Anda di halaman 1dari 139

Masterplan dan Bisnisplan

PEMBANGUNAN
AN SENTRA KELAUTAN DAN
PERIKANAN TERPADU (SKPT)
KABUPATEN MIMIKA

DIREKTORAT PERENCANAAN RUANG LAUT


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


2016
Laporan Akhir

RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan


Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai salah satu tugas pokok
dan fungsinya berkepentingan untuk mengembangkan potensi kelautan dan
perikanan melalui kegiatan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT
Berbasis Perikanan di Kabupaten Mimika. Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dengan pendekatan sistem manajemen kawasan yang berprinsip:
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai
pusat bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir
berbasis kawasan. Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintregasikan
proses bisnis kelautan dan perikanan melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan secara berkelanjutan.
Perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan dan
pariwisata merupakan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan prospektif
Kabupaten Mimika. Potensi tersebut terjustifikasi dari letaknya yang strategis
dan cukup memadainya infrastruktur yang ada. Berdasarkan hal tersebut,
sangat tepat jika Kabupaten Mimikaini dikembangkan menjadi kawasan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
Perikanan tangkap memiliki potensi lestari (MSY) di WPP 718 sebesar
1.992.731 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini baru mencapai
1.181.276 ton/tahun (59,28%). Jenis armada penangkapan (kapal/perahu) yang
digunakan nelayan terdiri atas perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan
kapal motor. Jenis alat tangkap yang digunakan terdiri atas jaring insang (gillnet)
dan pancing.
Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat terdiri atas budidaya
air payau dan budidaya air tawar. Potensi produksi budidaya air payau sebesar
91,020 ton/tahun, tetapi tingkat pemanfaatannya masih belum optimal. Potensi
produksi budidaya air tawar (kolam) sebesar 173,10 ton/tahun dengan tingkat
produksi saat ini sebesar 61,40 ton (35,47%). Jenis komoditi budidaya air tawar
(kolam) adalah ikan lele, ikan mas dan ikan nila.
Salah satu kegiatan usaha pengolahan yang dilakukan di Kabupaten
Mimika adalah usaha fillet ikan dan pembekuan ikan oleh CV. Lucky Samudera
Timur di Jalan Cendrawasih Timika. Ikan bahan baku yang digunakan untuk fillet

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

ikan ini antara lain ikan kakap putih, ikan mulut tikus, ikan kuro dan ikan kerapu.
Ikan hasil fillet dikirim ke pasar Jakarta, Bali, Surabaya untuk pasar lokal dan
ekspor ke Singapura dan Australia. Usaha pengolahan yang juga dilakukan di
Kabupaten Mimika adalah pengolahan gelembung renang ikan kakap dan sirip
ikan hiu. Gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan dipasarkan ke Jakarta
untuk kemudian diekspor ke Singapura dan Hongkong. Pengeringan sirip ikan
hiu dan gelembung renang ini masih dilakukan secara sederhana dengan
pengeringan menggunakan sinar matahari.
Kabupaten Mimika memiliki potensi ekosistem pesisir yang terdiri hutan
mangrove dan hutan rawa. Kabupaten ini juga memiliki potensi pariwisata
dengan obyek dan daya tarik wisata berupa ekosistem hutan mangrove, yang
berada di Kawasan Kampus Biru.
Komoditi unggulan perikanan tangkap terdiri atas ikan Barramundi,
Udang, dan Kepiting. Komoditi unggulan perikanan budidaya terdiri atas ikan
lele, ikan mas dan ikan nila. Wilayah pemasaran hasil perikanan ke Jayapura,
Tarakan, Makassar, Denpasar, Surabaya dan Jakarta serta eskpor ke Singapura,
Australia, Taiwan, Jepang, Cina dan Hongkong.
Pengembangan perikanan tangkap dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan berupa penambahan armada
penangkapan ikan yang terdiri atas kapal motor 5 GT (62 unit), kapal motor 10
GT (308 unit) dan 20 GT (108 unit) dengan estimasi produksi sebanyak 4,45
ton/hari.
Pengembangan budidaya perikanan air payau berada di Distrik Mimika
Timur dan Distrik Mimika Tengah; sedangkan pengembangan budidaya
perikanan air tawar terletak di Distrik Kuala Kencana, Distrik Mimika Baru, dan
Distrik Mimika Timur; dan pengembangan budidaya perikanan air laut berada di
Distrik Mimika Barat Jauh.
Pengembangan pengolahan ikan secara tradisional terdapat di
Potowaiburu, Distrik Mimika Barat Jauh, Distrik Mimika Barat Tengah, Distrik
Mimika Barat, Distrik Mimika Tengah, Distrik Mimika Baru, Distrik Mimika Timur
dan Distrik Mimika Timur Jauh.
Pengembangan kawasan bagi peruntukan pariwisata alam meliputi: (a)
Wisata alam Pulau Bidadari, Pulau Puriri di Distrik Mimika Timur Jauh, (b) Wisata
alam Pantai Kekwa dan Pantai Kampus Biru di Distrik Mimika Timur Tengah, (c)
Wisata alam Sungai Iwaka, Sungai Mayon di Distrik Kuala Kencana, (d) Wisata
alam gunung Taman Nasional Lorentz di Distrik Jila, Distrik Agimuga dan Distrik

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tembagapura, (e) Wisata alam hutan mangrove (bakau) di sepanjang pantai


Selatan dan sekitar sungai-sungai di kawasan pantai dan rawa-rawa wilayah
Selatan Kabupaten Mimika; (f) Wisata alam gunung puncak Cartentz di Distrik
Tembagapura, dan (g) Wisata alam berburu di Kampung Pigapu Distrik Mimika
Timur. Pengembangan kawasan bagi peruntukan pariwisata budaya meliputi: (a)
Kehidupan tradisional suku Kamoro dan Amungme yang terdapat di seluruh
Distrik Kabupaten Mimika, dan (b) Peninggalan Perang Dunia II di Pantai Kekwa
Distrik Mimika Timur Tengah. Pengembangan Kawasan bagi peruntukan
pariwisata buatan meliputi: (a) Taman alun-alun dan Padang Golf Rimba Irian di
Distrik Kuala Kencana; (b) Pusat Olah Raga, Rekreasi dan Pusat Perbelanjaan
(Shoping Centre) di Distrik Kuala Kencana dan Distrik Mimika Baru; (c) Pusat
Perbelanjaan (Shoping Centre) di Kota Timika Distrik Mimika Baru; dan (d)
Kolam pemancingan di Distrik Mimika Baru.
Kawasan Desa Paomako di Distrik Mimika Timur sangat cocok untuk
dijadikan kawasan kegiatan SKPT. Hal tersebut diperkuat oleh tersedianya
beberapa fasilitas (dermaga, TPI, pabrik es, cold storage, instalasi air bersih,
kantor PSDKP), dan sumberdaya ikan yang potensial serta dukungan dan
komitmen dari Pemerintah Daerah.
Berdasarkan aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh
masyarakat layak untuk diusahakan/dikembangkan karena berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan: (1) analisis usaha nilai R/C lebih besar dari 1, dan (2)
analisis kelayakan usaha nilai NPVnya positif, nilai IRRnya lebih dari tingkat suku
bunga yang berlaku (lebih dari 18 %) dan nilai B/Cnya lebih besar dari 1.
Indikasi program untuk pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika terdiri
atas:
1. Klaster produksi perikanan tangkap: pengadaan armada kapal motor 5 GT
sebanyak 62 unit, kapal motor 10 GT sebanyak 308 unit, kapal motor 20 GT
sebanyak 108 unit, pembangunan 1 unit menara air, pengadaan kapal
pengangkut 50 GT sebanyak 1 unit, pembangunan 1 unit menara pemantau,
pembangunan 1 paket perbengkelan dan peralatan, pembangunan jalan
aspal dalam kawasan, pembangunan trotoar dan castein, pembangunan 1
unit SPDN, pembangunan jaringan air bersih, pembangunan instalasi listrik,
pengadaan alat tangkap gillnet, pengadaan alat tangkap pancing, pelatihan
teknis penangkapan, pelatihan mata pencaharian alternatif dan
pendampingan.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2. Klaster produksi perikanan budidaya: pengadaan karamba jaring apung di 6


distrik pesisir, pengadaan sarana produksi budidaya ikan nila 11 unit,
pembangunan laboratorium kering, pengadaan alat-alat laboratorium,
pelatihan budidaya perikanan, pendampingan.
3. Klaster produksi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan: pengembangan
Pusat Pemasaran Hasil Perikanan, kendaraan pengangkut es (6 unit),
pengadaan sarana pemasaran bergerak bak terbuka sebanyak 20 unit,
pengadaan sarana pemasaran bergerak roda tiga bak terbuka sebanyak 100
unit, pengadaan sistem rantai dingin, penyediaan cold storage di kawasan
SKPT dan kawasan pendukung sentra pengumpul dan pemasaran hasil
perikanan, pengembangan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan,
penyediaan kapal cold storage.
4. Klaster pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan: pengadaan 1
paket speed boat pengawas, pengadaan 7 paket speed boat untuk
pokwasmas, pengadaan 7 unit sarana telekomunikasi pokwasmas, penataan
operasional penyidikan tindak pidana perikanan, penataan operasional
penanganan barang bukti dan awak kapal, penataan forum koordinasi
penanganan tindak pidana perikanan, sosialisasi perundang-undangan.
5. Infrastruktur: pengadaan dermaga apung di TPI Paomako dan 6 distrik
pesisir, pengadaan desalinasi air laut, pengadaan sarana penunjang ekonomi
produktif, pembangunan SPDN di PPI Paomako, pembangunan IPAL di PPI
Paomako.
6. Klaster pariwisata bahari (mangrove): promosi dan pelatihan pengembangan
wisata bahari (mangrove), pembangunan kantor pengelola dan mess,
pembangunan ruang pengamanan wisata dan informasi, cottage, kafe dan
restoran, gedung serbaguna, bagian sewa alat wisata air, ruang ganti/bilas
dan toilet, gazebo, dermaga penyeberangan, sarana olahraga, sarana
sirkulasi (jalan dan pedestrian), anjungan, plasa, kolam renang, kawasan
konservasi (mangrove dan penangkaran kepiting).
7. Ekosistem dan lingkungan: identifikasi dan penilaian calon KKP3K,
rehabilitasi mangrove, fasilitasi penyadaran masyarakat terhadap perusakan
lingkungan, pembinaan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,
pencadangan dan kelembagaan kawasan konservasi.
8. Penelitian dan pengembangan: pembangunan Technopark.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................. I–1
1.2. Kebijakan dan Strategi ....................................................... I–2
1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT ...... I–4
1.4. Dasar Hukum .................................................................... I–4

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH


2.1. Gambaran Umum ............................................................. II – 1
2.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Mimika ..................... II – 1
2.1.2. Gambaran Umum Lokasi Sentra Kelautan
dan Perikanan Terpadu ......................................... II – 28
2.2. Tinjauan Kebijakan ........................................................... II – 31

BAB III. MASTERPLAN SKPT


3.1. Potensi dan Permasalahan ............................................... III – 1
3.1.1. Potensi Sumberdaya Perikanan ............................ III – 1
3.1.2. Armada Penangkapan .......................................... III – 2
3.1.3. Alat Penangkapan Ikan ......................................... III – 4
3.1.4. Rumah Tangga Perikanan .................................... III – 5
3.1.5. Produksi Perikanan ............................................... III – 6
3.1.6. Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan .................. III – 7
3.1.7. Pemasaran Hasil Perikanan .................................. III – 8
3.1.8. Pariwisata ............................................................. III – 9
3.1.9. Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT ................ III – 10
3.1.10. Isu dan Permasalahan .......................................... III – 15
3.2. Konsep Makro Masterplan SKPT ...................................... III – 21
3.3. Konsep Mikro Masterplan SKPT ....................................... III – 33

BAB IV. BISNIS PLAN


4.1. Keragaan Usaha ............................................................... IV – 1
4.1.1. Perikanan Tangkap ............................................... IV – 1

BAB V. INDIKASI PROGRAM

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


6.1. Kesimpulan ....................................................................... VI – 1
6.2. Rekomendasi .................................................................... VI – 1

DAFTAR PUSTAKA

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) i
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 2-1. Klasifikasi Kelas Kelerengan di Kabupaten Mimika................. II – 2

Tabel 2-2. Klasifikasi Kelas Ketinggian di Kabupaten Mimika ................. II – 3

Tabel 2-3. Struktur Geologi Wilayah Kabupaten Mimika ......................... II – 5

Tabel 2-4. Jenis Tanah di Kabupaten Mimika ......................................... II – 6

Tabel 2-5. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin di Kabupaten Mimika, Tahun 2014 .......................... II – 12

Tabel 2-6. Komposisi Banyaknya Penduduk Wilayah Pesisir


di Kabupaten Mimika ............................................................ II – 13

Tabel 2-7. Perkembangan PDRB Kabupaten Mimika ............................ II – 26

Tabel 2-8. Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Mimika II – 27

Tabel 2-9. Perkembangan Nilai LQ Kabupaten Mimika .......................... II – 28

Tabel 3-1. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan


dan Perikanan Kabupaten Mimika ......................................... III – 1

Tabel 3-2. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Laut


di Kabupaten Mimika ............................................................. III – 2

Tabel 3-3. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan


di Kabupaten Mimika ............................................................. III – 5

Tabel 3-4. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan


di Kabupaten Mimika ............................................................. III – 6

Tabel 3-5. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten


Mimika ................................................................................... III – 8

Tabel 3-6. Kondisi Sarana dan Prasarana di Pelabuhan Perikanan


Paomako ............................................................................... III – 13

Tabel 3-7. Analisis Kesenjangan Pembangunan SKPT di Kabupaten


Mimika ................................................................................... III – 23

Tabel 3-8. Hasil Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah


Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 ........................................ III – 27

Tabel 3-9. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718


dan Kabupaten Mimika .......................................................... III – 28

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) ii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-10. Armada Perikanan Tangkap yang Beroperasi (Eksisting) ...... III – 29

Tabel 3-11. Estimasi Pengembangan Jumlah Armada di WPP 718 dan


Kabupaten Mimika ................................................................. III – 30

Tabel 3-12. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ............ III – 32

Tabel 3-13. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ............ III – 33

Tabel 3-14. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ............ III – 34

Tabel 3-15. Estimasi Rencana Anggaran Biaya Pengadaan Armada


Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20 GT di Kabupaten
Mimika ................................................................................... III – 36

Tabel 3-16. Hasil Produksi (Eksisting) Berdasarkan Armada Perikanan


Tangkap di Kabupaten Mimika .............................................. III – 36

Tabel 3-17. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ............ III – 37

Tabel 3-18. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ............ III – 38

Tabel 3-19. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ............ III – 39

Tabel 3-20. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ............ III – 40

Tabel 3-21. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ............ III – 41

Tabel 3-22. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ............ III – 42

Tabel 3-23. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi


Tuna – Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika .................... III – 45

Tabel 3-24. Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan .......................... III – 46

Tabel 3-25. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan .......................... III – 47

Tabel 3-26. Luasan Area dan Bangunan Sarana dan Prasarana di SKPT
Kabupaten Mimika ................................................................. III – 51

Tabel 3-27. Rencana Kebutuhan Air Bersih, Daya Listrik dan Energi
Listrik SKPT di Kabupaten Mimika ........................................ III – 52

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) iii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 4-1. Modal Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten


Mimika ................................................................................... IV – 3

Tabel 4-2. Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Mimika ....... IV – 3

Tabel 4-3. Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten


Mimika ................................................................................... IV – 4

Tabel 5-1. Road Map Pembangunan SKPT Kabupaten Mimika


Tahun 2017-2021 .................................................................. V – 11

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) iv
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

Gambar 2-1. Peta Administrasi Kabupaten Mimika ................................ II – 1

Gambar 2-2. Peta Topografi Kabupaten Mimika .................................... II – 3

Gambar 2-3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Mimika ..................... II – 4

Gambar 2-4. Peta Geologi Kabupaten Mimika ....................................... II – 5

Gambar 2-5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Mimika ................................ II – 6

Gambar 2-6. Peta Curah Hujan Kabupaten Mimika ............................... II – 7

Gambar 2-7. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Mimika .................. II – 8

Gambar 2-8. Peta Hidrologi Kabupaten Mimika ..................................... II – 11

Gambar 2-9. Salah Satu Potensi Sumberdaya Alam di Kabupaten


Mimika ............................................................................... II – 11

Gambar 2-10. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Paomako


Kabupaten Mimika ............................................................ II – 24

Gambar 2-11. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu di Pelabuhan Perikanan Paomako, Distrik Mimika
Baru Kabupaten Mimika .................................................... II – 29

Gambar 2-12. Armada dan Alat Penangkapan Ikan di Kampung Paomako,


Kabupaten Mimika ............................................................ II – 30

Gambar 2-13. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Mimika ............ II – 32

Gambar 2-14. Rencana Pola Ruang Kabupaten Mimika .......................... II – 33

Gambar 3-1. Contoh Budidaya Perikanan Air Tawar di Kabupaten


Mimika .............................................................................. III – 1

Gambar 3-2. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Laut


di Kabupaten Mimika ......................................................... III – 3

Gambar 3-3. Armada dan Alat Penangkapan Ikan di Kampung Paomako


Kabupaten Mimika ............................................................ III – 4

Gambar 3-4. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan


di Kabupaten Mimika ......................................................... III – 6

Gambar 3-5. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan


di Kabupaten Mimika ......................................................... III – 7

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) v
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Gambar 3-6. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten


Mimika .............................................................................. III – 8

Gambar 3-7. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Lokal .. III – 10

Gambar 3-8. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Mitra .. III – 11

Gambar 3-9. Obyek Wisata Kampus Biru di Kabupaten Mimika ............ III – 11

Gambar 3-10. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Paomako


Kabupaten Mimika ........................................................... III – 12

Gambar 3-11. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Atuka, Distrik


Mimika Tengah, Kabupaten Mimika .................................. III – 16

Gambar 3-12. Peta WPP 718 yang Menjadi DPI bagi Nelayan
Kabupaten Mimika ............................................................ III – 26

Gambar 3-13. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika ............................................................ III – 28

Gambar 3-14. Armada Perikanan Tangkap yang Beroperasi (Eksisting) . III – 29

Gambar 3-15. Estimasi Pengembangan Jumlah Armada di WPP 718 dan


Kabupaten Mimika ............................................................ III – 31

Gambar 3-16. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ....... III – 32

Gambar 3-17. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ....... III – 33

Gambar 3-18. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ....... III – 34

Gambar 3-19. Estimasi Jumlah Armada Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika, Tahun 2017-2019 . III – 35

Gambar 3-20. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ....... III – 37

Gambar 3-21. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ....... III – 38

Gambar 3-22. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ....... III – 39

Gambar 3-23. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika, Tahun 2017-2019 . III – 40

Gambar 3-24. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 ....... III – 41

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) vi
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Gambar 3-25. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018 ....... III – 42

Gambar 3-26. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT,


10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019 ....... III – 43

Gambar 3-27. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika, Tahun 2017-2019 . III – 44

Gambar 3-28. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi


Tuna – Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika ............... III – 46

Gambar 3-29. Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari


SKPT Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan ............ III – 47

Gambar 3-30. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari


SKPT Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan ............ III – 48

Gambar 3-31. Peta Kawasan SKPT Kabupaten Mimika .......................... III – 50

Gambar 3-32. Prototipe Siteplan SKPT di Kabupaten Mimika .................. III – 54

Gambar 3-33. Prototipe 3D SKPT di Kabupaten Mimika .......................... III – 54

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) vii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

Lampiran 1. Desain Masterplan SKPT Paomako – Kabupaten Mimika . L–1

Lampiran 2. Cashflow Usaha Perikanan Tangkap Perahu Ketinting


di Kabupaten Mimika ......................................................... L–6

Lampiran 3. Cashflow Usaha Perikanan Tangkap Perahu Johnson


di Kabupaten Mimika ......................................................... L–7

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) viii
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 pasal 42 ayat 2, menyatakan
bahwa Pengelolaan Ruang Laut meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian. Pasal 43 ayat 1 menjelaskan pula bahwa
Perencanaan Ruang Laut meliputi : (1). Perencanaan tata ruang laut nasional;
(2). Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan (3).
Perencanaan zonasi kawasan laut.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan c.q Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Direktorat
Perencanaan Ruang Laut berkepentingan untuk mengembangkan potensi
kelautan dan perikanan melalui kegiatan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan
PSKPT Berbasis Perikanan di Kabupaten Mimika.
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) adalah konsep
pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan
sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan
akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai pusat bisnis kelautan dan
perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan
SKPT adalah membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan
secara berkelanjutan.
Kriteria pemilihan lokasi SKPT di Kabupaten Mimika adalah: a)
merupakan PPKT atau Kabupaten yang memiliki PPKT dan/atau daerah
perbatasan atau Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai komoditas
unggulan sektor kelautan dan perikanan yang berpeluang untuk dikembangkan;
c) ketergantungan masyarakat akan sumberdaya kelautan dan perikanan sangat
tinggi; d) adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah; e) memiliki
sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah tersedia
sarana dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.
Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten pesisir di Papua
yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar. Namun, potensi
tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat.
Keterbatasan teknologi dan sarana pendukung kegiatan perikanan menjadi salah

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

satu faktor belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan di kabupaten


ini. Potensi sumberdaya perikanan unggulan yang memiliki peluang
pengembangan bagi pertumbuhan industri perikanan antara lain ikan kakap
putih, udang, kepiting dan ikan-ikan hasil tangkap sampingan pukat udang. Untuk
perikanan budidaya (air tawar) adalah komoditi unggulannya adalah ikan Mas,
Nila dan Lele Apabila pemanfaatan komoditi tersebut dilakukan secara optimal,
maka akan dapat memberikan peluang bagi pengembangan industri terpadu
mulai dari kegiatan usaha penangkapan, pengolahan dan pemasaran produk
perikanan baik untuk memenuhi kebutuhan lokal, dalam negeri maupun ekspor.
Untuk perikanan budidaya (air tawar) pada tahun 2014 produksinya baru
mencapai 61,40 ton dari total potensi produksi sebesar 173,10 ton; sedangkan
untuk budidaya air payau belum dimanfaatkan. Demikian juga dengan perikanan
tangkap (baik penangkapan di perairan umum maupun di laut) belum
dimanfaatkan secara optimal (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika,
2015).
Dengan kondisi yang demikian, maka potensi kelautan dan perikanan di
daerah ini memiliki prospek yang baik jika dimanfaatkan secara bijaksana. Agar
potensi yang dimiliki Kabupaten Mimika dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan, maka perlu dilakukan pembangunan sentra kelautan dan
perikanan secara terpadu (SKPT), yaitu konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan
dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.

1.2. Kebijakan dan Strategi


Kebijakan pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di
pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan diarahkan untuk:
1. Mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya
kelautan dan perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
2. Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
3. Mengembangkan sistem pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan
keamanan hayati ikan.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang


berkelanjutan di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan.
5. Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi, dan keanekaragaman
hayati laut.
6. Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.
7. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan
8. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju,
mandiri, serta berkepribadian dalam kebudayaan melalui pengembangan
kapasitas sumberdaya manusia dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan dan perikanan.
Strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di
pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan dilaksanakan dengan
menerapkan strategi sebagai berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan secara terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan
pembudidaya yang bersifat tradisional dan konvensional dapat berkembang
menjadi bisnis kelautan dan perikanan yang berskala ekonomi dan
berorientasi pasar.
2. Penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan agar kapasitas dan
kompetensi nelayan dan pembudidaya akan lebih baik, sehingga
produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan dapat meningkat.
Selain itu, mendorong bisnis perikanan menggunakan sistem dan model
bisnis yang lebih modern melalui korporatisasi, sehingga manfaat diperoleh
menjadi lebih besar.
3. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan
rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya,
mulai dari hulu hingga hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan
stakeholder terkait.
4. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi
pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas memberikan
pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya, sehingga
nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas yang baik dalam hal
manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang
dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

1.3. Tujuan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT


Tujuan penyusunan masterplan dan bisnisplan SKPT Kabupaten Mimika
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di kawasan
terpilih SKPT Kabupaten Mimika, meliputi :
- Rencana pengembangan sarana dan prasarana kawasan SKPT
Kabupaten Mimika.
- Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana
kawasan SKPT.
b. Menyusun bisnisplan pembangunan sarana dan prasarana kawasan terpilih
SKPT dan kegiatan ekonomi antara lain :
- Lokasi dan pelaku kegiatan ekonomi serta pembangunan sarana dan
prasarana kawasan SKPT.
- Rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang
kompetitif.
- Rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi.
- Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana
kawasan SKPT Mandiri.
- Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT
terpilih dari aspek finansial, teknis, aspek sosial - budaya,dan lingkungan.

1.4. Dasar Hukum


a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
c) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
d) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
e) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
g) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan.
h) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

i) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber


Daya Ikan.
j) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
k) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-
Pulau Kecil Terluar.
l) Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
m) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana
Tata Ruang.
n) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan
Koordinasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tingkat
Nasional.
o) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.16/MEN/2008 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
p) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/MEN/2008 tentang
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
q) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.8/MEN/2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan.
r) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.18/MEN/2013 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.PER.2/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
s) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.34/Permen KP/2014 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
t) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/PERMEN-KP/2014 tentang
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
u) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.25/PERMEN-KP/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015-2019.
v) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.48/PERMEN-KP/2015 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di
Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan.
w) Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika Nomor 15 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mimika Tahun 2011 –
2031.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) I-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Gambaran Umum


2.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Mimika
2.1.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Awalnya Mimika merupakan sebuah kecamatan dari wilayah administrasi
Kabupaten Fakfak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996,
Kecamatan Mimika ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif (8 Oktober
1996), kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Mimika
menjadi Kabupaten Otonom dan tanggal 18 Maret 2000 sebagai Kabupaten
Definitif. Mimika terletak di pesisir sebelah Barat Daya Provinsi Papua, yaitu
antara 134o31’ Bujur Timur (BT) dan 4o60’ – 5o18’ Lintang Selatan (LS). Luas
wilayah Mimika mencapai 19.592 km2 atau 4,75% dari luas keseluruhan Provinsi
Papua. Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Paniai
dan Puncak Jaya, sebelah Selatan dengan Laut Arafuru, sebelah Timur dengan
Kabupaten Asmat dan sebelah Barat dengan Kabupaten Fakfak.

Gambar 2-1. Peta Administrasi Kabupaten Mimika

Kabupaten Mimika terbagi atas 3 (tiga) wilayah perkotaan, yaitu Timika,


Kuala Kencana dan Tembagapura yang menjadi kota pertambangan. Wilayah

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

administratif yang terdapat di dalam Kabupaten Mimika adalah distrik-distrik


sebagai berikut (Mimika dalam Angka, 2014): Distrik Mimika Barat (10 kampung),
Mimika Barat Tengah (9 kampung), Mimika Barat Jauh (5 kampung), Mimika
Timur (1 kelurahan, 7 kampung), Mimika Timur Tengah (5 kampung), Mimika
Timur Jauh (5 kampung), Mimika Baru (4 kelurahan, 7 kampung), Kuala Kencana
(1 kelurahan, 6 kampung), Tembagapura (1 kelurahan, 7 kampung), Agimuga (4
kampung), Jila (8 kampung) dan Jita (5 kampung). Peta administrasi Kabupaten
Mimika disajikan pada Gambar 2-1.

2.1.1.2. Topografi
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran
rendah. Hasil analisis data spasial menunjukkan keadaan topografi Kabupaten
Mimika ditandai dengan lima klasifikasi kemiringan lereng, yaitu kategori datar
dengan kemiringan 0 – 8%, landai (8 – 15%), agak curam (15 – 25%), curam (25
– 40%) dan sangat curam dengan kemiringan lebih dari 40%. Namun sebagian
besar wilayah Mimika didominasi oleh topografi klasifikasi datar (Tabel 2-1).

Tabel 2-1. Klasifikasi Kelas Kelerengan di Kabupaten Mimika

No. Kelas Kelerengan (%) Luas (Ha) Keterangan


1. 00 – 08 1.494.597 Datar
2. 08 – 15 250.285 Landai
3. 15 – 25 134.996 Agak Curam
4. 25 – 40 153.079 Curam
5. > 40 136.914 Sangat Curam
Total 2.169.871
Sumber: RTRW Kabupaten Mimika 2011 – 2031

Lereng dengan kemiringan lebih dari 40% menyebar memanjang di


sebelah Utara;sedangkan kelas kemiringan 0 – 8%, 8 – 15% dan 15 – 25%
mendominasi wilayah bagian tengah. Sementara di bagian Selatan sampai ke
wilayah bagian tengah Mimika cenderung landai dengan kemiringan antara 3%
hingga 8%. Distrik yang bertopografi dataran rendah adalah Distrik Mimika Barat
Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur,
Mimika Timur Jauh, Kuala Kencana dan Mimika Baru. Distrik Mimika Baru,
Kuala Kencana, Tembagapura dan Jila adalah distrik yang tidak memiliki pantai.
Sedangkan Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat,
Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jita dan Agimuga sebagian
wilayahnya berbatasan dengan Laut Arafura.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Gambar 2-2. Peta Topografi Kabupaten Mimika

Selain kemiringan, topografi Mimika juga terbagi dalam 5 (lima) kelas


ketinggian, yaitu ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan laut (mdpl), 500 –
1.000 mdpl, 1.000 – 1.500 mdpl, 1.500 – 2.000 mdpl dan ketinggian di atas 2.000
mdpl. Sementara, titik lokasi tertinggi di wilayah ini berada di 5.000 mdpl.

Tabel 2-2. Klasifikasi Kelas Ketinggian di Kabupaten Mimika

No. Kelas Ketinggian (%) Luas (Ha) Persentase (%)


1. 000 – 500 1.489.316 68,6
2. 500 – 1000 224.474 10,3
3. 1000 – 1500 156.689 7,2
4. 1500 – 2000 88.940 4,1
5. > 2000 212.341 9,8
Total 2.171.759 100,0
Sumber: RTRW Kabupaten Mimika 2011 – 2031

Daerah dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl tersebar di wilayah Utara,


yang meliputi Distrik Agimuga, Jila, Tembagapura, Mimika Barat, Mimika Tengah
dan Mimika Barat Jauh. Sedangkan dataran rendah dengan ketinggian di bawah
1.000 mdpl mendominasi daerah-daerah di wilayah Selatan sampai ke pesisir.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Gambar 2-3. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Mimika

2.1.1.3. Geomorfologi
Berdasarkan aspek geomorfologi, Kabupaten Mimika tersusun oleh
berbagai jenis bebatuan. Di daerah pesisir pantai, formasi struktur geologi
diketahui berupa rawa bakau Estuarine dan endapan danau yang sangat luas ke
arah Utara yang kemudian diikuti struktur endapan kerikil atau kerikil Alluvium.
Di bagian Utara terdapat struktur formasi Buru, Tipuma, Aiduna, Modio, Tuaba,
Otomona, Newerib dan Kelompok Paniai.
Struktur rawa bakau Estuarine, Alluvium dan formasi Buru merupakan
struktur termuda yang berasal dari masa Kenozoikum. Kemudian diikuti formasi
Tipuma dari masa Mesozoikum. Semakin ke Utara, formasi Aiduna, Modio,
Tuaba dan Otomona berasal dari masa Palaezoikum dan sedikit formasi Newerib
dari masa Prakambium. Luasan masing-masing struktur geologi yang ada di
wilayah Kabupaten Mimika disajikan pada Tabel 2-3.
Berdasarkan Tabel 2-3 di atas terlihat jelas formasi Alluvium
mendominasi struktur geologi di Mimika atau mencapai 969.922 Ha atau sekitar
44,74% dari luas total wilayah Kabupaten Mimika. Sedangkan di bagian Selatan,
formasi Endapan Danau seluas 267.865 Ha atau sekitar 12,36% dari luas total
wilayah Kabupaten Mimika.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 2-3. Struktur Geologi Wilayah Kabupaten Mimika

No. Struktur Geologi Luas (Ha) Persentase (%)


1. Alluvium 969.922 44,74
2. Alluvium Terbiku 10.681 0,49
3. Batuan Malihan Derewo 57.475 2,65
4. Batu Gamping Yawee 90.205 4,16
5. Batu Lumpur Piniya 7.926 0,37
6. Batu Pasir Emkai 23.398 1,08
7. Batu Pasir Woniwogi 1.442 0,07
8. Dolomit Modio 35.306 1,63
9. Endapan Aliran Rombakan 2.912 0,13
10. Endapan Allivium dan Litoral 635 0,03
11. Endapan Danau 267.865 12,36
Total 1.467.767 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Mimika 2011 – 2031

Gambar 2-4. Peta Geologi Kabupaten Mimika

Jenis tanah di Kabupaten Mimika umumnya merupakan hasil lapukan


batuan dasar sebagai residual soil dan transported soil. Tanah di wilayah ini juga
dapat dikelompokkan menjadi tanah Alluvial, dengan tekstur halus hingga kasar
dan tanah gambut. Jenis tanah Alluvial tersusun dari Podsolik merah kuning
dengan sebaran yang hampir merata di seluruh wilayah kabupaten. Jenis tanah
yang mendominasi adalah jenis tanah Litosol dan Tanah Glei dengan luasan
masing-masing sekitar 41,7% dan 43,2% dari luas total wilayah. Luasan masing-

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

masing jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Mimika disajikan pada Tabel
2-4.

