Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338935900

ANALISIS AKURASI VERTIKAL DIGITAL ELEVATION MODEL NASIONAL


(DEMNAS) STUDI KASUS KOTA MEDAN

Conference Paper · November 2019

CITATION READS

1 4,459

3 authors, including:

Andri Daniel Parapat Teguh Sulistian


Badan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial
8 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Andri Daniel Parapat on 31 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

ANALISIS AKURASI VERTIKAL DIGITAL ELEVATION


MODEL NASIONAL (DEMNAS) STUDI KASUS KOTA
MEDAN
Teguh Sulistianaa , Andri Daniel Parapata , Davin Aristomob
a, Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkugan Pantai Badan Informasi geospasial (teguh.sulistian@big.go.id )
b, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Badan Informasi Geospasial(davin.aristomo@big.go.id)

ABSTRACT
Geospatial Information Agency (BIG) published Digital Elevation Model (DEM) data covering Indonesia,
known as National DEM. Its result from assimilation process from various height data models such as
TERRASAR-X, ALOS PALSAR and Mass point from stereo plotting process. This study focuses on
validated vertical accuracy of National DEM data in Medan City. Validation using distribution 216 points of
GCPs measurement. From the processing, obtained that Linear Error 90% (LE90) is 1,818 m, based on
Indonesian Mapping Accuracy Standard good for mapping scale 1: 5000 3rd class or scale 1: 10,000 1st
class.
Keywords: Digital Elevation Model, National DEM, Vertical Accuracy.

Pendahuluan 5m) dan ALOS PALSAR (resolusi 11.25m), dengan


menambahkan data Masspoint hasil stereo-plotting.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentang
Resolusi spasial DEMNAS adalah 0.27-arcsecond,
alam yang sangat beragam. Mulai dari dataran rendah
dengan menggunakan datum vertikal EGM2008
hingga dataran tinggi. Untuk menggambarkan variasi
(Tides.big.go.id), proses pembentukan DEMNAS
ketinggian alam tersebut maka direpresentasikan
dapat dilihat pada Gambar 1.
menggunakan digital elevation model (DEM). DEM
merupakan representasi relief dari permukaan/terrain
serta informasi ketinggian dari permukaan bumi tanpa
ada fitur alam maupun buatan manusia (ASPRS,
2007). Peran DEM sangat penting untuk perencanaan
pembangunan nasional. Selain itu DEM merupakan
salah satu data geospasial dasar yang bisa digunakan
untuk berbagai kebutuhan, seperti kepentingan
analisis spasial kebencanaan, hidrologi, pertanian,
kehutanan, infrastruktur dan bidang lainnya. Semakin
tinggi detail dan tinggi akurasi dari data DEM yang
diperoleh maka akan semakin presisi dan akurat Gambar 1. Proses Pembentukan DEMNAS
dalam melakukan pemodelan. Dalam rangka Sumber: tides.big.go.id
memenuhi kebutuhan DEM di Indonesia, Badan
Informasi Geospasial (BIG) telah meluncurkan DEM Tinjauan Pustaka
Nasional (DEMNAS). Sebagaimana diamanatkan Indonesia sudah memiliki model elevasi nasional atau
dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2011, Badan yang lebih dikenal dengan DEMNAS. DEMNAS
Informasi Geospasial (BIG) berkewajiban untuk merupakan hasil integrasi dari berbagai sumber data.
menyediakan informasi geospasial dasar. Informasi Hasil evaluasi integrasi DEMNAS menunjukan uji
geospasial dasar ini merupakan produk hasil olahan akurasi mozaik DEM dengan bobot memiliki akurasi
data geospasial dasar. Salah satu data geospasial dasar yang lebih baik dibandingkan dengan mozaik DEM
adalah DEM, Badan informasi Geospasial pada tahun tanpa bobot yaitu sebesar 2,065 meter (Mukti, F,Z
2018 sudah mengeluarkan data Digital Elevation dkk, 2018).
Model untuk seluruh wilayah Indonesia, data ini
dikenal dengan nama Digital Elevation Model Selain evaluasi hasil integrasi model DEMNAS perlu
Nasional (DEMNAS). dilakukan juga evaluasi terhadap data pembentuk
DEMNAS. Untuk data DSM TerraSAR-X Wilayah
DEMNAS dibentuk dari berbagai jenis sumber data, Banjarmasin dapat memenuhi ketelitian vertikal peta
yaitu IFSAR (resolusi 5m), TERRASAR-X (resolusi dasar Skala 1:25.000 Kelas 1 (5 meter). Untuk data

