Anda di halaman 1dari 32

MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

“Analisis Pengembangan dan Pemetaan Potensi


Penempatan Rumpon di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia (WPPNRI)”

DISCLOSURE:

1. Basis Data Spasial /Spatial data base untuk keperluan Analisa Rumpon/FAD ini dibuat
berdasarkan data yang resmi dari Instansi yang berkompeten baik Nasional (KKP,
BIG,DISHIDROS-TNI.AL, LAPAN , Kentreian Kehutanan dan Lingkungan Hidup,
Kemetrian Energi dan Pertambangan) dan Internasional (Ocean Color NASA Aqua
MODIS, USGS, GEBCO, Global Fishing Watch, ALKI-UNCLOS-KemHub)
2. Sistem Basis Data Spasial yang dibangun berdasarkan Kaidah Perpres No.9 Th 2016
Kebijakan Satu Peta/One Map Policy; PERMEN.KP No 71 Th 2016 dan SNI. BIG
3. Sistem Basis Data Spasial, sesuai dengan sifat Oseanografis seperti SST, Arus dan
Chlorophyll-a dll adalah bersifat DINAMIS, terutama siklus musim (seasonal) musim
Barat (November – April) dan musim Timur (Mei – Oktober)
4. Model Data Spasial yang disajikan masih bersifat “open” belum final dan di tambah –
kurangkan sesuai dengan pengambilan keputusan dan atau Kebijakan adalah
sepenuhnya pada Kementrian Kelautan dan Perikanan. RI

1|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut UU No. 6/1990 tentang
Perairan Indonesia, ada sekitar 17.504 pulau yang tersebar, membentang dari Sabang hingga
ke ujung Merauke. Hal ini membuat negara Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang
diprediksi mencapai USD1.338 miliar per tahun (Data Estimasi KKP, 2020). Potensi tersebut
dimanfaatkan terutama oleh nelayan melalui penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tradisional hingga menggunakan alat-alat yang modern dan canggih. Para nelayan melakukan
penangkap ikan selain menggunakan peralatan tangkap dibantu juga dengan alat pengumpul
ikan atau Fish Aggregating Device (FAD) atau rumpon.

Rumpon adalah Alat bantu pengumpul ikan yang menggunakan berbagai bentuk dan jenis
pengikat/atraktor dari benda padat, berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul, yang di
manfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan (Permen
No.26 Tahun 2014). Penggunaan rumpon dalam perikanan Indonesia memiliki sistem yang
kompleks karena melibatkan berbagai jenis perikanan seperti pelagis kecil dan perikanan tuna.
Alat bantu penangkapan ikan ini terkenal efektif meningkatkan jumlah tangkapan dengan cara
melokalisasi ikan di lokasi tertentu. Meskipun pemanfaatan rumpon dapat menguntungkan
perikanan, masalah dokumentasi yang tidak memadai, dan pemantauan perangkat ini dapat
meningkatkan tekanan penangkapan dan berdampak negatif terhadap stok. Oleh karena itu,
pada beberapa tingkatan, penggunaan rumpon harus dikelola untuk memenuhi kriteria
keberlanjutan.

1.2. Tujuan

1. Melakukan analisis penempatan rumpon sesuai dengan peraturan/regulasi, penataan ruang


laut atau sub-wilayah tertentu yang membatasi penempatan atau pemasangan rumpon di
seluruh WPPNRI.

2. Mengembangkan peta tata ruang digital menggunakan SIG yang memuat koordinat GPS
sesuai dengan peraturan/regulasi, penataan ruang laut atau sub-wilayah tertentu yang
membatasi penempatan atau pemasangan rumpon di seluruh WPPNRI.

3. Memfasilitasi workshop guna penyusunan rekomendasi penempatan rumpon yang


potensial di seluruh WPPNRI

2|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

1.3. Lokasi

Lokasi pekerjaan “Analisis Pengembangan dan Pemetaan Potensi Penempatan Rumpon di


Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI)” adalah di seluruh
WPPNRI.