Tabel 2-4. Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Mimika

No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)


1. Litosol 904.731 41,7
2. Mediteran 77.059 3,6
3. Podsolik 55.081 2,5
4. Renzina 194.979 9,0
5. Tanah Glei 935.602 43,2
Total 2.167.451 100,0
Sumber: RTRW Kabupaten Mimika 2011 – 2031

Gambar 2-5. Peta Jenis Tanah Kabupaten Mimika

2.1.1.4. Iklim
Iklim di Mimika dapat dikategorikan secara umum sebagai iklim tropis
basah dengan variasi iklim yang sangat sedikit. Suhu rata-rata adalah berkisar
antara 21,5o – 35,0oC dan kelembaban berkisar antara 80% - 95% dengan
variasi suhu dan kelembaban musiman yang hanya marginal sepanjang tahun.
Wilayah pesisir sekitar Pelabuhan Amamapare memiliki curah hujan
tahunan sekitar 4.000 mm, hingga naik menjadi 4.500 mm di Pusat Reklamasi
Mile 21 dan menjadi 5.777 mm di Bandar Udara Timika. Di Kuala Kencana yang

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 6
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

terletak dekat dasar pegunungan tengah, curah hujan lebih tinggi lagi hingga
9.600 mm dan mencapai puncak curah hujan di Stasiun Mile 50 pada zona
dataran tinggi sebanyak 12.350 mm. Bila lebih tinggi lagi ke arah gunung, curah
hujan akan turun hingga menjadi 6.860 mm di Tembagapura, 5.860 mm pada
pinggir ridge camp dan turun hingga 3.725 mm di kawasan pertambangan. Data
curah hujan di Stasiun Cuaca Ewer di Kabupaten Asmat ke arah Timur dan
Stasiun Cuaca Kaimana ke arah Barat menunjukkan bagian ujung Timur Mimika
lebih basah (sekitar 5.000 mm di wilayah pesisir). Sedangkan iklim di ujung
Barat Mimika agak lebih kering (sekitar 2.500 – 3.000 mm di wilayah pesisir) dan
bervariasi musim yang lebih teratur akibat dari pengaruh angin Monsoon.

Gambar 2-6. Peta Curah Hujan Kabupaten Mimika

2.1.1.5. Hidrologi
Interaksi antara air tawar dan air laut, sedimen dan nutrien yang terbawa
oleh air ini adalah salah satu faktor yang menentukan distribusi dan komposisi
hutan mangrove dan hutan rawa. Spesies hutan mangrove dan hutan rawa pada
umumnya memiliki toleransi terhadap salinitas yang terbatas dan tidak tahan
lama terhadap genangan air. Beberapa spesies mangrove dapat tahan pada
salinitas yang tinggi dan tahan genangan air selama 40% dari waktunya.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 7
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Beberapa spesies pohon kayu di hutan rawa air tawar tidak tahan terhadap air
asin, tetapi tahan penggenangan air tawar secara permanen.
Faktor yang paling penting dalam mengelola hutan mangrove dan hutan
rawa Mimika adalah menjaga pola hidrologi yang sudah ada. Infrastruktur,
pertanian yang intensif dan bentuk pembangunan lainnya seringkali mengubah
hidrologi, baik dengan menghambat drainase seperti membangun jalan, tembok
pantai dan infrastruktur lainnya yang mengurangi porositas maupun
meningkatkan arus aliran air sehingga menyebabkan banjir dan terbawa sedimen
endapan dan partikel kecil.

Gambar 2-7. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Mimika

Unit hidrologi penting untuk mengelola hutan mangrove, hutan yang


tergenang dan lahan gambut. Konsep unit pengelolaan daerah aliran sungai dan
bantaran sungai untuk drainase di kawasan hulu tidak akan banyak bermanfaat.
Sehingga diperlukan pendekatan unit pengelolaan hidrologi ”dari sungai ke
sungai”. Unit hidrologi ini saling berkaitan erat antar sesama elemen dan
berkaitan erat juga dengan lingkungan di daerah aliran sungai di hulu dan lepas
pantai.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 8
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

A. Hidrologi Hutan Mangrove


Hutan mangrove dan hutan rawa Mimika – Asmat nampak unik karena
tidak seperti ekosistem kebanyakan hutan mangrove di dunia yang terbentuk di
delta sungai. Hutan mangrove di Selatan Papua terbentuk pada beberapa
sungai sedang – besar Mimika, dimana masing-masing sungai mengaliri
tangkapan secara terbatas di bagian ujung Barat Cordillera Tengah yang
menghadap Selatan dan sungai besar di Kabupaten Asmat, yang mengalir
kawasan yang lebih luas lagi dari bagian Selatan Tengah dan bagian Utara
Tengah dari Cordillera Tengah. Air tawar memasuki dataran rendah di pesisir
baik secara langsung dari air hujan maupun secara tidak langsung berupa aliran
air permukaan tanah dari gunung, kaki bukit dan dataran yang mengalir melalui
sungai.
Sungai yang berkelok-kelok dengan vegetasi hutan yang tergenang dan
dengan tumbuhan mangrove yang terkumpul pada bantaran sungai yang
membelok sangat terpengaruh oleh arus air tawar dari kaki bukit dan gunung.
Hal ini dapat menyebabkan banjir yang terjadi secara berkala (intermittent),
terutama pada musim hujan antara Juni – Agustus. Namun, karena sebagian
besar arus air berasal dari kaki bukit dan gunung dengan curah hujan yang tinggi
yang dapat terjadi sepanjang tahun, banjir dapat terjadi kapan saja dalam
setahun. Arus air ini juga menyebabkan erosi yang terus-menerus dan
pengendapan pada bantaran sungai yang lambat laun dapat membentuk danau
dan bahkan menyebabkan perubahan arah sungai. Batang pohon yang
mengambang terbawa arus dapat pula berpengaruh jika batang pohon
terakumulasi sehingga menahan sedimen dan sisa-sisa batang, kemudian
membentuk pulau baru dan pada beberapa kejadian dapat menghalangi arus
sungai sehingga mengubah arah sungai. Hal ini menjadi kekhawatiran terutama
akibat kegiatan penebangan pohon dan pembukaan lahan di hulu sungai yang
tidak dikelola dengan baik khususnya dalam hal menangani sisa-sisa batang dan
sedimen yang terbawa arus.
Perubahan pada arus masuk dan arus keluar air tawar dan air laut (selain
sedimen dan bahan nutrien yang mengandung unsur hara) dapat berpengaruh
besar pada hutan ini dan pada sumberdaya yang berharga dari hutan. Program
bendungan dan irigasi seringkali menjadi penyebab perubahan drastis dari
ekosistem hutan mangrove, dan menurunnya persediaan udang dan ikan muara
sungai, kepiting dan kerang yang pada gilirannya merugikan kehidupan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

masyarakat yang bergantung pada hutan bakau. Bertambahnya sedimen akibat


longsor, pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan atau
perubahan lainnya pada daerah aliran sungai di hulu dan meningkatnya unsur
pupuk, pestisida dan polutan lainnya dapat pula berdampak pada flora dan fauna
hutan mangrove.
Dinding besar yang dibangun di pinggir laut atau struktur lain yang
menghalangi arus pasang dan upaya rekayasa (engineering) untuk meluruskan
atau normalisasi sungai sekaligus mencegah erosi anak sungai dapat pula
menyebabkan efek negatif pada hutan mangrove dan hutan rawa. Normalisasi
sungai menyebabkan terjadinya arus pasang yang lebih besar dan akan
memperparah genangan banjir dari hulu sungai. Potensi banjir besar dapat
terjadi ketika terdapat perubahan pasang yang berfluktuasi (pasang laut purnama
pada Januari dan Juni – Juli) dan puncak curah hujan selama musim hujan.

B. Hidrologi Lahan Basah dan Bagian Belakang Tanah Rawa


Lahan basah pada umumnya terdapat di belakang hutan mangrove dan
diantara sungai yang besar, pada kondisi arus air permukaan masuk dan arus
keluar air sangat terbatas atau bahkan tidak ada dan input hidrologi yang utama
adalah dari air hujan. Pada situasi demikian air menjadi kekurangan oksigen dan
menghambat proses pembusukan (dekomposisi) aerobik dari vegetasi yang
rontok, yang dengan berjalannya waktu akan membentuk gambut. Namun,
terdapat bukti bahwa paling tidak sebagian rawa yang terdapat di belakang hutan
mangrove di Mimika kadangkala mengalami banjir air sungai, sehingga
pembentukan tanah basah menjadi lebih lambat akibat kadar oksigen tinggi di air
yang masuk dan pembusukan lebih cepat. Pada kedua kondisi ini, lahan basah
dan tanah rawa berperan penting dalam fungsi hidrologi, yakni dalam menyerap
air, mengurangi banjir dan berfungsi sebagai reservoir yang dapat melepas air
secara sedikit demi sedikit melalui saluran air kecil dan sebagai air tanah yang
semuanya ini membantu menjaga aliran dan keseimbangan hidrologi.
Upaya untuk menguras dan mengkonversi lahan gambut untuk lahan
pertanian dan perkebunan mengakibatkan dekomposisi gambut yang cepat, yang
kemudian menyebabkan pengendapan dan masalah banjir yang lebih besar. Hal
ini juga menyebabkan pengeringan lahan gambut yang mengakibatkan
kebakaran lahan gambut yang kemudian menghasilkan emisi CO2 dan masalah
endapan yang susah diatasi.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Gambar 2-8. Peta Hidrologi Kabupaten Mimika

2.1.1.6. Potensi Sumberdaya Alam


Kabupaten Mimika memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat
beragam. Potensi tersebut antara lain berupa hutan mangrove, hutan rawa
dataran rendah, padang lamun, terumbu karang, berbagai jenis fauna (moluska,
kepiting dan lobster, udang, serangga, reptil dan amphibi, burung, mamalia,
mamalia laut, dan ikan).

a. Hutan Mangrove b. Perikanan

Gambar 2-9. Salah Satu Potensi Sumberdaya Alam di Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 11
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2.1.1.7. Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Mimika tahun 2014 adalah 199.311 jiwa
yang terdiri atas 112.218 jiwa laki-laki dan 87.093 jiwa perempuan. Dengan
komposisi tersebut, maka rasio jenis kelaminnya (sex ratio) sebesar 129, artinya
dalam 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 129 penduduk laki-laki.
Penduduk terbesar berada di Distrik Mimika Baru yaitu 65,03 persen. Hal ini
dikarenakan banyak penduduk yang menetap di Timika yang merupakan pusat
perekonomian, pendidikan dan pemerintahan.Laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Mimika sebesar 2.5 persen.Kepadatan penduduk Kabupaten Mimika
sebesar 10, artinya di kabupaten ini setiap 1Km2 dihuni sekitar 10 orang
penduduk.Jumlah penduduk Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan pada
Tabel 2-5.

Tabel 2-5. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Mimika, Tahun 2014

Kelompok Umur Penduduk (Jiwa) Persentase


No.
(Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah (%)
1. 00 – 04 11.502 10.871 22.373 11,23
2. 05 – 09 11.553 10.477 22.030 11,05
3. 10 – 14 11.159 9.815 20.974 10,52
4. 15 – 19 8.761 7.031 15.792 7,92
5. 20 – 24 7.162 6.166 13.328 6,69
6. 25 – 29 9.609 8.746 18.355 9,21
7. 30 – 34 12.373 10.388 22.761 11,42
8. 35 – 39 12.684 8.835 21.519 10,80
9. 40 – 44 10.729 6.508 17.237 8,65
10. 45 – 49 7.945 3.829 11.774 5,91
11. 50 – 54 4.278 2.146 6.424 3,22
12. 55 – 59 2.632 1.206 3.838 1,93
13. 60 – 64 983 609 1.592 0,80
14. 65+ 848 466 1.314 0,66
Jumlah 112.218 87.093 199.311 100,00
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

Jumlah penduduk Kabupaten Mimika pada tahun 2014 sebagian besar


berada pada kelompok usia produktif (15 – 64 tahun) yaitu sebanyak 132.620
jiwa dan sisanya berada pada usia tidak produktif (0 – 14 dan di atas 65 tahun)
yaitu sebanyak 66.691 jiwa. Dengan komposisi tersebut, maka rasio beban
tanggungannya sebesar 50 artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus
menanggung 50 jiwa penduduk usia tidak produktif.
Kabupaten Mimika didiami oleh 2 suku asli, yaitu suku Amungme yang
mendiami wilayah pegunungan dan suku Kamoro di wilayah pantai. Penduduk

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

lainnya yang mendiami Kabupaten Mimika adalah masyarakat pendatang dari


dataran tinggi Papua, Suku Asmat, kelompok etnis Papua lainnya, etnis Maluku
(terutama yang berasal dari Kei, Aru, Tanimbar dan Ambon), etnis Jawa/Sunda,
etnis Sulawesi (Bugis, Buton, Makassar, Toraja, Manado), warga Negara
Indonesia lainnya dan warga Negara asing.
Distrik yang terletak di wilayah pesisir adalah Amar, Mimika Barat, Mimika
Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Timur, Iwaka, Mimika Timur Tengah,
Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Agimuga dan Jita. Jumlah penduduk di
wilayah pesisir selengkapnya disajikan pada Tabel 2-6.

Tabel 2-6. Banyaknya Penduduk Wilayah Pesisir di Kabupaten Mimika, Tahun


2014

No. Nama Distrik Nama Kampung Penduduk (Jiwa)


1. Amar Manoare 259
Kawar 252
Amar 368
Ipiri 329
Paripi 301
Yaraya 304
2. Mimika Barat Kokonao 635
Migiwia 611
Mimika 333
Kiyura 560
Aparuka Tad
Apuri Tad
Atapo Tad
3. Mimika Barat Jauh Potowayburu 166
Yapakopa 493
Aindua 295
Tapormai 319
Umar 524
4. Mimika Barat Tengah Pronggo 310
Kipia 304
Mapar 205
Akar 246
Kapiraya 170
Uta 173
Mupuruka 378
Wumuka 145
Wakia 119
5. Mimika Timur Paomako 1.810
Hiripau 1.107
Kaugapu 1.026
6. Iwaka Pigapu 335
7. Mimika Timur Tengah Keakwa 700
Tiwaka 518
Atuka 651
Aikwapuka 556

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

No. Nama Distrik Nama Kampung Penduduk (Jiwa)


Kamora 613
8. Mimika Timur Jauh Fanamo 752
Ohotya 357
Omawita 483
Amamapare 1.000
Ayuka 331
9. Mimika Baru Nayaro 366
10. Agimuga Fakafuku Lama 216
Fakafuku Baru Tad
11. Jita Sumapro 332
Pece/Sempan Timur 368
Waituku Tad
Waitak Tad
Wacakam Tad
Blumen Tad
Jumlah 19.320
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

2.1.1.8. Masyarakat Adat Kamoro


Penduduk yang tinggal di wilayah pesisir Kabupaten Mimika adalah
masyarakat adat Kamoro. Mereka secara tradisional telah menerapkan
pendekatan konservasi yang sangat baik dalam memanfaatkan dan mengelola
sumberdaya alam. Mereka mengambil sumberdaya yang ada dalam jumlah
yang terbatas berdasarkan pada kebutuhan hidup dan persyaratan yang
diperlukan untuk melakukan upacara adat. Mereka berbeda dari sebagian besar
masyarakat Papua, terdapat struktur sosial yang kompleks yang menjunjung
tinggi asas timbal-balik, persamaan dan kesejajaran peran gender dan
menghargai perempuan sebagai pemilik tradisional dari tanah dan sumberdaya
alam.
Tetapi, perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat sejak 1970-an dan
seterusnya secara perlahan telah menghancurkan banyak lembaga adat mereka
dan menyebabkan semakin berkurangnya sumberdaya alam dimana mereka
menggantungkan hidupnya. Perbaikan pengelolaan sumberdaya alam untuk
berbagai pemanfaatan yang berkelanjutan sangat bergantung pada
pemberdayaan masyarakat adat Kamoro, serta keterlibatan mereka sebagai
ujung tombak pengelolaan ekosistem dan sumberdaya alam yang ada. Karena
pemahaman kita terhadap lembaga-lembaga kebudayaan mereka masih
terbatas, maka diperlukan proses belajar dan adaptasi dua arah. Pengelola
sumberdaya alam harus memperdalam pengetahuan dan lebih menghargai
budaya masyarakat adat Kamoro, sehingga mampu memfasilitasi proses refleksi
di antara masyarakat ini akibat perubahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

terjadi di tengah mereka sebagai dasar bagi perencanaan, pelaksanaan dan


pengawasan program pengelolaan sumberdaya alam di tingkat masyarakat.
Pemilik hak ulayat atas hutan mangrove, hutan rawa dan hutan di dataran
rendah Mimika adalah masyarakat adat Kamoro. Masyarakat adat Kamoro
mencakup sekitar 15.000 – 16.000 jiwa, yang hidup di 42 kampung yang terletak
di bagian Tengah dan Barat Mimika, serta 14 pemukiman pinggiran di dalam dan
di sekitar Kota Timika. Masyarakat adat Nawaripi atau Mukamuka mencakup
sekitar 1.000 jiwa yang tinggal di 3 kampung dan beberapa pemukiman pinggiran
di sekitar Kota Timika. Masyarakat adat Sempan mencakup sekitar 2.500 –
3.000 jiwa yang tinggal di 12 kampung di sebelah Timur Kabupaten Mimika, di
antara Sungai Inauga dan Owap – Sumapro di dalam Taman Nasional Lorentz.
Masyarakat adat Nawaripi dan Sempan memiliki hubungan kekerabatan
yang dekat dengan kelompok masyarakat adat Asmat di pedalaman.Sedangkan
masyarakat adat Kamoro berasal dari kelompok suku Asmat wilayah Barat yang
bermigrasi ke arah Baratdan kemudian melakukan kawin campur dengan
kelompok yang telah mendiami wilayah Mimika. Secara budaya dan linguistik,
masyarakat adat Kamoro sangat mirip, dan bahkan masyarakat adat Nawaripi
dan Sempan seringkali dianggap sama dengan masyarakat adat Kamoro, atau
dianggap sebagai kelompok transisi antara Suku Kamoro dan Asmat.
Masyarakat adat Kamoro lebih lanjut terbagi atas 10 sub-kelompok etnolinguistik.
Sama seperti banyak suku-suku asli lainnya, kelompok etnis ini
sebelumnya tidak memiliki nama. Dari 1920-an sampai 1970-an mereka dikenal
sebagai orang Mimika, berdasarkan nama sungai Mimika dimana pusat
administrasi kolonial Belanda berada. Nama Kamoro mulai dipakai sejak 1970-
an dan didapat dari kata Kamorekuu yang berarti manusia (lawan kata dari roh).
Sampai saat ini masih berlangsung debat internal mengenai nama yang tepat,
sebagian memilih nama Mimika-We (Rakyat Mimika) karena dianggap lebih
inklusif, sedangkan sebagian masyarakat adat Nawaripi dan Sempan menolak
untuk diklasifikasikan hanya sebagai bagian dari masyarakat adat Kamoro.

A. Sejarah Terjadinya Kontak dengan Dunia Luar


Dalam sejarah masyarakat adat Kamoro, mereka hanya sedikit
bersentuhan dengan dunia luar, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Tahun 1600-an sampai 1800-an. Para pedagang Maluku mendirikan jaringan
perdagangan yang memperdagangkan resin, burung cendrawasih, kulit

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

buaya, komoditi hutan lainnya dan budak. Kompetisi perdagangan semakin


intensif pada pertengahan 1800-an, ketika Sultan Tidore mengirim armada
hongi untuk menyerang penduduk yang tinggal di sepanjang pesisir Mimika
dan terus ke arah Timur sampai ke Kaokonao.
 Tahun 1900-1926. Pedagang China mulai masuk lebih jauh lagi ke wilayah
Kamoro untuk memperdagangkan kulit buaya dan serta komoditi hutan dan
laut lainnya, dan antara 1902 dan 1915 ekspedisi Belanda dan Inggris
memetakan garis pantai dan sungai-sungai utama.
 Tahun 1926-1942. Kantor pemerintahan Belanda dan misi Katolik didirikan di
Kaokonao, Uta dan Pulau Yapero (di dekat Otakwa) dan masyarakat adat
Kamoro yang nomaden mulai dipaksa untuk menetap secara permanen di
kampung-kampung sepanjang pantai.
 Tahun 1942-1945. Pasukan Jepang menguasai pesisir Mimika, mendirikan
pangkalan di dekat Keakwa dan Timika, yang kemudian dibom dan
dilumpuhkan oleh Sekutu. Sebagian orang Kamoro dipaksa untuk bergabung
ke dalam militer, tetapi sebagian besar melarikan diri ke pedalaman.
 Tahun 1945-1962. Kedatangan kembali otoritas kolonial Belanda di Mimika
mencegah kebangkitan kembali ritual-ritual adat dan melanjutkan proses
merumahkan suku-suku asli ke dalam kampung-kampung permanen.
 Tahun 1962-1969. Transisi ke Pemerintah Indonesia kurang lebih
berlangsung dengan damai. Pada tahun 1977 terdapat gerakan mengusir
para pendatang. Namun gerakan ini tidak lama kemudian berhenti dan sejak
itu tidak ada lagi gerakan separatis dalam skala besar.
 Tahun 1970-sekarang. Perubahan paling besar terjadi setelah datang
perusahaan pertambangan Amerika Serikat – Indonesia yaitu PT FI dan
munculnya perusahaan-perusahaan pembalakan kayu dalam skala besar
pada tahun 1970-an. Hal ini mengakibatkan masyarakat adat Kamoro terus
bersentuhan dengan peradaban industrial dan bagi beberapa kelompok
masyarakat mereka kehilangan hutan mangrove dan hutan rawa mereka.
Namun, dampak paling besar adalah munculnya gelombang pendatang yang
tertarik oleh perkembangan sektor pertambangan yang pesat di Mimika.
Gelombang migrasi yang terus berdatangan ke Mimika menyebabkan
terkikisnya nilai-nilai budaya dan sosial, munculnya marjinalisasi secara
ekonomi dan politik, termasuk semakin berkurangnya akses dan
meningkatnya kompetisi untuk mendapatkan sumberdaya alam. Hal ini

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

sejalan dengan hilangnya kemandirian karena meningkatnya ketergantungan


akan pemberian bantuan yang berasal dari pemerintah dan perusahaan-
perusahaan. Hal tersebut juga memperlemah struktur hubungan matrilineal
dan peranan perempuan dalam pengelolaan sumberdaya.

B. Organisasi Sosial Budaya dan Perubahan Budaya


B.1. Orientasi Kebudayaan dan Dasar-Dasar Kebudayaan yang Utama
Masyarakat adat Kamoro secara budaya memiliki orientasi terhadap
kesuburan dan reproduksi, dimana peranan perempuan sangat dijunjung tinggi
karena mereka adalah produser utama dan re-produser. Kaum perempuan
adalah figur yang paling utama di dalam klan yang menganut garis matrilineal
(Kamoro: Toparu; Sempan: Yahe Se) dan matrilineal (Kamoro: Peraeko) serta
siklus-siklus ritual mereka yang kompleks, termasuk di dalamnya festival
perempuan dan festival laki-laki dan penguburan perempuan dan laki-laki dan
orang-orang yang dituakan dalam setiap festival utama. Menurut seorang ahli
antropologi Papua, Alua (1998), orang-orang Kamoro hidup sesuai dengan
sebuah filosofi yang dikenal sebagai ”Ndai Tita” yang memiliki 5 (lima) elemen
utama:
1. Taparu – Hidup berdampingan (istilah ini juga berhubungan dengan struktur
sosial yang sangat penting dan tanah).
2. Kaokapaiti – Menghormati istri orang lain dan saudara ipar.
3. Imimi – Kesatuan dengan orang yang sebaya.
4. Aopao or Nawarepoke – Asas timbal balik.
5. Wee-iwawoto – Mengasihi orang lain.

B.2. Struktur Sosial


Dalam struktur sosial masyarakat adat Kamoro terdapat 4 (empat)
tingkatan utama:
1. Keluarga inti: keluarga, pada umumnya terdiri atas ibu, ayah dan 1 – 3 anak,
adalah unit kerja yang hubungannya yang tinggal dan bekerja bersama untuk
mendapatkan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
biasanya di lahan milik keluarga perempuan.
2. Peraeko: suku yang berasal dari garis ibu disebut peraeko, yang biasanya
terdiri atas orang-orang di generasi yang sama yang berasal dari satu nenek
moyang yang sama, dimana perempuan merupakan yang utama. Dalam
konteks yang lebih kontemporer, peraeko dapat disamakan dengan konsep
Rukun Tetangga atau lingkungan yang bertetangga. Anggota dari sebuah

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 17
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

peraeko sering bekerja sama untuk mengerjakan pekerjaan yang berat,


seperti mengolah sagu.
3. Taparu: Kelompok sosial yang lebih besar dan didasarkan pada tanah
disebut taparu, yang terbentuk atas beberapa peraeko,baikyang
berhubungan maupun tidak berhubungan, yang tinggal di wilayah yang sama.
Tidak seperti masyarakat Papua lainnya yang mendasarkan struktur klan
pada garis nenek moyang, keanggotaan dari sebuah klan didasarkan pada
wilayah tempat tinggal yang sama dan pemanfaatan sumberdaya dari
wilayah yang telah diberikan. Keanggotaan dari sebuah taparu juga bisa
melalui garis keturunan, dimana laki-laki menikah dengan anggota kelompok
atau hanya dengan tinggal dan mengelola tanah dimana terdapat sebuah
taparu. Setiap taparu memiliki satu atau lebih orang yang dituakan, mereka
adalah orang yang dihormati oleh anggota taparu lainnya. Para tetua
biasanya dilibatkan dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
sumberdaya melalui konsensus, tetapi mereka tidak berhak memindahkan
hak atas tanah ataupun sumberdaya. Para anggota taparu biasanya
bersama-sama mempersiapkan ritual utama.
4. Suku: suku terdiri atas dua atau lebih taparu yang secara tradisional
mendiami sisi sungai yang sama, dan saat ini mereka biasanya tinggal
bersama dalam satu kampung. Di beberapa wilayah terdapat suku-suku hulu
dan hilir, dan biasanya terjalin hubungan timbal balik yang erat di antara
mereka. Suku atau kampung bekerja sama untuk mempersiapkan kegiatan
kegiatan ritual seperti Tauri Karapao (ritual inisiasi anak laki-laki), meskipun
peranan di dalam upacara ini akan dibagi-bagi sesuai dengan taparu masing-
masing. Ketika wilayah sebuah suku dibagi menurut wilayah yang secara
teoritis adalah kepunyaan taparu yang berbeda, suku atau desa masih
dianggap memiliki hak atas seluruh wilayah dan dalam banyak kasus setiap
anggota komunitas dapat memperoleh akses untuk mengambil hasil hutan
dan menangkap ikan tanpa adanya perselisihan atau tanpa perlu meminta
izin kepada tetua taparu.

B.3. Organisasi Pembagian Hak Atas Sumberdaya dan Wilayah Sakral


Organisasi pembagian hak atas sumberdaya diantara masyarakat adat
Kamoro diatur oleh seperangkat peraturan lisan yang rumit tetapi cukup fleksibel,
dengan nilai kuncinya adalah timbal-balik (Aopao) dan rasa hormat terhadap
pihak ipar perempuan (Kaokapaiti). Taparu adalah pemilik tidak resmi dari

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 18
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

tapare atau wilayah dimana mereka tinggal, sedangkan para tetua taparu hanya
memiliki hak yang sangat terbatas untuk menyelesaikan masalah atas tanah dan
sumberdaya dan sebaliknya bergantung pada konsensus yang dibangun untuk
menyelesaikan perselisihan yang muncul dalam kaitannya dengan pemanfaatan
tanah maupun sumberdaya alam.
Di dalam setiap komunitas masyarakat adat Kamoro terdapat beberapa
orang laki-laki dan perempuan yang dianggap sebagai Amako. Istilah ini
menunjuk kepada siapapun yang mewarisi benda-benda tertentu baik secara
fisik, spiritual maupun properti, tetapi kebanyakan digunakan untuk merujuk ke
individu tertentu yang memiliki hak terhadap barang maupun tindakan yang
dikeramatkan. Di dalam upacara mereka memiliki hak eksklusif untuk
menampilkan ritual-ritual tertentu yang berhubungan dengan kesuburan dari
berbagai jenis tumbuhan, berkomunikasi dengan berbagai macam arwah
dan/atau menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu. Hak ini dapat diturunkan
dari ibu kepada anak perempuannya atau dari ayah kepada anak lelakinya.
Tapar-Amako adalah orang yang dianggap sebagai keturunan dari leluhur
taparu, sedangkan anggota lain dianggap sebagai tamu di tanah tersebut.
Namun, pada prakteknya bahkan seorang Tapar-Amako hanya memiliki
kekuatan yang terbatas untuk membuat satu keputusan unilateral yang berkaitan
dengan pemanfaatan tanah dan sumberdaya.
Secara tradisional tidak ada status kepala suku, meskipun pada saat
peperangan, We Ayku diberi peranan kepemimpinan sementara. Saat ini, kepala
kampung dan kepala suku, yang ditunjuk oleh pemerintah dari akhir 1920-an
sampai pada awal ke-20, tetapi sekarang dipilih oleh anggota masyarakat,
memiliki otoritas yang lebih besar untuk membuat keputusan atas nama semua
warga sebagai satu kesatuan. Hal ini termasuk hak terbatas untuk memberikan
akses kepada orang luar terhadap sumberdaya dan tanah yang harus diganti
dengan uang atau sejenisnya sebagai dana untuk pengembangan kampung.
Namun, otoritas tersebut dimediasi melalui komunitas yang lebih luas, yang
biasanya berkumpul untuk menyaksikan diskusi-diskusi antara warga kampung
dan kepala suku, dan mereka beresiko mendapatkan ketidaksetujuan dan
kritikan dari komunitas yang lebih luas jika mereka gagal menjaga hak kolektif
dari taparu dan desa serta gagal menjaga prinsip timbal-balik dan pemerataan
kesejahteraan.
Hak kepemilikan dan akses untuk mendapatkan berbagai jenis
sumberdaya tetap didasarkan pada asas komunal dan pemerataan, meskipun

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 19
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

beberapa sumberdaya dimiliki secara pribadi, seperti yang tercantum di bawah


ini.
Lahan sagu dimiliki secara komunal oleh taparu. Hak untuk
memanfaatkan sumberdaya ini terbuka bagi semua anggota taparu, dan bahkan
anggota dari taparu lainnya, meskipun para tetua dari sebuah peraekobiasanya
memiliki hak untuk memilih pohon sagu yang paling baik untuk diri mereka
sendiri.
Hak untuk menangkap ikan di teluk yang besar biasanya berlaku untuk
semua warga kampung. Sedangkan untuk kawasan rawa utama, hak ini
biasanya dimiliki taparu, meskipun tetap saja pada prakteknya seluruh warga
kampung dan orang luar boleh menangkap ikan di wilayah ini jika mereka mau.
Hak untuk menangkap ikan di ceruk sungai sungai yang kecil biasanya dimiliki
oleh satu orang atau lebih yang biasanya memiliki hubungan dekat. Hak ini
dapat diwariskan melalui garis matrilineal.
Kebun biasanya dimiliki dan dikelola oleh pasangan yang telah menikah,
yang keduanya memiliki hak yang sama. Setelah mereka meninggal, kebun
diwariskan kepada anak-anak yang telah dewasa atau dapat dikembalikan ke
taparu.
Kepemilikan berbagai jenis pepohonan termasuk kelapa palem, sukun,
pohon sagu yang sengaja ditanam atau dirawat, pohon kano atau pohon kayu
besi juga dapat dimiliki secara individual dengan cara menandai batang
pohonnya agar diketahui siapa pemiliknya. Beberapa spesies seperti pohon
kano dan kayu besi hanya dimiliki oleh laki-laki, sedangkan spesies lain seperti
buah merah dimiliki oleh perempuan, dan hak kepemilikan dapat diwariskan
kepada anak laki-laki maupun perempuan. Pohon sagu yang ditanam atau
dipelihara dapat dimiliki oleh lelaki, perempuan atau pasangan, dimana kulit
pohon sagu atau pohon mangrove dapat digunakan untuk membesarkan ulat
sagu atau cacing bakau. Sedangkan pohon kelapa dapat dimiliki oleh lelaki,
perempuan atau bahkan anak-anak, tetapi tidak oleh pasangan. Hak untuk
mengumpulkan cacing-cacing bakau yang telah jatuh dari pohon secara alami
terbuka untuk semua anggota taparu atau desa, meskipun bagian terbaik harus
diberikan untuk pihak ipar perempuan (Kaokapaiti) dari sebuah keluarga.
Warga dari kampung lain pada umumnya diizinkan untuk berburu,
memancing, mengumpulkan sagu atau komoditi lainnya. Hal ini sangat penting
dalam konteks modern, dimana terjadi mobilitas yang sangat tinggi di dalam

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 20
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

masyarakat akibat dari pernikahan, pencarian akses ke sumberdaya, pasar dan


kesempatan kerja. Demikian juga untuk menghindari konflik, yang berarti banyak
orang yang tinggal di tempat lain yang berada jauh dari tempat asal mereka.
Namun, dalam kasus mereka yang telah menikah atau telah tinggal di tempat
tersebut selama beberapa waktu, mereka dapat diterima sebagai anggota resmi
dari taparu dan pada kampung tersebut tetapi hak mereka atas akses terhadap
sumberdaya di kampung asal mereka akan hilang seiring berjalannya waktu.
Lebih jauh lagi, tampaknya akses pada barang-barang yang nyata secara
materi, seperti rumah permanen, kendaraan, perahu bermotor dan simpanan
uang telah meningkat. Oleh karena itu, para pria mewariskan barang-barang
tersebut ke pihak garis ayah karena mereka sering merasa enggan untuk
memberikan barang-barang tersebut ke anak dari saudara perempuannya.
Tidak seperti komunitas masyarakat adat dataran tinggi Papua lainnya,
dimana kompetisi untuk menguasai sumberdaya alam pada umumnya lebih
tajam dan klan-klan yang ada menjaga wilayah mereka dengan agresif, konflik
atas tanah dan sumberdaya alam tidak umum terjadi di wilayah ini. Pouwer
(2010) membahas mengenai konflik antar masyarakat yang tinggal di hulu dan
hilir yang dia yakini disebabkan oleh konflik atas akses menuju hutan sagu di
hulu dan wilayah tangkapan ikan di hilir. Namun, tetap dapat dikatakan bahwa
penyebab konflik ini adalah pelanggaran atas asas timbal-balik dan bukan
sebagai akibat dari upaya untuk mendapatkan kontrol langsung atas sumberdaya
yang ada.
Namun, dalam konteks kontemporer, situasi saat ini menjadi lebih rumit
dan lembaga adat telah menjadi lemah karena nilai-nilai dasar atas sumberdaya
alam telah berubah. Jual-beli tanah sudah menjadi kenyataan dan sanksi
spiritual atas pelanggaran terhadap hukum adat yang telah kehilangan
kekuatannya. Sebagai contoh, sagu telah menjadi kurang bernilai karena
ketersediaan beras dan barang-barang lain yang dapat dibeli di toko. Sedangkan
nilai suumberdaya pesisir termasuk kepiting lumpur, udang dan ikan meningkat
pesat sejalan dengan tingginya permintaan dari pasar lokal, nasional dan
internasional.
Nilai dari tanah dengan sendirinya ikut bergeser juga. Sebelumnya tanah
dianggap sebagai sumber dari identitas budaya dan kehidupan, yang tidak dapat
dipisahkan dari taparu. Tetapi lebih dari setengah abad kemudian, tanah telah
menjadi komoditi berharga milik masing-masing, yang dapat diperjualbelikan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 21
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

kepada orang asing, atau dapat diminta oleh pemerintah atau investor dengan
alasan kepentingan nasional. Hal ini dapat menimbulkan konflik antar taparu
atau antar kampung, karena hampir seluruh orang asing menganggap bahwa
yang berlaku adalah struktur klan yang berdasarkan garis patriakal, serta kepala
kampung dan kepala suku memiliki otoritas untuk membuat transaksi atas tanah
dengan mengatasnamakan suku atau klannya. Sedangkan pada kenyataannya
hak atas tanah dan berbagai sumberdaya lainnya merupakan milik bersama dari
semua anggota masyarakat.
Sanksi untuk anggota komunitas adalah sanksi secara lisan dan
konsensus sosial. Kepercayaan bahwa arwah nenek moyang melindungi
wilayah taparu masih cukup kuat untuk melindungi dari pelanggaran oleh orang
luar. Mereka yang melanggar aturan tidak tertulis mengenai sumber kepemilikan
akan menghadapi hukuman oleh nenek moyang seperti hilang di dalam hutan,
kehilangan ingatan atau sakit parah. Penyembuhan hanya dapat dilakukan oleh
campur tangan dukun dan dengan cara membuat senang arwah nenek moyang.

