TENTANG
2
-3-
3
-4-
Nomor 5111);
4
-5-
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5
-6-
6
-7-
7
-8-
8
-9-
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan
lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum.
58. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam bidang penataan ruang.
59. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
60. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat atau badan hukum.
61. Peranserta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul
atas kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan bergerak
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
62. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
63. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hirarki.
BAB II
Pasal 2
(1) Ruang lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah meliputi seluruh wilayah
daratan dan lautan seluas kurang lebih 9.450 km2,beserta ruang udara di
atasnya dan ruang di dalam bumi berdasarkan aspek administratif dan
fungsional.
(2) Batas-batas wilayah perencanaan meliputi:
a. sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu;
c. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Manggarai; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Selat Sape.
(3) Wilayah perencanaan tata ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah terdiri
atas 10 (sepuluh) kecamatan yaitu:
a. Kecamatan Komodo;
b. Kecamatan Boleng;
c. Kecamatan Sano Nggoang;
d. Kecamatan Mbeliling;
e. Kecamatan Lembor;
f. Kecamatan Lembor Selatan;
g. Kecamatan Welak;
h. Kecamatan Kuwus;
i. Kecamatan Ndoso; dan
j. Kecamatan Macang Pacar.
9
-10-
BAB III
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Wilayah
Pasal 3
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah
Pasal 4
10
-11-
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang Wilayah
Pasal 5
11
-12-
12
-13-
13
-14-
14
-15-
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
15
-16-
Bagian Kedua
Sistim Jaringan Pusat- Pusat Kegiatan
Pasal 7
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 8
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 9
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 10
Paragraf 3
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 11
18
-19-
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 12
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 13
19
-20-
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 14
20
-21-
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 15
21
-22-
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 16
22
-23-
(2) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. identifikasi potensi sumber-sumber air baru untuk memenuhi
kebutuhan air masyarakat daerah;
b. penambahan/menyediakan kran umum dengan prioritas pelayanan
daerah permukiman yang relatif padat;
c. jaringan perpipaan yang meliputi:
1) Mbeliling - Labuan Bajo;
2) Kuwus - Macang Pacar;
3) Sano Nggoang – Mbeliling;
4) Boleng;
5) Kuwus – Ndoso;
6) Kuwus – Welak; dan
7) Lembor – Lembor Selatan.
d. jaringan non perpipaan yang mencakup seluruh wilayah daerah yang
belum terjangkau jaringan PDAM;
e. meningkatkan produksi pada sistem air minum (PDAM) yang sudah ada
dengan upaya memperkecil kehilangan/kebocoran air serta
merehabilitasi sistem transmisi dan sistem distribusinya;
f. peningkatan sistem air minum pedesaan yang ada dan pembangunan
sistem baru untuk melayani daerah-daerah yang sampai saat ini belum
mendapat pelayanan air minum, pengelolaannya dilakukan oleh badan
pengelola air minum;
g. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana air minum untuk
masyarakat melalui pemboran air tanah beserta sistem penjaringannya
dengan prioritas daerah yang belum terlayani air PDAM diseluruh
wilayah kabupaten Manggarai Barat, pengelolaannya dilakukan oleh
Organisasi Masyarakat Setempat (OMS);
h. Pengawasan dan monitoring jaringan sumur bor dalam hubungannya
dengan pemanfaatan air tanah; dan
i. Revitalisasi dan optimalisasi sumur bor dan penjaringannya agar
pemanfaatan air tanah untuk masyarakat tepat sasaran dan
berkelanjutan.
(3) Sistem jaringan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. TPA terletak di ibukota kabupaten dan diseluruh kecamatan di daerah;
b. TPS tersebar sekitar hunian warga yang telah sesuai dengan syarat
teknis dalam penentuan lokasi dan kebutuhan ruangnya; dan
c. pengelolaan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan
sementara (TPS) menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
menggunakan pengelolaan terpadu.
(4) Sistem jaringan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dapat diklasifikasikan menjadi:
a. sistem pengolahan air limbah setempat;dan
b. sistem pengolahan air limbah terpusat.
(5) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdiri atas:
23
-24-
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Pasal 17
Bagian Kesatu
Kawasan Lindung
Pasal 18
24
-25-
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 19
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf
a seluas kurang lebih 37.036,41Ha yang tersebar di semua kecamatan.
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 20
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 21
25
-26-
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 22
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal18 Ayat (2) huruf d terdiri atas :
a. kawasan cagar alam;
b. kawasan pantai berhutan bakau;
c. kawasan taman nasional dan taman nasional laut;
d. kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan
e. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a adalah
kawasan suaka alam rawa Wae Wul terdapat di Kecamatan Komodo dengan
luas kurang lebih1.484,84 Ha.
