BUPATI BONDOWOSO,
1
5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3888);
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3046);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
9. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4444);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4722);
11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
12. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
13.
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
14. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69);
15. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
17. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
2
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
19. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
20. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 130);
21. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5188);
22. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5214);
23. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
24. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
25. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern;
26. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5230);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pemanfaatan Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4161);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4242);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah. (Lembaran Negara Republik Indonesia
3
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4385);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4987);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Konservasi Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5083);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5086);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
4
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5185);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta Manajemen
Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5221);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5230);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
49. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
50. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP);
52. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika, Nomor 02
Tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan
Bersama Menara Telekomunikasi;
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009
tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, Beserta Rinciannya;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2009
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Non Hijau (RTNH) di Wilayah Perkotaan /Kawasan
Perkotaan;
55. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
56. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun
2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis;
5
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
57. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan
Telekomunikasi;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010
tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Jalan Khusus;
60. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011
tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur
Kereta Api dengan Bangunan Lain;
61. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 43 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional;
62. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
63. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
64. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2014
tentang Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Proses
Perencanaan Tata Ruang Daerah;
65. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015 tentang Izin
Lokasi;
66. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003
tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2003 Nomor 1 Seri E);
67. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur;
68. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007
tentang Perizinan Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan di Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2007 Nomor 6 Seri E);
69. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 1 Seri E);
6
70. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008
tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan
Penataan Pasar Modern di Provinsi Jawa Timur (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 2 Seri E);
71. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2009
tentang Irigasi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2009 Nomor 2 Seri E);
72. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Nomor 4 Seri E);
73. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Tahun 2011-2031(Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
74. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006
tentang Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pengendalian
Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa Timur (Berita Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 Nomor 61 Seri E 1);
75. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 34 Tahun 2013
tentang Mekanisme Pemberian Persetujuan Substansi
Rancangan Perda Kabupaten / Kota tentang Rencana Detail
Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kabupaten/Kota;
76. Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso No 12 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso;
Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 10 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Tahun 2005 – 2025.
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-
2031(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 15);
MEMUTUSKAN :
7
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KAWASAN BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN BONDOWOSO TAHUN
20125 - 20315.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8
dalam RTRW Daerah yang bersangkutan dan memiliki pengertian yang sama
dengan zona peruntukan. sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
19.Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah
bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa
blok dan memiliki pengertian yang sama dengan sub zona peruntukan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
20.Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan
fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran
udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti
rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai
dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok
peruntukan. sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
21.Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan
subzona.
22.Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
spesifik.
23.Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona
yang bersangkutan.
24.Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
25.Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
26.Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan.
27.Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
28.Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
29.Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
30.Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi
lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
31.Utilitas Umum adalah kelengkapan sarana pelayanan lingkungan yang
memungkinkan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
mencakup sistem penyediaan air bersihair minum, sistem drainase air hujan,
sistem pembuangan limbah, sistem persampahan, sistem penyediaan energi
listrik, sistem jaringan gas, sistem telekomunikasi dan lain-lain.
32.Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
33.Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan
dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar,
suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik
lainnya.
9
34.Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat
untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
35.Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
36.Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
37.Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
38.Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
39.Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
40.Garis Sempadan adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan
bangunan dan/atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as
jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi
situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta api, jaringan tenaga listrik
dan pipa gas.
41.Garis Sempadan Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.
42.Garis Sempadan Pagar yang selanjutnya disingkat GSP adalah jarak bebas
minimum dari bidang-bidang terluar pagar terhadap batas lahan yang dikuasai
dan memiliki pengertian sama dengan Ruang Milik Jalan (Rumija) sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
43.Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah jarak bebas
minimum dari bidang-bidang terluar suatu massa bangunan terhadap batas
tepi Ruang Milik Jalan (Rumija), batas lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai/pantai, antar massa bangunan dan rencana saluran jaringan tegangan
tinggi listrik, jaringan pipa gas dan sebagainya dan memiliki pengertian sama
dengan Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
44.Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
45.Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang
ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
46.Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
47.Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
48.Perdagangan adalah kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual
beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan
10
pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi.
49.Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
50.Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang
terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa
lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air.
51.Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
52.Pengaturan Zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang
sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata
ruang.
53.Peraturan Zonasi yang selanjutnya disingkat PZ adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
54.Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan
dan ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten.
55.Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah bilangan
pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas
kapling/pekarangan.
56.Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah bilangan
pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas
kapling/pekarangan.
57.Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan
RTBL.
58.Tinggi Bangunan adalah jarak antara garis potong mendatar/horizontal
permukaan atap dengan muka bangunan bagian luar dan permukaan lantai
denah bawah.
59.Jarak antar bangunan adalah jarak antara satu bidang bangunan dengan
bangunan lain di sebelahnya.
60.Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB II
AZAS, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
11
Asas yang digunakan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi Perkotaan Bagian Wilayah
Perkotaan Bondowoso meliputi:
a. Keterpaduan;
b. Keserasian, keselarasan dan keseimbangan;
c. Keberlanjutan;
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. Keterbukaan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Perlindungan kepentingan umum;
h. Kepastian hukum dan keadilan; dan
i. Akuntabilitas.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Wilayah
Pasal 3
Sasaran
12
Kecamatan Taman Krocok;
b. Sebelah barat : Desa Sumbertengah, Desa Jeruk Sosok, Desa Binakal,
dan Desa Gadingsari Kecamatan Binakal dan serta
Desa Curahdami, Desa Curahpoh, Desa Kupang, dan
Desa Sumbersalak Kecamatan Curahdami;
c. Sebelah timur : Desa Tangsil Kulon, Desa Dawuhan, Desa Lojajar,
Desa Pekalangan, Desa Kajar, dan Desa Sumbersalam
Kecamatan Tenggarang Wonosari dan Kecamatan
Pujer; dan
d. Sebelah selatan : Desa Grujugan Lor Kecamatan Jambesari
DarusholahDarus Sholah dan serta Desa Grujugan
Kidul, Desa Taman, Desa Dadapan, dan Desa Wonosari
Kecamatan Grujugan.
(3) Luas wilayah BWP Bondowoso 75896.470 (tujuh ribu lima ratus delapan puluh
sembilanenam ribu empat ratus tujuh puluh) hektar; yang terbagi menjadi Sub
BWP I, sub BWP II, dan sub BWP III.
a. Sub BWP I luas 1.984 Ha terbagi dalam 3 blok
b. Sub BWP II luas 2.318 Ha terbagi dalam 3 blok
c. Sub BWP III luas 2.168 Ha terbagi dalam 3 blok
(4) Ruang lingkup wilayah dan batas-batas administrasi BWP Bondowoso
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum pada Lampiran I.
