Anda di halaman 1dari 11

EKSTRAKSI DATA KEDALAMAN MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT-8

Sidik Rahmatul Fadilah1, Masita Dwi Mandini Manessa2, Rudie Rachmat Atmawidjaja3

ABSTRAK

Pesatnya perkembangan teknologi penginderaan jauh ditandai dengan semakin baiknya


resolusi spasial dan resolusi spektral. Hasil penginderaan jauh citra satelit dapat digunakan dalam
berbagai bidang seperti salah satunya dalam bidang batimetri. Pemanfaatan citra satelit dirasa sangat
efektif dan efisien untuk dilakukan karena biaya yang relatif lebih murah dan cakupan area analisis
yang luas, hanya saja terdapat kendala seperti salah satunya adalah objek awan yang menutupi
permukaan bumi. Metode perhitungan algoritma Regresi Linier Berganda (RLB) untuk Batimetri
Berbasis Satelit (BBS) dikembangkan oleh Lyzenga yang digunakan untuk pengolahan citra agar
mendapatkan nilai kedalaman disuatu perairan, kemudian dievaluasi tingkat akurasi saat digunakan
terhadap citra dengan variasi kondisi awan yang berbeda. Data yang digunakan citra landsat-8 dengan
variasi kondisi awan yang berbeda dan data pengukuran kedalaman air menggunakan echosounder
multibeam dengan sampel lokasi penelitian perairan Pulau Bawean Kabupaten Gersik Provinsi Jawa
Timur, dengan menggunakan metode perhitungan RLB. Nilai akurasi citra Landsat-8 untuk prediksi
kedalaman dengan menggunakan metode algoritma RLB menghasilkan nilai RMSE 3.584354 s/d
4.490031 meter dan R2 0.8455 s/d 0.7789 dimana akurasi terbaik didapatkan saat kondisi citra bebas
awan, dalam variasi kondisi berawan nilai akurasi berbeda tetapi perbedaan itu tidak signifikan.
Dalam kegiatan ekstraksi data kedalaman menggunakan citra Landsat-8 perlu dilakukan pemilihan
data citra tanpa awan, dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik koreksi atmospheric citra.
Kata Kunci: Penginderaan Jauh, Pengolahan Citra Digital, Batimetri

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan teknologi menggunakan energi pantulan dan pancaran
penginderaan jauh mempermudah melakukan objek secara bersamaan. Penyiam
pekerjaan maupun penelitian dalam berbagai multispektral secara sederhana berupa detektor
bidang. Saat ini kondisi data satelit semakin multi sebagai perluasan penyiam termal
baik terutama resolusi spasial maupun resolusi (Lillesand & Kiefer, 1997). Data multispektral
spektral. Dengan bertambah baiknya resolusi memiliki 3 - 11 saluran/band: saluran tampak
spasial maka dimungkinkan untuk (visible band), inframerah dekat (near
mengekstraksi objek-objek yang relatif lebih infrared), dan inframerah (infrared) (Manessa
rinci dalam ukurannya, begitu pula dengan M. D., 2018). Citra multispektral mampu
bertambah baiknya resolusi spektral maka mempermudah kegiatan pekerjaan maupun
memungkinkan citra satelit dapat digunakan penelitian, namun dalam data citra
untuk mengekstraksi informasi atau objek multispektral masih terdapat kendala yang
didasarkan pada nilai spektral dari objek menyertainya, adapun salah satu kendala yang
tertentu. sering dihadapi adalah objek awan yang
Data hasil perekaman satelit disebut menutupi permukaan bumi. Objek tertutup
citra satelit, citra memiliki perbedaan awan ini merupakan kendala yang sering
spesifikasi informasi. Dilihat dari prinsip kerja dihadapi oleh beberapa citra penginderaan
sensor satelit yaitu aktif (energi dihasilkan dari jauh, seperti salah satunya citra Landsat-8
satelit itu sendiri) dan juga pasif (energi yang memiliki luas liputan yang relatif luas
dihasilkan dari matahari). Citra hasil sehingga sulit memperoleh citra bebas awan
perekaman satelit aktif yaitu SAR (Synthetic dalam satu perekaman. Dengan kendala
Aperture Radar), sedangkan citra hasil demikian citra multispektral tetap
perekaman satelit pasif yaitu: Hyperspektral, dimanfaatkan diberbagai bidang seperti dalam
Pankromatik, dan Multispektral. bidang topografi, batas wilayah, batimetri, dan
Penyiaman multispektral (MSS) sebagainya. Pemanfaatan citra satelit dirasa
mampu melakukan penginderaan jauh dengan sangat efektif dan efisien untuk dilakukan

