Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Huma Tualeka Pengolahan dan Interpretasi Data Citra

NIM : 201964037
Prodi : Ilmu Kelautan

Bagan Rencana praktikum

Citra Satelit Landsat-7 ETM+ Citra Sentinel-2A


(Untuk Batimetri) (Dasar Perairan)

Koreksi Pasang Surut


Koreksi Radiometri

Koreksi Geometri Koreksi Atmosferik

Koreksi Atmosferik Koreksi Geometri

Cropping Komposit Warna

Land Masking Cropping dan Masking

Komposit Warna
Koreksi Kolom Air

Tranformasi Algoritma Lyzenga


Klasifikasi Terbimbing

Klasifikasi Citra

Uji Akurasi

Uji Akurasi
RENCANA PRAKTIKUM BATIMETRI

1. Citra Landsat-7 ETM+


Instrument satelit citra ini berupa multispecktral scanning radiometer yang
berkemampuan menghasilkan informasi pencitraan resolusi tinggi terhadap permukaan
bumi. Dapat mendeteksi radiasi terfilter spektral pada visible, inframerah dekat, dan
band-band frekuensi inframerah termal. Menyediakan data yang berulang dan sinoptik
meliputi permukaan bumi.

2. Koreksi Pasang Surut


Diperlukan untuk melakukan koreksi kedalaman yang dihasilkan dari algoritma. Hasil
pengukuran batimetri dikoreksi dengan hasil pengukuran pasang surut untuk mendapatkan
kedalaman terkoreksi terhadap nilai MSL. Menghitung nilai kedalaman yang terkoreksi
terhadap pasang surut menggunakan persamaan sebagai berikut
• 𝐷𝑡 = 𝑑𝑡 + (𝑀𝑆𝐿 − 𝐻𝑡)
Keterangan
Dt = Kedalaman terkoreksi
dt = Kedalaman suatu titik saat pengamatan jam t
MSL = Duduk tengah sementara
Ht = Tinggi muka air terhadap 0 rambu pasut saat pengamatan jam

3. Koreksi Geometri
Dilakukan untuk mendapatkan citra yang sesuai dengan posisi yang sebenarnya di bumi.
Koreksi geometrik dilakukan untuk mengoreksi kesalahan posisi dari setiap piksel dalam citra
terhadap posisi yang sebenarnya di lapangan. Distorsi geometrik ini dapat disebabkan oleh
kelengkungan bumi, rotasi bumi, ketinggian sensor dan ketidakstabilan sensor terhadap objek
di permukaan bumi

4. Koreksi Atmosferik
Dilakukan dengan menggunakan cara yang sederhana, yang dikenal dengan nama Dark Pixel
Subtration/DOS (Schott, 1997), dimana diasumsikan bahwa jika tidak ada pengaruh atmosferik,
maka data setiap kanal suatu satelit memiliki Digital Number (DN) minimum = 0 (nol). Jika
DN suatu kanal tidak sama dengan 0, maka selisih nilai antara DN minimum dan 0 merupakan
bias yang disebabkan oleh pengaruh atmosferik dan/atau pengaruh degradasi sensor karena
semakin tua. Jadi, jika DN suatu kanal dikurang nilai minimumnya, maka diasumsikan
pengaruh atmosferik telah dikoreksi (Danoedoro, 1996). Secara sederhana, koreksi atmosferik
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: DN terkoreksi Kanal i = DN –DN minimum kanal
i.

5. Cropping
Pemotongan citra dilakukan untuk membatasi wilayah kajian pada daerah penelitian saja.
6. Land Masking
Pemisahan obyek perairan dan daratan ini dimaksudkan agar nilai spektral yang digunakan
dalam proses klasifikasi tidak dipengaruhi oleh nilai spektral dari daratan. Pemisahan objek
dilakukan dengan masking citra yaitu memberikan nilai nol untuk objek bukan laut.

7. Komposit Citra
8. Transformasi Algoritma Lyzenga
Rumus pembuatan peta estimasi kedalaman menggunakan transformasi algoritma Lyzenga
(1975) adalah :

9. Klasifikasi Citra
Hasil penajaman citra dengan transformasi algoritma kemudian diklasifikasikan. Klasifikasi
merupakan proses mendapatkan citra yang telah dikelompokkan dalam kelas-kelas tertentu
berdasarkan nilai reflektansi tiap-tiap objek sehingga mempermudah untuk pengecekan sumber
data. Dapat dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing.
10. Uji Akurasi
Pengujian ketelitian atribut dilakukan dengan melakukan perbandingan melalui penyusunan
matriks kesalahan (confussion matrix). Pengujian dilakukan terhadap sampel yang mewakili
objek tertentu dalam suatu poligon objek dengan koordinat lokasi yang sama di lapangan.
Evaluasi akurasi dilakukan pada seluruh data dengan mengelompokkan data ke dalam beberapa
kelas kedalaman

RENCANA PRAKTIKUM Dasar Perairan


1. Citra Sentinel-2A
2. Koreksi Radiometri
Ditujukan untuk mengkonversi nilai digital number (DN) menjadi nilai reflektansi. Dilakukan
untuk mengurangi ketidaksatbilan nilai digital dari suatu objek yang sama pada daerah yang
berbeda. Dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan yang dihasilkan dari garis regresi
linier. Garis regresi linier dibentuk dari plot-plot nilai piksel pada saluran citra tertentu dengan
saluran rujukan yang dianggap bebas dari gangguan atmosfer.

3. Koreksi Atmosfer
Dapat juga dilakukan dengan menggunakan persamaan yang dihasilkan dari garis regresi linier.
Garis regresi linier dibentuk dari plot plot nilai piksel pada saluran citra tertentu dengan
saluran rujukan yang dianggap bebas dari gangguan atmosfer.
4. Koreksi Geometri
untuk memperbaiki posisi obyek pada citra terhadap posisi sebenarnya di lapangan.
Koreksi geometri dilakukan dengan menggunakan rujukan informasi geospasial dasar.
5. Komposit Warna
Sehubungan dengan identifikasi objek yang akan dilakukan dari pengolahan data citra satelit
yang digunakan maka terlebih dahulu diketahui karekteristik band dari citra yang digunakan
untuk identifikasi awal suatu obyek.
6. Cropping dan Masking
Untuk membatasi daerah pemetaan atau penelitian sehingga memudahkan analisis citra dalam
komputer. Selain itu pemotongan citra akan mengurangi kapasitas memori citra dan selanjutnya
akan mempercepat pengolahan citra tersebut. Masking dapat dilakukan secara digital atau
manual
7. Koreksi Kolom Air
Umumnya dilakukan pada citra resolusi tinggi karena pada citra tersebut efek pantulan
sinar matahari (glint) secara jelas dapat terlihat.
8. Klasifikasi Terbimbing
Merupakan proses pengelompokkan piksel pada citra menjadi beberapa kelas tertentu dengan
berdasarkan pada statistik sampel piksel (training) atau region of interrest ditentukan oleh
pengguna sebagai piksel acuan yang selanjutnya digunakan oleh komputer sebagai dasar
melakukan klasifikasi
9. Uji Akurasi
Uji akurasi terhadap hasil interpretasi dilakukan dengan bantuan matriks uji ketelitian hasil
pengembangan Short (1982). Uji akurasi. perlu dilakukan pengujian agar menghasilkan data
yang dapat diterima dengan tingkat ketelitian (akurasi) tertentu. Dasar yang dipakai sebagai
acuan keakurasian hasil interpretasi yakni minimal sebesar 60 % untuk hasil interpretasi tutupan
habitat dasar perairan laut dangkal.

Anda mungkin juga menyukai