Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)

Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017


ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi


Geografis untuk Identifikasi Pola Perubahan Budidaya Keramba
Jaring Apung Danau Maninjau

D. M. DRIPTUFANY 1* dan FAJRIN2


1,2
Teknik Geodesi,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Padang 25173
*
Corresponding author: dwidayana@gmail.com

Abstrak: Selain ikan tangkap yang ada, kegiatan yang dilaksanakan sebagian penduduk sekitar Danau
Maninjau adalah pemanfaatan sebagai Keramba Jaring Apung (KJA).Peningkatan jumlah keramba jaring
apung merupakan salah satu bukti sektor perikanan merupakan sektor yang komersial di Kawasan Danau
Maninjau. Sebelum tahun 1992, masyarakat sekitar Danau Maninjau mengandalkan potensi keindahan
hamparan danau sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung.Namun, sejak tahun 1992 masyarakat
mulai beralih memanfaatkan danau ke sektor perikanan budidaya keramba jaring apung sampai
sekarang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan sebaran budidaya keramba jaring
apung Danau Maninjau dari tahun 1996 sampai tahun 2013. Metode yang digunakan untuk melihat
perubahan sebaran keramba jaring apung dilakukan pada tiga hasil klasifikasi independen dengan waktu
yang berbeda dengan teknik penginderaan jauh dan GIS denganmetode Kernel Density.Hasil analisis
menunjukkan bahwa pola perubahan sebaran KJA selama jangka waktu 17 tahun menunjukkan bahwa
lokasi KJA dengan density perubahan yang tinggi berada di lokasi yang berdekatan dengan akses jalan,
sungai dan permukiman. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah KJA berorientasi terhadap
keterjangkauan akses untuk kemudahan pengangkutan sarana produksi dan distribusi produksi dari
budidaya ikan keramba jaring apung.

Kata Kunci : Keramba jaring apung, Danau Maninjau,Penginderaan jauh, GIS, Kernel Density

1. PENDAHULUAN Selain ikan tangkap yang ada,


Salah satu danau penting di kegiatan yang dilaksanakan sebagian
Indonesia yang ada di Sumatera Barat penduduk sekitar Danau Maninjau
adalah Danau Maninjau terletak 0° 17' – adalah pemanfaatan sebagai Keramba
00 7.04" LS dan 100°16’ – 1000 90’ Jaring Apung (KJA) yaitu salah satu
58.0" BT dengan ketinggian 461,5 cara budidaya perikanan air tawar
meter di atas permukaan laut yang dengan mengurung ikan dalam sebuah
merupakan danau tipe vulkanis yaitu keramba. Masyarakat sekitar
berasal dari letusan gunung berapi memanfaatkan Danau Maninjau untuk
(Asnil, 2012). Danau Maninjau budidaya Keramba Jaring Apung sejak
merupakan salah satu dari 15 danau tahun 1992, dan setiap tahunnya terjadi
yang menjadi prioritas di Indonesia. peningkatan jumlah budidaya Keramba
Luas Danau Maninjau sekitar ±99,5 km² Jaring Apung.
atau 9.950 Ha, dengan kedalaman Sejak tahun 1992sampai sekarang
mencapai 157 m (kedalaman rata-rata usaha budidaya ikan dengan sistem
105 m dan maksimal 165 m), dan keramba jaring apung (KJA) semakin
keliling 66 km. Danau Maninjau meningkat. Data yang tercatat pada
berbentuk cekungan yang dikelilingi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
oleh bukit-bukit yang tersusun seperti Agam sekitar 21.608 unit KJA yang
dinding [1]. beroperasi di kawasan Danau Maninjau,
satu petak berukuran 5 x 5 m2.

© 2017 ITP. All right reserved 250 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Berdasarkan data produksi ikan Selain itu, Rochdianto (2005) [6]
KJA tahun 1992-2013 di Dananu menjelaskan bahwa kantong jaring
Maninjau menurut Dinas Kelautan dan terapung atau keramba jaring adalah
Perikanan Agam bahwa jumlah wadah berupa kantong berbahan jaring
produksi ikan Keramba Jaring Apung yang letaknya terapung di permukaan
(KJA) dari tahun ke tahun (1992-2013) air. Komponen-komponen keramba
semakin meningkat seiring dengan jaring apung terdiri dari kerangka atau
meningkatnya jumlah penduduk dan bingkai, pelampung, jangkar, pemberat
jumlah KJA (unit) di Danau Maninjau jaring, penutup kantung jaring,
Kecamatan Tanjung Raya.Peningkatan bangunanfisik dan peralatan pendukung
jumlah keramba jaring apung lainnya.
merupakan salah satu bukti sektor
perikanan merupakan sektor yang
komersial di Kawasan Danau Maninjau.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola perubahan sebaran
keramba jaring apung di kawasan
Danau Maninjau Kecamatan Tanjung
Raya Kabupaten Agam pada tahun
1996-2013.

