Anda di halaman 1dari 92

BUPATI BULELENG

PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG


NOMOR … TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SINGARAJA
TAHUN 2019- 2039
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BULELENG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 132 Ayat (3), Peraturan
Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng 2013-2033 perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Singaraja;
Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

-1 -
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 64 Tambahan Lembaran
NegaraNomor 4849);
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4966);
13. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 133
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5052);
15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
16. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5168);
17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
18. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
19. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran
Negara Tahun 2012 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5280);
20. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
21. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5512);
22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587), sebagimana telah beberapa kali diubah terakhir

-2 -
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3445);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 107 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3981);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Air Limbah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4161);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4242;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 32 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4489);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4828);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
Dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5160);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 48 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5285);

-3 -
35. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor
188 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5347);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian
Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5393);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 2013
Nomor 193 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5468);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan
Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2014
Nomor 190 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5574);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 260 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5594);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 320 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5615)
41. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2015
Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5801);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
345 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5802);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 365, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5806);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 73 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 6041);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun
2017 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara Nomor 6042);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2018 Nomor 97 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 6219);
48. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan

-4 -
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
49. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 156)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 366);
50. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: 248/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer menurut
fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-
1);
51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan;
52. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan
dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi;
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2012
tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
55. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2014
tentang Pedoman Pemanfaatan Ruang di Dalam Bumi(Berita
Negara Tahun 2014 Nomor 268);
57. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014
tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan
Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan;
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau (Berita Negara Tahun 2015
Nomor 772);
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Tahun
2015 Nomor 2036);
60. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan

-5 -
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota;
61. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029
(Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor X);
62. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng tentang Penataan dan
Pembangunan Menara Telekomunikasi di Kabupaten Buleleng
(Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2013 Nomor 3
Serie E) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Buleleng Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penataan dan
Pembangunan Menara Telekomunikasi di Kabupaten Buleleng
(Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2016 Nomor 4
Serie E).
63. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng
Tahun 2013 - 2033;
64. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No 13 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2025;
65. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Sampah;
66. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 1 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan; dan
67. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 3 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah di Kabupaten
Buleleng Tahun 2019-2024.

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULELENG
dan
BUPATI BULELENG

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG
PERKOTAAN SINGARAJA TAHUN 2019– 2039

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Buleleng.
2. Kecamatan adalah Kecamatan yang berada di Kawasan Perkotaan Singaraja
Kabupaten Buleleng.

-6 -
3. Kelurahan adalah Kelurahan yang berada di Kawasan Perkotaan Singaraja.
4. Desa adalah Desa yang berada di Kawasan Perkotaan Singaraja.
5. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah;
6. Bupati adalah Bupati Buleleng;
7. Tri Hita Karana adalah falsafah hidup masyarakat Bali yang memuat unsur yang
membangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan antar manusiadengan
tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya yang menjadi
sumber kesejahteraan, kedamaian dan kebahagian bagi kehidupan manusia;
8. Bhisma Kesucian Puranorma agama yang ditetapkan oleh Sabha Pandita PHDI Pusat
sebagai pedoman pengalaman ajaran Agama Hindu tentang Kawasan Kesucian Pura
yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci;
9. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, kawasan dan/ atas pekerjaan yang
dibagi menjadi tiga tingkatan terdiri atas Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista
Mandala;
10. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana kertih,
danu kertih, segara kertih, jana kertih dan jagat kertih
11. Catus Patha adalah simpang empat sacral yang ruas-ruasnya mengarah ke empat
arah mata angina(utara, timur, selatan dan barat) dan diperankan sebagai pusat
kawasan dan/atas desa;
12. Nyegara Gunung adalah filosofi Bali bahwa antara laut (segara) dan gunung adalah
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Oleh karena itu setiap tindakan di gunung akan
berdampak ke laut, demikian pula sebaliknya.
13. Desa Pakraman adalah kesatuan Masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang
mempunyai kesatuan tradisi dan tata lrama pergaulan hidup. Masyarakat umat
Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa
yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri dan berhak mengurus
rumah tangganya sendiri
14. Palemahan Desa Pakraman adalah wilayah yang dimiliki oleh Desa pakraman yang
terdiri atas satu atau lebih banjar adat yang tidak dapat dipisah-pisahkan
15. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
16. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
17. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
18. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
19. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
20. Struktur Ruang adalah susunan pusat – pusat kegiatan dan system jaringan sarana
prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan social ekonomi masyarakat
yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.
21. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi

-7 -
budidaya;
22. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
23. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
25. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
26. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan
pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
27. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng yang selanjutnya disebut RTRW
Kabupaten adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Buleleng yang menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah Kabupaten
Buleleng yang merupakan dasar dalam penyusunan program pembangunan.
28. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Singaraja yang selanjutnya disingkat
RDTR Kawasan Perkotaan Singaraja adalah rencana secara terperinci tentang tata
ruang Kawasan Perkotaan Singaraja yang dilengkapi dengan peraturan zonasinya.
29. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah
panduan rancang bangunan suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan ruang, dan lingkungan, serta memuat
materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
30. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional
31. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan
di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang
sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
32. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian
dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan
memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
33. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
34. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
35. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

-8 -
36. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat PPK adalah pusat distribusi sarana
pelayanan umum di dalam BWP yang memiliki fungsi pelayanan pada skala
perkotaan dan skala wilayah yang lebih luas.
37. Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat SPPK adalah pusat distribusi
sarana pelayanan umum di dalam BWP yang memiliki fungsi pelayanan pada skala
Sub BWP sampai dengan skala perkotaan.
38. Pusat Lingkungan Kecamatan yang selanjutnya disingkat PLk adalah pusat distribusi
sarana pelayanan umum di dalam BWP yang memiliki fungsi pelayanan pada skala
kecamatan.
39. Pusat Lingkungan Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat PLdk adalah pusat
distribusi sarana pelayanan umum di dalam BWP yang memiliki fungsi pelayanan
pada skala desa/kelurahan.
40. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
41. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
42. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
43. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
44. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
45. Zona budidaya adalah zona yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
46. Zona Sempadan Sungai adalah zona yang ditetapakan dengan sebagai batas
perlindungan sungai sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai
47. Zona Sempadan Pantai adalah zona yang ditetapkan sebagai perlindungan sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan
kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan ketersediaan ruang untuk lalu lintas
umum
48. Zona Lindung dan Kearifan Lokal adalah zona yang ditetapkan sebagai perlindungan
terhadap kawasan yang disucikan oleh umat Hindu seperti kawasan gunung,
perbukitan, danau, mata air, campuhan, laut, pantai dan kawasan di sekitar pura
yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius tertentu sesuai status pura sebagaimana
ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat
(PHDIP) Tahun 1994
49. Zona Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah zona yang
ditetepkan memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
50. Ruang terbuka hijau publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum.

-9 -
51. Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa
kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.
52. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di
bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan
yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu
yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
53. Zona Perumahan adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan ruang yang terdiri
atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
54. Zona Perkantoran adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan ruang yang
difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat
bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya.
55. Zona Sarana Pelayanan Umum adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan ruang
yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan,
kesehatan, peribadatan, sosial budaya dan olahraga, dengan fasilitasnya yang
dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala
pelayanan yang ditetapkan.
56. Zona Pertanian adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa
kegiatan pertanian.
57. Zona Pariwisata adalah zona yang ditetepan bagi peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk kegiatan pariwisata baik alam, buatan maupun budaya.
58. Zona Pertahanan dan Keamanan adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan
ruang yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus
kegiatan pertahanan dan keamanan dan memerlukan penanganan, perencanaan
sarana prasarana serta fasilitas tertentu dalam mengukung kegiatan pertahanan dan
keamanan
59. Zona Lainnya adalah zona yang ditetepkan bagi peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menampung fungsi berupa tempat evakuasi sementara dan
pergudangan.
60. Zona Campuran adalah zona yang ditetapkan bagi peruntukan ruang yang
dikembangan dengan didominasi oleh dua kegiatan yang berbeda.
61. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan
jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota.
62. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan Subzona.
63. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas
lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata
ruang dan RTBL.
64. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah

-10 -
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
65. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
66. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah garis maya pada
persil atau tapak yang merupakan jarak bebas terdekat dari bidang terluar bangunan
tertutup yang diperkenankan didirikan bangunan ditarik pada jarak tertentu sejajar
terhadap :
a. as jalan, batas tepi Ruang Milik Jalan (RUMIJA) atau garis rencana jalan yang
ditetapkan dalam dokumen rencana tata ruang.
b. batas persil yang dikuasai.
c. batas tepi sungai atau saluran air
d. saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, jalur rel kereta api
dan sebagainya.
67. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
68. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
69. Tempat Penampungan sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
70. Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang
selanjutnya disebut TPS 3R adalah merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan
71. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, yang selanjutnya disingkat TPST, adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
72. Pemrosesan Akhir Sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sampah sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
73. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
74. Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi pertumbuhan
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
75. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
76. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar
keduanya.
77. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
78. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
penataan ruang.
79. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata

-11 -
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
80. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut TKPRD adalah
tim bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di daerah provinsi dan di daerah
kabupaten/kota, dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas gubernur dan
bupati/walikota dalam pelaksanaan koordinasi penataan ruang di daerah.
81. Lingkungan Siap Bangun yang berdiri sendiri, selanjutnyadisebut Lisiba yangberdiri
sendiri, adalah Lisiba yang bukan merupakan bagian dari Kasiba, yangdikelilingi oleh
lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi olehkawasan dengan
fungsi-fungsi lain.
Bagian Kedua
Bagian Wilayah Perencanaan

Pasal 2
(1) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Singaraja disebut sebagai BWP
Singaraja.

(2) Lingkup ruang BWP Singaraja berdasarkan aspek fungsional dengan luas kurang
lebih 3.691,77 (tiga ribu enam ratus sembilan puluh satu koma tujuh puluh tujuh)
hektar, beserta ruang udara di atasnya dan ruang di dalam bumi.

(3) Batas-batas BWP Singaraja, meliputi :


a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Sebagian Desa Sambangan, Sebagian Desa
Panji dan Desa Ambengan Kecamatan Sukasada; Sebagian Desa Jineng Dalem
Kecamatan Buleleng;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sangsit Kecamatan Sawan;
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pemaron Kecamatan Buleleng; Sebagain
Desa Panji Kecamatan Sukasada.

(4) BWP Singaraja, terdiri atas:


a. Kecamatan Buleleng dengan luas 2.123,98 hektar meliputi Kelurahan Kaliuntu,
Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Kampung Bugis, Kelurahan Kampung
Kajanan, Kelurahan Banjar Bali, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Banjar
Jawa, Kelurahan Astina, Kelurahan Banjar Tegal, Kelurahan Kendran, Kelurahan
Kampung Singaraja, Kelurahan Paket Agung, Kelurahan Liligundi, Kelurahan
Beratan Kelurahan Banyuning, Kelurahan Penarukan, Desa Jinengdalem,
Kelurahan Banyuasri dan Desa Baktiseraga;
b. Kecamatan Sawan dengan luas 206,8 hektar meliputi Desa Kerobokan;
c. Kecamatan Sukasada dengan luas kurang lebih 1.361,01 hektar meliputi Desa
Sambangan, Desa Panji dan Kelurahan Sukasada;

(5) BWP Singaraja dibagi menjadi 4 (empat) Sub BWP yang terdiri atas :
a. SBWP A dengan luas kurang lebih 549,45 (lima ratus empat puluh sembilan
koma empat) hektar, meliputi :
1. Kelurahan Kaliuntu;
2. Kelurahan Kampung Anyar;
3. Kelurahan Kampung Bugis;

-12 -
4. Kelurahan Kampung Kajanan;
5. Kelurahan Banjar Bali;
6. Kelurahan Banjar Jawa;
7. Kelurahan Astina;
8. Kelurahan Banjar Tegal;
9. Kelurahan Kendran;
10. Kelurahan Kampung Singaraja;
11. Kelurahan Paket Agung;
12. Kelurahan Liligundi;
13. Kelurahan Beratan.

b. SBWP B dengan luas kurang lebih 1.350,11 (seribu tiga ratus lima puluh koma
sebelas) hektar, meliputi:
1. Kelurahan Banyuning;
2. Kelurahan Penarukan;
3. Desa Kerobokan;
4. Desa Jinengdalem.

c. SBWP C dengan luas kurang lebih 430,44 (empat ratus tiga puluh koma empat
puluh empat hektar), meliputi :
1. Kelurahan Banyuasri;
2. Desa Baktiseraga.

d. SBWP D dengan luas kurang lebih 1.361,75 (seribu tiga ratus enam puluh satu
koma tujuh puluh lima) hektar, meliputi:
1. Sebagian Desa Sambangan;
2. Sebagian Desa Panji;
3. Kelurahan Sukasada.

Pembagian Blok

Pasal 3
(1) Pembagian Blok merupakan pembagian sebidang lahan pada Sub BWP dengan
batasan fisik yang nyata berdasarkan perbedaan fungsi ruang pada masing-masing
Blok.

(2) Sub BWP A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) huruf a, dibagi menjadi 27
(dua puluh tujuh) Blok, meliputi:
a. Blok A.1A, seluas 7,14 ha (tujuh koma empat belas hektar) terletak di Kelurahan
Kaliuntu dan Kampung Anyar;
b. Blok A.1B, seluas 11,24 ha (sebelas koma dua puluh empat hektar) terletak di
Kelurahan Kampung Anyar;
c. Blok A.1C, seluas 9,19 ha (sembilan koma Sembilan belas hektar) terletak di
Kelurahan Kampung Bugis dan Kampung Baru;
d. Blok A.1D, seluas 9,99 ha (sembilan koma sembilan puluh Sembilan hektar)
terletak di Kelurahan Kampung Bugis dan Kampung Baru;
e. Blok A.1E, seluas 13,07 ha (tiga belas koma nol tujuh hektar) terletak di
Kelurahan Kelurahan Kampung Baru dan Banyuning;
f. Blok A.1F, seluas 11,46 ha (sebelas koma empat puluh enam hektar) terletak di
Kelurahan Kelurahan Kampung Baru dan Banyuning;

-13 -
g. Blok A.1G, seluas 14,09 ha (empat belas koma nol Sembilan hektar) terletak di
Kelurahan Kelurahan Kampung Baru dan Banyuning;
h. Blok A.1H, seluas 12,86 ha (dua belas koma delapan puluh enam hektar) terletak
di Kelurahan Kampung Kajanan dan Kampung Baru;
i. Blok A.1I, seluas 10,10 ha (sepuluh koma sepuluh hektar) terletak di Kelurahan
Banjar Bali, Kampung Kajanan, Kampung Bugis, dan Kampung Baru;
j. Blok A.1J, seluas 3,73 ha (tiga koma tujuh puluh tiga hektar) terletak di
Kelurahan Banjar Bali, Kampung Kajanan, dan Banyuning;
k. Blok A.1K, seluas 28,06 ha (dua puluh delapan koma nol enam hektar) terletak
di Kelurahan Kaliuntu, Banjar Bali, Kampung Anyar, Kampung Kajanan, dan
Kampung Bugis;
l. Blok A.1L, seluas 4,73 ha (empat koma tujuh puluh tiga hektar) terletak di
Kelurahan Kaliuntu, Kampung Anyar, dan Kampung Kajanan;
m. Blok A.1M, seluas 14,54 ha (empat belas koma lima puluh empat hektar) terletak
di Kelurahan Kaliuntu, Kampung Anyar, dan Kampung Bugis;
n. Blok A.1N, seluas 17,35 ha (tujuh belas koma tiga puluh lima hektar) terletak di
Kelurahan Kaliuntu;
o. Blok A.1O, seluas 24,44 ha (dua puluh empat koma empat puluh empat hektar)
terletak di Kelurahan Banjar Tegal, Banjar Jawa, Banyuasri, dan Kaliuntu;
p. Blok A.1P, seluas 17,59 ha (tujuh belas koma lima puluh Sembilan hektar)
terletak di Kelurahan Banjar Jawa, Kaliuntu, Banjar Bali, dan Kampung Kajanan;
q. Blok A.1Q, seluas 13,63 ha (tiga belas koma enam puluh tiga hektar) terletak di
Kelurahan Banjar Jawa, Banjar Bali, dan Kampung Kajanan;
r. Blok A.1R, seluas 17,62 ha (tujuh belas koma enam puluh dua hektar) terletak
di Kelurahan Banjar Jawa, Banjar Bali, dan Banyuning;
s. Blok A.1S, seluas 23,15 ha (dua puluh tiga koma lima belas hektar) terletak di
Kelurahan Astina dan Banyuning;
t. Blok A.1T, seluas 22,80 ha (dua puluh dua koma delapan puluh hektar) terletak
di Kelurahan Astina;
u. Blok A.1U, seluas 57,33 ha (lima puluh tujuh koma tiga puluh tiga hektar)
terletak di Kelurahan Kendran;
v. Blok A.1V, seluas 40,65 ha (empat puluh koma enam puluh lima hektar) terletak
di Kelurahan Banjar Tegal dan Astina;
w. Blok A.1W, seluas 51,86 ha (lima puluh sati koma delapan puluh enam hektar)
terletak di Kelurahan Paket Agung dan Banyuasri;
x. Blok A.1X, seluas 12,85 ha (dua belas koma delapan puluh lima hektar) terletak
di Kelurahan Paket Agung dan Kampung Singaraja;
y. Blok A.1Y, seluas 34,86 ha (tiga puluh empat koma delapan puluh enam hektar)
terletak di Kelurahan Beratan dan Liligundi; dan
z. Blok A.1Z, seluas 66,87 ha (enam puluh enam koma delapan puluh tujuh hektar)
terletak di Kelurahan Beratan, Sukasada, Liligundi, dan Paket Agung.

(3) Sub BWP B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) huruf b, dibagi menjadi
24 (dua puluh empat) Blok, meliputi:
a. Blok B.2A, seluas 5,58 ha (lima koma lima puluh delapan hektar) terletak di
Kelurahan Kampung Baru, Banyuning, dan Penarukan;
b. Blok B.2B, seluas 101,48 ha (serratus satu koma empat puluh delapan hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
c. Blok B.2C, seluas 54,13 ha (lima puluh empat koma tiga belas hektar) terletak di
Kelurahan Penarukan dan Kerobokan;
d. Blok B.2D, seluas 39,92 ha (tiga puluh Sembilan koma Sembilan puluh dua
hektar) terletak di Kelurahan Kerobokan;

-14 -
e. Blok B.2E, seluas 30,57 ha (tiga puluh koma lima puluh tujuh hektar) terletak di
Kelurahan Banyuning;
f. Blok B.2F, seluas 57,83 ha (lima puluh tujuh koma delapan puluh tiga hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
g. Blok B.2G, seluas 33,36 ha (tiga puluh tiga koma tiga puluh enam hektar) terletak
di Kelurahan Penarukan dan Kerobokan;
h. Blok B.2H, seluas 34,89 ha (tiga puluh empat koma delapan puluh Sembilan
hektar) terletak di Kelurahan Kerobokan;
i. Blok B.2I, seluas 46,82 ha (empat puluh enam koma delapan puluh dua hektar)
terletak di Kelurahan Kerobokan;
j. Blok B.2J, seluas 91,21 ha (Sembilan puluh satu koma dua puluh satu hektar)
terletak di Kelurahan Banjar Jawa, Kampung Baru, dan Banyuning;
k. Blok B.2K, seluas 54,50 ha (lima puluh empat koma lima puluh hektar) terletak
di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
l. Blok B.2L, seluas 102,39 ha (seratus dua koma tiga puluh Sembilan hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
m. Blok B.2M, seluas 65,71 ha (enam puluh lima koma tujuh puluh satu) terletak di
Kelurahan Penarukan dan Kerobokan;
n. Blok B.2N, seluas 27,28 ha (dua puluh tujuh koma dua puluh delapan hektar)
terletak di Kelurahan Banjar Jawad an Banyuning;
o. Blok B.2O, seluas 30,66 ha (tiga puluh koma enam puluh enam hektar) terletak
di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
p. Blok B.2P, seluas 37,89 ha (tiga puluh tujuh koma delapan puluh sembilan) di
Kelurahan Banyuning;
q. Blok B.2Q, seluas 7,22 ha (tujuh koma dua puluh dua hektar) terletak di
Kelurahan Banyuning;
r. Blok B.2R, seluas 37,26 ha (tiga puluh tujuh koma dua puluh enam hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
s. Blok B.2S, seluas 70,56 ha (tujuh puluh koma lima puluh enam hektar) terletak
di Kelurahan Jeningdalem dan Penarukan;
t. Blok B.2T, seluas 60,52 ha (enam puluh koma lima puluh dua hektar) terletak di
Kelurahan Astina dan Banyuning;
u. Blok B.2U, seluas 70,68 ha (tujuh puluh koma enam puluh delapan hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning;
v. Blok B.2V, seluas 42,75 ha (empat puluh dua koma tujuh puluh lima hektar)
terletak di Kelurahan Banyuning dan Penarukan;
w. Blok B.2W, seluas 140,45 ha (seratus empat puluh koma empat puluh lima
hektar) terletak di Kelurahan Jinengdalem;
x. Blok B.2X, seluas 54,35 ha (lima puluh empat koma tiga puluh tiga lima hektar)
terletak di Kelurahan Jinengdalem;

(4) Sub BWP C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) huruf c, dibagi menjadi 14
(empat belas) Blok, meliputi:
a. Blok C.3A, seluas 11,32 ha (sebelas koma tiga puluh dua hektar) terletak di
Kelurahan Baktiseraga;
b. Blok C.3B, seluas 20,21 ha (dua puluh koma dua puluh satu hektar) terletak di
Kelurahan Baktiseraga dan Banyuasri;
c. Blok C.3C, seluas 24,35 ha (dua puluh empat koma tiga puluh lima hektar)
terletak di Kelurahan Banyuasri;
d. Blok C.3D, seluas 30,43 ha (tiga puluh koma empat puluh tiga hektar) terletak
di Kelurahan Baktiseraga dan Banyuasri;
e. Blok C.3E, seluas 9,68 ha (Sembilan koma enam puluh delapan hektar) terletak
di Kelurahan Banyuasri;

