuan
pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi :
1. Sebagai alat pengendali perkembangan kota.
2. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
3. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang.
4. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan dan melindungi
kepentingan umum.
Dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan Sanggau harus sejalan dengan
ketentuan pemanfaatan ruang. Kawasan Pekotaan Sanggau dikelompokkan ke
dalam dua kelas penggunaan lahan, yaitu untuk kawasan penunjang pengembangan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
dan prioritas pengembangan atau kawasan SANGGAU, PROVINSI
pusat pengembangan KALIMANTAN BARAT
Perkotaan
Sanggau dengan strategi sebagai berikut.

 Arahan Pengembangan yaitu :


 Pola Ruang

a) Kawasan Lindung

1. Mempertahankan kawasan lindung seperti taman kota, taman


kelurahan dan taman RW.

2. Mengembangkan ruang terbuka hijau secara tersebar.

3. Menata area sempadan sungai secara bertahap.

4. Penetapan kawasan sempadan sungai yang berkualitas, melalui


mendelinasi area sempadan sungai sesuai dengan ketentuan.

5. Pemeliharaan kualitas air sungai melalui pencegahan pencemaran, baik


yang diakibatkan oleh limbah domestik maupun industri.

6. Mengembangkan wisata tepi air sungai.

b) Kawasan Budi daya


1. Pengembangan zona perumahan berdasarkan kepadatan yaitu
kepadatan sedang, kepadatan rendah, kepadatan sangat rendah.
2. Pengembangan kawasan pendidikan dan peribadatan.

3. Pengembangan perdagangan dan jasa skala kota.

4. Penataan pada kegiatan perdagangan dan jasa dan perumahan


penduduk.
5. Mengembangkan zona campuran untuk mengakomodir kegiatan
potensial.
6. Pengembangan dan perbaikan zona perkantoran, kawasan peme
7. Pengembangan Sentra industri dan menengah di desa/kelurahan Sei
Mawang.
8. Pengembangan zona pertanian yaitu perkebunan sawit dan karet.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
9. Penataan kegiatan perkebunan di Kawasan SANGGAU,
Perkotaan PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Sanggau.

10. Pengembangan kawasan pergudangan di desa/kelurahan Sei Mawang.

11. Pengembangan wisata di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu : Rumah


Melayu, Kawasan Rohani Riam Macan, Kawasan Wisata Tanjung
Sekayam (Kampung Santana), Taman Sabang Merah, Kawasan Pancur Aji
Kompleks, dan Keraton Suryanegara.
12. Mengoptimalkan zona pertahanan dan keamanan
 Struktur Ruang
1. Perencanaan dan pengembangan jalan lingkar utara desa/kelurahan
Kawasan Perkotaan Sanggau.
2. Perencanaan penambahan jaringan jalan baru untuk menjangkau
kegiatan perkotaan.
3. Perencanaan jalur kereta api.
4. Peningkatan pengelolaan air minum.
5. Penataan dan pengendalian sistem perpipaan distribusi di Kawasan
Perkotaan.
6. Mengembangkan ketersediaan pelayanan air minum sesuai potensi yang
ada.
7. Penambahan dan perbaikan jaringan listrik

8. Pembangunan gardu distribusi listrik dan gardu hubung.


9. Pemanfaatan menara telekomunikasi secara bersama.
10. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi dan energi
ke seluruh kawasan perencanaan.
11. Menyediakan teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ramah
lingkungan.
12. Peningkatan akses pengelolaan air limbah baik sistem on site maupun off
site (terpusat) di perkotaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
13. Pembangunan prasarana drainase perumahan perkotaan.
14. Penataan sistem prasarana drainase secara terpadu, meliputi primer,
sekunder dan tersier.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
15. Pengembangan DI KABUPATEN
pengelolaan sampah SANGGAU,
skala PROVINSIberbasis
lingkungan KALIMANTAN BARAT

komunitas dengan pendekatan 3 R, yaitu reduce, recycle, dan reuse.


16. Penyediaan TPS untuk Kawasan Perkotaan Sanggau.
17. Pembangunan dinding penahan tanah di sepanjang jalur pada sisi Damija
yang berbatasan langsung dengan longsor.
18. Perencanaan jalur evakuasi bencana kebakaran dengan mengarahkan
jarak antar bangunan dan penggunaan motor penggerak yang telah
dimodifikasi sebagai kepentingan untuk memadamkan kebakaran di area
yang sulit untuk dijangkau oleh mobil pemadaman kebakaran.

6.2 Pembagian Sub BWP

Dengan mempertimbangkan fungsi dan distribusi ruang eksisting, maka


Kawasan Perkotaan Sanggau dibagi menjadi 1 BWP yaitu di Kecamatan Kapuas
Bagian Wilayah Perkotaan Sanggau akan dibagi menjadi 3 sub BWP. Pembagian
Sub BWP didasarkan atas jangkauan pelayanan fasilitas dan prasarana. Setiap
Sub BWP terdiri dari blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain seperti
jalan, sungai, dan sebagainya. Dari berapa Sub BWP (SBWP) tersebut
mempunyai fungsi kawasan yang berbeda beda. Fungsi tersebut nantinya akan
mendorong rencana pengembangan pada kawasan tersebut. Berikut
pembagian fungsi Sub BWP (SBWP) pada Kawasan Perkotaan Sanggau,
Kabupaten Sanggau.

1. Sub BWP Bunut (SBWP Sanggau 1)


Fungsi utama Sub BWP Sanggau 1 adalah :

1) Peruntukan Lainnya (Hankam, IPAL, dan PLTD)


2) Pelayanan Umum (Skala Kecamatan dan Skala Kota)
3) Pariwisata
4) Ruang Terbuka Hijau (Pemakaman,Hutan kota, Taman Kelurahan dan Taman Kota)
5) Perkantoran
6) Perairan
7) Perumahan (Kepadatan Sedang, Rendah, Sangat Rendah)
8) Pertanian
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
9) Perlindungan Setempat (Sempadan Sungai)
10) Zona Campuran.
2. Sub BWP Sei Mawang (SBWP Sanggau 2)
1) Sentra Industri Kecil dan Menengah
2) Pariwisata
3) Perkantoran
4) Perdangan dan Jasa (Skala BWP dan Skala Kota)
5) Pergudangan
6) Pertanian
7) Perumahan (Kepadatan Sedang, Rendah, Sangat Rendah)
8) Ruang Terbuka Hijau (Pemakaman dan Hutan Kota, Taman Kelurahan dan Taman
Kota).
3. Sub BWP Desa Lape (SBWP Sanggau 3)
1) Pertanian adat
2) Rumah betang
3) Pariwisata (air terjun rimba sayu, hutan adat)
4) Industry
5) Pergudangan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 6- 1 Pembagian Sub BWP

Sumber Analisis Konsultan

6.3 Pembagian sub BWP Prioritas


Kriteria penetapan SUB BWP yang diprioritaskan penanganannya tersebut
mengacu kepada ketentuan-ketentuan penetapan yang disebutkan dalam
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
a) Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP.
b) Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan.
c) Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan
ekonomi, sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI KALIMANTAN PERKOTAAN
BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan SANGGAU,
hidup, dan/atau PROVINSI
memiliki KALIMANTAN BARAT
nilai penting
lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP dan/atau,
d) Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,
dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan
pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

1. Arahan pengembangan yang diprioritaskan yaitu :


a) Kawasan multifungsi yang saling berintegrasi dengan wilayah-wilayah
lainnya untuk meningkatkan perkembangan Kawasan Perkotaan
Sanggau.
b) Kawasan Sentra Industri Kecil Menengah (SIKM) dan Kawasan
pergudangannya yang terpadu untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Perkotaan Sanggau.

6.4 Lokasi dan Tema Penanganan

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya


dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam
rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan,
melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan,
dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang
dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan
salah satu program prioritas dari RDTR. Penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai :
a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral dan,
b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.
Penyusunan Rencana Detail Kawasan Perkotaan Sanggau disusun dengan
memilih 2 Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya. Kedua Sub BWP
prioritas ini merupakan Sub BWP yang telah berkembang dan kemungkinan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI KALIMANTAN PERKOTAAN
BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
akan berkembang pesat sehingga dapatDI menyebabkan
KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI
multiplier effectKALIMANTAN
yang BARAT

menumbuhkan sub pusat pelayanan di sekitarnya. Untuk usulan Sub BWP


Prioritas dapat dilihat pada Peta Sub BWP Prioritas. Penetapan kawasan
prioritas atau Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan
berdasarkan :

a. Tujuan penataan BWP.


b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan.
c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan
ditetapkan.
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

6.4.1 Lokasi
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan, dan melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP
lainnya. Adapun pembagian kawasan perencanaan ditetapkan dari beberapa hal
sebagai berikut :
• Berdasarkan batasan fisik wilayah (baik sungai, parit, jalan dan lainnya).
• Fungsi kawasan, seperti zona dsan subzona.

• Wilayah adminitrastif, seperti RT, RW, desa/Kelurahan/Desa, dan


kecamatan.
• Penentuan secara kultural tardisional, seperti kampung, desa adat.

• Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan sentra


perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan perkampungan
tertentu, dan kawasan tradisional.
• Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan
terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
bencana dan kawasan gabungan atau campuran.SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Tabel 6- 1Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
Bagian Wilayah Perkotaan Luas Wilayah
No Sub BWP (SBWP)
(BWP) (Ha)
Sub BWP Bunut 1.954,899
1 WP Kapuas Sub BWP LAPE 344,874
Sub BWP Sei Mawang 831,853
Total Wilayah 3.131,625
Sumber : Hasil Analisis, 2018

Penentuan prioritas Penanganan BWP Kawasan Perkotaan Sanggau


berlandaskan pada beberapa pertimbangan, yaitu :
• Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari Kawasan Perkotaan
Sanggau.
• Fungsi dan peran Kawasan Perkotaan Sanggau,
• Potensi investasi,

• Kondisi sosial dan lingkungan di BWP Sanggau.

• Peran masyarakat dalam pembangunan.

• Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, kawasan yangan diprioritaskan


pengembangannya terdapat di 1 Sub BWP, yaitu :
 Sub BWP Bunut dengan fungsi sebagai Hutan kota, Perdagangan
dan jasa skala Sub BWP, Perumahan, Pendidikan, Kesehatan,
Perkebunan, Pertanian dan Peternakan, Hankam dan Perkantoran.

6.4.2 Tema Penanganan


Sub BWP Prioritas Bunut ini dijadikan kawasan yang diprioritaskan penanganannya
karena memiliki berbagai fungsi-fungsi untuk mendukung kawasan di sekitarnya,
terutama Sub BWP Sei Mawang karena saling berintegrasi. Secara adminitrasi, Sub
BWP ini merupakan wilayah yang paling luas kedua di Kawasan Perkotaan Sanggau.
Dari penjabaran sebelumnya sub BWP ini mempunyai nilai penting dalam
perkembangan kawasan perkotaan. Namun pada proses perkembangannya,
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN
kawasan ini membutuhkan rencana detail untuk mengaturSANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN
setiap pemanfaatan lahan BARAT

sehingga pertumbuhan kota dapat berkembang kearah yang positif dan meminimalisir
penurunan kualitas lingkungan. Beberapa isu-isu kawasan ini antara lain :

1. Pengendalian Perkembangan kawasan terbangun di zona sempadan


sungai.
2. Relokasi secara bertahap permukiman yang berada pada zona sempadan
sungai.
3. Menerapkan aturan yang ketat dalam pemanfataan zona sempadan
sungai.
4. . Diperlukan ruang terbuka publik sebagai landmark kota.
5. Peningkatan jalan, drainase, dan ruang hijau di lingkungan
permukiman.
6. Pemanfaatan garis sempadan sungai untuk ruang terbuka hijau (RTH) dan
atau ruang terbuka publik (RTT)
7. Peningkatan jaringan jalan dan drainase di lingkungan permukiman.

Tujuan pengembangan Sub BWP Bunut adalah mewujudkan “Kawasan


multifungsi yang saling berintegrasi dengan wilayah-wilayah lainnya
untuk meningkatkan perkembangan Kawasan Perkotaan Sanggau”.
Adapun program yang direncanakan pada kawasan Sub BWP Prioritas 1
(Kelurahan/Desa Bunut) yaitu :

1) Perbaikan zona sempadan sungai agar terbebas dari bangunan rumah.


2) Pembangunan, pengembangan dan perbaikan lingkungan kawasan
pemerintahan dan sarana pelayanan umum.
3) Perencanaan kantong-kantong parkir di kawasan perdagangan dan jasa
untuk mengatasi permasalahan parkir onstreet.
4) Perencanaan dan pengembangan ruang terbuka hijau/lapangan olahraga
yang dapat menjadi pusat event kegiatan wisata dan kegiatan kebudayaan
di Kawasan Perkotaan Sanggau.
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
5) Pengembangan sarana pendidikan DI KABUPATEN
Poleteknik SANGGAU,
Negeri PROVINSI
Pontianak di KALIMANTAN BARAT
Kabupaten Sanggau.
6) Penataan sistem jaringan drainase dan jaringan jalan.
7) Pelestarian kawasan wisata Rumah Melayu.
8) Pelestarian hutan kota sebagai kawasan konservasi.
9) Pengembangan zona perumahan kepadatan sedang.
10) Pengembangan zona pertahanan dan keamanan.

Tabel 6- 2Tema Penanganan SUB BWP Prioritas


No Lokasi Sub BWP Prioritas Tema Penanganan

1 Sub BWP Bunut


 Kawasan multifungsi yang saling
berintegrasi.
 Pembangunan, pengembangan,
perbaikanzona perkantoran dan
pelayanan umum.
 Pengembangan sarana perumahan,
pendidikan, pertahanan dan
keamanan.
 Pembangunan IPAL.
 Pengembangan RTH.
 Pelestarian Hutan Kota
 Pelestarian Rumah
 Melayu.
 Penataan sistem
drainase dan jaringan jalan.
Sumber: Analisis Konsultan
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
PENYUSUNAN
DI KABUPATENMATERI TEKNIS
SANGGAU, RDTR KAWASAN
PROVINSI PERKOTAAN
KALIMANTAN BARAT SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 6- 2 Rencana SUB BWP Prioritas

Sumber Analisis Konsultan


PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 7 RENCANA STRUKTUR RUANG

7.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN

Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, struktur ruang adalah susunan pusat-
pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Sanggau memuat rencana struktur
ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana
tata ruang wilayah provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten yang
bersangkutan.
Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/koa,
mencakup:
a) Perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota, termasuk
perwujudan pusat kegiatan, yaitu pusat pelayanan kota,sub pusat
pelayanan kota dan pusat lingkungan di wilayah kabupaten/kota.
b) Perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi diwilayah
kabupaten/kota, yang meliputi sistem prasarana transportasi darat,
udara, dan air.
c) Perwujudan sistem jaringan prasarana sistem jaringan prasarana
energi dan kelistrikan, sistem jaringan prasarana telekomunikasi,
perwujudan sistem jaringan persampahan sanitasi dan drainase, dan
sistem jaringan prasarana lainnya.
Wilayah Perkotaan Sanggau sebagai pusat pengembangan wilayah menjadi pusat
pelayanan bagian wilayah Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. Dengan
mempertimbangkan pelayanan tersebut, maka Wilayah Perkotaan diarahkan
dengan sistem pusat pelayanan sebagai berikut :

Laporan Antara 7- 1 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

7.1.1 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Pusat pelayanan kawasan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional dengan
wilayah Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan
Barat. Kebijakan dasar pengembangannya adalah modifikasi urban renewal
dan urban development. Pusat Pelayanan Kawasan diarahkan dengan
kegiatan sebagai berikut :
a. Perdagangan dan jasa.

b. Perkantoran sebagai pusat pemerintahan.

c. Pariwisata

Adapun kawasan yang direncanakan sebagai kawasan Pusat


Pelayanan Kawasan Perkotaan Sanggau adalah Pusat Perdagangan dan
Jasa Perkotaan Sanggau yang berada pada Kelurahan/Desa Beringin.

7.1.2 Sub Pusat Pelayanan Kawasan (SPPK)


Sub pusat pelayanan kawasan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sebagian wilayah kota atau beberapa kecamatan.
Kebijakan dasar pengembangannya adalah urban development. Sub Pusat
Pelayanan Kawasan diarahkan dengan kegiatan sebagai berikut :
 Perdagangan dan Jasa skala kota seperti pasar tradisional, pertokoan dan
supermarket.
 Perkantoran skala Kabupaten/Kota sebagai pusat pemerintahan.

 Pariwisata.

 Perkebunan terpadu.

 Perumahan.

Adapun Kawasan yang direncanakan sebagai kawasan Sub Pusat Pelayanan


Kawasan adalah dapat di lihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Laporan Antara 7- 2 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 7- 1Rencana Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Sanggau

Sub Pusat Pelayanan


No Fungsi Keterangan
Kota
1 Sub PPK I di Bagian Sub • Peruntukan Lainnya Kelurahan/Desa
BWP i (Hankam, IPAL, dan Bunut
PLTD)
• Pelayanan Umum
(Skala Kecamatan dan
Skala Kota)
• Pariwisata
• Ruang Terbuka Hijau
(Pemakaman,Hutan
kota, Taman Kelurahan
dan Taman Kota)
• Perkantoran
• Perairan
• Perumahan (Kepadatan
Sedang, Rendah, Sangat
Rendah)
• Pertanian
• Perlindungan Setempat
(Sempadan Sungai)
Zona Campuran.
Sumber: Analisis Konsultan

7.1.3 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat pelayanan terdekat dari
kelompok permukiman, dapat berupa simpul perdagangan, pendidikan,
pelayan umum dan lain-lain. Pusat Pelayanan Lingkungan diarahkan dengan
kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan perdagangan dan jasa skala lingkungan (Sub BWP).


1. Kegiatan sarana pelayanan umum skala kelurahan.

2. Kegiatan Campuran (Rumah dan Ruko).

3. Kegiatan pendidikan dan kesehatan.

4. Fasilitas peribadatan, olahraga, dan rekreasi skala lingkungan.

5. Pertanian dan perkebunan.

Laporan Antara 7- 3 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Masing-masing BWP diarahkan dengan Pusat Pelayanan Lingkungan. Masing-


masing pusat pelayanan lingkungan mempunyai arahan pengembangan dan
pelayanan yang berorientasi pada sistem pusat pelayanan yang lebih tinggi, yaitu :
 PPL 1 diarahkan untuk kegiatan permukiman, perdagangan dan
jasa serta pertambangan terbatas di Tanjung Kapuas
 PPL 2 diarahkan untuk kegiatan perkebunan, permukiman dan RTH
hutan kota di Tanjung Sekayam
 PPL 3 diarahkan untuk kegiatan Industri Skala Kecil dan
Menengah, Pergudangan, Ruang Terbuka Hijau Skala
Kelurahan/Desa, perumahan kepadatan sedang dan pariwisata
 PPL 4 diarahkan untuk kegiatan kawasan olaraga skala kota dan
permukiman di Sungai Sengkuang

7.2 Rencana Jaringan Transportasi

Struktur jaringan Transportasi merupakan komponen perencanaan yang bertujuan


mendistribusikan jenis pelayanan jaringan dan sarana pergerakan ke seluruh
bagian wilayah secara berjenjang sesuai dengan struktur ruang kawasan yang
direncanakan, sehingga tercipta pergerakan yang mudah, lancar, aman, nyaman
dan terpadu.

Transportasi diperlukan karena adanya perbedaan jarak dari tempat satu ke tempat
lain atau dalam dalam bahasa industri jarak dari sumber barang hasil produksi
maupun hasil alam ke daerah lain yang membutuhkan. Dengan adanya transportasi
dapat memudahkan aksesibilitas pergerakan manusia maupun barang. Sarana dan
prasarana transportasi terbagi menjadi tiga jenis yaitu transportasi darat, air dan
udara.

7.2.1 Rencana Jaringan Pergerakan Darat


Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. Jaringan jalan sebagai

Laporan Antara 7- 4 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

prasarana transportasi darat yang paling utama untuk ditinjau dalam


pengembangan wilayah perkotaan. Jaringan jalan merupakan prasarana
pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut
peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah lain. Jaringan jalan
Kawasan Perkotaan Sanggau yang terdiri dari Jalan Nasional (Jalan Arteri Primer)
18,6 Km, Jalan Kabupaten (Jalan Lokal Primer) 32,4 Km dan Jalan Desa (Jalan
Lingkungan) 167,6Km.
Kawasan Perkotaan Sanggau membutuhkan penambahan jaringan jalan sampai
pada tahun 2038. Tersedianya jaringan jalan dikawasan Perkotaan Sanggau dapat
membantu mempermudah
aksebilitas kawasan. Selain itu dengan adanya penambahan jalan di Kawasan
Perkotaan Sanggau membantu dalam hal pengembangan kawasan itu sendiri.
Rencana jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :

1) Penentuan fungsi hierarki jaringan jalan. Berdasarkan standar ruang jalan


tersebut maka jalan-jalan yang ada di Kawasan Perkotaan Sanggau saat ini
perlu disesuaikan dengan standar lebar jalan berdasarkan masing-masing fungsi
jalan. Peningkatan kapasitas jaringan jalan (badan jalan, ruang jalan dan garis
sempadan) perkotaan sesuai dengan fungsinya berdasarkan UU nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan dan PP nomor 34 tahun 2006 Tentang Jalan.
2) Adanya rencana pengembangan jalan lingkar utara di Kelurahan/Desa Bunut
sampai Kelurahan/Desa Tanjung Sekayam (Jalan Arteri Primer) yang
menjadi jalan alternatif saat adanya kegiatan perayaan untuk perkotaan.
3) Peningkatan status jalan untuk mempermudah pergerakan penduduk. Salah
satunya akses jalan menuju pusat perkotaan.

Laporan Antara 7- 5 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 7- 2Standar ruang jalan dan garis sempadan jalan

Ruang Jalan Minimal Garis Sempadan


Badan
Jalan Diukur dari
Bangunan (dari
No FUNGSI JALAN (Minimal) Diukur dari As Jalan Tepi Pagar (dari
(m) pagar- teritis)
Badan as Jalan)
Jalan (m)
(m) Rumaja Rumija Ruwasja (m) (m)
A. ARTERI PRIMER 11,00
1. Perumahan (rumah
5,50 12,50 15,00 12,50 8,00
tinggal)
2.Pemanfaatan Lalu
LintasdiLuar 5,50 12,50 15,00 12,50 8,00
Pusat Kegiatan
KOLEKTOR PRIMER DAN
B. 9,00
SEKUNDER
1. Perumahan 10 (P);
4,50 12,50 5 (S) 12,50 7,00
(rumah
tinggal)
10 (P);
2. Kegiatan Usaha 4,50 12,50 12,50 7,00
5 (S)
10 (P);
3. Pendidikan 4,50 12,50 5 (S) 12,50 7,00
ccc LOKAL PRIMER DAN
7,50
SEKUNDER
1. Perumahan 7 (P); 3
4,50 7,50 7,50 3,25
(rumah (S)
tinggal)
7 (P); 3
2. Kegiatan Usaha 4,50 7,50 7,50 3,25
(S)
7 (P); 3
3. Pendidikan 4,50 7,50 7,50 3,25
(S)
LINGKUNGAN 6,50

D 1. Perumahan 5 (P); 2
2,75 5,50 5,50 2,25
(rumah (S)
tinggal)
5 (P); 2
2. Kegiatan Usaha 2,75 5,50 5,50 2,25
(S)
5 (P); 2
3. Pendidikan 2,75 5,50 5,50 2,25
(S)
Sumber: UU nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP nomor 34 tahun 2006
tentang Jalan

Laporan Antara 7- 6 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Berdasarkan tabel standar diatas, maka ruas jalan yang ada di Wilayah perkotaan
Sanggau perlu penyesuaian standar jalan dengan melihat kondisi eksisting. Berdasarkan
keadaan eksisting, tidak semua jaringan jalan dapat disesuaikan dengan standar yang ada,
terutama jalan-jalan pada tepian sungai yang tidak memiliki garis sempadan jalan.
Rencana Pengembangan jaringan jalan Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
1) Jalan Arteri Primer
Peningkatan lebar dan mutu jalan arteri primer Sanggau - Pontianak dan jalan
arteri primer dari arah Sanggau - Sekadau untuk mengantisipasi adanya
peningkatan volume kendaraan.
2) Jalan Lokal Primer
Peningkatan lebar dan mutu jalan untuk mengantisipasi adanya peningkatan
volume kendaraan akibat berkembangnya kawasan khususnya jalan yang menuju
kawasan pariwisata, pertanian dan perkebunan.
3) Jalan Lingkungan
Pengembangan jalan lingkungan baru serta peningkatan mutu perkerasan jalan
khususnya di jalan-jalan lingkungan yang masih belum memiliki perkerasan.

Gambar 7- 1 Rencana Bentuk Penampanang Jalan kolektor di Wilayah Perkotaan Sanggau

Gambar 7- 2Rencana Bentuk Penampang Jalan Lokal di Wilayah Perkotaan Sanggau

Laporan Antara 7- 7 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 7- 3Rencana Bentuk Penampang Jalan Lingkungan di Wilayah Perkotaan Sanggau

Gambar 3- 4 Rencana Jaringan Transportasi


Sumber Hasil Analisis Konsultan

7.3 Rencana Jaringan Prasarana


Sistem jaringan prasarana yang akan dijabarkan dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Sanggau merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan

Laporan Antara 7- 8 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

prasarana. Rencana ini yang berfungsi sebagai :


a) Pembentukan sistem pelayanan, terutama pergerakan di dalam BWP.
b) Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya.
c) Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan
rencana teknis sektoral.

Rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan memperhatikan rencana struktur


ruang wilayah yang termuat dalam RTRW Kabupaten serta struktur ruang wilayah yang
berbatasan langsung dengan BWP, mengakomodasi kebutuhan pelayanan dan
pengembangan prasarana dan utilitas BWP, mengakomodasi kebutuhan untuk
perwujudan fungsi dan peran pusat-pusat pelayanan dalam struktur ruang BWP,
menjamin keterpaduan prasarana dan utilitas pada BWP dan ketentuan peraturan
perundang- undangan terkait. Materi rencana sistem jaringan prasarana meliputi :
a) Jaringan Energi/Kelistrikan
b) Jaringan Telekomunikasi.
c) Jaringan Air Minum.
d) Jaringan Drainase.
e) Jaringan Air Limbah.
f) Jaringan Persampahan.
g) Jaringan Jalur Evakuasi Bencana.

7.3.1 Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan


Besarnya tingkat kebutuhan penduduk akan fungsi listrik menjadi acuan untuk
pemerintah daerah setempat agar memberikan penyediaan jaringan dan pelayanan
yang memadai di Kawasan Perkotaan Sanggau baik secara kelompok rumah tangga,
kelompok pelayanan sosial, pemerintahan, kelompok kegiatan komersial, dan jaringan
jalan. Pelayanan energi listrik Kawasan Perkotaan Sanggau saat ini berasal dari PLN
Wilayah Cabang Sanggau khusnya untuk Kecamatan Kapuas.
Pengembangan ruang kawasan perencanaan harus mempertimbangkan komponen-
komponen yang didalam mendukung fungsi dan peranannya, antara lain sebagai
berikut :

Laporan Antara 7- 9 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

a) Fungsi perdagangan dan jasa, dengan komponennya yaitu pasar dan


pertokoan beserta fasilitas pendukungnya. Kegiatan perdagangan dan jasa
ini untuk memberikan pelayanan terhadap wilayah kecamatannya.
b) Fungsi pelayanan fasilitas umum, dengan komponen yang mendukung
minimal fasilitas pendidikan, perguruan tinggi, fasilitas kesehatan, fasilitas
olahraga, jaringan listrik, telekomunikasi, jaringan air minum, dan jaringan
drainase serta berbagai fasilitas pendukungnya.
c) Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas
yang baik pada pergerakan antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas
transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang saling berintegrasi.
d) Fungsi pelayanan pemerintahan, dengan komponen adalah kantor- kantor
instansi pemerintahan skala kecamatan beserta fasilitas pendukungnya.
e) Fungsi produksi perkebunan, ditunjang dengan produksi yang baik,
ketersediaan fasilitas perdagangan produksi perkebunan, dan fasilitas
penunjang lainnya.
f) Fungsi industri dan pergudangan, dengan komponen ketersedian lahan
dalam mendukung kegiatan yang saling bekerjasama dan menguntungkan.

