Anda di halaman 1dari 142

PERATURAN DAERAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH


NOMOR 15 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012-2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI BENGKULU TENGAH,

Menimbang : a. bahwa ruang merupakan komponen lingkungan hidup yang


bersifat terbatas dan tidak terbaharui, sehingga perlu dikelola
secara bijaksana dan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
kepentingan generasi sekarang dan generasi yang akan
datang;
b. bahwa perkembangan pembangunan khususnya pemanfaatan
ruang di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah diselenggarakan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pemanfaatan potensi sumber daya alam, sumber daya buatan
dan sumber daya manusia dengan tetap memperhatikan daya
dukung, daya tampung dan kelestarian lingkungan hidup;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012 - 2032;

1
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012 - 2032;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 ;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2013);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan
Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2828);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3478);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3881);
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

2
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);
12. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4844);
16. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Repblik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

3
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
18. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);
19. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
21. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
23. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
24. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4870);
25. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4959);

4
26. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
27. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5015);
28. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
29. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5052);
30. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indoneisa Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
31. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
32. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 5168);
33. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170);
34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);

5
35. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5254);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3225);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 09);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776).
40. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan
di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3907);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang wilayah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Ekosistemnya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

6
44. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4242);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4385);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

7
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
55. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4947);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

8
61. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
62. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5110);
63. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5112);
64. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi
Bencana Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 109, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5154);
65. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
66. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5282);
67. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum sebagimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomo 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
68. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Pulau Sumatera;
69. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;

9
70. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang
Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;
71. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Daerah;
72. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 647;
73. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
74. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 643/Menhut-II/2011
tanggal 11 November 2011;
75. Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 02 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu.
(Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
dan
BUPATI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012-
2032.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara

10
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah adalah Bupati Bengkulu Tengah
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di
Kabupaten Bengkulu Tengah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah, yang
selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat di Daerah
Kabupaten Bengkulu Tengah.
5. Pemerintah kabupaten adalah pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, yang selanjutnya disingkat
RTRWK, adalah Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten yang mengatur
struktur dan pola tata ruang wilayah kabupaten.
7. Rencana Detil Tata Ruang Kecamatan, yang selanjutnya disebut RDTR
Kecamatan, adalah dokumen yang memuat arahan kebijakan lebih detil
tentang pemanfaatan ruang wilayah kecamatan.
8. Rencana Teknis Ruang Perkotaan/Kota, yang selanjutnya disebut RTR
Kawasan, adalah dokumen yang memuat arahan kebijakan lebih teknis
tentang pemanfaatan ruang wilayah perkotaan/kota.
9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup
lainnya, hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya.
10. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang
direncanakan ataupun tidak.
11. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
13. Wilayah adalah ruang yang merupakan satu kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

11
14. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
15. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
16. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.
17. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung prikehidupan dan penghidupan.
18. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
19. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai permukiman perkotaan,
pemusatan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
20. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-
kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
21. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditujukan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
22. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,

12
sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan
sebagai wilayah dunia.
23. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
24. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat
maupun di ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya.
25. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanaan;
26. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjukkan dan/atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
27. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memulihkan kesuburan
tanah.
28. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
29. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
30. Kawasan Hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan.
31. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
32. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
berburu.
33. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem

13
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
34. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan
asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya pariwisata dan rekreasi.
35. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan pariwisata dan rekreasi alam.
36. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengimbuhan
utama air tanah.
37. Tatanan kepelabuhan adalah suatu sistem kepelabuhan yang memuat
peran, fungsi, jenis, hirarki pelabuhan, rencana induk pelabuhan nasional
dan lokasi pelabuhan, keterpaduan intra dan antarmoda serta keterpaduan
dengan sektor lainnya.
38. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan
laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat
asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan
dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
39. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antar provinsi.
40. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah menengah, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama
dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan dalam provinsi.
41. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri dari atas prasarana,
sarana, dan sumberdaya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.

14
42. Jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait satu
dengan lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan
suatu sistem.
43. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam yang memiliki
sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya
yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
44. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
merupakan biji atau batuan di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta
air tanah.
45. Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral
atau batu bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengelolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.
46. Penambangan adalah bagian usaha penambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.
47. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk kunjungan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam rangka waktu sementara.
48. Sempadan pantai adalah kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan
kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan tersedianya ruang untuk lalu
lintas umum.
49. Sempadan sungai adalah kawasan kiri kanan sungai termasuk sungai
buatan kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
50. Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan sekeliling danau/waduk
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
danau/waduk.
51. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air.
52. Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan
kepada kehidupan pantai dan laut.

15
53. Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang
merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi
perkembangan flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam.
54. Kawasan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuh-tumbuhan dan satwa alami atau
buatan, jenis asli atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, kebudayaan, pariwisata, dan rekreasi.
55. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam darat
maupun perairan yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam.
56. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah tempat serta ruang di
sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di
sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami
yang khas.
57. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
58. Pusat Kegiatan Nasional, selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional atau beberapa provinsi.
59. Pusat Kegiatan Wilayah yang ditetapkan secara nasional, selanjutnya
disebut PKW, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
60. Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi, selanjutnya
disebut PKWp, adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten /kota.
61. Pusat Kegiatan Lokal, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala ibukota
kabupaten/kota.
62. Pusat Pelayanan Kawasan, yang selanjutnya disingkat PPK, adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa.
63. Pusat Pelayanan Lingkungan, yang selanjutnya disingkat PPL, adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

16
64. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang
luasnya kurang dari atau sama dengan 2000 kilometer persegi.
65. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
66. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
67. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
68. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung prikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya
69. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
perundangan.
70. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok, termasuk masyarakat
hukum adat atau badan hukum.
71. Peran masyarakat adalah partisifasi aktif masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
72. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Bengkulu Tengah dan mempunyai fungsi pelaksanaan
tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
73. Pending Zone adalah daerah yang memiliki status perubahan fungsi lahan
yang masih menunggu keputusan.

17
BAB II
PERAN DAN FUNGSI

Pasal 2
(1) Peraturan Daerah ini berperan sebagai arahan kebijakan, strategi
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Bengkulu Tengah.
(2) Peraturan Daerah ini berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang kabupaten dan
rencana pembangunan jangka menengah kabupaten;
b. pemanfaatan ruang dalam wilayah kabupaten;
c. pengadaan lokasi dan fungsi ruang bagi pembangunan dalam wilayah
kabupaten;
d. penciptaan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan
antar kawasan dalam wilayah kabupaten;
e. penyelenggaraan administrasi pertanahan;
f. pengendalian ruang dalam wilayah kabupaten; dan
g. pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang kabupaten.

BAB III
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN
DAN SUBSTANSI RTRW KABUPATEN BENGKULU TENGAH
Bagian Kesatu
Lingkup Wilayah Perencanaan

Pasal 3
(1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang
ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah daratan,
wilayah pesisir dan, perairan lainnya. Luas wilayah Kabupaten Bengkulu
Tengah adalah 1.429,14 Km2 (seribu empat ratus dua puluh sembilan koma
empat belas kilometer persegi) terdiri atas luas daratan 1.223,94 Km2
(seribu dua ratus dua puluh tiga koma sembilan puluh empat kilometer
persegi) dan wilayah laut dengan luas 205,2 Km2 (dua ratus lima koma dua
kilometer persegi.
(2) Batas-batas wilayah meliputi:

18
a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Air Napal, Kecamatan
Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara dan Kecamatan Curup Kabupaten
Rejang Lebong;
b. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ujanmas, Kecamatan
Kepahiang, dan Kecamatan Seberang Musi Kabupaten Kepahiang;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selebar, Kecamatan
Sungai Serut, Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu dan Teluk
Pering Samudera Hindia.
(3) Lingkup wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Kecamatan Karang Tinggi;
b. Kecamatan Talang Empat;
c. Kecamatan Pondok Kelapa;
d. Kecamatan Pematang Tiga;
e. Kecamatan Pagar Jati;
f. Kecamatan Taba Penanjung;
g. Kecamatan Pondok Kubang;
h. Kecamatan Bang Haji;
i. Kecamatan Merigi Kelindang; dan
j. Kecamatan Merigi Sakti.

Bagian Kedua
Substansi RTRW Kabupaten

Pasal 4
RTRW Kabupaten Bengkulu Tengah yang diatur dalam Peraturan Daerah ini
substansinya memuat tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.

19
Bagian Ketiga
Jangka Waktu RTRW Kabupaten

Pasal 5
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal
ditetapkan dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau batas wilayah
undang-undang, RTRW kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peraturan Daerah tentang RTRW kabupaten dilengkapi dengan buku
rencana dan album peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh menteri kehutanan
terhadap bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat Peraturan Daerah ini dtetapkan, rencana dan album
peta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan peruntukan
kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri Kehutanan.

BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 6
Penataan ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan pertumbuhan wilayah
Kabupaten yang merata dan terpadu dengan ruang yang aman melalui
pengembangan potensi sumber daya alam, pertambangan, pertanian,
perkebunan dan pariwisata sebagai sektor unggulan serta pemanfaatan peluang
sebagai penyangga Kota Bengkulu berbasis kelestarian lingkungan dan mitigasi
bencana.

20
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 7
(1) Kebijakan penataan ruang wilayah terdiri atas:
a. peningkatan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan
budaya ke seluruh wilayah Kabupaten;
b. pengoptimalan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan;
c. peningkatan produksi dan produktivitas sektor-sektor unggulan sesuai
dengan daya dukung lahan;
d. pembukaan peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian
wilayah sebagai kawasan penyangga Kota Bengkulu;
e. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup yang
berbasis daya dukung lingkungan;
f. pengentasan kemiskinan; dan
g. pengembangan kawasan perkotaan.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang

Pasal 8
(1) Peningkatan aksesibilitas dan pemerataan pelayanan sosial ekonomi dan
budaya ke seluruh wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 huruf a diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mewujudkan integrasi Kabupaten dengan membangun, meningkatkan
dan memelihara kualitas jaringan transportasi ke seluruh bagian wilayah;
b. mengembangkan jalan kolektor yang terhubung dengan jaringan lintas
barat sumatera;
c. mengembangkan pusat-pusat kegiatan dan aksesibilitas antar pusat
kegiatan harus dapat dicapai dengan mudah dari ibukota Kabupaten
begitu pula antar pusat-pusat kegiatan;
d. merencanakan dan mengembangkan sistem jaringan trayek angkutan
umum secara terintegrasi dengan moda angkutan lainnya;

21
e. mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan memanfaatkan sumber
energi baru dan terbarukan yang tersedia serta memperluas jaringan
transmisi dan distribusi tenaga listrik; dan
f. menyediakan fasilitas pelayanan sosial, ekonomi dan budaya.
(2) Pengoptimalan pemanfaatan ruang kawasan budidaya sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat huruf b diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan lahan pertanian irigasi untuk menciptakan ketahanan
pangan;
b. mengembangkan kawasan budidaya perkebunan, tanaman hortikultura,
padi sawah dan palawija sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian
lahannya;
c. mengembangkan kawasan budidaya perikanan darat, peternakan,
perkebunan, dan peternakan, sesuai dengan daya dukung lahan; dan
d. mengembangkan perikanan laut sesuai dengan daya dukung lingkungan.
(3) Peningkatkan produksi dan produktivitas sektor-sektor unggulan sesuai
dengan daya dukung lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan
perekonomian rakyat;
b. mengembangkan sektor pertambangan dengan tetap memperhatikan
daya dukung lingkungan;
c. mengembangkan kawasan pariwisata alam dan agrowisata alam;
d. meningkatkan produksi dan produktivitas sub sektor peternakan; dan
e. meningkatkan produksi dan produktivitas sub sektor perikanan di
sepanjang wilayah pantai Kabupaten.
(4) Pembukaan peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian
wilayah sebagai kawasan penyangga Kota Bengkulu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf d diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengoptimalkan mekanisme perizinan, birokrasi dan iklim usaha serta
pengembangan perumahan, industri dan pariwisata;
b. menyediakan informasi, sarana dan prasarana penunjang investasi
pembangunan perumahan, industri dan pariwisata; dan
c. meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh modal pada sumber
pembiayaan.

22
(5) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup yang berbasis
mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e diwujudkan
dengan strategi meliputi:
a. mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan yang telah dirambah
melalui instrumen konsep jasa lingkungan;
b. mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan yang telah rusak melalui
rehabilitasi kawasan hutan dan lahan;
c. menjaga fungsi ekologis kawasan pesisir, sungai dan danau dengan
penerapan instrumen sempadan pantai, sungai dan danau; dan
d. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup serta mitigasi bencana.
(6) Pengentasan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f
diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan;
b. meningkatkan akses terhadap sumber-sumber penyediaan modal usaha
kecil;
c. membuka dan meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal ke pusat
pertumbuhan; dan
d. mengembangkan sarana dan prasarana produksi untuk menunjang
kegiatan ekonomi.
(7) Pengembangan kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf g diwujudkan dengan memperhatikan kaidah lingkungan dan tetap
mempertahankan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30% dari luas
kawasan perkotaan.

BAB V
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 9
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi sistem pusat
pemukiman dan sistem jaringan prasarana wilayah, diantaranya :
a. sistem perkotaan;

23
b. sistem jaringan transportasi;
c. sistem jaringan energi;
d. sistem jaringan telekomunikasi;
e. sistem jaringan sumber daya air; dan
f. sistem prasarana lingkungan.
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1: 50.000 sebagaimana tercantum di Lampiran I merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Sistem Perkotaan

Pasal 10
(1) Rencana sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a dikembangkan secara hirarki dan dalam bentuk pusat kegiatan,
sesuai kebijakan nasional dan provinsi, potensi, dan rencana
pengembangan wilayah Kabupaten.
(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PKL;
b. PPK; dan
c. PPL.
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terletak di Ibukota
Kabupaten dengan peran sebagai:
a. pusat pemerintahan;
b. pusat perdagangan dan jasa;
c. permukiman;
d. pusat pendidikan;
e. pusat kesehatan;
f. pusat kebudayaan;
g. pertambangan;
h. kawasan perkebunan;
i. industri;
j. kawasan suaka alam; dan
k. pusat pariwisata.
(4) Ibukota Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berada dalam
wilayah Kecamatan Karang Tinggi;

24
(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terletak di:
a. Ibukota Kecamatan Pondok Kelapa yang berperan sebagai:
- permukiman;
- pertanian tanaman pangan;
- pengembangan agropolitan;
- perikanan laut, pelabuhan lokal;
- industri;
- kawasan perkebunan;
- pelabuhan penangkapan ikan;
- pertambangan; dan
- pariwisata pantai dan sejarah.
b. Ibukota Kecamatan Talang Empat yang berperan sebagai:
- perkantoran;
- perdagangan dan jasa;
- permukiman;
- pertanian tanaman pangan;
- kawasan pariwisata;
- pertanian tanaman pangan;
- industri;
- kawasan perkebunan; dan
- terminal regional.
c. Ibukota Kecamatan Taba Penanjung yang berperan sebagai:
- kawasan pariwisata alam;
- permukiman;
- kawasan pertambangan;
- kawasan budidaya perikanan;
- kawasan perkebunan;
- kawasan hutan lindung;
- pertambangan; dan
- kawasan suaka alam.
d. Ibukota Kecamatan Pagar Jati, yang berperan sebagai:
- pengembangan agropolitan;
- kawasan perdagangan dan jasa;
- kawasan budidaya perikanan;
- kawasan peternakan;

25
- permukiman;
- pertambangan; dan
- kawasan perkebunan.
(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terletak di:
a. Ibukota Kecamatan Merigi Sakti yang berperan sebagai:
- permukiman;
- pusat agropolitan;
- kawasan perkebunan;
- pertambangan; dan
- kawasan hutan lindung.
b. Ibukota Kecamatan Merigi Kelindang yang berperan sebagai:
- permukiman;
- kawasan perkebunan;
- kawasan pertambangan;
- pertambangan; dan
- kawasan hutan lindung.
c. Ibukota Kecamatan Bang Haji yang berperan sebagai:
- permukiman;
- kawasan perkebunan;
- kawasan peternakan;
- kawasan pertambangan; dan
- kawasan sawah irigasi teknis.
d. Ibukota Kecamatan Pematang Tiga yang berperan sebagai:
- permukiman;
- kawasan perkebunan;
- kawasan peternakan;
- pertambangan; dan
- kawasan pertambangan.
e. Ibukota Kecamatan Pondok Kubang yang berperan sebagai:
- permukiman;
- pusat pariwisata (Tahura) Raja Lelo;
- pertambangan;
- pengembangan agropolitan dan kawasan perkebunan.
(7) Sistem perkotaan yang disebutkan pada Pasal 10 yang menjelaskan pusat
kegiatan PKL, PPK, PPL dan rencana pengembangan kawasan tersebut

26
dapat dilihat pada penjelasan bagian kedua Pasal 19 dan bagian ketiga
Pasal 27 rencana pola ruang.
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 11
(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan transportasi laut.
(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. sistem jaringan transportasi perkeretaapian.
(3) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berupa pelabuhan laut.