-15 -
f. Blok C.3F, seluas 41,83 ha (empat puluh satu koma delapan puluh tiga hektar)
terletak di Kelurahan Panji dan Baktiseraga;
g. Blok C.3G, seluas 24,68 ha (dua puluh empat koma enam puluh delapan hektar)
terletak di Kelurahan Kelurahan Baktiseraga dan Banyuasri;
h. Blok C.3H, seluas 27,16 ha (dua puluh tujuh koma enam belas hektar) terletak
di Kelurahan Banjar Tegal dan Banyuasri;
i. Blok C.3I, seluas 18,80 ha (delapan belas koma delapan puluh hektar) terletak di
Kelurahan Banyuasri dan Kaliuntu;
j. Blok C.3J, seluas 55,62 ha (lima puluh lima koma enam puluh dua hektar)
terletak di Kelurahan Banyuasri;
k. Blok C.3K, seluas 64,53 ha (enam puluh empat koma lima puluh tiga hektar)
terletak di Kelurahan Bakti Seraga dan Banjar Tegal;
l. Blok C.3L, seluas 16,75 ha (enam belas koma tujuh puluh lima hektar) terletak
di Kelurahan Banyuasri;
m. Blok C.3N, seluas 84,14 ha (delapan puluh empat koma empat belas hektar)
terletak di Kelurahan Panji, Paket Agung, dan Baktiseraga;

(5) Sub BWP D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) huruf d, dibagi menjadi
15 (lima belas) Blok, meliputi:
a. Blok D.4A, seluas 76,10 ha (tujuh puluh enam koma sepuluh hektar) terletak di
Kelurahan Panji dan Baktiseraga;
b. Blok D.4B, seluas 88,31 ha (delapan puluh delapan koma tiga puluh satu hektar)
terletak di Kelurahan Panji dan Baktiseraga;
c. Blok D.4C, seluas 159,72 ha (seratus lima puluh sembilan koma tujuh puluh dua
hektar) terletak di Kelurahan Sambangan;
d. Blok D.4D, seluas 133,72 ha (seratus tiga puluh tiga koma tujuh puluh dua
hektar) terletak di Kelurahan Beratan, Sukada, dan Paket Agung;
e. Blok D.4E, seluas 32,18 ha (tiga puluh dua koma delapan belas hektar) terletak
di Kelurahan Sukasada;
f. Blok D.4F, seluas 57,32 ha (lima puluh tujuh koma tiga puluh dua hektar)
terletak di Kelurahan Sukasada;
g. Blok D.4G, seluas 64,38 ha (enam puluh empat koma tiga puluh delapan hektar)
terletak di Kelurahan Sukasada;
h. Blok D.4H, seluas 44,35 ha (empat puluh empat koma tiga puluh lima hektar)
terletak di Kelurahan Sukasada;
i. Blok D.4I, seluas 180,29 ha (seratus delapan puluh koma dua puluh sembilan
hektar) terletak di Kelurahan Sukasada;
j. Blok D.4J, seluas 0,02 ha (nol koma nol dua hektar) terletak di Kelurahan
Sukasada;
k. Blok D.4K, seluas 132,57 ha (seratus tiga puluh dua koma lima puluh tujuh
hektar) terletak di Kelurahan Panji dan Sambangan;
l. Blok D.4L, seluas 108,24 ha (seratus delapan koma dua puluh empat hektar)
terletak di Kelurahan Panji;
m. Blok D.4M, seluas 117,45 ha (seratus tujuh belas koma empat puluh lima hektar)
terletak di Kelurahan Panji dan Sambangan;
n. Blok D.4N, seluas 44,10 ha (empat puluh empat koma sepuluh hektar) terletak
di Kelurahan Panji; dan
o. Blok D.4O, seluas 116,26 ha (seratus enam belas koma dua puluh enam hektar)
terletak di Kelurahan Panji.

(6) Pembagian blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta skala
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

-16 -
Bagian Ketiga
Jangka Waktu

Pasal 4
(1) RDTR BWP Singaraja berlaku selama 20 (dua puluh)tahun.
(2) RDTR BWP Singaraja ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
(3) RDTR BWP Singaraja dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu kali) dalam dalam 5
(lima) tahun apabila:
a. terjadi perubahan perubahan RTRW Provinsi/Kabupaten yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang BWP RDTR, dan/atau;
b. terjadi dinamika internal BWP yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara
mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,
perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah
perencanaan.

BAB II
TUJUAN PENATAAN BWP

Pasal 5
Penataan ruang BWP Singaraja bertujuan mewujudkan Perkotaan Singaraja sebagai Kota
Pendidikan yang berbudaya, terintegrasi, dan berkelanjutan bagi pengembangan sosial
ekonomi Bali Utara berdasarkan falsafah Tri Hita Karana.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
Rencana struktur ruang terdiri atas:
a. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan;
b. Rencana Jaringan Transportasi;
c. Rencana Jaringan Energi Kelistrikan;
d. Rencana Jaringan Telekomunikasi;
e. Rencana Jaringan Sumber Daya Air;
f. Rencana Jaringan Air Minum;
g. Rencana Jaringan Drainase;
h. Rencana Pengolahan Air Limbah; dan
i. Rencana Jaringan Prasarana Lainnya.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

Pasal 7
(1) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
terdiri atas:

-17 -
a. Pusat Pelayanan Kota (PPK);
b. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK);
c. Pusat Lingkungan Kecamatan (PLK); dan
d. Pusat Lingkungan Kelurahan/Dsa (PLKD).

(2) Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
digambarkan dalam peta tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 8
(1) PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a., terletak di SBWP A pada
Kelurahan Kaliuntu.
(2) Fungsi PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai pusat perdagangan, jasa,
pemerintahan, dan pendidikan terpadu skala regional, serta didukung oleh fungsi
perkotaan lainnya.

Pasal 9
(1) SPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. SPPKP-1 terletak di SBWP A pada Kawasan atau Koridor Jalan Veteran dan Ngurah
Rai;
b. SPPKP-2 terletak di SBWP B pada Kawasan atau Koridor Jalan W.R. Supratman;
c. SPPKP-3 terletak di SBWP C pada Kawasan Pasar Banyuasri di Jalan A. Yani; dan
d. SPPKP-4 terletak di SBWP D pada Kawasan atau Koridor Jalan Jelantik Gingsir;

(2) Fungsi SPPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:


a. SPPKP-1 fungsi utamanya sebagai pusat pelayanan pemerintahan dan kesehatan
skala kota;
b. SPPKP-2 fungsi utamanya sebagai pusat pelayanan perdagangan/ jasa dan
pendidikan;
c. SPPKP-3 fungsi utamanya sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kota;
d. SPPKP-4 fungsi utamanya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan kesehatan
skala kecamatan.

Pasal 10
(1) Pusat Lingkungan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf
c., meliputi:
a. PLk-1 terletak di Kelurahan Banjar Jawa SBWP A, pusat kegiatannya di Kawasan
atau koridor Jalan Pramuka;
b. PLk-2 terletak di Desa Kerobokan SBWP B, pusat kegiatannya di Kawasan Kantor
Kecamatan Sawan;
c. PLk-3 terletak di Desa Sambangan SBWP C pusat kegiataanya di Kawasan atau
Koridor Jalan Srikandi;

(2) Fungsi PLk sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi:


d. PLk-1 fungsi utamanya sebagai layanan pertahanan dan keamanan, sarana
pelayanan umum dan pendidikan;
e. PLk-2 fungsi utamanya sebagai layanan pemerintahan, kesehatan dan
perdagangan/jasa; dan

-18 -
f. PLk-3 fungsi utamanya sebagai layanan pendidikan.

Pasal 11
(3) Pusat Lingkungan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf
d., meliputi:
a. PLdk-1 terletak di Kelurahan Astina di SBWP A;
b. PLdk-2 terletak di Kelurahan Kampung Baru di SBWP A;
c. PLdk-3 terletak di Kelurahan Banjar Tegal di SBWP A;
d. PLdk-4 terletak di Desa Jineng Dalem di SBWP B;
e. PLdk-5 terletak di Kelurahan Banyuning di SBWP B;
f. PLdk-6 terletak di Kelurahan Penarukan di SBWP B;
g. PLdk-7 terletak di Desa Baktiseraga di SBWP C; dan
h. PLdk-8 terletak di Desa Panji di SBWP D.

(4) Fungsi PLdk sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi:


a. PLdk-1 sebagai pusat kegiatan perdagangan/ jasa dan pendidikan;
b. PLdk-2 sebagai pusat kegiatan perdagangan/jasa, olahraga dan pendidikan;
c. PLdk-3 sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan tinggi;
d. PLdk-4 sebagai pusat kegiatan pendidikan tinggi;
e. PLdk-5 sebagai pusat kegiatan pendidikan dan perdagangan/jasa;
f. PLdk-6 sebagai pusat kegiatan pendidikan, perdagangan/jasa dan transportasi;
g. PLdk-7 sebagai pusat kegiatan perdagangan/ jasa, kesehatan dan transportasi;
h. PLdk-8 sebagai pusat kegiatan pendidikan, kesehatan, olahraga dan
perdagangan/jasa;

Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi
Paragraf 1
Umum

Pasal 3
Rencana pengembangan jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
terdiri atas :
a. Rencana jaringan jalan kolektor primer satu;
b. Rencana jaringan jalan kolektor primer empat;
c. Rencana jaringan jalan lokal primer;
d. Rencana jaringan jalan lokal sekunder;
e. Rencana jaringan jalan lingkungan sekunder;
f. Rencana jalur pejalan kaki;
g. Rencana jalan masuk dan keluar terminal barang dan penumpang;
h. Rencana terminal penumpang;
i. Rencana halte; dan
j. Rencana jalur kereta api antar kota

Paragraf 2
Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Satu

-19 -
Pasal 4
(1) Rencana jaringan jalan kolektor primer satu sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
huruf a meliputi :
a. Jalan Gadjah Mada;
b. Jalan A. Yani;
c. Jalan Dr. Sutomo;
d. Jalan Ng. Rai Selatan;
e. Jalan Pramuka;
f. Jalan Diponegoro;
g. Jalan Surapati;
h. Jalan W.R. Supratman;
i. Jalan Jelantik Gingsir; dan
j. Jalan Veteran.
(2) Rencana jaringan jalan kolektor primer satu sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 3
Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Empat

Pasal 5
(1) Rencana jaringan jalan kolektor primer empat sebagaimana dimaksud dalam pasal
12 huruf b meliputi :
a. Jalan Gempol – Banyuning – Penarukan
(2) Rencana jaringan jalan kolektor primer empat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 4
Rencana Jaringan Jalan Lokal Primer

Pasal 15
(1) Rencana jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf c
meliputi :
a. Jalan Serma Karma.
b. Jalan Pulau Komodo.
c. Jalan Raya Keloncing.
d. Jalan Setiabudi.
e. Jalan Pantai Kerobokan.
f. Jalan Merak.
g. Jalan Jembatan Ex. Pelabuhan Buleleng.
h. Jalan Sawo.
i. Jalan Melati.
j. Jalan Rama.

-20 -
k. Jalan Sitha.
l. Jalan Simpang Udayana.
m. Jalan Acarya Graha.
n. Jalan Merpati.
o. Jalan Durian.
p. Jalan Semangka.
q. Jalan Bisma.
r. Jalan Parikesit.
s. Jalan Parikesit I.
t. Jalan Parikesit II.
u. Jalan Yudistira.
v. Jalan Yudistira Utara.
w. Jalan Kresna.
x. Jalan Gunung Batur.
y. Jalan Gunung Semeru.
z. Lc. Bakti Seraga.
aa. Jalan Srikandi.
bb. Jalan Sangket – Sambangan – Panji.
cc. Jalan Pantai Indah.
dd. Dusun Bangah – Panji.
ee. Sp3. Sambangan – Banjar Anyar – Tiying T.
ff. Jalan Pulau Timor.
gg. Jalan Pulau Menjangan.
hh. Jalan Pulau Obi.
ii. Jalan Hassanudin.
jj. Jalan Sudirman.
kk. Jalan Udayana.
ll. Jalan R.A. Kartini.
mm. Jalan Bakri Seraga – Anturan – Kalibukbuk
nn. Jalan Dewi Sartika Utara.
oo. Jalan Laksamana.
pp. Jalan Letkol Wisnu.
qq. Jalan Lingga
rr. Jalan Kepulauan Natuna
ss. Jalan Raya Penglatan
tt. Jalan Anggrek
uu. Jalan Pahlawan
vv. Sp4. Pemaron – Bhuana Kota.
ww. Jalan Dewi Sartika Selatan.
xx. Jalan Samudera.
yy. Bakti Seraga – Bhuana Kerta – Banjar Anyar

-21 -
(2) Rencana jaringan jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tercantum
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 5
Rencana Jaringan Jalan Lokal Sekunder

Pasal 16
(1) Rencana jaringan jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf
d meliputi :
a. Jalan Kapten Muka.
b. Jalan Pulau Sumba.
c. Jalan Pulau Flores.
d. Jalan Jambu.
e. Jalan Salak.
f. Jalan Nangka.
g. Jalan Mangga.
h. Jalan Jeruk.
i. Jalan Nusa Indah.
j. Jalan Tasbih.
k. Jalan Lely.
l. Jalan Kenanga.
m. Jalan Teleng.
n. Jalan Angsoka.
o. Jalan Dahlia.
p. Jalan Melur.
q. Jalan Seruni.
r. Jalan Ratna.
s. Jalan Kamboja.
t. Jalan Menuh.
u. Jalan Cempaka.
v. Jalan Sedap Malam.
w. Jalan Seroja.
x. Jalan Mawar.
y. Jalan Kemuning.
z. Jalan Nuri.
aa. Jalan Kakaktua.
bb. Jalan Manggis.
cc. Jalan Sahadewa.
dd. Jalan Gatotkaca.
ee. Jalan Nakula.

-22 -
ff. Jalan Arjuna.
gg. Jalan Bisma Barat.
hh. Jalan Wijaya Kesuma.
ii. Jalan Abimanyu.
jj. Jalan Abimanyu III
kk. Jalan Bukit Lempuyangan.
ll. Jalan Gunung Batukaru.
mm. Jalan Tri Brata.
nn. Jalan Kutilang.
oo. Jalan Jatayu.
pp. Jalan Rajawali.
qq. Jalan Kaswari.
rr. Jalan Jeruk.
ss. Jalan Rambutan.
tt. Jalan Wibisana.
uu. Jalan Gelatik.
vv. Jalan Jalak.
ww. Jalan Kenari.
xx. Jalan Cendrawasih.
yy. Jalan Pulau Muna.
zz. Jalan Pulau Serangan.
aaa. Jalan Pulau Nila.
bbb. Jalan Flamboyan.
ccc. Jalan Jempiring.
ddd. Jalan Perkutut.
eee. Jalan Dewi Kunti.
fff. Jalan Pulau Riau.
ggg. Jalan Pulau Sulawesi.
hhh. Jalan Pulau Kalimantan.
iii. Jalan Pulau Belitung.
jjj. Jalan Pulau Nias.
kkk. Jalan Pulau Sugara.
lll. Jalan Pulau Selayar.
mmm. Jalan Pulau Buton.
nnn. Jalan Pulau Bali.
ooo. Jalan Pulau Lombok.
ppp. Jalan Pulau Sumatera.
qqq. Jalan Pulau Aru.
rrr. Jalan Pulau Maluku.
sss. Jalan Pulau Batam Banyuning.
ttt. Jalan Bekisar.

-23 -
uuu. Jalan Islamic Center.
vvv. Jalan Jalak Putih.
www. Jalan Pidada.
xxx. Jalan Sri Mertha.
yyy. Panji – Komplek Desa Panji.
zzz. Dusun Kelod Kauh – Dusun Panji/Pemaron
aaaa. Jalan Teratai
bbbb. Jalan Parkit
cccc. Jalan Pulau Jawa.
dddd. Jalan Pulau Samosir.
eeee. Jalan Pulau Batam.
ffff. Jalan Pulau Bintan.
gggg. Jalan Pulau Ceningan.
hhhh. Jalan Pulau Laut.
iiii. Jalan Pulau Dewata.
jjjj. Sangket – Padang Bulia.
kkkk. Jalan Gunung Rinjani.
llll. Kuburan Panji – Dusun Bangah.
mmmm. Panji – Banjar Mandul
nnnn. Jalan Pattimura
oooo. Jalan Bukit Patas.
pppp. Jalan Pudak.
qqqq. Jalan Tunjung.
rrrr. Jalan Kecubung.
ssss. Jalan Angsana.
tttt. Jalan Tekukur.
uuuu. Jalan Gagak.
vvvv. Jalan Pisang.
wwww. Jalan Pantai Asri

(2) Rencana jaringan jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 6
Rencana Jaringan Jalan Lingkungan Sekunder
Pasal 17

(1) Rencana jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
huruf e meliputi semua ruas jalan penghubung antara lingkungan perumahan
penduduk dengan jalan local di seluruh BWP Singaraja.

-24 -
(2) Rencana jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
tercantum Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

Paragraf 7
Rencana Jaringan Jalur Pejalan Kaki

Pasal 19
Rencana jaringan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf f berada
pada pusat kota, jalur-jalur utama di BWP Singaraja, meliputi jalur-jalur pejalan kaki pada
jaringan jalan yang melalui :
a. ruas jalan Ahmad Yani-Diponegoro-Surapati-W.R. Supratman;
b. ruas jalan Mayor Metra-Jelantik Gingsir-Gajah Mada-Imam Bonjol;
c. ruas jalan Veteran-Ngurah Rai-Pramuka;
d. ruas jalan Pahlawan-Sudirman;
e. ruas jalan Udayana;
f. ruas jalan Laksmana;
g. ruas jalan Serma Karma-Ki Barak Panji Sakti;
h. ruas jalan Srikandi;
i. ruas jalan Dewi Sartika;
j. ruas jalan Angsoka-Cempaka-Menuh-R.A. Kartini;
k. ruas jalan Pattimura;
l. ruas jalan Skip-Jatayu-Merak;
m. ruas jalan Pulau Komodo-Petandakan;
n. ruas jalan Gempol-Setiabudi;
o. ruas jalan Samratulangi-Penarukan;
p. ruas jalan Keloncing;
q. ruas Jalan Kolektor Primer Empat (Ruas Jalan Gempol – Banyuning – Penarukan)
r. jalan lokal primer dan sekunder di setiap SBWP.
s. jalan lingkungan sekunder di setiap SBWP.

Paragraf 9
Rencana Jalan Masuk dan Keluar Terminal Barang dan Penumpang

Pasal 20
Rencana jalan masuk dan keluar terminal barang dan penumpang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 12 huruf g meliputi Terminal Barang Singaraja di Desa Baktiseraga yang
berada di Ruas Jalan A. Yani.

Paragraf 10
Rencana Terminal Penumpang

Pasal 21
Rencana terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf h meliputi :
a. Terminal tipe B di Terminal Banyuasri.
b. Terminal tipe C di Terminal Sukasada dan Terminal Penarukan.

Paragraf 10

-25 -
Rencana Halte

Pasal 22
Rencana halte sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf i meliputi ruas jalan yang
dilewati angkutan umum.

Paragraf 11
Rencana Jalur Kereta Api Antar Kota

Pasal 23
(1) Rencana jaringan rel kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf j,
meliputi rencana pemabngunan jalur kereta api Mengwi – Singaraja atas kajian
teknis dari pemerintah.

Bagian Empat
Rencana Jaringan Energi Kelistrikan
Paragraf 1
Umum

Pasal 6
Rencana jaringan energi kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, terdiri atas:
a. Rencana Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM);
b. Rencana Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR);
c. Rencana Kabel Bawa Tanah; dan
d. Rencana Gardu Distribusi.

Paragraf 2
Rencana Saluran Udara Tegangan Menangah

Pasal 25
(1) Rencana saluran udara tegangan menengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a, meliputi
a. jaringan transmisi tengangan menengah yang melalui seluruh BWP Singaraja
sesuai dengan rencana pengembangan kelistrikan instansi/ badan yang
berwenang.
b. Jaringan SUTM diarahkan tersebar di seluruh BWP dengan tegangan 20 kV.
c. Pengembangan fasilitas penerangan jalan umum.
d. perubahan saluran udara tegangan menengah menjadi saluran kabel tegangan
menengah dengan sistem tanam berupa kanalisasi bersama utilitas perkotaan di
SBPW A dengan aktivitas tinggi berdasarkan rencana pengembangan kelistrikan
e. Peningkatan jaringan listrik dan daya listrik secara bertahap dan terpadu dengan
pengembangan infrastruktur lainnya.

(2) Rencana pengembangan saluran udara tegangan menengah yang dimaksud dalam
ayat (1) tercantum dalam Lampiran Buku Rencana yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

-26 -
Paragraf 3
Rencana Saluran Udara Tegangan Rendah

Pasal 26
(1) Rencana saluran udara tegangan rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf b, meliputi
a. jaringan transmisi tengangan rendah yang melalui seluruh BWP Singaraja sesuai
dengan rencana pengembangan kelistrikan instansi/ badan yang berwenang.
b. Jaringan distribusi tegangan rendah diarahkan pengembangannya mengikuti
ruas jalan lokal/lingkungan.
c. Jaringan distribusi tegangan rendah menuju zona perumahan dan zona
terbangun lainnya;
d. Pengembangan fasilitas penerangan jalan umum
e. Jaringan SUTM tersebar di seluruh BWP diarahkan ada tegangan 20 kV.
f. Pengembangan fasilitas penerangan jalan umum.
g. perubahan saluran udara tegangan rendah menjadi saluran kabel tegangan
rendah dengan sistem tanam berupa kanalisasi bersama utilitas perkotaan di
SBPW A dengan aktivitas tinggi berdasarkan rencana pengembangan kelistrikan.
h. Peningkatan jaringan listrik dan daya listrik secara bertahap dan terpadu dengan
pengembangan infrastruktur lainnya.

(2) Rencana pengembangan saluran udara tegangan rendah yang dimaksud dalam ayat
(1) tercantum dalam Lampiran III Buku Rencana yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 4
Rencana Kabel Bawah Tanah

Pasal 27
(1) Rencana kabel bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, meliputi
a. Pengembangan kabel bawah tanah dilakukan dengan sistem tanam berupa
kanalisasi mengikuti jaringan jalan kolektor primer yang sudah ada pada SBWP
A.
b. Pengembangan kabel bawah tanah pada kawasan dengan aktivitas tinggi SBWP
A.
c. Pengembangan kabel bawah tanah dilakukan secara terpadu dengan sistem
jaringan utilitas perkotaan lainnya.
d. Pembangunan kabel bawah tanah berdasarkan rencana pengembangan
kelistrikan.
e. Pembangunan jaringan listrik bawah tanah secara bertahap dan terpadu dengan
pengembangan infrastruktur lainnya.