Scope of work 1:
1. Desk review studi rumpon untuk mengidentifikasi dan merangkum kebutuhan pengelolaan
dan aspek-aspek yang terkait dengan pengelolaan rumpon.
2. Memfasilitasi pertemuan persiapan satu hari dengan Komisi Teknis Direktorat Sumber
Daya Ikan KKP untuk membahas detail tugas, termasuk paket pertemuan di Jakarta (20
narasumber).
3. Menyerahkan detail rencana kerja dan ruang lingkup studi dalam waktu 2 minggu sejak
tanggal dimulainya kontrak, berdasarkan TOR ini, hasil tinjauan pustaka, dan rapat
persiapan.
4. Memperbaharui dan merevisi rencana kerja berdasarkan komentar dan masukan dari
Komisi Teknis di Direktorat Sumber Daya Ikan KKP dan UNDP.

Scope of work 2: Development of analysis


1. Analisis mendalam tentang penempatan rumpon terkait dengan ketentuan yang ada
tentang penataan ruang wilayah laut atau sub-wilayah tertentu yang membatasi
penempatan atau pemasangan rumpon di seluruh WPPNRI.
2. Mengembangkan peta tata ruang digital dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
yang memuat koordinat GPS potensi penempatan rumpon terkait dengan ketentuan yang
ada tentang penataan ruang wilayah atau sub-wilayah tertentu yang membatasi
penempatan atau pemasangan rumpon di seluruh WPPNRI dan dataset terkait .
3. Berkoordinasi dengan Komisi Teknis Direktorat Sumber Daya Ikan KKP hadir dan
memfasilitasi empat FGD virtual untuk mengumpulkan masukan bagi analisis: Kementerian
Kelautan dan Perikanan (20 narasumber), yaitu:
a. Perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (34 narasumber),
b. Perwakilan dari asosiasi nelayan dan industri (20 narasumber),
c. Perwakilan akademisi, organisasi masyarakat sipil (CSO / LSM), kelompok gender dan
pemangku kepentingan terkait lainnya sesuai kebutuhan (20 narasumber).

Scope of work 3: Final Report:


1. Mempresentasikan dan memfasilitasi lokakarya 3 hari dengan 30 anggota Komisi Teknis
di Direktorat Sumber Daya Ikan KKP untuk membahas draf analisis dan peta spasial untuk
masukan dan komentar, dan untuk komisi teknis menyusun rekomendasi penempatan
rumpon di semua WPPNRI.

2. Menyelesaikan analisis dan peta spasial berdasarkan semua masukan dan komentar yang
dikumpulkan dan menyerahkan laporan dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Konsultan
harus menyerahkan penyimpanan file (yaitu USB atau CD) yang berisi soft copy laporan
akhir versi edit, shapefile, semua presentasi, foto dan video, semua data dan perhitungan,
dan hasil simulasi (jika tersedia).

3|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

4|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 1. Approach and steps for FAD spatial data base development

5|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 2. Cluster of variables for Potential FAD

Figure 3. Resume of variables for FAD spatial data base

6|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

2.Tahapan Penyusunan Basis Data Spasial Analisa Penempatan Rumpon di WPP.RI

Tahap 1
Pengumpulan Basis Data Spasial terkait zonasi dari wilayah perairan, meliputi:
- Peraturan yang berlaku terkait zonasi perairan (RZWP3K, RZKAW), Zonasi tata ruang laut:
kawasan konservasi, budidaya, pertambangan, kawasan strategis, ALKI, alur pelayaran,
kabel bawah laut, pipa bawah laut.
- Studi mengenai alur migrasi biota laut (tuna, cetacean, sea turtle).
- Studi dari KKP mengenai wilayah larangan penempatan rumpon dan wilayah yang dapat
dipasang rumpon.
- Koordinat actual-catch berdasarkan logbook nelayan dan VMS

