Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE

Kegiatan Tahun Anggaran 2018


Badan Restorasi Gambut (BRG)

Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut


Paket 2: KHG Sungai Mendahara – Sungai Batanghari (Non Konsesi) Provinsi Jambi

Kementerian/Lembaga : Badan Restorasi Gambut.


Unit Eselon I : Deputi Perencanaan dan Kerjasama
Unit Eselon II : Kelompok Kerja Perencanaan
Kegiatan : Inventarisasi karakteristik ekosistem Gambut Paket 2:
KHG Sungai Mendahara – Sungai Batanghari (Non
Konsesi) Provinsi Jambi
Indikator Kinerja : Tersedianya Basis Data Karakteristik Ekosistem
Gambut pada KHG Sungai Mendahara – Sungai
Batanghari (Non Konsesi) Provinsi Jambi
Volume (keluaran) : 1 (satu) Dokumen
Satuan Ukur Keluaran : Dokumen (Data Base) dan Peta Titik
(Output)

- 1
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
▪ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistemnya;
▪ Undang-UndangNomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan;
▪ Undang-UndangNomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
▪ Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
▪ Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk
Produksi Biomassa;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekositem Gambut;
▪ Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas
Rumah Kaca Nasional;
▪ Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca;
▪ Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup;
▪ Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut;
▪ Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut;
▪ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Tata Cara Inventarisasi dan Penetapan;
▪ Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.129/Menlhk/setjen/PKL.0/2/2017 tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut
Nasional;
▪ Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.130/Menlhk/setjen/PKL.0/2/2017 tentang Penetapan Peta Fungsi Ekosistem Gambut
Nasional;
▪ Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Petikan Tahun Anggran 2018 Nomor:
SP DIPA-029.13.1.418989/2018 Tanggal 5 Desember 2017;
2. Gambaran Umum
Indonesia memiliki tanah gambut sangat luas, yang merupakan Negara ke empat dengan
kawasan gambut terbesar di dunia setelah Kanada, Rusia, dan USA (Immirzi dan Maltby, 1992).
Kawasan gambut Indonesia juga merupakan kawasan gambut tropika terluas di dunia yang
meliputi sekitar 50% dari total kawasan gambut tropika dunia. Selain itu, Indonesia menyimpan
cadangan Karbon gambut mencapai 46 giga ton atau sekitar 8 – 14 % dari Karbon yang terdapat
dalam Karbon dunia.
Definisi gambut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 adalah material
organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak
sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada rawa
gambut merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran dan manfaat penting bagi
kehidupan manusia, dimana saat ini telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pembangunan.
Manfaat tersebut, antara lain: pensuplai air dan pengendali banjir, potensi wisata, mata

- 2
pencaharian masyarakat lokal (pertanian, perkebunan, perikanan), stabilitas iklim,
keanekaragaman hayati, serta untuk pendidikan dan penelitian.
Badan Restorasi Gambut (BRG) dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun
2016 dengan tugas mengkoordinasikan dan memfasiltasi restorasi gambut pada 7 (tujuh)
Provinsi, yaitu: Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Papua. Latar belakang dibentuknya BRG dalam rangka percepatan
Kawasan dan pengembalian fungsi hidrologi gambut akibat kebakaran hutan dan lahan secara
khusus, sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh. Pemetaan kesatuan hidrologis gambut
merupakan salah satu fungsi dari BRG. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk
mewujudkan fungsi tersebut adalah melaksanakan kegiatan inventarisasi karakteristik ekosistem
gambut. Sasaran kegiatan ini adalah Kesatuan Hidrologis Gambut.
KHG sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, didefinsikan sebagai ekosistem gambut
yang letaknya di antara 2 (dua) sungai, di antara sungai dan laut, dan/atau pada rawa.
Sedangkan definisi ekosistem gambut adalah tatanan unsur gambut yang merupakan satu
kesatuan utuh menyeluruh yang saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitasnya. Berdasarkan definisi tersebut maka KHG harus diperlakukan
sebagai satu kesatuan ekosistem dan dijadikan sebagai satu kesatuan pengelolaan ekosistem
gambut yang tidak boleh dipisahkan oleh batas administrasi atau batas konsesi sehingga
merupakan satu kesatuan pengelolaan ekosistem yang utuh.
3. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan:
1. Melakukan survey untuk memperoleh data 13 Paramater berdasarkan peta kerja yang
dibuat oleh KLHK di KHG Sungai Mendahara – Sungai Batanghari Provinsi Jambi pada areal
non konsesi;
2. Membuat peta titik hasil pengamatan lapangan;
4. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Perguruan
Tinggi dan Masyarakat.

