Anda di halaman 1dari 6

International Journal of Offshore and Coastal Engineering

Vol.1 | No. 1 | pp. 1 – 6 | March 2017


e-ISSN: 2580-0914
© 2017 Department of Ocean Engineering – ITS

Submitted: December 12, 2016 | Revised: February 20, 2017 | Accepted: March 6, 2017) | DOI: xx.xxxxx/ijoce.x.xxxxx

Penentuan Lokasi Budidaya Keramba Jaring Apung Di Perairan Teluk Prigi


Kabupaten Trenggalek Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis
Billy Gema Mahaputraa*, Haryo Dwito Armonob and Muhammad Zikrab
a) Mahasiswa Sarjana, Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
b) Dosen Pembimbing, Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
*e-mail: bgema21@gmail.com

ABSTRAK air yang cukup tinggi dengan kualitas air yang cukup
Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan cara memadai untuk melakukan budidaya, Keramba menjadi
budidaya perikanan yang dapat dilakukan di sungai, danau pilihan yang bagus untuk melakukan budidaya. Budidaya
ataupun laut. Dalam penentuan lokasi yang akan dilakukan ikan dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseanografi
budidaya KJA harus memenuhi beberapa parameter untuk dan meteorologi seperti angin, kedalaman laut, kecerahan
menjamin keberlangsungan budidaya tersebut. Parameter laut, kecepatan arus, salinitas, derajat keasaman dan oksigen
yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan lingkungan terlarut.
perairan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk Dengan perkembangan teknologi saat ini, distribusi
menentukan apakah lokasi yang akan dilakukan budidaya kandungan klorofil-a dan suhu permukaan laut dapat
KJA memenuhi parameter yang ada. Pada tugas akhir ini dideteksi dengan menggunakan satelit penghasil citra. Data
dilakukan pengamatan kesuburan perairan dengan analisis citra tersebut kemudian dapat diimplementasikan guna
citra satelit Aqua MODIS Level 1b untuk konsentrasi menentukan daerah budidaya ikan. Data tersebut harus
klorofil-a dan suhu permukaan laut, serta penentuan diolah terlebih dahulu dan disesuaikan denga parameter-
klasifikasi kesesuaian dari setiap aspek parameter dengan parameter pendukung hingga menghasilkan lokasi yang
metode weighted overlay dari data yang diperoleh di memiliki potensi budidaya ikan dalam bentuk peta tematik
lapangan pada bulan Maret dan Oktober 2016 dengan yang terintegrasi. Dengan adanya data tersebut, kegiatan
pendekatan sistem informasi geografis yang berlokasi di budidaya dapat menjadi lebih optimal baik dari segi
daerah Teluk Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. operasional maupun finansial.
Hasil analisis spasial menunjukkan wilayah Teluk Prigi Lokasi yang menjadi penelitian pada tugas akhir ini adalah
pada umumnya sesuai untuk dilakukan budidaya keramba Teluk Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pada tugas
jaring apung. Hasil penggabungan weighted overlay pada akhir ini akan dibahas mengenai pengolahan data citra
kedua periode menunjukkan skor tata-rata yaitu 2,18 dari satelit yang berkaitan dengan persebaran konsentrasi
skala 3 dengan rincian wilayah yang masuk kategori klorofil-a dan suhu permukaan laut dengan memanfaatkan
“sesuai” seluas 8,33 km2 (23,13% dari luas perairan) dan perkembangan teknologi penginderaan jauh dan overlaying
untuk kategori “sangat sesuai” seluas 27,67 km2 (76,87% dengan parameter-parameter pendukung sehingga didapat
dari luas perairan). Sementara itu lokasi yang paling sesuai informasi spasial dan temporal berupa peta tematik yang
dari 10 titik sampling adalah stasiun 5, 6 dan 10. dapat dimanfaatkan dengan optimal dan efisien dengan
dukungan untuk menunjang kegiatan budidaya perikanan.
Kata Kunci: Keramba Jaring Apung, Aqua MODIS, Weighted
Overlay, Sistem Informasi Geografis
2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Lokasi Penelitian
1. PENDAHULUAN Teluk Prigi terletak di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
dengan koordinat 8°19'39"LS dan 111°43'43"BT yang
Untuk mengurangi efek negatif dari overfishing maka memiliki Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) terbesar di
dilakukan alternatif pemanfaatan sumberdaya perikanan Jawa Timur yang juga dilengkapi dengan Tempat
dengan cara budidaya pada keramba jaring apung. Budidaya pelelangan Ikan (TPI). Berikut gambaran lokasi penelitian
keramba jaring apung merupakan cara budidaya yang dapat ini.
dilakukan di laut, sungai ataupun di danau. Dengan keadaan

Licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License (URL: http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

1
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-6 February 2017

jelas dibaca dan diinterpretasikan. Dalam koreksi


radiometrik ini dilakukan pemisahan antara awan dan
permukaan bumi dengan proses cloud masking. Citra
satelit yang telah terkoreksi secara geometrik
didefinisikan pada fitur mask definition untuk kemudian
dilakukan overlay dengan kanal-kanal yang berkaitan
dengan hasil yang akan diinginkan.
3. Penerapan algoritma yang berkaitan dengan output yang
ingin dihasilkan, caranya dengan menggunakan fitur
band math pada citra satelit yang telah dilakukan proses
pemisahan awan dan aplikasikan algoritma yang telah
ditentukan. Kemudian file yang telah diolah disimpan
dan kembali diolah pada perangkat lunak sistem
informasi geografis untuk dilakukan pemotongan citra.
Gambar 1. Lokasi Penelitian (PPO LIPI, 2016) 4. Pemotongan citra (cropping citra) merupakan cara
pengambilan area tertentu yang akan diamati (area of
2.2 Pengumpulan Data interest) dalam citra, yang bertujuan untuk
Data yang dalam penelitian ini berupa data sekunder dari mempermudah penganalisaan citra dan memperkecil
berbagai instansi terkait seperti berikut : ukuran penyimpangan citra. Pemotongan atau cropping
1) Data sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk citra dilakukan untuk mendapatkan daerah penelitian
Prigi yang diperoleh melalui cara mengunduh hasil citra dengan maksud untuk dapat melakukan pengolahan data
klorofil-a yang telah tersedia di internet. Data diperoleh yang lebih terfokus, terinci dan teroptimal. Pemotongan
melalui situs ladsweb.nascom.nasa.gov dengan citra memiliki fungsi lainnya, yaitu memperkecil daerah
keterangan waktu Maret 2016 dan Oktober 2016.Data yang akan dikaji sesuai dengan area of interest.
yang dipilih dengan batasan posisi 8°19'39" LS - Pemotongan citra dapat dilakukan sesuai dengan bentuk
111°43'43" BT. poligon yang diinginkan seperi pembatasan wilayah
2) Data angin dan batimetri diperoleh dari PWK ITS dan kabupaten, kecamatan atau desa.
BMKG.
3) Data oseanografi seperti kedalaman laut, kecerahan laut, 2.4 Pengolahan Konsentrasi Klorofil-a dan SPL
kecepatan arus, salinitas, oksigen terlarut dan derajat Pada Citra Satelit MODIS
keasaman didapat dari PPN Prigi dan PPO LIPI. Untuk Data yang diolah pada penelitian ini adalah MODIS
4) Data peta rupa bumi didapat dari laman Bakosurtanal. level 1b yang diperoleh dari Ocean Color Web milik NASA
yang dapat diunduh secara gratis. File yang diunduh
2.3 Pengolahan Citra Digital memiliki format Hierarchical Data Format (.hdf) dengan
Pengolahan citra bertujuan untuk memperoleh gambaran keterangan waktu siang hari yang memiliki resolusi spasial
mengenai persebaran konsentrasi klorofil-a di sekitar 1 km dan akan dikoreksi secara radiometrik, geometrik serta
perairan Teluk Prigi. Tahapan-tahapan pengolahan tersebut pemisahan awan (cloud masking) pada perangkat lunak
meliputi : pengolah citra satelit.
1. Koreksi geometrik (perbaikan posisi citra), sebelum Setelah citra satelit dikoreksi, selanjutnya diaplikasikan
dilakukan pengolahan data citra, sistem proyeksi atau algoritma untuk mengetahui kandungan klorofil dan suhu
koordinat peta harus disesuaikan dengan area of interest permukaan laut. Estimasi konsentrasi klorofil menggunakan
atau dengan data spasial yang telah ada sebelumnya. algortima OC4 (Prinina et al. 2016) yang ditunjukkan pada
Koreksi geometrik atau rektifikasi merupakan tahapan persamaan dibawah ini.
agar data citra dapat diproyeksikan sesuai dengan sistem
koordinat yang digunakan. Acuan dari koreksi 𝑋= log10(𝑅𝑟𝑠(𝜆1)/𝑅𝑟𝑠(𝜆2)).............................................(1)
geometrik ini dapat berupa peta dasar ataupun data citra 𝐶ℎ𝑙−𝑎=10(𝑎0+𝑎1+(𝑎2.𝑋2)+(𝑎3.𝑋3)+(𝑎4.𝑋4))................(2)
sebelumnya yang telah terkoreksi. Koreksi geometrik Dimana :
pada peta rupabumi Teluk Prigi yang telah didigitasi 𝑅𝑟𝑠(𝜆1) = Rrs pada kanal biru (488 nm)
dilakukan dengan menggunakan acuan titik kontrol yang 𝑅𝑟𝑠(𝜆2) = Rrs pada kanal hijau (531 nm)
dikenal dengan Ground Control Point (GCP). Titik 𝑎0 = 0,3272
kontrol yang ditentukan merupakan titik-titik dari obyek 𝑎1 = -2,9940
yang bersifat permanen dan dapat diidentifikasi di atas 𝑎2 = 2,7218
citra dan peta dasar/rujukan. 𝑎3 = -1,2259
2. Koreksi radiometrik, yaitu koreksi yang dilakukan agar 𝑎4 = -0,5683
informasi yang terdapat dalam data citra dapat dengan

