Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

“UPDATING PETA RBI SKALA 1 : 25.000


DENGAN CITRA LANDSAT 8 AREA YOGYAKARTA”

Disusun Oleh :

Fildzah Zainati Fadhilah


15/379921/TK/43186

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. JUDUL

Judul praktikum ini adalah Updating Peta RBI Skala 1:25.000 dengan Citra
Landsat-8 Area Yogyakarta.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat :


1. Mengetahui bagaimana cara untuk mengkombinasikan dari 3 komposit band citra
Landsat-8 agar diperoleh hasil yang mudah untuk diinterpretasi visual.
2. Mengetahui bagaimana cara me-georeferensikan citra, mengkoreksi geometrik
dan mengkoreksi radiometrik pada cita satelit.
3. Mengatahui bagaimana cara mengcrop citra satelit.
4. Mengetahui bagaimana cara digitasi objek berdasarkan peta RBI skala 1:25.000
5. Mengetahui bagaimana updating peta RBI dengan cara editing berdasarkan citra
satelit
6. Mengetahui bagaimana cara layouting peta.

III. WAKTU & TEMPAT

Hari : Senin, 24 dan 31 Oktober 2016


Pukul : 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh Departemen Teknik
Geodesi FT UGM

IV. ALAT & BAHAN

 1 Unit PC
 Software ENVI 4.5
 Software ER Mapper 6.4
 Software ArcMap 10.1
 Citra satelit Landsat-8 Area Yogyakarta
 Peta RBI Skala 1:25.000
V. LANDASAN TEORI

A. Kombinasi Citra Landsat-8

Penggunaan kombinasi warna data citra satelit sendiri akan memberi


manfaat lebih pada proses interpretasi data-data citra satelit resolusi menengah,
yang objeknya tidak nampak terlalu detail, seperti misalnya data Citra Satelit
Landsat 8 yang mempunyai resolusi spasial 15 meter (setelah dilakukan
pemrosesan). Penggunaan kombinasi band yang tepat akan memudahkan kita
melakukan identifikasi terhadap objek-objek yang menjadi fokus perhatian.

B. Interpretasi Visual

Interpretasi citra adalah kegiatan ekstraksi informasi atau


mengidentifikasi citra dengan unsur unsur interpretasi yang tampak sesuai
dengan unsur-unsur tertentu yang meliputi bentuk, tekstur, warna, rona,
bayangan, pola, assosiasi, dan lain-lain.
Pada saat melakukan Interpretasi secara visual, mutlak diperlukan citra
satelit dengan resolusi spasial yang tinggi, hal ini dikarenakan dengan semakin
tingginya resolusi spasial, berarti ukuran dari tiap pixel dalam citra akan semakin
sempit dalam luasan sebenarnya di lapangan.
Melakukan interpretasi secara visual diperlukan unsur-unsur
interpretasi, yaitu:
1. Rona / warna
2. Bentuk
3. Tekstur
4. Pola
5. Situs
6. Asosiasi
7. Bayangan
8. Ukuran
C. Penentuan Ground Control Point (GCP)

Sebagaimana diketahui bahwa proses perekaman citra satelit diliput dari


wahana (satelit) yang bergerak di atas permukaan bumi pada ketinggian ratusan
kilometer, sehingga menyebabkan citra satelit memiliki distorsi geometrik.
Untuk mengurangi pengaruh distorsi geometrik objek pada citra dilakukan
koreksi geometrik dengan cara ortorektifikasi. Ortorektifikasi adalah proses
memposisikan kembali citra sesuai lokasi sebenarnya yang disebabkan karena
pada saat peliputan data terjadi pergeseran (displacement) posisi.

Ortorektifikasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satu


metode ortorektifikasi adalah Rational Functions (RF). Pada metode RF,
orthorektifikasi dilakukan dengan menggunakan data Ground Control Point
(GCP) dan data Digital Elevation Model (DEM). Ketelitian hasil koreksi
geometrik citra sangat bergantung pada jumlah GCP yang dilibatkan dalam
proses perhitungannya serta ketepatan dalam melakukan identifikasi posisi GCP
di citra. Agar hasil koreksi geometrik dapat memenuhi standar ketelitian yang
diharapkan, maka penggunaan GCP harus dengan jumlah yang cukup dengan
pendistribusiannya tersebar secara merata.

