Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334488291

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA IKAN KERAPU SUNU (Plektropomus


leopardus) PADA KARAMBA JARING APUNG BERBASIS AGRIBISNIS

Article · January 2017


DOI: 10.33772/jsa.v1i1.1831

CITATION READS

1 93

3 authors, including:

Budiyanto Budiyanto
Universitas Haluoleo
8 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Budiyanto Budiyanto on 30 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA IKAN KERAPU SUNU (Plektropomus leopardus)


PADA KARAMBA JARING APUNG BERBASIS AGRIBISNIS
Prospect of Developing Business of Coral Trout Grouper (Plektropomus leopardus) Fish Farming
with Floating Net Cage on Agribusiness Basis

Seffyan Hendratno1), Azhar Bafadal2), Budiyanto2)


1)
Program Studi Magister Agribisnis Universitas Halu Oleo
2)
Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo
email: hendrasinapoi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai Desember 2016 di Perairan Kecamatan
Tanggetada Kabupaten Kolaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis prospek usaha budidaya kerapu
sunu dengan sistem KJA dan menganalisis strategi pengembangan usaha budidaya ikan kerapu sunu
dengan sistem KJA di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka di masa yang akan datang. Metode
penelitian ini menggunakan metode sensus dan data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara
deskriptif (aspek teknis, aspek managerial, aspek pasar) dan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
data finansial (R/C Ratio). Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
dari beberapa kondisi aspek teknis, aspek managerial, dan aspek pasar layak untuk dikembangkan dan
hasil perhitungan Revenue Cost Ratio diperoleh nilai sebesar 3,79, dimana usaha budidaya ikan kerapu
sunu di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka layak dibudidayakan karena melihat penerimaan
yang cukup tinggi. Hasil analisis SWOT berada pada strategi difersifikasi dimana usaha budidaya ikan
kerapu sunu di Kecamatan Tanggetada walaupun menghadapi tantangan berat namun perlu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk untuk menjamin keberlajutan dari usaha budidaya kerapu
sunu di Kecamatan Tanggetada.
Kata Kunci: Faktor Internal, Faktor Eksternal, Prospektif, Budidaya Kerapu Sunu, KJA.

ABSTRACT

This study was conducted from August 2015 to December 2016 in the water of Tanggetada sub regency
of Kolaka. The study aimed to analyze the business prospect of farming coral trout grouper using KJA
system and to analyze strategies for developing the business offarming coral trout grouper using KJA
systemin Tanggetada sub regency of Kolaka in the future. The study used a census method. Data used
in the study were analyzed descriptively (technical aspect, managerial aspect, market aspect) and
quantitatively to analyze financial data (R/C Ratio). Types of data used were primary data and
secondary data. Results of the study revealed that, in terms of technical, managerial, and market
aspects, the business of farming coral trout grouper is physically feasible for development. Result of
calculating Revenue Cost Ratiowas 3,79 indicating that the farming of coral trout grouper in
Tanggetada sub district of Kolaka is feasible due to relatively high incomes gained in the business.
Result of SWOT analysis of the farming of coral trout grouper showed that the business adopts
adiversification strategy, in which the business of trout grouper farming at Tanggetada sub district faces
a number of big challenges, but the quality and quantity of the products need to be improved in order to
guarantee the sustainability of coral trout grouper farming business in the sub district of Tanggetada.

Keywords: internal factors, external factors, prospective, coral trout grouper farming, KJA
2

I. PENDAHULUAN Pengembangan komoditas ikan


Ikan kerapu hasil budidaya memiliki kerapu yang ada di Kabupaten Kolaka
keunggulan dibandingkan dengan hasil terdapat di tiga kecamatan yaitu Kecamatan
tangkapan langsung di laut. Keunggulan Wundulako dengan menggunakan metode
yang pertama adalah ukuran ikan yang budidaya keramba jaring apung yang berada
seragam, yang memungkinkan pembudidaya di Pulau Lambasina, Kecamatan Pomalaa
untuk memanen ikan pada saat ukuran dan Kecamatan Tanggetada. Komoditas
panen/konsumsi yang memiliki nilai yang dikembangkan adalah Kerapu Sunu
ekonomis paling tinggi yaitu pada saat ikan (Plectropomus leopardus), Kerapu Bebek
berbobot delapan ons dan mempunyai (Cromileptes altivelis), Kerapu Macan
daging yang lezat, bergizi tinggi dan (Ephinephelus fuscoguttatus), Kerapu
mengandung asam lemak tak jenuh. Yang Lumpur (Epinephelus coloides).
kedua adalah pasokan ikan kerapu hasil Usaha KJA ikan kerapu sunu di
budidaya dapat terus menerus ada karena Kecamatan Tanggetada merupakan bidang
dapat diatur masa penanaman dan panen usaha yang baru (kurang dari sepuluh tahun)
sesuai dengan kebutuhan dikenal oleh masyarakat melalui pengusaha
pembudidaya/pasar. menengah. Walaupun produk dari usaha ini
Salah satu wilayah Provinsi di memiliki nilai jual yang cukup tinggi namun
Indonesia yang mempunyai kontribusi dalam operasionalnya memerlukan biaya
dalam produksi kerapu adalah Provinsi yang cukup besar dan waktu panen yakni
Sulawesi Tenggara yang memiliki sejumlah antara enam sampai delapan bulan.
kawasan yang potensial bagi pengembangan Kecamatan Tanggetada dengan luas Potensi
budidaya ikan kerapu karena tipe perairan perikanan ± 15 Ha, sementara yang baru
laut berupa teluk, selat, dan pulau-pulau dikembangkan sekitar 1,25 Ha yang dikelola
kecil. Luas perairan laut Sulawesi Tenggara oleh masyarakat nelayan sebanyak 15 KK
tercatat 110.000 km2 dengan luas wilayah dengan produksi sekitar ± 1.500 kg/tahun.
kewenangan pegelolaan laut 79.700 km2. Kecamatan tanggetada memiliki pantai
Dari luas kewenangan tersebut mencakup perairan yang sangat mendukung untuk
wilayah perairan di sekitar jazirah bagian pengembangan usaha perikanan terutama
Tenggara pulau Sulawesi, dua pulau besar usaha budidaya ikan dan memiliki prospek
(Pulau Buton dan Pulau Muna), 48 pulau yang sangat bagus untuk budidaya ikan
berukuran sedang, tiga gagasan kepulauan kerapu dengan menggunakan karamba jaring
(Wakatobi, Tiworo, dan Padamarang), serta apung (KJA).
100 buah pulau kecil yang pada umumnya Berdasarkan uraian pada
belum berpenghuni (Bappeda Sultra dalam pendahuluan potensi sumberdaya perairan di
La Sara, 2005). Kecamatan Tanggetada sangat penting
Kabupaten Kolaka berada di terutama dalam pengembangan usaha
wilayah Teluk Bone yang memiliki banyak budidaya ikan Kerapu Sunu maka beberapa
potensi dibidang kelautan dan perikanan, permasalahan yang perlu dikaji yaitu:
antara lain ikan konsumsi, ikan hias, 1. Bagaimana prospek usaha budidaya
terumbu karang, rumput laut, dan mangrove. kerapu sunu dengan sistem KJA sehingga
Ikan kerapu merupakan komoditas yang dapat diketahui budidaya diatas layak atau
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tidak yang diusahakan oleh nelayan
prospek pengembangannya cukup baik. budidaya di Kecamatan Tanggetada?
Budidaya ikan Kerapu Sunu (Plectropomus 2. Bagaimana strategi pengembangan usaha
leopardus) di Kabupaten Kolaka luas budidaya ikan Kerapu Sunu dengan
Potensi ± 50 Ha, sementara yang baru sistem KJA di Kecamatan Tanggetada?
dikembangkan sekitar 4,75 Ha, dengan
produksi 2,93 ton/tahun (DKP, 2012).
3