2. DASAR TEORI Gambar 1. Keramba Jaring Apung

2.1 Ekosistem Danau Keramba jaring apung (Gambar 1)


merupakan sistem budidaya dalam
Danau adalah cekungan yang wadah berupa jaring yang mengapung
terjadi karena peristiwa alam yang dengan bantuan pelampung dan
menampungdan menyimpan air hujan, ditempatkan pada perairan seperti
mata air, rembesan, danair sungai [2]. danau, waduk, sungai, selat dan teluk.
Sifat fisika-kimiawi perairan danau Teknologi budidaya ikan dengan sistem
yang satu denganyang lainnya berbeda KJA telah lama dikenal oleh masyarakat
karena sangat ditentukan oleh faktor- Indonesia. Menurut Ismail et al., [5],
faktor geologi, geografidan kegiatan teknologi ini sudah diterapkan para
manusia di daerah aliran sungainya. petani di Indonesia sejak tahun 1940 di
Sifat fisika-kimiawi perairanini pada beberapa sungai besar dan perairan
gilirannya akan mempengaruhi waduk.
komposisi biota yang ada di dalamnya
[3]. 2.3 Metode Kernel Density
2.2 Perikanan Budidaya Keramba Kernel density adalah model
Jaring Apung perhitungan untuk mengukur kepadatan
secara non-parametrik. Dalam statistik
Dirjen perikanan (1994) [4] istilah non-parametrik pada umumnya
mendefinisikan keramba jaring apung digunakan untuk menjelaskan metode
sebagai tempat pemeliharaan ikan yang perhitungan yang bersifat free
terbuat dari bahan jaring yang distribution. Bentuk persebaran data
memungkinkan keluar masuknya air tidak dijadikan sebagai permasalahan
dengan leluasa, sehingga terjadi yang perlu dipertimbangkan lebih
pertukaran ke perairan sekitarnya [5]. lanjut.

© 2017 ITP. All right reserved 251 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Pada ArcGIS kalkulasi kernel kriteria umum yang dapat dijadikan
density menghasilkan gambaran acuan. Tidak selalu berarti grid dengan
persebaran kepadatan di sekitar fitur ukuran terkecil akan memberikan hasil
point (titik) ataupun line (garis), dengan terbaik karena akan memberikan
demikian bidang (poligon) yang keluaran yang lebih detail. Luasan
diketahui sebagai daerah dengan wilayah studi, kualitas data, jarak antar
volume tertentu perlu di transformasi ke point referensi dan kombinasi volume
dalam bentuk point dan berbasis raster. setiap titik referensi sangat
Secara konseptual, suatu bentuk mempengaruhi keakuratan dan
kurva akan menjelaskan persebaran kedalaman hasil perhitungan.
kepadatan dari suatu volume di titik Terdapat dua hal mendasar yang
atau garis tertentu. Nilai kepadatan akan perlu diperhatikan untuk memahami
tinggi di sekitar titik atau garis. pola persebaran kepadatan berdasarkan
Semakin jauh dari titik atau garis perhitungan kernel density. Pertama
referensi, nilai kepadatan ini akan adalah ukuran grid cell (raster). Seperti
berkurang dan pada jarak tertentu akan telah diungkapkan sebelumnya. tidak
mencapai titik 0. Gambar 2 ada kriteria khusus untuk menentukan
mengilustrasikan bagaimana persebaran ukuran yang teroptimal karena sangat
titik dimana setiap titik memiliki tergantung dengan kualiats/kuantitas
‘volume‘tertentu akan membetuk pola data dan jenis persebaran kepadatan
persebaran sesuai dengan persebaran yang ingin di cari. Dalam hal ini, try
titik-titik referensi. and error melalui pencatatan dalam log
book merupakan metode yang paling
umum digunakan. Kedua adalah radius.
Prinsipnya sama dengan ukuran raster,
perlu dilakukan beberapa ujj coba
dengan radius yang bervariasi untuk
menemukan pola persebaran yang
paling baik. Baik dalam arti terlihat
polanya dan ada dukungan faktor
penjelasnya. Gambar 3
mengilustrasikan pola persebaran dalam
prinsip radius dan ukuran grid cell.

