DISCLOSURE:
1. Basis Data Spasial /Spatial data base untuk keperluan Analisa Rumpon/FAD ini dibuat
berdasarkan data yang resmi dari Instansi yang berkompeten baik Nasional (KKP,
BIG,DISHIDROS-TNI.AL, LAPAN , Kentreian Kehutanan dan Lingkungan Hidup,
Kemetrian Energi dan Pertambangan) dan Internasional (Ocean Color NASA Aqua
MODIS, USGS, GEBCO, Global Fishing Watch, ALKI-UNCLOS-KemHub)
2. Sistem Basis Data Spasial yang dibangun berdasarkan Kaidah Perpres No.9 Th 2016
Kebijakan Satu Peta/One Map Policy; PERMEN.KP No 71 Th 2016 dan SNI. BIG
3. Sistem Basis Data Spasial, sesuai dengan sifat Oseanografis seperti SST, Arus dan
Chlorophyll-a dll adalah bersifat DINAMIS, terutama siklus musim (seasonal) musim
Barat (November – April) dan musim Timur (Mei – Oktober)
4. Model Data Spasial yang disajikan masih bersifat “open” belum final dan di tambah –
kurangkan sesuai dengan pengambilan keputusan dan atau Kebijakan adalah
sepenuhnya pada Kementrian Kelautan dan Perikanan. RI
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut UU No. 6/1990 tentang
Perairan Indonesia, ada sekitar 17.504 pulau yang tersebar, membentang dari Sabang hingga
ke ujung Merauke. Hal ini membuat negara Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang
diprediksi mencapai USD1.338 miliar per tahun (Data Estimasi KKP, 2020). Potensi tersebut
dimanfaatkan terutama oleh nelayan melalui penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tradisional hingga menggunakan alat-alat yang modern dan canggih. Para nelayan melakukan
penangkap ikan selain menggunakan peralatan tangkap dibantu juga dengan alat pengumpul
ikan atau Fish Aggregating Device (FAD) atau rumpon.
Rumpon adalah Alat bantu pengumpul ikan yang menggunakan berbagai bentuk dan jenis
pengikat/atraktor dari benda padat, berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul, yang di
manfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan (Permen
No.26 Tahun 2014). Penggunaan rumpon dalam perikanan Indonesia memiliki sistem yang
kompleks karena melibatkan berbagai jenis perikanan seperti pelagis kecil dan perikanan tuna.
Alat bantu penangkapan ikan ini terkenal efektif meningkatkan jumlah tangkapan dengan cara
melokalisasi ikan di lokasi tertentu. Meskipun pemanfaatan rumpon dapat menguntungkan
perikanan, masalah dokumentasi yang tidak memadai, dan pemantauan perangkat ini dapat
meningkatkan tekanan penangkapan dan berdampak negatif terhadap stok. Oleh karena itu,
pada beberapa tingkatan, penggunaan rumpon harus dikelola untuk memenuhi kriteria
keberlanjutan.
1.2. Tujuan
2. Mengembangkan peta tata ruang digital menggunakan SIG yang memuat koordinat GPS
sesuai dengan peraturan/regulasi, penataan ruang laut atau sub-wilayah tertentu yang
membatasi penempatan atau pemasangan rumpon di seluruh WPPNRI.
1.3. Lokasi
Scope of work 1:
1. Desk review studi rumpon untuk mengidentifikasi dan merangkum kebutuhan pengelolaan
dan aspek-aspek yang terkait dengan pengelolaan rumpon.
2. Memfasilitasi pertemuan persiapan satu hari dengan Komisi Teknis Direktorat Sumber
Daya Ikan KKP untuk membahas detail tugas, termasuk paket pertemuan di Jakarta (20
narasumber).
3. Menyerahkan detail rencana kerja dan ruang lingkup studi dalam waktu 2 minggu sejak
tanggal dimulainya kontrak, berdasarkan TOR ini, hasil tinjauan pustaka, dan rapat
persiapan.
4. Memperbaharui dan merevisi rencana kerja berdasarkan komentar dan masukan dari
Komisi Teknis di Direktorat Sumber Daya Ikan KKP dan UNDP.
2. Menyelesaikan analisis dan peta spasial berdasarkan semua masukan dan komentar yang
dikumpulkan dan menyerahkan laporan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Konsultan
harus menyerahkan penyimpanan file (yaitu USB atau CD) yang berisi soft copy laporan
akhir versi edit, shapefile, semua presentasi, foto dan video, semua data dan perhitungan,
dan hasil simulasi (jika tersedia).
Figure 1. Approach and steps for FAD spatial data base development
Tahap 1
Pengumpulan Basis Data Spasial terkait zonasi dari wilayah perairan, meliputi:
- Peraturan yang berlaku terkait zonasi perairan (RZWP3K, RZKAW), Zonasi tata ruang laut:
kawasan konservasi, budidaya, pertambangan, kawasan strategis, ALKI, alur pelayaran,
kabel bawah laut, pipa bawah laut.
- Studi mengenai alur migrasi biota laut (tuna, cetacean, sea turtle).
- Studi dari KKP mengenai wilayah larangan penempatan rumpon dan wilayah yang dapat
dipasang rumpon.
- Koordinat actual-catch berdasarkan logbook nelayan dan VMS
Tahap 2
Analisa mendalam mengenai wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemasangan rumpon,
meliputi:
- Luasan area yang dapat berpotensi untuk pemasangan rumpon
- Potensi jumlah posisi rumpon yang tersedia berdasarkan jarak minimal antar posisi, yaitu
10 nautical miles dan non zig-zag
- Penentuan kesuburan perairan berdasarkan: sea surface temperature, chlorophyl-a,
underwater sea mount; dan sea surface height
Tahap 3
Pembuatan klasifikasi dari setiap posisi rumpon yang potensial, meliputi:
- Jenis kapal yang beroperasi berdasarkan Permen KP No.71 Tahun 2016 mengenai jalur
penangkapan.
- Jenis rumpon yang dapat dipasang (kekuatan lampu dsb), rumpon jangkar (anchored) dan
drifting
- Analisa operasional berdasarkan jarak dari setiap posisi rumpon terhadap pelabuhan
perikanan terdekat
- Analisa investasi berdasarkan kedalaman posisi rumpon (apabila menggunakan rumpon
jangkar)
- Klasifikasi tingkat kesuburan perairan dari setiap posisi rumpon
Pada Tahap ke-3 ini dapat menyesuaikan jenis perikanan apa yang dominan dari setiap WPP
dengan membuat skala prioritas, sebagai contoh: Perikanan pelagis kecil, pelagis besar, ikan
karang, demersal, cumi, udang dsb.
A.WPP-Natuna (Perbatasan) : jenis rumpon hanyut, shallow water (< 200m), fix/ankered dan
Prospective
Jenis kapal dan alat tangkap Mini-purse-seine, dan Purseine > 50 GT, Jenis ikan tongkol,
tongkol merah (cakalang); Rencana P3 menjadi PPS – cold storage, dermaga
A.3. buffer ALKI, RZWP3K : Konservasi,dll; Kabel /pipa bawah laut; kedalaman
A.5. alur daerah tangkap : I,II (1-3 GT) dan III (> 50 GT kpl PS Pontianak, TjPinang, TjBalai
Karimun; diatas batas 12 nMil)
Table 1. Data used in the methodology of assessing potential areas for FADs placement in FMAs.
Tabel 2: GIS Modeling Criteria for FADs Priority Areas at the Indonesian Fishing
Management Area
10 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 5. GIS Database of Indonesia Teritorial Border (12 nMile); ZEE 200 nMile and ALKI
11 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 7. GIS database of Bathymetry and classified for shallow (<200m) and deep (>200m)
seawater and the Sea Bottom topography of Indonesia
12 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 8. GIS Database of Indonesia Fishing Harbors, consist of PPP, PPI, PPN, PP, and
PPS.
13 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 10. GIS Database of the Fishing Harbor Management Center of Indonesia
14 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Fishing Zone
Figure 11. GIS Database of Indonesia Fishing Area base on Indonesia Maritime Spatial Planning
and 171 establish Indonesian marine conservation zone.
Figure 12. GIS Database of National Strategic Zone (KSNT) Based on Indonesia Spatial Planning
15 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
16 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 15. Buffering for the 10 nMile wide - ALKI line, underwater pipe, cable
17 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Bathymetry data was specially processes using the integrated interpolation of digital 1: 500,000
of Peta Lingkungan Laut Nasional (National Sea Maps) and 1: 250,000 of Lingkungan Pantai
Indonesia (Coastal Indonesian maps), tidal MSL correction and than interpolation using Titik
Pemeruman Kedalaman (Acoustic Depth Coordinate) from BIG (Badan Informasi Geografi)
to produce the bathymetry raster data with spatial resolution of 600 m for the whole Indonesian
seawater. The resulted depth data is much better accuracy than the GEBCO world bathimetry
data which has spatial resolution of 4 km pixel size.
Fishing vessel log-book, type of fishing vessels/boat : drift-gillnet, tuna longline,tonda fishing
line, skipjack pole and line, small pelagic (anchovy – Stolephorus.spp) light fishing, Squid-
light fishing, Mini-purse seine, Large Purse-seine
Figure 16. Seasonal Fishing Activities Spatial Distribution Area based on Global Fishing
Watch Data 2014 – 2020 Refer for WPP-573.
18 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 17. Seasonal Fishing Activities Spatial Distribution Area based on Global Fishing Watch Data
2014 – 2020 Refer for WPP-718
Figure 18. Website for Sea Surface Temperature (SST) and Chlorophyll-a from NASA
Ocean-color
19 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 19. SST ( C) at Java Sea and Indication of Up-welling at South Java Indian Ocean
During East Season
Figure 20. Chlorophyll-a Concentration (mg/m3) at West Java Sea and South-East Savu and
Indian Ocean During East Season
20 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 21. Overlay of MODIS - SST on bathimetry for WPP-711 Natuna and Bangka
Belitung
Figure 22. Three Dimention (3D) Overlay of actual catch on SST and Bathimetry at WPP-
711 Natuna and Bangka Belitung
21 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
8.1. WPP-711 (Strategis Perbatasan Negara) : Natuna: Purse seine (Pontianak, TjBalai
Karimun, Tj Pinang) – Kepri – Babel (Bagan apung cumi, rumpon lampu) -Kalbar; Laut
Dangkal
Pembangunan dari Pelabuhan Perikanan Pantai (P3) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudra.
Fasilitas eksisting ad dermaga dan cold storage (Perindo, sejak 2017).
Kapal ikan lain di WPP- Natuna adalah Pursesein 50 – 70 GT berasal dari Pontianak, Tanjung
Balai Karimun dan Tj Pinang. Rumpon Lampu dan daun kelapa
8.2. WPP-715 (Terpadat – ilegal rumpon : fix dan drifting FAD), rawai pancing, tonda, tuna
cakalang
8.4. WPP-712 : Laut Jawa – Kangean; Laut Dangkal, small pelagic, Purse Seine; Drifting FAD,
rumpon lampu
22 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
23 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
24 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
25 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
26 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 28. Log-Book coordinate of drifting gill net at Cilacap Fishing Port.2020
27 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 30. Large Purse-seine (>50 GT) of Pemangkat Pontianak Fishing Port
28 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Halmahera), dan 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik. Lima WPP di kawasan
Indonesia timur identik dengan pemanfaatan rumpon untuk perikanan pelagis kecil dan pelagis
besar seperti tuna, cakalang, tongkol dimana jenis rumpon yang sering digunakan adalah
rumpon jangkar (anchored FAD) dengan dominansi jenis alat tangkap yang berasosiasi dengan
rumpon adalah purse seine (PS), handline (HL) dan pole and line (PL).
Dari tahapan pertama, wilayah yang bebas dari pembatasan akan dilakukan analisa
mendalam mengenai area yang berpotensi untuk pemasangan rumpon dengan
mempertimbangan Permen KP No. 26 Tahun 2014 tentang rumpon serta beberapa hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Luasan area yang dapat berpotensi untuk pemasangan rumpon
2. Potensi jumlah posisi rumpon yang tersedia berdasarkan jarak minimal antar posisi, yaitu
10 nautical miles dan non-zigzag
3. Penentuan kesuburan perairan berdasarkan: sea surface temperature, chlorophyl-a.
4. Studi dari Balai Riset Kelautan dan Perikanan (BRPL-KKP) pada tahun 2019 yang
menghasilkan sebanayak 6.084 titik koordinat yang potensial untuk penempatan rumpon
dan 5.580 titik koordinat yang dilarang untuk pemasangan rumpon di WPP 711 dan 712.
5. Selanjutnya, lokasi titik koordinat dapat di overlay dengan lokasi penangkapan ikan
berdasarkan logbook nelayan dan vessel monitoring system (VMS) khususnya untuk kapal
penangkap ikan yang berasosiasi dengan rumpon.
9.2. Pembuatan klasifikasi dari setiap posisi rumpon yang potensial, meliputi.
- Jenis kapal yang beroperasi berdasarkan Permen KP No.71 Tahun 2016 mengenai jalur
penangkapan.
- Jenis rumpon yang dapat dipasang (kekuatan lampu dsb), rumpon jangkar (anchored)
- Jumlah rumpon juga mempertimbangkan jenis perikanan yang dominan di setiap WPP
dengan mempertimbangkan hasil penelitian mengenai opsi pengelolaan di masing-masing
WPP (Suman et al., 2018) sebagai berikut:
- WPP 713 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 8.327 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 11.877 unit purse seine untuk ikan pelagis besar.
- WPP 714 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 4.262 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 4.315 unit purse seine untuk ikan pelagis besar
29 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
- WPP 715 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 3.653 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 5.228 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;
- WPP 716 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 4.228 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 3.488 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;
- WPP 717 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 677 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 1.482 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;
- Analisa operasional berdasarkan jarak dari setiap posisi rumpon terhadap pelabuhan
perikanan terdekat
- Analisa investasi berdasarkan kedalaman posisi rumpon dimana rumpon jangkar
membutuhkan investasi modal untuk tali.
- Klasifikasi tingkat kesuburan perairan dari setiap posisi rumpon
Pada Tahap ke-3 ini dapat menyesuaikan jenis perikanan apa yang dominan dari setiap WPP
dengan membuat skala prioritas. Sebagai contoh Perikanan pelagis kecil, pelagis besar,
termasuk sampai dengan jenis alat tangkap yang dominan khususnya untuk perikanan pelagis.
Figure 31. Density and spatial distribution of Rumpon/FAD 2014 over 1-degree grid over
ALKI-buffer, bathymetry, seamounts and knols data
30 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Figure 32. Density and spatial distribution of Rumpon/FAD 2014 on 10 nMile Grid, ALKI-
buffer, bathymetry, seamounts and knols
Table 3. WPP.RI, number of 1-degree Grid, 10 nMile Grid Version-2 after 12 nMile buffer
31 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN
Table 4. WPP.RI, number of 10 nMile Grid Version-3 after 12 nMile, ALKI, Sea-mount,
Knols buffer and Class of Potentials FAD
Catatan:
1. Rencana kebijakan dan pelaksanaan hanya akan di diberikan ijin sekitar 50 persen dari
potensi rumpon/ FAD per WPP dalam rangka kelestarian sumberdaya ikan
2. WPP-712 Laut Jawa di asumsikan sebagai wilayah perairan yang sudah ‘over fishing’
3. WPP-573 Selatan Jawa Samudra Hindia sebagian penangkapan ikan dilakukan diluar ZEE
Selanjutnya Contoh-contoh Hasil Basis Data Spasial disampaikan pada waktu pelaksanaan FGD.
32 | U N D P - K K P - W A I N D O