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 1


karena biaya yang relatif lebih murah dan Tujuan penelitian ini adalah:
cakupan area analisis yang luas. 1. Menentukan tingkat akurasi nilai
Pemanfaatan citra dalam kegiatan kedalaman yang diekstrak dari satelit
batimetri dikenal dengan sebutan BBS Landsat-8 menggunakan metode RLB.
(Batimetri Berbasis Satelit). BBS bermanfaat 2. Mengetahui pengaruh kondisi kualitas
untuk mencari nilai kedalaman disuatu citra satelit landsat-8 dalam ekstraksi
perairan. Untuk mendapatkan nilai kedalaman informasi nilai kedalaman.
maka harus dilakukan perhitungan algoritma
BBS, seperti pada penelitian P. Ika Manfaat yang dapat diambil dengan
Wahyuningrum dkk. (2008) menggunakan adanya penelitian ini adalah: Memberikan
perhitungan algoritma Principle Component informasi penggunaan citra Landsat-8 untuk
(PC) (Prihatin, Jaya, & Simbolon, 2008), pada nilai kedalaman perairan menggunakan
penelitian Manessa, Masita Dwi Mandini dkk. metode RLB.
(2016) (Manessa, et al., 2016), dan Penanda, II. Metode
Ihsan Najmi. (2018) menggunakan 2.1 Daerah Penelitian
perhitungan algoritma Random Forest (RF) Lokasi penelitian berada di selatan Pulau
(Penanda, 2018), pada penelitian Stumpf dkk. Bawean Kabupaten Gresik Jawa Timur.
(2003) menggunakan perhitungan algoritma
Transformasi Ratio (TR) (Stumpf &
Holderied, 2003), pada penelitian Lyzenga.
(2006) menggunakan perhitungan algoritma
Regresi Linier Berganda (RLB) (Lyzenga,
Malinas, & Tanis, 2006), Pada kali ini penulis
akan meneliti BBS dengan menggunakan
perhitungan algoritma Regresi Linier
Berganda (RLB) yang dikembangkan oleh
Lyzenga. (2006), karena dirasa RLB adalah
perhitungan algoritma sederhana untuk
mendapatkan nilai kedalaman.
BBS adalah sebuah pemodelan
algoritma yang diturunkan satelit untuk
memetakan batimetri. BBS dilakukan pada Gambar 1 Lokasi Penelitian
citra multispektral, citra WorldView-2,
QuickBird, SPOT-7, dan Landsat sering 2.2 Data
digunakan dalam pemetaan batimetri yang Data yang digunakan dalam pengolahan :
dilakukan di Indonesia (Penanda, 2018). a. Data Primer
Seperti pada penelitian Penanda, Ihsan Najmi. 5 Sampel data Citra Landsat-8 tanggal
(2018) menggunakan citra Sentinel-2 04/07/2016, 09/09/2017, 11/10/2017,
(Penanda, 2018), pada penelitian Manessa, 20/03/2018, dan 05/04/2018 yang
Masita Dwi Mandini dkk. (2016) meliputi kondisi: berawan banyak,
menggunakan citra WorldView-2 (Manessa, et berawan sedang, berawan sedikit, dan
al., 2016), dan pada penelitian P, Ika tanpa awan.
Wahyuningrum dkk. (2008) menggunakan
citra Landsat-7 (Prihatin, Jaya, & Simbolon,
2008). Pada penelitian ini digunakan citra
Landsat-8 dengan hanya menggunakan 3
band/saluran yaitu: band 2, band 3, dan band
4, hal ini dikarenakan band 2 sampai dengan
band 4 dapat melihat permukan air dan juga Gambar 2 Raw Data Citra Landsat-8
dasar laut (menembus air). Citra landsat-8
mudah didapatkan dan juga tanpa biaya untuk b. Data Sekunder
mendapatkannya, selain itu penulis ingin - Data survey batimetri perairan
melihat pengaruh variasi kondisi kualitas citra Bawean tanggal 15/01/2017 yang
landsat-8 terhadap akurasi metode RLB. didapat dari Pushidrosal TNI AL

