BUPATIMOJOKERTO
PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MOJOKERTO,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Mojokerto.
3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Mojokerto sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
7. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
-9-
BAB II
ASAS, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Asas yang digunakan dalam RDTR BWP Gedeg meliputi :
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f. kebersamaan dan kemitraan;
g. perlindungan kepentingan umum;
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
i. akuntabilitas.
Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 3
Sasaran dari RDTR BWP Gedeg adalah sebagai berikut :
a. menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan
antar lingkungan permukiman dalam Kawasan
Perkotaan Gedeg ;
b. mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar
kawasan maupun dalam Kawasan Perkotaan Gedeg;
c. terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan
fungsional daerah, yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta;
d. mendorongnya investasi masyarakat di dalam BWP
Gedeg; dan
e. terkoordinasinya pembangunan kawasan antara
pemerintah, masyarakat dan swasta.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
(1) Ruang Lingkup BWP Gedeg meliputi:
a. Desa Pagerluyung dengan luas ±132hektar;
b. Desa Gedeg dengan luas ±94,6 hektar;
c. Desa Jerukseger dengan luas ±167,2 hektar;
d. Desa Bandung dengan luas ±155,6 hektar;
e. Desa Gempolkerep dengan luas ±133,5 hektar;
f. Desa Gembongan dengan luas ±200,9 hektar; dan
g. Desa Ngares Kidul dengan luas ±172,4 hektar.
(2) Batas-batas administrasi BWP Gedeg meliputi:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Kemlagi;
b. Sebelah Selatan : Kota Mojokerto dan Kabupaten
Jombang;
c. Sebelah Barat : Desa Beratwetan dan
Kecamatan Kemlagi;
d. Sebelah Timur : Desa Pagerejo dan Desa
Kemantren Kecamatan Gedeg.
- 16 -
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 5
Tujuan penataan ruang BWP Gedeg sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) huruf a adalah “Mewujudkan BWP
Gedeg sebagai Kawasan Permukiman, Perdagangan, serta
industri yang bersinergi dengan pertanian yang
berkelanjutan”.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi
Pasal 6
Kebijakan penataan ruang BWP Gedeg meliputi:
a. menciptakan sinergi pembangunan berdasarkan ordo
dan fungsi masing-masing Sub BWP;
b. menciptakan ruang-ruang untuk pusat-pusat kegiatan
strategis yang dapat mempercepat pertumbuhan BWP;
dan
c. menciptakan lingkungan yang seimbang antara
terbangun dengan non terbangun.
Pasal 7
Strategi penataan ruang BWP Gedeg meliputi:
a. membentuk ruang yang bersinergi untuk mendukung
kegiatan utama perkotaan yang sesuai dengan karakter
wilayah;
b. menyediakan sarana dan prasarana pendukung semua
fungsi utama kawasan perkotaan;
- 17 -
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (4) huruf b meliputi :
a. rencana Pembagian Sub BWP dan Blok; dan
b. rencana zona lindung dan zona budidaya.
(2) Zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
a. zona perlindungan setempat;
b. zona RTH; dan
c. zona rawan bencana alam.
(3) Zona budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf ameliputi:
a. zona perumahan;
b. zona perdagangan dan jasa;
c. zona perkantoran;
d. zona sarana pelayanan umum;
e. zona industri;
f. kawasan industri;
g. zona peruntukan lainnya; dan
h. zona khusus.
(4) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Pembagian Sub BWP dan Blok
Pasal 9
(1) Rencana Pembagian Sub BWP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a meliputi :
a. Sub BWP I yang terdiri dari : Desa Pagerluyung dan
Desa Gedeg, dengan fungsi sebagai pusat
Perdagangan dan jasa, kesehatan, permukiman,
pemerintahan dan pendidikan;
- 18 -
Bagian Ketiga
Zona Lindung
Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat
Pasal 10
(1) Rencana zona perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a meliputi:
a. sub zona sempadan sungai besar;
b. sub zona sempadan anak sungai;
c. sub zona sempadan irigasi; dan
d. sub zona sempadan kereta api;
(2) Rencana zona perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sub zona sempadan sungai besar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan minimum
75 (tujuh puluh lima) meter dari palung sungai
sepanjang alur sungai pada Sub BWP Idan Sub BWP
III, yang terdiri dari:
1. Sempadan Sungai Brantas yang melewati Desa
Gedeg dan Pagerluyung pada Sub BWP I dengan
panjang sempadan kurang lebih 2866,59 m; dan
2. Sempadan sungai brantas yang melewati Desa
Gembongan, Desa Gempolkerep pada Sub BWP
III dengan panjang sempadan kurang lebih
2543,08 m.
b. sub zona sempadan anak sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan minimum
15 (lima belas) meter dari palung sungai sepanjang
- 19 -
alur sungai pada Sub BWP I dan Sub BWP II, yang
terdiri dari sempadan anak sungai Brantas yang
berada pada sisi jalan Kolektor Gedeg-Kemlagi yang
melewati Desa Gedeg, Desa Bandung dan Desa
Jerukseger dan Gempolkerep pada Sub BWP I dan
Sub BWP II dengan panjang sempadan kurang lebih
6409,56 m;
c. sub zona sempadan irigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c ditetapkan minimum sama
dengan kedalaman saluran irigasi atau sama dengan
ketinggian tanggul saluran irigasi, minimal 1 (satu)
meter di semua Sub BWP; dan
d. sub zona sempadan kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan minimum
pada belokan lebih dari 23 meter diukur dari
lengkung dalam sampai as rel dan 11 meter dan pada
jalur lurus.