2
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-6 February 2017

Untuk suhu permukaan laut menggunakan algoritma SPL Tabel 3. Matriks Penentuan Bobot Parameter Untuk
Brown Minnet (1999) pada Harliyanti et al.(2011) yang Analisis Pemilihan Lokasi Budidaya Perikanan Laut
ditunjukkan sebagai berikut. Berdasarkan Faktor Kualitas Air. (Radiarta et al, 2006)
Kualitas Air Suhu Salinitas PH Oksigen Bobot
SST Modis = C1+ C2 * T31 + C3*T31-32*Tb+C4*(sec(θ)- Suhu 1 2 7 4 0.52
1)*T31-32...................................................(3)
Salinitas 1/2 1 4 2 0.27
Dimana: PH 1/7 1/4 1 1/2 0.07
Tb : Kanal 20
Oksigen 1/4 1/2 2 1 0.14
C1 : Konstanta radiasi yang bernilai 1.1911x108 W m-2 sr-
1 μm4 Rasio
0.0008
C2 : Konstanta radiasi yang bernilai 1.4388x104 K μm Konsistensi
Θ : Sudut zenith satelit
Untuk menentukan konstanta C1, C2, C3 dan C4dapat Tabel 4. Matriks Bobot Kriteria Kelayakan Lahan Analisis
dilihat pada tabel berikut. Pemilihan Lokasi Budidaya Perikanan Laut Berdasarkan
Faktor Lingkungan dan Kualitas Air
Tabel 1. Koefisien C pada Band 31 dan 32 (ATBD Minnet, 1999) Kriteria Kelayakan Kualitas
Koefisien ΔT ≤ 0,7 ΔT > 0,7 Lingkungan Bobot
Lahan Air
C1 1,228552 1,69521
Lingkungan 1 3/2 0.6
C2 0,9576555 0,9558419
C3 1,1182196 0,0873754 Kualitas Air 2/3 1 0.4
C4 1,774631 1,199584 Rasio Konsistensi 0.0000