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 2


- Data pasang surut perairan Pulau a. Layer Stacking
Bawean tanggal 1 s/d 31 Januari 2017 Layer stacking merupakan sebuah
yang didapat dari Pushidrosal TNI AL. teknik untuk menggabungkan beberapa
saluran citra yang terpisah menjadi satu
file yang tergabung, dengan prinsip
penggabungan; daerah perekaman masih
pada satu area, lebar dimensi citra yang
dimiliki sama.
b. Cropping (Pemotongan)
Cropping citra merupakan cara
pengambilan data yang dilakukan dengan
memisahan/memotongan suatu area
tertentu dari suatu data citra yang
memiliki area yang lebih luas, yang
bertujuan untuk mendapatkan daerah
penelitian dengan maksud untuk dapat
melakukan pengolahan data yang lebih
Gambar 3 Titik Pengukuran Multibeam
fokus, rinci, dan lebih optimal.
c. Koreksi Radiometrik
2.3 Metode
Koreksi radiometrik merupakan
Data penginderaan jauh pada umumnya
proses untuk memperbaiki kualitas
adalah hasil perekaman suatu objek, daerah
visual citra dalam hal memperbaiki nilai
atau fenomena tertentu, atau dikenal dengan
piksel yang tidak sesuai dengan nilai
istilah citra (image). Citra adalah gambar dua
pantulan atau pancaran spektral objek
atau tiga dimensi sebagai fungsi kontinu dari
yang sebenarnya. Efek atmosfer
intensitas gelombang elektromagnetik yang
menyebabkan nilai pantulan objek
diterima sensor, citra dapat berbentuk data
dipermukaan bumi yang terekam oleh
digital maupun non-digital, yang merekam unit
sensor menjadi bukan nilai aslinya,
terkecil permukaan bumi atau dinamakan pixel
tetapi menjadi lebih besar oleh karena
(picture element). Tiap pixel menggambarkan
adanya hamburan atau lebih kecil
bagian wilayah permukaan bumi dengan nilai
karena proses serapan. Kondisi
insentitas serta alamat dalam bentuk dua
kecerahan data citra selain terpengaruh
dimensi. Nilai intensitas tersebut
oleh kondisi dan efek atmosfer, juga
menggambarkan ukuran kuantitas fisik yang
dipengaruhi oleh sudut sinar matahari
merupakan pantulan atau pancaran radiasi
dan sensitifitas sensor.
matahari dari suatu objek dengan panjang
Pada citra landsat-8 konversi
gelombang tertentu yang diterima oleh sensor.
nilai DN menjadi Top Of Atmosphere
Untuk setiap pixel mempunyai informasi
(TOA) reflektan menggunakan faktor
koordinat, koordinat x, y menunjukkan lokasi
resistansi pancaran yang disediakan
unit tersebut dalam koordinat geografi x, y dan
dalam rumus:
z menunjukkan nilai intensitas pantul dari tiap (𝑀𝑝 𝑥 𝑄𝑐𝑎𝑙)+𝐴𝐿
pixel dalam tiap selang panjang gelombang 𝜌𝑠𝜆 = ........................ (1)
sin(∅𝑠)
yang dipakai (Amelia, 2010). Pada data citra Dimana
nilai koordinat dan nilai spektral dikonversi 𝜌𝑠𝜆 = TOA spektral reflektan
dalam bentuk angka yang biasa disebut DN Mp= Saluran spesifikasi multiplicative
(Digital Number), hal ini bertujuan agar data rescaling factor dari file meta data
yang terekam pada satelit hanya membutuhkan (REFLECTAN_MULT_BAND)
sedikit memori. AL = Saluran spesifikasi additive
1. Pengolahan Citra Digital rescaling factor dari file meta data
Pengolahan data citra digital merupakan (REFLECTAN_ADD_BAND)
suatu proses yang bertujuan untuk mengolah Qcal = Quantized and calibrated
dan menganalisis citra dengan bantuan standard product pixel values (DN)
komputer. Pada pengolahan citra digital ∅s = Sun Elevation dari file meta
terdapat beberapa proses yang harus dilakukan data
terhadap data penginderaan jauh, yaitu :

