Anda di halaman 1dari 9

Distribusi Target Strength Ikan Pelagis Berdasarkan Deteksi Hidroakustik di Perairan

Malang Rapat Kabupaten Bintan


Rahima Zakia
Nim. 2200020001
Magister Ilmu Lingkungan

Abstrak
Malang Rapat merupakan sebuah kawasan yang terletak di sebelah timur Pulau Bintan.
Sebagai bagian dari masyarakat pesisir, perikanan merupakan sektor utama pendapatan
masyarakat di Malang Rapat. Teknologi hidroakustik merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi dan mengamati parameter fisik dan biologi dengan mengukur intensitas echo
yang dipantulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai target strenght ikan pelagis
dan mengetahui estimasi panjang ikan di perairan Malang Rapat, Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau pada tanggal 24 September 2016 dengan menggunakan scientific
echosounder Simrad EK15. Hasilnya menunjukkan bahwa target strenght ikan pelagis di
Malang Rapat adalah -70 dB hingga -46 dB. Nilai ini berguna untuk memperkirakan panjang
ikan berkisar antara 1,2 cm sampai 19,7 cm. Frekuensi kemunculan target strenght tertinggi
berkisar antara -64 dB hingga -61 dB dengan estimasi panjang ikan 2,5 cm hingga 3,5 cm.

Kata kunci : Echosounder, ikan pelagis, Malang Rapat, Target Strength.

Abstract
Malang Rapat is an area located east of Bintan Island. As part of the coastal community,
fisheries are the main sector of people's income in Malang Rapat. Hydroacoustic technology
is a way to detect and observe physical and biological parameters by measuring the intensity
of the reflected echo. This study aims to determine the target strenght value of pelagic fish
and determine the estimated length of fish in the waters of Malang Rapat, Bintan Regency,
Riau Archipelago Province on September 24 2016 using the scientific Simrad EK15
echosounder. The results show that the target strength of pelagic fish in Malang Rapat is -70
dB to -46 dB. This value is useful for estimating fish lengths ranging from 1.2 cm to 19.7 cm.
The frequency of the highest strength targets appearing ranged from -64 dB to -61 dB with an
estimated fish length of 2.5 cm to 3.5 cm.

Keywords: Echosounder, pelagic fish, Malang Meeting, Target Strength.