II. METODE PENELITIAN tanggung jawab, dan pelaksana kegiatan


Penelitian ini dilaksanakan di lokasi usaha.
budidaya Kerapu Sunu di Kecamatan Aspek Pasar
Tanggetada Kabupaten Kolaka Provinsi Aspek pasar dianalisis secara
Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian mulai deskriptif atau kualitatif. Analisis aspek
dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 pasar dilakukan untuk mengetahui potensi
sampai Desember 2016. Jumlah populasi permintaan dan penawaran, harga dan
pembudidaya kerapu sunu sebanyak 15 KK strategi pemsaran perkiraan penjualan ikan,
dan penentuan responden dalam penelitian struktur pasar dan persaingan. Usaha
ini menggunakan metode sensus. pengembangan ikan kerapu dengan sistem
Jenis pengumpulan data dalam KJA dikatakan layak ditinjau dari aspek
penelitian ini terdiri dua kategori yaitu data pasar bila terdapat suatu permintaan dengan
primer dan data sekunder. Data primer harga yang menguntungkan.
diperoleh melalui wawancara langsung Aspek Finansial
dengan menggunakan daftar kuisioner yang Analisis finansial merupakan kajian
telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data keuangan untuk mengetahui keberhasilan
sekunder diperoleh melalui sumber lain dan penerimaan yang telah dicapai selama
yang ada relevansinya dengan penelitian usaha ikan kerapu sunu tersebut
seperti Dinas Kelautan dan Perikanan berlangsung.
Kabupaten Kolaka, kantor BPS Kabupaten
Kolaka, Kantor Camat, Kantor Lurah/Desa
dan observasi lapangan. Keterangan:
Teknik Analisis Data R/C Ratio = Revenue Cost Ratio.
Analisis data yang digunakan dalam TR = Total Revenue (penerimaan kotor
penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan budidaya ikan kerapu).
kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan TC = Total Cost (jumlah keseluruhan biaya
untuk menganalisis data dari aspek teknis, yang harus dikeluarkan oleh
aspek managerial, dan aspek pasar pembudidaya ikan kerapu sebagai
sedangkan analisis kuantitatif dilakukan konsekuensi penggunaan input
untuk menganalisis aspek finansial. produksi).
Analisis Kelayakan Analisis SWOT
Aspek Teknis Untuk menganalisis strategi
Analisis aspek teknis dilakukan pengembangan usaha budidaya ikan Kerapu
secara deskriptif. Hal-hal yang perlu Sunu akan digunakan analisis SWOT.
diperhatikan dalam aspek teknis usaha Adapun faktor eksternal dan internal yang
budidaya ikan kerapu sunu terdiri dari lokasi akan dikaji dalam analisis SWOT adalah
usaha, luas produksi, tata letak (lay out), sebagai berikut :
penyusunan peralatan usaha, proses 1. Faktor eksternal adalah faktor-faktor
produksi, dan teknologi atau mesin-mesin yang berasal dari luar usaha budidaya
yang digunakan. yaitu :
a. Peluang terdiri dari : Harga,
Aspek Managerial dukungan pemerintah, pasar, dan
Komponen dalam aspek managerial kemajuan teknologi.
dan administratif dalam usaha budidaya ikan b. Ancaman terdiri dari : Keamanan,
kerapu sunu terdiri atas struktur organisasi, adanya produk subtitusi dan
spesifikasi tenaga kerja, wewenang dan penyakit.
4