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 3


d. Koreksi Atmospheric dan Linierisasi X = Loge(𝜌𝑠 ).................................. (3)
Reflektan. Dimana :
Koreksi atmospheric merupakan 𝜌𝑠 = Reflektan permukaan
salah satu algoritma koreksi radiometrik
yang relatif baru. Koreksi ini dilakukan e. Mask
dengan mempertimbangkan berbagai Masking bertujuan untuk menghapus
parameter atau indikator atmosfer dalam nilai piksel yang tidak diperlukan dan
proses koreksi. Koreksi atmosfer memungkinkan akan mengganggu area
dilakukan untuk menghilangkan yang sedang diteliti. Pada penelitian ini
pengaruh bercampurnya saluran spektral objek yang harus melalui proses mask yaitu
dengan unsur-unsur molekul yang ada di objek darat dan juga objek awan.
atmosfer agar nilai radian atau reflektan Sebelum masuk pada tahap mask perlu
sesuai atau mendekati nilai yang terlebih dahulu harus mengetahui nilai
sebenarnya. Partikel-partikel di piksel darat dan juga awan, nilai yang perlu
atmosfer meningkatkan nilai spektral, diketahui adalah nilai terkecil hingga nilai
karena partikel atmosfer memiliki terbesar. Untuk melihat nilai objek maka
pantulan lebih tinggi, sehingga perlu penyesuaian saluran untuk objek
keberadaan partikel ini dapat tersebut, karena setiap saluran mempunyai
menimbulkan bias. kelebihan dan juga kekurangan untuk
Model koreksi atmosfer yang penetrasi pada objek tertentu.
termasuk model absolut antara lain
Second Simulation of the Satellite 2. Ekstraksi Data Kedalaman
Signal in the Solar Spectrum (6S), Fast Data pengukuran multibeam yang
Line-of-sight Atmospheric Analysis of digunakan hanya pada kedalaman 0 s/d 30 m,
Spectral Hypercubes (FLAASH) dan maka data kedalaman yang lebih atau kurang
Landsat Ecosystem Disturbance dihapus, kemudian input data kedalam
Adaptive Processin System (LEDAPS). perangkat lunak ArcGIS 10.1, data citra yang
Sedangkan model koreksi atmosfer yang diinput hanya yang digunakan untuk keperluan
termasuk model relatif adalah Pseudo interpretasi air dan kedalaman saja yaitu pada
Invariant Features (PIFs) dan tiga saluran/band 2, 3, dan 4.
Radiometric Control Sets (RCS)
(Mahiny & Turner, 2007). Adapun a. Prediksi Kedalaman
koreksi atmospherik yang sering Untuk mendapatkan nilai prediksi
digunakan adalah Dark Object kedalaman, perlu melalui beberapa
Substaction (DOS). DOS merupakan pemprosesan, pada penelitian ini proses
koreksi absolut dimana nilai reflektan dilakukan dengan bantuan perangkat
pada satelit di konversi menjadi nilai lunak Microsoft Excel.
surface reflektan dengan asumsi bahwa
terdapat objek yang mempunyai nilai b. Koreksi Pasangsurut
Koreksi pasut dilakukan pada data
pantulan mendekati nol persen, meski
demikian energi yang terekam sensor multibeam dan juga pada nilai piksel citra.
dari objek merupakan hasil dari koreksi ini dilakukan dengan cara
hamburan atmosfer yang harus menambah nilai multibeam dengan nilai
Lowest Astronomical Tide atau
dihilangkan. Maka nilai TOA reflektan
permukaan harus dirubah dengan cara permukaan laut terendah, dan juga nilai
menghilangkan pengaruh atmosfer pada piksel ditambah dengan nilai Lowest
citra dengan menggunakan rumus: Astronomical Tide atau permukaan laut
terendah.
𝜌𝑠 = 𝜌𝑇𝑂𝐴 − 𝜌𝑇𝑂𝐴.𝑙𝑎𝑢𝑡𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 .......... (2)
Dimana:
𝜌𝑠 = Reflektan permukaan
𝜌𝑇𝑂𝐴 = Reflektan TOA c. Pemisahan Data
𝜌𝑇𝑂𝐴.𝑙𝑎𝑢𝑡𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 = Rerata reflektan laut Untuk mendapatkan nilai prediksi
dalam kedalaman perlu memisahkan data menjadi
Hasil dari nilai reflektan permukaan dua kelompok, data hasil ekstraksi dibagi
kemudian dilinierkan dengan rumus : dengan cara acak dan sama banyak yang