B. Strategi Pencapaian Keluaran


1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan Inventarisasi karakteristik ekosistem Gambut mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekositem Gambut, peraturan Menteri Lingungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.14/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2017 tentang Tata Cara Inventarisasi dan
Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut, dan Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi
Karakteristik Ekosistem Gambut.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai karakteristik
ekosistem gambut pada lokasi KHG yang meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan;
b. Pelaksanaan lapangan;
c. Penyusunan data hasil lapangan; dan
d. Penyusunan laporan.
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Persiapan
1). Konsultasi tentang data dan pelaksanaan kegiatan khususnya dengan BBSDLP, Badan
Geologi, BIG, BRG, dan KLHK terkait data dan pelaksanaan kegiatan;

- 3
2). Pengumpulan Data dan Peralatan.
a). Pengumpulan Data dukung.
Data yang perlu dikumpulkan, meliputi:
- Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1: 50.000 sebagai peta dasar yang
dikeluarkan oleh BIG dalam format shapefile (.shp);
- Peta KHG skala 1: 250.000 bersumber dari KLHK;
- Peta Fungsi Ekosistem Gambut Nasional skala 1: 250.000 bersumber dari KLHK;
- Peta jaringan sungai (drainase alami dan/atau buatan pada minimum ordo-
2/saluran sekunder) bersumber dari PUPR;
- Peta tanah pada skala paling kecil 1:50.000 dari BBSDLP;
- Peta geologi dan tata lingkungan pada skala paling kecil 1:50.000 dari Badan
Geologi;
- Peta batas DAS dan Sub DAS pada skala paling kecil 1:50.000 dari KLHK dan
PUPR;
- Peta tutupan lahan pada skala 1:50.000 dari KLHK
- Peta penggunaan lahan pada skala paling kecil 1:50.000 dari BPN;
- Peta moratorium gambut pada skala paling kecil 1:50.000 dari KLHK;
- Peta Perizinan dari KLHK, BPN, dinas terkait di daerah.
- Peta kawasan hutan dari KLHK;
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dari Pemda;
- Data sosial ekonomi masyarakat dari BPS.
b). Peralatan.
Peralatan yang digunakan dalam survey inventarisasi karakteristik ekosistem gambut
adalah:
- Bor Gambut
- GPS type Handheld
- pH meter portable
- EC meter portable
- Munsell colourchart
- Camera digital
- Form survey
- Peta rencana titik pengamatan dari KLHK.
- Plastik sampel
- Cairan peroksida (H202 30 %)
- pH lakmus
- Pisau Lapang
- Meteran baja
3). Penyusunan Peta Rencana Kerja
Membuat peta rencana kerja tiap regu surveyor berdasarkan peta rencana titik
pengamatan dari KLHK.
4). Penyusunan Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan memaparkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
5). Rapat pemantapan perencanaan
Rencana kerja yang telah disusun dibahas dan didiskusikan dengan Tim KLHK, BRG dan
Tim supervisi. Pemantapan rencana kerja dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan
laporan pendahuluan.
b. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Pelaksanaan kegiatan lapangan, meliputi: Pertemuan/rapat koordinasi dengan Pemda,
survey pendahuluan dan survey utama.
- 4
1). Pertemuan dengan Pemda.
Melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang pelaksanaan kegiatan
2). Survey Pendahuluan
Melakukan surver ke lokasi bersangkutan untuk memperoleh gambaran umum tentang
lokasi terkait dengan aksesibilitas, izin, tutupan lahan dan lain-lain.
3). Survey Utama
Survey utama dilaksanakan pada KHG yang telah ditentukan dengan cara mengambil data
13 paramater karakteristik ekosistem gambut dan mengisi form isian yang telah ditentukan.
Adapun format blangko isian inventarisasi karakteristik ekosistem gambut memuat
informasi dan deskripsi yang disajikan pada tabel 1, sebagai berikut

