Robert P. Maryunus
Makalah Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Program Pascasarjana Ilmu Kelautan / S2
Universitas Pattimura Ambon
Nopember 2010
Dosen :
Ir. J. J. Wattimury, M.Si
Oleh :
ROBERT P. MARYUNUS
E-mail : roby_pm@yahoo.co.id
NIM : 139 9109 027 / IK
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minimnya nelayan dan perusahaan perikanan yang mampu melengkapi armada
penangkapannya dengan peralatan berteknologi maju, membuat nelayan pada umumnya
hanya mengandalkan intuisi dan pengalaman dalam mendeteksi area yang diperkirakan
terdapat banyak ikan. Berbeda dengan negara Thailand, Filipina dan Malaysia yang
memiliki perangkat acoustic (echosounder) terpasang pada armada penangkapannya,
didukung informasi citra remote sensing (penginderaan jauh satelit), sehingga dapat
mengetahui dengan jelas dan pasti posisi (koordinat) lintang-bujur kawanan ikan secara
up to date (Febrianto, 2009). Keterbatasan panca indra nelayan dalam menduga fishing
ground tidak hanya menyebabkan inefisiensi penggunaan bahan bakar sebanyak 60%-
70%, tetapi juga menyebabkan terkonsentrasinya kapal-kapal penangkap ikan di lokasi
tertentu. Sebagai akibatnya pada daerah tertentu terjadi pengeksploitasian secara
berlebihan (over fishing). Jika hal ini dibiarkan terus menerus dalam jangka waktu lama
2
GeoMap (2010), digunakan satelit AQUA MODIS yang berguna menentukan suhu
permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil, yang nantinya dapat menentuan daerah
potensi tangkapan ikan (fishing ground).
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah :
1. Memahami prinsip dasar integrasi Inderaja dan SIG untuk mendeteksi fishing
ground suatu kawasan perairan.
2. Sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis pada Program Studi Ilmu Kelautan, Program Pascasarjana
Universitas Pattimura Ambon, Semester Akhir 2010/2011.
geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dari permukaan bumi dalam jumlah yang
banyak dan waktu yang cepat.
Pada dasarnya penginderaan jauh tidak pernah lepas dari Sistem Informasi
Geografi (SIG). Data-data spasial hasil penginderaan jauh merupakan salah satu dasar
yang diperrgunakan dalam analisis SIG. Dalam perkembangannya data-data SIG juga
berguna dalam pengolahan data penginderaan jauh (Barus dan Widiasastra, 2000). SIG
sangat baik dalam proses manajemen data, baik itu data atribut maupun data spasialnya.
Integrasi antara data spasial dan data atribut dalam suatu sistem terkomputerisasi yang
bereferensi geografi merupakan keunggulan dari SIG.
Sistem informasi geografi merupakan suatu interaksi antara data-data atribut dan
data spasial yang bereferensi geografi. Keunggulan SIG ini dapat dijadikan masukan
berharga bagi para nelayan atau pengusaha perikanan untuk mengetahuai lokasi-lokasi
penangkapan ikan. Pertanyaan yang sering di lontarkan nelayan adalah dimana lokasi
penangkapan ikan yang baik? dan kapan waktunya? Dengan SIG perikanan pertanyaan-
pertanyaan ini bisa di jawab, dengan bantuan data SST, klorofil, PAR (Photosintesis
Active Radiation) dan lain-lain bulanan dalam beberapa tahun yang diperoleh dari PJ
dan dianalisis dengan SIG akan memberikan tampilan secara geografis kencendrungan
sebaran dari faktor-faktor lingkungan yang disukai oleh ikan yang akhirnya
memberikan gambaran daerah perkiraan penangkapan ikan.
spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan degan
unsur-unsur petanya.
Model data raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana ssaja
dalam bentuk gambaran yang digenerallisir. Dengan model ini, dunia nyata disajikan
sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen. Degan model data raster, data
geografi ditandai oleh nilai-nilai (bilangan) elemen matriks persegi panjang dari suatu
objek. Dengan demikian, secara konseptual,model data raster merupakan data spasial
yang paling sederhana.