(5) Pembagian sub BWP Bondowoso seperti yang dimaksud pada ayat (3) tercantum
pada Lampiran II.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Substansi
Pasal 4
Sasaran
Ruang lingkup substansi Materi yang dibahas dalam RDTR BWP Bondowoso
meliputi:
a. Tujuan penataan ruang BWP Bondowoso;
b. Rencana pola ruang;
c. Rencana jaringan prasarana;
d. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
e. Ketentuan pemanfaatan ruang;
f. Peraturan zonasi;
g. Perizinan;
h. Insentif dan disinsentif;
i. Sanksi; dan
j. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat.
13
(7) Peraturan zonasi;
(8) Perizinan;
(9) Insentif dan disinsentif;
(10) Sanksi; dan
(11) Hak, kewajiban dan peran masyarakat.
(12) Ruang lingkup dan batas-batas administrasi BWP Bondowoso sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran I.
(13)
BAB III
TUJUAN PENATAAN RUANG BWP BONDOWOSO
Pasal 5
(1) Tujuan penataan ruang BWP Bondowoso sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (4) huruf a adalah mewujudkan Terwujudnya BWP Bondowoso sebagai
pusat pemerintahan, pusat serta kawasan perdaganagn perdagangan dan jasa,
pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan pelayanan
pariwisata dengan didukung dengan pelayanan perkotaanyang mendukung
fungsi perkotaan Bondowoso sebagai Pusat Kegiatan Lokal Kabupaten
Bondowoso.
(2) Prinsip Kebijakan dan strategi penataan ruang BWP Bondowoso meliputi:
a. Tersedianya aksesibilitas internal dan eksternal yang baik;
b. Tersedianya jaringan prasarana dan sarana yang memadai untuk
terwujudnya pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pusat
pelayanan pendidikan, pusat pelayanan kesehatan, dan pelayanan
pariwisatakawasan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan
kesehatan;
c. Tersedianya fungsi-fungsi ekologis yang cukup dan ruang terbuka hijau dan
kawasan lindung setempat yang mendukung fungsi ekologis kawasansesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. Tersedianya peraturan zonasi yang operasional dan sesuai dengan
karakteristik daya dukung kawasan BWP Bondowoso.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf bBWP
Bondowoso meliputi zona lindung dan zona budidaya.
(2) Zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Zona hutan lindung;
b. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya;
c. Zona perlindungan setempat dengan luas 198,07Ha;
d. Zona suaka alam dan cagar budaya dengan luas 8,92Ha;
e. Zona rawan bencana dengan luas 226,52 Ha; dan
14
f. Zona ruang terbuka hijau dengan luas 1.793,44 Ha.
(3) Zona budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Zona perumahan dengan luas 3.537,33 Ha;
b. Zona perdagangan dan jasa dengan luas 104,14 Ha;
c. Zona perkantoran dengan luas 25,91 Ha;
d. Zona sarana pelayanan umum;
e. Zona industri dengan luas 31,3 Ha;
f. Zona sarana pelayanan umum dengan luas 470,64 Ha; dan
g. Zona peruntukan lainnya dengan luas 1.668,5 Ha; dan
(4) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran III.
Bagian Kedua
Zona Lindung
Paragraf 1
Zona Hutan Lindung
Pasal 1 Pasal 7
(1) Zona Hutan Lindung sebagaimana dimaksud pada pasal 6 nomor (2) huruf a
terdapat di Kecamatan Curahdami yaitu Desa Curahpoh dan Curahdami
dengan luasan 214,78 Ha dan 217,69 Ha:
(2) Arahan pembangunan pada sub zona sempadan sungai adalah sebagai berikut:
(3) Mempertahankan hutan lindung yang telah ada atau yang telah ditetapkan.
(4) Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30% (tiga puluh persen)
dari luas daerah aliran sungai dengan sebaran yang proporsional.
(5) Penggunaan lahan budidaya (permukiman, sawah, tegalan, hutan produksi, dll)
di kawasan ini perlu adanya pembatasan/pengendalian secara ketat, agar fungsi
hutan lindung tetap terjaga, dan fungsi budidaya tidak berkembang/meluas.
(6) reboisasi areal lahan kritis yang ada dalam kawasan hutan lindung melalui
berbagai metode, pendekatan dan program;
(7) Pembangunan prasarana (penggunaan lahan baru) pada kawasan hutan
lindung tidak diperkenankan bila tidak menjamin terpeliharanya fungsi
lindung, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya penting terkait lokasi
dan tidak bisa dialihkan (menara telekomunikasi, jaringan listrik,
telepon, air minum, jalan menuju permukiman terisolir dan lain-lain),
namun hal tersebut tetap memperhatikan azas konservasi
(8) memantapkan kawasan hutan lindung, yaitu kawasan hutan yang
memiliki kelerengan > 40%, memiliki ketinggian tanah diantara 1000 –
2000 m dpl dan memiliki jenis tanah yang sangat peka terhadap erosi;.
(9)
(10)
Paragraf 2
Zona yang Memberikan Perlindungan Terhadap Zona Di Bawahnya
Pasal 8
15
(2) Resapan air Kecamatan Curahdami, Desa Curahpoh dengan luas 424,71
Ha ; dan
(3) Resapan air Kecamatan Curahdami Desa Curahdami dengan luas
293,64 Ha;
(4) Arahan pembangunan pada zona RTH adalah sebagai berikut :
(5) Menetapkan kawasan resapan air, yaitu kawasan dengan ketinggian
lebih dari 500 m dari permukaan laut, secara tipologi bentang alam
merupakan daerah atas bagi kawasan permukiman, dan merupakan
daerah tangkapan air hujan;
(6) Penerapan Koefisien dasar bangunan maksimum 0,6 (60%), sehingga bangunan
yang menutup tanah/building coverage terlalu besar tidak diperkenankan dan
pensyaratan pembuatan sumur-sumur resapan dalam pembangunan
perumahan.
(7) Pengembangan budidaya tanaman tahunan/perkebunan disertai pola
pemanfaatan secara ekonomis yang tidak mengurangi fungsi ekologis.