Pasal 12
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a
meliputi jaringan jalan.
a. Peningkatan fungsi jaringan jalan; dan
b. Pembangunan jalan.
(2) Peningkatan fungsi jaringan jalan arteri primer yang merupakan jalan
nasional, sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) huruf a meliputi
ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul:
a. Nakau - Batas Kota Kepahiang;
b. Kembang Seri - Air Sebakul;
c. Nakau - Air Sebakul;
d. Tugu Hiu - Simpang Nakau;
e. Pasar Pedati - Tugu Hiu; dan
f. Kerkap - Pasar Pedati (Sungai Hitam).
(3) Peningkatan jaringan jalan kolektor 3 yang merupakan jalan provinsi,
meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul:
a. Lubuk Durian - Lubuk Sini;
b. Tugu Hiu - Taman Hutan Raya - Simpang Kroya;

27
c. Klindang - Susup.
(4) Peningkatan pengembangan jaringan kabupaten yang merupakan jalan
Kabupaten, meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul desa:
1. Karang Tinggi - Padang Tambak - Renah Semanek - Renah Lebar -
Pelajau Kecamatan Karang Tinggi;
2. Karang Tinggi - Penanding - Dusun Baru 2 Kecamatan Karang Tinggi;
3. Penanding - Pagar Gunung Kecamatan Karang Tinggi;
4. Taba Lagan - Gaja Mati - Semidang-Karang Nanding - Pagar Gunung
Kecamatan Karang Tinggi;
5. Karang Nanding - Padang Siring Kecamatan Karang Tinggi;
6. Taba Pasema - Margo Mulyo Kecamatan Talang Empat;
7. Lagan - Taba Lagan Kecamatan Talang Empat;
8. Taba Lagan - Bukit Kecamatan Talang Empat;
9. Taba Lagan - Pagar Jati Kecamatan Talang Empat;
10. Dusun Baru 1 - Taba Jambu Kecamatan Pondok Kubang;
11. Tanjung Terdana - Tahura Kecamatan Pondok Kubang;
12. Tanjung Terdana - Harapan Makmur - Margo Mulyo Kecamatan Pondok
Kubang;
13. Pondok Kubang - Tanjung Dalam - Talang Tengah - Paku Haji
Kecamatan Pondok Kubang;
14. Tanjung Dalam - Pondok Kubang - Dusun Anyar - Renah Lebar
Kecamatan Pondok Kubang, Karang Tinggi;
15. Talang Tengah - Lingkar Galling Kecamatan Pondok Kubang;
16. Lubuk Sini - Karang Tengah Kecamatan Taba Penanjung;
17. Bajak - Padang Kedeper Kecamatan Taba Penanjung, Merigi Kelindang;
18. Bajak - Datar Lebar Kecamatan Taba Penanjung;
19. Taba Baru - Surau Kecamatan Taba Penanjung;
20. Taba Teret - Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung;
21. Sukarami - Tanjung Raman Kecamatan Taba Penanjung;
22. Tanjung Raman - Kota Niur Kecamatan Taba Penanjung;
23. Bajak 1 - Padang Kedeper - Jambu - Penembang Kecamatan Merigi
Kelindang;
24. Padang Kedeper - Bajak Kecamatan Merigi Kelindang;
25. Pungguk Ketupak - Penembang Kecamatan Merigi Kelindang;

28
26. Taba Durian Sebakul - Komering Kecamatan Merigi Kelindang, Merigi
Sakti;
27. Lubuk Unen Baru - Lubuk Unen - Taba Durian Sebakul - Talang
Ambung Kecamatan Merigi Kelindang;
28. Sekayun Hilir - Taba Tengah - Talang Donok Kecamatan Bang Haji;
29. Sekayun - Sekayun Mudik - Sungkai Berayun - Padang Berunai - Air
Napal - Talang Panjang - Genting Kecamatan Bang Haji;
30. Talang Panjang - Kembang Ayun Kecamatan Bang Haji;
31. Padang Betuah - Aturan Mumpo Kecamatan Pondok Kelapa;
32. Padang Betuah - Talang Panjang Kecamatan Pondok Kelapa;
33. Sunda Kelapa - Abu Sakin - Sidorejo - Sidodadi - Talang Pauh -
Ds.Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa;
34. Sidodadi - Bintang Selatan Kecamatan Pondok Kelapa;
35. Sidodadi - Talang Boseng - Pagar Dewa - Kembang Ayun Kecamatan
Pondok Kelapa;
36. Pagar Dewa - Tamiang Kecamatan Pondok Kelapa;
37. Srikaton - Panca Mukti Kecamatan Pondok Kelapa;
38. Srikaton - Srikuncoro Kecamatan Pondok Kelapa;
39. Pasar Pedati - Srikaton Kecamatan Pondok Kelapa;
40. Pasar Pedati - Talang Pauh Kecamatan Pondok Kelapa;
41. Pasar Pedati - Jalan Pantai Sungai Suci Kecamatan Pondok Kelapa;
42. Pematang 3 Lama - Air Kotok Kecamatan Pematang Tiga;
43. Pematang 3 - Tiambang - Kebun Lebar - Tanjung Kepahiang
Kecamatan Pematang Tiga;
44. Genting Dabuk - Kota Titik Kecamatan Pematang Tiga;
45. Kota Titik - Talang Panjang Kecamatan Pematang Tiga, Bang Haji;
46. Sawang Lebar Bengkulu Utara - Senabah - Talang Tengah 2 - Kota Titik
Kecamatan Pematang Tiga;
47. Kebun Lebar - Genting Dapuk Kecamatan Pematang Tiga;
48. Aturan Mumpo - Aturan Mumpo 2 - Talang Tengah 2 Kecamatan
Pematang Tiga;
49. Datar Penokot - Arga Indah 1 - Tumbuk - Talang Curup-Rena Kandis -
Rena Jaya - Karang Are - Arga Indah 1 Kecamatan Pagar Jati;
50. Kertapati Mudik - Temiang - Kertapati Kecamatan Pagar Jati;
51. Pagar Jati - Kertapati Mudik Kecamatan Pagar Jati;

29
52. Kertapati - Paku Haji Kecamatan Pagar Jati;
53. Kertapati Mudik - Talang Boseng Kecamatan Pagar Jati;
54. Bajak 3 - Taba Gematung - Komering - Durian Lebar Kecamatan Merigi
Sakti;
55. Taba Gematung - Pagar Besi Kecamatan Merigi Sakti;
56. Komering - Punjung Kecamatan Merigi Sakti;
57. Komering - Rajak Besi Kecamatan Merigi Sakti;
58. Komering - Susup Kecamatan Merigi Sakti;
59. Punjung - Pagar Agung Kecamatan Merigi Sakti; dan
60. Karang Panggung - Arga Indah 2 Kecamatan Merigi Sakti.
(5) Rencana pembangunan jalan baru sebagaimana dimaksud pada Pasal 12
ayat (1) huruf b yaitu Jalan Nasional Bukan Tol (Bebas Hambatan), Jalan
Bengkulu Outer Ring Road dan Jalan Nasional Lintas Tengah.
(6) Jalan Nasional Bukan Tol (Bebas Hambatan) yang dimaksud pada Pasal 12
ayat (5) meliputi ruas jaringan jalan yang menghubungkan Kota Bengkulu
(Betungan) - Taba Lagan - Kota Niur - Kepahiang.
(7) Jalan Bengkulu Outer Ring Road yang dimaksud pada Pasal 12 ayat (5)
meliputi ruas jaringan jalan yang menghubungkan Pasar Pedati - Simpang
Nakau - Air Sebakul.
(8) Jalan Nasional Lintas Tengah yang dimaksud pada Pasal 12 ayat (5)
meliputi ruas jaringan jalan yang menghubungkan Karang Tinggi Kabupaten
Bengkulu Tengah- Kabupaten Seluma..
(9) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b meliputi:
a. Pengembangan dan pemantapan terminal penumpang yang telah ada
menjadi terminal regional tipe B;
b. Pemantapan dan pembangunan terminal penumpang tipe C;
c. Pembangunan terminal induk, barang/peti kemas; dan
d. Pembangunan balai pengujian kendaraan bermotor.
(10) Peningkatan terminal penumpang tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat
(9) huruf a terletak di Kecamatan Taba Penanjung dan Talang Empat.
(11) Pemantapan dan pembangunan terminal penumpang tipe C sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) huruf b terletak di:
a. Pondok Kelapa;
b. Bang Haji;

30
c. Pematang Tiga;
d. Merigi Kelindang;
e. Pagar Jati;
f. Taba Lagan dan
g. Pondok Kubang.
(12) Pembangunan terminal induk sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf c
terletak di Kecamatan Karang Tinggi.
(13) Pembangunan terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf c
terletak di Padang Ulak Tanjung Kecamatan Talang Empat dan Pasar Pedati
Kecamatan Pondok Kelapa.
(14) Pembangunan pembuatan balai pengujian kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf d terletak di Pondok Kubang.
(15) Sistem jaringan transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 pada ayat (2) huruf c berupa jaringan jalur kererta api.
(16) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dalam pasal 11 ayat (3)
dikembangkan melalui pembangunan pelabuhan laut di Kecamatan Pondok
Kelapa untuk melayani pelayanan angkutan barang dan penumpang.

Pasal 13
(1) Rencana sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2) huruf c meliputi:
a. Lintas Provinsi Sumatera Barat - Kota Bengkulu; dan
b. Lintas Kota Bengkulu - Provinsi Sumatera Selatan.
(2) Sistem jaringan transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) dikembangkan melalui:
a. Pengoperasian kereta api penumpang dan/atau barang pada jalur kereta
api ruas Provinsi Sumatera Selatan - Kabupaten Bengkulu Tengah - Kota
Bengkulu yang merupakan bagian dari pengembangan jalur kereta api
Trans Sumatera (Trans Sumatera Railways); dan
b. Pelayanan kawasan sentra produksi pertanian, perkebunan,
pertambangan, industri dan sinergi dengan pelabuhan pulau baai yaitu
jalur jaringan kereta api Kota Padang - Pondok Kelapa - Kota Bengkulu).

31
Bagian Keempat
Rencana Sistem Jaringan Energi

Pasal 14
(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c meliputi:
a. pembangkit listrik; dan
b. jaringan transmisi listrik.
(2) Pengembangan pembangkit listrik dan jaringan transmisi listrik sebagaimana
dimaksud ayat (1) untuk meningkatkan ketersediaan listrik bagi pusat
permukiman dan non permukiman dan mendukung kegiatan perekonomian,
pengembangan kawasan agropolitan.
(3) Pengembangan pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber energi primer, terutama
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) meliputi panas bumi, tenaga air dan
gelombang laut.
(4) Pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada desa yang belum dijangkau jaringan
listrik.
(5) Jaringan transmisi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa rencana Gardu Induk (GI) di Pasar Pedati Kecamatan Pondok
Kelapa dengan rencana 150 KV.
Bagian Kelima
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 15
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. jaringan teresterial; dan
b. jaringan selular.
(2) Rencana jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikembangkan di Kecamatan Merigi Sakti, Pondok Kelapa, Talang Empat
dan Kecamatan Karang Tinggi.

32
(3) Rencana jaringan selular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berada di seluruh kecamatan dengan menara bersama.
Bagian Keenam
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 16
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf e meliputi:
a. Daerah Aliran Sungai (DAS);
b. sistem jaringan irigasi;
c. sistem jaringan air baku; dan
d. sistem pengendalian banjir.
(2) Sistem wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. DAS Air Lemau;
b. DAS Air Hitam; dan
c. DAS Air Bengkulu.
(3) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikembangkan melalui perbaikan dan peningkatan sistem bangunan irigasi
yang ada guna menjamin ketersediaan pasokan air bagi pertanian sawah di
semua kecamatan.
(4) Sistem jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. air permukaan; dan
b. air tanah.
(5) Sumber air baku berupa air permukaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf a terdapat pada tiap kecamatan dan yang lebih potensial
dikembangkan meliputi:
a. Air Susup Datar Lebar di Kecamatan Taba Penanjung;
b. Air Susup Desa Talang Boseng di Kecamatan Pondok Kelapa; dan
c. Air Susup Desa Durian Demang di Kecamatan Karang Tinggi.
(6) Sumber air baku berupa air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b terdapat pada tiap kecamatan dan yang lebih potensial
dikembangkan terletak di:
a. Desa Lagan Bungin Kecamatan Talang Empat; dan

33
b. Desa Datar Lebar dan Desa Tanjung Heran Kecamatan Taba Penanjung.
(7) Sistem jaringan pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dikembangkan melalui perbaikan dan peningkatan sistem bangunan
pengendalian banjir terutama di kawasan rawan banjir meliputi tepian Sungai
Rindu Hati dan Sungai Bajak Sidodadi, pengendalian kegiatan budidaya
seperti permukiman di sepanjang tepian Sungai Rindu Hati dan Sungai
Bajak Sidodadi, dan sistem pengendalian banjir lainnya.
Bagian Ketujuh
Rencana Sistem Prasarana Lingkungan

Pasal 17
(1) Sistem prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) huruf f meliputi:
a. Sistem Pengelolaan Persampahan dengan sistem sanitary landfill;
b. Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM);
c. rencana jalur evakuasi bencana; dan
d. prasarana lainnya.
(2) Sistem Pengelolaan Persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa Tempat Pemrosesan Akhir yang terletak di Kecamatan
Pondok Kubang, Pondok Kelapa, dan Talang Empat.
(3) Sistem Pengelolaan Air Minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berupa Badan Layanan Umum Air Minum yang melayani kecamatan
Pondok Kelapa, Karang Tinggi, Talang Empat dan Taba Penanjung.
(4) Rencana jalur evakuasi dan bangunan ruang terbuka evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu pada ruas Jalan Pondok
Kelapa - Tugu Hiu - Pondok Kubang - Komering - Susup - Ujan Mas.
(5) Pengembangan jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berfungsi untuk penyelamatan ke lokasi aman dalam waktu tempuh yang
singkat.
(6) Bangunan dan ruang evakuasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) terdiri
atas bangunan dan ruang terbuka masjid, sekolah, perkantoran dan
bangunan serta ruang khusus yang dibangun untuk penyelamatan.
(7) Rencana prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
berupa pembangunan pelabuhan perikanan dengan klasifikasi Pangkalan

34
Pendaratan Ikan (PPI) dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang berada di
Kecamatan Pondok Kelapa.

BAB VI
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18
(1) Rencana pola ruang Kabupaten meliputi:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(2) Penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan dengan mengacu pada kawasan lindung yang telah ditetapkan
secara nasional dan memperhatikan kawasan lindung yang ditetapkan oleh
provinsi dan kabupaten/kota.
(3) Penetapan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan mengacu pada kawasan budidaya yang memiliki nilai
strategis nasional, serta memperhatikan kawasan budidaya provinsi dan
kabupaten/kota.
(4) Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pasal 19
Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam;

35
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.

Pasal 20
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
Kawasan Hutan Lindung Bukit Daun register 5 dan Hutan Lindung Rindu Hati
register 75 dengan luas 18.428 (delapan belas ribu empat ratus dua puluh
delapan) hektar.

Pasal 21
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b berupa kawasan resapan
air.
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di
daerah tangkapan air (catchment area) hulu sungai di seluruh kawasan
hutan lindung dan di kawasan yang memiliki kelerengan lebih besar dari 40
(empat puluh) persen.

Pasal 22
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf c, terdiri atas:
a. ruang terbuka hijau;
b. sempadan pantai; dan
c. sempadan sungai.
(2) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berada di tiap-tiap pusat kegiatan yang merupakan kawasan
perkotaan, dan untuk pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di ibukota
kabupaten terutama Kecamatan Karang Tinggi seluas 5,361 Ha atau 39%
dari luas wilayah kota.
(3) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berada di sepanjang pantai barat daya Kabupaten.
(4) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berada di sepanjang kiri-kanan Sungai Air Lemau, Air Bengkulu dan sungai-
sungai kecil lainnya.

36
Pasal 23
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, meliputi:
a. taman hutan raya;
b. cagar alam; dan
c. cagar budaya.
(2) Taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
Taman Hutan Raya Raja Lelo, terletak di Kecamatan Pondok Kubang
dengan luas 1.162 (seribu seratus enam puluh dua) hektar.
(3) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan
luas 4 (empat) hektar meliputi:
a. Cagar Alam Danau Dusun Besar di Kecamatan Talang Empat;
b. Cagar Alam Taba Penanjung I di Kecamatan Taba Penanjung dan
c. Cagar Alam Taba Penanjung II di Kecamatan Taba Penanjung.
(4) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. Cagar Budaya Makam Raja Balai Buntar, Makam Putri Gading Cempaka,
Prasasti Sumur, Pagar Besi dan Masjid Padang Betuah di Kecamatan
Pondok Kelapa;
b. Cagar Budaya Makam Pendiri Lembak VIII dan Pagar Besi di Kecamatan
Pondok Kubang;
c. Cagar Budaya Labu Anak Dalam, Injakan kaki Anak Dalam, Bangunan
Rumah Tradisional dan Buteu Jemua di Kecamatan Pagar Jati;
d. Cagar Budaya Makam Panglima Sakti, Keramat Nibung, Meriam dan
Kelambu Sakti di Kecamatan Merigi Sakti;
e. Cagar Budaya Batu Balai, Benteng Belanda dan Bangunan Lonjok di
Kecamatan Karang Tinggi; dan
f. Cagar Budaya Benteng Co’a Sangko di Kecamatan Taba penanjung.

Pasal 24
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf e terdiri atas:
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan banjir; dan
c. kawasan rawan gelombang pasang.

37
(2) kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terletak di Kecamatan Pematang Tiga, Bang Haji, Merigi Sakti, Merigi
Kelindang, Taba Penanjung dan Karang Tinggi;
(3) kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terletak
di Kecamatan Pondok Kelapa, Talang Empat dan sebagian kecil Pondok
Kubang; dan
(4) kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terletak di kawasan pesisir yaitu di Kecamatan Pondok Kelapa
terutama di Desa Pasar Pedati dan Desa Pekik Nyaring.

Pasal 25
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f
terdiri atas:
a. kawasan rawan gempa bumi; dan
b. kawasan rawan tsunami.
(2) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terletak di sepanjang jalur patahan di setiap kecamatan.
(3) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terletak di sepanjang pesisir pantai terutama Kecamatan Pondok Kelapa.

Pasal 26
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf g
berupa kawasan Taman Buru.
(2) Berdasarkan kondisi sebagian kawasan Taman Buru yang sekarang ini
sudah menjadi kawasan permukiman, pertanian, perkebunan, lokasi
pemakaman dan dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di Desa Kota Niur dan Desa-Desa Eks Marga
Semidang Bukit Kabu dijadikan pending zone untuk selanjutnya akan
diusulkan alih fungsi kawasan Taman Buru menjadi Areal Penggunaan Lain
(APL) sesuai aturan berlaku.
(3) Kawasan Taman Buru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
kawasan Taman Buru Semidang Bukit Kabu di Kecamatan Taba Penanjung
dan Karang Tinggi dengan luas 4.453 (empat ribu empat ratus lima puluh
tiga) hektar.

38
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 27
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 28
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf a terdiri atas:
a. Hutan Produksi; dan
b. Hutan Produksi Terbatas.
(2) Berdasarkan kondisi sebagian kawasan Hutan Produksi (HP) yang sekarang
ini sudah menjadi kawasan permukiman, pertanian, perkebunan, lokasi
pemakaman dan dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat di Desa Kota Niur, dijadikan pending zone untuk
selanjutnya akan diusulkan alih fungsi kawasan Hutan Produksi (HP)
menjadi Areal Pengguanaan Lain (APL) sesuai aturan berlaku.
(3) Kawasan Hutan Produksi (HP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terletak di Kecamatan Taba Penanjung dengan luas 357 (tiga ratus lima
puluh tujuh) hektar.
(4) Kawasan Hutan Produksi Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terletak di Kecamatan Taba Penanjung dengan luas kurang lebih
2.927 (dua ribu sembilan ratus dua puluh tujuh) hektar.

39
Pasal 29
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf b terdiri atas:
a. kawasan peruntukan budidaya tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan budidaya hortikultura;
c. kawasan peruntukan budidaya perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan budidaya peternakan.
(2) Kawasan peruntukan budidaya tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a seluas 4.097 (empat ribu sembilan puluh tujuh) hektar
yang terletak di Kecamatan Pagar Jati, Kecamatan Karang Tinggi,
Kecamatan Talang Empat, Kecamatan Pondok Kelapa, Kecamatan
Pematang Tiga dan memungkinkan diwilayah kecamatan lain.
(3) Kawasan peruntukan budidaya hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b seluas 5.663 (lima ribu enam ratus enam puluh tiga) hektar
yang terletak disetiap kecamatan.
(4) Kawasan peruntukan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terletak di disetiap kecamatan dengan luas 23.013 (dua
puluh tiga tiga belas) hektar.
(5) Kawasan peruntukan budidaya peternakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d terletak disetiap kecamatan dengan luas kurang lebih 1.000
(seribu) hektar.
(6) Ketentuan penetapan mengenai kawasan pertanian ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 30
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf c meliputi:
a. perikanan tangkap;
b. budidaya air tawar/air payau (termasuk lahan kritis); dan
c. kawasan pengolahan perikanan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terletak di Kecamatan Pondok Kelapa di perairan laut sejauh 4
(empat) mil.

40
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terletak di Kecamatan Taba Penanjung, Pagar Jati dan
memungkinkan diwilayah kecamatan lain berdasarkan potensi wilayah.
(4) Kawasan peruntukan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berada di Kecamatan Pondok Kelapa dan memungkinkan diwilayah
kecamatan lain.

Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf d berupa:
a. pertambangan mineral; dan
b. pertambangan batubara.
(2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa biji besi yang terletak di Kecamatan Pagar Jati dan diwilayah
kecamatan lain berdasarkan hasil Eksplorasi.
(3) Pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas kurang lebih 20.930 (dua puluh ribu sembilan ratus tiga puluh)
hektar yang terletak di Kecamatan Bang Haji, Karang Tinggi, Pematang
Tiga, Pagar Jati, Taba Penanjung, dan apabila memungkinkan diwilayah
kecamatan lain.
(4) Ketentuan penetapan mengenai kawasan pertambangan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 32
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf
e terdiri atas:
a. kawasan industri; dan
b. industri kecil dan mikro.
(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
kawasan di Kecamatan Talang Empat, Karang Tinggi dan Pondok Kelapa.
(3) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berada di Kecamatan Talang Empat dan memungkinkan
diwilayah kecamatan lain.