Paragraf 2
Zona RTH
Pasal 11
(1) Rencana zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) huruf b meliputi:
a. Zona RTH Publik; dan
b. Zona RTH Private.
(2) Rencana zona RTH Publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. sub zona RTH taman Kecamatan dan Hutan Kota;
b. sub zona RTH jalur hijau jalan;
c. sub zona RTH sabuk hijau (greenbelt) industri; dan
d. sub zona RTH Fungsi tertentu.
(3) Rencana sub zona RTH taman Kecamatan dan hutan
kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. sub zona RTH taman kecamatan berupa
pembangunan taman skala kecamatan pada Sub
BWP I dan Sub BWP II; dan
b. sub zona RTH hutan kota berupa pembangunan
Hutan Kota di Sub BWP I; dan Hutan Kota didalam
kawasan industri dengan prosentase 20% dengan
fungsi sebagai RTH kawasan industri pada Sub BWP
III.
(4) Rencana sub zona RTH jalur hijau sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. sub zona RTH jalur hijau jalan berupa jalur hijau dan
median jalan di sepanjang jaringan jalan kolektor dan
jalan lokal di Sub BWP I, Sub BWP II, dan Sub BWP
III; dan
b. sub zona RTH jalur hijau jalan berupa jalur hijau di
sepanjang jalur pejalan kaki pada Sub BWP I, Sub
BWP II, dan Sub BWP III.
(5) Rencana sub zona RTH Sabuk Hijau sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi Sub zona RTH
sabuk hijau berupa pembangunan penyangga
- 20 -
Paragraf 3
Zona Rawan Bencana Alam
Pasal 12
(1) Rencana zona rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c meliputi
penanganan sub zona rawan banjir dan bencana lainnya.
(2) Zona rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. sub zona rawan bencana banjir pada Sub BWP I; dan
b. sub zona rawan bencana gerakan tanah pada
sempadan sungai Besar sungai Brantas di Sub BWP I
dan Sub BWP III.
(3) Rencana Penanganan Zona rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. rencana penanganan sub zona rawan bencana banjir
berupa:
1. pengendalian dan pembatasan pembangunan fisik
pada kawasan sempadan sungai besar di Sub
BWP I dan Sub BWP III;
2. pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH)
sempadan sungai yang ditujukan sebagai area
resapan (catchment areas) limpasan air hujan dan
permukaan serta fungsi pariwisata;
3. penanaman pohon ataupun bambu sebagai
penahan terjadinya longsor sekaligus sebagai
produsen oksigen;
4. pengendalian dan pembatasan penggunaan
perkerasan pada permukaan tanah terutama
pada daerah yang dekat dengan sungai karena
dapat mengurangi kecepatan pengaliran air atau
kemampuan resapan air;
5. membangun jalan inspeksi sebagai pembatas
pembangunan fisik di daerah Sempadan sungai;
- 21 -
Bagian Keempat
Zona Budidaya
Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 13
(1) Rencana zona perumahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf a meliputi:
a. Sub Zona Perumahan kepadatan Tinggi (R2); dan
b. Sub Zona Perumahan kepadatan Sedang (R3).
(2) Rencana sub zona perumahan kepadatan tinggi (R2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rumah tunggal dengan fungsi tempat tinggal sebagai
rumah sederhana dan menengah yang dikembangkan
oleh masyarakat tersebar di semua Sub BWP;
- 22 -
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 14
(1) Rencana zona perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b meliputi:
a. sub zona perdagangan dan jasa tunggal (K-1);dan
b. sub zona perdagangan dan jasa deret (K-2).
(2) Rencana sub zona perdagangan dan jasa tunggal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. memantapkan peran dan meningkatkan kegiatan
perdagangan tradisional dengan membatasi
pertumbuhan pasar modern hanya di Pusat Ibu Kota
Kecamatan;
b. sub zona perdagangan dan jasa tunggal dengan
kegiatan toko dan warung tersebar di semua Sub
BWP dan sepanjang jalan Kolektor primer;
c. sub zona perdagangan dan jasa tunggal dengan
kegiatan pasar tradisional dilengkapi dengan
pedagang kaki lima (PKL) pada semua Sub BWP ;
d. perluasan pasar tradisional yang telah ada pada Sub
BWP III;
e. sub zona perdagangan dan jasa tunggal dengan
kegiatan pasar lingkungan dilengkapi dengan PKL
tersebar di semua Sub BWP;
f. sub zona perdagangan dan jasa tunggal dengan
kegiatan mini market tersebar di sekitar area
- 23 -
Paragraf 3
Zona Perkantoran
Pasal 15
(1) Rencana zona perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf c meliputi sub zona
perkantoran pemerintah.
