Anda di halaman 1dari 107

Subandono

Oleh:
Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng
Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Hp. 081585659073


KEBIJAKAN PERENCANAAN
PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
Penekanan pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil.
A strong nation faces the sea,
While a weak one turns its back on it
Lin Zexu (1785-1850)
2
Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km
panjang garis pantai
Produktivitas hayati tinggi dengan
keanekaragaman hayati laut tropis terkaya
di dunia
Pusat kegiatan rekreasi, transportasi,
industri, permukiman, pelabuhan, bisnis,
jasa lingkungan dll.
Kontribusi ekonomi sektor kelautan dan
perikanan pada GDP : sebesar 24,5% dari
total GDP nasional, hanya + 2,5% berasal
dari komoditas perikanan
55% produksi perikanan berasal dari
wilayah pesisir
Wilayah pesisir Indonesia
mengandung sekitar 2.500 spesies
moluska, 2.000 spesies krustase, 6
spesie penyu, 30 spesies mamalia
laut, dan lebih dari 2.000 spesies
ikan. Luas terumbu karang mencapai
32.935 km2 (sekitar 16,5% dari luas
terumbu dunia), dan terdiri atas 70
genus dan lebih dari 500 spesies
karang.
Rentan terhadap perubahan lingkungan
dan ancaman bencana
Konflik Pemanfaatan Ruang
Ilegal Fishing dan merusak
Produksi Peikanan menurun sejak 1990
Overfishing, tamgkapan semakin kecil dan
fishing ground semakin jauh

POTENSI SUMBER DAYA DAN ANCAMAN BENCANA
DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Wilayah Pesisir Provinsi
Wilayah Pesisir Kab/Kotai
Laut akan semakin terbuka
Pengguna sumberdaya laut akan semakin banyak
Laut akan semakin sesak dan kompetitif
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG DAN SUMBER DAYA SEMAKIN MENINGKAT!
BAGAIMANA MENGHADAPI MASA DEPAN LAUT
YANG SEMAKIN SESAK DAN KOMPETITIF ?
DIPERLUKAN CAMPUR TAGAN PEMERINTAH LEWAT KEBIJAKAN PUBLIK DENGAN PERENCNAAN
DALAM MENCARRI SOLUSINYA
PERENCANAAN YANG KOMPREHENSIF DAN TERPADU
PERENCANAAN SPASIAL PERENCANAAN NON SPASIAL
RTRWN
RTRWP
RTRWK
RTR Kota
RDTR
RZWP-3-K
RPJP (20 tahun)
RPJM (5 tahun)
RSWP-3-K
PROVINSI
KAB/KOTA
(20 tahun)
RPWP-3-K
RAPWP-3-K
RKPD
UU 27/2007 Jo. UU 1/2014
Tentang PWP-PPK
UU 26/2007
UU 25/2004
UU 24/2007
PB
UU32/2004
OTODA
PERIJINAN
UU SEKTORAL
UU 32/2009
RTRPulau/ Kepulauan
RTR Strategis nasional
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Subandono
Pasal 6 (3)
Pasal 1
Pasal 6 (4)
Pasal 6
(5)
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah
yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan.
Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ruang laut dan ruang udara pengelolaannya
diatur dengan undang-undang tersendiri
TENTANG PENATAAN RUANG
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
PERENCANAAN PEMANFAATAN PENGAWASAN PENGENDALIAN

RSWP3K (20 THN)
RZWP3K (20
THN)
RPWP3K (5 THN)
RAPWP3K (1-3
THN)
HP3 IZIN
Rehabilitasi

Patroli dan
Penyidikan

Akreditasi
Program
PWP3K
Serasi, seimbang
selaras dengan
RTRW
Prov/Kab/Kota
Bagian tidak
terpisahkan dari
RPJP Daerah
DITETAPKAN
DENGAN PERDA

Pemanfaatan
PPK dan Perairan
dsk
Reklamasi

Konservasi
Pemda wajib menyusun semua perencanaan sesuai kewenangan masing-masing. (PASAL 7)
Psl. 9 ayat (2)
Psl. 8 ayat (1)
(Psl. 9 ayat (5))
Pasal 16
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir
dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki Izin
Lokasi.
(2) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pemberian Izin
Pengelolaan
Pasal 19
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan
perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
wajib memiliki Izin Pengelolaan.
RTRWN
RTRW KAB /
KOTA
PERDA KAB / KOTA
PERATURAN ZONASI
SISTEM KAB / KOTA
IJIN PRINSIP
IZIN LOKASI
(Di Darat)
IZIN PENGGUNAAN /
PEMANFAATAN TANAH
RENCANA DETAIL
TATA RUANG
KAWASAN
IZIN LOKASI
(Di Perairan Laut dan sebagian PPK)
RZ RINCI ZONA
PERATURAN
PEMANFAATAN
RUANG
Blok-blok
Peruntukan
Ruang
IZIN LAIN SESUAI
PERATURAN PERUNDANG2AN
Berdasarkan PP No.15/2010 tentang PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG (turunan UU 26/2007)
SISTEM PERIZINAN DI LAUT
WILAYAH PERAIRAN PESISIR
(Perubahan UU 27/2007 Jo UU 1/2014)
RZWP3K PROV
(>4 MIL & <12 MIL)
RZWP3K KAB/KOTA
(1/3 KAW PROV )
SISTEM PERIZINAN DI DARAT
IMB
1
IZIN PENGELOLAAN
2
3
4
5
IZIN LAIN SESUAI
PERATURAN PERUNDANG2AN
LEX SPECIALIS UU 26/2007
Ps. 6 ayat (5) Ruang laut dan ruang udara,
pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendirii

1
2
RTRW PROV
IZIN PRINSIP
PULAU-PULAU
KECIL (ILP2K)
IZIN LOKASI
IZIN PENGELOLAAN
PENCADANGAN
LOKASI (PESISIR)
PULAU-PULAU KECIL
PESISIR
Persyaratan
Tata cara
Pencabutan
Luasan
Jangka waktu
Berakhirnya Izin
a. produksi garam
b. biofarmakologi laut
c. bioteknologi laut
d. air laut selain energi
e. wisata bahari
f. pipa dan kabel bawah laut
g. pengangkatan BMKT
Persyaratan
Tata cara
Pencabutan
Luasan
Jangka waktu
Berakhirnya Izin
PEMOHON
KONSEPSI PERIZINAN DI WP3K
Subandono
RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL (RSWP-3-K)
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP-3-K)
RENCANA
PENGELOLAAN
(RPWP-3-K)

RENCANA
AKSI (RAPWP-3-K)
Alokasi ruang
Pemilihan &
penempatan kegiatan
Alokasi SDA
Rencana kerja
Pengaturan koordinasi
Paket terpadu kegiatan
Public campaign
Tujuan
Cakupan kegiatan
Tatanan pelaksanaan
Manfaat
dll
Isu pengelolaan
Visi, Misi
Tujuan, Sasaran
Strategi, Kebijakan
Program
Pasal 7 ayat 1
PERENCANAAN PWP-3-K
NSP penyusunan diatur dgn Peraturan Menteri (Permen 16/2008)
Pemda wajib menyusun semua perencanaan sesuai kewenangan
masing-masing.
Perencanaan Spasial
Jo. UU No. 1/2014
Rencana Strategis WP3K
(RZWP-3-K) adalah rencana
yang memuat arah kebijakan
lintas sektor untuk kawasan
perencanaan pembangunan
melalui penetapan tujuan,
sasaran, dan stategi yang luas,
serta target pelaksanaan dengan
indikator yang tepat .

Masa berlaku 20 tahun


UU 27/2007
Jo. UU 1/2014 Rencana Strategis adalah
rencana pembangunan jangka
menengah (RPJ M) baik untuk
kementerian/lembaga maupun
Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan merupakan dokumen
perencanaan dengan masa
berlaku 5 tahun.

Masa berlaku 5 tahun


UU 25/2004
Dalam ensiklopedi, isu didifinisikan sebagai suatu
peristiwa/kejadian/hal yang dapat diperkirakan dapat terjadi dimasa
yang akan datang yang menyangkut ekonomi, moNeter, sosial, politik,
hukum, pembangunan, bencana alam atau tentang krisis.
Subandono - KKP
PP NO 64/2010 MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Subandono
Pendalaman Isu Strategis
FGD
Pembahasan tujuan,
sasaran,strategi, arah
kebijakanIndikator, Target,
program
Draft Renstra
Konsolidasi
Draft Renstra
(Revisi)
Draft Renstra Revisi
Draft Final
Konsep Tindak
Lanjut
INPUT KEGIATAN PROSES OUTPUT/MUATAN HASIL
Sosialisasi dan Apresiasi

Sosialisasi
Sosialisasi Penyusunan
Renstra
Penyampaian Orientasi
Kelembagaan POKJA
Pembentukan
Kelompok Kerja
Menjaring masukan mengenai visi
dan misi
Menjaring masukan mengenai
rumusan isu
Draft Renstra
Draft Renstra
Tujuan dan sasaran
Strategi dan Arah kebijakan
Penetapan indikator dan target
Penyusunan program
masukan dari
berbagai pihak
Draft Renstra
Visi dan Misi
Rumusan Isu
Penetapan kegiatan
Konsultasi Publik
Penyusunan Renstra
Awal
Penyusunan
Renstra Antara
Penyusunan
Renstra Lanjutan
Konsultasi
Publik
Penyempurnaan
Draft Final
Surat Penetapan
TAHAPAN
PERMEN 16 TAHUN 2008
PEMBENTUKAN
KELOMPOK KERJA
PENYUSUNAN
DOKUMEN AWAL
KONSULTASI
PUBLIK
PENYUSUNAN
DOKUMEN ANTARA
KONSULTASI
PUBLIK
PERUMUSAN DOKUMEN
FINAL
PENETAPAN
Subandono - KKP
PELATIHAN
Subandono
Rencana Zonasi merupakan
implikasi spasial (keruangan)
untuk kebijakan-kebijakan
rencana strategis
Subandono
1. Kebutuhan manusia akan sumberdaya alam termasuk dari laut semakin meningkat, disisi
lain, sumberdaya laut tidak dapat mengejar tingginya tuntutan tersebut
2. Laut dianggap sebagai milik bersama atau open-access sehingga banyak pihak yang
ingin mengambil manfaat sebesar besarnya dari laut. Hal ini seringkali mengakibatkan
pemanfaatan sumberdaya laut yang berlebihan seperti overfishing
3. Pemanfaatan sumberdaya laut tidak dapat dilepaskan pada mekanisme pasar melalui
mekanisme demand-supply Karena tidak semua sumberdaya laut seperti habitat alam,
dan rantai makanan dapat dinilai dengan uang. Tanpa ada pengaturan, sumberdaya yang
tidak dapat dinilai dengan uang akan KALAH bersaing dalam ruang laut.
4. Tingginya tuntutan akan pemanfaatan sumberdaya laut dapat menyebabkan konflik
pemanfaatan.