Hasil hitungan koreksi geometrik ditunjukkan oleh harga Root Mean Square
Error (RMSE), artinya semakin kecil nilai RMSE maka semakin baik pula ketelitiannya.

D. Koreksi Geometrik dan Radiometrik


Koreksi geometrik dan radiometrik diperlukan untuk perbaikan kualitas
citra.Koreksi Geometrik merupakan proses memperbaiki citra dari pengaruh
kelengkungan bumi dan gerakan muka bumi dengan cara menyesuaikan dengan
koordinat bumi (memposisikan letak lintang dan bujur), sehingga sesuai dengan
koordinat dunia. Ada beberapa cara dalam pengkoreksian ini, antara lain
polinominal, orthorektifikasi dengan menggunakan titik-titik kontrol lapangan
(GCP), proyeksi peta ke peta, dan registrasi titik yang telah diketahui.
Sedangkan koreksi radiometrik dilakukan karena adanya efek atmosferik
yang mengakibatkan kenampakan bumi tidak selalu tajam.

E. Upadating Peta
Perubahan tata ruang tersebut menuntut adanya perubahan jenis tutupan
lahan yang terdapat dalam suatu wilaah yang disebut sebagai upading peta
tutupan lahan. Dengan adanya perubahan tata ruang yang senantiasa terjadi
dalam jangka waktu tertentu, perlu dlakukan sebuah analisa dan kajian secara
berkala terhadap kelayakan dan kesesuaian antara peta garis dan citra satelit
resolusi tinggi yang digunakan dalam proses upading peta. Proses updating peta
tersebut dapa dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi digital dan
klasifikasi manual, kemudian dilakukan analisa kesesuaian penggunaan citra
satelit dalam updating peta di lapangan.

VI. LANGKAH KERJA


A. Kombinasi Band dengan ENVI 4.5
1. Membuka software ENVI 4.5 dengan mengklik ikon ENVI 4.5

2. Menunggu hingga muncul menu bar dari software ENVI kemudain klik File 
Open Image File.
3. Menunggu hingga muncul kotak dialog Enter Data Filenames kemudian
memilih file direktori dan memilih data citra setelit yang telah didownload yang
terdiri dari 11 band dengan eksetensi file .tiff dan mengklik Open.

4. Kemudian akan muncul kotak dialog Available Band List. Untuk melihat hasil
citra berwarna maka klik tombol RGB Colour  memilih komposit band warna
yang diinginkan  mengklik Load RGB.
5. Menunggu hingga proses selesai dan muncul 3 kotak dialog dengan perbesaran
yang berbeda-beda.yang merupakan citra dari komposit band yang dipilih.

6. Setelah mendapat komposit dari 3 band, membuat 3 band tersebut menjadi satu
layer dengan memilih menu Basic Tools  Layer Stacking

7. Mengatur jenis proyeksi, datum, satuan, zona dan ukuran piksel


-Jenis Proyeksi : UTM
-Datum : WGS84
-Zona : Yogyakarta terletak di zona 49S
-Unit : Meters
-Ukuran piksel : merupakan resolusi spasial dari citra satelit (Landsat-8 = 30m)
8. Untuk mengatur datum, maka mengklik Datum pada kotak dialog seperti di
atas, kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut. Memilih WGS84  OK.
9. Pada tampilan Layer Stacking Parameters, mengklik Import File  memilih
komposit band yang akan dikombinasikan  OK

10. Pada tampilan Layer Stacking Parameters, mengklik Choose  memilih


direktori penyimpanan  memberi nama file  Open
11. Terbentuk layer dari komposit 3 band

B. GOREFERENCING DAN KOREKSI GEOMETRIK DENGAN ENVI 4.5


12. Memilih menu Map  Registration  Select GCPs : Image to Map karena
citra belum tergeoreferensi sehingga belum memiliki geometric yang benar.