Tabel 1. Jenis informasi dan Deskripsi


No. JENIS INFORMASI DESKRIPSI
1. Lokasi titik atau koordinat + Foto GPS Navigasi (EPE 3D, 3 meter), koordinat geografis
(Latitude/Longitude) UTM, dilengkapi dengan foto:
a. Lansekap sekitar area (sesuai arah mata angin).
b. Pemboran dan hasil pemboran tanah

2. Elevasi lahan GPS Navigasi (EPE 3D, 3 meter)

3. Air tanah, genangan, atau banjir Kedalaman air tanah (dibawah permukaan tanah): diukur
dari permukaan tanah hingga permukaan air tanah (cm)
Genangan (diatas permukaan tanah): diukur
kedalamannya (cm).
Banjir :
Frekuensi: berapa kali dalam setahun dan berapa lama
banjir (hari)

Penetapan selain Kedalaman diatas frekuensi dan lama


genangan juga pertimbangan

Dilengkapi dengan foto hasil pengukuran kedalaman air


tanah dan/atau genangan yang diisikan pada kolom foto
lapangan form survey.

4. Tutupan lahan, penggunaan lahan, dan Identifikasi dan klasifikasi jenis tutupan lahan dan
kondisinya penggunaan lahan mengacu pada SNI 7645:2010.

Jenis Tutupan Lahan :


Hutan primer, hutan sekunder, kebun, semak belukar
(tidak ada pepohonan): tanaman budidaya semusim,
pemukiman.

Kondisi tutupan tajuk dibagi menjadi tutupan tajuk rapat,


sedang dan jarang.
➢ Tutupan Tajuk Rapat:
Tajuk pohon yang saling menutupi karena jarak antar
pohon rapat. Areal dengan tutupan tajuk baik
mengindikasikan bahwa areal tersebut kurang
dinamis dan intensitas pemanfaatannya rendah,
sehingga kondisi lahan gambut masih alami atau
mendekati kondisi alaminya. Kondisi tutupan tajuk ini
ditafsirkan dari Citra Landsat, seperti hutan termasuk
dalam tutupan tajuk rapat. Penutupan/penggunaan
lahan yang direklasifikasikan menjadi tutupan tajuk
rapat adalah hutan (Ht)
➢ Tutupan Tajuk Sedang :

- 5
Tajuk pohon yang kurang saling menutupi karena
jarak antar pohon relatif lebih jauh. Areal dengan
tutupan tajuk sedang mengindikasikan bahwa areal
tersebut cukup dinamik dan intensitas
pemanfaatannya cukup tinggi. Kondisi tutupan tajuk
ini ditafsirkan dari Citra Landsat, seperti semak
belukar termasuk dalam tutupan tajuk sedang.
Penutupan/penggunaan lahan yang direklasifikasi
menjadi tutupan tajuk sedang adalah perkebunan
(Pb), kebun campuran (Kc), semak belukar (Sb).
➢ Tutupan Tajuk Jarang :
Areal yang tidak atau sedikit tutupan tajuknya karena
areal tersebut tidak atau sedikit memiliki pohon. Areal
dengan tutupan tajuk jarang mengindikasikan bahwa
areal tersebut sangat dinamik dan intensitas
pemanfaatannya tinggi. Kondisi tutupan tajuk ini
ditafsirkan dari Citra Landsat, seperti lahan tanpa
vegetasi bekas penambangan termasuk dalam
tutupan tajuk jarang. Penutupan/penggunaan lahan
yang direklasifikasi menjadi tutupan tajuk jarang
adalah ladang (Ld), sawah (Sw), permukiman (Pk),
rawa (Rw), tambak (Tb) dan tubuh air (Ta).

Contoh : Hutan bakau rapat (jika kerapatan tajuk >70%),


hutan bakau sedang (jika kerapatan tajuk 41-70%), dan
hutan bakau jarang (jika kerapatan tajuk 10-40%).