(2) Rencana sub zona perkantoran pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sub zona perkantoran pemerintah yang telah ada
berupa kegiatan kantor desa/kelurahan terdapat
pada masing-masing desa/kelurahan pada semua
Sub BWP tetap dipertahankan; dan
b. sub zona perkantoran pemerintah berupa kegiatan
kantor kecamatan di Sub BWP I tetap dipertahankan.
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 16
(1) Rencana zona sarana pelayanan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf d meliputi:
a. sub zona pendidikan (SPU-1);
b. sub zona transportasi (SPU-2);
c. sub zona kesehatan (SPU-3);
d. sub zona olahraga (SPU-4);
e. sub zona sosial budaya (SPU-5); dan
f. sub zona peribadatan (SPU-6).
(2) Rencana sub zona pendidikan (SPU-1) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. sub zona pendidikan berupa taman kanak-
kanak/Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekolah
dasar/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dikembangkan pada
tiap desa/kelurahan di semua Sub BWP seluas
kurang lebih 0,2 hektar;
- 24 -
Paragraf 5
Zona Industri
Pasal 17
(1) Rencana zona industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf e berupa sub zona aneka industri.
(2) Rencana zona industri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu mempertahankan Pabrik Gula Gempolkerep dan
rencana industri baru pada Sub BWP II.
(3) Rencana pengembangan sub zona aneka industri disertai
dengan :
a. penataan lingkungan industri dan sekitarnya;
b. penyediaan dan pengembangan jaringan jalan yang
didukung peningkatan kapasitas jalan untuk
menunjang aktifitas zona industri;
c. penyediaan RTH di setiap pengembangan industry
baru sebesar 20% dari luas industri;
d. semua kegiatan industri dan pergudangan harus
mempunyai ijin lingkungan;
e. keberadaan sawah irigasi yang berada di sekitar
kawasan industri sebagai lahan yang harus
dilindungi keberadaannya yang dilindungi dengan
penyangga hijau; dan
f. penyediaan badan pengolah limbah atau IPAL.
Paragraf 6
Kawasan Industri
Pasal 18
(1) Rencana kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf f yaitu pengembangan kawasan
industri baru pada Sub BWP III dengan pengembangan
kegiatan industri berupa Aneka Industri yang meliputi:
a. industri aneka pengolahan pangan;
b. industri aneka pengolahan sandang;
c. industri aneka kimia dan serat yang mengolah bahan
baku melalui proses kimia;dan
d. industri aneka bahan bangunan yang mengolah
aneka bahan bangunan.
(2) Pengembangan kegiatan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1) terdiri dari Kelas Industri
Menengah dan Industri Besar.
(3) Rencana pengembangan kawasan industri disertai
dengan :
a. penyediaan rencana zonasi kawasan;
b. penyediaan sarana prasarana pendukung kawasan
industri;
c. penyediaan dan pengembangan jaringan jalan yang di
dukung peningkatan kapasitas jalan untuk
menunjang aktifitas kawasan industri;
d. penyediaan sempadan hijau di setiap pengembangan
industri berdiameter 50 m;
e. penyediaan RTH kawasan industri sebesar 20% dari
luas kawasan industri;
- 26 -
Paragraf 7
Zona Peruntukan Lainnya
Pasal 19
(1) Rencana zona peruntukan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf g meliputi:
a. Sub zona pertanian(PL-1); dan
b. Sub zona pariwisata (PL-2).
(2) Rencana sub zona pertanian (PL-1) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) di
BWP Gedeg ditetapkan pada daerah pinggiran
kawasan perkotaan di Sub BWP II, dan Sub BWP III;
b. Sub zona pertanian dengan kegiatan pertanian lahan
basah dipertahankan di Sub BWP I,Sub BWP II, dan
Sub BWP III; dan
c. mempertahankan jaringan irigasi teknis yang telah
ada dan membangun jaringan irigasi baru untuk
mendukung KP2B.
(3) Rencana sub zona pariwisata (PL-2) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. daya tarik wisata rintisan wisata air Sungai Brantas;
b. pengembangan sempadan sungai di Sub BWP I dan
Sub BWP III sebagai “Taman Bertema” dengan fungsi
ruang publik dan ruang inspeksi sungai untuk
mencegah timbulnya kawasan terbangun di
sempadan sungai. “Taman Bertema” juga
direncanakan difungsikan sebagai wisata berorientasi
sungai dengan pembatasan lahan terbangun dan
kegiatan yang diijinkan hanya yang mendukung
konservasi dan keberadaan sungai;
c. pengembangan lahan pertanian sebagai Desa wisata
dengan kegiatan wisata edukasi sebagai upaya untuk
mempertahankan keberlangsungan Kawasan
Pertanian Pangan yang berkelanjutan di Sub BWP II
dan Sub BWP III; dan
d. menerbitkan Surat Kesepakatan Bersama antara
Pemerintah Pusat dengan Pengelola Daerah Aliran
Sungai Brantas dan Pemerintah Darah untuk
mensinergikan tugas dan wewenang pengelolaan.