Karena alasan alasan tersebut maka harus ada suatu proses yang dilakukan oleh
masyarakat atau negara untuk memutuskan sumberdaya alam laut yang mana yang dapat
dimanfaatkan seiring jalannya waktu dan terrsedianya ruang. Proses tersebut adalah
perencanaan zonasi.


Keuntungan Ekonomi
Memfasilitasi akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memberikan
akses yang lebih besar dan kepastian hukum bagi sektor swasta dalam
berinvestasi
Mengidentifikasi area area yang cocok untuk dimanfaatkan
Memberikan landasan bagi perijinan
Mendorong pemanfaatan ruang dan sumberdaya laut dan pesisir yang efisien
Mengurangi kemungkinan dampak negatif dari pemanfaatan sumberdaya laut
dan pesisir
Mengidentifikasi area area yang penting secara ekologi dan kelangsungan
kehidupan habitat laut dan pesisir dan mengurangi konflik dengan
pemanfaatan ekonomis
Memastikan alokasi ruang untuk keanekaragaman hayati dan konservasi alam
Keuntungan Lingkungan
1. Mendorong kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan melalui keterlibatan dalam proses perencanaan
2. Melindungi ruang yang secara turun temurun dimanfaatkan untuk
kepentingan sosial budaya masyarakat seperti untuk upacara adat, wilayah
ulayat, wilayah suci laut
Keuntungan Sosial Budaya
1. Mengurangi konflik pemanfaatan ruang baik antara pemanfaatan yang tidak
kompatibel maupun konflik antara pemanfaatan manusia dan kelestarian
lingkungan alam
2. Membantu menyelesaikan konflik pemanfaatan sumberdaya yang
bertabrakan secara rasional dan objektif
3. Memberikan landasan bagi pengambilan kebijakan pemanfaatan sumberdaya
4. Mengakomodir kepentingan nasional seperti pengembangan energi alternatif
terbarukan, pertahanan
Keuntungan Strategis
RZWP-3-K
T
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i

L
a
u
t

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

E
k
o
n
o
m
i

E
n
e
r
g
i

d
a
n

J
a
s
a

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

K
u
a
l
i
t
a
s

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

P
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n

P
e
r
i
k
a
n
a
n

T
a
n
g
k
a
p

P
e
r
i
k
a
n
a
n

B
u
d
i
d
a
y
a

P
e
r
t
a
h
a
n
a
n

K
e
a
m
a
n
a
n

Subandono
DOKUMEN FORMAL PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
ACUAN PEMBERIAN IJIN
PEMANFAATAN RUANG LAUT
MEMBERI KEKUATAN
HUKUM PEMANFAATAN
RUANG LAUT
ALAT SINERGITAS
SPASIAL
PERISAI LEGITIMASI
PERUNTUKAN
RUANG LAUT
RUJUKAN KONFLIK
RUANG LAUT
Subandono
Subandono
No UU 26/2007 UU 27/2007 Jo. UU 1/2014
RTRW RZWP-3-K
POLA RUANG POLA RUANG
1 Kawasan Budidaya Kawasan Pemanfaatan Umum
2 Kawasan Lindung Kawasan Konservasi
3 Kawasan Strategis Nasional Kawasan Strategis Nasional Tertentu
STRUKTUR RUANG
STRUKTUR RUANG
Alur Pelayaran Alur Laut (Alur Pelayaran, Migrasi Ikan,
Kabel laut)
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Subandono
No Kawasan Zona
1 Budidaya Kawasan peruntukan hutan
produksi, perikanan, pertanian,
pertambangan, pariwisata, industri
2 Lindung Kawasan yg memberikan
perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, kawasan
perlindungan setempat, kawasan
suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya, kawasan rawan
bencana, kawasan lindung geologi
3 Strategis
Nasional
pertahanan keamanan, situs
warisan dunia, perbatasan dan
pulau-pulau kecil terluar
4 Alur
Pelayaran
alur pelayaran
No Kawasan Zona
1 Pemanfaat
an umum
Pariwisata, pemukiman, pelabuhan,
pertanian, hutan, pertambangan,
perikanan budidaya, perikanan
tangkap, industri, infrastruktur
umum, dan zona pemanfaatan
terbatas sesuai dengan karakteristik
biogeofisik lingkungannya
2 Konservasi Kategori konservasi perairan,
konservasi pesisir dan pulau-pulau
kecil, konservasi maritim, dan/atau
sempadan pantai
Zona : Inti, Pemanfaatan Terbatas,
Pemanfaatan lainnya

