Dosen:
Oleh:
4122319130021
2022
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................................................. 3
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI ................................................................................................................ 5
Digital Elevation Model (DEM) Nasional ..................................................................... 5
Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR) ..................................................... 8
TerraSAR-X .................................................................................................................. 9
SRTM (Shuttle Radar Topographic Mission) ............................................................. 10
ASTER GDEM ............................................................................................................. 12
Koreksi Undulasi........................................................................................................ 13
Koreksi Kesalahan Tinggi ........................................................................................... 15
Penggabungan DEM .................................................................................................. 17
BAB III ................................................................................................................................ 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
3
akurat dengan resolusi dan akurasi vertikal yang memenuhi standar untuk
pemetaan skala 1:25.000 di Indonesia.
Saat ini, data DEM yang banyak digunakan di Indonesia antara lain
adalah data DEM yang bersumber dari SRTM (Shuttle Radar Topographic
Mission), dan ASTER 2 GDEM. Masing-masing dari data DEM tersebut
masih memiliki kesalahan tinggi, sehingga belum dapat digunakan secara
maksimal untuk keperluan pemetaan. Julzarika (2015), dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa nilai akurasi vertikal global dari SRTM
C adalah sebesar 10-16 m, kemudian jika dilakukan koreksi nilai
kesalahan tinggi pada data tersebut, maka nilai akurasi vertikal dari SRTM
C akan meningkat menjadi 5-8 m. Ketika data SRTM C dilakukan
integrasi dengan data ALOS Palsar ataupun X SAR, maka nilai akurasi
vertikal data tinggi tersebut akan lebih baik lagi, yaitu meningkat menjadi
1-5 m.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui nilai resolusi dan akurasi
tinggi dari masing-masing kombinasi integrasi data DEM, serta untuk
mendapatkan purwarupa DEM Nasional dengan nilai resolusi dan akurasi
vertikal yang memenuhi standar pemetaan dasar skala 1:25.000 sesuai
dengan Peraturan Kepala BIG Nomor 15 Tahun 2014
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Gambar I.1. merupakan visualisasi dari DSM dan DTM pada wilayah
Adelaide, Australia Selatan. Pada Gambar I.1. terlihat dengan jelas
perbedaan antara DSM dan DTM, dimana DSM dilengkapi dengan
ketinggian penutup lahan (tinggi bangunan, pohon, dan lain sebagainya),
sedangkan DTM merupakan representasi kondisi terrain tanpa penutup
lahan pada wilayah Adelaide. Istilah DEM Nasional merupakan istilah
yang diajukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Kriteria DEM
Nasional yang diajukan oleh BIG adalah sebagai berikut (File Preliminary
Study of National Elevation Dataset BIG, 2014) :
1. Merupakan data mosaik (seamless) ketinggian terbaik dari yang ada
yang didefinisikan dalam datum, unit ketinggian dan proyeksi yang
sama serta mencakup seluruh wilayah Indonesia.
2. Data tinggi merupakan hasil dari perekaman sensor RADAR baik
secara interferometri maupun radargrammetri dengan wahana pesawat
maupun satelit.
3. Format data dalam raster.
4. Data ketinggian nasional merupakan hasil kompilasi beberapa macam
data ketinggian yang didefinisikan dalam suatu sistem referensi
horisontal dan vertikal.
5. Data ketinggian Nasional dikelola dalam sistem koordinat geografis
menggunakan Datum WGS 84.
6. Satuan nilai ketinggian dalam meter menggunakan datum SRGI 2013.
7. Data ketinggian Nasional digunakan sebagai informasi ketinggian
dasar untuk keperluan ilmu pengetahuan kebumian, modeling
hidrologi, manajemen bencana, survei dan pemetaan di Indonesia.
8. Data Ketinggian nasional merupakan data berbagi pakai yang
disebarluaskan ke setiap simpul jaringan melalui skema IDSN
(Infrastruktur Data Spasial Nasional).
9. Memiliki metadata yang jelas.
6
10. Perbaikan dari data tinggi global yang telah tersedia (seperti SRTM,
dan ASTER GDEM).
7
wilayah penelitian masih menggunakan EGM 2008. Akurasi yang diteliti
hanya sebatas akurasi vertikal, sehingga akurasi horizontal tidak dihitung.