41
(4) Kawasan perindustrian selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dikembangkan berdasarkan hasil analisis tata guna lahan, dukungan
prasarana dan potensi daerah sekitar serta analisis daya dukung ekosistem.

Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf f terdiri atas:
a. kawasan wisata alam;
b. kawasan wisata budaya; dan
c. kawasan wisata buatan.
(2) Kawasan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Danau Cikdam, Air Terjun Taba Lagan dan Curup Embun di Kecamatan
Talang Empat;
b. Lubuk Serigo, Puncak Liku Sembilan dan Air Terjun Peh di Kecamatan
Taba Penanjung;
c. Taman Hutan Raya Raja Lelo di Kecamatan Pondok Kubang;
d. Air Terjun Siang dan air tejun Datar Lebar di Kecamatan Merigi
Kelindang;
e. Danau Gedang, Pantai Sungai Suci dan Pantai Pekik Nyaring di
Kecamatan Pondok Kelapa;
f. Air Terjun Tik Belimbi, Telutung, Segeak dan sungai Curup Gemilia di
Kecamatan Pagar Jati; dan
g. Bukit Sebaya, Air Terjun Bambu Temiangka, Gunung Bungkuk, Air Terjun
Genap Curug Tes, Curug Layang, Tinggi dan PLTA Musi di Kecamatan
Merigi Sakti.
(3) Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Benteng Co’a Sangko di Kecamatan Taba penanjung;
b. Makam Raja Balai Buntar, Makam Putri Gading Cempaka, Prasasti
Sumur, Pagar Besi dan Masjid Padang Betuah di Kecamatan Pondok
Kelapa;
c. Makam Pendiri Lembak VIII, di Kecamatan Pondok Kubang;
d. Labu Anak Dalam, Injakan kaki Anak Dalam, Bangunan Rumah
Tradisional dan Buteu Jemua di Kecamatan Pagar Jati;

42
e. Makam Panglima Sakti, Keramat Nibung, Meriam dan Kelambu Sakti di
Kecamatan Merigi Sakti; dan
f. Batu Balai, Benteng Belanda, Bangunan Lonjok dan Ritual Tenjor di
Kecamatan Karang Tinggi.
(4) Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa wisata arung jeram di Kecamatan Pagar Jati.

Pasal 34
(1) Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf g
meliputi:
a. permukiman perkotaan; dan
b. permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dikembangkan pada kawasan perkotaan yang menyebar di seluruh
kecamatan dengan luas kurang lebih 2.938 (dua ribu sembilan ratus tiga
puluh delapan) hektar.
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dikembangkan menyebar di seluruh kecamatan seluas kurang lebih
2.467 (dua ribu empat ratus enam puluh tujuh) hektar.
(4) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 34
ayat (3) selain dikembangkan juga akan di siapkan untuk persiapan relokasi
lahan pemukiman penduduk akibat bencana tsunami dan abrasi laut di
Kecamatan Pondok Kelapa seluas 10 (sepuluh) hektar.

Pasal 35
Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h
yaitu kawasan perkantoran, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, perdagangan
dan jasa.

BAB VII
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 36
(1) Rencana pengembangan kawasan strategis Kabupaten Bengkulu Tengah
meliputi:

43
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup; dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi.
(2) Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di kawasan pusat
perkantoran pemerintah di Kecamatan Karang Tinggi, Kawasan Wisata,
Situs Budaya dan memungkinkan diwilayah kecamatan lain berdasarkan
potensi wilayah.
(3) Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Kecamatan Pondok Kubang;
b. Kawasan Cagar Alam, Taman Buru di Kecamatan Taba Penanjung dan
Karang Tinggi;
c. Hutan Lindung Rindu Hati di Kecamatan Taba Penanjung, Merigi Sakti,
Merigi Kelindang dan Pematang Tiga.
(4) Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Kawasan Ibukota Kabupaten Bengkulu Tengah;
b. Kawasan Industri Kecamatan Talang Empat, Karang Tinggi, Pondok
Kelapa;
c. Kawasan Perdagangan dan Jasa di tiap-tiap perkotaan kecamatan;
d. Kawasan agropolitan Merigi Sakti, Pagar Jati, Pondok Kubang, Pondok
Kelapa dengan Pusat Inti Desa Arga Indah II seluas 3.965 H;
e. Kawasan Minapolitan Tangkap di Kecamatan Pondok Kelapa dan
Minapolitan Bididaya di Kecamatan Taba Penanjung, Pagar Jati, Pondok
Kelapa dan memungkinkan diwilayah kecamatan lain berdasarkan potensi
wilayah;
f. Kawasan Trasnportasi Pelabuhan Laut di Kecamatan Pondok Kelapa.
(5) Pembiayaan pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dialokasikan dari sumber dana anggaran Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah serta dari dana investasi
perorangan dan masyarakat maupun dana yang dibiayai bersama baik antar
Pemerintah Pusat dan Provinsi, antar Pemerintah dan Pemerintah Daerah

44
maupun antara swasta dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah,
dan dana lain-lain dari penerimaan yang sah.
(6) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta kawasan strategis dengan tingkat ketelitian 1: 50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daearah ini.

BAB VIII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Pasal 37
(1) Pemanfaatan ruang wilayah mengacu pada rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang Kabupaten Bengkulu Tengah.
(2) Pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyusunan program
pemanfaatan ruang.
(3) Pembiayaan untuk merealisasikan program pemanfaatan ruang dalam
rangka perwujudan rencana struktur ruang dan perwujudan rencana pola
ruang dialokasikan dari sumber dana anggaran Pemerintah, Pemerintah
Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah serta dari
dana investasi perorangan dan masyarakat (swasta/investor) maupun dana
yang dibiayai bersama (sharing) baik antar Pemerintah Pusat dan Provinsi
Bengkulu, antar Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah
maupun antara swasta/investor dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Kabupaten Bengkulu Tengah dan dana lain-lain dari penerimaan yang sah.

Pasal 38
(1) Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan struktur ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) meliputi:
a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
b. perwujudan pengembangan sistem prasarana wilayah.
(2) Perwujudan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. PKL Karang Tinggi;

45
b. PPK Pondok Kelapa, PPK Talang Empat, PPK Taba Penanjung, dan PPK
Pagar Jati ; dan
c. PPL Merigi Sakti, PPL Merigi Kelindang, PPL Bang Haji, PPL Pematang
tiga, dan PPL Pondok Kubang.
(3) Perwujudan PKL Karang Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a meliputi:
a. penataan batas kawasan Kota Karang Tinggi sebagai Ibukota Kabupaten
(Master Plan Ibukota Kabupaten);
b. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Karang Tinggi;
c. penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Karang Tinggi;
d. pengembangan perkantoran pemerintahan;
e. pembangunan pasar;
f. pengembangan rumah sakit umum daerah;
g. pembangunan perguruan tinggi;
h. pembangunan pusat rekreasi masyarakat; dan
i. pembangunan gedung olahraga dan kesenian.
(4) Perwujudan PPK Pondok Kelapa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan melalui:
a. penyusunan RDTR Pondok Kelapa;
b. penyusunan RTR Pondok Kelapa;
c. penyusunan studi kelayakan pelabuhan laut;
d. penyusunan Master Plan dan DED pelabuhan laut;
e. pembangunan pelabuhan laut;
f. pengembangan kawasan perikanan tangkap;
g. pembangunan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
h. pembangunan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan
i. pembangunan fasilitas pelayanan kawasan.
(5) Perwujudan PPK Talang Empat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dilakukan melalui:
a. penyusunan RDTR Talang Empat; dan
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan perkantoran,
perdagangan, jasa dan pariwisata.
(6) Perwujudan PPK Taba Penanjung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan melalui:
a. penyusunan RDTR Taba Penanjung;

46
b. penyusunan RTR Taba Penanjung; dan
c. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan perkantoran,
perdagangan jasa dan pariwisata.
(7) Perwujudan PPK Pagar Jati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan melalui:
a. penyusunan RDTR Pagar Jati;
b. penyusunan RTR Pagar Jati;
c. pembangunan pasar agribisnis;
d. pembangunan terminal agribisnis dan pergudangan;
e. pembangunan sarana dan produksi hasil pertanian; dan
f. mengembangkan infrastruktur pendukung.
(8) Perwujudan PPL Merigi Sakti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan melalui :
a. penyusunan Master Plan Agropolitan; dan
b. pembangunan sarana dan prasarana pelayanan lingkungan.
(9) Perwujudan PPL Merigi Kelindang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana pelayanan
lingkungan.
(10) Perwujudan PPL Bang Haji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana pelayanan
lingkungan.
(11) Perwujudan PPL Pematang Tiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana pelayanan
lingkungan.
(12) Perwujudan PPL Pondok Kubang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dilakukan melalui pembangunan sarana dan prasarana pelayanan
lingkungan.

Pasal 39
(1) Perwujudan pengembangan sistem prasarana wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b meliputi:
a. perwujudan sistem jaringan transportasi;
b. perwujudan sistem jaringan energi dan sumber daya mineral;
c. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
d. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan

47
e. perwujudan sistem jaringan prasarana perumahan dan permukiman.
(2) Perwujudan pengembangan sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa program transportasi darat.
(3) Perwujudan pengembangan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan kewenangan
penyelenggaraan jalan, melalui:
a. Peningkatan jaringan jalan arteri primer yaitu yang menghubungkan
simpul-simpul:
1. Nakau - Batas Kota Kepahiang;
2. Kembang Seri - Air Sebakul;
3. Nakau - Air Sebakul;
4. Tugu Hiu - Simpang Nakau;
5. Pasar Pedati - Tugu Hiu; dan
6. Kerkap - Pasar Pedati (Sungai Hitam).
b. peningkatan jalan kolektor primer 3 yaitu jalan yang menghubungkan
simpul-simpul:
1. Lubuk Durian - Lubuk Sini;
2. Tugu Hiu - Taman Hutan Raya - Simpang Keroya;
3. Kelindang - Susup;
c. pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi jalan-jalan kabupaten yaitu
jalan yang menghubungkan simpul-simpul desa:
1. Karang Tinggi - Padang Tambak - Renah Semanek - Renah Lebar -
Pelajau Kecamatan Karang Tinggi;
2. Karang Tinggi - Penanding - Dusun Baru II Kecamatan Karang
Tinggi;
3. Penanding - Pagar Gunung Kecamatan Karang Tinggi;
4. Taba Lagan - Gajah Mati - Semidang-Karang Nanding - Pagar
Gunung Kecamatan Karang Tinggi;
5. Karang Nanding - Padang Siring Kecamatan Karang Tinggi;
6. Taba Pasema - Margo Mulyo Kecamatan Talang Empat;
7. Lagan - Taba Lagan Kecamatan Talang Empat;
8. Taba Lagan - Bukit Kecamatan Talang Empat;
9. Taba Lagan - Pagar Jati Kecamatan Talang Empat;
10. Dusun Baru I - Taba Jambu Kecamatan Pondok Kubang;
11. Tanjung Terdana - Tahura Kecamatan Pondok Kubang;

48
12. Tanjung Terdana - Harapan Makmur - Margo Mulyo Kecamatan
Pondok Kubang;
13. Pondok Kubang - Tanjung Dalam - Talang Tengah - Paku Haji
Kecamatan Pondok Kubang;
14. Tanjung Dalam - Pondok Kubang - Dusun Anyar - Renah Lebar
Kecamatan Pondok Kubang, Karang Tinggi;
15. Talang Tengah - Linggar Galling Kecamatan Pondok Kubang;
16. Lubuk Sini - Karang Tengah Kecamatan Taba Penanjung;
17. Bajak - Padang Kedeper Kecamatan Taba Penanjung, Merigi
Kelindang;
18. Bajak - Datar Lebar Kecamatan Taba Penanjung;
19. Taba Baru - Surau Kecamatan Taba Penanjung;
20. Taba Teret - Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung;
21. Sukarami - Tanjung Raman Kecamatan Taba Penanjung;
22. Tanjung Raman - Kota Niur Kecamatan Taba Penanjung;
23. Bajak I - Padang Kedeper - Jambu - Penembang Kecamatan Merigi
Kelindang;
24. Padang Kedeper - Bajak Kecamatan Merigi Kelindang;
25. Pungguk Ketupak - Penembang Kecamatan Merigi Kelindang;
26. Taba Durian Sebakul - Komering Kecamatan Merigi Kelindang, Merigi
Sakti;
27. Lubuk Unen Baru - Lubuk Unen - Taba Durian Sebakul - Talang
Ambung Kecamatan Merigi Kelindang;
28. Sekayun Hilir - Taba Tengah - Talang Donok Kecamatan Bang Haji;
29. Sekayun - Sekayun Mudik - Sungkai Berayun - Padang Berunai - Air
Napal - Talang Panjang - Genting Kecamatan Bang Haji;
30. Talang Panjang - Kembang Ayun Kecamatan Bang Haji;
31. Padang Betuah - Aturan Mumpo Kecamatan Pondok Kelapa;
32. Padang Betuah - Talang Panjang Kecamatan Pondok Kelapa;
33. Sunda Kelapa - Abu Sakim - Sidorejo - Sidodadi - Talang Pauh –
Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa;
34. Sidodadi - Bintang Selatan Kecamatan Pondok Kelapa;
35. Sidodadi - Talang Boseng - Pagar Dewa - Kembang Ayun
Kecamatan Pondok Kelapa;
36. Pagar Dewa - Temiang Kecamatan Pondok Kelapa;

49
37. Srikaton - Panca Mukti Kecamatan Pondok Kelapa;
38. Srikaton - Srikuncoro Kecamatan Pondok Kelapa;
39. Pasar Pedati - Srikaton Kecamatan Pondok Kelapa;
40. Pasar Pedati - Talang Pauh Kecamatan Pondok Kelapa;
41. Pasar Pedati - Jalan Pantai Sungai Suci Kecamatan Pondok Kelapa;
42. Pematang Tiga Lama - Air Kotok Kecamatan Pematang Tiga;
43. Desa Pematang Tiga - Tiambang - Kebun Lebar - Tanjung
Kepahyang Kecamatan Pematang Tiga;
44. Genting Dabuk - Kota Titik Kecamatan Pematang Tiga;
45. Kota Titik - Talang Panjang Kecamatan Pematang Tiga, Bang Haji;
46. Sawang Lebar Bengkulu Utara - Senabah - Talang Tengah II - Kota
Titik Kecamatan Pematang Tiga;
47. Kebun Lebar - Genting Dabuk Kecamatan Pematang Tiga;
48. Aturan Mumpo - Aturan Mumpo II - Talang Tengah II Kecamatan
Pematang Tiga;
49. Datar Penokot - Arga Indah I - Tumbuk - Talang Curup - Rena Kandis
- Renah Jaya - Karang Are - Arga Indah I Kecamatan Pagar Jati;
50. Kertapati Mudik - Temiang - Kertapati Kecamatan Pagar Jati;
51. Pagar Jati - Kertapati Mudik Kecamatan Pagar Jati;
52. Kertapati - Paku Haji Kecamatan Pagar Jati;
53. Kertapati Mudik - Talang Boseng Kecamatan Pagar Jati;
54. Bajak III - Taba Gematung - Komering - Durian Lebar Kecamatan
Merigi Sakti;
55. Taba Gematung - Pagar Besi Kecamatan Merigi Sakti;
56. Komering - Punjung Kecamatan Merigi Sakti;
57. Komering - Rajak Besi Kecamatan Merigi Sakti;
58. Komering - Susup Kecamatan Merigi Sakti;
59. Punjung - Pagar Agung Kecamatan Merigi Sakti; dan
60. Karang Panggung - Arga Indah II Kecamatan Merigi Sakti;
d. pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan;
e. usulan pembangunan jalan baru yaitu Jalan Tol (Bebas Hambatan) yang
meliputi ruas jaringan jalan yang menghubungkan Kota Bengkulu
(Betungan) - Taba Lagan - Kota Niur - Kepahiang; dan
f. usulan pembangunan jalan Outer Ring Road yaitu ruas jaringan jalan
yang menghubungkan Pasar Pedati - Simpang Nakau - Air Sebakul.

50
g. usulan jalan nasional lintas tengah yaitu ruas jaringan jalan yang
menghubungkan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu Tengah -
Kabupaten Seluma.
h. usulan jaringan transportasi perkeretaapian yaitu ruas jaringan jalan yang
menghubungkan :
1. Ruas Provinsi Sumatera Selatan - Kabupaten Bengkulu Tengah -
Kota Bengkulu yang merupakan bagian dari pengembangan jalur
kereta api Trans Sumatera (Trans Sumatera Railways); dan
2. Ruas Kota Padang - Pondok Kelapa - Kota Bengkulu.
i. usulan jaringan transportasi laut yaitu pembangunan pelabuhan laut di
Kecamatan Pondok Kelapa untuk melayani pelayanan angkutan barang
dan penumpang.
j. pemberdayaan fungsi terminal penumpang tipe B di Kecamatan Taba
Penanjung dan Talang Empat yang sudah terbangun;
k. pemantapan dan pembangunan terminal penumpang Tipe C di Karang
Tinggi, Pasar Pedati, Pematang Tiga, Merigi Kelindang, Pagar Jati, Taba
Lagan dan Pondok Kubang;
l. pembangunan terminal agribisnis di Kecamatan Pagar Jati untuk
mendukung Merigi Sakti menjadi pusat pelayanan kawasan agropolitan
dan kawasan pengembangan Pagar Jati, Ponduk Kubang dan Pondok
Kelapa;
m. pembangunan terminal induk di Kecamatan Karang Tinggi;
n. pembangunan terminal barang/peti kemas di Padang Ulak Tanjung
Kecamatan Talang Empat, Desa Pasar Pedati Kecamatan Pondok
Kelapa; dan
o. pembangunan pembuatan balai pengujian kendaraan bermotor di
Kecamatan Pondok Kubang.
(4) Perwujudan pengembangan sistem prasarana energi dan sumber daya
mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. peningkatan kapasitas sumber daya pembangkit di Provinsi Bengkulu
untuk Gardu Induk Kabupaten Bengkulu Tengah; dan
b. perluasan jaringan pelayanan di 10 Kecamatan, pembangunan gardu
distribusi dengan tahapan:
1. 128.924 KVA (seratus dua puluh delapan ribu sembilan ratus dua
puluh empat kilo volt ampere) hingga tahun 2015;

51
2. 139.572 KVA (seratus tiga puluh sembilan ribu lima ratus tujuh puluh
dua kilo volt ampere) hingga tahun 2020;
3. 151.102 KVA (seratus lima puluh satu ribu seratus dua kilo volt
ampere) hingga tahun 2025; dan
4. 163.583 KVA (seratus enam puluh tiga lima ratus delapan puluh tiga
kilo volt ampere) hingga tahun 2031).
(5) Perwujudan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan melalui pengembangan Jaringan
telepon domestik, perkantoran, komersial dan Sentral Telepon Otomat
(STO).
(6) Perwujudan pengembangan sistem prasarana sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan melalui:
a. perwujudan kelestarian kawasan resapan air yang dilakukan melalui:
1. identifikasi area-area dan kondisi tangkapan hujan pada hulu sungai
besar;
2. rehabilitasi kawasan hutan lindung melalui reboisasi dengan jenis
pohon kayu-kayuan dan bertajuk lebat;
3. rehabilitasi hulu Sungai Air Bengkulu dan Air Lemau;
4. reboisasi kawasan resapan air di luar kawasan hutan lindung; dan
5. penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak dalam dan luar
negeri untuk rehabilitasi kawasan yang rusak baik di kawasan hutan
lindung maupun kawasan resapan air di luar hutan lindung.
b. perwujudan kawasan irigasi dilakukan melalui pengembangan kawasan
irigasi teknis melalui pembangunan bendungan di sekitar kawasan hilir Air
Lemau dan Air Bengkulu.
c. perwujudan pelayanan air bersih dilakukan melalui:
1. peningkatan pelayanan, sehingga seluruh pusat permukiman
mendapat layanan air bersih melalui PAM; dan
2. peningkatan sumber air baku sesuai standar baku layanan air bersih.
d. perwujudan Pengendalian Banjir dilakukan melalui:
1. rehabilitasi area tangkapan hujan (hulu) Air Bengkulu dan Air Lemau;
dan
2. rencana pembangunan bendung irigasi di sekitar hilir Air Lemau dan
Air Bengkulu.

