Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

AKHIR

PENDAHULUAN 1
1

1.1 LATAR BELAKANG


Peranan sektor perikanan bagi pembangunan perekonomian bangsa Indonesia sangat
penting dalam menunjang pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan sektor perikanan secara komprehensif
juga dilihat sebagai penyediaan pangan masyarakat sehingga mampu secara strategis dalam
penciptaan ketahanan pangan (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan
sosial (sosio security), stabilitas ekonomi, politik dan keamanan atau ketahanan nasional
(national security); serta peranan dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan (Daryanto, 2009).
Dalam perekonomian Kabupaten Gresik, kontribusi sektor pertanian menempati urutan
ketiga setelah sektor industri dan perdagangan. Sektor pertanian di Kabupaten Gresik mencakup
sub sector tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakaan, dan perikanan. Pada
Tahun 2013 total PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertanian sebesar Rp. 4.954 miliar.
Sumbanagn sektor pertanian dari tahun ke tahun sedikit demi sedikit mengalami penurunan.
Sektor ini menyumbang 8.65 persen pada Tahun 2013 atau sedikit lebih rendah jika disbanding
dengan Tahun 2012 yang mencapai 8,88 persen. Sumbangan terbesar dari sector pertanian
masih didominasi oleh sub sektor perikanan dan sub sektor tanaman bahan makanan. Pada
Tahun 2013 masing-masing menyumbang sebesar 4,06 persen dan 3,26 persen. Tingginya peran
sub sektor perikanan ini karena hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik
merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan Kebomas,
sebagian Kecamatan Gresik, Bungah, Ujung Pangkah, Sidayu, dan Kecamatan Panceng,
sertaTambak dan Kecamatan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean (PDRB Kabupaten
Gresik 2014).
Faktor ketersediaan lahan untuk perikanan budidaya merupakan suatu keharusan dan
tidak dapat tergantikan dalam mewujudkan sektor perikanan secara berkelanjutan, guna
mewujudkan ketahanan pangan secara nasional. Saat ini terjadi konversi lahan perikanan
budidaya besar-besaran di Indonesia bahkan nantinya akan menjadi penyebab krisis pangan
dalam satu dekade kedepan apabila tidak ada solusi tepat menanganinya. Luas lahan yang ada
tetap, sementara pertumbuhan penduduk mencapai 1,34 persen pertahun menyebabkan
tingginya kebutuhan dan tekanan terhadap lahan itu sendiri. Pemicu penyempitan lahan lainnya

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 1


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
disebabkan adanya persaingan tidak seimbang dalam penggunaan lahan dengan sektor non
perikanan dan non-pertanian. Sektor perikanan budidaya akan selalu dikalahkan oleh
peruntukan lain, seperti industri dan perumahan.
Hilangnya lahan perikanan budidaya produktif ini apabila tidak dikendalikan akan
mengganggu kelangsungan dan produksi yang akhirnya bisa menyebabkan terancamnya
ketahanan pangan, baik itu ketahanan pangan daerah maupun nasional. Selain fungsi pasokan
produksi, lahan perikanan budidaya juga mempunyai berbagai fungsi lain yaitu sebagai
penyedia dan pembuka lapangan kerja, fungsi lingkungan dan fungsi wilayah tangkapan air
(water catchment area). Terjadinya alih fungsi lahan perikanan budidaya ini menyebabkan
hilangnya fungsi–fungsi lain tersebut.
Konversi lahan perikanan budidaya ke non perikanan, dan non pertanian, secara umum
disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan akibat
dari pertumbuhan kebutuhan lahan untuk keperluan non perikanan budidaya dan nonpertanian
akibat perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, serta perpajakan lahan (PBB) yang
mengakibatkan pergeseran penggunaan lahan dari fungsi perikanan budidaya menjadi fungsi
nonperikanan budidaya, karena dinilai lebih menguntungkan.
Dengan rata-rata penguasaan lahan yang sangat sempit, maka terjadi persaingan yang
tidak seimbang dalam penggunaan lahan, terutama antara sektor perikanan budidaya dan
nonperikanan. Buruknya kondisi sosial ekonomi memicu petani tambak menjual lahan
tambaknya, karena merasa tidak mendapat keuntungan ekonomis dari lahan itu. Dua faktor
tersebut berakibat pada kurangnya kemampuan menaikkan kapasitas produksi, dan secara
psikologis semakin memojokkan citra produktivitas petani tambak dan sektor perikanan
budidaya.
Penataan ruang merupakan salah satu kebijakan yang diharapkan mampu
mengendalikan laju alih fungsi lahan perikanan budidaya. Apabila laju alih fungsi lahan
pertanian dapat dikendalikan diharapkan fungsi lain seperti fungsi ekologi dapat dipertahankan
dan dijaga keberadaannya.
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat yang disertai dengan peningkatan
kebutuhan pangan, namun produktivitas lahan pangan relatif stagnan (bahkan menurun)
merupakan indikasi ketahanan pangan di tingkat Kabupaten Gresik terus menurun bahkan bisa
menjadi krisis pangan bila tidak ada solusi yang tepat. Hal ini mendorong pemerintah untuk
menentukan kebijakan perlindungan lahan perikanan budidaya berkelanjutan, sehingga dapat
menjamin ketersediaan dan melindungi lahan perikanan budidaya secara berkelanjutan serta
dapat mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan. Kawasan perikanan
budidaya berkelanjutan merupakan budidaya perikanan terutama pada wilayah perdesaan yang
memiliki hamparan lahan perikanan dan atau/hamparan lahan cadangan perikanan budidaya

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 2


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian,
ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Sedangkan perlindungan lahan perikanan budidaya
berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan membina, mengendalikan dan
mengawasi lahan perikanan budidaya dan kawasan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi persoalan pangan di masa mendatang, Kabupaten
Gresik membutuhkan kajian perlindungan lahan perikanan budidaya berkelanjutan yang
nantinya perlu ditindaklanjuti dengan penetapan kawasan sesuai peraturan dan perundangan.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN


1.2.1 Tujuan
Tujuan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan
di Kabupaten Gresik adalah untuk :
1. Mengidentifikasi kawasan perlindungan lahan perikanan budidaya berkelanjutan di
Kabupaten Gresik.
2. Merumuskan kebijakan dan strategi spasial pengelolaan kawasan kawasan perlindungan
lahan perikanan budidaya berkelanjutan berdasarkan kriteria yang disepakati dan
permasalahan yang ada.
3. Menyusun Indikasi program strategis pengelolaan kawasan perlindungan lahan perikanan
budidaya berkelanjutan.
1.2.2 Sasaran
Sasaran kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang
Berkelanjutan di Kabupaten Gresik adalah untuk :
1. Tersusunnya kajian dan analisa lahan perikanan budidaya yang dimungkinkan untuk
ditetapkan dengan didasarkan pada :
 Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi penduduk;

 Pertumbuhan produktifitas;

 Kebutuhan pangan nasional dan regional dengan mengingat posisi Kabupaten Gresik
sebagai bagian dari Surabaya Metropolitan Area;
2. Kebutuhan dan persediaan lahan perikanan budidaya;
 Pengembangan iptek;

 Musyawarah petani tambak;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 3


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
 Tersusunnya kajian dan analisa lahan perikanan budidaya yang dimungkinkan untuk
ditetapkan sebagai lahan cadangan;
 Tersusunnya kajian dan analisa prediksi jumlah produksi, luas baku lahan, dan
sebaran lokasi lahan perikanan budidaya berkelanjutan serta kegiatan yang
menunjang;
3. Tersusunnya indikasi program pengelolaan kawasan perlindungan lahan perikanan
budidaya berkelanjutan.

1.3 DASAR HUKUM


Dasar hukum untuk melaksanakan Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan
yang Berkelanjutan antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan
Hayati;
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
11. Undang – Undnag Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
13. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
15. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil;
16. Undang – undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 4


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
32. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
33. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
34. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2009 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasional;
35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya;
36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan
Perkotaan;
38. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
39. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 5


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
40. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
41. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Gresik Tahun 2010-2030.

1.4 RUANG LINGKUP


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan di Kabupaten
Gresik meliputi 18 (delapan belas) kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik dengan deliniasi
kawasan terkonsentrasi pada wilayah daratan (Kawasan budidaya perikanan air tawar dan air
payau).
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam tahapan Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan
Yang Berkelanjutan dilakukan untuk keperluan pemetaan kondisi dan persebaran lahan
perikanan eksisting, status lahan, dan dilakukan pengumpulan data primer dan data
sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui :
a. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket,
temu wicara, wawancara orang perorang, dan lain sebagainya untuk menjaring
aspirasi masyarakat terhadap kebutuhan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Lahan
Perikanan Yang Berkelanjutan serta kepada pihak yang melaksanakan pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
b. Pengenalan kondisi fisik secara langsung melalui peninjauan lapangan serta Metode
Overlay guna memadukan data-data dasar yang diperoleh dari hasil survey dan
investigasi lapangan.
Data sekunder yang harus dikumpulkan meliputi :
a. Peta-peta rencana kawasan dari RTRW/RDTR/RTBL; dan
b. Data dan informasi, meliputi :
 Data wilayah administrasi;
 Data fisiografis;
 Data kependudukan;
 Data ekonomi dan keuangan;
 Data ketersediaan prasarana dan sarana ;