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 4


fungsinya untuk dijadikan data training dan a. Regresi linier sederhana
data validasi. Data training berfungsi sebagai Analisis regresi linier sederhana
data untuk membangun model perhitungan dipergunakan untuk mengetahui pengaruh
RLB, dan data validasi berfungsi untuk untuk antara satu buah variabel bebas terhadap
mengetahui eror dari model. satu buah variable terikat. Persamaan
umumnya adalah
- Data Training 𝑌 = 𝑎𝑋 + 𝑐 ..................................... (4)
Dilakukan dengan menggunakan Dimana :
perangkat lunak microsoft excel Y = Variabel Terikat
X = Variable Bebas
a = Koefisien Regresi (Slope/Gradien)
c = Konstanta (Intercept)
b. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda
sebenarnya sama dengan analisis regresi
linier sederhana, hanya saja memiliki
variabel bebas lebih dari satu. Persamaan
Gambar 4 Pembuatan Model umumnya adalah
𝑌 = (𝑎. 𝑥1 + 𝑎. 𝑥2 + 𝑎. 𝑥3 + 𝑎. 𝑥4 +
- Data Validasi
𝑎. 𝑥𝑛 ) + 𝑐 ........................................ (5)
Dilakukan dengan menggunakan
Dimana :
perangkat lunak microsoft excel untuk
Y = Variabel Terikat
memprediksi data kedalaman, mengkoreksi
X = Variable Bebas
data model yang digunakan untuk mencari
a = Koefisien Regres (Slope)
nilai kedalaman, pada tahapan ini dilakukan
c = Konstanta (intercept)
proses uji akurasi dengan mencari nilai Error,
SE, MSE, RMSE dan R2 yang dihasilkan oleh 2. Metode Lyzenga
metode algoritma RLB. Pada data validasi ini Metode Lyzenga yaitu metode algoritma
pula proses penggambaran scattergram dibuat. RLB (Regrisi Linier Berganda) yang
digunakan untuk perhitungan nilai kedalaman
BBS adapun rumus algoritma RLB lyzenga
2.5 Model Prediksi
sebagai berikut :
1. Regresi Linier
Regresi linier adalah alat statistik yang
dipergunakan untuk mengetahui pengaruh ℎ̂ = ((𝑎𝑏𝑎𝑛𝑑𝑏𝑙𝑢𝑒 . 𝑥𝑏𝑎𝑛𝑑𝑏𝑙𝑢𝑒 ) +
antara satu atau beberapa variabel terhadap (𝑎𝑏𝑎𝑛𝑑𝑔𝑟𝑒𝑒𝑛 . 𝑥𝑏𝑎𝑛𝑑𝑔𝑟𝑒𝑒𝑛 ) +
satu buah variabel. Analisis regresi
(𝑎𝑏𝑎𝑛𝑑𝑟𝑒𝑑 . 𝑥𝑏𝑎𝑛𝑑𝑟𝑒𝑑 )) + 𝑐 ......................... (6)
mempelajari bentuk hubungan antara satu atau
lebih variabel bebas (X) dengan satu variabel Dimana :
terikat (Y), tujuan analisis regresi adalah untuk ℎ̂ = Kedalaman estimasi
memprediksi seberapa besar hubungan yang a = Koefisien Saluran/band
ada diantara variabel-variabel tersebut, x = Loge Reflektan
sehingga output dari analsis regresi adalah c = Konstanta (intercept)
persamaan.
2.6 Uji Akurasi
Persamaan regresi adalah persamaan
Dalam perhitungan prediksi kedalaman
matematis yang memungkinkan untuk
memerlukan evaluasi prediksi kedalaman, hal
meramaikan nilai nilai dari suatu variabel
ini dilakukan dengan evalusi menggunakan
variabel (peubah) tak bebas dari nilai-nilai satu
rumus R2 dan juga RMSE (Root Mean Square
atau lebih peubah bebas. Regresi diterapkan
Error) sebagai berikut :
pada semua jenis peramalan, dan tidak harus
1. R2
berimplikasi suatu regresi mendekati nilai
R2 adalah metode untuk mengukur
tengah populasi (Wallpole & Myers, 1995).
ketersebaran dalam datanya itu sendiri,
Secara umum regresi terdiri dari dua,
jika nilai mendekati angka 1 maka data
yaitu regresi linier sederhana dan juga regresi
yang cukup bermacam-macam itu sudah
linier berganda. Berikut penjelasannya.

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 5


tertangani dengan baik baik dalam model saluran red, green, dan blue dapat menembus
regresi linier yang dibentuk. air, maka dengan pemodelan hitungan tertentu
2
̂i )
(ℎ𝑖 − ℎ maka dapat diketahui kedalaman suatu
R 2 = 1 − ∑𝑖 2 ................. (7) perairan di suatu daerah tertentu (area survei).
(ℎ𝑖 − ℎ)
Dimana :
III. PEMBAHASAN
ℎ𝑖 = Kedalaman pengukuran 3.1 Persiapan
ℎ̂i = Kedalaman estimasi Data hasil pengunduhan berupa data
ℎ = Rata-rata nilai kedalaman primer dan data sekunder, untuk data primer
𝑛 = jumlah titik diunduh pada website
R2 = Koefisien determinasi https://earthexplorer.usgs.gov. yang direkam
2. RMSE pada tanggal 4 Juli 2016, 9 September 2017,
RMSE adalah metode untuk 11 Oktober 2017, 20 Maret 2018, dan 5 April
mengevaluasi teknik peramalan yang 2018 dengan variasi kondisi awan berbeda.
digunakan untuk mengukur tingkat Data hasil pengunduhan berupa data 11
akurasi hasil perkiraan dari suatu model. saluran/band yang terpisah.
RMSE merupakan nilai rata-rata dari
jumlah kuadrat kesalahan, juga dapat
menyatakan ukuran besarnya kesalahan
yang dihasilkan oleh suatu model
perkiraan. Adapun rumus RMSE sebagai
berikut
(∆ℎ − ∆ℎi ) ̂ 2 Gambar 5 Raw aData Citra Landsat-8
RMSE = ∑𝑛𝑖=1 √ 𝑖 ................(8)
𝑛
Dimana : Data Sekunder berupa data multibeam
∆ℎ𝑖 = Selisih kedalaman pengukuran echosounder yang di dapat dari
∆ℎ̂i = Selisih kedalaman estimasi PUSHIDROSAL.
𝑛 = jumlah titik
RMSE = Nilai rata-rata dari jumlah
kuadrat kesalahan
2.7 Citra Landsat-8
Landsat-8 adalah sebuah satelit observasi
bumi Amerika yang diluncurkan pada tanggal
11 Februari 2013, satelit landsat 8
menggambarkan seluruh bentuk bumi setiap
16 hari. Landsat membawa dua instrumen
push-broom: The Operational Land Imager
(OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) Gambar 6 Titik Pengukuran Multibeam
(USGS, 2018). Landsat-8 diorbitkan pada
ketinggian 705 Km mendekati lingkaran 3.2 Image Preprocessing
singkron matahari, dengan inklinasi 98,2°, laju Tahap ini adalah tahapan pertama yang
pengamatan data 384 M bits/sec. perlu dilakukan untuk proses pengolahan citra.
Terapan interpretasi citra landsat telah Proses ini dilakukan untuk persiapan data citra
dilakukan didalam disiplin ilmu seperti, menuju pemprosesan lebih lanjut.
pertanian, botani, kartografi, geodesi, geologi, 3.2.1 Layer Stacking
geografi, geofisika, teknik sipil, kehutanan, Pada gambar 7 (b) menunjukan hasil dari
perencanaan tataguna lahan, oseanografi, dan proses Layer Stacking dengan kombinasi multi
analisis sumberdaya air. Untuk interpretasi band.
citra landsat perlu adanya pemilihan
saluran/band untuk perpaduan yang paling
sesuai dengan tujuannya, untuk kegunaannya
pada survei batimetri saluran yang perlu
dipadukan yaitu saluran 4, 3, dan 2 (red,
green, dan blue), hal ini dikarenakan pada