Gambar 2 Ilustrasi pola persebaran


titik-titik (points) referensi (Kloog,
2009) [7]
Karena perhitungan kernel density
dalam ArcGIS ini adalah berbasis raster, Gambar 3 Ilustrasi pola persebaran
maka ukuran grid akan sangat dalam radius dan grid cell
mempengaruhi tingkat kedetailan Source: ArcGIS 9.3 desktop help topic
estimasi hasil perhitungan. Tidak ada (Kloog, 2009) [7]

© 2017 ITP. All right reserved 252 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
3. METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitianyang digunakan
pada penelitian ini adalah pendekatan
keruangan (spatial approach).
Pendekatan keruangan tidak lain
merupakan suatu metode analisis yang
menekankan analisisnya pada eksistensi
ruang (space) sebagai wadah untuk
mengakomodasikan kegiatan manusia
dalam menjelaskan fenomena geosfer.
Alur Kerja Penelitian penelitian
dipaparkan pada Gambar 5.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Gambar 5. Alur Kerja Penelitian
Kawasan Danau Maninjau yang terletak
pada zone UTM 47 Selatan, pada posisi Teknik Pengumpulan Data
koordinat 0° 17' – 0o 7’04" LS dan
Teknik pengumpulan data pada
100°16’ – 1000 90’ 58.0" BT (Gambar
penelitian ini dilaksanakan dalam 3
4).
tahap, yaitu :
1. Koleksi Data Sekunder
Koleksi data sekunder
dimaksudkan untuk memperoleh
data spasial dan data atribut
pendukung penelitian. Koleksi data
sekunder diupayakan dapat
diperoleh pada instansi pemilik data
seperti Dinas Pertanian, Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas
Pendapatan Daerah, BPN,
BAPPEDA, BPS dan BKSDA yang
ada di Kabupaten Agam,
Kecamatan Tanjung Raya serta
instansi terkait lainnya.
2. Ekstraksi Data Citra Penginderaan
Jauh
Pada penelitian ini digunakan data
utama berupa data hasil ekstraksi
dari citra Landsat 5 TM, Landsat 7
Gambar 4 Lokasi Penelitian
ETM dan Landsat 8 OLI. Melalui
data citra ini diupayakan secara
optimal penyadapan data sebaran
keramba jaring apung.

© 2017 ITP. All right reserved 253 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
3. Pengecekan Lapangan dan Keterangan: V= volume di sekitar x
Wawancara N= total titik (sampel)
Guna keperluan survei lapangan k = total sampel dalam
dilaksanakan teknik Sampling radius V
Stratified Purposive. Proporsi
sampel didasarkan pada jumlah grid 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada satuan unit spasial terkecil,
sedangkan pengambilannya diambil 4.1 Sebaran Lokasi Keramba Jaring
secara proporsional terhadap setiap Apung Aktual di Danau
strata unit keramba jaring apung. Maninjau
Survei lapangan dilaksanakan Berdasarkan data dari Dinas
dengan dua cara yaitu Kelautan dan Perikanan tahun 2013,
groundchecking dan wawancara. jumlah keramba jaring apung di sekitar
Cek lapangan pada daerah sampel Danau Maninjau berjumlah 21.608 unit
untuk mengidentifikasi, mengecek dan jumlah pembudidaya sebanyak
kebenaran dan melengkapi data lain 1.341 kepala keluargayang tersebar di
yang diperoleh dari kegiatan delapan nagari yang berada di sekitar
ekstraksi citra. kawasan Danau Maninjau. Jumlah
keramba jaring apung dan pembudidaya
Analisis Pola Perubahan Sebaran keramba jaring apung di Danau
Keramba Jaring Apung Maninjau dapat dilihat pada Tabel 1.
Posisi Keramba Jaring Apung
(KJA) yang diperoleh dari ploting data Tabel. 1. Jumlah Unit dan pembudidaya
lapangan berupa pengambilan titik Keramba Jaring Apung (KJA)
koordinat menggunakan GPS kemudian Di Danau Maninjau Tahun
diolah menjadi data digital dan di plot 2013
ke dalam peta menggunakan software
Jumlah
ArcGis 10.1. Keramba
Jumlah
No Nama Nagari Pembudidaya
Jaring Apung
Untuk menghitung kepadatan KJA (orang)
(Unit)
digunakan metode Kernel Density [7]. 1 Tanjung Sani 8.376 452
2 Sungai Batang 2.538 173
Kernel density adalah model 3 Bayua 1.854 172
perhitungan untuk mengukur kepadatan 4 Koto Kaciak 1.467 60
5 Maninjau 1.980 170
secara non-parametrik. Dalam statistik 6 Koto 4.069 189
istilah non-parametrik pada umumnya Malintang
7 Duo Koto 1.106 87
digunakan untuk menjelaskan metode 8 Koto Gadang 218 38
perhitungan yang bersifat free VI. Koto
distribution. Bentuk persebaran data Jumlah 21.608 1.341
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
tidak dijadikan sebagai permasalahan
Kabupaten Agam (2013); Kecamatan
yang perlu dipertimbangkan lebih
Tanjung Raya (2014)[8,9]
lanjut. Selain itu, sesuai dengan istilah
non-parametrik, perhitungan ini tidak Lokasi keramba jaring apung (KJA)
menggunakan parameter-parameter yang diperoleh dari ploting data
tertentu sebagai tolak ukut perhitungan lapangan berupa pengambilan titik
Formula dasar estimasi kepadatan non- koordinat menggunakan GPS kemudian
parametrik [7] adalah: diolah menjadi data digital dan di plot
ke dalam peta. KJA yang dimaksud
P(x)= k/NV
dalam penelitian ini adalah beberapa