2. Faktor internal adalah faktor-faktor yang h. Kecepatan arus 0,15-0,40 m/detik,


berasal dari dalam usaha budidaya ikan kecerahan 6 meter, salinitas 32 %. DO
kerapu sunu yaitu : 7,03 mg/I, dan pH 8,21.
a. Kekuatan terdiri dari : Letak lokasi 2. Luas Produksi
budidaya, pemasaran, dan potensi Produksi yang dimaksud yakni
SDM. penambahan bobot kerapu yang dihasilkan
b. Kelemahan terdiri dari : Manajemen oleh pembudidaya kerapu dalam satu kali
yang kurang baik, pengetahuan yang siklus panen. Dengan demikian luas
rendah, keterbatasan modal, dan produksi berukuran 3,5 x 3,5 meter dalam
ketersediaan bibit. satu unit karamba dengan rata-rata
Alat yang dipakai untuk menyusun kotak/jaring 2-4 per unit dengan jumlah
faktor-faktor strategis perusahaan adalah produksi budidaya kerapu di daerah
matrik SWOT. Matrik ini dapat penelitian rata-rata menghasilkan dalam satu
menggambarkan secara jelas bagaimana kali panen sebanyak 85,33 kg/unit.
peluang dan ancaman eksternal yang 3. Tata Letak (Lay Out) KJA
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan Konstruksi karamba jaring apung
dengan kekuatan dan kelemahan yang terdiri dari kerangka jaring, pelampung,
dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan kantong atau jaring pemeliharaan ikan dan
4 set kemungkinan alternatif strategis jangkar.
(Rangkuti, 2003) a. Kerangka jaring apung menggunakan
kayu atau balok yang memiliki umur
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ekonomis selama tiga tahun. Jumlah
Analisis Kelayakan Usaha kayu yang digunakan rata-rata sebanyak
Aspek Teknis 34 batang per satu unit KJA.
1. Pemilihan Lokasi b. Pelampung berfungsi untuk
Pemilihan lokasi yang ada di mengapungkan kerangka karamba jaring
Kecamatan Tanggetada memenuhi beberapa apung. Bahan pelampung yang akan
kriteria atau syarat yang dipenuhi untuk digunakan adalah drum plastik dengan
dilaksanakannya budidaya ikan kerapu sunu volume 200 liter yaitu rata-rata sebanyak
dengan menggunakan KJA yaitu : 24 buah.
a. Periran yang terlindung dari angin dan c. Kantong atau jaring digunakan untuk
gelombang besar. wadah pemeliharaan ikan. Bahan jaring
b. Kedalaman perairan ± 15 m sesuai yang digunakan biasanya terbuat dari net
dengan budidaya sistem KJA. nylon atau polyethylene dengan ukuran
c. Dasar perairan yang berkarang dan mata jaring 1,27 cm.
berpasir yang merupakan habitat alami d. Pemberat jaring digunakan sebagai
dari ikan kerapu sunu. pemberat tiap sudut jaring yang ada
d. Letak lokasi yang tidak mengganggu didasar perairan agar jaring tidak terlipat
jalur pelayaran kapal. atau naik kepermukaan dan terbuat dari
e. Relatif dengan sumber pakan alami (ikan bahan timah, batu, atau beton dengan
rucah). berat rata-rata 5-8 kg.
f. Sarana transportasi yang tersedia. e. Tali jangkar digunakan agar seluruh
g. Bebas dari bahan pencemar seperti sarana budidaya tidak bergeser dari
limbah rumah tangga dan limbah tempatnya akibat pengaruh arus angin
tambang. maupun gelombang. Bahan yang
digunakan tali nylon sepanjang ± 18 m
5

untuk mengikat jangkar dan jangkar bintik putih kecil. Untuk menangani
terbuat dari besi. penyakit ini pembudidaya biasanya
4. Proses produksi atau kegiatan budidaya menggunakan air tawar untuk mengobati
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan setiap organisme yang terkena penyakit
Dalam satu unit KJA di lokasi bintik-bintik putih dengan cara
penelitian terdiri dari 2-4 kotak/jaring merendamkan ikan kedalam media
sebagai wadah baskom atau ember dengan waktu ± 3-5
pemeliharaan/pembesaran ikan. Ukuran menit.
jaring yang digunakan adalah 3.5 x 3.5 x e. Penyortiran
3.5 meter per kotak. Penyortiran ikan bertujuan untuk
b. Penebaran Bibit mengetahui pertumbuhan, menentukan
Bibit yang ditebar rata-rata dosis pakan, dan memisahkan ikan yang
berukuran 8-10 cm. Jumlah bibit yang berukuran sama kedalam satu kotak
ditebar rata-rata dalam satu unit adalah sehingga tidak ada sifat ikan kerapu
173 ekor sehingga kepadatan ikan sesuai yang kanibal.
dengan standar padat tebar ikan yang f. Perbaikan dan Pembersihan Jaring
disarankan. Perbaikan dan pembersihan
c. Pemilihan dan Pemberian Pakan jaring selama masa pemeliharaan selalu
Pemilihan pakan ikan kerapu dilakukan oleh pembudidaya dengan
yang berasal dari ikan rucah seperti ikan jumlah tenaga kerja produktif sebanyak
tembang, rebon, selar dan sejenisnya, 2-3 orang. Jaring kotor akibat
selain harganya murah dan mudah penempelan lumpur atau biota
diperoleh, juga karena pakan buatan penempel, seperti kerang, teritip, dan
khusus ikan kerapu memang belum ada alga. Pembersihan dan perbaikan jaring
di pasaran. Pemberian pakan untuk ikan dilakukan 2 minggu sekali sampai ikan
kerapu sunu di lokasi budidaya yaitu berumur tiga bulan dan setelah umur tiga
dengan dosis pakan ikan rucah dalam bulan sampai masa panen perbaikan dan
satu hari sebanyak ± 2 kg dalam satu pembersihan dilakukan dua bulan sekali.
hari. Harga pakan rata-rata Rp 10.000-
15.000/kg dipasar atau didapatkan dari g. Panen dan Penangan Pasca Panen
hasil mencari sendiri. Ada beberapa hal yang perlu
d. Pengendalian Hama dan Penyakit diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan
Hama yang dapat mengganggu kerapu yang dibudidayakan dengan KJA
produksi ikan kerapu di lokasi budidaya di Kecamatan Tanggetada, antara lain :
kerapu terutama burung-burung penentuan waktu panen, teknik panen,
pemangsa ikan. Untuk mencegah jenis serta penanganan pasca panen.
hama ini, dapat dilakukan dengan cara 1. Waktu
menutup permukaan karamba dengan Waktu panen di lokasi
daun kelapa, sehingga burung tidak budidaya yang ada di Kecamatan
dapat langsung masuk karamba. Hama Tanggetada dilakukan sekali dalam
lain yang mengganggu adalah ikan setahun antara bulan Desember
buntal atau ikan besar. Pencegahannya, sampai Februari dimana pada bulan
harus diadakan pengontrolan secara ini harga ikan kerapu sunu
rutin, termasuk pada malam hari. cenderung meningkat dibandingkan
Penyakit yang sering ada pada bulan lain dengan ukuran masa
organisme ini adalah penyakit bintik- panen berukuran 0,6 – 1 kg dan
6