B.4. Prata – Tempat yang Dikeramatkan dan Penutupan Sementara


Konsep penting lain dalam pengelolaan sumberdaya alam dari
masyarakat adat Kamoro adalah Prata, yang berhubungan dengan tempat yang
dikeramatkan dan pelarangan panen sementara. Tempat yang dikeramatkan
dapat ditemukan di berbagai wilayah Kamoro yang antara lain berupa kumpulan
pohon sagu tertentu, area pemakaman, kampung-kampung tua dan berbagai
tempat yang dianggap memiliki hubungan dengan migrasi historis – mistis nenek
moyang mereka yang pertama kali menempati wilayah mereka. Selain individu
tertentu yang merupakan ahli waris dari nenek moyangnya (misalnya Tapar-
Amoko), tidak boleh ada orang lain yang masuk maupun keperluan lain di
wilayah-wilayah ini. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat berlindung bagi
hewan-hewan yang dieksploitasi secara berlebihan.
Prata juga dikenal sebagai pembatas sementara terhadap eksploitasi
sumberdaya alam atau orang Maluku menyebutnya dengan istilah Sasi, yang
merujuk pada pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional yang banyak
diterapkan di Maluku dan Papua. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kesepakatan
di antara para anggota masyarakat yang memiliki hubungan spesifik atau
berdasarkan kelompok tempat tinggal (seperti di taparu atau kampung yang
sama) yang melarang eksploitasi sumberdaya alam jenis tertentu di lokasi yang

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 22
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

telah ditentukan untuk jangka waktu tertentu, dengan tujuan untuk melindungi
nilai ekonomi yang tinggi maupun nilai budaya untuk mencapai panen yang
melimpah untuk jangka waktu yang panjang.
Pembatasan-pembatasan ini kemungkinan diciptakan oleh beberapa
individu yang menginginkan pohon-pohon jenis tertentu dapat sepenuhnya siap
sebelum dipanen, atau mungkin saja pembatasan ini dibuat pada skala yang
lebih besar baik itu oleh tetua taparu, amako yang memiliki hubungan khusus
dengan sumberdaya alam yang ada, atau penyelenggara pesta adat utama agar
persediaan sumberdaya yang ada akan tetap mencukupi pada saat ritual
tersebut diselenggarakan. Secara bergantian, ada berbagai macam jenis
sumberdaya yang akan berada di bawah pembatasan prata, antara lain kelapa,
sagu, sukun, akar sagu dan cacing bakau.
Prata tidak diterapkan untuk sumberdaya yang bergerak seperti ikan,
kepiting, buaya dan lain-lain, kemungkinan karena pergerakan hewan-hewan
tersebut tidak terbatas hanya pada wilayah tertentu (tapare). Atau mungkin juga
karena sebelumnya nilai sumberdaya ini masih rendah dan dianggap masih
aman dari ancaman eksploitasi berlebihan. Namun, saat ini sumberdaya alam
tersebut memilikinilai ekonomi yang sangat tinggi dan terancam untuk
menghadapi eksploitasi secara berlebihan, kemungkinan diperlukannya
perluasan penerapan prata untuk melindungi populasi dari spesies-spesies ini
merupakan sebuah strategi pengelolaan sumberdaya alam dengan cara bekerja
sama dengan komunitas masyarakat adat.

2.1.1.9. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang tersedia di Paomako yang direncanakan
sebagai pusat PSKPT, yaitu pelabuhan perikanan (belum operasional),
pelabuhan umum, cold storage, kantor pengawas PSDKP, pengolah air bersih
(belum memenuhi standar air minum), pabrik es balok (belum operasional),
kantor Polair. Selain itu, di Kabupaten Mimika juga terdapat Balai Benih Ikan
Lokal yang terletak di Kampung Bhintuka.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 23
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

a. Pelabuhan Perikanan b. Pos PSDKP

c. TPI d. Pabrik Es Balok

e. Pengolahan Air Minum f. Pelabuhan Umum

Gambar 2-10. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Paomako,


Kabupaten Mimika

Sarana dan prasarana lainnya yang tersedia di Kabupaten Mimika adalah


lembaga keuangan (bank dan koperasi), Kantor Wilayah Kerja Karantina
Pengendalian Mutu Mimika (belum dapat memenuhi keinginan pelaku usaha
untuk ekspor langsung dari Kabupaten Mimika, pasar dan lain-lain.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 24
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2.2.1.10. Ekonomi Wilayah


A. Pertumbuhan Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat digambarkan dengan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah keseluruhan produk yang
dihasilkan di suatu wilayah pada waktu tertentu. Perekonomian Kabupaten
Mimika pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika
mencapai -0,79% (atas dasar harga berlaku) dan 10,40% (atas dasar harga
konstan), sedangkan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai -19,62%
(atas dasar harga berlaku) dan -3,04% (atas dasar harga konstan). Penurunan
ini disebabkan oleh turunnya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian.
Saat ini, perekonomian di Kabupaten Mimika hampir sepenuhnya bergantung
pada eksploitasi sumberdaya mineral, sedangkan sektor lain seperti pertanian,
kehutanan, konstruksi dan industri jasa hanya menyumbang kurang dari 10%
dari pendapatan kotor daerah. Namun hal ini mulai berubah karena dengan
jumlah penduduk yang berkembang sangat pesat pekerjaan di sektor
pertambangan mulai sulit dicari, sehingga mulai dilakukan eksploitasi terhadap
sumberdaya alam lainnya seperti perkebunan kelapa sawit, pertanian,
pembalakan kayu, perikanan dan lain-lain. Proses ini dipercepat lagi dengan
pertumbuhan penduduk yang terus berlanjut dan produksi tambang Grasberg
yang akan terus menurun dalam beberapa puluh tahun ke depan. Hal ini
dibayang-bayangi dengan munculnya ancaman terhadap keanekaragaman
hayati, ekologi dan masyarakat Mimika, dan juga kemungkinan hancurnya salah
satu sumber karbon dunia yang terbesar.
Menggantungkan perekonomian hanya pada satu sektor berskala besar
sangat beresiko tinggi, sehingga diperlukan diversifikasi di bidang ekonomi untuk
memastikan keberlangsungan berjalannya perekonomian dalam jangka
panjang.Namun, dalam merencanakan dan menerapkan program
pengembangan ekonomi, pemerintah dan masyarakat Mimika harus sangat
berhati-hati agar dapat menghindari kerusakan pada hutan mangrove dan hutan
rawa serta menghindari hambatan untuk memperoleh manfaat ekonomi dan
ekologi yang diperoleh dari sumberdaya setempat.
Kondisi perekonomian untuk sub sektor perikanan mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan
Kabupaten Mimika mencapai 1,25% (atas dasar harga berlaku) dan 3,21% (atas

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 25
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

dasar harga konstan), sedangkan pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi sub
sektor perikanan mencapai 0,23% (atas dasar harga berlaku) dan 1,21% (atas
dasar harga konstan). Perkembangan PDRB Kabupaten Mimika selengkapnya
disajikan pada Tabel 2-7.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika menurut sektor pada
tahun 2014 didominasi oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 13,39%;
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,42%; serta sektor dan
pengangkutan dan komunikasi sebesar 5,07%. Perekonomian wilayah
Kabupaten Mimika berupa PDRB menurut sektor/lapangan usaha selengkapnya
disajikan pada Tabel 2-7.

Tabel 2-7. Perkembangan PDRB Kabupaten Mimika


Harga Berlaku (Rp Juta) Harga Konstan (Rp Juta)
No. Sektor
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1. Pertanian 987.966,64 1.000.668,98 1.012.987,83 936.907,86 960.620,37 973.672,96
- Perikanan 630.643,69 638.530,69 640.003,82 598.617,65 617.833,27 625.309,05
2. Pertambangan & 43.233.565,34 42.564.702,24 32.581.055,29 43.079.560,33 46.520.397,34 44.690.163,29
Penggalian
3. Industri 79.583,48 82.744,92 85.387,99 75.233,57 78.451,21 80.847,15
Pengolahan
4. Listrik, Gas 12.202,50 11.718,80 13.288,40 12.348,02 12.986,58 13.278,59
dan Air Bersih
5. Bangunan 1.351.416,22 1.424.663,53 1.496.640,94 1.287.721,69 1.330.144,60 1.358.191,76
6. Perdagangan, 1.193.872,78 1.249.758,17 1.317.507,65 1.141.405,40 1.199.424,55 1.263.512,49
Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan & 1.501.957,51 1.583.581,88 1.663.824,06 1.414.610,72 1.495.549,05 1.562.160,59
Komunikasi
8. Keuangan, Sewa & 486.486,72 516.203,69 533.680,27 454.876,73 493.657,32 506.271,46
Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa 977.225,91 998.417,01 1.030.159,62 945.410,77 968.518,45 997.113,58
Jumlah 49.824.277,10 49.432.459,22 39.734.532,05
Pertumbuhan (%) - -0,79 -19,62 - 10,40 -3,04
Sumber: PDRB Kabupaten Mimika Menurut Lapangan Usaha 2014 (Diolah)

Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Mimika atas dasar harga


berlaku menunjukkan penurunan, yaitu dari Rp 260.042.840,00 pada tahun 2012
menjadi Rp 199.369.560,00pada tahun 2015. Adapun jika lapangan usaha
pertambangan dikeluarkan, maka diperoleh PDRB per kapita tahun 2014 senilai
Rp 35.891.030,00. Selama lima tahun terakhir, niai PDRB per kapita ini selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 PDRB per kapita ini sebesar Rp
29.481.770,00 tumbuh 10,34% menjadi Rp 32.530.430,00 pada tahun 2011. Di
tahun 2012 meningkat menjadi Rp 34.396.850,00 dengan pertumbuhan 5,74%,
kemudian naik 1,66% menjadi Rp 34.968.030,00 pada tahun 2013 dan naik
2,64% menjadi Rp 35.891.030,00 pada tahun 2014.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 26
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

B. Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan


Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB
Kabupaten Mimika masih sangat dominan dari sektor pertambangan dan
penggalian. Pada tahun 2012 – 2014 kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian masing-masing sebesar 86,77%; 86,11%; 82,00% (atas dasar harga
berlaku) dan 87,30%; 87,68; 86,87 (atas dasar harga konstan). Sedangkan
sektor lainnya yang dipandang cukup dominan adalah sektor pengangkutan dan
komunikasi masing-masing sebesar 3,01%; 3,20%; 4,19% (atas dasar harga
berlaku) dan 2,87%; 2,82%; 3,04% (atas dasar harga konstan) serta sektor jasa-
jasa masing-masing sebesar 1,96%; 2,02%; 2,59% (atas dasar harga berlaku)
dan 1,92%; 1,83%; 1,94% (atas dasar harga konstan).
Sementara itu, kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB
Kabupaten Mimika masih kecil. Hal ini dapat dimengerti mengingat sub sektor
perikanan bukan menjadi sektor andalan perekonomian Kabupaten Mimika.
Pada tahun 2012 – 2014 kontribusi sub sektor perikanan masing-masing sebesar
1,27%; 1,29%; 1,61% (atas dasar harga berlaku) dan 1,21%; 1,16%; 1,22%
(atas dasar harga konstan). Kontribusi PDRB Kabupaten Mimika atas dasar
harga berlaku dan harga konstan menurut sektor/lapangan usaha selengkapnya
disajikan pada Tabel 2-8.

Tabel 2-8. Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Mimika

Harga Berlaku (%) Harga Konstan (%)


No. Sektor/Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1. Pertanian 1,98 2,02 2,55 1,90 1,81 1,89
- Perikanan 1,27 1,29 1,61 1,21 1,16 1,22
2. Pertambangan & Penggalian 86,77 86,11 82,00 87,30 87,68 86,87
3. Industri Pengolahan 0,16 0,17 0,21 0,15 0,15 0,16
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03
5. Bangunan 2,71 2,88 3,77 2,61 2,51 2,64
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,40 2,53 3,32 2,31 2,26 2,46
7. Pengangkutan & Komunikasi 3,01 3,20 4,19 2,87 2,82 3,04
8. Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 0,98 1,04 1,34 0,92 0,93 0,98
9. Jasa-Jasa 1,96 2,02 2,59 1,92 1,83 1,94
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber:PDRB Kabupaten Mimika Menurut Lapangan Usaha 2014 (Diolah)

Dalam satu dekade ke depan, kegiatan ekonomi Kabupaten Mimika


masih akan didominasi oleh bidang pertambangan dan penggalian, meskipun
kontribusinya semakin menurun. Indikasi tesebut terlihat dari kontribusi yang
besar dalam PDRB (lebih dari 80%) karena kabupaten ini merupakan daerah
pertambangan. Sektor lain yang bisa dijadikan andalan dalam perekonomian
Kabupaten Mimika adalah sektor pengangkutan dan komunikasi; perdagangan,

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 27
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

hotel dan restoran;jasa-jasa; serta sektor pertanian (utamanya subsektor


perikanan) karena kontribusinya menempati urutan kedua, ketiga, keempat dan
kelima dalam PDRB.

C. Analisis Produktifitas Kegiatan Ekonomi


Analisis produktifitas kegiatan ekonomi menggunakan metode
perhitungan Location Quotient (LQ). LQ adalah suatu indeks untuk mengukur
tingkat relatif suatu sektor atau subsektor ekonomi suatu wilayah tertentu.
Pengertian relatif disini diartikan sebagai tingkat perbandingan suatu wilayah
dengan wilayah yang lebih luas, dimana wilayah yang diamati merupakan bagian
dari wilayah yang lebih luas tersebut.
Berdasarkan perhitungan LQ diperoleh bahwa sektor-sektor yang
merupakan sektor basis (unggulan) bagi perekonomian KabupatenMimika adalah
sektor pertambangan dan penggalian, karena memiliki nilai LQ lebih dari 1.
Sektor basis berperan penting dalam pembangunan daerah karena sektor
tersebut dapat memberikan kontribusi utama bagi perekonomian daerah.Hasil
perhitungan LQ selengkapnya disajikan pada Tabel 2-9.

Tabel 2-9. Perkembangan Nilai LQ Kabupaten Mimika

Nilai LQ
No. Sektor/Lapangan Usaha
2012 2013 2014
1. Pertanian 0,1582031 0,1554706 0,1806305
- Perikanan 0,2453062 0,2511563 0,2819399
2. Pertambangan & Penggalian 2,1001258 2,2831928 2,8400650
3. Industri Pengolahan 0,0726596 0,0774377 0,0880288
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,2790844 0,2730190 0,3432835
5. Bangunan 0,2167241 0,2113308 0,2258915
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,2983348 0,2845416 0,3304160
7. Pengangkutan & Komunikasi 0,3834899 0,3773161 0,4388915
8. Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 0,3563641 0,3548175 0,4158894
9. Jasa-Jasa 0,1542576 0,1546348 0,1728829
Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Mimikadan Provinsi Papua (2015)

2.1.2. Gambaran Umum Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu


2.1.2.1. Aksesibilitas
Kampung Paomako yang direncanakan sebagai sentra kegiatan berjarak
sekitar 40 km dari pusat kota, dapat diakses dengan kendaraan roda empat/roda
dua dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dari ibukota kabupaten. Jalan terbuat
dari aspal hotmik dengan kondisi mulus.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 28
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2.1.2.2. Profil Umum PPI Paomako


Area pelabuhan perikanan Paomako yang direncanakan menjadi
pusat/sentra kelautan dan perikanan terpadu di Kabupaten Mimika sudah
memiliki sarana dan prasarana penunjang. Beberapa sarana dan prasarana
yang terdapat di sini adalah dermaga, cold storage, kantor pengawas PSDKP,
pengolah air bersih, pabrik es balok, kantor Polair. Kondisi lahan di sekitar PPI
Paomako berupa lahan rawa yang ditumbuhi tanaman mangrove. Hasil foto
udara area pelabuhan perikanan Paomako dengan menggunakan peralatan
drone disajikan pada Gambar 2-12.

Gambar 2-12. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
di Pelabuhan Perikanan Paomako, Distrik Mimika Baru,
Kabupaten Mimika

Sarana dan prasarana yang tersedia di PPI Paomako yang direncanakan


sebagai pusat PSKPT, yaitu pelabuhan perikanan (belum operasional),
pelabuhan umum, cold storage, kantor pengawas PSDKP, pengolah air bersih
(belum memenuhi standar air minum), pabrik es balok (belum operasional),
kantor Polair.

2.1.2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Sekitar Lokasi PPI Paomako


Masyarakat yang tinggal di sekitar PPI Paomako memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan dengan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 29
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

menggunakan perahu motor tempel dengan panjang sekitar 9 m, lebar 0,6 m dan
tinggi 1,3 m. Mesin yang digunakan berkekuatan 15 PK.Alat tangkap yang
banyak digunakan adalah jaring kantong/trammel net.Hasil tangkapan utamanya
adalah udang. Saat ini di Paomako terdapat sekitar 26 perahu trammel net.

a. Armada Penangkapan Ikan b. Jaring Kantong

Gambar 2-11. Armada dan Alat Penangkapan Ikan di Kampung Paomako,


Kabupaten Mimika

Sistem bagi hasil yang berlaku di Kabupaten Mimika adalah sistem


persentase.Besarnya persentase bagi hasil tersebut yaitu 50% untuk pemilik dan
50% untuk buruh. Sistem bagi hasil ini pada umumnya sangat menguntungkan
nelayan pemilik. Sedangkan bagian yang diperoleh nelayan buruh sebenarnya
tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh
Anak Buah Kapal (ABK) akan semakin kecil jika dalam satu kelompok kerja
menggunakan banyak ABK. Oleh karena itu, perlu adanya saling pengertian
terutama nelayan pemilik agar para nelayan buruh dapat memperoleh bagian
yang sesuai dengan tenaga yang dikeluarkannya.

2.1.2.4. Justifikasi Pemilihan PPI Paomako


Lokasi Sentra kegiatan SKPT Kabupaten Mimika direncanakan di
Pelabuhan Perikanan Paomako. Sarana dan prasarana yang tersedia di
Pelabuhan Perikanan Paomako yaitu pelabuhan perikanan (belum operasional),
pelabuhan umum, cold storage, kantor pengawas PSDKP, pengolah air bersih
(belum memenuhi standar air minum), pabrik es balok (belum operasional),
kantor Polair. Lokasi tersebut sangat tepat untuk dijadikan Sentra karena sudah
tersedia beberapa sarana dan prasarana (walaupun belum beroperasi),

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 30
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

aksesibilitas mudah (kondisi jalan bagus) dan adanya dukungan Pemerintah


Daerah.

2.2. Tinjauan Kebijakan


Berdasarkan kondisi yang ada, perkembangan kota-kota di Kabupaten
Mimika hampir sama untuk seluruh distrik, namun ada beberapa kota yang
menunjukkan tingkat perkembangan lebih tinggi, diantaranya adalah Timika,
Kuala Kencana, dan Agimuga.Dengan mengacu pada sistem perkotaan di
Papua, maka kota-kota di Kabupaten Mimika termasuk dalam kategori PKN
adalah Kota Timika, sedangkan PKW Kabupaten direkomendasikan di Mimika
Timur Jauh. PKL ditetapkan di Mimika Timur, Mimika Barat Jauh, Mimika Barat,
dan Agimuga. Kota dimaksud adalah Kota Timika dengan jumlah penduduk
berkisar antara 50.000 jiwa – 150.000 jiwa.
Sedangkan bila memperhatikan jumlah penduduk yang akan berkembang
serta melihat hierarki tersebut di atas, maka kota-kota di Kabupaten Mimika
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Kota Fungsi Primer : Kota Timika
 Kawasan Fungsi Sekunder I : Distrik Mimika Timur Jauh (Amamapare),
Kota Kuala Kencana, Tembagapura,
Mimika Barat (Kokonao), Mimika Barat
Jauh (Potowaiburu), Agimuga (Kiliarma),
dan Mimika Timur (Mapuru Jaya).
 Kawasan Fungsi Sekunder II : Distrik Mimika Timur Tengah (Atuka),
Mimika Barat Tengah (Kapiraya), Jita
(Sempan Timur), dan Jila (Jila).
Adapun pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Mimika sebagai berikut:
(1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kota Timika.
(2) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh
dan Ayuka di Distrik Mimika Timur Jauh.
(3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), terdiri atas : (a) Kapiraya di Distrik Mimika
Barat Tengah,(b) Kokonao di Distrik Mimika Barat,(c) Atuka di Distrik Mimika
Timur Tengah, (d) Tembagapura di Distrik Tembagapura, (e) Jila di Distrik
Jila, (f) Kiliarma di Distrik Agimuga, dan (g) Sempan Timur di Distrik Jita.
(4) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), meliputi kampung-kampung yang
tersebar di semua Distrik Kabupaten Mimika.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 31
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Paomako termasuk wilayah Distrik Mimika Timur. Distrik ini dalam


strategi pengembangan struktur ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Mimika 2013 – 2033 masuk dalam sistem PPL (Pusat Pelayanan
Lingkungan). Peta struktur ruang Kabupaten Mimika disajikan pada Gambar 2-
13.

Gambar 2-13. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Mimika

Dalam pola ruang RTRW wilayah Distrik Mimika Timur diperuntukan bagi
kawasan pengembangan pertanian pangan berkelanjutan, perkebunan kelapa,
buah-buahan, perikanan tangkap, perikanan budidaya air payau dan air tawar,
pengolahan hasil perikanan, industri, dan permukiman (Gambar 2-14). Kawasan
peruntukan perikanan di Kabupaten Mimika yang termuat dalam RTRW
Kabupaten Mimika pada umumnya terpencar di beberapa wilayah distrik.
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Mimika, terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan perikanan tangkap terdapat di Distrik Mimika Timur
Jauh, Distrik Mimika Timur, Distrik Mimika Tengah, Distrik Mimika Barat,
Distrik Mimika Barat Tengah dan Distrik Mimika Barat Jauh.
2. Kawasan peruntukan budidaya perikanan, terdiri atas:
a. Budidaya perikanan air payau di Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika
Tengah.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 32
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

b. Budidaya perikanan air tawar di Distrik Kuala Kencana, Distrik Mimika


Baru, dan Distrik Mimika Timur.
c. Budidaya perikanan air laut di Distrik Mimika Barat Jauh.
3. Kawasan pengolahan hasil perikanan, untuk pengolahan ikan secara
tradisional terdapat di Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh, Distrik
Mimika Barat Tengah, Distrik Mimika Barat, Distrik Mimika Tengah, Distrik
Mimika Baru, Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika Timur Jauh.

Gambar 2-14. Rencana Pola Ruang Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) II - 33
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

BAB III. MASTERPLAN SKPT

3.1. Potensi dan Permasalahan


3.1.1. Potensi Sumberdaya Perikanan
Potensi yang dimiliki Kabupaten Mimika dalam bidang kelautan dan
perikanan sangat besar, yaitu berupa perikanan budidaya dan perikanan tangkap
(Gambar 3-1). Potensi tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal,
sehingga berpeluang untuk dikembangkan di masa mendatang. Untuk perikanan
budidaya (air tawar) pada tahun 2014 produksinya baru mencapai 61,40 ton dari
total potensi produksi sebesar 173,10 ton; sedangkan untuk budidaya air payau
belum dimanfaatkan. Demikian juga dengan perikanan tangkap (baik
penangkapan di perairan umum maupun di laut) belum dimanfaatkan secara
optimal. Dengan kondisi yang demikian, maka potensi kelautan dan perikanan di
daerah ini memiliki prospek yang baik jika dimanfaatkan secara bijaksana.

Gambar 3-1. Contoh Budidaya Perikanan Air Tawar di Kabupaten Mimika

Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di


Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan pada Tabel 3-1.

Tabel 3-1. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan


Perikanan Kabupaten Mimika
Luas Potensi Produksi (Ton) Tingkat
Pertumbuhan
Uraian Perairan Produksi Pemanfaatan
Rata-Rata
(Ha) Lestari 2010 2011 2012 2013 2014 Thn 2014
(%/Thn)
(ton/thn) (%)
1. Budidaya
a. Air Tawar 12,250 173,10 70,00 79,00 55,00 55,00 61,40 11,91 35,47
b. Payau
8.000 s/d
- -
- Intensif 11.000 76.725 0,00
- Semi 3.250 - -
Intensif 10.305 0,00
- Tradisional 3.800 3.990 - - 0,00
c. Laut*) ~ - - 0,00

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Luas Potensi Produksi (Ton) Tingkat


Pertumbuhan
Uraian Perairan Produksi Pemanfaatan
Rata-Rata
(Ha) Lestari 2010 2011 2012 2013 2014 Thn 2014
(%/Thn)
(ton/thn) (%)
Jumlah 91.193,1 70,00 79,00 55,00 55,00 61,40 11,91 35,47
2. Penangkapan
a. PerairanUmum 61,2 97,24 23,10 23,20 23,30 24,00 24,00 1,94 24,68
b. PerairanLaut : 251.600
- Udang 18.250,00 115,00 116,00 117,00 119,00 117,00 5,48 0,64
- Kepiting 10.950,00 579,00 580,00 596,00 608,00 600,00 2,04 5,48
- KakapPutih 25.550,00 1.716,00 1.730,00 1.768,00 1.803,00 1.769,00 0,41 6,92
- SiripHiu 556,00 35,00 35,00 35,00 0,38 0,09 7,80 0,02
MulutTikus/Kuro 36.500,00 85,00 0,23
Bubara/Kuwe 18.250,00 36,00 0,20
- IkanLainnya 127.750,00 4.983,00 5.070,00 5.183,00 5.287,00 5.983,00 2,24 4,68
Jumlah 237.250,00 7.428,00 7.585,00 7.699,00 7.817,00 8.669,00 1,76 3,65
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika (2015)

3.1.2. Armada Penangkapan


Kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan laut Kabupaten Mimika
sebagian besar masih bersifat tradisional dan terbatas pada wilayah perairan
pantai yang minim sarana bantu penangkapan. Sedangkan yang telah memiliki
sarana bantu yang memadai, beroperasi ke luar wilayah perairan Mimika.

Tabel 3-2. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Laut di


Kabupaten Mimika

Jenis Armada (Unit)


Pertumbuhan
No. Tahun Perahu Perahu Kapal
Jumlah (%)
Tanpa Motor Motor Tempel Motor
1. 1999 589 34 16 639 -
2. 2000 625 36 16 677 5,95
3. 2001 1.125 141 47 1.313 93,94
4. 2002 1.240 238 79 1.557 18,58
5. 2003 1.255 382 86 1.723 10,66
6. 2004 1.302 401 90 1.793 4,06
7. 2005 1.380 425 90 1.895 5,69
8. 2006 1.463 430 21 1.914 1,00
9. 2007 1.463 430 21 1.914 0,00
10. 2008 1.470 501 21 1.992 4,08
11. 2009 1.470 513 26 2.009 0,85
12. 2010 1.439 538 26 2.003 -0,30
13. 2012 765 667 26 1.458 -27,21
14. 2013 760 684 5 1.449 -0,62
15. 2014 660 802 7 1.469 1,38
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

Armada penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten


Mimika terdiri atas perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan
kapal motor (KM) (Gambar 3-2). Jumlah armada penangkapan ikan selama
tahun 1999 – 2014 berfluktuasi. Data perkembangan jumlah armada
penangkapan ikan selengkapnya disajikan pada Tabel 3-2 dan Gambar 3-2.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

1600 1.463 1.463 1.470 1.470


1.380
1400 1.302
1.439
1.240
1.255
1200 1.125

1000
802
765 760
800 684
625 667
589 660
538
600 501 513
401 425 430 430
382
400
238
141
200 16 16 79 86 90 90
34 36 47 21 21 21 26 26 26 5 7
0

Perahu Tanpa Motor (Unit) Perahu Motor Tempel (Unit) Kapal Motor (Unit)

Gambar 3-2. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan Laut di


Kabupaten Mimika

Perahu motor tempel yang ada di Kabupaten


Kab Mimika sebagian besar
berasal dari bantuan pemerintah dan PT. Freeport Indonesia.. Bantuan yang
diberikan bertujuan untuk pengembangan ekonomi masyarakat pesisir terutama
penduduk asli Suku Kamoro
K dan Amungme. Sedangkan jenis
enis armada kapal
motor board
(inboard engine
engine) merupakan milik nelayan asal Makassar dan
Tionghoa.Armada
Armada kapal motor tersebut digunakan sebagai kapal pengangkut
hasil tangkapan sampingan (HTS) dari kapal-kapal
kapal kapal pukat udang yang beroperasi
di Laut Arafura untuk dipasarkan di pasar tradisional
tradisional di Kota Timika
Timika. Selain itu,
kapal motor juga digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan nelayan
tradisional yang menjadi mitra bagi pengumpul.
Perahu yang digunakan oleh nelayan lokal (asli Papua)
apua) dari Suku
Kamoro
moro adalah perahu tanpa motor atau jukung yang terbuat dari pohon utuh
yang dilubangi pada bagian tengahnya (perahu jukung). Sebagian
ebagian besar perahu
tersebut tanpa menggunakan mesin dan digerakkandengan dayung. Hanya
sebagian kecil perahu yang telah dilengkapi mesin motor tempel 15
15-20 PK atau
disebut long boat.. Ukuran panjang perahu nelayan yang umum digunakan
adalah 5,5 – 10 m.
Nelayan pendatang asal Makassar memperkenalkan perahu susun
(papan) kepada nelayan lokal dan digunakan dalam operasi penangkapan ikan.