(8) Pembuatan waduk lapangan (embung) dan sejenisnya untuk menahan
air hujan;
(9) Penanganan Kegiatan Budidaya Yang Berada Dalam Kawasan Lindung
(10) Kegiatan budidaya yang telah berlangsung karena adat dan budaya masyarakat
namun berada di kawasan lindung dapat dipertahankan sejauh tidak
mengganggu fungsi lindung;
(11) Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan dinilai mengganggu
fungsi lindung harus diawasi secara ketat, dibatasi perkembangannya dan
diupayakan direlokasi ke kawasan yang sesuai peruntukannya; serta
(12) Dalam hal kegiatan budidaya yang ada di kawasan lindung dan dinilai
mengganggu fungsi lindung dan atau terpaksa mengkonversi kawasan fungsi
lindung, diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
(13)
Paragraf 3
Zona Perlindungan Setempat
Pasal 7
(1) Pasal 9
(2)
(3) Rencana zZona perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada pasal 6
ayat (22) huruf c a meliputi :
a. Sub zona sempadan sungai di seluruh sub BWP;
b. Sub zona sempadan rel kereta api;
c. Sub zona sempadan SUTT; dan
d. Sub zona sempadan mata air di sub BWP I dan sub BWP II.
(2) Peta zona perlindungan setempat sebagaimana tercantum pada ayat (1)
terdapat pada Lampiran III.
16
sempadan sungai di Wilayah Perkotaan Bondowoso mencapai 1.433,63
Ha. Arahan:
(3) Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang
mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas
air sungai;
(4) Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan
dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
(5) Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan pusat
kota dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
(6) Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk
pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
(7) Untuk kawasan sempadan yang kondisinya masih baik (tidak ada
pengguna lahan terbangun) maka dilakukan pelarangan akitifitas lahan
terbangun sepanjang sungai tersebut.
(8) Untuk kawasan sempadan yang telah digunakan sebagai lahan
terbangun perlu dibatasi pengembangannya.
(9) Pengembangan tanaman keras (tanaman tahunan) yang mempunyai
akar yang kuat, berdaun lebat, sehingga mampu mengikat tanah
permukaan. Dengan demikian maka diharapkan akan mampu
mengurangi erosi tanah ataupun bahaya longsor sekitar bantaran
sungai;
(10) Rencana Sempadan Rel Kereta Api
Rencana sempadan rel kereta api terletak di Sub BWP 1 dan Sub BWP 3, meliputi :
RDTR Perkotaan Bondowoso akan menggunakan sesuai dengan dokumen yang
telah ada yaitu 23 meter masing-masing kiri dan kanan rel
Konservasi sempadan rel kereta api pada dearah permukiman adalah 11,5 meter
pada kiri dan kanan sepanjang rel kereta.
Rencana Sempadan SUTT
Subzona sempadan sepanjang SUTT sebaga ditetapkan 20 (dua puluh) meter pada
setiap sisi tiang listrik. seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar
Rencana Sempadan Mata Air
Penetapan kawasan lindung sekitar mata air dengan kriteria memiliki jarak 200
meter sekeliling mata air jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter jika di
dalam kawasan permukiman di seluruh sub BWP;
Pengawasan serta penertiban terhadap pemanfaatan lahan di sekitar sumber
mata air yang dirasa dapat mempengaruhi kualitas sumber
Pemeliharaan sumber-sumber mata air dengan prasarana khusus perlindungan
sumber air (pagar, plengseng, dsb), dan membatasi penggunaan lahan sekitar
sumber untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air;
Pemanfaatan sumber mata air secara proporsional khususnya untuk
penggunaan bersama, baik penyediaan air minum dan air bersih, maupun
untuk sistem irigasi persawahan.
Melakukan penghijauan di daerah tangkapan air dan sekitar sumber air
Paragraf 42
Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya
Pasal 8
Pasal 10
17
(1) Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat
(2) ayat (2) huruf d b yaitu terdiri atasmeliputi:
a. Situs megalitikum atau batu peninggalan zaman prasejarah meliputi
Kecamatan Bondowoso, Curahdamidi sub BWP II.
b. Bangunan cagar budaya dan bersejarah meliputi:
1. Stasiun Kereta Api Bondowoso di sub BWP I;,
2. Pendopo Bupati Bondowoso di sub BWP I;,
3. Kantor Polres Satuan Lalu Lintas Bondowoso di sub BWP I;,
4. Kantor Polres Bondowoso di sub BWP III;
5. Kantor Pos Bondowoso di sub BWP I; dan,
6. Makam Kironggo di Kecamatan Tegalampel di sub BWP II;
c. Situs kawasan meliputi Alun-alun Bondowoso di Kecamatan Bondowososub
BWP I
(3) Peta zona suaka alam dan cagar budaya sebagaimana tercantum pada ayat (1)
terdapat pada Lampiran III.
(1) Rencana pengelolaan dalam kawasan ini antara lain:
a. Penetapan batas kawasan dan inventarisasi obyek cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
b. Meningkatkan pengawasan dan pemeliharaan obyek cagar budaya untuk
mengurangi tingkat kerusakan dan mencegah kehancuran/kepunahan;
c. Mempertahankan dan mengembalikan bentuk serta fungsi
obyek/bangunan /gedung dengan metode konservasi yang sesuai.
d. Penataan lingkungan sekitar obyek cagar budaya dan ilmu pengetahuan
yang sinergis dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan
pengembangan pariwisata; serta
e. Pada kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang sekaligus berfungsi
sebagai obyek wisata, pembangunan prasarana penunjang harus
ditempatkan diluar kawasan.
f.
Paragraf 53
Zona Rawan Bencana
Pasal 9
Pasal 11
(1) Zona Rawan Bencana sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) ayat (2)
huruf e c yaitu terdiri atas:
a. Zona rawan bencana longsor terletak di Kecamatan Curahdami, Tegalampel,
Tenggarang.sub BWP II dan sub BWP III; dan
b. Zona rawan bencana banjir terletak di Alur Sungai Sampean yaitu
Kecamatan Bondowoso, Curahdami, Tenggarang, dan Tegalampel serta alur
DAS Sampeanseluruh sub BWP.
(4) Peta zona rawan bencana sebagaimana tercantum pada ayat (1) terdapat pada
Lampiran III.
18
c. Zona rawan kebakaran terletak di Desa Curahpoh dan Desa Curahdami
(1) Arahan zona rawan bencana longsor di BWP Bondowoso antara lain yaitu:
a. Penetapan kawasan perbukitan dan lereng pegunungan sebagai kawasan
lindung pada kawasan rawan longsor.
b. Relokasi pemukiman-pemukiman yang berada pada jalur rawan bencana
longsor
c. Reboisasi kawasan rawan longsor dengan tanaman yang memiliki akar kuat
d. Pengelolaan lahan produktif di sekitar kawasan rawan longsor dengan
prinsip-prinsip konservasi
e. Pengelolaan lahan pada kawasan rawan longsor ini diarahkan pada
pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang
mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki
kerapatan tanaman yang tinggi.