13. Mengatur jenis proyeksi, datum, satuan, zona dan ukuran piksel
-Jenis Proyeksi : UTM
-Datum : WGS84
-Zona : Yogyakarta terletak di zona 49S
-Unit : Meters
-Ukuran piksel : merupakan resolusi spasial dari citra satelit (Landsat-8 = 30m)
Kemudian mengklik OK

14. Untuk mengatur datum, maka mengklik Datum pada kotak dialog seperti di
atas, kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut. Memilih WGS84  OK.
15. Akan muncul kotak dialog untuk memasukkan titik GCP dan RMS yang
dihasilkan

16. Memasukkan koordinat titik GCP setelah menentukan posisinya pada layar
zoom, kemudian mengklik Add Point
17. Memasukkan point minimal 4 titik atau hingga nilai RMS terdefinisi. RMS
diusahakan di bawah 1 untuk menghasilkan citra tergeoreferensi dengan akurat.
18. Menyimpan titik GCP yang telah didefinisikan

19. Masuk kembali pada menu Map  Registration  Wrap from GCPs : Image
to Map
20. Menginput file titik GCP yang disimpan sebelumnya, kemudian mengklik Open

21. Mengatur kembali proyeksi, datum, satuan, zona, dan ukuran piksel. Kemudian
mengklik OK
Kemudian akan muncul kotak dialog untuk memilih file yang akan
digeorefrensikan. Kemudian mengklik OK

22. Akan muncul kotak dialog untuk memasukkan parameter registrasi untuk kolom
Output Projection and Map Extent biarkan default, sedangkan pada kolom Wrap
Parameters, memilih metode transformasi dan resamplingnya, lalu memilih File
untuk menyimpan hasil citra tergeoreferensi.

Menunggu prosesnya hingga selesai maka citra telah tergeoreferensikan.

C. Hitung Statistik dan Koreksi Radiometrik dengan ENVI 4.5


23. Memilih menu Basic Tools  Statistics  Compute Statistics

24. Memilih file yang telah tergeoreferensi yang akan dihitung statistik, kemudian
memilih OK
25. Akan muncul kotak dialog Compute Statistics Parameters, kemudian
mencentang kolom Basic Stats, Histograms, Covariance, Output to the Screen,
dan Output to a Statistics File. Kemudian menyimpan file hasil statistik.
Kemudian akan muncul hasil statistik seperti di bawah ini, dan mengecek apakah
minimum dan maksimum menunjukkan angka 0-255. Apabila tidak, maka perlu
dilakukan koreksi radiometrik.

Kemudian menyimpan hasil hitungan statistik.


26. Koreksi radiometrik dilakukan dengan memilih menu Basic Tools  Stretch
Data.

27. Kemudian muncul kotak dialog Data Stretch Input File kemudian memilih file
citra yang telah tergeoreferensi yang akan dikoreksi radiometrik.
28. Kemudian akan muncul kotak dialog Data Stretching dengan mencentang
Liniear pada tipe Stretch, By Value pada Stretch Range, mengisi nilai 0 pada
minimum dan 255, memilih Floating Point pada Data Type, kemudian memilih
File untuk menyimpan file hasil koreksi radiometric.

29. Menyimpan citra hasil koreksi geometrik dan radiometrik dengan mengklik
menu File  Save Image As  Image As
30. Akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini, kemudian memilih tipe file TIFF
dan menyimpannya, kemudian mengklik OK.

D. CROPPING CITRA DENGAN ER MAPPER


1. Membuka software Er Mapper 6.4
2. Akan muncul tampilan sebagai berikut, kemudian mengklik menu File  Open

3. Akan muncul papan algoritma sebagai lembar projek, dan kotak dialog Open
untuk memilih file dengan ekstensi .tif yang akan di proses, kemudian mengklik
OK.
Kemudian gambar citra yang telah terkoreksi akan muncul pada papan
algoritma.