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Kapal dengan mesin dalam digunakan oleh nelayan asal Sulawesi untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan HTS pukat udang. Ukuran kapal yang
digunakan adalah 13 x 3 x 1,5 m. Kapasitas palka kapal ikan yang digunakan
sebesar 12 ton dengan jumlah ABKsebanyak 7 orang. Kapal ini digunakan untuk
mengumpulkan ikan HTS pukat udang yang beroperasi di Laut Arafura seperti di
perairan Aru, Dolak, Kaimana dan Avona serta perairan Mimika. Dalam
melakukan pengumpulan HTS pukat udang, kapal pengumpul membutuhkan
waktu 3-7 hari dalam satu trip operasi.
Sementara itu, kapal yang digunakan oleh nelayan pengumpul dalam
membawa hasil tangkapan nelayan binaan (mitra) relatif lebih kecil dibandingkan
dengan kapal pengangkut HTS. Kapal jenis ini berukuran 8,40 x 3,25 x 1,25 m.
Dalam satu trip operasi kapal ini mampu membawa hasil tangkapan hingga 4 ton
dan membutuhkan waktu 7 hari.
Pada tahun 2010, terjadi peningkatan yang signifikan terhadap jumlah
kapal motor dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kapal pukat udang dan
pukat ikan yang beroperasi di Perairan Laut Arafura yang selama ini berbasis di
Merauke, Sorong maupun Ambon mulai masuk dan berbasis di Paomako Timika.
Hal ini menjadi salah satu peluang pengembangan dan potensi pendapatan asli
daerah bagi Kabupaten Mimika melalui penyediaan pelayanan dan kebutuhan
melaut bagi kapal tersebut.

a. Armada Penangkapan Ikan b. Jaring Insang

Gambar 3-3. Armada dan Alat Penangkapan Ikan di Kampung Paomako,


Kabupaten Mimika

Nelayan yang ada di wilayah Kabupaten Mimika merupakan nelayan


tradisional dan merupakan pekerjaan yang diwarisi secara turun-temurun.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Menurut Sawit dan Samitro dalam Puspitasari (1993) nelayan tradisional


dicirikan oleh:
1. Mesin yang digunakan terbatas pada ukuran kecil (motor tempel) atau tanpa
motor dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana.
2. Teknologi penanganan masih sederhana.
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan masih rendah.

3.1.3. Alat Penangkapan Ikan


Alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Mimika
didominasi oleh alat tangkap jaring insang dan pancing (Gambar 3-3). Dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan potensi laut diharapkan para nelayan nantinya
menambah ukuran dan kekuatan mesin kapal serta modernisasi alat tangkap,
sehingga daya jelajah kapal penangkapan ikan akan lebih jauh dan mengarah ke
perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Tabel 3-3. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten


Mimika

Jenis Alat Penangkapan Ikan (Unit)


Pertumbuhan
No. Tahun Jaring Jaring Pancing
Jumlah (%)
Insang Tarik Lainnya
1. 1999 598 - 2.498 3.096 -
2. 2000 610 - 3.704 4.314 39,34
3. 2001 670 - 3.700 4.370 1,30
4. 2002 816 - 3.745 4.561 4,37
5. 2003 1.184 - 4.100 5.284 15,85
6. 2004 1.245 - 4.305 5.550 5,03
7. 2005 1.319 - 4.563 5.882 5,98
8. 2006 1.434 - 4.791 6.225 5,83
9. 2007 1.434 - 4.791 6.225 0,00
10. 2008 1.500 - 4.800 6.300 1,20
11. 2009 2.200 - 4.945 7.145 13,41
12. 2010 2.207 925 4.947 8.079 13,07
13. 2012 2.391 - 4.915 7.306 -9,57
14. 2013 2.422 - 4.915 7.337 0,42
15. 2014 2.592 - 5.366 7.958 8,46
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

Jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Mimika selama tahun 1999 –


2014 terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 1999 tercatat sebanyak
3.096 unit dan tahun 2014 tercatat sebanyak 7.958 unit. Data perkembangan
jumlah alat penangkapan ikan selengkapnya disajikan pada Tabel 3-3 dan
Gambar 3-4.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

6000 5.366
4.791 4.800 4.947 4.915
5000 4.563
4.915
4.791 4.945
4.100
3.704 3.745 4.305
4000
3.700

3000 2.498 2.391


2.592
2.200 2.422
2.207
2000 1.245 1.434 1.500
1.184 1.319 1.434
816 925
1000 598 610 670

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Jaring Insang (Unit) Jaring Tarik (Unit) Pancing Lainnya (Unit)

Gambar 3-4. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten


Mimika

3.1.4.
4. Rumah Tangga Perikanan
Rumah tangga nelayan di Kabupaten Mimika selama tahun 1999 – 2013
terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 1999 tercatat sebanyak 1.474
RTP dan tahun 2013 tercatat sebanyak 11.314 RTP, serta tahun 2014 turun
tercatat sebanyak 5.588 RTP. Data perkembangan
ngan jumlah rumah tangga
perikanan selengkapnya disajikan pada Tabel 3-4 dan Gambar 3--5.

Tabel 3-4. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten


Mimika

Sub Sektor Perikanan (RTP)


Pertumbuhan
No. Tahun Perairan
Laut Darat Jumlah (%)
Umum
1. 1999 954 414 106 1.474
474 -
2. 2000 1.472 450 118 2.040
040 38,40
3. 2001 1.878 482 118 2.478
478 21,47
4. 2002 2.076 529 118 2.723
723 9,89
5. 2003 2.251 542 125 2.918
918 7,16
6. 2004 2.362 931 190 3.483
483 19,36
7. 2005 2.888 965 195 4.048
048 16,22
8. 2006 2.991 985 195 4.171
171 3,04
9. 2007 2.991 985 195 4.171
171 0,00
10. 2008 2.991 985 195 4.171
171 0,00
11. 2009 3.124 996 203 4.323
323 3,64
12. 2010 3.127 997 205 4.329
329 0,14
13. 2012 3.129 1.007 205 4.341
341 0,28
14. 2013 7.523 138 3.653 11.314
314 160,63
15. 2014 3.762 0 1.827 5.589
589 -50,60
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 6
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

8000 7.523

7000

6000

5000
3.762
4000
3.124 3.129 3.653
2.888 2.991
3000 2.251 2.991 2.991 3.127
1.878
2.076 2.362 1.827
2000 1.472
954 931 965 985 985 985 996 997 1.007
1000 414 450 482 529 542
106 118 118 118 125 190 195 195 195 195 203 205 205 138
0
0

Laut (RTP) Darat (RTP) Perairan Umum (RTP)

Gambar 3-5. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten


Mimika

3.1.5.
.5. Produksi Perikanan
Produksi perikanan Kabupaten Mimika terdiri atas perikanan laut,
perikanan darat dan perairan umum. Jumlah produksi selama tahun 1999 –
2014 terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2012 mengalami
penurunan dimana pada tahun 1999 tercatat sebanyak 1.073,95 ton dan pada
tahun 2012 tercatat sebanyak 7.139,00 ton serta tahun 2014 tercatat sebanyak
7.762,00 ton. Data perkembangan jumlah produksi perikanan selengkapnya
disajikan pada Tabel 3-5 dan Gambar 3-6.
Pemasaran hasil perikanan sudah cukup baik dan telah memiliki daerah
pemasaran yang cukup luas. Hal ini ditunjang oleh adanya pengumpul yang
membeli hasil tangkapan nelayan/pembudidaya. Keberadaan TPI yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan belum berfungsi
dengan baik. Nelayan pada umumnya telah memiliki keterikatan dengan
Nelayan
bakul/pengumpul dalam memasarkan hasil tangkapannya. Sedangkan untuk
usaha perikanan budidaya pembelinya datang sendiri ke lokasi budidaya
(biasanya dari pengusaha rumah makan).

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 7
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-5. Perkembanga Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Mimika


Perkembangan

Sub Sektor Perikanan (Ton)


Pertumbuhan
No. Tahun Perairan
Laut Darat Jumlah (%)
Umum
1. 1999 1.051,10 10,00 12,85 1.073,95
073,95 -
2. 2000 1.095,00 12,50 13,53 1.121,03
121,03 4,38
3. 2001 2.953,88 46,00 15,38 3.015,26
015,26 168,97
4. 2002 4.603,50 66,40 17,45 4.687,35
687,35 55,45
5. 2003 5.868,45 45,00 19,75 5.933,20
933,20 26,58
6. 2004 6.195,67 250,60 1,39 6.447,66
447,66 8,67
7. 2005 6.630,14 42,00 21,80 6.693,94
693,94 3,82
8. 2006 7.027,94 28,29 21,80 7.078,03
078,03 5,74
9. 2007 7.027,94 28,29 21,80 7.078,03
078,03 0,00
10. 2008 7.027,94 50,00 21,90 7.099,84
099,84 0,31
11. 2009 7.044,50 51,00 23,00 7.118,50
118,50 0,26
12. 2010 7.064,00 52,00 25,00 7.141,00
141,00 0,32
13. 2012 7.036,00 74,00 29,00 7.139,00
139,00 -0,03
14. 2013 7.045,00 60,00 654,00 7.759,00
759,00 8,68
15. 2014 8.669
8.669,09 58,00 1.925,00 10.652,09 37,29
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2016)

9.000,00
8.000,00
7.000,00
6.000,00
5.000,00
4.000,00
3.000,00
2.000,00
1.000,00
0,00

Laut (Ton) Darat (Ton) Perairan Umum (Ton)

Gambar 3-6. Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Mimika

3.1.6. Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan


Salah satu kegiatan usaha pengolahan yang dilakukan di Kabupaten
Mimika adalah usaha fillet dan pembekuan ikan oleh CV. Lucky S
Samudera Timur
di Jalan
alan Cendrawasih Timika. Usaha pengolahan ikan ini memiliki jumlah
karyawan sebanyak 15 orang dengan 10 orang karyawan tetap dengan gaji
bulanan dan 5 orang karyawan harian. Kapasitas maksimum produksi fillet ikan
dalam satu bulan mencapai 100 ton, namun saat ini baru tercapai rata
rata-rata
sebanyak 60 ton. Ikan bahan baku berasal dari nelayan mitra di Kabupaten

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 8
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Mimika, yaitu sepanjang pantai dari Putai Buru, Otakwa sampai Pulau Tiga.
Ukuran ikan yang diterima di perusahaan ini berukuran di atas 2 kg, ukuran ikan
dibawah 2 kg dijual untuk pasar lokal. Ikan bahan baku yang digunakan untuk
fillet ini antara lain ikan kakap putih, mulut tikus, kuro dan kerapu. Ikan hasil fillet
dikirim ke pasar Jakarta, Bali, Surabaya untuk pasar lokal dan ekspor ke
Singapura dan Australia.
Pengiriman ikan yang dilakukan CV Lucky Samudera Timur dalam 1
bulan mencapai 18 ton dengan perincian 12 ton untuk ikan beku, dan 6 ton untuk
ikan fillet. Pengiriman dilakukan melalui angkutan udara maupun kargo kapal
melalui Pelabuhan Paomako. Kepala ikan sisa fillet dikirim ke Jakarta dan
konsumsi masyarakal lokal di Mimika.
Agar kualitas ikan hasil pengolahan tetap terjaga dengan baik, CV Lucky
Samudera Timur memiliki pabrik es dan cold storage. Kapasitas pabrik es dalam
satu hari bisa memproduksi es sebanyak 4 ton, sedangkan untuk cold storage
yang dimiliki sebanyak 5 unit dengan kapasitas total 100 ton. Es dikirim ke
nelayan mitra melalui PPI Mapuru Jaya melalui pedagang pengumpul yang
berkeliling ke lokasi nelayan seperti Atuka dan Otakwa.
Nelayan pengumpul yang menjadi mitra CV. Lucky Samudera Timur akan
mendistribusikan es kepada nelayan yang menjadi mitra. Selain memberi
bantuan es, pengumpul juga memberikan bantuan lain berupa alat tangkap dan
perbekalan melaut. Melalui metode ini, ikan hasil tangkapan akan tetap terjaga
mutunya sehingga tetap segar ketika tiba di pabrik pengolahan.
Usaha pengolahan yang juga dilakukan di Kabupaten Mimika adalah
pengolahan gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan hiu. Gelembung renang
ikan kakap dan sirip ikan dipasarkan ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke
Singapura dan Hongkong. Pengeringan sirip ikan hiu dan gelembung renang ini
masih dilakukan secara sederhana dengan pengeringan menggunakan sinar
matahari.
Perkembangan pengolahan hasil perikanan harus ditunjang dengan
pengadaan tempat-tempat pengolahan dibarengi dengan peningkatan
keterampilan para nelayan pengolah disamping peningkatan penyuluhan. Untuk
itu sangat diperlukan serangkaian perlakuan dan sarana yang memenuhi
persyaratan teknis sanitasi dan higienis.

3.1.7. Pemasaran Hasil Perikanan


Sistem pemasaran ikan yang saat ini terdapat di Kabupaten Mimika
masih relatif sederhana dan terbatas, sehingga untuk masa datang, sistem yang

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

ada ini masih perlu dikembangkan dan dimodifikasi. Mekanisme sistem


pemasaran yang terjadi yaitu setelah mendaratkan hasil, nelayan menjual ke
pedagang pengumpul dan sekaligus pedagang eceran atau pedagang ini
melakukan pembelian dari tempat pendaratan atau dari nelayan secara
langsung. Kemudian, pedagang tersebut menjualnya di pasar setempat atau ke
daerah lain yang berdekatan. Rantai pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan
lokal disajikan pada Gambar 3-7.

Nelayan Penangkap Ikan

Pedagang Pengumpul

Dijual Eceran

Pasar Ikan Timika

Gambar 3-7. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Lokal

Selain masuk ke pasar lokal, ada juga hasil tangkapan nelayan yang
masuk langsung ke pengumpul yang menjadi mitra. Nelayan pengumpul
mendampingi dan mengambil hasil tangkapan nelayan lokal dan dibawa ke lokasi
pengolahan di Kota Timika. Kemudian produk olahannya dipasarkan keluar kota
dan ekspor antara lain Surabaya, Bitung, Jakarta, Bali dan Singapura. Jalur
pemasaran hasil tangkapan nelayan mitra disajikan pada Gambar 3-8.
Sebagian besar produk perikanan tangkap ini, hanya dipasarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di Kota Timika dan sekitarnya dan hanya sedikit
yang dipasarkan ke luar wilayah kabupaten. Ikan yang akan dipasarkan di luar
wilayah kabupaten, umumnya akan dikirim melalui Pelabuhan Umum Paomako
untuk dikirim ke Bitung, Surabaya, Bali dan Jakarta, bahkan ada juga yang
diekspor ke beberapa negara. Para pedagang ikan yang ada di Kabupaten
Mimikasudah menggunakan alat transportasi yang cukup memadai yaitu dengan
menggunakan kargo pesawat Garuda yang sudah ada di Bandara Internasional
Moses Kilangin.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Nelayan Penangkap Ikan

Nelayan Pengumpul

Pabrik Pengolahan

Pasar Lokal Timika Pasar Ekspor

Pasar Nasional

Gambar 3-8. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan M


Mitra

3.1.8. Pariwisata
Wilayah Kabupaten Mimika memiliki potensi kelautan yang sangat
menjanjikan bagi pengembangan pariwisata,
pariwisata, khususnya wisata alam
(ecotourism)) yang berlandaskan daya tarik bahari yang didominasi perairan dan
pantai.. Salah satu obyek wisata yang menjadi andalan di Kabupaten Mimika
adalah pesisir Kampus Biru dengan daya tarik utama ekosistem hutan mangrove
(Gambar 3-9).

Gambar 3-9. Obyek Wisata Kampus Biru di Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 11
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

3.1.9. Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT


Sarana dan prasarana yang tersedia di Paomako yang direncanakan
sebagai lokasi SKPT, yaitu pelabuhan perikanan, pelabuhan umum, cold storage,
kantor pengawas PSDKP, pengolah air bersih, pabrik es balok, kantor Polair
(Gambar 3-10). Selain itu, di Kabupaten Mimika juga terdapat Balai Benih Ikan
Lokal yang terletak di Kampung Bhintuka.

a. Pelabuhan Perikanan b. Pos PSDKP

c. TPI d. Pabrik Es Balok

e. Pengolahan Air Minum f. Pelabuhan Umum

Gambar 3-10. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Paomako,


Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Sarana dan prasarana yang ada di Pelabuhan Perikanan Paomako yang


direncanakan sebagai lokasi Sentra kegiatan pembangunan SKPT di Kabupaten
Mimika selengkapnya disajikan pada Tabel 3-6.

Tabel 3-6. Kondisi Sarana dan Prasarana di Pelabuhan Perikanan Paomako

Pembuatan/
No. Jenis Sarana dan Prasarana Kapasitas Keterangan
Pengadaan
1. Dermaga utama (beton) 2010 – 2013 Panjang ± 50 m. Layak
Lebar ± 12 m.
6 bolder tambat
kapal.
7 tiang lampu
penerangan.
2. Dermaga jetty (beton) 2010 – 2013 Panjang ± 100 m. Layak
Lebar ± 10 m.
8 bolder tambat
kapal.

3. Jalan akses masuk pelabuhan 2010 – 2013 Layak


(beton)
4. Jalan dan area parker pelabuhan 2010 – 2013 Layak
(beton)
5. Revetmen 2010 – 2013 Layak
6. Tempat pelelangan ikan (TPI) 2013 Panjang 24 m Layak
Lebar 18 m
7. Unit pengolahan ikan (bangunan 2013 2 – 3 ton/hari Layak
TPI difungsikan sebagai unit
pengolahan ikan). Ruang proses
8. Gudang kering dan kantor UPI 2013 Dimensi: 8 m x 7 m Layak
o
9. Cold storage (-25 C) 2013 Dimensi: 3 m x 3 m Layak
x 2,8 m.
Daya tampung 6 ton
10. Condensing unit, kompresor, dan 2013 Layak
condenser cold storage.
Evaporator 2013 Layak
Kompresor hermatik danfoss 2013 7,5 KW Layak
Panel control cold storage 2013 Layak
o
11. Chilling room (-5 C) 2013 Dimensi: 3 m x 3 m Layak
x 2,8 m.
Daya tampung 6 ton
12. Condensing unit, kompresor, dan 2013 Layak
condenser chilling room.
Evaporator 2013 Layak
Kompresor hermatik danfoss 2013 4,5 KW Layak
Panel control chilling room 2013 Layak
13. Bak penampung air bersih untuk 2013 Dimensi: 3 m x 3 m Layak
UPI x 2 m.
Daya tampung 18
3
m
14. Unit pabrik es 2013 12,4 ton/hari (26 can Siap dan
grid x 16 ice can x Layak
30 kg) Dioperasikan
Filling tank 2013 16 x 30 liter Layak
Dip tank dan can dumper 2013 16 balok Layak
Traveling crane 2013 30 m/menit Layak
Hoist crane 2013 2 ton Layak
7 m/menit
3
Brine agitator sebanyak 2 unit 2013 23 m /menit/unit Layak
Motor agitator 2013 4 KW/5 HP Layak
15. Condensing unit, Mesin 2013 2 x 24900 kcal/jam Layak
pendingin pabrik es (2 unit)
Kompresor (bitzer type 6GE-34Y- 2013 30 KW/40 HP Layak
40P

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pembuatan/
No. Jenis Sarana dan Prasarana Kapasitas Keterangan
Pengadaan
Kondensor (shell dan tube 2013 15 RT Layak
condensor) (Refrigerant Ton)
Colling tower pendingin 2013 15 RT Layak
condensor (Refrigerant Ton)
3
Pompa shell dan tube condensor 2013 44 m /jam Layak
Head 15 m
4 KW/5,5 HP
Tangki penampung bahan baku 2013 Instalasi pipa
air bersih belum
tersambung
Layak
16. Ice storage 2013 Dimensi: 5 m x 3 m Belum Layak
x4m (Belum ada
Daya tampung ± 30 mesin
ton pendingin)
17. Bak penampung air bersih 2013 Dimensi: 5,5 m x 5,5 Layak
mx2m
3
Volume: 60 m .
18. Sumber air bersih kedalaman ± 2013 Debit: ± 11 liter/det Kondisi Mutu
200 m 2,2 KW Air Belum
Layak

19. Instalasi pipa penyaluran air 2013 - Layak


bersih ke kapal
20. Instalasi pipa penyaluran air 2013 - Layak
bersih ke luar pelabuhan
21. Bangunan rumah pompa air 2013 - Layak
Emergency genset 2013 25,04 KW Belum
31,3 KVA dilengkapi
400 volt dengan tangki
47 Amp BBM
Layak
3
Pompa distribusi 2013 47 m /jam Belum
H 30 m dilengkapi
7,5 KW pengukur
debit air
Layak
KWH meter dan APP daya listrik 2013 3 phase Belum
dari PLN 32 Amp dilengkapi
21,06 KVA panel cos
daya listrik
dari genset
Layak
Panel control submersible pump 2013 19, 7 KVA Layak
30 Amp
Panel control pompa distribusi 2013 19, 7 KVA Layak
30 Amp
22. Instalasi listrik PLN (travo TM/TR
PLN)
Travo TM/TR PLN 2013 400 KVA Layak
Travo TM/TR PLN 2013 200 KVA Layak
Travo TM/TR PLN 2013 100 KVA Layak
Panel MDP PLN 2013 Daya tersambung 40 Layak
KVA
23. Kantor pelabuhan perikanan 2013 - Layak
24. Kantor PSDKP 2013 - Layak
25. Bangunan steiger speed boat 2013 - Layak
pengawas perikanan
26. Kantor Polair 2013 - Layak
27. Rumah jaga sistem pengolahan 2013 - Layak
air minum
28. Pos jaga 2013 - Layak
29. Speedboat PSDKP Napoleon 13 Juni 2014 - Layak
025
Sumber: Hasil Survey (2016)

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Berdasarkan informasi terakhir, pabrik es balok di PPI Paomako sudah


berproduksi. Selama kurun waktu Bulan Mei – Agustus 2016 total penjualan
sebanyak 115.925 ton, yang terdiri atas pada Bulan Mei jumlah produksi sebesar
28.725 ton, Bulan Juni 2016 sebesar 42.925 ton, Bulan Juli 2016 sebesar 18.550
ton dan Bulan Agustus sebesar 25.725 ton. Produksi maksimum pernah dicapai
sebanyak 10 ton/hari. Ukuran es balok yang diproduksi yaitu 115 cm x 24 cm x
12 cm.
Sementara itu, sarana dan prasarana yang dimiliki Kampung Atuka
(lokasi yang dekat dengan Pelabuhan Perikanan Paomako) sangat menunjang
usaha penduduk dalam rangka peningkatan kesejahteraan (Gambar 3-11).
Sarana dan prasarana di Kampung Atuka dapat dikatakan masih kurang dan
masih perlu ditingkatkan lagi baik kuantitas maupun kualitasnya. Sarana dan
prasarana yang terdapat di kampung ini adalah:
a. Listrik tenaga diesel (genset). Kondisi genset tidak bisa beroperasi setiap
hari karena kesulitan mendapatkan bahan bakar. Genset ini hanya terdapat
di RT 1, sedangkan di RT lainnya tidak ada. Di Kampung Atuka terdapat 5
RT.
b. Air bersih, yang berasal dari air hujan dan air sumur. Air hujan digunakan
untuk keperluan masak dan minum, sedangkan air sumur digunakan untuk
mandi. Bagi yang ekonominya mapan, untuk keperluan masak dan minum
menggunakan air mineral dalam galon. Di kampung ini sudah terdapat
peralatan desalinasi air laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, tetapi
kondisinya sudah tidak dipakai lagi karena rusak.
c. Sarana pendidikan, berupa gedung Taman Kanak-Kanak (1 unit), Sekolah
Dasar (1 unit), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (1 unit).
d. Sarana kesehatan, berupa puskesmas (1 unit), puskesmas pembantu (1 unit)
dan tenaga kesehatan (mantra dan bidan).
e. Perhubungan, berupa perahu long boat berkekuatan 80 PK ( 40 PK x 2).
f. Peribadatan, berupa gereja (1 unit).

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

a. Perahu b. Desalinasi Air Laut

c. Penampung Air Hujan d. Pendidikan

e. Peribadatan f. MCK Umum

Gambar 3-11. Beberapa Sarana dan Prasarana di Kampung Atuka, Distrik


Mimika Tengah, Kabupaten Mimika

3.1.10. Isu dan Permasalahan


Kabupaten Mimika yang berada dalam lingkup Wilayah Pengelolaan
Perikanan (WPP) 718 memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat
prospektif untuk dimanfaatkan dan dikembangkan bagi peningkatan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

kesejahteraan masyarakat, dan juga bagi peningkatan ekonomi daerah dan


kawasan secara berkelanjutan. Dalam upaya pemanfaatan dan
pengembangannya untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan di
atas, maka perlu suatu perencanaan yang terpadu dan implementatatif. Untuk
itulah rencana induk (masterplan) pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) menjadi urgen untuk diwujudkan. Namun demikian agar
masterplan yang disusun dapat diimplementasikan secara tepat guna dan tepat
sasaran, maka dalam penyusunannya harus memperhatikan secara serius isu
dan permasalahan aktual baik dalam aspek biofisik lingkungan dan sumberdaya
maupun dalam aspek sosial-budaya dan ekonomi. Beberapa isu dan
permasalahan yang dijadikan dasar pijak dalam penyusunan Masterplan SKPT di
Kabupaten Mimika adalah sebagai berikut:
 Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan belum dimanfaatkan secara
optimal. Potensi sumberdaya hayati merupakan kekuatan yang sangat
penting untuk pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Mimika. WPP 718 memiliki potensi sumberdaya kelautan dan
perikanan yang sangat besar. Potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan di
WPP 718 sebesar 1.992.731 ton/tahun, sedangkan tingkat pemanfaatannya
baru mencapai sebesar 1.181.276 ton/tahun (59,28% dari potensi lestari).
 Jumlah armada penangkapan ikan yang dimiliki dan beroperasi sebanyak
1.469 unit, dimana sebagian besar (54,59%) berupa perahu motor tempel.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan selama ini pada umumnya
hanya dilakukan dengan armada yang sederhana, terutama perahu tanpa
motor dan perahu motor tempel.
 Jumlah alat tangkap sebanyak 7.958 unit, didominasi oleh jaring insang dan
pancing. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan selama ini pada
umumnya hanya dilakukan dengan cara-cara tradisional (terutama alat
tangkap pancing dan jaring).
 Jumlah RTP sebanyak 5.222, tetapi umumnya bukan sebagai nelayan penuh.
Nelayan Kabupaten Mimika pada umumnya bukan sebagai nelayan penuh
karena mereka memiliki mata pencaharian utama dalam bidang pertanian
(misalnya berkebun).
 Mahal dan sulitnya memperoleh bahan bakar minyak. Masyarakat di
Kabupaten Mimika (terutama yang mendiami pesisir yang jauh dari pusat
kota) merasakan mahalnya dan sulitnya memperoleh bahan bakar minyak.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 17
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Hal ini dikarenakan belum adanya suplai bahan bakar yang secara rutin
menyuplainya ke pulau-pulau kecil.
 Potensi lahan perairan untuk kegiatan budidaya laut cukup besar (91.193,1
ton/tahun), sementara pemanfaatannya masih belum optimal. Kabupaten
Mimika memiliki lahan perairan yang potensial bagi pengembangan
perikanan budidaya.
 Kurangnya sarana prasarana fisik budidaya KJA. Wilayah Kabupaten Mimika
memiliki peluang untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan.
Kegiatan budidaya kolam/KJA air tawar sudah cukup berkembang. Selain
itu, usaha budidaya perikanan lainnya (seperti budidaya kerapu, lobster,
kepiting) yang cukup potensial masih belum berkembang. Realitas ini dapat
menjadi peluang untuk pengembangan investasi budidaya perikanan. Untuk
lebih meningkatkan usaha yang sudah ada dan mengembangkan potensi
yang belum tergarap, maka diperlukan pembangunan sarana dan prasarana
yang memadai untuk dapat mendukung peningkatan dan pengembangan
kegiatan budidaya perikanan tersebut.
 Rendahnya kemampuan teknis masyarakat mengenai usaha budidaya ikan.
Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari segi penguasaan
teknologi budidaya perikanan. Tingkat penguasaan teknologi tentang
pemanfaatan sumberdaya ikan (budidaya perikanan) masih rendah, sehingga
dalam melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan biasanya hanya
mengandalkan pengalaman saja.
 Kurangnya manajemen usaha. Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah
dilihat dari segi penguasaan manajemen, karena pengelolaan finansial
(keuangan) pada umumnya tidak dilakukan. Mereka hanya melakukan
kegiatan usaha tanpa melakukan pencatatan dari setiap kegiatan/transaksi
yang dilakukan, sehingga tidak diketahui berapa besarnya pengeluaran,
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
 Lemahnya dukungan lembaga permodalan. Para pelaku usaha (nelayan,
pembudidaya ikan, pengolah hasil perikanan) pada umumnya memiliki modal
yang relatif rendah (skala usahanya masih bersifat rumah tangga). Salah
satu pendukung pengembangan kegiatan ekonomi adalah lembaga
permodalan, yang membantu dalam mengorganisasikan penyediaan input
produksi, pemasaran dan sampai kepada pembiayaan permodalan.
Permasalahan utama yang sering dihadapi adalah ketersediaan dana. Ini

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 18
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

dicerminkan antara lain berupa keterbatasan kredit dengan persyaratan yang


relatif mudah untuk usaha agribisnis perikanan baik di bidang penangkapan,
budidaya, pengolahan hasil perikanan, penyediaan sarana dan prasarana
maupun industri pembenihan dan pakan serta perdagangannya. Selain itu,
minimnya lembaga keuangan di Kabupaten Mimika juga menjadi penyebab
terhambatnya usaha perikanan di daerah ini. Kelangkaan dana ini telah
mengakibatkan kelangkaan alat dan faktor produksi pada sektor kelautan dan
perikanan, sehingga pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan
belum optimal.
 Produk olahan hasil perikanan belum berkembang. Kegiatan pengolahan di
Kabupaten Mimika (pengeringan gelembung renang ikan kakap dan sirip hiu)
hanya dilakukan secara sederhana dengan mengandalkan panas dari sinar
matahari, hal tersebut disebabkan masih minimnya pengetahuan dan
keterampilan masyarakat untuk mengolah produk hasil perikanan agar
memiliki nilai tambah.
 Fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan Paomako belum berfungsi.
Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Paomako (tempat pelelangan
ikan, pabrik es, dermaga, pengolahan air bersih, kantor PSDKP dan kantor
Pelabuhan Perikanan) belum bisa difungsikan karena saat ini belum
diresmikan penggunaannya.
 Kurangnya fasilitas pemasaran dalam negeri. Berkembangnya usaha
penangkapan, budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan perlu
didukung penyediaan fasilitas pemasaran. Untuk mendukung hal tersebut,
maka diperlukan adanya fasilitas pemasaran dalam negeri yang memadai
karena ketersediaan fasilitas pemasaran di Kabupaten Mimika masih kurang.
 Kurangnya kapasitas sumberdaya manusia dalam bidang pengolahan produk
hasil perikanan. Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari
segi penguasaan teknologi. Tingkat penguasaan teknologi tentang
pemanfaatan sumberdaya ikan masih rendah, sehingga dalam melakukan
kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan biasanya hanya mengandalkan
pengalaman saja.
 Masih adanya kegiatan ekonomi masyarakat yang bersifat merusak
lingkungan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan relatif masih rendah. Hal tersebut terlihat dari aktivitas
masyarakat, seperti membuang sampah dan limbah yang tidak pada
tempatnya, praktek-praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 19
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

(seperti penggunaan bahan peledak dan potassium sianida) dan lain-lain.