Tabel 7- 3Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Bunut (SUB BWP 1)

Jenis Standart Kebutuhan Listrik (VA)


No
Penggunaan (VA/Jiwa) 2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk
(jiwa) 9,185 14,236 22,064 34,198 53,004
1 Dosmestik 180 1,653,300 2,562,480 3,971,520 6,155,640 9,540,720
2 Sarana Umum 9 82,665 128,124 198,576 307,782 477,036
3 Komersial 45 413,325 640,620 992,880 1,538,910 2,385,180
Jumlah (KVA) 2,149 3,331 5,163 8,002 12,403

Sumber : Analisis Konsultan

Laporan Antara 7- 10 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 7- 4Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik Desa Lape (Sub BWP III)

Jenis Standart Kebutuhan Listrik (VA)


No
Penggunaan (VA/Jiwa) 2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk (jiwa) 1,716 2,659 4,122 6,389 9,902
478,62 741,96 1,150,02 1,782,36
1 Dosmestik 180 308,880
0 0 0 0
Sarana
2 9 15,444 23,931 37,098 57,501 89,118
Umum
119,65 185,49
3 Komersial 45 77,220 287,505 445,590
5 0
Jumlah (KVA) 402 622 965 1,495 2,317

Sumber: Analisis Konsultan

Tabel 7- 5Proyeksi Kebutuhan Listrik Sungai Mawang (SUB BWP II)

Jenis Standart Kebutuhan Listrik (VA)


No
Penggunaan (VA/Jiwa) 2019 2024 2029 2034 2039
Proyeksi Penduduk (jiwa) 2,677 4,150 6,432 9,969 15,452

1 Dosmestik 180 481,860 747,000 1,157,760 1,794,420 2,781,360

Sarana
2 9 24,093 37,350 57,888 89,721 139,068
Umum

3 Komersial 45 120,465 186,750 289,440 448,605 695,340

Jumlah (KVA) 626 971 1,505 2,333 3,616

Sumber: Analisis Konsultan

Berdasarkan hasil analisis diatas, beberapa gardu distribusi perlu dibangun di beberapa
titik sesuai kebutuhan listrik yang harus tersedia di Kawasan Perkotaan Sanggau tahun
2038 yang dibagi berdasarkan Sub BWP. Rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan untuk Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :

a) Pengembangan jaringan distribusi yang dilengkapi dengan infrastruktur


pendukungnya yang terbagi di setiap Sub BWP berdasarkan analisis kebutuhan.
Adapun jaringan transmisi SUTM dan SUTR digunakan pada Kawasan Perkotaan

Laporan Antara 7- 11 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Sanggau.

b) Penambahan gardu listrik yang menghubungkan dari gardu induk, gardu hubung
dan gardu distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (pelanggan/
konsumen).

c) Penambahan gardu listrik untuk melayani kebutuhan listrik padakegiatan


perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran dan kegiatan lainnya di Kawasan
Perkotaan Sanggau.

d) Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kawasan- kawasan yang
belum terlayani di Perkotaan Sanggau.

e) Penambahan daya listrik minimal tiap rumah sebesar 900 watt untuk kebutuhan
rumah sederhana, 1.300 watt untuk rumah menengah dan 2.200 watt untuk rumah
mewah.

f) Pemasangan penerangan jalan umum terutama pada daerah rawan kecelakaan,


curam dan memiliki tikungan jalan yang tajam.

g) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang bersumber dari


BBM di Kelurahan/Desa Bunut.
Kebutuhan daya listrik ditentukan pula oleh tingkat pelayanan listrik PLN kepada
masyarakat. Sejalan dengan perkembangan kota dan perkembangan intensitas
kegiatan sosial-ekonomi kota serta dirasakan semakin pentingnya peranan listrik bagi
berbagai kegiatan penduduk, maka diperkirakan pada akhir tahun perencanaan
pelayanan listrik domestik juga akan mencapai 100% atau seluruh kebutuhan listrik
telah dilayani.

7.3.2 Rencana Jaringan Telekomunikasi


Menurut RTRW Kabupaten Sanggau Tahun 2014-2034 sistem jaringan telekomunikasi

direncanakan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

telekomunikasi yang terpadu dan merata di seleruh kawasan.

Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi untuk Kawasan

Laporan Antara 7- 12 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Perkotaan Sanggau yaitu :

 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi yang menjangkau seluruh

Kawasan Perkotaan Sanggau

 Pembangunan BTS (Base Transceiver Station) bersama di Kelurahan/Desa

Bunut dan Kelurahan/Desa Sungai Sengkuang dengan sistem menara

bersama untuk menyinergikan ketersediaan ruang kawasan dan kebutuhan

sebagai keseimbangaan dengan jumlah pengelolaan menara bersama,

sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi pemanfaatan tata ruang

kawasan.

Gambar 7- 5 Rencana Jaringan Telekomunikasi

Sumber Analisis Konsultan

Laporan Antara 7- 13 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

7.3.3 Rencana Jaringan Air Minum


Sistem penyediaan air bersih merupakan salah satu komponen prasarana kawasan
perkotaan. Kebutuhan air minum (air bersih) yang harus dipenuhi berdasarkan SNI
03-1733-2004 sebagai upaya pelayanan kebutuhan masyarakat kota adalah :
a) Penyediaan Kebutuhan Air Bersih
 Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
 Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.

b) Penyediaan Jaringan Air Bersih


 Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan
sambungan rumah.
 Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa pvc, gip atau fiber
glass.
 Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan
menggunakan GIP.
c) Penyediaan Kran Umum
 Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
 Radius pelayanan maksimum 100 meter.
 Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30
liter/orang/hari.
 Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI03-2399-
1991tentang tata cara perencanaan bangunan MCK umum.
d) Hidran Kebakaran
 Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter.
 Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter.
 Jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter.
 Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat

Laporan Antara 7- 14 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

sumur-sumur kebakaran dan,


 Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada sni 03-1745- 1989
tentang tata cara pemasangan sistem hidran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
 Rencana pengembangan jaringan air minum Kawasan Perkotaan
Sanggau berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air
minum yaitu :
 Penambahan jumlah sambungan pipa air minum ke unit-unit rumah.
 Pengembangan jaringan perpipaan baru mengikuti jaringan jalan yang
di rencanakan meyeluruh di Kawasan Perkotaan Sanggau.

IPA
Pipa Distribusi

Gambar 7- 6 Rencana Sistem Jaringan Air Minum

Sumber Hasil Analisis Konsultan

Laporan Antara 7- 15 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

7.3.4 Rencana Jaringan Drainase


Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan
ke badan penerima air dan atau bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan perkotaan. Secara geografis Kawasan
Perkotaan Sanggau dilewati Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam sehingga
cukup rawan terhadap genangan dan banjir. Saluran drainase yang ada di
Kawasan Perkotaan Sanggau umumnya merupakan sistem drainase alami.
Dalam memperhatikan permasalahan sistem drainase perkotaan yang ada saat
ini, perlu dilakukan usaha pembangunan dan peningkatan pelayanan sistem
drainase perkotaan untuk masa yang akan datang dengan membangun saluran
baru, rehabilitasi, dan pemeliharaan saluran alami dan saluran buatan.
Peningkatan kualitas pelayanan sistem drainase kota ini juga diharapkan mampu
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan kota. Sistem drainase perkotaan
yang dapat diterapkan untuk Kawasan Perkotaan Sanggau di masa yang akan
datang sebaiknya merupakan kombinasi dari sistem drainase permukaan dan
sistem drainase bawah tanah tertutup di beberapa kawasan yang intensitas
pemanfaatan lahannya tinggi.
Rencana pengembangan jaringan drainase di Kawasan Perkotaan
Sanggau yaitu :
1. Perluasan jaringan ke zona perumahan dan penyediaan saluran sesuai
perkiraan kebutuhan, kebutuhan terhadap jaringan drainase ini tidak hanya
untuk rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas sosial, perdagangan dan
komersial pada seluruh Kawasan Perkotaan Sanggau.
2. Pemantauan di setiap saluran drainase secara rutin dari penumpukan
sedimen dan sampah.
3. Melakukan sosialisasi program kepedulian terdahap kebersihan dan
perawatan sungai, dengan tidak membuang sampah dan limbah ke
sungai.
4. Membuat drainase terbuka dan tertutup disesuaikan kondisi fungsi lahan.
5. Membangun jaringan drainase sesuai penambahan jaringan jalan baru.

Laporan Antara 7- 16 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

6. Penataan jaringan drainase berdasarkan kelas jalan yaitu :


- Jaringan primer diarahkan pengembangannya mengikuti ruas jalan arteri
primer Perkotaan Sanggau.
- Jaringan sekunder diarahkan pengembangannya mengikuti ruas jalan
lokal Perkotaan Sanggau.
- Jaringan tersier diarahkan pengembangannya mengikuti ruas jalan
lingkungan Perkotaan Sanggau.
7. Diupayakan memanfaatkan parit dan sungai alami yang ada sebagai
sistem drainase.

Pada kawasan peruntukan industri harus dilengkapi dengan jaringan


drainase atau sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas
tampung yang cukup sehingga kawasan bebas dari genangan air.

Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier

Gambar 7- 7 Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase


Sumber Hasil Analisis Konsultan

Laporan Antara 7- 17 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Persyaratan pembangunan prasarana jaringan drainase di Kawasan


Peruntukan Industri adalah sebagai berikut :
 Pembangunan jaringan primer dan sekunder drainase harus
memperhatikan aspek hidrolis dan aspek struktur.
 Aspek hidrolis mencakup kecepatan maksimum dan minimum aliran
dalam saluran, bentuk saluran, dan bangunan pelengkap yang
diperlukan.
 Aspek struktur mencakup jenis dan mutu saluran, serta kekuatan dan
kestabilan bangunan.

7.3.5 Rencana Pengelolaan Air Limbah


Rencana pengembangan pengolahan air limbah merupakan aspek yang erat kaitannya
dengan menjaga keseimbangan lingkungan, yaitu agar air limbah tersebut tidak
menyebabkan kerusakan serta pencemaran lingkungan yang juga dapat mengganggu
kesehatan manusia. Terdapat dua karakteristik limbah yaitu limbah domestik dan
limbah non domestik, limbah domestik adalah limbah yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan rumah tangga, sedangkan limbah non domestik adalah limbah yang berasal
dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, maupun restoran selain dari limbah rumah tangga
berupa limbah cair.
Air limbah yang dominan terdapat di wilayah perencanaan adalah air limbah domestik,
yaitu untuk limbah cair, air limbah tersebut langsung dibuang atau disalurkan ke saluran
drainase yang terdapat dikawasan permukiman tersebut, sedangkan untuk limbah tinja
masyarakat banyak yang telah menggunakan septik tank atau menggunakan sistem
individu atau disebut juga “on site system” yaitu sistem pembuangan air kotor rumah
tangga dari tiap-tiap rumah tangga/ bangunan gedung atau beberapa rumah/bangunan
gedung. Namun masih banyak penduduk yang belum memiliki prasarana pembuangan
limbah sendiri di masing-masing rumah. Sedangkan pengolahan limbah non domestik

Laporan Antara 7- 18 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

sendiri di wilayah perencanaan tidak tersedia, sehingga perlu adanya penangan


mengenai pengolahan limbah non domestik ini.
Berikut adalah rencana pengelolaan air limbah di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
a. Sistem on site
Secara umum pengelolaan air limbah non perpipaan atau on site dibagi kedalam
beberapa sistem, yaitu :
 Sistem individual, yaitu rumah yang memiliki sarana sanitasi berupa
jamban dan unit pengolahan limbah.
 Fasilitas umum berupa MCK (Mandi Cuci Kakus), yaitu sarana sanitasi
yang dimanfaatkan masyarakat secara komunal dan yang telah
dilengkapi dengan prasarana pengolahan air limbah, dapat berupa
tangki septik atau unit pengolahan air limbah lainnya.
b. Sistem off site

Pengembangan pelayanan perpipaan serta mendorong kesadaran masyarakat


yang telah memiliki unit pengolah limbah individual agar memenuhi standar
teknis yang berlaku (SNI).
 Pengembangan perpipaan air limbah mengikuti jaringan jalan yang
tersebar diseluruh Kawasan Perkotaan Sanggau.
 Pelayanan jasa penyedot lumpur tinja
Bekerjasama dengan pelayanan jasa penyedotan lumpur tinja dalam
melayani fasilitas umum berupa MCK yang telah memiliki unit pengolahan
limbah setempat (on-site), baik yang dibangun oleh masyarakat secara
swadaya, maupun yang dibangun pemerintah melalui program SANIMAS.
Pembangunan MCK melalui program SANIMAS ataupun program sejenis
lainnya akan tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarana sanitasi
bagi masyarakat kurang mampu.

Laporan Antara 7- 19 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

! IPAL
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier

Gambar 7- 8 Peta rencana Pengelolaan air limbah


Sumber : Analisis Konsultan

7.3.6 Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan


Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat
jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk perkotaan, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara
cepat. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi
pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah perkotaan. Rencana
pengembangan jaringan persampahan di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
1. Pengembangan dan pembangunan 27 TPS berdasarkan kepadatan kawasan.
2. Melakukan perbaikan TPS yang sudah rusak.
3. Pemeliharaan sarana TPS yang sudah ada.
4. Pengoptimalan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Kelurahan/Desa Sungai
Sengkuang dengan sistem sanitary landfill.

Laporan Antara 7- 20 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

5. Penambahan jumlah petugas kebersihan kota untuk meningkatkan kualitas


lingkungan perkotaan.
6. Penambahan jumlah tempat sampah khususnya pada pusat-pusat keramaian
seperti pada kawasan perdagangan, perkantoran, kesehatan, dan pendidikan
dengan sistem pembagian sampah menjadi sampah kering dan sampah basah.
7. Pengelolaan persampahan melalui program 3R reduce, recycle, dan reuse.

Sistem pengelolaan persampahan diwilayah perencanaan dilakukan melalui


pengembangan sistem pengelolaan setempat dan sistem terpusat meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Menurut jenisnya sistem pengelolaan sampah di wilayah perencanaan secara garis
besar terdiri dari :
1. Sistem Komunal
Dimana pengelolaan sampah di wilayah perencanaan dilakukan secara
berkelompok dengan menyediakan alat angkutan dan Tempat Pembuangan
Sampah Sementara (TPS).
2. Sistem Pengelolaan Individu/ Perorangan
Sistem pengelolaan secara individu/ perorangan, biasanya dilakukan dengan
menyediakan sendiri tempat pembuangan sampah di sekitar rumah kemudian
sampah dibakar.

Berikut adalah alur rencana pelayanan sistem persampahan di wilayah perencanaan,


untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Laporan Antara 7- 21 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar 7- 9Sistem alur persampahan


Sumber Analisis Konsultan

7.3.7 Jalur Evakuasi Bencana

Kawasan Perkotaan Sanggau terdapat beberapa macam jenis bencana, baik bencana
alam seperti banjir dan tanah longsor dan bencana non alam berupa kebakaran. Dari
jenis bencana tersebut bentuk kegiatan penanggulangannya sedikit berbeda. Berikut
dijelaskan jalur evakuasi bencana berdasarkan jenis bencananya yaitu :
A. Jalur Evakuasi Bencana Kebakaran
Kebakaran dan kabut asap : untuk jalur evakuasi bencana kebakaran
perlu disiasati dengan mengarahkan jarak antar bangunan. Untuk
kawasan permukiman dapat dilakukan dengan membatasi jarak antar
rumah, sehingga tidak terbentuk rumah deret yang dapat meningkatkan
intensitas kebakaran, untuk kawasan dengan intensitas bangunan tinggi
dapat diatur jumlah deret bangunan dan antar deret dibatasi dengan
jaringan jalan yang memadai agar kendaraan pemadam kebakaran dan
kendaraan evakuasi lainnya dapat dengan leluasa masuk pada
kawasan.Perencanaan jalur evakuasi bencana kebakaran dengan
mengarahkan jarak antar bangunan dan penggunaan motor penggerak
yang telah dimodifikasi sebagai kepentingan untuk memadamkan

Laporan Antara 7- 22 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

kebakaran di area yang sulit untuk dijangkau oleh mobil pemadaman


kebakaran.
Upaya pencegahan kebakaran dalam Kawasan Industri sebagai salah
satu jenis sistem proteksi kebakaran pasif dapat dilakukan melalui
kompartemenisasi yaitu upaya pemisahan bangunan yang ketentuannya
dijelaskan dalam Permen PU Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan sebagai berikut :
a. Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus
disediakan jalur akses mobil pemadam kebakaran dan ditentukan jarak
minimum antar bangunan gedung dengan memperhatikan jarak antar
bangunan seperti Tabel 7-6 berikut:
Tabel 7- 6 Jarak Antar Bangunan Gedung

Tinggi Bangunan Gedung (m) Jarak minimum antar


No
Bangunan Gedung (m)
1. s.d. 8 3
2. > 8 s.d. 14 > 3 s.d. 6
3. > 14 s.d. 40 > 6 s.d. 8
4. > 40 >8
Sumber : Permen PU Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan

b. Di setiap bagian dari bangunan gedung hunian di mana ketinggian


lantai hunian tertinggi diukur dari rata-rata tanah tidak melebihi 10
meter, maka tidak dipersyaratkan adanya lapis perkerasan, kecuali
diperlukan area operasional dengan lebar 4 meter sepanjang sisi
bangunan gedung tempat bukaan akses diletakkan, asalkan ruangan
operasional tersebut dapat dicapai pada jarak 45 meter dari jalur
masuk mobil pemadam kebakaran.
c. Dalam tiap bagian dari bangunan gedung (selain bangunan gedung
rumah tinggal satu atau dua keluarga), perkerasan harus ditempatkan
sedemikian rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses

Laporan Antara 7- 23 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

pemadam kebakaran pada bangunan gedung. Perkerasan tersebut


harus dapat mengakomodasi jalan masuk dan manuver mobil
pemadam, snorkel, mobil pompa dan mobil tangga dan platform
hidrolik serta mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Lebar minimum lapis perkerasan 6 meter dan panjang minimum
15 meter. Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan
untuk lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh
kurang dari 4 meter.
Lapis perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi
terdekat tidak boleh kurang dari 2 meter atau lebih dari 10 meter
dari pusat posisi akses pemadam kebakaran diukur secara
horizontal.
Pada daerah perumahan, industry dan daerah komersial di Kawasan
Peruntukan Industri perlu dipasang hidran kebakaran. Persyaratan dan
standar perencanaan teknik hidran kebakaran di Kawasan Peruntukan
Industri adalah sebagai berikut :
1. Penempatan kran kebakaran dilakukan pada setiap jarak ±100 meter
untuk daerah industri dan komersial dan ± 200 meter untuk daerah
perumahan.
2. Kran kebakaran harus mudah dilihat dan dapat dicapai dengan mobil
pemadam kebakaran.
3. Dalam hal tidak dimungkinkan untuk membuat kran kebakaran karena
tidak tersedianya air minum kota atau air minum lingkungan, maka
diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran pada jarak yang
dipersyaratkan untuk kran kebakaran.
4. Jika tidak dimungkinkan untuk membuat kran kebakaran karena tidak
tersedianya air kota atau air lingkungan, maka diharuskan membuat
sumur-sumur kebakaran pada jarak yang dipersyaratkan untuk kran
kebakaran.
Kran-kran kebakaran dan sumur-sumur kebakaran harus dibuat
sedemikian rupa supaya aman terhadap keusakan.

Laporan Antara 7- 24 -
PENYUSUNAN MATERI TEKNIS RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

B. Jalur Evakuasi Bencana Tanah Longsor

Berdasarkan RTRW Kabupaten Sanggau Tahun 2014 tentang kawasan rawan


bencana alam Kecamatan Kapuas termasuk didalam kawasan rawan longsor,
sehingga diperlukannya upaya untuk menanggulangi tanah longsor yaitu :
 Membangun dinding penahan tanah di sepanjang jalur pada sisi damija
yang berbatasan langsung dengan kawasan rawan longsor di
Kelurahan/Desa Beringin dan Kelurahan/Desa Tanjung Sekayam.
Dinding penahan tanah ini bisa berupa bangunan dari semen yang menutupi
tebing atau lereng tanah tersebut. Hal ini bisa membantu untuk meminimalisir
terjadinya tanah longsor karena tanah akan tertahan oleh semen tersebut
sehingga tidak mudah longsor. Air hujan yang turun terkadang bisa merembes
masuk ke dalam tanah, melewati celah- celah tanah tersebut sehingga membuat
struktur tanah menjadi rapuh dan pada akhirnya akan longsor dan menimpa
bangunan yang ada di bawahnya.

Gambar 7- 10 Peta Rencana Jalur Evakuasi Bencana


Sumber Analisis Konsultan

Laporan Antara 7- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 8

Rencana Pola Ruang

8.1 Konsep Pengembangan Perkotaan

Rencana pola ruang pada prinsipnya merupakan perwujudan dari upaya


pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal di suatu wilayah melalui
pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan suatu proses pembangunan yang
berkesinambungan (sustainable development). Wujud dari rencana pola ruang
meliputi sebaran kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
pelabuhan, fasilitas sosial, kawasan pemerintahan dan pelayanan umum, serta
ruang terbuka hijau. Rencana pola ruang berfungsi sebagai :

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan


pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP.
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang.
c. Dasar penyusunan RTBL.
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dalam BWP dan perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan
kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan. Rencana pola ruang
dirumuskan dengan kriteria :

a. Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW.
b. Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan.
c. Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk
dampak perubahan iklim.
d. Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.

LAPORAN ANTARA 8- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Sanggau dalam RDTR merupakan


rencana distribusi zona dan subzona peruntukan yang antara lain meliputi zona
Sepadan sungai, Ruang Terbuka Hijau, perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, industri, sarana pelayanan umum, zpna peruntukan lainnya dan zona
peruntukan campuran. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi
sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.

8.2 Pembagian SUB BWP


Pembagian Sub BWP dan blok dilakukan untuk menentukan
karakteristik perencanaan wilayah sesuai dengan konsep kawasan yang telah
ditetapkan. Untuk kawasan perkotaan, maka kebijakan pengembangan pola ruang
akan cenderung menuju pada pengembangan fisik kawasan dengan penambahan-
penambahan sarana prasarana yang ada. Pembagian fungsi
kawasan akan dikelompokkan kedalam Sub BWP.
Rencana Pola Ruang tersebut kemudian dirincikan berdasarkan blok- blok
pemanfaatan ruang dalam beberapa Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP).
Pembagian blok bertujuan untuk membagi kawasan dalam bentuk atau ukuran,
fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan
dalam blok-blok peruntukan lahan, sehingga mudah dalam alokasi investasi,
pengendalian, dan pengawasan.
Adapun pembagian kawasan perencanaan ditetapkan dari beberapa hal sebagai
berikut :

a) Berdasarkan batasan fisik wilayah (baik sungai, parit, jalan dan lainnya)

b) Persamaan orientasi bangunan terhadap jalan

c) Batasan Blok peruntukan masing-masing blok peruntukkan utama tersebut


selanjutnya akan dibagi menjadi beberapa sub blok, sesuai persaman
kegiatan guna lahan.
Peruntukan Lahan bertujuan mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan
atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok peruntukan lahan
sehingga tercipta ruang yang produktif dan berkelanjutan. Wilayah perencanaan
terdiri dari berbagai jenis kegiatan yang sangat bervariasi, hal tersebut dipengaruhi
oleh wilayah perencanaan mempunyai fungsi dan Peran yang cukup komplek.

LAPORAN ANTARA 8- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pertimbangan dalam penetapan unit blok perencanaan didasarkan atas


perencanaan pembagian lahan dalam BWP menjadi beberapa blok, dimana blok
terdiri dari unit lingkungan dengan konfigurasi tertentu.

Adapun kriteria pengaturan blok adalah sebagai berikut :

1) Menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau


kegiatan alam.

2) Setiap blok memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik yang akan dibentuk.

3) Memiliki homogenitas pemanfaatan ruang dan kesamaan karakteristik serta


kemungkinan pengembangannya (unit lingkungan).

4) Pertimbangan lingkungan: keseimbangan dengan daya dukung lingkungan,


dan perwujudan sistem ekologi.

5) Tercipta peningkatan kualitas lingkungan kegiatan yang aman, nyaman, sehat


dan menarik, serta berwawasan ekologis (ruang terbuka dan tata hijau).

Tabel 8- 1Tabel Pembagian SUB BWP Perkotaan


Luas
Sub BWP Kelurahan/Desa Fungsi Utama
Wilayah (Ha)
 Bunut  Perdagangan dan jasa skala
Sub BWP
 Permukiman
 Perkantoran
1.954,899
Sub BWP I  Pariwisata
 Pendidikan
 Kesehatan
 Hankam
 Perkebunan terpadu
 Pertanian dan peternakan
Sub BWP II  Sungai Mawang  Perdagangan dan jasa skala 831,853
BWP
 Permukiman
 Pariwisata
 Peribadatan
 Pergudangan
 SIKM (sentra industri kecil
dan menengah)
 Perkebunan terpadu
 Pertanian dan peternakan

LAPORAN ANTARA 8- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Sub BWP  Lape  Pertanian 344,873


III  Pariwisata
 Permukiman
Sumber: Analisis Konsultan

8.3 Penetapan Pola Ruang, Zona dan Sub Zona


Sebagaimana kondisi eksisting yang terdapat di lapangan, maka penetapan pola ruang, zona
dan sub zona akan menggunakan pedoman sesuai Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang /
Kepala Badan Pertanahan Nasional No 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten / Kota. Untuk wilayah Perkotaan
Sanggau,Penetapan Zona dan Sub Zona adalah sebagai berikut.
Tabel 8- 2Penetapan Zona dan Sub Zona Budidaya

Zona Kode Defini Kriteri Keterangan


si a
Zona Perumahan
Rumah R-3 Peruntukan ruang 1. Zona dengan Rumah kepadatan sedang
Kepadatan yang merupakan wilayah berupa rumah tinggal.
Sedang bagian dari kawasan perencanaan yang Persebaran rumah kepadatan
budidaya memiliki kepadatan sedang terdapat di :
difungsikan untuk bangunan 40-100  SBWP 1
tempat tinggal atau rumah/hektar  SBWP 2
hunian dengan 2. Zona peruntukan hunian  SBWP 3
perbandingan yang dengan luas persil dari
hampir seimbang 150 m2 sampai dengan
antara jumlah 250 m2
bangunan rumah
dengan luas lahan
Rumah R-4 Bertujuan 1. Zona dengan wilayah Rumah kepadatan rendah
Kepadatan menyediakan zona perencanaan yang berupa rumah tinggal.
Rendah untuk pembangunan memiliki kepadatan Persebaran rumah kepadatan
unit huniandengan bangunan dibawah 10 -40 rendah terdapat di :
tingkat kepadatan rumah/hektar  SBWP 1
rendah 2. Zona peruntukan hunian
dengan luas persil dari
150 m2 sampai dengan
250 m2

Rumah R-5 Menyediakan zona 1. Zona dengan wilayah Rumah kepadatan sangat
Kepadatan untuk pembangunan perencanaan yang rendah berupa rumah tinggal.
Sangat Rendah unit hunian dengan memiliki kepadatan Persebaran rumah kepadatan
tingkat kepadatan bangunan di bawah sangat rendah terdapat di :
sangat rendah 10 rumah/hektar  SBWP 1
2. Zona peruntukan hunian  SBWP 2
lebih besar dari 350 m2  SBWP 3

Zona Perdagangan dan Jasa

LAPORAN ANTARA 8- 4 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Skala BWP K-2 Peruntukan ruang 1. Lingkungan dengan Perdagangan dan jasa skala
yang merupakan tingkat kepadatan rendah BWP berupa pasar tradisional
bagian dari kawasan sampai sedang skala BWP, sub pusat
budi daya 2. Skala pelayanan perbelanjaan, sub pusat bisnis
difungsikan untuk perdagangan dan jasa perbankan dan sub pusat jasa
pengembangan yang direncanakan adalah umum. Persebaran sarana
kelompok kegiatan tingkat regional, kota, dan perdangan dan jasa skala
perdagangan dan lokal BWP terdapat di :
jasa, tempat bekerja , 3. Jalan akses minimum  SBWP1
tempat berusaha, adalah jalan  SBWP 2
tempat hiburan dan kolektor
rekreasi dengan skala 4. Sebagai bagian dari
pelayanan BWP fasilitas perumahan dan
dapat berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk

Skala Sub BWP K-3 Peruntukan ruang 1. Lingkungan dengan Perdagangan dan jasa skala
yang merupakan tingkat kepadatan sedang Sub BWP berupa pasar
bagian dari kawasan sampai tinggi. tradisional skala sub BWP,
budi daya difungsikan 2. Skala pelayanan pertokoan dan sub pusat jasa
untuk pengembangan perdagangan dan jasa umum. Sebaran sarana
kelompok kegiatan yang direncanakan adalah perdagangan dan jasa skala
perdagangandan/ata u tingkat regional, kota, dan Sub BWP terdapat di :
jasa, tempat bekerja, lokal  SBWP1
tempat berusaha, 3. Jalan akses minimum
tempat hiburan dan adalah jalan
rekreasi dengan skala kolektor
pelayanan sub BWP 4. Sebagai bagian dari
fasilitas perumahan dan
dapat berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk

Zona perkantoran

Perkantoran KT Peruntukan ruang 1. Kantor pemerintahan baik Sarana perkantoran berupa


yang merupakan tingkat pusat maupun perkantoran pemerintah
bagian dari kawasan daerah (provinsi, pusat dan provinsi,
budi daya difungsikan kota/kabupaten, perkantoran kota dan
untuk pengembangan kecamatan, Kelurahan) perkantoran
kegiatan pelayanan 2. Kantor atau instalasi kecamatan/Kelurahan.
pemerintahan dan hankam termasuk tempat Sebaran sarana perkantoran
tempat latihan baik pada terdapat di :
bekerja/berusaha, tingkatan nasional,  SBWP 1
tempat berusaha, Kodam, Korem,  SBWP 2
dilengkapi dengan Koramil, Polda, Polwil,
fasilitas umum/sosial Polsek, dan sebagainya
pendukungnya. 3. Untuk pemerintah tingkat
pusat, provinsi dan kota
aksesibilitas minimum
adalah jalan kolektor
4. Untuk pemerintah tingkat
kecamatan dan
dibawahnya aksesibilitas
minimum adalah jalan

LAPORAN ANTARA 8- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

lingkungan utama
5. Lingkungan dengan
tingkat kepadatan tinggi,
sedang, dan rendah dan
akan diatur lebih lanjut
didalam peraturan zonasi
6. Lingkungan yang
diarahkan untuk
membentuk karakter
tuang kota melalui
pengembangan bangunan
bangunan tunggal
7. Skala pelayanan
yang direncanakan
adalah tingkat
nasional dan
regional dan kota
8. Jalan akses minimum
adalah jalan
kolektor
Tidak berbatasan langsung
dengan perumahan
penduduk
Zona Industri

Sentra Industri SIKM Menyediakan ruang 1. Dikembangkan pada Sebaran sentra industri kecil
Kecil dan untuk untuk lingkungan dengan dan menengah terdapat di
Menengah industriindustri kecil tingkat kepadatan rendah SBWP 2
dan menengah yang sampai sedang
mengakomodasi 2. Penentuan lokasi industri
kegiatan industri skala dilakukan dengan
kecil dan menengah 3. Memperhatikan
yang ditata dalam keserasian dengan
perpetakan kecil lingkungan sekitar serta
dengan lantai dua kebutuhannya
sampai empat lapis, memperhatikan
sehingga kepadatan lalu lintas dan
memungkinkan kapasitas jalan di sekitar
masyarakat luas industri
berusaha pada 4. Dapat dikembangkan di
bangunan industri zona perumahan selama
yang berdekatan tidak mengganggu aspek
dengan rumah lingkungan
tinggalnya 5. Memperhatikan
penanganan
limbah industri
6. Berada di dalam
bangunan deret atau
perpetakan
7. Disediakan lahan untuk
bongkar muat barang
hasil industri sehingga
tidak mengganggu arus
lalu lintas sekitar
pemukiman
8. Memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-
undangan terkait dengan
pengembangan lahan