52
(7) Perwujudan pengembangan sistem prasarana perumahan dan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan melalui:
a. pembangunan perumahan perkotaan di Karang Tinggi, Talang Empat,
Pondok Kelapa dan Taba Penanjung;
b. perbaikan perumahan tidak permanen dan semi permanen di seluruh
pusat pelayanan kawasan/lingkungan;
c. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan pusat
pemerintahan Karang Tinggi, Kawasan Perkotaan Talang Empat dan
Taba Penanjung serta menampung IPAL dari kegiatan agropolitan (sawit
dan karet) di Pagar Jati, Merigi Sakti, Pondok Kubang dan Pondok
Kelapa;
d. pembangunan drainase kawasan perkotaan Karang Tinggi, Talang
Empat, Taba Penanjung dan Pagar Jati; dan
e. pembangunan jalan lokal/lingkungan dari PPK/PPL ke desa-desa
berkembang.

Pasal 40
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(2) disusun berdasarkan indikasi program pembangunan yang memiliki
jangka waktu pelaksanaan selama 20 tahun, pentahapan kegiatan tersebut
dituangkan dalam kegiatan per 5 (lima) tahun dengan indikasi program
utama lima tahun pertama diuraikan per tahun kegiatan yang meliputi
perwujudan rencana struktur ruang dan perwujudan rencana pola ruang.
(2) Indikasi program perwujudan rencana struktur ruang mencakup program
perwujudan pusat-pusat kegiatan yang akan dikembangkan dan perwujudan
sistem prasarana.
(3) Indikasi program perwujudan rencana pola ruang mencakup progam
perwujudan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
(4) Indikasi program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 41
(1) Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan pola ruang dilakukan
melalui:

53
a. perwujudan kawasan lindung; dan
b. perwujudan kawasan budidaya.
(2) Perwujudan kawasan lindung terdiri atas:
a. perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan lindung yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
b. perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan perlindungan
setempat;
c. perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan suaka alam;
d. perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan rawan bencana alam.
(3) Pemantapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dilakukan pada kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air, melalui:
a. penataan batas kawasan hutan lindung;
b. identifikasi dan pemetaan kerusakan, persoalan dan pemanfaatan ruang
pada kawasan hutan lindung;
c. penyusunan program rehabilitasi hutan lindung;
d. penguatan program rehabilitasi hutan lindung berbasis masyarakat
dengan ketentuan bahwa tidak diperkenankan memanfaatkan hasil hutan
kayu;
e. rehabilitasi kawasan hutan lindung melalui reboisasi dengan jenis pohon
kayu-kayuan dan bertajuk lebat;
f. reboisasi kawasan resapan air di luar kawasan hutan lindung;
g. pengawasan dan pengamanan kawasan hutan lindung;
h. penegakan hukum untuk pemberantasan pembalakan liar (illegal logging);
i. penerapan pola insentif dan disinsentif dalam pengelolaan hutan lindung;
j. penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri
untuk rehabilitasi kawasan yang rusak baik di kawasan hutan lindung
maupun kawasan resapan air di luar hutan lindung; dan
k. pengadaan bibit dan penanaman lahan pada kawasan prioritas.
(4) Perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas :
a. untuk kawasan sempadan sungai, melalui:
1. penetapan kawasan sempadan sungai;
2. kawasan sempadan sungai di luar perkotaan dapat ditanami
tanaman yang memiliki fungsi konservasi, seperti bambu; dan

54
3. kawasan sempadan sungai di dalam perkotaan dapat dimanfaatkan
untuk taman penghijauan, prasarana lalu lintas, tempat pemasangan
papan reklame, jalur pemasangan kabel listrik, telepon dan saluran
air bersih.
b. untuk kawasan sempadan pantai, berupa reboisasi dengan jenis-jenis
tanaman sesuai agroekosistem pantai seperti pandan, dadap laut,
mangrove, cemara laut dan kelapa dalam.
(5) Perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan suaka alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan melalui:
a. penataan batas kawasan hutan suaka alam;
b. identifikasi dan pemetaan kerusakan hutan suaka alam;
c. pemetaan persoalan dan pemanfaatan ruang kawasan hutan suaka alam;
d. penyusunan program rehabilitasi hutan suaka alam;
e. penguatan program rehabilitasi hutan suaka alam berbasis masyarakat;
f. rehabilitasi kawasan hutan suaka alam melalui reboisasi dengan jenis-
jenis vegetasi endemik;
g. penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri
untuk rehabilitasi kawasan yang rusak baik di dalam kawasan hutan
suaka alam maupun kawasan di sekitar hutan suaka alam; dan
h. pengadaan bibit dan penanaman pada kawasan prioritas.
(6) Perwujudan pemanfaatan ruang terhadap kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. untuk kawasan rawan bencana longsor:
1. inventarisasi daerah-daerah rawan longsor;
2. penguatan lereng rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya;
3. rehabilitasi dan reboisasi daerah-daerah penyangga dan resapan air
terutama di wilayah hutan lindung;
4. pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor di
setiap wilayah kecamatan;
5. penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana
tanah longsor;
6. penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi
non pemerintah; dan
7. sosialisasi daerah rawan longsor (kemiringan >40%).
b. kawasan rawan bencana banjir, meliputi:

55
1. delineasi kawasan banjir eksisting dan potensi meluasnya kawasan
rawan banjir;
2. identifikasi faktor-faktor penyebab bahaya banjir;
3. penyusunan program mitigasi bencana banjir, baik mitigasi struktural
maupun non struktural;
4. pelaksanaan program mitigasi, yaitu:
a) rehabilitasi dan reboisasi kawasan hulu dan DAS Air Lemau dan
Air Bengkulu;
b) pembangunan waduk pengendali daya rusak air (banjir);
c) sosialisasi teknis mitigasi banjir kepada masyarakat terdampak
(potensial terdampak); dan
d) menetapkan sebagian dari kawasan banjir sebagai kawasan
lindung.
c. kawasan rawan bencana gempa bumi, meliputi:
1. pemasangan alarm dan komunikasi tanda bahaya (alarm warning
systems) di wilayah padat penduduk;
2. penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bahaya gempa
bumi;
3. standarisasi kualitas bangunan tahan gempa bumi, terutama
bangunan/obyek vital dan perumahan penduduk di daerah rawan
gempa;
4. sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi korban gempa
bumi;
5. penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana
gempa bumi;
6. pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke daerah-daerah
terpencil;
7. penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan dari instansi-
instansi yang menangani kegempaan dan kebencanaan; dan
8. penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi
non pemerintah dalam penanganan bencana gempa bumi.
d. kawasan rawan tsunami, meliputi:
1. sosialisasi mengenai potensi bahaya tsunami, gladi posko dan gladi
lapangan terhadap bahaya tsunami;

56
2. pemasangan buoy (tsunami warning system) di perairan barat
Kabupaten;
3. pembangunan bangunan pemecah gelombang di kawasan pesisir
wilayah Kecamatan Pondok Kelapa;
4. penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana
tsunami; dan
5. penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi
non pemerintah dalam penanganan bencana tsunami.

Pasal 42
(1) Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat
(1) huruf b terdiri atas:
a. kawasan hutan produksi;
b. kawasan hutan produksi terbatas;
c. kawasan pertanian tanaman pangan;
d. kawasan pertanian hortikultura;
e. kawasan perkebunan;
f. kawasan peternakan;
g. kawasan perikanan;
h. kawasan pertambangan;
i. kawasan industri;
j. kawasan permukiman perdesaan;
k. kawasan permukiman perkotaan; dan
l. kawasan pariwisata.
(2) Perwujudan kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi :
a. Program Hutan Tanaman Rakyat (HTR); dan
b. Program Hutan Desa, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pemungutan
hasil hutan non kayu, jasa lingkungan, dan pemanfaatan kawasan hutan
lainnya.
(3) Perwujudan kawasan Hutan Produksi Terbatas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang pengelolaannya dengan
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI); dan

57
b. Program Hutan Desa, pemanfaatan hasil hutan non kayu, pemungutan
hasil hutan non kayu, jasa lingkungan, dan pemanfaatan kawasan hutan
lainnya.
(4) Perwujudan kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis hulu
untuk komoditi padi sawah;
b. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem usaha tani (on farm)
berupa jalan usaha tani dan prasarana irigasi teknis;
c. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis
pengolahan hasil (off farm) untuk komoditi padi sawah;
d. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis
pemasaran hasil untuk komoditi padi sawah;
e. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis jasa-jasa
penunjang untuk komoditi padi sawah;
f. mengembangkan irigasi pedesaan guna menjamin ketersediaan air pada
lahan usaha tani;
g. mengembangkan sistem pertanian organik di kawasan pengembangan
padi sawah; dan
h. menetapkan lahan pertanian tanaman pangan di kawasan beririgasi
teknis.
(5) Perwujudan kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi:
a. mengembangkan infrastruktur pendukung kegiatan pertanian hortikultura;
dan
b. menetapkan lahan pertanian hortikultura di kawasan pertanian
hortikultura.
(6) Perwujudan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
a. pemetaan perwilayahan komoditas sesuai karakteristik
agroekosistemnya;
b. intensifikasi lahan, melalui bantuan sarana produksi perkebunan,
peningkatan keterampilan budidaya dan pengolahan pasca panen;
c. pembangunan infrastruktur kawasan agropolitan guna menunjang
berkembangkan sistem agribisnis yang terdiri dari sub-sub sistem;

58
d. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis hulu;
e. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem usaha tani (on
farm);
f. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis
pengolahan hasil (of farm);
g. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis
pemasaran hasil;
h. mengembangkan infrastruktur pendukung sub sistem agribisnis jasa-jasa
penunjang;
i. menerapkan sistem pertanian konservasi, dengan membangun teras
guludan dan penanaman menurut kontur (streep croping), terutama pada
lahan-lahan yang memiliki kemiringan >8%;
j. mengembangkan pertanian organik;
k. pengembangan sistem pengelolaan perkebunan yang ramah lingkungan;
dan
l. program peremajaan dan rehabilitasi tamanan perkebunan sawit dan
karet.
(7) Perwujudan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f meliputi:
a. pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan kerbau) yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana reproduksi inseminasi buatan
(Balai Inseminasi Buatan), Pasar Hewan dan Rumah Pemotongan Hewan
(RPH);
b. pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di
setiap kecamatan;
c. pengembangan kawasan integrasi pertanian peternakan yang terdiri atas:
1. kawasan integrasi sapi dengan sawit;
2. kawasan integrasi sapi dengan tanaman pangan;
3. kawasan integrasi sapi dengan holtikultura tanaman pangan;
4. kawasan integrasi ayam ras, pedaging, buras, dengan jagung dan
ikan;
5. pengembangan sentra peternakan unggas di setiap kecamatan;
6. pengembangan kawasan agribisnis peternakan;
7. peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peternak; dan

59
8. pengembangan pakan ternak lokal dengan mengandalkan hasil
pertanian dan perikanan lokal.
(8) Pengembangan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g meliputi:
a. pengembangan sentra budidaya perikanan air tawar;
b. pengembangan perikanan tangkap laut dalam; dan
c. pengembangan sentra budidaya perikanan laut (udang, kerapu dan
rumput laut); dan
d. pengembangan kegiatan minapolitan, terutama di Kecamatan Pondok
Kelapa, Taba Penanjung dan Pagar Jati.
(9) Perwujudan kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h meliputi:
a. melakukan kajian daya dukung lingkungan untuk operasi produksi bahan
tambang dan galian, terutama di kawasan hutan lindung;
b. menetapkan satuan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah
Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan
Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dengan pertimbangan
perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal;
c. menyusun profil potensi, prosedur dan mekanisme perizinan serta
rencana bisnis (bussines plan) untuk masing-masing WUP, WPR dan
WPN;
d. melakukan kajian sumber daya energi alternatif yang meliputi panas bumi
dan tenaga air, listrik pedesaan; dan
e. melakukan promosi untuk menarik investasi pengembangan bidang
pertambangan dan energi.
(10) Perwujudan kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i
meliputi:
a. mengembangkan infrastruktur pendukung untuk kegiatan industri; dan
b. pengembangan industri pengolahan produk pertanian.
(11) Perwujudan kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf j meliputi:
a. mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan perumahan dan
menyediaan perumahan perdesaan melalui bantuan pemerintah dan
pembangunan perumahan swadaya (RP4D);

60
b. mengidentifikasi kelompok permukiman perdesaan yang berada pada
kawasan lindung dan budidaya. Bila terdapat permukiman (kelompok
rumah) yang berada pada kawasan lindung, maka direkomendasikan
jalan keluarnya, baik melalui pelepasan hak hutan atau relokasi;
c. mengidentifikasi bangunan fasilitas umum dan perumahan yang berada
pada kawasan rawan bencana dan merekomendasikan mitigasi ataupun
relokasi terhadap bangunan tersebut;
d. mengidentifikasi bangunan fasilitas umum dan perumahan yang tidak
memenuhi konstruksi tahan gempa dan merekomendasikan rencana
penanganannya secara teknis;
e. mengklasifikasikan kelompok permukiman yang berada pada kawasan
budidaya yang mempunyai akses tinggi, sedang dan rendah (remote
area); dan
f. mengidentifikasi kelengkapan prasarana dan sarana permukiman pada
masing-masing kelompok permukiman dan merekomendasikan rencana
pembangunannya.
(12) Perwujudan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf k meliputi:
a. mengidentifikasi dan merumuskan program kebutuhan perumahan dan
menyediaan perumahan perkotaan melalui bantuan pemerintah dan
pembangunan perumahan swadaya (RP4D);
b. percepatan penyediaan perumahan melalui kegiatan: penyediaan Kredit
Perumahan Rakyat - Rumah Sederhana Sehat ( KPR RSH) bersubsidi,
pengembangan perumahan swadaya dan pengembangan Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun; dan
c. penataan dan rehabilitasi.
(13) Perwujudan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
l meliputi:
a. pengembangan kegiatan wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan
menjadi wisata unggulan;
b. pengembangan prasarana dan sarana pendukung kegiatan wisata alam,
wisata budaya, dan wisata buatan; dan
c. pemeliharaan objek wisata terutama pada kawasan wisata budaya.

61
BAB IX
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 43
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten menjadi
acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. perizinan;
c. pemberian intensif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 44
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (2) huruf a, menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh
pemerintah kabupaten/kota.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana nasional, provinsi
dan wilayah kabupaten.

Pasal 45
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 pada ayat (2) huruf (a) meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan resapan air;
c. kawasan sempadan sungai;
d. kawasan sempadan pantai;

62
e. kawasan suaka alam;
f. kawasan rawan bencana longsor;
g. kawasan rawan bencana banjir;
h. kawasan rawan bencana gempa bumi; dan
i. kawasan rawan bencana tsunami.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 pada ayat (2) huruf (b) meliputi:
a. kawasan Hutan Produksi;
b. kawasan Hutan Produksi Terbatas;
c. kawasan Pertanian Tanaman Pangan;
d. kawasan Pertanian Hortikultura;
e. kawasan Perkebunan;
f. kawasan peternakan;
g. kawasan Perikanan;
h. kawasan Pertambangan;
i. kawasan Industri;
j. kawasan Permukiman Perdesaan;
k. kawasan Permukiman Perkotaan; dan
l. kawasan Pariwisata.
(3) Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana
nasional, provinsi dan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat
(2) huruf (c) meliputi:
a. sekitar Sistem Jaringan Transportasi;
b. sekitar Sistem Jaringan Energi;
c. sekitar Sistem Jaringan Telekomunikasi;
d. sekitar Sistem Jaringan Sumber daya Air; dan
e. sekitar Sistem Prasarana Lingkungan.

Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Pasal 46
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut:

63
a. dalam kawasan hutan lindung masih diperkenankan dilakukan kegiatan lain
yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan lindung;
b. kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih dapat
diperkenankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
c. pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat
diperkenankan dengan ketentuan:
1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
2. mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.

Pasal 47
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya;
b. permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum
ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus
memenuhi syarat:
1. tingkat kerapatan bangunan rendah;
2. perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap
air tinggi; dan
3. dalam kawasan resapan air wajib dibangun sumur-sumur resapan
sesuai ketentuan yang berlaku.
c. pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah tidak
diperkenankan adanya bangunan terkecuali bangunan yang terkait dengan
sistem jaringan prasarana wilayah dan pengendali air; dan
d. dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah masih
diperkenankan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan secara
terbatas.

Pasal 48
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai berikut:
a. kawasan sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
1. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

64
2. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai; dan
3. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
b. dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan
budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;
c. dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan pendirian bangunan
untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
d. dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana
wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan:
1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan
2. dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d ditetapkan sebagai berikut:
a. kawasan sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:
1. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
2. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi pantainya curam
atau terjal dengan jarak proposional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai.
b. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk dalam zona inti wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil tidak diperkenankan dilakukan kegiatan
budidaya kecuali kegiatan penelitian, bangunan pengendali air dan sistem
peringatan dini (early warning system);
c. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas
dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperkenankan dilakukan
kegiatan budidaya pesisir, ekowisata dan perikanan tradisional; dan
d. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona lain dalam wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
sesuai peruntukan kawasan dan peraturan perundang-undangan.

65
Pasal 50
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf e ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan suaka alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan suaka alam;
b. dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan
penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan
penurunan fungsi kawasan; dan
c. dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan pembangunan prasarana
wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah
bencana alam sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 51
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana longsor
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1) huruf f ditetapkan sebagai berikut:
a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam
kawasan rawan bencana longsor harus dibatasi dan diterapkan peraturan
bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta
dilengkapi jalur evakuasi;
b. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada
kawasan rawan bencana longsor;
c. dalam kawasan rawan bencana longsor masih dapat dilakukan pembangunan
prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana longsor dan
pemasangan sistem peringatan dini (early warning system); dan
d. dalam kawasan rawan bencana longsor masih diperkenankan adanya
kegiatan budidaya lain seperti perkebunan dan kehutanan, serta bangunan
yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.

Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana banjir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf g ditetapkan sebagai berikut:
a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam
kawasan rawan bencana banjir harus dibatasi dan diterapkan peraturan

66
bangunan (building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta
dilengkapi jalur evakuasi;
b. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada
kawasan rawan bencana banjir;
c. dalam kawasan rawan bencana banjir masih dapat dilakukan pembangunan
prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana banjir dan
pemasangan sistem peringatan dini (early warning system); dan
d. dalam kawasan rawan bencana banjir masih diperkenankan adanya kegiatan
budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan, serta bangunan
yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.

Pasal 53
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gempa bumi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf h ditetapkan sebagai
berikut:
a. pada kawasan rawan bencana gempa bumi tidak diperkenankan adanya
kegiatan budidaya permukiman;
b. kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan
bencana gempa bumi harus mengikuti peraturan bangunan (building code)
yang sesuai dengan potensi bencana gempa bumi yang mungkin timbul dan
dibangun jalur evakuasi; dan
c. pada kawasan bencana alam gempa bumi, budidaya permukiman dibatasi
dan bangunan yang ada harus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan
rawan bencana gempa bumi.