Paragraf 8
Zona Peruntukan Khusus
Pasal 20
(1) Rencana zona khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf h meliputi:
- 27 -
BAB V
RENCANA JARINGAN PRASARANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4) huruf c meliputi:
a. rencana pengembangan jaringan pergerakan;
b. rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
c. rencana pengembangan jaringan telekomunikasi;
d. rencana pengembangan jaringan air minum;
e. rencana pengembangan jaringan drainase;
f. rencana pengembangan air limbah; dan
g. rencana pengembangan prasarana lainnya.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Pasal 22
Rencana pengembangan jaringan pergerakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. sistem jaringan pedestrian;
c. sistem pelayanan angkutan umum dan parkir; dan
d. jaringan kereta api.
Pasal 23
(1) Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf a meliputi:
a. jaringan jalan Arteri Primer;
b. jaringan jalan kolektor primer dan kolektor
sekunder;
c. jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder; dan
d. jaringan jalan lingkungan primer dan sekunder.
(2) Jaringan jalan arteri primer adalah rencana jaringan
jalan arteri primer sebagai jalan tol yaitu jalan tol
Mojokerto – Kertosono yang melalui Desa Gedeg dan
jalan interchange tol Mojokerto – Kertosono yang melalui
Desa Pagerluyung dan Desa Bandung.
(3) Jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. jalan kolektor primer meliputi jalan Mojokerto –
Gedeg, Batas Kabupaten Lamongan – Batas Gedeg;
dan Gedeg – Batas Kabupaten Jombang; dan
b. jalan kolektor sekunder terdiri dari Jalan Raya
Bandung, Jalan Raya Terusan Jerukseger, dan
Jalan Raya Jerukseger.
(4) Jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
Jalan Gedeg Lokal 1, Jalan Gedeg Lokal 2, Jalan
Pagerluyung Lokal 2a, Jalan Bandung Lokal 1, Jalan
Bandung Lokal 2, Jalan Bandung Lokal 1a, Jalan
- 29 -
Pasal 24
(1) Rencana pengembangan jalur pedestrian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf b, merupakan
prasarana pejalan kaki berupa penyediaan trotoar
meliputi:
a. perbaikan kondisi perkerasan pada trotoar yang
sudah ada Sub BWP III di Jalan Gempolkerep
bagian utara;
b. pembangunan trotoar kawasan permukiman di Sub
BWP II di koridor jalan Gedeg-Kemlagi dan pada
zona perumahan pekerja industri di Sub BWP III;
c. pembangunan pada sub zona pendidikan di Jalan
Raya Gedeg;
d. pembangunan trotoar pada kawasan perdagangan di
Sub BWP I pada Jalan Raya Gedeg, Sub BWP II pada
jalan Raya Pagerluyung, Sub BWP III di Desa
Gempolkerep pada Jalan Raya Gempolkerep;
e. pembangunan trotoar pada zona perkantoran di
Jalan Raya Gedeg;
f. pembangunan trotoar pada zona industri dan
kawasan Industri di Sub BWP III;
g. pembuatan dan pengembangan jalur pengguna
sepeda pada sekitar zona pendidikan, perkantoran
dan industri;
h. pengembangan desain jalur pejalan kaki juga
diarahkan dengan penggunaan vegetasi sebagai
peneduh pejalan (RTH koridor); dan
i. perkerasan trotoar diarahkan dengan menggunakan
perkerasan paving agar dapat menyerap air dan
dilengkapi dengan jaringan drainase.