| 37
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

DSM TerraSAR-X Wilayah Palangkaraya dapat mengirimkan koreksi data GNSS (dalam format
memnuhi ketelitian vertikal peta dasar skala 1:25.000
kelas 2 atau 7,5 meter (Prihanggo,M, dkk, 2015).
Sumber data pembentuk DEMNAS untuk wilayah
Kota Medan adalah IFSAR (resolusi 5m).
Selanjutnya akan dilakukan analisis ketelitian vertikal
dengan menggunakan data pembanding pengamatan
GNSS. Hasil uji akurasi vertikal ini akan memberikan
gambaran tentang kesesuaian penggunaan data untuk
peta dasar pada skala dan kelas tertentu.
Metode
Lokasi penelitian berada di wiliyah Kota Medan dan
sekitarnya. Batasan lokasi penelitian pada koordinat
3º 29’ 41.7” LU - 3º 45’ 3” LU dan 98º 37’ 6.2” BT -
98º 43’ 53.7” BT. Indeks lokasi penelitan dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram Alir Penelitian


RTCM) melalui internet. Data yang dikirimkan untuk
koreksi berupa data pseudorange dan data phase (Sari,
2010). Ketelitian tipikal posisi sistem RTK adalah
berkisar pada 1 sampai dengan 5 cm, dengan
asumsi bahwa ambiguitas fase dapat ditentukan
secara benar (Abidin, 2000). Metode pengukuran
RTK-NTRIP GNSS disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3 Lokasi Penelitian


Dalam melakukan penelitan ini diperlukan
tahapan-tahapan kegiatan untuk memperoleh nilai
Gambar 4.Ilustrasi Konsep Pengukuran RTK-NTRIP
akurasi dari DEMNAS diwilayah kajian. Untuk
(Sunantyo, 2009)
tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alir
pada Gambar 3. Selain menggunakan metode RTK, pengumpulan data
titik uji menggunakan metode pengukuran GNSS
Tahapan awal pada penelitian adalah melakukan
Relatif Statik. Base station yang digunakan dalam
pengumpulan data titik uji dan mempersiapkan data
pengukuran ini adalah CORS Sampali (SAMP)
dengan spesifikasi statiun CORS seperti Gambar 5.
DEMNAS di lokasi penelitian. Pengumpulan data
titik uji menggunakan alat GNSS tipe geodetic
dengan menggunakan metode Real Time Kinematic
(RTK) GNSS dengan teknik Networked Transport of
RTCM via Internet Protocol (NTRIP). Metode RTK
GNSS merupakan metode berbasiskan carier phase
pada penentuan posisi relatif secara real time.
Pengiriman koreksi secara real time menggunakan
teknik NTRIP yaitu sebuah metode untuk

| 38
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

Gambar 5. Deskripsi Stasiun CORS SAMP


Gambar 7. Lokasi sebaran seluruh titik uji
Setelah pengumpulan data titik uji, dilakukan
Dalam menentukan lokasi pengambilan titik uji pengolahan raw data GNSS untuk menghasilkan data
memiliki kriteria yaitu titik uji berada di area terbuka koordinat x,y,z. Sistem koordinat yang digunakan
dan merupakan obyek permanen. Hal ini geografis menggunakan datum SRGI 2013 dengan
dimaksudkan untuk memastikan bahwa objek titik uji ellipsoid WGS 1984. Solusi untuk post-processing
terdapat pada DEMNAS dan pengambilan kriteria data adalah fixed . Sementara untuk pengukuran RTK
lokasi seperti itu untuk mendapatkan akurasi yang sudah terkoreksi pada saat pengukuran. Tingkat
tinggi. Contoh lokasi pengambilan yang sesuai seperti ketilitian hasil post-processing data GNSS mengacu
lapangan terbuka, sawah dan perkerasan jalan. SNI 19-6724-2002 pada tingkat ketelitian untuk orde
Contoh pengambilan data ditunjukan pada Gambar 4.
6.
Datum vertikal dari hasil pengolahan data GNSS
masih adalah datum vertikal ellipsoid WGS 1984.
Datum vertikal yang digunakan pada DEMNAS
adalah Earth Gravitational Model (EGM) 2008.
Untuk menyatukan datum vertikalnya maka perlu ada
reduksi dari tinggi ellipsoid ke tinggi orthometris.
Proses reduksi ini memerlukan nilai undulasi geoid.
Hubungan antara bidang ellipsoid dan bidang geoid
disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 6. Lokasi Pengambilan titik uji