Pasal 54
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana tsunami
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf i ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam kawasan rawan tsunami, permukiman dibatasi dan bangunan yang
ada harus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan rawan bencana
tsunami;
b. dalam kawasan rawan tsunami masih dapat dilakukan pembangunan
prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana tsunami dan
pemasangan sistem peringatan dini (early warning system); dan

67
c. kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan
tsunami harus mengikuti peraturan bangunan (building code) yang sesuai
dengan potensi bencana tsunami yang mungkin timbul dan dibangun jalur
evakuasi.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Pasal 55
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan adanya kegiatan
budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan kegiatan lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dialihfungsikan untuk
kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut dimanfaatkan
dan sesuai peraturan perundangan;
c. kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam; dan
d. sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi AMDAL.

Pasal 56
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam kawasan hutan produksi terbatas tidak diperkenankan adanya
kegiatan budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan kegiatan lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
b. kawasan hutan produksi terbatas yang dapat dikonversi dapat dialihfungsikan
untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut
dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan;
c. kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi tidak diperkenankan
menimbulkan gangguan lingkungan seperti bencana alam; dan
d. sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi dilakukan wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi AMDAL.

68
Pasal 57
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian tanaman pangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf c ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam kawasan pertanian tanaman pangan tidak diperkenankan
menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan;
b. dalam pengelolaan kawasan pertanian tanaman pangan tidak diperkenankan
pemborosan penggunaan sumber air;
c. kawasan pertanian tanaman pangan yang tidak termasuk pertanian tanaman
pangan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. dalam kawasan pertanian tanaman pangan diperkenankan adanya bangunan
prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
pertanian;
e. dalam kawasan pertanian tanaman pangan masih diperkenankan dilakukan
kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan
f. dalam kawasan pertanian tanaman pangan diperkenankan kegiatan
peternakan.

Pasal 58
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian hortikultura sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf d ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan pertanian tanaman pangan hortikultura tidak diperkenankan
menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan kelestarian
lingkungan;
b. kawasan pertanian hortikultura yang tidak termasuk pertanian tanaman
pangan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. dalam kawasan pertanian hortikultura diperkenankan adanya bangunan
prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
pertanian;
d. dalam kawasan pertanian hortikultura masih diperkenankan dilakukan
kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

69
e. dalam kawasan pertanian hortikultura diperkenankan diadakannya kegiatan
peternakan.

Pasal 59
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan dalam Pasal 45 ayat (2)
huruf e ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan perkebunan yang terletak didaerah hulu dan/atau kawasan
resapan air tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang
bersifat menyerap air dalam jumlah banyak;
b. dalam kawasan perkebunan diperkenankan adanya bangunan yang bersifat
mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;
c. alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dapat dilakukan
sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
d. sebelum kegiatan perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan
studi kelayakan dan studi AMDAL.

Pasal 60
Ketentuan Umum peraturan zonasi kawasan peternakan dalam Pasal 45 ayat (2)
huruf f ditetapkan sebagai berikut :
a. kawasan peternakan tidak diperkenankan berdekatan dengan permukiman
penduduk;
b. dalam kawasan peternakan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang
mendukung kegiatan peternakan dan pembangunan sistem jaringan
prasarana sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. kawasan peternakan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. dalam kawasan peternakan masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata
alam, penelitian dan pendidikan secara terbatas; dan
e. sebelum kegiatan peternakan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan
studi AMDAL.

Pasal 61
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf g ditetapkan sebagai berikut:

70
a. kawasan perikanan tidak diperkenankan berdekatan dengan kawasan yang
bersifat polutif;
b. dalam kawasan perikanan masih diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan
prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;
c. kawasan perikanan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata
alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan.

Pasal 62
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf h ditetapkan sebagai berikut:
a. kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan yang
berlaku di bidang pertambangan;
b. kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan tanpa izin dari
instansi/pejabat yang berwenang;
c. kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau
revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain;
d. dalam kawasan pertambangan diperkenankan adanya kegiatan lain yang
bersifat mendukung kegiatan pertambangan;
e. kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
keselamatan; dan
f. sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan
dan studi AMDAL.

Pasal 63
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan industri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf i ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan industri diperkenankan permukiman penunjang kegiatan
industri;
b. dalam kawasan industri diperkenankan adanya kegiatan lain yang bersifat
mendukung kegiatan industri;

71
c. dalam kawasan industri diperkenankan pembangunan sistem jaringan
prasarana sesuai peraturan perundang-undangan; dan
d. setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemanfaatan lingkungan serta dilakukan studi AMDAL.

Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perdesaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf j ditetapkan sebagai
berikut:
a. kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. dalam kawasan permukiman perdesaan dapat diperkenankan untuk kegiatan
pariwisata, perdagangan, jasa, industri skala rumah tangga dan kegiatan
pertanian; dan
c. kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam
kawasan permukiman setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan
layak huni, tidak termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan
permukiman tradisional.

Pasal 65
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf k ditetapkan sebagai
berikut:
a. kawasan permukiman perkotaan diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai
dengan peraturan perundang undangan;
b. dalam kawasan permukiman perkotaan dapat diperkenankan untuk kegiatan
pariwisata, perdagangan, jasa, industri skala rumah tangga dan kegiatan
pertanian; dan
c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) untuk bangunan hunian kurang dari atau
sama dengan 65 (enam puluh lima) persen.

Pasal 66
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2) huruf l ditetapkan sebagai berikut:

72
a. dalam kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang
dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam;
b. dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri yang
tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;
c. dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana
yang mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
d. dalam kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan
pendidikan;
e. dalam kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan lain
kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata; dan
f. pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan serta studi AMDAL.
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sekitar Sistem Prasarana

Pasal 67
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) huruf a ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam sekitar kawasan ruang milik jalan dan ruas pengawasan jalan tidak
diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi jalan;
b. penetapan garis sempadan jalan diatur sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; dan
c. dalam sekitar kawasan ruang milik jalan dan ruas pengawasan jalan dilarang
untuk dialihfungsikan lahan yang berfungsi lindung.

Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) huruf b ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam kawasan sekitar prasarana energi tidak diperkenankan dilakukan
kegiatan yang mengganggu fungsi jaringan energi;
b. dilarang membangun bangunan sekitar prasarana energi yang dapat
menggangu fungsi jaringan energi; dan

73
c. dalam kawasan sekitar jaringan energi diperkenankan pemanfataan ruang
yang berfungsi lindung.

Pasal 69
Indikasi arahan peraturan zonasi sekitar sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) huruf c ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam kawasan sekitar jaringan telekomonikasi tidak diperkenankan
dilakukan kegiatan yang mengganggu fungsi prasarana telekomonikasi;
b. dilarang membangun bangunan sekitar jaringan telekomonikasi yang dapat
menggangu fungsi prasarana telekomonikasi;
c. ruang bebas di sekitar menara berjari-jari minimum sama dengan tinggi
menara; dan
d. diarahkan untuk menggunakan menara telekomunikasi secara bersama-sama
diantara para penyedia layanan telekomunikasi (provider).

Pasal 70
Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3) huruf d ditetapkan sebagai
berikut:
a. dalam kawasan sekitar prasarana sumber daya air tidak diperkenankan
dilakukan kegiatan yang mengganggu fungsi sungai; dan
b. dilarang membangun bangunan sekitar prasarana sumber daya air yang
dapat menggangu fungsi prasarana sumber daya air.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 71
(1) Perizinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b
merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

74
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau
mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 72
(1) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat ( 2)
meliputi:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan untuk kegiatan
yang dimohonkan secara prinsip diperkenankan untuk diselenggarakan.
(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan untuk
pemanfaatan ruang lebih dari 1 (satu) hektar untuk kegiatan bukan pertanian
dan lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar untuk kegiatan pertanian.
(4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada huruf c
diberikan berdasarkan izin lokasi.
(5) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf d merupakan
dasar mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang.
(6) Ketentuan mekanisme perizinan pemanfaatan ruang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati Kabupaten Bengkulu Tengah.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 73
(1) Ketentuan Insentif dan disinsentif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal
43 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan untuk:
a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana
tata ruang; dan

75
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang.
(3) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang
wilayah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten kepada tingkat pemerintah
yang lebih rendah dan kepada masyarakat.
(4) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 1
Pemberian Insentif-Disinsentif

Pasal 74
(1) Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong
perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Pemberian disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi, atau
dikendalikan perkembangannya dan/atau dilarang dikembangkan untuk
kegiatan budidaya.
(3) Pemberian insentif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemberian pengurangan pajak yang merupakan kewenangan pemerintah
Kabupaten;
b. penyediaan sarana dan prasarana kawasan;
c. pemberian kompensasi; dan
d. kemudahan perizinan.
(4) Pemberian disinsentif sebagaimana yang dimaksud ayat (2) meliputi:
a. pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang terletak di daerah
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan
komersial, daerah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi;
b. penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna
bangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana
tata ruang dan peraturan zonasi;
c. peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu
pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi;
d. penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan
dilakukan di dalam kawasan lindung; dan

76
e. pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya perubahan
pemanfaatan ruang budidaya menjadi lindung.
(5) Ketentuan mekanisme pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati Kabupaten Bengkulu Tengah.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 75
Pengenaan sanksi sebagaimana dimasud dalam Pasal 43 pada ayat (2) huruf d
diberikan terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
pola ruang wilayah Kabupaten;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung, kawasan
budidaya dan sekitar sistem prasarana;
c. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
oleh pejabat berwenang;
e. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar dan/atau tidak sah.

Pasal 76
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dapat
dikenai sanksi pidana dan sanksi administratif.
(2) Pengenaan sanksi pidana diatur berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Sanksi administratif sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;

77
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(4) Pengenaan sanksi administratif diatur berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 77
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) huruf a
diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) kali.
(2) Penghentian kegiatan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76
ayat (3) huruf b dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. apabila peringatan tertulis tidak diindahkan maka ditindaklanjuti dengan
penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara;
b. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara
secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
f. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang
dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya
kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.

78
(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 ayat (3) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum);
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum
kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera
dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan
diputus;
d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa
pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar,
disertai penjelasan secukupnya;
e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan
umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan
rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang
berlaku.
(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) huruf d
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan,
pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penutupan lokasi kepada pelanggar;

79
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
d. perdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan
lokasi secara paksa; dan
e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk
memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.
(5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) huruf e
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat
yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,
pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
pencabutan izin pemanfaatan ruang;
c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai
pengenaan sanksi pencabutan izin;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan
permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pencabutan izin;
e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin
menerbitkan keputusan pencabutan izin;
f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang
telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan
g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan
pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(6) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3) huruf f
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

80
a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan
ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan
ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;
b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal
rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat
pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang


berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan


izin;

e. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki


kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang


telah dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (3)


huruf g dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari


pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,


pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat
keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban


memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang


berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat
penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 76 ayat
(3) huruf h dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

81
a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian
yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran


pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang;

c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,


pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat
keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,


memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam
jangka waktu tertentu;

e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan


pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum


melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggungjawab
melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk
melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan
pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan
pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban
pelanggar dikemudian hari.

(9) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 76 ayat (3)
huruf I dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh masing-
masing pemerintah daerah kabupaten.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Kabupaten Bengkulu Tengah.

82
BAB X

KELEMBAGAAN

Pasal 78

(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah,
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh keputusan
Bupati.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelembagaan penataan ruang mengacu


pada peraturan perundang-undangan.

BAB XI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 79
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat
berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Pasal 80
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

83
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 81
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:
a. Perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 82
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 huruf a terdiri atas:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 83
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 81 huruf b terdiri atas:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

84
d. peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara
dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya
alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 84
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 huruf c terdiri atas:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

BAB XII
PENYIDIKAN

Pasal 85
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:

85
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti
dalam perkara tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai
negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 86
Ketentuan Pidana diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu Pasal 69 sampai dengan Pasal 75 Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

86
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 87
(1) Dengan berlakunya Peraturan DaerAah RTRW Kabupaten Bengkulu Tengah
ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah
ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, akan diteliti untuk menetapkan
statusnya dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan.
c. pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin dan bertentangan
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan; dan
e. bahwa lampiran - lampiran dalam Peraturan Daerah ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Dalam rangka menunjang penataan Ruang Kabupaten, perlu disusun
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang meliputi :
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Strategis Perkotaan;
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Master Plan Agropolitan;
c. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 10 (Sepuluh) Kecamatan.
d. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah Perbatasan.

87
PENJELASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
NOMOR 15 TAHUN 2012

TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH WILAYAH
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
TAHUN 2012-2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI BENGKULU TENGAH

I. UMUM
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, bahwa penataan ruang wilayah nasional, wilayah
provinsi, wilayah kabupaten/kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-
pisahkan. Penataan ruang yang dimaksud meliputi ruang daratan, ruang
lautan, dan ruang udara sampai batas tertentu yang diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan satu kesatuan ruang
dengan cakupan luasan sebesar luas 1.223, 94 (seribu dua ratus dua puluh
tiga koma sembilan puluh empat) kilometer persegi, terdiri atas 10 kecamatan
yang terdiri atas komponen ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, kawasan
perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan
kawasan lindung lainnya. Kawasan budidaya terdiri atas kawasan peruntukan
hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman,
dan kawasan peruntukan lainnya.
Ruang wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam rangka pelaksanaan
pembangunan perlu dikelola, dimanfaatkan, dan dilindungi untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Ruang dalam

89
arti wadah kehidupan manusia yang meliputi tanah, air, dan ruang angkasa
beserta sumber alam yang terkandung di dalamnya sebagai satu kesatuan,
ketersediaannya bukan tak terbatas, baik dalam pengertian mutlak maupun
dalam pengertian nisbi, sehingga kegiatan budidaya untuk pemanfaatannya
yang tak terkendali akan menyebabkan rusaknya lingkungan ruang itu sendiri
yang pada akhirnya dapat berakibat malapetaka bagi penghuninya.
Pada dasarnya ruang mempunyai sifat hubungan komplementer dalam
kegiatan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun kegiatan-kegiatan
usaha. Semua kegiatan manusia membutuhkan ruang dan terkait dengan
pengembangan wilayah melalui lokasi dan besaran kegiatan tersebut.
Kenyataan menunjukkan bahwa suatu ruang tertentu pada dasarnya dapat
dimanfaatkan untuk menampung berbagai kegiatan, demikian juga suatu
kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa alternatif ruang.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penataan ruang merupakan
kebutuhan yang sangat mendesak, dan oleh karena itu perlu adanya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah yang mengatur
semua rencana dan kegiatan pemanfaatannya agar dapat dilakukan secara
optimal dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, keterpaduan,
ketertiban, kelestarian dan dapat dipertahankan secara terus menerus dan
berkelanjutan.
Bahwa perkembangan pembangunan di Kabupaten Bengkulu Tengah yang
berkaitan dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi disatu sisi berjalan
dengan cepat yang berakibat bagi terjadinya tekanan-tekanan terhadap
lingkungan fisik, sebaliknya pada sisi yang lain sangat dibutuhkan upaya-
upaya untuk mencegah/mengatasi tekanan atau ancaman dari kegiatan
tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial-budaya. Salah satu upaya
yang harus ditempuh adalah melakukan kegiatan penataan ruang yang
meliputi proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang dalam lingkup Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dan selanjutnya ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah 2012-2032
ini dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang. RTRW
Kabupaten Bengkulu Tengah yang bersifat umum disusun berdasarkan

90
pendekatan wilayah administrasi Kabupaten dengan muatan substansi
meliputi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. RTRW juga disusun
berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan
dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan
ketentuan umum zonasi peruntukan. Penetapan ketentuan umum zonasi
tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang
dan sebagai dasar penetapan indikasi arahan peraturan zonasi. Ketentuan
umum peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap zona peruntukan.
Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui perizinan
pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya
penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur
dan diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kewenangannya.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun tidak memiliki izin dikenai sanksi pidana dan
sanksi administratif, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemberian insentif dan disinsentif dimaksudkan sebagai upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh
pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut berupa pemberian keringanan
pajak yang merupakan kewenangan pemerintah Kabupaten, penyediaan
sarana dan prasarana kawasan, pemberian kompensasi dan kemudahan
prosedur perizinan. Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang berupa pengenaan pajak yang tinggi
terhadap kegiatan yang terletak di daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna
bangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi, peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah
yang tidak dipacu pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi,
penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan dilakukan

91
didalam kawasan lindung, dan pencabutan izin yang sudah diberikan karena
adanya perubahan pemanfaatan ruang budidaya menjadi lindung.
Pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya pengendalian
pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban
atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
ketentuan umum peraturan zonasi.
Dalam Peraturan Daerah ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan dengan ketentuan perizinan
pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang
tidak berwewenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
Sesuai dengan hal-hal tersebut, maka untuk mencapai tujuan pemanfaatan
ruang wilayah secara optimal, serasi, seimbang, dan lestari diperlukan tindak
penetapan fungsi ruang yang jelas, tegas, dan menyeluruh serta memberikan
kepastian hukum bagi upaya perencanaan dan pemanfaatan ruang serta
pengendalian kepastian hukum bagi upaya perencanaan dan pemanfaatan
ruang serta pengendalian dan pengawasan pembangunan, melalui
penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bengkulu Tengah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup Jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas.

92
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Cukup Jelas.
Pasal 10
1Cukup Jelas.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.

93
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.
Pasal 28
Cukup Jelas.
Pasal 29
Cukup Jelas.
Pasal 30
Cukup Jelas.
Pasal 31
Cukup Jelas.
Pasal 32
Cukup Jelas.
Pasal 33
Cukup Jelas.
Pasal 34
Cukup Jelas.
Pasal 35
Cukup Jelas.
Pasal 36
Cukup Jelas.
Pasal 37
Cukup Jelas.
Pasal 38
Cukup Jelas.
Pasal 39
Cukup Jelas.
Pasal 40
Cukup Jelas.
Pasal 41
Ayat (4)
Huruf b

94
Jenis-jenis tanaman sesuai ekosistem pantai berupa:
a. Ipomea pes caprae (tapak kuda);
b. Spinifex littorius (rumput angin);
c. Vigna marina (kacang laut);
d. Canavalia maritima (kara laut);
e. Crinium asiatikum (bakung);
f. Padanus tectorius (pandan);
g. Scaeuola fruescens (babakoan);
h. Wedelia biflora (seruni laut);
i. Thespesia populnea (waru pantai);
j. Guettarda speciosa (jati pasir);
k. Erythrina (dadap);
l. Heritiera littoralis (dungun laut);
m. Lumnitzera littorea (api api uding);
n. Aegiceras corniculatum (teruntung);
o. Xylocarpus (nyiri);
p. Cocos nucifera (kelapa);
q. Casuasrina equisetifolia (cemara laut);
r. Terminalia ketapa (ketapang);
s. Hibiscus spp (waru laut);
t. Callophyllum saulatri (nyamplung);
u. Vitex pubescens (laban); dan
v. jenisbaringstonia spp.

Pasal 42
Ayat (2)
Huruf a
Kegiatan dalam program Hutan Tanaman Rakyat meliputi:
a. penyiapan lahan;
b. pembibitan;
c. penanaman;
d. pemeliharaan;
e. pengamanan;
f. pemanenan atau penebangan hasil; dan
g. pengolahan dan pemasaran.