Sistem pengelolaan sumberdaya perikanan yang efektif dapat menjamin
bukan hanya agar sumberdaya hayati laut bertahan hidup melainkan juga
semakin meningkat, meskipun terus dieksploitasi sehingga menjadi modal
dasar pembangunan secara berkelanjutan. Akan tetapi faktanya eksploitasi
sumberdaya perikanan di lapangan cenderung merusak, sehingga
mengancam lingkungan dan ekosistemnya.
 Minimnya sosialisasi penyelamatan terumbu karang, lamun dan mangrove.
Kerusakan habitat serta ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove
sangat menurunkan kualitas lingkungan perairan dan sumberdaya perikanan.
Perlindungan lingkungan dan kelestarian sumberdaya hayati dimaksudkan
untuk menjaga ekosistem dan sumberdaya ikan serta menjamin kepentingan
masyarakat lokal dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan untuk
kesejahteraan hidupnya secara berkelanjutan. Namun demikian sosialisasi
penyelamatan terumbu karang, lamun dan mangrove masih minim sehingga
tidak semua masyarakat memahami arti penting keberadaan ekosistem
terumbu karang, lamun dan mangrove.
 Masih maraknya kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan.
Alasan yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan perairan
selain faktor alam dan pencemaran, juga termasuk penggunaan alat-alat
tangkap yang bersifat merusak (destructive fishing methods). Cara
menangkap ikan yang bersifat merusak dan tidak selektif termasuk
penangkapan menggunakan bahan peledak (bom ikan) dan pemakaian
potasium sianida atau pemakaian zat racun ikan. Semua jenis ikan yang ada
dan dari berbagai ukuran (larva, juvenil dan anak ikan) akan tertangkap atau
mati, demikian pula hasil laut lainnya berupa karang, kerang, moluska dan
sebagainya. Kerusakan habitat dan karang sangat menurunkan kualitas
lingkungan perairan dan sumberdaya perikanan. Perlindungan lingkungan
dan kelestarian sumberdaya dimaksudkan untuk menjaga ekosistem dan
sumberdaya ikan serta menjamin kepentingan masyarakat lokal dalam
memanfaatkan sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan hidupnya secara
berkelanjutan.
 Belum pahamnya perangkat daerah dan masyarakat terkait dengan
pelanggaran dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (SDKP).
Kapasitas sumberdaya manusia (perangkat daerah dan masyarakat) yang

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 20
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

ada relatif rendah dilihat dari segi pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan. Perangkat daerah dan masyarakat pada umumnya belum
memahami terkait pelanggaran dan pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan.
 Belum tersedianya dermaga yang memadai di distrik pesisir. Kondisi sarana
dan prasarana dasar juga masih sangat kurang. Untuk dapat mempercepat
jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka diperlukan
pembangunan sarana dan prasarana dasar (terutama transportasi yaitu
berupa pembangunan dermaga di distrik pesisir karena selama ini
mengandalkan sarana transportasi laut).
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih di kampung pesisir.
Kondisi ini menuntut pengembangan sarana dan prasarana air bersih di
kampung pesisir.
 Belum ada SPDN di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun SPDN agar
nelayan dapat memperoleh bahan bakar minyak dengan mudah dan murah.
 Belum ada IPAL di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar dapat mengurangi dampak pencemaran.
 Terdapat potensi untuk pengembangan wisata bahari (mangrove), yaitu
Kampus Biru yang saat ini belum terkelola dengan baik. Wilayah pesisir
Kabupaten Mimika memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang sangat menjanjikan bagi pengembangan pariwisata, utamanya obyek
wisata Kampus Biru. Besarnya potensi tersebut masih belum dimanfaatkan
secara optimal, sehingga masih terbuka untuk pengembangan pariwisata,
utamanya pariwisata bahari (mangrove). Keanekaragaman hayati yang
berupa spesies flora dan fauna di kawasan hutan mangrove merupakan
kekayaan nasional yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi
kelautan, perikanan dan pariwisata yang prospektif dengan teknik penyajian
yang menarik, variatif dan inovatif.
 Minimnya promosi dan sosialisasi obyek dan daya tarik wisata. Ketersediaan
informasi memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan
potensi pariwisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi perluasan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 21
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

jangkauan sistem informasi dan data pariwisata bahari yang efektif dan
efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka
mempercepat analisis dan penyediaan informasi terkini. Perluasan jaringan
informasi diarahkan untuk mewujudkan fungsi komunikasi yang cepat dan
optimal sebagai akses responsif masyarakat terhadap kebijakan dan
informasi pembangunan.
 Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Kondisi sarana dan
prasarana pendukung pariwisata juga masih sangat kurang. Untuk dapat
mempercepat jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka
diperlukan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata (terutama
transportasi yaitu berupa speed boat pariwisata).
 Kurangnya aksesibilitas menuju lokasi wisata. Aksesibilitas menuju lokasi
wisata masih kurang (terutama akses ke destinasi wisata di distrik pesisir
yang jauh dari pusat kota). Kurangnya aksesibilitas tersebut disebabkan oleh
masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi yang secara rutin
melayani trayek ke distrik pesisir yang jauh dari pusat kota.
 Pemanfaatan tumbuhan mangrove oleh masyarakat untuk kepentingan kayu
bakar dan bangunan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan
memelihara kelestarian lingkungan relatif masih rendah. Hal tersebut terlihat
dari aktivitas masyarakat, seperti pemanfaatan tumbuhan mangrove untuk
kepentingan kayu bakar dan bangunan. Hal tersebut jika dilakukan tanpa
terkendali dapat merusak lingkungan dan ekosistem, sehingga akan
mengancam lingkungan dan ekosistemnya.
 Masih rendahnya teknologi yang digunakan. Kemampuan masyarakat
Kabupaten Mimika untuk mengelola hasil perikanan perlu ditingkatkan
dengan pelatihan dan penerapan teknologi tepat guna yang dibutuhkan.
Untuk menjamin kesinambungan kemampuan pengelolaan kekayaan
sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Mimika, kehadiran pusat
riset kelautan dan perikanan sangat besar peranannya untuk mencari
terobosan-terobosan baru di bidang pengelolaan hasil kekayaan kelautan
dan perikanan secara lestari.

3.2. Konsep Makro Masterplan SKPT


Berdasarkan kondisi aktual dan kondisi yang diharapkan dapat
dirumuskan strategi/program yang dapat dilakukan agar dapat mencapai kondisi

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 22
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

ideal yang diharapkan.Hasil analisis kesenjangan (Gap Analysis) pengembangan


kawasan Mimika untuk pembangunan SKPTselengkapnya disajikan pada Tabel
3-7.

Tabel 3-7. Analisis Kesenjangan Pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika

No. Kondisi Aktual Kondisi Ideal Kebutuhan Program


A. Perikanan Tangkap
1. Potensi perairan WPP Termanfaatkannya potensi Peningkatan produksi
718 sebesar 1.992.731 sumberdaya kelautan dan perikanan tangkap.
ton/tahun, tetapi tingkat perikanan secara optimal.
pemanfaatan
sumberdaya perikanan
sebesar 1.181.276 ton/
tahun.
2. Jumlah armada Tersedianya sarana Pengadaan armada
penangkapan ikan 1.469 penangkapan ikan (armada) penangkapan ikan.
unit (54,59% perahu yang memadai
motor tempel).
3. Jumlah alat tangkap Tersedianya sarana Pengadaan alat
sebanyak 7.958 unit, penangkapan ikan (alat pengangkapan ikan.
didominasi pancing dan tangkap) yang memadai.
jaring insang.
4. Jumlah RTP sebanyak Tersedianya alternatif mata Pengadaan penunjang
3.769. pencaharian terutama di saat ekonomi produktif di pulau-
tidak bisa melaut. pulau kecil.
5. Mahal dan sulitnya Murah dan mudahnya Pembangunan SPDN.
memperoleh bahan memperoleh bahan bakar
bakar minyak. minyak.
B. Perikanan Budidaya
1. Potensi lahan budidaya Termanfaatkannya potensi Peningkatan produksi
cukup besar 91.193,1 lahan budidaya secara perikanan budidaya.
ton/tahun, tetapi belum optimal.
dimanfaatkan secara
optimal.
2. Kurangnya sarana Tersedianya dan Pengadaan sarana prasarana
prasarana fisik budidaya meningkatnya sarana KJA, pembangunan
KJA. prasarana budidaya rumput laboratorium kering dan
laut dan KJA. pengadaan alat-alat
laboratorium.
3. Rendahnya kemampuan Adanya pengetahuan Pelatihan dan pendampingan
teknis masyarakat mengenai teknis budidaya teknis budidaya perikanan.
mengenai usaha perikanan.
budidaya ikan.
4. Kurangnya manajemen Adanya pendampingan usaha Pendampingan manajemen
usaha. budidaya perikanan usaha.
(manajemen usaha).
5. Lemahnya dukungan Tersedianya lembaga Peningkatan peran lembaga
lembaga permodalan. permodalan untuk permodalan dalam
pembiayaan kegiatan pembiayaan usaha perikanan.
perikanan budidaya.
C. Pengolahan Hasil Perikanan
1. Produk olahan hasil Berkembangnya produk Pengembangan dan
perikanan belum olahan hasil perikanan. peningkatan nilai tambah
berkembang. produk olahan hasil perikanan.
2. Fasilitas yang ada di Berfungsinya fasilitas yang Revitalisasi fasilitas yang ada
Pelabuhan Perikanan sudah dibangun di Pelabuhan di Pelabuhan Perikanan
Paomako belum Perikanan Paomako. Paomako.
berfungsi.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 23
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

3. Kurangnya fasilitas Tersedianya fasilitas Pengadaan fasilitas


pemasaran dalam pemasaran dalam negeri. pemasaran (kendaraan
negeri. pengangkut, pengembangan
pusat pemasaran hasil
perikanan).
4. Kurangnya kapasitas Bertambahnya kapasitas Peningkatan kapasitas
sumberdaya manusia sumberdaya manusia dalam sumberdaya manusia dalam
dalam bidang bidang pengolahan produk bidang pengolahan produk
pengolahan produk hasil hasil perikanan. hasil perikanan.
perikanan.
D. Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
1. Masih adanya kegiatan Berkurangnya kegiatan Penyuluhan pentingnya
ekonomi masyarakat ekonomi masyarakat yang menjaga kelestarian ekosistem
yang bersifat merusak bersifat merusak lingkungan. dan lingkungan.
lingkungan.
2. Minimnya sosialisasi Adanya sosialisasi Sosialisasi penyelamatan
penyelamatan terumbu penyelamatan terumbu terumbu karang, lamun dan
karang, lamun dan karang, lamun dan mangrove. mangrove.
mangrove.
3. Masih maraknya Berkurangnya kegiatan Penyuluhan pentingnya
kegiatan penangkapan penangkapan ikan yang menjaga kelestarian ekosistem
ikan yang merusak merusak lingkungan. dan lingkungan.
lingkungan.
4. Belum pahamnya Adanya kemampuan Penataan operasional
perangkat daerah dan perangkat daerah dan penyidikan tindak pidana
masyarakat terkait masyarakat terkait dengan perikanan, penanganan
dengan pelanggaran dan pelanggaran dan barang bukti dan awak kapal,
pengawasan pengawasan sumberdaya penataan fórum koordinasi,
sumberdaya kelautan kelautan dan perikanan penanganan tindak pidana
dan perikanan (SDKP). (SDKP), adanya forum perikanan, sosialisasi
bersama dalam pengawasan perundang-undangan terkait.
SDKP.
E. Infrastruktur
1. Pada umumnya belum Tersedianya fasilitas Pengadaan dermaga apung
ada dermaga di distrik dermaga di distrik pesisir. dan titik labuh di pesisir pulau-
pesisir. pulau kecil.
2. Kurangnya sarana air Tersedianya pasokan air Pengadaan desalinasi air laut.
bersih di kampung bersih di desa-desa dan
pesisir. pulau-pulau kecil.
3. Belum ada SPDN di Tersedianya SPDN di TPI Pembangunan SPDN di TPI
Pelabuhan Perikanan Paomako. Paomako.
Paomako.
4. Belum ada IPAL di Tersedianya fasilitas IPAL di Pembangunan fasilitas IPAL di
Pelabuhan Perikanan TPI Paomako. TPI Paomako.
Paomako.
F. Pariwisata Bahari
1. Terdapat potensi untuk Adanya dokumen Penyusunan Masterplan dan
pengembangan wisata perencanaan pariwisata DED ekowisatamangrove.
bahari (mangrove), yaitu bahari.
Kampus Biru tetapi tidak
terkelola dengan baik.

2. Minimnya promosi, Adanya promosi wisata dan Promosi dan pelatihan


sosialisasi potensi peningkatan keterampilan pengembangan wisata bahari.
wisata. masyarakat terkait
pengelolaan tempat wisata

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 24
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

3. Kurangnya sarana dan Tersedianya sarana dan Pembangunan kantor


prasarana untuk prasarana pendukung untuk pengelola dan mess,
pengembangan pengembangan pariwisata. pembangunan ruang
pariwisata. pengamanan wisata dan
informasi, cottage, kafe dan
restoran, gedung serbaguna,
bagian sewa alat wisata air,
ruang ganti/bilas dan toilet,
gazebo, dermaga
penyeberangan, sarana
olahraga, sarana sirkulasi
(jalan dan pedestrian),
anjungan, plasa, kolam
renang, kawasan konservasi
(mangrove & penangkaran
kepiting).
4. Kurangnya aksesibilitas Tersedianya aksesibilitas Pembangunan dermaga
menuju lokasi wisata. menuju lokasi wisata. penyeberangan, pengadaan
speed boat pariwisata.

G. Ekosistem dan Lingkungan


1. Terdapat Adanya dokumen dan daerah Identifikasi dan penilaian
ekosistemmangrove. perlindungan kawasan untuk potensi calon KKP3K,
mangrove. pencadangan dan
kelembagaan kawasan
konservasi.
2. Penggunaan alat Meningkatnya kesadaran Fasilitasi penyadaran
tangkap yang tidak masyarakat terhadap masyarakat terhadap
ramah lingkungan. pentingnya lingkungan dan perusakan lingkungan,
ekosistem pesisir pembinaan pengelolaan
pesisir dan PPK.
3. Pemanfaatan tumbuhan Terpulihkannya ekosistem Rehabilitasi mangrove.
mangrove oleh pesisir.
masyarakat untuk
kepentingan kayu bakar
dan bangunan.
H. Penelitian dan Pengembangan
1. Masih rendahnya Adanya transfer teknologi Pembangunan Technopark.
teknologi yang kepada masyarakat pesisir.
digunakan.
Sumber : Hasil Analisis (2016)

A. Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan untuk perikanan tangkap di Kabupaten Mimika adalah
ikan Barramundi (Kakap Putih), Udang dan Kepiting; sedangkan untuk perikanan
budidaya (air tawar) adalah ikan Mas, Nila dan Lele. Keunggulan komoditi
tersebut didasarkan pada besarnya potensi sumberdaya ikan, kondisi ekosistem
yang sesuai untuk pengembangan komoditi tersebut, serta telah diusahakan oleh
masyarakat setempat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi (harganya mahal).

B. Pengembangan Perikanan Tangkap


1. Potensi Sumberdaya Perikanan Laut
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 merupakan daerah
penangkapan ikan (DPI) bagi nelayan di Kabupaten Mimika. WPP 718 yang
meliputi perairan Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur merupakan salah

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 25
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

satu tujuan utama daerah penangkapan udang dan ikan di Indonesia. Estimasi
potensi sumberdaya ikan di WPP 718 mencapai 13% dari potensi sumberdaya
ikan laut nasional. Udang dan ikan demersal memiliki kontribusi terhadap
produksi perikanan laut nasional masing-masing sekitar 45% dan 20%. Udang
dan ikan demersal telah lama menjadi sasaran utama kegiatan penangkapan
ikan di WPP 718 oleh armada perikanan yang beroperasi. Peta WPP 718
disajikan pada Gambar 3-12.

Gambar 3-12. Peta WPP 718 yang menjadi DPI bagi Nelayan Kabupaten Mimika

Secara administratif, pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dan


tanggung jawab melakukan pengelolaan sumberdaya ikan di WPP 718 terdiri
atas 3 (tiga) pemerintah provinsi, yaitu Papua, Papua Barat dan Maluku, serta 8
(delapan) pemerintah kabupaten/kota, meliputi Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Maluku Tenggara, Maluku Barat Daya, Merauke, Mappi, Asmat, Mimika
dan Kabupaten Aru Kepulauan. Hasil analisis potensi sumberdaya ikan di WPP
718 selengkapnya disajikan pada Tabel 3-8.
Berdasarkan data potensi lestari dan produksi di WPP 718, beberapa
kelompok ikan telah berada dalam kondisi tangkap lebih (over exploited), yakni
kelompok ikan demersal dan lobster. Kelompok ikan rajungan berstatus
pemanfaatan moderate. Sementara itu untuk ikan pelagis kecil, pelagis besar, ikan
karang, udang penaeid, kepiting dan cumi-cumi status pemanfaatannya full-
exploited. Estimasi potensi tangkapan lestari dan status pemanfaatan di wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) 718 selengkapnya disajikan pada Tabel 3-8.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 26
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-8. Hasil Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan


Perikanan (WPP) 718

Tingkat Pemanfaatan
Status
Potensi Lestari JTB WPP 718 Potensi Belum
Kelompok Tingkat
No. WPP 718 WPP 718 (Ton) Termanfaatkan
Ikan Pemanfaatan
(Ton) (Ton) (Ton)
Jumlah Persentase
(Ton) (%)
1. Pelagis kecil 823.328 658.682 342.515 52 316.167 Full-exploited
2. Pelagis besar 489.795 391.836 254.693 65 137.143 Full-exploited
3. Demersal 586.277 469.022 534.685 114 - Over-exploited
4. Ikan karang 30.555 24.444 12.222 50 12.222 Full-exploited
5. Udang penaeid 53.502 42.802 32.530 76 10.272 Full-exploited
6. Lobster 386 309 380 123 - Over-exploited
7. Kepiting 1.507 1.205 928 77 277 Full-exploited
8. Rajungan 1.911 1.529 260 17 1.269 Moderate
9. Cumi-cumi 5.470 4.376 3.063 70 1.313 Full-exploited
Total 1.992.731 1.594.205 1.181.276 347.195
Sumber : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47/KEPMEN-KP/
2016
Keterangan:
1) Potensi Lestari WPP 718, JTB (Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan),
Tingkat Pemanfaatan dan Status Tingkat Pemanfaatan mengacu pada
Lampiran Keputuan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan
yang Diperbolehkan dan Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
2) Potensi Belum Termanfaatkan Diperoleh dari JTB WPP 718 dikurangi Tingkat
Pemanfaatan WPP 718.
3) Ikan Pelagis Besar Non Tuna – Cakalang.
4) E < 0,5 : Moderate, upaya penangkapan dapat ditambah.
5) 0,5 ≤ E < 1: Full-exploited, upaya penangkapan dipertahankan dengan
monitor ketat.
6) E ≥ 1 : Over-exploited, upaya penangkapan harus dikurangi.

Tabel 3-8 menunjukkan bahwa kelompok jenis ikan yang masih bisa
dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil, pelagis besar, ikan karang, udang
penaeid, kepiting, rajungan dan cumi-cumi. Untuk memanfaatkan potensi ikan
karang, udang penaeid, kepiting, rajungan dan cumi-cumi yang belum
termanfaatkan di WPP 718 (25.354 ton) menggunakan armada 5 GT sebanyak
8.451 unit, dengan asumsi jumlah produksi sebanyak 3 ton/armada/tahun. Untuk
memanfaatkan potensi ikan pelagis kecil yang belum termanfaatkan di WPP 718
(316.167 ton) dengan menggunakan armada 10 GT sebanyak 42.156 unit,
dengan asumsi produksi sebanyak 7,5 ton/armada/tahun. Sedangkan untuk
memanfaatkan potensi ikan pelagis besar yang belum termanfaatkan di WPP
718 (137.143 ton) dengan menggunakan armada 20 GT sebanyak 10.971 unit,
dengan asumsi produksi sebesar 12,5 ton.
Sementara itu, jumlah produksi ikan tuna – cakalang di WPP 718 dalam
kurun waktu 2012 – 2013 mengalami peningkatan rata-rata sebesar

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 27
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

22,00%/tahun. Dengan mengacu pada pertumbuhan produksi 22,00%/tahun,


maka estimasi jumlah
jumla produksi tuna – cakalang di WPP 718 pada tahun 2019
mencapai 48.160 ton. Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Mimika
mencapai 8.669,09 ton (0,73% dari tingkat pemanfaatan WPP 718). Dengan
mengacu pada data proporsi produksi tersebut (0,73%), maka estimasi jumlah
produksi tuna – cakalang di Kabupaten Mimika pada tahun 2019 mencapai 352
ton. Estimasi produksi ikan tuna - cakalang selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-
9 dan Gambar 3-13.

Tabel 3-9. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika

Produksi WPP 718 Produksi Mimika


No. Tahun Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan
(Ton) (%) (Ton) (%)
1. 2012 5.949 - 43 -
2. 2013 7.258 22,00 53 22,00
3. 2014 17.819 145,51 130 145,51
4. 2015 21.739 22,00 159 22,00
5. 2016 26.522 22,00 194 22,00
6. 2017 32.357 22,00 236 22,00
7. 2018 39.475 22,00 288 22,00
8. 2019 48.160 22,00 352 22,00
Sumber : Keragaan Perikanan Tangkap (2015), Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Mimika (2014), Hasil Analisis Data (2016)

48.160
50.000
45.000 39.475
40.000
32.357
35.000
30.000 26.522
25.000 21.739
17.819
20.000
15.000
5.949 7.258
10.000
5.000 43 53 130 159 194 236 288 352
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Produksi WPP 718 (Ton) Produksi Mimika (Ton)

Gambar 3-13. Estimasi Produksi Ikan Tuna – Cakalang di WPP 718 dan
Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 28
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2. Armada Perikanan Tangkap


T
Untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap, dengan daerah penangkapan yang sangat luas, maka
diperlukan adanya
danya dukungan pengembangan perikanan tangkap terpadu di
Kabupaten Mimika. Jumlah armada perikanan tangkap yang beroperasi saat ini
terdiri atas: (a)) perahu tanpa motor sebanyak 660 unit, (b) perahu motor tempel
sebanyak 802 unit, dan (c) kapal motor sebanyak 7 unit.

Tabel 3-10. Armada Perikanan Tangkap


T yang Beroperasi (Eksisting)
ksisting)

No. Distrik Perahu Tanpa Perahu Motor Kapal Motor


Motor (Unit) Tempel (Unit) (Unit)
1. Mimika Barat Jauh 76 76 -
2. Mimika Barat Tengah 91 110 -
3. Mimika Barat 112 133 1
4. Mimika Timur Tengah 92 98 2
5. Mimika Timur 150 136 4
6. Mimika Timur Jauh 65 165 -
7. Jita 74 84 -
Jumlah 660 802 7
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika (2015)

180 165
160 150
133 136
140
120 110 112
100 91 92 98
84
76 76 74
80 65
60
40
20 1 2 4
0 0 0 0
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur Jauh
Tengah Tengah

Perahu Tanpa Motor (Unit) Perahu Motor Tempel (Unit) Kapal Motor (Unit)

Gambar 3-14. Armada Perikanan Tangkap yang Beroperasi (Eksisting)


ksisting)

Berdasarkan Tabel 3-10, maka armada perikanan tangkap masih perlu


dikembangkan untuk mengoptimalkan produksi perikanan tangkap. Dalam
pengembangan armada perikanan tangkap yang harus dilakukan adalah sesuai
kebutuhan dan tetap memperhatikan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan. Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Mimika mencapai

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 29
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

8.669,09 ton (0,73% dari tingkat pemanfaatan WPP 718). Dengan mengacu
pada data proporsi produksi tersebut (0,73%), maka jumlah armada yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Mimika sebanyak 62 unit untuk armada 5 GT, 308
unit untuk armada 10 GT dan 80 unit untuk armada 20 GT. Sedangkan untuk
menangkap tuna – cakalang (352 ton) menggunakan armada 20 GT sebanyak
28 unit dengan asumsi produksi 12,5 ton/armada (Tabel 3-11 dan Gambar
Gambar 3-15). Pada tahun 2014 jumlah kapal yang memperoleh izin pusat
sebanyak 875 unit.

Tabel 3-11. Estimasi Pengembangan Jumlah Armada di WPP 718 dan


Kabupaten Mimika

Potensi WPP 718 Estimasi Estimasi


yang Belum Pengembangan Pengembangan
No. Kelompok Ikan
Termanfaatkan Armada di WPP Armada di Mimika
(Ton) 718 (Unit) (Unit)
1. Ikan Karang, Udang Penaeid,
Kepiting, Cumi-Cumi 25.354 8.451 62
2. Pelagis Kecil 316.167 42.156 308
3. Pelagis Besar Non Tuna -
Cakalang 137.143 10.971 80
4. Tuna – Cakalang 48.160 3.853 28
Jumlah 526.824 65.431 478
Sumber: Analisis Data (2016)
Keterangan:
1) Untuk menangkap kelompok ikan demersal, ikan karang, udang penaeid,
kepiting dan cumi-cumi menggunakan armada 5 GT dengan jumlah produksi
3 ton/tahun/armada.
2) Untuk menangkap kelompok ikan pelagis kecil menggunakan armada 10 GT
dengan jumlah produksi 7,5 ton/tahun/armada.
3) Untuk menangkap kelompok ikan pelagis besar non tuna – cakalang dan
tuna – cakalang menggunakan armada 20 GT dengan jumlah produksi 12,5
ton/tahun/armada.
4) Proporsi Mimika tehadap WPP 718 untuk kelompok ikan 1, 2 dan 3 yaitu
0,73%.
5) Proporsi Mimika tehadap WPP 718 untuk kelompok ikan 4 yaitu 0,73%

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 30
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

350.000 316.167

300.000
250.000
200.000
137.143
150.000
100.000 25.354 42.156 10.971 48.160
28
50.000 8.451 62 308 80 3.853
0
Ikan Karang, Udang Pelagis Kecil Pelagis Besar Non Tuna - Tuna – Cakalang
Penaeid, Kepiting, Cumi-
Cumi Cakalang
Cumi

Potensi WPP 718 yang Belum Termanfaatkan (Ton)


Estimasi Pengembangan Armada di WPP 718 (Unit)
Estimasi Pengembangan Armada di Mimika (Unit)

Gambar 3-15. Estimasi Pengembangan Jumlah Armada di WPP 718 dan


Kabupaten Mimika

Berdasarkan hasil analisis potensi sumberdaya ikan di atas, maka dalam


3 tahun ke depan jumlah armada yang bisa dikembangkan di Kabupaten Mimika
adalah sebanyak 478
78 unit. Kategori armada perikanan tangkap yang akan
dikembangkan adalah: (a) kapal motor ukuran 5 GT sebanyak 62 unit, (b) kapal
motor ukuran 10 GT sebanyak 308 unit, (c) kapal motor ukuran 20 GT sebanyak
108 unit. Armada penangkapan yang dikembangkan akan
akan didistribusikan secara
porposional ke seluruh distrik di Kabupaten Mimika.
Beberapa pertimbangan pengembangan armada yang dilakukan di
Kabupaten Mimika berukuran 5 – 20 GT adalah:
1. Potensi yang tersedia lebih besar pada ikan pelagis besar dan pelagis ke
kecil.
2. Jumlah armada sekarang lebih banyak berukuran dibawah
h 5 GT dan jika
ukuran tersebut yang direkomendasikan untuk dikembangkan
dikembangkan, maka hal
tersebut akan menambah intensif penangkapan di sekitar pantai
pantai. Hal dapat
menyebabkan terjadinya overfishing di perairan pantai. Jika ukuran armada
dibawah 5 GT harus ditambah lagi, maka akan mengancam kelestarian
sumberdaya ikan.
ikan
3. Meskipun ukuran armada yang akan
akan dikembangkan berukuran 5 – 20 GT,
tetapi dari sisi teknologi tidak serumit apa yang dibayangkan, dan tetap
menggunakan alat tangkap jaring udang dan gillnet dengan ukuran yang
disesuaikan dengan armadanya,
armadanya serta teknologinya sudah lama dikenal oleh
nelayan setempat.
setempat

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 31
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pada tahun 2017 dilakukan pengadaan armada


armada sebanyak 158 unit yang
terdiri atas 20 unit kapal motor 5 GT, 102 unit kapal motor 10 GT dan 36 unit
kapal motor 20 GT. Armada tersebut didistribusikan secara porposional ke
seluruh distrik di Kabupaten Mimika.. Estimasi pengembangan armada perikanan
tangkap di Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-12 dan
Gambar 3-16.

Tabel 3-12. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT


dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

No. Distrik Kapal 5 GT (Unit) Kapal 10 GT (Unit) Kapal 20 GT (Unit)


1. Mimika Barat Jauh 3 14 5
2. Mimika Barat
Tengah 3 14 5
3. Mimika Barat 3 14 5
4. Mimika Timur
Tengah 3 14 5
5. Mimika Timur 4 20 10
6. Mimika Timur Jauh 2 13 3
7. Jita 2 13 3
Jumlah 20 102 36
Sumber: Hasil Analisis (2016)

20
20
18
16 14 14 14 14
14 13 13

12 10
10
8
6 5 5 5 5
4
4 3 3 3 3 3 3
2 2
2
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh

5 GT (Unit) 10 GT (Unit) 20 GT (Unit)

Gambar 3-16. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10


GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 32
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pada tahun 2018 dilakukan pengadaan armada sebanyak 158 unit yang
terdiri atas 20 unit kapal motor 5 GT, 102 unit kapal motor 10 GT dan 36 unit
kapal motor 20 GT. Armada tersebut didistribusikan secara porposional ke
seluruh distrik di Kabupaten Mimika.. Dengan penambahan armada tersebut,
maka jumlah armada hasil pengembangan sampai tahun 2018 berjumlah 316
unit, yang terdiri atas 40 unit kapal motor 5 GT, 204 unit kapal motor 10 GT dan
72 unit kapal motor 20 GT. Estimasi pengembangan armada perikanan tangkap
di Kabupaten Mimika sampai tahun 2018 selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-
13 dan Gambar 3-17..

Tabel 3-13. Estimasi Pengembangan


Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT
dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

No. Distrik Kapal 5 GT (Unit) Kapal 10 GT (Unit) Kapal 20 GT (Unit)


1. Mimika Barat Jauh 6 28 10
2. Mimika Barat 6 28
Tengah 10
3. Mimika Barat 6 28 10
4. Mimika Timur 6 28
Tengah 10
5. Mimika Timur 8 40 20
6. Mimika Timur Jauh 4 26 6
7. Jita 4 26 6
Jumlah 40 204 72
Sumber: Hasil Analisis (2016)

40
40
35
28 28 28 28
30 26 26
25
20
20
15
10 10 10 10
8
10 6 6 6 6 6 6
4 4
5
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh

5 GT (Unit) 10 GT (Unit) 20 GT (Unit)

Gambar 3-17. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10


GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 33
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pada tahun 2019 dilakukan pengadaan armada sebanyak 162 unit yang
terdiri atas 22 unit kapal motor 5 GT, 104 unit kapal motor 10 GT dan 36 unit
kapal motor 20 GT. Armada tersebut didistribusikan secara porposional ke
seluruh distrik di Kabupaten Mimika.. Dengan penambahan armada tersebut,
maka jumlah armada hasil pengembangan sampai tahun 2019 berjumlah 478
unit, yang terdiri atas 62 unit kapal motor 5 GT, 308 unit kapal motor 10 GT dan
108 unit kapal motor 20 GT. Estimasi pengembangan armada pe
perikanan
tangkap di Kabupaten Sarmi sampai tahun 2019 selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-14 dan Gambar 3-18.
3

Tabel 3-14. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT


dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

No. Distrik Kapal 5 GT (Unit) Kapal 10 GT (Unit) Kapal 20 GT (Unit)


1. Mimika Barat Jauh 9 42 15
2. Mimika Barat
Tengah 9 42 15
3. Mimika Barat 9 42 15
4. Mimika Timur
Tengah 9 42 15
5. Mimika Timur 12 60 22
6. Mimika Timur Jauh 7 40 13
7. Jita 7 40 13
Jumlah 62 308 108
Sumber: Hasil Analisis (2016)

60
60

50
42 42 42 42
40 40
40

30
22
20 15 15 15 15
12 13 13
9 9 9 9
10 7 7

0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh

5 GT (Unit) 10 GT (Unit) 20 GT (Unit)

Gambar 3-18. Estimasi Pengembangan Armada Perikanan Tangkap 5 GT, 10


GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 34
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Berdasarkan uraian di atas, selama kurun waktu 2017 – 2019 estimasi


jumlah armada hasil pengembangan (5 – 20 GT) yaitu pada tahun 2017
sebanyak 158 unit, pada tahun 2018 sebanyak 316 unit, dan pada tahun 2019
sebanyak 478 unit. Estimasi jumlah armada hasil
hasil pengembangan selengkapnya
disajikan pada Gambar 3-19.
3

350 308
300

250
204
200

150 102 108


100 72 62
36 40
50 20

0
2017 2018 2019

Armada 5 GT (Unit) Armada 10 GT (Unit) Armada 20 GT (Unit)

Gambar 3-19. Estimasi Jumlah Armada Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika,, Tahun 2017 – 2019

Untuk pengembangan perikanan yang terdiri atas armada perikanan


tangkap 5 GT, 10
0 GT dan 20
2 GT dibutuhkan biaya cukup besar. Besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk pengembangan armada penangkapan di Kabupaten
Mimika selengkapnya disajikan pada Tabel 3-15.
3 Berdasarkan Tabel 3
3-15 untuk
pengadaan armada 5 GT dengan jumlah 62 unit dibutuhkan biaya sebesar Rp
30.721.000.000, pengadaan armada 10 GT dengan jumlah 308 unit dibutuhkan
biaya sebesar Rp 231.154.000.000 dan pengadaan armada 20 GT dengan
jumlah 108 unit dibutuhkan biaya sebesar
sebe Rp 162.054.000.000.

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 35
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-15. Estimasi Rencana Anggaran Biaya Pengadaan Armada Perikanan


Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20 GT di Kabupaten Mimika
Kapal Motor 5 GT Kapal Motor 10 GT Kapal Motor 20 GT
No. Distrik Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya
(Unit) (Rp) (Unit) (Rp) (Unit) (Rp)
1. Mimika Barat Jauh 9 4.459.500.000 42 31.521.000.000 15 22.507.500.000
2. Mimika Barat 9
Tengah 4.459.500.000 42 31.521.000.000 15 22.507.500.000
3. Mimika Barat 9 4.459.500.000 42 31.521.000.000 15 22.507.500.000
4. Mimika Timur 9
Tengah 4.459.500.000 42 31.521.000.000 15 22.507.500.000
5. Mimika Timur 12 5.946.000.000 60 45.030.000.000 22 33.011.000.000
6. Mimika Timur Jauh 7 3.468.500.000 40 30.020.000.000 13 19.506.500.000
7. Jita 7 3.468.500.000 40 30.020.000.000 13 19.506.500.000
Jumlah 62 30.721.000.000 308 31.154.000.000 108 162.054.000.000
Sumber: Hasil Analisis (2016)

3. Jumlah Nelayan dan Produksi Perikanan Tangkap


Secara eksisting jumlah produksi perikanan tangkap sampai tahun 2014,
sebasar 8.669 ton/tahun yang berasal dari hasil tangkapan alat tangkap jaring
insang sebesar 2.592 ton dan alat tangkapan pancing lainnya sebesar 5.366
ton. Jumlah produksi eksisting perikanan tangkap di Kabupaten Mimika
selengkapnya disajikan pada Tabel 3-16.

