1)
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Bone
2)
Departemen Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara panjang atraktor rumpon,
kedalaman perairan, dan jarak rumpon dari garis pantai dengan produktivitas purse. Metode
survei dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer meliputi: titik koordinat lokasi
rumpon, panjang atraktor, kedalaman perairan dan jarak rumpon dari garis pantai terdekat
dan produktivitas jumlah hasil tangkapan purse seine setiap hauling serta data tambahan
melalui wawancara dengan nelayan purse seine. Data sekunder berupa peta lokasi penelitian
dan data statistik dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bone. Data diolah dengan
menggunakan program Excel dan ArcGIS 10.1 yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk
deskriptif (Peta dan grafik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 107 unit rumpon berhasil
dipetakan di perairan Teluk Bone. Hubungan antara panjang atraktor dan kedalaman perairan
dengan produktivitas purse seine tidak signifikan, dan tidak hubungan antara jarak rumpon
dari garis pantai dengan produktivitas purse seine. Produktivitas purse seine tertinggi
diperoleh pada rumpon kode A2B2C1.
ABSTRACT
The objective of study is to analyze the relationship between the length of rumpon
attractor, depth, and the distance of rumpon from the shoreline with purse seine
productivity. Survey Methods was conducted by collecting primary data covering; the
coordinates of rumpons location, attractor length, water depth, the distance of rumpon from
the nearest shorelines and productivity of purse seine catches every hauling as well as
additional data through interviews with purse seiners. Secondary data are research location
map and fisheries statistical data from the Department of Marine and Fisheries Bone Regency.
The data was processed by using the program Excel and ArcGIS 10.1 were then visualized in
the form of descriptive (maps and graphs). The results showed that 107 units of FADs
successfully mapped in the Bone Bay. The relationship between the length of rumpon attractor
and water depth with purse seine productivity is insignificant and no relationship between the
distance of rumpon from the shoreline with purse seine productivity. The highest productivity
of purse seine was found in the rumpon by code A2B2C1
10
11
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
7.5
8.5
9.5
1
9
0
10.5
11.5
Panjang Atraktor Rumpon (m)
280
260 265.000
Produktivitas purse seine (Kg)
252.500 250.000
240
220
200
180
160
140
120
100
80
60 R² = 0.0189
40
20
0
400
100
200
300
500
600
700
800
900
0
1000
1600
1100
1200
1300
1400
1500
1700
1800
1900
2000
2100
2200
2300
2400
2500
Kedalaman perairan di rumpon (m)
280
Produktivitas purse seine (Kg)
260 265
252.50
240
220 222.50
200
180
160
140
120
100
80 R² = 0.0003
60
40
20
0
7
0
1
2
3
4
5
6
8
9
15
24
32
40
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
33
34
35
36
37
38
39
Jarak Rumpon dari Pesisir (nm)
120.00 118.75
100.00
80.00
65.17 66.11
60.00
46.46
40.00 39.27
30.00
20.00 18.33 15.00
0.00
A1B3C3 A1B3C2 A2B3C3 A2B3C2 A2B2C1 A2B1C2 A3B3C2 A3B3C3
Kode Rumpon
tersebut (penelitian Josse et al., 1999; Josse keduanya, namun alasan yang
et al., 2000; Shainee & Leira, 2011; Capello dikemukakan oleh Capello et al (2012),
et al., 2012). Asumsi bahwa semakin tentang bentuk (shape) dari FAD yang
panjang tali atraktor maka semakin banyak dalam kasus panjang atraktor rumpon di
pula material atraktor yang bisa dipasang Kabupaten Bone beserta unsur partikel
sehingga semakin banyak dan beragam mikroorganik di sekitarnya bisa menjadi
kehidupan yang bisa terakomodir sejalan upaya pembuktian di masa mendatang.
dengan dua dari tiga alasan yang diajukan Faktor kedalaman perairan di
oleh Capello et al (2012), dalam melihat rumpon lebih banyak didasarkan pada
dominasi frekuensi kunjungan sampel Selar pemahaman dasar tentang relung
Bentong (Big eye scad) pada salah satu kehidupan dan tingkah laku spesies-
FAD dalam penelitiannya. spesies ikan (fish behaviour) pada level-
Jumlah hasil tangkapan terbesar level kedalaman tertentu disekitar rumpon.