4. Mengklik ikon Zoom Box Tool, dan memperbesar wilayah sesuai


pembagiannya.
5. Setelah melakukan perbesaran sesuai dengan pembagian wilayah, maka
menyimpan hasil crop dengan mengklik kanan pada citra, memilih File  Save
As.

6. Akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini dan menyimpan dalam folder
yang diinginkan dengan ekstensi .tif
Akan muncul kotak dialog sebagai berikut, karena yang akan diupdate hanyalah
seluas 5km x 5 km, maka hasil crop citra minimal memiliki Output Size minimal
166.6 x 166.6 piksel. Kemudian mengklik OK

D. Digitasi On Screen dengan AcrGIS modul ArcMap 10.1


1. Membuka software ArcGIS modul ArcMap dengan mengklik ikon ArcMap.
2. Akan muncul jendela Arc Map – Getting Started  memilih lembar kerja
yang sebelumnya telah tersimpan

atau lembar kerja baru dengan mengklik New Maps  Blank Map.
3. Membuat shapfile memalui ArcMap, dengan mengklik ikon arcCatalog pada
toolbar standard, atau pada menu Windows  Catalog

Atau

4. Akan muncul kotak dialog berikut, kemudian mengklik kanan folder untuk
menyimpan shapfile/ hasil digitasi objek  New  Shapfile
Apabila folder belum terkoneksi dengan ArcMap, maka mengkoneksikan
folder dengan mengklik ikon Connect To Folder.

5. Mendefinisikan shapfile dengan mengisi nama shapfile, tipe bentuk shapfile,


dan Spatial Reference dengan mengklik Edit.
6. Akan muncul kotak dialog sebagai berikut, kemudian memilih Projected
Coordinate System  UTM  WGS 1984  Southern Hemisphere 
WGS 1984 UTM Zone 49S  OK.
7. Memasukkan peta RBI yang akan didigitasi dengan mengklik ikon Add
Data.

Kemudian muncul kotak dialog untuk memilih data yang akan dimasukkan,
apabila folder belum terkoneksi, maka mengklik ikon Connect To Folder.
Setelah memilih data yang dimasukkan, mengklik Add.

Pada kotak dialog ini, mengklik OK.


Apabila gambar peta yang dimasukkan belum muncul pada lembar kerja,
menklik kanan nama file pada kotak dialog Table Of Content  Zoom To
Layer

8. Peta tersebut belum tergeorefensi sehingga perlu dilakukan proses


georeferensi dengan memilih menu Customize  Toolbar 
Georeferencing
9. Melakukan proses georefensi dengan menentukan titik-titik yang akan
didefinisikan koordintanya dengan mengklik ikon Add Control Point

10. Menentukan titik-titik kontrol sebagai georeferensi dengan persebaran yang


merata

11. Mengubah nilai koordinat titik-titik tersebut sesuai dengan koordinat UTM
pada peta RBI dengan mengklik ikon View Link Table pada kolom X Map
dan Y Map.
Koordinat peta dapat dilihat dari bagian sudut-sudut peta dengan mengzoom
in peta agar terlihat dengan cara menscroll.
12. Melakukan proses rektifikasi dengan mengklik Georeferencing  Rectify 
melakukan pendefinisian nama dan lokasi file dan memilih ekstensi TIFF 
OK.

13. Peta yang telah tergeorefensi kemudian dimasukkan kembali dengan add data
dan dilakukan digitasi dengan shapefile yang telah dibuat dengan cara add
data.
14. Mengaktifkan toolbar editor untuk memulai mendigitasi dengan memilih
menu Customize  Toolbar  Editor.

15. Mulai melakukan digitasi dengan mengklik Editor  Start Editing  ikon

Create Features  memilih Shapfile yang akan didigitasi.


16. Untuk mengatur simbol shapfile dapat mengklik symbol shapfile dan
menyesuaikan warna atau tekstur yang diinginkan.

17. Setelah selesasi mendigitasi, mengklik Editor  Save Edit  Stop Edits.

E. Updating Peta RBI dengan Citra Landsat


1. Setelah digitasi pada peta RBI selesai, maka dilakukan tahap updating peta
dengan memasukkan data citra yang telah tergeoreferensi dan di crop dengan
cara add data.