95
Huruf b
Kegiatan dalam program Hutan Desa meliputi:
a. pembuatan demplot terpadu dengan mengintroduksi tanaman
hutan, perkebunan, tanaman hijau dan peternakan;
b. Pendampingan, yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan memaksimalkan potensi tanpa menghilangkan
kearifan lokal yang telah mereka miliki;
c. Advokasi kebijakan yang dilakukan untuk memperoleh
kepastian hukum bagi masyarakat dalam mengelola hutan
berupa ijin pengelolaan baik di tingkat daerah berupa SK
Bupati, PERDA (peraturan Daerah) ataupun di tingkat desa
berupa Perdes (peraturan Desa);
d. Penelitian yang dilakukan untuk mendorong proses
pengelolaan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan dilakukan secara partisipatif; dan
e. Pengembangan Pusat Informasi yang dilakukan sebagai
media informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan.

Kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu meliputi:


a. pemanfaatan rotan,sagu, nipah, bambu meliputi kegiatan
penebangan, permudaan, pemeliharaan, pengamanan,
pengolahan dan pemasaran hasil;
b. pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, meliputi
kegiatan pemanenan, pemeliharaan, pengolahan, dan
pemasaran hasil.

Kegiatan pemungutan hasil hutan non kayu meliputi:


a. pemungutan rotan;
b. pemungutan madu;
c. pemungutan getah;
d. pemungutan buah atau biji;
e. pemungutan daun; dan
f. pemungutan tumbuhan di bawah tegakan.

Kegiatan jasa lingkungan meliputi:

96
a. usaha wisata alam;
b. usaha olahraga tantangan;
c. usaha pemanfaatan air;
d. usaha perdagangan karbon; dan
e. usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.

Kegiatan pemanfaatan kawasan meliputi:


a. usaha budidaya tanaman obat;
b. usaha budidaya tanaman hias;
c. usaha budidaya tanaman pangan dibawah tegakan;
d. usaha budidaya jamur;
e. usaha budidaya perlebahan;
f. usaha budidaya atau penangkaran satwa; dan
g. usaha budidaya sarang burung walet.

Ayat (3)
Huruf a
Prinsip didalam sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur;
b. teknik pemanenan dengan tebang pilih;
c. meningkatkan riap sebagai aset; dan
d. mempertahankan keanekaragaman hayati.
Pasal 43
Cukup Jelas.
Pasal 44
Cukup Jelas.
Pasal 45
Cukup Jelas.
Pasal 46
Huruf a
Kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan
lindung adalah,
a. kerjasama pemanfaatan hutan di hutan lindung, yaitu,
1. pemungutan hasil hutan non kayu, meliputi;

97
i. pengambilan rotan;
ii. pengambilan madu;
iii. pengambilan buah dan aneka hasil hutan lainnya; dan
iv. perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan
dilaksanakan secara tradisional.
2. pemanfaatan jasa lingkungan, meliputi:
i. usaha wisata alam;
ii. usaha olahraga tantangan;
iii. usaha pemanfaatan air;
iv. usaha perdagangan karbon; dan
v. usaha penyelamatan hutan dan lingkungan.
3. pemanfaatan kawasan hutan lindung, meliputi;
i. usaha budidaya tanaman obat (herba);
ii. usaha budidaya tanaman hias;
iii. usaha budidaya jamur;
iv. usaha budidaya perlebahan;
v. usaha budidaya penangkaran satwa liar; dan
vi. usaha budidaya lainnya.

b. kerjasama perlindungan hutan, berupa:


1. pembuatan cek dam;
2. waduk;
3. embung;
4. menara komunikasi dan menara pemantau; dan
5. rehabilitasi kawasan perlindungan setempat.
Huruf b
Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih
diperkenankan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Pasal 5 ayat (1) huruf b, yaitu
kawasan hutan lindung hanya dapat di dilakukan penambangan
dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan:
a. dilarang mengakibatkan turunnya permukaan tanah;
b. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen;
dan
c. terjadinya kerusakan akuifer air tanah.

98
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 48
Cukup Jelas.
Pasal 49
Cukup Jelas.

Pasal 50
Cukup Jelas.
Pasal 51
Cukup Jelas.
Pasal 52
Huruf d
Kegiatan budidaya lain dalam kawasan rawan banjir, seperti:
a. kegiatan pertanian,
b. kegiatan perkebunan
c. kegiatan kehutanan, dan
d. pendirian bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko
yang timbul akibat bencana alam.
Pasal 53
Cukup Jelas.
Pasal 54
Cukup Jelas.
Pasal 55
Cukup Jelas.
Pasal 56
Cukup Jelas.
Pasal 57
Cukup Jelas.
Pasal 58
Cukup Jelas.
Pasal 59
Cukup Jelas.
Pasal 60
Cukup Jelas.

99
Pasal 61
Cukup Jelas.
Pasal 62
Huruf c
Kawasan pasca tambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi
dan/atau revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk
kegiatan lain seperti:
a. kegiatan pertanian,
b. kegiatan kehutanan, dan
c. kegiatan pariwisata.
Pasal 63
Cukup Jelas.
Pasal 64
Cukup Jelas.
Pasal 65
Cukup Jelas.
Pasal 66
Cukup Jelas.
Pasal 67
Cukup Jelas.
Pasal 68
Cukup Jelas.
Pasal 69
Cukup Jelas.
Pasal 70
Cukup Jelas.
Pasal 71
Cukup Jelas.
Pasal 72
Cukup Jelas.
Pasal 73
Cukup Jelas.
Pasal 74
Cukup Jelas.
Pasal 75

100
Cukup Jelas.
Pasal 76
Cukup Jelas.
Pasal 77
Cukup Jelas.
Pasal 78
Cukup Jelas.
Pasal 79
Cukup Jelas.
Pasal 80
Cukup Jelas.
Pasal 81
Cukup Jelas.
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH


TAHUN 2012 NOMOR 15

101
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
SKALA 1 : 50.000
PETA RENCANA POLA RUANG
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
SKALA 1 : 50.000
PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
SKALA 1 : 50.000
INDIKASI PROGRAM
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
Lampiran 4 : Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah
Nomor : 15 Tahun 2012
Tanggal : 23 November 2012
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Program Pengembangan Struktur Ruang
a. Pengembangan fungsi
serta penataan PKL Karang ▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
APBN/APBD
Tinggi sebagai pusat Pemerintah Kab. Bengkulu
pemerintahan Kab. Tengah
Bengkulu Tengah
b. Penataan batas kawasan ▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
APBD I/
kota sebagai ibukota Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
kabupaten Tengah
c. Penyusunan RDTR ▪ Dinas PU Prov. Bengkulu/ APBD I/
Kecamatan Karang Tinggi. Kab Bengkulu Tengah APBD II
d. Penyusunan RDTR ▪ Bappeda Kab Bengkulu APBD I/
Perkotaan Karang Tinggi Tengah APBD II
e. Penyusunan Rencana
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
Teknis Ruang (RTR) APBD
Tengah
Karang Tinggi
▪ Kota PKL Karang f. Master Plan Ibukota ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD
Tinggi dsk. Kabupaten Tengah
1. Pengembangan
▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
Fungsi dan g. Pengembangan APBD I/
Pemerintah Kab. Bengkulu
Penataan Kota perkantoran pemerintahan APBD II
Tengah
▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
h. Pembangunan pasar APBD I/
Pemerintah Kab. Bengkulu
karang tinggi APBD II
Tengah
i. Pengembangan RSUD ▪ Departemen Pendidikan APBN/APBD
j. Pembangunan perguruan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu APBN dan
tinggi (akademi) Tengah APBD
▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
k. Pembangunan GOR dan APBD I/
Pemerintah Kab. Bengkulu
kesenian (stadion) APBD II
Tengah
▪ Pemerintah Prov. Bengkulu/
l. Pembangunan Terminal APBD I/
Pemerintah Kab. Bengkulu
Induk Ibukota Kabupaten APBD II
Tengah
a. Pengembangan dan
▪ PPK Agropolitan ▪ Departemen Pertanian/
peningkatan fungsi APBN dan
PagarJati dan Nakertrans/Pemerintah Kab.
Kawasan Agropolitan Pagar APBD
105

Merigi Sakti Bengkulu Tengah


Jati dan Merigi Sakti
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
b. Penyusunan RDTR ▪ Departemen Pertanian/
APBN dan
Kawasan Agropolitan Pagar Nakertrans/Pemerintah Kab.
APBD
Jati dan Merigi Sakti Bengkulu Tengah
c. Penyusunan Masterplan ▪ Departemen Pertanian/
APBN dan
Agropolitan Pagar Jati dan Nakertrans/Pemerintah Kab.
APBD
Merigi Sakti Bengkulu Tengah
▪ Departemen Pertanian/
APBN dan
d. Pembangunan pasar Nakertrans/Pemerintah Kab.
APBD
Bengkulu Tengah
e. Pembangunan terminal ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD
agribisnis dan pergudangan Tengah
▪ Departemen Pertanian/
f. Pembangunan sarana dan APBN dan
Nakertrans/Pemerintah Kab.
produksi hasil pertanian APBD
Bengkulu Tengah
a. Peningkatan fungsi Pondok
Kelapa sebagai kawasan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
pesisir berbasis perikanan Tengah
dan pariwisata
b. Penyusunan RDTR ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Kecamatan Pondok Kelapa Tengah
c. Penyusunan RDTR
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
Perbatasan Dengan Kota APBD II
Tengah
Bengkulu
d. Penyusunan RTR kawasan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
▪ Kota Pusat pesisir dan pariwisata APBD II
Tengah
Pelayanan Pondok Kelapa
Kawasan Pondok e. Pengembangan kawasan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Kelapa dsk. perikanan tangkap Tengah
f. Pembangunan sarana dan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
prasarana pendukung APBD II
Tengah
perikanan tangkap
g. Studi Kelayakan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN/ APBD
Pelabuhan Laut Tengah
h. Studi AMDAL Pelabuhan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN/ APBD
Laut Tengah
i. Penyusunan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
Masterplan/DED Pelabuhan APBN/ APBD
Tengah
Laut
106
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
j. Pembangunan Pelabuhan ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN/ APBD
Laut Tengah
k. Pembangunan prasarana
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
dan sarana pendukung APBD II
Tengah
pariwisata
a. Peningkatan fungsi Talang
Empat sebagai kawasan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
pusat perkantoran, APBD II
Tengah
perdagangan/jasa dan
pariwisata
b. Penyusunan RDTR dan
peraturan zonasi Kota
▪ Kota Pusat Talang Empat dalam
Pelayanan rangka penataan intensitas ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Kawasan Talang tata massa bangunan Tengah
Empat dsk. sebagai antisipasi terhadap
pengembangan ruang dan
mitigasi bencana.
c. Pembangunan sarana dan
prasarana pendukung
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
kawasan perkantoran, APBD II
Tengah
perdagangan jasa dan
pariwisata
a. Peningkatan fungsi PPK
Taba Penanjung sebagai
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
kawasan perkebunan, APBD II
Tengah
pertambangan dan
pariwisata
▪ Kota Pusat
b. Penyusunan RDTR Kota
Pelayanan
Taba Penanjung sebagai
Kawasan Taba
antisipasi terhadap
Penanjung
pengembangan ruang ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
sebagai pusat Tengah
perkebunanan,
pertambangan dan
pariwisata
107
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
c. Pembangunan sarana dan
prasarana pendukung
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
kawasan perkantoran, APBD II
Tengah
perdagangan jasa dan
pariwisata
a. Peningkatan fungsi
Pematang Tiga sebagai ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Pusat Pelayanan Tengah
▪ Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Lingkungan b. Pembangunan sarana dan
Pematang Tiga prasarana pelayanan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
lingkungan (pasar APBD II
Tengah
lingkungan, sekolah
menengah, dan lainnya)
a. Peningkatan fungsi Bang
Haji sebagai Pusat ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Pelayanan Lingkungan Tengah
▪ Pusat Pelayanan (PPL)
Lingkungan Bang b. Pembangunan sarana dan
Haji prasarana pelayanan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
lingkungan (pasar APBD II
Tengah
lingkungan, sekolah
menengah, dan lainnya)
a. Peningkatan fungsi Merigi
Sakti sebagai Pusat ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Pelayanan Lingkungan Tengah
▪ Pusat Pelayanan (PPL)
Lingkungan b. Pembangunan sarana dan
Merigi Sakti prasarana pelayanan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
lingkungan (pasar APBD II
Tengah
lingkungan, sekolah
menengah, dan lainnya)
a. Peningkatan fungsi Merigi
▪ Pusat Pelayanan
Kelindang sebagai Pusat ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
Lingkungan APBD II
Pelayanan Lingkungan Tengah
Merigi Kelindang
(PPL)
108
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
b. Pembangunan sarana dan
prasarana pelayanan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
lingkungan (pasar APBD II
Tengah
lingkungan, sekolah
menengah, dan lainnya)
a. Peningkatan fungsi Pondok
Kubang sebagai Pusat ▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
APBD II
Pelayanan Lingkungan Tengah
▪ Pusat Pelayanan (PPL)
Lingkungan b. Pembangunan sarana dan
Pondok Kubang prasarana pelayanan
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
lingkungan (pasar APBD II
Tengah
lingkungan, sekolah
menengah, dan lainnya)
B. Program Pengembangan Transportasi
▪ Nakau-Batas Kota
Kepahyang
▪ Kembang Seri-Air
Sebakul
▪ Nakau-Air Sebakul
Peningkatan Jalan Arteri
▪ Tugu Hiu-Simpang ▪ Departemen PU APBN
Primer
Nakau
▪ Pasar Pedati-Tugu
Hiu
▪ Kerkap-Pasar
Pedati
1. Prasarana ▪ Pondok Kelapa– APBN dan
Peningkatan Jalan Kolekt 3 ▪ Departemen PU
Jalan Talang Empat APBD
▪ Lubuk Durian–
Pematang Tiga-
Peningkatan Jalan Kolekt 3 ▪ Dinas PU Prov. Bengkulu APBD
Bajak-Kelindang-
Lubuk Sini
▪ Lubuk Durian–
Pematang Tiga–
Peningkatan Jalan Kolekt 3 ▪ Dinas PU Prov. Bengkulu APBD I
Bajak–Kelindang–
Lubuk Sini
▪ Tugu Hiu–Taman ▪ Dinas PU Prov.
APBD I/
Hutan Raya– Peningkatan Jalan Kolektor 3 Bengkulu/Dinas PU Kab.
109

APBD II
Plajau Bengkulu Tengah
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Dinas PU Prov.
APBD I/
▪ Klindang–Susup Peningkatan Jalan Kolektor 3 Bengkulu/Dinas PU Kab.
APBD II
Bengkulu Tengah
▪ Pondok Kelapa– ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Peningkatan Jalan Kolektor 3 APBD II
Bang Haji Tengah
▪ Karang Tinggi -
Padang Tambak -
Renah Semanek -
Renah Lebar -
Pelajau Kecamatan
Karang Tinggi;
▪ Karang Tinggi -
Penanding - Dusun
Baru 2 Kecamatan
Karang Tinggi;
▪ Penanding - Pagar
Gunung Kecamatan ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Karang Tinggi; Peningkatan jalan kabupaten APBD II
Tengah
▪ Taba Lagan - Gaja
Mati - Semidang-
Karang Nanding -
Pagar Gunung
Kecamatan Karang
Tinggi;
▪ Karang Nanding -
Padang Siring
Kecamatan Karang
Tinggi;

▪ Taba Pasema -
Margo Mulyo
Kecamatan Talang
Empat;
▪ Lagan - Taba Lagan
Kecamatan Talang
Empat; ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
▪ Taba Lagan - Bukit Peningkatan jalan kabupaten Tengah
APBD II
Kecamatan Talang
Empat;
▪ Taba Lagan - Pagar
Jati Kecamatan
Talang Empat;
110
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Dusun Baru 1 - Taba
Jambu Kecamatan
Pondok Kubang;
▪ Tanjung Terdana -
Tahura Kecamatan
Pondok Kubang;
▪ Tanjung Terdana -
Harapan Makmur -
Margo Mulyo
Kecamatan Pondok
Kubang;
▪ Pondok Kubang -
Tanjung Dalam -
Talang Tengah - Peningkatan jalan kabupaten
▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
APBD II
Paku Haji Kecamatan Tengah
Pondok Kubang;
▪ Tanjung Dalam -
Pondok Kubang -
Dusun Anyar - Renah
Lebar Kecamatan
Pondok Kubang,
Karang Tinggi;
▪ Talang Tengah -
Lingkar Galling
Kecamatan Pondok
Kubang;
111
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Lubuk Sini - Karang
Tengah Kecamatan
Taba Penanjung;
▪ Bajak - Padang
Kedeper Kecamatan
Taba Penanjung,
Merigi Kelindang;
▪ Bajak - Datar Lebar
Kecamatan Taba
Penanjung;
▪ Taba Baru - Surau
Kecamatan Taba Peningkatan jalan kabupaten
▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
APBD II
Penanjung; Tengah
▪ Taba Teret - Rindu
Hati Kecamatan
Taba Penanjung;
▪ Sukarami - Tanjung
Raman Kecamatan
Taba Penanjung;
▪ Tanjung Raman -
Kota Niur Kecamatan
Taba Penanjung;
112
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Bajak 1 - Padang
Kedeper - Jambu -
Penembang
Kecamatan Merigi
Kelindang;
▪ Padang Kedeper -
Bajak Kecamatan
Merigi Kelindang;
▪ Pungguk Ketupat -
Penembang
Kecamatan Merigi
Kelindang; ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
▪ Taba Durian Sebakul Peningkatan jalan kabupaten Tengah
APBD II
- Komering
Kecamatan Merigi
Kelindang, Merigi
Sakti;
▪ Lubuk Unen Baru -
Lubuk Unen - Taba
Durian Sebakul -
Talang Ambung
Kecamatan Merigi
Kelindang;

▪ Sekayun Hilir - Taba


Tengah - Talang
Donok Kecamatan
Bang Haji;
▪ Sekayun - Sekayun
Mudik - Sungkai
Berayun - Padang
Berunai - Air Napal -
Talang Panjang -

Genting Kecamatan
Bang Haji;
▪ Talang Panjang -
Kembang Ayun
Kecamatan Bang
Haji;
113
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Padang Betuah-
Aturan Mumpo
▪ Padang Betuah-
Talang Panjang
▪ Sunda Kelapa-
Abu Sakin-Sidorejo-
Sidodadi-
Talang Pauh-
Ds.Pondok Kelapa
▪ Sidodadi-Bintang
Selatan
▪ Sidodadi-Talang
▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Boseng-Pagar Dewa- Peningkatan jalan kabupaten APBD II
Kembang Ayun Tengah
▪ Pagar Dewa-
Tamiang
▪ Srikaton-Panca Mukti
▪ Srikaton-Srikuncoro
▪ Pasar Pedati-
Srikaton
▪ Pasar Pedati-Talang
Pauh
▪ Pasar Pedati-Jalan
Pantai Sungai Suci;
114
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Pematang 3 Lama -
Air Kotok Kecamatan
Pematang Tiga;
▪ Pematang 3 -
Tiambang - Kebun
Lebar - Tanjung
Kepahyang
Kecamatan
Pematang Tiga;
▪ Genting Dabuk -
Kota Titik
Kecamatan
Pematang Tiga;
▪ Kota Titik - Talang
Panjang Kecamatan
Pematang Tiga,
▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Bang Haji; Peningkatan jalan kabupaten APBD II
▪ Sawang Lebar Tengah
Bengkulu Utara -
Senabah - Talang
Tengah 2 - Kota Titik
Kecamatan
Pematang Tiga;
▪ Kebun Lebar -
Genting Dapuk
Kecamatan
Pematang Tiga;
▪ Aturan Mumpo -
Aturan Mumpo 2 -
Talang Tengah 2
Kecamatan
Pematang Tiga;