Tahap 2
Analisa mendalam mengenai wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemasangan rumpon,
meliputi:
- Luasan area yang dapat berpotensi untuk pemasangan rumpon
- Potensi jumlah posisi rumpon yang tersedia berdasarkan jarak minimal antar posisi, yaitu
10 nautical miles dan non zig-zag
- Penentuan kesuburan perairan berdasarkan: sea surface temperature, chlorophyl-a,
underwater sea mount; dan sea surface height

Tahap 3
Pembuatan klasifikasi dari setiap posisi rumpon yang potensial, meliputi:
- Jenis kapal yang beroperasi berdasarkan Permen KP No.71 Tahun 2016 mengenai jalur
penangkapan.
- Jenis rumpon yang dapat dipasang (kekuatan lampu dsb), rumpon jangkar (anchored) dan
drifting
- Analisa operasional berdasarkan jarak dari setiap posisi rumpon terhadap pelabuhan
perikanan terdekat
- Analisa investasi berdasarkan kedalaman posisi rumpon (apabila menggunakan rumpon
jangkar)
- Klasifikasi tingkat kesuburan perairan dari setiap posisi rumpon

Pada Tahap ke-3 ini dapat menyesuaikan jenis perikanan apa yang dominan dari setiap WPP
dengan membuat skala prioritas, sebagai contoh: Perikanan pelagis kecil, pelagis besar, ikan
karang, demersal, cumi, udang dsb.

A.WPP-Natuna (Perbatasan) : jenis rumpon hanyut, shallow water (< 200m), fix/ankered dan
Prospective

Jenis kapal dan alat tangkap Mini-purse-seine, dan Purseine > 50 GT, Jenis ikan tongkol,
tongkol merah (cakalang); Rencana P3 menjadi PPS – cold storage, dermaga

A.1. batas negara

A.2. jarak antar Rumpon/FAD

7|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

A.3. buffer ALKI, RZWP3K : Konservasi,dll; Kabel /pipa bawah laut; kedalaman

A.4. produktifitas FAD: area kelas fishing ground

A.5. alur daerah tangkap : I,II (1-3 GT) dan III (> 50 GT kpl PS Pontianak, TjPinang, TjBalai
Karimun; diatas batas 12 nMil)

A.6. pertimbangan musim utara dan selatan

3.Existing and Related Spatial Data Base

Table 1. Data used in the methodology of assessing potential areas for FADs placement in FMAs.

No. Geospatial Data Data Source


1. Fisheries Management Area (WPP RI) boundaries MMAF
2. Fishing port, such as Oceanic Fishing Port (PPS), MMAF
National Fishing Port (PPN), Coastal Fishing Port (PPP),
Fish Auction Area (TPI)
3. Indonesia Territorial Border, ZEE, etc. Hydrography-Indonesian Navy,BIG, MMAF
4. Indonesia coastline BIG
5. Indonesia islands geographical names/ TOPONIMI BIG
6. Provincial administrative boundaries BIG
7. Regency and cities administrative boundaries BIG
8. Indonesia Bathymetry (BATNAS) BIG, Hydrography-Indonesian Navy
9. National Marine Spatial Planning (Tata Ruang laut MMAF
Nasional)
10. Zoning Plan Between Regions (Rencana Zonasi Antar MMAF
Kawasan/RZKAW) (12 - 200 NMile)
11. Provincial Zoning Plan for Coastal Areas and Small MMAF, and Provincial Government
islands (RZWP3K) (0-12 NMile)
12. Existing location of FADs (Secondary data of GPS data Fishing Vessels, Fishing Ports, Fishing
collection) Companies, MMAF, and LIPI
13. Monthly Sea Surface Temperature (SST) : MODIS Big Data Processing of Google Earth Engine,
AquaTerra and Marine Geomatic Center, Diponegoro
University
14. Monthly Chlorophyll-a concentration : MODIS Big Data Processing of Google Earth Engine,
AquaTerra and Marine Geomatic Center, Diponegoro
University
15. Monthly Sea Surface High (SSH) Big Data Processing of Google Earth Engine,
and Marine Geomatic Center, Diponegoro
University
16. Fishing Vessels Spatial Distribution Analysis (AIS Data Fishing Vessels, Fishing Ports, Fishing
Analysis) Companies, MMAF, LAPAN, and Global
Fishing Watch.
17 Indonesian Achipelagic Sea Lanes (ALKI) Hydrography-Indonesian Navy, BIG, Ministry
of Transportation; UNCLOS

8|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

No. Geospatial Data Data Source

18 Bathimetry GEBCO and BIG


19 Sea-mount position GEBCO and BIG
20 Underwater Cable and Pipes
21 Coral-reef
22 Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)/ Ministry of Environment Forestry
Conservation Zone
23 Marine Biota Migration Tracks
24 Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional - RZKSN/ MMAF
National Strategic Zones
25 Coastal and Underwater Mining Zone Ministry of Energy and Mining

Tabel 2: GIS Modeling Criteria for FADs Priority Areas at the Indonesian Fishing
Management Area

No. Component Indicators Data Source


I. Regulation:
1) National Spatial Planning (Tata Marine multiple use MMAF
Ruang laut Nasional) zone
2) Rencana Zonasi antar kawasan Fishing Ground Sub MMAF
(>12 NMile) Zone
3) RZWP3K: Provincial zoning Fishing Ground Sub MMAF, and
plans for coastal areas and Zone Provincials Gov.
small islands (<=12 NMile)
II. 4) Depth meter National Bathymetry
data and GIS
modeling.
III. 5) Distance from fishing harbors NMile MMAF, and Eucledien
Distance Modeling of
GIS
IV. 6) Exiting location of Fads Existing FADs spatial MMAF, and LIPI
(Secondary data of GPS data distribution
collection)
V. Seasonal Oceanography data Potential upwelling Big Data Processing of
analysis based on 5 (five) years’ zones, front and hight Google Erath Engine,
time series satellite data analysis: of marine productivity and Marine Geomatic
7) Sea Surface Temperature Center, Diponegoro
(SST) University
8) Chlorophyll-a concentration
9) Sea Surface High (SSH)
VI. 10) Fishing Vessels Spatial Fithing gound spatial MMAF, LAPAN, and
Distribution Analysis (Global distribution Global Fishing Watch.
Fishing Watch and AIS Data
Analysis)

9|U ND P-K KP- WAIND O


MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 4. Statial distribution of WWP.RI

10 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 5. GIS Database of Indonesia Teritorial Border (12 nMile); ZEE 200 nMile and ALKI

Figure 6. Actual isodepth contur of Indonesian seawater

11 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 7. GIS database of Bathymetry and classified for shallow (<200m) and deep (>200m)
seawater and the Sea Bottom topography of Indonesia

12 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 8. GIS Database of Indonesia Fishing Harbors, consist of PPP, PPI, PPN, PP, and
PPS.

13 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 9. GIS Database of Indonesia Maritime Sea Lanes (ALKI)

Figure 10. GIS Database of the Fishing Harbor Management Center of Indonesia

14 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Fishing Zone

Figure 11. GIS Database of Indonesia Fishing Area base on Indonesia Maritime Spatial Planning
and 171 establish Indonesian marine conservation zone.

Figure 12. GIS Database of National Strategic Zone (KSNT) Based on Indonesia Spatial Planning

15 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

4. Buffering to the existing related spatial database

Figure 13. Buffering of 4 and 12 nMile of Provincial Marine Zone

Figure 14. Overlay and buffering out of provincial RZWP3K 12 nMile

16 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 15. Buffering for the 10 nMile wide - ALKI line, underwater pipe, cable

17 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

5. Bathymetry (Depth) Data.

Bathymetry data was specially processes using the integrated interpolation of digital 1: 500,000
of Peta Lingkungan Laut Nasional (National Sea Maps) and 1: 250,000 of Lingkungan Pantai
Indonesia (Coastal Indonesian maps), tidal MSL correction and than interpolation using Titik
Pemeruman Kedalaman (Acoustic Depth Coordinate) from BIG (Badan Informasi Geografi)
to produce the bathymetry raster data with spatial resolution of 600 m for the whole Indonesian
seawater. The resulted depth data is much better accuracy than the GEBCO world bathimetry
data which has spatial resolution of 4 km pixel size.

