Anda di halaman 1dari 37

BAB III.

PROSES BUDIDAYA

Budidaya udang putih (Litopenaeus vannamei) secara teknis meliputi persiapan tambak,
persiapan air, penebaran benur, pembesaran udang dan panen. Dengan melaksanakan kegiatan ini
dengan benar diharapkan dapat meningkatkan produktivitas.

Gbr. 3.1. Alur proses kerja teknis budidaya

3.1. Persiapan Tambak


Persiapan tambak merupakan kegiatan mempersiapkan tambak agar siap dalam proses
pengisian air. Kegiatan-kegiatan persiapan tambak terdiri dari: perbaikan konstruksi dan
perlengkapan tambak, pembersihan tambak dan peralatannya, pengeringan tambak, pemasangan
perlengkapan tambak serta pengapuran.

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Faktor risiko : Persiapan tambak yang kurang baik, akan meningkatkan resiko kontaminasi
patogen dan penyebaran penyakit udang, terutama pada tambak yang mempunyai riwayat
terinfeksi penyakit pada siklus produksi sebelumnya.
Masa persiapan tambak dimulai 1 hari setelah panen (DOP 1) hingga hari pengisian air.
Persiapan tambak dalam satu modul paling lambat 10 hari dari tambak terakhir selesai panen
normal. Pekerjaan ini dilakukan oleh pond maintenance (PM), petambak dan treatment pond
operator (TPO). Persiapan tambak tersebut meliputi tambak budidaya dan treatment pond.
3.1.1. Pengawasan Perbaikan Konstruksi dan Perlengkapan Tambak
a. Perbaikan plastik
Lakukan pengeringan dasar tambak dan penandaan plastik yang rusak, laporkan pada
divisi terkait dan awasi proses perbaikan. Kriteria perbaikan plastik selesai adalah plastik
tambak tidak bocor dan siap diisi air.
b. Perbaikan tanggul
Lakukan pemeriksaan kelayakan tanggul, laporkan kepada divisi terkait bila terdapat
kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Kriteria tanggul tambak yang layak adalah
tanggul tidak bocor dan kemiringan dengan perbandingan 1:1,5.
c. Perbaikan dasar
Lakukan pemeriksaan kelayakan dasar tambak (cekungan, alur, kemiringan dasar tambak,
pengolahan tanah), laporkan kepada divisi terkait bila terdapat kekurangan, awasi
pelaksanaan perbaikan. Kriteria dasar tambak yang baik adalah tidak ada cekungan, alur
mengarah ke side drain dan kemiringan dasar tambak 1%.
d. Perbaikan instalasi pipa dasar tambak
Lakukan pemeriksaan kelayakan instalasi pipa (meliputi: pipa bocor/pecah, tersumbat
dan berubah posisi), laporkan kepada divisi terkait bila terdapat kerusakan dan awasi
pelaksanaan perbaikan. Perbaikan instalasi pipa selesai bila semua pipa tidak bocor,
tidak tersumbat dan tersambung dengan baik.
e. Perbaikan jembatan
Lakukan pemeriksaan kelayakan jembatan (meliputi: jembatan anco, jembatan inlet,
jembatan flush-out dan jembatan SO, panen dan CWC, laporkan kepada divisi terkait
bila terdapat kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Jembatan dinyatakan baik bila
bisa dipakai untuk aktivitas budidaya.
f. Perbaikan saluran inlet dan outlet
Lakukan pemeriksaan saluran inlet dan outlet, terdiri dari: inlet (aquaduct, supply canal,
sub-inlet) dan outlet (sub-outlet). Kriteria saluran inlet dan outlet yang baik adalah:
aquaduct tidak bocor dan dapat mengalirkan air ke supply canal; konstruksi supply canal
tidak bocor dan lebih tinggi dari dasar tambak; sub-inlet dapat menampung air dengan
ketinggian minimal 100 cm; dasar sub-oulet lebih rendah dari dasar tambak dan elevasi
mengarah ke main-outlet.
g. Perbaikan kincir, panel dan instalasi listrik
Lakukan pemeriksaan kincir, panel dan instalasi listrik, laporkan kepada divisi terkait bila
terdapat kerusakan, awasi pelaksanaan perbaikan. Kriteria perbaikan kincir, panel dan
instalasi listrik selesai bila kincir bisa dioperasikan 100%.

15

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


3.1.2. Pembersihan Tambak dan Peralatannya
Pembersihan tambak dan peralatannya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di
tambak, treatment pond dan sistem irigasi, untuk mengeluarkan semua material yang tidak
diinginkan. Bila tambak dan peralatannya tidak bersih maka meningkatkan potensi kontaminasi
patogen dan berkembangnya organisme pengganggu (seperti: teritip, krece dan kerang) yang
merugikan selama proses budidaya. Tahap pembersihan tambak, meliputi:
a. Tambak dan Peralatannya
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari kotoran dan organisme pengganggu
seperti: krece, teritip, lumut dan kerang dengan cara dikerok atau disemprot.
- Keluarkan sisa lumpur hitam dari dasar tambak. Pembersihan lumpur tambak ini
bertujuan untuk menghilangkan akumulasi sisa bahan organik siklus sebelumya. Jika
dasar tambak bersih dari lumpur maka manajemen tambak selama proses budidaya
menjadi lebih mudah, seperti: pH dan pertumbuhan plankton lebih stabil.
Pengeluaran lumpur dasar selesai bila dasar tambak bersih dari lumpur hitam.
- Bersihkan peralatan tambak, yang meliputi: filter I, stand pipe, serok, strimin, kincir
dan kelengkapannya, anco, jembatan anco, sampan, selang siphon, secchi-disc,
water level dan alat sipon. Pembersihan ini bertujuan menghindari kontaminasi,
agar peralatan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya dan memperpanjang masa
pakai.
b. Treatment Pond dan Peralatannya
Peralatan treatment pond yang harus dibersihkan meliputi: filter I, stand pipe, serok,
strimin, kincir dan kelengkapannya, jembatan flushing, sampan dan water level.
- Bersihkan filter I, stand pipe, serok, strimin dan water level dari organisme
penempel dengan sikat, kemudian rendam menggunakan larutan desinfektan.
- Bersihkan assesoris kincir (kabel, pelampung, kipas, stik, pillow blow dan as) dengan
sikat kemudian rendam menggunakan desinfektan.
- Bersihkan sampan dengan sikat, kemudian jemur dibawah sinar matahari.
- Lakukan pemeriksaan kondisi endapan lumpur di dasar treatment pond, laporkan
kepada divisi terkait jika endapan lumpur sudah mencapai maksimal 50 cm, awasi
pelaksanaan pekerjaan.
- Simpan peralatan di tempat yang aman.
c. Sistem Irigasi dan Peralatannya
- Bersihkan pintu air, saluran-saluran inlet seperti aquaduct, supply canal dan pump
house.
- Angkat dan keluarkan kotoran dan organisme pengganggu kemudian dikubur.
- Bersihkan semua saringan air (multiple-screening) yang terpasang di sub-inlet
maupun supply canal.
- Pembersihan sistem irigasi dan peralatannya selesai bila semua sistem irigasi dan
peralatannya bersih dari kotoran dan hewan pengganggu serta siap dioperasikan.
3.1.3. Pengeringan tambak dan treatment pond
Pengeringan tambak merupakan proses penjemuran tambak dan treatment pond dibawah
terik sinar matahari yang dilakukan setelah tambak selesai panen. Proses ini bertujuan mempercepat
oksidasi bahan-bahan beracun (seperti: NH3, H2S, CH4) dan untuk membunuh bakteri patogen
(seperti: Vibrio sp) serta organisme pengganggu. Bila tambak tidak dikeringkan, maka bakteri

16

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


patogen dan organisme pengganggu akan berkembang biak lebih banyak sehingga akan
mengganggu proses budidaya.
a. Pengeringan tambak
- Keringkan semua bagian yang tergenang dengan mengalirkan air ke semua pipa
pembuangan, jika masih ada sisa air, keringkan dengan menggunakan pompa.
- Pada tambak yang tidak bisa kering, untuk meminimalkan resiko kontaminasi
patogen dilakukan aplikasi desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Jemur secara alami di bawah terik matahari.
- Pengeringan dan penjemuran dikategorikan baik bila tanah retak–retak atau ORP
minimal -50 mV.
b. Pengeringan treatment pond
- Keringkan air melalui saluran pembuangan ke sub-inlet untuk kemudian dibuang ke
main outlet melalui supply canal dan sub-outlet.
- Lakukan penjemuran dibawah terik sinar matahari.
- Pengeringan dan penjemuran dikategorikan baik apabila tanah retak–retak atau ORP
minimal –50 mV.
3.1.4. Pemasangan Perlengkapan Tambak
Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan tambak ke tahap pengisian
air. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kendala pada tahap berikutnya. Perlengkapan tambak dan
treatment pond harus dipasang sebelum pengisian air.
a. Perlengkapan tambak yang harus dipasang, meliputi:
- Benang penghalau burung (Bird Scaring Device). Pasang benang jenis D-9 PE dengan
jarak antar benang 2 meter. Tujuan pemasangan BSD di tambak untuk mencegah
masuknya burung ke dalam tambak yang berpotensi menularkan penyakit antar
tambak.
- Kincir dan kelengkapannya, pasang kincir minimal 8 unit (10 HP) dengan model
sirkular atau kupu-kupu. Hal ini bertujuan agar distribusi oksigen merata dan lumpur
dapat terakumulasi pada area tertentu di dasar tambak sehingga mempermudah
siphon dan memperluas feeding area.
- Strimin filter I, pasang strimin filter I di central drain dan side drain dengan cara
masukkan filter I ke dalam strimin kemudian diikat dengan tali. Hal ini bertujuan
untuk mencegah benur keluar dari tambak. Strimin filter ini bisa dilepas untuk
memperlancar proses ganti air setelah udang mencapai MBW minimal 6 gram.
- Stand pipe 2 meter, pasang stand pipe di saluran inlet, central drain, side drain,
clean water canal dan sub-outlet. Stand pipe berfungsi untuk mengatur pemasukan
dan pengeluaran air tambak.
- Strimin filter 300 mikron dan 1 mm, pasang strimin filter 300 mikron dan 1 mm
pada pipa inlet secara rangkap (1mm di sebelah dalam 300 mikron). Hal ini
bertujuan untuk mencegah masuknya carrier penyakit, predator dan hewan
kompetitor ke dalam tambak.
- Water level, pasang water level pada posisi dasar tambak yang datar dan mewakili
level air tambak, untuk mengetahui ketinggian air tambak.