Tabel 3-16. Hasil Produksi (Eksisting) Berdasarkan Armada Perikanan Tangkap


di Kabupaten Mimika

Produksi/Hari Produksi/Bulan Produksi/Tahun


No. Distrik
(Ton) (Ton) (Ton)
1. Mimika Barat Jauh 3,05 73,2 879
2. Mimika Barat Tengah 4,08 97,9 1.175
3. Mimika Barat 4,94 118,6 1.423
4. Mimika Timur Tengah 3,93 94,2 1.130
5. Mimika Timur 5,59 134,1 1.609
6. Mimika Timur Jauh 5,28 126,6 1.519
7. Jita 3,25 77,9 935
Jumlah 30,11 722,4 8.669
Sumber: Hasil Analisis (2016)

Pada tahun 2017 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.400
jiwa yang terdiri atas 80 jiwa untuk armada 5 GT, 816 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya
disajikan pada Tabel 3-17 dan Gambar 3-20.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 36
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-17. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT


GT, 10 GT dan 20
GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

No. Distrik Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)


1. Mimika Barat
Jauh 12 112 70
2. Mimika Barat
Tengah 12 112 70
3. Mimika Barat 12 112 70
4. Mimika Timur
Tengah 12 112 70
5. Mimika Timur 16 160 140
6. Mimika Timur
Jauh 8 104 42
7. Jita 8 104 42
Jumlah 80 816 504
Sumber: Hasil Analisis (2016)
1) Jumlah nelayan untuk armada 5 GT adalah 4 orang/armada.
2) Jumlah nelayan untuk armada 10 GT adalah 8 orang/armada.
3) Jumlah nelayan untuk armada 20 GT adalah 14
1 orang/armada.

160
160 140
140 112
112 112 112
104 104
120
100
80 70 70 70 70

60 42 42
40
12 12 12 12 16
20 8 8
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh

Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)

Gambar 3-20. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

Pada tahun 2018 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.400
jiwa yang terdiri atas 80 jiwa untuk armada 5 GT, 816 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai dengan tahun
2018, estimasi jumlah nelayan sebanyak 2.800 jiwa yang terdiri atas 160 jiwa
untuk armada 5 GT, 1.632 jiwa untuk armada 10 GT dan 1.008 jiwa untuk
armada 20 GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-
18 dan Gambar 3-21..

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 37
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-18. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan


an Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20
GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

No. Distrik Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)


1. Mimika Barat
Jauh 24 224 140
2. Mimika Barat
Tengah 24 224 140
3. Mimika Barat 24 224 140
4. Mimika Timur
Tengah 24 224 140
5. Mimika Timur 32 320 280
6. Mimika Timur
Jauh 16 208 84
7. Jita 16 208 84
Jumlah 160 1.632 1.008
Sumber: Hasil Analisis (2016)
1) Jumlah nelayan untuk armada 5 GT adalah 4 orang/armada.
2) Jumlah nelayan untuk armada 10 GT adalah 8 orang/armada.
3) Jumlah nelayan untuk armada 20 GT adalah 14
1 orang/armada.

320
350
280
300
224 224 224 224
250 208 208

200
140 140 140 140
150
84 84
100
24 24 24 24 32
50 16 16

0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh

Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)

Gambar 3-21. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

Pada tahun 2019 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 162 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, dibutuhkan nelayan sebanyak 1.424
jiwa yang terdiri atas 88 jiwa untuk armada 5 GT, 832 jiwa untuk armada 10 GT
dan 504 jiwa untuk armada 20 GT. Dengan
Dengan demikian sampai dengan tahun
2019, estimasi jumlah nelayan sebanyak 4.224 jiwa yang terdiri atas 248 jiwa
untuk armada 5 GT, 2.464 jiwa untuk armada 10 GT dan 1.512 untuk armada 20
GT. Estimasi jumlah nelayan selengkapnya disajikan pada Tabel 3
3-19 dan
Gambar 3-22.

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 38
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 3-19. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

No. Distrik Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)


1. Mimika Barat
Jauh 36 36 210
2. Mimika Barat
Tengah 36 336 210
3. Mimika Barat 36 336 210
4. Mimika Timur
Tengah 36 336 210
5. Mimika Timur 48 480 308
6. Mimika Timur
Jauh 28 320 182
7. Jita 28 320 182
Jumlah 248 2.464 1.512
Sumber: Hasil Analisis (2016)
1) Jumlah nelayan untuk armada 5 GT adalah 4 orang/armada.
2) Jumlah nelayan untuk armada 10 GT adalah 8 orang/armada.
3) Jumlah nelayan untuk armada 20 GT adalah 14
1 orang/armada.

480
500
450
400 336 336 320
336 336 320
350 308
300
250 210 210 210 210
182 182
200
150
100 48
36 36 36 36 28 28
50
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh

Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)

Gambar 3-22. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

Berdasarkan uraian di atas, selama kurun waktu 2017 – 2019 estimasi


jumlah nelayan hasil pengembangan (5 – 20 GT) yaitu pada tahun 2017
sebanyak 1.400 jiwa, pada tahun 2018 sebanyak 2.800 jiwa, dan pada tahun
2019 sebanyak 4.224 jiwa. Estimasi jumlah
h nelayan hasil pengembangan
selengkapnya disajikan pada Gambar 3-23.
3

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 39
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2464
2500

2000
1632
1512
1500
1008
816
1000
504
500 248
80 160

0
2017 2018 2019

Nelayan 5 GT (Jiwa) Nelayan 10 GT (Jiwa) Nelayan 20 GT (Jiwa)

Gambar 3-23. Estimasi Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika,, Tahun 2017 – 2019

Pada tahun 2017 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.275 ton yang terdiri atas 60 ton untuk armada 5 GT, 765 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi
selengkapnya disajikan pada Tabel
T 3-20 dan Gambar 3-24.

Tabel 3-20. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

No. Distrik Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)


1. Mimika Barat
Jauh 9,00 105,00 62,50
2. Mimika Barat
Tengah 9,00 105,00 62,50
3. Mimika Barat 9,00 105,00 62,50
4. Mimika Timur 9,00 105,00
Tengah 62,50
5. Mimika Timur 12,00 150,00 125,00
6. Mimika Timur
Jauh 6,00 97,50 37,50
7. Jita 6,00 97,50 37,50
Jumlah 60,00 765,00 450,00
Sumber: Hasil Analisis (2016)
Keterangan:
1) Jumlah produksi untuk armada 5 GT adalah 3 ton/armada.
2) Jumlah produksi untuk armada 10 GT adalah 7,5 ton/armada.
3) Jumlah produksi untuk armada 20 GT adalah 12,5 ton/armada.

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 40
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

160 150

140 125
120 105 105 105 105
97,5 97,5
100
80 62,5 62,5 62,5 62,5
60
37,5 37,5
40
20 9 9 9 9 12
6 6
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh

Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)

Gambar 3-24. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan


20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2017

Pada tahun 2018 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 158 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.275 ton yang terdiri
terd atas 60 ton untuk armada 5 GT, 765 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai
dengan tahun 2018, estimasi jumlah produksi sebanyak 2.550 ton yang terdiri
atas 120 ton untuk armada 5 GT, 1.530 ton untuk armada 10 GT d
dan 900 ton
untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-21
21 dan Gambar 3-25.
3

Tabel 3-21. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

No. Distrik Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)


1. Mimika Barat
Jauh 18,00 210,00 125,00
2. Mimika Barat
Tengah 18,00 210,00 125,00
3. Mimika Barat 18,00 210,00 125,00
4. Mimika Timur
Tengah 18,00 210,00 125,00
5. Mimika Timur 24,00 300,00 250,00
6. Mimika Timur
Jauh 12,00 195,00 75,00
7. Jita 12,00 195,00 75,00
Jumlah 120,00 1.530,00 900,00
Sumber: Hasil Analisis (2016)

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 41
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Keterangan:
1) Jumlah produksi untuk armada 5 GT adalah 3 ton/armada.
2) Jumlah produksi untuk armada 10 GT adalah 7,5 ton/armada.
3) Jumlah produksi untuk armada 20 GT adalah 12,5 ton/armada.

300
300
250
250
210 210 210 210
195 195
200

150 125 125 125 125

100 75 75

50 18 18 18 18 24
12 12
0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Barat Barat Timur Timur Timur
Jauh Tengah Tengah Jauh

Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)

Gambar 3-25. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan


20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2018

Pada tahun 2019 jumlah armada yang dikembangkan sebanyak 162 unit.
Dengan pengembangan armada tersebut, estimasi produksi yang dihasilkan
sebanyak 1.296 ton yang terdiri atas 66 ton untuk armada 5 GT, 780 ton untuk
armada 10 GT dan 450 ton untuk armada 20 GT. Dengan demikian sampai
dengan tahun 2019, estimasi jumlah
jum produksi sebanyak 3.846 ton yang terdiri
atas 186 ton untuk armada 5 GT, 2.310 ton untuk armada 10 GT dan 1.350 ton
untuk armada 20 GT. Estimasi jumlah produksi selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-22
22 dan Gambar 3-26.
3

Tabel 3-22. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan 20


GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

No. Distrik Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)


1. Mimika Barat
Jauh 27,00 315,00 187,50
2. Mimika Barat
Tengah 27,00 315,00 187,50
3. Mimika Barat 27,00 315,00 187,50
4. Mimika Timur
Tengah 27,00 315,00 187,50
5. Mimika Timur 36,00 450,00 275,00

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 42
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

No. Distrik Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)


6. Mimika Timur 21,00 300,00 162,50
Jauh
7. Jita 21,00 300,00 162,50
Jumlah 186,00 2.310,00 1.350,00
Sumber: Hasil Analisis (2016)
Keterangan:
1) Jumlah produksi untuk armada 5 GT adalah 3 ton/armada.
2) Jumlah produksi untuk armada 10 GT adalah 7,5 ton/armada.
3) Jumlah produksi untuk armada 20 GT adalah 12,5 ton/armada.

450
450
400
350 315 315 315 315
300 300
300 275

250
187,5 187,5 187,5 187,5
200 162,5 162,5

150
100
27 27 27 27 36
50 21 21

0
Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Mimika Jita
Barat Jauh Barat Barat Timur Timur Timur
Tengah Tengah Jauh

Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)

Gambar 3-26. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap 5 GT, 10 GT dan


20 GT di Kabupaten Mimika, Tahun 2019

Berdasarkan uraian di atas, selama kurun waktu 2017 – 2019 estimasi


jumlah produksi hasil pengembangan (5 – 20 GT) yaitu pada tahun 2017
sebanyak 1.275 ton, pada tahun 2018 sebanyak 2.381 ton, dan pada tahun 2019
sebanyak 3.846 ton. Estimasi jumlah produksi hasil pengembangan
selengkapnya disajikan pada Gambar 3-27.
3

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 43
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2310
2500
2000
1361 1350
1500
765 900
1000 450

500 60 120 186

0
2017 2018 2019

Produksi 5 GT (Ton) Produksi 10 GT (Ton) Produksi 20 GT (Ton)

Gambar 3-27. Estimasi Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Hasil


Pengembangan di Kabupaten Mimika, Tahun 2017 – 2019

Untuk pengembangan armada perikanan tangkap, maka alat tangkap


yang dapat digunakan, sesuai kondisi nelayan dan secara eksisting dikenal baik
oleh nelayan diantaranya jaring insang (gillnet)
( ) dan pancing lainnya, dan kedua
jenis alat tangkap tersebut produktif dan ramah lingkungan.

4. Kapal Angkut Hasil Tangkapan


T
Untuk menga
angkut hasil tangkapan nelayan dibutuhkan
an kapal angkut
hasil tangkapan dari subsentra perikanan tangkap yang terdapat pada tujuh
distrik di sepanjang wilayah pesisir ke sentra perikanan tangkap di Kecamatan
Mimika Timur tepatnya pada pangkalan
pangkalan pendaratan ikan (PPI) Pao
Paomako. Hasil
estimasi produksi perikanan tangkap setiap hari sebanyak 34,56 ton (30,11 ton +
4,45 ton). Dengan demikian pada tahun pertama
pertama dibutuhkan kapal angkut hasil
tangkapan yang berukuran 50 GT sebanyak 1 unit.

C. Pengembangan Perikanan Budidaya


Kabupaten Mimika memiliki potensi untuk pengembangan perikanan
budidaya, yaitu budidaya
udidaya perikanan air payau, budidaya perikanan air tawar dan
budidaya perikanan air laut. Kawasan peruntukan budidaya perikanan terdiri
atas: (a) Budidaya perikanan air payau di Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika
Tengah; (b) Budidaya perikanan air tawar di Distrik Kuala Kencana, Distrik
Mimika Baru, dan Distrik Mimika Timur; dan (c) Budidaya perikanan air laut di
Distrik Mimika Barat Jauh.

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 44
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

D. Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan


Kabupaten Mimika memiliki potensi untuk pengembangan pengolahan
hasil perikanan.Kawasan pengolahan hasil perikanan untuk pengolahan ikan
secara tradisional terdapat di Potowaiburu di Distrik Mimika Barat Jauh, Distrik
Mimika Barat Tengah, Distrik Mimika Barat, Distrik Mimika Tengah, Distrik
Mimika Baru, Distrik Mimika Timur dan Distrik Mimika Timur Jauh.

E. Ekspor Produk Hasil Perikanan


1. Estimasi Ekspor Produk Hasil Perikanan
Selain dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, hasil
perikanan juga dipasarkan ke Negara lain (ekspor) yang jumlahnya terus
meningkat. Beberapa jenis komoditi perikanan Indonesia yang diekspor adalah
udang, tuna/cakalang, rumput laut, kerang-kerangan, kepiting, ikan hias, ubur-
ubur dan mutiara. Demikian halnya dengan produk hasil perikanan yang akan
dihasilkan oleh SKPT di Kabupaten Mimika, selain untuk konsumsi dalam negeri
juga dipasarkan ke Negara lain (ekspor).
Jenis komoditi yang akan diekspor adalah tuna – cakalang. Jumlah
komoditi tuna – cakalang yang akan diekspor oleh SKPT Kabupaten Mimika yaitu
sebesar 70% dari total produksi, sisanya (30%) untuk dipasarkan di dalam
negeri. Tuna – cakalang yang akan diekspor adalah dalam bentuk segar/beku.
Estimasi ekspor tuna – cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika selengkapnya
disajikan pada Tabel 3-23 dan Gambar 3-28.

Tabel 3-23. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi Tuna –
Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika

Tuna - Cakalang
No. Tahun Jumlah Produksi Pasar Domestik Pasar Ekspor
(Ton) (Ton) (Ton)
1. 2017 236 71 165
2. 2018 288 86 202
3. 2019 352 106 246
Jumlah 876 263 613
Sumber: Hasil Analisis (2016)

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 45
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

400 352
350
288
246
300
236
250 202

200 165

150 106
86
71
100
50
0
2017 2018 2019

Jumlah Produksi (Ton) Pasar Domestik (Ton) Pasar Ekspor (Ton)

Gambar 3-28. Estimasi Produksi, Pasar Domestik dan Ekspor Komoditi Tuna –
Cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika

2. Pasar Ekspor Produk Hasil Perikanan


Negara tujuan ekspor hasil perikanan yang cukup besar tahun 2014
antara lain Thailand (29,27%), Jepang (17,34%), Amerika Serikat (10,64%), Arab
Saudi (5,62%), Inggris (4,40%),
(4,40%), Spanyol (3,17%), Italia (3,10%), Jerman (2,20%),
Australia (2,19%), Mesir (1,92%) dan Negara Lainnya (20,13%). Dengan
mengacu pada kontribusi masing-masing,
masing masing, maka jumlah ekspor komoditi tuna –
cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan
an pada Tabel 3
3-24
dan Gambar 3-29.

Tabel 3-24 Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan

Cakalang – Tuna (Ton)


No. Negara Tujuan
2017 2018 2019
1. Thailand 48 59 72
2. Jepang 29 35 43
3. Amerika Serikat 18 21 26
4. Arab Saudi 9 11 14
5. Inggris 7 9 11
6. Spanyol 5 6 8
7. Italia 5 6 8
8. Jerman 4 4 5
9. Australia 4 4 5
10. Mesir 3 4 5
11. Negara Lainnya 33 41 50
Jumlah 165 202 246
Sumber: Hasil Analisis (2016)

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 46
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

80

60

40

20

0
Thailand Jepang Amerika Arab Inggris Spanyol Italia Jerman Australia Mesir Negara
Serikat Saudi Lainnya
2017 (Ton) 48 29 18 9 7 5 5 4 4 3 33
2018 (Ton) 59 35 21 11 9 6 6 4 4 4 41
2019 (Ton) 72 43 26 14 11 8 8 5 5 5 50

2017 (Ton) 2018 (Ton) 2019 (Ton)

Gambar 3-29. Estimasi Volume Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan

Berdasarkan pada kontribusi masing-masing,


masing masing, maka dapat dihitung nilai
ekspor komoditi tuna – cakalang dari SKPT Kabupaten Mimika berdasarkan
Negara tujuan yang selengkapnya disajikan pada Tabel 3-25
3 25 dan Gambar 3
3-30.

Tabel 3-25. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan

Cakalang – Tuna (US$ 1.000)


No. Negara Tujuan
2017 2018 2019
1. Thailand 162 198 241
2. Jepang 96 117 143
3. Amerika Serikat 59 72 88
4. Arab Saudi 31 38 46
5. Inggris 24 30 36
6. Spanyol 18 21 26
7. Italia 17 21 26
8. Jerman 12 15 18
9. Australia 12 15 18
10. Mesir 11 13 16
11. Negara Lainnya 111 136 166
Jumlah 553 677 825
Sumber: Hasil Analisis (2016)
Keterangan : Harga Ekspor Tuna - Cakalang: US$ 3.352/ton

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 47
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

250

200

150

100

50

0
Thailand Jepang Amerika Arab Inggris Spanyol Italia Jerman Australia Mesir Negara
Serikat Saudi Lainnya
2017 (US$ 1.000) 162 96 59 31 24 18 17 12 12 11 111
2018 (US$ 1.000) 198 117 72 38 30 21 21 15 15 13 136
2019 (US$ 1.000) 241 143 88 46 36 26 26 18 18 16 166

2017 (US$ 1.000) 2018 (US$ 1.000) 2019 (US$ 1.000)

Gambar 3-30. Estimasi Nilai Ekspor Komoditi Tuna – Cakalang dari SKPT
Kabupaten Mimika Menurut Negara Tujuan

F.. Pengembangan Pariwisata


Kabupaten Mimika memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata.Kawasan
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas :(a) Kawasan peruntukan
pariwisata alam; (b)) Kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan (c) Kawasan
peruntukan pariwisata buatan.
Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi: (a)) Wisata alam Pulau
Bidadari, Pulau
ulau Puriri di Distrik Mimika Timur Jauh, (b)) Wisata alam Pantai
Kekwa dan Pantai
antai Kampus Biru di Distrik Mimika Timur Tengah, (c) Wisata alam
Sungai Iwaka, Sungai
ungai Mayon di Distrik Kuala Kencana, (d) Wisata alam gunung
Taman Nasional Lorentz di Distrik Jila, Distrik Agimuga dan Distrik
Tembagapura, (e) Wisata alam hutan manggrove
manggrove (bakau) di sepanjang pantai
Selatan
elatan dan sekitar sungai-sungai
sungai sungai di kawasan pantai dan rawa
rawa-rawa wilayah
Selatan
elatan Kabupaten Mimika;
Mim (f) Wisata alam gunung puncak Cartentz di Distrik
Tembagapura, dan (g)
( Wisata alam berburu di Kampung
ampung Pigapu Distrik Mimika
Timur.
Kawasan peruntukan pariwisata budaya yang meliputi
meliputi: (a)Kehidupan
tradisional suku Kamoro dan Amungme yang terdapat di sseluruh Distrik
Kabupaten Mimika, dan (b) Peninggalan Perang Dunia II di Pantai
Pantai Kekwa Distrik
Mimika Timur Tengah.
Kawasan peruntukan pariwisata buatan yang meliputi: ((a) Taman alun-
alun dan Padang Golf Rimba Irian di Distrik Kuala Kencana; (b) Pusat Olah

Masterplan dan Bisnisplan


plan Pembangunan Sentra Kelautan
elautan dan Perikanan Terpadu ((SKPT) III - 48
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Raga, Rekreasi dan Pusat Perbelanjaan (Shoping Centre) di Distrik Kuala


Kencana dan Distrik Mimika Baru; (c) Pusat Perbelanjaan (Shoping Centre) di
Kota Timika Distrik Mimika Baru; dan (d) Kolam pemancingan di Distrik Mimika
Baru.

G. Analisis Pemilihan/Kelayakan Lokasi SKPT


Lokasi Sentra kegiatan SKPT Kabupaten Mimika direncanakan di
Pelabuhan Perikanan Paomako. Sarana dan prasarana yang tersedia di
Pelabuhan Perikanan Paomako yaitu pelabuhan perikanan (belum operasional),
pelabuhan umum, cold storage, kantor pengawas PSDKP, pengolah air bersih
(belum memenuhi standar air minum), pabrik es balok (belum operasional),
kantor Polair. Lokasi tersebut sangat tepat untuk dijadikan Sentra karena sudah
tersedia beberapa sarana dan prasarana (walaupun belum beroperasi),
aksesibilitas mudah (kondisi jalan bagus) dan adanya dukungan Pemerintah
Daerah. Sedangkan lokasi untuk kawasan subsentra berada di beberapa distrik
dan kawasan pendukung berada di setiap distrik.

H. Konektivitas Kawasan Sentra, Subsentra dan Pendukung


Transportasi dan komunikasi merupakan faktor determinan bagi proses
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika. Dengan asumsi bahwa dinamika
pembangunan di wilayah Kabupaten Mimika mempunyai korelasi dengan
ketersediaan pintu masuk keluar (multi gate), maka khususnya pengembangan
model transportasi harus membentuk jaringan yang terpadu baik dalam moda
maupun lokus. Dengan demikian transportasi nasional, wilayah dan lokal,
hakekatnya merupakan sebuah kesatuan yang dapat menjamin kelancaran arus
orang, barang dan jasa.
Pusat kegiatan berada di Kampung Paomako (Distrik Mimika Timur),
yang dijadikan sebagai Sentra dari pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika.
Kawasan Subsentra berada di Distrik Mimika Barat, Mimika Barat Jauh dan
Distrik Mimika Timur Jauh. Kawasan Pendukung berada di masing-masing
distrik. Hubungan diantara kawasan Subsentra dan Pendukung dilaksanakan
melalui jaringan transportasi laut/darat. Hubungan diantara kawasan Subsentra
dengan Sentra dilaksanakan melalui jaringan transportasi laut.
Selain transportasi, aspek komunikasi juga ikut menentukan dinamika
pembangunan di kawasan SKPT Kabupaten Mimika. Sistem komunikasi yang
tersedia, belum dapat mendukung proses percepatan pembangunan di kawasan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 49
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

SKPT Kabupaten Mimika. Untuk itu, perlu dibangun jaringan komunikasi


terutama di wilayah yang terpencil yang belum terjangkau oleh jaringan
komunikasi nasional, wilayah dan lokal dengan memanfaatkan energi alternatif
sesuai sumber-sumber lokal yang tersedia.
Peta kawasan SKPT di Kabupaten Mimika selengkapnya disajikan pada
Gambar 3-31.

Gambar 3-31. Peta Kawasan SKPT Kabupaten Mimika

3.3. Konsep Mikro Masterplan SKPT


Rencana Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
difokuskan pada pengembangan lokasi perencanaan pusat pengembangan
kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi Kabupaten Mimika yang terletak di
Desa Paomako (Kecamatan Mimika Timur), yang saat ini merupakan kawasan
Pelabuhan Perikanan Paomako. Sarana dan prasarana yang tersedia di
Paomako yang direncanakan sebagai pusat SKPT pada siteplan awal, yaitu:
pelabuhan perikanan, cold storage, kantor pengawas PSDKP, pengolah air
bersih, pabrik es balok, kantor Polair.
Terkait dengan rencana pengembangan SKPT, maka nantinya akan
dibangun/dilengkapi berbagai sarana prasarana antara lain: (1) Office, (2) Pasar,
(3) Pergudangan, (4) Bangunan pendukung, (5) Ruang terbuka hijau, (6) Tempat

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 50
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pelelangan ikan, (7) Pabrik es, (8) Pengolahan air bersih dan Polair, (9)
Perbekalan, (10) Cold storage, (11) Pengolahan ikan kecil, (12) Utilitas, (13)
Bengkel nelayan, (14) Pengolahan ikan besar, (15) Pengolahan limbah, (16)
Dermaga tambat, (17) Dermaga bongkar, (18) dan (16) Jalan kawasan. Luasan
area dan bangunan sarana dan prasarana tersebut selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-26.

Tabel 3-26. Luasan Area dan Bangunan Sarana dan Prasarana di SKPT
Kabupaten Mimika

Ukuran
No. Area dan Bangunan 2
Panjang (M) Lebar (M) Luas (M )
1. Area Office 76,234 47,000 3.583,000
Bangunan office 30,000 15,000 450,000

2. Area Pasar 83,596 52,000 4.347,000


Bangunan pasar A 50,000 10,000 500,000
Bangunan pasar B 50,000 10,000 500,000
Bangunan pasar C 51,000 46,000 2.346,000

3. Area Pergudangan 73,667 51,000 3.757,000


Bangunan gudang A 32,000 15,000 480,000
Bangunan gudang B 32,000 15,000 480,000
Bangunan gudang C 21,000 15,000 315,000
Bangunan gudang D 21,000 15,000 315,000

4. Area Bangunan Pendukung 85,000 51,765 4.400,000


Bangunan Polair 18,000 14,000 252,000
Bangunan koperasi 16,000 10,000 160,000
Bangunan toko perlengkapan nelayan 17,000 14,000 238,000
Bangunan puskesmas 18,000 10,000 180,000
Bangunan gudang 27,000 17,000 459,000
Bangunan tempat peribadatan 18,000 10,000 180,000

5. Area Ruang Terbuka Hijau 56,000 36,946 2.069,000

6. Area Tempat Pelelangan Ikan 47,000 20,809 978,000


Bangunan tempat pelelangan ikan 21,000 15,000 315,000

7. Area Pabrik Es 49,000 20,000 960,000


Bangunan pabrik es 19,000 14,000 266,000

8. Area Pengolahan Air Bersih dan 54,286 14,000 760,000


Polair
Bangunan pengolahan air bersih 24,000 14,000 336,000
Bangnuan Polair 17,000 14,000 238,000

9. Area Perbekalan 68,930 43,000 2.964,000


Bangunan office SPBN 14,000 12,000 168,000
Bangunan SPBN 60,000 30,000 1.800,000
Bangunan pabrik es 18,000 10,000 180,000

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 51
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Ukuran
No. Area dan Bangunan 2
Panjang (M) Lebar (M) Luas (M )
10. Area Cold Storage 89,580 50,000 4.479,000
Bangunan cold storage A 32,000 15,000 480,000
Bangunan cold storage B 18,000 10,000 180,000
Bangunan pelelangan ikan 32,000 15,000 480,000

11. Area Pengolahan Ikan Kecil 45,719 32,000 1.463,000


Bangunan pengolahan ikan kecil A 22,000 20,000 440,000
Bangunan pengolahan ikan kecil B 22,000 20,000 440,000

12. Area Utilitas 67,095 21,000 1.409,000


Bangunan office solar panel 12,000 6,000 72,000

13. Area Bengkel Nelayan 96,389 18,000 1.735,000


Bengkel nelayan 42,000 12,000 504,000
Gudang mesin 18,000 14,000 252,000

14. Area Pengolahan Ikan Besar 65,650 20,000 1.313,000


Bangunan pengolahan ikan besar A 20,000 15,000 300,000
Bangunan pengolahan ikan besar B 18,000 14,000 252,000
Bangunan pengolahan ikan besar C 18,000 10,000 180,000

15. Area Pengolahan Limbah 85,200 15,000 1.278,000

16. Area Dermaga Tambat - - -

17. Area Dermaga Bongkar - - -

18. Area Dermaga Perbekalan - - -

19. Area Jalan Kawasan 4.225,000 6,000 25.350,000


Sumber: Hasil Analisis (2016)

Dalam rangka mendukung pembangunan sarana dan prasarana SKPT


diperlukan air bersih, daya listrik dan energi listrik. Rencana kebutuhan air
bersih, daya listrik dan energi listrik selengkapnya disajikan pada Tabel 3-27.

Tabel 3-27. Rencana Kebutuhan Air Bersih, Daya Listrik dan Energi Listrik
SKPT di Kabupaten Mimika

Kebutuhan
No. Rencana SKPT Paomako - Mimika Air Bersih Daya Listrik
Liter/ Beban 3
m /Hari Amp kVA
Detik Puncak
2
1 Bangunan Office (450 m ) 1,340 8 1,600 16 10,531
2
2 Bangunan Pasar A (500 m ) 2,010 8 2,400 10 6,582
2
3 Bangunan Pasar B (500 m ) 2,010 8 2,400 10 6,582
2
4 Bangunan Pasar C (2.346 m ) 2,680 8 4,000 32 21,061
2
5 Bangunan Gudang A (480 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
6 Bangunan Gudang B (480 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 52
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Kebutuhan
No. Rencana SKPT Paomako - Mimika Air Bersih Daya Listrik
Liter/ Beban 3
m /Hari Amp kVA
Detik Puncak
2
7 Bangunan Gudang C (315 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
8 Bangunan Gudang D (315 m ) 0,670 8 0,400 10 2,200
2
9 Bangunan Polair (252 m ) 0,670 8 0,640 10 2,200
2
10 Bangunan Koperasi (160 m ) 0,670 8 0,480 10 2,200
Bangunan Toko Perlengkapan Nelayan
2
11 (238 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
12 Bangunan Puskesmas (180 m ) 1,340 24 0,960 20 4,400
2
13 Bangunan Gudang (459 m ) 0,670 8 0,160 10 2,200
Bangunan Tempat Peribadatan (180
2
14 m) 1,340 24 0,960 10 2,200
2
15 Area Ruang Terbuka Hijau (2.069 m ) 0,000 0 0,000 0 -
Bangunan Tempat Pelelangan Ikan
2
16 (315 m ) 2,010 8 1,600 25 16,454
2
17 Bangunan Pabrik Es (266 m ) 2,010 8 15,000 150 98,724
Bangunan Pengolahan Air Bersih (336
2
18 m) 0,670 24 0,160 32 21,061
2
19 Bangunan Polair (238 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
20 Bangunan Office SPBN (168 m ) 0,670 8 0,320 10 2,200
2
21 Bangunan SPBN (1.800 m ) 0,000 - 0,000 20 13,163
2
22 Bangunan Pabrik Es (180 m ) 0,670 8 5,000 100 65,816
2
23 Bangunan Cold Storage A (480 m ) 0,670 8 0,480 65 42,780
2
24 Bangunan Cold Storage B (180 m ) 0,670 8 0,480 25 16,454
2
25 Bangunan Pelelangan Ikan (480 m ) 1,340 8 2,000 20 13,163
Bangunan Pengolahan Ikan Kecil A
2
26 (440 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Kecil B
2
27 (440 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
2
28 Bangunan Office Solar Panel (72 m ) 0,670 8 0,320 6 1,320
2
29 Bengkel Nelayan (504 m ) 0,670 8 0,320 32 21,061
2
30 Gudang Mesin (252 m ) 0,670 8 0,160 6 1,320
Bangunan Pengolahan Ikan Besar A
2
31 (300 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Besar B
2
32 (252 m ) 1,340 8 6,000 25 16,454
Bangunan Pengolahan Ikan Besar C
2
33 (180 m ) 1,340 8 6,000 20 13,163
2
34 Area Pengolahan Limbah (1.278 m ) 32 21,061
35 Area Dermaga Tambat

36 Area Dermaga Bongkar

37 Area Dermaga Perbekalan

38 Area Jalan Kawasan (panjang 4.225 m)

39 Pelayanan Air ke Kapal


Jumlah 34,170 71,680 736,466 484,712
Load Faktor ( %) 76,938
Terpasang Eksisting 957,214 630
Kebutuhan Penambahan
Emergensi Genset 957,214 630
Sumber: Hasil Analisis (2016)

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 53
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Sarana dan prasarana tersebut dialokasikan secara terintegrasi dalam


satu kawasan yaitu Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), agar secara
fungsional dapat saling mendukung. Adapun prototipe siteplan SKPT di
Kabupaten Mimika disajikan pada Gambar 3-32, sedangkan prototipe 3D
disajikan pada Gambar 3-33.