merupakan ukuran yang mempunyai diusahakan tetap konstan selama


nilai jual tinggi dan panen dilakukan perjalanan yaitu 19-210C. Selama
pada pagi atau sore hari sehingga pengangkutan air perlu diberi aerasi.
dapat mengurangi stress ikan pada Aspek Managerial
saat panen. Pengelola kegiatan usaha budidaya
2. Teknik Pemanenan kerapu sunu di lokasi usaha budidaya terdiri
Teknik pemanenan yang atas ketua dan anggota. Dimana ketua
dilakukan nelayan budidaya kerapu merangkap sebagai pemilik atau pelaksana
sunu dengan sistem KJA di lokasi usaha, pemilik modal dan pengelola
budidaya yaitu dengan teknik panen keuangan dalam mengusahakan budidaya
total karena permintaan pasar yang kerapu sunu yang ada di lokasi. Sedangkan
sangat besar atau ukuran ikan tenaga kerja yang berjumlah 2 sampai 3
seluruhnya sudah memenuhi kriteria orang sebagai anggota. Tenaga kerja dalam
jual. usaha budidaya kerapu adalah tenaga kerja
Alat panen yang digunakan produktif yang dimana dalam melaksanakan
adalah scoop net yang terbuat dari atau melakukan kegiatan usaha tersebut
kain kasa. Scoop net yang kasar tidak adalah anggota keluarga sendiri.
dianjurkan karena dapat Aspek Pasar
menimbulkan luka yang dapat 1. Potensi Permintaan dan Penawaran Pasar
menyebabkan penyakit dan stres Permintaan ikan kerapu Hongkong
pada ikan saat dibawa ketempat juga berkaitan dengan siklus ekonomi dan
penjualan atau konsumsi. Pemanenan budaya masyarakat Hongkong. Permintaan
ikan dapat dilakukan dengan cara ikan kerapu cenderung naik menjelang tahun
mengangkat jaring pemeliharaan baru Imlek (tahun baru China) yang jatuh
dengan tongkat kayu. Tongkat kayu antara bulan Desember sampai Februari.
diangkat sehingga jaring terbagi Permintaan terendah akan terjadi pada saat
menjadi dua bagian sehinga dapat hari raya Ching Bing yang jatuh pada bulan
memudahkan pengambilan ikan dari Juni (mengunjungi makam para leluhur)
jaring secara selektif maupun total. sebab saat itu masyarakat Hongkong sangat
3. Pasca Panen dipantangkan memakan ikan selama 4 hari
Penanganan pasca panen berturut-turut.
yang utama adalah masalah 2. Strategi Pemasaran
pengangkutan sampai di tempat Dalam memasarkan hasil budidaya
tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk kerapu yang ada di lokasi budidaya belum
menjaga agar kesegaran ikan tetap memerlukan strategi promosi khusus, karena
dalam kondisi baik. Ini dilakukan sampai saat ini pembudidaya dalam
dengan dua cara yaitu pengangkutan memasarkan hasil budidayanya belum
terbuka dan pengangkutan tertutup. merasa kesulitan, ini dikarenakan pembeli
Pengangkutan terbuka digunakan atau pedagang pengumpul (H. Said) yang
untuk jarak angkut dekat atau dengan berasal dari Makassar sudah siap
jalan darat yang waktu angkutnya menampung hasil panen pembudidaya.
maksimal hanya 7 jam. Wadah 3. Harga
angkutnya berupa drum plastik atau Harga ikan kerapu sunu yang
fiberglass yang sudah diisi air laut diterima oleh pembudidaya di lokasi usaha
sebanyak ½ sampai 2/3 bagian budidaya Kecamatan Tanggetada dengan
wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut kesepakatan harga dari tengkulak berkisar
7