3 Strategis
Nasional
Tertentu
pertahanan keamanan, situs warisan
dunia, perbatasan dan pulau-pulau
kecil terluar
4 Alur Laut alur pelayaran, alur sarana umum,
dan alur migrasi ikan, serta pipa dan
kabel bawah laut
UU 26/2007 UU 27/2007
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
1:250.000
1:50.000
1:25.000
Delineasi ke
Kawasan
Delineasi ke
zona/sub zona
Delineasi ke
zona/sub zona
4-12 mil Delineasi ke zona
Subandono
Belum adanya kesamaan pola pikir dan cara pandang yang sama para
eksekutif dan legislatif baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
penataan ruang perairan laut wp-3-k/RZWP-3-K
Belum mengerti cara menyusun rencana tata ruang wp-3-k/RZWP-3-K
yang disertai dengan peraturan zonasi.
Hasil perencanaan tata ruang laut/RZWP-3-K kurang baik karena data yang
digunakan adalah data yang tersedia, bukan data yang dibutuhkan
Kurangnya komitmen pimpinan, penyusunan tata ruang/RZWP-3-K kurang
mempunyai nilai politis karena berupa dokumen.
Terbatasnya fasilitator yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan RZWP-3-K
Terbatasnya anggaran untuk pengumpulan data dan informasi dan untuk
menyusun RZWP-3-K yang sifatnya partisipatif.
Daerah belum memahami RZWP-3-K sebagai instrumen penataan ruang di
perairan laut.
Terbatasnya sumber Daya Manusia


1
2
3
4
5
6
7
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8
No Proses Perencanaan Tata Ruang Wilayah Darat Proses Perencanaan RZWP3K di Perairan Laut

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.

12.
13.

Penetapan Batas Wilayah (administrasi/fungsional)

Inventarisasi data dasar
Inventarisasi peta dasar (topografi, geologi, dll)
Analisis Kebijakan
Analisis Fisik (overlay)
Analisis Ekonomi
Analisis Sosial (an. penduduk)
Konsep Rencana
Strategi Pemanfaatan Ruang
Rencana Struktur Ruang (Pusat-Pusat Pertumbuhan)
Rencana Pola Ruang (Land Use)

-
Indikasi Program/Kegiatan

Penetapan Batas Wilayah Perairan (4 mil, 12 mil, dst,
fungsional);
Inventarisasi data dasar (ekosistem, biota laut, dll)
Inventarisasi peta dasar (batimetri, geologi,
oseanografi, dll)
Analisis Kebijakan
Analisis Fisik (overlay)
Analisis Ekonomi (MSY)
Analisis Sosial (mediasi konflik)
Konsep Rencana (Identifikasi fungsi kegiatan)
Strategi Pemanfaatan Ruang
Rencana Struktur Ruang (Pusat-Pusat Pertumbuhan)
Rencana Pola Ruang (Identifikasi fungsi kegiatan)

Resolusi Konflik
Indikasi Program/Kegiatan
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau KecilDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Perkotaan
dan Industri
Pertanian
Wisata
Bahari
Area
Publik
Kaw.
Konservasi
Budiday
a Laut
Mineral
-Energi
Pelayaran
Penangkapan
Ikan
BMKT
Pipa
/Kabel
Tempat
Pembu
angan
Benda
Berbah
aya
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau KecilDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Diskripkan
Visualisasikan
Realisasikan
Dalam menyusun rencana pengelolaan
& pemanfaatan WP-3K terpadu,
Pemerintah dan/atau Pemda wajib
memasukkan dan melaksanakan bagian
yang memuat mitigasi bencana di WP-
3K sesuai dengan jenis, tingkat &
wilayahnya