8
Gambar I. 1. Penerapan RADAR apertur sintetik interferometris lintasan
tunggal (single pass) – Sistem melintang pesawat (across track)
Berdasarkan Gambar I. 1.. informasi ketinggian diperoleh dengan
menggunakan konsep beda fasa dari dua antena melalui perhitungan beda
fasa berikut :
Keterangan :
θ = sudut masuk
permukaan bumi
∆φ = beda fasa yang terjadi antara sinyal RADAR dari antena pertama
2.3 TerraSAR-X
TerraSAR-X adalah satelit observasi bumi merupakan sebuah kolaborasi
antara Jerman Aerospace Center (DLR) dan EADS Astrium. Diluncurkan
9
pada 15 Juni 2007 dan telah beroperasi secara resmi sejak Januari 2008. Pada
21 Juni 2010 Jerman kembali meluncurkan satelit kembaran TerraSAR-X
bernama TanDEM-X, dua satelit ini bekerja secara berpasangan. TerraSAR-X
merupakan teknologi RADAR terbaru untuk pemetaan dengan panjang
gelombang aktif X-band (panjang gelombang 31 mm, frekuensi 9,6 GHz)
yang mampu mengatasi tutupan awan (LAPAN, 2010). Tabel I.5. merupakan
keterangan fisik dari TerraSAR-X.
10
diterbangkan kapal pesawat ulang-alik Endeavour 11-22 Februari 2000
dengan ketinggian 233 km, kemiringan 57 derajat, dan misi selama 11 hari.
Endeavour mengorbit bumi 16 kali setiap hari selama misi 11 hari,
menyelesaikan 176 orbit. SRTM berhasil mengumpulkan data radar lebih dari
80% dari permukaan daratan bumi antara 60 ° Lintang Utara dan 56 ° Lintang
Selatan dengan titik data diposting setiap 1 arc-second (sekitar 30 meter).
Akurasi vertikal dari SRTM mencapai 16 meter dengan tingkat kepercayaan
90%.
SRTM memanfaatkan teknik yang disebut interferometri RADAR untuk
memperoleh informasi topografi. Ada dua jenis panel antena pada SRTM
yaitu CBand dan X-Band. Data RADAR C-band diproses di Jet Propulsion
Laboratory (JPL) yang menyediakan Digital Elevation Model (DEM) global.
DEM resolusi yang lebih tinggi (tapi tidak dengan cakupan global) yang
dihasilkan dari data RADAR X-Band, diolah dan didistribusikan oleh
German Aerospace Center, DLR (Rodriguez, 2006). Spesifikasi produk
SRTM dapat dilihat pada Tabel I.3.
11
Resolusi spasial 1 arc-second untuk cakupan global
(~30 meter)
3 arc-second untuk cakupan global
(~90 meter)
Ukuran raster 1 degree tiles
12
ASTER GDEM versi 1 yang diluncurkan pada akhir bulan Juni 2009, dan
DEM ASTER GDEM versi 2 yang diluncurkan pada pertengahan bulan
Oktober 2011. ASTER GDEM versi 2 merupakan pengembangan dan
perbaikan dari ASTER GDEM versi 1. Perbaikan dilakukan dengan
menambahkan 260.000 scene untuk meningkatkan cakupan wilayah DEM
13
potensial gravitasi yang dibangun bersama-sama oleh the NASA Goddard
Space Flight Center, the National Imagery and Mapping Agency (NIMA),
dan the Ohio State University (NASA/GSFC, 2004). Model ini disusun oleh
koefisien-koefisien harmonik bola yang lengkap sampai derajad dan orde
360. Model ini dibentuk berdasarkan data dari seluruh dunia berupa data
gayaberat permukaan (surface gravity data), data anomali gaya berat yang
diturunkan dari data satelit altimeter ERS-1 dan GEOSAT, data penjejakan
satelit (GPS, TDRSS, DORIS, 22 TRANET) yang ekstensif, dan direct
altimeter ranges from TOPEX/POSEIDON, ERS-1, and GEOSAT
EGM 2008 adalah model geopotensial global bumi yang dipublikasikan
oleh National Geospatial-Intelligence Agency (NGA). EGM2008
mengandung informasi mengenai koefisien harmonik bola antara lain orde
(L), degree (M), koefisien model geopotensial yang terasosiasi (C), koefisien
model geopotensial yang ternormalisasi penuh (S), serta standar deviasi dari
C dan S (σC dan σS). EGM 2008 dilengkapi dengan koefisien harmonik
hingga derajat dan orde 2159 serta memuat koefisien tambahan hingga derajat
2190 dan orde 2159
EGM 1996 merupakan geoid yang digunakan pada data SRTM dan
ASTER GDEM, sedangkan EGM 2008 digunakan pada data IFSAR dan
TerraSAR-X. Geoid (model geopotensial) didefinisikan sebagai salah satu
bidang ekuipotensial medan gaya berat bumi. Untuk keperluan praktis
umumnya geoid dianggap berimpit dengan muka air laut rata-rata atau Mean
Sea Level (MSL). Geoid adalah bidang referensi untuk menyatakan tinggi
orthometrik. Secara matematis, geoid adalah suatu permukaan yang sangat
kompleks yang memerlukan sangat banyak parameter untuk
merepresentasikannya. Oleh karena itu untuk merepresentasikan bumi ini
secara matematis serta untuk perhitungan-perhitungan matematis orang
umumnya menggunakan suatu ellipsoid referensi dan bukan geoid. Ellipsoid
referensi dan geoid umumnya tidak berimpit, dan dalam hal ini ketinggian
geoid terhadap ellipsoid dinamakan undulasi geoid (N)
14
Gambar I. 2 Transformasi tinggi ellipsoid ke tinggi orthometrik
nilai tinggi orthometrik dapat dihitung dari selisih tinggi ellipsoid
dengan undulasi. Undulasi geoid di suatu titik dapat dihitung dengan
hubungan berikut:
𝑁𝐺𝑀 = ∑𝑛𝑚𝑎𝑥
𝑛=2 ∑𝑛𝑚=0 [𝐶𝑛𝑚 cos 𝑚𝜆 + 𝑆𝑛𝑚 sin 𝑚𝜆]𝑛𝑚 (𝑠𝑖𝑛𝜑)
Keterangan :
NGM = nilai undulasi pada model geoid global
Cnm, Snm = koefisien geopotensial yang dinormalisasi penuh (fully
normalized geopotential coefficients)
Pnm =fungsi Legendre yang dinormalisasi penuh (fully
normalized legendre function)
nmax = derajat maksimal model geopotensial
n,m = derajat dan orde model geopotensial
R = jari-jari rata-rata bumi
(φ,λ) = lintang dan bujur geosentrik
15
tinggi. Kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan saat melakukan interpolasi
kontur, dapat disebabkan karena penyebaran titik tinggi yang tidak merata
atau oleh nilai titik tinggi yang tidak sesuai dengan sebenarnya.
Istilah kesalahan tinggi (height error) digunakan di DLR, NASA, dan
LAPAN. Istilah lain height error adalah bull eye’s yang digunakan di
Amerika Serikat, Golden software, dan LAPAN. Istilah noise digunakan di
Eropa dan Kanada, sedang istilah pit 24 dan spire digunakan di sebagian
Amerika Utara, Amerika Serikat, dan Golden software (Julzarika, 2015)
Pengecekan kesalahan tinggi dapat dilakukan dengan deteksi pit dan spire.
Pit adalah kondisi anomali tinggi yang menyebabkan terjadi lembah terjal di
model tinggi, sedangkan spire adalah kondisi anomali tinggi yang
menyebabkan terjadi gunung terjal di model tinggi. Pit dan spire dapat terlihat
dari kontur yang sangat rapat yang menunjukkan pola bull eyes
Gambar I. 3. Contoh piksel dengan jendela 5x5 untuk deteksi pit dan spire
16
Koreksi kesalahan tinggi dilakukan untuk menghilangkan anomali tinggi
pada data model ketinggian. Ada tiga metode untuk koreksi kesalahan tinggi,
yaitu FillSink, Cut Terrain, dan Height Error Maps (HEM). Fill sink adalah
metode penghilangan anomali tinggi terhadap daerah cekungan sedangkan
Cut Terrain adalah metode penghilangan anomali tinggi terhadap daerah
cembung/terjal. Metode Height Error Maps (HEM) menghasilkan data
keluaran dengan akurasi dan presisi lebih baik dari FillSink dan Cut Terrain.
HEM dibuat dari nilai standar deviasi atau kesalahan vertikal pada data model
tinggi tersebut.
Proses koreksi kesalahan tinggi hanya dilakukan pada SRTM dan ASTER
GDEM karena data IFSAR dan TerraSAR-X sudah terkoreksi tinggi oleh
pihak penyedia data. HEM dari data SRTM disediakan oleh NASA, dan
ASTER GDEM disediakan oleh METi.
17
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan
Model ketinggian didefinisikan menjadi beberapa model antara lain DEM
(Digital Elevation Model), DSM (Digital Surface Model), dan DTM (Digital
Terrain Model). Terdapat dua tipe data DEM yaitu Digital Terain Model
(DTM) dan Digital Surface Model (DSM). Data tinggi merupakan hasil dari
perekaman sensor RADAR baik secara interferometri maupun
radargrammetri dengan wahana pesawat maupun satelit. Format data dalam
raster. Data ketinggian nasional merupakan hasil kompilasi beberapa macam
data ketinggian yang didefinisikan dalam suatu sistem referensi horisontal
dan vertikal. Data ketinggian Nasional dikelola dalam sistem koordinat
geografis menggunakan Datum WGS 84. Satuan nilai ketinggian dalam meter
menggunakan datum SRGI 2013.
18
DAFTAR PUSTAKA
Li, Lichen, et al. "DEM analysis of the plugging effect of open-ended pile
during the installation process." Ocean Engineering 220 (2021): 108375.
Kuang, Shibo, Mengmeng Zhou, and Aibing Yu. "CFD-DEM modelling
and simulation of pneumatic conveying: A review." Powder Technology 365
(2020): 186-207.
Peng, Zhengbiao, Elham Doroodchi, and Behdad Moghtaderi. "Heat
transfer modelling in Discrete Element Method (DEM)-based simulations of
thermal processes: Theory and model development." Progress in Energy and
Combustion Science 79 (2020): 100847.
19
20