2.5 Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Lokasi Tabel 4. Matriks Kesesuaian Perairan Budi Daya KJA Hasil
Budidaya Modifikasi
Pada penelitian ini, parameter yang digunakan adalah
parameter oseanografi dan biologi yaitu suhu, pH, salinitas,
kecerahan, oksigen terlarut, kedalaman dan kecepatan arus.
Kriteria yang digunakan merupakan kajian dari berbagai
sumber yang telah dimodifikasi (Beveridge, 1987 in
Radiarta et al., 2006).
Metode skoring, penentuan kriteria serta pembagian kelas
kesesuaian lokasi budidaya menggunakan parameter fisika
dan kimia dengan rumusan yang dimodifikasi dari penelitian
Sari (2011) dan Radiarta et al (2006) dengan mengurangi
beberapa parameter seperti keterlindungan lokasi, substrat
perairan dan jarak dari pencemaran. Berdasarkan penelitian
Radiarta et al (2006) penentuan bobot dilakukan dengan
analisis pair wise comparison dengan matriks sebagai
berikut.

Tabel 2. Matriks Penentuan Bobot Parameter Untuk


Analisis Pemilihan Lokasi Budidaya Perikanan Laut
Berdasarkan Faktor Lingkungan. (Radiarta et al, 2006)
Lingkunga Turbidit Kedalam Aru Gelomba Bob
n as an s ng ot
Turbiditas 1 2 4 7 0.53
Kedalama
1/2 1 2 3 0.26 2.5 Penentuan Kelas Klasifikasi
n
Arus 1/4 1/2 1 2 0.14 Menurut Ariyati et al (2007), untuk menentukan tiap kelas
Gelomban total skor dari hasil perkalian nilai parameter dengan
1/7 1/3 1/2 1 0.07
g bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk menentukan
Rasio kelas yang berkaitan dengan kesesuaian lahan budidaya ikan
Konsiste 0.0029 berdasarkan karakteristik kualitas perairan dengan
nsi perhitungan sebagai berikut.

3
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-6 February 2017

2.2 Interpolasi Data Sampling


Y = Σ (ai x Xn)...................................................................(4) Metode interpolasi yang digunakan adalah metode Inverse
Distance Weighted (IDW). Metode IDW merupakan metode
Dimana: interpolasi spasial yang memperhitungkan jarak sebagai
Y = Nilai Akhir bobot. Jarak yang dimaksud disini adalah jarak (datar) dari
ai = Faktor pembobot titik sampel data terhadap blok yang akan diestimasi. Jadi
Xn = Skor tingkat kesesuaian lahan semakin dekat jarak antara titik sampel dan blok yang akan
diestimasi maka semakin besar bobotnya, begitu juga
Setelah melakukan input pada tiap kelas, kemudian sebaliknya. Penentuan hasil pada metode IDW berdasarkan
dilakukan perhitungan interval kelas dengan metode Equal pada asumsi bahwa nilai atribut z (nilai yang diestimasi)
Interval (Prahasta, 2002 in Aryanti et al, 2007) guna pada titik yang tidak didata adalah merupakan fungsi jarak
membagi jangkauan nilai-nilai atribut ke dalam sub dan nilai rata-rata titik yang berada disekitarnya. Hasil
jangkauan dengan ukuran yang sama. Secara matematis interpolasi tergantung dari seberapa kuat sebuah titik data
dapat ditulis seperti persamaan berikut. Perhitungannya yang diketahui mempengaruhi daerah di sekitarnya. Selain
adalah sebagai berikut itu juga jumlah titik di sekitarnya yang digunakan untuk
menghitung rata-rata nilai, serta ukuran piksel/raster yang
∑(𝑎𝑖 𝑥 𝑥𝑛)𝑚𝑎𝑥− ∑(𝑎𝑖 𝑥 𝑥𝑛)𝑚𝑖𝑛
𝐼= ........................................(5) dikehendaki.
𝑘
Dimana: Menurut Pramono (2008), metode interpolasi IDW lebih
memberikan hasil lebih akurat dari metode Kriging. Hal ini
I = Interval kelas kesesuaian lahan
dikarenakan data yang dihasilkan metode IDW memberikan
k = Jumlah kelas kesesuaian lahan yang diinginkan
nilai mendekati nilai minimum dan maksimum dari sampel
data. Sedangkan metode Krigging terkadang memberikan
Seperti yang telah dilihat pada tabel sebelumnya, terdapat
tiga kelas kesesuaian yaitu Sangat Sesuai, Sesuai dan Tidak hasil interpolasi dengan kisaran yang rendah dan kurang
Sesuai. Kemudian dari perhitungan 3.2 didapat nilai Nmax memiliki pengaruh dalam jumlah variasi sampling..
yaitu 3 dan Nmin yaitu 1. Kemudian selisih dari kedua nilai
tersebut dibagi oleh jumlah kelas sehingga interval tiap 3. HASIL
kelas sebesar 0,667 sehingga diperoleh skor kesesuaian 3.1 Persebaran Konsentrasi Klorofil-a Perairan
sebagai berikut : Teluk Prigi
Nilai minimum konsentrasi pada bulan Maret 2016 adalah
2,333 – 3 = Sesuai (S1) sebesar 0,4 mg/m3 dan nilai maksimum konsentrasi sebesar
1,668 – 2,332 = Kurang Sesuai (S2) 2 mg/m3, sedangkan nilai konsentrasi rata-ratanya adalah
1 – 1,667 = Tidak Sesuai (S3) 0,8 mg/m3. Sementara itu, persebaran konsentrasi pada 19
Oktober 2016 didapat nilai minimum sebesar 0,5 mg/m3 dan
Kemudian setiap tingkat kelas kesesuaian didefinisikan nilai maksimum sebesar 2,1 mg/m3, sementara itu nilai
sebagai berikut (FAO, 1976; in Sari, 2011) : konsentrasi rata-ratanya adalah 0,9 mg/m3.

 Sangat sesuai (S1)


Kelas ini menunjukkan bahwa lokasi yang ditinjau memiliki
potensi yang sesuai untuk dilakukan budidaya perikanan.
Pada lokasi ini tidak ada faktor pembatas atau bersifat minor
dan tidak akan terlalu mempengaruhi produktivitas hasil
budidaya secara signifikan.
 Sesuai (S2)
(a) (b)
Kelas ini menunjukkan bahwa lokasi yang ditinjau dapat
dilakukan budidaya perikanan namun kurang cocok karena
memiliki faktor pembatas yang cukup mempengaruhi
produktivitas hasil budidaya. Oleh karena itu diperlukan
perlakuan tambahan dan modifikasi agar dapat dilakukan
Gambar 2. Peta Persebaran Konsentrasi Klorofil-a di
budidaya.
Perairan Teluk Prigi Pada (a) Bulan Maret dan (b) Bulan
 Tidak sesuai (S3)
Oktober 2016
Kelas ini menunjukkan bahwa lokasi yang ditinjau
merupakan perairan yang tidak sesuai untuk budi daya
Persebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan Maret 2016
karena memiliki faktor pembatas bersifat tidak permanen
cenderung tidak memiliki perbedaan yang signifikan bila
maupun permanen dan mempengaruhi produktivitas
dibandingkan dengan persebaran konsentrasi klorofil-a pada
budidaya..
bulan Oktober 2016 dan selisih rata-ratanya hanya 0,1