(2) Arahan zona rawan bencana banjir di BWP Bondowoso antara lain yaitu:
(3) Penetapan kawasan sekitar aliran sungai sebagai kawasan lindung (bebas
bangunan) dengan penanaman jenis tumbuhan yang mampu menahan arus air
banjir.
(4) Relokasi permukiman-permukiman yang berada pada jalur rawan bencana
banjir, dan penyediaan jalur-jalur evakuasi yang cepat dan aman bagi kawasan
permukiman yang masuk dalam kawasan rawan bencana.
(5) Pembuatan tanggul/plengsengan di sepanjang sungai dan saluran
pembuangan irigasi.
(6) Pengerukan pada alur sungai, saluran irigasi maupun drainase yang
mengalami pendangkalan
(7) Penambahan lebar sungai atau normalisasi aliran sungai.
(8) Arahan zona rawan bencana kebakaran di BWP Bondowoso antara lain yaitu:
(9) Peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat sekitar hutan dan
masyarakat peduli hutan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran
hutan.
(10) Peningkatan penegakan hukum terhadap pelanggaran pemanfaatan hutan dan
pengrusakan hutan.
(11) Mencegah pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
(12) Membatasi penanaman tanaman sejenis (homogen) untuk daerah yang luas.
(13) Sosialisasi teknis praktis pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
(14) Pembentukan unit khusus tanggap darurat kebakaran hutan, termasuk
pasukan pemadaman kebakaran khusus penanggulangan kebakaran hutan.
(15) Pembuatan sekat bakar (barier) alami antara hutan dengan lahan budidaya
seperti perkebunan, pertanian, dan permukiman.
(16) Pembuatan waduk (embung) di daerahnya untuk penyediaan air pemadam api.
(17) Penanaman kembali kawasan hutan pasca terbakar dengan jenis tanaman
heterogen
(18)
Paragraf 64
Zona Ruang Terbuka Hijau
Pasal 10
Pasal 12
(1) Rencana zZona RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) ayat
(2) huruf e d terdiri dari:
a. Sub zona RTH adalah Subzona taman dan hutan kota berupa taman dan
lapangan di seluruh sub BWP;,
19
b. Sub zona RTH jalur hijau jalan di seluruh sub BWP; dan
c. Sub zona RTH fungsi tertentu berupa makam dan RTH pertanian di seluruh
sub BWPtaman bermain, dan lapangan olahraga skala kecamatan dan RW;
(2) Rencana sPeta zona ruang terbuka hijau sebagaimana tercantum pada ayat (1)
terdapat pada Lampiran IIIubzona taman, taman bermain, dan lapangan
olahraga taman, taman bermain, dan lapangan olahraga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah Subzona RTH dan olahraga seluas 32 (tiga
puluh dua) hektar tersebar di seluruh BWP.;
20
Bagian Ketiga
Zona Budidaya
Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 11
Pasal 13
(1) Rencana zZona perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
huruf a seluas 824 (delapan ratus dua puluh empat) hektar meliputi:
a. Subzona rumah kepadatan tinggi (R2)yaitu rumah kopel dan rumah deret
dengan fungsi tempat tinggal sebagai rumah sederhana dan menengah di
seluruh sub BWP;
b. Subzona rumah kepadatan sedang (R3)yaitu rumah tunggal dan kopel
dengan fungsi tempat tinggal sebagai rumah sederhana, menengah, dan
mewah di seluruh sub BWP; dan
c. Subzona rumah kepadatan rendah (R4)yaitu rumah tunggal dan kopel
dengan fungsi tempat tinggal sebagai rumah sederhana, menengah, dan
mewah di seluruh sub BWP.
(2) Peta zona perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada
Lampiran III.Rencana subzona rumah kepadatan tinggi (R2) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu rumah kopel dan rumah deret dengan
fungsi tempat tinggal sebagai rumah sederhana dan menengah yang
dikembangkan oleh masyarakat tersebar di semua Sub BWP;
(3) Rencana subzona rumah kepadatan sedang (R3) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b yaitu rumah tunggal dan kopel dengan fungsi tempat tinggal
sebagai rumah sederhana dan menengah di semua Sub BWP;
(4) Rencana subzona rumah kepadatan rendah (R4) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c yaitu rumah tunggal dan kopel dengan fungsi tempat tinggal
sebagai rumah sederhana dan menengah tersebar di semua Sub BWP;
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 12
Pasal 14
(1) Rencana zZona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) huruf b seluas 29 (dua puluh sembilan) hektar meliputi:
a. Subzona perdagangan dan jasa tunggal;
b. Subzona perdagangan dan jasa deret.
(2) Rencana sSubzona perdagangan dan jasa tunggal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Subzona perdagangan dan jasa tunggal dengan kegiatan toko dan
warung/ kios tersebar di semua seluruh Sub sub BWP;
b. Subzona perdagangan dan jasa tunggal dengan kegiatan pasar
tradisional di seluruh sub BWP;
c. dilengkapi dengankegiatan pedagang kaki lima (PKL) di seluruh sub
BWP;;
21
d. Subzona perdagangan dan jasa tunggal dengan kegiatan SPBU di sekitar
rencana jalan lingkar di seluruh sub BWP;
e. Subzona perdagangan dan jasa tunggal dengan kegiatan jasa
sepertiberupa jasa komunikasi, penginapan, telekomunikasi, dan bengkel,
apotek, restoran tersebar di semua seluruh Sub BWP.
(3) Rencana sSubzona perdagangan dan jasa deret sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Subzona perdagangan dan jasa deret dengan kegiatan ruko dan rukan
tersebar di semua seluruh Sub BWP;
b.
c. Subzona perdagangan dan jasa deret dengan kegiatan pertokoan tersebar
di semua seluruh Sub BWP.
(4) Peta zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdapat pada Lampiran III.
Paragraf 3
Zona Perkantoran
Pasal 13
Pasal 15
(1) Rencana zZona perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
huruf c seluas 1,06 (satu koma nol enam) hektar meliputi subzona perkantoran
pemerintah;.