Dilengkapi dengan foto tutupan lahan yang diisikan pada


kolom foto lapangan form survey.

5. Keberadaan flora dan fauna yang Ada atau Tidak


dilindungi (Wawancara/Data sekunder atau pengamatan).
Sesuaikan dengan daftar flora dan fauna yang dilindungi.

Dilengkapi dengan foto flora dan fauna yang dilindungi


jika ditemukan ketika survey yang diisikan pada kolom
foto lapangan form survey.

6. Kondisi drainase alami dan buatan Kerapatan drainase alami; ada atau tidaknya drainase
buatan, kerapatan, serta kedalaman muka air saluran
(cm).

Dilengkapi dengan foto drainase alami dan/atau buatan


yang diisikan pada kolom foto lapangan form survey.

7. Kualitas air pH, TDS dan EC


Pengukuran kualitas air dilakukan terhadap parameter
kemasaman (pH), Total Dissolved Solids (TDS) dan daya
hantar listrik (EC) dengan menggunakan pH meter, TDS
meter (ppm) dan EC meter (µS).
Pengukuran dilakukan pada air tanah, air sungai dan air
saluran drainase buatan.

Penjelasan:
Input : kapan pengambilan contoh diambil (catat
hari, tanggal, jam dan kondisi
pasang/surut)
Ouput : sesuai dengan kelas kualitas air

Dilengkapi dengan foto hasil pengukuran pH, TDS dan


EC yang diisikan pada kolom foto lapangan form survey.

- 6
Jika dalam satu titik lokasi survey ditemukan sungai
dan/atau saluran drainase buatan maka selain kualitas air
tanah maka pH dan EC air saluran dan/atau air sungai
harus diukur dan didokumentasikan.
8. Tipe luapan Khusus untuk lahan pasang surut

Tipe A
Lahan-lahan dengan elevasi rendah dan selalu
tergenangi baik oleh pasang besar maupun pasang kecil
Tipe B
Lahan yang hanya tergenangi oleh pasang besar
Tipe C
Lahan-lahan yang tidak tergenangi oleh pasang besar
maupun pasang kecil, namun kedalaman air tanahnya
sangat sangkal (< 50 cm),
Tipe D
lahan-lahan yang tidak tergenangi luapan pasang besar
maupun pasang kecil serta mempunyai kedalaman air
tanah > 50 cm

Penjelasan:
Input dan Output sama
9. Ketebalan gambut Diukur ketebalannya sampai substratum (cm).

Dilengkapi dengan foto hasil pengukuran kedalaman


gambut yang menujukkan ukuran cm kedalaman gambut
yang terukur dan diisikan pada kolom foto lapangan form
survey.
10. Karakteristik substratum dibawah lapisan Substratum atau bahan mineral dibawah lapisan gambut:
gambut pasir kwarsa, liat, sedimen berpirit, granit, kapur, atau
lainnya.
Dilengkapi dengan foto hasil pengukuran pH dan EC
pada lapisan substratum yang diisikan pada kolom foto
lapangan form survey.
11. Proporsi berat bahan gambut Proporsi berat bahan gambut atau Bobot isi gambut
adalah perbandingan antara berat kering mutlak gambut
dalam volume tertentu.

Volume dalam hal ini adalah volume bulk (20 x 30 x 30


cm3) atau volume mata bor sayap.

Adapun berat kering mutlak gambut adalah berat kering


dari sampel yang dibawa dalam plastik sampel (sampel
dari bulk atau mata bor sayap).

Pada setiap lapisan gambut dicatat informasi tentang


keberadaan bahan berbentuk kayu (kenampakan batang
utuh).

Dilengkapi dengan foto informasi tentang keberadaan


bahan berbentuk kayu diisikan pada kolom foto lapangan
form survey.

12. Perkembangan kondisi atau tingkat Kriteria Kerusakan Fungsi Lindung :


kerusakan lahan gambut • Terdapat drainase buatan
• Tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa
• Kondisi tutupan lahan yang tidak mendukung fungsi
lindung
Kriteria Kerusakan Fungsi Budidaya :
• Terdapat drainase buatan
• Tereksposnya sedimen berpirit dan/atau kwarsa
- 7
Dicatat kondisi keberadaan :
1. Apakah ada drainase buatan?
2. Apakah sudah terekspos sedimen berpirit dan/atau
kwarsa?