Model data raster memiliki suatu resolusi, yang dimaksudakan dengan resolusi
adalah dimensi linier minimum dari satuan terkecil geographic space yang dapat
direkam. Satuan terkecil ini pada umumnya berbentuk segi empat dan dikenal sebagai
sel-sel grid, elemen matriksm elemen terkecil dari suatu gambar atau piksel. Resolusi
suatu data raster akan merujuk pada ukuran permukaan bumi yang representasikan oleh
setiap pikselnya, makin tinggi reoslusi spasialnya. Demikian pula sebaliknya, maka luas
permukaan bumi yang dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, maka rendah
resolusinya.
Raster biasanya digunakan untuk melambangkan data continue seperti suhu,
elevasi, atau bahkan data diskris yang pada kondisi tertentu juga bisa ditampilkan
6
dengan data spasial sangat berguna pada lokasi pendaratan ikan, dimana pelaporan
secara berkala tentang hasil penagkapan ikan akan memberikan informasi wilayah
penghasil ikan terbesar dan informasi tentang pemanfaatan potensi perikanan yang ada
disekitar lokasi pendaratan kapal (As-Syakur, 2008).
Pengembangan SIG untuk kelautan/perikanan mempunyai dua kendala umum,
pertama bahwa dasar-dasar perkembangan SIG adalah untuk keperluan analisis
keruangan pada suatu lahan (land-based sciences), kedua analisis SIG untuk laut lebih
banyak menggunakan 3D, sedangkan SIG sendiri masih kurang mampu
mengaplikasikan 3D secara baik pada daerah-daerah yang luas (Davis dan Davis 1988;
Wright dan Goodchild 1997 dalam Kusuma, 2004). Sedangkan hambatan secara umum
pemanfaatan data penginderaan jarak jauh di Indonesia (Handoyo dalam Hanggono,
1998), yaitu :
Masalah liputan awan, dimana kita ketahui bahwa keadaan alam tidak
selamanya sesuai dengan keadaan yang diinginkan sebagai syarat photo dari
citra yang baik;
Kendala mixel (mix-pixel);
Perbedaan respon spectral dalam objek yang sama pada sebuah citra satelit;
Ketersediaan data eksogen.
Dalam pemanfaatan data satelit NOAA-12 untuk perhitungan SPL dan
identifikasi data fishing ground. Diantara permasalahan di atas masalah liputan awan
dan ketersediaan data eksogen menjadi kendala utama dalam membantu
mengindetifikasi daerah tersebut.
Letak negara Indonesia yang membentang di sepanjang ekuator dalam iklim
tropis ternyata menyebabkan sulitnya perolehan data satelit. Sebagai ilustrasi dalam
SATTIN project (satellite application technologi transfer in Indonesia), upaya untuk
menghasilkan 176 lembar space map (peta citra) berskala 1:50.000 di wilayah Indonesia
bagian timur, dibutuhkan lebih dari 7000 scenes citra SPOT yang diperoleh dari satelit
SPOT 1, 2 dan 4. Dampak dari liputan awan yang tinggi adalah sulitnya memperoleh
citra (untuk daerah-daerah tertentu) hal ini terutama terjadi pada musim hujan dengan
liputan awan kurang dari 10%. Dalam penangkapan ikan di laut dengan bantuan satelit
penginderaan jauh, kendala umum yang dihadapi adalah keberadaan daerah fishing
ground yang bersifat dinamis/berpindah-pindah mengikuti pergerakan ikan. Secara
alami ikan akan memilih daerah yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat
9
III. APLIKASI
Pada bagian ini aplikasi integrasi Inderaja dan SIG diambil satu contoh kasus citra
NOAA-14/AVHRR guna mendeteksi lokasi fishing ground sebagaimana yang
dikemukakan Zudiana (2004) dalam makalahnya :
SeaWiFS juga digunakan yaitu pada bulan April sampai Juni (musim peralihan satu)
dan Juli-september (musim timur) tahun 2000.