LAPORAN ANTARA 8- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

industri

Zona sarana pelayanan umum

Skala Kota SPU-1 Peruntukan ruang Terdiri atas : Sarana pelayanan umum skala
yang merupakan 1. Kantor pemerintahan kota dibagi dalam beberapa
bagian dari kawasan 2. Gedung sosial sub zona yaitu :
budi dayayang budaya (serbaguna,  SPU-1.1 : Gedumg
dikembangkan untuk alun-alun) Serba Guna
melayani peduduk 3. Sarana peribadatan  SPU-1.2 :
skala kota (masjid agung, Sarana
gereja) Peribadatan
4. Sarana  SPU-1.3 :
kesehatan Sarana
(rumah sakit) Kesehatan
5. Sarana  SPU-1.4 : Sarana
olahraga Olahraga Sebaran sarana
(lapangan pelayanan umum skala kota
besar) terdapat di :
 SBWP 2

LAPORAN ANTARA 8- 7 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Skala SPU-2 Peruntukan ruang Terdiri atas : Sarana pelayanan umum skala
Kecamatan yang merupakan 1. Kantor kecamatan kecaamayan dibagi dalam
bagian dari kawasan 2. Kantor polisi beberapa sub zona yaitu :
budi dayayang 3. Pos  SPU-2.1 :
dikembangkan untuk pemadam Kantor
melayani peduduk kebakaran Kecamatan
skala kecamatan 4. Kantor pos pembantu  SPU-2.2 : Kantor Polisi
5. Balai nikah/KUA/BP4  SPU-2.3 :
6. Parkir umum Sarana
7. Gedung Pendidikan
pertemuan/serba guna  SPU-2.4 :
8. Puskesmas Sarana
9. Sekolah Kesehatan
 SPU-2.5 : Terminal
Sebaran sarana pelayanan
umum skala kecamatan
terdapat di :
 SBWP 1

Skala SPU-3 Peruntukan ruang Terdiri atas : Sebaran sarana pelayanan


Kelurahan yang merupakan 1. Kantor Kelurahan/Desa umum skala Kelurahan
bagian dari kawasan 2. Pos kamtib terdapat di seluruh
budi dayayang 3. Pos SBWP
pemadam
kebakaran
4. Agen pelayanan pos
5. Loket pembayaran
air bersih
6. Sekolah
7. Bak sampah besar
8. Parkir umum dengan
standar satuan parkir 25
m2

Zona peruntukan lainnya

LAPORAN ANTARA 8- 8 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pertanian PL-1 Peruntukan ruang 1. Kawasan yang Zona peranian di bagi


yang dikembangkan untuk menampung dalam beberapa
diperuntukan bagi kegiatan yang sub zona
berhubungan dengan peng
kegiatan pertanian yang yaitu :
meliputi kawasan  PL-1.1 : Perkebunan
pertanian lahan basah,  PL-1.2 : Pertanian
kawasan pertanian  PL-1.3 : Peternakan
lahan kering, kawasan  PL-1.4 : Perikanan
pertanian tanaman Zona pertanian tersebar di :
tahunan/perkebunan,  SBWP 1
perikanan, peternakan  SBWP 2
2. Peruntukan pertanian  SBWP 3
berupa ruang yang
secara teknis dapat
digunakan untuk lahan
pertanian basah baik
irigasi maupun non
irigasi ataupun lahan
kering tanaman pangan
maupun palawija
Pertambangan PL-2 Peruntukan ruang 1. Ruang yang secara Zona pertambangan tersebar
yang dikembangkan teknis dapat digunakan di SBWP 3 pada blok 3.1
untuk menampung untuk pemusatan berupa pertambangan
kegiatan kegiatan pertambangan, terbatas
pertambangan bagi serta tidak mengganggu
daerah yang sedang kelestarian fungsi
maupun yang akan lingkungan hidup
segera melakukan 2. Ruang yang apabila
kegiatan digunakan untuk
pertambangan kegiatan pertambangan
golongan bahan galian akan memberikan
A, B, dan C manfaat secara ekonomi,
sosial budaya, dan
ekologi baik skala
nasional, regional
maupun lokal

Pertahanan dan PL-7 Peruntukan tanah 1. Memperhatikan Zona pertahanan dan


Keamanan yang merupakan kebijakan sistem keamanan tersebar di
bagian dari kawasan pertahanan dan :
budi dayayang keamanan  SBWP 1
dikembangkan untuk nasional
menjamin kegiatan 2. Memperhatikan
dan pengembangan kebijakan pemerintah
bidang pertahanan yang menunjang pusat
dan keamanan seperti pertahanan dan
kantor, instalasi keamanan nasional
hankam, termasuk 3. Memperhatikan
tempat latihan baik ketersediaan lahan
pada tingkat nasional, sesuai dengan
Kodam, Korem, kebutuhan bidang
Koramil, dsb pertahanan dan
keamanan beserta
prasarana dan sarana
penunjangnya
4. Aksesibilitas yang
menghubungkan zona
pertahanan dan

LAPORAN ANTARA 8- 9 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

keamanan adalah jalan


kolektor. tidak
berbatasan langsung
dengan zona perumahan
dan komersia

Instalasi PL-8 Peruntukan tanah 1. Memperhatikan sistem Zona Instalasi Pengolahan


Pengolahan Air yang terdiri atas pembuangan air limbah Air Limbah (IPAL) terdapat
Limbah (IPAL) daratan dengan batas permukiman dan di semua SBWP. Ipal yang
batas tertentu yang industri yang berlaku di direncanakan berupa IPAL
berfungsi untuk suatu wilayah komunal.
tempat pembuangan 2. Memperhatikan standar-
segala macam air standar teknis sarana
buangan (limbah) dan prasarana yang
yang berasal dari harus dipenuhi dalam
limbah-limbah pembangunan IPAL
domestik, industri, 3. Tidak berbatasan
maupun komersial langsung dengan zona
dan lain-lainnya perumahan dan industri

Pembangkit PL-11 Peruntukan ruang 1. Memperhatikan sistem Zona pembangkt listrik


Listrik yang merupakan jaringan infrastruktur terdapat di SBWP 1
bagian dari kawasan ketenagalistrikan yang
budidaya yang berlaku di suatu
dikembangkan untuk wilayah.
menjamin 2. Memperhatikan standar-
ketersediaan tenaga standar teknis sarana
listrik dan prasarana yang
harus dipenuhi dalam
pembangunan
pembangkit listrik
3. Tidak berbatasan
langsung dengan zona
perumahan

LAPORAN ANTARA 8- 10 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pergudangan PL-12 Peruntukan ruang 1. Memiliki akses Zona pergudangan terdapat di


untukmelakukan proses dengan kualitas jalan SBWP 2
penyimpanan, setara dengan kelas I
pemeliharaan, dan 2. Memiliki area
pemindahan barang. untuk proses
bongkar muat
3. Tidak berbatasan
langsung dengan zona
perumahan
4. Untuk gudang kecil
memiliki luasan kurang
lebih 36 m2 – 2.500 m2
5. Untuk gudang menengah
memiliki luasan kurang
lebih 2.500 m2 – 10.000
m2
6. Untung gudang
besar memiliki
luasan lebih dari
10.000 m2
Pariwisata PL-13 Peruntukan ruang 1. Memperhatikan potensi Zona pariwisata tersebar di :
yang merupakan wilayah yang ada  SBWP 1
bagian dari kawasan 2. Mempersiapkan sarana  SBWP 2
budi dayayang dan prasarana  SBWP 3
dikembangkan untuk pendukung kawasan
mengembangkan
kegiatan pariwisata
baik
alam, buatan, maupun
budaya

Zona Peruntukan Campuran

Perumahan dan C-1 Peruntukan lahan budi Zona campuran terdapat di


Pedagangan / daya yang terdiri atas SBWP 2 blok 2.1 dan 2.2
jasa daratan dengan batas
tertentu yang berfungsi
campuran antara
perumahan dan
perdagangan/jasa

8.4 Rencana Pola Ruang Perkotaan Sanggau

Dasar pertimbangan dalam penetapan unit blok perencanaan didasarkan atas perencanaan
pembagian lahan dalam zona menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas unit lingkungan
dengan konfigurasi tertentu. Dalam rencana pola ruang Perkotaan Sanggau terdapat berbagai

LAPORAN ANTARA 8- 11 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

penggunaan lahan yang dapat menunjang kegiatan Perkotaan Sanggau. Berikut luasan tiap
penggunaan lahan dalam rencana pola Ruang Perkotaan Sanggau :
Tabel 8- 3Rencana Luasan Pengunaan Lahan Pola Ruang

Luasan
No Keterangan Jenis Kode
(ha)
1 Hankam Peruntukan Lainnya PL-7 12,8863
Sarana Pelayanan Umum Skala
2 Olahraga SPU-1.4 2,4867
Kota
Sentra Industri Kecil
3 Menengah Industri SIKM 44,5203
Sarana Pelayanan Umum Skala
4 Kesehatan SPU-2.4 1,9763
Kecamatan
Sarana Pelayanan Umum Skala
5 Kesehatan SPU-1.3 2,7730
Kota
6 Pariwisata Peruntukan Lainnya PL-13 3,6151
7 Pemakaman RTH RTH-7 17,2770
8 Perkantoran Perkantoran KT 56,9481
Sarana Pelayanan Umum Skala
9 Pendidikan SPU-2.3 43,8286
Kecamatan
10 Perairan Perairan 640,1250
Perdagangan dan Jasa
11 Perdagangan dan Jasa K-2 112,4094
Skala BWP
Perdagangan dan Jasa
12 Perdagangan dan Jasa K-1 40,1113
Skala Kota
Perdagangan dan Jasa
13 Perdagangan dan Jasa K-3 30,0168
Skala Sub BWP
14 Pergudangan Peruntukan Lainnya PL-12 12,6382

Sarana Pelayanan Umum Skala


15 Peribadatan SPU-1.2 12,9423
Kota
16 Perkebunan Peruntukan Lainnya PL-1.1 2398,3207

Perumahan Kepadatan Rendah


17 Perumahan R-4 336,9163
Perumahan Kepadatan
18 Perumahan R-5 352,0701
Sangat Rendah
Perumahan Kepadatan Sedang
19 Perumahan R-3 481,4275
20 Pertambangan Terbatas Peruntukan Lainnya PL-2 6,4289

21 Pertanian Peruntukan Lainnya PL-1.2 161,9005

22 PLTD Peruntukan Lainnya PL-11 2,4095

23 Hutan Kota RTH RTH-1 1162,5001

24 Sempadan Sungai Perlindungan Setempat SS 69,3081

25 Taman Kelurahan RTH RTH-4 4,6713

LAPORAN ANTARA 8- 12 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

26 Taman Kota RTH RTH-2 88,4835

27 Perikanan Peruntukan Lainnya PL-1.4 11,9660

Sarana Pelayanan Umum Skala


28 Terminal SPU-2.5 0,2257
Kecamatan
29 TPA Peruntukan Lainnya PL-9 0,6741

30 Zona Campuran Zona Campuran C-1 2,3726

Sumber: Analisis Konsultan

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas zona dan sub zona yang secara rinci perlu
diklasifikasikan kembali yang diuraikan sebagai berikut.

8.4.1 Zona Budidaya

Rencana zona budidaya ini merupakan salah satu implementasi dari perhatian
Pemerintah terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kota
dengan tetap memperhatikan Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kawasan
Budidaya dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41 Tahun 2007 Tentang
pedoman kriteria teknis kawasan budidaya. Untuk konteks Perkotaan Sanggau,
rencana pengembangan kawasan budidaya ini diarahkan kepada upaya untuk
mengarahkan pergerakan penduduk dari kawasan kota yang padat ke lokasi baru
yang layak dikembangkan baik sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa maupun pemerintahan dan kegiatan kota lainnya. Kawasan dalam kajian
RDTR disebut Zona. Zona budidaya yang terdapat di wiayah perencanaan terdiri
atas Zona Perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona sarana
pelayanan umum, zona industri, zona lainnya dan zona campuran yang akan
dibahas lebih lanjut sebagai berikut.

8.4.1.1 Zona Perumahan


Zona Perumahan merupakan peruntukan ruang yang terdiri dari kelompok rumah
tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi
dengan fasilitasnya. Perumahan merupakan bagian terbesar dari areal kota dan
merupakan sarana hunian yang sangat dibutuhkan masyarakat kota. Perumahan
bukan hanya berfungsi untuk menyediakan sarana hunian bagi penduduk, juga

LAPORAN ANTARA 8- 13 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

berfungsi memberikan pelayanan kepada keperluan hidup sehari-hari. Lokasi


kegiatan perumahan ini relatif tersebar ke seluruh bagian wilayah kota dengan
intensitas yang bervariasi sesuai dengan daya dukung lahan dan tingkat
kemudahan memperoleh fasilitas pelayanan. Tujuan penetapan Zona Perumahan
adalah sebagai berikut :

a) Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan


kepadatan yang bervariasi.

b) Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka


mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat.

c) Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada


lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang,
sesuai kebutuhannya dapat termasuk penyediaan ruang hunian seperti
rumah singgah, rumah sosial, rumah sederhana sehat, lingkungan kampung
dan perumahan adat/tradisional.

Zona Perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan.

Zona perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Kriteria Keamanan, dicapai dengan mempertimbangka bahwa lokasi


tersebut bukan merupakan kawasan lindung, olahan pertanian, daerah
buangan limbah pabrik, bebas dari zona bahaya kecelakaan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan dan zona dibawah jaringan listrik
tegangan tinggi.

b. Kriteria Kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi


tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas
ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam.

c. Kriteria Kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian


(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau
tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana
lingkungan tersedia).

d. Kriteria Keindahan/keserasian/keteraturan (Kompatibilitas), dicapai


dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan

LAPORAN ANTARA 8- 14 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

lingkungan yang ada misalnya tidak meratakan bukit, mengurug rawa


atau danau/sungai/kali dan sebagainya.

e. Kriteria Fleksibilias, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan


pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

f. Kriteria keterjangkaan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak


pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas
lingkungan.

g. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan


keterkaitan dengan karakteristik sosial budaya masyarakat seempat,
terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/local
setempat.

Dalam menetapkan arahan pengembangan perumahan di wilayah perencanaan,


maka pemilihan lahan dilakukan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a) Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%).
b) Bebas dari resiko polusi/pencemaran dan bebas dari resiko bencana alam
(banjir, erosi/longsor dan lain-lain).Memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan
drainase baik sampai sedang.
c) Mempunyai aksebilitas yang tinggi ke pusat-pusat pelayanan.
d) Didukung dengan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan
dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah
dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan dan agama).
e) Tersedianya sumber air, baik air tanah maupun dari PDAM dengan suplai air
antara 60 - 100 liter/org/hari.
f) Tidak mengganggu fungsi sempadan sungai dan mata air dan bebas dari
resiko bencana alam (banjir, erosi/longsor dan lain-lain).
g) Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam.
h) Mempunyai kemungkinan untuk berkembang.
i) Lokasi dan luas kawasan perumahan disesuaikan dengan perkiraan
kebutuhan ruangnya, kelayakan fisik lahan dan tipe rumah yang akan
dibangun

LAPORAN ANTARA 8- 15 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dalam pengembangan perumahan di Indonesia, berlaku sistem hunian berimbang.


Berdasarkan ketetapan perbandingan unit kavling yang berlandaskan pada
Peraturan Menteri PUPR No 7 Tahun 2013, diperoleh bahwa arahan
pengembangannya sebesar 1 : 2 : 3 untuk rumah mewah, menengah dan
sederhana. Mengacu kepada penentuan luas yang sering dipergunakan dalam
penyusunan rencana tata ruang kota-kota di Kalimantan Barat, maka luas rata-rata
masing-masing kategori ukuran kapling di wilayah perencanaan perkotan Sanggau
sesuai dengan acuan tersebut direncanakan sebagai berikut :

 Luas kapling kecil : 100 sampai 200 m2 atau dengan rata-rata 150 m2
 Luas kapling sedang : 200 sampai 400 m2 atau dengan rata-rata 300 m2
 Luas kapling besar : 400 sampai 800 m2 atau dengan rata-rata 600 m2

8.4.1.2 Zona Perdagangan dan Jasa

Zona Perdagangan dan jasa adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang
bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan
rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya. Tujuan penetapan Zona
Perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa


perkantoran, pertokoan, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat

b) Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik


berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehingga
dapat berfungsi sebagaimana mestinya

c) Menyediakan fasilitas pelayanan perdagangan dan jasa yang dibutuhkan


masyarakat dalam skala pelayanan regional, kota dan lokal

d) Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama


untuk melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Zona perdagangan dan jasa dibagi menjadi 3 zona yaitu zona skala kota,
zona skala BWP dan zona skala Sub BWP. Sarana perdagangan dan jasa pada

LAPORAN ANTARA 8- 16 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

tiap zona sebagian besar sama, yang membedakkannya hanya berupa skala
pelayanan tiap sarana. Pada zona skala kota, pelayanan dalam skala
regional dan kota. Sedangkan pada zona skala BWP dan skala Sub BWP,
pelayanan dalam skala kota dan lokal. Berikut merupakan rencana kebutuhan
sarana perdagangan dan jasa pada tiap Sub BWP (SBWP).
Tabel 8- 4 Proyeksi Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Desa Bunut

Sumber: Analisis Konsultan


Tabel 8- 5 Proyeksi Kebutuhan sarana perdagangan dan jasa Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 8- 17 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 8- 6Tabel Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Sai Mawang

Sumber: Analisa Konsultan2019

Zona perdagangan dan jasa yang akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau berupa segala
jenis sarana perdagangan dan jasa yang melayani dalam skala regional, kota, BWP dan skala
Sub BWP. Sarana perdagangan dan jasa tersebut meliputi pasar tradisional, pertokoan,
warung, pusat perbelanjaan, pusat grosir, pusat bisnis dan perbankan, perhotelan, rest area dan
pusat jasa lainnya yang mendukung berbagai kegiatan di Perkotaan Sanggau.

8.4.1.3 Zona Perkantoran


Zona perkantoran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan
yang dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya. Tujuan penetapan
Zona Perkantoran adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa


perkantoran, pemerintah dan swasta

b) Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik


berupa sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan
danpengembangan kegiatan perkantoran yang produktif sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.

c) Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk


melayani kegiatan-kegiatan perkantoran, yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah

Kawasan perkantoran yang dikembangkan di Kawasan Perkotaan Sanggau

LAPORAN ANTARA 8- 18 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

merupakan pusat kegiatan administratif pemerintahan skala Kabupaten yang


berfungsi strategis, Provinsi, maupun perwakilan dari pemerintah atasan yang
sifatnya departemen. Fungsi utamanya adalah melayani masyarakat kota dalam hal-
hal yang bersifat administratif pemerintahan dan kenegaraan. Adapun konsep
pengendalian kawasan perkantoran adalah sebagai berikut :

a) Bangunan pemerintahan dan perkantoran di kelompokkan pada suatu


kawasan sehingga terbentuk suatu kompleks pemerintahan yang akan lebih
mempermudah masyarakat dan pemerintah.

b) Perkembangan guna lahan sekitarnya perlu pengawasan khusus agar


kegiatan ikutannya seperti perdagangan dan jasa agar tidak menutupi atau
mengurangi kesan monumental kawasan.

c) Tata lansekap guna lahan sekitarnya dipadukan dengan tata bangunan dan
arsitektur bangunannya kawasan pemerintahan sehingga kesan lingkungan
kawasan pemerintahan tetap dipertahankan.

d) Mempunyai aksesibilitas tinggi ke seluruh penjuru kota dan ke jalur jalan


regional mengingat kawasan ini memiliki skala pelayanan regional (mudah
dicapai oleh penduduk dan terpusat (untuk beberapa kegiatan) didukung
dengan angkutan kota yang memadai.

e) Bebas dari polusi/pencemaran terutama pencemaran udara, air dan suara.

f) Bebas dari resiko bencana (banjir, genangan, longsor, dan lain-lain).

g) Perkembangan perdagangan eceran diijinkan sepanjang tidak menimbulkan


bangkitan yang besar dan berfungsi mendukung atau pelengkap dari
kawasan pemerintahan seperti rumah makan, Toko Alat Tulis Kantor dan jasa
perkantoran lainnya.

h) Kaveling bangunan harus menyediakan ruang parkir yang memadai agar


tidak terjadi parkir on street.

8.4.1.4 Zona Industri


Zona Industri adalah zona dengan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industridan pergudangan. Adapun tujuan penetapan

LAPORAN ANTARA 8- 19 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

zona ini adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam


upaya meninggkatkan kesseimbangan antara penggunaan lahan secara
ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja.

b) Menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang


mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja
perekonomian lainnya.

c) Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan


pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian lingkungan sehingga
mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan.
Kegiatan industri yang akan dikembangkan di Wilayah Perkotaan Sanggau
adalah pengolahan hasil Hutan dan Industri pengolahan sawit dan karet, serta
industri rumah tangga (home industry) yang mengolah sumber daya alam. Juga
keberadaan industri ini penting untuk mengubah kawasan- kawasan yang kurang
produktif menjadi fungsi kegiatan yang produktif. Kegiatan yang ada diperkirakan
akan terus berkembang menjadi salah satu sektor yang mampu menyerap
tenaga kerja baik penduduk sekitarnya. Orientasi lokasi dari kegiatan ini adalah
sebagai berikut:

a) Lokasi industri atau kawasan permukiman industri dapat berorientasi pada


bahan baku dan atau berorientasi pada pasar ini berkaitan dengan
aksesibilitas yang tersedia serta jenis barang yang diproduksi.

b) Berjarak minimal 2 km dari pusat kota dan 2 km dari kawasan permukiman.

c) Berada pada kemiringan lereng 0 – 4 persen (maksimal 15%).

d) Jarak terhadap sungai maksimal 5 km dan dapat terlayani oleh sungai.

e) Bebas dari polusi/pencemaran terutama pencemaran udara, air dan suara.

f) Bebas dari resiko bencana (banjir, genangan, longsor, dan lain-lain).

LAPORAN ANTARA 8- 20 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

g) Jika berdampingan dengan permukiman dan menimbulkan polusi dibatasi


dengan zona penyangga dapat berupa lahan terbuka atau lahan terbuka hijau
serta mempertimbangkan arah angin.

h) Dilengkapi dengan unit pengelolaan limbah sesuai dengan skala industri.


Terdapat satu zona industri yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau
yaitu :

 Sentra Industri Kecil dan Menengah

Sentra insustri kecil dan menengah adalah zona industri dengan modal kecil
dan tenaga kerja yang sedikit dengan peralatan sederhana. biasanya
merupakan industri yang dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti
industri roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng curah dan lain-
lain. Sentra industri kecil dan menengah yang ada di lingkungan permukiman
dapat dipertahankan selama tidak menimbulkan dampak negatif. Adapun
tujuan pembentukan zona ini yaitu untuk untuk menyediakan ruang untuk
untuk industriindustri kecil dan menengah yang mengakomodasi kegiatan
industri skala kecil dan menengah yang ditata dalam perpetakan kecil dengan
lantai dua sampai empat lapis, sehingga memungkinkan masyarakat luas
berusaha pada bangunan industri yang berdekatan dengan rumah tinggalnya.

8.4.1.5 Zona Sarana Pelayanan Umum

Zona sarana pelayanan umum adalah zona peruntukan ruang yang


dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan,
kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan
fasilitasnya dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK. Tujuan
penetapan zona sarana pelayanan umum yaitu :

a) Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan kegiatan pendidikan,


kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan
fasilitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan
jumlah penduduk yang dilayani dan skala pelayanan fasilitas yang akan
dikembangkan

LAPORAN ANTARA 8- 21 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

b) Menentukan pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala


pelayanan sebagaimana tertuang di dalam RTRWK.

c) Mengatur hierarki pusat pusat pelayanan sesuai dengan RTRWK.

d) Zona sarana pelayanan umum dibagi dalam beberapa zona yaitu zona skala
kota, skala kecamatan dan skala Kelurahan. Semua jenis sarana tiap zona
hampir sama, yang membedakannya hanya berupa skala pelayanan tiap
sarana.

8.4.1.6 Zona Peruntukan Lainnya

Zona peruntukan lainnya adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk


menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan,
pariwisata, dan peruntukan-peruntukan lainnya. Tujuan penetapan zona
peruntukan lainnya yaitu :

 Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan-kegiatan di daerah


tertentu seperti pertanian, pertambangan, pariwisata, dengan fasilitasnya
dalam upaya memenuhi lapangan pekerjaan masyarakat di daerah tersebut

 Mengembangkan sektor-sektor basis tertentuagar dapat meningkatkan


produktifitas daerah.

Zona peruntukan lainnya dibagi dalam beberapa zona yaitu zona pertanian,
pertambangan, ruang terbuka non hijau, pertahanan dan keamanan, instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), tempat pemrosesan akhir (TPA), pembangkit
listrik, pergudangan, dan zona pariwisata.
A. Pertanian
Zona pertanian merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman
tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk
pribadi atau tujuan komersial. Zona pertanian pada Perkotaan Sanggau berupa
pertanian, perkebunan dan peternakan. Pertanian dan perkebunan yang akan
dikembangkan berupa perkebunan holtikultura, yaitu perkebunan dengan
bermacam jenis tanaman. Sedangkan peternakan yang akan dikembangkan

LAPORAN ANTARA 8- 22 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

adalah peternakan ayam dan sapi. Kegiatan perikanan berupa tambak juga
akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau. Adapun tujuan penetapan zona
pertanian yaitu :

a) lahan untuk menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman


keras, hasil peternakan, dan hasil perikanan.

b) Penyediaan lahan sebagai daerah resapan air hujan untuk


kawasan sekitarnya.

c) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat


setempat.

B. Pertambangan
Zona pertambangan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan pertambangan bagi daerah yang sedang maupun yang
akan segera melakukan kegiatan pertambangan golongan bahan galian A, B,
dan C. Adapun tujuan penetapan zona pertambangan yaitu :

a) Kegiatan-kegiatan pertambangan dalam upaya meningkatkan keseimbangan


antara penggunaan lahan secara ekonomis, lingkungan dan mendorong
pertumbuhan lapangan kerja

b) Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi pertambangan baru

c) Menjamin kegiatan pertambangan yang berkualitas tinggi, dan melindungi


penggunaan lahan untuk pertambangan serta membatasi penggunaan non
pertambangan

Zona pertambangan di Perkotaan Sanggau terdiri dari kegiatan pertambangan


pasir dan pertambangan batu yang berada di SBWP 3. Pertambangan di
kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pertambangan terbatas. Kawasan
pertambangan ini harus mematuhi semua peraturan terkait dengan kegiatan
pertambangan sehingga tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan
sekitar. Luasan kawasan pertambangan pada kawasan ini untuk kedepannya
juga tidak akan diberi izin untuk memperluas kawasan pertambangan.

Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya berupa ruang
terbuka di wilayah kota atau kawasan perkotaan yang tidak termasuk dalam

LAPORAN ANTARA 8- 23 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

kategori RTH berupa lahan yang diperkeras maupun berupa badan air. RTNH juga
memiliki fungsi ekologis, ekonomis, arsitektural, dan darurat. Adapun tujuan
penetapan zona ini yaitu :

 Wadah aktivitas sosial budaya masyarakat dalam wilayah kota/kawasan


perkotaan terbagi dan terencana dengan baik.

 Pengungkapan ekspresi budaya atau kultur lokal.

 Media komunikasi warga kota.

 Tempat olahraga dan rekreasi.

 Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari


alam.

Zona ruang terbuka non hijau yang akan di kembangkan di Perkotaan


Sanggau berupa trotoar dan ruang parkir.

C. Pertahanan dan Keamanan

Zona pertahanan dan keamanan adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan
bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat
latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil dan sebagainya. Adapun
tujuan penetapan zoa pertahanan dan keamanan yaitu :
a) Tempat kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan
negara agar dapat menjamin kondisi negara yang kondusif.
b) Tempat pelatihan para prajurit dan pasukan pertahanan dan keamanan
sebagai garda depan negara yang khusus dibina untuk menjamin
keberlangsungan keamanan dan pertahanan Negara.

Zona pertahanan dan keamanan yang akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau


yaitu Koramil. Zona ini akan di arahkan di SBWP 2 dan SBWP 3 dengan dilengkapi
sarana dan prasarana pendukung.
D. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

LAPORAN ANTARA 8- 24 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona instalasi pengolahan air limbah adalah peruntukan lahan yang terdiri atas
daratan dengan batas batas tertentu yang berfungsi untuk tempat pembuangan
segala macam air buangan (limbah) yang berasal dari limbah- limbah domestik,
industri, maupun komersial dan kegiatan lainnya. Adapun tujuan dari penetapan
zona ini yaitu :
a) Tempat pengolahan air limbah agar segera dapat diolah dan tidak
mencemari lingkungan permukiman dan industri
c) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan pengolahan air limbah dengan sistem setempat dan
sistem terpusat
d) Melindungi sumber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran air
limbah permukiman dan industri

Zona instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang akan dikembangkan di Perkotaan
Sanggau berupa IPAL komunal yang akan di bangun di seluruh SBWP untuk
melayani limbah domestik terutama limbah dari kegiatan perumahan dan
permukiman yang melayani tiap 50-100 rumah. Pemilihan lokasi IPAL harus
melewati beberapa kajian dan memenuhi beberapa kriteria persyaratan penentuan
lokasi IPAL. Adapun kriteria tersebut yaitu :

a) Berdekatan dengan area pelayanan


b) Berdekatan dengan badan air permukaan di luar area sempadan
c) Terdapat akses jalan
d) Bukan di dalam kawasan genangan dan banjir
e) Bukan berada pada kawasan patahan
f) Bukan berada pada kawasan rawan longsor

E. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)


Zona tempat pemrosesan akhir (TPA) adalah peruntukan lahan di daratan dengan
batas-batas tertentu yang yang digunakan sebagai tempat untuk menimbun
sampah dan merupakan bentuk terakhir perlakuan sampah. Adapun tujuan
penetapan zonasi ini yaitu untuk :

 Menimbun dan mengolah segala sampah yang ditimbulkan dari konsumen di


suatu wilayah

LAPORAN ANTARA 8- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Mengumpulkan timbunan sampah sebagai pool yang terakhir sebelum


sampah-sampah tersebut diolah lebih lanjut agar lingkungan tidak tercemar

Zona tempat pemrosesan akhir (TPA) yang akan dikembangkan di Perkotaan


Sanggau berada di SBWP 1 dengan luasan 4,5 Ha. Peletakan lokasi TPA
harus memenuhi beberapa kriteria seperti :

 Tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih aktif

 Muka air tanah yang tidak kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah
tidak lebih besar dari 10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum
lebih besar dari 100 m (seratus meter) di hilir aliran.

