Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Airaha, Vol. IX, No.

2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Zona Potensial Penyebaran Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net)


di Perairan Kepulauan Sangkarrang
Potential Deployment Zone of Bottom Gill Net in Sangkarrang Islands Waters

Ibnu Malkan Hasbi1), Husni Angraeni1), Ernawati 2)


1
Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar
2 Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong
*
Corespondensi: ibnumalkanhasbi@stitek-balikdiwa.ac.id

Received : December 2019 Accepted : December 2020

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona Potensial battom Gill Net Millenium yang
tersebar di perairan kepulauan Sangkarrang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-
September 2019 di perairan Kecamatan Kepulauan Sangkarrang dengan lokasi fishing base
5°6’13.2664“LS dan 119°25’59.2453“BT. Data dikumpulkan dengan mengikuti kegiatan
penangkapan ikan, observasi dan wawancara dengan responden nelayan. Data koordinat
penangkapan dan hasil tangkapan, selain itu, data juga diperoleh dengan mengunduh pada
ocean color berupa data suhu permukaan laut dan klorofil-a yang diolah dengan
menggunakan software ArcGis pembuat peta. Adapun hasil penelitian didapatkan empat titik
Pertama 5o2’15”-5o2’55”LS dan 119o24’30”-119o25’0”BT, Kedua 5o2’55”-5o3’40”LS dan
119o24’59”-119o25’10”BT Ketiga 5o5’7”-5o5’52”LS dan 119o23’35”-119o24’0” BT dan Ke
empat 5o5’7”-5o5’52”LS dan 119o23’35”-119o24’0” BT . Untuk zona potensial penangkapan
ikan I dan II di dominasi oleh kapal motor tempel <1 gt sedangkan pada zona potensial III
dan IV Kapal motor 3 gt menggunakan Jaring Insang dasar.
Kata Kunci: Zona Potensial, Ikan Demersal; Jaring Insang Dasar, Kapal Motor.

ABSTRACT
This study aims to determine the potential zone of Millenium bottom Gill Net which is
scattered in the waters of the Sangkarrang Islands. The research was conducted in April-
September 2019 in the waters of the Sangkarrang Islands District with a fishing base location
of 5 ° 6'13.2664 "LS and 119 ° 25'59.2453" East Longitude. Data were collected by
participating in fishing activities, observation and interviews with fishermen respondents. The
catch coordinate data and the catch, besides that, the data is also obtained by downloading
the ocean color in the form of sea surface temperature data and chlorophyll-a which is
processed using the ArcGis map maker software. The research results obtained four points.
First 5o2'15 "-5o2'55" LS and 119o24'30 "-119o25'0" East Longitude, Second 5o2'55 "-
5o3'40" LS and 119o24'59 "-119o25'10" BT Third 5o5'7 "-5o5'52" LS and 119o23'35 "-
119o24'0" East Longitude and the fourth 5o5'7 "-5o5'52" LS and 119o23'35 "-119o24'0" BT.
For potential fishing zones I and II are dominated by outboard motor boats <1 gt while in
potential zones III and IV 3 gt motor boats use basic gill nets.
Keywords: Potential Zone, Demersal Fish; Bottom Gill Net, Motor Boat.

PENDAHULUAN mengunakan Gill Net karena alat tangkap ini


Jaring insang dasar sebagai alat hemat biaya dalam penggunaan nya dan
tangkap yang dirancang dan di modifikasi masuk ke dalam kategori ramah lingkungan.
secara khusus agar Alat tangkap Gill Net bisa Alat tangkap Gill Net Battom di gunakan
tepat mengenai ikan target tangkapan oleh nelayan nusantara hingga Negara luar,
sifatnya menjerat ikan dengan insang. Para (Najamuddin, Hajar, & Rustam, 2015)
Nelayan Tradisional dan Modern banyak besarnya mata jaring yang di gunakan pada

