PEMBANGUNAN
AN SENTRA KELAUTAN DAN
PERIKANAN TERPADU (SKPT)
KABUPATEN MIMIKA
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
ikan ini antara lain ikan kakap putih, ikan mulut tikus, ikan kuro dan ikan kerapu.
Ikan hasil fillet dikirim ke pasar Jakarta, Bali, Surabaya untuk pasar lokal dan
ekspor ke Singapura dan Australia. Usaha pengolahan yang juga dilakukan di
Kabupaten Mimika adalah pengolahan gelembung renang ikan kakap dan sirip
ikan hiu. Gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan dipasarkan ke Jakarta
untuk kemudian diekspor ke Singapura dan Hongkong. Pengeringan sirip ikan
hiu dan gelembung renang ini masih dilakukan secara sederhana dengan
pengeringan menggunakan sinar matahari.
Kabupaten Mimika memiliki potensi ekosistem pesisir yang terdiri hutan
mangrove dan hutan rawa. Kabupaten ini juga memiliki potensi pariwisata
dengan obyek dan daya tarik wisata berupa ekosistem hutan mangrove, yang
berada di Kawasan Kampus Biru.
Komoditi unggulan perikanan tangkap terdiri atas ikan Barramundi,
Udang, dan Kepiting. Komoditi unggulan perikanan budidaya terdiri atas ikan
lele, ikan mas dan ikan nila. Wilayah pemasaran hasil perikanan ke Jayapura,
Tarakan, Makassar, Denpasar, Surabaya dan Jakarta serta eskpor ke Singapura,
Australia, Taiwan, Jepang, Cina dan Hongkong.
Pengembangan perikanan tangkap dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan berupa penambahan armada
penangkapan ikan yang terdiri atas kapal motor 5 GT (62 unit), kapal motor 10
GT (308 unit) dan 20 GT (108 unit) dengan estimasi produksi sebanyak 4,45
ton/hari.
Pengembangan budidaya perikanan air payau berada di Distrik Mimika
Timur dan Distrik Mimika Tengah; sedangkan pengembangan budidaya
perikanan air tawar terletak di Distrik Kuala Kencana, Distrik Mimika Baru, dan
Distrik Mimika Timur; dan pengembangan budidaya perikanan air laut berada di
Distrik Mimika Barat Jauh.
Pengembangan pengolahan ikan secara tradisional terdapat di
Potowaiburu, Distrik Mimika Barat Jauh, Distrik Mimika Barat Tengah, Distrik
Mimika Barat, Distrik Mimika Tengah, Distrik Mimika Baru, Distrik Mimika Timur
dan Distrik Mimika Timur Jauh.
Pengembangan kawasan bagi peruntukan pariwisata alam meliputi: (a)
Wisata alam Pulau Bidadari, Pulau Puriri di Distrik Mimika Timur Jauh, (b) Wisata
alam Pantai Kekwa dan Pantai Kampus Biru di Distrik Mimika Timur Tengah, (c)
Wisata alam Sungai Iwaka, Sungai Mayon di Distrik Kuala Kencana, (d) Wisata
alam gunung Taman Nasional Lorentz di Distrik Jila, Distrik Agimuga dan Distrik
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. I–1
1.2. Kebijakan dan Strategi ....................................................... I–2
1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT ...... I–4
1.4. Dasar Hukum .................................................................... I–4
DAFTAR PUSTAKA
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) i
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
DAFTAR TABEL
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) ii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Tabel 3-10. Armada Perikanan Tangkap yang Beroperasi (Eksisting) ...... III – 29
Tabel 3-24. Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan .......................... III – 46
Tabel 3-25. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan .......................... III – 47
Tabel 3-26. Luasan Area dan Bangunan Sarana dan Prasarana di SKPT
Kabupaten Mimika ................................................................. III – 51
Tabel 3-27. Rencana Kebutuhan Air Bersih, Daya Listrik dan Energi
Listrik SKPT di Kabupaten Mimika ........................................ III – 52
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) iii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) iv
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-11. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu di Pelabuhan Perikanan Paomako, Distrik Mimika
Baru Kabupaten Mimika .................................................... II – 29
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) v
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Gambar 3-7. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Lokal .. III – 10
Gambar 3-8. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Mitra .. III – 11
Gambar 3-9. Obyek Wisata Kampus Biru di Kabupaten Mimika ............ III – 11
Gambar 3-12. Peta WPP 718 yang Menjadi DPI bagi Nelayan
Kabupaten Mimika ............................................................ III – 26
Gambar 3-13. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika ............................................................ III – 28
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) vi
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) vii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
DAFTAR LAMPIRAN
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) viii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
BAB I. PENDAHULUAN
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
2.1.1.2. Topografi
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran
rendah. Hasil analisis data spasial menunjukkan keadaan topografi Kabupaten
Mimika ditandai dengan lima klasifikasi kemiringan lereng, yaitu kategori datar
dengan kemiringan 0 – 8%, landai (8 – 15%), agak curam (15 – 25%), curam (25
– 40%) dan sangat curam dengan kemiringan lebih dari 40%. Namun sebagian
besar wilayah Mimika didominasi oleh topografi klasifikasi datar (Tabel 2-1).
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
2.1.1.3. Geomorfologi
Berdasarkan aspek geomorfologi, Kabupaten Mimika tersusun oleh
berbagai jenis bebatuan. Di daerah pesisir pantai, formasi struktur geologi
diketahui berupa rawa bakau Estuarine dan endapan danau yang sangat luas ke
arah Utara yang kemudian diikuti struktur endapan kerikil atau kerikil Alluvium.
Di bagian Utara terdapat struktur formasi Buru, Tipuma, Aiduna, Modio, Tuaba,
Otomona, Newerib dan Kelompok Paniai.
Struktur rawa bakau Estuarine, Alluvium dan formasi Buru merupakan
struktur termuda yang berasal dari masa Kenozoikum. Kemudian diikuti formasi
Tipuma dari masa Mesozoikum. Semakin ke Utara, formasi Aiduna, Modio,
Tuaba dan Otomona berasal dari masa Palaezoikum dan sedikit formasi Newerib
dari masa Prakambium. Luasan masing-masing struktur geologi yang ada di
wilayah Kabupaten Mimika disajikan pada Tabel 2-3.
Berdasarkan Tabel 2-3 di atas terlihat jelas formasi Alluvium
mendominasi struktur geologi di Mimika atau mencapai 969.922 Ha atau sekitar
44,74% dari luas total wilayah Kabupaten Mimika. Sedangkan di bagian Selatan,
formasi Endapan Danau seluas 267.865 Ha atau sekitar 12,36% dari luas total
wilayah Kabupaten Mimika.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
masing jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Mimika disajikan pada Tabel
2-4.
2.1.1.4. Iklim
Iklim di Mimika dapat dikategorikan secara umum sebagai iklim tropis
basah dengan variasi iklim yang sangat sedikit. Suhu rata-rata adalah berkisar
antara 21,5o – 35,0oC dan kelembaban berkisar antara 80% - 95% dengan
variasi suhu dan kelembaban musiman yang hanya marginal sepanjang tahun.
Wilayah pesisir sekitar Pelabuhan Amamapare memiliki curah hujan
tahunan sekitar 4.000 mm, hingga naik menjadi 4.500 mm di Pusat Reklamasi
Mile 21 dan menjadi 5.777 mm di Bandar Udara Timika. Di Kuala Kencana yang
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 6
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
terletak dekat dasar pegunungan tengah, curah hujan lebih tinggi lagi hingga
9.600 mm dan mencapai puncak curah hujan di Stasiun Mile 50 pada zona
dataran tinggi sebanyak 12.350 mm. Bila lebih tinggi lagi ke arah gunung, curah
hujan akan turun hingga menjadi 6.860 mm di Tembagapura, 5.860 mm pada
pinggir ridge camp dan turun hingga 3.725 mm di kawasan pertambangan. Data
curah hujan di Stasiun Cuaca Ewer di Kabupaten Asmat ke arah Timur dan
Stasiun Cuaca Kaimana ke arah Barat menunjukkan bagian ujung Timur Mimika
lebih basah (sekitar 5.000 mm di wilayah pesisir). Sedangkan iklim di ujung
Barat Mimika agak lebih kering (sekitar 2.500 – 3.000 mm di wilayah pesisir) dan
bervariasi musim yang lebih teratur akibat dari pengaruh angin Monsoon.
2.1.1.5. Hidrologi
Interaksi antara air tawar dan air laut, sedimen dan nutrien yang terbawa
oleh air ini adalah salah satu faktor yang menentukan distribusi dan komposisi
hutan mangrove dan hutan rawa. Spesies hutan mangrove dan hutan rawa pada
umumnya memiliki toleransi terhadap salinitas yang terbatas dan tidak tahan
lama terhadap genangan air. Beberapa spesies mangrove dapat tahan pada
salinitas yang tinggi dan tahan genangan air selama 40% dari waktunya.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 7
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Beberapa spesies pohon kayu di hutan rawa air tawar tidak tahan terhadap air
asin, tetapi tahan penggenangan air tawar secara permanen.