Dilengkapi dengan foto kondisi drainase buatan dan/atau


kondisi singkapan yang diisikan pada kolom foto
lapangan form survey.

13. Karakteristik tanah dan kedalaman lapisan 1. Pada lapisan gambut:


pirit a. Ketebalan tiap lapisan (cm)
b. Warna tanah
c. Tingkat dekomposisi
d. pH
2. Pada tanah mineral :
a. Lapisan dan ketebalannya
b. Tekstur
c. Warna,
d. Konsistensi,
e. pH
3. Substratum:
a. Warna
b. Tekstur
c. pH
4. Kedalaman lapisan pirit diukur dari permukaan tanah
sampai bahan yang mengandung pirit (gambut
maupun mineral). Potensi pirit pada bahan tanah
atau sedimen diidentifikasi dengan menggunakan
larutan hidrogen peroksida (H2O2).

Dilengkapi dengan foto hasil pengamatan karakteristik


tanah dan pengukuran kedalaman lapisan pirit yang
diisikan pada kolom foto lapangan form survey.

Catatan:
Formulir lapangan terlampir.
Pada saat pelaksanaan di lapangan, Tim KLHK dan BRG akan melakukan monitor dan
evaluasi. Apabila terdapat kesalahan atau kejanggalan pada data hasil lapangan atau data
tersebut tidak dilengkapi foto GPS yang menunjukan titik koordinat, maka Tim pelaksana
harus sanggup melakukan pengukuran ulang atau melengkapi terhadap hasil yang
salah/meragukan tersebut.
C. Hasil Pekerjaan
Hasil pekerjaan dalam kegiatan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut pada KHG Sungai
Mendahara – Sungai Batanghari di Provinsi Jambi pada areal non-konsesi adalah sebagai berikut:
1. Hasil Survey Lapangan
a) Peta Sebaran Titik Sampel (Hasil Survey pada Peta Kerja Skala 1:50.000);
b) Listing Koordinat Titik Sampel;
c) Tracking Log Jalur Survey;
d) Tally Sheet;
e) Dokumentasi (foto pada setiap pengamatan pada seluruh titik).
2. Output Database ( disimpan dalam external hardisck).
a) Basis Data Karakteristik Ekosistem Gambut KHG yang disurvey (13 parameter);
b) Data Sekunder yang telah terintegrasi, meliputi:
1) Peta Ketinggian Lahan (surface elevation);
2) Peta Sebaran Titik Sampel;
3) Peta Perizinan/konsesi;
- 8
4) Peta Penutupan lahan;
5) Peta jaringan jalan dan kanal;
6) Peta Kawasan Hutan;
3. Pelaporan (hard copy dan soft copy)
a) Laporan Pendahuluan;
Laporan pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kalender
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
b) Laporan Akhir;
Penyusunan laporan akhir (hard copy dan soft copy) dicetak sebanyak 5 (lima) eksemplar
yang dilengkapi dengan hasil-hasil survei verifikasi hasil lapangan dan perbaikan dari
pembahasan laporan pendahuluan. Laporan akhir disampaikan ke BRG yang selanjutnya
dilakukan pembahasan laporan akhir. Laporan akhir yang telah diperbaiki harus diserahkan
selambat-lambatnya: 90 (Sembilan Puluh) hari kalender sejak SPMK.
c) Bahan presentasi.

D. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen


Pengguna Jasa tidak menyediakan fasilitas penunjang kepada penyedia jasa untuk kegiatan ini
E. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
Penyedia jasa dapat mengakses bahan dan informasi pendukung yang tersedia pada pemilik
pekerjaan / PPK
F. Personil
Personil yang dibutuhkan dalam kegiatan Inventarisasi karakteristik eksosistem gambut adalah
sebagai berikut:

Tabel 2. Kebutuhan Personil


No. Posisi Pendidikan - Pengalaman Tugas
1. Ketua Tim Ilmu Tanah (Pemetaan) • Bertanggung jawab sebagai pemimpin tim untuk
(1 Orang) S2 – minimal 3 tahun atau mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan
S1 – minimal 10 Tahun tim pelaksana.
• Bertindak sebagai wakil tim dan perusahaan dalam
melakukan koordinasi, diskusi, asistensi, presentasi
dan pelaporan kegiatan.
• Membuat schedule dan memantau progress
pekerjaan
• Mengkoordinir anggota tim menyiapkan konsep dan
metode-metode perencanaan, menyusun laporan,
menyiapkan dan melaksanakan diskusi/ presentasi
2. Koordinator Geografi/Geodesi/Ilmu • Bertanggungjawab sebagai coordinator tim survey
Lapangan Tanah • Mengecek kesiapan personil dan peralatanlapangan.
(4 Orang) S1 – minimal 3 Tahun • Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan hasil
survey lapangan.
• Bertanggung jawab sebagai pemimpin tim untuk
mengelola, mengkoordinasikan dan mengendalikan
tim survey lapangan.
• Membuat schedule dan memantau progress
pekerjaan
• Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam melakukan
koordinasi, diskusi, asistensi, presentasi dan
pelaporan kegiatan.
• Berkoordinasi dengan Pemda, Kecamatan, Desa, RW,
RT maupun masyarakat untuk kelancaran pekerjaan
tim survey di lapangan
• Mengumpulkan dan mengentry data lapangan

- 9
3. Surveyor S1- ilmu • Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan hasil
(16 Orang) tanah/Geografi/geodesi survey lapangan.
(minimal 3 Tahun)
Atau
D3, D4 (Pemetaan
(minimal 4 Tahun)
4. Operator SIG S1 – geografi/geodesi • Melakukan entry data lapangan
(2 Orang) minimal 3 Tahun • Mengintegrasikan posisi titik sample dan tracking data
atau lapangan ke dalam peta dasar
D3 - Geografi/geodesi
(Minimal 5 Tahun/)

5. Administrasi D3 - • Melaksanakan kegiatan surat-menyurat,


(1 Orang) Administrasi/manajemen/ dokumentasi dan pengarsipan
akuntansi • Melaksanakan administrasi keuangan.
(Minimal 1 Tahun)

G. Syarat Penyedia
1. Penyedia memiliki pengalaman pekerjaan survey inventarisasi dan identifikasi biofisik,
pengukuran dan pemetaan.
2. Penyedia memiliki surat izin usaha jasa Survey Teristris, Survey Hidrografi, SIG/Pemetaan,
Survey Geologi dan Geofisika.
3. Penyedia memiliki alat survey terutama bor gambut dan GPS.
4. Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan
dalam rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen baik
diminta maupun tidak diminta oleh Pejabat pembuat komitmen .
5. Tidak dikerjasamakan dengan konsultan/penyedia lain.
H. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut dilaksanakan pada KHG Sungai Mendahara
– Sungai Batanghari pada areal non – konsesi di Provinsi Jambi.
I. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan selama kurun waktu 90 (Sembilan Puluh) hari
kalender sejak terbitnya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja), dengan jadwal kegiatan sebagai berikut
Tabel 3. Indikatif Pelaksanaan Kegiatan
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
a. Konsultasi dengan BBSDL, BRG dan KLHK
b. Pengumpulan Data Sekunder/pendukung
c. Pemaparan Laporan Pendahuluan
d. Rapat Pemantapan Perencanaan dengan
BRG/KLHK
2 Pertemuan dengan Pemda
3. Pelaksanaan survey lapangan
4. Pengolahan data hasil survey lapangan
5. Pemaparan hasil survey lapangan
6. Penyusunan laporan Akhir dan Tally Sheet
7. Pembahasan draft Laporan Akhir
8. Finalisasi, Pencetakan Peta titik karakteristik
skala 1:50.000 (disesuaikan dengan tujuan) dan
Penyerahan Dokumen Proyek

- 10
J. Biaya Yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut
pada KHG Sungai Mendahara – Sungai Batanghari (non-konsesi) Provinsi Jambi sebesar Rp
1.147.605.000, - (Satu Miliar Seratus Empat Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Lima Ribu Rupiah)

- 11

Anda mungkin juga menyukai