▪ Datar Penokot-Arga
Indah 1-Tumbuk-
Talang Curup-Rena
Kandis-Rena Jaya-
Karang Are-Arga Peningkatan jalan kabupaten ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
APBD II
Indah 1 Tengah
▪ Kertapati Mudik-
Temiang-Kertapati
115
4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Bajak 3-Taba
Gematung-Komering-
Durian Lebar
▪ Taba Gematung-
Pagar Besi ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
▪ Punjung-Pagar Peningkatan jalan kabupaten APBD II
Tengah
Agung
▪ Karang Panggung-
Arga Indah 2

▪ Jembatan Kota ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu


Pembangunan jembatan APBD II
Niur–Tj Raman Tengah
▪ Jembatan Air ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Penggantian lantai jembatan APBD II
Napal Tengah
▪ Kembang Ayun
(Jembatan ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
Rehabilitasi jembatan APBD II
Gangtung) – Tengah
Pondok Kelapa
▪ Jalan-jalan
kabupaten lainnya Pemeliharaan, peningkatan ▪ Dinas PU Kab. Bengkulu
APBD II
dan jembatan- dan rehabiltasi Tengah
jembatan
Pembangunan Pelabuhan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
Laut. Bengkulu Tengah
Penyusunan Studi Kelayakan
▪ Dishubkominfo Kab.
Rencana Pembangunan APBN/APBD
Bengkulu Tengah
Pelabuan Laut.
▪ Pondok Kelapa Penyusunan Masterplan
▪ Bappeda, Dishubkominfo
Rencana Pembangunan APBN/APBD
Kab. Bengkulu Tengah
Pelabuhan Laut.
2. Prasarana
Penyusunan DED Rencana
Perhubungan ▪ Bappeda, Dishubkominfo
Pembangunan Pelabuhan APBN/APBD
Kab. Bengkulu Tengah
Laut.
Pembangunan Pelabuhan ▪ Kelautan dan Perikanan Kab.
APBN/APBD
Penangkap Ikan (PPI). Bengkulu Tengah
Pembangunan Tempat ▪ Kelautan dan Perikanan Kab.
APBN/APBD
Pengolahan Ikan. Bengkulu Tengah
Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBD II
116

Terminal Penumpang Tipe C Bengkulu Tengah


4.1 Program Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 tahun 5 Tahun Sumber
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Dinas/Instansi Terkait
Pertama Keempat Dana
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pembangunan Terminal ▪ Dishubkominfo Kab.
APBD II
Agribisnis Bengkulu Tengah
▪ Kec Pagar Jati dan
Pembangunan/ Peningkatan
Merigi Sakti ▪ Dishubkominfo Kab.
Terminal Penumpang Tipe C APBD II
Bengkulu Tengah
Pagar Jati
Pembangunan Terminal ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
Barang Bengkulu Tengah
Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
▪ Kec. Talang Empat Terminal Penumpang Tipe C Bengkulu Tengah
Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
Terminal Penumpang Tipe B Bengkulu Tengah
▪ Pemerintah Kab. Bengkulu
Pembangunan TPA Regional APBD II
Tengah
Pembuatan Balai Pengujian ▪ Dishubkominfo Kab.
▪ Kec. Pondok APBN/APBD
Kendaraan Bermotor Bengkulu Tengah
Kubang
Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
Terminal Penumpang Tipe C Bengkulu Tengah
▪ Kec. Taba
Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
Penanjung APBN/APBD
Terminal Penumpang Tipe B Bengkulu Tengah
▪ Dishubkominfo Kab.
▪ Kec. Karang Tinggi Pembangunan Terminal Induk APBN/APBD
Bengkulu Tengah
▪ Kec. Pematang Pembangunan/ Peningkatan ▪ Dishubkominfo Kab.
APBN/APBD
Tiga Terminal Penumpang Tipe C Bengkulu Tengah
Sumber: Rencana, 2012
117
Lampiran 4.2
4.2.1 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupetn Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 Tahun Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Sumber Dana
Keempat Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya
Penataan batas kawasan hutan
APBN
hutan lindung.
Identifikasi dan pemetaan
kerusakan serta permasalahan
APBN
konflik Pemanfaatan Ruang Hutan
Lindung.
Pemetaan persoalan dan
pemanfaatan ruang pada kawasan
hutan lindung
Penyusunan dan Penguatan
▪ Departemen
program rehabilitasi hutan lindung
Kehutanan;
berbasis masyarakat (HKM)
▪ Kec.Taba ▪ Dinas Kehutanan APBN dan
1. Pemantapan dengan kegiatan usaha
Penanjung, Prov. Bengkulu, APBD II
Kawasan Hutan masyarakat yang tidak
▪ Kec.Merigi Sakti, ▪ Dinas Pertanian
Lindung dan diperkenankan memanfaatkan
▪ Kec.Merigi Kehutanan dan
Kawasan hasil hutan kayu
Kelindang, dan Perkebunan Kab.
Resapan Air Rehabilitasi kawasan hutan
▪ Kec.Pematang Tiga Bengkulu Tengah,
lindung melalui reboisasi dengan APBN dan
dan
jenis pohon kayu-kayuan dan APBD II
▪ Swasta
bertajuk lebat.
APBD I, APBD
Pengadaan bibit dan penanaman
II dan
lahan pada kawasan prioritas.
SWASTA
Penggalangan kerjasama dengan
berbagai pihak dalam dan luar
negeri untuk rehabilitasi kawasan APBD
yang rusak baik di kawasan hutan SWASTA
lindung maupun kawasan resapan
air di luar hutan lindung.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
Penanaman Kawasan sempadan
▪ Seluruh Kecamatan
1. Sempadan sungai di luar perkotaan dengan ▪ Pemerintah Kab.
di Kabupaten APBD II
Sungai tanaman yang memiliki fungsi Bengkulu Tengah
Bengkulu Tengah
konservasi
118
Lampiran 4.2
4.2.1 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupetn Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 Tahun Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Sumber Dana
Keempat Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
a. Pemanfaatan kawasan
sempadan sungai di dalam
perkotaan untuk taman
▪ Seluruh Kecamatan penghijauan;
▪ Pemerintah Kab.
di Kabupaten b. Prasarana lalu lintas; APBD II
Bengkulu Tengah
Bengkulu Tengah c. Jalur pemasangan kabel listrik,
telepon, dan saluran air bersih;
d. Tempat pemasangan papan
reklame.
Reboisasi dengan jenis-jenis
tanaman sesuai agroekosistem
2. Sempadan ▪ Pemerintah Kab.
▪ Kec. Pondok Kelapa pantai seperti pandan, dadap laut, APBD I
Pantai Bengkulu Tengah
mangrove, cemara laut, dan
kelapa dalam.
a. Identifikasi, pemetaan
kerusakan dan persoalan konflik APBN
pemanfaatan hutan suaka alam
b. Penyusunan dan Penguatan
APBN, APBD I
program rehabilitasi hutan
dan APBD II
suaka alam ▪ Departemen
c. Rehabilitasi kawasan hutan Kehutanan;
3. Kawasan Suaka suaka alam melalui reboisasi ▪ Dinas Kehutanan APBD I dan
▪ Ke.Taba Penanjung,
Alam (Taman dengan jenis-jenis vegetasi Prov. Bengkulu, APBD II
▪ Kec. Karang Tinggi
Buru Semidang endemik ▪ Dinas Pertanian
dan
Bukit Kabu dan d. Penggalangan kerjasama Kehutanan dan
▪ Kec. Pondok
Tahura Raja dengan berbagai pihak dalam Perkebunan Kab.
Kubang
Lelo) dan luar negeri untuk Bengkulu Tengah,
APBD I, APBD
rehabilitasi kawasan yang rusak dan
II dan Swasta
baik di dalam kawasan hutan ▪ Swasta
suaka alam maupun kawasan
disekitar hutan suaka alam
e. Pengadaan bibit dan
APBD I dan
penanaman pada kawasan
APBD II
prioritas
C. Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Bencana Tanah ▪ Kec. Taba a. Inventarisasi daerah-daerah ▪ Pemerintah Kab.
119

APBD II
Longsor Penanjung, rawan longsor, Bengkulu Tengah
Lampiran 4.2
4.2.1 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupetn Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 Tahun Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Sumber Dana
Keempat Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Kec. Merigi Sakti, b. Sosialisasi daerah rawan ▪ Pemerintah Kab.
APBD II
▪ Kec. Merigi longsor (kemiringan >40%) Bengkulu Tengah
Kelindang, dan c. Penguatan lereng rawan
▪ Pemerintah Kab.
▪ Kec. Pematang Tiga. longsor di sepanjang sisi jalan APBD II
Bengkulu Tengah
raya,
d. Rehabilitasi dan reboisasi
daerah-daerah penyangga dan ▪ Pemerintah Kab.
APBD II
resapan air terutama di wilayah Bengkulu Tengah
hutan lindung,
e. Pemasangan rambu-rambu
▪ Pemerintah Kab.
bahaya pada daerah rawan APBD II
Bengkulu Tengah
longsor
f. Penguatan kelembagaan
▪ Pemerintah Kab.
masyarakat dalam penanganan APBD II
Bengkulu Tengah
bencana tanah longsor,
g. Penguatan dan peningkatan
▪ Pemerintah Kab.
kerjasama dan partisipasi APBD II
Bengkulu Tengah
organisasi non pemerintah
a. Delineasi kawasan banjir
eksisting dan potensi ▪ Departemen PU APBN, APBD I
meluasnya kawasan rawan (SDA) dan APBD II
banjir
b. Identifikasi Faktor-faktor
penyebab bahaya banjir, seperti
kerusakan kawasan tangkapan ▪ Departemen PU APBN, APBD I
▪ Kec. Pondok Kelapa,
air pada hulu sungai, kerusakan (SDA) dan APBD II
▪ Kec. Pematang Tiga
2. Bencana Banjir DAS, kawasan rawa, cekungan
dan
dan faktor-faktor lainnya
▪ Kec. Bang Haji
c. Penyusunan program mitigasi
▪ Departemen PU APBN, APBD I
bencana banjir, baik mitigasi
(SDA) dan APBD II
struktural maupun non struktural
d. Pelaksanaan program mitigasi ▪ Departemen PU
Banjir (SDA)
e. Rehabilitasi dan Reboisasi ▪ Departemen PU APBN, APBD I
kawasan hulu dan DAS (SDA) dan APBD II
120
Lampiran 4.2
4.2.1 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupetn Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 Tahun Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Sumber Dana
Keempat Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
f. Pembangunan waduk
▪ Departemen PU APBN, APBD I
pengendali daya rusak air
(SDA) dan APBD II
(banjir)
g. Sosialisasi teknis mitigasi banjir ▪ Dep PU (SDA),
APBN, APBD I
kepada masyarakat terdampak Pemerintah Kab.
dan APBD II
(potensial terdampak) Bengkulu Tengah
D. Kawasan Lindung Geologi
▪ Badan
a. Pemasangan alarm dan
Penanggulangan
komunikasi tanda bahaya APBN, APBD I
Bencana Daerah
(alarm warning systems) di dan APBD II
(BPBD) Kab.
wilayah padat penduduk,
Bengkulu Tengah
b. Pembangunan dan penguatan ▪ BPBD
APBN, APBD I
sistem komunikasi ke daerah- Kab. Bengkulu
▪ Kec. Taba dan APBD II
daerah terpencil, Tengah
Penanjung,
c. Penguatan akses informasi dan
▪ Kec. Merigi Sakti, ▪ BPBD
komunikasi ke dan dari instansi- APBN, APBD I
▪ Kec. Merigi Kab. Bengkulu
instansi yang menangani dan APBD II
Kelindang, Tengah
kegempaan dan kebencanaan,
▪ Kec. Pematang Tiga,
1. Bencana Alam d. Penguatan kapasitas ▪ BPBD
▪ Kec. Karang Tinggi, APBN, APBD I
Gempa Bumi masyarakat dalam menghadapi Kab. Bengkulu
▪ Kec. Talang Empat, dan APBD II
bahaya gempa bumi, Tengah
▪ Kec. Pondok Kelapa,
e. Standarisasi kualitas bangunan
▪ Kec. Pagar Jati,
tahan gempa bumi, terutama ▪ BPBD
▪ Kec. Pondok APBN, APBD I
bangunan/obyek vital dan Kab. Bengkulu
Kubang dan dan APBD II
perumahan penduduk di daerah Tengah
▪ Kec. Bang Haji.
rawan gempa,
f. Sosialisasi tanggap darurat dan ▪ BPBD
APBN, APBD I
mekanisme evakuasi korban Kab. Bengkulu
dan APBD II
gempa bumi, Tengah
g. Penguatan kelembagaan dan ▪ BPBD
APBN, APBD I
mekanisme penanganan Kab. Bengkulu
dan APBD II
bencana gempa bumi, Tengah
121
Lampiran 4.2
4.2.1 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupetn Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
5 Tahun Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga Sumber Dana
Keempat Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
h. Penguatan dan peningkatan
kerjasama dan partisipasi ▪ BPBD
APBN, APBD I
organisasi non pemerintah Kab. Bengkulu
dan APBD II
dalam penanganan bencana Tengah
gempa bumi.
a. Sosialisasi mengenai potensi
▪ BPBD
bahaya tsunami, melalui gladi APBN, APBD I
Kab. Bengkulu
posko dan gladi lapangan dan APBD II
Tengah
terhadap bahaya tsunami.
b. Pemasangan buoy (tsunami
▪ BPBD
warning system) di perairan APBN, APBD I
Kab. Bengkulu
barat Kabupaten Bengkulu dan APBD II
Tengah
Tengah,
c. Pembangunan bangunan
▪ BPBD
2. Bencana Alam pemecah gelombang di APBN, APBD I
▪ Kec. Pondok Kelapa Kab. Bengkulu
Tsunami kawasan pesisir wilayah dan APBD II
Tengah
Kecamatan Pondok Kelapa,
d. Penguatan kelembagaan dan ▪ BPBD
APBN, APBD I
mekanisme penanganan Kab. Bengkulu
dan APBD II
bencana tsunami, Tengah
e. Penguatan dan peningkatan
kerjasama dan partisipasi ▪ BPBD
APBN, APBD I
organisasi non pemerintah Kab. Bengkulu
dan APBD II
dalam penanganan bencana Tengah
tsunami.

f.

Sumber: Rencana, 2012


122
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A. Kawasan Hutan Produksi
▪ Departemen
Pertanian dan
Dinas APBN dan
a. Program Hutan Tanaman Rakyat
1. Pengembangan Perhutbun Kab. APBD II
Kawasan Hutan Bengkulu
Produksi (HP) Tengah
▪ Taba Penanjung
dan Hutan ▪ Departemen
b. Program Hutan Desa
Produksi Pertanian dan
c. Pengembangan hasil hutan non
Terbatas (HPT) Dinas APBN dan
kayu, jasa lingkungan,
Perhutbun Kab. APBD II
perlebahan, obat-obatan, atau
Bengkulu
yang diambil buahnya
Tengah
B. Kawasan Peruntukan Pertanian
▪ Departemen
Pertanian dan
a. Pemetaan perwilayahan
Dinas APBN dan
komoditas sesuai karakteristik
Perhutbun Kab. APBD II
agroekosistemnya.
Bengkulu
Tengah
b. Intensifikasi lahan, melalui
▪ Dinas
bantuan sarana produksi
▪ Kebun Perhutbun
perkebunan, peningkatan
rakyat/kebun Bengkulu
keterampilan budidaya dan
campuran Tengah
1. Pengembangan pengolahan pasca panen.
(tersebar di
Kawasan ▪ Departemen
seluruh c. Pembangunan infrastruktur
Perkebunan Pertanian dan
kecamatan sesuai kawasan agropolitan guna
Dinas APBN dan
peruntukan pola menunjang berkembangkan
Perhutbun Kab. APBD II
ruang) sistem agribisnis yang terdiri dari
Bengkulu
sub-sub sistem
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
d. Mengembangkan infrastruktur
Dinas
pendukung sub sistem agribisnis
Perhutbun Kab.
hulu.
Bengkulu
123

Tengah
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Departemen
Pertanian dan
e. Mengembangkan infrastruktur
Dinas APBN dan
pendukung sub sistem usaha tani
Perhutbun Kab. APBD II
(on-farm).
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
f. Mengembangkan infrastruktur
Dinas APBN dan
pendukung sub sistem agribisnis
Perhutbun Kab. APBD II
pengolahan hasil (off farm).
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
g. Mengembangkan infrastruktur
Dinas APBN dan
pendukung sub sistem agribisnis
Perhutbun Kab. APBD II
pemasaran hasil.
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
h. Mengembangkan infrastruktur
Dinas APBN dan
pendukung sub sistem agribisnis
Perhutbun Kab. APBD II
jasa-jasa penunjang.
Bengkulu
Tengah
i. Menerapkan sistem pertanian
konservasi, dengan membangun ▪ Dinas
terras guludan dan penanaman Perhutbun Kab. APBN dan
menurut kontur (streep croping), Bengkulu APBD II
terutama pada lahan-lahan yang Tengah
memiliki kemiringan >8%.
▪ Dinas
j. Mengembangkan pertanian Perhutbun Kab. APBN dan
organik. Bengkulu APBD II
Tengah
▪ Kec. Bang Haji, a. Pengembangan sistem ▪ Dinas
APBN dan
▪ Kec. Karang pengelolaan perkebunan yang Perhutbun Kab.
APBD II dan
Tinggi, ramah lingkungan dan Bengkulu
SWASTA
124

▪ Kec. Pagar Jati, berkelanjutan. Tengah & PT


Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Kec. Pematang Perkebunan
Tiga, ▪ Dinas
▪ Kec. Pondok b. Program peremajaan dan Perhutbun Kab. APBN dan
Kelapa, rehabilitasi tamanan perkebunan Bengkulu APBD II dan
▪ Kec. Talang sawit dan karet Tengah & PT SWASTA
Empat Perkebunan
▪ Departemen
Pertanian dan
a. Mengembangkan infrastruktur
Dinas APBN dan
pendukung sub sistem agribisnis
Perhutbun Kab. APBD II
hulu untuk komoditi padi sawah.
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
b. Mengembangkan infrastruktur Pertanian dan
pendukung sub sistem usaha tani Dinas APBN dan
(on-farm) berupa jalan usaha tani Perhutbun Kab. APBD II
dan prasarana irigasi teknis. Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
▪ Kawasan c. Mengembangkan infrastruktur Pertanian dan
2. Pengembangan pertanian pendukung sub sistem agribisnis Dinas APBN dan
Kawasan tanaman pangan pengolahan hasil (off farm) untuk Perhutbun Kab. APBD II
Pertanian tersebar di komoditi padi sawah. Bengkulu
Tanaman Pangan seluruh Tengah
kecamatan ▪ Departemen
d. Mengembangkan infrastruktur Pertanian dan
pendukung sub sistem agribisnis Dinas APBN dan
pemasaran hasil untuk komoditi Perhutbun Kab. APBD II
padi sawah. Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
e. Mengembangkan infrastruktur Pertanian dan
pendukung sub sistem agribisnis Dinas APBN dan
jasa-jasa penunjang untuk Perhutbun Kab. APBD II
komoditi padi sawah. Bengkulu
Tengah
f. Mengembangkan irigasi ▪ Departemen APBN dan
125

pedesaan guna menjamin Pertanian dan APBD II


Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
ketersediaan air pada lahan Dinas
usaha tani. Perhutbun Kab.
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
g. Mengembangkan sistem
Dinas APBN dan
pertanian organik di kawasan
Perhutbun Kab. APBD II
pengembangan padi sawah.
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian dan
h. Menetapkan lahan sawah abadi Dinas APBN dan
di kawasan beririgasi teknis. Perhutbun Kab. APBD II
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian,
a. Pengembangan sentra Dinas
peternakan ternak besar (sapi Peternakan
dan kerbau) yang dilengkapi Prov.
APBN dan
dengan prasarana dan sarana Bengkulu/Dinas
SWASTA
reproduksi inseminasi buatan, Peternakan
Pasar Hewan, dan Rumah Kab.
Pemotongan Hewan Peternakan
Bengkulu
3. Pengembangan ▪ Tersebar di
Tengah
Kawasan seluruh
▪ Departemen
Perternakan kecamatan
Pertanian,
Dinas
Peternakan
b. Pengembangan sentra Prov.
APBD dan
peternakan ternak kecil di tiap Bengkulu/Dinas
SWASTA
kecamatan. Peternakan
Kab.
Peternakan
Bengkulu
126