© 2017 ITP. All right reserved 254 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
kumpulan KJA dalam areal 150 m2
dimana 1 titik di peta mewakili
beberapa KJA di lapangan, sehingga
saat di input ke dalam peta menjadi 1
titik saja. Sebaran lokasi KJA aktual
tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar
6.
Berdasarkan hasil analisis data dari
interpretasi citra dan ploting area
menunjukkan bahwa keramba jaring
apung tahun 2013 umumnya
mengelompok hampir di setiap tepian
Danau Maninjau dengan jarak terdekat
15 m dari tepian danau hingga 200 m ke
tengah danau. Dilihat dari hasil
interpretasi citra dan observasi
lapangan, sebaran KJA telah mencapai
jarak terjauh dari tepi danau lebih dari
500 m ke tengah danau. Berdasarkan
hasil wawancara di lapangan,
pembudidaya KJA lebih memilih lokasi Gambar 6. Sebaran Lokasi Keramba
dekat dengan tepi danau karena Jaring Apung Aktual (2013)
mempertimbangkan akses ke darat yang Kawasan Danau Maninjau
dekat agar tidak memerlukan alat
transportasi (boat) menuju lokasi KJA 4.2 Perkembangan Perikanan
miliknya sehingga biaya proses Keramba Jaring Apung di Danau
produksi akan terhemat. Namun, lokasi Maninjau Kecamatan Tanjung
KJA yang berada kurang dari 100 meter Raya Tahun 1996-2013
di tepi perairan danau tersebut
berbenturan dengan Keputusan Presiden Berdasarkan data dari Dinas
Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kelautan dan Perikanan tahun 1996,
Pengelolaan Kawasan Lindung dan 2004 dan 2013, jumlah Keramba Jaring
Peraturan Bupati yang Nomor 22 Tahun Apung di sekitar Danau Maninjau terus
2009 tentang Pengelolaan Danau mengalami peningkatan.Pada grafik
Maninjau. Gambar 7 dapat dilihat bahwa jumlah
KJA terus meningkat dari tahun 1996
Dilihat dari peta sebaran lokasi sampai tahun 2013.
KJA tahun 2013 menunjukkan bahwa
sebaran KJA dengan konsentrasi tinggi
tersebar di sebelah Barat yaitu di Nagari
Tanjung Sani dan Utara Danau
Maninjau yaitu di Nagari Koto Gadang
IV Koto, Koto Kaciak, Duo Koto dan
Nagari Bayua.

© 2017 ITP. All right reserved 255 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Perkembangan Perikanan Budidaya


muncul jalan-jalan kolektor akses
Keramba Jaring Apung di Kawasan menuju tepi danau sejalan dengan
Danau Maninjau Tahun 1996-2013 pertumbuhan lokasi KJA dari tahun
1996-2013.
30000
Jumlah (Unit)