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 6


Tabel 2 Hasil Koreksi Atmospheric
Landsat-8

(a) (b)
Gambar 7 (a) Gray image: Single Band dan (b)
True Color Image Multi Band
3.2.2 Cropping
Data yang didapatkan dari hasil
pengunduhan mencangkup area penelitian dan
juga lautan yang luas tetapi bukan area 3.5 Mask
penelitian, untuk itu perlu dilakukan proses Objek yang di-masking yaitu objek darat
cropping/pemotongan citra. dengan fokus melihat niai pada saluran/band 5
Near Inrared (NIR) dan awan pada
saluran/band 1 (aerosol/coastal). Setelah
proses masking data darat dan awan, maka
nilai darat dan awan kini tidak memiliki nilai
(bernilai nol).
Tabel 3 Nilai Piksel yang Dihapus
(a) (b)
Gambar 8 (a) Sebelum Proses Cropping dan
(b) sesudah Proses Cropping
3.3 Koreksi Radiometrik
Hasil dari proses koreksi radiometrik
yaitu citra yang mempunyai nilai TOA
reflektan.
Tabel 1 Hasil Koreksi Radiometrik Landsat-8
3.6 Ekstraksi Data Kedalaman
Hasil ekstraksi data kedalaman multibeam
kedalam data citra pada saluran/band blue,
green, dan red, tidak 100% bisa terekstrak, hal
ini dikarenakan tidak semua data citra
memiliki nilai piksel.
Tabel 4 Hasil Ekstraksi Data

3.4 Koreksi Atmospheric


Koreksi Atmospheric merubah nilai piksel
dari reflektan TOA menjadi Reflektan
3.6.1 Data Training
permukaan dan tentunya merubah tampilan
Data training digunakan untuk
visualisasi citra, linierisasi reflektan
pembangunan model RLB, model dibangun
permukaan merubah nilai reflektan permukaan
dengan menggunakan nilai kedalaman hasil
menjadi linier, hasil koreksi dan linierisasi
pengukuran multibeam dan nilai piksel dari
nilai refektan permukaan.
saluran/band blue, green, dan red. Model RLB
selanjutnya digunakan untuk mencari nilai
prediksi kedalaman. Nilai hasil pembangunan