(3) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdapat disemua wilayah pesisir di Kabupaten Manggarai Barat
dengan luas kurang lebih 19.750 Ha.
(4) Kawasan taman nasional dan taman nasional laut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas :
a. kawasan taman nasional satwa terdapat di Taman Nasional Komodo di
Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Pulau Rinca, pulau Gilimotang, Pulau
Kambing Rinca, Pulau Kalong Rinca, Pulau Kalong Komodo, Batu Bolong,
Pulau Papa Garang, Gili Lawa Laut, dan beberapa pulau kecil lainnya
dengan luas kurang lebih132.572 Ha; dan
26
-27-
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana
Pasal 23
(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (2)
huruf e terdiri atas:
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan gempa bumi;
c. kawasan rawan banjir; dan
d. kawasan rawan gelombang pasang dan arus vortex dan/atau arus leher
botol.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdapat di beberapa Kecamatan yaitu :
a. kecamatan Sano Nggoang terdapat di Kampung Loha, Desa Golo Mbu,
Lara (Desa Golo Kempo) dan Desa Golo Ndoal, Desa Watu Wangka, Wae
Lolos, Golo Desat, Liang Dara, desa Kempo;
b. kecamatan Kuwus terdapat di Kelurahan Nantal, Desa Suka Kiong, Golo
Ruu, Kolang, Lewur;
c. kecamatan Macang Pacar terdapat di Desa Golo Lajang, Desa kombo,
Desa Nanga Kantor dan Desa Rokap;
27
-28-
Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 24
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 Ayat (2)
huruf f terdiri atas:
a. kawasan cagar alam geologi;
b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
c. kawasan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. Kawasan keunikan batuan dan fosil, seperti Batu menyerupai balok
yang terdapat di Desa Rinca, batu menyerupai balok dan meja di Desa
Warloka, fosil kayu di kenari, batu menyerupai balok di Nggorang dan
Merombok di Kecamatan Komodo, batu menyerupai balok di Desa Pota
Wangka dan fosil kayu di Desa Tebedo Kecamatan Boleng, batu
menyerupai balok di Desa Watu Umpu Kecamatan Welak, batuan
menyerupai perahu dan jembatan di Wae Jare Kecamatan Mbeliling, dan
batuan dasar/geoheritage yang terdapat di sekeliling Danau Sano
Nggoang serta semua lokasi yang memiliki keragaman batuan, batuan
yang mengandung jejak atau sisa kehidupan di masa lampau (fosil),
batuan yang memiliki nilai antropologi dan arkeologi dan batuan yang
merupakan jejak struktur geologi masa lampau yang tersebar di seluruh
wilayah kabupaten Manggarai Barat;
b. Kawasan Keunikan bentang alam, antara lain gua batu cermin di
Kecamatan Komodo, gua Liang Rodak di Kecamatan Mbeliling, gua ular
28
-29-
(istana ular) di Kecamatan Welak dan semua gua yang berada dalam
kabupaten Manggarai Barat. Air terjun Cunca Wulang, Cunca Rami,
Cunca Lolos dan Cunca Polo dan semua air terjun yang ada tersebar di
Kabupaten Manggarai Barat. Keindahan gugusan pulau-pulau (kecil dan
besar) yang terdapat di dalam kawasan atau di luar kawasan Taman
Nasional Komodo, Danau Sano Nggoang, kawasan Gunung mbeliling
menerus sampai Sesok. Gugusan pegunungan dan bukit serta bentang
alam karst yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Manggarai
Barat; dan
c. Kawasan Keunikan Proses Geologi, kawasan ini terdapat pada Danau
Sano Nggoang ( mataair panas Wae Nggerengguk) dan seluruh kawasan
dengan kemunculan solfatura, fumarola dan semua lokasi yang memiliki
keunikan proses geologi.
(3) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat di Danau Sano
Nggoang (danau vulkanik) kecamatan Sano Nggoang;
b. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di seluruh wilayah kabupaten
Manggarai Barat;
c. kawasan rawan abrasi; terdapat di seluruh wilayah pesisir kabupaten
Manggarai Barat;
d. kawasan rawan bahaya gas beracun, terdapat di danau Sano Nggoang
kecamatan Sano Nggoang; dan
e. Kawasan rawan bencana gerakan tanah; terdapat diseluruh wilayah
kabupaten Manggarai Barat.