antara Rp. 450.000,- sampai Rp. 600.000,- Struktur pasar yang ada di lokasi
/kg dengan ukuran 0,6-1 kg, sedangkan di usaha budidaya kerapu sunu yaitu dimana
Jakarta berkisar antara Rp 750.000 hingga banyak penjual beberapa pembeli hasil
Rp. 1.000.000/kg ini dikarenakan harga ikan budidaya kerapu sunu berasal dari Makassar
cenderung naik pada saat mendekati hari sehingga nelayan pembudidaya tidak merasa
besar Cina (Imlek). kesulitan untuk menjual hasil produksinya.
4. Perkiraan Penjualan 6. Persaingan Usaha
Perkiraan penjualan ikan kerapu Persaingan usaha yang ada di lokasi
sunu yang bisa dicapai dari hasil budidaya budidaya perlu diperhatikan karena dengan
KJA di daerah penelitian sebanyak 1,3 banyaknya usaha yang membudidayakan
ton/musim tanam, perkiraan penjualan ikan kerapu sunu jelas terjadi juga
disesuaikan dengan kemampuan produksi. persaingan harga, kualitas, dan mutu.
Rata-rata produksi ikan kerapu tiap Namun persaingan usaha tersebut tidak ada
pembudidaya ± 85,33 kg. masalah karena pasar mampu menyerap
5. Struktur Pasar komoditas ikan kerapu sunu.

Aspek Finansial
Biaya Produksi
Tabel 1. Penggunaan Biaya Tetap pada Usaha Budidaya Kerapu Sunu di
Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No Alat Umur ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Rata-rata penyusutan (Rp)
1 Karamba 3 7.245.567 1.659.633
2 Jaring 3 561.667 330.000
3 Katinting 4 2.473.333 404.167
Jumlah Total Penyusutan 2.393.800
Berdasarkan Tabel 1, terbesar dikeluarkan pada alat
besarnya rata-rata total biaya tetap karamba sebesar Rp.1.659.633,- dari
yang dikeluarkan pembudidaya jumlah rata-rata total biaya tetap,
dalam satu kali produksi sebesar sedangkan biaya terkecil yang
Rp.2.393.800,-. Dari ketiga alat yang dikeluarkan pada alat jaring sebesar
merupakan rata-rata total biaya tetap Rp.330.000,
Tabel 2. Penggunaan Biaya Variabel pada Usaha Budidaya Kerapu Sunu di
Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No. Penggunaan Rata-rata (Rp/Produksi)
1 Bibit 2.600.000
2 Pakan 5.080.000
3 Tenaga Kerja 3.430.000
Jumlah 11.110.000
Rata-rata biaya variabel yang Rp.5.080.000,- dari rata-rata total
dikeluarkan pada usaha budidaya biaya variabel dan yang terkecil
kerapu sunu sebesar Rp.11.110.000,- dikeluarkan pembudidaya yaitu
. Rata-rata biaya variabel terbesar untuk pembelian bibit sebesar
yang dikeluarkan pembudidaya Rp.2.600.000,-.
adalah pembelian pakan sebesar
8

Tabel 3. Biaya Usaha Budidaya Kerapu Sunu di Kecamatan Tanggetada, Tahun


2016
No. Uraian (Rata-rata) Jumlah (Rp)
1 Biaya tetap 2.393.800
2 Biaya variabel 11.110.000
Total biaya 13.503.800
Rata-rata total biaya yang kerapu sunu dalam satu kali produksi
dikeluarkan pada usaha budidaya adalah sebesar Rp. 13.503.800,-
Penerimaan dan Pendapatan
Tabel 4. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Budidaya Kerapu sunu di Kecamatan
Tanggetada, Tahun 2016
No Uraian Rata-rata nilai
1 Jumlah produksi (Kg) 85,33
2 Harga (Rp) 600.000
3 Penerimaan (Rp) 51.200.000
4 Pendapatan (Rp) 37.696.200
Dari Tabel 4, diketahui harga Berdasarkan hasil
jual ikan yang ada di lokasi budidaya perhitungan Revenue Cost Ratio
kerapu sebesar Rp. 600.000/kg diperoleh nilai sebesar 3,79. Nilai
dengan jumlah produksi rata-rata tersebut menunjukan bahwa
85,33 kg. Dengan demikian rata-rata pengembangan usaha budidaya ikan
total penerimaan usaha budidaya kerapu sunu di Kecamatan
kerapu sunu adalah sebesar Rp. Tanggetada layak secara finansial,
51.200.000,- tiap satu kali produksi karena dalam penggunaan 1 rupiah
dengan rata-rata pendapatan sebesar input produksi menghasilkan
Rp 37.696.200,-. Diperkirakan oleh penerimaan sebesar 3,79 rupiah.
pembudidaya dan biasanya pada Stretegi Pengembangan Usaha
bulan Desember sampai dengan Budidaya Ikan Kerapu Sunu di
Februari atau menjelang hari raya Kecamatan Tanggetada
Cina (imlek), nilai jual ekspor ikan Strategi dan pengembangan
kerapu sunu cenderung meningkat usaha budidaya ikan kerapu dengan
berkisar antara Rp.1.000.000 hingga sistem KJA di Kecamatan
1.350.000/kg dengan berat rata-rata Tanggetada dilakukan dengan
0,7-1,2 kg dan panjang total ± 30 cm menganalisis faktor-faktor strategis
dengan ukuran 1,2 kg. usaha budidaya kerapu melalui
Untuk mengetahui kelayakan analisis SWOT yaitu menganalisis
usaha budidaya ikan kerapu sunu kekuatan (Strenghts), kelemahan
dengan sistem KJA di Kecamatan (Weaknesses), peluang (Opportunity)
Tanggetada dilakukan dengan dan ancaman (Threats).
menggunakan analisis Revenue Cost Identifikasi Faktor Internal
Ratio dengan persamaan sebagai Pengambangan Usaha Budidaya
berikut : Ikan Kerapu Sunu di Kecamatan
Tanggetada
9

Tabel 5. Faktor Identifikasi Strategi Internal Usaha Budidaya Kerapu Sunu di


Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No. Uraian Bobot Rating Rating x Bobot
1. Kekuatan (Strength)
a. Letak lokasi budidaya 0,20 4 0,80
b. Pemasaran 0,10 3 0,30
c. Potensi SDM 0,15 3 0,45