4
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-6 February 2017

mg/m3. Kemudian untuk mengelompokkan data tersebut permukaan laut di Teluk Prigi berdasarkan analisis spasial
menjadi sebuah peta yang telah diklasifikasi secara data dari interpolasi titik sampel sangat sesuai untuk
terbimbing seperti pada klasifikasi yang dibuat oleh Arsjad dilakukan budidaya perikanan. Berbeda dengan hasil olahan
et al. (2004) dalam Sari (2011), dilakukan kembali analisis citra satelit yang memiliki suhu rata-rata jauh lebih rendah
spasial pada perangkat lunak pengolah data spasial dengan dibandingkan pada data titik sampel namun untuk klasifikasi
cara reklasifikasi sehingga dihasilkan peta seperti pada menurut Radiarta et al. (2006) suhu tersebut masih tergolong
gambar berikut. cukup layak untuk budidaya perikanan.

3.3 Kesesuaian Lokasi Budidaya KJA Dengan


Metode Weighted Overlay
Hasil dari analisis spasial dari parameter-parameter tersebut
dapat diklasifikasikan kembali berdasarkan interval kelas
kesesuaian yang terbagi menjadi tiga kelas dengan sistem
skoring dengan menggunakan persamaan 2 yaitu sangat
sesuai (2,333-3), sesuai (1,668 – 2,332) dan tidak sesuai (1
(a) (b) - 1,667). Berikut adalah hasil overlay dari kedua periode
berdasarkan klasifikasi kesesuaian budidaya keramba jaring
apung.
Gambar 3. Peta Klasifikasi Persebaran Konsentrasi
Klorofil-a di Perairan Teluk Prigi Pada (a) Bulan Maret dan
(b) Bulan Oktober 2016

3.2 Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan


Teluk Prigi
Suhu permukaan laut pada bulan Maret dan Oktober 2016
tidak memiliki perbedaan yang berarti, namun untuk bulan
Oktober, suhu permukaan laut cenderung lebih rendah dan
merata dibandingkan dengan bulan Maret. Suhu permukaan
laut pada bulan Maret memiliki suhu terendah sebesar
30,25oC dan suhu tertinggi sebesar 30,96oC, sedangkan
untuk suhu rata-ratanya adalah sebesar 30,54oC. Sementara
itu untuk bulan Oktober suhu terendahnya mencapai Gambar 5. Peta Kesesuaian Lokasi Budidaya Keramba
29,47oC dan suhu tertingginya sebesar 30,43oC dengan rata- Jaring Apung di Perairan Teluk Prigi Hasil Penggabungan
rata suhu 30,1oC. Peta hasil analisis spasial ditunjukkan Bulan Maret dan Oktober 2016
pada gambar berikut.
Pada peta kesesuaian lokasi, warna hijau merepresentasikan
lokasi yang sesuai dan warna kuning menunjukkan lokasi
yang cukup sesuai sedangkan warna merah menandakan
lokasi tidak sesuai untuk melakukan budidaya keramba
jaring apung. Dari hasil analisis pada umumnya perairan di
Teluk Prigi cukup sesuai untuk dilakukan pengembangan
budidaya keramba jaring apung.
Hasil penggabungan weighted overlay pada kedua periode
menunjukkan skor tata-rata yaitu 2,18 dari skala 3 dengan
rincian wilayah yang masuk kategori “sesuai” seluas 8,33
(a) (b) km2 (23,13% dari luas perairan) dan untuk kategori “sangat
sesuai” seluas 27,67 km2 (76,87% dari luas perairan).
Sementara itu lokasi yang paling sesuai dari 10 titik
sampling adalah stasiun 5, 6 dan 10.
Gambar 4. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di
Perairan Teluk Prigi Pada (a) Bulan Maret dan (b) Bulan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Oktober 2016 Dari Data In Situ.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini
Menurut Radiarta et al. (2006), suhu permukaan laut didapat kesimpulan sebagai berikut :
yang sangat layak untuk dilakukan budidaya perikanan 1. Tingkat kesuburan di perairan Teluk Prigi pada bulan
adalah berkisar 28-32oC. Hal ini menunjukkan bahwa suhu Maret dan Oktober 2016 tergolong tinggi atau rich