20000 Selain pertimbangan aksesibilitas,


10000 pertimbangan pemilihan lokasi juga
Jumlah KJA
0 harus mempertimbangkan lokasi yang
Perkembangan tidak berbenturan dengan kepentingan
1996
2004
2013

lain seperti keberadaan PLTA di Danau


Tahun Maninjau yang memiliki fungsi vital.
Dilihat dari pola perubahan sebaran
Sumber: Hasil Olahan Data dari Dinas keramba jaring apung, pertumbuhan
Kelautan dan Perikanan Kab. Agam (2013) KJA telah meluas mendekati zona 200
Gambar 7.Grafik Perkembangan Jumlah meter dari lokasi PLTA dimana lokasi
Keramba Jaring Apung Keramba Jaring Apung keramba jaring apung telah mencapai
Tahun 1996-2013 Kawasan Danau Maninjau jarak 162 meter dari PLTA. Dari hasil
analsisi terdapat Hal ini dapat
Berdasarkan hasil interpretasi citra berdampak pada operasional PLTA
dan hasil data lapangan, maka diperoleh sebagai sumber energi di Kecamatan
pola perubahan sebaran keramba jaring Tanjung Raya khususnya dan Sumatera
apung (KJA) tahun 1996-2013 seperti Barat umunya,menunjukkan bahwa
yang tertera pada Gambar 8.Analisis pembudidaya KJA di danau Maninjau
pola perubahan sebaran lokasi KJA kurang mempertimbangkan aspek
pada penelitian ini dipengaruhi kesesuaian lokasi KJA dan lingkungan.
beberapa faktor yaituaksesibilitas (jarak
ke sungai, jarak ke jalan, dan jarak ke Dari hasil analisis data dan
PLTA) dan batasan kebijakan observasi lapangan bahwa pola sebaran
pemerintah setempat (zona KJA KJA juga mengelompok di dalam zona
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 100 meter dari tepi danau yang
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan merupakan kawasan yang dilindungi
Kawasan Lindung dan Peraturan Bupati sesuai dengan Keputusan Presiden
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Danau Maninjau yaitu 100 Pengelolaan Kawasan Lindung dan
m dari tepi danau). Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Danau Maninjau.
Dilihat dari pola perubahan sebaran Berdasarkan analisis dan wawancara di
KJA tahun 1996-2013 terhadap faktor- lapangan dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi persebaran pembudidaya KJA di Danau Maninjau
lokasi KJA dengan kerapatan jumlah lebih berorietasi kepada nilai komersil
KJA tinggi berada di lokasi yang KJA dan kurang mempertimbangkan
berdekatan dengan akses jalan, sungai syarat-syarat lokasi potensi KJA.
dan permukiman.Hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan jumlah KJA
berorientasi terhadap keterjangkauan
akses untuk kemudahan pengangkutan
sarana produksi dan distribusi produksi
dari budidaya ikan keramba jaring
apung.Hal ini juga diperjelas dari hasil
observasi lapanganbahwa banyak

© 2017 ITP. All right reserved 256 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
4. Direktorat Jendral Perikanan. 1994.
Ujicoba Jaring Apung (floating cages).
5. Ginting, O. 2011.Studi Korelasi
Kegiatan Budidaya Ikan Keramba
Jaring Apung dengan Pengayaan
Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan
Klorofil-a di Perairan Danau
Toba.Medan : Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
6. Rochdianto, A. 2005.Budidaya Ikan di
Jaring Terapung.Jakarta : Penebar
Swadaya.
7. Kloog. 2009. Using kernel density
function as an urban analysis tool:
Investigating the association between
nightlight exposure and the
incidenceof breast cancer in Haifa,
Israel. Computers, Environment and
Urban Systems, 33, 55–63
8. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Agam (2013)
9. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kecamatan Tanjung Raya (2014)
Gambar 8. Pola Perubahan Sebaran
10. [Kemen-LH] Kementerian Negara
Lokasi Keramba Jaring Apung Tahun LingkunganHidup. 2008. Konsep
1996-2013di Danau Maninjau pedoman umum pengelolaan ekosistem
danau. Jakarta. 125 hlm.
4. KESIMPULAN 11. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Pola perubahan sebaran KJA Lindung
selama jangka waktu 17 tahun 12. Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun
menunjukkan bahwa lokasi KJA dengan 2009 tentang Pengelolaan Danau
density perubahan yang tinggi berada di Maninjau
lokasi yang berdekatan dengan akses
jalan, sungai dan permukiman.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. [KLH] Kementerian Lingkungan


Hidup. 2011. Profil 15 Danau
Prioritas Nasional. Jakarta. 143 hlm.
2. Hehanussa P.E dan Haryani G.S.
2001.Kamus limnologi (perairan
darat).IHPUNESCO.LIPI.
3. Rusma GN. 2008. Kajian Ekologi
sumberdaya Wisata Perairan Danau
Kawah Galunggung, Tasikmalaya,
Jawa Barat [Skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan,

© 2017 ITP. All right reserved 257 DOI 10.21063/SPI3.1017.250-257

Anda mungkin juga menyukai