6. Sea-Mount (1,000m height) and Knols (500m height) data.

Seamount and knols data were collected from https://data.unep-wcmc.org/datasets/41 Yesson


C, Clark MR, Taylor M, Rogers AD. 2011. The Global distribution of seamounts based on 30-
second bathymetry data. Deep Sea Research Part I : Oceanographic Research Papers 58:442-
452. DOI: 10.1016/j.dsr.2011.02.004.

7. Actual catch and rumpon/FAD posistion – Spatial Classification

Fishing vessel log-book, type of fishing vessels/boat : drift-gillnet, tuna longline,tonda fishing
line, skipjack pole and line, small pelagic (anchovy – Stolephorus.spp) light fishing, Squid-
light fishing, Mini-purse seine, Large Purse-seine

Figure 16. Seasonal Fishing Activities Spatial Distribution Area based on Global Fishing
Watch Data 2014 – 2020 Refer for WPP-573.

18 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 17. Seasonal Fishing Activities Spatial Distribution Area based on Global Fishing Watch Data
2014 – 2020 Refer for WPP-718

Figure 18. Website for Sea Surface Temperature (SST) and Chlorophyll-a from NASA
Ocean-color

19 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 19. SST ( C) at Java Sea and Indication of Up-welling at South Java Indian Ocean
During East Season

Figure 20. Chlorophyll-a Concentration (mg/m3) at West Java Sea and South-East Savu and
Indian Ocean During East Season

20 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 21. Overlay of MODIS - SST on bathimetry for WPP-711 Natuna and Bangka
Belitung

Figure 22. Three Dimention (3D) Overlay of actual catch on SST and Bathimetry at WPP-
711 Natuna and Bangka Belitung

21 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

8. Karakter Sumberdaya Ikan dan Alat Tangkap di Beberapa WPP.RI

8.1. WPP-711 (Strategis Perbatasan Negara) : Natuna: Purse seine (Pontianak, TjBalai
Karimun, Tj Pinang) – Kepri – Babel (Bagan apung cumi, rumpon lampu) -Kalbar; Laut
Dangkal

Nelayan Natuna kapal 1 – 3 GT, pancing tongkol, cakalang (tongkol merah)

Pembangunan dari Pelabuhan Perikanan Pantai (P3) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudra.
Fasilitas eksisting ad dermaga dan cold storage (Perindo, sejak 2017).

Kapal ikan lain di WPP- Natuna adalah Pursesein 50 – 70 GT berasal dari Pontianak, Tanjung
Balai Karimun dan Tj Pinang. Rumpon Lampu dan daun kelapa

Kepadatan kapal dan rumpon per WPP

8.2. WPP-715 (Terpadat – ilegal rumpon : fix dan drifting FAD), rawai pancing, tonda, tuna
cakalang

Kepadatan kapal dan rumpon per WPP

8.3. WPP-717 (Strategis Perbatasan Negara – Laut Dalam) : Utara Papua

Kepadatan kapal dan rumpon per WPP

8.4. WPP-712 : Laut Jawa – Kangean; Laut Dangkal, small pelagic, Purse Seine; Drifting FAD,
rumpon lampu

Kepadatan kapal dan rumpon per WPP

8.5. WPP-713 : Selat Makasar-NTB

Kepadatan kapal dan rumpon per WPP

8.6. WPP-572 : Samudra Hindia Barat Sumatera

1.kapal Tuna long line

2. kapal bagan apung – ikan teri/bilis (Stolephorus.spp); rumpon lampu/light-fishing

22 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 23. Bagan Light-Fishing West Sumatera Indian Ocean

23 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 24. Opration of Bagan-Light Fishing West Sumatera Indian Ocean

24 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 25. Catch of Bilis (Stolephorus.spp) Bagan-Light Fishing West Sumatera


Indian Ocean

Figure 26. Drifting Gillnet of Cilacap Fishing Port

25 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 27. Log-Book coordinate of tuna vessel at Cilacap Fishing Port.2020

26 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 28. Log-Book coordinate of drifting gill net at Cilacap Fishing Port.2020

Figure 29. Boukeami light-fishing FAD of Kejawanan Cirebon Fishing Port

27 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 30. Large Purse-seine (>50 GT) of Pemangkat Pontianak Fishing Port

9. Spatial Analysis Methods

9.1. Spatial Buffering Method.


Adalah sebagai pengurang dalam penentuan wilayah perairan yang bebas dari pembatasan
kegiatan, yaitu wilayah perairan diluar batas RZWP3K yaitu zona pemanfaatan umum.
Kegiatan perikanan tangkap termasuk pemasangan rumpon dapat dilakukan pada Zona
Pemanfaatan Umum.
Metode ini berlaku untuk semua wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang terletak di
kawasan Indonesia barat yaitu WPP 571 - Malaca strait (set bagan/ Anchovy light fishing,
Purse-seine), WPP 572 - West Sumatera Indian Ocean (Large anchovy light fishing boat, Tuna
long-line, tuna and skipjack hand-line), WPP 573 - South Java Indian Ocean (Tuna long-line,
tuna and skipjack hand-line, drift gillnet), WPP 711 : Natuna, Bangka-Belitung, Karimata strait
(squid light fishing, skipjack drift gill-net, large purse-seine), WPP 712 : Java sea (gill-net,
squid light fishing, mini and large purse-seine).
Kawasan Indonesia timur, antara lain WPP 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan
Laut Bali), 714 (Perairan Teluk Tolo dan Laut Banda), 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut
Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau), 716 (Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau

28 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Halmahera), dan 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik. Lima WPP di kawasan
Indonesia timur identik dengan pemanfaatan rumpon untuk perikanan pelagis kecil dan pelagis
besar seperti tuna, cakalang, tongkol dimana jenis rumpon yang sering digunakan adalah
rumpon jangkar (anchored FAD) dengan dominansi jenis alat tangkap yang berasosiasi dengan
rumpon adalah purse seine (PS), handline (HL) dan pole and line (PL).

Dari tahapan pertama, wilayah yang bebas dari pembatasan akan dilakukan analisa
mendalam mengenai area yang berpotensi untuk pemasangan rumpon dengan
mempertimbangan Permen KP No. 26 Tahun 2014 tentang rumpon serta beberapa hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Luasan area yang dapat berpotensi untuk pemasangan rumpon
2. Potensi jumlah posisi rumpon yang tersedia berdasarkan jarak minimal antar posisi, yaitu
10 nautical miles dan non-zigzag
3. Penentuan kesuburan perairan berdasarkan: sea surface temperature, chlorophyl-a.
4. Studi dari Balai Riset Kelautan dan Perikanan (BRPL-KKP) pada tahun 2019 yang
menghasilkan sebanayak 6.084 titik koordinat yang potensial untuk penempatan rumpon
dan 5.580 titik koordinat yang dilarang untuk pemasangan rumpon di WPP 711 dan 712.
5. Selanjutnya, lokasi titik koordinat dapat di overlay dengan lokasi penangkapan ikan
berdasarkan logbook nelayan dan vessel monitoring system (VMS) khususnya untuk kapal
penangkap ikan yang berasosiasi dengan rumpon.

9.2. Pembuatan klasifikasi dari setiap posisi rumpon yang potensial, meliputi.
- Jenis kapal yang beroperasi berdasarkan Permen KP No.71 Tahun 2016 mengenai jalur
penangkapan.
- Jenis rumpon yang dapat dipasang (kekuatan lampu dsb), rumpon jangkar (anchored)
- Jumlah rumpon juga mempertimbangkan jenis perikanan yang dominan di setiap WPP
dengan mempertimbangkan hasil penelitian mengenai opsi pengelolaan di masing-masing
WPP (Suman et al., 2018) sebagai berikut:
- WPP 713 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 8.327 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 11.877 unit purse seine untuk ikan pelagis besar.
- WPP 714 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 4.262 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 4.315 unit purse seine untuk ikan pelagis besar