5
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-6 February 2017

phytoplankton. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata 6. Prinina, Endang. L.M. Jaelani dan Salam Tarigan. 2016.
persebaran konsentrasi klorofil-a yang mencapai 0,8-0,9 Validasi Algoritma Estimasi konsentrasi Klorofil-a dan
mg/m3. Padatan Tersuspensi Menggunakan Citra Terra dan
2. Hasil analisis spasial menunjukkan wilayah Teluk Prigi Aqua Modis dengan Data In situ. JURNAL TEKNIK
pada umumnya sesuai untuk dilakukan budidaya ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539. Surabaya.
keramba jaring apung. Hasil penggabungan weighted 7. Radiarta, I Nyoman, Adang Saputra, Ofri Johan dan Tri
overlay pada kedua periode menunjukkan skor tata-rata Heru Prihadi. 2006. Pemetaan Kelayakan Lahan Budi
yaitu 2,18 dari skala 3 dengan rincian wilayah yang Daya Ikan Laut Di Kecataman Moro, Kepulauan Riau:
masuk kategori “sesuai” seluas 8,33 km2 (23,13% dari Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. Jurnal
luas perairan) dan untuk kategori “sangat sesuai” seluas Riset Akuakultur Volume 1 Nomor 2
27,67 km2 (76,87% dari luas perairan). Sementara itu 8. Sari, Kenia Yolanda. 2011. Analisis Spasial Citra Satelit
lokasi yang paling sesuai dari 10 titik sampling adalah Landsat Untuk Penentuan Lokasi Budi Daya Keramba
stasiun 5, 6 dan 10 Jaring Apung Ikan Kerapu Di Perairan Pulau Semujur
Kabupaten Bangka Tengah. Institut Pertanian Bogor,
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan untuk Bogor.
penelitian Tugas Akhir selanjutnya antara lain : 9. Tiskiantoro, Ferdiawan. 2006. Analisis Kesesuaian
1. Perlu adanya analisis secara kontinyu dengan Lokasi Budidaya Karamba Jaring Apung Dengan
menggunakan data primer untuk mengetahui pola lokasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Pulau
yang sesuai untuk budidaya keramba jaring apung. Karimunjawa Dan Pulau Kemujan. Universitas
2. Adanya pertimbangan tambahan dalam menentukan Diponegoro. Semarang.
kesesuaian lokasi budidaya keramba jaring apung
dengan perencanaan wilayah pesisir terpadu dengan
merujuk Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP3K)
3. Menggunakan jenis algoritma MODIS lainnya untuk
mengetahui konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan
lautserta melakukan analisis korelasi Pearson untuk
mengetahui hubungan data citra satelit dan data in situ.
4. Menggunakan data citra satelit yang berbeda untuk
melakukan perbandingan seperti Landsat atau MODIS
level 3.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. Adipu, Yulianty, Cyska Lumenta, Erly Kaligis dan
Hengky J. Sinjal. 2013. Kesesuaian Lahan Budidaya
Laut Di Perairan Bolaang Mongondow Selatan,
Sulawesi Utara. Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Sulawesi Utara.
2. Ariyanti, R. Wisnu, Lachmuddin Sya’rani, Endang
Arini. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan sebagai Lahan
Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Universitas Diponegoro, Semarang
3. Harliyanti, Novi Ika. Bangun Muljo Sukojo dan L.M.
Jaelani. 2011. Studi Perubahan Suhu Permukaan Laut
Menggunakan Citra Satelit Terra Modis. Teknik
Geomatika ITS. Surabaya.
4. Khairunnisa. Ternala Alexander Barus dan Zulham
Apandy Harahap. 2014. Analisis Kesesuaian Wilayah
Untuk Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung di
Perairan Girsang Sipangan Bolon Danau Toba.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
5. Pramono, Gatot H. 2008. Akurasi Metode IDW Dan
Kriging Untuk InterpolasiSebaran Sedimen Tersuspensi.
Forum Geografi, Vol. 22, No. 1 Bakosurtanal.

Anda mungkin juga menyukai