1. Pendahuluan
Ikan pelagis merupakan organisme yang hidup di laut terbuka, lepas dari dasar perairan
dan berada ke arah bagian lapisan permukaan serta mempunyai kemampuan untuk bergerak
dan tidak bergantung pada arus laut ataupun arus yang disebabkan oleh angin (Nyabaken,
1992). Ikan pelagis akan mencari kondisi lingkungan yang cocok dengan kondisi tubuhnya
sehingga distribusinya dipengaruhi oleh perubahan lingkungan perairan. Daerah fotik atau
daerah yang masih mendapatkan cahaya matahari diminati oleh ikan pelagis karena daerah ini
memiliki suhu yang optimal bagi ikan pelagis dengan rentang suhu antara 28 o C - 30o C.
Suhu lapisan permukaan menjadi panas dari suhu optimal sehingga ikan pelagis akan beruaya
ke lapisan agak bawah (kedalaman 12- 22 m). Pada mala hari ikan pelagis menempati seluruh
kolom perairan dengan merata dan biasanya akan berbau dengan ikan demersal yang beruaya
ke lapisan atas (Gunarso, 1988).
Malang Rapat merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Bintan yang berdekatan
dengan desa Teluk Bakau. Kawasan ini masuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP RI) 711 . Perairan Malang Rapat dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk aktifitas nelayan seperti penangkapan ikan dan juga memiliki potensi perikanan
tangkap yang cukup baik. Perairan ini juga menjadi tempat wisata bahari baik bagi penduduk
lokal maupun daerah di luar Pulau Bintan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui distribusi ikan pelagis perairan
adalah dengan memanfaatkan teknologi hidroakustik. Teknologi hidroakustik merupakan
teknologi yang memanfaatkan pencarian bawah laut dengan suara yang kuat untuk
mendeteksi dan mengamati parameter fisik dan biologi dengan mengukur intensitas echo
yang dipantulkan. Teknologi hidroakustik telah banyak diimplementasikan untuk menduga
distribusi dan kelimpahan ikan di perairan laut dan perairan tawar (Simmonds & MacLennan,
2005). Pada bidang perikanan, teknologi hidroakustik sangat berperan dalam peranan yang
besar di dalam industri penangkapan ikan dan penilaian ketersediaan stok sumberdaya ikan
(Widodo, 1989; Mamun et al., 2017). Bagi nelayan, teknologi hidroakustik merupakan
teknologi yang sangat mahal, apalagi harus digunakan oleh nelayan-nelayan kecil untuk
pencarian lokasi penangkapan ikan dan menghitung berapa jumlah tangkapan secara cepat
dan akurat (Manik, 2014). Oleh karena itu, mengingat berbagai keunggulan teknologi
hidroakustik dalam pendugaan distribusi sumberdaya ikan dan pentingnya pendugaan nilai
TS ikan, maka penelitian ini dilakukan untuk mengimplementasikan teknologi hidroakustik
untuk menduga distribusi TS ikan pelagis dan menduga ukuran ikan pelagis di perairan
Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi tentang distribusi ikan pelagis di perairan Malang Rapat agar dapat
meningkatkan hasil tangkapan ikan dan pendapatan ekonomi.
2. Metode
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 September 2016 di Perairan Malang Rapat
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau pada koordinat 1°2'58" - 1°10'55" LU dan
104°36'57" - 104°40'30" BT. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
2.2 Akuisisi Data Hidroakustik
Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini meliputi single beam echosounder
SIMRAD EK-15 yang dioperasikan pada frekuensi 200 KHz. Simrad EK15 echosounder
dipasang di lambung kapal tepat di kolom air dengan kedalaman 80 cm dari permukaan.
Kapal tersebut menggunakan tipe 6 GT (Gross Tone) dengan kecepatan 3 hingga 4 knot.
Transduser Simrad EK 15 diset menggunakan ping rate 10 ping/s, durasi pulsa maksimal 1,24
ms, dan panjang pulsa 0,128 ms mampu mentransmisikan vertikel single beam (Manik,
2015). Prinsip perekamannya adalah transduser memancarkan gelombang suara berupa gema,
kemudian melalui transduser pemancar, gema tersebut merambat di media air dan selanjutnya
akan dipantulkan kembali saat gema mengenai target yang kemudian diterima oleh penerima.

2.3 Pengolahan dan Analisis Data


Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data antara lain software Sonar 4
untuk pengolahan data hasil rekaman hidroakustik dan Microsoft Excel untuk tabulasi data
hasil integrasi. Untuk mendeteksi ikan dari hasil perekaman hidroakustik, pengolahan data
menggunakan minimum threshold -70 dB dan maksimum -34 dB (Manik & Nurkomala,
2016; Park et al., 2016). Mengingat habitat ikan pelagis yang berada di permukaan atas
perairan, maka analisis data terfokus pada kedalaman 5- 15 m.
Data yang diolah merupakan Matriks Data Akustik (MDA), yaitu matriks data akustik back-
scattering volume (SV) dari schooling ikan. Apabila dalam satu ESDU terdapat lebih dari
satu schooling ikan demersal, maka perhitungan yang bersatuan dB harus dikonversi ke nilai
linier dan sebaliknya. Hasil keluaran analisis berupa data SV yang selanjutnya digunakan
untuk memperoleh nilai TS hasil integrasi menggunakan persamaan (Echoview) yang diacu
dalam Achmadi et al. (2014) sebagai berikut:
Ts = Sv /ρ ................................................................... 1)
TS = 10 log(Ts) .......................................................... 2)
Nilai Sv dan ρ pada persamaan (1) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:
SV = 10 log(Sv) ......................................................... 3)
Sv = 10SV/10 .............................................................4)
ρ = n/v ....................................................................... 5)
Di sisi lain salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai target strength adalah
ukuran ikan. Pada ikan dengan spesies yang sama, semakin besar ukuran ikan maka nilai TS
nya juga akan semakin besar. Ukuran dari panjang ikan (L) berhubungan linear dengan
scattering cross section (σ = aL2). Menurut Foote, (1987), bahwa pada pengukuran insitu
target strength dengan metode akustik, nilai rata-rata target strength mempunyai hubungan
linear dengan nilai rata-rata panjang ikan (cm).
Untuk mengkonversi nilai target strength ikan dengan gelembung renang terbuka
(physostome) digunakan persamaan berikut (Hjellvik et al., 2003):
TS = 20 log L – 71,9 .................................................. 6)
dimana,
TS : target strength (dB)
Ts : target strength (linier)
SV : back-scattering volume (dB)
Sv : back-scattering volume coefficient (linier)
ρ : densitas ikan (individu/m3 )
n : number of samples (individu)
v : beam volume sum (m3 )
L : panjang ikan (cm)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1.Target Strength Ikan Pelagis di Perairan Malang Rapat
Hasil akuisisi akustik ikan pelagis pada perairan Malang Rapat divisualisasikan
berdasarkan Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Echogram survey malam ikan pelagis perairan Malang Rapat


Nilai target strenght ikan diperairan Malang Rapat dibagi menjadi tiga layer kedalaman
dengan rentang kedalaman dari 5 m hingga 15 m. Sebaran nilai TS ikan pelagis di perairan
ini memiliki kisaran TS mulai dari -70 dB hingga -49 dB dengan jumlah sebanyak 1398
schooling. Sebaran nilai TS setiap layer kedalaman dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sebaran Frekuensi Target Strength Ikan Pelagis Berdasarkan Layer Kedalaman.
TS (dB) Total
Kedalaman
-70 -67 -64 -61 -58 -55 -52 -49
I (5-8 m) 124 30 28 0 19 12 16 2 231
II (8-12 m) 178 132 66 58 5 19 14 0 472
III (12-15 m) 0 55 234 83 89 156 66 12 695
Total 302 217 328 141 113 187 96 14 1398

Ikan pelagis di perairan Malang Rapat cenderung terkonsentrasi pada perairan dengan
kisaran kedalaman hingga 12-15 m. Berdasarkan layer kedalaman, schooling ikan lebih
banyak berada pada kedalaman 12 s/d 15 m sebanyak 695 schooling disusul pada kedalaman
8 s/d 12 m sebanyak 472 schooling dan kedalaman 5 s/d 8 m sebanyak 231 schooling.
3.2. Persentase Target strenght Ikan Pelagis pada Perairan Malang Rapat
Frekuensi target strenght ikan pelagis di perairan Malang Rapat didominasi pada kisaran -
64 hingga -61 dB dengan total scooling sebesar 328, akan tetapi persentase sebaran scoling
paling banyak tersebar pada kedalaman 5 m hingga 8 m dengan nilai persentase frekuensi
54% dengan kisaran -70 hingga -67 dB. Persentase distribusi nilat Target strenght pada
perairan Malang Rapat berdasarkan layer kedalamannya dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut:

Gambar 3. Persentase frekuensi sebaran nilai TS Ikan Pelagis pada perairan Malang Rapat
3.3. Dugaan Ukuran Ikan Pelagis yang Terdeteksi
TS ikan berhubungan signifikan dengan ukuran panjang ikan (Simmonds & MacLennan,
2005; Manik, 2009; Reine et al., 2010; Kim et al., 2018). Berdasarkan nilai TS, ukuran
panjang ikan pelagis yang terdeteksi di perairan Malang Rapat berkisar 1,2 sampai 19,7 cm.
Tabel 2 merupakan estimasi panjang ikan, dimana menunjukan semakin panjang ukuran ikan
akan menghasilkan nilai TS yang lebih besar dan sebaliknya.
Tabel 2. Estimasi panjang ikan terhadap Target strenght

TS (dB) Estimasi Panjang Jumlah Ikan


Ikan (cm)
-70 .. -67 1,2 - 1,8 302
-67 .. -64 1,8 - 2,5 217
-64 .. -61 2,5 - 3,5 328
-61 .. -58 3,5 - 5,0 141
-58 .. -55 5,0 - 7,0 113
-55 .. -52 7,0 - 9,9 187
-52 .. -49 9,9 - 14,0 96
-49 .. -46 14,0 - 19,7 14
Total 1398