(2) Rencana pengembangan kabel bawah tanah yang dimaksud dalam ayat (1) tercantum
dalam Lampiran Buku Rencana yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

-27 -
Paragraf 4
Rencana Gardu Distribusi

Pasal 28
(1) Rencana kabel bawah tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d,
meliputi
a. Gardu distribusi penurun tegangan primer (20Kv) menjadi tegangan sekunder
(220v /380 v).
b. Gardu distribusi penurun tegangan menengah ke tegangan rendah yang
disalurkan melalui saluran udara tegangan rendah ke zona permukiman dan zona
terbangun lainnya.
c. Gardu distribusi jaringan tenaga listrik disesuaikan dengan fungsi lain sehingga
pemanfaatan ruang menjadi lebih efisien.

(2) Rencana pengembangan gardu distribusi yang dimaksud dalam ayat (1) tercantum
dalam Lampiran Buku Rencana yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Lima
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 7

Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, terdiri


atas:
a. Rencana Jaringan Bergerak Terestrial;
b. Rencana Jaringan Bergerak Seluler;

Paragraf 2
Rencana Jaringan Bergerak Terestrial

Pasal 30
(1) Rencana jaringan bergerak terestrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf
a, meliputi :
a. Rencana Jaringan Serat Optik
b. Statsiun Telepon Otomat

(2) Rencana jaringan serat optic sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pengembangan jaringan serat optic di ruas-ruas jalan kolektor sampai dengan
hirarki jalan lokal primer maupun sekunder dan jalan lingkungan yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah dan swasta terutama pada SBWP A dan
C
b. pengembangan jaringan serat optic oleh pemerintah daerah dan swasta terutama
pada SBWP A dan C dengan mempergunakan sistem tanam dan/atau sesuai
dengan rencana induk pengembangan jaringan serat optik di Kabupaten
Buleleng.

-28 -
c. tersedianya jaringan serat optic yang memberi layanan informasi berbasis
teknologi internet dalam bentuk penyediaan wifi publik, serta peningkatan sistem
informasi pengembangan BWP
d. Pengembangan jaringan serat optic untuk penanganan bencana.

(3) Rencana Statsiun Telepon Otomat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. modernisasi STO (Stasiun Telepon Otomat) yang sudah ada meliputi STO
Singaraja di SBWP C yang berada di Desa Baktiseraga
b. percepatan modernisasi infrastruktur telekomunikasi dengan pembangunan
infrastuktur broadband

Paragraf 3
Rencana Jaringan Bergerak Seluler

Pasal 31

Rencana jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b,


meliputi rencana telepon fixed line, meliputi :
a. Pengembangan jaringan telekomunikasi kabel untuk kebutuhan telepon dan akses
data pada lokasi permukiman baru.
b. penambahan jaringan baru dan peningkatan ketersediaan jaringan telepon pada
kawasan permukiman baru di SBWP C dan D

Bagian Enam
Rencana Jaringan Sumber Daya Air
Paragraf 1
Umum

Pasal 32
Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, terdiri
atas rencana mata air, meliputi ;
a. sumber air baku berupa mata air di Padangbulia I, Padangbulia II, Bangkiang
Sidem I, Bangkiang Sidem II, Pangku Dalem dan Mumbul;
b. perlindungan terhadap sumber air baku sesuai dengan pedoman.

Bagian Tujuh
Rencana Jaringan Air Minum
Paragraf 1
Umum

Pasal 33
1. Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, terdiri atas
rencana jaringan perpipaan, meliputi :
a. Unit air baku

-29 -
b. Unit produksi
c. Bangunan pengambil air baku
d. Instalasi produksi
e. Unit distribusi
f. Pipa transmisi air baku
g. Unit pelayanan
h. Pipa unit distribusi
i. Bangunan pelengkap.

2. Rencana unit air baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, meliputi :
a. Sumber air baku dari sumber mata air dan air permukaan, meliputi: Padangbulia
I, Padangbulia II, Bangkiang Sidem I, Bangkiang Sidem II, Pangku Dalem,
Mumbul, dan air permukaan lainnya
b. sumber yang berasal dari pemanfaatan air tanah, meliputi: Sumur dalam di Desa
Kerobokan; Sumur dalam di Kelurahan Penarukan; Sumur dalam Penarungan di
Kelurahan Penarukan; Sumur dalam Komodo di Kelurahan Banyuning; Sumur
dalam Gempol di Kelurahan Banyuning; Sumur dalam Supratman di Kelurahan
Penarukan; Sumur dalam Taman Wira Bakti di Desa Baktiseraga; Sumur dalam
Taman Wira Sambangan di Desa Baktiseraga; Sumur dalam LC Bakti Seraga di
Desa Baktiseraga, dan; Pengembangan pemanfaatan sumur dalam lainnya
c. Peningkatan kapasitas instalasi pengolahan air bersih sehingga potensi air baku
dapat dimanfaatkan secara maksimal
d. Rencana penyediaan unit air baku baru dan sejenis lainnya sesuai kebutuhan/
rencana induk pengembangan air minum perkotaan
3. Rencana unit produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b, meliputi :
a. Unit produksi berada pada Jalan Melati di SBWP A
b. Pengembangan dan pemeliharaan unit produksi
c. Rencana pengembangan unit produksi dan sejenis lainnya sesuai kebutuhan/
rencana induk pengembangan air minum perkotaan
4. Rencana bangunan pengambil air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c,
meliputi :
a. Bangunan pengambil air baku di perkotaan Singaraja meliputi pengembangan
Bront Kaptering di SBWP A dan SBWP D
b. Optimalisasi intake serta penambahan bangunan pompa sumur dalam
c. Rencana pengembangan bangunan pengambil air dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk pengembangan air minum perkotaan
5. Rencana instalasi produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d, meliputi:
a. Instalasi pengelolaan air baku yang akan dibangun mendekati lokasi potensial
perkembangan kawasan
b. Peningkatan Produksi Air Bersih oleh PDAM
c. Rencana pengembangan instalasi produksi dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk pengembangan air minum perkotaan
6. Rencana unit distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e, meliputi :
a. Unit distribusi di Perkotaan Singaraja, meliputi: Reservoir Bantang Banua di
Kelurahan Sukasada; Reservoir Giri Putri di Kelurahan Kendran; Reservoir Tegal
Sari di Kelurahan Paket Agung; Reservoir Sambangan di Kelurahan Sambangan;
Reservoir BTN Multi Lestari di Kelurahan Banyuning

-30 -
b. Penambahan reservoir guna peningkatan debit produksi
c. Rencana pengembangan unit produksi dan sejenis lainnya sesuai kebutuhan/
rencana induk pengembangan air minum perkotaan

7. Rencana pipa transmisi air baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf f,
meliputi pengembangan dan penggantian pipa transmisi air baku dari pengambil air
baku sampai dengan Instalasi Pengolahan Air Minum serta rencana pipa transmisi
air baku sejenis lainnya sesuai kebutuhan/ rencana induk pengembangan air minum
perkotaan

8. Rencana unit pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf g, meliputi :


a. Unit pelayanan berupa sistem jaringan pelayanan wilayah Singaraja
b. Pengembangan dan penambahan jaringan dalam rangka meningkatkan layanan
sambungan rumah
c. Pembangunan booster guna memperluas daerah pelayanan
d. Pengembangan jaringan hydran di sepanjang jaringan air bersih serta berada
pada titik-titik dalam jangkauan pelayanan pemadam kebakaran
e. Pengembangan kelembagaan pengelola SPAM dengan kualifikasi dan jumlah
tenaga kerja yang memadai

9. Rencana pipa unit distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf h,


meliputi :
a. Pipa unit distribusi di Jalan Pratu Ginten dari sumber air Bangkiang Sidem
b. Pipa unit distribusi di Jalan Srikandi dari sumber air reservoir SambanganPipa unit
distribusi di Jalan Srikandi dari sumber air reservoir Sambangan
c. Pipa unit distribusi di Jalan Jelantik Gingsir dari sumber air Padang Bulia dan
Batang Banua
d. Pipa unit distribusi di Jalan Bisma, Jalan Veteran, Jalan Pulau Timor dan Jalan
Setiabudi dari sumber air Batang Banua
e. Pipa unit distribusi di Jalan Udayana, Jalan Hasanudin, Jalan Gadjah Mada,
Jalan Letkol Wisnu, Jalan Kapten Muka dan Jalan Yudistira dari sumber air
Mumbul dan reservoir Giri Putri
f. Pipa unit distribusi di Jalan Parikesit, Jalan Sudirman, Jalan A. Yani, Jalan
Surapati, Jalan Lombok, Jalan Pulau Selayar, Jalan Pulau Bali, Jalan Pulau
Sumatera, Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Pulau Maluku dari sumber air Mumbul
dan reservoir Tegal Sari
g. Pengembangan sistem jaringan air bersih yang dilakukan dengan
mengoptimalisasi pelayanan PDAM dengan jangkauan pelayanan hingga ke desa
seluruh BWP
h. Optimalisasi pipa dan penambahan jaringan distribusi dengan diameter 100
milimeter serta 75 milimeter
i. Rencana pipa unit distribusi sejenis lainnya sesuai kebutuhan/ rencana induk
pengembangan air minum perkotaan

10. Rencana bangunan pelengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf i,


meliputi :
a. Bangunan pompa Mumbul di Kelurahan Banjar Jawa; bangunan pompa Giri Putri
di Kelurahan Kendran

-31 -
b. Optimalisasi pompa yang telah ada serta penambahan pompa sentrifugal
c. Rencana pengembangan bangunan pelengkap dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk pengembangan air minum perkotaan

Bagian Delapam
Rencana Jaringan Drainase
Paragraf 1
Umum

Pasal 34
(1) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, terdiri atas:
a. Rencana jaringan drainase primer
b. Rencana jaringan drainase sekunder
c. Rencana jaringan drainase tersier
(2) Rencana jaringan drainase primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, ,
meliputi :
a. Saluran Subak Pemaron, Tukad Sowan Segara, Tukad Banyumala, Tukad
Mumbul, Tukad Buleleng, Tukad Buwus, Pangkung Sedahan dan Tukad
Penarukan
b. Normalisasi sistem jaringan drainase primer
c. Penataan disepanjang aliran jaringan drainase primer
d. Drainase primer minimal dengan lebar 1,5 meter
e. Pengembangan jaringan drainase primer mengikuti rencana pola jaringan jalan
kolektor primer
f. Rencana pengembangan jaringan drainase primer dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk drainse perkotaan

(3) Rencana jaringan drainase sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf
b, meliputi :
a. Saluran pembuangan irigasi yang terintegrasi dengan Sistem Saluran Subak
Pemaron;
b. Saluran Serma Karma dan Selatan Jalan Singaraja – Gilimanuk yang terintegrasi
dengan Sistem Tukad Sawan Segara
c. Pembuangan Subak Banyumala, Saluran La Barong dan Saluran Jalan
Laksamana yang terintegrasi dengan Bagian Barat Sistem Tukad Banyumala
d. Saluran Jalan Pahlawan, Saluran Jalan Dewi Sartika, Jalan R.A Kartini, Saluran
Sakabindu, Saluran SKIP, Saluran Jalan Sudirman dan Saluran Banyuasri yang
terintegrasi dengan Bagian Timur Sistem Tukad Banyumala
e. Tukad Canging, Saluran Jalan Ngurah Rai – Jalan Patimura, Saluran Jalan
Dipenogoro dan Saluran Jalan A. Yani yang terintegrasi dengan Sistem Tukad
Mumbul;
f. Sodetan PDAM Banua, Sodetan Pasar Sukasada, Sodetan Pertamina, Sodetan SD
2 Liligundi, Sodetan Jalan Gempol, Sodetan Kantor Proyek Kapten Muka, Sodetan
Tegal Mawar, Saluran Jalan Gadjah Mada, Saluran Terminal Sukasada, dan
Saluran Jalan Imam Bonjol yang terintegrasi dengan Bagian Barat Sistem Tukad
Buleleng;
g. Sodetan Irigasi Kayu Upas/ Padangkeling, Saluran Lapangan Mayor Metra,

-32 -
Saluran Pembuangan Irigasi Kampung Baru, Saluran Jalan Pulau Batam,
Saluran Jalan Selayar, Saluran Terminal Kampung Baru dan Saluran Utara dan
Selatan Jalan Surapati yang terintegrasi dengan Bagian Timur Sistem Tukad
Buleleng;
h. Saluran Jalan Komodo dan Saluran Jalan Surapati yang terintegrasi dengan
Sistem Tukad Buwus;
i. Pangkung Penarungan dan Pangkung Ketewel yang terintegrasi dengan Sistem
Pangkung Sedahan
j. Saluran irigasi yang terintegrasi dengan Sistem Tukad Penarukan
k. penyempurnakan dan peningkatkan jaringan drainase sekunder yang ada
l. mengembangkan jaringan drainase sekunder yang baru secara terpadu pada
tempat-tempat yang belum terlayani dengan terintegrasi pada jaringan drainse
primer
m. Rencana pengembangan jaringan drainase sekunder dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk drainse perkotaan

(4) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c, terdiri
atas rencana jaringan perpipaan, meliputi :
a. jaringan drainase di tepi jalan lingkungan sekunder pada zona perumahan dan
zona pemanfaatan ruang lainnya yang terintegrasi terhadap jaringan drainase
sekunder dan primer dengan arahan rencana jaringan drainase tersier
b. penyempurnakan dan peningkatkan jaringan drainase tersier yang ada sesuai
dengan standar penyediaan jaringan drainase
c. mengembangkan jaringan drainase tersier yang baru secara terpadu pada tempat-
tempat yang belum terlayani
d. Rencana pengembangan jaringan drainase sekunder dan sejenis lainnya sesuai
kebutuhan/ rencana induk drainse perkotaan

Bagian Sembilan
Rencana Pengelolaan Air Limbah
Paragraf 1
Umum

Pasal 35
(1) Rencana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, terdiri atas:
a. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Setempat
b. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Terpusat

(2) Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a, terdiri atas pengolahan setempat yang meliputi :
a. Zona perumahan kepadatan rendah sampai dengan sedang dengan kriteria
rumah tinggal tunggal dan/ atau zona lainnya dengan luas kavling di atas 72 m 2
b. Sistem individual diperuntukan bagi 1 unit rumah tinggal
c. Pemeliharaan dan/atau peningkatan kapasitas jaringan pembuangan setempat (on
site) untuk melayani seluruh desa yang terdiri atas sistem individual dan fasilitas
umum MCK (Mandi Cuci Kakus)
d. Mengarahkan penyediaan sub system pengolahan setempat pada kawasan

-33 -
permukiman dengan sistem tangki septik yang dapat mengolah tinja dan air kotor

(3) Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Terpusat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b, terdiri atas IPAL skala kawasan tertentu, meliputi :
a. Perumahan kepadatan tinggi dan sangat tinggi dengan kondisi muka air tanah
aman artinya tidak dangkal, tidak berada pada lokasi yang rawan banjir
b. Zona perumahan kepadatan sedang lebih dari 1 ha (satu hektar) dan/atau lisiba
yang berdiri sendiri dengan jumlah rumah minimal direncanakan sebanyak 200
(dua ratus) unit
c. Zona perdagangan dan jasa berupa kawasan pertokoan
d. Subzona perkantoran dengan luasan lebih dari 1 ha (satu hektar)
e. pengembangan Sistem jaringan air kotor yang terpisah dengan sistem drainase
f. sistem komunal diperuntukkan bagi 2 sampai 10 unit rumah tinggal dan atau
bangunan dan atau mandi cuci kakus (MCK)
g. Pengembangan SPALD-T pada zona perumahan dengan kepadatan tinggi yang
berlokasi di SBWP A
h. Pengembangan SPALD-T pada Pasar Banyuasri di Sub BWP C

Bagian Sepuluh
Rencana Jaringan Prasarna Lainnya
Paragraf 1
Umum

Pasal 36
Rencana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, terdiri atas:
a. Rencana Persampahan
b. Rencana jalur evakuasi
c. Rencana tempat evakuasi

Pasal 37
Rencana pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a,
meliputi :
a. pemilahan sampah di dalam kawasan atau tempat penampungan sementara
b. pengadaan fasilitas persampahan di kawasan permukiman
c. optimalisasi operasional fasilitas persampahan yang sudah ada serta perbaikan
jadwal dan rute pengangkutan sampah
d. Pengembangan TPS 3R pada tiap desa/ kelurahan di Perkotaan Singaraja
e. Pengembangan Bank Sampah pada tiap desa/ kelurahan di Perkotaan Singaraja
dengan konsep pengelolaan 3R
f. Penyediaan alat pengumpul sampah terpilah pada kawasan tertentu oleh pengelola
kawasan
g. Pengembangan pengumpulan sampah terpilah pada ruang-ruang publik oleh
pemerintah daerah
h. Sosialisasi dan edukasi masyarakat

Pasal 38

-34 -
(1) Rencana jalur evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, meliputi :
a. Rencana Jalur Evakuasi Bencana
b. Rencana Ruang Pejalan Kaki Disisi Jalan
c. Rencana Ruang Pejalan Kaki Disisi Air
d. Rencana Ruang Pejalan Kaki Disisi Kawasan Komersil/ Perkantoran
e. Rencana Ruang Pejalan Kaki Disisi Ruang Terbuka Hijau

(2) Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)
huruf a, meliputi :
a. Jalur menuju ruang evakuasi juga diupayakan berupa ruas jalan yang dapat
dilalui dengan kendaraan yang dilengkapi dengan ruang pejalan kaki
b. Jaringan jalan pada kawasan rawan genangan air diarahkan dengan konstruksi
beton dengan ketebalan yang memadai sesuai dengan tinggi rata-rata kenaikan
permukaan air
c. Pembangunan kanal pengendali genangan apabila sungai yang ada tidak
memungkinkan untuk diperbesar dimensi salurannya
d. Pengembangan sistem peringatan dini
e. sebagian besar penduduk bergerak dengan berjalan kaki pada saat terjadinya
bencana sehingga perlu pengembangan jalan trotoar bagi pejalan kaki
f. Sebagian penduduk bergerak menggunakan kendaraan sehingga perlu pelebaran
jalan dan radius persimpangan jalan, khususnya pada ruas jalan yang
menghubungkan ke zona aman
g. Jaringan-jaringan yang saling menghubungkan dan memberikan lebih dari satu
jalur menuju tempat evakuasi

(3) Rencana ruang pejalan kaki disisi jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(1) huruf b, meliputi :
a. Penyediaan dan pemeliharaan ruang pejalan kaki pada Jalan kolektor primer satu
(Jalan Gajah Mada, Jalan A. Yani, Jalan Dr.Sutomo, Jalan Ng. Rai Selatan, Jalan
Pramuka, Jalan Diponegoro, Jalan Airlangga, Jalan Surapati, Jalan
WR.Supratman, Jalan Jelantik Gingsir dan Jalan Veteran) dan dibutuhkan pada
kedua sisi jalan
b. Penyediaan dan pemeliharaan ruang pejalan kaki pada Jalan kolektor primer
empat (Ruas Jalan Gempol – Banyuning – Penarukan) dan dibutuhkan pada
kedua sisi jalan
c. Penyediaan dan pemeliharaan ruang pejalan kaki pada Jalan lokal primer dan
sekunder di setiap SBWP
d. Penyediaan dan pemeliharaan ruang pejalan kaki pada Jalan lingkungan primer
dan sekunder di setiap SBWP
e. Keamanan dan kemudahan pejalan kaki diperlukan untuk mempercepat proses
perpindahan orang apabila terjadi bencana di Kawasan Perkotaan Singaraja
terutama potensi bencana tsunami yang terjadi
f. Lebar jalur pedestrian minimal 1,2 m dengan Standar Minimum Tingkat
Pelayanan C

(4) Rencana ruang pejalan kaki disisi air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1)
huruf c, meliputi :
a. Ruang pejalan kaki di tepian Sungai

-35 -
b. Melindungi dan menciptakan view di Sempadan Sungai
c. Menciptakan atraksi wisata di kawasan permukiman
d. Lebar jalur pedestrian minimal 1,2 m dengan Standar Minimum Tingkat
Pelayanan C

(5) Rencana ruang pejalan kaki disisi kawasan komersil/perkantoran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Kawasan perdagangan dan jasa guna mendukung kawasan komersial
b. Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau
kedua sisinya
c. Lebar jalur pedestrian minimal 1,2 m dengan Standar Minimum Tingkat
Pelayanan C
d. Lebar jalur tambahan untuk di sekitar kawasan perbelanjaan bukan pasar adalah
1 meter

(6) Rencana ruang pejalan kaki disisi ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang terbuka hijau. Ruang
ini merupakan pembatas di antara ruang hijau dan ruang sirkulasi pejalan kaki
b. Sebagai ruang perkembangan sosial, budaya dan rekreasi masyarakat kota
c. Rencana Ruang Pejalan Kaki Disisi Air
d. Diperbolehkan untuk aktivitas bersepeda apabila memiliki lebar minimal 5 meter
atau jalur sepeda bisa dikembangkan di badan jalan
e. dilengkapi dengan berbagai elemen ruang seperti hidran air, kios telepon umum,
dan perabotperabot, jalan, (bangku- bangku, marka, dan lainlain)

Pasal 39
(1) Rencana tempat evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, meliputi :
a. Rencana Meeting Point
b. Rencana Tempat Evakuasi Sementara

(2) Rencana meeting point sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a, meliputi :
a. meeting point direncakan sebagai lokasi berkumpul sementara dan dilengkapi
dengan sarana lainnya
b. Ruang yang digunakan sebagai tempat evakuasi bencana yaitu taman-taman di
kawasan perkotaan
c. Lapangan olah raga terbuka
d. pelataran terminal
e. pelataran parkir
f. gedung olah raga atau ruang serbaguna

(3) Rencana tempat evakuasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
b, meliputi :
a. pengembangan tempat evakuasi bencana yang tersebar di pada Gelanggang Olah

-36 -
Raga Bhuana Patra, taman kota, Gedung Kesenian Gede Menih, Universitas
Pendidikan Ganesha
b. Tempat evakuasi bencana di sarana pelayanan umum pendidikan, kesehatan dan
peribadatan terdekat

BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 40
(1) Rencana pola ruang terdiri atas:
a. Zona lindung, dan;
b. Zona budidaya.