29 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

- WPP 715 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 3.653 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 5.228 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;
- WPP 716 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 4.228 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 3.488 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;
- WPP 717 : - upaya optimal (f_opt), yaitu : 677 unit purse seine untuk ikan
pelagis kecil; 1.482 unit purse seine untuk ikan pelagis besar;

- Analisa operasional berdasarkan jarak dari setiap posisi rumpon terhadap pelabuhan
perikanan terdekat
- Analisa investasi berdasarkan kedalaman posisi rumpon dimana rumpon jangkar
membutuhkan investasi modal untuk tali.
- Klasifikasi tingkat kesuburan perairan dari setiap posisi rumpon
Pada Tahap ke-3 ini dapat menyesuaikan jenis perikanan apa yang dominan dari setiap WPP
dengan membuat skala prioritas. Sebagai contoh Perikanan pelagis kecil, pelagis besar,
termasuk sampai dengan jenis alat tangkap yang dominan khususnya untuk perikanan pelagis.

Figure 31. Density and spatial distribution of Rumpon/FAD 2014 over 1-degree grid over
ALKI-buffer, bathymetry, seamounts and knols data

30 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Figure 32. Density and spatial distribution of Rumpon/FAD 2014 on 10 nMile Grid, ALKI-
buffer, bathymetry, seamounts and knols

Table 3. WPP.RI, number of 1-degree Grid, 10 nMile Grid Version-2 after 12 nMile buffer

WPPRI Number of 1 Grid Number of 10 nMile Centre Point


Potential WPPRI for Placement of Rumpon/ FAD
571 : Selat Malaka 8 205
572 : Barat Sumatera 60 2.066
573 : Selatan Jawa 65 2.069
711 : Natuna 38 910
716 : Utara Sulawesi 35 1.063
717 : Utara Papua 41 1.448
718 : Selatan Papua 32 1.000
Overload WPPRI
715 : Bitung 18 306
712 : Laut Jawa 17 295*
713 : Kangean Selat 16 301
Makasar
714 : Laut Banda 29 793
TOTAL 10.456

31 | U N D P - K K P - W A I N D O
MATERI DISKUSI FGD-1 TIDAK UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Table 4. WPP.RI, number of 10 nMile Grid Version-3 after 12 nMile, ALKI, Sea-mount,
Knols buffer and Class of Potentials FAD

No WPP Jumlah Potensi FAD Grid 10 nMile berdasarkan Kelas Variabel


Oseanografi Suhu Permukaan Laut Data Musim Timur (MT) dan
Musim Barat (MB)
BAIK SEDANG KURANG Jumlah per
BAIK WPP
1 571- Selat Malaka (MT) 14 78 98 190
2 572- Barat 1062 346 650 2058
Sumatera(MT)
3 573- Selatan Jawa (MB) 12 879 1170 2061
4 711- Natuna (MT) 70 325 417 812
5 712- Laut Jawa (MB) 3 22 156 181*
6 713- Kangean Selat 109 49 31 189
Makasar (MT)
7 714- Laut Banda (MB) 0 178 512 690
8 715- Bitung (MT) 174 53 38 265
9 716- SULUT (MT) 13 156 819 988
10 717- Utara Papua (MB) 24 494 912 1430
11 718- Selatan Papua (MB) 36 596 331 963
JUMLAH 1.517 3.176 5.134 9.827

Catatan:

1. Rencana kebijakan dan pelaksanaan hanya akan di diberikan ijin sekitar 50 persen dari
potensi rumpon/ FAD per WPP dalam rangka kelestarian sumberdaya ikan
2. WPP-712 Laut Jawa di asumsikan sebagai wilayah perairan yang sudah ‘over fishing’
3. WPP-573 Selatan Jawa Samudra Hindia sebagian penangkapan ikan dilakukan diluar ZEE

Selanjutnya Contoh-contoh Hasil Basis Data Spasial disampaikan pada waktu pelaksanaan FGD.

32 | U N D P - K K P - W A I N D O

Anda mungkin juga menyukai