(2) Rencana sSubzona perkantoran pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Subzona perkantoran pemerintah berupa kegiatan kantor desa/kelurahan di
masing-masing desa/ kelurahan, terdapat pada masing-masing
desa/kelurahan;
b. Subzona perkantoran pemerintah berupa kegiatan kantor kecamatan di Sub
BWP I; dan kantor pemerintah lainnya di semua sub BWP;.
c. perkantoran swasta dapat diintegrasikan dengan subzona perdagangan dan
jasa;
(5) Peta zona perkantoran sebagaimana tercantum pada ayat (1) terdapat pada
Lampiran III.
Paragraf 4
Zona Industri
Pasal 14
Pasal 16
Rencana zZona industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf e d
sebesar 932 (sembilan ratus tiga puluh dua) unit berupameliputi:
a. subzona industri kecil dapat berupa kegiatan industri rumah tangga, dan
sejenisnya di seluruh sub BWP; dan
22
b. subzona aneka industri dapat berupa kegiatan industri aneka pengolahan
pangan, aneka pengolahan sandang, aneka kimia dan serat, serta aneka
bahan bangunan di seluruh sub BWPmenengah;.
(1) Rencana subzona industri kecil dan menengah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Subzona industri kecil berupa kegiatan industri mebel,
makanan, batubata, genteng dan kompor yang tersebar di semua Sub BWP.
(2) Rencana pPengembangan zona industri yaitu berupa penataan sentra
industry, sosialisasi informasi iklim investasi dan peluang kegiatan
industriindustri di BWP Bondowoso hanya diperuntukkan skala industri kecil
dan menengah di seluruh sub BWP
(3) .
(4) Peta zona industri sebagaimana tercantum pada ayat (1) terdapat pada
Lampiran III.
Paragraf 5
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 15
Pasal 17
23
b. Rencana subzona transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengembangan Terminal Penumpang Tipe B dan Terminal Barang di Sub
BWP 1;
b. rencana revitalisasi Stasiun Kereta Api Penumpang Bondowoso dan Stasiun
Barang di Sub BWP 1.
(6) Rencana subzona kesehatan (SPU-3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
(7) Subzona kesehatan berupa kegiatan puskesmas, posyandu, praktek dokter,
puskesmas pembantu, dan apotek dikembangkan di semua Sub BWP.
(8) Rencana pengembangan fasilitas kesehatan di Kecamatan Tenggarang dan
Kecamatan Curahdami.
(9) Rencana subzona sosial budaya (SPU-5) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c yaitu subzona sosial budaya berupa kegiatan balai pertemuan dan
gedung serbaguna dengan luas 4 (empat) hektar tersebar di semua Sub BWP.
(10) Rencana subzona peribadatan (SPU-6) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
(11) Subzona peribadatan berupa kegiatan masjid, langgar/mushola tersebar di
permukiman masyarakat di semua Sub BWP;
(12) Pengembangan sarana peribadatan lain sesuai degan ketentuan yang
berlaku
(13)
Paragraf 6
Zona Peruntukkan Lainnya
Pasal 16
Pasal 18
(1) Rencana zZona peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(3) huruf f meliputi:
a. Subzona subzona pertanian dapat berupa lahan usaha pertanian,
peternakan, dan perkebunan di seluruh sub BWP (PL-1); dan
b. subzona pariwisata dapat berupa taman budaya, sanggar budaya, dan galeri
seni seluas 3079 (tiga ribu tujuh puluh sembilan) hektar;
(14) Pengembangan peternakan di BWP Bondowoso dibatasi usaha peternakan
skala kecil;
(2) Rencana subzona pertanian (PL-1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
dengan:
(3) Mempertahankan fungsi lahan pertanian dengan sistem irigasi teknis terutama
yang berada di luar wilayah perkotaan Perkotaan Bondowoso
(4) Pembatasan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun
dengan tujuan agar lahan pertanian produktif tetap dapat dipertahankan serta
konservasi tanah dan air dapat terjaga dengan baik.
(5) Pembangunan prasarana irigasi bagi pengembangan pertanian lahan basah
agar tidak tergantung pada musim.
(6) Pengembangan sawah irigasi dengan prioritas mengubah penggunaan sawah
tadah hujan menjadi sawah irigasi dan pembangunan waduk
(7) Kawasan pertanian lahan basah dengan irigasi teknis dan memungkinkan
untuk dikembangkan sistem irigasi tidak dapat dialihfungsikan.
(8) Pengembangan infrastruktur yang mendukung seperti jalan, jaringan irigasi
dan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi pertanian.
(9) Peta zona peruntukan lainnya sebagaimana tercantum pada ayat (1) terdapat
pada Lampiran III.
24
BAB V
RENCANA JARINGAN PRASARANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Pasal 19
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf
cdi BWP Bondowoso meliputi:
a. Rencana pengembangan jaringan pergerakan;
b. Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
c. Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi;
d. Rencana pengembangan jaringan air minum;
e. Rencana pengembangan jaringan drainase;
f. Rencana pengembangan jaringan air limbah; dan
g. Rencana pengembangan prasarana lain.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 19
25
2. , Bondowoso -Kabupaten Jember di sub BWP III, dan Kabupaten
Banyuwangi; dan.
3. Bondowoso – Besuki di sub BWP II.Peningkatan jalan untuk jenis jalan
ini adalah berupa penambahan rambu-rambu lalu lintas dan
perlengkapan jalan, serta pelebaran jalan menjadi 25 m.
b. Pengembangan jalan lingkar Perkotaan Bondowoso yang melalui
menghubungkan:
1. ruas Bataan – Pancoran di sub BWP I dan sub BWP III;
2. ruas Kembang – Poncogati di sub BWP II dan sub BWP III;
3. ruas Selolembu – Tenggarang di sub BWP I dan sub BWP II.wilayah
Kecamatan Bondowoso, Kecamatan Curahdami, Kecamatan Tegalampel
dan Kecamatan Tenggarang, dengan prioritas pada ruas Pancoran –
Kejawan, mencakup perencanaan, pembebasan lahan, pembangunan
jembatan dan pembangunan jalan dengan lebar jalan 20m.
c. Rencana jalan baru menghubungkan kawasan sebagai berikut:
1. Kelurahan Kademangan dengan Desa Bataan di sub BWP I;
2. antara Desa Dabasah dan Desa BataanKelurahan Nangkaan dengan
Desa Penambangan di sub BWP II;
3. Kelurahan Nangkaan dengan Kelurahan Badean di sub BWP II; dan
4. Kelurahan Kotakulon dengan Desa Karanganyar di sub BWP II.
d. Peningkatan jalan lokal primer, yang menghubungkan meliputi jalan yang
menghubungkan kawasan perkotaan Bondowoso sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) dengan pusat kegiatan lainnya (PKLp, PPK dan PPL) serta
dengan kawasan fungsional seperti kawasan perdagangan, industri,
pariwisata, dan perkantoran, meliputi:. Jenis peningkatannya antara lain
peningkatan kualitas perkerasan, penambaan rambu-rambu dan
perlengkapan jalan, serta pelebaran jalan;
e. Peningkatan jalan lokal primer yang melewati Perkotaan Bondowoso adalah
peningkatan jalan antar kecamatan antara lain adalah ruas jalan :
1. Ruas jalan Kecamatan Bondowoso – Curahdami di sub BWP II; - Grujugan
2. Ruas jalan Kecamatan Tenggarang – Jambesari DS - PujerBondowoso –
Tegalampel di sub BWP I;
3. Ruas jalan Bondowoso – Pujer di sub BWP III; dan
4. Ruas jalan Koncer – Tamanan di sub BWP III; Kecamatan Tegalampel –
Wringin
(2) Peta rencana pengembangan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam lampiran IVII.
Pasal 20
Pasal 22
(1) Rencana Sistem Pelayanan Angkutan Umum yang dimaksud dalam pasal 20 18
huruf b meliputi:
a. Angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yang di masa mendatang
dapat dikembangkan untuk melayani trayek Perkotaan Bondowoso –
Denpasar, dan kota – kota lain di luar Propinsi Jawa Timur, khususnya
tujuan Bali;
b. Angkutan umum Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP); yang melayani
Perkotaan trayek sebagai berikutBondowoso ke kota-kota lain di dalam
Provinsi Jawa Timur meliputi:
1) Bondowoso – Jember/Surabaya/Madura;
2) Bondowoso – Situbondo/Banyuwangi;
3) Bondowoso – Besuki – Probolinggo/ – Surabaya;
26
4) Bondowoso – Tamanan – Sukowono/ Kabupaten Jember/Banyuwangi;
5) Bondowoso – Sempol – Licin - Kabupaten Banyuwangi.
c. Angkutan perdesaan dikembangkan untuk melayani pergerakan penduduk
antara Perkotaan Bondowoso dengan ibukota kecamatan di wilayah
Kabupaten, meliputitrayek sebagai berikut:
1) Bondowoso – Prajekan -– Cermee;
2) Bondowoso – Klabang – Botolinggo;
3) Bondowoso – Sukosari – Sempol – Paltuding (Kawah Ijen);
4) Bondowoso – Sukosari – Sumberwringin;
5) Bondowoso – Pujer – Tlogosari;
6) Maesan - Tamanan – Jambesari – Pujer – Tlogosari
7) Bondowoso – Tegalampel – Taman -– Wonosari;
8) Bondowoso – Curahdami – Binakal;
9) Bondowoso – Pal 9 9 – Sumberdumpyong – Andungsari – Pakem.
d. Angkutan umum perkotaan, meliputi potensi melayani trayek sebagai
berikut:
1) Terminal – Pasar Induk – Nangkaan -– Pancoran;
2) Terminal – Pasar Induk – Nangkaan – Kembang -– Jetis;
3) Terminal – Pasar Induk – Nangkaan – Petung -– Curahpoh;
4) Terminal – Kademangan - Pasar Induk – RSUD -– Stadion;
5) Terminal – Kademangan - Pasar Induk – Alun-alun – Kotakulon -–
Locare;
6) Terminal – Pasar Induk – Alun-alun – Sekarputih;
7) Terminal – Pejaten – Sekarputih – Locare.
(2) Peta sistem pelayanan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tercantum dalam Lampiran IVII.
Pasal 23Pasal 21
Pasal 24
Pasal 22
e. Penyediaaan lahan parkir pada bangunan baru sebagai satu kesatuan unit
27
bangunan;
f. Penyediaan rambu lalu lintas terutama di kawasan rawan kecelakaan.
g.
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 25
Pasal 23
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pasal 26
Pasal 24
Bagian Kelima
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Pasal 27
Pasal 25
28
(1) Rencana pengembangan jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 17 huruf d meliputi Jadalah jaringan perpipaan dan non perpipaan.
(2) Pengembangan jJaringan air minum perpipaan dan non perpipaan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi dikembangkan di seluruh
jaringan air bersih yang ada di seluruh sub BWP Bondowoso.
(3) Peta rencana pengembangan jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tercantum dalam Lampiran IVII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Pasal 28
Pasal 26
Bagian Ketujuh
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Pasal 29
Pasal 27
29
(2) Rencana pengelolaan limbah kawasan industri dengan menggunakan sistem
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di setiap lokasiperusahaan industri
secara mandiri atau bersama.
(3) Peta rencana pengembangan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran IV.
kemudian di olah kembali di IPAL Komunal Kawasan Industri
Bagian Kedelapan
Rencana Pengembangan Prasarana Lain
Pasal 28
BAB VI
SUB BWP PRIORITAS
Pasal 29
Pasal 30
30
BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 30
Pasal 31
(10) Tabel program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana tercantum pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran VI.