(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)merupakan peta zonasi
bagi Peraturan Zonasi.

Bagian Kedua
Zona Lindung

Pasal 41
Zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Zona perlindungan setempat, dan;
b. Zona RTH.
Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat

Pasal 42
(1) Zona perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a, terdiri
atas:
a. Subzona sempadan pantai (SP),
b. Subzona sempadan sungai (SS),
c. Subzona mata air (MA), dan
d. Subzona lindung spiritual dan kearifan lokal (LS).

(2) Subzona sempadan pantai (SP) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a meliputi
daratan sepanjang tepian tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi
kearah darat;

(3) Subzona sempadan pantai (SP) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a,

-37 -
termasuk di dalamnya:
a. Subzona SP di SBWP A dengan luas kurang lebih 23,91 (dua puluh tiga koma
sembilan puluh satu) hektar, meliputi Blok A.1A, A.1B, A.1C, A.1D, dan A.1E.;
b. Subzona SP di SBWP B dengan luas kurang lebih 33,06 (tiga puluh tiga koma nol
enam) hektar, meliputi Blok B.2A, B.2B, B.2C, dan B.2D.; dan
c. Subzona SP di SBWP C dengan luas kurang lebih 19,36 (Sembilan belas koma
tiga puluh enam) hektar, meliputi Blok C.3A, C.3B, C.3C, dan C.3D.

(4) Subzona sempadan sungi (SS) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b meliputi:
a. Ruang sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar minimal 3 (tiga) meter
dari tepi tanggul;
b. Ruang sepanjang tepian sungai tak bertanggul yang mempunyai kedalaman
kurang dari 3 (tiga) meter dengan lebar minimal 10 (sepuluh) meter dari tepi
sungai;
c. Ruang sepanjang tepian sungai tak bertanggul yang mempunyai kedalaman 3 -
20 (tiga sampai dua puluh) meter dengan lebar minimal 15 (lima belas) meter dari
tepi sungai, dan;
d. Ruang sepanjang tepian sungai tak bertanggul yang mempunyai kedalaman lebih
besar dari 20 (dua puluh) meter dengan lebar minimal 30 (tiga puluh) meter dari
tepi sungai.

(5) Subzona sempadan sungai (SS) sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), termasuk di
dalamnya:
d. Subzona SS di SBWP A dengan luas kurang lebih 10,58 (sepuluh koma lima
puluh delapan) hektar, meliputi Blok A.1S, A.1R, A.1W, A.1Z, A.1H, A.1K, A.1X,
A.1Y, A.1H, A.1I, A.1G, A.1J, A.1F;
e. Subzona SS di SBWP B dengan luas kurang lebih 45,24 (empat puluh lima koma
dua puluh empat) hektar, meliputi Blok B.2T, B.2M, B.2H, B.2G, B.2U, B.2P,
B.2J, B.2L, B.2E, B.2A, B.2K, B.2X, B.2R, B.2D, B.2B, B.2W, B.2S, B.2C, B.2V,
B.2Q, B.2O, B.2L, B.2E, B.2A, B.2K dan B.2T;
f. Subzona SS di SBWP C dengan luas kurang lebih 8,88 (delapan koma delapan
puluh delapan) hektar, meliputi Blok, meliputi Blok C.3E, C.3H, C.3D, C.3K,
C.3J, C.3N, C.3B, C.3G, dan C.3E;
g. Subzona SS di SBWP D dengan luas kurang lebih 22,87 (dua puluh dua koma
delapan puluh tujuh) hektar, meliputi Blok, meliputi Blok D.4D, D.4E, D.4B,
D.4C, D.4J, D.4A, D.4F, D.4O, D.4K, D.4M, D.4N, D.4I, dan D.4G.

(6) Subzona sekitar mata air (MA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c meliputi:
a. Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang
mempunyai fungsi pokok sbagai perlindungan, penggunaan, dan pengendalian
atas sumber daya yang ada;
b. Luasan lahan yang mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 (dua ratus)
meter dari pusat mata air;
c. Subzona Perlindungan I, untuk melindungi sumber air baku dari semua zat
pencemar yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan degradasi
kualitas air, dengan radius ditentukan sejauh 10 – 15 (sepuluh sampai dengan
lima belas) meter dari sumber air.

-38 -
d. Subzona Perlindungan II, untuk melindungi sumber air baku dari bahaya
pencemaran bakteri pathogen yang dapat menyebabkan degradasi kualitas air,
dengan luas diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh bakteri colli selama 50
(lima puluh) hari ke sumber air baku.
e. Subzona Perlindungan III, untuk melindungi sumber air baku dari pencemaran
kimiawi dan radioaktif yang tidak dapat mengalami degradasi dalam waktu
singkat, dengan luas yang ditentukan berdasarkan luas tangkapan air.

(7) Subzona sekitar mata air (MA) sebagaimana dimaksud pada Ayat (5), termasuk di
dalamnya:
a. Subzona sekitar mata air (MA) di SBWP D dengan luas kurang lebih 24,72 ha
(dua puluh empat koma tujuh puluh dua hektar), meliputi Blok D.4K, dan D.4N;
b. Subzona sekitar mata air potensial lainnya dengan radius minimal 15 (lima belas)
meter dari titik sumber mata air.

(8) Subzona lindung spiritual dan kearifan lokal (LS) sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf d, termasuk di dalamnya:
a. Subzona SP di SBWP A dengan luas kurang lebih 3,01 (tiga koma nol satu) hektar,
meliputi Blok A.1Y, A.1W, A.1U, A.1S, A.1Z, A.1F, A.1Q, A.1T, A.1U, dan A.1V;
b. Subzona SP di SBWP B dengan luas kurang lebih 2,03 (dua koma nol tiga) hektar,
meliputi Blok B.2M, B.2R, B.2B, B.2H, B.2G, B.2Q, B.2U, B.2P, B.2O, B.2E, B.2F,
B.2W, B.2N, B.2S, dan B.2I;
c. Subzona SP di SBWP C dengan luas kurang lebih 0,66 (nol koma enam puluh
enam) hektar, meliputi Blok C.3N, C.3H, dan C.3L.
d. Subzona SP di SBWP D dengan luas kurang lebih 0,66 (nol koma enam puluh
enam) hektar, meliputi Blok D.4K, D.4J, D.4E, D.4D, D.4G, D.4B, D.4M, D.4C,
D.4H, dan D.4F.

Paragraf 2
Zona RTH

Pasal 43
(1) Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 berdasarkan kepemilikan, terdiri
atas:
a. RTH Publik, dan;
b. RTH Privat.

(2) RTH Publik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a., dengan luas 6,04% (enam
koma nol empat persen) dari luas BWP dan/atau dengan luas kurang lebih 222,94
(dua ratus dua puluh dua koma Sembilan puluhempat) hektar, meliputi :
a. Subzona RTH Taman Kota (RTH-2);
b. Subzona RTH Taman Kecamatan (RTH-3)
c. Subzona RTH Taman Kelurahan (RTH-4); dan
d. Subzona Pemakaman (RTH-7).

(3) RTH Privat sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b., meliputi :
a. RTH pekarangan rumah tinggal;
b. RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha;
c. RTH halaman fasilitas pelayanan umum pendidikan, transportasi, kesehatan,

-39 -
sosial budaya, dan peribadatan, dan;
d. RTH taman atap bangunan.

(4) Penyediaan RTH Publik sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) yang dibangun oleh
pemerintah/pemerintah daerah, serta dalam bentuk CSR dapat dibangun di luar
zona RTH yang telah ditetapkan sepanjang pemanfaatannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, pedoman teknis, dan standar teknis
yang berlaku tentang pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

(5) Luasan arahan penyediaan RTH Publik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a. tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 44
(1) Subzona RTH Taman Kota (RTH-2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (2)
huruf a., meliputi :
a. Subzona RTH-2 di SBWP A dengan luas kurang lebih 1,72 (satu koma tujuh
puluh dua) hektar, terdapat di Blok A.1U;
b. Subzona RTH-2 di SBWP B dengan luas kurang lebih 2,75 (dua koma tujuh puluh
lima) hektar, meliputi Blok B.2K, B.2F, B.2G, B.2D, B.2H, B.2X, B.2S, B.2;
c. Subzona RTH-2 di SBWP D dengan luas kurang lebih 2,17 (dua koma tujuh belas)
hektar, meliputi Blok D.4F dan D.4G.
(2) Subzona RTH Taman Kecamatan (RTH-3) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
Ayat (2) huruf b., meliputi :
a. Subzona RTH-3 di SBWP A dengan luas kurang lebih 0,54 (nol koma lima puluh
empat) hektar, meliputi Blok A.1Y dan A.1H; dan
b. Subzona RTH-3 di SBWP D dengan luas kurang lebih 7,43 (tujuh koma empat
puluh tiga) hektar, meliputi Blok D.4M dan D.4N.

(3) Subzona RTH Taman Kelurahan (RTH-4) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
Ayat (2) huruf c., meliputi :
a. Subzona RTH-4 di SBWP C dengan luas kurang lebih 0,99 (nol koma Sembilan
puluh Sembilan) hektar, meliputi Blok C.3B dan C.3H.

(4) Subzona RTH Pemakaman (RTH-7) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (2)
huruf d., meliputi :
a. Subzona RTH-7 di SBWP A dengan luas kurang lebih 6,67 (enam koma enam
puluh tujuh) hektar, Meliputi Blok A.1W, A.1S, A.1D, A.1B, A.1Y, A.1Z, A.1X,
A.1S, dan A.1U;
b. Subzona RTH-7 di SBWP B dengan luas kurang lebih 2,17 (dua koma tujuh
belas) hektar, Meliputi Blok B.2N, B.2F, B.2S. B.2A, dan B.2G;
c. Subzona RTH-7 di SBWP C dengan luas kurang lebih 5,53 (lima koma lima puluh
tiga) hektar, Meliputi Blok C.3C, C.3F, dan C.3H; dan
d. Subzona RTH-7 di SBWP D dengan luas kurang lebih 0,59 (nol koma lima puluh
sembilan) hektar, Meliputi Blok D.4B dan D.4E.

Pasal 45
(1) Penyediaan dan pemanfaatan RTH Publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 43 Ayat

-40 -
mengacu pada pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang penyediaan dan
pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

(2) RTH Publik dapat disediakan pada lahan milik privat yang difungsikan sebagai RTH
melalui kesepakatan bersama antara pemerintah daerah dan pemilik lahan untuk
digunakan sebagai RTH dan/atau tidak dialihfungsikan selama masa berlakunya
peraturan daerah ini.

(3) RTH Publik dapat disediakan pada kawasan lindung sempadan sungai mengacu pada
pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang penyediaan dan pemanfaatan RTH
di Kawasan Perkotaan.

(4) Pengembangan RTH pada jalur hijau jalan dan kereta api tidak boleh mengurangi
faktor keselamatan dan fungsi utama jaringan jalan, dan;

(5) RTH sebagian bagian dari ruang evakuasi bencana sesuai karakteristik bencana yang
ada, termasuk di dalamnya bencana alam dan bahaya kebakaran.

Pasal 46
(1) RTH pekarangan rumah tinggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (3)
huruf a., ditetapkan minimal 10% (sepuluh persen) dari luas persil bangunan pada
pekarangan di luar bangunan dan/atau penyediaan dan pemanfaatannnya sesuai
dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang arahan penyediaan dan
pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

(2) RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 Ayat (3) huruf b., berupa jalur pejalan kaki dan area parkir terbuka,
meliputi :
a. RTH halaman perkantoran pemerintah;
b. RTH halaman perkantoran swasta;
c. RTH halaman toko/tempat usaha tunggal, dan;
d. RTH halaman toko/tempat usaha deret pada subzona perdagangan.

(3) Penyediaan dan pemanfaatan RTH sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) mengacu
pada pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang RTH halaman perkantoran,
pertokoan, dan tempat usaha.

(4) RTH halaman sarana pelayanan umum pendidikan, transportasi, kesehatan, sosial
budaya dan peribadatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (3) huruf c.,
direncanakan minimal seluas 10% (sepuluh persen) dari luas lahan yang dikuasai,
meliputi :
a. taman;
b. area parkir terbuka;
c. taman olahraga;
d. jalur hijau/trotoar, dan;
e. lain sejenisnya.

(5) RTH taman atap bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (3) huruf d.
direncanakan pada kawasan pertokoan di pusat kota, atau pada kawasan kepadatan
bangunan tinggi dengan lahan yang sangat terbatas dan penyediaan serta
pemanfaatannnya memanfaatkan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) menggunakan
media tambahan, meliputi :
a. atap bangunan;
b. teras bangunan bertingkat;

-41 -
c. teras-teras rumah, dan;
d. ruang disamping bangunan.

(6) Penyediaan dan pemanfaatan RTH atap bangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(5) huruf a. mengacu pada pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang RTH
dalam bentuk atap bangunan (roof garden).

Bagian Ketiga
Zona Budidaya

Pasal 47
Zona Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 terdiri atas:
a. Zona perumahan;
b. Zona perdagangan dan jasa;
c. Zona perkantoran;
d. Zona sarana pelayanan umum;
e. Zona industri;
f. Zona peruntukan lainnya, dan;
g. Zona campuran.

Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 48

(1) Zona perumahansebagaimana dimaksud Pasal 47 huruf a., meliputi:


a. Subzona rumah kepadatan tinggi (R-2),
b. Subzona rumah kepadatan sedang (R-3), dan;
c. Subzona rumah kepadatan rendah (R-4).

(2) Subzona rumah kepadatan tinggi (R-2) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a., meliputi:
a. Subzona R-2 di SBWP A dengan luas kurang lebih 121,68 (seratus dua puluh
satu koma enam puluh delapan) hektar, meliputi Blok A.1J, A.1K, A.1M, A.1I,
A.1C, A.1W, A.1Z, A.1U, A.1R, A.1P, A.1N, A.1B, A.1G, A.1V, A.1V, A.1T, A.1T,
A.1S, A.1O, A.1E, dan A.1H;
b. Subzona R-2 di SBWP C dengan luas kurang lebih 116,68 (seratus enam belas
koma enam puluh delapan) hektar, meliputi Blok C.3D, C.3A, C.3L, C.3B, C.3J,
C.3G, C.3C, C.3E, C.3H, dan C.2N; dan
c. Subzona R-2 di SBWP D dengan luas kurang lebih 2,63 (dua koma enam puluh
tiga) hektar, terdapat di Blok D.4A.

(3) Subzona rumah kepadatan sedang (R-3) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
b., meliputi:
a. Subzona R-3 di SBWP A dengan luas kurang lebih 86,18 (delapan puluh enam
koma delapan belas) hektar, meliputi Blok A.1W, A.1Z, A.1Y, A.1I, A.11S, A.1X,
A.1O, A.1V, A.1U, A.1F, A.1P, A.1G, dan A.1B;
b. Subzona R-3 di SBWP B dengan luas kurang lebih 243,57 (dua ratus empat puluh
tiga koma lima puluh tujuh) hektar, meliputi Blok B.2T, B.2J, B.2Q, B.2U, B.2P,

-42 -
B.2S, B.2K, B.2M, B.2R, B.2D, B.2H, B.2I, B.2G, B.2V, B.2Z, B.2N, B.2O, B.2L,
B.2E, B.2A, B.2B, B.2F, dan B.2W;
c. Subzona R-3 di SBWP C dengan luas kurang lebih 87,72 (delapan puluh tujuh
koma tujuh puluh dua) hektar, meliputi Blok C.3F, C.3J, C.3I, C.3G, C.3K, C.3B,
C.3H, dan C.2N; dan
d. Subzona R-3 di SBWP D dengan luas kurang lebih 273,6 (dua ratus tujuh puluh
tiga koma enam) hektar, meliputi Blok D.4E, D.4A, D.4M, D.4B, D.4C, D.4O,
D.4L, D.4F, D.4D, D.4G, D.4H dan D.4I.

(4) Subzona rumah kepadatan rendah (R-4) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
c., meliputi:
a. Subzona R-3 di SBWP A dengan luas kurang lebih 2,85 (dua koma delapan puluh
lima) hektar, terdapat di Blok A.1Z;
b. Subzona R-3 di SBWP B dengan luas kurang lebih 177,63 (seratus tujuh puluh
tujuh koma enam puluh tiga) hektar, meliputi Blok B.2T, B.2U, B.2P, B.2J, B.2K,
B.2R, B.2D, B.2B, B.2C, B.2G, B.2O, B.2L, B.2E, B.2A, B.2F, B.2S, B.2G, B.2K,
B.2M, B.2W, B.2X, dan B.2N;
c. Subzona R-3 di SBWP C dengan luas kurang lebih 0,06 (nol koma nol enam)
hektar, terdiri dari Blok C.3B; dan
d. Subzona R-3 di SBWP D dengan luas kurang lebih 441,02 (empat ratus empat
puluh satu koma nol dua) hektar, meliputi Blok D.4O, D.4K, D.4N, D.4D, D.4I,
D.4H, D.4F, D.4L, D.4M, D.4J, D.4C, D.4G, dan D.4B;

Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa

Pasal 49
(1) Zona perdagangan dan jasasebagaimana dimaksud pada Pasal 49, terdiri atas:
a. Subzona perdagangan dan jasa skala Kabupaten/ Kota (K-1);
b. Subzona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2);
c. Subzona perdagangan dan jasa skala Sub BWP (K-3);
d. Ruang sektor informal.

(2) Subzona perdagangan dan jasa skala Kabupaten/ Kota (K-1) sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) huruf a. yang dikembangkan secara horisontal dan vertikal, meliputi:
a. Subzona K-2 di SBWP C dengan luas kurang lebih 21,99 (dua puluh satu koma
sembilan puluh sembilan) hektar, meliputi Blok C.3A, C.3D, C.3E, C.3F, C.3G,
C.3H, C.3I, C,3J;

(3) Subzona perdagangan dan jasa skala BWP (K-2) sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(1) huruf b. yang dikembangkan secara horisontal dan vertikal, meliputi:
a. Subzona K-2 di SBWP A dengan luas kurang lebih 88,70 (delapan puluh delapan
koma tujuh puluh tujuh) hektar, meliputi Blok A.1J, A.1K, A.1C, A.1I. A.1W,
A.1P, A.1U, A.1Y, A.1Z, A.1L, A.1O, A.1F, A.1Q, A.1X, A.1N, A.1V, A.1T, A.1S,
A.1D, A.1H, A.1R, A.1E, A.1B, dan A.1X;
b. Subzona K-2 di SBWP B dengan luas kurang lebih 60,03 (enam puluh koma nol
tiga) hektar, meliputi Blok B.2V, B.2T, B.2U, B.2N, B.2M, B.2R, B.2B, B.2S, B.2H,
B.2I, B.2C, B.2G, B.2Q, B.2P, B.2J, B.2K, B.2F, B.2L, B.2E, B.2A, B.2D, B.2O,

-43 -
B.2W, dan B.2X;
c. Subzona K-2 di SBWP C dengan luas kurang lebih 13,92 (tiga belas koma
sembilan puluh dua) hektar, meliputi Blok C.3H, C.3F, C.3K, C.3N, C.3L, C.3I,
dan C.3G;
d. Subzona K-2 di SBWP D dengan luas kurang lebih 62,47 (enam puluh dua koma
empat puluh tujuh) hektar, meliputi Blok D.4C, D.4F, D.4G, D.4J;

(4) Subzona perdagangan dan jasa skala Sub BWP (K-3) sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) huruf c. yang dikembangkan secara horisontal dan vertikal, meliputi:
a. Subzona K-2 di SBWP A dengan luas kurang lebih 22,72 (dua puluh dua koma
tujuh puluh dua) hektar, meliputi Blok A.1X, A.1T, A.1S, A.1N, A.1K, A.1M, A.1O,
A.1A, A.1V, A.1U, dan A.1S;
b. Subzona K-2 di SBWP B dengan luas kurang lebih 4,97 (empat koma sembilan
puluh tujuh) hektar, meliputi Blok B.2F, dan B.2G; dan
c. Subzona K-2 di SBWP D dengan luas kurang lebih 95,88 (sembilan puluh lima
koma delapan puluh delapan) hektar, meliputi Blok D.4L, D.4O, D.4A, D.4N,
D.4B, D.4M, D.4K, D.4C, D.4F, D.4E, D.4D, D.4G, D.4H. dan D.4I.

Pasal 50
(1) Ruang bagi kegiatan sektor informal sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 Ayat (1)
huruf d, meliputi:
a. Ruang bebas PKL
b. Ruang diperbolehkan bagi PKL Binaan, meliputi:
1. ruang dengan pengaturan waktu
2. ruang PKL pada zona perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dalam
bentuk sentral PKL dan PKL binaan yang menyatu dengan kawasan atau
bangunan fungsional.

(2) Pemerintah Daerah dapat melaksanakan penataan lokasional PKL sepanjang


memenuhi ketentuan teknis dalam hal penyelenggaraan bangunan gedung.

(3) PKL dapat diintegrasikan sebagai aktivitas pendukung pada subzona RTH.

Paragraf 3
Zona Perkantoran

Pasal 51
Zona perkantoran (KT) sebagaimana dimaksud pada Pasal 51 huruf c.,meliputi :
a. Subzona KT di SBWP A dengan luas kurang lebih 21,83 (dua puluh satu koma delapan
puluh tiga) hektar, meliputi Blok A.1I, A.1K, A.1U, A.1J, A.1U, A.1W, A.1Z, A.1E, A.1P,
A.1Q, A.1R, A.1O, A.1M, A.1X, A.1V, dan A.1D;
b. Subzona KT di SBWP B dengan luas kurang lebih 1,90 (satu koma sembilan puluh)
hektar, meliputi Blok B.2M, B.2P, B.2N, B.2B, B.2V, B.2T, B.2F, dan B.2G;
c. Subzona KT di SBWP C dengan luas kurang lebih 5,33 (lima koma tiga puluh tiga)
hektar, meliputi Blok C.3I, C.3F, C.3K, C.3N, C.3L, dan C.3I. dan;
d. Subzona KT di SBWP D dengan luas kurang lebih 0,91 (nol koma sembilan puluh satu)
hektar, meliputi Blok D.4A, D.4D, D.4F, dan D.4H.