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 7


model pada variasi kondisi citra semua 3.6.3 Uji Akurasi
berbeda. Citra Landsat-8 dengan persentase awan
7% dan jumlah data 81% yang direkam pada
3.6.2 Prediksi Nilai Kedalaman tanggal 4 Juli 2016 model yang digunakan
Nilai prediksi kedalaman didapat dengan cukup baik dan data yang didapat dari model
menghitung nilai piksel menggunakan model cukup baik. Citra Landsat-8 dengan persentase
algoritma RLB. Dalam formula prediksi dapat awan 3% dan jumlah data 95% direkam pada
diketahui bahwa band green memberikan tanggal 9 September 2017 model yang
kontribusi paling kuat dalam memprediksi digunakan baik dan data yang didapat dari
kedalaman.Panjang gelombang blue model baik. Citra Landsat-8 dengan persentase
berpenetrasi baik terhadap air, panjang awan 11% dan jumlah data 81% direkam pada
gelombang blue banyak mengalami hambatan tanggal 11 Oktober 2017 model yang
yang berupa hamburan Rayleight. Untuk digunakan cukup baik dan data yang didapat
saluran green hambatan yang berupa dari model cukup baik. Citra Landsat-8 dengan
hamburan Rayleight lebih kecil dari pada persentase awan 10% dan jumlah data 30%
hambatan saluran blue, oleh sebab itu saluran direkam pada tanggal 20 Maret 2018 model
green lebih baik untuk penginderaan yang yang digunakan cukup baik dan data yang
berhubungan dengan air. didapat dari model cukup baik. Citra Landsat-
8 dengan persentase awan 2% dan jumlah data
10% direkam pada tanggal 5 April 2018 model
yang digunakan cukup baik dan data yang
didapat baik, hal ini disebabkan karena
sedikitnya jumlah data. Jumlah data berkurang
setelah dilakukannya koreksi atmospherik.
Hasil akurasi prediksi kedalaman yang
(a) (b) sangat baik yaitu citra Landsat-8 yang direkam
pada tanggal 9 September 2017, karena data
besar dan tutupan awan sedikit.
Tabel 5 Uji Akurasi

(c) (d)

3.6.4 Kasus Tanpa Koreksi Atmospheric


Pada citra Landsat-8 yang direkam
tanggal 5 April 2018 data hasil prediksi
kedalaman buruk dan jumlah datanya pun
(e) hanya 10%, dapat dilihat pada tabel 6. Padahal
Gambar 9 Scattergram Hasil Prediksi jika dilihat secara visual image quality citra
Kedalaman Landsat-8 (a) Tanggal Perekaman (Gambar 10) tersebut menunjukan bahwa citra
4 Juli 2017 (b) Tanggal Perekaman 9 bagus (persentase awan hanya 2% dan
September 2017 (c) Tanggal Perekaman 11 permukaan air lautnya pun tenang).
Oktober 2017 (d) Tanggal Perekaman 20
Maret 2018 (e) Tanggal Perekaman 5 April
2018

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 8


Gambar 11 Scattergram Hasil Pediksi
Kedalaman Tanpa Koreksi Atmospheric
Gambar 10 Citra Landsat-8 Tanggal Hasil dari pengulangan pengolahan data
Perekaman 5 April 2018 menunjukan bahwa terjadi over corection,
sehingga jumlah piksel citra berkurang
Tabel 6 Uji Akurasi Citra Landsat-8 Tanggal signifikan setelah dilakukan koreksi
Perekaman 5 April 2018 atmospheric.

3.7 Peta Distribusi Kedalaman Berdasarkan


Pada pengulangan pengolahan, saat Citra Landsat-8
dilakukan linierisasi nilai reflektan permukaan, Data hasil ekstraksi kedalaman
hasil yang didapat yaitu N/A (Not Avaliable). divisualisasikan berbentuk peta (Gambar 12)
Hasil uji ini dapat dilihat pada tabel 7. sebagai berikut.
dibawah ini.
Tabel 7 Koreksi Atmospheric Dan Linierisasi
Citra Landsat-8 Tanggal Perekaman 5 April
2018

Dengan hasil koreksi atmospheric diatas,


maka dilakukan pengujian citra hanya dengan
koreksi radiometrik dan linierisasi nilai
reflektan TOA saja, sebagai hasil ditunjukan
bahwa data prediksi kedalamanpun menjadi (a)
baik nilai prediksi linier terhadap data
pengukuran multibeam (Gambar 10), untuk
hasil uji akurasi RMSE menjadi kurang baik
atau meningkat nilainya, hal ini dikarenakan
bertambahnya jumlah data, dan untuk hasil uji
akurasi R2 nilai semakin baik dengan nilai
menjadi lebih besar atau mendekati nilai 1.
Dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Dengan Koreksi Atmospheric Dan


Tanpa Koreksi Atmospheric
(b)