diperoleh pada atraktor dengan panjang Faktor kedalaman perairan ini tidak
10 m. Menurut Kawamura et al (1996), terlepas pula dari pemahaman bahwa
kedalaman atraktor (appendage) 10 m habitat ikan pelagis sangat dipengaruhi
merupakan kedalaman yang ideal karena oleh parameter oseanografi, suhu perairan
pada level kedalaman tersebut perairan permukaan dan konsentrasi klorofil-a
cenderung lebih cerah atau tidak keruh (Safruddin, 2013). Sudah diketahui pula
karena jauh dari gejolak fisik dipermukaan bahwa masing-masing spesies ikan
akibat dari gelombang dan angin. menempati ruang atau punya kedalaman
Memang disadari hal ini memang belum renang (swimming layer) tertentu dalam
menjelaskan hakekat hubungan diantara ruang perairan. Representasi dari
kedalaman renang ini tampak pada data terkait (penelitian Mustasim, 2007;
pergerakan ikan baik secara horizontal Indrayani et al., 2012; Safruddin, 2013;
(konstan pada kedalaman tertentu) Zainuddin et al., 2013). Cara seperti ini
maupun vertikal (Kawamura et al., 1996; diperlukan agar diperoleh gambaran yang
Josse et al., 2000). lebih terproyeksi dalam melihat suatu
Jumlah hasil tangkapan tertinggi hubungan. Penelitian rumpon ini mencoba
sebesar 265 Kg berada pada skala mengintegrasikan faktor panjang atraktor
kedalaman 2276,7 m. Kondisi ini justru rumpon (kode A1, A2 atau A3), kedalaman
berbeda dengan temuan Safruddin (2013), perairan di rumpon (kode B1, B2 atau B3)
di perairan Pangkep, bahwa hasil dan jarak rumpon dari garis pantai (kode
tangkapan untuk spesies Layang C1, C2 atau C3) untuk mengidentifikasi
kebanyakan tertangkap pada skala sampel rumpon di lapangan. Performa
kedalaman < 150 m. Perbedaan temuan terbaik yang ditunjukkan oleh rumpon
penelitian ini dengan temuan Safruddin dengan kode A2B2C1 dapat menjadi
(2013), kemungkinan terletak pada informasi penting bagi nelayan dalam
keberadaan rumpon itu sendiri, pemanfaatan rumpon yang baik dengan
sebagaimana pendapat Dempster (2004), ketentuan sesuai dengan peraturan
bahwa FADs buatan manusia dewasa ini menteri. Namun karena tidak sesuai
telah menarik dan mengumpulkan ikan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
dalam jumlah dan keanekaragaman yang Perikanan dalam Permen-KP No. 42 Tahun
sangat besar. 2014 tentang Jalur Penangkapan dan
Kelimpahan sumberdaya ikan pada Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan
suatu titik lokasi sebenarnya tidak identik Alat Bantu Penangkapan Ikan dalam
dengan jarak titik lokasi tersebut dari garis Wilayah Negara Republik Indonesia maka
pantai. Temuan Dempster (2004), dapat dialihkan ke rumpon yang berkode
membuktikan bahwa kelimpahan Dolphin A3B3C3 sebagai rumpon dengan
fish (Corryphaena hippurus) dan King fish produktivitas tangkapan tertinggi setelah
(Seriola lalandi) tidak terlalu dipengaruhi A2B2C1. Rumpon dengan kode A3B3C3
oleh posisi geografis FADs tetapi lebih adalah rumpon dengan panjang atraktor di
dipengaruhi oleh faktor musim seperti atas 10 m, kedalaman perairan di atas 200
perubahan suhu permukaan laut yang ada m dan jaraknya dari garis pantai terdekat
di suatu perairan. Selain itu, temuan di atas 12 mil laut.
Ibrahim et al (1990), menunjukkan bahwa
sebagian besar ikan menganggap rumpon KESIMPULAN
(FADs) sebagai rumah karena familiar
dengan kondisi yang ada di sekitarnya dan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
faktor substansi kimia pula dianggap dapat disimpulkan bahwa panjang atraktor
berkonstribusi besar dalam rumpon dan kedalaman perairan dengan
mengumpulkan ikan-ikan tersebut pada produktivitas purse seine tidak signifikan
rumpon. berpengaruh, sedangkan jarak rumpon
Klasifikasi rumpon berdasarkan dari garis pantai dengan produktivitas
faktor fisik yang melekat pada rumpon purse seine tidak ada hubungan. Rumpon
sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya dengan kode A2B2C1 adalah rumpon
serupa dengan metode di beberapa dengan produktivitas tangkapan tertinggi,
penelitian oseanografi perikanan yang namun yang terbaik dan layak
mencoba menginterpolasi beberapa data-