Gambar 8 Hubungan tinggi Geoid dan tinggi
ellipsoid (Heiskanen dan Moritz,1967)
Penentuan titik uji berdasarkan kelerengan mulai dari
dataran tinggi menuju dataran rendah. Penentuan titik
Hubungan antara tinggi orthometrik (H), tinggi
uji untuk memperoleh perbandingan penampang
geometrik (h) dan undulasi geoid (N) dapat dibuat
antara hasil uji lapangan dengan penampang yang
rumus matematis yang ditunjukkan pada persamaan
dibentuk dari DEMNAS. Jumlah titik uji berjumlah
(1) (Kamguia, dkk., 2007)
209 titik dengan orientasi Selatan – Utara. Terdapat
H= h-N ............................................................... (1)
tiga line pengukuran seperti Gambar 7.

| 39
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

Tahapan kegiatan selanjutnya melakukan overlay titik Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar (Tabel1).
uji dengan DEMNAS (Gambar 9). Pada penelitian Perhitungan akurasi vertikal menggunakan
ini jumlah nomor lembar peta (NLP) yang digunakan Root-Mean-Square Error (RMSE) menurut
dalam kajian ini hanya 1 NLP dengan ukuran persamaan 2. Kemudian selanjutnya perlu dihitung
(15’x15’) yaitu DEMNAS_0619-61_v1.0.tif. Sumber Linear Error 90% (LE90) menurut persamaan 3.
data pembentuk DEMNAS untuk lembar tersebut dari LE90 adalah ukuran ketelitian geometrik vertikal
sensor Interferometric Synthetic Aperture Radar (ketinggian) yaitu nilai jarak yang menunjukkan
(IFSAR) bahwa 90% kesalahan atau perbedaan nilai ketinggian
objek di peta dengan nilai ketinggian sebenarnya
tidak lebih besar daripada nilai jarak tersebut. Nilai
LE90 dapat diperoleh dengan rumus mengacu pada
standar US NMAS (United States National Map
Accuracy Standards).

∑(𝑧𝑑𝑎𝑡𝑎(𝑖) − 𝑍𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘(𝑖) )2
𝑅𝑀𝑆𝐸 (𝑧) =√ ........................... (2)
𝑛

keterangan:
Zdata(i) = koordinat Z dari data ke i
Zcheck(i) = koordinat Z titik sebenarnya ke i
n = jumlah titik
LE90 = 1,6499 x RMSE(z) .................................... (3)

Gambar 9 Overlay titik uji terhadap DEMNAS


Analisis uji akurasi vertikal DEMNAS mengacu pada
Peraturan BIG Nomor 6 Tahun 2018 tentang

| 40
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

Tabel 1 Ketelitian Geometri peta RBI

Sumber : Peraturan Kepala BIG No 6 Tahun 2018

Hasil dan Pembahasan


Hasil yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
akurasi vertikal dari DEMNAS dan perbandingan
penampang memanjang titik uji dengan DEMNAS.
Hasil analisis dari 209 titik uji menunjukan rata-rata
selisih antara elevasi titik uji dengan elevasi
DEMNAS adalah -0,637 m. Setelah dilakukan
perhitungan RMSEz menghasilkan nilai 1,105 m
dengan nilai ketelitian vertikal pada selang
kepercayaan 90% adalah 1,818 m (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil uji akurasi vertikal
∑(𝒛𝒅𝒂𝒕𝒂(𝒊) − 𝒁𝒄𝒉𝒆𝒄𝒌(𝒊) )𝟐 339.966
Gambar 10. Perbandingan Profil Titik Uji terhadap
Rata-rata (m) -0.637
DEMNAS Line 1
RMSEz (m) 1.105
Pada Gambar 10 menunjukan perbedaan nilai elevasi
Akurasi LE90 (m) 1.818
antara DEMNAS dan titk uji akurasi pada line 1.
Pada line 1 nilai elevasi yang diukur berada pada
Visualisasi perbedaan antara titik uji dengan titik pada
range 0,672 m sampai 65,572 m. Pada line 1 selisih
DEMNAS disajikan dalam bentuk grafik. Grafik
disajikan untuk tiga jalur titik uji. Untuk line 1 nilai elevasi range 0,252 m sampai 4,833 m. Rata-rata
meliputi MD01 sampai dengan MD25 (Gambar 10). selisih nilai elevasi pada line 1 sebesar 0,710 m
Sementara line 2 meliputi MD 26 sampai dengan MD
50 (Gambar 11). Serta line 3 meliputi MD 51 sampai
dengan MD 75 (Gambar 12). Jalur survei titik uji
memanjang dari Selatan ke Utara atau dari dataran
tinggi menuju daerah dataran rendah. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh tampilan dari profil
memanjang dari dataran tinggi ke dataran rendah.