2. Membuat shapfile baru dengan objek yang sama saat mendigitasi peta RBI
sebagai shapfile hasil update agar dapat dibedakan objek sebelum dan
sesudah update.

3. Mengaktifkan layer citra dan menonaktifkan layer peta RBI, kemudian


melakukan tahap editing di atas citra seperti langkah digitasi pada peta RBI.
F. Layouting Peta
1. Mengaktifkan semua layer shapfile yang akan di layout, dan menonaktifkan
lainnya.

2. Mengklik ikon Arc Toolbox  Conversion Tools  To CAD  Export to


CAD.

3. Akan muncul jendela Export to CAD  menginput data-data shapfile 


mengisi nama dan lokasi hasil output  OK. Menunggu proses Extract
hingga muncul kotak dialog Succsess.
4. Mengklik Arc Toolbox  Analysis Tools  Extract  Select.

5. Menginput satu per satu shapfile hasil export sebelumnya dengan ekstensi
.dwg dan menentukan nama dan lokasi file hasil output. Kemudian klik OK
dan menunggu proses hingga muncul kotak dialog success dan tampilan peta
menjadi berikut.
6. Mengatur warna dan tekstur symbol shapefile kembali sesuai yang
diinginkan.
6. Mengklik ikon Layout View di bawah lembar kerja  memilih menu File
 Page and Print Setup  Mengatur orientasi peta (Landscape/Potrait) 
Mengatur ukuran kertas  OK
7. Mengatur satuan pada peta dengan cara mengklik kanan pada objek 
Properties  General  pada submenu Units Map dan Display set satuan
menjadi meter dan reference scale diisi 1:1000.
8. Memberi grid pada peta peta dengan cara mengklik kanan pada objek 
Properties  Grids  New Grid  Measured Grid  Next  pada
submenu Appearance memilih Tick marks and labels  pada menu
Intervals menyesuaikan X Axis dan Y Axis untuk mengatur
kerapatan/interval grid pada peta  Next  Finish  OK.
Mengklik New Grid.
Memilih Measured Grid

Memilih Tick marksd and labels  Mengatur interval  Next

Mengklik Next.

Mengklik Finish.
9. Mengatur objek agar terletak pada posisi yang proporsional pada lembar
kerja dengan cara menggeser / meresize dan menyesuaikan skala peta.
10. Membuat legenda dengan cara :
o Legenda : menu Insert  Legend  menentukan objek-objek yang akan
ditampilkan pada legenda pada Legend Items  Next  Mengedit teks
dan format font Legenda  Next  Finish
Setelah legenda muncul  mengklik kanan  Convert to Graphics 
Ungroup agar lebih fleksibel untuk mengatur ukuran dan posisi tiap
objek.

o Arah utara : menu Insert  North Arrow dan memilih symbol kompas
yang diinginkan  OK
o Skala : menu Insert  Scale Bar  memilih tipe skala bar  Properties
 set Division Units menjadi satuan meter.

Mengklik Properties
: menu Insert  Scale Text  memilih tipe skala teks  OK
o Garis Tepi : menu Draw  Rectangle

o Judul : menu Insert  Title

o Teks lainnya : menu Insert  Teks


11. Menyimpan hasil pekerjaan dengan ekstensi .pdf dengan cara mengklik
menu File  Export Map  menentukan lokasi dana nama file dan
mengubah ekstensi file menjadi pdf.
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, hasil kombinasi citra satelit menggunakan 2 kombinasi
yakni Natural Colour dan False Colour. Natural Colour (4,3,3) akan menghasilkan
warna citra yang sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga akan lebih mudah
dalam menginterpretasi visual objek secara umum. Sedangkan False Colour (7, 6, 4)
menghasilkan warna yang lebih kontras pada pemukiman dan vegetasi sehingga akan
lebih mudah dalam menginterpretasi visual wilayah pemukiman, vegetasi dan jalan,
selain itu dengan adanya band Short Wave Infrared atau band 7 dan 6 yang dapat
mempenetrasi atmosfer maka hasil citra yang diperoleh menjadi lebih jelas.

Natural Colour False Colour

Berdasarkan landasan teori di atas, koreksi geometrik dan radiometrik


diperlukan untuk perbaikan kualitas citra. Koreksi Geometrik merupakan proses
memperbaiki citra dari pengaruh kelengkungan bumi dan gerakan muka bumi
dengan cara menyesuaikan dengan koordinat bumi (memposisikan letak lintang dan
bujur), sehingga sesuai dengan koordinat dunia. Ada beberapa cara dalam
pengkoreksian ini, antara lain polinominal, orthorektifikasi dengan menggunakan
titik-titik kontrol lapangan (GCP), proyeksi peta ke peta, dan registrasi titik yang
telah diketahui. Sedangkan koreksi radiometrik dilakukan karena adanya efek
atmosferik yang mengakibatkan kenampakan bumi tidak selalu tajam.
Oleh karena itu, pada kombinasi citra tersebut diperlukan koreksi geometrik
agar data citra dapat diproyeksikan sesuai dengan sistem koordinat yang digunakan
dalam hal ini sesuai dengan system koordinat peta RBI yang nantinya citra tersebut
akan di tampalkan pada peta RBI pada saat updating. Sedangkan koreksi radiometrik
dilakukan agar informasi yang terdapat dalam data citra dapat dengan jelas
diinterpretasikan.
Dalam melakukan koreksi geometrik pada saat penentuan GCP, titik-titik
GCP tersebut haruslah sesuai dengan kenyataan di lapangan. Ketelitian dari
penentuan GCP dinyatakan dalam RMSE (Root Mean Square Error). Pada
praktikum ini, RMSE yang dihasilkan dari 5 titik GCP adalah 0.076091 dimana
masih memenuhi toleransi yakni dibawah 1.

Dalam penentuannya, apabila menambah titik GCP baru maka perlu melihat
apakah nilai RMS semakin besar atau kecil, apabila nilai bertambah maka hal
tersebut dapat disebabkan karena penentuan titik yang kurang tepat. Oleh karena itu
penentuan GCP sangat perlu berhati-hati dan teliti.
Setelah citra satelit terkoreksi, maka citra tersebut di crop dan dijadikan dasar
untuk update peta. Pada praktikum ini, citra yang menjadi dasar untuk mengupdate
peta adalah citra Landsat-8 yang memiliki resolusi spasial menengah yakni 30m
pada band multispectral. Karena resolusi yang tidak terlalu tinggi, maka akan
menghasilkan gambar yang pecah dan sulit untuk diinterpretasi visual, sehingga citra
ini hanya dapat digunakan untuk menginterpretasi tutupan lahan dengan akurasi
yang rendah.
Objek yang dapat diinterpretasi visual dan di update adalah pemukiman,
dikarenakan untuk objek vegetasi dan objek lainnya sulit dibedakan dan
diinterpretasi dengan dasar citra Landsat-8 resolusi menengah.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
citra Landsat-8 dapat digunakan dalam mengupdate peta RBI 1:25.000 pada objek
pemukiman, karena pada objek lainnya terdapat kendala dalam menginterpretasi
yang disebabkan karena citra Landsat-8 yang memiliki resolusi menengah sehingga
akan diperoleh gambar yang pecah dan sulit untuk diinterpretasi visual.
Namun, sebelum citra dijadikan dasar untuk update, citra hasil kombinasi
yang mudah untuk diinterpretasi tersebut perlu dikoreksi geometric dan radiometric
sehingga citra tersebut memiliki koordinat sesuai dengan sistem koordinat UTM dan
lebih mudah diinterpretasi dan dijadikan dasar untuk mengupdate peta.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Modul Penginderaan Jauh Dasar

Supriatna, Wahyu, Sukartono. 2002. Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi dan
Penajaman) Citra Satelit. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 1, 2002.

Rudianto, Bambang. 2011. Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point


terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi. Bandung : FTSP
Institut Teknologi Nasional.

Anda mungkin juga menyukai