-44 -
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum

Pasal 52
(1) Zona sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 52. Terdiri atas :
a. Subzona sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1);
b. Subzona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2);
c. Subzona sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3); dan
d. Subzona sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4).

(2) Subzona sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1) sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Subzona SPU-1 di SBWP A dengan luas kurang lebih 25,86 (dua puluh lima koma
delapan puluh enam) hektar, meliputi Blok A.1E, A.1P, A.1U, A.1T, A.1Q, A.1M,
A.1W, A.1O, A.1A, A.1V, A.1N, dan A.1X;
b. Subzona SPU-1 di SBWP B dengan luas kurang lebih 6,46 (enam koma empat
puluh enam) hektar, meliputi Blok B.2G dan B.2X; dan
c. Subzona SPU-1 di SBWP C dengan luas kurang lebih 9,09 (sembilan koma nol
sembilan) hektar, meliputi Blok C.3C, C.3E, dan C.3G.

(3) Subzona sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2) sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Subzona SPU-2 di SBWP A dengan luas kurang lebih 5,83 (lima koma delapan
puluh tiga) hektar, meliputi Blok A.1A, A.1E, A.1H, A.1M, A.1N, A.1P, A.1Q, A.1U;
b. Subzona SPU-2 di SBWP B dengan luas kurang lebih 3,67 (tiga koma enam puluh
tujuh) hektar, meliputi Blok B.2A, B.2F, B.2O, B.2N;
c. Subzona SPU-2 di SBWP C dengan luas kurang lebih 7,05 (tujuh koma nol lima)
hektar, meliputi Blok C.3D, C.3.H, C.3I, C.3J, C.3L, dan C.3N; dan
d. Subzona SPU-2 di SBWP D dengan luas kurang lebih 3,43 (tiga koma empat
puluh tiga) hektar, meliputi Blok D.4C, D.4F, dan D.4K.

(4) Subzona sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3) sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Subzona SPU-3 di SBWP A dengan luas kurang lebih 6,80 (enam koma delapan
puluh) hektar, meliputi Blok A.1C, A.1E, A.1H, A.1F, A.1J, A.1K, A.1M, A.1O,
A.1T, A.1U, A.1V, A.1Y, dan A.1Z;
b. Subzona SPU-3 di SBWP B dengan luas kurang lebih 4,49 (empat koma empat
puluh sembilan) hektar, meliputi Blok B.2A, B.2B, B.2C, B.2E, B.2F, B.2G, B.2H,
B.2J, B.2K, B.2L, B.2O, B.2P, B.2Q, B.2R, B.2S, dan B.2V;
c. Subzona SPU-3 di SBWP C dengan luas kurang lebih 1,22 (satu koma dua puluh
dua) hektar, meliputi Blok C.3E, C.3G, C.3H, C.3I dan C.3N; dan
d. Subzona SPU-3 di SBWP D dengan luas kurang lebih 43,90 (empat puluh tiga
koma sembilan puluh) hektar, meliputi Blok D.4C, D.4D, D.4F, D.4I, D.4J, D.4M,
dan D.4O.

(5) Subzona sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4) sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Subzona SPU-4 di SBWP A dengan luas kurang lebih 0,15 (nol koma lima belas)

-45 -
hektar, meliputi Blok A.1K, dan A.1W;
b. Subzona SPU-4 di SBWP B dengan luas kurang lebih 0,13 (nol koma tiga belas)
hektar, meliputi Blok B.2E, B.2F, B.2L, B.2N, B.2R, B.2S, dan B.2U; dan
c. Subzona SPU-4 di SBWP D dengan luas kurang lebih 0,22 (nol koma dua puluh
dua) hektar, terdapat Blok D.4C.

Paragraf 5
Zona Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 53
(1) Zona kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 53, berupa
Subzona sentra industri kecil dan menengah (SIKM);

(2) Subzona sentra industri kecil dan menengah (SIKM) sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1), meliputi :
a. Sentra Industri Menengah di SBWP A dengan luas kurang lebih 0,25 ha (nol koma
dua puluh lima hektar), terdapat pada Blok A.1Y.

Paragraf 6
Zona Pertanian

Pasal 54
(1) Zona pertanian sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 huruf. Terdiri atas :
a. Subzona pertanian tanaman pangan (P-1); dan
b. Subzona pertanian hortikultura (P-2).

(2) Subzona pertanian tanaman pangan (P-1) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a, meliputi :
a. Subzona pertanian tanaman pangan (P-1) di SBWP A dengan luas kurang lebih
61,04 ha (enam puluh satu koma nol empat hektar), meliputi Blok A.1Y, A.1W,
A.1Z, A.1G, dan A.1F;
b. Subzona pertanian hortikultura (P-2) di SBWP B dengan luas kurang lebih 680,54
ha (lima ratus delapan puluh koma lima puluh empat hektar), meliputi Blok B.2J,
B.2V, B.2U, B.2N, B.2O, B.2L, B.2A, B.2B, B.2T, B.2P, B.2R, B.2K, B.2E, B.2F,
B.2Q, B.2W, B.2C, B.2G, B.2X, B.2M, B.2I, B.2H, B.2S, dan B.2D;
c. Subzona pertanian hortikultura (P-2) di SBWP C dengan luas kurang lebih 96,40
ha (sembilan puluh enam koma empat puluh hektar), meliputi Blok C.3A, C.3J,
C.3K, C.3N, C.3B, C.3D, C.3F, C.3G, C.3H, C.3K, dan C.3F;
d. Subzona pertanian hortikultura (P-2) di SBWP D dengan luas kurang lebih
378,97 ha (tiga ratus tujuh puluh delapan koma sembilan puluh tujuh hektar),
meliputi Blok D.4E, D.4F, D.4J, D.4K, D.4D, D.4G, D.4H, D.4I, D.4M, D.4C,
D.4B, D.4N, D.4O, D.4L, dan D.4A;

(3) Subzona pertanian hortikultura (P-2) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. Subzona pertanian hortikultura (P-2) di SBWP B dengan luas kurang lebih 204,13
ha (dua ratus empat koma tiga belas hektar), meliputi Blok B.2V, B.2U, B.2J,
B.2N, B.2O, B.2A, B.2T, B.2P, B.2R, B.2L, B.2Q, B.2W, B.2M, B.2I, B.2H, B.2G,
B.2S, B.2D, B.2X, dan B.2F; dan

-46 -
b. Subzona pertanian hortikultura (P-2) di SBWP D dengan luas kurang lebih 0,13
ha (nol koma tiga belas hektar), meliputi Blok D.4B, D.4J, dan D.4M.

Paragraf 6
Zona Pariwisata

Pasal 55
(1) Zona pariwisata (W) sebagaimana dimaksud pada Pasal 55 huruf. Terdiri atas :
a. Subzona wisata budaya (W-3).

(2) Subzona wisata budaya (W-3) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Subzona wisata budaya (W-3) di SBWP A dengan luas kurang lebih 2,02 ha (dua
koma nol dua hektar), meliputi Blok A.1U, A.1K, A.1A, A.1Q, A.1Y, dan A.1L;
b. Subzona wisata budaya (W-3) di SBWP B dengan luas kurang lebih 0,74 ha (nol
koma tujuh puluh empat hektar), meliputi Blok B.2B, dan B.2C; dan
c. Subzona wisata budaya (W-3) di SBWP D dengan luas kurang lebih 1,16 ha (satu
koma enam belas hektar), meliputi Blok D.4K, D.4I, D.4E, D.4J, D.4H, D.4G,
D.4N, D.4M, dan D.4C.

Paragraf 6
Zona Pertahanan dan Keamanan

Pasal 56
(1) Zona pertahanan dan keamanan (HK) sebagaimana dimaksud pada Pasal 56. Terdiri
atas :
a. Subzona wisata budaya (W-3).

(2) Subzona pertahanan dan keamanan (HK) sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a, meliputi:
a. Subzona pertahanan dan keamanan (HK) di SBWP A dengan luas kurang lebih
8,38 ha (delapan koma tiga puluh delapan hektar), meliputi Blok A.1V, A.1U,
A.1P, A.1E, dan A.1R;
b. Subzona pertahanan dan keamanan (HK) di SBWP B dengan luas kurang lebih
10,62 ha (sepuluh koma enam puluh dua hektar), meliputi Blok B.2A, dan B.2H;
c. Subzona pertahanan dan keamanan (HK) di SBWP C dengan luas kurang lebih
7,34 ha (tujuh koma tiga puluh empat hektar), meliputi Blok C.3C, C.3E, dan
C.3L; dan
d. Subzona pertahanan dan keamanan (HK) di SBWP D dengan luas kurang lebih
0,32 ha (nol koma tiga puluh dua hektar), meliputi Blok D.4D.

Paragraf 5
Zona Lainnya

Pasal 57
(1) Zona peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 57, terdiri atas:
a. Subzona pergudangan (PL-6).

(2) Subzona pergudangan (PL-6) sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf a,
direncanakan pada lahan yang memiliki akses dengan kualitas jalan setara dengan

-47 -
kelas I dengan kriteria, meliputi:
a. memiliki area untuk proses bongkar muat;
b. tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan; dan
c. untuk gudang kecil memiliki luasan kurang lebih 36 m 2.

(3) Subzona pergudangan (PL-6) sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Subzona PL-6 di SBWP A dengan luas kurang lebih 2,29 ha (dua koma dua puluh
sembilan hektar), meliputi Blok A.1K, A.1T, A.1N, A.1C, A.1U, A.1F, A.1H, A.1M,
A.1Q, dan A.1O;

Paragraf 7
Zona Campuran

Pasal 58
(1) Zona campuran sebagaimana dimaksud Pasal 58, terdiri atas:
a. subzona campuran perumahan dan perdagangan/ jasa (C-1);

(2) Subzona campuran perumahan dan perdagangan jasa (C-1) sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) huruf a., meliputi :
a. Subzona C-1 di SBWP A dengan luas kurang lebih 12,57 ha (dua belas koma lima
puluh tujuh hektar) hektar, meliputi Blok A.1I, A.1U, dan A.1K;

BAB V
PENETAPAN SUB BWP (SBWP) YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 59
(1) Penetapan SBWP yang di prioritaskan penangannya,terdiri atas :
a. Lokasi SBWP yang diprioritaskan penanganannya, dan;
b. Tema penanganan

(2) Penetapan Sub BWP yang di prioritaskan penangannya sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Lokasi SBWP yang diprioritaskan penanganannya

Pasal 60
Lokasi SBWP yang di prioritaskan penangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59
Ayat 1 huruf (a)., meliputi :
a. pusat perdagangan dan jasa di SBWP A blok A.1O; dan
b. pusat pelayanan umum dan pendidikan tinggi di SBWP A blok A.1U.

-48 -
Bagian Ketiga
Tema Penanganan

Pasal 61
(1) Tema penanganan pada lokasi sebagaimana dimaksud pada pasal 59 Ayat (1) huruf
b, berupa pengembangan prasarana, sarana, keterpaduan perkotaan meliputi :
a. meningkatkan jaringan jalan arteri primer;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa skala regional;
c. pengembangan terminal penumpang;
d. pusat perdagangan terpadu dengan konsep keterpaduan antara perdagangan
dengan rekreasi;
e. pengembangan area parkir dan sirkulasi kawasan; dan
f. mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

(2) Tema penanganan zona sebagaimana dimaksud pada pasal 59 Ayat (1) huruf b.
berupa pengembangaan dan penataan kawasan serta lingkungan terpadu, , meliputi
:
a. menata kawasan perkantoran pemerintahan;
b. mengembangkan kawasan perkantoran swasta;
c. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan melalui penataan lingkungan kawasan
perkantoran;
d. mengembangkan jaringan jalan;
e. penyediaan infrastruktur dasar, khususnya air minum;
f. ketentuan intensitas sedang – tinggi;
g. penyediaan drainase perkotaan;
h. perwujudan lingkungan binaan (landmark, citra kawasan, dsb)

BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 82
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang
yang dijabarkan dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri atas:
a. Program pemanfaatan ruang di BWP;
b. Lokasi;
c. Besaran;
d. Sumber pendanaan;
e. Instansi pelaksana; dan
f. Waktu dan tahapan pelaksanaan.

-49 -
Pasal 63
Program pemanfaatan ruang di BWP sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf
a. meliputi
a. program perwujudan rencana struktur ruang di BWP;
b. program perwujudan rencana pola ruang di BWP;
c. program perwujudan penetapan SBWP yang diprioritaskan penanganannya, dan;
d. program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Pasal 69
Lokasi program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf
b. terdapat di blok dalam sub BWP.

Pasal 65
Besaran program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf
c. berupa jumlah satuan masing-masing volume kegiatan.

Pasal 66
Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf d. berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); dan
b. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 67
Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf e terdiri atas:
a. pemerintah pusat;
b. pemerintah provinsi;
c. pemerintah kabupaten;
d. swasta; dan
e. masyarakat.

Pasal 68
Waktu dan tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 Ayat (2) huruf f.
terdiri atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi instansi pelaksana dalam menetapkan
prioritas pembangunan di BWP Singaraja yang meliputi:
a. tahap pertama pada periode tahun 2020-2024;
b. tahap kedua pada periode tahun 2025-2029;
c. tahap ketiga pada periode tahun 2030-2034; dan
d. tahap keempat pada periode tahun 2035-2039.

Pasal 69
Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal huruf a. disusun
berdasarkan indikasi program utama 5 (lima) tahunan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Paragraf 1
Umum

-50 -
Pasal 70
Program perwujudan rencana struktur ruang sebagaimana dimaksid pada Pasal 70,terdiri
atas:
a. rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
b. rencana Jaringan Transportasi, dan;
c. rencana Jaringan Prasarana.

Paragraf 2
Program Perwujudan Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

Pasal 71
Rencana pengembangan pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 huruf
a, diwujudkan dengan indikasi program, meliputi :
a. pusat pelayanan kawasan kota (PPK);
b. sub pusat pelayanan kota (SPPK) ;
c. pusat lingkungan kecamatan (PLk)
d. pusat lingkungan kelurahan/desa (PLkd)

Pasal 72
Indikasi program pusat pelayanan kawasan perkotaan (PPK) sebagaimana dimaksud
dalam pasal 71 huruf a., meliputi :
a. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) kawasan pusat
pelayanan, meliputi:
1. RTBL Koridor Pusat Pelayanan di Setiap BWP;
2. RTBL Blok Pariwisata, dan;
3. RTBL Kawasan Perguruan Tinggi.
b. peningkatan aksesibilitas kawasan pusat pelayanan yang berbasis pada sistem
transportasi publik.
c. penyediaan dan pemanfaatan RTH Publik dan ruang publik lainnya.
d. manajemen dan rekayasa trasportasi di kawasan pusat pelayanan.

Pasal 103
Indikasi program Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan (SPPKP) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 71 huruf b., meliputi :
a. penataan bangunan dan lingkungan kawasan sub pusat pelayanan, meliputi:
1. penataan parkir
2. penyediaan ruang/gedung parkir publik
3. penataan jalur pejalan kaki
4. penataan dan pembuatan landmark kawasan sesuai karakter sub pusat pelayanan
b. peningkatan kegiatan yang memiliki fungsi/skala pelayanan sub pusat pelayanan.
c. peningkatan aksesibilitas sub pusat pelayanan melalui peningkatan jaringan
prasarana tranportasi.
d. penyediaan dan pemanfaatan RTH Publik dan ruang publik lainnya.

Pasal 74
Indikasi program pusat lingkungan (PL) sebagaimana dimaksud dalam pasal 71 huruf c.,
meliputi :

-51 -
a. penataan bangunan dan lingkungan kawasan pusat lingkungan, meliputi:
1. penataan parkir
2. penataan jalur pejalan kaki
b. peningkatan kegiatan yang memiliki fungsi/skala pelayanan lingkungan.
c. peningkatan aksesibilitas pusat lingkungan melalui peningkatan jaringan prasarana
tranportasi.
d. penyediaan dan pemanfaatan RTH Publik dan ruang publik lainnya.

Paragraf 3
Program Perwujudan Rencana Jaringan Transportasi

Pasal 75
Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75. diwujudkan
dengan indikasi program, terdiri atas :
a. rencana jaringan jalan;
b. rencana jaringan transportasi umum;
c. rencana jalur pejalan kaki, dan;
d. rencana jalur sepeda.
Pasal 76
Indikasi program perwujudan rencana jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada Pasal
75 huruf a., meliputi :
a. penyusunan rencana induk manajemen dan rekayasa transportasi Perkotaan
Singaraja;
b. manajemen dan rekayasa transportasi Perkotaan Singaraja;
c. pengembangan jalan kolektor primer 1 (JKP-1) dan kolektor primer 2 (JKP-2) yang
berstatus jalan nasional pada wilayah kabupaten sebaimana dimaksud pada Pasal 75,
meliputi:
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan;
2. pembangunan jaringan jalan lingkar Kota Singaraja berupa jaringan jalan kolektor
primer 1 (JKP-1);
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking;
6. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
7. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
8. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
d. peningkatan jalan kolektor primer 1 (JKP-1) yang berstatus jalan nasional pada
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 75, meliputi :
1. peningkatan jalan Gajah Mada;
2. peningkatan jalan A. Yani;
3. peningkatan jalan Dr.Sutomo;
4. peningkatan jalan Ng. Rai Selatan;
5. peningkatan jalan Pramuka;
6. peningkatan jalan Diponegoro;

-52 -
7. peningkatan jalan Airlangga;
8. peningkatan jalan Surapati;
9. peningkatan jalan WR.Supratman;
10. peningkatan jalan Jelantik Gingsir, dan;
11. peningkatan jalan Jelantik Gingsir dan Jalan Veteran.
e. peningkatan jalan kolektor primer 4 (JKP-4) yang berstatus jalan provinsi pada wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 75, yaitu jalan Gempol – Banyuning –
Penarukan, selain hal peningkatan, ada hal-hal lain yang harus diperhatikan meliputi:
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking.
2. peningkatan struktur jalan;
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
6. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
f. peningkatan jalan lokal primer yang berstatus jalan kabupaten pada wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 75, meliputi :
1. peningkatan jalan Serma Karma;
2. peningkatan jalan Lc. Bakti Seraga;
3. peningkatan jalan Pulau Komodo;
4. peningkatan jalan Srikandi;
5. peningkatan jalan Raya Keloncing;
6. peningkatan jalan Sangket - Sambangan - Panji;
7. peningkatan jalan Setiabudi;
8. peningkatan jalan Pantai Indah;
9. peningkatan jalan Pantai Kerobokan;
10. peningkatan jalan Dusun Bangah - Panji;
11. peningkatan jalan Merak;
12. peningkatan jalan Sp3. Sambangan - Banjar Anyar - Tiying T;
13. peningkatan jalan Jembatan Ex. Pelabuhan Buleleng;
14. peningkatan jalan Pulau Timor;
15. peningkatan jalan Sawo;
16. peningkatan jalan Pulau Menjangan;
17. peningkatan jalan Melati;
18. peningkatan jalan Pulau Obi;
19. peningkatan jalan Rama;
20. peningkatan jalan Hassanudin;
21. peningkatan jalan Dewi Sitha;
22. peningkatan jalan Sudirman;
23. peningkatan jalan Simpang Udayana;
24. peningkatan jalan Udayana;
25. peningkatan jalan Acarya Graha;
26. peningkatan jalan R.A. Kartini;
27. peningkatan jalan Merpati;
28. peningkatan jalan Bakti Seraga - Anturan - Kalibukbuk;

-53 -
29. peningkatan jalan Durian;
30. peningkatan jalan Dewi Sartika Utara;
31. peningkatan jalan Semangka;
32. peningkatan jalan Laksamana;
33. peningkatan jalan Bisma;
34. peningkatan jalan Letkol Wisnu;
35. peningkatan jalan Parikesit;
36. peningkatan jalan Lingga;
37. peningkatan jalan Parikesit II;
38. peningkatan jalan Kepulauan Natuna;
39. peningkatan jalan Parikesit I;
40. peningkatan jalan Raya Penglatan;
41. peningkatan jalan Yudistira;
42. peningkatan jalan Anggrek;
43. peningkatan jalan Yudistira Utara;
44. peningkatan jalan Pahlawan;
45. peningkatan jalan Kresna;
46. peningkatan jalan Sp4. Pemaron - Bhuana Kerta;
47. peningkatan jalan Gunung Agung;
48. peningkatan jalan Dewi Sartika Selatan;
49. peningkatan jalan Gunung Batur;
50. peningkatan jalan Samudera;
51. peningkatan jalan Gunung Batur;
52. peningkatan jalan Samudera;
53. peningkatan jalan Gunung Semeru; dan
54. peningkatan jalan Bakti Seraga - Bhuana Kerta - Banjar Anyar.
g. pengembangan jalan kolektor primer dan/atau jalan strategis provinsi yang berstatus
jalan provinsi pada wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 75 Ayat (4),
meliputi :
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking;
2. peningkatan struktur jalan;
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
6. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
h. peningkatan jalan lokal sekunder yang berstatus jalan kabupaten pada wilayah
kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 75 Ayat (3) huruf c., meliputi :
1. peningkatan jalan Kapten Muka;
2. peningkatan jalan Pulau Muna;
3. peningkatan jalan Pulau Sumba;
4. peningkatan jalan Pulau Serangan;
5. peningkatan jalan Pulau Flores;
6. peningkatan jalan Pulau Nila;
7. peningkatan jalan Jambu;
8. peningkatan jalan Flamboyan;