17

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


b. Perlengkapan treatment pond yang harus dipasang, meliputi:
- Stand pipe 3 meter, pasang stand pipe di side drain, untuk mengatur keluarnya air
dari treatment pond sesuai dengan kebutuhan.
- Strimin filter 300 mikron dan 1mm, pasang strimin filter 300 mikron dan 1mm
secara rangkap pada pipa inlet (pipa pompa 10”) dan pipa pengeluaran di
quarantine pond. Tujuan penyaringan ini adalah untuk mencegah masuknya carrier
penyakit, predator dan hewan kompetitor serta sampah masuk ke quarantine pond
dan sistem budidaya.
- Strimin filter 2 mm dan atau waring 4 mm, pasang strimin filter 2 mm pada pintu air
di depan KSB, atau waring 4 mm dipasang di pipa pompa KSB.
- Strimin filter 1 mm atau 300 mikron, pasang strimin filter 1 mm atau 300 mikron
pada pintu A (pintu antara treatment pond 73 dan supply canal.
- Jaring trawl D9 PE mesh-size ½ inci atau 3/4 inci, dipasang di depan pintu C (culvert)
dan sub-inlet (saringan pengaman KSB).
- Benang pengusir burung (BSD), pasang benang BSD dengan jarak maksimal 2 meter
dan tinggi 2 meter dari permukaan tanggul. Hal ini bertujuan untuk mencegah
masuknya burung ke dalam treatment pond.
- Pagar plastik penghalang kepiting (CPD), pasang CPD dari bahan plastik terpal yang
mempunyai permukaan licin selebar 50 cm, dipasang dengan ketinggian 30 cm dari
permukaan tanggul dan 20 cm ditanam ke dalam tanah.
- Sebelum CPD dipasang, bersihkan rumput atau tanaman lain di sekelilingnya. CPD
dipasang mengelilingi seluruh areal luar tanggul treatment pond.
3.1.5. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menetralisir keasaman tanah (pH tanah standar 6,5-7,0),
meningkatkan konsentrasi total alkalinitas air agar sesuai dengan standar budidaya udang. Bila
tidak dilakukan pengapuran pada tanah tambak dengan pH dibawah standar, maka pada saat
budidaya akan sulit untuk menaikkan alkalinitas air.
Jenis kapur yang dapat digunakan adalah dolomit (CaMg(CO3)2, kapur hidrat (Ca(OH)2,
kapur pertanian (CaCO3) dan kapur bakar (CaO). Sebelum pengapuran terlebih dahulu dilakukan
pengukuran pH tanah. Jumlah kapur yang digunakan sangat bergantung pada hasil pengukuran pH
tanah dasar tambak.
Total pH tanah Kapur yang
Alkalinitas (standar unit) diperlukan
(ppm) (kg/ha)
<5 < 5,0 3000

5 - 10 5,0 – 5,4 2500

10 - 20 5,5 – 5,9 2000

20 - 30 6,0 – 6,4 1500

30 - 50 6,5 – 7,5 1000


Tabel. 3.1. Kebutuhan kapur berdasarkan pH tanah

18

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


3.1.6. Persiapan Tambak Khusus
a. Persiapan tambak panen atau flushing akibat penyakit
a) Tambak yang akan dilakukan re-stocking
- Setelah panen/flushing, tambak diisi air setinggi maksimum 20 cm pada
dasar tambak tertinggi, kemudian dilakukan aplikasi klorin dengan dosis 100
ppm aktif, dan dibiarkan terendam selama minimum 72 jam.
- Setelah itu tambak dikeringkan total, hindari adanya genangan air. Pada
dasar tambak yang masih terdapat genangan diberi CaO sampai pH 10.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian kubur
bangkai udang tersebut.
- Biarkan dasar tambak kosong selama 3 hari.
- Masukkan air setinggi 120 cm.
- Lakukan pemupukan hingga siap tebar.
a) Non Re-stocking, pada tambak dengan kasus ini dilakukan tahapan- tahapan
persiapan tambak sebagai berikut :
- Setelah panen/flushing, tambak diisi air setinggi 20 cm, kemudian dilakukan
aplikasi klorin dengan dosis 100 ppm aktif, bertujuan untuk membunuh sisa-
sisa udang dan carrier.
- Setelah 72 jam air tambak dikeringkan total, hindari adanya genangan.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian kubur
bangkai udang tersebut.
- Setelah itu lakukan aktivitas tahapan persiapan seperti tambak normal.
b. Persiapan tambak flushing akibat populasi (SR) rendah
Tambak populasi rendah adalah tambak yang mengalami penurunan jumlah udang yang
tinggi dalam waktu yang relatif singkat (maksimal 30 hari setelah tebar benur), sehingga
budidaya tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi. Tahap persiapan tambak flushing akibat
SR rendah adalah sebagai berikut:
- Aplikasi desinfektan 1,5 ppm untuk membunuh udang dan carrier dalam
tambak.
- Biarkan selama 3 hari untuk memastikan semua udang mati.
- Kuras dan keringkan air tambak.
- Bersihkan dinding dan dasar tambak dari bangkai udang. Kemudian bangkai
udang dikubur.
- Lakukan penjemuran tambak selama 3 hari.
- Masukkan air setinggi 120 cm.
- Lakukan pemupukan hingga siap tebar.
3.2. Persiapan Air
Persiapan air merupakan tahapan budidaya udang yang dimulai setelah persiapan tambak
selesai sampai dengan tambak siap tebar benur. Persiapan air bertujuan menyediakan air tambak
yang mempunyai kualitas sesuai untuk pertumbuhan udang.
Faktor Risiko : persiapan air yang tidak baik akan menyebabkan masuknya bibit penyakit dan
carrier serta tidak tersedianya pakan alami yang cukup untuk pertumbuhan udang.

19

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang dilakukan meliputi:
- Desinfeksi menggunakan bahan dan dosis yang tepat untuk membunuh predator dan carier.
- Penumbuhan plankton dan pakan alami untuk mencukupi kebutuhan udang pada awal
budidaya, serta mendapatkan kualitas air yang stabil.
- Ketinggian air tambak 110 cm atau maksimal 120 cm untuk mendapatkan oksigen yang
cukup dan suhu yang stabil. Ketinggian air treatment pond 170 – 200 cm agar kebutuhan air
selama proses budidaya tercukupi.
- Salinitas 15 – 30 ppt, untuk mendapatkan pertumbuhan udang optimal.
Tahap persiapan air meliputi persiapan pengisian air, pengisian air, desinfeksi air, penumbuhan
plankton dan pakan alami.
3.2.1. Persiapan Pengisian Air
Pada tahap ini kondisi tambak/modul baik konstruksi, material dan sarana budidaya
serta faktor pendukung (salinitas dan pasang surut main inlet/MI) harus layak untuk pengisian
air. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengisian air ke sistem :
- Amati kondisi main inlet secara visual (air MI terbebas dari plankton yang merugikan,
bangkai ikan dan udang liar serta sampah yang lain).
- Ukur salinitas air main inlet (hubungi Laboratorium Lapangan).
- Pastikan semua filter yang berfungsi sebagai multiple-screening sudah dipasang dengan
baik dan benar.
Pelaksana: TPO untuk treatment pond dan petambak untuk tambak budidaya.
Siapkan dan pasang peralatan tambak, antara lain:
- Filter I dan strimin 1 mm.
- Strimin filter pipa inlet menggunakan strimin 300 mikron dirangkap strimin 1 mm.
- Kincir dan perlengkapannya
- Water level dan secchi-disc.
- Sampan.
- Papan monitoring atau buku data harian
- Anco.
- Serok klekap dan serok udang.
- Blong fermentasi.
Pelaksana: petambak.
Buka bloking pintu C atau culvert untuk memasukkan air dari MI ke treatment pond.
Pelaksana: Departemen Pond Maintenance
Tentukan urutan tambak yang siap isi air. Pelaksana: tim Aquaculture.
3.2.2. Proses Pengisian Air
Pengisian air adalah kegiatan memasukkan air ke treatment pond, supply canal, dan
culture pond (tambak).
Tahap pengisian air ke treatment pond, meliputi:
- Lakukan pemompaan air dari MI melalui sub inlet ke treatment pond dengan pompa
KSB. Untuk mempercepat suplai air ke SI maka operasikan pompa quarantine pond.
Proses pemenuhan air di TP berlangsung sekitar 3-4 hari.

20

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Apabila air treatment pond sudah penuh, bersihkan/angkat sampah dan kotoran-
kotoran lainnya yang terapung di permukaan air dengan menggunakan serok dan
segera hidupkan kincir. Kincir di treatment pond operasi 100%.
Tahap pengisian air ke tambak budidaya (culture pond), adalah sebagai berikut:
- Buka inlet yang sudah dilengkapi dengan strimin 300 mikron yang dirangkap strimin 1
mm
- Isi air tambak sampai ketinggian 120 cm atau maksimal 130 cm.
- Setelah air di tambak penuh, bersihkan sampah dan klekap serta kotoran-kotoran
lainnya yang terapung di permukaan air dengan menggunakan serok.
- Operasikan semua kincir (kincir operasional 100%)
Pelaksana: petambak.
Proses pemenuhan air tambak dalam satu modul berlangsung sekitar 5-10 hari
tergantung pasang surut MI dan kondisi pompa.
3.2.3. Desinfeksi Air
Desinfeksi adalah aktivitas membunuh carrier (pembawa virus) dan predator dengan
menggunakan desinfektan. Desinfeksi tambak dan TP dilakukan secara bersamaan dan berurutan
dari posisi yang paling tinggi terlebih dulu.
3.2.3.1. Treatment Pond dan Sistem Irigasi
a. Desinfeksi air di treatment pond :
i. Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong/ember dan encerkan dengan
air tambak.
- Tebar secara merata dan lakukan dari atas sampan.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhirup maupun
kontak dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan
tersebut adalah bahan berbahaya).
ii. Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan Desinfeksi dilakukan 14–21 hari
sebelum tebar benur.
iii. Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi desinfektan.
Pelaksana: TPO dan petambak secara gotong royong.
b. Desinfeksi air di sistem irigasi :
- Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Lakukan desinfeksi di supply canal terlebih dahulu sebelum desinfeksi di
tambak maupun kanal lain (SI dan CWC).
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong/ember dan encerkan dengan air
tambak.
- Tebar secara merata.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhisap maupun kontak
dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan tersebut
adalah bahan berbahaya).
Pelaksana: TPO dan petambak.
Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan selang waktu minimal 3 hari. Desinfeksi
dilakukan 14–21 hari sebelum tebar benur.

21

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


3.2.3.2. Tambak budidaya (Culture Pond)
a. Desinfeksi air dari carrier
- Siapkan desinfektan dengan dosis yang sesuai.
- Tuangkan desinfektan ke dalam blong dan encerkan dengan air tambak.
- Tebar secara merata dan lakukan dari atas sampan.
- Gunakan masker dan sarung tangan karet, hindari terhisap maupun kontak
dengan kulit (perhatikan keselamatan kerja mengingat bahan tersebut
adalah bahan berbahaya).
- Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi desinfektan.
Pelaksana: petambak.
Desinfeksi dilakukan 2 kali dengan selang waktu minimal 3 hari. Desinfeksi dilakukan
14–21 hari sebelum tebar benur.
b. Pembasmian ikan-ikan liar (Predator)
- Lakukan pembasmian predator dengan Tea Seed Meal (TSM) minimal 3 hari
setelah aplikasi desinfektan.
- Siapkan TSM aktif dengan dosis 25 ppm.
- Rendam TSM di dalam blong selama 6 - 8 jam sebelum diaplikasikan ke
dalam tambak.
- Tebar air hasil rendaman secara merata dari atas sampan.
- Operasikan semua kincir selama dan sesudah aplikasi TSM.
Pelaksana: petambak.
3.2.4. Penumbuhan Plankton
Jenis plankton yang dibutuhkan adalah alga hijau dan diatomae. Penumbuhan alga hijau dan
diatomae dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik serta pengapuran.
Pupuk organik, berupa: fermentasi, probiotik (Pro#14), super PSB. Sedangkan pupuk anorganik
adalah urea dan TSP atau pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan fosfat. Untuk pengapuran
digunakan dolomit.

PERLAKUAN HARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Desinfektan(ppm) 3 3
TSM (ppm) 25
Urea (ppm) 1 1 1 1 1 1 1
TSP/SP 36 (ppm) 0.5 0.5 0.5
Fermentasi (kg) 15 15 15 15 15
Pro#14 (ltr) 40 40 40 40 40 40 40
Super PS (ltr) 20 20
Dolomite (kg) 50 50 50 50 50
Tabel. 3.2. Dosis pemupukkan
a. Pemupukan air dengan Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang berbentuk butiran kristal berwarna putih sebagai sumber
nitrogen yang dibutuhkan oleh plankton.
Metode pemupukan:
- Siapkan pupuk urea 1 ppm setiap perlakuan (7 kali perlakuan dengan waktu
pemupukan sesuai dengan jadwal di atas).