2. Kelemahan (Weakness)
a. Manajemen yg kurang baik 0,15 2 0,30
b. Pengetahuan yg rendah 0,15 2 0,30
c. Keterbatasan modal 0,05 3 0,15
d. Ketersediaan bibit 0,20 2 0,40

Jumlah 1,00 2,70


Berdasarkan Tabel 5, Sedangkan faktor kelemahan yang
diketahui bahwa diantara faktor- paling tinggi adalah keterbatasan
faktor strategi internal, faktor bibit dengan skor 0,40. Bibit yang
kekuatan yang paling besar adalah terbatas membuat nelayan budidaya
letak lokasi budidaya dengan skor di Kecamatan Tanggetada
0,80. Hal itu menunjukkan bahwa mengalami kesulitan untuk
letak lokasi budidaya merupakan mengembangkan usahanya.
faktor utama yang dapat memberi Kelemahan tersebut perlu diatasi
pengaruh positif terhadap dengan bantuan dari pemerintah
pengembangan usaha budidaya ikan untuk melakukan pembenihan agar
kerapu sunu di Kecamatan pembudidaya lebih meningkatkan
Tanggetada. Oleh karena itu, letak produksinya.
lokasi budidaya ikan kerapu sunu di Identifikasi Faktor Eksternal
Kecamatan Tanggetada perlu Pengambangan Usaha Budidaya
dipertahankan dan ditingkatkan agar Ikan Kerapu Sunu di Kecamatan
tetap menjadi kekuatan bagi nelayan Tanggetada
budidaya di Kecamatan Tanggetada.
Tabel 6. Faktor Identifikasi Strategi Eksternal Usaha Budidaya Kerapu Sunu di
Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No. Uraian Bobot Rating Rating x Bobot
1. Peluang (Opportunity)
a. Harga 0,15 4 0,60
b. Dukungan pemerintah 0,20 4 0,80
c. Pasar 0,10 3 0,30
d. Kemajuan teknologi 0,15 3 0,45

2. Ancaman (Threats)
a. Keamanan 0,15 2 0,30
b. Adanya produk subtitusi 0,15 3 0,45
c. Penyakit 0,10 3 0,30
Jumlah 1,00 3,20
Berdasarkan Tabel 6, dengan skor 0,80 yang artinya
diketahui bahwa diantara faktor- budidaya ikan kerapu memiliki
faktor strategi eksternal, faktor kesempatan untuk mengembangkan
peluang paling besar adalah adanya usahanya dengan menjalin kerjasama
dukungan dan perhatian pemerintah yang baik dengan pemerintah.
10

Bentuk kerjasamanya dapat berupa jalur kapal, dasar perairan


pelatihan, bantuan modal, maupun merupakan habitat alami ikan
publikasi dan promosi. Faktor kerapu, sarana tranportasi yang
ancaman yang paling tinggi adalah tersedia, relatif dengan sumber
adanya produk subtitusi dengan skor pakan alami, dan bebas dari
0,45. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pencemar seperti limbah
jika tidak dikelola dengan baik dan rumah tangga dan jauh dari
benar secara berkelanjutan, maka lokasi pertambangan.
akan berkambangnya jenis ikan lain b. Pemasaran, dalam melakukan
yang dapat menggantikan jenis ikan pemasaran hasil budidaya ikan
kerapu sunu yang ada dilokasi kerapu dilokasi cukup lancar
budidaya. Oleh karena itu, usaha karena semua produksi dapat
budidaya ikan kerapu sunu di diserap oleh pasar, pembeli atau
Kecamatan Tanggetada perlu tengkulak dari Makassar datang
meningkatkan kualitas dan kuantitas sendiri ketempat usaha budidaya
produk untuk menjamin bahkan sering kali ikan dipesan
keberlanjutan dari usaha budidaya sebelum saatnya panen dan
kerapu sunu di Kecamatan pembayaran dilakukan secara
Tanggetada. Skor total faktor strategi tunai.
eksternal sebesar 3,20 lebih besar c. Potensi SDM, adanya jaminan
dari skor total faktor strategi internal ketersediaannya tenaga kerja
sebesar 2,70. Nilai tersebut yang produktif dimana yang
menunjukkan bahwa faktor-faktor dimaksud tenaga kerja produktif
strategi eksternal lebih berpengaruh adalah jumlah anggota keluarga
terhadap pengembangan usaha rata-rata pembudidaya sebanyak
budidaya ikan kerapu sunu di 2-3 orang dan merupakan
Kecamatan Tanggetada dibanding kontribusi yang cukup besar
dengan faktor-faktor strategi terhadap kegiatan usaha budidaya
internalnya. kerapu dengan sistem KJA.
Berdasarkan analisis internal 2. Kelemahan
dan eksternal yang dilakukan, maka a. Manajemen yang kurang baik,
unsur-unsur yang termasuk dalam salah satu bentuk manajemen
kekuatan, kelemahan, peluang dan yang kurang baik yang dilakukan
ancaman yang harus diantisipasi oleh pembudidaya adalah dalam
dalam menghadapi persaingan di mengelola keuangan, yang
masa sekarang dan di masa yang dimaksud dalam hal ini adalah
akan datang adalah sebagai berikut : nilai uang atau barang hasil
1. Kekuatan penerimaan yang disisakan
a. Letak lokasi budidaya, sangat pembudidaya untuk keperluan
mendukung untuk pembiayaan perbaikan atau
pengembangan usaha budidaya penambahan kotak/jaring serta
ikan kerapu sunu karena pembudidaya belum memiliki
memenuhi persyaratan seperti laporan keuangan yang dapat
perairan yang terlindung dari menggambarkan apakah usaha
angin, gelombang besar, letak tersebut mengalami peningkatan
lokasi yang tidak menggangu
11