31
Bagian Kedua
Program Perwujudan Rencana Pola Ruang
Pasal 31
Pasal 32
32
c. Program perwujudan zona perlindungan setempat meliputi kegiatan :
4) Penanaman vegetasi di sepanjang sungai
5) Penertiban kawasan sepanjang sungai
6) Perbaikan dan pemeliharaan tanggul sungai
7) Penertiban kawasan sempadan rel kereta api
8) Pengawasan dan pemeliharaan
9) Program perwujudan zona Cagar Budaya meliputi kegiatan :
4) Identifikasi, perencanaan, penataan dan pemberdayaan masyarakat zona
cagar budaya dan sekitarnya
5) Peningkatan pengawasan dan pemeliharaan obyek cagar budaya untuk
mengurangi tingkat kerusakan dan mencegah kehancuran/kepunahan
6) Mempertahankan dan mengembalikan bentuk serta fungsi obyek/bangunan
/gedung dengan metode konservasi yang sesuai
d. Program perwujudan zona Cagar Budaya meliputi kegiatan :
1. Identifikasi, perencanaan, penataan dan pemberdayaan masyarakat zona
cagar budaya dan sekitarnya
2. Peningkatan pengawasan dan pemeliharaan obyek cagar budaya untuk
mengurangi tingkat kerusakan dan mencegah kehancuran/kepunahan
3. Mempertahankan dan mengembalikan bentuk serta fungsi
obyek/bangunan /gedung dengan metode konservasi yang sesuai
e. Program perwujudan zona RTH Kota meliputi kegiatan :
4) Penataan dan pembangunan RTH Publik dan penanaman vegetasi area
fasilitas umum
5) Penanaman vegetasi area pekarangan (RTH Privat)
6) Pengembangan RTH taman Kota
7) Pengembangan RTH pada zona sempadan (sempadan sungai, sempadan rel
kereta api)
8) Pengawasan, perawatan dan pemeliharaan kondisi RTH agar dapat
berfungsi sebagaiman mestinya
9) Program pPerwujudan rencana zona budidaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pengembangan perumahan, meliputi kegiatan:
1) Perbaikan/ penataan lingkungan permukiman kumuh
2) Penyediaan sarana prasarana utilitas kawasan perumahan
3) Pengembangan perumahan baru
33
pembangunan Sekolah Menengah Pertama/ sederajat;
pembangunan Sekolah Menengah Atas/ sederajat; dan
pembangunan perpustakaan umum;
2) Pengembangan subzona transportasi (SPU-2) berupa:
pengembangan Terminal penumpang Tipe B dan Terminal Barang
di Sub BWP I;
pembangunan Stasiun Kereta Api Bondowoso di Sub BWP I
3) Pengembangan subzona kesehatan (SPU-3) berupa:
pembangunan puskesmas;
pembangunan klinik bersalin;
pembangunan fasilitas apotek.
4) Pengembangan subzona olahraga (SPU-4) berupa:
pembangunan gedung olahraga;
pengembangan stadion Bondowoso.
5) Pengembangan subzona sosial budaya (SPU-5) berupa :
pembangunan gedung pertemuan/gedung serba guna; dan
pembangunan balai warga.
6) Pengembangan subzona peribadatan (SPU-6) berupa pengembangan
sarana peribadatan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku.
f. Zona peruntukan lainnya, meliputi kegiatan:
1) Pengembangan subzona pertanian berupa :
34
(20) Pengembangan zona industri meliputi pengembangan
kegiatan dan fasilitas penunjang industri kecil
(21) Pengembangan zona sarana pelayanan umum untuk
mengoptimalkan fungsi BWP Bondowoso dengan program meliputi:
(22) Subzona pendidikan (SPU-1) berupa pemerataan Taman
Kanak-Kanak/Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (MI) di semua Sub BWP, peningkatan jumlah sekolah sesuai dengan
peningkatan kebutuhan, peningkatan kualitas pendidikan dengan peningkatan
mutu fasilitas dan tenaga pendidik dan pengembangan perpustakaan umum;
(23) Pengembangan subzona kesehatan (SPU-3) dengan
pemerataan subzona kesehatan, pemeliharaan fasilitas kesehatan, penyuluhan
dan pelayanan kesehatan, peningkatan jumlah fasilitas kesehatan sesuai
dengan proyeksi kebutuhan dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga
medis;
(24) Pengembangan subzona sosial budaya (SPU-5) melalui
penambahan jumlah gedung pertemuan/balai warga dan gedung serba guna
sesuai kebutuhan di semua Sub BWP,
(25) Pengembangan subzona peribadatan (SPU-6)
pengembangan masjid dan pemerataan kebutuhan langgar/mushola yang
tersebar di permukiman masyarakat di semua Sub BWP.
(26) Zona peruntukan lainnya untuk mengoptimalkan fungsi
BWP Bondowoso berupa subzona pertanian (PL-1) dengan program utama
meliputi perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi teknis dan penggunaan
teknologi pertanian tepat guna.
(27) Arahan program perwujudan rencana pola ruang pada
setiap Sub BWP disajikan pada Lampiran VI.
Bagian KeempatKetiga
Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 32
Pasal 33
35
d. Pengembangan jaringan air minum, dengan kegiatan:
1) Pengembangan jaringan perpipaan PDAM;
2) Pengembangan jaringan perpipaan non PDAM (HIPPAM); dan
3) Perluasan area pelayanan jaringan perpipaan.;
e. Pengembangan jaringan drainase, dengan kegiatan:
1) Normalisasi sungai sebagai saluran drainase primer;
2) Pengembangan saluran drainase sekunder;
3) Pengembangan saluran drainase tersier di lingkungan permukiman; dan
4) Pengembangan prasarana pelengkap drainase sumur resapan dan
biopori.;
f. Pengembangan air limbah; dan, dengan kegiatan:
1) Jambanisasi di kawasan permukiman;
2) Pengembangan IPAL mandiri atau bersama untuk kegiatan usaha;
g. Pengembangan persampahan:
1) Penyediaan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) atau transfer
depo;
2) Penyediaan sarana pengangkutan dan pengolahan sampah; dan
3) Penyediaan bank sampah.
.
Perwujudan rencana sistem jaringan pergerakan meliputi kegiatan :
Pemeliharaan jaringan jalan (kolektor, lokal dan lingkungan);
Peningkatan kualitas jaringan jalan (lokal dan lingkungan);
Pengembangan jalan antar kecamatan;
Peningkatan fungsi jalan lokal sekunder ke lokal primer;
Pengembangan trayek angkutan umum perkotaan dan perdesaan
Perwujudan rencana sistem jaringan energi/kelistrikan meliputi kegiatan
:
Perluasan dan peningkatan pelayanan jaringan listrik;
Pemeliharaan jaringan listrik dan prasarana pendukungnya;
Pengembangan jaringan SUTM pada kawasan baru yang akan
dikembangkan; dan
Perwujudan rencana sistem jaringan telekomunikasi meliputi kegiatan :
Pemeliharaan jaringan telekomunikasi dan prasarana pendukungnya;
Perluasan jaringan prasarana telekomunikasi berupa jaringan kabel
telepon di Sub BWP; dan
Penyediaan tower Base Transceiver Station (BTS) secara bersama (satu
tower minimal 4 operator)
Perwujudan sistem jaringan air minum meliputi kegiatan :
Pemeliharaan jaringan air minum dan prasarananya;
Peningkatan kapasitas dan perluasan pelayanan SPAM;
Peningkatan sarana dan prasarana pendukung fasilitas air minum; dan
Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air.
Perwujudan rencana sistem jaringan drainase meliputi kegiatan :
Normalisasi sungai (drainase primer);
Perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase/ Gorong-gorong (trotoar);
dan
Pemantapan sistem drainase sesuai hirarkinya sebagai sistem primer,
sekunder dan tersier.