22

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Larutkan pupuk urea di dalam blong dengan air tambak.
- Tebarkan secara merata ke dalam tambak antara jam 09.00 sampai 13.00 pada saat
cuaca cerah.
- Operasikan kincir saat pemupukan untuk meratakan urea dalam tambak.
b. Pemupukan air dengan TSP
Pupuk TSP berbentuk butiran berwarna abu-abu yang keras sebagai sumber fosfat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton.
Pemupukan dengan TSP dapat dilakukan dengan 2 cara :
Cara pertama :
- Siapkan pupuk TSP 0,5 ppm setiap perlakuan (3 kali perlakuan dengan waktu
pemupukan disesuaikan dengan Tabel 4).
- Rendam butiran pupuk TSP atau SP 36 ke dalam air tawar, aduk sampai larut.
- Encerkan dengan air tambak lalu tebarkan secara merata ke dalam tambak antara
jam 09.00 sampai 13.00 pada saat cuaca cerah.
- Operasikan kincir saat pemupukan untuk meratakan TSP atau SP 36 dalam tambak.
Cara kedua :
- Bungkus pupuk TSP atau SP 36 dengan kantong plastik yang diberi lubang-lubang
atau kantong strimin.
- Gantungkan di jembatan anco untuk direndam di dalam tambak sedalam 30-50 cm
dari permukaan air.
c. Fermentasi dedak dan bungkil kacang kedelai.
- Siapkan dedak dan bungkil kacang kedelai (BKK).
- Rendam dedak atau bungkil kacang kedelai ke dalam air tawar selama 3 hari.
- Aduk setiap hari rendaman tersebut secara merata supaya terjadi kondisi aerob.
- Tebar secara merata ke seluruh permukaan air tambak pada pagi hari atau sore
hari.
- Operasikan kincir saat penebaran fermentasi.
d. Probiotik (Pro#14)
- Siapkan 40 liter pro#14 di dalam blong.
- Tebar secara merata ke dalam tambak pada pagi hari antara jam 08.00 sampai
10.00 WIB.
- Operasikan semua kincir saat penebaran probiotik.
e. Super PSB
- Siapkan 20 liter super PSB di dalam blong.
- Tebar ke dasar tambak dengan menggunakan “selang benang” ¾ inchi pada pagi hari
antara jam 08.00 sampai 10.00 WIB.
- Lakukan penebaran Super PSB sesuai kebutuhan (lihat Tabel 4)
- Pada saat perlakuan, semua kincir dalam keadaan tidak operasi agar tidak terjadi
turbulensi sehingga Super PSB segera mencapai dasar tambak.
- Operasikan semua kincir setelah aplikasi selesai.
f. Dolomite
- Aplikasi dolomit bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai alkalinitas di tambak di
atas 80 ppm.

23

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Siapkan 50 kg dolomit.
- Tebar dolomit ke dalam tambak pada pagi atau malam hari.
g. Penumbuhan Pakan alami
Ketersediaan pakan alami seperti detritus, bentos dan zooplankton sangat diperlukan
pada awal budidaya.
- Siapkan bahan-bahan :
§ Molase 10 liter
§ Tepung ikan 10 kg
§ Dedak 25 kg
§ Ragi tape 80 gr
§ Air tawar 50 liter
- Bahan-bahan molase, tepung ikan dan dedak direbus.
- Dinginkan dan tambahkan ragi tape untuk membuat fermentasi dengan melakukan
pemeraman selama 3 hari.
- Tebar secara merata ke dalam tambak.
- Lakukan penebaran fermentasi pada 7 hari setelah isi air. Ulangi perlakuan tersebut
7 hari sebelum dan setelah tebar.
3.3 Penebaran Benur
Penebaran benur merupakan proses memasukkan benur ke dalam tambak yang didahului
dengan proses aklimatisasi. Benur bisa berasal dari Hatchery atau Nursery Pond. Hari penebaran
benur dihitung sebagai awal budidaya atau DOC 1. Penebaran benur dilakukan 14 – 21 hari setelah
pelaksanaan desinfeksi yang ke-2. Proses penebaran benur meliputi beberapa kegiatan, yaitu
persiapan tebar, pemasangan survival cage dan penebaran benur.
Faktor Risiko
- Benur yang berkualitas tidak baik (lemah, menggumpal atau banyak kematian karena
transportasi) akan meningkatkan potensi terinfeksi penyakit dan SR rendah.
- Kualitas air benur dari hatchery yang tidak memenuhi standar memiliki potensi
menyebabkan benur lemah.
- Kualitas air tambak pada saat tebar yang tidak memenuhi standar, memiliki potensi
menyebabkan kematian benur (SR benur yang ditebar rendah).
- Aklimatisasi benur terhadap faktor lingkungan tambak (suhu dan salinitas) yang tidak
memenuhi standar, memiliki potensi menyebabkan kematian benur yang ditebar.
3.3.1. Uji Kualitas Benur
a. Uji Laboratorium
Pengujian di laboratorium meliputi pemeriksaan kualitas benur secara mikroskopik
(epicomensal, MGR, necrosis), uji stres (tes formalin dan salinitas), uji keseragaman dan
menguji kualitas air dalam kantong benur. Pengujian ini dilakukan oleh personel
Laboratorium. Pengujian dilakukan pada saat benur sampai di pond site.
b. Uji Benur di Lapangan
Pengujian benur di lapangan meliputi pengamatan visual, penghitungan jumlah benur dan
mengamati kematian benur.
- Ambil sampel kantong benur. Tuang benur dari kantong ke dalam baskom.
- Aerasi benur selama 10 menit untuk menjaga DO tetap tinggi dan rekondisi benur.
- Angkat aerasi dan putar air benur dan amati kondisi benur
24

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Sipon benur yang menggumpal/lemah ke dalam baskom yang lebih kecil dan aerasi.
- Hitung benur yang sehat.
- Lakukan proses seleksi sekali lagi untuk benur yang menggumpal/lemah, dengan
menyiponnya kembali setelah airnya di putar.
- Hitung benur yang sehat dan lemah/mati. Benur yang lemah/mati harus dihitung
untuk mengetahui jumlah kematian benur akibat transportasi.

Parameter Satuan L vannamei P. monodon


PL Hari 10 - 15 11 – 15
Panjang Mm > 8.1 > 10.7
Keseragaman < 0.8 < 0.8
SR Formalin % > 95 > 95
SR Salinitas % > 95 > 95
DO ppm > 14 > 14
Suhu °C 22 - 24 22 - 24
pH 7.4 - 7.9 7.4 - 7.9
TAN Ppm 0 - 0.1 0 - 0.1
Selisih salinitas Ppt < 5 < 5
Tabel. 3.3. Parameter standar kualitas benur

ALUR PROSES PENERIMAAN BENUR DI POND SITE

Benur Datang
Catatan:
- Standar param eter kualitas air laboratorium m asih menggunakan
standar yang berlaku saat ini.
Pengam bilan Sam pel - Mulai berlaku efektif tanggal 15 Agustus 2004.
untuk Sam pling

Sam pel Dituang ke


dalam Em ber Sam pling

Aerasi selam a 10 m enit

Air Diputar

Dilakukan Aerasi selam a 2 jam sam bil


YES
Benur Menggum pal Dilakukan Penam bahan Air dari
> 20%? Hatchery hingga Mencapai Suhu
Norm al

NO
Dilakukan Sipon untuk Benur yang
Mati/lem ah
Dilakukan Sipon untuk Benur yang
Mati/lem ah

Penghitungan Benur yang Sehat


Penghitungan Benur yang
Sehat

YES
Benur Siap Tebar Benur Sehat > 70 % Benur Siap Tebar

Bukti Tebar Benur NO


(BTB)
Bukti Tebar Benur
(BTB)
Tolak Benur

Berita Acara
Penolakan Benur

Gbr. 3.1. Alur proses penerimaan benur di pond site

25

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


3.3.2. Penghitungan Benur
Penghitungan jumlah benur dilakukan dengan cara:
- Ambil sampel kantong benur secara acak dari setiap kode benur yang datang dengan
perbandingan 500,000 benur diwakili 1 kantong benur sebagai sampel.
- Ikuti alur proses penerimaan benur.
- Hitung rata-rata hasil penghitungan benur per kantong masing-masing kode.
- Hitung jumlah kantong yang harus dikirim ke masing-masing tambak.
Contoh perhitungan :
Target tebar = 475,000 ekor/ tbk.
Kode benur = V.1.1
Estimasi benur / ktg(hatchery) = 5,000 ekor/ktg.
Estimasi tebar = 95 ktg / tambak.

Jumlah Benur per Kantong


No. Sample
Estimasi Aktual
1 5,000 4,800
2 5,000 4,670
3 5,000 5,100
Total 15,000 14,570
Rata-rata 5,000 4,857
Tabel. 3.4. Contoh perhitungan hasil sampling benur

Aktual jumlah kantong per tambak = (475,000/4,857) = 97.8 kantong, kemudian dibulatkan
menjadi 98 kantong dengan padat tebar ( 98 x 4,857 ) = 475,953 ekor per tambak. Benur
yang menjadi sample perhitungan kemudian dimasukkan kembalike dalam kantong dan
disertakan dalam penebaran.
3.3.3. Penebaran Benur
Tahap penebaran benur meliputi penghitungan kantong benur, pengecekan ulang kondisi
kantong dan benur tiap kantong sebelum masuk ke tambak, pengangkutan kantong dari subroad ke
tambak, aklimatisasi suhu dan salinitas serta penglepasan benur ke tambak.
a. Penghitungan kantong benur yang dikirim ke tambak
- Hitung jumlah kantong benur yang diturunkan dari truk ke subroad depan masing-
masing tambak.
- Sesuaikan jumlah kantong benur dengan data pengiriman yang dibawa oleh mobil
distribusi.
- Penghitungan kantong benur dilakukan oleh petambak dan dilaporkan kepada tim
aquaculture.
b. Pemeriksaan kondisi kantong dan benur
- Cek ulang kondisi kantong dan benur untuk memastikan tidak terjadi penurunan
kualitas akibat proses distribusi. Kondisi yang diinginkan adalah kantong dan benur
tetap dalam kondisi baik.
- Sisihkan kantong yang bocor atau kondisi benur menggumpal, dan segera laporkan
ke tim aquaculture.

26

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Pemeriksaan kondisi kantong dan benur ini dilakukan oleh petambak dan
berlangsung selama ±15 menit.
c. Pengangkutan benur ke tambak
- Angkat dan bawa seluruh kantong benur yang memiliki kondisi baik ke tambak.
- Masukkan kantong benur ke salah satu sisi tambak yang sudah diberi pembatas agar
kantong benur tidak terbawa arus.
- Operasikan semua kincir agar DO tetap tinggi kecuali pada sisi yang mengarah ke
kantong benur.
- Pengangkutan kantong benur ini dilakukan oleh petambak dan membutuhkan waktu
±10 menit.
d. Aklimatisasi dan Penglepasan Benur
Aklimatisasi konvensional Biarkan kantong-kantong benur terapung dan disirami air tambak
selama 15 – 30 menit untuk aklimatisasi suhu. Selama aklimatisasi suhu ini kantong benur
tetap dalam kondisi tertutup.
- Tunggu sampai kantong-kantong benur mengembun.
- Buka kantong-kantong benur secara bertahap untuk aklimatisasi salinitas
- Tambahkan air tambak pada kantong-kantong yang sudah dibuka dengan cara
disiram dan goyangkan kantong tersebut secara berkala supaya air bisa bercampur
dengan baik. Lama pencampuran air tambak dan air kantong bergantung pada
selisih salinitas antara keduanya, dan berkisar antara 30 menit sampai 1 jam.
- Lepaskan benur dengan memiringkan kantong yang telah dibuka secara perlahan,
dan biarkan benur keluar dengan sendirinya.
- Waktu yang dibutuhkan mulai benur tiba di tambak hingga tebar selesai sekitar 1.5
- 2 jam.
- Kumpulkan kantong-kantong tersebut dan simpan, sehingga tidak mengotori
tambak.
- Pelaksanaan aklimatisasi dan penglepasan benur dilakukan secara perorangan oleh
setiap petambak. Hal ini sebagai bentuk pelaksanaan biosecurity pada saat tebar.
3.3.4. Pemasangan hapa
Hapa di pasang untuk mengetahui mortalitas karena pengaruh dari proses tebar
- Siapkan hapa dari strimin 1000 atau 300 mikron dengan ukuran panjang 3 m, lebar
3 m, dan tinggi 0.2 m.
- Pasangkan hapa dengan mengggunakan tali 5 mm yang diikatkan pada masing-
masing sudut hapa,
- Letakkan hapa pada: 30 – 40 cm di bawah permukaan air (dengan menambah
pemberat ditengah hapa) dan di daerah yang aman dari kotoran, arus kincir dan DO
rendah,
- Setelah benur diaklimatisasi dan siap tebar, lakukan penebaran semua benur di atas
hapa. Benur yang sehat langsung keluar dari hapa dan benur yang mati tertinggal di
dalam hapa.
- Cek mortalitas di dalam hapa setelah 12 jam dari penebaran,
- Angkat hapa perlahan-lahan, kumpulkan benur yang mati di bagian tengah hapa, lalu
di serok,

27

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Tampung benur yang mati dalam baskom, tambahkan air lalu di siphon untuk
memisahkan benur yang mati dengan benur yang hidup. Tebar lagi benur yang
hidup,
- Dengan metode sampling kering, hitung benur yang mati dengan menggunakan
sendok yang sudah ditera terlebih dahulu.
Jumlah benur yang mati didapat dari perkalian jumlah sendok dengan jumlah benur mati
dalam satu sendok..
Contoh:
Jumlah benur PL 11 yang mati dalam satu sendok: 2179 ekor, Jumlah total benur
mati : 10 sendok, jadi total mortalitas saat tebar adalah : 2179 X 10 = 21,790 ekor.
Keputusan replacement/additional dapat diperoleh dari penghitungan jumlah benur
yang mati di dalam hapa dikurangi jumlah benur yang mati saat sampling.
Contoh penghitungan:
- PL benur: 11.
- Satu sendok: 2179 ekor.
- Kematian di sampling: 95 ekor/boks
- Jumlah tebar satu tambak: 100 boks, berarti ada 95 x 100 boks = 9,500 ekor benur yg
sudah dikurangkan pada saat sampling.
- Kematian di hapa: 21,790 ekor
- KeputusanReplacement/Additional: 21,790 – 9,500= 12,290 ekor.
Pemasangan hapa dan penghitungan kematian benur di hapa dilakukan oleh petambak
dan disaksikan oleh Aquaculture.

PL Jumlah Benur per Sendok


9 2,387
10 2,283
11 2,179
12 2,061
13 1,971
14 1,867
15 1,763
Tabel. 3.5. Jumlah benur per sendok

3.4. Pembesaran Udang


3.4.1. Manajemen Kualitas Air
Manajemen kualitas air pada dasarnya adalah pengelolaan parameter kualitas air harian
agar selalu berada dalam kisaran optimal yang dibutuhkan dalam budidaya udang. Hal ini sangat
penting untuk mencegah udang mengalami stres yang dapat mempertinggi risiko udang terserang
berbagai macam penyakit. Parameter kualitas air yang harus dikelola dengan baik adalah :
a. Transparansi dan warna air
Parameter kualitas air ini merupakan pencerminan dari jenis dan kepadatan plankton yang
ada. Inti dari pengelolaan parameter ini adalah agar tiap perubahannya dapat diikuti dan

28

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


diantisipasi agar tidak terjadi stres pada udang yang dibudidayakan. Pembahasan
selanjutnya pada item tentang jenis dan jumlah plankton. Pengukuran dilakukan setiap hari
oleh petambak dan team dari aquaculture.
b. pH (Potential Hydrogen/Derajat Keasaman)
Dalam budiaya udang, kita menginginkan agar nilai pH perairan tambak adalah sama atau
mendekati sama dengan nilai pH tubuh udang. Hal ini ditujukan agar udang tidak mengalami
stres dalam menyesuaikan pH tubuh dengan lingkungannya. Kita harus menjaga kisaran pH
perairan tambak berkisar antara 7,5 – 8,5. Jika nilai pH perairan tambak berada di bawah
kisaran yang distandarkan, maka kita harus menaikkan nilai pH tersebut dengan cara
pemberian kapur, demikian sebaliknya jika pH perairan, kita turunkan misalnya dengan cara
pemberian saponin aktif. Pengukuran pH dilakukan setiap 5 hari sekali, pagi dan siang.
c. DO (Disolved Oxygen / Oksigen Terlarut)
Mengelola DO menjadi sangat penting karena DO merupakan salah satu faktor kunci dalam
budidaya udang. Kandungan DO pagi hari dalam budidaya udang distandarkan harus di atas
4 ppm, dan siang hari di atas 6 ppm. Mengelola kandungan DO dalam perairan tambak
sangat erat hubungannya dengan jumlah dan jenis phytoplankton, jumlah dan kondisi
aerator yang ada, biomass udang, banyak sedikitnya bahan organik dalam tambak, aktivitas
bakteri dan lainnya, yang akan mempengaruhi ekosistim dalam tambak. Konsentrasi oksigen
terlarut dibawah 4 ppm, akan membuat udang menjadi sulit dalam menangkap oksigen,
sehingga udang akan naik ke permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Jika hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama, maka udang akan mati lemas. Perlakuan yang harus
kita lakukan dalam kejadian ini adalah diantaranya dengan masukkan air segar ke tambak,
memaksimalkan operasional aerator dan memberikan kapur agar proses respirasi selain
udang menjadi terhambat. Pengukuran oksigen terlarut ini dilakukan setiap 5 hari sekali,
pagi dan siang.
d. Salinitas (Kadar Garam)
Salinitas lingkungan yang optimal dibutuhkan udang untuk menjaga kandungan air dalam
tubuhnya (terutama sel tubuh) agar dapat melangsungkan proses metabolisma dengan baik.
Dinding sel bersifat semipermeable, yaitu saling tarik menarik antara larutan di dalam sel
dengan larutan yang berada dalam lingkungannya karena tekanan osmotik. Jika kadar garam
dalam sel lebih tinggi dari lingkungannya, maka air dari lingkungan akan masuk ke dalam sel,
sehingga sel akan membengkak. Demikian sebaliknya jika kadar garam lingkungannya lebih
besar dari sel tubuh, maka cairan dalam sel akan tertarik keluar sehinggan udang akan
“kurus”. Untuk itu perlu menjaga kadar garam perairan tambak, terutama jika terlalu tinggi.
Kadar garam yang optimal bagi pertumbuhan udang adalah berkisar antara 15 – 30 ppt. Hal
yang dapat kita lakukan jika kadar garam perairan tambak terlalu tinggi adalah dengan lebih
sering mengganti air, sehingga freshness perairan akan terjaga. Pengukuran kadar garam
perairan tambak dilakukan setiap 5 hari sekali.
e. Suhu (Temperatur)
Suhu perairan sangat mempengaruhi kondisi udang terutama nafsu makannya. Hal ini
berkaitan dengan proses metabolisma tubuh udang. Semakin tinggi suhu perairan, semakin
tinggi pula proses metabolisma dalam tubuh udang. Sebaliknya jika suhu perairan sangat
rendah, maka proses metabolisma tersebut akan terhambat sehingga udang tidak mau
makan. Penggunaan aerator yang optimal akan membantu menjadikan perairan mempunyai

29

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


suhu yang homogen antara lapisan atas perairan, tengah dan dasar, sehingga tidak akan
terjadi stratifikasi suhu. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan udang adalah berkisar
antara 28 – 30 0C. Pengukuran suhu dilakukan tiap 5 hari sekali, pagi dan siang.
f. Total Ammonia Nitrogen (TAN)
Pengukuran TAN bertujuan untuk mengetahui kandungan ammoniak dalam tambak sebagai
sisa hasil metabolisme udang, plankton mati, input bahan organik serta sisa pakan yang
tidak terurai. Kadar TAN maksimal dalam tambak adalah 2 ppm. Jika nilai TAN tinggi, berarti
sisa bahan organik dalam tambak tidak terurai dengan baik dan tambak harus segera
disiphon. Pengukuran TAN hanya dilakukan juka ada permintaan.
g. Amoniak bebas (NH3)
Amoniak bebas ini terbentuk karena proses penguraian bahan organik tidak berjalan dengan
baik. Seperti diketahui bahwa dalam budidaya udang, pakan yang diberikan mengandung
kadar protein yang tinggi. Sedangkan udang yang dibudidayakan mempunyai sistim
pencernaan yang sangat sederhana, sehingga kotoran udang masih mengandung kadar
protein yang tinggi. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan kotoran udang akan menumpuk
menjadi bahan organik dengan kadar protein tinggi. Jika protein tersebut tidak terurai
dengan baik, maka kandungan amoniak dalam perairan tambak akan tinggi. Kadar amoniak
bebas dalam perairan tambak udang yang distandarkan adalah maksimal 0,01 ppm. Jika
lebih dari itu, dasar tambak harus disiphon. Hal ini berkaitan dengan salah satu sifat udang
yang disebut Ammonothelic seperti dijelaskan dibagian pendahuluan. Pengukuran kadar
amoniak bebas dilakukan tiap 5 hari sekali, bisa bergabung dengan pengukuran TAN atau
diukur tersendiri menggunakan Ammonia Test Kit.
h. Alkalinitas
Alkalinitas adalah jumlah basa yang terdapat dalam air. Basa yang dimaksud adalah
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida (OH-). Alkalinitas menjadi kunci
penting dalam kualitas air karena kemampuannya dalam menyangga perubahan pH karena
penambahan asam, tanpa menurunkan nilai pH. Untuk itu, selain pengukuran alkalinitas
total, diukur pula alkalinitas bikarbonat, yang nilainya distandarkan sama atau sedikit lebih
rendah/kecil dari nilai alkalinitas total ( ≥ 70 persen dari nilai alkalinitas total). Standar nilai
alkalinitas dalam perairan tambak adalah ≥ 80 ) ppm. Jika air tambak mempunyai nilai
alkalinitas dibawah standar, maka yang kita lakukan adalah aplikasi kapur, bakteri pengurai
dan penambahan gas CO2. Pengukuran alkalinitas dilakukan tiap 5 hari sekali.
i. Total Vibrio Count (TVC)
Keberadaan bakteri vibrio dalam perairan tambak, dibedakan dalam dua golongan koloni,
yaitu golongan koloni hijau (green colony) dan golongan koloni kuning (yellow colony).
Untuk mengetahui ke dua koloni tersebut, caranya adalah dengan menumbuhkan bakteri di
plat agar. Hampir semua bakteri vibrio adalah bakteri yang merugikan. Standar TVC dalam
budidaya udang adalah < 2,2 x 103 CFU / ml. Jika perairan tambak mempunyai nilai TVC di
atas standar, kita harus melakukan siphon dan menambahkan probiotik ke perairan tambak.
Pengukuran TVC dilakukan berdasar permintaan ke pihak laboratorium.
j. Jenis dan Jumlah plankton
Dikenal ada dua golongan besar plankton yaitu phytoplankton dan zooplankton.
Phytoplankton adalah jasad renik perairan yang masuk dalam golongan tumbuh-tumbuhan,
sedang zooplankton masuk dalam golongan hewan. Parameter kualitas air ini tercermin dari

30

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


warna dan transparansi perairan. Jika suatu perairan didominansi oleh phytoplankton dari
golongan chlorophyta, maka warna air akan nampak hijau, kalau didominansi oleh diatomae,
maka warna air akan coklat. Fungsi utama dari phytoplankton dalam perairan adalah
pemasok oksigen terbesar, pakan alami dan penjaga kestabilan ekosistim tambak. Dalam
mengelola parameter ini, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membuat jenis
plankton yang beragam, bukan didominansi oleh satu jenis plankton saja. Jika suatu perairan
hanya didominansi oleh satu jenis plankton, kekhawatirannya adalah jika plankton tersebut
terkena gangguan dan mati massal, maka perairan akan menjadi bening. Pengukuran jumlah
dan jenis plankton dilakukan setelah ada permintaan ke pihak laboratorium.
k. Hidrogen sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida (H2S) adalah senyawa yang terbentuk karena adanya ikatan kovalen antara
hidrogen dengan sulfur. Hidrogen sulfida merupakan senyawa yang tidak berwarna, mudah
menguap, sangat beracun, kehadirannya biasanya disertai dengan timbulnya bau seperti bau
telur busuk. Hidrogen sulfida terbentuk dari proses dekomposisi (penguraian) bahan organik
dalam keadaan tidak ada oksige (anaerob). Kondisi anaerob sering terjadi di dasar
tambak/tanah dasar, ditempat itu pula biasanya berlangsung pembentukkan gas hidrogen
sulfida. Bakteri yang berperan dalam pembentukkan gas ini adalah Desulfovifrio
desulfuricant, dalam kondisi anaerob aktivitas bakteri ini akan terpacu mereduksi sulfida
menjadi H2S.
l. Nitrite (NO2)
Di perairan alami, nitrite (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrate (NO3) karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Nitrite (NO2 ) merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amoniak dan nitrate
(nitrifikasi), dan antara nitrate dan gas nitrogen (denitrifikasi). Sumber nitrite di lingkungan
tambak berasal dari bahan organik limbah pakan dan plankton mati di dasar tambak. Kadar
nitrite yang lebih dari 0.05 ppm dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat
sensitif.
Faktor Risiko
Parameter-parameter kualitas air tersebut di atas jika tidak dikelola dengan benar akan
menimbulkan risiko sebagai berikut :
a. Transparansi dan warna air
Terjadi blooming plankton dan atau didominansi oleh jenis-jenis plankton yang
merugikan seperti Blue Green Algae dsb. Blooming plankton menandakan bahwa perairan
tersebut didominansi oleh satu jenis plankton, dan mempunyai kecenderungan untuk mati
massal. Hal ini yang tidak kita inginkan, mengingat bahwa kondisi ini akan berakibat
drop DO, penumpukan bahan organik dan udang jadi turun kualitasnya.
b. pH
pH air diluar standar yang ditentukan. Hal ini akan berdampak pada metabolisma udang,
nafsu makan turun dll.
c. Oksigen terlarut
Risiko terbesar dalam kegagalan mengelola parameter ini adalah udang mati massal
karena haemocyanin udang tidak bisa membawa oksigen yang cukup untuk diedarkan ke
seluruh tubuh.

31

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


d. Salinitas
Selain seperti yang telah dijelaskan dalam deskripsi di atas, nilai salinitas yang tinggi akan
membuat udang gagal molting yang berakibat udang akan kuntet, ditumbuhi teritip
bahkan kematian.
e. Suhu
Jika suhu perairan rendah (< 28 0C), maka udang tidak mau makan karena proses
metabolismenya terhambat, namun jika suhu perairan terlalu tinggi (> 30 0C), maka
proses metabolisme udang akan meningkat dan beban insang untuk membuang hasil
ekskresi cair tubuh yang berupa NH3 , akan meningkat.
f. TAN dan NH3
Sifat udang yang ammonothelic, menuntut kita untuk meminimalkan kandungan TAN dan
NH3 dalam perairan. Dengan kandungan TAN dan NH3 yang tinggi, ditambah dengan nilai
pH dan suhu yang tinggi, maka daya racun amoniak akan menjadi berlipat. Resiko
terbesarnya adalah udang keracunan amoniak sehingga berenang tidak tentu arah dan
akhirnya mati.
g. Alkalinitas
Jika alkalinitas berada di bawah standar yang ditentukan, maka tidak ada lagi unsur yang
dapat menyangga perubahan pH. Dengan demikian maka fluktuasi pH pagi dan siang
akan menjdi tinggi/besar. Nilai maksimal dari fluktuasi pH adalah 0,5. Jika fluktuasinya di
atas itu, maka udang akan kehabisan energi dalam menyeimbangkan nilai pH tubuh
dengan nilai pH lingkungan. Udang akan stres, pertumbuhan lambat, bahkan kematian.
h. Total Vibrio Count (TVC)
Bahaya terbesar dari tingginya kandungan TVC perairan adalah terinfeksinya
hepatopancreas dan haemolymph udang oleh bakteri vibrio. Jika hepatopancreas
terinfeksi, maka sel-sel yang ada akan mengalami pembengkakan dan lemak yang ada
menjadi berkurang atau hilang. Kondisi ini akan membuat udang tidak mau makan. Jika
haemolymph yang terinfeksi, maka bakteri vibrio akan menjalar ke seluruh tubuh. Dengan
terinfeksinya hepatopancreas dan haemolymph maka udang akam menjadi tidak mau
makan, tidak bisa molting, lemah dan akhirnya mati.
i. Jenis dan jumlah plankton
Pada tambak dengan air yang bening pada saat penebaran atau selama proses budidaya
berlangsung, akan memberi peluang pada penyebaran penyakit sehingga produktivitas
akan menurun. Demikian juga dengan perairan tambak yang bening dan muncul klekap
serta alga benang, cenderung mempunyai produktivitas yang rendah, apalagi jika klekap
dan alga benang tersebut mati maka potensi penyerangan penyakit akan menjadi lebih
tinggi. Pada tambak dengan air yang berwarna hijau (keberadaan plankton dari jenis
chlorophyta), cenderung mempunyai produktivitas yang lebih baik dan tingkat risiko
terserang penyakit akan lebih kecil.
j. Hidrogen sulfida (H2S)
Keberadaan gas hidrogen sulfida di perairan menjadi ancaman bagi udang karena
memiliki sifat racun/toksik terhadap udang atau hewan air lainnya. Hal ini terjadi karena
keberadaan hidrogen sulfida mengganggu proses respirasi udang, dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan kematian pada udang.

32

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


k. Nitrit (NO2)
Keberadaan gas nitrit di perairan menjadi ancaman bagi udang karena memiliki sifat
racun/toksik terhadap udang atau hewan air lainnya. Hal ini terjadi karena keberadaan
nitrit mengganggu proses respirasi udang, dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
kematian pada udang.

PARAMETER PAGI SIANG


pH 7.5 – 8.0 8.0 – 8.5
DO ≥ 4.0 ppm ≥ 6.0 ppm
Suhu ≥ 28.0 ⁰C ≥ 30.0 ⁰C
Kecerahan 25 – 60 cm
TAN < 2.0 ppm
NH3 < 0.01 ppm
TVC < 2.2 x 103 CFU/ml
Alkalinitas ≥ 80 ppm
Salinitas 15 – 30 ppt
Plankton Chlorophyta, Diatomae : 50 – 90 %
Dinoflagellata : < 5 %
BGA, Zooplankton : < 10 %
H2 S < 0.01 ppm
NO2 < 0.1 ppm
Tabel. 3.6. Parameter standar kualitas air budidaya udang

Pertumbuhan udang dapat berlangsung maksimal apabila stabilitas ekosistem tambak dapat
terjaga. Kualitas air harus dicek secara berkala dan dicatat pada form monitoring dan atau buku
harian. Penyimpangan nilai paramater kualitas air harus segera diberikan perlakuan agar parameter
tersebut tidak mempengaruhi laju pertumbuhan udang. Pemberian material tertentu diperlukan
untuk memperoleh kualitas air yang sesuai dengan standar optimum budidaya udang. Berikut ini
pemakaian material yang biasa digunakan :
a. Perlakuan kapur
- Dolomit CaMg(CO3) : 25–50 kg / aplikasi
- Ca(OH)2 : 100 kg/minggu
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menjaga kestabilan alkalinitas dan pH perairan
Semua perlakuan diatas melihat kondisi kualitas air tambak.
b. Pemberian Probiotik
- Pro # 14 : 80 liter/minggu
- Super PS : 20 liter/minggu
- Starbio plus : 1 kg / minggu
Perlakuan pemberian probiotik ini bertujuan untuk menjaga kestabilan ekosistim
mikroba yang ada di dasar tambak.
b. Siphon : minimal 4 jam/minggu.
Aktivitas dimulai setelah umur udang 30 hari.

33

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Tujuan dari aktivitas siphon adalah untuk mengeluarkan endapan bahan organik dan
lumpur yang ada di dasar tambak, agar tidak menimbulkan bahan-bahan beracun seperti
NH3 dan H2S.
d. Perlakuan pemberian pupuk dan bahan kimia
- Urea : 1 ppm (disesuaikan dengan kondisi kecerahan air)
- TSP : 0.5 ppm (disesuaikan dengan kondisi kecerahan air )
- Fermentasi bungkil kacang kedelai : 25 kg/minggu (saat pembentukan warna air).
Tujuan dari perlakuan pemberian pupuk adalah untuk menjaga kestabilan plakton.
Namun perlu diingat, bahwa perlakuan tersebut harus melihat kondisi perairan saat itu.
f. Fermentasi Saponin : 40 liter.
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengontrol pH yang terlalu tinggi dan untuk
membasmi predator berdarah merah seperti ikan liar.
g. H2O2 : 3 ppm / minggu (disesuaikan dengan kualitas air).
Tujuan dari aplikasi H2O2 ini adalah untuk kontrol bakteri yang ada di perairan tambak.
Karena sifat H2O2 ini adalah anti bakteri, maka setelah satu hari dari perlakuan H2O2,
perairan tambak harus diberi probiotik.
Monitoring kualitas air dilakukan secara harian dan berdasarkan data kualitas air 5 harian
dari laboratorium. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan apabila ditemukan penyimpangan nila
parameter kualitas air di luar standar SOP, antara lain :

TROUBLE CAUSATIVE FACTOR TROUBLESHOOTING


pH pagi < 7.0 1. Bahan Organik - Siphon
Tinggi - Ganti Air
- Pengurangan input Bahan Organik
- Aplikasi CaOH2 50 kg atau dolomit 100
kg per hari.
2. Plankton Drop - Ganti air
- Urea 0.5 – 1.0 ppm
1.Blooming - Ganti Air
Plankton - Parsial Droping plankton dengan H2O2 3
– 5 ppm
- Parsial Droping plankton dengan BKC 1
– 2 ppm
2. Blooming BGA - Siphon
- Ganti air
- Maksimalkan operasional kincir
- Naikkan konsentrasi N dengan Urea
pH Pagi > 8.0 0.5 – 1 ppm
- Parsial Droping dengan H2O2 3 –5
ppm
- Parsial Droping dengan BKC dengan
dosis 1 – 2 ppm
3. Respirasi Rendah - Aplikasi pro # 14 80 lt per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per
minggu

34

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


4. Pengapuran - Stop Pengapuran
Berlebih - Ganti air
- Aplikasi Pro# 14 80 lt per minggu

pH Siang < 8.0 1. Fotosintesa - Ganti air


Rendah - Pupuk urea 0.5 – 1. 0 ppm
2. Perlakuan Bahan - Hentikan perlakuan kimia
Kimia - Ganti air
3. Kebanyakan ganti - Stop ganti air
air
pH Siang > 8.5 1. Fotosintesa tinggi - Ganti air
- Parsial droping plankton dengan 3 –
5 ppm H2O2, BKC 1 – 2 ppm
- Kurangi operasional kincir
2. Alkali rendah - Aplikasi pro #14 80 lt. per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu
- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
3. Pengapuran - Stop Pengapuran
Berlebih - Ganti air
- Aplikasi Pro# 14 80 lt per minggu
Fluktuasi pH > 0.5 Alkali Rendah - Aplikasi Pro#14 80 lt per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu
- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
- Aplikasi Dolomit 100 kg per hari
DO Pagi < 4.0 ppm 1. Bahan Organik - Ganti air
atau DO Siang < 6.0 ppm tinggi - Siphon
- Mengurangi input bahan organik
2. Aerasi kurang - Tambah aerasi
3. Fotosintesa - Ganti air
rendah - Pupuk urea 0.5 – 1. 0 ppm
4. Up-welling - Siphon
- Ganti air
- Aplikasi dolomit/ zeolit 5 – 10 ppm
5. Perlakuan kimia - Hentikan perlakuan kimia
- Ganti air
- Tambah aerasi
6. Blooming - Ganti air
Zooplankton
DO Siang > 12 ppm 1. Fotosintesa - Ganti air
Tinggi - Parsial droping plankton dengan: 3 –
5 ppm H2O2, BKC 1 – 2 ppm
2. Blooming BGA - Siphon
- Ganti air
- Aplikasi pupuk urea
Alkalinitas < 80 ppm HCO3 Rendah - Aplikasi pro #14 80 lt. per minggu
- Aplikasi Mollase 3 ppm 2 X per minggu

35

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Aplikasi NaHCO3 50 kg per hari
- Aplikasi Dolomit 100 kg per hari
Alkalinitas > 150 ppm HCO3 Tinggi - Stop pengapuran
- Stop Pro#14
NH3 > 0.1 ppm 1. Kelebihan input N - Stop Pemberian Urea dan Sumber N
lain
- Koreksi pakan per hari
- Ganti air
- Siphon
- Molasses 3 ppm 2X per minggu
2. Fotosintesa - Ganti air
Rendah
3. Mortalitas Udang - Siphon
- Tambah aerasi
- Keluarkan bangkai udang
4. Akumulasi Bahan - Siphon
Organik tinggi - Tambah aerasi
5. Adanya Plankton - Oplos air malam hari
merugikan
(Noctiluca sp)
Transparansi < standar Kepadatan - Urea 0.5 – 1.0 ppm per hari
3
Plankton < 10 - TSP 0.5 ppm per minggu
- Pupuk organik: Fermentasi saponin 50
kg per minggu atau Ferm. BKK 40 kg
per minggu
- Pro #14 80 lt per minggu
- Ganti air
Transparansi > standar 1. Kepadatan - Ganti air
Plankton tinggi - Stop pemupukan
- Parsial Droping plankton dengan: H2O 2
3 – 5 ppm, BKC 1 – 2 ppm
2. TSS tinggi - Ganti air
- Kurangi aerator
- Aplikasi Dolomit 50 – 100 kg per hari
o
Temperatur < 28 C Cuaca Dingin - Turunkan level air sampai 90-100 cm
- Tambah operasional kincir
- Aplikasi Ca(OH)2 100 kg per hari
o
Temperatur > 32 C Cuaca Panas - Naikkan level air sampai 130-140 cm
- Kurangi operasional kincir
- Kurangi pengapuran

36

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Dinoflagellata 5 % & N : P ratio < 10 - Aplikasi urea 0,5 – 1,0 ppm/hari
BGA > 10 % - Stop TSP
- Siphon
- Ganti air
- Parsial Droping plankton dengan H2O2
3 – 5 ppm,
- Parsial droping ; BKC 1 – 2 ppm
- Aplikasi kapur Ca(OH) 2 50 kg per hari

Zooplankton > 10 % Input Bahan - Kurangi input bahan organik


Organik terlalu - Siphon
Tinggi
Chlorophyta & Diatome > 90N : P ratio > 20 - Aplikasi TSP 3 kg per minggu
% - Ganti air
- Droping plankton H2O2 3-5 ppm
- Parsial droping BKC 1 – 2 ppm
TVC/TBC > standar 1. Akumulasi bahan - Siphon
organik tinggi - Ganti air
2. Kepadatan - Aplikasi Pro# 14: 80 lt per minggu
plankton kurang - Tumbuhkan phytoplankton (terutama
Chlorophyta)
Tabel. 3.7. Troubleshooting kualitas air

3.4.2. Pakan dan Manajemen Pakan


Udang termasuk jenis hewan pemakan terus-menerus (continuous feeder), filter feeder dan
pemakan segala, baik dari jenis tumbuhan maupun hewan (omnivora). Pakan udang dapat berupa
pakan alami dan pakan buatan. Manajemen pakan meliputi : Penyimpanan pakan, Metoda
pemberian pakan, pakan bulan pertama (blind feeding), pakan setelah bulan pertama dan kontrol
anco (feed net) . Manajemen pakan merupakan salah satu dari beberapa aspek keberhasilan
budidaya udang. Hal ini karena biaya pakan menempati 60 – 70% dalam perhitungan biaya produksi.
Faktor risiko
- Kualitas pakan yang tidak baik dan kandungan nutrisi yang tidak memadai menyebabkan
pertumbuhan udang tidak optimal.
- Pemberian pakan pada bulan pertama yang tidak optimal berpotensi menyebabkan
udang variasi
- Pemberian pakan yang berlebih pasca bulan pertama menyebabkan dasar tambak kotor,
kualitas air memburuk dan inefisiensi pakan (FCR tinggi)
- Pemberian pakan yang kurang pasca bulan pertama menyebabkan pertumbuhan udang
lambat (tidak optimal) dan bervariasi.
- Ketidak-akuratan cek anco menyebabkan kesalahan dalam perhitungan estimasi pakan.
- Penyimpanan pakan yang tidak baik menyebabkan kualitas pakan turun, kerusakan pakan
dan terkontaminasi patogen maupun bahan kimia.
a. Penyimpanan pakan
Syarat penyimpanan pakan meliputi :
- Tempat dalam kondisi kering, tidak lembab dan berventilasi baik.
- Aman dari gangguan binatang pengerat, unggas dan serangga.
37

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Terlindung dari sinar matahari
- Memakai alas atau landasan (pallet)
- Penumpukan tidak melebihi 10 zak
- Tempat penyimpanan pakan tidak disatukan dengan penyimpanan bahan-bahan
lain misalnya: bahan-bahan kimia, oli, minyak dll. Hal ini untuk mencegah pakan
terkontaminasi oleh bahan tersebut.
- Memakai konsep FIFO (first in first out).
- Lama penyimpanan maksimal 10 hari.
Standar kualitas pakan harus dijaga selama penyimpanan. Standar itu terdiri dari :

NORMAL RUSAK
FISIK FISIK
• Tidak berjamur • Berjamur
• Tidak basah • Basah
• Tidak menggumpal • Menggumpal
• Hancur/berdebu
• Tidak hancur/berdebu
• Bau apek/tengik
• Bau amis
• Kemasan sobek
• Kemasan utuh
WATER STABILITY WATER STABILITY
2 – 3 Jam kurang dari 2 Jam atau
lebih dari 3 Jam
ATTRACTANT ATTRACTANT
Menyengat ( bau yang di Tidak menyengat
sukai)dang)

Tabel. 3.8. Standar kualitas pakan buatan


b. Metoda Pemberian Pakan
- Pemilihan nomor pakan
Nomor pakan diberikan berdasarkan MBW udang

No. PAKAN BENTUK PAKAN MBW (gr) MEREK

01 CRUMBLE 0.01 – 1.0 IRAWAN

01 + 02 CRUMBLE 1.0 – 2.0 IRAWAN

02 CRUMBLE 2.0 – 4.0 IRAWAN

02 + 03 CRUMBLE 4.0 – 5.0 IRAWAN

03 CRUMBLE 5.0 – 7.0 IRAWAN

03 + 04s 7.0 – 8.0 IRAWAN

04s PELLET 8.0 – 11.0 IRAWAN

04s + 04j PELLET 11.0 – 12.0 IRAWAN

04j PELLET > 12.0 IRAWAN

Tabel. 3.9. Kesesuaian nomor pakan dengan MBW udang putih (Litopenaeus vannamei)

38

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Peralihan nomor pakan (oplos pakan)
Peralihan nomor pakan dapat menyebabkan konsumsi pakan turun. Untuk
mencegah hal ini dilakukan pencampuran / pengoplosan pakan. Perbandingan dan
lama pengoplosan pakan tergantung dari variasi udang. Contoh oplos pakan nomor
03 beralih ke nomor 04S dengan frekuensi pemberian pakan 4X per hari :

1 2 3 4
Tanggal
03 – 04S (%) 03 – 04S (%) 03 – 04S (%) 03 – 04S (%)

1 100 – 0 75 – 25 75 – 25 75 – 25

2 75 – 25 75 – 25 * 50 – 50 50 – 50

3 50 – 50 50 – 50 50 – 50 50 – 50

4 50 – 50 50 – 50 * 25 – 75 25 – 75

5 25 – 75 25 – 75 25 – 75 25 – 75

6 25 – 75 * 0 – 100 0 – 100 0 – 100

(* Pakan di ancho anco)


Tabel. 3.10 Contoh Pengoplosan pakan
- Frekuensi
Pakan diberikan (4 – 5) kali dalam sehari

FREKUENSI JAM PEMBERIAN PAKAN

4X 06.30 11.00 16.00 21.00

5X 06.30 10.30 14.30 18.30 22.30

Tabel. 3.11. Frekuensi pemberian pakan dalam 1 hari

Pada kondisi tertentu seperti udang mengambang di permukaan air karena DO


rendah, tidak dilakukan pemberian pakan, karena konsumsi udang terhadap pakan
rendah, jika diberikan akan berdampak terhadap memburuknya kualitas air tambak.
Apabila pakan per hari > 200kg/hari (udang vannamei) dan > 80 kg/hari (udang
Monodon) harus dilakukan penambahan frekuensi pemberian pakan menjadi 5X
dalam sehari.
c. Operasional kincir
Pada budidaya udang Penaeus monodon dan Litopenaeus vannamei ada perbedaan
operasional kincir. Hal ini disebabkab karena perbedaan tingkah laku dan padat tebar.
Kincir tetap dioperasikan 100 persen pada setiap jam pakan pada budidaya udang putih
(Litopenaeus vannamei). Mematikan kincir pada saat pemberian pakan menyebabkan
DO turun yang berakibat pada turunnya nafsu makan dan gangguan metabolisme.

39

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


d. Penimbangan pakan
Pakan yang ditimbang berdasarkan jumlah pakan yang diberikan per jam pakan.
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan alat timbang dengan kapasitas 25 kg
(timbangan posyandu) atau kapasitas 15 kg (timbangan gantung). Penentuan jumlah
pakan yang diberikan berdasarkan takaran tidak diperbolehkan.
e. Feeding area
Pakan ditebar merata di atas feeding area.(lihat gamb 7). Daerah sebaran pakan pada
DOC 1 - 10 berada pada jarak 2 – 4 meter dari tepi dasar tambak, hal ini disebabkan
distribusi benur belum menyebar rata, sedangkan pada DOC > 10 berada pada 2 – 12
meter dari tepi dasar tambak. Pakan ditebar merata diseluruh feeding area, pakan
dalam bentuk crumble (nomor 1, 2 dan 3) sesaat sebelum ditebar dicampur/dibasahi
dengan air, hal ini bertujuan untuk mempercepat tenggelamnya pakan.
f. Pakan di Anco
Pemberian pakan di anco dilakukan setelah penebaran pakan selesai. Pakan ditebar
secara merata di anco, kemudian anco diturunkan perlahan-lahan sampai di dasar
tambak. Posisi anco didasar harus dalam keadaan datar/tidak miring, posisi miring
menyebabkan pakan di anco terkumpul dalam satu sisi. Jika posisi anco miring akan
berpengaruh terhadap kebenaran informasi nafsu makan udang ditambak.
g. Pemberian Pakan Bulan Pertama (Blind feeding)
Pada awal budidaya kebutuhan pakan belum dapat dihitung secara akurat. Pemberian
pakan pada 30 hari pertama berdasarkan estimasi penurunan SR, estimasi MBW dan FR,
dan kecukupan akan pakan alami (fitoplankton dan zooplankton) yang terdeteksi pada
transparansi air tambak.
h. Pemberian Pakan Pasca Bulan Pertama
Sampling MBW udang mulai DOC 30 diperlukan untuk penentuan perhitungan
kebutuhan pakan setelah bulan pertama. Pakan dihitung berdasarkan MBW dan biomas,
selain itu penentuan pakan juga berdasarkan informasi dari pakan di anco. Perhitungan
pakan berdasarkan Biomas dan MBW target pakan dibuat setiap tujuh hari kedepan,
berdasarkan estimasi SR , MBW target dan FR., MBW target didapat dari MBW sampling
ditambah dengan target ADG dalam 7 hari.
GRAFIK PERTUMBUHAN L. vannamei 475,000 ekor/pond

20.00 160.0

18.00 140.0
16.00
120.0
14.00
12.00 100.0
MBW

F/D

10.00 80.0
8.00 60.0
6.00
40.0
4.00
20.0
2.00
0.00 0.0
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92 99 106 113 120
DOC

MBW F/D

Grafik. 3.1. Grafik standar pakan per hari Litopenaeus vannamei

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Perhitungan estimasi kenaikan pakan /hari berdasarkan
FR dengan padat tebar : 475000 ekor
Misalkan pada DOC 60 MBW : 8 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 60 : 95 %
Maka populasi /jumlah udang ditambak : 95% X 475000 = 451250 ekor
Total Biomas : (451250 X 8gr)/1000 = 3610 kg
FR pada MBW 8 gr : 2.79 %
Maka pakan per hari pada DOC 60 : 2.79% X 3610kg = 101kg
Misalnya target penambahan berat
harian (ADG) dari DOC 60 sampai DOC 67 : 0.18 gr/hari
Maka penambahan berat selama 7 hari : 0.18 gr X 7 = 1.26 gr
Target MBW pada DOC 67 : 8 gr + 1.26 gr = 9.26 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 67 : 95 %
Maka populasi /jumlah udang ditambak : 95% X 475000 = 451250 ekor
Total Biomas : (451250 X 9.26gr)/1000 = 4178kg
FR pada MBW 9,26 gr : 2.60 %
Estimasi Total pakan per hari : 2.60 % X 4178 kg = 109 kg
Kenaikan pakan selama 7 hari : 109 kg – 101kg = 8 kg
Rata-rata kenaikan pakan/hari : 8 kg / 7 = 1.14 kg

i. Kontrol anco
Anco dipakai sebagai alat untuk mengetahui kemampuan makan dan informasi
kesehatan udang berdasarkan sisa pakan, kotoran dan kenampakan udang. Anco
ditempatkan di atas dasar tambak yang rata dan bersih. Jumlah anco tergantung dari
luas tambak :

Luas tambak (Ha) Jumlah anco (unit)

0.5 3-4

0.6 – 0.7 4–5

0.8 – 1.0 5–6

Tabel. 3.12. Jumlah anco perluasan tambak budidaya

j. Jumlah pakan dan jam cek anco


Tinggi rendahnya konsumsi pakan udang dilihat dari sisa pakan yang didasarkan pada
waktu dan jumlah pakan di anco.

41

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


MBW Pakan di Anco Cek Anco
(gr) % Total pakan (jam)
2–5 0.5 2.0
5–8 0.8 2.0
8 – 10 1.0 1.5
10 – 12 1.2 1.5
> 12 1.5 1.5

Tabel. 3.13. Jumlah pakan di anco berdasarkan MBW untuk udang putih L. vannamei

Contoh perhitungan jumlah pakan di anco


dengan tebar 475,000 pls (Litopenaus vannamei)
Misalkan
pada DOC 60 MBW : 8 gr
Estimasi SR berdasarkan empiris
pada DOC 60 : 95 %
Maka populasi udang : 95 % X 475000 ekor = 451250 ekor
Total biomass : (8 gr X 451250) / 1000 = 3610 kg
FR pada MBW 8 gr : 2.79 %
Maka total
pakan per hari : 2.79 % X 3610 kg = 101 kg
Jumlah pakan/waktu
(frekuensi 4X/hari) : 101 kg / 4 = 25.25 kg
Persentase pakan di anco
pada MBW 8 gr : 0.8 %
Jumlah pakan per anco: 0.8 % X (25.25 kg X 1000) = 202 gr

k. Kontrol kemampuan udang makan

Sisa Pakan di Anco Skor Penyesuaian Pakan

Habis 0 Ditambah 5 %

< 10 % 1 Tetap

10 – 25 % 2 Dikurangi 10 %

25 – 50 % 3 Dikurangi 20 %

> 50 % 4 Dikurangi 40 %

Tabel. 3.14. Pengurangan dan penambahan pakan/hari berdasarkan sisa pakan di anco

42

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


l. Penurunan konsumsi pakan oleh udang dipengaruhi oleh faktor-faktor :
- Kualitas air, DO rendah, kandungan amoniak tinggi dan plankton mati massal.
- Cuaca, hujan deras, mendung berkepanjangan.
- Kondisi dasar tambak, kondisi dasar tambak kotor (lumpur tebal dan menyebar).
- Temperatur, suhu rendah ( < 27 0C) dan suhu tinggi ( > 33 OC).
- Kualitas pakan, attractant kurang baik, tekstur terlalu keras dan sebagainya.
- Periode molting masal, biasanya terjadi pada bulan purnama ( full moon) dan pada
bulan mati, periode ini terjadi selama 4 – 5 hari.
- Infeksi Penyakit, virus, bakteri, protozoa, alga dan jamur.
- SR rendah, jika penurunan pakan bukan karena lima factor diatas, kemungkinan
besar populasi berkurang, segera dilakukan sampling populasi (lihat bab sampling)
untuk menentukan kebutuhan pakan yang sebenarnya.
3.4.3 Manajemen Dasar Tambak
Manajemen dasar tambak adalah suatu tahapan proses budidaya yang bertujuan untuk
membersihkan dasar tambak guna memperluas areal bersih bagi udang dan mengurangi senyawa-
senyawa kimia yang bersifat racun (misalnya H2S, NH3 dan CH4) yang berasal dari limbah tambak.
Manajemen dasar tambak meliputi kegiatan tata letak kincir, aktivitas sipon dan perlakuan bakteri
pengurai. Limbah tambak sebagian besar berupa bahan organik yang mudah terdegradasi
diantaranya berasal dari :
- Akumulasi sisa pakan
- Bahan-bahan fermentasi
- Kotoran udang dan organisme mati seperti plankton, lumut, udang, kerang, siput dan lain-
lain
Pada budidaya udang sistem intensif, akumulasi bahan organik yang akan menjadi limbah di tambak
semakin banyak sehingga pengelolaan limbah tambak sangat diperlukan.
Bahan organik yang menjadi limbah harus dibuang melalui aktivitas sipon. Pengaturan posisi
kincir yang tepat diperlukan untuk mengumpulkan lumpur disatu tempat sehingga sipon lebih
efektif (Lihat gamb 57- 58). Jumlah kincir yang diperlukan untuk mendukung kapasitas tersebut
antara 8 -12 HP.
Faktor Resiko
Hal-hal yang timbul apabila manajemen dasar tambak kurang baik adalah : Limbah dapat
menciptakan kondisi anaerob di dasar tambak yang dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah
gas-gas beracun seperti NH3, H2S dan CH4 sehingga menyebabkan kematian massal udang.
Limbah di dasar tambak akan meningkatkan populasi bakteri pathogen yang dapat menurunkan
DO sehingga mengakibatkan kematian udang. Bakteri pathogen dapat mengakibatkan tail rot,
berlumut dan insang hitam. Hal ini menyebabkan kualitas udang turun. Limbah tambak dapat
mengganggu proses panen sehingga udang banyak tertinggal di dasar tambak dan udang berbau
lumpur (muddy smell).
a. Tata Letak Kincir
Terdapat dua tipe tata letak kincir :
- Arus melingkar (circular)
Posisi kincir letaknya persegi dari satu kincir ke kincir yang lain supaya membentuk
gerakan arus melingkar sehingga konsentrasi kotoran ada di tengah dasar tambak.
Selanjutnya kotoran dapat disipon secara efektif.

43

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Arus kupu-kupu (Butterfly)
Posisi kincir membentuk dua lingkaran arus yang mengumpulkan lumpur pada dua
tempat. Hal ini memudahkan dalam proses pembuangan lumpur. Posisi ini sangat
tergantung pada konstruksi tambak.
b. Sipon Dasar Tambak
Sipon merupakan kegiatan membuang limbah tambak secara mekanis. Pada
budidaya udang P.monodon diperlukan sipon minimal empat jam per minggu
sedangkan pada L vannamei minimal enam jam per minggu. Sipon dimulai dari DOC
40 dan dilakukan pada siang hari saat cuaca cerah.
c. Peralatan Sipon
Alat Sipon terdiri dari 2 jenis
- Alat sipon yang menggunakan sistem grafitasi dengan menggunakan pipa dan selang
sipon.
- Alat sipon yang menggunakan mesin sipon.
d. Prosedur Kerja
- Pada P. monodon, matikan semua kincir sedangkan pada L vannamei kincir di area
feeding tetap dioperasikan.
- Cek dasar tambak untuk mengetahui posisi, ketebalan serta sebaran lumpur di dasar
tambak.
- Buat peta sebaran lumpur untuk menentukan prioritas sipon.
- Pasang peralatan siphon
- Lakukan sipon dengan menggunakan pompa sipon atau dengan cara gravitasi.
- Buang lumpur ke luar tambak melalui pipa sub outlet
- Kembalikan ketinggian air ke posisi semula sebagai pengganti air yang hilang pada
saat sipon.
- Aplikasi kapur untuk mempercepat pengendapan partikel yang melayang dalam
kolom air.
e. Perlakuan Bakteri Pengurai
Untuk membantu proses dekomposisi yang terjadi di dasar tambak, diberikan bakteri
pengurai yaitu probiotik Pro#14, bakteri super PSB dan bakteri starbio plus/super.
- Probiotik Pro#14
Alat dan Bahan : Blong/ember dan Pro#14
Petunjuk Pelaksanaan :
• Siapkan probiotik dalam blong 40 liter
• Tebar secara merata dari atas sampan ke seluruh permukaan tambak.
• Lakukan 2X per minggu dengan dosis 40 liter per aplikasi dari DOC 1 s/d 90.
• Aplikasi dilakukan pada pagi hari.
Dosis yang diberikan 80 liter per minggu dengan konsentrasi bakteri minimal
mencapai > 108 CFU/ml. Perlakuan ini dilaksanakan pada pagi hari.
- Super PS
Alat dan Bahan : Blong/ember, selang dan Super PS

44

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Petunjuk Pelaksanaan :
• Siapkan Super PS dalam blong.
• Tebar secara merata dengan menggunakan selang ke dasar tambak
• Lakukan sekali seminggu dengan dosis 20 liter.
• Aplikasi dilakukan dari DOC 30 s/d panen pada pagi hari.
• Matikan kincir pada saat aplikasi.
• Konsentrasi bakteri minimal 108 CFU/ml.
3.4.4 Manajemen Sampling
Sampling merupakan aktivitas rutin yang dilakukan mingguan untuk mengetahui MBW,
pertumbuhan (ADG), mengestimasi populasi, SR dan biomasa serta mengamati kualitas udang
selama budidaya.
Faktor Risiko :
Aktivitas sampling jika tidak dilakukan akan mengakibatkan kesulitan dalam manajemen pakan,
monitoring kesehatan dan kualitas udang serta penentuan proyeksi panen.
Sampling untuk kontrol pertumbuhan dan kualitas udang dilakukan seminggu sekali antara
jam 07.00 sampai jam 09.00 dengan cara dijala.
a. Sampling Pertumbuhan Udang
Alat dan Bahan sampling
- Jala sampling.
- Ember penampung udang.
- Timbangan kapasitas satu kg dengan skala terkecil 20 gram,
- Timbangan kapasitas lima kg dengan skala terkecil 100 gram.
- Kantong strimin .
- Kalkulator dan alat tulis.
- Larutan desinfektan.
Petunjuk Pelaksanaan
- Siapkan alat-alat sampling
- Cuci jala dengan larutan desinfektan.
- Ambil air tambak untuk penampungan udang.
- Lakukan penjalaan hingga mendapatkan udang sebanyak minimal 100 ekor. (Bila
untuk memenuhi jumlah tersebut penjalaan
- harus dilakukan lebih dari satu kali, maka lakukan penjalaan di tempat yang
berbeda).
- Lepas udang dari jala masukkan ke ember penampung
- Masukkan udang ke kantong strimin
- Timbang udang bersama kantong
- Hitung jumlah udang sambil amati kondisi abnormaliti udang (terutama tail rot,
white spot, molting) kemudian kembalikan udang ke tambak. Catat kondisi abnormal
yang paling menonjol.
- Timbang kantong strimin
- Hitung MBW udang dengan rumus :

MBW (gr/ekor) = {(Total berat udang + strimin)- Berat strimin}/Jumlah udang

45

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Hitung ADG dengan rumus :

ADG = {(MBWt2 – MBWt1)}/(t2-t1)

t : DOC pada saat sampling

- Hitung estimasi biomasa dengan rumus :

Biomass (kg) = (Jumlah pakan per hari)/FR (%)

Keterangan :
§ FR% dapat dilihat pada tabel program pakan berdasarkan MBW hasil
sampling.
§ Pakan per hari didapat dari data satu hari sebelumnya
§ Asumsi semua dalam kondisi normal
Dalam kondisi abnormal, maka estimasi SR (berdasarkan hitungan tersebut di atas)
diperbandingkan dengan grafik SR empiris. Jika menggunakan SR empiris, maka
biomasa juga bisa dihitung dari pendekatan sebagai berikut :

Biomass (kg) = {(Jumlah tebar x SR x MBW)}/1000

- Hitung estimasi populasi udang dengan rumus :

Populasi (ekor) = (Biomass/MBW) x 1000

- Hitung SR (Survival Rate) dengan rumus :

SR (%) = (Populasi / Jumlah Tebar) x 1000

- Catat hasil sampling : MBW, ADG, dan hasil estimasi Biomass, Populasi dan SR dalam
form sampling report.
b. Sampling Kualitas Udang
Pengamatan kualitas udang yang baik dapat membantu mengetahui adanya gejala awal
suatu penyakit atau penurunan kondisi kesehatan udang. Sampling kualitas udang P
monodon dan L. vannamei dilakukan setiap sepuluh hari sekali jam 07.00-09.00 mulai
DOC 75 sampai seminggu sebelum panen. Parameter kualitas udang L. Vannamei yang
diamati sebagai berikut :
- Warna
- Black Mark
- Bruise
- Super Soft Shell
3.4.5 Monitoring Kesehatan Udang
Monitoring kesehatan udang merupakan cara untuk mengamati beberapa perubahan yang
terjadi pada udang dibandingkan dengan kondisi normalnya. Perubahan ini sering disebut dengan
tanda-tanda umum penyakit udang. Ciri–ciri udang sehat adalah :
- Pergerakan udang aktif

46

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


- Anggota tubuh lengkap
- Warna kulit cerah dan bersih
- Insang berwarna kemerahan dan cerah
- Usus penuh dan tidak terputus-putus
- Ekor udang utuh
- Kotoran udang panjang-panjang
Faktor Risiko
Apabila tidak dilakukan monitoring terhadap parameter kesehatan udang maka dikhawatirkan
penyakit udang akan cepat merebak dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Monitoring kesehatan udang dilakukan secara visual dan mikroskopik.
a. Pengamatan Secara Visual
Dilakukan setiap saat oleh petambak atau teknisi budidaya yang meliputi :
- Keaktifan Udang
§ Amati tingkah laku udang (Behaviour) pada pagi hari dari atas tanggul
tambak.
§ Pada kondisi normal udang P. monodon hidup didasar tambak, untuk udang
L. vannamei hidup di dalam kolom air.
§ Apabila ditemukan udang konvoi, menempel di dinding tambak, berenang
tanpa arah atau ada gejala-gejala lain di luar kondisi normalnya, besar
kemungkinan udang bermasalah.
§ Lakukan pengamatan pada malam hari sebelum pemberian pakan malam
dengan bantuan lampu senter (lampu sorot).
§ Amati udang pada tepian tambak . Udang sakit akan naik dan berenang
dekat permukaan air pada pinggiran tambak. Udang yang sehat bila terkena
lampu senter akan segera menjahi sumber cahaya dan matanya akan
memantulkan sinar merah. Udang yang sakit memerlukan waktu lebih lama
untuk menghindar dari sumber cahaya dan matanya memantulkan cahaya
yang redup.
- Kelengkapan Anggota tubuh
Amati kelengkapan anggota tubuh udang melalui pemeriksaan udang di anco atau
jala antara lain antena, rostrum, kaki dan ekor.
- Pengamatan warna kulit
Amati warna kulit udang, udang yang sehat mempunyai kulit yang berwarna cerah
dan bersih.
- Pengamatan kondisi insang
Amati warna insang udang. Udang yang sehat mempunyai insang yang berwarna
kemerahan dan cerah.
- Pengamatan usus udang
Pegang udang dan diterawang kemudian amati kondisi usus udang 1 – 2 jam
setelah pemberian pakan. Udang yang sehat, ususnya terlihat penuh dan berwarna
kecokelatan.
- Pengamatan ekor udang

47

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


Amati kondisi ekor udang. Udang yang sehat jika dipegang mudah membuka dan
mengibaskan ekornya.
- Pengamatan kotoran udang
Amati kotoran udang di anco. Udang yang sehat akan mengeluarkan kotoran
berwarna kecoklatan, padat dan panjang-panjang.
b. Pengamatan secara Mikroskopik
Dilakukan oleh staf laboratorium secara rutin atau berdasarkan kondisi khusus udang di
tambak.
3.5 Panen
Panen merupakan tahap akhir dari rangkaian proses budidaya udang di tambak yaitu
pengambilan udang dari tambak yang dijaga kesegarannya untuk kemudian dikirimkan ke Cold
Storage. Persiapan panen dimulai dari penentuan kriteria tambak panen, yang dibedakan menjadi
panen normal, panen abnormal dan panen emergency.
a. Panen Normal
Jika DOC ≥ 105 atau MBW di atas 20 gram untuk Penaeus monodon dan 17 gram untuk
Litopenaeus vannamei.
b. Panen Abnormal
Panen dianggap abnormal jika :
-Mortalitas : terjadi kematian di atas 1000 ekor/hari selama 3 hari berturut-turut
atau 3000 ekor dalam sehari.
- SR rendah : SR udang < 30 % untuk Penaeus monodon dan < 50 % untuk
Litopenaeus vannamei.
- Pertumbuhan lambat : MBW < 15 untuk Penaues monodon dan MBW < 13gram
untuk Litopenaeus vannamei pada DOC ≥ 105
- Pakan turun : Pakan per hari turun > 50% selama 3 hari berturut-turut.
- Infeksi MBV
c. Panen Emergency
Panen dianggap emergency jika :
- Udang terinfeksi WSSV, TSV, Vibrio dan IMNV
- Jika terjadi kematian massal diatas 1000 ekor/hari
- Force Majeur, misalnya: tanggul longsor, listrik padam.
- Plankton drop atau drop DO.
- Mati kincir.
Faktor Risiko
Jika penentuan kriteria panen tidak tepat, akan terjadi kesalahan dalam penanganan panen yang
berakibat turunnya kualitas udang, berkurangnya biomass, sehingga menyebabkan penurunan
keuntungan. Untuk menjaga agar proses panen dapat berjalan cepat, semua prasarana untuk
keperluan panen seperti jembatan sub outlet, jembatan panen dan sub road harus dalam kondisi
baik. Panen yang berjalan lambat akan mengakibatkan kualitas udang menurun.
Secara umum aktivitas yang dilakukan pada persiapan panen normal meliputi penyiapan
data tambak panen dan penyiapan tambak yang akan panen.
1. Penyiapan Data Tambak Panen
Urutan kegiatan penyiapan data tambak panen adalah sebagai berikut :

48

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


a. Pertemuan Dengan Petambak
Lakukan pertemuan dengan petambak 3 minggu sebelum panen atau pada DOC 85.
Kemudian susun jadual panen dalam satu modul yang akan dilaksanakan pada DOC
105–125 hari. Penentuan urutan panen ditentukan oleh pihak teknisi dengan
memperhatikan aspek rugi laba dan kondisi udang.
b. Pertemuan Dengan FSD-Harvesting dan Cold Storage
Lakukan pertemuan di ruang Aquaculture untuk membahas rencana panen normal
3 minggu ke depan (tentatif), 2 minggu ke depan (confirm), dan 1 minggu ke depan
(reconfirm). Siapkan data panen dengan status tentatif dan confirm, meliputi :
alamat tambak, DOC udang dan tanggal panen. Sedangkan untuk data panen dengan
status reconfirm, meliputi : alamat tambak, tanggal panen, DOC udang, estimasi
biomasa, MBW, species, pakan per hari, tipe panen, konstruksi tambak, jumlah
kincir operasi dan warna udang.
c. Pengiriman Data Panen
Kirim data tambak panen harian dengan status reconfirm dua hari setelah
pertemuan dengan FSD-Harvesting dan CSD.
d. Konfirmasi Panen
Lakukan konfirmasi alamat tambak panen selama tiga hari berturut-turut kepada
FSD-Harvesting sebelum hari pelaksanaan panen. Alamat tambak yang diberikan
dapat berubah sesuai situasi di lapangan.
e. Pengiriman Data Panen Emergency
Buat permintaan panen emergency secara lisan secepatnya bila ditemukan tambak
bermasalah (kriteria panen emergency ), kemudian segera kirimkan permintaan
secara tertulis.
2. Persiapan Tambak Panen
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat persiapan tambak yang akan dipanen adalah :
a. Pemeriksaan Sarana dan Prasarana Panen
- Jembatan Sub Outlet , buat Bukti Permintaan Pekerjaan (BPP) pengiriman
kayu ke Pond Maintenance (PM) untuk perbaikan jembatan Sub-outlet yang
rusak pada DOC 90. Perbaikan dilakukan oleh petambak .
- Jembatan Panen, buat Bukti Permintaan Pekerjaan (BPP) perbaikan
jembatan panen yang rusak pada DOC 90. Perbaikan dilakukan oleh PM.
- Sub Road, pantau kelayakan sub-road untuk kelancaran transportasi panen.
- Air di Kanal Suplai, pastikan kanal suplai terisi air penuh untuk digunakan
mencuci udang sewaktu panen.
b. Pemeriksaan Sisa Pakan di Gudang Petambak
Lakukan pemeriksaan sisa pakan di gudang petambak 1 hari sebelum panen. Buat
Bukti Retur yang ditandatangani oleh petambak dan teknisi.
c. Pemeriksaan Kondisi Udang
Lakukan pemeriksaan kondisi udang satu hari sebelum panen untuk memastikan
bahwa udang tidak molting. Lakukan penundaan panen jika ditemukan udang
molting lebih dari 5%.

49

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com


d. Pengawasan Panen
Proses panen di tambak dilakukan oleh tim panen di bawah pengawasan petugas
FSD-Harvesting. Team Aquaculture berwenang untuk menentukan apakah tambak
panen tersebut sudah dapat dianggap selesai atau belum.
§ Lakukan pengawasan panen untuk menentukan proses panen selesai.
§ Tandatangani Bukti Pelaksanaan Panen setelah panen selesai.

50

PDF created with pdfFactory trial version www.softwarelabs.com

Anda mungkin juga menyukai