Subandono
Subandono
(RPJP, RSWP-3-k)
Visi dan Tujuan yg Jelas
12 data sets
Pelibatan Stakeholder (Stakeholder engagement)
32
33
FENOMENA INUL
34
PENGAM
BILAN KE-
PUTUSAN
KOMUNIKASI,
PERENCANAAN
DATABASE INFORMASI
PENGELOLA DATA
SISTEM ANALIS
SURVEYOR DLL
PEREKAYASA,
ILMUWAN
PENGAMBIL
KEPUTUSAN
INFORMASI
SKENARIO
MODEL,
SIMULASI
DATA
PENGUKURAN
DATA DAN INFORMASI
KRITERIA
KESESUAIAN
Thematic Dataset :
1. Data Teresterial
2. Batimetri (Kedalaman laut)
1. Geologi dan Geomarfologi Laut
2. Oceanografi (arus, gelombang,
kualitas air)
3. Penggunaan dan Status Lahan
4. Pemanfaatan Wilayah Laut yang ada
(Eksisting)
5. Kesesuaian lahan dan sumberdaya air
6. Ekosistem pesisir & SDI-Sumber Daya
Ikan (jenis & kelimpahan ikan)
7. Infrastruktur
8. Demografi dan Sosial
9. Ekonomi Kecamatan
10.Resiko Bencana dan Pencemaran
Kriteria Kesesuaian Lahan Perairan
Parameter Kesesuaian Lahan
Baik Sedang Kurang
1. Terlindung dari pengaruh
angin musim
Baik Sedang Kurang
2. Kondisi gelombang (cm) < 10 10 30 >30
3. Arus (cm/detik) 20 30 10 20 dan
30 40
< 10 dan > 40
4. Kedalaman air (m) 2,5 5 1 2,5 < 0,5
5. Dasar perairan Berkarang Pasir Pasir/lumpur
6. Salinitas () 32 34 30 32 < 30 dan > 34
7. Suhu (
o
C) 24 30 20 24 < 20 dan > 30
8. Kecerahan (cm) 110 60 30 40 < 30
9. Kesuburan perairan Subur Cukup Kurang
10. Sumber benih dan induk Banyak Sedang Kurang
11. Sarana penunjang Baik Cukup Kurang
12. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
13. Keamanan Aman Cukup Kurang
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Rumput Laut (Sea weed)
Sumber : Winanto dkk (1991)
Parameter Kesesuaian Lahan
Baik Sedang Kurang
1. Kenyamanan Baik Sedang Kurang
2. Tinggi air pasang > 1,0 0,5 1,0 < 0,5
3. Arus (m/detik) 0,2 0,4 0,05 0,2 0,4 0,5
4. Kedalaman air dari dasar jaring > 10 4 10 < 4
5. Oksigen terlarut (ppm) 5 3 5 < 3
6. Salinitas () > 30 20 30 < 20
7. Perubahan cuaca Jarang Sedang Sering
8. Sumber listrik Baik Cukup Kurang
9. Sumber pakan Baik Cukup Kurang
10. Tenaga kerja Baik Cukup Kurang
11. Ketersediaan Benih Baik Cukup Kurang
12. Pencemaran Tidak ada Sedang Kurang
Kriteria Kesesuaian Lahan Perairan
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk KJA
Sumber : Tiensongrusmee dkk (1986)
Fisheries Management Planning
Subandono
U.S. Department of Commerce
| National Oceanic and
Atmospheric Administration |
NOAA Fisheries | Page 39
U.S. Shift Towards EAFM: 1976-2013
572
573
714
711
717
715
718
713
716
712
571
WPP
Night Lights Fishing
Fishing Night Lights
Nightly Fishing Lights
Aru
Islands
Fisheries Management
Santa Barbara area (just outside Santa Barbara Channel), Central California. The red cylinders represent mean # of fish per
haul that were collected on a vessel. They first saw the SeaSonde data and satellite-derived sea surface temperature map and
decided it would be interesting to move have the boat do a transect brining them directly through the center of the gyre
structure in current. The results showed that the mean # of fish per haul were over 5 times greater in the nutrient-rich cold
water upwelling center than outside of the gyre. Looking for interesting features to guide field work and also to make
management decisions based on this knowledge is a growing application.
SURVEI LAPANGAN
Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Sumberdaya Ikan
Pelagis




SURVEI LAPANGAN
Delineasi DPI Sumberdaya Ikan Pelagis
SURVEI LAPANGAN
Delineasi DPI Sumberdaya Ikan Pelagis
SURVEI LAPANGAN
SURVEI LAPANGAN
Analisis penginderaan jarak jauh dilakukan dengan overlay data suhu, klorofil, SSHA,
TSS multitemporal dan analisis tren/ kecenderung dominan sebaran pada 3 musim,
yaitu Musim Barat, Musim Timur dan Musim Peralihan
SURVEI LAPANGAN
Contoh hasil overlay antara
Suhu Permukaan laut dan SST
SURVEI LAPANGAN
Klorofil
Suhu
SSHA
Bathimetri
Peta Daerah penangkapan Ikan
SURVEI LAPANGAN
Survei Lapangan
Metode Hidroakustik

Memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan
cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo
yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan
sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik
secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish
finder.

Analisis hasil pengukuran hidroakustik dibuat dalam
bentuk peta sebaran densitas ikan.