(4) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) yang merupakan tempat semua
kejadian hydrogeologis, mencakup proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung dimana CAT Labuan Bajo, CAT Ruteng
dan CAT Lempe yang terletak pada titik koordinat sebagaimana dimuat
pada pasal 15 ayat (3) huruf c; dan
b. kawasan sempadan mata air terdapat di seluruh kecamatan di wilayah
daerah.
Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 25
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (2)
huruf g, terdiri atas :
a. cagar biosfer;
b. kawasan perlindungan plasma nutfah;
c. kawasan perlindungan satwa; dan
d. terumbu karang.
29
-30-
(2) Kawasan cagar biosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
Kawasan Taman Nasional Komodo di Kecamatan Komodo dengan luas
kurang lebih 40.728 Ha
(3) Kawasan perlindungan plasma nutfah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah Kawasan Taman Nasional Komodo di Kecamatan Komodo
dengan luas kurang lebih 40.728 Ha, dan kawasan hutan Mbeliling seluas
25.793,55 Ha.
(4) Kawasan Perlindungan Satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas:
a. kawasan pulau Komodo di Kecamatan Komodo dengan luas kurang
lebih17.500 Ha;
b. kawasan pulau Padar di Kecamatan Komodo dengan luas kurang lebih
7.600 Ha;
c. kawasan pulau Rinca di kecamatan Komodo dengan luas kurang lebih
15.628 Ha;
d. kawasan hutan Mbeliling seluas 25.793,55 Ha; dan
e. kawasan konservasi sumber daya alam Wae Wul di Kecamatan Komodo.
(5) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
adalah Kawasan Perairan laut Kabupaten Manggarai Barat di Kecamatan
Macang Pacar, Boleng, Komodo, Lembor Selatan dengan luas kurang lebih
15.000 Ha.
Bagian Kedua
Kawasan Budidaya
Pasal 26
30
-31-
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 27
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 28
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 29
31
-32-
32
-33-
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 30
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 31
33
-34-
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 32
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 33
34
-35-
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 34
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 35
35
-36-
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 36
Bagian Kesatu
Kawasan Strategis Nasional
Pasal 37
Bagian Kedua
Kawasan Strategis Provinsi
Pasal 38
Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dalam pasal 36 ayat (2) huruf b yang
ada di Kabupaten Manggarai Barat adalah Kawasan Pede Labuan Bajo yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan Pariwisata.
Bagian Ketiga
Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 39
36
-37-
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 40
37
-38-
Bagian Kesatu
Perwujutan Struktur Ruang
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
38
-39-
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
40
-41-
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Bagian Kedua
Perwujudan Pola Ruang
Pasal 51
41
-42-
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
42
-43-
Pasal 55
(1) perwujudan pengelolaan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf d meliputi:
a. kawasan suaka alam;
b. kawasan pantai berhutan bakau;
c. tamannasional dan taman nasional laut;
d. taman wisata alam dan taman wisata alam laut; dan
e. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Perwujudan pengelolaan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. mempertahankan suaka alam rawa Wae Wul sebagai satu-satunya
suaka alam di Kabupaten Manggarai Barat;
b. pengembangan suaka alam rawa Wae Wul sebagai potensi wisata alam
dengan penyediaan infrastruktur yang memadai; dan
c. pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan suaka alam sesuai
dengan aturan teknis yang telah ditentukan.