-54 -
9. peningkatan jalan Salak;
10. peningkatan jalan Jempiring;
11. peningkatan jalan Nangka;
12. peningkatan jalan Perkutut;
13. peningkatan jalan Mangga;
14. peningkatan jalan Dewi Kunti;
15. peningkatan jalan Jeruk;
16. peningkatan jalan Pulau Riau;
17. peningkatan jalan Nusa Indah;
18. peningkatan jalan Pulau Sulawesi;
19. peningkatan jalan Tasbih;
20. peningkatan jalan Pulau Kalimantan;
21. peningkatan jalan Lely;
22. peningkatan jalan Pulau Belitung;
23. peningkatan jalan Kenanga;
24. peningkatan jalan Pulau Nias;
25. peningkatan jalan Teleng;
26. peningkatan jalan Pulau Sugara;
27. peningkatan jalan Angsoka;
28. peningkatan jalan Pulau Selayar;
29. peningkatan jalan Dahlia;
30. peningkatan jalan Pulau Buton;
31. peningkatan jalan Melur;
32. peningkatan jalan Pulau Bali;
33. peningkatan jalan Seruni;
34. peningkatan jalan Pulau Lombok;
35. peningkatan jalan Ratna;
36. peningkatan jalan Pulau Sumatera;
37. peningkatan jalan Kamboja;
38. peningkatan jalan Cempaka;
39. peningkatan jalan Pulau Aru;
40. peningkatan jalan Menuh;
41. peningkatan jalan Pulau Maluku;
42. peningkatan jalan Cempaka;
43. peningkatan jalan Pulau Batam Banyuning;
44. peningkatan jalan Rampai;
45. peningkatan jalan Bekisar;
46. peningkatan jalan Sedap Malam;
47. peningkatan jalan Islamic Center;
48. peningkatan jalan Seroja;
49. peningkatan jalan Jalak Putih;
50. peningkatan jalan Mawar;
51. peningkatan jalan Pidada;
52. peningkatan jalan Kemuning;
53. peningkatan jalan Sri Amertha;
54. peningkatan jalan Nuri;
55. peningkatan jalan Panji - Komplek Desa Panji;

-55 -
56. peningkatan jalan Kakaktua;
57. peningkatan jalan Dsn. Kelod Kauh - Dsn Panji / Pemaron;
58. peningkatan jalan Manggis;
59. peningkatan jalan Teratai;
60. peningkatan jalan Sahadewa;
61. peningkatan jalan Parkit;
62. peningkatan jalan Gatotkaca;
63. peningkatan jalan Pulau Jawa;
64. peningkatan jalan Nakula;
65. peningkatan jalan Pulau Samosir;
66. peningkatan jalan Arjuna;
67. peningkatan jalan Pulau Batam;
68. peningkatan jalan Bisma Barat;
69. peningkatan jalan Pulau Bintan;
70. peningkatan jalan Wijaya Kusuma;
71. peningkatan jalan Pulau Ceningan;
72. peningkatan jalan Abimanyu;
73. peningkatan jalan Pulau Laut;
74. peningkatan jalan Abimanyu Iii;
75. peningkatan jalan Sumatera;
76. peningkatan jalan Pulau Dewata;
77. peningkatan jalan Bukit Lempuyang;
78. peningkatan jalan Sangket - Pandang Bulia;
79. peningkatan jalan Gunung Batukaru;
80. peningkatan jalan Gunung Rinjani;
81. peningkatan jalan Tri Brata;
82. peningkatan jalan Kuburan Panji - Dsn. Bangah;
83. peningkatan jalan Kutilang;
84. peningkatan jalan Panji - Banjar Mandul;
85. peningkatan jalan Jatayu;
86. peningkatan jalan Pattimura;
87. peningkatan jalan Rajawali;
88. peningkatan jalan Bukit Patas;
89. peningkatan jalan Kaswari;
90. peningkatan jalan Pudak;
91. peningkatan jalan Jeruk;
92. peningkatan jalan Tunjung;
93. peningkatan jalan Rambutan;
94. peningkatan jalan Kecubung;
95. peningkatan jalan Wibisana;
96. peningkatan jalan Angsana;
97. peningkatan jalan Gelatik;
98. peningkatan jalan Tekukur;
99. peningkatan jalan Jalak;
100. peningkatan jalan Gagak;
101. peningkatan jalan Kenari;
102. peningkatan jalan Pisang;

-56 -
103. peningkatan jalan Cendrawasih; dan
104. peningkatan jalan Pantai Asri.
i. Pengembangan jalan kolektor primer yang berstatus jalan kabupaten sebagaimana
dimaksud pada Pasal 75 Ayat (6); meliputi :
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking;
2. peningkatan struktur jalan
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
6. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
j. Pengembangan jalan lokal primer yang berstatus jalan kabupaten, meliputi :
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking;
2. peningkatan struktur jalan;
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
6. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
k. Pengembangan jalan kolektor sekunder yang bersatatus jalan kabupaten sebagaimana
dimaksud pada Pasal 75 Ayat (8), meliputi :
1. peningkatan kapasitas dan lebar efektif jalan termasuk di dalamnya penataan on
street parking;
2. peningkatan struktur jalan;
3. pengendalian dan penataan bangunan lingkungan untuk mengurangi hambatan
samping lalulintas;
4. pemeliharaan dan perawatan rutin jalan;
5. penyediaan dan penataan elemen pelengkap jalan, dan;
6. integrasi penataan persimpangan jalan dan penyediaan RTH jalur hijau jalan.
l. Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan lokal sekunder penghubung
pergerakan utama menuju zona-zona perumahan dan zona lainnya, meliputi :
1. Pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jaringan jalan uatama
penghubung ke zona-zona perumahan; dan
2. Penataan jalur pejalan kaki dan RTH pada jalan lokal sekunder.
m. Pengembangan, peningkatan dan pemeliharaan rutin jalan lingkungan di zona
perumahan dan zona lainnya;
n. Penataan jalan masuk dan jalan keluar terminal angkutan penumpang meliputi
penataan kegiatan pendukung yang berkembang di sekitarnya;
o. penataan jalan masuk dan jalan keluar parkir terintegrasi dengan penataan parkir di
BWP Singaraja.

Pasal 77
Indikasi program perwujudan rencana jaringan transportasi umum sebagaimana
dimaksud pada Pasal 75 huruf c., meliputi:
a. penyusunan masterplan penataan dan pengembangan sistem transportasi

-57 -
umum/penumpang di BWP Singaraja;
b. pengendalian angkutan umum dengan penjadwalan angkutan umum yang pasti
terutama untuk trayek Terminal angkutan perkotaan Banyuasri – Terminal Sukasada
(PP), Terminal Banyuasri – Terminal Penarukan (PP), Terminal Banyuasri – Patung
Lumba-lumba (PP), Terminal Banyuasri – Sambangan (PP), dan Terminal Penarukan –
Terminal Sukasada (PP)
c. pengendalian angkutan umum dengan penjadwalan angkutan umum yang pasti
terutama untuk trayek Terminal angkutan perdesaan Terminal Penarukan – Bondalem
(PP), Terminal Penarukan – Madenan (PP), Terminal Penarukan – Depehe (PP), Terminal
Penarukan – Galungan (PP), Terminal Penarukan – Lemukih (PP), Terminal Penarukan
– Bontiing (PP), Terminal Penarukan – Sudaji (PP), Terminal Penarukan – Silangjana
(PP), Terminal Sukasada – Pancasari (PP), Terminal Banyuasri – Tegallinggah (PP),
Terminal Banyuasri – Selat (PP), Terminal Banyuasri – Sidatapa (PP), dan Terminal
Banyuasri – Terminal Seririt (PP).
d. Pengembangan moda transportasi dari Ibukota provinsi/ Bandara Ngurah Rai menuju
ke Singaraja;
e. Pengembangan halte dilengkapi fasilitas park and ride;
f. Pengembangan sarana pelayanan umum pendukung jaringan transportasi
umum/penumpang berupa terminal dan halte penumpang/halte angkutan;
g. Pengembangan dan penataan trayek angkutan perkotaan di BWP Singaraja
terintegrasi;
h. Pembangunan sistem transportasi massal kereta api Pulau Bali.
i. Pengembangan dan peningkatan layanan terminal Tipe B Banyuasri;
j. Pengembangan terminal Tipe C/terminal angkutan perdesaan/perkotaan di Sukasada
dan Penarukan, dan;
k. Penataan halte angkutan perkotaan, dan halte di lokasi simpul pergerakan perkotaan
lainnya.

Pasal 78
Indikasi program perwujudan rencana jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada
Pasal 75 huruf c., meliputi:
a. Penyusunan masterplan RTH dan RTNH jalur/zona pejalan kaki di BWP Singaraja;
b. Penataan dan pengembangan, penyusunan masterplan/RTBL jalur dan zona pejalan
kaki di jalur utama meliputi :
1. ruas jalan Ahmad Yani-Diponegoro-Surapati-W.R. Supratman;
2. ruas jalan Udayana;
3. ruas jalan Laksmana;
4. ruas jalan Serma Karma-Ki Barak Panji Sakti;
5. ruas jalan Srikandi;
6. ruas jalan Dewi Sartika;
7. ruas jalan Angsoka-Cempaka-Menuh-R.A. Kartini;
8. ruas jalan Pattimura;
9. ruas jalan Skip-Jatayu-Merak;
10. ruas jalan Pulau Komodo-Petandakan;
11. ruas jalan Gempol-Setiabudi;
12. ruas jalan Samratulangi-Penarukan; dan
13. ruas jalan Keloncing.

-58 -
b. penataan jalur pejalan kaki pada ruas jalan utama BWP Singaraja terintegrasi dengan
penyedian dan pemanfaatan RTH jalur hijau, meliputi :
1. jalur pejalan kaki di sepanjang jalan kolektor primer
2. jalur pejalan kaki di sepanjang jalan lokal primer
3. jalur pejalan kaki di sepanjang jalan kolektor sekunder
4. jalur pejalan kaki di sepanjang jalan lokal sekunder.

Pasal 79
Indikasi program perwujudan rencana jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada Pasal 75
huruf d., meliputi:
a. Penataan dan pengembangan jalur sepeda di ruas jalan utama SBWP A;
b. Penataan dan pengembangan jalur sepeda di ruas jalan utama SBWP B;
c. Penataan dan pengembangan jalur sepeda di ruas jalan utama SBWP C;
d. Penataan dan pengembangan jalur sepeda di ruas jalan utama SBWP D; dan
e. Penyusunan pedoman teknis penyediaan dan pemanfaatan jalur sepeda di BWP
Singaraja.

Paragraf 4
Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana

Pasal 80
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 80, diwujudkan dengan
indikasi program, terdiri atas :
a. rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
b. rencana pengembangan jaringan telekomunikasi;
c. rencana pengembangan jaringan air minum;
d. rencana pengembangan jaringan drainase;
e. rencana pengembangan jaringan air limbah, dan;
f. rencana pengembangan prasarana lainnya.

Pasal 81
(1) Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 huruf a., diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. pengembangan jaringan kelistrikan
b. penyediaan listik;
c. pengembangan jaringan gas, dan;
d. pengebangan energi terbarukan.

(2) Indikasi program pengembangan jaringan kelistrikan di BWP Singaraja sebagaimana


dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Pengembangan ruang bagi jaringan listrik SUTM dan SUTR di BWP Singaraja
terintegrasi/terpadu dengan sistem jaringan prasarana air bersih,
telekomunikasi, dan drainase;
b. Peremajaan jaringan, pengembangan, dan penambahan jaringan listrik SUTM
serta SUTR di zona terbangun dan zona yang dikembangkan terbangun
terintergrasi dengan system jaringan prasarana lainnya, dan;
c. penataan kawasan/bangunan di daerah hantaran udara (transmisi) tegangan

-59 -
tinggi/SUTT mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku tentang ruang
bebas saluran udara tegangan tinggi dan saluran udara tegangan ekstra tinggi.

(3) Indikasi program penyediaan listrik di BWP Singaraja sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. penyediaan kebutuhan listrik bagi zona perumahan baru dengan kapasitas
terpasang minimal 900 watt;
b. penyediaan kebutuhan listrik bagi selain zona perumahan dengan kapasitas
meliputi:
1. penyediaan listrik sebesar 25% dari kebutuhan rumah tangga pada zona
sentra industri kecil menengah;
2. penyediaan listrik sebesar 25% dari kebutuhan rumah tangga pada zona
fasilitas sosial ekonomi;
3. penyediaan listrik sebesar 40% dari kebutuhan rumah tangga untuk
penerangan jalan, dan;
4. penyediaan listrik cadangan sebesar 10% dari kebutuhan rumah tangga.
c. pemasangan lampu penerangan jalan umum pada tiang distribusi tegangan
rendah dengan posisi selang satu tiang 50 (lima puluh) meter.

(4) Indikasi program pengembangan jaringan gas di BWP Singaraja sebagaimana


dimaksud pada Ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Pengembangan jaringan utama gas di BWP Singaraja (SBWP A, SBWP B, SBWP
C dan SBWP D);
b. Pengembangan jaringan pelayanan gas di BWP Singaraja (SBWP A, SBWP B,
SBWP C dan SBWP D);

(5) Indikasi program pengembangan energi terbarukan di BWP Singaraja sebagaimana


dimaksud pada Ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Studi/Kajian Pemanfaatan Energi dari IPAL;
b. Studi/Kajian Pemanfaatan Energi dari Sampah;
c. Studi/Kajian Pemanfaatan Energi Alternatif Terbarukan Lainnya;
d. Pengembangan pemanfaatan energi dari IPAL pada skala lingkungan;
e. Pengembangan pemanfaatan energi dari sampah pada skala lingkungan, dan;
f. Pengembangan pemanfaatan energi alternatif terbarukan lainnya.
(6) Indikasi program pengembangan jaringan gas sebagaimana dimaksud pada Ayat (4)
dapat disesuaikan dengan rencana induk pengembangan jaringan gas nasional.

Pasal 82
(1) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80 huruf b. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. jaringan bergerak terestrial, dan;
b. jaringan bergerak seluler.

(2) Indikasi program jaringan bergerak terestrial sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf a, meliputi :
a. Penyusunan masterplan/rencana induk jaringan kabel telekomunikasi
b. Peningkatan kapasitas dan jumlah stasiun telepon otomat di zona perumahan
baru dan sarana pelayanan umum pendidikan di BWP Singaraja;

-60 -
c. Pemeliharaan berkala stasiun telepon otomat di BWP Singaraja, dan;
d. Integrasi pengembangan jaringan baru dan peningkatan jaringan telepon/serat
optik dengan sistem jaringan prasarana/utilitas lainnya, meliputi :
1. Peningkatan jaringan telepon dan jaringan serat optik primer/utama di
sepanjang ruas jalan utama di SBWP A sd. SBWP D;
2. Pengembangan jaringan telepon dan jaringan serat optik di zona perumahan
dan zona srana pelayanan umum perkotaan di SBWP A sd. SBWP B, dan;
3. Peningkatan dan pemeliharaan berkala jaringan telepon dan jaringan serat
optik di SBWP A s.d SBWP D.
e. pengembangan jaringan data/akses internet umum di zona RTH dengan fungsi
pendukung rekreasi dan olahraga, meliputi :
1. Alun-alun Singaraja;
2. RTH Taman kota;
3. RTH Taman kecamatan, dan;
4. RTH lain sejenisnya.
f. penambahan titik-titik akses internet pada zona sarana pelayanan umum:
pendidikan, kesehatan, perdagangan, sosial budaya, dan pariwisata, dan;

(3) Indikasi program jaringan jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. penyusunan pedoman teknis pemanfaatan menara bersama telekomunikasi
meliputi BWP Singaraja dan/atau Kabupaten Buleleng;
b. sosialisasi pedoman teknis pemanfaatan bersama menara telekomunikasi pada
penyelenggara menara telekomunikasi;
c. pengendalian pertumbuhan menara telekomunikasi berdasarkan zona menara
dan zona bebas menara melalui mekanisme perizinan;
d. optimalisasi pemanfaatan menara telekomunikasi eksisting sebagai menara
bersama telekomunikasi berdasarkan kelayakan bangunan menara, dan;
e. pengecekan berkala laik fungsi bangunan menara telekomunikasi yang
dimanfaatkan sebagai menara bersama.

Pasal 113
(1) Rencana pengembangan jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam pasal 80
huruf c. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM);
b. pengembangan sumber air baku dan bangunan pengambil air baku;
c. pengembangan pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;
d. pengembangan pipa unit distribusi;
e. pengembangan bangunan penunjang dan bangunan pelengkap, dan;
f. pengembangan bak penampung.

(2) Indikasi program pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana


dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Penyusunan master plan penyediaan air minum di BWP Singaraja;
b. Penyusunan manajemen pengelolaan dan penyediaan air minum Perkotaan
Singaraja;
c. Pembatasan pengambilan air tanah bagi penggunaan penyediaan air minum
mandiri dan/atau bukan bagi kepentingan umum melalui intensifikasi perizinan;

-61 -
d. Pengoptimalan penyediaan air bersih dari PDAM dan melakukan pembatasan
penyediaan air bersih non PDAM yang memanfaatkan sumur dan pompa melalui
peningkatan sambungan pelayanan, meliputi:
1. jaringan pelayanan wilayah Singaraja Bagian Utara;
2. jaringan pelayanan wilayah Singaraja Bagian Selatan;
3. jaringan pelayanan wilayah Singaraja Bagian Barat;
4. jaringan pelayanan wilayah Singaraja Bagian Timur;
e. Optimalisasi sambungan air minum rumah tangga ke zona perumahan dan
pengembangan zona perumahan di SBWP A s.d SBWP D, dan;
f. Optimalisasi pemanfaatan dan perawatan jaringan perpipaan air minum berbasis
masyarakat.

(3) Indikasi program pengembangan sumber air baku dan bangunan pengambil air baku
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. konservasi kawasan di sekitar mata air melalui pengendalian pembuangan
limbah dan limbah cair rumah tangga dan lainnya serta penanaman vegetasi
dengan kriteria perakaran kuat dan meingkatkan infiltrasi air ke dalam tanah
pada kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Ayat (5) dan
sumber-sumber mata air setempat;
b. konservasi sungai sebagai sumber air baku melalui program kali bersih dan
pegelolaan sistem pembuangan air limbah perkotaan;
c. pemanfaatan sumber-sumber air baku bagi sistem penyediaan air minum
perpipaan;
d. pengembangan intake di sumber-sumber air permukaan lainnya bagi sistem
penyediaan air minum perpipaan, dan;
e. optimalisasi dan peningkatan kapasitas intake yang sudah ada/ eksisting.

(4) Indikasi program pengembangan pipa transmisi air baku dan instalasi produksi
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Optimalisasi, peningkatan, dan perawatan pipa transmisi air baku dan IPA yang
ada;
b. Optimalisasi, peningkatan, dan perawatan pipa transmisi air baku dari mata air
talang sampai dengan Reservoir;
c. Pembangunan pipa transmisi air baku dari intake sampai dengan IPA;
d. Pengembangan pipa transmisi dan IPA dari sumber-sumber air baku dari air
permukaan lainnya, dan;
e. Pengembangan jaringan transmisi terintegrasi dengan ruang bagi utilitas
perkotaan lainnya.
(5) Indikasi program pengembangan pipa unit distribusi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Penyusunan DED pengembangan jaringan pipa distribusi induk dari SPAM
Regional Buleleng – Jembrana (Titab);
b. Pengembangan Pipa unit distribusi induk ke pipa pembagi dan pipa layanan
untuk wilayah layanan Singaraja;
c. pengembangan jaringan hydrant di sepanjang jaringan primer, sekunder, dan
tersier pada titik-titik dalam jangkauan pelayanan pemadam kebakaran
terintegrasi dengan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten
Buleleng;

-62 -
d. pengembangan jaringan pipa distribusi induk dari reservoir sampai dengan
kelurahan;
e. pengembangan jaringan pipa distribusi air minum terintegrasi dengan sistem
jaringan prasarana/utilitas lainnya;
f. perawatan rutin jaringan air minum, dan;
g. pengembangan jaringan transmisi terintegrasi dengan ruang bagi utilitas
perkotaan lainnya

(6) Indikasi program pengembangan bangunan penunjang dan bangunan pelengkap


sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Pembangunan dan optimalisasi pompa transmisi;
b. Pembangunan dan optimalisasi pompa transmisi (sump pump), dan;
c. Pembangunan bangunan bangunan penunjang dan bangunan pelengkap lainnya
untuk mendukung transmisi air baku dan distribusi air minum.

(7) Indikasi program pengembangan bak penampung sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf f, meliputi :
a. Optimalisasi dan perawatan reservoir di BWP Singaraja, dan;
b. Pembangunan reservoir lainnya di BWP Singaraja.

Pasal 84
(1) Rencana pengembangan jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
huruf d. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. sistem jaringan drainase untuk mencegah genangan, dan;
b. rencana kebutuhan drainase.

(2) Indikasi program sistem jaringan drainase untuk mencegah genangan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Penanganan genangan melalui rencana aksi one student one biopori di sarana
pelayanan pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi;
b. Pengendalian penyediaan sumur resapan air hujan melalui mekanisme perizinan
IMB;
c. Penyusunan pra-design kolam retensi banjir, dan;
d. Penyusunan DED Kolam Retensi;
e. Penyusunan DED Kolam Retensi di Zona RTH Taman Kota atau sesuai dengan
masterplan drainase, dan;
f. Pembangunan Kolam Retensi Banjir di BWP Singaraja sesuai masterplam
drainase Perkotaan Singaraja.

(3) Indikasi program rencana kebutuhan drainase sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf b, meliputi :
a. penyusunan masterplan drainase di Perkotaan Singaraja;
b. penyusunan DED main drain antara sungai – sungai yang melintas di BWP
SIngaraja;
c. pengembangan pengelolaan drainase berbasiskan masyarakat meliputi :
1. program kali bersih, dan;
2. pengelolaan drainase lingkungan berbasiskan komunitas.
b. normalisasi sungai yang melintas di BWP Singaraja;

-63 -
c. penataan dan revitalisasi jaringan drainase sekunder di sepanjang jalur jalan
utama SBWP A, SBWP B, SBWP C, dan SBWP D;
d. penataan dan revitalisasi jaringan drainase sekunder di sepanjang jalur jalan
utama SBWP A, SBWP B, SBWP C, dan SBWP D;
e. pembangunan jalan inspeksi di sepanjang saluran drainase primer yang
berbatasan dengan zona perumahan dan budidaya terbangun lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 Ayat (4), dan;
f. pengembangan jaringan drainase terpisah dengan jaringan pembuangan air
kotor/limbah.

Pasal 85
(1) Rencana pengembangan jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
huruf e. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. sistem pembuangan air limbah setempat (onsite), dan;
b. sistem pembuangan air limbah terpusat (offsite).

(2) Indikasi program pengembangan sistem pembuangan air limbah setempat (onsite)
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. penyusunan desain standar bak septic (septictank) untuk zona perumahan
kepadatan rendah sampai dengan tinggi dengan kriteria rumah tinggal tunggal
dan zona lainnya dengan luas kavling di atas 72 m 2;
b. pengendalian penyediaan septictank sesuai standar pada proses perizinan IMB;
c. peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah rumah tangga/
limbah domestik;
d. perawatan dan peremajaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) di zona RTH
Taman Kota, dan;
e. Pengembangan unit IPLT pada zona lainnya di BWP Singaraja dan/atau sesuai
rencana induk pengelolaan limbah perkotaan.