Frekuensi target strenght tertinggi terdapat pada kisaran -64 hingga -61 dengan jumlah
ikan yang dijumpai sebanyak 328 ekor serta kisaran panjang ikan 2,5 cm - 3,5 cm. Perairan
Malang Rapat memiliki ikan khas yang biasa didapatkan nelayan yaitu bilis atau nama umum
ikan teri (Stolephorus sp.). Bilis adalah ikan yang memiliki ukuran 3 sampai 11 cm. Selain
bilis terdapat ikan pelagis yang dominan di Kabupaten Bintan yaitu ikan selar (Atule mate)
berukuran 17 sampai 30 cm (Zahra et al., 2019). Penelitian Arkham et al., (2015) pada
ekosistem lamun perairan Malang Rapat terdapat ikan kembung (Rastrelliger kanagurta)
berukuran 15 sampai 20 cm, ikan tamban (Clupea fimbriata) dan ikan lambai (Siganus
doliatus) berukuran 15 sampai 25 cm, ikan baronang (Siganus guttatus) berukuran 20 sampai
35 cm.
4. Kesimpulan
Potensi ikan pelagis di perairan Malang Rapat didominasi oleh ikan pelagis dengan 1398
schooling yang terdeteksi. Berdasarkan strata kedalaman, schooling ikan lebih banyak berada
pada kedalaman 12 s/d 15 m sebanyak 695 schooling disusul pada kedalaman 8 s/d 12 m
sebanyak 472 schooling dan kedalaman 5 s/d 8 m sebanyak 231 schooling. Frekuensi target
strenght tertinggi terdapat pada kisaran -64 hingga -61 dengan jumlah ikan yang dijumpai
sebanyak 328 ekor serta kisaran panjang ikan 2,5 cm - 3,5 cm.
Referensi
Achmadi, A., Hestirianoto, T., & Manik, H. M. (2014). Deteksi schooling ikan pelagis
dengan metode hidroakustik di perairan Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan, 5(2), 131-139.
Arkham, M.N., Ardianto, L., Wardiatno, Y. (2015). Studi ketertkaitan ekosistem lamun
dan perikanan skala kecil (studi kasus: Desa Malang Rapat dan Berakit, Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau). Jurnal Sosek KP, 10(2),137-148.
Foote, K.G. (1987). Fish target strengths for use in echo integrator surveys. J. Acoust.
Soc. Am, 82(3). 981-987.
Gunarso, W. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan
Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, IPB.
Bogor.
Hjellvik, V., Michalsen, K., Aglen, A. & Nakken, O. (2003). An attempt at estimating
the effective fishing height of the bottom trawl using acoustic survey recordings. ICES
Journal of Marine Science. 60(5), 967-979
Kim, H., Kang, D., Cho, S., Kim, M., Park, J., & Kim, K. (2018). Acoustic target
strength measurements for biomass estimation of aquaculture fish, Redlip mullet (Chelon
haematocheilus). Applied Sciences, 2018(8), 1536.
Mamun, A., Priatna, A., Hidayat, T., & Nurulludin. (2017). Distribusi dan potensi
sumber daya ikan pelagis di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia 573
(WPP NRI 573) Samudera Hindia. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 23(1), 47-56.
Manik, H. M. (2009). Measurement of acoustic reflection of tuna fish using
echosounder instrument. Ilmu Kelautan: Indonesia Journal of Marine Science, 14(2), 84-88.
Manik, HM (2015). Karakterisasi akustik ikan dan dasar laut menggunakan teknologi
akustik bawah air di Pulau Seribu Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Kelautan, 5(1): 1-9.
Manik, H. M., & Nurkomala, I. (2016). Pengukuran target strength dan stok ikan di
perairan Pulau Pari menggunakan metode single echo detector. Marine Fisheries, 7(1), 69-81.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh:
H. M. Eidiman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S.
Sukardjo.Jakarta:PTGramediaPusak aUtama.xv+ 459 h.
Park, Y., Seo, Y. I., Oh, T. Y., Lee, K., Zhang, H., & Kang, M. Anchovy distributional
properties by time and location: using acoustic data from a primary trawl survey in the south
sea of South Korea. Journal of Marine Science and Technology, 24(4), 864-875.
Rainer, S. F., & Munro, I. S. R. (1982). Demersal fish and cephalopod communities of
an unexploited coastal environment in Northern Australia. Australian Journal of Marine and
freshwater Research, 33(6), 1039-1055.
Simmonds, E. J., & MacLennan, D. N. (2005). Fisheries acoustics: theory and practice,
2nd ed. Oxford: Blackwell Science
Widodo, J. (1989). Prinsip dasar hidroakustik perikanan. Oseana, 16(3), 81-92
Zahra, NA, Susiana, Kurniawan, D. (2019). Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan
ikan selar (Atule mate) yang didaratkan di Desa Kelong, Kabupaten Bintan, Indonesia. J.
Akuakultur, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. 3(2):57-63
Lampiran

Analisis Sonar 4

Anda mungkin juga menyukai