Gambar 3-32. Prototipe Siteplan SKPT di Kabupaten Mimika

Gambar 3-33. Prototipe 3D SKPT di Kabupaten Mimika

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) III - 54
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

IV. BISNIS PLAN

4.1. Keragaan Usaha


4.1.1. PerikananTangkap
A. Aspek Pasar
Pasar sangat berperan dalam menyalurkan dan memasarkan hasil
perikanan dari pihak produsen ke konsumen. Kegiatan pemasaran produk
sangat diperlukan guna meningkatkan kegunaannya (kegunaan tempat, waktu
dan kepemilikan). Hasil tangkapan nelayan sebagian besar dipasarkan ke pasar
Sarmo dan sekitarnya dalam bentuk segar dan beku, sedangkan sebagian lagi
dipasarkan ke luar daerah. Adanya permintaan pasar (lokal dan luar daerah),
potensial demand yang tinggi dari penduduk Mimika dan sekitarnya,
pertambahan penduduk dan pendapatan akan berpengaruh terhadap
peningkatan permintaan, yang berarti lebih banyak produk perikanan ysng akan
terjual (dibeli). Hal tersebut merupakan peluang bagi usaha penangkapan untuk
dapat meningkatkan produksinya. Hal tersebut merupakan potensi pasar yang
besar di masa mendatang karena hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya
kebutuhan produk perikanan, sehingga akan mendorong meningkatnya produksi
perikanan. Disamping itu, pemerintah juga giat menggalakkan budaya makan
ikan, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.
Peningkatan produksi usaha penangkapan akan terintegrasi dan saling
melengkapi dengan industri pengolahan hasil perikanan. Melalui pengembangan
usaha penangkapan diharapkan industri pengolahan hasil perikanan akan lebih
berkembang, sehingga akan lebih meningkatkan nilai tambah produk perikanan
hasil tangkapan nelayan.

B. Aspek Potensi Sumberdaya Perikanan


Potensi sumberdaya perikanan di Mimika cukup besar, utamanya di
perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Besarnya potensi tersebut
membuka peluang bagi pengembangan usaha perikanan tangkap di perairan
Mimika, khususnya perairan ZEEI, sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh nelayan Mimika serta tidak diambil oleh nelayan dari daerah
lain maupun oleh nelayan asing.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

C. Aspek Sarana dan Prasarana


Sarana transportasi memegang peranan yang cukup penting untuk
kelancaran arus orang maupun barang, sehingga diharapkan dapat menunjang
pengembangan usaha budidaya perikanan di Mimika terutama untuk kelancaran
input produksi dan pemasaran produk. Selama ini masyarakat setempat masih
mengandalkan transportasi lokal masyarakat yang berupa perahu motor tempel
dan transportasi antar pulau (kapal cepat dan kapal ferry) untuk membeli input
produksi, pemasaran produk maupun membeli barang-barang kebutuhan sehari-
hari. Selain itu, untuk menunjang usaha penangkapan nelayan Mimika juga
terdapat sarana lainnya seperti dermaga, pelabuhan, bandar udara dan jalan.

D. Aspek Teknis
Perahu merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan usaha
penangkapan. Perahu yang digunakan nelayan di lokasi kegiatan terdiri atas
perahu tanpa motor (sampan), ketinting dan perahu johnson. Nelayan di lokasi
kegiatan pada umumnya menggunakan alat tangkap berupa pancing.
Daerah penangkapan nelayan perahu tanpa motor (sampan) dan perahu
ketinting yaitu di sekitar perairan tempat tinggal nelayan dengan waktu tempuh
sekitar 1 jam, sedangkan untuk perahu johnson daerah penangkapannya lebih
jauh dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Lama pengoperasian setiap tripnya
yaitu 1 hari, sebulannya rata-rata 20 - 25 trip. Dalam satu tahun dapat
beroperasi selama 9 bulan. Pada Musim Timur (Juli – Agustus) biasanya para
nelayan tidak melaut karena ombak dan gelombang yang tinggi, sehingga para
nelayan tidak berani untuk melaut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
operasi penangkapan untuk perahu sampan yaitu 1 orang, perahu ketinting dan
johnson yaitu sebanyak 1 – 2 orang.

E. Aspek Sosial
Hampir semua penduduk di lokasi kegiatan bermatapencaharian sebagai
nelayan. Tingkat pendapatan rata-rata nelayan berbeda-beda tergantung dari
jenis armada yang diusahakannya. Pendapatan rata-rata nelayan di Kabupaten
Mimika sebesar: Rp 2.560.000,00/tahun (perahu sampan), Rp 7.710.000/tahun
(perahu ketinting), Rp 30.570.000,00/tahun (perahu Johnson).

F. Analisis Finansial
Usaha/aktivitas ekonomi penduduk di lokasi secara umum
menguntungkan, tetapi untuk membuktikannya secara ilmiah perlu dilakukan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

analisis finansial usaha perikanan tersebut. Analisis finansial yang digunakan


adalah analisis usaha dan analisis kelayakan pengembangan usaha.

1. Analisis Usaha
Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang
diperlukan. Pada kegiatan ini, modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu
usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usaha usaha yang akan dilakukan.
Modal investasi usaha penangkapan terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin,
alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha
penangkapan di lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 4-1.

Tabel 4-1. Modal Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Mimika

Jenis Investasi (Rp)


No. Jenis Usaha
Perahu Mesin Alat Tangkap Lain-Lain Jumlah
1. Ketinting 3.000.000 3.750.000 5.760.000 0 12.510.000
2. Johnson 17.500.000 22.600.000 48.000.000 0 88.100.000
Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 4-1 terlihat bahwa modal investasi terbesar adalah


untuk usaha penangkapan dengan perahu johnson. Pendapatan yang diperoleh
perahu johnson juga lebih besar dibandingkan dengan perahu ketinting.
Pendapatan yang lebih besar pada perahu johnson dipengaruhi oleh hasil
tangkapan yang diperoleh.

Tabel 4-2. Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Mimika

Keterangan
No. Jenis Usaha Investasi Penerimaan Biaya Total Keuntungan Pendapatan R/C
(Rp) (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun ABK (Rp)/Thn
1. Ketinting 12.510.000 63.000.000 42.255.000 20.745.000 14.197.500 1,49
2. Johnson 88.100.000 297.000.000 237.419.000 59.581.000 28.800.000 1,25
Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Dengan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh, menunjukkan bahwa


usaha penangkapan di lokasi kegiatan menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan.

2. Analisis Kelayakan Usaha


Analisis yang akan dibahas meliputi perkiraan cashflow dan analisis
kriteria investasi.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

a. Perkiraan Cashflow
Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cashflow dari
usaha yang direncanakan, dengan beberapa asumsi:
1. Umur proyek selama 5 tahun (ketinting) dan 10 tahun (johnson), disesuaikan
dengan jenis peralatan yang paling lama umur teknisnya.
2. Nilai hasil tangkapan selama umur proyek diperkirakan tetap.
3. Nilai sisa investasi sebesar 10 % sesuai dengan umur teknisnya.
4. Discount rate tetap yaitu sebesar 18 %.
5. Sistem pengupahan/bagi hasil selama umur proyek diperkirakan tetap.

b. Analisis Kriteria Investasi


Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha
penangkapan dari aspek finansial digunakan kriteria investasi, yaitu Net Present
Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate Return (IRR).
NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek
yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan
antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total
sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan
internal dari investasi yang ditanamkan.

Tabel 4-3. Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten


Mimika

Kriteria Investasi
No. Jenis Usaha Keterangan
NPV (Rp) Net B/C IRR (%)
1. Ketinting 60.167.549 5,81 175,42% Layak
2. Johnson 205.818.576 3,34 71,59% Layak
Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi (Tabel 4-3) menunjukkan


bahwa usaha penangkapan di lokasi kegiatan memungkinkan/layak untuk
dikembangkan.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) IV - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

V. INDIKASI PROGRAM

Indikasi program dalam rangka meningkatkan laju pembangunan,


dengan mengacupada kebijakan strategi pelaksanaan pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Mimika dan program
pembangunan sektoral yang dijabarkan dalam rencana pembangunan lima
tahun. Indikasi program-program yang dicanangkan adalah menyangkut sektor-
sektor yang mempunyai pengaruh langsung terhadap pembangunan SKPT
Kabupaten Mimika pada masa sekarang dan yang akan datang.
Dengan demikian, dalam rangka mewujudkan hal tersebut, dengan
adanya rencana indikasi program pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika
yang disusun, diharapkan menjadi landasan bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan SKPT di Kabupaten
Mimika pada masa yang akandatang.
Berdasarkan kondisi yang ada dapat disusun kegiatan yang akan
dilaksanakan, instansi yang terlibat, anggaran kegiatan dan capaian untuk lima
tahun ke depan (Tabel 5-1). Kegiatan disusun berdasarkan permasalahan yang
ada sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan dan
akselerasi pembangunan perikanan dan kelautan dari berbagai aspek.

A. Klaster Produksi Perikanan Tangkap


1. Pengadaan armada penangkapan. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
718 memiliki potensi yang besar (1.992.731 ton/tahun) dan belum
dimanfaatkan secara optimal (1.181.276 ton/tahun). Untuk memanfaatkan
potensi sumberdaya kelautan dan perikanan tersebut, maka diperlukan
penambahan armada yang ramah lingkungan, utamanya ditujukan untuk
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di lepas pantai dan ZEEI.
Penambahan armada tersebut berupa kapal motor 5 GT sebanyak 62 unit,
kapal motor 10 GT sebanyak 308 unit dan kapal motor 20 GT sebanyak 108
unit dan kapal pengangkut 50 GT sebanyak 1 unit. Outcome dari kegiatan ini
adalah terjadinya peningkatan produksi. Instansi yang terlibat adalah
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT).
2. Pembangunan 1 unit menara air, pembangunan 1 unit menara pemantau,
pembangunan 1 paket perbengkelan dan peralatan, pembangunan jalan
aspal dalam kawasan, pembangunan trotoar dan castein, pembangunan 1

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

unit SPDN, pembangunan jaringan air bersih, pembangunan instalasi listrik,


pembangunan dermaga tambat labuh kapal. Adanya kegiatan pembangunan
SKPT di Kabupaten Mimika membutuhkan ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung. Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya sarana
dan prasarana pendukung di Kampung Paomako yang akan dijadikan
sebagai lokasi Sentra dalam rangka pembangunan SKPT di Kabupaten
Mimika. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
(DJPT), Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) dan
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
3. Pengadaan alat tangkap gillnet, purse seine dan pancing. Jenis alat tangkap
yang dikembangkan adalah yang ramah lingkungan dan biasa digunakan
oleh nelayan di Kabupaten Mimika, yaitu alat tangkap gillnet (370 unit) dan
pancing (108 unit). Outcome dari kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan
produksi. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap (DJPT).
4. Pelatihan teknis penangkapan. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan nelayan yang relatif rendah menyebabkan kemampuan teknis
penangkapan terbatas pada pengalaman saja. Jadi peningkatan
keterampilan penangkapan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan
kemampuan terutama dalam teknis penangkapan. Cara yang dapat
ditempuh untuk peningkatan keterampilan penangkapan, yaitu melalui
pelatihan teknis penangkapan dan magang kerja. Outcome dari kegiatan ini
adalah meningkatnya pengetahuan mengenai teknis penangkapan. Instansi
yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT).
5. Pelatihan mata pencaharian alternatif. Kegiatan ini ditujukan untuk lebih
meningkatkan perekonomian keluarga. Dengan kegiatan ini diharapkan
masyarakat/nelayan di Kabupaten Mimika memiliki alternatif mata
pencaharian, terutama di saat tidak bisa melaut dalam rangka meningkatkan
perekonomian keluarga. Jenis pelatihan mata pencaharian alternatif yang
dikembangkan, yakni yang berbasis sumberdaya lokal yang terkait dengan
kelautan dan perikanan. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap (DJPT) dan Penyuluh Perikanan.
6. Pendampingan. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam
pengembangan usaha perikanan tangkap, diperlukan kegiatan
pendampingan. Dengan kegiatan ini maka para nelayan diberikan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

pendampingan dalam menjalankan usahanya. Outcome dari kegiatan ini


adalah timbulnya kemandirian usaha. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap (DJPB) dan Penyuluh Perikanan.

B. Klaster Produksi Perikanan Budidaya


1. Pengadaan karamba jaring apung (KJA) dan sarana produksi budidaya ikan
nila 11 unit. Wilayah Kabupaten Mimika memiliki peluang untuk
pengembangan kegiatan budidaya perikanan dalam karamba jaring apung.
Jenis ikan yang dipelihara yaitu ikan mas, nila dan lele. Pengadaan karamba
jaring apung sebanyak 6 unit yaitu di Distrik Mimika Timur, Mimika Tengah,
Kuala Kencana, Mimika Baru, Mimika Timur dan Distrik Mimika Barat Jauh
karena berdasarkan RTRW Kabupaten Mimika keenam distrik tersebut
diperuntukkan bagi pengembangan budidaya KJA. Outcome kegiatan ini
adalah meningkatnya produksi KJA. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB).
2. Pembangunan laboratorium kering dan pengadaan alat-alat laboratorium.
Untuk mendukung kegiatan budidaya membutuhkan sarana dan prasarana
laboratorium beserta alat-alatnya untuk melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan. Saat ini sudah terdapat fasilitas BBI Sewan, tetapi belum
dilengkapi dengan laboratorium. Dengan kegiatan ini, maka peran dan fungsi
BBI Sewan akan lebih meningkat. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB).
3. Pelatihan budidaya perikanan. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan pembudidaya yang relatif rendah menyebabkan kemampuan
teknis budidaya terbatas pada pengalaman saja. Jadi peningkatan
keterampilan budidaya sangat diperlukan dalam rangka peningkatan
kemampuan terutama dalam teknis budidaya. Cara yang dapat ditempuh
untuk peningkatan keterampilan budidaya, yaitu melalui pelatihan teknis
budidaya dan magang kerja. Outcome dari kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan mengenai teknis budidaya perikanan. Instansi yang terlibat
adalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB).
4. Pendampingan. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam
pengembangan usaha budidaya, diperlukan kegiatan pendampingan.
Dengan kegiatan ini maka para pembudidaya diberikan pendampingan dalam
menjalankan usahanya. Outcome dari kegiatan ini adalah timbulnya

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

kemandirian usaha. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal


Perikanan Budidaya (DJPB) dan Penyuluh Perikanan.

C. Klaster Produksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan


1. Pengembangan pusat pemasaran hasil perikanan, pengadaan kendaraan
pengangkut es, pengadaan sarana pemasaran bergerak bak terbuka,
pengadaan sarana pemasaran bergerak roda tiga bak terbuka. Produk yang
dihasilkan selama ini sebagian besar dipasarkan di sekitar wilayah
Kabupaten Mimika. Dengan rencana pembangunan SKPT ini dituntut pula
adanya pengembangan pasar produk dengan tujuan untuk perluasan pasar,
sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya dikenal di wilayah Kabupaten
Mimika tetapi juga dikenal ke daerah lain bahkan luar negeri (ekspor). Cara
yang dapat ditempuh adalah dengan pengembangan pusat pemasaran hasil
perikanan serta pengadaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung
pemasaran. Outcome dari kegiatan ini adalah kemudahan distribusi
pemasaran hasil perikanan. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
2. Pengadaan sistem rantai dingin, penyediaan cold storage di kawasan SKPT
dan kawasan pendukung sentra pengumpul dan pemasaran hasil perikanan
serta kapal cold storage. Produk hasil perikanan merupakan produk yang
mudah rusak, sehingga perlu upaya agar mutu produk tetap terjaga. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengadaan sistem rantai
dingin dan cold storage. Outcome dari kegiatan ini adalah produk hasil
perikanan yang berkualitas. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
3. Pengadaan cool box, pengadaan chest freezer, pengadaan ice crusher.
Produk hasil perikanan merupakan produk yang mudah rusak, sehingga perlu
upaya agar mutu produk tetap terjaga. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah melalui pengadaan cool box, pengadaan chest freezer, pengadaan
ice crusher. Outcome dari kegiatan ini adalah agar kesegaran produk
perikanan lebih terjaga. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
4. Pengembangan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan. Rendahnya
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pelaku usaha menyebabkan kegiatan
usaha pada umumnya terbatas pada pengalaman saja, sehingga akan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

berdampak terhadap produk yang dihasilkannya memiliki mutu yang relatif


rendah, penampakan fisik dan kemasan produk yang kurang menarik
sehingga sulit bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain dan usaha
sulit berkembang. Jadi pengembangan sumberdaya manusia sangat
diperlukan dalam rangka peningkatan kemampuan terutama dalam teknis
pengolahan produk sehingga mutu produk meningkat dan usaha lebih
berkembang. Cara yang dapat ditempuh untuk pengembangan sumberdaya
manusia melalui penyuluhan, pelatihan dan pembinaan. Outcome dari
kegiatan ini adalah meningkatnya keterampilan. Instansi yang terlibat adalah
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelautan dan Perikanan.

d. Klaster Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan


1. Pengadaan 1 paket speed boat pengawas. Untuk melengkapi sarana dan
prasarana pengawasan yang sudah ada (kantor pengawas SDKP), juga perlu
dilengkapi dengan pengadaan speed boat pengawas. Outcome dari kegiatan
ini adalah untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengawasan
sumberdaya perikanan. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP).
2. Pengadaan 11 paket speed boat untuk pokwasmas (masing-masing distrik 1
paket speed boat). Untuk melengkapi sarana dan prasarana pengawasan
yang sudah ada (kantor pengawas SDKP), juga perlu dilengkapi dengan
pengadaan speed boat untuk pokwasmas. Outcome dari kegiatan ini adalah
masyarakat ikut terlibat dalam pengawasan sumberdaya perikanan. Instansi
yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan (PSDKP).
3. Pengadaan 7 unit sarana telekomunikasi pokwasmas (masing-masing distrik
1 unit sarana telekomunikasi). Untuk melengkapi sarana dan prasarana
pengawasan yang sudah ada (kantor pengawas SDKP), juga perlu dilengkapi
dengan pengadaan sarana telekomunikasi pokwasmas. Outcome dari
kegiatan ini adalah memudahkan komunikasi dan sistem pelaporan. Instansi
yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan (PSDKP).
4. Penataan operasional penyidikan tindak pidana perikanan. Kapasitas
sumberdaya manusia (perangkat daerah dan masyarakat) yang ada relatif

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

rendah dilihat dari segi pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.


Perangkat daerah dan masyarakat pada umumnya belum memahami terkait
pelanggaran dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Outcome dari kegiatan ini adalah adanya pemahaman dan peningkatan
keterampilan mengenai penyidikan tindak pidana perikanan. Instansi yang
terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan (PSDKP), Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Polisi Perairan (Polair)
dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
5. Penataan operasional penanganan barang bukti dan awak kapal. Kapasitas
sumberdaya manusia (perangkat daerah dan masyarakat) yang ada relatif
rendah dilihat dari segi pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Perangkat daerah dan masyarakat pada umumnya belum memahami terkait
penanganan barang bukti dan awak kapal. Outcome dari kegiatan ini adalah
adanya pemahaman dan peningkatan keterampilan dengan penanganan
barang bukti dan awak kapal. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP),
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan
Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Polisi Perairan (Polair) dan Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
6. Penataan forum koordinasi penanganan tindak pidana perikanan. Koordinasi
antar instansi dalam hal penanganan tindak pidana perikanan selama ini
dirasakan masih sangat lemah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan
forum koordinasi penanganan tindak pidana perikanan. Outcome dari
kegiatan ini adalah terjalinnya sistem koordinasi yang baik. Instansi yang
terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan (PSDKP), Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Polisi Perairan (Polair)
dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).
7. Sosialisasi perundang-undangan. Masyarakat dan para penegak hukum
masih banyak yang belum memahami mekanisme pengawasan dan
penanganan pelanggaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi
perundang-undangan yang terkait dengan mekanisme pengawasan dan
penanganan pelanggaran. Outcome dari kegiatan ini adalah dipahaminya
mekanisme pengawasan dan penanganan pelanggaran berdasarkan UU

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-6
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

yang berlaku. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengawasan


Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Badan Pengembangan
Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan, Polisi Perairan (Polair) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Laut (TNI AL).

E. Infrastruktur
1. Pengadaan dermaga apung di Pelabuhan Perikanan Paomako dan 11 distrik
pesisir. Kondisi sarana dan prasarana dasar juga masih sangat kurang.
Untuk dapat mempercepat jalannya pembangunan SKPT di Kabupaten
Mimika, maka diperlukan pengembangan sarana dan prasarana dasar
(terutama transportasi yaitu berupa pembangunan dermaga apung di
Pelabuhan Perikanan Paomako dan 11 distrik pesisir). Outcome dari
kegiatan ini adalah kemudahan aksesibilitas. Instansi yang terlibat adalah
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
2. Pengadaan desalinasi air laut. Kondisi sarana dan prasarana dasar masih
sangat kurang. Untuk dapat mempercepat jalannya pembangunan SKPT di
Kabupaten Mimika, maka diperlukan pengembangan sarana dan prasarana
dasar (terutama air bersih) di pulau-pulau kecil karena ketersediaan sarana
air bersih masih sangat kurang. Outcome dari kegiatan ini adalah kebutuhan
air bersih masyarakat tercukupi. Instansi yang terlibat adalah Direktorat
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
3. Pengadaan sarana penunjang ekonomi produktif. Mengingat sarana
penunjang ekonomi produktif masih terbatas, khususnya kios/toko yang
menjual input produksi, maka dengan adanya pembangunan SKPT di
Kabupaten Mimika diperlukan pengadaan sarana penunjang ekonomi
produktif. Outcome dari kegiatan ini adalah sarana untuk kegiatan ekonomi
produktif yang memadai. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
4. Pembangunan SPDN di Pelabuhan Perikanan Paomako. Dalam rangka
pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun SPDN agar
nelayan dapat memperoleh bahan bakar minyak dengan mudah dan murah.
Outcome dari kegiatan ini adalah kebutuhan bahan bakar minyak nelayan
terpenuhi. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut (PRL) dan Pertamina.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-7
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

5. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam rangka


pengembangan Pelabuhan Perikanan Paomako menjadi Sentra dari
pembangunan SKPT di Kabupaten Mimika, maka perlu dibangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar dapat mengurangi dampak pencemaran.
Outcome dari kegiatan ini adalah adanya pengolahan limbah. Instansi yang
terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).

F. Klaster Pariwisata Bahari (Mangrove)


1. Promosi dan pelatihan pengembangan wisata bahari (mangrove).
Keberadaan informasi memegang peranan yang sangat penting dalam
menyebarluaskan informasi (terutama informasi destinasi pariwisata). Oleh
karena itu, perlu dilakukan strategi perluasan jangkauan sistem informasi
dan data kelautan yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi
informasi dalam rangka mempercepat analisis dan penyediaan informasi
terkini. Perluasan jaringan informasi diarahkan untuk mewujudkan fungsi
komunikasi yang cepat dan optimal sebagai akses responsif masyarakat
terhadap kebijakan dan informasi pembangunan. Outcome dari kegiatan ini
adalah berkembangnya kegiatan pariwisata bahari. Instansi yang terlibat
adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) dan Kementerian
Pariwisata (Kemenpar).
2. Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata mangrove yang berupa
kantor pengelola dan mess, pembangunan ruang pengamanan wisata dan
informasi, cottage, kafe dan restoran, gedung serbaguna, bagian sewa alat
wisata air, ruang ganti/bilas dan toilet, gazebo, dermaga penyeberangan,
sarana olahraga, sarana sirkulasi (jalan dan pedestrian), anjungan, plasa,
kolam renang, kawasan konservasi (mangrove & penangkaran kepiting).
Outcome dari kegiatan ini adalah berkembangnya kegiatan pariwisata bahari
(mangrove) Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut (PRL) dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

G. Ekosistem dan Lingkungan


1. Identifikasi dan penilaian potensi calon KKP3K. Kabupaten Mimika memiliki
potensi berupa wilayah pesisir yang dapat dikembangkan untuk kegiatan
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K). Dalam rangka
mengembangkan wilayah pesisir untuk kegiatan konservasi, maka perlu
disusun dokumen identifikasi dan penilaian calon KKP3K. Outcome dari

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-8
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

kegiatan ini adalah teridentifikasinya potensi KKP3K. Instansi yang terlibat


adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
2. Rehabilitasi mangrove, fasilitasi penyadaran masyarakat terhadap perusakan
lingkungan serta pembinaan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Alasan yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan perairan
selain faktor alam dan pencemaran, juga termasuk aktifitas manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada, seperti
penebangan pohon mangrove dan pengambilan batu karang untuk bahan
bangunan. Hal tersebut jika dilakukan tanpa terkendali dapat merusak
lingkungan dan ekosistem, sehingga akan mengancam lingkungan dan
ekosistemnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan rehabilitasi mangrove pada
ekosistem yang sudah mengalami kerusakan, fasilitasi penyadaran
masyarakat terhadap pelestarian lingkungan serta pembinaan pengelolaan
pesisir dan pulau-pulau kecil. Outcome dari kegiatan ini adalah terjaganya
kelestarian lingkungan. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut (PRL).
3. Kabupaten Mimika memiliki potensi berupa wilayah pesisir dan ekosistem
pesisir yang melingkupinya yang dapat dijadikan Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K). Dalam rangka mengembangkan wilayah
pesisir untuk kegiatan konservasi, maka perlu dicadangkan kawasan pesisir
yang akan dijadikan sebagai kawasan konservasi dan pembentukan
kelembagaan pengelolanya. Outcome dari kegiatan ini adalah terjaganya
kelestarian lingkungan. Instansi yang terlibat adalah Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut (PRL).

H. Penelitian dan Pengembangan


1. Pembangunan Technopark. Kemampuan masyarakat Kabupaten Mimika
untuk mengelola hasil kelautan dan perikananperlu ditingkatkan dengan
pelatihan dan penerapan teknologi tepat guna yang dibutuhkan. Untuk
menjamin kesinambungan kemampuan pengelolaan kekayaan sumberdaya
kelautan dan perikanan di Kabupaten Biak Numfor, kehadiran pusat riset
kelautan dan perikanan sangat besar peranannya untuk mencari terobosan-
terobosan baru di bidang pengelolaan hasil kekayaan kelautan dan perikanan
secara lestari. Outcome dari kegiatan ini adalah peningkatan keterampilan
dan pengetahuan masyarakat. Instansi yang terlibat adalah Badan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V-9
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat


Kelautan dan Perikanan.
Indikasi program yang sudah dipaparkan di atas selengkapnya disajikan
dalam bentuk Road Map seperti yang disajikan pada Tabel 5-1.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 10
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 5-1. Road Map Pembangunan SKPT Kabupaten Mimika Tahun 2016-2019

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
Klaster Produksi Perikanan Tangkap
Kondisi Saat Ini: Pengadaan armada kapal motor 5 GT dengan - 9.910 9.910 10.901 - Tersedianya sarana Peningkatan DJPT
 Potensi perairan WPP alat tangkapnya 62 unit (20 unit) (20 unit) (22 unit) penangkapan ikan produksi
718 sebesar 1.992.731 Pengadaan armada kapal motor 10 GT - 76.551 76.551 78.052 -
ton/tahun. Produksi ikan dengan alat tangkapnya 308 unit (102 unit) (102 unit) (104 unit)
rata-rata 1.181.276 Pengadaan armada kapal motor 20 GT - 54.018 54.018 54.018 -
ton/tahun dengan alat tangkapnya 108 unit (36 unit) (36 unit) (36 unit)
 Konsentrasi pemukiman Pengadaan kapal pengangkut 50 GT - - - 3.752 -
penduduk menyebar di sebanyak 1 unit (1 unit)
wilayah pesisir Pengadaan armada kapal motor 3 GT 58 unit - - - -
dengan alat tangkapnya (usulan DJPT)
Permasalahan: Pengadaan armada kapal motor 10 GT 10 unit - - - -
 Tingkat pemanfaatan dengan alat tangkapnya (usulan DJPT)
sumberdaya perikanan Pembangunan 1 unit menara air - 600 - - - Tersedianya sarana dan Sentra PSKPT DJPT,
sebesar 7.840 ton/ tahun (1 unit) prasarana di Mimika dapat ESDM,
 Jumlah armada Pembangunan 1 unit menara pemantau - 900 - - - berfungsi PLN
penangkapan ikan 1.469 (1 unit)
unit (54,59% perahu Pembangunan 1 paket perbengkelan - 500 - - -
motor tempel) dan peralatan (1 pkt)
 Jumlah alat tangkap Pembangunan jalan aspal dalam - - 2.000 - -
sebanyak 7.958 unit, kawasan (1 pkt)
didominasi pancing dan Pembangunan trotoar dan castein - - 300 - -
jaring insang (1 pkt)
 Jumlah RTP sebanyak Pembangunan 1 unit SPDN - - - 1.500 -
3.769. (1 unit)
Pembangunan jaringan air bersih 1.000
(1 pkt)
Pembangunan instalasi listrik - - 1.200 - -
(1 pkt)
Pembangunan dermaga tambat labuh - - - 4.000 -
kapal (1 pkt)
Pengadaan gillnet 370 unit - 122 122 126 - Tersedianya sarana Peningkatan DJPT
(122 unit) (122 unit) (126 unit) penangkapan ikan produksi
Pengadaan alat tangkap pancing 108 - 36 36 36 -
unit (36 unit) (36 unit) (36 unit)
Pengadaan alat penangkapan ikan 14 unit - - - -
(usulan DJPT)

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 11
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
Pelatihan teknis penangkapan - 500 - - - Adanya pengetahuan Meningkatnya DJPT
(5 pkt) mengenai teknis pengetahuan
penangkapan mengenai
teknis
penangkapan
Pelatihan mata pencaharian alternatif di - 500 500 500 - Tersedianya alternatif mata Produktivitas DJPT,
kawasan pesisir (1 pkt) (1 pkt) (1 pkt) pencaharian terutama di saat usaha di Penyuluh
tidak bisa melaut pulau-pulau Perikanan
kecil
Pendampingan - 500 500 500 - Adanya pendampingan Timbulnya DJPT,
(10 pkt) (10 pkt) (10 pkt) usaha perikanan tangkap kemandirian Penyuluh
(teknis budidaya dan usaha Perikanan
manajemen usaha)
Klaster Produksi Perikanan Budidaya
Kondisi Saat Ini: Pengadaan karamba jaring apung di 6 - 400 400 400 - Tersedianya sarana budidaya Meningkatnya DJPB-KKP
 Potensi lahan budidaya distrik pesisir (2 unit) (2 unit) (2 unit) KJA produksi KJA
cukup besar 91.193,1 Pengadaan sarana produksi budidaya 1.925 - - - - Tersedianya sarana budidaya Meningkatnya DJPB-KKP
ton/tahun ikan nila 11 unit (usulan DJPB) (11 unit) ikan nila produksi nila
 Jenis budidaya (lele, mas, Pembangunan laboratorium kering - 500 - - - Tersedianya fasilitas Meningkatnya DJPB-KKP
nila) (1 pkt) laboratorium peran dan
 BBI Bhintuka Pengadaan alat-alat laboratorium - - 3.200 - - Tersedianya alat-alat fungsi BBI
(1 pkt) laboratorium di BBI Bhintuka Bhintuka
Permasalahan:
 Kurangnya sarana
prasarana fisik budidaya Pelatihan budidaya perikanan - 500 500 500 - Adanya pengetahuan Meningkatnya DJPB-KKP
KJA (5 pkt) (5 pkt) (5 pkt) mengenai teknis budidaya pengetahuan
 Rendahnya kemampuan perikanan mengenai
teknis masyarakat teknis
mengenai usaha budidaya
budidaya ikan perikanan
 Kurangnya manajemen Pendampingan - 500 500 500 - Adanya pendampingan Timbulnya DJPB-KKP,
usaha (10 pkt) (10 pkt) (10 pkt) usaha budidaya perikanan kemandirian Penyuluh
 Tidak tersedianya (teknis budidaya dan usaha Perikanan
lembaga permodalan manajemen usaha)
 Belum berkembangnya
usaha budidaya
perikanan
Klaster Produksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kondisi Saat Ini: Pengembangan Pusat Pemasaran Hasil - 1.000 1.000 1.000 - Tersedianya pusat Distribusi Ditjen

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 12
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
 Produk olahan hasil Perikanan (1 pkt) (1 pkt) (1 pkt) pemasaran hasil perikanan pemasaran PDSPKP
perikanan belum hasil
berkembang. perikanan
 Terdapat cold storage 1 Pengadaan sistem rantai dingin - - 1.000 - - Meningkatntya kualitas Produk hasil Ditjen
unit, tapi belum berfungsi (1 pkt) produk hasil perikanan perikanan PDSPKP
 Tersedia fasilitas TPI , yang
pabrik es, pengolah air berkualitas
bersih, dermaga