43
-44-
Pasal 56
44
-45-
Pasal 57
(1) Perwujudan pengelolaan kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 51 huruf f meliputi :
a. kawasan Cagar Alam Geologi;
b. kawasan Rawan Bencana Alam Geologi; dan
c. kawasan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Perwujudan pengelolaan kawasan cagar alam geologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. melakukan penelitian dan pengkajian keanekaragaman geologi
(geodiversity) dan keanekaragaman warisan alam geologi (geoheritage)
menuju taman bumi (geopark) di seluruh wilayah Kabupaten Manggarai
Barat;
b. melarang dan melindungi semua aspek geodiversity dan geoheritage dari
pengrusakan dan pengambilan dan atau pemindahan untuk
kepentingan apapun, terkecuali atas ijin Pemerintah Kabupaten
Manggarai Barat;
c. jenis kegiatan budidaya yang diperbolehkan berupa pengembangan dan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang wisata geologi sesuai
dengan rekomendasi teknis dan atau aturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah Kabupaten Manggarai Barat;
d. pembangunan Laboratorium alam geologi dan museum geologi guna
riset dan menjaga warisan alam geologi sebagai asset dan kekayaan
intelektual Bangsa Indonesia khususnya Kabupaten Manggarai Barat;
e. meningkatkan promosi potensi dan peluang investasi geodiversity dan
geoheritage sebagai satu kesatuan pariwisata di Kabupaten Manggarai
Barat;
45
-46-
Pasal 58
46
-47-
Bagian Ketiga
Perwujudan Kawasan Budi daya
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
48
-49-
Pasal 63
Pasal 64
49
-50-
Pasal 65
Pasal 66
50
-51-
c. perlindungan kualitas air permukaan, air tanah, air laut, tanah dan
udara;
d. tidak mengganggu pengembangan potensi lainnya seperti pariwisata
sebagai sektor unggulan, sumber air tanah, dan fungsi lindung kawasan
hutan Negara di Kabupaten Manggarai Barat;
e. kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada tempat
yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan; dan
f. memperhatikan kaerifan lokal dan melibatkan masyarakat dalam
pengelolaannya sehingga keberadaan tambang dapat memberikan
dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
(3) Perwujudan pengelolaan peruntukan pertambangan batuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c, meliputi
a. perlu melakukan upaya pengamanan melalui pengendalian dan
pengawasan kegiatan penambangan pasir, kerikil, dan batu serta
sumber daya alam lainnya yang dilakukan di lingkungan sungai dan
pesisir;
b. peningkatan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar; dan
c. perlindungan terhadap kualitas air permukan, air tanah, air laut, tanah
dan udara.
(4) Perwujudan pengelolaan peruntukan pertambangan energi alternatif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, meliputi :
a. mendorong pengadaan listrik alternatif ke seluruh wilayah Manggarai
Barat, terutama di wilayah terpencil;
b. mendorong keterlibatan pihak investor, koperasi maupun perorangan
untuk pengadaan listrik perdesaan; dan
c. menggalang kampanye penghematan listrik.
(5) Perwujudan pengelolaan peruntukan Pengembangan Air Bawah Tanah dan
Air Permukaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e, meliputi :
a. survei air tanah dengan metode Survei geolistrik dan pendekatan geologi
lingkungan sebagai acuan teknis dalam pengelolaan air tanah di seluruh
wilayah Kabupaten Manggarai Barat;
b. menyusun aturan-aturan perijinan pengusahaan air tanah, baik ijin
peralatan dan sertifikat teknisi pelaksana pemboran air tanah,
rekomendasi titik pemboran air tanah atau eksplorasi airtanah,
pelaksanaan ekploitasi/pengambilan dan pemanfaatan air tanah di
seluruh wilayah Kabupaten Manggarai Barat;
c. pelaksanaan pemboran air tanah pada lokasi potensi dengan
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih;
d. inventarisasi sumur-sumur bor berkaitan dengan perhitungan neraca
air tanah;
e. revitalisasi dan optimalisasi sumur bor dan penjaringannya agar
pemanfaatan air tanah secara tepat dan berkelanjutan;
f. melakukan Pengawasan dan monitoring eksploitasi air tanah secara
menyeluruh di Kabupaten Manggarai Barat;
g. pelaksanaan Konservasi Cekungan Air Tanah(CAT) di seluruh CAT yang
ada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat;
h. melakukan penurapan mata air dan pelestarian daerah disekitar mata
air di seluruh wilayah Kabupaten Manggarai Barat;
51
-52-
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
53
-54-
Bagian Keempat
Perwujudan Kawasan Strategis
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
54
-55-
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Pasal 74
Bagian Kesatu
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Pasal 75
Bagian Kedua
Arahan Perizinan
Pasal 76
(1) Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (4) huruf b
merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
55
-56-
Bagian Ketiga
Arahan Insentif dan Disinsentif
Pasal 77
Bagian Keempat
Arahan Sanksi
Pasal 78
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (4) huruf d
merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang diatur melalui
peraturan bupati.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
56
-57-
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 79
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang
telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 80
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah,
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi dan tata kerja badan koordinasi penataan
ruang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
57
-58-
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 81
58
-59-
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 82
59
-60-
Pasal 83
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat
adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika
internal wilayah.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 84
60
-61-
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 85
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Manggarai Barat Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Manggarai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai Barat
Tahun 2005 Nomor 30 Seri E Nomor 13 ) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 86
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN MANGGARAI BARAT,
MBON ROFINUS
61
-62-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT
NOMOR 9 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN 2012 - 2032
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
62
-63-
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Klasifikasi sungai berdasarkan peraturan Permen PU No.
11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
63
-64-
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
64
-65-
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
65
-66-
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
66