Faktor yang paling penting dalam mengelola hutan mangrove dan hutan
rawa Mimika adalah menjaga pola hidrologi yang sudah ada. Infrastruktur,
pertanian yang intensif dan bentuk pembangunan lainnya seringkali mengubah
hidrologi, baik dengan menghambat drainase seperti membangun jalan, tembok
pantai dan infrastruktur lainnya yang mengurangi porositas maupun
meningkatkan arus aliran air sehingga menyebabkan banjir dan terbawa sedimen
endapan dan partikel kecil.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 8
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 11
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
2.1.1.7. Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Mimika tahun 2014 adalah 199.311 jiwa
yang terdiri atas 112.218 jiwa laki-laki dan 87.093 jiwa perempuan. Dengan
komposisi tersebut, maka rasio jenis kelaminnya (sex ratio) sebesar 129, artinya
dalam 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 129 penduduk laki-laki.
Penduduk terbesar berada di Distrik Mimika Baru yaitu 65,03 persen. Hal ini
dikarenakan banyak penduduk yang menetap di Timika yang merupakan pusat
perekonomian, pendidikan dan pemerintahan.Laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Mimika sebesar 2.5 persen.Kepadatan penduduk Kabupaten Mimika
sebesar 10, artinya di kabupaten ini setiap 1Km2 dihuni sekitar 10 orang
penduduk.Jumlah penduduk Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan pada
Tabel 2-5.
Tabel 2-5. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Mimika, Tahun 2014
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 17
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 18
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
tapare atau wilayah dimana mereka tinggal, sedangkan para tetua taparu hanya
memiliki hak yang sangat terbatas untuk menyelesaikan masalah atas tanah dan
sumberdaya dan sebaliknya bergantung pada konsensus yang dibangun untuk
menyelesaikan perselisihan yang muncul dalam kaitannya dengan pemanfaatan
tanah maupun sumberdaya alam.
Di dalam setiap komunitas masyarakat adat Kamoro terdapat beberapa
orang laki-laki dan perempuan yang dianggap sebagai Amako. Istilah ini
menunjuk kepada siapapun yang mewarisi benda-benda tertentu baik secara
fisik, spiritual maupun properti, tetapi kebanyakan digunakan untuk merujuk ke
individu tertentu yang memiliki hak terhadap barang maupun tindakan yang
dikeramatkan. Di dalam upacara mereka memiliki hak eksklusif untuk
menampilkan ritual-ritual tertentu yang berhubungan dengan kesuburan dari
berbagai jenis tumbuhan, berkomunikasi dengan berbagai macam arwah
dan/atau menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu. Hak ini dapat diturunkan
dari ibu kepada anak perempuannya atau dari ayah kepada anak lelakinya.
Tapar-Amako adalah orang yang dianggap sebagai keturunan dari leluhur
taparu, sedangkan anggota lain dianggap sebagai tamu di tanah tersebut.
Namun, pada prakteknya bahkan seorang Tapar-Amako hanya memiliki
kekuatan yang terbatas untuk membuat satu keputusan unilateral yang berkaitan
dengan pemanfaatan tanah dan sumberdaya.
Secara tradisional tidak ada status kepala suku, meskipun pada saat
peperangan, We Ayku diberi peranan kepemimpinan sementara. Saat ini, kepala
kampung dan kepala suku, yang ditunjuk oleh pemerintah dari akhir 1920-an
sampai pada awal ke-20, tetapi sekarang dipilih oleh anggota masyarakat,
memiliki otoritas yang lebih besar untuk membuat keputusan atas nama semua
warga sebagai satu kesatuan. Hal ini termasuk hak terbatas untuk memberikan
akses kepada orang luar terhadap sumberdaya dan tanah yang harus diganti
dengan uang atau sejenisnya sebagai dana untuk pengembangan kampung.
Namun, otoritas tersebut dimediasi melalui komunitas yang lebih luas, yang
biasanya berkumpul untuk menyaksikan diskusi-diskusi antara warga kampung
dan kepala suku, dan mereka beresiko mendapatkan ketidaksetujuan dan
kritikan dari komunitas yang lebih luas jika mereka gagal menjaga hak kolektif
dari taparu dan desa serta gagal menjaga prinsip timbal-balik dan pemerataan
kesejahteraan.
Hak kepemilikan dan akses untuk mendapatkan berbagai jenis
sumberdaya tetap didasarkan pada asas komunal dan pemerataan, meskipun
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 19
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 20
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 21
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
kepada orang asing, atau dapat diminta oleh pemerintah atau investor dengan
alasan kepentingan nasional. Hal ini dapat menimbulkan konflik antar taparu
atau antar kampung, karena hampir seluruh orang asing menganggap bahwa
yang berlaku adalah struktur klan yang berdasarkan garis patriakal, serta kepala
kampung dan kepala suku memiliki otoritas untuk membuat transaksi atas tanah
dengan mengatasnamakan suku atau klannya. Sedangkan pada kenyataannya
hak atas tanah dan berbagai sumberdaya lainnya merupakan milik bersama dari
semua anggota masyarakat.
Sanksi untuk anggota komunitas adalah sanksi secara lisan dan
konsensus sosial. Kepercayaan bahwa arwah nenek moyang melindungi
wilayah taparu masih cukup kuat untuk melindungi dari pelanggaran oleh orang
luar. Mereka yang melanggar aturan tidak tertulis mengenai sumber kepemilikan
akan menghadapi hukuman oleh nenek moyang seperti hilang di dalam hutan,
kehilangan ingatan atau sakit parah. Penyembuhan hanya dapat dilakukan oleh
campur tangan dukun dan dengan cara membuat senang arwah nenek moyang.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 22
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
telah ditentukan untuk jangka waktu tertentu, dengan tujuan untuk melindungi
nilai ekonomi yang tinggi maupun nilai budaya untuk mencapai panen yang
melimpah untuk jangka waktu yang panjang.
Pembatasan-pembatasan ini kemungkinan diciptakan oleh beberapa
individu yang menginginkan pohon-pohon jenis tertentu dapat sepenuhnya siap
sebelum dipanen, atau mungkin saja pembatasan ini dibuat pada skala yang
lebih besar baik itu oleh tetua taparu, amako yang memiliki hubungan khusus
dengan sumberdaya alam yang ada, atau penyelenggara pesta adat utama agar
persediaan sumberdaya yang ada akan tetap mencukupi pada saat ritual
tersebut diselenggarakan. Secara bergantian, ada berbagai macam jenis
sumberdaya yang akan berada di bawah pembatasan prata, antara lain kelapa,
sagu, sukun, akar sagu dan cacing bakau.
Prata tidak diterapkan untuk sumberdaya yang bergerak seperti ikan,
kepiting, buaya dan lain-lain, kemungkinan karena pergerakan hewan-hewan
tersebut tidak terbatas hanya pada wilayah tertentu (tapare). Atau mungkin juga
karena sebelumnya nilai sumberdaya ini masih rendah dan dianggap masih
aman dari ancaman eksploitasi berlebihan. Namun, saat ini sumberdaya alam
tersebut memilikinilai ekonomi yang sangat tinggi dan terancam untuk
menghadapi eksploitasi secara berlebihan, kemungkinan diperlukannya
perluasan penerapan prata untuk melindungi populasi dari spesies-spesies ini
merupakan sebuah strategi pengelolaan sumberdaya alam dengan cara bekerja
sama dengan komunitas masyarakat adat.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 23
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 24
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 25
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
dasar harga konstan), sedangkan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi sub
sektor perikanan mencapai 0,23% (atas dasar harga berlaku) dan 1,21% (atas
dasar harga konstan). Perkembangan PDRB Kabupaten Mimika selengkapnya
disajikan pada Tabel 2-7.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika menurut sektor pada
tahun 2014 didominasi oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 13,39%;
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,42%; serta sektor dan
pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,07%. Perekonomian wilayah
Kabupaten Mimika berupa PDRB menurut sektor/lapangan usaha selengkapnya
disajikan pada Tabel 2-7.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 26
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 27
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Nilai LQ
No. Sektor/Lapangan Usaha
2012 2013 2014
1. Pertanian 0,1582031 0,1554706 0,1806305
- Perikanan 0,2453062 0,2511563 0,2819399
2. Pertambangan & Penggalian 2,1001258 2,2831928 2,8400650
3. Industri Pengolahan 0,0726596 0,0774377 0,0880288
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,2790844 0,2730190 0,3432835
5. Bangunan 0,2167241 0,2113308 0,2258915
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,2983348 0,2845416 0,3304160
7. Pengangkutan & Komunikasi 0,3834899 0,3773161 0,4388915
8. Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 0,3563641 0,3548175 0,4158894
9. Jasa-Jasa 0,1542576 0,1546348 0,1728829
Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Mimikadan Provinsi Papua (2015)
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 28
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Gambar 2-12. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
di Pelabuhan Perikanan Paomako, Distrik Mimika Baru,
Kabupaten Mimika
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 29
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
menggunakan perahu motor tempel dengan panjang sekitar 9 m, lebar 0,6 m dan
tinggi 1,3 m. Mesin yang digunakan berkekuatan 15 PK.Alat tangkap yang
banyak digunakan adalah jaring kantong/trammel net.Hasil tangkapan utamanya
adalah udang. Saat ini di Paomako terdapat sekitar 26 perahu trammel net.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 30
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 31
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Dalam pola ruang RTRW wilayah Distrik Mimika Timur diperuntukan bagi
kawasan pengembangan pertanian pangan berkelanjutan, perkebunan kelapa,
buah-buahan, perikanan tangkap, perikanan budidaya air payau dan air tawar,
pengolahan hasil perikanan, industri, dan permukiman (Gambar 2-14). Kawasan
peruntukan perikanan di Kabupaten Mimika yang termuat dalam RTRW
Kabupaten Mimika pada umumnya terpencar di beberapa wilayah distrik.