(3) Indikasi program pengembangan sistem pembuangan air limbah terpusat (offsite)
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Rehabilitasi jaringan saluran pembuangan dan pembangunan bangunan
pengolah air limbah di zona perumahan kepadatan tinggi dan rendah, meliputi :
1. zona perumahan kepadatan tinggi di BWP Singaraja atau zona perumahan di
Pusat Kota Perkotaan Singaraja, dan;
2. zona perumahan kepadatan sedang di kawasan perumahan yang telah
berkembang di BWP Singaraja;
b. Pengendalian penyediaan saluran pembuangan dan bangunan pengolah air
limbah terpusat di zona perumahan massal lebih dari 1 ha (satu hektar)
dan/atau lisiba yang berdiri sendiridengan jumlah rumah minimal direncanakan
sebanyak 200 (dua ratus) unit pada proses perizinan IMB;
c. Penyusunan DED sistem saluran pembuangan dan bangunan pengolah air
limbah terpusat di BWP Singaraja;
d. Penyediaan saluran pembuangan dan bangunan pengolah air limbah terpusat di
BWP Singaraja, dan;
e. Rehabilitasi saluran pembuangan dan bangunan pengolah air limbah di zona
perkantoran Pemerintah Daerah di Jl. R.A Kartini;
f. Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah cair untuk energi.

-64 -
Pasal 86
(1) Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 huruf f. diwujudkan dalam indikasi program terdiri atas:
a. Jalur dan tempat evakuasi bencana, dan;
b. Jaringan prasarana dan sarana penanganan persampahan.

(2) Indikasi program rencana jalur dan tempat evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf a., meliputi :
a. penandaan jalur evakuasi bencana abrasi di pantai utara Singaraja;
b. penandaan jalan lokal dan lingkungan yang digunakan sebagai jalur evakuasi
bencana abrasi di SWP A, SBWP B dan SBWP C, dan;
c. penandaan dan penataan ruang evakuasi zona rawan abrasi di SWP A, SBWP B
dan SBWP C pada ruang RTH, sarana pendidikan, dan sarana pemerintahan
terdekat.

(3) Indikasi program jaringan prasarana dan sarana penanganan persampahan


sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b., meliputi:
a. Penyusunan Master Plan Penanganan Persampahan Kabupaten/Perkotaan;
b. Sosialisasi dan pembinaan penanganan persampahan pada sumbernya;
c. Penyediaan sarana pemilihan dan perwadahan persampahan melalui kerjasama
antara kelompok masyarakat, pemerintah, dan swasta;
d. Penyediaan TPS/TPS 3R sesuai kajian teknis dan ketersediaan lahan di BWP
Singaraja melibatkan peran serta masyarakat/kelompok masyarakat;
e. Penyediaan TPS pada zona perdagangan jasa pasar dan sarana pelayanan umum
sesuai standar yang berlaku;
f. Pengembangan TPS 3R melalui pemberdayaan masyareakat/kelompok msyarakat
di tiap desa/kelurahan di BWP Singaraja, terintegrasi dengan pengembangan bank
sampah;
g. Penyediaan alat pengumpul sampah sesuai kebutuhan;
h. Pengembangan layanan persampahan perkotaan dan sistem pengangkutan
sampah terpilah, termasuk sarana dan prasarana pendukungnya;
i. Pengembangan pengomposan sampah dari rumah tangga yang terintegrasi dengan
pertanian perkotaan, dan;
j. Pengembangan teknologi pemanfaatan sampah untuk energi.

Bagian Ketiga
Program Perwujudan Rencana Pola Ruang
Paragraf 1
Umum

Pasal 812
Program perwujudan rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, terdiri
atas :
a. Program perwujudan zona lindung, dan;
b. Program perwujudan zona budidaya.

-65 -
Paragraf 2
Program Perwujudan Zona Lindung
Pasal 88
(1) Program perwujudan zona lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 huruf a.,
terdiri atas:
a. Rencana pola ruang zona perlindungan setempat;
b. Rencana pola ruang zona RTH, dan;

(2) Rencana pola ruang zona perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf a. diwujudkan dengan indikasi program meliputi :
a. kajian penetapan batas sempadan pantai di SBWP A, SBWP B, dan SBWP C;
b. penataan Lingkungan dan Bangunan sempadan pantai di SBWP A, SBWP B, dan
SBWP C;
c. pengendalian kegiatan dan bangunan di sempadan pantai di SBWP A, SBWP B,
dan SBWP C;
d. pembuatan tanda batas sempadan sungai pada subzona sempadan sungai (SS)
sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 Ayat (2);
e. penanaman pohon/penghijauan di sepanjang subzona sempadan sungai (SS)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 Ayat (3) dengan kriteria vegetasi yang
memiliki sistem perakaran kuat;
f. pembuatan jalan inspeksi pada subzona sempadan sungai yang berbatasan
dengan zona perumahan dan budidaya terbangun lainnya;
g. perkuatan tebing pada subzona sempadan sungai untuk memperkuat fungsi
lindung kawasan dan atas kajian teknis perangkat daerah yang membidangi;
h. pemanfaatan zona sempadan sungai bagi RTH;
i. pencegahan tumbuhnya perumahan pada zona sempadan sungai, kecuali
penataan perumahan di sepanjang jalan inspeksi dan penataan orientasi tata
massa bangunan menghadap ke sungai
j. penataan tata massa bangunan dan lingkungan di zona permukiman dan zona
budidaya terbangun lainnya yang terletak dan/atau berbatasan dengan sungai;
k. penghijauan dan pembatasan bangunan pada subzona sekitar mata air
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 Ayat (5), dan;
l. pengendalian pembuangan limbah di zona perumahan di sekitar zona mata air
melalui pembuatan IPAL komunal.

(3) Rencana pola ruang zona RTH sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b.
diwujudkan dengan indikasi program meliputi:
a. pembuatan dan pengembangan RTH Taman Kota;
b. pembuatan dan pengembangan RTH Taman Edukasi;
c. pembuatan/peningkatan/rehabilitasi RTH Taman Kecamatan, Kelurahan, RW,
dan RT;
d. pembuatan Hutan Kota di zona rawan bencana abrasi di SBWP A, SBWP B, dan
SBWP C;
e. pembuatan Hutan Kota di sekitar kawasan kolam retensi banjir;
f. penataan kegiatan dan peningkatan fungsi kegiatan rekreasi pada zona RTH
Taman;
g. pembuatan RTH jalur hijau sempadan jalan-jalan utama BWP Singaraja;

-66 -
h. peningkatan/rehabilitasi RTH jalur hijau di jalan kolektor, lokal, dan lingkungan
di SBWP A s.d SBWP D;
i. pembuatan/peningkatan/rehabilitasi RTH jalur hijau di sepanjang sempadan
sungai dengan kriteria vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat, meliputi
zona sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam pasal 29Ayat (3);
j. pembuatan/peningkatan/rehabilitasi RTH jalur hijau di sepanjang sempadan
pantai;
k. pembuatan/penataan/ penyediaan TPU/ setra dan kuburan skala perkotaan di
BWP Singaraja;
l. perawatan RTH publik di BWP Singaraja;
m. penyusunan petunjuk teknis pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH Publik
dan RTH Privat di BWP Singaraja;
n. kerjasama dan penetapan RTH Privat menjadi RTH dengan fungsi publik di BWP
Singaraja dan melalui serah terima fasum dan fasos perumahan kepada
pemerintah daerah;
o. pembelian lahan pertanian bagi pengembangan RTH sabuk hijau pada lokasi
potensial di BWP Singaraja, dan;
p. pendataan dan pemetaan keanekaragaman hayati pada RTH hutan kota.

Paragraf 3
Program Perwujudan Zona Budidaya

Pasal 89
Program perwujudan zona budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf b.,
terdiri atas:
a. rencana pola ruang zona perumahan;
b. rencana pola ruang zona perdagangan dan jasa;
c. rencana pola ruang zona perkantoran;
d. rencana pola ruang zona sarana pelayanan umum;
e. rencana pola ruang zona kawasan peruntukan industri;
f. rencana pola ruang zona pertanian;
g. rencana pola ruang zona pariwisata;
h. rencana pola ruang zona pertahanan dan keamanan;
i. rencana pola ruang zona lainnya, dan;
j. rencana pola ruang zona campuran.

Pasal 90
(1) Rencana pola ruang zona perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 huruf
a. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas:
a. pengembangan yang telah ada;
b. pembangunan baru, atau;
c. pembangunan kembali;

(2) Indikasi program pengembangan yang telah ada sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf a, meliputi :
a. peningkatan sarana pelayanan umum/lingkungan di perumahan dan
lingkungan hunian perkotaan di SBWP A s.d SBWP D;

-67 -
b. pengembangan dan peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas
umum perumahan di lingkungan hunian perkotaan di SBWP A s.d SBWP D;
c. pembatasan pengembangan perumahan secara horizontal pada zona perumahan
kepadatan tinggi (R-2), kecuali rehabilitasi bangunan secara vertikal sesuai KLB
yang berlaku;
d. pencegahan tumbuhnya zona perumahan kumuh pada zona permukiman R-2,
dan R-3 melalui pemantauan, pengendalian, dan perizinan bangunan;
e. Pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak
terencana dan tidak teratur melalui penerapan standar intensitas dan tata massa
bangunan dalam perizinan bangunan, dan;
f. Pengembangan dan penataan sentra industri kecil di zona perumahan.

(3) Indikasi program pembangunan baru sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. penyediaan lokasi/zona perumahan di seluruh Kawasan Perkotaan Singaraja
dan pembatasan pengembangan perumahan secara horizontal pada SBWP A;
b. pengembangan zona perumahan baru dilengkapi penyediaan/pengembangan
prasarana, sarana, dan utilitas umum penunjang, termasuk penyediaan IPAL
komunal pada lisiba yang berdiri sendiri dengan jumlah rumah minimal
direncanakan sebanyak 200 (dua ratus) unit;
c. pengintegrasian prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan baru
terhadap kawasan permukiman eksisting;
d. penyediaan fasilitas pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial-budaya, dan
kegiatan ekonomi skala lokal/lingkungan sesuai standar teknis yang berlaku;
e. pengembangan perumahan secara vertikal, dan;
f. penyediaan RTH publik.

(4) Indikasi program pembangunan kembali sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
c., meliputi:
a. rehabilitasi zona perumahan kepadatan tinggi (R-2) di BWP A;
b. peremajaan zona perumahan di BWP A;
c. konsolidasi dan peremajaan perumahan sempadan pantai, sungai,perumahan
ilegal, dan perumahan kumuh melalui penataan lahan dan pengembangan
rumah susun;
d. rehabilitasi atau peremajaan zona perumahan lainnya berdasarkan kajian
tentang penataan permukiman perkotaan di BWP Singaraja dan/atau kajian
Penataan pada zona perumahan kepadatan sangat tinggi yang terindikasi
mengarah pada kekumuhan, dan;
e. upaya penetapan dan pelestarian bangunan rumah yang memenuhi persyaratan
sebagai bangunan cagar budaya.

(5) Indikasi program pembangunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat disusun
dalam/ sebagai bagian dari masterplan pengembangan perumahan.

Pasal 91
Rencana pola ruang zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89
huruf b. diwujudkan dengan indikasi program meliputi :
a. penataan bangunan dan lingkungan di koridor jalan utama di SBWP A;

-68 -
b. penataan zona perdagangan dan jasa di SBWP A s.d SBWP D ditunjang fasilitas parkir
off street, jalur pejalan kaki, dan ruang terbuka hijau (RTH);
c. perbaikan dan revitalisasi zona perdagangan dan jasa di Kawasan Pertokoan SBWP A;
d. penataan pasar induk Banyuasri meliputi pasar tradisional yang terintegrasi dengan
toko modern atau berkonsep modern;
e. penataan kegiatan sektor informal meliputi penataan lokasional dan penataan
struktural di zona perdagangan dan jasa, zona sarana pelayanan umum, dan zona
lainnya.
f. pengembangan zona perdagangan jasa dengan bangunan vertikal di sepanjang jalan
kolektor primer, kolektor primer, dan lokal sekunder, dan;
g. pemeliharaan dan pengembangan infrastruktur serta fasilitas pendukung kawasan
perdagangan jasa skala lokal dan regional.

Pasal 92
Rencana pola ruang zona perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 huruf c
diwujudkan dengan indikasi program, meliputi:
a. pengembangan dan penataan subzona perkantoran pemerintah di Jl. R.A Kartini;
b. penataan dan pengembangan subzona perkantoran pemerintah yang tersebar di
ibukota kecamatan dan ibukota desa/kelurahan di SBWP A s.d SBWP D;
c. penataan dan pengembangan tata massa bangunan subzona pemerintahan yang
tersebar di SBWP A dan SBWP D, dan;
d. Penataan dan pengembangan subzona perkantoran swasta di SBWP A, B, dan C
meliputi penataan terhadap tata massa bangunan dan lingkungan.
e. pengembangan RTH dan prasarana perparkiran

Pasal 93
(1) Rencana pola ruang zona sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 huruf d. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas:
a. sarana pelayanan pendidikan;
b. sarana pelayanan transportasi;
c. sarana pelayanan kesehatan;
d. sarana pelayanan olahraga;
e. sarana pelayanan peribadatan, dan;
f. sarana pelayanan sosial budaya.

(2) Indikasi program sarana pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf a., meliputi :
a. penataan dan pengembangan sarana pendidikan dasar sampai menengah dan
lainnya melalui penataan tata massa bangunan dan pengembangan bangunan
secara vertikal;
b. pengembangan fasilitas pendukung kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya
penyediaan RTH sekolah dan fasilitas parkir;
c. penataan tata bangunan dan lingkungan kawasan pendukung di sekitar sarana
pelayanan pendidikan tinggi;
d. pengembangan dan pembangunan kawasan pendidikan tinggi pada zona sarana
pelayanan umum di SBWP A dan SBWP B;
e. pengendalian kegiatan sektor informal di sekitar sarana pendidikan melalui

-69 -
sistem kemitraan, dan;
f. penataan bangunan dan lingkungan pada bangunan pendidikan yang termasuk
bangunan cagar budaya.

(3) Indikasi program sarana pelayanan transportasi sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf b., meliputi :
a. penataan, pemeliharaan, dan pengembangan pelayanan Terminal Tipe B
Singaraja di Banyuasri;
b. pengendalian kegiatan di kawasan jalan masuk dan jalan keluar Terminal Tipe B
Singaraja di Penarukan dan Sukasada;
c. pengembangan halte, dan;
d. pengembangan RTH dan prasarana perparkiran

(4) Indikasi program sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf c., meliputi :
a. penataan dan pengembangan bangunan sarana pelayanan kesehatan vertikal
termasuk penyediaan fasilitas parkir, RTH, dan fasilitas pendukung lainnya;
b. pengembangan IPAL sesuai standar teknis yang berlaku;
c. penataan kawasan pendukung di sekitar sarana pelayanan kesehatan;
d. pengendalian kegiatan sektor informal di sekitar sarana pelayanan kesehatan
melalui sistem kemitraan;

(5) Indikasi program sarana pelayanan olahraga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf d., meliputi :
a. penataan dan pengembangan pemanfaatan sarana pelayanan olahraga bagi
kegiatan sosial budaya lainnya, dan;
b. pengembangan dan penataan RTNH pada gelanggang olahraga/GOR Satria Jl.
Dr. Suharso.

(6) Indikasi program sarana pelayanan peribadatan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf e., meliputi:
a. penataan sarana peribadatan skala perkotaan dan SBWP meliputi penyediaan
fasilitas parkir, RTH, dan prasarana lingkungan lainnya, dan;
b. penyusunan DED bangunan sarana pelayanan peribadatan skala perkotaan.

Pasal 134
Rencana pola ruang zona kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 huruf e, adalah subzona sentra industri kecil dan menengah. diwujudkan dengan
indikasi program, meliputi :
a. pengembangan jaringan jalan akses ke subzona sentra industri kecil dan menengah
meliputi peningkatan fisik dan hirarki sesuai pedoman teknis yang berlaku;
b. Pembuatan green belt/RTH sabuk hijau antara zona sentra industri kecil dan
menengah dan zona perumahan dan zona peruntukan lainnya;
c. pengembangan pengolahan limbah terpadu di subzona sentra industri kecil dan
menengah;
d. penataan bangunan dan lingkungan meliputi penyediaan fasilitas parkir, bongkar
muat, penanda zona, pengembangan RTH, dan lain sejenisnya.
e. penyusunan masterplan pengembangan sentra industri kecil dan menengah;

-70 -
f. penataan dan pengembangan sentra industri kecil kerajinan emas;
g. Pengembangan pengolahan limbah terpadu pada kawasan sentra industri kecil dan
sentra industri lainnya di BWP Singaraja, dan;
h. pengendalian pertumbuhan sektor informal di kawasan sekitar kegiatan industri
menengah dan besar;
i. Penataan bangunan dan lingkungan kawasan sekitar kegiatan aneka industri, dan;
j. pengembangan aneka industri melalui pola kemitraan dengan industri kecil/rumah
tangga.

Pasal 95
(1) Rencana pola ruang zona peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal
89 huruf f. diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. Subzona pertanian (P),
b. Subzona pertahanan dan keamanan (HK),
c. Subzona pergudangan (PL-6), dan;
d. Subzona pariwisata budaya (W-3)

(2) Indikasi program perwujudan pola ruang subzona pertanian (P) sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. peningkatan infrastruktur irigasi dan prasarana jalan usaha tani, yaitu irigasi-
irigasi yang sudah ada;
b. peningkatan sistem agribisnis pertanian meliputi sistem agribisnis hulu, on farm,
dan hilir;
c. inventarisasi dan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di
BWP Singaraja;
d. intensifikasi lahan pertanian organik;
e. intensifikasi lahan pertanian melalui integrasi dengan sektor perikanan terutama
disubzona pertanian SBWP D;
f. pengembangan subzona pertanian bagi kegiatan pendidikan dan sosial budaya
meliputi kegiatan rekreasi (outbond), olahraga, pendidikan lingkungan hidup,
dan sejenisnya;
g. penyusunan regulasi insentif pengelolaan lahan pertanian dan disinsentif alih
fungsi lahan pertanian di SBWP As.d SBWP D, dan;
h. pengadaan/pembelian lahan pertanian.
i. Pengembangan pertanian perkotaan/urban farming ramah lingkungan.

(3) Indikasi program perwujudan pola ruang subzona pertahanan dan keamanan (HK)
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. penataan bangunan dan lingkungan meliputi di dalamnya penataan sektor
informal, penyediaan fasilitas parkir, RTH dan lain sejenisnya;
b. peningkatan fungsi pelestarian lingkungan hidup, dan;
c. peningkatan peran serta masyarakat dalam sistem pertahanan keamanan di
Koramil dan Polsek.

(4) Indikasi program perwujudan pola ruang subzona pergudangan (PL-6) sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Penyusunan feasibility study subzona pergudangan di SBWP A dan SBWP D;
b. Penyusunan master plan subzona pegudangan di SBWP A dan SBWP D;

-71 -
c. Konsolidasi lahan di subzona pegudangan di SBWP A dan SBWP D;
d. Pembangunan infrastruktur jalan dan infrastruktur pendukung lainnya
dterintegrasi dengan pengembangan jaringan infrastruktur kawasan perkotaan.
e. Penyedian RTH Publik dan ruang publik lainnnya

(5) Indikasi program perwujudan pola ruang subzona pariwisata budaya (W-3)
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. penyusunan masterplan zona wisata;
b. penataan bangunan dan lingkungan subzona wisata budaya;
c. pengendalian kegiatan pendukung di sekitar subzona wisata termasuk di
dalamnya kegiatan sektor informal;
d. penyusunan masterplan/RTBL zona wisata;
e. penataan bangunan dan lingkungan subzona wisata, meliputi :
1. pengembangan jalur pejalan kaki/kawasan pejalan kaki;
2. pengembangan parkir sentral;
3. penataan sektor informal;
4. pengembangan IPAL terpadu, dan;
5. pengembangan fasilitas pendukung zona lainnya.
f. penyusunan pradesign dan DED wisata pada Zona RTH;
g. pembangunan wisata buatan pada Zona RTH;
h. pengembangan wisata buatan di dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup, dan;
i. penataan kegiatan dan peningkatan fungsi kegiatan rekreasi pada zona RTH.

Pasal 96
Rencana pola ruang zona campuran sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 huruf j
diwujudkan dengan indikasi program, terdiri atas :
a. penataan bangunan dan lingkungan pada zona campuran terutama pada
pemanfaatan ruang bagi usaha dan pelayanan umum;
b. pengembangan RTH dan prasarana perparkiran;
c. pengembangan dan peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum
pada zona campuran;
d. pengembangan jalur pejalan kaki/kawasan pejalan kaki terintegrasi dengan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);
e. pengendalian pertumbuhan sektor informal dan kegiatan pendukung di sekitar zona
campuran, dan;
f. penataan bangunan dan lingkungan di sekitar bangunan cagar budaya di SBWP A.