(2) Peta rencana pengembangan jalur pedestrian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 25
(1) Sistem pelayanan angkutan umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf c meliputi:
a. perencanaan angkutan desa;
b. perencanaan Angkutan Kota Dalam Provinsi;
c. semua jalan utama penghubung BWP Gedeg dengan
desa-desa di sekitar BWP Gedeg serta penghubung
pusat-pusat kegiatan BWP akan dilayani oleh rute
AKDP;
d. semua jalan penghubung antar permukiman
direncanakan dilayani oleh rute Angkutan Desa; dan
e. pembangunan halte untuk angkutan desa maupun
AKDP yang direncanakan diletakkan pada setiap
pusat kegiatan di permukiman, zona perdagangan,
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan di semua
SUB BWP yaitu pada jalan Gedeg-Kemlagi, Jalan
- 31 -
Pasal 26
Rencana Jaringan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf d meliputi:
a. rencana reaktifasi jalur kereta api yang melalui Sub BWP
III Desa Ngares Kidul dan Desa Gempolkerep;
b. rencana pembangunan sarana pendukung jaringan
kereta api pada Sub BWP III berupa pos pantau
perlintasan dan palang pintu perlintasan kereta api;
c. rencana pengamanan jalur rel kereta api dengan
pengendalian lahan di sekitar sempadan kereta api pada
Sub BWP III khususnya pada sempadan kereta api di
dalam kawasan industri; dan
d. Peta Rencana Jalur Kereta Api, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 27
(1) Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan distribusi primer berupa
jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
b. pengembangan jaringan distribusi sekunder,
meliputi:
1. jaringan energi/kelistrikan berupa jaringan SUTR
yang ada terdapat di seluruh jalan selain jalan
yang dilewati jaringan SUTT dan jaringan SUTM;
2. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
meliputi seluruh jalan dan pengembangan
perumahan baru selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b angka 1 di BWP Gedeg;
- 32 -
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pasal 28
(1) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c meliputi:
a. pengembangan jaringan telekomunikasi berupa
jaringan kabel telepon di semua Sub BWP terutama
Sub BWP I, II, dan III yang terdapat pengembangan
perumahan baru;
b. pengembangan jaringan telekomunikasi berupa Base
Transfer Station (BTS) yang tersebar di Sub BWP II
Desa Jerukseger dan Sub BWP III Desa Gembongan;
c. jaringan telekomunikasi berupa jaringan nirkabel
dikembangkan pada pengembangan perumahan baru
dengan konsep BTS bersama yaitu pada:
1. kawasan industri di sub BWP III Desa Gempol
Kerep untuk melayani kawasan industri Gempol
Kerep dan Ngares Kidul;
2. zona perdagangan sub BWP III di Desa
Gempolkerep untuk melayani kawasan
perdagangan di Gempolkerep; dan
- 33 -
Bagian Kelima
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Pasal 29
(1) Rencana pengembangan jaringan air minum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d meliputi:
a. jaringan perpipaan;
b. bak penampung air/tandon; dan
c. kran air bersih siap minum.
(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi penambahan sambungan pelanggan
PDAM untuk menggantikan pemakaian air sumur
khususnya pada wilayah pusat kawasan perkotaan yaitu
di Desa Pagerluyung Sub BWP I, Desa Gempolkerep Sub
BWP III, Desa Jerukseger dan Desa Bandung Sub BWP II
dan sambungan perpipaan pada kawasan industri yakni
pada Sub BWP III.
(3) Pembangunan Bak penampungan air berupa tandon di
Sub BWP II serta Rencana pembangunan reservoir pada
kawasan industri pada Desa Ngareskidul dan Desa
Gembongan di Sub BWP III untuk memenuhi kebutuhan
penduduk permukiman pekerja industri di sekitar
kawasan industri.
(4) Pembangunan kran air bersih siap minum diletakkan di
tempat-tempat sarana pelayanan umum seperti
puskesmas, sekolah, Taman Kecamatan, dan pada
beberapa titik-titik keramaian yang terdapat di semua
Sub BWP.
(5) Peta pengembangan jaringan air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Pasal 30
(1) Jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf e meliputi:
a. jaringan drainase primer;
b. jaringan drainase sekunder/conveyor; dan
c. jaringan drainase tersier/collector.
- 34 -
Bagian Ketujuh
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Pasal 31
Rencana pengembangan jaringan air limbah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf f meliputi :
a. pembangunan IPAL Zona Industri Pabrik Gula
Gempolkerep di Sub BWP III;
b. pembangunan IPAL komunal, di Sub BWP I dan Sub
BWP III yaitu :
1. Moduler Sewerage dan IPAL Desa Ngares Kidul, Desa
Gembongan dan Desa Gempolkerep untuk
memfasilitasi perumahan pekerja Kawasan industri;
dan
2. Moduler Sewerage dan IPAL Desa Gedeg.
c. pembangunan IPAL Grey Water di Kawasan Industri di
Desa Ngares Kidul Sub BWP III;
d. pembangunan IPAL Kesehatan RSUD pada Sub BWP I
dan Puskesmas pada Sub BWP III; dan
e. Peta rencana pengembangan jaringan air limbah
sebagaimana dimaksud ayat (1), sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Rencana Pengembangan Prasarana lainnya
Pasal 32
Rencana pengembangan sistem prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf g meliputi:
a. rencana pengembangan sistem persampahan;
b. rencana jalur evakuasi bencana;dan
c. rencana jaringan irigasi
Pasal 33
(1) Rencana pengembangan sistem persampahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a meliputi:
a. pengembangan TPS yang telah ada menjadi TPS
terpadu di Sub BWP II;
b. pembangunan TPS di Desa Ngareskidul dan Desa
Gembongan Sub BWP untuk melayani persampahan
zona perumahan dan kawasan industri;
c. rencana pembangunan TPS di Desa Jerukseger Sub
BWP II dan TPS di Desa Gempolkerep Sub BWP III;
d. rencana penambahan gerobak sampah dan arm roll
untuk menciptakan sistem persampahan BWP Gedeg
yang terkendali dan menghilangkan kebiasaan
masyarakat membakar sampah di lingkungan rumah.
Gerobak akan direncanakan untuk melayani
khususnya kegiatan permukiman, perdagangan dan
pelayanan umum seperti sekolah dan puskesmas;
- 36 -
Pasal 34
(1) Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya
berupa jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf b meliputi:
a. penanganan rawan bencana banjir dan longsor akibat
gerakan tanah; dan
b. penetapan jalur evakuasi dan lokasi evakuasi.
(2) Pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa
penanganan rawan bencana banjir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. penanganan rawan bencana banjir di area sekitar
sempadan sungai Brantas di Desa Jerukseger, Desa
Pagerluyung, Desa Gedeg, Desa Gempolkerep, Desa
Gembongan dan Desa Ngares Kidul; dan
b. membangun flood control pada beberapa titik di
sungai Brantas yaitu di Desa Pagerluyung Sub BWP
II, Desa Ngareskidul dan Desa Gempolkerep Sub BWP
III.
(3) Pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa
penanganan rawan bencana longsor akibat gerakan
tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. penanganan rawan bencana longsor akibat gerakan
tanah pada area di sepanjang Sungai Brantas di Sub
BWP I dan Sub BWP III;
b. pengendalian bangunan di sekitar sempadan sungai
Brantas di Desa Pagerluyung, Desa Gedeg, Desa
Gempolkerep, Desa Gembongan dan Desa Ngares
Kidul; dan
c. pembangunan jalan inspeksi pada sempadan sungai
Brantas untuk mempermudah pengecekan kondisi
tanah secara berkala khususnya pada tanah dengan
kelerengan terjal.
- 37 -
Pasal 35
Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya berupa
Rencana Pemeliharaan dan pembangunan jaringan irigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c meliputi :
a. mempertahankan kondisi lingkungan sekitar sempadan
sungai dan anak sungai Brantas sebagai Jaringan irigasi
Primer supaya tidak berubah fungsi menjadi non RTH;
b. pemeliharaan jaringan irigasi teknis yang sudah ada
pada zona pertanian pada semua Sub BWP;
c. pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi pada lahan
pertanian di Sub BWP II dan Sub BWP III menjadi irigasi
teknis;
d. pemisahan sistem jaringan drainase dengan sistem
jaringan irigasi pada zona permukiman yang berdekatan
dengan zona pertanian di semua Sub BWP; dan
e. peta rencana pengembangan jaringan irigasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
- 39 -
BAB VI
PENETAPAN SUB BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN
YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Pasal 36
(1) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) huruf d
adalah Sub BWP I dan III yang meliputi:
a. pengembangan fungsi zona; dan
b. kebutuhan penanganan.
(2) Pengembangan fungsi zona sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan pada kawasan industri pada Desa
Ngares Kidul dan Desa Gembongan;
b. pengembangan lingkungan permukiman pekerja
industri pada Desa Ngares Kidul dan Desa
Gembongan; dan
c. penataan koridor jalan zona perdagangan jalan
kolektor Desa Gedeg dan pada zona perdagangan di
area interchange Desa Pagerluyung di Sub BWP I.
(3) Kebutuhan penanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. penataan kawasan secara lebih rinci dengan
penyusunan RTBL untuk rencana Penataan Koridor
Perdagangan dan Lingkungan Permukiman Pekerja
kawasan industri;
b. penataan kawasan dengan penyusunan rencana detail
kawasan industri yang mengatur:
1. peraturan zonasi kawasan industri;
2. penataan intensitas bangunan;
3. pengaturan sirkulasi angkutan umum dan
angkutan barang;
4. penataan sistem drainase;
5. penyediaan RTH sebagai estetika lingkungan dan
unsur ekologi kawasan;
6. penyediaan sempadan hijau seluas 50 m di setiap
perbatasan zona industri dengan zona permukiman;
7. penataan dan penyediaan ruang untuk sektor
informal;
8. penyediaan permukiman untuk memfasilitasi
pekerja industri; dan
9. pengembangan badan pengolahan limbah.
(4) Peta Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 40 -
BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 37
Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) huruf e meliputi perwujudan tata
ruang dan indikasi program pemanfaatan ruang.
Bagian Kedua
Perwujudan Tata Ruang
Pasal 38
Perwujudan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 meliputi:
a. program perwujudan rencana pola ruang;
b. program perwujudan rencana jaringan prasarana;
c. program perwujudan BWP yang diprioritaskan
penanganannya; dan
d. tabel ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Program Perwujudan Rencana Pola Ruang
Pasal 39
(1) Program Perwujudan Rencana Pola Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf a meliputi:
a. rencana zona lindung; dan
b. rencana zona budidaya.
(2) Perwujudan rencana zona lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. penetapan zona lindung BWP Gedeg dengan program
utama penetapan zona lindung BWP Gedeg meliputi:
1. zona perlindungan setempat;
2. zona RTH kota; dan
3. zona rawan bencana.
b. mengoptimalkan dan mengembalikan ke fungsi zona
perlindungan setempat untuk kepentingan konservasi
meliputi:
1. penghijauan, penguatan tebing (membuat
plengsengan), pengembangan kali bersih,
pengembangan pariwisata dan penelitian; dan
2. penetapan batas penghijauan dan pembatasan
kawasan terbangun.
c. mengoptimalkan dan pemeliharaan RTH publik untuk
peningkatan kualitas lingkungan meliputi:
1. penyediaaan RTH kota sehingga mencapai 30%
(tiga puluh persen) dari luas DAS, dengan
mengembangkan RTH taman, RTH jalur hijau
jalan, dan RTH fungsi tertentu; dan
- 41 -
Bagian Keempat
Program Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 40
(1) Perwujudan rencana jaringan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan pergerakan;
b. pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
c. pengembangan jaringan telekomunikasi;
d. pengembangan jaringan air minum;
e. pengembangan jaringan drainase;
f. pengembangan jaringan persampahan; dan
g. pengembangan jaringan prasarana lainnya.
(2) Penetapan sistem jaringan pergerakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangunan jaringan jalan tol Kertosono-Mojokerto
yang melalui Desa Gedeg;
b. pembangunan interchange jalan tol Kertosono-
Mojokerto yang melalui Desa Pagerluyung;
- 43 -
Bagian Kelima
Perwujudan Bagian Wilayah Perkotaan Kecamatan Gedeg yang
Diprioritaskan Penanganannya
Pasal 41
Perwujudan BWP Gedeg yang diprioritaskan penanganannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat c meliputi:
a. penataan kawasan secara lebih rinci dengan penyusunan
RTBL untuk rencana penataan koridor perdagangan dan
lingkungan permukiman pekerja kawasan industri;
b. penataan kawasan dengan penyusunan rencana detail
kawasan industri yang mengatur :
1. peraturan zonasi kawasan industri;
2. penataan intensitas bangunan;
3. pengaturan sirkulasi angkutan umum dan angkutan
barang;
4. penataan sistem drainase;
5. penyediaan RTH sebagai estetika lingkungan dan unsur
ekologi kawasan; ;
6. penyediaan sempadan hijau seluas 50 m di setiap
perbatasan zona industri dengan zona permukiman;
7. penataan dan penyediaan ruang untuk sektor informal;
8. penyediaan permukiman untuk memfasilitasi pekerja
industri; dan
9. pengembangan badan pengolahan limbah.
BAB VIII
PERATURAN ZONASI
Pasal 42
(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (4) huruf f disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang serta berdasarkan rencana rinci tata
ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
- 45 -
BAB IX
PERIZINAN
Pasal 43
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 4
huruf g adalah perizinan yang terkait dengan izin
pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Perijinan merupakan dasar bagi pejabat yang
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana tata ruang yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini.
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan kewenangannya.
(4) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut
prosedur sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
(5) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak
besar dan penting wajib dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(6) Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau
diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar
maka batal demi hukum.
(7) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui
prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak
sesuai dengan rencana tata ruang , dibatalkan oleh
pejabat yang berwenang.
(8) Terhadap kerugian yang ditimbukan akibat pembatalan
izin yang diperoleh melalui prosedur yang benar dapat
dimintakan penggantian yang layak kepada instansi
pemberi izin.
(9) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat
adanya perubahan rencana tata ruang, dapat
dibatalkan oleh Pejabat yang berwenang dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
(10) Setiap pejabat yang berwenang dilarang menerbitkan
izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
(11) Dalam hal kegiatan perizinan mencakup kegiatan:
a. izin lokasi/fungsi ruang;
b. izin pemanfaatan ruang; dan
c. kualitas ruang.
- 46 -
BAB X
KETENTUAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Pasal 44
(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat 4 huruf h adalah :
a. insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang dan indikasi arahan
peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini; dan
b. disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang
yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi
keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam
pemanfaatan ruang wilayah daerah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
(3) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan
oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.
(4) Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain
dalam bentuk :
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta
dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Disinsentif kepada masyarakat diberikan, antara lain
dalam bentuk :
a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi; dan/atau
c. penalti.
(6) Tata cara pemberian insentif dan disinsentif akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Hak Masyarakat
Pasal 45
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang wilayah dan rencana
rinci di daerah;
- 47 -
Kewajiban Masyarakat
Pasal 46
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum.
BAB XII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 47
Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta
masyarakat dapat berbentuk:
a. pemanfaatan ruang daratan, perairan, dan ruang udara
berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama,
adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan
pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan
yang mencakup lebih dari satu wilayah daerah/kota di
daerah;
c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan
RTRW dan rencana tata ruang kawasan yang meliputi
lebih dari satu wilayah;
d. pembangunan sistem informasi tata ruang;
e. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai
dengan RTRW daerah yang telah ditetapkan; dan
f. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan
ruang dan/atau kegiatan menjaga, memelihara, serta
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
- 48 -
Pasal 48
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran serta
masyarakat dapat berbentuk:
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah
daerah/kota di daerah, termasuk pemberian informasi
atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan
dimaksud;
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan
dengan penertiban pemanfaatan ruang; dan
c. melakukan penyidikan terhadap tidak pidana tertentu
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang menjadi dasar hukumnya
dengan wewenang berada di tangan PPNS (Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang).
BAB XIII
KERJASAMA DAERAH
Pasal 49
(1) Kegiatan Penataan Ruang yang menimbulkan dampak
lintas daerah dilaksanakan kerjasama antar daerah.
(2) Ketentuan mengenai kerjasama antar daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIV
KELEMBAGAAN
Pasal 50
(1) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu dan
komprehensif melalui suatu koordinasi dan kerja sama
antara pemerintah kabupaten dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan pemanfaatan ruang dan
pelaksanaan kegiatan pembangunan.
(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan
penataan ruang dan kerja sama antar sektor/antar
daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB XV
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 51
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46, dikenai sanksi administratif.
- 49 -
Pasal 52
(1) Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang
dilakukan terhadap penyelenggaraan pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang, rencana
jaringan prasarana dan peraturan zonasi.
(2) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada
pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan
perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula
kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.
(3) Sanksi administratif yang dikenakan kepada pemanfaat
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dapat
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif
(4) Sanksi administratif yang dikenakan kepada pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam pada
ayat (2) ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Mekanisme dan tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 53
Dalam penyelidikan pemanfaatan ruang, wewenang berada
di tangan PPNS yaitu Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan
Ruang, adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan tindak pidana Penataan Ruang.
Pasal 54
Kedudukan PPNS Penataan Ruang di bawah Bupati.
Pasal 55
Wewenang PPNS dalam melakukan penyelidikan, meliputi :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana
dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
- 50 -
Pasal 56
Tanggung jawab PPNS dalam melakukan penyelidikan,
bertanggung jawab kepada Bupati.
Pasal 57
(1) PPNS Penataan Ruang mempunyai tugas pokok sebagai
berikut:
a. melakukan penyidikan tindak pidana Penataan
Ruang;
b. mewujudkan tegaknya hukum dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dengan melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana penataan ruang dalam
koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri;dan
c. melakukan pembinaan ke dalam agar tercipta suatu
kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas
penyidikan tindak pidana penataan ruang.
(2) PPNS Penataan Ruang mempunyai kewajiban sebagai
berikut:
a. memberitahukan atau melaporkan tentang
penyidikan yang dilakukan kepada Penyidik Polri;
b. memberitahukan perkembangan penyidikan yang
dilakukannya kepada Penyidik Polri;
c. meminta petunjuk dan bantuan penyidikan kepada
Penyidik Polri sesuai kebutuhan;
d. memberitahukan penghentian penyidikan yang
dilakukannya;dan
e. menyerahkan berkas perkara, tersangka dan barang
bukti kepada penuntut umum melalui Penyidik Polri.
(3) PPNS Penataan Ruang mempunyai fungsi menegakkan
hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang
menyangkut tindak pidana penataan ruang.
(4) PPNS memberitahukan dimulainya penyidikan kepada
Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(5) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55, memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, PPNS melalukan
koordinasi dengan Pejabat Penyidik Kepolisian Negara
- 51 -
BAB XVII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 58
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam pasal 46
dikenai sanksi pidana, sebagaimana peraturan
perundangan yang berlaku.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XVIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 59
(1) RDTR BWP Gedeg berlaku selama 20 (dua puluh) tahun.
(2) RDTR BWP Gedeg sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat ditinjau kembali minimal 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
(3) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang
berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas dan/atau wilayah Daerah
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, evaluasi/revisi
rencana detail tata ruang zona sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(4) Peraturan Daerah tentang RDTR BWP Gedeg ini
dilengkapi dengan Buku Rencana, Peraturan Zonasi dan
Album Peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini
Pasal 60
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus
ditetapkan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
- 52 -
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 61
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua
peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan
ruang daerah tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan
telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya, dilakukan penyesuaian dengan
masa transisi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan peraturan daerah ini, izin
yang telah diterbitkan tetap berlaku dan tidak
dapat diperluas.
c. pemanfaatan ruang pada BWP Gedeg yang
diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini agar dipercepat untuk
mendapatkan izin yang diperlukan.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 62
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 53 -
Ditetapkan di Mojokerto
pada tanggal 8 Desember 2015
MOCH. ARDI P.
Diundangkan di Mojokerto
pada tanggal 8 Desember 2015
HERRY SUWITO