 Berada pada kemiringan kurang dari 20%

 Berjarak minimal 1 km (satu kilometer) dengan mempertimbangkan


pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit dan aspek sosial.

 Tersedianya fasilitas perlindungan lingkungan misalnya lapisan kedap air,


saluran pengumpul dan instalasi pengolahan lindi, wilayah penyangga,
sumur uji atau pantau, dan penanganan gas.

 Tersedianya fasilitas operasi misalnya alat berat serta truk pengangkut


sampah dan tanah

 Tersedianya fasilitas penunjang misalnya bengkel, garasi, tempat pencucian


alat angkut dan alat berat, alat pertolongan pertama pada kecelakaan,
jembatan timbang, laboratorium, dan tempat parkir.
F. Pembangkit Listrik
Zona pembangkit listrik adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik.
Adapun tujuan penetapan zona ini yaitu :

 Mendukung kesediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di


Kawasan Perkotaan

 Mendukung pemanfaatan tekologi baru untuk menghasilkan sumber energi


yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan
Zona pembangkit listrik yang akan di kembangkan di Perkotaan Sanggau

berupa kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang bersumber dari Bahan

LAPORAN ANTARA 8- 26 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Bakar Minyak (BBM) yang berada di SBWP 2. Terdapat beberapa kriteria dalam
perencanaan kawasan pembangkit listrik yaitu :

 Berjarak minimal 2 km dari kawasan permukiman Terdapat kawasan


penyangga di sekitar kawasan pembangkit listrik sehingga tidak langsung
berinteraksi dengan kawasan disekitarnya
G. Pergudangan
Zona pergudangan adalah peruntukan lahan untuk melakukan proses penyimpanan,
pemeliharaan, dan pemindahan barang. Adapun tujuan penetapan zona
pergudangan yaitu :

 Mengumpulkan, menyimpan, memelihara, dan mendistribusikan barang

 Membantu proses distribusi barang


Zona pergudangan yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau berada di
SBWP 4 yang berada di sepanjang jalan arteri. Kawasan pergudangan tidak
langsung bersentuhan dengan jalan arteri, tetapi dibangun kawasan penyangga
berupa taman kota terlebih dahulu. Pada kawasan pergudangan harus menyediakan
kawasan bongkar muat yang memadai keluar masuk kendaraan serta bongkar muat
barang.

I. Pariwisata
Zona pariwisata adalah peruntukan lahan yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik
alam, buatan, maupun budaya. Adapun tujuan penetapan zona pariwisata yaitu :

 Pengembangan akomodasi pariwisata dengan kepadatan yang bervariasi di


seluruh kawasan.

 Mengakomodasi bermacam tipe akomodasi pariwisata seperti hotel, vila,


resort, homestay dan lain sebagainya yang mendorong penyediaan
akomodasi bagi wisatawan.

Pengembangan pariwisata di Perkotaan Sanggau secara mendasar menselaraskan


dengan kebijakan dasar pengembangan pariwisata, yaitu :

LAPORAN ANTARA 8- 27 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

 Pengembangan Kelembagaan.

 Pengembangan Lingkungan.

 Pengembangan Ekonomi dan Investasi.

 Pengembangan wilayah secara terpadu.

 Pengembangan produk wisata berbasiskan potensi alam dan budaya


masyarakat.

 Pengembangan SDM Pariwisata.

Pengembangan kegiatan kebudayaan, pariwisata dan rekreasi yang


direncanakan mencakup obyek wisata dan rekreasi, serta sarana pariwisata
dan rekreasi. Rencana pengembangan daya tarik wisata, kegiatan pariwisata
dan rekreasi ini adalah sebagai berikut :

 Mengembangkan obyek wisata buatan dalam hal ini wisata belanja

 Mengembangkan obyek rekreasi baru seperti pengembangan kawasan


waterfront dengan atraksi-atraksi air

 Peningkatan Aksesibilitas

 Penyediaan Fasilitas Pendukung

 Perbaikan Kondisi Lingkungan

 Pengembangan Ekonomi Pendukung

 Dukungan Masyarakat Setempat

 Peningkatan SDM Pengelola

Adapun Daerah Tujuan Wisata di Perkotaan Sanggau yaitu :


1. Wisata alam

Wisata alam yang akan direncanakan yaitu wisata menyusuri Sungai


Sekayam dengan meningkatkan atraksi di atas perahu dan membuat
system linkage dengan daerah tujuan Wisata di tepian Sungai Sekayam
dan Sungai Kapuas yang akan menjadi konsep wisata advanture.

LAPORAN ANTARA 8- 28 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Adapun wisata alam lain yang akan dikembangkan di Perkotaan


Sanggau yaitu Kawasan Pancur Aji Kompleks dan Riam Macan.

2. Wisata Buatan

Wisata buatan yang akan direncanakan di Perkotaan Sanggau yaitu :

 Wisata Kuliner dengan mengarahkan kawasan tepian Sungai


Sekayam sebagai pusat kuliner

 Taman Alun-alun Kota Sanggau

Adapun wisata buatan yang terdapat di Perkotaan Sanggau yaitu taman


Sabang Merah yang berlokasi di SBWP 1 Kelurahan/Desa Bunut dekat
dengan komplek perkantoran. Taman ini juga dapat menjadi alternatif wisata buatan
Perkotaan Sanggau.

3. Wisata Budaya

Wisata budaya yang akan dikembangkan di Perkotaan Sanggau yaitu :


 Kawasan Keraton Surya Negara Sanggau

 Kawasan Wisata Rumah Melayu di Bunut

 Kawasan Wisata Rohani Riam Macan

 Kawasan Kampung Wisata Tanjung Sekayam

8.4.1.7 Zona Peruntukan Campuran


Zona peruntukan campuran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung beberapa
peruntukan fungsi atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan
perdagangan/jasa, perumahan dan perkantoran serta perkantoran
perdagangan/jasa. Tujuan penetapan zona peruntukan campuran yaitu :

 Menyediakan ruang untuk pengembangan beberapa fungsi


peruntukan dalam satu kesatuan lahan sehingga terwujud efisiensi
lahan

 Menetapkan kriteria pengembangan zona campuran yang menjamin


pencapaian masyarakat atas prasarana/sarana

 Mendukung konsep pembangunan kota kompak

LAPORAN ANTARA 8- 29 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona peruntukan campuran yang direncanakan pada Perkotaan Sanggau yaitu


zona perumahan dan perdagangan jasa yang berarti dalam satu bangunan
tersebut memiliki 2 fungsi yaitu sebagai tempat tinggal dan juga perdagangan
dan jasa.

LAPORAN ANTARA 8- 30 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

8.5 BERITA ACARA Perumusan rencana Pola ruang , Rencana Struktur ruang
dan Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya .

LAPORAN ANTARA 8- 31 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 8- 32 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 8- 33 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 8- 34 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 8- 35 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA 8- 36 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 9 Program Pemanfaatan Ruang Prioritas

Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR


dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan. Pelaksanaan pembangunan
diselenggarakan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemanfaatan ruang ini juga
diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan memperhatikan sumber
dan mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan program pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang. Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai :

a. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi


pengembangan BWP.

b. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program.

c. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan


dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun.

d. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Adapun ketentuan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan :


a. Rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana.
b. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan.
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
d. Masukan dan kesepakatan dengan para investor.
e. Prioritas pengembangan BWP dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP)
daerah dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) daerah, serta
rencana terpadu dan program investasi infrastruktur jangka menengah
(RPI2JM).

LAPORAN ANTARA
1- 1 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Muatan Ketentuan Pemanfaatan Ruang adalah Program Pemanfaatan Ruang Prioritas,


Lokasi, Besaran, Sumber Pendanaan, Instansi Pelaksana dan Waktu dan Tahapan
Pelaksanaan yang disusun berdasarkan sistem prioritas. Sistem prioritas pelaksanaan
pembangunan mengatur dan mengelompokkan sektor/subsektor pembangunan ke
dalam tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan tahapan program pembangunan
daerah dan nasional, disusun sebagai tindak lanjut dari penetapan struktur tata ruang
kota yang akan dikembangkan. Dua hal yang menjadi dasar dalam penyusunan
sistem prioritas tersebut adalah :

1. Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Sanggau merupakan rencana


berjangka waktu 20 tahun.

2. Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Sanggau mencakup seluruh


sektor/subsektor pembangunan kawasan.

Sebagai rencana jangka panjang tentunya pelaksanaan pembangunan harus dilakukan


secara bertahap, sedangkan sebagai rencana yang mencakup seluruh sektor memberi
arti bahwa rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan sekaligus pada waktu yang
bersamaan, baik karena adanya perbedaan tingkat kepentingan antarsekt or maupun
karena akan muncul berbagai kendala yang dihadapi pemerintah daerah apabila hal
tersebut dilakukan. Kendala tersebut dapat berupa keterbatasan dana dan kemampuan
aparat di daerah dalam mengelola semua program pembangunan dalam waktu yang
relatif singkat. Dengan demikian aparat pengelola merupakan faktor yang perlu
dikembangkan dalam penyusunan sistem prioritas pembangunan tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, maka pembahasan di dalam bab ini akan mencakup tiga hal pokok, yaitu :

1. Sistem prioritas pelaksanaan pembangunan.

2. Pembiayaan pembangunan.

3. Pengorganisasian aparatur pelaksana pembangunan.

Ketiga hal pokok tersebut masing-masing saling berkaitan dan saling menunjang yang
mengarah pada satu tujuan yaitu terwujudnya target-target

LAPORAN ANTARA
1- 2 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

9.1 Program Perwujudan Tata Ruang


Program perwujudan tata ruang meliputi program perwujudan kawasan lindung dan
kawasan budidaya serta program perwujudan pemanfaatan ruang prioritas.

9.1.1 Program Perwujudan Pola Ruang

9.1.1.1 Program Perwujudan Zona Lindung


Program perwujudan rencana pola ruang terdiri dari perwujudan pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan perwujudan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang
merupakan upaya mewujudkan rencana pola ruang yang Perkotaan Sanggau.
Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dimana langkah kegiatannya dapat berupa
mempertahankan yang sudah ada, alih fungsi lahan sesuai peruntukannya ataupun
menggunakan fungsi lindung pada kawasan budidaya. Berikut merupakan tabel
kegiatan perwujudan zona lindung dan zona budidaya.
Tabel 9- 1 Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang Zona Lindung

No Zona Lindung Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang


1 Sempadan a. Penegasan tata batas sempadan sungai :
Sungai (SS) - Sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 3 meter dari tepi
luar kaki tanggul sepanjang alur sungai
- Sungai tidak bertanggul dan memiliki kedalaman sungai
maksimal 3 meter dengan lebar minimal paling sedikit 10 meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
- Sungai tidak bertanggul dan memiliki kedalaman sungai lebih dari
3 meter hingga 20 meter dengan lebar minimal paling sedikit 15
meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
- Sungai tidak bertanggul dan memiliki kedalaman lebih dari 20
meter dengan lebar minimal 30 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai
b. Rehabilitasi dan pengerukan lumpur sungai pada aliran sungai atau
parit primer yang telah mengalami pendangkalan.
c. Penanaman vegetasi/penghijauan pada sempadan sungai yang dapat
juga difungsikan sebagai ruang terbuka hijau.
d. Melarang pembuangan sampah ke dalam badan sungai.
e. Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak.
f. Sempadan sungai yang belum terdapat bangunan diarahkan
sebagai RTH dengan penanaman vegetasi/penghijauan.

LAPORAN ANTARA
1- 3 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No Zona Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang


Lindung
g. Pengembangan tembok/tanggul/turap penahan daya rusak air di sepanjang
sungai
h. Penataan, pengamanan dan penertiban pemanfaatan lahan pada sempadan
sungai sesuai peruntukannya.
i. Tidak mengeluarkan izin pemanfaatan baru atau memperpanjang izin
bangunan di sepanjang sempadan sungai
j. Pembebasan lahan permukiman, perdagangan dan jasa serta
penggunaan lahan lainnya di sepanjang sempadan sungai yang
melanggar garis sempadan sungai (GSS)
k. Kegiatan perwujudan pada sempadan sungai dapat dilihat lebih rinci
pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
Tentang Sungai
- Keppres RI Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Permukiman di Luar Kawasan Lindung
- Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana
Tata Ruang Bertanggul Wilayah Nasional
- Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 1993 Tentang
Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

2 Hutan Kota (RTH- a. Pemanfaatan kawasan pada hutan kota tidak mengurangi, mengubah
1) atau mengalihkan fungsi utamanya
b. Pengolahan tanah terbatas, maksimal hanya 10% dari total luas lahan
hutan kota
c. Tidak menimbulkan dampak negatif terhadap biofisik dan sosial
ekonomi
d. Tipe hutan kota dapat berupa tipe rekreasi, pelestarian plasma nutfah,
perlindungan, pengamanan dan lain sebagainya
e. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002
Tentang Hutan Kota
- Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota
- Permen PU No. 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan

3 Taman Kota a. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki


(RTH-2) fungsi sangat vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang
Taman Kelurahan dan menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau.
(RTH-4)
Taman RW (RTH-
5)
LAPORAN ANTARA
1- 4 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No Zona Lindung Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang


 Pemakaman b. Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai bagian dari
(RTH-7) pengembangan fasilitas umum dan taman-taman
kota/lingkungan.
c. Pengembangan zona ruang terbuka hijau sebagai pembatas
antara kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di
sekitarnya, terutama kawasan permukiman.
d. Pembangunan taman kota yang berada di SBWP 1, taman
kelurahan yang tersebar pada 4 SBWP dan taman RW yang
tersebar pada tiap blok di Perkotaan Sanggau
e. Menyediakan minimal 1 lokasi pemakaman umum di Setiap
SBWP.
f. Kegiatan perwujudan pemanfaatn ruang dapat dilihat lebih rinci
pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan
Sumber : Hasil Analisis

9.1.1.2 Program Perwujudan Zona Budidaya

Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program pengembangan


BWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau
diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana sruktur ruang
dan rencana pola ruang di BWP sesuai tujuan penataan BWP. Program
pemanfaatan ruang dapat memuat beberapa program sebagai berikut.

LAPORAN ANTARA
1- 5 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Tabel 9- 2 Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang Zona Budidaya

Zona Budidaya Kegiatan Perwujudan Pemanfaatan Ruang

Zona Perumahan
Rumah Kepadatan Sedang a. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
(R-3) yang telah ditetapkan
b. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
c. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih,
telekomunisi, persampahan dll)
d. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan
kegiatan permukiman rendah adalah pada kawasan dengan
rata-rata jumlah bangunan pada kawasan terbangunnya adalah 10-40
unit/Ha.
Rumah Kepadatan Rendah (R-4) a. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
b. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
c. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih, telekomunisi,
persampahan dll)
d. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman rendah adalah pada kawasan dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnya adalah
10-40 unit/Ha.
Rumah Kepadatan Sangat e. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
Rendah (R-5) yang telah ditetapkan
f. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas lahan
perumahan.
g. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih, telekomunisi,
persampahan dll)
h. Pengembangan kegiatan permukiman dengan kepadatan kegiatan
permukiman rendah adalah pada kawasan dengan rata-rata jumlah
bangunan pada kawasan terbangunnya adalah
< 10 unit/Ha.
Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang pada zona perumahan dapat lebih rinci dilihat pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis
Bangunan Gedung
- Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Peyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Danau

LAPORAN ANTARA
1- 6 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona Perdagangan dan Jasa


Skala Kota a. Dikembangkan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang dan rendah
(K-1) b. Pembangunan pusat perbelanjaan skala regional
c. Rehabilitasi dan penataan Pasar Tradisional
d. Menyediakan ruang bagi kegiatan perdagangan informal yang
bersinergi dengan kegiatan perdagangan formal
e. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
f. KDB dapat dimaksimalkan sepenuhnya dengan beberapa
ketentuan seperti kepentingan bangunan dan kawasan.
g. Koefisien Dasar Hijau (KDH) dapat berupa tanaman di atas gedung,
pepohonan dan rerumputan
h. Tersedianya lahan parkir minimal 10% dari luas lahan baik berupa
parkir di luar badan jalan (off street parking) atau parkir di dalam
bangunan (basement parking)
i. Pengembangan diarahkan pada bangunan tunggal
j. Tidak berbatasan dengan perumahan penduduk

Skala BWP a.
Dikembangkan dengan tingkat kepadatan rendah dan sedang
(K-2) b.
Pembangunan pertokoan
c.
Pembangunan pasar tradisonal
d.
Menyediakan ruang bagi kegiatan perdagangan informal yang
bersinergi dengan kegiatan perdagangan formal
e. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
f. KDB dapat dimaksimalkan sepenuhnya dengan beberapa
ketentuan seperti kepentingan bangunan dan kawasan.
g. Koefisien Dasar Hijau (KDH) dapat berupa tanaman di atas gedung,
pepohonan dan rerumputan
h. Tersedianya lahan parkir minimal 10% dari luas lahan baik
berupa parkir di luar badan jalan (off street parking) atau parkir
di dalam bangunan (basement parking)
Skala Sub BWP a. Dikembangkan dengan tingkat kepadatan sedang sampai tinggi
(K-3) b. Pembangunan pertokoan dan pasar skala lingkungan
c. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ dan GSS
yang telah ditetapkan
d. KDB dapat dimaksimalkan sepenuhnya dengan beberapa
ketentuan seperti kepentingan bangunan dan kawasan.
e. Koefisien Dasar Hijau (KDH) dapat berupa tanaman di atas gedung,
pepohonan dan rerumputan
f. Tersedianya lahan parkir minimal 10% dari luas lahan baik
berupa parkir di luar badan jalan (off street parking) atau parkir
di dalam bangunan (basement parking)
Kegiatan perwujudan Pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdadangan
- Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 Tentang
-Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

LAPORAN ANTARA
1- 7 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 8 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona Sarana Pelayanan Umum


Skala Kota (SPU-1) a. Pengembangan perkantoran non pemerintah
b. Rehabilitasi gedung sosial budaya
c. Pengembangan dan perawatan sarana peribadatan skala
regional
/ kota
d. Pengembangan dan perawatan sarana kesehatan skala
regional /
Kota
e. Pengembangan dan perawatan sarana olahraga skala
regional / kota
f. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ
dan GSS yang telah ditetapkan
g. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari luas lahan
Tersedia lahan parkir minimal 10% dari luas lahan
Skala Kecamatan (SPU-2) a. Rehabilitasi kantor kecamatan
b. Pembangunan pos polisi di setiap Sub BWP
c. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB, GSJ
dan GSS yang telah ditetapkan
d. Pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan (Polnep,
SMA/SMK, SLTA/SMP, SD)
e. Pembangunan dan rehabilitasi sarana kesehatan skala
kecamatan dan kala kelurahan/desa
f. Pengembangan dan rehabilitasi terminal Perkotaan Sanggau
g. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari luas lahan
h. Tersedia lahan parkir minimal 10% dari luas lahan
i. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari luas lahan
j. Tersedia lahan parkir minimal 10% dari luas lahan
Skala Kelurahan (SPU-3) a. Rehabilitasi Kantor Kelurahan/Desa
b. Pembangunan pos pemadam kebakaran pada tiap SBWP
c. Pengembangan dan rehabilitasi sarana pendidikan (TK)

LAPORAN ANTARA
1- 9 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona Peruntukan Lainnya


Pertanian a. Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti jaringan jalan,
(PL-1) irigasi, dan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada
potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
b. Pengembangan perusahaan pengumpul dan distribusi (dapat
berbentuk koperasi, pasar khusus, dan lain-lain) bagi pertanian lahan
basah dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
c. Pemberian kredit pinjaman bagi petani dalam rangka
menunjang kesinambungan usaha pertaniannya.
d. Menciptakan prasarana irigasi
e. Bekerjasama dengan sentra industri kecil dan menengah dalam
pengolahan komoditi unggulan perkebunan dan pertanian
f. Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit.
g. Membangun balai penyuluhan dan pelatihan usaha tani.
h. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian

Pertambangan a. Pembatasan pemberian izin kegiatan pertambangan


(PL-2) b. Pengembangan kawasan permukiman tidak diizinkan berada
disekitar kawasan pertambangan
c. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci
pada :
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
• Permen PU No. 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah
Kota/Kawasan Perkotaan
Ruang Terbuka Non Hijau a. Pengembangan kawasan parkir umum
(PL-3) b. Pengembangan trotoar jalan di sepanjang jalan arteri pada sisi kiri
dan kanan jalan
c. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci
pada :
- Permen PU No 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di
Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan
Pertahanan dan Keamanan a. Pengoptimalisasi kegiatan di kawasan pertahanan dan
(PL-7) keamanan
b. Pembatasan aktivitas di dalam kawasan selain kegiatan yang
bersangkutan dengan kegiatan pertahanan dan keamanan
c. Membangun RTH taman atau lapangan olahraga dan lahan parkir
di kawasan pertahanan dan keamanan
Instalasi Pengolahan Air a. Lokasi tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan dan
Limbah (IPAL) industri
(PL-8) b. Lokasi berdekatan dengan kawasan atau fasilitas yang akan dilayani
c. Pengembangan perpipaan khusus air limbah yang mengikuti jaringan
jalan dan tersebar diseluruh kawasan Perkotaan Sanggau
d. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci
1- pada
10 - :
LAPORAN ANTARA
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Tempat Permrosesan Akhir a. Tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan, perdagangan dan
(TPA) jasa, sarana pelayanan umum, perkantoran dan lain-lain
(PL-9) b. Pengembangan kawasan TPA sesuai dengan kebutuhan lahan hingga
akhir tahun rencana
c. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pengolaan Sampah
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
-Permen PUPR Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Pembangkit Listrik a. Tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan
(PL-11) b. Menetapkan kawasan penyangga berupa kawasan lindung dengan
jarak minimal 2 km dari kawasan pembangkit listrik
c. Kegiatan perwujudan pemanfaatn ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pemanfaatan
Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
Pergudangan a. Pembangunan taman kota di depan kawasan pergudangan sehingga
(PL-12) kawasan pergudangan tidak berbatasan langsung dengan jalan arteri
b. Penyediaan lahan parki dan bongkar muat barang
c. Tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan
d. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pergudangan
Pariwisata a. Pengembangan objek wisata alam, buatan dan budaya
(PL-13) b. Rehabilitasi objek wisata
c. Pengembangan potensi Sungai sebagai salah satu daya tarik
wisata alami
d. Pengembangan infrastuktur yang mendukung terhadap
pengembangan pariwisata
e. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata.
f. pengembangan akomodasi pariwisata dengan mengakomodasi
bermacam tipe akomodasi pariwisata seperti hotel, vila, resort,
homestay, dll yang mendorong penyediaan akomodasi bagi
wisatawan
g. kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci pada :
- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan
- Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata
- Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan dan
Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata

LAPORAN ANTARA
1- 11 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Zona Campuran
Perumahan dan a. Pengembangan zona perumahan dan perdagangan / jasa d
Pedagangan / jasa sebagian jalan lingkar di SBWP 1 dan SBWP 2
(C-1) b. Jarak bangunan mematuhi aturan bangunan meliputi GSB,
GSJ dan GSS yang telah ditetapkan
c. Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 30% dari total luas
d. lahan. Tersedia jaringan prasana (listrik, drainase, air bersih,
telekomunisi, persampahan dll)
e. Kegiatan perwujudan pemanfaatan ruang dapat dilihat lebih rinci
pada :
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun
2006 Tentang Pedoman Teknis Bangunan Gedung

Sumber: Analisis Konsultan

9.1.2 Program Perwujudan Struktur Ruang

9.1.2.1 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan


a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Adapun kawasan yang direncanakan sebagai kawasan Pusat Pelayanan Kawasan
Perkotaan Sanggau adalah Pusat Perdagangan dan Jasa Perkotaan Sanggau yang berada
pada kawasan yaitu Kelurahan Bunut. Pusat Pelayanan Kawasan diarahkan dengan
kegiatan sebagai berikut :
a. Perdagangan dan jasa.
b. Perkantoran sebagai pusat pemerintahan.
c. Pariwisata.

Tabel 9- 3 Rencana Pusat Pelayanan Pusat Perkotaan Sanggau

No Sub Pusat Pelayanan Fungsi Keterangan


Kota
1 PPK  Hutan kota Kelurahan/Desa
 Perdagangan dan jasa Bunut
skala Sub BWP
 Perumahan
 Pendidikan
 Kesehatan
 Perkebunan
 Pertanian dan
Peternakan
 Hankam
 Perkantoran
Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA
1- 12 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Pusat Pelayanan Lingkungan diarahkan dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan perdagangan dan jasa umum skala lingkungan (Sub BWP).
2. Kegiatan pelayanan umum skala kecamatan.
3. Kegiatan Campuran (Rumah dan Ruko).
4. Kegiatan Pendidikan dan Kesehatan.
5. Fasilitas peribadatan, olahraga, dan rekreasi skala lingkungan.
6. Pertanian dan Perkebunan
Masing-masing SBWP diarahkan dengan Pusat Pelayanan Lingkungan. Masing-
masing pusat pelayanan lingkungan mempunyai arahan pengembangan dan
pelayanan yang berorientasi pada sistem pusat pelayanan yang lebih tinggi, yaitu :

 PPL 1 diarahkan untuk kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa serta


pertambangan terbatas di kelurahan Bunut (sub Bwp 1)

 PPL 2 diarahkan untuk kegiatan Industri Skala Kecil dan Menengah,


Pergudangan, Ruang Terbuka Hijau Skala Kelurahan/desa, perumahan
kepadatan sedang dan pariwisata (sun BWP2)

 PPL 3 diarahkan untuk kegiatan kawasan olaraga skala kota dan permukiman
di Sungai Sengkuang (Sub BWP 3).

9.1.2.2 Rencana Jaringan Transportasi


Rencana pengembangan jaringan jalan di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :

1) Adanya rencana pengembangan jalan lingkar (ring road) meliputi ruas Jalan
Embaong-Sanggau Permai-Segole-Penyeladi yang menjadi jalan alternatif
saat adanya kegiatan-kegiatan yang menutup jalan utama pada saat adanya
kegiatan tertentu yang menyebabkan padatnya kendaraan di jalan-jalan utama.

2) Peningkatan status jalan kolektor primer menjadi jalan arteri primer meliputi
Jalan Ahmad Yani, Jalan R.E Martadinata dan Jalan Sudirman.

LAPORAN ANTARA
1- 13 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

3) Peningkatan status jalan menjadi jalan lokal primer meliputi jalan :

a. Jalan Gajah Mada.


b. Jalan H. Agus Salim.
c. Jalan Yos Sudarso.
d. Jalan K. H. Dewantara.
e. Jalan Kartini.
f. Jalan Kapuas.
g. Jalan Sekayam.
h. Jalan Gunung Bentuang.
i. Jalan Bbukit Ruan.
j. Jalan H. Abbas.
k. Jalan Mustafa Sulaiman Siregar.
l. Jalan H. Gusti.
m. Jalan Anggrek.
n. Jalan Akses Komplek Perkantoran (Kelurahan Bunut).

4) Peningkatan kualitas jalan kolektor dan jalan lingkungan untuk mempermudah


pergerakan penduduk.
5) Penambahan jalan baru di tepian sungai Kelurahan/Desa Sungai Sengkuang.
6) Pembangunan dinding penahan tanah di sepanjang jalan yang melewati hutan kota.
7) Pengembangan jalur pedestrian di sepanjang jalan arteri primer.

9.1.2.3 Rencana Jaringan Prasarana


a. Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan untuk Kawasan Perkotaan Sanggau
yaitu :

1. Pengembangan jaringan distribusi yang dilengkapi dengan infrastruktur


pendukungnya yang terbagi di setiap Sub BWP berdasarkan analisis
kebutuhan. Adapun transmisi SUTM dan SUTR digunakan pada Kawasan
Perkotaan Sanggau.

LAPORAN ANTARA
1- 14 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2. Penambahan gardu listrik yang menghubungkan dari Gardu Induk,


Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke instalasi
pemanfaatan pelanggan atau konsumen

3. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kegiatan perumahan,


perdagangan dan jasa, perkantoran dan kegiatan lainnya di Kawasan
Perkotaan Sanggau.

4. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada kawasan yang belum
terlayani di Perkotaan Sanggau.

5. Penambahan daya listrik minimal tiap rumah sebesar 900 watt untuk
kebutuhan rumah sederhana, 1.300 watt untuk rumah menengah dan 2.200
watt untuk rumah mewah.

6. Pemasangan penerangan jalan umum terutama pada daerah rawan


kecelakaan, curam dan memiliki tikungan jalan yang tajam.

7. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) yang bersumber


dari BBM di Kelurahan Bunut.
b. Rencana Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi untuk Kawasan Perkotaan
Sanggau yaitu :

1. Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi yang menjangkau seluruh


Kawasan Perkotaan Sanggau.