atau penurunan tiap satu kali c. Pasar, permintaan akan ikan


produksi. kerapu sunu dari negara-negara
b. Pengetahuan yang rendah, dari yang banyak etnis Chinese
hasil penelitian di lokasi seperti China, Hongkong,
budidaya rata-rata pembudidaya Taiwan, Singapura dan Jepang
yang ada di Kecamatan dalam mengkonsumsi ikan hidup
Tanggetada hanya berdasarkan dan segar terus mengalami
pengalaman atau masih bersifat peningkatan, hal ini memberikan
tradisional dalam melaksanakan peluang bagi pembudidaya di
kegiatan usaha budidaya ikan Kecamatan Tanggetada untuk
kerapu dengan sistem KJA. Hal mengembangkan usaha
ini juga dapat mempengaruhi budidayanya.
produktifitas usaha budidaya d. Kemajuan teknologi, kemajuan
yang dijalankan oleh teknologi atau sistem informasi
pembudidaya. terhadap pembudidaya usaha
c. Keterbatasan modal, dalam hal budidaya kerapu dapat
ini keadaan modal yang memberikan data yang cermat,
membatasi tiap pembudidaya tepat waktu, tepat isi dan penting
juga sangat mempengaruhi untuk bagi perencanaan dalam usaha
mengembangkan usaha budidaya budidaya kerapu.
kerapu sunu dengan sistem KJA 4. Ancaman
sehingga perlunya peran a. Keamanan, keamanan yang
pemerintah dalam mendukung belum baik yang dimaksud
keberlanjutan usaha budidaya ini. dilokasi budidaya kerapu yaitu
d. Ketersediaan bibit, tidak terjamin adanya pencurian ikan yang
dipasar karena pengadaan bibit sering terjadi pada malam hari
pada sektor usaha ini belum ada menjadi ancaman tiap
sehingga pembudidaya hanya pembudidaya dalam menjalankan
mengandalkan bibit dari alam usahanya.
atau tangkapan nelayan dengan b. Adanya produk subtitusi, adanya
menggunakan alat tangkap bubu. pembudidaya yang
3. Peluang membudidayakan jenis ikan lain
a. Harga, harga jual yang cenderung selain ikan kerapu sunu. Hal ini
naik akan memberikan peluang menjadi ancaman bagi
pembudidaya kerapu sunu di keberlanjutan usaha budidaya
Kecamatan Tanggetada untuk kerapu sunu dengan sistem KJA.
memperoleh keuntungan yang c. Penyakit, pengetahuan
lebih tinggi. pengendalian hama dan penyakit
b. Dukungan pemerintah daerah, masih rendah karena kurangnya
kebijakan-kebijakan pemerintah informasi tentang pencegahan
dalam mendukung dan penaggulangan penyakit.
pengembangan usaha dan mampu
menjadi fasilitator serta mampu
memberikan bantuan modal dan
memfasilitasi pembudidaya
12

Pemilihan Alternatif Strategi


Pengembangan Usaha Budidaya
Kerapu Sunu di Kecamatan
Tanggetada
Tabel 7. Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Usaha
Budidaya Kerapu Sunu di Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
Eksternal Peluang Ancaman
(Opportunty = O) (Threats = T)
a. Harga a. Keamanan
b. Dukungan pemerintah b. Adanya produk
c. Pasar subtitusi
Internal d. Kemajuan teknologi c. Penyakit
Kekuatan Strategi Strategi
(Strenght = S) (S-O) (S-T)
a. Letak lokasi budidaya a. Sosialisasi, intervensi, a. Membuat
b. Pemasaran dan implementasi kesepakatan dan
c. Potensi SDM kebijakan-kebijakan koordianasi antar
pemerintah dalam pembudidaya dalam
pengembangan usaha menjaga keamanan
budidaya kerapu. pada malam hari di
b. Meningkatkan jumlah lokasi budidaya
produksi budidaya kerapu b. Meningkatkan
agar dapat memenuhi kemampuan kualitas
permintaan pasar yang SDM dalam
cenderung mengalami pengelolaan usaha
peningkatan tiap budidaya dan
tahunnya. memperkuat
c. Meningkatkan koordinasi kemampuan atau
dengan lembaga-lembaga daya saing di pasar
pemerintah dan global.
memanfaatkan potensi
SDM yang ada.
d. Terus melakukan inovasi
dan penggunaan
teknologi mutakhir untuk
menunjang kualitas
budidaya perikanan yang
lebih baik.
Kelemahan Strategi Strategi
(Weakness = W) (W-O) (W-T)
a. Manajemen yg kurang a. Perlu diciptakan suatu a. Melakukan
baik strategi untuk perubahan terhadap
b. Pengetahuan yg rendah mengantisipasi biaya manajemen usaha
c. Keterbatasan modal budidaya yang tinggi budidaya kerapu dan
d. Ketersediaan bibit dengan membuat meningkatkan
terobosan-terobosan baru pengetahuan dan
dalam menekan biaya keterampilan dalam
operasional. pengelolaan usaha
b. Melakukan koordinasi budidaya kerapu sunu
12