Bagian Keempat
Program Perwujudan Penetapan SBWP Yang Diprioritaskan Penanganannya

Pasal 97
Program perwujudan Penetapan SBWP Yang Diprioritaskan Penanganannya sebagaimana
dimaksud dalam pasal 97, meliputi :
a. penetapan kawasan heritage di SBWP A;
b. penyediaan jalur pedestrian dan perabot jalan di SBWP A;
c. penataan kualitas lingkungan boulevard di SBWP A;

-72 -
d. penyediaan Sistem Pengelolaan Air Limbah permukiman Terpusat di SBWP A;
e. penyediaan Sarana Pengelolaan Persampahan di SBWP A;
f. penyediaan Sistem Proteksi Kebakaran di SBWP A;
g. peningkatan Kualitas lingkungan koridor perdagangan dan jasa di SBWP A;
h. penanganan genangan/banjir melalui program revitalisasi sistem drainase perkotaan
dan pengembangan kolam retensi;
i. penyusunan kajian penataan zona sempadan sungai;
j. penyusunan RTBL koridor pusat pelayanan
k. penyusunan RTBL kawasan perguruan tinggi;
l. rehabilitasi lingkungan perumahan kepadatan tinggi di sempadan sungai pada zona
perumahan di SBWP A;
m. peremajaan zona perumahan melalui pengembangan rumah susun, meliputi :
1. perumahan sempadan sungai illegal di SBWP A, dan;
2. zona RTH di SBWP A.
n. peremajaan dan rehabilitasi berupa pengembangan kembali prasarana, sarana dan
blok/kawasan di zona perumahan kepadatan tinggi;
o. penataan kegiatan dan ruang sektor informal di zona pariwisata;
p. penataan dan penyediaan jalur pejalan kaki/RTNH di SBWP A;
q. penataan dan penyediaan kawasan parkir terpadu di zona perdagangan dan jasa
maupun perkantoran di SBWP A;
r. pengendalian kegiatan sektor informal melalui penataan kegiatan dan ruang sektor
informal dan revitalisasi jalur pejalan kaki/trotoar;
s. penataan dan pengendalian parkir on street dan penyediaan parkir off street dan/atau
kantor/gedung parkir pada zona perdagangan dan jasa di koridor, dan;
t. Penyusunan studi dan pedoman teknis penataan reklame di Kawasan Perkotaan
Singaraja.

Bagian Kelima
Program Perwujudan Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim

Pasal 98
Program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim sebagaimana dimaksud dalam
pasal 98 meliputi :
a. penetapan zona pertanian sebagai lahan pertanian pangan yang dipertahankan di
BWP Perkotaan Singaraja;
b. penetapan zona lindung RTH Green Belt yang berfungsi sebagai pembatas
perkembangan perkotaan.
c. pengembangan RTH melalui rencana aksi kota hijau melalui program green planning
dan green design, meliputi :
1. penyusunan green map kota hijau Kawasan Perkotaan Singaraja;
2. pengembangan pergola pada jalur pejalan kaki/trotoar dan zona perkantoran
pemerintah;
3. pembangunan kolam retensi banjir termasuk di subzona yang diarahkan
pemanfaatannya sebagai RTH serta Penataan system drainase perkotaan;
4. peningkatan peran serta masyarakat dalam manajemen persampahan perkotaan
dengan konsep 3R;
5. pengembangan kampung hijau di Kawasan Perkotaan Singaraja;

-73 -
6. pengembangan RTH Taman RT, RT, Kelurahan, Kecamatan, Kota, Hutan Kota,
jalur hijau;
7. pengembangan kali bersih berbasis masyarakat;
8. pengembangan transportasi publik perkotaan yang berbasis pada konsep green
transportation, dan;
9. penataan pengelolaan limbah perkotaan secara terpusat.
d. pengembangan RTH melalui rencana aksi kota hijau melalui program green open
space, meliputi :
1. penghijauan di subzona sempadan sungai dan subzona di sekitar sumber mata
air;
2. pengembangan dan pembentukan hutan kota bersama;
3. revitalisasi tempat olahraga terbuka dan RTH kelurahan, dan;
4. penyusunan pedoman teknis pemanfaatan lahan-lahan terlantar.
e. pengembangan RTH melalui rencana aksi kota hijau melalui program green
community, meliputi :
1. rencana aksi lingkungan hidup one student one tree dan one man one biopori;
2. pembentukan media informasi kota hijau Kawasan Perkotaan Singaraja, dan;
3. pendidikan lingkungan hidup pada tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah.
f. Pengendalian banjir dan longsor melalui:
1. pengembangan sistem drainase dengan mempertimbangkan perubahan iklim
pada masa yang akan datang
2. pengembangan sistem peringatan dini banjir dan longsor berbasis proyeksi iklim
3. peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat dalam menghadapi dampak
perubahan iklim.

BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Pertama
Umum

Pasal 99
(1) Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan
Peraturan Daerah ini.

(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berfungsi meliputi :
a. Perangkat Operasional Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
b. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi, dan;
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan
lokasi investasi.

(3) Peraturan zonasi terdiri atas:


a. Materi wajib; dan
b. Materi pilihan.

-74 -
(4) Materi wajib sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a meliputi:
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal; dan
e. Ketentuan pelaksanaan.

(5) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf b meliputi:
a. Ketentuan tambahan;
b. Ketentuan khusus;
c. Standar teknis; dan
d. Ketentuan pengaturan zonasi.

Pasal 100
Ketentuan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada pasal 99 Ayat (4) huruf a., huruf
b., huruf c., huruf d. dan pasal 99 Ayat (5) huruf a., huruf b., huruf c., dan huruf d.
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Ketentuan Pelaksanaan
Paragraf 1
Umum

Pasal 101
Ketentuan pelaksanaan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada pasal 101, terdiri
atas:
a. Ketentuan variansi pemanfaatan ruang
b. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
c. Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan peraturan
zonasi
d. Ketentuan perizinan
e. Arahan pengenaan sanksi

Paragraf 2
Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang

Pasal 102
(1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 huruf
a., bagi kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dengan tetap
mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi.

(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang diberlakukan pada zona/subzona tertentu


yang diatur lebih lanjut dalam RTBL.

Paragraf 3

-75 -
Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif

Pasal 103
(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam pasal 101 huruf b.,
diberikan terhadap pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Ketentuan pemberian disinsentif diberikan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu
dicegah, dibatasi, atau dikurangi berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini.

(3) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang dilakukan
oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.

(4) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 104
(1) Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, meliputi:
a. Keringanan pajak;
b. Pemberian kompensasi;
c. Imbalan;
d. Sewa ruang;
e. Urun saham;
f. Penyediaan infrastruktur;
g. Kemudahan prosedur perizinan, dan/atau;
h. Penghargaan.

(2) Disinsentif kepada masyarakat dikenakan antara lain, meliputi:


a. Pengenaan pajak yang tinggi;
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur;
c. Pengenaan kompensasi, dan/atau;
d. Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang.

Pasal 105
(1) Setiap orang yang berperan aktif menata lingkungan perumahan atau pemukiman
dengan menyediakan taman, sumur resapan, atau kegiatan lainnya berhak atas
insentif berupa penghargaan.
(2) Setiap orang yang sebagian tanah atau bangunan tempat tinggalnya terkena rencana
pembangunan untuk kepentingan umum, selain penggantian yang layak sesuai
ketentuan dapat memperoleh insentif berupa keringanan pembayaran pajak bumi
dan bangunan.

Pasal 106
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif
diatur dengan peraturan daerah tersendiri.

Paragraf 4

-76 -
Ketentuan Penggunaan Lahan Yang Sudah Ada
dan Tidak Sesuai Dengan Peraturan Zonasi

Pasal 107
(1) Ketentuan penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan peraturan
zonasi,berlaku terhadap pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum
penetapan Peraturan Daerah ini dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh
sesuai dengan prosedur yang benar.

(2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), meliputi :


a. Kegiatan yang pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini tidak sesuai dengan
ketentuan rencana pola ruang dan ketentuan kegiatan pada zona yang
bersangkutan diberikan toleransi sampai dengan maksimal 5 (lima) tahun selama
tidak dilakukan perubahan fungsi, perubahan bangunan, dan peningkatan skala
kegiatan;
b. Kegiatan-kegiatan yang pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini telah
memiliki izin berdasarkan ketentuan RTRW tetap berlaku sepanjang tidak
dilakukan perubahan fungsi dan bangunan serta peningkatan skala kegiatan;
c. Kegiatan-kegiatan yang pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini tidak
sesuai dengan ketentuan intensitas dan tata bangunan pada zona yang
bersangkutan diberikan toleransi selama tidak dilakukan perubahan fungsi dan
bangunan serta peningkatan skala kegiatan;
d. Pemanfaatan bagi kegiatan hunian pada zona perumahan padat dan sangat
padat serta berstatus lahan legal di zona sempadan sungai diberikan toleransi
sampai dengan dilakukannya penataan bangunan dan lingkungan pada zona
tersebut;
e. Pemanfaatan jalan bagi on street parking/parkir badan jalan diberikan toleransi
sampai dengan dilakukannya penataan parkir melalui manajemen rekayasa
transportasi perkotaan, dan;
f. Pemanfaatan ruang jalan/trotoar bagi kegiatan sektor informal dilakukan
melalui penataan sektor informal dan revitalisasi trotoar.

Paragraf 5
Ketentuan Perizinan

Pasal 108
(1) Setiap orang yang akan melakukan kegiatan untuk pemanfaatan ruang wajib
mendapatkan izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Keseluruhan proses administrasi dan teknis harus dipenuhi sebelum kegiatan
pemanfaatan ruang dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang, meliputi:
a. Izin Lokasi/Penetapan Lokasi;
b. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT);
c. Izin Mendirikan Bangunan Gedung, dan;
d. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

-77 -
Pasal 109
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 Ayat (2) huruf a merupakan izin
yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh
tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan dalam
rangka penanaman modal.

(2) Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:


a. untuk luas 1 (satu) hektar sampai 25 (dua puluh lima) hektar diberikan izin selama
1 (satu) tahun;
b. untuk luas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima puluh)
hektar diberikan izin selama 2 (dua) tahun, dan;
c. untuk luas lebih dari 50 (dua puluh lima) hektar diberikan izin selama 3 (tiga)
tahun.

Pasal 110
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 Ayat
(2) huruf b merupakan izin yang diberikan kepada pengusaha untuk kegiatan
pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan luasan tanah lebih dari 5.000 (lima ribu) m 2.

Pasal 111
(1) Izin Mendirikan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 Ayat (2)
huruf c. merupakan izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk
membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan diatur dengan peraturan
daerah.

Pasal 112
(1) Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 Ayat (2) huruf d merupakan ketentuan izin usaha pertambangan,
perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan, dan izin sektoral lainnyayang
disyaratkan sesuai peraturan perundangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin usaha pengembangan sektoral dengan
peraturan perundang-undangan sektoral terkait.

Paragraf 6
Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 113
(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113, merupakan
acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang dan ketentuan
kegiatan dan penggunaan lahan RDTR;
b. Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan

-78 -
RDTR;
d. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RDTR;
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR;
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan;
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa sanksi administratif
dan sanksi pidana.

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 114
Dalam penataan ruang BWP Singaraja, setiap masyarakat berhak:
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui RDTR BWP Singaraja;
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang BWP Singaraja, dan;
d. mengajukan keberatan, gugatan dan tuntutan pembatalan izin, serta memperoleh
penggantian yang layak atas kegiatan pembangunan terkait pelaksanaan RDTR BWP
Singaraja.

Pasal 14
(1) Untuk mengetahui RDTR BWP Singaraja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
huruf b. masyarakat dapat memperoleh melalui:
a. Lembaran daerah kabupaten;
b. Papan pengumuman di tempat-tempat umum;
c. Penyebarluasan informasi melalui brosur;
d. Instansi yang menangani penataan ruang, atau;
e. SITRD Perkotaan Singaraja.

(2) SITRD Perkotaan Singaraja dikembangkan secara bertahap melalui berbagai media
publikasi untuk mempermudah akses informasi tata ruang dan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam penataan ruang di BWP Singaraja.

Pasal 156
(1) Untuk menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 114 huruf c. didasarkan pada hak atas dasar pemilikan,
penguasaan, atau pemberian hak tertentu yang dimiliki masyarakat sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, ataupun atas hukum adat dan
kebiasaaan atas ruang pada masyarakat setempat.

-79 -
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang melembaga pada masyarakat secara
turun temurun dapat dilanjutkan sepanjang telah memperhatikan faktor daya
dukung lingkungan, estetika, struktur pemanfaatan ruang wilayah yang dituju, serta
dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, seimbang, dan
berkelanjutan.

Pasal 16
Dalam hal pengajuan keberatan, gugatan dan tuntutan pembatalan izin, serta hak
memperoleh penggantian atas kegiatan pembangunan terkait pelaksanaan RDTR BWP
Singaraja, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114 huruf d., masyarakat mempunyai hak
untuk:
a. Mengajukan keberatan, tuntutan pembatalan izin dan penghentian kegiatan kepada
pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan RDTR BWP
Singaraja;
b. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan RDTR BWP Singaraja
menimbulkan kerugian;
c. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan RDTR BWPSingaraja kepada penjabat yang berwenang, dan/atau;
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RDTR BWP Singaraja.

Pasal 17
Dalam pemanfaatan ruang BWP Singaraja, setiap orang wajib:
a. Menaati RDTR BWP Singaraja dan penjabarannya yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diperoleh;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum, dan;
e. Memberikan akses jaringan prasarana terhadap lahan dibelakang persil/ lahan yang
yang telah terbangun dan berpotensi tertutup oleh pemanfaatan ruang setelahnya.

Pasal 18
(1) Pemberian akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 huruf d. dan e. adalah
untuk kawasan milik umum dan lainnya, yang aksesibilitasnya memenuhi syarat:
a. Untuk kepentingan masyarakat umum; dan
b. Tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
(2) Kawasan milik umum tersebut, diantaranya adalah sumber air, ruang terbuka publik
dan fasilitas umum lainnya sesuai ketentuan dan perundang-undangan.

Pasal 19
Peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan. diakomodasi pemerintah daerah dalam proses:
a. Penyusunan rencana tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang, dan;
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.

-80 -
Pasal 20
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa:
a. Masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. Kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 21
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan
lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam, dan;
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 22
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 23
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penataan ruang dan kerjasama antar sektor/antar
daerah bidang penataan ruang dibentuk TKPRD.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja TKPRD sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

-81 -
BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 24
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Arahan Pengenaan Sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.

(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan Arahan Pengenaan Sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 huruf c. dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pembongkaran bangunan;
f. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. Denda administratif.

Pasal 25
Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113,
meliputi:
a. Peringatan tertulis dapat dilaksanakan dengan prosedur bahwa pejabat yang
berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang dapat memberikan
peringatan tertulis melalui penertiban surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya
3 (tiga) kali;
b. Penghentian sementara kegiatan dapat dilakukan, melalui:
1. Penertiban surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap
kegiatan pemanfaatan ruang;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

-82 -
5. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
c. Penghentian sementara pelayanan umum dapat dilakukan melalui:
1. Penertiban surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
(membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar
dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan
umum yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan
umum yang akan diputus;
4. Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa pelayanan
umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan
secukupnya;
5. Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar, dan;
6. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar
sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.
d. Penutupan lokasi dapat dilakukan melalui:
1. Penertiban surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi
kepada pelanggar;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera
dilaksanakan;
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan
bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa, dan;
5. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan
lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata
ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
e. Pencabutan izin dapat dilakukan melalui :
1. Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin
pemanfaatan ruang;

-83 -
3. Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan
sanksi pencabutan izin;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan
permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pencabutan izin;
5. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin
menerbitkan keputusan pencabutan izin;
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah
dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan
7. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan.
f. Pembatalan izin dilakukan melalui :
1. Membuat lembar evaluasi yang berisikan dengan arahan pola pemanfaatan ruang
dalam rencana tata ruang yang berlaku;
2. Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana
pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;
3. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
4. Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;
5. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah
dibatalkan.
g. Pembongkaran bangunan dilakukan melalui :
1. Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera
dilaksanakan; dan
4. Berdasar surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenangmelakukan
tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan
pembongkaran bangunan secara paksa.
h. Pemulihan fungsi ruang dapat dilakukan melalui :
1. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang
harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
2. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang;
3. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan

-84 -
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;
5. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;
6. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan
pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan
penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi
ruang, dan;
7. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan
pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan
agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian
hari.
i. Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif.

Pasal 26
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 125 huruf e. dikenakan sanksi keperdataan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 27
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 125 huruf a dan huruf b, yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 125 huruf b, yang memanfaatkan
ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang,
dipidana sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, pelaku dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan kerugian
terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) mengakibatkan kematian
orang, pelaku dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 125 huruf c. dan huruf d., yang tidak

-85 -
mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang dan
tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum,
dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 30
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125, Pasal 126 dan
Pasal 127, dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.

Pasal 31
(1) Setiap pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 129 Ayat (1) yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pelaku dapat dikenai
pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari
jabatannya.

Pasal 32
(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 113, Pasal 114,dan Pasal 115, dapat mengajukan gugatan ganti kerugian
kepada pelaku tindak pidana yang bersangkutan.
(2) Gugatan ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dalam hukum acara pidana.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:


a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang

-86 -
dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan
penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini
dengan jangka waktu 1 (satu) tahun sejak izinnya habis masa berlakunya,
dan;
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
c. Pemanfaatan ruang di BWP Singaraja yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan daerah ini, akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan daerah ini; dan
d. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peratutan daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

(3) Prioritas penyusunan rencana tata ruang berikutnya meliputi:


a. RTBL Koridor Pusat Pelayanan di Setiap BWP;
b. RTBL Blok Pariwisata, dan;
c. RTBL Kawasan Perguruan Tinggi.

Pasal 34
Jika Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Buleleng 2011-2031 telah dinyatakan tidak berlaku, ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang baru.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng.

Ditetapkan di Singaraja
pada tanggal …………………….
BUPATI BULELENG,

PUTU AGUS SURADYANA, ST


Diundangkan di Singaraja
pada tanggal …………………
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BULELENG

-87 -
Ir. DEWA KETUT PUSPAKA, MP.
NIP. 19600205 198610 1 002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2019 NOMOR … SERI ...

-88 -
DAFTAR ISI

BATANG TUBUH.............................................................................................................
BAB I KETENTUAN UMUM........................................................................................... 6
Bagian Kesatu Pengertian ................................................................................................................... 6
Bagian Kedua Bagian Wilayah Perkotaan .................................................................................... 12
Bagian Ketiga Jangka Waktu ........................................................................................................... 17

BAB II TUJUAN PENATAAN BWP ................................................................................ 17

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG ........................................................................ 17


Bagian Kesatu Umum ......................................................................................................................... 17
Bagian Kedua Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan ....................................................... 17

Bagian Ketiga Rencana Jaringan Transportasi........................................................................... 19


Paragraf 1 Umum ................................................................................................................................. 19
Paragraf 2 Rencana Jaringan Jalan ............................................................................................... 19
Paragraf 3 Rencana Jaringan Rel Kereta Api................................ Error! Bookmark not defined.
Paragraf 4 Rencana Jaringan Transportasi Umum .................... Error! Bookmark not defined.
Paragraf 5 Rencana Jalur Pejalan Kaki .......................................... Error! Bookmark not defined.
Paragraf 6 Rencana Jalur Sepeda .................................................... Error! Bookmark not defined.
Paragraf 7 Rencana Jalan Lainnya .................................................. Error! Bookmark not defined.

Bagian Keempat Rencana Jaringan Prasarana............................ Error! Bookmark not defined.


Paragraf 1 Umum .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Paragraf 2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan....... Error! Bookmark not
defined.
Paragraf 3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi ............ Error! Bookmark not
defined.
Paragraf 4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum ........ Error! Bookmark not defined.
Paragraf 5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase ........... Error! Bookmark not defined.
Paragraf 6 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah ....... Error! Bookmark not defined.
Paragraf 7 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya .......... Error! Bookmark not defined.

BAB IV RENCANA POLA RUANG ................................................................................. 37


Bagian Kesatu Umum ......................................................................................................................... 37

Bagian Kedua Zona Lindung ............................................................................................................ 37


Paragraf 1 Zona Perlindungan Setempat ...................................................................................... 37
Paragraf 2 Zona RTH ........................................................................................................................... 39

Bagian Ketiga Zona Budidaya .......................................................................................................... 42


Paragraf 1 Zona Perumahan ............................................................................................................. 42
Paragraf 2 Zona Perdagangan dan Jasa........................................................................................ 43
Paragraf 3 Zona Perkantoran ........................................................................................................... 44
Paragraf 4 Zona Sarana Pelayanan Umum .................................................................................. 45
Paragraf 5 Zona Industri .................................................................................................................... 46
Paragraf 6 Zona Lainnya .................................................................................................................... 47
Paragraf 7 Zona Campuran ............................................................................................................... 48

BAB V PENETAPAN SUB BWP (SBWP) YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA ...... 48


Bagian Kesatu Umum ......................................................................................................................... 48
Bagian Kedua Lokasi SBWP yang diprioritaskan penanganannya ....................................... 48
Bagian Ketiga Tema Penanganan .................................................................................................... 49

BAB VI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG .............................................................. 49

-89 -
Bagian Kesatu Umum ......................................................................................................................... 49

Bagian Kedua Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang ............................................. 50


Paragraf 1 Umum ................................................................................................................................. 50
Paragraf 2 Program Perwujudan Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan .................... 51
Paragraf 3 Program Perwujudan Rencana Jaringan Transportasi........................................ 52
Paragraf 4 Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana ............................................ 59

Bagian Ketiga Program Perwujudan Rencana Pola Ruang ...................................................... 65


Paragraf 1 Umum ................................................................................................................................. 65
Paragraf 2 Program Perwujudan Zona Lindung.......................................................................... 66
Paragraf 3 Program Perwujudan Zona Budidaya ....................................................................... 67

Bagian Keempat Program Perwujudan Penetapan SBWP Yang Diprioritaskan


Penanganannya .................................................................................................................................... 72

Bagian Kelima Program Perwujudan Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim .................. 73

BAB VII PERATURAN ZONASI ..................................................................................... 74


Bagian Pertama Umum ...................................................................................................................... 74

Bagian Kedua Ketentuan Pelaksanaan ......................................................................................... 75


Paragraf 1 Umum ................................................................................................................................. 75
Paragraf 2 Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang................................................................. 75
Paragraf 3 Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif ..................................................... 76
Paragraf 4 Ketentuan Penggunaan Lahan Yang Sudah Ada .................................................. 77
dan Tidak Sesuai Dengan Peraturan Zonasi ............................................................................... 77
Paragraf 5 Ketentuan Perizinan ....................................................................................................... 77
Paragraf 6 Arahan Pengenaan Sanksi ........................................................................................... 78

BAB VIII HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT .............................................. 79


BAB IX KELEMBAGAAN .............................................................................................. 81
BAB X SANKSI ADMINISTRATIF .................................................................................. 82
BAB XI KETENTUAN PIDANA ...................................................................................... 85
BAB XII KETENTUAN PERALIHAN ............................................................................... 86
BAB XIII KETENTUAN PENUTUP ................................................................................. 87

PENJELASAN PASAL ......................................................................................................

LAMPIRAN ......................................................................................................................

-90 -
-91 -
Cetakan Desember
0 2019

-92 -

Anda mungkin juga menyukai