209
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

alat ini di sesuaikan dengan jenis ikan yang 11.861,5 ton dan Rp.162.318.870.000.
akan di tangkap. (Kawarnidi, Labaro, & Sumberdaya beragam mulai dari
Silloy, 2018) sumberdaya pelagis, demersal dan ikan
Bottom Gill Net Millenium memiliki Karang
jaring menyerupai empat persegi panjang. Penginderaan jarak jauh digunakan
Setiap mata jaring ukuran yang sama, untuk pemantauan sumberdaya wilayah
panjang jaring lebih besar di bandingkan pesisir dan laut yang dapat di monitor dengan
dengan ukuran lebar nya, Jumlah mesh size jarak jangkauan yang cukup luas (Nurdin, et
pada arah panjang jaring memiliki ukuran al, 2017). Pada Hasil penelitian ini
yang besar di bandingkan ukuran mesh diharapkan dapat memberikan informasi
depth. (Burdam, Sompie, & Manoppo, 2014) baik kepada nelayan tradisional dan
lembaran jaring, pemberat pada bagian masyarakat, mengenai zona potensial
bawah sementara pelampung berada di panangkapan ikan demersal yang potensial
bagian atas. Dorongan yang berlawanan dengan menggunakan alat tangkap jarring
arah, dengan pelampung yang bergerak naik insang dasar di perairan kepulauan
dan pemberat menuju kebawah dengan berat sangkarrang Kota Makassar
jaring di dalam air sehingga jaring mulai
terbentang (Syofyan, Syaifuddin, & METODE PENELITIAN:
Cendana, 2010) Metode Penelitian yang di gunakan
Wilayah Kota Makassar tersebar di 15 adalah Kuantitatif deskriptif dengan
wilayah kecamatan dan 143 wilayah mengukur tingkat variabel pada populasi atau
kelurahan dan memiliki jumlah penduduk sampel yang di jadikan objek penelitian.
sebanyak 1.223.540 jiwa. Masyarakat yang Paraemeter yang akan di amati yaitu faktor
bertamatapencaharian nelayan yang terdapat oceanografi dan Jalur penangkapan Ikan.
di Kota Makassar tahun 2017 sebanyak Waktu dan Lokasi
17.225 jiwa. Jumlah Rumah Tangga Penelitian telah dilaksanakan pada
Produksi (RTP) 3.092 RTP. Sedangkan Bulan Juni - September 2019. Pada perairan
jumlah armada penangkapan ikan yang kepulauan sangkarrang dengan fishing base
terdapat di Kota Makassar. (Koddeng, 2011) 5°6’13.2664“LS, dan 119°25’59.2453“BT
sebanyak 3.245 unit dan jumlah alat tangkap Titik lokasi di ambil dengan menggunakan
yang dioperasikan 5.383 unit. Jumlah GPS Echosounder Garmin 585 untuk
produksi perikanan laut dan nilai produksi menetukan Lokasi Fishing Base dan Fishing
perikanan laut Kota Makassar sebesar Ground.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

210
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Pengumpulan Data Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)