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Mimika, terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan perikanan tangkap terdapat di Distrik Mimika Timur
Jauh, Distrik Mimika Timur, Distrik Mimika Tengah, Distrik Mimika Barat,
Distrik Mimika Barat Tengah dan Distrik Mimika Barat Jauh.
2. Kawasan peruntukan budidaya perikanan, terdiri atas:
a. Budidaya perikanan air payau di Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika
Tengah.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 32
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 33
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
1000
802
765 760
800 684
625 667
589 660
538
600 501 513
401 425 430 430
382
400
238
141
200 16 16 79 86 90 90
34 36 47 21 21 21 26 26 26 5 7
0
Perahu Tanpa Motor (Unit) Perahu Motor Tempel (Unit) Kapal Motor (Unit)
Kapal dengan mesin dalam digunakan oleh nelayan asal Sulawesi untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan HTS pukat udang. Ukuran kapal yang
digunakan adalah 13 x 3 x 1,5 m. Kapasitas palka kapal ikan yang digunakan
sebesar 12 ton dengan jumlah ABKsebanyak 7 orang. Kapal ini digunakan untuk
mengumpulkan ikan HTS pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura seperti di
perairan Aru, Dolak, Kaimana dan Avona serta perairan Mimika. Dalam
melakukan pengumpulan HTS pukat udang, kapal pengumpul membutuhkan
waktu 3-7 hari dalam satu trip operasi.
Sementara itu, kapal yang digunakan oleh nelayan pengumpul dalam
membawa hasil tangkapan nelayan binaan (mitra) relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kapal pengangkut HTS. Kapal jenis ini berukuran 8,40 x 3,25 x 1,25 m.
Dalam satu trip operasi kapal ini mampu membawa hasil tangkapan hingga 4 ton
dan membutuhkan waktu 7 hari.
Pada tahun 2010, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap jumlah
kapal motor dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kapal pukat udang dan
pukat ikan yang beroperasi di Perairan Laut Arafura yang selama ini berbasis di
Merauke, Sorong maupun Ambon mulai masuk dan berbasis di Paomako Timika.
Hal ini menjadi salah satu peluang pengembangan dan potensi pendapatan asli
daerah bagi Kabupaten Mimika melalui penyediaan pelayanan dan kebutuhan
melaut bagi kapal tersebut.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
6000 5.366
4.791 4.800 4.947 4.915
5000 4.563
4.915
4.791 4.945
4.100
3.704 3.745 4.305
4000
3.700
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
3.1.4.
4. Rumah Tangga Perikanan
Rumah tangga nelayan di Kabupaten Mimika selama tahun 1999 – 2013
terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 1999 tercatat sebanyak 1.474
RTP dan tahun 2013 tercatat sebanyak 11.314 RTP, serta tahun 2014 turun
tercatat sebanyak 5.588 RTP. Data perkembangan
ngan jumlah rumah tangga
perikanan selengkapnya disajikan pada Tabel 3-4 dan Gambar 3--5.
8000 7.523
7000
6000
5000
3.762
4000
3.124 3.129 3.653
2.888 2.991
3000 2.251 2.991 2.991 3.127
1.878
2.076 2.362 1.827
2000 1.472
954 931 965 985 985 985 996 997 1.007
1000 414 450 482 529 542
106 118 118 118 125 190 195 195 195 195 203 205 205 138
0
0
3.1.5.
.5. Produksi Perikanan
Produksi perikanan Kabupaten Mimika terdiri atas perikanan laut,
perikanan darat dan perairan umum. Jumlah produksi selama tahun 1999 –
2014 terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2012 mengalami
penurunan dimana pada tahun 1999 tercatat sebanyak 1.073,95 ton dan pada
tahun 2012 tercatat sebanyak 7.139,00 ton serta tahun 2014 tercatat sebanyak
7.762,00 ton. Data perkembangan jumlah produksi perikanan selengkapnya
disajikan pada Tabel 3-5 dan Gambar 3-6.
Pemasaran hasil perikanan sudah cukup baik dan telah memiliki daerah
pemasaran yang cukup luas. Hal ini ditunjang oleh adanya pengumpul yang
membeli hasil tangkapan nelayan/pembudidaya. Keberadaan TPI yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan belum berfungsi
dengan baik. Nelayan pada umumnya telah memiliki keterikatan dengan
Nelayan
bakul/pengumpul dalam memasarkan hasil tangkapannya. Sedangkan untuk
usaha perikanan budidaya pembelinya datang sendiri ke lokasi budidaya
(biasanya dari pengusaha rumah makan).
9.000,00
8.000,00
7.000,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
3.000,00
2.000,00
1.000,00
0,00
Mimika, yaitu sepanjang pantai dari Putai Buru, Otakwa sampai Pulau Tiga.
Ukuran ikan yang diterima di perusahaan ini berukuran di atas 2 kg, ukuran ikan
dibawah 2 kg dijual untuk pasar lokal. Ikan bahan baku yang digunakan untuk
fillet ini antara lain ikan kakap putih, mulut tikus, kuro dan kerapu. Ikan hasil fillet
dikirim ke pasar Jakarta, Bali, Surabaya untuk pasar lokal dan ekspor ke
Singapura dan Australia.
Pengiriman ikan yang dilakukan CV Lucky Samudera Timur dalam 1
bulan mencapai 18 ton dengan perincian 12 ton untuk ikan beku, dan 6 ton untuk
ikan fillet. Pengiriman dilakukan melalui angkutan udara maupun kargo kapal
melalui Pelabuhan Paomako. Kepala ikan sisa fillet dikirim ke Jakarta dan
konsumsi masyarakal lokal di Mimika.
Agar kualitas ikan hasil pengolahan tetap terjaga dengan baik, CV Lucky
Samudera Timur memiliki pabrik es dan cold storage. Kapasitas pabrik es dalam
satu hari bisa memproduksi es sebanyak 4 ton, sedangkan untuk cold storage
yang dimiliki sebanyak 5 unit dengan kapasitas total 100 ton. Es dikirim ke
nelayan mitra melalui PPI Mapuru Jaya melalui pedagang pengumpul yang
berkeliling ke lokasi nelayan seperti Atuka dan Otakwa.
Nelayan pengumpul yang menjadi mitra CV. Lucky Samudera Timur akan
mendistribusikan es kepada nelayan yang menjadi mitra. Selain memberi
bantuan es, pengumpul juga memberikan bantuan lain berupa alat tangkap dan
perbekalan melaut. Melalui metode ini, ikan hasil tangkapan akan tetap terjaga
mutunya sehingga tetap segar ketika tiba di pabrik pengolahan.
Usaha pengolahan yang juga dilakukan di Kabupaten Mimika adalah
pengolahan gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan hiu. Gelembung renang
ikan kakap dan sirip ikan dipasarkan ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke
Singapura dan Hongkong. Pengeringan sirip ikan hiu dan gelembung renang ini
masih dilakukan secara sederhana dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari.
Perkembangan pengolahan hasil perikanan harus ditunjang dengan
pengadaan tempat-tempat pengolahan dibarengi dengan peningkatan
keterampilan para nelayan pengolah disamping peningkatan penyuluhan. Untuk
itu sangat diperlukan serangkaian perlakuan dan sarana yang memenuhi
persyaratan teknis sanitasi dan higienis.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Pedagang Pengumpul
Dijual Eceran
Selain masuk ke pasar lokal, ada juga hasil tangkapan nelayan yang
masuk langsung ke pengumpul yang menjadi mitra. Nelayan pengumpul
mendampingi dan mengambil hasil tangkapan nelayan lokal dan dibawa ke lokasi
pengolahan di Kota Timika. Kemudian produk olahannya dipasarkan keluar kota
dan ekspor antara lain Surabaya, Bitung, Jakarta, Bali dan Singapura. Jalur
pemasaran hasil tangkapan nelayan mitra disajikan pada Gambar 3-8.
Sebagian besar produk perikanan tangkap ini, hanya dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di Kota Timika dan sekitarnya dan hanya sedikit
yang dipasarkan ke luar wilayah kabupaten. Ikan yang akan dipasarkan di luar
wilayah kabupaten, umumnya akan dikirim melalui Pelabuhan Umum Paomako
untuk dikirim ke Bitung, Surabaya, Bali dan Jakarta, bahkan ada juga yang
diekspor ke beberapa negara. Para pedagang ikan yang ada di Kabupaten
Mimikasudah menggunakan alat transportasi yang cukup memadai yaitu dengan
menggunakan kargo pesawat Garuda yang sudah ada di Bandara Internasional
Moses Kilangin.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Nelayan Pengumpul
Pabrik Pengolahan
Pasar Nasional
3.1.8. Pariwisata
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki potensi kelautan yang sangat
menjanjikan bagi pengembangan pariwisata,
pariwisata, khususnya wisata alam
(ecotourism)) yang berlandaskan daya tarik bahari yang didominasi perairan dan
pantai.. Salah satu obyek wisata yang menjadi andalan di Kabupaten Mimika
adalah pesisir Kampus Biru dengan daya tarik utama ekosistem hutan mangrove
(Gambar 3-9).
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Pembuatan/
No. Jenis Sarana dan Prasarana Kapasitas Keterangan
Pengadaan
1. Dermaga utama (beton) 2010 – 2013 Panjang ± 50 m. Layak
Lebar ± 12 m.
6 bolder tambat
kapal.
7 tiang lampu
penerangan.
2. Dermaga jetty (beton) 2010 – 2013 Panjang ± 100 m. Layak
Lebar ± 10 m.
8 bolder tambat
kapal.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Pembuatan/
No. Jenis Sarana dan Prasarana Kapasitas Keterangan
Pengadaan
Kondensor (shell dan tube 2013 15 RT Layak
condensor) (Refrigerant Ton)
Colling tower pendingin 2013 15 RT Layak
condensor (Refrigerant Ton)
3
Pompa shell dan tube condensor 2013 44 m /jam Layak
Head 15 m
4 KW/5,5 HP
Tangki penampung bahan baku 2013 Instalasi pipa
air bersih belum
tersambung
Layak
16. Ice storage 2013 Dimensi: 5 m x 3 m Belum Layak
x4m (Belum ada
Daya tampung ± 30 mesin
ton pendingin)
17. Bak penampung air bersih 2013 Dimensi: 5,5 m x 5,5 Layak
mx2m
3
Volume: 60 m .
18. Sumber air bersih kedalaman ± 2013 Debit: ± 11 liter/det Kondisi Mutu
200 m 2,2 KW Air Belum
Layak
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 17
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Hal ini dikarenakan belum adanya suplai bahan bakar yang secara rutin
menyuplainya ke pulau-pulau kecil.
Potensi lahan perairan untuk kegiatan budidaya laut cukup besar (91.193,1
ton/tahun), sementara pemanfaatannya masih belum optimal. Kabupaten
Mimika memiliki lahan perairan yang potensial bagi pengembangan
perikanan budidaya.
Kurangnya sarana prasarana fisik budidaya KJA. Wilayah Kabupaten Mimika
memiliki peluang untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan.
Kegiatan budidaya kolam/KJA air tawar sudah cukup berkembang. Selain
itu, usaha budidaya perikanan lainnya (seperti budidaya kerapu, lobster,
kepiting) yang cukup potensial masih belum berkembang. Realitas ini dapat
menjadi peluang untuk pengembangan investasi budidaya perikanan. Untuk
lebih meningkatkan usaha yang sudah ada dan mengembangkan potensi
yang belum tergarap, maka diperlukan pembangunan sarana dan prasarana
yang memadai untuk dapat mendukung peningkatan dan pengembangan
kegiatan budidaya perikanan tersebut.
Rendahnya kemampuan teknis masyarakat mengenai usaha budidaya ikan.
Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari segi penguasaan
teknologi budidaya perikanan. Tingkat penguasaan teknologi tentang
pemanfaatan sumberdaya ikan (budidaya perikanan) masih rendah, sehingga
dalam melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan biasanya hanya
mengandalkan pengalaman saja.
Kurangnya manajemen usaha. Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah
dilihat dari segi penguasaan manajemen, karena pengelolaan finansial
(keuangan) pada umumnya tidak dilakukan. Mereka hanya melakukan
kegiatan usaha tanpa melakukan pencatatan dari setiap kegiatan/transaksi
yang dilakukan, sehingga tidak diketahui berapa besarnya pengeluaran,
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Lemahnya dukungan lembaga permodalan. Para pelaku usaha (nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah hasil perikanan) pada umumnya memiliki modal
yang relatif rendah (skala usahanya masih bersifat rumah tangga). Salah
satu pendukung pengembangan kegiatan ekonomi adalah lembaga
permodalan, yang membantu dalam mengorganisasikan penyediaan input
produksi, pemasaran dan sampai kepada pembiayaan permodalan.
Permasalahan utama yang sering dihadapi adalah ketersediaan dana. Ini
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 18
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 19
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 20
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
ada relatif rendah dilihat dari segi pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan. Perangkat daerah dan masyarakat pada umumnya belum
memahami terkait pelanggaran dan pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
Belum tersedianya dermaga yang memadai di distrik pesisir. Kondisi sarana
dan prasarana dasar juga masih sangat kurang. Untuk dapat mempercepat
jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka diperlukan
pembangunan sarana dan prasarana dasar (terutama transportasi yaitu
berupa pembangunan dermaga di distrik pesisir karena selama ini
mengandalkan sarana transportasi laut).
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih di kampung pesisir.
Kondisi ini menuntut pengembangan sarana dan prasarana air bersih di
kampung pesisir.
Belum ada SPDN di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun SPDN agar
nelayan dapat memperoleh bahan bakar minyak dengan mudah dan murah.
Belum ada IPAL di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar dapat mengurangi dampak pencemaran.
Terdapat potensi untuk pengembangan wisata bahari (mangrove), yaitu
Kampus Biru yang saat ini belum terkelola dengan baik. Wilayah pesisir
Kabupaten Mimika memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang sangat menjanjikan bagi pengembangan pariwisata, utamanya obyek
wisata Kampus Biru. Besarnya potensi tersebut masih belum dimanfaatkan
secara optimal, sehingga masih terbuka untuk pengembangan pariwisata,
utamanya pariwisata bahari (mangrove). Keanekaragaman hayati yang
berupa spesies flora dan fauna di kawasan hutan mangrove merupakan
kekayaan nasional yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi
kelautan, perikanan dan pariwisata yang prospektif dengan teknik penyajian
yang menarik, variatif dan inovatif.
Minimnya promosi dan sosialisasi obyek dan daya tarik wisata. Ketersediaan
informasi memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan
potensi pariwisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi perluasan
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 21
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
jangkauan sistem informasi dan data pariwisata bahari yang efektif dan
efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka
mempercepat analisis dan penyediaan informasi terkini. Perluasan jaringan
informasi diarahkan untuk mewujudkan fungsi komunikasi yang cepat dan
optimal sebagai akses responsif masyarakat terhadap kebijakan dan
informasi pembangunan.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Kondisi sarana dan
prasarana pendukung pariwisata juga masih sangat kurang. Untuk dapat
mempercepat jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka
diperlukan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata (terutama
transportasi yaitu berupa speed boat pariwisata).
Kurangnya aksesibilitas menuju lokasi wisata. Aksesibilitas menuju lokasi
wisata masih kurang (terutama akses ke destinasi wisata di distrik pesisir
yang jauh dari pusat kota). Kurangnya aksesibilitas tersebut disebabkan oleh
masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi yang secara rutin
melayani trayek ke distrik pesisir yang jauh dari pusat kota.
Pemanfaatan tumbuhan mangrove oleh masyarakat untuk kepentingan kayu
bakar dan bangunan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan relatif masih rendah. Hal tersebut terlihat
dari aktivitas masyarakat, seperti pemanfaatan tumbuhan mangrove untuk
kepentingan kayu bakar dan bangunan. Hal tersebut jika dilakukan tanpa
terkendali dapat merusak lingkungan dan ekosistem, sehingga akan
mengancam lingkungan dan ekosistemnya.
Masih rendahnya teknologi yang digunakan. Kemampuan masyarakat
Kabupaten Mimika untuk mengelola hasil perikanan perlu ditingkatkan
dengan pelatihan dan penerapan teknologi tepat guna yang dibutuhkan.
Untuk menjamin kesinambungan kemampuan pengelolaan kekayaan
sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Mimika, kehadiran pusat
riset kelautan dan perikanan sangat besar peranannya untuk mencari
terobosan-terobosan baru di bidang pengelolaan hasil kekayaan kelautan
dan perikanan secara lestari.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 22
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 23
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 24
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
A. Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan untuk perikanan tangkap di Kabupaten Mimika adalah
ikan Barramundi (Kakap Putih), Udang dan Kepiting; sedangkan untuk perikanan
budidaya (air tawar) adalah ikan Mas, Nila dan Lele. Keunggulan komoditi
tersebut didasarkan pada besarnya potensi sumberdaya ikan, kondisi ekosistem
yang sesuai untuk pengembangan komoditi tersebut, serta telah diusahakan oleh
masyarakat setempat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi (harganya mahal).
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 25
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
satu tujuan utama daerah penangkapan udang dan ikan di Indonesia. Estimasi
potensi sumberdaya ikan di WPP 718 mencapai 13% dari potensi sumberdaya
ikan laut nasional. Udang dan ikan demersal memiliki kontribusi terhadap
produksi perikanan laut nasional masing-masing sekitar 45% dan 20%. Udang
dan ikan demersal telah lama menjadi sasaran utama kegiatan penangkapan
ikan di WPP 718 oleh armada perikanan yang beroperasi. Peta WPP 718
disajikan pada Gambar 3-12.