Tengah
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Departemen
Pertanian,
Dinas
Peternakan
Prov. APBN dan
c. Pengembangan kawasan
Bengkulu/Dinas APBD II &
integrasi pertanian peternakan
Peternakan SWASTA
Kab.
Peternakan
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian,
Dinas
Peternakan
Prov. APBN dan
d. Kawasan integrasi sapi dengan
Bengkulu/Dinas APBD II &
sawit
Peternakan SWASTA
Kab.
Peternakan
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian,
Dinas
Peternakan
Prov. APBN dan
e. Kawasan integrasi sapi dengan
Bengkulu/Dinas APBD II &
tanaman pangan
Peternakan SWASTA
Kab.
Peternakan
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian, APBN dan
f. Kawasan integrasi sapi dengan
Dinas APBD II &
holtikulturatanaman pangan
Peternakan SWASTA
127

Prov.
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Bengkulu/Dinas
Peternakan
Kab.
Peternakan
Bengkulu
Tengah
▪ Departemen
Pertanian,
Dinas
Peternakan
g. Kawasan integrasi ayam ras, Prov. APBN dan
pedaging,buras, dengan jagung Bengkulu/Dinas APBD II &
dan ikan Peternakan SWASTA
Kab.
Peternakan
Bengkulu
Tengah
▪ Dinas
h. Pengembangan sentra
Peternakan APBD DAN
peternakan unggas di setiap
Kab. Bengkulu SWASTA
kecamatan.
Tengah
▪ Dinas
APBN dan
i. Pengembangan kawasan Peternakan
APBD II &
agribisnis peternakan Kab. Bengkulu
SWASTA
Tengah
▪ Dinas
j. Peningkatan pengetahuan dan Peternakan
APBD II
keterampilan para peternak Kab. Bengkulu
Tengah
▪ Dinas
k. Pengembangan pakan ternak
Peternakan APBD II dan
lokal dengan mengandalkan hasil
Kab. Bengkulu SWASTA
pertanian dan perikanan lokal.
Tengah
C. Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan
▪ Kec. Pondok ▪ Departemen
Pengembangan
Kelapa untuk a. Pengembangan sentra budidaya dan Dinas APBN, APBD
Kawasan Budidaya
budidaya perikanan air tawar. Kelautan dan II SWASTA
Perikanan
128

perikanan Perikanan
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
tangkap; ▪ Departemen
▪ Kec. Taba b. Pengembangan perikanan dan Dinas APBN, APBD
Penanjung, Pagar tangkap laut dalam. Kelautan dan II SWASTA
Jati dan Perikanan
memungkinkan ▪ Departemen
c. Pengembangan sentra budidaya
seluruh wilayah dan Dinas APBN, APBD
perikanan laut (udang, kerapu,
kecamatan sesuai Kelautan dan II SWASTA
dan rumput laut)
potensi Perikanan
▪ Departemen
d. Pengembangan kegaitan
dan Dinas APBN, APBD
minapolitan, terutama di
Kelautan dan II SWASTA
Kecamatan Pondok Kelapa.
Perikanan
D. Kawasan Peruntukan Permukiman
a. Identifikasi dan perumusan
kebutuhan perumahan dan ▪ Departemen
penyediaan perumahan Perumahan APBN dan
perdesaan melalui bantuan Rakyat/Dinas APBD II
pemerintah dan pembangunan Tata Kota
perumahan swadaya
b. Identifikasi kelompok permukiman
perdesaan yang berada pada
kawasan lindung dan budidaya.
▪ Departemen
Bila terdapat permukiman
Perumahan APBN dan
▪ tersebar di (kelompok rumah) yang berada
1. Pengembangan Rakyat/Dinas APBD II
seluruh pada kawasan lindung, maka
Kawasan Tata Kota
kecamatan (pada direkomendasikan jalan
Permukiman
jalan-jalan lokal keluarnya, baik melalui pelepasan
Perdesaan
dan lingkungan) hak hutan atau relokasi.
c. Identifikasi bangunan fasilitas
umum dan perumahan yang ▪ Departemen
berada pada kawasan rawan Perumahan APBN dan
bencana dan merekomendasikan Rakyat/Dinas APBD II
mitigasi ataupun relokasi Tata Kota
terhadap bangunan tersebut.
d. Identifikasi bangunan fasilitas ▪ Departemen
umum dan perumahan yang tidak Perumahan APBN dan
memenuhi konstruksi tahan Rakyat/Dinas APBD II
129

gempa dan merekomendasikan Tata Kota


Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
rencana penanganannya secara
teknis
e. Klasifikasi kelompok permukiman
▪ Departemen
yang berada pada kawasan
Perumahan APBN dan
budidaya yang mempunyai akses
Rakyat/Dinas APBD II
tinggi, sedang dan rendah
Tata Kota
(remote area).
f. Identifikasi kelengkapan
▪ Departemen
prasarana dan sarana
Perumahan APBN dan
permukiman pada masing-masing
Rakyat/Dinas APBD II
kelompok permukiman pada poin
Tata Kota
2 dan rekomendasikan rencana
pembangunannya.
g. Pengadaan/ relokasi lahan
▪ Pemerintah APBD II
permukiman nelayan akibat
Kabupaten
bencana tsunami dan abrasi laut
a. Identifikasi dan perumusan
program kebutuhan perumahan ▪ Departemen
dan penyediaan perumahan Perumahan APBN dan
perkotaan melalui bantuan Rakyat/Dinas APBD II
pemerintah dan pembangunan Tata Kota
▪ tersebar di
perumahan swadaya
seluruh
2. Pengembangan b. Percepatan penyediaan
kecamatan yang
Kawasan perumahan melalui kegiatan ▪ Departemen
sifatnya perkotaan APBN dan
Permukiman penyediaan KPR-RSH bersubsidi, Perumahan
(pada jalan-jalan APBD II &
Perkotaan pengembangan perumahan Rakyat/Dinas
lokal dan SWASTA
swadaya dan pengembangan Tata Kota
lingkungan)
Kasiba/Lisiba.
▪ Departemen
c. Penataan dan rehabilitasi
Perumahan APBN dan
lingkungan kawasan permukiman
Rakyat/Dinas APBD II
kumuh
Tata Kota
▪ Departemen
d. Penyediaan perumahan Perumahan APBN dan
masyarakat Rakyat/Dinas APBD II
Tata Kota
E. Kawasan Peruntukan Pertambangan dan Industri
130

1. Pengembangan ▪ tersebar di a. Melakukan kajian daya dukung ▪ Dinas APBD I &


Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kawasan seluruh lingkungan untuk ekploitasi bahan Pertambangan APBD II
Pertambangan kecamatan tambang dan galian, terutama di dan Energi
(berdasarkan kawasan hutan lindung Prov.
hasil penelitian) Bengkulu/Kab.
Bengkulu
Tengah
b. Menetapkan satuan Wilayah
Pertambangan (WP) yang
▪ Dinas
meliputi Wilayah Usaha
Pertambangan
Pertambangan (WUP), Wilayah
dan Energi
Pertambangan Rakyat (WPR) APBD I &
Prov.
dan Wilayah Pertambangan APBD II
Bengkulu/Kab.
Negara (WPN) dengan
Bengkulu
pertimbangan perlindungan
Tengah
lingkungan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat lokal.
▪ Dinas
Pertambangan
c. Menyusun profil potensi, prosedur
dan Energi
dan mekanisme perizinan serta
Prov. APBD I &
rencana bisnis (bussines plan)
Bengkulu/Kab. APBD II
untuk masing-masing WUP, WPR
Bengkulu
dan WPN.
Tengah

▪ Dinas
Pertambangan
d. Melakukan kajian sumberdaya
dan Energi
energi alternatif yang meliputi APBD I &
Prov.
panas bumi dan tenaga air, listrik APBD II
Bengkulu/Kab.
pedesaan.
Bengkulu
Tengah
▪ Dinas
Pertambangan
e. Melakukan promosi untuk dan Energi
APBD I &
menarik investasi pengembangan Prov.
APBD II
bidang pertambangan dan energi Bengkulu/Kab.
Bengkulu
131

Tengah
Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
▪ Dinas
Perindustrian
Pengembangan industri pengolahan
Prov.
kelapa sawit dan karet, kakao dan APBD/Swasta
Bengkulu/Kab.
kopi)
▪ Kec. Talang Bengkulu
2. Pengembangan Empat, Karang Tengah/Swasta
Kawasan Industri Tinggi dan ▪ Dinas
Pondok Kelapa Perindustrian
Penyusunan Masterplan Kawasan Prov.
APBD/Swasta
Industri Bengkulu/Kab.
Bengkulu
Tengah/Swasta
F. Kawasan Peruntukan Pariwisata
▪ Kawasan Wisata
Pantai Sungai
Suci, Alam (Air
Terjun Tik
Belimbing, Air
Telutun, Air terjun
▪ Dinas
Segeak, Air
Perindustrian
Terjun Curug a. Pengembangan kawasan
Prov.
Layang, Air Terjun unggulan wisata Bengkulu secara APBD/Swasta
Bengkulu/Kab.
Curug Tes, Air terpadu dan terintegrasi
Bengkulu
Terjun Peh, Air
Pengembangan Tengah/Swasta
terjun Datar
Kawasan
Lebar, Air Terjun
Pariwisata
Penejun, Taba
Lagan, Gn
Bungkuk, dan
lainnya)
▪ Dinas
Perindustrian
▪ Kawasan Tempat b. Pengembangan kawasan Prov.
bersejarah/Cagar unggulan wisata Bengkulu secara Bengkulu/Kab. APBD/Swasta
Budaya terpadu dan terintegrasi Bengkulu
Tengah/Swasta

132

G. Peningkatan Pelayanan Umum


Lampiran 4.2
4.2.2 Program Perwujudan Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012-2032
Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang
Dinas/Instansi
No. Sektor Lokasi Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 tahun Pertama 5 tahun kedua Sumber Dana
Terkait
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Peningkatan dan pembangunan
prasarana dan infrastruktur
kawasan tempat beribadah,
▪ Seluruh wilayahn
kawasan pendidikan, kawasan Seluruh
Peningkatan kecamatan di
pemerintahan, pusat pelayanan Instansi dan APBD/Swasta
Pelayanan Umum Kab. Bengkulu
sosial, ekonomi, budaya,dan Dinas Terkait
Tengah
kawasan perairan wilayah pesisir
ditujukan dalam rangka
pemanfaatan pelayanan umum.
Sumber: Rencana, 2012
133
Lampiran 4.3
Program Perwujudan Kawasan Strategis Tahun 2012-2032

Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang


Lokasi Dinas/Instansi Terkait Sumber Dana
No. Sektor Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga 5 Tahun Keempat
(Kabupaten/Kota)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

A. Pengembangan Kawasan Strategis Sosial Budaya


a. Penetapan batas kawasan strategis Dinas PU Prov. Bengkulu
APBN dan APBD
PKL Karang Tinggi dan Kab. Bengkulu Tengah
b. Penyusunan RDTR Kota Karang Dinas PU Prov. Bengkulu
APBN dan APBD
Tinggi dan Kab. Bengkulu Tengah
c. Penyusunan RDTR Perkotaan Bappeda Kab. Bengkulu
APBD
Karang Tinggi Tengah
d. Penyusunan Master Plan Ibukota Dinas PU Prov. Bengkulu
APBN dan APBD
Kabupaten dan Kab. Bengkulu Tengah
e. Pengembangan dan penataan Kota Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
Karang Tinggi Tengah
1. Pengembangan
f. Pengembangan perkantoran Pemerintah Kab. Bengkulu
Fungsi Kota Karang APBN dan APBD
pemerintahan Tengah
Tinggi sebagai
Pemerintah Kab. Bengkulu
Pusat Kota Karang Tinggi g. Pembangunan Pasar Karang Tinggi APBN dan APBD
Tengah
Pemerintahan
Pemerintah Kab. Bengkulu
Kabupaten h. Pengembangan RSUD APBN dan APBD
Tengah
Bengkulu Tengah
i. Pembangunan gedung olahraga Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
dan kesenian (stadion) Tengah
j. Pembangunan perguruan tinggi Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
(akademi) Tengah
k. Pembangunan pusat rekreasi Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
masyarakat Tengah
Pemerintah Kab. Bengkulu
l. Peningkatan kapasitas PDAM APBN dan APBD
Tengah
m.Peningkatan pengelolaan sampah Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
(TPA sanitary landfill dan 3R) Tengah
2. Pengembangan memungkinkan
Fungsi Kawasan diwilayah kecamatan 1. Penyusunan Master Plan Kawasan Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
Wisata dan Situs lain berdasarkan Pariwisata Kabupaten Tengah
Budaya potensi wilayah
134
Program Perwujudan Kawasan Strategis Tahun 2012-2032

Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang


Lokasi Dinas/Instansi Terkait Sumber Dana
No. Sektor Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga 5 Tahun Keempat
(Kabupaten/Kota)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

3. Pengembangan a. Penyusunan Master Plan Kawasan


Kawasan Wisata Pekik Nyaring Wisata Sungai Suci Kec. Pondok
Pantai Sungai Suci Kelapa
B. Pengembangan Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup
a. Studi kelayakan kawasan lahan dan
jenis tanaman hutan yang sesuai, Departemen Kehutanan dan
mudah dibudidayakan dan bernilai Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
ekonomi tinggi serta mempunyai Kab. Bengkulu Tengah
fungsi lindung
b. Penetaaan batas kawasan hutan
Departemen Kehutanan dan
lindung dan legalisasi kawasan
Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
hutan tanaman rakyat melalui
Kab. Bengkulu Tengah
pencadangan kawasan
Departemen Kehutanan dan
Kawasan Hutan c. Penyiapan kelompok masyarakat
Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
Lindung Rindu Hati dan kelembagaannya.
Kab. Bengkulu Tengah
d. Penyusunan rencana pengelolaan Departemen Kehutanan dan
dan perpetakan serta pentahapan Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
pelaksanaan pengembangan Kab. Bengkulu Tengah
1. Pengembangan
e. Pembangunan infrastruktur jalan Departemen Kehutanan dan
fungsi dan daya
produksi, pengusahaan modal dan Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
dukung lingkungan
bibit tanaman serta penanaman Kab. Bengkulu Tengah
hidup
Departemen Kehutanan dan
f. Pelaksanaan budidaya hutan
Perkebunan, Pemerintah APBN dan APBD
tanaman rakyat
Kab. Bengkulu Tengah
Departemen Kelautan dan
a. Pemantapan tata batas kawasan
Perikanan dan Dinas
pesisir khususnya sempadan APBN dan APBD
Kelautan dan Perikanan
pesisir
Kab. Bengkulu Tengah
Departemen Kelautan dan
b. Perumusan prgoram revitalisasi
Kawasan Pesisir Perikanan dan Dinas
kawasan pesisir, terutama akibat APBN dan APBD
Pondok Kelapa. Kelautan dan Perikanan
abrasi
Kab. Bengkulu Tengah
c. Penggalangan kerjasama dengan Departemen Kelautan dan
lembaga dalam dan luar negeri Perikanan dan Dinas
APBN dan APBD
untuk mendukung program Kelautan dan Perikanan
135

rehabilitasi Kab. Bengkulu Tengah


Program Perwujudan Kawasan Strategis Tahun 2012-2032

Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang


Lokasi Dinas/Instansi Terkait Sumber Dana
No. Sektor Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga 5 Tahun Keempat
(Kabupaten/Kota)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

C. Pengembangan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Departemen
a. Penetapan batasan kawasan
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
agropolitan
Bengkulu Tengah

Departemen
b. Penyusunan Master Plan
Pertanian/Dinas Bappeda, APBN dan APBD
Agropolitan
PU Kab. Bengkulu Tengah

Departemen
c. Penetapan sub kawasan fungsional
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
komoditas sawit dan karet
Bengkulu Tengah
Departemen
1. Pengembangan d. Penyusunan rencana struktur dan
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
fungsi Kota Pagar Kawasan Agropolitan pola ruang kawasan
Bengkulu Tengah
Jati dan Merigi Sakti Pagar Jati dan Merigi
e. Penyusunan arahan pemanfaatan Departemen
sebagai kawasan Sakti
ruang dan rencana pengendalian Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
agropolitan
pemanfaatan ruang kawasan Bengkulu Tengah
f. Penyusunan rencana teknis Departemen
bangunan dan infrastruktur Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
agropolitan Bengkulu Tengah
Departemen
g. Pembangunan infrastruktur
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
kawasan
Bengkulu Tengah
Departemen
h. Pembangunan pusat agropolitan
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
(agropolis)
Bengkulu Tengah
Departemen
i. Pembangunan prasarana dan
Pertanian/Dinas PU Kab. APBN dan APBD
sarana penunjang
Bengkulu Tengah
a. Penyusunan rencana teknis arahan
pemanfaatan ruang dan rencana Pemerintah Kab. Bengkulu
Kec. Talang Empat, APBN dan APBD
2. Pengembangan pengendalian pemanfaatan ruang Tengah
Karang Tinggi dan
Kawasan Industri kawasan industri
Pondok Kelapa
b. Pembangunan prasarana dan Pemerintah Kab. Bengkulu
APBN dan APBD
136

sarana penunjang Tengah


Program Perwujudan Kawasan Strategis Tahun 2012-2032

Rencana Jangka Menengah Rencana Jangka Panjang


Lokasi Dinas/Instansi Terkait Sumber Dana
No. Sektor Program 5 tahun Pertama 5 tahun kedua 5 Tahun Ketiga 5 Tahun Keempat
(Kabupaten/Kota)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

a. Pembangunan Pusat Minapolitan


Pemerintah Kab. Bengkulu
Tangkap APBN dan APBD
Minapolitan Tangkap di Tengah
Kec. Pondok kelapa
b. Penyiapan kelompok masyarakat Pemerintah Kab. Bengkulu
3. Pengembangan APBN dan APBD
dan kelembagaannya. Tengah
Kawasan
Minapolitan Budidaya di a. Pembangunan prasarana dan Pemerintah Kab. Bengkulu
Minapolitan APBN dan APBD
Kec. Pondok Kelapa, sarana penunjang Tengah
Tangkap dan
Pagar Jati, Taba Pemerintah Kab. Bengkulu
Budidaya b. Pengadaan bibit ikan APBN dan APBD
Penanjung, dan Tengah
memungkinkan di
c. Penyiapan kelompok masyarakat Pemerintah Kab. Bengkulu
Kecamatan lain APBN dan APBD
dan kelembagaannya. Tengah
berdasarkan potensi
a. Pembangunan Pelabuhan Laut
4. Kawasan b. Studi Kelayakan Pelabuhan Laut
Kec. Pelabuhan Pondok
Transportasi
Kelapa
Pelabuhan Laut c. Penyusunan Masterplan Pelabuhan
Laut
Sumber: Rencana, 2012

BUPATI BENGKULU TENGAH,

H. FERRY RAMLI
137

Anda mungkin juga menyukai