Permasalahan: Kendaraan pengangkut es (6 unit) - 1.000 1.000 1.000 - Tersedianya sarana Kemudahan Ditjen
 Fasilitas yang ada belum (2 unit) (2 unit) (2 unit) kendaraan pengangkut es dalam PDSPKP
berfungsi distribusi
 Kurangnya fasilitas produk
pemasaran dalam negeri Penyediaancold storage di kawasan - - 6.000 18.000 - Ditjen
 Kurangnya kapasitas pusat SKPT dan kawasan pendukung (1 unit) (3 unit) PDSPKP
sumberdaya manusia sentra pengumpul dan pemasaran hasil
dalam bidang pengolahan perikanan
produk hasil perikanan Pengadaan sarana pemasaran bergerak - 2.250 2.625 2.625 - Tersedianya Kemudahan Ditjen
bak terbuka sebanyak 20 unit (6 unit) (7 unit) (7 unit) kendaraan/sarana dalam PDSPKP
pemasaran produk perikanan distribusi
produk
Pengadaan sarana pemasaran bergerak - 2.475 2.475 2.550 - Tersedianya Kemudahan Ditjen
roda tiga bak terbuka sebanyak 100 unit (33 unit) (33 unit) (34 unit) kendaraan/sarana dalam PDSPKP
pemasaran produk perikanan distribusi
produk
Pengembangan SDM Kelautan dan - 1.000 1.000 1.000 - Keterampilan masyarakat Meningkatnya Ditjen
Perikanan (10 pkt) (10 pkt) (10 pkt) dalam pengolahan produk keterampilan PDSPKP
Penyediaan kapal cold storage - - 50.000 - - Tersedianya fasilitas tempat Menjaga mutu Ditjen
(1 unit) penyimpanan ikan dan harga PDSPKP
ikan lebih
stabil
Klaster Pengawasan Suumberdaya Kelautan dan Perikanan
Kondisi Saat Ini: Pengadaan 1 paket speed boat - - 1.500 - - Tersedianya kapal pengawas Lebih Ditjen PSDKP
 Masih adanya kegiatan pengawas (1 unit) memudahkan
ekonomi masyarakat yang dalam
bersifat merusak melakukan
lingkungan pengawasan
 Minimnya sosialisasi sumberdaya
penyelamatan terumbu perikanan
karang, lamun dan Pengadaan 7 paket speed boat untuk - 900 900 1.350 - Tersedianya kapal pengawas Masyarakat Ditjen PSDKP
pokwasmas (2 unit) (2 unit) (3 unit) masyarakat (pokwasmas) ikut terlibat

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 13
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
mangrove dalam
 Masih maraknya kegiatan pengawasan
penangkapan ikan yang sumberdaya
merusak lingkungan perikanan
 Terdapat kantor PSDKP Pengadaan 7 unit sarana telekomunikasi - 350 - - - Terjalinnya komunikasi antar Memudahkan Ditjen PSDKP
dan Polair pokwasmas (7 unit) pengawas komunikasi
dan system
Permasalahan: pelaporan
 Belum tersedianya sarana Penataan operasional penyidikan tindak - - - 500 - Adanya kemampuan Pemahaman Ditjen PSDKP,
dan prasarana pidana perikanan (1 pkt) penyidikan tindak pidana dan BPSDM
pengawasan SDKP. perikanan keterampilan Polair, TNI AL
 Belum pahamnya mengenai
perangkat daerah dan penyidikan
masyarakat terkait tindak pidana
dengan pelanggaran dan perikanan
pengawasan SDKP Penataan operasional penanganan - - - 500 - Adanya kemampuan Pemahaman Ditjen PSDKP,
barang bukti dan awak kapal (1 pkt) penanganan barang bukti dan BPSDM
dan awak kapal keterampilan Polair, TNI AL
dengan
penanganan
barang bukti
dan awak
kapal
Penataan forum koordinasi penanganan - - - 650 - Adanya forum bersama Terjalinnya Ditjen PSDKP,
tindak pidana perikanan (1 pkt) dalam pengawasan sistem BPSDM
sumberdaya perikanan koordinasi Polair, TNI AL
yang baik
Sosialisasi perundang-undangan - - - 650 - Adanya sosialisasi terkait Terpahaminya Ditjen PSDKP,
(1 pkt) perundang-undangan terkait mekanisme BPSDM
pengawasan Polair, TNI AL
dan
penanganan
pelanggaran
berdasarkan
UU yang
berlaku
Infrastruktur
Kondisi saat ini dan Pengadaan dermaga apung di PPI - 2.000 2.000 3.000 - Fasilitas dermaga di wilayah Kemudahan PRL
Permasalahan: Paomako dan 6 distrik pesisir (2 pkt) (2 pkt) (3 pkt) pesisir aksesibilitas
 Pada umumnya belum Pengadaan desalinasi air laut - 8.000 8.000 12.000 - Tersedianya pasokan air Kebutuhan air Ditjen PRL
ada dermaga di distrik (2 unit) (2 unit) (3 unit) bersih di desa-desa pesisir bersih
pesisir masyarakat

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 14
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
 Kurangnya sarana air tercukupi
bersih di kampong pesisir
 Belum ada SPDN di TPI Pengadaan sarana penunjang ekonomi - 500 - - - Tersedianya sarana Sarana untuk Ditjen PRL
Paomako produktif (1 pkt) penunjang ekonomi produktif kegiatan
 Belum ada IPAL di TPI ekonomi
Paomako produktif
Pembangunan SPDN di Pelabuhan - - - 1.500 - Tersedianya SPDN di Kebutuhan Ditjen PRL
Perikanan Paomako (1 unit) Pelabuhan Perikanan BBM nelayan Pertamina
Paomako terpenuhi.
Pembangunan IPAL - - - 1.000 - Pembangunan fasilitas IPAL Adanya Ditjen PRL
(1 unit) di Pelabuhan Perikanan pengolahan
Paomako. limbah.
Klaster Pariwisata Bahari (Mangrove)
Kondisi Saat Ini: Promosi dan pelatihan pengembangan - 500 500 500 - Adanya promosi wisata dan Berkembangn Ditjen PRL,
 Terdapat potensi untuk wisata bahari (mangrove) (5 pkt) (5 pkt) (5 pkt) peningkatan keterampilan ya kegiatan Kemenpar
pengembangan wisata masyarakat terkait pariwisata
bahari (mangrove), yaitu pengelolaan tempat wisata bahari
Kampus Biru (mangrove)
 Minimnya sosialisasi Pembangunan kantor pengelola dan - 350 350 - - Tersedianya fasilitas Berkembangn
mess (1 unit) (1 unit) pariwisata mangrove yang ya kegiatan
Permasalahan: Pembangunan ruang pengamanan - 250 250 - - memadai pariwisata Ditjen PRL,
 Tidak terkelola dengan wisata dan informasi (1 unit) (1 unit) bahari Kemenpar
baik Cottage - 200 200 200 - (mangrove) Ditjen PRL,
 Kurangnya sarana dan (1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
prasarana Kafe dan restoran - - 250 250 - Ditjen PRL,
 Kurangnya aksesibilitas (1 unit) (1 unit) Kemenpar
menuju lokasi wisata Gedung serbaguna - - - 600 - Ditjen PRL,
 Kurangnya promosi (1 unit) Kemenpar
Bagian sewa alat wisata air - 166,7 166,7 166,7 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Ruang ganti/bilas dan toilet - 150 - - - Ditjen PRL,
(1 unit) Kemenpar
Gazebo - 166,7 166,7 166,7 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Dermaga penyeberangan 1.000 1.000 1.000 Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Sarana olahraga - 400 400 400 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 15
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Anggaran (Jutaan Rupiah) dan Jumlah Unit


Kondisi Saat Ini Program/Kegiatan Kondisi yang Diharapkan Outcome Instansi
2016 2017 2018 2019 2020
Sarana sirkulasi (jalan dan pedestrian) - 666,7 666,7 666,7 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Anjungan - 400 400 - - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) Kemenpar
Plasa - 266,7 266,7 266,7 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Kolam renang - 333,3 333,3 333,3 - Ditjen PRL,
(1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Kawasan konservasi (mangrove & - 333,3 333,3 333,3 - Ditjen PRL,
penangkaran kepiting) (1 unit) (1 unit) (1 unit) Kemenpar
Ekosistem dan Lingkungan
Kondisi Saat Ini: Identifikasi dan penilaian potensi calon - - - 1.500 - Tersedianya dokumen Teridentifikasi Ditjen PRL
 Terdapat ekosistem KKP3K (1 pkt) mengenai hasil penilaian nya mengenai
mangrove potensi KPRL
Rehabilitasi mangrove - 1.000 1.000 1.000 - Terpulihkannya ekosistem Terjaganya Ditjen PRL
Permasalahan: (1 pkt) (1 pkt) (1 pkt) pesisir kelestarian
 Penggunaan alat tangkap lingkungan
yang tidak ramah
lingkungan
Fasilitasi penyadaran masyarakat - 500 500 500 - Meningkatnya kesadaran Terjaganya Ditjen PRL
 Pemanfaatan tumbuhan
terhadap perusakan lingkungan (1 pkt) (1 pkt) (1 pkt) masyarakat terhadap kelestarian
mangrove oleh
Pembinaan pengelolaan pesisir dan - 200 200 200 - pentingnya lingkungan dan lingkungan
masyarakat untuk
PPK (1 pkt) (1 pkt) (1 pkt) ekosistem pesisir
kepentingan kayu bakar
dan bangunan Pencadangan dan kelembagaan - - - 1.000 - Adanya daerah perlindungan Terjaganya Ditjen PRL
kawasan konservasi (1 pkt) kawasan untuk mangrove kelestarian
dan terumbu karang lingkungan

Penelitian dan Pengembangan


Masih rendahnya teknologi Pembangunan Technopark - - - 5.000 - Adanya transfer teknologi Peningkatan BPSDMKP
yang digunakan (1 unit) kepada masyarakat pesisir keterampilan
dan
pengetahuan
masyarakat

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) V - 16
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan
1. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdapat di Kabupaten
Mimika cukup besar. Potensi tersebut terjustifikasi dari letaknya yang
strategis dan cukup memadainya infrastruktur yang ada. Berdasarkan hal
tersebut, sangat tepat jika Kabupaten Mimika ini dikembangkan menjadi
kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
2. Kawasan Desa Paomako di Distrik Mimika Timur sangat cocok untuk
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan SKPT. Hal tersebut diperkuat oleh
tersedianya beberapa fasilitas (dermaga, TPI, pabrik es, cold storage,
instalasi air bersih, kantor PSDKP), dan sumberdaya ikan yang potensial
serta dukungan dari Pemerintah Daerah.
3. Dari aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat
menguntungkan dan layak untuk diusahakan/dikembangkan karena
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan: (1) analisis usaha nilai R/C lebih
besar dari 1, dan (2) analisis kelayakan usaha nilai NPVnya positif, nilai
IRRnya lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (lebih dari 18 %) dan nilai
B/Cnya lebih besar dari 1.

6.2. Rekomendasi
1. Untuk kepentingan peningkatan perekonomian masyarakat, model
pengelolaan SKPT di Kabupaten Mimika perlu dioptimalkan dengan cara
memaksimumkan jumlah unit usaha, tetapi dengan tetap memperhatikan
potensi sumberdaya ikan, dan kualitas lingkungan perairan.
2. Kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif untuk dikembangkan di
Kabupaten Mimika adalah perikanan tangkap (ketinting, Johnson, kapal
motor), perikanan budidaya (karamba jaring apung), pengolahan hasil
perikanan (pengeringan gelembung renang ikan kakap dan sirip ikan hiu) dan
pariwisata bahari (mangrove).
3. Komoditi unggulan perikanan tangkap yaitu barramundi, udang dan kepiting.
Komoditi unggulan perikanan budidaya yaitu lele, mas dan nila. Tujuan pasar
domestik yaitu ke Makassar, Bali, Surabaya dan Jakarta. Tujuan pasar
ekspor adalah Australia, Hongkong, Cina, Singapura, Taiwan, Cairns dan
Jepang.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

4. Untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, maka investasi yang


diperlukan adalah: (1) Perikanan tangkap berupa pengadaan armada kapal
motor, pembangunan menara air, pembangunan menara pemantau,
pembangunan perbengkelan dan peralatan, pembangunan jalan aspal dalam
kawasan, pembangunan trotoar dan castein, pembangunan SPDN,
pembangunan jaringan air bersih, pembangunan instalasi listrik, pengadaan
gillnet, pengadaan alat tangkap pancing, pelatihan teknis penangkapan,
pelatihan mata pencaharian alternatif di wilayah pesisir dan pendampingan;
(2) Perikanan budidaya berupa pengadaan karamba jaring apung,
pembangunan laboratorium kering, pengadaan alat-alat laboratorium,
pelatihan budidaya perikanan, pendampingan; (3) Pengolahan dan
pengolahan hasil perikanan berupa pengembangan Pusat Pemasaran Hasil
Perikanan (PDSPKP), pengadaan sistem rantai dingin, pengadaan cool box
(300 liter), pengadaan chest freezer, pengadaan ice crusher, kendaraan
pengangkut es, penyediaan cold storage di kawasan pusat SKPT dan
kawasan pendukung sentra pengumpul dan pemasaran hasil perikanan,
pengadaan sarana pemasaran bergerak bak terbuka, pengadaan sarana
pemasaran bergerak roda tiga bak terbuka, pengembangan sumberdaya
manusia Kelautan dan Perikanan, penyediaan kapal cold storage, dan
penyediaan cold storage ; (4) Pengawasan sumberdaya kelautan dan
perikanan berupa pengadaan speed boat pengawas, pengadaan speed boat
untuk pokwasmas, pengadaan sarana telekomunikasi pokwasmas, penataan
operasional penyidikan tindak pidana perikanan, penataan operasional
penanganan barang bukti dan awak kapal, penataan forum koordinasi
penanganan tindak pidana perikanan, sosialisasi perundang-undangan; (5)
Infrastruktur berupa pengadaan dermaga apung di Pelabuhan Perikanan
Paomako dan distrik pesisir, pengadaan desalinasi air laut, pengadaan
sarana penunjang ekonomi produktif, pembangunan SPDN dan IPAL di
Pelabuhan Perikanan Paomako; (6) Pariwisata bahari berupa promosi dan
pelatihan pengembangan wisata bahari (mangrove), pembangunan kantor
pengelola dan mess, pembangunan ruang pengamanan wisata dan
informasi, cottage, kafe dan restoran, gedung serbaguna, bagian sewa alat
wisata air, ruang ganti/bilas dan toilet, gazebo, dermaga penyeberangan,
sarana olahraga, sarana sirkulasi (jalan dan pedestrian), anjungan, plasa,
kolam renang, kawasan konservasi (mangrove dan penangkaran kepiting);

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

(7) Ekosistem dan lingkungan berupa identifikasi dan penilaian potensi calon
KKP3K, rehabilitasi mangrove, fasilitasi penyadaran masyarakat terhadap
perusakan lingkungan, pembinaan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,
pencadangan dan kelembagaan kawasan konservasi; (8) Penelitian dan
pengembangan berupa pembangunan Technopark.
5. Agar semua kepentingan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut kawasan SKPT ini dapat terakomodir, maka kebijakan
penting yang harus dilakukan oleh para pemangku kepentingan adalah
menentukan proporsi berimbang berdasarkan peran dan fungsinya yang
pelaksanaannya tertuang dalam bentuk program kegiatan.

Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
A. Perikanan Tangkap
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 30.721
5 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 62 unit
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 231.154
10 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 308 unit
Pengadaan armada kapal motor 7 distrik pesisir DJPT 162.054
20 GT dengan alat tangkapnya
sebanyak 108 unit
Pengadaan kapal pengangkut 50 PPI Paomako DJPT 3.752
GT sebanyak 1 unit
Pengadaan armada kapal motor Distrik pesisir DJPT -
3 GT dengan alat tangkapnya 58
unit (usulan DJPT)
Pengadaan armada kapal motor Distrik pesisir DJPT -
10 GT dengan alat tangkapnya
10 unit (usulan DJPT)
Pembangunan 1 unit menara air PPI Paomako DJPT, ESDM, 600
PLN
Pembangunan 1 unit menara PPI Paomako DJPT, ESDM, 900
pemantau PLN
Pembangunan 1 paket PPI Paomako DJPT, ESDM, 500
perbengkelan dan peralatan PLN
Pembangunan jalan aspal dalam PPI Paomako DJPT, ESDM, 2.000
kawasan PLN
Pembangunan trotoar dan PPI Paomako DJPT, ESDM, 300
castein PLN
Pembangunan 1 unit SPDN PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.500
PLN
Pembangunan jaringan air PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.000
bersih PLN
Pembangunan instalasi listrik PPI Paomako DJPT, ESDM, 1.200
PLN
Pembangunan dermaga tambat PPI Paomako DJPT, ESDM, 4.000
labuh kapal PLN
Pengadaan gillnet 370unit 7 distrik pesisir DJPT 370
Pengadaan alat tangkap pancing 7 distrik pesisir DJPT 108
108 unit
Pengadaan alat penangkapan Distrik pesisir DJPT -
ikan 14 unit (usulan DJPT)
Pelatihan teknis penangkapan PPI Paomako DJPT 500
Pelatihan mata pencaharian 7 distrik pesisir DJPT, Penyuluh 1.500
alternatif di kawasan pesisir Perikanan
Pendampingan 7 distrik pesisir DJPT, Penyuluh 1.500
Perikanan
B. Perikanan Budidaya

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
Pengadaan karamba jaring 6 distrik pesisir DJPB 1.200
apung 6 unit
Pengadaan sarana produksi Distrik pesisir DJPB 1.925
budidaya nila 11 unit (usulan
DJPB)
Pembangunan laboratorium BBI Bhintuka DJPB 500
kering
Pengadaan alat-alat BBI Bhintuka DJPB 3.200
laboratorium
Pelatihan budidaya perikanan PPI Paomako DJPB 1.500
Pendampingan 7 distrik DJPB, Penyuluh 1.500
Perikanan
C. Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan
Pengembangan Pusat PPI Paomako PDSPKP 3.000
Pemasaran Hasil Perikanan
Kendaraan pengangkut es (6 PPI Paomako, PDSPKP 3.000
unit) Mimika Barat,
Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sarana pemasaran PPI Paomako, PDSPKP 7.500
bergerak bak terbuka sebanyak Mimika Barat,
20 unit Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sarana pemasaran PPI Paomako, PDSPKP 7.500
bergerak roda tiga bak terbuka Mimika Barat,
sebanyak 100 unit Mimika Barat
Jauh, Mimika
Timur Jauh
Pengadaan sistem rantai dingin PPI Paomako PDSPKP 1.000
Penyediaancold storage di PPI Paomako, PSDPKP 24.000
kawasan pusat SKPT dan Mimika Barat,
kawasan pendukung sentra Mimika Barat
pengumpul dan pemasaran hasil Jauh, Mimika
perikanan Timur Jauh
Pengembangan SDM Kelautan 7 distrik pesisir BPSDMPKP 3.000
dan Perikanan
Penyediaan kapal cold storage PPI Paomako PDSPKP 50.000
D. Pengawasan Sumberdaya
Perikanan
Pengadaan 1 paket speed boat PPI Paomako PSDKP 1.500
pengawas
Pengadaan 7 paket speed boat 7 distrik pesisir PSDKP 3.150
untuk pokwasmas
Pengadaan 7 unit sarana 7 distrik pesisir PSDKP 350
telekomunikasi pokwasmas
Penataan operasional PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 500
penyidikan tindak pidana Polair, TNI AL
perikanan
Penataan operasional PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 500
penanganan barang bukti dan Polair, TNI AL
awak kapal
Penataan forum koordinasi PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 650
penanganan tindak pidana Polair, TNI AL
perikanan
Sosialisasi perundang-undangan PPI Paomako PSDKP, BPSDM, 650
Polair, TNI AL
E. Infrastruktur
Pengadaan dermaga apung dan PPI Paomako dan PRL 7.000
titik labuh di distrik pesisir 6 distrik pesisir
Pengadaan desalinasi air laut 7 distrik pesisir PRL 28.000
Pengadaan sarana penunjang PPI Paomako PRL 500
ekonomi produktif
Pembangunan SPDN PPI Paomako PRL, Pertamina 1.500
Pembangunan IPAL PPI Paomako PRL 1.000
F. Pariwisata Bahari
Promosi dan pelatihan PPI Paomako PRL, Kemenpar 1.500

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Lembaga Anggaran
No. Jenis Kegiatan Lokasi Kegiatan
Pelaksana (Rp Juta)
pengembangan wisata bahari
(mangrove)
Pembangunan kantor pengelola Kampus Biru PRL, Kemenpar 700
dan mess
Pembangunan ruang Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
pengamanan wisata dan
informasi
Cottage Kampus Biru PRL, Kemenpar 600
Kafe dan restoran Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Gedung serbaguna Kampus Biru PRL, Kemenpar 600
Bagian sewa alat wisata air Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Ruang ganti/bilas dan toilet Kampus Biru PRL, Kemenpar 150
Gazebo Kampus Biru PRL, Kemenpar 500
Dermaga penyeberangan Kampus Biru PRL, Kemenpar 3.000
Sarana olahraga Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.200
Sarana sirkulasi (jalan dan Kampus Biru PRL, Kemenpar 2.000
pedestrian)
Anjungan Kampus Biru PRL, Kemenpar 800
Plasa Kampus Biru PRL, Kemenpar 800
Kolam renang Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.000
Kawasan konservasi (mangrove Kampus Biru PRL, Kemenpar 1.000
dan penangkaran kepiting)
G. Ekosistem dan Lingkungan
Identifikasi dan penilaian potensi Distrik pesisir PRL 1.500
calon KKP3K
Rehabilitasi mangrove Distrik pesisir PRL 3.000
Fasilitasi penyadaran PPI Paomako PRL 1.500
masyarakat terhadap perusakan
lingkungan
Pembinaan pengelolaan pesisir Distrik pesisir PRL 600
dan PPK
Pencadangan dan kelembagaan Distrik pesisir PRL 1.000
kawasan konservasi
H. Penelitian dan Pengembangan
Pembangunan Technopark PPI Paomako BPSDMKP 5.000

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) VI - 5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2011. Perda


RTRW Kabupaten Mimika Tahun 2011 – 2031. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2013. Rencana


Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten MimikaTahun 2011 – 2031.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2014. Rencana


Detail Tata Ruang (RDTR) Mimika Timur Tahun 2015 – 2035. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2014. Rencana


Tata Ruang Kawasan Strategis Paomako. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2015.


Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata Unggulan Kabupaten
Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2016. Standar


Harga Satuan Kabupaten Mimika Tahun 2016. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2016. Kajian


Lingkungan Hidup Strategis RTRW Kabupaten Mimika 2011 –
2031.Timika.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. 2002. Laporan


Akhir Pembangunan Pangkalan PendaratanIkan (PPI) Paomako
Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. 2015. Mimika dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. 2015. ProdukDomestik Regional


Bruto (PDRB) 2014.Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. Timika.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2015. Provinsi Papua dalam Angka 2015.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Jayapura.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2007. Nota Desain


Penyusunan Masterplan dan Detail Desain PPI Paomako (65 Ha). Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. Timika.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2007. Rencana Anggaran


Biaya Penyusunan Masterplan dan Detail Desain PPI Paomako (65 Ha).
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. Timika.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) DP - 1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2007. Final Report


Penyusunan Masterplan dan Detail Desain PPI Paomako (65 Ha). Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. Timika.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2012. Manajemen Plan PPI
Paomako 2012. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika.
Timika.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2013. Rencana Strategis


Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2014 – 2019. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Mimika. Timika.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika. 2015. Data Statistik Kelautan
dan Perikanan Tahun 2014. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Mimika. Timika.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Keragaan Perikanan Tangkap


2015. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mimika. 2015. Harga Pekerjaan Konstruksi


Bangunan Gedung dan Perumahan Kota Mimika. Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Mimika. Timika.

USAID IFACS. 2015. Rencana Pengelolaan Hutan Bakau dan Hutan Rawa
Terpadu di Mimika. USAID IFACS. Timika.

USAID Lestari. 2014. Rencana Konservasi Bentang Alam Kabupaten Mimika


Provinsi Papua. USAID Lestari. Timika.

USAID Lestari. 2015. Draft Final Kertas Posisi MSF Mimika. USAID Lestari.
Timika.

USAID Lestari. 2016. FGD Pokja KLHS Update IsuStrategis. USAID Lestari.
Timika.

USAID Lestari. 2016. Pemetaan Partisipasif IFACS. USAID Lestari. Timika.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) DP - 2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Lampiran 1. Desain Masterplan SKPT Paomako – Kabupaten Mimika

1. Kriteria Pelabuhan Perikanan


Kriteria Pelabuhan Perikanan didasarkan pada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan
Perikanan, yang dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu:
 PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera).
 PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara).
 PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai).
 PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan).
Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan
masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang dan pergi serta
letak dan posisi pelabuhan.

Tabel 1. Kriteria Pelabuhan Perikanan


Kriteria Pelabuhan
No. PPS PPN PPP PPI
Perikanan
1. Daerah operasional Perairan Perairan ZEE Perairan Perairan
kapal ikan yang dilayani Internasioanal, dan Perairan Indonesia Indonesia
Zona Ekonomi Indonesia
Eksklusif
(ZEE),dan
Perairan
Indonesia
2. Fasilitas tambat/labuh > 60 GT 30 - 60 GT 10 - 30 GT 5 - 10 GT
kapal
3. Panjang dermaga dan >300 m dan >3 m 150 m – 300 m 100-150 m dan 50-100 m dan >
kedalaman kolam dan >3 m >2m 2m
4. Kapasitas menampung >6.000 GT 2250 GT >300 GT >75 GT
kapal (ekivalen dengan (ekivalen (ekivalen (ekivalen
100 buah kapal dengan 75 dengan 30 dengan 15
berukuran 60 GT) buah kapal buah kapal buah kapal
berukuran 30 berukuran 10 berukuran 5
GT) GT) GT)
5. Volume ikan yang Rata-rata 50 ton/ Rata-rata 30 Rata-rata 5 ton/ Rata-rata 2 ton/
didaratkan hari ton/hari hari hari
6. Luas lahan >20 Ha 10-20 Ha 5-10 Ha 1-5 Ha
7. Pengolahan ikan dan Ada Ada Ada Tidak
industri punanjang
Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/MEN/2012

Berdasarkan Tabel 1, perencanaan PPS harus memiliki fasilitas labuh


kapal lebih dari 60 GT dengan panjang lebih dari 300 Meter dan memiliki
kedalaman lebih dari 2 meter, dapat menampung kapal lebih dari 6.000 GT atau
sama dengan 100 kapal berukuran 60 GT serta dapat mendaratkan ikan rata-rata
50 ton/hari, memiliki lahan lebih dari 20 Ha dan memiliki fasilitas pengolahan ikan
dan industri penunjang.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-1
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Tabel 2. Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Ikan

Fasilitas pokok Fasilitas Fungsional Fasilitas Penunjang


Penahan gelombang Tempat Pemasaran Ikan Navigasi pelayaran dan Balai pertemuan nelayan
(breakwater), turap (TPI) komunikasi seperti telepon,
(revetment) dan groin internet, radio komunikasi,
Pabrik es
rambu-rambu, lampu suar
dan menara pengawas

Dermaga Air bersih Mess operator

Instalasi listrik

Jetty Instalasi bahan bakar Tempat pemeliharaan kapal Wisma nelayan


minyak (BBM)
Kolam pelabuhan Alat penangkapan ikan Transportasi seperti alat-alat Tempat peribadatan
seperti : dock (slipway), angkut ikan
bengkel
Alur pelayaran Transit sheed dan Pagar kawasan Mandi Cuci Kakus (MCK)
laboratorium pembinaan
mutu
Jalan komplek dan Kantor administrasi Perbankan
drainase pelabuhan
Pertokoan
Tempat perbaikan jaring Pos pelayanan terpadu

Lahan Pengolahan air limbah Tempat Pembuangan Pos jaga


(IPAL) Sementara (TPS)

Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.08/MEN/2012

Pelabuhan ikan terbagi menjadi 3 (tiga) fasilitas yang disajikan pada


Tabel 2, yaitu fasilitas fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Terdapat
beberapa fungsi dari tiap-tiap fasilitas pelabuhan ikan dan dari beberapa fungsi
yang terdapat dalam Tabel 2 minimal pada pelabuhan ikan harus memiliki:
 Fasilitas pokok : dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek dan drainase,
serta lahan.
 Fasilitas fungsional : TPI, air bersih, instalasi listrik, kantor administrasi
pelabuhan.
 Fasilitas pendukung : MCK, Pos jaga.

2. Konsep Perancangan
Kawasan PPS Paomako harus mampu mewadahi dan menjamin
keberlangsungan aktivitas perikanan masyarakat Kabupaten Mimika, khususnya
masyarakat Paomako. Dalam konsep PPS Paomako selain mengakomodasi
semua fungsi dari tiap-tiap fasilitas juga mengaplikasikan fasilitas tambahan yang
berfungsi sebagai wisata pantai.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-2
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2.1. Fungsional Lokasi Proyek


Lokasi yang terpilih bertujuan mengangkat tempat tersebut sebagai pusat
pelabuhan perikanan Paomako, lokasi dipilih berdasarkan alasan sebagai
berikut:
 Sebagai Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika.
 Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang sudah ada sebelumnya.

2.2. Pemintakatan Ruang


Pembagian zona-zona yang dibuat, mengacu pada pembagian zona yang
disesuaikan dengan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, yaitu pemintakatan
area servise dan area utama.

2.3. Sirkulasi
Untuk pencapaian pelabuhan memiliki pola sistem sirkulasi dan jalur
penghubung terdiri dari jaringan jalan kendaraan besar (kendaraan angkut
tangkapan ikan, kendaraan operasional PPS) yang jalannya diperlebar menjadi 8
m dan kendaraan kecil (kendaraan pribadi, kendaraan informal setempat dan
sepeda, atau pejalan kaki).
Penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung dapat memberikan
beberapa manfaat:

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-3
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

 Mengoptimalkan efisiensi pemanfaatan prasarana jalan dengan jenis arus


pergerakan yang terjadi.
 Mendapatkan distribusi atau penyebaran pergerakan yang selaras dengan
jenis aktivitas yang diwadahi.

2.4. Tata Hijau


Untuk penyelesaian ruang landscape menetapkan 40% untuk parkir dan
tanaman yaitu: 15% untuk area parkir dan 25% untuk area taman. Tanaman
yang digunakan untuk taman menggunakan pohon peneduh, pohon berproduksi,
tanaman hias yang memiliki manfaat untuk kesehatan.

2.5. Masterplan SKPT Paomako – Kabupaten Mimika

2.6. Konsep Bangunan


 Bangunan menyesuaikan dengan bangunan eksisting.
 Bangunan menggunakan warna-warna industrial.
 Bangunan berciri arsitektur tropis dengan ciri khas diantaranya melalui
bentuk atap pelana dan juga menyesuikan dengan bentukan atap yang
banyak ditemui di area tersebut.

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-4
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

2.7. Gambar Perancangan

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) L-5
Kabupaten Mimika
Laporan Akhir

Lampiran 2. Cashflow Usaha Perikanan Tangkap Perahu Ketinting di Kabupaten Mimika

Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A INFLOW
Penjualan hasil tangkapan 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 63.000.000 - - - - -
Nilai Sisa 576.000 576.000 576.000 576.000 1.251.000 0
Total Inflow 0 63.576.000 63.576.000 63.576.000 63.576.000 64.251.000 - - - - -

B OUTFLOW
B.1 Biaya Investasi
Perahu (1 Unit) 3.000.000
Mesin (1 Unit) 3.750.000
Jaring (3 Piece) 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000
Total Investasi 12.510.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000 5.760.000
B.2 Biaya Tetap
Pemeliharaan 1.251.000 1.251.000 1.251.000 - - 0 0 0 0 0
Gaji 28.395.000 28.395.000 28.395.000 28.395.000 28.395.000 0 0 0 0 0
Total Biaya Tetap 29.646.000 29.646.000 29.646.000 28.395.000 28.395.000 0 0 0 0 0
B.3 Biaya Variabel
Perbekalan 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 0 0 0 0 0
Bahan Bakar Minyak 3.510.000 3.510.000 3.510.000 3.510.000 3.510.000 0 0 0 0 0
Total Biaya Variabel 6.210.000 6.210.000 6.210.000 6.210.000 6.210.000 0 0 0 0 0
Total Outflow 12.510.000 41.616.000 41.616.000 41.616.000 40.365.000 34.605.000 0 0 0 0 0

C NET BENEFIT (12.510.000) 21.960.000 21.960.000 21.960.000 23.211.000 29.646.000 0 0 0 0 0


DISCOUNT RATE 18%
DISCOUNT FACTOR 1 0,847457627 0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
PRESENT VALUE (12.510.000) 18.610.169 15.771.330 13.365.534 11.971.976 12.958.540 0 0 0 0 0
D NPV 60.167.549
E IRR 175,42%
F Net B/C 5,81

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika L-6
Laporan Akhir

Lampiran 3. Cashflow Usaha Perikanan Tangkap Perahu Johnson di Kabupaten Mimika

Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A INFLOW
Penjualan hasil tangkapan 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000 297.000.000
Nilai Sisa 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 8.810.000
Total Inflow 0 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 301.800.000 305.810.000

B OUTFLOW
B.1 Biaya Investasi
Perahu (1 Unit) 17.500.000
Mesin (1 Unit) 22.600.000
Jaring (25 Piece) 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 -
Total Investasi 88.100.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 48.000.000 0
B.2 Biaya Tetap
Pemeliharaan 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000 8.810.000
Gaji 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000 115.200.000
Total Biaya Tetap 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000 124.010.000
B.3 Biaya Variabel
Perbekalan 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000 23.400.000
Bahan Bakar Minyak 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000
Total Biaya Variabel 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000 66.600.000
Total Outflow 88.100.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 238.610.000 190.610.000

C NET BENEFIT (88.100.000) 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 63.190.000 115.200.000
DISCOUNT RATE 18%
DISCOUNT FACTOR 1 0,847457627 0,71818443 0,608630873 0,515788875 0,437109216 0,370431539 0,313925033 0,266038164 0,225456071 0,191064467
PRESENT VALUE (88.100.000) 53.550.847 45.382.074 38.459.385 32.592.699 27.620.931 23.407.569 19.836.923 16.810.952 14.246.569 22.010.627
D NPV 205.818.576
E IRR 71,59%
F Net B/C 3,34

Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten Mimika L-7

Anda mungkin juga menyukai