2. Pembangunan BTS (Base Transceiver Station) bersama di Kelurahan/Desa


Bunut dan Kelurahan/Desa Sungai Sengkuang dengan sistem menara
bersama untuk menyinergikan ketersediaan ruang kawasan dan kebutuhan
sebagai keseimbangaan dengan jumlah pengelolaan menara bersama,
sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi pemanfaatan tata ruang
kawasan.
c. Rencana Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan jaringan air minum Kawasan Perkotaan sanggau
berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum yaitu :
a. Penambahan jumlah sambungan pipa air minum ke unit-unit rumah.

b. Pengembangan jaringan perpipaan baru mengikuti jaringan jalan yang


LAPORAN ANTARA
1- 15 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

di rencanakan pada Kawasan Perkotaan Sanggau.


c. Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa 1 titik
booster di Kelurahan Bunut.
d. Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa 2 titik reservoir
yang tersebar di :
i. Kelurahan Bunut.
ii. Kelurahan/Desa Sungai Mawang
d. Rencana Jaringan Drainase
Rencana pengembangan jaringan drainase di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu :
a. Perluasan jaringan ke zona perumahan dan penyediaan saluran sesuai
perkiraan kebutuhan, kebutuhan terhadap drainase ini tidak hanya untuk rumah
tangga, tetapi juga untuk fasilitas sosial, perdagangan dan komersial pada
seluruh Kawasan Perkotaan Sanggau.
b. Pemantauan di setiap saluran drainase secara rutin dari penumpukan sedimen
dan sampah.
c. Melakukan sosialisasi program kepedulian terdahap kebersihan dan perawatan
sungai, dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
d. Membuat drainase terbuka dan tertutup disesuaikan kondisi fungsi lahan.
e. Membangun jaringan drainase sesuai penambahan jaringan jalan baru.
f. Penataan jaringan drainase berdasarkan kelas jalan yaitu :
i. Jaringan primer diarahkan pengembangannya
mengikuti ruas jalan arteri Perkotaan Sanggau.
ii. Jaringan sekunder diarahkan pengembangannya
mengikuti ruas jalan lokal Perkotaan Sanggau.
iii. Jaringan tersier diarahkan pengembangannya
mengikuti ruas jalan lingkungan Perkotaan Sanggau.
g. Diupayakan memanfaatkan parit dan sungai alami yang ada sebagai sistem
drainase.

LAPORAN ANTARA
1- 16 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

e. Rencana Jaringan Drainase


Rencana pengembangan jaringan drainase di kawasan perkotaan sanggau yaitu:

1. Sistem on site

Secara umum pengelolaan air limbah non perpipaan atau on site dibagi
kedalam beberapa sistem, yaitu :
 Sistem individual, yaitu rumah yang memiliki sarana sanitasi berupa
jamban dan unit pengolahan limbah.
 Fasilitas umum berupa MCK (Mandi Cuci Kakus), yaitu sarana sanitasi yang
dimanfaatkan masyarakat secara komunal dan yang telah dilengkapi
dengan prasarana pengolahan air limbah, dapat berupa tangki septik atau
unit pengolahan air limbah lainnya.

2. Sistem off site


Pengembangan pelayanan perpipaan dilakukan dengan membangun IPAL
Domestik, serta mendorong kesadaran masyarakat yang telah memiliki unit
pengolah limbah individual agar memenuhi standar teknis yang berlaku
(SNI).
3. Pelayanan Jasa Penyedotan Lumpur Tinja
Bekerjasama dengan pelayanan jasa penyedotan lumpur tinja dalam
melayani fasilitas umum berupa MCK yang telah memiliki unit pengolahan
limbah setempat (on-site), baik yang dibangun oleh masyarakat secara
swadaya maupun yang dibangun pemerintah melalui program SANIMAS.
Pembangunan MCK melalui program SANIMAS ataupun program sejenis
lainnya akan tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sarana sanitasi
masyarakat menengah kebawah.
4. Pengembangan perpipaan air limbah mengikuti jaringan jalan yang tersebar
diseluruh Kawasan Perkotaan Sanggau.

f. Rencana Jaringan Persampahan


Rencana jaringan persampahan kawasan perkotaan sanggau yaitu:

1. Pengembangan dan pembangunan TPS baru dan diupayakan ditempatkan minimal 500
Meter dengan lokasi permukiman untuk menghindari polusi yang ditimbulkan sampah.

LAPORAN ANTARA
1- 17 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2. Melakukan perbaikan TPS yang sudah rusak

3. Pemeliharaan sarana TPS yang sudah ada.


4. Pengoptimalan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Kelurahan/Desa Sungai Sengkuang
dengan sistem sanitary landfill.
5. Penambahan jumlah petugas kebersihan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan
perkotaan.
6. Penambahan jumlah tempat sampah khususnya pada pusat-pusat keramaian seperti
pada kawasan perdagangan, perkantoran, kesehatan, dan pendidikan dengan sistem
pembagian sampah menjadi sampah kering dan sampah basah.
7. Pengelolaan persampahan melalui program 3R reduce, recycle, dan reuse.
g. Rencana Jalur Evakuasi Bencana
Kawasan Perkotaan Sanggau termasuk kawasan rawan bencana longsir, sehingga
diperlukannya upaya untuk menanggulangi tanah longsor yaitu Membangun dinding
penahan tanah di sepanjang jalur pada sisi damija yang berbatasan langsung dengan
kawasan rawan longsor di Kelurahan/Desa Beringin dan Kelurahan/Desa Tanjung
Sekayam.

9.2 Program pemanfaatan ruang prioritas

Merupakan perwujudan program Sub BWP Prioritas. Penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi
rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang
diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Pengembangan program pemanfaatan ruang prioritas terdapat di 1 Sub BWP, yaitu :
 Sub BWP Bunut
Sub BWP Prioritas pertama yaitu Sub BWP Bunut atau SBWP 1 dengan fungsi
sebagai Hutan kota, Perdagangan dan jasa skala Sub BWP, Permukiman,
Pendidikan, Kesehatan, Perkebunan, Pertanian dan peternakan, Hankam
Perkantoran. Adapun program yang direncanakan pada kawasan Sub BWP Prioritas
1 yaitu :

LAPORAN ANTARA
1- 18 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

1) Perbaikan zona sempadan sungai agar terbebas dari bangunan rumah.

2) Pembangunan IPAL (Instalasi Pengolaan Air Limbah) Domestik untuk


menjangkau Kawasan Perkotaan Sanggau. (Peraturan PUPR Nomor
04/PRT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik).

3) Pembangunan, pengembangan dan perbaikan lingkungan kawasan


pemerintahan dan sarana pelayanan umum.

4) Perencanaan kantong-kantong parkir di kawasan perdagangan dan jasa


untuk mengatasi permasalahan parkir onstreet.

5) Perencanaan dan pengembangan ruang terbuka hijau/lapangan olahraga


yang dapat menjadi pusat event kegiatan wisata dan kegiatan kebudayaan di
Kawasan Perkotaan Sanggau.

6) Pengembangan sarana pendidikan Poleteknik Negeri Pontianak di Kabupaten


Sanggau.

7) Penataan sistem drainase dan jaringan jalan.

8) Pelestarian kawasan wisata Rumah Melayu.

9) Pelestarian Hutan Kota sebagai kawasan konservasi.

10) Pengembangan zona perumahan kepadatan sedang.

11) Pengembangan zona pertahanan dan keamanan.

9.3 Indikasi Program

Indikasi program-program utama merupakan penjabaran kebijaksanaan dan rencana


pengembangan tata ruang yang telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan.
Jangka waktu perencanaan program adalah 20 (dua puluh) tahun, yang dijabarkan dalam
program lima tahunan. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan seluruh rencana struktur
ruang, rencana pola ruang dan rencana pengembangan kawasan strategis dapat diwujudkan
sehingga tujuan penataan ruang Perkotaan Sanggau yang telah ditetapkan dapat dicapai pada
akhir tahun perencanaan.

LAPORAN ANTARA
1- 19 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pada dasarnya program-program yang disusun masih bersifat indikatif. Karena masih
merupakan indikasi program utama, maka program- proram ini sebagai pedoman penyusunan
program dan anggaran, dan perlu dijabarkan lagi dan dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan
yang lebih rinci lagi untuk implementasinya. Dalam kaitannya dengan perwujudan struktur ruang
dan pola ruang serta kawasan strategis kota maka indikasi program utama mencakup program
perwujudan rencana struktur ruang kota, program perwujudan pola ruang, program
perwujudan kawasan strategis kota.

Penjabaran mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jenis Program Pembangunan Jenis program pembangunan di wilayah perencanaan


meliputi kegiatan perwujudan pola ruang, perwujudan prasarana dasar, perwujudan
penyediaan pelayanan umum, perwujudan penataan kawasan terbangun, dan
perwujudan pengelolaan.

b. Lokasi Program Pembangunan Lokasi program pembangunan seluruhnya berada di


Kawasan Perkotaan Sanggau.

c. Waktu Pelaksanaan Program Pembangunan Pelaksanaan program pembangunan


dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, yaitu mulai tahun 2019 sampai
tahun 2038 sesuai dengan umur rencana RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau.
Tenggang waktu pelaksanaan ini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu :

 Tahap I : tahun 2019 hingga tahun 2023

 Tahap II : tahun 2024 hingga tahun 2028

 Tahap III : tahun 2029 hingga tahun 2033

 Tahap IV : tahun 2034 hingga tahun 2038

d. Lembaga Penanggung Jawab Program Pembangunan merupakan


penanggung-jawab atau pengawas implementasi pembangunan,
sedangkan lembaga pelaksana pembangunan bisa dilakukan melalui
beberapa kombinasi, yaitu:

 Dilakukan oleh Pemerintah, baik pemerintah pusat, Pemerintah Daerah


Provinsi Kalimantan Barat, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau.

 Dilakukan oleh swasta atau badan usaha.


LAPORAN ANTARA
1- 20 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

 Dilakukan oleh masyarakat.

 Kombinasi pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.

Berikut adalah beberapa variasi kombinasi pelaksanaan program pembangunan:

 Program yang dikelola pemerintah, khususnya untuk kegiatan yang


menyangkut pengelolaan sumber daya alam.

 Program yang dikerjasamakan, khususnya untuk kegiatan yang menyangkut


pengelolaan fasilitas publik.

 Program yang disubkan ke pihak ketiga seperti swasta/masyarakat, khususnya


kegiatan yang bersifat mencari keuntungan yang memberi konstribusi APBD bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau.

Tabel 9- 4 Indikasi program

LAPORAN ANTARA
1- 21 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 22 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 23 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 24 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 25 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 26 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA
1- 27 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAPORAN ANTARA
1- 28 -
MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 10 Peraturan zonasi

10.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan


Dalam penataan ruang Kawasan Baong lawang - Perkotaan Sanggau harus sejalan
dengan ketentuan pemanfaatan ruang. Kawasan Baong lawang Pekotaan Sanggau
dikelompokkan ke dalam dua kelas penggunaan lahan, yaitu untuk kawasan penunjang
pengembangan dan prioritas pengembangan atau kawasan pusat pengembangan
Perkotaan Sanggau dengan strategi sebagai berikut.

a) Kawasan Hijau

1. Mempertahankan kawasan Hijau seperti taman kota, taman


kelurahan dan taman RW.

2. Mengembangkan ruang terbuka hijau secara tersebar.

3. Menata area sempadan sungai secara bertahap.

4. Penetapan kawasan sempadan sungai yang berkualitas, melalui


mendelinasi area sempadan sungai sesuai dengan ketentuan.

5. Pemeliharaan kualitas air sungai melalui pencegahan pencemaran, baik


yang diakibatkan oleh limbah domestik maupun industri.

6. Mengembangkan wisata tepi air sungai.

b) Kawasan Budi daya


1. Pengembangan zona perumahan berdasarkan kepadatan yaitu
kepadatan sedang, kepadatan rendah, kepadatan sangat rendah.
2. Pengembangan kawasan pendidikan dan peribadatan.’
3. Pengembangan perdagangan dan jasa skala kota.
4. Penataan pada kegiatan perdagangan dan jasa dan perumahan penduduk.
5. Mengembangkan zona campuran untuk mengakomodir kegiatan potensial.
6. Pengembangan dan perbaikan zona
perkantoran, kawasan pemerintahan.
7. Pengembangan Sentra industri dan menengah di desa Sei Mawang.

LAPORAN ANTARA 10-1


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

8. Pengembangan zona pertanian yaitu perkebunan sawit dan karet.


9. Penataan kegiatan perkebunan di Kawasan Perkotaan Sanggau.
10. Pengembangan kawasan pergudangan di desa Sei Mawang.
11. Pengembangan wisata di Kawasan Perkotaan Sanggau yaitu : Rumah
Melayu, Kawasan Rohani Riam Macan, Taman Sabang Merah, Kawasan
Pancur Aji Kompleks,
12. Mengoptimalkan zona pertahanan dan keamanan.

c) Struktur Ruang
1. Perencanaan dan pengembangan jalan lingkar utara desa/kelurahan
Kawasan Baong lawang Perkotaan Sanggau.
2. Perencanaan penambahan jaringan jalan baru untuk menjangkau kegiatan
perkotaan.
3. Perencanaan jalur kereta api.
4. Peningkatan pengelolaan air minum.
5. Penataan dan pengendalian sistem perpipaan distribusi di Kawasan
Perkotaan.
6. Mengembangkan ketersediaan pelayanan air minum sesuai potensi yang
ada.
7. Penambahan dan perbaikan jaringan listrik.
8.
9. Pembangunan gardu distribusi listrik dan gardu hubung.
10. Pemanfaatan menara telekomunikasi secara bersama.
11. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi dan energi ke
seluruh kawasan perencanaan.
12. Menyediakan teknologi pengolahan air limbah rumah tangga yang ramah
lingkungan.
13. Peningkatan akses pengelolaan air limbah baik sistem on site maupun off
site (terpusat) di perkotaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
14. Pembangunan prasarana drainase perumahan perkotaan.
15. Penataan sistem prasarana drainase secara terpadu, meliputi primer,
sekunder dan tersier.

LAPORAN ANTARA 10-2


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

16. Pengembangan pengelolaan sampah skala lingkungan berbasis komunitas


dengan pendekatan 3 R, yaitu reduce, recycle, dan reuse.
17. Penyediaan TPS untuk Kawasan Perkotaan Sanggau.
18. Pembangunan dinding penahan tanah di sepanjang jalur pada sisi Damija
yang berbatasan langsung dengan longsor.
19. Perencanaan jalur evakuasi bencana kebakaran dengan mengarahkan
jarak antar bangunan dan penggunaan motor penggerak yang telah
dimodifikasi sebagai kepentingan untuk memadamkan kebakaran di area
yang sulit untuk dijangkau oleh mobil pemadaman kebakaran.

Tabel 10- 1TABEL ITBX


Zon Zona Zona Zona Zon a
a Perlin Perlin Zona P e r k a nt Pert Zona
Zona K a wa sa n R ua ng Zona
H ut dunga dunga P e r da ga nga or a n Zona S a r a na P r a sa r a na U mum a ni a P e r unt uk a n Zona Wi sa t a
Te r buk a H i j a u P e r uma ha n
an n n n da n J a sa n La i nny a
N o. K e gi a t a n Li n S e t e m B a wa
dun pa t ha nny R T RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 P-1 W- 3
L 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
3.
H uni a n
1. Rumah t unggal X B1 X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2. Rumah deret X B1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2 T2 T2, B1
3. Rumah Nelayan X B1 X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B1 , B1 , B1
4. Asrama X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2, B4
5. Homest ay X B1,B4 X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B1
6. Rumah kost X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
7. Rumah dinas X X X X X X X X I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2,
8. Rumah adat X B1,B4 X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I I
, B1 B1, B4
9. Rumah Susun X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
P e r da ga nga n
1. Ruko X B1 X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T1 T1 T1 T1 T1 T1 T2, T3
2. Warung X B1 X X X X X T1 I I T2 I I I T2 T2 X X X X X T2 X X T2 X T2 T2 X
, T2 , T2 , T2 , T2 , T2 ,T 2
T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T2
3. Toko X B1 X X X X X X ,T ,T X I I I X X X , T2 X , T2 X , T2 , T2 X X ,T 2 ,T 2 X X X , B4 X X X X T2
2, T3 2, T3
4. Pasar X B1 X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X T1 X X X X X X
t radisional , T2
,
B3
5. Pasar X B1 X X X X X X T1 T1 X I I I X X X X X X X X X X X X X X X T1 X X X X X X
lingkungan ,T ,T , T2
2, T3 2, T3 ,
B3
6. Pasar Ikan X B1 X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X T1 T2 X X X X X
, T2 , B4
,
B3
T2 T2 T2 T2 T3 T3, T3
7. Mini market X B1 X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X T3
, T3 , T3 , B4 , B4 , B1 B1, B4 , B4
8. Supermarket X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
9. Toko perkakas X X X X X X X X T2 X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
10. Pusat Kuliner X B1 X X T1 X X X T2 X X I I I X X X X X X X T1 X X X X X X X T2 T2 X T3 T2, T2, B3
, T2 , T2 , B3 , B4 , B1 B3, B4 B1, B4 , B4
, ,
B4 B4
11. Toko Peralat an X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X X X
rumah t angga
12. Toko Hewan X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
13. Apot ek X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X

LAPORAN ANTARA 10-3


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
3.
T2 T2 T2, B4 T2, B4 T2
X B1 X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X X X X X T2 X X X X T2
N o. K e gi a t a n , B4 , B4 , B4
15. Sewa X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X T2 T2 X X X X X
Kendaraan
bermot or dan
perlengkapann
16. Jasa bangunan X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Jasa keuangan T2 T2 T2, B4 T2, B4 T2
17. X B1 X X X X X X T2 T2 T2 I I I X X T2 T2 X X T2 T2 X X X X X X X X T2
(ATM Cent er) , B4 , B4 , B4
Jasa komunikasi T2 T2 T2, B4 T2, B4 T2
18. X B1 X X X X X X T2 T2 T2 I I I X X X X X X X X X X X X X X X X T2
, B4 , B4 , B4
19. Jasa bengkel X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
20. SPBU X X X X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B1
,
B2
Jasa
21. penyediaan X X X X X X X X X X X I I T2 T2 X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X X X I
ruang
Jasa t ravel T1 T2 T2 T2
22. X B1 X X X X X I I T2 X X X X X X X X X T2 X X X T2 X I I X I I I I
wisat a Wakat obi , T2 , T3 , T3 , T3
Jasa
23. X T2 T2 X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X X X
pengiriman
barang
Jasa
24. perkant oran/ bi X X X X X X X X X X X I I T2 T2 T2 X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X X T2
s nis
25. Bioskop X X X X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2,
26. Rest oran X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X T2
, B4 B1, B3
T2,
27. Cot t age/ Hot el X B1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X B1, X I
B3, B4
28. Ressort B1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I
T2
29. Salon / Spa X X X X X X X X I I X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B4
30. Laundry X X X X X X X X I I X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
31. St udio Fot o X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Jasa
32. X B1 X X X X X X T2 T2 T2 I I I X X X X X X X X X X X X X X X X I X I I I I
Pengambilan
33. Fot
Jasao X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Percet akan
T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1 T1,
34. PKL X B1 X X T1 T1 X X T2 X X X X X
, T2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 ,T 2 T2, T3
P e r k a nt or a n

RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
N o. K e gi a t a n 3.
T2
, B3
X B1 X X X X X X X X X T2 T2 T2 I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

T2 T2 T2 T2 T2
2. Polsek X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, B3 , B3 , B3 , B3 , B3
Pos T2 T2 T2 T2 T2
3. Pengamanan X X X X X X X X T2 X X , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 X X X X X X X X X X X X X T2 T2 X X T2 X X
(Sabara,
T2
4. Kant or swast a X X X X X X X X X X T2 T2 T2 X B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
, T3
Kant or T2 T2 T2 T2 T2
5. Keuangan X X X X X X X X X X X , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
(Bank, Money
S a r a na P e l a y a na n
T2
1. TK X B1 X X X X X X T2 I X X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X
, B3
2. SD X B1 X X X X X X T2 T2 X X X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X
3. SMP X B1 X X X X X X T2 X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X
T2
4. SMA/ SMK X B1 X X X X X X T2 X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X
, B3
5. Perguruan X X X X X X X X X X X T2 X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X X X
t inggi/ akademi
6. Pesant ren X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X I X X I X X X I X X X X X X X X X
Rumah sakit T2
7. X X X X X X X X X X X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Umum , B3
8. Rumah sakit X X X X X X X X I X X T2 T2 T2 X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
bersalin
9. Laborat orium X X X X X X X X I X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
kesehat an
10. Puskesmas X X X X X X X X I I I I T2 T2 X B X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
11. Puskesmas X X X X X X X X I I I X X X X B X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
pembant u
12. Posyandu X B1 X X X X X X T2 I I X X X X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
Balai T2
13. X X X X X X X X T2 I I I I I X X X X X X I T2 I I I X X X X I X I I I I
pengobat an , B3
14. Dokt er umum X X X X X X X X T2 I X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
15. Dokt er spesialis X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
16. Bidan X X X X X X X X T2 T2 X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
17. Poliklinik X X X X X X X X T2 X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X X X X X X
Lapangan olah T2 T2 T2 T2, B4
18. X B1 X B3 T2 T2 T2 X T2 T2 T2 X X X X X X I X I X I X I X X T2 T2 X T2 I I
raga , B3 , B3 , B3
Gedung olah T2 T2
19. X X X X X X X X X X X T2 T2 X X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X
raga , B3 , B3

LAPORAN ANTARA 10-4


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
3.
T2 T2 T2 T2 T2 T2
X B1 X X X X X I I I I I I B B X I T2 I T2 I X X X I X T2 I X I
N o. K e gi a t a n , T3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3
Langgar/ musho T2
21. X X X X T2 T2 X T2 T2 T2 I I I I I X I I I I I I I I I I X X I I X I I I I
la , T4
Gedung T2
22. X X X X X X X X T2 T2 T2 I T2 T2 X X X X X X X X X X T2 X X X T2 X X X T2 X I
pert emuan , B3
lingkungan
Gedung
23. X X X X X X X X X X X T2 X X B X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I
pert emuan kot a
24. / Convent
Gedung ion
serba X X X X X X X X X X X I I T2 X X X X X X X X X X X I X X X X T2 X X X X I
guna
Pusat inf ormasi T2
25. X B1 X B4 T2 X X X I I I I I I X X X X X X X X I X I X I X I I X X I I I
lingkungan , B3
26. Lembaga X X X X X X X X T2 T2 T2 I I I X I X X T2 X X X X X X I I X X X I X X T2 X T2
sosial/ organisa , B3
si
kemasyarakat a
Pos Pengaman T2 T2
27. X B3 B3 X T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X I X I
Pant ai , B4 , B4
T3, B2 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3, B2 T3 T3 T3 T3 T3, B2 T3, B2 T3
28. Tower BTS T3, B2 T3, B2
, B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2 , B2
Klinik T2 T2 T2 T2
29. X T2, B4 T2, B4 X X X X X I I I X X X X X X X I X X I X X X X X X I I I I
Wisat awan , B4 , B4 , B4 , B4
Gardu List rik T3, B3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3 T3, B3 T3
30. T3, B3 T3, B3 T3 T3 T3 T3 T3 T3
Dist ribusi , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3 , B3
R ua ng Te r buk a
1. Hut an Kot a X I I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
2. Pekarangan/ Pe X X X X X X X X I I I I I I I I X T2 I I X T2 T2 X I I T2 X X X X T2 X I X X
r kebunan
3. Pemakaman X X B3 X X X X I T2 T2 T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
T2 T2 T2
4. Taman Kot a X B1 B3 B3 I I I X X X X X X X X X X X X X X X T2 X X X I X X X X X I
, B3 , B3 , B3
Taman T2
5. X B1 B3 X X I I X I I I I I I I X I T2 T2 X T2 T2 T2 T2 T2 T2 I X T2 T2 X I I I I
Kelurahan/ Desa , B3
Pari
wi sa
ta Inf ormat ion T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2
1. X T2, B4 X X X X I I I I I I I I I X I X I X I X I I X I I I I
Cent er , B4 , B4 , B4 , B4 , B4 , B4 , B4
Penyewaan T2
2. X B4 X X X X X X T2 T2 T2 I I I X X X X X X X X X X X T2 X T2 X X X X I X I
Alat , B4
Diving/ Snorklin T2 T2 T2, B4
3. Souvenir Cent er X T2, B4 X X X X X X T2 T2 T2 I I I X X X X X I X X T2 X T2 X X X I X I I I
, B4 , B4
4. Jalur Pejalan B3 B3 B3 B3 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I B3 I I X I I I I
Kaki
5. Jalur Pesepeda B3 B3 B3 B3 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I B3 I I X I I I I

RT RT RT RT RT R- 3 R- 4 K- 1 K- 2 K- 3 KT KT SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP SP PL S I K TP W- 1 W-
H H- 1 H- 2 H- 4 H- 5 H- 7 -1 -5 U- U- U- U- U- U- U U- U- U- U- U- 4 -3 M A- 5 W- 4
SP RA R6 1. 1. 1. 2. 2. 2. PU 3. 3. 3. 3. P-1 W- 3
L 2
1 2 6 1 2 3 - 2 3 4 6
N o. K e gi a t a n 3.

B3 B3 B3 B3 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

7. At raksi Wisat a T2, B4 T2, B4 T2 T2 X X X X X X X X X X X T2 X X X X X X X X T2 X X X X X X X T3, X X


Ekst rem , B4 , B4 , B4 B3, B4
T2, B4
(Paralayang,
Parasailing,
8. Museum X X X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X X X X X X X X X X X X B3, X I
B4
At raksi Wisat a T2 T2 T2 T1 B1, T1,
9. Kebudayaan T2, B4 T2, B4 B4 B4 T2 B4 X X X X X I I I , B4 , B4 X X X , B4 X X B X X T2 X X X I X X , B1 B3, B4 B1, B4 I
(panggung,
At raksi Buat an T2, B4 X X X X X X X X X X X X X X T2 X X I T1, B4 X
10. T2, B4 B4 X T2 X X X X X X X X X T2 T1
(Pert unjukan , B4
Air/ Laser)
Playground T2 T2, B4
11. X T2, B4 B3 X T2 B3 B3 X T2 I I I I I X X X X X X X X T2 X X I X X X X X T2 I I
anak , B4
Ruang Terbukan T2 T2 T2 T2, B4 T2, B4 T2
12. X T2, B4 X X T2 B3 B3 X T2 T2 T2 I I I X X X X X T2 T2 X I X T2 X I X X T2
Non Hijau , B4 , B4 , B4 , B4
13. At raksi T2, B4 T2, B4 B4 B4 T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I X X X T1 X X X I X T2
Out bond , T2 , B1
(Paint ball, , ,
kemah/ t enda, B4 B4
T2, B4 T2 T2 T2, B4 T2, T2
14. Gardu Pandang T2, B4 B4 B4 T2 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X I X X X T2
, B4 , B4 B1, B4 , B4
Pert
a ni a
n Bert ani T2, T3 X X X X X X X X X X X X X X I X X X X I X X
Tanaman
1. T2, T3 T3 T3 X X X X T2 T2 T2 X X X
Pangan
Musiman
(Singkong,
Bet ernak T2, T3 X X X X X X X X X X X X X X I X X X X I X X
2. T2, T3 T3 T3 X X X X T2 T2 T2 X X X
(Kambing,
Ev a k Ayam, dll)
ua si
Tempat
1. X X X X X X X X X X X I I I I I I I I I I I I I I I I I X I I X I I I I
Evakuasi
Permanen
Tempat
2. T2 X X T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2 T2
Evakuasi
Terbuka

LAPORAN ANTARA 10-5


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
KETERANGAN
T1 Pembatasan secara operasional baik dalam bentuk pembatasan w aktu operasional di dalam subzona
T2 Pembatasan luas maksimum suatu kegiatan di dalam subzona maupun di dalam persil
T3 Pembatasan jumlah kegiatan y ang sama di batasi dengan jarak interv al (100-500m)
B1 Sudah terdapat bangunan eksisting (tidak merubah struktur bangunan), tidak boleh menambah unit baru hany a diperbolehkan renov asi dan pengembangan (bukan bangunan permanen)
B2 Harus memiliki ijin lingkungan (contoh : dokumen AMDAL dan/atau UKL/ UPL),
B3 Pemenuhan Sarana Prasarana pendukung dengan izin dari Dinas terkait
B4 Kegiatan Pariw isata dan pendukungny a dengan mempertimbangkan aspek kebersihan lingkungan dan tidak merubah dominasi pemanfaatan ruang y ang ada (tidak boleh bangunan permanen)
KETERANGAN
X Tidak diijinkan
T Diijinkan dengan terbatas
B Diijinkan bersy arat
T,B Diijinkan dengan terbatas dan sy arat khusus

Sumber: Analisis Konsultan

10.2 Ketentuan Intensitas pemanfaatan ruang


Nilai KDB, KLB, KDH, KTB, KWT, Kepadatan Bangunan Max. dan Kepadatan
Penduduk Max.

10.2.1 KELURAHAN BUNUT


Intensitas Kawasan berkisar pada KLB 0,8 hingga 1 dengan KDB tiap persil
lahan adalah 40% hingga 50%

Gambar 10- 1 Peta KDB dan KLB Kelurahan Bunut


Sumber Analisis Konsultan

Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka


intensitas Kawasan dapat dikatakan rendah. Dengan demikian pengembangan
Kawasan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada titik pusat

LAPORAN ANTARA 10-6


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya Tarik
ekonomi.

10.2.2 Desa Sungai Mawang


Intensitas Kawasan berkisar pada KLB 0,8 hingga 1 dengan KDB tiap persil
lahan adalah 40% hingga 50% dan 60% khusus area industry

Gambar 10- 2 Peta KDB dan KLB Desa Sai Mawang

Sumber Analisis Konsultan

Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka


intensitas Kawasan dapat dikatakan masih rendah. Dengan demikian
pengembangan Kawasan dapat dilakukan dengan peningkatan intensitas pada
titik pusat kegiatan Kawasan dan titik potensial Kawasan untuk peningkatan daya
Tarik ekonomi.

10.2.3 Desa Lape


Intensitas Kawasan berkisar pada KLB 0,8 dengan KDB tiap persil lahan adalah
40%. Jika dirata-rata dengan mempertimbangkan area tidak terbangun maka
intensitas Kawasan dapat dikatakan masih rendah.