Gambar 3-12. Peta WPP 718 yang menjadi DPI bagi Nelayan Kabupaten Mimika
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 26
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Tingkat Pemanfaatan
Status
Potensi Lestari JTB WPP 718 Potensi Belum
Kelompok Tingkat
No. WPP 718 WPP 718 (Ton) Termanfaatkan
Ikan Pemanfaatan
(Ton) (Ton) (Ton)
Jumlah Persentase
(Ton) (%)
1. Pelagis kecil 823.328 658.682 342.515 52 316.167 Full-exploited
2. Pelagis besar 489.795 391.836 254.693 65 137.143 Full-exploited
3. Demersal 586.277 469.022 534.685 114 - Over-exploited
4. Ikan karang 30.555 24.444 12.222 50 12.222 Full-exploited
5. Udang penaeid 53.502 42.802 32.530 76 10.272 Full-exploited
6. Lobster 386 309 380 123 - Over-exploited
7. Kepiting 1.507 1.205 928 77 277 Full-exploited
8. Rajungan 1.911 1.529 260 17 1.269 Moderate
9. Cumi-cumi 5.470 4.376 3.063 70 1.313 Full-exploited
Total 1.992.731 1.594.205 1.181.276 347.195
Sumber : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47/KEPMEN-KP/
2016
Keterangan:
1) Potensi Lestari WPP 718, JTB (Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan),
Tingkat Pemanfaatan dan Status Tingkat Pemanfaatan mengacu pada
Lampiran Keputuan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan
yang Diperbolehkan dan Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
2) Potensi Belum Termanfaatkan Diperoleh dari JTB WPP 718 dikurangi Tingkat
Pemanfaatan WPP 718.
3) Ikan Pelagis Besar Non Tuna – Cakalang.
4) E < 0,5 : Moderate, upaya penangkapan dapat ditambah.
5) 0,5 ≤ E < 1: Full-exploited, upaya penangkapan dipertahankan dengan
monitor ketat.
6) E ≥ 1 : Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi.
Tabel 3-8 menunjukkan bahwa kelompok jenis ikan yang masih bisa
dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil, pelagis besar, ikan karang, udang
penaeid, kepiting, rajungan dan cumi-cumi. Untuk memanfaatkan potensi ikan
karang, udang penaeid, kepiting, rajungan dan cumi-cumi yang belum
termanfaatkan di WPP 718 (25.354 ton) menggunakan armada 5 GT sebanyak
8.451 unit, dengan asumsi jumlah produksi sebanyak 3 ton/armada/tahun. Untuk
memanfaatkan potensi ikan pelagis kecil yang belum termanfaatkan di WPP 718
(316.167 ton) dengan menggunakan armada 10 GT sebanyak 42.156 unit,
dengan asumsi produksi sebanyak 7,5 ton/armada/tahun. Sedangkan untuk
memanfaatkan potensi ikan pelagis besar yang belum termanfaatkan di WPP
718 (137.143 ton) dengan menggunakan armada 20 GT sebanyak 10.971 unit,
dengan asumsi produksi sebesar 12,5 ton.
Sementara itu, jumlah produksi ikan tuna – cakalang di WPP 718 dalam
kurun waktu 2012 – 2013 mengalami peningkatan rata-rata sebesar
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 27
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Tabel 3-9. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika
48.160
50.000
45.000 39.475
40.000
32.357
35.000
30.000 26.522
25.000 21.739
17.819
20.000
15.000
5.949 7.258
10.000
5.000 43 53 130 159 194 236 288 352
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 3-13. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika
180 165
160 150
133 136
140
120 110 112
100 91 92 98
84
76 76 74
80 65
60
40
20 1 2 4
0 0 0 0
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur Jauh
Tengah Tengah
Perahu Tanpa Motor (Unit) Perahu Motor Tempel (Unit) Kapal Motor (Unit)
8.669,09 ton (0,73% dari tingkat pemanfaatan WPP 718). Dengan mengacu
pada data proporsi produksi tersebut (0,73%), maka jumlah armada yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Mimika sebanyak 62 unit untuk armada 5 GT, 308
unit untuk armada 10 GT dan 80 unit untuk armada 20 GT. Sedangkan untuk
menangkap tuna – cakalang (352 ton) menggunakan armada 20 GT sebanyak
28 unit dengan asumsi produksi 12,5 ton/armada (Tabel 3-11 dan Gambar
Gambar 3-15). Pada tahun 2014 jumlah kapal yang memperoleh izin pusat
sebanyak 875 unit.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 30
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
350.000 316.167
300.000
250.000
200.000
137.143
150.000
100.000 25.354 42.156 10.971 48.160
28
50.000 8.451 62 308 80 3.853
0
Ikan Karang, Udang Pelagis Kecil Pelagis Besar Non Tuna - Tuna – Cakalang
Penaeid, Kepiting, Cumi-
Cumi Cakalang
Cumi
20
20
18
16 14 14 14 14
14 13 13
12 10
10
8
6 5 5 5 5
4
4 3 3 3 3 3 3
2 2
2
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2018 dilakukan pengadaan armada sebanyak 158 unit yang
terdiri atas 20 unit kapal motor 5 GT, 102 unit kapal motor 10 GT dan 36 unit
kapal motor 20 GT. Armada tersebut didistribusikan secara porposional ke
seluruh distrik di Kabupaten Mimika.. Dengan penambahan armada tersebut,
maka jumlah armada hasil pengembangan sampai tahun 2018 berjumlah 316
unit, yang terdiri atas 40 unit kapal motor 5 GT, 204 unit kapal motor 10 GT dan
72 unit kapal motor 20 GT. Estimasi pengembangan armada perikanan tangkap
di Kabupaten Mimika sampai tahun 2018 selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-
13 dan Gambar 3-17..
40
40
35
28 28 28 28
30 26 26
25
20
20
15
10 10 10 10
8
10 6 6 6 6 6 6
4 4
5
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2019 dilakukan pengadaan armada sebanyak 162 unit yang
terdiri atas 22 unit kapal motor 5 GT, 104 unit kapal motor 10 GT dan 36 unit
kapal motor 20 GT. Armada tersebut didistribusikan secara porposional ke
seluruh distrik di Kabupaten Mimika.. Dengan penambahan armada tersebut,
maka jumlah armada hasil pengembangan sampai tahun 2019 berjumlah 478
unit, yang terdiri atas 62 unit kapal motor 5 GT, 308 unit kapal motor 10 GT dan
108 unit kapal motor 20 GT. Estimasi pengembangan armada pe
perikanan
tangkap di Kabupaten Sarmi sampai tahun 2019 selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-14 dan Gambar 3-18.
3
60
60
50
42 42 42 42
40 40
40
30
22
20 15 15 15 15
12 13 13
9 9 9 9
10 7 7
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh
350 308
300
250
204
200
0
2017 2018 2019
Pada tahun 2017 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.400
jiwa yang terdiri atas 80 jiwa untuk armada 5 GT, 816 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya
disajikan pada Tabel 3-17 dan Gambar 3-20.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 36
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
160
160 140
140 112
112 112 112
104 104
120
100
80 70 70 70 70
60 42 42
40
12 12 12 12 16
20 8 8
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2018 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.400
jiwa yang terdiri atas 80 jiwa untuk armada 5 GT, 816 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai dengan tahun
2018, estimasi jumlah nelayan sebanyak 2.800 jiwa yang terdiri atas 160 jiwa
untuk armada 5 GT, 1.632 jiwa untuk armada 10 GT dan 1.008 jiwa untuk
armada 20 GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-
18 dan Gambar 3-21..
320
350
280
300
224 224 224 224
250 208 208
200
140 140 140 140
150
84 84
100
24 24 24 24 32
50 16 16
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2019 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 162 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.424
jiwa yang terdiri atas 88 jiwa untuk armada 5 GT, 832 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Dengan
Dengan demikian sampai dengan tahun
2019, estimasi jumlah nelayan sebanyak 4.224 jiwa yang terdiri atas 248 jiwa
untuk armada 5 GT, 2.464 jiwa untuk armada 10 GT dan 1.512 untuk armada 20
GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-19 dan
Gambar 3-22.
480
500
450
400 336 336 320
336 336 320
350 308
300
250 210 210 210 210
182 182
200
150
100 48
36 36 36 36 28 28
50
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh
2464
2500
2000
1632
1512
1500
1008
816
1000
504
500 248
80 160
0
2017 2018 2019
Pada tahun 2017 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.275 ton yang terdiri atas 60 ton untuk armada 5 GT, 765 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi
selengkapnya disajikan pada Tabel
T 3-20 dan Gambar 3-24.
160 150
140 125
120 105 105 105 105
97,5 97,5
100
80 62,5 62,5 62,5 62,5
60
37,5 37,5
40
20 9 9 9 9 12
6 6
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2018 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.275 ton yang terdiri
terd atas 60 ton untuk armada 5 GT, 765 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai
dengan tahun 2018, estimasi jumlah produksi sebanyak 2.550 ton yang terdiri
atas 120 ton untuk armada 5 GT, 1.530 ton untuk armada 10 GT d
dan 900 ton
untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-21
21 dan Gambar 3-25.
3
Keterangan:
1) Jumlah produksi untuk armada 5 GT adalah 3 ton/armada.
2) Jumlah produksi untuk armada 10 GT adalah 7,5 ton/armada.
3) Jumlah produksi untuk armada 20 GT adalah 12,5 ton/armada.
300
300
250
250
210 210 210 210
195 195
200
100 75 75
50 18 18 18 18 24
12 12
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh
Pada tahun 2019 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 162 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.296 ton yang terdiri atas 66 ton untuk armada 5 GT, 780 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai
dengan tahun 2019, estimasi jumlah
jum produksi sebanyak 3.846 ton yang terdiri
atas 186 ton untuk armada 5 GT, 2.310 ton untuk armada 10 GT dan 1.350 ton
untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-22
22 dan Gambar 3-26.
3
450
450
400
350 315 315 315 315
300 300
300 275
250
187,5 187,5 187,5 187,5
200 162,5 162,5
150
100
27 27 27 27 36
50 21 21
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh
2310
2500
2000
1361 1350
1500
765 900
1000 450
0
2017 2018 2019
Tabel 3-23. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi Tuna –
Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika
Tuna - Cakalang
No. Tahun Jumlah Produksi Pasar Domestik Pasar Ekspor
(Ton) (Ton) (Ton)
1. 2017 236 71 165
2. 2018 288 86 202
3. 2019 352 106 246
Jumlah 876 263 613
Sumber: Hasil Analisis (2016)
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 45
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
400 352
350
288
246
300
236
250 202
200 165
150 106
86
71
100
50
0
2017 2018 2019
Gambar 3-28. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi Tuna –
Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika
Tabel 3-24 Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan
80
60
40
20
0
Thailand Jepang Amerika Arab Inggris Spanyol Italia Jerman Australia Mesir Negara
Serikat Saudi Lainnya
2017 (Ton) 48 29 18 9 7 5 5 4 4 3 33
2018 (Ton) 59 35 21 11 9 6 6 4 4 4 41
2019 (Ton) 72 43 26 14 11 8 8 5 5 5 50
Gambar 3-29. Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan
Tabel 3-25. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan
250
200
150
100
50
0
Thailand Jepang Amerika Arab Inggris Spanyol Italia Jerman Australia Mesir Negara
Serikat Saudi Lainnya
2017 (US$ 1.000) 162 96 59 31 24 18 17 12 12 11 111
2018 (US$ 1.000) 198 117 72 38 30 21 21 15 15 13 136
2019 (US$ 1.000) 241 143 88 46 36 26 26 18 18 16 166
Gambar 3-30. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 49
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 50
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Pelelangan ikan, (7) Pabrik es, (8) Pengolahan air bersih dan Polair, (9)
Perbekalan, (10) Cold storage, (11) Pengolahan ikan kecil, (12) Utilitas, (13)
Bengkel nelayan, (14) Pengolahan ikan besar, (15) Pengolahan limbah, (16)
Dermaga tambat, (17) Dermaga bongkar, (18) dan (16) Jalan kawasan. Luasan
area dan bangunan sarana dan prasarana tersebut selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-26.
Tabel 3-26. Luasan Area dan Bangunan Sarana dan Prasarana di SKPT
Kabupaten Mimika
Ukuran
No. Area dan Bangunan 2
Panjang (M) Lebar (M) Luas (M )
1. Area Office 76,234 47,000 3.583,000
Bangunan office 30,000 15,000 450,000
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 51
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Ukuran
No. Area dan Bangunan 2
Panjang (M) Lebar (M) Luas (M )
10. Area Cold Storage 89,580 50,000 4.479,000
Bangunan cold storage A 32,000 15,000 480,000
Bangunan cold storage B 18,000 10,000 180,000
Bangunan pelelangan ikan 32,000 15,000 480,000
Tabel 3-27. Rencana Kebutuhan Air Bersih, Daya Listrik dan Energi Listrik
SKPT di Kabupaten Mimika
Kebutuhan
No. Rencana SKPT Paomako - Mimika Air Bersih Daya Listrik
Liter/ Beban 3
m /Hari Amp kVA
Detik Puncak
2
1 Bangunan Office (450 m ) 1,340 8 1,600 16 10,531
2
2 Bangunan Pasar A (500 m ) 2,010 8 2,400 10 6,582
2
3 Bangunan Pasar B (500 m ) 2,010 8 2,400 10 6,582
2
4 Bangunan Pasar C (2.346 m ) 2,680 8 4,000 32 21,061
2
5 Bangunan Gudang A (480 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
6 Bangunan Gudang B (480 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 52
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Kebutuhan
No. Rencana SKPT Paomako - Mimika Air Bersih Daya Listrik
Liter/ Beban 3
m /Hari Amp kVA
Detik Puncak
2
7 Bangunan Gudang C (315 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
8 Bangunan Gudang D (315 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
9 Bangunan Polair (252 m ) 0,670 8 0,640 10 2,200
2
10 Bangunan Koperasi (160 m ) 0,670 8 0,480 10 2,200
Bangunan Toko Perlengkapan Nelayan
2
11 (238 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
12 Bangunan Puskesmas (180 m ) 1,340 24 0,960 20 4,400
2
13 Bangunan Gudang (459 m ) 0,670 8 0,160 10 2,200
Bangunan Tempat Peribadatan (180
2
14 m) 1,340 24 0,960 10 2,200
2
15 Area Ruang Terbuka Hijau (2.069 m ) 0,000 0 0,000 0 -
Bangunan Tempat Pelelangan Ikan
2
16 (315 m ) 2,010 8 1,600 25 16,454
2
17 Bangunan Pabrik Es (266 m ) 2,010 8 15,000 150 98,724
Bangunan Pengolahan Air Bersih (336
2
18 m) 0,670 24 0,160 32 21,061
2
19 Bangunan Polair (238 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
20 Bangunan Office SPBN (168 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
21 Bangunan SPBN (1.800 m ) 0,000 - 0,000 20 13,163
2
22 Bangunan Pabrik Es (180 m ) 0,670 8 5,000 100 65,816
2
23 Bangunan Cold Storage A (480 m ) 0,670 8 0,480 65 42,780
2
24 Bangunan Cold Storage B (180 m ) 0,670 8 0,480 25 16,454
2
25 Bangunan Pelelangan Ikan (480 m ) 1,340 8 2,000 20 13,163
Bangunan Pengolahan Ikan Kecil A
2
26 (440 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Kecil B
2
27 (440 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
2
28 Bangunan Office Solar Panel (72 m ) 0,670 8 0,320 6 1,320
2
29 Bengkel Nelayan (504 m ) 0,670 8 0,320 32 21,061
2
30 Gudang Mesin (252 m ) 0,670 8 0,160 6 1,320
Bangunan Pengolahan Ikan Besar A
2
31 (300 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Besar B
2
32 (252 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Besar C
2
33 (180 m ) 1,340 8 6,000 20 13,163
2
34 Area Pengolahan Limbah (1.278 m ) 32 21,061
35 Area Dermaga Tambat
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 53
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 54
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
D. Aspek Teknis
Perahu merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan usaha
penangkapan. Perahu yang digunakan nelayan di lokasi kegiatan terdiri atas
perahu tanpa motor (sampan), ketinting dan perahu johnson. Nelayan di lokasi
kegiatan pada umumnya menggunakan alat tangkap berupa pancing.
Daerah penangkapan nelayan perahu tanpa motor (sampan) dan perahu
ketinting yaitu di sekitar perairan tempat tinggal nelayan dengan waktu tempuh
sekitar 1 jam, sedangkan untuk perahu johnson daerah penangkapannya lebih
jauh dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Lama pengoperasian setiap tripnya
yaitu 1 hari, sebulannya rata-rata 20 - 25 trip. Dalam satu tahun dapat
beroperasi selama 9 bulan. Pada Musim Timur (Juli – Agustus) biasanya para
nelayan tidak melaut karena ombak dan gelombang yang tinggi, sehingga para
nelayan tidak berani untuk melaut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
operasi penangkapan untuk perahu sampan yaitu 1 orang, perahu ketinting dan
johnson yaitu sebanyak 1 – 2 orang.
E. Aspek Sosial
Hampir semua penduduk di lokasi kegiatan bermatapencaharian sebagai
nelayan. Tingkat pendapatan rata-rata nelayan berbeda-beda tergantung dari
jenis armada yang diusahakannya. Pendapatan rata-rata nelayan di Kabupaten
Mimika sebesar: Rp 2.560.000,00/tahun (perahu sampan), Rp 7.710.000/tahun
(perahu ketinting), Rp 30.570.000,00/tahun (perahu Johnson).
F. Analisis Finansial
Usaha/aktivitas ekonomi penduduk di lokasi secara umum
menguntungkan, tetapi untuk membuktikannya secara ilmiah perlu dilakukan
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
1. Analisis Usaha
Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang
diperlukan. Pada kegiatan ini, modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu
usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usaha usaha yang akan dilakukan.
Modal investasi usaha penangkapan terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin,
alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha
penangkapan di lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 4-1.
Keterangan
No. Jenis Usaha Investasi Penerimaan Biaya Total Keuntungan Pendapatan R/C
(Rp) (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun ABK (Rp)/Thn
1. Ketinting 12.510.000 63.000.000 42.255.000 20.745.000 14.197.500 1,49
2. Johnson 88.100.000 297.000.000 237.419.000 59.581.000 28.800.000 1,25
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
a. Perkiraan Cashflow
Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cashflow dari
usaha yang direncanakan, dengan beberapa asumsi:
1. Umur proyek selama 5 tahun (ketinting) dan 10 tahun (johnson), disesuaikan
dengan jenis peralatan yang paling lama umur teknisnya.
2. Nilai hasil tangkapan selama umur proyek diperkirakan tetap.
3. Nilai sisa investasi sebesar 10 % sesuai dengan umur teknisnya.
4. Discount rate tetap yaitu sebesar 18 %.
5. Sistem pengupahan/bagi hasil selama umur proyek diperkirakan tetap.
Kriteria Investasi
No. Jenis Usaha Keterangan
NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
1. Ketinting 60.167.549 5,81 175,42% Layak
2. Johnson 205.818.576 3,34 71,59% Layak
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
V. INDIKASI PROGRAM
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-6
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
E. Infrastruktur
1. Pengadaan dermaga apung di Pelabuhan Perikanan Paomako dan 11 distrik
pesisir. Kondisi sarana dan prasarana dasar juga masih sangat kurang.
Untuk dapat mempercepat jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten
Mimika, maka diperlukan pengembangan sarana dan prasarana dasar
(terutama transportasi yaitu berupa pembangunan dermaga apung di
Pelabuhan Perikanan Paomako dan 11 distrik pesisir). Outcome dari
kegiatan ini adalah kemudahan aksesibilitas. Instansi yang terlibat adalah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
2. Pengadaan desalinasi air laut. Kondisi sarana dan prasarana dasar masih
sangat kurang. Untuk dapat mempercepat jalannya pembangunan SKPT di
Kabupaten Mimika, maka diperlukan pengembangan sarana dan prasarana
dasar (terutama air bersih) di pulau-pulau kecil karena ketersediaan sarana
air bersih masih sangat kurang. Outcome dari kegiatan ini adalah kebutuhan
air bersih masyarakat tercukupi. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
3. Pengadaan sarana penunjang ekonomi produktif. Mengingat sarana
penunjang ekonomi produktif masih terbatas, khususnya kios/toko yang
menjual input produksi, maka dengan adanya pembangunan SKPT di
Kabupaten Mimika diperlukan pengadaan sarana penunjang ekonomi
produktif. Outcome dari kegiatan ini adalah sarana untuk kegiatan ekonomi
produktif yang memadai. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
4. Pembangunan SPDN di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun SPDN agar
nelayan dapat memperoleh bahan bakar minyak dengan mudah dan murah.
Outcome dari kegiatan ini adalah kebutuhan bahan bakar minyak nelayan
terpenuhi. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut (PRL) dan Pertamina.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-7
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-8
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Tabel 5-1. Road Map Pembangunan SKPT Kabupaten Mimika Tahun 2016-2019
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 11
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Permasalahan: Kendaraan pengangkut es (6 unit) - 1.000 1.000 1.000 - Tersedianya sarana Kemudahan Ditjen
Fasilitas yang ada belum (2 unit) (2 unit) (2 unit) kendaraan pengangkut es dalam PDSPKP
berfungsi distribusi
Kurangnya fasilitas produk
pemasaran dalam negeri Penyediaancold storage di kawasan - - 6.000 18.000 - Ditjen
Kurangnya kapasitas pusat SKPT dan kawasan pendukung (1 unit) (3 unit) PDSPKP
sumberdaya manusia sentra pengumpul dan pemasaran hasil
dalam bidang pengolahan perikanan
produk hasil perikanan Pengadaan sarana pemasaran bergerak - 2.250 2.625 2.625 - Tersedianya Kemudahan Ditjen
bak terbuka sebanyak 20 unit (6 unit) (7 unit) (7 unit) kendaraan/sarana dalam PDSPKP
pemasaran produk perikanan distribusi
produk
Pengadaan sarana pemasaran bergerak - 2.475 2.475 2.550 - Tersedianya Kemudahan Ditjen
roda tiga bak terbuka sebanyak 100 unit (33 unit) (33 unit) (34 unit) kendaraan/sarana dalam PDSPKP
pemasaran produk perikanan distribusi
produk
Pengembangan SDM Kelautan dan - 1.000 1.000 1.000 - Keterampilan masyarakat Meningkatnya Ditjen
Perikanan (10 pkt) (10 pkt) (10 pkt) dalam pengolahan produk keterampilan PDSPKP
Penyediaan kapal cold storage - - 50.000 - - Tersedianya fasilitas tempat Menjaga mutu Ditjen
(1 unit) penyimpanan ikan dan harga PDSPKP
ikan lebih
stabil
Klaster Pengawasan Suumberdaya Kelautan dan Perikanan
Kondisi Saat Ini: Pengadaan 1 paket speed boat - - 1.500 - - Tersedianya kapal pengawas Lebih Ditjen PSDKP
Masih adanya kegiatan pengawas (1 unit) memudahkan
ekonomi masyarakat yang dalam
bersifat merusak melakukan
lingkungan pengawasan
Minimnya sosialisasi sumberdaya
penyelamatan terumbu perikanan
karang, lamun dan Pengadaan 7 paket speed boat untuk - 900 900 1.350 - Tersedianya kapal pengawas Masyarakat Ditjen PSDKP
pokwasmas (2 unit) (2 unit) (3 unit) masyarakat (pokwasmas) ikut terlibat
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
6.1. Kesimpulan
1. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdapat di Kabupaten
Mimika cukup besar. Potensi tersebut terjustifikasi dari letaknya yang
strategis dan cukup memadainya infrastruktur yang ada. Berdasarkan hal
tersebut, sangat tepat jika Kabupaten Mimika ini dikembangkan menjadi
kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
2. Kawasan Desa Paomako di Distrik Mimika Timur sangat cocok untuk
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan SKPT. Hal tersebut diperkuat oleh
tersedianya beberapa fasilitas (dermaga, TPI, pabrik es, cold storage,
instalasi air bersih, kantor PSDKP), dan sumberdaya ikan yang potensial
serta dukungan dari Pemerintah Daerah.
3. Dari aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat
menguntungkan dan layak untuk diusahakan/dikembangkan karena
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan: (1) analisis usaha nilai R/C lebih
besar dari 1, dan (2) analisis kelayakan usaha nilai NPVnya positif, nilai
IRRnya lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (lebih dari 18 %) dan nilai
B/Cnya lebih besar dari 1.
6.2. Rekomendasi
1. Untuk kepentingan peningkatan perekonomian masyarakat, model
pengelolaan SKPT di Kabupaten Mimika perlu dioptimalkan dengan cara
memaksimumkan jumlah unit usaha, tetapi dengan tetap memperhatikan
potensi sumberdaya ikan, dan kualitas lingkungan perairan.
2. Kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif untuk dikembangkan di
Kabupaten Mimika adalah perikanan tangkap (ketinting, Johnson, kapal
motor), perikanan budidaya (karamba jaring apung), pengolahan hasil
perikanan (pengeringan gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan hiu) dan
pariwisata bahari (mangrove).
3. Komoditi unggulan perikanan tangkap yaitu barramundi, udang dan kepiting.
Komoditi unggulan perikanan budidaya yaitu lele, mas dan nila. Tujuan pasar
domestik yaitu ke Makassar, Bali, Surabaya dan Jakarta. Tujuan pasar
ekspor adalah Australia, Hongkong, Cina, Singapura, Taiwan, Cairns dan
Jepang.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
(7) Ekosistem dan lingkungan berupa identifikasi dan penilaian potensi calon
KKP3K, rehabilitasi mangrove, fasilitasi penyadaran masyarakat terhadap
perusakan lingkungan, pembinaan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,
pencadangan dan kelembagaan kawasan konservasi; (8) Penelitian dan
pengembangan berupa pembangunan Technopark.
5. Agar semua kepentingan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut kawasan SKPT ini dapat terakomodir, maka kebijakan
penting yang harus dilakukan oleh para pemangku kepentingan adalah
menentukan proporsi berimbang berdasarkan peran dan fungsinya yang
pelaksanaannya tertuang dalam bentuk program kegiatan.
Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
A. Perikanan Tangkap
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 30.721
5 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 62 unit
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 231.154
10 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 308 unit
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 162.054
20 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 108 unit
Pengadaan kapal pengangkut 50 PPI Paomako DJPT 3.752
GT sebanyak 1 unit
Pengadaan armada kapal motor Distrik pesisir DJPT -
3 GT dengan alat tangkapnya 58
unit (usulan DJPT)
Pengadaan armada kapal motor Distrik pesisir DJPT -
10 GT dengan alat tangkapnya
10 unit (usulan DJPT)
Pembangunan 1 unit menara air PPI Paomako DJPT, ESDM, 600
PLN
Pembangunan 1 unit menara PPI Paomako DJPT, ESDM, 900
pemantau PLN
Pembangunan 1 paket PPI Paomako DJPT, ESDM, 500
perbengkelan dan peralatan PLN
Pembangunan jalan aspal dalam PPI Paomako DJPT, ESDM, 2.000
kawasan PLN
Pembangunan trotoar dan PPI Paomako DJPT, ESDM, 300
castein PLN
Pembangunan 1 unit SPDN PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.500
PLN
Pembangunan jaringan air PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.000
bersih PLN
Pembangunan instalasi listrik PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.200
PLN
Pembangunan dermaga tambat PPI Paomako DJPT, ESDM, 4.000
labuh kapal PLN
Pengadaan gillnet 370unit 7 distrik pesisir DJPT 370
Pengadaan alat tangkap pancing 7 distrik pesisir DJPT 108
108 unit
Pengadaan alat penangkapan Distrik pesisir DJPT -
ikan 14 unit (usulan DJPT)
Pelatihan teknis penangkapan PPI Paomako DJPT 500
Pelatihan mata pencaharian 7 distrik pesisir DJPT, Penyuluh 1.500
alternatif di kawasan pesisir Perikanan
Pendampingan 7 distrik pesisir DJPT, Penyuluh 1.500
Perikanan
B. Perikanan Budidaya
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
Pengadaan karamba jaring 6 distrik pesisir DJPB 1.200
apung 6 unit
Pengadaan sarana produksi Distrik pesisir DJPB 1.925
budidaya nila 11 unit (usulan
DJPB)
Pembangunan laboratorium BBI Bhintuka DJPB 500
kering
Pengadaan alat-alat BBI Bhintuka DJPB 3.200
laboratorium
Pelatihan budidaya perikanan PPI Paomako DJPB 1.500
Pendampingan 7 distrik DJPB, Penyuluh 1.500
Perikanan
C. Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan
Pengembangan Pusat PPI Paomako PDSPKP 3.000
Pemasaran Hasil Perikanan
Kendaraan pengangkut es (6 PPI Paomako, PDSPKP 3.000
unit) Mimika Barat,
Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sarana pemasaran PPI Paomako, PDSPKP 7.500
bergerak bak terbuka sebanyak Mimika Barat,
20 unit Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sarana pemasaran PPI Paomako, PDSPKP 7.500
bergerak roda tiga bak terbuka Mimika Barat,
sebanyak 100 unit Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sistem rantai dingin PPI Paomako PDSPKP 1.000
Penyediaancold storage di PPI Paomako, PSDPKP 24.000
kawasan pusat SKPT dan Mimika Barat,
kawasan pendukung sentra Mimika Barat
pengumpul dan pemasaran hasil Jauh, Mimika
perikanan Timur Jauh
Pengembangan SDM Kelautan 7 distrik pesisir BPSDMPKP 3.000
dan Perikanan
Penyediaan kapal cold storage PPI Paomako PDSPKP 50.000
D. Pengawasan Sumberdaya
Perikanan
Pengadaan 1 paket speed boat PPI Paomako PSDKP 1.500
pengawas
Pengadaan 7 paket speed boat 7 distrik pesisir PSDKP 3.150
untuk pokwasmas
Pengadaan 7 unit sarana 7 distrik pesisir PSDKP 350
telekomunikasi pokwasmas
Penataan operasional PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 500
penyidikan tindak pidana Polair, TNI AL
perikanan
Penataan operasional PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 500
penanganan barang bukti dan Polair, TNI AL
awak kapal
Penataan forum koordinasi PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 650
penanganan tindak pidana Polair, TNI AL
perikanan
Sosialisasi perundang-undangan PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 650
Polair, TNI AL
E. Infrastruktur
Pengadaan dermaga apung dan PPI Paomako dan PRL 7.000
titik labuh di distrik pesisir 6 distrik pesisir
Pengadaan desalinasi air laut 7 distrik pesisir PRL 28.000
Pengadaan sarana penunjang PPI Paomako PRL 500
ekonomi produktif
Pembangunan SPDN PPI Paomako PRL, Pertamina 1.500
Pembangunan IPAL PPI Paomako PRL 1.000
F. Pariwisata Bahari
Promosi dan pelatihan PPI Paomako PRL, Kemenpar 1.500
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
pengembangan wisata bahari
(mangrove)
Pembangunan kantor pengelola Kampus Biru PRL, Kemenpar 700
dan mess
Pembangunan ruang Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
pengamanan wisata dan
informasi
Cottage Kampus Biru PRL, Kemenpar 600
Kafe dan restoran Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Gedung serbaguna Kampus Biru PRL, Kemenpar 600
Bagian sewa alat wisata air Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Ruang ganti/bilas dan toilet Kampus Biru PRL, Kemenpar 150
Gazebo Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Dermaga penyeberangan Kampus Biru PRL, Kemenpar 3.000
Sarana olahraga Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.200
Sarana sirkulasi (jalan dan Kampus Biru PRL, Kemenpar 2.000
pedestrian)
Anjungan Kampus Biru PRL, Kemenpar 800
Plasa Kampus Biru PRL, Kemenpar 800
Kolam renang Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.000
Kawasan konservasi (mangrove Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.000
dan penangkaran kepiting)
G. Ekosistem dan Lingkungan
Identifikasi dan penilaian potensi Distrik pesisir PRL 1.500
calon KKP3K
Rehabilitasi mangrove Distrik pesisir PRL 3.000
Fasilitasi penyadaran PPI Paomako PRL 1.500
masyarakat terhadap perusakan
lingkungan
Pembinaan pengelolaan pesisir Distrik pesisir PRL 600
dan PPK
Pencadangan dan kelembagaan Distrik pesisir PRL 1.000
kawasan konservasi
H. Penelitian dan Pengembangan
Pembangunan Technopark PPI Paomako BPSDMKP 5.000
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. 2015. Mimika dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. Timika.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2015. Provinsi Papua dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Jayapura.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) DP - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2012. Manajemen Plan PPI
Paomako 2012. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika.
Timika.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2015. Data Statistik Kelautan
dan Perikanan Tahun 2014. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Mimika. Timika.
USAID IFACS. 2015. Rencana Pengelolaan Hutan Bakau dan Hutan Rawa
Terpadu di Mimika. USAID IFACS. Timika.
USAID Lestari. 2015. Draft Final Kertas Posisi MSF Mimika. USAID Lestari.
Timika.
USAID Lestari. 2016. FGD Pokja KLHS Update IsuStrategis. USAID Lestari.
Timika.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) DP - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Instalasi listrik
2. Konsep Perancangan
Kawasan PPS Paomako harus mampu mewadahi dan menjamin
keberlangsungan aktivitas perikanan masyarakat Kabupaten Mimika, khususnya
masyarakat Paomako. Dalam konsep PPS Paomako selain mengakomodasi
semua fungsi dari tiap-tiap fasilitas juga mengaplikasikan fasilitas tambahan yang
berfungsi sebagai wisata pantai.
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
2.3. Sirkulasi
Untuk pencapaian pelabuhan memiliki pola sistem sirkulasi dan jalur
penghubung terdiri dari jaringan jalan kendaraan besar (kendaraan angkut
tangkapan ikan, kendaraan operasional PPS) yang jalannya diperlebar menjadi 8
m dan kendaraan kecil (kendaraan pribadi, kendaraan informal setempat dan
sepeda, atau pejalan kaki).
Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung dapat memberikan
beberapa manfaat:
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir
Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A INFLOW
Penjualan hasil tangkapan 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 - - - - -
Nilai Sisa 576.000 576.000 576.000 576.000 1.251.000 0
Total Inflow 0 63.576.000 63.576.000 63.576.000 63.576.000 64.251.000 - - - - -
B OUTFLOW
B.1 Biaya Investasi
Perahu (1 Unit) 3.000.000
Mesin (1 Unit) 3.750.000
Jaring (3 Piece) 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000
Total Investasi 12.510.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000
B.2 Biaya Tetap
Pemeliharaan 1.251.000 1.251.000 1.251.000 - - 0 0 0 0 0
Gaji 28.395.000 28.395.000 28.395.000 28.395.000 28.395.000 0 0 0 0 0
Total Biaya Tetap 29.646.000 29.646.000 29.646.000 28.395.000 28.395.000 0 0 0 0 0
B.3 Biaya Variabel
Perbekalan 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 0 0 0 0 0
Bahan Bakar Minyak 3.510.000 3.510.000 3.510.000 3.510.000 3.510.000 0 0 0 0 0
Total Biaya Variabel 6.210.000 6.210.000 6.210.000 6.210.000 6.210.000 0 0 0 0 0
Total Outflow 12.510.000 41.616.000 41.616.000 41.616.000 40.365.000 34.605.000 0 0 0 0 0
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika L-6
Laporan Akhir
Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A INFLOW
Penjualan hasil tangkapan 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000
Nilai Sisa 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 8.810.000
Total Inflow 0 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 305.810.000
B OUTFLOW
B.1 Biaya Investasi
Perahu (1 Unit) 17.500.000
Mesin (1 Unit) 22.600.000
Jaring (25 Piece) 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 -
Total Investasi 88.100.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 0
B.2 Biaya Tetap
Pemeliharaan 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000
Gaji 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000
Total Biaya Tetap 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000
B.3 Biaya Variabel
Perbekalan 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Bahan Bakar Minyak 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000
Total Biaya Variabel 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000
Total Outflow 88.100.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 190.610.000
C NET BENEFIT (88.100.000) 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 115.200.000
DISCOUNT RATE 18%
DISCOUNT FACTOR 1 0,847457627 0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
PRESENT VALUE (88.100.000) 53.550.847 45.382.074 38.459.385 32.592.699 27.620.931 23.407.569 19.836.923 16.810.952 14.246.569 22.010.627
D NPV 205.818.576
E IRR 71,59%
F Net B/C 3,34
Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika L-7