dengan pemerintah atau b. Meningkatkan


instansi terkait dalam motivasi pelaku
meningkatkan usaha untuk dapat
pengetahuan tentang mengembangkan
manajemen usaha dan usahanya
pemanfaatan teknologi c. Perlunya pelatihan
serta inovasi dalam penanganan tentang
usaha budidaya kerapu penyakit dari
c. Kepedulian pihak lembaga terkait.
perbankan dalam
menunjang
pengembangan usaha
budidaya kerapu dengan
sistem KJA.
d. Peran pemerintah dalam
mendukung
pengembangan usaha
budidaya kerapu sunu
dengan mengupayakan
bibit atau benih yang
memadai.
Berdasarkan rumusan strategi dengan sistem KJA berskala
usaha budidaya kerapu sunu dengan kecil dan menengah.
sistem KJA didapatkan 4 set d. Meningkatkan kualitas SDM
alternatif strategi yang meliputi : dalam mengelola usaha budidaya
a. Meningkatkan kapasitas produksi kerapu untuk bersaing di pasar
ikan kerapu sunu melalui global sehingga dapat menjaring
pembesaran dan pengembangan lebih banyak konsumen serta
usaha-usaha budidaya ikan melakukan koordinasi sesama
kerapu dengan sistem KJA pembudidaya dalam menjaga
berskala kecil dan menengah keamanan pada malam hari
dengan pola kemitraan sehingga pencurian ikan bisa
b. Meningkatkan kemampuan diminimalisir.
penguasaan teknologi dan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
manajeman budidaya untuk para Kesimpulan
pembudidaya sebagai pelaku Dari uraian hasil dan
usaha budidaya ikan kerapu sunu pembahasan dapat disimpulkan
melalui pelatihan (workshop) sebagai berikut :
oleh dinas perikanan dan 1. Berdasarkan hasil analisis
kelautan serta dinas/instansi kelayakan usaha, secara umum
terkait lainnya. usaha budidaya ikan kerapu sunu
c. Meningkatkan koordinasi dengan di Kecamatan Tanggetada pada
semua lembaga terkait termasuk kondisi saat ini layak untuk
lembaga permodalan dalam dikembangkan. Berdasarkan
membuat kebijakan-kebijakan aspek pasar, peluang pasar masih
dan regulasi yang menyangkut terbuka karena permintaan yang
pembesaran dan pengembangan tinggi. Berdasarkan aspek teknis,
usaha budidaya ikan kerapu kegiatan budidaya ikan kerapu
14

sunu menggunakan teknologi dan regulasi yang menyangkut


peralatan relatif sederhana seperti pembesaran dan
budidaya perikanan pada pengembangan usaha
umumnya. Berdasarkan aspek budidaya ikan kerapu dengan
manajemen, budidaya ikan sistem KJA berskala kecil
kerapu sunu dapat dilakukan dan menengah.
secara perseorangan dan tidak d. Meningkatkan kualitas SDM
memerlukan organisasi yang dalam mengelola usaha
kompleks. budidaya kerapu untuk
2. Dari hasil Revenue Cost Ratio bersaing di pasar global
diperoleh nilai sebesar 3,79. Nilai sehingga dapat menjaring
tersebut menunjukan bahwa lebih banyak konsumen serta
pengembangan usaha budidaya melakukan koordinasi sesama
ikan kerapu sunu di Kecamatan pembudidaya dalam
Tanggetada layak secara `menjaga keamanan pada
finansial, karena dalam malam hari sehingga
penggunaan 1 rupiah input pencurian ikan bisa
produksi menghasilkan diminimalisir.
penerimaan sebesar 3,79 rupiah. Saran
3. Berdasarkan rumusan strategi 1. Perlu adanya pembentukan
usaha budidaya kerapu sunu kelompok nelayan tangkap bibit
dengan sistem KJA didapatkan 4 ikan kerapu sunu di Kecamatan
set alternatif strategi yang Tanggetada untuk menyuplai
meliputi : bibit ikan kerapu sunu agar
a. Meningkatkan kapasitas nelayan budidaya tidak lagi
produksi ikan kerapu sunu merasa kesulitan mencari bibit.
melalui pembesaran dan 2. Bagi masyarakat yang tertarik
pengembangan usaha-usaha pada usaha pengusahaan ikan
budidaya ikan kerapu dengan kerapu sunu, jangan takut untuk
sistem KJA berskala kecil menjalankan usaha ini karena
dan menengah dengan pola pengusahaan ikan kerapu sunu
kemitraan ini terbukti menguntungkan
b. Meningkatkan kemampuan meskipun dilaksanakan dalam
penguasaan teknologi dan skala usaha kecil.
manajeman budidaya untuk 3. Pemerintah sebaiknya
para pembudidaya sebagai memberikan sosialisasi dan
pelaku usaha budidaya ikan edukasi kepada masyarakat
kerapu sunu melalui pelatihan mengenai pengusahaan ikan
(workshop) oleh dinas kerapu sunu agar semakin
perikanan dan kelautan serta banyak masyarakat yang
dinas/instansi terkait lainnya. mengetahui pengusahaan ikan
c. Meningkatkan koordinasi kerapu sunu dan tertarik untuk
dengan semua lembaga mengusahakannya.
terkait termasuk lembaga DAFTAR PUSTAKA
permodalan dalam membuat DKP. 2012. Laporan Perikanan
kebijakan-kebijakan dan Tahunan Kabupaten
15

Kolaka 2011. Dinas Seminar Nasional


Kelautan dan Perikanan Dalam Lokakarya
Kabupaten Kolaka. Regional. Dalam
Kolaka. Rangka HUT XXXIX
La Sara. 2005. Kondisi Provinsi Sulawesi
Pembangunan Sektor Tenggara, Tanggal 25-
Kelautan dan Perikanan 28 April 2005, Kendari.
di Sulawesi Tenggara. Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT
Potensi, Isu, dan Upaya Teknik Membedah
Pemberdayaan Nelayan Kasus Bisnis. PT.
dan Pembudidaya Ikan. Gramedia Pustaka
Disampaikan Pada Utama. Jakarta.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai