net/publication/334488291
CITATION READS
1 93
3 authors, including:
Budiyanto Budiyanto
Universitas Haluoleo
8 PUBLICATIONS 6 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Budiyanto Budiyanto on 30 July 2019.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai Desember 2016 di Perairan Kecamatan
Tanggetada Kabupaten Kolaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis prospek usaha budidaya kerapu
sunu dengan sistem KJA dan menganalisis strategi pengembangan usaha budidaya ikan kerapu sunu
dengan sistem KJA di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka di masa yang akan datang. Metode
penelitian ini menggunakan metode sensus dan data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara
deskriptif (aspek teknis, aspek managerial, aspek pasar) dan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
data finansial (R/C Ratio). Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
dari beberapa kondisi aspek teknis, aspek managerial, dan aspek pasar layak untuk dikembangkan dan
hasil perhitungan Revenue Cost Ratio diperoleh nilai sebesar 3,79, dimana usaha budidaya ikan kerapu
sunu di Kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka layak dibudidayakan karena melihat penerimaan
yang cukup tinggi. Hasil analisis SWOT berada pada strategi difersifikasi dimana usaha budidaya ikan
kerapu sunu di Kecamatan Tanggetada walaupun menghadapi tantangan berat namun perlu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk untuk menjamin keberlajutan dari usaha budidaya kerapu
sunu di Kecamatan Tanggetada.
Kata Kunci: Faktor Internal, Faktor Eksternal, Prospektif, Budidaya Kerapu Sunu, KJA.
ABSTRACT
This study was conducted from August 2015 to December 2016 in the water of Tanggetada sub regency
of Kolaka. The study aimed to analyze the business prospect of farming coral trout grouper using KJA
system and to analyze strategies for developing the business offarming coral trout grouper using KJA
systemin Tanggetada sub regency of Kolaka in the future. The study used a census method. Data used
in the study were analyzed descriptively (technical aspect, managerial aspect, market aspect) and
quantitatively to analyze financial data (R/C Ratio). Types of data used were primary data and
secondary data. Results of the study revealed that, in terms of technical, managerial, and market
aspects, the business of farming coral trout grouper is physically feasible for development. Result of
calculating Revenue Cost Ratiowas 3,79 indicating that the farming of coral trout grouper in
Tanggetada sub district of Kolaka is feasible due to relatively high incomes gained in the business.
Result of SWOT analysis of the farming of coral trout grouper showed that the business adopts
adiversification strategy, in which the business of trout grouper farming at Tanggetada sub district faces
a number of big challenges, but the quality and quantity of the products need to be improved in order to
guarantee the sustainability of coral trout grouper farming business in the sub district of Tanggetada.
Keywords: internal factors, external factors, prospective, coral trout grouper farming, KJA
2
untuk mengikat jangkar dan jangkar bintik putih kecil. Untuk menangani
terbuat dari besi. penyakit ini pembudidaya biasanya
4. Proses produksi atau kegiatan budidaya menggunakan air tawar untuk mengobati
a. Persiapan Wadah Pemeliharaan setiap organisme yang terkena penyakit
Dalam satu unit KJA di lokasi bintik-bintik putih dengan cara
penelitian terdiri dari 2-4 kotak/jaring merendamkan ikan kedalam media
sebagai wadah baskom atau ember dengan waktu ± 3-5
pemeliharaan/pembesaran ikan. Ukuran menit.
jaring yang digunakan adalah 3.5 x 3.5 x e. Penyortiran
3.5 meter per kotak. Penyortiran ikan bertujuan untuk
b. Penebaran Bibit mengetahui pertumbuhan, menentukan
Bibit yang ditebar rata-rata dosis pakan, dan memisahkan ikan yang
berukuran 8-10 cm. Jumlah bibit yang berukuran sama kedalam satu kotak
ditebar rata-rata dalam satu unit adalah sehingga tidak ada sifat ikan kerapu
173 ekor sehingga kepadatan ikan sesuai yang kanibal.
dengan standar padat tebar ikan yang f. Perbaikan dan Pembersihan Jaring
disarankan. Perbaikan dan pembersihan
c. Pemilihan dan Pemberian Pakan jaring selama masa pemeliharaan selalu
Pemilihan pakan ikan kerapu dilakukan oleh pembudidaya dengan
yang berasal dari ikan rucah seperti ikan jumlah tenaga kerja produktif sebanyak
tembang, rebon, selar dan sejenisnya, 2-3 orang. Jaring kotor akibat
selain harganya murah dan mudah penempelan lumpur atau biota
diperoleh, juga karena pakan buatan penempel, seperti kerang, teritip, dan
khusus ikan kerapu memang belum ada alga. Pembersihan dan perbaikan jaring
di pasaran. Pemberian pakan untuk ikan dilakukan 2 minggu sekali sampai ikan
kerapu sunu di lokasi budidaya yaitu berumur tiga bulan dan setelah umur tiga
dengan dosis pakan ikan rucah dalam bulan sampai masa panen perbaikan dan
satu hari sebanyak ± 2 kg dalam satu pembersihan dilakukan dua bulan sekali.
hari. Harga pakan rata-rata Rp 10.000-
15.000/kg dipasar atau didapatkan dari g. Panen dan Penangan Pasca Panen
hasil mencari sendiri. Ada beberapa hal yang perlu
d. Pengendalian Hama dan Penyakit diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan
Hama yang dapat mengganggu kerapu yang dibudidayakan dengan KJA
produksi ikan kerapu di lokasi budidaya di Kecamatan Tanggetada, antara lain :
kerapu terutama burung-burung penentuan waktu panen, teknik panen,
pemangsa ikan. Untuk mencegah jenis serta penanganan pasca panen.
hama ini, dapat dilakukan dengan cara 1. Waktu
menutup permukaan karamba dengan Waktu panen di lokasi
daun kelapa, sehingga burung tidak budidaya yang ada di Kecamatan
dapat langsung masuk karamba. Hama Tanggetada dilakukan sekali dalam
lain yang mengganggu adalah ikan setahun antara bulan Desember
buntal atau ikan besar. Pencegahannya, sampai Februari dimana pada bulan
harus diadakan pengontrolan secara ini harga ikan kerapu sunu
rutin, termasuk pada malam hari. cenderung meningkat dibandingkan
Penyakit yang sering ada pada bulan lain dengan ukuran masa
organisme ini adalah penyakit bintik- panen berukuran 0,6 – 1 kg dan
6
antara Rp. 450.000,- sampai Rp. 600.000,- Struktur pasar yang ada di lokasi
/kg dengan ukuran 0,6-1 kg, sedangkan di usaha budidaya kerapu sunu yaitu dimana
Jakarta berkisar antara Rp 750.000 hingga banyak penjual beberapa pembeli hasil
Rp. 1.000.000/kg ini dikarenakan harga ikan budidaya kerapu sunu berasal dari Makassar
cenderung naik pada saat mendekati hari sehingga nelayan pembudidaya tidak merasa
besar Cina (Imlek). kesulitan untuk menjual hasil produksinya.
4. Perkiraan Penjualan 6. Persaingan Usaha
Perkiraan penjualan ikan kerapu Persaingan usaha yang ada di lokasi
sunu yang bisa dicapai dari hasil budidaya budidaya perlu diperhatikan karena dengan
KJA di daerah penelitian sebanyak 1,3 banyaknya usaha yang membudidayakan
ton/musim tanam, perkiraan penjualan ikan kerapu sunu jelas terjadi juga
disesuaikan dengan kemampuan produksi. persaingan harga, kualitas, dan mutu.
Rata-rata produksi ikan kerapu tiap Namun persaingan usaha tersebut tidak ada
pembudidaya ± 85,33 kg. masalah karena pasar mampu menyerap
5. Struktur Pasar komoditas ikan kerapu sunu.
Aspek Finansial
Biaya Produksi
Tabel 1. Penggunaan Biaya Tetap pada Usaha Budidaya Kerapu Sunu di
Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No Alat Umur ekonomis (Tahun) Harga (Rp) Rata-rata penyusutan (Rp)
1 Karamba 3 7.245.567 1.659.633
2 Jaring 3 561.667 330.000
3 Katinting 4 2.473.333 404.167
Jumlah Total Penyusutan 2.393.800
Berdasarkan Tabel 1, terbesar dikeluarkan pada alat
besarnya rata-rata total biaya tetap karamba sebesar Rp.1.659.633,- dari
yang dikeluarkan pembudidaya jumlah rata-rata total biaya tetap,
dalam satu kali produksi sebesar sedangkan biaya terkecil yang
Rp.2.393.800,-. Dari ketiga alat yang dikeluarkan pada alat jaring sebesar
merupakan rata-rata total biaya tetap Rp.330.000,
Tabel 2. Penggunaan Biaya Variabel pada Usaha Budidaya Kerapu Sunu di
Kecamatan Tanggetada, Tahun 2016
No. Penggunaan Rata-rata (Rp/Produksi)
1 Bibit 2.600.000
2 Pakan 5.080.000
3 Tenaga Kerja 3.430.000
Jumlah 11.110.000
Rata-rata biaya variabel yang Rp.5.080.000,- dari rata-rata total
dikeluarkan pada usaha budidaya biaya variabel dan yang terkecil
kerapu sunu sebesar Rp.11.110.000,- dikeluarkan pembudidaya yaitu
. Rata-rata biaya variabel terbesar untuk pembelian bibit sebesar
yang dikeluarkan pembudidaya Rp.2.600.000,-.
adalah pembelian pakan sebesar
8
2. Kelemahan (Weakness)
a. Manajemen yg kurang baik 0,15 2 0,30
b. Pengetahuan yg rendah 0,15 2 0,30
c. Keterbatasan modal 0,05 3 0,15
d. Ketersediaan bibit 0,20 2 0,40
2. Ancaman (Threats)
a. Keamanan 0,15 2 0,30
b. Adanya produk subtitusi 0,15 3 0,45
c. Penyakit 0,10 3 0,30
Jumlah 1,00 3,20
Berdasarkan Tabel 6, dengan skor 0,80 yang artinya
diketahui bahwa diantara faktor- budidaya ikan kerapu memiliki
faktor strategi eksternal, faktor kesempatan untuk mengembangkan
peluang paling besar adalah adanya usahanya dengan menjalin kerjasama
dukungan dan perhatian pemerintah yang baik dengan pemerintah.
10