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 6


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
 Data peruntukan ruang;
 Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
 Data persebaran lahan perikanan eksisting;
 Data tingkat produktivitas lahan perikanan;
 Data tingkat ketersediaan air;
 Data keandalan lahan perikanan; dan
 Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan,
penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian
minimal peta 1:10.000.
c. Iidentifikasi masalah dari masing-masing lahan perikanan eksisting serta kondisi
fisik (tingkat produktivitas, ketersediaan air, komoditas, nilai ekonomis);
d. Kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang
bersangkutan;
e. Standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari peraturan-
perundangundangan nasional maupun daerah;
f. peraturan perundang-undangan terkait pemanfaatan lahan dan bangunan, serta
prasarana di wilayah perencanaan; dan
Seperti halnya dalam penyusunan RTRW dan RDTR, tingkat akurasi data, sumber
penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel
ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam
pengumpulan data. Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan
berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data
setingkat desa/kelurahan.
1. Pengolahan Data Pengolahan dan analisis data untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang
Lahan Perikanan Yang Berkelanjutan meliputi :
a. Analisa kebijakan terkait sektor perikanan budidaya;
b. Analisis kesesuaian lahan untuk komoditaas perikanan air tawar;
c. Analisis kesesuaian lahan untuk komoditaas perikanan air payau;
d. Analisis proyeksi kebutuhan lahan untuk budidaya perikanan;
e. Skenario perlindungan lahan perikanan yang berkelanjutan;
f. Analisis teknis perancangan kawasan;
g. Analisis Kebijakan Rencana dan Program;
h. Analisis lingkungan dan potensi keberlanjutan.
i. Analisis kelembagaan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 7


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
2. Perumusan Rencana Perumusan rencana Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan
Perikanan Yang Berkelanjutan di Kabupaten Gresik meliputi:
a. Pendahuluan;
b. Tinjauan perlindungan lahan perikanan;
c. Gambaran umum wilayah;
d. Analisa
e. Rencana Kawasan Lahan Perikanan yang Berkelanjutan;
f. Rekomendasi pengendalian;
g. Rencana insentif dan disinsentif terkait penetapan kawasan lahan perikanan yang
berkelanjutan;
h. Rencana kebijakan dan program operasional kawasan lahan perikanan yang
berkelanjutan.

1.5 KELUARAN
Adapun keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan
Perikanan yang Berkelanjutan di Kabupaten Gresik, terdiri dari:
1. Kawasan perlindungan lahan perikanan budidaya berkelanjutan di Kabupaten Gresik,
berisi:
a. Struktur ruang lahan perikanan budidaya.
b. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah maupun sarana prasarana penunjang
kegiatan perikanan budidaya.
c. Keberlanjutan lahan perikanan budidaya.
d. Klaster lahan perikanan budaiaya yang diprioritaskan penanganannya
2. Kebijakan dan strategi spasial pengelolaan kawasan kawasan perlindungan lahan
perikanan budidaya berkelanjutan berdasarkan kriteria yang disepakati dan permasalahan
yang ada. Kebijakan dan strategi yang dimaksud yaitu berupa pengendalian ruang lahan
perikanan budidaya.
3. Indikasi program strategis pengelolaan kawasan perlindungan lahan perikanan budidaya
berkelanjutan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 8


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 9


di Kabupaten Gresik
LAPORAN AKHIR

1.6 KERANGKA PIKIR

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 10


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR
1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika penulisan laporan akhir Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan
yang Berkelanjutan di Kabupaten Gresik dari 4 (empat) bab yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, landasan hukum
perundang-undangan, ruang lingkup pekerjaan yang berupa ruang lingkup kegiatan dan ruang
lingkup wilayah studi dan sistematika pembahasan dalam laporan antara Penyusunan Rencana
Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan di Kabupaten Gresik.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Menguraikan mengenai tinjauan kebijakan yang digunakan dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan di Kabupaten Gresik.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Menyajikan gambaran umum mengenai Kondisi Wilayah Kabupaten Gresik serta
kondisi lahan perikanan Kabupaten Gresik yang terdiri dari usaha budidaya, perkembangan
produksi perikanan, penangkapan ikan di perairan umum, budidaya tambak dan perairan laut,
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, produktivitas perikanan budidaya, sarana dan
prasarana perikanan budidaya, dan subsistem perikanan budidaya.
BAB IV RENCANA KAWASAN LAHAN PERIKANAN
Bab ini berisi tentang rencana rencana kawasan lahan perikanan yang berkelanjutan,
rekomendasi pengendalian, rencana insentif dan disinsentif terkait penetapan kawasan lahan
perikanan yang berkelanjutan dan rencana kebijakan dan program operasional kawasan lahan
perikanan yang berkelanjutan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 11


di Kabupaten Gresik
LAPORAN
AKHIR

1................................................................................................................................................1-1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1-1
1.2 TUJUAN DAN SASARAN.............................................................................................1-3
1.2.1 Tujuan................................................................................................................1-3
1.2.2 Sasaran..............................................................................................................1-3
1.3 DASAR HUKUM..........................................................................................................1-4
1.4 RUANG LINGKUP.......................................................................................................1-6
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah.....................................................................................1-6
1.4.2 Ruang Lingkup Materi........................................................................................1-6
1.5 KELUARAN.................................................................................................................1-8
1.6 KERANGKA PIKIR........................................................................................................1-9
1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN...................................................................................1-10

Penyusunan Rencana Tata Ruang Lahan Perikanan yang Berkelanjutan 12


di Kabupaten Gresik

Anda mungkin juga menyukai