| 41
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

Gambar 11. Perbandingan Profil Titik Uji terhadap


DEMNAS Line 2
Pada Gambar 11 menunjukan perbedaan nilai elevasi
antara DEMNAS dan titik uji akurasi pada line 2.
Pada line 2 nilai elevasi yang diukur berada pada
range 1,183 m sampai 50,412 m. Pada line 2 selisih Gambar 14 Lokasi titik uji Nomer 113
nilai elevasi range 0,004 m sampai 2,633 m. Rata-rata Nilai selisih elevasi terbesar adalah 4,833 m pada titik
selisih nilai elevasi pada line 2 sebesar 0,387 m. No 162 (Gambar 13). Nilai dengan selisih terbesar ini
ditemukan pada area perkebunan kelapa. Sementara
nilai selisih elevasi terkecil adalah 0,004 m pada titik
No 113 (Gambar 14). Selisih elevasi terkecil berada
di area jalan raya.

Kesimpulan
Dari hasil uji akurasi yang diperoleh pada Tabel 2
dan dibandingkan dengan Tabel 1 dapat disimpulkan
bahwa DEMNAS di wilayah kota Medan untuk
Gambar 12. Perbandingan Profil Titik Uji terhadap vertikal (LE90) masuk untuk RBI skala 1:10,000
DEMNAS Line 3 untuk kelas 1 dan juga untuk RBI skala 1:5,000 kelas
3. Dari hasil pengolahan didapatkan nilai ketelitian
vertikal yang dihasilkan Linear Error 90% (LE90)
sebesar 1.818 m.

Ucapan terima kasih


Terima kasih kepada semua rekan-rekan
Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan
Pantai dan Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim
dan Pusat Pemetaan Jaring Kontrol dan
Dinamika untuk data dan informasi yang
digunakan dalam tulisan ini, dan kepada bapak Dr.
Ibnu Sofian dalam menyediakan data
DEMNAS.

Gambar 13 Lokasi titik uji Nomer 162

| 42
FIT ISI 2019 dan ASEANFLAG 72nd COUNCIL MEETING

Daftar Pustaka
Abidin, H.Z., 2000, Penentuan Posisi dengan GPS
dan Aplikasinya, Cetakan ke-2, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
ASPRS, 2007, Digital Elevation Model Technologies
and Aplication : The DEM Users Manual, 2nd
Edition, edited by David F.maune, Bethesdha,
Maryland.
Badan Informasi Geospasial, 2018 Peraturan BIG
Nomor 6 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta
Dasar, Bogor : Bagian Hukum Badan Informasi
Geospasial.
Badan Standardisasi Nasional. (2002). SNI Jaring
Kontrol Horisontal. Jakarta.
Heiskanen,W.A., and Moritz, H., 1967, Physical
Geodesy, W.H. Freeman and Company, San
Fransisco, USA.
Kamguia, J., 2007, “The Local Geoid Model of
Cameroon: CGM05”, Nordic Journal of
Surveying and Real Estate Research, vol. 4(2),
hal.7-23.
Mukti, F,Z, dkk., 2018, Evaluasi Hasil Integrasi
Berbagai Ketelitian Data Model Elevasi Digital
Studi Kasus NLP 1316-61 dan 1316-63,
Geomatika Volume 24 No. 1 Mei 2018: 39-48.
Prihanggo,M, dkk, 2015, Uji Akurasi Ketelitian
Vertikal DSM TerraSAR-X (studi kasus : Kota
Banjarmasin dan Kota Palangkaraya),
https://www.researchgate.net/publication/3292098
44.
Republik Indonesia (2011), Undang-Undang RI No.
04 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial.
Sari, A. 2010, "Penggunaan Provider Mobile IP
Telkomsel , XL dan Indosat dalam Rekonstruksi
TDT Orde-4 dengan Metode RTK NTRIP",
Skripsi ,Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Sunantyo, A. (2009). ”GNSS CORS Infrastructure
and Standard in Indonesia”, Paper presented at the
7th FIG Regional Conference 2009, Hanoi,
Vietnam, 19 – 22 October.
http://www.tides.big.go.id/DEMNAS (akses 20
November 2019)

| 43

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai