Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan citra quickbird untuk identifikasi wilayah tambak udang ...................................................................................

(Bayuaji)

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK IDENTIFIKASI WILAYAH


POTENSIAL TAMBAK UDANG DI KABUPATEN BREBES
(Utilization of Quickbird Imagery to Identify Shrimp Pond Area in Determining Potential
Location in Brebes District)

Giri Bayuaji, Astrid Damayanti, Tuty Handayani


Departemen Geografi FMIPA UI
Gedung H, Kampus UI Depok
E-mail: giribayuaji78@gmail.com

ABSTRAK
Budidaya udang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat produktif dalam meningkatkan
kesejahteraan masyrakat pesisir di Kabupaten Brebes. Pada wilayah pesisir Kabupaten Brebes banyak
terdapat budidaya tambak udang yang belum optimal. Banyak budidaya tambak intensif yang
produktivitasnya setiap tahun menurun karena budidaya tambak tersebut belum memenuhi persyaratan
lokasi teknis, fisik dan ekologis yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan wilayah potensi
tambak udang di Kecamatan Pesisir Kabupaten Brebes. Lokasi potensi budidaya tambak udang tersebut
didapatkan dengan menggunakan teknik pemodelan spasial dari Sistem Informasi Geografi (SIG). Analisis
spasial dengan menggunakan metode overlay dipilih untuk mendapatkan hasil yang komprehensif.
Parameter-parameter yang digunakan adalah: Jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari laut, jarak dari
pasar, jarak dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan penggunaan tanah di sekitar tambak. Hasil dari analisis
tersebut akan memberikan informasi wilayah yang berpotensi tinggi, berpotensi sedang, berpotensi rendah
di Kabupaten Brebes. Dalam pemilihan lokasi dengan metode tersebut, dapat dihasilkan juga luasan wilayah
potensi yang dapat dikembangkan. Lokasi yang berpotensi untuk budidaya tambak udang adalah kecamatan
Losari, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Brebes karena memiliki nilai total potensi yang tinggi.
Sedangkan untuk kecamatan Wanasari memiliki nilai potensi yang sedang dan Kecamatan Tanjung memiliki
nilai potensi yang rendah.

Kata kunci : SIG, tambak udang, wilayah potensial

ABSTRACT
Shrimp farming is one of the most productive economic activities in improving the welfare of coastal
communities in Brebes Regency. Many intensive pond cultivation whose productivity decreases every year
because the pond culture has not met the appropriate technical, physical and ecological location
requirements. This study was conducted to determine the potential area of shrimp ponds in the coastal
district of Brebes regency. The location of shrimp farming potential is obtained by using spatial modeling
technique from Geographic Information System (GIS). Spatial analysis using overlay method is selected to
obtain comprehensive results. The parameters used are: The distance from the road, the distance from the
river, the distance from the sea, the distance from the market, the distance from the TPI, and the use of the
land around the pond. The results of the analysis will provide high potential, potentially moderate,
potentially low-potential region information in Brebes District. In the selection of locations with these
methods, can also be generated area of potential that can be developed, so as to optimize the productivity
of shrimp ponds in Brebes Regency. From these parameters the potential locations for shrimp farming are
Losari, Bulakamba, and Brebes sub-districts because they have a high total potential value. While for
Wanasari district has a potential value that is and Tanjung District has a low potential value.

Keywords: GIS, shrimp pond, potential areas

PENDAHULUAN
Budidaya udang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat produktif dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi
sentra budidaya udang dunia. Luas area tambak di Indonesia saat ini sekitar 344.759 ha dengan
produksi sebesar 421.510 ton atau sekitar 39,78% dari potensi lahan yang tersedia, yaitu seluas
866.550 ha dan tersebar di 26 provinsi. (Aljufrizal, 2007) Budidaya tambak di Indonesia
mengalami pertumbuhan kumulatif pada sub sektor perikanan dari tahun sebelumnya, terutama

81
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

bila dibandingkan dengan sektor usaha lain pada perekonomian indonesia. Sektor perikanan
memberikan andil paling besar dalam peningkatan pendapatan negara. Hal tersebut yang memacu
pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tambak udang Indonesia. Pemerintah melalui
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya telah mencanangkan program peningkatan ekspor hasil
budidaya yang dikenal dengan nama Gema Protekan (BPS, 2017).
Kabupaten Brebes terletak di utara Provinsi Jawa Tengah, memiliki panjang pantai ±53 km
yang sebagian besar wilayahnya digunakan untuk usaha pertambakan. Hal tersebut merupakan
potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya tambak udang sehingga menjadi wilayah
sentra budidaya tambak terbesar di Pulau Jawa. Produksi udang di sepanjang wilayah pantai utara
Jawa diperkirakan mencapai 12.726 kg/ha. Kabupaten Brebes berperan dalam produksi tambak di
wilayah pantura jawa dengan produksi mencapai 1.897 Kg/Hektar. Produksi terbesar adalah udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) dan udang windu/Penaeus monodon (DJPB, 2017). Hal tersebut
merupakan potensi besar untuk mengembangkan budidaya tambak udang sehingga menjadi
wilayah sentra budidaya tambak udang.
Metode yang dapat digunakan dalam menganalisis wilayah potensi tambak udang
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografi. Keuntungan dalam menggunakan teknologi ini
adalah dapat dilakukan analisis wilayah potensial dalam waktu yang relatif cepat dengan cakupan
wilayah yang relatif luas serta biaya yang relatif murah (Ahmad, 2014). Di wilayah pesisir
Kabupaten Brebes banyak terdapat budidaya tambak udang yang belum optimal karena lokasi
yang digunakan tidak sesuai dengan persyaratan lokasi dari segi teknis, fisik dan ekologinya.
Penelitian ini menghasilkan informasi berupa wilayah yang berpotensi dijadikan budidaya tambak
udang di Kabupaten Brebes. Untuk membedakan tambak udang, tambak garam dan tambak ikan
dapat dilakukan menggunakan teknik interpretasi citra seperti yang telah dilakukan oleh
Hardjowigeno. Pemanfaatan citra Quickbird untuk pengelolaan wilayah pesisir dapat dilakukan
melalui analisis kewilayahan. Pemanfaatan teknik penginderaan jauh ini sesuai untuk analisis
kewilayahan pada daerah-daerah pesisir tambak udang (Hardjowigeno, 2007).
Setiap daerah memiliki area potensi yang berbeda-beda. Analisis Sistem Informasi Georafi
pemetaan wilayah pesisir bertujuan untuk mengoptimalkan produktifitas udang dengan pemilihan
lokasi yang sesuai. Hanya sebagian besar wilayah pesisir di Indonesia yang dimanfaatkan secara
optimal. Di Kabupaten Brebes banyak budidaya tambak yang belum memanfaatkan Sistem
Informasi Geografi untuk menentukan lokasi yang berpotensi. Citra Quickbird berperan dalam
pemilihan lokasi berpotensi budidaya tambak udang tersebut yang diperlukan untuk
memaksimalkan produktifitas udang di Kabupaten Brebes (Bappeda, 2012). Parameter
penggunaan tanah, jarak dari pasar, jarak dari TPI, jarak dari pantai, jarak dari sungai, jarak dari
jalan digunakan dalam penentuan lokasi budidaya tambak udang dalam menentukan lokasi yang
berpotensi.

METODE
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Pesisir, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
Secara keseluruhan lokasi penelitian berada di jalur pantura, yang terletak antara 6°44’-7°21’ LS
dan antara 108°41’- 109°11’ BT. Sebelah Utara Kabupaten Brebes berbatasan langsung dengan
Laut Jawa, meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan
Wanasari dan Kecamatan Brebes.
Variabel yang dipakai untuk menentukan wilayah berpotensi tambak udang meliputi:
penggunaan tanah, jarak dari TPI, jarak dari pasar, jarak dari sungai, jarak dari jalan, jarak dari
pantai. Semua variabel tersebut diperoleh dari digitasi on screen dan interpretasi citra quickbird
2015 skala 1:250.000 serta menggunakan ArcGIS 10.3. Interpretasi lahan tambak udang, tambak
ikan dan tambak garam dilakukan secara visual dengan menggunakan unsur interpretasi citra
untuk mengenali objek yang terdiri atas: rona dan warna; bentuk dan ukuran; pola; dan
bayangan. Selanjutnya dibuat buffer untuk jarak sungai adalah 500 m, 1000 m, dan 2000 m.
Buffer pada pantai adalah 300 m, 500 m, dan 4000 m. Buffer pada pasar & Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) adalah 500 m, 1000 m, dan 2000 m. Buffer pada jalan yang dipakai adalah 500 m,
1000 m, 200 m.

82
Pemanfaatan citra quickbird untuk identifikasi wilayah tambak udang ................................................................................... (Bayuaji)

Selanjutnya dibuat nilai potensi wilayah tambak udang disusun dalam sebuah matriks. Matriks
tersebut mengandung kriteria-kriteria untuk menentukan skor potensi wilayah tambak udang.
Sistem pemberian skor untuk kriteria potensi tinggi adalah 3, untuk potensi sedang adalah 2 dan
potensi rendah adalah 1. Matriks potensial tambak udang terdiri atas 6 variabel (lihat Tabel 1).
Skor pada setiap parameter diperoleh dengan metode overlay. Pembobotan parameter
penggunaan tanah, jarak dari sungai, jarak dari pantai ditentukan (Syaugy dkk., 2012), sedangkan
bobot jarak dari pantai, pasar, TPI, dan jalan merupakan modifikasi peneliti. Nilai potensi lokasi
merupakan hasil penjumlahan dari perkalian antara skor dengan bobot setiap parameter.
Berikutnya dibuat kelas interval untuk setiap unit analisis (kecamatan) dengan perhitungan
matematis sebagai berikut:

Nilai / = − n .................................................................................................................... (1)



Tabel 1. Matriks parameter potensi lahan tambak udang
Parameter Bobot Potensi Tinggi Skor Potensi Skor Potensi Skor
sedang Rendah
Penggunaan 20* Tambak,Sawah,Hutan 3 Kebun,Hutan, 2 Tambang, 1
Tanah Pantai Mangrove Hutan
Lindung
Jarak dari 20* 0 -500 m 3 500 – 1000 m 2 1000 m – 1
sungai 2000 m
>4000 m
Jarak dari 15* 300 – 500 m 3 500 – 4000 m 2 1000 – 2000 1
pantai m

Jarak dari 15** 0 – 500 m 3 500 – 1000 m 2 1000-2000 m 1


Pasar

Jarak dari 15** 0 – 500 m 3 500 – 1000 m 2 1000-2000 m 1


TPI

Jarak dari 15** 0 – 500 m 3 500 – 1000 m 2 1000-2000 m 1


jalan
Sumber: Hasil Pengolahan penulis

HASIL DAN PEMBAHASAN


Interpretasi dan Identifikasi Tambak

Objek wilayah pesisir di Kabupaten Brebes umumnya terdiri atas tambak, vegetasi magrove,
sawah dan permukiman. Tambak-tambak di wilayah pesisir dapat diidentifikasi berdasarkan data
citra Quickbird tahun 2015 menjadi 3 jenis yaitu tambak ikan, tambak udang dan tambak garam.
Ketiga tambak ini memiliki karakteristik spektral yang berbeda jika dilihat dari sudut pandang
kunci-kunci interpretasi penginderaan jauh (Pantjara dkk., 2008).
Tambak ikan memiliki bentuk persegi dangan ukuran yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tambak udang dan tambak garam. Tambak udang berbentuk persegi dengan ukuran
sedang dan biasanya tersusun rapi. Tambak garam berbentuk persegi berukuran lebih kecil
dengan kenampakan tekstur kasar berwarna putih karena mengandung mineral garam. Dari segi
warna ketiga jenis tambak tersebut juga dapat diidentifikasi dan diinterpretasi. Tambak ikan
berwana biru sampai biru asin atau cyan, tambak udang berwarna biru sampai hitam dan tambak
garam berwana abu-abu sampai putih. Kenampakan perbedaan warna ketiga tambak ini dapat
disebabkan oleh kadar garam air atau kedalaman air (lihat Gambar 1).

83
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

Tambak Ikan Tambak Udang Tambak Garam


Gambar 1. Identifikasi dan interpretasi tambak.

Penggunaan Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes

Semua wilayah utara Kabupaten Brebes yang berbatasan dengan pantai digunakan sebagai
tambak. Pemukiman desa tersebar secara merata di bagian selatannya yang mencakup lima
kecamatan. Sawah dan tegalan lebih mendominasi di bagian selatan Kabupaten Brebes (lihat
Gambar 2). Lokasi yang sudah menjadi tambak udang di wilayah ini sebesar 0,54 km² dari luas
tambak keseluruhan sebesar 2,26 km² (lihat Gambar 2).

Gambar 2. Peta penggunaan tanah Kecamatan Losari,Tanjung, Bulakamba, Wanasari, Brebes.

Pada Gambar 2 menunjukkan jenis penggunaan tanah yang beragam di wilayah pesisir
Kabupaten Brebes. Jenis tanah yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Brebes adalah podsolik
(Map, 2017). Jenis tanah podsolik merupakan salah satu syarat fisik yang sesuai untuk wilayah
budidaya tambak. Kecamatan Losari memiliki luas wilayah 97.018 km². Bagian utaranya
didominasi oleh tambak ikan. Pemukiman desa di kecamatan tersebut tersebar merata sepanjang
aliran DAS Pemali, sedangkan ladang/tegalan mendominasi penggunaan tanah di bagian selatan.
Kecamatan Tanjung memiliki luas wilayah 97.193 km². Tambak udang mendominasi sebagian
besar kecamatan tersebut. Pemukiman di kecamatan tersebut tersebar mengikuti jalan raya

84
Pemanfaatan citra quickbird untuk identifikasi wilayah tambak udang ................................................................................... (Bayuaji)

pantura. Di bagian selatan Kecamatan Tanjung terdapat jenis penggunaan tanah ladang/tegalan
dan kebun campuran. Lokasi Pasar Cigedog dan Pasar Kersana terletak di pemukiman bagian
selatan kecamatan tersebut dekat dengan jalan utama Margasari - Jatibarang. Kecamatan
Bulakamba memiliki luas wilayah sebesar 12.035 km², bagian barat laut juga didominasi oleh
tambak udang, sedangkan di bagian timur pesisir didominasi oleh tambak ikan dan udang. Sawah
dan kebun campuran mendominasi jenis penggunaan tanah. Di Kecamatan Bulakamba, terdapat
TPI Kluwut dan TPI Mina Sari yang letaknya berada di selatan kecamatan tersebut, dekat dengan
pemukiman dan sungai.
Kecamatan Wanasari memiliki luas wilayah sebesar 75.406 km². Wilayah utaranya didominasi
oleh tambak udang sedangkan tambak ikan dan garam hanya sebagian kecil saja. Pemukiman
terletak di wilayah utara yang jaraknya dekat dari lokasi tambak. TPI Sawojajar terletak di wilayah
pemukiman bagian utara Kecamatan Brebes sedangkan Pasar Sitanggal terletak di pemukiman
bagian selatan Kecamatan Wanasari. Kecamatan Brebes memiliki luas wilayah sebesar
97.641 km². Jenis tambak yang mendominasi di kecamatan ini adalah tambak garam. Pemukiman
tersebar mengikuti jaringan jalan raya pantura. Ladang dan sawah mendominasi kecamatan
tersebut.

Jarak sebagai parameter wilayah potensial untuk tambak udang

Jarak dari sungai


Semua kecamatan di wilayah penelitian merupakan bagian dari wilayah DAS Brebes dan DAS
Pemali. Aliran Sungai Brebes dan Pemali tersebut melintasi wilayah pemukiman, sawah dan
tambak. Jarak rata-rata tambak udang terhadap sungai di Kecamatan Losari adalah 87 m; di
Kecamatan Tanjung adalah 382 m; di Kecamatan Bulakamba adalah 760 m; di Kecamatan
Wanasari adalah 714 m dan di Kecamatan Brebes adalah 852 m.

Jarak dari jalan


Terdapat dua ruas jalan yang melintasi wilayah penelitian. Jalan utama pantura raya melintasi
lima kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Brebes di bagian utara, sedangkan Jalan Margasari -
Jatibarang melintasi wilayah selatan Kabupaten Brebes dari Kecamatan Losari sampai Kecamatan
Jatibarang. Jarak rata-rata tambak udang tehadap jaringan jalan di Kecamatan Losari adalah
120 m; di Kecamatan Tanjung adalah 105 m; di Kecamatan Bulakamba adalah 1.024 m; di
Kecamatan Wanasari adalah 3.177 m dan di Kecamatan Brebes adalah 1.024 m.

Jarak dari pantai


Garis pantai di sepanjang Kabupaten Brebes membentang di lima kecamatan. Panjang garis
pantai di wilayah penelitian adalah ± 53 km. Jarak tambak udang tehadap garis pantai di
Kecamatan Losari rata-rata adalah 109 m; di Kecamatan Tanjung adalah 101 m; di Kecamatan
Bulakamba adalah 760 m; di Kecamatan Wanasari adalah 114 m; di Kecamatan Brebes adalah
152 m.

Jarak dari Pasar


Tidak semua kecamatan di wilayah penelitian memiliki pasar. Pasar hanya terdapat di tiga
kecamatan. Di Kecamatan Tanjung terdapat dua pasar yaitu, Pasar Kersana dan Pasar Cigedog; Di
Kecamatan Bulakamba terdapat Pasar Bulakamba dan di Kecamatan Brebes memiliki Pasar induk
kota brebes. Jarak tambak udang tehadap pasar di Kecamatan Losari adalah 7.05 km, Kecamatan
Tanjung: 6,13 km, Kecamatan Bulakamba: 3,43 km, Kecamatan Wanasari: 6,25 km dan
Kecamatan Brebes: 1,76 km.

Jarak dari TPI


Semua kecamatan wilayah pesisir di Kecamatan Brebes memiliki TPI. Pada Kecamatan Losari
terdapat TPI Prapag Kidul; di Kecamatan Tanjung terdapat TPI Krakahan; di Kecamatan
Bulakamba terdapat TPI Mina Saya Sari, TPI Kluwut dan TPI Pulogading. Jarak tambak udang
terhadap TPI di Losari adalah 7,05 km; di Kecamatan Tanjung adalah 6,12 km; di Kecamatan
Bulakamba adalah 3,42 km; di Kecamatan Wanasari adalah 6,25 km; di Kecamatan Brebes adalah
1,77 km.

85
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

Wilayah potensial tambak udang di Kabupaten Brebes

Tabel 1. Wilayah potensi tambak udang di Kecamatan Pesisir Kabupaten Brebes.


Wilayah potensi Luas Wilayah Keseluruhan
Kecamatan
(ha) % (Ha)
Kecamatan Tanjung 230 2% 9.719
Kecamatan Losari 571 6% 9.701
Kecamatan Bulukamba 1.418 13% 10.616
Kecamatan Wonosari 2.963 39% 7.540
Kecamatan Brebes 4.463 46% 9.764
Total Luas Potensi 9.645
Total Luas Kecamatan pesisir 47.340

Berdasarkan Tabel 1. Kecamatan Pesisir di Kabupaten Brebes mempunyai nilai potensi


wilayah yang berbeda-beda. Tabel 1 dapat menjelaskan informasi berupa luas wilayah potensi
yang dapat dikembangkan sebagai tambak udang di Kecamatan Pesisir Kabupaten Brebes.
Berdasarkan perhitungan, skoring x nilai bobot parameter menghasilkan nilai total suatu wilayah.
Nilai total maksimum (Nmaks) yang diperoleh sebesar 2,25 dan nilai minimum (Nmin) sebesar
0,85.

Gambar 3. Wilayah potensi tambak udang di Kecamatan Pesisir Kabupaten Brebes

Interval nilai diperlukan untuk membagi kelas kedalam jumlah kelas yang telah ditentukan.
Klasifikasi nilai total untuk wilayah potensial lahan tambak udang dibagi kedalam tiga kategori,
meliputi: Potensi tinggi, dengan rentang nilai 1,36 – 2,25; Potensi sedang, dengan rentang nilai
0,86 – 1,35; Potensi rendah, dengan rentang nilai 0,00 – 0,85. Ketiga klasifikasi tersebut juga
dilakukan kategorisasi warna untuk menunjukkan perbedaan wilayah potensinya masing-masing.
Warna hijau digunakan untuk menunjukkan wilayah berpotensi tinggi, warna kuning digunakan
untuk menunjukkan wilayah potensi sedang, dan warna merah digunakan untuk menunjukkan
wilayah potensi tinggi, seperti pada Gambar 3.

Wilayah berpotensi tinggi untuk tambak udang

Wilayah yang berpotensi tinggi untuk dijadikan tambak udang terdapat di wilayah yang dekat
dari laut dan dekat dari sungai, hal ini untuk mempermudah perolehan air yang menjadi media
hidup bagi udang. Air diperlukan untuk mengatur kapasitas air pada tambak udang. Jarak lokasi

86
Pemanfaatan citra quickbird untuk identifikasi wilayah tambak udang ................................................................................... (Bayuaji)

tambak dari pantai yang berpotensi tinggi adalah 300 – 500 meter untuk mendapatkan air laut.
Wilayah yang berpotensi tinggi untuk dibangun tambak adalah 50 – 500 meter dari tepi sungai
untuk mendapatkan air sungai. Lokasi tambak yang dekat dengan pasar dan TPI juga memiliki
nilai lokasi yang tinggi karena dapat memasarkan hasil budidaya udang secara efektif. Jarak
tambak yang paling baik terhadap pasar dan TPI adalah 0 - 500 m dan jarak tambak udang
terhadap jaringan jalan yang paling baik adalah 0 – 500 meter.
Wilayah yang berpotensi tinggi untuk tambak udang berada di Kecamatan Losari dengan luas
wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 571 ha dari luas wilayah keseluruhan di kecamatan
tersebut sebesar 9.701 ha. Di Kecamatan Bulakamba dengan luas wilayah yang dapat
dikembangkan sebesar 1.418 ha dari total luas di kecamatan tersebut sebesar 10.616 ha. Di
Kecamatan Brebes dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 4.463 ha (46%)
dengan luas wilayah keseluruhan di kecamatan tersebut sebesar 9.764 ha. Jenis penggunaan
tanah pada kecamatan tersebut juga sangat sesuai yaitu sawah dan tegalan.

Wilayah berpotensi sedang untuk tambak udang

Pada Gambar 3 dari hasil overlay pengolahan SIG tersebut, persebaran lokasi yang
potensinya rendah dikarenakan penggunaan tanah di wilayah tersebut di dominasi oleh kebun
campuran. Parameter penggunaan tanah tersebut kurang sesuai jika dikonversi menjadi lahan
tambak udang karena memiliki faktor fisik yang kurang mendukung seperti yang ditunjukkan
warna kuning pada Gambar 3. Wilayah yang borpotensi sedang berada di kecamatan Wanasari.
Pada Kecamatan tersebut termasuk wilayah berpotensi sedang karena kondisi fisik yang
memungkinkan dilalui DAS Pemali dan DAS Brebes, namun parameter jarak yang mempengaruhi
produktivitasnya kurang sesuai. Wilayah yang borpotensi sedang berada di Kecamatan Wanasari
dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 2.963 ha (39%) dari luas wilayah
keseluruhan kecamatan tersebut sebesar 7.540 ha.

Wilayah berpotensi rendah untuk tambak udang

Area merah menunjukkan wilayah yang berpotensi rendah karena kondisi fisik yang tidak
memungkinkan dilalui aliran DAS Pemali dan DAS Brebes. Juga pada parameter jarak dari
pemasarannya yang kurang berpengaruh dalam penentuan wilayah potensi di Kabupaten Brebes.
Kecamatan Tanjung dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan hanya 230 ha (2%) dari luas
wilayah keseluruhan di kecamatan tersebut sebesar 9719 ha. Di Kecamatan Tanjung jarak lokasi
tambak udang dengan laut >4000 meter. Jarak lokasi tambak udang dengan sungai juga >4000m.
Dari segi pemasaran produksi jarak tambak udang di Kecamatan Tanjung dengan Pasar dan TPI
adalah >2000m. Penggunaan tanah di Kecamatan Tanjung juga didominasi semak belukar
sehingga tidak sesuai untuk mengkonversi lahan dengan tambak udang. Dari parameter-
parameter tersebut maka pada Gambar 3 lokasi yang cocok untuk budidaya tambak udang
adalah kecamatan Losari, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Brebes karena memiliki nilai
total potensi yang tinggi. Sedangkan untuk kecamatan Wanasari memiliki nilai potensi yang
sedang dan Kecamatan Tanjung memiliki nilai potensi yang rendah.

KESIMPULAN
Citra Quickbird dapat digunakan untuk mengidentifikasi wilayah tambak udang di Kabupaten
Brebes. Dari hasil interpretasi citra tersebut didapatkan wilayah tambak udang, wilayah tambak
garam dan wilayah tambak ikan. Hasil interpretasi citra tersebut dilakukan proses overlay
berdasarkan parameter-parameter berikut: Penggunaan tanah, jarak dari jalan, jarak dari sungai,
jarak dari pasar, jarak dari TPI dan jarak dari pantai. Parameter jarak dipilih karena memiliki
peranan penting dalam proses produktivitas budidaya udang dalam pemasarannya. Pemasaran
yang efektif dan biaya produksi yang sedikit sangat menentukan nilai produktivitas budidaya
udang. Penentuan lokasi yang berpotensi tinggi, berpotensi sedang dan berotensi rendah terdapat
di tiga kecamatan pesisir Kabupaten Brebes. Wilayah yang berpotensi tinggi untuk tambak udang
berada di Kecamatan Losari dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 571 ha (6%)

87
Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan

dari luas wilayah keseluruhan di kecamatan tersebut sebesar 9.701 ha. Di Kecamatan Bulakamba
dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 1.418 ha (13%) dari total luas di
kecamatan tersebut sebesar 10.616 ha. Di Kecamatan Brebes dengan luas wilayah yang dapat
dikembangkan sebesar 4.463 ha (46%) dengan luas wilayah keseluruhan di kecamatan tersebut
sebesar 9.764 ha. Kemudian, wilayah yang berpotensi sedang berada di kecamatan Wanasari
dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan sebesar 2.963 (39%) dari luas wilayah
keseluruhan kecamatan tersebut sebesar 7.540 ha. Wilayah yang berpotensi kurang berada di
Kecamatan Tanjung dengan luas wilayah yang dapat dikembangkan hanya 230 ha (2%) dari luas
wilayah keseluruhan di kecamatan tersebut sebesar 9719 ha.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
menyelesaikan tulisan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang sudah
membimbing penyelesaian tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I. (2014). Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Penentuan Kesesuaian Lokasi Perikanan
Budidaya Tambak Ramah Lingkungan di Kabupaten Batang. Semarang: Universitas Diponegoro.
Aljufrizal. (2007). Penentuan Kesesuaian Kawasan Bdidaya Rumput Laut di Kabupaten Lampung Selatan
Provinsi Lampung dengan Sistem Informasi Geografis. Nogor: Institut Pertanian Bogor.
Bappeda. (2012). RKPD Kabupaten Brebes Tahun 2012. Brebes: Badan Pertanahan Daerah.
BPS. (2017). Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan 2013-2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
DJPB. (2017). Grafik Produsen Utama Udang Windu dan Vuname 2013. Jakarta: DJPB.
Hardjowigeno S, W. (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Map, H. W. (2017, October 20). Digital Soil Map of the World. Retrieved from
https://worldmap.harvard.edu/data/geonode:DSMW_RdY:
Pantjara, B., Utojo, Aliman, & Mangampa, M. (2008). Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak di Kecamatan
Watubangga, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Jurnal Ris Akuakultur, 3(1), 123-135.
Syaugy, A., Siregar, V. P., & Risti, E. A. (2012). Shrimps Farms Suitability Evaluation in Cijulang and Parigi,
Ciamis, West Java. Jurnal Perikana dan Kelautan, 3(1), 43-56.

88

Anda mungkin juga menyukai