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 9


4.1 Kesimpulan
1. Akurasi prediksi kedalaman berdasarkan
citra Landsat-8 memiliki nilai RMSE
3.584354 s/d 4.490031 m dan R2 0.8455
s/d 0.7789. Dimana akurasi terbaik di
dapatkan saat kondisi bebas awan.
2. Pada citra Landsat-8 variasi kondisi
berawan memberikan pengaruh pada
nilai akurasi yang berbeda tetapi
perbedaan itu tidak signifikan, dan
faktor awan pada variasi kondisi citra
berawan tidak terlalu mempengaruhi
(c) nilai akurasi. Akan tetapi sangat
mempengaruhi luasan area yang dapat
dipetakan.
3. Penelitian ini menemukan bahwa ada
kasus-kasus tertentu koreksi
atmosphreic Dark Objek Subtraction
tidak perlu dilakukan. Yakni pada data
citra yang memiliki nilai area laut dalam
dan nilai area laut dangkal yang relatif
sama. Karena koreksi ini akan
menimbulkan penghilangan nilai piksel
(over corection). Sehingga luasan area
(d) dapat dipetakan menjadi sedikit.
4.2 Saran
Data citra Landsat-8 baik untuk penelitian
kedalaman (ekstraksi data kedalaman), dengan
catatan perlunya pemilihan data citra tanpa
awan, dan perlu atau tidaknya koreksi
atmospheric. Mempertimbangkan penggunaan
teknik koreksi atmospheric lain seperti: 6S,
FLAASH, LEDAPS.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R. (2010). Academica Edu. Dipetik
(e) Mei 26, 2018, dari
Gambar 12 Peta Distribusi Kedalaman http:/www.academica.edu/9163800/Pr
Berdasarkan Citra Landsat-8 (a) Tanggal insip_Dasar_Penginderaan_Jauh
Perekaman 4 Juli 2017 (b) Tanggal Perekaman Lillesand, T. M., & Kiefer, R. W. (1997).
9 September 2017 (c) Tanggal Perekaman 11 Remote Sensing and Image
Oktober 2017 (d) Tanggal Perekaman 20 Interpretation. Dalam Dulbahri, P.
Maret 2018 (e) Tanggal Perekaman 5 April Suharsono , Hartono, Suharyadi, &
2018 Sutanto, Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra (hal. 714).
Pada kelima peta distribusi kedalaman
Yogyakarta: Gadjah Mada University
berdasarkan citra Landsat-8 diatas terdapat
nilai 0 di area lautan, hal ini disebabkan Press.
hilangnya nilai piksel setelah dilakukan Lyzenga, D. R., Malinas, N. P., & Tanis, F. J.
koreksi atmospheric. (2006). Multispectral Bathymetry
Using a Simple Physically Based
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Algorithm. 44(8).
Berdasarkan hasil penelitaan maka Mahiny, A. S., & Turner, B. J. (2007). A
didapatkan kesimpulan serta saran sebagai
Comparison of Four Common
berikut

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 10


Atmospheric Correction Method. RIWAYAT PENULIS
Photogramterric Engineering and
Remote Sensing. 1. Sidik Rahmatul Fadilah, S.T, Alumni
Manessa, M. D. (2018). Pengenalan Jenis Tahun 2018 Program Studi Teknik Geodesi
Citra. Bogor: Program Studi Teknik – Fakultas Teknik – Universitas Pakuan
Geodesi Universitas Pakuan Bogor. Bogor.
2. Dr. Eng Masita Dwi Mandini Manessa,
Manessa, M. D., Kanno, A., Sekine, M.,
Staf Dosen Pengajar Program Studi Teknik
Haidar, M., Yamamoto, K., Imai, T.,
Geodesi – Fakultas Teknik – Universitas
et al. (2016). Satellite-Derived Pakuan Bogor.
Bathymetry Using Random Forest 3. Ir. Rudie Rachmat Atmawidjaja, Staf
Algorith And Wordview-2 Imagery. Dosen Pengajar Program Studi Teknik
Geoplanning, Journal Of Geomatics Geodesi – Fakultas Teknik – Universitas
And Planning, 3. Pakuan Bogor.
Penanda, I. N. (2018). Pemetaan Batimetri
Menggunakan Citra Sentinel-2 Studi
Kasus Perairan Gili Trawangan
Kabupaten Lombok Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Bogor: Teknik
Geodesi Universitas Pakuan Bogor.
Prihatin, I. W., Jaya, I., & Simbolon, D.
(2008). Algoritma Untuk Estimasi
Kedalaman Perairan Dangkal
Menggunakan Data Landsat-7 ETM+.
Buletin PSP. Volume XVII. No. 3, 2.
Stumpf, R. p., & Holderied, K. (2003).
Determination Of Water Depth With
High-Resolution Satellite Imagery
Over Variable Bottom Types. 48 (1,
Part 2)(547-556).
Suryantoro, A. (2013). Penginderaan Jauh
Untuk Geografi. Yogyakarta: Ombak.
USGS. (2018, 3 15). Earth Explorer. Dipetik 3
19, 2018, dari
https://earthexplorer.us.gov
Wallpole, R. E., & Myers, R. H. (1995). Ilmu
Peluang dan Statistika Untuk Insinyur
dan Ilmuan/Ronald E Wallpole ;
Penerjemah RK Sembiring. Bandung:
ITB.

Program Studi Teknik Geodesi FT UNPAK 11

Anda mungkin juga menyukai