Data yang diperoleh menggunakan data pada Daerah Penangkapan
primer dan skunder. Data primer diperoleh Zona penyebaran alat tangkap jarring
dari hasil pengambilan data dilapangan Insang dasar di perairan Kecamatan
dengan mengikuti kegiatan penangkapan Kepulauan Sangkarrang Kota Makassar. peta
nelayan Gill Net dengan mengambil data digital di masukkan untuk memperoleh
koordinat penangkapan dan menghitung gambar lokasi wilayah penelitian.
jumlah hasil tangkapan. Selanjutnya data Penyusunan dan pemasukan semua atribut
skunder di peroleh dari mengunduh data dari topologi dalam bentuk file database berupa
ocean color berupa data suhu permukaan laut daerah penangkapan dan hasil tangkapan
dan klorofil-a (Mursyidin, 2019). Data yang (Nurdin et al., 2017). Hal ini untuk setiap
didapatkan diolah pada software Arc GIS atribut parameter yang akan digunakan.
Desktop Versi 10.6.1 pembuatan peta zona Melakukan interpolasi terhadap pola
potensial penangkapan ikan. penyebaran alat tangkap Gill Net millennium
Analisis Data dengan hasil tangkapan nelayan. Untuk
Analisis data yang di gunakan yaitu mendapatkan peta tematik daerah
menghitung kandungan sebaran klorofil-a penangkapan ikan. Maka otomatis akan
yang diperoleh dari citra satelit terlihat pembagian zonasi
𝒂 𝒙 𝑽𝒆 Penyajian hasil analisis berupa grafik
= 𝑲𝒍𝒐𝒓 − 𝒂
𝒗𝒔𝒙𝒅 gambar dalam bentuk zona potensi
Keterangan : a= absorbansi penangkapan ikan secara deskriptif. Kriteria
Ve= Volume ekstrak aceton penentuan zona penangkapan potensial
Vs= Volume contoh air yang tersebut ditentukan secara otomatis oleh
di saring program software pembuat peta dengan
d= lebar diameter sistem quartil (Zainuddin et al., 2015).
Model fungsi cobb-douglas
Formulasi dari analisis ini sebagai HASIL DAN BAHASAN
berikut : Daerah penangkapan ikan (DPI)
Log Y = Log a + b¹Log X¹ + b²Log x² merupakan pengetahuan dalam menentukan
+ b³ Log x³ + e faktor efektifitas penangkapan ikan. Dengan
Keterangan : Y= Total hasil tangkapan mempelajari daerah penangkapan ikan maka
a = Koefisien Konstanta dapat dilakukan penangkapan secara efisien.
b = Koefisien regresi parameter Keberadaan ikan di dalam perairan dapat di
klorofil-a pengaruhi oleh beberapa faktor oseanografi
x¹ = Klorofil -a (suhu dan arus) menjadikan faktor dalam
x² = Suhu menentukan kelayakan daerah tersebut
x³ = Salinitas menjadi habitat ikan serta akan terdampak
e= standart error dengan jalur migrasi ikan (Purnama,
Jalur zona penangkapan ikan Simbolon, & Mustaruddin, 2016).
Dalam menentukan pola pergerakan Kandungan produktivitas sebagai parameter
bujur dan lintang maka digunakan persamaan oceanografi biologi yang melimpah dapat
berikut : (Lehodey et al., 1997) memiliki peranan dalam mengundang ikan
𝐂 𝐂 untuk datang pada daerah tersebut. (Jufri, &
∑ 𝑳𝒐𝒏𝒈 ( ) ∑ 𝑳𝒂𝒕 ( )
𝑮𝒙 𝐟 𝑮𝒚 𝐟 Zainuddin, 2014).
𝑪 𝑪 Gambar 2 dan 3 merupakan peta
∑( ) ∑( )
𝒇 𝒇 tangkapan alat tangkap Gill Net dengan
Keterangan: klorofil-a pada bulan April-Juli 2019, dimana
X = Jalur Penangkapan pada garis bujur pada bulan April (Gambar 2) kisaran
Y = Jalur penangkapan pada posisi lintang klorofil-a adalah 0,17-3,66 mg/m3 dimana
c/f = CPUE Produksi hasil tangkapan tertinggi adalah 5 kg dan