LAPORAN ANTARA 10-7


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dengan demikian pengembangan Kawasan dapat dilakukan dengan


peningkatan intensitas pada area koridor Kawasan, sebagai upaya peningkatan
daya Tarik visual dan ekonomi

Gambar 10- 3 Peta KDB dan KLB Desa Lape

Sumber: Analisis Konsultan

Tabel 10- 2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %
Zona Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya
3 Resapan Air RA 10 0.1 90 10
Zona Perlindungan Setempat
Preserv asi ruang sempadan pantai
dengan tidak membangun
4 Sempadan Pantai SP
bangunan permanen atau
10 0.1 70 10 bangunan lebih dari KWT 10%
Tidak merekomendasikan
penambahan plaza / perkerasan
lebih dari KWT
Menanam 10%dan
kembali
mengembangkan Hutan
Mangrov e penanaman pohon
Mendorong
cemara udang untuk penghijauan
dan buffer tsunami
Melengkapi fasilitas w isata
dengan ketentuan kepadatan KWT
maksimal
Perbaikan 10%
Talud y ang rusak dan
penambahan barrier dilakukan
tidak dengan talud baru tetapi
dengan pemecah ombak di
Bangunan eksisting / Spot
Zoning diatur lebih lanjut
pelarangan perluasan dan
pembangunanny a dan
diremajakan dalam jangka w aktu
tertentu (masa berlaku RRTR)

LAPORAN ANTARA 10-8


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %
Direkomendasikan menjadi
pendukung Ekow isata secara
umum dan sub blok prioritas
Ditanami pohon rindang dan pohon
kelapa / pohon lokal
6 Taman Kota / RTH-2 Ditanami pohon rindang dan pohon
10 0.1 80
Kecamatan kelapa / pohon lokal
Di sekitar kantor desa dan/atau
7 Taman Kelurahan RTH-4 pada simpul-simpul jalan strategis
10 0.1 80
Ditanami pohon rindang dan pohon
kelapa / pohon lokal
Di sekitar kantor desa dan/atau
8 Taman RW RTH-5 0.1 pada simpul-simpul jalan strategis
10 80
Ditanami pohon rindang dan pohon
kelapa / pohon lokal
9 Taman RT RTH-6 Orientasi permukiman dan RPTRA
10 0.1 80

10 Pemakaman RTH-7 10 0.1 80


Zona Perumahan
Rumah Kepadatan Diarahkan sekitar PPL dan pada

11 Sedang R-3 area dengan kemiringan maksimal


2,5%. Luas kav ling
60 1.2 30 70
100M2 hingga 120M2
Rumah tunggal dengan jarak antar
bangunan 4M hingga 6M
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %
GSB disesuaikan dengan ROW
jalan. Halaman depan dapat
dimanfaatkan untuk Balai dan
w arung. Halaman belakang untuk
Rumah pada lokasi pusat w isata
dengan kriteria tertentu dapat
berfungsi sebagai
Arahan penampilan bangunan dan
pagar dengan ikon arsitektur alami

Rumah Kepadatan dan tropis. di Barat kaw asan dan


Diarahkan

12 Rendah R-4 pada area dengan kemiringan


hingga 5%. Luas
40 0.4 50 50
kav ling 150M2 hingga 200M2
Rumah tunggal dengan jarak antar
bangunan 4M hingga 6M
Rumah pada lokasi pusat w isata
dengan kriteria tertentu dapat
berfungsi sebagai homestay
GSB disesuaikan dengan ROW
jalan. Halaman depan dapat
dimanfaatkan untuk Balai dan
w arung. Halaman belakang
Arahan penampilan bangunan dan
pagar dengan ikon arsitektur alami
dan tropis di area desa w isata.
Diarahkan

13 Rumah Vernakular R-6 Dengan konstruksi panggung.


Luas kav ling 200M2 hingga
40 0.4 60 50
300M2
Rumah tunggal dengan jarak antar
bangunan minimal 6M

LAPORAN ANTARA 10-9


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %

Rumah diarahkan dapat berfungsi


sebagai homestay

Zona Perdagangan dan Jasa


Pasar tradisional dan /atau Pasar
Ikan. Dilengkapi dengan ruang
terbuka Pusat Kuliner terbuka di
area pantai.
Pasar 0.5
Pasar 50 Pusat Pasar 30 Pusat Didukung dengan Ruko di sisi
Pusat Kuliner
14 Skala Kota K-1 Kuliner 10 Kuliner 10 Ruko Ruko 80 seberang jalan poros. Ruko:
0.1
Ruko 70 10 Kav ling 5M x 30M. Bangunan 5M
Ruko 2.1
x 20M. Halaman depan untuk
parkir dan sirkulasi 8M. Halaman
belakang 2M. Pada sub blok
membelakangi pantai setiap 8 unit
Ruko ada gang 4M untuk akses

Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %
Perkantoran KT

Bangunan baru direkomendasikan


19 Skala Nasional KT-1
berarsitektur lokal

50 1.5 50
Bangunan baru direkomendasikan
20 Skala Kelurahan/Desa KT-5 berarsitektur lokal
50 1 50
0.1
Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota SPU-1
Bangunan baru direkomendasikan
21 Pendidikan Tinggi SPU1-1 berarsitektur lokal
50 1.5 50

Ketentuan Intensitas Pem anfaatan Ruang


No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
m aksim um m inim um m aksim um
% %
Bangunan baru direkomendasikan
22 Transportasi SPU1-2 berarsitektur lokal
50 1 50
Skala Kecam atan SPU-2
Bangunan baru direkomendasikan
23 Pendidikan Menengah SPU2-1 berarsitektur lokal
50 1 50
Bangunan baru direkomendasikan
24 Transportasi Lokal SPU2-2 berarsitektur lokal
50 1 50
Bangunan baru direkomendasikan
25 Kesehatan SPU2-3 berarsitektur lokal
50 1 50
Skala Kelurahan SPU-3
Bangunan baru direkomendasikan
26 Pendidikan Dasar SPU3-1 berarsitektur lokal
50 1 50
Bangunan baru direkomendasikan
27 Kesehatan SPU3-3 berarsitektur lokal
50 1 50
Bangunan baru direkomendasikan
28 Olahraga SPU3-4 berarsitektur
50 1 50
lokal
Bangunan baru direkomendasikan
29 Peribadatan SPU3-6 berarsitektur lokal
50 1 50
Zona Peruntukan Industri
Bangunan baru direkomendasikan
Sentra Industri Kecil
30 SIKM 50 2 40 berarsitektur lokal, dan dapat
Menengah
menjadi
Zona Peruntukan Lainnya destinasi w isata
31 Pertanian Tanam an P-1
10 0.1 90 10
Pangan
32 Tem pat Pengum pul TPS-3R
10 0.1 90
Sem entara (TPS 3R)

LAPORAN ANTARA 10-10


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No Sub Zona Kode Zona Sub-sub Zona Kode Sub Zona KDB KLB KDH KWT KRITERIA PERSYARATAN
maksimum minimum maksimum
% %
33 Ruang Terbuka Non PL-3
10 0.1 90
Hijau
Zona Pariwisata

Wisata Edukasi Sarana minimal Pusat informasi


34 W1 w isata dan peny ew aan alat
Pesisir
30 0.3 60
rekreasi

35 W2

Sarana minimal Pos w isata dan


Rekreasi Alam 10 0.1 80 gardu pandang / sw a foto
Sarana minimal pos w isata dan
36 W3 peny ew aan alat rekreasi.
Wisata Olahraga Air 10 0.1 80
Dermaga untuk sw a foto
Ressort merupakan kompleks
Ressort and
bangunan hotel dan cottage
37 Convention Center- W4
dengan ikon arsitektur tropis dan
Eco Tourism
40 1.2 60 40 berbahan kay u / alami
Kav ling Ressort berukuran luas
1Ha - 1.5Ha. Jumlah lantai 1 sd 3
lantai, dengan kapasitas 25
hinggaention
Conv 30 Kamar.
merupakan kompleks
bangunan dan ruang terbuka untuk
acara di ruang terbuka (plaza
festiv al) dengan ikon arsitektur
tropis dan berbahan sebagian
besar
Kav lingkay u ention berukuran
Conv
luas 4Ha dengan kepadatan
maksimal 40%. Jumlah lantai 1 sd
3 lantai, dengan kapasitas 250

Sumber: Analisis Konsultan

10.3 Ketentuan Tata Bangunan

Tabel 10- 3 Ketentuan Tata Bangunan


No Sub Zona Sub-sub Zona Kode TB (Tinggi GSB Jarak Bebas
Kode Sub Bangunan) M Minimum minimum
JBS JBB
Zona Zona Jml Lantai M
Zona Perdagangan dan Jasa
14 Skala Kota K-1 13 8 0 2
3
15 Skala BWP K-2 13 6 0 3
3
16 Skala Sub-BWP K-3 13 5 0 2
3
Zona Campuran
Campuran
Perkantoran dan
17 C1 13 8 0 2
Perdagangan
/Jasa
3
Campuran
Perumahan dan
18 C3 13 6 0 3
Perdagangan
/Jasa
3

LAPORAN ANTARA 10-11


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Ketentuan Tata Massa Bangunan
No Sub Zona Sub-sub Zona Kode TB (Tinggi GSB Jarak Bebas
Kode Sub Bangunan) M Minimum minimum
Zona Zona JBS JBB
Jml Lantai M
Zona Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya
3 Resapan Air RA 6
1
Zona Perlindungan Setempat
4 Sempadan SP 6
Pantai
1
Zona Ruang Terbuka Hijau
5 Hutan Kota RTH-1 6
1
6 Taman Kota RTH-2 6
1
7 Taman RTH-4 6
Kelurahan
1
8 Taman RW RTH-5 6
1
9 Taman RT RTH-6 6
1
10 Pemakaman RTH-7 6
1
Zona Perumahan
Rumah Kepadatan
11 Sedang R-3 10 5 2 2

2
Rumah Kepadatan
12 Rendah R-4 6 3 2 2

1
13 Rumah Vernakular R-6 10 4 sd 6 3 3

Sumber: Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 10-12


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

10.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Tabel 10- 4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal


No Sub Zona Sub-sub Zona Kode TB (Tinggi GSB Jarak Bebas
Kode Sub Bangunan) M Minimum minimum
JBS JBB
Zona Zona Jml Lantai M
Zona Perdagangan dan Jasa
14 Skala Kota K-1 13 8 0 2
3
15 Skala BWP K-2 13 6 0 3
3
16 Skala Sub-BWP K-3 13 5 0 2
3
Zona Campuran
Campuran
Perkantoran dan
17 C1 13 8 0 2
Perdagangan
/Jasa
3
Campuran
Perumahan dan
18 C3 13 6 0 3
Perdagangan
/Jasa
3
Zona Perkantoran
Perkantoran KT
19 Skala Nasional KT-1 15 8 5 5

3
Skala
20 Kelurahan/Desa KT-5 10 5 3 3

2
Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota SPU-1
21 Pendidikan Tinggi SPU1-1 15 10 5 5

3
22 Transportasi SPU1-2 standar
2
Skala Kecamatan SPU-2
23 Pendidikan SPU2-1 10 5 3 3
Menengah
2
24 Transportasi Lokal SPU2-2 10 8 5 5

2
25 Kesehatan SPU2-3 10 5 3 3
2
Skala Kelurahan SPU-3
26 Pendidikan Dasar SPU3-1 2 5 3 3

10
27 Kesehatan SPU3-3 2 5 3 3
10
28 Olahraga SPU3-4 7 10 3 3
1
29 Peribadatan SPU3-6 10 5 3 2
2

LAPORAN ANTARA 10-13


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No Sub Zona Sub-sub Zona Kode TB (Tinggi GSB Jarak Bebas


Kode Sub Bangunan) M Minimum minimumJBB
JBS
Zona Zona Jml Lantai M
Zona Peruntukan Industri
30 Sentra Industri SIKM 10 5 3 3
Kecil Menengah
2
Zona Peruntukan Lainnya
31 Pertanian Tanaman P-1 6
Pangan
Tempat Pengumpul
Sementara (TPS 3R)
32 TPS-3R 6

1
33 Ruang Terbuka Non PL-3 6
Hijau
1
Zona Pariwisata
34 Wisata Edukasi W1 6
Pesisir
1
35 Rekreasi Alam W2 6
1
36 Wisata Olahraga Air W3 6

1
Ressort and
Convention Center-
37 W4 15 10 5 5
Eco
Tourism
3

Sumber: Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 10-14


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

10 .5 Ketentuan Pelaksanaan

Tabel 10- 5 Ketentuan Pelaksanaan


A. Zona Perdagangan dan Jasa
No. Ketentuan Uraian Ketentuan
1 Sub Zona Skala Kota ( K-1)
a. Kegiatan dan Penggunaan Lahan - Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks I TBX pada Lampiran x.x
- Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
T B
Ketentuan T1 : Ketentuan B2 , B3
Pembatasan secara operasional baik dalam - Harus memiliki dokumen lingkungan AMDAL
bentuk pembatasan waktu operasional di dalam DAN UPL
subzona (waktu operasional maksimum 10.00 WI T - - Memperoleh persetujuan dari Ketua RT/ RW
21.00 WI T ) dan masyarakat setempat
1) Kegiatan meliputi perdagangan dan Jasa - Menambah luas RTH yang cukup sebagai
sektor informal yaitu PKL buffer menara
Ketentuan T2 : 1) Kegiatan Perdagangan dan Jasa berupa
Pembatasan luas maksimum suatu kegiatan di SPBU
dalam subzona maupun di dalam persil (KDB 40- 2) Kegiatan Sarana Pelayanan Umum Tower BTS
60%) Ketentuan B4
1) Kegiatan Perdagangan dan Jasa berupa Merupakan kegiatan pariwisata dan
SPBU,Bioskop dan PKL pendukungnya dengan mempertimbangkan
2) Kegiatan Perkantoran berupa Kantor aspek kebersihan lingkungan dan tidak
pemerintahan (Kantor TN Wakatobi, Kecamatan, merubah dominasi pemanfaatan ruang yang
Kelurahan, dan Desa), Polsek, Pos Pengamanan ada (bangunan tidak boleh bangunan
(Sabara, Babinsa), permanen)
3) Kegiatan Sarana Pelayanan Umum berupa 1) Kegiatan Sarana Pelayanan Umum berupa
Perguruan tinggi/akademi, Rumah sakit Umum, Gedung Pertemuan Kota/ Conv ention,
b. Intensitas Pemanfaatan Ruang Rumah
- KDBsakit Bersalin,
maksimum 70%Gedung Olah Raga, Gedung
- KLB maksimum 2,1 (jumlah lantai maksimum 3)
- KDHminimal 10% - 30%, RTNH 10%, dan setiap RTH kav ling diharuskan minimum ada 1 pohon kelapa
dan 1 pohon rindang dan setiap 5M keliling persil ditanami pohon Kelapa.

No. Ketentuan Uraian Ketentuan


- Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan
kawasan baru
c. Tata Bangunan Garis Sempadan Bangunan Minimum 8 meter
Ketinggian maksimum dan minimum : Ketinggian maksimum bangunan adalah 13m (setara dengan 3 lantai)
Jarak Bebas antar bangunan minimum 2 meter
d. Sarana-Prasarana Minimum A. Jalur Pejalan Kaki
- Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk, lebar minimal 1,5 meter. Dapat berupa perkerasan
namun yang dapat menyerap air.
- Dilengkapi fasilitas pejalan kaki (lampu, jalur hijau, fasilitas penyeberangan)
- Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik
konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte,
Shelter;
B. Fasilitas Lingkungan
- Tempat sampah sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan non organik) serta diangkut
menggunakan gerobak dengan metode angkut tidak tetap.
- Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada dibawah trotoar.
C. Ruang Terbuka Non Hijau
- Ruang terbuka non hijau lain berupa plasa, dan tempat parkir.
D. Prasarana Lingkungan
- Menyediakan tempat sampah yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, tipe
tidak tertanam (dapat diangkat), harus memiliki tutup,:
e. Khusus A. Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana gempa, yang petanya terdapat pada
lampiran x.x, maka :
1. Konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar pembangunan rumah tahan gempa (sesuai
aturan teknis atau peraturan daerah mengenai kawasan rawan bencana), dan
2. KDH harus ditambahkan 10% dari yang disebutkan.
B. Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana banjir dan tsunami, yang petanya
terdapat pada lampiran x.x, maka :
1. Konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar pembangunan rumah tahan banjir (sesuai

LAPORAN ANTARA 10-15


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU
DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
No. Ketentuan Uraian Ketentuan
3. Sarana dan prasarana minimum untuk drainase lingkungan harus dapat menampung debit air
sebesar 1 m3/s,
C. Untuk kawasan dengan struktur tanah berongga harus menggunakan konstruksi panggung
2. Sub Zona BWP (K-2)
a. Kegiatan dan Penggunaan Lahan - Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks I TBX pada Lampiran x.x
- Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
T B
Ketentuan T1 : Ketentuan B2 , B3
Pembatasan secara operasional baik dalam - Harus memiliki dokumen lingkungan AMDAL
bentuk pembatasan waktu operasional di dalam DAN UPL
subzona (waktu operasional maksimum 10.00 WI T - - Memperoleh persetujuan dari Ketua RT/ RW
21.00 WI T ) dan masyarakat setempat
1) Kegiatan meliputi perdagangan dan Jasa - Menambah luas RTH yang cukup sebagai
sektor informal yaitu PKL buffer menara
Ketentuan T2 : 1) Kegiatan Perkantoran berupa Polsek, Pos
Pembatasan luas maksimum suatu kegiatan di Pengamanan (Sabara, Babinsa) dan Kantor
dalam subzona maupun di dalam persil (KDB 40- Keuangan
60%) 2) Kegiatan Sarana Pelayanan Umum Tower BTS
1) Kegiatan Perdagangan dan Jasa sektor dan Gardu Listrik Distribusi
informal yaitu PKL
2) Kegiatan Perkantoran berupa Kantor
pemerintahan (Kantor TN Wakatobi, Kecamatan,
Kelurahan, dan Desa), Polsek, Pos Pengamanan
(Sabara, Babinsa),
b. Intensitas Pemanfaatan Ruang - KDB maksimum 65%
- KLB maksimum 1,95 (jumlah lantai maksimum 3)
- KDH minimal 75%, RTNH 10%, dan setiap RTH kav ling diharuskan minimum ada 1 pohon kelapa dan
1 pohon rindang dan setiap 5M keliling persil ditanami pohon Kelapa.

No. Ketentuan Uraian Ketentuan


- Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum dalam satu pengembangan kawasan baru Sebesar
75% dan dilengkapi PSU yang memadai.
c. Tata Bangunan Garis Sempadan Bangunan Minimum 6 meter
Ketinggian maksimum dan minimum : Ketinggian maksimum bangunan adalah 13m (setara
dengan 3 lantai)
d. Sarana-Prasarana Minimum A. Jalur Pejalan Kaki
- Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk, lebar minimal 1,5 meter. Dapat berupa perkerasan namun
yang dapat menyerap air.
- Dilengkapi fasilitas pejalan kaki (lampu, jalur hijau, fasilitas penyeberangan)
B. Fasilitas Lingkungan
- Tempat sampah sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan non organik) serta diangkut
menggunakan gerobak dengan metode angkut tidak tetap.
- Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada dibawah trotoar.
C. Ruang Terbuka Non Hijau
- Ruang terbuka non hijau lain berupa plasa, dan tempat parkir.
D. Prasarana Lingkungan
- Menyediakan tempat sampah yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, tipe
tidak tertanam (dapat diangkat), harus memiliki tutup,
- Untuk pasar dapat menggunakan bin plastic atau tong.
- Untuk pertokoan dapat menggunakan bak sampah atau bin plastic atau tong,
e. Khusus A. Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana gempa, yang petanya terdapat pada
lampiran x.x, maka :
1. Konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar pembangunan rumah tahan gempa (sesuai
aturan teknis atau peraturan daerah mengenai kawasan rawan bencana), dan
2. KDH harus ditambahkan 10% dari yang disebutkan.
B. Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana banjir dan tsunami, yang petanya
terdapat pada lampiran x.x, maka :
1. Konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar pembangunan rumah tahan banjir (sesuai
aturan teknis atau peraturan daerah mengenai kawasan rawan banjir),

LAPORAN ANTARA 10-16


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 11 PEMBENTUKAN POKJA KLHS

11.1 Urgensi pembentukan kelompok kerja KLHS


Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Taun
2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemerintah dan
pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan, prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijkan, rencana, dan/atau program;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, tersebut di atas,


maka Penetapan Kelompok Kerja Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Baonglawang Kabupaten Sanggau Tahun 2019-2039,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

11.2 Tugas kelompok kerja KLHS


Tugas pokok kelompok kerja KLHS adalah :
1. Melakukan pengkajian pembangunan berkelanjutan terhadap pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan Pemerintah Pusat, melalui
tahapan identifikasi, pengumpulan dan analisis data yang mencangkup :
a. kondisi umum daerah
b. capaian indikator tujuan pembangunan berkelanjutan yang
relevan
c. pembagian peran antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Ormas,
Filantropi, Pelaku Usaha, serta Akademisi dan pihak terkait lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. menentukan
isu prioritas lingkungan
hidup.
2. Melakukan pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau program yang
termuat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Baonglawang Kabupaten
Sanggau Tahun 2019-2034 terhadap kondisi lingkungan hidup di Kota
Sanggau.
3. Melakukan perumusan skenario pembangunan berkelanjutan berupa
alternatif proyeksi kondisi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan

LAPORAN ANTARA 11-1


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

4. Melakukan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana

dan/atau program yang termuat dalam RDTR Kawasan Baonglawang

Kabupaten Sanggau Tahun 2019-2039.

5. Melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan

keputusan kebijakan, rencana dan/atau program yang termuat dalam

RDTR Kawasan Baonglawang Kabupaten Sanggau Tahun 2019-2039

dengan mengintegrasikan prinsip Pembangunan Berkelanjutan

6. Melakukan penjaminan kualitas, pendokumentasian dan validasi KLHS RDTR

Kawasan Baonglawang Kabupaten Sanggau Tahun 2019-2039

7. Melakukan KLHS RDTR Kawasan Baonglawang Kabupaten Sanggau

Tahun 2019 dengan melibatkan Ormas, Filantropi, Pelaku Usaha, Akademisi

dan pihak terkait lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

11.3 Anggota kelompok kerja KLHS


Membentuk Kelompok Kerja Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Baonglawang Kabupaten Sanggau Tahun

2019-2039, yang susunan keanggotaannya adalah sebagai berikut :

LAPORAN ANTARA 11-2


MATERI TEKNIS PENYUSUNAN RDTR KAWASAN PERKOTAAN SANGGAU

DI KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEPALA DINAS PERUMAHAN, CIPTA


KARYA, TATA RUANG DAN
KEPALA
PERTANAHAN KABUPATEN SANGGAU

KEPALA DINAS LINGKUNGAN


KEPALA
HIDUP KABUPATEN SANGGAU

KEPALA BIDANG TATA RUANG DAN


PERTANAHAN DINAS PERUMAHAN,
KEPALA
CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN
PERTANAHAN KABUPATEN SANGGAU

1. KEPALA BADAN PERENCANAAN 9. KEPALA BIDANG LINGKUNGAN


PEMBANGUNAN DAERAH HIDUP DINAS LINGKUNGAN
2. KEPALA DINAS BINA MARGA DAN HIDUP
SUMBER DAYA AIR 10. CAMAT KAPUAS
3. KEPALA BADAN 11. KEPALA SUB BIDANG
PENANGGULANGAN BENCANA PERUMAHAN, CIPTA KARYA
DAERAH DAN TATA RUANG BADAN
4. KEPALA DINAS PARIWISATA, PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH
5. KEPALA DINAS KESEHATAN 12. KEPALA SEKSI TATA RUANG
6. KEPALA BAGIAN HUKUM DINAS PERUMAHAN, CIPTA
SEKRETARIAT DAERAH KARYA, TATA RUANG DAN
7. KEPALA BIDANG PERENCANAAN PERTANAHAN
EKONOMI, PENELITIAN DAN 13. LURAH BUNUT
PENGEMBANGAN BADAN KEPALA14. KEPALA DESA SUNGAI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN MAWANG
DAERAH 15. KEPALA DESA LAPE
8. KEPALA BIDANG PERENCANAAN 16. STAF DINAS PERUMAHAN, CIPTA
SOSIAL DAN BUDAYA BADAN KARYA, TATA RUANG, DAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PERTANAHAN
DAERAH
17. STAF DINAS LINGKUNGAN
HIDUP

Gambar 11- 1 Susunan Keanggotaan Kelompok Kerja

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN ANTARA 11-3


Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

BAB 12 Proses Penyelenggaraan KLHS

Bab ini menguraikan tata cara penyelenggaraan dan metode yang diterapkan pada
penyusunan KLHS. Penyelenggaraan KLHS dilakukan melalui sebelas tahap yang
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016. Kesebelas tahap tersebut
sebagaimana disajikan pada Error! Reference source not found. di bawah ini.

Gambar 12. 1Tahapan Penyelenggaraan KLHS berdasarkan Peraturan Pemerintah


No. 46 Tahun 2016

Penyelenggaraan KLHS dilaksanakan dengan melibatkan para pemangku kepentingan


dan institusi terkait melalui konsultasi publik. Dari proses tersebut, penyelenggara KLHS
memperoleh informasi, masukan, dan umpan balik yang penting bagi peyusunan KLHS.
Tahapan penyelenggaraan KLHS yang disebutkan pada Error! Reference source not
found. tersebut dipaparkan pada Sub-bab berikut.

12- 1 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

12.1 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap


Kondisi Lingkungan Hidup

12.1.1 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan


Tahap identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk
menentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan hidup serta bentuk keterkaitan antar ketiga aspek tersebut. Tahap ini
dilakukan dengan menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan
melalui konsultasi publik. Hasil yang dihimpun dari konsultasi publik menjadi daftar
panjang isu pembangunan berkelanjutan yang kemudian akan ditapis menjadi isu
pembangunan berkelanjutan paling strategis.

12.1.2 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Strategis


Sebagaimana didefinisikan di dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 isu
pembangunan berkelanjutan paling strategis merupakan isu yang menjadi akar
masalah, berdampak penting dan luas, aktual, dan dirasakan masyarakat. Isu-isu paling
strategis ini diperoleh dengan menapis isu-isu dalam daftar panjang isu pembangunan
berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang disebutkan Peraturan
Pemerintah No.46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 1, sebagaimana disajikan pada Error!
Reference source not found. berikut.

Tabel 12. 1Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas

Sumber Analisis Konsultan

12- 2 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Penentuan isu PB paling strategis dilakukan dengan cara menapis isu PB


dengan kriteria berikut:

1. Karakteristik wilayah

2. Tingkat pentingnya potensi dampak

3. Isu strategis pembangunan berkelanjutan terkait

4. Materi muatan KRP terkait

5. Muatan RPPLH

6. KLHS KRP pada hirarki di atasnya yang harus diacu

Mempertimbangkan kriteria tersebut seluruh peserta memberikan penilaian


terhadap masing-masing isu PB sehingga diperoleh isu PB paling strategis
yang disepakati. Proses ini dipandu oleh fasilitator untuk mengarahkan
selama proses penentuan isu.

12.1.3 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas


Setelah daftar isu pembangunan berkelanjutan paling strategis dihasilkan dari proses
penapisan pada Error! Reference source not found., isu pembangunan berkelanjutan
prioritas dihasilkan melalui penapisan isu pembangunan berkelanjutan paling strategis
dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah
No.46 Tahun 2016 Pasal 9 Ayat 2, sebagaimana disajikan pada Error! Reference
source not found.. Isu-isu pembangunan berkelanjutan prioritas yang dihasilkan
merupakan isu pembangunan yang selanjutnya diuji silang dengan materi muatan
Kebijakan, Rencana, dan Program yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan
hidup pada tahap analisis pengaruh.

12- 3 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
Tabel 12. 2Tabel Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Prioritas

Sumber Analisis Konsultan

Pengisian tabel di atas adalah dengan memberikan penilaian berupa Ya (Y)


jika isu PB paling strategis mempunyai pengaruh negatif terhadap kriteria
dan Tidak (T) jika isu PB paling strategis tidak mempunyai pengaruh negatif.
Isu PB paling strategis yang mempunyai pengaruh negatif paling sedikit 1
kriteria ditentukan sebagai isu prioritas.

12.1.4 Identifikasi Materi Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program


Kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) yang terdapat dalam dokumen Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten Sekitar KEK Baonglawang yang berdampak
terhadap kondisi lingkungan hidup diidentifikasi untuk menemukan KRP yang harus
dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Identifikasi
tersebut dilakukan melalui penapisan dalam Error! Reference source not found.
berikut.

Tabel 12. 3 Tabel Identifikasi KRP yang Berdampak pada Lingkungan Hidup

Sumber Analisis Konsultan

12- 4 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang dipertimbangkan dalam


proses identifikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016
Pasal 3 Ayat 2 (a) yang terdiri dari:

a. Perubahan iklim

b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity

c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan,


dan/atau kebakaran hutan dan lahan

d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA

e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan

f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan


penghidupan sekelompok masyarakat

g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia

KRP yang dinilai signifikan oleh tim ahli melalui tahap ini, berikutnya akan
diuji silang dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas pada tahap
analisis pengaruh.

KRP yang dinilai signifikan oleh tim ahli melalui tahap ini, berikutnya akan
diuji silang dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas pada tahap
analisis pengaruh. Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai “+” jika KRP
berdampak positif, “-“ jika KRP berdampak negatif, “0” jika KRP tidak
berdampak, dan “+/-“ jika KRP dapat berdampak positif atau negatif. KRP
yang mempunyai dampak negatif walaupun hanya memenuhi satu kriteria
ditetapkan sebagai KRP yang akan dianalisis lebih lanjut.

