Anda di halaman 1dari 8

PEMETAAN TERUMBU KARANG

DENGAN LANDSAT 8
Esti Nur W
18/434758/PTK/12321
Prinsip Deteksi dan Pemetaan Terumbu Karang
Penginderaan jauh untuk terumbu karang memanfaatkan sifat radiasi elektromagnetik pada
daerah spektrum sinar tampak. Spektrum ini dapat menembus air sehingga dapat mendeteksi
terumbu karang yang yang berada di bawah permukaan air. Secara kasar spektrum sinar
tampak dapat dibagi tiga bagian yaitu spektrum sinar biru (panjang gelombang kecil), sinar
hijau (panjang gelombang sedang) dan sinar merah (panjang gelombang besar). Semakin kecil
panjang gelombang, maka spektrum sinarnya akan semakin dalam menembus air.
Parameter lain yang dapat dilihat dari penginderaan jauh yaitu materi dasar perairan. Dalam
landsat 8 dapat menggunakan kombinasi band 2 (0.450-0.515 μm ) band 3 (0.525-0.600 μm),
band 4 (0.630-0.680 μm) serta band 5 NIR (0.845-0.885 μm). salah satu cara untuk
menonjolkan obyek dasar perairan Model Pengurangan Eksponensial (Standard Exponential
Attenuation Model) yang merupakan teori dari Lyzenga (1978), rumus lyzenga sebagai berikut:
Keterangan:
DII : Depth Water Index
𝑆𝑅𝑖 : Surface reflectance band- i, atau dalam kasus ini digunakan Blue band
𝑆𝑅𝑗 : Surface reflectance band- j, atau dalam kasus ini digunakan Green band
𝑘𝑖𝑘𝑗⁄ : Nilai rasio koefisien atenuasi
𝜎𝑖 : varian band-i
𝜎𝑗 : varian band-j
𝜎𝑖𝑗 : kovarian band-i dan band-j
Sumber :
1. Aitiando Riza. 2008.Studi Perubahan Luasan Terumbu Karang dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Perairan Bagian Barat Pulau Moyo, Sumbawa
2. Prastyani Ratna.2018 Modul Praktikum Pemetaan Terumbu Karang dengan Landsat 8
Langkah Pemetaan Terumbu Karang
Langkah yang dilakukan dalam pemetaan terumbu karang dengan landsat 8 adalah sebaga berikut:
1. Melakukan pengunduhan citra landsat 8 L1TP, wilayah yang dipilih adalah Karimun jawa
2. Melakukan koreksi radiometrik dengan merubah nilai DN menjadi radiance terlebih dahulu kemudian hasilnya dirubah
menjadi nilai reflectan menggunakan tool FLAASH Atmosferic Correction.
3. Dalam praktikum kali ini koreksi geometric tidak dilakukan, karena pada dasarnya citra landsat 8 L1TP suddah terkoreksi
Geometrinya.
4. Melakukan Pemotongan citra hasil koreksi sesuai dengan wilayah yang akan dideteksi terumbu karangnya.
Langkah Pemetaan Terumbu Karang
5. Melakukan perhitungan statistik nilai reflektan dalam citra hasil pemotongan (crop),menggunakan calculate statistic,
6. Dari hasil calculate statistic kemudian dilakukan perhitungan koefisien Lyzenga hasilnya sebagai berikut:

7. Setelah koefisien Lyzenga sudah ada kemudian


dilakukan bandmath, dengan rumus seperti pada jendela
berikut:
Langkah Pemetaan Terumbu Karang
8. Membuat ROI (Region Of Interset) dengan objek yang diidentifikasi adalah darat, laut, dan terumbu karang.
kemudian disimpan dalam xml dan shapefile.
Langkah Pemetaan Terumbu Karang
9. Melakukan kalisifikasi dengan input raster adalah hasil bandmath Lyzenga dengan training data adalah ROI yang telah dibuat.
Hasil Pemetaan Terumbu Karang
Natural Colour

Lyzenga

Hasil Klasifikasi

Evaluasi hasil klasifikasi, dapat terlihat objek yang


tidak terklasifikasi sehingga warna nya menjadi hitam.
Objek yang tidak terklasifikasi karena saat tidak
membuat ROI di area darat yang berwarna coklat
Cara yang diperlukan untuk menentukan kualitas hasil
klasifikasi pemetaan terumbu karang
kualitas hasil pemetaan terumbu karang akan baik apabila dilakukan sesuai dengan panduan atau
prosedur yang benar atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti RSNI terumbu Karang. Hasil klasifikasi
akan berkualitas hal yang penting adalah saat melakukan pembuatan region of interest menggunakan citra
dengan penajaman pada kenampakan objek terumbu karang. Agar hasil dari klasifikasi terumbu karang
akurat,menurut saya diperlukan cek ke lapangan untuk mengetahui hasil klasifikasi yang dilakukan itu sudah
sesuai atu tidak. Saat melakukan cek kelapangan yang diperlukan dicatat adalah lokasi (yang sebelumnya telah
direncanakan (sampel lokasi)). Atau dapat melakukan koreksi kolom air menggunakan rasio pantulan dari dasar
perairan pada 2 kanal yang berbeda (Syarif Budhiman dkk,2013). Jadi perlu ada nya koreksi kolom air dengan
pengambilan sampel dasar perairan yang tidak homogen. Dimana koreksi kolom air tersebut dilakukan
terhadapt citra yang digunakan.

Sumber :
Syarif Budhiman,Dkk.2013.Pengaruh Pengambilan Training Sample Substrat Dasar Berbeda Pada Koreksi Kolom Air Menggunakan Data Penginderaan Jauh

Anda mungkin juga menyukai