Subandono
Pengumpulan Data
Data Densitas Ikan
DATA AKUSTIK-SIMRAD EK-500
Data Chlorophyll-a dan SST
DATA SATELIT-MODIS
Sebaran Spatial
Chlorophyll-a (mg/l)
Sebaran Densitas
Ikan (ekor/m
3
)
Potensi daerah penangkapan ikan
dan sebaran densitas ikan
Subandono
Contoh Hasil Analisis Lokasi
Fishing Ground Pilihan
SURVEI LAPANGAN
Delineasi Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Sumberdaya Ikan Demersal
Delineasi/pemetaan zona penangkapan ikan demersal dilakukan dengan metode
analisis GIS dengan pendekatan ekosistem perairan. Beberapa parameter yang
digunakan yaitu sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove,
kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan
pencemaran.
No Parameter
Skor
1 3 5
1 Kualitas ekosistem terumbu karang buruk sedang baik
2 Kualitas ekosistem padang lamun buruk sedang baik
3 Kualitas ekosistem mangrove buruk sedang baik
4 Kedalaman perairan (m) < 3 5. > 5
5 Topografi dasar perairan landai Landai - curam curam
6 Kecerahan < 5 5-10 > 10
7 Perubahan Cuaca Sering Sedang Jarang
8 Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada
How Do We Monitor Coral Reefs?
Subandono
Example Data
Produced
Data generated
includes fish and
benthic data from co-
located sites

From number, size, and
species of fish recorded
can generate e.g.
biomass, richness

Benthic cover by
functional form e.g.
coral cover, ratio of
calcifying v non-
calcifying organisms
(benthic substrate
ratio)
SURVEI LAPANGAN
Pengolahan dan analisis data
Analisis data dilakukan dengan metode overlay dan skoring parameter-parameter
sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove, kedalaman
perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan pencemaran.
Survei lapangan menggunakan metode swept area

Analisis hasil pengukuran swept area berupa hasil
tangkapan per unit area dengan rata-rata biomass per
unit area sehingga menghasilkan kepadatan stok
SURVEI LAPANGAN
Pendekatan Konvensional
Daerah penangkapan Ikan
Metode Swept Area
Data primer yang diperoleh dari survey swept area
dianalisa untuk mengetahui stok ikan demersal yang
terdapat pada lokasi survey dengan menggunakan
formula tertentu

Metode Hidroakustik
memperoleh informasi tentang obyek di bawah air
dengan cara pemancaran gelombang suara dan
mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian
ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan
sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder
atau fish finder.

Metode Surplus Production.

adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum (biasa
disebut effort MSY), yaitu suatu upaya yang dapat
menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari
tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka
panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum
lestari (maximum sustainable yield/MSY).
SURVEI LAPANGAN
Jenis dan Kelimpahan Ikan
Metode pengambilan data ikan karang adalah
Underwater Visual Census (UVC) yaitu pengamatan
dilakukan di sekitar transek pengamatan terumbu
karang dengan cakupan luas area berkisar antara 50
250 m
2
atau lebih, tergantung dari kondisi perairan
yang diamati dan mengikuti kontur dasar perairan.

Kolektor ikan karang mengidentifikasi dan mencatat
jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar
daerah pengamatan. Pengambilan data dilakukan pada
kedalaman 3-10 meter, data yang dicatat adalah jenis
spesies dan jumlah ikan.

Struktur komunitas ikan karang dapat digambarkan
secara spesifik, karena pengambilan data dalam
monitoring ini melibatkan jumlah dari masing-masing
spesies. Oleh sebab itu, kelimpahan ikan karang dapat
dihitung atau dianalisis lebih lanjut.
2.5 m
5 m
50 m
= Belt Transect
= Line Transect
Metode UVC
SURVEI LAPANGAN
Transek untuk pengamatan
Jenis dan Kelimpahan Ikan
SURVEI LAPANGAN
Analisis Jenis dan
Kelimpahan Ikan
Analisis komunitas ikan dilakukan dengan
menggunakan indeks keanekaragaman (H), indeks
keragaman (E), dan indeks dominansi.
SURVEI LAPANGAN
Analisis Jenis dan
Kelimpahan Ikan
SURVEI LAPANGAN
Analisis Jenis dan
Kelimpahan Ikan
SURVEI LAPANGAN
Analisis Jenis dan
Kelimpahan Ikan
Tutupan karang, ikan karang dan kelimpahannya
Bimtek rencana zonasi WP-3-K
1. Dasar Pertimbangan Utama
a) Nilai Tambah/Ekonomis
Nilai tambah/ekonomis dapat didefinisikan sebagai
besarnya nilai dari jenis bahan galian jika dikaitkan
dengan penerimaan negara/pendapatan asli daerah
ataupun sebagai pembangkit kegiatan perekonomian.
b) Potensi Bahan Galian
Potensi bahan galian adalah besarnya kuantitas
(direpresentasikan dalam geometri dan sebaran) dan
kualitas dari bahan galian.