211
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Gambar 2. Peta hasil alat tangkap Gill Net dengan


klorofil-a bulan April-Mei 2019

Gambar 3. Peta hasil alat tangkap Gill Net dengan


klorofil-a
terendah bulanbulan
1 kg, pada Juni-Juli
Mei2019
(Gambar 2) primer kotor atau produksi total. Sisa
nilai klorofil-a adalah 0,17-2.50 mg/m3 produksi primer kotor setelah sebagian
dengan hasil tangkapan tertinggi adalah 10 digunakan tumbuhan untuk respirasi (Susilo
kg dan terendah adalah 1 kg, pada bulan Juni et al., 2015)
(Gambar 3) kisaran nilai klorofil-a adalah Ekosistem laut adalah komponen
0,14-3,30 mg/m3 dengan hasil tangkapan penyusun utama dalam produktivitas primer .
terbanyak adalah 10 kg dan terendah adalah 5 Fitoplankton dengan bentuk mikroskopis
kg, sedangkan pada bulan Juli (Gambar 10) sebagai tumbuhan yang hidup melayang
nilai klorofil-a adalah 0,17-4,42 mg/m3 dalam air. Pergerakannya pasif tergantung
dengan hasil tangkapan tertinggi adalah 10 pada gerakan air Fitoplankton dapat
kg dan terendah adalah 1 kg (Badrudin, berbentuk sel. Fitoplankton memiliki klorofil
Aisyah, & Ernawati, 2011). yang dapat mengkonversi energi radiasi
Dalam menentukan produktivitas metahari menjadi energi potensial kimia
besarnya kelimpahan fitoplankton pada sebagai organisme autotrof, fitoplankton
perairan di pengaruhi oleh penyebaran ikan yang dapat menghasilkan makanannya
dengan menghitung kandungan klorofil-a sendiri melalui proses fotosintesis (Rashidy,
pigmen yang sering muncul pada perairan Litaay, Salam, & Ruslan Umar, 2013)
dan terdapat pada semua organisme plankton Organisme fitoplankton memegang
khususnya fitoplankton. Indikator peranan penting secara ekologis karena dapat
produktivitas primer sebagai kadar klorofil-a dipakai sebagai pembanding terhadap
dalam suatu perairan (Nurdin et al., 2017) produktivitas primer terbesar di laut.
Pertumbuhan senyawa organik Komponen dalam fitoplankton laut adalah
dengan energi dari senyawa anorganik diatom, dinoflagellata, cocolitophora, dan
sebagai produktivitas utama dalam proses beberapa flagellata Rantai makanan yang
fotosintesis. Hasil bahan organik yang terjadi di laut diawali dari fitoplankton yang
terbentuk dalam proses di sebut produktivitas merupakan produsen membentuk makanan

212
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Gambar 4. Peta Daerah Penangkapan Ikan Bottom Gill Net pada Bulan April, Mei, Juni
dan Juli 2019
sendiri melalui proses fotosintesis. tangkap, sehingga banyak sumberdaya ikan
Fitoplanktond dimakan oleh zooplankton. kecil belum layak tertangkap. melakukan
Selanjutnya zooplankton dimakan oleh ikan operasi penangkapan ikan yang efektif dan
cucut, dan ikan terbang. Pemangsaan terus selektif sesuai dengan prinsip kelestarian
meningkat ke tingkat trofik yang lebih tinggi sumberdaya ikan. Tantangan nelayan yaitu
yaitu predator dan predator puncak. Keterbatasan sumberdaya ikan dan
(Radiarta, 2014) meningkatnya biaya operasi penangkapan
Berdasarkan Gambar 4 Dapat dilihat ikan (Jamal, 2015)
bahwa ada 4 daerah yang merupakan zona Menekan biaya operasi penangkapan
potensial penangkapan ikan dengan alat ikan terutama pada pengoperasian alat
tangkap Gill Net, dimana pada zona pertama tangkap gill net yang pengoperasian nya
berada pada 119o24’30”-119o25’0” dan sederhana dan selektif. Alat tangkap ini
5o2’15”-5o2’55”, zona potensial yang kedua merupakan lembaran jaring berbentuk empat
berada pada 119o24’59”-119o25’10” dan persegi panjang. (Khikmawati,
5o2’55”-5o3’40”, zona potensial ketiga Martasuganda, & Sondita, 2018) Ukuran
berada pada selang koordinat 119o23’35”- mata jaring disesuaikan dengan ikan target
119o24’0” dan 5o5’7”-5o5’52” dan zona dapat menangkap ikan dengan layak tangkap
potensial keempat berada pada 119o22’45”- untuk menjaga kelestarian ekosistem.
119o23’25” dan 5o8’5”-5o8’35”. Dalam Hal Jalur Penangkapan Ikan dan
mendukung Pengoperaian alat tangkap untuk Penempatan Alat Penangkapan Ikan
meningkatkan hasil tangkapan maka di berdasarkan Permen - KP No. 71 tahun 2016
lakukan pembagian jalur-jalur penangkapan yang diatur meliputi ukuran kapal penangkap
menurut SK. Menteri No. 607/1976 adalah ikan yang dapat beroperasi di wilayah
jalur penangkapan ikan I sepanjang 3 mil dari perairan termasuk kapal motor di bawah
pantai, jalur penangkapan ikan II yaitu 4 mil ukuran 5 GT hingga kapal motor berukuran
dari jalur I, jalur penangkapan ikan III sejauh diatas 30 GT. Jumlah zona potensial
5 mil dari jalur II, jalur penangkapan ikan IV penangkapan ikan di peroleh dari responden
berada diluar jalur III, dan jalur khusus bagi dan jenis kapal yang melakukan operasi
nelayan tradisional. (Harahap & Yanuarsyah, penangkapan ikan pada daerah tersebut.
2012). Permasalahan utama dalam menjaga Pada Gambar 5 zona potensial
kelestarian sumberdaya ikan yaitu selektifitas penangkapan 1 ikan di dominasi oleh kapal
dalam memlih ukuran mata jaring alat motor tempel dengan mengoperasikan alat

213
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

tangkap jaring insang dasar dengan koordinat nelayan yang menggunakan kapal motor 3-5
119o24’30”-119o25’0” dan 5o2’15”-5o2’55” gt dengan alat tangkap jaring insang dasar
menangkap ikan pada sekitar area karang. dengan presentase 45 persen.
Kapal Motor Kapal Motor
3% Tempel 1 GT 2% 15% Tempel 1 GT

24% Kapal Motor Kapal Motor


38%
3-5 GT 3-5 GT
18% 55%
Kapal Motor 45%
Kapal Motor
10 GT 10 GT
Kapal Motor Kapal Motor
>10 GT >10 GT

Gambar 5. Zona Potensial Penangkapan 1 Gambar 8. Zona Potensial Penangkapan IV


Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa
pada zona potensial penagkapan ikan 4 pada
Kapal Motor
4% Tempel 1 GT
koordinat 119o22’45”-119o23’25” dan
5 8’5”-5 8’35”pada titik ini di dominasi oleh
o o

22% Kapal Motor nelayan kapal motor 3-5 gt dengan alat


3-5 GT
15% 59% tangkap jaring insang dasar dengan
Kapal Motor presentase 45 persen.
10 GT Pengaturan pada jalur zona
Kapal Motor penangkapan ikan khususnya untuk Kapal
>10 GT motor yang mengoperasikan alat tangkap
Jaring insang terkadang menjadi polemik
Gambar 6. Zona Potensial Penangkapan II bagi masyarakat khusus nya kapal motor 10-
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa 30 GT yang menjadi kewenangan pemerintah
.pada zona potensial penangkapan untuk menangkap ikan sejauh 12 Mil dari
penangkapan ikan 2 dengan koordinat garis pantai. Beberapa jenis kapal di ubah
119o24’59”-119o25’10” dan 5o2’55”- bentuknya agar bisa mendapatkan izin dari
5o3’40”, dengan presentase 4% terkecil untuk pemerintah untuk menangkap ikan pada
kapal motor > 10 gt. sedangkan kapal motor wilayah tersebut. Pembatasan kapal
tempel mendominasi dengan presentase 59% penangkapan ikan dalam jangka waktu lama
yang menangkap dengan Battom Gillnet akan berpengaruh pada hasil penangkapan.
Mllenium pada sekitar area karang tersebut. (Metzner, 2005). Upaya yang dilakukan
dalam mengurangi illegal kapal penangkapan
ikan dengan mengurangi jumlah input upaya
Kapal Motor
4% Tempel 1 GT penangkapan dan membatasi akses kapal
baru serta meningkatkan pengawasan
19% Kapal Motor
32% terhadap masuknya kapal penangkap ikan
3-5 GT
dari daerah lain tanpa izin. Penerapan ini
45% Kapal Motor diharapkan dapat memberikan kesempatan
10 GT bagi sumber daya ikan agar dapat pulih serta
Kapal Motor masyarakat nelayan dapat menangkap ikan di
>10 GT wilayahnya,
Gambar 7. Zona Potensial Penangkapan III SIMPULAN
Pada Gambar 7 dapat lihat bahwa pada Berdasarkan hasil penelitian dapat
zona potensial penangkapan ikan 3 dengan disimpulkan bahwa zona potensial untuk
koordinat 119o23’35”-119o24’0” dan 5o5’7”- penangkapan ikan dengan menggunakan
5o5’52” . pada lokasi ini di dominasi oleh jaring insang dasar, pertama berada pada
214
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

koordinat 5o2’15”-5o2’55”LS dan Penangkapan Ikan Cakalang pada


119 24’30”-119 25’0”BT, zona potensial
o o
Musim Barat di Perairan Teluk Bone.
yang kedua berada pada 5o2’55”-5o3’40”LS Ipteks Psp.
dan 119o24’59”-119o25’10”BT, zona Kawarnidi, F., Labaro, I. L., & Silloy, F.
potensial ketiga berada pada selang koordinat (2018). Komposisi hasil tangkapan
dan 5o5’7”-5o5’52”LS dan 119o23’35”- jaring insang dasar di perairan Desa
119o24’0” BT, sedangkan zona potensial Talise Tambun, Kecamatan Likupang
keempat berada pada dan 5o8’5”-5o8’35”LS Barat (Composition catches of bottom
dan 119o22’45”-119o23’25”BT dengan zona Gill Net in Talise Tambun Waters of
potensial penangkapan ikan I dan II di Likupang Barat District). Jurnal Ilmu
dominasi oleh kapal motor tempel <1 gt dan Teknologi Perikanan Tangkap.
sedangkan pada zona potensial III dan IV https://doi.org/10.35800/jitpt.3.1.2018.1
Kapal motor 3 gt menggunakan Jaring 8906
Insang dasar. Khikmawati, L. T., Martasuganda, S., &
Sondita, F. A. (2018). Hang-In Ratio
UCAPAN TERIMA KASIH Gill Net Dasar dan Pengaruhnya
Penulis mengucapkan terima kasih Terhadap Karakteristik Hasil
yang sebesar-besarnya kepada Kementrian Tangkapan Lobster (Panulirus spp.) Di
Riset dan Teknologi BRIN atas dana Palabuhanratu Jawa Barat (Hang-in
Penelitian Dosen Pemula (PDP) Tahun Ratio Effect of Bottom Gill Net on
Anggaran 2019. Characteristic of Lobster (Panulirus
spp.) in the Palabuhanratu, West Java).
DAFTAR PUSTAKA Marine Fisheries : Journal of Marine
Badrudin, Aisyah, & Ernawati, T. (2011). Fisheries Technology and Management.
Kelimpahan Stok Sumber Daya Ikan https://doi.org/10.29244/jmf.8.2.175-
Demersal Di Perairan Sub Area Laut 186
Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Koddeng, B. (2011). Zonasi Kawasan Pesisir
Indonesia. Pantai Makassar Berbasis Mitigasi
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1557 Bencana (Studi Kasus Pantai
8/jppi.17.1.2011.11-21 Barambong-Celebes Convention
Burdam, A., Sompie, M. S., & Manoppo, L. Centre). Prosiding 2011.
(2014). Komposisi Hasil Tangkapan Mursyidin.-. (2019). Prediksi Zona
Jaring Insang Dasar di Perairan Tangkapan Ikan Menggunakan Citra
Sekitar Desa Lopana Teluk Amurang. Klorofil-a dan Citra Suhu Permukaan
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Perikanan Laut Satelit Aqua MODIS di Perairan
Tangkap. Aceh Jaya. CIRCUIT: Jurnal Ilmiah
https://doi.org/10.35800/jitpt.1.0.2014.6 Pendidikan Teknik Elektro.
172 https://doi.org/10.22373/crc.v3i1.3657
Harahap, S. A., & Yanuarsyah, I. (2012). Najamuddin, Hajar, M. A. I., & Rustam.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (2015). Teknologi penangkapan ikan
(SIG) Untuk Zonasi Jalur Penangkapan dengan bubu dan gill net pada area
Ikan di Perairan Kalimantan Barat. budidaya rumput laut di perairan
Jurnal Akuatika. Kabupaten Takalar. Torani (Jurnal
Jamal, M. (2015). Selektifitas Alat Tangkap Ilmu Kelautan Dan Perikanan).
Trammel Net Terhadap Udang Penaeid Nurdin, S., Mustapha, M. A., Lihan, T., &
di Kabupaten Takalar Propinsi Zainuddin, M. (2017). Applicability of
Sulawesi Selatan Trammel. Torani remote sensing oceanographic data in
(Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan). the detection of potential fishing
Jufri, A., Amran, M. A., & Zainuddin, M. grounds of Rastrelliger kanagurta in the
(2014). Karakteristik Dareah archipelagic waters of Spermonde,

215
Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : 209 – 216, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638

Indonesia. Fisheries Research. Susilo, E., Islamy, F., Saputra, A. J., Hidayat,
https://doi.org/10.1016/j.fishres.2017.07 J. J., Zaky, A., & Suniada, K. I. (2015).
.029 Pengaruh Dinamika Oseanografi
Purnama, N. R., Simbolon, D., & Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Mustaruddin, M. (2016). Pola Pelagis PPN Kejawanan dari Data
Pemanfaatan Daerah Penangkapan Satelit Oseanografi. Seminar Nasional
Ikan Untuk Mereduksi Konflik Perikanan Dan Kelautan V.
Perikanan Tangkap di Perairan Utara Syofyan, I., Syaifuddin, & Cendana. (2010).
Aceh. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Studi Komperatif Alat Tangkap Jaring
Kelautan. Insang Hanyut (drift Gill Net) Bawal
https://doi.org/10.24319/jtpk.6.149-158 Tahun 1999 dengan Tahun 2007 di
Radiarta, I. (2014). Hubungan Antara Desa Meskom Kecamatan Bengkalis
Distribusi Fitoplankton Dengan Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Kualitas Perairan Di Selat Alas, Perikanan dan Kelautan 15,1.
Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Zainuddin, M., Farhum, S. a, Nelwan, a,
Barat. Bumi Lestari. Selamat, M. B., Hidayat, S., &
Rashidy, E. A., Litaay, M., Salam, M. A., & Sudirman. (2015). Karakteristik Daerah
Ruslan Umar, M. (2013). Komposisi Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
Dan Kelimpahan Fitoplankton di di Teluk Bone-Laut Flores Berdasarkan
Perairan Pantai Kelurahan Tekolabbua, Data Satelit Suhu Permukaan Laut Dan
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Klorofil-A Pada Periode Januari-Juni
Pangkep,Provinsi Sulawesi Selatan. 2014. Jurnal IPTEKS PSP.
Jurnal Alam Dan Lingkungan Agustus.

216

Anda mungkin juga menyukai