Perwujudan rencana sistem jaringan air limbah meliputi kegiatan :
Pengelolaan air limbah rumah tangga dengan pengembangan:
36
Pengelolaan sistem 0n-site
Pengembangan pengelolaan dengan sistem off-site
Pengelolaan air limbah bukan rumah tangga dengan pengembangan
sistem pengelolaan air limbah industri, perdagangan jasa
Perwujudan rencana sistem persampahan meliputi kegiatan :
Penambahan tempat Sampah
Peningkatan kinerja pengelolaan persampahan
Peningkatan sarana dan prasarana pengangkutan sampah
Pengadaan mesin komposting
Peningkatan swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R
Pengembangan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) pada
daerah yang belum terlayani.Arahan program perwujudan rencana
jaringan prasarana pada setiap Sub BWP disajikan pada Lampiran VI.
(2) Rincian program perwujudan jaringan prasarana pada setiap Sub BWP
disajikan pada Lampiran XII.
(3)
Bagian KelimaKeempat
Perwujudan Sub BWP Bondowoso yang Diprioritaskan Penanganannya
Pasal 33
Pasal 34
(2) Pengembangan Koridor Jalan Ahmad Yani, dengan program utama meliputi :
(3) Pengembangan sarana prasarana fisik penunjang perdagangan pada koridor
jalan
(4) Penambahan lahan parkir dan lahan bongkar muat
(5) Penambahan prasarana keamanan lalulintas seperti zebra cross, rambu
penanda lokasi dan pedestrian way.
(6) Pengaturan perizinan dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan
penataan ruang (RTRW) yang ada.
(7) Penataan Pasar BondowosoPengembangan Pasar Hewan, dengan program
utama meliputi :
a. Pembuatan detail engineering design (DED);
b. Pengembangan sarana prasarana fisik penunjang Pasar BondowosoHewan,
membangun bangunan pasar bersifat permanen serta penataan kios-kios
pasar
c. Penambahan lahan parkir dan lahan bongkar muat
d. Penambahan prasarana keamanan lalulintas seperti zebra cross, rambu
penanda lokasi dan pedestrian way.
e. Pengaturan perizinan dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan
penataan ruang (RTRW) yang ada.
37
(8) Pengembangan dan Penataan Sentra PKL,kawasan sentra pendidikan
(education development center) dengan program utama meliputi :
a. Pembuatan detail engineering design (DED);
b. Pengembangan sarana prasarana fisik penunjang dapat berupa penyediaan
jaringan pergerakan, listrik, air, hidran kebakaran, drainase, dan penanganan
sampahSentra PKL, dengan menambah bangunan penunjang tertutup.
c. Penambahan lahan parkir
d. Penambahan prasarana keamanan lalulintas seperti zebra cross, rambu
penanda lokasi dan pedestrian way.
(9) Pengembangan kawasan perdagangan modern dengan program utama meliputi:
a. Pembuatan detail engineering design (DED);
b. Penyediaan lahan;
c. Pengembangan sarana prasarana fisik penunjang dapat berupa penyediaan
jaringan pergerakan, listrik, air, hidran kebakaran, drainase, dan penanganan
sampah.
d. Penambahan lahan parkir dan lahan bongkar muat
e. Penambahan prasarana keamanan lalulintas seperti zebra cross, rambu
penanda lokasi dan pedestrian way.
(10) Pengembangan kawasan olahraga dengan program utama meliputi :
a. Pembuatan detail engineering design (DED);
b. Pengembangan sarana prasarana fisik penunjang dapat berupa penyediaan
jaringan pergerakan, listrik, air, hidran kebakaran, drainase, dan penanganan
sampah.
c. Penambahan prasarana keamanan lalulintas seperti zebra cross, rambu
penanda lokasi dan pedestrian way.
Pengelolaan retribusi pengunjung untuk pemeliharaan lokas sentra PKL
Pengaturan perizinan dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan penataan
ruang (RTRW) yang ada, terkait pembatasan bangunan di daerah sempadan mata
air.
Arahan program pemanfaatan ruang prioritas pada setiap Sub BWP disajikan pada
Peta Lampiran XIIIVI.
BAB VIII
PERATURAN ZONASI
Pasal 34
Pasal 35
38
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal; dan
e. Ketentuan pelaksanaan.
(4) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (21) huruf b meliputi:
a. Ketentuan tambahan;
b. Ketentuan khusus;
c. Standar teknis; dan
d. Ketentuan pengaturan zonasi.
(5) Peraturan zonasi BWP Bondowoso disajikan pada Lampiran VIII.
BAB IX
PERIZINAN
Pasal 35
Pasal 36
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf g adalah
perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang
menurutberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki
sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Dalam hal kegiatan perizinan mencakup kegiatan:
(3) Izin lokasi/fungsi ruang;
(4) Izin pemanfaatan ruang;
(5) kualitas ruang.Jenis dan tata cara izin pemanfaatan ruang diatur
berdasarkan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.
(6) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan
diatur dalam Peraturan Daerah secara tersendiri diantaranya dalam bentuk
Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
BAB X
INSENTIF DAN DISINSENTIF
Pasal 36
Pasal 37
39
e. Pemberian disinsentif dapat berbentuk:
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan
dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan
kompensasi, dan penalti.
(3) Penjabaran dari setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) akan diatur dalam Peraturan Daerah secara tersendiri. Jenis dan tata cara
insentif dan disinentif diatur berdasarkan Peraturan Daerah dan Peraturan
Bupati.
BAB XI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 37
Pasal 38
BAB XII
SANKSI
Pasal 37
Pasal 38
Dalam proses penataan ruang Daerah, Pemerintah dan masyarakat wajib berlaku
tertib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
40
Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan arahan RDTR dan PZ
BWP Bondowoso akan dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana
Pasal 40
Pasal 39
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan daerah yang
berkaitan dengan perwujudan RDTR ini yang telah ada tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan
peraturan daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
41
a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. Untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah
ini;
2. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
3. Untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang
telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian
yang layak;
c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan diterbitkan
dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
d. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
BAB XIVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Pasal 44
(1) RDTR BWP dapat ditinjau kembali minimal 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas dan/atau wilayah Daerah yang ditetapkan dengan
Undang-Undang, evaluasi/revisi rencana detail tata ruang zona dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 38
Pasal 45
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 39
Pasal 46
42
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Bondowoso
Pada tanggal
BUPATI BONDOWOSO
............................................
Diundangkan di Bondowoso
pada tanggal
43