Bimtek rencana zonasi WP-3-K
Kedua pertimbangan tersebut selanjutnya diformulasikan
menjadi dasar pemikiran pentingnya ditetapkan sebagai alokasi
pemanfaatan ruang untuk penambangan pasir laut yang dapat
dilihat pada tabel berikut
Lanjutan

Matrik Penetapan Area Pertambangan Pasir Laut
Bimtek rencana zonasi WP-3-K
2. Dasar Pertimbangan Pembatas
yakni faktor-faktor alamiah yang terpengaruh oleh aktivitas
penambangan pasir laut. Faktor-faktor tersebut adalah
dampak terhadap kondisi fisik (hidro-oceanografi,
geologi/geomorfologi), dampak ekologis, dampak terhadap
kawasan konservasi, pemanfaatan ruang eksisting
(permukiman, perikanan, pariwisata, alur pelayaran,
infrastruktur), sosial-ekonomi masyarakat sekitar dan
jangkauan dampak. Dugaan dampak aktivitas pertambangan
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang lainnya dapat dilihat
pada Tabel berikut

Lanjutan

Bimtek rencana zonasi WP-3-K
Lanjutan
Dampak Aktivitas Pertambangan Terhadap Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
Bimtek rencana zonasi WP-3-K
1. Penetapan sebuah daerah untuk pertambangan pasir laut berarti pada bentang laut
tersebut telah menempatkan kegiatan pertambangan pasir laut sebagai prioritas dan
sebagai pendorong pembangunan;
2. Alokasi pemanfaatan ruang untuk pertambangan pasir laut ditentukan disamping
berdasarkan pertimbangan geologi tetapi juga berdasarkan pertimbangan faktor
lingkungan, ekonomi, hukum/ perundang-undangan, sosial-budaya, penilaian rencana
manajemen tambang serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam melalui
perhitungan biaya-manfaat (cost-benefit);
3. Alokasi pemanfaatan ruang untuk pertambangan pasir laut terletak di daerah yang
cukup aman untuk dapat mencemari/memberikan dampak negatif pada daerah
vital/strategis atau daerah yang rentan/peka terhadap gangguan. Oleh karena itu
dalam melakukan eksploitasi hendaknya memperhitungkan kebutuhan, persediaan
dari potensi pertambangan;
4. Alokasi pemanfaatan ruang untuk pertambangan pasir laut memudahkan/memberi
kejelasan pada investor yang berminat mengembangkan usaha di bidang
penambangan, pengolahan maupun jasa pendukungnya;

Bimtek rencana zonasi WP-3-K
1) Jumlah estimasi potensi deposit pasir laut;
2) Pola hidrodinamika perairan laut yang mencakup pola arus,
kecepatan arus dan tinggi gelombang;
3) Jarak dari kawasan konservasi atau daerah perlindungan laut;
4) Keberadaan daerah perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-
pulau kecil;
5) Tingkat kedalaman perairan laut;
6) Keberadaan Instalasi kabel dan pipa bawah laut serta zona
keselamatan selebar 500 meter pada sisi kiri dan kanan dari
instalasi kabel dan pipa bawah laut;
7) Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI);
8) Keberadaan prasarana keselamatan sarana bantu navigasi;
9) Keberadaan Skema pemisah lalu lintas di laut (Traffic Separation
Scheme TSS);

Bimtek rencana zonasi WP-3-K
10) Keberadaan daerah pemindahan dan atau bongkar muat lepas
pantai (Ship to Ship Transfer STS) dan daerah lego jangkar;
11) Alur lalu lintas pelayaran;
12) Keberadaan daerah yang dimanfaatkan sebagai wisata bahari;
13) Alokasi pemanfaatan ruang untuk penangkapan ikan nelayan
tradisional;
14) Keberadaan tempat pembuangan bahan-bahan peledak;
15) Keberadaan lokasi latihan TNI AL;
16) Keberadaan lokasi pengambilan benda berharga asal muatan
kapal tenggelam (BMKT);
17) Keberadaan lokasi pengeboran lepas pantai (Zone Offshore
Drilling) termasuk prasarana penunjang keselamatan pelayaran.
Subandono
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Keci lDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Perikanan Tangkap

TAMBANG

Darat
Laut
Mengikuti RTRW
KPU
KPU
Perikanan
Tangkap
Perikanan
Tangkap
KPU
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau KecilDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Darat
Laut
Mengikuti RTRW
Perikanan
Budidaya
Wisata
Bahari
Tambang
Pemukiman/I
ndustri
Perikanan
Tangkap
KNST
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau KecilDirektorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Darat Mengikuti
RTRW
Subandono
(Permen 16/2008)
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Sosialisasi
Pembentukan Pokja
Susunan keanggotaan kelompok
kerja terdiri atas : Kepala
Bappeda sebagai Ketua; Kepala
Dinas yang membidangi kelautan
dan perikanan sebagai Sekretaris;
dan anggota terdiri dari
SKPD/instansi terkait sesuai
kewenangan dominan dan
karakteristik daerah yang
bersangkutan
Penetapan kelompok kerja oleh
Bupati/Walikota melalui Surat
Keputusan Kepala Daerah
(Bupati/Walikota)
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Pengumpulan Data Sekunder/ desk study
Data Sekunder terdiri :
Data data statistik ( Kabupaten dalam
angka, Profil perikanan, dll)
Dokumen dokumen kebijakan (RTRW,
RPJMD, dll)
Laporan/kajian studi/survey sebelumnya
(KLHS, LIPI, BIG, BPPT, P3GL, dll)
Peta Analog dan Digital (Peta
RBI, Peta Dishidros, Peta LPI, dll)
Citra Satelit

Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Pengumpulan Data Primer dan Sekunder/
Ground check
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Identifikasi jenis & jumlah sumberdaya
Identifikasi pemanfaatan SD Pesisir &Pulau-pulau
Kecil
Identifikasi potensi perkembangan wilayah
Identifikasi dampak kegiatan antar wilayah
Identifikasi Isu Perencanaan
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Penyusunan Paket Sumberdaya
Identifikasi Nilai-nilai & Analisis
Paket Sumberdaya
Paket-paket Sumberdaya
Penetapan tujuan dan strategi
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Penyampaian Paket Sumberdaya
Menjaring masukan
Menjaring isu, permasalahan
Identifikasi Konflik & Rencana
Pemanfaatan Zona

Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Pemilihan usulan alokasi ruang
Penyelerasan, penyerasian dan penyeimbangan
dengan RTRW
Penentuan Struktur Ruang dan Alokasi Ruang
Penentuan Arahan Pemanfaatan Ruang
Penentuan aturan pengendalian pemanfaatan
ruang
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Penyampaian Draft Awal Rencana Zonasi
Menjaring masukan
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Perbaikan Draft Rencana Zonasi
Penyusunan Dokumen RZWP3K
Penentuan Struktur dan Alokasi Ruang
Penentuan indikasi program
Penentuan aturan pengendalian
pemanfaatan ruang
Penyusunan draft Ranperda
Pembentukan Pokja
Pengumpulan Data
Survey Lapangan
Identifikasi Potensi Wilayah
Penyusunan Dokumen Awal
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Antara
Penetapan
Konsultasi Publik
Penyusunan Dokumen Final
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP3K
Pengajuan tanggapan kepada Menteri dan
Gubernur
Pengajuan RZWP3K ke DPRD
Penyusunan Perda RZWP3K
Penetapan Perda RZWP3K
Pembelajaran Keberhasilan Tata Ruang Laut China
Subandono
Subandono
Subandono
Marine Functional Zoning in Xianmen 2001-2011
Marine Functional Zone in Xiamen 2011-2020
Klasifikasi MFZ
Port and shipping zone
Agriculture and fisheries
zone
Mineral and energy zone
Tourism zone
Protection zone
Industrial and urban zone
Special use zone
Reserved zone
Source: Fang, 2012
2012RMB 9.68 billion was collected in China for sea
use fee, of which 2.97 billion to the national treasury
and 6.71 billion to the local treasury
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020


Memberikan peran yang besar pada pengelolaan wilayah laut.

Meningkatkan kualitas lingkungan laut dan menambah luasan
MPA.
Menjaga stabilitas perikanan laut. Untuk memperkuat
konservasi sumberdaya perairan.

Mengontrol secara rasional skala luasan reklamasi.

Mencadangkan wilayah pendukung di laut.

Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020


Meningkatkan kualitas lingkungan laut dan menambah luasan
MPA. Mengontrol total pencemaran yang dibuang ke laut,
meningkatkan kualitas lingkungan yang mempengaruhi
pencemaran di perairan, Memonitor kecenderungan degradasi
ekologi di perairan laut, Merestorasi daerah laut yang rusak.
Pada tahun 2020, target luasan MPA 5% di perairan laut
yurisdiksi China dan luasan MPA 11% di perairan laut teritorial.

20205%
11%
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020

Menjaga stabilitas perikanan laut. Menguatkan konservasi
sumberdaya perairan. Menjamin efektifitas pemanfaatan laut
untuk produksi perikanan, pengembangan perikanan modern
dan kesejahteraan nelayan, serta menjaga wilayah perairan
perikanan, flora dan fauna secara efektif. Pada tahun 2020
Kawasan yang dapat dimanfaatkan budidaya tidak boleh
kurang dari 2.6 juta ha.

2020

260
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020

Mengontrol secara rasional skala luasan reklamasi.
Untuk menegaskan implementasi dari rencana tahunan
untuk wilayah reklamasi di laut dan membatasi
pertumbuhan daerah reklamasi. Daerah yang
direklamasi harus selaras dengan kebutuhan
pengendalian ekonomi nasional skala makro dan
sesuai dengan daya dukung lingkungan.


Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020

Mencadangkan wilayah pendukung di perairan laut.
Wilayah perairan laut teritorial yang dicadangkan
tidak boleh kurang dari 10%. Untuk mengendalikan
pengembangan dan aktivftas pemanfaatan di
sepanjang garis pantai dan pada 2020, panjang garis
pantai alami tidak boleh kurang dari 35%.

10%
2020
35%

Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tujuan yang Ingin Dicapai pada 2020

2020

2000
Untuk meningkatkan
perbaikan ekologi di
sepanjang garis pantai.
Pada 2020, panjang
garis pantai yang
direnovasi atau
diperbaiki tidak boleh
kurang dari 2000 km.


Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Subandono
Yuandang Lagoon Clean Up
Sebelum
Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Sesudah
Subandono
Sesudah

Anda mungkin juga menyukai