12.1.5 Analisis Pengaruh

Analisis pengaruh dilaksanakan dengan memperhatikan hubungan


keterkaitan materi muatan KRP dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan
prioritas yang telah dihasilkan. Melalui tahap ini, tim ahli menilai apakah KRP

12- 5 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

akan menghasilkan atau meningkatkan dampak negatif pada isu


pembangunan berkelanjutan prioritas yang diidentifikasi. Berdasarkan
pengaruh KRP pada dampak tersebut, ditentukan KRP yang membutuhkan
kajian lebih lanjut. Uji silang KRP dan isu pembangunan berkelanjutan
prioritas dilakukan dalam Error! Reference source not found. sebagai
berikut.

Tabel 12. 4 Tabel Analisis Pengaruh KRP dan Isu Pembangunan


Berkelanjutan Prioritas

Sumber Analisis Konsultan

Pengisian tabel tersebut dilakukan dengan memberikan penilaian


mempunyai pengaruh atau tidak. KRP yang dinilai adalah KRP hasil dari
analisis sebelumnya. Jika KRP mempunyai pengaruh maka akan diberi
tanda “Y” dan jika tidak maka diberi tanda “T”. KRP yang mempunyai
pengaruh walaupun hanya berdasarkan satu kriteria ditetapkan sebagai KRP
yang akan dikaji muatannya.

12.1.6 Kajian Muatan KLHS

Kajian Muatan KLHS dilaksanakan pada KRP yang dinyatakan memerlukan


kajian lebih lanjut. Analisis spasial dengan bantuan perangkat Sistem
Informasi Geografis (SIG) diaplikasikan untuk melihat apakah KRP
mempengaruhi atau berdampak terhadap tujuh aspek berikut.

12- 6 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

A. Kapasitas Daya Dukung Dan Daya Tampung (DDDT) Lingkungan Hidup


Untuk Pembangunan
Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya
dukung. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Analisis daya dukung lingkungan hidup menggunakan pendekatan neraca air


yaitu ketersediaan (supply) dan kebutuhan (demand) sumberdaya air.
Ketersediaan air dihitung berdasarkan pendekatan Metode koefesien
limpasan sebagaimana tercantum dalam Permen LH No 17 Tahun 2009.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

SA = 10 x C x R x A

𝐶 = ∑(𝑐𝑖 𝑥 𝐴𝑖)/∑𝐴𝑖

R = ∑𝑅𝑖/𝑚

Keterangan:

SA = Ketersediaan air (m3/tahun)

C = Koefesien limpasan tertimbang

Ci = Koefesien limpasan penggunaan lahan i

R = Rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahun)

Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i

M = Jumlah stasiun pengamatan curah hujan

A = Luas wilayah (ha)

10 = Faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

Koefesien ketersediaan air tiap jenis penutupan lahan dapat dilihat pada
Error! Reference source not found.:

12- 7 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 12. 5Koefesien Limpasan


Nomor Penutupan Lahan Koefesien

1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0.7 – 0.9

2 Kawasan industri 0,5 – 0,9

3 Permukiman multi unit, pertokoan 0,6 – 0,7

4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6

5 Villa 0,3 – 0,5

6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3

Pekarangan tanah berat: 0,25 – 0,35

a. > 7% 0,18 – 0,22


b. 2 – 7 %
7 0,13 – 0,17
c. < 2 %
Pekarangan tanah ringan: 1,15 – 0,2

a. > 7% 0,10 – 0,15


b. 2 – 7 %
8 0,05 – 0,1
c. < 2 %
9 Lahan berat 0,4

10 Padang rumput 0,35

11 Lahan budidaya pertanian 0,30

12 Hutan produksi 0,18

Sumber: Permen LH No 17 Tahun 2009

12- 8 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Untuk menghitung kebutuhan air menggunakan pendekatan kebutuhan


domestik dan kebutuhan lahan akan air. Kebutuhan air domestik dihitung
menggunakan formula:

Di = Pi x KHL

Keterangan:

Di = Kebutuhan air (m3/tahun)

Pi = Jumlah penduduk (jiwa)

KHL = Kebutuhan air untuk hidup layak sebesar 1600 m3 air/kapita/tahun

Kebutuhan air lahan dihitung dengan menggunakan persamaan:

Qi = Ai x l

Ai = Luas lahan

L = koefesien kebutuhan air lahan

Nilai koefesien kebutuhan air setiap tipe penutupan lahan dapat dilihat pada
Error! Reference source not found.:

Tabel 12. 6Koefesien Kebutuhan Air


Nomor Landuse Kebutuhan (m3/ha)

1 Hutan lainnya 10

2 Sawah 2x panen 24

3 Tegalan 13,5

4 Permukiman 12

Sumber: Yunanto, 2013

Total kebutuhan air:

DA = Di + Qi

DA = Kebutuhan total air

12- 9 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air dengan


menghitung selisih antara ketersediaan (SA) dan kebutuhan (DA). Jika SA >
DA, daya dukung air dinyatakan belum terlampaui (surplus), Jika SA < DA,
daya dukung air dinyatakan terlampaui (defisit). Selain itu juga dihitung
berdasarakan rasio SA dan DA. Jika Rasio SA/DA > 2, maka daya dukung
lingkungan aman (sustain), jika SA/DA = 1-2, daya dukung lingkungan aman
bersyarat (conditional sustain), dan jika SA/DA < 1, daya dukung lingkungan
terlampaui (overshoot) (Rustiadi dkk., 2010).

Selain itu juga analisis DDDT ini menggunakan data sekunder dari Peta
Digital DDDT yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Peta tersebut disusun dalam format grid 30’ x 30”
dengan tema yang disusun adalah DDDT penyedia air dan DDDT penyedia
pangan.

B. Perkiraan Mengenai Dampak Dan Risiko Lingkungan Hidup

Perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh


implementasi KRP diperoleh dari tumpang susun (analisis spasial) peta
wilayah implementasi KRP dengan beberapa peta tematik seperti peta
penutupan lahan dan peta rawan bencana. Selain itu juga penilaian dampak
secara keseluruhan akibat Muatan KRP dilakukan dengan menggunakan
metodologi Rapid Impact Assessment Matrix (RIAM), dengan dampak fisik
utama yang berasal dari hasil yang disajikan pada bagian sebelumnya. RIAM
adalah alat yang mudah dan transparan untuk mendokumentasikan dampak
yang diantisipasi dari usulan pembangunan (KRP) mengenai berbagai isu
yang berbeda dan beragam, melalui suatu sistem kriteria dan skala untuk
mengembangkan penilaian dampak bagi setiap masalah.

Hasil penilaian RIAM yang berasal dari KLHS kemudian dapat digunakan
untuk memfokuskan bab Alternatif dan Rekomendasi pada dokumen KLHS.

12- 10 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Setiap isu yang telah dinilai dalam bab-bab sebelumnya dari dokumen KLHS
ini jatuh ke dalam satu dari empat kategori:

• Fisik / Kimia: Meliputi aspek fisik dan kimia lingkungan termasuk sumber
daya alam (degradasi) non-biologis dan degradasi lingkungan fisik akibat
pencemaran.
• Biologis / Ekologis: Meliputi aspek biologis lingkungan, termasuk sumber
daya alam terbarukan, konservasi keanekaragaman hayati, interaksi
spesies, dan pencemaran biosfer.
• Sosiologis / Budaya: Meliputi aspek manusia dari lingkungan, termasuk
masalah sosial yang mempengaruhi individu dan masyarakat,
bersamaan dengan aspek budaya, termasuk konservasi warisan, dan
pembangunan manusia.
• Ekonomi / Operasional: Meliputi konsekuensi ekonomi baik dari
pelaksanaan proyek (biasanya keuntungan positif) dan perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh PPP (seringkali menguntungkan
negatif), bersifat sementara dan permanen.

Komponen ini dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan


sebelumnya dan diubah menjadi gambar/grafik pada skala yang ditentukan,
dan selanjutnya formula matriks RIAM mengubahnya menjadi Nilai dalam
serangkaian rentang. Skor ini memungkinkan RIAM untuk dengan mudah
menampilkan hasil kajian dan mencatatnya secara transparan.

Kriteria

Dalam analisis RIAM, semua masalah dianalisis menurut lima kriteria


karakteristik. Dua kriteria berhubungan dengan Sifat yang sangat penting
bagi suatu kondisi (kriteria Kelompok A), dan tiga kriteria terhadap Nilai yang
sesuai dengan situasi (kriteria Kelompok B).

12- 11 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Kriteria kelompok A

Kriteria Kelompok A adalah (i) pentingnya kondisi, yang dinilai terhadap


batasan spasial, atau kepentingan manusia yang akan mempengaruhinya;
dan (ii) besarnya, yang didefinisikan sebagai ukuran skala
manfaat/perubahan dari suatu dampak atau suatu kondisi. Skala untuk setiap
kriteria diberikan di bawah ini:

Tabel 12. 7 Kriteria Skala untuk Penetuan Pentingnya Dampak


Pentingnya
Keterangan
Kondisi (A1):
4 Penting karena interes nasional/internasional (dalam konteks ini,
Indonesia secara keseluruhan)
3 Penting karena interes regional/nasional (dalam konteks ini, provinsi)
2 Penting untuk area di luar kondisi lokal (dalam konteks ini,
Kabupaten Sanggau)
1 Penting hanya untuk kondisi local (di dalam area terdampak
langsung, zona pengembangan)
0 Tidak penting

Tabel 12. 8 Kriteria Skala Manfaat


Besaran perubahan / Keterangan
pengaruh (A2):
+3 Manfaat positif atau perubahan signifikan
+2 Manfaat positif atau perubahan
+1 Sedikit perbaikan status quo
0 Tidak ada perubahan/status quo
-1 Sedikit perubahan negatif dari status quo
-2 Negatif dis-benefit (Tidak ada manfaat) atau perubahan
-3 Negatif dis-benefit (Tidak ada manfaat) atau perubahan
signifikan

12- 12 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Kriteria Kelompok B

Kriteria yang bernilai bagi situasi adalah permanen, reversibilitas dan


kumulatif, jika:
• Permanent (B1): Ini mendefinisikan apakah suatu kondisi bersifat
sementara atau permanen, misal: tanggul adalah kondisi permanen
meskipun suatu hari nanti bisa dilanggar atau ditinggalkan, sementara
cofferdam adalah kondisi sementara, karena akan segera dihapus.
• Reversibilitas (B2): Ini mendefinisikan apakah kondisinya dapat diubah
dan merupakan ukuran kontrol terhadap efek dari kondisi tersebut.
Seharusnya tidak bingung atau disamakan dengan Permanen. Misalnya,
tumpahan racun yang tidak disengaja ke sungai adalah kondisi
sementara (B1) namun pengaruhnya (kematian ikan) tidak dapat diubah
(B2). Dalam kasus ini, reversibilitas juga digunakan sebagai indikator
mengenai tingkat kontrol yang dapat disediakan oleh suatu rencana
pengelolaan lingkungan.
• Kumulatif (B3): Properti kumulatif adalah ukuran apakah efeknya akan
memiliki dampak langsung tunggal atau apakah akan ada efek kumulatif
dari waktu ke waktu, atau efek sinergis dengan kondisi lain.

Skala kriteria yang sesuai dengan situasi ditunjukkan pada Error!


Reference source not found. berikut.

Tabel 12. 9Skala kriteria yang menunjukan Nilai terhadap suatu situasi
Skor Permanen (B1) Reversibilitas (B2) Kumulatif (B3)
1 Tidak ada perubahan/ tidak berkaitan
2 Sementara Dapat Berbalik Non-komulatif/single
(reversible) dan dapat
dikontrol (controllable)
3 Permanen Tidak dapat kembali Kumulatif/Sinergistik
(irreversible)

12- 13 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Sistem Skor dan Rentang

Penilaian dari berbagai isu yang telah dipilih untuk evaluasi dalam proses
pelingkupan memberi hasil sebagai nilai, yang dianggap berasal dari masing-
masing kriteria ini. Dengan menggunakan rumus sederhana, nilai lingkungan
yang disebut (ES) untuk masing-masing komponen dapat dihitung.

ES = A1 * A2 * (B1 + B2 + B3)

Untuk menggunakan sistem evaluasi yang dijelaskan, sebuah matriks dibuat


untuk setiap pilihan proyek. Matriks terdiri dari sel yang menunjukkan kriteria
yang digunakan, sesuai dengan masing-masing komponen yang ditentukan.
Dalam setiap sel, nilai kriteria individual ditetapkan. Dari rumus yang
diberikan di atas setiap nomor ES dihitung dan dicatat. Untuk memberikan
sistem penilaian yang lebih spesifik, nilai ES individual digabungkan menjadi
rentang di mana mereka dapat dibandingkan. Rentang tersebut mencakup
perubahan positif / dampak + E (5) yang signifikan terhadap efek negatif
yang sama  E (-5) (Tabel di bawah). Kondisi yang tidak memiliki
kepentingan maupun tidak ada besaranya akan diberi angka nol dan
disatukan. Setiap kondisi di rentang pita ini sama pentingnya, tidak ada
situasi perubahan atau kondisi dimana potensi dampak negatif diimbangi
oleh dampak positif.

Skala kriteria yang sesuai dengan situasi ditunjukkan pada Error! Reference
source not found. berikut
Tabel 12. 10Kisaran Nilai Rentang Pita yang digunakan untuk RIAM

Skor
Kisaran Nilai Deskripsi Kisaran Nilai dalam
Lingkungan
(RV) Rentang Pita
RIAM (ES)

12- 14 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

108 sampai 72 E Perubahan / dampak positif utama


signifikan

71 sampai 36 D Perubahan/dampak positif


sedang/moderat

35 sampai 19 C Perubahan/dampak positif

10 sampai 18 B Perubahan/dampak positif minor

1 sampai 9 A Perubahan/dampak positif sedikit

0 N Tidak ada perubahan/dampak -status


quo

-1 sampai –9 -A Perubahan/dampak negatif

-10 sampai –18 -B Perubahan/dampak negatif minor

-19 sampai –35 -C Perubahan/dampak negatif sedang -


moderat

-36 sampai –71 -D Perubahan/dampak negatif signinikan

-72 sampai –108 -E Perubahan/dampak negative mayor


Major

C. Kinerja Layanan Atau Jasa Ekosistem

Layanan atau fungsi ekosistem dikategorikan dalam 4 (empat) jenis layanan,


yaitu:

a. Layanan fungsional (provisioning services): Jasa/produk yang didapat


dari ekosistem, seperti misalnya sumber daya genetika, makanan, air
dan lain-lain.

12- 15 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

b. Layanan regulasi (regulating services): Manfaat yang didapatkan dari


pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan tentang pengendalian
banjir, pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan iklim dan
lain-lain.
c. Layanan kultural (cultural services): Manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya pengkayaan spirit,
tradisi, pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
d. Layanan pendukung kehidupan (supporting services): Jasa ekosistem
yang diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa, produksi
oksigen, nutrisi, air, dan lain-lain.

Informasi jasa ekosistem diperoleh dari peta digital jasa ekosistem yang
disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pada
dasarnya peta tersebut disusun berdasarkan fungsi dari bentang lahan,
vegetasi, dan penutupan lahan. Bentuk fungsinya adalah sebagai berikut:

DDDTLH saat ini =f {Bentang lahan, Vegetasi, Penutup Lahan}

=(wbl x sbl)+(wveg x sveg)+(wpl x spl)

Keterangan :

DDDTLH = Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

wbl = bobot bentuklahan

sbl = skor bentuklahan

wveg = bobot vegetasi

sveg = skor vegetasi

wpl = bobot penutup lahan

spl = skor penutup lahan

12- 16 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Bobot dari masing-masing parameter disajikan pada Error! Reference


source not found..

Tabel 12. 11Bobot Parameter Bentang Lahan, Vegetasi, dan Penutupan


Lahan

Bentang Vegetas Penutupan


No Jasa Lingkungan Lahan i Lahan

1 Pangan 0,28 0,12 0,6

2 Air 0,28 0,12 0,6

Serat, bahan bakar dan 0,35 0,5


3 material lain 0,15

4 Sumberdaya genetik 0,1 0,4 0,5

5 Pengaturan kualitas udara 0,08 0,32 0,6

6 Pengaturan iklim 0,12 0,28 0,6

Pencegahan dan
7 perlindungan terhadap 0,08 0,32 0,6
bencana alam

8 Pengaturan air 0,28 0,12 0,6

Pemurnian air dan 0,28 0,3


9 pengolahan limbah 0,42

Pengaturan penyerbukan 0,32 0,6


10 alami 0,08

11 Pengendali hama 0,08 0,32 0,6

12- 17 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Bentang Vegetas Penutupan


No Jasa Lingkungan Lahan i Lahan

Habitat dan keanekaragaman 0,16 0,6


12 hayati 0,24

Pembentukan dan regenarasi 0,2 0,6


13 tanah 0,2

Analisis spasial (overlay) dilakukan untuk mengetahui setiap KRP terhadap


setiap komponen jasa ekosistem. Wilayah-wilayah yang mempunyai fungsi
jasa ekosistem yang tinggi diupayakan untuk dipertahankan sehingga
diharapkan tidak akan mengganggu daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.

D. Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA)

Dampak KRP terhadap efisiensi pemanfaatan SDA ditinjau dengan


melakukan analisis spasial berupa tumpeng susun peta KRP dengan peta
sumber daya alam dan peta perizinan pemanfaatan dan konsesi lahan serta
Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) atau Lahan Cadangan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B). Daftar peta tersebut antara lain
disajikan pada Error! Reference source not found. berikut.

Tabel 12. 12 Aspek-Aspek yang Ditinjau untuk Memperkirakan Dampak dan


Risiko Lingkungan Hidup

No Perizinan

1 Izin Pertambangan

2 Izin Perkebunan

3 Izin perindustrian

12- 18 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

4 Izin Pemanfaatan Hutan

5 Izin Pemanfaatan SDA lainnya

Selain itu kajian ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya alam
di mana kebutuhan terpenuhi namun sumber daya alam beserta
ekosistemnya dapat tetap dilestarikan. Dilakukan dengan cara:

a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan proyeksinya sesuai


masa pembangunan dan status cadangan yang didapat dari instansi
berwenang
b. Dapat pula diukur dengan nilai manfaat sumber daya alam melalui valuasi
ekonomi

Dalam konteks ini, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dilihat dari segi
pemenuhan kebutuhan pangan berdasarkan hasil analisis produksi pangan
dan kebutuhan. Jika dilihat dari hasil analisis antara ketersediaan (produksi
dan kebutuhan) maka, pemanfaatan sumberdaya alam masih dalam batas
mencukupi.

E. Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Pendekatan analisis tingkat kerentanan dan kapasitas terhadap perubaha


iklim dilakukan dengan menghitung cadangan karbon. Kajian emisi GRK
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan faktor emisi yang
diterbitkan oleh Bapennas (2014) sesuai dengan penggunaan lahan.
Kategori penggunaan lahan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi antara lain:

1. Hutan Lahan Kering mencakup hutan lahan kering primer, hutan lahan
kering sekunder, hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan rawan
bencana, kawasan sempadan danau, kawasan sempadan sungai besar,
dan kawasan sempadan sungai kecil,

12- 19 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

2. Hutan Produksi mencakup hutan produksi, hutan produksi tetap, dan


hutan tanaman,

3. Areal Penggunaan Lain mencakup lahan terbuka, permukiman,


pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak belukar,
sawah, semak belukar, perkebunan, dan holtikultura,

4. Blank mencakup rawa, tubuh air, dan blank.

Pendekatan formula penghitungan jumlah cadangan karbon adalah sebagai


berikut:

Ca = ∑(Ai x FEi)

Keterangan:

Ca = Jumlah cadangan karbon (Ton C/Ha)

Ai = Luas tutupan lahan I (Ha)

FEi = Faktor emisi cadangan karbon (Ton C/Ha)

Penghitungan cadangan karbon tersebut dilakukan untuk kondisi eksisting


dan pada rencana pola ruang untuk mengetahui perubahannya. Selain itu
juga diidentifikasi KRP yang mempunyai peranan terhadap perubahan
cadangan karbon.

Faktor emisi (FE) dari setiap lahan berbeda antara satu wilayah terkait
dengan jenis tanaman, kesuburan tanah, dan lainnya. Faktor emisi
menunjukkan stok karbon per hektar dalam satuan ton C/ha. Besarnya stok
karbon atau kandungan biomassa tergantung jenis tanaman yang tumbuh
pada satu lahan. FE lahan dengan referensi dari Bapennas dapat dilihat
dalam Buku Pedoman Teknis Perhitungan Baseline Sektor Berbasis Lahan
Tahun 2014. Meskipun beberapa kelas penutupan lahan di wilayah KSK di
Sekitar Baonglawang tidak sama, namun dapat dilakukan pendekatan sesuai
dengan fisik lahan dan fungsinya. Pedoman faktor emisi menurut Bapennas
dapat dilihat pada Error! Reference source not found..

12- 20 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Tabel 12. 13 Jumlah Cadangan Karbon Tiap Tutupan Lahan

Cadangan Karbon (Ton


Nomor Tutupan Lahan C/Ha)

1 Hutan Lahan Kering Primer 195

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 169

3 Hutan Mangrove Primer 170

4 Hutan Rawa Primer 196

5 Hutan Tanaman 64

6 Semak Belukar 30

7 Perkebunan 63

8 Permukiman 4

9 Tanah Terbuka 2,5

10 Padang Rumput 4

11 Hutan Mangrove Sekunder 120

12 Hutan Rawa Sekunder 155

13 Belukar Rawa 30

14 Pertanian Lahan Kering 10

15 Pertanian Lahan Kering Campur 30

16 Sawah 2

17 Tambak 0

18 Bandara/Pelabuhan 0

12- 21 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Cadangan Karbon (Ton


Nomor Tutupan Lahan C/Ha)

19 Transmigrasi 10

20 Pertambangan 0

21 Rawa 0

Sumber: Bappenas, 2014

F. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

Metode tumpang susun juga diterapkan untuk melihat pengaruh KRP


terhadap tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Pada tahap
ini peta KRP ditumpang susun dengan peta tutupan lahan, dan/atau peta
lainnya yang memiliki vegetasi. Selanjutnya akan diidentifikasi KRP yang
mempunyai peranan besar terhadap keanekaragaman hayati.

G. Konflik Sosial

Selain keenam aspek yang telah disebutkan di atas, tim ahli juga melihat
apakah KRP berpotensi menyebabkan konflik sosial pada wilayah kajian.
Baik data dan informasi mengenai potensi dan konflik sosial yang sudah ada
diperoleh dari konsultasi publik dan wawancara dengan masyarakat dan para
pemangku kepentingan terkait.

12.1.7 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Berdasarkan potensi dampak dan risiko yang diperkirakan melalui kajian


muatan, alternatif penyempurnaan KRP dapat dirumuskan berupa:

a. Perubahan tujuan atau target;

b. Perubahan strategi pencapaian target;

12- 22 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

c. Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi yang lebih


memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;

d. Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi terhadap


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih memenuhi
pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;

e. Penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas pelaksanaan;

f. Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan atau


meningkatkan fungsi ekosistem; dan/atau,

g. Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan risiko


Lingkungan Hidup.

Perumusan alternatif yang diajukan didasarkan pada beberapa pertimbangan


berikut:

a. Manfaat yang lebih besar;

b. Risiko yang lebih kecil;

c. Kepastian keselamatan dan kesejahteraan masyarakat yang rentan


terkena dampak; dan,

d. Mitigasi dampak dan risiko yang lebih efektif.

12.1.8 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan KRP

Penyusunan rekomendasi merupakan proses menyepakati perbaikan KRP


berdasarkan hasil perumusan alternatif, dan merumuskan tindak lanjut
pendukung sebagai konsekuensi dari pelaksanaan KRP. Rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP didasarkan pada:

a. Hasil perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau


program yang mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan;

12- 23 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

b. Pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada kemungkinan adanya


ketidakpastian ilmiah dari hasil telaahan KLHS;

c. Pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

d. Pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada asas-asas umum


pemerintahan yang baik.

Selain itu, rekomendasi disusun dengan mempertimbangkan masukan dari


masyarakat yang berkepentingan, pihak yang berkepentingan, dan dinamika
masyarakat, serta mempertimbangkan upaya terbaik penyusun KRP dalam
mengintegrasikan rekomendasi KLHS ke dalam muatan KRP.

12.1.9 Pengintegrasian Hasil KLHS ke Dalam KRP

Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah


diadopsi, maka penyusunan KLHS harus terintegrasi dengan penyusunan
KRP, dalam hal ini RTR. Tiga pendekatan pengintegrasian penyusunan
KLHS tersebut dapat dilihat pada Error! Reference source not found.
berikut.

Gambar 12. 2 Pendekatan Pengintegrasian Penyusunan KLHS dan


Penyusunan KRP

12- 24 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Rapermen PU 2014


Pendekatan pengintegrasian yang pertama adalah ‘menyatu’ dimana
penyelenggaraan KLHS berlangsung menyatu di dalam proses penyusunan
rencana tata ruang dan dilaksanakan oleh tim penyusun yang sama. Kedua,
pendekatan ‘terpadu’ dimana tim penyusun KRP dan KLHS merupakan tim
yang berbeda. Terdapat dua jenis pendekatan pengintegrasian ‘terpadu’,
yaitu:

1. Pendekatan terpadu paralel, pada pendekatan ini penyusunan KLHS dan


rencana tata ruang dilaksanakan secara bersamaan.

2. Pendekatan terpadu yang dilakukan saat penyusunan RTR sudah


berjalan, baik sebelum atau sesudah tahap persetujuan subtansi dengan
kedudukan belum ditetapkan sebagai perda.

12.1.10 Penjaminan Kualitas dan Pendokumentasian KLHS

Tim ahli akan menyampaikan hasil dan laporan KLHS kepada penyusun
KRP untuk proses penilaian mandiri guna memastikan bahwa kualitas dan
proses penyusunan KLHS telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Penilaian mandiri yang dilaksanakan oleh penyusun KRP harus
mempertimbangkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang relevan, serta laporan KLHS dari KRP terkait dan relevan.

Hasil penjaminan kualitas KLHS ini disusun secara tertulis dengan memuat
informasi mengenai kelayakan KLHS dan rekomendasi perbaikan KLHS.
Kemudian, digunakan sebagai masukan bagi penyempurnaan KLHS.
Penjaminan kualitas mengacu kepada tabel penilaian mandiri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Permen LHK No. 69 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Seluruh rangkaian proses penyelenggaraan dan hasil KLHS, beserta hasil


penjaminan kualitas didokumentasikan ke dalam laporan KLHS. Dengan
demikian, laporan KLHS ini menjadi informasi pendukung sistem

12- 25 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan serta sistem


akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

12.2 Berita Acara Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

12- 26 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

12- 28 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

12- 29 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

12- 30 -
LAPORAN ANTARA
Materi Teknis Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

12- 31 -
LAPORAN ANTARA
Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

BAB 13 Hasil Pembahasan dan Proses Penyelenggaraan KLHS

Bab ini akan memaparkan rangkaian proses yang dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan KLHS Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten (RTR-
KSK) di Sekitar Kawasan Baonglawang sebagaimana diatur dalam PP 46 Tahun 2016.

13.1 Hasil dan Pembahasan Tahap Persiapan

Proses penyusunan KLHS ini merupakan kerjasama antara ESP3 DANIDA dengan
Kementerian ATR c.q. Direktorat Jenderal Tata Ruang dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sanggau yang diimplemetasikan oleh PT. Gugusan Gunung Perkasa.
Sebagai langkah awal dilakukan pertemuaan koordinasi di Kantor Kementerian ATR
pada Hari Rabu tanggal 25 September 2019. Pada pertemuan tersebut ditekankan
pada perkenalan terhadap tim yang akan terlibat baik dari Kementerian ATR maupun
tenaga ahli dari PT. Gugusan Gunung Perkasa. Pada saat itu juga disampaikan
perkembangan dari penyusunan RTR KSK di Sekitar Kawasan Baonglawang yang
sedang berjalan sehingga menjadi pijakan bagi masuknya proses KLHS.

13.2 Identifikasi Para Pemangku Kepentingan

Berdasarkan informasi yang diperoleh teridentifikasi para pemangku kepentingan yang


terlibat dalam proses penyusunan KLHS. Para pemangku kepentingan tersebut adalah:

1. Kementerian ATR

2. Bappeda Provinsi Kalimantan Barat

3. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Barat

4. Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Barat

5. Kantor Pertanahan ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat

6. Dinas Pekerjaan Umum dan Pentaan Ruang Provinsi Kalimantan Barat

LAPORAN KLHS 13- 1 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

7. Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat

8. Kantor Pertanahan ATR/BPN Kabupaten Sanggau

9. Bappeda Kabupaten Sanggau

10. Dinas Perumahan, Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten
Sanggau

11. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Sanggau

12. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Sanggau

13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sanggau

14. Dinas Perhubungan Kabupaten Sanggau

15. Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sanggau

16. Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sanggau

17. Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perikanan


Kabupaten Sanggau

18. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sanggau

19. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten


Sanggau

20. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sanggau

21. Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sanggau

22. Kecamatan Kapuas

23. Desa Lape, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau

24. Desa Sungai Mawang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau

25. Kelurahan Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau

26. PSDKU Politeknik Negeri Sanggau

27. Yayasan Kehutanan Sosial Bumi Khatulistiwa (YPSBK) Sanggau

LAPORAN KLHS 13- 2 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

13.3 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja

KLHS yang akan disusun diharapkan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam
PP 46 Tahun 2016 dan berjalan dengan optimal. Oleh sebab itu, diperlukan kerangka
acuan yang dikembangkan mengikuti PP tersebut. Dalam pelaksanaan penyusunan
KLHS ini tidak menyusun kerangka acuan disebabkan oleh tidak adanya Kelompok
Kerja Penyusun KLHS. Acuan kerjanya mengikuti kerangka acuan yang disampaikan
oleh KATR dan ESP3 DANIDA.

13.4 Pengkajian

Tahap pengkajian diawali oleh identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang


selanjutnya akan ditentukan menjadi isu prioritas. Isu prioritas tersebut merupakan hasil
konsultasi publik dengan didukung oleh basis data yang memadai. Basis data ini
merupakan sintesis dari berbagai data dan informasi yang tersebar dari berbagai
sumber baik dari pemerintah (pusat dan daerah), LSM, media masa, hasil kajian,
website, dan sebagainya. Basis data ini pada tahap berikutnya akan digunakan sebagai
dasar kajian pengaruh penyusunan KLHS.