Tahapan pemrosesan analisis digital dan visual citra satelit NOAA- 14/AVHRR
sebagai berikut :
1. Pemilihan Citra : Citra hasil perekaman dari stasiun penerima dipilih yang bebas
awan atau citra dengan penutupan awan sedikit, sehingga tidak mengurangi
informasi dari sebahagian objek yang diteliti. Proses pemilihan citra dan
cropping dilakukan menggunakan perangkat lunak N Capture 3.0
2. Perhitungan Suhu Permukaan Laut (SPL) : Kanal yang dipakai untuk
memperoleh nilai SPL adalah kanal 4 dan 5 dari satelit NOAA-14/AVHRR.
Nilai SPL diperoleh melalui konversi bilangan integer 8 bit (dari citra kanal 4
dan 5 yang memiliki digital number 0-255) ke dalam derajat celcius (oC) dengan
menggunakan perangkat lunak ILWIS (Integrated Load and Water Information
System).
11
MULAI
Bebas - Peta
Awan - Grafik
- Tabel
- Cropping
Layer
- Penajaman citra
- Formula SPL
- Koreksi
Geometrik
Peta SPL
Citra Digital
Konversi raster ke
Vektor
Analisis Spasial
lanjut menjadi citra suhu permukaan laut (SPL) yang menjadi dasar pemetaan daerah
penagkapan ikan.
Dengan demikian data terpilih yang ada di atas saja yang akan digunakan dalam
menganalisis daerah potensi fishing ground. Berdasarkan hasil pengamatan kendati data
yang diberikan ini sudah dapat digunakan, namun beberapa daerah khususnya daerah
terpencil seperti Sibolga masih belum menggunkan data ini, hal ini menjadi salah satu
akibat kurangnya sosialisasi terhadap penggunaan data tersebut.
14
yang mereka keluarkan untuk mencari daerah fishing ground jauh lebih besar
dibandingkan dengan meminta data peta kartografi daerah fishing ground yang telah
tersedia.
IV. PENUTUP
Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis merupakan dua komponen
penting yang tidak dapat dipisahkan. Kedua komponen ini saling berkaitan,
mendukung, dan saling melengkapi sehingga tidak boleh ada yang terabaikan. Hal ini
dikarenakan data Penginderaan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang
terpenting bagi SIG karena ketersediaannya secara berkala. Data-data spasial hasil
penginderaan jauh merupakan salah satu data dasar yang digunakan dalam analisis SIG.
Oleh karena itu, pengolahan data penginderaan jauh dengan memanfaatkan SIG
diharapkan mampu memberikan informasi secara cepat dan tepat sehingga dapat
digunakan sesegera mungkin untuk keperluan analisis dan manipulasi data.
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi maka diharapkan peran
serta masyarakat untuk mau belajar mengkonsumsi teknologi tersebut lebih
ditingkatkan. Untuk itu diharapkan kedepannya dengan pemanfaatan teknologi
Penginderaan Jauh maka pengembangan produktifitas perikanan khususnya di daerah
dapat lebih ditingkatkan.
NOAA-AVHRR sebagai salah satu alternatif penggunaan Penginderaan Jauh
dalam dunia perikanan, dimana dengan adanya satelit NOAA-AVHRR ini diharapkan
kita dapat mengetahui daerah penangkapan ikan, khususnya dengan menggunakan
parameter suhu perairan (SPL).
DAFTAR PUSTAKA
As-Syakur, A.R. 2008. Sistem informasi geografi perikanan: Sebuah Wacana.
http://mbojo.wordpress.com/category/sistem-informasi-geografi. Diakses tanggal
17 Nopember 2010.
GeoMap. 2010. Prediksi potensi daerah ikan menggunakan citra aqua modis Studi
Kasus: Perairan Selatan Jawa Timur Bali. Teknik Geomatika ITS. Surabaya.
17
Lab. Inderaja Prodi Meteorologi ITB. 2009. GIS dan Spasial Data. Laboratorium
Inderaja Program Studi Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian.
Institut Teknologi Bandung.
Syamsuddin, F. 2003. Melacak lokasi tongkol di Selat Sunda. Kompas Cyber Media.
http://newtech.iwarp.com/image/news1.html. Diakses tanggal 17 November 2010.
Zudiana. 2004. Aplikasi teknologi remote sensing (NOAA) dalam penentuan fishing
ground. Makalah Pribadi Falsafah Sains. Pascasarjana IPB Bogor.