Anda di halaman 1dari 3

Nama: Della Fazera

Nim:3213331034
Kelas: A, Geografi 2021

1. Klasifikasi penggunaan lahan


A. Klasifikasi Penggunaan Lahan Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standar Nasional Indonesia menggunakan terminology penutup lahan dalam
mengelompokkan penggunaan lahan, membedakan klas penggunaan lahan berdasarkan skala
1:1.000.000, 1:250.000 dan 1:50.000/25.000.
B. Klasifikasi Penggunaan Lahan Menurut National Landuse Database
Sistem klasifikasi penggunaan lahan National Landuse Database merupakan system
penggunaan lahan yang dirintis oleh Pemerintah Inggris. Sistem klasifikasi ini
mengelompokkan penggunaan lahan atas 12 divisi utama dan 49 kelas.
C. Klasifikasi Penggunaan Lahan Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepaa Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1997 Tentang Pemetaan Penggunaan Tanah
Perdesaan, Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan
Simbol/Warna Untuk Penyajian dan Peta
Badan Pertanahan Nasional membagi pengelompokan penggunaan lahan berdasarkan
lokasinya di pedesaan dan di perkotaan.
D. Klasifikasi Penggunaan Lahan pada Perencanaan Tata Ruang
Dalam kaitannya dengan penataan ruang, berdasarkan fungsi utamanya, wilayah yang ada
di permukaan bumi terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan Lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan (UU Penataan Ruang NO.26/2007).
2. Kawasan Budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan (UU Penataan Ruang No. 26/2007).

2. Landsat 8 Level-2 Produk Data (Surface Reflectance)


Produk Landsat 8 OLI / TIRS level-2 sendiri merupakan produk yang disediakan oleh U.S.
Geological Survey (USGS), sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam menanggapi
permitaan data Landsat 8 OLI / TIRS dengan menawarkan permintaan data melalui website
EarthExplore. Landsat 8 OLI / TIRS level-2 merupakan produk data yang menampilkan
perkiraan reflektansi spektral dari permukaan bumi yang telah diukur dari permukaan tanah
dan dikoreksi sehingga data telah bebas dari hamburan atau penyerapan dari atmosfer. Hal
ini dilakukan karena pada umumnya citra satelit akan berupa angka digital (Digital Number)
sedangkan yang direkam oleh sensor satelit adalah nilai pantulan (reflektansi) dari objek yang
ada pada permukaan bumi. Nilai pantulan digunakan untuk melakukan pengenalan objek dan
fenomena yang benar-benar terjadi dipermukaan bumi, sehingga mengubah Nilai Digital
kembali ke Nilai Pantulan Permukaan sangat diperlukan untuk interprestasi citra.
Namun ada beberapa hal yang perlu dperhatikan mengenai data hasil Pemukaan Reflektif[7],
seperti berikut:
1. DataReflektansiPermukaantidakdapatdigunakanuntukhasil gambar dengan sudut zenith
matahari yang lebih besar dari 76°.
2. HasilReflektansiPermukaandaridatayangdiperolehdarigaris lintang tinggi (> 65o) tidak
disarankan untuk melakukan
pemrosesan pada data tersebut.
3. Keakuratan dari koreksi Reflektansi Permukaan akan
mengalami pengurangan apabila dilakukan di daerah yang memiliki kondisi atmosfir yang
buruk seperti:
a. Daerah yang gersang atau tertutup salju
b. Daerahdengankondisisinarmataharirendah
c. Daerah pesisir dimana luas lahannya relatif kecil dibandingkan dengan perairan sekitarnya
d. Daerahdengankontaminasiawanyangluas

3. Tahapan interpretasi peta


1. Deteksi
Tahapan deteksi adalah kegiatan pengamatan suatu objek dalam hasil
rekaman citra. Di tahap inilah ditentukan ada atau tidaknya suatu objek.
Misalnya, di dalam sungai terdapat objek bukan air.
2. Identifikasi
Tahapan ini dilakukan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra.
Objek ini dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor
menggunakan alat stereoskop. Contohnya, berdasarkan bentuk, ukuran,
dan letaknya, objek bukan air yang terdapat pada sungai terdeteksi sebagai
gosong sungai.
3. Analisis
Tahap analisis ini memiliki kaitan dengan proses keterangan lebih lanjut.
Misalnya, pengumpulan keterangan dilakukan dengan mengamati
kenampakan objek secara lebih detail. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa gosong sungai yang telah dideteksi dimanfaatkan untuk menanam padi.

4. Kelebihan Satelit
• Pengamatan lebih menyeluruh dan mencakup area yang relative luas,
tergantung dari sensor.
• Pengindraan dilakukan secara kontinu dengan periode tertentu
• Umumnya satelit indraja di desain untuk waktuyang cukup lama
antara 2 hingga 5 tahun dan bahkan kadang-kadang lebih lama dari yang
direncanakan.
Kelemahan Satelit
• Secara umum hanya dapat mengenal objek di muka bumi
• Media antar satelit dan permukaan merupakan kendala khususnya
untuk sensor optok yang menggunakan panjang gelombang yang kecil
• Hanya memberikan informasi yang tepat sesuai dengan kemampuan
sensornya ( spasial, spectral, radiometri maupun temporal)
Sedangakan secara langsung
Kelebihannya:
Praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan kedalam elemen-
elemen pekerjaannya.
Kekurangannya:
Dibutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh data waktu yang banyak. Tujuannya:
hasil pengukuran yang teliti dan akurat.
Biaya lebih mahal karena harus pergi ketempat dimana pekerjaan pengukuran kerja
berlangsung.

5. PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH KEPESISIRAN SEMBULANG PULAU GALANG KOTA


BATAM
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan lahan di wilayah Kepesisiran Sembulang, Pulau
Galang, Kota Batam. Informasi penggunaan lahan diperoleh dengan cara Interpretasi tutupan lahan
pada citra penginderaan jauh dan dilanjutkan dengan survei lapangan.
Metode penelitian
Metode penelitian adalah berisikan pendekatan yang digunakan dalam penelitian, populasi dan
sampel penelitian, menjelaskan definisi operasional variabel beserta alat pengukuran data atau cara
mengumpulkan data, dan metode analisis data. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan citra
Google Earth dan survei lapangan untuk mendapatkan informasi pengguaan lahan yang disajikan
dalam bentuk peta penggunaan lahan. Kajian spasial menggunakan sistem informasi geografis (Roziqin
dkk, 2018). Survei lapangan juga dilakukan untuk pengamatan data ekosistem dan organisme di
wilayah kepesisiran, serta karakteristik pantai langsung dari lapangan.
Hasil dan Pembahasan
Penggunaan Lahan di Wilayah Kepesisiran Sembulang
Menurut Undang-undang Nomor 27 tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Sedangkan kepesisiran
lebih luas lagi dan tidak hanya zona peralihan tetapi meliputi darat sampai laut sebelum zona lepas
pantai (Roziqin dkk, 2017). Sehingga tidak ada garis batas yang nyata, yang ada hanya garis khayal
wilayah pesisir yang menentukan letak atau kondisi tempat tersebut (Roziqin dkk, 2017). Kawasan
pesisir berupa wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut yang secara fisiologi didefinisikan
sebagai wilayah antara garis pantai hingga kearah daratan yang masih dipengaruhi oleh kelandaian
pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan
kadang meterinya berupa pasir (Roziqin, 2016).

Anda mungkin juga menyukai