13.5 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan

Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan di KSK sekitar KEK Baonglawang


menggunakan metode FGD atau curah pendapat yang dilakukan di Kecamatan
Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Selain itu dilakukan survey lapang dan
studi literatur baik dari media cetak maupun elektronik. FGD dilakukan di Kecamatan
Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada Hari Kamis tanggal 15 Agustus
2019 yang diikuti oleh perwakailan dari instansi di Provinsi Kalimantan Barat,
Kabupaten Sanggau, Camat, Kepala Desa, Swasta, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan
survey/kunjungan lapang dilakukan pada tanggal 14-16 September 2019. Pada saat
survey lapang dilakukan pula kunjungan ke berbagai instansi di Kabupaten Sanggau
seperti Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah (Bappeda), Kantor
Pertanahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sanggau, Dinas Perumahan, Cipta
Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Sanggau dan lain-lain. Berdasarkan

LAPORAN KLHS 13- 3 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

FGD, kunjungan lapang, dan studi literatur tersebut dihasilkan daftar panjang isu
pembangunan berkelanjutan sebanyak 51 isu (Error! Reference source not found.).

Tabel 13. 1 Daftar Isu Pembanguan Berkelanjutan.


No Isu PB Masukan Stakeholder Kategori

1 Kekeringan Lingkungan

2 Banjir Lingkungan

3 Run off dari bukit Lingkungan

4 Pengelolaan sampah dan limbah Lingkungan

5 Pembuangan sampah (TPA) Lingkungan

6 Lokasi untuk limbah Lingkungan

7 Land clearing oleh investor Lingkungan

8 Ruang Publik/Parkir Lingkungan

9 Sanitasi Lingkungan

10 Permukiman kumuh di pinggir sungai Lingkungan

1 Alih fungsi lahan/perambahan lahan Sosial

2 Sosialisasi Perencanaan Sosial

3 Perambahan lahan Sosial

4 Nilai sosial dan budaya Sosial

5 Keadilan bagi masyarakat Sosial

6 Pemanfaatan Air Terjun untuk pariwisata Sosial

7 Regulasi untuk masyarakat yang tinggal di lingkar Sosial

LAPORAN KLHS 13- 4 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

No Isu PB Masukan Stakeholder Kategori

kawasan

8 Menghindari sarang prostitusi, teroris, dan narkoba Sosial

9 Pemberdayaan masyarakat miskin lingkar KEK Sosial

10 Kearifan lokal Madak Mare dan Bau Nyale Sosial

11 Daerah yang tidak terjangkau telekomunikasi Sosial

12 Kemudahan pengurusan ijin dan sertifikat Sosial

13 Bangunan tanpa ijin Sosial

14 Gangguan keamanan Sosial

15 Pergeseran nilai-nilai sosial Sosial

16 Akses komunikasi/jaringan komunikasi Sosial

17 Kualitas SDM Sosial

18 Sulitnya ijin di lingkungan KEK Sosial

Kesadaran masyarakat masih rendah untuk menjaga


19 Sosial
kebersihan dan membuang limbah pada tempatnya

20 Faktor keamanan menjadi rawan pada saat malam Sosial

21 Tempat pendaratan kapal nelayan kecil Sosial

22 Minim ruang sosial dan publik Sosial

23 Lemahnya SDM pendukung pariwisata Sosial

24 Status kepemilikan lahan/tenurial Sosial

25 Ijin keamanan Sosial

LAPORAN KLHS 13- 5 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

No Isu PB Masukan Stakeholder Kategori

26 Daerah yang kurang berpotensi kurang aman Sosial

27 Pusat kegiatan lain Sosial

Tidak ada pemakaman umum untuk wisatawan yang


28 Sosial
tidak bisa dibawa pulang

1 Kurangnya sarana transportasi publik Ekonomi

2 Ketersediaan air bersih Ekonomi

3 Wisata halal (penyediaan tempat ibadah di hotel) Ekonomi

4 Pembangunan di zona inti Ekonomi

5 Konversi lahan pertanian menjadi kawasan komersil Ekonomi

6 Pengembangan kawasan ekonomi/agribisnis Ekonomi

7 Pengelolaan sampah Ekonomi

8 Ekonomi Masyarakat Ekonomi

9 Penataan PKL Ekonomi

10 Permukiman rumah Ekonomi

11 Kearifan lokal Ekonomi

12 Ketersediaan TPA Ekonomi

13 Ruang gerak masyarakat adat Ekonomi

Sumber Analisis Konsultan

LAPORAN KLHS 13- 6 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

13.6 Berita Acara Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan

LAPORAN KLHS 13- 7 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

LAPORAN KLHS 13- 8 -


Penyusunan KLHS Kawasan Perkotaan Sanggau
Di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

LAPORAN KLHS 13- 9 -


LAMPIRAN

Lampiran 1 Notulensi Penetapan Deleniasi

NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD I PENETAPAN DELINEASI
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 15 AGUSTUS 2019
WAKTU 09.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA

PENETAPAN DELENIASI

SEKDA (Bapak Kukuh)


Di Ciptakarya Pusat sudah ada juga perencanaan balai karangan
Tayan ilir sudah ada dari provinsi

Bappeda Kabupaten (Bapak Budi)


Lokasi RDTR ini di Perkotaan dituntaskan

KLH (Najemi)
1. Urgensi RDTR OSS Kawasan Perkotaan Sanggau. Karena kawasan ini berkembang
2. Perlu dilakukan Zonasi zonasi perlindungan Tata Air
3. Wilayah Sanggau permai dibangun perumahan padahal daerah ini merupakan daerah
resapan air. Materi teknis sudah ada namun belum ada kekuatan Hukum

Kepala Dinas PTSP


1. Kami memberikan izin tidak berdasarkan peraturan zonasi. Maka daya dukung lahan tidak
sustainable.
2. Jika ada peraturan zonasi maka daya dukung lahan akan suistanable. Yang ada sekarang
adalah materi teknis

Sekertaris Daerah
1. Arah pengembangan kota sanggau ke hilir. Pada rekan rekan dinas di perkotaan masih
kesulitan
2. Lokasi tetap diperkotaan sanggau, yaitu sungai batu
3. Lokasi sungai Batu sampai Ladau untuk perizinan PLTU

X- 1 -
Dinas Perkebunan
1. Fokus pada kawasan Perkotaan. Harus diperhatikan Apakah kawasan perkotaan ini masuk
kawasan permukiman dan kawasan pariwisata
2. Sepanjang jalan banyak perkebunan lada masyarakat maka yang menjadi perhatian adalah
apakah perkebunan masyarakat ini akan dibebaskan atau tidak karena ingin menjadi
kawasan perkotaan

Dinas Pajak
1. Investasi terkait perizinan belum terkonek ke bappeda. Investasi dengan pajak (PAD) Belum
terkonek maksimal
2. Peta kawasan investasi belum ada karena dari pihak BPN belum memberikan.

Direktur POLNEP
Untuk luasan maksimal 3000Ha sulit diterapkan dengan kondisi kawasan perkotaan sanggau.

ATR /BPN : (IBU AYU)


1. Perkotaan Sanggau Urgensinya sangat tinggi untuk RDTR OSS ini.
2. Permasalahannya adalah Administrasi. Ini sama judulnya dengan materi teknis yang disusun
ditahun lalu
3. Ada kawasan penyangga yang ada di perkotaan sanggau. Jadi lokusnya tidak sama
4. Untuk RDTR Tidak hanya mengikat untuk perkotaan. Jika fungsi eksisting perkebunan atau
pariwisata maka akan tetap sama bukan berarti menjadi perkotaan semua.

KONSULTAN PT.GUGUSAN : Cory


1. Bagaimana jika lokasi RDTR OSS ini melebar ke arah pengembangan pembangunan arah ke
sosok karena adanya jalan lintas kalimantan poros tengah arah pergerakan ini akan
menimbulkan bangkitan kegiatan
2. Karena urgensi perkotaan sanggau maka bisa beririsan desa yang ada diperkotaan sanggau
dengan desa yang akan meluas kegiatan pengembangannya.

SEKERTARIS DAERAH (Bpk.Kukuh)


1. Kawasan embaong lawang saja. Kawasan ini terdiri dari tiga (3) desa yaitu desa bunut (dusun
embaong), desa lape dan desa sungai mawang. Dimana luas area perencanaan adalah
±3.000Ha
2. Irisan desanya terdapat pada desa bunut dan desa sungai mawang.
3. Desa lape adalah desa yang kemungkinan ada kegitan pengembangan.

Mengetahui

TIM TIM SUPERVISI


KONSULTAN

X- 2 -
Lampiran 2 Notulensi Perumusan ISU KLHS

NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA ISU STRATEGIS KLHS
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 15 AGUSTUS 2019
WAKTU 14.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA

PENETAPAN ISU KLHS

SEKDA (Bapak Kukuh)


1. Dusun embaong : pusat perdagangan jasa
2. Desa sei mawang : calon kantor pemerintahan.
3. Desa lape : kawasan pergudangan itu, barang2nya bukan hanya untuk suplay di kota sanggau saja
tetapi untuk suplay juga ke wilayah kabupaten lain yang berada di Timur Kalbar. makanya mulai
bertumbuhan gudang2 di wilayah desa sungai mawang menuju arah desa lape.

Bappeda Kabupaten (Bapak Budi)


Alasan pusat pemerintahannya mau dipindahkan adalah semua pusat pemerintahan terpusat di
kawasan sabang merah dalam rangka mempermudah koordinasi.

Pemindahan kantor juga secara bertahap sesuai dengan kebutuhan karen saat ini kantor
pemerintahan di sanggau bayak kondisinya yang sudah tidak layak lagi karena usia bangunan yang
sudah cukup tua

Asumsi saya pergerakan antar instansi sama koordinasi jadi lebih efisien , karena kantor pemerintah
sekarang posisinya berpencar.

Kantor pemerintahan lama bisa jadi RTH

KLH (Najemi)
1. Wilayah perencanaan berada di area rawan bencana Banjir dan Longsor

Besarnya debit aliran air yang keluar dari suatu sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, tipe
penutupan lahan, kondis topografi, jenis tanah, formasi geologi, ukuran dari Sub DAS serta aktivitas
manusia. Dari pengamatan debit sesaat sungai utama di Kalimantan Barat menunjukkan tingkat laju
kecepatan aliran yang cukup bervariasi sesuai dengan kondisi DAS atau Sub DAS.

Pembangunan Kota Sanggau diprioritaskan pada pengembangan kawasan-kawasan fungsional kota


(kawasan olah raga dan rekreasi/taman kota, kawasan rekreasi/taman kota, kawasan wisata kota,
X- 3 -
kawasan pusat pemerintahan dan permukiman kota) dan pengembangan sistem jaringan drainase
kota sebagai pengendali banjir.

2. Wilayah perencanaan berada di area DAS Kapuas


Kerusakan lingkungan seperti kurangnya konservasi lahan dan ba nyaknya lahan yang terbuka Di
sekitar DAS Kapuas. Penyebab utama menurunnya daya dukung lingkungan seperti kemampuan
menahan run off sehingga menimbulkan debit permukaan yang sangat besar dan tidak tertampung
pada DAS

Dinas Pariwisata
1. Nosu Minu Podi nyaris punah , sebab
• Lahan untuk membuat ladang berpindah-pindah sudah sedikit ;
• Peran ketua adat berkurang ;
• Bentuk dan kondisi rumah
Perlu nanti dikaji di KLHS
2. Melestarikan rimba sayu dari desa lape
Dari monografi desa, tercatat bahwa terdapat sekitar 1.012 Ha hutan yang dipertahankan
sebagaikawasan tembawang. Seluas 800 Hadiantaranya adalah hutan hujan tropis ( rain forest) yang
bernama Rimba Sayu;selebihnya seluas200 Ha disebut Rimba Tawang; dan seluas 12 Halainnya adalah
rimba sisipan yang dekat dengan pemukiman pendudukdanbahkan berada di pinggir jalan rayayang
disebut Hutan Lalau.

Kepala Dinas PTSP.


Menyambung dari dinas pariwisata perizinan untuk lahan pertanian Nosu Minu Podi ini zonanya
belum ada agak sulit memberikan IMB karena kita tidak ada panduan. Begitu juga dengan hutan adat
rimba sayu. Saat ini di zonakan kawasan pariwisata karen ada air terjun di hutan tersebut.

Dinas Perkebunan
3. Fokus pada kawasan Perkotaan. Harus diperhatikan Apakah kawasan perkotaan ini masuk
kawasan permukiman dan kawasan pariwisata
4. Sepanjang jalan banyak perkebunan lada masyarakat maka yang menjadi perhatian adalah
apakah perkebunan masyarakat ini akan dibebaskan atau tidak karena ingin menjadi
kawasan perkotaan

SEKERTARIS DAERAH
1. Kurangnya fasilitas Kesehatan . Artinya tidak menyebar
2. Dampak lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan sebagai pergudangan dan bengkel
3. Dampak pencemaran lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan home industri sebagai
penyangga dari perkotaan sanggau
4. Sosial kepemilikan lahan
5. Ekonomi adalah sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal sekitar sungai.

KONSULTAN PT. GUGUSAN

X- 4 -
ISU KLHS
1. Wilayah perencanaan berada di area rawan bencana Banjir dan Longsor
2. Wilayah perencanaan berada di area DAS Kapuas
5. Nosu Minu Podi nyaris punah
6. Melestarikan Rimba Sayu Dari Desa Lape
5. Kurangnya fasilitas Kesehatan . Artinya tidak menyebar
6. Dampak lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan sebagai pergudangan dan bengkel
7. Dampak pencemaran lingkungan yang timbul dengan fungsi lahan home industri sebagai
penyangga dari perkotaan sanggau
8. Sosial kepemilikan lahan karena DOB
9. Ekonomi adalah sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal sekitar sungai.

Mengetahui

TIM TIM SUPERVISI


KONSULTAN

X- 5 -
Lampiran 3 Notulensi Penyepakatan Tujuan dan Tema

NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD 2 PENYEPAKATAN PENENTUAN TUJUAN DAN TEMA
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 09.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA

PENENTUAN TUJUAN DAN TEMA

Kepala Dinas Perumahan, Cipta Karya dan Tata Ruang


Untuk tema Kawasan Perdagangan dan Jasa Berskala Regional dilengkapi Sarana dan Prasarana
Pendukung dengan Mengutamakan Komoditi Unggulan yang Berwawasan Lingkungan

Makna perdagangan dan jasa ini seperti cita-cita yang terlalu terlalu tinggi. Mungkin diganti
mutifungsi saja karena di sungai mawang juga terdapat kawasan sentra industri.

Kawasan multifungsi yang saling berintegrasi antara Pembangunan, pengembangan, perbaikanzona


perkantoran dan pelayanan umum.

Dinas Penanaman Modal dan PTSP


Menurut saya Kawasan Perdagangan dan Jasa sudah tepat karena melihat judul pekerjaan ini OSS dan
data tadi konsultan paparkan perdagangan nilai investasinya paling tinggi. Untuk industri kalimat
berikutnya Komoditi Unggulan itu sudah mewakili industri.

Kantor Pertanahan ATR/ BPN


Fungsi pelayanan pemerintahan, dengan komponen adalah kantor- kantor instansi pemerintahan
skala kecamatan beserta fasilitas pendukungnya . itu kurang tepat untuk skala pelayanannya kantor
pemerintahan yang rencananya berada di sabang merah adalah skala kabupaten bukan kecamatan.

Dinas Lingkungan Hidup


Fungsi industri dan pergudangan, dengan komponen ketersedian lahan dalam mendukung kegiatan
yang saling bekerjasama dan menguntungkan. Pada materi paparan yang disampaikan konsultan .
Analisa pergudangan ,Kawasan pergudangan tidak langsung bersentuhan dengan jalan arteri, tetapi
dibangun kawasan penyangga berupa taman kota terlebih dahulu. Pada kawasan pergudangan harus
menyediakan kawasan bongkar muat yang memadai keluar masuk kendaraan serta bongkar muat
barang. Ini tidak diakomodir di fungsi. Pesan saya ini harus diakomodir nanti di ITBX.

Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas yang baik pada pergerakan
X- 6 -
antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang
saling berintegrasi

Badan Pendapatan Daerah


Fungsi perdagangan dan jasa, dengan komponennya yaitu pasar dan pertokoan beserta fasilitas
pendukungnya. Kegiatan perdagangan dan jasa ini untuk memberikan pelayanan terhadap wilayah
kecamatannya. Mungkin sama seperti pelayanan kantor pemerintahan tadi. Skala pelayanan
perdagangan dan jasa yang ada di Bunut skalanya Kabupaten.

KEPALA DESA SEI MAWANG


Fungsi industri dan pergudangan, dengan komponen ketersedian lahan dalam mendukung kegiatan
yang saling bekerjasama dan menguntungkan. Pemerintah kota dapat mengoptimalkan
pemanfaatan industri dan pergudangan sebagai sektor pertumbuhan ekonomi yang berwawasan
lingkungan. Harus dikajji betul dampak yang ditimbulkan dari industri ini. Industri pengolahan-
pengolahan sawit atau karet harus yang ramah lingkungan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah


Fungsi pelayanan fasilitas umum, dengan komponen yang mendukung minimal fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga, jaringan listrik, telekomunikasi, jaringan air minum, dan jaringan
drainase serta berbagai fasilitas pendukungnya. Untuk Jaringan drainase ini harus direncanakan
secara menyeluruh. Artinya adanya kesinambungan jaringan dengan jaringan saluran drainase yang
berada di seuruh kota. Jangan hanya pada kawasan saja yang nantinya saluran tidak tersambung.
Karena bencana banjir yang terjadi di perkotaan sanggau adalah penyebab tidak terstrukturnya
jaringan saluran drainase.

BAPPEDA
Fungsi antar wilayah, dengan komponen mampu memberikan aksesibilitas yang baik pada pergerakan
antar regional dengan ditunjang oleh fasilitas transportasi untuk mendistribusikan ke wilayah yang
saling berintegrasi. Pada fasilitas transportasi harusnya ada jalur jembatan timbang. Berat kendaraan
yang melintas harus diatur. Angkutan perkebunan harus tau jenis-jenis kelas jalan yang masuk
klasifikasi transportasi komunitas sawit dan minyak BBM.

KEPALA DESA LAPE


Fungsi produksi perkebunan, ditunjang dengan produksi yang baik, ketersediaan fasilitas perdagangan
produksi perkebunan, dan fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas perdagangan tidak hanya dari produksi
perkebunan, namun hasil pengolahan perkebunan juga harus difasilitasi perdagangannya.
Mengetahui

TIM TIM SUPERVISI


KONSULTAN

X- 7 -
Lampiran 4 Penyepakatan Pola dan Struktur Ruang RDTR

NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA FGD 3 PENYEPAKATAN PENENTUAN POLA DAN STRUKTUR RUANG RDTR
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 13.00 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA

Perumusan :
Rencana Pola ruang ,
Rencana Struktur ruang dan
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya .

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Data jumlah penduduk yang ada di desa lape ini salah. Jumlahnya hanya sepertiga dari jumlah
eksisting yang ada.

Konsultan
Hasil survey di lapangan jumlah ini adalah jumlah penduduk yang ada di desa lape yang masuk pada
deliniasi kawasan perencanaan .

Kepala Desa Sei Mawang


Lokasi Rumah Betang ada di Sei mawang namun pada kajian ini lokasi rumah betang ada di desa Lape.

Kepala Dinas Perumahan, Cipta Karya dan Tata Ruang


Batas desa Lape dan Desa Sei mawang ini belum di legalkan. Menurut pengakun masyarakat rumah
betang masuk ke desa Sei mawang. Ini memang kami masih dalam proses penentuan batas
administrasi dari desa Lape dan Desa Sei mawang. Apa memungkinkan jika penyebutan rumah betang
tidak menggunakan desa lape. Jadi yang semula Rumah betang desa lape sekarang menjadi rumah
betang.

Dinas Penanaman Modal dan PTSP


Penetapan kawasan pengolahan limbah. Harus memperhatikan beberapa kriteria yaitu :
1. Memperhatikan sistem pembuangan air limbah permukiman dan industri yang berlaku di
suatu wilayah
2. Memperhatikan standar- standar teknis sarana dan prasarana yang harus dipenuhi dalam
pembangunan IPAL
3. Tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan dan industri

Dinas Lingkungan Hidup


X- 8 -
Untuk Jaringan Air bersih. Pasokan air bersih ini adalah kebutuhan besar. Bagaimana mau
merencanakan jaringan pemipaan air bersih namun debit airnya saja tidak ada. Untuk air bersih ada
dua hal yang harus diperhatikan yaitu kebutuhan dan jaringan pemipaan.
Pertama untuk kebutuhan air bersih

 Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum
atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih
lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman
Kemudian untuk pemasangan pipa pada jaringan air bersih harus memperhatikan :
 Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah.
 Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa pvc, gip atau fiber glass.
 Pipa yang dipasang diatas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
Saya belum melihat adanya perencanaan kran umum. Apa akan ada ?
 Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa.
 Radius pelayanan maksimum 100 meter.
 Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
 Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang tata cara
perencanaan bangunan MCK umm.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah


Menyambung untuk jaringan air bersih. Air juga dugunakan untuk proteksi kebakaran. Dalam rencana
pemasangan hidrant
 Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter.
 Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200meter.
 Jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter.
 Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran dan,
 Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada sni 03-1745- 1989 tentang tata cara pemasangan
sistem hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

BAPPEDA
Rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum yaitu :
 Penambahan jumlah sambungan pipa air minum ke unit-unit rumah.
 Pengembangan jaringan perpipaan baru mengikuti jaringan jalan yang di rencanakan
meyeluruh di Kawasan Perkotaan Sanggau.
 Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa 1 titik booster di
Kelurahan/Desa Tanjung Sekayam.
 Penyediaan sambungan perpipaan jaringan air minum berupa titik reservoir di Bunut.

Badan Pendapatan Daerah


Bagaimana jika konsultan membuat simulasi program pengadaan air bersih. Dan investasi yang harus
dialokasikan APBD atau jika mahal bisa dibantu APBN. Jika menggunakan sumur bor maka akan terjadi
penurunan muka tanah. Jika tadi melihat materi yang dipaparkan kondisi hidrologi , air bawah tanah
ini kecil.
KEPALA DESA LAPE
Ini untuk perizinan dan kondisi eksisting di lapangan PT. ASP memiliki izin perkebunan namun pada

X- 9 -
kondisi eksisting digunakan sebagai peternakan. Harus ada lembaga yang dapat mengevaluasi dan
memberi sangsi kepada pihak yang menyalahi izin penggunaan lahan.

Kantor Pertanahan ATR/ BPN


Bagaimana jika jalur perlintasan kereta api tidak dibuatkan jalurnya dulu. Karena pada studi kelayakan
belum ada gambarnya maka RDTR ini hanya sebatas informasi saja.

BAPPEDA
Jalur kereta api
Untuk rencana jalur perkeretaapian masih sebatas studi kelayakan. Kami masih belum tau jalur yang
akan dilewati. Namun menurut saya garis jalur perkeretaapian tetap dibuatkan agar lahan untuk jalur
perlintasan kereta api tidak dibangun. Mungkin nanti bisa didetailkan pada peraturan zonasi prihal
ITBX.

KEPALA DESA SEI MAWANG


Pergudangan yang ada di sei mawang ini kegiatannya mensuplay kebutuhan yang ada di hulu
(sekadau) karenanya perencanaan fasilitas sarana dan prasarananya harus baik.

Rencana letak IPAL ada di sei mawang. Itu lokasi sepertinya rencana akan dibangun rumah sakit. Atau
mungkin kawasan kesehatan . apakah IPAL ini tidak mengganggu jika diletakkan di lokasi yang sama?

Dinas Lingkungan Hidup


Prasarana pengolahan air limbah, dapat berupa tangki septik atau unit pengolahan air limbah lainnya.
Sistem yang disampaikan tadi adalah on site . Secara umum pengelolaan air limbah non perpipaan
atau on site dibagi kedalam beberapa sistem, yaitu :
1. Sistem individual, yaitu rumah yang memiliki sarana sanitasi berupa jamban dan unit
pengolahan limbah.
2. Fasilitas umum berupa MCK (Mandi Cuci Kakus), yaitu sarana sanitasi yang dimanfaatkan
masyarakat secara komunal dan yang telah dilengkapi dengan prasarana pengolahan
air limbah, dapat berupa tangki septik atau unit pengolahan air limbah lainnya.
Idealnya direncanakan juga sistem off site. Pengembangan pelayanan perpipaan serta mendorong
kesadaran masyarakat yang telah memiliki unit pengolah limbah individual agar memenuhi standar
teknis yang berlaku (SNI).

Mengetahui

TIM TIM SUPERVISI


KONSULTAN

X- 10 -
Lampiran 5 Penyepakatan ISU

NOTULENSI
KEGIATAN MATERI TEKNIS RDTR KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
AGENDA KONSULTASI PUBLIK 1 KLHS
TEMPAT Hotel Garden Palace Kabupaten Sanggau
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2019
WAKTU 16.30 S/D SELESAI
KONSULTAN PT .GUGUSAN GUNUNG PERKASA

Perumusan Isu pembangunan Berkelanjutan

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Untuk pemusatan isu pembangunan berkelanjutan tema sosial . masih banyak masyarakat belum
sadar pentingnya administrasi kependudukan (perekaman data KTP danKIA) .
Kata- kata “belum sadar “ agak terlalu mengerikan. Bagaimana jika ditulis masih banyak masyarakat
yang belum terdaftar secara administrasi kependudukan karena keterbatasan SDM dan blangko di
dinas kependudukan dan catatan sipil.

Kepala Desa Sei Mawang


Kuangnya pembinaan dari tokoh dan budaya lokal sehingga budaya lokal kurang diterapkan pada
aktivitas keseharian masyarakat. Pembinaan yang seperti apa yang dimaksud?

Konsultan
Berladang dalam suku Dayak Pangkodant/Kodant merupakan suatu tradisi yang sudah ada pada masa
nenek moyang hidup. Kedua mengadakan Gawai Nosu Minu Podi yang biasanya dinamakan Pesta
Padi, merayakan hasil panen padi. Kebiasaan berladang ini sudah tidak seperti dulu. Mereka beralih
profesi menjadi berkebun. Peran para tokoh tidak mengembalikan aktifitas warga kepada berladang
dan memanen padi. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus maka Gawai Nosu Minu Podiakan
punah.

KEPALA DESA SEI MAWANG


Pada pemusatan isu pembangunan berkelanjutan tema lingkungan hidup kolom sanitasi air limbah ,
desa sei mawang nomer 2 masyarakat belum tau tentang manfaat limbah. Mohon penjelasan dari
keterangan ini!

Dinas Lingkungan Hidup


Pertama yng dimaksud limbah disini limbah ternak.
Ada beberapa cara yang dianjurkan unyuk mengatasi pencemaran akibat limbah ternak yaitu
memperbaiki konstruksi kandang serat perlengkapannya dan pengelolaan kotoran itu sendiri.
Untuk kandang kita bisa melakukan:
1. Mengurangi kelembaban kandang untuk menjaga kotoran tetap kering. Sehingga tidak bau.
Lantai kandang dibuat lebih tinggidar daerah sekitarnya, dan ventilasi diperbanyak.
X- 11 -
2. Lantai kandang dibuat keras dan mirng agar kotoran lebih mudah dibersihkan. Lanta dan
lorong kandang dibuat miring ke arah saluran kotoran sementara saluran ini miring ke arah
bak penampung.
3. Disediakan bak penampung kotoran dengan kapsitas yang memadai. Bak ini sebaiknya dibuat
bersemen agar tidak terjadi perembesan dan letaknya harus jauh dari sumber air minum

Badan Penanggulangan Bencana Daerah


Pada pemusatan isu pembangunan berkelanjutan tema lingkungan hidup kolom Bencana , Kelurahan
Bunut, Banjir sepertinya agak kurang pas jika dikatakan banjir. Mungkin lebih tepatnya air yang
menggenang. Banjir yang dimaksud disini adalah genangan dimana sebabnya seperti yang di paparkan
tadi pembangunan jalan kebanyakan tidak termasuk pembuatan drainase di sisi kanan - kiri jalan juga
sehingga air limpasan jalan melimpas begitu saja ke berm jalan dan menggenang.

Kepala Dinas Perumahan, Cipta Karya dan Tata Ruang


Genangan air yang menggenang lebih dari dua jam bisa disebut banjir.

Dinas Penanaman Modal dan PTSP


Pada pemusatan isu pembangunan berkelanjutan tema lingkungan hidup kolom sampah. Ini
pemberian sangsi atas tindakan pembuangan sampah ke kali masih belum optimal.

BAPPEDA
Menyambung pemberian sangsi atas sampah dibuang ke kali memang butuh di buat lembaga khusus
untuk bisa memberikan sangsi atas tindakan - tindakan yang menyalahi aturan perencanaan salah
satunya buang sampah di kali.

Badan Pendapatan Daerah


Mungkin dari rencana ini pada rencana kelembagaan bisa disimulasikan kebutuhan kelembagaan yang
seperti apa, dan anggran yang dibutukhan berapa?

Mengetahui

TIM TIM SUPERVISI


KONSULTAN

X- 12 -
Lampiran 6 SK POKJA

X- 13 -
X- 14 -
X- 15 -
X- 16 -
X- 17 -
Lampiran 7 SK Deleniasi

X- 18 -
X- 19 -
Lampiran 8 Berita Acara Penyepakatan Deleniasi

X-20
X-21
X-22
X-23
X-24
X-25
Lampiran 9 Berita Acara Penjaringan Isu

X-26
X-27
X-28
X-29
X-30
Lampiran 10 Penyepakatan Tujuan dan Tema

X-31
X-32
X-33
Lampiran 1 Penyepakatan Pola Ruang dan Struktur Ruang

X-34
X-35
X-36
Lampiran 11 Konsultasi Publik Isu KLHS

X-37
X-38
X-39

Anda mungkin juga menyukai